09 Bab 9 Sumber Dana Jangka Panjang PDF
09 Bab 9 Sumber Dana Jangka Panjang PDF
2
1. Obligasi
3
1. Obligasi
4
1. Obligasi
Istilah-istilah dalam Obligasi
a. Nilai Nominal
Nilai nominal (par value) untuk obligasi mengacu kepada jumlah
yang dibayarkan pada pemberi pinjaman pada saat obligasi
mencapai maturitas (jatuh tempo). Nilai nominal ini disebut juga
sebagai pokok pinjaman atau nilai pari. Kebanyakan obligasi
memiliki bunga yang dihitung berdasarkan nilai nominal obligasi,
kecuali obligasi dengan suku bunga nol (zero coupon bond)
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga (coupon rate) obligasi yang dinyatakan disebut
suku bunga kupon. Misalnya suku bunga kupon 13 %, berarti
penerbit obligasi akan membayar pemegang obligasi sebesar Rp.
130.000,- setiap tahunnya sebagai bunga untuk setiap obligasi
dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,-.
5
1. Obligasi
Istilah-istilah dalam Obligasi
c. Jatuh Tempo
Obligasi memiliki jatuh tempo (maturity) yang dinyatakan
dalam obligasi tersebut. Jatuh tempo merupakan waktu pada
saat perusahaan penerbit obligasi diwajibkan membayar
pemegang obligasi sebesar nilai nominal obligasi tersebut.
6
1. Obligasi
Pengawas Keuangan
7
1. Obligasi
Pengawas Keuangan
8
1. Obligasi
Peringkat Obligasi
9
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
1. Debenture
Debenture adalah hutang jangka panjang (obligasi) tanpa
jaminan. Karena debenture tidak dijamin dengan kekayaan
perusahaan, pemegang debenture menjadi kreditur umum
perusahaan pada saat perusahaan dilikuidasi.
Oleh karena itu, investor akan melihat kemampuan
menghasilkan laba perusahaan sebagai penjamin.
10
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
1. Debenture ....cont’d
Walaupun obligasi ini tidak memiliki jaminan, pemegang
debenture mendapat perlindungan dalam bentuk
persyaratan/batasan-batasan dalam perjanjian, terutama
jaminan negatif, artinya perusahaan penerbit obligasi
dilarang menjaminkan aktiva perusahaan yang belum
dijaminkan kepada kreditur lain.
Karena pemegang debenture harus melihat kemampuan
peminjam untuk melakukan pembayaran pokok pinjaman
dan bunga pinjaman, maka pada umumnya hanya
perusahaan besar dan dengan reputasi yang baik saja yang
menerbitkan obligasi jenis ini.
11
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
12
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
14
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
15
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
5. Obligasi Hipotik (Mortgage Bond)
Obligasi hipotik adalah obligasi yang diterbitkan dengan jaminan
hipotik kekayaan perusahaan penerbit obligasi.
Hipotik merupakan dokumen resmi yang memberikan pemegang
obligasi hak gadai atas aktiva yang dijaminkan.
Apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya pada jatuh
tempo, maka jaminan tersebut dapat dijual untuk melunasi
hutangnya. Namun jika dalam penjualannya dibawah nilai obligasi,
maka untuk sisanya (kekurangan pembayaran) pemegang obligasi
diperlakukan menjadi kreditur umum.
Perusahaan dimungkinkan memiliki lebih dari satu obligasi yang
dijamin dengan menggunakan aktiva yang sama. Sehingga bila
terjadi penyitaan, maka pemegang obligasi pertama harus
menerima pembayaran penuh sebelum dilakukan pembayaran
terhadap pemegang hipotik kedua. 16
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
6. Obligasi Berseri
Obligasi berseri adalah obligasi yang diterbitkan pada waktu yang
sama dengan tanggal jatuh tempo serta bunga yang berbeda.
Semua obligasi memiliki tanggal jatuh tempo yang sama walupun
ada obligasi khusus yang ditarik kembali sebelum tanggal tersebut.
Akan tetapi, obligasi berseri memiliki jatuh tempo berbeda yaitu
secara periodik hingga maturitas akhir.
