Anda di halaman 1dari 54

MANAJEMEN KEUANGAN I

Ronny Malavia Mardani


1
PENGERTIAN

 Merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang


yaitu lebih dari 10 tahun.
 Sumber dana jangka panjang ini ada yang memiliki jangka
waktu tertentu atau jangka waktu jatuh tempo seperti hutang
obligasi dan hutang jangka panjang di bank.
 Di samping itu ada sumber dana jangka panjang yang tidak
memiliki jangka waktu seperti modal sendiri berupa saham
biasa.
 Pada pembahasan ini dijelaskan sumber dana jangka panjang
yang meliputi obligasi, saham preferen dan saham biasa.

2
1. Obligasi

 Obligasi adalah surat pengakuan hutang perusahaan kepada


pihak lain yang memiliki nilai nominal tertentu dan jangka
waktu tertentu (waktu jatuh tempo) serta perusahaan yang
mengeluarkannya diwajibkan membayar bunga tertentu yang
tertera pada surat tersebut.
 Obligasi merupakan instrumen hutang jangka panjang dengan
jatuh tempo (maturity) akhir lebih dari atau sama dengan 10
tahun.
 Jika surat berharga memiliki maturitas lebih pendek dari 10
tahun, maka surat berharga tersebut dinamakan wesel (notes).

3
1. Obligasi

 Obligasi merupakan jenis pendanaan berjangka panjang


dengan beban tetap (fixed income securities).
 Surat berharga ini memberikan pendapatan dengan jumlah
tetap kepada pemiliknya berupa bunga obligasi.
 Sebagai contoh, obligasi Jasa Marga yang memiliki bunga 10%
dengan nominal Rp. 1.000.000,-, berarti pemegang obligasi
akan mendapatkan bunga 10% per tahun sebesar - 10% x Rp.
1.000.000 = Rp. 100.000,-. Bunga ini akan tetap dibayar oleh
Jasa Marga terlepas apakah perusahaan memperoleh laba atau
tidak pada tahun tersebut.

4
1. Obligasi
Istilah-istilah dalam Obligasi

a. Nilai Nominal
Nilai nominal (par value) untuk obligasi mengacu kepada jumlah
yang dibayarkan pada pemberi pinjaman pada saat obligasi
mencapai maturitas (jatuh tempo). Nilai nominal ini disebut juga
sebagai pokok pinjaman atau nilai pari. Kebanyakan obligasi
memiliki bunga yang dihitung berdasarkan nilai nominal obligasi,
kecuali obligasi dengan suku bunga nol (zero coupon bond)
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga (coupon rate) obligasi yang dinyatakan disebut
suku bunga kupon. Misalnya suku bunga kupon 13 %, berarti
penerbit obligasi akan membayar pemegang obligasi sebesar Rp.
130.000,- setiap tahunnya sebagai bunga untuk setiap obligasi
dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,-.
5
1. Obligasi
Istilah-istilah dalam Obligasi

c. Jatuh Tempo
Obligasi memiliki jatuh tempo (maturity) yang dinyatakan
dalam obligasi tersebut. Jatuh tempo merupakan waktu pada
saat perusahaan penerbit obligasi diwajibkan membayar
pemegang obligasi sebesar nilai nominal obligasi tersebut.

6
1. Obligasi
Pengawas Keuangan

 Pengawas keuangan (trustee) adalah seseorang atau lembaga


yang ditunjuk oleh penerbit obligasi sebagai wakil resmi
pemegang obligasi.
 Pada umumnya yang menjadi trustee adalah bank.
 Tanggung jawab trustee adalah mengesahkan legalitas obligasi
yang diterbitkan pada saat penerbitan, mengawasi kondisi
keuangan dan perilaku peminjam, memastikan seluruh
kewajiban perjanjian yang dijalankan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan jika peminjam tidak memenuhi
kewajibannya.

7
1. Obligasi
Pengawas Keuangan

 Perjanjian perikatan antara penerbit obligasi dan pemegang


obligasi dibuat dalam perjanjian resmi (indentur) atau disebut
juga “deed of trust”.
 Dengan demikian indentur adalah perjanjian resmi antara
perusahaan penerbit obligasi dengan pemegang obligasi.
 Perjanjian ini berisikan syarat-syarat yang harus dipenuhi
sehubungan dengan obligasi yang diterbitkan, misalnya ciri-ciri
obligasi yang diterbitkan, batasan-batasan yang harus dipenuhi
perusahaan. Persyaratan pada perjanjian resmi ditetapkan
bersama-sama oleh peminjam dan trustee.

