Anda di halaman 1dari 602

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL
KE 7 Tahun 2012
Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
Inovasi Teknologi dan Informasi untuk
Optimalisasi Energi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGINASIONAL


YOGYAKARTA
SUSUNAN PANITIA

Penanggung Jawab : Ketua STTNAS

Pengarah : Pembantu Ketua

KetuaPelaksana : Ir. Harianto, MT.

Sekretaris Pelaksana : Ir. Eka Yawara, MT.


Staff Sekretariat : 1. Sri Harjanti
2. Sunah

BendaharaPelaksana : Drs. Sukapdi

SeksiMakalah :
Koordinator : Dr. Hill. Gendoet Hartono, ST., MT.
Teknik Mesin : Dr. Ratna Kartikasari, ST, MT.
Teknik Elektro : Tugino, ST, MT.
Teknik Sipil : Drs. H. Triwuryanto, MT.
Teknik Geologi : Dr. Ir. Ev. Budiadi, MS.
Teknik PWK : Drs. Achmad Wismoro, ST, MT.
Teknik Pertambangan : Ir. Ag. Isjudarto, MT.

Seksi Proseeding : 1. Ir. Muhammad Abdulkadir, MT.


2. Djoko Purwanto, ST.

Seksi Acara : Sigit Budi Hartono, ST, MT.

Seksi Publikasi, Dokumentasi : 1. ArisWarsita, ST, MT.


2. Ferry Okto Satriya, ST.
3. Ign. Purwanto
4. H. Andiyanto, Amd.

Sponsor : 1. Ir. Nizam Effendi


2. Sulaiman Tampubolon, ST.
SAMBUTAN
KETUA PANITIA SEMINAR RETII KE-7 TAHUN 2012

Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Seminar
Nasional ReTII ke-7 Tahun 2012 dapat terlaksana. Tema seminar tahun ini yaitu : Inovasi
Teknologi dan Informasi untuk Optimalisasi Energi.

Seminar Nasional ReTII ke-7 tahun ini dikuti oleh 100 pemakalah dengan rincian dari STTNAS
sebanyak 16 pemakalah dan dari luar STTNAS sebanyak 84 pemakalah. Adapun institusi yang
ikut antara lain : Universitas Sanata Dharma Yogyakarsta, IST” AKPRIND”, Universitas Gadjah
Mada, UPN “Veteran”, ITS Surabaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas
Pancasakti Tegal, BATAN Jakarta,

Panitia mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada : para keynote-speech, PT.
Pertamina (Persero) Jakarta, PT. PLN (Persero) Jakarta, PGN dan PT Freeport, para pemakalah,
hadirin dan semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung kegiatan seminar ini.

Panitia telah bekerja semaksimal mungkin agar acara seminar berlangsung dengan baik dan
lancer, namun apabila masih ada banyak kekurangannya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran dari para peserta sangat kami harapkan demi perbaikan acara seminar ditahun
mendatang.

Akhirnya semoga Tuhan memberkati acara seminar ini dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Wassalammu’alaikumsalam, Wr.Wb.

Yogyakarta, 15 Desember 2012


Salam Hormat,

Ir. Harianto, M.T.


Ketua Panitia
SAMBUTAN KETUA STTNAS YOGYAKARTA

Dalam Rangka
Pembukaan Seminar Nasional
Rekayasa Teknologi dan Informasi (ReTII) ke 7
Yogyakarta, 15 Desember 2012

Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua

Yang saya hormati Bapak Ketua YPTN beserta staff,


Yang saya hormati Bapak Prof. Dr. Indarto, DEA
Yang saya hormati Bapak/Ibu Pimpinan, staff dan dosen STTNAS serta panitia,
Yang saya hormati Bapak dan Ibu Tamu Undangan
Yang saya hormati seluruh Peserta Seminar

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
ridhoNya kita dapat berkumpul disini dalam rangka Seminar ReTII ke 7 dalam keadaan sehat
wal afiat. Mudah-mudahan Allah SWT juga memberi kemudahan kepada panitia dalam
menyelenggarakan seminar ini. Demikian juga kepada para peserta dalam mngikuti acara
seminar ini.

Seminar ReTII kali ini merupakan yang ke 7 dan merupakan agenda tahunan STTNAS yang
dimaksud agar dapat menjadi ajang temu para pakar untuk saling tukar pengalaman, informasi,
berdiskusi, memperluas wawasan dan untuk merespon perkembangan teknologi yang demikian
pesat. Selain itu diharapkan adanya kerja sama dari para pakar yang hadir sehingga
menghasilkan penelitian bersama dan bersama-sama ikut memecahkan persoalan-persoalan
teknologi untuk kemandirian bangsa.

Semoga Seminar ini dapat terselenggara dengan baik dan memenuhi harapan kita semua.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada panitia dan semua pihak yang membantu sehingga
acara Seminar ReTII ke 7 ini dapat terselenggara dengan baik. Jika ada yang kurang dalam
penyelenggaraan Seminar ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Salamat ber Seminar.

Yogyakarta, 15 Desember 2012


Ketua STTNAS

Ir. H.Ircham, M.T.


NIK : 19730070
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR ISI

SUSUNAN PANITIA ………………………………………………………………………… ii


SAMBUTAN KETUA PANITIA ReTII KE 7 ……………………………………………… iii
SAMBUTAN KETUA STTNAS ………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. v

TEKNIK ELEKTRO
1. Penggunaan Algoritma Differential Evolution Dalam Penyelesaian Kombinasi Pembebanan
Optimal Ekonomis Dan Emisi Pada Pembangkit Listrik Termal
Afner Saut Sinaga ……………………………….………………………………………………….. 1
2. Kendali Level Kecepatan Motor DC Lima Tingkat dengan Rheostat (Resistance Control)
Terintegrasi Safety Deadman Pedal Pada Sistem Kereta Api Berbasis PLC (Programmable
Logic Control)
Arifin Wibisono, Jefri Setiawan, Leonardus Heru Pratomo ……………………………………. 7
3. Pengaruh Trafik Paket Aplikasi terhadap Kinerja Jaringan dengan Manajemen Bandwidth
Fifo pada Warnet Rush Yogyakarta
Ayu Budi Setyawati, Damar Widjaja ……………………………………………………… 11
4. Pengembangan Indoor Location Based Service Menggunakan Wireless Positioning pada
Android
Dwijayanto Gusti Parrangan, Y. Sigit Purnomo Wuryo Putro, B. Yudi Dwiandiyanta …… 17
5. Power Monitoring Berbasis Mikrokontroler
Freddy Kurniawan …………………………………………………………………………. 23
6. Sistem Pemerolehan Informasi Makalah Ilmiah Berbahasa Indonesia Menggunakan Struktur
Data Inverted Index Berbasis Ordbms Dengan Metode Pembobotan Tf-Idf
Justina S. Wulandari, JB Budi Darmawan ……………………………………………….. 29
7. Kendali Buck-Boost Mppt Berbasis Digital
Matias Chosta Agryatma, Slamet Riyadi, F. Budi Setiawan ……………………………… 35
8. Sistem Penjejak Lokasi Sumber Suara Menggunakan Interaural Time Difference
Muhammad Afridon, Djoko Purwanto ……………………………………………………. 39
9. Sistem Pemerolehan Informasi Dokumen Makalah Ilmiah Berbahasa Indonesia
Menggunakan Struktur Data Inverted Index Berbasis Hash Table Dan Ordered Linkedlist
Reza M. Darojad, JB Budi Darmawan …………………………………………………….. 45
10. Desain Kontroler Fuzzy Logic untuk Robot Pembersih Sampah dalam Ruangan
Tri Hendrawan Budianto, Irwan Dinata ………………………………………………….. 51
11. Kombinasi Vb dan Matlab untuk Pemrosesan Sinyal Radar Ransponder Rocket
Wahyu Widada ……………………………………………………………………………. 57
12. Optimasi Kerja Baterai Charge-Discharge pada Sistem Pengaturan Beban (Power
Management) di BTS (Base Transceiver Station) Remote Area Menggunakan Pengaturan
Beban Dinamis
Widjonarko ………………………………………………………………………………… 61
13. Perancangan Konverter Energi Berbasis Buck Chopper Untuk Panel Surya
Y. L. Christanto Wibowo, Ign Slamet Riyadi …………………………………………….. 69
14. Desain Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Beroperasi Stand Alone dengan Konverter
Ky dan Maximum Power Point Tracking Berbasis Algoritma Neuro-Fuzzy
Adi Kurniawan, Mochamad Ashari, Dedet C. Riawan, Ilham Pakaya ……………………. 75
15. Rancang Bangun Water-Meter Digital dengan Transfer Data Melalui Short Massage Service
(SMS)
Joko Prasojo, Arif Basuki, Armansyah ……………………………………………………. 81
16. Peningkatan Kualitas Citra Digital Dengan Metode Non-Linear Filter
Agus Basukesti …………………………………………………………………………… 87
17. Estimasi Kanal MIMO OFDM Berdasarkan Perubahan Nilai Signal to Noise Ratio (SNR)
Anggun Fitrian Isnawati …………………………………………………………………… 93

v
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

18. Pengembangan Robot Pengikut Garis Berbasis Logika Fuzzy


Aji Joko Budi Pramono …………………………………………………………………… 101
19. Perancangan Boost Konverter Sebagai Interface Antara Panel Surya Dan Beban
Fx Anton Yk Slamet Riyadi ……………………………………………………………….. 107
20. Pengaruh Berbagai Ekstraksi Ciri Terhadap Tingkat Pengenalan Isyarat Tutur pada Sistem
Pengenal Tutur Model Markov Tersembunyi
Asniar Aliyu ……………………………………………………………………………….. 113
21. Brushless Direct Current (BLDC) Motor Controller Using Digital Logic For Electric
Vehicle
Bambang Sujanarko ………………………………………………………………………. 121
22. Desain dan Implementasi Maksimal Power Point Tracker dengan Kendali Tenganan untuk
Sistem Pengisi Baterai
Banar Arianto , Leonardus. H. Pratomo …………………………………………………… 125
23. Analisa Ekonomi Pemasangan Distributed Generation PLTU Prafi II Manokwari
Elias K. Bawan, Pandung Sarungallo …………………………………………………….. 131
24. Strategi Untuk Membantu Eksekutif Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Menggunakan
Data Warehouse Pengadaan Pelumas Pada PT. ABC
Evaristus Didik. M, Dewi. S, Felisia. L, Winnie. S …………………………………………. 137
25. Analisa Penggunaan Home Solar Cell untuk Efisiensi Pemakaian Energi Listrik
(Implementasi Pemakaian Pada Perumahan Type 27/66)
Irfan Santoso, Tofik Hidayat …………………………………………………………….. 143
26. Pengenalan Nada Pianika Menggunakan Fft Dan Korelasi
Dionysius Edwin Surya, Linggo Sumarno ……………………………………………….. 151
27. Maximum Power Point Tracking Menggunakan Artificial Neural Network Untuk Sistem PV
Terhubung Grid Melalui Wide Range Input Inverter
Muhammad Syafei Gozali, Dedet Candra Riawan, Mochamad Ashari …………………… 159
28. Rancang Bangun Alat Bantu Penentuan Lokasi Kincir Angin Pada PLT ANGIN
Tito Yuwono, Budi Astuti, Febrian Fariz ………………………………………………… 165
29. Pengembanagan E-Procurement dengan Menggunakan Kerangka Kerja Cobit (Studi Kasus :
Kementerian Keuangan Timor - Leste)
Onorio Dos Santos, Benyamin L. Sinaga, Paulus Mudjihartono …………………………. 171
30. Perancangan Catu Daya Dengan High Frequency Transformator Berbasis Kendali Digital
Dionisius Wahyu Pradana, Ign. Slamet Riyadi …………………………………………….. 177
31. Dummy Load Untuk Beban 450 Watt
Pernandes, Martanto ………………………………………………………………………. 181
32. Penentuan Tegangan Penyalaan (Ignition-Voltage) pada Kendaraan Tangki Pembawa Bahan
Bakar Cair Premium Dan Gas Lpg dalam Kawasan Bermedan Listrik
Budi Utama ………………………………………………………………………………. 187
33. Desain Sistem Jaring Kecil (Micro Grid System) Berbasis Photovoltaic Menggunakan
Kontrol Artificial Neural Network
Wan Muhammad Faizal, M. Ashari, Heri Suryo.A ……………………………………….. 195
34. Chopper-Inverter Sebagai Interface Pv dan Sistem Kelistrikan
Ricky Gondo Atmodjo, Slamet Riyadi, …………………………………………………… 201
35. Perbandingan Kinerja Empat Metode Prototipe Alat Ukur Kadar Curcuminoid pada
Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica)
Bernadeta Wuri Harini, Rini Dwiastuti, Lucia Wiwid Wijayanti …………………………… 205
36. Analisis Pengaruh Penempatan UPFC Terhadap Minimisasi Rugi Saluran Transmisi
Petrus Setyo Prabowo ……………………………………………………………………. 211
37. Analisa dan Perancangan Portal Web Untuk Konsultan Pajak
Stefanus Cendra Hogi Sopacua, Flourensia Sapty Rahayu, Eduard Rusdianto …………….. 217
38. Prototipe Multigain Gyroscope Untuk Aplikasi Roket
Sri Kliwati ……………………………………………………………………………….. 223
39. Rancang Bangun Robot Animaloid Berkaki Empat

vi
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tugino ,Septian Andra, Sudiana …………………………………………………………….. 227


40. Pengaruh Tegangan Impuls terhadap Ketahanan Arester Tegangan Rendah
Diah Suwarti ………………………………………………………………………………. 231
41. Perancangan Sistem Embedded berbasis FPGA
Totok Mujiono, Tasripan, Pujiono ………………………………………………………. 237
42. Desain Sistem Dual Inputs Sepic – Bidirectional Converter untuk Manajemen Energi Sistem
Pembangkit Photovoltaic Pada Area Terpencil
Daniar Fahmi, Dedet C. Riawan, M. Ashari ………………………………………………. 241
43. Kelayakan Penerapan Sistem Kendali Suhu Dan Kelembaban Pada Budidaya Jarum Tiram
di Jogjakarta
Hendra Setiawan, Sholichin ………………………………………………………………… 249

TEKNIK MESIN
1. Model Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan di Jawa Timur Melalui Integrasi Metode
Servqual, Lean dan Six Sigma Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumen
Hana Catur Wahyuni, Wiwik Sulistiyowati …………………………………………………….. 255
2. Pengaruh Penambahan Krom dan Tempo terhadap Kekerasan, Keausan dan Struktur Mikro
Ball Mill
Sumpena, Subarmono, R.Soekrisno … …………………………………………………… 262
3. Perancangan Dan Pembuatan Mesin Produksi Palet Ikan Dengan Pendekatan Ergonomis
Tofik Hidayat, Irfan Santoso …………………………………………………… 269
4. Pengaruh Kadar Si Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanik Kandidat Baja Ringan
Paduan Fe-Al-Mn
Ratna Kartikasari, Sutrisna …………………………………………………………… 275
5. Studi Peningkatan Daya dan Torsi dengan Pemasangan Air Tube pada Saluran Intake
Manifold Sepeda Motor Dua Langkah
Harjono …………………………………………………………………………………….. 280
6. Pengembangan Program Pendukung Keputusan Untuk Estimasi Manufacturing Cost Pada
Perancangan Cold Storage Menggunakan Panel Surya
Boni Sena, Fauzun, Endang Suhendar ……………………………………………………… 284
7. Aplikasi Interferometer Michelson Untuk Pengukuran Regangan Pada Mesin Uji Tari
Budi Setyahandana, Martanto, Ronny Dwi Agusulistyo ……………………………………. 289
8. Efek Perubahan Ukuran Diameter Header Knalpot terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan
Akselerasi Kendaraan Pada Motor 4 Tak
Aji Pranoto …………………………………………………………………………………. 296
9. Penentuan Jalur Terpendek Petugas Kebersihan Sampah Di Lingkungan Perumahan Dosen
UGM Sekip Menggunakan Algoritma Semut
Andhi Akhmad Ismail, Radhian Krisnaputra ……………………………………………… 302
10. Pengaruh Perubahan Debit Aliran Udara-Air Terhadap Respon Amplitudo dengan
Menggunakan Gelombang Ultrasonik Pada Aliran Stratified Horizontal
Mukhlis, Bramantya, Hermawan …………………………………………………………… 308
11. Pengaruh Volume Ruang Bakar Terhadap Kinerja Mesin Pulse Jet
Lambertus Dwi Setiawan …………………………………………………………………… 314
12. Studi Eksperimen Batas Mampu Bakar Campuran LPG / CO2 sebagai Refrigeran Alternatif
Nasrul Ilminnafik …………………………………………………………………………. 318
13. Menyelidiki Pengaruh Pemasangan Pelat-Pelat Pengarah Angin pada Keliling Lingkar Luar
Sudu Kincir Terhadap Unjuk Kerja Tiga Model Kincir Angin Savonius
Rines ………………………………………………………………………………………… 322
14. Identifikasi, Pemodelan dan Kompensasi Ketidaktelitian Open Loop Control System Pada
Mesin Milling CNC Mini
Ignatius Aris Hendaryanto, M. Arif Wibisono, Herianto ………………………………….. 329
15. Analisis Pengerasan Permukaan Metode Flame Hardening dengan Pencekaman Spesimen
Sistem Vertikal Pada Baja S45C

vii
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Somawardi,Yuliyanto ……………………………………………………………………… 335


16. Studi Eksperimental Mesin Refrigerasi Sistem Absorpsi (H20-LiBr) yang Memanfaatkan
Dua Sumber Air Panas Dengan Temperatur Berbeda
R. Kiay Demak , Suhanan , Prajitno ……………………………………………………… 341
17. Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function
Deployment Dan Diagram Kartesius (Studi kasus : BMT DRI Muamalat Talang)
Saufik Luthfianto, Siswiyanti, Imam Aji Pranomo ……………………………………… 347
18. Rancangan Strategi Pemasaran Dengan Menggunakan Metode SWOT dan AHP
(Analitychal Hierarchy Proses) untuk Meningkatkan Volume Penjualan
Siswiyanti, M.Fajar Nurwildani, Faizal Ali ………………………………………………… 353
19. Pengaruh Penambahan XXL Fuel Booster terhadap Unjuk Kerja Mesin Sepeda Motor
Muhammad Abdulkadir, Harianto ……………………………………………………… 359
20. Penelitian Rekayasa Kompor Wajan Listrik Batik Cap
Suharyanto ………………………………………………………………………………….. 365
21. Rancang Bangun Mesin Irat Bambu Untuk Industri Kecil Dan Menengah (IKM)
Suharyanto ………………………………………………………………………………….. 372
22. Kualitas Repair Welding Dengan Metode TIG Pada Cast Wheel Aluminium
Budi Harjanto, Suharno, Yuyun Estriyanto …………………………………………………. 377
23. Pengaruh Variasi Waktu Solution Heat Treatment dan Suhu Aging Perlakuan Panas T6
Pada Centrifugal Casting 400 Rpm Dengan Grain Refiner Al-TiB 7,5% Terhadap Sifat
Fisis Dan Mekanis Paduan Aluminium Cor A356 Velg Sepeda Motor
Yulfitra, Priyo Tri Iswanto ………………………………………………………………………… 380
24. Kualitas Layanan Sistem Rantai Pasok Sistem Distribusi Ikan Hasil Ukm Petani Ikan dengan
Metode Physical Distribution Service Quality (PDSQ)
Wiwik Sulistiyowati , Verani Hartati , Hana Catur, Didik Hariyanto ……………………… 386
25. Pemanfaatan Limbah Arang untuk Pembuatan Arang Briket Pengrajin Arang di Desa
Mantup Lamongan
Hadi Santosa, Setiyadi ………………………………………………………………………. 391
26. Pengaruh Parameter Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Perkakas Pada Proses
Up Milling Dan Down Milling Menggunakan Mesin Frais Universal Knuth UFM 2
Romiyadi, Emon Azriadi …………………………………………………………………. 396
27. Pengaruh Shot Peening terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Sambungan Friction Stir
Welding pada Aluminium Seri 5083
Wartono, M. N. Ilman ………………………………………………………………… 402
28. Produksi Biogas dari Substrat Limbah Padat dan Limbah Cair Industri Pati Aren
D. Andang Arif Wibawa, Dewi Astuti Herawati, Fentinur Evida Septriana, Hari Sulistyo …. 408
29. Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Respon Amplitudo Pola Aliran Slug dengan
Menggunakan Gelombang Ultrasonik pada Pipa Horizontal
Sonika Maulana, Khasani, M.A. Bramantya ……………………………………………………. 413
30. Pengaruh Penambahan Tertiary Butyl Alcohol terhadap Nilai Toleransi Air dalam Campuran
Nafta dengan Metanol
Maria Endah Prasadja ……………………………………………………………………………... 419
31. Analisis Ekergi Mesin Pembuat Es Balok
Eka Yawara ………………………………………………………………………………… 425

TEKNIK GEOLOGI
1. Gempa Bumi dan Rekayasa Alat Pemindainya yang Sederhana dan Aplikatif di Daerah
Pleret, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Arie Noor Rakhman ………………………………………………………………………. 431
2. Pemetaan Sebaran Substrat Sedimen Dasar di Perairan Pesisir Semenanjung Muria,
Kabupaten Jepara
Heni Susiati, Hadi Suntoko, Imam Hamzah ……………………………………………….. 437

viii
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3. Pergerakan Tce dalam Media dengan Kadar Air yang Berbeda : Perbandingan Kecepatan
1G dan 25G
Muchlis ……………………………………………………………………………………. 443
4. Analisis Geokimia Pumis dalam Satuan Breksi Pumis Formasi Semilir sebagai Salah Satu
Indikator Jenis Letusan Gunungapi Eksplosif
Amara Nugrahini ………………………………………………………………………….. 448
5. Karakteristik Hidrologi Daerah Panas Bumi Gedongsongo, Jawa Tengah
Ev. Budiadi, T. Listyani RA ………………………………………………………………… 456
6. Pemodelan dan Asesmen Bahaya Jatuhan Tepra Kompleks Gunungapi Muria pada Tapak
PLTN ULA
Bansyah Kironi, Basuki Wibowo, Imam Hanzah ……………………………………………….. 464
7. Identifikasi Awal Keberadaan Struktur Sesar Berarah Barat Laut Tenggara (Nw-Se) Di
Wilayah Yogyakarta Bagian Selatan
Hita Pandita, Dianto Isnawan, Winarti ……………………………………………………. 469
8. Ciri Petrologi dan Geokimia Batuan Gunung Api Basal Sukadana dan Sekitarnya,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung
Muhammad Arifai, Hill Gendoet Hartono ………………………………………………………… 476
9. Perkembangan Karstifikasi Formasi Sentolo di Timur Sungai Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta
Srijono, Budi Santoso, Fajar Setiawan, Christina Putri Widyaningtyas ……………………. 484
10. Pelacakan Jejak Keberadaan Gunung Api di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung : Studi
Kasus Terkait Tapak PLTN Bangka
Hill Gendoet Hartono, Isa Nursanto, Suryono, Basuki Wibowo, Hadi Suntoko ……………… 490
11. Stratigrafi dan Sedimentasi Batuan Neogen di Cekungan Serayu Utara Daerah Kuningan,
Jawa Barat – Larangan, Brebes, Jawa Tengah
Bernadeta Subandini Astuti, Budianto Toha, Salahuddin Husein …………………………….. 497

TEKNIK PERTAMBANGAN
1. Rencana Teknis Penutupan Operasional Tambang (Studi Kasus PIT J PT. Kaltim Prima
Coal Kabupaten Kutai Timur Kaltim)
Anton Sudiyanto, Sudarsono, Dyah Probowati, Yuyun Dwi Hartanto 503
2. Prediksi Kekuatan Geser Massa Batuan Pembentuk Lereng Berdasarkan Hasil Pemantauan
S. Saptono, B. Wiyono, S. Koesnaryo ……………………………………………………… 511
3. Evaluasi Dampak Akibat Peledakan terhadap Kualitas Dinding Tambang pada
Penambangan Bijih Emas dan Tembaga Tambang Terbuka Grasberg PT. Freeport Indonesia
Provinsi Papua
Yulianus Tadung, R. Hariyanto, Inmarlinianto …………………………… 515
4. Penyelidikan Lapangan Potensi Panas Bumi di Daerah Hu’u Daha, Kabupaten Dompu, Nusa
Tenggara Barat
A. Isjudarto ………………………………………………………………………………….. 521
5. Program Pencairan Batubara Antara Kebutuhan Energi dan Isu Pencemaran Lingkungan
Talla, H, Amijaya, D.H., Suryono S.S., Warmada, I.W., Wijaya, A.E ……………………….. 525

TEKNIK SIPIL DAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


1. Pengaruh Perubahan Kadar Air terhadap Perilaku Kembang Bebas Tanah Lempung
Ekspansif
Agus Tugas Sudjianto, M. Cakrawala, Candra Aditya ……………………………………… 533
2. Aplikasi Beton Ringan dengan Sistem Foam Agent sebagai Filter Rembesan
Ridho Bayuaji , Sismanto, Yuyun Tajunnisa, Ismail Sa’ud , Pudiastuti, Choirul Anwar …… 538
3. Pengaruh Lingkungan Korosif pada Mortar Geopolimer Dengan Fly Ash
M Sigit Darmawan, Ridho Bayuaji,Boedi Wibowo, Nur Ahmad Husin, Srie Subekti ………. 545
4. Pengaruh Pemanfaatan Material Lokal Kalimantan Selatan pada Kekuatan Beton Ringan
dengan Sistem Foam Agent

ix
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Widjonarko, Ridho Bayuaji, Yuyun Tajunnisa, Sulchan Arifin, Sungkono ………………….. 551
5. Alat Simulasi Kehilangan Energi pada Saluran Tertutup (Pipa)
Tatas, S. Kamilia Aziz, Pudiastuti, Ary Mazharuddin Shiddiqi …………………………. 557
6. Efek Abu Gunung Bromo pada Beton Ringan dengan Sistem Foam Agent
R Buyung Anugraha, Ridho Bayuaji, Amien Widodo, Tatas, S Kamilia Azis ………………. 561
7. Evaluasi Kebutuhan dan Karakteristik Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta di
Surakarta
Sowardi …………………………………………………………………………………… 568
8. Analisis Keterlambatan Pembayaran dari Pemilik Proyek Konstruksi kepada Kontraktor
Triwuryanto, Harris Efendi ………………………………………………………………… 574
9. Pemanfaatan Model Regresi untuk Mengetahui Hubungan Antara Banyaknya Pencurian
Kendaraan Bermotor terhadap Penerimaan Pajak
Ridayati ……………………………………………………………………………………. 580
10. Solusi Strategi Pengelolaan Wilayah Pinggiran Kota Yogyakarta Akibat Konversi Lahan
(Lokasi Studi Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman)
Achmad Wismoro …………………………………………………………………………. 584
11. Pengaruh Abu Vulkanik dan Lahar Dingin Terhadap Kualitas Air Sumur untuk Air Minum
Pasca Erupsi Merapi
M. Sri Prasetyo Budi, Sri Rahayu Gusmarwani ………………………………………. 589

x
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGGUNAAN ALGORITMA DIFFERENTIAL EVOLUTION DALAM PENYELESAIAN


KOMBINASI PEMBEBANAN OPTIMAL EKONOMIS DAN EMISI
PADA PEMBANGKIT LISTRIK TERMAL

Afner Saut Sinaga


Jurusan Teknik Elektro Universitas Cenderawasih
Mahasiswa Magister Teknik Elektro UGM
afnerss@yahoo.com

Abstrak

Pembebanan optimal ekonomis suatu pembangkit listrik adalah salah satu bagian dalam operasi perencanaan dan manajemen
sistem tenaga listik. Tujuan utama dari pembebanan ekonomis adalah meminimalkan jumlah biaya operasi setiap unit
generator dengan mempehatikan batasan persamaan dan ketidaksamaan sistem. Saat ini dengan meningkatnya perhatian pada
polusi lingkungan yang diakibatkan proses pembakaran bahan bakar fossil pada pembangkit termal, emisi polutan tersebut
juga menjadi kriteria yang harus diminimalkan. Pembebanan ekonomis dengan mengendalikan emisi (economic emission
dispatch) yang adalah permasalahan multiobyektif mendapat peranan tersendiri dalam operasi ekonomis sistem tenaga listrik
dan banyak mendapatkan perhatian para peneliti. Makalah ini memberikan sebuah pendekatan yang sederhana dan efektif
untuk mencari solusi optimal permasalahan tersebut dengan menggunakan algoritma Differential Evolution. Simulasi
dilakukan pada sistem 3-unit dan 6-unit pembangkit dengan program MATLAB dan memperlihatkan bahwa algoritma ini
memberikan hasil yang lebih optimal dan efesien pada permasalahan kombinasi pembebanan optimal ekonomis dan emisi.