Misalkan obligasi berseri senilai Rp. 16.000.000,- di mana setiap
tahunnya terdapat obligasi senilai Rp. 1.600.000,- yang mengalami
maturitas dalam waktu 10 tahun. Dengan obligasi berseri ini,
investor dapat memilih maturitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini menyebabkan jenis obligasi ini lebih menarik dibandingkan
obligasi dengan jatuh tempo yang sama.
17
1. Obligasi
Jenis-Jenis Obligasi
7. Sertifikat Perwalian Peralatan (Equipment Trust Certificate)
Sertifikat perwalian peralatan merupakan investasi jangka
menengah hingga panjang.
Model pendanaan ini digunakan misalnya oleh Perusahaan Umum
kereta api untuk mendanai perolehan mesin lokomotif.
Dalam model pendanaan ini, perusahaan kereta api
menandatangani perjanjian dengan perusahaan manufaktur untuk
pembuatan peralatan khusus. Pada saat peralatan diterima,
sertifikat perwalian peralatan dijual kepada investor. Hasil
penjualan ini ditambah uang muka dari perusahaan kereta api
digunakan untuk membayar perusahaan manufaktur. Hak atas
peralatan dipegang oleh trustee yang kemudian menyewakan
peralatan tersebut kepada perusahaan kereta api. Usia sewa
berbeda-beda tergantung jenis peralatan, tetapi biasanya 15 tahun
(berjangka panjang). 18
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
Penarikan kembali obligasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Obligasi dapat ditarik kembali dengan melakukan seluruh
pembayaran pada akhir jatuh tempo, menukarkan obligasi
dengan saham, membeli obligasi jika terdapat hak beli atau
dengan pembayaran periodik. Dana pelunasan obligasi
biasanya telah dicadangkan oleh perusahaan.
Dana untuk penarikan atau pelunasan obligasi merupakan dana
yang ditetapkan untuk melunasi sejumlah sekuritas sebelum
jatuh temponya. Kebanyakan perusahaan memiliki dana
pelunasan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan
pembayaran dana pelunasan periodik kepada trustee untuk
menarik sejumlah nilai nominal obligasi di setiap periode.
19
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
Penarikan kembali obligasi yang menggunakan dana pelunasan
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, perusahaan dapat
melakukan pembayaran kas kepada trustee yang kemudian membeli
obligasi pelunasan pada harga tebus (call price) dana pelunasan.
Harga tebus (call price) adalah harga tebusan yang ditetapkan harus
dibayar oleh perusahaan penerbit obligasi, biasanya dengan nilai di
atas nilai nominal. Kedua adalah dgn membeli obligasi pada pasar
terbuka dan menyerahkan sejumlah obligasi tsb kepada trustee.
Perusahaan sebaiknya membeli obligasi pada pasar terbuka
sepanjang harga pasar lebih rendah dari harga tebus dana
pelunasannya. Jika harga pasar melebihi harga tebus maka dilakukan
dengan pembayaran kas kepada trustee untuk membeli obligasi
pada harga tebus. Jika tingkat bunga meningkat dan atau kualitas
kredit menurun, maka harga obligasi akan turun. Pada umumnya
dana pelunasan, mulai diakhiri setelah lima atau sepuluh tahun
20
1. Obligasi
Penarikan Kembali Obligasi
Disisi lain, dana pelunasan akan menguntungkan pemegang obligasi.
Dengan memberikan obligasi yang biayanya lebih rendah dari harga
tebus, perusahaan menyimpan kas yang dapat mengurangi
kemungkinan kegagalan. Karena adanya penarikan teratur dari
hutang, dana pelunasan dikenal dengan amortisasi hutang.
Ada pendapat yang menyatakan jenis hutang ini memiliki risiko
kegagalan yang lebih rendah dari pada hutang tanpa dana
pelunasan.
Di samping itu, kegiatan pembelian kembali yang konstan
menambah likuiditas pasar yang menguntungkan pemegang
obligasi. Kedua faktor tersebut di atas bekerja secara berlawanan.
Opsi pelunasan obligasi menimbulkan kerugian bagi pemegang
obligasi, sedangkan amortisasi hutang dan hal-hal lain yang
mengurangi risiko dan atau meningkatkan likuiditas memberikan
keuntungan bagi pemegang obligasi.
21
1. Obligasi
Penilaian Obligasi
Penilaian obligasi dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
diinginkan investor atau tingkat bunga yan berlaku
C C CN
Po ......
