SEMINAR NASIONAL
KE 7 Tahun 2012
Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Inovasi Teknologi dan Informasi untuk
Optimalisasi Energi
SeksiMakalah :
Koordinator : Dr. Hill. Gendoet Hartono, ST., MT.
Teknik Mesin : Dr. Ratna Kartikasari, ST, MT.
Teknik Elektro : Tugino, ST, MT.
Teknik Sipil : Drs. H. Triwuryanto, MT.
Teknik Geologi : Dr. Ir. Ev. Budiadi, MS.
Teknik PWK : Drs. Achmad Wismoro, ST, MT.
Teknik Pertambangan : Ir. Ag. Isjudarto, MT.
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Seminar
Nasional ReTII ke-7 Tahun 2012 dapat terlaksana. Tema seminar tahun ini yaitu : Inovasi
Teknologi dan Informasi untuk Optimalisasi Energi.
Seminar Nasional ReTII ke-7 tahun ini dikuti oleh 100 pemakalah dengan rincian dari STTNAS
sebanyak 16 pemakalah dan dari luar STTNAS sebanyak 84 pemakalah. Adapun institusi yang
ikut antara lain : Universitas Sanata Dharma Yogyakarsta, IST” AKPRIND”, Universitas Gadjah
Mada, UPN “Veteran”, ITS Surabaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas
Pancasakti Tegal, BATAN Jakarta,
Panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada : para keynote-speech, PT.
Pertamina (Persero) Jakarta, PT. PLN (Persero) Jakarta, PGN dan PT Freeport, para pemakalah,
hadirin dan semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung kegiatan seminar ini.
Panitia telah bekerja semaksimal mungkin agar acara seminar berlangsung dengan baik dan
lancer, namun apabila masih ada banyak kekurangannya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran dari para peserta sangat kami harapkan demi perbaikan acara seminar ditahun
mendatang.
Akhirnya semoga Tuhan memberkati acara seminar ini dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Wassalammu’alaikumsalam, Wr.Wb.
Dalam Rangka
Pembukaan Seminar Nasional
Rekayasa Teknologi dan Informasi (ReTII) ke 7
Yogyakarta, 15 Desember 2012
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
ridhoNya kita dapat berkumpul disini dalam rangka Seminar ReTII ke 7 dalam keadaan sehat
wal afiat. Mudah-mudahan Allah SWT juga memberi kemudahan kepada panitia dalam
menyelenggarakan seminar ini. Demikian juga kepada para peserta dalam mngikuti acara
seminar ini.
Seminar ReTII kali ini merupakan yang ke 7 dan merupakan agenda tahunan STTNAS yang
dimaksud agar dapat menjadi ajang temu para pakar untuk saling tukar pengalaman, informasi,
berdiskusi, memperluas wawasan dan untuk merespon perkembangan teknologi yang demikian
pesat. Selain itu diharapkan adanya kerja sama dari para pakar yang hadir sehingga
menghasilkan penelitian bersama dan bersama-sama ikut memecahkan persoalan-persoalan
teknologi untuk kemandirian bangsa.
Semoga Seminar ini dapat terselenggara dengan baik dan memenuhi harapan kita semua.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada panitia dan semua pihak yang membantu sehingga
acara Seminar ReTII ke 7 ini dapat terselenggara dengan baik. Jika ada yang kurang dalam
penyelenggaraan Seminar ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Salamat ber Seminar.
DAFTAR ISI
TEKNIK ELEKTRO
1. Penggunaan Algoritma Differential Evolution Dalam Penyelesaian Kombinasi Pembebanan
Optimal Ekonomis Dan Emisi Pada Pembangkit Listrik Termal
Afner Saut Sinaga ……………………………….………………………………………………….. 1
2. Kendali Level Kecepatan Motor DC Lima Tingkat dengan Rheostat (Resistance Control)
Terintegrasi Safety Deadman Pedal Pada Sistem Kereta Api Berbasis PLC (Programmable
Logic Control)
Arifin Wibisono, Jefri Setiawan, Leonardus Heru Pratomo ……………………………………. 7
3. Pengaruh Trafik Paket Aplikasi terhadap Kinerja Jaringan dengan Manajemen Bandwidth
Fifo pada Warnet Rush Yogyakarta
Ayu Budi Setyawati, Damar Widjaja ……………………………………………………… 11
4. Pengembangan Indoor Location Based Service Menggunakan Wireless Positioning pada
Android
Dwijayanto Gusti Parrangan, Y. Sigit Purnomo Wuryo Putro, B. Yudi Dwiandiyanta …… 17
5. Power Monitoring Berbasis Mikrokontroler
Freddy Kurniawan …………………………………………………………………………. 23
6. Sistem Pemerolehan Informasi Makalah Ilmiah Berbahasa Indonesia Menggunakan Struktur
Data Inverted Index Berbasis Ordbms Dengan Metode Pembobotan Tf-Idf
Justina S. Wulandari, JB Budi Darmawan ……………………………………………….. 29
7. Kendali Buck-Boost Mppt Berbasis Digital
Matias Chosta Agryatma, Slamet Riyadi, F. Budi Setiawan ……………………………… 35
8. Sistem Penjejak Lokasi Sumber Suara Menggunakan Interaural Time Difference
Muhammad Afridon, Djoko Purwanto ……………………………………………………. 39
9. Sistem Pemerolehan Informasi Dokumen Makalah Ilmiah Berbahasa Indonesia
Menggunakan Struktur Data Inverted Index Berbasis Hash Table Dan Ordered Linkedlist
Reza M. Darojad, JB Budi Darmawan …………………………………………………….. 45
10. Desain Kontroler Fuzzy Logic untuk Robot Pembersih Sampah dalam Ruangan
Tri Hendrawan Budianto, Irwan Dinata ………………………………………………….. 51
11. Kombinasi Vb dan Matlab untuk Pemrosesan Sinyal Radar Ransponder Rocket
Wahyu Widada ……………………………………………………………………………. 57
12. Optimasi Kerja Baterai Charge-Discharge pada Sistem Pengaturan Beban (Power
Management) di BTS (Base Transceiver Station) Remote Area Menggunakan Pengaturan
Beban Dinamis
Widjonarko ………………………………………………………………………………… 61
13. Perancangan Konverter Energi Berbasis Buck Chopper Untuk Panel Surya
Y. L. Christanto Wibowo, Ign Slamet Riyadi …………………………………………….. 69
14. Desain Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Beroperasi Stand Alone dengan Konverter
Ky dan Maximum Power Point Tracking Berbasis Algoritma Neuro-Fuzzy
Adi Kurniawan, Mochamad Ashari, Dedet C. Riawan, Ilham Pakaya ……………………. 75
15. Rancang Bangun Water-Meter Digital dengan Transfer Data Melalui Short Massage Service
(SMS)
Joko Prasojo, Arif Basuki, Armansyah ……………………………………………………. 81
16. Peningkatan Kualitas Citra Digital Dengan Metode Non-Linear Filter
Agus Basukesti …………………………………………………………………………… 87
17. Estimasi Kanal MIMO OFDM Berdasarkan Perubahan Nilai Signal to Noise Ratio (SNR)
Anggun Fitrian Isnawati …………………………………………………………………… 93
v
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
vi
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
TEKNIK MESIN
1. Model Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan di Jawa Timur Melalui Integrasi Metode
Servqual, Lean dan Six Sigma Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen
Hana Catur Wahyuni, Wiwik Sulistiyowati …………………………………………………….. 255
2. Pengaruh Penambahan Krom dan Tempo terhadap Kekerasan, Keausan dan Struktur Mikro
Ball Mill
Sumpena, Subarmono, R.Soekrisno … …………………………………………………… 262
3. Perancangan Dan Pembuatan Mesin Produksi Palet Ikan Dengan Pendekatan Ergonomis
Tofik Hidayat, Irfan Santoso …………………………………………………… 269
4. Pengaruh Kadar Si Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanik Kandidat Baja Ringan
Paduan Fe-Al-Mn
Ratna Kartikasari, Sutrisna …………………………………………………………… 275
5. Studi Peningkatan Daya dan Torsi dengan Pemasangan Air Tube pada Saluran Intake
Manifold Sepeda Motor Dua Langkah
Harjono …………………………………………………………………………………….. 280
6. Pengembangan Program Pendukung Keputusan Untuk Estimasi Manufacturing Cost Pada
Perancangan Cold Storage Menggunakan Panel Surya
Boni Sena, Fauzun, Endang Suhendar ……………………………………………………… 284
7. Aplikasi Interferometer Michelson Untuk Pengukuran Regangan Pada Mesin Uji Tari
Budi Setyahandana, Martanto, Ronny Dwi Agusulistyo ……………………………………. 289
8. Efek Perubahan Ukuran Diameter Header Knalpot terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan
Akselerasi Kendaraan Pada Motor 4 Tak
Aji Pranoto …………………………………………………………………………………. 296
9. Penentuan Jalur Terpendek Petugas Kebersihan Sampah Di Lingkungan Perumahan Dosen
UGM Sekip Menggunakan Algoritma Semut
Andhi Akhmad Ismail, Radhian Krisnaputra ……………………………………………… 302
10. Pengaruh Perubahan Debit Aliran Udara-Air Terhadap Respon Amplitudo dengan
Menggunakan Gelombang Ultrasonik Pada Aliran Stratified Horizontal
Mukhlis, Bramantya, Hermawan …………………………………………………………… 308
11. Pengaruh Volume Ruang Bakar Terhadap Kinerja Mesin Pulse Jet
Lambertus Dwi Setiawan …………………………………………………………………… 314
12. Studi Eksperimen Batas Mampu Bakar Campuran LPG / CO2 sebagai Refrigeran Alternatif
Nasrul Ilminnafik …………………………………………………………………………. 318
13. Menyelidiki Pengaruh Pemasangan Pelat-Pelat Pengarah Angin pada Keliling Lingkar Luar
Sudu Kincir Terhadap Unjuk Kerja Tiga Model Kincir Angin Savonius
Rines ………………………………………………………………………………………… 322
14. Identifikasi, Pemodelan dan Kompensasi Ketidaktelitian Open Loop Control System Pada
Mesin Milling CNC Mini
Ignatius Aris Hendaryanto, M. Arif Wibisono, Herianto ………………………………….. 329
15. Analisis Pengerasan Permukaan Metode Flame Hardening dengan Pencekaman Spesimen
Sistem Vertikal Pada Baja S45C
vii
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
TEKNIK GEOLOGI
1. Gempa Bumi dan Rekayasa Alat Pemindainya yang Sederhana dan Aplikatif di Daerah
Pleret, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Arie Noor Rakhman ………………………………………………………………………. 431
2. Pemetaan Sebaran Substrat Sedimen Dasar di Perairan Pesisir Semenanjung Muria,
Kabupaten Jepara
Heni Susiati, Hadi Suntoko, Imam Hamzah ……………………………………………….. 437
viii
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
3. Pergerakan Tce dalam Media dengan Kadar Air yang Berbeda : Perbandingan Kecepatan
1G dan 25G
Muchlis ……………………………………………………………………………………. 443
4. Analisis Geokimia Pumis dalam Satuan Breksi Pumis Formasi Semilir sebagai Salah Satu
Indikator Jenis Letusan Gunungapi Eksplosif
Amara Nugrahini ………………………………………………………………………….. 448
5. Karakteristik Hidrologi Daerah Panas Bumi Gedongsongo, Jawa Tengah
Ev. Budiadi, T. Listyani RA ………………………………………………………………… 456
6. Pemodelan dan Asesmen Bahaya Jatuhan Tepra Kompleks Gunungapi Muria pada Tapak
PLTN ULA
Bansyah Kironi, Basuki Wibowo, Imam Hanzah ……………………………………………….. 464
7. Identifikasi Awal Keberadaan Struktur Sesar Berarah Barat Laut Tenggara (Nw-Se) Di
Wilayah Yogyakarta Bagian Selatan
Hita Pandita, Dianto Isnawan, Winarti ……………………………………………………. 469
8. Ciri Petrologi dan Geokimia Batuan Gunung Api Basal Sukadana dan Sekitarnya,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
Muhammad Arifai, Hill Gendoet Hartono ………………………………………………………… 476
9. Perkembangan Karstifikasi Formasi Sentolo di Timur Sungai Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta
Srijono, Budi Santoso, Fajar Setiawan, Christina Putri Widyaningtyas ……………………. 484
10. Pelacakan Jejak Keberadaan Gunung Api di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung : Studi
Kasus Terkait Tapak PLTN Bangka
Hill Gendoet Hartono, Isa Nursanto, Suryono, Basuki Wibowo, Hadi Suntoko ……………… 490
11. Stratigrafi dan Sedimentasi Batuan Neogen di Cekungan Serayu Utara Daerah Kuningan,
Jawa Barat – Larangan, Brebes, Jawa Tengah
Bernadeta Subandini Astuti, Budianto Toha, Salahuddin Husein …………………………….. 497
TEKNIK PERTAMBANGAN
1. Rencana Teknis Penutupan Operasional Tambang (Studi Kasus PIT J PT. Kaltim Prima
Coal Kabupaten Kutai Timur Kaltim)
Anton Sudiyanto, Sudarsono, Dyah Probowati, Yuyun Dwi Hartanto 503
2. Prediksi Kekuatan Geser Massa Batuan Pembentuk Lereng Berdasarkan Hasil Pemantauan
S. Saptono, B. Wiyono, S. Koesnaryo ……………………………………………………… 511
3. Evaluasi Dampak Akibat Peledakan terhadap Kualitas Dinding Tambang pada
Penambangan Bijih Emas dan Tembaga Tambang Terbuka Grasberg PT. Freeport Indonesia
Provinsi Papua
Yulianus Tadung, R. Hariyanto, Inmarlinianto …………………………… 515
4. Penyelidikan Lapangan Potensi Panas Bumi di Daerah Hu’u Daha, Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat
A. Isjudarto ………………………………………………………………………………….. 521
5. Program Pencairan Batubara Antara Kebutuhan Energi dan Isu Pencemaran Lingkungan
Talla, H, Amijaya, D.H., Suryono S.S., Warmada, I.W., Wijaya, A.E ……………………….. 525
ix
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Widjonarko, Ridho Bayuaji, Yuyun Tajunnisa, Sulchan Arifin, Sungkono ………………….. 551
5. Alat Simulasi Kehilangan Energi pada Saluran Tertutup (Pipa)
Tatas, S. Kamilia Aziz, Pudiastuti, Ary Mazharuddin Shiddiqi …………………………. 557
6. Efek Abu Gunung Bromo pada Beton Ringan dengan Sistem Foam Agent
R Buyung Anugraha, Ridho Bayuaji, Amien Widodo, Tatas, S Kamilia Azis ………………. 561
7. Evaluasi Kebutuhan dan Karakteristik Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta di
Surakarta
Sowardi …………………………………………………………………………………… 568
8. Analisis Keterlambatan Pembayaran dari Pemilik Proyek Konstruksi kepada Kontraktor
Triwuryanto, Harris Efendi ………………………………………………………………… 574
9. Pemanfaatan Model Regresi untuk Mengetahui Hubungan Antara Banyaknya Pencurian
Kendaraan Bermotor terhadap Penerimaan Pajak
Ridayati ……………………………………………………………………………………. 580
10. Solusi Strategi Pengelolaan Wilayah Pinggiran Kota Yogyakarta Akibat Konversi Lahan
(Lokasi Studi Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman)
Achmad Wismoro …………………………………………………………………………. 584
11. Pengaruh Abu Vulkanik dan Lahar Dingin Terhadap Kualitas Air Sumur untuk Air Minum
Pasca Erupsi Merapi
M. Sri Prasetyo Budi, Sri Rahayu Gusmarwani ………………………………………. 589
x
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Abstrak
Pembebanan optimal ekonomis suatu pembangkit listrik adalah salah satu bagian dalam operasi perencanaan dan manajemen
sistem tenaga listik. Tujuan utama dari pembebanan ekonomis adalah meminimalkan jumlah biaya operasi setiap unit
generator dengan mempehatikan batasan persamaan dan ketidaksamaan sistem. Saat ini dengan meningkatnya perhatian pada
polusi lingkungan yang diakibatkan proses pembakaran bahan bakar fossil pada pembangkit termal, emisi polutan tersebut
juga menjadi kriteria yang harus diminimalkan. Pembebanan ekonomis dengan mengendalikan emisi (economic emission
dispatch) yang adalah permasalahan multiobyektif mendapat peranan tersendiri dalam operasi ekonomis sistem tenaga listrik
dan banyak mendapatkan perhatian para peneliti. Makalah ini memberikan sebuah pendekatan yang sederhana dan efektif
untuk mencari solusi optimal permasalahan tersebut dengan menggunakan algoritma Differential Evolution. Simulasi
dilakukan pada sistem 3-unit dan 6-unit pembangkit dengan program MATLAB dan memperlihatkan bahwa algoritma ini
memberikan hasil yang lebih optimal dan efesien pada permasalahan kombinasi pembebanan optimal ekonomis dan emisi.
permasalahan multiobyektif ini dikonversi menjadi dimana, FT adalah total biaya bahan bakar ($/jam),
sebuah obyektif tunggal dengan memperlakukan Pi adalah daya keluaran unit–i (MW), Pi min adalah
emisi sebagai sebuah fungsi batasan/kekangan batas minimum daya keluaran unit–i (MW) dan ai,
dalam batas yang diijinkan. Metode ini memiliki bi, ci, ei, fi adalah koefisien biaya unit –i.
beberapa kesulitan dalam memperoleh hubungan Fungsi biaya bahan bakar diminimalkan
trade-off antara biaya dan emisi. Ada peneliti yang dengan memenuhi kendala-kendala (constraints)
mengkonversi multi obyektif ini menjadi sebuah sebagai berikut:
obyektif tunggal dengan kombinasi linier fungsi
obyektif yang berbeda-beda ini sebagai jumlah Pi min ≤ Pi ≤ Pi max (2)
pembobotan (weighted sum) dimana melalui n
Differential Evolution (DE) dikenalkan oleh dimana, Bij adalah elemen dari koefisien rugi-rugi
Storn dan Price di tahun 1996 termasuk salah satu matriks B.
dari metode dalam algoritma evolusioner. Permasalahan pembebanan emisi (emission
Sebagaimana algoritma evolusioner yang lainnya, dispatch) dapat digambarkan sebagai optimasi total
Differential Evolution mampu menangani nilai emisi yang diberikan oleh persamaan berikut:
permasalahan optimasi yang kompleks. Beberapa
α P
n
alasan yang membuat algoritma ini banyak ET i i
2
βi Pi γi ξ i e τi Pi (5)
mendapat pujian adalah struktur yang sederhana, i 1
implementasinya yang mudah, dan kecepatan dimana, ET adalah total emisi (kg/jam) dan αi , βi ,γi
konvergensinya.
,ξi ,τi adalah koefisien emisi unit –i.
Dispatch ekonomis dan dispatch emisi adalah
dua masalah berbeda. Dispatch emisi dapat
Φ T FT h * ET (6)
Unit i
1 0,00683 -0,54551 40,26690
2 0,00461 -0,51160 42,89553
3 0,00461 -0,51160 42,89553
Dengan koefisien rugi-rugi matrix (Bmn) sebagai Tabel 4.5 Perbandingan hasil optimasi
berikut, pada PD 500 MW
0,000071 0,000030 0,000025
Bmn 0,000030 0,000069 0,000032 Biaya
Jumlah Total Waktu
bahan
0,000025 0,000032 0,000080 Metode Emisi Biaya eksekusi
bakar
(kg/jam) ($/jam) (detik)
($/jam)
Parameter Nilai
Ukuran populasi (Np) 10 4.2 Kasus II (sistem 6-unit)
Faktor mutasi (fm) 0,85
Simulasi dilakukan dengan menggunakan data
Rasio pindah-silang (Cr) 1,0 sistem 6-unit [7]. Koefisien biaya bahan bakar dan
Jumlah iterasi 50 koefisien emisi gas buang unit-unit tersebut
diperlihatkan pada Tabel 4.6 dan 4.7.
Simulasi dilakukan pada PD 500 kW dengan nilai h
Tabel 4.6 Data koefisien biaya bahan bakar
adalah 44,0792 dengan 20 kali percobaan
(running). Hasil optimal dapat dilihat pada Tabel Unit
a b c Pmin Pmaks
4.4. i
Tabel 4.4. Hasil optimum pada sistem 3-unit 1 0,15247 38,53973 756,79886 10 125
Beban Biaya Jumlah Total 2 0,10587 46,15916 451,32513 10 150
Unit
Optimal b.bakar Emisi Biaya 3 0,02803 40,39655 1049,9977 35 225
-i
(MW) ($/jam) (kg/jam) ($/jam)
4 0,03546 38,30553 1243,5311 35 210
1 128,79 6764.97 83.29 10436.619
2 192,61 9438.93 115.39 14524.959 5 0,02111 36,32782 1658,5696 130 325
Parameter Nilai
Ukuran populasi (Np) 50
Faktor mutasi (fm) 0,5
Rasio pindah-silang (Cr) 0,8
Jumlah iterasi 100
GA PSO DPSO DE
Total
Biaya 39.258,03 39.159 39.151 39.159,286
($/jam)
Biaya
b.bakar 27.638,3 27.613 27.616 27.608,882
($/jam)
Jumlah
Emisi 263,47 263,011 262,9595 263,119
(kg/jam)
Prugi-rugi
10,172 8,9331 8,9293 8,9450
(MW)
ABSTRAK
Motor Listrik memegang peranan penting dalam dunia industri, baik industri manufaktur maupun industri jasa. Motor DC
(arus searah) merupakan mesin listrik yang banyak diterapkan dalam berbagai aplikasi . Salah satu implementasi penting
dari motor DC adalah penggerak pada sistem kereta api. Motor jenis ini digunakan karena beberapa pertimbangan antara
lain unggul dari sisi kesederhanaan kendali, memiliki torsi yang cukup besar serta mudah diatur kecepatan dan juga
torsinya. Motor DC jika disuplai langsung dari sumber tegangan DC akan menghasilkan arus start yang mencapai 4-5 kali
arus normal. Hal ini menyebabkan kereta api akan melonjak dan mengurangi umur motor. Untuk itu diperlukan kontrol
kecepatan otomatis yang terintegrasi dengan safety deadman pedal berbasiskan sistem digital PLC. Berdasarkan simulasi
dan implementasi hardware integrasi sistem penggerak dan safety deadman pedal pada satu modul kontrol mampu
melakukan fungsi kontrol kecepatan, kontrol arah putar, integrated auto-manual system, safe increasing-decreasing speed on
manual mode, emergency stop, early warning operator, dan pengereman otomatis elektropneumatik. Integrasi sistem kontrol
ini dapat diimplementasikan pada sistem mobil listrik dan hybrid.
Kata kunci: Deadman Pedal, Motor DC, PLC, Torsi, Resistance Control, Early Warning, Auto-Manual System.
1. PENDAHULUAN
Motor DC (Direct Current) merupakan Berdasarkan hubungan antara belitan rotor
jenis mesin listrik yang sudah umum digunakan dan stator atau kumparan medan (field) dan
dalam berbagai keperluan dan berbagai aplikasi. kumparan jangkar (armature)terdapat beberapa
Hal ini disebabkan motor DC mudah diatur dalam topologi, seperti penguatan terpisah, seri, shunt,
hal kecepatan dan torsinya. Aplikasi utama motor compound. Topologi Motor DC yang digunakan
DC antara lain dalam bidang transportasi juga pada traksi elektrik kereta api adalah motor DC
semakin berkembang dewasa ini, diantaranya topologi seri. Pada motor DC jenis ini mampu
adalah traksi dan penggerak elektrik. Dalam traksi menarik arus yang besar sekali pada waktu start.
dan penggerak elektrik digunakan beberapa motor Hal ini memberikan keuntungan dan kerugian.
DC sebagai penggerak utama dari sistem. Sistem Keuntungan dengan arus yang besar lewat
traksi dan penggerak elektrik yang jelas kumparan jangkarnya maka dihasilkan torsi yang
mengaplikasikan motor DC adalah pada sistem besar, karena dalam motor DC besarnya torsi yang
kereta api listrik dan diesel (KRL&KRD) serta timbul sebanding dengan besarnya arus yang
implementasi penting lainnya adalah pada melewati kumparan jangkar. Dengan demikian
pengembangan mobil listrik dan hybrid yang sesuai motor DC seri mampu menarik beban yang besar
dalam dalam konsep pengoptimalisasian energi dan dengan kecepatan rendah maupun beban yang
teknologi ramah lingkungan (green technology). ringan tetapi dengan kecepatan yang tinggi
(Bambang Susanto:1997).
Kerugian yang muncul akibat besarnya
arus besar sesaat yang melewati kumparan jangkar
RODA adalah mengakibatkan berkurangnya umur dari
isolasi kumparan motor. Disamping itu kenaikan
KERE
arus yang sangat besar tersebut dapat menyebabkan
TA traksi listrik KRL/KRD mengalami efek kejut dan
API bahkan melonjak. Efek kejut ini akan mengurangi
kenyamanan penumpang. Dalam mengatasi
masalah tersebut, maka secara sederhana kecepatan
motor DC tersebut harus diatur secara bertingkat
otomatis dan manual yaitu melalui teknik/metode
resistance control. Kendali pada sistem otomatis
dan manual ini terintegrasi dalam satu modul
Gambar 1. Perangkat penggerak pada traksi kontrol PLC (Programmable Logic Control).
elektrik-kereta api
Dalam segi keamanan (safety) sistem ini Berisikan hasil dan kesimpulan dari penyusunan
terintegrasi/dilengkapi dengan kendali Deadman kegiatan penelitian sehingga didapat manfaat
Pedal sebagai instrument alarm/warning kesadaran dari aplikasi sistem yang dirancang.
operator/driver/masinis dalam menjalnkan traksinya
serta berfungsi juga dalam kendali kecepatan kereta Desain Alat
api. Prototipe dari sistem yang dibuat terdiri dari
rangkaian kontrol dan rangkaian daya. Pada sisi
2. TUJUAN kontrol disini menggunakan kontrol digital diskrit
Tujuan dari pembuatan alat ini adalah dapat yang berbasis PLC (Programmable Logic
mengahasilkan alat kendali/kontrol penggerak Controller). Beberapa pertimbangan menggunakan
motor DC yang simple/mudah/sederhana yang kontrol berbasis ini antara lain:
mempunyai performansi kendali sistem: Implementasi proyek lebih singkat, modifikasi
Kecepatan putar motor DC lebih mudah, lebih sederhana dalam hal
programming dan software, perawatan lebih
Arah gerak Motor DC mudah, kehandalan lebih tinggi, dari sisi kontrol
Integrated auto-manual system dan hardware standar, mampu bekerja pada lingkungan
emergency stop harsh plant, mampu tetap beroperasi secara normal
Safe increasing-decreasing speed baik pada kondisi temperatur, humidity, fluktuasi
pada mode operasi auto maupun manual tegangan dan noise yang berat. Tipe dari PLC yang
Sedangkan sistem Deadman Pedal sendiri digunakan adalah Zelio. Dengan jumlah I/O port
mempunyai performansi sebagai early warning sebanyak 16 slot pada sisi input dan 12 slot pada
serta mengurangi kecepatan otomatis jika tidak sisi output. Berikut desain sistem:
dihiraukan.
Semua performansi sistem diatas terintegrasi dalam
satu modul kendali/kontrol.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penyusunan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
ini menggunakan beberapa metode, antara lain:
Kajian Pustaka
Merupakan metode pengumpulan data dan
informasi, mempelajari buku-buku acuan dan
literature yang berhubungan dengan materi
penelitian ini.
Analisis Permasalahan
Dengan menganalisis penyebab terjadinya
masalah dan mencari solusi penyelesaian
masalah yang dituangkan dalam simulasi.
Pemodelan dan Simulasi
Merancang dan memodelkan suatu sistem
dalam bentuk software sebelum direalisasikan
dalam bentuk hardware.
Pembuatan Alat
Merancang suatu alat sesuai dengan rancangan
Gambar 2. Blok Sistim Kontrol dan Daya
dalam simulasi.
Implementasi laboratorium dan pengujian Sedangkan segi hardwarenya digunakan
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sejumlah push button dan pilot lamp yang terpasang
kerja dari alat sudah sesuai dengan hasil yang pada kontrol panel sebagai interaksi operator dan
diinginkan sesuai dengan hasil simulasi. sistem (Human Machine Interface). Pada sistem
Integrasi sistem dan pengambilan data traksi kontrol penggerak motor DC digunakan
Menggabungkan seluruh elemen dari sistem dan sejumlah sambungan resistor secara seri (resistor
mengambil data yang berisi tentang hasil grid).
pengujian serta analisa pada sistem tersebut. Motor DC seri yang digunakan pada
Ujicoba prototipe skala lapangan prototipe dicatu langsung oleh power supply .
Pengujian prototipe dilakukan untuk Motor DC akan diatur kecepatnnya secara
mengetahui apakah performa kerja dari alat bertingkat agar tidak menimbulkan sentakan yang
secara keseluruhan sudah sesuai dengan sangat kuat.
kebutuhan dan aplikasi yang ada dilapangan.
Penyusunan laporan
5. KESIMPULAN
Dari uji coba program simulasi dan implementasi
hardware yang dilakukan di laboratorium sistem
yang dirancang sudah bekerja sebagaimana
mestinya dan sesuai yang diharapkan. Pada sisi
rangkaian daya nya dapat dikembangkan dengan
mengintegrasikan power electronics pada sistem
dengan konsep PWM DC chopper dalam kendali
Gambar 5. Roda dan sepatu rem kereta api putaran motor DC sehingga memungkinkan kendali
close loop. Aplikasi dari sistem ini secara umum
tidak hanya terbatas pada kereta api tetapi dapat
diaplikasikan pula pada mobil listrik/mobil hybrid
4. HASIL PENGUJIAN ramah lingkungan.
Berikut ini hasil implementasi hardware dari
prototipe alat yang dibuat. 6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Hart, Daniel W. 1997. Introcuction To Power
Electronics: Prentice Hall.
[2] Rashid, Muhamad. 2004. Power Electronics,
Circuits, Devices and Applications: Prentice Hall.
[3] M.V. Deshpande, Electric Motors:Applications
and Control.
[4] A.E. Fitzgerald. Charles Kingsley Jr. Stephen
D. Umans, Mesin-mesin Listrik, Erlangga,1992.
Gambar 7. PLC
ABSTRAK
Warung internet (warnet) sebagai tempat penyedia jasa koneksi internet dituntut untuk memberikan pelayanan
terbaik dengan menyediakan koneksi internet yang cepat. Banyak warnet sudah dapat memaksimalkan kecepatan koneksi
internet. Manajemen bandwidth diperlukan untuk mendistribusikan bandwidth secara merata kepada seluruh pengguna.
Pengukuran terhadap parameter performansi diperlukan untuk mengetahui kinerja jaringan warnet. Pembagian yang tidak
merata pada jaringan warnet dapat mengakibatkan menurunnya throughput. Penelitian ini bertujuan memberikan
pengetahuan tentang pengaruh jenis paket data yang diakses oleh pengguna terhadap kinerja jaringan dengan manajemen
bandwidth FIFO serta mendapatkan hasil kinerja jaringan melalui identifikasi paket data yang diakses.
Pengukuran parameter untuk penelitian ini dilakukan pada jaringan warnet RUSH Yogyakarta. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengirimkan paket ke internet tiap 1 jam untuk 1 pengguna, 1 jam berikutnya ditambah 1 pengguna
hingga maksimal 17 pengguna. Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk mengamati proses penggunaan
manajemen bandwidth. Dengan penggunaan Software Ntop, besaran paket data yang dikirimkan dan diterima dapat diamati
secara langsung. Parameter performansi yang diukur dan dihitung untuk analisis kinerja meliputi throughput, delay, dan
packet loss.
Dari hasil pengujian, kinerja jaringan warnet RUSH Yogyakarta berada pada katagori baik. Throughput saat
pengiriman paket terkecil lebih besar daripada pengiriman paket terbesar. Delay pada saat pengiriman paket terkecil dan
paket terbesar termasuk dalam kategori “unacceptable” sesuai standar ITU. Packet loss tidak lebih dari 1%. Hal ini termasuk
dalam kategori “sangat baik” menurut standar ITU.
Kata kunci: trafik paket, manajemen bandwidth, FIFO, throughput, delay, packet loss.
melakukan browsing internet, bandwidth akan ISP yang lebih besar akan membagikan layanan
diperoleh dari ISP A. Untuk pengguna yang internet melalui Base Transceiver Station (BTS) yang
melakukan aktivitas gaming, bandwidth akan menjembatani perangkat jaringan komunikasi ISP
diperoleh dari ISP B. Hal ini sangat membantu dalam yang lebih besar menuju jaringan ISP yang lebih
mengurangi turunnya throughput, mengurangi kecil. Layanan internet dibagikan ke warnet melalui
tingginya delay, dan mengurangi hilangnya packet BTS. Pembagian layanan internet tersebut dapat
loss. dilihat pada Gambar 1.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kinerja jaringan karena adanya manajemen
bandwidth. Software Axence Net Tool dibutuhkan
untuk mengetahui paket data apa saja yang diakses
oleh pengguna yang mempengaruhi parameter
manajemen bandwidth (throughput, packet loss, dan
delay). Jika delay dan packet loss pada jaringan lokal
warnet semakin kecil, maka kinerja koneksi internet
semakin baik (Erristhya et al, 2011). Hal ini
berbanding terbalik dengan throughput, yaitu
semakin besar throughput dari jaringan lokal warnet,
koneksi internet semakin baik. Tujuan penelitian ini
adalah memberikan pengetahuan tentang pengaruh
paket data yang diakses oleh pengguna terhadap
kinerja jaringan dengan manajemen bandwidth FIFO
serta mendapatkan hasil kinerja jaringan melalui
identifikasi paket data yang diakses.
Gambar 1. Skema ISP (Maryono, 2008)
II. DASAR TEORI
B. Warung Internet
A. Internet Service Provider
Warung Internet (warnet) adalah salah satu jenis
Internet Service Provider (ISP) / Internet Access
wirausaha yang menyewakan jasa internet kepada
Provider (IAP) atau di Indonesia dikenal sebagai
khalayak umum (Mulyadi, 2011). Sebagian besar
Penyelenggara Jasa Internet (PJI) adalah organisasi
pengguna jasa warnet adalah pelajar, mahasiswa,
atau perusahaan yang menyelenggarakan layanan
profesional dan wisatawan asing. Warnet digunakan
akses internet dan layanan terkait lainnya, baik
untuk berbagai macam tujuan sesuai aktivitas yang
kepada para pelanggan pribadi atau korporat
dikehendaki. Kegunaan warnet antara lain yaitu
(organisasi) (Maryono, 2008). Pada beberapa tahun
sebagai tempat hiburan (games online), mengerjakan
lalu, ISP dijalankan oleh PT. Telkom. Akan tetapi,
tugas, melamar pekerjaan secara online, memeriksa
sekarang ISP kebanyakan dijalankan oleh individu
kiriman email terbaru, bersosialisasi atau komunikasi,
atau kelompok orang yang memiliki banyak modal
dan lain-lain terkait dengan kebutuhan memperoleh
dan keahlian dalam bidang layanan internet. Jenis
informasi dari internet. Saat ini, keberadaan warnet
layanan yang diberikan meliputi paket software,
tidak hanya terdapat di kota-kota besar, bahkan di
username, password, nomor telepon akses, dan
kota kecil pun keberadaan warnet sudah cukup
fasilitas e-mail gratis.
banyak.
Di Indonesia ada banyak ISP yang siap
memberikan layanan kepada para calon
C. Manajemen Bandwidth
pelanggannya. Beberapa contoh ISP besar di
Bandwidth merupakan lebar spektrum pita
Indonesia antara lain Melsa, Telkomnet Instan (dari
frekuensi yang mengandung energi sinyal di
Telkom), Centrin, Wasantaranet, CBNet, dan Indosat.
dalamnya (Kurose, 2007). Manajemen bandwidth
ISP-ISP tersebut diorganisir oleh sebuah organisasi
digunakan agar bandwidth terdistribusi secara merata
yang disebut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
kepada seluruh pengguna. Pengukuran dengan
Internet Indonesia).
beberapa parameter perlu dilakukan agar terdistribusi
Sebenarnya ISP masih sama seperti pelanggan
secara baik. Secara umum ada 4 teknik antrian, yaitu
dalam mendapatkan akses internet, artinya ISP
prioritas, FIFO, penjadwalan, shape and drop. dan 3
tersebut mendapatkan akses internet dari ISP yang
teknik mengontrol bandwidth, yaitu Class Based
lebih besar (upstream ISP) baik yang berskala
Queuing, Weighted Fair Queuing (WFQ), dan
nasional atau pun internasional. Jumlah bandwidth
Hierarchy Token Bucket (HTB) (Ferguson, 1998).
diberikan oleh upstream ISP kepada ISP-ISP di
FIFO adalah teknik antrian dengan lalu lintas
bawahnya yang kemudian dijual kembali kepada para
paket data yang melebihi nilai set, sehingga paket
pelanggan.
data akan dimasukkan ke antrian, paket data tidak semakin menurun. Berbeda halnya dengan protokol
mengalami pembuangan hanya tertunda beberapa saat UDP yang bersifat connection-less yang tidak
(Kurose, 2007). Metode FIFO cocok diterapkan pada menyediakan retransmission maupun resends jika
koneksi internet dengan besar bandwidth 64kbps atau terjadi kehilangan paket. Jika pl adalah packet loss, pt
lebih. adalah paket yang dikirim, dan pr adalah paket yang
diterima, maka rumus untuk menghitung packet loss,
D. Throughput adalah sebagai berikut:
Throughput merupakan bandwidth aktual yang
terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam pl=((pt-pr)/pt) x100% (2)
mentransmisikan data (Erristhya et al, 2011). Berbeda
dengan bandwidth, walaupun satuannya sama bits per III. RANCANGAN PENELITIAN
second (bps), tapi throughput lebih menggambarkan Model jaringan yang dimiliki oleh warnet
bandwidth yang sebenarnya pada suatu waktu dan RUSH Jl. Palagan Yogyakarta ditunjukkan pada
pada kondisi dan jaringan tertentu yang digunakan Gambar 2. Jaringan warnet tersebut dihubungkan ke
untuk mengunduh suatu file dengan ukuran tertentu. jaringan ISP A dan ISP B melalui router.
Jika tp adalah throughput, dz adalah ukuran data yang
dikirim, dan t adalah waktu yang dibutuhkan, maka
rumus untuk menentukan throughput jaringan
komputer sebagai berikut:
tp = dz / t (1)
Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk
mengukur throughput pada jaringan komputer saat
mengunduh data dari server bisa dihitung
menggunakan stopwatch, dari mulai unduh sampai
selesai.
E. Delay
Delay atau waktu tunggu merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk sebuah paket yang dikirimkan dari
suatu komputer ke komputer yang dituju (Erristhya et
al, 2011). Delay dalam sebuah proses transmisi paket Gambar 2. Model Analisa Jaringan
dalam sebuah jaringan komputer disebabkan karena
adanya antrian yang panjang, atau mengambil rute Terdapat beberapa batasan dalam melakukan
lain untuk menghindari kemacetan pada routing. pengukuran terhadap kinerja jaringan seperti Gambar
Delay pada paket yang ditransmisikan dapat dicari 2. Batasan tersebut antara lain:
dengan membagi antara panjang paket (satuannya bit) 1. Pengukuran yang dilakukan tidak
dibagi dengan link bandwidth (satuannya bit/s). mempertimbangkan kondisi internal yang ada
Delay pada suatu jaringan komputer dapat diukur dalam jaringan menejemen bandwidth, misalnya
menggunakan perintah ping yang merupakan salah gangguan pada media transmisi, pengaturan
satu perintah yang dimiliki oleh command prompt ketentuan protokol pada proxy (aplikasi yang
sistem operasi Windows, time pada hasil perintah menjembatani antara client menuju ISP).
ping menunjukkan delay pada paket yang dikirimkan. 2. Pengukuran hanya dilakukan pada warnet RUSH
Jl. Palagan Yogyakarta ke ISP A (XL untuk
F. Packet Loss keperluan browsing) dan ISP B (GMEDIANET
Packet loss merupakan persentase paket yang untuk keperluan games).
hilang selama mentransmisikan data (Erristhya et al, 3. Besar bandwidth yang ditentukan oleh pihak
2011). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti warnet sebesar 4MB .
penurunan signal dalam media jaringan, kesalahan 4. Maksimal pengguna dalam waktu bersamaan
perangkat keras jaringan, atau juga radiasi dari dengan keperluan yang berbeda sebanyak 16.
lingkungan sekitar. TCP yang bersifat connection 5. Pengukuran akan dilakukan tiap satu jam dengan
oriented, menyediakan pengiriman kembali penambahan satu pengguna di tiap jam
(restransmission) atau pengiriman secara otomatis berikutnya sampai maksimal pengguna.
(resends) paket yanng hilang selama proses transmisi 6. Melihat pada paket data yang inbound (masuk)
walau segmen telah tidak diakui pada beberapa pada komputer tiap pengguna.
network transfer protokol. Walaupun TCP memiliki
kelebihan tersebut, jika TCP melakukan
retransmitting atau resends, throughput jaringan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Pengukuran dilakukan tiap satu jam (1 pengguna) B. Throughput
dengan penambahan satu pengguna di tiap jam Pada penelitian yang dilakukan, penggunaan
berikutnya sampai maksimal pengguna dengan hasil bandwidth secara detail pada warnet RUSH Jl.
berupa data throughput, delay, dan packet loss. Hasil Palagan Yogyakarta dapat diketahui. Throughput
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1Manajemen yang merupakan bandwidth aktual dapat dilihat pada
bandwidth CBQ dengan antrian paket FIFO yang Tabel 1 kolom kedua. Data throughput tersebut dapat
digunakan oleh warnet RUSH Jl. Palagan Yogyakarta digambarkan sebagai grafik seperti pada Gambar 3.
mempunyai pengaturan sebagai berikut: Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan,
1. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket throughput semakin kecil sesuai dengan banyaknya
DNS (Domain Name System) hanya 64 Kbps. paket yang di kirim oleh pengguna. Throughput pada
2. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket saat paket terkecil (2,991 MBps) sebesar 300.757
ICMP (Internet Control Message Protocol) KBps, dan throughout pada saat paket terbesar
hanya 128 Kbps. (17.107 MBps) sebesar 65.015 KBps. Perbedaan
3. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket throughput yang terjadi dikarenakan lalu lintas trafic
Hit proxy (paket yang sudah pernah di akses pada waktu sibuk lebih padat sehingga throughput
kemudian tersimpan secara otomatis di database menjadi lebih kecil.
proxy) unlimited. Kondisi ini sesuai dengan teori di (Erristhya et al,
4. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket 2011), karena bandwidth sebesar 4 MBps bisa
yang kurang dari 200 KBps (browsing, download) mencukupi throughput pada pengiriman paket
unlimited. terbesar. Pada saat pengujian tertentu (nomor
5. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket pengujian 2 dan 3, 5 dan 6, 7 dan 8, 10 dan 11)
yang lebih dari 200 KBps (browsing, download) 1 terdapat paket yang besarnya hampir sama hanya saja
Mbps – 2 Mbps untuk 18 pengguna (di bagi dalam besar throughput berbeda, hal ini terjadi karena ada
2 kelompok yaitu tiap 9 pengguna mendapat beberapa paket yang merupakan paket Hit proxy
jaminan 512 Kbps – 900 Kbps) dengan sehingga paket yang diakses diambil dari database
pengaturan tiap kelompok menggunakan SFQ proxy tanpa harus mengambil dari internet sehingga
dengan pertub 5 second dan allot 1514 byte. memaksimalkan kerja throughput.
Pengaturan tiap PC menggunakan pengaturan
default dari mikrotik.
merupakan waktu tunggu pengunduhan data dari warnet RUSH Jl. Palagan Yogyakarta termasuk
jaringan internet ke komputer pengguna dapat dilihat dalam kategori sangat bagus yaitu kurang dari 1%.
pada Tabel 1. kolom ketiga. Data delay tersebut dapat
digambarkan sebagai grafik seperti pada Gambar 4.
ABSTRAK
Location Based Service (LBS) adalah layanan yang menyediakan informasi bagi pengguna berdasarkan lokasi pengguna.
LBS untuk kasus dalam ruangan disebut Indoor Location Based Service (ILBS). Pada kasus luar ruangan, Global Positioning
System (GPS) adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk memberikan informasi posisi pengguna dengan
menggunakan sinyal satelit. Namun teknologi tersebut kurang tepat apabila dipakai pada kasus dalam ruangan, karena
lemahnya sinyal dari satelit yang diterima oleh perangkat GPS, akibat terhalang oleh struktur gedung. Dengan memanfaatkan
infrastruktur Wireless Local Area Network (wireless LAN), yaitu access point (AP), dapat digunakan untuk menentukan
posisi perangkat mobile. Salah satu informasi yang diperoleh dari AP adalah Received Signal Strength (RSS). Oleh karena
itu, dibutuhkan sistem yang dapat memproses dan mengolah informasi RSS dari beberapa AP, agar dapat memberikan
informasi posisi perangkat mobile. Informasi posisi perangkat mobile tersebut kemudian divisualisasikan pada peta digital.
Metode yang akan digunakan adalah metode location fingerprint dengan algoritma k-nearest neighbor. Sistem operasi yang
akan digunakan adalah Android, karena saat ini perangkat mobile dengan sistem operasi Android yang diproduksi dapat
mendeteksi RSS dari AP. Sistem ini akan menyediakan informasi mengenai posisi perangkat mobile dan ruangan-ruangan
yang ada. Sistem ini juga akan membantu pengguna dalam mencari pengguna lain atau ruangan.
Kata kunci: indoor location based services, received signal strength, wireless positioning, location fingerprint, k-nearest
neighbor, android
operasi Android. Sistem operasi Android adalah Digital Assistants (PDA) atau smart phone yang
sistem operasi berbasis Linux (freeware) yang dilengkapi dengan adapter Wireless LAN dan
dikembangkan oleh perusahaan Google pada tahun access point (AP), tanpa modifikasi hardware dan
2005. Selain itu, sistem operasi ini juga software dari sistem yang ada [2].
menawarkan antarmuka yang tidak kalah menarik Menurut penelitian ini, pengunaan AP
dibandingkan dengan sistem operasi lainnya, yang lebih mahal dan lebih handal (LANCOM)
seperti Apple, Blackberry, Java, Symbian, Windows dibandingkan dengan AP yang lebih sederhana dan
Mobile, dan sebagainya. lebih murah (Netgear) tidak memperlihatkan
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik peningkatan akurasi yang signifikan. Namun
untuk melakukan penelitian yang berjudul ternyata pengukuran dengan PDA dari produsen
“Pengembangan Indoor Location Based Service yang berbeda memperlihatkan perbedaan kualitas
menggunakan Wireless Positioning pada dalam penerimaan kekuatan sinyal (signal
Android”. Sistem ini akan menyediakan informasi strength). Hal ini mungkin terjadi karena desain
mengenai posisi perangkat mobile dan ruangan- antena PDA memiliki pengaruh yang besar pada
ruangan yang ada. Sistem ini juga akan membantu kualitas sinyal yang diterima.
pengguna dalam mencari pengguna lain atau Penelitian ini dilakukan dengan
ruangan di suatu gedung. menggunakan metode euclidian, bayes, dan RSSI-
Isoline. Tempat penelitian yang dipilih adalah
2. TINJAUAN PUSTAKA ruangan seminar di Dortmund University of
2.1. Indoor Location Tracking using RSSI Applied Sciences, seperti pada Gambar 2. Ruangan
Readings from a Single Wi-Fi Access Point ini berbentuk persegi tanpa ada penghalang
Percobaan ini menunjukkan bahwa filter (dinding) yang membatasi pancaran gelombang dari
berhasil di memperkirakan lokasi perangkaty tiap AP.
mobile meskipun Received Signal Strength
Indication (RSSI) yang tersedia dari AP tunggal
sangat ambigu. Telah dibuktikan bahwa bahkan
model gerakan sederhana dapat menghasilkan hasil
dengan presisi rata-rata sekitar satu meter [1].
Pada penelitian ini dipresentasikan
pendekatan untuk penentuan lokasi yang
menggunakan pengukuran RSSI dan peta dari
wireless di suatu lingkungan untuk memperkirakan
posisi dari perangkat mobile yang dilengkapi
dengan kartu jaringan wireless. Untuk mencapai
tujuan akhir dan untuk menghindari masalah Gambar 2. Denah ruangan seminar tempat penelitian
Grossmann dkk
diskritisasi, kompleksitas perhitungan, dan tidak
realistis mengenai perkiraan lokasi, maka 2.3. Using Wi-Fi Signal Strength to Localize in
digunakan teknik penyaringan Monte Carlo yang Wireless Sensor Networks
efisien untuk memperkirakan distribusi dari lokasi Pendekatan penentuan lokasi berbasis
perangkat mobile. Tempat penelitian yang dipilih Wireless Sensor Network (WSN) menawarkan
adalah sebuah rumah yang dilengkapi 1 AP, yang sejumlah manfaat. Pertama, meniadakan kebutuhan
ditunjukan dengan gambar persegi pada bedroom 2, untuk melakukan survei lokasi secara manual.
seperti pada Gambar 1. kedua, WSN sesuai untuk setiap lingkungan, dalam
maupun luar ruangan, terlepas dari topografi,
struktur bangunan, atau kondisi lingkungan.
Pendekatan ini juga dianggap akurat dan hemat
biaya [3].
Pendekatan WSN menggunakan location
fingerprint dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama,
mendeteksi kekuatan sinyal Wireless LAN.
Kemudian menggunakan satu set sensor lokasi
fingerprint statis untuk mengumpulkan lokasi
Gambar 1. Denah rumah tempat penelitian Z’aruba dkk fingerprint ke basis data. Pada tahap kedua, lokasi
fingerprint diambil oleh perangkat mobile dan
2.2. RSSI based WLAN Indoor Positioning with memperkirakan lokasi dengan menggunakan
Personal Digital Assistants algoritma k-nearest neighbor ke basis data. Dan
RSSI berbasis Wireless LAN untuk posisi metode Kalman Filter digunakan untuk melacak
dalam ruangan mungkin dilakukan menggunakan lokasi ganda, sehingga diperoleh lokasi yang
perangkat yang tersedia di pasaran, seperti Personal
5. PERANCANGAN SISTEM
4.1.2. Tahap Penentuan Letak System ini merupakan perangkat lunak
Langkah-langkah yang dilakukan pada layanan berbasis lokasi dalam ruangan yang
tahap ini adalah: dikembangkan untuk menyediakan informasi
1. Perangkat mobile akan melakukan mengenai posisi perangkat selular dan ruangan-
pengukuran signal strength (SS) dari ruangan yang ada. Sistem ini juga akan membantu
masing-masing access point (AP) yang pengguna dalam mencari pengguna lain atau
terdeteksi. ruangan di suatu gedung.
2. Perangkat mobile akan mengambil data Sistem dapat menampilkan informasi
koordinat yang berada di basis data. mengenai posisi pengguna dan posisi ruangan pada
3. Perangkat mobile akan membandingkan peta digital. Sistem ini juga dapat menangani
kooordinat mana yang akan di tentukan penambahan data pengguna.
sebagai posisi perangkat lunak Sistem ini berjalan pada platform Android,
4. Perbandingan dilakukan dengan dan dibuat menggunakan bahasa pemrograman
menggunakan algoritma k-nearest java. Sedangkan untuk lingkungan
neighbor, yaitu menghitung jarak yang pemrogramannya menggunakan Eclipse. Dan
paling dekat dengan persamaan Euclidean DBMS yang digunakan adalah MySQL.
Distance. Pengguna akan berinteraksi dengan sistem
5. Perangkat lunak akan menampilkan posisi melalui antarmuka GUI (Graphical User Interface).
dengan menggunakan peta digital. Pada sistem ini (Gambar 5) arsitektur aplikasi yang
digunakan berupa client-server. Perangkat selular
4.2. K-Nearest Neighbor yang digunakan harus dilengkapi dengan kartu
K-Nearest Neighbor (KNN) adalah sebuah wireless LAN.
metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek
berdasarkan data learning yang jaraknya paling
dekat dengan objek tersebut [6].
KNN termasuk algoritma supervised
learning dimana query instance yang baru
diklasifikan berdasarkan mayoritas dari kategori
pada KNN. Kelas yang paling banyak muncul yang
akan menjadi kelas hasil klasifikasi.
Tujuan dari algoritma ini adalah Gambar 5. Perancangan arsitektur sistem
mengklasifikasikan objek baru berdasarkan atribut
dan training sample. Classifer tidak menggunakan 6. IMPLEMENTASI SISTEM
model apapun untuk dicocokkan dan hanya 6.1. Antarmuka Sign Up
berdasarkan pada memori. Diberikan titik query,
akan ditemukan sejumlah k objek atau (titik
training) yang paling dekat dengan titik query.
Klasifikasi menggunakan voting terbanyak diantara
klasifikasi dari k objek. Algoritma KNN
menggunakan klasifikasi ketetanggaan sebagai nilai
prediksi dari query instance yang baru.
Diberikan 2 buah titik P dan Q dalam
sebuah ruang vector n-dimensi dengan P(p1, p2, … ,
pn) dan Q(q1, q2, … , qn), maka jarak antara titik P
dan Q dapat diukur dengan persamaan Euclidean Gambar 6. Antarmuka Sign Up
Distance sebagai berikut:
Gambar 6 merupakan antarmuka yang
digunakan untuk melakukan pendaftaran (Sign Up).
Pada saat pengguna menekan tombol Submit maka
sistem akan memeriksa username, password, dan
email. Setelah itu sistem akan memeriksa format
Dimana P dan Q adalah titik pada ruang data dan apakah username belum digunakan. Jika
vector n dimensi sedangkan pi dan qi adalah semua data sudah benar maka sistem akan
besaran scalar untuk dimensi ke i dalam ruang menambahkan data pengguna ke basis data. Tetapi
vector n dimensi. jika ada format data yang salah maka maka system
akan memberikan pesan peringatan.
(a) (b)
Gambar 10. Antarmuka Search (a) User dan (b) Room
7. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa indoor
location based service menggunakan wireless
positioning dengan metode location fingerprint dan
algoritma k-nearest neigthbor pada android berhasil
dikembangkan di lingkungan kampus 3 UAJY.
Dimana sistem ini menyediakan informasi
mengenai posisi perangkat mobile atau ruangan-
ruangan yang ada. Sistem ini juga membantu
pengguna dalam mencari pengguna lain atau
ruangan di lingkungan kampus 3 UAJY.
8. DAFTAR PUSTAKA
[1] Z`aruba, G. V., Huber, M., Kamangar, F. A.,
Chlamtac, I., 2007, Indoor location tracking
using RSSI readings from a single Wi-Fi
access point, Wireless Network, 13:221–2.
[2] Grossmann, U., Schauch, M., Hakobyan, S.,
2007, RSSI based WLAN indoor positioning
with personal digital assistants, IEEE
International Workshop on Intelligent Data
Acquisition and Advanced Computing
Systems: Technology and Applications, 6-8
September, Dortmund, Germany.
[3] Chan, E. C. L., Baciu, G., Mak, S. C., 2009,
Using Wi-Fi Signal Strength to Localize in
Wireless Sensor Networks, International
Conference on Communications and Mobile
Computing.
[4] Li, B., 2006, Terrestrial Mobile User
Positioning Using TDOA And Fingerprinting
Techniques, School of Surveying and Spatial
Information Systems The University of New
South WalesSydney NSW 2052, Australia.
[5] Taheri, A., Singh, A., Emmanuel, A., 2004,
Location fingerprinting on infrastructure
802.11 wireless local area networks (wlans)
using locus, in Local Computer Networks. 29th
Freddy Kurniawan
Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto
Jl. Raya Janti, Blok R, Kompleks Lanud Adisutjipto, Yogyakarta
Email: freddykurniawan@stta.ac.id, freddykurniawan@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya untuk mewujudkan intrumen
pengukur daya guna mendukung penelitian di laboratorium. Salah satu hasil penelitian sebelumnya adalah
"Wattmeter Digital berbasis Mikrokontroler". Instrumen tersebut telah dapat mengukur beberapa nilai besaran
jala-jala listrik seperti: frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya dan faktor daya listrik.
Pada penelitian ini, peneliti menambah sebuah fasilitas data-logger pada Wattmeter Digital tersebut sehingga
instrumen ini dapat mengirim semua data tersebut ke komputer sepuluh kali per detik. Peneliti juga telah
membuat sebuah perangkat lunak khusus di komputer untuk menerima data. Data disimpan pada larik dalam
format integer. Sebuah algoritma khusus akan membuat grafik perubahan nilai frekuensi tegangan, tegangan
RMS, arus RMS, daya dan faktor daya di layar komputer. Perangkat lunak ini dapat pula menyimpan dan
mencetak data kelima besaran tersebut dalam format numeris maupun grafis.
.
Perangkat lunak ini telah dapat bekerja dengan baik. Hasil pengujian telah membuktikan bahwa perangkat
lunak ini dapat digunakan secara mudah, dan sistem berbasis mikrokontroler ini telah siap digunakan untuk
mendukung kegiatan penelitian di laboratorium.
Abstract
This research is a continuation of several previous researches to make a power measuring instrument to
support research in the laboratory. One result of these previous researches is the "Microcontroller-based
Digital Wattmeter". This instrument can measure the values of electrical quantities in the grid such as the
frequency of the voltage, RMS voltage and current, power and power factor.
In this research, we add a data-logger on Digital Wattmeter so that the instrument can send all data to the
computer ten times per second. We have also made a special software on the computer to receive the data.
Data stored on the array in integer format. A special algorithm will make a chart of the value of the
frequency of the voltage, RMS voltage, RMS current, power and power factor on a computer screen. This
software can save and print data in numerical and graphical formats.
This software has been able to work properly. The results of software testing have proven that this software
can be used easily, and this microcontroller-based system is ready to be used to support some researches in
the laboratory.
250 V dengan frekuensi 45 Hz hingga 62 Hz. Untuk disimpan dalam format data yang dapat diambil
beban yang menarik arus dengan tingkat harmonik oleh perangkat lunak pengolah data yang lain.
kecil, galat absolut maksimal hasil pengukuran arus
2 Tujuan
bernilai 0,5 % dan galat absolut maksimal hasil
pengukuran daya bernilai 2 % (Kurniawan, 2012). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
Wattmeter digital yang menggunakan mengembangkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu
mikrokontroler ATmega8535 ini menghitung “Wattmeter Digital Berbasis Mikrokontroler”
kelima nilai parameter tersebut sepuluh kali per menjadi “Power Monitoring Berbasis
detik. Nilai frekuensi tegangan, tegangan dan arus Mikrokontroler”. Sistem ini terdiri dari “Wattmeter
RMS dan daya disimpan dalam variabel bertipe Digital Berbasis Mikrokontroler” yaitu perangkat
integer yang menggunakan alokasi memori 16 bit, berbasis mikrokontroler yang dapat mengukur nilai
sedangkan nilai faktor daya disimpan dalam frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya
variabel integer 8 bit. Meskipun tampilan nilai dan faktor daya beban di jala-jala listrik, dan sebuah
kelima parameter tidak semuanya merupakan perangkat lunak di komputer yang dapat
bilangan bulat, namun semua perhitungan di menampilkan nilai kelima parameter tersebut secara
mikrokontroler dilakukan tanpa melibatkan waktu nyata (real time) di layar komputer.
bilangan pecahan (floating point). Dengan cara ini
waktu eksekusi cukup singkat. Waktu sibuk CPU di 3 Metode Penelitian
mikrokontroler masih di bawah 60 % (Kurniawan, Sistem pemonitor daya ini dibuat dengan
2012). menambah perangkat komunikasi data dari
Melalui penelitian ini, sistem tersebut Wattmeter Digital (yang dibuat pada penelitian
dikembangkan sehingga dapat membentuk Power sebelumnya) ke sebuah komputer melalui port USB
Monitoring berbasis Mikrokontroler. Dengan alat sebagaimana Gambar 1. Sebuah perangkat lunak
ukur ini, nilai semua parameter yang diukur khusus digunakan untuk menerima data yang
diharapkan dapat diamati secara waktu nyata (real dikirim Wattmeter Digital dan melakukan
time) di layar komputer, dapat direkam dan pengolahan data di sebuah komputer.
Agar perangkat lunak di komputer dapat frekuensi menempati memori 16 bit. Byte rendah
menerima data dengan benar, data nilai kelima nilai frekuensi (fL) merupakan data pertama yang
parameter tersebut dikirim dalam satu frame data dikirim. Byte tinggi nilai frekuensi (fH) hanya
dengan format seperti pada Gambar 2. Sebuah berkisar dari 0x00 hingga 0x03, sehingga nilai ini
frame data diawali dengan header byte berupa kode dapat ditempatkan di nibble tinggi data kedua.
ASCII 0x01, diikuti dengan data frekuensi,
tegangan, arus, daya dan faktor daya. Nilai
Nilai byte tinggi tegangan (VH), hanya Perangkat lunak juga harus dapat
berkisar dari 0x00 hingga 0x01. Nilai ini dikirim menterjemahkan sebuah frame menjadi kelima nilai
sebagai nibble rendah data kedua. Sedangkan nilai parameter yang dikirim. Untuk itu digunakanlah
byte rendah tegangan (VL) dikirim sebagai data diagram alir proses penerimaan data sebagaimana
ketiga. Gambar 3.
Nilai arus yang menggunakan format 16 bit Mulai
(IH,IL) dikirim sebagai data keempat dan kelima.
Demikian pula dengan nilai daya (PH,PL) yang Baca Data Tidak Tidak
Data = 0x01
dikirim sebagai data keenam dan ketujuh. Dan = Enable ?
?
terakhir, nilai faktor daya yang hanya menggunakan
Ya Ya
format 8 bit (pf) dikirim sebagai bit terakhir.
Dengan cara ini, diharapkan sistem dapat lebih n<9
Tidak
Data = 0xFE
Tidak Baca Data = Enable
leluasa untuk dikembangkan, misalnya dengan ? ? n=0
Terima data
Terima data
transien cukup tinggi pada saat dihidupkan. Arus mudah diamati untuk kemudian dianalisis
tersebut hanya berlangsung kurang dari setengah seperlunya.
detik.
ABSTRAK
Setiap tahun makalah ilmiah berbahasa Indonesia semakin bertambah banyak sehingga diperlukan sistem pemerolehan
informasi untuk mencari dokumen yang relevan. Sebagian besar sistem pemerolehan informasi dan web pencarian
menerapkan inverted index yang terbukti efiesien dalam menjawab query. Pada penelitian sebelumnya, penggunaan inverted
index pada database menawarkan beberapa keuntungan dan implementasi inverted index dengan Bahasa Indonesia
menggunakan ORDBMS memiliki waktu akses yang lebih baik dibandingkan menggunakan RDBMS. Pada makalah ini
penulis mencoba untuk mengimplementasikan sistem pencarian makalah ilmiah berbahasa Indonesia berdasarkan seluruh isi
teks dalam dokumen menggunakan struktur data inverted index pada ORDBMS dengan metode pembobotan TF-IDF.
Percobaan ini menggunakan corpus 281 dokumen makalah ilmiah berbahasa Indonesia yang berisi 25737 term. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses pencarian untuk operasi AND dengan 1 sampai 2 kata kunci kurang dari 0,1 detik, 3 kata kunci
kurang dari 0,3 detik, dan 4 kata kunci kurang dari 0,5 detik.
Kata kunci : inverted index, ORDBMS, TF-IDF, pemerolehan informasi
query pencarian. Dua belas kelompok kata ini yang akan mengurangi kompleksitas dari
adalah kelompok kata yang mempunyai dfk representasi dokumen dan mengubah logical view
minimum 1 sampai 2 dokumen, dfk kurang lebih dari full text menjadi set indeks term. Gambar 1
140 dokumen, dfk maksimum 281 dokumen mengilustrasikan beberapa intermediate logical view
dengan query pencarian dari 1 kata kunci sampai yang akan digunakan oleh suatu sistem pemerolehan
4 kata kunci. informasi [2].
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Perangkat lunak
1. Sistem operasi, Oracle Linux Server Release
5.8
2. Oracle 11g R2 Enterprise Edition,
3. Oracle SQL Developer 3.0.04,
4. Java JDK 1.6.0 dan OJDBC
5. Netbeans 6.9.1 Gambar 1. Logical view dari sebuah dokumen: dari full text
menjadi sebuah set indeks term. [2]
b. Perangkat keras
1. Prosesor: Intel XEON E5620 (4 Core, 2, 40
Proses retrieval terdapat beberapa tahap.
GHz)
Pertama-tama, sebelum proses retrieval diinisiasi,
2. Memori RAM: 8 GB RDIMM
diperlukan pendefinisian database teks. Hal ini
3. Hardisk: RAID 5 Logical 2TB
dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap
4. Motherboard: HP Proliant ML 350 G6
dokumen-dokumen yang akan digunakan, operasi
yang akan dilakukan terhadap teks, dan model teks
2. LANDASAN TEORI
(struktur teks dan elemen mana saja dari teks yang
2.1. Collection pada ORDBMS
dapat diretrieve). Text operations
ORDBMS merupakan penerapan model
mentransformasikan dokumen asal menjadi logical
berorientasi obyek pada Oracle dan perluasan dari
view dokumen tersebut. Setelah logical view
RDBMS. Salah satu fitur pada ORDBMS adalah
dokumen diperoleh, dibuatlah indeks term pada
collection. Collection digunakan untuk menyimpan
database untuk mempercepat proses pencarian
multiple values dalam satu kolom dari sebuah tabel
terhadap jumlah data yang besar. Struktur indeks
yang menghasilkan nested table dimana sebuah
yang paling banyak digunakan adalah inverted file
kolom dalam sebuah tabel berisi tabel lain [3].
seperti pada Gambar 2. Database dokumen telah
Nested table adalah unordered set dari elemen
diindeks, maka proses retrieval dapat diinisiasi.
data yang data typenya sama dan memiliki sebuah
Pengguna menentukan kebutuhannya yang
kolom dari object type. Jika kolom adalah sebuah
kemudian ditransformasikan oleh text operation
object type, tabel juga dapat dilihat sebagai tabel
yang sama digunakan pada koleksi dokumen. Query
multi-column, dengan sebuah kolom untuk setiap
kemudian ditransformasi untuk mendapatkan
atribut dari object type [3].
dokumen retrieval. Struktur indeks dibuat
Pada Oracle semua data nested table disimpan
sebelumnya agar dapat mempengaruhi cepatnya
dalam satu tabel, yang terkait dengan tabel terlampir
pemrosesan query [2].
atau object type [8].
Sebelum dikirimkan ke pengguna, dokumen
retrieval diperingkat dahulu berdasarkan
2.2. Information Retrieval
kemungkinan relevansi. Pengguna kemudian
Dokumen dalam koleksi sering diwakili melalui
memeriksa set dokumen peringkat untuk
set indeks term atau keyword. Keyword tersebut
mendapatkan informasi yang berguna baginya [2].
dapat diekstraksi langsung dari teks dokumen atau
ditentukan secara manual (dibuat oleh spesialis
seperti banyak dilakukan pada bidang information
science). Indeks term ini menyediakan suatu logical
view dari dokumen. Komputer modern
memungkinkan representasi suatu dokumen dengan
menggunakan seluruh teks yang terdapat dalam
dokumen tersebut. Dalam hal ini, sistem temu balik
disebut mengadopsi full text logical view dari
dokumen. Jika koleksi dokumen sangat besar, maka
komputer modern akan mengurangi jumlah set term
indeks melalui proses penghapusan stopwords,
stemming, dan indentifikasi noun groups
(menghilangkan adjectives, adverbs, dan verbs). Gambar 2. Proses pemerolehan informasi [2].
Proses tersebut disebut text operation (operasi teks)
Representasi struktur data inverted index pada berdasarkan rumus Savoy, telah terjadi perbaikan
Gambar 3 menunjukkan dictionary berisi kumpulan dari hasil temu-kembali dimana dokumen yang di-
term (t) yang masing-masing term mempunyai retrieve telah diberi bobot dan diperingkat
postings list (atau inverted list) yang berisi berdasarkan bobotnya yang akan memudahkan
kumpulan dokumen (d) [6]. pengguna untuk memilih dokumen yang benar-benar
relevan dari dokumen-dokumen hasil yang
ditampilkan [5].
Tabel 1. Rata- rata waktu query operasi AND untuk 3 kelompok Penerapan inverted index pada ORDBMS
dfk dengan 1 sampai 4 kata kunci
dengan menggunakan metode pembobotan TF-IDF
dfk jumlah kata rata-rata waktu menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan
kunci query (detik) kelebihan yang ditawarkan.
1-2 1 0,0026
2 0,0038 4.2. Saran
3 0,0057 Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk
4 0,0074 operasi pencarian OR dan NOT atau operasi
±140 1 0,0109 pencarian AND, OR, NOT menggunakan metode
2 0,0126 pembobotan lain.
3 0,0712
4 0,1708 DAFTAR PUSTAKA
281 1 0,013 [1] Agusta, Ledy. (2009). Perbandingan Algoritma
2 0,079 Stemming Porter dengan Algoritma Nazief &
3 0,2958 Adriani untuk Stemming Dokumen Teks
4 0,492 Bahasa Indonesia. Jurnal Konferensi Nasional
Sistem dan Informatika 2009, Bali.
[2] Baeza-Yates, R., Ribeiro-Neto, B. (1999).
0,6 Modern Information Retrieval.
waktu akses query
AddisonWesley.
0,4 [3] Connoly, T., Begg, C., (2005). Database
1-2 dfk
(detik)
Abstract—Based on unpredicted duration of proper iradiance level to generate electric energy from photovoltaic
(PV), MPPT must be used. A simple control circuit is needed to reduce cost of MPPT design so it can make people
intersted in using PV. This paper describes the control circuit of buck-boost MPPT based on dsPIC30F4012. This
Digital Signal Controller provide high speed ADC so no external ADC chips are needed. This MPPT can also be
connected to loads greater or less than MPP resistance. To verify analisys, simulation and laboratory experiment are
done.
i in i L
R RMPP
vL Vo Rout
R RMPP
Io RMPP
I in
DAFTAR PUSTAKA
Gambar-12 Hasil pengujian tegangan PV
dan tegangan L chopper saat 1. Azab M. (2008) : A New Maximum Power
MPPT dioperasikan sebagai Point Tracking for Photovoltaic Systems,
buck MPPT Proceedings of World Acadeny of Science,
Engineering and Technology Vol. 34, Oct
2008
2. Esram T., and Chapman P. L. (2007) :
Comparison of Photovoltaic Array Maximum
Power Point Tracking Techniques, IEEE
Transc. On Energy Conversion, Vol. 22, No.
2, pp. 439-449
3. Jiang J. A, Huang T. L, Hsiao Y. T, and Chen
C. H. (2005) : Maximum Power Tracking for
Gambar-13 Hasil pengujian tegangan PV Photovoltaic Power Systems, Tamkang
dan tegangan L chopper saat Journal of Science and Engineering, Vol. 8,
MPPT dioperasikan sebagai No 2, pp. 147-153
boost MPPT 4. Kiranmayi R., Reddy V. K., and Kumar M. V
(2008) : Modeling and a MPPT for Solar Cell,
Pada pengujian tampak bahwa MPPT mampu Journal of Engineering and Applied Science
beroperasi sebagai buck atau boost MPPT 3(1), pp. 128-133
bergantung tahanan beban yang terpasang. 5. Riyadi ,S (2010) : Controlled Current Source
Pemasangan beban lebih kecil dari RMPP akan sebagai Interface PV-Grid Connected System,
mengoperasikan MPPT sebagai buck chopper dan Prosiding EECCIS (Electrical Power,
penggunaan beban lebih besar dari RMPP akan Electronics, Communications, Controls and
Informatics), Malang 2010, hal. A25.1-A25.5
mengoperasikan MPPT sebagai boost chopper.
6. Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic
melalui VSI berbasis Kendali Arus untuk
V. KESIMPULAN Pembagian Beban, JITEE (The Journal of
Information Technology and Electrical
Suatu buck-boost MPPT mampu bekerja
Engineering), Vol. 2, April 2010 hal. 32-37,
dengan beban sebarang untuk pembebanan PV.
UGM Yogyakarta
Pembebanan akan dibatasi kemampuan chopper
saat menaikkan tegangan. Kendali berbasis digital
Abstrak
Penelitian ini memaparkan sistem penjejak lokasi sumber suara. Terinspirasi dari sistem pendengaran manusia,
banyak penelitian yang membuat penjejak lokasi sumber suara yang di implementasikan pada sebuah robot. Sistem
penjejak lokasi sumber suara pada penelitian ini di implementasikan untuk mengarahkan camera ke arah lokasi sumber
suara. Sistem untuk penjejak lokasi sumber suara pada penelitian ini menggunakan metode perbedaan waktu (Inteaural
Time Difference - ITD) yang diterima oleh dua buah mikrofon. Sinyal suara yang ditangkap oleh masing-masing
mikrofon akan di korelasi silang (Cross Corelation), dimana hasil puncak tertinggi dari cross correlation akan
menunjukan nilai ITD. Pada penelitian ini, sistem penjejak lokasi sumber suara mampu mengidentifikasi lokasi sumber
suara manusia dalam bidang setengah lingkaran (0 − 180 ).
I. PENDAHULUAN
Dengan adanya perbedaan gelombang suara (1)
yang sampai ke telinga, kita dapat menebak dari = 331.5 + (0.6 ) ⁄
mana arah sumber suara. Terinspirasi dari sistem Dimana θ adalah temperature ( ℃ ). Suara
pendengaran manusia ini, banyak peneliti diukur berdasarkan seberapa kuat (keras) suara
membuat sistem yang dapat menentukan lokasi tersebut. Alat ukur yang digunakan adalah sound
sumber suara. Sistem pendeteksi lokasi sumber level meter, yang secara prinsip adalah
suara dapat ditentukan berdasarkan perbedaan membandingkan besarnya tekanan suara terhadap
intensitas atau level suara yang diterima oleh tekanan sekitar pada medium. Persamaan untuk
mikrofon[1,2] dan perbedaan waktu sampainya menghitung level tekanan suara :
sinyal suara yang diterima mikrofon [2,3,4,5].
Aplikasi dari sistem pendeteksi lokasi sumber = 20 log (2)
suara antara lain, untuk perawatan prediktif mesin,
aplikasi tanda bahaya, aplikasi pada service robot Dimana adalah Level tekanan suara (dB),
dan sebagainya. Dalam penelitian John Murray adalah root-mean-square (RMS) tekanan suara
dkk, telah melakukan suatu permodelan telinga
(Pa) dan adalah 20 μPa di udara dan 1 μPa di
yang dapat mengetahui posisi sumber bunyi
air.
dengan menggunakan Cross Correlation dan
Neural Network. Pada penelitian ini, dengan
III. CROSS CORELATION DAN ESTIMASI
memanfaatkan dua mikrofon yang dipasang
POSISI
dengan jarak tertentu bisa mengidentifikasi lokasi
sumber suara manusia yang berada pada bidang Tujuan menghitung correlation antara dua
setengah lingkaran ( 0 − 180 ) dengan sinyal untuk mengukur derajat kemiripan dari
menghitung TDOA sinyal suara. sinyal tersebut. Identifikasi posisi lokasi sumber
suara dapat ditentukan dengan mencari TDOA
II. SUARA sinyal yang diteima oleh 2 mikrofon. Untuk
mencari TDOA umumnya digunakan cross
Suara adalah suatu gelombang mekanik yang
correlation. Cross corelation antara sinyal dan
merambat melalui udara, air dan zat. Suara yang
dapat dinyatakan sebagai berikut :
yang dapat didengar oleh telinga manusia dalam
rentang 20 Hz – 200 Hz. Kecepatan rambat suara
bergantung dari jenis media perambatannya. Suara
( )= ( ) ( − ) (3)
merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan
udara lebih rendah. Cepat rambat suara diudara:
( )= ( ) ( − ) (4)
(a)
(a)
Gambar 4. Posisi lokasi sumber suara
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yang Geng, and Jongdae Jung, Donggug
Seol, “Sound Source Localization System
Based on Neural Network for Mobile
Robots”, In Proceeding IEEE International
(c)
Joint Conference on Neural Network, 2008.
Gambar 7. Hasil pengujian pada sudut 22.5 . (a) [2] Ali Pourmohammad, Sayed Mohammad
sinyal X .(b) Sinyal X ternomalisasi. Ahadi, “TDE ILD Based 2D Half Plane Real
(c) Siyal X .(d) sinyal X Time High Accurasi Sound Source
ternomalisasi.(e) korelasi silang X Localization Using Only Two Microphone
dan X and Source Counting”,In Proceedings IEEE
International Conference on Electronics
Tabel 1. Pengujian identifikasi posisi sumber suara andIinformation Engineering, 2010
.
Makalah ilmiah yang dipublikasikan di Indonesia bertambah banyak, sehingga kalangan publik terutama akademik
memerlukan suatu sistem pemerolehan informasi yang dapat membantu mereka untuk menemukan informasi yang relevan.
Pencarian dokumen makalah ilmiah yang sudah ada sebagian besar menghasilkan informasi berdasarkan dari abstrak,
judul,pengarang, penerbit, dan subjek makalah. Dalam penelitian ini penulis mengimplementasikan Sistem Pemerolehan
Informasi menerapkan pengindekan menggunakan seluruh isi teks makalah ilmiah berbahasa Indonesia. Sistem ini
menggunakan metode TF-IDF dan struktur data classical yaitu Inverted Index yang berbasis pada Hash Table dan Ordered
LinkedList. Hasil ujicoba menggunakan 281 dokumen menunjukkan unjuk kerja waktu akses yang diperoleh untuk 1 kata
kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4 kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang List memerlukan struktur data penyimpanan yang
Jumlah dokumen makalah ilmiah digital di terurut dan dinamis, Ordered Linked List
Indonesia terus bertambah sehingga masyarakat diimplementasikan untuk Poting List karena ukuran
terutama akademisi memerlukan suatu sistem yang Linked List yang dapat melebar menyesuaikan data
dapat mengakses dan menyediakan berbagai yang ditambahkan. Ordered Linked List
informasi sesuai kebutuhannya. Informasi tersebut berdasarkan pada Linked List dengan penambahan
dapat diperoleh menggunakan sistem temu-kembali pengurutan data[3].
informasi (Information retrieval) agar pengguna Pencarian dokumen makalah ilmiah yang
mendapatkan sumber informasi yang tepat sesuai sudah ada sebagian besar menghasilkan informasi
kebutuhan pengguna dari sekumpulan dokumen berdasarkan abstrak, judul,pengarang, penerbit, dan
yang besar [1]. subjek makalah. bukan seluruh isi makalah. Peneliti
TF-IDF adalah salah satu metode dari mengembangkan Sistem Pemerolehan Informasi
Information Retrieval untuk memberikan bobot untuk dokumen makalah berbahasa Indonesia
hubungan suatu kata (term) terhadap dokumen. menggunakan seluruh isi teks dokumen.
Metode TF-IDF yang digunakan menggunakan
teknik pembobotan Savoy karena pada teknik 1.2 TUJUAN
pembobotan ini, bobot istilah telah dinormalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengim-
Teknik ini memperhitungkan jumlah dokumen yang plementasikan sistem pemerolehan informasi untuk
mengandung istilah yang bersangkutan dan jumlah pencarian makalah ilmiah berbahasa Indonesia
keseluruhan dokumen. Sehingga jika sebuah istilah menggunakan seluruh isi teks makalah ilmiah dan
mempunyai frekuensi kemunculan yang sama pada mengetahui unjuk kerja sistem yang menggunakan
dua dokumen belum tentu mempunyai bobot yang Inverted Index klasik dengan struktur data Hash
sama. Teknik ini sudah diterapkan pada dokumen Table dan Ordered LinkedList dengan operasi
berbahasa Indonesia dan cukup baik dalam boolean dasar.
memberikan bobot dokumen terurut[6].
Data yang berisi daftar term dan hubungannya 1.3 METODE PENELITIAN
dengan dokumen disimpan dalam sebuah Inverted Dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap
Index. Inverted index terdiri dari dua bagian utama, penelitian sebagai berikut:
dictionary dan posting list. Struktur data Hash 1. Studi pustaka penerapan inverted index klasik
Table adalah pilihan sesuai digunakan sebagai menggunakan pembobotan TF-IDF dengan operasi
dictionary karena waktu aksesnya relatif singkat AND.
dimana pengurutan data tidak diutamakan. Posting
2. LANDASAN TEORI
2.1 Information Retrieval
Sistem temu kembali informasi (information
retrieval system) merupakan sistem untuk
menemukan kembali (retrieve) informasi-informasi
yang relevan terhadap kebutuhan pengguna dari
suatu kumpulan informasi secara otomatis.
Penekanannya ada pada penemukembalian
informasi yang sifatnya tidak terstruktur. Salah satu
contoh dari sistem temu kembali informasi adalah
search-engine atau mesin pencarian [5].
Dokumen diwakili melalui set index Gambar 2. Proses dari pemerolehan informasi[6]
term.Index term menyediakan logical view dari
dokumen Jika kolesi dokumen cukup besar 2.2 Inverted Index
komputer akan melakukan pengurangan jumlah set Inverted index terdiri dari dua bagian utama,
term melalui penghapusan stopwords,operasi dictionary dan posting list. Dictionary menyimpan
stemming. Operasi teks tersebut akan mengurangi daftar kata, sedangkan posting list menyimpan
kompleksitas dari dokumen dan mengubah logical identitas dokumen yang mengandung kata yang
view dari full text ke set index term. Gambar 1 bersangkutan. Setiap kata terhubung dengan satu
menunjukkan logical view yang digunakan sistem rangkaian posting list yang terurut menggunakan
pemerolehan informasi[6]. penunjuk[1].
Kata1
Dok1 Dok2 Dok3
wordlist
Kata2
Dok1 Dok2 Dok3
Waktu akses(detik)
linear. Pada kelompok dfk 281 terjadi peningkatan 0,04
waktu akses dari 0,0033 detik untuk 1 kata kunci 1-2
hingga 0,0491 detik untuk 4 kata kunci. 0,02
Peningkatan waktu akses dari 1 kata kunci ke 2 kata ±140
kunci cukup signifikan dibandingkan dari 2 sampai 0 281
4 kata kunci, hal ini disebabkan ada operasi AND 1 2 3 4
untuk 2,3, dan 4 kata kunci sedangkan pada Kata Kunci
kelompok 1 kata kunci tidak ada.
Dari Gambar 8 dapat dilihat pada kelompok
dfk ±140 peningkatan waktu akses linear untuk
Gambar 8. Grafik Waktu rata-rata query untuk
peningkatan dari 2 sampai 4 kata kunci. Pada
kelompok kata 1-2 dfk, ±140 dfk, dan 281
kelompok dfk 281 peningkatan waktu akses pada 2
dfk operasi AND.
kata kunci ke 3 kata kunci cukup tajam
dibandingkan peningkatan waktu akses dari 3 kata
Untuk kata kunci 1 sampai 4, kelompok dfk
kunci ke 4 kata kunci, hal ini disebabkan jumlah
281 memiliki waktu akses paling tinggi, diikuti
dokumen relevan yang diperoleh untuk 3 kata kunci
kelompok dfk ±140, dan yang terakhir kelompok
sama dengan 4 kata kunci yaitu 281. Sedangkan
dfk 1-2. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah
pada kelompok dfk ±140 terjadi penurunan hasil
dokumen untuk setiap postinglist(dfk) mening-
dokumen yang relevan dari 63 dokumen untuk 3
katkan waktu akses query.Waktu akses untuk 1 kata
kata kunci menjadi 41 untuk 4 kata kunci.
kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4
kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.
Tabel 1. Waktu rata-rata query untuk kelompok
kata 1-2 dfk, ±140 dfk, dan 281 dfk
4. Penutup
dengan operasi AND.
4.1 Kesimpulan
Waktu Jumlah
Sistem pemerolehan informasi yang
Jumlah Query Dokumen
menggunakan Struktud data Inverted Index berbasis
Kata Rata2 yang
Hash Table dan Ordered Linked List ini memiliki
DFK Kunci (detik) Relevan
unjuk kerja pencarian 0,001 detik untuk 1 hingga 4
1 0,001 1 kata kunci pada kelompok kata dfk 1-2. Unjuk kerja
2 0,001 2 sistem 0,0017 detik untuk 1 kata kunci hingga
0,0041 detik pada kelompok kata dfk ±140 dengan
3 0,001 1 grafik peningkatan waktu akses linear. Unjuk kerja
1-2 4 0,001 1 sistem 0,0033 detik untuk 1 kata kunci hingga
1 0,0017 138 0,0491 detik untuk 4 kata kunci pada kelompok
kata maksimum 281.
2 0,0026 85 Waktu akses yang diperoleh untuk 1 kata
3 0,0033 63 kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4
±140 4 0,0041 41 kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.
Peningkatan frekuensi dokumen untuk setiap kata
1 0,0033 281 kunci ikut mempengaruhi waktu yang diperlukan
2 0,0316 281 untuk proses pencarian yang juga meningkat.
3 0,0463 281
4.2 Saran
281 4 0,0491 281 Penelitian selanjutkan dapat dikembangkan
untuk operasi pencarian OR dan NOT atau operasi
kombinasi AND, OR, NOT.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Manning ,Christopher D. (2009). An
Introduction to Information Retrieval.
Cambridge University Press Cambridge,
England
[2] Kruse, Robert L. (1994). Data Structure and
Program Design Third Edition. Prentice Hall
International, Inc, London.
Abstrak
Gerakan robot pembersih sampah dalam ruangan memiliki perubahan gerak tidak linier dan memiliki noise sehingga
membutuhkan kontroler yang mampu menangani gangguan dari internal maupun eksternal robot sendiri. Dengan perubahan
bertambahnya sampah akan memperbesar gangguan yang harus diredam agar tetap bergerak seperti semula. Dengan cara
konvesional sulit untuk mengetahui perubahan tersebut. Untuk mendeteksi perubahan beban dan posisi ruang, maka
diperlukan sensor yang bisa membaca perubahan posisi dan gangguan yang terjadi terhadap plant yang kompleks.
Untuk mempertahankan posisi dan keseimbangan gerakan dapat diselesaikan dengan kontroler fuzzy, sedangkan untuk
mendeteksi perubahan yang terjadi akan datang diperlukan kontrol prediksi.
Robot ini memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan gerak saat berputar 180 derajat dengan dua roda penggerak
dari empat roda yang digunakan. Kontrol prediksi Kalman yang digunakan memiliki nilai variabel state yang tepat agar sudut
berbelok yang dihasilkan untuk tiap perubahan beban dapat menghasilkan logika yang dapat terima oleh kontroler plant.
Kata kunci : gerakan robot, sensor , kontrol prediksi Kalman, kontroler fuzzy
sumbu z sebesar 150 Hz.[5] Adapun filter fRB fRS fZ fFS fFB
menggunakan rangkaian analog butterworth 1
orde 4 dengan frekuensi cut – off sebesar 10
Hz [4]
Dengan pemilihan frekuensi cut-off 10 Hz
agar dapat menghilangkan gangguan getaran
motor dan perubahan putaran motor dari
polaritas MOSFET
3
75 35 0 6
75
0
Gambar 3. Membership function output :
rpm motor
-10 -4 0 4 10
(a)
fdeNB fdeNS fdeZ fdePS fdePB
1
D. Pengujian Kemiringan Sensor MMA7260Q Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
apakah mampu mencapai steady state nya setelah
Terhadap PWM Motor
mendapatkan gangguan, pengujian ini diambil 511 data
percobaan.
V. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa bahwa kontroler
fuzzy prediktif dapat mempertahankan jalur di posisi
yang diinginkan robot dari gangguan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan pengaturan estimator Kalman dapat
membantu mempertahankan posisi dari gangguan.
2. Pengaturan rule base dapat mengatur posisi robot dan
dengan memberikan nilai clock pada ADC di port
OCR1A dan OCR1B diperoleh kecepatan yang
Gambar 7 Sudut Kemiringan Terhadap PWM sesuai dari output PWM pada rule base.
Motor
Wahyu Widada
Lembaga Penenrbangan dan Antariksa Nasional
Jln. Raya LAPAN Rumpin Bogor Indonesia
w_widada@yahoo.com
Abstrak
Untuk memproses sinyal dan visualisasi data radar transponder secara cepat baik untuk perhitungan matematik
maupun untuk user-iterface, maka memerlukan software yang dapat memproses cepat. Tulisan ini mengaplikasikan program
Matlab yang dikontrol dengan menggunakan Visual Basic. Interface antara operator dan PC akan menjadi lebih mudah serta
dapat lebih cepat pemrosesannya dibanding hanya dengan menggunakan salah satu software. Kombinasi kedua software
tersebut terbukti lebih optimal dan lebih cepat lebih dari 10 kali serta mudah dalam operasional.
1. Pendahuluan
Tra
Radar transponder untuk aplikasi roket nsp
telah dikembangkan pada tiga tahun terakhir yang
digunakan untuk tracking jarak ketinggian R= ond
er
peluncuran roket hingga lebih dari 18 km.
Pemrosesan radar transponder ini cukup komplek
yang terdiri dari akuisisi data dari hardware ke PC T RO
KET
dan perhitungan posisi yang ditampilkan pada peta
3 dimensi. Beberapa algoritma membutuhkan
fungsi yang perlu cepat agar waktu yang diperlukan C/2
untuk memproses satu buah data menjadi lebih Towe
cepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak r
dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu
buah software. Agar lebih optimal dapat Ante
mengkombinasikan software digital signal nna
processing dan software untuk user interface. > 15RA
Matlab adalah software yang dirancang untuk
melakukan perhitungan dengan kecepatan tinggi
m DA
R
seperti algoritma digital signal processing.
Sedangkan VB lebih simple dan handal untuk user Tra
Gambar 1. Sistem radar transponder untuk roket.
interface, tetapi sangat lambat untuk melakukan nsc
proses perhitungan signal processing yang eiv
Terdiri dari base-station dan transponder roket.
memerlukan parameter dan data yang cukup er seluruh signal pada sistem ini
Untuk mengkontrol
besar.1,2,3 Oleh karena itu, kombinasi kedua memerlukan pengembangan software khusus yang
software tersebut akan menjadi lebih optimal dari dirancang sesuai dengan hardware yang digunakan
segi kecepatan dan segi user interface.4 agar lebih efesien dalam segi waktu pemrosesan.
Tulisan ini membahas hasil pengembangan Software Matlab telah mendukung
software radar transponder roket dengan teknologi ActiveX, sebuah teknologi otomatis
menggunakan VB dan Matlab. VB digunakan untuk sehingga dapat dikontrol dengan program Microsoft
akses data digital dari hardware, sedangkan Matlab seperti Micosoft Visual Basic.
digunakan untuk pemrosesan data menjadi
informasi parameter radar. Hasil yang diperoleh
menunjukkan waktu pemrosesan data secara
keseluruhan menjadi lebih cepat beberapa kali.
2. Radar Transponder
4. Kesimpulan
Call Matlab.PutWorkspaceData("A", "base", dataA)
Telah dikembangkan sistem pemrosesan
Call Matlab.PutWorkspaceData("B", "base", dataB) sinyal radar transponder roket dengan
menggunakan kombinasi software VB dan Matlab.
Call Matlab.PutWorkspaceData("C", "base", dataC) Hasil yang diperoleh menunjukkan kecepatan
pemrosesan meningkat tajam hingga lebih dari 10
Call Matlab.PutWorkspaceData("D", "base", dataD) lipat pada total proses perhitungan data. Hasil ini
akan meningkatkan akurasi pengukuran posisi roket
Call Matlab.PutWorkspaceData("waktu", "base", waktu)
yang mempunyai gerak sangat cepat. Hasil
Call Matlab.PutWorkspaceData("w", "base", w)
pengembangan software ini telah diaplikasikan
pada sistem radar untuk peluncuran roket LAPAN.
Matlab.Execute ("cd
C:\Users\anwar\Desktop\RADAR_2012a\RADAR_2012\data\") Ucapan Terimakasih
Kami ucapkan kepada Kemenristek atas
Matlab.Execute ("radarD230") dukungan dana dalam penelitian ini melalui
program SINAS 2012-2014.
Call Matlab.GetWorkspaceData("n2", "base", n2)
Daftar Pustaka
Call Matlab.GetWorkspaceData("n1", "base", n1)
1. Chang Jun Zhu et al., “Application of
Call Matlab.GetWorkspaceData("dN", "base", dN) Combined Matlab and VB Model in Water
Pollution Control Planning”, 2010, Key
Call Matlab.GetWorkspaceData("ms", "base", ms)
Engineering Materials, 439-440, 407.
2. WANG Yong-hu1 etal., ”Developing on CAI
Gambar 5. Komunikasi data dan eksekusi Matlab. System for combination technology bsaed on
VB and MATLAB,” http://en.cnki.com.cn/
Contoh proses eksekusi dan komunikasi data dari Article_en/CJFDTotal-TLJS201006007.htm.
3. YANG Li, ”A Programming Technology for
VB dan Matlab adalah seperti pada gambar diatas.
Komunikas pengiriman data data VB, proses Efficient Combination of MATLAB and VB”,
eksekusi data pada algoritma radar, dan pengirman http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTA
hasil perhitungan dari Matlab ke VB kembali. L-XXYD200303014.htm.
Gambar dibawah adalah hasil uji 4. LU Qiu-lan (Qufu Normal University,Qufu
Shandong 273165, China);Study in Hybrid
peluncuran roket RX122 yang diproses dengan
Programming Between VB and MATLAB[J];
menggunakan software yang dtelah dikembangkan.
Terlihat roket meluncur dengan jarak maksimum 23 Computer Simulation;2003-12.
km dengan waktu tempuh sekitar 83 detik.
25
20
] 15
m
k
[
g
n
u 10
s
g
n
a
L
k
a
r 5
a
J
-5
130 140 150 160 170 180 190 200 210 220
Waktu [detik]
Widjonarko
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik - Universitas Jember
Email: widjonarkost@yahoo.co.id
Abstraks
Keterbatasan daya listrik bagi Provaider Telekomunikasi menjadi permasalahan yang sangat komplek terutama pada
BTS (Base Transceiver Station) remote area yang menerapkan sistem catu daya bergantian antara PLN dan genset dengan
kombinasi 12 jam PLN ON/ Genset OFF dan 12 jam Genset ON/ PLN OFF, dan pemanfaatan kerja baterai hanya sebagai
backup emergensi saja disaat PLN OFF/ Fail dan Genset akan ON, ditambah permasalahan kwalitas tegangan yang relatif
fluktuatif akibat jauh dari penyulang dan hidupnya beban secara bersamaan yang mengakibatkan terjadinya overcurrent (trip
protection).
Mengatasi permasalahan tersebut diperlukan desain sistem pengaturan beban (Power Management) dengan
mendeteksi power treshold atau limit current tidak melebihi nilai setting dan menentukan daya sisa dari beban yang belum
hidup dan pengoptimalan kerja baterai charge and discharge melalui pengontrolan kapasitas baterai menggunakan metode
SOC (state of charge) serta mengubah baterai sebagai catu daya kedua setelah PLN OFF dan Genset menjadi catu daya
emergensi.
Hasil perancangan sistem desain pengaturan kombinasi tahapan prioritas beban utama ON dan beban kondisonal
yang hidup berdasarkan perubahan arus charge ke baterai yang semakin kecil dan menghindari terjadinya trip proteksi.
Batasan setting SOC 60%-90% yang tepat dapat mengoptimalkan kerja baterai saat charge discharge dengan mengatur
waktu saat charge Ibost efektif 4 jam dan discharge efektif 8 jam yang dapat mengurangi kerja genset secara teknis
memperpanjang masa pakai genset dan penghematan bahan bakar.
Kata kunci : Power Management (PM) , Charge Discharge (CDC), State Of Charge (SOC), Power Sensor (PS), Threshold
Power (Pth), limit current, trip.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyelesaikan penelitian ini
dilakukan melalui tiga tahapan yang pertama,
memperoleh data sistem exsisting yang Tabel 3.2 Data beban AC (Alternating Current)
digunakan sebagai acuan pembuatan sistem yang BTS remote area
baru. Kedua : menentukan parameter beban
(pengelompokan) untuk memperoleh kotinyuitas
daya dengan mendesain sistem automatic charge
discharge baterai dan tiga : desain sistem
pengaturan beban (power management)
menggunakan pengaturan beban dinamis dan
diimplementasikan.
Misal :
kombinasi 1 = ( 40 ; 50 ; 10 )
(800 x 40% )
Saat Charge Ibost TBost
80
320
80
4 jam
Gambar 3.2. Single line diagram desain sistem
charge discharge (CDC) dan sistem power (800 x 50% )
Saat Charge Ifast TBost
management (PM) 48
400
3.2.1 Recovery Charge Baterai 48
Proses recovery dalam pengisihan 8 jam
baterai adalah melakukan proses charge sampai
dengan kondisi mengembalikan 100% dari
kapasitas Ah terpasang dengan arus mendekati Saat Charge Ifloat (800 x 10% )
TBost
0A di mana titik terakhir charge sudah tidak 8
efektif lagi karena perubahan arus kecil sekali 80
dan memerlukan waktu yang panjang. Untuk 8
mencari optimasi baterai sebagai perhitungan
diambil data existing sebagai acuan charge 10 jam
maupun discharge di bawah ini :
Dengan rumus yang sama selanjutnya didapat Saat cycle pertama discharge dengan setting 60%-
hasil hitungan sebagai berikut : 90% di mana kapasitas baterai terhitung 100% ,
sehingga untuk 10% discharge pertama dinyatakan
kombinasi 2 = ( 30 ; 40 ; 30 ) waktu tambah pada cycle pertama.
Saat Charge Ibost = 3 jam Untuk 10% pertama (DC Fan Off ) :
Ah (1 , 1 ) X D (1 ) %
Saat Charge Ifast = 7 jam T d (10 % , 1 )
IL
Saat Charge Ifloat = 30 jam 800 X 10 %
25
kombinasi 3 = ( 20 ; 30 ; 50 ) 3, 2 jam
Saat Charge Ibost = 2 jam
Untuk 10% pertama (DC Fan On ) :
Saat Charge Ifast = 5 jam Td ( 10 % , 1 ) 2 ,6 jam
pengelompokan beban berdasarkan prioritas dan Dengan melihat tabel prioritas beban AC dan
pengaturan penyalaan beban berdasarkan sensing data beban DC exsisting maka didapat kombinasi
daya dan arus, untuk monitoring desain sistem ini beban dari prioritas 3 dan 4 adalah 26 . Untuk
dilengkapi dengan data Logger. Sistem desain penentuan kombinasi beban dalam penelitian ini
yang direncanakan dapat dilihat di bawah ini : digunakan kombinasi acak yang sudah ditentukan
berdasarkan kebutuhan dari kombinasi A sampai
dengan kombinasi F (lampiran tabel kombinasi
beban). Untuk dinyatakan bahwa daya sudah optimal
dengan pengaturan beban apabila P Tmin < P kontrak PLN
sebesar 16.5 kVA saat kondisi charge ke baterai,.
Daya
20,000
Batas daya 16.5kVA
serta mode kedua dengan catu daya genset saja, 15,000
ini. Kombinasi
Daya Max (watt) Star-up Daya Nominal (watt)
Daya Min (watt) in PM Daya Kontrak PLN (VA)
ABSTRAK
Di zaman sekarang ini bahan bakar fossil menjadi langka di karenakan konsumsi yang berlebihan, oleh karena itu
diperlukan energi alternatif. Salah satunya energi sinar matahari yang merupakan energi alternatif, karena jumlahnya yang
tak terbatas. Dengan energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik melalui photovoltaic (PV). Photovoltaic adalah alat
yang menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan sinar matahari yang dapat diperbarui secara terus menerus yang
bekerja sesuai panas yang diterima, dimana tegangan dan arus yang dihasilkan masih searah (DC). Tetapi tegangan dan arus
yang diterima oleh PV tidak stabil, maka dari itu dibutuhkan MPPT (Maximum Power Point Tracker) agar daya yang didapat
maksimum. Konverter yang dipakai dalam percobaan ini adalah BUCK Chopper yang dianggap sebagai variabel resistor
untuk mendapatkan daya maksimal.
Pada PV memiliki kurva karakteristik, Gambar 5 kurva daya dan tegangan pada panel
berikut gambar 3 surya saat pembebanan
VL=E-Vo (1)
∆
L = − o 30
∆
25
L∆ = ( − o) t= (E-Vo).ton
20
15
Series1
10
5
0
0 1 2
L∆ = o∆ =Vo.toff
(b)
Gambar 15 Hasil simulasi buck chopper sebagai
MPPT pada pembebanan dengan tahanan kecil
dari tahanan MPP (a) daya (b) tagangan panel
surya dan tegangan keluaran MPPT
6. DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Semakin berkurangnya ketersediaan bahan bakar fosil mendorong berkembangnya penggunaan energi terbarukan sebagai
sumber energi pembangkit listrik. Salah satu sumber energi terbarukan yang semakin banyak dipakai sebagai pembangkit
listrik adalah sel surya. Efisiensi sel surya yang masih rendah membuat perlunya penerapan maximum power point tracking
(MPPT) yang dikombinasikan dengan konverter DC-DC. Konverter DC-DC yang umum digunakan adalah konverter boost
konvensional yang mempunyai ripel tegangan dan ripel arus output yang cukup tinggi. Pada makalah ini disajikan pemodelan
dan simulasi dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dikombinasikan dengan konverter KY yang dilengkapi
dengan metode pencari daya maksimum atau maximum power point tracking menggunakan neuro-fuzzy controller. Sistem
terdiri atas PLTS, konverter KY dengan kontrol MPPT dan beban DC. Kontrol MPPT berbasis neuro-fuzzy digunakan untuk
mengontrol saklar MOSFET dari konverter DC-DC penaik tegangan bernama konverter KY untuk menghasilkan daya output
maksimum dari PLTS. Konverter KY dipilih karena mempunyai respon transien yang cepat dan mampu menghasilkan
tegangan dan arus output dengan ripel yang sangat kecil. Sistem yang diajukan diuji pada berbagai temperatur dan iradiansi
matahari, kemudian hasilnya dibandingkan dengan sistem yang identik namun menggunakan konverter boost konvensional.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa sistem dengan konverter KY mampu menghasilkan ripel tegangan dan ripel arus output
yang lebih kecil, serta kecepatan transien yang lebih cepat dibanding sistem dengan konverter boost konvensional.
Kata kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Maximum Power Point Tracking (MPPT), Neuro-Fuzzy Controller,
Konverter KY, Konverter Boost
B. Konfigurasi Konverter KY
Topologi KY converter ditunjukkan oleh
Gambar 3. KY converter terdiri atas dua mosfet
yang digunakan sebagai switch S1 dan S2. Kedua
switch tersebut tersambung dengan dioda D1 dan
D2, sebuah induktor keluaran L dan kapasitor
keluaran C, sebuah dioda Db, serta sebuah
kapasitor energi transfer Cb yang cukup besar
Gambar 1 Konfigurasi Sistem Keseluruhan untuk menjaga tegangan yang melalui kapasitor
tersebut tetap konstan.
A. Pemodelan Panel Surya
Pemodelan panel surya secara sederhana
ditunjukkan oleh Gambar 2.
Keterangan:
I adalah arus output PV (A).
IL adalah arus yang terbangkit pada PV (A).
ID adalah arus saturasi dioda.
q adalah muatan elektron = 1.6x10-19(C).
K adalah konstanta Boltzman (j/K).
T adalah temperatur sel (K).
Rs adalah resistansi seri sel (Ohm).
Rsh adalah resistansi shunt (Ohm).
V adalah tegangan output PV (V).
Panel surya yang digunakan pada penelitian Gambar 4 Aliran Daya Konverter KY saat S1 on
ini menggunakan model panel surya KC200GT. dan S2 off
Data panel surya ini pada iradiansi matahari 1000 Pada Gambar 4, sesaat setelah S1 menyala
W/m2 dan temperatur 25ºC ditunjukkan oleh Tabel dan S2 mati, tegangan pada L adalah tegangan
1. masukan vi ditambah tegangan vi yang melalui Cb,
dikurangi tegangan keluaran vo. Persamaan
Tabel 1 Parameter KC200GT pada 1000 W/m2 diferensial untuk menggambarkan hubungan
25ºC tersebut adalah
Imp 7,61 A
Vmp 26,3 V di
L 2vi vo
Pmax 200,14 W dt
Isc 8,21 A dv v
C o i o
Voc 32,9 dt R (2)
di
L vi vo
dt
dv v
C o i o
dt R (3)
E. Beban DC
Beban DC yang digunakan hanya berupa
sebuah resistor. Pada penelitian ini, belum ada
sistem kontrol yang menjaga agar tegangan pada
beban selalu konstan. Nilai resistor yang digunakan
adalah tetap untuk semua kondisi, yaitu sebesar
6,125 ohm.
4. HASIL
Pada penelitian ini dibandingkan hasil dari Gambar 10 Arus, Tegangan dan Daya Output
dua sistem, yaitu sistem PLTS dengan konverter Konverter Boost pada Sistem Dengan Konverter
boost, serta sistem PLTS dengan konverter KY. Boost
A. Sistem Dengan Konverter Boost Dari Gambar 10 diperoleh hasil bahwa
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan output konverter boost mempunyai ripel arus
hasil pengujian sistem yang pada awalnya sebesar 0,015 A baik pada arus 5,63 A maupun
mendapat input iradiansi 1000 W/m2 dan 4,905 A. Ripel tegangan yang dihasilkan adalah 0,1
temperatur 25°C menjadi 800 W/m2 dan 35ºC. V pada tegangan output rata-rata 34,47 V.
Sedangkan ripel tegangan output pada tegangan
output rata-rata 30,05 V adalah sebesar 0,08 V.
Respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
dari 0 adalah sebesar 0,096 detik. Sedangkan
respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
setelah perubahan input iradiansi dan temperatur
adalah sebesar 0,102 detik.
photovoltaic system,” Science Direct - Solar Energy, 84, pp. 2219-2229, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang water-meter digital dengan sistem pengiriman data memanfaatkan
fasilitas SMS yang tersedia pada handphone. Dengan sistem ini petugas jasa penyedia air minum akan lebih mudah dalam
memantau jumlah pemakain air oleh konsumen, tanpa harus datang secara langsung dari rumah ke rumah. Sistem ini juga
dapat memberikan informasi jumlah pemakaian air dan biaya kepada konsumen dengan menampilkannya pada LCD.
Matode penelitian ini dilakukan dengan merancang kerja sistem, merancang perangkat keras, merancang perangkat
lunak, pembuatan alat dan pengujian. Komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat ini diantaranya adalah:
mikrokontroler ATMega32, LCD 16x2, sensor optocoupler, papan-kunci, handphone, dan komputer. Perangkat-lunak yang
digunakan untuk mendukung kinerja sistem adalah BASCOM-AVR dan Delphi 7.
Hasil penelitian ini berupa seperangkat alat water-meter digital yang telah berfungsi sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Berdasar hasil pengujian secara kesuluruhan alat dapat bekerja sesuai perancangan, yaitu alat telah mampu
megukur jumlah Volume air yang digunakan oleh pelanggan sekaligus memberikan informasi jumlah biaya yang harus
dibayarkan, Hanya saja dalam hal komunikasi untuk mengirimkan data melalui SMS tergantung pada kondisi sinyal daerah
setempat.
Kata kunci: Water-meter digital, Sistem transfer data melalui SMS, jasa penyedia air minum.
Prinsip kerja dari water-meter analog adalah proses perputaran Vane wheel sesuai dengan
sebagai berikut. kecepatan aliran. Gambar 2 menunjukkan skema
a. Fluida zat cair mengalir melalui saluran dari prinsip kerja ruang sensor.
input dan keluar pada saluran output.
b. Diantara kedua saluran tersebut diatas,
ditempatkan suatu sensor untuk
mendeteksi jumlah air yang mengalir
melalui sensor atau sejenis baling-baling
dan istilah dalam water-meter adalah Vane
wheel.
c. Gerakan alir zat cair tersebut diatas diubah
menjadi gerak putar dan dengan ketentuan
tertentu, maka n putaran Vane wheel sama D D
dengan satu liter yang keluar. 1 2
d. Untuk dapat menunjukkan besaran volume Gambar 2. Skema dari prinsip kerja ruang
air yang mengalir, maka gerak putar yang sensor
terjadi melalui transmisi gigi telah
diperhitungkan, sehingga angka Satu putaran penuh dari Vane wheel sama
pengukuran pada indikator akan dengan jumlah volume air yang dipindahkan
menunjukkan jumlah zat cair yang sebanyak delapan kali volume antar sudu-sudu,
mengalir. sehingga dapat ditulis dengan Persamaan 1.
semakin mahal. Hal ini dilakukan dengan harapan analog. Karena sistem ini bekerja dalam bentuk
para pelanggan dapat menghemat pemakaian air. digital, maka data dari water-meter analog tersebut
harus dikonversi terlebih dahulu kedalam bentuk
digital dengan menggunakan sensor optocoupler.
IV. Metode Penelitian Hasil konversi dari sensor akan diolah oleh
Langkah-langkah penelitian dilaksanakan pemroses dan ditampilkan melalui LCD. Data dari
dalam beberapa tahap seperti ditunjukkan dalam pemroses juga akan dikirim ke penerima melalui
diagram alir gambar 3. fasiltas SMS dalam periode waktu yang telah
ditentukan. Data yang dikirim tersebut akan di
terima oleh handphone penerima, SMS yang masuk
Mulai ke penerima akan disimpan, diolah dan dapat
ditampilkan melalui Personal Computer (PC).
Selain pengiriman data secara otomatis (periodik),
Pengumpulan data alat ini juga dirancang mampu mengirimkan data
secara manual atau sewaktu-waktu data tersebut
dibutuhkan. Diagram kotak sistem monitoring
water-meter digital dalam penelitian ini
Perencanaan cara kerja sistem ditunjukkan oleh Gambar 4.
Optocoupler
Perencanaan bagian mekanis
Pembuatan alat
Gambar 4. Diagram kotak sistem monitoring
water-meter
Pengujian alat
Sistem monitoring water-meter ini terdiri
dari dua bagian utama, yaitu bagian pengirim dan
penerima. Pada bagian pengirim terbagi lagi
kedalam tiga sub bagian, yaitu masukan, pemroses
Selesai dan luaran. Sub bagian masukan adalah sensor
optocoupler yang berfungsi untuk mengetahui debit
Gambar 3. Diagram alir langkah air yang melewati water-meter dan papan-kunci
penelitian yang berfungsi untuk menentukan mode kerja
sistem. Sub bagian pemroses adalah mikrokontroler
A. Perancangan Sistem yang berfungsi untuk mengatur kerja sistem dan
melakukan fungsi aritmatika. Sub bagian luaran
Dalam penelitian ini dirancang-bangun terdiri dari LCD yang berfungsi untuk
water-meter digital yang mampu menghitung menampilkan jumlah pemakaian air dan total biaya
jumlah pemakaian air dan total biaya yang harus pemakaian, serta handphone yang berfungsi untuk
dibayar oleh pelanggan dengan mengacu kepada mengirim data ke penerima melalui SMS. Bagian
sistem pentaripan di PDAM Tirtamarta. Water- pengirim ini juga mendapatkan suplai tegangan dari
meter yang dirancang bangun juga dilengkapi rangkaian catu daya.
dengan sistem pengirim dan penerima data jumlah Sementara itu bagian penerima terdiri dari
pemakaian air dan total biaya melalui fasilitas handphone yang berfungsi sebagai penerima SMS
SMS. Untuk mengetahui jumlah pemakaian air yang dikirim oleh handphone pengirim dan PC
yang dikonsumsi pelanggan digunakan water-meter
B. Perangkat keras
C. Perangkat Lunak
B. Sistem Monitoring Water-meter
Perangkat lunak yang digunakan untuk
memrogram mikrokontroller pada sisi pengirim Pengujian secara keseluruhan dilakukan
adalah BASCOM-AVR. Sementara itu pada sisi untuk menguji hubungan sistem dari perangkat-
penerima, untuk merancang interface atau tampilan keras dan perangkat-lunak sehingga mendapatkan
pada layar computer digunakan DELPHI-7. hasil yang baik. Untuk menentukan berapa jumlah
putaran baling-baling dalam menghasilkan volume
air satu liter (1 dm3), maka dilakukan pengujian
V. HASIL terhadap kinerja water-meter. Hasil pengujian
A. Hasil Perancangan water-meter ditunjukkan pada Tabel 1.
air 1 m3 adalah 37000 putaran. Setelah jumlah LCD seperti gambar 8. Sementara itu pada sisi
putaran baling-baling dihasilkan, maka hasil penerima tampilan pada layar komputer seperti
tersebut dimasukkan kedalam program Bascom gambar 9.
untuk keperluan perhitungan.
Tampilan LCD yang menunjukkan
informasi tentang jumlah Volume air yang dipakai
oleh pelanggan dan jumlah biaya yang harus
dibayarkan adalah seperti dalam gambar 7.
Agus Basukesti
Jurusan Teknik Elektro STT Adisutjipto Yogyakarta
Jl. Janti Blok-R Lanud-Adisutjipto
e-mail: agus_basukesti@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian pengolahan citra dengan topik peningkatan kualitas citra digital dengan metode non-linear filter,
bertujuan menghasilkan algoritama pengolahan citra ini diyakini akan menjadi salah satu metode alternalif dalam memenuhi
kebutuhan untuk peningkatan kualitas informasi. Sedangkan citra hasil penujian merupakan citra hemat kode karena jumlah
byte lebih kecil dari citra aslinya.
Hasil citra filtering metode Gaussian, Unshap, Prewitt dan Laplacian secara visual bahwa citra yang
homogen(seragam) ‘kijang’ sangat jelas perbedaannya dengan citra aslinya. Citra hasil method Laplacian juga ‘sangat
kurang’ kodenya sehingga secara visual hanya kelihatan garis atau titik-titiknya saja. Histogram dari citra metode Laplacian
mengalami penyempitan dan paling sempit dari metode-metode yang lainnya. Sedangkan citra yang heterogen secara visual
hasil filteringnya tidak begitu jelas dengan citra aslinya, khusus pada method Gaussian dan Unshap. Dari ke-empat method
tersebut bahwa method Prewitt masking matriksnya (filter matriks) paling sederhana karena hanya terdiri dari bilangan bulat
-1, 0 dan +1 karena tanpa pembobotan. Citra rekonstruksi aslinya dapat diperoleh dengan mengalikan matriks hasil filtering
dengan mask/kernel/filter matriks method-nya.
Dengan demikian citra dari peningkatan kualitas dengan algoritma filtering ini akan hemat memori penyimpanan,
jalur komunikasi, dan dapat ditransfer cepat serta dapat mudah direkonstruksi untuk mendapatkan citra aslinya.
Kata kunci: non-linear filter, histogram citra, peningkatan citra, mask matriks
100
1. Kijang 0-230 0-240 0-60 0-25
150
2. Hutan 20-250 10-250 0-90 0-25
3. Penyu 0-240 0-50 0-75 0-50 200
350
300 3000
350 2500
2000
100 200 300 400 500 600 700
1500
(a) 1000
500
50 0
150
(a)
200
3500
250
3000
300
2500
350
2000
(b) 1000
500
50
0 50 100 150 200 250
100
(b)
150
4
x 10
200
2
250
300 1.5
350
1
(c) 0
(c)
x 10
4
2
c. Histogram dari citra method Laplacian
1.5
mengalami penyempitan dan paling sempit dari
di antara method-method lainnya. Sedangkan
1
citra yang heterogen secara visual hasil filtering
0.5
tidak begitu jelas khususnya pada method
Gaussian dan Unshap. Dari ke-empat method
0
tersebut bahwa method Prewitt masking
matriksnya (filter matriks) paling sederhana
0 50 100 150 200 250
ABSTRAK
Saat ini perkembangan teknologi nirkabel semakin meningkat seiring dengan tingginya permintaan layanan
komunikasi data. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka dibutuhkan teknologi yang mampu mendukung berbagai
layanan tersebut. Teknologi MIMO-OFDM merupakan teknologi yang menggabungkan keunggulan dari kedua teknologi
smart antenna (multiple input multiple output, MIMO) dan teknologi multplexing (orthogonal frequency division
multiplexing, OFDM). Karena karakteristik kanal pada sistem transmisi selalu berubah oleh waktu dan pentingnya proses
rekonstruksi sinyal dalam transmisi nirkabel, sehingga kondisi kanal perlu diketahui sebaik mungkin. Simbol pilot digunakan
untuk mengumpulkan informasi dan mengestimasi kondisi kanal tersebut. Dalam penelitian ini, metode kuadrat terkecil (least
square, LS) dipilih untuk estimasi kanal awal dan dengan menggunakan desain sistem yang diusulkan, kondisi kanal dapat
diperkirakan dengan menggunakan teknik interpolasi linear untuk estimasi di seluruh subkanal. Dengan menggunakan
simulasi MATLAB, unjukkerja penelitian ini diukur berdasarkan mean square error (MSE) dan normalized mean square
error (NMSE) kanal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa estimasi kanal akan semakin baik seiring dengan peningkatan
nilai SNR. Hal ini ditunjukkan oleh MSE dan NMSE kanal yang mencapai 5x10-5 untuk SNR 25 dB.
Kata kunci: MIMO, OFDM, SNR, simbol pilot, estimasi kanal
frekuensi antar subkanal yang saling harmonik. Dua Gambar 2 mengilustrasikan sebuah sistem
isyarat dikatakan ortogonal jika [3]: komunikasi wireless MIMO dengan spatial
multiplexing single carrier dengan channel estimator
u (t )u
i j (t )d (t ) 0 (i j)
(1)
[5]. Masing-masing transmitter dan receiver memiliki
T N antena kirim dan M antena terima. Pada transmitter,
C (i j) deretan data serial akan dimultipleks menjadi deretan
Teknik OFDM menggunakan beberapa subkanal data paralel dengan kecepatan masing-masing 1/N.
yang diperoleh dari pembangkitan sejumlah osilator C. Karakteristik Kanal
frekuensi. Pembangkitan osilator yang banyak pada
OFDM akan menyebabkan kompleksitas dan Karakteristik kanal yang akan dirujuk dalam
kerumitan dalam implementasi perangkat keras. Oleh penelitian ini adalah kanal multipath berdasarkan
karena itu, pada komunikasi OFDM ditambahkan standar 3GPP 2,15 GHz ± 5 MHz sebagaimana terlihat
teknologi FFT/IFFT untuk menyederhanakannya. pada tabel I.
B. MIMO (Multiple-Input Multiple-Output) TABEL 1. KANAL MULTIPATH: 3GPP 2,15 GHZ ± 5 MHZ [6]
Terdapat 2 jenis MIMO yaitu Space Time Block Path #0 #1 #2 #3 #4 #5
Coding (STBC) dan Spatial Multiplexing (SM). Pada P |αk|2 (dB) 0 -9.7 -19 -23 - -
SM, deretan simbol yang akan dikirim dipecah A τk (μs) 0 0.1 0.19 0.41 - -
menjadi beberapa paralel deretan simbol yang P |αk|2 (dB) 0 -0.9 -4.9 -8 -7.8 -24
kemudian ditransmisikan secara simultan dengan B τk (μs) 0 0.2 0.8 1.2 2.3 3.7
bandwidth yang sama pada masing-masing antena, V |αk|2 (dB) 0 -1 -9 -10 -15 -20
sehingga teknik ini memberikan peningkatan kapasitas A τk (μs) 0 0.3 0.71 1.09 1.7 2.51
secara linear seiring penambahan jumlah antena.
Karakteristik kanal pada simulasi ini berupa
penyusutan yang disajikan dalam bilangan acak yang
mengikuti pola terdistribusi Rayleigh. Karakteristik
kanal yang dibangkitkan berada pada kawasan
frekuensi. Hal ini karena dalam simulasi ini tidak
menggunakan IFFT yang mengubah isyarat dari
Gambar 1. Kanal MIMO 2x2 [4] kawasan frekuensi ke kawasan waktu.