Kata Kunci: Pembebanan Ekonomis, Emisi Lingkungan, Differential Evolution

1. LATAR BELAKANG yang ada di dalam sistem secara optimal ekonomis,


pada suatu nilai permintaan beban sistem. Melalui
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
penerapannya, maka akan didapatkan biaya
teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan
pembangkitan yang minimum terhadap produksi
tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang
daya listrik yang dibangkitkan unit-unit pembangkit
berhubungan dengan bidang industri, komersil dan
pada suatu sistem kelistrikan yang memenuhi
konsumsi rumah tangga. Untuk memenuhi
batasan/kendala persamaan (equality constraint)
kebutuhan energi listrik tersebut, perusahaan listrik
dan batasan/kendala ketidaksamaan (inequality
harus mampu menyediakan energi listrik tersebut
constraint). Batasan persamaan mencerminkan
melalui kapasitas pembangkit-pembangkit yang
suatu keseimbangan daya nyata dan batasan
tersedia secara berkesinambungan.
ketidaksamaan mencerminkan batas minimum dan
Pengoperasian suatu pembangkit termal sangat
maksimum pembangkitan yang harus dipenuhi
tergantung pada bahan bakar, dengan demikian hal
sehingga diperoleh total biaya bahan bakar yang
tersebut yang perlu mendapatkan perhatian khusus,
minimum.
karena sebagian besar biaya operasi yang
Hingga saat ini, sumber energi utama
dikeluarkan adalah untuk keperluan bahan bakar.
penggerak mekanik pada sistem pembangkitan
Biaya bahan bakar sebuah unit pembangkit termal
energi listrik umumnya masih berupa bahan bakar
merupakan fungsi beban suatu pembangkit.
fosil (batubara, minyak dan gas). Proses pada
Kemampuan memikul beban menentukan
pembangkit listrik termal tersebut dapat
keandalan sistem energi listrik, sehingga selalu
menimbulkan emisi akibat gas buang hasil
diupayakan besar daya yang dibangkitkan harus
pembakaran berupa CO2, SO2, NOx dan partikulait
sama dengan besar kebutuhan di sisi beban setiap
yang akan menyebabkan dampak lingkungan
saat.
terhadap masyarakat sekitar dan menjadi polusi di
Dalam suatu sistem tenaga listrik, unit-unit
atmosfir bumi. Meningkatnya keperdulian
pembangkit tidak berada dalam jarak yang sama
masyarakat dunia yang diawali dengan keputusan
dari pusat beban dan biaya pembangkitan tiap-tiap
kongres Amerika Serikat (U.S Clean Air Act
pembangkit pun berbeda. Pada kondisi operasi
Amandments of 1990) yang mengharuskan setiap
normal sekalipun, kapasitas pembangkitan harus
perusahaan listrik memodifikasi kebijakan dan
lebih besar dari jumlah beban ditambah rugi-rugi
strategi pengoperasiannya untuk mengurangi polusi
daya pada sistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan
dan emisi di atmosfir pada pembangkit listrik
suatu pengaturan yang optimal dan ekonomis
tenaga termal.
terhadap pembangkitan.
Beberapa strategi untuk mengurangi emisi
Economic dispatch adalah pembagian
telah diusulkan dan diteliti. Diantaranya adalah
pembebanan optimal pada unit-unit pembangkit

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 1


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pemasangan peralatan filter polutan, penggantian 2. TUJUAN PENELITIAN


dengan bahan bakar beremisi rendah dan
Tujuan penelitian ini adalah mencari solusi
penggantian komponen-komponen pembangkit
optimal permasalahan pembebanan ekonomis
yang telah usang. Namun ketiga opsi ini
dengan pengendalian emisi, dimana total biaya
memerlukan pertimbangan biaya/modal yang besar
bahan bakar dan biaya emisi yang memperhatikan
sehingga menjadi opsi jangka-panjang. Opsi
batasan-batasan sistem dengan menggunakan
alternatif jangka-pendek yang menarik adalah
algoritma Differential Evolution (DE), serta
emission dispatching yang ditambahkan kedalam
menginvestigasi efektivitas algoritma Diferensial
fungsi biaya bahan bakar untuk diminimalkan.
Evolusi untuk beberapa uji kasus (test case) dan
Meskipun demikian, menangani operasi dengan
membandingkan hasil yang diperoleh metode diatas
hanya memperhatikan minimalisasi dampak
dengan hasil yang diperoleh pada beberapa
lingkungan tidak praktis karena menyebabkan biaya
penelitian sebelumnya.
bahan bakar yang lebih tinggi. Disisi lain, untuk
mengoperasikan sistem pembangkit dengan
3. METODOLOGI PENELITIAN
meminimalkan total biaya bahan bakar juga tidak
memenuhi persyaratan baku mutu emisi 3.1 Kombinasi Pembebanan Optimal Ekonomis
lingkungan. Oleh sebab itu, pembebanan ekonomis dan Emisi
dengan mengendalikan emisi (economic emission
dispatch) yang adalah permasalahan multiobyektif Secara umum fungsi biaya dari tiap
mendapat peranan tersendiri dalam operasi pembangkit yang memiliki turbin banyak-katup
ekonomis sistem tenaga listrik dan banyak (multi-valve turbines) dapat diformulasikan secara
mendapatkan perhatian para peneliti. matematis sebagai berikut:
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan n
mempertimbangkan emisi dan biaya bahan bakar FT   a i Pi 2  bi Pi  c i  e i sin  f i ( Pi min  Pi )   (1)
menjadi sebuah fungsi tujuan tunggal. Diantaranya, i 1

permasalahan multiobyektif ini dikonversi menjadi dimana, FT adalah total biaya bahan bakar ($/jam),
sebuah obyektif tunggal dengan memperlakukan Pi adalah daya keluaran unit–i (MW), Pi min adalah
emisi sebagai sebuah fungsi batasan/kekangan batas minimum daya keluaran unit–i (MW) dan ai,
dalam batas yang diijinkan. Metode ini memiliki bi, ci, ei, fi adalah koefisien biaya unit –i.
beberapa kesulitan dalam memperoleh hubungan Fungsi biaya bahan bakar diminimalkan
trade-off antara biaya dan emisi. Ada peneliti yang dengan memenuhi kendala-kendala (constraints)
mengkonversi multi obyektif ini menjadi sebuah sebagai berikut:
obyektif tunggal dengan kombinasi linier fungsi
obyektif yang berbeda-beda ini sebagai jumlah Pi min ≤ Pi ≤ Pi max (2)
pembobotan (weighted sum) dimana melalui n

metode ini sejumlah solusi-solusi yang non-inferior P  P i D  PL (3)


dapat diperoleh dengan menvariasikan nilai bobot i 1
(w). Pada tahun belakangan ini oleh para peneliti, dimana, Pi min dan Pi max adalah batas minimum dan
permasalahan multiobyektif ini dikonversi menjadi maksimum daya keluaran unit –i (MW), PD adalah
sebuah obyektif tunggal dengan menggunakan jumlah beban sistem (MW) dan PL adalah jumlah
harga faktor penalti (price penalty factor) yang rugi-rugi transmisi sistem (MW).
kemudian diselesaikan dengan antara lain Rugi transmisi dapat dihitung dengan
menggunakan algoritma EP, PSO, ACO dan GA. menggunakan matriks B dan dinyatakan dengan:
Teknik konversi ini lebih efesien dalam m n

menemukan nilai kompromi antara fungsi-fungsi PL   P B i ij Pj (4)


obyektif yang berkonflik ini. i 1 j 1

Differential Evolution (DE) dikenalkan oleh dimana, Bij adalah elemen dari koefisien rugi-rugi
Storn dan Price di tahun 1996 termasuk salah satu matriks B.
dari metode dalam algoritma evolusioner. Permasalahan pembebanan emisi (emission
Sebagaimana algoritma evolusioner yang lainnya, dispatch) dapat digambarkan sebagai optimasi total
Differential Evolution mampu menangani nilai emisi yang diberikan oleh persamaan berikut:
permasalahan optimasi yang kompleks. Beberapa
 α P 
n
alasan yang membuat algoritma ini banyak ET  i i
2
 βi Pi  γi  ξ i e τi Pi (5)
mendapat pujian adalah struktur yang sederhana, i 1
implementasinya yang mudah, dan kecepatan dimana, ET adalah total emisi (kg/jam) dan αi , βi ,γi
konvergensinya.
,ξi ,τi adalah koefisien emisi unit –i.
Dispatch ekonomis dan dispatch emisi adalah
dua masalah berbeda. Dispatch emisi dapat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 2


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

digabungkan kedalam permasalah dispatch


ekonomis konvensional dengan penambahan biaya
emisi kedalam biaya dispatch ekonomis yang
disebut dengan teknik kombinasi pembebanan
ekonomis dan emisi (combined economic and
emission dispatch). Fungsi multiobyektif dikonversi
menjadi obyektif tunggal dengan memasukkan
faktor harga penalti h (price penalty factor) yang
dapat dirumuskan sebagai:

Φ T  FT  h * ET (6)

dimana, ΦT adalah total biaya operasional sistem.


Konstanta h adalah faktor harga penalti yang
mengkompromikan biaya emisi dan biaya bahan
bakar. Nilai h ditentukan dengan melalui prosedur
sebagai berikut:
1). Biaya bahan bakar setiap generator dihitung
untuk setiap daya keluaran maksimumnya.
2). Pelepasan emisi setiap generator dihitung
untuk setiap daya keluaran maksimumnya.
3). Faktor penalti h untuk setiap unit generator
dihitung dengan persamaan:
(a i Pi 2max  bi Pi max  c i ) (7)
hi  $/kg
(α i Pi 2max  β i Pi max  γ i )
4). Menyusun urutan hi secara berurut dari Gambar 1. Diagram alir pengolahan data
nilai yang terkecil. dengan Diferential Evolution
5). Nilai daya maksimum unit -i (Pi max) satu
persatu ditambahkan mulai dari nilai hi 4. HASIL SIMULASI
yang terkecil hingga  Pi max  PD 4.1 Kasus I (sistem 3-unit)
6). Nilai h yang berasosiasi dengan unit Untuk menguji efektifitas metode
terakhir pada langkah 5 diambil sebagai penyelesaian masalah dengan algoritma Differential
faktor harga penalti h ($/Kg) pada beban Evolution (DE), dilakukan simulasi pada sistem
yang diberikan (PD). dengan 3 buah unit pembangkit thermal [10].
Dari penjelasan diatas, nilai faktor harga penalti h Koefisien biaya bahan bakar dan batas setiap
tergantung pada jumlah permintaan daya (PD) unit pembangkit diperlhatkan pada Tabel 4.1 dan
sehingga memiliki nilai yang berbeda untuk koefisien emisi gas buang NOx unit-unit tersebut
permintaan daya yang berbeda-beda pula. diperlihatkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Koefiesien biaya bahan bakar
3.2 Prosedur pengolahan Data
Unit Pmin Pmaks
Prosedur pengambilan dan pengolahan data a b c
i (kW) (kW)
dapat dilihat pada Gambar 1.
1 0,03546 38,30553 1243,5311 35 210

2 0,02111 36,32782 1658,5696 130 325

3 0,01799 38,27041 1356,6592 125 315

Tabel 4.2. Koefisien emisi NOx

Unit i   
1 0,00683 -0,54551 40,26690
2 0,00461 -0,51160 42,89553
3 0,00461 -0,51160 42,89553

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 3


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dengan koefisien rugi-rugi matrix (Bmn) sebagai Tabel 4.5 Perbandingan hasil optimasi
berikut, pada PD 500 MW
 0,000071 0,000030 0,000025 
Bmn  0,000030 0,000069 0,000032  Biaya
Jumlah Total Waktu
bahan
0,000025 0,000032 0,000080  Metode Emisi Biaya eksekusi
bakar
(kg/jam) ($/jam) (detik)
($/jam)

Parameter-parameter algoritma DE pada GA 25.499,4 311,273 39.220,1 0,172


simulasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.3, sedangkan
PSO 25.495 311,15 39210,2 0,156
strategi yang digunakan adalah DE/rand/1/bin.
Tabel 4.3. Parameter DE pada sistem 3-unit DE 25.494,62 311,16 39210,197 0,154

Parameter Nilai
Ukuran populasi (Np) 10 4.2 Kasus II (sistem 6-unit)
Faktor mutasi (fm) 0,85
Simulasi dilakukan dengan menggunakan data
Rasio pindah-silang (Cr) 1,0 sistem 6-unit [7]. Koefisien biaya bahan bakar dan
Jumlah iterasi 50 koefisien emisi gas buang unit-unit tersebut
diperlihatkan pada Tabel 4.6 dan 4.7.
Simulasi dilakukan pada PD 500 kW dengan nilai h
Tabel 4.6 Data koefisien biaya bahan bakar
adalah 44,0792 dengan 20 kali percobaan
(running). Hasil optimal dapat dilihat pada Tabel Unit
a b c Pmin Pmaks
4.4. i
Tabel 4.4. Hasil optimum pada sistem 3-unit 1 0,15247 38,53973 756,79886 10 125
Beban Biaya Jumlah Total 2 0,10587 46,15916 451,32513 10 150
Unit
Optimal b.bakar Emisi Biaya 3 0,02803 40,39655 1049,9977 35 225
-i
(MW) ($/jam) (kg/jam) ($/jam)
4 0,03546 38,30553 1243,5311 35 210
1 128,79 6764.97 83.29 10436.619
2 192,61 9438.93 115.39 14524.959 5 0,02111 36,32782 1658,5696 130 325

3 190,29 9290.72 112.48 14248.618 6 0,01799 38,27041 1356,6592 125 315

Total 511,69 25494.62 311.16 39210.197


Tabel 4.7 Data koefisien emisi NOx
Beban (PD) 500 MW
Rugi (Ploss) 11,69 MW Unit
d e f
i
Waktu proses 0,154 detik
1 0,00419 0,32767 13,85932
2 0,00419 0,32767 13,85932
3 0,00683 -0,54551 40,26690
4 0,00683 -0,54551 40,26690
5 0,00461 -0,51116 42,89553
6 0,00461 -0,51116 42,89553

Dengan koefisien rugi-rugi transmisi:

1.40 0.17 0.15 0.19 0.26 0.22


0.17 0.60 0.13 0.16 0.15 0.20
-4
B mn= 10 x 0.15 0.13 0.65 0.17 0.24 0.19
0.19 0.16 0.17 0.71 0.30 0.25
Gambar 2. Grafik konvergensi sistem 3-unit 0.26 0.15 0.24 0.30 0.69 0.32
0.22 0.20 0.19 0.25 0.32 0.85
Gambar 2 memperlihatkan grafik konvergensi
penyelesaian pembebanan ekonomis sistem 3-unit,
permintaan beban 500 MW dengan emisi yang Parameter-parameter algoritma DE yang
optimal . digunakan dapat dilihat pada tabel 4.7, sedangkan
Hasil optimal ini kemudian dibandingkan strategi yang digunakan adalah DE/rand/1/bin.
dengan hasil optimal penelitian sebelumnya [10]
yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 4


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4.8. Parameter DE pada sistem 6-unit

Parameter Nilai
Ukuran populasi (Np) 50
Faktor mutasi (fm) 0,5
Rasio pindah-silang (Cr) 0,8
Jumlah iterasi 100

Simulasi dilakukan pada variasi beban PD yaitu 500


MW, 700 MW dan 900 MW dengan nilai h
berturut-turut 43,898, 44,788, dan 47,822 masing-
masing sebanyak 20 kali percobaan. Hasil
perhitungan optimal untuk masing-masing beban Gambar 4. Grafik konvergensi pada PD 700 MW
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan optimal sistem 6-unit


untuk setiap beban

Alokasi 500 MW 700 MW 900 MW


P1 (MW) 33,0668 62,1045 92,3297
P2 (MW) 26,4921 61,6732 98,3912
P3 (MW) 89,4627 119,9717 150,1948
P4 (MW) 91,1117 119,4721 148,5588
P5 (MW) 136,1353 178,1940 220,4043
P6 (MW) 132,6764 175,6409 218,1307 Gambar 5. Grafik konvergensi pada PD 900 MW
Prugi-rugi (MW) 8,9450 17,0565 28,0097
Grafik konvergensi penyelesaian pembebanan
Biaya b.bakar
27.608,8817 37.500,9186 48.350,6836 ekonomis dengan emisi yang optimal pada sistem
($/jam) 6-unit untuk permintaan beban 500 MW, 700 MW
Jumlah Emisi
dan 900 MW diperlihatkan melalui Gambar 3,
263,1191 439,6075 693,7879 Gambar 4 dan Gambar 5.
(kg/jam)
Hasil optimal ini kemudian dibandingkan
Total Biaya dengan hasil optimal penelitian sebelumnya [7]
39.159,2859 57.190,0605 81.529,0099
($/jam)
yang dapat dilihat pada Tabel 4.10, 4.11 dan 4.12.
Standar
3,7477 0,00254 0,0026
Deviasi Tabel 4.10 Perbandingan hasil optimasi
Waktu pada PD 500 MW
eksekusi 1,380 1,439 1,425
(detik)

GA PSO DPSO DE

Total
Biaya 39.258,03 39.159 39.151 39.159,286
($/jam)

Biaya
b.bakar 27.638,3 27.613 27.616 27.608,882
($/jam)

Jumlah
Emisi 263,47 263,011 262,9595 263,119
(kg/jam)

Prugi-rugi
10,172 8,9331 8,9293 8,9450
(MW)

Gambar 3. Grafik konvergensi pada PD 500 MW

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 5


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4.11 Perbandingan hasil optimasi Daftar Pustaka


pada PD 700 MW
[1] A.J. Wood dan B.F. Wollenberg, Power
Generation, Operation, and Control, 2nd
GA PSO DPSO DE
edition, New York: Wiley, 1996.
[2] K.V. Price, R.M. Storn dan J.A. Lampinen,
Total Differential Evolution: A Practical Approach
Biaya 57.346,19 57.191 57.190 57.190,06 to Global Optimization, Berlin: Springer 2005.
($/jam)
[3] M. A. Abido, ”Multiobjective Evolutionary
Biaya Algorithms for Electric Power Dispatch
b.bakar 37.640,37 37.509 37.504 37.500,92
($/jam) Problem,” IEEE Trans.on Evolutionary
Computation, vol.10 no.3, pp.315-329, June
Jumlah 2006.
Emisi 439,979 439,635 439,455 439,6075
(kg/jam) [4] C.L. Chiang, J.H. Liaw dan C.T. Su, “New
Approach with a Genetic Algorithm
Framework to Multi-objective Generation
Prugi-rugi
18,521 17,0558 17,0596 17,0565 Dispatch Problems,” European Trans.on
(MW)
Electrical Power, vol.15, pp.381-395, 2005.
[5] T.S. Prasanna dan P. Somasundaram, ”Fuzzy-
Tabel 4.12 Perbandingan hasil optimasi Tabu Search Algorithm for Combined
pada PD 900 MW Economic and Emission Dispatch,” in
Proceeding Of National Systems Conference
XXXII, pp.542-547, Dec. 17-19, 2008.
GA PSO DPSO DE
[6] L.Slimani dan T.Boukir, “Economic Power
Dispatch of Power System with Pollution
Total
Biaya 81.764,45 81.529 81.529 81.529,01 Control using Multiobjective Ant Colony
($/jam) Optimization,” Int.Journal of Computational
Intellegence Research, vol.3 no.2, pp.145-153,
Biaya
b.bakar 48.567.75 48.349 48.371 48.350,68
2007.
($/jam) [7] K.S. Kumar, V.Tamiselvan, N. Murali, R.
Rajaram, N.S. Sundaram dan T.Jayabarathi,
Jumlah
Emisi 694,169 693,81 693,38 693,7879 ”Economic Load Dispatch with Emission
(kg/jam) Constraints using Various PSO Algorithm,”
The WSEAS Trans.Power Syst.,vol.3 issue 9,
pp.596-607, Sept.2008.
Prugi-rugi
29,725 28,0092 27,9816 28,0097
(MW) [8] K.K. Mandal dan N. Chakraborty, ”Effect of
Control Parameters on Differential Evolution
based Combined Economic Emission Dispatch
with Valve-Point Loading and Transmission
5. KESIMPULAN Loss,” Int.Journal of Emerging Elec.Power
Makalah ini mempresentasikan sebuah metode Syst., vol.9 issue 4, article 5, 2008.
penyelesaian permasalahan kombinasi pembebanan [9] U. Guvenc, ”Combined Economic Emission
ekonomis dan emisi pada pembangkit listrik termal Dispatch Solution Using Genetic Algorithm
dengan menggunakan algoritma Differential based on Similarity Crossover,” Scientific
Evolution (DE). Metode ini disimulasikan pada Research and Essay, vol.5 no.17, pp.2451-
sistem IEEE 3–unit dan sistem 6-unit dengan 2456, 2010.
mempertimbangkan beberapa kendala-kendala
(constraints). Hasil simulasi tersebut kemudian [10] A. Lakshmi Devi dan O. Vamsi Krishna,
dibandingkan dengan metode yang dilakukan pada “Combined Economic and Emission Dispatch
penelitian sebelumnya dan menberikan hasil yang Using Evolutionary Algorithms – A Case
lebih optimal dan waktu komputasi yang lebih Study,” ARPN Journal of Engineering and
cepat dan efektif. Applied Sciences,” vol.3 no.6, pp.28-35,
December 2008.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 6


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC LIMA TINGKAT


DENGAN RHEOSTAT (RESISTANCE CONTROL)
TERINTEGRASI SAFETY DEADMAN PEDAL PADA SISTEM KERETA API
BERBASIS PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL)

Arifin Wibisono1), Jefri Setiawan2) , Leonardus Heru Pratomo3)


Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1,2,3)
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur, 50234, Semarang, Indonesia
1)
arifin.wibie@yahoo.co.id, 2)jefrisetiawan182@yahoo.com, 3)leonardus_hp@yahoo.com
1), 2)
Mahasiswa S1, 3) Dosen pengampu

ABSTRAK
Motor Listrik memegang peranan penting dalam dunia industri, baik industri manufaktur maupun industri jasa. Motor DC
(arus searah) merupakan mesin listrik yang banyak diterapkan dalam berbagai aplikasi . Salah satu implementasi penting
dari motor DC adalah penggerak pada sistem kereta api. Motor jenis ini digunakan karena beberapa pertimbangan antara
lain unggul dari sisi kesederhanaan kendali, memiliki torsi yang cukup besar serta mudah diatur kecepatan dan juga
torsinya. Motor DC jika disuplai langsung dari sumber tegangan DC akan menghasilkan arus start yang mencapai 4-5 kali
arus normal. Hal ini menyebabkan kereta api akan melonjak dan mengurangi umur motor. Untuk itu diperlukan kontrol
kecepatan otomatis yang terintegrasi dengan safety deadman pedal berbasiskan sistem digital PLC. Berdasarkan simulasi
dan implementasi hardware integrasi sistem penggerak dan safety deadman pedal pada satu modul kontrol mampu
melakukan fungsi kontrol kecepatan, kontrol arah putar, integrated auto-manual system, safe increasing-decreasing speed on
manual mode, emergency stop, early warning operator, dan pengereman otomatis elektropneumatik. Integrasi sistem kontrol
ini dapat diimplementasikan pada sistem mobil listrik dan hybrid.

Kata kunci: Deadman Pedal, Motor DC, PLC, Torsi, Resistance Control, Early Warning, Auto-Manual System.

1. PENDAHULUAN
Motor DC (Direct Current) merupakan Berdasarkan hubungan antara belitan rotor
jenis mesin listrik yang sudah umum digunakan dan stator atau kumparan medan (field) dan
dalam berbagai keperluan dan berbagai aplikasi. kumparan jangkar (armature)terdapat beberapa
Hal ini disebabkan motor DC mudah diatur dalam topologi, seperti penguatan terpisah, seri, shunt,
hal kecepatan dan torsinya. Aplikasi utama motor compound. Topologi Motor DC yang digunakan
DC antara lain dalam bidang transportasi juga pada traksi elektrik kereta api adalah motor DC
semakin berkembang dewasa ini, diantaranya topologi seri. Pada motor DC jenis ini mampu
adalah traksi dan penggerak elektrik. Dalam traksi menarik arus yang besar sekali pada waktu start.
dan penggerak elektrik digunakan beberapa motor Hal ini memberikan keuntungan dan kerugian.
DC sebagai penggerak utama dari sistem. Sistem Keuntungan dengan arus yang besar lewat
traksi dan penggerak elektrik yang jelas kumparan jangkarnya maka dihasilkan torsi yang
mengaplikasikan motor DC adalah pada sistem besar, karena dalam motor DC besarnya torsi yang
kereta api listrik dan diesel (KRL&KRD) serta timbul sebanding dengan besarnya arus yang
implementasi penting lainnya adalah pada melewati kumparan jangkar. Dengan demikian
pengembangan mobil listrik dan hybrid yang sesuai motor DC seri mampu menarik beban yang besar
dalam dalam konsep pengoptimalisasian energi dan dengan kecepatan rendah maupun beban yang
teknologi ramah lingkungan (green technology). ringan tetapi dengan kecepatan yang tinggi
(Bambang Susanto:1997).
Kerugian yang muncul akibat besarnya
arus besar sesaat yang melewati kumparan jangkar
RODA adalah mengakibatkan berkurangnya umur dari
isolasi kumparan motor. Disamping itu kenaikan
KERE
arus yang sangat besar tersebut dapat menyebabkan
TA traksi listrik KRL/KRD mengalami efek kejut dan
API bahkan melonjak. Efek kejut ini akan mengurangi
kenyamanan penumpang. Dalam mengatasi
masalah tersebut, maka secara sederhana kecepatan
motor DC tersebut harus diatur secara bertingkat
otomatis dan manual yaitu melalui teknik/metode
resistance control. Kendali pada sistem otomatis
dan manual ini terintegrasi dalam satu modul
Gambar 1. Perangkat penggerak pada traksi kontrol PLC (Programmable Logic Control).
elektrik-kereta api