(1 i) (1 i)
1 2
(1 i) n
Atau
C CN
P0
(1 i ) t
(1 i ) n
Po = Rp.230.946,7 = Rp.230.950
23
1. Obligasi
Penilaian Obligasi
b. Tingkat keuntungan yang diharapkan 14 %
45.000 45.000 45.000 45.000 250.000
P0
(1 0,16) (1 0,16) (1 0,16)
1 2 3
(1 0.16) 4
P0 Rp.263.990,9 Rp.263.990
24
2. Saham Preferen
26
2. Saham Preferen
28
2. Saham Preferen
30
2. Saham Preferen
31
2. Saham Preferen
Hak Pemberian Suara
Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas di atas
pemegang saham biasa terhadap aktiva dan laba, maka
pemegang saham preferen tidak diberikan hak suara.
Dalam keadaan perusahaan tidak dapat membayar dividen
saham preferen misalnya sebanyak 4 kali, maka pemegang
saham preferen tersebut diberi hak suara dalam rapat umum
pemegang saham.
Hal ini merupakan contoh situasi khusus dimana pemegang
saham preferen diberi hak suara dalam manajemen
perusahaan. Di samping itu, pada saat perusahaan sudah
dalam keadaan kesulitan keuangan yang parah, biasanya
pemegang saham preferen diberi hak suara walaupun hak
suara tersebut masih harus dipertimbangkan dalam
mempengaruhi kebijakan perusahaan 32
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
Dalam kenyataannya saham preferen sama dengan saham
biasa di mana kedua jenis saham tersebut tidak memiliki jatuh
tempo, namum bukan berarti saham preferen akan beredar
selamanya.
Terdapat kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan
penarikan kembali saham preferen yaitu antara lain: Ketetapan
penarikan, dana pelunasan dan konversi (pertukaran)
33
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
1. Ketetapan Penarikan
Hampir semua saham preferen memiliki harga tebus yang
nilainya di atas harga penerbitan awal dan mungkin
menurun sepanjang waktu.
Ketetapan penarikan saham preferen memberikan
fleksibilitas bagi perusahaan. Perusahaan dapat melakukan
penarikan kembali saham preferen, tetapi cara penarikan ini
sebenarnya kurang efisien dan memerlukan biaya.
Cara penarikan saham preferen tersebut dapat dilakukan
dengan cara membeli di pasar terbuka, melakukan
penawaran tender saham preferen pada harga di atas harga
pasar, atau menawarkan penggantian saham dengan surat
berharga lain.
34
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
2. Dana Pelunasan (Penarikan)
Banyak saham preferen memiliki dana pelunasan (sinking
funds) yang menjamin penarikan kembali saham secara
teratur. Seperti halnya pada obligasi, dana pelunasan saham
preferen menguntungkan bagi para investor karena proses
penarikan kembali memberikan tekanan ke atas terhadap
harga pasar saham yang tersisa.
35
2. Saham Preferen
Penarikan Kembali Saham Preferen
3. Pertukaran (Konversi)
Saham preferen ada yang dapat dipertukarkan (dikonversikan)
menjadi saham biasa (disebut saham preferen konvertibel atau
convertible preferred stock). Karena pada dasarnya seluruh
surat berharga konvertibel dapat ditarik atau dibeli kembali,
maka perusahaan dapat mendorong timbulnya konversi
dengan membeli kembali saham preferen jika harga pasar
saham preferen di atas harga tebus.
Saham preferen konvertibel sering kali digunakan dalam
mengakuisisi perusahaan lain, hal ini dilakukan karena transaksi
pertukaran tersebut tidak dikenakan pajak bagi perusahaan
yang diakuisisi atau bagi pemegang sahamnya pada saat
akuisisi. Transaksi terkena pajak hanya pada saat saham
preferen dijual.
36
2. Saham Preferen
Penggunaan Saham Preferen Dalam Pendanaan
37
2. Saham Preferen
Penggunaan Saham Preferen Dalam Pendanaan
39
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
a. Saham Diotorisasi, Saham Diterbitkan dan Saham Beredar
Anggaran dasar perusahaan berisikan jumlah lembar saham
biasa yang diotorisasi, yaitu jumlah maksimum yang dapat
diterbitkan perusahaan tanpa mengubah anggaran dasar.