Persamaan kanal pada kawasan waktu dan
kawasan frekuensi masing-masing dapat ditunjukkan
pada persamaan berikut [6]:
k L
h(t) k (t k ) (4)
k 0
k L
H(f) k e j 2 k (5)
k 0
Bit DeMux
Kirim
1.2 0.8
kanal sesungguhnya kanal sesungguhnya
kanal estimasi 0.7 kanal estimasi
1.1
0.6
1
0.5
0.9
|) |
f( f)( 0.4
1 2
1 2
|H 0.8 H
|
0.3
0.7
0.2
0.6
0.1
0.5 0
0 20 40 60 80 100 120 140 0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal Indeks Subkanal
1.2
0.2 kanal sesungguhnya
0 20 40 60 80 100 120 140
kanal estimasi
Indeks Subkanal 1.1
0.9
1.4 |
f)(
kanal sesungguhnya 1
1
H
| 0.8
kanal estimasi
1.2
0.7
1
0.6
0.8
)|f 0.5
( 0 20 40 60 80 100 120 140
1
2 Indeks Subkanal
H
| 0.6
0.4
Gambar 10. Perbandingan Kanal │H11(f)│pada SNR 25 dB
0.2 1.6
kanal sesungguhnya
kanal estimasi
0 1.4
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal
1.2
Gambar 8. Perbandingan Kanal │H21(f)│pada SNR 3 dB
1
|
f)(
2
1
H
| 0.8
0.6
0.4
0.2
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal
0.8
kanal sesungguhnya Dengan melihat hasil MSE kanal tersebut dapat
0.7 kanal estimasi ditunjukkan bahwa semakin besar SNR maka galat
yang dimunculkan akan semakin kecil, yang berarti
0.6
bahwa kanal yang diestimasi semakin mendekati kanal
0.5 sesungguhnya. Hal ini dibuktikan dengan nilai MSE
)|f
kanal yang mencapai 3x10-5 pada nilai SNR 25 dB
(1
2
0.4
untuk rata-rata keseluruhan kanal.
H
|
0.3 Namun hasil dari MSE kanal belum dapat
dijadikan sebagai acuan kecermatan. Hal ini karena
0.2
nilai yang ditampilkan pada MSE masih bersifat relatif
0.1 karena tergantung pada nilai pembandingnya sehingga
perlu adanya parameter lain yang menormalisasi hasil
0
0 20 40 60 80 100 120 140 MSE kanal yaitu parameter NMSE kanal. Hasil dari
Indeks Subkanal
NMSE kanal inilah yang dapat dijadikan acuan
Gambar 12. Perbandingan Kanal │H21(f)│pada SNR 25 dB mengenai kecermatan estimasi kanal. Kecermatan
hasil estimasi kanal dikatakan baik jika nilai NMSE
0.7
kanal sesungguhnya
kanal semakin kecil dan mendekati angka nol.
kanal estimasi -1
0.6 10
H11
H12
0.5
H21
-2 H22
10
0.4
|
f)(
2
2 l
H
| 0.3 a
n
a -3
10
K
E
0.2 S
M
N
0.1 -4
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal
-5
10
0 5 10 15 20 25
Gambar 13. Perbandingan Kanal │H22(f)│pada SNR 25 dB SNR (dB)
Pada nilai SNR yang besar diperoleh hasil estimasi Gambar 15. NMSE Kanal MIMO 2x2 pada SNR 25 dB
kanal yang akurat atau dengan kata lain kanal
estimasinya sangat mendekati kanal sesungguhnya. Hasil simulasi pada Gambar 15 menunjukkan
Karena pada dasarnya kanal hasil estimasi tidaklah bahwa pada SNR 25 dB, nilai NMSE kanal untuk
sama persis dengan kanal sebenarnya, maka kanal yang menuju penerima 1 (H11 dan H12) mencapai
diperlukan parameter untuk menyatakan besarnya 5x10-5 dan pada kanal yang menuju penerima 2 (H21
galat dalam estimasi kanal tersebut yaitu parameter dan H22) mencapai 2x10-4. Hal ini berarti bahwa sistem
galat kuadrat rerata (Mean Square Error, MSE) dan mempunyai estimasi kanal yang bagus atau mendekati
galat kuadrat rerata ternormalisasi (Normalized Mean kanal sesungguhnya pada kondisi SNR tinggi.
Square Error, NMSE). Hasil perhitungan MSE dan
NMSE pada keempat kanal tersebut ditunjukkan pada 6. KESIMPULAN
Gambar 14 dan 15. Ketepatan proses estimasi diketahui dari nilai MSE
-1
10 dan NMSE kanal. Dari hasil MSE dan NMSE kanal
H11 yang mencapai 10-5 maka dapat disimpulkan bahwa
H12
H21 hasil estimasi kanalnya sudah cukup baik. Hal ini
-2
10
H22 berkaitan dengan pemilihan teknik estimasi kanal.
Dengan menggunakan teknik estimasi yang tepat akan
memberikan hasil estimasi kanal dengan nilai galat
l
a
n
a 10
-3 yang sangat kecil, sehingga data yang diestimasi juga
K
E akan semakin mendekati data aslinya.
S
M
DAFTAR PUSTAKA
-4
10
[1] Mai Tran, George Zaggoulos, Andrew Nix and Angela
Doufexi, ”Mobile WiMAX: Performance Analysis and
Comparison with Experimental Results”
[2] Andrew, J.G., Ghosh, Arunaba and Muhammed, Rias,
-5
10
0 5 10 15 20 25
SNR (dB) ”Fundamental of WIMAX” Prentice Hall,2007
[3] Lee,R.C.T., Chiu, M.C, Lin, J.S.,”Communication
Gambar 14. MSE Kanal MIMO 2x2 pada SNR 25 dB Engineering”,Jhon Wiley and Sons, Singapore,2007
[4] Cho,Y.S, Kim,J. “MIMO OFDM wireless communication [8] Isnaini,Fauzan,”Perbandingan estimasi kanal OFDM dengan
with MATLAB,” John Wiley & Sons, 2010 metode LS, LMMSE, LR-MMSE”, Skripsi, UGM, 2011
[5] Chen, K.C., “Introduction to Mobile WiMAX,” National [9] Alex Dowler, and Andrew Nix, “Performance Evaluation of
Taiwan University, 2007. Channel Estimation Techniques in a Multiple Antenna OFDM
[6] Setyanto,B., “Diktat Kuliah Telekomunikasi Lanjut,” UGM, System, IEEE, 2003.
Yogyakarta [10] Foschini, G. J., “Layered space-time architecture wireless
[7] Abdulrahman,H.,”MIMO OFDM Channel Estimation with communication in a fadingenvironment when using multi-
Optimum Pilot Patterns for Cognitive Radio in Overlay element antenna, ” Bell Labs Tech.J., pp. 41-59, Autumn 996.
Spectrum Sharing System”, Master Thesis, Delft University
of Technology,2009
Abstrak
Robot pengikut garis adalah robot yang bergerak mengikuti garis pemandu yang dibuat dengan tingkat presisi
tertentu. Dalam perancangan dan implementasi suatu robot bergerak otonom, banyak masalah-masalah yang dihadapi baik
masalah sistem operasi, transformasi informasi dari sensor untuk basis pengetahuan robot, arsitektur komputer , organisasi
perangkat lunak, sistem penglihatan robot, dan proses pengambilan keputusan yang akan mengakibatkan gerakan robot tidak
mencapai optimal
Fuzzy Logic Controller merupakan alternatif sistem kendali modern yang memiliki respon sistem yang stabil. Dalam
merancang sistem kontrol dengan menggunakan logika fuzzy terdapat tiga proses yaitu fuzzifikasi,
evaluasi rule dan defuzzifikasi. Masing-masing proses tersebut akan mempengaruhi respon sistem yang dikendalikan.
Defuzzifikasi merupakan langkah terakhir dalam suatu sistem logika fuzzy dengan tujuannya mengkonversi setiap hasil dari
inference engine yang diekspresikan dalam bentuk fuzzy set kesuatu bilangan real. Hasil konversi tersebut merupakan aksi
yang diambil oleh sistem kendali logika fuzzy. Karena itu, pemilihan metode defuzzifikasi yang sesuai juga turut
mempengaruhi sistem kendali logika fuzzy
penelitian ini di lakukan dengan melihat hasil nilai pertimbangan fuzzy dengan melihat basis aturan yang ada dan
melihat kesesuain antara input fungsi keanggotaan dengan grafik keluaran logika fuzzy. Keluaran tabel aturan adalah data
linguistik di buat dengan anggka untuk input Sensor robot pengikut garis yang terdiri dari 2 masukan yaitu masukan error
dan masukan perubahan error yang di bagi menjadi lima kelas linguistik dengan range masukan antara -10 sampai dengan 10
dan dua output FLC (Fuzzy Logic Controller) masing masing output kecepatan yang di bagi menjadi 3 kelas linguistic
dengan range 2 sampai dengan 30 dan keluaran belok yang di bagi menjadi 3 linguitik dengan range masukan -15 sampai
dengan 15. dengan metode logika AND inferensi MIN dan metode defuzzyfikasi Singgle tone COG (Center of Grafity)
dengan perancangan logika fuzzy menggunakan tool matlab.
Kata Kunci : Logika fuzzy, Robot pengikut garis, FLC
menyatakan derajat keanggotaan pada suatu sistem mencakup perancangan fungsi keanggotaan untuk
Fuzzy, antara lain bentuk kurva S (Shape), segitiga, variabel masukan dan keluaran, Basis Aturan Fuzzy
trapesium, dan sebagainya seperti pada Gambar1 merupakan kumpulan pernyataan aturan ‘IF–
berikut.
THEN’ yang didasarkan kepada pengetahuan
pakar. Logika pengambilan keputusan di susun
dengan cara menuliskan aturan yang
menghubungkan antara masukan dan keluaran
system fuzzy. Aturan ini di ekspresikan dalam
kalimat :’jika<masukan> maka <keluaran>,
terjadi antara masukan, aturan database dan kendali Fuzzy tersebut membutuhkan dua
keluaran. Perancangan simulasi logika fuzzy dalam parameter utama yaitu fungsi keanggotaan
penelitian ini menggunakan tool matlab. (membership function) dan aturan dasar (rule base).
Masukan yang berbentuk tegas dipetakan menjadi
6. Perancangan perangkat lunak nilai linguistik yang mempunyai derajat
Perancangan perangkat lunak dari metode ini keanggotaan antara 0 dan 1, sehingga didapatkan
di tunjukan pada gambar 7 berikut. Program akan himpunan Fuzzy. Masing-masing masukan yaitu
membaca nilai referensi yang telah di masukan dan error dan perubahan error, dibagi dalam 5 kelas,
nilai keluaran aktual sensor , kemudian program seperti terlihat pada Gambar 8
akan menghitung error dan perubahan error
sebagai masukan Fuzzy. Langkah selanjutnya,
program akan menghitung derajat keanggotaan
error dan perubahan error tersebut. Nilai derajat
keanggotaan tersebut akan menghasilkan suatu nilai
keluaran setelah melalui logika pengambilan
keputusan Fuzzy hingga didapatkan nilai keluaran
yang masih berbentuk himpunan Fuzzy, maka
dilakukan proses defuzzifikasi untuk menghasilkan .
keluaran berbentuk himpunan tegas. Selanjutnya, Gambar 8. fungsi keanggotaan input error
program akan mengirimkan siyal kendali Fuzzy
yang telah diperoleh untuk mengontrol driver motor
Gambar 11. Fungsi keanggotaan belok Dengan membuat pemodelan baik unit masukan,
fuzzifikasi, aturan database pengetahuan,
defuzzifikasi ke dalam matlab maka dapat di
hasilkan simulasi dari semua gambar fungsi pengetahuan dan masukan maka di simulasikan
keanggotaan seperti ada gambar 12 sebagai berikut. seperti pada gambar 13.
Gambar simulasi fungsi keanggotan keseluruhan
dalam matlab
ABSTRAK
Pada saat ini Indonesia sedang mengalami krisis energi yang perlu di perhatikan dan perlu dicarikan solusinya. Salah
satu energi yang dapat di manfaatkan adalah energi matahari. Tetapi energi matahari memerlukan perancangan sendiri sesuai
karakteristik yang akan di gunakan. Pada makalah ini akan di kaji suatu teknik pengendalian untuk memaksimalkan daya
pada modul surya dengan pendeteksi arus yang di implementasikan dengan DC-DC converter Boost. Pada penelitian ini di
lakukan uji pembebanan agar di dapat pembebanan yang sesuai sebagai Rmpp. Berdasarkan hasil dan percobaan di laborat
alat dapat berkerja dengan baik.
KATA KUNCI
Modul surya, Daya,DC-DC converter, Rmpp
Gambar 2
Rangkaian Ekivalen Solar Panel
= =
(1− )
Gambar 6. Mode 1, saklar tertutup = (1− )
=
∆ Implementasi Boost chopper pada MPPT
∆
= diketahui bahwa beban yang terpasang pada PV
∆ = .∆ = . melalui MPPT harus lebih besar dari Rmpp
Pada saat saklar tertutup I in
+
E S C Vo Beban
- Duty cycle
1
0.8
0.6
0.2
+ =
0
= − 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
∆
= −
∆ Gambar 9 kurva perbandingan masukan dan keluaran
∆ =( − ). ∆ = ( − ). terhadap duty cycle pada Boost
5 R = 2 Ohm B
A R = 4 Ohm
4 R = 3 Ohm
C Pmpp
Daya ( W )
Arus ( I )
3 R = 5 Ohm B
D
D
2 A
1 C
0
0
5 10 15 20
Tegangan ( V ) Tegangan ( V )
Gambar 11 Kurva A – D pada radasi & temperatur terhadap Gambar 13 Pergeseran titik operasi nilai daya maksimum
pembebaan berbeda
50 B
D
40 A
30
20
10
0
0
5 10 15 20
Tegangan ( V )
C. Metoda Pengontrollan
Gambar 14 Mikrokontroller PIC 18F4550
Boost MPPT
Driver
Mikrokontroller
PIC 18F4550
V
4. Kesimpulan
5. Daftar pustaka
Asniar Aliyu
Staf Dosen Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281
e-mail: asniar.aliyu@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai ektraksi ciri terhadap tingkat keberhasilan pengenalan
sistem pengenal tutur HMM. Adapun kata-kata yang coba dikenali adalah instruksi kendali pada kaset rekaman (tape
recorder), yaitu: main (play), berhenti (stop), rehat (pause), maju (forward), mundur (backward), rekam (record), buka
(open), hapus (erase), dan tutup (close).
Penelitian ini diawali dengan merekam isyarat tutur dari banyak orang laki-laki dan perempuan dari berbagai
kelompok umur. Kemudian dilakukan ekstraksi ciri dengan analisis LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, FFT, dan kombinasi
ciri atas ekstraksi ciri tersebut, sehingga dihasilkan runtun vektor observasi sebagai ciri isyarat tutur. Pelatihan dengan HMM
atas runtun vektor observasi menghasilkan model-model HMM untuk masing-masing kata dari 100 isyarat tutur yang telah
direkam. Selanjutnya adalah melakukan pengujian model-model HMM hasil pelatihan terhadap runtun observasi isyarat tutur
pelatihan, runtun observasi isyarat tutur lain, dan runtun observasi isyarat tutur yang ditambah derau. Pengujian juga
dilakukan secara waktu nyata.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap isyarat tutur pelatihan didapatkan bahwa tingkat keberhasilan pengenalan
tertinggi adalah HMM antara 93 % dan 99.8%, dan terendah adalah FFT hanya sebesar 64.6 %. Pada pengujian terhadap
isyarat tutur lain menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pengenalan tertinggi adalah HMM antara 82.7% dan 99%, dan
terendah adalah FFT sebesar 61.7%. Pengujian atas isyarat ditambah derau menunjukkan bahwa ciri untuk nilai S/N dari 55
dB hingga 35 dB tingkat keberhasilan pengenalan dengan HMM cenderung tetap antara 92% dan 99% dan semakin
berkurang di bawah nilai 45 dB, kecuali pada FFT tingkat keberhasilnnya cenderung tetap dengan 55 hingga 35 dB, yaitu
54% dan cenderung turun dibawah nilai S/N tersebut. Dalam pengujian waktu nyata menunjukkan bahwa rerata tingkat
keberhasilan pengenalan tertinggi adalah HMM antara 96.7 % dan 100% dan terendah adalah FFT sebesar 62.2 %. Untuk ciri
kombinasi lainnya tidak diuji secara waktu nyata karena tingkat keberhasilan pengenalannya dibawah tingkat pengenalan ciri
FFT.
Kata kunci: Ekstraksi Ciri, Pengenalan Tutur, HMM
isyarat yang tidak jelas atau paling tidak bukti-kabur fungsi Matlab untuk penanganan model Markov
pada isyarat asli. Tersembunyi.
Model Markov Tersembunyi (Hidden Markov
3.3 Jalan penelitian
Model, HMM) merupakan pemrosesan akhir,
Jalan penelitian diberikan dalam bentuk
menyediakan bingkai kerja matematika yang kaya
tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut.
dan fleksibel untuk membangun sistem pengenalan
dan juga merupakan metode penyandian dan 3.3.1 Pengambilan sampel suara
pembelajaran yang sangat baik untuk runtun Sampel suara diambil dari 200 orang penutur,
temporal tanpa membutuhkan segmentasi khusus. 100 sampel suara untuk proses pelatihan dan 100
Antonio Carlos Gay Thomé dan kawan-kawan sampel suara lainnya digunakan untuk proses
di tahun1998[7], Zica Valsan dan kawan-kawan pengujian. Setiap tutur direkam dengan durasi 0.8
tahun 2002[8] oleh Arif Basuki di tahun 2002[1]. detik dengan frekuensi pencuplikan 8000 Hz
Ketiganya hanya mengambil cirri independen, sehingga setiap tutur akan terdiri atas 6400 cuplikan.
sedangkan dalam penelitian ini mencoba tidak hanya
3.3.2 Ekstraksi ciri
cirri independen tetapi juga kombinasi dari cirri
Proses berikutnya adalah melakukan ekstraksi
indepennya
ciri LPC, Cepstrum, dan FFT dengan langkah-
2. TUJUAN PENELITIAN langkah ekstraksi ciri ketiganya seperti diberikan
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan dalam Landasan Teori.
gambaran ekstraksi ciri mana yang memberikan Pada proses ekstraksi ciri dengan LPC akan
tingkat pengenalan tutur paling tinggi di antara dibagi atas dua, yaitu ciri LPC murni dan LPC
ekstraksi ciri LPC, Cepstrum, FFT, dan dengan koefisien diubah ke koefisien Cepstral dan
kombinasinya yang paling sesuai sesuai dalam untuk seterusnya disingkat penulisannya dengan
merepresentasikan bunyi tutur yang dihasilkan oleh LPCCepstral. Dalam analisis keduanya isyarat tutur
lintasan vokal (vocal track) yang diindikasikan dibagi ke dalam kerangka-kerangka analisis 300
dengan besarnya tingkat keberhasilan pengenalan sampel (N=300) dan jarak antar kerangkanya yang
dari sistem pengenal tutur HMM. berturutan dipisahkan oleh 100 sampel (N=100)
serta orde dipilih sebesar 12 (p=12). Diagram kotak
3. METODE PENELITIAN
analisis LPC ditunjukkan dalam Gambar 1.
3.1 Bahan penelitian
Bahan penelitian ini mencakup sampel isyarat N=300 M=100 w(n) P=12
cˆ m (t )
cm
ĉm
Gambar 4 Model HMM kiri-kanan dengan N keadaan
Mel ( f )
ĉm w(m)
Untuk mengkarakteristikkan HMM dengan N
Gambar 2 Diagram kotak analisis Cepstrum cacah keadaan, perlu ditentukan terlebih dahulu
Diagram kotak ekstraksi ciri ciri dengan parameter-parameter berikut ini.
analisis FFT sama dengan LPC hanya pada kotak a. Probabilitas transisi keadaan, aij
analisis LPC diganti dengan analisis FFT dengan a ij 0 untuk i < j dan i > j + 1, untuk
menggunakan algoritma DFT dan pembentukkan 1 i, j N (1)
kerangkanya sama dengan analisis Cepstrum yaitu N
= 256. b. Probabilitas keadaan awal, i
Ketiganya menghasilkan adalah vektor vektor i 1 untuk i=1, dan i 0 untuk i (2)
ciri sebanyak 26 elemen yang terdiri atas 12 elemen
koefisien ciri, 12 elemen derivatif koefisiennya, 1 c. Fungsi rapat observasi keluaran kontinyu berupa
elemen energi dan 1 elemen lainnya merupakan fungsi Gaussian Multivariate untuk setiap
derivatif energinya sehingga dihasilkan runtun keadaan, yaitu:
vektor ciri maksimum yang terdiri atas 64 vektor bi N (o , i ,U i ) (3)
ciri. Ada yang kurang dari 64 vektor karena telah dengan o adalah vektor observasi keluaran, i
dilakukan pembuangan derau latar pada kedua ujung
adalah vektor rerata keadaan ke-i, dan Ui adalah
isyarat tutur sebelum dilakukan analisis LPC.
matriks kovarians pada keadaan ke-i.
Diagram kotak analisis FFT[2][3][4] ditunjukkan dalam
Setiap model HMM dari parameter-parameter
Gambar 3.
yang diberikan di atas dapat dinyatakan sebagai
w (n )
~
( A, , ,U ) (4)
~s (n) X t (n) X t ( n)
s (n ) dengan A adalah matriks probabilitas transisi
keadaan, aij, yang berdimensi N N , adalah
E (t )
vektor probabilitas transisi keadaan, i , dengan
E (t )
dimensi 1 N , adalah rerata pada setiap
c m (t ) a m (t ) keadaan yang membentuk matriks N 26 , dan U
ĉm
merupakan kovarians pada setiap keadaan yang
ĉm membentuk matriks berdimensi (26N) 26.
Adapun algoritma pelatihan HMM adalah
Gambar 3 Diagram kotak analisis FFT
sebagai berikut:
Ciri kombinasi juga dilakukan untuk meneliti 1. menentukan nilai parameter model HMM awal,
apakah dari kombinasi ini dapat memberikan tingkat 0 , sesuai dengan Persamaan (4) diatas,
pengenalan yang lebih baik dari ciri independen.
0 ( A0 , 0 , 0 ,U 0 ) (5)
3.3.3 Pelatihan dan pengujian dengan Model 2. melakukan reestimasi parameter HMM
Markov Tersembunyi berdasarkan runtun observasi pelatihan dan
model HMM awal untuk mendapatkan model
Model Markov Tersembunyi (Hidden Markov
Model, HMM) menurut Rabiner (1989)[6] didasarkan HMM baru, 1 , yaitu:
pada proses stokastik ganda, pertama adalah proses 1 ( A1 , 1 , 1 , U 1 ) (6)
stokastik yang menghasilkan keadaan yang tidak 3. menguji konvergenitas dan cacah iterasi
dapat diamati, dan kedua adalah proses yang maksimum, yaitu apabila sudah konvergen maka
menghasilkan runtun observasi yang dapat diamati. HMM optimal tercapai, yaitu opt 1 dan
Digunakan HMM jenis kiri ke kanan seperti
mengganti 0 1 . (12)
Algoritma proses pelatihan HMM dalam Hasilnya digunakan untuk menguji konvergenitas
bentuk diagram-alirnya ditunjukkan dalam Gambar proses pelatihan, akan konvergen jika:
5.
| P (O | 1 ) P (O | 0 ) | / | P (O | 1 ) P (O | 0 ) | / 2 ambang 0,0001
t (i , j )
t 1
T 1
,
t 1
t (i )
(7)
nilai rerata, µ, dengan Persamaan (8)
T
t ( j, k ) ot
(8)
jk t 1
T
,
t ( j, k )
t 1
Gambar 6 Diagram-alir proses pengujian sistem
dan nilai kovarians, U, dengan Persamaan (9) pengenal tutur HMM
T
2. Induksi
N
t 1 ( j ) t ( i ) a ij b j ( o t 1 ),
i 1
1 t T 1 (11)
1 j N
3. Terminasi
LPCmurni
LPCmurni 80
80 LPCmurni dan LPCCepstral
LPCmurni dan LPCCepstral LPCCepstral dan Cepstrum
70 LPCCepstral dan Cepstrum
60
LPCmurni dan Cepstrum
60 LPCmurni dan Cepstrum LPCmurni dan FFT
40
50 LPCmurni dan FFT
FFT dan Cepstrum
LPCCepstral dan FFT
40 FFT dan Cepstrum 20
LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum
LPCCepstral dan FFT
30 LPCmurni, LPCCepstral dan FFT
LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum
0
20 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, dan FFT
LPCmurni, LPCCepstral dan FFT cacah keadaan (N)
10
LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, dan FFT
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
cacah keadaan (N) Gambar 8 Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
terhadap isyarat tutur dari penutur lain
Gambar 7 Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
terhadap isyarat tutur pelatihan Terlihat dalam gambar bahwa kombinasi tiga
ciri LPCmurni, LPCCepstral, dan Cesptrum
Dalam Gambar 7 menunjukkan bahwa
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan
kombinasi ciri LPCCepstral dan Cepstrum
tertinggi untuk data lain, yaitu sebesar 99 %. Tingkat
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan
keberhasilan ini kemudian diikuti oleh kombinasi
tertinggi, yaitu sebesar 99,8 %, diikuti oleh
ciri LPCCepstral dan Cepstrum sebesar 98,7 %, ciri
kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum sebesar
tunggal LPCCepstral sebesar 97,9 % dan Cepstrum
99,6 %, kombinasi ciri LPCmurni, LPCCepstral,
sebesar 96,9 %. Selanjutnya adalah kombinasi ciri
dan Cesptrum sebesar 99,2 %, ciri tunggal
LPCmurni dan Cepstrum sebesar 96,4 % dan
LPCCepstral sebesar 99 %, kombinasi ciri
LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 82,7 %, dan
LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 98,8 %,
terakhir adalah FFT dengan tingkat keberhasilan
Cepstrum sebesar 97,7 %, LPCmurni sebesar 93 %,
sebesar 61,7 %. Kombinasi lainnya dengan FFT
dan FFT sebesar 64,6 %. Hasil penelitian atas ciri
memberikan tingkat pengenalan dibawah tingkat
tunggal maupun kombinasi di luar FFT
keberhasilan pengenalan dengan ciri FFT.
menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik
Hasil-hasil penelitian inipun masih lebih baik
dibandingkan oleh penelitian yang sama dalam
dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh
bahasa Portugis oleh Antonio Carlos Gay Thomé
Antonio Carlos Gay Thomé dan kawan-kawan
dan kawan-kawan (1998)[7] yang hanya mencapai
(1998)[7] yang hanya mencapai 73,5 %. Untuk
87,3 %, bahkan untuk ekstraksi ciri yang sama, yaitu
kombinasi ciri LPCmurni dan LPCCepstral sebesar
Cepstrum dalam penelitian ini masih lebih tinggi.
82,7 % masih dibawah tingkat keberhasilan
Hasil-hasil penelitian ini juga masih lebih baik
pengenalan tutur yang dicapai dalam penelitian Zica
dibandingkan dengan penelitian mengenai
Valsan dan kawan-kawan[8]. Untuk kombinasi tiga
pengenalan vokal dalam bahasa Rumania yang
ciri LPCmurni, LPCCepstral, dan Cesptrum
dilakukan oleh Zica Valsan dan kawan-kawan
menunjukkan tingkat keberhasilan pengenalan
(2002)[8] yang mencapai 92,2 %. Hasil penelitian
mendekati tingkat keberhasilan pengenalan dalam
untuk kombinasi ciri LPCCepstral dan Cepstrum
penelitian yang dilakukan oleh Arif Basuki (2002)[1]
serta kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum dalam
yang mencapai 99,2%.
penelitian ini cukup mendekati hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arif Basuki (2002)[1] yang mencapai 4.3 Hasil pengujian isyarat tutur pelatihan yang
100 %. ditambah derau
4.2 Hasil pengujian isyarat tutur dari penutur Grafik tingkat keberhasilan pengenalan atas
lain isyarat tutur pelatihan yang ditambahkan derau
ditunjukkan dalam Gambar 9.
Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
Terlihat dalam gambar bahwa untuk kombinasi
terhadap isyarat tutur dari penutur lain ditunjukkan
ciri LPCCepstral dan Cepstrum, vektor ciri tunggal
dalam Gambar 8.
LPCCepstral dan Cepstrum tingkat pengenalannya
hampir tidak berubah dari S/N 55 dB sampai dengan
35 dB yaitu mencapai di atas 99%, 98 %, dan 97%
dan makin turun dengan semakin kecilnya rasio S/N.
Kombinasi tiga ciri LPCmurni, LPCCepstral dan
Cepstrum tingkat pengenalannya hampir tidak
berubah sampai dengan nilai S/N 40 dB yaitu
mencapai diatas 99% dan tingkat pengenalannya keberhasilan pengenalan paling rendah yaitu sebesar
turun dengan cepat dibawah nilai tersebut. 62,2 %. Untuk ciri kombinasi lainnya dengan FFT
Kombinasi ciri LPCmurni dan LPCCepstral serta tidak diuji secara waktu nyata karena tingkat
ciri tunggal LPCmurni tingkat keberhasilan keberhasilan pengenalannya dibawah tingkat
pengenalannya cenderung tetap sampai dengan pengenalan ciri FFT. Oleh karena itu baik FFT dan
dengan S/N 45 dB yaitu mencapai diatas 98% dan kombinasi dengan FFT tidak disarankan untuk
92% dan turun dengan cepat dengan menurunnya digunakan sebagai pemrosesan awal dalam sistem
rasio S/N. Untuk ciri FFT, tingkat keberhasilan HMM.
pengenalan turun hampir linear dan cenderung
konstan sampai dengan nilai S/N 35 dB yaitu 5 KESIMPULAN
mencapai 54% dan cenderung turun dibawah S/N 35 Kesimpulan dari penelitian di atas adalah
dB. sebagai berikut.
Kecenderungan penurunan ini hampir serupa 1. Hasil pengujian atas isyarat tutur pelatihan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif menunjukkan bahwa kombinasi ciri LPCCepstral
Basuki (2002)[1], dimana tingkat keberhasilan dan Cepstrum mempunyai tingkat keberhasilan
pengenalan cenderung tetap untuk nilai S/N 40 dB pengenalan tertinggi, yaitu sebesar 99,8 %,
hingga 35 dB yaitu mencapai 100% dan turun diikuti kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum
dengan cepat dibawah nilai 35 dB. sebesar 99,6 %, kombinasi ciri LPCmurni,
LPCCepstral, dan Cesptrum sebesar 99,2 %, ciri
Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
isyarat tutur pelatihan yang ditambah derau acak Gaussian tunggal LPCCepstral sebesar 99 %, kombinasi
120 FFT ciri LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 98,8 %,
100
Cepstrum
LPCCepstral
Cepstrum sebesar 97,7 %, LPCmurni sebesar 93
%, dan FFT sebesar 64,6 %. Kombinasi dua dan
tingkat keberhasilan (%)
LPCmurni
80 LPCmurni dan LPCCepstral
tinggi antara 96% dan 98 %. Tingkat [4] Proakis, J. G. dkk, Advanced Digital Signal
keberhasilan pengenalan tutur dengan FFT Processing, Maxwell Maxmillan International
ataupun kombinasi FFT dengan ciri lainnya Edition.
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan di [5] Rabiner L. R. & Schafer R.W., 1978, Digital
bawah 62,2% yang dicapai oleh FFT, sehingga Processing of Speech Signals, Prentice-Hall
tidak disarankan untuk digunakan dalam sistem Internation, Inc.
pengenal tutur HMM. [6] Rabiner L. R. & Juang B. H., 1993,
Fundamental of speech Recognition, Prentice-
DAFTAR PUSTAKA Hall Internation, Inc.
[7] Thome, A. C. G dkk, 1999, Automatic Speech
[1] Arif Basuki, 2002, Pengenalan Turur Kata
Recognition: A Comparative Evaluation
Terisolasi Menggunakan Model Markov
between Neural Network and Hidden Markov
Tersembunyi, Tesis Program Pasca Sarjana,
Models, jurnal International Conference on
UGM, Tidak dipublikasikan.
Computation Intelligence for Modelling,
[2] Duda, O. R., Morgan , N., 1973, Pattern
Control and Automation, hal. 101-106.
Classification and Scene Analysis, John Wiley
[8] Valsan Z., dkk, 2002, Statistical and Hybrid
and Sons, Inc.
Methods for Speech Recognition in Romanian,
[3] Kuc, R., 1982, Introduction to Digital Signal
International Journal of Speech Technology 5,
Processing, McGraw-Hill International
259-268,2002.
Edition.
Bambang Sujanarko
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Jember
email: bbsujanarko@yahoo.co.id
ABSTRACT
The brushless DC (BLDC) motor is receiving wide attention for electric vehicle because their high torque density, high
efficiency and small size. The objective of the paper is to develop an simple and low cost of speed control for BLDC motor
using digital logic. The speed control based on Hall sensor of rotor posistion and the duty cycle of one shoot Multivibrator.
The implemented system has a good response, and using duty cycle of one shoot Multivibrator, the power efficiency can
optimized.
Key word - brushless direct current motor, controller, digital logic, electric vehicle
points, e.g., every 60°electrical in three-phase indicated by 1, otherwise if motor in the CCW
motors. One way to determine the rotor position direction, direction will be marked by 0.
information effectively is by using Hall sensor,
because it is not easily broken, have a good Table 1. Relationship between the position of Hall
response and usually mounted on the motor [2-7]. sensor with switching in the inverter
Fig. 2 show the schematic BLDC motor and
position detector of EV (4). In figure also shown Direc- Hall Hall Hall
Q1
Q2
Q3
Q5
Q6
D4
the other part of EV controls, i.e. the inverter (1), tion C B A
power trigger (2) and control logic (3). Power 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
source in this system is batteries, which have 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0
voltage V Volt. 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
CW
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 0 0 1
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
0 0 1 1 0 0 1 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
CCW
0 1 1 0 1 0 0 0 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 1 0 1 0 1 0 0
Q 0 0 1 1 Q 0 0 1 1
1 0 1 1 0 2 0 1 1 0
00 0 0 0 1 00 0 0 0 0
01 0 0 0 1 01 1 1 0 0
11 0 1 0 0 11 0 0 0 0
10 0 1 0 0 10 0 0 1 1
Q 0 0 1 1
Q3 00 01 11 10
4 0 1 1 0
00 0 1 1 0
00 0 1 0 0
01 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 0 0 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0
10 0 0 0 1
Fig.3 Six-step commutation of BLDC on CW direction
Q 0 0 1 1
Q5 00 01 11 10
6 0 1 1 0
At the table mentioned that if the Hall sensor 00 0 0 1 1
00 0 0 0 0
get the magnetic field, the sensor is marked 1 and if 01 0 0 0 0
01 1 0 0 1
it does not get a magnetic field, the sensor is 11 1 1 0 0
11 0 0 0 0
10 0 0 0 0
marked 0. While on inverter switching, if the 10 0 1 1 0
switch is turned on, the switch marked 1, otherwise
if the switch is off, the switch marked 0. In the table Fig. 4 Karnaugh map of six-step commutation
also looked, if motor in CW direction, the direction
IV. RESULT
Fig. 6 shows the response of the inverter
models for single-phase voltages line to line. DC
voltage used was 48 V, corresponding to the
voltage required by BLDC motors are used. Fig. 6 Single phase voltage output of inverter
ABSTRAK
Krisis energi nasional memaksa para ilmuan untuk berpikir lebih keras dalam hal ekplorasi energi alternatif. Energi surya
salah satu alternatif mengingat Indonesia terletak di garis katulistiwa, energi ini ramah lingkungan, tersedia dalam jumlah
yang besar, dan didapat dengan cuma-cuma. Modul surya mampu mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dalam
bentuk tegangan searah sehingga hanya peralatan-peralatan yang memiliki spesifikasi tertentu yang dapat disuplai. Dewasa
ini, pemakaian modul surya di Indonesia masih terbatas di daerah yang belum terjangkau oleh listrik dari PLN. Aplikasinya
masih secara langsung dengan tegangan searah yang dihasilkan. Modul surya memiliki karakteristik yang unik dan untuk
memaksimalkan daya harus sesuai kurva karakteristiknya. Pada makalah ini akan diuraikan suatu metode untuk
memaksimalkan daya modul surya dengan teknik deteksi tegangan yang diaplikasikan untuk mengisi baterai. Suatu
persamaan arus suatu modul surya diturunkan berdasarkan fenomena yang terjadi karena tumbukan energi photon yang
mengenai sambungan P-N pada modul surya.Berdasarkan hasil simulasi terlihat bahwa modul surya sebesar 50 Wp dapat
melakukan pengisian baterai dengan konsep daya maksimal, sedangkan implementasi di laboratorium alat dapat bekerja
dengan baik dan memiliki effisiensi 85 %.
Kata kunci: Modul Surya, Deteksi tegangan, Maksimal Power Point Tracker.
A. Modul Surya Rs
Modul surya merupakan alat yang dapat Id Ish
Iph
mengkonversi energi sinar matahari secara
LOAD
langsung. Solar cell adalah suatu sambungan Rsh
bahan semikonduktor jenis P (positif) dan N irradiance
(negatif) akan menghasilkan tegangan jika ada
suatu energi foton yang mengenai sambungan
tersebut. Suatu solar cell akan terhubung seri
dan parallel membentuk suatu modul yang
terintegrasi satu sama lain membentuk suatu
modul dinamakan modul surya sedangkan Gambar 2.Rangkaian ekivalen sel modul surya
modul akan terintegrasi satu sama lain akan
membentuk suatu array, seperti pada gambar Besarnya persamaan arus adalah :
1.[11]
I L I ph I d I sh
(1)
Jika
eV I R s
I d I o exp 1
m k Tc
dan
V Rs I
I sh
Rsh
Maka :
eV I Rs V Rs I
I d I ph I o exp 1
m k Tc Rsh (2)
Keterangan :
m = Idealizing fagtor
k = Konstanta Boltzman (1.381 x 10-23)
Rs = Tahanan seri
Gambar 1. Prinsip kerja modul surya Rsh = Tahanan parallel
[http://www.thaiplasticrecycler.com/products/silico Iph = Arus akibat photon
E = Muatan elektron (1.602 x 10-19)
n-materials/solar-modules/]
Id = Arus dioda normal
Modul surya memiliki karakteristik arus terhadap Io = Arus saturasi pada saat gelap
tegangan, maka untuk mempermudah dibuat suatu
model rangkaian ekivalen. Suatu sel modul surya Modul surya memiliki kurva karakteristik
dapat digantikan dengan photodioda dan dengan daya terhadap tegangan dan kurva arus terhadap
adanya radiasi cahaya akan mengahkibatkan arus tegangan serta sistem pembebanan yang unik
yang mengalir Iph (photo current). Arus bercabang seperti pada gambar 3[10].
menuju dioda, tahanan shunt (Ish) dan keluar ke
beban (IL), seperti pada gambar 2 [10].
Pmak
RMPP
Pmak
Gambar 5.Hubungan Fill Factor pada kurva I-V
pada modul surya
B. Konverter DC-DC
Suatu besaran DC dapat diubah kedalam suatu
besaran DC yang lain, hal ini dikenal dengan
Gambar 3. Kurva karakteristik modul surya
konverter DC ke DC, jika tegangan keluaran lebih
Modul surya terpengaruh oleh suhu kecil dari tegangan masukan disebut sebagai buck
disekitar artinya terpengaruh oleh kondisi (step down) chopper. Metoda pengubahan besaran
lingkungan yang dipengaruhi oleh intensitas tegangan DC konstan menjadi tegangan DC
matahari, sesuai kurva karakteristik terhadap variabel dilakukan dengan menggunakan saklar
suhu, gambar 4[10] elektronik (dapat berupa BJT, MOSFET, IGBT
dll). Pada Gambar 6 ditunjukkan suatu konverter
jenis step down dengan mengimplementasikan BJT
sebagai saklar elektroniknya yang digunakan untuk
pengisi baterai
T
L
+
D Baterai Vo
Vs
-
Vs Ro
T
d2
L
+
Vs D Baterai Vo
Start
Pengukuran Voc
dan nilai K
Perhitungan
Vmpp = K Voc
Stop
Berikut ini akan disajikan beberapa pengujian 1 12,8 2,6 33,28 12,65 2,25 28,46 85,52
antara lain kurva karakteristik modul surya, 2 12,8 2,6 33,28 12,65 2,25 28,46 85,52
pengujian kendali secara simulasi dengan
menggunakan software Psim. 3 12,9 2,6 33,54 12,7 2,24 28,45 84,82
Abstrak
Pembangkit listrik skala kecil tersebar (Distributed Generation) menjadi suatu pilihan barudalam penyediaan tenaga
listrik.Pembangkit ini tidak hanya ekonomis tetapi keberadaannya di dekatpelanggan juga menurunkan biaya transmisi dan
distribusinya.Secara konvensional, dianggapbahwa daya listrik pada sistem distribusi selalu mengalir dari gardu induk ke
ujung penyulang berbeda halnya dengan pengoperasian DG mengakibatkan aliran daya terbalik.
Pemasangan optimaldistributed generation (DG) dalam sistem tenaga listrik mempengaruhi besar rugi daya. Injeksi
85% kapasitas DG mampu menurunkan rugi daya listrik dari 240 kW menjadi 99,39 kW sehingga PT. PLN (Persero) Cabang
Manokwari dapat menghemat biaya sebesar Rp 1.6 milyar rupiah setiap bulannya dari penurunan rugi daya akibat
pemasangan DG.
Analisa ekonomi adalah suatu analisa untuk mengetahui layak tidaknyasuatu kegiatan dilaksanakan dengan
menitikberatkan pada hasil total, produktivitas dan keuntungan untuk masyarakat atau perekonomian secara
menyeluruh.Analisa finansialCost Benefit Analysis, Net Present Value (NPV), Internal Rate of return (IRR) dan Cost Benefit
Rasio (CBR) mempertimbangkan kemampuan proyek untuk mengembalikan dana yang digunakan.
I. Latar Belakang
Prafi memiliki kapasitas beban 1,93 MW dan 1,34
Penduduk Manokwari pada tahun 2008 MVAr, data jaringan pada lampiran 2.
berjumlah 183.990 jiwa, bila dibandingkan dengan Di sepanjang jaringan ranting Prafi terdapat
jumlah pada tahun 2007 sebesar 175.884 jiwa maka satu potensi energi yang dapat dimanfaatkan
penduduk Manokwari terlihat mengalami sebagai
peningkatan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan distributed generation yaitu PLTU Prafi II yang
karena situasi dan kondisi yang semakin kondusif memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai bahan
serta adanya pemekaran provinsi Papua Barat bakar boiler. PLTU terdiri dari turbin sebanyak 3 x
dengan ibukota Manokwari. Rata-rata kepadatan 1000 KVA, 1 boiler/ketel uap kapasitas 27 ton/jam.
penduduk per km2 tahun 2008 adalah 12,73 jiwa Pemakaian daya turbin untuk proses produksi hanya
(Manokwari Dalam Angka, 2009). terpakai 400 kW sehingga masih memiliki
Pertumbuhan jumlah penduduk tidak diikuti kelebihan daya (excess power) yang cukup besar
dengan pertumbuhan kapasitas tenaga listrik yaitu sekitar 400
sehingga mengalami defisit energi. Rehiara, B. A. kW, dengan memaksimalkan penggunaan dua unit
(2006). boiler maka kelebihan daya menjadi 1200 kW.
Sistem kelistrikan PT. PLN (Persero) Cabang PT. Perkebunan Nusantara-II (Persero)
Manokwari memiliki satu sumber pembangkit selanjutnya disebut Tanjung Morawa – Medan
listrik tenaga diesel (PLTD) yang melayani enam Kebun Prafi Manokwari Papua Barat mengelolah
penyulang dengan pertumbuhan beban sangat besar. lahan seluas 9050 ha yang terdiri atas inti seluas
Penyulang Maleo yang terhubung dengan ranting 2.600 ha, plasma seluas 6.000 ha, Irman Jaya
Prafi yang memiliki panjang jaringan sekitar 135 seluas 50 ha dan milik pemerintah daerah seluas
km jenis radial. 400 ha. PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) ini
PT. PLN Cabang Manokwari memiliki satu memiliki potensi energi listrik dan sejumlah excess
pembangkit tenaga listrik tenaga diesel (PLTD) power untuk di jual ke PT. PLN (Persero) Cabang
Sanggeng. Gardu induk Sanggeng menyuplai enam Manokwari.
penyulang yang terdiri atas empat busbar yaitu Untuk memproduksi kelapa sawit, PTPN
Merpati dan Maleo, Mambruk dan Kasuari, Prafi II menggunakan dua mesin pembangkit listrik
Rajawali dan Nuri. tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar dari limbah
Salah satu penyulang terpanjang adalah kelapa sawit.PLTU terdiri dari turbin sebanyak 3 x
penyulang Maleo yang terhubung dengan sistem 1000 KVA, 1 boiler/ketel uap kapasitas 27 ton/jam.
jaringan ranting Prafi. Penyulang Maleo dan ranting
Interkoneksi energi listrik PTPN Prafi II ke a. Nilai bersih sekarang (Net Present Value,
sistem distribusi tenaga listrik PLN adalah di NPV)
busbar 20 kV penyulang Maleo. b. Tingkat pengembalian modal (Internal Rate
of Return,IRR)
II.Tujuan c. Rasio pendapatan dan hutang (Cost Benefit
Ratio, BCR)
Tujuan penelitian adalah : Dalam perhitungannya, analisis ini
1. Mengetahui besar penghematan biaya akibat memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan
pemasangan distributed Generation dalam diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Dalam
sistem tenaga listrik. analisis benefit dan cost perhitungan manfaat serta
2. Mengetahui analisis finansial menggunakan biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
cost benefit analysisterhadap pemasangan dipisahkan.
distributed generation dalam sistem tenaga
listrik. Net Present Value (NPV)
NPV adalah selisih antara present value dari
III. Metode investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
Menentukan kapasitas dan lokasi DG yang Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan
terhubung ke jaringan sesuai skenario terlampir tingkat bunga yang relevan.Metode NPV digunakan
dengan besar injeksi menggunakan persamaan 1 untuk menghitung jumlah nilai sekarang dengan
(Knazkins, 2004) : menggunakan discount rate tertentu dan kemudian
= 100 % (1) membandingkannya dengan investasi awal.Apabila
NPV bernilai positif maka usulan investasi diterima
dan apabila negatif maka usulan diterima. Untuk
dengan :
menghitung NPV digunakan persamaan 2
adalah tingkat penetrasi (injeksi)
(Kadariah dkk. 1999) :
adalah daya injeksi DG
−
=
Untuk memulai suatu usaha, baik pemerintah (1 + )
maupun swasta perlu memperhatikan manfaat atau (2)
untung rugi dari suatu usaha yang dimaksud. dengan :
Analisis ekonomi adalah suatu analisa untuk Bt = Penghasilan (Rp)
mengetahui layak tidaknya suatu kegiatan untuk Ct = Biaya (Rp)
dilaksanakan dengan berfokus pada hasil total, i = tingkat bunga yang digunakan (%)
produktivitas dan keuntungan untuk masyarakat t = periode(tahun)
atau perekonomian secara menyeluruh tanpa n = masa waktu sistem
melihat siapa penyandang dana dan siapa penerima
hasil. Analisa tersebut juga berkaitan dengan Internal Rate of Return
analisis finansial yang mempertimbangkan IRR yang merupakan indikator tingkat
kemampuan proyek untuk mengembangkan dana efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi
yang digunakan. dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate
Pihak swasta atau pelaku ekonomi lainnya of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
mendasarkan analisis biaya dan apabila melakukan investasi di tempat lain. IRR
keuntungan.Keuntungan yang dimaksud adalah digunakan dalam menentukan apakah investasi
selisih dari penghasilan total (nilai pasar dari dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya
barang atau jasa yang dihasilkan) dengan biaya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan
total (jumlah pengeluaran yang dapat diduga harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of
sebelumnya untuk menghasilkan barang atau jasa. return atau minimum atractive rate of
Tiga metode utama yang sering digunakan dalam return.Minimum acceptable rate of return adalah
menganalisis keuntungan dan biaya cost benefit laju pengembalian minimum dari suatu investasi
analysis (CBA) dalam menentukan apakah suatu yang berani dilakukan oleh seorang investor.Jika
rencana usaha/proyek layak atau tidak. IRR > suku bunga maka investasi layak sedangkan
Dalam melakukan analisis finansial diperlukan jika IRR ≤ suku bunga maka investasi tidak layak.
teknik atau kriteria yang dipakai sebagai ukuran Rumus yang digunakan adalah :
kelayakan suatu proyek.Kriteria ini memberikan
gambaran mengenai indikator keberhasilan atau =
kegagalan suatu proyek. Pada umumnya kriteria (1 + )
yang sering dipakai sebagai indikator keberhasilan (3)
atau kegagalan dari suatu proyek yaitu : Untuk mempermudah perhitungan IRR, yaitu
dengan mencoba suku bunga yang diperkirakan
akan memberikan nilai NPV positif dan dilanjutkan listrik oleh PT. PLN (Persero) dari pembangkit
dengan perhitungan NPV yang negatif, perhitungan tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan
ini menggunakan persamaan 4 : skala kecil dan menengah atau kelebihan (excess
power) tenaga listrik menjadi dasar perhitungan
= + ( − ) harga pembelian excess power pada PLTU Prafi II.
+
(4) Harga pembelian untuk sistem dengan tegangan
yang terinterkoneksi dengan tegangan menengah
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah Rp 658/kWh x faktor insentif.Faktor insentif
Benefit cost ratio adalah rasio perbandingan untuk setiap daerah berbeda satu dengan lainnya.
antara pemasukan total sepanjang waktu operasi Faktor insentif untuk Papua dan Maluku sebesar
pembangkit dengan biaya investasi awal. Analisa 1,5 sehingga harga pembelian excess power untuk
ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan Papua Barat adalah Rp 987.00/kWh.
suatu proyek. Suatu proyek dikatakan layak untuk Harga pembelian excess power jika tegangan
dilaksanakan jika nilai BCR lebih besar dari 1. terinterkoneksi dengan tegangan rendah adalah Rp
Rumus yang digunakan untuk menganalisa CBR 1.004/kWh x faktor insentif. Faktor insentif untuk
adalah : Jawa dan Bali sebesar 1, Sumatera dan Sulawesi
sebesar 1,2 dan wilayah Kalimantan, Nusa
∑ Tenggara Barat dan Timur sebesar 1,3.
( )
=
∑ Tabel 1. Perbandingan biaya tanpa dan dengan DG
( )
(5)
Tanpa DG
IV. Hasil Rugi daya dan Rugi Total Biaya
Konsumsi Daya (kW) Energi/bulan Rugi Daya
Pembangkit PLTU Prafi II yang difungsikan (kWh) (Rp/bulan)
sebagai DG memiliki sejumlah excess power yang 240,15 172.908,00 399,96
akan dibeli oleh PT. PLN (Persero) Cabang 32.676,86 980.305,92 2.267,56
Manokwari untuk diinterkoneksikan dengan Total = 2.917,01 1.153.213,92 2.667,52
jaringan sistem distribusi. Penulis membatasi dua
Pemasangan DG
komponen biaya yang akan dikeluarkan oleh PLN
Manokwari untuk memenuhi permintaan beban Rugi daya dan Rugi Total Biaya
penyulang Maleo dan ranting Prafi yaitu biaya Konsumsi Daya (kW) Energi/bulan Rugi Daya
akibat losses dan biaya pembelian tenaga listrik (kWh) (Rp/bulan)
99,39 71.560,80 70,63
PLTD Sanggeng. Perhitungan konsumsi energi
dalam satu hari menggunakan persamaan Djiteng 32.676,86 980.305,92 967,56
Marsudi (2006) sesuai dengan persamaan: Total =32.776,25 1.051.866,72 1.038,19
Penghematan
ℎ
. = . . . 24 140,76 101.347,20 1.629,32
ℎ
(6)
Faktor beban dipengaruhi oleh profil penggunaan Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada saat
energi listrik suatu daerah.Semakin rendah penyulang Maleo dan ranting Prafi II hanya di
penggunaan energi listrik maka faktor beban juga layani oleh PLTD Sanggeng maka PLN harus
semakin rendah dan hal ini biasanya terjadi pada membiayai energi listrik sebesar 1,153 MWh setiap
hari-hari libur.Faktor beban PLN Manokwari bulannya yang terdiri atas biaya produksi energi
adalah 70.4%.Berdasarkan persamaan 5 dengan listrik dan biaya akibat rugi jaringan. PLN
beban puncak 1.934 kW maka besar konsumsi mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.milyar untuk
energi listrik penyulang Maleo dan ranting Prafi memenuhi kebutuhan beban setiap bulan.
sebesar 32.677 kWh/hari. Perhitungan losses didasarkan pada skenario
Biaya produksi tenaga listrik PLTD Sanggeng injeksi DG pada lokasi 80 km dan besar injeksi
Manokwari berdasarkan specific fuel oil 85% kapasitas DG yaitu sebesar 99,39 kW.
consumption (SFC) yaitu 0.272 liter/kWh dengan Pemasangan DG mampu menurunkan rugi
harga BBM jenis solar Rp 8.504,1.- (Laporan daya menjadi 99,39 kW sehingga PLN hanya akan
Operasi PT.PLN (Persero) Wilayah Papua Cabang membiayai energi listrik sebesar 1,051 MWh setiap
Manokwari Sistem PLTD Sanggeng, Juni 2011). bulan atau mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.03
Biaya produksi energi listrik per kWh adalah Rp milyar per bulan. Total penghematan biaya oleh
2.313,12.-. PLN dengan pemasangan DG dalam sistem
Permen Energi dan Sumber Daya Mineral No. distribusi adalah sebesar Rp 1.6 milyar per bulan.
31 tahun 2009 tentang harga pembelian tenaga
Oxford Intitute for Energy Studies EL 05, Skenario pemasangan distributed generation
Oxford.
[3] Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No : 31 Tahun 2009 tentang Harga
Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT. PLN
(Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik
Yang Menggunakan Energi Terbarukan
Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan
Tenaga Listrik.
[4] Manokwari dalam Angka., 2009.
[5] Marsudi, D., 2006, “Operasi Sistem Tenaga
Listrik” Graha Ilmu, Yogyakarta.
[6] Rehiara, A. B., 2006,” Estimasi
Pertumbuhan Daya Listrik
KabupatenManokwari Dengan Metode
Trend Eksponensial,” Natural, Vol. 5 No.2
[7] Bjornstad, Dave. “Benefit Cost Ratio.” Tabel 3. Perhitungan Net Present Value pada
National Center for Environmental Decision- suku bunga 14%
Making Research (NCEDR).
[8] Knazkins, V., 2004, “Stability of Power Tahun Total Faktor Investasi NPV
Systems with Large Amounts of Distributed (t)
(Milyar (P/F,14%) (Milyar (Milyar
Generation”, KTH Institution, Stockholm, (RP)) (RP)) (RP))
Sweden. 0 -4.372,09 1,00 -4.372,09
1 1.145,93 0,88 1.005,20
Appendiks 2 2.452,29 0,77 1.886,96
3 3.941,54 0,67 2.660,42
Single Line Diagram Ranting Prafi
4 5.639,28 0,59 3.338,91
5 7.574,71 0,52 3.934,07
6 9.781,09 0,46 4.456,14
7 12.296,38 0,40 4.914,09
8 15.163,80 0,35 5.315,81
9 18.432,66 0,31 5.668,19
10 22.159,16 0,27 5.977,30
11 26.407,37 0,24 6.248,44
12 31.250,33 0,21 6.486,29
13 36.771,30 0,18 6.694,93
14 43.065,22 0,16 6.877,95
15 50.240,27 0,14 7.038,49
16 58.419,84 0,12 7.179,31
17 67.744,55 0,11 7.302,84
18 78.374,71 0,09 7.411,20
19 90.493,10 0,08 7.506,25
Tabel 4. Data impedansi kabel penyulang 20 104.308,07 0,07 7.589,63
Maleo dan Ranting Prafi Total -4.372,09 109.492,41
Net Present Value 105.120,32
BCR 25,04
IRR 9,80%
ABSTRAK
PT. ABC merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengadaan pelumas dengan berbagai merk. Data transaksi
yang besar menyulitkan pihak perusahaan dalam menganalisis data-data tersebut. Pembuatan laporan transaksi dan
persediaan barang yang dibutuhkan oleh eksekutif seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama mengakibatkan proses
pengambilan keputusan menjadi kurang maksimal.
Berdasarkan narasi diatas, diperlukan data warehouse pada PT. ABC yang bertujuan menganalisis sistem yang sedang
berjalan untuk menemukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan mengusulkan alternatif pemecahan
masalah serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan dengan merancang data
warehouse sesuai dengan kebutuhan informasi di PT. ABC.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi lapangan dan metode studi pustaka sedangkan
metode perancangan data warehouse yang akan digunakan adalah Nine-step Methodology menurut Kimball.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah data warehouse mampu memberikan manfaat bagi PT. ABC untuk dapat
membantu pihak eksekutif dalam memperoleh informasi yang diinginkan dan aplikasi yang telah dirancang tersebut mampu
memberikan informasi yang ringkas dalam bentuk pivot tabel, grafik dan chart.
Kata Kunci:
Strategi, perancangan, data warehouse, pelumas
keputusan. Oleh karena itu data warehouse 4. Lambat untuk mengakses data-data pada tahun
merupakan solusi bagi masalah ini. sebelumnya sehingga keputusan yang diambil
Menurut Inmon (2005,p29), data tidak optimal. Karena perusahaan masih
warehouse ialah suatu basis data untuk proses mengambil data dari data operasional.
informasi yang didefinisikan sebagai subject
oriented,integrated, nonvolatile, time variant, dan a Untuk mengatasi masalah yang terjadi di PT.
collection of data in support of management's ABC maka diusulkan untuk membangun sebuah
decision. aplikasi data warehouse.
Sedangkan menurut Lane (2002,p1-1), data 1. Dengan data warehouse informasi yang akan
warehouse ialah suatu basis data relasional yang ditampilkan dapat bersifat summary sampai
dirancang untuk query dan analisis dibandingkan mendetail yang memungkinkan pengguna untuk
untuk proses transaksi. memperoleh informasi yang bersifat summary
Data warehouse merupakan tempat sesuai dengan kebutuhan
penyimpanan berukuran besar yang dibuat untuk 2. Dengan menggunakan aplikasi data warehouse,
menyimpan data dari berbagai sumber dan para eksekutif dapat memperoleh laporan yang
dipelihara oleh beberapa unit operasi berbeda memiliki beberapa dimensi dan dapat memilih
bersamaan dengan transformasi sejarah dan data yang ingin ditampilkan
ringkasan data itu sendiri (Hwang & Xu, 2008 ). A 3. Dengan data warehouse pengambilan data
Strucktural Model of Data Warehousing Success. historis tidak menggunakan data operasional
The Journal of Computer Information Systems, p48. sehingga lebih mudah dan cepat dalam
Menurut Kimball (2004) Data Warehouse mengakses data yang akan digunakan untuk
adalah sebuah sistem yang mengekstrak, pengambilan keputusan.
membersihkan, menyesuaikan, dan menyampaikan
sumber data kedalam sebuah tempat penyimpanan
data dimensional dan kemudian mendukung dan 2. METODE PENELITIAN
mengimplementasi query dan analisis untuk tujuan 2.1 Metode Pengumpulan Data
pengambilan keputusan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada
Menurut Conolly & Begg (2010), data warehouse perancangan data warehouse ini antara lain dengan
yang telah diimplementasikan dengan baik dapat cara :
memberikan keuntungan yang besar bagi organisasi. a. Wawancara
Wawancara juga dilakukan untuk
1.2 Tujuan memperoleh informasi mengenai proses bisnis
Tujuan dari penelitian ini adalah : yang berjalan pada PT. ABC, kebutuhan user,
a. Menganalisis sistem yang sedang berjalan dan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT. ABC.
mengatur jumlah data yang banyak pada
b. Uji Dokumentasi
perusahaan.
b. Identifikasi kebutuhan informasi berdasarkan Dengan melihat formulir-formulir pada
visi dan misi yang dibutuhkan pihak eksekutif rumah sakit dan database yang sedang berjalan
PT. ABC yang nantinya berguna untuk di rumah sakit.
perancangan data warehouse.
c. Dengan perancangan data warehouse dapat 2.2 Metode Perancangan
menampilkan laporan untuk dianalisis oleh Metode perancangan yang digunakan adalah nine-
pihak eksekutif. step methodology menurut Kimball yang dikutip
oleh Connolly dalam bukunya, yaitu :
1.3 Rumusan Masalah 1. Choosing the process.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Berikut proses yang ada pada PT. ABC yang akan
maka ditemukan beberapa masalah sebagai berikut: dipilih untuk perancangan Data Warehouse yaitu :
1. Kesulitan dalam mengakses data-data pada penjualan, pembelian, dan retur barang.
periode sebelumnya sehingga keputusan yang 2. Choosing the grain.
diambil tidak optimal. Memilih grain berarti menentukan apa yang
2. Data hanya tersimpan tanpa menghasilkan sebenarnya direpresentasikan oleh record dalam
laporan yang berguna bagi perusahaan untuk tabel fakta. Berikut adalah grain yang ada dalam
meningkatkan profit perusahaan. perancangan Data Warehouse PT. ABC: Grain
3. Laporan yang dihasilkan hanya menampilkan pembelian, Grain penjualan, Grain retur barang.
informasi dari dua dimensi saja. Untuk 3. Identifying and conforming the dimension :
membandingkan informasi dari beberapa Pada tahapan ini dilakukan identifikasi dimensi
dimensi maka eksekutif harus berdasarkan grain yang telah ditentukan pada
membandingkannya secara manual. tahapan sebelumnya. Berikut ini adalah deskripsi
perbandingan antara grain dengan dimensi yang b. Total Pemesanan merupakan total dari
dibuat seluruh jumlah pemesanan barang dikali
dengan harga barang.
Penjualan Fakta Pembelian, meliputi:
Tabel 1. Grain dan Dimensi pada Fakta a. Jumlah Pembelian merupakan jumlah
Penjualan barang yang dibeli selama periode tertentu.
b. TotalPO merupakan total dari seluruh
jumlah pembelian barang dikali dengan
harga barang.
Fakta Retur Barang, meliputi:
a. Jumlah Retur merupakan jumlah retur
barang yang di retur selama periode
tertentu.
b. Total Retur merupakan total dari seluruh
jumlah retur barang dikali dengan harga
barang.
6. Rounding out the dimensions table :
Tabel 4. Rounding Out Dimension
DIMENSI DESKRIPSI
Pembelian Waktu Laporan dapat dilihat
Tabel 2. Grain dan Dimensi pada Fakta per hari, bulan, kuartal,
Pembelian tahun.
Pelanggan Laporan dapat dilihat
berdasarkan pelanggan.
Barang Laporan dapat dilihat
berdasarkan barang.
Supplier Laporan dapat dilihat
berdasarkan supplier.
BarangMa Laporan dapat dilihat
suk berdasarkan barang masuk.
Pembayar Laporan dapat dilihat
an berdasarkan pembayaran.
Retur barang 7. Choosing the duration of the database.
Tabel 3. Grain dan Dimensi pada Fakta Retur Data warehouse yang dibuat
Barang diperkirakan memiliki durasi data kurang
lebih 4 tahun. Dimana database yang
digunakan merupakan data yang diambil
dari OLTP dan dipindahkan ke OLAP
melalui proses Data Transform Systems
(DTS).
Tabel 5. Durasi Basis Data
Nama Databa Data Data
Aplikasi se yang dalam
Masuk Dataware
DW house
4. Choosing the facts.
Visual SQL Okt 3
Di tahap ini akan dilakukan pemilihan fakta yang Studio Server 2007 – bulan
akan digunakan pada Data Warehouse. Fakta yang 2008 2005 Des 2007
ada akan diproses dan ditampilkan dalam bentuk
2008- 3
grafik. Berikut adalah fakta-fakta yang akan
2010 tahun
digunakan: penjualan, pembelian, dan retur barang.
Jan 10
5. Storing pre-calculation in fact table.
2011 – bulan
Kalkulasi awal terdapat pada tabel fakta. Pre- Okt 2011
kalkulasi yang terdapat dalam tabel fakta meliputi : 8. Tracking slowly changing dimension.
Fakta Penjualan, meliputi:
Flow Chart Perubahan Dimensi Secara
a. Jumlah Pemesanan merupakan jumlah
Perlahan
barang yang dijual selama periode tertentu.
Berikut akan diberikan penggambaran jika
terjadi perubahan dimensi :
4.KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis pada PT.
ABC yang kemudian dilakukan perancangan
data warehouse, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan adanya data warehouse, pengaksesan
informasi mengenai proses pembelian,
penjualan, retur barang, dan persediaan
menjadi lebih cepat dan mudah.
2. Sistem data warehouse yang akan dibangun
pada PT. ABC dapat mengatasi masalah
pimpinan perusahaan yang timbul sebelum
Gambar 3. Tampilan Laporan Penjualan perancangan.
3. Data warehouse yang dirancang pada PT.
Tampilan Laporan Purchase order ABC dapat memenuhi kebutuhan pimpinan
Pada menu laporan PO ini, akan ditampilkan perusahaan dalam membantu pengambilan
supplier-supplier yang dimiliki oleh PT.ABC, serta keputusan yang strategis untuk jangka
tanggal pembuatan PO. panjang, karena data tersimpan secara
summarized dan historical.
4. Dengan dibuatnya Data Warehouse pihak
manajemen PT. ABC dapat mengambil
keputusan dengan lebih cepat dan cermat
karena database yang ada sudah diperbaiki
dan grafik yang ditampilkan pada Data
Warehouse membuat tampilan report menjadi
lebih simpel dan kompak, memudahkan para
eksekutif untuk membacanya.
5. Data warehouse yang dibuat merupakan hasil
proses data yang memiliki dimensi yang
bervariasi, sehingga pihak manajemen
mendapatkan sudut pandang yang lebih
bervariasi dalam melakukan proses
pengambilan keputusan.
Gambar 4. Tampilan Laporan Purchase 6. Dengan dibuatnya data warehouse ini, pihak
order manajemen PT. ABC mendapatkan summary
dari data yang ada sehingga pihak eksekutif
Laporan Retur Barang dapat mengambil keputusan dengan lebih
Pada menu laporan retur barang, akan cepat dan tepat.
ditampilkan kode-kode barang yang sudah diterima
berdasarkan PO, jumlah barang yang masuk,
jumlah barang yang ingin diretur, serta supplier- Daftar Pustaka:
supplier yang bertanggung jawab. Anonymous. (2010). Database & Data Warehouse
Training Module. Binus University
Software Laboratory Center, Jakarta.
Connolly, Thomas and Begg, Carolyn. (2010).
Database Systems : A Practical Approach
to Design, Implementation, And
Management. Fifth Edition. Addison
Wesley, USA.
Deliana, Hartini. Cahya, Lisye M. dan Kaisariza,
Kikis S. (2009). Database dengan SQL
Server 2005. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Imbar, Radiant Victor (2006) Executive Information
System And Data Warehouse Jurnal
Sistem Informasi UKM, Vol. I, No. 1,
Maret 2006 : 1-5
Gambar 5. Tampilan Laporan Retur Barang Imhoff, Claudia. (2003). Mastering Data Warehouse
ABSTRAK
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan
berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang handal dan terjangkau
merupakan pra syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Hal ini berdampak pada meningkatnya beban
anggaran negara, terganggunya tingkat pelayanan energi kepada publik dengan pemadaman bergilir, dan juga berdampak
terhadap iklim dan lingkungan hidup.Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut dikembangkan
berbagai energi alternatif diantaranya energi baru dan terbarukan.
Tujuan penelitian ini adalah menghitung konsumsi energi pada perumahan type 27 dengan luas bangunan 66 m2,
kemudian menganalisa kebutuhan home solar cell pada perumahan tersebut kemudian dihitung efisiensinya. Metode
penelitian ini adalah menghitung besarnya kebutuhan listrik per KWH yang dibutuhkan selama 1 bulan dan harga yang harus
dibayarkan setiap bulan ke PLN kemudian menghitung efisiensi yang dihasilkan dari pemasangan home solar cell.
Hasil penelitian menginformasikan energi yang dibutuhkan pada perumahan type 27/66 adalah sebesar 154.92 kwh
dengan biaya yang harus dibayarkan ke PLN sebesar Rp. 92.952,00 dan setelah dilakukan pemasangan home solar cell maka
efisiensi sebesar 0.6455 % atau sekitar Rp. 60.000,00.
Kata kunci : Konsumsi Energi listrik; Daya listrik; Home Solar Cell; Efisiensi.
sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan 1. Membuat desain denah rumah (dalam
maksimum). Umumnya kita menghitung bentuk 2D) perumahan tipe 27/66.
maksimum sinar matahari yang diubah 2. Menginventarisasi beberapa peralatan
menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah listrik yang dipakai serta menghitung rata-
5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore rata penggunaan energi dari alat-alat listrik
disimpan dalam baterai, sehingga listrik tersebut.
bisa digunakan pada malam hari, dimana 3. Menghitung pemakaian energi listrik dalam
tanpa sinar matahari. 1 bulan kemudian dan pembayaran ke PLN
2. Solar charge controller tiap bulannya.
Solar charge controller berfungsi 4. Menghitung kebutuhan peralatan home
mengatur lalu lintas dari solar cell ke solar cell serta menghitung efisiensi dari
baterai dan beban. Alat elektronik ini juga pemakaian energinya.
mempunyai banyak fungsi yang pada
dasarnya ditujukan untuk melindungi IV.Hasil dan Pembahasan
batere. Mendesain denah rumah tipe 27
3. Inverter menggunakan software AutoCAD, serta titik-titik
Inverter adalah perangkat elektrik peralatan khususnya yang membutuhkan energi
yang mengkonversikan tegangan searah listrik digambarkan lokasinya seperti lampiran 1.
(DC-Direct Current) menjadi tegangan Kemudian setelah mengetahui titik-titik
bolak-balik (AC-Alternating Current). peralatan yang membutuhkan energi listrik
4. Baterai diinventarisasi kebutuhan dayanya dan
Baterai berfungsi menyimpan arus menghitung konsumsi pemakaian energi listrik
listrik yang dihasilkan oleh panel surya selama satu bulan. Adapun data penggunaan
sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan peralatan serta kebutuhan konsumsi listriknya bisa
beban. Beban dapat berupa lampu dilihat pada lampiran 2.
penerangan atau peralatan elektronik Dari hasil perhitungan kebutuhan listrik
lainnya yang membutuhkan listrik. Instalasi dalam 1 bulan pada perumahan tipe 27/66 sebesar
pembangkit listrik dengan tenaga surya 154.92 kwh dan harga listrik yang dibayarkan
membutuhkan perencanaan mengenai setiap bulan ke PLN sebesar Rp. 92.952,00
kebutuhan daya: Jumlah pemakaian, Jumlah (asumsi harga listrik Rp. 600,00/kwh).
solar panel, Jumlah baterai. Setelah menghitung kebutuhan listrik yang
5. Lampu LED Sebagai Penerangan dibutuhkan, kemudian mengimplementasikan
Rumah home solar cell dengan perhitungan sebagai
Saat ini ada lampu hemat energi berikut :
yang menggunakan DC seperti lampu LED. 1. Menghitung kebutuhan jumlah total beban di
Bandingkan lampu LED 3 Watt setara rumah yang akan menggunakan tenaga dari
dengan lampu AC 15 Watt. solar cell. Dari tagihan listrik, bisa dilihat
Gambar dibawah menunjukkan cara kerja tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh
panel surya untuk suplai kebutuhan (kilowatt per jam) setiap bulan misalnya.
peralatan listrik : Dari hasil perhitungan kebutuhan listrik tiap
bulan 154.92 kwh.
2. Selanjutnya adalah menentukan berapa lama
beban yang totalnya 154.92 kwh ini dengan
menggunakan home solar cell yaitu kira-kira
12 jam( 18.00 s/d 06.00). Jika penggunaan
home solar cell diibaratkan 12 jam maka
konsumsi daya beban dalam sehari sebesar
1859.04 watt (lebih menguntungkan jika
beban yang menggunakan home solar cell
dinyalakan pada malam hari)
3. Menghitung berapa kebutuhan besar dan
jumlah batere yang dibutuhkan untuk
mensupply beban sejumlah 1859.04 watt,
Gambar 1. Cara Kerja Panel Surya yaitu perlunya ditambahkan 20% dari jumlah
(www.solarsuryaindonesia.com) watt total dari 1859.04 watt (untuk supply
listrik yang digunakan perangkat lain selain
III.Metodologi Penelitian panel surya seperti inverter, controller, dan
Langkah penelitian adalah sebagai berikut : sebagainya) sehingga jika ditambah 20%
maka total daya yang dibutuhkan adalah 2. Jumlah kebutuhan batere dan solar cell yang
sebesar 2230.848 watt. Setelah mengetahui dibutuhkan untuk mensupply energi listrik pada
total daya yang dibutuhkan maka daya perumahan tipe 27/66 adalah 2 batere (100Ah
tersebut dibagi 12 Volt (tegangan umum 12V) dan 5 buah home solar cell.
yang dimiliki batere) sehingga kuat arus yang 3. Besar efisiensi biaya yang dihasilkan setelah
dibutuhkan adalah 185.904 Ampere. Maka home solar cell ini diaplikasikan di perumahan
jika menggunakan batere ukuran 100 Ah 12V tipe 27/66 sebesar 0.6455%.
maka kebutuhan batere adalah 1.859 (sekitar B. Rekomendasi
2 batere),maka total daya yang bisa 1. Dari hasil analisa perhitungan implementasi
dihasilkan batere adalah sebesar 2400 watt home solar cell pada perumahan tipe 27/66 ini
(100 Ah x 12 V x 2 batere). membutuhkan biaya investasi yang sangat
4. Dengan mendapatkan 2400 watt ini akan kita besar kurang lebih Rp. 50.000.000,00. Maka
dapatkan jumlah home solar cell yang kita dari itu perlulah subsidi dari pemerintah untuk
butuhkan. Asumsikan kebutuhan home solar bisa mengimplementasikan home solar cell ke
cell adalah ukuran 100 Wp (Watt Peak), masyarakat.
maka dalam sehari solar cell ini kurang lebih 2. Perlu adanya kegiatan penelitian lanjutan
menghasilkan supply sebesar 100 WP x 5 jam menghitung kelayakan ekonomis teknik
= 500 Watt. Adapun 5 jam ini didapatkan terutama menghitung BEP (Break Event Point).
dari efektivitas rata-rata sinar matahari
memberikan sinar maksimum yang diserap DAFTAR PUSTAKA
oleh solar cell. Maka jika 1 solar cell ukuran 1. Badan Standarisasi Nasional. Prosedur Audit
100 WP mampu memberikan listrik sebesar Energi Pada Gedung. ICS 91.040.01. SNI 03-
500 Watt, maka didapatkan kebutuhan solar 6196-2000.
cell sebesar 5 buah solar cell (2400 watt 2. Danang Panarso. Audit dan Konservasi Energi
dibagi 500 watt = ± 5 solar cell). Pada Pabrik Gula Jatiroto-PTPTN XI. 2000
5. Setelah mengetahui kebutuhan jumlah batere 3. www.ebtke.esdm.go.id. Kewajiban Penggunaan
yang dibutuhkan adalah 2 batere (100 Ah 12 Panel Surya di Targetkan Tahun ini. Juni 2012.
V) serta solar cell yang dibutuhkan adalah 4. Erwin Fakhurozi. Sekilas Tentang Audit Energi
sebesar 5 buah untuk mensupply listrik Gedung ELTI. www.bukuenergi.blogspot.com.
sebesar 2400 watt selama 12 jam (18.00- 2008
06.00), maka kebutuhan biaya untuk 5. Joko Santoso. Audit Energi Listrik di Gedung
membangun sistem ini yaitu sebesar Rp. Pusat Grosir Cililitan Dalam Rangka
50.000.000,00 (dengan asumsi harga solar Penghematan Biaya Listrik. Universitas Mercu
cell 1WP sebesar USD 9-10). Buana Jakarta. 2010.
6. Setelah kita menghitung biaya untuk 6. www.solarsuryaindonesia.com. Tenaga Surya
membangun home solar cell di perumahan dan Panel Surya. Februari 2012.
tipe 27/66 maka efisiensi kebutuhan energi 7. www.klastik.wordpress.com. Cara Hitung
yang didapat setelah kita menggunakan home Pemasangan Panel Surya. April 2012
solar cell adalah sebesar 0.06455 % yaitu 8. Wilhansen Sindhu Kamarga. Audit Energi Pada
perhitungan dari beban pemakaian energi PT Indonesia Power UBP Pesanggaran Unit 3
listrik setiap bulan dibagi energi yang bisa Denpasar-Bali. ITS Paper 19759-2107100055.
disuplai oleh perangkat home solar cell Surabaya
(154.92 / 2400 = 0.06455x100%). 9. M Santamouris,. Energy Performance and
7. Setelah mengetahui efisiensi kebutuhan Energy Consevation In Health Care Buildings In
energi maka besar efisiensi harga listrik per Hellas. Jakarta, 2011
bulannya adalah sebesar Rp.60.000,00 tiap 10. Syamsuri Hasan. Audit Energi Untuk Pemakaian
bulannya (6.455% x Rp.92.952,00) Air Conditioning (AC) Pada Gedung
Perkantoran dan Ruang Kuliah di UPI.
V. Kesimpulan dan Rekomendasi Universitas Pendidikan Indonesia,
A.Kesimpulan Bandung.2010.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Analisa kebutuhan listrik untuk perumahan tipe
27/66 per bulan adalah sebesar 154.92 kwh.
1 Lampu Teras 1
2 Lampu Tengah 1
3 Lampu Kamar Tidur 1
4 Lampu Kamar Mandi 1
5 Lampu Dapur 2
6 Jet Pump 1
7 Kipas Angin 1
8 TV 1
9 Tape Recorder 1
10 VCD 1
11 Sound Speaker 1
12 Kulkas 1
13 Rice Cooker 1
14 Setrika Listrik 1
Lampiran 2 : Perhitungan Biaya Konsumsi Listrik dalam 10 bulan pada Perumahan Tipe 27/66
1. Data Pengisian Pulsa Melalui Token Listrik serta Kebutuhan Pemakaian Daya Listrik tiap bulan (riil)
PEMBELIAN
JML KWH PENGISIAN JML KWH PENGGUNAAN
NO BULAN PULSA
SEBELUMNYA (KWH) SETELAH DIISI LISTRIK (KWH)
LISTRIK(Rp…)
1 JANUARI 188.9 103.8 70000 292.7 136.8
2 FEBRUARI 155.9 149.3 100000 305.2 75.8
3 MARET 229.4 149.3 100000 378.7 138.6
4 APRIL 240.1 73.4 50000 313.5 64
5 MEI 249.5 149.3 100000 398.8 59.2
6 JUNI 339.6 73.4 50000 413 132.2
7 JULI 280.8 103.8 70000 384.6 139.2
8 AGUSTUS 245.4 73.4 50000 318.8 54.7
9 SEPTEMBER 264.1 149.3 100000 413.4 123.7
10 OKTOBER 289.7 111.4 75000 401.1 401.1
11 NOVEMBER
12 DESEMBER
Total Penggunaan Listrik dalam 10 bulan 1325.3
Rata2 Penggunaan Listrik tiap bulan (..kwh) 132.53
Jumlah yang harus dibayar ke PLN (Rp) 79518
2. Asumsi Perhitungan Kebutuhan Pemakaian Energi Listrik di lihat dari peralatan rumah tangga yang ada
RATA-RATA HARGA
STANDAR RATA-RATA RATA-RATA
NAMA PENGGUNAAN/ LISTRIK
NO JUMLAH SATUAN PENGGUNAAN/ PENGGUNAAN/
PERALATAN BULAN (..WATT /KWH (Rp.
(WATT) HARI (..JAM) BULAN(KWH)
JAM) 600,00)
1 Lampu Teras 1 15 12 5400 5.4 3240
2 Lampu Tengah 1 10 12 3600 3.6 2160
Lampu Kamar
3 Tidur 1 15 12 5400 5.4 3240
Lampu Kamar
4 Mandi 1 15 2 900 0.9 540
5 Lampu Dapur 2 15 12 5400 5.4 3240
6 Jet Pump 1 130 3 11700 11.7 7020
7 Kipas Angin 1 36 8 8640 8.64 5184
8 TV 1 90 20 54000 54 32400
9 Tape Recorder 1 28 2 1680 1.68 1008
10 VCD 1 30 2 1800 1.8 1080
11 Sound Speaker 1 25 1 750 0.75 450
12 Kulkas 1 70 24 50400 50.4 30240
13 Rice Cooker 1 50 3 4500 4.5 2700
14 Setrika Listrik 1 50 0.5 750 0.75 450
Abstrak
Sebagian orang hanya mendengarkan nada musik tanpa mengetahui nada apa yang sedang dimainkan, karena kurangnya
ketajaman indera pendengaran dan pengetahuan tentang musik. Suatu sistem pengenalan nada pianika dapat digunakan untuk
membantu orang dalam belajar musik, terutama yang terkait dengan pianika. Pada penelitian yang dilaksanakan, dibuat suatu
sistem pengenalan nada pianika berbasiskan komputer. Secara garis besar, sistem pengenalan nada tersebut dideskripsikan
dalam urutan proses-proses dasar sebagai berikut: frame blocking, windowing dengan jendela Kaiser, ekstraksi ciri dengan
FFT, dan pembandingan dengan korelasi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 120 nada uji, sistem pengenalan yang dibuat
mampu memberikan tingkat pengenalan hingga 100%, untuk penggunaan nilai alpha 0 dan 50 pada jendela Kaiser dan untuk
penggunaan nilai point 128 pada FFT.
Kata kunci: pengenalan nada, pianika, Jendela Kaiser, FFT, korelasi
1. PENDAHULUAN C D E F G A B
Pianika merupakan bagian dari banyak alat
musik apabila ditiup akan menghasilkan sebuah
bunyi. Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh
frekuensi dasar gelombang bunyi (Kurnia, 2011).
Semakin besar frekuensi dasar gelombang bunyi,
maka semakin tinggi nada yang dihasilkan, demikian
pula sebaliknya. Umumnya indera pendengaran
manusia tidak dapat mengenali secara pasti nada apa
yang didengar olehnya, terkecuali bagi para pemusik
profesional.
C# D# F# G# A#
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, suatu
komputer dibuat untuk meniru kemampuan pada Gambar 1. Nada-nada C, C#, D, D#, E, F, F#, G,
pemusik profesional dalam mengenali nada alat G#, A, A#, dan B yang dikenali pada pianika.
musik. Dalam meniru ini, umumnya prinsip dasar
pengenalan nada dengan komputer adalah dengan 2. DASAR TEORI
membandingkan frekuensi dasar gelombang bunyi
alat musik dengan frekuensi dasar nada referensi 2.1 Pianika
(Somrealvongkul, 2007; Kurnia, 2011). Pianika adalah alat musik tiup kecil sejenis
Pada penelitian yang dilaksanakan, dibangun harmonika, yang mempunyai bilah-bilah keyboard
suatu sistem pengenalan nada pianika yang mampu yang luasnya sekitar tiga oktaf. Pianika dimainkan
mengenali nada pianika C, C#, D, D#, E, F, F#, G, dengan ditiup langsung, atau memakai pipa lentur
G#, A, A#, dan B, sebagaimana terlihat pada yang dihubungkan ke mulut (Senturi, 2010).
Gambar 1. Sistem yang dibangun mempunyai Alat musik pianika biasanya digunakan untuk
masukan berupa nada dalam format wav, sedangkan memainkan melodi pokok, kontra melodi, dan bila
keluarannya berupa teks yang menandakan nada memungkinkan dapat juga untuk mengiringi lagu.
yang dikenali. Prinsip dasar sistem yang di bangun Pianika mempunyai dua bilahan warna tuts yaitu
adalah pembandingan frekuensi sinyal yang warna putih dan hitam. Bilahan-bilahan yang
menggunakan korelasi. Dalam tulisan ini, dikaji berwarna putih untuk nada-nada asli (natural) dan
pengaruh variasi nilai alpha pada jendela Kaiser di yang berwarna hitam untuk memainkan nada-nada
proses windowing, serta pengaruh variasi nilai point kromatis (lihat Gambar 1). Dalam memainkan alat
pada FFT di proses ekstraksi ciri, terhadap tingkat musik pianika, tangan kiri memegang pianika dan
pengenalan nada. tangan kanan menekan untuk memainkan melodi
lagu, sedangkan mulut meniupnya.
0.2
0
20 40 60 80 100 120
n
(a)
( )
0.6
⎧ 2
0.4 ⎪ 1− −1
= ,0 ≤ ≤ (2)
⎨
0.2
( )
⎪
⎩0 , yang lain
0
-0.2
-0.4
120 (c)
FFT 32
100
Tingkat Pengenalan (%)
FFT 64
80
FFT 128
60 FFT 256
40
20
0
0 50 100 500
Nilai alpha pada jendela Kaiser
120 Alpha 0
100 Alpha 50
Tingkat Pengenalan (%)
80
Alpha
60 100
Alpha
40 500
20
0
32 64 128 256
(b) Nilai point pada FFT
Gambar 9. Spektrum hasil FFT 128 point untuk
nada uji D dengan nilai alpha (a) 0 dan (b) 50. Gambar 10. Pengaruh nilai point pada FFT terhadap
tingkat pengenalan.
5.2 Saran
a. Sistem pengenalan nada alat musik pianika ini
masih memiliki suatu kekurangan, yaitu
sistemnya masih belum real time. Untuk
penelitian lebih lanjut, supaya sistem
pengenalan nada ini dibuat real time.
b. Pengembangan sistem pengenalan nada menjadi
sistem pengenalan deretan nada.
(b)
DAFTAR PUSTAKA
Kaiser, J.F. dan Schafer, R. W. (1980). On the Use
of the Io-Sinh Window for Spectrum Analysis.
IEEE Transactions on Acoustics, Speech and
Signal Processing, Vol. ASSP-28, No. 1, February
1980, pp 105-107.
Kurnia, A. (2011). Penala Nada Alat Musik
menggunakan Alihragam Fourier, UNDIP,
Semarang. Diakses pada 3 Oktober 2011 dari
http://eprints.undip.ac.id/25444/
Teknomo, K. (2011) Corelation Distance. Diakses The Mathworks Inc. (2005). Signal Processing
pada tanggal 26 September 2011 dari Toolbox: For Use with MATLAB, Version 6.2.1.
http://people.revoledu The Mathworks Inc., Massachusetts.
.com/kardi/tutorial/Similarity/CorrelationDistance
.html
ABSTRAK
Photovoltaic (PV) sebagai pembangkit listrik merupakan salah satu alternatif pemanfaatan sumber energi
terbarukan. Pemakaian daya pembangkit konvensional dapat dikurangi dengan menghubungkan sistem PV ke grid. Efisiensi
pada sistem PV dapat ditingkatkan dengan pertama meningkatkan kualitas materialnya dan kedua dengan mengoperasikan
panel PV pada titik optimum daya dengan teknik Maximum Power Point Tracking (MPPT). Dalam penelitian ini dilakukan
teknik kedua untuk mendapatkan titik optimum operasi PV yaitu teknik MPPT. Penggunaan Sistem PV yang dihubungkan ke
grid dapat membantu menurunkan biaya bahan bakar dari sistem konvensional. Untuk meningkatkan kinerja sistem PV yang
terhubung grid dengan menggunakan konverter satu tingkat konversi dan sekaligus berfungsi sebagai MPPT. Wide range
input single stage inverter dapat melakukan konversi dan transformasi tegangan serta MPPT dalam satu tahap konversi, juga
memiliki jangkauan perubahan input yang luas. Untuk mengurangi stress pada komponen inverter, maka inverter
dioperasikan dalam Continuous Conduction Mode (CCM). Teknik MPPT menggunakan Artificial Neural Network (ANN)
dengan input iradian dan temperatur. Pada penelitian ini, simulasi kontrol sistem menggunakan software Matlab. Hasil
Simulasi sistem PV 1440 W yang terhubung grid menunjukan bahwa inverter telah bekerja secara efektif sesuai dengan
kondisi dari perubahan temperatur dan iradiasi yang masuk pada pv panel.
Kata kunci: photovoltaic (PV), maximum power point tracking (MPPT), Continuous Conducting Mode (CCM), artificial
neural network (ANN)
To Tc
Dengan, Eg adalah bang-gap energy dari
semikonduktor yang digunakan cell, dari
persamaan (3), maka didapat besarnya arus reverse
saturasi Io (A) adalah
qVoc
I so I sc exp 1 (4)
nkN sTo
Dimana VOC adalah tegangan open circuit (V) dan
NS adalah jumlah cell seri dalam satu modul PV.
merupakan input dari Hyteresis Current Control jaring dengan layer untuk menghasilkan output
dengan output digunakan untuk mengatur ON dan sebagai respon aktual.
OFF switch pada SSSP inverter melalui drive Pada penelitian ini, seperti yang
switching. Blok diagram dari sistem kontrol ini ditunjukan gambar 9, input ANN adalah suhu dan
ditunjukan pada gambar 7. irradiasi, dan output dari ANN berupa arus
referensi Iref [7]. Untuk mengolah data input
menjadi output, ANN harus mengalami pelatihan
atau training.
sistem untuk mendapatkan titik optimum dari PV Gambar 12. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
dengan perubahan temperature dan irradiasi.
Input data learning ANN MPPT diambil
dari perubahan temperatur dan irradiasi dengan 1500
P-V curve
8 500
0
5 0 50 100 150 200 250
v Vpv
pI
4 Gambar 13. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V
3
2
21
1 25
30
0
0 50 100 150 200 250
Vpv
Gambar 10. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
P-V curve
1500
21
25
30
v
p
P
500
0
0 50 100 150 200 250
Vpv
Gambar 11. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V
Gambar 15. Perubahan Temperatur dan Irradiasi
5. KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan
penelitian mengenai sistem pv terhubung grid
melalui single stage inverter dengan metode MPPT
menggunakan ANN. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa dengan menggunakan single stage inverter
daya maksimum PV juga dapat dicapai sehingga
meningkatkan efisiensi sistem, serta dengan
menggunakan teknik MPPT yang menggunakan
ANN dapat mempercepat tercapainya daya
Gambar 16. Daya PV maksimum PV.
DAFTAR PUSTAKA
[1] W. L. Yu, T. P. Lee, G. H. Wu, Q. S. Chen, H.
J. Chiu, Y. K. Lo, “A DSP-Based Single-Stage
Maximum Power Point Tracking PV Inverter,”
IEEE, pp. 948-952, 2010.
[2] T. Kerekes, R. Teodorescu, P. Rodriguez, G.
Vazquez, E. Aldabas, “A New High-Efficiency
Single-Phase Transformerless PV Inverter
Topology,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol. 58,
Gambar 17. Arus dan Tegangan PV no. 1, pp. 184-191, Jan. 2011.
[3] M.G. Villalva, J.R. Gazoli and E. R. Filho,
“Comprehensive approach to modeling and
simulation of photovoltaic arrays,” IEEE Trans.
Power Electron. vol. 24, no. 5, pp. 1198-1208,
May 2009.
[4] S. Jain, V. Agarwal, “A Single-Stage Grid
Connected Inverter Topology for Solar PV
Systems With Maximum Power Point
Tracking,” IEEE Trans. Power Electron., vol.
22, no. 5, pp. 1928-1940, Sep. 2007.
[5] H. Patel, V. Agarwal, “MPPT Scheme for a PV-
Gambar 18. Tegangan dan Arus Grid (RMS) Fed Single-Phase Single-Stage Grid-Connected
Inverter Operating in CCM With Only One
Current Sensor,” IEEE Trans. Energy Convers.,
vol. 24, no.1, pp. 256-263, Mar. 2009.
[6] S. Jain, V. Agarwal, “New current control based
MPPT technique for single stage grid connected
PV systems”, Elsevier – Energy Conversion and
Management 48, pp. 625-644, 2007.
[7] Md. Asiful Islam, Md. Ashfanoor Kabir,
“Neural Network Based Maximum Power Point
Tracking of Photovoltaic Arrays,” IEEE
Gambar 19. Iref dan ILBB TENCON., pp. 79-82, 2011
RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENENTUAN LOKASI KINCIR ANGIN PADA PLT ANGIN
ABSTRAK
Krisis energi sudah mulai dirasakan secara nasional. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya antara pasokan
energi dengan jumlah permintaan masyarakat. Sementara itu rasio elektrifikasi masih rendah yakni sekitar 62%,
maknanya masih 38 % masyarakat belum menikmati listrik. Untuk mengatasi ini pemerintah telah
mengeluarkan Kebijakan energi Nasional sebagai pedoman pengelolaan energi nasional yang tertuangkan di
Perpres No 5 tahun 2005. Kebijakan energi mix sampai 2025 sudah memasukkan energi alternatif sekitar 4,4 %.
Angin merupakan salah sumber energi altarnatif yang sangat melimpah, namun masih belum dioptimalkan.
Salah satu isu pendirian PLT angin adalah peralatan untuk optimasi daya yang dihasilkan, hal ini terkait dengan
pemilihan tempat dimana kincir angin akan didirikan. Pada paper ini akan didiskusikan desain dan pembuatan
peralatan sebagai alat bantu menentukan letak kincir angin dengan output database kecepatan angin di suatu
tempat. Dari hasil validasi dengan anemometer komersial, dari 10 kali percobaan terdapat perbedaan 0,086
m/detik atau akurasinya sebesar 0,914. Dari pengujian juga disimpulkan bahwa instrumen yang dibuat mampu
memberikan informasi arah angin.
tiga. Hal ini menunjukkan jika kecepatan angin menunjang akan turun hingga 2.45 sen per KWh-
tinggi maka biayanya pun akan sangat rendah lebih murah 36 persen dari biaya pada tahun 2003
karena daya yang dihasilkan adalah tinggi. yang mencapai 3.79 euro/KWh. Sambungan kabel
listrik tidak termasuk dalam biaya ini.
Sebuah tantangan rekayasa adalah bagaimana
Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar
kecepatan angin yang rendah dapat dengan baik di semua kawasan dan negara.
menghasilkan daya listrik yang maksimal. Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin
diperkirakan dapat menyediakan 53.000
STUDI PUSTAKA Terawat/jam setiap tahunnya. Yang berarti dua kali
Teknologi tenaga angin sebenarnya sudah lebih besar dari proyeksi permintaan energi pada
digunakan berabad-abad lampau. Ada klaim tahun 2020-meninggalkan tempat yang penting
sejarah bahwa pertama kali yang menggunakan untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade
energi angin adalah jaman mesir kuno. Hero dari kedepan. Amerika Serikat sendiri mempunyai
Alexandria serta Hammurabi dari Babilona potensi angin yang cukup untuk menyediakan
menggunakan tenaga angin untuk keperluan irigasi pasokan kebutuhan energinya bahkan tiga kali
pada abad 17 sebelum Masehi. Pada abad 19 lebih lebih besar daripada kebutuhannya
dari 30.000 kincir angin di Eropa didirikan untuk (www.greenpeace.org).
penggilingan gandum dan pompa air (Ahmet, Berbeda dengan negara Barat, negara
2004). berkembangan termasuk Indonesia, yang
Pembangkit listrik tenaga angin yang mempunyai banyak pedesaan memerlukan strategi
pertama dilakukan oleh Charles Sikat F, di Ohio untuk pendirian PLT Angin ini.Sistem yang paling
pada tahun 1888, dengan kekuatan 12 Kwatt. Pada cocok adalah dengan menggunakan sistem skala
Tahun 2001, Denmark telah memproduksi enegi mikro dengan daya sekitar 100Kwatt. Di Mongolia,
listrik sebesar 2000 Mwatt (2 GWatt) dari energi menggunakan sekitar 30000 PLT angin mikro
angin dengan menggunakan 5700 kincir angin. untuk kepentingan kebutuhan pedesaan yang
Nilai ini sekitar 14% dari kebutuhan energi di digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam
Denmark (Ahmet 2004;). rumah tangga, seperti penerangan, Televisi, pompa
Perkembangan teknologi dalam dua air dan irigasi.
dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang Pada hakekatnya angin merupakan
modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah pergerakan udara dikarenakan perbedaan takanan
turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada antara satu tempat dengan tempat yang lain. Hal ini
turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat dikarenakan tidak meratanya panas dari matahari,
ini menyediakan tenaga besar yang setara dengan seperti antara gunung dan lembah, antara daratan
pembangkit listrik konvensional. Pada awal tahun dan pantai dan sebagainya.
2004, pemasangan tenaga angin secara global telah Data kecepatan angin semestinya
mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang didapatkan dari Badan Meteorology, namun sayang
dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kebanyakan negara tidak mempunyai data yang
sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa lengkap untuk kecepatan angin ini.Sebelum
yang berarti sama dengan mendekati 47 juta orang. mendirikan PLT Angin semestinya didukung
Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya dengan data yang akurat, karena akan menentukan
pasar, tenaga angin memperlihatkan menurunnya besarnya energi yang dihasilkan.
biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah Kekuatan angin sebanding dengan (Ali,
yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu 2003;Cumali, 2010):
menyaingi PLTU batu bara teknologi baru dan di Tipikal daerah yang ditempati oleh kincir
beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit angin
listrik tenaga gas alam. Ruang dari kecepatan angin
Selama beberapa tahun terakhir Kepadatan udara yang berubah
pemasangan kapasitas angin meningkat melebihi berdasarkan ketingian
30%. Hal tersebut membuat target untuk Keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah
menjadikan tenaga angin mampu memenuhi berkurangnya level emisi karbon dioksida penyebab
kebutuhan energi dunia hingga 12 persen pada perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari polusi
tahun 2020 menjadi realistis. Di saat bersamaan hal yang sering diasosiasikan dengan pembangkit
tersebut juga akan membuka kesempatan listrik berbahan bakar fosil dan nuklir.
terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan
mengurangi emisi CO2 hingga 10.700 juta ton Isu Pengembangan PLT Angin
(www.greenpeace.org). Beberapa Isu pengembangan PLT Angin adalah
Dengan terus meningkatnya ukuran dan 1. Pengembangan peralatan untuk optimasi daya
kapasitas rata-rata turbin, pada tahun 2020 biaya yang dihasilkan, hal ini terkait dengan
pembangkit listrik tenaga angin pada wilayah yang pemilihan tempat dan arah serta dinamika
kincir angin.Isu pertama inilah yang akan fokus penelitian ini, yaitu kecepatan angin dan arah
menjadi perhatian pada penelitian ini. angin. Blok diagram ditunjukkan pada Gambar 1.
2. Isu Lingkungan, yakni diantaranya interferensi
dari Mesin PLT Angin dengn pita frekuensi
TV, kebisingan yang diakibatkan oleh rotor, Rangkaian Infra Red (Sensor Arah) Sistem
gearbox dan generator serta, Akan sediktit sensor infra merah pada dasarnya menggunakan
mengganggu keindahan lingkungan, karena infra merah sebagai media untuk komunikasi data
akan banyak ladang kincir angin. antara receiver dan transmitter. Sistem akan
3. Terkait dengan biaya, hal ini sangat tergantung bekerja jika sinar infra merah yang dipancarkan
dengan kecepatan angin. Dari formula terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan
sebelumnya daya yang dihadilkan adalah sinar infra merah yang dipancarkan tersebut tidak
sebanding dengan kecepatan angin pangkat dapat terdeteksi oleh penerima. Terdapat empat
tiga. Hal ini menunjukkan jika kecepatan angin pasang sensor infra merah yang digunakan sebagai
tinggi maka biayanya pun akan sangat rendah sensor arah yang dapat mendeteksi delapan macam
karena daya yang dihasilkan adalah tinggi. arah angin, yaitu:
Sebuah tantangan rekayasa adalah bagaimana - Timur
kecepatan angin yang rendah dapat - Barat
menghasilkan daya listrik yang maksimal. - Tenggara
- Barat laut
- Selatan
METODOLOGI
- Utara
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini
- Barat daya
adalah eksperimental laboratorium, dari desain
hingga pengujian. Ada dua parameter yang menjadi - Timur laut
KESIMPULAN
Dari desain dan pengujian intrumen alat bantu
penentuan lokasi kincir angin dapat disimpulkan
bahwa:
1. Akurasi instrumen sebesar 91,4%
2. Instrumen juga mampu menentukan arah
(b) angin.
Gambar 4. (a)Sistem minimum mikrokontroler 3. Saran pengembangan ke depan adalah
dan (b) rangkaian LCD instrumen dilengkapi pendukung keputusan
untuk menentukan arah angin optimal
ABSTRAK
Procurement merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap organisasi. Pada Kementerian Keuangan Timor - Leste
telah menerapkan e-procurement, tetapi terdapat permasalahan berkaitan dengan proyek dengan nilai dibawah 1 Juta US
Dollar . Penelitian ini menjelaskan adanya metode baru untuk meningkatkan analisis dan pengembangan e-procurement di
Kementerian Keuangan Timor - Leste dengan merancang e-procurement yang aman. Selain itu di harapkan dengan adanya
e--procurement ini semakin banyak masyarakat yang tertarik dan berdampak positif terhadap adanya peningkatan tender.
Selama ini tender yang dibawah 1 Juta US Dollar masih mengalami masalah, dengan adanya tender secara manual . Tujuan
penelitian ini adalah mengusulkan suatu metode baru untuk memperluas dan mengembangkan e-procurement masih manual
ke elektronik dalam rangka kualitas layanan yang efektif dan efisien. Teknologi e-procurement ini menggunakan Cobit
Dari penetilitian ini pemanfaatan e-procurement dapat memberikan transparansi dan efisiensi bagi Kementerian Keuangan
Timor – Leste dan pihak yang akan mengikuti tender.
Kata kunci : e-procurement, audit , cobit.
tertinggi (mark up); Kelima, memenangkan (framework) dalam mendukung tata kelola
perusahaan saudara, kerabat atau orang-orang partai teknologi informasi. Prinsip dasar pada framework
tertentu; Keenam, pencantuman spesifikasi teknik COBIT adalah menyediakan informasi yang
hanya dapat dipasok oleh satu pelaku usaha diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau
tertentu; Ketujuh, adanya almamater sentris; organisasi. Perusahaan atau organisasi perlu
Kedelapan, pengusaha yang tidak memiliki mengatur dan mengatur sumber daya teknologi
administrasi lengkap dapat ikut tender bahkan informasi dengan menggunakan sekumpulan proses
menang; Kesembilan, tender tidak diumumkan; teknologi informasi yang terstruktur sehingga dapat
Kesepuluh, tidak membuka akses bagi peserta dari memberikan informasi yang dibutuhkan.
daerah (Sucahyo dkk, 2009). Secara keseluruhan konsep framework
Kebijakan implementasi E-Procurement COBIT digambarkan sebagai sebuah kubus tiga
dilakukan dengan cara mengoptimalkan dimensi yang terdiri dari: (1) kebutuhan bisnis, (2)
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk sumber daya teknologi informasi dan (3) proses
mewujudkan good governance melalui pengadaan teknologi informasi.
barang dan jasa yang bebas KKN. Sasaran
diterapkanya sistem E-Procurement adalah untuk
memberikan media proses pengadaan barang yang
transparan, kompetitif, efektif, efisien, adil dan
tidak diskriminatif dan akuntabel.
E-Procurement dikembangkan untuk
membentuk jaringan sistem manajemen dan proses
kerja instansi pemerintah secara terpadu dengan
pihak-pihak yang menjadi kerjasama dalam proses
pengadaan barang dan jasa. E-Procurement juga
memberikan rasa aman dan nyaman. Rasa aman
karena proses pengadaan mengikuti ketentuan yang
diatur secara elektronik dengan mengedepankan Gambar 2. Konsep Kerangka Kerja COBIT (IT
transparansi dan akuntabilitas, sehingga pemenang Governance Institute, 2007)
adalah penyedia barang dan jasa yang telah
4.4. MODEL KEMATANGAN
mengikuti kompetisi dengan adil dan terbuka.
Model kematangan (maturity model)
Jumlah peserta pengadaan yang bertambah akan
digunakan sebagai alat untuk melakukan
meningkatkan persaingan yang mengakibatkan
benchmarking dan self-assessment oleh manajemen
penawaran mencapai harga pasar yang
teknologi informasi secara lebih efisien. Model
sesungguhnya. Risiko panitia menjadi berkurang
kematangan untuk pengelolaan dan kontrol pada
karena teknologi membantu mengurangi
proses teknologi informasi didasarkan pada metoda
kemungkinan kesalahan prosedur baik yang
evaluasi perusahaan atau organisasi, sehingga dapat
disengaja maupun tidak. Pada akhirnya, masing-
mengevaluasi sendiri, mulai dari level 0 (non-
masing pihak merasa nyaman berkat bantuan E-
existent) hingga level 5 (optimised).
Procurement. Kenyamanan yang diberikan juga
dapat dilihat dari menurunnya jumlah sanggah Tabel 1. Maturity Model
sejak digunakannya E-Procurement.
E-Procurement juga berdampak terhadap Level Kriteria Kedewasaan
interaksi yang terjadi antara pelaku usaha dengan Kekurangan yang menyeluruh
pemerintah. Jika di masa lalu, pelaku usaha perlu 0 terhadap proses apapun yang dapat
sering mendatangi instansi pemerintah di masing- Non dikenali. Perusahaan bahkan tidak
masing sektor dan mendekati pihak yang terkait Existent mengetahui bahwa terdapat
untuk mendapatkan informasi tentang peluang permasalahan yang harus diatasi.
pengadaan, maka kini informasi tersebut telah Terdapat bukti bahwa perusahaan
tersedia dalam sistem. Akibatnya, terjadi perubahan mengetahui adanya permasalahan
cara berinteraksi dimana frekuensi komunikasi yang harus diatasi. Bagaimanapun
melalui sistem E-Procurement meningkat juga tidak terdapat proses standar,
sedangkan frekuensi tatap muka menjadi jauh 1
namun menggunakan pendekatan ad
berkurang. Initial/Ad
hoc yang cenderung diperlakukan
Hoc
secara individu atau per kasus.
4.3. COBIT Secara umum pendekatan kepada
COBIT merupakan singkatan dari Control pengelolaan proses tidak
Objectives for Information and Related terorganisasi.
Technology, merupakan salah satu kerangka kerja
Tabel 3. Nilai absolut model maturity persamaan matematika dan skala pembulatan
Nilai Keterangan indeks yang ada pada table sebelumnya.
0 Tidak ada
1 Inisialiasi 6. KESIMPULAN
2 Dapat diulang
Telah tersedia kegiatan tata kelola TI dalam
3 Ditetapkan
tahap pengembangan, yang meliputi perencanaan
4 Diatur
TI, pelaksanaan, dan pengawasan namun tidak
5 Dioptimalisasi formal sehingga masih sering terjadi ketidak
konsistenan. Pihak manajemen telah mengetahui
Selanjutnya merelasikan antara nilai ukuran dasar untuk pengelolaan TI, tetapi proses
tingkatan dan nilai absolut yang dilakukan dengan tersebut belum diapliakasikan secara menyeluruh
perhitungan dalam bentuk indeks menggunakan dalam perusahaan. Tidak tersedia pelatihan formal
formula matematika sebagai berikut : Persamaan dan komunikasi tentang standar untuk tata kelola
matematik untuk menentukan nilai indeks adalah TI. Tanggung jawab proses tata kelola dalam
sebagai berikut: berbagai proyek dan proses dalam TI dikendalikan
oleh inisitif individu yang semestinya oleh prosedur
∑
= system. COBIT framework adalah standar control
∑ SI yang sifatnya umum serta dapat diterima dan
Sedangkan skala pembuatan indeks bagi diterapkan oleh organisasi. Parameter methodology
pemetaan ketingkat model maturity terdapat pada kerangka IT yang digunakan adalah domain
tabel berikut ini. delivery and support (DS) dimana domain tersebut
Tabel 4. Skala pembulatan indeks menitikberatkan pada proses pelayanan yang
Skala diberikan oleh sistem teknologi informasi (TI) yang
Tingkat Model Maturity
Pembulatan diterapkan. Perbandingan SI e-Procurement pada
4,51 – 5,00 5-Dioptimalisasi penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
3,51 – 4,50 4-Diatur analisis internal control dilakukan pada domain DS
2,51 – 3,50 3-Ditetapkan di setiap level kontrol process IT COBIT. Dari hasil
1,51 – 2,50 2-Dapat diulang perbandingan ditemukan bahwa Kementerian
0,51 – 1,50 1-Inisialisasi Keuangan Timor Leste sudah memiliki internal
0,00 – 0,50 0-Tidak Ada control di setiap level control process IT COBIT
domain DS, dimana internal kontrol tersebut
memberikan jaminan bahwa layanan e-
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Procurement seperti dari pengadaaan awal sampai,
Berakhirnya suatu Proyek. Pemenang tender ,
Tujuan uji validitas instrumen dalam dilakukan berdasarkan standar operasi prosedur
penelitian ini adalah untuk memastikan secara (SOP) yang sudah ditetapkan di kementerian
statistik apakah butir pertanyaan yang digunakan Keuangan Timor – Leste .
dalam penelitian valid atau tidak dalam arti dapat
digunakan dalam pengambilan data penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Dalam pengujian ini digunakan uji terpakai,
yaitu kuesioner yang sudah terkumpul dan [1] Canal, Vicente Aceituno (2008), “Usefulness of
dilakukan tabulasi. Pengujian validitas an Information Security Management
menggunakan metode analisis faktor dengan cara Maturity Model”, Information System Control
mengkorelasikan masing-masing item dengan skor Journal, Vol. 2.
total sebagai jumlah setiap skor item, sehingga [2] Guldentops, E. (2003), “Maturity Measurement
diperoleh koefisien korelasi. Untuk mengetahui - First the Purpose, Then the Method”,
valid tidaknya suatu variabel yang diuji dilakukan Information Systems Control Journal, Vol. 4.
dengan membandingkan nilai component matriks Hamaker,
atau faktor loadingnya dengan 0,4., sedangkan [3] Stacey and Hutton, Austin (2004), “Principles
KMO and Bartlett’s Test lebih besar dari 0,5. of IT Governance”, Information System
Control Journal, Vol. 2.
[4] IT Governance Institute (2003), IT Governance
5.4. Hasil Penyebaran Kuesioner Implementation Guide: “How do I use COBIT
to implement IT governance?”, IT
Hasil perhitungan kuesioner untuk Governance Institute, Illinois.
menentukan tingkat model maturity masing-masing [5] IT Governance Institute (2005), COBIT 4.0:
control process. dengan perhitungan menggunakan Control Objectives, Management Guidelines,
Maturity Models, IT Governance Institute, [7] Gondodiyoto, Sanyoto. (2007). Audit Sistem
Illinois. IT Governance Institute (2007), Informasi Pendekatan COBIT. Mitra Wacana
COBIT 4.1, IT Governance Institute, Illinois. Media. Jakarta
[6] IT Governance Institute (2008), IT Governance [8] Sarno, Riyanarto. (2009) Audit Sistem
and Process Maturity, IT Governance informasi dan teknologi informasi Surabaya .
Institute, Illinois.
ABSTRAK
Catu daya konvensional telah banyak digunakan dalam peralatan elektronika. Selain sangat berguna dalam dunia
elektronika, catu daya juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif terjadi karena penggunaan LF (low frequency)
transformator. Jika dilihat secara detail kerugian yang terjadi adalah hysteresis dan eddy current, hal ini menyebabkan
terjadinya panas pada trasnformator inti besi / (LF) tranformator. Selain tidak efisiennya bahan yang digunakan, berat dan
banyaknya belitan pada transformator juga membuat kerugian dalam segi biaya. Eksitasi juga menjadi masalah dalam
penggunaan LF Transformator.
Makalahini merancang solusi tentang system catu daya dengan HF (High Frequency). Dengan menggunakan
system HF, maka tranformator yang digunakan adalah tipe HF Transformator, dimana trafo ini menggunakan inti ferid, selain
lebih ringan, titik jenuh yang rendah dan penggunakan lilitan yang lebih sedikit dibanding dengan LF (Low Frequency)
Transformator.
Pada makalah ini perancangan komponen elektronika yang terdapat pada alat tidak banyak memakan tempat dan
efisien dalam penggunakannya, penggunakan transformator dengan inti besi dapat ditekan dengan menggunakan
transformator dengan inti ferid yang memiliki frekwensi lebih tinggi dan penampungan fluksi yang lebih banyak.
kumparan pertama (primer) yang bertindak 4. Kerugian hysteresis (kerugian ini terjadi
sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang karena inti besi tidak dapat mengubah
bertindak sebagai output, dan inti besi yang arah fluks magnet secara seketika),
berfungsi untuk memperkuat medan magnet perhitungannya :
yang dihasilkan.
Gambar 1 Transformator
R = Tahanan (Ohm)
ρ = Tahanan jenis (Ohm.m)
l = Panjang (m)
A = Luas penampang (m2)
Gambar 7 Oscilator
A. Counter ( CD 4520 )
DAFTAR PUSTAKA
Pernandes1), Martanto2)
1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
2)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakartata
martanto@usd.ac.id
Abstrak
Kestabilan tegangan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit merupakan salah satu parameter utama dalam hal
penyediaan daya listrik. Pemakaian beban yang tidak terkendali dapat menyebabkan ketidakstabilan tegangan. Penelitian ini
bertujuan membuat sebuah sistem pengatur beban untuk menjaga agar daya keluaran pada pembangkit selalu berada pada
daerah kerja yang diperbolehkan dengan cara mengatur beban dummy. Sistem yang dirancang berbasis mikrokontroler
ATmega8535, menggunakan sensor arus ACS712 untuk mengetahui besar daya terpakai, dan menggunakan beban dummy
berupa resistor, serta dibatasi untuk daya 450W pada tegangan jala-jala 220V. Jika terdapat beban terpakai dalam sistem, arus
beban terpakai akan diukur yang kemudian digunakan untuk mengendalikan arus yang mengalir ke beban dummy, agar daya
keseluruhan pada sistem tetap atau stabil. Sistem kendali beban dummy secara keseluruhan sudah dapat dibuat dan sudah
dapat bekerja serta telah diuji dengan beberapa nilai daya beban. Jika daya beban terpakai nol, maka arus beban dummy akan
maksimal. Arus beban dummy akan menurun jika daya beban terpakai meningkat. Hasil pengukuran arus beban dummy, arus
beban terpakai, daya beban dummy dan daya beban terpakai masih belum sesuai dengan perancangan. Sistem pengendalian
beban dummy masih dapat dikembangkan untuk daya yang lebih besar.
bentuk model yang optimal dari sistem yang akan melalui TRIAC. Pada tahapan pemicuan TRIAC ini
dibuat dengan mempertimbangkan dari berbagai sensor arus pada beban dummy akan mengukur
faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang besarnya arus yang mengalir. Proses pengaturan
telah ditentukan. Selanjutnya mengimplementasikan beban dummny dilakukan dengan prinsip kendali
sistem dengan pembuatan perangkat keras dan sudut fasa / pengontrol tegangan ac (Rashid,2004).
perangkat lunak sesuai dengan bagian-bagian yang Pengaturan sudut picu dilakukan dengan memberi
ada pada rancangan sistem. Tahap pengambilan data pewaktuan 100 kali interupsi pada 1 gelombang
dilakukan untuk menguji subsistem dan untuk sinusoidal 50 hertz (2x50 interupsi timing, pada
keseluruhan sistem. Alat bantu yang dipergunakan setengah gelombang 0-50, setengah gelombang
untuk pengambilan data adalah multimeter digital, berikutnya 0-50). Seratus interupsi tersebut
dan osiloskop digital. Pengambilan data sistem digunakan sebagai perintah pemicuan TRIAC.
dilakukan dengan menggunakan variasi beban Gambar 2 menunjukan interupsi timer2 saat
terpakai, pada kondisi tegangan jala-jala ac yang terjadinya tunda pemicuan driver beban dummy.
tetap. Pengaturanan besar sudut pemicuan ditentukan
Bagan blok sistem rancangan ditunjukkan melalui perhitungan beban dummy yang dibutuhkan,
oleh Gambar 1. Sistem yang dirancang terdiri atas yaitu 450 dikurangi daya terpakai. Setelah daya
beberapa bagian utama, yaitu rangkaian sensor arus, dummy yang dibutuhkan telah diketahui, maka
pengondisi sinyal, zero crossing detector, driver, sistem akan mengontrol besarnya sudut picu TRIAC.
mikrokontroler, catu daya, dan penampil. Sensor Pada perancangan perangkat lunak, jika daya
yang digunakan untuk mengukur arus adalah terpakai lebih besar atau sama dengan 450, maka
ACS712 (Allegromicro, 2011). Beban terpakai yang sudut picu akan ditambahkan sampai daya dummy
terhubung ke jala-jala listrik (AC Line) diukur bernilai sesuai dengan yang ditentukan atau picu di-
arusnya juga menggunakan sensor arus ACS712. set 50. Jika daya terpakai menurun, maka sistem
Beban dummy terhubung ke jala-jala listrik melalui akan menaikkan daya dummy dan picu akan
rangkaian Driver juga diukur arusnya. Tegangan dikurangi sampai daya dummy bernilai sesuai
keluaran sensor arus akan diolah oleh rangkaian dengan yang ditentukan atau picu dibuat bernilai 1.
pengondisi sinyal. Mikrokontroler ATMega8535 Jika daya tepakai naik, maka sistem akan
(Atmel, 2006) berfungsi mengatur dan memproses menurunkan daya dummy dan sudut picu akan
data masukan dari pengondisi sinyal. Data kendali ditambahkan sampai daya dummy bernilai sesuai
dari mikrokontroler dipakai untuk mengatur sudut dengan ditentukan.
picu TRIAC. Hasil pengukuran arus ditampilkan
pada piranti penampil yang memakai LCD.
Vout=0,185xIukur+2,5. Tegangan keluaran sensor jaringan jala-jala listrik adalah rangkaian zero
dihubungkan ke rangkaian pengondisi sinyal, agar crossing detector (Stanley, 1994, Boleystad, 1996).
besar tegangan keluaran pengondisi sama dengan Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 6,
besar arus terukur. Rangkaian pengondisi sinyal menggunakan sebuah penguat operasi sebagai
diimplementasikan menggunakan penguat beda, sebuah komparator. Komparator yang digunakan
yang dirancang agar saat arus nol tegangan keluaran adalah LM339. (Fairchild Semiconductor, 2012)
pengondisi sinyal nol, dan saat 2,5A maka tegangan
pengondisi sama dengan 2,5V
Pengujian arus beban terpakai juga Tabel 3. Perbandingan Pengukuran Arus Beban
dilakukan menggunakan alat ukur arus Digital Tampilan LCD dan Arus Beban Terukur
Multimeter PC510 untuk mengetahui arus menggunakan Multimeter Digital
sebenarnya pada beban, ditunjukkan oleh Tabel 2. I (Ameter) Idummy(LCD)
Berdasar tabel 2, terlihat bahwa data arus yang No dummy Galat [A]
[A] [A]
ditampilkan LCD memiliki selisih rata-rata 0,02A 1 2,038 2,033 0,005
jika dibandingkan dengan arus pengukuran. Hal ini 2 1,148 1,726 0,578
menunjukkan bahwa pengukur arus beban terpakai 3 1,039 1,651 0,612
telah bekerja dengan baik.
4 0,812 1,431 0,619
Tabel 2. Perbandingan Pengukuran Arus Beban 5 0,711 1,227 0,516
Tampilan LCD dan Arus Beban Terukur 6 0,590 0,960 0,370
menggunakan Multimeter Digital. 7 0,496 0,876 0,380
8 0,352 0,441 0,089
Iload(Ameter) Iload (LCD) 9 0,250 0,356 0,106
No Galat [A]
[A] [A] 10 0,190 0,110 0,080
1 0,005 0 0,01
2 0,257 0,304 0,05 Pada saat beban terpakai tidak aktif maka
3 0,424 0,422 0,00 beban dummy mencapai nilai maksimumnya, dengan
4 0,684 0,647 0,04 bentuk gelombang tegangan beban dummy
5 0,845 0,818 0,03 ditunjukkan oleh Gambar 9. Berdasar tabel 3 untuk
tanpa beban terpakai terlihat nilai arus alat ukur dan
6 1,098 1,076 0,02
sistem hampir sama, karena bentuk gelombang yang
7 1,274 1,250 0,02 sinusoidal.
8 1,526 1,520 0,01
9 1,694 1,700 0,01
10 1,951 1,968 0,02
rata-rata galat 0,02
DAFTAR PUSTAKA
Budi Utama
Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
budiutamaduautama@ymail.com
ABSTRAK
Telah dikerjakan suatu simulasi komputer dalam penentuan tegangan penyalaan (ignition voltage) pada kendaraan tang-
ki bahan bakar yang diisi dengan premium dan gas cair LPG. Juga telah dihitung nilai tegangan terbuka yang ditimbulkan
oleh intensitas medn listrik, serta membandingkan tegangan penyalaan yang dimiliki oleh tangki dengan tegangan terbuka
yang muncul ketika kendaraan tangki melewati kawasan bermedan listrik guna mengetahui tingkat keterjadian fenomena
electrostatic discharge, ESD.
Objek sample penelitian terdiri dari 3 unit kendaraan tangki bahan bakar masing masing dengan kapasitas 5000 l isi ba-
han bakar cair jenis premium, 9500 kg isi bahan bakar gas cair LPG, dan 16 000 l isi bahan bakar cair premium.