8
1. Obligasi
Peringkat Obligasi

 Kelayakan instrumen keuangan yang diperdagangkan pada


publik seringkali dinilai berdasarkan peringkat kredit yang
diberikan oleh agensi pemberi peringkat investasi.
 Dalam pemberian peringkat, agensi mengurutkan peringkat
surat berharga berdasarkan kemungkinan kegagalan.
 Surat berharga dengan peringkat tertinggi, dinilai tidak memiliki
risiko kegagalan.

9
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

Ada beberapa jenis hutang jangka panjang (obligasi) yang kita


kenal, yaitu:

1. Debenture
 Debenture adalah hutang jangka panjang (obligasi) tanpa
jaminan. Karena debenture tidak dijamin dengan kekayaan
perusahaan, pemegang debenture menjadi kreditur umum
perusahaan pada saat perusahaan dilikuidasi.
 Oleh karena itu, investor akan melihat kemampuan
menghasilkan laba perusahaan sebagai penjamin.

10
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

1. Debenture ....cont’d
 Walaupun obligasi ini tidak memiliki jaminan, pemegang
debenture mendapat perlindungan dalam bentuk
persyaratan/batasan-batasan dalam perjanjian, terutama
jaminan negatif, artinya perusahaan penerbit obligasi
dilarang menjaminkan aktiva perusahaan yang belum
dijaminkan kepada kreditur lain.
 Karena pemegang debenture harus melihat kemampuan
peminjam untuk melakukan pembayaran pokok pinjaman
dan bunga pinjaman, maka pada umumnya hanya
perusahaan besar dan dengan reputasi yang baik saja yang
menerbitkan obligasi jenis ini.

11
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

2. Debenture Bernilai Rendah (Subordinated debenture)


 Debenture bernilai rendah merupakan hutang tanpa jaminan
dengan tuntutan terhadap aktiva di bawah debenture.
 Debenture bernilai rendah ini memiliki hak untuk menuntut
pembayaran pada saat likuidasi lebih dulu daripada
pemegang saham preferen dan saham biasa.
 Misalnya perusahaan dilikuidasi dengan nilai sebesar Rp. 48
milyar. Perusahaan memiliki debenture beredar Rp. 36
milyar, subordinated debenture sebesar Rp. 32 milyar dan
kewajiban kepada kreditur umum sebesar 32 milyar.

12
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

2. Debenture Bernilai Rendah (Subordinated debenture)


 Maka urutan pembayaran kewajiban perusahaan adalah:
a. Untuk pemegang debenture sebesar (36 / 48) x 48 M = Rp.
36 milyar.
b. Kreditur umum memperoleh sisanya = Rp. 48 milyar –
Rp.36 milyar = Rp. 12 milyar.
 Dalam contoh tsb, nampak bahwa pemegang subordinated
debenture tidak mendapat bagian pembayaran dari
perusahaan karena kekayaan perusahaan sudah habis untuk
membayar debenture dan kreditur umum. Oleh karena itu,
untuk menarik para investor maka subordinated debenture
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi daripada tingkat
bunga lainnya dan dapat ditukar menjadi saham biasa.
13
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

3. Obligasi Penghasilan (Income Bond)


 Suatu perusahaan wajib membayar bunga atas obligasi
penghasilan hanya pada saat perusahaan mendapatkan
keuntungan.
 Pembayaran bunga ini bersifat kumulatif, yaitu bila
perusahaan tidak membayar bunga di tahun tertentu maka
dapat diakumulasikan untuk periode berikutnya, dengan
syarat laba perusahaan mencukupi.
 Obligasi penghasilan ini memiliki peringkat pembayaran yang
lebih tinggi dari saham preferen, saham biasa dan hutang
bernilai rendah jika perusahaan dilikuidasi.

14
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi

4. Obligasi Sampah (Junk Bond)


 Obligasi sampah disebut juga obligasi yang memberikan hasil
tinggi, karena memiliki risiko yang tinggi dan tanpa
menggunakan jaminan.
 Obligasi ini diterbitkan sehubungan dengan perusahaan
membutuhkan leverage yang tinggi (leverage buyout) di
mana perusahaan menghadapi kesulitan dan risiko
kegagalan, sehingga hanya sedikit investor yang mau
menanamkan modalnya pada obligasi sampah ini.