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 7


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dalam segi keamanan (safety) sistem ini Berisikan hasil dan kesimpulan dari penyusunan
terintegrasi/dilengkapi dengan kendali Deadman kegiatan penelitian sehingga didapat manfaat
Pedal sebagai instrument alarm/warning kesadaran dari aplikasi sistem yang dirancang.
operator/driver/masinis dalam menjalnkan traksinya
serta berfungsi juga dalam kendali kecepatan kereta Desain Alat
api. Prototipe dari sistem yang dibuat terdiri dari
rangkaian kontrol dan rangkaian daya. Pada sisi
2. TUJUAN kontrol disini menggunakan kontrol digital diskrit
Tujuan dari pembuatan alat ini adalah dapat yang berbasis PLC (Programmable Logic
mengahasilkan alat kendali/kontrol penggerak Controller). Beberapa pertimbangan menggunakan
motor DC yang simple/mudah/sederhana yang kontrol berbasis ini antara lain:
mempunyai performansi kendali sistem: Implementasi proyek lebih singkat, modifikasi
 Kecepatan putar motor DC lebih mudah, lebih sederhana dalam hal
programming dan software, perawatan lebih
 Arah gerak Motor DC mudah, kehandalan lebih tinggi, dari sisi kontrol
 Integrated auto-manual system dan hardware standar, mampu bekerja pada lingkungan
emergency stop harsh plant, mampu tetap beroperasi secara normal
 Safe increasing-decreasing speed baik pada kondisi temperatur, humidity, fluktuasi
pada mode operasi auto maupun manual tegangan dan noise yang berat. Tipe dari PLC yang
Sedangkan sistem Deadman Pedal sendiri digunakan adalah Zelio. Dengan jumlah I/O port
mempunyai performansi sebagai early warning sebanyak 16 slot pada sisi input dan 12 slot pada
serta mengurangi kecepatan otomatis jika tidak sisi output. Berikut desain sistem:
dihiraukan.
Semua performansi sistem diatas terintegrasi dalam
satu modul kendali/kontrol.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Penyusunan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
ini menggunakan beberapa metode, antara lain:
 Kajian Pustaka
Merupakan metode pengumpulan data dan
informasi, mempelajari buku-buku acuan dan
literature yang berhubungan dengan materi
penelitian ini.
 Analisis Permasalahan
Dengan menganalisis penyebab terjadinya
masalah dan mencari solusi penyelesaian
masalah yang dituangkan dalam simulasi.
 Pemodelan dan Simulasi
Merancang dan memodelkan suatu sistem
dalam bentuk software sebelum direalisasikan
dalam bentuk hardware.
 Pembuatan Alat
Merancang suatu alat sesuai dengan rancangan
Gambar 2. Blok Sistim Kontrol dan Daya
dalam simulasi.
 Implementasi laboratorium dan pengujian Sedangkan segi hardwarenya digunakan
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sejumlah push button dan pilot lamp yang terpasang
kerja dari alat sudah sesuai dengan hasil yang pada kontrol panel sebagai interaksi operator dan
diinginkan sesuai dengan hasil simulasi. sistem (Human Machine Interface). Pada sistem
 Integrasi sistem dan pengambilan data traksi kontrol penggerak motor DC digunakan
Menggabungkan seluruh elemen dari sistem dan sejumlah sambungan resistor secara seri (resistor
mengambil data yang berisi tentang hasil grid).
pengujian serta analisa pada sistem tersebut. Motor DC seri yang digunakan pada
 Ujicoba prototipe skala lapangan prototipe dicatu langsung oleh power supply .
Pengujian prototipe dilakukan untuk Motor DC akan diatur kecepatnnya secara
mengetahui apakah performa kerja dari alat bertingkat agar tidak menimbulkan sentakan yang
secara keseluruhan sudah sesuai dengan sangat kuat.
kebutuhan dan aplikasi yang ada dilapangan.
 Penyusunan laporan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 8


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Secara sederhana sistem soft start dan pengaturan


kecepatan motor DC adalah: Pada waktu start Penjelasan dari algoritma diatas adalah:
motor dalam keadaan diam diberi tegangan dari a. Mula-mula motor DC dalam keadaan diam dan
power supply. Kecepatan motor diatur oleh terpasang ke beban.
sejumlah resistor yang dipasang seri dengan lilitan b. Operator pertama-tama harus memasukkan
medan serta jangkar. Masing-masing resistor mode operasi yang akan digunakan pada traksi.
dihubungkan dengan kontak NO(normally open) Ada dua mode yaitu Manual- Auto. Kedua
relay interfacing yang koil nya dikendalikan mode ini bekerja saling komplemen. Sehingga
energize/disenergize nya melalui port output PLC tidak mungkin dua buah mode bekerja
untuk menghubung singkatkan resistor-resistor bersamaan.
tersebut. Dalam sistem yang dibangun, karena
pengendalianya mempunyai lima tingkat maka
c. Setelah itu, memasukkan arah putar motor DC
yang diinginkan (Reverse/Forward). Kedua
digunakan 5 buah resisto. Secara matematis
selector ini juga bekerja secara komplemen.
menggunakan hukum KVL dan KCL (Kirchoff
Current & Voltage Law): d. Ketika mode auto yang dipilih, maka proses
hubung singkat dari resistor-resistor pengendali
kecepatan motor akan open dan short secara
1= otomatis dengan memanfaatkan timer internal
( 1 + 2 + 3 + 4 + 5) +
PLC. Pada awal proses motor bekerja pada
kecepatan1,kecepatan2,…,kecepatan maks.
e. Ketika mode manual yang dipilih maka akan
2= dieksekusi program manualnya. Ada 2 pilihan
( 2 + 3 + 4 + 5) +
yaitu tombol increasing dan decreasing.
Pengaturan kecepatan ini hanya menggunakan 2
= buat tombol up dan down yang preoses transisi
antar kecepatan dengan safe sesuai urutan naik
Perubahan arus yang mengalir ke lilitan medan dan (1,2,3,..) dan turun (5,4,3,...)
jangkar inilah yang mempengaruhi putaran dari f. Pada operasi kerja sistem setelah berjalan
motor DC. dilengkapi dengan deadman pedal yang
Adapun algoritma sistem adalah: tersusun dari pedal kaki limit switch yang harus
ditekan dan dilepas dengan rasio 50/50 artinya
50 detik ditekan dan 50 detik dilepas secara
kontinue. Bila hal ini diabaikan maka program
warning akan dieksekusi yang dalam detik ke
40, pilot lamp orange akan menyala. Ketika
pada detik ke 50 tetap diabaikan maka lampu
berubah menjadi merah dan akan mengurangi
kecepatan secara otomatis dan kereta
melakukan pengereman pneumatik.
g. Ketika kondisi darurat maka disediakan
emergency stop untuk mengentikan sistem
kontrol dan sistem daya.

Gambar 4. Sistem Pengereman Pneumatik

Gambar 3. Flow Chart Sistem

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 9


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. KESIMPULAN
Dari uji coba program simulasi dan implementasi
hardware yang dilakukan di laboratorium sistem
yang dirancang sudah bekerja sebagaimana
mestinya dan sesuai yang diharapkan. Pada sisi
rangkaian daya nya dapat dikembangkan dengan
mengintegrasikan power electronics pada sistem
dengan konsep PWM DC chopper dalam kendali
Gambar 5. Roda dan sepatu rem kereta api putaran motor DC sehingga memungkinkan kendali
close loop. Aplikasi dari sistem ini secara umum
tidak hanya terbatas pada kereta api tetapi dapat
diaplikasikan pula pada mobil listrik/mobil hybrid
4. HASIL PENGUJIAN ramah lingkungan.
Berikut ini hasil implementasi hardware dari
prototipe alat yang dibuat. 6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Hart, Daniel W. 1997. Introcuction To Power
Electronics: Prentice Hall.
[2] Rashid, Muhamad. 2004. Power Electronics,
Circuits, Devices and Applications: Prentice Hall.
[3] M.V. Deshpande, Electric Motors:Applications
and Control.
[4] A.E. Fitzgerald. Charles Kingsley Jr. Stephen
D. Umans, Mesin-mesin Listrik, Erlangga,1992.

Gambar 6. Implementasi Hardware Prototipe

Gambar 7. PLC

Gambar 8. Relay interfacing dan rangkaian daya

Gambar 9. Pengujian alat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 10


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH TRAFIK PAKET APLIKASI TERHADAP KINERJA JARINGAN DENGAN


MANAJEMEN BANDWIDTH FIFO PADA WARNET RUSH YOGYAKARTA
1)
Ayu Budi Setyawati, 2) Damar Widjaja
1)
Jurusan Teknik Informatika, 2) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta
1)
E-mail: 085314089@student.usd.ac.id, 2) E-mail: damar@usd.ac.id

ABSTRAK

Warung internet (warnet) sebagai tempat penyedia jasa koneksi internet dituntut untuk memberikan pelayanan
terbaik dengan menyediakan koneksi internet yang cepat. Banyak warnet sudah dapat memaksimalkan kecepatan koneksi
internet. Manajemen bandwidth diperlukan untuk mendistribusikan bandwidth secara merata kepada seluruh pengguna.
Pengukuran terhadap parameter performansi diperlukan untuk mengetahui kinerja jaringan warnet. Pembagian yang tidak
merata pada jaringan warnet dapat mengakibatkan menurunnya throughput. Penelitian ini bertujuan memberikan
pengetahuan tentang pengaruh jenis paket data yang diakses oleh pengguna terhadap kinerja jaringan dengan manajemen
bandwidth FIFO serta mendapatkan hasil kinerja jaringan melalui identifikasi paket data yang diakses.
Pengukuran parameter untuk penelitian ini dilakukan pada jaringan warnet RUSH Yogyakarta. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengirimkan paket ke internet tiap 1 jam untuk 1 pengguna, 1 jam berikutnya ditambah 1 pengguna
hingga maksimal 17 pengguna. Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk mengamati proses penggunaan
manajemen bandwidth. Dengan penggunaan Software Ntop, besaran paket data yang dikirimkan dan diterima dapat diamati
secara langsung. Parameter performansi yang diukur dan dihitung untuk analisis kinerja meliputi throughput, delay, dan
packet loss.
Dari hasil pengujian, kinerja jaringan warnet RUSH Yogyakarta berada pada katagori baik. Throughput saat
pengiriman paket terkecil lebih besar daripada pengiriman paket terbesar. Delay pada saat pengiriman paket terkecil dan
paket terbesar termasuk dalam kategori “unacceptable” sesuai standar ITU. Packet loss tidak lebih dari 1%. Hal ini termasuk
dalam kategori “sangat baik” menurut standar ITU.

Kata kunci: trafik paket, manajemen bandwidth, FIFO, throughput, delay, packet loss.

I. LATAR BELAKANG RUSH yang terletak di Jl. Palagan, Yogyakarta. Di


Seiring dengan kemajuan teknologi, warnet RUSH besarnya bandwidth yang diberikan
kebutuhan akan penggunaan internet menjadi sangat oleh ISP hanya 4Mbps (Mega bits per second) dan
besar. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai aspek, dapat bekerja secara maksimal dalam melayani
yaitu dalam aspek pekerjaan, pendidikan, hubungan kebutuhan pengguna sebanyak 17 orang pengguna
sosial, hiburan, dan sebagainya. Dengan adanya (maksimal) dengan kebutuhan yang berbeda-beda dan
berbagai kepentingan untuk menggunakan internet, pada waktu yang bersamaan.
banyak orang berkeinginan memiliki koneksi internet Pembagian yang tidak merata pada jaringan
yang baik dan membutuhkan koneksi internet dengan lokal seperti warnet dapat mengakibatkan
kecepatan maksimal bahkan tak terbatas. Salah satu menurunnya throughput (Erristhya et al, 2011).
layanan jasa yang dapat memenuhi keinginan tersebut Throughput merupakan bandwidth aktual yang
adalah warung internet (warnet). terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu
Warnet merupakan tempat yang hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika
menyediakan beberapa komputer sebagai media sedang mendownload suatu file. Menurunnya
untuk terhubung dengan koneksi internet, sehingga throughput dapat menyebabkan hilangnya paket yang
pengguna dapat menggunakan jasa tersebut. Koneksi dikirimkan (packet loss). Selain menyebabkan packet
internet menjadi kebutuhan utama bagi pengguna, loss, menurunnya throughput mengakibatkan
sehingga warnet dituntut untuk memberikan tingginya waktu tunggu (delay) dalam mengakses
pelayanan terbaik dengan menyediakan koneksi internet, sehingga menyebabkan proses download
internet yang cepat. Banyak warnet sudah dapat menjadi lama. Untuk mengurangi gangguan tersebut,
memaksimalkan kecepatan koneksi internet, yaitu warnet RUSH menggunakan layanan 2 Internet
dengan bandwidth yang terbatas. Hal tersebut terjadi Service Provider (ISP) yang berbeda dalam
karena adanya manajemen bandwidth. Manajemen pembagian bandwidth.
bandwidth diperlukan agar bandwidth terdistribusi Distribusi pembagian bandwidth dari 2 ISP
secara merata kepada seluruh pengguna (Erristhya et yang berbeda dilakukan berdasarkan aktivitas yang
al, 2011). Sebagai salah satu contoh adalah warnet dilakukan pengguna. Untuk pengguna yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 11


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

melakukan browsing internet, bandwidth akan ISP yang lebih besar akan membagikan layanan
diperoleh dari ISP A. Untuk pengguna yang internet melalui Base Transceiver Station (BTS) yang
melakukan aktivitas gaming, bandwidth akan menjembatani perangkat jaringan komunikasi ISP
diperoleh dari ISP B. Hal ini sangat membantu dalam yang lebih besar menuju jaringan ISP yang lebih
mengurangi turunnya throughput, mengurangi kecil. Layanan internet dibagikan ke warnet melalui
tingginya delay, dan mengurangi hilangnya packet BTS. Pembagian layanan internet tersebut dapat
loss. dilihat pada Gambar 1.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kinerja jaringan karena adanya manajemen
bandwidth. Software Axence Net Tool dibutuhkan
untuk mengetahui paket data apa saja yang diakses
oleh pengguna yang mempengaruhi parameter
manajemen bandwidth (throughput, packet loss, dan
delay). Jika delay dan packet loss pada jaringan lokal
warnet semakin kecil, maka kinerja koneksi internet
semakin baik (Erristhya et al, 2011). Hal ini
berbanding terbalik dengan throughput, yaitu
semakin besar throughput dari jaringan lokal warnet,
koneksi internet semakin baik. Tujuan penelitian ini
adalah memberikan pengetahuan tentang pengaruh
paket data yang diakses oleh pengguna terhadap
kinerja jaringan dengan manajemen bandwidth FIFO
serta mendapatkan hasil kinerja jaringan melalui
identifikasi paket data yang diakses.
Gambar 1. Skema ISP (Maryono, 2008)
II. DASAR TEORI
B. Warung Internet
A. Internet Service Provider
Warung Internet (warnet) adalah salah satu jenis
Internet Service Provider (ISP) / Internet Access
wirausaha yang menyewakan jasa internet kepada
Provider (IAP) atau di Indonesia dikenal sebagai
khalayak umum (Mulyadi, 2011). Sebagian besar
Penyelenggara Jasa Internet (PJI) adalah organisasi
pengguna jasa warnet adalah pelajar, mahasiswa,
atau perusahaan yang menyelenggarakan layanan
profesional dan wisatawan asing. Warnet digunakan
akses internet dan layanan terkait lainnya, baik
untuk berbagai macam tujuan sesuai aktivitas yang
kepada para pelanggan pribadi atau korporat
dikehendaki. Kegunaan warnet antara lain yaitu
(organisasi) (Maryono, 2008). Pada beberapa tahun
sebagai tempat hiburan (games online), mengerjakan
lalu, ISP dijalankan oleh PT. Telkom. Akan tetapi,
tugas, melamar pekerjaan secara online, memeriksa
sekarang ISP kebanyakan dijalankan oleh individu
kiriman email terbaru, bersosialisasi atau komunikasi,
atau kelompok orang yang memiliki banyak modal
dan lain-lain terkait dengan kebutuhan memperoleh
dan keahlian dalam bidang layanan internet. Jenis
informasi dari internet. Saat ini, keberadaan warnet
layanan yang diberikan meliputi paket software,
tidak hanya terdapat di kota-kota besar, bahkan di
username, password, nomor telepon akses, dan
kota kecil pun keberadaan warnet sudah cukup
fasilitas e-mail gratis.
banyak.
Di Indonesia ada banyak ISP yang siap
memberikan layanan kepada para calon
C. Manajemen Bandwidth
pelanggannya. Beberapa contoh ISP besar di
Bandwidth merupakan lebar spektrum pita
Indonesia antara lain Melsa, Telkomnet Instan (dari
frekuensi yang mengandung energi sinyal di
Telkom), Centrin, Wasantaranet, CBNet, dan Indosat.
dalamnya (Kurose, 2007). Manajemen bandwidth
ISP-ISP tersebut diorganisir oleh sebuah organisasi
digunakan agar bandwidth terdistribusi secara merata
yang disebut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa
kepada seluruh pengguna. Pengukuran dengan
Internet Indonesia).
beberapa parameter perlu dilakukan agar terdistribusi
Sebenarnya ISP masih sama seperti pelanggan
secara baik. Secara umum ada 4 teknik antrian, yaitu
dalam mendapatkan akses internet, artinya ISP
prioritas, FIFO, penjadwalan, shape and drop. dan 3
tersebut mendapatkan akses internet dari ISP yang
teknik mengontrol bandwidth, yaitu Class Based
lebih besar (upstream ISP) baik yang berskala
Queuing, Weighted Fair Queuing (WFQ), dan
nasional atau pun internasional. Jumlah bandwidth
Hierarchy Token Bucket (HTB) (Ferguson, 1998).
diberikan oleh upstream ISP kepada ISP-ISP di
FIFO adalah teknik antrian dengan lalu lintas
bawahnya yang kemudian dijual kembali kepada para
paket data yang melebihi nilai set, sehingga paket
pelanggan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 12


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

data akan dimasukkan ke antrian, paket data tidak semakin menurun. Berbeda halnya dengan protokol
mengalami pembuangan hanya tertunda beberapa saat UDP yang bersifat connection-less yang tidak
(Kurose, 2007). Metode FIFO cocok diterapkan pada menyediakan retransmission maupun resends jika
koneksi internet dengan besar bandwidth 64kbps atau terjadi kehilangan paket. Jika pl adalah packet loss, pt
lebih. adalah paket yang dikirim, dan pr adalah paket yang
diterima, maka rumus untuk menghitung packet loss,
D. Throughput adalah sebagai berikut:
Throughput merupakan bandwidth aktual yang
terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam pl=((pt-pr)/pt) x100% (2)
mentransmisikan data (Erristhya et al, 2011). Berbeda
dengan bandwidth, walaupun satuannya sama bits per III. RANCANGAN PENELITIAN
second (bps), tapi throughput lebih menggambarkan Model jaringan yang dimiliki oleh warnet
bandwidth yang sebenarnya pada suatu waktu dan RUSH Jl. Palagan Yogyakarta ditunjukkan pada
pada kondisi dan jaringan tertentu yang digunakan Gambar 2. Jaringan warnet tersebut dihubungkan ke
untuk mengunduh suatu file dengan ukuran tertentu. jaringan ISP A dan ISP B melalui router.
Jika tp adalah throughput, dz adalah ukuran data yang
dikirim, dan t adalah waktu yang dibutuhkan, maka
rumus untuk menentukan throughput jaringan
komputer sebagai berikut:
tp = dz / t (1)
Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk
mengukur throughput pada jaringan komputer saat
mengunduh data dari server bisa dihitung
menggunakan stopwatch, dari mulai unduh sampai
selesai.

E. Delay
Delay atau waktu tunggu merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk sebuah paket yang dikirimkan dari
suatu komputer ke komputer yang dituju (Erristhya et
al, 2011). Delay dalam sebuah proses transmisi paket Gambar 2. Model Analisa Jaringan
dalam sebuah jaringan komputer disebabkan karena
adanya antrian yang panjang, atau mengambil rute Terdapat beberapa batasan dalam melakukan
lain untuk menghindari kemacetan pada routing. pengukuran terhadap kinerja jaringan seperti Gambar
Delay pada paket yang ditransmisikan dapat dicari 2. Batasan tersebut antara lain:
dengan membagi antara panjang paket (satuannya bit) 1. Pengukuran yang dilakukan tidak
dibagi dengan link bandwidth (satuannya bit/s). mempertimbangkan kondisi internal yang ada
Delay pada suatu jaringan komputer dapat diukur dalam jaringan menejemen bandwidth, misalnya
menggunakan perintah ping yang merupakan salah gangguan pada media transmisi, pengaturan
satu perintah yang dimiliki oleh command prompt ketentuan protokol pada proxy (aplikasi yang
sistem operasi Windows, time pada hasil perintah menjembatani antara client menuju ISP).
ping menunjukkan delay pada paket yang dikirimkan. 2. Pengukuran hanya dilakukan pada warnet RUSH
Jl. Palagan Yogyakarta ke ISP A (XL untuk
F. Packet Loss keperluan browsing) dan ISP B (GMEDIANET
Packet loss merupakan persentase paket yang untuk keperluan games).
hilang selama mentransmisikan data (Erristhya et al, 3. Besar bandwidth yang ditentukan oleh pihak
2011). Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti warnet sebesar 4MB .
penurunan signal dalam media jaringan, kesalahan 4. Maksimal pengguna dalam waktu bersamaan
perangkat keras jaringan, atau juga radiasi dari dengan keperluan yang berbeda sebanyak 16.
lingkungan sekitar. TCP yang bersifat connection 5. Pengukuran akan dilakukan tiap satu jam dengan
oriented, menyediakan pengiriman kembali penambahan satu pengguna di tiap jam
(restransmission) atau pengiriman secara otomatis berikutnya sampai maksimal pengguna.
(resends) paket yanng hilang selama proses transmisi 6. Melihat pada paket data yang inbound (masuk)
walau segmen telah tidak diakui pada beberapa pada komputer tiap pengguna.
network transfer protokol. Walaupun TCP memiliki
kelebihan tersebut, jika TCP melakukan
retransmitting atau resends, throughput jaringan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 13


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

A. Data Penelitian
Pengukuran dilakukan tiap satu jam (1 pengguna) B. Throughput
dengan penambahan satu pengguna di tiap jam Pada penelitian yang dilakukan, penggunaan
berikutnya sampai maksimal pengguna dengan hasil bandwidth secara detail pada warnet RUSH Jl.
berupa data throughput, delay, dan packet loss. Hasil Palagan Yogyakarta dapat diketahui. Throughput
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1Manajemen yang merupakan bandwidth aktual dapat dilihat pada
bandwidth CBQ dengan antrian paket FIFO yang Tabel 1 kolom kedua. Data throughput tersebut dapat
digunakan oleh warnet RUSH Jl. Palagan Yogyakarta digambarkan sebagai grafik seperti pada Gambar 3.
mempunyai pengaturan sebagai berikut: Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan,
1. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket throughput semakin kecil sesuai dengan banyaknya
DNS (Domain Name System) hanya 64 Kbps. paket yang di kirim oleh pengguna. Throughput pada
2. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket saat paket terkecil (2,991 MBps) sebesar 300.757
ICMP (Internet Control Message Protocol) KBps, dan throughout pada saat paket terbesar
hanya 128 Kbps. (17.107 MBps) sebesar 65.015 KBps. Perbedaan
3. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket throughput yang terjadi dikarenakan lalu lintas trafic
Hit proxy (paket yang sudah pernah di akses pada waktu sibuk lebih padat sehingga throughput
kemudian tersimpan secara otomatis di database menjadi lebih kecil.
proxy) unlimited. Kondisi ini sesuai dengan teori di (Erristhya et al,
4. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket 2011), karena bandwidth sebesar 4 MBps bisa
yang kurang dari 200 KBps (browsing, download) mencukupi throughput pada pengiriman paket
unlimited. terbesar. Pada saat pengujian tertentu (nomor
5. Besar bandwidth yang disediakan untuk paket pengujian 2 dan 3, 5 dan 6, 7 dan 8, 10 dan 11)
yang lebih dari 200 KBps (browsing, download) 1 terdapat paket yang besarnya hampir sama hanya saja
Mbps – 2 Mbps untuk 18 pengguna (di bagi dalam besar throughput berbeda, hal ini terjadi karena ada
2 kelompok yaitu tiap 9 pengguna mendapat beberapa paket yang merupakan paket Hit proxy
jaminan 512 Kbps – 900 Kbps) dengan sehingga paket yang diakses diambil dari database
pengaturan tiap kelompok menggunakan SFQ proxy tanpa harus mengambil dari internet sehingga
dengan pertub 5 second dan allot 1514 byte. memaksimalkan kerja throughput.
Pengaturan tiap PC menggunakan pengaturan
default dari mikrotik.

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran


THROUGH-
PAKET
NO PUT DELAY (s) PL(%)
(KByte)
(KByte/s)
1
2991 300.757 9.944905688 0.00000%
2
4164.5 168.807 22.48641755 0.00000%
3
4312 218.2782857 65.85089398 0.00000%
4
5556.5 110.8026 117.0432583 0.00000%
5
6810.67 137.791 77.66469523 0.00337%
6
6858.63 300.41 55.07802635 0.00000%
7
8294.75 206.05075 121.4670046 0.00187%
8
8563.44 168.2532222 121.6517378 0.00000%
9
9812.67 153.7234444 95.33144692 0.00000%
10
11700.8 55.2048 262.3691397 0.00674%
11
11770.63 159.3708182 961.3677976 0.00000%
12
13973.6 105.9912 501.5781788 0.00180% Gambar 3. Grafik Pengukuran Besarnya Throughput
13
14638.8 56.9908 773.3210585 0.01777%
14 C. Delay
15715.2 158.7531333 262.3049191 0.00000%
14
16021.57 80.17957143 740.9997724 0.01779%
Pada penelitian yang dilakukan, penggunaan
15 bandwidth secara detail pada warnet RUSH Jl.
17107.25 65.015 586.5293608 0.02376% Palagan Yogyakarta dapat diketahui. Delay yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 14


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

merupakan waktu tunggu pengunduhan data dari warnet RUSH Jl. Palagan Yogyakarta termasuk
jaringan internet ke komputer pengguna dapat dilihat dalam kategori sangat bagus yaitu kurang dari 1%.
pada Tabel 1. kolom ketiga. Data delay tersebut dapat
digambarkan sebagai grafik seperti pada Gambar 4.

Gambar 5. Grafik Pengukuran Besarnya Packet Loss

Gambar 4. Grafik Pengukuran Besarnya Delay V. KESIMPULAN


Berdasarkan hasil penelitian pengaruh traffic
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, aplikasi terhadap kinerja jaringan warnet RUSH Jl.
delay semakin besar sesuai dengan banyaknya paket Palagan Yogyakarta dengan manajemen bandwidth
yang di akses. Delay pada saat paket terkecil (2,991 first in first out (FIFO). Dapat ditarik kesimpulan
MBps) sebesar 9.944905688 second, dan delay pada sebagai berikut :
saat paket terbesar (17.107 MBps) sebesar 1. Secara keseluruhan kinerja jaringan pada warnet
586.5293608 second. Sesuai dengan standart ITU RUSH Jl. Palagan Yogyakarta sudah baik.
delay pada warnet RUSH Jl. Palagan Yogyakarta 2. Besar delay pada warnet RUSH Jl. Palagan
pada saat pengiriman paket terkecil maupun paket Yogyakarta saat pengiriman paket terkecil dan
terbesar termasuk dalam kategori unacceptable yaitu paket terbesar termasuk dalam kategori
lebih dari 450 ms/0.45 second. Perbedaan delay yang unacceptable sesuai standar ITU.
terjadi dikarenakan lalu lintas trafic pada waktu sibuk 3. Besar throughput saat pengiriman paket terkecil
lebih padat sehingga delay menjadi lebih besar. lebih besar daripada pengiriman paket terbesar.
4. Besar packet loss tidak lebih dari 1% hal tersebut
D. Packet Loss termasuk dalam kategori sangat baik sesuai
Pada penelitian yang dilakukan, penggunaan standar ITU pada saat pengukuran.
bandwidth secara detail pada warnet RUSH Jl.
Palagan Yogyakarta dapat diketahui. Packet loss
yang merupakan paket yang dibuang karena DAFTAR PUSTAKA
keterbatasan bandwidth yang tidak dapat menampung
paket dapat dilihat pada Tabel 1. kolom keempat. Darmawan, Erristhya 1, Purnama, Indra 2,
Data packet loss tersebut dapat digambarkan sebagai Mahardika, Tomy Ihromi Rohmat 3, Wicaksana,
grafik seperti pada Gambar 5. I Wayan S. 4, (2011), BANDWIDTH
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, MANAJEMEN QUEUE TREE VS SIMPLE
diperoleh hasil bahwa packet loss selama pengukuran QUEUE, Jurnal Sistem Informasi, Fakultas
tidak ada perbedaan. Hal ini membuktikan bahwa Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma
manajemen jaringan bandwidth FIFO dengan besar Ferguson, Paul (1998), QUALITY OF SERVICE:
bandwidth 4MBps mampu memenuhi kebutuhan para DELIVERING QOS ON THE INTERNET AND
pengguna sehingga tidak ada paket yang terbuang IN CORPORATE NETWORKS, John Wiley &
(drop). Sesuai dengan standart ITU packet loss pada Sons

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 15


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ITU-T Recommendation G-1010. 2001. “End-User


Multimedia QoS Categories”
Kurose, James F (2007), COMPUTER
NETWORKING A TOP-DOWN APPROACH
FEATURING THE INTERNET, Addison
Wesley
Maryono, Y(2008), TEKNOLOGI INFORMASI &
KOMUNIKASI 3, Quadra
Mulyadi, Didik, (2011), PETUNJUK PRAKTIS DAN
MUDAH MENDIRIKAN WARNET GAMES
ONLINE, Jakarta:Elex Media Komputindo

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 16


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGEMBANGAN INDOOR LOCATION BASED SERVICE


MENGGUNAKAN WIRELESS POSITIONING PADA ANDROID

Dwijayanto Gusti Parrangan1), Y. Sigit Purnomo Wuryo Putro2), B. Yudi Dwiandiyanta3)


1 2 3)
Program Pasca Sarjana Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
p.dwijayanto@gmail.com1, sigit@staff.uajy.ac.id2, yudi-dwi@staff.uajy.ac.id3

ABSTRAK
Location Based Service (LBS) adalah layanan yang menyediakan informasi bagi pengguna berdasarkan lokasi pengguna.
LBS untuk kasus dalam ruangan disebut Indoor Location Based Service (ILBS). Pada kasus luar ruangan, Global Positioning
System (GPS) adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk memberikan informasi posisi pengguna dengan
menggunakan sinyal satelit. Namun teknologi tersebut kurang tepat apabila dipakai pada kasus dalam ruangan, karena
lemahnya sinyal dari satelit yang diterima oleh perangkat GPS, akibat terhalang oleh struktur gedung. Dengan memanfaatkan
infrastruktur Wireless Local Area Network (wireless LAN), yaitu access point (AP), dapat digunakan untuk menentukan
posisi perangkat mobile. Salah satu informasi yang diperoleh dari AP adalah Received Signal Strength (RSS). Oleh karena
itu, dibutuhkan sistem yang dapat memproses dan mengolah informasi RSS dari beberapa AP, agar dapat memberikan
informasi posisi perangkat mobile. Informasi posisi perangkat mobile tersebut kemudian divisualisasikan pada peta digital.
Metode yang akan digunakan adalah metode location fingerprint dengan algoritma k-nearest neighbor. Sistem operasi yang
akan digunakan adalah Android, karena saat ini perangkat mobile dengan sistem operasi Android yang diproduksi dapat
mendeteksi RSS dari AP. Sistem ini akan menyediakan informasi mengenai posisi perangkat mobile dan ruangan-ruangan
yang ada. Sistem ini juga akan membantu pengguna dalam mencari pengguna lain atau ruangan.