Hasil penelitian simulasi menunjukan bahwa angka tegangan penyalaan (ignition voltage) yang dimiliki oleh masing
masing tangki adalah 3014.15 Volt untuk tangki 5000 l isi premium, 2773.93 Volt untuk tangki 9500 kg isi gas cair LPG,
dan 2818.66 Volt untuk tangki 16 000 l isi premium. Sedangkan medan listrik kritis untuk masing masing tangki berturut
turut adalah : 4040.42 Volt/m untuk tangki 5000 l premium, 2042.66 Volt/m untuk tangki 9500 kg gas LPG, dan 2396.82
Volt/m untuk tangki 16000 l premium. Terungkap dalam penelitian ini bahwa tangki gas LPG dgn kapasitas 9500 kg
mempunyai tegangan penyalaan paling rendah, yaitu sebesar 2773.93 Volt degan medan listrik yang menimbulkannya
sebesar 2042.66 Volt/meter = 2.04 kV/meter.
D
ε
E
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian adalah bahwa dapat membuat
kurva hubungan antara medan listrik dan tegangan
penya- laan yang bersesuaian dengan medan listrik
yang berkait- an. Melalui kurva ini dapat
dikembangkan lagi dalam perencanaan pembuatan
tangki dengan dimensi yang di- inginkan sehingga
dapat merencanakan suatu tangki ba- han bakar
dengan nilai tegangan penyalaan yang lebih tinggi.
Dengan memiliki nilai angka tegangan penyalaan
yang lebih tinggi pada tangki bahan bakar berarti
margin aman terhadap fluktuasi tegangan penyalaan
pada suatu tanki tsb menjadi lebar dan ini jauh lebih
aman diban- dingkan dengan nilai tegangan penyalaan
yang lebih ren- dah.Dengan mempunyai nilai
tegangan penyalaan yang tinggi maka tingkat terjadi
peluahan elektrostatik (electrostatic discharge, Dengan memperhatikan gambar : 1 dimana V2
ESD)menjadi lebih sulit atau probabiliti terjadi adalah sama dengan nilai Voc objek maka :
fenomena ESD semang kin kecil. =
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai
te- gangan penyalaan (ignition voltage) untuk setiap 1
ukuran tangki bahan bakar yang diletakan di atas =( )∙ (2)
∙ +
kerangka (chas- sis) mobilpembawa bahan bakar cair.
Juga untuk mengetahui intensitas medan listrik kritis
yang sudah mampu menimbulkan tegangan penyalaan Persamaan (5) ini untuk objek kendaraan dimana
(ignition voltage) pada setiap tangki dengan dimensi lapisan karet dari ban kendaraan bekerja sebagai
yang dimilikinya. isolasi sempurna yang diindikasikan Zog = Rog =
(tak berhingga besarnya) sehingga persamaan (5)
menjadi,
METODA
Penentuan Tegangan Penyalaan, Vp dan tegangan ∙| |∙
open circuit, VOC = (3)
Penentuan tegangan penyalaan dapat diperoleh
dari grafik hubungan antara tegangan terbuka pada atau = ∙ (4)
objek dan nilai kapasitans objek terhadap tanah. Nilai dengan = ∙ ⁄
tegang- an ini adalah nilai tegangan minimum untuk
terjadi ‘penyalaan peluahan percik’ (spark discharge
Nilai VOC yang diperoleh ini kemudian
ignition) pada bahan bakar cair bensin (gasoline)
dibandingkan dengan nilai VP (persamaan : 1). Bila
(Mac Kinney, 1962 sebagaimana dikutip Epri, 1975).
Hubungan ini dapat ditulis da- lam persamaan : nilai : VOC VP ber- arti terjadi penyalaan, dan bila
VOC VP berarti tidak terjadi penyalaan.
.
= 4.6 × (1)
Sampel Penelitian
VP adalah tegangan penyalaan suatu objek dengan Sampel penelitian terdiri dari 2 unit kendaraan
satu- an Volt, sedangkan C adalah nilai kapasitans tangki pembawa bahan bakar cair dan 1 unit
objek ter- hadap tanah = Cog. dalam satuan farad. Nilai kendaraan bahan bakar gas cair LPG, masing masing
tegangan VP pada persamaan (1) ini kemudian berkapasitas : 5000 li-ter, 16 000 liter, dan untuk
dibandingkan dengan nilai tegangan objek terhadap bahan bakar gas cair 9500 kg.
tanah (VOC) ketika melin- tasi kawasan yang
bermedan listrik (E) yang disebut sebagai tegangan
terbuka Voc yang hubungannya diperoleh melalui
jabaran berikut ini Setiap objek dapat dimodelkan
sebagai rangkaian eqivalen Norton (Deno, 1975),
m
1 R
.
1
Yo
j
(
π
f
C
)
g
o
g
o
.
3
.
V
.
6
-
0
2
C
g
p
IS Y
C
.
V
3
V
H
C
T
g
o
Jenis Kend.
Pembawa Ukuran setelah dinormalisasi
Bahan Bakar Dimensi segmen objek ( m ) (tampa satuan) dibagi
dengan nilai A
A B C D Δ A’ B’ C’ D’ Δ’
Premium
4.50 2.55 2.55 2.089 0.76 1.00 0.567 0.567 0.464 0.169
5 000 l
Gas LPG
7.65 2.00 2.00 3.001 0.76 1.00 0.261 0.261 0.392 0.099
9 500 kg
Premium
8.20 1.70 1.70 2.516 0.76 1.00 0.207 0.207 0.307 0.093
16 000 l
Nilai le = (A + B + C)/3 { Cog /2 . o.le } Nilai Cog (Farad)
Premium
3.200 2.300 (409.24 × 10-12 )
5 000 l
Gas LPG
3.883 2.500 (539.77 × 10-12)
9 500 kg
Premium
3.867 2.380 (511.74 × 10-12)
16 000 l
Catata : D adalahketinggian rata-rata objek dari permukaan tanah dengan permukaan tanah titik referensi = 0
Tabel : 2
Luasan Eqivalen masing masing kendaraan
Dimensi
Dimensi Panjang (l) Jari jari Tangki Luas Eqivalen
Jenis Kendaraan Ketinggian
tangki (r) Tangki (S)
Tangki (h) tangki
(m) (m) (m2)
(m)
Tabel : 3
Nilai ‘k’ dan tegangan penyalaan untuk masing masing kendaraan tangki
Luas Kapasitans Tangki Nilai (k) Tegangan
Jenis Kendaraan
Eqivalen (S) terhadap tanah dengan satuan Penyalaan (Vp)
Tangki
(m2) (Cog) Farad (F) (m) (Volt)
5 000 liter 34.4789 (409.24 × 10-12 ) 0.745 959 3 014
9 500 kg 82.8177 (539.77 × 10-12) 1.358 482 2 774
16 000 liter 67.9559 (511.74 × 10-12) 1.175 756 2 819
Nilai tegangan penyalaan yang paling rendah jatuh E = Medan listrik [kV/m],
7
pada kendaraan tangki pembawa bahan bakar LPG Voc = Tegangan terbuka [kV]
] Dengan Slope garis 36.7230 derajad
V
9500 kg [k 6 Persamaan Garis : Voc5 = 0.746 . E
r,
) e
ti
c l
o 0 5
V 0
yaitu sebesar 2774 Volt, disusul dengan kendaraan (
a
k
0
5
i
u k 4
tangki premium 16 000 liter, dan yang terakhir b
r
e
t
g
n
a
n t
kendaraan tangki premium dengan kapasitas 5000 a
g
n
n
a
a
3
a r
a
liter dengan tegangan pe g
e
T
d
n
e 2
k
nyalaan masing masing 2819 Volt dan 3014 Volt. a
d
a
Hu- bungan antara tegangan terbuka (open circuit) p 1
Gambar : 7
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E
untuk Kendaraan tangki premium 5000 lter
ruang di dalam tangki berpotensi untuk terjadi percik Secara keseluruhan dan dapat dijadikan
kapasitiv (capacitive spark). perbandingan kurva ini dapat digambarkan kembali
secara gabungan se- bagaimana ditunjukan gambar :
10.
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar : 10
Intensitas Medan Listrik (E), [kV/m] Kurva gabungan ketiga jenis kendaraan tangki dengan
kecuraman kurva yang berbeda beda
Gambar : 8
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E
untuk Kendaraan tangki gas LPG 9500 kg
KESIMPULAN
Setelah melakukan deskripsi dari beberapa
kurva hu- bungan antara tegangan terbuka (open
Kurva E VS Voc untuk Kendaraan Tangki 16000 liter (Premium)
14 circuit) VOC dan medan listrik E, maka diperoleh
E = Medan listrik [kV/m] beberapa kesimpulan sebagai berikut,
Voc = Tegangan terbuka [kV]
12
Dengan Slope garis 49.6242 derajad
1. Tegangan Penyalaan VP untuk : kendaraan
]
V
k
[
Persamaan Garis : Voc16 = 1.176 . E tangki pembawa bahan bakar cair dengan
,r 10
) e
itl
kapasitas 5000 liter premium, 9500 kg bahan
c
o
(V
0
0
0 8
bakar gas cair LPG, dan tangki 16 000 liter
a
k
u
5
i
k
bahan bakar premi- um masing masing
rb g
te
n
n
ta 6 sebesar : 3014.15 Volt, 2773,93 Volt, dan
a
g
n
n
a
ra
2818.66 Volt.
a
g
e
T
a
d
n
e
4 2. Intensitas medan listrik kritis yang dapat
k
a
d
menim- bulkan tegangan penyalaan di atas
a
p
2
adalah :
0
a. Untuk tegangan penyalaan 3014.15 Volt
1 2 3 4 5 6 7 8
Intensitas Medan Listrik (E), [kV/m]
9 10 11 sebe sar 4040.42 (Volt/meter).
Gambar : 9
b. Untuk tegangan penyalaan 2773.93 Volt
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E sebe sar 2042.66 (Volt/meter)
untuk Kendaraan tangki premium 16000 liter c. Untuk tegangan penyalaan 2818.66 Volt
sebe sar 2396.82 (Volt/meter)
Untuk kendaraan tangki 16000 l isi bahan bakar cair 3. Pada butir 1 ternyata bahwa tegangan
pre- mium, keterkaitan antara tegangan terbuka dan penyalaan yang terendah jatuh pada bahan
medan listrik ditunjukan dandisupplai oleh persamaan bakar cair gas LPG sebesar 2773.93 Volt
: Voc16 = 1.176 E. Kendaraan dengan tangki 16000 kg dengan intensitas me- dan listrik kritisnya
(gbr. 9)de-ngan tegangan penyalaan sebesar : 2818.66 sebesar 2042.66 (Volt/meter) = 2.04
Volt (lihat tabel : 4), dan intensitas medan listrik yang (kV/meter).
bersesuaian dengan harga ini adalah =
(2818.66/1.176) = 2396.82 V/m. Jadi dengan
demikian medan listrik kritis yang dia- lami oleh DAFTAR PUSTAKA
tangki sebesar 2396.82 V/m dimana kalau nilai medan
listrik ini melebihi angka 2396.82 V/m (E > 2396.82) Deno, DW., 1974, “Calculating Electrostatic
maka ruang di dalam tangki berpotensi untuk terjadi Effects of Overhead transmission Lines”,
percik kapasitiv (capacitive spark). The IEEE PES Winter Meeting. The IEEE
Transmission and Dis- tribution Committtee
of the IEEE power Engi neering Society, Rustama, A., Surjono, TW., Kanedi, 1997, “Pengaruh
January 27 – February 01, pp. 1458 – 1471, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
New York, New York (NY),USA. terhadap agre
Deno, DW., 1975, “Electrostatic Effect Induction sivitas Mencit (Mus musculus) Australia
Jantan”, Seminar on Effects of EMF on
Formu-lae”, IEEE Trans. On PAS Vol. PAS- Biological Systems in Indonesia : focusing on
94, No. .. Sep/Oct., 1975, pp.1524-1536, emf quantities, Campus of Bandung Institute
General Electric Co., Pittsfield, Massachusetts of Techmology March 5th, 1997, Bandung,
(Mass), USA. Indonesia, IND.
Epri, 1975, “Transmission Line Reference Book 345 Sirait, KT., Pakpahan, P., Anggoro, B., Naito, K.
kV and Above”, edisi ... ?, h. 248 – 273, Mizuno, Y., Isaka, K., Hayashi, N., 1997,
Electric PowerResearch Institute, Palo Alto, “Report of 1996 Joint Research on The
California ( CA), USA. Electric and Magnetic Field Measurement in
Iskanto, E., 2000, “Pengaman pada Bahan Bakar Indonesia”, Riset gabungan antara : Institut
terhadap Bahaya Kebakaran karena Api Teknologi Bandung (ITB), Nagoya Institute
Listrik Statis”,Energi dan Listrik, Vol. 10, of Technoloy (NIT), dan University of
No. 1, hal. 01 – 07. IND Tokushima (UT), Seminar on Effects of
MacKinney, A.H., 1962, “Electrical Ignition of EMF on Bi- ological Systems in Indonesia :
Combustible Atmosphere”, ISA focusing on emf quantities, Campus of
Transactions, Vol. 1, No.1, Januari 1962, pp. Bandung Institute of Tech nology March5th,
45 – 64. 1997, Bandung, Indonesia, IND.
Maruvada, P.S., Cavallius, NH., 1976, “Capacitance Utama, B., 2002, “Visualisasi Medan Listrik Impuls
Calculations for some Basic High Voltage Petir PadaSistem Pemodelan SUTET 500
Electroda Configurations”, IEEE Trans. On kV, 50 Hz”., Thesis Jur Tek Elektro, Fak.
PAS, Vol. PAS-94, No 5, h. 1708 – 1713, Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Hydro-Quebec Institute of Research Yogyakarta, Indonesia (IND).
Varennes, Quebec, Canada (CND)
ABSTRAK
Sebuah sistem jaring listrik kecil merupakan jaring penyedia sumber daya dengan kapasitas kecil, yang dihasilkan
oleh pembangkit energi terbarukan dalam hal ini photovoltaic. Energi listrik yang dibangkitkan oleh photovoltaic (PV) sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca sehingga setiap waktu besar energi listrik yang dibangkitkan sulit diprediksi. Daya yang
dihasilkan oleh photovoltaic memiliki rata-rata tingkat energi yang maksimum pada siang hari. Dalam mendesain sistem
photovoltaic yang efisien sangat ditekankan untuk menggunakan maximum power point tracking (MPPT). MPPT merupakan
pengontrol yang membuat photovoltaic berada pada titik kerja maksimum, dengan menganalisa temperatur dan irradiasi.
Untuk dapat menghasilkan daya maksimum dibutuhkan buck-boost converter yang terhubung dengan inverter tiga phasa.
Titik daya maksimum PV inverter didapatkan dengan pengaturan tegangan referensi untuk mengatur besar duty cycel
sebagai kontrol dari rangkaian buck boost converter. Artificial Neural Network (ANN) digunakan sebagai kontrol MPPT,
untuk dapat menghasilkan daya output yang memiliki efisiensi tinggi. Sistem ini disimulasikan dengan menggunakan
software matlab untuk mengatahui kinerja sistem. Hasil simulasi sistem PV20 KW menunjukkan bahwa desain dengan
metode yang digunakan dapat secara efektif meningkatkan efisiensi output photovoltaic.
VE
P sin( V E )
X link (6)
2
V VE
Q cos( )
X X
V E
(7)
link link
pada daerah disebelah kiri Vmp (tegangan kerja c. Setiap penghubung memiliki pembobot
lebih kecil daripada tegangan Vmp), maka tegangan tertentu dan sinyal yang dikirim akan
kerja photovoltaic akan dinaikkan sampai mencapai dikalikan.
Vmp. Begitu juga sebaliknya apabila tegangan d. Setiap neuron memiliki fungsi aktifasi (non-
kerja photovoltaic lebih besar daripada Vmp linier) terhadap masukan untuk
(tegangan kerja lebih besar daripada Vmp), maka menghasilkan sinyal keluaran.
tegangan kerja photovoltaic akan diturunkan
sampai mencapai Vmp. Karakteristik artificial neural network (ANN)
ditentukan berdasarkan:
Setelah mencapai tegangan maximum point, secara 1. Fungsi aktifasi
otomatis daya keluaran pada photovoltaic akan Operasi dasar neural- network merupakan
menjadi maksimal . hasil penjumlahan dari perkalian masing-masing
sinyal input dengan pembobot, kemudian masuk ke
dalam suatu fungsi aktifasi untuk menghasilkan
output. Jenis fungsi aktifasi umum digunakan
adalah fungsi indentitas, step biner, sigmoid biner,
dan sigmoid bipolar.
2. Arsitektur Artificial Neural Network (ANN)
Neuron-neuron dalam artificial neural
network (ANN) saling berhubungan dengan
struktur tertentu. Arsitektur artificial neural
network (ANN) dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Jaring umpan maju satu lapisan
(single-layer feedforward network).
Contoh struktur jaring umpan maju
satu lapisan ini ditunjukkan pada
Gambar 6. Prinsip Kerja Sederhana MPPT.
Gambar 7. Lingkaran pada Gambar 7,
mewakili sebuah neuron. Simpul-
Ada beberapa jenis algoritma MPPT yang simpul pada input berfungsi sebagai
telah digunakan [4-5]. Pada penelitian ini, jenis pendistribusian masukan dan tidak
algoritma yang digunakan adalah Perturb and melakukan perhitungan sehingga tidak
Observe (P&O). Ada sedikit modifikasi yang disebut sebagai lapisan ( layer )
digunakan dalam algoritma ini, yaitu output dari
algoritma ini bukanlah tegangan, namun berupa
arus. Hal ini dikarenakan konverter Buck-boost
dijalankan dalam mode kontrol arus.
4.1 Efek Perubahan Intensitas Cahaya dan Gambar 10. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
Temperatur
Gambar 8 - 9. Menunjukkan fungsi I-V
dan daya- V PV pada suhu dan irradiasi yang 250
berbeda. Nilai irradiasi sangat berpengaruh
200
terhadap daya maksimum yang dapat dihasilkan
Daya (Watt)
oleh PV dan sedikit menggeser titik daya maksimuk 150
1000 w/m2
800 w/m2 Gambar 11. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V
500 w/m2
800
Tegangan (Volt)
600 Vmpp=
400
200
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Gambar 8. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva I-V Waktu (s)
250
Vref + e Vout
Daya (Watt)
150
100
PI m
INVERTER
50 _
0
Vbeban
0 5 10 15 20 25 30
Tegangan (Volt)
.
20000
P [2] A.Nornagoro, M. Ashari, H. Suryoatmojo,” Integrasi inverter
er dan Maximum Power Point Tracking dengan menggunakan
10000 modifikasi konverter buck-boost untuk sistem photovoltaic
terhubung saluran distribusi,” SITIA, Jurusan Teknik
0 Elektro ITS, Mei 2012.
-10000 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 [3] Daniel W. Hart,”Power Electronics,” Published by McGraw-
Hill, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc.,
P 1221 Avenue of the Americas, New York, NY 10020.
Waktu (s) Copyright © 2011
Batte [4] Salima. Kebaili ,Achour. Betka,” Efficiency Model Of
ry DC/DC PWM Converter Photovoltaic Applications”
Gambar 15. Daya Inverter, Daya PV, dan Daya Battery GCREEDER 2009, Amman-Jordan, March 31st – April 2nd
2009
Kondisi MPP. Gambar 12 memperlihatkan [5] Chengming W :The Maximum Power Point Tracking
bahwa tegangan DC bus tetap konstan di kisaran Algorithm for Photovoltaic System Based On Fuzzy Logic
700 V meskipun terjadi variasi beban. Gambar 15 Double Loop Control :IEEE 978-1-4577-1002-5//2011
menunjukkan aliran daya pada percabangan DC bus [6] Mauridhi Hery Purnomo dan Agus kurniawan,” Supervised
saat baterai charging ataupun discharging. neural networks”, Graha ilmu. 2006
5. KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan penelitian
mengenai sebuah sistem baru yang digunakan
untuk pembangkit PV stand-alone. Sistem PV 20
kW menggunakan kontrol ANN mempunyai
ABSTRACT
Application PV system in connecting with grid offers more benefits. This can be realized by using chopper-
inverter stage as its interface. The maximum power point tracker is done by chopper and inverter will work as DC-
AC converter that forces power flow from PV to system. This paper described such a system with digital control on
chopper stage and analog control on inverter stage. To verify the analisys, simulation and qualitative laboratory
experiment are done.
(Maximum Power Point Tracker). Selanjutnya AC memerlukan teknik yang tepat agar daya dapat
tegangan keluaran chopper akan diubah menjadi terkirim. Pada makalah ini digunakan inverter sebagai
tegangan AC sehingga daya listrik PV dapat sumber arus yang lebih sederhana kendalinya.
dikirimkan ke sistem. Penggabungan dua tegangan
Suatu PV memiliki karakteristik yang tidak deteksi tegangan PV dan arus PV. Selanjutnya besaran
linier. Pada saat tanpa beban maka tegangan PV akan daya PV dapat ditentukan melalui deteksi tegangan
maksimum dan saat dibebani dengan resistansi yang dan arusnya. Jika terjadi pergeseran titik operasi PV
kecil maka arus akan naik dan tegangan berkurang dari A ke B maka operasi harus dilanjutkan
hingga nol. Kurva yang dibentuk tidak linier. Daya (pergeseran ke kanan). Secara teoritis dapat dijelaskan
yang dihasilkan oleh PV akan mencapai maksimum sebagai berikut, pergeseran dari A ke B menyebabkan
saat pembebanan tertentu ( RMPP ). P dan V bernilai positif sehingga nilai V harus
terus ditambah dengan cara menurunkan arus PV atau
menurunkan d. Sebaliknya jika titik operasi bergerak
dari B ke A maka P dan V bernilai negatif
keduanya sehingga harus titik operasi harus digeser ke
kanan dengan menurunkan d.
Jika terjadi pergeseran titik dari C ke D maka
P bernilai positif dan V bernilai negatif. Untuk
mencapai titik MPP maka titik operasi harus terus
digeser ke kiri dengan menaikkan d. Begitu juga
dengan pergeseran titik operasi dari D ke C akan
menyebabkan nilai P bernilai nagatif dan V
Gambar-2 Kurva karakteristik PV bernilai positif. Antisipasi dilakukan dengan
menaikkan d.
3. METODA PENGONTROLAN
Agar suatu tahanan pembebanan PV dengan nilai
tidak sama dengan RMPP dapat menghasilkan daya
maksimum maka diperlukan suatu MPPT. Pada
Gambar-3 ditunjukkan suatu boost chopper
dioperasikan sebagai MPPT. Kendali yang digunakan
berbasis digital dengan menggunakan dsPIC30F4012.
Tegangan PV dan arus PV akan dideteksi dan
selanjutnya dijadikan sinyal analog masukan bagi
dsPIC30F4012. Kondisi ini dapat dilakukan karena
tersedianya ADC internal cukup cepat. Selanjutnya
dsPIC30F4012 akan melakukan proses kendali dengan Gambar-4 Pergeseran titik operasi menuju
algoritma yang dituliskan, keluaran dari nilai daya maksimum
dsPIC30F4012 berupa sinyal ON-OFF untuk
menggerakkan saklar statis melalui rangkaian driver. Tegangan keluaran MPPT berupa tegangan DC
yang lebih tinggi dari tegangan PV. Tegangan
keluaran tersebut selanjutnya diubah menjadi
tegangan AC oleh inverter berbasis modulasi lebar
pulsa. Inverter yang digunakan adalah jenis Voltage
Source Inverter yang dioperasikan sebagai sumber
arus terkendali. Agar seluruh daya yang dihasilkan PV
dapat dikirimkan ke sistem kelistrikan melalui inverter
maka diperlukan metoda kendali dengan mengetahui
arus kapasitor DC-link.
Ps
P pv
PL
PL
Gambar-7 Hubungan polaritas arus sumber Gambar-10 Hasil simulasi PV-Grid Connected
dan arus inverter saat daya PV lebih System untuk daya beban lebih kecil
besar dari daya beban dari daya PV (a) arus injeksi
inverter (b) arus beban (c) arus Deteksi arus kapasitor cukup sederhana sebagai dasar
sistem (d) daya yang dikirimkan kendali inverter agar seluruh daya terkirimkan.
inverter ke sistem (e) daya yang
dihasilkan PV
DAFTAR PUSTAKA
1. Boegli U., Ulmi R. (1986) : Realization of a New
Inverter Circuit for Direct Photovoltaic Energy
Feedback into the Public Grid, IEEE Transc. on
Industry Applications, Vol. IA-22, No. 2, pp. 255-
258
2. Kerekes T., Teodorescu R. , Liserre M.,
Mastromauro R., Dell’Aquila A., MPPT algorithm
for Voltage Controlled PV Inverters, Aalborg
University/Institute of Energy Technology,
Aalborg, Denmark
Gambar-11 Hasil pengujian PV-Grid Connected 3. Libo W., Zhengming Z., and Jianzheng L (2007) :
System untuk daya beban lebih besar A Single-Stage Three-Phase Grid-Connected
dari daya PV (a) arus sumber (b) Photovoltaic System With Modified MPPT Method
arus inverter and Reactive Power Compensation, IEEE Transc.
On Energy Conversion, Vol. 22, No. 4, pp. 881-
886
4. Wrede H. High dynamic control of a voltage
source inverter in grid parallel operation with
minimised current distortion even under harsh
voltage conditions, SEG GmbH & Co. KG
5. Hassaine L., Olías E., Haddadi M. and Malek A.
(2007) : Asymmetric SPWM used in Inverter Grid
Connected, Revue des Energies Renouvelables
Gambar-12 Hasil pengujian PV-Grid Connected Vol. 10 N°3, pp. 421–429
System untuk daya beban lebih kecil 6. Riyadi ,S (2010) : Controlled Current Source
dari daya PV (a) arus sumber (b) sebagai Interface PV-Grid Connected System,
arus inverter Prosiding EECCIS (Electrical Power, Electronics,
Communications, Controls and Informatics),
5. KESIMPULAN Malang 2010, hal. A25.1-A25.5
Suatu sistem chopper-inverter mampu digunakan 7. Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic melalui
untuk mengirimkan energi listrik yang dihasilkan PV VSI berbasis Kendali Arus untuk Pembagian
ke sistem AC. Optimalisasi daya PV dilakukan oleh Beban, JITEE (The Journal of Information
chopper dan inverter berfungsi sebagai interface Technology and Electrical Engineering), Vol. 2,
antara chopper (MPPT) dan sistem kelistrikan. April 2010 hal. 32-37, UGM Yogyakarta
Abstrak
Dalam penelitian ini akan dibuat alat ukur kadar kurkuminoid dengan empat metode yang berbeda, dua
metode menggunakan sumber cahaya polikromatis dan dua metode menggunakan sumber cahaya monokromatis.
Kinerja keempat metode ini akan diperbandingkan dan akan dipilih satu metode yang mempunyai kinerja paling
baik.
Tahap-tahap penelitian ini adalah pembuatan kurva baku sehingga diperoleh persamaan y=bx+a,
penyiapan sampel kunyit dan pembuatan prototipe alat ukur kadar kurkuminoid. Prinsip utama alat ukur ini
adalah mengukur perbedaan tegangan yang diterima oleh sensor sebelum dan sesudah cahaya melewati kuvet
yang berisi larutan ekstrak kunyit (y). Karena kurkuminoid menyerap cahaya secara maksimal apabila dikenai
cahaya ungu, maka keempat metode di atas akan melewatkan cahaya ungu ke kuvet. Dua metode pertama
menggunakan monokromator kisi difraksi dan prisma yang akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
ungu. Dua metode kedua menggunakan LED dan laser ungu. Dengan diperolehnya y dari pengukuran serta nilai
a dan b telah diketahui, maka akan diperoleh kadar kurkumin pada larutan (x) dalam %b/b.
Dari penelitian ini dihasilkan alat ukur kadar kurkuminoid menggunakan sumber cahaya laser
mempunyai kinerja paling baik dengan rata-rata error sebesar 9.356%. Kadar kurkuminoid paling tinggi terdapat
pada kunyit dari daerah Magelang dengan kadar 1.11 %b/b.
buatan pabrik digunakan untuk mengukur absorban, a. Pengumpulan sampel rimpang kunyit dari dari
bukan kadar kurkumin dalam rimpang kunyit desa Jumantono Karanganyar, daerah
secara langsung. Peneliti lain yang mengukur Wonogiri, Desa Pandansari Magelang,
absorbansi kurkumin adalah Harada, T. (Harada, T., Wonosobo, dan desa Kunden Imogiri,
2011), dan Jagannathan, R. (Jagannathan, R., b. Pembuatan kurva baku dari seri larutan induk
2011). Dalam penelitian tersebut digunakan kurkumin (1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5
panjang gelombang maksimum antara 420 – 430 ppm) sehingga diperoleh persamaan kurva
yang merupakan cahaya ungu. Oleh karena itu baku
seluruh metode yang digunakan akan melewatkan
sinar ungu ke larutan yang diukur. y=bx+a
Alat ukur kadar kurkumin ini menggunakan (1)
sebuah dua buah sumber cahaya monokromatis
berupa LED dan laser, serta sumber cahaya dengan y = absorban
polikromatis yang dilewatkan pada sebuah x = kadar zat
monokromator prisma dan kisi difraksi yang c. Penyiapan sampel kunyit dari berbagai tempat
diposisikan secara tetap untuk menghasilkan cahaya tanam
berwarna ungu. Cahaya monokromatis yang sudah d. Pembuatan prototipe alat ukur kurkuminoid
dilewatkan pada larutan kunyit kemudian diterima dengan empat metode yang berbeda
oleh detektor cahaya berupa fototransistor. Nilai b dan a yang diperoleh pada persamaan
Tegangan keluaran fototransistor antara kurva baku digunakan untuk menghitung kadar
pengukuran tanpa kuvet dengan kuvet berisikan kurkumin dalam sampel kunyit. Pada awalnya
larutan kunyit akan dibandingkan dan dicari selisih photodetektor menerima tegangan dari berkas
tegangannya. Selisih tegangan ini merupakan besar cahaya ungu ketika tidak ada molekul penyerap
serapan cahaya oleh larutan kunyit. Selanjutnya di antara sumber cahaya dan photodetektor.
akan dicari besar kadar kurkumin dalam satuan Kemudian larutan yang mengandung kurkumin
%b/b, serta akan dibandingkan dengan hasil diletakkan di antara sumber cahaya dan
pengukuran menggunakan spektrofotometer photodetektor. Cahaya yang melalui molekul
standar. penyerap akan diterima oleh photodetektor.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran Perbedaan tegangan antara sebelum dan
kadar kurkuminoid yang terkandung dalam rimpang sesudah diletakkan larutan kurkumin inilah
kunyit segar (Curcuma domestica) yang ditanam di yang merupakan nilai absorban (y). Dengan
beberapa daerah penghasil rimpang kunyit di diperoleh nilai y dari pengukuran ini dan nilai
daerah Jawa tengah dan DIY dengan ketinggian variabel a dan b telah diketahui, maka akan
tempat tanam yang berbeda. diperoleh besar kadar kurkumin pada larutan
(x) sesuai persamaan 1 yang kemudian diubah
dalam satuan %b/b dengan rumus:
2. Tujuan
= 0.2 ∗ % /
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan
kinerja empat metode alat ukur kadar kurkuminoid (2)
pada rimpang kunyit (curcuma domestica), yaitu
dua metode menggunakan sumber cahaya Pengali 0,2 di atas terkait dengan formula
polikromatis dan dua metode menggunakan sumber pelarut yang dicampur dalam kunyit. Dalam
cahaya monokromatis. dan akan dipilih satu gambar 1 dan 2 ditunjukkan blok diagram
metode yang mempunyai kinerja paling baik sistem ini. Pada gambar 3 ditunjukkan
rangkaian sumber cahaya untuk LED dan laser.
3. Metode Penelitian Pada gambar 4 ditunjukkan rangkaian
penerima dengan dua mode, yaitu terhalang
Tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut: ON dan terhalang OFF. Pada gambar 5
ditunjukkan flowchart proses pengukuran
secara umum.
Tabel 2. Perbandingan error kadar Harini, B.W, dkk, 2012, Aplikasi Metode
kurkuminoid Spektrofotometri Visibel untuk Mengukur
% Error Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit
Daerah Kisi (Curcuma Domestica), Prosiding Seminar
Prisma difraksi LED Laser Nasional Aplikasi & Teknologi (SNAST), hal.
B-31
Karanganyar 78.645 33.422 33.659 2.254 Harini, B.W, dkk, 2012, Development of
Curcuminoid Content Measurement Equipment
Magelang 81.602 14.424 7.938 2.713 Device in Turmeric (Curcuma domestica)
Imogiri 2.746 34.513 5.722 1.617 Rhizomes, Poster International Seminar on
Natural Product Medicine, ITB
Wonosobo 42.472 21.137 1.853 32.398 Joe, B.; M. Vijaykumar and B.R. Lokesh, 2004,
Biological properties of curcumin-cellular
Wonogiri 3.511 52.243 7.799 7.799 and molecular mechanisms of action. Critical
Rata-rata Review in Food Science and Nutrition 44 (2) :
error 41.795 31.148 11.394 9.356
97 - 112.
Jones, A.Z., The Visible Light Spectrum,
http://physics.about.com/od/lightoptics/a/visli
5. Kesimpulan
ghtspec.htm, was accessed on Oct 11 2012
Ramya Jagannathan, 2011, Solubilising Curcumin,
Dari penelitian ini dihasilkan alat ukur kadar
Synthesizing Gold Nanoparticles And Their
kurkuminoid menggunakan sumber cahaya laser
Anti-Oxidant Property ,
mempunyai kinerja paling baik dengan rata-rata
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10
error sebesar 9.356%. Kadar kukuminoid paling
603/2446/16/16_chapter5.pdf , diakses
tinggi terdapat pada kunyit dari daerah Magelang
tanggal 11 Oktober 2012
dengan kadar 1.11 %b/b.
Daftar Pustaka
Ucapan terimakasih
Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U.
and Banerjee, R.K., 2004.,Tumeric and Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
Curcumin : Biological actions ans medicinal terimakasih kepada DITJEN DIKTI yang telah
applications. Current Science. 87 (1) : 44 - 53. mendanai penelitian ini melalui program Hibah
Harada, T., 2011, Cooperative Binding and STRATEGIS NASIONAL 2012 sebagai penelitian
Stabilization of the Medicinal Pigment inisiasi terkait Inovasi Alat Deteksi Kadar
Curcumin by Diamide Linked γ-Cyclodextrin Kurkumin Portabel untuk Kebutuhan Sortasi Hasil
Dimers: A Spectroscopic Characterization, The Panen Berdasarkan Kualifikasi Pasar Bagi Petani
Journal of Physical Chemistry, hal 1268–1274 Rimpang Kunyit. Ucapan terimakasih juga
http://www.laserchemistry.adelaide.edu.au/Kee/Pap diberikan kepada Lian Chrismatsy, Oktovianus
ers_pdf/jp1096025_si_001.pdf, diakses pada Ferryandi dan Marito Dos Santos yang telah
11 Oktober 2012 membantu penelitian ini.
abstrak
Paper ini membahas pengaruh penempatan perangkat UPFC (Unified Power Flow Controller) terhadap upaya perbaikan
aliran daya dan minimisasi rugi transmisi sebuah sistem tenaga listrik. Perangkat UPFC dimodelkan sebagai sumber tegangan
untuk mengendalikan aliran daya aktif dan reaktif serta tegangan bus. Model perangkat UPFC secara matematis digabung dalam
algoritma penyelesaian aliran daya metode Newton-Rhapson dan dieksekusi dengan perangkat lunak MATLAB.
Penelitian ini membandingkan hasil pengujian aliran daya sistem tenaga listrik IEEE standar 5 bus antara penempatan
perangkat UPFC pada saluran transmisi dari bus-1 ke bus-2, saluran transmisi dari bus-1 ke bus-3, dan saluran transmisi dari bus-
2 ke bus-5. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan hasil aliran daya dan rugi daya aktif yang muncul antar masing-
masing penempatan UPFC.
Kata kunci - aliran daya, UPFC, tegangan injeksi algoritma Newton-Rhapson, rugi daya aktif.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 2. DASAR TEORI
UPFC (Unified Power Flow Controller) 2.1. UPFC (Unified Power Flow Controller)
merupakan sebuah perangkat kelistrikan yang
UPFC tersusun dari 2 buah converter, masing-
digunakan untuk mengendalikan aliran daya pada
masing terhubung shunt dan serial dengan saluran
saluran transmisi. UPFC akan berperan sebagai sumber
transmisi melalui transformator sebagaimana
tegangan injeksi shunt dan sumber tegangan injeksi
diperlihatkan pada Gambar 1. Kedua converter
seri. Variabel yang dikendalikan oleh UPFC adalah
saling terhubung melalui dc link dengan sebuah
besar tegangan dan sudut phasa tegangan. Dengan
kapasitor sehingga daya aktif dapat ditransfer secara
variabel kendali tersebut UPFC diharapkan mampu
bebas dari sisi ac converter shunt ke sisi ac
mengendalikan aliran daya dalam sebuah sistem tenaga
converter seri atau sebaliknya.
listrik dan dengan sendirinya akan mengendalikan
besarnya rugi saluran transmisi.
Penempatan UPFC dalam saluran transmisi perlu
dipertimbangkan karena akan mengubah aliran daya
dan rugi transmisi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti pengaruh
penempatan UPFC terhadap minimisasi rugi transmisi
sebuah sistem tenaga listrik. Gambar 1. Skema Perangkat UPFC
matriks admitansi bus merupakan jumlah admitansi 2.5. Modifikasi Persamaan Aliran Daya Dengan
yang terhubung ke bus tersebut, yaitu : Penempatan UPFC
n
... (13) Konsekuensi dari penempatan UPFC terhadap
Yll ylm
m 0 saluran transmisi adalah pemodifikasian persamaan
ml
aliran daya, dalam hal ini penyelesaian aliran daya
l m ; l 1,2,3,..., n ; l i, j metode Newton-Rhapson [Donapati, … (3.71) Verma, 2008,
Momoh, 2001, Stevenson, 1983, Tumay M, Vural
n
... (14) AM, 2004]. Jika UPFC ditempatkan antara bus-i
Yii yim yij y pq
m0
dan bus-j, maka persamaan aliran daya dapat
mi dimodifikasi menjadi :
n
... (15)
n
... (22)
Y jj y jm yij y pq Pi ViVmYim cos( im i m ) Pi ( inj )
m0 m 1
m j mi
n …(25)
2.4. Aliran Daya Pada Saluran Dengan UPFC Q j V jVmY jm sin( jm j m ) Q j (inj )
m 1
Arus saluran dengan penempatan UPFC dari bus-i m j
j
n 1 i j V1 Vn 1 Vi V j
Iji = (½Bj0)Vj + yij(Vj + Vpq – Vi) ... (18)
1
Qi
Qi Qi Qi Qi
Qi Qi Pi
n 1 i j V1 Vn 1 Vi V j
sedangkan persamaan daya kompleks saluran dari bus-i
1
Q j
Q j Q j Q j Q j
Q j Q j Q j
ke bus-j, Sij, dan arah sebaliknya, Sji, dapat dinyatakan
1 n 1 i j V1 Vn 1 Vi V j
G1
1 3 4
Set : data bus & saluran :
Pg, Pd, Qg, Qd, yij, ½Bij
Set : nilai awal Vi ; δi
dan bentuk : matriks Ybus
5. KESIMPULAN
Pengendalian aliran daya dengan UPFC dapat
meminimisasi rugi daya aktif total.
Penempatan UPFC pada saluran dengan aliran
daya terbesar akan mampu memberikan pengaruh
optimal terhadap minimisasi rugi daya aktif total.
DAFTAR PUSTAKA
Donapati RS, Verma MK, An Approach for Optimal
Placement of UPFC to Enhance Voltage Stability
Gambar 12. Perbandingan Rugi Daya Aktif Saluran antara Margin Under Contingencies, Fifteenth National
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 2-5 Power System Conference (NPSC) ITT, Desember
2008, Bombay, India.
Edminister JA, Nahvi M, Schaum’s Outline of
Theory and Problems of Electric Circuits, 3rd, 1997,
McGraw-Hill Co. Inc.
Haque MH, Maswood AI, A Simple Method of
Determining the Voltage Stability Limit in The
Presence of UPFC, Second International
Conference on Electrical and Computer
Engineering (ICECE), Desember 2002, Dhaka,
Bangladesh.
Gambar 13. Perbandingan Rugi Daya Aktif Total antara
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 2-5 Kalyani ST, Das GT, Simulation of P-Q Control
System for a Unified Power Flow Controller, Asian
Research Publishing Network (ARPN), Vol. 2, No.
6, Desember 2007, ISSN 1819-6608.
Momoh, Electric Power System Application of
Optimization, Marcel Dekker Inc., New York, 2001.
Mubeen ES, Nema RK, Agnihotri G, Power Flow
Control with UPFC in Power Transmission System,
Proceedings of World Academy of Science,
Engineering and Technology, Vol 30, Juli 2008,
ISSN 1307-6884.
Nwohu MN, Investigating the Capability of Power
Gambar 14. Persentase Pengurangan Rugi Daya Aktif Total
Flow Regulation by Unified Power Flow Controller
dengan UPFC pada Saluran 2-5
(UPFC) in a Single-Machine-Infinite Bus System,
Leonardo Journal of Sciences, Vol. 11, Juli-
Dari Gambar 6, 9, dan 12 terlihat bahwa
Desember 2007, ISSN 1583-0233.
pengurangan paling besar terhadap rugi daya aktif
saluran dengan UPFC adalah pada saluran 1-2. Hal ini Stevenson WD Jr, Element of Power System
disebabkan aliran daya pada saluran 1-2 paling besar Analysis, 4th Edition, Mc Graw-Hill,Inc., 1983.
sehingga juga menghasilkan penginjeksian daya reaktif
Tumay M, Vural AM, Analysis and Modeling of
dan penyerapan daya aktif paling besar.
Unified Power Flow Controller : Modification of
Semakin besar pengurangan rugi daya aktif dalam
Newton-Rhapson Algorithm and User-Defined
saluran akan menghasilkan pengurangan rugi daya aktif
Modeling Approach for Power Flow Studies, The
total sebagaimana perbandingan yang ditunjukkan pada
Arabian Journal for Science and Enginering, Vol.
Gambar 7, 10, dan 13 terkait dengan rugi daya aktif
29, No. 2B, October 2004.
total serta pada Gambar 8, 11, dan 14 terkait dengan
persentase pengurangan rugi daya aktif total terhadap
rugi daya aktif total tanpa UPFC.
Abstrak
Pertukaran informasi, kolaborasi dan komunikasi pada saat ini menjadi faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan di dunia kerja dan bisnis, hal ini dipicu dari tuntutan konsumen yang selalu menuntut produk dan
pelayanan yang cepat dan bagus. Tuntutan ini memaksa pelaku bisnis untuk mencari cara untuk dapat
memberikan nilai tambah bagi konsumennya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Portal web
konsultan pajak merupakan portal yang digunakan untuk media penghubung antara konsultan dengan klien.
Analisa dan perancangan portal konsultan pajak ini direncanakan untuk menjadi sarana yang bertujuan untuk
membantu komunikasi antara konsultan pajak dengan kliennya dan membantu mempermudah tanya jawab
dengan konsultan pajak. Selain itu juga dapat melihat peraturan pajak, mengetahui berita dan artikel terbaru
tentang pajak,dapat melakukan perhitungan PPH 21 serta mencetaknya di formulir SPT 1721. Portal ini juga
dapat melihat kurs pajak dan juga dilengkapi dengan komik tentang pajak dan majalah dari Dirjen Pajak.
Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dibuat mampu
membantu proses komunikasi antara konsultan pajak dengan klien, mempermudah tanya jawab,aplikasi mudah
digunakan, dapat melihat peraturan pajak, mengetahui berita dan artikel terbaru tentang pajak, dapat melakukan
perhitungan PPH 21 dan mencetaknya di formulir SPT 1721. Dapat melihat kurs pajak serta terdapat komik
tentang pajak dan majalah dari Dirjen Pajak. Sistem ini dapat diakses dari mana saja karena merupakan sistem
kolaborasi berbasis web, sehingga dengan adanya portal konsultan ini dapat meningkatkan kualitas layanan dan
mendapatkan informasi yang lebih akurat dan cepat. Semua ini pada akhirnya bermuara pada kepuasan klien.
Kata kunci: Analisa dan Perancangan, Portal Web, Konsultan Pajak, Pajak
melihat kurs pajak dan melihat komik serta f. Adanya survey atau jejak pendapat yang
majalah yang berhubungan pajak. menyediakan quick, view, di mana langsung
dapat melihat hasil survey atau polling tersebut
3. WEB PORTAL hanya dengan beberapa kali klik mouse.
Pengertian Web Portal g. Fasilitas untuk upload atau download file.
Dalam perkembangannya, layanan WWW Web portal mempunyai banyak kesamaan
mengalami banyak pengembangan isi dan dengan website dan blog, yang membedakannya
teknologi. Diantaranya adalah web portal ini. adalah website merupakan (lokasi) pada www
Seperti sebuah web, web portal sebenarnya dimana situs terdiri sebuah home page di mana
hanyalah sebuah web juga, tetapi memiliki halaman pertama yang ditampilkan dan dilihat oleh
kelebihan pada isinya. Di dalam suatu web portal, penggunanya dan dapat melanjutkan situs link
akan terlihat benyak sekali fasilitas yang jarang selanjutnya, sebuah situs biasanya terdiri dari
dijumpai pada web pribadi, web universitas dan beberapa dokumen dan file, selain itu situs dapat
lainnya. Sebuah portal, pada umumnya, adalah diatur dengan individual, perusahaan ataupun
pintu gerbang ke informasi dan layanan dari dan ke organisasi sedangkan blog lebih cenderung ke
berbagai sumber (Tatnall, 2005 dikutip dalam website pribadi dimana sebagian besar terdiri dari
Manouselis dkk, 2009). Web portal sendiri mulai berita (post), memerlukan update secara rutin,
menjadi populer kira-kira pada tahun 1999 dan berbentuk diari (kiriman paling akhir berada paling
menjadi aplikasi internet yang sedang hangat- teratas halaman), dikelola menggunakan desain
hangatnya kira-kira pada tahu 2000. Bahkan, interaktif, biasanya dibuat dan dijalankan oleh satu
Bricolo et al. (2007) menemukan bahwa portal web orang tetapi seringkali anonymously, blog dapat
adalah situs paling banyak dikunjungi kalangan berisi berbagai macam opini tergantung pada
keluarga di Negara Italia. pemikiran pemilik blog.
Sebuah portal sebenarnya terdiri atas banyak
elemen, elemen itu misalnya adalah infrastruktur Perkembangan Web Portal
(teknologi) dari portal itu sendiri atau juga berupa Sekarang jika dilihat dari sisi teknologi suatu
sumberdaya manusia, misalnya pencarian berita web portal umumnya teknologi yang digunakan
jika portal itu adalah portal informasi berita. Sangat adalah teknologi web dinamis. Teknologi web
penting bahwa portal web didesain sesuai untuk dinamis tentunya isi yang ada dapat diubah dengan
mencapai penggunaan optimal. Contoh Portal mudah dan cepat. Ini terdampak pada informasi
fakultas bagian dalam situs UE (Bringula, et al, yang baru. Bahasa yang digunakan tidak hanya
2011) dirancang dengan unsur-unsur untuk HTML saja, tetapi harus ada bahasa pemrograman
transaksi akademik (download daftar kelas, upload yang bekerja disisi server (server side programing).
kuliah, murid-guru forum, dan hasil evaluasi) dan Bahasa programing bisa menggunakan Active
penelitian secara online (e-jurnal, e-buku, artikel, Server Pages (ASP), Common Sateway Interface
dan studi kasus) . (CGI), Hypertext PreProcessor (PHP) atau Allaire
Sebuah portal memiliki kelebihan-kelebihan Cold Fusion (CFM).
yang mana kelebihan itu merupakan perbedan Portal internet menjadi titik masuk yang
utama dari sebuah web biasa. Adapun kelebihan sangat populer untuk Web. Pengguna
web portal yaitu: memanfaatkan mereka karena jumlah besar
a. Mudah, Administrasi portal berbasis web hanya informasi yang tersedia. Tulisan ini bertujuan untuk
membutuhkan pengalaman menggunakan menyoroti rintangan utama dinonaktifkan dan / atau
komputer yang minimal untuk mengelola dari lebih pengguna temui di portal Web, dan untuk
sebuah isi portal. mengeluarkan rekomendasi untuk layout portal 'dan
b. Pengaturan layot yang fleksibel. Di mana struktur, berdasarkan hasil pengumpulan kebutuhan
mengubah layot (tampilan, ukuran) web tanpa pengguna dilakukan oleh penulis. Temuan
harus mengubah keseluruhan halaman yang menunjukkan bahwa penyediaan mesin pencari
ada. yang kuat sangat penting untuk pencarian informasi
c. Isi interaktif, Pengunjung web portal dapat sukses. Selain itu, karena kebutuhan yang beragam
mengirimkan komentar, artikel, pengumuman dan kadang-kadang kontradiktif dari kelompok
dan weblink. pengguna yang sedang dipertimbangkan,
d. Halaman yang bisa mengimpor atau ekspor kustomisasi presentasi informasi memainkan peran
headlines berita, dari web portal yang. penting dalam menjamin aksesibilitas dan kegunaan
e. Halaman untuk tambahan informasi. Pada dari portal internet. Makalah ini juga mencakup
halaman utama pengunjung hanya melihat gambaran singkat mengenai hasil dalam kaitannya
bagian (sinopsis) dari berita atau informasi dengan konsep kerja aktual dari Panduan
tersebut. Untuk melihat lebih lanjut, pengunjung Aksesibilitas Konten Web 2.0 (Gappa, 2004).
tinggal mengklik link, misal link “more Selain itu, karena mempunyai data yang
details”.. bererjumlah besar dan masing-masing saling
berhubungan, tentunya dibutuhkan database.
Database yang digunakan tentunya bukan database Admin dapat melakukan pengelolaan klien,
desktop aplikasi, tetapi lavelnya telah mencapai konsultan, konsultasi, berita, diskusi, komik dan
server yang mempunyai kemampuan yang majalah.
menampung adat besar. Database server ini Input data yang dimasukkan akan disimpan
misalnya Micrrosoft SCL Server, Oracle, dalam database server, sehingga jika ada pencarian
PostgreSQL, MySQL dan lain-lain. Dengan adanya data, maka data yang diinginkan akan dicari ke
hubungan antara bahasa pemrograman server side database server yang selanjutnya dikirimkan ke
dengan database server, maka halaman web client yang merequest melalui web server.
menjadi dinamis.
4. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau studi pendahuluan pada Portal Web
Konsultan Pajak ada berbagai macam misalnya :
1. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara membaca dan Gambar 1. Arsitektur Perangkat lunak PWKP
memahami buku-buku referensi, jurnal, dan
media lain yang berkaitan dengan pengolahan Proses dalam perangkat lunak SIPARCE yaitu
data secara umum. menerima permintaan berupa data-data dari
2. Wawancara administrator kemudian memprosesnya menjadi
Dengan melakukan wawancara dengan pakar informasi yang dikehendaki sesuai permintaan dari
yang memberikan solusi atau penanganan pengguna. Topologi dari proses perangkat lunak
masalah yang ada guna memperoleh data secara PWKP dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
tepat dan akurat.
Langkah–langkah dalam analisa dan
pengembangan Portal Web Konsultan Pajak adalah
:
1. Analisis
Dalam tahap ini akan dilakukan analisis
kebutuhan user serta akan melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang menjadi penentu
dalam pengambilan keputusan untuk analisa dan
pengembangan Portal Web untuk Konsutlan
Pajak. Analisis ini akan dituangkan dalam Gambar 2. Data Flow Diagram Level 0 PWKP
sebuah dokumen yaitu SKPL (Spesifikasi
Kebutuhan Perangkat Lunak). Proses yang terjadi pada DFD Level 1
2. Perancangan mencakup 8 bagian adalah:
Dalam tahap ini akan dilakukan proses 1. Kelola Konsultan
perancangan mulai dari perancangan data, Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
perancangan arsitektur, sampai dengan pengelolaan konsultan dalam basis data.
perancangan antarmuka. Perancangan- 2. Kelola Konsultasi
perancangan yang disebutkan di atas akan Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
dijelaskan lebih detail dalam sebuah dokumen pengelolaan konsultasi dalam basis data.
yaitu DPPL (Deskripsi Perancangan Perangkat 3. Kelola Berita
Lunak). Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
pengelolaan berita dalam basis data.
5. Hasil Analisa dan Perancangan 4. Kelola Diskusi
Pengguna akan berinteraksi dengan sistem Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
melalui antarmuka GUI (Graphical User Interface). pengelolaan diskusi dalam basis data.
Pada sistem ini, seperti terlihat pada gambar 1, 5. Kelola Klien
arsitektur perangkat lunak yang digunakan berupa Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
client server, di mana semua data disimpan di pengelolaan klien dalam basis data.
server. User dapat mengakses data yang ada di 6. Kelola Komik dan Majalah
server tersebut secara on-line dengan memanggil Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
web service pada website yang tersedia di web pengelolaan komik dan Majalah dalam basis
server. data.
Pada aplikasi ini terdapat dua buah role, yaitu
admin dan klien. Klien dapat melakukan konsultasi,
diskusi, melihat berita terbaru, melihat komik dan
majalah tentang pajak, melihat profile konsultan.
s i
ta
l
su
n
Ko
ta
Da
Gambar 6. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Konsultasi
i
us
k
is
D
Data Klien
Pengguna 6.1
Memasukkan
Data Klien Gambar 8. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Diskusi
Data Klien
Data Klien
Data Klien
6.2
Mengubah Klien
Data Klien
Data Klien
n
ie
Kl
ta
Da
6.3
Menghapus
Data Klien
ah
al
aj
_ M
ik
m
Ko
ta
Gambar 5. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Klien(Member) Da
4.1 ERD
KONSULTAN
IDKONSULTAN int
Halaman di atas adalah halaman web bagi
KONSUTLASI
IDKONSULTASI int
NAMA
ALAMAT
varchar(255)
varchar(255)
admin untuk menampilkan, mengubah, serta
IDKONSULTAN
IDMEMBER
int
int
IDKONSULT AN = IDKONSULTAN
TELEPON
USERNAME
varchar(20)
varchar(20)
menghapus data member.
WAKTUKONSULTASI varchar(35) Logout
PASSWORD varchar(30) M
ISIKONSULTASI varchar(255) PROFILE varchar(255)
STATUS varchar(20) SKANGGOTA varchar(150)
E
REKAN varchar(255) N
Insert Konsultan
IDMEMBER = IDMEMBER FOTO varchar(255) U
A FORM
MEMBER IDKONSULT AN = IDKONSULTAN
D INSERT
IDMEMBER int DISKUSI M
NPWP varchar(30)
NAMA varchar(255)
IDDISKUSI int I
ALAMAT varchar(255)
IDTOPIK int N IN SERT C AN C EL
Deskripsi :
IN SERT
Halaman ini digunakan sebagai halaman login Gambar 16. Halaman Pengelolaan Berita – Menambah Berita
dari Portal Web ini. Deskripsi :
M
Logout
Halaman di atas adalah halaman web bagi
E
N admin untuk menambah data berita.
Insert Member
U M
Logout
E
A FORM N
D INSERT Update Berita
U
M D ELETE
I A
N INSERT CANCEL DATA Berita
D
M FORM
Gambar 12. Halaman Pengelolaan Member – Menambah I
UPDATE
Member N SAVE C AN C EL
M
Logout
Deskripsi :
E Halaman di atas adalah halaman web bagi
N
U
Insert Konsultasi
admin untuk menambah data komik dan majalah.
Logout
A M
FORM E
D INSERT
M N
Update Komik_Majalah
I U
D ELETE
N IN SERT C AN C EL
A DATA Komik_Majalah
Gambar 18. Halaman Pengelolaan Konsultasi – Menambah D
M FORM
Konsultasi I
UPDATE
Deskripsi : N SAVE C AN C EL
A FORM
D INSERT
M
I
N IN SERT C AN C EL
Sri Kliwati
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jln Raya LAPAN Rumpin Bogor
sri_kliwatii@yahoo.com
Abstrak
Tulisan ini membahas hasil implementasi algoritma multigain IMU (Inertial Measurement Unit) dengan
menggunakan prototype. Prototype ini menggunakan 3 buah gyroscope yang mempunyai perbedaan tingkat sensitivitas atau
penguat. Implementasi algoritma dibuat pada mikroprosesor yang mempunyai multichannel analog to digital converter.
Hasil yang diperoleh dari percobaan menunjukkan, bahwa algoritma dapat diterapkan pada prototype, untuk
mendeteksi perubahan kecepatan dari 0o/s hingga 1200o/s secara akurat.
Kata kunci: Multigain IMU, Rate Gyroscope, Mikroprosesor
1000
tahan terhadap vibrasi dan hentakan yang
terjadi
800
600
)c
e 400
5. Daftar Pustaka
s(
tu
200
d
u 1. Johann Borenstein,"Heuristic
S
n
0 Reduction of Gyro Drift in IMU-based
a
t
a -200 Personnel Tracking Systems",SPIE
p
e
c -400
Defense, Security + Sensing, April 13-
e
K 17, 2009. Reference: Proc. SPIE Vol
-600
7306A.
-800
0 0.5 1 1.5 2. Grewal, M.S., Weill, L.R., and
Time (sec) Andrews, A.P. (2007). “Global
Positioning Systems, Inertial
Gambar 4. Contoh hasil percobaan multi-gain Navigation, and Integration.” John
IMU. Wiley & Sons, Inc.
3. Paniit, S.M. and Wbiang, Z. (1986).
“Modeling Random Gyro Drift Rate by
4. Kesimpulan Data Dependent Systems.” IEEE
Transactions on Aerospace and
Telah dibuat prototipe multigain IMU
Electronic Systems, AES-22, 455-460.
untuk sensor rotasi roket yang terdiri dari tiga
4. Cho, S.Y., Lee, K.W., Park, C.G., and
buah sensor rate-gyroscope dan sebuah
Lee, J.G. (2003). “A Personal
microcontroller. Hasil eksperimen yang telah
Navigation System Using Low-Cost
dilakukan menunjukkan, bahwa output
MEMS/GPS/Fluxgate.” Proceedings
prototipe sesuai dengan algoritma. Prototipe ini
of the 59th Institute of Navigation
akan dibuat desain PCB yang lebih kompak
(ION) Annual Meeting, Albuquerque,
tidak hanya sensor gyroscope tetapi juga
NM.
menggunakan sensor accelerometer yang
disesuaikan dengan spesifikasi roket yang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun sebuah robot yang menyerupai hewan atau
animaloid dalam hal ini mengambil contoh hewan anjing yang dapat melakukan gerakan berjalan dan mengenali
masukan dari lingkungan yang berupa sentuhan, suara dan keberadaan suatu benda dengan menggunakan
mikrokontroler ATMega8535 sebagai otak pengendali. Prototype dari sistem maupun secara fisik diharapkan
dapat diaplikasikan dan dikembangkan lebih sempurna lagi untuk pergerakan yang lebih halus dan pengenalan
lingkungan yang lebih bervariasi dan akurat.
Materi penelitian ini terdiri atas komponen-komponen yang mendukung perancangan perangkat keras,
seperti: mikrokontroler, motor servo, regulator LM317, modul sensor proksimiti, IC LM324, transistor C828A,
kapasitor, resistor dan akrilik serta bahasa C untuk mendukung perancangan perangkat-lunak.
Hasil penelitian diwujudkan dengan keberhasilan robot dalam melakukan fungsinya sesuai dengan
batasan spesifikasi yang telah ditentukan. Hal ini diberikan dalam bentuk hasil pengujian perangkat-keras, yang
terdiri atas pengujian motor servo, pengujian pengatur tegangan, pengujian sensor proksimiti, pengujian sensor
sentuh, pengujian rangkaian penguat mikropon, pengujian masukan-luaran dan pengujian gerakan robot serta
pengujian robot secara keseluruhan. Pada pengujian motor servo secara keseluruhan bekerja dengan baik yaitu
dengan indikator perubahan pergerakan servo dapat dikendalikan dengan memberikan masukan pulsa dengan
diprogram kedalam nya, pada pengujian pengatur tegangan diperoleh tegangan luaran dari IC regulator sebesar
5.5 V, pada pengujian sensor proksimiti didapat sensor bekerja dengan benar yaitu indikator luaran menyala
ketika bagian depan sensor didekatkan dengan sebuah benda penghalang, pada pengujian sensor sentuh sensor
dapat merespon sentuhan dengan indikator luaran menyala, pada pengujian rangkaian penguat mikropon
diperoleh luaran yang sesuai yang di inginkan dengan pengaturan sensitifitas melalui sebuah variabel resistor,
pada pengujian masukan luaran didapati mikrokontroler bekerja dengan baik yaitu luaran dan masukan sensuai
dengan program yang di unduh kedalam nya, pada pengujian gerakan robot didapati servo yang menyusun kaki-
kaki robot bekerja dengan baik sehingga membentuk suatu gerakan. Pengujian keseluruhan sistem diwujudkan
dengan memberikan perintah masukan berupa suara dan sentuhan untuk membuat robot melakukan suatu aksi.
kendali yang akan dipakai dan peralatan pendukung tahap, tahapan penelitian ditunjukkan Gambar 1
sistem tersebut. perancangan robot yang meliputi sebagai berikut.
konstruksi robot, perangkat elektronis dan
perangkat-lunak.
6 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o Tabel 4 Data hasil pengujian rangkaian op-amp
berpenguat ±11 kali
7 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o
8 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o No. Vin Vout
1 10mV 115mV
9 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o 2 20mV 225mV
3 30mV 340mV
10 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o 4 40mV 450mV
5 50mV 600mV
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui Pengujian ini terdiri dari lima tahapan
besarnya tegangan yang dihasilkan oleh pengatur pergerakan kaki yang membentuk satu siklus
tegangan. Hasil pengujian didapatkan tegangan langkah, lebih rinci ditujukan pada Tabel 6.
yang dihasilkan konstan ketika tegangan Berdasarkan hasil pengujian gerakan tersebut dapat
masukannya melebihi 6V atau mendapatkan diambil kesimpulan bahwa motor servo mampu
tegangan 12V dari adaptor. Pada pengujian ini bekerja secara bersama-sama dan membentuk suatu
didapat tegangan luaran dari rangkaian pengatur pola gerakan.
tegangan sebesar 5.5V.
Diah Suwarti
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta
diah.w73@gmail.com
Abstrak
Arester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung
maupun surja petir) dan pengaruh follow current. Sebuah arester harus mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan
beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan
ribuan amper arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika
terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arester (power follow current) setelah
surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan. Sebagai isolator, arus bocor arrester tidak boleh melebihi 1 mA, jika arus
bocor melebihi 1 mA maka arrester mengalami penurunan ketahanan. Penelitian ini membahas pengaruh cacah impuls
tegangan terhadap ketahanan arrester dengan cara membandingkan hasil pengujian arus bocor masing-masing arrester dengan
nilai yang di tentukan oleh IEC 61643-1 Edition 2.0, untuk mengetahui ketahanan arrester setelah diterpa impuls tegangan.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa arester dalam keadaan baru maupun setelah diterpa impuls, pada
tegangan operasi maksimum Uc mempunyai arus bocor di bawah 1 mA (sesuai Standar internasional IEC 61643-1 Edition
2.0 03/2005). Hal ini memunjukkan bahwa arrester masih mempunyai ketahanan yang baik.
2. Dasar Teori
2.1. Arester
Arester merupakan peralatan yang didesain
untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja
(baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arester harus
mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan Gambar 1 Rangkaian proteksi surja secara umum
beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada (Vernon Cooray, 2010)
tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor Pengalihan surja ke konduktor referensi
yang sangat baik, mengalirkan ribuan amper arus atau bumi memiliki kelemahan. Ketika arus
surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih gelombang surja yang besar menyebar melalui
jaringan referensi dengan cara yang tidak pada masa lalu yang sedang digunakan untuk
terkendali, ini akan menyebabkan gangguan dalam berbagai aplikasi dan tergantung pada jenis varistor
sistem yang sehat lainnya. Oleh karena itu, yang digunakan. Energi yang diserap dalam
perlindungan seri tampaknya lebih diinginkan. keramik pada sebuah varistor didistribusikan di
Namun, sampai saat ini tidak ada perangkat non seluruh keramik pada butiran-butiran dibandingkan
linier serial yang kuat, cepat dan handal yang dapat pada sebuah persimpangan tunggal seperti pada
menggantikan perlindungan paralel. Dari persya- bahan semikonduktor. Varistor dapat menahan
ratan tersebut di atas, piranti-piranti proteksi transien pulsa tunggal sampai dengan 150 % dari
(proteksi surja) harus non-linear. komponen– arus pengenalnya, tetapi varistor mungkin rusak
komponen non-linear dapat dikelompokkan pada transien multipulse pada 75 % dari arus
menjadi tiga kelompok: pengenalnya dari puncak arus. Ketika varistor
dioperasikan pada tegangan operasi sistem, varistor
1. Perangkat yang memiliki tegangan hanya bisa menahan 40 % dari arus pengenal dalam
konstan selama konduksi surja (pemo- lingkungan multipulse.
tongan)
2. Perangkat yang mengubah keadaan dari
insulator menjadi konduktor yang baik
selama konduksi surja.
3. Perangkat yang memiliki impedan seri
yang besar untuk tegangan CM (isolator
disisipkan dalam seri, misalnya CM filter,
trafo isolasi, opto-isolator. Proteksi surja
seri yang lain atau piranti pembatas Gambar 2 Model rangkaian ekivalen dari varistor
termasuk sekering, pemutus rangkaian, (Vernon Cooray, 2010)
induktor dan temperature-dependent
resistors).
Spark gap terdapat dalam tabung keramik diisi
2.4. Karakteristik Arus-Tegangan Surge
dengan gas inert (gas tabung discharge) dan
Protection Device (SPD)
varistor oksida logam adalah piranti yang sangat Standar internasional IEC 61643-1 Edition 2.0
populer dalam proteksi instalasi tegangan rendah (03/2005) mendefinisikan karakteristik dan tes
(Vernon Cooray, 2010) untuk Surge Protection Device pada sistem
distribusi tegangan rendah seperti diperlihatkan
2.3. Arester tegangan Rendah MOV (Metal pada Gambar (3).
Oxide Varistor)
Arester surja jenis MOV didesain tanpa
menggunakan celah (gaplessa). Arester jenis MOV
merupakan arester yang banyak diterapkan pada
sistem tegangan rendah, karena memiliki
kemampuan pemotongan tegangan rendah jenis
MOV memiliki rating arus pelepasan sebesar 1 kA
hingga 15 kA. Biasanya, varistor dibuat dalam
bentuk piringan dan karenanya memiliki nilai
kapasitansi yang besarnya pada kisaran 0,2-10 nF.
Termasuk induktan kaki varistor akan melengkapi Gambar 3 Karakteristik arus/waktu dari sebuah
rangkaian setara dari varistor, yang ditunjukkan SPD dengan varistor. (Overvoltage
pada Gambar (2). Varistor adalah perangkat yang protection, Chapter J, Schneider Electric -
bertindak cepat dengan tanggapan waktu kurang Electrical installation guide 2010)
dari 0,5 μs. Kinerja varistor dipengaruhi oleh suhu.
Kebocoran arus yang berlebihan dapat menaikkan
suhu varistor tersebut. Karena varistor memiliki 3. Metode Penelitian
koefisien suhu negatif, arus akan meningkat jika Penelitian ini menggunakan metode
perbandingan, yaitu membandingkan arus bocor
varistor bertambah panas, yang akan meningkatkan
arus lebih jauh, sehingga akhirnya timbul panas masing-masing arrester sebelum maupun setelah
yang belebihan. Varistor biasanya digunakan untuk diterpa impuls dengan nilai yang ada pada Standar
melindungi sistem elektronik dari tegangan lebih Internasional IEC 61643-1 Edition 2.0 (03/2005).
transien yang merambat pada listrik. Ada berbagai Hasil perbandingan tersebut diharapkan dapat
menginformasikan tentang ketahanan arrester
jenis model varistor yang telah dikembangkan
sebelum maupun setelah diterpa impuls tegangan.
11 Standard IEC 61643-1 T2 Tabel.2. Data hasil pengujian arus bocor arester keadaan
EN 61643-11 Type 2 baru
masing arester diberikan pada nilai dibawah sampai 20 400 4250 400 310 400 1150
Gambar 6. Grafik perbandingan arus bocor AC Gambar 8. Hubungan arus bocor AC terhadap
masing-masing arrester terhadap tegangan kerja tegangan kerja arester Shihlin (puncak impuls 3 kV,
arester 7kV, 14kV dan 24kV)
ABSTRAK
Dengan semakin meningkatnya komplek-sitas sistem serta semakin singkatnya time-to-market suatu produk,
keperluan akan sistem yang memiliki sifat rapid prototyping semakin besar. Salah satu sistem yang mendukung
keperluan tersebut adalah sistem embedded. Pada umumnya sistem embedded terdiri atas prosesor khusus,
memori, pheriperal (I/O), dan aplikasi tertentu. Selain itu pada sistem embedded diperlukan perangkat lunak
seperti sistem operasi dan program aplikasinya.
Perkembangan dibidang teknologi kompo-nen memungkinkan dibuatnya komponen FPGA dengan kapasitas
yang sangat besar sehingga didalamnnya dapat diimplemen-tasikan komponen-komponen sistem embedded,
sehingga keperluan akan sistem rapid prototyping dapat diatasi.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sistem embedded dan implementasinya
pada FPGA yang meliputi prosesor dan sistem operasi embedded, diagram alir perancangan sistem, hardware-
software partitioning, integrasi, dan IP reuse. Selain itu akan dibahas pula sebuah contoh sebuah aplikasi sistem
embedded, yakni komunikasi data dan antarmuka jaringannya.
interkoneksi (intercon-nect), dan blok input/output. tidak tersedia. Seperti halnya dalam proses
Pada perkem-bangannya, pada komponen FPGA perancangan perangkat keras, penggunaan IP juga
juga diberikan memori serta fungsi khusus seperti akan mempercepat proses perancangan.
pengali (fast multiplier). Dengan kemajuan Untuk sistem yang kompleks penggunaan
teknologi, kapasitas komponen FPGA dapat dibuat sistem operasi, disebut sistem operasi embedded
sedemikian besar sehingga komponen FPGA dapat (embedded operating system, EOS), akan sangat
diprogram menjadi sebuah prosesor yang kompleks memudahkan pengembangan sistem. Penggunaan
seperti DSP prosesor atau ASIC. Pada sistem sistem operasi terutama digunakan untuk penangan
embedded, FPGA dapat diprogram sebagai input/output (I/O handling) dan penjadwalan
prosesor, co-prosesor, atau prosesor untuk rapid- (scheduling) [3]. Ciri utama sistem operasi
prototyping. Fleksibilitas dan kecepatan embedded adalah kompak dan efisien. Untuk
perancangan (termasuk implementasi) adalah keperluan itu, bergantung pada jenis aplikasinya,
alasan utama penggunaan FPGA untuk sistem pada sistem operasi adakalanya tidak disediakan
embedded [2]. kemampuan waktu nyata (real time) atau tidak ada
Dalam merancang sistem berbasis FPGA, koneksi ke monitor, keyboard, mouse, dll.
penggunaan bagian (blok fungsional), terutama Beberapa contoh sistem operasi yang tersedia
bagian-bagian yang kompleks, yang sudah ada akan antara lain embedded linux dan uClinux.
sangat mempercepat proses perancangan. Setiap Gambar 2 menunjukkan diagram alir
blok fungsional yang sudah ada disebut intellectual proses perancangan sistem embedded berbasis
property (IP). Sumber blok IP dapat berasal dari FPGA. Pertama adalah pendefinisian problem.
blok yang sudah ada, vendor FPGA, atau pihak Setelah dilakukan identifikasi problem yang
ketiga penyedia IP. Pemasok utama kompenen menghasilkan spesifikasi rancangan yang detail,
FPGA adalah Altera dengan contoh produknya tahap berikutnya adalah pemilihan platform FPGA
keluarga cyclone dan stratix serta Xilinx dengan dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk
contoh produknya keluarga spartan dan virtex. kapasitas, kecepatan, koneksi input dan output,
Penggunaan FPGA dalam sistem serta berbagai perangkat yang mendukung. Tahap
embedded terdapat dalam berbagai aplikasi seperti berikutnya adalah pemilahan bagian hardware dan
dalam pemantauan obyek berkecepatan tinggi [3] software (h/w s/w partitioning), yakni menentukan
serta dalam bidang kriptografi [4]. bagian fungsional perangkat keras dan perangkat
lunak secara detail. Setelah itu melakukan editing
rancangan baik untuk bagian hardware (dengan
PERANCANGAN SISTEM EMBEDDED HDL) maupun bagian software (dengan bahasa
Sistem embedded terdiri atas bagian tingkat tinggi). Untuk tahap berikutnya, kecuali
perangkat keras dan perangkat lunak. Pada sistem pada bagian testing, sepenuhnya dilakukan oleh
embedded berbasis FPGA, proses perancangan perangkat (tools) secara otomatis.
bagian perangkat keras meliputi penggunann HDL
(hardware description language) baik verilog
ataupun VHDL untuk mendefinisikan perangkat IV. STUDI KASUS:
keras yang dipakai. Perangkat keras meliputi SISTEM MIKROPROSESOR
prosesor, pheripheral (input/output) dan memori. Pada bagian ini akan dibahas studi kasus
Untuk mempercepat perancangan, sering kali sistem embedded sederhana yang berupa sistem
dipakai blok IP sebagai bagian dari sistem. mikroprosesor beserta interfacenya. Platform FPGA
Penentuan jenis prosesor embedded yang dipakai yang dipergunakan adalah board ML 506 yang
bergantung pada keperluan aplikasi serta parameter memiliki komponen FPGA XC5VSX50T dari
yang diperlukan. Pada umumnya, vendor FPGA Xilinx. Sehingga tool (perangkat) yang
telah menyiapkan perangkat (tool) untuk keperluan dipergunakan adalah perangkat dari Xilinx yakni
perancangan prosesor embedded. Namun demikian, Xilinx platform studio (XPS) 9.2i yang didalamnya
jika diperlukan perancangan arsitektur prosesor terdapat embedded development kit (EDK) dan
embedded dapat dilakukan sendiri. software development kit (SDK) [5]. EDK
Perangkat lunak diperlukan untuk dipergunakan untuk merancang sistem hardware
menjalankan sistem. Proses perancangan perangkat sedangkan SDK dipergunakan untuk merancang
lunak sistem embedded meliputi pengembangan software sistem aplikasi dalam bahasa C/C++.
program, baik dalam bahasa tingkat rendah seperti Pada sistem embedded sederhana ini dipergunakan
bahasa mesin/asembly maupun bahasa tingkat microprosesor microblaze yang sudah tersedia dari
tinggi seperti C atau C++ bergantung pada Xilinx. Microblaze adalah sebuah prosesor soft-
ketersediaan perangkat (tool) untuk keperluan core dengan spesifikasi antara lain: memiliki 32
perancangan. Bila perancang menggunakan buah register serbaguna 32-bit, address bus 32-bit,
prosesor sendiri, tools untuk pengembangan bagian SERTA kata instruksi 32-bit dengan 3 operand dan
perangkat lunak menggunakan bahasa tingkat tinggi 2 mode pengalamatan.
Problem
Tahap berikutnya setelah rancangan sistem
dibuat, adalah mengekspor rancangan sistem
Pemilihan tersebut ke XPS untuk dibuatkan perangkat lunak
yang akan mengatur kerja sistem. Pada kesempatan
platform
ini, perangkat lunak yang dikembangkan adalah
perintah untuk untuk mengirimkan data teks secara
serial keluar dari sistem ke komputer PC. Software
Pemilahan dalam bahasa C/C++ ditunjukkan oleh gambar 4.
h/w & s/w Untuk uji coba ini, program hyperterminal
digunakan pada komputer PC untuk menerima data
dan menampilkannya di layar monitor.
Sintesa Compile
PENUTUP
ABSTRAK
Sistem photovoltaic (PV) yang digunakan pada area terpencil membutuhkan baterai yang digunakan
untuk menyimpan energi (charging mode) ketika photovoltaic mempunyai daya lebih. Selain itu, baterai juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan (discharging mode) beban ketika PV tidak dapat menyuplai semua daya
yang dibutuhkan. Untuk mengatur aliran daya ketika proses charging dan discharging, maka digunakan sebuah
Multi Input Converter (MIC) pada sistem PV - Battery tersebut. Namun, sifat unidirectional dari MIC menjadi
permasalahan sistem saat proses pengisian baterai terjadi. Hal ini mengakibatkan baterai tidak dapat melakukan
charging mode sehingga baterai tidak dapat dipakai kembali ketika energi di dalam baterai telah habis.Pada
makalah ini, didesain sebuah MIC baru beserta pengaturannya berupa Dual Inputs SEPIC (Single Ended Primary
Converter) – Bidirectional Converter untuk mengatasi permasalahan tersebut.Photovoltaic digunakan sebagai
input dari SEPIC dan baterai sebagai input dari Bidirecional Converter (BDC). Algoritma P&O digunakan untuk
mendapatkan MPP (Maximum Power Point) dari PV.Manajemen energi pada segala kondisi PV dan baterai
menjadi poin utama keefektifan kontrol sistem.Sistem ini disimulasikan menggunakan software PSIM untuk
mengetahui kinerja sistem.Hasil simulasi sistem PV 1200 W menunjukkan desain beserta pengaturannya ini
bekerja secara efektif sesuai kondisi dari PV dan baterai.
Kata kunci: Photovoltaic, SEPIC, Bidirectional Converter, Algortima P&O, MPP Tracking
Pada penelitian ini, PV digunakan sebagai tersusun secara paralel dan seri.Nilai Rsh adalah
sumber utama dari sistem.PV dimodelkan sebagai sangat besar sedangkan Rs sangat kecil.Hal ini
sebuah rangkaian ekuivalen yang ditunjukkan pada mengakibatkan dua variabel tersebut dapat
Gambar 2.Rsh dan Rs adalah resistansi intrinsic yang
Control
System
Vbat
Battery
SEPIC –
Bidirectional Load
Converter
VDC
PV Array
D
VPV IPV
Iref Control
MPPT System
q VPV (1)
I PV n p I ph n p I sat exp 1
KAT ns
dengan IPV adalah arus output dari PV arrays
(dalam Ampere), VPV adalah tegangan output dari Gambar 4.Kurva Karakteristik Discharge dari Baterai
PV arrays, ns adalah jumlah modul yang tersusun saat Arus Discharge (V-Q)
secara seri, np adalah jumlah modul yang tersusun
intensitas cahaya dan temperatur yang bervariasi dikeluarkan oleh PV, seperti yang ditunjukkan oleh
adalah hal yang nyata. Ini tampak dari Gambar 8, Gambar 9.Efek perubahan temperatur sangat sedikit
dengan peningkatan intensitas cahaya, arus output mempengaruhi besarnya arus PV, namun sangat
PV meningkat namun tegangan open-circuit tidak berpengaruh pada tegangan open-circuit PV.
berbeda jauh.Dengan meningkatnya arus PV saat Semakin besar temperatur, maka akan semakin
tegangan open-circuit hampir konstan, secara besar pula penurunan tegangan open-circuit PV.
otomatis mengakibatkan kenaikan daya yang Hal ini nampak pada Gambar 10.
4.2 Kinerja Dual Inputs SEPIC – Bidirectional Transactions on Industrial Electronics, Vol. 56,
Converter No. 11, Nopember 2009.
A. Daya Beban > Daya PV [2] Ding, Fei.,Li, Peng., Huang, Bibin.,Gao,
Dalam pengujian ini, daya rating beban Fei.,Ding, Chengdi., Wang, Chengshan.,
yang digunakan adalah 1000 W, intensitas cahaya “Modeling and Simulation of Grid-connected
untuk PV adalah 600 W/m2, dan kondisi baterai Hybrid Photovoltaic/Battery Distributed
saat SOC 100%. Gambar 11(a) menunjukkan aliran Generation System”, International Conference
daya pada sistem.PV mengalirkan daya maksimum on Electricity Distribution, China, 2010
menuju beban dan kekurangan daya secara [3] D. W. Hart, Power Electronics, New York:
langsung disuplai oleh baterai.Gambar 11(b) McGraw-Hill, 2011
menunjukkan tegangan dan SOC baterai yang [4] P. Pany, R.K. Singh, and R.K. Tripathi,
menurun sehingga terlihat baterai ikut menyuplai “Bidirectional dc-dc converter fed drive for
kekurangan daya pada beban. electric vehicle system,” Intl. Journal of
Eng.,Science & Tech., vol. 3, no. 3, pp. 101-110,
B. Daya Beban < Daya PV April 2011
Dalam pengujian ini, daya rating tetap [5] A. Khaligh and O.C. Onar, Energy Harvesting:
digunakan 1000 W, namun intensitas cahaya Solar, Wind, and Ocean Energy Conversion
matahari adalah 1000 W/m2 dan SOC baterai dibuat Systems. CRC Press, New York, 2010
90%. Aliran daya pada sistem ditunjukkan oleh [6] M.G. Villalva, J.R. Gazoli and E. R. Filho,
Gambar 12(a).Dari gambar tersebut terlihat bahwa “Comprehensive approach to modeling and
PV bekerja dalam kondisi MPPT dan kelebihan simulation of photovoltaic arrays,” IEEE Trans.
daya disalurkan menuju baterai.Hal ini tampak Power Electron. vol. 24, no. 5, pp. 1198-1208,
dengan nilai negatif pada kurva baterai.Bentuk May 2009
tegangan dan SOC baterai yang naik menunjukkan [7] A. Labouret and M. Villoz, Solar Photovoltaic
baterai dalam kondisi charging, seperti yang terlihat Energy, London: IET, 2010
pada Gambar 12(b).
LAMPIRAN
C. Variasi Daya Beban
Pengujian ini dilakukan dengan membuat
variasi kebutuhan beban sebesar 1600 W, 500 W,
dan 1600 W. Intensitas cahaya matahari dibuat
konstan 1000 W/m2. Dari Gambar 13(a) terlihat
bahwa sistem dapat bekerja sesuai kebutuhan beban
dan saat tegangan baterai telah mencapai batas
overvoltage, maka PV tidak lagi bekerja dalam
kondisi MPP.Gambar 13(b) memperlihatkan bahwa
tegangan DC bus tetap konstan di kisaran 400 V Gambar 8. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva I-V
meskipun terjadi variasi beban.Gambar 13(c)
menunjukkan SOC baterai yang naik turun sesuai
kondisi baterai saat charging ataupun discharging.
KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan penelitian
mengenai sebuah sistem baru yang digunakan
untuk pembangkit PV stand-alone. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa produksi daya PV sangat Gambar 9. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva P-V
tergantung dari kondisi cuaca dan daya output
maksimum PV hanya dapat dicapai dengan
menggunakan sistem kontrol berbasis algoritma
MPPT. Kinerja sistem dalam berbagai kondisi PV,
baterai, ataupun beban menunjukkan bahwa sistem
tetap bisa bekerja pada kondisi apapun.Kemudian,
pengaturan frekuensi output inverter dan tegangan
yang baik menunjang keefektifan dari sistem ini.
(b)Tegangan DC Bus
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai sistem pengendali suhu dan kelembaban untuk tujuan budidaya jamur tiram di
daerah Yogyakarta.Dengan menggunakan sensor LM35 dan sensor kelembaban HSM20G, keadaan suhu dan kelembaban
lingkungan di sekitar kumbung jamur diamati sebagai masukan bagi sistem kendali berbasis mikrokontroler AVR
ATMega16. Suhu di-setting pada nilai 23°C sampai dengan 28°C, sedangkan kelembaban diatur pada rentang 65 –
85%.Kipasdan motor penyemprot air digunakan sebagaia ktuator system kendali yang menjaga agar suhudan kelembaban
tetap pada rentang nilai yang diharapkan. Secara teknis, rangkaian sensor yang dibuat mempunyai nilai error 0,98%, dan
rangkaian sensor kelembaban mempunyai nilai error 2,4%.
Pengujian yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 08.42 sampai dengan 15 Oktober 2012 pukul 07.05
padasebuah baglog jamur tiram diperoleh hasil 113 gram berat jamur tiram. Sedangkan pada waktu yang bersamaan pada
satu baglog lainnya yang tidak menggunakan system pengendali diperoleh hasil panen sebanyak 85 gram.
Secara ekonomis, untu skala 100 baglog jamur tiram dengan memperhitungkan konsumsi energy sistem kendali
yang dibuat, hasil jamur tiram dengan sistem kendali diperoleh nilai keuntungan sebesar Rp. Rp.111.840,00 lebih besar dari
pada sistem yang tidak menggunakan sistem kendali. Sehingga baik secara teknis maupun ekonomis sistem kendali suhu dan
kelembaban layak diterapkan pada budidaya jamur tiram di daerah Yogyakarta.
Kata Kunci : Jamur tiram, LM35, HSM 20G, AVR AT Mega16,sistem kendali.
Aktuator yang digunakandalam sistem ruangan berada di atas suhu yang ditentukan. Kipas
kendali suhu dan kelembaban ini adalah kipas dan ini terhubung dengan port B.7 di mikrokontroler.
penyemprot air. Kipas berfungsi apabila suhu Karena rentang suhu yang ditentukan adalah 23° -
28°C dan suhu di Yogyakarta tidak mungkin di tunas bakal calon jamur tiram hingga menjadi
bawah 23°C maka tidak perlu dipasang alat jamur tiram yang siap untuk dipanen.
pemanas yang berfungsi untuk menaikkan suhu
ruangan jika ia di bawah 23°C.
Aktuator yang berfungsi untuk menjaga
kelembaban adalah penyemprot air. Penyemprot air
ini bekerja apabila kelembaban udara di 65%.
Menurut pemantauan BMG, kelembaban udara di
Jogjakarta bergantung pada musimnya. Rata-rata
kelembaban udara adalah 74% dan dapat turun
sampai dengan 60% pada musim kemarau dan naik
sampai dengan 94% pada musim hujan. Pada saat
kelembaban udara naik, suhu lingkungan juga naik
sehingga otomatis kipas akan bekerja. Kipas yang
bekerja akan menurunkan suhu dan kelembaban
yang ada di dalam ruangan. Sehingga tidak
diperlukan sebuah aktuator yang berfungsi untuk
menurunkan kelembaban pada saat kelembaban
tinggi dan suhu udara rendah.
Perancangan Software
Dalam pembuatan perangkat lunak
(Software) menggunakan bahasa basic dengan
software Basic Compiler. Sedangkan untuk
keperluan monitoring digunakan Visual Basic 6.0
sebagai interface pada komputer sebagai penampil.
Di sini user dapat mengatur time sampling
pengambilan data pada komputer, menyimpan
grafik, dan menyimpan data ke dalam file excel.
Gambar 6 memperlihatkan diagram alir
proses pengendalian yang dilakukan oleh
mikrokontroler. Program ini diawali dengan
konfigurasi mikrokontroler dan I/O, kemudian
dilanjutkan dengan menunggu perintah user yang
dapat berupa pembacaan nilai suhu dan Gambar 6. Diagram alir program mikrokontroler
kelembaban, serta pengaturan batas nilai suhu dan
kelembaban. Suhu dan kelembaban yang terbaca
saat itu dapat disimpan di memori mikrokontroler
walaupun tidak semuanya. Sedangkan keseluruhan
data suhu dan kelembaban yang terukur akan
dikirimkan ke computer untuk disimpan dalam
bentuk file exel.
PerancanganKumbungJamur
Sistem yang telah dirancang diatas
kemudian diimplementasikan ke miniatur rumah
jamur dengan ukuran desain 30x30x40cm. Miniatur
ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7 berisi
alat kerja yang dibuat dan juga terdapat sampai
dengan 3 buah baglog jamur tiram sebagai obyek
penelitiannya. Pada miniatur tersebut juga dipasang
kipas sebagai pendingin ruangan dan penyemprot
air sebagai pengontrol kelembaban ruangan. Waktu Gambar 7.Prototypekumbungjamur
penelitian dilakukan mulai dari proses tumbuhnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ditunjukkan pada tabel 3. Dengan asumsi tarif
Untuk keperluan pengujian dibuat dua buah listrik sebesar Rp. 485/kWh mata total biaya listrik
rumah jamur yang masing-masing dapat diisi yang digunakan adalah Rp 31,83.
sampai dengan tiga buah baglog jamur. Sebuah
rumah jamur dilengkapi dengan sistem kendali Tabel 1. Tegangan dan arus yang digunakan oleh
suhu dan kelembaban dan rumah jamur lainnya sistem kendali suhu dan kelembaban
tanpa sistem kendali. Komponen
Tegangan Arus Daya
Baglog yang telah diberi dua buah lubang (Volt) (Ampere) (Watt)
dimasukka kebaglog pada tanggal 10 Oktober Mikrokontroler 4,92 0,1 0,492
2012.Tunas jamur Tiram mulai tumbuh pada Kipas 11,87 0,1 1,187
keesokan harinya. Sehingga monitoring suhu dan Pompa 11,87 0,5 5,935
kelembaban dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012
pukul 08.42 sampai dengan 15 Oktober 2012 pukul
07.05. Daerah pengujian ini berada di daerah Besi, Tabel 2. Durasi suhu dan kelembaban diluar batas
Sleman. yang ditetapkan
Hasil monitoring pada hari pertama sampai Durasi suhu di Durasi kelembaban
Hari
luar batas di luar batas
dengan hari keempat ditunjukkan pada gambar 8.
Hari ke-1 ± 1,4 jam ± 1,1 jam
Karena data suhu dan kelembaban di-monitoring
Hari ke-2 ± 0,9 jam 0
setiap 1 menit maka selama kurang lebih 4 hari Hari ke-3 ± 2,7 jam ± 0.3 jam
terdapat lebih dari 5000 data yang tersimpan di Hari ke-4 ± 3,5 jam 0
dalam komputer. Kemudian dari grafik tersebut Total ± 8,5 jam ± 1,4 jam
juga dapat dilihat waktu-waktu kipas dan
penyemprot air bekerja. Karena suhu tertinggi Tabel 3. Perhitungan konsumsi daya sistem kendali
harian berada di siang hari, maka kipas rata-rata Daya Durasi
bekerja di siang hari. Sedangkan kelembaban Komponen kWH
(Watt) (Jam)
rendah terjadi di sore hari, sehingga pompa Mikrokontroler 0,492 96 0,047232
penyemprot air rata-rata bekerja di sore hari. Kipas 1,187 8,5 0,010089
Tabel 1 menunjukkan tegangan dan arus Pompa 5,935 1,4 0,008309
yang digunakan oleh sistem mikrokontroler, kipas Total keseluruhan 0,0656
dan pompa penyemprot air. Sedangkan durasi nilai Setelah 4 hari maka jamur tiram sudah pada
suhu dan kelembaban yang melebihi batas nilai posisi siap panen sebagaimana ditunjukkan pada
yang ditetapkan ditunjukkan pada tabel 2. Dari gambar 9. Hasil pengukuran berat hasil panen pada
tabel 1 dan tabel 2 tersebut dapat dihitung konsumsi jamur yang menggunakan sistem kendali suhu dan
daya yang digunakan oleh sistem sebagaimana kelembaban diperoleh nilai 113 gram. Sedangkan
pada jamur yang tidak menggunakan sistem kendali tegangan layak diterapkan pada budidaya jamur
suhu dan kelembaban diperoleh hasil panen Tiram di daerah Jogjakarta.
sebanyak 85 gram. Dengan demikian ada selisih 28
gram untuk setiap baglog pada satu kali panen.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 9. Jamur tiram siap panen Kusworo, 2006. Sistem Penyiraman Otomatis
Secara Kontinu Dengan Mikrokontroler
Dengan asumsi bahwa satu baglog dapat AT89C51, Skripsi, Jurusan Teknik Elektro,
dilakukan panen sampai 5 kali, maka untuk 100 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
baglog terdapat selisih hasil panen sebesar 11,2kg.
Dengan harga jamur tiram Rp.8000/kg, maka
terdapat selisih keuntungan antara sistem dengan Rahmat, Suryani, Nurhidayat, 2011. Untung Besar
dan tanpa pengaturan suhu dan kelembaban sebesar Dari Bisnis Jamur Tiram, Jakarta : Penerbit
Rp.112.000,00. Dengan memasukkan komponen AGROMEDIA.
konsumsi listrik untuk 5 kali panen maka diperoleh
selisih keuntungan sebesar Rp.111.840,00. Nilai ini Putra, Agfianto Eka, 2010. Tips Dan Trik
bias diperbesar dengan optimasi system kendali Mikrokontroler AT89 Dan AVR Tingkat
misalkan menghilangkan bagian LCD keypad, dan Pemula Hingga Lanjut, Yogyakarta:
interface ke komputer. Penerbit GAVA MEDIA
ABSTRAK
Kualitas layanan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan tidak sesuai
dengan harapan konsumen, maka konsumen tidak akan puas dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas layanan
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Penelitian bertujuan untuk merancang model peningkatan kualitas layanan kesehatan di Jawa Timur melalui
integrasi metode servqual, lean dan six sigma untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Obyek penelitian adalah RSUD Kab.
Sidoarjo, RSUD Kab. Pasuruan dan RSUD Kab. Nganjuk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lima dimensi
servquel, yaitu reliability,responsiveness,assurance, emphaty, dan tangibles dengan 25 atribut penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan semua atribut penelitian adalah valid dan reliabel, Berdasarkan metode servquel
diketahui bahwa prioritas perbaikan kualitas layanan terletak pada atribut kesabaran dan keramahan petugas dalam melayani
konsumen, kesabaran dan keramahan petugas dalam melakukan pemeriksaan, kesabaran petugas dalam mendengarkan
keluhan konsumen. Indentifikasi terhadap jenis waste, diketahui bahwa terdapat dua prioritas utama perbaikan waste yaitu
waiting dan defect. Selain itu, berdasarkan perhitungan six sigma diketahui bahwa level sigma untuk pelayanan kesehatan
adalah 3,8. Upaya perbaikan dilakukan berdasarkan variabel metode, manusia, material, mesin, dan lingkungan dengan
menggunakan metode 5W-1H.
sikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian program yang menggunakan analisis data untuk
memberikan jasa secara cepat. Jaminan mencapai proses bebas defect dan untuk
(assurance), yakni perilaku para karyawan mampu mengurangi variasi. DMAIC adalah sekumpulan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap alat yang digunakan untuk mengidentifikasi,
perusahaan, dan perusahaan bisa menciptakan rasa analisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam
aman bagi para pelanggannya. Empati (empathy), sebuah proses. Six sigma melakukan perbaikan
berarti perusahaan memahami masalah para terhadap masalah yang terjadi dengan fokus pada
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan faktor penyebab masalah. Six sigma adalah strategi
pelanggan, serta memberikan perhatian personal bisnis yang didalamnya disediakan peralatan untuk
kepada pelanggan dan memiliki jam operasi yang memperbaiki kemampuan dari bisnis prosesnya
nyaman. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan (Yang, 2005).
daya tarik fasilitas, perlengkapan, dan materialyan Prinsip lean six sigma adalah segala aktivitas
digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. yang menyebabkan critical-critical-to-quality pada
Sedangkan, lean merupakan sekumpulan konsumen dan hal-hal yang mnyebabkan waste
peralatan dan metode yang dirancang untuk delay yang lama pada setiap proses merupakan
mengeliminasi waste, mengurangi waktu tunggu, peluang/ kesempatan yang sangat baik untuk
memperbaiki performance, dan mengurangi biaya melakukan perbaikan dan peningkatan dalam hal
(william, 2006). Lean adalah suatu upaya terus- biaya, kualitas, modal, dan lead time (george,
menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) 2002). Lean six sigma merupakan kombinasi antara
dan meningkatkan nilai tambah (value added) lean dan six sigma didefinisikan sebagai suatu
produk (barang dan/atau jasa) agar memberikan filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik
nilai kepada pelanggan (customer value) Gaspersz, untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
2007). Tujuan dari lean adalah untuk pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang
mengeliminasi waste semua proses dan tidak bernilai tambah (non value added activities)
memaksimalkan efisiensi proses (Yang, 2005). melalui peningkatan terus-menerus secara radikal
Lean berfokus pada peningkatan terus-menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan
customer value melalui identifikasi dan eliminasi cara mengalirkan produk (material, work-in-
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang process, output) dan informasi menggunakan sistem
merupakan pemborosan (waste). tarik dari pelanggan internal dan eksternal untuk
Tujuh waste menurut Shigeo Shingo (Hines mengejar keunggulan dan kesempurnaan berupa
and Taylor, 2000) yaitu: defect adalah cacat atau hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta
kegagalan pada suatu proses produksi, kesempatan atau operasi (Gaspersz, 2007).
transportation, pergerakan dari orang, informasi
atau barang yang berlebihan menyebabkan TUJUAN
pemborosan waktu, biaya dan usaha, Tujuan yang akan dicapai dengan
overproduction,melakukan produksi terlalu banyak dilaksanakannya penelitian ini adalah:
daripada yang dibutuhkan, waiting, periode yang 1. Melakukan identifikasi terhadap kondisi riil
lama terhadap ketidak aktifan orang, informasi atau layanan kesehatan di Jawa Timur berdasarkan
barang sehingga menghasilkan idle time, dimensi servquel.
processing, penambahan aktivitas tetapi tidak 2. Melakukan indentifikasi terhadap jenis – jenis
memberikan nilai tambah pada produk yang waste (pemborosan) pada layanan kesehatan
dihasilkan, motion, pengaturan peralatan dan di Jawa Timur.
tempat kerja yang tidak ergonomis, inventory, 3. Mengetahui level sigma pelayanan kesehatan
persediaan yang melampaui batas pada suatu aliran di Jawa Timur.
proses produksi. 4. Menyusun model peningkatan kualitas
Six sigma adalah suatu besaran (metric) yang layanan kesehatan melalui integrasi metode
dapat kita terjemahkan sebagai suatu proses servquel, lean dan Six Sigma untuk
pengukuran dengan menggunakan tools-tools meningkatkan kepuasan konsumen.
statistic dan teknik untuk mengurangi cacat hingga
tidak lebih dari 3,4 DPMO (Defect per Million METODE
Opportunities) atau 99,99966 persen difokuskan Penelitian ini merupakan penelitian survei
untuk mencapai kepuasan pelanggan. Six sigma yang dilakukan pada 3 Rumah Sakit (RS), yaitu
adalah pendekatan disiplin yang berdasarkan pada RSUD Kab. Sidoarjo, RSUD Kab. Pasuruan dan
lima tahap, yaitu Define, Measure, Analyze, RSUD Kab. Nganjuk. Pengumpulan data dilakukan
Improve, dan Control (Hargrove and Burge,2002). melalui: (1) kuisioner, yang berisi tentang
Menurut Woodard (2005), Six sigma adalah sebuah pertanyaan-pertanyaan berupa atribut-atribut yang
mempengaruhi kepuasan konsumen. Atribut-atribut rapi, tempat parkir yang rapi dan aman,
tersebut mewakili dari dimensi-dimensi yang ada ketersediaan dan kelengkaan obat di apotik,
pada kualitas layanan (tangible, responsiveness, kelengkaan peralatan pemeriksaan, kerapian
reliable, assurance, dan empathy) dan Pengukur- petuggas pelayanan. Dimensi reliability terdiri dari
annya menggunakan skala likert yang terdiri dari keteatan waktu buka loket, lamanya waktu
lima poin, dimulai poin 1 sangat tidak penting pelayanan petugas loket, lamanya waktu pelayanan
sampai poin 5 sangat penting untuk mengukur petugas pemeriksaan, lamanya waktu pelayanan
tingkat kepentingan. (2) Wawancara, kepada pihak- petugas apotik, besarnya biaya pengobatan, petugas
pihak yang mengerti tentang sistem layanan yang melakukan perusahaan. Dimensi resonsiveness
ada dilakukan untuk mengerti dan mengetahui terdiri dari kemamuan dan kecekatan petugas dalam
kondisi existing perusahaan. (3) Data historis, untuk menanggapi keluhan konsumen, menjawab
mengetahui jumlah keluhan konsumen, perbaikan pertanyaan konsumen, menjelaskan hasil
yang dilakukan berdasarkan keluhan konsumen, pemeriksaan kepada konsumen. Dimensi assurance
serta informasi lain dalam bentuk dokumen. terdiri dari: keramahan etugas dalam melayani
Setelah data-data terkumpul, maka untuk konsumen, ketramilan dan keahlian petugas loket
mengetahui tingkat kepuasan konsumen, pada tahap dalam melayani konsumen, ketramilan dan
define dilakukan identifikasi atribut-atribut kecekatan petugas dalam memeriksa konsumen,
kepuasan konsumen, Voice of customer yang kejelasan dalam meberikan informasi tentang
diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada rincian biaya, dan tentang tindak lanjut emeriksaan.
konsumen, Mengidentifikasi produk layanan yang Dimensi emphaty terdiri dari kesabaran dan
diberikan, menggambar value stream, value stream keramahan etugas dalam melayani konsumen,
menggambarkan aliran proses layanan itu sedang melakukan pemeriksaan, mendengarkan keluhan
berlangsung. Dengan adanya value stream, maka konsumen, konsumen mudah untuk menyampaikan
dapat dilihat dan diketahui proses-proses apa yang saran/ keluhan ke RS.
tidak mempunyai nilai tambah bagi konsumen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 130
Pada tahap measure dilakukan: Menghitung resonden, dengan rincian 50 responden dari RSUD
nilai gap yang terjadi, Mengidentifikasi waste Kab. Sidoarjo, 40 responden dari RSUD
berdasarkan nilai gap negatif tertinggi, menentukan Kab.Pasuruan dan 40 responden dari RSUD Kab.
critical to quality (CTQ), yang berasal dari hasil Nganjuk.
pembobotan dan urutan waste yang terjadi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
Mengukur kapabilitas proses, pengukuran ini atribut penelitian valid dan reliabel. Hasil
berdasarkan CTQ yang telah diidentifikasi perhitungan gap digunakan untuk menentukan
sebelumnya, maka setelah itu dilakukan prioritas perbaikan dan merupakan tahap awal
pengukuran kapabilitas proses terhadap CTQ yaitu proses six sigma (define). Hasil penelitian
waste tertinggi atau tertinggi hasil pembobotan. menunjukkan bahwa priritas perbaikan
Pada tahap analisa hasil pengolahan data, hal sebagaimana tabel berikut ini:
yang dilakukan adalah : menganalisa faktor-faktor
penyebab waste yang berpengaruh terhadap kinerja Tabel 1. Prioritas Perbaikan
kualitas layanan dan nantinya akan mempengaruhi Dimensi Prioritas Atribut
kepuasan konsumen total, menganalisa kapabilitas Ke
proses yang berasal dari CTQ yang merupakan Emphaty 1 Kesabaran dan
waste yang mempunyai nilai waste (Empati) keramahan petugas
terbobot,tertinggi, Setelah menganalisa hasil dalam melayani
pengolahan data, maka dilakukan improve, dengan konsumen
cara memberikan usulan perbaikan pada kualitas 2 Kesabaran dan
layanan. Usulan perbaikan ini di titik beratkan pada keramahan petugas
atribut yang mempunyai nilai gap negatif tertinggi dalam melakukan
dan pada waste yang mempunyai tingkat hasil pemeriksaan
pembobotan tertinggi. 3 Kesabaran petugas
dalam mendengarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN keluhan konsumen
Atribut yang digunakan dalam penelitian Sumber: pengolahan data
terdiri dari 5 dimensi kualitas dengan 25 atribut,
yaitu dimensi tangible terdiri dari: kebersihan dan Selanjutnya, disusun big picture mapping
kenyamanan ruang tunggu, jumlah loket pelayanan terhadap alur fisik dan alur informasi layanan
yang memadai, tata letak ruangan yang indah dan kesehatan, dan bertujuan untuk mengindentifikasi
waste yang terjadi selama proses pelayanan. Hasil Tahap selanjutnya adalah analyze untuk
big picture mapping diketahui bahwa kegiatan yang menggambarkan penyebab terjadinya kecatatan.
termasuk dalam value added sebesar 50%, non Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab
value added 30% dan necessary not valued added waiting adalah:
sebesar 20%. 1. Manusia (Petugas)
Penelitian ini menggunakan 7 jenis waste, a. Waktu yang diperlukan petugas untuk
yaitu: over production, defect, unnecessary mencari berkas status pasien di ruang status
inventory, inaprociate processing, excessive terlalu lama, karena berkas status pasien
transportation, waiting dan unnecessary motion. tidak dilengkapi dengan kodefikasi tertentu
Melalui kuisioner yang disebarkan pada petugas yang memudahkan pencarian.
layanan kesehatan, diketahui bahwa waste yang b. Pemisahan berkas status pasien pada meja
paling sering muncul sehingg menjadi prioritas tertentu, kondisi ini mengakibatkan besarnya
perbaikan adalah waiting. waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan
Hasil indentifikasi waste digunakan untuk berkas status pasien, akibatnya pasien tiba
merumuskan critical to quality (CTQ), dimana lebih dulu dipoli sedangkan berkas belum
CTQ untuk waiting adalah waktu menunggu sampai dipoli.
konsumen diloket pendaftaran, menunggu untuk c. Petugas pemeriksa tidak datang tepat waktu.
dilayani di poli dan menunggu di apotik.
Hasil interview menunjukkan bahwa 2. Metode
a.Keluhan yang berkaitan dengan waiting rata – a. Metode pencarian, pencatatan dan pemisahan
rata terjadi ± 40 keluhan per bulan, sehingga dilakukan secara manual dan terpisah
jumlah keluhan waiting tercatat 120 keluhan sehingga memperpanjang waktu proses.
untuk 3 bulan (Juni, Juli, Agustus). b. Belum ada metode pemberian kodefikasi yang
Data tersebut digunakan untuk menghitung spesifik untuk memudahkan pencarian berkas
kapabilitas proses (measure), sebagaimana tabel status pasien.
berikut ini: c. Tidak ada jalur khusus (rute) bagi petugas
Tabel 2 pengirim untuk mengirimkan berkas status
L Aktivitas Persamaan Hasil dari ruang berkas ke poli, yang terjadi rute
1 Proses - Waiting pengiriman sesuai keinginan petugas yang
2 Banyak - 120 sedang bertugas saat itu.
gangguan
3 Berapa banyak - 5 3. Mesin (peralatan)
keluhan yang a. Dalam melakukan pencarian berkas status
terselesaikan pasien, petugas tidak dilengkapi oleh peralatan
4 Tingkat (Langkah 3)/ 0,041667 tertentu, sehingga hasil pencarian
kecacatan (Langkah 2) digabungkan menjadi satu.
5 Tentukan Banyaknya 3 b. Belum ada dokumen standar waktu
banyaknya karakteristik penyelesaian proses pada masing – masing
CTQ CTQ bagian sebagai alat evaluasi pelayanan, misal
6 Hitung (Langkah 4)/ 0,013889 standar waktu penyiapan berkas pasien,
peluang (Langkah 5) standar waktu pemeriksaan, standar waktu
tingkat penyiapan obat dll.
kecacatan
7 Hitung (Langkah 6) 13889 4. Lingkungan
kemungkinan x 1.000.000 Ruang tunggu di poli dan apotik kurang nyaman
cacat per satu bagi pasien
juta Tahap improve dilakukan untuk memperbaiki
kesempatan kondisi sebagaimana yang dijelaskan pada tahap
8 Konversi Tabel 3,7 analyze. Pada penelitian ini, improve dilakukan
DPMO konversi dengan menggunakan metode 5W-1H yang terdiri
(Langkah 7) dari what (apa), why (mengapa), where (dimana),
ke nilai sigma when (kapan), who (siapa) dan how (bagaimana).
9 kesimpulan Nilai sigma 3,7 Hasil 5W-1H menunjukkan bahwa usulan
perbaikan untuk mengurangi waiting adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun berkas dengan kodefikasi yang Mariah dalam Asmuni (2008) menyebutkan
spesifik, misalkan menggunakan warna bahwa untuk mengefisiensikan waktu dalam
tertentu, memberikan keterangan pelayanan pasien adalah dengan penyederhanaan
tambahan pada rak, menghubungkan prosedur kerja terhadap kegiatan yang tidak
berkas dengan SIM RS. produktif. Meskipun saat ini belum ada standar
2. Petugas membawa tempat (keranjang) saat tentang waktu tunggu, tetapi akan lebih baik jika
mencari berkas, sehingga hasil pencarian layanan kesehatan (rumah sakit) dapat
dapat langsung dipisahkan menurut poli meminimalkan waktu tunggu sehingga pasien akan
tujuan. merasa puas, sebab pasien akan merasa kurang puas
3. Melakukan evaluasi pada petugas jika pasien harus antri lama di suatu layanan
berkaitan dengan tingkat kedatangan, jika kesehatan (Dhamanti, 2006).
perlu memberikan sangsi yang tegas. Hasil penelitian terhadap perhitungan nilai sigma
4. Membuat standar waktu pelayanan untuk pada layanan kesehatan di ketiga RSUD
masing – masing bagian. menunjukkan bahwa mutu layanan kesehatan
5. Melengkapi ruang tunggu pasien dengan berada pada sigma 3,8. Hasil penelitian ini tidak
TV, majalah atau koran untuk memberikan jauh berbeda dengan penilaian sigma yang
hiburan bagi pasien. dilakukan oleh Azizurrochmah, Hidayatullaili,
Tahap akhir six sigma adalah dengan 2008, yang menghasilkan nilai sigma 3,342 untuk
melakukan control management, yaitu dengan kualitas layanan di RSUD Dr Iskak Tulungagung
adanya pendokumentasian praktek – praktek dan level sigma 3,11 untuk sebuah rumah sakit di
standar berdasarkan hasil – hasil pengukuran yang Malang (Friyanto, 2012). Nilai tersebut
telah dilakukan, pelatihan dalam rangka menunjukkan bahwa kinerja bisnis pada layanan
implementasi praktek – praktek standar tersebut, kesehatan masih berada pada level 3 sigma,
dan melakukan pemantauan terhadap pencapaian sehingga harus dilakukan berbagai macam upaya
tingkat kepuasan konsumen sabagai tujuan utama peningkatan menuju level 6 sigma. Gaspersz dan
perusahaan. Fontana (2011) menjelaskan bahwa jika kinerja
Hasil penelitian searah dengan hasil penelitian bisnis berada pada level 3 sigma maka dibutuhkan
Anas, Abdullah (2008) yang menyatakan bahwa 21.000 kali peningkatan untuk menuju six sigma
ketanggapan petugas merupakan hakekat dasar atau dengan kata lain semakin tinggi kapabilitas
mutu layanan kesehatan dalam memenuhi mutu dan sigma maka semakin tinggi pula upaya
tuntutan para pemakai jasa layanan kesehatan yang peningkatannya agar mencapai keunggulan dan
apabila dipenuhi dapat menimbulkan rasa puas kesempurnaan. Untuk peningkatan dari 5 sigma
terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan, menjadi 6 sigma akan lebih tinggi dari pada upaya
sehingga meskipun hasil akhir (outcome) layanan peningkatan 4 sigma menjadi 5 sigma, juga lebih
kurang sesuai dengan harapan pasien, maka pasien tinggi daripada upaya peningkatan 3 sigma menjadi
masih dapat memahami dan tetap dapat merasakan 4 sigma.
kepuasan karena dilayani dengan sikap dan perilaku Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
yang menghargai perasaan dan martabat pasien. harus dilakukan berbagai macam perbaikan untuk
Lebih dari itu, Kepuasan konsumen terhadap mencapai level 6 sigma sehingga dapat
layanan kesehatan berakibat pada penurunan meningkatkan kepuasan pasien yang berkunjung ke
jumlah kunjungan pasien, karena tingkat kepuasan layanan kesehatan. Pada saat ini, diberbagai
pasien yang rendah mengakibatkan pasien tidak organisasi/ perusahaan penyedia layanan kesehatan
akan menggunakan jasa layanan kesehatan yang telah menjadikan pasien sebagai prioritas utama,
disediakan (Hafizurrachman, 2009). karena pasien merupakan konsumen yang harus
Senada dengan Zeithmal dan Binner dalam diperhatikan. Kondisi saat ini berbeda dengan
Sulikah,Mawarni, 2011 menyatakan bahwa untuk kondisi pada beberapa tahun yang lalu. Dimasa
pasar konsumen kesehatan masalah reputasi lalu, pasien akan tetap datang pada suatu tempat
kesehatan yang dituju pasien, reputasi dilihat dari layanan kesehatan meskipun tidak terpuaskan,
pengetahuan, ketrampilan dan kepercayaan pasien tetapi saat ini pasien mempunyai kebebasan dalam
terhadap tim pendukung institusi kesehatan. mengakses dan memiliki berbagai pilihan dimana
Dengan adanya petugas layanan kesehatan yang harus melakukan pengobatan, sehingga kualitas
mempunyai pengetahuan dan kompetensi maka layanan memegang peran penting untuk
dapat lebih pro aktif dalam memberikan solusi, mempengaruhi pilihan pasien (Bandyopadhyay,
saran dan arahan berkaitan dengan keluhan yang Coppens, 2005).
dihadapi pasien (Al Arifi, 2012). Perbaikan kualitas layanan kesehatan dapat
memberikan pengaruh dibeberapa aspek pada
Parasuraman, A., Berry, L., Zeithaml, V., (1985), Woodard, T., (2005), Addressing Variation in
Quality Counts in Service, Too, Business Hospital Quality : Is Six sigma The Answer?,
Horizons. Journal of Healthcare Management, Vol.50.
William, T., (2006), Lean Sigma, Circui Tree, Yang, Kai., (2005) Design For Six sigma For
Vol.19. Service, USA : The McGraw-Hill
Companies.Inc.
ABSTRAK
Dalam proses pembuatan semen dari bahan baku hingga menjadi semen yang siap pakai melalui
berbagai macam proses. Salah satunya adalah proses finish mill, tahap akhir dalam proses pembuatan semen
dengan menggunakan bola - bola baja (ball mill) agar diperoleh serbuk sangat halus ±100-300 µm. Pabrik
semen di Indonesia sampai saat ini masih import bola baja padahal kita sudah mampu membuat sendiri. Dengan
perkembangan teknologi saat ini maka dapat dilakukan peningkatan kualitas ball mill dengan penambahan krom
dan proses tempa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan krom dan tempa
terhadap sifat mekanik pada ball mill hasil pengecoran dengan bahan baku sekrap baja karbon rendah.
Bakal calon ball mill di cor dalam bentuk ellips dengan tiga variasi komposisi persentase krom. Bakal
calon ball mill di oven pada temperatur 1200oC ditahan 120 menit kemudian di tempa dengan mesin pres tempa
hidrolik kapasitas 20 ton dengan menggunakan dies tertutup sehingga ball mill ellips terdeformasi menjadi
bentuk bola. Untuk keperluan pengujian ball mill di belah menjadi dua, di mounting, di amplas, di autosol dan di
lakukan pengujian kekerasan, keausan dan struktur mikro.
Hasil pengujian menunjukan bahwa tempa menaikan kekerasan di tepi atau di permukaan ball mill
sekitar 19,95 - 26,12% lebih keras. Sedang di pusat 26,38 – 35,95% lebih keras. Ball mill kandungan Cr 6,67%
mempunyai kekerasan VHN 520,11 kg/mm2, kandungan Cr 8,38% kekerasan VHN 523,56 kg/mm2, kandungan
Cr 14,46% kekerasan 560,06 kg/mm2, dengan kandungan karbon antara 0,7 - 0,8%. Uji keausan menunjukan
kandungan Cr 6,67% mengalami pengurangan berat 29,49%, kandungan Cr 8,38% pengurangan berat 22,15%
dan kandungan Cr 14,46% pengurangan berat 9,62%. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukan bahwa
struktur terdiri dari ferit, perlit dan karbida krom.
Kata Kunci: benda coran bentuk ellips, pres tempa, ball mill, sifat mekanik
meningkat, inklusi terpecah-pecah dan tersebar atau hidrolik. Prinsip dari pres tempadisajikan pada
dalam logam, butir yang kasar dan butir yang Gambar 1.
berbentuk kolom di perhalus (Gupta, 2002) Pada proses press forging sebagian besar
energi dapat diserap oleh benda kerja sedang pada
TUJUAN PENELITIAN hammer forging sebagian energi di serap oleh
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui- landasan (anvil).Reduksi benda kerja jauh lebih
pengaruh penambahan krom dan pengaruh cepat, sehingga biaya produksi lebih rendah.
prestempa terhadap kekerasan, keausan dan Banyak bagian dengan bentuk yang tidak teratur
struktur mikro ball mill hasil pengecoran sekrap dan rumit dapat ditempa secara lebih ekonomis
baja karbon rendah. dengan mesin pres tempa. Persamaan untuk
menghitung gaya tekan tempa adalah P = σ×A
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN dengan P= gaya tekan, σ= tegangan luluh benda
TEORI kerja, A= luas penampang benda kerja.
Tinjauan pustaka
Pengaruh temperatur 1000oC, 1100oC dan
o
1200 C pada proses penempaan dinyatakan bahwa
kekerasan rata-rata tertinggi terjadi pada temperatur
1200oC (Setyadi, 2003). Prasetyo (2002)
melakukan perencanaan proses pembuatan ball mill
pada cement mill dengan proses forging. Bahan
ball mill dari baja karbon sedang AISI 1045
diperoleh kekerasan 58 HRc. Pada permukaan ball
mill mempunyai kekerasan lebih tinggi dibanding Gambar 1: Prinsip Pres Tempa
pada bagian pusat (kartika, dkk. 2007).
METODOLOGI PENELITIAN
Landasan Teori Bahan dan Alat
Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) Bahan dalam penelitian ini adalah sekrap baja
dengan karbon (C), kadar karbon dalam baja dapat karbon rendah sisa-sisa dari pembuatan pagar dan
mencapai maksimum 1,5% (Gupta, 2002). tralis, pasir silika, tetes tebu 3-5% dari berat pasir,
Disamping kedua unsur dalam baja terdapat pula semen portland 7% dari berat pasir, air 8% dari
unsur-unsur dalam jumlah kecil seperti mangan berat pasir, ferro krom 75%, arang tempurung
(Mn), silikon (Si), posfor (P), belerang (S). Selain kelapa. Komposisi kimia dari sekrap baja karbon
itu dapat mengandung unsur-unsur paduan seperti rendah disajikan oleh Tabel.1
krom (Cr), nikel (Ni), wolfram (W), molibden (Mo)
dan sebagainya bervariasi menurut kebutuhan. Tabel 1: Komposisi kimia sekrap baja karbon
Penggolongan baja karbon dibagi menjadi tiga rendah
macam yaitu: baja karbon rendah (C=0,07-0,30%), Fe C Si M Cr Mo Ni Cu
baja karbon menengah (C=0,30 – 0,80%) dan baja n
karbon tinggi (C = 0,80–1,5%) (Gupta, 2002). 99. 0.14 0.0 0.3 0.04 0.02 0.07 0.04
Efek dari paduan unsur krom adalah 1 5 2 2 5 1 4 7
membentuk karbida krom, sehingga kuat dan keras,
meningkatkan mampu keras, kekuatan tarik,
Gambar.2 menyajikan bahan baku pengecoran
ketangguhan dan ketahanan abrasi (Gupta, 2002).
terdiri sekrap baja karbon rendah, ferro krom dan
Tempa atauForging dilakukan pada daerah
arang tempurung kelapa.
diatas temperatur rekristalisasi logam yang akan
diproses. Temperatur pemanasan benda kerja diatas
0,6 × temperatur cair logam itu sendiri (Kalpakjian,
1984). Proses forging yang tidak sesuai seperti raw
material kurang, kesalahan penyetelan (bad setting)
akan menyebabkan produk menjadi cacat.Prinsip
dari penempaan tekan atau press forging adalah
dilakukan penekanan secara perlahan-lahan pada
benda kerja sampai menghasilkan aliran logam
yang uniform. Deformasi plastik logam melalui Gambar 2: Bahan Baku Pengecoran
penekanan berlangsung lambat, yang berbeda
dengan hammer forging atau drop forging yang Alat penelitian adalah tanur induksi kapasitas
berlangsung dengan cepat. Mesin press 40 kg, pola, ladel, rangka cetak, gerinda tangan,
forgingvertikal dapat digerakan secara mekanik kikir, tanggem, jangka sorong, timbangan digital,
mesin pres tempa, dies tertutup, pemanas (oven),
Pola Cetakan
Pada penelitian ini poladibuat dua macam
Gambar 6:Benda coran bentuk kotak
bentuk yaitu bentuk ellips untuk kandidat produk
ball millyang akan dibuat spesimen uji
Hasil uji komposisi kimia dengan spectrometer dari
kekerasan,visual struktur mikro dan bentuk kotak
masing-masing benda coran disajikan sebagai
untuk dibuat spesimen uji keausan. Pola bentuk
berikut:
ellips dan ukurannya disajikan pada Gambar .3,
sedangkan pola bentuk kotak dan ukurannya
Tabel 2: Komposisi kimia benda coran kode A
disajikan pada Gambar .4
Fe C Si Mn Mo Cr Ni S
90. 0.7 0.5 0.7 0.0 6.6 0.1 0.0
7 7 1 7 2 7 7 1
Pengujian
Pengujian kekerasan dilakukan dengan mesin
uji kekerasan VickersBuehler High Quality Micro
Hardness Tester modelMM 0054. Bebanpenekanan
200 gr dan waktu penekanan 10 detik. Posisi
pengujian dilakukan pada arah sumbu X dan sumbu
Gambar 7. Proses penempaan spesimen Y dari spesimen dengan jarak tiap titik pengujian 1
mm. Jumlah titik pengujian spesimen tidak di
tempa untuk sumbu X 32 titik dan sumbu Y 28 titik
sedangkan ball mill di tempa jumlah titik pengujian
28 titik.Gambar 9 menyajikan arah posisi titik
pengujian kekerasan.