15
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
5. Obligasi Hipotik (Mortgage Bond)
 Obligasi hipotik adalah obligasi yang diterbitkan dengan jaminan
hipotik kekayaan perusahaan penerbit obligasi.
 Hipotik merupakan dokumen resmi yang memberikan pemegang
obligasi hak gadai atas aktiva yang dijaminkan.
 Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya pada jatuh
tempo, maka jaminan tersebut dapat dijual untuk melunasi
hutangnya. Namun jika dalam penjualannya dibawah nilai obligasi,
maka untuk sisanya (kekurangan pembayaran) pemegang obligasi
diperlakukan menjadi kreditur umum.
 Perusahaan dimungkinkan memiliki lebih dari satu obligasi yang
dijamin dengan menggunakan aktiva yang sama. Sehingga bila
terjadi penyitaan, maka pemegang obligasi pertama harus
menerima pembayaran penuh sebelum dilakukan pembayaran
terhadap pemegang hipotik kedua. 16
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
6. Obligasi Berseri
 Obligasi berseri adalah obligasi yang diterbitkan pada waktu yang
sama dengan tanggal jatuh tempo serta bunga yang berbeda.
 Semua obligasi memiliki tanggal jatuh tempo yang sama walupun
ada obligasi khusus yang ditarik kembali sebelum tanggal tersebut.
 Akan tetapi, obligasi berseri memiliki jatuh tempo berbeda yaitu
secara periodik hingga maturitas akhir.
 Misalkan obligasi berseri senilai Rp. 16.000.000,- di mana setiap
tahunnya terdapat obligasi senilai Rp. 1.600.000,- yang mengalami
maturitas dalam waktu 10 tahun. Dengan obligasi berseri ini,
investor dapat memilih maturitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini menyebabkan jenis obligasi ini lebih menarik dibandingkan
obligasi dengan jatuh tempo yang sama.

17
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
7. Sertifikat Perwalian Peralatan (Equipment Trust Certificate)
 Sertifikat perwalian peralatan merupakan investasi jangka
menengah hingga panjang.
 Model pendanaan ini digunakan misalnya oleh Perusahaan Umum
kereta api untuk mendanai perolehan mesin lokomotif.
 Dalam model pendanaan ini, perusahaan kereta api
menandatangani perjanjian dengan perusahaan manufaktur untuk
pembuatan peralatan khusus. Pada saat peralatan diterima,
sertifikat perwalian peralatan dijual kepada investor. Hasil
penjualan ini ditambah uang muka dari perusahaan kereta api
digunakan untuk membayar perusahaan manufaktur. Hak atas
peralatan dipegang oleh trustee yang kemudian menyewakan
peralatan tersebut kepada perusahaan kereta api. Usia sewa
berbeda-beda tergantung jenis peralatan, tetapi biasanya 15 tahun
(berjangka panjang). 18
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
 Penarikan kembali obligasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Obligasi dapat ditarik kembali dengan melakukan seluruh
pembayaran pada akhir jatuh tempo, menukarkan obligasi
dengan saham, membeli obligasi jika terdapat hak beli atau
dengan pembayaran periodik. Dana pelunasan obligasi
biasanya telah dicadangkan oleh perusahaan.
 Dana untuk penarikan atau pelunasan obligasi merupakan dana
yang ditetapkan untuk melunasi sejumlah sekuritas sebelum
jatuh temponya. Kebanyakan perusahaan memiliki dana
pelunasan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan
pembayaran dana pelunasan periodik kepada trustee untuk
menarik sejumlah nilai nominal obligasi di setiap periode.

19
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
 Penarikan kembali obligasi yang menggunakan dana pelunasan
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, perusahaan dapat
melakukan pembayaran kas kepada trustee yang kemudian membeli
obligasi pelunasan pada harga tebus (call price) dana pelunasan.
Harga tebus (call price) adalah harga tebusan yang ditetapkan harus
dibayar oleh perusahaan penerbit obligasi, biasanya dengan nilai di
atas nilai nominal. Kedua adalah dgn membeli obligasi pada pasar
terbuka dan menyerahkan sejumlah obligasi tsb kepada trustee.
 Perusahaan sebaiknya membeli obligasi pada pasar terbuka
sepanjang harga pasar lebih rendah dari harga tebus dana
pelunasannya. Jika harga pasar melebihi harga tebus maka dilakukan
dengan pembayaran kas kepada trustee untuk membeli obligasi
pada harga tebus. Jika tingkat bunga meningkat dan atau kualitas
kredit menurun, maka harga obligasi akan turun. Pada umumnya
dana pelunasan, mulai diakhiri setelah lima atau sepuluh tahun
20
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
 Disisi lain, dana pelunasan akan menguntungkan pemegang obligasi.
Dengan memberikan obligasi yang biayanya lebih rendah dari harga
tebus, perusahaan menyimpan kas yang dapat mengurangi
kemungkinan kegagalan. Karena adanya penarikan teratur dari
hutang, dana pelunasan dikenal dengan amortisasi hutang.
 Ada pendapat yang menyatakan jenis hutang ini memiliki risiko
kegagalan yang lebih rendah dari pada hutang tanpa dana
pelunasan.
 Di samping itu, kegiatan pembelian kembali yang konstan
menambah likuiditas pasar yang menguntungkan pemegang
obligasi. Kedua faktor tersebut di atas bekerja secara berlawanan.
Opsi pelunasan obligasi menimbulkan kerugian bagi pemegang
obligasi, sedangkan amortisasi hutang dan hal-hal lain yang
mengurangi risiko dan atau meningkatkan likuiditas memberikan
keuntungan bagi pemegang obligasi.
21
1. Obligasi
Penilaian Obligasi
Penilaian obligasi dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
diinginkan investor atau tingkat bunga yan berlaku
C C CN
Po    ...... 
(1  i) (1  i)
1 2
(1  i) n