Kata kunci: indoor location based services, received signal strength, wireless positioning, location fingerprint, k-nearest
neighbor, android

1. PENDAHULUAN solusi untuk memberikan informasi posisi


Seiring dengan perkembangan dan perangkat mobile. Wireless LAN adalah koneksi
tuntutan zaman, mobilitas manusia akan terus antara dua atau beberapa perangkat (komputer,
bertambah dan semakin kompleks. Hal ini laptop, atau perangkat mobile lain) tanpa
menyebabkan kita harus berpindah-pindah tempat menggunakan kabel.
saat melakukan aktivitas sehari-hari. Tidak jarang AP tidak dapat memberikan informasi
kita sering kesulitan saat mencari seseorang, karena posisi perangkat mobile secara langsung. Interaksi
orang tersebut juga memiliki mobilitas yang tinggi. yang dibangun antara AP dan perangkat mobile
Jika kita berada di suatu gedung atau tempat yang menghasilkan beberapa informasi. Salah satu
baru, maka kita juga sering kesulitan ketika akan informasi yang dapat diperoleh adalah Received
mencari suatu ruangan. Salah satu solusi dari Signal Strength (RSS), yaitu informasi mengenai
masalah tersebut adalah dengan menggunakan kekuatan signyal yang diterima. Informasi RSS
layanan berbasis lokasi. inilah yang dapat menunjukkan jarak antara AP dan
Layanan berbasis lokasi atau Location perangkat mobile. Oleh karena itu, dibutuhkan
Based Service (LBS) adalah layanan yang sebuah sistem yang dapat memproses dan
menyediakan informasi yang berguna bagi mengolah informasi RSS dari beberapa AP, agar
pengguna berdasarkan lokasi pengguna. LBS yang dapat memberikan informasi posisi pengguna.
disediakan untuk kasus dalam ruangan disebut Informasi posisi pengguna tersebut kemudian akan
Indoor Location Based Service (ILBS). divisualisasikan pada peta digital sehingga
Pada kasus luar ruangan (outdoor), Global pengguna dapat melihat dengan lebih mudah dan
Positioning System (GPS) adalah salah satu nyaman.
teknologi yang digunakan untuk memberikan Pada penelitian ini metode yang akan
informasi posisi pengguna dengan menggunakan digunakan adalah metode location fingerprint
sinyal satelit. Namun teknologi tersebut kurang dengan algoritma k-nearest neighbor. Location
tepat apabila dipakai pada kasus dalam ruangan fingerprint adalah teknik untuk penentuan lokasi
(indoor). Hal ini disebabkan karena lemahnya pada Wireless LAN, dengan menggunakan kartu
sinyal dari satelit yang diterima oleh perangkat Wireless LAN dan tidak ada perangkat tambahan.
GPS, akibat terhalang oleh struktur gedung atau Sedangkan k-nearest neighbor adalah sebuah
bangunan. metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek
Semakin banyak penggunaan teknologi berdasarkan data learning yang jaraknya paling
Wireless Local Area Network (Wireless LAN) di dekat dengan objek tersebut.
berbagai lingkungan indoor, seperti sekolah, Perangkat mobile dengan sistem operasi
universitas, dan pusat perbelanjaan, menyebabkan Android yang diproduksi saat ini telah memiliki
muncul ide untuk menggunakan infrastruktur fungsi untuk mendeteksi Wireless LAN. Maka
Wireless LAN, yaitu Access Point (AP), sebagai sistem operasi yang akan digunakan adalah sistem

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 17


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

operasi Android. Sistem operasi Android adalah Digital Assistants (PDA) atau smart phone yang
sistem operasi berbasis Linux (freeware) yang dilengkapi dengan adapter Wireless LAN dan
dikembangkan oleh perusahaan Google pada tahun access point (AP), tanpa modifikasi hardware dan
2005. Selain itu, sistem operasi ini juga software dari sistem yang ada [2].
menawarkan antarmuka yang tidak kalah menarik Menurut penelitian ini, pengunaan AP
dibandingkan dengan sistem operasi lainnya, yang lebih mahal dan lebih handal (LANCOM)
seperti Apple, Blackberry, Java, Symbian, Windows dibandingkan dengan AP yang lebih sederhana dan
Mobile, dan sebagainya. lebih murah (Netgear) tidak memperlihatkan
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik peningkatan akurasi yang signifikan. Namun
untuk melakukan penelitian yang berjudul ternyata pengukuran dengan PDA dari produsen
“Pengembangan Indoor Location Based Service yang berbeda memperlihatkan perbedaan kualitas
menggunakan Wireless Positioning pada dalam penerimaan kekuatan sinyal (signal
Android”. Sistem ini akan menyediakan informasi strength). Hal ini mungkin terjadi karena desain
mengenai posisi perangkat mobile dan ruangan- antena PDA memiliki pengaruh yang besar pada
ruangan yang ada. Sistem ini juga akan membantu kualitas sinyal yang diterima.
pengguna dalam mencari pengguna lain atau Penelitian ini dilakukan dengan
ruangan di suatu gedung. menggunakan metode euclidian, bayes, dan RSSI-
Isoline. Tempat penelitian yang dipilih adalah
2. TINJAUAN PUSTAKA ruangan seminar di Dortmund University of
2.1. Indoor Location Tracking using RSSI Applied Sciences, seperti pada Gambar 2. Ruangan
Readings from a Single Wi-Fi Access Point ini berbentuk persegi tanpa ada penghalang
Percobaan ini menunjukkan bahwa filter (dinding) yang membatasi pancaran gelombang dari
berhasil di memperkirakan lokasi perangkaty tiap AP.
mobile meskipun Received Signal Strength
Indication (RSSI) yang tersedia dari AP tunggal
sangat ambigu. Telah dibuktikan bahwa bahkan
model gerakan sederhana dapat menghasilkan hasil
dengan presisi rata-rata sekitar satu meter [1].
Pada penelitian ini dipresentasikan
pendekatan untuk penentuan lokasi yang
menggunakan pengukuran RSSI dan peta dari
wireless di suatu lingkungan untuk memperkirakan
posisi dari perangkat mobile yang dilengkapi
dengan kartu jaringan wireless. Untuk mencapai
tujuan akhir dan untuk menghindari masalah Gambar 2. Denah ruangan seminar tempat penelitian
Grossmann dkk
diskritisasi, kompleksitas perhitungan, dan tidak
realistis mengenai perkiraan lokasi, maka 2.3. Using Wi-Fi Signal Strength to Localize in
digunakan teknik penyaringan Monte Carlo yang Wireless Sensor Networks
efisien untuk memperkirakan distribusi dari lokasi Pendekatan penentuan lokasi berbasis
perangkat mobile. Tempat penelitian yang dipilih Wireless Sensor Network (WSN) menawarkan
adalah sebuah rumah yang dilengkapi 1 AP, yang sejumlah manfaat. Pertama, meniadakan kebutuhan
ditunjukan dengan gambar persegi pada bedroom 2, untuk melakukan survei lokasi secara manual.
seperti pada Gambar 1. kedua, WSN sesuai untuk setiap lingkungan, dalam
maupun luar ruangan, terlepas dari topografi,
struktur bangunan, atau kondisi lingkungan.
Pendekatan ini juga dianggap akurat dan hemat
biaya [3].
Pendekatan WSN menggunakan location
fingerprint dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama,
mendeteksi kekuatan sinyal Wireless LAN.
Kemudian menggunakan satu set sensor lokasi
fingerprint statis untuk mengumpulkan lokasi
Gambar 1. Denah rumah tempat penelitian Z’aruba dkk fingerprint ke basis data. Pada tahap kedua, lokasi
fingerprint diambil oleh perangkat mobile dan
2.2. RSSI based WLAN Indoor Positioning with memperkirakan lokasi dengan menggunakan
Personal Digital Assistants algoritma k-nearest neighbor ke basis data. Dan
RSSI berbasis Wireless LAN untuk posisi metode Kalman Filter digunakan untuk melacak
dalam ruangan mungkin dilakukan menggunakan lokasi ganda, sehingga diperoleh lokasi yang
perangkat yang tersedia di pasaran, seperti Personal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 18


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

akurat. Gambar 3 menunjukkan jalur pengguna


(aktual dan perkiraan dengan dan tanpa filter). 4. METODE
Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah metode location fingerprint
dengan algoritma k-nearest neighbor.

4.1. Metode Location Fingerprint


Kata 'sidik jari' (fingerprint) di sini
menunjukkan lokasi tempat pengukuran sinyal
radio, dalam kasus wireless LAN ini adalah
Received Signal Strength (RSS). Mirip dengan sidik
jari manusia, sidik jari dari suatu tempat tertentu
Gambar 3. Denah laboratorium tempat penelitian Chan dkk dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi. Ide
utama location fingerprint adalah untuk memetakan
2.4. Pengembangan Indoor Location Based lokasi tempat pengukuran sinyal radio di daerah-
Service menggunakan Wireless Positioning daerah yang penting [4].
pada Android Location fingerprint adalah teknik untuk
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, penentuan lokasi pada 802.11 Wireless LAN,
penulis ingin mengembangkan metode wireless dengan menggunakan kartu Wireless LAN dan tidak
positioning untuk indoor location based service di ada perangkat tambahan [5].
lingkungan kampus 3 UAJY. Kampus 3 UAJY Secara umum metode ini terdiri dari 2
dipilih sebagai tempat penelitian karena kampus 3 tahap utama, yaitu tahap pelatihan (training) dan
UAJY telah memiliki access point yang tersebar di tahap penentuan letak (positioning). Proses secara
beberapa tempat. keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.
Metode yang akan digunakan adalah
metode location fingerprint dengan algoritma k-
nearest neighbor. Metode ini dipilih karena proses
komputasi (perhitungan) akan dilakukan pada
perangkat mobile, jadi diperlukan proses komputasi
yang cepat dan ringan. Pengguna juga tidak perlu
selalu terhubung dengan internet jika ingin mencari
informasi posisi perangkat mobile atau posisi
Gambar 4. Tahapan Location Fingerprint:
ruangan yang ada. Pengguna diharuskan terhubung (a) Tahap Pelatihan dan (b) Tahap Penentuan Letak
ke internet jika ingin mencari perangkat mobile
yang lain atau saat ingin menyimpan posisi 4.1.1. Tahap Pelatihan
terakhirnya. Langkah-langkah yang dilakukan pada
Untuk sistem operasinya dipilih Android, tahap ini adalah:
karena sistem operasi Android dapat mendeteksi 1. Membuat peta denah gedung kampus 3
dan mengukur kekuatan sinyal yang diterima. UAJY lantai 1, 2 dan 3.
Sistem ini akan menyediakan informasi mengenai 2. Menentukan beberapa koordinat-koordinat
posisi perangkat mobile atau ruangan-ruangan yang yang akan digunakan sebagai reference
ada. Sistem ini juga akan membantu pengguna point (RP).
dalam mencari pengguna lain atau ruangan di 3. Melakukan pengukuran signal strength
lingkungan kampus 3 UAJY. (SS) dari masing-masing access point
(AP) yang terdeteksi oleh perangkat
3. TUJUAN mobile pada koordinat RP.
Sistem ini dikembangkan dengan tujuan 4. Menyimpan SS dari tiap AP dan koordinat
untuk: RP ke dalam basis data.
1. Menangani penambahan data pengguna. 5. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk semua
2. Menangani pencarian posisi pengguna koordinat RP.
yang lain. 6. Menentukan nilai kekuatan sinyal dari
3. Menangani pencarian posisi ruangan. koordinat yang belum diketahui
4. Menampilkan informasi mengenai posisi menggunakan interpolasi dengan metode
pengguna pada peta digital. Weighted Distance Inverse (WDI).
5. Menampilkan informasi mengenai posisi 7. Menyimpan SS dari tiap AP dan koordinat
ruangan pada peta digital. yang diperoleh dari langkah 6 ke dalam
Dan berjalan pada perangkat selular basis data.
dengan sistem operasi Android yang dilengkapi 8. Menentukan koordinat dari tiap ruangan
kartu wireless LAN. yang ada di kampus 3 UAJY.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 19


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. PERANCANGAN SISTEM
4.1.2. Tahap Penentuan Letak System ini merupakan perangkat lunak
Langkah-langkah yang dilakukan pada layanan berbasis lokasi dalam ruangan yang
tahap ini adalah: dikembangkan untuk menyediakan informasi
1. Perangkat mobile akan melakukan mengenai posisi perangkat selular dan ruangan-
pengukuran signal strength (SS) dari ruangan yang ada. Sistem ini juga akan membantu
masing-masing access point (AP) yang pengguna dalam mencari pengguna lain atau
terdeteksi. ruangan di suatu gedung.
2. Perangkat mobile akan mengambil data Sistem dapat menampilkan informasi
koordinat yang berada di basis data. mengenai posisi pengguna dan posisi ruangan pada
3. Perangkat mobile akan membandingkan peta digital. Sistem ini juga dapat menangani
kooordinat mana yang akan di tentukan penambahan data pengguna.
sebagai posisi perangkat lunak Sistem ini berjalan pada platform Android,
4. Perbandingan dilakukan dengan dan dibuat menggunakan bahasa pemrograman
menggunakan algoritma k-nearest java. Sedangkan untuk lingkungan
neighbor, yaitu menghitung jarak yang pemrogramannya menggunakan Eclipse. Dan
paling dekat dengan persamaan Euclidean DBMS yang digunakan adalah MySQL.
Distance. Pengguna akan berinteraksi dengan sistem
5. Perangkat lunak akan menampilkan posisi melalui antarmuka GUI (Graphical User Interface).
dengan menggunakan peta digital. Pada sistem ini (Gambar 5) arsitektur aplikasi yang
digunakan berupa client-server. Perangkat selular
4.2. K-Nearest Neighbor yang digunakan harus dilengkapi dengan kartu
K-Nearest Neighbor (KNN) adalah sebuah wireless LAN.
metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek
berdasarkan data learning yang jaraknya paling
dekat dengan objek tersebut [6].
KNN termasuk algoritma supervised
learning dimana query instance yang baru
diklasifikan berdasarkan mayoritas dari kategori
pada KNN. Kelas yang paling banyak muncul yang
akan menjadi kelas hasil klasifikasi.
Tujuan dari algoritma ini adalah Gambar 5. Perancangan arsitektur sistem
mengklasifikasikan objek baru berdasarkan atribut
dan training sample. Classifer tidak menggunakan 6. IMPLEMENTASI SISTEM
model apapun untuk dicocokkan dan hanya 6.1. Antarmuka Sign Up
berdasarkan pada memori. Diberikan titik query,
akan ditemukan sejumlah k objek atau (titik
training) yang paling dekat dengan titik query.
Klasifikasi menggunakan voting terbanyak diantara
klasifikasi dari k objek. Algoritma KNN
menggunakan klasifikasi ketetanggaan sebagai nilai
prediksi dari query instance yang baru.
Diberikan 2 buah titik P dan Q dalam
sebuah ruang vector n-dimensi dengan P(p1, p2, … ,
pn) dan Q(q1, q2, … , qn), maka jarak antara titik P
dan Q dapat diukur dengan persamaan Euclidean Gambar 6. Antarmuka Sign Up
Distance sebagai berikut:
Gambar 6 merupakan antarmuka yang
digunakan untuk melakukan pendaftaran (Sign Up).
Pada saat pengguna menekan tombol Submit maka
sistem akan memeriksa username, password, dan
email. Setelah itu sistem akan memeriksa format
Dimana P dan Q adalah titik pada ruang data dan apakah username belum digunakan. Jika
vector n dimensi sedangkan pi dan qi adalah semua data sudah benar maka sistem akan
besaran scalar untuk dimensi ke i dalam ruang menambahkan data pengguna ke basis data. Tetapi
vector n dimensi. jika ada format data yang salah maka maka system
akan memberikan pesan peringatan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 20


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

6.2. Antarmuka Login akan memeriksa kekuatan sinyal dari beberapa


access point yang ada. Data kekuatan sinyal itu
kemudian akan dibandingkan dengan data kekuatan
sinyal yang ada di basisdata menggunakan metode
location fingerprint dengan algoritma k-nearest
neighbor. Setelah koordinat perangkat mobile
diperoleh, maka akan ditampilkan dalam peta
digital. Sistem akan menampilkan icon berwarna
biru untuk menunjukkan posisi perangkat mobile.
Pengguna dapat menyimpan atau
memperbaharui koordinat posisinya ke dalam
Gambar 7. Antarmuka Login basisdata dengan memilih menu Update Position.
Sehingga dapat memudahkan pengguna lain saat
Gambar 7 merupakan antarmuka yang ingin melihat posisi pengguna.
digunakan untuk masuk ke dalam sistem (Log In).
Pada saat pengguna menekan tombol Login maka 6.5. Antarmuka Search User/Room
sistem akan memeriksa username dan password
dari pengguna. Jika data username dan password
benar maka sistem akan memanggil fungsi untuk
menampilkan antarmuka Main Menu. Tetapi jika
username dan password salah maka sistem akan
memberikan pesan peringatan.

6.3. Antarmuka Main Menu

(a) (b)
Gambar 10. Antarmuka Search (a) User dan (b) Room

Gambar 10 merupakan antarmuka yang


digunakan untuk melakukan pencarian pengguna
atau ruangan berdasarkan nama pengguna atau
ruangan. Pada saat pengguna menekan tombol
Search maka sistem akan mengambil data
Gambar 8. Antarmuka Main Menu
pengguna atau ruangan berdasarkan parameter
Gambar 8 merupakan antarmuka yang nama yang dimasukkan. Setelah itu sistem akan
digunakan untuk memilih fungsi atau antarmuka menampilkan semua data pengguna atau ruangan
yang dinginkan. Pada saat pengguna memilih salah dalam bentuk ListView.
satu list menu yang tersedia maka sistem akan Pada saat pengguna memilih salah satu list
memanggil fungsi atau menampilkan antarmuka pengguna atau ruangan maka sistem akan
sesuai dengan menu yang dipilih. menampilkan pilihan menu Show Map. Jika menu
Show Map ditekan maka sistem akan memanggil
fungsi untuk menampilkan antarmuka Map User
6.4. Antarmuka My Position
atau Map Room.

6.6. Antarmuka Map User/Room

Gambar 9. Antarmuka My Position

Gambar 9 merupakan antarmuka yang


(a) (b)
digunakan untuk melihat posisi perangkat mobile Gambar 11. Antarmuka Map (a) User dan (b) Room
pada peta digital. Pada saat memulai activity sistem

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 21


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Annual IEEE International Conference,


Gambar 11 merupakan antarmuka yang November, pp. 676-683.
digunakan untuk melihat posisi perangkat mobile [6] Nasution, Z. F., 2011, Penerapan Algoritma
dan posisi pengguna atau ruangan yang dicari pada Klasifikasi K-Nearest Neighbor pada Sistem
peta digital. Pada saat memulai activity sistem akan Context Aware File Sharing berbasis Web
memeriksa kekuatan sinyal dari beberapa access Service, Institute Teknologi Sepuluh
point yang ada. Data kekuatan sinyal itu kemudian November.
akan dibandingkan dengan data kekuatan sinyal
yang ada di basisdata menggunakan metode
location fingerprint dengan algoritma k-nearest
neighbor. Setelah koordinat perangkat mobile
diperoleh, maka akan ditampilkan dalam peta
digital. Sistem akan menampilkan icon berwarna
biru untuk menunjukkan posisi perangkat mobile.
Setelah itu sistem akan mengambil data
posisi pengguna atau ruangan yang dicari. Sistem
akan menampilkan kotak berwarna merah untuk
menunjukkan posisi pengguna atau ruangan yang
dicari.

7. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa indoor
location based service menggunakan wireless
positioning dengan metode location fingerprint dan
algoritma k-nearest neigthbor pada android berhasil
dikembangkan di lingkungan kampus 3 UAJY.
Dimana sistem ini menyediakan informasi
mengenai posisi perangkat mobile atau ruangan-
ruangan yang ada. Sistem ini juga membantu
pengguna dalam mencari pengguna lain atau
ruangan di lingkungan kampus 3 UAJY.

8. DAFTAR PUSTAKA
[1] Z`aruba, G. V., Huber, M., Kamangar, F. A.,
Chlamtac, I., 2007, Indoor location tracking
using RSSI readings from a single Wi-Fi
access point, Wireless Network, 13:221–2.
[2] Grossmann, U., Schauch, M., Hakobyan, S.,
2007, RSSI based WLAN indoor positioning
with personal digital assistants, IEEE
International Workshop on Intelligent Data
Acquisition and Advanced Computing
Systems: Technology and Applications, 6-8
September, Dortmund, Germany.
[3] Chan, E. C. L., Baciu, G., Mak, S. C., 2009,
Using Wi-Fi Signal Strength to Localize in
Wireless Sensor Networks, International
Conference on Communications and Mobile
Computing.
[4] Li, B., 2006, Terrestrial Mobile User
Positioning Using TDOA And Fingerprinting
Techniques, School of Surveying and Spatial
Information Systems The University of New
South WalesSydney NSW 2052, Australia.
[5] Taheri, A., Singh, A., Emmanuel, A., 2004,
Location fingerprinting on infrastructure
802.11 wireless local area networks (wlans)
using locus, in Local Computer Networks. 29th

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 22


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

POWER MONITORING BERBASIS MIKROKONTROLER

Freddy Kurniawan
Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto
Jl. Raya Janti, Blok R, Kompleks Lanud Adisutjipto, Yogyakarta
Email: freddykurniawan@stta.ac.id, freddykurniawan@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari beberapa penelitian sebelumnya untuk mewujudkan intrumen
pengukur daya guna mendukung penelitian di laboratorium. Salah satu hasil penelitian sebelumnya adalah
"Wattmeter Digital berbasis Mikrokontroler". Instrumen tersebut telah dapat mengukur beberapa nilai besaran
jala-jala listrik seperti: frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya dan faktor daya listrik.

Pada penelitian ini, peneliti menambah sebuah fasilitas data-logger pada Wattmeter Digital tersebut sehingga
instrumen ini dapat mengirim semua data tersebut ke komputer sepuluh kali per detik. Peneliti juga telah
membuat sebuah perangkat lunak khusus di komputer untuk menerima data. Data disimpan pada larik dalam
format integer. Sebuah algoritma khusus akan membuat grafik perubahan nilai frekuensi tegangan, tegangan
RMS, arus RMS, daya dan faktor daya di layar komputer. Perangkat lunak ini dapat pula menyimpan dan
mencetak data kelima besaran tersebut dalam format numeris maupun grafis.
.
Perangkat lunak ini telah dapat bekerja dengan baik. Hasil pengujian telah membuktikan bahwa perangkat
lunak ini dapat digunakan secara mudah, dan sistem berbasis mikrokontroler ini telah siap digunakan untuk
mendukung kegiatan penelitian di laboratorium.

Kata kunci: power monitoring, sistem berbasis mikrokontroler.

Abstract

This research is a continuation of several previous researches to make a power measuring instrument to
support research in the laboratory. One result of these previous researches is the "Microcontroller-based
Digital Wattmeter". This instrument can measure the values of electrical quantities in the grid such as the
frequency of the voltage, RMS voltage and current, power and power factor.

In this research, we add a data-logger on Digital Wattmeter so that the instrument can send all data to the
computer ten times per second. We have also made a special software on the computer to receive the data.
Data stored on the array in integer format. A special algorithm will make a chart of the value of the
frequency of the voltage, RMS voltage, RMS current, power and power factor on a computer screen. This
software can save and print data in numerical and graphical formats.

This software has been able to work properly. The results of software testing have proven that this software
can be used easily, and this microcontroller-based system is ready to be used to support some researches in
the laboratory.

Keywords: Power Monitoring, microcontroller-based system.

1 Latar Belakang telah didahului dengan beberapa penelitian yang


menghasilkan sebuah Wattmeter Digital berbasis
Pada beberapa praktikum di laboratorium
Mikrokontroler. Alat ukur ini telah dapat mengukur
Elektronika, dibutuhkan adanya pengukur tegangan,
nilai beberapa parameter penting pada jala-jala
arus, daya dan faktor daya secara digital. Instrumen
listrik, yaitu: frekuensi tegangan, tegangan dan arus
tersebut semestinya dapat memberikan laporan ke
RMS, daya dan faktor daya listrik. Sistem telah
komputer agar perubahan semua nilai tersebut dapat
dapat mengukur frekuensi tegangan listrik dari 22
direkam dan dianalisis. Laporan fluktuasi kelima
Hz hingga 79,9 Hz, tegangan RMS jala-jala listrik
parameter tersebut dapat berupa tabel atau secara
dari 90 V hingga 300 V, arus RMS hingga 5 A, dan
grafis.
daya hingga 1 kVA. Galat absolut hasil pengukuran
Dengan latar belakang adanya kebutuhan
bernilai nol untuk kisaran tegangan 170 V hingga
tersebut, penelitian ini dilakukan. Penelitian ini

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 23


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

250 V dengan frekuensi 45 Hz hingga 62 Hz. Untuk disimpan dalam format data yang dapat diambil
beban yang menarik arus dengan tingkat harmonik oleh perangkat lunak pengolah data yang lain.
kecil, galat absolut maksimal hasil pengukuran arus
2 Tujuan
bernilai 0,5 % dan galat absolut maksimal hasil
pengukuran daya bernilai 2 % (Kurniawan, 2012). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
Wattmeter digital yang menggunakan mengembangkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu
mikrokontroler ATmega8535 ini menghitung “Wattmeter Digital Berbasis Mikrokontroler”
kelima nilai parameter tersebut sepuluh kali per menjadi “Power Monitoring Berbasis
detik. Nilai frekuensi tegangan, tegangan dan arus Mikrokontroler”. Sistem ini terdiri dari “Wattmeter
RMS dan daya disimpan dalam variabel bertipe Digital Berbasis Mikrokontroler” yaitu perangkat
integer yang menggunakan alokasi memori 16 bit, berbasis mikrokontroler yang dapat mengukur nilai
sedangkan nilai faktor daya disimpan dalam frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya
variabel integer 8 bit. Meskipun tampilan nilai dan faktor daya beban di jala-jala listrik, dan sebuah
kelima parameter tidak semuanya merupakan perangkat lunak di komputer yang dapat
bilangan bulat, namun semua perhitungan di menampilkan nilai kelima parameter tersebut secara
mikrokontroler dilakukan tanpa melibatkan waktu nyata (real time) di layar komputer.
bilangan pecahan (floating point). Dengan cara ini
waktu eksekusi cukup singkat. Waktu sibuk CPU di 3 Metode Penelitian
mikrokontroler masih di bawah 60 % (Kurniawan, Sistem pemonitor daya ini dibuat dengan
2012). menambah perangkat komunikasi data dari
Melalui penelitian ini, sistem tersebut Wattmeter Digital (yang dibuat pada penelitian
dikembangkan sehingga dapat membentuk Power sebelumnya) ke sebuah komputer melalui port USB
Monitoring berbasis Mikrokontroler. Dengan alat sebagaimana Gambar 1. Sebuah perangkat lunak
ukur ini, nilai semua parameter yang diukur khusus digunakan untuk menerima data yang
diharapkan dapat diamati secara waktu nyata (real dikirim Wattmeter Digital dan melakukan
time) di layar komputer, dapat direkam dan pengolahan data di sebuah komputer.