Pengujian keausan dalam penelitian ini
(a) (b) menggunakan alat uji keausan Ogoshi High Speed
Gambar 8: (a) dies ellips, (b) dies balok Universal Wear Testing Machine (Type OAT-U).
Beban pengaus (P) yang dan gunakan 6,36 kg,
Mesin tempa menjadi hal yang penting pada proses tebalpengaus (B) = 3 mm, jari – jari pengaus (r) =
penempaan dibutuhkan gaya tekan dan kecepatan 13 mm serta jarak sliding (lo) = 2000 mm.
tekan yang sesuai. Namun karena keterbatasan alat Spesimen sebelum diuji ditimbang dulu kemudian
maka proses penempaan spesimen pada penelitian setelah diuji ditimbang lagi sehingga terjadi selisih
ini menggunakan mesin pres tempa hidrolik berat antara sebelum di uji dan sesudah di uji.
kapasitas 20 ton dengan penggerak manual tenaga Prinsip dari pengujian keausan abrasi di sajikan
manusia. Kelemahannya adalah gaya tekan dan pada Gambar 10.
kecepatan tekan tidak diukur secara tepat dengan Sb Y 0
alat ukur tekanan sehingga tekanan spesimen pada 1
proses penempaan dan kecepatan penekanan
kemungkinan bisa tidak sama. Sehingga sebagai
ukuran pada penelitian ini adalah pertemuan antara Sb X 14
dies atas dan dies bawah.
Pemanasan spesimen pada temperatur 1150-1200oC
dengan rate kenaikan temperatur 10oC per menit, 28
waktu penahanan 120 menit.Jarak ketinggian antara 29
dies atas dan dies bawah diatur sejauh 40 mm tiap 0 1…………16……….32 33
pengrepresan spesimen untuk bentuk ellips dan
jarak ketinggian 20 mm untuk pengepresan Gambar 9: Posisi titik pengujian
spesimen bentuk balok. Kecepatan pengepresan
spesimen berkisar antara 0.004-0.0026 meter/detik
untuk pengepresan spesimen ellips dan spesimen
balok. Waktu penahanan gaya tekan pengepresan
setiap spesimen selama 3 menit, waktu dihitung
mulai dari awal gaya tekan diberikan kemudian
gaya tekan di lepas. Waktu 3 menit spesimen sudah
berwarna hitam tidak membara, temperatur pada
spesimen turun cukup signifikan karena spesimen
kontak dengan dies dimana temperatur pada dies Gambar 10: Skema pengujian keausan abrasi
bertemperatur rendah. Kontak antara spesimen dan
dies bisa dikatakan sebagai proses quenching.Ball
Bekas goresan uji keausan pada spesimen
mill setelah ditempa mempunyai ukuran diameter
diukur dengan mikroskop.Spesimen uji kekerasan,
30 mm dan spesimen balok mempunyai ukuran
keausan dan struktur mikro baik yang tidak di
10×10×55 mm.
tempa dan yang di tempa di sajikan pada Gambar
Hasil pada penempaan menunjukan bahwa 11.
spesimen ellips dan spesimen balok mengalami
deformasi sampai celah dies atas dan dies bawah
berkisar 1 mm. Pada proses penempaan spesimen
mengalami oksidasi dengan udara, ini
mengakibatkan beberapa bagian luar pada spesimen
terjadi pengelupasan material akibat gaya tekan
Sp uji kekerasan
tidak di tempa
Sp uji kekerasan
di tempa
Sp uji keausan
tidak di tempa
Sp uji keausan
tidak di tempa
Gambar 11: Spesimen uji kekerasan, keausan dan Gambar 15: Nilai keausan abrasi
struktur mikro
Pengamatan visual struktur mikro dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN mikroskop pembesaran 160X, di etsa dengan HNO3
Hasil 5%. Pengamatan struktur mikro spesimen tidak di
Hasil pengujian kekerasan dari spesimen tidak tempa sebagai berikut:
di tempa dan spesimen di tempa kode A disajikan
pada Gambar 12, kode B disajikan pada Gambar
Ferit
13, dan kode C disajikan pada Gambar 14.
Perlit
Perlit
Karbida
krom
Karbida
krom Ferit
(a) (b)
Gambar 16: Struktur mikro SP A (a) Tepi, (b) Pusat
Ferit Ferit
Perlit Perlit
(a) (b)
Gambar 17: Struktur mikro SP B (a) Tepi, (b) Pusat
Ferit
Perlit
Ferit
Karbida Perlit
krom
Gambar 13: Nilai kekerasan spesimen kode B Karbida
krom
(a) (b)
Gambar 18: Struktur mikro SP C (a) Tepi, (b) Pusat
Pengamatan struktur mikro 266pecimen di
tempa sebagai berikut:
Perlit Perlit
Karbida Karbida
krom krom
ABSTRAK
Harga pakan ikan semakin hari semakin mahal, hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi para petani
tambak, disamping kendala alam yang harus dihadapi, misalnya musim kemarau yang panjang maupun air laut
rob (bagi petani tambak). Maka pembuatan pakan /palet ikan sendiri adalah salah satu usaha yang mungkin
dilakukan. Hal ini sudah dilakukan oleh para peternak bebek, dimana para peternak bebek menjadikan ikan
limbah (ikan yang tidak layak konsumsi) dijadikan sebagai pakan alternatif..Namun membuat palet ikan tidak
semudah membuat pakan bebek yang cukup mencincang ikan menjadi kecil-kecil dimana diperlukan ukuran
yang kecil, seragam serta mampu mengapung di air. Diharapkan penelitiaan ini akan menghasilkan mesin
produksi palet ikan yang baik. Baik dari sisi hasil produksinya maupun baik bagi operator yang mengopersikan
mesin tersebut.
Penelitiaan ini menggunakan data ergonomi berupa tinggi siku berdiri (TSB), panjang jangkauaan
tangan (PJT) dan lebar bahu (LB) dari mahasiswa teknik industri untuk merancang desain mesin.Sedangkan
untuk melihat kelayakan investasi menggunakan metode net present value (NPV) dan payback period (PBP).
Dengan panjang TSB 97,96 cm = 98 cm dan tinggi hopper mesin 21 cm maka tinggi stan mesin adalah
77 cm. Lebar yang dipakai adalah PJS = 43 cm dan lebar engkol mulut diukur dari hopper ke engkol jika
menggunakan tenaga manual adalah LB = 39,64 dikurangi panjang mesin hopper 26 cm, maka lebar dari mulut
hopper ke engkol pemutar adalah 13,64 cm. Mesin ini memiliki PBP 3 tahun dengan nilai NPV Rp. 881.989.
Analisis Data
a. Tes Keseragaman Data
1) Keseragaman Data Tinggi Siku
Dari tabel 4.2 dapat diketahui x rata-rata tinggi
siku adalah 101,125 sedangkan standar deviasi Gambar 4 Plot Keseragaman Data Lebar Bahu
tinggi siku adalah 1,91857266.maka nilai BKA dan Dari perhitungan keseragaman data, terlihat pada
BKB nya adalah: gambar secara umum masuk dalam batas control.
BKA = x + k. x Data yang tidak masuk dikeluarkan dari perhitungan
BKA = 101,125 + (2 x 1,9) = 104,99 kecukupan data.
b. Tes Kecukupan Data
Uji kecukupan data ditentukan menggunakan
X rata-rata = 101,13
rumus :
BKB = x - k. x
BKB= 101,125 -(2 x 1,9) = 97,26
d. Analisis Perancangan
Perancangan dilakukan berdasarkan metode-
metode perancangan produk yaitu dengan Gambar 7. Funtion Analysis (Transparant Box)
menggunakan metode rasional. Mesin Palet Ikan
1) Tahap klarifikasi tujuan
Tahap ini menggunakan metode Objectives Tree e. Tahap Penetapan Spesifikasi
(Gambar 4.4.) yang akan menjelaskan sasaran proses
perancangan mesin palet yang nyaman, Tahapan ini dibuat berdasarkan analisis data
perfomansinya baik, dan biaya murah. antropometri dan dipadukan dengan analisis
perancangan dandiperoleh data :
1) Ukuran tinggi alat
2) Tipe kontruksi
3) Kenyamanan Alat
4) Mobilitas alat
3) Uji Produksi
Uji ini disamping untuk mengetahui fungsi alat
berfungsi atau tidak, juga dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan alat memproduksi pada
waktu yang ditentukan. Hasil ujian ditampilkan pada
table berikut.
g. Analisis Investasi
Analisa investasi menggunakan metode Net
Present Value, dimana metode ini cukup baik dan
banyak digunakan untuk keperluan investasi .
(Sistemi, 1996), (Parker, 1997) dan (Sadelie, 2003).
Gambar Proyeksi Piktorial Karena nilai NPV= Rp. 881.898 >0 maka
Gambar 9. Mesin Palet Ikan investasi dinyatakan layak secara ekonomis.
ABSTRAK
Paduan Fe-Al-Mn merupakan kandidat baja tahan karat austenitik pengganti baja tahan karat
konvensional yang saat ini terus dikembangkan. Al sebagai pengganti Cr selain berfungsi sebagai penstabil ferit
memberikan efek penurunan densitas paduan yang cukup signifikan, sehingga paduan ini juga merupakan
kandidat baja ringan. Penelitian ini mempelajari pengaruh kadar Si terhadap sifat struktur mikro dan mekanik
paduan Fe-7,5Al-5Mn.
Proses peleburan dilakukan menggunakan dapur induksi frekwensi tinggi kapasitas 50 kg dengan
pelindung gas argon. Bahan baku peleburan adalah mild steel scrap, aluminium murni, Fe-Mn medium C, dan
Fe-C. Variasi kadar Si yang ditambahkan adalah 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Pengujian yang dilakukan adalah uji
struktur mikro dan uji mekanik.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa paduan Fe-7,5Al-5Mn berstruktur dupleks α/ɤ, dimana semakin
tinggi kadar Si struktur ferit (α) semakin luas. Kekuatan tarik paduan berkisar 61,78-69,56 MPa, regangan 20,8-
30,65%, kekerasan 220-230 VHN, harga impak 20-30 J dan densitas berkisar 6,9-7,2 kg/cm3 Semakin tinggi
kadar Si kekuatan tarik dan kekerasan semakin tinggi sedangkan harga impak dan densitas semakin menurun.
Kata kunci: paduan Fe-Al-Mn, baja ringan, struktur mikro dan sifat mekanik
0,5% Si
austenit
Metode Penelitian
Bahan baku peleburan menggunakan mild
steel scrap, Fe-Mn C medium, aluminium murni 1,5% Si
dan Ferro-karbon. Proses peleburan menggunakan
dapur induksi frekwensi tinggi kapasitas 50 kg ferit
dengan pelindung gas argon milik POLMAN
Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Coran dibuat dalam
bentuk ingot dengan ukuran 3cm x 3cm x 20cm.
Target komposisi yang akan dicapai adalah baja
dengan 7,5% Al, 5%Mn, dan C 0,6% dengan
variasi kadar Si 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Perhitungan austenit
komposisi dilakukan secara manual dengan
material balance. Coran berbentuk ingot paduan 50 m
Fe-Al-Mn-Si selanjutnya dipotong menggunakan
meta-cut dibentuk menjadi specimen uji struktur Gambar 4. Struktur mikro paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si
mikro diameter 14 mm tinggi 10 mm, specimen uji
tarik berdasarkan standar JIS Z 2201 No.7/8 Hasil pengujian struktur mikro (Gambar 4)
(ASTM E 8 M) specimen uji impak berdasarkan menunjukkan bahwa paduan Fe–7,5Al–5Mn-Sias
standar JIS Z 2242 (ASTM E23 Type A), cast mempunyai sturktur dupleks α/ɣ (ferit dan
specimen uji kekerasan dan spesimen uji densitas. austenite) dengan pola butiran fasa ferit melingkar
Foto struktur mikro dengan mikroskop optik merk mengelilingi butiran fasa austenit yang seragam.
Olympus milik Laboratorium Bahan Teknik Fasa kapa (ҡ) terlihat berwarna lebih gelap di
sekeliling fasa ferit. Fasa kapa adalah senyawa terjadi pada paduan dengan kadar Si 0,5% yaitu
intermetalik (Fe,Mn)3AlC. Munculnya fasa ganda sebesar 60J dengan kecenderungan semakin
pada tiga komposisi ini disebabkan kadar Al yang menurun dengan semakin tinggi kadar Si. Solid
hanya 7,5%, sedangkan menurut Baligidad dkk. solution Si menjadi penyebab fenomena penurunan
(2007) fasa paduan akan menjadi 100% feritik pada nilai impak pada kadar Si yang lebih tinggi. Pada
kadar Al di atas 10%. Kadar Mn yang masih kadar Si yang lebih rendah struktur didominasi oleh
tergolong rendah dan medium juga belum dapat austenite sedangkan pada kadar Si yang lebih tinggi
merubah struktur feritik menjadi austenit sempurna. struktur ferit lebih mendominasi akan tetapi
Menurut Frommeyer (2000) penambahan Mn 5– bersamaan dengan itu struktur kappa menjadi lebih
10% ke dalam sistim paduan Fe-Al-C membentuk banyak. Hal inilah yang menyebabkan walaupun
struktur duplex α/γ. struktur ferit mendominasi akan tetapi bertambah
Semakin meningkat kadar Si semakin besarnya jumlah fasa kappa memberikan efek yang
meningkat jumlah fasa ferit diiringi dengan lebih besar terhadap penurunan nilai impak paduan.
semakin berkurangnya luas fasa austenit. Menurut
Scheffler (1995), Si termasuk unsur yang tergolong
dalam Cr ekivalen yang berperanan sebagai 0,5% Si 1,0% Si 1,5% Si
penstabil fasa ferit (Gambar 1). 250 224,7
Menurut Honeycombe dan Badeshia (1995) 220 230
kemampuan Mn sebagai pembentuk dan penstabil 200
struktur austenit hanya separuhnya unsur Ni
sehingga diperlukan Mn dalam jumlah banyak 150
untuk dapat dicapai struktur austenit sempurna. 69,56
100
64,73 60 55
2. Sifat Mekanik Paduan Fe-Al-Mn 61,78 50
50 7,05
Tabel 1. menunjukkan sifat mekanik 6,9 7,2
paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si. Kekuatan tarik paduan 0
Fe-7,5Al-5Mn-Si berkisar 61,78-69,56 kg/mm2 dan Kekuatan Kekerasan Harga impak Densitas
regangan berkisar 20,8-30,65%. Kekuatan tarik tarik (VHN) (J) (kg/cm3)
paduan semakin meningkat dengan semakin (kg/mm2)
meningkatnya kadar Si sedangkan regangan Sifat Mekanik
semakin menurun. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Shackelford (1993) dimana penambahan unsur Gambar 5. Histogram sifat mekanik paduan Fe-
Si dalam baja yang akan membentuk larutan padat 7,5Al-5Mn-Si
dapat meningkatkan kekuatan secara cukup
signifikan. Peningkatan kadar Si menyebabkan
0,5% Si 1,0% Si 1,5% Si
peningkatan jumlah fasa ferit dalam baja. Kadar
Mn yang cukup tinggi, yang akan menyebabkan
pembentukan fasa kappa (К) di sekeliling fasa ferit
juga berperan terhadap peningkatan kekuatan
paduan.
Nilai kekerasan paduan berkisar 220-
230VHN, mempunyai karakteristik linier dengan
kekuatan tarik dimana semakin tinggi kekuatan
tarik paduan kekerasan paduan akan semakin besar.
Hal ini adalah fenomena umum yang terjadi pada Gambar 6. Permukaan patah specimen uji impak
baja.
Jika dilihat bentuk permukaan patah
Tabel 1.Sifat mekanik paduan Fe-7,5Al-5Mn specimen impak (Gambar 6) maka paduan Fe-
Kekuata Harg 7,5Al-5Mn-Si mempunyai karakteristik tangguh
Kadar n tarik a yang terbukti dengan nilai impak yang tinggi dan
Si (% (kg/mm2 Kekerasa impa Densitas permukaan patah yang menunjukkan adanya
berat) ) n (VHN) k (J) (kg/cm3) necking sebelum patah.
0,5 61,78 220,0 30 6,90 Pada Gambar 5 terlihat bahwa semua
paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si mempunyai densitas yang
1,5 64,73 224,7 25 7,05
lebih rendah dari baja konvensional yaitu berkisar
1,5 69,56 230,0 20 7,20 11,5-16,9% (6,9 – 7,2 g/cm3) dengan
kecenderungan semakin tinggi kadar Si densitas
Hasil uji impak Charpy paduan Fe-7,5Al- semakin rendah. Fenomena ini disebabkan
5Mn-Si terlihat pada Tabel 1. Nilai impak tertinggi
persentasi kadar Al dalam paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si Fontana, G.M., 1988, Corrosion Engineering, 3th
dimana Al merupakan logam yang sangat ringan ed., McGraw Hill Inc., Singapore.
dengan densitas 2,7 g/cm3 jauh di bawah densitas
Fe. Penurunan densitas merupakan salah satu aspek Frommeyer, 2000, Physical and Mechanical
yang sangat menguntungkan dimana penurunan Properties of Iron-Aluminium-(Mn-Si)
berat pada berbagai konstruksi akan meningkatkan Lightweight Steels, The 1999 ATS
efisiensi secara cukup signifikan (Frommeyer, International Steelmaking Conference, Paris.
2000). Peningkatan kadar Si yang mempunyai Sec.4.
densitas 2,3 juga menjadi penyebab penurunan Prakash, U. Buckley, R.A., Jones, H. and Sellars,
densitas, dimana semakin tinggi kadar Si densitas C.M., 1991, Structure and Properties of
semakin menurun. Ordered Intermetallics Based on the Fe-Al
System, ISIJ Int., vol 31, no. 10, 1113-1126.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Shackelford, J.F., 1992, Introduction to Material
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Science for Engineers, 3th ed., McMillan
Jendral Pendidikan Tinggi yang telah mendanai Publishing Company, New York.
penelitian ini melalui program penelitian Hibah
Bersaing. Honeycombe, R.W.K. dan Bhadeshia, H.K.D.,1995,
Steel Microstructure and Properties, 2nd ed.,
Edward Arnold, London.
DARTAR PUSTAKA
Avner, H.S., 1987, Introduction to Physical Huang, B.X., Wang, X.D., Rong,Y.H., Wang, L.,
Metallurgy, McGraw-Hill Inc., Singapure. and Jin, L., 2006, Mechanical Behavior and
Martensitic Transformation of an Fe-Al-Si-
Baligidad, R.G., Prakash, U., Ramakrishna Rao, V., Al-Nb Alloy, Materials Science and
Rao, P.K., and Ballal N.B., 1996, Effect of Engineering A, Vol. 438-440, p. 306-311.
Carbon Content on Mechanical Properties
of Electroslag Remelted Fe3Al Based Kobayashi, S., Zaefferer, S., Schneider, A., Raabe,
Intermetallic alloys, Vol. 36, No. 12, 1453- D., and Frommeyer, G., 2005, Optimisation
1458. of Precipitation for Controlling
Recrystallization of Wrought Fe3Al Based
Baligidad, R.G., Prakash, U., and Radha Krishna, Alloys, Intermetallics, 13, 1296-1303.
1998, Effect of Carbon Addition on
Structure and Mechanical Properties of Leslie, T., 1983, The Physical Metallurgi of Steels,
Electroslag Remelted Fe-20wt.%Al alloy, John Willey and Sons Inc., New York.
Vol. 249, No. 1-2, 97-102.
Sikka, V.K., Viswanathan, S., and McKamey, C.G.,
Chao, Y.C., and Liu, C.H., 2002, Effect of Mn 1993, in ‘Structural Intermetallic’, (ed. R.
Content on the Micristructure and Darolia et al.), Warrendale, PA, TMS. pp.
Mechanical Properties of Fe-10Al-xMn-1.0C 483-491
Alloy, Materials Transactions, Vol. 3, No. 10,
pp. 2635-2642. Tjong, S.C., 1986, Stress Corrosion Cracking
behavior of the duplex Fe-10Al-29Mn-0,4C
Davidson, R.M., DeBold, T. dan Johnson, M.J, alloy in 20% NaCl solution at 100oC, Journal
1988, Corrosion of Stainless Steel, dalam of Material Science, Vol. 21, Hal.: 1166-1170
ASM Handbook, Metals Park, Ohio
Wang, S., Zhang, H., dan Chen, S.J., 2000,
Environmentalchemistry.com,2008, Environmental, Experiment on Fe-Al-Mn Deoxidizing and
Chemistry & Hazardous Materials News, Alloying of Low-carbon Aluminium Killed
Careers & Resources, Periodic Table of Steel, Journal Iron Steel Vanadium Titanium,
Elements. Vol. 21, No. 4., hal. 44-49.
STUDI PENINGKATAN DAYA DAN TORSI DENGAN PEMASANGAN AIR TUBE PADA
SALURAN INTAKE MANIFOLD SEPEDA MOTOR DUA LANGKAH
Harjono
ABSTRAK
Pada sepeda motor penurunan unjuk kerja mesin terutama pada daya dan torsi mesin yang dihasilkan disebabkan
keausan komponen, penurunan unjuk kerja sistem pengapian, ataupun sistem bahan bakarnya. Pada penelitian ini dilakukan
modifikasi pada sistem bahan bakarnya yaitu dengan pemasangan tabung udara pada saluran intake manifold mesin sepeda
motor dua langkah.
Pemasangan tabung udara ini diharapkan dapat menampung sisa campuran udara bahan bakar yang tidak semua masuk
ke ruang pembilas pada proses langkah isap dan difungsikan sebagai supercharger atau tabung penguat untuk mendorong
campuran udara dan bahan bakar dari karburator yang masuk ke ruang bakar. Pamasangan tabung udara diharapkan
pembakaran lebih sempurna dan meningkatkan daya dan torsi mesin.
Tabung dibuat dari bahan pipa pralon PVC dengan ukuran yaitu 200 ml, 250 ml, 300 ml, 350 ml dan 400 ml. Alat yang
dipergunakan adalah sepeda motor dua langkah dengan volume silinder 100 cc. Pengujian sepeda motor dengan dynotest
inersia, hasil pengujian daya dan torsi diperoleh pada putaran mesin 3750 rpm sampai 6750 rpm. Tabung udara dengan
volume 250 ml untuk mesin sepeda motor dua langkah 100 cc menghasilkan peningkatan daya 25,7% dan peningkatan torsi
sebesar 22,1%.
Kata kunci : tabung udara, intake manifold, supercharger, daya dan torsi, karburator.
volume 250 ml memberikan pasokan campuran rerata 25,7% dan peningkatan torsi rerata
udara dan bahan bakar yang memadai agar 22,1%.
pembakaran yang terjadi lebih sempurna daya dan
torsi mesin meningkat dibanding dengan saluran DAFTAR PUSTAKA
intake manifold standart. Hal ini sesuai dengan Arismunandar Wiranto., 1988, Penggerak Mula
pernyataan Mowery (2007) yang menyatakan Motor Bakar Torak, edisi keempat, Bandung
bahwa Pemasangan boost bottle dapat memberi Horning, L., 2007, Porting Boost Bottle,
efek dan beberapa keuntungan, yaitu dapat http://www.2-stroke-porting.com/bbottle.htm
meningkatkan daya 10-40% akan tetapi Mathur M.L. and Sharma R.P. 1980, A course In
pemasangan yang tidak tepat dapat mengurangi Internal Combustion Engines, Dhanpat Rai
daya mesin. and Sons, Delhi
Mowery, 2007, Boost Botlle,
http://forums.everything2stroke.com/intake-
KESIMPULAN
mods/6510-boost-bottle.html
1. Tabung udara dapat berfungsi sebagai
Obert, O. F., 1973, Internal Combustion Engines
cadangan campuran udara dan bahan bakar
and Air Pollution, Harper & Row
yang akan masuk ke ruang bakar, dapat
Publishers, Inc., New York
meningkatkan massa campuran di dalam
Soeadgihardo S. dan Harjono, 2005, Pengaruh
intake manifold sehingga campuran udara dan
pengarah aliran pada intake manifold sepeda
bahan bakar lebih banyak dan pembakaran di
motor terhadap emisi gas buang, Laporan
dalam ruang bakar menjadi lebih sempurna.
Penelitian DPP FT UGM, Yogyakarta
2. Tabung spesimen dengan ukuran volume 250
Harjono dan Greg Sukartono 2009, Penambahan
ml untuk mesin sepeda motor dua langkah 100
tabung udara pada intake manifold sepeda
cc sangat memadai dalam penyediaan
motor 4 langkah terhadap daya dan torsi
campuran udara dan bahan bakar yang
mesin, Laporan Penelitian DPP FT UGM,
diperlukan dalam pembakaran di ruang bakar
Yogyakarta
sehingga dapat memperbaiki pembakaran,
yang ditunjukkan dengan peningkatan daya
Abstrak
Indonesia mempunyai potensi yang tinggi di bidang perikanan dan energi surya namun pemanfaatan potensi
masih belum optimal.Permasalahan yang paling fundamental dari sebuah perancangan sistemcold storage yang
menggunakan panel surya adalah manufacturing cost untuk sebuah sistem. Proses perhitungan manufacturing
cost sangat rumit sehingga tidak semua orang dapat mengetahui informasi mengenai manufacturing cost. Inovasi
teknologi informasi untuk meningkatkan potensi bidang perikanan dan optimalisasi energi terbarukan telah
dilakukan dengan pengembangan program pendukung keputusan.
Program pendukung keputusan dibuat dengan menggunakan program visual basic. Database program
pendukung keputusan dibuat dengan program MySQL.Model matematis yang digunakan untuk estimasi
manufacturing cost adalah regresi polinomial orde dua dan tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendukung keputusan telah dapat melakukan estimasi
manufacturing cost dalam perancangan cold storage menggunakan panel surya. Rata-rata kesalahan pada seluruh
range massa ikan sebesar sebesar 0,298 dengan standar deviasi sebesar 0,54. Rata-rata kesalahan paling rendah
sebesar 0,0073 dengan standar deviasi 0,072 berada pada range 100 kg – 400 kg. Rata-rata kesalahan tingkat
menengah berada pada range 500 kg –800 kg dan 900 kg – 1200 kg. Rata-rata kesalahan paling tingi terjadi pada
range 1300 kg – 1600 kg dengan nilai sebesar 0,76 dan standar deviasi sebesar 1,13. Nilai kesalahan masih
tinggi pada program pendukung keputusan sehingga diperlukan pengembangan dan perbaikan model untuk
mendapatkan nilai kesalahan yang lebih rendah.
Kata Kunci : Cold storage, panel surya, manufacturing cost, program pendukung keputusan
dengan :
x = Massa produk (kg)
y = Beban pendingin (kW)
Gambar 1. Hasil Desain Visual Program
Hasil perhitungan beban pendingin pada Pendukung Keputusan Input Massa Ikan
persamaan 1 digunakan untuk menghitung biaya
pembuatan.Biaya pembuatan pada program Cara kerja dari program adalah dengan mengisi
pendukung keputusan dihitung dengan massa ikan dengan range dari 100 kg hingga 2000
menggunakan tiga persamaan kg. (lihatgambar 2). Setelah itu, userakan memilih
polinomial(persamaan 2, 3 dan 4). pulau, provinsi dan kota yang akan dijadikan
sebagai tujuan pengiriman barang komponen sistem
Range beban pendingin 1,54 kW hingga 4,31 kW: cold storage dan panel surya (gambar 2).Barang
akan dikirim dari Jakarta ke seluruh provinsi di
y = 0,121x3 – 0,951x2 + 3,013x – 0,281 (2) Indonesia. Ketika proses input massa ikan atau
biaya investasi dan pemilihan tempat pengiriman
Range beban pendingin 4,74 kW hingga 8,32 kW : sudah selesai dilakukan maka user akan menekan
tombol submit untuk melakukan perhitungan
y = -0,189x3 + 3,612x2 – 22,12x + 49,34 (3) terhadap beban pendingin, biaya pembuatan, biaya
pengiriman, dan harga total. Spesifikasi komponen
Range beban pendingin 8,75 kW hingga 10,47 kW : sistem cold storage dan panel suryaakan muncul
pada tabel bagian bawah secara horizontal (gambar
y = 0,001x2 – 0,022x + 9,091 (4) 3).
dengan :
KESIMPULAN
3. Nilai kesalahan pada massa ikan 700 kg, 1100 kg Nugroho B., 2008. Panduan Lengkap Menguasai
dan 1600 kg masih tinggi sehingga masih Perintah SQL. Media Kita : Jakarta
memerlukan pengembangan model untuk
mendapatkan kesalahan yang lebih rendah. PLN. 2011.Statistik PLN. PT. PLN Persero
ABSTRACT
This research has been done to apply the Michelson interferometer on a tensile testing machine, which
will be used to measure the specimen strain. The purpose of this research was to measure elongation of the
specimens were given tensile load using a Michelson interferometer system has been made before.
Michelson interferometer works based on interference two light beams that different optical path. If
the specimen is subjected to tensile load until fracture, the specimen will experienced elongation, so that the
moveable mirror will also move to follow the movement of the test specimen. Elongation of the specimen at the
detector, resulting in an optical path of two different beam, so it will occur interference and produce frinji.
Results from of this research is the number of frinji generated when the specimen were given tensile load. Frinji
that captured by fotodetector, processed by interface of a signal conditioning circuit become a sine wave signal,
and a comparator circuit become a square wave signal. Then the square wave signal recorded on the PC. The
number of frinji and the elongation of the specimen can be derived by showing square wave signal and process
it using a microcontroller circuit.
Implementation of this research is conducted in two categories, namely by using the test specimen and
without specimen. In the testing without the specimen, measurements were made for crosshead movement to up
or down. The measurement results for the crosshead moves up, there is a difference between the results of the
measurement of interferometer system than measurement of extensometer of tensile testing machine, with a
standard deviation of 0.07. When the crosshead moves down, a standard deviation of 0.02. When mounted
specimens, the average of standard deviation being 0.08. These results indicate that at the time of the test
specimen installed, reduced measurement accuracy. The analysis for case is currently mounted specimen,
vibration of machines are becoming increasingly large. These vibrations propagate, so it would vibrate the
moveable mirror . Vibration of the moveable mirror affect the amount finji chopped, so causing different
measurements. Due to vibration, chopped frinji becomes increasingly large. Thus, the measured elongation
becomes larger than the measurement of the extensometer.
ini akan digunakan untuk pengukuran regangan macam alat ukur perubahan panjang seperti
pada alat ukur uji tarik yang mampu mengukur resistance strain gage, transduser piezoresistive
sampai pada orde mikrometer. Pengujian dilakukan [Doebelin, 1990]. Mengingat kemampuan
dengan benda uji aluminium dan baja karbon interferometer yang dapat mengukur sampai orde
rendah. mikrometer, maka interferometer ini akan
digunakan pada alat ukur uji tarik untuk menguji
RUMUSAN MASALAH bahan yang regangannya kecil seperti besi tuang.
Salah satu aplikasi interferometer Pengukuran perubahan panjang dengan
Michelson dapat digunakan untuk pengukuran interferometer dilakukan dengan mencacah
regangan benda uji pada alat ukur uji tarik, serta perubahan pola interferensi. Agar dihasilkan
mampu mengukur sampai pada orde mikrometer. pengukuran yang teliti, cepat dan terkontrol
Sampai sejauh mana ketelitian hasil pengukuran diperlukan sistim pencacah. Untuk itu dalam
sistem interferometer Michelson, dan penelitian ini akan dirancang sistim pengukuran
bagaimanakah pengaruh getaran terhadap hasil perubahan panjang dengan menggunakan
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan interferometer Michelson berbasis komputer. PC
sistem interferometer Michelson ini. sangat membantu dalam pelaksanaan pengukuran,
karena kemampuannya untuk mengkontrol, meng
TUJUAN PENELITIAN akuisisi data, mengolah data serta menyajikannya
Penelitian dilakukan dengan tujuan: secara cepat dan akurat.
Mengaplikasikan sistem interferometer Michelson Selama ini telah dilakukan penelitian
berbasis komputer pada mesin uji tarik untuk sistim akuisisi data menggunakan komputer pribadi
mengukur regangan benda uji. [Martanto, 2004]. Penggunan komputer juga telah
dilakukan penelitian untuk mengkontrol,
MANFAAT PENELITIAN mengambil dan mengolah data pada sistem
1. Sistem interferometer dengan sistem akuisisi interferometer Michelson [Kusairi et al., 2000] dan
data dapat dipakai untuk mengukur regangan sistim lainnya [Imron et al. 2002]. Akuisisi data
benda uji pada mesin uji tarik. interferometer Michelson untuk digunakan
2. Sistem interferometer dapat dipakai untuk pengukuran regangan pada alat ukur uji tarik
praktikum mahasiswa Prodi Teknik mesin. [Ronny et al, 2010]. Akuisisi data getaran dengan
menggunakan interferometer Michelson untuk
TINJAUAN PUSTAKA koreksi pengukuran regangan pada alat ukur uji
Dasar dari interferometer adalah gejala tarik [Budi Setyahandana et al, 2011].
interferensi cahaya. Interferometer telah banyak
dikembangkan sehingga dikenal berbagai macam LANDASAN TEORI
susunan seperti interferometer Michelson, Fabry Pada alat uji tarik, suatu bahan yang akan
Perot, Mach Zehnder, Twyman Green. Penggunaan diuji berupa batang dengan panjang l0 diklem pada
interferometer ini tidak terbatas pada bidang Fisika kedua ujungnya. Kemudian batang tersebut ditarik
tetapi juga telah mencakup bidang terapan. dengan gaya F seperti pada Gambar 1 di bawah.
Pada interferometer Michelson, Karena pengaruh gaya bahan tersebut akan
interferensi cahaya dihasilkan dari dua berkas terdeformasi dan mengalami perubahan panjang
cahaya dengan lintasan yang berbeda. Perubahan sebesar Δl.
lintasan optis (atau besaran lain yang terkait dengan
panjang dan indeks bias) akan mempengaruhi pola
interferensi. Pengukuran besaran-besaran tersebut
dapat dilakukan pada orde panjang gelombang
cahaya yang digunakan; dengan ketelitian sampai l lo +
pada orde pico meter [Lawall dan Kessler, 2000].
Inteferometer Michelson telah diterapkan pada
o Δl
berbagai pengukuran diantaranya: pengamatan
keadaan permukaan [Kandpal et.al, 2000],
pengamatan getaran sebagai frequency meter dan F
amplitudometer [Laszlo T dan Laszlo M, 1997].
Pada alat ukur uji tarik, suatu bahan ditarik
dengan gaya sehingga mengalami perubahan
panjang. Pada penarikan dari suatu pengujian Gambar 1. Gambar sebeleh kiri menunjukkan sebelum
bahan, perubahan panjang bahan yang terjadi bahan diberi gaya mempunyai panjang l0. Gambar
sangat kecil, karena itu diperlukan alat ukur yang sebelah kanan menunju kan bahan yang dikenai gaya
sangat sensitif. Selama ini telah dikenal berbagai sebesar F, sehingga panjangnya menjadi l0 + Δl
pemutar gerakan ke kiri/kanan dan pemutar terang. Untuk menjamin hasil pola gelap terang
gerakan ke atas/bawah pada cermin tetap. yang baik, penempatan cermin gerak harus pada
bagian yang benar-benar rigid atau kuat
Data Hasil Akuisisi sehingga pengaruh getaran dapat dikurangi, dan
Dari tabel hasil penelitian diperoleh bahwa : pola gelap terang yang dihasilkan akan baik.
a. Dari tabel 1, nampak bahwa semakin panjang c. Untuk memperoleh pola gelap terang, prosedur
pergerakan crosshead akan membawa akibat penempatan berkas cahaya seperti pada
semakin tingginya standard deviasi. Hal ini pembahasan no. 2.2 diatas harus diikuti, agar
berarti terjadi ketidaksesuaian makin besar pola gelap terang mudah diperoleh.
antara hasil pengukuran ekstensometer d. Akuisisi data cacah frinji dapat dilakukan
dibanding sistem interferometer. Secara ekstrim dengan menangkap intensitas frinji oleh
bahkan terjadi perbedaan yang cukup mencolok fotodetektor dan mengkonversikan menjadi
antara data pergerakan crosshead di bawah 9 sinyal gelombang sinus dan sinyal gelombang
mm dan di atas 9 mm. Perbedaan terletak pada kotak oleh interface rangkaian elektronika
standard deviasi yang semula memiliki nilai pengolah sinyal dan rangkaian elektronika
rerata 0,03 (0,65%) menjadi 0,23 (1,79%). Hal komparator, serta meng konversikannya
ini konsisten terjadi pada data tabel 2, dimana menjadi jumlah frinji dan pergeseran atau
gerakan crosshead turun ke bawah sampai pada pertambahan panjang benda uji oleh interface
batas di bawah 9 mm. Rerata standard deviasi rangkaian mikrokontroler.
yang muncul pada saat crosshead turun tanpa
beban adalah 0,02 (0,37%). Dari hasil ini,
penulis merekomendasikan tingkat kepresisian DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi (kurang dari 1%) diperoleh pada
Budi Setyahandana, Martanto, Ronny Dwi
pengukuran gerakan (displacement) maksimal 9
Agusulistyo, 2011, Akuisisi Data Getaran dengan
mm. Tabel 3 adalah data pengukuran
Menggunakan Interferometer Michelson untuk
displacement dengan menggunakan benda uji
Koreksi Pengukuran Regangan pada Alat Ukur Uji
baja karbon rendah berbentuk batang. Nampak
Tarik, Seminar Nasional Rekayasa Teknologi
bahwa rerata deviasinya sebesar 0,08 (0,72%).
Industri dan Informasi ke 6, 17 Des-11, ISSN :
Dari besarnya simpangan yang kurang dari 1%
1907-5995
ini, sistem dapat diandaikan bekerja dengan
baik untuk melakukan pengukuran. Doebelin, E.O., 1990, Measurement Systems
b. Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat benda Application and Design, New York, McGraw-Hill.
uji terpasang, akurasi pengukurannya
Imron, Istiyanto, J.E., Setio Utomo, A.B., 2002,
berkurang. Ini disebabkan getaran mesin
Rancang Bangun Piranti Terkomputersasi untuk
menjadi semakin besar. Getaran ini merambat,
Mengukur Intensitas Cahaya, Jurnal Fisika
sehingga cermin gerak akan bergetar. Getaran
dari cermin gerak mempengaruhi jumlah finji Indonesia.
yang dicacah, sehingga menyebabkan Kandpal, H.C., Mehta, D.S., Vaishya, J.S., 2000,
pengukuran yang berbeda. Karena getaran, frinji Simple Methods for Measurement of Surface
yang dicacah menjadi semakin besar. Dengan Roughness Using Spectral Interferometry, Optics
demikian, perubahan panjang yang diukur and Laser in Engineering, Vol 34.
sistem interferometer Michelson menjadi lebih
besar dari pengukuran extensometer tersebut. Kloos, G., 1996, Design of a Michelson
Interferometer for the Measurement of Electrostatic
KESIMPULAN Strains, Optics and Laser Technology, Vol:28.no:
Setelah melakukan aplikasi sistem 6.
interferometer Michelson pada mesin uji tarik serta Kusairi, S., Istiyanto, J.E., Setio Utomo, A.B. 2000.
melakukan pengamatan dengan menggunakan Otomatisasi Sistim Interferometer Michelson
benda uji aluminium dan baja karbon rendah, Berbasis PC. Jurnal Fisika vol 3 no 1.
peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut : Laszlo, T., Laszlo, M., 1997, A Simple and
a. Untuk menjamin berkas cahaya pada sistem Accurate Contactless Frequency and Amplitude
inferometer Michelson lintasannya presisi, Meter, Rev. Sci. Instrum, Vol 68. no 2.
maka dudukan-dudukan lensa, beam splitter, Lawall, J., Kessler, E. 2000, Michelson
cermin tetap, cermin gerak, cermin pembelok Interferometry with 10 pm Accuracy, Rev. Sci.
arah dan detektor harus pada posisi yang tepat. Instrum. Vol 71 no 7.
b. Gerakan cermin gerak yang ditempelkan pada
benda uji mempengaruhi hasil pola gelap
Martanto. 2004, Sistim Akuisisi Data Tegangan Tabel 3. Pengujian interferometer Michelson dengan Benda
Uji
jala-jala menggunakan Komputer Pribadi, Seminar
Nasional Pemanfaatan Teknologi Informasi pada
Dunia Pendidikan Tinggi, 27 Mei-04, ISBN : 979- PERGESERAN PERGESERAN HASIL
97781-1-5 HASIL SISTEM CACAH STANDARD
NO
EKSTENSOMET INTERFEROMETER FRINJI DEVIASI
Ronny Dwi Agusulistyo, Martanto, Sri Agustini ER (mm) (mm)
Sulandari, 2010, Akuisisi Data Interferometer
1 9,0369 9,0000 28598 0,02609
Michelson untuk Digunakan Pengukuran Regangan
Pada Alat Ukur Uji Tarik, Seminar Nasional 2 10,5064 10,5000 33248 0,00450
Pemanfaatan Informasi Menuju Masyarakat 3 10,6258 10,5000 33626 0,08897
Bermatabat, 28 Oktober-10,ISBN : 978-979-1086- 4 10,6227 10,9000 33616 0,19611
61-9 5 11,3678 11,5000 35974 0,09349
6 11,7919 11,5500 37316 0,17102
LAMPIRAN 7 11,5511 11,6000 36554 0,03461
8 13,8212 13,8500 43738 0,02036
Tabel 1. Crosshead mesin uji tarik digerakkan naik 9 14,1505 14,0000 44780 0,10641
PERGESERAN PERGESERAN
HASIL HASIL SISTEM CACAH STANDARD
NO
EKSTENSOMET INTERFEROMET FRINJI DEVIASI
ER (mm) ER (mm)
1 2,05 2,06 6504 0,01
2 3,05 3,08 9742 0,02
3 4,05 4,08 12898 0,02
4 6,10 6,16 19464 0,04
5 7,10 7,17 22654 0,05
6 9,00 9,09 28734 0,06
7 10,50 10,13 32024 0,26
8 15,50 15,21 48062 0,21
RATA-RATA
STANDARD DEVIASI 0,07
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perubahan ukuran diameter header knalpot terhadap
konsumsi bahan bakar dan akselerasi kendaraan pada motor 4 tak dengan silinder tunggal kapasitas silinder 110
cc.
Populasi penelitian ini adalah semua sepeda motor dengan silinder tunggal kapasitas volume silinder 100 cc
sampai dengan 110 cc proses kerja 4 tak. Sedangkan sampel yang digunakan adalah sepeda motor merk Suzuki
type Smash, karena sesuai dengan populasi yang digunakan. Data diambil dengan cara merubah-rubah diameter
header knalpot dengan ukuran 20 mm, 24 mm dan 26 mm dengan panjang header knalpot dikontrol sama.
Instrument yang dipakai ada 2 macam yaitu untuk mengambil data konsumsi bahan bakar digunakan gelas ukur,
tachometer, stopwatch. Pengukuran untuk mengambil data dilakukan 4 kali dengan waktu 1 menit pada tiap-tiap diameter
header knalpot.Sedangkan untuk mengambil data akselerasi digunakan alat stopwatch dan meteran.Pengukuran untuk
mengabil data dilakukan 4 kali dengan jarak lintasan 400 meter.Sedangkan hasil pengumpulan data dianalisa dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada diameter header knalpot ketiga ukuran diameter header knalpot diatas
terdapat efek perubahan diameter header knalpot terhadap konsumsi bahan bakar, dimana semakin besar diameter header
knalpot semakin boros pemakaian bahan bakar.Sedangkan semakin kecil diameter semakin hemat pemakaian bahan
bakar.Efek diameter header knalpot terhadap akselerasi kendaraan didapatkan bahwa untuk diameter header knalpot yang
kecil dan besar memberikan efek buruk pada akselerasi kendaraan, dan terdapat ukuran tertentu pada diameter header knalpot
yang memberikan efek akselerasi yang baik yaitu diameter header 24 mm.
masalah proses kerja mesin itu sendiri. Sedangkan Efek diameter header yang dimaksud adalah
header sendiri merupakan saluran gas buang yang ukuran-ukuran diameter header knalpot berbagai
berfungsi untuk menahan dan menyalurkan tekanan variasi ukuran yang akan diujicobakan untuk dapat
pembakaran saat terjadi pembuangan. mengkaji data pengaruhnya terhadap tenaga mesin,
Ukuran diameter header yang salah akan akselerasi dan konsumsi bahan bakar.
berakibat menurunnya tenaga mesin, torsi, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji:
akselerasi dan boros konsumsi bahan bakar. Bila 1. Pengaruh efek besarnya diameter header knalpot
ukuran pipa header terlalu kecil maka akan terhadap akselerasi kendaraan pada sepeda
membuat aliran gas buang sulit keluar sehingga motor 4 tak.
akan terjadi back pressure (tekanan balik), yang 2. Pengaruh efek diameter header knalpot terhadap
pada akhirnya akan menyebabkan gas buang yang konsumsi pada sepeda motor 4 tak.
harusnya terbuang malah akan masuk lagi kedalam
silinder. Apabila gas buang masuk ke silinder akan METODE
berakibat campuran bahan bakar didalam silinder 3. Proses Kerja Mesin dan Diagram Katup
tercampur dengan gas bekas pembakaran yang pada Pada Mesin 4 Tak
akhirnya berakibat tidak sempurna pembakaran dan
kerusakan mesin. Sedangkan apabila diameter Motor atau mesin adalah suatu alat yang
header terlalu besar akan berakibat penurunan berfungsi untuk merubah energi panas menjadi
tekanan saat pembuangan, seperti dijelaskan di energi gerak. Energi panas itu berasal dari
depan bahwa penurunan tekanan akan berakibat proses pembakaran yang ada di dalam mesin.
penurunan daya mesin. Dari sini sudah jelas bahwa Untuk melakukan proses pembakaran, mesin
terdapat hubungan matematis antara besarnya harus melakukan empat tahap atau langkah, baik
diameter header knalpot terhadap tenaga mesin, 4 tak maupun 2 tak. Ke-empat langkah itu
torsi dan konsumsi bahan bakar. Namun demikian adalah sperti gambar dibawah ini:
kajian tentang ukuran diameter yang sesuai sampai
saat ini masih belum banyak diteliti. Padahal hal ini
bila ditemukan akan berakibat pada efisiensi pada
kendaraan dimana tenaga dan torsi yang dihasilkan
akan besar serta bahan bakar akan hemat.
Efek antara diameter header knalpot dengan
naiknya tenaga mesin dan keiritan bahan bakar
sangat perlu untuk dikaji karena dapat
dipergunakan untuk keperluan optimasi dalam
meningkatkan tenaga mesin. Optimasi disini
maksudnya adalah mencari kondisi yang maksimal Gambar 01. Prinsip Kerja Motor 4 Langkah
antara diameter header knalpot, agar diperoleh (Bosch: 1996, 375)
tenaga mesin, torsi dan keiritan bahan bakar yang
baik. Sedangkan untuk mendapatkan suatu Pada motor 4 langkah ada diagram
konstruksi yang ideal pada suatu knalpot/saluran pembukaan dan penutupan katup. Waktu
gas buang terutama pada headernya (pipa saluran) pembukaan dan penutupan katup isap dan katup
perlu diadakan eksperiment sejauh mana buang dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
pengaruhnya terhadap tenaga mesin. Pengaturan
diameter header (pipa saluran) suatu knalpot pada
kendaraan sangat berpengaruh terhadap aliran gas KATUP
buang. Oleh karena itu masalah ini harus segera MASUK TMA KATUP
BUANG
dikaji untuk diketahui jawabannya sehingga model- TERBUKA
TERTUTUP
12° LANGKAH
model modifikasi yang sekarang lagi banyak dapat LANGKAH 13°
HISAP
KOMPRESI
diketahui efek yang ditimbulkannya pada mesin
kendaraannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
masalah yang akan dipecahkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh efek besarnya LANGKAH
BUANG LANGKAH
diameter header knalpot terhadap akselerasi PEMBAKARAN
kendaraan pada sepeda motor 4 tak. KATUP KATUP
MASUK TMB BUANG
2. seberapabesarpengaruh efek diameter header TERTUTUP TERBUKA 51°
knalpot terhadap konsumsi pada sepeda motor 4 44°
Gambar 02.Diagram Katup Pada Motor 4 tak
tak. (Pedoman Service Suzuki Smash: 2002)
Hasil kerja katup tersebut terdapat overlap maka akan terjadi tekanan balik (back pressure)
katup. Overlap katup adalah kondisi katup yang menyebabkan gas sisa pembakaran masuk
masuk dan katup buang sama-sama dalam lagi ke ruang bakar yang pada akhirnya
keadaan terbuka. Overlap katup pada motor 4 mempengaruhi efisiensi volumetric mesin
langkah pada dasarnya sama dengan langkah sehingga tenaga mesin menurun.
pembilasan pada motor 2 langkah. Fungsi Adanya hambatan dan tekanan balik ini
overlap katup ini adalah untuk membersihkan akan menyebabkan aliran gas buang tidak
sisa-sisa pembakaran agar ruangan di dalam lancar. Akibatnya akan mempengaruhi
silinder terisi gas baru secara homogen. hilangnya tekanan total yang akan keluar pada
Langkah pembilasan yang kurang baik waktu proses pembakaran. Keadaan yang
diakibatkan oleh kurang lancarnya gas buang demikian ini akan menyebabkan kondisi proses
yang keluar.Hal tersebut menyebabkan gas pembuangan yang lambat dan tidak stabil
buang yang seharusnya keluar dari dalam karena gesekan yang terlalu besar. Selanjutnya
silinder akan masuk lagi dan ini yang disebut akan berakibat terjadinya penurunan pada
dengan “tekanan balik”. Akibatnya campuran tenaga mesin.
bahan bakar yang terjadi di dalam silinder tidak Berdasarkan kerangka berpikir di atas
akan homogen, dimana gas baru tercampur dapat diduga bahwa besarnya diameter header
dengan sisa gas buang sehinggga atom-atom knalpot berpengaruh terhadap tenaga mesin.
dan partikel yang tercampur menjadi tidak Dalam hal ini kalau diameternya kecil maka
sempurna lagi yang menyebabkan tenaga mesin tenaga mesin akan turun karena terjadi tekanan
menjadi turun. balik demikian juga jika diameternya terlalau
besar maka akan menyebabkan kerugian
4. Gelombang Tekanan Gas Buang dan Kerugian tekanan. Berdasarkan pernyataan tersebut
Daya Mesin penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
Gelombang tekanan yang dimaksud di sini diameter optimal dari header knalpot yang dapat
adalah perubahan tekanan suara tiba-tiba dalam mempengaruhi tenaga mesin.
instalansi dimana kecepatan aliran berubah Kendaraan yang menggunakan knalpot
mendadak yang disebabkan oleh pemasukan berdiameter header besar dan atau terlalu kecil
aliran udara dengan cepat (Thomas Krist: 159). selain menjadikan tenaga mesin turun juga akan
Frekuensi gelombang tekanan ditentukan oleh menyebabkan pemakaian bahan bakar yang
panjang dan ukuran besar diameter dan boros. Hal ini disebabkan pada saat katup
halusnya pipa gas buang sampai daerah overlap yang mana seharusnya gas sisa
ekspansi pertamanya. Penting sekali pembakaran keluar dengan lancer maka akan
menentukan daerah dan panjang pipa agar terjadi hambatan. Sehingga sisa gas buang yang
gelombang tekanan negatif sampai pada lubang seharusnya keluar akan tetap berada di dalam
pengeluaran selama periode terakhir dari silinder. Kalau hal ini terjadi maka campuran
langkah pengeluaran untuk menyedot sisa gas udara dan bahan bakar di dalam silinder tidak
buang. akan tercampur dengan baik, sisa gas yang
Sifat gelombang tekanan ini sama dengan seharusnya keluar akan ikut campur dengan gas
gelombang suara yang merambat pada sebuah baru sehingga dapat diduga tenaga mesin turun
pipa. Kecepatan rambat gelombang tersebut dan pemakaian bahan bakar akan boros.
ditentukan oleh temperature dan tekanan gas Bahan bakar boros ini diakibatkan karena
yang terbuang. Kecepatannya sekitar 510,54 campuran yang seharusnya homogen tidak
m/det pada gas panas (Graham Bell:17). terjadi sehingga pembakaran tidak mecapai titik
Disamping gelombang tekanan yang maksimal. Kalau ini dibiarkan akan
mempengaruhi dalam aliran gas buang tersebut mengakibatkan konsumsi bahan bakar yang
ada beberapa komponen yang sangat sangat boros. Kerangka berfikir di atas dapat
berpengaruh terhadap aliran gas buang, ditarik kesimpulan bahwa semakin kecil
diantaranya adalahvolume gas, dan penurunan diameter akan menyebabkan konsumsi bahan
tekanan. bakar boros karena tekanan balik dan semakin
besar diameter akan mengakibatkan kerugian
5. Efek antara Diameter Header Knalpot dengan tekanan yang pada akhirnya konsumsi bahan
Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar bakar akan boros juga. Jadi terdapat diameter
Pada saluran pembungan kendaraan, gas tertentu yang paling optimal yang
yang keluar akan mengalami hambatan- mempengaruhi konsumsi bahan bakar.
hambatan. Semakin besar diameter header Penelitian ini pada prinsipnya adalah
knalpot tersebut maka akan semakin besar pula penelitian eksperimen dimana ingin melihat
hambatan yang akan terjadi. Demikian juga efek yang ditimbulkan pada masing-masing
kalau diameter header tersebut terlalu kecil variabel. Variabel yang dimaksud adalah
12,3
lancarnya aliran gas buang sehingga akan yang memberikan hasil terbaik yaitu ukuran
berakibat pada efek tekanan baik yang besar, diameter 24 mm.
tekanan balik yang besar akan mengaibatkan gas
buang yang seharusnya tebuang kembali lagi DAFTAR PUSTAKA
kesilinder sehingga akan mempengaruhi
pembakaran, campuran bahan bakar yang A Graham Bell, 1981, “Four Stroke
tercemar berakibat pada tidak homogen sehingga Tuning”. Maitland New South
bahan bakar menjadi boros. Wales
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
perubahan diameter header knalpot dapat Bosch, 1996, “ Automotive Handboo,’’.
memberikan efek pada akselerasi kendaraan, hal Robert Bosch gmbH, Stuttgart.
ini dapat dilihat dari data yang sudah dicantumkan
diatas.Diameter header knalpot yang kecil dan Faisal S. Dasuki, 1977, “ Honda Motor
yang paling besar memberikan efek akselerasi Bakar Bensin,”. PT. Astra
yang lambat. Sedangkan knalpot standartnya International Inc. Jakarta
memberikan efek akselerasi lebih lambat.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Goodheart-Willcox, 1972, “Automotive
bahwa diameter header knalpot yang kecil dan encyclopedia,”. South Holland,
besar memberikan efek buruk pada akselerasi Illinois
kendaraan, dan terdapat ukuran tertentu pada
diameter header knalpot yang memberikan efek Ibnu Sambodo, , 2008,” Rancangan Desain
akselerasi yang baik yaitu diameter header 24 Knalpot Pada Motor Road Race”,
mm. Hal ini kalau sejalan dengan pendapat Hasil Penelitian, Yogyakarta.
(Thomas Krist ; 1990) bahwa penurunan tekanan
pada gelombang suara pada suatu pipa Nakoela Soenarta and Shoichi Furuhama,
dipengaruhi oleh panjang pipa dan diameter pipa. 1985, “ Motor Serba Guna”, PT.
Semakin besar diameter pipa semakin besar Pradnya Paramitha. Jakarta
penurunan tekanan sehingga akan mengakibatkan
hilangnya tekanan pada langkah pembilasan yang Thomas Krist, 1992, “ Mekanika Fluida”.
berakibat pada penurunan akselerasi kendaraan. Erlangga.
Diameter header semakin kecil juga Jakarta
mengaibatkan akselerasi lambat hal ini dapat
dilihat dari tabel data dimana semakin kecil ---------------, 1993, “Majalah Motor dan
diameter header akan mengaibatkan kurang Mobil no IX/9-22 Agustus 1993”.
lancarnya aliran gas buang sehingga akan Jakarta
berakibat pada efek tekanan baik yang besar,
tekanan balik yang besar akan mengaibatkan gas
buang yang seharusnya tebuang kembali lagi
kesilinder sehingga akan mempengaruhi
pembakaran, campuran bahan bakar yang
tercemar berakibat pada tidak homogen sehingga
akselerasi menjadi lambat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas
secara mendalam didepan, maka penelitian ini
menyimpulkan sebagai berikut
1. Terdapat efek yang nyata antara besarnya
diameter header knalpot dengan konsumsi
bahan bakar dimana semakin besar diamater
header knalpot semakin banyak konsumsi
bahan bakar yang diperlukan (boros)
2. Besarnya diameter header knalpot terhadap
akselerasi kendaraan memberikan efek yang
tidak linier dimana diameter header yang
kecil akselerasi kendaraan menjadi lambat
demikian juga pada diameter header yang
besar. Pada kecepatan akselerasi kendaraan
terdapat ukuran diameter header tertentu
ABSTRAK
Jalur lintasan kendaraan pengangkut sampah di lingkungan Perumahan Dosen UGM Sekip melalui jalan-jalan
berputar-putar dan beberapa ruas jalan dilewati berulang, yang menjadi penyebab borosnya penggunaan minyak
solar kendaraan tersebut. Ini menjadi biaya tambahan yang seharusnya tidak perlu jika lintasan yang dilalui
adalah lintasan terpendek yang melewati semua rumah.
Jalur lintasan terpendek yang melewati semua rumah dapat dicari menggunakan TSP (Traveling Salesman
Problem) menggunakan algoritma semut AS (Ant System). Jalur-jalur tersebut dibuat simulasi menggunakan alat
bantu software kemudian dibandingkan dengan jalur sebenarnya yang digunakan kendaraan pengangkut sampah.
Hasil simulasi merupakan usulan jalur terpendek yang mungkin dilewati oleh petugas kebersihan sampah di
lingkungan Perumahan Dosen UGM Sekip, sehingga dengan lintasan terpendek tersebut penggunaan bahan
bakar fosil pada kendaraan pengangkut sampah dapat lebih optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AS mampu menemukan jalur terpendek tanpa adanya pengulangan
kunjungan pada suatu ruas, tetapi mempunyai kelemahan adanya jalan pada kondisi sebenarnya yang tidak bisa
dilewati tetap dilewati.
Kata kunci: TSP, algoritma semut, Ant System, kendaraan pengangkut sampah
yang akan digunakan untuk mensimulasikan jalur Prinsip dari ACO adalah semut selalu
jalan yang mungkin dilewati oleh truk pengangkut meninggalkan suatu zat kimia khusus (feromon)
sampah dengan bantuan algoritma semut. Hasil pada jalur yang dilewatinya selama melakukan
yang didapatkan oleh AS dibandingkan dengan perjalanan. Feromon yang ditinggalkan pada tempat
kondisi riil. Hasil akhir adalah berupa saran untuk yang dilewati oleh semut ini menjadi pemandu bagi
melewati lintasan yang lebih pendek, sehingga semut-semut lain dalam melakukan perjalanan.
penggunaan minyak solar sebagai bahan bakar Semakin banyak semut yang melewati jalur
kendaraan pengangkut sampah menjadi lebih tersebut maka jumlah feromon juga akan semakin
efisien. banyak, sehingga kemungkinan semut-semut lain
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan mengikuti jalur tersebut akan semakin besar.
adalah sebagai berikut: Selanjutnya feromon yang ditinggalkan oleh semut
a. Melakukan pengamatan kondisi sebenarnya. pada suatu jalur akan mengalami penguapan seiring
b. Menentukan titik-titik koordinat ruas jalan yang dengan berjalannya waktu.
dilalui truk pengangkut sampah.
c. Membuat program dalam bentuk .m file sesuai
dengan AS.
d. Menjalankan program yang dibuat untuk
mencari lintasan terpendek dari data koordinat-
koordinat titik yang ditentukan.
e. Membandingkan lintasan yang dihasilkan oleh
AS dengan lintasan truk sampah sebenarnya.
Gambar 1 Proses pemilihan jalur oleh semut(Chen,
LANDASAN TEORI 2001)
TSP
TSP menurut A.J Hoffman dan P. Wolfe Gambar 1 menunjukkan proses pemilihan suatu
dalam bukunya berjudul The Traveling Salesman jalur oleh semut. Pada saat semut harus memilih
Problem A Guided Tour of Combinatorial jalur mana yang akan diikuti pada titik A, beberapa
Optimization, adalah permasalahan yang dihadapi semut memilih jalur bawah dan beberapa yang lain
oleh seorang salesman yang berangkat dari kota memilih jalur atas secara acak. Semut-semut tadi
asalnya, berusaha menemukan lintasan paling berjalan dengan kecepatan yang sama. Semut-
pendek yang dapat ditempuh ke semua kota semut yang memilih jalur bawah akan sampai pada
pelanggan dan kemudian kembali ke kota asal, titik B lebih cepat jika dibandingkan dengan semut-
dengan syarat semua kota pelanggan hanya boleh semut yang memilih jalur atas yang lebih panjang.
dikunjungi sekali dalam tiap tournya. Semut-semut yang memilih jalur bawah akan lebih
Pada TSP hasil yang ingin didapatkan adalah dulu sampai pada sumber makanan. Jika semut-
menemukan jalur terpendek yang saling terhubung semut yang sudah sampai dari sumber makanan
dari n kota. Tiap kota hanya boleh dikunjungi tersebut kembali ke sarang, maka semut-semut tadi
sekali. Jarak antara kota i dan kota j didefinisikan akan mengikuti jalur yang ada feromon yang
dengan persamaan Eucledian dengan dij, ditinggalkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan
jumlah feromon pada jalur bawah akan semakin
, (1) banyak, dan jumlah semut yang melewati jalur
tersebut juga akan semakin banyak.
Semut buatan mengadopsi perilaku semut
xi dan xj adalah koordinat kota i (Bonabeau, 1999). sebenarnya saat mencari penyelesaian
TSP dapat direpresentasikan ke dalam permasalahan optimasi. Feromon merupakan kunci
permasalahan graf. Tiap kota diwakili oleh node dasar semut-semut saat membuat keputusan(Chen,
dalam koordinat kartesian. Tiap node mempunyai 2001).
koordinat (x,y), dan semua node tersebut saling
terhubung satu dengan lainnya dengan jarak TSP Menggunakan AS
masing-masing node dapat dihitung dari koordinat- AS merupakan ACO pertama yang digunakan
koordinat nodenya. Jika ada node yang tidak untuk menguji penyelesaian kasus TSP(Dorigo,
terhubung, maka node tersebut dihubungkan dan 1991). AS menggunakan sejumlah semut yang
diberi nilai jarak yang nantinya tidak bisa bekerja sama mencari jalur terpendek pada
digunakan sebagai solusi optimal. sejumlah kota. Semut pada AS dalam mencari
solusi jalur terpendek pada TSP bekerja sebagai
ACO (Ant Colony Optimization) berikut:
menggunakan tetapan Q sebesar 1, 100, dan Gambar 3 Titik-titik koordinat ruas jalan
1000. Dari penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa tetapan Q tidak Koordinat masing-masing titik tersebut merupakan
berpengaruh terhadap solusi yang dihasilkan. data yang dibutuhkan untuk mencari lintasan
terpendek menggunakan AS. Selain itu dibutuhkan
HASIL DAN PEMBAHASAN juga parameter-parameter lain untuk menjalankan
Hasil pengamatan AS agar diperoleh hasil optimal. Parameter tersebut
Dari pengamatan di lapangan, lintasan yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
dilalui oleh truk pengangkut sampah di lingkungan
Perumahan Dosen UGM Sekip ditunjukkan pada Tabel 1 Parameter-parameter pada AS
Gambar 2 berikut.
Parameter Nilai Keterangan
parameter bobot untuk
α 1
feromon tiap lintasan
parameter bobot untuk
β 4
visibilitas tiap lintasan
parameter penguapan
ρ 0,5
feromon
konstanta kuantitas jejak
Q 1
yang diletakkan semut
NCmax 3500 jumlah iterasi maksimal
Pogram Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: mukhlis_affaq@yahoo.co.id
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: bramantya99@gmail.com
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: hermawan_ugm@yahoo.com
ABSTRAK
Debit aliran fluida dalam suatu sistem perlu diketahui, karena akan mempengaruhi performance dari sistem.Untuk
mengetahui aliran fluida diperlukan suatu alat ukur untuk memonitor aliran fluida.Pengukuran aliran dengan beda tekanan seperti
penggunaan orifice, nozzle, dan venturi telah banyak digunakan di industri dalam mengukur laju aliran dalam pipa. Metode
pengukuran ini mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran karena terjadinya perubahan penampang aliran pada pipa, sehingga
menimbulkan kerugian. Banyaknya sistem industri menuntut sistem pengukuran dengan metode non-invasif, dengan biaya rendah
dan tidak rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu alat ukur untuk mengukur aliran tanpa melakukan
perubahan pada penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter ultrasonik.Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur
laju aliran dua fase karena adanya fase gas atau padat berupa gelembung atau partikel padat yang mengalir bersama fase cair berfungsi
sebagai reflektor gelombang ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak menimbulkan
kerugian aliran.
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air dan udara.Pada aliran air dan udara masuk ke pipa diberikan pelat antara untuk
menghindari pencampuran udara dan air agar aliran stratified lebih mudah didapatkan.Pipa yang digunakan adalah pipa acrylic dengan
diameter dalam 18 mm dan tebal 5 mm, dan transparan agar perilaku aliran dapat diamati, Function generator untuk menghasilkan
frekuensi gelombang ultrasonik yang dihubungkan ke transmitter sebagai pemancar signal, signal yang dipancarkan diterima oleh
receiver yang dihubungkan dengan digitalosciloscop. Pada penelitian ini akan dianalisis besar kecilnya amplitudo yang dihasilkan
oleh spektrum frekuensi ultrasonik terhadap pengaruh perubahan debit aliran dua fase air-udara. Kecepatan superfisial air (Jl) yang
digunakan adalah 0,03 m/s -0,1 m/s, sedangkan kecepatan superfisial udara (Jg) yang digunakan adalah 1,5 m/s sampai4,22 m/s.
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian dicari hubungannya dengan laju aliran debit dari aliran dua fase
air-udara.Hasil penelitian menunjukkan volume isian air pada suatu luasan pipa akan mempengaruhi besar kecilnya
amplitudo.semakin besar kecepatan superfisial air (JL) pada kecepatan superficial udara (JG) yang konstan amplitudonya semakain
besar, sedangkan perubahan kecepatan superficial udara (JG) pada kecepatan superfisial air(JL) konstan, perubahan amplitudo
cendrung konstan.
Kata kunci : Gelombang ultrasonik, amplitudo, frekuensi, debit aliran, aliran stratified.
karena terjadinya perubahan penampang aliran pada receiver (tmn1), Sinyal dari transmitter dipantulkan
pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Banyaknya melalui komponen gas ke receiver (t mn2) dan Sinyal
sistem industri menuntut sistem pengukuran dengan dari transmitter dipantulkan melalui dinding pipa
metode non-invasif, dengan biaya rendah dan tidak ke receiver(tmn3) seperti pada gambar 1.
rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan suatu alat ukur untuk mengukur aliran tanpa
melakukan perubahan pada penampang aliran, yaitu
penggunaan flow meter ultrasonik.
Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk
mengukur laju aliran dua fase karena adanya fase gas
atau padat berupa gelembung atau partikel padat yang
mengalir bersama fase cair berfungsi sebagai reflektor
gelombang ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam
pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak
menimbulkan kerugian aliran.
Baker (1954) pertama kali mengembangkan
pola aliran dua fase dengan menggunakan data-data
udara-air dan udara-oli pada pipa besar, dengan
menggunakan koordinat laju aliran massa dari cairan
dan uap dan parameter nondemesional. Mandhane
(1974) mengembangkan peta pola aliran yang hampir
sama dengan data-data udara-air tetapi dengan koordinat
kecepatan superfisial cairan (JL) dan kecepatan
superfisial gas (JG). Taitel dan Dukler (1976) Gambar 1.Tiga jalur yang memungkinkan
berdasarkan pada analisis dari mekanisme transisi aliran penerimaan sinyal dan transmitter ke
digabungkan dengan parameter-parameter Martineli (X), receiver (Rahim. dkk., 2007)
angka gas Froude (FrG), dan parameter T dan K secara
empirik yang membentuk tiga grafik. Lee, dkk. (2005) mengembangkan metode
Irfan Riyadi (2009) merancang alat pengukur pengukuran level campuran dua fase pada sebuah
laju aliran fluida dengan menggunakan frekuensi bejana reactor atau generator uap pada kondisi suhu
gelombang tunggal 1000 Hz. Sistem pengukuran ini dan tekanan tinggi. Pada penelitian ini alat uji
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi dikondisikan sesuai kondisi sebenarnya, dengan
rendah amplitudo dengan laju massa aliran. Pengukuran menggunakan tangki untuk menampung air dan
laju aliran massa dengan memanfaatkan gelombang menggunakan pemanas sebagai pengkondisian
berfrekuensi 1000 Hz menyatakan bahwa ada korelasi temperatur dalam tangki.Metode pengukuraan
linier tinggi rendah amplitudo dengan laju aliran massa ultrasonik yang dikembangkan mengukur tingkat
dua fase. campuran dua fase lebih akurat daripada metode
O’Sullivan. dkk., (2002) melakukan pengukuran konvensional pada kondisi suhu dan tekanan tinggi
aliran gas dengan menggunakan tranduser ultrasonik serta dalam kondisi fluktuasi permukaan dengan
elektrostatik. Penelitian didasarkan pada tranduser formula koreksi mempertimbangkan medium sebagai
ultrasonik yang terdiri dari transmiter dan receiver campuran homogen dari udara dan uap.
yang dipasang saling bersilangan. Dari hasil penelitian Raisutis (2005) melakukan investigasi profil
menunjukkan bahwa pengukuran aliran gas dengan kecepatan aliran dengan menggunakan invasive
mengunakan tranduser ultrasonik dipengaruhi oleh ultrasonic flow meter.Metodologi pengukuran dan
peruhahan kecepatan aliran. eksperimen dengan menggunakan sensor aliran
Rahim dkk.(2007) mengembangkan metode invasif (thermoanemometers) pada transit time
non-invasive ultrasonic tomography untuk ultrasonic flowmeter Reces yang memberikan hasil
menggambarkan aliran dua fase cairan dan gas. komponen kecepatan aliran lokal.Penelitian aliran
Pendekatan transmission-mode yang digunakan untuk turbulen udara (4000 <Re <19 000 dan laju aliran
menggambarkan aliran dua fase cairan/gas dengan dari 14 m3/h hingga 55 m3/h) dengan propagasi
menggunakan 16 pasang tranduser yang masing-masing dilakukan melalui bagian pengukuran. Pengukuran
terdiri dari 16 transmitter dan 16 receiver dengan kecepatan udara digunakan sebagai referensi ukuran
frekuensi 40 kHz. Penelitian didasarkan pada sensor untuk mengukur kecepatan aliran rata-rata vpdi
ultrasonik yang terdiri dari transmitter dan receiver bagian tengah pipa. Pengukuran profil aliran gas
yang dipasang melingkar pada permukaan pipa sepanjang saluran akustik dilakukan dengan
eksperimental. menunjukkan tiga jalur yang mungkin thermoanemometer tersebut.
untuk penerimaan sinyal dari transmitter ke receiver: Gelombang ultrasonik adalah gelombang
Sinyal ditransmisikan langsung dari transmitter ke mekanik longitudinal dengan frekuensi diatas 20 kHz
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan fluida kerja
air dan udara dengan memvariasikan debit aliran
air dan udara. Pada aliran air dan udara masuk ke
pipa diberikan pelat antara untuk menghindari
pencampuran udara dan air agar aliran stratified lebih
mudah didapatkan. Pipa yang digunakan dalam
Gambar 2 Refraksi dan refleksi gelombang (Curry, penelitian ini adalah pipa acrylic dengan diameter
1984) dalam 18 mm dan tebal 5 mm, dan transparan agar
perilaku aliran dapat diamati.
Konfigurasi pemasangan transduser yaitu: Diagram skematis peralatan dapat dilihat
Metode Z dimana transmitter menempel pada pada Gambar 4. Karakteristik aliran diamati dengan
pipa secara berlawanan dengan receiver yang menggunakan kamera video kecepatan 240 fps, dan
diletakkan pada bagian hilir aliran. seksi uji dilengkapi dengan correction box yang
Metode V dimana kedua transduser dipasang terbuat dari lembaran acrylic transparan yang diisi
pada bagian sisi pipa yang sama. dengan air untuk mengurangi distorsi visual, karena
Metode W dimana kedua transduser dipasang indeks bias acrylic lebih dekat dengan air dari pada
pada bagian sisi pipa yang sama, tetapi jarak udara.
kedua tranduser dua kali dari tipe V. Gambar 5 menunjukkan skema rancangan
sistem kerja alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran debit aliran dua fase dengan
menggunakan gelombang ultrasonik.
Pada penelitian ini akan dianalisis
besar-kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi tunggal terhadap pengaruh
perubahan debit aliran dua fase air-udara. Data hasil
penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian
dicari hubungannya dengan laju aliran debit dari aliran
dua fase air-udara.
4700 mm Air
Ultrasonic
Mixer Separator
Flow direction Lighting
Water
Flow meter Flow meter Pressure
Gauge
By-pass
valve
Valve
Valve
Tank with Circulation pump Transit tank
Pump
heater
Tabel 3. Tebal lapisan aliran air rata-rata pada JG 3,01 ρ kecepatan gelombang pada medium 2 (m/s)
m/s massa jenis fluida (kg/m3)
sudut gelombang datang
sudut gelombang refraksi
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Mesin pulse jet adalah sejenis mesin jet yang pembakarannya berlangsung secara intermittent, sesaat-sesaat dan
dengan frekuensi tertentu. Mesin pulse jet yang di rancang pada penelitian ini sangat sederhana menggunakan tipe valveless
(tanpa katub), mudah dibuat dan biaya pembuatannya murah. Tipe mesin pulse jet yang dipilih ini adalah langkah awal dalam
pengembangan desain maupun parameter-parameter lain yang dipakai dalam mesin pulse jet dengan tingkat kerumitan yang
lebih tinggi lainnya. Hasil pengujian mesin valveless pulse jet ini cocok sekali dipergunakan untuk tugas-tugas yang berakhir
dengan rusaknya mesin sehingga sangat tepat dipakai sebagai propulsi jelajah berpadu (guided cruise missile) dan pesawat
untuk sasaran latihan tembak (target drone). Batasan masalah dalam penelitian mesin pulse jet ini difokuskan pada pengaruh
volume ruang bakar terhadap kinerja mesin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain mesin pulse jet yang memiliki ketahanan terhadap tekanan dan
suhu yang tinggi. Bahan yang digunakan terbuat dari stainless steel. Desain yang digunakan memiliki konsep yang sederhana
tanpa menggunakan katub (valveless) dimana mengacu pada penelitian terdahulu yaitu mesin pulse jet chinese valveless yang
mengalami modifikasi desain diantaranya tidak menggunakan diffuser dan dimensional. Perbandingan volume ruang bakar
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 194,68 cm2, 243,35 cm2 dan 292,02 cm2. Sedangkan panjang pipa pembuangan
adalah 70 cm dengan diameter 2,34 cm. Langkah ini digunakan untuk mendapatkan hasil pengujian yang bervariasi tergantung
karakteristik parameter yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan untuk dapat menentukan tingkat frekuensi penyalaan yang
maksimal dalam pengujian ini.
Dari pengujian yang dilakukan dengan semakin besar volume ruang bakar, semakin kecil frekuensi penyalaan
yang dihasilkan. Frekuensi penyalaan ini berbanding lurus dengan hasil gaya dorong (thrust) yang diperoleh.
Kata kunci : pulse jet, valveless, volume ruang bakar, frekuensi penyalaan.
Langkah-langkah pengukuran:
1. Persiapan perlengkapan mesin pulse jet sesuai
dengan desain yang dibuat dengan
meghubungkan dengan saluran masuk bahan
bakar berupa pipa dengan ukuran ⅛ inch.
Saluran masuk distel agar bahan bakar dan
udara dapat bercampur dengan komposisi yang
tepat untuk proses pembakaran di ruang bakar.
2. Bahan bakar berupa gas LPG dapat destel
menggunakan kran dan diukur dengan pressure
gage. Antara tabung gas LPG dan saluran
masuk bahan bakar diukur dihubungkan
dengan selang.
Gambar 1 Mekanisme Valveless Jet Engine 3. Untuk pengapian menggunakan busi yang
dipasang pada head dari ruang bakar.
Penelitian ini dilakukan dengan membangun alat dan Penyalaan untuk pengapian busi menggunakan
melakukan pengujian. Model yang dipilih dalam modifikasi rangkaian spark pulg dengan
penelitian ini dilakukan dengan beberapa modifikasi dihubungkan pada coil dan aki.
dimana diantaranya dengan tidak memakai diffuser 4. Untuk mengukur gaya dorong dipakai alat ukur
dan perubahan dimensi. berupa timbangan ukur yaitu berupa timbangan
manual atau elektronik. Dalam pengujian ini
Prinsip Kerja Mesin Pulse Jet menggunakan timbangan elektronik (portable
Ukuran ini akan menentukan frekuensi electronic scale). Alat ini dihubungkan dengan
penyalaan mesin dan frekuensi ini harus dudukan mesin pulse jet dan pangkal desainnya
direncanakan sedemikian agar penyalaan bisa tersambung dengan rel. Dimana dudukan mesin
berlangsung terus-menerus dengan stabil. Frekuensi pulse jet dapat bergerak maju mundur yang
penyalaan berkaitan dengan karakteristik akustik dari akan menarik timbangan elektronik sehingga
pipa. Menurut Anderson etall (2008) dan Tao (2007) terbaca skala ukurnya.
pipa isap berkaitan langsung dengan frekeuensi 5. Untuk pengukuran frekuensi penyalaan
Helmholts, resonator. menggunakan Frekuensi Pulse Software yang
c s dihubungkan dengan ruang bakar pada mesin
f pulse jet sedangkan untuk pengukuran
2 VL
1) intensitas kebisingan menggunakan SPL.
dan pipa pembuangan adalah seperempat panjang Cara diatas dipakai sebagai ilustrasi singkat dalam
Frekuensi (Hz)
100 Pengujian 1
Skema grafik perbandingan volume ruang bakar 50
dalam peninjauan untuk desain mesin pulse jet dapat Pengujian 2
dilihat sebagai berikut: 0 Pengujian 3
Jenis Frekuensi
Perbandingan Volume
Ruang Bakar Pada Berbagai
Gambar 3. Grafik perbandingan antara frekuensi
Mesin Pulse Jet Helmholtz, frekuensi alami dan frekuensi actual pada
400 pengujian pulse jet engine
300
Volume Ruang Bakar (cm2)
10 turb Turbulent
5
0
Thrust DAFTAR PUSTAKA
Nasrul Ilminnafik
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl. Slamet Riyadi 62 Jember 68111
Email : nasrul.ilminnafik@gmail.com
ABSTRAK
Besarnya konsumsi energi listrik dan isu lingkungan pada sistem refrigerasi dan refrigeran telah mendorong
dilakukannya banyak penelitian untuk mengatasi hal tersebut. Campuran CO2 dan LPG sebagai refrigeran alami
mampu menurunkan masalah tingginya tekanan kerja CO2 dan sifat mudah terbakar dari LPG.
Penelitian ini menguji batas mampu nyala campuran LPG/CO2/udara. Penelitian dilakukan secara eksperimen
menggunakan ruang bakar tipe hele shaw cell dengan dimensi 500 mm x 200 mm x 10 mm. Pemantik berupa
kawat tembaga dengan energi sekitar 20 kJ diletakkan di bagian bawah ruang bakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas bawah dari campuran diperoleh pada 2,7% (volume) dan batas
atas campuran diperoleh pada 8,6% (volume) dengan arah rambat api ke atas. Pengaruh penambahan CO 2 pada
kemampuan nyala campuran menyebabkan penyempitan batas ini dan rambat api menurun. Hasil ini
mengindikasikan bahwa untuk membuat campuran refrigeran berbasis hidrokarbon dengan karbon dioksida yang
tidak mudah terbakar dibutuhkan karbon dioksida yang lebih dominan dibanding hidrokarbon.
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1 menunjukkan skema peralatan yang
digunakan untuk mengukur batas mampu nyala dari Gambar 1 Hele Shaw Cell untuk mengukur sifat
campuranLPG-CO2-udara. Peralatan terdari dari dua mampu bakar Campuran
lembar acrylic dengan ukuran 600 x 260 x 10 mm
dan satu lembar acrylic dengan dimensi sama tapi
dipotong di bagian tengah dengan ukuran 500 x 200
mm (Gambar 1). Lembar acrylic yang terpotong HASIL DAN PEMBAHASAN
diapit oleh dua lembar acrylic yang tidak dipotong, Pada studi ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui
sehingga terbentuk ruang bakar di bagian tengah batas mampu nyala dari campuran LPG-CO2-udara
dimana campuran gas dibakar.. Ketiga lembar acrylic dengan prosedur sebagaimana disebutkan di awal.
tersebut direkatkan menggunakan silicone rubber Sifat mampu nyala ditentukan dengan pengamatan
untuk mencegah kebocoran kemudian diklem dengan visual. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa batas
besi pelat untuk menahan tekanan. Sepasang bawah diperoleh pada volume LPG sekitar 2.7%.
pemantik berupa kawat tembaga diameter 2 mm Sebaliknya, batas atas mampu nyalaLPG diperoleh
ditempatkan di bagian bawah dari ruang bakar pada volume sekiatar 8.60%. Eksperimen dilanjutkan
sehingga nyala api merambat ke atas. Energi dengan menambahkan CO2 ke dalam campuran
pemantik yang dilepas sekitar 20 kJ, cukup membuat LPG–udara untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
campuran menyala. sifat mampu nyala LPG. Hasil studi batas mampu
Untuk menghindari tekanan pada dinding ruang nyala pada beberapa komposisi campuran LPG-CO2-
bakar, dikembangkan perangkat tangki air untuk udara ditunjukkan pada Gambar 2. Dari hasil tersebut
melepas tekanan (pressure release water tank) yang bisa diamati bahwa batas mampu nyalacampuran
dibuka pada tekanan atmosfer. Alat ini ditempatkan LPG-udara menjadi sempit dengan penambahan gas
pada ujung ruang bakar sehingga api merambat ke CO2.
arah pressure release water tank. Untuk mengamati Sebagai pembanding, data eksperimen lain
perilaku api, penelitian direkam dengan kamera video dipresentasikan dalam Gambar 2. Kecenderungan
digital kecepatan tinggi. Sebuah kertas mengkilap data pada penelitian ini sesuai dengan data Molnarne
digunakan untuk menghasilkan visualisasi lebih baik. (2005) yang menggunakan propana dan n-butana
Pengaruh CO2 pada sifat mampu nyala diteliti serta CO2 sebagai gas inert, pada ruang bakar standar
dengan mencampur LPG dan CO2. LPG diperoleh DIN 51649-1 pada 20 °C dan 101 kPa [1].
dari produksi lokal Indonesia yaitu PT Pertamina
Indonesia dengan komposisi 50% propana dan 50%
butana dengan fraksi masa
Rines
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta,
Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta 55281.
E-mail: mra@usd.ac.id
ABSTRAK
Energi angin merupakan salah satu energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat dikonversikan menjadi energi
mekanis atau listrik dengan menggunakan kincir angin. Kincir Savonius adalah salah satu tipe kincir angin berporos
vertikal yang cocok digunakan untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki kecepatan angin rata-rata yang
tergolong cukup rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya koefisien daya puncak yang dihasilkan oleh tiga
model kincir angin Savonius sebelum dan setelah pemasangan pelat-pelat pengarah dengan dua variasi sudut kemiringan,
pada keliling lingkar luar sudu kincir.
Ketiga model kincir dibuat dengan ukuran menyeluruh yang sama: berdiameter 0,6 m dan tinggi 0,8 m. Model pertama
dibuat dua tingkat, masing-masing dua sudu. Model kedua dan ketiga dibuat tidak bertingkat, masing-masing dengan tiga
dan empat sudu. Pelat-pelat datar pengarah berbentuk persegi panjang dengan lebar 10 cm dan tinggi 84 cm sebanyak
delapan buah disusun mengelilingi lingkar luar kincir. Pengujian dilakukan dalam terowongan angin dengan kecepatan
angin berkisar dari 4 m/s hingga 6,5 m/s. Variasi beban diberikan pada poros kincir melalui sebuah mekanisme yang
terdiri dari transmisi puli dan generator DC yang dihubungkan ke lampu-lampu.
Peningkatan koefisien daya puncak (Cpmax) terjadi pada semua model kincir setelah pemasangan pelat-pelat pengarah.
Pelat-pelat pengarah yang dipasang dengan kemiringan 30o terhadap garis tengah lingkaran permukaan atas dan bawah
kincir memberikan peningkatan Cpmax paling besar. Diantara ketiga model kincir yang diselidiki, model kincir pertama
memberikan peningkatan Cpmax paling signifikan, yakni meningkat 29,7% setelah pemasangan pelat-pelat pengarah
dengan kemiringan 45o dan meningkat 41,7% setelah dipasang pelat-pelat pengarah dengan kemiringan 30o.
Kata kunci: model kincir angin Savonius, koefisien daya puncak, pelat-pelat pengarah
LATAR BELAKANG
Ketergantungan masyarakat Indonesia pada menelan banyak korban. Penggunaan batu bara,
sumber energi yang berasal dari fosil, terutama yang juga tak terbarukan, secara berlebihan dan tak
bahan bakar minyak (BBM) yang tak terbarukan terkendali akan berdampak pada semakin parahnya
masih tinggi. Padahal, ketersediaan energi yang pencemaran udara, merusak lapisan ozon dan
berasal dari fosil ini semakin menipis dan oleh meningkatkan suhu bumi secara global.
beberapa pakar diperkirakan akan habis dalam satu Salah satu sumber energi alternatif yang selalu
atau dua dekade ke depan. Berbagai upaya telah tersedia dan dapat dimanfaatkan tanpa menimbulkan
dilakukan, diantaranya adalah usaha pemerintah dampak-dampak yang merusak lingkungan hidup
yang memasyarakatkan penggunaan gas LPG untuk manusia adalah angin. Meskipun secara umum.
keperluan masak-memasak di rumah-rumah tangga, kecepatan angin di Indonesia termasuk cukup
penggunaan batu bara untuk pembangkit- rendah, namun beberapa wilayah tertentu memiliki
pembangkit tenaga listrik, usaha-usaha dari potensi angin yang besar, terutama di daerah-daerah
kelompok-kelompok kecil penduduk pedesaan sekitar pantai dan daerah-daerah di kawasan Bali,
dalam menggunakan biogas untuk keperluan masak- Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. Ini berarti,
memasak dan lain sebagainya. Namun diantara Indonesia memiliki peluang untuk mendirikan
sumber-sumber energi alternatif di atas, dalam instalasi-instalasi pembangkit tenaga angin baik
penggunaannya berpotensi menimbulkan dampak dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
dan resiko-resiko yang dapat mendatangkan bahaya. Energi angin yang berupa energi kinetik dapat
Meledaknya tabung-tabung LPG ketika digunakan dikonversikan menjadi energi mekanis melalui
untuk memasak telah berkali-kali terjadi dan turbin atau kincir angin. Banyak tipe turbin atau
kincir angin telah dikembangkan dan telah banyak Penelitian dilakukan terhadap tiga model kincir
dikenal, seperti high speed two-blade type, American tipe Savonius dengan ukuran yang sama. Ketiga
multiblade type, Dutch four-arm type, Darrieus type model kincir ini diuji dalam sebuah terowongan
dan Savonius type (Gambar 1). Karena beroperasi angin dalam tiga variasi pengujian yakni tanpa
efektif pada kecepatan putar yang tinggi, high speed menggunakan pengarah dan menggunakan pelat-
two-blade type dan Darrieus type digolongkan pelat pengarah dengan dua variasi sudut kemiringan.
sebagai turbin angin, sedangkan tiga jenis dari yang Unjuk kerja kincir yang akan diselidiki untuk
disebutkan di atas, karena beroperasi dengan keseluruhan variasi dari ketiga model kincir ini
kecepatan putar yang relatif rendah, tergolong adalah koefisien daya, Cp, yang dihasilkan kincir dan
sebagai kincir angin. kaitannya dengan tip speed ratio, tsr. Seperti yang
Kincir angin tipe Savonius merupakan kincir ditunjukkan dalam Gambar 1, hubungan diantara
berporos vertikal yang dalam konstruksi standarnya kedua parameter ini telah menjadi cara yang standar
mampu mengkonversikan energi angin menjadi dalam menunjukkan dan membandingkan
energi mekanis dengan koefisien daya puncak 31%. karakteristik dari berbagai tipe kincir angin. Dari
Bentuk kincir ini relatif sederhana dan mudah dibuat hubungan Cp dan tsr dapat diturunkan hubungan
dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya. Keunggulan- antara daya yang dihasilkan oleh kincir dan torsi
keunggulan lainnya dari tipe kincir ini adalah (atau beban) yang diberikan pada kincir serta
mampu menghasilkan torsi yang besar pada hubungan kecepatan putar yang dihasilkan kincir
kecepatan angin yang relatif rendah dan dapat dan torsi yang diberikan pada kincir, untuk
menerima angin dari segala arah. Karena itu kincir kecepatan-kecepatan angin tertentu. Dengan
tipe Savonius boleh dianggap sebagai salah satu tipe demikian dalam operasionalnya dapat diperkirakan
kincir angin yang layak dipertimbangkan untuk kisaran torsi atau beban optimal yang harus
dikembangkan dan diterapkan dalam wilayah- diberikan pada kincir sehingga dapat memberikan
wilayah Indonesia yang memiliki kecepatan angin daya maksimal atau koefisien daya maksimal pada
yang relatif rendah. kecepatan angin tertentu.
TUJUAN
bahwa Cp tertinggi diperoleh pada kombinasi dengan yang prismatis dan tertutup dengan luas penampang
model overlap 20% pada bagian kincir Savonius, aliran, A, maka laju aliran udara, Qw, yang melintasi
yakni sebesar 0,25 (25%) pada tsr sekitar 0,28. saluran tersebut, berdasarkan prinsip kontinuitas
Namun dalam penelitian lanjutan mereka (2007), dapat diungkapkan sebagai
dengan memakai kincir Savonius tiga sudu dan Qw A vw (3)
kincir Darrieus tiga sudu, mereka mendapat hasil Dengan menandai densitas udara dengan , maka
yang berbeda. Koefisien daya maksimum yang
massa udara persatuan waktu, m , yang melintasi
dihasilkan dari kombinasi kedua model kincir
saluran khayal tersebut dapat dihitung dengan
tersebut adalah 0,51 pada kondisi tanpa overlap pada
mengembangkan Pers.(3) menjadi
kincir Savonius yang diletakkan di bagian atas.
m Qw A vw (4)
Sementara itu, Yusaku Kyozuka (2008) dalam
laporan hasil penelitiannnya menyebutkan bahwa Selanjutnya, Pers.(2) dapat dituliskan menjadi
sebelum dilengkapi sebuah mekanisme kopling satu
arah (rachet mechanism), nilai Cp maksimum yang Pw 12 A vw3 (5)
dihasilkan oleh kombinasi Darrieus-Savonius pada
tsr 2,2 adalah 30% lebih rendah dibandingkan Daya output, Po, yang dihasilkan kincir, dapat
dengan kincir Darrieus solo, tetapi setelah dihitung berdasarkan besar beban atau torsi, T, yang
dilengkapi dengan mekanisme kopling satu arah Cp diberikan pada poros kincir dan kecepatan putar, n,
maksimum yang dihasilkan 20% lebih rendah dari yang dihasilkan kincir
kincir Darrieus solo. Po T n / 30 (6)
Usaha serupa juga telah dilakukan oleh Lukiyanto
dan Rines (2009) dengan meneliti empat model
Untuk menentukan nilai-nilai koefisien daya,
kincir angin tipe Savonius dengan jumlah sudu yang
Cp, daya output terhitung, Po, selanjutnya
sama (yakni, dua sudu) berukuran sama, yaitu
dibandingkan dengan daya teoritis yang diberikan
berdiameter 50 cm dan tinggi sudu 60 cm, dengan
oleh angin, Pw, yang dapat dirumuskan sebagai
perbedaan pada bentuk dan konfigurasi sudu, dengan
C p ( Po / Pw ) 100% (7)
dan tanpa overlap. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk sudu Koefisien daya ini akan digambarkan hubungannya
setengah lingkaran dengan overlap nol dan jarak dengan tip speed ratio (tsr) yang merupakan
pinggir dalam sudu dan poros 3 cm memberikan perbandingan kecepatan keliling lingkar terluar rotor
nilai koefisien daya puncak paling tinggi, yakni kincir dengan kecepatan angin, vw,
11% pada tsr 1,2. tsr ( rk n / 30) / vw (8)
Selain itu, Rines dan kawan-kawan (2011) dalam yang dalam hal ini:
penelitian terhadap sembilan variasi ukuran kincir n = kecepatan putar atau putaran per menit
dengan modifikasi pada sudu-sudu kincir Savonius, (rpm) poros kincir
mendapatkan bahwa koefisien daya puncak paling rk = jari-jari kincir.
tinggi diperoleh untuk model kincir dengan diameter
60 cm tinggi 92 cm yakni sebesar 0,49 atau 49% METODE PENELITIAN
pada tsr 1,18.
Bahan dan Alat
LANDASAN TEORI Sudu-sudu kincir dibuat dari pelat lembaran
Angin yang merupakan udara bergerak dari seng yang dipasang diantara pelat-pelat lingkaran
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan yang terbuat dari bahan kayu triplek dengan
rendah memiliki energi kinetik, Ek, yang besarnya ketebalan 4 mm dan poros kincir menggunakan pipa
bergantung pada massa udara, m, dan kecepatannya, PVC berdiameter 1”. Pelat-pelat pengarah angin
vw, yang dapat dirumuskan sebagai juga dibuat dari triplek yang pinggir-pinggirnya
Ek 12 m vw2 (1) diperkuat dengan lis profil dari aluminium.
Oleh karena daya adalah energi persatuan
waktu, maka Pers.(1) di atas, dapat dikembangkan
ke dalam bentuk hubungan daya, Pw, massa udara
per satuan waktu, m , dan kecepatan angin, vw,
sebagai berikut:
Pw 1 m vw2 (2)
2
Bila udara diasumsikan mengalir dengan kecepatan
vw yang konstan, di dalam sebuah saluran khayal
Langkah-langkah Penelitian
a. Pembuatan Model-model Kincir
Seperti yang ditunjukkan secara skematis dalam
Gambar 3, kincir dibuat dalam tiga model dengan
ukuran yang sama, yakni berdiameter 0,60 m dan
tinggi 0,80 m. Kincir Model I (Gambar 3a), didesain
bertingkat yang masing-masing tingkat memiliki dua
sudu. Model II (Gambar 3b) dan Model III (Gambar (a) (b) (c)
3c) didesain tidak bertingkat, masing-masing dengan
tiga dan empat sudu. Gambar 4 Desain (a) kincir Model I, (b) konstruksi
pengarah angin dengan pelat-pelat yang dimiringkan
sebesar sudut dan (c) model kincir dengan pelat-
pelat pengarah yang dipasang pada keliling lingkar
luar kincir.
Pengujian
Masing-masing model kincir diuji dengan tiga
variasi perlakukan. Variasi pertama, setiap model
kincir diuji tanpa diberi pengarah. Variasi kedua dan
ketiga, setiap model kincir diuji dengan pelat-pelat
pengarah angin yang diatur sehingga membentuk
sudut secara berturut-turut 30o dan 45o terhadap
garis diameter pelat lingkaran penutup kincir.
Kecepatan angin divariasikan dan diukur
dengan anemometer dalam jangkauan sekitar 4,0 m/s
hingga 6,5 m/s, sesuai dengan kemampuan blower
yang terpasang pada terowongan angin. Untuk setiap
variasi kecepatan angin, setiap model kincir diuji
dengan memberikan beberapa variasi beban dengan
cara memvariasikan jumlah lampu yang Gambar 5 Grafik hubungan koefisien daya, Cp, dan
dihubungkan ke generator. Beban yang diberikan tip speed ratio, tsr, untuk kincir Model I dengan tiga
pada poros kincir, melalui mekanisme transmisi variasi perlakuan.
sabuk, diukur dengan cara menahan putaran lengan
mekanisme transmisi pada jarak 20 cm dari sumbu
poros kincir dengan tali yang dihubungkan ke neraca
pegas. Besar gaya pada tali yang terukur dengan
memakai neraca pegas selanjutnya digunakan untuk
menghitung besarnya beban torsi yang diberikan
pada poros kincir.
Kecepatan putar kincir diukur setiap kali
dilakukan pengujian dengan menggunakan
takometer. Dengan mengetahui besar torsi yang
diberikan pada kincir dan kecepatan putar kincir,
maka daya output yang dihasilkan oleh kincir dapat
dihitung. Demikian pula koefisien daya, Cp, yang
merupakan perbandingan antara daya output kincir
dan daya yang disediakan angin serta tip speed
rasio, tsr, yang merupakan perbandingan kecepatan
keliling lingkar luar kincir dan kecepatan angin
dapat dihitung untuk setiap kali pengujian.
Gambar 10 Grafik hubungan pendekatan antara Lukiyanto, Y.B. dan Rines, (2009), Efisiensi Kincir
putaran dan daya output yang dihasilkan dengan Angin Savonius dengan Berbagai Bentuk
torsi atau beban yang diberikan pada kecepatan Geometri Sudu, Laporan Penelitian, Jurusan
angin 5 m/s, untuk kincir Model III. Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
ABSTRAK
Untuk memenuhi kebutuhan mesin perkakas CNC bagi workshop industri kecil atau untuk media
pembelajaran di institusi pendidikan, dikembangkan prototype mesin milling CNC 3-axis berukuran kecil (mini)
dengan menggunakan sistem kontrol terbuka (open loop control system). Karena merupakan loop kontrol yang
terbuka, maka sistem kontrol ini mudah dipengaruhi oleh gangguan dari luar (backlash, gaya potong, defleksi
dan lain-lain), sehingga ketelitian gerakan juga terpengaruh. Dalam penelitian ini dikembangkan metode
kompensasi perintah terhadap motor stepper sebagai motor penggerak, untuk meningkatkan ketelitian gerakan
sistem.
Ketidaktelitian gerakan dalam proses pemesinan di mesin CNC disebabkan oleh kombinasi berbagai
sumber kesalahan (error) yang besarnya hanya dapat diketahui setelah proses pemesinan dilakukan. Dalam
penelitian ini pengujian proses pemesinan pada material benda kerja aluminium dilakukan dengan beberapa
variasi kondisi pemesinan (kedalaman potong, lebar pemotongan dan kecepatan makan), untuk mengidentifikasi
dan memodelkan pola penyimpangan dimensi hasil pengerjaan. Data pemodelan tersebut dipakai sebagai acuan
untuk memberikan kompensasi perintah bagi proses pemesinan selanjutnya, sehingga penyimpangan dimensi
menjadi lebih kecil atau ketelitian gerakan meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan dimensi hasil proses pemesinan untuk
arah sumbu X sebesar -0,117 mm dan arah sumbu Y sebesar 0,028 mm. Kompensasi perintah yang diberikan
melalui modifikasi program CNC (G-code) dan melalui pengaturan jumlah step per unit motor stepper, dapat
memperkecil penyimpangan gerakan sumbu X dan sumbu Y hingga di bawah 0,010 mm.
Kata kunci: prototype, milling CNC, open loop control system, kompensasi ketidaktelitian
terkendala karena spare part sudah tidak diproduksi (open loop control system) dan sistem kontrol
lagi.Untuk dapat mengoperasikanmesin-mesin CNC tertutup (closed loop control system).
tersebut dilakukan riset untuk perbaikan dan Pada open loop control system (Gambar 1)
pengembangan teknologi mesinperkakas CNC. tidak digunakan alat ukur posisi untuk mendeteksi
Beberapa riset yang dilakukan sudah berhasil posisi aktual elemen yang dikontrol, seperti pada
memodifikasi mesin-mesin CNC lama tersebut closed loop control system, sehingga secara
dengan mengubah unit pengontrol menjadi berbasis keseluruhan sistemnya lebih sederhana, tetapi
PC (PC-based), tetapi ketelitian gerakannya masih ketelitian gerakannya lebih rendah. Pada sistem
terbatas. kontrol ini, jenis motor penggerak yang digunakan
Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan berupa motor stepper, yaitu jenis motor yang
tersebut, dalam penelitian ini dikembangkan dirancang agar berputar dalam tahapan-tahapan atau
prototype mesin milling (freis) CNC3-axis step-step tertentu dan berurutan bila diberikan pulsa
berukuran kecil (mini) dengan controller berbasis perintah.
PC. Prototypeyang dirancang dan dibuat di
workshop Teknologi Mekanik Jurusan Teknik
Mesin UGM ini menggunakan sistem kontrol Position
terbuka, dan untuk meningkatkan ketelitian Instruction
gerakannya, dikembangkan metode kompensasi Stepper
perintah terhadap motor penggerak untuk Motor
meminimalisir pengaruh gangguan dari luar yang Gambar 1. Diagram Open Loop Control
dapat menyebabkan ketidaktelitian gerakan. System(Suh, et. al., 2008)
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
dan memodelkan ketidaktelitian gerakan Motor akan mulai berputar bila pulsa perintah
sertamengembangkan metode kompensasi untuk (command pulse) diberikan dan berhenti bila pulsa
meningkatkan ketelitian gerakan mesinmilling CNC yang diberikan tidak ada lagi. Jarak pergeseran
yang menggunakan sistem kontrol terbuka (open yang ditempuh ditentukan oleh jumlah pulsa
loop control system). perintah yang diberikan, sedangkan kecepatan
Dengan pengembangan prototype mesin milling gerakan ditentukan oleh frekuensi pulsa
CNC ini diharapkan dapat memberikan kontribusi perintahnya.
pada pengembangan dan penguasaan teknologi Salah satu tujuan penggunaan sistem kontrol
manufaktur mesin perkakas CNC dalam negeri, CNC pada proses pemesinan adalah agar diperoleh
khususnya untuk dapat dipakai di workshop industri ketelitian yang tinggi pada gerakan relatif antara
kecil atau untuk media pembelajaran di institusi pahat dan benda kerja. Tetapi dalam prakteknya
pendidikan. masih sering dijumpai adanya kesalahan (error)
yang menyebabkan perbedaan bentuk dan dimensi
antara profil yang diprogramkan dengan profil yang
TINJAUAN PUSTAKA dihasilkan. Sumber kesalahan tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (1)
Computerized Numerical Control (CNC) berasal dari controller dan driver-nya, (2)
adalah sistem kontrol yang menggunakan kelemahan dari sisi mekanis konstruksi mesinnya,
komputer dimana instruksi atau perintahnya misalnya adanya keterlambatan gerak balik
diberikan dalam bentuk program yang (backlash), ketidaklurusan ulir penggerak, dan
menggunakan bahasa kode G (G code) berupa sebagainya, serta (3) efek dari proses pemotongan,
kode numerik.Dalam industri manufaktur, sistem misalnya defleksi pahat akibat gaya potong,
kontrol CNC banyak digunakan untuk keausan pahat, dan sebagainya (Lo dan Hsiao,
mengendalikan mesin perkakas, seperti misalnya 1997). Pada dasarnya ketidaktelitian gerakan dalam
mesin bubut, milling, spot welding, laser cutting, proses pemesinan di mesin CNC disebabkan oleh
wire cutting, water jet machining, dan lain-lain. kombinasi ketiga sumber kesalahan tersebut, dan
Fungsi sistem kontrol CNC pada mesin besarnya kesalahan hanya dapat diketahui setelah
perkakas yang paling penting adalah untuk proses pemesinan dilakukan.
mengendalikan fungsi utamanya yaitu putaran Dalam penelitian ini dikembangkan
spindel (poros utama mesin) dan gerakan pahat penggunaan metode kompensasi perintah untuk
relatif terhadap benda kerja.Tujuan dilakukan memperkecil penyimpangan (error).Melalui
pengontrolan agar kecepatan dan posisi aktual pengujian pemesinan dapat diidentifikasi besarnya
sesuai dengan perintah yang diberikan.Berbagai penyimpangan dimensi aktual terhadap dimensi
teknik diterapkan untuk mencapai tujuan ini, yang diinginkan (diprogramkan).Maka untuk
masing-masing mempunyai kelebihan dan proses-proses pemesinan selanjutnya diberikan
kekurangan.Ditinjau berdasarkan teknik kompensasi sesuai dengan besarnya error tersebut
pengontrolannya, terdapat sistem kontrol terbuka
tetapi dengan arah yang berlawanan (lihat Gambar 2. Pengukuran dan penyetelan ulang ketelitian
2). geometrik mesin secara manual dengan
profil yang diberi menggunakan dial indicator dan precision
kompensasi square untuk mengurangi penyimpangan
kelurusan dan ketegaklurusan antar sumbu yang
disebabkan oleh ketidaktelitian proses perakitan.
error 3. Pengukuran ketelitian gerakan tanpa beban
error
pemotongan dengan menggunakan dial
profil yang diinginkan indicator.
profil aktual yang 4. Pengukuran ketelitian gerakan dengan beban
teridentifikasi pemotongan, melalui pengukuran produk hasil
proses pemesinan. Melalui pengujian ini dapat
Gambar 2. Metode penerapan kompensasi diketahui pola penyimpangan (error) untuk
dipakai sebagai acuan pemberian kompensasi
METODE PENELITIAN perintah.
5. Pengukuran ketelitian gerakan dengan beban
Penelitian dilakukan pada mesin milling CNC pemotongan serta dengan menggunakan
3-axis yang dirancang dan dibuat di workshop kompensasi perintah.
Teknologi Mekanik UGM.
error [mm]
pemotongan, sehingga perlu dilakukan -0,040 vf [mm/menit]
kalibrasidengan mengatur jumlah step per unit -0,060
motor stepper. -0,080
- Sumbu X: -0,100
step per unit = 398,8035892 step/mm -0,120
- Sumbu Y: -0,140
step per unit = 401,0031092 step/mm X (w 0,25) Y (w 0,25)
X (w 0,50) Y (w 0,50)
Hasil pengukuran gerakan tanpa beban setelah X (w 0,75) Y (w 0,75)
dilakukan kalibrasi ditunjukkan pada Tabel 2 X (w 1,00) Y (w 1,00)
(setelah kalibrasi).
Gambar 4.Grafik hasil pengujian ketelitian
Tabel 2.Hasil pengukuran ketelitian gerakan gerakan pemotongan arah sumbu X
tanpa beban. dan Y.
No Item Pengukuran Sebelum Setelah
kalibrasi kalibrasi Data hasil pengujian diperoleh rata-rata
Jarak pengukuran gerakan: 10mm penyimpangan (error) dalam arah sumbu X
1. Penyimpangan 0,03 mm 0,00 mm sebesar -0,117 mm sedangkan dalam arah
gerakan arah sumbu X
2. Penyimpangan -0,03 mm 0,00 mm
sumbu Y sebesar +0,028 mm. Penyimpangan
gerakan arah sumbu Y arah sumbu X relatif lebih besar dibanding arah
3. Penyimpangan 0,00 mm 0,00 mm sumbu Y karena jangkauan pergeseran meja
gerakan arah sumbu Z lebih panjang sehingga defleksi yang terjadi
juga lebih besar. Dari hasil pengujian dapat
4. Pengujian pemesinan dilakukan pada dilihat pula bahwa variasi lebar pemotongan dan
material aluminium dengan beberapa variasi kecepatan makan tidak menunjukkan pengaruh
kondisi pemesinan, untuk mengetahui ketelitian yang signifikan terhadap besarnya penyim-
gerakan mesin ketika terkena beban pangan dimensi, dimana perbedaan
pemotongan. penyimpangan terbesar hanya 0,021 mm.
Data pemesinan:
- Tools: end mill cutter HSS diameter 10 mm 5. Data penyimpangan (error) yang diperoleh
- Cutting speed: 60 m/menit dari pengujian tahap 4 digunakan sebagai acuan
- Putaran spindel : 1910 rpm pemberian kompensasi perintah. Pengujian
- Kedalaman potong (a): 2 mm penggunaan kompensasi dilakukan pada salah
- Lebar pemotongan (w): satu parameter proses pemesinan, yaitu
0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 mm kedalaman potong (a) 2 mm dan lebar
- Kecepatan makan (vf): pemotongan (w) 0,25 mm. Dalam penelitian ini
40 ; 60 ; 80 ; 100 mm/menit. dilakukan percobaan penggunaan kompensasi
- Gerak pemakanan: side milling dengan arah yang diberikan dengan 2 metode yang berbeda,
pemakanan up cut milling (conventional yaitu:
milling).
Bentuk profil yang dibuat pada pengujian adalah 5.1. Modifikasi program CNC (G-code).
profil bujur sangkar dengan panjang sisi Metode ini dilakukan dengan cara
bervariasi di antara 20 sampai 25 mmdan mengedit program CNC yang digunakan pada
dengan kedalaman 2 mm. Dimensi profil diukur pemesinan sebelumnya, yaitu dengan menam-
menggunakan micrometer dengan kecermatan bahkan atau mengurangi koordinat titik tujuan
0,001 mm sehingga diketahui penyimpangan gerakan pahat dengan besarnya error yang
(error) yang terjadi. Hasil pengujian disajikan sudah teridentifikasi sebelumnya.
dalam grafik Gambar 4.
5.2. Pengaturan jumlah step per unit motor stepper.
Metode ini dilakukan dengan mengatur
kembali jumlah step per unit motor stepper
berdasarkan penyimpangan yang sudah teriden-
tifikasi sebelumnya.
- Sumbu X:
step per unit = 400,1412041 step/mm
Zhu, S., Ding, G., Qin, S., Lei, J., Zhuang, L. and
Yan, K., 2011, Integrated Geometric Error
Modeling, Identification and Compensation
of CNC Machine Tools, International
Journal of Machine Tools & Manufacture 52
(2012) 24-29.
Somawardi1,Yuliyanto2,Suseno3
1,2
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
somawardi_haf@yahoo.com / somawardi@polman-babel.ac.id ; yuliyanto@polman-babel.ac.id
3
Politeknik Manufaktur Negeri Bandung
senoign@yahoo.com
ABSTRAK
Flame hardening merupakan salah satu proses pengerasan permukaan (Surface Treatment) menggunakan nyala api
langsung yang dihasilkan dari gas oxy-acetylen yang dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan
fatigue limit/strength yang lebih baik. Proses flame hardening yang dilakukan di Polman Negeri Babel saat ini masih secara
manual. Spesimen diikat menggunakan kawat dan dipanaskan dengan menggerakkan torch pemanas secara manual ke
seluruh permukaan spesimen, sehingga kekerasan di seluruh permukaan specimen tidak merata. Untuk itu perlunya kajian
lebih mendalam untuk mendapatkan kekerasan yang merata diseluruh permukaan dengan menggunakan sebuah alat bantu
yang digunakan saat proses pemanasan spesimen sehingga panas yang diterima oleh seluruh permukaan spesimen merata.
Benda uji disiapkan dengan 3 (tiga) variasi rpm dengan posisi pencekaman secara vertical menggunakan chuck mesin
bubut dan pendinginan spesimen dilakukan dengan melepaskan spesimen dari chuck. Material yang digunakan pada
penelitian ini yaitu baja karbon medium S45C yang berbentuk roda gigi yang diteliti untuk memprediksi pengaruh putaran
material saat proses pemanasan terhadap kekerasan material serta perubahan struktur mikro antara pemanasan secara manual
dengan pemanasan pada putaran 40 rpm, 50 rpm dan 60 rpm. Setiap variasi putaran dilakukan pemanasan pada 3 spesimen
dan diuji kekerasan pada 12 titik untuk setiap spesimen. Struktur mikro diamati menggunakan mikroskop optic dengan
perbesaran 100 kali.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa putaran spindel 50 rpm menghasilkan kekerasan rata-rata yang paling
tinggi yaitu 48,167 HRC dan waktu pemanasan yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 7 menit.
Kata kunci: Flame hardening ; laju pendinginan; perlakuan panas; kekerasan; Mikrostruktur.
flame hardening mengalami peningkatan paling kerja dengan rpm tertentu saat proses pemanasan
tinggi pada jarak burner 2 mm dan sudut nozzle 600. dan dua torch pemanas dicekam secara tetap.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, beberapa
tahapan proses dirancang untuk mendapatkan hasil
penelitian yang ilmiah. Tahapan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Etsa
Material uji yang telah dipoles kemudian
dietsa dengan larutan etsa standar (Tabel 3) yang
bertujuan untuk memunculkan fasa-fasa yang
diinginkan sehingga bila dilihat pada miskroskop
optic dapat dilihat dengan jelas. Gambar 3.Kurva hasil uji kekerasan manual
proses
Tabel 3. Jenis larutan etsa standar
Jenis Larutan Komposisi Rpm konstan (40 rpm)
larutan B 90 ml 10 ml HCI
alkohol
larutan C 100 ml 2 ml
alkohol NH4OH
Gambar 6. Kurva hasil uji kekerasan 60 Rpm Gambar 6. Harga rata-rata kekerasan
didalamnya masih liat dan lunak. Hasil flame hardening system vertical maka dapat
kekerasan yang dimiliki sebesar 48.167 HRC. diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Proses putaran konstan (60 Rpm) struktur mikro a. Hasil kekerasan yang tidak sempurna atau
yang dihasilkan hampir sama dengan proses merata pada proses manual dimana perbedaan
putaran konstan (40 rpm dan 50 rpm) yang kekerasan yang terjadi ± 33 HRC dan waktu
menunjukkan kekerasan tinggi pada yang diperlukan untuk proses flame hardening
permukaannya dengan adanya struktur baru lebih lama. Ini disebabkan oleh pengaruh
yaitu martensit, tetapi didalamnya masih liat dan putaran yang tidak konstan.
lunak. Hasil kekerasan yang dimiliki sebesar b. Pada analisa hasil kekerasan 40 Rpm rata-rata
48.167 HRC. adalah 47 HRC dan waktu yang dibutuhkan
Efek yang terjadi pada material dengan untuk pemanasan adalah 8 menit, hasil
pergerakan konstan yaitu semakin cepat proses kekerasan 50 Rpm rata-rata adalah 48 HRC dan
pencapaian suhu austenite maka semakin cepat sel waktu yang dibutuhkan adalah 7 menit dan
satuan FCC ketika dicelupkan berubah menjadi hasil kekerasan 60 Rpm rata-rata adalah 46 dan
BCT, tetapi unsur karbon yang larut dalam BCT waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit.
tersebut lebih sedikit sehinga kedalaman kekerasan Secara keseluruhan kekerasan dengan spesimen
dangkal, dan semakin lama proses pencapaian suhu tertinggi adalah dengan pergerakan 50 rpm,
austenite dan dilakukan penahanan waktu maka dimana rata-rata kekerasannya 48 HRC dan
kadar karbon yang terperangkap akan lebih banyak waktu yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 7
sehinga kekerasan lebih tebal. menit.
c. Sifat fisis (foto mikro) material S45C hanya
KESIMPULAN mempunyai 2 struktur mikro yaitu perlit dan
ferrit dengan perbandingan 60% perlit dan 40%
Berdasarkan hasil penelitian dari pengujian ferrit, tetapi setelah dilakukan proses flame
dan evaluasi data serta pembahasan pada analisis hardening struktur mikro yang dihasilkan
pengerasan permukaan baja S45C dengan metode menunjukkan kekerasan tinggi dengan adanya
struktur baru yaitu martensit.
ABSTRAK
Refrigerasi sistem absorpsi merupakam sebuah sistem refrigerasi yang digerakan oleh panas sehingga kinerja dari
sistem ini sangat bergantung dari sumber panas yang tersedia. Indonesia mempunyai banyak lokasi panas bumi yang
memiliki beberapa sumber mata air panas, terkadang debit air panas dengan temperatur tinggi yang tersedia di lokasi panas
bumi tidak cukup besar, sedangkan di lokasi tersebut terdapat juga mata air panas lain dengan temperatur yang lebih rendah
dan cukup potensial untuk menjalankan mesin refrigerasi sistem absorpsi. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan
eksperimen dengan memanfaatkan dua sumber air panas dengan temperatur bebeda, sumber air panas sekunder (temperatur
sedang) dimanfaatkan untuk memanaskan solution preheater dan sumber air panas primer (temperatur tinggi) digunakan
untuk memanaskan generator. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan kinerja sistem refrigerasi dengan penambahan
solution preheater dan tanpa solution preheater.
Penelitian menggunakan sebuah sistem refrigerasi siklus absorpsi dengan pasangan refrigeran - absorben H20 –
LiBr yang memanfaatkan dua sumber air panas dengan temperatur berbeda. Sumber air panas sekunder memanaskan rich
solution yang melewati sebuah single pass anulus heat exchanger yang berfungsi sebagai solution preheater sebelum
solution tersebut memasuki generator. Eksperimen ini menggunakan solution preheater dengan panjang 1 m dengan variasi
temperatur 55-70 oC.
Hasil simulasi dengan memanfaatkan solution preheater menunjukan pengurangan beban kalor pada generator
sekitar 7-19 % dari beban kalor generator normal dan tidak terdapat perbedeaan COP yang signifikan pada kedua kondisi
pengujian. Hasil dari penelitian ini memungkinkan untuk mengembangkan mesin refrigerasi sistem absorpsi dengan daya
yang lebih besar pada sumber air panas yang sama.
Kata Kunci: Refrigerasi, Siklus Absorpsi, H20 – LiBr, Geothermal, Solution Preheater.
Tujuan penelitian ini adalah untuk solution akan diserap oleh rich solution sehingga
Mengetahui pengaruh penambahan solution efisiensi dari siklus absorpsi dapat ditingkatkan.
preheater terhadap kinerja sistem mesin refrigerasi
sistem absorpsi dam Mengetahui kondisi Siklus Absorpsi dengan Solution Preheater
operasional yang optimal untuk potensi sumber (SPH)
panas yang ada.
Dari penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan
solution preheater dalam mengurangi beban panas
yang masuk pada generator, sehingga dengan
memanfaatkan dua sumber air panas tersebut dapat
dibangun sistem refrigerasi dengan daya yang lebih
besar menggunakan potensi sumber air panas yang
ada.
METODOLOGI PENELITIAN
Siklus Absorpsi
COP
Qe
COP
Q in (2.6)
Q in Q g
Peralatan eksperimen dalam pengujian ini Pengujian ini menggunakan H20-LiBr solution
dirancang menggunakan desain dari Kalogirou dkk dengan konsentrasi 50% sebanyak 5,5 liter.
(2001) dengan melakukan modifikasi berupa
penambahan sebuah heat exchanger yang berfungsi Metodologi Penelitian
sebagai solution preheater.
Solution preheater dalam ekperimen ini berupa Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap:
single pass anulus heat exchanger dengan dimensi 1. Percobaan pengujian sistem absorpsi
anulus (Panjang: 1000 mm; Di : 14.1 mm; Do: 15.8 dengan siklus normal (tanpa menggunakan
mm) dan dimensi tube (Panjang: 1100 mm; Di: 8.1 SPH) untuk mengetahui unjuk kerja dan
mm Do: 9.52 mm) kondisi operasional dalam sistem terebut.