Atau
C CN
P0   
(1  i ) t
(1  i ) n

i = Tingkat keuntungan yang diharapkan atau yield


C = Tingkat bunga (dalam Rupiah)
N = Nilai nominal
n = Umur obligasi
22
1. Obligasi
Penilaian Obligasi
Perusahaan ABC akan membeli obligasi PT XYZ dengan nilai nominal Rp.
250.000, perlembar. Obligasi tersebut memberikan bunga sebesar 18%
per tahun dengan jangka waktu 4 tahun berapa harga yang harus
dibayar oleh perusahaan ABC bila :
a. Tingkat keuntungan yang diharapkan 21 %
b. Tingkat keuntungan yang diharapkan 16 %
Jawab
Diketahui : N = Rp.250.000,-
C = Rp.250.000 x 18% = Rp.45.000,-
n = 4 tahun
Jawab :
a. P  45.000  45.000  45.000  45.000  250.000
(1  0,21)1 (1  0,21) 2 (1  0,21)3 (1  0,21) 4
0

Po = Rp.230.946,7 = Rp.230.950
23
1. Obligasi
Penilaian Obligasi
b. Tingkat keuntungan yang diharapkan 14 %
45.000 45.000 45.000 45.000  250.000
P0    
(1  0,16) (1  0,16) (1  0,16)
1 2 3
(1  0.16) 4

P0  Rp.263.990,9  Rp.263.990

24
2. Saham Preferen

 Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan


pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengambilan
bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk
PT (Perseroan Terbatas).
 Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya
kepada masyarakat luas (masyarakat umum) apabila
perusahaan tersebut sudah go public. Perusahaan yang telah
go public tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa Efek
dengan cara mendaftarkan saham-sahamnya di Bursa Efek
tersebut.
 Pada prinsipnya ada dua jenis saham, yaitu saham preferen
dan saham biasa.
25
2. Saham Preferen

 Saham preferen merupakan pendanaan yang memiliki sifat


kombinasi antara hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi,
tuntutan pemegang saham preferen atas aktiva berada pada
urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang saham biasa.
 Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen manfaat
utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen atas
saham preferen relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga
hutang. Karena walaupun saham preferen memiliki dividen,
namun pembayaran dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan
perusahaan. Sehingga ketidakmampuan pembayaran dividen
kepada pemegang saham preferen tidak berakibat terlalu buruk
dibandingkan dengan ketidakmampuan membayar bunga hutang
kepada kreditur yang dapat diancam kebangkrutan.

26
2. Saham Preferen

 Return maksimum pemegang saham preferen biasanya dibatasi


dengan sejumlah dividen tertentu, dan pemegang saham ini tidak
memiliki hak atas nilai sisa laba perusahaan.
 Misalnya, jika seseorang pemegang saham preferen memiliki 100
lembar saham preferen bernilai nominal Rp. 4.000,-, dengan
dividen 10,5% maka return maksimum yang dapat diharapkan
adalah 100 Ibr x (Rp. 4.000 x 10,5%) – Rp. 42.000,-.
 Pada saham preferen, biaya modal setelah pajak lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya modal dari hutang, karena dividen
saham preferen dibayar setelah pajak atau tidak dapat digunakan
sebagai pengurang pajak.
 Ini berarti bahwa biaya modal saham preferen yang dihitung
setelah pajak besarnya dapat mencapai dua kali lipat dari biaya
modal hutang.
27
2. Saham Preferen

