Sewandana, dia adalah seorang raja muda yang gagah berani, tampan dan kaya raya. Karena kelebihannya itulah, Kelana Sewandana menjadi sombong dan suka membanggakan diri. Sebagai murid Begawan Tapawalu, Kelana Sewandana dan Bujangganong berhubungan erat sekali. Pada suatu malam, Kelana Sewandana bermimpi bertemu seorang putri cantik bernama Senggalangit berasal dari Daha. Prabu Kelana Sewandana dirundung resah, selalu ingin bertemu. Putri Senggalangit selalu terbayang-bayang dalam angannya. Kelana Sewandana pun mengutus Bujanganong untuk pergi ke Daha. Perjalanan Bujanganong dengan pasukannya melewati Gunung Wilis. Tanpa disadari mereka melanggar wilayah yang dikuasai oleh Raja Singobarong dan Raja Manyur. Bujangganong beserta pasukannya berselisih paham dengan pasukan Singobarong . Perang pun tak dapat dihindarkan. Pasukan lawan terlalu besar dan kuat sehingga Bujangganong melapor kepada Raja Kelana Sewandana. Raja Kelana Sewandana pun memutuskan untuk menghadapi sendiri, Bujangganong mempersiapkan pasukan yang yang lebih besar dan memilih pendekar-pendekar yang tangguh. Setelah naik turun gunung Raja Kelana Sewandana dan rombongannya sampai ke wilayah kerajaan Singobarong. Pasukan Raja Singobarong sudah menunggu. Perang pun tak dapat dihindarkan. Mereka saling menyerang dan menerjang. Pasukan Singobarong dan Manyura terdesak. Patih Bujanganong menarik mundur pasukannya, berlindung di balik gunung. Pasukan Singobarong dan Manyura tak kelihatan lagi mengejar mereka. Raja Kelana Sewandan bersemedi dengan khidmatnya. Begawan Tapawalu pun muncul dan memberi Raja Kelana Sewandana sebuah nasihat. Titik lemah Singobarong dan Manyura berada pada perasaan hatinya. Karena itu, tariklah perhatian Singobarong dan Manyura dengan bunyi gamelan, dan juga harus mencarikan seorang penthul yang bisa menggoda dengan menari-nari di depan mereka. Penthul itu harus bertopeng hitam dan menggambarkan muka yang buruk. Setelah memberikan pesan Begawan Tapawalu menghilang. Kelana Sewandana segera menghampir Bujangganong. Bujangganong memberi perintah kepada anak buahnya untuk mencari gamelan seperti gong, bende, reog (semacam gendang), terompet dan calung. Mendengar suara tetabuhan, Raja Singobarong dan Manyura melihatnya. Raja Manyura tergoda oleh kekenesan penthul itu, ia pun segera berjoget dan mengangguk-nganggukan kepalanya. Akhirnya Raja Singobarong pun menyerah dan meminta Raja Kelana Sewandana untuk membunuhnya begitu juga dengan Raja Manyura. Akan tetapi Raja Kelana Sewandana tidak membunuh mereka, melainkan meminta mereka untuk menjadi perintis perjalanan Raja Kelana Sewandana untuk meminang Dewi Sanggalangit. Akhirnya, Raja Kelana Sewandana sampai ke Kerajaan Daha dan meminang Dewi Sanggalangit. Tidak lama kemudian, keduanya menikah dan pesta pernikahan itu sangat meriah.