Gambar 1 Diagram blok sistem Power Monitoring berbasis Mikrokontroler

terlihat pada kolom ke-4 dan ke-5 Tabel 1. Nilai


3.1 Pengiriman Data ke Komputer
Vrms dan P mewakili nilai tegangan dan daya listrik,
Pada Wattmeter Digital, data nilai nilai f mewakili nilai frekuensi listrik yang
frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya dikalikan sepuluh, sedangkan nilai Irms dan pf
dan faktor daya disimpan dalam variabel bertipe mewakili nilai arus dan faktor daya listrik yang
integer dengan kisaran nilai data dalam sistem dikalikan seratus.
bilangan desimal dan heksadesimal sebagaimana

Tabel 1 Format data yang digunakan


Panjang Kisaran nilai data Format Kisaran nilai tampilan
Parameter Notasi
data Format Desimal Format heksadesimal tampilan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Frekuensi tegangan f 16 bit 220 ~ 799 0x00dc ~ 0x031f XX,X Hz 22,0 Hz ~ 79,9 Hz
Tegangan RMS Vrms 16 bit 90 ~ 300 0x005a ~ 0x012c XXX V 90 V ~ 300 V
Arus RMS Irms 16 bit 0 ~ 1500 0x0000 ~ 0x05dc XX,XX A 0,00 A ~ 15,00 A
Daya P 16 bit 0 ~ 2500 0x0000 ~ 0x09c4 XXXX W 0W ~ 2500 W
Faktor Daya pf 8 bit 0 ~ 100 0x00 ~ 0x64 X,XX 0,00 ~ 1,00

Data yang tersimpan di RAM berbasis IC PL2303. Dari IC inilah Wattmeter


mikrokontroler tersebut dikirim melalui komunikasi Digital ini dapat dihubungkan ke komputer melalui
serial USART ke konverter Serial-ke-USB yang port USB.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 24


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Agar perangkat lunak di komputer dapat frekuensi menempati memori 16 bit. Byte rendah
menerima data dengan benar, data nilai kelima nilai frekuensi (fL) merupakan data pertama yang
parameter tersebut dikirim dalam satu frame data dikirim. Byte tinggi nilai frekuensi (fH) hanya
dengan format seperti pada Gambar 2. Sebuah berkisar dari 0x00 hingga 0x03, sehingga nilai ini
frame data diawali dengan header byte berupa kode dapat ditempatkan di nibble tinggi data kedua.
ASCII 0x01, diikuti dengan data frekuensi,
tegangan, arus, daya dan faktor daya. Nilai

Gambar 2 Format frame data yang dikirim

Nilai byte tinggi tegangan (VH), hanya Perangkat lunak juga harus dapat
berkisar dari 0x00 hingga 0x01. Nilai ini dikirim menterjemahkan sebuah frame menjadi kelima nilai
sebagai nibble rendah data kedua. Sedangkan nilai parameter yang dikirim. Untuk itu digunakanlah
byte rendah tegangan (VL) dikirim sebagai data diagram alir proses penerimaan data sebagaimana
ketiga. Gambar 3.
Nilai arus yang menggunakan format 16 bit Mulai
(IH,IL) dikirim sebagai data keempat dan kelima.
Demikian pula dengan nilai daya (PH,PL) yang Baca Data Tidak Tidak
Data = 0x01
dikirim sebagai data keenam dan ketujuh. Dan = Enable ?
?
terakhir, nilai faktor daya yang hanya menggunakan
Ya Ya
format 8 bit (pf) dikirim sebagai bit terakhir.
Dengan cara ini, diharapkan sistem dapat lebih n<9
Tidak
Data = 0xFE
Tidak Baca Data = Enable
leluasa untuk dikembangkan, misalnya dengan ? ? n=0

memperlebar kisaran nilai pengukuran arus dan Ya Ya


daya. Baca data ke-n
Proses Data
Data dikirim dengan pesat bit 9600 bps. n=n+1
Setiap satu data mempunyai format 8 bit, satu bit
Baca Data = Disable
stop, tanpa paritas dan flow control. Waktu
pengiriman sebuah frame data sekitar 1 milidetik. Selesai
Dalam durasi satu detik, dikirim sepuluh
Gambar 3 Diagram alir proses penerimaan data
frame data. Untuk menjaga agar waktu sibuk CPU
mikrokontroler tidak menjadi lebih besar, maka
pengiriman data dilakukan di sela-sela kesibukan Pada saat tidak ada data yang dikirim,
CPU mikrokontroler. Sehingga antara pengiriman maka status Baca Data adalah disable. Ketika
dua frame berurutan terdapat sedikit jeda waktu. perangkat lunak menerima data berupa header byte,
Jeda waktu tersebut tidak selalu sama. Total durasi status Baca Data menjadi enable, dan kemudian
waktu untuk mengirim kesepuluh frame data sekitar perangkat lunak akan membaca satu per satu data
150 milidetik. yang dikirim. Pada sebuah frame data, data terakhir
yang harus diterima adalah footer byte.
3.2 Perangkat Lunak Pemonitor Daya di Dengan proses penerimaan data tersebut,
Komputer perangkat lunak ini hanya akan memproses frame
Data diterima di komputer oleh perangkat data yang dinyatakan valid. Sebuah frame data
lunak yang dibuat dengan bahasa Pemrogram dinyatakan valid jika diterima secara utuh. Dari
Delphi 7 Personal Edition (freeware). Perangkat sebuah frame data yang dinyatakan valid, diekstrak
lunak ini dibuat dengan komputer dengan nilai frekuensi, tegangan dan arus RMS, daya dan
spesifikasi cukup rendah, yaitu Pentium 4, dengan faktor daya. Persamaan untuk ekstraksi data dapat
harapan perangkat lunak ini mestinya dapat berjalan dilihat pada diagram alir pemrosesan data pada
dengan lebih lancar pada komputer dengan Gambar 4.
spesifikasi yang lebih tinggi.
Perangkat lunak harus dapat memvalidasi
data yang diterima. Data yang diterima harus benar-
benar data yang dikirim dari Wattmeter Digital dan
diusahakan tidak ada kesalahan dalam pengiriman
data.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 25


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Mulai mengerjakan diagram alir (tproses) tersebut


tergantung dari kinerja komputer. Sesuai
f = fL + fH 256 penjadwalan prosesor pada Gambar 5, diharapkan
V = VL + VH masih ada waktu sisa dari selesainya pemrosesan
I = IL + IH
P = PL + PH
data hingga diterimanya frame data berikutnya.
pf = pf Dengan kata lain tproses diharapkan tidak akan
melebihi 850 milidetik.
3.3 Pengujian
220 f 799
90 V 300 Tidak Pengujian dilakukan dengan mengukur
0 I 1500 nilai beberapa parameter pada beberapa macam
0 P 2500
0 Ya
pf 100 beban. Tanggapan alat ukur ini atas perubahan
? beban dilihat di layar monitor dan dijadikan bahan
Ya pertimbangan atas kelayakan alat ini untuk
digunakan. Terdapat beberapa beban yang
Tambahkan nilai ke larik digunakan untuk pengujian diuji. Dua percobaan
Perbarui grafik waktu nyata
yang penting dilakukan adalah pengujian arus
transien beban lampu pijar dan percobaan
Selesai pengamatan kinerja generator. Kedua percobaan
Gambar 4 Diagram alir pemrosesan data tersebut menggunakan alat ini untuk mengukur nilai
frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya
Melalui diagram alir tersebut, kelima nilai dan faktor daya.
parameter tersebut kemudian dicek kebenarannya. Pengujian dilakukan juga dengan
Jika salah satu parameter mempunyai nilai di luar menjalankan aplikasi ini pada beberapa jenis
kisaran pengukuran Wattmeter Digital, maka data komputer berbeda untuk mengecek persentase
dinyatakan salah, dan seluruh data dalam frame penggunaan sumber daya CPU. Dari percobaan ini
tersebut tidak akan diproses. dapat ditentukan spesifikasi komputer minimal
Data nilai kelima parameter hasil proses yang harus digunakan agar perangkat lunak ini
ekstraksi sebuah frame akan ditambahkan ke larik dapat berjalan dengan baik.
(array) data tersimpan. Setiap parameter disimpan Perangkat lunak Sistem Power Monitoring
dengan larik berukuran maksimal 65536. Agar berbasis Mikrokontroler telah dibuat sedemikian
kebutuhan memori dapat dihemat dan perhitungan rupa sehingga mudah digunakan (user friendly)
dapat berlangsung lebih cepat, setiap nilai bagi mahasiswa peserta praktikum. Perangkat lunak
menggunakan memori bertipe integer. juga telah dilengkapi dengan fasilitas mencetak dan
Dari larik yang sudah tersimpan, dibuatlah menyimpan seluruh data rekaman sistem dalam
grafik waktu nyata untuk menampilkan sebagian format Microsoft Excel. Untuk menguji kemudahan
data yang telah tersimpan. Karena dalam satu detik penggunaan perangkat lunak ini, laboran diminta
diterima sepuluh frame data, maka grafik tersebut untuk mencoba perangkat lunak tanpa diberi
selalu diperbarui setiap sepuluh milidetik. petunjuk cara penggunaannya.
Pemrosesan data tersebut dilaksanakan di 4 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
sela-sela waktu proses penerimaan data
sebagaimana penjadwalan prosesor pada Gambar 5. Perangkat lunak telah dapat merekam nilai
Proses penerimaan sebuah frame data beserta nilai frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS,
validasinya sebagaimana diagram alir pada Gambar daya dan faktor daya dalam larik dan dalam bentuk
3. Durasi waktu proses ini sama dengan durasi grafis dengan benar. Hasil pengukuran kelima nilai
waktu pengiriman data, yaitu tRX = 150 milidetik. yang ditampilkan di layar komputer sama dengan
tRX nilai kelima parameter tersebut pada penampil
Wattmeter Digital. Dengan demikian proses
tproses
Terima data

Terima data

Terima data

komunikasi data dari Wattmeter Digital ke


komputer telah dapat berjalan dengan baik dan
Proses data Proses data Proses data
benar. Proses ekstraksi data frekuensi tegangan dan
tegangan RMS (yang sebelum dikirim
dimampatkan terlebih dahulu), konversi string dari
0 100 200 300
t (milidetik)
data yang diterima di port USB hingga penampilan
Gambar 5 Penjadwalan prosesor data telah berjalan dengan benar.
Setelah semua data dinyatakan valid, baru Hasil pengamatan arus transien lampu pijar
kelima data tersebut diproses sesuai dengan 100 W telah dapat dilakukan dengan hasil seperti
diagram alir pada Gambar 4. Durasi waktu untuk pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa sebuah lampu pijar dapat menarik arus

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 26


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

transien cukup tinggi pada saat dihidupkan. Arus mudah diamati untuk kemudian dianalisis
tersebut hanya berlangsung kurang dari setengah seperlunya.
detik.

Gambar 6 Grafik arus transien lampu pijar

Dari grafik tersebut tampak bahwa grafik


nilai transien mempunyai resolusi cukup rendah.
Hal ini disebabkan pengiriman data yang hanya
dilakukan sepuluh kali per detik.
Sementara itu hasil pengamatan kinerja
generator 1 kW atas perubahan beban dapat dilihat
pada Gambar 7. Pada grafik tersebut terlihat bahwa Gambar 8 Grafik fluktuasi nilai frekuensi tegangan
kenaikan beban pada generator akan menurunkan generator
nilai frekuensi tegangan keluaran generator. Hal ini Uji coba perangkat lunak telah dilakukan
disebabkan oleh menurunkannya kecepatan putaran pada beberapa spesifikasi komputer, dari Pentium 4
rotor generator. Pada beban sekitar 800 W, putaran dengan RAM 256 MB yang menggunakan Sistem
rotor turun drastis hingga frekuensi tegangan Operasi Windows XP hingga komputer dengan
keluaran menjadi sekitar 32 Hz. Dan pada saat prosesor Pentium Dual Core 2.0 GHz dengan RAM
beban diperbesar lagi, rotor tidak sanggup berputar 2 GB DDR dengan Sistem Operasi Windows 7.
lagi dan akhirnya tegangan keluaran menjadi nol. Perangkat lunak telah dapat berjalan dengan baik di
beberapa jenis komputer dan beberapa sistem
operasi berbasis Windows.
Pada komputer pertama perangkat lunak ini
menggunakan kinerja komputer (CPU Usage)
sekitar 80 %. Dengan demikian, durasi pemrosesan
data sebagaimana diagram alir pada Gambar 4
berlangsung kurang dari 850 milidetik. Sesuai
dengan penjadwalan prosesor pada Gambar 5,
masih ada sisa waktu antara selesainya pemrosesan
data hingga diterimanya frame data berikutnya.
Pada komputer berprosesor sekelas Dual
Core, perangkat lunak ini menggunakan kinerja
komputer di bawah 20 %. Dalam kondisi ini,
tentunya waktu sisa akan menjadi jauh lebih banyak
sehingga komputer masih leluasa untuk melakukan
multi-tasking.
Dengan komputer berprosesor Pentium 4,
perangkat lunak juga telah dapat menampilkan data
frekuensi tegangan, tegangan dan arus RMS, daya
Gambar 7 Grafik yang menunjukkan kinerja dan faktor daya secara waktu nyata (real time)
generator dalam bentuk grafis. Kelima grafik pun dapat selalu
Untuk melihat fluktuasi nilai frekuensi jika diperbarui (di-update) sepuluh kali per detik.
diberi beban dengan nilai tertentu, batas nilai Perangkat lunak juga telah diuji coba
minimum dan maksimum sumbu waktu (horisontal) kepada laboran. Dan secara cepat laboran telah
dapat diubah-ubah sehingga didapat pembesaran dapat menggunakan perangkat lunak ini, dari
seperlunya. Setiap grafik akan disesuaikan secara melakukan koneksi, merekam data, menyimpan
otomatis sehingga mendapatkan ukuran grafik grafik, mencetak ke printer atau menyimpan ke
optimal. Sebagaimana tampak pada Gambar 8, nilai dokumen postscript (.pdf) hingga mengekspor ke
fluktuasi nilai frekuensi tegangan dapat dengan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 27


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Microsoft Excel. Semua fasilitas tersebut telah DAFTAR PUSTAKA


berjalan dengan baik pada perangkat lunak yang
bersifat user friendly ini. Allegro, 2011, ACS712, Fully Integrated, Hall
Effect-Based Linear Current Sensor IC with
5 Kesimpulan dan Saran
2.1 kVRMS Isolation and a Low-Resistance
5.1 Kesimpulan Current Conductor, Allegro MicroSystem,
Inc., Massachusetts, U.S.A.
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di
Atmel, 2006, ATmega8535 8-bit Microcontroller
muka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
with 8K Bytes In-System Programmable
berikut.
Flash, Atmel Corporation, California, U.S.A.
1. Sistem Power Monitoring berbasis
Haque, M, Hossain, K, Ali, Sheikh, RI, 2011,
Mikrokontroler ini telah dapat mengukur dan
Microcontroller Based Single Phase Digital
mencatat nilai frekuensi tegangan, tegangan
Prepaid Energy Meter for Improved
dan arus RMS, daya dan faktor daya listrik.
Metering and Billing System, International
2. Kelima parameter tersebut telah ditampilkan
Journal of Power Electronics and Drive
secara numeris dan grafis secara waktu nyata di
System (IJPEDS), Vol.1, No.2, December
layar komputer.
2011, pp. 139~147.
3. Sistem ini telah siap digunakan untuk
Kuc, Roman, 1998, Introduction to Digital Signal
mendukung penelitian di Laboratorium
Processing, McGraw-Hill International
5.2 Saran Editions, Singapore.
Kurniawan, Freddy, 2009, Implementasi
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di
Mikrokontroler sebagai Pencacah Frekuensi
muka dapat diambil beberapa saran sebagai berikut.
Berbasis Pengukuran Periode Isyarat
1. Perangkat lunak ini dapat dikembangkan
Masukan, Jurnal Telkomnika, Vol. 7, No. 1,
sehingga dapat menampilkan grafik sesaat nilai
hal 57 – 64.
tegangan, arus dan daya listrik.
Kurniawan, Freddy, 2011, Analisis Ketepatan
2. Perangkat lunak ini dapat dikembangkan untuk
Pengukur Nilai Tegangan dan Arus RMS Jala-
menghitung nilai energi yang digunakan dalam
jala Listrik berbasis Mikrokontroler, Jurnal
kWh hingga perhitungan atas biaya rekening
Angkasa, Vol 3, No. 2, November 2011, hal.
listrik yang digunakan.
53-64.
3. Jumlah frame data yang dikirim per detik dapat
Kurniawan, Freddy, 2012, Wattmeter Digital
dinaikan sehingga didapat resolusi grafik yang
Berbasis Mikrokontroler, Jurnal Teknoin,
lebih tinggi terutama untuk pengamatan grafik
Maret 2012, Vol. 18, No. 1, Maret 2012.
nilai trasien.
Tocci, Ronald J., Neal S. Widmer, 1988, Digital
Systems, 7th edition, Prentice-Hall, Inc., New
Jersey, U.S.A.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 28


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SISTEM PEMEROLEHAN INFORMASI MAKALAH ILMIAH BERBAHASA INDONESIA


MENGGUNAKAN STRUKTUR DATA INVERTED INDEX BERBASIS ORDBMS DENGAN
METODE PEMBOBOTAN TF-IDF

Justina S. Wulandari1, JB Budi Darmawan2


1,2
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III Paingan Maguwohardjo Depok Sleman Yogyakarta
1
wulwulmocil@gmail.com, 2jbbudi@gmail.com

ABSTRAK
Setiap tahun makalah ilmiah berbahasa Indonesia semakin bertambah banyak sehingga diperlukan sistem pemerolehan
informasi untuk mencari dokumen yang relevan. Sebagian besar sistem pemerolehan informasi dan web pencarian
menerapkan inverted index yang terbukti efiesien dalam menjawab query. Pada penelitian sebelumnya, penggunaan inverted
index pada database menawarkan beberapa keuntungan dan implementasi inverted index dengan Bahasa Indonesia
menggunakan ORDBMS memiliki waktu akses yang lebih baik dibandingkan menggunakan RDBMS. Pada makalah ini
penulis mencoba untuk mengimplementasikan sistem pencarian makalah ilmiah berbahasa Indonesia berdasarkan seluruh isi
teks dalam dokumen menggunakan struktur data inverted index pada ORDBMS dengan metode pembobotan TF-IDF.
Percobaan ini menggunakan corpus 281 dokumen makalah ilmiah berbahasa Indonesia yang berisi 25737 term. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses pencarian untuk operasi AND dengan 1 sampai 2 kata kunci kurang dari 0,1 detik, 3 kata kunci
kurang dari 0,3 detik, dan 4 kata kunci kurang dari 0,5 detik.
Kata kunci : inverted index, ORDBMS, TF-IDF, pemerolehan informasi

1. PENDAHULUAN dokumen ter-retrieve yang sesuai, dengan


1.1. Latar Belakang mengurutkan bobot dokumen-dokumen yang
Kemajuan dunia pendidikan maupun riset ditemukan [5]. Penerapan struktur data inverted
dibidang teknologi cukuplah pesat, khususnya index di ORDBMS dapat menggunakan collection
teknologi informasi yang dapat dilihat dari banyak yang struktur datanya mirip dengan struktur data
bermunculan makalah penelitian. Setiap tahun inverted index klasik [4].
makalah ilmiah akan bertambah banyak seiiring
dengan banyaknya orang yang melakukan 1.2. Tujuan
penelitian. Pencari makalah pun ingin menemukan Tujuan dari penelitian ini adalah mengim-
makalah yang sesuai dengan kebutuhannya. plementasikan sistem pemerolehan informasi untuk
Penyaringan makalah secara manual dilakukan pencarian makalah ilmiah berbahasa Indonesia dan
dengan membaca makalah yang kemudian mengamati unjuk kerja penggunaan struktur data
diklasifikasikan dengan kesesuaian makalah yang inverted index berbasis ORDBMS dengan metode
diinginkan. Untuk mempermudah pencari makalah, pembobotan TF-IDF. Penelitian ini bermanfaat
maka diperlukan sistem pemerolehan informasi sebagai alternatif penerapan inverted index pada
untuk mencari dokumen makalah yang relevan. ORDBMS dengan metode pembobotan TF-IDF
Sebagian besar sistem pemerolehan informasi untuk memperoleh kelebihan yang ditawarkan.
dan web pencarian menerapkan inverted index yang
terbukti efiesien dalam menjawab query [2]. 1.3. Metode Penelitian
Penggunaan inverted index pada DBMS (Database Dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap
Management System) menawarkan beberapa sebagai berikut :
kelebihan dan kekurangannya [7]. Implementasi 1. Studi pustaka penerapan pemerolehan informasi
inverted index dengan Bahasa Indonesia pada untuk menjawab query dalam ORDBMS
ORDBMS (Object Relational Database menggunakan pembobotan TF-IDF dengan
Management System) memiliki waktu akses yang model pemerolehan boolean AND.
lebih baik dibanding menggunakan RDBMS 2. Pengumpulan dokumen-dokumen makalah
(Relational Database Management System) [4]. ilmiah berbahasa Indonesia sebagai corpus.
Proses pembentukan indeks menggunakan rumus 3. Implementasi penerapan struktur data inverted
Savoy berdasarkan frekuensi kata, jumlah dokumen, index dalam ORDBMS dengan metode
dan frekuensi terbesar pada sebuah dokumen yang pembobotan TF-IDF menggunakan rumus
mampu memberikan bobot yang lebih spesifik pada Savoy.
dua dokumen yang mempunyai frekuensi sama, 4. Pengamatan unjuk kerja waktu pada operasi
sehingga mudah untuk diperingkat [5]. Penerapan pencarian AND dengan dua belas kelompok kata
indeks ini sudah pernah digunakan pada dokumen berdasarkan jumlah dokumen yang mengandung
berbahasa Indonesia dan dapat menghasilkan istilah tertentu (dfk) dan jumlah kata kunci pada

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 29


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

query pencarian. Dua belas kelompok kata ini yang akan mengurangi kompleksitas dari
adalah kelompok kata yang mempunyai dfk representasi dokumen dan mengubah logical view
minimum 1 sampai 2 dokumen, dfk kurang lebih dari full text menjadi set indeks term. Gambar 1
140 dokumen, dfk maksimum 281 dokumen mengilustrasikan beberapa intermediate logical view
dengan query pencarian dari 1 kata kunci sampai yang akan digunakan oleh suatu sistem pemerolehan
4 kata kunci. informasi [2].
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Perangkat lunak
1. Sistem operasi, Oracle Linux Server Release
5.8
2. Oracle 11g R2 Enterprise Edition,
3. Oracle SQL Developer 3.0.04,
4. Java JDK 1.6.0 dan OJDBC
5. Netbeans 6.9.1 Gambar 1. Logical view dari sebuah dokumen: dari full text
menjadi sebuah set indeks term. [2]
b. Perangkat keras
1. Prosesor: Intel XEON E5620 (4 Core, 2, 40
Proses retrieval terdapat beberapa tahap.
GHz)
Pertama-tama, sebelum proses retrieval diinisiasi,
2. Memori RAM: 8 GB RDIMM
diperlukan pendefinisian database teks. Hal ini
3. Hardisk: RAID 5 Logical 2TB
dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap
4. Motherboard: HP Proliant ML 350 G6
dokumen-dokumen yang akan digunakan, operasi
yang akan dilakukan terhadap teks, dan model teks
2. LANDASAN TEORI
(struktur teks dan elemen mana saja dari teks yang
2.1. Collection pada ORDBMS
dapat diretrieve). Text operations
ORDBMS merupakan penerapan model
mentransformasikan dokumen asal menjadi logical
berorientasi obyek pada Oracle dan perluasan dari
view dokumen tersebut. Setelah logical view
RDBMS. Salah satu fitur pada ORDBMS adalah
dokumen diperoleh, dibuatlah indeks term pada
collection. Collection digunakan untuk menyimpan
database untuk mempercepat proses pencarian
multiple values dalam satu kolom dari sebuah tabel
terhadap jumlah data yang besar. Struktur indeks
yang menghasilkan nested table dimana sebuah
yang paling banyak digunakan adalah inverted file
kolom dalam sebuah tabel berisi tabel lain [3].
seperti pada Gambar 2. Database dokumen telah
Nested table adalah unordered set dari elemen
diindeks, maka proses retrieval dapat diinisiasi.
data yang data typenya sama dan memiliki sebuah
Pengguna menentukan kebutuhannya yang
kolom dari object type. Jika kolom adalah sebuah
kemudian ditransformasikan oleh text operation
object type, tabel juga dapat dilihat sebagai tabel
yang sama digunakan pada koleksi dokumen. Query
multi-column, dengan sebuah kolom untuk setiap
kemudian ditransformasi untuk mendapatkan
atribut dari object type [3].
dokumen retrieval. Struktur indeks dibuat
Pada Oracle semua data nested table disimpan
sebelumnya agar dapat mempengaruhi cepatnya
dalam satu tabel, yang terkait dengan tabel terlampir
pemrosesan query [2].
atau object type [8].
Sebelum dikirimkan ke pengguna, dokumen
retrieval diperingkat dahulu berdasarkan
2.2. Information Retrieval
kemungkinan relevansi. Pengguna kemudian
Dokumen dalam koleksi sering diwakili melalui
memeriksa set dokumen peringkat untuk
set indeks term atau keyword. Keyword tersebut
mendapatkan informasi yang berguna baginya [2].
dapat diekstraksi langsung dari teks dokumen atau
ditentukan secara manual (dibuat oleh spesialis
seperti banyak dilakukan pada bidang information
science). Indeks term ini menyediakan suatu logical
view dari dokumen. Komputer modern
memungkinkan representasi suatu dokumen dengan
menggunakan seluruh teks yang terdapat dalam
dokumen tersebut. Dalam hal ini, sistem temu balik
disebut mengadopsi full text logical view dari
dokumen. Jika koleksi dokumen sangat besar, maka
komputer modern akan mengurangi jumlah set term
indeks melalui proses penghapusan stopwords,
stemming, dan indentifikasi noun groups
(menghilangkan adjectives, adverbs, dan verbs). Gambar 2. Proses pemerolehan informasi [2].
Proses tersebut disebut text operation (operasi teks)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 30


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Representasi struktur data inverted index pada berdasarkan rumus Savoy, telah terjadi perbaikan
Gambar 3 menunjukkan dictionary berisi kumpulan dari hasil temu-kembali dimana dokumen yang di-
term (t) yang masing-masing term mempunyai retrieve telah diberi bobot dan diperingkat
postings list (atau inverted list) yang berisi berdasarkan bobotnya yang akan memudahkan
kumpulan dokumen (d) [6]. pengguna untuk memilih dokumen yang benar-benar
relevan dari dokumen-dokumen hasil yang
ditampilkan [5].