2. Pengujian unjuk kerja dari solution
Alat pengukuran preheater (SPH) dengan variasi temperatur
masuk SPH (55-70) oC dan laju aliran 5
Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran lpm untuk mendapatkan nilai T dari
temperatur di setiap titik pengamatan. Temperatur setiap variasi temperatur.
diukur menggunakan termokopel tipe K yang 3. dari kedua data pengujian diatas dilakukan
terhubung dengan sebuah data logger yang simulasi untuk mendapatkan unjuk kerja
terkoneksi ke komputer, pengukuran temperatur teoritis pada sistem absorpsi yang
dilakukan otomatis setiap 30 detik. menggunakan SPH dengan variasi
Laju aliran fluida pada sistem diukur dengan temperatur masuk SPH (55-70) oC.
menggunakan flowmeter tipe rotameter pada 8 titik
pengamatan yaitu pada aliran refrigeran, weak HASIL DAN PEMBAHASAN
solution, rich solution, generator, solution Data dari hasil pengujian sistem absorpsi
preheater, evaporator, kondensor dan absorber. dengan siklus normal (tanpa menggunakan SPH)
Tekanan diukur pada tekanan tinggi dapat dilihat pada tabel 1, dan data dari pengujian
(kondensor) dan tekanan rendah (evaporator) unjuk kerja dari solution preheater (SPH) dengan
menggunakan vacuum pressure gauge. variasi temperatur masuk SPH (55-70) oC dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Hasil pengujian sistem absorpsi dengan kondensor, evaporator, absorber dan solution
siklus normal (tanpa penggunaan SPH) preheater.
Tabel 4. Hasil simulasi beban kalor pada komponen
utama dari sistem untuk setiap kondisi operasional.
0.73
0.73
0.72
0.71
0.71
0.70
0.70
0.69
Tanpa SPH SPH T=55 C SPH T=60C SPH T=65 C SPH T=70 C
Kondisi Operasional
15.000 15.518
Refrigerator, CLIMA 2000/ Napoli 2001
10.000 10.348 World Congress .
7.520
5.000
Kececiler, A., Acar, H.I. and Dogan, A., 1999,
0.000
Thermodynamic analysis of the absorption
55 °C 60 °C 65 °C 70 °C refrigeration system with geothermal
T sph
energy: an experimental study, Energy
conversion and management, 41, 37-48.
Gambar 6. Grafik hubungan Tsph terhadap
persentase pemanfaatan SPH.
Marini, L. and Susangkyono, A., 1999, Fluid
geochemistry of Ambon Island (Indonesia),
Geothermics, 28, 189-204.
Pada tabel 5 dan gambar 6 terlihat bahwa
semakin tinggi temperatur air yang masuk ke
Poorter, R. P. E. Varekamp, J. C. Sriwana, T. Van
solution preheater akan berbanding lurus dengan
Bergen, M. J. Erfan, R. D. Suharyono, K.
persentase pemanfaatan SPH. Dimana terlihat pada
Wirakusumah, A. D. and Vroon, P. Z.,
Tsph = 55 oC persentase pemanfaatan SPH hanya
1989, Geochemistry of hot spring and
sebesar 7.5% dari total kebeutuhan heat input pada
fumarolic gases from the Banda Arc,
sistem, sedangkan pada Tsph = 70 oC persentase
Netherland Journal of Sea Ressearch, 24
pemanfaatan SPH dapat mencapai 19,6% dari total
(2/3), 323:331.
heat input yang dibutuhkan oleh sistem.
ABSTRAK
Dengan meningkatnya jumlah BMT, maka persaingan pun semakin ketat. Untuk itu BMT DRI Muamalat Talang
perlu untuk meingkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: Atribut
atau faktor apa sajakah yang menjadi prioritas untuk diperbaiki oleh manajemen BMT DRI Muamalat Talang?
Bagaimanakah usulan perbaikan kualitas pelayanan yang perlu diperhatikan oleh manajemen BMT DRI Muamalat Talang
untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya?. Analisis yang digunakan adalah analisis diagram kartesius dan metode Quaity
Function Deployement. Penelitian ini dilakukan di BMT DRI Muamalat Talang dan menggunakan 100 nasabah sebagai
sampelnya. Dari hasil analisis diagram kartesius, didapatkan lima atribut atau faktor yang harus diperbaiki, yaitu : Tempat
parkir yang memadai, Kondisi ruangan sejuk, Kelengkapan fasilitas BMT, Keamanan saat melakukan transaksi, Keamanan
lokasi parkir. Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan metode QFD, dari hasil analisis tersebut diketahui respon
teknis atau usulan perbaikan yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, yaitu : Pelebaran tempat parkir, penyejuk ruangan
(AC), 3) dispenser, televisi, petugas kemanan (security), petugas parkir, Penambahan CCTV.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Analisis Kepuasan Pelanggan, Quaity Function Deployement
khususnya rumah ke 1 atau HOQ, guna Tabel 2. Hasil Perbandingan r Tabel dan r Hitung
menghasilkan respon teknis atau usulan perbaikan Kuisioner Kepentingan
terhadap atribut yang telah dianalisa. Dalam No Pertanyaan r hitung r tabel Hasil
Quality Function Deployment khususnya pada Tempat parkir
matriks House Of Quality, ada beberapa teknik 1 yang memadai 0,322 0,197 Valid
analisa data yang dilakukan, analisa datanya
adalah sebagai berikut : Ruangan BMT
2 yang nyaman 0.238 0,197 Valid
1. Menentukan atribut apa saja yang menjadi
customer needs-nya. Karyawan
2. Menerjemahkan customer needs ke 3 berpakaian rapi 0,425 0,197 Valid
technical requirement.
3. Menentukan nilai importance rating untuk Kondisi
masing-masing atribut. 4 ruangan sejuk 0,275 0,197 Valid
4. Menentukan relationship antara customer
needs dan technical requirement. Kebersihan
5. Menentukan target dan nilai bobot kolom ruangan yang
5 0,338 0,197 Valid
baik
untuk masing-masing kebutuhan teknis.
6. Analisis Costumer competitive Evaluation Karyawan
untuk masing-masing atribut. bersedia
7. Menghitung sales point, improvement ratio 6 memberikan 0,359 0,197 Valid
dan bobot baris. solusi kepada
nasabah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 7
Slip transaksi
0.160 0,197
Tidak
Data voice of costumer yang diadapat yang tersedia Valid
dikelompokkan menjadi lima dimensi kualitas Nasabah tidak
8 0,285 0,197 Valid
pelayanan yaitu tangible, reliability, menunggu lama
responsiveness, assurance dan emphaty.. Data Karyawan
9 0,382 0,197 Valid
bersikap ramah
voice of custumer dapat dilihat pada tabel berikut :
10 Pelayanan cepat 0,418 0,197 Valid
Kelengkapan
Tabel 1. Voice of Customer 11 0,288 0,197 Valid
fasilitas BMT
No Voice of Customer Keamanan saat
1 Tempat parkir yang memadai 12 melakukan 0,373 0,197 Valid
Ruangan BMT yang nyaman transaksi
Karyawan berpakaian rapi Keamanan
Kondisi ruangan sejuk 13 0,200 0,197 Valid
lokasi parkir
Kebersihan ruangan yang baik Adanya brosur
2 Kelengkapan fasilitas BMT 14 0,403 0,197 Valid
yang informatif
Slip transaksi yang tersedia Pengetahuan
Nasabah tidak menunggu lama karyawan
3 Karyawan bersikap ramah mengenai Tidak
15 0,196 0,197
Pelayanan cepat perbankan Valid
Karyawan bersedia memberikan solusi khususnya
kepada nasabah syariah
4 Keamanan saat melakukan transaksi Lokasi mudah Tidak
16 0,105 0,197
Keamanan lokasi parkir dijangkau Valid
Adanya brosur yang informatif Kemudahan
Pengetahuan karyawan mengenai perbankan dalam Tidak
17 0,013 0,197
khususya syariah menyampaikan Valid
5 Lokasi mudah dijangkau keluhan
Kemudahan dalam menyampaikan keluhan Karyawan yang
Karyawan yang tidak membeda-bedakan tidak membeda-
Tidak
dalam melayani nasabah 18 bedakan dalam 0,115 0,197
Valid
melayani
nasabah
Uji Validitas dan Relibilitas
Uji ini dilakukan terhadap kuisioner
kepentingan dan kepuasan dan hasilnya terdapat
enam beberapa atribut yang tidak valid.
Tabel 3. Hasil Perbandingan r Tabel dan r Hitung dipetakan dalam diagram kartesius. Serta
Butir Kuisioner Kepuasan mencari nilai X dan Y menggunakan persamaan
r ∑
No Pertanyaan
hitung
r tabel Hasil =
Tempat parkir yang Dan
1 memadai 0,477 0,197 Valid
∑
Ruangan BMT yang
=
2 nyaman 0.406 0,197 Valid
Hasil dari perhitungannya dipetakan ke dalam
Karyawan diagram kartesius deperti berikut :
3 berpakaian rapi 0,627 0,197 Valid
Kondisi ruangan
4 sejuk 0,543 0,197 Valid
Kebersihan ruangan
5 yang baik 0,495 0,197 Valid
Karyawan bersedia
6 memberikan solusi 0,739 0,197 Valid
kepada nasabah
Slip transaksi yang
7 0.234 0,197 Valid
tersedia
Nasabah tidak Tidak
8 0,097 0,197
menunggu lama Valid
Karyawan bersikap
9 0,279 0,197 Valid
ramah
Gambar 1. Diagram Kartesius
10 Pelayanan cepat 0,407 0,197 Valid
Kelengkapan
11 0,707 0,197 Valid Terlihat pada grafik, bahwa yang
fasilitas BMT
Keamanan saat termasuk dalam kuadran I adalah atribut
12 0,573 0,197 Valid 1,4,9,10 dan 11, atribut yang masuk ke dalam
melakukan transaksi
Keamanan lokasi kuadran I adalah atribut yang perlu diperbaiki
13 0,618 0,197 Valid
parkir dan dimasukkan ke dalam analisis House of
14
Adanya brosur yang
0,749 0,197 Valid Quality.
informatif
Pengetahuan
karyawan mengenai Analisis Quality Function Deployment (House
15 0,656 0,197 Valid
perbankan
Of Quality)
khususnya syariah
Lokasi mudah Tidak
a. Costumer Needs
16 0,176 0,197 Costumer Needs dihasilkan dari voice of
dijangkau Valid
Kemudahan dalam costumer dan dianalisa menggunakan
17 menyampaikan 0,322 0,197 Valid diagram kartesius. Costum Needs nya adalah
keluhan sebagai berikut :
Karyawan yang
tidak membeda-
18 0,333 0,197 Valid
bedakan dalam Tabel 4. Costumer Needs
melayani nasabah No Atribut pertanyaan
1 Tempat parkir yang memadai
Analisis Diagram Kartesius 2 Kondisi ruangan sejuk
Important Performance Analysis dilakukan
3 Kelengkapan fasilitas BMT
dengan menghitung skor total kinerja dengan
4 Keamanan saat melakukan transaksi
skor total harapan. Dengan mengalikan jawaban
5 Keamanan lokasi parkir
responden pada setiap atribut pertanyaan dengan
bobot yang telah ditentukan untuk masing-
masing jawaban. Kemudian dilanjutkan dengan b. Importance rating
menghitung nilai rata-rata skor kepuasan ( X ) Importance rating dicari menggunakan
dan rata-rata skor kepentingan (Y ) persamaan sebagai berikut :
menggunakan persamaan 3 dan 4 agar dapat
(1 ) + (3 ) + (5 ) + (7 ) + (9 )
Dimana :
NTP = banyaknya responden yang memilih
jawaban tidak penting pada setiap atribut. Tabel 6. Respon Teknis
NKP = banyaknya responden yang memilih Kebutuhan Respon Teknis
jawaban kurang penting pada setiap atribut. No
Konsumen
NCP = banyaknya responden yang memilih
jawaban cukup penting pada setiap atribut. Tempat parkir Pelebaran tempat
1
NP = banyaknya responden yang memilih jawaban yang memadai parkir
penting pada setiap atribut. Kondisi ruangan Adanya penyejuk
2
NSP = banyaknya responden yang memilih sejuk ruangan (AC)
jawaban sangat penting pada setiap atribut. Kelengkapan Adanya Dispenser
3
K = banyaknya kuisioner fasilitas BMT Adanya Televisi
Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Keamanan saat
Adanya petugas
4 melakukan
kemanan (security)
Tabel 5. Importance rating transaksi
Importance Adanya petugas
No Kebutuhan Konsumen Keamanan lokasi
Rating 5 parkir
parkir
Tempat parkir yang Penambahan CCTV
1 6,04
memadai
2 Kondisi ruangan sejuk 6,02 d. Target dan Bobot Kolom
Kelengkapan fasilitas Target perlu ditentukan oleh manajemen
3 5,70 untuk setiap atribut jasa BMT. Kepuasan
BMT
Keamanan saat konsumen terhadap produk yang dinilai
4 6,14 oleh konsumen dapat dijadikan acuan
melakukan transaksi
5 Keamanan lokasi parkir 6,70 untuk menetapkan nilai target. Target dari
tiap atribut guna memenuhi kebutuhan
c.Repon Teknis konsemen tercantum pada tabel 4.12
Setelah menghitung importance rating, analisis dibawah ini :
HOQ dilanjutkan dengan menerjemahkan setiap
kebutuhan nasabah kedalam respon teknis. Tabel 7. Target
Hubungan antara kebutuhan nasabah dengan No Techical Requirement Target
respon teknis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Pelebaran tempat
1 9 X 3 meter
parkir
Adanya penyejuk 1 unit,
2
ruangan (AC) kapasitas 2 pk
1 unit, panas
3 Adanya dispenser
dingin
1 unit, LCD 32
4 Adanya televisi
inch
Adanya petugas
5 1 orang, pria
kemanan (security)
3 unit, infrared
6 Penambahan CCTV
CCTV
7 Adanya petugas parkir 1 orang, pria
ABSTRAK
aaaaaaKompetisi dunia usaha saat ini meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan sebuah perusahaan harus pandai dalam
membaca peluang dan memeperbaiki kelemahan baik internal maupun eksternalnya, tidak hanya itu perusahaan juga harus
mampu memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh perusahaan. Potensi untuk mengembangkan usaha
jamur ini belum dapat direspon secara maksimal oleh perusahaan karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya.
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah sistem administrasi yang masih bersifat manual dan belum tertata rapi,
keterbatasan modal, dan penjualan yang dilakukan masih mengandalkan bandar atau tengkulak, sehingga hasil yang
diperoleh dari penjualan belum maksimal. Dengan adanya masalah tersebut perlu adanya strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha dan meningkatkan volume penjualan Perusahaahan.dan penelitian ini bertujuan untuk menentukan
strategi pemasaran perusahaan agar perusahaan mampu meningkatkan volume penjualan.
aaaaaaPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengolahan data dan analisis. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif, analisis
faktor internal, eksternal perusahaan, matrik Ekternal Faktor Evaluation (EFE) dan matrik Internal Faktor Evaluation (IFE),
matrik Internal – Eksternal ( IE), Matrik Strength, Weaknesses, Oportunities, Threats (SWOT) dan Analitychal Hierarchy
Prosses (AHP).
aaaaaaHasil analisis dari matrik IE diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada kuadran V atau pada posisi “jaga dan
pertahankan” strategi yang paling tepat pada kuadran ini adalah penetrasi produk dan pengembangan pasar. Sedangkan untuk
mendapatkan strategi yang lebih teknis maka perlu ditambahkan matrik SWOT. Berdasarkan hasil dari analisis matrik SWOT
diperoleh 16 alternatif strategi, yang kemudian di analis dengan metode Analitichal Hierarchy Proses. Hasil pengolahan data
Analitichal Hierarchy Proses menempatkan Strategi “Membuat sistem pemasaran sendiri dengan sasaran pasar mini dan
super market “dengan jumlah bobot 0.314, kemudian strategi yang kedua adalah dari kombinasi antara Weakneses dan
Treatment, yaitu Strategi “Perbaikan sistem Administrasi perusahaan “ dengan nilai bobot 0.313, dan untuk strategi
selanjutnya adalah dengan bobot 0.312 yaitu strategi “mengupayakan sertifikasi dari BPOM, dan yang berikutnya adalah
kombinasi antara kekuatan dan peluang dengan strategi “Membuat dan mengolah hasil olahan jamur” dengan nilai bobot
0.285.
ABSTRAK
XXL Fuel Booster merupakan bahan aditif bahan bakar, yang dapat ditambahkan pada bensin maupun solar.
Penambahan bahan aditif ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan unjuk kerja motor-motor bakar, baik diesel
maupun motor bensin.
Telah dilakukan penelitian meliputi pengujian daya, torsi dan jarak tempuh yang bertujuan untuk mengkaji
pengaruh penambahan XXL Fuel Booster terhadap unjuk kerja mesin sepeda motor 4 (empat) langkah. Penelitian ini
menggunakan sepeda motor merk Honda Supra X 125 tahun 2010.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan XXL Fuel Booster tidak terjadi perubahan daya dan
torsi yang signifikan bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar bensin murni. Demikian juga dengan pengujian
jarak tempuh tiap liter bahan bakar, tidak ada perbedaan yag berarti bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar
bensin murni, bahkan terjadi sedikit penurunan.
Kata kunci: XXL Fuel Booster, sepeda motor, bensin, unjuk kerja
penghematan pemakaian 26,6 % maka tiap liter sering disebut motor bensin atau petrol dengan
penggunaan bensin dengan bahan aditif terjadi angka oktan riset adalah 88. Adapun untuk reaksi
penghematan sekitar Rp 900,00. Dari informasi ini pembakaran pada bensin premium adalah sebagai
nampaknya penggunaan bahan aditif akan sangat berikut :
menguntungkan bagi konsumen. Namun informasi C8H18 + 12,5 (O2 + 3,76 N 2 ) 8 CO2..
yang disampaikan oleh produsen bahan aditif
tersebut perlu dibuktikan, dengan penelitian yang
obyektif, tanpa disponsori oleh produsen atau agen + 12,5 x 3,76 N 2 + 9H2O ................................... (1)
penjualan. Hal ini dimaksudkan agar konsumen
tidak dirugikan dengan produk tersebut. Bahan aditif adalah bahan yang biasanya
ditambahkan ke bahan bakar guna meningkatkan
TINJAUAN PUSTAKA kwalitas pembakaran bahan bakar tersebut.
Bahan aditif XXL Fuel Booster adalah Beberapa bahan aditif yang biasa ditambahkan pada
bahan aditif yang terbuat dari bahan organik yang bensin antara lain Tetraethyl Lead (TEL), Senyawa
mampu memecah molekul hidrokarbon menjadi Oksigenat, Methylcyclopentadienyl Manganese
molekul-molekul yang lebih kecil, sehingga Tricarbonyl (MMT), Naphtalene, Etanol, XXL
mengasilkan pembakaran yang lebih baik dan Booster.
mampu meningkatkan efisiensi pemakaian bahan Tetraethyl Lead (TEL) adalah salah satu
bakar dan meningkatkan unjuk kerja mesin zat aditif yang masih digunakan di Indonesia hingga
(http://oldsite.situsotomotif.com., 2006). XXL Fuel saat ini. Timbal memiliki sensitivitas tinggi dalam
Booster dapat digunakan baik untuk motor-motor meningkatkan angka oktan, di mana setiap
bensin maupun motor-motor diesel. tambahan 0.1 gram timbal per 1 liter bensin mampu
Dari hasil pengujian menaikkan angka oktan sebesar 1.5 - 2 satuan angka
(http://oldsite.situsotomotif.com., 2006) oktan. Di samping itu, timbal merupakan komponen
membuktikan bahwa pada motor-motor bensin dengan harga relatif murah untuk kebutuhan
mampu menghemat bahan bakar 26,62 %, peningkatan 1 satuan angka oktan dibandingkan
mengurangi emisi gas buang 32,69 % dan dengan menggunakan senyawa lainnya.
meningkatkan daya 4,6 – 8,4 %; sedangkan untuk Pertimbangan lain adalah bahwa pemakaian timbal
motor-motor diesel mampu mengemat pemakaian dapat menekan kebutuhan aroma sehingga proses
bahan bakar 10,25 %, mengurangi emisi gas buang produksi relatif lebih murah dibandingkan produksi
16, 43 % dan meningkatkan daya 2,7 – 9,4 %. bensin tanpa timbal. Dampak positif lainnya bahwa
Penelitian dengan menggunakan mesin adanya timbal dalam bensin juga bermanfaat
Honda Civic Genio 1590cc menunjukkan bahwa dengan kemampuannya memberikan fungsi
dengan menggunakan XXL Fuel Booster mampu pelumasan pada dudukan katup dalam proses
meningkatkan daya 6,26 %, meningkatkan torsi pembakaran khususnya untuk kendaraan produksi
8,94 % dan perbaikan emisi gas buang 39,92 %; tahun lama. Adanya fungsi pelumasan ini akan
sedangkan dengan menggunakan mesin Toyota mengakibatkan dudukan katup terlindung dari
Kijang van 2446 cc diesel menunjukkan terjadi proses keausan sehingga lebih awet - untuk mobil
peningkatan daya 6,74 %, peningkatan torsi 8,14%, yang diproduksi tahun lama.
perbaikan emisi gas buang 37 % dan penghematan Kerugian pemakaian timbal pada mesin
pemakaian bahan bakar 26,6 % (Brosur XXL Fuel kendaraan adalah timbulnya kerak - deposit sisa
Booster, 2006). pembakaran yang menumpuk pada sistem
Pengujian yang dilakukan oleh BPPT pembuangan maupun pada ruang pembakaran
(XXLFuelBooster.com, 2010), tanpa menyebutkan (combustion chamber). Apabila kerak ini semakin
jenis mesin yang diuji, menunjukkan bahwa dengan membesar akan berdampak pada menurunkan
pemakaian XXL Fuel Booster mampu menghemat kinerja mesin. Kerugian lain akan penggunaan
pemakaian bahan bakar 26,62 %, mengurangi emisi timbal adalah menghasilkan gas buang yang dapat
gas CO 35,3 % dan mengurangi emisi gas HC 39,92 mengganggu kesehatan, mengingat bahwa timbal
%. termasuk jenis logam berat.
Bahan bakar untuk motor bensin yang Senyawa oksigenat adalah senyawa
umum digunakan saat ini adalah Premium. Bahan organik cair beroksigen yang dapat dicampur ke
bakar ini merupakan dari salah satu fraksi dari dalam bensin untuk menambah angka oktan dan
penyulingan minyak bumi, dengan rumus kimia iso kandungan oksigennya. Senyawa Oksigenat antara
oktana (C8H18). Premium adalah bahan bakar jenis lain seperti : senyawa alkohol (metanol, etanol,
distilat bewarna kuning akibat adanya zat berwarna isopropil alkohol) dan eter (Metil Tertier Butil Eter
tambahan. Penggunaan premium pada umumnya (MTBE), Etil Tertier Butil Eter (ETBE) dan Tersier
adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor Amil Metil Eter (TAME)). Selama pembakaran,
bermesin bensin seperti mobil, sepeda motor, oksigen tambahan di dalam bensin dapat
generator set, dan lain-lain. Bahan bakar ini juga mengurangi emisi karbon monoksida, CO dan
material- material pembentuk ozon atmosferik pada kalor etanol sekitar 67% nilai kalor bensin, hal ini
gas buang. Selain itu senyawa oksigenat juga karena adanya oksigen dalam struktur etanol. Untuk
memiliki sifat-sifat pencampuran yang baik dengan mendapatkan energi yang sama dengan bensin
bensin. Semua oksigenat mempunyai angka oktan Jumlah etanol yang diperlukan akan lebih besar.
di atas 100 dan berkisar antara 106 RON untuk Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan
TBA dan 122 RON untuk metanol. Penggunaan campuran menjadi lebih ‘miskin/lean’ jika
alkohol sebagai zat aditif pengganti TEL masih dibandingkan dengan bensin sehingga kebutuhan
terbatas karena beberapa masalah antara lain udara untuk pembakaran cam puran bensin dengan
tekanan uap dan daya hidroskopisnya yang tinggi. etanol sebagai bahan bakar menjadi lebih sedikit,
Oleh karena itu senyawa eter lebih banyak Etanol memiliki panas penguapan (heat of
digunakan daripada alkohol. Senyawa eter yang vaporization) yang tinggi. Ketika menguap etanol
telah banyak digunakan adalah MTBE, sedangkan akan memerlukan panas yang lebih besar, dimana
ETBE dan TAME masih terbatas karena teknologi panas ini akan diserap dari silinder sehingga
prosesnya masih belum banyak dikembangkan. dikhawatirkan temperatur puncak akan rendah.
Metanol memiliki angka oktan yang tinggi Etanol menyebabkan penurunan temperatur berkisar
dan mudah didapat dan penggunaannya sebagai antara 20-40 F.
aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara. Etanol memiliki satu molekul OH dalam
Namun perbedaan struktur molekul metanol yang susunan molekulnya. Oksigen yang inheren didalam
sangat berbeda dari struktur hidrokarbon bensin molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan
menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya, pembakaran antara campuran udara bahan bakar
antara lain kandungan oksigen yang sangat tinggi dalam silinder. Semakin sempurna pembakaran
dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar. Nilai maka emisi UHCnya akan semakin rendah.
bakarnya pun hanya 45% dari bensin. Etanol Ditambah dengan rentang keterbakaran
memiliki angka oktan yang hampir sama dengan (flammability) yang lebar yakni 4.3-19 vol
metanol. Daya toleransi etanol terhadap air lebih dibandingkan dengan bensin yang memiliki rentang
baik daripada metanol. Di negara-negara yang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol, pembakaran campuran
mempunyai kelebihan produksi pertanian etanol udara –etanol menjadi lebih baik. Hal inilah yang
dibuat dari fermentasi produk pertanian. dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya
Methylcyclopentadienyl Manganese emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-
Tricarbonyl (MMT) adalah senyawa organologam gasolin. Adapun reaksi pembakaran 1 kilo mol
yang digunakan sebagai pengganti bahan aditif etanol dengan udara adalah sebagai berikut :
TEL. Penggunaan MMT hingga 18 mg Mn/liter C2H5OH + 3 (O2 + 3,76N2) → 2 CO2 +
bensin dapat meningkatkan angka oktan bensin 3 H2O + 11,3 N2 ....................(2)
sebesar 2 poin, namun masih kurang Karena temperatur puncak dalam silinder
menguntungkan jika dibandingkan dengan lebih rendah dibanding dengan pembakaran bensin,
peningkatan angka oktan yang lebih tinggi yang maka emisi NOx, yang dalam kondisi atmosfer akan
dihasilkan senyawa oksigenat. Dalam penerapannya membentuk NO yang bersifat racun, juga akan
2
MMT memiliki tingkat toksisitas yang lebih rendah turun. Selain itu pendeknya rantai karbon pada
daripada TEL. etanol menyebabkan emisi HC pada pembakaran
Naftalena adalah salah satu komponen etanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan
yang termasuk benzena aromatic hidrokarbon, bensin yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel
tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena. Sifat- dkk, 2004).
sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran yang
baik, mudah menguap sehingga tidak meninggalkan XXL Booster adalah salah satu bahan
getah padat pada bagian-bagian mesin, aditif bahan bakar dengan bahan dasar dari tumbuh-
meningkatkan angka oktan, dll. Penggunaan tumbuhan, yaitu dari 100% bahan organik dan
Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal berasal dari buah kelapa sawit dan tidak
karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat mengantung bahan kimia. XXL booster diciptakan
ini memang belum diketahui akibat buruk untuk meningkatkan angka oktan dan membuat titik
penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan nyala bahan bakar menjadi lebih tinggi sehingga
kesehatan, namun ia relatif aman untuk digunakan dapat mengurangi detonasi dalam mesin. juga
Etanol sering juga disebut etil alkohol (C2 dapat mengurangi temperatur dalam ruang bakar,
H5 OH), bersifat cair pada temperatur kamar. Etanol melindungi ruang bakar, meningkatkan tenaga dan
dapat dibuat dari proses pemasakan, fermentasi dan performa mesin membuat konsumsi bahan bakar
distilasi beberapa jenis tanaman seperti tebu, menjadi lebih ekonomis serta ramah lingkungan.
jagung, singkong atau tanaman lain yang XXL Fuel Booster juga membuat mesin mudah di
kandungan karbohidatnya tinggi. Etanol memiliki sart, membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih
angka oktan yang lebih tinggi daripada bensin yaitu irit, mengurangi kadar karbon pada gas buang,
research octane 108 dan motor octane 92. Nilai mengurangi panas mesin, mengurangi tingkat
kebisingan mesin, memudahkan perawatan mesin yang dihasilkan oleh mesin supra 125 turun sebesar
(http://xxlfuelbooster.com/features.htm.) 1,03% dari daya maksimal 9,6 hp pada putaran
XXL Fuel Booster dapat digunakan untuk 6935 rpm untuk bensin bercampur XXL Fuel
berbagai macam motor bakar yang mengunakan Booster dan 9,7 hp pada putaran 6992 rpm untuk
bahan bakar yang bermacam-macam yang memiliki bensin murni. Jika dilihat dari pencapaian daya
rantai hidrkarbon, (bensin,diesel, menyak pelumas maksimal memang untuk penggunaan bensin
produksi pabrikan, mesin jet dengan bahan bakar bercampur XXL Fuel Booster daya maksimal yang
kerosene, dll), mencapurkan XXL akan mengubah dicapai menurun akan tetapi pencapaian putaran
kualitas bahan bakar dengan perbandingan untuk menghasilkan putaran maksimal menjadi
pemakaian campuran 1 liter bahan bakar (1:1000 lebih cepat.
untuk bensin, dan 1:800 untuk desel
(http://xxlfuelbooster.com/features.htm).
XXL Fuel Booster setelah dicampurkan ke
dalam bahan bakar akan memecah rantai
hidrokarbon bahan bakar dan akan membuat raitai
ikatan baru yang lebih kecil sehingga proses
pembakaran bahan bakar menjadi lebih baik.
Berikut diberikan gambaran reaksi XXL Fuel
Booster dengan bahan bakar.
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini
meliputi :
1. Tahap persiapan,
2. Tahap pengambilan data,
3. Tahap analisis,
4. Tahap penyusunan laporan.
Dalam tahap persiapan dilakukan studi Gambar 1.Grafik daya vs putaran dari pemakaian
pustaka, observasi, dan pengadaan bahan dan bensin murni dan bensin bercampur XXL Fuel
peralatan. Dalam tahap pengambilan data dilakukan Booster
pengukuran-pengukuran unjuk kerja mesin, yang
meliputi putaran, torsi, daya dan konsumsi bahan Jika diperhatikan maka dengan adanya
bakar. Dalam tahap analisis dilakukan perhitungan- pencapaian daya maksimal dari putaran yang relatif
perhitungan untuk menentukan korelasi matematis rendah maka laju kendaraan untuk mencapai
antara putaran dengan torsi, daya dan konsumsi kecepatan maksimal semakin cepat pula. Dengan
bahan bakar, baik pada kondisi berbahan bakar adanya campuran XXL Fuel Booster kedalam
bensin murni maupun setelah dicampurkan XXL bensin maka detonasi yang terjadi dalam ruang
fuel booste. Dari hasil analisis kemudian dikaji bakar dapat dikurangi hal ini dapat dilihat dari
lebih lanjut berdasarkan teori dan hasil-hasil pencapaian daya maksimal dari putaran yang
penelitian terdahulu. terjadi. Daya suatu kendaran dapat tercapai secara
Peralatan penelitian yang digunakan dalam maksimal jika pembakaran dalam ruang bakar
penelitian ini adalah : terjadi tepat pada waktunya dan campuran bahan
1. Sepeda motor, bakar dengan udara dapat terbakar secara sempurna.
2. Dynotester, Dari tabel dan grafik diatas memperlihatkan dengan
3. Speedometer mencampurkan XXL FUEL BOOSTER ke dalam
4. Alat-alat bantu. bensin maka pencapaian daya dapat terjadi lebih
Sedangkan bahan yang digunakan adalah bensin cepat.
dan XXL Fuel Booster. Pencampuran XXL Fuel Booster kedalam
bahan bakar yang menyebabkan daya maksimal
yang dicapai oleh mesin berkurang disebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN putaran mesin dari kendaraan dengan silinder
Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar- tunggal adalah sangat tinggi dan waktu untuk
gambar 1, 2, dan 3. terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan
Dari Gambar 1dapat dilihat bahwa selisih udara sangat cepat, sedangkan dengan adanya
daya yang dihasilkan dari pemakaian 2 bahan bakar campuran XXL Fuel Booster kedalam bensin
yang berbeda menghasilkan perbedaan daya dengan menyebabkan nilai titik bakar bahan bakar menjadi
selisih yang tidak begitu siknifikan atau tidak lebih tinggi. Sehingga untuk mendapatkan
terpaut jauh. Penggunaan XXL Fuel Booster yang pembakaran yang maksimal dibutuhkan kalor yang
dicampurkan kedalam bensin mengakibatkan daya lebih besar, atau dengan kata lain pemberian
Suharyanto
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian rekayasa kompor wajan listrik batik cap . Krisis energi dan kebijakan konversi dari minyak tanah ke
gas oleh pemerintah menyebabkan pengrajin batik cap mengalami kesulitan untuk bersaing di pasar global. Perajin batik cap
selama ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utama pada kompor untuk mencairkan liln batik perintang
pewarnaan pada proses pembatikan . Dengan program konversi energi tersebut pengrajin batik mengalami penurunan produksi
dan daya saing. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan merancang dan membuat kompor
wajan cap listrik menggunakan sistem pemanasan secara konduksi. Hasil penelitian adalah sebuah prototype kompor wajan
listrik batik cap dengan spesifikasi daya listrik 700 Watt, tegangan listrik 220 Volt, frekuensi 50 Hz . Dari hasil pengujian
menunjukkan bahwa kompor wajan listrik batik cap hasil rekayasa mampu mencairkan lilin batik dengan baik pada rentang
suhu 85 0 C – 95 0 C dan penghematan konsumsi energi atas penggunaan kompor wajan listrik batik cap adalah sebesar 90,14
% bila dibandingkan dengan menggunakan kompor wajan cap yang berbahan bakar minyak tanah.
PENDAHULUAN Tujuan
Latar Belakang Penelitian rekayasa ini bertujuan untuk
Ketergantungan masyarakat perajin batik cap merancang dan membuat kompor wajan listrik batik
terhadap kompor minyak tanah sangat tinggi. Sejak cap menggunakan energi listrik yang effisien dan
kebijakan yang digulirkan pemerintah mengkonversi effektif.
minyak tanah ke LPG maka sejak itu pula
kelangsungan wirausahawan batik cap dikalangan Sasaran
Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) terancam Kompor Wajan listrik batik cap diharapkan
gulung tikar. Kelangkaan dan mahalnya minyak tanah mampu menjadi solusi bagi Usaha Mikro Kecil dan
sebagai bahan bakar utama kompor minyak tanah Menengah khususnya pengrajin batik cap dalam
yang digunakan perajin batik cap untuk mencairkan menghadapi kelangkaan dan mahalnya bahan bakar
liin batik sebagai perintang zat pewarna pada proses minyak tanah serta mendukung program pemerintah
pengecapan menyebabkan para perajin batik cap tidak dalam rangka menurunkan emisi global warming.
mampu melangsungkan usahanya. Apalagi untuk
bersaing di pasar global, dan bahkan gulung tikar dari Ruang Lingkup
usahanya sebagai perajin batik cap. Penelitian Ruang lingkup dalam perekayasaan ini
rekayasa ini bertujuan untuk merancang dan membuat meliputi : studi literatur yaitu mempelajari hasil–
kompor wajan listrik batik cap yang hemat energi dan hasil penelitian terdahulu untuk dijadikan referensi
sumber energi yang digunakan cukup tersedia serta dalam perekayasaan, pengumpulan data dilakukan
bisa digunakan sebagai subtitusi kompor minyak untuk mengetahui variable apa saja yang diperlukan
tanah. Teknologi yang digunakan adalah dalam perekayasaan perancangan dan pembuatan
memanfaatkan panas dari sumber panas (heater) yang kompor wajan listrik batik cap. Kemudian dilkaukan
dibuat sedekat mungkin (sistem konduksi) dengan perancangan untuk mendapatkan disain yang
wajan cap sebagai media pencair lilin batik sehingga ergonomis, pemakaian energi yang minimalis dan
diperoleh effisiensi yang tinggi dan tidak banyak pengoperasian serta perawatan yang mudah.
energi yang terbuang.
Selanjutnya dilakukan pembuatan berikut uji coba adalah limbah alumunium yang dirancang sebagai
dari hasil perekayasaan tersebut. wajan tempat lilin, thermostat sebagaipengatur suhu,
rangkaian pengatur tegangan untuk mengatur daya
listrik yang dikehendaki, lampu indikator sebagai
Hasil Yang Diharapkan penanda kompor hidup dan mati , pemanas type
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini tubular sebagai sumber panas dan pipa black steel
adalah sebuah prototype kompor wajan listrik batik yang digunakan sebagai body kompor untuk dudukan
cap yang effisien dan mampu menggantikan wajan wajan cap.
kompor batik cap berbahan bakar minyak tanah atau
yang lainnya. Alat
Proses penelitian rekayasa kompor wajan
TINJAUAN PUSTAKA listrik batik cap memerlukan peralatan bantu untuk
Perekayasaan untuk mengatasi permasalahan mewujudkan desain rancangan dan pembuatan
kelangkaan dan mahalnya minyak tanah sebagai prototype. Adapun alat dimaksud diantaranya adalah
bahan bakar utama pada kompor pernah dilakukan Saeperangkat komputer dengan soft ware Auto Cad
oleh Taufik dkk.(BPPT 2010) dengan inovasinya dan Finite Element, multimeter , Osiloskop, sebagai
yang berjudul kompor batik effisien , namun hasilnya alat ukur , Gergaji mesin, Meisn Las, Mesin bubut
masih belum optimal karena sistem pemanasannya yang dipergunakan untuk pembuatan perekayasaan
mengguankan sistem radiasi dengan sumber panas wajan kompor listrik batik cap.
belitan nikelin (spiral) terbuka sehingga masih
banyak energi yang terbuang dan pemanas mudah Metode
sekali putus ( rusak). Nurul Eksanti (1996) juga telah Penelitian rekayasa kompor wajan listrik
melakukan penelitian dengan judul ”Bio Etanol batik cap dilaksanakan di Laboratorium Engineering
Sebagai Bahan Bakar Kompor” hasilnya Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Kecuali
menunjukkan bahwa kompor Bio etanol cukup satu hal yaitu wajan cap dicetak di pengrajin
effisien dibandingkan dengan kompor minyak tanah, almunium di Kampung Nitikan Kotagede Yogyakarta
tetapi masyarakat terkendala dalam proses pembuatan dengan material seperti yang biasa digunakan oleh
gas bio etanol. Penggunaan kompor gas berbahan pengrajin tersebut yaitu limbah aluminium yang
bakar LPG yang dijadikan program konversi energi dicetak sesuai dengan pesanan dari pemesan.
oleh pemerintah akhir-akhir ini menimbulkan Beberapa data diperoleh dari pengrajin yang
ketakutan di kalangan masyarakat, hal tersebut dilakukan dengan interfiew untuk mendapatkan
dikarenakan adanya banyak kejadian ledakan yang variabel apa saja yang diperlukan dalam perancangan
terjadi diberbagai daerah akibat kebocoran gas. dan pembuatan kompor wajan listrik batik cap. Agar
Keengganan masyarakat khususnya pengrajin batik penelitian Rekayasa ini dapat terlaksana dengan baik
cap menggunakan kompor Gas disamping masalah sesuai dengan perencanaan maka disusunlah diagram
tersebut juga disebabkan karena harga LPG juga terus alur proses penelitian perekayasaan sebagaimana
mengalami kenaikan, sehingga program tersebut terlihat pada gambar 1. berikut :
belum diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Oleh
karena itulah dalam penelitian rekayasa ini perlu
dilakukan terobosan inovasi untuk mencari alternatif
pengganti kompor wajan cap minyak tanah yang lebih
effisien, efektif dan terjangkau sehingga dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para
pengrajin khususnya IKM batik cap.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam perekayasaan
diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian yaitu bahan
dan alat.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
rekayasa kompor wajan listrik batik cap diantaranya
Observasi &
interview
KainUMKM
batik
Gambar 2. Desain kompor wajan listrik batik cap
Perancangan
&Pembuatan Wajan (1) terbuat dari limbah aluminium
Tidak Kain batik yang dicetak menggunakan moulding dengan ukuran
P
Hasil yang sudah ditentukan yaitu diameter 40 Cm, tinggi 5
sesuai Cm dan ketebalan wajan 0,65 Cm, pemanas (2)
Ya
Kain batik terbuat dari lilitan nikelin yang dimasukkan dalam
Pengujian selubung pipa dengan diameter 1 Cm dengan jenis
Kain tubular heater 700 watt (exs china), Lampu
indikator(3) difungsikan sebagai penanda bahwa ada
batik
PATEN
arus yang mengalir masuk ke pemanas jika lampu
dalam kondisi hidup (”On), Body atau Casing (4)
Sosialisas sebagai tumpuan wajan cap serta pelindung
ii komponen pengatur tegangan agar tidak tersentuh
End oleh manusia, Thermostat (5) sebagai pengatur suhu
yang dikehendaki untuk pengecapan, Saklar (6)
Kain berfungsi untuk meng-hidup dan matikan kompor
Gambar 1. Diagram alur proses rekayasa kompor wajan listrik batik cap sesuai dengan yang
batik
wajan listrik batik cap. dikehendaki. Sedangkan Kaki (8) adalah merupakan
tumpuan dari keseluruhan badan kompor wajan listrik
Penelitian rekayasa diawali dengan membuat batik cap agar secara ergonomis menarik untuk
rancangan terlebih dahulu dan mensimulasi sistem dipandang.
pemanasan menggunakan software finite elemen Perancangan kompor wajan listrik batik cap
untuk mengestimasi rambatan panas dari sumber ini dilengkapi dengan pengatur tegangan yang
panas sampai ke wajan cap sebagai media pencair digunakan untuk mengontrol tegangan masuk ke
lilin batik. Selanjutnnya rancangan tersebut pemanas (heater) menggunakan pengaturan tegangan
diwujudkan dengan membuat prototipe (kompor AC. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur besaran
wajan cap) dan dilanjutkan dengan uji coba untuk daya yang disuplay kepemanas kompor. Adapun
mendapatkan setingan pengatur daya masuk ke rangkaian selengkapnya sebagaimana terlihat pada
kompor sehingga didapatkan panas lilin batik yang Gambar 3. berikut :
sekualitas dengan jika menggunakan kompor minyak
tanah. Uji coba dilakukan dengan mencoba kompor
hasil rekayasa untuk pembuatan batik cap kemudian
dibandingkan dengan hasil batik cap yang
menggunakan wajan serta kompor minyak tanah
dalam proses pembuatannya. Hasil uji coba dicatat
dan dianalisa untuk mengetahui tingkat effisiensi dan
efektifitas hasil perrekayasaan.
VR
D
C
F
IN PUT H L1 L2
220 V , 50
Hz
S
TS
blue.
60
HASIL DAN PEMBAHASAN 40
Hasil 20
Hasil rekayasa kompor wajan listrik batik 0
cap disajikan pada Gambar 4. berikut :
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
t (menit)
Pembahasan
Dari Gambar 5. Grafik trend waktu dalam
menit terhadap suhu dalam 0 C , dengan suhu adalah
derajat panas dari lilin menunjukkan bahwa dari t = 0
(start) temperatur suhu lilin menunjukkan pada angka
36 0 C hal ini sesuai dengan suhu lingkungan sekitar.
Seiring dengan berjalannya waktu berubah secara
linier sampai dengan pada suhu pengaturan
thermostat yaitu sebesar 95 0 C yang diperoleh pada
waktu menit ke 16 ( enam belas) dari saat wajan
kompor mulai dihidupkan (start). Setelah suhu lilin
mencapai pada pengaturan suhu yang dikehendaki
Gambar 6. Sampel hasil pengujian pengecapan
yaitu 95 0 C , arus listrik yang masuk ke pemanas
akan mati dengan sendirinya, dimana kondisi ini di
lakukan oleh switch yang dikendalikan oleh
Aspek Teknologi
thermostat. Pada kondisi berikutnya yaitu pada menit Kompor wajan listrik batik capsecara
ke 16 (enam belas) suhu lilin turun sampai pada teknologi dapat diklasifikasikan sebagai kategori Low
batas 85 0 C pada waktu menit ke 18 (delapan belas) Teknologi, karena teknologinya sangat sederhana dan
Thermostat melalui switchnya akan menghubungkan mudah untuk pengoperasian serta perawatannya. Hal
kembali sumber arus yang masuk ke pemanas, begitu ini memang di desain sedemikian rupa sehingga
seterusnya. Perbedaan suhu lilin dengan pengaturan diharapkan rekayasa ini dapat menggantikan wajan
pada thermostat cukup signifikan hal ini disebabkan kompor cap batik berbahan bakar minyak tanah yang
oleh pemasangan thermostat pada kompor wajan selama ini digunakan oleh para pengrajin UMKM
listrik batik capyang diletakkan pada bagian bawah batik cap yang bisa dikatakan hampir semua
wajan, sedangkan suhu pada saat pengukuran pengrajin batik cap diseluruh pelosok nusantara
dilakukan dengan alat ukur thermostat sejenis yang gagap dengan teknologi.
dicelupkan langsung pada lilin batiknya .
Kelembaman tanggapan dari thermostat ini
Aspek Ekonomis
disebabkan karena jenis thermostat yang digunakan Kompor wajan listrik batik cap ini layak
adalah jenis capillary thermostat yaitu thermostat digunakan dalam industri batik cap.
yang menggunakancairan air raksa atau silikon dalam Industri batik cap yang selama ini menggunakan
tabung sensor. Ketika suhu benda naik maka suhu bahan bakar minyak tanah untuk pengecapan kain
sensor juga akan ikut naik sehingga mengakibatkan batik dengan harga bahan bakar minyak tanah Rp.
volume cairan didalamnya mengembang. Tekanan 2.500,00 per liter (Permen ESDM No. 01 Th. 2009).
akibat volume yang naik ini disalurkan ke suatu Kenyataan dilapangan harga jual minyak tanah
membran sehingga terdesak dan menyebabkan saklar tembus sampai harga Rp. 12.000/ liter dan asumsi
putus. Pengaturan suhu lilin pada suhu 95 0 C hal ini penggunaan waktu kerja 24 hari per bulan, maka rata-
dimaksudkan bahwa pada suhu tersebut diperoleh rata kebutuhan minyak tanah 2 liter per hari
hasil pengecapan yang optimal yaitu hasil ketebalan (interview pengrajin) . Jadi penggunaan bahan bakar
pola cap konsisten dan tembus (tidak mbleber) minyak tanah = 2 liter x 24 hari x Rp. 12.000,00 atau
sebagaimana hasil penelitian terdahulu yang sebesar Rp. 576.000,00 per bulan.
menyatakan bahwa suhu lilin optimal untuk proses Kompor wajan listrik batik cap menggunakan metode
pengecapan batik adalah 95 0 C. Berikut contoh hasil pemanasan konduksi untuk meminimalisasi rugi-rugi
uji pengecapan pola batik : panas. Energi listrik dirubah menjadi energi panas
pada wajan cap batik pada suhu 93 oC(diukur pada
cairan lili) dan bekerja secara otomatis untuk
mempertahankan kondisi suhu tetap pada suhu yang
diinginkan. Penggunaan kompor wajan listrik batik
cap akan meminimalkan terbentuknya asap sehingga
memperkecil timbulnya polusi udara.
Penggunaan produk ini akan membutuhkan biaya
energi listrik sebagai berikut:
- Pada saat pencairan lilin batik:
Kebutuhan energi listrik selama 30 menit = 30 menit bulan Juni tahun 2012 dengan programnya yaitu
x 700 Watt / 60 menit x Rp. 790,00 per Kwh (tarif pengadaan 150 unit Wajan kompor listrik
dasar listrik gol. tarif R-1/ TR 1.300VA Pra Bayar bekerjasama inventor perekayasaan. Selanjutnya
PERPRES. No. 8 Th. 2011) / 1000 Wh atau sebesar akan dilakukan desiminasi untuk seluruh UMKM
Rp. 147,46 per hari. pengrajin Batik cap diseluruh pelosok nusantara,
- Pemakaian selanjutnya: dengan harapan bahwa hasil penelitian rekayasa ini
Kebutuhan energi listrik selama 8/2 jam (asumsi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kompor listrik 5 menit hidup dan 5 menit mati) = 8/2 kelangkaan dan mahalnya minyak tanah bagi UMKM
jam x 700 Watt x Rp. 790,00 per Kwh / 1000 atau pengrajin batik cap.
sebesar Rp. 2.212,00 per hari.
- Kalkulasi biaya energi listrik per bulan: KESIMPULAN DAN SARAN
Kebutuhan energi listrik selama 1 bulan = 24 hari x Kesimpulan
(Rp. 147,46 + Rp. 2.212,00) per hari atau sebesar Rp. Penelitian rekayasa kompor wajan listrik
56.760,00 per bulan. batik cap telah berhasil diwujudkan dengan
Penghematan yang terjadi atas penggunaan kompor spesifikasi suplay tegangan listrik 220 Volt, 50 Hz, 1
wajan listrik batik cap sebesar = 100 % - (Rp. fase, daya input 700 Watt, panas yang dihasilkan
56.760,00 / Rp. 576.000 x 100 %) atau sebesar 90,14 maksimum 135 0C , berat kompor 7 Kg dilengkapi
% (signifikan). dengan pengkondisian suhu secara otomatis dan
pengatur tegangan untuk mengendalikan daya wajan
Keunggulan kompor listrik batik cap. Kompor wajan listrik batik
Keunggulan kompor wajan listrik batik cap cap telah berhasil diuji coba untuk proses pengecapan
hasil rekayasa adalah energi yang digunakan jauh pada kain primisima dan menghasilkan hasil yang
lebih effisien dibanding dengan wajan kompor cap terbaik dengan suhu lilin berkisar pada 85 0C – 95 0C.
baik yang berbahan bakar minyak tanah maupun Kompor wajan listrik batik cap juga mempunyai
LPG. Hal ini bisa dilihat data pada tabel 1. effisiensi jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
perbandingan biaya investasi dan operasional wajan kompor minyak tanah yaitu sebesar 90,14 %.
pertahun penggunaan dari berbagai jenis kompor
wajan cap batik sebagai berikut: Saran
Penelitian rekayasa serupa perlu dilanjutkan
Tabel 1. Perbandingan biaya operasional dengan berbagai variasi bahan wajan cap (aluminium,
kompor wajan cap tembaga, kuningan) untuk mendapatkan effisiensi
yang lebih tinggi.
Jenis Biaya
Wajan
kompor Harga Operasional Operasional DAFTAR PUSTAKA
Cap Kompor ./bulan (Rp) /Tahun (Rp) Adrosko, R.J. (1971) “Natural Dyes and Home
(Rp) Dyeing”, Copy right of original, Daver
Minyak 225.000 576.000 6.912.000 Publicatioon, Inc. New York.
Dedy, dkk, (2008) Rancang Bangun Kompor Tenaga
LPG 750.000 240.000 2.880.000 Surya”, Proceeding Seminar Nasional
Listrik 1.250.000 56.760 681.120 Universitas Sultan Agung, Semarang.
H. Rasyid M. (1993). Power Electronics, Circuit,
*Data diambil dari pengrajin Devices and Aplications . Prentice Hall. Inc . A
Simon & Schuster Company. Englewood
Disamping keunggulan tersebut diatas, Clifts, New Jersey
kompor wajan listrik batik cap hasil rekayasa Holman, J. P., (1990),”Heat Transfer “ McGraw-Hill
mempunyai kelebihan yaitu tidak menimbulkan Publishing Company, New York.
pencemaran lingkungan yang berupa polusi udara Suprapto, H., (2000),”Penggunaan Zat Warna Alami
seperti yang terjadi pada wajan kompor cap berbahan Untuk Batik”, Balai Batik dan Kerajinan
bakar minyak tanah dan wajan kompor cap berbahan Yogyakarta
bakar LPG. W.l. Mc Cabe, J.C. Smith dan P. Hariott (1990),”
Penerapan kompor wajan listrik batik cap Operasi Teknik Kimia Jilid 2”,
hasil rekayasa pertama akan dilakukan di UMKM PenerbitErlangga Jakarta.
pengrajin batik cap, khusunya di wilayah Daerah Nurul Eksanti (1996),” Kompor Berbahan Bakar Bio
Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagimana telah Etanol” Proceeding Seminar Nasional Sekolah
dicanangkan oleh Disperindakop Propinsi DIY pada Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Suharyanto
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian rancang bangun alat pengirat bambu untuk Industri Kecil dan Menengah. Rancang bangun
ini merupakan pengembangan hasil perekayasaan sebelumnya. Permasalahan yang dihadapi pengrajin anyaman bambu salah
satunya adalah terbatasnya peralatan, termasuk alat irat bambu. Fenomena ini sangat dirasakan pengrajin Industri Kecil dan
Menengah yang mengakibatkan kapasitas produksinya rendah . Secara khusus permasalahan yang dihadapi pengrajin bambu
di kecamatan Tawang Mangu dengan program pendampingan oleh PNPM adalah tidak adanya alat pengirat bambu. Oleh
karena itu maka perlu dilakukan rancang bangun mesin irat bambu. Penelitian dilakukkan dengan merancang alat irat bambu
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan mewujudkan rancangan tersebut kedalam bentuk mesin yang siap diterapkan di
IKM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancang bangun alat irat bambu telah berhasil diwujudkan dengan spesifikasi
dimensi panjang Mesin 73 Cm, Lebar 29 Cm dan tinggi 78 Cm. Mesin irat bambu digerakkan dengan motor listrik jenis
induksi sangkar tupai 1 phase, 220 V, 50 Hz, 1/2 Hp serta kecepatan putar poros motor 1450 rpm. Hasil uji coba
menunjukkan bahwa alat irat bambu mampu mengirat sebanyak 1328 lembar iratan per-jam dengan spesifikasi bambu :
panjang maksimum 180 Cm , lebar 2 - 4 cm dan tebal 0,3- 0,9 mm.
antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, Kolom bambu terdiri atas sekitar 50%
mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah parenkim, 40% serat dan 10% sel penghubung
dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. (pembuluh dan sieve tubes) Dransfield dan Widjaja
Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan (1995). Parenkim dan sel penghubung lebih banyak
dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan pada bagian dalam dari kolom,
ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada
menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas
pedesaan. penghubung antar buku memiliki kecenderungan
Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk bertambah besar dari bawah ke atas sementara
berbagai macam konstruksi seperti rumah, gudang, parenkimnya berkurang.
jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta Sifat fisis dan mekanis merupakan informasi
alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat penting guna memberi petunjuk tentang cara
dibuat bilik, dinding atau lantai, reng, pagar, pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan.
kerajinan dan sebagainya. Beberapa jenis bambu Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis bambu telah
akhir-akhir ini mulai banyak digunakan sebagai diberikan oleh Ginoga (1977) dalam taraf
bahan penghara industri supit, alat ibadah, serta pendahuluan. Pengujian dilakukan pada bambu
barang kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap apus (Gigantochloa apus Kurz.) dan bambu hitam
lampu, alat musik, tirai dan lain-lain. (Gigantochloa nigrocillata Kurz.). Beberapa hal
Dari kurang lebih 1.000 species bambu yang mempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu
dalam 80 generasi, sekitar 200 species dari 20 adalah umur, posisi ketinggian, diameter, tebal
generasi ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield daging bambu, posisi beban (pada buku atau ruas),
dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia posisi radial dari luas sampai ke bagian dalam dan
ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu kadar air bambu.
Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Kerajinan Bambu
Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka Industri kerajinan bambu merupakan
dan daerahnya bebas dari genangan air. kegiatan padat karya, seperti halnya industri
Tanaman bambu hidup merumpun, kadang- kerajinan yang telah diuraikan sebelumnya. Indutri
kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis ini mempu menyerap lebih banyak tenaga kerja
pembatas dari suatu wilayah desa yang identik untuk setiap satu satuan investasi.
dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu
menanam bambu disekitar rumahnya untuk adalah produk untuk pemenuhan permintaan
berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis bambu ekspor. Sasaran konsumen luar negeri adalah para
bercampur ditanam di pekarangan rumah. Pada peminat kerajinan bambu dari Jepang, Italy, Jerman
umumnya yang sering digunakan oleh masyarakat dan Hongaria. Jenis produk kerajinan bambu yang
di Indonesia adalah bambu tali, bambu petung, diminati oleh konsumen-konsumen tersebut antara
bambu andong dan bambu hitam. Seperti halnya lain adalah aneka kerajinan bambu yang memiliki
tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada fungsi sebagai tempat buah, kue, baki lamaran dan
setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran tempat sampah.
jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya
sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh akar-akar Irat Bambu
sehingga pada bambu dimungkinkan untuk Kerajinan anyaman bambu selalu berkaitan
memperbanyak tanaman dari potongan-potongan dengan iratan. Tebal dan lebar iratan untuk tiap-tiap
setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya. anyaman bambu berbeda-beda, tergantung jenis
Dalam penggunaannya di masyarakat, bahan anyaman yang dikehendaki. Proses pembuatan
bambu kadang-kadang menemui beberapa iratan bambu dapat dilakukan melalui 2 (dua)
keterbatasan. Sebagai bahan bangunan, faktor yang metode, yaitu manual dan masinal. Masing-masing
sangat mempengaruhi bahan bambu adalah sifat metode mempunyai kelemahan dan kelebihan.
fisik bambu yang membuatnya sukar dikerjakan Proses manual membutuhkan investasi awal
secara mekanis, variasi dimensi dan ketidaksera- relatif kecil, tidak membutuhkan sumber energi
gaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan tambahan tetapi membutuhkan SDM ahli, tenaga
bambu tersebut menjadikan bambu tidak dipilih kerja relatif besar serta kapasitas produksi relatif
sebagai bahan komponen rumah. Sering ditemui kecil. Proses masinal memerlukan investasi awal
barang-barang yang berasal dari bambu yang relatif besar, membutuhkan energi tambahan
dikuliti khususnya dalam keadaan basah mudah (listrik, bahan bakar minyak, gas,dll), tetapi tidak
diserang oleh jamur biru dan bulukan sedangkan membutuhkan SDM ahli, kebutuhan tenaga kerja
bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat relatif kecil dan kapasitas produksi relatif tinggi.
diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap
kayu kering.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan diantaranya
adalah :Besi siku, roda gigi transmisi, puly, mur
baut,motor listrik, pisau irat, dudukan mesin, per
tekan, plat eser, besi as, lacquer.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan
perekayasaan ini adalah :
a. Mesin bubut
b. Mesin skrap
c. Mesin bor
d. Mesin gerinda
e. Mesin frais
f. Mesin las listrik
g. Mesin gergaji Gambar 2. Mesin irat bambu hasil rancang
h. Kunci pasi bangun
i. Seperangkat alat finishing
Adapun spesifikasi mesin irat bambu yang
Metode dihasilkan adalah sebagai berikut :
Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium
Alih Teknologi dan Inkubasi . Tahapan-tahapan Penggerak : motor listrik 1 phase, 220 V,
yang dilakukan dalam perekayasaan ini adalah 1/2 HP, 1430 rpm
sebagai berikut : Dimensi : - panjang : 73 cm
a. Studi lapangan dan literatur - lebar : 29 cm
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan - tinggi : 78 cm
data-data tentang proses irat yang selama ini Berat : 93 kg
10 1343 1344 1342 1343 http//:www. PT. Toko Mesin Maksindo Mesin Irat
Bambu, Mesin Pengerat Bambu, tgl 14 mei
15 1338 1340 1339 1339 2011.
20 1334 1333 1335 1334
K. Widnyana, 2007, ” Bambu Dengan Berbagai
Manfaatnya”, Fakultas Pertanian
25 1328 1325 1327 1326 Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Krisdianto, dkk, 2006, ”Sari Hasil Penelitian
Bambu”, Departemen Kehutanan.
Potensi Hutan Rakyat Indonesia 2003, BPS, 2004
Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Messler, Robert. W., 1999, ”Principles Of
Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya, Welding”, John Willey & Son Inc, New
1980 York
Amstead., B. H., 1986,”Teknologi Mekanik”, Wiryosumarto, H., Okumara, T., 2004Messler,
Erlangga, Jakarta. Robert. W., 1999, ”Principles Of Welding”,
Pradnya Paramita, Jakarta.
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilakukan adalah reparasi cast wheel (velg) aluminium yang telah mengalami kerusakan
(retak) dengan metode pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas). Pengelasan pada velg berbahan Aluminium memungkinkan
digunakan untuk memperbaiki kerusakan sejauh kekuatan sambungan lastersebut mendekati kekuatan dari velg utuh.
Sebelum percobaan pengelasan TIG, dilakukan dahulu beberapa pengujian untuk mengetahui data awal. Pengujian
bertujuan untukmengetahui kondisi material asli (base material). Dari pengujian awal diperoleh bahwa material asli adalah
Al-7,3%Si yang memiliki kekerasan sebesar 57,63 HBN dan memiliki kekuatan impak sebesar 0,108 Joule/mm2. Data yang
diperolehpadapengujiantersebutmerupakan data acuanuntukmenjadipembandinghasilpercobaandenganpengelasan TIG.
Hasil uji kekerasan pengelasan pada daerah perbatasan antara logam induk dan logam lasan serta pada logam lasan,
untuk pengelasan TIG sebesar 30,47 BHN dan 45,15 BHN. Sedangkanhasil uji impak untu proses pengelasan TIG sebesar
0,096 Joule/mm2 Dari hasi pengujian kekerasan dan impak dapat diketahui bahwa nilai kekerasan dan kekuatan impak hasil
lasan masih lebih kecil dibandingkan dengn kekerasan dan kekuatan impak logam induk. Hal ini berarti bahwa hasil
pengelasan belum layak digunakan, karena nilai kekerasan dari hasil pengelasan belum mendekati nilai kekerasan logam
induk.
Kekerasan (HBN)
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami tentang 50
bahan aluminium tersebut. Hal terpenting adalah 40
tentang tingginya titik leleh yang bias menyebabkan 30
terbentuknya lapisan oksida pada permukaan logam
20
akibat panas yang ditimbulkan dari operasi
pengelasan. Lapisan oksida tersebut harus 10
dihilangkan sebelum dilakukan pengelasan- 0
pengelasan berikutnya. TANPA LAS TIG HAZ
Hasil pengelasan aluminium rentan Daerah Pengelasan
terhadap berbagaima camcacat cracking.
Kecenderungan terbentuknya solidification
cracking berkaitan langsung dengan perbedaan
antara suhu solidus dan likuidus dari logam Gambar 3. Diagram nilai kekerasan Daerah Lasan
aluminium.
Dari diagram diatas terlihat bahwa
material yang dilas dengan Las TIG memiliki
Las Wolfram Gas Mulia (Las TIG)
Las TIG sering juga disebut las GTAW kekerasan 44.18 HBN pada daerah lasan dan 30.47
HBN pada daerah sambungan las (HAZ),
sangat banyak digunakan untuk mengelas pelat
alumunium yang tipis atau bila diperlukan las sedangkan base material memiliki kekerasan 59.59
dengan masukan panas yang rendah. Las TIG HBN. Ini berarti dari berbagai proses pengelasan
menggunakan elektroda yang tidak turut cair, jadi seperti yang dilakukan diatas masih memiliki nilai
juga berarti arus listrik yang digunakan tidak terlalu kekerasan yang lebih rendah dari base material
besar. Hal ini pada pengelasan logam dengan yang tanpa mengalami proses pengelasan.
kapasitas panas yang berbeda dapat menimbulkan
terjadinya penembusan yang tidak sempurna pada Pengujian Impak
logam dengan kapasitas panas yang lebih besar. Dari pengujian impak Charpy didapatkan
Perbedaan kapasitas panas ini dapat karena hasil seperti pada Gambar 4.
perbedaan luas. Dalam hal ini logam dengan
kapasitas panas yang lebih tinggi harus diberi
pemanas mula atau mencampurkan gas He pada gas
pelindung sehingga busur menjadil ebih terpusat.
0,11
Kekuatan Impak (Joule/mm2
0,085
TANPA LAS TIG
Proses Pengelasan
Gambar 2. Komposisi kimia base material
mengalami proses pengelasan yaitu sebesar 0.108 2. Kekuatan impak hasil pengelasan TIG adalah
Joule/mm2. 0.096 Joule/mm2, sedangkan kekuatan impak
base material sebesar 0.108 Joule/mm2.
3. Nilai kekerasan dan kekuatan impak base
Uji Struktur Mikro
material masih lebih tinggi dibandingkan
Dari foto mikro didapatkan seperti pada dengan material yang mengalami proses
pengelasan TIG
Gambar 5
4. Dari pengamatan struktur mikro hasil proses
pengelasan TIG pada daerah sambungan (HAZ)
dapat dilihat kristal-kristal Si berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan kristal Si pada base
material karena pada daerah tersebut terjadi
pendinginan lebih cepat sehingga pada daerah
tersebut memiliki nilai kekerasan yang lebih
rendah dari base material maupun logam lasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aljufri, 2008.Pengaruh variasi sudut kampuh V
tunggal dan kuat arus pada sambungan
aluminium Mg5083 Terhadap Kekuatan
base material
Tarik Hasil Pengelasan TIG, Thesis USU
Medan
Balasubramanian. V, Ravisankar. V, Madhusudhan
Reddy. G, “Effect of pulsed current
welding on fatigue behavior of high
strength aluminium alloy joints”, Science
Direct.Materials and Design 29 (2008)
492–500
Bambang Pr. 2006,”Pengaruh penggunaan jenis
fluks pembungkus elektroda dan varian
arus listrik pengelasan terhadap kekuatan
tarik pada plat baja EMS -45 dengan
kampuh V, UNS Surakarta
D.J. Tillack.2007.“Welding superalloys for
daerah sambungan (HAZ) TIG aerospace applications”, Welding Journal,
pp.28-32
Gambar 5. Hasil Uji Struktur Mikro IN Budiarsa. 2008, “Pengaruh Besar Arus
Pengelasan dan Kecepatan Volume Alir
Tampak pada Gambar 5 bahwa didaerah Gas Pada Proses Las GMAW terhadap
sambungan (HAZ) kristal-kristal Si berukuran lebih Ketangguhan Aluminium 5083” Jurnal
kecil dibandingkan dengan kristal Si pada base Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM vol.2
material karena pada daerah tersebut terjadi no.2 Desember 2008
pendinginan lebih cepat. Hal ini akan Surasno, 2008 Pengaruh Masukan Panas pada Las
mempengaruhi nilai kekerasan pada daerah Aluminium 2023 T3, Berita Teknologi
sambungan (HAZ) tersebut. Bisa dikatakan pada Bahan dan Barang Teknik No.22
daerah tersebut memiliki nilai kekerasan yang lebih Suharno,2008. Prinsip-Prinsip Teknologi dan
rendah dari base material maupun logam lasan. Metalurgi Pengelasan Logam, UNS Press
Surakarta
Wiryosumarto, Harsonodan Okumura, T. 2006.
KESIMPULAN Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT
1. Kekerasan hasil pengelasan TIG dan adalah Pradnya Paramita.
44.18 HBN. Sedangkan untuk daerah www.welding.com, diaksestanggal 27 Desember
sambungan las (HAZ) Las TIG memiliki 2011
kekerasan 36.16 BHN. Dari semua hasil nilai www.weldingengineer.com, diakses tanggal 27
kekerasan tersebut masih lebih rendah Desember 2011
dibandingkan dengan nilai kekerasan base
material yaitu sebesar 59.59 HBN.
ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi waktu solution heat treatment T6 dan artificial aging terhadap
mikrostruktur dan sifat mekanis paduan aluminium cor A356.0 pada velg sepeda motor dengan proses vertical centrifugal
casting, temperatur pouring 750°C, pre-heating cetakan 250°C dengan penambahan 7,5 % Al-TiB kedalam 5 kg aluminium.
Logam cair dituangkan kedalam cetakan dengan kecepatan putaran 400 rpm yang mengakibatkan logam cair terlempar oleh
gaya centrifugal sehingga menimbulkan tekanan pada setiap layer, proses pembekuan juga semakin cepat dan menghasilkan
ukuran butir yang halus, sehingga sifat dan densitas material semakin tinggi, otomatis porositas semakin sedikit.
Selanjutnya hasil pengecoran velg dibuat spesimen dengan standar ASTM dan diuji secara fisis dan mekanis
menggunakan standar pengujian yaitu : uji tarik, uji kekerasan, uji impak, uji densitas dan struktur mikro. Perlakuan T6 heat
treatment diikuti: perlakuan panas di furnace pada temperatur 540°C ditahan selama 30 dan 60 menit, kemudian dilakukan
proses artificial aging dengan variasi temperatur mulai dari 100°C, 125°C, 150°C, 175° dan 200°C selanjutnya ditahan
selama 3 jam, mengacu kepada ASTM (2004). Sehingga diharapkan terbentuknya presipitat disekitar batas butir matrik
aluminium, yang menyebabkan susunan antar atom rapat dan terjadi ikatan antar atom sehingga menjadi kuat dan
kekerasannya meningkat
Kekerasan mengalami peningkatan setelah mencapai suhu aging 2000C baik waktu perlakuan panas 30 maupun 60
menit, sedangkan untuk kekuatan tarik peningkatan terjadi pada natural aging dan mengalami penurunan setelah
melewatinya. Nilai ketangguhan tertinggi dari kedua waktu perlakuan panas adalah pada suhu aging 100 0C, untuk densitas
hasil coran secara merata meningkat pada suhu aging 1000C , 1250C dan 1500C untuk perlakuan panas 60 menit. Sementara
untuk waktu T6 30 menit hanya natural aging yang mengalami peningkatan dan kecenderungan menurun. Dalam proses
perlakuan panas dan suhu aging memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap sifat mekanis hasil coran. Setelah perlakuan
panas T6 dan aging terlihat adanya perbedaan morfologi pada batas butir matrik aluminium, yaitu terbentuknya presipitat
yang diduga adalah senyawa Mg2Si.
modulus young serta nilai regangan (Chirita, b) Melakukan pre-heating pada cetakan dengan
2006). temperatur 2500C (Bambang, 2010). Proses pre-
heating menggunakan liquefied petroleum gas
Santoso (2010) meneliti pengaruh variasi (LPG), yaitu dengan menempatkan burner
temperatur cetakan dan inokulan Al-TiB terhadap diantara cetakan atas dan bawah sampai
sifat mekanik hasil coran aluminium menggunakan temperatur cetakan mencapai 2500C, seperti
centrifugal casting. Hasil penilitian ini menunjuk- yang terlihat pada Gambar 1.
kan bahwa, semakin tinggi temperatur cetakan
dapat menghambat laju pendinginan, yang akan
memperbesar ukuran butir hasil coran. Sehingga
semakin besar ukuran butir, sifat mekanik hasil
coran akan semakin turun.
Al Cd Cu Fe Mg Ni Pb Si Ti Zn
92.756 <0.002 <0.001 0.220 0.400 <0.002 0.001 6.550 0.006 0.004
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil pengecoran dari pabrik lokal sebesar 62.85
kg/mm2.
Setelah dilakukan pembuatan benda uji Banyak faktor yang mempengaruhi
(spesimen) hasil pengecoran centrifugal casting peningkatan kekerasan diantaranya lama heat
dengan beberapa variasi waktu pelaksanaan treatment, aging, pendinginan cepat (quenching),
perlakuan panas T6 dengan siklus solution heat suhu mould dan metode pengecoran. Pada
treatment suhu 5400C , water quenching, natural pengujian ini terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada
aging dan variasi suhu artificial aging, selanjutnya suhu aging. Dalam proses aging diduga paduan
dilakukan uji sifat fisis dan mekanis meliputi uji A356 (Al-Mg-Si) membentuk presipitat Mg2Si
kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan impak dan yang terdispersi secara merata di batas butir,
densitas maupun struktur mikro. sehingga gaya yang diperlukan untuk mendeformasi
semakin besar, yang berarti kekerasannya tinggi.
Kekerasan
Pengujian kekerasan dilaksanakan dengan uji Tarik
kekerasan Brinell sesuai standar ASTM E-10. Data Nilai kekuatan tarik maksimum yang dapat
kekerasan akibat pengaruh suhu artificial aging ditahan benda uji dihitung berdasarkan pada beban
pada siklus perlakuan panas T6 dengan kondisi maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji tarik.
waktu dan suhu aging yang berbeda dapat dilihat Hubungan ultimate tensile strength (UTS) dengan
pada gambar 2. dibawah ini. variasi waktu tahan T6 dengan suhu aging dapat
dilihat pada gambar 3. dibawah ini.
200,00
UTS(Mpa)
200
BHN
100,00
0
0,00 NA 100 125 150 175 200
NA 100 125 150 175 200
Temperatur (C)
Temperatur C
sehingga menyebabkan susunan antar atom menit sebesar 0.252 J/mm2. Sementara itu nilai
aluminium menjadi lebih rapat dan menimbulkan ketangguhan pada raw material sebesar 0.432
ikatan antar atom menjadi lebih kuat. J/mm2
Struktur Mikro
A c B C
50 µm 50 µm 50 µm
D E F
50 µm 50 µm 50 µm
Gambar 6. Foto struktur mikro hasil centrifugal casting dengan perlakuan panas T6 selama 30 menit penahanan
(A) Natural aging, (B) suhu aging 100 0C, (C) 1250C , (D) 1500C, (E) 1750C, (F) 200 oC
50 µm 50 µm 50 µm
50 µm
50 µm 50 µm 50 µm
Gambar 7. Foto struktur mikro hasil centrifugal casting dengan perlakuan panas T6 selama 60 menit penahanan
(A) Natural aging, (B) suhu aging 100 0C, (C) 1250C , (D) 1500C, (E) 1750C, (F) 200 oC
Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan 2. Dalam proses perlakuan panas dan suhu aging
adanya perbedaan bentuk variasi waktu T6 dan memberikan pengaruh yang bervariasi
variasi aging. Pengamatan struktur mikro terhadap sifat mekanis hasil coran.
menggunakan mikroskop pembesaran 160 x 3. Setelah perlakuan panas T6 dan aging terlihat
hinggal terlihat butiran dan batas butiran Hasil adanya perbedaan morfologi pada batas butir
mikro struktur untuk centrifugal casting dengan matrik aluminium, yaitu terbentuknya
kecepatan putar 400 dapat dilihat pada gambar 6. presipitat yang diduga adalah senyawa Mg2Si.
Pada hasil seluruh mikro struktur terlihat garis
ukuran dengan jarak antara satu garis dengan garis DAFTAR PUSTAKA
lainnya sebesar 0,005 mm ASM Handbook, 2008, “Volume 15 Casting”, ASM
International.
ASM Handbook, 2000, “Introduction to Aluminum
KESIMPULAN Alloys and Tempers”, ASM International.
ASTM Standard, 2004, “Standard Practice for Heat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Treatment of Aluminum-Alloy Castings from
tentang pengaruh variasi waktu perlakuan panas T6 All Processes”.
dan suhu aging pada centrifugal casting terhadap ASTM Standard, 2004, “Standard Test Methods for
sifat fisis dan mekanis paduan aluminium cor A356 Notched Bar Impact Testing of Metallic
velg sepeda motor, maka dapat disimpulkan bahwa Materials”.
: ASTM Standard, 2004, “Standard Test Methods for
1. Kekerasan mengalami peningkatan setelah Tension Testing of Metallic Abdulwahab M.,
mencapai suhu aging 200 0C baik waktu Madugu I.A., Yaro S.A., 2012 “Effects of
perlakuan panas 30 maupun 60 menit, Temper Conditions and Step-Quenching –
sedangkan untuk kekuatan tarik peningkatan Ageing on the Hardness Characteristics and
terjadi pada natural aging dan mengalami Yield Strength of A356.0-type Al-Si-Mg
penurunan setelah melewatinya. Nilai Alloy”.Springer Science-Business Media B.V.
ketangguhan tertinggi dari kedua waktu 2012.
perlakuan panas adalah pada suhu aging W,Abdul,M., Madugu I.A., Yaro S.A., 2012
1000C, untuk densitas hasil coran secara “Effects of Temper Conditions and Step-
merata meningkat pada suhu aging 1000C , Quenching –Ageing on the Hardness
1250C dan 1500C untuk perlakuan panas 60 Characteristics and Yield Strength of A356.0-
menit. Sementara untuk waktu T6 30 menit type Al-Si-Mg Alloy”.Springer Science-
hanya natural aging yang mengalami Business Media B.V.
peningkatan dan kecenderungan menurun Bambang, U., 2010 “Pengaruh Kecepatan Putar
setelah. Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis pada
Centrifugal Casting Aluminium Alloy Velg
Sepeda Motor”.Tesis S2 Teknik Mesin Pasca Masy’ari (2011) “Pengaruh kecepatan putar,
Sarjana Universitas Gadjah Mada. perlakuan panas T6 dan penambahan inokulan
Bintoro, B.M., 2010 “Pengaruh Temperatur Al-TiB pada centrifugal casting terhadap sifat
Cetakan, Bentuk Produk dan Inokulan Ti-B fisis dan mekanis paduan aluminium cor A356
pada Proses Pengecoran Sentrifugal Terhadap velg sepeda motor” Tesis S2 Teknik Mesin
Sifat Fisis dan Mekanis Paduan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Aluminium”.Tesis S2 Teknik Mesin Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada.
ABSTRAK
Pendistribusian bahan pangan dalam hal ini ikan dipengaruhi oleh kualitas layanan (kualitas produk dan lead time).
Lead time (waktu) pendistribusian ikan akan mempengaruhi kualitas produk (ikan segar) dan kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen dalam pelayanan distribusi ikan hasil petani ikan dipengaruhi oleh kualitas layanan sistem distribusi
ikan. Penelitian ini dilakukan di Depo Pemasarana Ikan yang berada di Jalan Lingkar Timur Sidoarjo.
Untuk mengukur kualitas layanan sistem distribusi ikan ini, menggunakan metode Physical Distribution Service
Quality (PDSQ), merupakan distribusi fisik untuk meningkatkan nilai form utility dengan menjamin nilai produk yang
dikirimkan berada dalam kuantitas yang tepat serta utuh, dengan cara menjamin produk datang, sesuai dengan waktu dan
tempat yang diminta. Pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner. Untuk
pengolahan data menggunakan uji validasi dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS V.16. H
Hasil penyebaran kuesioner didapatkan data atribut yang mempunyai nilai negatif tertinggi adalah atribut terdapat
pada dimensi timeline yaitu pada atribut pengiriman pesanan tepat waktu sebesar -0,95. Atribut negatif terbesar tersebut
akan digunakan untuk perbaikan. Sedangkan untuk tingkat kepentingan terdapat pada dimensi condition pada atribut
kualitas ikan (segar dan setengah hidup), mendapat nilai tertinggi karena hal tersebut mengindikasikan hal terpenting yang
diharapkan oleh konsumen.
Kata kunci : Kualitas Layanan, Lead Time, Physical Distribution Service Quality.
Dimensi Atribut
Tabel 2. Tingkat Kualitas Layanan Terbobot Sistem Distribusi Ikan di Depo Pemasaran Ikan
Nabhani, F and Shokri, A. (2009) “ Reducing the b. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
delivery lead time in a food distribution SME Masyarakat Universitas Muhammadiyah
through the implementation of six sigma Sidoarjo, terimakasih atas kerjasamanya.
methodology”. Journal of manufacturing c. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
technology Management. Sidoarjo, terimakasih atas ijin yang diberikan
Nasution, N.M, (2004) Manajemen Jasa Terpadu, selama penelitian berlangsung.
Bogor : Ghalia Indonesia, Bogor. d. UPT –Depo Pemasaran Ikan, Jalan Lingkar
Timur – Sidoarjo, terimakasih atas ijin yang
UCAPAN TERIMAKASIH diberikan selama penelitian berlangsung
ABSTRAK
Salah satu produk yang dibuat dari sisa-sisa penebangan kayu adalah pembuatan arang, masyarakat di Daerah Lamongan
khususnya di Desa Mantup banyak terdapat pengrajin arang.Terdapat dua jenis hasil pembuatan arang yang diproduksi dan
dapat dijual di pasaran yaitu arang berukuran besar dan kecil.Sedangkan remah-remah arang hanya dibuang sebagai limbah
yang belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambah, sekaligus
meningkatkan kesejahteraan pengrajin.Saat ini limbah remah-remah arang mencapai 30% dari total arang yang diproduksi.
Padahal potensi limbah remah arang tersebut masih cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang
briket, baik untuk konsumsi rumah tangga lokal maupun untuk industri arang aktif baik untuk penggunaan dalam negeri
maupun untuk luar negeri (ekspor).
Dari aspek teknologi, pengolahan arang briket relative masih sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Namun
kendala utama yang dihadapi adalah masih terbatasnya pengetahuan dan wawasan pengrajin dalam mengolah kembali limbah
remah-ramah arang juga akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas yang belum memenuhi
persyaratan merupakan kendala dan masalah dalam pengembangan usaha industry pengolahan arang briket.
Berpijak dari kondisi tersebut maka dibuat penelitian dengan tujuan untuk merancang dan mengimplementasikan mesin
pencetak arang briket berbahan baku limbah arang yang mempunyai nilai ekonomis. Dilihat dari hasil analisa ekonomi (aspek
ekonomi dan finansial) memberikan gambaran bahwa dengan modal investasi sekitar 15 juta diperoleh pengembalian
investasi (ROI) sebesar 1,5% selama 66 hari.
Penghasilan pengrajin :
100.000
Biaya tidak tetap/ kg =
200
= Rp. 500,-
Gambar 2. Silinder Cetakan Briket Jadi titik impas produk kerupuk per hari =
Rp.164.000
= 82 kg
Rp.2500 Rp.500
Analisa Kelayakan Ekonomi Pendapatan pada titik impas = 82 kg x Rp. 2.500
= Rp. 205.000,-
Berdasarkan wawancara langsung dengan pengrajin
maka ada sekitar 5 pengrajin arang kayu di Desa Estimasi harga alat : Rp. 15.000.000 maka dalam
Mantup, rata–rata produksi mereka adalah 300 jangka waktu periode pengembalian adalah =
kg/hari/pengrajin. Dimana biaya produksi sekitar
Rp. 274.000,-. Hasil penjualan 200 kg nya adalah Rp.15.000.000
= 66 hari.
Rp.500.000,- dengan harga per kg Rp. 2500,-. Rp.226.000
Biaya produksi secara lebih detail adalah sebagai
Dimana
berikut :
Return on investment =
1. Bahan baku pembuatan briket :
Rp.226.000
a. Tepung tapioka sebagai perekat 10 kg
x100% = 1,5 %
Rp.15.000.000
: Rp. 50.000
b. Minyak tanah untuk pembuatan lem tapioka KESIMPULAN
: Rp. 50.000 1. Dengan adanya alat pencetak briket dari
2. Biaya-biaya: limbah arang kayu ini, 30 % limbah arang
kayu dapat diolah lagi menjadi arang briket
a. Tenaga pemutar dan pengangkat (2 orang) @
sehingga dapat menaikkan nilai tambah
Rp. 75.000 : Rp. 150.000
pendapatan para pengrajin sebesar Rp [2]. M Tirono, Ali S, April 2011, Efek Suhu Pada
226.000,-/hari. Proses Pengarangan Terhadap Nilai Kalor
2. Proses pengerjaan limbah arang kayu menjadi Arang Tempurung Kelapa, Jurnal Neutrino,
briket sangat mudah karena mesin pencetak Vol 3, No. 2.
briket dibuat dengan dimensi yang ergonomis
sesuai dengan ukuran dan kekuatan tangan [3]. Perry, H. Chemical Engineering Handbook,
operator dengan gaya penekan sebesar 5-8 kg. 7th Edition., McGraw Hill.
3. Pengembalian investasi (ROI) sebesar 1,5%
/66 hari. [4]. Salvatore, 1993, Managerial Economic in
Global, Mc-Graw Hill, Singapore.
ABSTRAK
Pada proses pemesinan menggunakan mesin frais, parameter proses pemesinan yang dapat diatur adalah kecepatan putaran
spindel (spindle speed), kecepatan pemakanan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Perubahan kecepatan putaran
spindel, kecepatan pemakanan, dan kedalaman potong pada proses frais akan mengakibatkan terjadinya perubahan getaran
pada mesin frais.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter pemesinan khususnya kecepatan pemakanan terhadap getaran
pemesinan yang terjadi pada mesin frais pada proses up milling dan down milling dengan pergerakan meja arah horizontal
(sumbu x) dan arah radial (sumbu y). Pengujian ini menggunakan Mesin Frais Universal Knuth UFM 2.Pada pengujian ini
dilakukan variasi terhadap kedalaman potong, sedangkan parameter lainnya yaitu kecepatan putaran spindel dan kecepatan
pemakanan dibuat konstan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan kecepatan pemakananakan memberikan pengaruh positif terhadap getaran
mesin frais baik pada proses up milling maupun pada proses down milling untuk pergerakan meja arah horizontal maupun
arah radial. Untuk kedalaman potong yang sama, nilai getaran pada proses down milling lebih besar dibandingkan pada
proses up milling. Sementara getaran yang terjadi pada pergerakan meja arah horizontal lebih besar dari pada getaran pada
arah radial baik pada proses up milling maupun pada proses down milling
Proses Frais
Proses frais yang digunakan pengujian ini
adalah proses frais jari (end milling) dengan
menggunakan metode up milling (putaran spindel
berlawanan dengan pergerakan meja) dan down
milling (putaran spindel searah dengan pergerakan
meja). Arah pergerakan meja yang digunakan adalah
arah horizontal (sumbu x) dan arah radial (sumbu y)
Gambar 3. Digital Vibration Tester Meter Phase II
DVM 1000 Pengukuran Getaran
Metode penelitian yang digunakan pada Pengukuran dilakukan dengan bantuan 2 orang
penelitian ini adalah sebagai berikut : operator dimana salah satunya bertugas mencatat
nilai yang tertera pada alat ukur.Pengukuran getaran
Pemilihan dan Pemotongan Material Sampel dilakukan sepanjang benda kerja dan pencatatan
Material yang digunakan pada penelitian ini dimulai saat nilai kecepatan getaran sudah stabil.
adalah material Baja Lunak (Mild Steel) dengan Pengukuran dilakukan 2 kali pada masin-masing
nilai kekerasan HRC 69 dan nilai kekuatan tarik parameter kecepatan pemakanan baik untuk proses
(Tensile Stength) 400 N/mm2. Material berbentuk up milling maupun untuk proses down milling.
persegi dengan ukuran 50 mm x 50 mm. Material
sampel tersebut dipotong sepanjang 80 mm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran getaran dilakukan pada proses frais
Pemilihan Parameter Pengujian end millingmenggunakan metode up millingdan
Setelah material sampel tersedia, maka proses down milling pada pergerakan meja arah horizontal
selanjutnya adalah memilih parameter apa saja yang (sumbu x) dan arah radial (sumbu y). Pengukuran
digunakan dalam proses pengujian. Parameter getaran ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk
getaran yang digunakan pada penelitian ini adalah masing-masing kedalaman potong dan nilai yang
amplitudo kecepatan getaran (vibration velocity). diambil adalah nilai rata-rata.Hasil pengukuran
Sedangkan paremeter proses pemesinan yang dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini.
digunakan adalah kedalaman potong (depth of cut),
kecepatan putaran spindle (spindle speed) dan
kecepatan pemakanan (feed). Parameter kecepatan
pemakanan dibuat bervariasi sedangkan parameter
lainnya yaitu kecepatan putaran spindel dan
kedalaman potong dibuat konstan. Nilai kecepatan
pemakanan yang digunakan adalah 45 mm/min, 69
Dari hasil pengukuran yang terlihat pada tabel terjadi. Semakin besar kecepatan pemakanan yang
1 dan 2, menunjukkan bahwa perubahan kecepatan digunakan, maka semakin besar pula getaran yang
pemakanan pada proses up milling dan proses down terjadi.
milling berpengaruh positif terhadap getaran yang
pergerakan meja arah horizontal (arah x), Terhadap Getaran Dengan Menggunakan Mesin
mempunyai nilai amplitudo kecepatan getaran yang Bubut Chien Yeh CY 800 Gf. Proseding
tinggi dibandingkan dengan nilai amplitudo Seminar Nasional Teknik Mesin-VII : Bandung.
kecepatan getaran pada pergerakan meja arah radial Institut Teknologi Nasional-Bandung (2008)
(arah y).Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
lengan meja yang panjang yang searah dengan Ichlas, N. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap
pergerakan meja arah horizontal, sehingga pada Getaran Mesin Perkakas. Jurnal Poli Rekayasa,
saat pergerakan meja arah horizontal, meja mesin Vol. 6(2):112-118 (2011)
ikut bergetar karena tingkat kekakuan meja yang
kurang akibat posisi lengan meja yang searah Muas, M. Pengaruh Getaran Pemesinan Terhadap
dengan pergerakan meja. Sedangkan pada Kekasaran Permukaan Pada Mesin VMC-200.
pergerakan meja arah radial getaran yang terjadi Jurnal Sinergi, Vol. 6(1):33-32 (2008)
lebih kecil karena pada pergerakan meja arah radial,
meja lebih stabil dan lebih kaku karena posisi meja Hendra.2006. Pengukuran Sinyal Getaran Pada
tegak lurus terhadap pergerakan meja. Mesin Bubut Gallic 16N Dengan Menggunakan
Multychannel Spectrum Analyzer. Jurnal Teknik
Mesin. 3(2):99-105 (2006)
Gambar 7 memperlihatkan hubungan antara Ahmad Yusran, A. Analisis Spektrum Getaran Pada
kecepatan pemakanan terhadap nilai amplitudo Kerusakan Bantalan Rol Dengan Variasi
kecepatan getaran pada proses frais dengan Pembebanan. Proseding Seminar Nasional
menggunakan metode down milling. Pada kasus ini, Teknik Mesin-IX : Palembang. Universitas
hubungan yang terjadi sama dengan hubungan yang Sriwijaya (2010)
terjadi pada proses frais menggunakan metode up
milling dimana semakin besar nilai kecepatan Gandjar, K. Danardono, A.S. Slamet, W. Pengaruh
pemakanan, maka semakin besar pula nilai Parameter Pemesinan Terhadap Kualitas
kecepatan getaran yang terjadi baik pada pergerakan Permukaan Baja DF-3 (AISI 01) Yang
meja arah horizontal (arah x) maupaun pada Dikeraskan. Jurnal Teknologi, Vol. 3:185-192
pergerakan meja arah radial (arah y). (2005)
Taufiq Rochim. Klasifikasi Proses, Gaya dan Daya [Phase II Machine Tools, Inc]. Digital Vibration
Pemesinan, Buku 1. Penerbit ITB. Bandung Tester Model No. DVM 1000 : Operation
(2007) Manual. New Jersey : Phase II Machine & Tool,
Inc.
Rakhit, A.K. Machine Tool Vibration : Its Effect
onManufactured Surfaces. Proceeding of the [Knuth Machine Tools, Inc]. UFM 2 : Operating
fourth Canadian Congress of Applied Mechanics, Instruction. Knuth Machine Tools, Inc.
463-464. (2007)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta1*
Email : wartono_sttnas@yahoo.com
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shot peening terhadap sifat mekanis pada paduan Al 5083 yang
telah mengalami proses friction stir welding (FSW). Pada umumnya, daerah sambungan las FSW mengalami proses pelunakan
dan penurunan sifat mekanis dibanding logam induknya. Perlakuan shot peening diharapkan dapat meningkatkan sifat
mekanis, karena efek tempa (forging) pada permukaan pelat.
Proses FSW dilakukan pada aluminium dengan tebal 3 mm, dengan sambungan las jenis butt joint. Mesin yang
digunakan dalam proses FSW ini adalah mesin Milling dengan putaran spindel sebesar 910 rpm dan kecepatan meja sebesar
18,2 mm/menit. Permukaan bahan yang telah di FSW, kemudian di-shot peening dengan menembakkan bola baja. Hasil
proses FSW dan shot peening kemudian diuji terhadap kekerasan, tarik statis dan struktur mikro.
Hasil uji menunjukkan bahwa proses FSW menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan. Kemudian shot peening
dilakukan pada sambungan FSW dengan lamanya waktu penembakan yang bervariasi dari 6 menit, 10 menit, dan 14 menit.
Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik sebesar 2,06 %, 3,81 %, dan 6,04 %, dan dengan shot peening nilai
kekerasannya semakin meningkat masing-masing sebesar 1,09 %, 6,51 %, dan 7,11 %.
Kata kunci : shot peening, sifat mekanis, struktur mikro, friction stir welding.
METODE PENELITIAN
Tulisan ini disusun berdasarkan hasil
percobaan friction stir welding dan shot peening
serta pengujian terkait yang dilakukan sesuai
urutan/prosedur berikut ini.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu
aluminium paduan seri 5083 yang berbentuk
lembaran (sheet), dengan ukuran panjang 300
mm, lebar 200 mm, tebal 3 mm.
Sedangkan bahan mempunyai komposisi kimia
seperti ditunjukkan dalam tabel 1.
Gambar 2 : Shoulder plunge.
Tabel 1 : Komposisi kimia.
Si Fe Cu Mn Mg Ti Cr Zn Al Pengaturan Sudut Tool
Sudut kemiringan shoulder (θ) antara 2o – 4o
0,4 0,4 0,1 0,4-1,0 4-4,9 0,15 0,25 0,25 92,55
terhadap sumbu tegak lurus pada permukaan
benda kerja. Sudut kemiringan shoulder seperti
Proses Pengelasan dan Parameter Las gambar 2 diatas.
Pengelasan dengan metode friction stir welding
(FSW), menggunakan mesin milling Aciera Bentuk Tool
dengan putaran spindel 910 rpm dan kecepatan Proses pengelasan menggunakan tool dari bahan
pemakanan 18,2 mm/menit. HSS, diameter shoulder 15 mm dan diameter pin
Prinsip kerja pengelasan FSW ditunjukkan 3 mm, sudut kemiringan shoulder 2o. Tipe
seperti gambar 1, sedangkan parameter sambungan las Butt Joint. Bentuk tool seperti
pengelasan dapat dilihat pada tabel 2. ditunjukkan pada gambar 3 dibawah.
12,5
R1
20
50
150
Pengujian Mekanis
Uji tarik, kekerasan dan pengamatan
struktur mikro sambungan las FSW, dilakukan baik
pada spesimen FSW tanpa shot peening (FSW NP)
a
maupun FSW dengan shot peening (SP).
Pengujian Kekerasan
Disamping pengujian tarik, juga dilakukan uji
kekerasan untuk mengetahui distribusi kekerasan
pada arah kedalaman dengan jarak 0,25 mm dari d
d c b a
Pengujian Struktur Mikro dilakukan pada Gambar 9 : Struktur makro Perbesaran 10x dan
arah transversal hasil pengelasan. Pekerjaan meliputi Struktur mikro Perbesaran 100x, Etsa HF
: pemotongan, pengamplasan, pemolesan, etsa. (a. WM, b.TMAZ, c.HAZ, d.BM)
Proses etsa dengan diberi cairan HF (hidro fluoride),
kemudian diamati dengan mikroskop optic.
σu
2. Dengan proses shot peening, kekuatan tarik dan welding, ISIJ International, vol. 40, pp. S15-
kekerasan Al 5083 meningkat seiring dengan S19.
peningkatan waktunya shot peening. Kazuhiro Nakata, dkk., (2000), Weldability of high
3. Proses shot peening meningkatkan kekerasan strength aluminium alloys by friction stir
secara terbatas dan menyebabkan deformasi welding, ISIJ International, vol. 40, pp. S15-
plastis pada kedalaman tertentu dari permukaan S19.
bahan. Kumar, K. and Kailas, S.V., (2008), The role of
friction strir welding tool on material flow and
Daftar Pustaka weld formation, Jurnal Materials Science &
Adamowski, J. and Szkodo, M. (2007), Friction stir Engineering A 485 p. 367-374.
welds (FSW) of aluminium alloy AW6082-T6 Kutz, M., 1998, Mechanical Engineers Handbook,
2007, Jurnal of achievements in materials and 2nd ed., John Wiley & Sons, Inc.
manufacturing engineering, Vol. 20,. Michael F. Ashby and David R.H. Jones, (1996),
Caballero, (2011), Overall mechanical behavior of Engineering Materials 1, An introduction to
friction stir welded joints superficially treated their properties & applications, 2nd ed.,
by laser shot peening, Jurnal Anales de Butterworth, Oxford.
Mecanica de la fractura, vol. 2. Reddy, G.M., (2006), Microstructure, residual stress
Cavaliere P., (2006), Effect of welding parameters distribution and mechanical properties of
on mechanical and microstructural properties friction stir AA6061 aluminium alloy
of AA6056 joints produced by Friction Stir weldments, Proc. Seminar Nasional on Non-
Welding, Journal of Materials Processing Destructive Evaluation, India.
Technology 180, hal. 263-270. Thomas, W., (1991), Friction Stir Welding, The
Engineering Division Handbook, 1999, Technical Welding Institute.
Data Aluminium, Aluminium City (Pty) William, R., (1997), Welding Handbook, 8th ed,
Limited. Vol.3, Miami.
Kazuhiro Nakata, dkk., (2000), Weldability of high
strength aluminium alloys by friction stir
ABSTRAK
Melimpahnya limbah cair dan padat dari industri pati aren di Dukuh Bendo, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah sangat mengganggu lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan adalah bau yang tidak sedap, biota sungai, dan
kemungkinan banjir karena limbah padat dibuang ke badan sungai. Pemanfaatan limbah cair dan limbah padat industri pati
aren sebagai sumber bahan baku produksi biogas dan pupuk organik merupakan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biogas dengan bahan baku variasi perbandingan substrat limbah cair dan limbah
padat industri pati aren.
Bahan baku dengan variasi perbandingan limbah padat dan limbah cair R2, R3, dan R5 berturut turut 1: 7, 1: 5, dan
tanpa substrat dicampur dengan stater inokulum dari cairan effluent biodigester KP4 UGM dimasukkan ke dalam
biodiogester 2500 mL ditambahkan air sehingga volume totalnya 1500 mL. Lingkungan pH awal campuran asam
dikondisikan pH sekitar 6,5-7 dengan penambahan larutan NaOH 1,24 M. Biodigester ditutup rapat. Volume biogas diukur
setiap hari. Pada proses pembentukan biogas dianalisis kadar metana, kadar CO2 menggunakan kromatografi gas. Proses ini
dihentikan pada hari ke 44.
Hasil terbaik diperoleh pada perbandingan substrat limbah padat dan limbah cair 1:5 (R3).Volume akumulasi biogas
dihasilkan pada hari ke 44 sebanyak 1,6 L. Kadar biogas tertinggi dihasilkan pada hari ke-17 dengan metana sebanyak 74,74
%, kadar CO2 sebanyak 22,83 %, dan sisanya berupa uap air maupun impuritas lainnya.
Kata Kunci : biogas, limbah cair , limbah padat, industri pati aren, metana.
yang tinggi. Konsentrasi gas metana dan Tabel 2. Konsentrasi Gas Metan Waktu tertentu
karbondioksida menunjukkan bahwa kadar gas
Kadar metana, %
metana pada R3 memiliki nilai yang terbesar di
antara biodigester lainnya. Hal ini menunjukkan Hari ke- R2 R3 R5
bahwa perbandingan komposisi limbah padat dan 10 29.528 54.156 49.419
cair 1 : 5 bukan hanya mampu memproduksi biogas
17 62.85 74.743 56.931
dengan jumlah yang besar, namun juga memiliki
kemurnian yang cukup tinggi. Gambar 3 dan 5 24 54.987 70.708 23.204
menunjukkan grafik konsentrasi gas metana dan 31 39.523 55.909 25.234
karbondioksida terhadap waktu. Pengukuran kadar
gas metana dan karbondioksida dilakukan di 44 40.956 45.657 24.32
Laboratorium Analisis Instrumentasi, Jurusan
Teknik Kimia UGM menggunakan alat gas
chromatography. Sampel yang diinjectkan adalah
gas yang diambil dari masing-masing biodigester.
Sampel gas tersebut dibandingkan terhadap gas
yang sama jenisnya yang digunakan sebagai gas
standar sehingga diketahui kadar beberapa jenis
gas.
1 2 3
b. Kadar metana dan CO2
salah satu komponen biogas yang sifatnya sebagai mikroba, hingga dicapai pH minimal 6 -7,
gas pengotor pada biogas yang dihasilkan. Sisanya, kemudian diikuti dengan kenaikan pH hingga
adalah gas-gas lain yang juga merupakan pengotor berada pada kondisi pH yang maksimal di akhir
biogas yang komposisinya sangat kecil, seperti uap tahap pembentukan biogas. Hal ini terjadi karena
air, hidrogen, dan lain-lain. Semakin rendah pada tahap awal, mikroorganisme yang berperan
konsentrasi karbondioksida, semakin bagus kualitas pada proses hidrolisis, asidogenesis, dan
biogas. Konsentrasi karbondioksida pada keempat asetogenesis lebih aktif melakukan kegiatannya
biodigester ditunjukkan pada gambar 5. dibandingkan dengan mikroba-mikroba
Berdasarkan gambar 5 di atas terlihat bahwa seiring metanogenik. Mikroorganisme hidrolitik
meningkatnya konsentrasi gas metana pada hari ke mendegradasi senyawa-senyawa organik menjadi
17 (gambar 3) diikuti dengan penurunan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Mikroba-
konsentrasi gas karbondioksida. Hal ini berarti ada mikroba pembentuk asam kemudian secara sangat
perubahan dominasi peranan dari mikroorganisme aktif mendegradasi senyawa-senyawa hasil
penghasil gas karbondioksida oleh mikrorganisme hidrolisis menjadi asam-asam volatil sehingga
penghasil gas metana. terjadi akumulasi asam yang menyebabkan kondisi
pH menurun. Pada tahap selanjutnya, mikroba
c. Pengaruh pH metanogenik lebih aktif dalam kegiatannya
Secara umum, pH yang optimum untuk mendegradasi asam-asam tersebut menjadi gas
pertumbuhan bakteri adalah sekitar 6,5 -. 7,5 metana dan karbondioksida sehingga jumlah asam-
(Metcalf dan Eddy, 2003). Pada pH sekitar pH asam volatil mengalami penurunan, dan kondisi pH
netral, yaitu pada rentang pH 6,5 -. 8,0 kembali normal. Kondisi pH untuk R5 sendiri, yang
mikroorganisme penghasil biogas akan berisi larutan inokulum, cenderung selalu berada
menjalankan aktivitasnya secara optimal. Mikroba dalam kondisi netral sepanjang jalannya penelitian.
akan terancam kelangsungan hidupnya bila kondisi
pH di bawah 4 atau di atas 9. Berikut ini grafik nilai KESIMPULAN
pH terhadap akumulasi volum biogas sepanjang Hasil terbaik diperoleh pada perbandingan
waktu penelitian. substrat limbah padat dan limbah cair 1 : 5
(R3).Volume akumulasi biogas dihasilkan pada hari
ke 44 sebanyak 1,6 L. Kadar biogas tertinggi
dihasilkan pada hari ke 17 metana sebanyak 74,74
% dan kadar CO2 sebanyak 22,83 % dan sisanya
berupa uap air maupun impuritas lainnya.Biogas
yang diproduksi dapat menyalakan api
DAFTAR PUSTAKA
Association Official Agriculture Chemists, 2002,
Official Methods of Analysis of AOAC
Gambar 6. Perubahan pH setiap waktu pada International, Volume I. p.2.5-2.37. In
degradasi anaerobik limbah industri pati Horwitz, W. ( Ed.). Agricultural Chemicals,
aren. Contaminants, Drugs. AOAC International,
Maryland, USA. 17th edition.
Kondisi pH R2, R3, dan R5 serta Deublein, D. and Steinhauser, A, 2008. Biogas
akumulasi volume biogas yang dihasilkan dapat from Waste and Renewable Resource,
dilihat pada gambar 6. Gambar 6 tersebut Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
memperlihatkan bahwa pH masing-masing ,Weinheim.
biodigester berada pada kondisi yang mendekati Firdayati,M dan Handajani, M, 2005 Studi
netral sehingga tidak ada kondisi ekstrim yang Karakteristik Dasar Limbah Industri Tepung
terlalu asam atau terlalu basa. Kondisi pH dalam Aren, Jurnal Infrasturuktur dan Lingkungan
seluruh biodigester tidak begitu berpengaruh. Binaan Vo 1 No 2.
Kondisi pH masing-masing biodigester R2, dan R3 Khorshidi N and Arikan B,2008, Thesis,
memiliki kecenderungan yang sama. Kondisi pH Experimental Practice in order to Increasing
yang rendah pada tahap awal penyesuaian diri Efficiency of Biogas Production by Treating
ABSTRAK
Pengukuran aliran dengan beda tekanan seperti penggunaan oriffice, nozzle, dan venturi telah banyak digunakan di industri
untuk mengukur laju aliran dalam pipa. Metode pengukuran ini mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran karena
terjadinya perubahan penampang aliran pada pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Banyaknya industrimenuntut sistem
pengukuran dengan metodenon-invasif, dengan biaya rendah dan tidak rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan suatu alat ukur aliran tanpa melakukan perubahan pada penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter
ultrasonik.Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur laju aliran dua fase karena adanya fase gas atau padat
berupa gelembung atau partikel padat yang mengalir bersama fase cair yang berfungsi sebagai reflektor gelombang
ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak menimbulkan kerugian aliran.
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air dan udara, pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm dengan tebal 5 mmdan
transparan agar perilaku aliran dapat diamati.Function generator untuk menghasilkan frekuensi gelombang ultrasonik yang
dihubungkan ke transmitterdipilih sebagai pemancar signal, kemudian signal yang dipancarkan akan diterima oleh receiver
yang dihubungkan dengan osciloscop. Pada penelitian ini akan dianalisis besar kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi ultrasonik akibat perubahan temperaturpada pola aliranslug.Variasi suhu yang digunakan adalah
40-70oC.Kecepatan superfisial udara (Jg) yang digunakan adalah 1,31 m/s –2,29 m/s,sedangkan Kecepatan superfisial air (Jl)
yang digunakan adalah 0,39 m/s –1,05 m/s.
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian dicari hubungannya dengan perubahan temperatur dari fase
air-udara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan temperatur pada aliran slug akan mempengaruhi besar kecilnya
amplitudo, di mana semakin tinggi temperatur maka amplitudo akan semakin kecil.
banyak digunakan di industri dalam mengukur laju menggambarkan aliran dua fase cairan dan gas.
aliran dalam pipa. Metode pengukuran ini Pendekatan transmission-mode yang digunakan
mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran untuk menggambarkan aliran dua fase cairan/gas
karena terjadinya perubahan penampang aliran pada dengan menggunakan 16 pasang tranduser yang
pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Untuk masing-masing terdiri dari 16 transmitter dan 16
mengatasi hal ini diperlukan suatu alat ukur untuk receiver dengan frekuensi 40 kHz. Penelitian
mengukur aliran tanpa melakukan perubahan pada didasarkan pada sensor ultrasonik yang terdiri dari
penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter transmitter dan receiver yang dipasang melingkar
ultrasonic. Teknologi ultrasonik diterapkan untuk pada permukaan pipa eksperimental. menunjukkan
pengukuran aliran fluida dalam saluran tertutup tiga jalur yang mungkin untuk penerimaan sinyal
maupun saluran terbuka, untuk pengukuran aliran dari transmitter ke receiver: Sinyal ditransmisikan
gas, cairan serta dalam kondisi aliran fluida yang langsung dari transmitter ke receiver (tmn1), Sinyal
beragam. Metode ini lebih mudah dalam dari transmitter dipantulkan melalui komponen gas
pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak ke receiver (tmn2) dan Sinyal dari transmitter
menimbulkan kerugian aliran. dipantulkan melalui dinding pipa ke receiver(tmn3)
Perubahan temperatur suatu fluida akan seperti pada gambar 1.
mempengaruhi atau berdampak pada sifat-sifat
lainnya seperti massa jenis, viskositas, dan
kecepatan suara. Perubahan ini akan mempengaruhi
debit aliran atau flow rate dalam saluran. Debit
aliran merupakan salah satu parameter penting,
karena akan mempengaruhi performa dari sistem.
Oleh karena itu debit aliran fluida dalam suatu
sistem perlu diketahui. Untuk mengetahui aliran
fluida diperlukan suatau alat ukur untuk memonitor
aliran fluida.
Beberapa penelitian yang terdahulu telah
berhasil memetakan pola aliran dua fasa pada pipa
horizontal, antara lain: Baker (1954), Mandhane
(1974), dan Taitel dan Dukler (1976). Namun
demikian peta tersebut tidak dapat digunakan secara
umum pada semua kasus karena banyaknya Gambar 1. Tiga jalur yang memungkinkan
parameter multi fasa yang berperan seperti penerimaan sinyal dan transmitter ke receiver
kecepatan superfisial, densitas, viskositas, tegangan (Rahim. dkk., 2007)
permukaan, geometri pipa, dan percepatan gravitasi.
Oleh karena itu untuk mendapatkan prediksi pola Lee, dkk. (2005) mengembangkan metode
aliran yang tepat hanya dapat dilakukan dengan pengukuran level campuran dua fase pada sebuah
percobaan menggunakan parameter yang sama bejana reactor atau generator uap pada kondisi suhu
dengan yang ada pada kasus tersebut.Di sisi lain, dan tekanan tinggi. Pada penelitian ini alat uji
sebagai sistem pengukuran aliran pada pipa dikondisikan sesuai kondisi sebenarnya, dengan
melingkar metode ultrasonic velocity profile (UVP) menggunakan tangki untuk menampung air dan
telah dikembangkan pada pengukuran profil menggunakan pemanas sebagai pengkondisian
kecepatan oleh Takeda (1987, 1995). Metode ini temperatur dalam tangki.Metode pengukuraan
dapat mengukur profil kecepatan sesaat pada ultrasonik yang dikembangkan mengukur tingkat
diameter pipa secara langsung, sehingga laju aliran campuran dua fase lebih akurat daripada metode
dihitung dengan menggunakan integrasi atas ruang konvensional pada kondisi suhu dan tekanan tinggi
dari profil kecepatan rata-rata. serta dalam kondisi fluktuasi permukaan dengan
Riyadi (2009) merancang alat pengukur laju formula koreksi mempertimbangkan medium
aliran fluida dengan menggunakan frekuensi sebagai campuran homogen dari udara dan uap.
gelombang tunggal 1000 Hz. Sistem pengukuran ini Raisutis (2005) melakukan investigasi profil
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi kecepatan aliran dengan menggunakan invasive
rendah amplitudo dengan laju massa aliran. ultrasonic flow meter.Metodologi pengukuran dan
Pengukuran laju aliran massa dengan memanfaatkan eksperimen dengan menggunakan sensor aliran
gelombang berfrekuensi 1000 Hz menyatakan invasif (thermoanemometers) pada transit time
bahwa ada korelasi linier tinggi rendah amplitudo ultrasonic flowmeter Reces yang memberikan hasil
dengan laju aliran massa dua fase. komponen kecepatan aliran lokal.Penelitian aliran
Rahim dkk.(2007) mengembangkan metode turbulen udara (4000 <Re <19 000 dan laju aliran
non-invasive ultrasonic tomography untuk dari 14 m3/h hingga 55 m3/h) dengan propagasi
dilakukan melalui bagian pengukuran. Pengukuran
kecepatan udara digunakan sebagai referensi ukuran c. Metode W dimana kedua transduser dipasang
untuk mengukur kecepatan aliran rata-rata vpdi pada bagian sisi pipa yang sama, tetapi jarak
bagian tengah pipa. Pengukuran profil aliran gas kedua tranduser dua kali dari tipe V.
sepanjang saluran akustik dilakukan dengan
thermoanemometer tersebut.
O’Sullivan. dkk., (2002) melakukan
pengukuran aliran gas dengan menggunakan
tranduser ultrasonik elektrostatik. Penelitian
didasarkan pada tranduser ultrasonik yang terdiri
dari transmiter dan receiver yang dipasang saling
bersilangan. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengukuran aliran gas dengan mengunakan
tranduser ultrasonik dipengaruhi oleh peruhahan
kecepatan aliran.
Gelombang ultrasonik adalah gelombang
mekanik longitudinal dengan frekuensi diatas 20
kHz yang dapat merambat dalam medium padat,
cair dan gas. Hal ini disebabkan karena gelombang
ultrasonik merupakan rambatan energi dan
momentum mekanik, sehingga merambat sebagai
interaksi dengan molekul dan sifat enersia medium
yang dilaluinya.
Laju gelombang bunyi bergantung pada sifat
medium. Laju gelombang bunyi dalam fluida seperti Gambar 3. Konfigurasi pemasangn tranduser
udara atau air diberikan oleh: (Sanderson, dkk., 2002)
= METODA EKSPERIMEN
Gelombang ultrasonik mempunyai sifat
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air
refraksi dan refleksi bila melalui suatu permukaan
dan udara, dengan parameter utama laju aliran air dan
medium (hukum Snell). Bila gelombang suara
udara.. Pada aliran air dan udara masuk ke pipa
melewati suatu medium ke medium lain akan terjadi
diberikan mixer dari pipa porous tembaga untuk
perubahan panjang dan arah gelombang yang
mendapatkan campuran yang homogen antara air
disebut refraksi (pembiasan). Perumusan matematis
dan udara. Pipa yang digunakan dalam penelitian ini
hukum Snellius adalah:
adalah pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm
= dan tebal 5 mm, dan transparan agar perilaku aliran
dapat diamati.
Diagram skematis peralatan dapat dilihat
pada Gambar 4. Karakteristik aliran diamati dengan
menggunakan kamera video kecepatan 240 fps, dan
seksi uji dilengkapi dengan correction box yang
terbuat dari lembaran acrylic transparan yang diisi
dengan air untuk mengurangi distorsi visual, karena
indeks bias acrylic lebih dekat dengan air dari pada
udara.
Gambar 5 menunjukkan skema rancangan
sistem kerja alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran respon amplitudo dalam aliran slug
dengan perubahan temperatur dengan menggunakan
gelombang ultrasonik.
Gambar 2. Refraksi dan refleksi gelombang (Curry,
Pada penelitian ini akan dianalisis
1984)
besar-kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi tunggal terhadap pengaruh
Konfigurasi pemasangan transduser yaitu:
perubahan temperatur pada aliran dua fase air-udara.
a. Metode Z dimana transmitter menempel pada
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis
pipa secara berlawanan dengan receiver yang
kemudian dicari hubungannya dengan perubahan
diletakkan pada bagian hilir aliran. temperatur dari aliran dua fase air-udara.
b. Metode V dimana kedua transduser dipasang
pada bagian sisi pipa yang sama.
JL(m/s)
Temp.
JG(m/s) 0.39 0.52 0.66 0.79 0.92 1.05
(°C)
Aplitudo rata-rata (volt)
1.31 0.292 0.284 0.276 0.276 0.28 0.284
Temp.
1.64 0.288 0.284 0.274 0.276 0.28 0.284
Lingk.
1.97 0.288 0.28 0.288 0.28 0.284 0.288
(±30)
2.29 0.288 0.28 0.276 0.276 0.284 0.284
1.31 0.244 0.254 0.272 0.288 0.296 0.284
1.64 0.244 0.262 0.266 0.288 0.3 0.284
50
1.97 0.248 0.264 0.262 0.284 0.292 0.292
2.29 0.252 0.284 0.28 0.284 0.304 0.288
1.31 0.17 0.174 0.164 0.216 0.174 0.176
1.64 0.162 0.174 0.182 0.212 0.168 0.174
Gambar 4. Skematik instalasi perpiaan 70
1.97 0.172 0.172 0.158 0.208 0.17 0.172
2.29 0.17 0.176 0.16 0.212 0.17 0.176
KESIMPULAN
Gambar 10. Visualisasi aliran denganJL 0,79 m/s dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
JG 1,31 m/spada temperatur lingkungan(±30°C)
perubahan temperatur aliran air yang mengalir
dalam pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm
pada aliran slug mengakibatkan terjadinya
perubahan amplitudo. Semakin besar temperatur
aliran air, amplitudo gelombang ultrasonikcenderung
menurun. Dan amplitudo gelombang ultrasonik
Gambar 11.Visualisasi aliran dengan JL 0,79 m/s dan
cendrung konstan dengan berubahnya debit aliran
JG 1,31 m/s pada temperatur 50°C
udara pada temperatur lingkungan (±30°C).
NOMENKLATUR
A amplitudo (volt)
B bulk modulus (N/m2)
Gambar 12.Visualisasi aliran denganJL 0,79 m/s dan
JG kecepatan superfisial udara (m/s)
JG 1,31 m/s pada temperatur 70°C
JL kecepatan superfisial air (m/s)
Q debit aliran (ltr/menit)
Tabel 13. Amplitudo rata-rata pada JL 0,79 m/s dan QG debit aliran udara (ltr/menit)
JG 1,31 m/s untuk masing-masing temperatur QL debit aliran air (ltr/menit)
v kecepatan gelombang ultrasonik dalam
JL(m/s) medium (m/s)
Temp.
JG(m/s) 0.79 kecepatan gelombang pada medium 1 (m/s)
(°C)
Aplitudo rata-rata (volt)
(±30) 0.276
50 1.31 0.288 ρ kecepatan gelombang pada medium 2 (m/s)
70 0.216 massa jenis fluida (kg/m3)
sudut gelombang datang
Gambar 6 menunjukkan grafik perubahan sudut gelombang refraksi
temperatur yang mengakibatkan terjadinya
perubahan amplitudo pada JG = 1,31 m/s. Begitu DAFTAR PUSTAKA
pula dengan gambar 7, gambar 8, dan gambar 9
masing-masing pada JG = 1,64 m/s, JG = 1,97 m/s, Baker, O., 1954. Design of Pipelines for
dan JG = 2,29 m/s meunjukan grafik perubahan Simultaneous Flow of Oil and Gas, Oil and
ampliduto terhadap perubahan Gas J., July, pp.26
temperatur.Amplitudo rata-rata mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya temperatur Curry T.S, 1984, Introduction to the Physics of
pada aliran dua fase air-udara. Sedangkan pada Diagnostic Radiology, Third Edition Lea &
temperatur lingkungan (±30°C)seperti yang Febiger, Philadelphia USA
diperlihatkan pada tabel 2dan grafik 6, 7, 8 dan 9
Lee, D. W., No, H. C., Song, C. H., 2005. Ryadi, I., 2009. Studi Eksperimen Pengukuran
Measurement of two-phase level using an Aliran Dua FAase Air-Udara Menggunakan
ultrasonic method, Experimental Thermal and Frekuensi Gelombang Tunggal 1000 Hz,
Fluid Science 29 609-614 Skripsi Jurusan Teknik Mesin dan Industri
Fakultas Teknik UGM., Yogyakarta
O’Sullivan, I.J., Wright, W.M.D., 2002. Ultrasonic
measurement of gas flow using electrostatic Sanderson, M.L., Yeung, H., 2002. Guidelines for
transducers, Journal Ultrasonics 40 407–411 the use of ultrasonic non-invasive metering
techniques, Journal Flow Measurement and
Rahim, R.A., Rahiman, F.M.H., Chan, K.S., Nawawi, Instrumentation. 13 125–142
S.W., 2007. Non-invasive imaging of liquid/gas
flow using ultrasonic transmission-mode Sommerfeld, M. Title. Journal, Vol. xx, xxxx-xxxx
tomography, Sensors and Actuators A 135 (2001)
337–345
Salah satu usaha penghematan pemakaian bahan bakar bensin adalah dengan mencampurkan berbagai jenis alkohol
ke dalam bensin. Dari semua jenis alkohol, maka metanol yang paling banyak dipakai. Apabila metanol dicampurkan ke
dalam bensin, maka akan terjadi pemisahan fase akibat adanya sejumlah kecil air yang melebihi batas toleransinya. Untuk itu
penambahan cosolvent Tertiary Butyl Alcohol (TBA) dapat mengurangi ekstraksi metanol oleh air sehingga dapat
memperbesar nilai toleransi air dari campuran bensin dan metanol tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat
toleransi air terhadap campuran bahan bakar bensin dasar (nafta) dan metanol, serta mempelajari pengaruh penambahan TBA
dalam menaikkan toleransi air dalam campuran nafta dan metanol.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan sejumlah kecil air ke dalam campuran sampel. Kemudian suhu sampel
tersebut diturunkan dengan menggunakan es (air es). Agar homogen, maka digunakan pengaduk magnetik. Suhu pada saat
timbulnya kekeruhan diamati dan dicatat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi air dari campuran nafta dan metanol akan semakin besar dengan
kenaikan suhu campuran, kenaikan kadar metanol dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran. Pada
toleransi air yang tetap, maka pemisahan fase akan terjadi pada suhu yang semakin rendah dengan kenaikan kadar metanol
dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran. Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu udara terrendah
yang mungkin tercapai diambil 15oC, untuk itu campuran tersebut dapat dipakai selama tidak terjadi pemisahan fase pada
suhu 15oC.Jadi toleransi air dari campuran nafta dan metanol akan semakin besar dengan kenaikan suhu campuran, kenaikan
kadar metanol di dalam campuran dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan.Pada toleransi air yang tetap dalam campuran
nafta dan metanol, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu yang semakin rendah dengan kenaikan kadar metanol di
dalam campuran dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran.