 Hal ini merupakan kelemahan utama saham preferen sebagai


sarana pendanaan.
 Kelemahan lain dari sudut pandang investor adalah saham
preferen tidak memiliki hak untuk memaksakan pembayaran
dividen, oleh karena pembayaran dividen saham preferen bukan
merupakan pengurang pajak, maka perusahaan biasanya
menggantikan saham preferen dengan subordinate debenture.
 Pada saham preferen terdapat dividen kumulatif, yaitu dividen
yang belum dibayarkan dan akan dibayarkan kemudian. Hampir
semua saham preferen memiliki dividen kumulatif. Sebelum
perusahaan membayar dividen saham biasa, perusahaan harus
membayar tunggakan dividen atas saham preferen

28
2. Saham Preferen

 Misalnya pada Tahun 2002 Dewan Direksi perusahaan


memutuskan tidak membayar dividen kumulatif saham preferen
8% selama tiga tahun berturut-turut. Jika saham preferen
memiliki nilai nominal Rp. 8.000,- per lembar, berarti perusahaan
memiliki tunggakan dividen sebesar Rp. 1.920,- (yaitu = 3 tahun x
8% x Rp. 8.000,-). Sebelum perusahaan membayar dividen saham
biasa, maka perusahaan harus membayar dividen sebesar Rp.
1.920,- untuk setiap lembar saham yang dimiliki pemegang
saham preferen.
 Jika perusahaan tidak mempunyai keinginan untuk membayar
dividen saham preferen maka tidak perlu dilakukan pembayaran
tunggakan dividen kumulatif tersebut. Pembayaran dividen
saham preferen biasanya tidak dilakukan apabila laba tidak
mencukupi, namun juga dapat terjadi karena perusahaan
memutuskan untuk menahan laba yang diperoleh. 29
2. Saham Preferen

 Pada dasarnya, ada dua jenis saham preferen, yaitu saham


preferen kumulatif dan saham preferen partisipasi.
 Pada saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban
pembayaran dividennya sebelum membayar dividen kepada
pemegang saham biasa.
 Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham
preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen
tambahan jika pemilik saham biasa juga menerima dividen
tambahan.
 Dengan saham preferen partisipasi berarti pemegang saham
preferen jenis ini diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
(menikmati) nilai sisa laba perusahaan berdasarkan jumlah yang
disepakati.

30
2. Saham Preferen

 Contoh, saham preferen partisipasi 6%, dengan nilai nominal Rp.


8.000,-. Pemegang saham ini memiliki hak yang sama dengan
pemegang saham biasa untuk setiap pembayaran dividen sebesar
Rp 480,- (6% x Rp 8.000).
 Jika dividen saham biasa Rp. 560,-, maka pemegang saham
preferen partisipasi akan menerima tambahan dividen Rp. 80,-
untuk setiap lembar saham yang dimiliki.
 Ciri utama saham ini adalah pemegang saham preferen memiliki
prioritas di atas pemegang saham biasa terhadap laba dan
peluang tambahan return jika saham biasa melebihi jumlah yang
ditetapkan. Saham preferen pada umumnya tidak bersifat
partisipatif dengan maksimum return dibatasi sampai tingkat
dividen tertentu.

31
2. Saham Preferen
Hak Pemberian Suara
 Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas di atas
pemegang saham biasa terhadap aktiva dan laba, maka
pemegang saham preferen tidak diberikan hak suara.
 Dalam keadaan perusahaan tidak dapat membayar dividen
saham preferen misalnya sebanyak 4 kali, maka pemegang
saham preferen tersebut diberi hak suara dalam rapat umum
pemegang saham.
 Hal ini merupakan contoh situasi khusus dimana pemegang
saham preferen diberi hak suara dalam manajemen
perusahaan. Di samping itu, pada saat perusahaan sudah
dalam keadaan kesulitan keuangan yang parah, biasanya
pemegang saham preferen diberi hak suara walaupun hak
suara tersebut masih harus dipertimbangkan dalam
mempengaruhi kebijakan perusahaan 32
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
 Dalam kenyataannya saham preferen sama dengan saham
biasa di mana kedua jenis saham tersebut tidak memiliki jatuh
tempo, namum bukan berarti saham preferen akan beredar
selamanya.
 Terdapat kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan
penarikan kembali saham preferen yaitu antara lain: Ketetapan
penarikan, dana pelunasan dan konversi (pertukaran)

33
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
1. Ketetapan Penarikan
 Hampir semua saham preferen memiliki harga tebus yang
nilainya di atas harga penerbitan awal dan mungkin
menurun sepanjang waktu.
 Ketetapan penarikan saham preferen memberikan
fleksibilitas bagi perusahaan. Perusahaan dapat melakukan
penarikan kembali saham preferen, tetapi cara penarikan ini
sebenarnya kurang efisien dan memerlukan biaya.
 Cara penarikan saham preferen tersebut dapat dilakukan
dengan cara membeli di pasar terbuka, melakukan
penawaran tender saham preferen pada harga di atas harga
pasar, atau menawarkan penggantian saham dengan surat
berharga lain.
34
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
2. Dana Pelunasan (Penarikan)
Banyak saham preferen memiliki dana pelunasan (sinking
funds) yang menjamin penarikan kembali saham secara
teratur. Seperti halnya pada obligasi, dana pelunasan saham
preferen menguntungkan bagi para investor karena proses
penarikan kembali memberikan tekanan ke atas terhadap
harga pasar saham yang tersisa.