Walaupun pengubahan anggaran dasar bukan merupakan
prosedur rumit, namun dibutuhkan persetujuan pemegang
saham yang ada, yang membutuhkan waktu cukup lama. Hal
ini merupakan alasan mengapa perusahaan memiliki sejumlah
saham yang diotorisasi namun tidak diterbitkan.
Pada saat saham biasa yang diotorisasi dijual, saham tersebut
menjadi saham diterbitkan.
Saham beredar mengacu kepada jumlah saham yang
diterbitkan dan dimiliki masyarakat. Perusahaan dapat
membeli kembali sebagian saham perusahaan yang diterbitkan
dan menyimpannya sebagai saham treasuri (treasury stock). 40
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Nominal Saham
Saham biasa dapat diotorisasi dengan atau tanpa nilai nominal.
Nilai nominal (sering disebut pula nilai pari) saham merupakan
angka yang dicatat pada anggaran dasar perusahaan dan tidak
memiliki nilai ekonomis yang berarti.
Perusahaan tidak dapat menerbitkan saham dengan nilai dibawah
nilai nominalnya, karena setiap diskonto (potongan) atas nilai
nominal dianggap sebagai kewajiban hutang pemilik perusahaan
terhadap kreditur perusahaan.
Jika terjadi likuidasi, pemegang saham secara hukum berhutang
kepada kreditur untuk setiap potongan dari nilai nominal. Akibatnya,
nilai nominal sebagian besar saham ditetapkan pada angka yang
relatif rendah dibandingkan nilai pasarnya.
41
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Nominal Saham
Misalnya suatu perusahaan memulai usahanya (dengan menjual
10.000 lembar saham biasa dengan harga Rp. 3.600,- per lembar.
Nilai nominal saham adalah Rp. 400,-. Struktur modal sendiri
pemegang saham sebagai berikut:
Saham biasa (nilai nominal Rp. 400):
10.000 lembar saham diterbitkan dan beredar Rp. 4.000.000
Tambahan modal disetor Rp. 32.000.000
Total modal saham (modal sendiri) Rp. 36.000.000
Saham biasa yang disahkan tanpa nilai nominal dicatat dalam buku
pada harga pasar awal atau pada nilai yang dinyatakan pada saham
tersebut. Perbedaan antara harga saham pada saat penerbitan dan
nilai nominal dinyatakan sebagai tambahan modal disetor
(additional paid-in capital).
42
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
c. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
Nilai pasar per lembar saham merupakan harga yang berlaku
sekarang di mana saham diperdagangkan. Bagi saham yang
diperdagangkan secara aktif, penetapan harga pasar telah tersedia.
Sedangkan bagi saham yang tidak aktif diperdagangkan, harga pasar
sulit diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan penafsiran informasi harga
pasar dengan hati-hati.
Nilai pasar saham biasanya berbeda dari nilai bukunya dan nilai
lilkuidasi.
Nilai pasar per lembar saham biasa merupakan fungsi dividen
perusahaan saat ini dan yang diharapkan di masa datang serta risiko
saham bagi investor.
43
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
b. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
Ada pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara nilai buku
per lembar saham dengan nilai likuidasi saham perusahaan, namun
hal ini jarang sekali terjadi. Seringkali aktiva dijual dibawah nilai
bukunya, terutama jika terjadi biaya likuidasi.
Dalam beberapa hal seperti aktiva tanah biasanya mempunyai nilai
buku yang hampir sama dengan nilai pasar, sehingga untuk
perusahaan yang bersangkutan, nilai likuidasi tanah tersebut lebih
tinggi dari nilai bukunya. Jadi, nilai buku tidak memiliki hubungan
dengan nilai likuidasi dan sering tidak sama dengan nilai pasar.
44
2. Saham Biasa
Istilah-istilah dalam saham biasa
d. Nilai Buku dan Nilai Likuidasi
Ada pendapat yang menyatakan adanya hubungan antara nilai buku
per lembar saham dengan nilai likuidasi saham perusahaan, namun
hal ini jarang sekali terjadi. Seringkali aktiva dijual dibawah nilai
bukunya, terutama jika terjadi biaya likuidasi.
Dalam beberapa hal seperti aktiva tanah biasanya mempunyai nilai
buku yang hampir sama dengan nilai pasar, sehingga untuk
perusahaan yang bersangkutan, nilai likuidasi tanah tersebut lebih
tinggi dari nilai bukunya. Jadi, nilai buku tidak memiliki hubungan
dengan nilai likuidasi dan sering tidak sama dengan nilai pasar.