Kata kunci : Nafta, Tertiary Butyl Alcohol (TBA), nilai toleransi air
bahan karburator dan pada bagian-bagian sistem Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
bahan bakar lainnya. (Keller, J.L., 1979)Oleh sifat toleransi air terhadap campuran bahan bakar
karena itu kestabilan bahan bakar campuran dalam bensin dasar (nafta) dan metanol, serta mempelajari
keadaan satu fasa pada penanganan secara biasa pengaruh penambahan TBA dalam menaikkan
adalah satu syarat dasar yang harus dipenuhi. toleransi air dalam campuran nafta dan metanol.
Toleransi air dalam suatu sistem alkohol-
hidrokarbon adalah jumlah maksimum air dalam METODE
campuran yang dapat larut pada temperatur
tertentu. (Kontawa A., Ir., 1989) Toleransi air dari Bahan Penelitian
campuran bensin dengan alkohol tergantung pada 1. Bahan bakar bensin dasar (nafta) yang
temperatur, jenis dan konsentrasi alkohol, cosolvent diambil dari Kilang Cepu. Setelah
yang dicampurkan serta karakteristik bensin diperiksa sifat-sifat fisisnya, diperoleh
khususnya kandungan aromatiknya. hasil sebagai berikut :
Kecenderungan toleransi air akan naik
dengan kenaikan temperatur.Jenis dan jumlah Tabel 1. Sifat-sifat fisis nafta dari Kilang Cepu
senyawa alkohol yang dipakai sebagai bahan Sifat Fisis Hasil Metoda Analisa
pencampur di dalam bensin juga dapat Sp. Gr. Pada 60/60oF 0,725755 ASTM D – 1298
mempengaruhi nilai toleransi terhadap air. Sifat Flash point (oC) 9 IP 170 / 75
kelarutan akan lebih baik dengan menggunakan Fire point (oC) 10 IP 170 / 75
RVP (psi) 0,1422 ASTM D – 323
alkohol lebih tinggi di dalam bensin. Dengan
Viscositaspada
menaiknya kadar alkohol yang ditambahkan ke 30oC,Redwood,(det)
41,5 ASTM D – 88
dalam bensin akan menaikkan nilai toleransi airnya. Distilasi
Seperti telah dikatakan di atas bahwa IBP (oC) 47
pemisahan fasa akan terjadi apabila campuran 10 % vol. evap. (oC) 73
50 % vol. evap. (oC) 96,5 ASTM D – 86
bensin dengan metanol terkontaminasi dengan 90 % vol. evap. (oC) 124
sejumlah kecil air. Pemisahan fasa ini dapat End Point (oC) 134
dihindarkan yaitu dengan menambahkan suatu Residue (% vol.) 1,25
cosolvent tertentu yang dapat menaikkan toleransi
air dari campuran bensin dengan metanol tersebut. 2. Metanol
Beberapa cosolvent yang dapat Metanol yang dipakai dalam penelitian ini
ditambahkan pada campuran untuk menaikkan berupa metanol murni (pro analysi), yang
toleransi terhadap air, di antaranya adalah benzol, dibeli di Toko Alfa Kimia, Jl. C. Simanjuntak,
acetone dan butyl alcohol. (Sacharida S., 1986). Yogyakarta.
Telah diuji lebih dari 150 jenis cosolvent dan tidak Sifat-sifat fisisnya adalah sebagai berikut
satupun yang efektif untuk mencegah pemisahan (Erick Hoftman, Dr., 1967) :
fasa. Cosolvent yang paling efektif terutama adalah
turunan alkohol seperti Iso Propanol dan TBA. Tabel 2. Sifat-sifat fisis methanol
(Progress in Tchnology Series, 1980) Sifat Fisis Besaran
TBA adalah salah satu dari turunan
Molecular weight 32,04
alkohol. Namun demikian TBA dan metanol
Auto ignition temperature, at 760
memiliki perbedaan kelarutan yang nyata di dalam mmHg (oC)
385
hidrokarbon. Metanol hanya larut sebagian dalam o
Boiling point at 760 mmHg ( C) 64,7
hidrokarbon jenuh, sedangkan TBA dapat larut pada
o
semua jenis senyawa hidrokarbon, baik Freezing point ( C) -97,7
hidrokarbon jenuh maupun tidak jenuh. Oleh o o
Density at 15,6 C (60 F)(lb/gal) 6,63
karena itu TBA dapat dipakai sebagai cosolvent o
Flash point ( C) 11
untuk mempertinggi nilai toleransi air dari
Heat of formation, liquid at
campuran bensin dengan metanol. (Sacharida S., 25oC(kcal/gmol)
-57,021
1986)
Refractive index, ND 20 1,3286
Apabila kandungan aromatik campuran
bensin dengan alkohol lebih besar maka toleransi completely
Solubility in water at 20oC
miscible
airnya akan naik pula. (International Energy
Agency, 1986; Keller, J.L., 1979; Mitsushige Research Octane Number 112
Nakayama) Toleransi air akan lebih besar untuk
bahan bakar bensin dasar (nafta) di mana 3. Tertiary Butyl Alcohol (TBA)
mengandung aromatik lebih besar (International TBA yang dipakai dalam penelitian ini berupa
Energy Agency, 1986) TBA murni (pro analysi), yang dibeli di Toko
Alfa Kimia, Jl. C. Simanjuntak, Yogyakarta.
Sifat-sifat fisisnya adalah sebagai berikut 4. Tabung kaca yang berisi sampel tersebut
(Erick Hoftman, Dr., 1967) : dimasukkan dalam erlenmeyer untuk
diturunkan suhunya.
Tabel 3. Sifat-sifat fisis TBA 5. Pengaduk magnetik dijalankan untuk
Sifat Fisis Besaran meratakan suhu serta membantu pencampuran
Boiling point at 760 mmHg (oC) 82,36 agar bisa tercampur dengan baik.
Flash point (oF) 48
Freezing point (oC) 25,57
6. Temperatur pada saat timbulnya kekeruhan
Heat of combustion diamati dan dicatat.
liquid at constant volume (cal/g) 6290 7. Penelitian diulang untuk jumlah air dan
liquid at constant pressure (cal/g) 6302 komposisi campuran yang berbeda.
Heat of vaporization at 1 atm (gcal/g) 130,6
Molecular weight 74,12 Tabel 4. Komposisi bahan yang dipakai
Refractive index, ND 20 1,384 dalampenelitian
Solubility in water at 20oC complete
Specific gravity at 26/4oC 0,77931 Komposisi nafta – methanol TBA yang
Specific heat at 26oC (gcal/g) 0,726 No. Nafta Metanol ditambahkan
Vapor pressure at 30oC (mmHg) 57,3 (% vol. cc) (% vol. cc) (cc)
Research Octane Number 107 1 97 3 -
2 96 4 -
3 95 5 -
4 94 6 -
4. Aquadest
5 96 4 3
Aquadest yang dipakai dalam penelitian ini 6 96 4 4
dibeli di UD Multi Kimia, Yogyakarta. 7 95 5 3
8 95 5 4
Alat Penelitian 9 95 5 5
10 94 6 3
11 94 6 4
3 12 94 6 5
61 13 94 6 6
4 HASIL
5
2
8 1. Toleransi air dalam campuran nafta dan
7 methanol (sampel 1,2,3,4)
7 Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
Keterangan gambar terhadap campuran nafta dan metanol yang
1. Tabung kaca berturut-turut terdiri atas 97 cc nafta dan 3 cc
2. Sampel / contoh metanol, 96 cc nafta dan 4 cc metanol, 95 cc nafta
3. Termometer dan 5 cc metanol, 94 cc nafta dan 6 cc metanol
4. Es / air es adalah nilai toleransi air dari campuran akan
5. Beker glass semakin besar dengan kenaikan suhu campuran.
6. Penyumbat karet Pada suhu yang sama, maka nilai toleransi air akan
7. Magnetic stirrer semakin besar dengan kadar metanol yang semakin
8. Stirrer besar dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air
yang sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada
Gambar 1. Alat penelitian. suhu yang semakin rendah dengan kadar metanol
yang semakin besar.
Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu
Prosedur Penelitian udara terrendah yang mungkin tercapai diambil
1. Campuran sampel dibuat dalam berbagai 15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka
komposisi volum antara bahan nafta, metanol a. Campuran 97 cc nafta dan 3 cc metanol sudah
danTBA. terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
2. Sampel dimasukkan dalam suatu tabung kaca campuran tersebut kurang memungkinkan
yang telah dipasang dengan termometer, untuk dipakai.
ditambahkan sejumlah kecil air dengan b. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol sudah
suntikan (syringe), kemudian ditutup rapat- terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
rapat dengan menggunakan penyumbat. campuran tersebut kurang memungkinkan
3. Erlenmeyer diisi dengan es/air es, sebagai untuk dipakai.
penurun suhu. c. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol tidak
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan
airnya masih di bawah 240 ppm
d. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol tidak a. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol sudah
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
airnya masih di bawah 360 ppm. campuran tersebut kurang memungkinkan
Hubungan antara batas toleransi air dengan untuk dipakai.
temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan b. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 3 cc
sebagai berikut : TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
a. Campuran 97 cc nafta dan 3 cc metanol,y = kandungan airnya masih di bawah 1420 ppm.
19,15 + 0,013 x c. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 4 cc
dengan % kesalahan rerata 1,0285 % TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
b. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol,y = kandungan airnya masih di bawah 1650 ppm.
16,1065 + 0,0098 x Hubungan antara batas toleransi air dengan
dengan % kesalahan rerata 3,6286 % temperatur dapat dinyatakandengan persamaan
c. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol,y = sebagai berikut :
12,9229 + 0,0085 x a. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol,y =
dengan % kesalahan rerata 2,1750 % 16,1065 + 0098 x
d. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol,y = dengan % kesalahan rerata 3,6286 %
13,1114 + 0,0052 x b. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 3 cc
dengan % kesalahan rerata 1,5555 % TBA,y = -3,4744 + 0,0129 x
di mana, x = nilai toleransi air dengan % kesalahan rerata 5,2287 %
y = suhu pemisahan c. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 4 cc
TBA,y = -2,3977 + 0,0105 x
dengan % kesalahan rerata 5,0839 %
di mana x = nilai toleransi air
Sampel 1,2,3,4 y = suhu pemisahan
35
Sampel 2,5,6
Suhu pemisahan
30
35
25
Suhu pemisahan
30
20 25
15 20
0 1000 2000 3000 4000 15
Nilai toleransi air
10
0 1000 2000 3000 4000
Gambar 2. Hubungan antara nilai toleransi air dan Nilai toleransi air
suhu pemisahan untuk sampel 1,2,3,4
2. Toleransi air dalam campuran 96 cc nafta dan 4 Gambar 3. Hubungan antara nilai toleransi air dan
cc metanol tanpa dan dengan penambahan TBA suhu pemisahan untuk sampel 2,5,6
Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
terhadap campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol 3. Toleransi air dalam campuran 95 cc nafta dan 5
tanpa penambahan TBA dan dengan penambahan cc metanol tanpa dan dengan penambahan TBA
TBA berturut-turut 3 cc dan 4 cc adalah nilai Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
toleransi air dari campuran akan semakin besar terhadap campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol
dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang tanpa penambahan TBA dan dengan penambahan
sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar TBA berturut-turut 3 cc, 4 cc dan 5 cc adalah nilai
dengan penambahan TBA yang semakin besar toleransi air dari campuran akan semakin besar
dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang
sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar
yang semakin rendah dengan penambahan TBA dengan penambahan TBA yang semakin besar
yang semakin besar. dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang
Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu
udara terrendah yang mungkin tercapai diambil yang semakin rendah dengan penambahan TBA
15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka yang semakin besar.
Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu nilai toleransi air dari campuran akan semakin besar
udara terrendah yang mungkin tercapai diambil dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang
15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar
a. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol tidak dengan penambahan TBA yang semakin besar
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang
airnya masih di bawah 240 ppm sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu
b. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 3 cc yang semakin rendah dengan penambahan TBA
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama yang semakin besar.
kandungan airnya masih di bawah 1780 ppm Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu
c. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 4 cc udara terrendah yang mungkin tercapai diambil
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama 15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka
kandungan airnya masih di bawah 2110 ppm a. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol tidak
d. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 5 cc akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama airnya masih di bawah 360 ppm.
kandungan airnya masih di bawah 2770 ppm. b. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 3 cc
Hubungan antara batas toleransi air dengan TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan kandungan airnya masih di bawah 2360 ppm.
sebagai berikut : c. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 4 cc
a. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol,y = TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
12,9229 + 0,0085 x kandungan airnya masih di bawah 2870 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,1750 % d. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 5 cc
b. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 3 cc TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
TBA,y = -2,8585 + 0,01 x kandungan airnya masih di bawah 3220 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,0135 % e. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 6 cc
c. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 4 cc TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
TBA,y = -3,8097 + 0,0089 x kandungan airnya masih di bawah 3630 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,4252 % Hubungan antara batas toleransi air dengan
d. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 5 cc temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan
TBA,y = -8,6670 + 0,0085 x sebagai berikut :
dengan % kesalahan rerata 2,5240 % a. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol,y =
di mana, x = nilai toleransi air 13,1114 + 0,0052 x
y = suhu pemisahan dengan % kesalahan rerata 1,5555 %
b. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 3 cc
TBA,y = -2,8492 + 0,0075 x
Sampel 3,7,8,9 dengan % kesalahan rerata 2,6761 %
c. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 4 cc
35 TBA,y = -5,8425 + 0,0073 x
dengan % kesalahan rerata 9,6466 %
30
d. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 5 cc
Suhu pemisahan
DAFTAR PUSTAKA
Sampel 4,10,11,12,13 Erick Hoftman, Dr., Chromatography, 2nd ed.,
45 Reinhold Publishing Corporation, New York,
p. 192-209, 1967
Suhu pemisahan
Eka Yawara
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta
Email: eka_ywr@yahoo.com
ABSTRAK
Unjuk kerja suatu mesin refrigerasi dapat diketahui tidak hanya dengan mengetahui harga COPnya, tetapi bisa juga
dengan efisiensi eksergetik atau efisiensi hukum ke-2. Komponen utama mesin refrigerasi terdiri dari kompresor, kondenser,
katup ekspansi, dan evaporator. Masing-masing dari komponen itu menyumbang eksergi yang hancur.
Untuk menghitung efisiensi eksergetik mesin refrigerasi ini maka eksergi yang hancur dari masing-masing komponen
dihitung mempergunakan keseimbangan eksergi untuk masing-masing komponen itu. Dalam penelitian ini sebagian data-data
diambil dari hasil rancangan mesin pembuat es balok, dengan mempertimbangkan kerugian-kerugian pada masing-masing
komponen, selain itu superheat refrigeran keluar dari evaporator dan subcool keluar dari kondenser juga dipertimbangkan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi efisiensi isentropis maka COP
dan efisiensi eksergetik mesin refrigerasi semakin tinggi, dan penggunaan R134a memberikan hasil yang lebih baik; kenaikan
efisiensi eksergetik beriringan dengan kenaikakan COP mesin refrigerasi, dan bahwa eksergi yang hancur terutama
dihasilkan oleh penggunaan kompresor dengan efisiensi yang rendah, disusul oleh evaporator dan katup ekspansi.
Perpindahan eksergi oleh massa dinyatakan penelitian ini ditunjukkan dengan COP dan efisiensi
dengan persamaan: hukum II, ηII. Dalam penelitian ini penulis
̇ = ̇ (5) mengambil studi kasus Perancangan Mesin
Dengan: Pembuat Es Balok Dengan Kapasitas 15 Ton Per
̇ = laju perpindahan eksergi oleh massa, Hari (Rawung, 2011) yang belum
kW; mempertimbangkan kerugian-kerugian seperti
̇ = laju aliran massa yang melewati batas disebut di atas.
sistem, kg/s;
= eksergi aliran dari massa, kJ/kg. METODE
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan
Perubahan eksergi oleh aliran fluida dengan studi kasus Mesin Pembuat Es Balok Dengan
mengabaikan energi kinetik dan energi potensial Kapasitas 15 Ton Per Hari (Rawung, 2011) yang
adalah: skemanya ditunjukkan oleh Gambar 1.
Δ = − = (ℎ − ℎ ) − ( − )
(6)
Dengan:
h1 = entalpi mula-mula, kJ/kg; 3
h2 = entalpi akhir, kJ/kg; 4 2
s1 = entropi mula-mula, kJ/kg.K;
s2 = entropi akhir, kJ/kg.K.
1
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui unjuk kerja mesin pembuat balok es Gambar 2. Siklus kompresi uap ideal
dengan mempertimbangkan kerugian-kerugian
sebagai akibat gesekan antara fluida dan Pada rancangan ini evaporator yang digunakan
salurannya, dan efisiensi kompresor dengan dari tipe shell-and-tube dry expansion. Temperatur
menggunakan R22 (chlorodifluoromethane, refrigeran di dalam evaporator adalah -15 oC dan
CHClF2) dan R134a (1,1,1,2-tetrafluoroethane, temperatur brine masuk evaporator pada -8 oC dan
CH2FCF3) sebagai refrigeran. Unjuk kerja dalam keluar pada -10 oC. Sedangkan pada kondenser
COP
3
ditampilkan pada Tabel 1.
DAFTAR PUSTAKA
3,5
COP vs ηII
Alhamid, M. I., Syaka, D.R.B., and Nasruddin,
2010, “Exergy and Energy Analysis of a
R22 R134a
Cascade Refrigeration System Using
3 R744+R170 for Low Temperature
Applications”, International Journal of
COP
COP mesin refrigerasi juga mengalami Rawung, O. Y., 2011, “Merancang Mesin Pembuat
kenaikan seiring naiknya efisiensi eksergetik dan Es Balok Dengan Kapasitas 15 Ton Per
kenaikan ini secara linier (Gambar 5). Kenaikan Hari”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin
pada kedua refrigeran hampir berimpit dengan STTNAS Yogyakarta.
R134a sedikit lebih tinggi.
Wolverine Tube Inc., 2006, “Engineering Data
KESIMPULAN Book III”, http://www.wlv.com/products/
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa: Wu, X. Y., and Zmeureanu, R., 2011, “Exergy
- Semakin tinggi efisiensi isentropis maka COP analysis of residential heating systems:
dan efisiensi eksergetik mesin refrigerasi performance of whole system vs
semakin tinggi, dan penggunaan R134a performance of major equipment”,
memberikan hasil yang lebih baik, Proceedings of Building Simulation 2011:
- Kenaikan efisiensi eksergetik beriringan dengan 12th Conference of International Building
kenaikakan COP mesin refrigerasi, Performance Simulation Association,
- Eksergi yang hancur terutama dihasilkan oleh Sydney, 14-16 November.
penggunaan kompresor dengan efisiensi yang
rendah, disusul oleh evaporator dan katup
ekspansi.
LAMPIRAN
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah merekayasa alat pemindai energi gempa bumi dan interpretasi aplikasinya pada kondisi
geologi di daerah rawan bencana gempa bumi. Lokasi penelitian berada di daerah Pleret dan sekitarnya, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian dilakukan dengan observasi sensitivitas ayunan bandul untuk mengetahui besaran energi gempa dalam
skala kekuatan gempa. Kekuatan gempa yang dapat dipindai setara dengan nilai skala kekuatan gempa tingkat III Skala
Mercalli setara dengan 4,3 Skala Richter atau derajat I Skala Omori. Skala kekuatan gempa tersebut setara dengan nilai
percepatan getaran gempabumi sebesar 0,25 cm/detik2.
Berdasarkan model Omori, alat pemindai gempa ini dapat diaplikasikan untuk mengestimasi besar percepatan getaran
gempabumi dimana sebanding dengan skala kekuatan gempa. Besarnya nilai getaran ini tergantung dari jenis litologi.
Dengan kekuatan gempa derajat I Skala Omori, morfologi perbukitan dengan litologi penyusun berupa Batupasir tuf Semilir
dan Breksi Nglanggran dapat dirambati gempa dengan percepatan getaran gempabumi sebesar 0,25 – 0,6 cm/dt2, sedangkan
dataran aluvial dan dataran kolovial yang disusun oleh endapan dominasi pasir mempunyai nilai sebesar 0,6 – 1,1 cm/ dt2.
Hal ini sebanding dengan besar kerusakan bangunan di Pleret yang banyak dijumpai di dataran daripada di perbukitan.
Kerusakan paling parah terutama di sekitar Sesar Opak sebagai jalur akumulasi getaran gempa.
Minggu, tanggal 13 Februari 2011 pukul 19.51 sekitarnya serta mitigasinya. Selain itu juga
WIB dengan gempa berkekuatan 3,9 Skala Richter dilakukan pengadaan peta-peta yang dibutuhkan
(“Gempa 3,9 SR,” 13 Februari 2011). seperti: peta geologi dan peta rupa bumi untuk
Daerah Pleret merupakan bagian daerah menelaah peran geologi sebagai pengontrol
rawan bencana gempabumi. Berdasarkan hasil bencana gempa yang terjadi di wilayah Bantul dan
pemetaan wilayah rawan bencana gempabumi oleh sekitarnya. Studi data sekunder berupa evaluasi
E.K. Kertapati (2001) dalam Departemen ESDM data sekunder, analisis peta geologi, dan peta rupa
(2007), daerah penelitian termasuk daerah bumi wilayah Bantul dan sekitarnya. Studi pustaka
kegempaan dengan Intensitas Skala Modified juga dilakukan selama pelaksanaan penelitian,
Mercalli Intensity (MMI) V-VI. Daerah tersebut untuk menambah informasi terkini tentang bencana
secara geologis merupakan daerah rambatan energi gempa di daerah penelitian ditempuh melalui
gempa (gelombang/gaya sumber gempa) dari laporan/artikel/makalah, majalah, koran harian,
runtuhan patahan yang sangat tua (usianya 2 juta maupun pencarian informasi lewat internet.
tahun) yang terletak 10 km di sebelah timur patahan Tahap penelitian di studio dilakukan dengan
Opak dengan orientasi paralel. Kompleksitas mendesain dan membuat alat pemindai. Beberapa
geologi setempat membuat gelombang gempa dari alat kelengkapan penelitian studio, seperti: tali,
patahan tua tak bernama ini merambat ke sistem bandul dan tabung plastik (menggunakan bekas
patahan Opak dan cekungan (graben) Bantul serta botol minuman 1,5 liter), dry-box, stopwatch,
merambat pula ke sistem patahan Dengkeng pegas, aki basah/ baterai kering, kabel, sirine, box
(Baturagung) di Klaten bagian selatan. Rambatan pelindung alat pemindai (menggunakan bekas kotak
gelombang gempa ini menyebabkan kerusakan power supply) dan kamera. Alat pemindai dibuat
parah (damage belt) membentang dari Bantul dengan berdasarkan hasil analisis data observasi
hingga Klaten (Natawidjaja, 2007 dalam “Gempa getaran gempa. Observasi dilakukan dengan
Yogyakarta,” 08 Juni 2011). menggunakan sensitivitas ayunan bandul terhadap
simulasi getaran gempa. Simulasi gempa
TUJUAN didasarkan pendekatan model Mercalli yaitu
Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa sensitivitas getaran kendaraan truk yang lewat
alat pemindai gempabumi dan interpretasi (setara dengan skala kekuatan gempa Mercalli
aplikasinya pada kondisi geologi di daerah rawan derajat III). Panjang tali bervariasi: 5 cm, 10 cm, 15
bencana gempabumi. Rekayasa alat dilakukan dari cm, 20 cm, 25 cm, dan 27 cm, dengan berat dan
metode pengujian, bahan, desain dan sensitivitas jenis bandul yang sama. Hasil observasi gerak
terhadap kekuatan gempa dengan pendekatan skala ayunan bandul oleh getaran menjadi dasar untuk
kekuatan gempa yang mudah dan aman di dalam pembuatan desain alat pemindai gempa. Alat
pembuatannya. Interpretasi aplikasi alat dilakukan pemindai gempa direkayasa dengan menggunakan
dengan data geologi pada daerah rawan bencana pegas. Dengan berdasarkan sensitivitas getaran oleh
gempabumi, yaitu daerah Pleret dan sekitarnya, ayunan bandul terhadap skala kekuatan gempa
Kabupaten Bantul. Propinsi Daerah Istimewa Mercalli derajat III, maka diterapkan pada
Yogyakarta. Penelitian ini bermanfaat untuk sensitivitas pegas. Selain faktor elastisitas terhadap
membantu masyarakat untuk mengenali, menindai gaya, pegas berbahan logam berfungsi penghantar
adanya gempa secara mudah dan sederhana. Lebih listrik berperan sebagai saklar bunyi untuk
lanjut, tanggap gempa dapat digunakan sebagai mengaktifkan sirine dengan tenaga listrik arus
langkah dini dalam mitigasi bencana di daerah lemah 9 – 12 Volt.
rawan gempabumi. Tahap penelitian lapangan merupakan
kegiatan pada penelitian lapangan berupa ujicoba
METODE sensitivitas alat pemindai gempabumi dan
Di dalam pelaksanaan penelitian terdapat pengumpulan data geologi secara primer.
beberapa tahapan penelitian yang dilakukan yaitu, Pengumpulan data geologi diawali dengan
yaitu tahap persiapan dan studi pustaka, tahap penentuan jalur lintasan pengamatan. Pada lintasan
penelitian studio dan lapangan, tahap analisis data, pengamatan dilakukan pengamatan dan perekaman
dan tahap pembuatan laporan. Masing-masing gejala geologi di lapangan berupa litologi,
tahapan penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai morfologi dan struktur geologi serta perekaman dan
berikut. pengambilan contoh batuan. Beberapa data geologi
Tahap persiapan dan studi pustaka yang direkam/diambil di lapangan: (1) morfologi,
dikerjakan untuk memperoleh informasi dan dengan melakukan pengamatan bentang alam,
mengumpulkan data sekunder. Pada tahap litologi penyusun dan struktur pengontrol,
persiapan, studi pustaka dilakukan dengan pemanfaatan lahan berikut sebarannya; (2) litologi,
mengeksplorasi data sekunder, mereview publikasi dengan melakukan pengamatan singkapan batuan,
penelitian terdahulu dan kajian teoretik, terutama produk pelapukan batuan dan endapan berikut
data-data gempa yang terjadi di wilayah Pleret dan sebarannya, (3) struktur geologi, dengan melakukan
pengamatan indikasi keberadaan struktur yang truk yang lewat setara dengan kekuatan gempa
berkembang dan liniasinya di lapangan, (4) Mercalli derajat III. Hasil observasi menunjukan
pengamatan lingkungan, lokasi kerusakan sensitivitas ayunan bandul terhadap getaran
bangunan pasca gempabumi 2006; (5) pengambilan berbanding lurus dengan panjang tali bandul,
gambar di lapangan berupa foto-foto dan sketsa. panjang busur dan waktu ayun. Besar sensitivitas
Beberapa alat kelengkapan penelitian lapangan, ayunan bandul dapat diterapkan pada pegas yang
seperti: peta rupa bumi digital Indonesia skala 1 : direkayasa sensitivitasnya terhadap arah gaya, yaitu
25.000 daerah penelitian edisi 1999 terbitan gaya horizontal dengan sensitivitas setara getaran
Bakosurtanal, Global positioning system (GPS), dengan dengan kekuatan gempa Mercalli derajat
kompas geologi, palu geologi, kaca pembesar, III. Besaran skala kekuatan gempa ini sebanding
kantong contoh batuan, larutan HCl, pita ukur, buku dengan 4,3 skala Richter atau skala Omori derajat I.
catatan lapangan, alat tulis dan kamera. Rekayasa alat pemindai gempa ditunjukkan gambar
Setelah analisis data baik data lapangan dan 2.
studio dilakukan, kemudian dilakukan sintesa
analisis data. Sintesa dilakukan dengan penerapan
konsep model terhadap hasil analisis untuk
kemudian dapat disusun suatu kesimpulan hasil
penelitian dan rekomendasi.
Lokasi penelitian berada di daerah rawan
bencana gampabumi pasca gempabumi 2006 yang
secara administratif berada di Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, kurang lebih berjarak 9 kilometer
tenggara Kota Yogyakarta. Secara astronomis
daerah Pleret yang menjadi lokasi penelitian berada
pada koordinat: 7°50’00” LS - 7°55’20” LS dan (2A)
110°22’10” BT - 110°30’00” BT. Lokasi penelitian
ditunjukkan pada gambar 1.
(2B)
U
Gambar 2. Alat pemindai gempa dengan
menerapkan metode ayunan bandul sebagai visual
(gambar 2A) dan alat pemindai gempa
menggunakan metode sensitivitas pegas dan
menghasilkan bunyi sirine dengan medium
Gambar 1. Lokasi penelitian (tanpa skala) rangkaian listrik arus lemah 12 V dari aki/baterai
ditunjukan pada kotak hitam berarsir. (gambar 2B).
HASIL
Pembuatan alat pemindai gempa diawali
dengan pendekatan metode ayunan bandul yang
direkayasa sensitivitas terhadap getaran kendaraan
roboh, 283 rusak berat) dan Bawuran (970 roboh, KESIMPULAN DAN SARAN
285 rusak berat) terjadi di dataran kolovial, dan Berdasarkan data hasil penelitian berupa
kerusakan bangunan di Wonolelo (409 roboh, 570 data lapangan dan studio dapat disimpulkan bahwa
rusak berat) terjadi perbukitan. Bangunan perekayaan alat pemindai gempa dapat dilakukan
kerusakan ringan banyak terdapat di perbukitan dengan menggunakan (1) ayunan bandul sebagai
wilayah Bawuran (451 bangunan), Wonolelo (354 visual keberadaan energi getaran gempa, dan (2)
bangunan) dan Segoroyoso (298 bangunan) sensitivitas pegas yang menghasilkan bunyi sirine.
sedangkan di wilayah Wonokromo (110 bangunan) Kedua-duanya mampu memindai getaran gempa
dan Pleret (110 bangunan) terdapat pada morfologi dengan skala kekuatan gempa Mercalli derajat III.
dataran aluvial. Pola data kerusakan bangunan Skala kekuatan gempa tersebut sebanding dengan
mempunyai pola yang sama dengan pola jumlah skala gempa Omori derajat I dan 4,3 skala Richter.
korban jiwa yang sebagian besar korban jiwa Dengan skala gempa yang dapat dipindai
meninggal karena terkena reruntuhan bangunan. oleh alat maka dapat diaplikasikan dengan kondisi
Jumlah korban terbanyak di Pleret (223 jiwa), geologi di daerah Pleret. Daerah Pleret dengan
disusul Wonokromo (161 jiwa), Segoroyoso (96 morfologi perbukitan yang tersusun satuan batuan
jiwa), Bawuran (94 jiwa), dan Wonolelo (5 jiwa). Batupasir tufan Semilir dan Breksi Nglanggran
Besarnya dampak kerusakan yang mempunyai besar percepatan getaran gempa
ditimbulkan cenderung berhubungan dengan besar berkisar antara sebesar 0,25 – 0,6 cm/dt2;
rambatan energi getaran gempa pada masing- sedangkan morfologi dataran aluvial yang
masing jenis litologi. dimana percepatan getaran didominasi endapan pasir sebesar 0,6 – 1,1 cm/dt2.
gempa pada dataran endapan pasir (aluvial maupun Semakin besar percepatan getaran gempa, semakin
kolovial) lebih besar daripada besar percepatan rawan resiko kerusakan bangunan dan korban jiwa.
getaran gempa pada litologi Batupasir tufan Semilir Resiko kerusakan bangunan paling tinggi berada di
dan Breksi Nglanggran penyusun morfologi jalur bidang lemah berupa struktur geologi yaitu
perbukitan. Kerusakan bangunan terparah terdapat Sesar Opak di Kali Opak dan sekitarnya.
di sekitar Kali Opak, yakni wilayah Pleret, Alat pemindai tidak disarankan dipasang di
Bawuran dan Segoroyoso. Kerusakan bangunan di dekat akses jalan raya, rel kereta api, tempat
sekitar Kali Opak diperkirakan dipengaruhi oleh penggilingan padi atau sarana lain yang rentan
keberadaan struktur Sesar Opak sebagai jalur getaran setara atau minimal mendekati skala
bidang lemah atau tempat akumulasi rambatan kekuatan gempa Mercalli derajat III. Penelitian alat
energi getaran gempa. pemindai gempa masih perlu dilakukan mengingat
Sesar Opak menjadi salah satu media keterbatasan kemampuan alat dalam memberikan
rambatan energi gempabumi selain melalui sistem peringatan, terutama kemampuan ketersediaan
patahan Dengkeng (Baturagung) sehingga dari suplai arus listrik yang masih belum bebas
Bantul hingga Klaten bagian selatan terdampak perawatan (free maintenance), dukungan
kerusakan parah (Natawidjaja, 2007 dalam “Gempa keelektrikan model suara peringatan (sirine atau
Yogyakarta,” 08 Juni 2011). Menurut data sekunder audio lainnya), dan kalibrasi alat lebih lanjut.
hasil visualisasi ASTER RGB 3,4 PCA 56789, di
Bantul, sebaran gawir sesar di Baturagung DAFTAR PUSTAKA
(Baturagung escarpment) berada di Pleret bagian Alat deteksi gempa dicuri. (29 Juli 2010). Diunduh
timur (Saputra, 2012). Selain keberadaan jalur 17 Februari 2011 dari http://bataviase.co.id/
bidang lemah di Pleret pada sekitar Kali Opak, detailberita10557051.html
berdasarkan pengamatan di lapangan jalur bidang Alat peringatan dini gempa bumi. (19 Juni 2009).
lemah diinterpretasikan juga berada pada batas Diunduh 22 Februari 2011 dari
kontak Batupasir tufan Semilir dan Breksi http://4ld1.wordpress.com/2009/06/19/alat-
Nglanggran. Kontak batuan tersebut di lapangan peringatan-dini-gempa-bumi/
umumnya telah lapuk, diperkirakan merupakan Asikin. S. (1977). Dasar-dasar Geologi Struktur.
kontak struktur (kontak tidak berangsur). Hal ini Bandung: Departemen Teknik Geologi.
diperjelas dengan data sekunder hasil interpretasi Institut Teknologi Bandung.
visualisasi ASTER RGB 3,4 PCA 56789 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. (2008).
Saputra (2012), dengan kenampakan pola rona Kecamatan Pleret Dalam Angka. Bantul:
kontak batuan mendekati searah dengan liniasi Koordinator Statistik Kecamatan Pleret
Sesar Opak, timur laut – barat daya. Di lapangan Bantul. Diunduh 3 September 2012 dari
indikasi kontak satuan batuan ini berada di http://yogyakarta.bps.go.id/remository.html?
Kedungrejo, Wonolelo pada posisi koordinat 07 func =finishdown&id=54
52’ 40,0” LS 110 26’ 41,8” BT dan 07 52’ 38,8” Bemmelen, R.W. (1949). The Geology of
LS 110 26’ 42,1” BT. Indonesia. Vol IA. Netherland: The Haque
Martinus Nijhroff, Government Printing
Office.
Billings. M.P. (1954). Structural Geology. N. J. Ikatan Ahli Geologi Indonesia – Pengurus
Amerika Serikat: Prentice-Hall. Inc.. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Englewood Cliffs. Pusat Studi Bencana UGM. (2010). Panduan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Mitigasi Bencana. (leaflet). Yogyakarta:
(2007). Atlas Geologi Lingkungan Provinsi Pusat Studi Bencana. Universitas Gadjah
Daerah Istimewa: Peta Kegempaan. Jakarta: Mada.
Departemen Energi dan Sumber Daya Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi H.M.D.
Mineral (ESDM) (1977). Geologi Lembar Yogyakarta Skala 1
Gempa 3,9 SR goyang Bantul. (13 Februari 2011). : 100.000, Bandung: Pusat Penelitian dan
detikNews diunduh 30 Januari 2012 dari Pengembangan Geologi.
http://www.detiknews.com/read/2011/02/13/ Saputra, A. (2012). Ekstraksi Informasi Geologi
201438/1570468/10/gempa-39-sr-goyang- Untuk Penilaian Bahaya Gempabumi
bantul (Earthquake Hazard Assessment)
Gempa Bantul 5 SR tak berpotensi tsunami. (29 Menggunakan Citra Aster di Kecamatan
April 2011). KOMPAS diunduh 30 Januari Pleret Kabupaten Bantul. Publikasi Ilmiah
2012 dari situs UMS diunduh 3 September 2012 dari
http://regional.kompas.com/read/ http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha
2011/04/29/01263273/Gempa.Bantul.5.SR. ndle/123456789/1418/1-SNPJ-SIG-2012-
Tak.Berpotensi.Tsunami Aditya%20Saputra.pdf?sequence=1
Gempa Yogyakarta, setelah lima tahun. (08 Juni Soetadi. R. (1982). Gempa Bumi. Jakarta:
2011). Kompasiana diunduh 30 Januari 2012 Bumirestu Offset.
dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/ Stasiun Geofisika Yogyakarta. (2010). Profil Badan
06/ 08/gempa-yogyakarta-setelah-lima- Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika.
tahun/ (leaflet). Yogyakarta: Stasiun Geofisika
Gempa di Bantul tidak Timbulkan Kerusakan. (06 Yogyakarta
November 2011). Media Indonesia diunduh Sukandarrumidi. (2010). Memahami Gempa Bumi
30 Januari 2012 dari http://www. dan Tsunami. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
mediaindonesia. com/read/2011/11/06 Nusatama.
/274215 /289/101/ Gempa-di-Bantul-tidak- Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Timbulkan-Kerusakan (1998). Pedoman Uji Lapangan
Gempa Jogja 19 Maret 2012. (19 Maret 2012). Pegunungan Selatan. Yogyakarta: Jurusan
Okezone diunduh 20 Maret 2012 dari Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral.
http://jogja.okezone.com/read/2012/03/19/51 Zuidam, R.A. (1983), Aspect of the Apllied
0/595634/gempa-4-2-sr-dirasakan-di-yogya- Geomorphic Map of The Republic of
bantul-mutilan Indonesia. Netherland: Department of
Prasetyadi. C. (2009). Principles of Plate Tectonics Geomorphology and Geography. ITC, PO
& Structural Geology. Materi dari Kursus BOX 6, 7500 A.A. Esscendehe.
Geology for Nongeologist. Yogyakarta:
ABSTRAK
Kawasan pesisir Semenanjung Muria telah dilakukan studi untuk pengembangan lokasi pembangkit listrik, salah satunya
adalah rencana pembangunan PLTN. Sehubungan dengan hal itu, kajian terhadap sebaran substrat sedimen permukaan dasar
di perairan tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran butir sedimen permukaan dasar di
perairan pesisir Semenanjung Muria. Ukuran butir sedimen dan karakteristiknya akan bermanfaat dalam desain sistem
pendingin PLTN. Metode penelitian dengan pengambilan sampel dan analisis laboratorium untuk penentuan besar ukuran
butir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen yang terdistribusi di perairan Semenanjung Muria didominasi oleh
ukuran butir kecil yaitu dalam kelompok lanau (silt). Pola akumulasi sedimen dasar di perairan Semenanjung Muria
mempunyai pola sejajar dengan garis pantai. Sebaran substrat sedimen sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik perairan, salah
satunya adalah kondisi arus dan gelombang.
ABSTRACT
Muria Peninsula coastal area has been conducted to study the development of the power station, one of which is a plan to
build Nuclear Power Plants (NPP). In this connection, the study of sediment substrate bottom surface water distribution
needs to be done. The purpose of this study was to determine the grain size of the sediment surface in coastal at Muria
Peninsula. Sediment grain size and characteristics will be useful in the design of NPP cooling system Research methods with
sampling and laboratory analysis for the determination of grain size of sediment. The results showed that the sediments are
distributed in water is dominated small grain size in the silt. The pattern of accumulation of sediments in the Muria
Peninsula waters have a pattern parallel to the coastline. Distribution of sediment substrate is strongly influenced by the
physical condition of the water, one of which is a condition of current or wave.
tangkap yang cenderung turun dari tahun ketahun, mendekati pantai (terjadi pendangkalan) mulai
pencemaran air dan sampah. bergesekan dengan dasar laut. Kondisi demikian
memicu terjadinya turbulensi, sehingga dengan
Kondisi Umum Oseanografi adanya arus yang cukup besar maka sedimen
Pantai Utara Jepara adalah perairan berukuran kecil (lanau) teraduk dan tertahan pada
dangkal dengan topografi bervariasi. Bagian Utara sistem suspensi dan akan terbawa pada daerah
(Perairan Kecamatan Keling dan Bangsri) dan dengan arus kecil dan mengendap. Sedangkan
bagian Selatan (Kec. Kedung) dipengaruhi aktivitas sedimen berukuran butir besar (pasir) akan
sungai besar dan kecil yang bermuara di perairan terendapkan.
tersebut. Bagian Tengah (perairan Mlonggo, Jepara, Sebaran sedimen dasar hasil penelitian
dan Tahunan) terkontrol adanya terumbu karang menunjukkan mulai dari muara sampai ke perairan
(coral reef). Pola kontur batimetri wilayah bagian lepas mempunyai ukuran butir bergradasi dari
Selatan dan Utara terdapat kesamaan pola dengan butiran halus (lanau) ke arah butiran yang lebih
garis pantainya, hal ini menunjukkan kasar yaitu berupa lanau pasiran. Pola akumulasi
perkembangan pantai daerah tersebut terkontrol sedimen dasar di perairan Semenanjung Muria
oleh aktifitas dari darat, yaitu seperti sungai Telon, mempunyai pola sejajar dengan garis pantai. Pola
sungai Gelis di kecamatan Keling dan sungai akumulasi sedimen di perairan Semenanjung Muria
Serang di kecamatan Kedung. sesuai dengan pola akumulasi sedimen muara
Bagian Tengah (Kec. Mlonggo, Jepara dan sungai yang dipengaruhi oleh energi gelombang.
Tahunan) pola batimetri yang tidak menunjukkan Di lokasi rencana bangunan pendingin dari
gejala kesamaan dengan garis pantai, cenderung Gambar 2 terlihat bahwa pemilihan lokasi perairan
terkontrol oleh batuan penyusunnya baik di dengan kondisi sebaran sedimen berjenis pasir.
perairan maupun pantai, sehingga garis pantai tidak Namun demikian diperlukan penelitian lanjut untuk
terkontrol/ kecil kemungkinan oleh sedimentasi penempatan posisi pendingin yang tepat.
sungai. Penelitian yang telah dilakukan
Sedimentasi atau pelumpuran di perairan sebelumnya oleh Ediar dan kawan-kawan juga
sebagian besar berasal dari bahan sedimen. menunjukkan klasifikasi di perairan Semenanjung
Peningkatan buangan sedimen ke dalam perairan Muria diperoleh beberapa satuan tekstur sedimen
pesisir disebabkan oleh semakin tingginya laju dasar laut di daerah penelitian, yaitu: Lanau pasiran
erosi tanah karena pengelolaan lahan atas yang (sZ); Lanau (Z); Lumpur pasiran sedikit krikilan
tidak mengindahkan asas konversi lahan dan (g)sM; Lumpur sedikit krikilan (g)M; Lumpur
lingkungan seperti penebangan hutan atau krikilan (gM); dan Kerikil lumpuran (mG). Satuan
pengolahan pertanian. Sedimentasi dapat Lanau pasiran (sZ) di daerah penelitian mempunyai
meningkatkan kekeruhan air yang berdampak penyebaran paling luas dibandingkan dengan
negatif pada kelestarian ekosistem alami dan biota sedimen lainnya. Penyebarannya terutama di bagian
perairan sehingga menyebabkan tidak optimalnya utara dan barat Semenanjung Muria. Secara umum
nilai ekologi dan ekonomis kawasan pesisir. makin ke arah utara fraksi penyusun sedimen makin
halus, setempat-setempat terdapat jenis sedimen
Sedimen Dasar Laut lainnya. Satuan ini mengisi daerah yang lebih
Hasil pengambilan contoh sedimen di dalam mulai kedalaman 50 - 60 m. Secara
dasar laut di daerah penelitian diperoleh jumlah 19 megaskopis satuan ini berwarna hijau keabu-abuan,
contoh dengan peralatan jatuh bebas (gravity mengandung cangkang moluska, dan foraminifera
corer). Untuk memperoleh gambaran sedimen walaupun sangat jarang, pada beberapa lokasi
dasar laut, dilakukan pemisahan butiran di dijumpai adanya fragmen detrital dengan ukuran
laboratorium berdasarkan kelulusan di mess ayakan yang bervariasi. Kadang-kadang juga terdapat
(x ø). Selanjutnya setelah pemisahan dilakukan pula lapisan lignit berwarna hitam mengkilat di bagian
penghitungan persentase fraksi besar butir bawah percontoh.
berdasarkan klasifikasi Folk (1980). Hasil analisis
ukuran butir disajikan pada Tabel 1.
Hasil sebaran distribusi substrat sedimen
dapat dijelaskan pada Gambar 2. Gambar 2 terlihat
bahwa sebaran lanau (silt) terkonsentrasi di muara
sungai. Hal ini jelas menunjukkan bahwa daerah
muara sangat dipengaruhi oleh adanya distribusi
lanau yang berasal dari hulu sungai. Sedangkan
lokasi sebaran sedimen pasir terkonsentrasi agak
jauh dari bibir pantai. Pola sebaran sedimen
berukuran pasir tersebut diduga dipengaruhi oleh
gelombang dari laut Jawa. Gelombang pada saat
#
# #
#
#
#
L A U T J A W A #
# # # #
# ## #
# # # #
Tg . Ng ep un g
# # # #
# Mu ar a Ng ep un g
# #
Nge pu ng Mu lyor ejo #
# #
Ba nt un an
#
# K. Ge nd enDE S A
# # # # Ngr an don
# # # # DE S A B A NDUN GHA RJ O
BA N Y UMA N IS
S. W a ng kon g
Mu ar a B r ing in
# K .Ge lis
# Ba ka lan
# Tg . Je lam un
#
#
## #
# # Ke lor Bo ns ar i Mr ican
Bo we ng
Ujun g C itra n #
As em Rejo sar i Dur en um pa ng
Ke do wo DE S A
# K. B eji
K. K elo r
Su m ba ng Ba nd un gh ar jo TUL A K A N
#Ba yu ran # Ba ka lan
Gen du K. Ge lis
DE S A B A LO NG K. K elin g
Z
$
K. Ng ar eng an K. B alo ng Jatio m bo Te ng ger
DE S A B UM IHA RJO
Se len tir Ger ca k Be ji
K. W a re ng
DE S A T UB A NA N K. S en tu l Se blu 50
Legenda
DE S A K A LIA M A N K. Ja ra kan W at es
K. Ja mu r
Pasir K. Jin gg ota n
Lanau
Ba go r DE S A K E LIN G
Lempung
K, W a re ng
Nglo teh
DE S A K A NCIL A N K, W a tu lum pa ng Jer aka n
Mo joa gun g
K. K elin g K. K ar on g
DE S A K E DUNG LE P E R Se ko pla h
DE S A JIN GGO T A N
DE S A K A LIG A RA NG Ke du ng Kr an ji
Bo led an 150 DE S A GE L A NG
K. B an jar an K. La m ut
Dep okk ra janK. Gr en jen ga n 100
K. Ja ra kan
K. S eb og ot
Nep al Cah a
Ka nc ilan Sa m bir ejo
Dep oks ar i
DE S A JE RUK W A NGI Ba ka lan DE S A T UNA HA N Ngu nd aan Kr aja n
Sid om u lyo Kr aja n Gon do rio
. Jing go tan
Ka ra ng an yar W at ub eng ka h
Satuan Lanau (Z) tersebar setempat di selatan Kep. Karimunjawa dan utara Semenanjung
bagian di utaranya sepanjang pantai Jepara, pada Muria pada kedalaman 20 - 60 m. Hasil pemerian
daerah perairan dangkal sekitar pantai di baratlaut megaskopis terhadap satuan ini umumnya
dan timurlaut daerah penelitian sekitar daerah Tayu mempunyai warna abu-abu kehijauan dan butiran
mulai kedalaman 10 - 45 m. Penyebaran lainnya warna putih dan hitam, beberapa bagian mengalami
terdapat di bagian utara dengan penyebaran yang oksidasi dan berwarna kemerahan, bersifat lunak,
tidak terlalu luas. Hasil pemerian megaskopis foram serta fragmen cangkang moluska dalam
terhadap satuan ini umumnya mempunyai warna keadaan rusak. Selajutnya adalah satuan Krikil
abu-abu kehijauan, beberapa bagian mengalami lumpuran (mG) tersebar hanya di lepas pantai
oksidasi dan berwarna kemerahan, bersifat lunak, Semenanjung Muria pada kedalaman 60 m.
mengandung foram serta fragmen cangkang Beberapa kondisi penting adalah
moluska yang umumnya terdiri dari gastropoda dan keterdapan butiran dan mineral yang berasal dari
pelecypoda. gunung api, yaitu pasir kuarsa, mineral hitam dan
Satuan Lumpur pasiran sedikit kerikilan butiran batuan beku dan batuapung (lithic).
(g)sM tersebar setempat di bagian di utara Jepara
pada kedalaman 20 - 40 m. Penyebaran lainnya Karakteristik Fisik Sedimen
terdapat di bagian utara dan timurlaut dengan Kep. Berdasarkan hasil analisis karakteristik
Karimun Jawa pada kedalaman 50 - 60 m. Hasil fisik sedimen dasar (Tabel 2) diperoleh kadar air
pemerian megaskopis terhadap satuan ini umumnya berkisar antara 24,84 – 90,10 % dan porositas
mempunyai warna abu-abu kehijauan, beberapa berkisar antara 47,07 – 70,69 %. Semakin tinggi
bagian mengalami oksidasi dan berwarna kadar air (water content) berarti semakin tinggi
kemerahan, bersifat lunak, mengandung lignit, fraksi hasil dekomposisi bahan organik.
foram serta fragmen cangkang moluska yang
umumnya terdiri dari gastropoda dan pelecypoda. KESIMPULAN
Satuan Lumpur sedikit kerikilan (g)M Berdasarkan hasil analisis dan
tersebarhanya di bagian utara Jepara, pada pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa material
kedalaman 10 - 30 m. Hasil pemerian megaskopis dasar perairan Semenanjung Muria terdiri dari
terhadap satuan ini umumnya mempunyai warna lanau sampai dengan pasir. Sedimen lanau
abu-abu kehijauan dan butiran warna putih dan mondominasi di perairan Semenanjung Muria. Pola
hitam, beberapa bagian mengalami oksidasi dan akumulasi sedimen dasar di perairan Semenanjung
berwarna kemerahan, bersifat lunak, foram serta Muria mempunyai pola sejajar dengan garis pantai.
fragmen cangkang moluska dalam keadaan rusak. Distribusi sebaran sedimen sangat tergantung pada
Satuan Lumpur krikilan (g)M tersebar gelombang dan arus.
setempat-setempat hanya di dua lokasi, yaitu di
No. No. Water Specific Wet Unit Weight Dry Unit Weight Porosity Void Ratio
Sampel Content Grafity of d (n) (e)
(w)% Solid (Gs) gr/cm3 gr/cm3 %
Muchlis
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28, Kompleks Balapan, Yogyakarta
E-mail: muchlis_idham@yahoo.com
ABSTRAK
Pencemaran air dan air tanah yang disebabkan oleh senyawa berklorin sudah menjadi masalah di dunia. Hal ini disebabkan
karena senyawa tersebut bersifat persisten dan beracun tinggi. Pergerakan senyawa ini di tanah adalah sangat komplek
berbanding senyawa yang lain. Ke-komplek-an pergerakan senyawa berklorin sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat fizik
tanah dan sifat-sifat fisik senyawa tersebut. Pada penelitian laboratorium ini, centrifuge geoteknik dan tangki mini telah
digunakan untuk memvisualisasikan pergerakan dari TCE. Kotak sampel diisi dengan tanah riolit yang mempunyai
kandungan air yang berbeda yaitu 5%, 10% dan 15%. Sebanyak 40 ml TCE yang sudah diberi pewarna merah Sudan V
dimasukkan ke botol bahan pencemar di atas centrifuge geoteknik. Setelah centrifuge geoteknik berputar hingga mencapai
kecepatan 25-g (gravitasi) (210 RPM), TCE dilepaskan dan masuk ke kotak sampel. Pergerakan TCE tersebut diperhatikan
dan direkam secara visual dan diukur melawan waktu.Hasil dari pergerakan akan dibandingkan dengan pergerakan dengan
kecepatan 1-g menggunakan tangki mini. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pergerakan TCE sangat ditentukan oleh
keadaan tanah. Pada tanah dengan kadar air 15% mempunyai kecepatan vertikal yang lebih besar berbanding dengan kadar
5% dan 10%. Memvisualisasikan pergerakan TCE pada keadaan tanah yang berbeda menjadi pengetahuan yang penting
untuk mengetahui pergerakan TCE di alam sebenarnya.
ABSTRACT
Pollution of soil and groundwater by chlorinated compounds is a problem in the worldwide as most of these compounds are
persistent and highly toxic. The movement of these compounds in the subsurface is so complex compared to other soluble
compounds. The complexity of the movement is said to be largely controlled by the physical characteristics of the subsurface
and physical characteristics of compounds. In this work, a laboratory investigation was conducted to visualize the complexity
of the migration of TCE using geotechnical centrifuge and 2-D mini-tank experiment. The bucket sample was filled up with
rhyoliteindifferent water content (5%, 10% and 15%).40 ml of TCE dyed using red colored Sudan V was placed in a
contaminant bottle on top of the centrifuge. Then, the geotechnical centrifuge was swung at 25-g (gravity) acceleration
(equivalent 210 RPM) and TCE was released in to the model. The movement of NAPL was observed and recorded using a
real-time high speed camera and measured with time.The movement was compared with 1-g experiment using mini tank in
laboratory. The experimental results have revealed that the movement behavior of TCE is very much controlled by the
physical characteristics of the ground. The vertical movement of TCE, the slowest was in 5% water content and the fastest in
15% water content. The visualization of the movement of TCE in various soil conditions may provide a vital knowledge on
the behavior of TCE in soil.
METODE PENELITIAN
1,20
Tabel 1. Sifat-sifat tanah Riolit
__________________________________ 1,00
Kecepatan (cm/menit)
__ 5%
Sifat-sifat Nilai (n=5) 0,80 10%
_________________________________________
0,60 15%
__
b. Daya 25g
TCE akan bergerak secara vertikal dan horizontal
setelah disuntikkan. Kecepatan pergerakan TCE
dalam tanah Riolit dengan kandungan air 5%, 10%
dan 15% gaya 25-g dapat dilihat pada gambar 8.
10,00 5%
Kecepatan (cm/detik)
8,00 10%
6,00 15%
4,00
2,00
0,00
0 20 40 60 80
Waktu (detik)
Gambar 8. Kecepatan TCE dalam tanah gaya 25-g
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Amara Nugrahini
Jurusan Teknik Geologi Sttnas yogyakarta
E-mail :amarasttnas@yahoo.com
Abstrak
Pumis adalah batuan beku yang mempunyai karakteristik sangat khas secara visual dan fisik, antara lain : Warna putih hingga
abu–abu, tekstur gelasan, struktur pumiceous, komposisi gelas, ciri khusus terdapat lubang – lubang gas yang didalamnya
terdapat serat – serta kaca yang sangat mengkilap dan jelas, juga mempunyai berat fisik yang relatif ringan dibanding batuan
lain dengan ukuran yang sama.
Daerah telitian termasuk dalam zona fisiografi pegunungan selatan Jawa Tengah terletak di wilayah Desa Pasekan
Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan secara astronomis terletak pada koordinat 7º 56’ 00”
LS sampai 7º 59’ 13” LS dan 110º 46’ 20” BT sampai 110º 51’ 13” dihitung dari Greenwich. Berdasarkan stratigrafinya
terdapat satuan batuan breksi pumis yang termasuk pada Formasi Semilir, secara tektonik pada kala Miosen Awal (Tersier)
termasuk dalam lingkungan tektonik busur magmatik Andesit Tua .
Hasil analisis kimia batuan pumis berdasarkan kandungan K2O dan SiO2 menunjukkan bahwa batuan tersebut termasuk
kerabat batuan Calc Alcali Series, dan berdasarkan kandunga % SiO2 ternasuk hasil letusan dari gunungapi yang
berkomposisi Dasit. Penurunan kandungan CaO, Fe2O3, Al2O3 dan P2O5 menunjukkan adanya diferensiasi magma seiring
dengan pendinginan magma. Diferensiasi tersebut jelas mengarah ke sifat makin asam dengan ditunjukkan meningkatnya
kandungan SiO2 terhadap unsur-unsur tersebut.
Dari pengamatan petrografinya, batuan ini merupakan produk dari gunungapi tipe strato yang berkarakter meletus hebat,
hasil analisis kimia ini menunjukkan bahwa batuan beku Dasit adalah erat hubungannya dengan erupsi yang eksplosif .
1. PENDAHULUAN
Bentang alam Pegunungan Selatan begitu
menarik sehingga banyak peneliti yang melakukan
studi penelitian di Pegunungan Selatan. Bentuk
morfologi bentang alam yang melengkung
menyerupai tapal kuda atau bentuk bulan sabit
sangat menarik untuk diteliti. Di depan bentuk
lengkungan tersebut dijumpai batuan beku intrusi
yang merupakan bagian dari tinggian Perbukitan
Jiwo. Oleh beberapa ahli (Rahardjo dkk, 1997,
Surono dkk, 1992) menyatakan tinggian
Pegunungan Selatan adalah batuan sedimen yang
merupakan produk arus turbid. Namun peneliti lain
(Bronto, 1999, Hartono, 2000) menyatakan
Pegunungan Selatan merupakan sisa tubuh
gunungapi purba yang tersusun oleh batuan
gunungapi hasil aktivitas gunungapi letusan
maupun leleran.
E rom o ko
Kegiatan letusan menghasilkan pumis yang hadir Yogyakarta ( Hartono, 2000 ) dan Peta Geologi
sebagai fragmen dalam breksipumis dan Regional lembar Surakarta – Giritontro ( Surono
dikelompokkan dalam Formasi Semilir ( Surono, dkk, 1992 ).
dkk, 1992 ). Mengacu peta geologi regional lembar Kerja Lapangan
Yogyakarta ( Rahardjo dkk. 1977 ) dan lembar Dari Peta geologi yang tersedia dilakukan
Surakarta – Giritontro ( Surono dkk, 1992 ) pengamatan lapangan kemudian dilakukan
Formasi Semilir tersebar sangat luas mulai dari pengambilan contoh setangan breksipumis pada
wilayah kecamatan Piyungan , Yogyakarta sampai Formasi Semilir yang memenuhi standar petrologi
dengan daerah Eromoko, Wuryantoro dan untuk keperluan Analisis di laboratorium.
Manyaran , Kabupaten Wonogiri. Tahap preparasi conto dan analisis yang
dilakukan di laboratorium diantaranya adalah
TUJUAN analisis petrografi dan analisis geokimia.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan Tahap integrasi hasil analisa geokimia batuan
menganalisa komposisi kimia batuan gunung api breksi pumis kedalam diagram Harker sehingga
batuan pumis dalam bentuk oksida utama yang dihasilkan perkembangan unsur kimia daerah
dinyatakan dalam persen berat. : SiO2, TiO2, pengambilan conto batuan sehingga didapatkan
Al2O3, Fe2O3, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan hasil aktifitas letusan gunungapinya.
P2O5 . Komposisi oksida-oksida tersebut diatas
apakah bisa dijadikan sebagai salah satu indikator GEOLOGI
produk letusan gunungapi eksplosif Berdasarkan atas pembagian fisiografi
Jawa-Madura, daerah penelitian termasuk dalam
LOKASI PENELITIAN Zona Pegunungan Selatan. Zona Pegunungan
Daerah penelitian di barat waduk Selatan ini dapat dibagi dua Sub Zona (
Parangjoho dan sekitarnya. Secara fisiografi daerah Harsolumekso, dkk. 1997 ), yaitu Sub Zona
penelitian termasuk dalam zona pengunungan Baturagung terutama terletak pada bagian utara,
selatan bagian timur (van Bemmelen, 1949). namun terbentang dari barat tinggian G. Sudimoro
Secara administratif, daerah penelitian terletak di antara Imogiri – Patuk, utara ( G. Baturagung ) dan
wilayah Desa Pasekan Kecamatan Eromoko sampai di sebelah timur ( G. Gajahmungkur ). Di
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan bagian timur ini Sub Zona Baturagung membentuk
secara astronomis terletak pada koordinat 7º 56’ tinggian agak terpisah yaitu G. Panggung dan G.
00” LS sampai 7º 59’ 13” LS dan 110º 46’ 20” BT Gajahmungkur. Sub Zona Baturagung ini
sampai 110º 51’ 13”. Daerah Penelitian dapat membentuk relief paling kasar. dan utara sedang di
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua sebelah selatan dan timur terdapat Sub Zona
maupun kendaraan roda empat memerlukan waktu Gunung Sewu. Sub Zona Gunung Sewu merupakan
2-3jam dari Yogyakarta menuju Eromoko yaitu bentang alam karst dimana bukit – bukit
dengan urutan rute perjalanan adalah : batugamping dengan berbentuk kerucut dengan
Yogyakarta - Patuk - Wonosari - Karang Mojo - ketinggian beberapa puluh
Ponjong - Eromoko (daerah penelitian). Atau
Yogyakarta – Solo – Wonogiri - Eromoko
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan suatu
pendekatan terperinci seperti; studi literatur, kerja
lapangan (pengambilan conto batuan), kerja
laboratorium (analisis geokimia dan analisis
petrografi ), penyusunan laporan ( pengolahan data
dll)
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan Lokasi daerah telitian
penelitian, yaitu: Gambar 3. Peta Fisiografi Jawa Tengah & Jawa
Tahap studi pustaka Timur (Van Bemmelen, 1949).
Yahap studi pustaka merupakan tahap awal
penelitian. Tahap ini berupa tahap pengumpulan Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam
data data sekunder dan pengkajian literatur yang stratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak yang
berhubungan dengan kondisi geologi. antara lain, mengemukakannya antara lain :, Van Bemmelen (
Petrologi dan Geokimia Batuan longsoran 1949 ), Rahardjo, dkk, ( 1977 ), Surono., dkk., (
gunungapi tersier di Pegunungan Selatan ( Bronto, 1992 )., menyebutkan bahwa batuan yang tertua
dkk., 1998 ), Studi Gunungapi Tersier : Sebaran yang tersingkap di Pegunungan Selatan adalah seri
Pusat Erupsi dan Petrologi di Pegunungan Selatan batuan metamorfosis yang mengalami proses
Dorongan magma keatas menyebabkan lereng 69 %). Kombinasi antara SiO2 dan K2O (Peccerillo
gunungapi itu menggembung yang setelah dan Taylor, 1976 dalam Diktat Kuliah Volkanologi,
melampaui titik maksimum akhinya tubuh gunung 1999) menunjukkan adanya seri magma seri K
api itu kesuatu arah. Kaldera longsoran selalu rendah (Low K- series) atau toleiit, K menengah
berbenntuk seperti tapal kuda, dan di Indonesia rendah (Calc-Alkali Series), K menengah tinggi
jumlahnya cukup banyak. (High-K Calc Alkali Series) dan K tinggi
(Shoshonite Series). Kelompok terakhir itu karena
juga kaya Na2O sering disebut alkalin.
PUMIS
Secara umum, pumis dikenal sebagai
batuan gunung api berpori, sangat ringan yang
terbentuk selama erupsi letusan. Selama erupsi, gas
volkanik yang terlarut di dalam bagian cairan
magma mengembang sangat cepat hingga
membentuk buih atau busa, bagian cairan dari buih
kemudian mengeras/membatu membentuk gelas
disekitar gelembung gas. Semua jenis magma
(basal, andesit, dasit, dan riolit) dapat membentuk
pumis, tetapi umumnya pembentukan pumis
berasosiasi dengan magma asam (misal: riolit).
Macdonald (1972) mengatakan bahwa pumis
adalah abu sangat berongga, sangat ringan sehingga
mengapung di air. Pada pumis dasit, riolit, dan
Gambar 4. Diagram pembentukan kaldera riodasit tipe rongganya banyak serabut di dalam
tabung-tabung tipis yang memperlihatkan lebih
PEMBAHASAN menyerupai sutera, tetapi pada pumis yang lain tipe
rongganya lebih seragam. Pumis basal kurang
Geokimia Batuan melimpah dibandingkan dengan pumis yang
Pengertian Geokimia adalah studi komposisinya lebih asam,
geokimia berhubungan dengan penyebaran dan Di pihak lain, Fisher & Schmincke, (1984)
perpindahan unsur – unsur kimia dalam bumi dalam mengatakan bahwa pumis disusun oleh gelas
ruang dan waktu (Mason, 1958), atau studi yang gunung api sangat berongga. Komponen tuf
berhubungan dengan kelimpahan dan penyebaran kebanyakan berukuran abu gelas yang secara
daripada unsur – unsur ( Brownlow, 1996 ). dominan terdiri atas pecahan dinding gelembung
Batuan di bumi ini banyak sekali mengandung bercampur dengan pecahan pumis dan lapili.
oksida logam dan metalloid yang dapat dibagi Pecahan dinding gelembung umumnya merupakan
menjadi unsur mayor ( major element ), unsur jejak gelembung yang hancur atau dinding rongga pumis.
( trace element ) dan unsur tanah jarang ( rare earth
element). Unsur mayor membentuk senyawa oksida Breksi Pumis
( major oxides ) yang jumlahnya sangat dominan ( Breksi Pumis merupakan salah satu batuan
lebih kurang 99 % ) terdiri dari SiO2, TiO2, Al2O3, gunungapi yang berasosiasi dengan letusan
Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan gunungapi kaldera, breksipumis ini dapat ditinjau
P2O5. Satuan kuantitas dari oksida mayor tersebut dari dua aspek utama yaitu secara petrologi dan
biasanya dalam bentuk persen berat ( weight geokimia pembandingnya, yaitu :
percent ).
Berdasarkan komposisi kimia oksida utama, Petrologi Breksipumis
biasanya SiO2, K2O dan Na2O, magma dapat dibagi Breksi Pumis adalah batuan yang dikategorikan
menjadi beberapa macam. Namun dalam beberapa sebagai hasil sedimentasi batuan asal gunungapi
hal MgO dan Al2O3 juga bisa dijadikan parameter. dengan ciri megaskopis yang dapat diamati di
Pembagian magma berdasarkan SiO2 menjadi lapangan antara lain : Warna putih hingga abu –
magma basa (SiO2 < 53 %), magma menengah abu, tekstur klastika, kemas terbuka – tertutup,
(SiO2 53 – 63 %), dan magma asam (SiO2 > 63 % ). sortasi buruk, struktur masif, komposisi fragmen
Termasuk magma basa adalah pikrit dan basal. batuapung, matrik ( batuapung, gelas ) berukuran <
Magma menengah masih dibagi menjadi magma 1 mm. ciri khusus berat jenis ringan ( berat fisik
andesit basal ( SiO2 53 – 57 % ), magma andesit ringan ).
(SiO2 57 – 63 %). Magma asam terdiri dari magma
dasit ( SiO2 63 – 69 % ), dan magma riolit ( SiO2 >
Pemaparan Data
Tabel 3. Klasifikasi Batuan Gunungapi berdasarkan SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (P2O5 (1.24)
persentase berat oksida mayor SiO2 dan K2O P2O5 (1.24) - P2O5 < Tempuran P2O5
menurut pecerillo dan Taylor (1976) (0.27) (0.27)
Keterangan :
(>) = Mengalamin kenaikan
(<) = Mengalamin Penurunan
Hubungan kandungan SiO2 terhadap MnO Daerah Hubungan kandungan SiO2 terhadap P2O5 (1.24)
Bamban SiO2 (67.2) - MnO (0.12) daerah Tempuran Daerah Bamban SiO2 (67.2) - P2O5 (1.24) daerah
SiO2 (68.5) - MnO (0.90)Kandungan MnO mengalami Tempuran SiO2 (68.5) - P2O5 (0.27) Kandungan
kenaikan. P2O5 )mengalami penurunan.
KESIMPULAN
Berdasarkan zona fisiografi daerah telitian
termasuk dalam zona fisiografi pegunungan selatan
Jawa Tengah, berdasarkan stratigrafinya merupakan
satuan batuan breksi pumis Formasi Semilir, secara
tektonik pada kala Miosen Awal (Tersier) termasuk
dalam lingkungan tektonik belakang busur
magmatik Andesit Tua sedangkan pada Kala
Abstrak
Karakteristik hidrologi di daerah prospek panas bumi perlu diteliti untuk memahami neraca air daerah setempat
sehingga dapat diketahui potensi airtanahnya. Potensi airtanah yang bagus akan sangat mendukung keberlangsungan energi
panas bumi di suatu daerah. Penelitian hidrologi diawali dengan analisis data sekunder yang berupa data klimatologi serta
pemetaan geologi permukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan yang tinggi memberikan efek surplus di beberapa bulan
sepanjang tahun. Berdasarkan data klimatologi dari stasiun curah hujan Ungaran diketahui bahwa dengan curah hujan rata-
rata bulanan 128 – 246 mm. Dari perhitungan neraca air diketahui bahwa ketersediaan air di daerah penelitian mengalami
peningkatan sejak tahun 2007 walaupun sedikit menurun menuju tahun 2011. Surplus terjadi pada beberapa bulan sepanjang
tahun, terutama pada bulan-bulan basah. Sungai di daerah penelitian umumnya berdebit cukup besar. Keberlangsungan
panas bumi akan didukung oleh potensi airtanah yang bagus, dimana hal ini sangat tergantung dari potensi air permukaan
yang baik, didukung oleh curah hujan, banyaknya sungai dan adanya mataair di beberapa tempat.
Batuan Gunungapi Kaligesik tersusun oleh aliran collapse structure tersebut (Trend Team Jawa –
lava basal olivin-augit, Batuan Gunungapi IBT, 1997).
Gajahmungkur tersusun oleh aliran lava andesit- G. Ungaran di Jawa Tengah memberikan
hornblende, lava Gunung Sumbing tersusun oleh beberapa manifestasi panas bumi, dengan lokasi
aliran lava dan kubah, (4) Batuan intrusi terdiri utama terdapatnya manifestasi berada di
dari basal tersusun oleh intrusi basal-augit, andesit Gedongsongo. Daerah ini menempati pada
tersusun oleh intrusi andesit dan (5) Aluvial ketinggian lebih kurang 1300 m di atas permukaan
tersusun oleh batuan lepas dari lempung sampai laut dan terletak di lereng bagian selatan dari
bongkah. Gunung Ungaran. Daerah sekitar manifestasi
Menurut Thanden dkk. (1975) struktur berupa daerah wisata dan perhutani.
geologi Gunung Ungaran didominasi oleh adanya Manifestasi panasbumi di daerah Gedongsongo ini
struktur ring fracture yang dapat ditemukan di terdiri dari fumarol, mataair panas, matair hangat,
bagian utara gunung itu. Kenampakan struktur bualan gas (bubble gas) dan batuan teralterasi
collapse structure jelas terlihat di daerah sekitar (Gambar 2). Suhu udara di daerah ini 24,9o C.
Bandungan dan Sumowono(selatan dan barat daya Manifestasi tersebut terletak di sepanjang sungai
G. Ungaran). Struktur-struktur ini nampak saling yang relatif lurus dengan arah N 5o E. Kekar
berpotongan membentuk sistem rift fault yang mempunyai arah umum N100o E/70o (Dinas
membuka ke arah utara dan timur laut. Aktivitas Pertambangan dan Energi Jawa Tengah – STTNAS,
vulkanik G. Ungaran muda dikontrol oleh adanya 2004).
Data-data klimatologi pada Tabel 1-5 grafik curah hujan vs evapotranspirasi yang
tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan disajikan pada Gambar 3. Perhitungan
neraca air. Gambaran neraca air di daerah evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan
penelitian ini secara ringkas ditampilkan pada metode Blaney Criddle.
600 600
500 500
Ch
400 400
Ch
300 300
Et Et
200 200
100 100
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2008)
Bulan (2008)
900 600
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)
800
500
700
Ch
600 Ch 400
500
300
400
300 200
200
100
Et
100 Et
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2009) Bulan (2010)
400
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)
350 Ch
300
250
200
150
100
Et
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2011)
Gambar 3. Neraca air di daerah Gedongsongo dan sekitarnya. Kondisi surplus ditunjukkan oleh area yang
dibatasi oleh garis curah hujan dan evapotransiprasi dimana curah hujan lebih tinggi daripada
evapotransiptasi.
Untuk mengetahui ketersediaan air maka Dengan anggapan bahwa luas daerah prospek
dilakukan perhitungan neraca air seperti panas bumi 5 km2 berdasarkan data sekunder
dicontohkan pada tahun 2008 yang disajikan pada (Trend Team Jawa-IBT, 1997) maka dapat
Tabel 6 berikut ini. Pada tabel tersebut diketahui diperoleh gambaran ketersediaan air pada lima
run-off di daerah penelitian sebesar 1419,1 mm/th. tahun terakhir ditampilkan pada Gambar 4.
CH- Run-off
Bulan CH ETP ETP APWL KAT dKAT ETA Defisit Surplus (mm)
Jan 545 193,7 351,3 250,0 0,0 193,7 0,0 351,3 366,6
Feb 442 175,9 266,1 250,0 0,0 175,9 0,0 266,1 316,3
Mar 397 190,8 206,2 250,0 0,0 190,8 0,0 206,2 261,3
Apr 214 190,7 23,3 250,0 0,0 190,7 0,0 23,3 142,3
Mei 76 194,9 -118,9 -118,9 167,1 -82,9 158,9 36,0 0,0 71,1
Jun 31 180,2 -149,2 -268,1 124,4 -42,6 73,6 106,6 0,0 35,6
Jul 1 193,2 -192,2 -460,3 106,6 -17,8 18,8 174,4 0,0 17,8
Agt 72 198,5 -126,5 -586,8 102,8 -3,8 75,8 122,7 0,0 8,9
Sep 48 195,5 -147,5 -734,3 101,0 -1,8 49,8 145,7 0,0 4,4
Okt 314 206,8 107,2 208,3 107,2 206,8 0,0 0,0 2,2
Nov 375 192,7 182,3 390,6 182,3 192,7 0,0 0,0 1,1
Des 434 192,7 241,3 250,0 -140,6 192,7 0,0 381,9 191,5
Total 2949,0 1720,3 585,3 1228,7 1419,1
8E+12
Ketersediaan Air (mm/th)
7E+12
6E+12
5E+12
4E+12
3E+12
2E+12
1E+12
0
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Curah hujan yang cukup tinggi atas batuan volkanik (breksi andesit dan breksi
memberikan efek surplus di beberapa bulan laharik) dengan entuk lembah sungai V pula.
sepanjang tahun, terutama di bulan basah. Sementara itu pola rektanguler berkembang pada
Ketersediaan air terlihat mengalami peningkatan breksi andesit dan sisipan lava, dikontrol oleh
sejak tahun 2007, dan sedikit menurun menuju struktur kekar dengn bentuk lembah sungai V.
tahun 2011 namun masih terlihat kuantitas yang Lembah-lembah sungai berbentuk V dan umumnya
cukup besar dibanding tahun 2007. relatif lurus serta mengalir di atas batuan dasar. Hal
Sungai tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian
Pola pengaliran yang berkembang di daerah masih berstadia muda.
penelitian adalah dendritik, paralel dan rektanguler Sungai-sungai yang berada pada daerah
(Ginting, 2008). Pola aliran dendritik berkembang penelitian umumnya masih bersih dan air masih
di daerah dengan litologi yang resistensinya relatif cukup bersih dengan di bantaran sungai masih
sama. Pola ini dibentuk oleh Sungai Kalipanjang banyak tumbuh-tumbuhan (Gambar 5).
dengan bentuk lembah umumnya V, menunjukkan Kebanyakan sungai tersebut tidak terlalu lebar, tapi
erosi vertikal yang lebih besar daripada erosi memiliki debit yang cukup banyak, masih jernih
horisontal. dan mengalir terus menerus walaupun bukan
Pola aliran paralel menempati satuan kaki musim hujan. Dengan banyaknya air yang mengalir
lereng volkanik dan kerucut volkanik, mengalir di sehingga membuat penduduk sekitar G. Ungaran
memakai air kali di sekitar gunung untuk keperluan maupun pengaliran sawah. Debit sungai terukur
sehari-hari baik untuk kebutuhan rumah tangga rata-rata adalah 0, 78 m3/dtk (Ridwan, 2012).
penelitian mengalami peningkatan sejak tahun 2007 Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
walaupun sedikit menurun menuju tahun 2011. Stasiun Semarang.
Sungai di daerah penelitian umumnya Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Tengah –
berdebit cukup besar. Potensi air permukaan yang STTNAS, 2004, Pengembangan
didukung oleh curah hujan, banyaknya sungai dan Pemanfaatan Energi Panas bumi (Survei
adanya mataair di beberapa tempat merupakan Geokimia) di Kompleks Panas bumi
dukungan yang bagus bagi ketersediaan airtanah Gedongsongo, Kabupaten Semarang,
yang dibutuhkan untuk keberlangsungan panas Laporan Akhir, tidak dipublikasikan.
bumi. Ridwan, M., 2012, Kajian Hidrologi dan
Hidrogeologi Daerah Ungaran dan
UCAPAN TERIMA KASIH Sekitarnya, Provinsi Jawa Tengah, Tugas
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis Akhir Tipe II, Jur. T. Geologi, STTNAS,
sampaikan kepada Depdikbud yang telah mendanai Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
penelitian Hibah Fundamental di daerah Thanden RE., Sumadirdja H., Richard PW., Sutisna
Gedongsongo. Terimakasih juga penulis ucapkan K. dan Amin TC., 1996, Peta Geologi
kepada M. Ridwan dan Terry Iwou atas jerih Regional Lembar Magelang dan Semarang,
payahnya dalam mencari data klimatologi, terlebih- skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian Dan
lebih karena telah melakukan pekerjaan geologi Pengembangan Geologi, Bandung.
lapangan di daerah penelitian. Trend Team Jawa – IBT, 1997, Prospek Panas
Bumi Daerah Ungaran Jawa Tengah, Dinas
DAFTAR PUSTAKA Eksplorasi Panas bumi – Pertamina, Jakarta.
BMKG Semarang, 2012, Data Klimatologi Daerah Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Ungaran Tahun 2007 - 2011, Badan Indonesia, Vol. 1A, Martinus Nijhoff, The
Hague, Netherland.
ABSTRAK.
Telah dilakukan pemodelan dan asesmen bahaya jatuhan tepra kegunungapian Muria pada tapak PLTN ULA. Metodologi
yang digunakan adalah, pemodelan jatuhan terpa, estimasi deterministik dan probabilistik, serta asesmen bahaya jatuhan
tepra tersebut pada tapak PLTN ULA. Model jatuhan tepra yang digunakan adalah model adveksi-difusi 1 titik. Berdasarkan
hasil esitimasi deterministik jatuhan tepra Muria dan Genuk pada tapak PLTN ULA, variasi beban statis yang diterima
adalah pada kisaran 20 kg/m2 sampai dengan 300 kg/m2 atau ekivalen ketebalan tepra mulai dari 2 cm sampai dengan 30 cm.
Sedangkan berdasarkan estimasi probabilistik kondisional diperoleh nilai beban statis pada 300 kg/m2, PE =20% dengan
tingkat kebolehjadian (P) pada kisaran 10-7per tahun dan setara dengan beban tepra setebal 30 cm yang merupakan
ambang batas keselamatan yang diterima. Nilai median probabilistik (PE=85%) jatuhan tepra diperoleh pada ketebalan
5cm (50kg/m2) sanpai dengan 15 cm (150kg/m2) dengan tingkat keboleh jadian 10-6 per tahun. Berdasarkan hasil tersebut
faktor desain basis keselamatan fasilitas PLTN ULA aspek jatuhan tepra perlu di pertimbangkan dalam merancang fasilitas
PLTN di tapak tersebut sesuai dengan tingkat konservatif yang diperlukan.
Abstract. Modelling and hazards assessment of Muria tephra fall has been conducted for ULA NPP site. The method are,
modelling developement, deterministic and probabilistic estimation, and safety hazards assessment of ULA NPP site. Point
sources model of advection diffussion was used for estimation and contour map of tephra fall distribution. Base on
deterministic estimation, the varian static load of tephra fall are 20 kg/m2 up to 300 kg/m2 or equivalent to tephra thickness
of 2 cm up to 30 cm. In other way the result of probabilistic estimation are at 300 kg/m 2 with PE =20% equivqlent to tephra
thickness of 30 cm which similar to the thershold value of safety hazards at absolut probability around 10-7year-1.
Probabilistically for median value (PE=85%) of tephra fall are 5 cm (50kg/m2) and 15cm (150kg/m2) at
10-6 event per year. Base on those assessment, tephra safety design base assessment is reqiured to considered in designing
NPP safety parameter regarding PE value consideration.
mengintegrasikan persamaan (1) pada batasan probabilistik akan diperoleh peta kontour
tertentu pada persamaan(4). [6] probabilistik pada ketebalan tepra tertentu di lokasi
tertentu. Peta probabilistik tersebut menunjukkan
tingkat probabilitas yang dilampauinya pada
ketebalan tepra tertentu pada tapak PLTN ULA.
Setelah dilakukan analisis tepra probabilistik dan
deterministik dapat diperoleh faktor desain basis
(4) keselamatan konsevatif maupun non konservatif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Untuk model sferis akan mengikuti formula sebagai pemodelan bahaya tepra Muria pada tapak ULA
berikut: [7] adalah sebagai berikut, (a) mengumpulkan data
sekunder parameter konservatif sebagai bahan
masukan estimasi determinsitk; (b) mengumpulkan
data sekunder parameter kondisional sebagai bahan
masukan estimasi probabilistik; (c) pembuatan dan
analisis peta deterministik dan probabilistik tepra
(5)
Muria; (d) penentuan parameter desain basis
Tujuan dari pemodelan jatuhan tepra
keselamatan fasilitas PLTN aspek jatuhan tepra
kegunungapian Muria dengan menggunakan
Muria.
simulasi numerikal adalah untuk estimasi tinngkat
bahaya tepra berdasarkan informasi kondisional-
HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisional tersebut. Berdasarkan simulasi tersebut
Data
dapat diperoleh peta kontour deterministik dan
Data sekunder parameter probabilistik
probabilistik yang pada akhirnya merupakan
kondisional dapat dilihat pada tabel 1 dan 2,
masukan pada aspek keselamatan desain basis
sedangkan data sekunder parameter konservatif
fasilitas PLTN aspek jatuhan tepra Muria.
dapat dilihat pada tabel 3. Data tersebut akan
digunakan untuk melakukan estimasi deterministik
METODOLOGI
melalui per-
Asesmen deterministik dilakukan untuk
menentukan potensi akumulasi tepra dari suatu
Tabel 1. Data Probabilistik Sebaran Tepra Muria
letusan gunungapi dengan indeks erupsi dan [8][9]
kondisi meteorologi tertentu. Disini akan
VEI Prob.(year- Q(kg) CP. (%)
ditentukan tingkat sebaran dan ketebalan tepra 1
)
Muria dengan asumsi angin berhembus maksimum
kearah tapak. Tingkat sebaran tepra dihitung VEI=2 0.00001 6 x 108 43.75
berdasarkan skenario parameter indeks erupsi 2, 3, VEI=3 8.57143E- 5.7 x 109 37.5
dan 6 dengan parameter meteorologi maksimum. 06
Model yang digunakan adalah sumber titik VEI=6 4.28571E- 2.1 x 1012 18.75
sebagaimana tercermin pada persamaan (3). 06
Sedangkan metode probabilistik lebih diarahkan Tabel 2. Data Probabilistik Sebaran Tepra Genuk
[8][9]
pada efek dari variasi acak parameter erupsi dan
kondisi meteorologi dalam memperkirakan VEI Prob.(year- Q(kg) CP. (%)
1
akumulasi sebaran tepra Muria terhadap tapak )
PLTN ULA. Dilakukan 100 kali simulasi Monte VEI=2 10-7 6 x 108 50
Carlo pada masing-masing skenario indeks erupsi VEI=3 1,5 x 10-7 5.7 x 109 30
sebagai bagian dari pengintegrasian parameter VEI=6 7 x 10-8 2.1 x 1012 20
probabilistik kondisional untuk menentukan tingkat
ketebalan tepra secara probabilistik.
Pada asesmen bahaya vulkanik tepra samaan (3), selanjutnya untuk estimasi probabilistik
dilakukan analisis berbagai skenario erupsi yang digunakan simulasi Monte Carlo sebanyak 100 kali
pernah terjadi. Berdasarkan analisis deterministik sebagai parameter masukan pada persamaan (3).
tersebut akan diperoleh peta kontour sebaran
ketebalan tepra. Sedangkan berdasarkan analisis
Tabel 3. Data Deterministik Sebaran Tepra Muria dan Genuk Skenario VEI =2, 3 & 6 [8][9]
VEI Xo Yo( H(m) Q(kg) U(m/ S Dx(m2/s) Dy(m2/s)
(Km) Km) s) (m/s)
2 0 0 5000 107 10 1 800 800
3 0 0 7500 1010 10 1 800 800
6 0 0 2500 1012 10 1 800 800
0
Hasil
Berdasarkan perhitungan estimasi Sebaran Prob. Tepra Muria
deterministik pada tapak PLTN ULA dapat dilihat
tabel 4. dan tabel 5, sedangkan peta kontour 50
deterministik ketebalan tepra Muria dapat dilihat 40
pada Gambar 3. Selanjutnya perhitungan estimasi
PE(%)
30
probabilistik dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6, 20 y = 50.092e
-0.038x
Pembahasan
Hasil estimasi deterministik sebaran tepra
Muria dan Genuk sebagaimana terlihat pada tabel 4,
5 dan Gambar 3. menunjukkan ketebalan jatuhan
tepra Muria pada kisaran 2, 10, dan 25 cm pada
skenario VEI 2, 3, dan 6. Sedangkan untuk jatuhan
tepra Genuk pada kisaran 5, 15, dan 30 cm pada
skenario VEI 2, 3, dan 6. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tapak ULA akan memperoleh
beban jatuhan tepra Muria sebesar 20, 100, dan 250
kg/m2 dan 50, 150, dan 300 kg/m2 beban jatuhan
tepra Genuk pada skenario VEI 2, 3, dan 6.
Selanjutnya berdasarkan hasil estimasi probabilistik
Gambar 3. Kontour Deterministik Tepra Muria
tepra Muria pada Gambar 4. dan 5 diperoleh nilai
ketebalan yang dilampauinya pada ketebalan 25 cm
dengan PE 20%, sedangkan untuk tepra Genuk
diperoleh nilai ketebalan yang dilampuinya pada 30
cm dengan PE 20% yang kesemuanya pada tingkat
keboleh jadian 10-7 per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan
deterministik dan probabilistik, maka secara umum
lokasi tapak PLTN ULA masih dalam jangkauan
fenomena vulkanik Muria aspek jatuhan tepra pada
kisaran 10 cm untuk skenario indeks erupsi 2, dan 3,
yang merupakan ambang ketebalan terhadap
fasilitas pemukiman maupun bangunan sipil.
Gambar 4. Kontour Probabilistik Tepra Muria Sedangkan untuk skenario indeks erupsi 6,
diperoleh nilai ketebalan tepra pada kisaran 25 cm
sampai dengan 30 cm, yang merupakan ambang
batas keselamatan fasilitas PLTN. Asumsi yang
digunakan pada estimasi deterministik adalah
kecepatan arah angin dari Muria dan Genuk sebesar variasi frekuensi kejadian letusan antar berbagai
10 m/s dengan arah menuju tapak PLTN ULA skenario VEI 2, 3, dan 6 dari Muria maupun Genuk.
selama periode letusan. Sedangkan asumsi yang Tabulasi hasil dapat dilihat pada tabel 6.
digunakan pada estimasi probabilistik adalah
Jika dilihat dari tingkat bahayanya, secara >40% dengan tingkat keboleh jadian 10-6 year-
1
umum timbunan tepra dapat menyebabkan .
runtuhnya atap bangunan, serta terputusnya Studi lebih lanjut terhadap bahaya vulkanik
transmisi listrik maupun komunikasi. Tepra kering Muria dan Genuk perlu dilakukan untuk aspek-
non kompak mempunyai variasi densitas 400 kg/m3 aspek yang merupakan parameter penolak
sampai dengan 700 kg/m3, Sedangkan tepra basah seperti aliran piroklastik, lava dan lahar.
mempunyai densitas pada kisaran 1000 kg/m3 [9].
Oleh karena itu timbunan 10 cm tepra kering akan DAFTAR PUSTAKA
memberikan beban 40 kg/m2 sampai dengan 70 [1] Macedonio G, Pareschi MT, “A numerical-
kg/m2. Sedangkan pada timbunan 10 cm terpa model for simulation of tephra transport and
basah akan memberikan beban pada kisaran 100 deposition: applications to May 18, 1980, Mount
kg/m2. Pada timbunan tepra 2 cm sudah dapat St Helens eruption”. J Geophys Res 93(B), 1988
menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti [2] Bonadonna C, “ Probabilistic modeling of
rumah sakit, pembangkit listrik dan lain sebagainya. tephra dispersion”. J Geophys Res 83(B), 1998
Oleh karena itu desain basis keselamatan jatuhan [3] Phillips JC, “Sedimentation from strong
tepra disesuaikan dengan tingkat ancaman. Jika volcanic plumes”. J Geophys Res 108(B7), 2003
suatu fasilitas berpotensi ancaman 10 cm timbunan [4] Ernst GGJ, Sparks RSJ, “Thickness variations
tepra, dan dirancang dengan faktor keselamatan 2, and volume estimates of tephra fall deposits: the
maka pada fasilitas tersebut perlu ada penguatan importance of particle Reynolds number”. J
atap sebesar 200 kg/m2. Volcanology Geotherm Res 81(3/4), 2000
[5] TH, Kokelaar BK, “The eruption of Soufrière
KESIMPULAN hills volcano, Montserrat, from 1995 to 1999”,
Telah dilakukan estimasi deterministik dan Geological Society, London, 2003
probabilistik jatuhan tepra Muria dan Genuk [6] Houghton BF, Connor L, Byrne M, Laing A,
pada tapak PLTN ULA dengan model adveksi- Hincks TK , “Probabilistic modeling of tephra
difusi 1 titik. dispersal: hazard assessment of a multiphase
Berdasarkan esitimasi deterministik jatuhan rhyolitic eruption at Tarawera”, New Zealand. J
tepra Muria dan Genuk pada tapak PLTN ULA, Geophys Res 110(B3), 2004
maka variasi beban statis yang mungkin [7] Bursik MI, Carey SN, Sparks RSJ, “A gravity
diterima adalah pada kisaran 20 kg/m2 sampai current model for the May 18, 1980 Mount St.
dengan 300 kg/m2 atau ekivalen ketebalan Helens plume”. Geophys Res Lett 19(16), 1994
tepra mulai dari 2 cm sampai dengan 30 cm. [8] Asnawir et al., “ Roconfirmation of Muria
Sedangkan berdasarkan estimasi probabilistik Volcanics Hazards to ULA NPP Site”, PVMBG,
diperoleh nilai beban statis pada 300 kg/m2 2005.
dengan PE =20% dengan tingkat keboleh [9] Basuki W et al., “Kajian Bahaya Vulkanik
jadian 10-7 per tahun. Selanjutnya berdasarkan Tepra Gunung Muria di Sekitar Tapak PLTN ULA
hasil tersebut direkomendasikan nilai disain Jepara”, Seminar Nasional Pemanfaatan Teknologi
basis keselamatan konservatif tapak aspek Informasi Untuk Mitigasi Bencana Alam, ISSN
jatuhan tepra pada PE 20% dengan keboleh 1907-5995, STTNAS Yogyakarta, 2011
jadian 10-7 year-1, sedangkan nilai desain basis
non konservatif direkomendasikan pada PE
Abstrak
Kondisi geologi bawah permukaan di dataran Yogyakarta masih belum terjawabkan dengan tuntas. Sejumlah hipotesis masih
menjadi perdebatan dikalangan ahli geologi. Oleh karenanya penelitian geologi terhadap cekungan Yogyakarta sangat
menarik untuk dilakukan terlebih dikaitkan dengan gempa bumi. Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal
keberadaan pola struktur sesar berarah Barat laut-Tenggara di wilayah Yogyakarta bagian Selatan. Metode pengkajian
berdasarkan data citra foto udara dan beberapa data lapangan. Hasil kajian menunjukkan adanya pola struktur sesar mendatar
mengkiri memanjang dari tepi Kali Opak sampai di sebelah barat sungai Progo.
Kata kunci: Sesar, Opak, Progo, Yogyakarta, Gempa
Abstract
Condition of subsurface geological in Yogyakarta plains is still not too thoroughly justified. A number of hypotheses are still
a debate among geologists. Therefore geological studies of the basin Yogyakarta very interesting thing to do especially
associated with the earthquake. This study is aid to early illustrate the presence of a fault structures Northwest-Southeast
trending in the southern part of Yogyakarta. Method of assessment based on aerial photographs of image data and some field
data. The results of the study showed a pattern of left slip fault structures extending from the edge of Opak river’s to the west
of Progo river’s.
Key words: Fault, Opak, Progo, Yogyakarta, Earthquake
pengukuran data-data struktur, stratigrafi, dan Kali Oyo, sedangkan di bagian barat terletak di
pengamatan fisiografi dan pengambilan sampel Guluhredjo Kabupaten Kulonprogo pada
batuan. pembelokkan sungai Progo (Gambar 1).
Lokasi penelitian terletak didua tempat,
yaitu di bagian timur pada pertemuan Kali Opak
Bagian bawah dari Formasi Jonggrangan disusun formasi ini diperkirakan mencapai 950 m
oleh konglomerat yang ditindih oleh napal tufan (Rahardjo, dkk., 1995).
dan batupasir gampingan dengan sisipan lignit. Sementara itu perkembangan sedimentasi di
Kearah atas Formasi Jonggrangan berubah menjadi cekungan Pegunungan Selatan dimulai pada
batugamping berlapis dan batugamping koral. Formasi Semilir yang diendapkan secara selaras di
Ketebalan Formasi Jonggrangan diperkirakan atas Formasi Kebo-Butak (Surono, dkk, 1992 dan
mencapai 250 m (Rahardjo, dkk, 1995). Rahardjo, dkk, 1995). Aktivitas volkanik yang
Menjemari dengan Formasi Jonggrangan mulai muncul pada saat pembentukan Formasi
diendapkan Formasi Sentolo yang diperkirakan Kebo-Butak semakin terlihat intensif pada saat
terbentuk pada Miosen Awal sampai Pliosen. Di pembentukan Formasi Semilir. Formasi Semilir
daerah Giripurwo dapat dijumpai kontak tidak diperkirakan juga terbentuk pada Miosen Awal.
selaras antara Formasi Sentolo dengan Formasi Formasi Semilir disusun oleh tuff, breksi
Andesit Tua di bagian bawahnya. Bagian bawah batuapung, batupasir tufan dan serpih.
dari Formasi Sentolo ini berupa konglomerat alas Puncak aktivitas volkanik terjadi pada saat
yang ditumpangi oleh napal tufan dengan sisipan pembentukan Formasi Nglanggran pada Kala
tuf gelas. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur Miosen Awal-Miosen Tengah (Surono, 1992).
berubah menjadi batugamping berlapis yang kaya Formasi ini disusun oleh batuan berupa breksi
akan Foraminifera dan berselang seling dengan polimik, aglomerat, breksi piroklastik dan lava.
batugamping tufan (Pandita, dkk., 2008). Ketebalan
Gambar 2. Stratigrafi regional Yogyakarta dan sekitarnya (Surono, dkk., 1992 dan Rahardjo, dkk., 1995)
Aktivitas volkanik mulai menurun pada batupasir berselang-seling dengan batupasir tufan.
Miosen Tengah dengan diendapkannya Formasi Formasi ini juga banyak mengandung fosil jejak
Sambipitu. Pada formasi ini lebih didominasi yang terbentuk pada lingkungan bathyal di bagian
pembentukan satuan-satuan turbidit berupa
bawah dan berkembang ke Neritik di bagian atas Paleosen diikuti oleh berkembangnya sesar-sesar
(Pandita, 2008). normal yang aktif.
Perubahan lingkungan pada cekungan Fase tektonik kedua diperkirakan terjadi
Pegunungan Selatan semakin terlihat dengan pada Eosen Awal yang menjadikan daerah
diendapkannya Formasi Oyo pada laut dangkal. penelitian terbentuk sesar-sesar normal. Sesar-sesar
Formasi ini disusun oleh batupasir gampingan, normal tersebut membentuk suatu cekungan dengan
kalsilutit tufan dan konglomerat berfragmen tinggian disisi barat dan timurnya. Fase tektonik
batugamping. Formasi Oyo diperkirakan terbentuk yang terjadi berupa fase regangan. Pada saat
pada Miosen Akhir (Pandita, dkk., 2008). bersamaan mulai diendapkannya satuan batuan dari
Perkembangan batugamping makin terlihat Formasi Nanggulan.
jelas dengan pembentukan Formasi Wonosari. Tektonik Ketiga diperkirakan terjadi pada
Formasi ini disusun oleh litologi berupa Oligosen Awal yang merupakan fase kompresi.
batugamping berlapis, dan batugamping terumbu. Fase ini terjadi akibat terbentuknya zona tumbukan
Bagian bawah dari Formasi Wonosari diperkirakan yang baru di selatan Pulau Jawa. Tumbukan
mempunyai hubungan menjari dengan bagian atas tersebut terjadi antara lempeng mikrokontinen Jawa
Formasi Oyo.Umur formasi ini diperkirakan adalah Timur dengan lempeng Australia. Pada Oligosen
Miosen Akhir-Pliosen (Pandita, dkk, 2008). Tengah sampai Oligosen Akhir terbentuklah deret
Di atas Formasi Wonosari secara selaras gunungapi Old Andesit Formation. Fase tektonik
diendapkan satuan batuan dari Formasi Kepek. Ciri ketiga ini berlangsung terus sampai sekarang yang
litologi berupa napal dan batugamping berlapis. menjadikan daerah penelitian berada pada zona
Formasi ini diperkirakan terbentuk pada Pliosen. kompresi.
Sesudah Pliosen batuan-batuan berumur Pada Pliosen Akhir-Pleistosen Akhir terjadi
tersier yang terletak di cekungan Yogyakarta dan tumbukan antara gunung bawah laut (Sea mount)
depresi tengah pulau Jawa ditutupi oleh endapan- dengan Pulau Jawa pada zona subduksi di selatan
endapan volkanik muda. Endapan tersebut Pulau Jawa. Tumbukan ini diperkirakan menjadi
diperkirakan terjadi sejak Kala Pleistosen sampai penyebab terangkatnya cekungan Pegunungan
sekarang. Selatan kepermukaan, dan membentuk over thrust
disepanjang tepi barat dan utara Pegunungan
Tektonik Regional Selatan Jawa Timur (Prasetyadi, 2008). Proses
Daerah penelitian termasuk dalam tataan tumbukan ini diduga dapat membentuk struktur
tektonik Jawa bagian selatan. Penelitian terbaru rupture di Pulau Jawa khususnya di batas-batas
menunjukkan bahwa posisi tektoniknya termasuk zona Pegunungan Selatan.
dalam mikrokontinen Jawa Timur (Sribudiyani,
dkk, 2003 dan Prasetyadi, 2008). Daerah penelitian IDENTIFIKASI STRUKTUR BL-Tgr
sejak Kapur sampai Kuarter sedikitnya mengalami Tertutupnya cekungan Yogyakarta oleh
tiga kali fase tektonik. endapan-endapan volkanik muda mengaikbatkan
Fase tektonik pertama terjadi pada Kapur pola struktur yang berkembang pada dasar
Akhir – Paleosen dimana proses tumbukan Kapur cekungan sulit diketahui. Namun interpretasi awal
mulai berangsur terhenti karena bertemunya dua terhadap pola struktur pada dasar cekungan dapat
lempeng kontinen, yaitu lempeng mikro Sunda diduga dari citra foto udara, yang salah satunya
dengan Jawa Timur. Pada saat ini terjadi fase teridentifikasi pola struktur Barat laut-Tenggara.
kompresi menuju regangan membentuk pola-pola Pola tersebut diduga memanjang dari bagian timur
kekar berarah barat daya – timur laut. Proses ke bagian barat dari cekungan Yogyakarta, dan
tumbukan diperkirakan berhenti pada Akhir tertutupi oleh endapan volkanik muda.
Gambar 3. Citra satelit SPOT (sumber Google) memperlihatkan offset topografi di bagian timur dan barat
dataran Yogyakarta.
Pada analisis citra foto udara warna terlihat yang diperkirakan sebagai zona patahan.
pada sisi timur perbukitan yang memanjang Timur Pengamatan lapangan juga dilakukan di dua lokasi
laut – Barat daya membentuk pola patahan yang di bagian timur dan barat dataran Yogyakarta. Di
bergeser relative ke barat. Titik patahan bagian barat dilakukan pengamatan di sekitar
diperkirakan berada pada pertemuan antara sungai pembelokkan Sungai Progo, dan di bagian timur
Opak dan Oyo yang berada di daerah Siluk. Pola pengamatan dilakukan di sekitar pertemuan Kali
kelurusan patahan berkisar pada arah Barat laut – Opak dan Kali Oyo di daerah Sindet.
Tenggara (NW-SE). Kemenerusan pola ini di Di Sungai Progo jejak patahan tertutupi oleh
bagian barat cekungan jika ditarik garis lurus tepat adanya saluran irigasi pada bendung di Guluhredjo.
pada pembelokan sungai Progo (Gambar 3). Perlapisan batuan dari Formasi Sentolo
Pembelokan sungai Progo juga menunjukkan arah memperlihatkan ada offset kecil sebesar 10 cm
pergeseran ke barat laut juga sama dengan arah dengan sisi selatan relative turun dibandingkan sisi
pergeseran perbukitan di sisi timur cekungan. utara (Gambar 4). Terdapat kelurusan lembah
Hasil interpretasi foto udara tersebut masih berarah relative barat laut-tenggara (NW-SE) di
perlu dikaji dengan data-data lapangan di daerah daerah Guluhredjo.
Gambar 4. Ofset perlapisan batugamping di daerah Guluhredjo: A) posisi key bed di sisi utara selokan, B)
posisi key bed di sisi selatan yang berada di bawah dinding bendung.
Di pertemuan Kali Opak dan Kali Oyo N175OE/65O (Gambar 5). Kekar intensif
dugaan adanya struktur patahan lebih jelas terlihat. berkedudukan N50OE/55O dengan densitas 5bh/m.
Indikasi sesar minor berkedudukan N110OE/80O Breksi sesar juga dijumpai di lokasi tersebut
dapat diukur didaerah tersebut dan memotong kekar (Gambar 5).
Gambar 5. Kenampakan sesar minor N110OE/80O memotong kekar N175OE/65O, foto menghadap ke barat
laut. B) breksi sesar di pertemuan Kali Opak dan kali Oyo.
ANALISIS
Berdasarkan data-data citra dan lapangan DAFTAR PUSTAKA
mengindikasikan adanya pola sesar berarah Barat Asikin, S., 2006, Mengenali Bumi Kita Yang
laut-Tenggara di wilayah Yogyakarta Selatan Dinamis (Resah?) Selalu Bergerak, Ceramah
memanjang dari pertemuan Kali Opak – kali Oyo Ilmiah Gempa Bumi Yogya, Juli 2006,
sampai di sebelah barat Progo. Namun sesar ini STTNAS, Yogyakarta.
masih perlu diketahui karakteristik dan jenisnya Bemmelen R.W. van, 1949. The Geology of
dengan melakukan pendataan lebih detil baik Indonesia. The Hague, Martinus Nijhoff, vol.
dipermukaan maupun dengan data bawah IA.
permukaan. Terpotongnya Formasi Sentolo oleh Bothe, A.Ch.D., 1929, The Geology of the Hills
sesar Barat laut-Tenggara mengindikasikan umur near Djiwo and the Southern Range, Forth
sesar terjadi sesudah Pliosen Bawah. Identifikasi Pacific Science Congress.
awal menunjukkan kemungkinan berupa sesar Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, 2008, Analisis
mendatar kiri (Left slip fault) berdasarkan Model Fasies Formasi Sentolo dan Formasi
kenampakan pergeseran morfologi yang nampak Wonosari sebagai Identifikasi awal dasar
dari foto udara. Cekungan Yogyakarta, Laporan Penelitian
HIBER Tahun I, Sekolah Tinggi Teknologi
KESIMPULAN Nasional, Yogyakarta.
Sesar berarah Barat laut-Tenggara Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, 2009, Analisis
kemungkinan besar memang ada dan dijumpai Model Fasies Formasi Sentolo dan Formasi
memanjang dari tepi Kali Opak sampai sebelah Wonosari sebagai Identifikasi awal dasar
barat sungai Progo. Sesar ini perlu dipelajari lagi Cekungan Yogyakarta, Laporan Penelitian
mengingat umurnya yang masih muda dan HIBER Tahun II, Sekolah Tinggi Teknologi
kemungkinan reaktivasi menjadi sumber Nasional, Yogyakarta.
kegempaan di wilayah Yogyakarta bagian selatan. Prasetyadi, C., 2008, Evolusi Tektonik Paleogen
Jawa Bagian Timur (Struktur & Implikasi
UCAPAN TERIMA KASIH Tektonik), Makalah Diskusi Ilmiah
Penelitian ini dapat dilakukan atas bantuan Pegunungan Selatan, April 2008, STTNAS,
dana hibah bersaing dari DP2M melalui Yogyakarta.
KOPERTIS Wilayah V pada Tahun Anggaran Purnamaningsih, S. dan Pringgoprawiro, H., 1981,
2012. Stratigraphy and Planktonic Foraminifera of
the Eocene-Oligocene Nanggulan Formation, Collision of The East Java Microplate and Its
Central Java, Geol. Res. Dev. Centre Pal. Ser. Implication for Hydrocarbon Occurences in
N. 1, p. 9-28, 5 pls., Bandung, Indonesia. The East Java Basin, Proceedings, IPA, 29th
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D, Annual Convention & Exhibition, Jakarta.
1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta Jawa, Surono, Toha, B., dan Sudarno, I., 1992, Peta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Geologi Lembar Surakarta Giritontro, Jawa,
Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Bandung
Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S.,
Harsolumakso, A.H., Yulianto, I., 2003, The
Oleh:
Muhammad Arifai1 dan Hill. Gendoet Hartono2
1)
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
Email : rifai_geologiest@yahoo.co.id
Abstrak
Batuan gunung api Basal Sukadana yang tersingkap di daerah Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung yang berumur
Plistosen, tersusun oleh batuan gunung api berupa olivin basal, dolerit basal dan diabas yang berupa suatu tubuh aliran lava.
Ditemukannya lava yang berstruktur bantal pada bagian bawah dari tubuh aliran lava tersebut mengindikasikan bahwa aliran
lava ini awalnya terendapkan di dalam tubuh air. Pengamatan petrografi memperlihatkan tekstur porfiroafanitik hingga
fanerik, bertekstur aliran dan teraltrasi pada tingkatan yang rendah-kuat, menjadi karbonat dan epidot. Batuan ini termasuk ke
dalam Formasi Basal Sukadana (Qbs). Hasil analisis geokimia juga menunjukkan ciri bahwa batuan gunung api Basal
Sukadana tersebut mempunyai afinitas magma kalk-alkali yang berasosiasi dengan kegiatan subduksi lempeng Samudra
Hindia di bawah lempeng Benua Asia, yang di tandai oleh kandungan alumina (Al 2O3) tinggi (18,70-21,02% berat),
Magnesium (MgO) rendah – sedang (4,12-5,52% berat), Titanium (TiO2) rendah (<1,5% berat).
Pengamatan petrologi menunjukan bahwa batuan Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian
gunung api Basal Sukadana terdiri atas batuan ini adalah penelitian lapangan, analisis citra serta
olivin basal, dolerit basal dan diabas. ditunjang oleh analisis laboratorium. Untuk
mendukung penelitian ini maka diperlukan dan rheology mengontrol kekuatan letusan erupsi.
beberapa analisis laboratorium, diantaranya adalah Pemahaman hal tersebut diwujudkan ke dalam lima
sebagai berikut: Analisis petrografi dan analisis tipe sistem gunung api-basal (Gambar 2).
geokimia unsur-unsur utama dengan metode XRF Secara umum, terdapat dua jenis erupsi gunung api,
yang dilakukan di laboratorium pengujian yaitu erupsi letusan yang menghasilkan material
tekMIRA, P3TMB, Bandung. Pengamatan fragmental berbutir halus – kasar, sedangkan erupsi
lapangan dilakukan berdasarkan peta geologi lelehan menghasilkan kerucut spater, aliran lava,
lembar Tanjungkarang, Sumatera dengan skala dan kubah lava. Menurut Walker (1973a, dalam
1:250.000 oleh Andi Mangga dkk., (1993). Cas & Wright, 1987), lava berkomposisi menengah
Sementara untuk analisis citra dan pembuatan peta menunjukkan volume terbesar (10 km3), tebal
topografi dipakai citra landsat dan citra SRTM. mencapai 800 m, dan penyebaran luas (40 km2),
Pengumpulan data geologi di lapangan dilakukan sedangkan lava berkomposisi asam mempunyai
dengan pembuatan lintasan dengan menggunakan volume lebih kecil dan cukup tebal dibanding aliran
alat GPS (Global Positioning System). Untuk lava menengah. Sementara itu, karena sifatnya yang
penelitian aspek petrologi – geokimia di daerah encer (low viscosity) lava basal secara lateral sangat
penelitian, pengambilan percontohan batuan untuk luas, tetapi mempunyai ketebalan tipis (<50 m).
analisis laboratorium, lokasi pengamatan,
pengukuran, dan perekaman data, dilakukan Lava terutama dikontrol oleh viskositas, kecepatan
sepanjang lintasan dengan menelusuri jalan antar efusi, dan keadaan lingkungan pengendapan baik di
kecamatan, desa, jalan setapak, dan sungai, dengan darat ataupun di laut. Aliran lava encer memiliki
berpegang pada konsep penelitian dan pemetaan viskositas dan kandungan silika rendah, sebaliknya
batuan gunung api. aliran lava kental memiliki viskositas dan
kandungan silika tinggi. Berdasarkan fungsi
kecepatan efusi terhadap viskositas, maka akan
DASAR TEORI terbentuk beberapa jenis aliran lava, seperti block,
aa, dan pahoehoe. Di samping itu, aliran lava yang
Gunung api adalah tempat atau bukaan yang mengendap di dalam lingkungan air (submarine)
menjadi titik awal bagi batuan pijar dan atau gas akan membentuk struktur khusus, yaitu bantal
yang keluar ke permukaan bumi, dan bahan sebagai (pillow). Struktur bantal terbentuk berkaitan dengan
produk yang menumpuk di sekitar bukaan tersebut pendinginan sangat cepat/tinggi, namun kecepatan
membentuk bukit atau gunung (Macdonald, 1972). aliran sangat lambat/rendah. Kecepatan aliran
Tempat atau bukaan tersebut disebut kawah atau penting dalam mengendalikan tipe pembentukan
kaldera, sedangkan batuan pijar dan gas adalah lava bawah permukaan air, sementara kecepatan
magma. Batuan atau endapan gunung api adalah pendinginan lebih cepat di lingkungan bawah
bahan padat berupa batuan atau endapan yang permukaan air. Dengan demikian, lava yang
terbentuk sebagai akibat kegiatan gunung api, baik terbentuk umumnya disertai oleh pembentukan
secara langsung maupun tidak langsung. Serta hialoklastit (fragmen gelas), sedangkan breksi
magma yang membeku di permukaan itulah gunung bantal terbentuk dari pecahan-pecahan kasar (secara
api (Hartono, 2010). khas berukuran block) yang dihasilkan dari lava
bantal sendiri yang tertanam di dalam pecahan
Secara umum, Wilson (1989) menyatakan bahwa bantal yang lebih halus atau matrik hialoklastit.
struktif maupun destruktif, dan magmatisme yang
terjadi di dalam lempeng. Selain itu, tataan tektonik Secara umum, bentuk atau struktur bentang alam
tersebut menunjukkan keteraturan terhadap penam- gunung api sangat beragam. Keragaman tersebut
pakan bentang alam gunung api, seri magma, dan tidak terpisahkan oleh berbagai faktor pembentuk,
kisaran komposisi SiO2. Karakteristik gunung api seperti tipe erupsi, komposisi dan viskositas
sendiri mencakup di antaranya letak sumber erupsi, magma, lingkungan sekitar, dsb. Sementara sifat
tipe letusan, bentuk gunung api, struktur gunung alami letusan dan hasil bentukan bentang alam
api, tipe magma, dan komposisi batuan. Di pihak gunung api bergantung pada sifat alami lava.
lain, Walker (1993) menjelaskan ciri-ciri magma Sebagai contoh, erupsi lava felsik letusannya
sebagai dasar parameter di dalam kegunungapian dahsyat dan sering menyebabkan kerucut komposit
adalah (a) densitas relatif magma - litosfera yang curam, produknya terdistribusi lebih jauh.
membuat kemungkinan terjadinya vulkanisme dan Sebaliknya, lava mafik letusannya tenang dan
membantu menentukan posisi intrusi dan dapur membentuk morfologi landai, produknya dekat
magma; (b) viskositas dan yield strength dengan kawah, dan kadang-kadang erupsi bawah
menentukan geometri, intrusi dan struktur aliran permukaan air membentuk pulau.
lava; (c) kandungan gas mendorong terjadinya
erupsi dan menentukan tingkat letusannya; dan (d)
kombinasi antara kandungan gas dengan viskositas,
Gambar 2. Skema diagram blok, lima tipe sistem gunung api-basal (Walker, 1993). b-basaltic vents, c-caldera, d-
dyke, ls-lava shield, m-magma chamber, rz-rift zone, r-rhyolitic lava dome, s-sill or intrusive sheet, u-
cumulates.
Menurut Tatsumi dan Eggins (1995), bahwa sebuah bergelombang di bagian timur dan timurlaut,
sistem konvegen di mana sebuah lempeng samudera pegunungan terjal di bagian tengah dan baratdaya
mengalami proses subduksi di bawah lempeng benua dan
biasanya akan membentuk sepasang busur gunung api daerah pantai berbukit sampai datar. Daerah dataran
(Gambar 3). Salah satunya akan terletak lebih dekat bergelombang terdiri dari endapan klastika gunung
ke palung dan disebut sebagai busur gunung api sisi api Tersier-Kuarter dan aluvium dengan ketinggian
palung dan lainnya akan terletak lebih dekat ke beberapa puluh meter di atas muka laut. Pegunungan
belakang-busur dan disebut sebagai busur gunung api Bukit Barisan terdiri dari batuan beku dan malihan
sisi belakang. Busur gunung api sisi palung serta batuan gunung api muda.
dikendalikan oleh generasi magma melalui pelelahan
sebagian lempeng kerak bumi pada saat terjadinya
subduksi di sekitar kedalaman 110 km, sedangkan
busur gunung api sisi belakang dikendalikan oleh
pelelehan sebagian dari lempeng yang mengalami
subduksi di sekitar kedalaman 180 km. Kedua busur
gunung api ini juga tercermin dalam komposisi
produk yang mereka hasilkan/keluarkan.
Pencampuran atau asimilasi dari magma dangkal yang
mendesak mantel yang tipis saat naik ke permukaan
akan menghasilkan produk gunung api dengan
komposisi menegah dibandingkan dengan magma
yang lebih dalam. Dengan kata lain, produk-produk
dari busur gunung api sisi belakang akan memiliki
afinitas magma berkomposisi dari basa sampai
menengah. Sementara busur gunung api sisi palung
akan mempunyai afinitas magma berkomposisi
menengah hingga asam.
Gambar 3. Sistem subduksi yang mengontrol
GEOLOGI UMUM keberadaan sepasang busur vulkanik
dengan generasi magma yang terjadi di
Daerah penelitian termasuk bagian utara pada Peta kedalaman 110 dan 180 km (Tatsumi
Geologi Lembar Tanjungkarang skala 1:250.000 and Eggins, 1995).
(Mangga dkk., 1993). Secara umum, pembagian
bentang alam dibagi menjadi tiga satuan yaitu: dataran
Stratigrafi daerah Kabupaten Lampung Timur dari miring di sepanjang palung Sunda di lepas pantai
yang tua ke muda tersusun oleh Formasi Lampung, barat Sumatera (Hamilton,1979). Lajur pertemuan
Formasi Basal Sukadana dan Aluvium (Gambar 4). miring ini termasuk dalam Sistem palung Busur
Secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut: Sunda yang membentang lebih dari 5.000 km dari
1. Formasi Lampung (QTL), terdiri dari tuf Birma sampai Indonesia bagian timur. Letak busur
berbatuapung; tuf riolitik; tuf padu tufit; batulempung dan palung yang terdapat sekarang mungkin terjadi
tufan dan batupasir tufan, berumur Plio-Plistosen. sejak Miosen. Tekanan yang terjadi akibat
Formasi ini membentuk morfologi perbukitan yang penunjaman miring tersebut secara berkala
tidak begitu tinggi. Pada satuan tufa ini tersebar juga dicerminkan oleh sesar-sesar yang sejajar dengan tepi
limonitik besi yang penyebarannya tidak merata. Pada lempeng dan dibuktikan di dalam sistem Sesar
beberapa tempat terdapat profil lapisan tanah yang Sumatera yang membentang sepanjang pulau dan
terkupas oleh jalan, terlihat jelas lapisan limonitik merentas Busur Barisan. Sehubungan dengan busur
dengan ketebalan beberapa sentimeter. magma tersebut, dari barat ke timur, Sumatera dapat
dibagi menjadi empat mandala tektonik (Mangga,
dkk 1993) yaitu: Lajur Akrasi atau Mentawai, Lajur
Busur Muka atau Lajur Bengkulu, Lajur Busur
Magma atau Lajur Barisan dan Lajur Busur Belakang
atau Lajur Jambi-Palembang.
(3%), berwarna hitam, tidak tembus cahaya, bentuk piroksen dan olivin (intergrowth), jenis labradorit,
tidak beraturan, hadir sebagai inklusi di dalam olivin. sebgaian terubah menjadi karbonat. Olivin (9%),
Massadasar (28%); terdiri dari gelas vulkanik ( 10%), warna terang, interferensi hijau-kuning terang,
tidak berwarna, gelap pada posisi nikol bersilang, bentuk polygonal, subhedral-euhedral, ukuran 0.02-
terdapat membentuk aliran (flow), hadir sebgai hasil 1.40 mm, tampak terkorosi mineral opak/bijih dan
vitrifikasi dan devitrifikasi dari fenokris dan sebagian terubah menjadi epidot. Piroksen (10%),
mikrokristalin (18%), berwarna-abu kecokltan, hadir warna terang kecoklatan, relief tinggi, bentuk
berupa material halus, bentuk kristalin halus, terdiri subhedral-anhedral, saling tumbuh bersama
atas mikrogranular olivin (11%), mikrogranular plagioklas (intergrowth), sebagian terubah menjadi
pirokse (5%) dan mineral opak/bijih (2%). Mineral karbonat. Mineral opak (3%), berwarna hitam, opak,
sekunder yang hadir berupa mineral opak/bijih dan ukuran 0.01-0.08 mm, subhedral-anhedral, sebagian
mineral epidot (11%), sebagai hasil ubhaan dari berikatan dengan piroksen. Karbonat ( 5%), warna
mineral ferromagnesian (olivin). abu-abu terang, interfrensi kuning kecoklatan,
mengkilap seperti minyak, berbentuk anhedral
irregular, hadir intensif mengubah mineral felsik
terutama plagioklas dan piroksen dan terakhir
tersusun oleh mineral sekunder yang berupa mineral
epidot ( 4%).
Geokimia
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Penamaan batuan beku normal dari batuan Bronto, S. 2010. Geologi Gunung Api Purba,
gunung api Basal Sukadana (Cox dkk., 1979) Publikasi Khusus Badan Geologi,
Kementerian ESDM, Bandung, 154pp
Bronto, S., 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya.
Jurnal Geologi Indonesia, 1 (2), p.59-71.
Cas, R.A.F. dan J.V. Wright, 1987, Volcanic volcanic rocks based on the total alkali–silica
Successions. Modern and Ancient, Allen & diagram. Journal of Petrology, 27, p. 745-750.