35
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
3. Pertukaran (Konversi)
 Saham preferen ada yang dapat dipertukarkan (dikonversikan)
menjadi saham biasa (disebut saham preferen konvertibel atau
convertible preferred stock). Karena pada dasarnya seluruh
surat berharga konvertibel dapat ditarik atau dibeli kembali,
maka perusahaan dapat mendorong timbulnya konversi
dengan membeli kembali saham preferen jika harga pasar
saham preferen di atas harga tebus.
 Saham preferen konvertibel sering kali digunakan dalam
mengakuisisi perusahaan lain, hal ini dilakukan karena transaksi
pertukaran tersebut tidak dikenakan pajak bagi perusahaan
yang diakuisisi atau bagi pemegang sahamnya pada saat
akuisisi. Transaksi terkena pajak hanya pada saat saham
preferen dijual.
36
2. Saham Preferen
Penggunaan Saham Preferen Dalam Pendanaan

 Saham preferen yang tidak dapat dipertukarkan (non convertible)


tidak banyak digunakan sebagai sarana pendanaan.
 Salah satu kelemahannya adalah dividen saham preferen tidak dapat
mengurangi laba kena pajak perusahaan penerbitnya. Salah satu
manfaat dari pendanaan saham preferen adalah bahwa saham
preferen merupakan rencana pendanaan yang fleksibel.
 Dividennya bukanlah kewajiban hukum bagi perusahaan yang
menerbitkan.
 Apabila laba perusahaan menurun dan keadaan keuangan
perusahaan kurang baik maka dividen saham preferen dapat tidak
dibayarkan kepada pemegang saham. Sedangkan apabila kita
menggunakan hutang dalam pendanaan, maka bunga hutang harus
tetap dibayar meskipun perusahaan tidak memperoleh laba.

37
2. Saham Preferen
Penggunaan Saham Preferen Dalam Pendanaan

 Keuntungan lain dari saham preferen yang tidak dapat dipertukarkan


adalah tidak adanya jatuh tempo. Jadi, saham preferen merupakan
“pinjaman” abadi.
 Dari sisi kreditur, saham preferen menambah modal sendiri sehingga
memperkuat keuangan perusahaan. Tambahan tersebut menjadi
dasar untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan pinjaman di masa depan.
 Meskipun biaya setelah pajak secara eksplisit dari saham preferen
lebih besar dari biaya obligasi, namun biaya implisit saham preferen
dari sisi rasio antara harga dan laba (price earning ratio atau PER)
saham biasa, mungkin lebih rendah dari pada pendanaan hutang
(obligasi).
 Price Earning Ratio atau PER merupakan harga pasar per lembar
saham biasa perusahaan dibagi dengan laba per lembar saham yang
dihitung untuk waktu satu tahun terakhir.
38
2. Saham Biasa

 Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir


perusahaan.
 Secara kelompok mereka memiliki perusahaan dan menanggung
risiko terakhir kepemilikan.
 Kewajiban mereka dibatasi sesuai jumlah investasi. Jika terjadi
likuidasi, pemegang saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan
terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan
pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya.
 Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang
saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham
yang dimiliki pada pasar sek

39
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
a. Saham Diotorisasi, Saham Diterbitkan dan Saham Beredar
 Anggaran dasar perusahaan berisikan jumlah lembar saham
biasa yang diotorisasi, yaitu jumlah maksimum yang dapat
diterbitkan perusahaan tanpa mengubah anggaran dasar.
 Walaupun pengubahan anggaran dasar bukan merupakan
prosedur rumit, namun dibutuhkan persetujuan pemegang
saham yang ada, yang membutuhkan waktu cukup lama. Hal
ini merupakan alasan mengapa perusahaan memiliki sejumlah
saham yang diotorisasi namun tidak diterbitkan.
 Pada saat saham biasa yang diotorisasi dijual, saham tersebut
menjadi saham diterbitkan.
 Saham beredar mengacu kepada jumlah saham yang
diterbitkan dan dimiliki masyarakat. Perusahaan dapat
membeli kembali sebagian saham perusahaan yang diterbitkan
dan menyimpannya sebagai saham treasuri (treasury stock). 40
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Nominal Saham
 Saham biasa dapat diotorisasi dengan atau tanpa nilai nominal.
 Nilai nominal (sering disebut pula nilai pari) saham merupakan
angka yang dicatat pada anggaran dasar perusahaan dan tidak
memiliki nilai ekonomis yang berarti.
 Perusahaan tidak dapat menerbitkan saham dengan nilai dibawah
nilai nominalnya, karena setiap diskonto (potongan) atas nilai
nominal dianggap sebagai kewajiban hutang pemilik perusahaan
terhadap kreditur perusahaan.
 Jika terjadi likuidasi, pemegang saham secara hukum berhutang
kepada kreditur untuk setiap potongan dari nilai nominal. Akibatnya,
nilai nominal sebagian besar saham ditetapkan pada angka yang
relatif rendah dibandingkan nilai pasarnya.