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Arsitektur Sistem
Arsitektur dari sistem pemerolehan informasi
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 4. Kumpulan dokumen koleksi berupa
Gambar 3. Representasi Inverted Index [6] text file dengan ekstensi pdf. Sistem akan melakukan
proses text operation pada dokumen menggunakan
Inverted index pada Gambar 3, dapat dilakukan algoritma stemming Nazief dan Adriani untuk teks
operasi boolean dasar. Operasi AND dengan n Bahasa Indonesia [1], dilanjutkan proses indexing
operand akan melibatkan n posting list. Operasi untuk pembentukan inverted index yang disimpan
Caesar AND Calpurnia akan menghasilkan dokumen dalam database text dengan menggunakan teknologi
2. RDBMS. Sistem mengambil kumpulan term hasil
indexing dari database text, kemudian menyimpan
2.3. Pembobotan TF-IDF dalam bentuk inverted index ke database index
Teknik pembobotan Savoy (1993) adalah sebagai ready dengan teknologi ORDBMS. Sedangkan,
berikut [5]: untuk proses pencarian pengguna memasukkan
Wik = ntfik * nidfk, kebutuhan pengguna dalam bentuk kata kunci dan
 n  sistem akan melakukan proses text operation,
log  
tf ik  df k 
dilanjutkan dengan proses query operations dan
dimana ntfik = dan nidfk = logn  searching, kemudian dilakukan proses ranking
Max j tf ij berdasarkan bobotnya yang kemudian akan
Dimana : ditampilkan dokumen hasil melalui user interface.
 Wik adalah bobot istilah k pada dokumen i.
 tfik merupakan frekuensi dari istilah k dalam
dokumen i.
 n adalah jumlah dokumen dalam kumpulan
dokumen.
 dfk adalah jumlah dokumen yang mengandung
istilah k.
 Maxj tfij adalah frekuensi istilah terbesar pada satu
dokumen.
 Wd= bobot sebuah dokumen
Pada teknik pembobotan ini, bobot istilah
dinormalisasi. Dalam menentukan bobot suatu
istilah tidak hanya berdasarkan frekuensi term, tetapi
juga berdasarkan frekuensi terbesar pada dokumen
bersangkutan. Hal ini untuk menentukan posisi
relatif bobot dari term dibanding dengan term-term Gambar 4. Rancangan sistem pemerolehan informasi
lain di dokumen yang sama. Selain itu teknik ini
juga memperhitungkan jumlah dokumen yang 3.2. Data yang Digunakan
mengandung term bersangkutan dan jumlah Tabel JURNAL dan TERM yang digunakan pada
dokumen. Hal ini untuk menentukan posisi relatif percobaan ini menggunakan teknologi ORDBMS.
bobot term bersangkutan pada suatu dokumen Struktur tabel JURNAL ditampilkan pada Gambar
dibandingkan dengan dokumen-dokumen lain yang 5. Tabel ini untuk menyimpan data dari sebuah
memiliki term yang sama. Sehingga jika sebuah dokumen yang terdiri dari kolom JURNAL_ID
term memiliki frekuensi yang sama pada dua sebagai primary key, JUDUL untuk menyimpan
dokumen belum tentu memiliki bobot yang sama judul dari sebuah dokumen, TAHUN untuk
[5]. menyimpan tahun dari sebuah dokumen,
Menurut Hasibuan, pada teknik Boolean NAMA_PENULIS untuk menyimpan nama penulis
berperingkat dengan menggunakan pengindeksan dari sebuah dokumen, PATH untuk menyimpan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 31


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

nama file dari dokumen, MAXJTFIJ untuk


menyimpan frekuensi terbesar dari sebuah dokumen. 3.3. Hasil Percobaan
Dokumen hasil dari operasi AND dengan metode
pembobotan TF-IDF adalah dokumen yang terdapat
pada semua kata kunci yang kemudian dilakukan
proses ranking berdasarkan jumlah nilai bobotnya
sebelum ditampilkan ke pengguna.
Dari hasil pengamatan waktu akses query pada
Tabel 1 terdapat peningkatan waktu akses untuk
semua kelompok kata dfk dengan meningkatnya
jumlah kata kunci. Pada kelompok dfk minimum 1
sampai 2 dokumen untuk 1 kata kunci memerlukan
waktu akses query 0,0026 detik dan 4 kata kunci
memerlukan waktu akses query hingga 0,0074 detik.
Sedangkan, pada dfk maksimum 281 dokumen
untuk 1 kata kunci memerlukan waktu akses query
0,013 detik dan 4 kata kunci memerlukan waktu
akses query hingga 0,492 detik. Hal ini dikarenakan
sistem akan melakukan pencarian dokumen pada
database berdasarkan kata kunci yang dimasukkan
untuk mendapatkan posting list dokumen. Untuk
kata kunci lebih dari 1 akan dilakukan operasi AND
dari kumpulan posting list dokumen yang
Gambar 5. Struktur tabel JURNAL pada ORDBMS
didapatkan dari database, dilanjutkan dengan proses
Untuk struktur tabel TERM ditampilkan pada ranking berdasarkan jumlah bobotnya sebelum
Gambar 6. Tabel ini terdiri dari kolom TERM_ID dokumen hasil ditampilkan ke pengguna.
sebagai primary key, TERM untuk mewakili kata, Pada Gambar 7 terlihat bahwa pencarian
DFK untuk menyimpan jumlah dokumen yang menggunakan 2 sampai 4 kata kunci mengalami
mengandung term, NIDFK untuk menyimpan hasil kenaikan waktu akses query secara linear dan cukup
perhitungan (log(DFK/N))/logN, POSTING_TERM tajam dibandingkan dengan 1 kata kunci, hal ini
bertipe nested table yang mempresentasikam posting disebabkan pada pencarian lebih dari 1 kata kunci
list untuk menyimpan kolom-kolom, yaitu TFK akan dilakukan operasi AND yang dilanjutkan
(frekuensi term pada suatu dokumen), NTFIK (hasil proses ranking dokumen hasil. Sedangkan, pada
perhitungan TFK/frekuensi terbesar pada suatu pencarian untuk 1 kata kunci hanya melakukan
dokumen), W (bobot dari sebuah term), proses pencarian tanpa menggunakan operasi AND
JURNAL_POSTING (kolom untuk merujuk ke yang dilanjutkan proses ranking dokumen hasil.
objek tabel JURNAL). Pencarian menggunakan kata kunci lebih dari 1
kata terlebih dahulu akan dilakukan operasi AND
untuk 2 kata dan hasil dari setiap operasi akan
dilakukan operasi AND hingga kata terakhir. Hasil
dari operasi AND dengan kata terakhir akan
dilakukan proses ranking. Maka, semakin
banyaknya kata kunci akan berpengaruh ke waktu
akses query.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa peningkatan jumlah
dfk dari 1 sampai 281 dokumen akan meningkatkan
waktu akses query. Untuk pencarian jumlah 1 kata
kunci pada dfk minimum 1 sampai 2 dokumen
memerlukan waktu akses query 0,0026 detik dan dfk
maksimum 281 dokumen mengalami peningkatan
waktu akses query hingga 0,013 detik. Sedangkan,
untuk jumlah 4 kata kunci pada dfk minimum 1
sampai 2 dokumen memerlukan waktu 0,0074 detik
dan dfk maksimum 281 dokumen mengalami
peningkatan waktu akses query hingga 0,492 detik.

Gambar 6. Struktur tabel TERM pada ORDBMS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 32


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Rata- rata waktu query operasi AND untuk 3 kelompok Penerapan inverted index pada ORDBMS
dfk dengan 1 sampai 4 kata kunci
dengan menggunakan metode pembobotan TF-IDF
dfk jumlah kata rata-rata waktu menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan
kunci query (detik) kelebihan yang ditawarkan.
1-2 1 0,0026
2 0,0038 4.2. Saran
3 0,0057 Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk
4 0,0074 operasi pencarian OR dan NOT atau operasi
±140 1 0,0109 pencarian AND, OR, NOT menggunakan metode
2 0,0126 pembobotan lain.
3 0,0712
4 0,1708 DAFTAR PUSTAKA
281 1 0,013 [1] Agusta, Ledy. (2009). Perbandingan Algoritma
2 0,079 Stemming Porter dengan Algoritma Nazief &
3 0,2958 Adriani untuk Stemming Dokumen Teks
4 0,492 Bahasa Indonesia. Jurnal Konferensi Nasional
Sistem dan Informatika 2009, Bali.
[2] Baeza-Yates, R., Ribeiro-Neto, B. (1999).
0,6 Modern Information Retrieval.
waktu akses query

AddisonWesley.
0,4 [3] Connoly, T., Begg, C., (2005). Database
1-2 dfk
(detik)

Systems: A Practical Approach to Design,


0,2 Implementation, and Management, 4th edition,
±140 dfk
England, Pearson Education Limited.
0 281 dfk [4] Darmawan, J.B.Budi. (2012). Inverted Index
1 2 3 4 untuk Medukung Model Pemerolehan Boolean
jumlah kata kunci Mengguanakan RDBMS VS ORDBMS.
Prosiding Konferensi Nasional Sistem
Gambar 7. Grafik rata-rata waktu query untuk 3 kelompok dfk Informasi 2012, Bali.
dengan menggunakan 1 sampai 4 kata kunci [5] Hasibuan, Zainal A., & Andri, Yofi. (2001).
Penerapan Berbagai Teknik Sistem Temu-
4. PENUTUP Kembali Informasi Berbasis Hiperteks. Jurnal
4.1. Kesimpulan Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi,
Dari hasil penelitian menggunakan corpus 281 Volume 1, Nomor 2.
dokumen makalah ilmiah berbahasa Indonesia yang [6] Manning, Christopher, D., Raghavan,
menghasilkan hampir 25737 term, dapat Prabhakar., Schütze, Hinrich. (2009). An
disimpulkan penerapan inverted index ke dalam Introduction to Information Retrieval. England:
ORDBMS menggunakan metode pembobotan TF- Cambridge University Press.
IDF dengan nested table collection untuk operasi [7] Papadakos P., Theoharis Y., Marketakis Y.,
AND pada dfk minimum 1 sampai 2 dokumen Armenatzoglou N., Tzitzikas Y. (2008). Mitos:
dengan 1 kata kunci memerlukan waktu 0,0026 detik Design and Evaluation of a DBMS-based Web
dan 4 kata kunci memerlukan waktu hingga 0,0074 Search Engine. IEE.
detik. Sedangkan, pada dfk maksimum 281 [8] Pardede, Eric., Rahayu, Wenny., Taniar,
dokumen dengan 1 kata kunci memerlukan waktu David. (2006). Object Oriented OracleTM.
0,013 detik dan 4 kata kunci memerlukan waktu America: IRM Press.
hingga 0,492 detik. Pada pencarian menggunakan
kata kunci 2 sampai 4 mengalami kenaikan secara
linear, dikarenakan pada pencarian lebih dari 1 kata
kunci akan dilakukan operasi AND. Sedangkan,
pada pencarian menggunakan 1 kata kunci hanya
dilakukan proses pencarian tanpa melakukan operasi
AND. Semakin banyak kata kunci yang digunakan
akan membuat semakin banyaknya operasi AND
yang dilakukan.
Peningkatan jumlah dfk dan kata kunci akan
meningkatkan lamanya waktu pencarian,
dikarenakan sistem akan mengembalikan banyaknya
posting list sesuai dengan jumlah kata kunci dan
banyaknya dokumen dalam posting list sesuai
dengan jumlah dfk.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 33


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 34


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KENDALI BUCK-BOOST MPPT BERBASIS DIGITAL


Matias Chosta Agryatma
Slamet Riyadi
F. Budi Setiawan
Program Studi Teknik Elektro
Universitas Katolik Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendhan Duwur, Semarang
matiaschosta@gmail.com

Abstract—Based on unpredicted duration of proper iradiance level to generate electric energy from photovoltaic
(PV), MPPT must be used. A simple control circuit is needed to reduce cost of MPPT design so it can make people
intersted in using PV. This paper describes the control circuit of buck-boost MPPT based on dsPIC30F4012. This
Digital Signal Controller provide high speed ADC so no external ADC chips are needed. This MPPT can also be
connected to loads greater or less than MPP resistance. To verify analisys, simulation and laboratory experiment are
done.

Key Words : MPPT, Chopper, dsPIC, PV

I. PENDAHULUAN lebih besar/kecil dari nilai tahanan pada MPP. Di


samping itu harga DSC yang relatif murah. Untuk
Terjadinya krisis bahan bakar berbasis fossil mendukung analisa, maka simulasi akan
telah memberikan dorongan dalam mencari energi dilakukan.
alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan.
Energi surya merupakan salah satu sumber energi
terbarukan yang sangat sesuai untuk Indonesia II. BUCK-BOOST CHOPPER SEBAGAI MPPT
karena posisi geografisnya. Panel surya (PV = Suatu buck-boost chopper ditunjukkan pada
Photovoltaic) sudah banyak diterapkan sebagai Gambar-1 dengan tegangan DC masukan sebesar
penghasil energi listrik di banyak negara maju. Di E dan tegangan keluaran rata-rata sebesar V o
Indonesia aplikasi PV sudah mulai banyak
diminati tetapi terkendala oleh mahalnya PV yang terhubung dengan beban Rout . Karena
beserta perangkat pendukungnya. saklar S akan dikendalikan untuk ON dan OFF
Dalam implementasinya, energi listrik yang dengan duty cycle sebasar d. Maka pada saat
dihasilkan oleh panel surya sangat dipengaruhi saklar S pada kondisi ON , arus akan mengalir
oleh intensitas sinar matahari dan temperatur. melalui induktor L menuju ke tegangan sumber E.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi Pada kondisi ini tegangan induktor ( v L ) akan
maka dalam pengoperasiannya diperlukan suatu bernilai E, arus induktor L dapat diturunkan
MPP Tracker (Maximum Power Point Tracker = dengan persamaan
MPPT). Berbagai konsep kendali MPPT telah
dipaparkan [Esram & Chapman, 2007], [Jiang E  vL
dkk, 2005]. Sebagai implementasi MPPT pada
umumnya digunakan DC-DC converter jenis i
L  Eo
boost tetapi converter jenis buck dapat digunakan t
sebagai MPPT dengan kendali digital berbasis LI  E .t  E .tON (1)
pada komparasi perhitungan pengukuran daya
sesaat dan algoritma MPPT [Azab, 2008]. Metoda Pada kondisi ini arus induktor akan naik
kendali MPPT lain juga diturunkan untuk dengan selisih arus dari kondisi awal sebesar  I
meningkatkan unjuk kerja panel surya melalui
selama interval tON . Sedangkan saat saklar S
metoda berbasis constant voltage control
[Kiranmayi, 2008]. Kendali MPPT di atas membuka maka arus induktor akan terus mengalir
umumnya berbasis digital dan diimplementasikan menuju sisi beban dan kembali melalui dioda D.
menggunakan rangkaian digital signal processor persamaan yang dapat diturunkan pada kondisi ini
(DSP) karena algoritmanya yang cukup adalah
kompleks. v L  Vo
Pada makalah ini akan dipaparkan suatu i
kendali MPPT jenis buck-boost yang L  Vo
t
diimplementasikan dengan digital signal
controller (DSC) tipe dsPIC30F4012. MPPT jenis LI  Vo t  Vo .tOFF (2)
ini mampu dibebani dengan tahanan beban yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 35


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

i in  i L

 R  RMPP
vL Vo Rout
 R  RMPP

Io RMPP

Gambar-1 Rangkaian buck-boost


Gambar-4 Implementasi buck-boost
chopper chopper sebagai MPPT untuk
beban dengan tahanan lebih
Pada kondisi ini arus induktor akan turun besar/kecil dari R MPP
dengan selisih arus dari kondisi awal sebesar  I
selama interval tOFF . Dengan menyamakan
persamaan (1) dan (2) akan didapat hubungan Suatu PV bukan merupakan suatu sumber
berikut tegangan ataupun sumber arus melainkan
d gabungan keduanya. Pada Gambar-5 dan
Vo  E (3) Gambar-6 disajikan kurva karakteristiknya.
1 d
Dengan mengacu pada gambar tersebut maka
Mengacu pada hukum kekekalan energi maka jika pembebanan secara langsung akan mengakibatkan
dianggap sistem ideal, daya sisi masukan sama daya yang dihasilkan PV tidak maksimum. Agar
dengan daya sisi keluaran dan akan didapat pembebanan sebarang memungkinkan dihasilkan
hubungan daya maksimum oleh PV maka diperlukan MPPT.
Dengan piranti ini, PV akan dipaksa bekerja pada
E .I in  Vo .I o nilai di sekitar titik di mana dibangkitkan daya
2 maksimum.
1 d  (4)
R in    R out
 d 

Gambar-5 Kurva I-V suatu sel surya


pada iradiasi dan temperatur
Gambar-2 Kurva perbandingan tahanan tertentu terhadap pembe-
masukan dan keluaran terha- banan
dap duty cycle pada buck-
boost chopper

Dengan demikian jika buck-boost chopper


diimplementasikan sebagai MPPT maka beban
yang terpasang pada PV melalui MPPT dapat
lebih besar/kecil dari R MPP .

I in

Gambar-6 Kurva P-V suatu sel surya


1  d 
2
pada iradiasi dan temperatur
Rout  
 d  tertentu terhadap pembe-
banan

Gambar-3 Rangkaian ekuivalen sisi


III. METODA PENGONTROLAN
masukan buck-boost chopper
Agar titik operasi suatu PV berkisar di titik
MPP maka dapat dilakukan dengan kendali

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 36


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

umpan balik melalui deteksi tegangan PV dan


arus PV. Selanjutnya besaran daya PV dapat
ditentukan melalui deteksi tegangan dan arusnya.
Jika terjadi pergeseran titik operasi PV dari A ke
B maka operasi harus dilanjutkan (pergeseran ke
kanan). Secara teoritis dapat dijelaskan sebagai
berikut, pergeseran dari A ke B menyebabkan P
dan V bernilai positif sehingga nilai V harus
terus ditambah dengan cara menurunkan arus PV
atau menurunkan d. Sebaliknya jika titik operasi
bergerak dari B ke A maka P dan V bernilai
negatif keduanya sehingga harus titik operasi
harus digeser ke kanan dengan menurunkan d.
Jika terjadi pergeseran titik dari C ke D
maka P bernilai positif dan V bernilai negatif. Gambar-9 Skema kendali MPPT
Untuk mencapai titik MPP maka titik operasi berbasis dsPIC 30F4012
harus terus digeser ke kiri dengan menaikkan d.
Begitu juga dengan pergeseran titik operasi dari D
ke C akan menyebabkan nilai P bernilai nagatif IV. HASIL SIMULASI DAN PENGUJIAN
dan V bernilai positif. Antisipasi dilakukan
dengan menaikkan d. Untuk melakukan verifikasi analisis maka
dilakukan simulasi dengan perangkat lunak PSIM.
Sebagai basis kendali digital, digunakan C-block.
Dengan penggunaan tahanan yang berubah, PV
masih mampu menghasilkan daya maksimumnya.
Pada fungsi sebagai buck MPPT maka tegangan
keluaran MPPT lebih kecil dibandingkan
tegangan PV sebaliknya pada operasi sebagai
boost MPPT maka tegangan keluaran MPPT lebih
besar dari tegangan PV.

Gambar-7 Pergeseran titik operasi


menuju nilai daya maksimum

Implementasi kendali MPPT dapat


dilakukan secara digital dengan menggunakan
dsPIC30F4012. Dengan internal ADC yang cukup
cepat maka tidak diperlukan ADC eksternal.
Gambar-10 Hasil simulasi buck-boost
chopper sebagai MPPT pada
pembebanan dengan tahanan
lebih besar/kecil dari tahanan
MPP (a) daya (b) tegangan
PV dan tegangan keluaran
MPPT

Gambar-8 dsPIC 30F4012 sebagai inti


kendali digital MPPT

Gambar-11 Hasil pengujian arus PV saat


MPPT dioperasikan sebagai
buck MPPT

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 37


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

melalui implementasi dsPIC30F4012 cukup


sederhana karena dapat memanfaatkan internal
ADC sebagai masukan bagi kendali MPPT. Dari
hasil simulasi dan pengujian tampak bahwa
MPPT mampu bekerja sebagai boost atau buck
chopper.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar-12 Hasil pengujian tegangan PV
dan tegangan L chopper saat 1. Azab M. (2008) : A New Maximum Power
MPPT dioperasikan sebagai Point Tracking for Photovoltaic Systems,
buck MPPT Proceedings of World Acadeny of Science,
Engineering and Technology Vol. 34, Oct
2008
2. Esram T., and Chapman P. L. (2007) :
Comparison of Photovoltaic Array Maximum
Power Point Tracking Techniques, IEEE
Transc. On Energy Conversion, Vol. 22, No.
2, pp. 439-449
3. Jiang J. A, Huang T. L, Hsiao Y. T, and Chen
C. H. (2005) : Maximum Power Tracking for
Gambar-13 Hasil pengujian tegangan PV Photovoltaic Power Systems, Tamkang
dan tegangan L chopper saat Journal of Science and Engineering, Vol. 8,
MPPT dioperasikan sebagai No 2, pp. 147-153
boost MPPT 4. Kiranmayi R., Reddy V. K., and Kumar M. V
(2008) : Modeling and a MPPT for Solar Cell,
Pada pengujian tampak bahwa MPPT mampu Journal of Engineering and Applied Science
beroperasi sebagai buck atau boost MPPT 3(1), pp. 128-133
bergantung tahanan beban yang terpasang. 5. Riyadi ,S (2010) : Controlled Current Source
Pemasangan beban lebih kecil dari RMPP akan sebagai Interface PV-Grid Connected System,
mengoperasikan MPPT sebagai buck chopper dan Prosiding EECCIS (Electrical Power,
penggunaan beban lebih besar dari RMPP akan Electronics, Communications, Controls and
Informatics), Malang 2010, hal. A25.1-A25.5
mengoperasikan MPPT sebagai boost chopper.
6. Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic
melalui VSI berbasis Kendali Arus untuk
V. KESIMPULAN Pembagian Beban, JITEE (The Journal of
Information Technology and Electrical
Suatu buck-boost MPPT mampu bekerja
Engineering), Vol. 2, April 2010 hal. 32-37,
dengan beban sebarang untuk pembebanan PV.
UGM Yogyakarta
Pembebanan akan dibatasi kemampuan chopper
saat menaikkan tegangan. Kendali berbasis digital

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 38


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SISTEM PENJEJAK LOKASI SUMBER SUARA MENGGUNAKAN


INTERAURAL TIME DIFFERENCE

Muhammad Afridon1, Djoko Purwanto2


Politeknik Negeri Bengkalis-Riau1
Institut Teknologi Sepuluh Nopember–Surabaya2
E-mail : mohd_afridon@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini memaparkan sistem penjejak lokasi sumber suara. Terinspirasi dari sistem pendengaran manusia,
banyak penelitian yang membuat penjejak lokasi sumber suara yang di implementasikan pada sebuah robot. Sistem
penjejak lokasi sumber suara pada penelitian ini di implementasikan untuk mengarahkan camera ke arah lokasi sumber
suara. Sistem untuk penjejak lokasi sumber suara pada penelitian ini menggunakan metode perbedaan waktu (Inteaural
Time Difference - ITD) yang diterima oleh dua buah mikrofon. Sinyal suara yang ditangkap oleh masing-masing
mikrofon akan di korelasi silang (Cross Corelation), dimana hasil puncak tertinggi dari cross correlation akan
menunjukan nilai ITD. Pada penelitian ini, sistem penjejak lokasi sumber suara mampu mengidentifikasi lokasi sumber
suara manusia dalam bidang setengah lingkaran (0 − 180 ).

Kata Kunci— ITD,Cross Correlation, Lokasi Sumber Suara.

I. PENDAHULUAN
Dengan adanya perbedaan gelombang suara (1)
yang sampai ke telinga, kita dapat menebak dari = 331.5 + (0.6 ) ⁄
mana arah sumber suara. Terinspirasi dari sistem Dimana θ adalah temperature ( ℃ ). Suara
pendengaran manusia ini, banyak peneliti diukur berdasarkan seberapa kuat (keras) suara
membuat sistem yang dapat menentukan lokasi tersebut. Alat ukur yang digunakan adalah sound
sumber suara. Sistem pendeteksi lokasi sumber level meter, yang secara prinsip adalah
suara dapat ditentukan berdasarkan perbedaan membandingkan besarnya tekanan suara terhadap
intensitas atau level suara yang diterima oleh tekanan sekitar pada medium. Persamaan untuk
mikrofon[1,2] dan perbedaan waktu sampainya menghitung level tekanan suara :
sinyal suara yang diterima mikrofon [2,3,4,5].
Aplikasi dari sistem pendeteksi lokasi sumber = 20 log (2)
suara antara lain, untuk perawatan prediktif mesin,
aplikasi tanda bahaya, aplikasi pada service robot Dimana adalah Level tekanan suara (dB),
dan sebagainya. Dalam penelitian John Murray adalah root-mean-square (RMS) tekanan suara
dkk, telah melakukan suatu permodelan telinga
(Pa) dan adalah 20 μPa di udara dan 1 μPa di
yang dapat mengetahui posisi sumber bunyi
air.
dengan menggunakan Cross Correlation dan
Neural Network. Pada penelitian ini, dengan
III. CROSS CORELATION DAN ESTIMASI
memanfaatkan dua mikrofon yang dipasang
POSISI
dengan jarak tertentu bisa mengidentifikasi lokasi
sumber suara manusia yang berada pada bidang Tujuan menghitung correlation antara dua
setengah lingkaran ( 0 − 180 ) dengan sinyal untuk mengukur derajat kemiripan dari
menghitung TDOA sinyal suara. sinyal tersebut. Identifikasi posisi lokasi sumber
suara dapat ditentukan dengan mencari TDOA
II. SUARA sinyal yang diteima oleh 2 mikrofon. Untuk
mencari TDOA umumnya digunakan cross
Suara adalah suatu gelombang mekanik yang
correlation. Cross corelation antara sinyal dan
merambat melalui udara, air dan zat. Suara yang
dapat dinyatakan sebagai berikut :
yang dapat didengar oleh telinga manusia dalam
rentang 20 Hz – 200 Hz. Kecepatan rambat suara
bergantung dari jenis media perambatannya. Suara
( )= ( ) ( − ) (3)
merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan
udara lebih rendah. Cepat rambat suara diudara:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 39


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dimana adalah sinyal yang diterima oleh


mikrofon i (sebagai sinyal referensi) dan
adalah sinyal yang diterima oleh mikrofon j. τ
adalah parameter geser (τ = 0,±1,±2,…). Sinyal
tidak digeser (sebagai referensi) dan sinyal
digeser dengan τ satuan waktu, kekanan untuk τ
positif dan kekiri untuk τ negatif. Jika membalik
peranan dan ,maka cross correlation :

( )= ( ) ( − ) (4)

Karena ( ) memberikan informasi yang


sama seperti ( ) , maka persamaan 3 dan 4,
dapat disimpulkan : Gambar 1. Geometri posisi sumber suara
( )= (− ) (5)
IV. METODOLOGI
Hasil cross corelation antara sinyal dan
akan menghasilkan TDOA (Time Difference Of
Arrival TDOA) antara mikrofon i dan mikrofon j.
Puncak tertinggi hasil cross correlation antara
sinyal terhadap , menunjukan selisih
perbedaan waktu sinyal yang diterima oleh
mikrofon i dan mikrofon j. Puncak dari hasil cross
correlation akan bergeser kekiri, apabila sinyal
mendahului sinyal (sebagai sinyal referensi)
dan akan bergeser kekanan apabila sinyal
mendahuli sinyal . Pergeseran hasil puncak
Gambar 2. Diagram blok sistem
cross correlation dipengaruhi oleh sinyal referensi
(mikrofon yang berfungsi menangkap sinyal
Metodologi yang digunakan untuk
referensi) dan arah lokasi sumber suara. Penentuan
mengidentifikasi lokasi sumber suara pada
arah lokasi sumber suara dapat dilihat pada
Gambar 2. Sinyal suara ditangkap menggunakan
gambar 1, hasil puncak cross correlation akan
dua buah mikrofon yang dipasang dengan jarak
berada sebelah kanan saat sinyal referensi yang
tertentu. Gambar 3 menunjukan alat untuk
digunakan sinyal yang ditangkap oleh mikrofon j
mendeteksi suara. Untuk mengetahui tingkat
(sesuai dengan Gambar 1). Untuk mengetahui
kemiripan antara sinyal dan sinyal dilokasi
posisi sudut datang arah sumber suara dapat
dihitung dengan persamaan : sudut yang berbeda, posisi sudut sumber suara
diubah-ubah pada posisi setengah lingkaran
. (0 − 180 ) dengan jarak ±1.5 meter ditunjukan
= (6) pada Gambar 4. Setelah sinyal ditangkap oleh
mikrofon dengan sudut lokasi sumber suara yang
Maka sudut lokasi sumber suara : berbeda-beda, sinyal suara harus dirubah menjadi
sinyal digital ⌊ ⌋. Setelah sinyal suara dirubah
. menjadi sinyal digital, sinyal tersebut harus di
= (7)
normalisasi terhadap nilai mutlak maksimum
Dimana Φ adalah sudut lokasi sumber suara, c amplitudo. Sinyal digital yang telah normalisasi
adalah kecepatan suara diudara yang didapat dari mempunyai besar maksimum 1 dan nilai minimum
persamaan 1, s adalah jarak antara 2 buah -1. Adapun persamaan normalisasi sinyal adalah
mikrofon dan ∆ adalah selisih perbedaan waktu sebagai berikut :
yang diterima oleh masing-masing mikrofon. Nilai [ ]
∆ diperoleh dari hasil puncak tertinggi cross [ ]= (8)
| [ ]|
correlation.
dimana n= 1,2,3,…N

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 40


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil cross correlation antara sinyal terhadap


dapat dilihat pada Gambar 6. Dimana sinyal
yang ditangkap oleh mikrofon i sebagai sinyal
referensi.