Unwin, London, 528 h. Mangga, A. S., Amiruddin, Suwarti T., Gafoer S. dan
Crow, M.J., Gurniwa A., McCourt W.J.,1994, Sidarto, 1993, Geologi Lembar
Regional Geochemistry Tanjungkarang and Tanjungkarang, Sumatera, Pusat Penelitian
Menggala Quadrangle(1110 & 1111) Southern dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sumatera, Direktorat Sumberdaya Mineral, Miyashiro, A., 1974. Volcanic rock series in island-
Bandung. arcs and active continental margins. American
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Journal of Science, 274, p. 321-355.
Region, US Government printing Office, Satyana, 2004, Diskusi di maillist IAGI-NET.
Washington, p. 32-38. Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Joron,
Hartono, G., 2000, Studi Gunung Api Tersier: J.L.,Cyrille, Y., Bougault, H., and
Sebaran Pusat Erupsi dan Petrografi di Hasanuddin, 1986. Themoccurrence of back-
Pegunungan Selatan Yogyakarta, Tesis arc basalt in western Indonesia. In:
Magister, Institut Teknologi Bandung, 168 h. Koesoemadinata, R.P. and Noeradi, D. (Eds.),
(Tidak dipublikasikan). Indonesian Island Arcs: Magmatism,
Hartono, G., 2008, Gumuk Gunung Api Bawah Laut Mineralization, and Tectonic Setting, 2003,
di Tawangsari – Jomboran, Sukoharjo – Penerbit ITB, p.112-119.
Wonogiri, Jawa Tengah, Jurnal Geologi Tatsumi, Y. and Eggins, S., 1995. Subduction zone
Indonesia, Vol 3 No. 1 Maret, p. 37-48. magmatism. Blackwell Science, Frontiers in
Hartono, G., 2010, Peran Paleovolkanisme Dalam Earth Sciences, 211pp, ISBN 0-86542-361-X.
Tataan Produk Batuan Gunung Api Tersier Di Van Bemmelen, 1949, The Geologi of Indonesia Vol.
Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa II, Martinus Nijhoff the Hague.
Tengah, Disertasi, UNPAD, Bandung, 335 h. Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis; a global
(Tidak dipublikasikan). tectonic approach. Unwin Hyman, London,
Kisman, Deddy T. Sutisna, 2005, Inventarisasi dan 466 pp.
Evaluasi Mineral Logam di daerah Kab. Zulkarnain, I., 2011. Geochemical Evidence of Island-
Lampung Timur dan Kab. Lampung Selatan, Arc Origin for Sumatra Island; A New
Provinsi Lampung, Makalah Lampung, Sub Perspective based on Volcanic Rocks in
Dit. Mineral Logam. Lampung Province, Indonesia. Jurnal Geologi
Le Bas, M. J., Le Maitre, R. W., Streckeisen, A., and Indonesia, Vol 6 No. 4 Deseamber, p. 213-225.
Zanettin, B., 1986. A chemical classification of
Oleh:
Srijono 1), Budi Santoso 2), Fajar Setiawan 3), dan Christina Putri Widyaningtyas 4)
1)
Lab. Geologi Dinamis Jurusan Teknik Geologi FT UGM, email: sriy_geougm @yahoo.com
2), 3)
dan 4) Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT UGM, sedang Kuliah Pemetaan Geologi
Abstrak
Di sebelah timur Sungai Progo, Yogyakarta, tersingkap batugamping anggota Formasi Sentolo, dan
temuan gua. Penelitian bertujuan mengetahui kondisi geologi dan pengaruhnya terhadap perkembangan
karstifikasi Formasi Sentolo di daerah sebelah timur Sungai Progo.
Metode penelitian adalah pemetaan geologi permukaan, dengan rute utara-selatan yang relatif tegak
lurus terhadap jurus perlapisan Formasi Sentolo. Contoh dari gejala karstifikasi dianalisis petrografi.
Kesimpulan perkembangan karstifikasi dengan cara membandingkan.
Hasil penelitian di timur Sungai Progo, mencakup daerah yang dibatasi Gamplong, Karangnongko,
Badegan, dan Pereng. Jurus batuan Formasi Sentolo U700 – 900T, dan kemiringan maksimum 7o. Secara
geomorfologi, daerah penelitian disebut kuesta. Batuan dibedakan menjadi dua satuan, yaitu napal, dan
batugamping. Batugamping tersusun oleh perselingan batupasir karbonatan dengan batugamping. Secara
petrografi, jenis batugamping didominansi packstone, dan selebihnya wackestone. Sebagian batugamping
mengalami karstifikasi minor, dicirikan sistem perlubangan, frekuensi jarang, bentuk lubang bervariasi, dan
ukuran berkisar 1 – 18 cm. Gua Selarong dan Gua Payaman terbentuk pada batas antara napal dan batugamping,
tipe gua horizontal. Lorong gua pendek, berkisar 1 – 5 m, tidak menerus. Hasil observasi menunjukkan kondisi
dua gua sudah tidak alami karena proses antropogenik, terkait kepentingan pesona wisata. Pada kompleks Gua
Payaman, terbentuk curtain stalactite mengikuti zone kekar, berukuran 20 cm x 1,5 cm, dengan frekuensi jarang.
Kata kunci: karstifikasi, batugamping Formasi Sentolo, Gua Selarong, Gua Payaman, curtain stalactite
karstifikasi Formasi Sentolo di daerah sebelah timur supported, sortasi baik, dengan struktur laminasi,
Sungai Progo. silangsiur minor. Komposisi berupa fragmen
moluska, mineral karbonat, fosil foraminifera kecil
melimpah, dan mineral opak. tipe porositas
METODE PENELITIAN interpartikel (Setiawan, 2012, dan Widyaningtyas,
2012). Sebagian mengalami karstifikasi. Temuan
Bahan penelitian karstifikasi daerah timur batugamping silang siur di bagian selatan daerah
Sungai Progo mencakup Peta Rupabumi digital penelitian. Batuan berwarna putih – keabu - abuan,
Indonesia (peta RBI) Lembar Wates, Yogyakarta, ukuran butir pasir halus – kerikil, grain supported,
skala 1:25.000 (Anonim, 2001). Peta Geologi sortasi baik dengan struktur laminasi, silangsiur
Yogyakarta skala 1:100.000 (Rahardjo, dkk., 1995), minor. Komposisi fragmen moluska dan
contoh batuan untuk analisis petrografi. foraminifera kecil melimpah mineral karbonat, dan
Peralatan lapangan baku untuk pemetaan mineral opak. Mengacu Embry & Klovan (1971),
geomorfologi terdiri dari alat GPS, kompas- batuan seperti ini termasuk packstone. Tipe
klinometer, palu batuan, dan kaca pembesar / lup. porositas interpartikel hasil karstifikasi. Pada
Selebihnya digunakan kamera untuk dokumentasi, bagian daerah lainnya, karstifikasi berkembang
dan mikroskop. pada wackestone (Widyaningtyas, 2012).
Pemetaan geologi di lapangan untuk Struktur Geologi. Pada daerah penelitian,
mengidentifikasi kekhasan morfologi, batuan - akibat perlipatan kemiringan batuan Formasi
stratigrafi, dan struktur geologi. Data karstifikasi Sentolo berarah ke selatan. Selain kemiringan,
dikumpulkan bersamaan dengan pengulan data terbentuk kekar dan sesar (Gambar 2.). Kekar dan
batuan. Komposisi batugamping dipastikan dari sesar ini akan mempengaruhi proses geomorfik dan
analisis petrografi dengan acuan klasifikasi menurut menyebabkan terjadinya zona – zona lemah,
Embry, and Klovan (19..). Kriteria analisis struktur geologi ini bertanggung jawab terhadap
petrografi meliputi jenis, struktur, tekstur dan karstifikasi pada batugamping.
komposisi batuan. Karstifikasi. Secara geomorfologi daerah
penelitian berupa perbukitan kuesta, dikelilingi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN dataran limpah banjir (Gambar 3.). Lereng kuesta
melandai ke selatan sesuai dengan arah kemiringan
Hasil Penelitian
lapisan batuan Formasi Sentolo. Dari gambaran
Hasil penelitian di timur Sungai Progo, tersebut dijelaskan napal tufan menempati
mencakup daerah yang dibatasi Gamplong, morfologi rendah, dan batugamping pada
Karangnongko, Badegan, dan Pereng secara ringkas morfologi tinggi. Pelapukan, erosi, dan proses
dapat dilihat pada Gambar 1. – 4., dan Tabel 1. antropogenik terjadi pada kuesta.
Khas pada batugamping adalah
Pembahasan berkembangnya karstifikasi setelah pelapukan
(utamanya pelapukan kimia) berlangsung.
Stratigrafi Jurus batuan Formasi Sentolo Tingkatan karstifikasi baru mencapai pembentukan
U700 – 900T, dan kemiringan maksimum 7o. karst minor yang hanya dapat diidentifikasi pada
Batuan utamanya dibedakan menjadi dua, yaitu permukaan sampai sedikit ke bawah permukaan
napal, dan batugamping. Napal yang bersifat tufan batuan berupa sistem perlubangan, diameter 1 – 18
merupakan batuan tertua (Santoso, 2012). Napal cm, umumnya 5 – 7 cm, frekuensi jarang, bentuk
tufan berwarna putih – keabu-abuan, struktur masif, lubang bervariasi, Pembentukan lubang dominan
temuan trace fossil, umur Miosen Atas – Pliosen difasilitasi oleh fracture, selebihnya semata-mata
Awal (N17 – N19). pelarutan batuan. Selain perlubangan, dalam
penelitian ini ada temuan Gua Selarong, dan G.
Asosiasi batupasir karbonatan,
Payaman.
batugamping berlapis, dan batugamping silang-siur
Fenomena geomorfologi G. Selarong, dan
stratigrafis di atas napal tufan. Asosiasi ini disebut G. Payaman cukup menarik, karena melibatkan
satuan batugamping. Batupasir karbonatan proses alami, dan antropogenik (Gambar 4.). Kedua
dicirikan oleh ukuran butir maksimum pasir kasar,
gua terbentuk pada batas antara napal dan
sortasi baik, struktur perlapisan: laminasi, masiv,
batugamping, hal ini pertanda pembentukannya
silang siur, trace fossil jenis cruziana. Secara
diawali oleh erosi pada dua batuan yang
petrografi terdiri dari: mineral karbonat dalam resistensinya berbeda. Tipe dua gua horizontal,
jumlah dominan, biotit, mineral mafik; serta panjang lorong gua berkisar 1 – 5 m, pintu/mulut
kandungan fosil foraminifera. Batugamping gua yang cenderung setengah elip, berukuran
berlapis termasuk packstone (Embry & Klovan,
panjang 0,5 -5 m, dan tinggi maksimum 1 m, dan
1971), ketebalan 2 – 5 m Batuan berwarna putih –
buntu. Pada kompleks G. Payaman, terbentuk
keabu-abuan, ukuran maksimum kerikil, grain
beberapa lajur curtain stalactite, saling sejajar
mengikuti zone kekar, berukuran 20 cm x 1,5 cm, Island, Canadian Petroleum Geology
dengan frekuensi jarang. Bulletin, NWT, v. 19, p. 730-781.
Kondisi dua gua sudah tidak alami karena Longman, M.W., 1980, Carbonate Diagenetic
proses antropogenik, terkait kepentingan pesona Texture from Nearsurface Diagenetic
wisata. Gua Selarong, dan G. Payaman merupakan Environments, AAPG Bulletin, v.64 no.4,
gua wisata di Kabupaten Bantul. Gua Selarong hal 461 - 487
sudah lama menjadi tujuan wisata, karena lokasi Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.R.,
tersebut diyakini sebagai tempat 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
persembunyian/pertapaan Pangeran Diponegoro, skala 1:100.000, edisi 2,Pusat Penelitian dan
tahun 1825an, pada waktu menyiapkan peperangan Pengembangan Geologi, Bandung
terhadap VOC – Belanda. Pada renovasi gua wisata Santoso, B., 2012, Peta Geologi Daerah Argodadi
(proses antropogenik), menjadikan fenomena alami Kuliah Pemetaan Geologi Program S-1 Jur.
gua sudah minim, tetapi yang tampak menonjol Teknik Geologi FT UGM, Yogyakarta
adalah permukaan dinding gua yang halus hasil (dalam proses)
rekayasa. Gua Payaman baru satu tahun yang lalu Selvina, N., 2012, Pemanfaatan Foto Udara untuk
ditetapkan sebagai gua wisata, dengan kenampakan Studi Morfologi Formasi Sentolo di Sekitar
rekayasa sangat kuat. Kenampakan yang dimaksud Sungai Serang, Kulonprogo, Daerah
adalah pengerukan napal, dan kemudian sebagian di Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Jur. Teknik
antaranya dihaluskan dengan penyemenan. Geologi FT UGM, Yogyakarta, tidak
dipublikasikan
KESIMPULAN Setiyawan, F., 2012, Peta Geologi Daerah
1. Geologi daerah timur Sungai Progo Ambarketawang, Kuliah Pemetaan Geologi
terbentuk susunan napal ditumpangi batugamping Program S-1 Jur. Teknik Geologi FT UGM,
dari Formasi Sentolo. Batuan membentuk homoklin Yogyakarta (dalam proses)
miring ke selatan, dan morfologi kuesta. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Indonesia, Vol. 1A, Government Printing
2. Batugamping menempati topografi tinggi, Office, The Hauge, Amsterdam
mengalami karstifikasi pada tingkatan karst minor, Widyaningtyas, C.P., 2012, Peta Geologi Daerah
membentuk perlubangan. Perlubangan yang besar Pajangan, Kuliah Pemetaan Geologi
menghasilkan Gua Selarong dan Gua Payaman, Program S-1 Jur. Teknik Geologi FT UGM,
yang disertai proses antropogenik. Yogyakarta (dalam proses)
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, A.L., 1978, Geomorphology: A Systematic
Analysis of Late Cenozoic Landforms,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
Jersey,
Embry, AF, and Klovan, JE, 1971, A Late
Devonian reef tract on Northeastern Banks
Gambar 1. Letak daerah penelitian (Sumber : Citra Google Satelit 2012 dengan modifikasi)
(a)
Kabel listrik
Satuan Batugamping
Satuan Napal
Gambar 3. Morfologi Cuesta (a) Napal pada daerah penelitian (b)Embrio curtain stalactite (c)Perlubangan, karst minor (d)
Koordinat UTM
1. 422268 9136387 Perenggamol Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, ukuran 1 – 4
cm, bentuk bervariasi, frekuensi jarang.
2. 421483 9134396 Jangkang Gejala karstifikasi, karst minor , ciri perlubangan, ukuran 1 –
10 cm, bentuk bervariasi, frekuensi jarang dan pada tempat
tertentu dijumpai cukup banyak.
3. 421273 9135906 Gunungsalam Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi, ukuran 1 – 18 cm, frekuensi cukup banyak – jarang.
4. 421423 9134058 Jangkang Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi ukuran 1 – 6 cm, frekuensi jarang.
5. 421893 9133020 Sambikerep Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi, ukuran 1 – 6 cm, frekuensi jarang.
6. 418043 9133809 Argorejo Gejala karstifikasi pada batugamping berupa curtain stalactite
dan gua kecil. Curtain stalactite pada zona kekar, ukuran 20
cm x 1,5 cm. Frekuensi jarang.
(a)
Satuan batugamping
(b)
(c)
Oleh:
Hill. Gendoet Hartono1, Isa Nursanto 2, Suryono 2, Basuki Wibowo3 dan Hadi Suntoko3
1
Staf dosen Teknik Geologi STTNAS, Yogyakarta
2
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Yogyakarta
3
Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
E-mail: hilghartono@sttnas.ac.id dan hilghartono@yahoo.co.id
Abstrak
Pulan Bangka, Provinsi Bangka Belitung merupakan daerah terpilih sebagai lokasi tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa aspek penting
yang terkait dengan ilmu kebumian dan sosial-ekonomi. Satu aspek tapak yang harus dipelajari adalah keberadaan gunung
api, terkait keberadaan mata air panas di Pulau Bangka. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui keberadaan gunung api
di Pulau Bangka. Metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan pemetaan geologi gunung api dan analisis
laboratorium batuan, air panas dan gas. Bentang alam daerah Bangka umumnya merupakan dataran (< 75 m dpl.) dan bukit
bergelombang landai (± 172 m dpl.) – bergelombang kuat (± 2,786 m dpl.) yang menempati wilayah Bangka Barat dan
Bangka Selatan. Litologi yang menguasai Pulau Bangka berupa batuan beku plutonik granit, yang diwakili oleh Formasi
Klabat, sedangkan Formasi Tanjunggenting dan Formasi Ranggam yang disusun batuan sedimen berupa batupasir,
batulempung, dan batulempung tufan. Lokasi air panas muncul di daerah Permis, Nyelanding, Dendang dan Pemali. Hasil
analisis laboratorium di empat lokasi tersebut menunjukkan suhu 39,2 – 52,8 oC, pH 5,44 – 7,49, namun hanya di Nyelanding
dan Pemali yang terdeteksi adanya kandungan gas mayor berupa O2, CO, CO2, H2S dan CH4 dengan kadar yang variatif.
Hasil analisis geologi gunung api, air dan gas tidak memperlihatkan adanya keberadaan fisik tubuh gunung api, dan sumber
panas kemungkinan berasal dari sisa pendinginan batuan beku granit atau sumber panas yang lain.
Kata kunci: Pulau Bangka, gunung api, tapak, PLTN, mata air panas.
Abstract
Bangka Island, Bangka Belitung Province an area chosen as site locations Nuclear Power Plant (NPP) by the National
Atomic Energy Agency (BATAN). Site selection was based on several important aspects related to earth science and socio-
economics. One aspect of the site to be studied is the existence of volcanoes, hot springs related to the presence in Bangka
Island. The purpose of this paper is to investigate the existence of volcanoes in Bangka Island. Research methodology is to
conduct geological mapping and laboratory analysis of volcanic rocks, hot spring and gas. Bangka landscape area is
generally a plateau (<75 m asl.) and the undulating hills ramps (± 172 m asl.) - corrugated strong (± 2,786 m asl.) which
occupies an area of West and South Bangka. Lithology that dominated the Bangka Island form plutonic igneous granite,
represented by Klabat Formation, while Tanjunggenting and Ranggam Formation composed by sedimentary rock, i.e.
sandstone, claystone, and tuffaceous mudstone. The hot springs location appeared in the Permis, Nyelanding, Dendang and
Pemali areas. The results of laboratory analysis at four locations indicated temperature from 39.2 to 52.8 °C, pH 5.44 to
7.49, but only in Nyelanding and Pemali which detected major gas content in the form of O 2, CO, CO2, H2S and CH4 with
higher levels of varied. The results of the analysis of volcanic geology, hot spring and gas show no physical existence
volcano body, and the heat source is likely to come from the rest of the cooling igneous granite or other heat sources.
banjir, meteorologi, tsunami, human induced, sesar tubuh gunung api, sedangkan pengambilan contoh
permukaan, dan geoteknik. air panas dan gas berhubungan dengan asal sumber
Bangsa Indonesia telah lama memikirkan air panas dan kandungan gasnya.
pembangunan energi nuklir, bahkan lebih dari satu
dasa warsa atau dengan kata lain setidaknya
melakukan penelitian melalui inventarisasi tapak –
tapak PLTN di seluruh Indonesia. Kegiatan yang
telah dilakukan adalah di wilayah Semenanjung
Muria Jawa Tengah, Banten, dan Kalimantan
Timur. Kegiatan pra survei tapak PLTN pada tahun
2010 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung oleh
BATAN menyebutkan bahwa Pulau Bangka sangat
potensial untuk tapak PLTN. Hal tersebut
mengingat kondisi geologi yang cukup stabil dan
jauh dari ancaman gunung berapi.
Keberadaan dan kegiatan gunung api
senantiasa berpengaruh terhadap lokasi penempatan
calon PLTN. Secara geologi, Pulau Bangka
dibangun oleh batuan beku plutonik granit yang
dikelompokkan ke dalam Formasi Granit Klabat
(TRJkg). Namun di dalamnya terdapat empat lokasi
kemunculan sumber mata air panas yaitu di daerah
Permis, Nyelanding, Pemali dan Dendang. Gambar 1. Citra SRTM yang memperlihatkan
Sehingga muncul pertanyaan, adakah hubungan lokasi daerah penelitian di Pulau Bangka.
antara kemunculan sumber air panas dengan
gunung api di Pulau Bangka?. Permasalahan Secara tektonik, Pulau Bangka merupakan
tentang keberadaan sumber air panas di Pulau bagian dari lajur timah suatu tinggian yang muncul
Bangka harus dikaji untuk mengetahui kejadian selama pembentukan Paparan Sunda, termasuk di
geologinya (volcanism, non-volcanism, atau dalamnya geologi Malaysia dan Riau (Pupili,
fenomena lainnya). 1973). Barber et al., (2005) menyebutkan tentang
Lokasi daerah penelitian terletak di Pulau evolusi tektonik yang didasarkan pada pemahaman
Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1), tektonik lempeng subduksi di wilayah ini telah
tepatnya di mata air panas Permis dan Nyelanding dimulai sejak Paleozoikum Bawah, zona subduksi
di Kabupaten Bangka Selatan, dan di mata air panas terletak di bagian timur Malaysia, dan selama
Pemali dan Dendang di Kabupaten Bangka Barat. Mesozoikum Bawah – Tengah menghasilkan busur
Sementara itu, tapak PLTN terpilih terletak di Desa magma yang membangun Kepulauan Kundur,
Sebagin, Simpang Rimba, Bangka Selatan lebih Singkep, Bangka – Belitung dan sebagian dari
kurang 90 km ke arah tenggara dari Pangkal Kalimantan Barat (Gambar 2). Di pihak lain,
Pinang, dan tapak PLTN di Desa Muntok, Bangka Hamilton (1979) menyatakan bahwa Paparan Sunda
Barat lebih kurang 105 km ke arah barat dari merupakan bagian dari Lempeng Eropa – Asia yang
Pangkal Pinang. Pulau Bangka dikelilingi oleh selat sebagian besar di bawah permukaan laut, termasuk
dan laut. Bagian selatan bersentuhan dengan Selat Paparan Malaysia, pulau – pulau besar Sumatera,
Bangka dan Pulau Sumatera, sedangkan di bagian Kalimantan, Jawa, Laut Jawa dan Laut Cina
utaranya berupa laut lepas, Laut Cina Selatan. Selatan. Sementara itu, batas antara Lempeng
Makalah dengan topik bahasan utama Hindia – Australia dan Lempeng Eropa – Asia
tentang kegunungapian di Pulau Bangka ini ditandai oleh palung yang memanjang lebih kurang
bertujuan untuk membuktikan keberadaan gunung 5000 km membentuk busur dari Sumatera Barat,
api, terkait dengan kemunculan sumber air panas di Jawa bagian selatan, dan Nusa Tenggara, dikenal
empat lokasi dalam skala near regional dari tapak sebagai Palung Sunda.
PLTN. Selain itu, kajian ini untuk memperkaya Tektonik subduksi pada Jaman Trias – Jura
kasanah ilmu kebumian khususnya analisis yang membentuk busur magma di Kepulauan
kebencanaan yang mungkin timbul, dan untuk Bangka – Belitung yang terkait dengan munculnya
mendukung keberterimaannya terhadap informasi kegiatan gunung api masih menjadi pertanyaan. Hal
geologi secara komprehensif. Metode penelitian tersebut juga terungkap di dalam peta geologi
yang diterapkan untuk mendekati permasalahan sekala 1: 250.000 yang diterbitkan oleh P3G,
yang ada adalah melakukan penelitian geologi Bandung (Mangga dan Djamal, 1994; dan Margono
gunung api dan analisis air panas dan gas. et al., 1995). Secara umum, tidak disebutkan
Penelitian geologi gunung api terkait dengan massa adanya anggota atau formasi batuan yang mewakili
batuan produk erupsi gunung api, dan bangunan keberadaan batuan gunung api di Pulau Bangka.
Namun, di lembar peta Bangka Utara disebutkan dalamnya volkanologi fisik dan fenomena gunung
adanya formasi batuan yang disusun oleh batupasir, api yang menyertainya. Pelacakan keberadaan
batulempung, dan batulempung tufan yang gunung api purba dapat dipelajari melalui gunung
tergabung dalam Formasi Ranggam (TQr). Formasi api muda atau aktif, intinya mengkaitkan proses –
ini terbentuk pada Jaman Tersier Atas atau pada proses yang terjadi di gunung api aktif dengan
Masa Pliosen (tidak lebih tua dari Miosen Akhir). gunung api purba, atau menganut prinsip geologi
Kata tufan yang melekat di belakang batulempung “The present is the key to the past” (Hartono, 2000;
menunjuk sebagai akhiran, yang mempunyai arti Hartono, 2010).
sebagai unsur tambahan atau bukan material Fenomena gunung api dan asosiasi
utamanya. Komposisi utamanya berupa mineral bahayanya terkait dengan pembangunan PLTN
lempung sebagai produk akhir proses pelapukan yang harus dipelajari menurut rekomendasi IAEA
panjang dari batuan yang terjadi sebelumnya di (Specific Safety Guide No. SSG-21, 2012) meliputi
daerah Bangka yaitu granit. Di pihak lain, juga 13 fenomena, yaitu: Tephra fall, Pyroclastic flows
timbul pertanyaan tentang asal material tufan and surges, Lava flows and domes, Debris
tersebut, berasal dari Pulau Bangka sendiri atau avalanches, landslides and slope failures, Debris
berasal dari daerah lain yang mungkin tertransport flows and lahars, Opening of new vents, Ballistic
dan diendapkan di cekungan Bangka. Oleh sebab projectiles, Volcanic gases, Tsunamis and seiches,
itu, fenomena alam yang terkait dengan aspek Atmospheric phenomena, Ground deformation,
kegunungapian masih belum jelas dan perlu kajian Volcanic earthquakes and seismic events, dan
lanjut, selain fenomena kemunculan mata air panas Hydrothermal systems and groundwater anomalies.
dan gas di daratan yang dikuasai oleh batuan beku Fenomena gunung api yang dibahas di
plutonik granit. dalam makalah ini hanya berupa air panas dan gas
yang menyertainya, bentang alam, dan sedikit
material berukuran lempung yang dijumpai sebagai
penyusun Formasi Ranggam (TQr), yang diduga
sebagai material jatuhan tefra. Hasil analisis dan
diskusi akan berujung pada pemahaman apakah
fenomena yang ada di Pulau Bangka tersebut
berasal atau terkait dengan gunung api dan seberapa
besar resiko bahaya yang mungkin timbul terhadap
tapak PLTN.
GEOLOGI UMUM
Kimia air
Unsur
Permis Nyelanding Pemali Dendang
SiO2 52,62 23,32 19,32 55,93
Al < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
Fe < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
Ca 1.536,89 2,16 35,16 35,16
Mg 19,70 0,47 2,12 2,12
Na 1.397,68 4,35 8,36 8,36
K 55,66 4,52 5,66 5,66
Mn 1,82 < 0,01 < 0,01 < 0,01
NH3 6,75 3,00 6,75 6,75
Cl 3.955,09 10,23 27,46 27,46
SO4 316,07 0,43 1,94 1,94
HCO3 60,94 31,64 135,48 135,48
H2S < 0,01 < 0,01 3,56 3,56
B 1,66 1,06 0,54 0,54
pH lab 7,20 6,47 7,24 7,24
DHL 4.200 69 160 160
Ket. Satuan unsur dlm mg/l, kecuali DHL dlm µS/cm
Kimia gas
Unsur
Permis Nyelanding Pemali Dendang
He - - - -
H2 - - - -
O2+Ar - 15,064 13,759 -
N2 - 32,158 86,241 -
CH4 - - - -
Gambar 8. Proses pengukuran dan pengambilan CO - - - -
data kimia air panas dan kimia gas di lapangan, CO2 - 2,200 - -
Pulau Bangka. A. Desa Permis, B. Desa H2S - - - -
Nyelanding, C. Desa Pemali, dan D. Desa Dendang. H2O - 50,570 - -
Ket. Satuan unsur dlm % mol, kecuali H2S dlm ppm
Peralatan yang digunakan di lapangan untuk
pengambilan air panas meliputi: Thermocouple, dan Hasil analisis kimia air di semua lokasi
pH meter, untuk pengambilan gas meliputi: Multi munculnya air panas menunjukkan unsur – unsur
gas Detector Drager AM-7000 dengan sensor: CO, yang umum atau normal dijumpai di dalam batuan
CO2, CH4, O2, H2S; pompa Kitagawa; Tube Gas maupun tanah, suhu air panas di semua lokasi
Detector CO, CO, CO2, CH4, O2, H2S dengan kurang dari 50oC, pH netral, sedangkan analisis
berbagai ukuran, dan tabung vaccum. Untuk kimia gas hanya dilakukan di dua lokasi yaitu di
Desa Nyelanding dan Pemali, karena di lokasi yang UCAPAN TERIMA KASIH
lain tidak menghasilkan gas di dalam air panasnya.
Tampak kandungan major gas CO2 hanya Penulis mengucapkan terima kasih kepada
teridentifikasi di Desa Nyelanding, hal ini Pimpinan Pusat Pengembangan Energi Nuklir,
menunjuk pada komposisi batuan yang berbeda BATAN, Jakarta Selatan dan PT. Surveyor
atau adanya reaksi kimia air di sekitar sumber air Indonesia yang telah mengijinkan penulis
panas dibandingkan lokasi lain, di samping itu, melakukan riset bersama pada tahun 2010 dan
major gas yang tidak larut dalam air (inert) yang 2011, kepada Ketua STTNAS yang telah
dijumpai di Desa Nyelanding dan Pemali membiayai mengikuti seminar nasional ini, dan
menunjukkan adanya kandungan gas tersebut di kepada Panitia ReTII ke 7 STTNAS yang telah
dalam batuan atau tanahnya. Adanya kandungan menerima makalah dan mempublikasikannya.
gas inert ini menggambarkan adanya proses
degassing dari dalam batuan atau tanah sehingga DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan gelembung udara di dalam air.
Gelembung udara yang kita duga sebagai gas ini Barber, A.J., M.J. Crow & M.E.M de Smet, 2005,
muncul sebagai akibat adanya panas, bukan gas. Tectonic evolution. In: A.J. Barber, M.J.
Hal ini mirip dengan proses yang terjadi pada wakti Crow & J.S. Milsom (eds.) Sumatra-
kita masak air, bilamana air telah panas maka geology, resources and tectonic evolution,
muncul gelembung air. Sumber panas kemungkinan Geol. Soc., London, Mem. 31, p. 234-259.
berasal dari sisa pendinginan massa batuan granit Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesia Region,
yang terjadi lebih kurang 200 juta tahun lalu, hal U.S. Geological Survey Profesional Paper
tersebut juga terkait dengan suhu air panas di empat 1078, 345p.
lokasi yang menunjuk angka kurang dari 50 oC. Hartono, G., 2010a, Peran Paleovolkanisme dalam
Secara umum, kegiatan fumarola/ solfatara Tataan Produk Batuan Gunung Api Tersier
di daerah gunung api melepaskan berbagai jenis gas di Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa
di antaranya CO2, CO, HCl, SO2, H2S, HF, HBr, Tengah, Disertasi, UNPAD, Bandung, 335 h.
NH3, CH4, H3BO3, dan N2. Bilamana dibandingkan (Tidak dipublikasikan).
dengan hasil analisis kimia gas di atas, maka angka Hartono, G., 2010b, Petrologi Batuan Beku dan
– angka tersebut tidak ada yang ekstrim Gunung Api, UNPAD Press. Bandung,
memperlihatkan adanya konsentrasi gas asal ISBN: 978-602-8743-07-5. 116 hal.
magma atau gunung api yang signifikan. Semua hal IAEA Safety Guide SSG-21, 2012, Volcanic
tersebut tidak terkait dengan keberadaan tubuh Hazards in Site Evaluation for Nuclear
gunung api maupun fenomena yang menyertainya. Installations, 103 hal.
Oleh sebab itu, kemungkinan – kemungkinan Katili, J.A. dan Tjia, H.D., 1969, Outline of
bahaya yang muncul terhadap adanya rencana Quartenary Tectonics of Indonesia, Bull.
pembangunan reaktor nuklir untuk PLTN di NIGM, 2 (1)., hal.1-10.
Bangka dapat diminimumkan atau kendalikan Mangga, A. S, dan Djamal, B., 1994, Peta Geologi
dengan teknologi. Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala
1:250.000, Pusat Penelitian dan
KESIMPULAN Pengembangan Geologi, Bandung.
Margono, U., Supandjono, RJB., dan Partoyo, E.,
Bentang alam Pulau Bangka berupa dataran dan 1995, Peta Geologi Lembar Bangka Selatan,
tinggian berelief landai hingga terjal, tidak disertai Sumatera, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian
yang mengindikasikan bentang alam bukan dan Pengembangan Geologi, Bandung.
bentukan asal gunung api. Daerah tinggian tersebut
umumnya dibangun oleh batuan granit, bukan
batuan asal gunung api, sedangkan batuan
bertekstur halus, berwarna cerah penyusun Formasi
Ranggam menunjuk pada batuan sedimen sebagai
hasil pelapukan granit berupa lempung kaolin.
Hasil analisis kimia air dan kimia gas tidak
menunjukkan adanya unsur asal gunung api. Oleh
sebab itu, fenomena yang terkait dengan
keberadaan gunung api di Pulau Bangka tidak
terbukti.
1*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl.
Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
*Email: bernadeta_s_a@yahoo.com
ABSTRACT
Bogor-North Serayu-Kendeng Basins are composed of sedimentary rocks of deep water turbidites that have prospect
of oil, but it was not exploited much yet. Based on some previous literature, western part of North Serayu area is Rambatan,
Halang and Pemali Formations which are inconsistent in age. Some previous researchers said that Pemali Formation is older
than Halang Formation and the other younger and as a result, posed some difficulties in nomenclature, subdivision and
correlation. The present thesis aimed to clarify these problems through sedimentology and stratigraphy with sequence
stratigraphic approach.
The study area is composed of gradation of lobe, which forms submarine fan, due to gravity flow from debris to
turbidite, which was deposited during N13-20. That sediment is found from upper, middle, and lower fan and also tidal.
Upper fan and middle fan represent Halang Formation, lower fan represents Rambatan Formation, and basin plain represents
Pemali Formation and their relation is interfinggering. Facies gradation in the study area is progradation and it can be
grouped into 10 sequences. Sequences 1 to 4 are aggradation. During the middle of N18, there was an active tectonic phase
occurred that caused increase in sedimentation by volcanic products as 5 to 8 sequences. From the sequences 9 to 10 are
formed during the N19-N20 and showed increase in accommodation.
Hydrocarbon prospects of the study area are reservoir and trap. Halang Formation is reservoir, where seepage and
dead oil are found. Stratigraphic trap is in the Pemali Formation, and structural trap is possibility of toe thrust style.
Gambar 1. Korelasi stratigrafi di jalur penelitian di daerah Malahayu dan sekitarnya, pada Neogen
Atas (N13-20), berdasarkan analisa stratigrafi dan fosil foraminifera plangtonik, berdasarkan
interpretasi lingkungan pengendapan kipas bawah laut (Walker, 1981 dan Bouma, 2000), daerah
penelitian dapat dipisahkan menjadi 10 sikuen, dengan kumpulan fasies yang menunjukkan karakter
mulai dari upper/inner fan hingga basin plain dan sebagian sebagai zona tidal
Sikuen 1, 2, 3, 4 dan 7 diwakili oleh set parasikuen oleh batuan vulkanik, tetapi adanya percampuran
yang agradasi, tersingkap di jalur Kali Rambatan. fragmen batuan asal beku, dan karbonat, juga fosil
Masing-masing sikuen mewakili kesamaan waktu yang bercampur antara fosil yang berumur tua
dari N13, N14, N16, N17 dan awal N19, dengan dengan muda, yaitu Oligosen dan Eosen dan
batas antar sikuen berupa down lapping dan ketidak sebagian besar Miosen Awal-Tengah.
selarasan. Selama proses sedimentasi antara sikuen
1 hingga 4 setidaknya terjadi progradasi dengan Sikuen 9 diwakili oleh endapan basin plain berupa
dicirikan adanya ketidak selarasan yang ditunjukkan napal masif, yang diendapkan pada N20. Sikuen 10
oleh hilangnya N15 akibat erosi. Batuan dominan di wakili oleh zona tidal yang dijumpai secara
sebagai perulangan antara batupasir karbonatan, setempat di jalur Kali Rambatan.
karbonat, serpih, dan napal, dengan struktur khas
turbidit. 3. Hubungan Stratigrafi
Sikuen 5 dan 6 dibatasi oleh bidang erosional Batuan lower fan mewakili Formasi Rambatan,
dengan channel fill, masing-masing mewakili umur batuan mid fan-upper fan mewakili Formasi
N18 bagian atas dan N19. Keberadaan beberapa Halang, batuan basin plain mewakili Formasi
mineral asal yang masih terawetkan seperti gelas Pemali dan zona tidal mewakili Formasi Tapak.
dan feldspar yang masih menunjukkan zoning, Urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi
kedua sikuen tersebut komposisi utama penyusun Rambatan (N13 hingga N19), Formasi Pemali
batuannya adalah batuan vulkanik. Keberadaan (Pertengahan N18 hingga N20 atau Miosen Akhir
batuan vulkanik tersebut sebagai penunjuk hingga Pliosen), dan Formasi Halang (pertengahan
terjadinya aktivitas tektonik di bagian selatan N18 hingga N19 atau Miosen Akhir hingga
daerah penelitian. Sikuen 5 merupakan sikuen Pliosen), serta Formasi Tapak (N20 atau Pliosen),
paling tebal, dan kearah atas (sikuen 6) supply dengan hubungan stratigrafi yang bersilang jari
sediment asal vulkanik tersebut semakin berkurang, (Gambar 2). Stratigrafi daerah penelitian terhadap
yang bisa diartikan bahwa intensitas tektonik juga stratigrafi ter Haar (1934, dalam Marks, 1957) yang
semakin berkurang. sebagian besar diacu oleh Kastowo (1976),
memiliki perbedaan urutan stratigrafi, bahwa
Sikuen 8 dijumpai diseluruh jalur penelitian, Formasi Pemali daerah penelitian relatif lebih muda
pengendapan diawali dengan channel fill khususnya dalam hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lunt
di jalur Cikaro dan Cikabuyutan dan Kali (1999), kemungkinan karena hubungan stratigrafi
Rambatan. Komposisi penyusun masih didominasi yang secara keseluruhan bersilang jari (Gambar 2).
Gambar 2. Korelasi stratigrafi daerah penelitian terhadap peneliti terdahulu. Formasi Rambatan,
Pemali dan Halang di daerah penelitian menunjukkan hubungan menjari, dan relatif lebih muda
terhadap peneliti terdahulu, dan Formasi Tapak menjari dengan Formasi Pemali.
Keberadaan Formasi Rambatan, Pemali dan Halang, kedalam tingkat maturity yang baik sebagai batuan
tidak bisa dipisahkan dari batuan vulkanik yang arenit.
terletak dibagian selatan daerah penelitian. Batuan
vulkanik tersebut bila dirunut dari tatanan Hasil sedimentasi akan memberikan rekaman proses
tektoniknya berasal dari vulkanik Oligo-Miosen pengendapan dari lingkungannya (Tucker, 1991)
Gunungapi Kumbang. Keberadaan vulkanik dan sangat erat terkait dengan sumber sedimen
tersebut juga dibuktikan dengan dijumpainya (provenan) (Boggs, 1992). Provenan secara umum
endapan lahar yang lebih tua dari Formasi diperoleh dengan membandingkan komposisi
Rambatan, Pemali dan Halang (ter Haar, 1934, mineral antara feldspar, kuarsa dan lithik
dalam Marks, 1957). (Dickinson dan Suczek, 1979) dan daerah penelitian
menunjukkan asal magmatic arc. Asal batuan
4. Sedimentasi magmatic arc berdasarkan pengukuran arah arus
Sedimentasi daerah penelitian terjadi di lingkungan relatif dari selatan.
laut dalam yang dipengaruhi oleh aliran gravitasi,
yang akan membentuk endapan kipas yang KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
progradasi. Komposisi batuan yang dijumpai di 1. Stratigrafi
daerah penelitian berupa feldspar, olivin, Batuan di daerah penelitian diendapkan di upper
hornblenda, piroksin, kuarsa, klorit, glukonit, fan, mid fan, lower fan dan basin plain dari kipas
mineral opak, mika, lithik, matrik, skeletal, non bawah laut, bila dikelompokkan atas kesamaan
skeletal, mikrit dan sparit. Mineral yang banyak litologi, upper-mid fan mewakili Formasi Halang,
dijumpai adalah mineral feldspar, piroksin dan lower fan mewakili Formasi Rambatan, basin plain
lithik batuan beku. Mineral feldspar sebagai mewakili Formasi Pemali, dan zona tidal mewakili
penyusun batuan yang wacke umumnya memiliki Formasi Tapak, keseluruhan bersilang jari.
kecenderungan memiliki tingkat maturity yang Keseluruhan dapat dikelompokkan menjadi 10
buruk, namun umumnya terbentuk karena sikuen, sikuen 1 dan 2 sebagai batuan lower fan
pelapukan mineral yang kurang resisten, sehingga diendapkan pada N13-N14, agradasi. Sikuen 3 dan
secara umum batuan tersebut diawalnya memiliki 4, sebagai batuan lower fan pada N16-N17,
tingkat maturity yang baik. Sebagian batuan dengan agradasi. Sikuen 5 dan 6 sebagai batuan upper fan-
komposisi dominan feldspar dapat digolongkan basin plain, diendapkan pada pertengahan N18
hingga N19, menunjukkan peningkatan akomodasi margin, journal of Asian Earth Sciences,
yang transgresif. Pada N20 terjadi pengendapan www. Elsevier.com/locate/jaes, p.14.
batuan pelagic pada basin plain dibagian barat, Lunt, P dan Allan, T., 2004, A History and
sedangkan dibagian timur masih relatif lebih tinggi application of larger foraminifera in
dan diendapkan zona tidal. Indonesia bioastratigraphy, calibrated to
isotopic dating, The Museum of the GRDC,
2. Sedimentasi Bandung.
Sedimentasi dipengaruhi oleh faktor tektonik dan Mark, P, 1957, Stratigraphy Lexicon of Indonesia,
aliran grafitasi. Tektonik aktif berupa penurunan Publikasi Indonesia Kementerian
cekungan pada N5, awal N18, dan selama proses Perekonomian, Pusat Djawatan Geologi
sedimentasi banyak terjadi rombakan batuan dan Bandung, p. 233.
slumping pada awal N18 yang terkait dengan toe Martodjojo, S., 2003, Evolusi Cekungan Bogor,
trust yang berfungsi sebagai trap hidrokarbon. Institut Teknologi Bandung.
Aliran gravitasi mulai dari debris flow hingga aliran Posamentier, H. W. dan Allen, G. P., 1995,
turbidit sebagai kipas bawah laut, juga sebagai International Symposium on Sequence
endapan pelagic dan terkait pasang surut. Endapan Stratigraphy in S. E. Asia, p. 7.
turbidit berakhir pada Pliosen Tengah (N20). Satyana, A. H., 2007, Central Java, Indonesia – “A
Terra Incognita” in Petroleum Exploration :
New Considerations on The Tectonic
DAFTAR PUSTAKA Evolution and Petroleum Implications,
Armandita, C., Mukti, M.M., and Satyana, A. H., Proceedings of Indonesian Petroleum
2009, Intra arc trans-tension duplex of Association Annual Convention, IPA07-G-
Majalengka to Banyumas area : prolific 085, p. 22.
petroleum seeps and opportunities in west- Satyana, A.H., dan Armandita, C., 2004, Deepwater
central Java border, Indonesian Petroleum plays of Java, Indonesia : Regional evaluation
Association Annual Convention Proceedings. on opportunities and risks, IPA Annual
Benton, M. J dan Harper, D. A. T., 2009, Convention Proceedings, DFE04-OR-002, p
Introduction to Paleobiology and the Fossil 27.
Record, Wiley Blackwell, A John Wiley & Selley, R.C., 1985, Applied Sedimentology,
Sons, Ltd., Publication, p. 592. Academic press, London, p. 446.
Boggs, S. Jr., 2006, Principles of Sedimentology Sujanto, F.X. dan Sumantri, Y.R., 1977,
and Stratigraphy, fourth edition, Upper Saddle Preliminary Study on the Tertiery
River, New Jersey, p. 662. Depositional Patterns of Java, IPA Annual
Bouma, A. H, 2000, Fine-Grained, Mud-Rich Convention Proceedings, p. 183-213.
Turbidite systems: Model and Comparison Tucker, M.E., 1991, Sedimentary petrology : an
with Coarse-Grained, Sand-Rich Systems, introduction to the origin of sedimentary
AAPG Memoir 72/SEMP Special Publication rocks, Blackwell scientific publications. P.
68, p. 9-20. 260.
Dickinson, W. R., dan suzeck, C. A., 1979, Plate Universitas Gadjah Mada, 2003, Petunjuk penulisan
Tectonics and Sandstone Composition, the Usulan Penelitian dan Tesis, Program
American Association of Petroleum Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, 47
Geologists Bulletin, V. 63., No. 12, 2164- hal.
2182. van Bemmelen, 1949, The Geology of Indonesia,
Jones, R. W., 2006, Applied Palaeontology, vol 1, Martinus Nijhoff, The Haque. P. 732.
Cambridge university press, new York, p. 343. van Wagoner, J. C., Mitchum, R. M., Campion, K.
Kastowo, 1975, Peta Geologi lembar Majenang, M., and Rahmanian, V. D., 1990, Silisiclastic
Jawa, Majenang 10/XIV-B, skala 1 : 100.000, Stratigrafi sekuen in Well Logs, Cores and
Direktorat Geologi, Bandung. Outcrops, The American Association of
Koesoemadinata, R.P., 1997, Sequence Stratigraphy Petroleum Geologists Methods in exploration
pergeseran Paradigma dalam ilmu Geologi, series, no. 7, Exxon production research
Berita IAGI, hal 6 – 10. company, Houston Texas, p. 55.
Koesoemadinata, R. P. dan Martodjojo, S., 1974,
Penelitian Turbidit di Pulau Jawa, Laporan
research no. 1295174, Badan research Institut
Teknologi Bandung, 237 hal.
Lunt, P., Burgon, G., dan Baky, A., The Pemali
Formation of central Java and equivalents:
indicators of sedimentation on an active plate
Oleh :
Anton Sudiyanto, Sudarsono, Dyah Probowati, *)
Yuyun Dwi Hartanto**)
Prodi Teknik Pertambangan, UPN “VETERAN” Yogyakarta
email : anton_sudiyanto@yahoo.co.id
*) Dosen Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
**) Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
ABSTRAK
PT. Kaltim Prima Coal secara administratif terletak di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Departemen Pit J. Sistem penambangan yang diterapkan
pada wilayah ini adalah sistem tambang terbuka dengan metode strip mine. Metode ini dilakukan dengan cara menggali
permukaan tanah yang dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan sistem penambangan konvensional dengan alat
gali-muat dan alat angkut.
Industri pertambangan adalah suatu industri yang bersifat non renewable (tidak dapat diperbaharui). Karena sifatnya
yang tidak dapat diperbaharui maka pada suatu saat industri pertambangan nantinya akan berakhir. Begitu juga pada kegiatan
penambangan di PT. Kaltim Prima Coal ini, untuk departemen Pit J akan selesai beroperasi pada tahun 2013.
Dengan sistem penambangan tambang terbuka maka pada saat proses operasional penambangan berhenti akan
meninggalkan lubang bukaan bekas kegiatan penambangan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempersiapkan
penutupan operasional tambang Pit J dengan melakukan penanganan terhadap lubang bukaan bekas penambangan serta
merencanakan dump drainage rehab Pit J pasca penambangan agar dapat meminimalisir dampak negatif yang timbul pasca
kegiatan operasional penambangan Pit J berakhir, dengan mengacu pada life of mine versi 2.A tahun 2010 dan rencana Pasca
Tambang PT. Kaltim Prima coal tahun 2011.
Penimbunan dengan sistem back filling dipilih untuk menangani lubang bukaan bekas kegiatan penambangan.
Material yang dibutuhkan untuk menimbun lubang bukaan sebanyak 426.668.055,1 BCM. Dengan jumlah Volume material
potentially acid forming (PAF) adalah 392.426.693,3 BCM dan jumlah volume material non acid forming (NAF) adalah
34.241.361,85 BCM.
Pada kegiatan penataan tanah pucuk (top soil) dilakukan dengan sistem perataan tanah dengan kebutuhan top soil
sebanyak 4.576.606,5 BCM.
Untuk mencegah erosi pada area bekas penambangan Pit J maka dibuatlah dump drainage rehab plan pasca
penambangan. Hasil perencanaan didapatkan 14 struktur drainase yaitu 10 drop structure dan 4 saluran terbuka yang
digunakan untuk mengalirkan air menuju Lock Pond 4 dan Tango Delta Pond.
LATAR BELAKANG
Industri pertambangan adalah suatu industri maka isu-isu lingkungan selalu menjadi faktor yang
yang mengelola sumber daya alam yang bersifat diperhatikan oleh PT. Kaltim Prima Coal
tidak dapat diperbaharui (non renewable), sehingga khususnya oleh Departemen Pit J.
suatu saat industri pertambangan nantinya pasti Pada saat kegiatan penambangan tersebut
akan berakhir. Untuk itu sangatlah penting berakhir maka akan timbul permasalahan-
merencanakan alternatif kegiatan setelah kegiatan permasalahan antara lain, perubahan lingkungan
tambang berhenti (pasca tambang). Perencanaan fisik yang ditunjukan dengan adanya perubahan
tersebut dilakukan dalam rangka melaksanakan rona awal lingkungan, terganggunya fungsi
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable lingkungan hidup, turunnya pembangunan
development) serta menjaga pengembangan ekonomi, serta turunnya kualitas sosial dan
kesejahteraan masyarakat. kesehatan masyarakat. Sesuai dengan peraturan
Demikian pula pada kegiatan penambangan perundangan bahwa setiap pemegang IUP Operasi
di PT. Kaltim Prima Coal ini. Departemen Pit J Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
(Pit J) memulai kegiatan penambangan pada Maret melaksanakan reklamasi dan pasca tambang maka
2004 dan akan selesai beroperasi pada akhir tahun perlu dilakukan studi agar lahan pasca tambang
2013. Lokasi penambangan Pit J merupakan lokasi dapat terintegrasi dengan peningkatan daya dukung
yang sangat berdekatan dengan perkampungan pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan
penduduk dan jalan lintas Provinsi. Oleh karena itu
rencana Pasca Tambang PT.Kaltim Prima Coal Setelah data-data yang diperlukan terkumpul
2011. kemudian diolah dengan melakukan beberapa
perhitungan dan penggambaran, yang
selanjutnya dianalisis untuk mempersiapkan
TUJUAN penutupan operasional tambang Pit J sehingga
` Tujuan dari penelitian ini adalah untuk didapatkan tata lahan yang baik dan memadai
mempersiapkan penutupan operasional tambang Pit untuk menunjang rencana pasca tambang Pit J.
J dengan mempertimbangkan aspek teknis dan
lingkungan untuk mendapatkan pasca HASIL
penambangan yang berwawasan lingkungan dan 1. Rencana Penimbunan Lubang bukaan bekas
berkelanjutan. Penambangan
Persiapan yang dilakukan meliputi: Lubang bukaan bekas penambangan Pit J terbentuk
1. Perhitungan volume tanah penutup dari desain hingga elevasi -165. Untuk mengisi lubang bukaan
inpit dump Pit J. tersebut dirancang desain inpit dump Pit J mulai
2. Perhitungan volume potentially acid forming dari elevasi -165 hingga elevasi 100. Desain inpit
(PAF) dan non acid forming (NAF). dump yang dibuat meliputi, desain untuk material
3. Perhitungan volume tanah pucuk. PAF (lihat Gambar 1), desain temporary (lihat
4. Pembuatan dump drainage rehab plan Pit J Gambar 2) dan desain final (lihat Gambar 4).
pasca penambangan.
a. Desain inpit dump material PAF
METODE
Metode penelitian yang penulis gunakan
dalam melaksanakan penelitian di PT. Kaltim
Prima Coal adalah dengan menggabungkan antara
teori dengan data-data yang ada di lapangan,
sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan urutan
pentahapannya sebagai berikut :
1. Studi literatur
Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas di lapangan melalui buku-buku atau Gambar 1. Desain Inpit Dump untuk Material PAF
literatur. Selain itu juga mempelajari penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya berupa b. Desain inpit dump untuk material PAF + NAF
skripsi atau laporan perusahaan. (temporary desain)
2. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap proses
yang terjadi dan mencari informasi pendukung
yang terkait dengan permasalahan yang akan
dibahas.
3. Pengambilan data A’
Pengambilan data lapangan dilakukan pada saat
kegiatan observasi dilaksanakan. Data yang
diambil berupa data primer dan data sekunder. A
Data primer adalah data yang diambil langsung
dari pengukuran atau pengamatan lapangan
seperti kondisi topografi daerah penelitian. Gambar 2. Desain Temporary Inpit Dump
Sedangkan data sekunder adalah data yang
diambil dari literatur atau laporan perusahaan
seperti data curah hujan, peta kesampaian
daerah, peta topografi, peta situasi, peta rona
awal, peta rona akhir penambangan, desain inpit
dump dan dump balance LOM versi 2.A tahun
2010, dan Rencana PascaTambang PT. Kaltim
Prima Coal 2011.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Gambar 5. Sayatan Desain Final Inpit Dump 3. Perhitungan Volume PAF dan NAF
Material overburden yang digunakan untuk
2. Perhitungan Volume Timbunan penimbunan terdiri dari material potencial acid
Dari desain temporary inpit dump (lihat Gambar 2) forming (PAF) dan material non acid forming
didapatkan jumlah volume yang dibutuhkan untuk (NAF), (lihat Gambar 3) untuk itu perlu dilakukan
menimbun lubang bukaan bekas penambangan perhitungan volume PAF agar dapat diketahui
adalah 426.668.055,1 BCM. Perhitungan volume volume NAF yang dibutuhkan.
overburden untuk penimbunan dilakukan dengan Dari desain inpit dump untuk material PAF (lihat
metode mean area dan fustrum. Metode mean area, Gambar 1) didapatkan jumlah volume PAF adalah
digunakan dengan cara menjumlahkan dan 392.426.693,3 BCM dan jumlah volume NAF
membuat rata-rata luas dua elevasi yang sejajar adalah 34.241.361,85 BCM (lihat Tabel 2).
kemudian dikalikan dengan jarak antar levasi yaitu
10 meter.
menentukan DTH (lihat Tabel 3), mengarahkan air pengendapan melalui structure drainage yang telah
limpasan dan air hujan yang masuk ke area didesain (lihat Tabel 4).
timbunan yang akan dialirkan menuju kolam
Dump Drainege Rehab Plan Pit J Pasca RL 130. Air dari outlet drop structure ini akan
Tambang dialirkan menuju area tidak terganggu (di luar expit
Berikut ini adalah water management Pit J pasca dump maupun inpit dump) yang nantinya aliran air
penambangan. akan mengarah ke Tango Delta Pond.
1. Saluran terbuka I (drop structure RL 240 – RL 3. Saluran terbuka III (drop structure RL 230 – RL
175) 180)
Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 240 Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 230
– RL 130 (DTH V) akan diarahkan menuju ke – RL 180 (DTH VI) akan diarahkan menuju saluran
saluran I, inlet drop structure ini berada pada RL terbuka III dengan panjang saluran 511,29 m. Inlet
240 yang akan menurunkan aliran air hingga RL dari saluran terbuka ini berada pada RL 230 dan
175 dengan panjang saluran 816,45 m. Outlet dari akan mengalirkan air menuju RL 180. Selain dari
drop structure ini akan masuk pada saluran II air hujan yang masuk pada DTH VI drop structure
(drop structure RL 175 – RL 130). ini juga menampung Debit aliran air limpasan yang
2. Saluran terbuka II (drop structure RL 175 – RL berasal dari DTH I dan DTH II. Outlet dari drop
130) structure ini akan masuk pada saluran terbuka IV
Saluran terbuka II terletak pada expit dump dengan yang berada pada RL 180.
panjang saluran 731,05 m. Saluran terbuka ini 4. Saluran terbuka IV
menerima aliran air dari outlet saluran terbuka I Saluran terbuka IV berada pada area expit dump RL
pada RL 175 dan akan mengalirkannya menuju ke 180 dengan panjang saluran sebesar 428,04 m. Inlet
saluran ini menerima aliran air dari outlet saluran menerima aliran air yang berasal dari DTH XVIII.
terbuka III dan outlet saluran ini akan mengalir Saluran terbuka XI ini berupa saluran terbuka biasa
menuju saluran terbuka VI (drop structure RL 180 sehingga tidak dilakukan perhitungan rancangan
– RL 100). Selain aliran air yang berasal dari drop structure.
saluran terbuka III, saluran ini juga menerima aliran 10. Saluran terbuka X (drop structure RL 90 – RL
air limpasan yang berasal dari DTH IV. Saluran 20)
terbuka IV ini berupa saluran terbuka biasa Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
sehingga tidak dilakukan perhitungan rancangan RL 20 (DTH XIX) akan diarahkan menuju saluran
drop structure. terbuka X dengan panjang saluran 1516,77 m.
5. Saluran terbuka V (drop structure RL 170 – RL Outlet dari Saluran terbuka ini akan mengalir
100) menuju ke Tango Delta Pond.
Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 170 11. Saluran terbuka XI ( drop structure RL 100 –
– RL 100 (DTH VII) akan diarahkan menuju RL 20)
saluran terbuka V dengan panjang saluran 713,73 Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
m. Selain dari DTH VII drop structure ini juga RL 20 (DTH XX dan XXI) akan diarahkan menuju
menerima aliran air dari DTH VIII. Outlet dari saluran terbuka XI dengan panjang saluran 568,23
Saluran terbuka ini akan mengalir menuju ke inlet m. Selain dari DTH XX dan XXI drop structure ini
saluran terbuka VIII yang berada pada area inpit juga menerima aliran air dari outlet saluran terbuka
dump RL 100. VIII. Outlet dari saluran terbuka ini akan mengalir
Berikut adalah hasil perhitungan rancangan drop menuju Tango Delta Pond.
structure: 12. Saluran terbuka XII (drop structure RL 90 – RL
6. Saluran terbuka VI (drop structure RL 180 – RL 60)
100) Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
Drop structure ini berada pada expit dump RL 180 RL 60 (DTH XXII dan XXIII) akan diarahkan
– RL 100 dengan panjang saluran 876,55 m dan menuju saluran terbuka XII dengan panjang saluran
akan menerima aliran air yang berasal dari saluran 275,98 m. Selain dari DTH XXII dan XXIII drop
terbuka IV, DTH IX, DTH X, DTH XI dan DTH structure ini juga menerima aliran air dari Outlet
XIV. Outlet drop structure ini akan mengalir saluran terbuka IX. Outlet dari saluran terbuka ini
menuju inlet saluran terbuka IX yang berada pada akan masuk ke inlet saluran terbuka XIII.
area inpit dump RL 100. 13. Saluran terbuka XIII
7. Saluran terbuka VII (drop structure RL 170 – RL Saluran terbuka XIII berada pada area expit dump
40) RL 60 dengan panjang saluran sebesar 640,94 m.
Drop structure ini berada pada area expit dump RL Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet
170 – RL 40 dengan panjang saluran 1260,75 m. saluran terbuka XII dan outlet saluran ini akan
Aliran air yang berasal dari DTH IV, DTH XII, masuk ke saluran terbuka XIV (drop structure RL
DTH XIII dan DTH XV akan diarahkan menuju 60 – RL 30). Saluran terbuka XIII ini berupa
drop Structure VII. Drop structure ini akan saluran terbuka biasa sehingga tidak dilakukan
mengalirkan air dari RL 170 – RL 40 dan outlet perhitungan rancangan drop structure.
dari drop structure ini akan mengalir ke pond 4. 14. Saluran terbuka XIV (drop structure RL 60 –
8. Saluran terbuka VIII RL 30)
Saluran terbuka VIII berada pada area inpit dump Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 60 –
RL 100 dengan panjang saluran sebesar 895,60 m. RL 30 (DTH XXIV) akan diarahkan menuju
Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet saluran terbuka XIV dengan panjang saluran 369,55
saluran terbuka V dan outlet saluran ini akan m. Selain dari DTH XXIV drop structure ini juga
mengalir menuju saluran terbuka XI (drop structure menerima aliran air dari outlet saluran terbuka XIII.
RL 100 – RL 20). Selain aliran air yang berasal dari Outlet dari saluran terbuka ini akan mengalir
saluran terbuka V, saluran ini juga menerima aliran menuju Pond 4.
air yang berasal dari DTH XVI dan DTH XVII.
Saluran terbuka VIII ini berupa saluran terbuka KESIMPULAN
biasa sehingga tidak dilakukan perhitungan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
rancangan drop structure. rencana teknis penutupan operasional tambang Pit J
9. Saluran terbuka IX PT. Kaltim Prima Coal adalah sebagai berikut :
Saluran terbuka VIII berada pada area inpit dump 1. Penataan lahan dalam hal ini adalah lubang
RL 100 dengan panjang saluran sebesar 163,25 m. bukaan bekas penambangan dilakukan dengan
Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet sistem back filling dengan volume material yang
saluran terbuka VI dan outlet saluran ini akan dibutuhkan adalah 426.668.055,1 BCM
mengalir menuju saluran terbuka XII (drop 2. Penimbunan material PAF dan NAF
structure RL 100 – RL 60). Selain aliran air yang menggunakan metode penutup batuan NAF 10
berasal dari saluran terbuka VI, saluran ini juga m tidak dipadatkan dengan volume PAF
keseluruhan adalah 392.426.693,3 BCM dan 4. Hasil pembuatan DDR Plan didapatkan saluran
volume NAF yang dibutuhkan adalah penyaliran yang didesain berbentuk trapezium
34.241.361,85 BCM untuk kebutuhan 24 daerah tangkapan hujan
3. Penataan top soil dilakukan dengan sistem yaitu
perataan tanah dengan ketebalan 1 m, dengan a. 10 saluran terbuka berbentuk drop structure
volume total tanah pucuk (top soil) yang b. 4 saluran terbuka.
dibutuhkan adalah 4.576.606,5 BCM
ABSTRAK
Permasalahan stabilitas lereng penambangan yang paling sulit untuk diketahui adalah penentuan parameter kohesi dan sudut
gesek dalam massa batuan. Berbagai upaya untuk menentukan parameter tersebut telah dilakukan seperti menggunakan
metode klasifikasi massa batuan, menggunakan pengujian laboratorium dengan contoh besar, menggunakan pengujian
rayapan dan menggunakan analisis balik dari hasil penamtauan. Penggunaan metode analisis balik dapat memberikan
gambaran yang mewakili kondisi massa batuan dari pengaruh yang bekerja pada lereng tersebut, dan pengaruh ini dapat
berasal dari luar seperti kegiatan penambangan dan iklim serta pengaruh dari dalam massa batuan itu sendiri seperti bidang
diskontinu. Dengan menerapkan analisis balik ini didapat hasil prediksi kohesi dan sudut gesek dalam massa batuan sebesar
30% dan 83% dari hasil uji laboraorium.
PEMANTAUAN
Pada tambang terbuka, lereng mengalami
perpindahan sehingga sehingga sudut kemiringannya
berubah. Pergerakan tersebut mengindikasikan
bahwa terjadi perubahan kekuatan massa batuan
pembentuk lereng. Kondisi ini dapat berlangsung
selama beberapa hari bahkan tahun,jika penurunan
kekuatan massa batuan berlangsung terus makaakan
terjadi longsor. Pergerakanlereng ini pada awal kecil
hingga dapat memicu percepatan perpindahan yang
tiba-tiba disertai keruntuhan lereng.Perilaku
massabatuan inidapat diprediksi dengancara
pemantauan (monitoring) pergerakan lereng.Hasil
pemantauan pergerakan lereng dapat menjadi acuan Gambar 1. Jenis Perpindahan LerengZavodni &
informasi yang berguna untuk desain danperbaikan Broadbent(1982)
lereng.
Pemantauan lereng dibedakan menjadi dua yaitu HASIL PEMANTAUAN
secara observasi dan Instrumentasi.Observasi Lokasi pemantauan pergerakan lereng ditambang
meliputi digunakan dalam pemantauan untuk batubara di daerah Kalimantan Selatan.Meterial
mengukur deformasi diantaranya dengan pembentuk lereng terdiri dari batulumpur.Geometri
menggunakan Global Positioning System (GPS), lereng dengan tinggi 17 m dengan sudut lereng
Pemetaan teresterial, dan Pengukuran jarak 30o.Pada massa batuan pembentuk lereng
elektronik (EDM). Sedang, instrumentasi dilakukan ditemukan kekar dengan arah umum 49o/N75oE dan
dengan bantuan alat untuk mengukur dan/atau arah lereng N275oE. Lereng longsor terjadi setelah
merekam perpindahan yang terjadi di dalam massa 30 hari dibuat. Proses pemantauan dilakukan
batuan atau pada batas penggalian. Beberapa alat dengan Slope Stability Radar (SSR) sehingga
seperti inklinomter, robotic theodholit saat ini pemantauan dapat dilakukan menerus tanpa jeda.
banyak digunakan di beberapa tambang. Hasil pemantauan seperti pada Gambar 2.Dari hasil
Perpindahan lereng, Zavodni &Broadbent pemantauan tersebut dapat dilihat adanya tiga
(1982)mengklasifikasikan ciri-ciri kondisi lonjakan perpindahan, pertama pada
waktuperpindahan untuk longsor lereng menjadi 4 tanggal 13/12/2012 sampai tanggal 15/12/2011
tipe (Gambar 1), yaitu : dengan pergerakan sebesar 20 cm, kedua, pada
1. Regresif (Tipe I): suatu perpindahan yang tanggal 24/12/2012 sampai 29/12/2012 dengan
mempunyai kecenderungan yang terus pergerakan sebesar 33 cm, dan ketiga, pada tanggal
meningkat tetapi dengan perpindahan yang 29/12/2012 sampai tanggal 30/12/2012 dengan
lambat, sehingga mencapai batas stabil. pergerakan yang tiba-tiba sepanjang 47 cm, pada
2. Progresif (Tipe II): terjadinya pegerakan ini terjadi longsor pada lereng tersebut
perpindahanlongsor dengan perpindahan yang (Gambar 3).
menyeluruh.
3. Transisi (Tipe III): terjadinya permulaan
perpindahan seperti tipe regresif dan diakhiri
dengan tipe progresif, biasanya terjadi akibat
dari perubahan kondisi eksternal dari air tanah,
hujan yang lebat, ataupun perubahan kuat geser.
4. Stick-Slip Failure (Tipe IV): terjadinya
perpindahan yang tiba-tiba kemudian diikuti
oleh perpindahan yang kecil atau tidak sama
sekali, biasanya berhubungan dengan hujan
yang lebat atau terjadinya peledakan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Suseno
Gambar 4. Model Lereng Kramadibrata dan Bapak Dr. Budi Sulistianto serta
semuanya pihak yang membantu penelitian
Analisis untuk menentukan kekuatan massa batuan karakteriasi massa batuan di tambang batubara.
tersebut dilakukan pada kondisi lereng
mengalamilongsor dan menggunakan kriteria DAFTAR PUSTAKA
runtuh Mohr–Coulomb.Kriteria runtuh ini dipilih Barton, N.R., 1971, A Model Study of Behavior of
karena mudah, dan sederhana serta parameter Steep Excavated Rock Slopes, Doctoral Thesis,
masukan sederhana.Faktor keamanan menggunaan Imperial College.
strength reduction factor (SRF) yaitu faktor yang Barton, N.R., 1972., Progressive Failure of
menyatakan proses penurunan kekuatan batuan Excavated Rock Slopes. In Stablity of Rock Slopes.
hingga kondisi model lereng longsor atau Proc. 13th Symp on Rock Mechanics, Urbana,
perhitungan faktor hingga mendekati nilai 1. NBarton, N.R., 1971ew York: ASCE.
Perhitungan untuk mencapai SRF kurang dari 1 dan
atau mendekati angka 1 dilakukan dengan cara Barton, N. 1974. Rock Slope Performance as
coba-coba (trial and error) yaitu dengan mengubah Revealed by A Physical Joint Model. In Advances
parameter kekuatan dalam hal ini kohesi dan sudut in Rock Mechanics, Proc. 3rd Congress of the
gesek dalam. Dari hasil coba-coba sampai diperoleh International Society for Rock Mechanics, Denver,
SRF mendekati nilai 1 yaitu 0,99 setelah Washington DC: National Academy of Science.
Barton, N., R. Lien and J. Lunde, 1974.Engineering of the 33rd US Symposium, Santa Fe, June, AA
Classification of Rock Masses for Design of Tunnel Balkema.
Support.Rock Mechanics, 6. Pp. 189-236.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B.,
Bieniawski, Z.T., 1973, Engineering Classification Wattimena, K.R., Nugroho, P., Iskandar, E. and
of Jointed Rock Masses, Trans. S. Afr. Inst. Civ. Bahri, S., 2008. Low Wall Slope Monitoring By
Eng. 15. pp. 335 – 344. Robotic Theodolite System Likely to Contribute
toIncreased Production of Coal in PT. Adaro
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock Mass
Indonesia, Proceeding 1st Southern Hemisphere
Classifications, New York: John Wiley & Sons.
International Rock Mechanics Symposium, Vol. 1,
Call, R.D., T.M., Ryan and R.C. Barkely, 1993. Potvin et al. eds. Perth. Australia.
Geotechnical Analyses for Open Pit Mining in
Saptono, S., 2012, Pengembangan Metode Analisis
Areas of Large-Scale Slope Instability. In
Stabilitas Lereng Berdasarkan Karakterisasi Batuan
Innovative Mine Design for the 21st Century,
di Tambang Terbuka Batubara. Disertasi Doktor,
Kingston, pp. 45-56. Rotterdam: A.A. Balkema.
Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi
Hoek, E. (1994): Strength of Rock and Rock Bandung.
Masses, ISRM News Journal, 2 No. 2, 4-16.
Schofield, A.N., 1988.An Introduction to
ISRM, 1981. Rock Characterization Testing and Centrifuge Modelling, In Centrifuges in Soil
Monitoring ISRM Suggested Method.E.T. Brown Mechanics )eds. W.H. Craig, R.G. James and A.N.
(Ed). Pergamon Press. 5 – 30. Schofield). Pp. 1-9, Rotterdam A.A. Balkema.
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1970.Simulation Sjoberg, J. 1996. Large Scale Slope Stability in
of Shear Behavior of a Jointed Rock Mass.In Rock Open Pit Mining – A Review, Technical report,
Mechanics – Teory and Prcatice, Proceedings 11th Devision of Rock Mechanics, Lulea University of
US Symposiumon Rock Mechanics, New York, Technology
AIME.
Stacey, T.R. 1968. Stability of Rock Slopes in
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1972. Evaluation Open Pit Mines, National Mechanical Engineering
de ;a resistance au cisaillement d’un massif rocheux Research Institute, CSIR Report MEG 737,
fragmente. In Prco 24th Int Geological Congrees, Pretoria, South Africa, 66p.
Sc. 13D, pp. 249-260.
Stacey, T.R. 1968, Stability of Rock Slopes in
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1980.Direct and Mining and Civil Engineering Situations, National
Indirect Determination of Shear Strength of Rock Mechanical Engineering Research Institute, CSIR
Mass. In Preprint No. 80-25, AIME Annual Report ME 1202,Pretoria, South Africa,s217p.
Meeting, Nevada, Littleton: Society of Mining
Terzaghi, K., 1946. Rock Defectand Loads on
Engineers of AIME.
Tunnel Support, In Proc. Rock Tunneling with
Mercer, K.G. and T.R. Stacey, 2008. A Generalized Steel Support, ed. R.V. Proctor and T. White,
Time and Event Dependent Deformation Model for Commercial Shearing Co. Younstown, OH. Pp. 15-
Unsupport Rock Slopes., Proceeding 1st Southern 99.
Hemisphere International Rock Mechanics
Thompson, A.G., C.R. Windsor, W.V. Robertson
Symposium, Vol. 1, Potvin et al. eds. Perth.
and I.G. Robertson, 1995. Case Study of an
Australia.
Instrument Reinforced Pit Slope, Proceeding of the
Ohshima, A.N., A. Takada and M. Mikasa, 1991. 35th US Symposium on Rock Rockmechanics,
Strength Anisotropy of Clay in Slope Stability, In Reno, June. Roterterdam, AA. Balkema.
Centrifuge 91, Proceedings, Colorado, pp. 591-598.
Zavodni, Z.M. and C.D. Broadbent, 1977. Slope
Rotterdam AA.Balkema.
Failure Kinematics. In Preprint Proceedings 19th US
Pinto da Cunha, A. 1990. Scale Effects in Rock Symposium on Rock Rockmechanics, Vol 2, pp.
Mechanics, In Scale Effects in Rock Masses, 86-94.
Proceedings of the First International Workshop,
Zou, J.Z., D.J. Williams and W.L. Xiong, 1995.
Loen, Norway, pp. 3-27., Rotterdam AA. Balkema.
Search for Critical Slip Surfaces Based on Finite
Ryan, T.M. and R.D. Call., 1992.Application of Element Method, Canadian Geotechnical Journal,
Rock Mass Manitoring for Stability Assessment of 32, No. 2, pp. 233-246.
Pit Slope Failure, In Rock Mechanics, Proceedings
Abstrak
Dalam operasi penambangan, peledakan merupakan metode yang sering digunakan untuk memberaikan batuan. Energi hasil
peledakan selain dapat menghancurkan batuan, juga menghasilkan efek yang kurang menguntungkan yakni dihasilkannya
getaran tanah (ground vibration). Getaran tersebut akan mempengaruhi kemantapan maupun kualitas lereng karena getaran
tanah tersebut akan menambah gaya pendorong lereng untuk runtuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh getaran akibat peledakan terhadap kualitas dan kemantapan lereng
pada pushback 9N dan 9S tambang terbuka Grasberg PT. Freeport Indonesia (PTFI). Nilai PPV maksimum yang ditetapkan
PTFI adalah 635 mm/s untuk berbagai jarak pengukuran. Namun, pada pengukuran aktual diperoleh nilai PPV maksimum
237 mm/s pada jarak pengukuran 62,3 m pada PB 9N telah terjadi rock fall pada lereng di sekitar area peledakan.
Pada pengukuran getaran juga diperoleh percepatan longitudinal yang digunakan sebagai salah satu parameter dalam
menganalisa kemantapan lereng. Dari penelitian ini diperoleh batasan PPV maksimum yang diperbolehkan untuk PB 9N
adalah sebesar 123,64 mm/s pada jarak pengukuran 100 m-585 m dan PB 9S adalah sebesar 71,6mm/s pada jarak pengukuran
100-440 m. Mengacu pada kriteria standar PPV terhadap kualitas dinding tambang yang dibuat oleh LL. Oriard dan beberapa
peneliti lainnya, nilai PPV hasil peledakan pada lokasi 9N dan 9S masih dapat diterima karena memiliki pengaruh yang kecil
terhadap kualitas maupun kemantapan lereng tambang.
beberapa referensi dari departemen terkait guna perangkat lunak Blastware dan Ms. Office Excel.
pengumpulan data yang dibutuhkan. Sedangkan untuk memperoleh data jumlah lubang
Pada tahap ini diperoleh data – data sekunder ledak yang meledak bersamaan yang berkaitan
berupa : dengan perhitungan PPV dan SD digunakan
a) Data geologi daerah penelitian perangkat lunak ShotPlus I. Dari pengolahan data-
b) Data curah hujan data ini akan dihasilkan grafik hubungan antara
c) Data tipe material daerah penelitian PPV dengan SD untuk memperoleh nilai K dan β,
d) Studi geometri pemboran dan peledakan grafik jarak dan isian terhadap nilai PPV dan grafik
2) Tahap studi lapangan, yaitu pengambilan data perubahan nilai PPV terhadap nilai faktor
primer di lapangan yang meliputi : keamanan. Perubahan nilai faktor keamanan ini
a) Data PPV dan PPA menggunakan alat karena adanya nilai percepatan longitudinal yang
seismograf merk BlastmateIII. dimasukkan dalam pemodelan untuk analisa
b) Jarak salah satu titik lubang ledak terluar ke kestabilan dinding tambang.
lokasi geophone, desain geometri pemboran,
dan geometri peledakan. HASIL PENELITIAN
3) Tahap Perhitungan dan Analisis data Dari pemantauan peledakan akan diperoleh
Pada tahap ini data yang telah diperoleh baik hasil pengamatan getaran tanah pada daerah
primer maupun sekunder diolah dengan penelitian 9N dan 9S. Hasil pengamatan getaran
menggunakan perhitungan-perhitungan secara pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
teoritis. Data PPV dan PPA diolah dengan dan 2.
menggunakan aplikasi dari Instantel yakni
Tabel 2. Hasil Pengukuran Ground Vibration PB 9S Tabel 4. Hubungan Nilai PPV Terhadap Jarak Yang
Rekaman Data Blastmate
Sama Dan Jumlah Isian Berbeda
Jarak PVS PPV (mm/s) PPA (g)
(mm/s) PB 9N PB 9S
Trans. Vert. Long. Trans. Vert. Long.
222 45,9 31,20 38,40 45,30 0,45 0,81 0,50 Jarak Jumlah Isian PPV Jumlah Jarak PPV
558,7 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 (m) (Kg) (mm/s) Isian (Kg) (m) (mm/s)
133 71,3 38,60 51,40 63,10 0,50 0,86 1,87 87,8 1600 119 950 127 45,5
639,6 0 0 0 0 0.00 0.00 0,00
80,7 3040 216 950 331 18
272,1 0 0 0 0 0.00 0.00 0,00
199 47,1 15,70 41,30 20,70 0,15 0,54 0,21 182 2100 53,7 1900 21 212,2
283 30,6 23,20 30,50 24,00 0,41 0,49 0,31
199 89,8 48,10 50,30 80,30 0,80 0,80 1,35 181 2850 65,5 1900 50.1 182.3
436 24 17,10 21,70 15,60 0,13 0,15 0,12 189 2550 50 2850 222 45,3
190 49,7 35,30 25,40 40,10 0,31 0,49 0,36
127 46,3 19,70 45,50 31,10 0,44 2,37 0,42 187 2850 48,90 2850 436 21,7
331 18,4 10,70 18,00 15,20 0,12 0,20 0,17
Tabel 5. Hubungan Nilai PPV Terhadap Jumlah
PEMBAHASAN Isian Yang Sama Dan Jarak Berbeda
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh,
terdapat beberapa hal yang akan dibahas untuk PB 9N PB 9S
Jumlah Isian Jarak PPV Jumlah Isian Jarak PPV
menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan. (Kg) (m) (mm/s) (Kg) (m) (mm/s)
Adapun bagian-bagian tersebut adalah sebagai 1900 62.3 237 950 127 45,5
berikut :
1900 130 80,1 950 331 18
1. Penentuan Nilai H dan β Pada Rumusan
Prediksi Getaran 1900 260 23 1900 21 212,2
Untuk dapat memperkirakan tingkat getaran 1900 329 19,7 1900 50.1 182.3
yang akan terjadi dari suatu peledakan, dapat 2550 189 50 2850 222 45,3
digunakan rumusan dari USBM seperti yang telah 2565 288 32.8 2850 436 21,7
dijelaskan pada bagian dasar teori sebelumnya.
2850 181 65,5
Nilai H dan β diperoleh dari hubungan regresi
2850 187 48,90
power antara PPV dengan SD pada grafik logaritma
dengan menggunakan aplikasi Ms. Office Excel.
Dari hasil regresi tersebut diperoleh nilai H dan β 3. Pengaruh PPV Terhadap Faktor Keamanan
untuk tiap daerah penelitian antara lain : Lereng
Data percepatan yang diperoleh dari hasil
Tabel 3. Nilai H dan β Dengan Program Ms. Office pengukuran getaran dapat digunakan sebagai
Excel parameter masukan dalam menganalisis kestabilan
lereng dengan menggunakan aplikasi Slide maupun
Lokasi H β R2 (%) Slope W, dengan asumsi bahwa percepatan (a) yang
PB 9N 423,42 - 1,55 98,44 berperan terhadap kestabilan lereng adalah
PB 9S 163,94 - 0,94 96,24 percepatan longitudinal. Menurut California
Department of Mines and Geology (CDMG, 1997),
nilai percepatan yang digunakan untuk
2. Pengaruh Isian Bahan Peledak Dan Jarak menganalisis kestabilan lereng adalah sebesar 50%
Terhadap Nilai PPV PPA Longitudinal. Tabel 6 memperlihatkan
Besarnya nilai PPV akan dipengaruhi oleh isian pengaruh nilai percepatan terhadap perubahan nilai
bahan peledak dan jarak seperti yang dirumuskan faktor keamanan di daerah penelitian. Pada tabel
dalam perhitungan scaled distance. Semakin jauh tersebut terlihat nilai faktor keamanan akan
jarak pengukuran, maka nilai PPV akan berkurang berkurang dengan adanya nilai percepatan yang
terhadap jumlah isian bahan peledak yang sama dan dimasukkan. Semakin besar nilai percepatan yang
begitupun sebaliknya. Nilai PPV akan meningkat dimasukkan maka semakin besar pula penurunan
seiring bertambahnya jumlah isian bahan peledak nilai faktor keamanannya.
terhadap jarak pengukuran yang sama. Faktor keamanan yang dijadikan acuan agar
lereng tetap aman adalah faktor keamanan
minimum yang diperoleh dari rata-rata faktor
keamanan pada tiap penampang yang dibuat sesuai
dengan kriteria faktor keamanan lereng agar tetap
aman yaitu di atas 1. Untuk mengetahui PPV
maksimum yang diperbolehkan maka faktor
keamanan minimum tersebut di masukkan pada tiap
persamaan hubungan faktor keamanan dengan
PPV. Pada Tabel 7 untuk lokasi 9N diperoleh PPV
maksimum 123,64 mm/s pada jarak 100 m – 585 m Pemerintah melalui Badan Standardisasi
dengan FK minimum 1,27 sedangkan pada daerah Nasional telah mengeluarkan kriteria standar
9S diperoleh PPV maksimum 71,62 mm/s pada getaran nasional yang mengacu pada beberapa
jarak 100 m – 440 m dengan FK minimum 1,37 standar-standar internasional lainnya. Namun,
kriteria standar ini digunakan untuk mengevaluasi
Tabel 6. Pengaruh PPV dan PPA Terhadap Faktor tingkat getaran terhadap bangunan-bangunan yang
Keamanan berada di sekitar lokasi tambang. Berdasarkan hasil,
nilai peak vector sum yang dihasilkan tidak terdapat
PB 9N PB 9S pada kriteria SNI 7571:2010 karena jenis
PPV PPA a Faktor PPV PPA a Faktor peruntukkannya yang berbeda. Walaupun
(mm/s) (g) (g) Keamanan (mm/s) (g) (g) Keamanan demikian, kriteria SNI 7571:2010 ini tetap perlu
0 0 0 5,76 0 0 0 3,71 dijadikan acuan oleh perusahaan untuk mengontrol
19,7 0,15 0,07 4,9 21,7 0,15 0,06 3,26 peledakan yang dilakukan agar tidak menimbulkan
26,4 0,19 0,09 4,6 18 0,17 0,08 3,1 dampak terhadap bangunan milik masyarakat
34,2 0,2 0,09 4,6 41,3 0,21 0,1 2,30 sekitar lokasi tambang.
23,0 0,25 0,12 4,4 30,5 0,31 0,15 2,73
48,9 0,36 0,17 3,9 40,1 0,36 0,17 2,99 b. Kriteria Kerusakan Dinding Berdasarkan LL.
56,1 0,42 0,21 3,7 45,5 0,42 0,21 2,48 Oriard
53,7 0,6 0,29 3,3 45,3 0,5 0,25 1,90 Salah satu kriteria yang paling mendekati untuk
65,5 0,74 0,37 2,9 80,3 1,35 0,67 1,37 bisa dijadikan acuan adalah kriteria yang dibangun
119,0 0,8 0,39 2,9 63,1 1,87 0,93 1,03 oleh Oriard (Oriard, Dynamic Effect on Rock
50,0 1,01 0,50 2,5 Masses from Blasting Operations, 1970). Dengan
59,8 1,02 0,51 2,4 kriteria ini dapat dibuat batasan PPV terhadap
80,1 1,22 0,61 2,2 kerusakan dinding yang disesuaikan dengan
80,3 1,35 0,67 2,3 kejadian setelah peledakan dilakukan.
107,0 2,55 1,27 1,27
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini,
dapat disimpulkan beberapa hal, yakni :
a. Nilai H dan β yang diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
9N : H = 423,42 dan β = -1.55
9S : H = 163,94 dan β = -0,94
Hal ini berarti terdapat perbedaan jenis material,
tebal lapisan tanah penutup, dan kondisi geologi
pada lokasi penelitian. Pada lokasi 9S memiliki
nilai H yang lebih kecil dikarenakan pada lokasi
tersebut jenis materialnya bersifat lunak, lapisan
tanah penutupnya lebih tipis dibandingkan dengan
lokasi 9S. Apabila lokasi pemantauan merupakan
daerah berbatu dan memiliki lapisan tanah penutup
yang tebal, akan diperoleh nilai H yang tinggi.
Sementara untuk perbedaan nilai β, lebih
dipengaruhi pada kondisi geologi berupa kekar,
sesar, dan perlapisan yang terdapat pada lokasi
pemantauan. Semakin rapat suatu struktur, maka
nilai β akan semakin tinggi pula.
b. Tingkat getaran (PPV) maksimum yang
diperbolehkan pada daerah 9N adalah 123,64 mm/s
dan untuk daerah 9S adalah 71,62 mm/s.
c. Untuk mengontrol getaran yang berpotensi
menimbulkan pengaruh terhadap kualitas dan
kemantapan dinding tambang dapat dilakukan
dengan mengontrol jumlah isian maksimum bahan
peledak per waktu tunda. Rumusan untuk
menentukan jumlah isian maksimum bahan peledak
per waktu tunda pada tiap daerah penelitian adalah
sebagai berikut :
PB 9N : dan PB 9S :
Keterangan : D = Jarak Pengukuran, m
d. Berdasarkan pengamatan di lapangan, nilai PPV
maksimum yang diperoleh menunjukkan
kesesuaian dengan kualitas dinding pasca
Gambar 1. Grafik Hubungan PPV dengan
peledakan. Rock fall akan terjadi apabila tingkat
SD Menurut Kriteria Batas Atas dan Bawah
getaran bernilai > 208 mm/s untuk 9N dan 80,3
Oriard
mm/s untuk 9S. Secara umum, peledakan yang
dilakukan pada lokasi penelitian masih pada
d. Kriteria Standar Internasional Lainnya
batasan yang diperbolehkan untuk tingkat
Selain kriteria dari LL. Oriard, terdapat
getarannya. Hal ini karena dari 29 data pengamatan,
beberapa kriteria lain yang dapat dijadikan
hanya terdapat 4 data yang memiliki PPV > 208
pedoman penentuan kriteria kerusakan dinding dari
mm/s dan mengakibatkan terjadinya rock fall.
PPV maksimum yang diperoleh yang dibuat oleh
beberapa peneliti di antaranya LL. Oriard (2000),
DAFTAR PUSTAKA
Baeur dan Calder (1970), Yu dan Croxall (1985),
Efendi, T. I., 2008, Analisis Pengaruh Getaran
Adhikari et al (1994), dan Singh (2001).
Tanah Akibat Peledakan Terhadap
Berdasarkan kriteria standar internasional lainnya
Kestabilan Lereng Menggunakan Metode
terlihat bahwa nilai PPV maksimum di daerah 9N
Elemen Distinct, Laporan Tugas Akhir
maupun 9S dengan nilai 123,64 mm/s dan 71,62
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
mm/s hanya menimbulkan kerusakan kecil yang
Teknik Pertambangan Dan Perminyakan,
tidak mengganggu kegiatan penambangan seperti
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
(Halaman 34, 48-51, 55-56) Grasberg
A. Isjudarto
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
is_darto@yahoo.com
Abstrak
Sesuai dengan program pemerintah mengenai optimalisasi penggunaan bahan bakar non fosil dan mengedepankan
energi baru dan terbarukan seperti geothermal, mikrohidro, dan juga biogas. Negara Indonesia yang terletak pada ring of fire
sebenaranya mempunyai potensi panas bumi yang sangat banyak. Oleh sebab itu pengembangan energi ini perlu lebih
ditingkatkan lagi.
Daerah Huu Daha yang terletak di Kabupaten Dompu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi panas
bumi berupa air panas, gas panas dan juga lumpur panas. Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan panas bumi di daerah
ini sangat penting karena sampai saat ini kebutuhan energi untuk kabupaten Dompu masih disupply dari Bima yang
menggunakan energi fosil dan kapasitasnya masih terbatas.
Penelitian ini menggunakan data-data primer maupun sekunder. Data primer berupa hasil pengamatan lapangan
mengenai kondisi geologi, observasi manifestasi panas bumi di permukaan.
Dari hasil penelitian ketahui bahwa daerah Huu-Daha mempunyai potensi energi panas bumi yang diharapkan dapat
dikembangkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta ditindak lanjuti dengan melakukan penelitian-
penelitian lanjutan yang lebih detil.
sedimen. Penelitian lapangan diutamakan yang mengandung fosil moluska dan turitela. Endapan
berhubungan dengan panas bumi. yang terdapat di daerah ini dapat dibedakan menjadi
endapan aluvial yang terletak di bagian tengah
Geomorfologi daerah penelitian dan endapan pantai yang terdapat
di sepanjang pantai barat Huu-Daha.
Berdasarkan pada bentuk bentang alam, pola aliran
sungai, tingkat erosi dan jenis batuan daerah MANIFESTASI PANAS BUMI
penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa
satuan morfologi yaitu satuan dataran pantai, satuan Di daerah penelitian ditemukan adanya manifestasi
dataran rendah, satuan volkanik Tersier Tua dan panas bumi berupa mata air panas yang muncul di
satuan volkanik Tersier Muda. beberapa lokasi pengamatan yang termasuk dalam
Pola aliran sungai umumnya mempunyai pola sub- desa Daha dan desa Hu’u, Kecamatan Hu’u-Rasabou
dendritik dengan bantaran sungai tidak terlalu tinggi sebagai berikut :
dan lemabah sungai lebar, mencirikan tingkat 1. Mata air Lacoha, terletak di dusun Daha, desa
pengikisan horisontal lebih dominan dibanding arah Daha. Temperatur air panas terukur di lapangan
vertikal. Seluruh aliran sungai bermuara ke arah sekitar 32oC, dengan temperatur udara 27oC.
Laut Selatan dan Teluk Cempi. Sungai-sungai Mata air panas muncul melalui rekahan batuan
umumnya merupakan sungai musiman (intermitten) dengan kondisi air jernih, tidaak berbau, tidak
dan hanya sungai besar saja yang merupakan sungai berasa dan kadang-kadang muncul gelembung
yang berair sepanjang waktu seperti seperti S. Huu, gas.
Lakey dan Doro. 2. Mata air panas Sori Rewa atau Ama Eno Rewa
berada di dusun Daha. Temperatur air panas
Struktur terukur sekitar 34.9oC. Mata air panas tersebut
muncul melalui rekahan batuan dengan kondisi
Struktur geologi daerah penelitian memiliki bentuk- fisik air jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
bentuk seperti depresi berupa horst dan graben, Oleh penduduk setempat air panas tersebut
kelurusan, paset segitiga, gawir sesar, kekar, zona dialirkan menuju perkampungan penduduk Daha
hancuran/ breksiasi, juga hadirnya manifestasi panas sebagai sumber air bersih untuk keperluan rumah
bumi berupa batuan teralterasi bertipe argilik tangga.
(montmorilonite-kaolinit) dan kemunculan mata air 3. Mata air panas Lapui terletak di dusun Tenga,
panas. Di bagian selatan di daerah Lamea terdapat Desa Daha dengan suhu terukur di lapangan
sesar di tepi pantai Lamea dan kemunculan sekitar 37oC. Mata air panas tersebut muncul
manifestasi berupa mata air panas dengan suhu melalui rekahan batuan dan celah akar di bawah
mencapai 80oC, berbau belerang menyengat serta pepohonan yang selanjutnya dialirkan melalui
terdapat kaolin berwarna putih hingga abu-abu. pipa menuju perkampungan dusun Tenga.
4. Mata air panas Huu berada di wilayah Dusun
Litologi Huu dengan temperatur air panas yang terukur di
lapangan 36.6oC. Pada air panas tersebut terdapat
Dari hasil pengamatan lapangan secara umum endapan oksida besi berwarna merah kecoklatan
batuan penyusun daerah ini terdiri dari 3 jenis dan endapan karbonat. Kondisi air jernih, tidak
batuan yaitu batuan volkanik, batuan sedimen dan berbau, tidak berasa kadang-kadang muncul
endapan. Batuan volkanik ini berupa batuan beku buih-buih gas.
volkanik serta batuan piroklastik. Batuan beku lava 5. Mata air panas Lekai terletak di dusun Lekai,
andesitik berwarna abu-abu gelap kehitaman, desa Huu. Temperatur air panas terukur di
vesikuler-padu, afanitik-porfiritik, kompak. Batuan lapangan 33.8oC. Mata air panas ini muncul dari
piroklastik berukuran abu, merupakan piroklastik celah batuan dan berada di SungaiLekai,
jatuhan-aliran, umumnya masih segar dan kompak, dijumpai sinter karbonat. Secara fisik air panas
berlapis, berkomposisi asam – menengah. ini jernih, tidak berbau, tidak berasa, kadang
Berdasarkan pengamatan pada peta topografi, batuan muncul gelembung gas.
volkanik berasal dari dua sumber yang berbeda yaitu 6. Mata air panas Ncangga, berada di dusun
dari G. Wawosigi dan G. Puma. Batuan sedimen Ncangga, Desa Huu dengan temperatur air panas
pada daerah ini berupa batugamping terumbu terukur di lapangan 39.2oC. Mata air panas
tersebar di bagian barat laut, barat dan barat daya di tersebut muncul pada beberapa tempat melalui
sepanjang pantai. Adanya batuan sedimen berupa rekahan batuan yang berada di pinggir sungai
batugamping ini mengindikasikan bahwa daerah ini Ncangga. Secara fisik air panas tersebut jernih,
sebelumnya berupa laut dangkal dengan kondisi tidak berbau, tidak berasa serta kadang-kadang
relatif tenang. Secara megaskopis batuan ini muncul gelembung gas dan dijumpai adanya
mencirikan jenis batuan karbonatan, warna putih endapan oksida besi berwarna coklat
kekuningan, berongga-rongga, keras, kompak kekuningan.
7. Mata air panas Limea, terletak di Dusun daerah Huu-Daha. Perlu dilakukan penelitian lebih
Nangadoro, Desa Huu, temperatur air terukur di lanjut agar potensi ini bisa dimanfaatkan sebesar-
lapangan mencapai sekitar 80oC. Mata air panas besarnya untuk kemakmuran rakyat.
tersebut muncul di beberapa tempat melalui
celah batuan yang berada di daratan sepanjang UCAPAN TERIMA KASIH
pantai Teluk Limea disertai semburan asap
fumarola. Kondisi batuan di sekitar pemunculan Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak
air panas tersebut berwarna merah kecoklatan Arief dari PT. Geo Energy atas kesempatan yang
dan terdapat endapan oksida besi.. Kondisi fisik diberikan kepada penulis untuk melakukan survey
dari air panas tersebut relatif jernih, tidak berbau, panas bumi di daerah Huu-Daha.
tidak berasa, menyebar sepanjang pantai Limea
PUSTAKA
LAMPIRAN
Talla, H1,2., Amijaya, D.H1., Suryono S.S1., Warmada, I.W1., Wijaya, A.E3
1
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Geologi & Pertambangan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
3
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
tuna_upu@yahoo.com
ABSTRAK
Kebutuhan energi yang semakin besar dimasa yang akan datang mendorong pemerintah untuk mempercepat berbagai
implemantasi kebijakan strategi dan meningkatkan pemanfatan batubara, baik penggunaan secara langsung maunpu
konversi menjadi bahan cair. Rencana pengembangan pabrik pencairan batubara memiliki potensi besar untuk menopang
ketersedian energi ditengah krisis bahan baker minyak yang terjadi akhir-akhir ini. Ketrsedian cadangan batubara peringkat
rendah yang mencapai 70 % dari total batubara Indonesia akan menjadi bahan baku untuk keberlangsungan pabrik
pencairan batubara.
Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya pembangunan pabrik sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
energi nasional dan kemungkinan potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.
Berdasar hasil penelitian pencairan batubara dan kajian berbagai literatur termasuk pabrik pencairan batubara
SASOL, menunjukan bahwa model teknologi pencairan batubara yag akan dibangun pemerintah untuk konversi menjadi
bahan bakar cair memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga dapat meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan
atau tingkat pencemaran yang masih berada di bawah ambang batas.
terdiri atas sumberdaya hipotetik 38%, tereka 27%, kedua. Kalimantan sumber daya tereka 34,63%,
terunjuk 20%, dan terukur 15%. Kalimantan terukur 27,92%, hipotetik 27,68%, serta terunjuk
2)
merupakan lokasi sumber daya batubara terbesar 9,77%.
Berdasarkan angka dari Ditjen Mineral dan
Batubara bagian dari Kementrian Energi dan Teknologi pencairan batubara
Sumber Daya Mineral, produksi batubara Indonesia Secara sederhana proses pencairan batubara
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun adalah konversi batubara padat dan keras menjadi
2000, produksi Indonesia baru sebesar 77 juta ton. suatu produk cair pada suhu dan tekanan hidrogen
Dan pada tahun 2005, sudah meningkat dua kali yang cukup tinggi dengan bantuan katalis dan
menjadi sebesar 152 juta ton. Menariknya, pada media pelarut. Pencairan batubara dapat dilakukan
tahun 2011, jumlah produksi batabara Indonesia dengan dua cara, yaitu pencairan tidak langsung
meningkat empat kalinya dibanding tahun 2000, (Indirec Liquefaction) dan pencairan langsung
yaitu sekitar 290* juta ton (*angka sementara) (lihat (Direc Liquefaction).
Gambar 1) 1)
Pencairan batubara tidak langsung
Berdasarkan hasil survei lapangan tahun
Metode tidak langsung adalah batubara
2006, tiga konsumen terbesar batubara di Indonesia
difragmentasi menjadi CO, CO2, H2 dan CH4 yang
adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
kemudian direkombinasikan menghasilkan produk
sebesar 24,882 juta ton (70,91%), industri semen
cair. Keunggulan metode ini adalah produk yang
5,77 juta ton (17,16%), dan industri kertas 2,207
dihasilkan dapat didesain sesuai keinginan.
juta ton (6,48%). Dari hasil analisis, produksi
Prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi dimana
batubara diperkirakan akan mencapai 628 juta ton
batubara dengan bantuan uap dan oksigen untuk
pada tahun 2025, dengan 191 juta ton dikonsumsi di
menghasilkan suatu campuran CO dan H2 pada
dalam negeri dan 438 juta ton diekspor.
perbandingan tertentu. Produk cair akan didapat
Tingkat kebutuhan energi Indonesia setelah melalui proses hidrogenasi yang rumit
Konsumsi energi pada kurun waktu 2000- dengan bantuan katalis terhadap CO. Proses ini
2009 meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun terbilang mahal akibat mahalnya oksigen, tenaga
2000 menjadi 865,4 juta SBM pada tahun 2009 atau dan batubara. Lima ton batubara bisa menghasilkan
meningkat rata-rata 2,2% per tahun. Konsumsi 30-40% bahan bakar diesel bermutu tinggi dan
energi final terbesar adalah sektor industri diikuti bahan bakar jet. 3,11) Gambar 3 skema pencairan
oleh sektor rumah tanggasektor transportasi. Pada batubara tidak langsung.
tahun 2009 pangsa sektor industri mencapai 35% Keuntungan proses ini adalah setiap
dan sektor transportasi mencapai 34% dari total peringkat batubara dapat diubah menjadi produk
konsumsi energi sektoral (lihat Gambar 1). cair, komposisi produk dapat dikontrol dengan
Pada 2009, produksi batubara 256 juta ton, kandungan sulfur yang sangat rendah, kekurangan
lebih dari 80% dari produksi tersebut diekspor ke proses ini adalah batubara harus melalui tahap
luar negeri, sedangkan sisanya dipergunakan untuk gasifikasi terlebih dahulu dan gas yang dihasilkan
memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri. Dalam harus mernpunyai kemurnian yang tinggi untuk
periode 2009-2030, produksi batubara meningkat dijadikan produk cair, peralatan yang digunakan
hingga lebih dari 600 juta ton atau hampir 3 kali lebih kompleks sehingga memerlukan biaya yang
tingkat produksi 2009. Pada 2009-2030, tinggi. 11)
penggunaan batubara dalam negeri meningkat.
Pencairan Batubara Secara Langsung
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya
Metode langsung, batubara diproduksi
kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik dan
dengan melarutkan dalam suatu pelarut organik,
industri. 1)
lalu dilanjutkan proses hidrogenasi pada suhu dan
Kebutuhan energi final menurut pemakaian
tekanan tinggi. Proses pencairan batubara sercara
bahan bakar pada tahun 2030 didominasi oleh
langsung dapat dilakukan melalui pirolisis,
pemakaian listrik yaitu sebesar 22,5%. Hal ini
ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik.
terjadi karena pemakaian peralatan listrik makin
pertama serta sangat sederhana yang dapat
diminati terutama pada sektor industri dan rumah
menghasilkan produk seperti menghasilkan padatan
tangga. Selanjutnya diikuti dengan pemakaian
dan cairan serta gas. Proses pencairan dengan
batubara (15,6%) dan gas bumi (8%). Peranan
metode perolisis yaitu batubara dipanaskan tanpa
bahan bakar minyak secara total (bensin, minyak
udara pada kondisi temperatur antara 450-650°C,
solar, minyak bakar, minyak tanah dan avtur) masih
tekanan bisa bervariasi, untuk mengeluarkan zat
cukup besar, yaitu lebih dari 35,6% terhadap
terbang yang terkandung di dalamnya. Jumlah
kebutuhan final nasional (lihat Gambar 2).
produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
jenis batubara. Untuk menghasilkan minyak yang dan tekanan yang tinggi akan menghasilkan gas,
maksimum, proses pirolisis memerlukan temperatur cairan dan padatan. Temperatur yang digunakan
sekitar 550°C. berkisar antara 410 °C sampai 440°C. Metode ini
- Ekstraksi tidak menggunakan H2 untuk tekanan atau suplai
Proses ektraksi pelarut batubara dilarutkan dalam H tetapi mengharapkan suplai hidrogen dari
pelarut donor hidrogen yang dapat memindahkan pelarut yang digunakan.
atom hidrogen ke dalam batubara. Kontak Keuntungan proses ekstraksi adalah temperatur
batubara dengan gas hidrogen pada temperatur operasinya yang relatif lebih rendah. 7)
- Hidrogenasi Katalitik Bahan ini dapat dipergunakan sebagai bahan
Hidrogenasi Katalitik atau proses Hidrolikuifikasi pengganti bahan bakar pesawat jet, mesin diesel,
adalah hidrogenasi batubara dalam larutan donor gasoline. 7)
hidrogen dengan bantuan katalis tertentu dengan Hasil pengujian pencairan batubara skala pilot
tekanan antara 35 – 278 atm dan temperatur plan di laboratorium pencairan tekMIRA 2006,
sekitar 375 – 450°C. Tekanan dan temperatur bahwa 1 ton batubara menghasilkan 4.5 barrel
tinggi diperlukan untuk memecahkan batubara minyak. 9)
menjadi fragmen yang lebih reaktif yang disebut Bila teknologi dan biaya produksi batubara cair
radikal bebas. Fragmen batubara ini perlu tersebut dianggap tidak kompetitif lagi,
distabilkan menjadi fragmen stabil. Selain perusahaan dapat berkonsentrasi penuh
menggunakan katalis juga digunakan pelarut, memperoduksi gas hidrogen dan tenaga listrik
pelarut yang digunakan merupakan senyawa yang masih memiliki prospek sangat cerah.
aromatik. Pada saat terbentuk fragmen radikal Memberikan efek ganda (multiplier effect) yang
bebas akibat dekomposisi termal. Pelarut sangat besar terhadap berbagai sektor, antara lain
menyumbangkan hidrogen untuk menstabilkan membuka industri baru untuk memasok berbagai
fragmen batubara melalui mekanisme hidogenasi kebutuhan lain (non batubara) untuk pabrik
terhadap fragmen radikal bebas. 7) pencairan batubara. 5)
Dalam proses stabilisasi molekul hidrogen dari Kehadiran pabrik pencairan batubara dapat
fase gas kurang reaktif dibandingkan dengan memperkuat ketahanan energi nasional.
pelarut donor hidrogennya. Molekul hidrogen
akan berdifusi dan bereaksi dengan pelarut yang
menyumbangkan hidrogen ke dalam partikel PEMBAHASAN
batubara. Rehidrogenasi untuk transfer
selanjutnya dilakukan dengan bantuan katalis. Pencairan batubara sebagai upaya memenuhi
Keuntungan proses ini adalah konversi produk kebutuhan energi
cair yang dihasilkan cukup tinggi dengan kualitas Teknologi pencairan batubara yang
produk yang dapat dikontrol, efisiensi termal dipertimbangkan untuk dikembangkan pemerintah
yang cukup baik sampai ± 70 % dengan waktu adalah proses pencairan batubara secara tidak
operasi yang relatif singkat. 6) langsung (indirect coal liquefaction), dengan
kapasitas produksi 50 ribu barel/hari. Teknologi ini
Keunggulan teknologi pencairan batubara mengikuti model teknologi pabrik pencairan
Pengembangan teknologi pencairan batubara batubara Afrika Selatan yang telah beroperasi
akan menjadi suatu industri yang prospektif bagi dengan kapasitas 150 ribu barel/hari.
pelaku usaha untuk berinvestasi karena memiliki Tahun 2006 pemerintah mengeluarkan
beberapa kelebihan, antara lain: kebijakan lewat Inpres Nomor 2 tahun 2006 tentang
Harga produksi lebih murah, yaitu setiap barel penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
batubara cair membutuhkan biaya produksi yang dicairkan sebagai bahan bakar lain. Kebijakan ini
tidak lebih dari US$15 per barel. Bandingkan mendorong pihak-pihak terkait untuk segera
dengan biaya produksi rata-rata minyak bumi mengambil langkah-langkah untuk percepatan
yang berlaku di dunia saat ini yang mencapai penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
US$23 per barel. dicairkan sebagai bahan bakar lain serta
Jenis batubara yang dapat dipergunakan adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
batubara peringkat rendah, yakni kurang dari penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
5.100 kalori, yang selama ini kurang diminati dicairkan, antara lain dengan memuat jaminan
pasaran. ketersediaan batubara yang dicairkan serta jaminan
Setiap satu ton batubara padat yang diolah dalam kelancaran dan pemerataan distribusinya dan dalam
reaktor Bergius dapat menghasilkan 6,2 barel bauran energi nasional telah mengamanatkan
bahan bakar minyak sintesis berkualitas tinggi. penggunaan minyak sintetis dari pencairan batubara
minimum telah mencapai 2% pada tahun 2025. Hal ini jelas tidak sejalan dengan kebijakan
Harapannya tahun 2025 Indonesia akan memiliki pemerintah dalam diversifikasi energi tahun 2025,
tambahan pasokan BBM sebesar 189.000 barel per karena akan mempercepat habisnya cadangan
hari atau 2 persen dari energi mix nasional. Pasokan batubara yang nantinya akan menjadi bahan baku
BBM ini berasal dari tujuh pabrik pencairan pabrik pencairan. Oleh karena itu, sejak dini
batubara yang direncanakan. Masing-masing pabrik pemerintah perlu mengendalikan bisnis batubara
akan menghasilkan 27.000 barel per hari. 10) melalui berbagai kebijakan, antara lain melalui
Sumbangan minyak sintetis yang diproduksi pembatasan ekspor dan jaminan suplai untuk
melalui teknologi pencairan batubara, diharapkan kebutuhan di dalam negeri berdasarkan
dapat mengkompensasikan penurunan produksi pertimbangan optimalisasi pemanfaatan sumber
minyak bumi yang terus terjadi. Namun, hingga daya batubara.
akhir tahun 2009 lebih dari 80 % produksi batubara
masih diperuntukkan untuk kepentingan ekspor. 4)
Proyek pencairan batubara di Indonesia Emisi CO2 batubara Banko lebih kecil dari
belum bisa dikembangkan sekarang karena batubara Victoria (Australia). Konsentrasi CO2
terhambat biaya investasi serta teknologi yang dalam gas buang (total berat kering) diperkirakan
mahal. Investor saat ini masih menanti kebijakan sekitar 17,2 % volume. Emisi CO2 yang
pemerintah soal pengembangan energi alternatif dihasilkan sangat minim.
untuk menggantikan energi minyak bumi. Menurut - Limbah cair
Priyo Pribadi Soemarno (Direktur Eksekutif Limbah cair dari pabrik pencairan batubara
Indonesia Mining Association) mengatakan berupa salt water yang mengandung mineral,
pengembangan batubara cair membutuhkan dana yang diperoleh sebagai sisa pengolahan dalam
yang tidak sedikit dan teknologi yang sangat tinggi. unit demineralizer terhadap air yang disuplai ke
Kalau pun batubaranya sudah dicairkan, investor lokasi plant pencairan. Salt water yang dihasilkan
belum mendapat jaminan produksinya akan diserap mencapai 50 t/h, dengaan karakteristik, nilai pH
pasar. “Inilah yang membuat investor saat ini antara 5-9, Suspended Solid (SS) sebesar 50 mg/l,
enggan melirik sektor ini.” dan kandungan NaCl sebesar 5500 mg/l.
Pengolahan limbah cair dengan kadar organik
Pengaruhnya terhadap pencemaran lingkungan
yang tinggi dapat menggunakan incinerator,
Proses pencairan batubara termasuk dalam
Insinerator yang menerima limbah cair akan
kelompok teknologi batubara bersih yang dicirikan
dinyalakan dengan kelebihan naphta dari proses.
dengan efisiensi thermal yang tinggi, pemakaian
Limbah cair diuapkan dengan disemprotkan ke
input yang efisien, dan pengontrolan yang ketat
dinding refraktori dari insinerator, pada
terhadap limbah proses. Teknologi pengolahannya
temperatur di atas 760 C untuk selama lebih dari
juga lebih ramah lingkungan, dari pasca
0,3 detik. Kondisi tersebut dapat menjamin
produksinya tidak ada proses pembakaran, dan tidak
kesempurnaan proses pembakaran zat organik
dihasilkan gas CO2.
dalam limbah cair, sehingga menghilangkan
Menurut Yusnitati, (2000) dari hasil
setiap senyawa yang potensial menghasilkan bau.
Observasi terhadap dampak plant proses pencairan 8)
batubara berdasarkan pada desain konseptual dari
- Limbah Padat
proven BCL Process yang mengacu pada data-data
Limbah padat diperoleh sebagai abu yang
dari pengembangan proses skala pilot.
umumnya adalah sangat halus. Limbah abu
- Emisi Gas Buang (SO2, NOx)
terutama datang dari fly ash dan bottom ash yang
Pada teknologi pencairan digunakan tipe boiler
diperoleh dari boiler, terdiri dari berbagai mineral
fluidized bed combustor, sehingga penanganan
seperti Al2O3, Mg, Na, K, dan sebagainya.
dan operasinya mudah, menghasilkan emisi NOx
Limbah padat yang mensyaratkan penanganan
rendah, dan dengan sistem de-sulfurisasi dapat
khusus adalah sisa katalis. Meskipun volumenya
menekan tingkat emisi SO2 ke dalam atmosfir.
kecil, kurang dari 1% dari limbah yang dibuang,
Diperkirakan sekitar 12% dari nitrogen yang
tetapi digolongkan berbahaya karena kandungan
terdapat dalam batubara akan dihasilkan dalam
logam beratnya tinggi. Akan tetapi karena
gas buang .Dalam aliran gas buang nitrogen akan
jumlahnya relatif kecil, mungkin jumlah dan sifat
terdapat sebagai ammonia. Ammonia yang
racunnya harus menjadi bagian dari pengaturan
terbawa bersama gas buang dapat dijadikan bahan
pembuangan ke lingkungan.
bakar bersama campuran gas yang lainnya
Pembuangan dilakukan pada landfill bagi jenis
- Emisi CO2
limbah padat berupa sisa katalis dari reaktor
unggun tetap, abu sisa pembakaran dari boiler,
serta berbagai jenis sampah. Sementara bagi 1. Cadangan dan sumberdaya batubara di
sampah padat yang berupa sludge umumnya Indonesia cukup besar. Tahun 2009 sumber
dibakar dalam insinerator, baik activated sludge daya batubara yang aspek ekonomisnya belum
dari unit pengolahan limbah cair maupun bottom diperhitungkan di Indonesia mencapai 104,76
sludge dari tangki. Salah satu metode penanganan miliar ton.
abu adalah mencampurnya dengan sisa tanah dari
2. Produksi batubara Indonesia selalu meningkat
hasil pengerukan tambang, selanjutnya dapat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000, produksi
dipakai sebagai pupuk (diterapkan di Australia).
Indonesia baru sebesar 77 juta ton. Tahun 2005
Pada pabrik pencairan batubara Sasol (Afrika
meningkat dua kali sebesar 152 juta ton. Tahun
Selatan) limbah padat yang dihasilkan sangat
2011 jumlah produksi batabara Indonesia
minim, kalaupun menghasilkan limbah (debu dan
meningkat empat kalinya dibanding tahun
unsur sisa produksi lainnya), masih dapat
2000, yaitu sekitar 290 juta ton. Dari jumlah
dimanfaatkan untuk bahan baku campuran
produksi batubara ini 75-80 % digunakan untuk
pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih
kebutuhan ekspor.
laku dijual untuk dimanfaatkan menjadi bahan
bakar. 7) 3. Konsumsi energi pada kurun waktu 2000-2009
meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun
2000 menjadi 865,4 juta SBM pada tahun 2009
KESIMPULAN atau meningkat rata-rata 2,2% per tahun.
4. Harapannya tahun 2025 Indonesia akan Organisasi pada Bank BUMN di Jakarta.
memiliki tambahan pasokan BBM sebesar Economic review, No. 208, 7 hal.
189.000 barel per hari atau 2 persen dari energi 6. Kuznetsov, P.N., Sukhova, G.I., Bimer, J., 1990.
mix nasional. Pasokan BBM ini berasal dari Coal Characterization for Liquefaction In
tujuh pabrik pencairan batubara yang Tetralin. Institute of Chemstry and Chamical
direncanakan masing-masing pabrik akan Technology Warszawa. Elsevier, Poland.
menghasilkan 27.000 barel per hari. Hal 1031-1038.
7. McKetta, J.J., Cunningham, W.A., Dekker, M.,
5. Teknologi pencairan batubara adalah suatu
1980. Coal Liquefaction, South Africa's
konsep teknologi masa depan untuk mengatasi
SASOL II, Encyclopedia of Chemical
krisis energi serta ramah lingkungan.
Processing and Design.
8. NEDO., 2002. Coal Liquefaction Technology
Development in Japan. Multi-Purpose Coal
DAFTAR PUSTAKA Utilization Technologies (Liquefaction
1. BPPT., 2009. OUTLOOK ENERGI Technologies). hal. 1-8.
INDONESIA 2009, Teknologi Energi untuk
9. Ningrum, N.S., Rijwan, I., Astiti, M.W.,
Mendukung Keamanan Pasokan Energi.
Syahrial., 2000. Peningkatan Perolehan
Jakarta242 hal.
Produk Cair Pada Pencairan Batubara
2. CDIEMR., 2009. Handbook of Energy and Berkatalis, Inhouse Research PPPTM.
Economic Statistics of Indonesia. Center for Bandung. 48 hal.
Data and Information on Energy and Mineral
10. Pusat Informasi Energi., 2006. Blue Print
Resources, Ministry Energy and Mineral
Pengelolaan Energi Nasional, Depertemen
Resources, Jakarta.
Energi dan sumber daya mineral.
3. DTI., 1999. Coal liquefaction. Technology
11. Van Krevelen, D.W., 1992. Coal Typology-
Status report. Roshan kamall, location 1124, Physics-Chemistry-Constitution. University
department of trade and industry, 1 victoria Of Technology, Delft, The Netherlands. 750
street, London. 14 hal.
hal.
4. ESDM., 2007. Aksi Program Pencairan
12. Yusnitati., 2000. Aspek pencemaran
Batubara, Jakarta, Bandung, Palimanan,
lingkungan dari pabrik pencairan batubara.
Sumatera Selatan. 18 hal.
BPP Teknologi. Jurnal Teknologi
5. Jauhary, M., 2007. Potensi Industri Pengolahan Lingkungan, Vol.1, No. 1, hal. 63-72.
Batubara Cair. Analis Riset Manajemen dan
LAMPIRAN
Tabel 1. Potensi sumber daya energi fosil (BPPT, 2009)
Gambar 2. Proyeksi total kebutuhan energi final menurut jenis bahan bakar (BPPT, 2009).
ABSTRAK
Perubahan musim di Indonesia menyebabkan fluktuasi kadar air tanah akibat hujan, evaporasi dan evapotranspirasi. Akibat
perubahan kadar air ini, tanah ekspansif akan mengalami perubahan volume. Tanah ekspansif akan mengalami fenomena
kembang pada saat terjadi pembasahan dan penyusutan pada saat pengeringan. Kembang susut ini akan menyebabkan
kerusakan pada struktur yang dibangun diatas maupun didalam tanah. Perilaku kembang tanah ekspansif di lapangan terjadi
secara bebas ke arah volumetrik. Fenomena ini penting untuk diteliti, sejauh mana pengaruh perubahan kadar air terhadap
perilaku kembang bebas tanah lempung ekspansif. Sampel tanah ekspansif diambil dari Karang Jati, Kabupaten Ngawi
Propinsi Jawa Timur. Penelitian kembang bebas dilakukan pada benda uji terganggu dengan diameter 6,35 cm dan tinggi
1,70 cm, dengan kadar air awal 32% % dan berat volume kering 1,26 kg/cm3 dengan jangka sorong digital. Hasil penelitian
memperlihatkan perubahan kadar air mempunyai hubungan berbanding lurus dengan perilaku kembang bebas.
Kata kunci : tanah lempung ekspansif, perubahan kadar air, kembang bebas.
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh perubahan kadar air tanah (∆w)
terhadap perilaku kembang bebas tanah lempung
ekspansif baik kembang arah vertikal, kembang
horisontal maupun kembang volumetrik.
100% …...…..(2)
diameter akhir diameter awal D
SX 100%
diameteraw al D
pada Tabel 1 – 3 dan Gambar 7 hasil uji X-Ray Hasil uji properties tanah khususnya batas
difraction. konsistensi tanah lempung ekspansif pada nilai batas cair
(LL) 101% dan indeks plastisitas (IP) 71,32 % dan hasil
Tabel 1. Hasil uji properties tanah Karang Jati (Ngawi) uji komposisi inineral tanah lempung Karang Jati, Ngawi
No Parameter Hasil yang paling dominan adalah montmorillonite sebesar
49,74%, tanah ini memiliki potensi kembang yang sangat
1. Kadar air, wa (%) 63.59 tinggi. Prosedur ini seperti yanmg telah dilakukan oleh
3
2. Berat volume, γ (t/m ) 1.51 peneliti terdahulu diantaranya, Holts dan Gibbs (1956),
Seed dkk (1962), Van Der Merwe (1964), Dakssanamurty
3. Gravitasi khusus, Gs 2.62
dan Raman (1973) dan Chen (1988) yang menyatakan,
4. Batas plastis, PL (%) 29.77 tanah lempung dikalsifikasikan sebagai tanah dengan
5. Bats cair, LL (%) 101.00 potensi kembang yang sangat tingi jika nilai LL> 60%
dan IP>35% serta kandungan montmorillonite lebih dari
6. Indeks plastisitas, I (%) 71.23 35% dari total kandungan mineral.
7. Batas susut, SL (%) 10.70
8. Kadar lempung (%) 95.60 Hasil Uji Proctor Standar
Uji kembang bebas (free swelling) dilakukan dengan
9. Klasifikasi tanah (AASHTO) CH kadar air awal (wi) dan kepadatan (γd) dari hasil uji
10. Klasifikasi tanah (Unified) A-7-5 Proctor standar. Perancangan sampel uji kembang bebas
menggunakan hasil uji Proctor standar ini. Hasil uji
Proctor standar seperti terlihat pada Gambar 7 berikut ini.