41
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Nominal Saham
 Misalnya suatu perusahaan memulai usahanya (dengan menjual
10.000 lembar saham biasa dengan harga Rp. 3.600,- per lembar.
Nilai nominal saham adalah Rp. 400,-. Struktur modal sendiri
pemegang saham sebagai berikut:
Saham biasa (nilai nominal Rp. 400):
10.000 lembar saham diterbitkan dan beredar Rp. 4.000.000
Tambahan modal disetor Rp. 32.000.000
Total modal saham (modal sendiri) Rp. 36.000.000
 Saham biasa yang disahkan tanpa nilai nominal dicatat dalam buku
pada harga pasar awal atau pada nilai yang dinyatakan pada saham
tersebut. Perbedaan antara harga saham pada saat penerbitan dan
nilai nominal dinyatakan sebagai tambahan modal disetor
(additional paid-in capital).
42
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
c. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
 Nilai pasar per lembar saham merupakan harga yang berlaku
sekarang di mana saham diperdagangkan. Bagi saham yang
diperdagangkan secara aktif, penetapan harga pasar telah tersedia.
 Sedangkan bagi saham yang tidak aktif diperdagangkan, harga pasar
sulit diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan penafsiran informasi harga
pasar dengan hati-hati.
 Nilai pasar saham biasanya berbeda dari nilai bukunya dan nilai
lilkuidasi.
 Nilai pasar per lembar saham biasa merupakan fungsi dividen
perusahaan saat ini dan yang diharapkan di masa datang serta risiko
saham bagi investor.

43
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
 Ada pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara nilai buku
per lembar saham dengan nilai likuidasi saham perusahaan, namun
hal ini jarang sekali terjadi. Seringkali aktiva dijual dibawah nilai
bukunya, terutama jika terjadi biaya likuidasi.
 Dalam beberapa hal seperti aktiva tanah biasanya mempunyai nilai
buku yang hampir sama dengan nilai pasar, sehingga untuk
perusahaan yang bersangkutan, nilai likuidasi tanah tersebut lebih
tinggi dari nilai bukunya. Jadi, nilai buku tidak memiliki hubungan
dengan nilai likuidasi dan sering tidak sama dengan nilai pasar.

44
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
d. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
 Ada pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara nilai buku
per lembar saham dengan nilai likuidasi saham perusahaan, namun
hal ini jarang sekali terjadi. Seringkali aktiva dijual dibawah nilai
bukunya, terutama jika terjadi biaya likuidasi.
 Dalam beberapa hal seperti aktiva tanah biasanya mempunyai nilai
buku yang hampir sama dengan nilai pasar, sehingga untuk
perusahaan yang bersangkutan, nilai likuidasi tanah tersebut lebih
tinggi dari nilai bukunya. Jadi, nilai buku tidak memiliki hubungan
dengan nilai likuidasi dan sering tidak sama dengan nilai pasar.

45
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
 Hak memberikan suara
Pemegang saham biasa adalah pemilik perusahaan, sehingga
berhak untuk memilih dewan direksi. Dewan direksi kemudian
memilih manajemen yang akan menjalankan operasi perusahaan
 Hak untuk membeli saham baru
Misalnya anggaran perusahaan mengharuskan menerbitkan saham
yang baru, maka hak prioritas dimiliki oleh pemegang saham lama
untuk memiliki saham baru tersebut. Dengan kata lain, jika
perusahaan menerbitkan saham biasa yang baru, maka pemegang
saham biasa harus diberikan hak untuk memesan saham baru
tersebut