(a)

Gambar 3. Alat pendetsi lokasi sumber suara


(b)
Gambar 5. Hasil sinyal suara (a) sinyal X .(b)
Sinyal X ternomalisasi.
r

(a)
Gambar 4. Posisi lokasi sumber suara

Setelah sinyal dan sinyal normalisasi,


sinyal tersebut di cross correlation. Hasil puncak
cross correlation menunjukan TDOA sinyal
terhadap . Sedangkan untuk mengidentifikasi
posisi sudut dari lokasi sumber suara suara
menggunakan persamaan 6 dengan memasukan (b)
nilai TDOA yang telah didapatkan dari cross
correlation.
V. HASIL PENGUJIAN
Pengujian sistem dilakukan dengan
memberikan suara manusia (kata “halo”) pada
sudut-sudut yang telah ditentukan dengan jarak ±
1.5 meter dengan frekuensi sampling 2500 Hz.
Hasil sinyal suara sebelum dan sesudah (c)
ternomalisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 6. Hasil pengujian pada sudut 90 . (a)
Hasil normalisasi sinyal suara sesuai dengan sinyal X . (b) Sinyal X ternomalisasi.
rumus, amplitudo sinyal suara yang sudah (c) Siyal X .(d) sinyal X
dinormalisasi berada pada nilai maksimum +1 dan ternomalisasi.(e) korelasi silangX dan
nilai minimum -1. Perbedaan nilai amplitudo X.
antara sampel satu dengan yang lain tidak sama,
dikarenakan sensitifitas mikrofon tidak sama dan Puncak hasil cross corelation akan berada pada
keras suara tiap orang berbeda. Oleh karena itu titik 0 saat sumber suara berada pada sudut 90 .
dilakukan normalisasi suara sebelum di cross Puncak hasil cross correlation ini akan bergeser
correlation. kekanan saat sumber suara dekat dari mikrofon
yang berfungsi sebagai sinyal referensi, seperti

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 41


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hasil Gambar 7 dibawah ini. Puncak hasil cross cukup baik.


correlation akan bergeser kikiri saat sumber suara
berada jauh dari sinyal referensi. Hasil pengujian VI. KESIMPULAN
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari pengujian yang telah dilakukan, sistem
mampu mengidentifikasi lokasi sumber suara
manusia yang berada bidang setengah lingkaran
menggunakan TDOA sinyal yang diterima oleh
sepasang mikrofon. TDOA dapat dilihat dari
pergeseran puncak cross correlation antara sinyal
yang diterima oleh dua mikrofon tersebut, Puncak
hasil cross coraltion akan bergeser kekanan
(a) (positif) saat sumber suara dekat dengan mikrofon
yang berfungsi menangkap sinyal referensi.
Tingkat sensitifitas antara mikrofon kiri dan kanan
harus sama, supaya tingkat kesalahannya kecil.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih kepada
(b) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
atas pemberian beasiswa BPPS.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Yang Geng, and Jongdae Jung, Donggug
Seol, “Sound Source Localization System
Based on Neural Network for Mobile
Robots”, In Proceeding IEEE International
(c)
Joint Conference on Neural Network, 2008.
Gambar 7. Hasil pengujian pada sudut 22.5 . (a) [2] Ali Pourmohammad, Sayed Mohammad
sinyal X .(b) Sinyal X ternomalisasi. Ahadi, “TDE ILD Based 2D Half Plane Real
(c) Siyal X .(d) sinyal X Time High Accurasi Sound Source
ternomalisasi.(e) korelasi silang X Localization Using Only Two Microphone
dan X and Source Counting”,In Proceedings IEEE
International Conference on Electronics
Tabel 1. Pengujian identifikasi posisi sumber suara andIinformation Engineering, 2010
.

Posisi sumber suara [3] John C Murray, Harry R. Erwin, Stefean


Sudut Aktual Sudut Perhitungan Error (%) Wermter, “Robotic sound source localization
(Derajat) (Derajat) architecture using cross correlation and
0.0 0.0 0.0 recurrent neural network”,Elsevier, 2009.
22.5 28.71 27.6 [4] Jean Marc Valin, Francois Michaud, Jean
45.0 51.21 13.8
67.5 67.92 0.62
Rouat, Dominic Letourneau, “Robust Sound
90.0 90.0 0.0 Source Localization Using a Microphone
112.5 112.08 0.37 Array on a Mobile Robot”, In Proceeding
135.0 128.79 4.6 IEEE Conference on intelligent Robots and
157.5 151.28 3.92 System, 2003.
180.0 180.0 0.0 [5] Kenji Kodera, Akitoshi Itai, Hiroshi
Yasukawa, “Sound Localization of
Hasil pengujian identifikasi lokasi sumber suara Approaching Vehicle Using Uniform
menggunakan TDOA antara sinyal yang diterima Microphone Array”, In Proceeding IEEE
mikrofon i dan mikrofon j, dapat dilihat pada Intelligent Transportation System
Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat Conference, 2007.
persentase kesalahan saat sudut aktual (22.5 dan [6] Arko Djajadi, Rusman Rusyadi, Tommy
45 ) dengan sudut perhitungan masih cukup Handoko, Maralo Sinaga, Jurgen Grueneberg,
besar, hal ini dikarenakan tingkat sensitifitas dari “Analysis Design and Implementation of An
mikrofon kiri dan mikrofon kanan tidak sama. Embeded Real Time Sound Source
Faktor lain yang mempengaruhui besarnya Localization System Based on Beamforming
persentase kesalahan karena adanya gangguan Theory”, Jurnal Telkomnika Vol 7 No 3, 2009.
(noise). Metode identifikasi lokasi sumber suara [7] Meifal Rusli, Jhon Malta, Irsyad, “Prediksi
menggunakan TDOA memberikan hasil yang Arah Sumber Suara untuk Perawatan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 42


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Prediktif”, Prosiding Seminar Nasional


Tahunan Teknik Mesin, 2010.
[8] John G. Proakis, and Dimitris G Manolakis,
Digital Signal Processing, Prentice Hall,
2007, pp. 113-127

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 43


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 44


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SISTEM PEMEROLEHAN INFORMASI DOKUMEN MAKALAH ILMIAH BERBAHASA


INDONESIA MENGGUNAKAN STRUKTUR DATA INVERTED INDEX BERBASIS HASH
TABLE DAN ORDERED LINKEDLIST

Reza M. Darojad1, JB Budi Darmawan2


1,2
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III Paingan Maguwohardjo Depok Sleman Yogyakarta
1
virtual.024@gmail.com , 2jbbudi@gmail.com
Abstrak

Makalah ilmiah yang dipublikasikan di Indonesia bertambah banyak, sehingga kalangan publik terutama akademik
memerlukan suatu sistem pemerolehan informasi yang dapat membantu mereka untuk menemukan informasi yang relevan.
Pencarian dokumen makalah ilmiah yang sudah ada sebagian besar menghasilkan informasi berdasarkan dari abstrak,
judul,pengarang, penerbit, dan subjek makalah. Dalam penelitian ini penulis mengimplementasikan Sistem Pemerolehan
Informasi menerapkan pengindekan menggunakan seluruh isi teks makalah ilmiah berbahasa Indonesia. Sistem ini
menggunakan metode TF-IDF dan struktur data classical yaitu Inverted Index yang berbasis pada Hash Table dan Ordered
LinkedList. Hasil ujicoba menggunakan 281 dokumen menunjukkan unjuk kerja waktu akses yang diperoleh untuk 1 kata
kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4 kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.

Kata Kunci : Pemerolehan Informasi, Inverted Index, Hash, LinkedList

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang List memerlukan struktur data penyimpanan yang
Jumlah dokumen makalah ilmiah digital di terurut dan dinamis, Ordered Linked List
Indonesia terus bertambah sehingga masyarakat diimplementasikan untuk Poting List karena ukuran
terutama akademisi memerlukan suatu sistem yang Linked List yang dapat melebar menyesuaikan data
dapat mengakses dan menyediakan berbagai yang ditambahkan. Ordered Linked List
informasi sesuai kebutuhannya. Informasi tersebut berdasarkan pada Linked List dengan penambahan
dapat diperoleh menggunakan sistem temu-kembali pengurutan data[3].
informasi (Information retrieval) agar pengguna Pencarian dokumen makalah ilmiah yang
mendapatkan sumber informasi yang tepat sesuai sudah ada sebagian besar menghasilkan informasi
kebutuhan pengguna dari sekumpulan dokumen berdasarkan abstrak, judul,pengarang, penerbit, dan
yang besar [1]. subjek makalah. bukan seluruh isi makalah. Peneliti
TF-IDF adalah salah satu metode dari mengembangkan Sistem Pemerolehan Informasi
Information Retrieval untuk memberikan bobot untuk dokumen makalah berbahasa Indonesia
hubungan suatu kata (term) terhadap dokumen. menggunakan seluruh isi teks dokumen.
Metode TF-IDF yang digunakan menggunakan
teknik pembobotan Savoy karena pada teknik 1.2 TUJUAN
pembobotan ini, bobot istilah telah dinormalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengim-
Teknik ini memperhitungkan jumlah dokumen yang plementasikan sistem pemerolehan informasi untuk
mengandung istilah yang bersangkutan dan jumlah pencarian makalah ilmiah berbahasa Indonesia
keseluruhan dokumen. Sehingga jika sebuah istilah menggunakan seluruh isi teks makalah ilmiah dan
mempunyai frekuensi kemunculan yang sama pada mengetahui unjuk kerja sistem yang menggunakan
dua dokumen belum tentu mempunyai bobot yang Inverted Index klasik dengan struktur data Hash
sama. Teknik ini sudah diterapkan pada dokumen Table dan Ordered LinkedList dengan operasi
berbahasa Indonesia dan cukup baik dalam boolean dasar.
memberikan bobot dokumen terurut[6].
Data yang berisi daftar term dan hubungannya 1.3 METODE PENELITIAN
dengan dokumen disimpan dalam sebuah Inverted Dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap
Index. Inverted index terdiri dari dua bagian utama, penelitian sebagai berikut:
dictionary dan posting list. Struktur data Hash 1. Studi pustaka penerapan inverted index klasik
Table adalah pilihan sesuai digunakan sebagai menggunakan pembobotan TF-IDF dengan operasi
dictionary karena waktu aksesnya relatif singkat AND.
dimana pengurutan data tidak diutamakan. Posting

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 45


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Pengumpulan dokumen-dokumen makalah


ilmiah yang berbahasa Indoenesia sebagai corpus.
3. Implementasi penerapan TF-IDF dan struktur
data classical yaitu Inverted Index yang berbasis
pada Hash dan Ordered LinkedList untuk
mendukung inverted index dengan menggunakan
rumus pembobotan Savoy.
4. Pengamatan unjuk kerja waktu query dengan
operasi AND dengan dua belas kelompok kata yang
mengandung frekuensi dokumen tertentu.
Kelompok kata tersebut adalah kelompok kata yang
memiliki dfk 1 sampai 2, dfk mendekati 140, dan Gambar 1. Logikal view dari sebuah dokumen: dari
dfk kurang lebih 280, 1 kata kunci pencarian hingga full text menjadi sebuah set indeks term[6].
4 kata kunci pencarian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Sistem pemerolehan informasi memiliki
komputer yang memiliki spesifikasi sebagi berikut: beberapa tahap. Pertama melakukan indentifikasi
a. Perangkat Lunak terhadap dokumen-dokumen yang akan digunakan,
1. Sistem Operasi Oracle Enterprise operasi yang akan dilakukan terhadap teks, dan
Linux 5.8 model teks. Text operations mentransformasikan
2. Oracle 11g R2 Enterprise Edition dokumen asal menjadi logical view. Setelah logical
3. Oracle SQL Developer 3.0.04 view diperoleh, dibuat indeks term untuk
4. Java JDK 1.6.0 mempercepat pencarian terhadap jumlah data yang
5. Netbeans 6.9.1 besar. Setelah dokumen selesai diindeks, proses
b. Perangkat Keras retrieval dapat diinisiasi. Sebelum dikirim ke
1. Prosesor Xeon E5620(4 Core, 2.4 Ghz) pengguna, dokumen retrieval di peringkat terlebih
2.RAM 8 GB RDIMM dahulu berdasarkan kemungkinan relevansinya.[7]
3. Hardisk RAID 5 logikal 2 TB
4. Motherboard HP Proliant ML 350 G6

2. LANDASAN TEORI
2.1 Information Retrieval
Sistem temu kembali informasi (information
retrieval system) merupakan sistem untuk
menemukan kembali (retrieve) informasi-informasi
yang relevan terhadap kebutuhan pengguna dari
suatu kumpulan informasi secara otomatis.
Penekanannya ada pada penemukembalian
informasi yang sifatnya tidak terstruktur. Salah satu
contoh dari sistem temu kembali informasi adalah
search-engine atau mesin pencarian [5].
Dokumen diwakili melalui set index Gambar 2. Proses dari pemerolehan informasi[6]
term.Index term menyediakan logical view dari
dokumen Jika kolesi dokumen cukup besar 2.2 Inverted Index
komputer akan melakukan pengurangan jumlah set Inverted index terdiri dari dua bagian utama,
term melalui penghapusan stopwords,operasi dictionary dan posting list. Dictionary menyimpan
stemming. Operasi teks tersebut akan mengurangi daftar kata, sedangkan posting list menyimpan
kompleksitas dari dokumen dan mengubah logical identitas dokumen yang mengandung kata yang
view dari full text ke set index term. Gambar 1 bersangkutan. Setiap kata terhubung dengan satu
menunjukkan logical view yang digunakan sistem rangkaian posting list yang terurut menggunakan
pemerolehan informasi[6]. penunjuk[1].

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 46


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

relatif bobot istilah bersangkutan pada suatu


dokumen dibandingkan dengan dokumen-dokumen
lain yang memiliki istilah yang sama. Sehingga jika
sebuah istilah mempunyai frekuensi kemunculan
yang sama pada dua dokumen belum tentu
mempunyai bobot yang sama.[5]

Gambar 3. Dua bagian dari Inverted Index[1]. 2.4 Struktur Data


Hash Table adalah struktur data yang
Untuk memproses query AND pada inverted index menawarkan pemasukan dan pencarian data
sebagai contoh “Brutus AND Calpurnia”, pada dengan sangat cepat. Ide dari Hash Table adalah
Gambar 3 berikut langkahnya: memperbolehkan banyak dari kemungkinan key
1. Temukan lokasi Brutus dalam Dictionary. berbeda yang mungkin di petakan ke lokasi yang
2. Retrieve posting dari Brutus. sama di dalam array dibawah fungsi tindakan
3. Temukan lokasi Calpurnia dalam Dictionary. pengindeksan. Hash Table beroperasi relatif cepat
4. Retrieve posting dari Calpurnia. O(1) kali. Untuk pembuatan daftar kamus kata,
5. Ambil hanya dokumen yang terdapat di kedua hash table sesuai untuk digunakan[3].
posting list tersebut dengan melakukan interseksi, Linked List adalah struktur data yang
seperti pada gambar 4[1]. berbentuk node yang menunjuk node lainnya
menggunakan link[2]. Ukuran Linked List menjadi
dinamis karena ukurannya bertambah mengikuti
jumlah node yang dimasukkan kedalam rantai
node[3].

Gambar 4. Interseksi posting lists[1]. 3. Pembahasan dan Hasil Penelitian


3.1 Arsitektur Sistem
2.3 Pembobotan TF-IDF Arsitektur sistem pemerolehan informasi
Teknik pembobotan Savoy (1993) sebagai ditunjukkan pada Gambar 5. Dokumen koleksi
berikut[5] berupa file makalah ilmiah berbahasa Indonesia
dengan ekstensi .pdf. Sistem melakukan text
Wik = ntfik * nidfk, operation pada dokumen tersebut, berupa
 n  pembuangan kata buang dan stemming
log   menggunakan algoritma Nazief & Adriani untuk
tf ik  df k 
dimana ntfik = dan nidfk = logn 
teks berbahasa Indonesia, lalu melakukan proses
Max j tf ij indexing kata dan dokumen pada RDBMS. Sistem
= + + ℎ…..+ mengambil index dari RDBMS ke random access
 Wik adalah bobot istilah k pada dokumen i. memory secara periodik di dalam Inverted Index
 tfik merupakan frekuensi dari istilah k dalam serta melakukan pembobotan.
dokumen i. Pada proses pencarian pengguna memasukkan
 n adalah jumlah dokumen dalam kumpulan query, yang akan diproses oleh text operation.
dokumen. Sistem melakukan pencarian pada Inverted Index
 dfk adalah jumlah dokumen yang mengandung dengan operasi AND kemudian melakukan ranking
istilah k. berdasarkan bobot dokumen. Hasil dokumen yang
 Maxj tfij adalah frekuensi istilah terbesar pada sudah memiliki peringkat ditampilkan melalui user
satu dokumen. interface.
 Wd= bobot sebuah dokumen

Pada teknik pembobotan ini, bobot istilah telah


dinormalisasi. Dalam menentukan bobot suatu
istilah tidak hanya berdasarkan frekuensi
kemunculan istilah di satu dokumen, tetapi juga
memperhatikan frekuensi terbesar pada suatu istilah
yang dimiliki oleh dokumen bersangkutan. Hal ini
untuk menentukan posisi relatif bobot dari istilah
dibanding dengan istilah-istilah lain di dokumen
yang sama. Selain itu teknik ini juga memper-
hitungkan jumlah dokumen yang mengandung
istilah yang bersangkutan dan jumlah keseluruhan
dokumen. Hal ini berguna untuk mengetahui posisi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 47


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 5. Rancangan Sistem Pemerolehan


Informasi.

3.2 Data yang Digunakan

Inverted Index yang dibuat menggabungkan


antara Hash Table sebagai dictionary dan Ordered
Linked List sebagai posting list seperti pada
Gambar 6.
Ordered Linked List berdasarkan pada Linked
List, namun dilakukan sorting pada saat akan
menambahkan data sehingga posting dimasukkan
secara terurut berdasarkan id document.

Kata1
Dok1 Dok2 Dok3
wordlist
Kata2
Dok1 Dok2 Dok3

HashTable Ordered Linked List


Gambar 6. Representasi Inverted Index

Untuk Inverted Index dimodelkan dalam


diagram kelas pada Gambar 7. Pada kelas Term Gambar 7. Rancangan model Inverted Index.
data yang disimpan adalah term yaitu kata, dfk
untuk frekuensi dokumen, dan nidfk untuk inverse
dokumen frequency ternormalisasi. Pada kelas 3.3 Hasil Percobaan
Posting, data yang disimpan adalah ntfik untuk term Percobaan menggunakan operasi AND dengan
frequency ternormalisasi, tf untuk frekuensi kata, melakukan interseksi antar postinglist yang
dan w untuk bobot. Pada kelas Jurnal data yang diperoleh saat pencarian ke dalam Inverted Index.
disimpan adalah judul, tahun, penulis, nama file, Pada Tabel 1 menunjukkan pada kelompok dfk
dan maxtf untuk frekuensi kata maksimun dalam 1-2 untuk untuk kelompok 1 hingga 4 kata kunci
satu dokumen. berada pada 0,001 detik, hal ini karena sistem
masih belum bisa mencatat waktu kurang dari
0,001 detik, kemungkinan waktu tersebut kurang
dari 0,001 detik. Pada kelompok dfk ±140, waktu
akses diperoleh 0,0017 detik untuk 1 kata kunci

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 48


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hingga 0,0041 detik untuk 4 kata kunci. Pada grafik 0,06


Gambar 8 terlihat peningkatan waktu akses tersebut

Waktu akses(detik)
linear. Pada kelompok dfk 281 terjadi peningkatan 0,04
waktu akses dari 0,0033 detik untuk 1 kata kunci 1-2
hingga 0,0491 detik untuk 4 kata kunci. 0,02
Peningkatan waktu akses dari 1 kata kunci ke 2 kata ±140
kunci cukup signifikan dibandingkan dari 2 sampai 0 281
4 kata kunci, hal ini disebabkan ada operasi AND 1 2 3 4
untuk 2,3, dan 4 kata kunci sedangkan pada Kata Kunci
kelompok 1 kata kunci tidak ada.
Dari Gambar 8 dapat dilihat pada kelompok
dfk ±140 peningkatan waktu akses linear untuk
Gambar 8. Grafik Waktu rata-rata query untuk
peningkatan dari 2 sampai 4 kata kunci. Pada
kelompok kata 1-2 dfk, ±140 dfk, dan 281
kelompok dfk 281 peningkatan waktu akses pada 2
dfk operasi AND.
kata kunci ke 3 kata kunci cukup tajam
dibandingkan peningkatan waktu akses dari 3 kata
Untuk kata kunci 1 sampai 4, kelompok dfk
kunci ke 4 kata kunci, hal ini disebabkan jumlah
281 memiliki waktu akses paling tinggi, diikuti
dokumen relevan yang diperoleh untuk 3 kata kunci
kelompok dfk ±140, dan yang terakhir kelompok
sama dengan 4 kata kunci yaitu 281. Sedangkan
dfk 1-2. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah
pada kelompok dfk ±140 terjadi penurunan hasil
dokumen untuk setiap postinglist(dfk) mening-
dokumen yang relevan dari 63 dokumen untuk 3
katkan waktu akses query.Waktu akses untuk 1 kata
kata kunci menjadi 41 untuk 4 kata kunci.
kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4
kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.
Tabel 1. Waktu rata-rata query untuk kelompok
kata 1-2 dfk, ±140 dfk, dan 281 dfk
4. Penutup
dengan operasi AND.
4.1 Kesimpulan
Waktu Jumlah
Sistem pemerolehan informasi yang
Jumlah Query Dokumen
menggunakan Struktud data Inverted Index berbasis
Kata Rata2 yang
Hash Table dan Ordered Linked List ini memiliki
DFK Kunci (detik) Relevan
unjuk kerja pencarian 0,001 detik untuk 1 hingga 4
1 0,001 1 kata kunci pada kelompok kata dfk 1-2. Unjuk kerja
2 0,001 2 sistem 0,0017 detik untuk 1 kata kunci hingga
0,0041 detik pada kelompok kata dfk ±140 dengan
3 0,001 1 grafik peningkatan waktu akses linear. Unjuk kerja
1-2 4 0,001 1 sistem 0,0033 detik untuk 1 kata kunci hingga
1 0,0017 138 0,0491 detik untuk 4 kata kunci pada kelompok
kata maksimum 281.
2 0,0026 85 Waktu akses yang diperoleh untuk 1 kata
3 0,0033 63 kunci 0,001 detik hingga 0,033 detik dan untuk 4
±140 4 0,0041 41 kata kunci 0,001 detik hingga 0,0491 detik.
Peningkatan frekuensi dokumen untuk setiap kata
1 0,0033 281 kunci ikut mempengaruhi waktu yang diperlukan
2 0,0316 281 untuk proses pencarian yang juga meningkat.
3 0,0463 281
4.2 Saran
281 4 0,0491 281 Penelitian selanjutkan dapat dikembangkan
untuk operasi pencarian OR dan NOT atau operasi
kombinasi AND, OR, NOT.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Manning ,Christopher D. (2009). An
Introduction to Information Retrieval.
Cambridge University Press Cambridge,
England
[2] Kruse, Robert L. (1994). Data Structure and
Program Design Third Edition. Prentice Hall
International, Inc, London.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 49


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[3] Robert,Lafore (2003). Data Structure &


Algorithms in Java Second Edition.Sams
Publishing, Indiana.
[4] A.H , Muh. Erwin & Mandala, Rila. (2004),
Relevance Feedback pada Temu Kembali
Informasi Menggunakan Algoritma Genetika.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
2004, Yogyakarta.
[5] Hasibuan, Zainal A.,& Andri, Yofi. (2001).
Penerapan Berbagai Teknik Sistem Temu-
Kembali Informasi Berbasis Hiperteks. Jurnal
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi,
Volume 1, Nomor2.
[6] Baeza-Yates, R., Ribeiro-Neto, B. (1999).
Modern Information Retrieval. Addison
Wesley.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 50


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DESAIN KONTROLER FUZZY LOGIC UNTUK ROBOT PEMBERSIH SAMPAH DALAM


RUANGAN

Tri Hendrawan Budianto 1), Irwan Dinata 2)


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Bangka Belitung
Pangkalpinang, Indonesia
e-mail: try354@yahoo.com1), e-mail: babel_milano@yahoo.com

Abstrak

Gerakan robot pembersih sampah dalam ruangan memiliki perubahan gerak tidak linier dan memiliki noise sehingga
membutuhkan kontroler yang mampu menangani gangguan dari internal maupun eksternal robot sendiri. Dengan perubahan
bertambahnya sampah akan memperbesar gangguan yang harus diredam agar tetap bergerak seperti semula. Dengan cara
konvesional sulit untuk mengetahui perubahan tersebut. Untuk mendeteksi perubahan beban dan posisi ruang, maka
diperlukan sensor yang bisa membaca perubahan posisi dan gangguan yang terjadi terhadap plant yang kompleks.
Untuk mempertahankan posisi dan keseimbangan gerakan dapat diselesaikan dengan kontroler fuzzy, sedangkan untuk
mendeteksi perubahan yang terjadi akan datang diperlukan kontrol prediksi.
Robot ini memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan gerak saat berputar 180 derajat dengan dua roda penggerak
dari empat roda yang digunakan. Kontrol prediksi Kalman yang digunakan memiliki nilai variabel state yang tepat agar sudut
berbelok yang dihasilkan untuk tiap perubahan beban dapat menghasilkan logika yang dapat terima oleh kontroler plant.