45
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
Hak memberikan suara
Pemegang saham biasa adalah pemilik perusahaan, sehingga
berhak untuk memilih dewan direksi. Dewan direksi kemudian
memilih manajemen yang akan menjalankan operasi perusahaan
Hak untuk membeli saham baru
Misalnya anggaran perusahaan mengharuskan menerbitkan saham
yang baru, maka hak prioritas dimiliki oleh pemegang saham lama
untuk memiliki saham baru tersebut. Dengan kata lain, jika
perusahaan menerbitkan saham biasa yang baru, maka pemegang
saham biasa harus diberikan hak untuk memesan saham baru
tersebut
46
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
Hak memperoleh pembayaran dividen
Dividen merupakan bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada
para pemegang saham.
Laba yang dibagi adalah laba bersih setelah pajak. Apabila
perusahaan tidak memperoleh laba, maka pemilik saham biasa tidak
memperoleh dividen.
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham didasarkan atas
dasar per lembar saham yang dimiliki dan besarnya dividen payout
ratio (rasio antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih
setelah pajak).
Besarnya dividen per lembar saham ditentukan oleh dewan direksi
dengan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
47
2. Saham Biasa
Hak Pemegang Saham Biasa
Hak atas aktiva setelah pembayaran yang lebih senior dalam
likuidasi
Apabila perusahaan dilikuidasi, maka kewajiban perusahaan yang
pertama adalah melunasi hutang kepada kreditur.
Apabila kewajiban kepada kreditur telah terpenuhi, maka para
pemegang saham memperoleh hak atas aktiva perusahaan.
Mereka yang memiliki saham lebih dahulu (lebih senior) akan
memperoleh hak didahulukan dalam pembagian aktiva tersebut.
Sebenarnya hak ini tidak mutlak, tergantung pada kesepakatan dalam
rapat pemegang saham
48
2. Saham Biasa
Penilaian Saham
Model Pertumbuhan Nol
Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah:
D0
P̂0
k
Model Pertumbuhan Konstan
Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan
dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak
terbatas, dimana gt+1 = gt untuk semua waktu t
50
Latihan Soal 1
Perusahaan “A” dapat menjual saham preferen dengan dividen 12%. Jika
menjual obligasi di pasar saat ini, biaya bunganya adalah 14%. Bila tarif
pajak perusahaaan 40%.
Berapa biaya setelah pajak dari masing-masing metode pendanaan
ini
Misalnya perusahaan “T” memiliki sejumlah saham preferen
perusahaan “A”. Perusahaan “T” dikenakan tarif pajak 40%. Berapa
keuntungan setelah pajak yang diterima jika 70% dari penghasilan
dividen bebas pajak? Bagaimana jika investasi dilakukan dengan
obligasi?
51
Penyelesaiannya:
Biaya setelah pajak :
Untuk saham preferen = 12%
Untuk obligasi - 14% (1-0,40) = 8,4%
Dengan tarif pajak perusahaan sebesar 40% dan 70% dari
penghasilan dividen bebas pajak, maka :
Keuntungan setelah pajak = 12% [1-{(1-70%) 40%)}]
= 12% [1-{(0,30 )0,40 )}] = 10,56%
Jika dengan obligasi, keuntungan setelah pajak = 14% (1 - 0,4) =
8,40%
52
Latihan Soal 2
53
Penyelesaian:
Jumlah saham yang beredar = saham yang diterbitkan - saham
treasury
= 1.532.000 - 63.000 = 1.469.000 lembar saham
Jumlah saham yang tersedia = saham yang diotorisasi - saham yang
beredar
= 1.750.000 -1.469.000 = 281.000 lembar saham
Maksimum yang diperoleh perusahaan = 281.000 x Rp. 1.520 = Rp.
427.120.000,-
Nilai perkiraan = saham biasa + pemasukan modal
= {(Rp. 1.440x 1.750.000 Ibr) + (Rp. 1.520 x 281.000 Ibr)} + Rp.
42,512 milyar
= Rp. 2,52 milyar + Rp. 427,120 juta + Rp. 42,512 milyar
= Rp. 45,45912 milyar
54