46
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
 Hak memperoleh pembayaran dividen
Dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada
para pemegang saham.
Laba yang dibagi adalah laba bersih setelah pajak. Apabila
perusahaan tidak memperoleh laba, maka pemilik saham biasa tidak
memperoleh dividen.
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham didasarkan atas
dasar per lembar saham yang dimiliki dan besarnya dividen payout
ratio (rasio antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih
setelah pajak).
Besarnya dividen per lembar saham ditentukan oleh dewan direksi
dengan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)

47
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
 Hak atas aktiva setelah pembayaran yang lebih senior dalam
likuidasi
Apabila perusahaan dilikuidasi, maka kewajiban perusahaan yang
pertama adalah melunasi hutang kepada kreditur.
Apabila kewajiban kepada kreditur telah terpenuhi, maka para
pemegang saham memperoleh hak atas aktiva perusahaan.
Mereka yang memiliki saham lebih dahulu (lebih senior) akan
memperoleh hak didahulukan dalam pembagian aktiva tersebut.
Sebenarnya hak ini tidak mutlak, tergantung pada kesepakatan dalam
rapat pemegang saham

48
2. Saham Biasa
Penilaian Saham
Model Pertumbuhan Nol
Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
D0
P̂0 
k
Model Pertumbuhan Konstan
Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan
dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak
terbatas, dimana gt+1 = gt untuk semua waktu t

D0 (1  g) D0 (1  g)2 D0 (1  g)3 D0 (1  g)


P̂0     .......
(1  k) (1  k) 2
(1  k) 3
(1  k)
Atau:
D1
P̂0 
k -g
49
2. Saham Biasa
Penilaian Saham
Contoh:
Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp. 1.000, per tahun. Pertumbuhan
dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat return yang disyaratkan
investor sebesar 15%. dan harga pasar saham PT Omega saat ini adalah Rp.
10.000.
Jawab
1000(1  0 ,05) 1050
P̂0    Rp. 10.500
0,15 - 0,05 0,10

50
Latihan Soal 1

Perusahaan “A” dapat menjual saham preferen dengan dividen 12%. Jika
menjual obligasi di pasar saat ini, biaya bunganya adalah 14%. Bila tarif
pajak perusahaaan 40%.
 Berapa biaya setelah pajak dari masing-masing metode pendanaan
ini
 Misalnya perusahaan “T” memiliki sejumlah saham preferen
perusahaan “A”. Perusahaan “T” dikenakan tarif pajak 40%. Berapa
keuntungan setelah pajak yang diterima jika 70% dari penghasilan
dividen bebas pajak? Bagaimana jika investasi dilakukan dengan
obligasi?

51
Penyelesaiannya:
 Biaya setelah pajak :
Untuk saham preferen = 12%
Untuk obligasi - 14% (1-0,40) = 8,4%
 Dengan tarif pajak perusahaan sebesar 40% dan 70% dari
penghasilan dividen bebas pajak, maka :
 Keuntungan setelah pajak = 12% [1-{(1-70%) 40%)}]
= 12% [1-{(0,30 )0,40 )}] = 10,56%
 Jika dengan obligasi, keuntungan setelah pajak = 14% (1 - 0,4) =
8,40%

52
Latihan Soal 2

PT. “M” memiliki 1.750.000 lembar saham biasa otorisasi bernilai


nominal sebesar Rp. 1.440,- per lembar. Selama beberapa tahun
perusahaan telah menerbitkan 1.532.000 lembar saham tambahan,
namun saat ini 63.000 lembar disimpan sebagai saham treasury.
Tambahan modal disetor perusahaan saat ini adalah Rp. 42, 512
milyar.
 Berapa lembar saham yang beredar saat ini?
 Jika perusahaan dapat menjual saham senilai Rp 1.520 per lembar,
berapa jumlah maksimum yang dapat diperoleh perusahaan dari
saham otorisasi dan treasury ?
 Berapa nilai perkiraan saham biasa dan tambahan modal disetor
perusahaan setelah pendanaan

53
Penyelesaian:
 Jumlah saham yang beredar = saham yang diterbitkan - saham
treasury
= 1.532.000 - 63.000 = 1.469.000 lembar saham
 Jumlah saham yang tersedia = saham yang diotorisasi - saham yang
beredar
= 1.750.000 -1.469.000 = 281.000 lembar saham
 Maksimum yang diperoleh perusahaan = 281.000 x Rp. 1.520 = Rp.
427.120.000,-
 Nilai perkiraan = saham biasa + pemasukan modal
= {(Rp. 1.440x 1.750.000 Ibr) + (Rp. 1.520 x 281.000 Ibr)} + Rp.
42,512 milyar
= Rp. 2,52 milyar + Rp. 427,120 juta + Rp. 42,512 milyar
= Rp. 45,45912 milyar
54

Anda mungkin juga menyukai