Tabel 2. Kandungan mineral tanah lempung Karang Jati
(Ngawi)
No Komposisi Mineral Persen Berat (%)
1. Montmorilonite 49.74
2. Halloysite 45.10
3. Feldspar 4.63
4. Alpha Quartz 0.27
5. Cristobalite 0.26
50
kembang volumetrik. Benda uji pada saat kembang akan
Horisontal mengalami perubahan dimensi secara volumetrik dalam
Vertikal
Volumetrik hal ini volume benda uji (ΔV) tanah ekspansif
40
terhadap volume awal (V 0 ) benda uji tanah
lempung ekspansif yang dinyatakan dalam persen (%).
Regangan, e (%)
30
Hasil penelitian ini memperlihatkan, kembang
volumetrik (Sv) yang dihasilkan oleh tanah Karang Jati
20 (Ngawi) lebih besar 2,65 kali dari kembang vertikal
(Sz), seperti terlihat pada Gambar 10 berikut ini.
10
50
Vertikal
0 Volumetrik
20 30 40 50 60 40
Regangan, e (%)
30
30
Chen, F.H., 1988, Foundation on Expansive Soils, 2nd ed Universiti Teknologi Malaysia, Kuala Lumpur,
Amsterdam, pp 463, Elseveier Scientific Malaysia, 2008, Paper no G 21.
Publication Company, New York, USA,
Coduto, D.P., 1994, Foundation Design Principles and Taboada, M. A., 2003, Soil Shrinkage Characteristics in
Practices, Prentice Hall International, Inc. Swelling
Soil,www.ictp.it/~pub_off/lectures/ins018/39ta
Dakhshanamurthy, V. and Raman, V., 1975, Review of boada1, 9 November 2007.
Expansive Soils, Discusion, Journal of
geotechnical Enggineering Division, ASCE, Van Der Merwe, D.H., 1964, The Prediction of heave
Volume 101, , No. GT 6. from the Plasticity Index and percentage Clay
Fraction of Soils, Civil engineers in south
Dela, 2001, Measurement of Soil Moisture using Gypsum Africa, 6(6):103-107
Block, Measuretmen Enggineering Australia
(MEA), Adelaide, Australia. Yong, R, N., and Warketin, B, P., 1975, Introduction to
Soil Behavior, The Mac Milan Co, New York.
Gourly, C.S., Newill, D., and Schreiner, H.D., 1993,
Expansive Soil, TRL”s Research Strategy,
Proc. Ist Inc. Symp. Engineering
Characteristics of Arid Soils, London.
Ridho Bayuaji 1), Sismanto 1), Ismail Sa’ud 1), Pudiastuti 1), Choirul Anwar 1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: bayuaji@ce.its.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi beton ringan dengan sistem foam agent agar bisa dimanfaatkan
sebagai material filter rembesan, beton ringan filter (BRF). Desain eksperimen yang digunakan untuk mengoptimalisasi
bahan penyusun BRF adalah menggunakan metode Taguchi, dengan 3 variabel dan 3 level. Benda uji beton ringan yang
digunakan adalah silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dilakukan uji tekan dengan standar SNI 03-6825-
2002 pada umur hidrasi 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa densiti memberi pengaruh signifikan
terhadap kuat tekan beton ringan.
Keywords— beton ringan, foam agent, filter rembesan, kuat tekan, rembesan
Urugan tanah
Aliran rembesan
homogen
Filter kaki
Air di Waduk
Saluran ai r
rembesan
DASAR TEORI
Selain itu, beberapa manfaat ekonomi dari BRF
Ciri utama BRF adalah mempunyai komposisi sebagai struktur beton ringan, yaitu: (i) Maksimum
spesifik dengan tidak mengandung aggregate kasar, berat volume struktur beton ringan sebesar dua per
melainkan tersusun dengan aggregate halus, semen, tiga dari beton normal. Ini akan mengurangi berat
air dan busa udara. Busa udara yang stabil [1] sendiri dari struktur dan konsekuensinya
dibentuk dari sejenis surfaktan berbusa yang mempengaruhi beban lebih kecil terhadap bagian
berfungsi menyusun struktur pori yang homogen di dari struktur; (ii) Umumnya aplikasi beton struktur
dalam campuran dasar mortar. Jumlah volume ringan dilakukan redecking jembatan, beban mati
udara yang terbentuk minimal 20% dari volume diupayakan sekecil mungkin dilaksanakan karena
total beton. Material pengikat BRF mempunyai kemampuan daya dukung pondasi yang tetap; (iii)
karakter semen, seperti contoh: semen portland, Secara subtansial penghematan biaya dapat
semen-silika, semen pozzolan dan kapur pozzolan direalisasikan ketika beban mati menjadi lebih
[2]. ACI-committee 523 [3] menetapkan bahwa ringan akan menyebabkan dimensi elemen struktur
aggregate alternatif dapat ditambahkan seperti lebih berkurang dan jumlah besi penulangan
contoh aggregate ringan buatan yaitu expanded terkurangi.
clay, shale, slate, sintered fly ash, perlite, dan
BRF tersusun dari bahan utama yaitu mortar dan
vermiculite. Begitu juga dengan aggregate ringan
busa udara sebagai komponen pembentuk rongga di
buatan yaitu as pumice, scoria, atau tuff.
dalam beton tanpa agregat kasar [5] yang
Oleh karena ada pengaruh jumlah volume udara di mempunyai komposisi minimal 20%. Komponen
dalam BRF maka penentuan spesifikasi BRF tidak bahan pembentuk inilah yang membedakan BRF
sama dengan beton normal, spesifikasi berat dengan beton normal yang mengandung air
volume menjadi tinjauan tambahan selain kuat entranced yang tinggi. Untuk mendesain campuran
tekan. Pada BRF, pengurangan kuat tekan BRF perlu memperhatikan semua aspek bahan yang
berbanding terbalik eksponensial [4] dengan menyusunnya, berikut ini dirangkum semua aspek
penambahan jumlah volume udara pada komposisi bahan penyusun BRF.
campuran.
METODOLOGI
Beberapa keuntungan pemanfaatan BRF, yaitu: (i)
Memberikan kontribusi dalam bidang teknologi Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka
beton, dimana BRF mempunyai variasi berat dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII
volume antara 400 to 1800 kg/m3 yang bermanfaat Teknik Sipil FTSP ITS. Adapun material yang
dalam desain beban sendiri terhadap perhitungan digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria
suatu elemen struktur, contohnya sebagai dinding sebagai berikut:
partisi, insulasi dan leveling; (ii) Berkontribusi
Semen Gresik tipe I digunakan sebagai material
dalam proses pelaksanaan, BRF segar mempunyai
pengikat campuran. Alasan kenapa dipilih tipe I
kelecakan yang baik sehingga mudah mengalir,
agar diketahui perbedaan perkembangan hidrasi
pemadatan dan membangun level dengan
pada kondisi normal dibandingkan dengan akibat
sendirinya; (iii) Mampu mengisi antar tulangan
tambahan pozolan pada semen normal. Sifat fisik
tanpa menggunakan peralatan pemadat beton segar
dan kimia semen diuraikan pada tabel 1.
sehingga mengurangi kebisingan selama
pelaksanaan; (iv) Bahan material yang terbuat dari Densiti dan luas partikel semen diketahui masing-
BRF akan mengurangi beban transportasi dan masing 3,15 dan 359 m2/kg.
jumlah operator selama proses mobilisasi; (v)
Agregat halus yang digunakan dalam eksperimen
Menyerap panas yang baik dan material tahan api
ini adalah pasir alami quartzite yang diperoleh dari
karena jumlah rongga di beton; (vi) Peredam
benturan dan beban kejut yang baik. depo Mojokerto. Modulus halus butir sebesar
3,119, diameter butiran dari 0,149 mm hingga4,76 Tabel 2. Orthogonal array [30] yang diaplikasikan
mm, tergolong dalam zona 3, kelembaban 1,46%, untuk penelitian ini
berat jenis 2,73 gr/cm3, resapan sebesar 0,77%,
buckling 15,38 %, kandungan organik rendah, Jumlah Variabel
kandungan lumpur 3%. Eksperimen A B C
PG-1 1 2 2
Table 1: Properti semen sebagai bahan pengikat PG-2 2 1 3
PG-3 3 3 3
PG-4 1 2 2
Parameter SNI 15-2049- Hasil PG-5 2 3 1
2004 Tes
Komposisi Kimia
PG-6 3 1 1
Al2O3 6.03
Ditetapkan variabel dan tingkatan level sebagai
SiO2 20.65
berikut:
Fe2O3 3.44
A : Variabel pasir/semen = 0,25, 0,5 dan 0,75 untuk
CaO 65.96
Max 6.00 level 1, 2, 3
MgO 2.05
SO3 Max 3.50 2.22
B : Variabel air/padatan = 0,3, 0,35 dan 0,4 untuk
Loss on Ignition Max 5.00 3.96
level 1, 2, 3
Free Lime 1.09
C : Variabel berat volume = 1000, 1250 dan 1500
Insoluble residue 2.37
untuk level 1, 2, 3
Alkali (Na2O+0,658K20) 0.38
Tingkatan level ini disusun sesuai orthogonal array
Propoerti X-Ray Difraction
yang direncakan maka dipresentasikan desain
Tricalcium Silicate (C3S) 56.68 komposisi seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai
Dicalcium Silicate (C2S) 11.00 berikut:
Tricalcium Aluminate (C3A) 7.72
Tetracalcium Aluminate Ferrite Tabel 3 Desain komposisi, variabel dan level BRF
(C4AF) 8.91
Properti Fisik Variabel
Jumlah
Kehalusan Air/zat Berat
Eksperimen Pasir/Semen
-Blaine specific surface Min 280 padatan Volume
(m2/kg) 359 BRF-1 0,25 0,35 1250
Waktu setting, Vicat Test: BRF -2 0,5 0,3 1500
Min 45 BRF -3 0,75 0,4 1500
- Initial set (minutes) 125 BRF -4 0,25 0,35 1250
- final set (menit) Max 375 240 BRF -5 0,5 0,4 1000
Autoclave test: BRF -6 0,75 0,3 1000
-Expansion (%) Max 0.8 0.10
Kuat Tekan: Tabel 4. Keperluan bahan penyusun BRF
- 3 hari (kg/cm2) Min 125 255
- 7 hari (kg/cm2) Min 200 316 Jumlah Bahan Penyusun
- 28 hari (kg/cm2) Min 280 411 Eksperimen
Semen Air Pasir Foam
False set (%) Min 50 77,36 (kg) (kg) (Kg) (Liter)
BRF-1 36,65 16,04 9,16 18,38
Penelitian ini didesain untuk menyertakan semua
BRF -2 38,06 17,13 19,03 13,14
parameter yang dinilai memberi pengaruh BRF -3 30,29 21,21 22,72 10,15
signifikan terhadap kekuatan BRF, juga didesain BRF -4 36,65 16,04 9,16 18,38
untuk meminimalkan percobaan dan yang paling BRF -5 23,56 14,14 11,78 23,45
penting mudah dalam menganalisa hasil BRF -6 21,75 11,42 16,31 25,05
eksperimen yang telah dilaksanakan. Metode yang
dipilih dalam mendesain eksperimen ini adalah Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
metode Taguchi dengan orthogonal array (Tabel 2), BRF yang dicetak pada silinder diameter 150 mm
L6 (33) dengan menjalankan sekaligus 3 parameter dan tinggi 300 mm. Komposisi disesuaikan dengan
(pasir/semen, air/zat padatan, densiti) yang desain eksperimen metode Taguchi.
dianggap memberi pengaruh kuat terhadap
kekuatan. Benda uji BRF dilakukan uji tekan dengan standar
SNI 03-6825-2002 pada umur hidrasi; 7 dan 28 hari
untuk kuat tekan. Benda uji BRF dibuka dari
cetakan dengan waktu minimal 24 jam dari awal
waktu mencetak. Penyimpanan dan perawatan
benda uji BRF dilakukan dengan cara direndam
dalam air.
Untuk mengetahui seberapa besar beban yang padatan menunjukkan kuat tekan BRF optimum
mampu ditahan oleh BRF, maka dilakukan pada level 0,35.
pengujian kuat tekan BRF arah vertikal hingga
benda uji hancur. Adapun rumus yang digunakan Tabel 5. Kuat tekan rata-rata BRF dalam satuan
untuk mencari kuat tekan [1] adalah : kg/cm2
Kuat tekan binder
(1) Mix (kg/cm2)
kuat tekan= N/ 7 hari 28 hari
A BRF-1 98,09 221,38
Keterangan: BRF -2 106,48 238,85
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) BRF -3 83,39 186,13
A : luas penampang benda uji, (mm2) BRF -4 86,43 195,61
BRF -5 76,28 171,90
HASIL DAN ANALISA BRF -6 76,20 172,28
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, hasil Pengaruh variabel pasir/semen menjelaskan bahwa
eksperimen yang telah didesain dengan metode pada level 0,25 s.d 0,75 bahwa kuat tekan BRF
Taguchi digambarkan pengaruh masing-masing mengalami penurunan, namun pada level 0,25 s.d
variabel untuk bisa mengoptimalkan komponen 0,5 kuat tekan BRF masih di atas rata-rata dan level
penyusun BRF pada gambar 6 dan 7. Masing- 0,75 kuat tekan BRF di bawah rata-rata. Hal ini
masing variabel dianalisa dengan ANOVA menunjukkan level 0,75 kurang efektif untuk
(analysis of variance) yang akan ditunjukkan secara mempengaruhi kuat tekan BRF. Hal ini disebabkan
rinci pada tabel 5, pada tabel ini akan diketahui dengan semakin tinggi pasir/semen akan
kontribusi masing-masing variabel dalam mengurangi semen sebagai bahan pengikat BRF
menyusun targetnya yaitu kuat tekan BRF. yang merupakan penyumbang kekuatan pada BRF.
Hasil kuat tekan rata-rata BRF-1 s.d BRF-6 Variabel air/zat padatan, kenaikan level 0,3 s.d 0,35
ditampilkan pada tabel 5. Pada umur hidrasi 7 hari membuat kuat tekan BRF di atas rata-rata kuat
data BRF menunjukkan nilai antara antara 76,20 tekan BRF, namun antara level 0,35 s.d 0,4
kg/cm2 s.d 106,48 kg/cm2 dan antara 171,90 kg/cm2 membuat penurunan kuat tekan BRF sampai pada
s.d 238,85 kg/cm2 untuk umur hidrasi 28 hari. pada kuat tekan BRF di bawah rata-rata di level 0,4.
Pada gambar 6 dan 7, model variabel pasir/semen, Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata BRF
kuat tekan BRF (umur 7 dan 28 hari) menjadi lebih mempunyai kekuatan 198 kg/m2, lebih tinggi 16 %
kecil diakibatkan level variabel yang bertambah. standar dari kuat tekan beton ringan untuk struktur.
Sebaliknya, pada model variabel densiti, densiti Kontribusi densiti menunjukkan kontribusi yang
yang semakin besar akan memberikan pengaruh paling tinggi diantara variabel yang lain terhadap
kuat tekan BRF semakin tinggi sesuai dengan kuat tekan BRF yaitu 48,7 s.d 51,5 % dengan nilai
penelitian sebelumnya. Model variabel air/zat F test lebih besar dari nilai F tabel.
Gambar 6. Pengaruh 3 variabel utama pada kuat tekan BRF umur 7 hari
Gambar 7. Pengaruh 3 variabel utama pada kuat tekan BRF umur 28 hari
Tabel 6. Hasil ANOVA dari kuat tekan BRF strength of foamed concrete. Cement and
Kuat tekan Kuat tekan
Concrete Research, 2001. 31(1): p. 105-112.
Parameter 5. Aji, P. and R. Purwono, Pengendalian Mutu
Variabel umur 7 umur 28
statistik
hari hari Beton sesuai SNI, ACI dan ASTM. 2010,
Pasir/Semen DFa 1 1 Surabaya.: ITSPress.
SSSb 1162 6210 6. ASTM-C618-03, Standard Specification for
ASSc 1162 6210
MSd 1162 6210
Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural
F test 1,51 1,59 Pozzolan for Use in Concrete. Annual Book of
Kontribusi 24,4% 25,4% ASTM Standards, Vol.04.02, , ed. A.S.f.T.a.
Air/zat padat DF 1 1 Materials. 2003, Philadelphia,USA.
SSS 1150 6330 7. ASTM-C989, Standard specification for ground
ASS 1150 6330
MS 1150 6330 granulated blast-furnace slag for use in
F test 1,49 1,62 concrete and mortars. American Society for
Kontribusi 24,1% 25,9% Testing and Materials, ed. Annual Book of
Densiti DF 1 1 ASTM Standards. Vol. Vol.04.02, . 2004:
SSS 2454 11893
ASS 2454 11893 Philadelphia, USA.
MS 2454 11893 8. ASTM-C1240.. Standard specification for use
F test 3,18 3,04 of silica fume as mineral admixture in hydraulic
Kontribusi 51,5% 48,7%
cement concrete, mortar and grout”,, in Annual
a : derajad kebebasan
b: jumlah kuadrat Book of ASTM Standards American Society for
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan) Testing and Materials. 2004: Philadelphia,
d : Rata-rata kuadrat USA.
9. Jones, M.R. and A. McCarthy, Preliminary
KESIMPULAN views on the potential of foamed concrete as a
Metode desain eksperimen Taguchi L6 (33) telah structural material. Magazine of Concrete
berhasil memberikan komposisi penyusun BRF Research, 2005. 57(1): p. 21-31.
untuk mencapai kuat tekan BRF yang maksimal 10. Nambiar, E.K.K. and K. Ramamurthy, Influence
yaitu dengan komposisi: pasir/semen, air/zat of filler type on the properties of foam concrete.
padatan dan densiti yaitu: 0,25, 0,35 dan 1500 Cement & Concrete Composites, 2006. 28: p.
kg/cm2. Kuat tekan rata-rata BRF 198 kg/cm2, lebih 475–480.
tinggi 16 % standar dari kuat tekan beton ringan 11. Nambiar, E.K.K. and K. Ramamurthy, Fresh
untuk struktur. State Characteristics of Foam Concrete. Journal
UCAPAN TERIMA KASIH of Materials In Civil Engineering, 2008.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM- February 2008.
ITS yang telah memberikan bantuan untuk 12. Laukaitis, A., R. Zurauskas, and J. Keriene, The
menyelesaikan penelitian hibah laboratorium ini. effect of foam polystyrene granules on cement
Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab Uji composite properties, . Cement and Concrete
Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah Composites 2005. 2005; 27: : p. 41-47.
memberikan fasilitas dalam melaksanakan 13. Valore, R.C., Cellular Concrete. Journal of The
penelitian. American Concrete Institute, 1954.
14. Park, S.B., E.S. Yoon, and B.I. Lee, Effects of
processing and materials variations on
REFERENSI mechanical properties of lightweight
1. Ramamurthy, K., E.K.K. Nambiar, and G.I.S. composites. Cement Concrete Research 1998.
Ranjani, A Classification of Studies on 29(2): p. 193-200.
Properties of Foam Concrete. Cement & 15. Hunaiti, Y.M., Composite action of foamed and
Concrete Composites, 2009. S0958- lightweight aggregate concrete. Journal of
9465(09)00063-8. Materials in Civil Engineering, 1996. 8(3): p.
2. ASTM-C796-97, Standard Test Method for 111-13.
Foaming Agents for use in producing cellular 16. Hunaiti, Y.M., Strength of Composite Sections
concrete using Preformed Foam. 1997. with Foamed And Lightweight Aggregate
3. ACI-committee523., Guide for cellular Concrete. Journal of materials In Civil
concretes above 50 pcf, and for aggregate Engineering, 1997. May 1997.
concretes above 50 pcf with compressive 17. McCormick, F.C., Rational proportioning of
strengths less than 2500 psi. . ACI Journal preformed foam cellular concrete. . ACI
1975. 72: p. 50-66. Material Journal 1967 64 p. 104-09.
4. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect 18. Richard, T.G., Low temperature behaviour of
of high fly ash content on the compressive cellular concrete. ACI Journal, 1977. 1977(74:):
p. 173-78.
19. Richard, T.G., et al., Cellular concrete- A stability and coarsening. Colloids and Surfaces:
potential loadbearing insulation for cryogenic . A Physico Chem.Eng.Aspects 2005. 263: p.
applications. . IEEE Transactions on Magnetics 219-225.
1975. 11(2): p. 500-03. 26.Myers, D., Surfactant Science and Technology.
20. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, Porosity 1998, NewYork VCH Publishers.
and permeability of foamed concrete. Cement 27. Jones, M.R. and A. McCarthy. Behaviour and
and Concrete Research, 2001. 31(5): p. 805- assessment of foamed concrete for construction
812. applications. in Proceedings of the
21. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, Ash content International Conference on the Use of Foamed
for optimum strength of foamed concrete. Concrete in Construction. 2005.
Cement and Concrete Research, 2002. 32(2): p. 28. Jones, M.R. and A. McCarthy, Heat of
241-246. hydration in foamed concrete: Effect of mix
22. Byun, K.J., H.W. Song, and S.S. Park, constituents and plastic density. Cement and
Development of structural lightweight foamed Concrete Research, 2006. 36(6): p. 1032-1041.
concrete using polymer foam agent. , in ICPIC- 29. Joana Roncero, Susanna Valls, and R. Gettu,
98. 1998. Study of the influence of superplasticizers on the
23. Koudriashoff, I.T., Manufacture of reinforced hydration of cement paste using nuclear
foam concrete roof slabs. . Journal of the magnetic resonance and X-ray diffraction
American Concrete Institute, 1949. 21(1): p. 37- techniques. Cement and Concrete Research,
48. 2002. 32: p. 103–108.
24. Pugh, R.J., Foaming, foam films, antifoaming 30. Bolboacă, S.D. and L. Jäntschi, Design of
and defoaming. Advances in Colloid and Experiments: Useful Orthogonal Arrays for
Interface Science, 1996. 64: p. 67-72. Number of Experiments from 4 to 16 Entropy,
25. Jalmes AS, et al., Differences between protein 2007. 9: p. 198-232.
and surfactant foams: Microscopic properties,
M Sigit Darmawan1), Ridho Bayuaji1),Boedi Wibowo1), Nur Ahmad Husin1), Srie Subekti1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: msigitd@gmail.com
Abstrak
Studi ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh 5 variabel utama terhadap kuat tekan binder geopolimer. Pengaruh
lingkungan korosif salah satu variabel yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap kuat tekan binder geopolimer dan variabel
yang lain yang dipilih adalah molaritas NaOH, Na2SiO3/NaOH, fly ash/alkali aktivator (FA/AA), dan Superplasticizer (SP).
Metode Taguchi adalah desain eksperimen yang digunakan untuk menyusun komposisi binder geopolimer agar mencapai
kuat tekan binder yang maksimal. Benda uji binder yang digunakan adalah silinder dengan diameter 20 mm dan tinggi 40
mm, uji tekan dilakukan pada benda uji dengan standar SNI 03-6825-2002 pada umur polimerisasi 7 dan 28 hari. Penelitian
ini memberi kesimpulan bahwa variabel FA/AA dan molaritas NaOH memberi pengaruh signifikan terhadap kuat tekan
binder geopolimer. Selain itu, pengaruh lingkungan korosif menunjukkan kuat tekan binder geopolimer lebih tinggi
dibanding dirawat di lingkungan air tawar.
kekuatan dan keawetan mikro-struktur beton ditentukan oleh temperatur, tekanan, pengotor,
geopolimer. Konsep polimerisasi berbeda dengan kecepatan tumbuh, dll. Cristobalite dan
hidrasi pada semen portland tradisional dengan air tridymite teridentifikasi sebagai unsur SiO2.
(H2O), geopolimer tidak membentuk kalsium silikat b. Uji kandungan kimia dengan analisa X-Ray
hidrat (C-S-H) dan kalsium hidroksida CH, semen Fluorescence (XRF), kandungan kimia FA
geopolimer didasarkan pada kerangka ditentukan dengan analisa X-Ray Fluorescence
aluminosilikat. Perbedaan konsep polimerisasi dan (XRF). Jumlah unsur senyawa SiO2, Al2O3 dan
hidrasi proses diterangkan pada Gambar 1, sebagai Fe2O3 sama dengan 66,6%, < 70%, FA yang
berikut: digunakan di penelitian ini dikategorikan
pozolan tipe C.
c. Luas permukaan partikel FA dengan alat
Quantachrome =0,194 m2/g.
d. Jenis Alkali aktivator yang digunakan adalah
Sodium Silikat (Na2SiO3) dan Sodium
Hidroksida yang digunakan adalah larutan
(NaOH) 12 Mol, 14 Mol dan 16 Mol. Sodium
Hidroksida berfungsi sebagai aktivator dalam
reaksi polimerisasi, sedangkan Sodium Silikat
sebagai katalisator untuk mempercepat
pengikatan silika dan oksida alumina pada FA.
Sodium hidroksida dijual di pasaran berupa
Gambar 1. Skema sederhana proses hidrasi dan proses serpihan (Gambar 2), oleh karena itu harus
polimerisasi dijadikan larutan dulu (Gambar 3) dengan
molaritas 12 Mol, 14 Mol dan 16 Mol.
METODOLOGI
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka
dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII
Teknik Sipil FTSP ITS dan Laboratorium Energi
dan Rekayasa LPPM-ITS. Adapun material yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria
sebagai berikut:
Fly Ash, sebagai bahan utama penyusun bahan
pengikat/binder beton geopolimer. Komposisi Gambar 2. Serpihan NaOH
kimia dan fasa dari FA tergantung kepada mineral-
mineral yang berhubungan dengan batubaranya dan
tergantung pula kepada kondisi pembakarannya.
Apabila FA yang dipakai berasal dari industri yang
berbeda, maka akan diperoleh FA dengan
komposisi yang berbeda pula, walaupun dengan
jenis mineral yang sama. Oleh sebab itu, FA wajib
dilakukan uji fisik dan kimia agar diketahui
karakter sifat fisik dan kimianya sebelum
dimanfaatkan lebih jauh sebagai binder beton
geopolimer yang akan mendapat pengaruh korosi Gambar 3. NaOH yang sudah dilarutkan dengan air
dari air laut. Analisa sifat fisik dan kimia FA telah e. Larutan harus dibuat sehari sebelum pemakaian
dilakukan di Laboratorium Studi Energi dan dan didiamkan paling tidak selama 24 jam.
Rekayasa LPPM – ITS Surabaya yang meliputi uji: Pembuatan larutan tersebut dilakukan di
a. Uji derajad kekristalan partikel FA dengan Laboratorium Uji Material Prodi D-III Teknik
analisa XRD. Identifikasi tingkat derajad Sipil ITS.
kekristalan partikel FA dengan analisa X-Ray f. Sodium silikat (Gambar 4) yang dipakai adalah
Diffraction (XRD). Hasilnya ditunjukkan berbentuk larutan kental yang sudah siap
dengan rangkuman bahwa puncak kuat pada dipakai, dan dijual di pasaran sebelum
sudut 21.5°mengindikasikan puncak cristobalite pemakaian tidak ada perlakuan khusus.
dan pada sudut 27,5o, tridymite. Cristobalite dan
tridymite adalah senyawa polimorf, senyawa
yang membentuk kristal dalam berbagai bentuk
yang akan mengalami pertumbuhan kristal yang
Jumlah Variabel
Eksperi
men Molar Na2SiO3 FA/ SP Curing
NaOH / Activato
NaOH r
PG-1 12 1,5 0,6 0 tawar
PG-2 12 1,5 0,7 2 NaCl
PG-3 12 2,5 0,6 2 Air Laut
Gambar 5. Larutan aktivator PG-4 14 2 0,7 0 Air Laut
PG-5 14 2,5 0,65 0 NaCl
Beton geopolimer belum ada standar dalam PG-6 14 2,5 0,7 1 tawar
menyusun desain komposisinya. Penelitian ini PG-7 16 1,5 0,65 1 Air Laut
didesain untuk menyertakan semua parameter yang
PG-8 16 2 0,6 1 NaCl
dinilai memberi pengaruh signifikan terhadap PG-9 16 2 0,65 2 tawar
kekuatan binder geopolimer, juga didesain untuk
meminimalkan percobaan dan yang paling penting
mudah dalam menganalisa hasil eksperimen yang Tabel 3. Keperluan bahan penyusun binder beton
telah dilaksanakan. Metode yang dipilih dalam geopolimer
mendesain eksperimen ini adalah metode Taguchi
dengan orthogonal array (Tabel 1), L9 (35) dengan Jumlah Bahan Penyusun
Eksperimen
menjalankan sekaligus 5 variabel (Molaritas NaOH, Na2SiO3 NaOH FA SP
Rasio Na2SiO3 and NaOH, FA/AA, SP, perawatan (gram) (gram) (gram) (gram)
binder) yang dianggap memberi pengaruh PG-1 14,726 9,817 36,816 0,000
signifikan terhadap kekuatan dan keawetan. PG-2 5,655 3,770 21,991 0,440
PG-3 8,976 3,590 18,850 0,377
PG-4 6,283 3,142 21,991 0,000
Tabel 1. Orthogonal array [7] yang diaplikasikan PG-5 7,854 3,142 20,420 0,000
untuk penelitian ini PG-6 6,732 2,693 21,991 0,220
PG-7 6,597 4,398 20,420 0,204
Jumlah Variabel PG-8 8,378 4,189 18,850 0,188
Eksperimen PG-9 7,330 3,665 20,420 0,408
A B C D E
PG-1 0 0 0 0 0
PG-2 0 0 2 2 1 Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
PG-3 0 2 0 2 2 binder geopolimer yang dicetak pada silinder
PG-4 1 1 2 0 2 diameter 20 mm dan tinggi 40 mm (Gambar 5).
PG-5 1 2 1 0 1 Komposisi disesuaikan dengan desain eksperimen
PG-6 1 2 2 1 0
PG-7 2 0 1 1 2
metode Taguchi.
PG-8 2 1 0 1 1
PG-9 2 1 1 2 0
Untuk mengetahui seberapa besar beban yang Pada gambar 6 dan 7, pengaruh 5 variabel
mampu ditahan oleh binder, maka dilakukan utama pada kuat tekan binder geopolimer pada
pengujian kuat tekan binder arah vertikal sampe umur polimerisasi 7 hari dan 28 hari menunjukkan
benda uji hancur sesuai umurnya . Adapun rumus model pengaruh yang identik. Pengaruh tersebut
yang digunakan untuk mencari kuat tekan [1] adalah: molaritas NaOH dan rasio Na2SiO3 dan
adalah : NaOH memberikan pengaruh optimum pada kuat
tekan binder geopolimer, pada nilai level 14 molar
(1) dan 2. Jumlah perbandingan FA dengan AA pada
kuat tekan= N/
A nilai rasio 0,65 s.d 0,7 menunjukkan pengaruh baik
Keterangan: pada kuat tekan binder geopolimer. Prosentase SP
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) yang bertambah akan mempunyai kecenderungan
A : luas penampang benda uji, (mm2) menurunkan kuat tekan binder geopolimer.
Sebaliknya sistem perawatan beton geopolimer
HASIL DAN ANALISA dengan menggunakan air tawar memberikan
Tabel 4 menampilkan hasil kuat tekan rata-rata pengaruh yang lebih rendah terhadap kuat tekan
binder geopolimer pada umur 7 dan 28hari. Kuat binder geopoimer dibandingkan perawatan dengan
tekan rata-rata pada usia 28 hari antara 120 kg/cm2 air laut dan NaCl.
s.d 497 kg/cm2. Menurut tabel 5, pada umur polimerisasi 28
Pengaruh 5 variabel (Molaritas NaOH, Rasio hari menunjukkan bahwa rasio FA dan AA
Na2SiO3 and NaOH, FA/AA, SP, perawatan binder) mempunyai kontribusi yang signifikan pada pada
pada kuat tekan binder geopolimer ditunjukkan kuat tekan binder geopolimer senilai 35% pada
pada gambar 6 dan 7. Derajad kontribusi masing- umur 28 hari.
Gambar 6. Pengaruh 5 variabel utama pada kuat tekan binder geopolimer umur 7 hari
Gambar 7. Pengaruh 5 variabel utama pada kuat tekan binder geopolimer umur 28 hari
Widjonarko1), Ridho Bayuaji1), Yuyun Tajunnisa1), Sulchan Arifin 1), Sungkono 1),
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111
Abstrak
Penelitian ini bertujuan secara umum adalah memanfaatkan agregat halus material lokal Kalimantan Selatan pada
teknologi beton ringan dengan sistem foam agent,BRF-MKS.Komposisi BRF-MKS disusun dengan desain eksperimen
metode Taguchi, L9 (34) untukmemenuhi persyaratan beton ringan sebagai bahan bangunan. Untuk mengaplikasikanbeton
ringan dari material lokal kalimantan selatan, maka dilakukan uji tekan pada campuran beton ringan di Laboratorium Uji
Material prodi DIII Teknik Sipil FTSP ITS. Benda uji beton ringan mempunyai dimensi silinder 150x300 mm untuk uji tekan
pada umur 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa MKS/MKLberkontribusi efektif dengan rasio 0,5
terhadap kuat tekan BRF-MKS.
Kata kunci : beton ringan, foam agent, material lokal, agregat halus,
[4]. ACI-committee 523 [5] menetapkan bahwa TABEL 1 PROPERTI SEMEN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
aggregate alternatif dapat ditambahkan seperti
Parameter SNI 15-2049- Hasil
contoh aggregate ringan buatan yaitu expanded 2004 Tes
clay, shale, slate, sintered fly ash, perlite, dan Komposisi Kimia
vermiculite. Begitu juga dengan aggregate ringan Al2O3 6.03
buatan yaitu as pumice, scoria, atau tuff. SiO2 20.65
Fe2O3 3.44
Oleh karena ada pengaruh jumlah volume udara di CaO 65.96
MgO Max 6.00 2.05
dalam BRF maka penentuan spesifikasi BRF tidak SO3 Max 3.50 2.22
sama dengan beton normal, spesifikasi berat Loss on Ignition Max 5.00 3.96
volume menjadi tinjauan tambahan selain kuat Free Lime 1.09
tekan. Pada BRF, pengurangan kuat tekan Insoluble residue 2.37
Alkali (Na2O+0,658K20) 0.38
berbanding terbalik eksponensial [6] dengan
penambahan jumlah volume udara pada komposisi Propoerti X-Ray Difraction
campuran. Tricalcium Silicate (C3S) 56.68
Dicalcium Silicate (C2S) 11.00
Beberapa keuntungan pemanfaatan BRF, yaitu: (i) Tricalcium Aluminate (C3A) 7.72
Memberikan kontribusi dalam bidang teknologi Tetracalcium Aluminate Ferrite
beton, dimana BRF mempunyai variasi berat (C4AF) 8.91
Properti Fisik
volume antara 400 to 1800 kg/m3 yang bermanfaat Kehalusan
dalam desain beban sendiri terhadap perhitungan -Blaine specific surface Min 280
suatu elemen struktur, contohnya sebagai dinding (m2/kg) 359
partisi, insulasi dan leveling; (ii) Berkontribusi Waktu setting, Vicat Test:
- Initial set (minutes) Min 45 125
dalam proses pelaksanaan, BRF segar mempunyai - final set (menit) Max 375 240
kelecakan yang baik sehingga mudah mengalir, Autoclave test:
pemadatan dan membangun level dengan -Expansion (%) Max 0.8 0.10
sendirinya; (iii) Mampu mengisi antar tulangan Kuat Tekan:
- 3 hari (kg/cm2) Min 125 255
tanpa menggunakan peralatan pemadat beton segar - 7 hari (kg/cm2) Min 200 316
sehingga mengurangi kebisingan selama - 28 hari (kg/cm2) Min 280 411
pelaksanaan; (iv) Bahan material yang terbuat dari False set (%) Min 50 77,36
BRF akan mengurangi beban transportasi dan Adapun data agregat halus MKS;modulus halus
jumlah operator selama proses mobilisasi; (v) butir sebesar 2,29, diameter butiran dari 0,149 mm
Menyerap panas yang baik dan material tahan api hingga4,76 mm, tergolong dalam zona 4,
karena jumlah rongga di beton; (vi) Peredam kelembaban 0,1%, berat jenis 2,74 gr/cm3, resapan
benturan dan beban kejut yang baik. sebesar 0,2 %, buckling 19,3 %, kandungan organik
tinggi, kandungan lumpur 9%.
METODOLOGI
Penelitian ini didesain untuk menyertakan semua
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka parameter yang dinilai memberi pengaruh
dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII signifikan terhadap kekuatan BRF-MKS, juga
Teknik Sipil FTSP ITS. Adapun material yang didesain untuk meminimalkan percobaan dan yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria paling penting mudah dalam menganalisa hasil
sebagai berikut: eksperimen yang telah dilaksanakan.Metode yang
Semen Gresik tipe I digunakan sebagai material dipilih dalam mendesain eksperimen ini adalah
pengikat campuran. Alasan kenapa dipilih tipe I metode Taguchi dengan orthogonal array (Tabel 2),
agar diketahui perbedaan perkembangan hidrasi L9 (34) dengan menjalankan sekaligus 4 parameter
pada kondisi normal dibandingkan dengan akibat (pasir/semen, pasir/semen, air/zat padatan, densiti)
tambahan pozolan pada semen normal. Sifat fisik yang dianggap memberi pengaruh kuat terhadap
dan kimia semen diuraikan pada tabel 1. kekuatan.
Densiti dan luas partikel semen diketahui masing-
masing 3,15 dan 359 m2/kg.
Material lokal (ML) yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah pasir alami quartzite yang
diperoleh dari depo Mojokerto. Modulus halus butir
sebesar 3,119, diameter butiran dari 0,149 mm
hingga4,76 mm, tergolong dalam zona 3,
kelembaban 1,46%, berat jenis 2,73 gr/cm3,
resapan sebesar 0,77%, buckling 15,38 %,
kandungan organik rendah, kandungan lumpur 3%.
kuat tekannya, sesuai dengan penelitian sebelumnya diakibatkan MKS mempunyai kandungan organik
[8]. Namun sebaliknya, bertambahnya level pada yang tinggi dan kandungan lumpur yang lebih dari
variabel pasir/semen danMKS/ML memberi 5%. Namun pada level 0,5 ditunjukkan kuat tekan
pengaruh turunnya kuat tekan BRF-MKS. Variabel BRF-MKS di atas rata-rata. Pada umur 28 hari,
air/zat padatan memberi pengaruh kuat tekan BRF- kuat tekan rata-rata BRV-AVB mempunyai
MKS optimum pada level 0,35. kekuatan 189 kg/m2, lebih tinggi 11 % standar dari
kuat tekan beton ringan untuk struktur[9]. Walau
Pengaruh variabel pasir/semen menjelaskan bahwa
pengaruh MKS/ML mempunyai konstribusi 10,2%
pada level 0,25 s.d 0,5 bahwa kuat tekan BRV-
s.d 10,9 % terhadap kuat tekan BRF-MKS namun
MKSmengalami penurunan, namun kuat tekan
nilai F test pada tabel 5 menunjukkan lebih besat
BRV-MKS masih di atas rata-rata. Level 0,75
dari F tabel (3,23) yang mendefinisikan bahwa
menunjukkan kuat tekan BRF-MKS di bawah rata-
MKS/ML memberikan pengaruh efektif terhadap
rata, menunjukkan level rasio pasir/semen kurang
kuat tekan BRF-MKS.
efektif untuk mempengaruhi kuat tekan BRF-MKS.
Hal ini disebabkan dengan semakin tinggi Kontribusi air/zat padatan menunjukkan kontribusi
pasir/semen akan mengurangi bahan pengikat BRF- yang paling tinggi diantara variabel yang lain
MKS. terhadap kuat tekan BRF-MKS yaitu 38,9 s.d 40,1
% dengan nilai F test lebih besar dari nilai F tabel.
Level variabel MKS/ML yang bertambah
menyebabkan turunnya kuat tekan BRF-MKS, ini
Gambar 6. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-MKS umur 7 hari
Gambar 7. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-MKS umur 28 hari
Sustainable, R.N. CBU-2005-08, Editor. 6. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect
2005: Toronto, Canada, . of high fly ash content on the compressive
3. Ramamurthy, K., E.K.K. Nambiar, and G.I.S. strength of foamed concrete. Cement and
Ranjani, A Classification of Studies on Concrete Research, 2001. 31(1): p. 105-112.
Properties of Foam Concrete. Cement & 7. Roy, R., A primer on the Taguchi method.
Concrete Composites, 2009. S0958- 1990.
9465(09)00063-8. 8. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect
4. ASTM-C796-97, Standard Test Method for of porosity on the strength of foamed concrete.
Foaming Agents for use in producing cellular Cement and Concrete Research, 2002. 32(2):
concrete using Preformed Foam. 1997. p. 233-239.
5. ACI-committee523., Guide for cellular 9. ASTM-C330-69, Specification for lightweight
concretes above 50 pcf, and for aggregate aggregates for structural concrete. 2001.
concretes above 50 pcf with compressive
strengths less than 2500 psi. . ACI Journal
1975. 72: p. 50-66.
Tatas1, Pramuda Alif Firdausy2, Putri Ayunita Sari2 , S. Kamilia Aziz1, Pudiastuti1 dan Ary M.
Shiddiqi3
1
Dosen Prodi Diploma Teknik Sipil, 2Mahasiswa Prodi Diploma Teknik Sipil, 3Dosen Teknik
Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
E-mail : tatas@ce.its.ac.id; kamilia@ce.its.ac.id; shiddiq@if.its.ac.id
ABSTRAK
Hidrolika merupakan ilmu dasar dalam teknik sipil yang menjelaskan perilaku air baik yang terjadi di saluran terbuka
(seperti sungai, saluran drainase, saluran irigasi) maupun pada saluran tertutup seperti aliran salam pipa. Pada dua tipe
saluran tersebut, persamaan energi yang terjadi dapat dianalisa dengan menggunakan Persamaan Bernoulli. Salah satu bentuk
keterkaitan antara kedua jenis saluran tersebut adalah cara menggambarkan kehilangan energi yang terjadi pada air yang
mengalir.
Untuk membuat gambaran secara nyata di lapangan terkait kehilangan energi dalam pipa maka dibuatlah alat simulasi
yang akan dibandingkan dengan teori kehilangan energi. Selain pembuatan alat simulasi maka dilakukan pula analisis
pebandingan tingkat kesalahan antara berbagai metode yang ada.
Metode yang digunakan yaitu dengan membuat alat simulasi kehilangan energi menggunakan pipa PVC, dengan
berbagai bentuk jenis sambungan seperti penyempitan dan pembesaran tiba-tiba maupun yang secara perlahan. Selanjutnya
dilakukan perbandingan tingkat kesalahannya dengan rumus kehilangan energi, Persamaan Darcy – Weisbach, Persamaan
Hazen – Williams dan dengan menggunakan program komputer Epanet 2.0.
Berdasarkan hasil analisis maka perbandingan tingkat kesalahan kehilangan energi untuk alat simulasi dengan
metode-metode yang lain seperti tersebut di atas adalah 11%, 9%, 9%, 16%.
DASAR TEORI
Dasar dari penelitian ini adalah Persamaan Untuk minor head loss dapat dihitung dengan
Bernoulli, yaitu : menggunakan rumus ℎ = ∙ , dengan k adalah
P V P V
+ +Z = + +Z koefisien kehilangan energi. Total head loss
γ 2g γ 2g merupakan jumlah dari major dan minor head loss.
Minor head losses tersebut meliputi beberapa
Keterangan : bentuk seperti pengecilan tiba-tiba, pengecilan
= tinggi tekanan berangsur-angsur, pembesaran tiba-tiba,
γ
pembesaran berangsur-angsur dan belokan.
= tinggi kecepatan
Z = tinggi elevasi Perbandingan nilai kehilangan energi antara alat
simulasi dengan metode lainnya dapat mengunakan
Tinggi tekanan merupakan energi tekan (dalam hal metode Root Mean Square of Error atau RMSE
ini dalam pipa, saluran tertutup) yang bekerja. (Notodarmojo, 2005).
Tinggi kecepatan adalah energi kecepatan air pada
saluran tertutup, tekan dan saluran isap. Tinggi METODE
elevasi adalah jarak antara aliran air dengan datum 1. Pembuatan Alat Simulasi
yang ditetapkan. Pembuatan alat simulasi membutuhkan beberapa
bahan seperti pipa PVC, pipa penghubung seperti
Kehilangan energi (head loss) merupakan untuk jenis pembesaran dan pengecilan, dan pipa
pengurangan energi per satuan berat fluida pada belokan. Selain itu alat pendukung berupa tandon
aliran cairan dalam sistem perpipaan. Head loss air, pipa kecil bening (sebagai pipa venturi), klem,
terdiri atas major head loss (hf), minor head loss alat pengukur tekanan, serta kran pengatur air.
(hm), dan total head loss (htot). Instalasi pipa dilakukan dengan membuat variasi
jaringan pipa yang dilalui oleh air sebagai sistem
Rumusan major head loss adalah : jaringan saluran tertutup.
2. Pencatatan Kehilangan Energi
ℎ = ∙ ∙ Tinggi kehilangan energi dicatat dengan mengukur
2
Keterangan : muka air di pipa venturi dari pipa.
hf = major head loss (m) 3. Perbandingan Hasil Simulasi
f = faktor gesekan Perbandingan dilakukan dengan membandingkan
L = panjang pipa (m) hasil pencatatan simulasi dengan hitungan dari
V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s) rumus dan simulasi program komputer Epanet 2.0.
d = diameter dalam pipa (m) adapun metode yang digunakan meliputi :
1. Kehilangan Energi pada Observasi
Nilai faktor gesekan (f) dapat digambarkan dalam 2. Kehilangan Energi (Hf)
diagram Moody. Diagram tersebut merupakan 3. Kehilangan Energi dengan menggunakan
fungsi dari Bilangan Reynold (Reynold’s number) metode Darcy Weisbach
dan kekasaran relatif (relative roughness - ε/D ). 4. Kehilangan Energi dengan menggunakan
Kekasaran relatif pipa yang merupakan fungsi dari metode Hazen William
nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan 5. Kehilangan Energi dengan menggunakan
dalam pipa (ε) yang tergantung dari jenis material Program Epanet 2.0
pipa.
HASIL
Berikut adalah gambar spot-spot alat simulasi Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan
maka, diperoleh kehilangan energi pada saluran
tersebut adalah sebagai berikut.
KESIMPULAN
Gambar 2. Reservoir dan instalasi pipa
Berdasarkan hasil pengamatan maka jika ditinjau
dari perbandingan nilai kesalahan kehilangan energi
alat simulasi (Metode 1) dengan masing-masing
metode yang lain adalah sebagai berikut Model 1
dengan persamaan kehilangan energi (Model 2)
adalah 11%, Model 1 dengan Metode Darcy
Weisbach (Model 3) adalah 9%, Model 1 dengan
Metode Hazen William (Model 4) adalah 9% dan
Model 1 dengan Program Epanet 2.0 (Model 5)
sebesar 16%.
Pengecilan secara tiba- Pipa Lurus
tiba UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada LPPM-ITS yang telah
mendanai pembuatan alat simulasi kehilangan
energi yang dapat digunakan untuk praktikum
hidrolika pada Laboratorium Model Teknik Sipil
ITS.
DAFTAR PUSTAKA
De Nevers (1970), Fluid Mechanics, Addison–
Wesley
Belokan 90° Pembesaran berangsur- Hazen, A.; Williams, G. S. (1920), Hydraulic
angsur Tables (3rd ed.), New York: John Wiley and
Gambar 3. Berbagai bentuk sambungan Sons
Notodarmojo, Suprihanto, 2005, Pencemaran Tanah dan Air Tanah, Penerbit ITB, Bandung
R Buyung Anugraha 1), Ridho Bayuaji 1), Amien Widodo 2), Tatas 1), S Kamilia Azis 1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: ba.affandhie@gmail.com
Abstrak
Studi ini melanjutkan pemanfaatan abu vulkanik gunung Bromo (AVB) pada aplikasi beton ringan dengan sistem foam
agent, BRF-AVB. AVB adalah salah satu mineral bumi yang mempunyai mempunyai karakter pozzolan. Desain
eksperimental metode Taguchi L9 (34) digunakan untuk mengetahui pengaruh AVB pada BRF-AVB. Pengujian tekan BRF-
AVB dilakukan di Laboratorium Uji Material prodi D-III Teknik Sipil FTSP ITS. Benda uji BRF-AVB mempunyai dimensi
silinder 150x300 mm untuk uji tekan pada umur 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa AVB efektif
sebagai bahan subtitusi semen pada campuran BRF-AVB.
benda uji hancur. Formulasi yang digunakan untuk hidrasi 7 hari dan 28 hari memberikan informasi
mencari kuat tekan [1] adalah : pengaruh yang mendekati sama. Pengaruh tersebut
adalah: AVB/semen dan air/zat padatan
(1) memberikan pengaruh optimum pada kuat tekan
kuat tekan= N/ BRF-AVB, pada nilai level 20%, dan 0,35. Densiti
A
yang semakin besar akan memberikan pengaruh
Keterangan: kuat tekan BRF-AVB semakin tinggi sesuai dengan
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) penelitian sebelumnya. Namun, rasio pasir dan
A : luas penampang benda uji, (mm2) semen yang semakin besar memberikan pengaruh
kuat tekan yang semakin mengecil.
HASIL DAN ANALISA
Pengaruh AVB/Semen (%) menjelaskan bahwa
Tabel 6 menampilkan hasil kuat tekan rata-rata pada level 10 s.d 20 bahwa kuat tekan BRV-AVB
BRF-AVB yang mempunyai nilai antara kuat tekan terjadi kenaikan kuat tekan yang signifikan, namun
rata-rata antara 60,66 kg/cm2 s.d 126,39 kg/cm2 setelah 20% kuat tekan BRF-AVB mengalami
untuk umur hidrasi 7 hari dan antara 145,38 kg/cm2 penurunan. Hal tersebut menunjukkan sifat pozolan
s.d 303,79 kg/cm2 untuk umur hidrasi 28 hari. pada AVB telah bereaksi pada proses hidrasi yaitu
Selengkapnya pengaruh 4 variabel terhadap kuat dengan penambahan senyawa SiO2 pada AVB akan
tekan BRF-AVB dipaparkan secara rinci pada mengurangi produk CaOH untuk memproduksi
gambar 6 dan 7. Derajad kontribusi masing-masing produk kekuatan yaitu kalsium silikat hidrat (CSH).
variabel ditunjukkan pada tabel 5 yang dianalisa Selain itu, ukuran partikel AVB telah berhasil
menggunakan ANOVA (analysis of variance). mendistribusikan rongga udara secara merata dan
memfasilitasi kekuatan di dalam struktur AVB.
Tabel 6. Kuat tekan rata-rata BRF-AVB dalam Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata BRV-AVB
satuan kg/cm2 mempunyai kekuatan 196 kg/m2, lebih tinggi 15 %
Kuat tekan BRF-
AVB (kg/cm2)
standar dari kuat tekan beton ringan untuk struktur
Mix
7 hari 28 hari [18].
PG-1 72,70 174,80
Pengaruh AVB/Semen mempunyai konstribusi 38%
PG-2 94,05 226,20
PG-3 85,56 205,76 terhadap kuat tekan BRF-AVB dan nilai F test
PG-4 126,39 303,79 pada tabel 5 menunjukkan lebih besat dari F tabel
PG-5 80,26 193,06 (3,23) yang mendefinisikan bahwa variabel
PG-6 74,98 180,29 AVB/semen memberikan pengaruh yang signifikan
PG-7 60,66 145,88 terhadap kuat tekan BRF-AVB.
PG-8 75,36 181,16
PG-9 61,94 149,02 Selain variabel AVB/semen, kontribusi densiti
Pada gambar 6 dan 7, model pengaruh 4 variabel menunjukkan kontribusi tertinggi kedua terhadap
utama pada kuat tekan BRF-AVB pada umur kuat tekan BRF-AVB yaitu 30,8 %.
Gambar 6. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-AVB umur 7 hari
Gambar 7. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-AVB umur 28 hari
Tabel 7. Hasil ANOVA dari kuat tekan BRF-AVB 2. Bayuaji, R., Sinergi Pemanfaatan Material
Lokal dalam Beton Ramah Lingkungan dan
Kuat Kuat Pendidikan Karakter Mahasiswa untuk
Variabel
Parameter tekan tekan Pembangunan yang Berkelanjutan, in Go
statistik umur 7 umur 28 Green! Green Building, Green Construction.
hari hari
2012, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
AVB/semen DFa 2 2
SSSb 7209 41643
Politeknik Negeri Semarang: Semarang.
ASSc 7209 41643 3. A.Hossain, K.M., Blended cement using
MSd 3604 20822 volcanic ash and pumice. Cement and Concrete
F test 72,41 71,93 Research, 2003. 33: p. 1601–1605.
Kontribusi 38,0% 38,0%
Pasir/Semen DF 2 2
4. A. Thevarasah, V. Perampalam, and M.
SSS 1487 8560 Selvaratnam, Some Studies on Pozzolanic
ASS 1487 8560 Cement. . J Natn. Sci. Coun, 1979. 7 (1): p. 57-
MS 744 4280 63.
F test 14,94 14,79 5. A.Hossain, K.M., Volcanic ash and pumice as
Kontribusi 7,8% 7,8%
Air/zat padat DF 2 2 cement additives: pozzolanic, alkali-silica
SSS 4438 25661 reaction and autoclave expansion
ASS 4438 25661 characteristics. Cement and Concrete Research,
MS 2219 12830 2005. 35: p. 1141– 1144.
F test 44,58 44,32
Kontribusi 23,4% 23,4% 6. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Corrosion
Densiti DF 2 2 resistance and chloride diffusivity of volcanic
SSS 5852 33741 ash blended cement mortar. Cement and
ASS 5852 33741 Concrete Research 2004. 34: p. 695–702.
MS 2926 16871
F test 58,79 58,28 7. A.Hossain, K.M., Chloride induced corrosion of
Kontribusi 30,8% 30,8% reinforcement in volcanic ash and pumice based
a : derajad kebebasan blended concrete. . Cement & Concrete
b: jumlah kuadrat Composites, 2005. 27: p. 381–390.
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan)
d : Rata-rata kuadrat 8. A.Hossain, K.M., Performance of Volcanic Ash
Based Precast and In Situ Blended Cement
Concretes in Marine Environment. Journal Of
Materials In Civil Engineering, 2005.
November/December: p. 694-702.
KESIMPULAN
9. A.Hossain, K.M., High strength blended cement
Studi ini memberi kesimpulan bahwa variabel
concrete incorporating volcanic ash:
AVB/semen memberikan kontribusi yang sangat
Performance at high temperatures. Cement &
siginifikan terhadap kuat tekan BRF-AVB. Variabel
Concrete Composites, 2006. 28: p. 535–545.
AVB/semen dan air/zat padatan memberikan
10. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Performance
pengaruh optimum terhadap kuat tekan BRF-AVB,
of volcanic ash and pumice based blended
pada nilai level 20% dan 0,35. Kuat tekan rata-rata
cement concrete in mixed sulfate environment.
BRV-AVB mempunyai kekuatan 196 kg/m2, lebih
Cement and Concrete Research, 2006. 36: p.
tinggi 15 % standar dari kuat tekan beton ringan
1123–1133.
untuk struktur. Oleh sebab itu pengaruh AVB efektif
sebagai bahan subtitusi semen pada campuran BRF- 11. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Strength,
AVB. durability and micro-structural aspects of high
performance volcanic ash concrete. Cement and
UCAPAN TERIMA KASIH Concrete Research 2007. 37: p. 759–766.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM- 12. Hariyanto, A.D., I. Satyarno, and Widiasmoro,
ITS yang telah memberikan bantuan untuk Pemanfaatan Tras Dari Samigaluh Kulon
menyelesaikan penelitian hibah laboratorium ini. Progo Sebagai Bahan Pozolan Untuk
Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab Uji Campuran Mortar Forum Teknik Sipil, 2009.
Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah XIX: p. 1065-1078.
memberikan fasilitas dalam melaksanakan 13. Wang, C., et al., Preparation of Ultra-High
penelitian. PerformanceConcrete with common technology
and materials. Cement and Concrete
DAFTAR PUSTAKA Composites, 2012. 34(4): p. 538–544.
1. Naik, T.R., Environmental-Friendly Durable 14. A.M.Neville, Properties of Concrete. London,
Concrete Made with Recycled Materials for ed. Longman. 2006.
Sustainable. 2005: Toronto, Canada.
15. P.K. Mehta, P. Kumar Mehta, and P.J.M. for Use in Concrete. 2003: 100 Bar Harbor
Monteiro, Concrete: microstructure, properties, Drive, Conshohocken.
and materials. 2006. 17. Roy, R., A primer on the Taguchi method. 1990.
16. ASTM-C618-03, Standar Specification for Coal 18. ASTM-C330-69, Specification for lightweight
Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan aggregates for structural concrete. 2001.
Suwardi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
isma_chan@yahoo.co.id
ABSTRAK
Universitas Muhammadiyah (UMS) merupakan perguruan sawasta tebesar di Surakarta yang saat ini jumlah mahasiswa
semakin meningkat. Mahasiswa dan karyawan mayoritas menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil,
sehingga memerlukan ruang parkir yang memadai. Dari masalah parkirtersebut diperlukan penelitian kaitanya dengan
karakteristik parkir. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik dan kebutuhan areal parkir. Metode penelitian
yang digunakan diskriptif analitis yaitu survai langsung dilapangan. Data yang dikumpulkan meliputi, pola parkir, luas areal
parkir, kondisi lingkungan, waktu masuk dan keluar. Hasil analisis menunjukan bahwa, karakteristik parkir sepeda motor
Kampus II UMS Fakultas Ekonomi, akumulasi parkir sepeda motor maksimum 920 kendaraan, durasi parkir tertinggi 232
kendaraan dengan waktu parkir 100 – 110 menit, indeks parkir maksimum 91 %, volume parkir 2218 kendaraan/11 jam,
tingkat turn over tertingi 2,22, Kebutuhan ruang parkir 920 SRP dengan luas areal parkir 2580 m2 , sedang luas areal parkir
tersedia 3095 m2, sehingga tempat parkir Fakultas Ekonomi masih cukup. Karakteristik parkir sepeda motor Fakultas
Teknik, akumulasi parkir maksimum 1262 kendaraan, indek parkir 93,20 %, durasi parkir tertinggi 100 - 110 menit yaitu
sebesar 366 kendaraan, volume parkir 3629 kendaraan/11 jam, tingkat turn over 2,69. Kebutuhan ruang parkir 920 SRP
dengan luas areal parkir 3896 m2 , luas areal parkir tersedia 4744,78 m2, sehingga luas areal parkir Fakultas Teknik masih
cukup, sedang bentuk parkir sepeda motor paralel. Karakteristik parkir mobil kampus II, akumulasi maksimum untuk mobil
71 kendaraan, durasi parkir teringgi 0 - 10 menit, sebesar 41 kendaraan, Volume parkir 205 kendaraan/11 jam, Indek parkir
64,15 %, turn over parkir 2,15. Ruang parkir yang dibutuhkan 71 SRP, sedang kapasitas parkir yang tersedia 106 SRP,
sehingga kebutuhan ruang parkir mobil Kampus II masih cukup.
berada dalam tempat parkir dalam periode waktu ANALISA DAN PEMBAHASAN
tertentu. Volume parkir = Ei – X (5)
Ei = Entry (kendaraan yang masuk kelokasi) Karakteristik Parkir Sepeda Motor Fakultas
X = kendaraan yang sudah ada Ekonomi
5. Tingkat turn over adalah angka penggunaan ruang Akumulasi parkir
parkir pada periode tertentu dan diperoleh rumus:
Turn over =Volume parkir/Kap. parkir (6)
METODE PENELITIAN 3 4
Metode dan teknik pengumpulan data. (1)
obyek penelitian, obyek kajian penelitian ini adalah
parkir di Kampus II UMS Surakarta. (2) Sumber
data, dalam penelitian adalah semua kendaraan yang
parkir di Kampus II UMS . (3) Pengumpulan data 7 9
primer. Cara pengumpulan data survai langsung di
lapangan, dengan cara peneliti menghitung langsung
di lapangan yaitu: semua kendaraan yang parkir di
Kampus II UMS . Data yang didapatkan dari
8
lapangan dilakukan pengolahan data, yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus 1 = Gedung Teknik1.2 = Gedung Tenik 2 3= GOR 4 = Perpustakaan 5 =
Parkir sepeda motorF Teknik 6 = Gedung Pascasarjana) 7 = Gedung Fak.
yang telah ada dan disajikan dalam bentuk angka Ekonomi)
dan gambar atai grafik. Bagan alis penelitian dapat Gambar
8 = Parkir sepeda2motor
Denah Kampus9II= Gedung
F Ekonomi
dilihat pada gambar 1. J
1200
Akumulasi Parkir
400
Data Primer 0
0
0
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
.3
.0
07
07
08
08
09
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
0-
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
.2
.5
07
07
08
08
09
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
Waktu
Indeks parkir
100,0
90,0
Indek Parkir
Indek Parkir Hari Senin
5. Turn Over parkir
80,0 Indek Parkir Hari Selasa 2,25
Turn Over
70,0
Indek Parkir (%)
.3 .1 0
0
.3 .1 0
.0 .4 0
0
.0 .4 0
0
.0 .4 0
10
0
10
40
0
40
10
0
10
40
0
40
0- 0
0
.0 .4
.3 .1
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
1
.4
.
.
07 -0 6
07 -0 7
08 -0 7
08 -0 8
09 -0 8
09 -0 9
10 -0 9
10 -1 0
11 -1 0
11 -1 1
12 -1 1
12 -1 2
13 -1 2
13 -1 3
14 -1 3
14 -1 4
15 -1 4
15 -1 5
16 -1 5
16 -1 6
17 -1 6
17 -1 7
17
1,90
0
0
.3
.3
.3
.0
.0
.3
.3
.0
.0
.3
06
Waktu 1,85
150
Durasi Parkior Hari Selasa
Durasi Parkior Hari Kamis sehingga masih cukup memenuhi kebutuhan parkir.
100
1200
1000
tertinggi terjadi pada hari Senin, lama parkir 100 – 800
kendaraan
0
.4 .1 0
.2 .5 0
.0 .3 0
.4 .1 0
.2 .5 0
.0 .3 0
.4 .1 0
.2 .5 0
.0 .3 0
.4 .1 0
.2 .5 0
.0 .3 0
.4 .1 0
.2 .5 0
.0 .3 0
.4 .1 0
0
.5
07 - 07
08 07
09 - 08
09 - 09
10 - 09
11 - 10
11 - 11
12 - 11
13 - 12
13 - 13
14 - 13
15 - 14
15 - 15
16 - 15
17 - 16
17 - 17
17
0-
0-
0
0
.0
07
Waktu
Kap Parkir
1500
parkir maksimum hari Senin terjadi pukul 10.30-
1000
10.40 WIB sebanyak 1240 kendaraan, .Selasa, pukul
10.10-10.20 WIB sebanyak 1262 kendaraan.dank
500
Kamis, pukul 10.10-10.20 WIB sebanyak 1246
0
kendaraan.
Senin Selasa Kamis
Hari
2,68
100,0
Indek parkir F. Teknik 2,67 Turn Over
90,0
2,62
50,0
2,61
40,0
2,6
30,0 Senin Selasa Kamis
Hari
0 10
0- 0
0
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.0 .4
.3 .1
.4
.
07 -06
07 -07
08 -07
08 -08
09 -08
09 -09
10 -09
10 -10
11 -10
11 -11
12 -11
12 -12
13 -12
13 -13
14 -13
14 -14
15 -14
15 -15
16 -15
16 -16
17 -16
17 -17
17
0
0
.3
.3
06
Gambar 9. Indeks Parkir Fakultas Hari Senin, selasa WIB. hari Senin 2,63, Selasa 2,69, Kamis 2,64.
dan Kamis
Gambar 9. menunjukan bahwa; indek Kebutuhan ruang parkir
parkir parkir maksimum hari Senin terjadi pukul Kebutuhan Ruang Parkir = 1264 SRP Luas
10.30-10.40 WIB 90,64 %., .Selasa, pukul 10.10- kebutuhan areal ruang parkir=1264 X 1,5 m2 + 1900
10.20 WIB sebesar 93,20 %.dan Kamis, pukul = 3896 m2. Luas areal parkir 4744,78 m2, Jadi luas
10.10-10.20 WIB sebesar 93,20 %. areal parkir sepeda motor Fakultas Teknik masih
memenuhi.
Durasi parkir
Parkir Mobil
400 Durasi Parkir
350
Kendaraan
250 Kendaraan 120 Akumulasi Parkir
200 Kendaraan
100
Akumulasi Parkir Hari Senin
150
Akumulasi Parkir (Kend.)
40
10
30
50
70
90
0
11
13
15
17
19
21
23
25
–
–
0
21
41
61
81
1
10
12
14
16
18
20
22
24
Lama Parkir 20
.3 .10
.0 .40
0
.0 .40
.3 .10
.0 .40
0
.0 .40
0 10
.0 .40
0
.0 .40
.3 .10
.0 .40
0
.0 .40
.3 .10
.0 .40
0
.0 .40
.3 .10
0
.3 .1
.3 .1
.3 .1
.3 .1
.3 .1
.4
.
07 -06
07 -07
08 -07
08 -08
09 -08
09 -09
10 -09
10 -10
11 -10
11 -11
12 -11
12 -12
13 -12
13 -13
14 -13
14 -14
15 -14
15 -15
16 -15
16 -16
17 -16
17 -17
17
0-
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gambar 10. menunjukan durasi parkir
.3
.3
06
Waktu
tertinggi terjadi pada hari Senin, 100 - 110 menit Gambar 13. Akumulasi parkir Mobil Hari Senin,
yaitu sebesar 366 kendaraan, Selasa, 101-110 menit Selasa, dan Kamis
sebesar 354 kendaraan dan hari Kamis, 101-110
menit sebesar 346 kendaraan Gambar 13. menunjukan: Akumulasi parkir
mobil maksimum hari Senin terjadi pukul 10.30-
Volume parkir 10.40 WIB sebanyak 50 kendaraan, .Selasa, pukul
4000 Volume Parkir 10.10-10.20 WIB sebanyak 71 kendaraan.dan
Kamis, pukul 10.10-10.20 WIB sebanyak 68
3500
3000
Volume Perkir (kend.)
2500
Vol. Parkir kendaraan. Sedang kapasitas parkir mobil Kampus II
Kap Parkir
2000 UMS 106 kendaraan.
1500
1000
Indeks parkir
500
80,00 Indek Parkir
0 Senin
Indek Parkir Hari Senin
Senin Selasa Kamis 70,00100 Indek Parkir Hari Selasa
80 Indek Parkir Hari Kamis
Hari 60,00
Indeks Parkir
Indek Parkir (%)
60
50,00
30,00 0
0
06.50-07.00
07.20-07.30
07.50-08.00
08.20-08.30
08.50-09.00
09.20-09.30
09.50-10.00
10.20-10.30
10.50-11.00
11.20-11.30
11.50-12.00
12.20-12.30
12.50-13.00
13.20-13.30
13.50-14.00
14.20-14.30
14.50-15.00
15.20-15.30
15.50-16.00
16.20-16.30
16.50-17.00
17.20-17.30
17.50-18.00
10,00 W aktu
.3 .10
.0 .40
10
.0 .40
.3 .10
.0 .40
.3 .10
.0 .40
10
.0 .40
.3 .10
.0 .40
.3 .10
.0 .40
10
.0 .40
.3 .10
.0 .40
.3 .10
40
.3 .10
0
.4
08 08.
11 11.
14 14.
17 16.
07 -06
07 -07
08 -07
09 -08
09 -09
10 -09
10 -10
11 -10
12 -11
12 12
13 -12
13 -13
14 -13
15 -14
15 -15
16 -15
16 -16
17 -17
17
0-
0-
0-
0-
0-
0-
Waktu
.3
.3
.3
.3
.0
06
110, dengan indeks parkir sebesar 47,17 %, .Selasa KESIMPULAN DAN SARAN
pukul 10.00-10.10, dengan indeks parkir sebesar 1. Kesimpulan
64,15 %, dan Kamis pukul 10.20-10.30 dengan Berdasarkan hasil analisis parkir di
indeks parkir sebesar 61,32 %. Kampus II UMS dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karteristik parkir sepeda motor Fakultas Teknik
Durasi parkir adalah: Akumulasi maksimum sebanyak 920
45
Durasi Parkir kendaraan ,denga kapasitas parkir 1008 SRP.
Indeks parkir maksimum sebesar 91 %. Durasi
40
Kendaraan
35
Kendaraan
parkir tertinggi sebanyak 232 kendaraan, Volume
Jumlah Kendaraan (kend.)
30 Kendaraan
1 0
1 0
0
0
0
11 10
21 20
31 0
41 40
51 0
61 0
71 70
81 0
91 90
0
11 1 1
12 1 2
13 1 3
14 1 4
15 1 5
16 1 6
17 1 7
18 1 8
19 1 9
21 2 1
23 2 3
24 2 4
25
20 - 2 0
22 - 2 2
3
25
1
–
–
–
>
kebutuhan parkir.
0
1 Durasi
10
Gambar 15.Durasi Parkir Mobil Senin, Selasa dan 2. Karteristik parkir Fakultas Teknik adalah:
Kamis Akumulasi parkir maksimum sebanyak 1262
Gambar 15. menunjukan durasi parkir kendaraan. Indek parkir parkir maksimum sebesar
tertinggi terjadi pada hari Senin, 0 - 10 menit 41 93,20 %. Durasi parkir tertinggi sebesar 366
kendaraan, Selasa, >250 menit 23 kendaraan, dan kendaraan. Volume parkir maksimum 3687
hari Kamis, durasi parkir 0-10 menit r 36 kendaraan. kendaraandan kapasitas parkir 1369 SRP. Turn
over parkir untuk sepeda motor tertinggi 2,64.
Volume parkir Kebutuhan Ruang Parkir 1264 SRP Luas
kebutuhan areal ruang parkir 3896 m2. Luas areal
250
Volume parkir Mobil
200
Vol. Parkir
Kap Parkir
parkir 4744,78 m2, Jadi luas areal parkir sepeda
Volume Parkir (Kend.)
1,00
kendaraan mahasiswa dan karyawan hendaknya
dipisahkan. Hal ini bertujuan untuk keteraturan dan
kapasitas parkir dapat dimaksimalkan. Perlu
0,50
0,00
Senin Selasa Kamis dilakukan redesain parkir agar tidak mengganggu
lalu-lintas disekitar lingkungan kampus. Perlunya
Hari
Anonim, 1993. ”Peraturan pemerintah No. 43 Suwardi, 2000, “Angkutan Umum”, Fakultas Teknik
Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lalulintas Jalan”. Jakarta. Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Anonim , 1997. ”Manual Kapasitas Jalan Tamin, O. Z, 1997, “Perencanaan dan Permodelan
Indonesia”, Jakarta Transportasi”, Institut Teknologi Bandung,
Abubakar, 1996. ”Menuju Lalulintas dan Angkutan Bandung.
jalan yang teratip”. Dirjen Perhubungan Warpani, S, 1990, “Merencanakan Sistem
Hobbs, F. D, 1979, “Perencanaan dan Taknik Lalu Perangkutan”, Institut Teknologi Bandung,
Lintas”, UGM Press, Yogyakarta. Bandung.
Sudjana, 1996, “Metode Statika”, Tarsito, Bandung.
ABSTRAK
Unsur-unsur pelaksana proyek konstruksi terdiri dari pemilik proyek/ /Owner, perencana/Designer dan
kontraktor/pemborong/Annemer, serta pengawas/Direksi. Didalam pelaksanaan Proyek dikatakan berhasil berhasil apabila
tepat mutu ,tepat biaya dan tepat waktu. Aturan pembayaran harus dipahami sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Keterlambatan pembayaran dari pemilik proyek merupakan salah faktor penyebab kelangsungan pekerjaan
proyek menjadi sering terhambat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab terjadinya keterlambatan pembayaran
dan cara antisipasi yang seharusnya dilakukan oleh.
Data diperoleh dari perusahaan-perusahaan kontraktor di daerah tingkat I propinsi Riau. dengan menggunakan
kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan program bantu statistik SPSS 16 for windows, dan mencari nilai mean rank
untuk mengetahui peringkat antara variabel dalam faktor keterlambatan pembayaran proyek konstruksi. Analisis data
menggunakan Kendall’s Concordance Analysis. dan untuk mencari besarnya korelasi menggunakan Pearson Product
Moment.
Hasil analisis data menunjukan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pembayaran dari
pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor secara keseluruhan adalah peringkat 1 dengan mean rank 22,55 adalah
ForceMajeure ( bencana alam, kebakaran, gempa bumi ), peringkat 2 dengan mean rank 21,22 adalah Pemilik memberikan
penerangan pada beberapa karyawan yang terlibat dalam pembayaran untuk mempercepat proses tagihan, peringkat 3
dengan mean rank 20,77 adalah Prosentase kemajuan fisik proyek yang pembayaran diatur menurut prosentase tertentu dari
nilai proyek berdasarkan termijn. Harga koefisien korelasi yang paling tinggi ditunjukan oleh faktor Keterlambatan
pengiriman material dengan Terlambat atau mundurnya pembayaran dari kontraktor utama ke sub kontraktor dengan nilai
0,466 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan bahwa korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut berada pada level
sedang. Harga Koefisien korelasi yang paling rendah ditunjukan oleh factor Hubungan kontraktor dan pemilik proyek
menjadi buruk dengan Kontraktor mengakhiri kontrak dan menagih pembayaran kepada pemilik atas semua pekerjaan yang
telah dilakukan juga kerugian lainnya baik material maupun peralatan dengan nilai 0,365 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan
bahwa korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut berada pada level rendah.
3. Pihak kontrakator tidak ingin melakukan dengan jadwal yang telah' disetujui bersama, akan
pendanaan awal sendiri atas pekerjaan yang menimbulkan resiko kontraktor tidak dapat
diserahkan kepadanya sesuai kontrak. memenuhi kewajiban keuangannya dan dapat
4. Pihak pemilik proyek bermaksud membayar berdampak negatif terhadap keberhasilan proyek.
hanya untuk pekerjaan yang telah selesai pada (Soeharto, I,1995).
saat ia ditagih. Macam-macam aturan pembayaran rnenurut
Cara pembayaran adalah salah satu persyaratan Nugraha et al,1986 adalah:
umum yang mesti tercantum dalam suatu kontrak 1. Pembayaran menurut prosentase kemajuan
konstruksi. Bagi kontraktor mungkin hal inilah fisik proyek ( progress payment ), pembayaran
yang paling menarik untuk diketahui karena ini diatur menurut porsentase tertentu dari nilai
kontraktor harus mengetahui bagaimana dan kapan proyek. Urutan pembayaran yang diatur
ia akan dibayar. Kepada hal tersebut harus menurut prosentase 25%,50%,75% dan 100%.
dikemukakan secara jelas didalam perjanjian yang 2. Pembayaran menurut prosedur kemajuan fisik
dibuat antara kontraktor dan pemilik proyek yang per-pos, pembayaran ini dibagi menjadi pos-
kemudian dituangkan didalam dokumen kontrak. pos pekerjaan dan pembayaran dilakukan
Keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai setelah persentase kemajuan setiap pos
dengan jadwal yang telah' disetujui pekerjaan yang telah ditentukan telah tercapai.
Misalnya pada proyek terdiri dari pos-pos
TINJAUAN PUSTAKA pekerjaan tower A, tower B, tower C syarat
Lamhot (1998) “Studi Mengenai pembayaran termin setelah proses tercapai
Keterlambatan Pembayaran Dari Pemilik Proyek 25%, 50%, 75% dan 100%. Artinya bahwa
Konstruksi Kepada Kontraktor” menyimpulkan termijn pertama tower A akan dibayarkan
bahwa keterlambatan pembayaran dari pemilik setelah prestasi tower A tercapai 25% demikian
proyek pernah dialami oleh sebagian besar juga tower B dan tower C.
kontraktor. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada 3. Pembayaran menurut kemajuan fisik bulanan,
kontraktor kelas kecil saja tetapi juga terjadi pada pembayaran ini ditetntukan pada tanggal
kontraktor kelas besar. adapun faktor-faktor yang tertentu setiap bulannya untuk kemajuan fisik
menjadi penyebab keterlambatan pembayaran proyek yang telah dikerjakan oleh kontraktor,
secara keseluruhan bisa mempengaruhi sesuai dengan dokumen kontrak.
keterlambatan, akan tetapi faktor yang paling 4. Pembayaran menurut tahap konstruksi,
berpotensi menjadi penyebab adalah pembayaran ini dilakukan apabila setiap
1. Kesalahan pekerjaan yang tidak segera di tahapan konstruksi telah selesai dikerjakan.
betulkan oleh kontraktor. Misalnya ada beberapa tahap dalam suatu
2. Kurangnya perhatian kontraktor terhadap proyek konstruksi yaitu pekerjaan pondasi,
persiapan administrasi penagihan. pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing.
3. Keterlambatan pengiriman material bangunan.
Cara merumuskan pembayaran yang tepat untuk Faktor-faktor penyebab timbulnya
kemudian dikelola bersama antara pemilik proyek permasalahan dalam pelaksanaan pembayaran
dan kontraktor, perlu dipahami keinginan dari Gangguan yang terjadi pada pelaksanaan jadwal
masing-masing pihak yang berbeda yaitu : proyek dapat menyebabkan berubahnya rencana
1. Pihak kontrakator tidak ingin melakukan jadwal penerimaan pembayaran diproyek, sehingga
pendanaan awal sendiri atas pekerjaan faktor-faktor yang menyebabkan rencana awal
yang diserahkan kepadanya sesuai kontrak. tersebut menjadi tidak sesuai adalah :
2. Pihak pemilik proyek bermaksud 1. Pemogokan atau penghentian pekerja.
membayar hanya untuk pekerjaan yang 2. Keterlambatan pengiriman material penting
telah selesai pada saat ia ditagih. atau bagian dari perataan yang kritis untuk
Cara pembayaran adalah salah satu persyaratan pekerjaan selanjutnya yang baru bisa dilakukan
umum yang mesti tercantum dalam suatu kontrak setelah alat tersebut dipasang.
konstruksi. Bagi kontraktor mungkin hal inilah 3. Adanya perubahan pada suatu item pekerjaan
yang paling menarik untuk diketahui karena yang menyebabkan perlunya pembongkaran
kontraktor harus mengetahui bagaimana dan kapan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan
ia akan dibayar. Kepada hal tersebut harus mengantinya sesuai desain yang baru.
dikemukakan secara jelas didalam perjanjian yang Manajer konstruksi bertanggung jawab
dibuat antara kontraktor dan pemilik proyek yang untuk memeriksa ulang semua kuitansi sebelum
kemudian dituangkan didalam dokumen kontrak. dikirimkan kepada pemilik proyek. Kesalahan kecil
Keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai didalam format seperti yang diminta didalam
kontrak dan prosedur proyek dapat menjadi alasan dimana : rxy = koefisien korelasi antara
penundaan pemrosesan kuitansi yang menyebabkan variabel X dan variabel Y
penundaan pembayaran kepada kontraktor. ∑ xy = jumlah produk dari x dan y
x dan y = variabel
Akibat-akibat dari penyimpangan pelaksanaan Jenis koefisien korelasi bivariat pada
aturan pembayaran program SPSS yang digunakan adalah Pearson
Beberapa masalah pendanaan yang Product Moment, untuk sampel kurang dari 100,
dimiliki oleh kontraktor akan berakibatkan terhadap angka korelasi terkecil yang dipertimbangkan
mundurnya pembayaran oleh kontraktor utama ke adalah ± 0,30 (Dillon, WR, Goldstein, 1984).
sub kontraktor dan penyalur. kegagalan pemilik
proyek dalam melakukan pembayaran kepada Perhitungan nilai rata-rata (mean)
kontraktor seperti yang dijadwalkan akan Perhitungan nilai mean digunakan untuk
menyebabkan kontraktor memerlukan tambahan menganalisis jawaban responden atas tiap
dana yang besar yang nantinya hal ini bisa pertanyaan yang diajukan. Rumus yang digunakan
dijadikan alasan klaim oleh kontraktor. untuk mencari nilai mean (rata-rata) adalah:
n
Mencegah terjadinya keterlambatan dalam __ X 1
pelaksanaan pembayaran, X i 1
Pembayaran dari pemilik proyek kepada kontraktor n
utama yang terlambat akan menyebabkan Keterangan rumus yang dipakai:
terlambatnya pembayaran kepada subkontraktor
dan penyalur. Kadangkala pemilik proyek dan __
kontraktor utama sepakat, pemilik bisa melakukan X = nilai rata-rata (mean)
pembayaran langsung kepada subkontraktor dan
penyalur material proyek. X 1 = nilai jawaban responden untuk
60
50 %
50
43.3 %
40
percent
30
20
6.7%
10
0
Bes ar, > 10M Menengah, 1- Kecil, < 1 M
10 M
Kelas perusahaan
Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat dilihat Daerah Tingkat I Propinsi Riau dan bukan hanya
urutan peringkat dari 1 hingga 3 mengenai kebetulan semata. Berdasarkan daftar nilai kritis
keseluruhan faktor-faktor keterlambatan Pearson Produk Momen ( PPM ) dari 30 responden
pembayaran dari pemilik proyek konstruksi kepada didapat nilai r tabel 0,301. dengan tingkat
kontraktor ; kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5%.
sehingga dapat diketahui faktor-faktor
Peringkat 1 dengan nilai mean rank 22.55 adalah keterlambatan pembayaran dari pemilik proyek
faktor Force mejaure ( bencana alam, kebakaran, konstruksi kepada kontraktor pada tabel diatas
gempa bumi). berkorelasi, karena harga korelasi terendah pada
tabel diatas adalah 0,365.
Peringkat 2 dengan nilai mean rank 21.22 adalah 1. Koefisien korelasi yang paling tinggi ditunjukan
faktor Pemilik memberikan penerangan pada oleh faktor keterlambatan iv.9 (Keterlamatan
beberapa karyawan yang terlibat dalam pembayaran pengiriman material bangunan) dengan v.1
untuk mempercepat proses tagihan. (Terlambat atau mundurnya pembayaran dari
Peringkat 3 dengan nilai mean rank 20.77 adalah kontraktor utama ke sub kontraktor) dengan nilai
faktor Prosentase kemajuan fisik proyek 0,466 > r tabel = 0,301, hal ini menunjukan bahwa
(pembayaran yang diatur menurut prosentase ada korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor
tertentu dari nilai proyek berdasarkan termin). tersebut, dan berada pada level sedang.
2. Koefisien korelasi yang paling rendah ditunjukan
Tabel 3 : Hasil uji statistik keseluruhan faktor oleh faktor keterlambatan v.3 (Hubungan
yang mempengaruhi keter-lambatan pembayaran kontraktor dan pemilik proyek menjadi buruk)
dari pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor. dengan v.5 (Kontraktor mengakhiri kontrak dan
N 30.000 menagih pembayaran kepada pemilik atas semua
a
Kendall's W .197 pekerjaan yang telah dilakukan juga kerugian
Chi-Square 177.426 lainnya baik material maupun peralatan) dengan
df 30.000 nilai 0,365 > r tabel = 0,301, hal ini menunjukan
Asymp. Sig. .000 bahwa ada korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor tersebut, dan berada pada level rendah.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan
teridentifikasinya angka probabilitas pada KESIMPULAN DAN SARAN
Asymptotic significance adalah 0,000 < 0,05, dapat Kesimpulan
disimpulkan bahwa ada keselarasan atau Hasil peringkat secara keseluruhan faktor-
kesepakatan para responden pengembang dengan faktor keterlambatan pembayaran dari pemilik
jawabannya terhadap faktor-faktor yang proyek konstruksi kepada kontraktor adalah :
berpengaruh dalam keterlambatan pembayaran dari Peringkat 1 dengan mean rank 22,55 adalah Force
pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor di mejaure (bencana alam, kebakaran, gempa bumi).
Peringkat 2 dengan mean rank 21,22 adalah sebelum kebijaksanaan dan kesepakatan dibuat
Pemilik memberikan penerangan pada beberapa antara kedua belah pihak
karyawan yang terlibat dalam pembayaran untuk 3. Dalam hal pembayaran jika perlu pemilik
mempercepat proses tagihan.. proyek merekrut orang-orang yang
Peringkat 3 dengan mean rank 20,77 adalah berkompeten dalam hal pembayaran.
Prosentase kemajuan fisik proyek. (pembayaran
yang diatur menurut prosentase tertentu dari nilai DAFTAR PUSTAKA
proyek berdasarkan termijn) Ahuja, Hira N and Walsh, Michael A, 1983,
1. Koefisien korelasi yang paling tinggi Succesfull Methods in Cost Engineering,
ditunjukan oleh faktor keterlambatan Jhon Willey and Sons, New York.
Keterlambatan pengiriman material dengan Arikunto, S, 1997, Prosedur Penelitian, Penerbit
Terlambat atau mundurnya pembayaran dari Rineka Cipta, Jakarta.
kontraktor utama ke sub kontraktor dengan Bony et al, 1973, Handbook of Construction
nilai 0,466 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan Management and Organization, Van
bahwa ada korelasi yang ditimbulkan oleh Nostrand Reinhold Co: New York
faktor-faktor tersebut, dan berada pada level Dillon,WR, 1984, Multivariate Analysis Method
sedang. and Aplication, Jhon Willey and Sons,
2. Koefisien korelasi yang paling rendah New York.
ditunjukan oleh faktor keterlambatan. Dennis, L, 1968, Complete Guide to Project
Hubungan kontraktor dan pemilik proyek menjadi Management, Caliner Books, Boston:
buruk dengan Kontraktor mengakhiri kontrak Massachussets.
dan menagih pembayaran kepada pemilik Ervianto, 2003, Manajemen Proyek Konstruksi,
dengan nilai 0,365 > rtabel = 0,301, hal ini Andi: Yogyakarta
menunjukan bahwa ada korelasi yang Hadi, S, 2000, Metodologi Research, Penerbit
ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut, dan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta
berada pada level rendah. King, A, M, 1984. Critical Part Method In
Constuction Project, A Wiley Inter Science
Saran Publication, New York.
Terdapat beberapa saran yang dapat Lamhot, 1998, Studi Mengenai Keterlambatan
diajukan sehubungan dengan hasil penelitian yang Pembayaran Dari Pemilik Proyek
didapat dan mungkin dapat menjadi bahan Konstruksi Kapada Kontraktor.
pertimbangan, yaitu : Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
1. Penggunaan jenis kontrak oleh kontraktor dan Nugraha, P, 1968, Manajemen Proyek Konstruksi I,
pemilik proyek harus memahami secara detail Kartika Yudha, Yogyakarta.
tentang item dan pasal-pasal yang telah Suharto, I, 1995, Manajemen Proyek : dari konsep
disepakati, dikarenakan kontrak sebagai acuan sampai operasional, Erlangga
kerja dan pelindung hak serta kewajiban bisa Tjiptono, A, 1996, Manajemen Proyek
menjadi bumerang bagi kontraktor dan pemilik Pembangunan, Lembaga Penelitian
proyek: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2. Penggunaan aturan pembayaran dalam Jakarta.
kontrak, baik dengan menggunakan uang Usman, H, 2006, Pengantar statistika, Penerbit
muka atau tanpa uang muka harus jelas bumi Aksara, Jakarta.
Abstrak
Sampai saat ini potensi sektor pajak berperan penting terhadap pemasukan keuangan di DIY. Banyaknya pajak
kendaraan bermotor (PKB) di Provinsi DIY dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tulisan ini bertujuan mengetahui
pengaruh banyaknya keluarga sejahtera terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor, mengetahui
pengaruh banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor dan
mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY tahun 2010 menggunakan model Regresi.
Pada penelitian ini, sebagai variabel bebas adalah banyaknya keluarga sejahtera sebagai X1 dan banyaknya pencurian
kendaraan bermotor sebagai X2. Sebagai variabel tak bebas adalah banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor
sebagai Y. Data diambil dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) Provinsi DIY tahun 2010
dan dari internet. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, metode wawancara dan studi
pustaka. Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan SPSS 10.0 yaitu dengan analisis regresi, koefisien korelasi,
deskriptif dan uji normalitas.
Dari analisis diperoleh simpulan besarnya pengaruh banyaknya keluarga sejahtera terhadap banyaknya obyek
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di DIY sebesar 99,3%. Besarnya pengaruh banyaknya pencurian kendaraan bermotor
terhadap banyaknya obyek penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di DIY sebesar 82,5%. Besarnya pengaruh bersama antara
banyaknya keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor sebesar 99,7%
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan C. Tujuan Penelitian
Sampai saat ini potensi sektor pajak merupakan Secara umum, penelitian ini bertujuan mengetahui
sektor dominan yang menunjang pendapatan. Banyaknya keterkaitan antara peningkatan kesejahteraan masyarakat
penerimaan pajak kendaraan bermotor di kabupaten dan dengan penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi
kota berbeda-beda diakibatkan beberapa faktor. Faktor DIY, dengan sasaran penelitian sebagai berikut :
yang dapat mempengaruhi banyaknya penerimaan pajak 1. Mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera
kendaraan bermotor adalah banyaknya keluarga sejahtera, terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak
banyaknya pencurian kendaraan bermotor di tiap-tiap kendaraan bermotor di Provinsi DIY.
kabupaten dan kota.Untuk meningkatkan kesadaran 2. Mengetahui pengaruh banyaknya pencurian
masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi
banyaknya penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY.
suatu daerah. Semakin banyak keluarga sejahtera 3. Mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera
ditambah semakin banyak kendaraan bermotor beredar dan pencurian kendaraan bermotor terhadap
mengakibatkan semakin banyak orang yang bisa memiliki banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
kendaraan bermotor, apalagi di jaman sekarang untuk bermotor di Provinsi DIY.
mendapatkan sepeda motor teknologi terbaru dengan
persyaratan yang ringan “hanya dengan uang Rp 900.000 DASAR TEORI
sudah dapat membawa pulang motor baru”. Pertumbuhan A. Diskripsi Dinas Pendapatan Pengelolaan
kendaraan bermotor memang sangat pesat. Hal ini Keuangan dan Aset Daerah Provinsi (DPPKA)
berakibat meningkatnya pencurian sepeda motor dan DIY
diduga dapat mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan Dinas Pendapatan Daerah atau yang sering disebut
bermotor daerah. dengan DPPKA merupakan salah satu Dinas Teknis yang
keberadaannya mengacu pada Pasal 49 UU No.5
B. Perumusan Masalah. Th.1974, dan dalam menjalankan tugasnya berada
Permasalahan umum yang dapat diidentifikasi sepenuhnya dibawah dan bertanggung jawab kepada
adalah belum diketahuinya bagaimana kaitan antara Gubernur DIY. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan dan Aset Daerah (DPPKA) Provinsi DIY merupakan
penerimaan pajak kendaraan bermotor, tanpa pengaruh instansi yang mengelola pendapatan dan aset daerah
pencurian kendaraan bermotor dan dengan pengaruh Yogyakarta yang kemudian akan melaporkannya ke
pencurian kendaraan bermotor. pemerintah pusat. DPPKA mempunyai tujuan untuk
menjadi terbaik dalam Pengelolaan keuangan dan Aset regresinya adalah persamaan regresi linear berganda
pada tahun 2013 di Indonesia. (multiple linear regression).
(http://dppka.jogjaprov.go.id).
Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendapatan C. Regresi Linier Sederhana
Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Provinsi DIY, Dalam statistik pasangan pengamatan yang
Penulis ingin mengetahui besarnya pengaruh banyaknya melibatkan dua variabel atau lebih dinyatakan dengan
keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan simbol (X,Y). Hubungan antara dua variabel pada
bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak persamaan linier jika digambarkan secara grafis ( scatter
kendaraan bermotor di Provinsi DIY tahun 2010 dengan diagram ), semua nilai X dan akan berada dalam suatu
menggunakan analisis regresi linier yaitu analisis regresi garis lurus. Dalam ilmu ekonomi, garis tersebut disebut
sederhana dan analisis regresi ganda. garis regresi.
Dalam laporan penelitian ini untuk mengetahui Untuk dua variabel, hubungan liniernya dapat dinyatakan
pengaruh antara banyaknya keluarga sejahtera terhadap dalam bentuk persamaan linier yaitu Y = a + bX dengan
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor X : Variabel bebas
penulis menggunakan analisis regresi sederhana karena Y : Variabel bergantung
terdiri dari satu variabel bebas yaitu banyaknya keluarga a,b : Bilangan konstan (Konstanta)
sejahtera (X1) dan satu variabel terikat yaitu banyaknya Y merupakan variabel tak bebas atau disebut juga
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y), untuk variabel bergantung (dependent variable) yaitu variabel
mengetahui pengaruh antara banyaknya pencurian yang dipengaruhi. Sedangkan X merupakan variabel
kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek bebas atau disebut juga variabel tak bergatung
penerimaan pajak kendaraan bermotor penulis (independent variable) yaitu variabel yang
menggunakan analisis regresi sederhana karena terdiri mempengaruhi.
dari satu variabel bebas yaitu banyaknya pencurian Karena populasi jarang diamati langsung, maka
kendaraan bermotor ( X2 ) dan satu variabel terikat yaitu digunakan persamaan regresi linier sederhana. Sampel
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor sebagai penduga persamaan regresi linier sederhana
(Y). Dan untuk mengetahui pengaruh banyaknya keluarga populasi.
sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least
terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan square), nilai a dan b dapat ditentukan dengan rumus :
bermotor penulis menggunakan analisis regresi berganda. ∑ Y ∑ X − ∑ X ∑ XY
Karena terdiri dari dua variabel bebas yaitu banyaknya a=
N ∑ X − (∑ X)
keluarga sejahtera (X1), banyaknya pencurian kendaraan
bermotor (X2) dan satu variabel terikat yaitu banyaknya N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y). b=
N ∑ X − (∑ X)
B. Regresi Linier
Persamaan regresi linear terdiri dari dua model D. Uji Kelinieran Regresi Linier Sederhana
Untuk memudahkan satuan-satuan yang perlu
yaitu regresi linear sederhana dan regresi linear ganda
sebaiknya disusun dalam sebuah tabel sehingga didapat
(Gujarati, 1978). Regresi linear sederhana hanya
daftar analisis varians yang disingkat ANAVA yang
mempunyai satu variabel bebas (independent) yaitu X dan
dituangkan dalam Tabel 1.
satu variabel terikat (dependent) yaitu Y. Jika variabel
independent-nya lebih dari satu, maka persamaan
Sumber Variasi DK JK RK F
Regresi a 1 (∑ ) (∑ )
Keterangan :
JK : Jumlah Kuadrat
RK: Rerata Kuadrat
Untuk menguji kelinieran model regresi dapat dilakukan H : b ≠ 0 (ada hubungan linear antara variabel bebas
dengan menggunakan hipotesis berikut: dengan variabel terikat
H : b = 0 (tidak ada hubungan linear antara variabel Hipotesis diatas dikaitkan dengan uji nyata garis regresi
bebas dan variabel terikat yang diperoleh. Statistik uji yang digunakan adalah
MS R
Fhitung = atau dengan melihat nilai F pada tabel ∑X (∑ X Y ) − (∑ X X )(∑ X Y )
MS E a =
(∑ X )(∑ X ) − (∑ X X )
ANOVA. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel. Dengan melihat
tabel distribusi F untuk taraf signifikan ( ) tertentu dan a = Y−a X −a X
derajat kebebasan (dk) = n-2 akan diperoleh nilai Ftabel
(Sudjana,2001:327).
Pengujian asumsi klasik regresi linier ganda:
E. Regresi Linier Berganda Uji Normalitas
Persamaan regresi berganda mengandung makna Menguji konormalan data dapat dilihat pada Histogram
bahwa suatu persamaan regresi terdapat satu variabel maupun grafik Normal P-P Plot Regression Standardized
terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam kasus Residual. Jika semua titik-titik pada grafik Normal P-P
ekonomi dan bisnis sering kali dijumpai perubahan suatu Plot terletak di sekitar garis diagonal dan penyebarannya
variabel disebabkan oleh variabel lain. mendekat dengan garis diagonal maka data mengikuti
Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih distribusi normal. Asumsi normalitas terpenuhi.
dari dua variabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini Selain itu untuk menguji kenormalan data juga bisa
menggunakan statistik parametrik, karena data variabel dilihat pada output SPSS dengan One Sample
berbentuk data interval. Sedangkan analisis yang Kolmogorov Smirnov Test dengan asumsi:
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan H0 : data berdistribusi normal.
korelasi. Oleh karena itu beberapa asumsi harus H1 : data tidak berdistribusi normal.
dipenuhi, antara lain sampel diambil secara acak,sampel Dengan kriteria pengujian (berdasarkan tabel One Sample
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, kedua Kolmogorov Smirnov) H0 diterima jika nilai sig > 0,05
variabel bebas adalah homogen, atau variansi dari ke dua dan H0 ditolak jika nilai sig < 0,05.
variabel bebas adalah sama.
Secara umum data hasil pengamatan Y dapat terjadi
karena akibat dari variabel-variabel bebas X1, X2 , X3 ,..., HASIL DAN PEMBAHASAN
X4 Model tersebut dinamakan regresi linier berganda.
Model regresi linier berganda atas akan ditaksir oleh X1, Dalam penelitian ini dibahas mengenai hubungan
X2 , X3 ,..., X4 yaitu Y = a X + a X + a X + ⋯ + antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat
a X dengan a , a , a , … , a merupakan koefisien – (regresi sederhana) dan dua variabel bebas dengan satu
koefisien yang harus ditentukan berdasarkan data hasil variabel terikat (regresi ganda). Data banyaknya keluarga
pengamatan. Koefisien- koefisien tersebut dapat pula sejahtera, banyaknya pencurian dan banyaknya obyek
dihitung dengan menggunakan: pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor tertuang
dalam Tabel 2.
∑X (∑ X Y ) − (∑ X X )(∑ X Y )
a =
(∑ X )(∑ X ) − (∑ X X )
Tabel 2. Tabel banyaknya keluarga sejahtera, pencurian dan obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY 2010
Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh: bermotor di DIY bertambah. Jika banyaknya
a. Persamaan regresi antara banyaknya keluarga keluarga sejahtera di DIY berkurang maka
sejahtera (X1) terhadap banyaknya obyek banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y) adalah bermotor di DIY berkurang.
Ŷ = 399,068+ 0,892X1 dengan besar pengaruhnya b. Persamaan regresi antara banyaknya pencurian
99,3%. Ini berarti banyaknya keluarga sejahtera di kendaraan bermotor (X2) terhadap banyaknya
DIY memberikan pengaruh positif terhadap obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y)
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan adalah Ŷ = 882,745 – 10,728 X2, dengan besar
bermotor di DIY sebesar 99,3%. Jika banyaknya pengaruhnya 82,5%. Ini berarti banyaknya
keluarga sejahtera di DIY bertambah maka pencurian kendaraan bermotor di DIY memberikan
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan pengaruh negatif terhadap banyaknya obyek
Achmad Wismoro
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,
STTNAS YOGYAKARTA
E-mail.wironowosttnas@yahoo.co.Id
ABSTRAK
Kota Yogyakarta merupakan kota yang dahulunya dikenal sebagai kota sepeda, dikarena- kan hampir sebagian
besar masyarakat kota Yogyakarta menggunakan moda transportasi sepeda sebagai alat penunjang aksesibilitasnya. Dampak
dari modernisasi mengakibatkan penggunaan sepeda mulai berkurang. Upaya untuk meningkatkan kembali pengguna sepeda
di kota Yogya- karta dengan spirit sego segawe yang disosialisasikan langsung oleh wali kota Yogyakarta, guna mendukung
spirit sego segawe diterapkannya jalur jalan sepeda di beberapa ruas-ruas jalan yang mempunyai tingkat polusi dan
kesemrawutan lalu lintas yang memprihatinkan.
Metode analisa yang digunakan dalam memberikan arahan penataan moda transportasi hemat dan sehat dengan
bersepeda di kota Yogyakarta menggunakan analisis komparasi standar dan matriks pengolahan data kualitatif. Analisa
komparasi standar yaitu merupakan analisa yang memandingkan antara fenomena yang terjadi di wilayah penelitian dengan
pedoman atau standar baku yang ada. Sedangkan metode analisis matriks untuk pengolahan data kualitatif yang dapat
memberikan suatu arahan penataan, yang berasal dari kebutuhan pengguna sepeda yang disesuaikan dengan standar-standar
baku yang ada
Hasil temuan penelitian memberikan arahan penataan jalur sepeda yang sesuai dengan kebutuhan pengguna sepeda
dengan standar baku dan karakteristik jalan dimana kebutuhan pengguna sepeda di kota Yogyakarta akan disesuaikan dengan
pedoman baku jalur sepeda yang baik dan benar, serta kesesuaian dengan karakteristik jalur eksisting
Ruang lingkup wilayah merupakan lingkup dari dapat diperbaharui dan menghindari penggunaan
wilayah penelitian yang menjadi di daerah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
penelitian, Adapun batasan wilayah studi sebagai sehingga dapat meminimalkan dampaknya terhadap
berikut :1) Sebelah Utara Kabupaten Sleman 2) tanah dan kebisingan. Dengan demikian, secara
Sebelah Selatan Kabupaten Bantul 3) Sebelah umum konsep transportasi berkelanjutan
Timur Kabupaten Bantul dan Sleman 4) Sebelah merupakan gerakan yang mendorong penggunaan
Barat Kabupaten Bantul dan Sleman sedangkan teknologi ramah lingkungan dalam upaya
ruang lingkup materi memuat tentang materi-materi memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat.
yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian.
Sepeda dan Ruang Bebas
TINJAUAN PUSTAKA Dalam mendesain jalur sepeda memang
Pengertian Transportasi Ramah Lingku- sangat diperlukan standard ukuran sepeda yang
ngan harus digunakan nantinya dengan ruang gerak
Beberapa pengertian tentang transportasi pengguna dan ruang bebas disaat mengendarai
ramah lingkungan atau transportasi berkelanjutan, sepeda. Dalam merancang ukuran sepeda dan ruang
adalah : 1) Transportasi berkelanjutan adalah bebas dengan ruang jalur sepeda sering mengalami
sebuah konsep yang dikembangkan sebagai suatu kesulitan dalam menerapkan rancangan yang sudah
antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek direnanakan dikarenakan berbagai masalah, seperti
dan kinerja sistem transportasi yang dikembangkan keterbatasan lahan dan tingkah laku pengguna
selama kurang lebih 50 tahun terakhir. Istilah sepeda yang sangat variatif dengan pandangan dan
transportasi berkelanjutan sendiri berkembang kemauan yang berbeda-beda serta masalah kearifan
sejalan dengan munculnya terminologi local warga sekitar sehingga kadang menyulitkan
pembangunan berkelanjutan pada tahun 1987 perencana atau perancang dalam menerapkan hasil
(World Commission on Environment and rancangan atau desain jalur sepeda dengan elemen
Development, United Nation). 2) Transportasi pelengkapnya yang sesuai standarisasi jalur sepeda
berkelanjutan atau transportasi ramah lingkungan yang baik dan benar.
diartikan sebagai “upaya untuk memenuhi
kebutuhan mobilitas transportasi generasi saat ini Klasifikasi Jalur Sepeda
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang Kata ”jalur sepeda” muncul sebagai istilah
dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya”. 3) umum yang menjelaskan fasilitas apapun yang
OECD (1994) juga mengeluarkan definisi yang disediakan untuk pemakaian jalur sepeda guna
sedikit berbeda yaitu: “Transportasi berkelanjutan kendaraan sejenis secara eksklusif atau semi-
merupakan suatu transportasi yang tidak eksklusif. Literatur terbaru yang menyangkut hal ini
menimbulkan dampak yang membahayakan pada umumnya beranggapan bahwa jalur sepeda
kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat dapat dibagi atas tiga (3) bentuk dasar sebagai
memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara berikut :1) Kelas I, kelas ini merupakan jalur yang
konsisten dengan memperhatikan: a) Penggunaan dirancang terpisah dan dirancang khusus untuk
sumberdaya terbarukan pada tingkat yang lebih sepeda. Kelas ini tidak diperbolehkan untuk adanya
rendah dari tingkat regenerasinya; dan b) lalu lintas kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
Penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada Untuk persimpangan dengan kendaraan bermotor
tingkat yang lebih rendah dari tingkat dan pejalan kaki diperkenankan tetapi dibuat
pengembangan sumberdaya alternatif yang seminim mungkin. 2) Kelas II, kelas ini merupakan
terbarukan.” 4) Dewan menteri transportasi uni jalur yang dirancang khusus atau semi khusus untuk
Eropa mengungkapkan bahwa transportasi ramah sepeda. Lalu lintas menerus untuk kendaraan motor
lingkungan atau transportasi yang berkelanjutan dan pejalan kaki tidak diperkenankan sedangkan
dapat dilihat pada 3 (tiga) hal, yaitu : a) untuk persimpangan dengan kendaraan bermotor
Transportasi yang dapat diakses oleh banyak orang atau pejalan kaki diperkenankan, tetapi dibuat
dan berdasarkan kebutuhan individu masing- seminimum mungkin. sama halnya dengan standar
masing, serta memenuhi permintaan masyarakat di kelas I. 3) Kelas III, kelas ini merupakan jalur
secara aman dan nyaman serta konsisten dalam yang dipakai bersama dan dirancang oleh
mendukung lingkungan sekitar. b) Transportasi penempatan rambu-rambu. Jalur ini dirancang
yang menghasilkan, dapat beroperasi secara baik untuk lalu lintas menerus dengan kendaraan
dan benar, dan dapat memberikan pilihan-pilihan bergerak (tetapi tidak diparkir) lainnya atau pejalan
moda transportasi ramah lingkungan yang lain guna kaki. (sumber : barrier-free site design, U.S.
dapat bersaing dalam persaingan dunia ekonomi Department of Housing and Urban
yang kompetitif serta mewujudkan pembangunan Development,1975)
daerah yang seimbang. c) Adanya batasan emisi
dan limbah sehingga dapat diserap langsung oleh
tanah. Menggunakan sumber-sumber daya yang
tentang hubungan-hubungan sebab akibat, yakni lalulintas. Dikarenakan jalur yang disediakan untuk
yang meneliti faktor-faktor tertentu yang pengguna sepeda sering dialih fungsikan, seperti
berhubungan dengan situasi atau fenomena yang penggunaan jalur sepeda sebagai tempat-tempat
diselidiki dan di bandingkan satu. faktor dengan parkir umum serta keegoisan dari pengguna
yang lain. Penelitian deskriptif adalah penelitian kendaraan bermotor yang kerap kali tidak perduli
yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu akan adanya kehadiran pengguna sepeda, sehingga
tanpa membuat perbandingan atau menghubung- mengakibatkankan dapat meningkatnya jumlah
kan variable lain. Sugiyono (2002:6). Dalam kecelakaan.
pemahaman lain, penelitian deskriptif merupakan
bentuk penelitian yang menggambarkan kejadian KESIMPULAN
sesungguhnya dilapangan tentang obyek yang akan .Penyediaan jalur sepeda yang sudah
diteliti sehingga dapat mencapai suatu kesimpulan diterapkan banyak menimbulkan kontroversi
sementara. disebabkan jalur jalan sepeda yang sudah ada
ternyata belum sanggup mengakomodir pengguna
HASIL DAN PEMBAHASAN sepeda secara baik. Hal ini dikarenakan jalur sepeda
Identifikasi Jalur-Jalur Bersepeda Yang Sudah yang diterapkan belum memenuhi tingkat
Diimplementasikan keamanan dan kenyaman pengguna sepeda serta
Terdapat empat puluh dua (42) titik persebaran minimnya fasilitas-fasilitas pelengkap jalur
jalur jalan sepeda yang berdasarkan data sekunder sepeda.Penyediaan jalur sepeda di kota Yogyakarta
dari dinas perhubungan kota Yogyakarta yang di 42 ruas jalan yang ada, pada umumnya belum
sudah tersebar di beberapa ruas jalan di kota memenuhi standar baku jalur sepeda yang baik dan
Yogyakarta yang didukung pula oleh penyediaan benar. Dimana, beberapa pertimbangan awal
rambu-rambu sepeda dan adanya 121 jalur-jalur sebelum merancang jalur jalan sepeda yang terdapat
alternatif yang melewati area perkampungan dan pada standar baku jalur sepeda juga belum
menghubungkan jalan antar tiap kampung. Data dipenuhi.
dari dinas perhubungan Kota Yogyakarta Masyarakat merupakan obyek perenca naan,
menyebutkan bahwa panjang jalur sepeda yang sehingga apapun yang direncanakan dalam
sudah terpasang adalah berkisar antara 6 sampai 8 pembangunan sudah sepantasnya memikirkan
kilometer yang terletak pada jalur lambat (kiri pandangan dan kemauan atau kebutuhan dari
jalan). Pada umumnya sudah pada kondisi jalan masyarakat. Seperti halnya penyediaan jalur sepeda
yang baik dengan permukaan yang keras (aspal). yang ada di kota Yogyakarta, rata-rata pengguna
Berdasarkan hasil identifikasi, jalur-jalur sepeda di sepeda di wilayah studi sering mengeluh dengan
kota Yogyakarta ternyata ada beberapa ruas jalan penyediaan jalur sepeda yang hanya merupa- kan
yang sudah terpasang jalur sepeda, dan sebagian simbolitas saja.
besar jalur sepeda yang sudah terpasang memiliki 1 Jalan sepeda yang sudah diimplemen- tasikan
(satu) jalur sepeda yang terletak di jalur lambat. belum dapat mendukung tingkat aksesibilitas
pengguna sepeda dari asal ke tujuan. Mengatasi
Analisis Kondisi Jalur Jalan Sepeda di Wilayah permasalahan diatas, diperlukannya suatu arahan
Studi Yang Sesuai Standar Baku penataan jalur sepeda secara baik, dan dapat
Kondisi jalur jalan sepeda yang sudah terpasang di mengakomo- dir pengguna sepeda dalam
beberapa ruas jalan yang direncanakan oleh melakukan mobilitas. Arahan perbaikan jalur
pemerintah kota Yogya- karta sejak tahun 2009 sepeda dapat dimulai dari kondisi ruang dan fisik
rata-rata dalam kondisi yang belum dapat serta elemen-elemen pelengkap jalur jalan sepeda.
memenuhi standarisasi dan pedoman baku jalur Temuan Studi
jalan sepeda yang baik dan benar. Permasalahan Dari hasil analisis sebelumnya maka didapatkan
penyediaan jalur jalan sepeda yang menyebabkan temuan studi yaitu sebagai berikut : a) Karakteristik
belum dapat memenuhi standarisasi jalur jalan wilayah kota Yogyakarta pada umumnya sudah
sepeda yang baik ini dikarenakan banyaknya mendukung jalur jalan sepeda dengan jenis
kendala dalam pemenuhan kebutuhan jalur perkerasannya dan kemiringannya yang berkisar
bersepeda yang sesuai pedoman baku dikarenakan antara 0 - 3%. b) Ruang jalan sangat tidak
minimnya ketersediaan lahan, biaya serta masalah memungkinkan untuk diterapkannya jalur sepeda
sosial dan ekonomi warga setempat. sesuai standar baku, sehingga perlu diminimalisir.
c) Penambahan elemen peneduh dalam bagian
Arahan Penataan Jalur Jalan Sepeda di Kota arahan penataan jalur sepeda yang belum ada di
Yogyakarta. pedoman baku, hal ini dikarenakan perbedaan
Dari hasil kuisioner pada lima puluh (50) informan cuaca dan iklim antara Negara Indonesia dan
pengguna sepeda pada umumnya mengeluhkan Negara-Negara Eropa. d) Penataan jalur sepeda
adanya jalur sepeda yang dapat dikatakan hanya yang sebagian besar unsurnya mengikuti standar
sebagai simbolis dan pelengkap dari sarana
baku, dikarenakan pemahaman masyarakat Khisty & Kent, 2003, Dasar-dasar Rekayasa
terhadap jalur jalan sepeda masih sangat minim. Transportasi (jilid 2), Erlangga: Jakarta
Kountur. R, 2007, Metode Penelitian, PPM: Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Lynch & Hack, 1983, Site Planning Third Edition,
Azwar.S , 1995, Sikap Manusia Teori dan Cambridge,Massachusetts, and London: england
Pengukurannya. Pustaka Pelajar offset: Miro Fidel, 2004, Perencanaan Transportasi,
Yogyakarta Erlangga: Jakarta
Bungin, 2010, Penelitian kualitatif, Kencana: Tamin.O, 2003, Perencanaan dan Pemodelan
Jakarta Transportasi, ITB: Bandung.
De Chiara & Koppelman,1978, Standar
Perencanaan Tapak, Erlangga: Jakarta
PENGARUH ABU VULKANIK DAN LAHAR DINGIN TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR
UNTUK AIR MINUM PASCA ERUPSI MERAPI
Abstrak
Akibat erupsi Merapi yang terjadi pada tahun 2010 lalu banyak sedimen yang dibawa oleh lahar dingin telah memenuhi aliran
sungai. Adanya lahar dingin yang menerjang rumah rumah penduduk mengakibatkan kualitas air sumur masyarakat tercemar.
Salah satunya di desa Argomulyo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, akibat dari Abu Vulkanik dan lahar dingin
mencemari sumur warga di sepanjang aliran sungai Gendol. Hal ini yang mendasari perlu dilakukannya penelitian untuk
mengetahui besarnya kandungan kimia zat pencemar yaitu residu terlarut (TDS) dan residu tersuspensi (TSS) sehingga dapat
diketahui apakah air sumur masyarakat masih layak dikonsumsi sebagai air minum atau tidak, dilihat dari TDS dan TSS.
Sampel air diambil dari sumur sepanjang Kali Gendol di desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, pada
tanggal 10 September 2011. Selanjutnya diuji di laboratorium dan hasilnya dibandingkan dengan peraturan pemerintah nomor 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pembanding nilai dipakai klasifikasi kualitas air
kelas satu karena air sumur warga diperuntukkan sebagai air baku air minum.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kadar Ca, Mg, K, Na, Si, klorida, sulfat, dan TDS pada semua bahan bahan uji
masih memenuhi standar pemerintah. Sedangkan untuk kadar TSS ada satu spesimen yang tidak memenuhi standar yang
ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 1. Begitu pula dengan kadar fluorida, ada satu spesimen yang tidak memenuhi standar
yang ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 2. Empat spesimen dari lima spesimen yang diuji kadar besinya menunjukkan
hasil yang tidak memenuhi standar baku mutu dari pemerintah, yaitu pada spesimen 1, spesimen 2, spesimen 3, dan spesimen 4.
Ini berarti bahwa sumur di daerah erupsi merapi sebagian besar mengandung senyawa besi yang berasal dari material erupsi
merapi. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai air minum harus dilakukan pengolahan lebih lanjut, terutama untuk menghilangkan
kadar TSS, Fluorida, dan besi agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah.
iritasi mata abu vulkanik yang jumlahnya sangat atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral,
banyak bisa mencemari air sumur. Baik abu vulkanik dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat,
masuk langsung ke sumur yang terbuka maupun abu klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan
mengendap di tanah dan merembes terbawa air fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium,
masuk mencemari sumur. dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.
Selain abu vulkanik, erupsi Merapi ( Taufik, 2011).
mengakibatkan sejumlah besar material keluar dari Peran Kali Gendol pada musim hujan sangat
gunung Merapi di puncak Merapi. Jika turun hujan vital karena pembangunan sabo dam (dam
maka material tersebut akan terbawa air menuju ke penampung dan pengendali aliran material vulkanik)
aliran sungai maupun daerah yang lain sebagai lahar di sungai ini belum selesai. Kantong-kantong pasir
dingin. Diperkirakan bahwa jumlah material yang yang ada di beberapa titik sepanjang sungai itu akan
besar sekali tersebut bawa akan habis menjadi setelah menjadi penampung material vulkanik sisa letusan
beberapa tahun ke depan. Dengan demikian ancaman Merapi yang volumenya jutaan meter kubik. (Antara
lahar dingin terus mengancam masyarakat yang news, 2010)
tinggal di sekitar aliran sungai yang bermuara di Lahar dingin yang terbawa air sungai dan
puncak gunung berapi. mengalir ke kolam perikanan milik petani ikan perlu
Sungai/kali Gendol yang terletak di lereng diwaspadai. Lahar dingin yang terbawa sungai
Merapi dilewati banjir lahar dingin yang membawa membuat kualitas air kurang baik bagi sektor
sedimen berupa material hasil erupsi gunung Merapi. perikanan. Oleh sebab itu petani ikan harus waspada
Kali Gendol ini melewati Desa Argomulyo, dengan menutup sementara aliran air sungai yang
Kecamatan Cangkringan Sleman. Pada saat ini tercampur lahar dingin yang diarahkan ke kolam
sedimen yang dibawa oleh lahar dingin telah hingga kandungan lahar dingin hilang terbawa arus.
memenuhi aliran Kali. Jika terjadi hujan material Air yang terkena material vulkanik atau lahar dingin
lahar dingin tidak lagi melewati Kali Gendol yang menyebabkan kadar oksigen air semakin berkurang,
permukaanya sekarang menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan ikan terganggu dan
dibanding tempat sekitarnya sehingga aliran lahar mengakibatkan ikan mati.
dingin meluap bahkan mencari tempat yang lebih Ia mengatakan, akibat material vulkanik membuat
rendah. Luapan lumpur yang dibawa lahar dingin ikan milik petani ikan mati, tercatat sebanyak
melewati pekarangan rumah, jalan perkampungan 28.700an ekor mati dari budidaya karamba, perairan
bahkan hampir menenggelamkan rumah warga. umum atau ikan tangkap sebanyak 1.900-an ekor
Adanya lahar dingin yang menerjang rumah rumah mati, sedangkan perikanan di kelompok budidaya
penduduk mengakibatkan kualitas air sumur ikan sebanyak 721.030 ekor mati. (Purwoko,2010).
masyarakat tercemar. Hal ini dapat dilihat air sumur Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
warga sekitar yang keruh dan berbau. Ini (empat) kelas :
menandakan adanya material-material dari lahar Kelas satu, air yang peruntukannya dapat
dingin yang masuk ke air sumur warga. Warga Desa digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
Argomulyo memanfaatkan air sumur gali tersebut peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air
sebagai air minum. yang sama dengan kegunaan tersebut;
Akibat dari Abu Vulkanik dan lahar dingin Kelas dua, air yang peruntukannya dapat
yang mencemari sumur warga masyarakat Desa digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk
Sleman sepanjang aliran sungai gendol yang mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mendasari penelitian ini perlu dilakukan untuk mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
mengetahui besarnya kandungan kimia zat pencemar kegunaan tersebut;
yaitu residu terlarut (TDS) dan residu tersuspensi Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat
(TSS) sehingga dapat diketahui apakah air sumur digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
masyarakat masih layak dikonsumsi sebagai air peternakan, air untuk imengairi pertanaman, dan atau
minum atau tidak dilihat dari TDS dan TSS. peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
Abu vulkanik mengandung berbagai senyawa kimia dengan kegunaan tersebut;
seperti SiO2, Al2O3, Na2CO3, CaO, dan MgO Kelas empat, air yang peruntukannya
(Sudaryo, 2009). dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan
Saat meletus, gunung berapi memang atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon yang sama dengan kegunaan tersebut. (Presiden RI,
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida 2001)
(HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke
Sampel penelitian diambil pada sumur gali warga, Dengan membandingkan hasil uji TSS dan TDS
diambil lima sampel air (lima sumur) di sepanjang dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Dan
sumur yang berdekatan dengan aliran lahar dingin. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indnesia
Sampel air diambil dari sumur yang jaraknya nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, didapatkan hasil
sepanjang sungai Gendol diwakili oleh 5 sumur. yang tersaji pada tabel 1.
Kadar Ca, Mg, K, Na, Si, klorida, sulfat, dan TDS pemerintah, yaitu pada spesimen 1, spesimen 2,
pada semua bahan bahan uji masih memenuhi standar spesimen 3, dan spesimen 4. Ini berarti bahwa sumur
pemerintah. Sedangkan untuk kadar TSS ada satu di daerah erupsi merapi sebagian besar mengandung
spesimen yang tidak memenuhi standar yang senyawa besi yang berasal dari material erupsi
ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 1. Begitu merapi. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai air minum
pula dengan kadar fluorida, ada satu spesimen yang harus dilakukan pengolahan lebih lanjut, terutama
tidak memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah, untuk menghilangkan kadar TSS, Fluorida, dan besi
yaitu pada spesimen 2. Empat spesimen dari lima agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan
spesimen yang diuji kadar besinya menunjukkan hasil pemerintah.
yang tidak memenuhi standar baku mutu dari