Kata kunci : gerakan robot, sensor , kontrol prediksi Kalman, kontroler fuzzy

I. PENDAHULUAN 3. kinerja kontroler terhadap gangguan internal dan


eksternal.
Perkembangan robot yang ada di
berbagai negara khususnya teknologi robotika, II. Teori Penunjang
mendorong menciptakan alat yang mampu
digunakan untuk mendukung aktifitas sehari- Untuk mendapatkan posisi awal sampai akhir
hari. Dengan rutinitas perkantoran yang pada robot sebaiknya mengetahui sudut gerakan,
semakin padat, mendorong peneliti melakukan kecepatan roda dan gangguan yang mempengaruhi
terobosan alat pembersih ruangan yang efesien. bergeraknya robot. Untuk mengendalikan gerakan robot
Pergerakan robot pembersih ruangan yang tidak tahu arahnya, maka dibutuhkan kontroler
telah menarik banyak peneliti untuk yang bisa memprediksi posisi robot saat kondisi maju
mengetahui dan menerapkan sifat tidak linier atau mundur dari titik awal sampai kembali posisi awal.
menuju linier. Dan mempunyai sistem
dinamik pada saat bergerak dari titik awal A. Sensor MMA7260Q [3]
sampai kembali ke posisi semula. Berbagai
metode dan strategi kontrol telah digunakan Sensor percepatan MMA7260Q buatan Freescale
oleh banyak peneliti untuk mengontrol saat Semiconductor mempunyai 6 buah fungsi pengukuran
bergerak, menentukan posisi dan yaitu kemiringan (tilt), posisi (positioning), gerakan
keseimbangan saat berputar sehingga diperoleh (movement), getaran (vibration), jatuh (fall), dan
robot mampu membersihkan ruangan dengan benturan (shock). [1]
sendiri.
Robot ini menggunakan kombinasi Tabel 1. Selektor Sensitivitas
tiga sensor untuk merepresentasikan kerjanya,
sedangkan pergerakkan pada saat berputar g-Range Sensitivity g-Select 1 g-Select 2
tersebut mengeluarkan tegangan analog. (mV/g)
Sehingga ditarik permasalahan untuk
menyelesaikan perubahan gerak, posisi dan 1.5g 800 0 0
berputar antara lain: 2g 600 1 0

1. mencari sudut gerakan dan kecepatan motor 4g 300 0 1


searah 6g 200 1 1
2. letak titik berat dengan perubahan sudut
saat berbelok

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 51


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Diberikan tegangan masukan sensor (VDD) Time Update (Prediksi)


sebesar 3.3 volt, diperoleh tegangan offset xˆ k1  Ak xˆ k  Bk u k
(Voffset) adalah:
V 3 .3 Pk1  Ak Pk AkT  Qk
Voffset  DD   1.65(volt )
2 2
Nilai 2 sebagai pembagi jarak dalam ruang F. Kontroler Fuzzy
bawah sensor dengan ruang atas sensor. Kontrol logika fuzzy digunakan untuk sistem yang
cukup kompleks dan membutuhkan ketelitian tinggi.
B. Sensor Ultrasonik [6] Dalam fuzzy terdapat tiga proses utama yaitu
Sensor ultrasonik digunakan untuk fuzzification, rule evaluation dan defuzzification.
mendetekdi jarak halangan sebagai obyek Ada tiga parameter fuzzy yang digunakan suatu plant
dengan cara memancarkan gelombag dengan yaitu membership function input, membership function
frekuensi 40kHz selama tBURT (2000 us) output dan rule. Nilai patokan yang diberikan untuk
kemudian mendeteksi pantulannya. nilai universe of discourse adalah 0 sampai 255. Nilai
ini diberikan karena nilai 0 sampai 255 merupakan
range yang umumnya mampu diolah oleh
C. Sensor Kompas[7] mikrokontroler sebesar 8 bit.
Sensor ini digunakan untuk mengetahui
arah hadap robot ketika bergerak dan G. Motor Searah
menghasilkan gerakan yang baik ketika Motor searah yang digunakan yang mempunyai
berputar 180 derajat. reduksi / gearbox, dengan motor searah yang
count=0; dikhususkan dalam aplikasi robot.
jarak= ((int) count) * 0.034442 / 2; Bila ingin mengatur arah putaran motor searah maka
//rumus mencari jarak yang diperlukan yaitu mengubah polaritas tegangan di
sisi sumber motor tersebut dan ini dikerjakan oleh driver
MOSFET.
D. Low Pass Filter (LPF)
Filter adalah sebuah rangkaian analog H. Driver MOSFET
untuk mellewatkan frekuensi rendah dan Dalam driver ini digunakan tegangan 12 volt dan
meredam frekuensi tinggi. Sensor percepatan arus lebih dari 2 ampere. Kegunaan driver MOSFET
MMA7260Q bekerja pada frekuensi rendah,
bertujuan agar respon dari sinyal yang diberikan oleh
sehingga LPF sangat sesuai untuk digunakan.
sensor dan mikro bisa dikerjakan dengan cepat. Pada
E. Estimator Kalman[2] rangkaiannya digunakan kanal P dan kanal N dengan
konfigurasi huruf H. Prinsip kerjanya untuk mengatur
Suatu metode filter yang digunakan untuk
mengfilter noise yang tidak diperlukan karena putaran motor arah kanan dan kiri dengan empat buah
pengaruh gangguan internal dan eksternal dari MOSFET.
sensor setelah melalui LPF. Metode ini
menyelesaikan filter dari non linier manjadi Tabel 2. Operasi H-Bridge MOSFET
linier melalui solusi recursive.
Filter ini memiliki kemampuan dalam
estimasi dan prediksi. Estimasi adalah
kemampuan memperkirakan nilai sekarang
berdasarkan nilai – nilai yang lalu dan hasil
pengukuran saat itu, sedangkan prediksi adalah
kemampuan untuk memperkirakan nilai yang
akan datang berdasarkan nilai – nilai yang lalu
dan sekarang.
III. Perancangan Sistem
Measurement Update (Koreksi)

K k  Pk H kT H k Pk H kT  Rk 
1 Pada perubahan posisi dan saat berbelok diperlukan
sinyal kontrol dari sensor untuk mendeteksi dinding,

xˆ k  xˆ k  K k y k  Hxˆ k  halangan dan sampah ruangan. Hasil deteksi sensor
berupa sinyal analog yang banyak gangguan karena

k H
xˆ k  xˆ  K k k x k  v k  Hxˆ k  sangat sensitif, sehingga untuk memdapatkan sudut
berbelok yang diinginkan maka diperlukan filter dari
Pk  I  K k H k Pk gangguan. Sensor MMA7260Q memiliki bandwidth
response untuk sumbu x dan y sebesar 350 Hz dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 52


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sumbu z sebesar 150 Hz.[5] Adapun filter fRB fRS fZ fFS fFB
menggunakan rangkaian analog butterworth 1
orde 4 dengan frekuensi cut – off sebesar 10
Hz [4]
Dengan pemilihan frekuensi cut-off 10 Hz
agar dapat menghilangkan gangguan getaran
motor dan perubahan putaran motor dari
polaritas MOSFET
3
75 35 0 6
75
0
Gambar 3. Membership function output :
rpm motor

Tabel 3. Rule Base

Gambar 1 Diagram Blok Robot


A. Pemodelan Kontroler Fuzzy
Input pertama yang diberikan dalam
perancangan fuzzy diberi nama error dan delta
error. Kedua nilai yang digunakan untuk input B. Perancangan Alat
error dalam aplikasi pengaturan kecepatan Perancangan ini terdiri dari beberapa komponen,
motor searah pada implementasi robot tersebut antara lain: rangkaian mikrokontroler, konstruksi
dapat dilihat pada Tabel 3. Membership mekanik, motor searah, sensor MMA7260, display
function input error dan delta error simetris LCD, driver MOSFET, LPF Butterworth seperti
seperti Gambar 2 karena perubahan kecepatan Gambar 4
motor saat berputar berlawanan jarum jam
sehingga akan mempengaruhi kecepatan dari
motor seperti Gambar 3. Keluaran dari
pemodelan fuzzy adalah nilai PWM untuk
pengaturan kecepatan motor.

feNB feNS feZ fePS fePB


1

-10 -4 0 4 10
(a)
fdeNB fdeNS fdeZ fdePS fdePB
1

Gambar 4 Diagram Skematik Perancangan Alat

C. Low Pass Filter (LPF) Butterworth[4]


Dalam LPF menggunakan Butterworth orde 4
-10 -4 0 4 10 dengan frekuensi cut – off 10 Hz non-inverting Sallen-
(b) Key (SK). LPF Butterworth orde 4 dibuat untuk
Gambar 2 Membership function input: menapis pengaruh getaran yang ditimbulkan oleh motor.
(a). Error dan (b). Delta Error

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 53


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

B. Pengujian Kontroler Fuzzy


Dengan memberikan perubahan dari nilai error dan
delta error terhadap output yang digunakan untuk
mengubah pwm motor.

Tabel 4. Inisialisasi Membership Function Error, Delta


Error, dan PWM Motor
Gambar 5 LPF Butterworth orde 4
IV. Implementasi Dan Analisa Error Delta PWM Posisi Robot
Error Motor
A. Pengujian Alat Positive Big 20 20 70 Maju Cepat
Positive Small 5 5 60 Maju Sedang
Pengujian dari sistem dilakukan untuk
Zero 0 0 0 Berhenti
mengetahui alat bekerja dengan benar atau Negative -4 -4 39 Mundur Sedang
mengalami kesalahan sekecil mungkin Small
Negative Big -20 -20 70 Mundur Cepat
sehingga pengujian dari sisi sensor sampai
torsi motor dengan cara memberikan variabel Penentuan membership function dalam Tabel 4
di program mikrokontroler. Perubahan sudut menentukan posisi robot terhadap keseimbangan yang
kemiringan yang masuk mengubah performa dicapai dan robot akan berhenti pada fungsi
dari metode fuzzy yang telah keanggotaan zero seperti Gambar 7.
diimplementasikan. Robot model Segway ini Robot keseimbangan bekerja dari sudut +60 sampai -
0
mampu berhenti pada saat mencapai seimbang, 6 pada kecepatan searah jarum jam sebesar 60 rpm
(maksimum) dan berlawanan arah jarum jam sebesar 40
karena sistem dirancang free running dan
rpm (maksimum). Perbedaan ini dikarenakan beban
masing-masing iterasi membutuhkan waktu ± motor tidak sama antara kedua sisi robot.
10 ms.
C. Pengujian Driver MOSFET Terhadap Perubahan
Beban
Pengujian driver motor dengan memberikan data
pada motor searah. Pemberian data digunakan untuk
mendapatkan kecepatan putaran roda motor searah.
Pengujian kecepatan dengan mengeluarkan data PWM
pada pin OCR1A dan OCR1B dengan ketentuan dari
sinyal pwm_out melalui algoritma fuzzy.
Driver MOSFET berhubungan dengan nilai clock
yang diberikan oleh mikrokontroler lewat timer 1
sebesar 46.875 kHz. Bila diganti dengan 12.0 MHz akan
menghasilkan putaran motor yang sangat cepat atau
rpm=255 untuk data 8 bit.
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock value: 46.875 kHz
TCCR1A=0xA1;
TCCR1B=0x04; //bila diganti 12.0 MHz maka 
//TCCR1B= 0x01; rpm = 255

Gambar 6 Blok Perangkat Keras

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 54


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 5 Sudut Kemiringan Robot

Nilai Sudut_xz Setelah

Kemiringan Estimasi Kalman


Dari Sudut Sudut Putaran Tegangan Tegangan Tegangan
900 Measurement Per PWM PWM PWM
Update Menit Kiri Kanan
6 9 60 1.234 1.802 0.766
5 8 60 1.234 1.789 0.766
4 7 60 1.234 1.759 0.766
3 6 45 1.234 1.516 0.766
2 5 30 1.234 1.273 0.766
1 4 15 1.234 1.030 0.766
0 3 0 0.771 0.788 0.776
-1 2 7 0.766 0.903 1.226
-2 1 15 0.766 1.031 1.226
-3 0 23 0.766 1.162 1.226
-4 45 31 0.766 1.293 1.226
-5 44 39 0.766 1.424 1.226
-6 43 39 0.766 1.438 1.226

D. Pengujian Kemiringan Sensor MMA7260Q Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
apakah mampu mencapai steady state nya setelah
Terhadap PWM Motor
mendapatkan gangguan, pengujian ini diambil 511 data
percobaan.

V. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa bahwa kontroler
fuzzy prediktif dapat mempertahankan jalur di posisi
yang diinginkan robot dari gangguan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan pengaturan estimator Kalman dapat
membantu mempertahankan posisi dari gangguan.
2. Pengaturan rule base dapat mengatur posisi robot dan
dengan memberikan nilai clock pada ADC di port
OCR1A dan OCR1B diperoleh kecepatan yang
Gambar 7 Sudut Kemiringan Terhadap PWM sesuai dari output PWM pada rule base.
Motor

Berdasarkan grafik Gambar 4.3 bahwa Daftar Pustaka


sudut kemiringan dari robot dapat seimbang
dengan spesifikasi : [1]. Datasheet MMA7260Q.
fall time/rise time : 5 iterasi * 10 ms [2]. Kalman, RE. (1960). “A New Approach to Linear
= 50 ms Filtering and Prediction Problem1”, Transaction
settling time : 102 iterasi * 10 ms = 1020 of the ASME – Journal of basic engineering,
ms series D.82. 34-45

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 55


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[3]. Kimberly Truck, 2007. “Tilt Sensing


Using Linear Accelerometer”, Freescale
Semiconductor, Inc.
[4]. Luethi, Peter. (2001). “4th Order
Butterworth Filter Stage”, page 3 of 8
Dietikom, Switzerland
[5]. Purwono, Yusuf, (2011). “Perancangan
Dan Implementasi Embedded PID
Controller Menggunakan
Mikrokontroller Untuk Pengaturan
Kestabilan Gerak Robot Segway Mini”.
Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
[6]. Datasheet sensor PING)))
[7]. Datasheet sensor Kompas

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 56


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KOMBINASI VB DAN MATLAB UNTUK PEMROSESAN SINYAL RADAR


TRANSPONDER ROKET

Wahyu Widada
Lembaga Penenrbangan dan Antariksa Nasional
Jln. Raya LAPAN Rumpin Bogor Indonesia
w_widada@yahoo.com

Abstrak

Untuk memproses sinyal dan visualisasi data radar transponder secara cepat baik untuk perhitungan matematik
maupun untuk user-iterface, maka memerlukan software yang dapat memproses cepat. Tulisan ini mengaplikasikan program
Matlab yang dikontrol dengan menggunakan Visual Basic. Interface antara operator dan PC akan menjadi lebih mudah serta
dapat lebih cepat pemrosesannya dibanding hanya dengan menggunakan salah satu software. Kombinasi kedua software
tersebut terbukti lebih optimal dan lebih cepat lebih dari 10 kali serta mudah dalam operasional.

Kata kunci : Visual Basic, Matlab, radar transponder, roket.

1. Pendahuluan
Tra
Radar transponder untuk aplikasi roket nsp
telah dikembangkan pada tiga tahun terakhir yang
digunakan untuk tracking jarak ketinggian R= ond
er
peluncuran roket hingga lebih dari 18 km.
Pemrosesan radar transponder ini cukup komplek
yang terdiri dari akuisisi data dari hardware ke PC T RO
KET
dan perhitungan posisi yang ditampilkan pada peta
3 dimensi. Beberapa algoritma membutuhkan
fungsi yang perlu cepat agar waktu yang diperlukan C/2
untuk memproses satu buah data menjadi lebih Towe
cepat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak r
dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu
buah software. Agar lebih optimal dapat Ante
mengkombinasikan software digital signal nna
processing dan software untuk user interface. > 15RA
Matlab adalah software yang dirancang untuk
melakukan perhitungan dengan kecepatan tinggi
m DA
R
seperti algoritma digital signal processing.
Sedangkan VB lebih simple dan handal untuk user Tra
Gambar 1. Sistem radar transponder untuk roket.
interface, tetapi sangat lambat untuk melakukan nsc
proses perhitungan signal processing yang eiv
Terdiri dari base-station dan transponder roket.
memerlukan parameter dan data yang cukup er seluruh signal pada sistem ini
Untuk mengkontrol
besar.1,2,3 Oleh karena itu, kombinasi kedua memerlukan pengembangan software khusus yang
software tersebut akan menjadi lebih optimal dari dirancang sesuai dengan hardware yang digunakan
segi kecepatan dan segi user interface.4 agar lebih efesien dalam segi waktu pemrosesan.
Tulisan ini membahas hasil pengembangan Software Matlab telah mendukung
software radar transponder roket dengan teknologi ActiveX, sebuah teknologi otomatis
menggunakan VB dan Matlab. VB digunakan untuk sehingga dapat dikontrol dengan program Microsoft
akses data digital dari hardware, sedangkan Matlab seperti Micosoft Visual Basic.
digunakan untuk pemrosesan data menjadi
informasi parameter radar. Hasil yang diperoleh
menunjukkan waktu pemrosesan data secara
keseluruhan menjadi lebih cepat beberapa kali.

2. Radar Transponder

Sistem radar transponder adalah seperti


pada gambar berikut.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 57


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Visual MATLAB 3. Pemrosesan Sinyal Radar Transponder


Basic PC Software untuk memproses sinyal radar
dapat dlihat pada gambar dibawah. Terlihat untuk
mengakses signal dan untuk mengkontrol radio
transceiver digunakan pada VB, sedangkan untuk
cross-correlation digunakan Matlab. Jumlah data
RADAR digital tiap signal adalah 20 ribu data, sehingga
Hardware proses kalkulasi cross-correlation menjadi sangat
memakan waktu.

Gambar 2. Blok program software sistem radar


transponder roket.

Seperti terlihat pada gambar diatas, VB digunakan


untuk melakukan kontrol pada hardware untuk
mendapatkan data signal radar. Sedangkan Mtalab
tidak secara langsung berhubungan dengan
hardware. Data dari hardware yang diakusisi
dengan VB kemudian keberikan ke Matlab untuk
diolah mendajai data posisi. Algoritma yang
dilakukan di Matlab meliputi cross-correlation,
digital filtering, dan penentuan posisi dan jarak.
Kemudian data hasil olahan tersebut dikembalikan
kembali ke VB untuk disimpan dan ditampilan
dalam peta 3 Dimensi.
Gambar dibawah adalah prototipe Gambar 4. Software radar transponder yang
hardware yang digunakan untuk uji peluncuran dikembangkan.
roket. Terdiri dari transmitter, receiver, dan signal
prosesor. Transmitter digunakan untuk Waktu yang paling banyak diperlukan adalah
memancarkan signal, sedangkan receiver digunakan pengiriman data dari hardware ke PC dan waktu
untuk menerima kembali sinyal yang dipancarkan. perhitungan korelasi. Pengiriman data dari
Kemudian, signal prosesor digunakan untuk hardware ke PC melalui USB 2.0 yang drivernya
membaca dan mengolah semua signal yang sudah tersedia dari hardware yang digunakan. Tabel
diperlukan. Pada roket roket dipasang radio dibawah adalah parameter dan hasil percobaan,
transponder yang digunakan untuk menerima dan perbandingan waktu proses antara dengan VB dan
memancarkan kembali signal yang diterima dengan kombinasi dengan Matlab. Waktu proses ini
(digunakan seperti sebuah reflektor yang dihitung secara keseluruhan pada algoritma,
memantulkan kembali). Software yang sehingga tidak menghitung secara detail pada
dikembangkan digunakan untuk memproses dan prosesnya.
menampilkan hasil, yang diharapkan memerlukan
waktu yang lebih cepat. Tabel. 1 Kecepatan proses software
No Parameter Nilai
1 Jumlah data digital 20.000.000
2 Waktu VB 1.9 detik
3 Waktu Matlab + VB 0.13 detik
4 PC Intel i3 mem 4 Gb

PC yang digunakan adalah desktop dengan prosesor


Intel i3 dengan mem 4 Gb. Dari hasil tersebut
menunjukkan waktu total yang diperlukan untuk
sekali proses sekitar hampir 2 detik, sedangkan
kombinasi kedua software menjadi lebih cepat lebih
dari 10 kali.

Gambar 3. Gambar prototipe hardware radar


transceiver yang digunakan dalam
percobaan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 58


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4. Kesimpulan
Call Matlab.PutWorkspaceData("A", "base", dataA)
Telah dikembangkan sistem pemrosesan
Call Matlab.PutWorkspaceData("B", "base", dataB) sinyal radar transponder roket dengan
menggunakan kombinasi software VB dan Matlab.
Call Matlab.PutWorkspaceData("C", "base", dataC) Hasil yang diperoleh menunjukkan kecepatan
pemrosesan meningkat tajam hingga lebih dari 10
Call Matlab.PutWorkspaceData("D", "base", dataD) lipat pada total proses perhitungan data. Hasil ini
akan meningkatkan akurasi pengukuran posisi roket
Call Matlab.PutWorkspaceData("waktu", "base", waktu)
yang mempunyai gerak sangat cepat. Hasil
Call Matlab.PutWorkspaceData("w", "base", w)
pengembangan software ini telah diaplikasikan
pada sistem radar untuk peluncuran roket LAPAN.
Matlab.Execute ("cd
C:\Users\anwar\Desktop\RADAR_2012a\RADAR_2012\data\") Ucapan Terimakasih
Kami ucapkan kepada Kemenristek atas
Matlab.Execute ("radarD230") dukungan dana dalam penelitian ini melalui
program SINAS 2012-2014.
Call Matlab.GetWorkspaceData("n2", "base", n2)
Daftar Pustaka
Call Matlab.GetWorkspaceData("n1", "base", n1)
1. Chang Jun Zhu et al., “Application of
Call Matlab.GetWorkspaceData("dN", "base", dN) Combined Matlab and VB Model in Water
Pollution Control Planning”, 2010, Key
Call Matlab.GetWorkspaceData("ms", "base", ms)
Engineering Materials, 439-440, 407.
2. WANG Yong-hu1 etal., ”Developing on CAI
Gambar 5. Komunikasi data dan eksekusi Matlab. System for combination technology bsaed on
VB and MATLAB,” http://en.cnki.com.cn/
Contoh proses eksekusi dan komunikasi data dari Article_en/CJFDTotal-TLJS201006007.htm.
3. YANG Li, ”A Programming Technology for
VB dan Matlab adalah seperti pada gambar diatas.
Komunikas pengiriman data data VB, proses Efficient Combination of MATLAB and VB”,
eksekusi data pada algoritma radar, dan pengirman http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTA
hasil perhitungan dari Matlab ke VB kembali. L-XXYD200303014.htm.
Gambar dibawah adalah hasil uji 4. LU Qiu-lan (Qufu Normal University,Qufu
Shandong 273165, China);Study in Hybrid
peluncuran roket RX122 yang diproses dengan
Programming Between VB and MATLAB[J];
menggunakan software yang dtelah dikembangkan.
Terlihat roket meluncur dengan jarak maksimum 23 Computer Simulation;2003-12.
km dengan waktu tempuh sekitar 83 detik.

25

20

] 15
m
k
[
g
n
u 10
s
g
n
a
L
k
a
r 5
a
J

-5
130 140 150 160 170 180 190 200 210 220
Waktu [detik]

Gambar 6. Hasil peluncuran roket RX122 tahun


2012.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 59


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 60


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

OPTIMASI KERJA BATERAI CHARGE-DISCHARGE PADA SISTEM PENGATURAN


BEBAN DI BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) REMOTE AREA MENGGUNAKAN
PENGATURAN BEBAN DINAMIS

Widjonarko
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik - Universitas Jember
Email: widjonarkost@yahoo.co.id

Abstraks
Keterbatasan daya listrik bagi Provaider Telekomunikasi menjadi permasalahan yang sangat komplek terutama pada
BTS (Base Transceiver Station) remote area yang menerapkan sistem catu daya bergantian antara PLN dan genset dengan
kombinasi 12 jam PLN ON/ Genset OFF dan 12 jam Genset ON/ PLN OFF, dan pemanfaatan kerja baterai hanya sebagai
backup emergensi saja disaat PLN OFF/ Fail dan Genset akan ON, ditambah permasalahan kwalitas tegangan yang relatif
fluktuatif akibat jauh dari penyulang dan hidupnya beban secara bersamaan yang mengakibatkan terjadinya overcurrent (trip
protection).
Mengatasi permasalahan tersebut diperlukan desain sistem pengaturan beban (Power Management) dengan
mendeteksi power treshold atau limit current tidak melebihi nilai setting dan menentukan daya sisa dari beban yang belum
hidup dan pengoptimalan kerja baterai charge and discharge melalui pengontrolan kapasitas baterai menggunakan metode
SOC (state of charge) serta mengubah baterai sebagai catu daya kedua setelah PLN OFF dan Genset menjadi catu daya
emergensi.
Hasil perancangan sistem desain pengaturan kombinasi tahapan prioritas beban utama ON dan beban kondisonal
yang hidup berdasarkan perubahan arus charge ke baterai yang semakin kecil dan menghindari terjadinya trip proteksi.
Batasan setting SOC 60%-90% yang tepat dapat mengoptimalkan kerja baterai saat charge discharge dengan mengatur
waktu saat charge Ibost efektif 4 jam dan discharge efektif 8 jam yang dapat mengurangi kerja genset secara teknis
memperpanjang masa pakai genset dan penghematan bahan bakar.

Kata kunci : Power Management (PM) , Charge Discharge (CDC), State Of Charge (SOC), Power Sensor (PS), Threshold
Power (Pth), limit current, trip.

1. PENDAHULUAN karena PLN merupakan penyedia energi listrik


Permasalahan penyediaan daya listrik bagi dengan biaya termurah dibandingkan dengan energi
perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi listrik menggunakan diesel-generator (genset) dan
(Provaider) dalam perkem-bangannya selalu bahkan dengan energi alternatif lainnya. Pengem-
melebihi percepatan dari penyedia daya listrik bangan sistem kedua : mengatasi permasalahan
(PLN), kebutuhan daya riil konsumen yang keterbatasan daya menggunakan solusi menambah
sangat besar dan terbatasnya pembangkit genset secara terpisah sebagai catu daya tambahan.
penyedia daya listrik berdampak pada kebijakan (khusus mencatu beban tambahan) atau backup daya
membatasi penambahan daya listrik bagi dengan 2 genset bekerja bergantian.
pelanggan, terutama pelanggan dengan Penggunaan metode kedua penambahan genset
pemakaian daya listrik skala besar. Penambahan terpisah atau 2 genset bekerja bergantian sebagai
perangkat dan kualitas tegangan yang fluktuatif solusi menurut penulis kurang efektif dikarenakan
mengakibatkan terjadinya overcurrent (trip ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan
protection) melebihi daya kontrak PLN metode tersebut yaitu :
terpasang. Hal ini memaksa operator telepon a. Investasi besar (menambah genset dan
seluler berpikir keras untuk mengatasi masalah pembangunan rumah genset).
penyediaan daya listrik yang kontinyu. b. Pemeliharaan (pengawasan dan pemeliharaan
Beberapa sistem telah dikembangkan, rutin seperti mengganti oli, filter oli, filter solar
baik yang tujuannya sekedar penyedia daya serta pemeliharaan skala besar seperti turun
darurat asal station bisa on-air sampai dengan mesin (overhold) )
pengembangan sistem yang berhubungan dengan c. Bahan Bakar (tingginya harga BBM dan
efisiensi dan optimalisasi daya yang ada. Record ketersediaannya serta pertimbangan lokasi /site).
sistem yang pernah diterapkan di BTS pertama d. Di sisi management justru menjadi lebih rumit
yaitu : menetapkan PLN sebagai catu daya karena peningkatan populasi genset itu sendiri.
utama (main) dan baterai dengan kapasitas daya
besar digunakan sebagai backup daya emergensi dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas
yang bekerja disela-sela catu daya utama fail maka menambah genset adalah merupakan solusi
sampai pemindahan catu daya ke genset. Alasan yang memerlukan biaya relatif besar.
mendasar kenapa PLN sebagai catu daya utama

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 61


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. TUJUAN dengan kondisi ini kerja genset akan semakin sering.


Adapun tujuan penelitian ini dapat Adapun data catatan hasil survey jumlah perangkat
menyelesaikan permasalahan keterbatasan catu pada BTS remote area adalah sama, selengkapnya
daya dengan mengubah urutan sebagai berikut : dapat dilihat tabel dibawah :
PLN sebagai catu daya utama kemudian baterai
dan genset. Untuk penambahan perangkat Tabel 3.1 Data daya tersedia (PLN & Genset) di BTS
mendekati daya kontrak PLN dapat dilakukan remote area
dengan pengaturan beban (power management)
serta mengoptimasi kerja baterai sebagai backup
daya kedua dan mengubah genset sebagai backup
daya ketiga.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam menyelesaikan penelitian ini
dilakukan melalui tiga tahapan yang pertama,
memperoleh data sistem exsisting yang Tabel 3.2 Data beban AC (Alternating Current)
digunakan sebagai acuan pembuatan sistem yang BTS remote area
baru. Kedua : menentukan parameter beban
(pengelompokan) untuk memperoleh kotinyuitas
daya dengan mendesain sistem automatic charge
discharge baterai dan tiga : desain sistem
pengaturan beban (power management)
menggunakan pengaturan beban dinamis dan
diimplementasikan.

3.1 Identifikasi Sistem Exsisting


Gambaran prinsip kerja dari sistem dapat
dilihat diagram blok exsisting dibawah ini :

Dari analogi yang digambarkan di single line


diagram existing dan tabel hasil survey beban AC, di
mana beban perangkat dengan catu daya AC apabila
bekerja secara bersamaan saat main restore atau saat
catu daya oleh genset ON, maka total daya terserap
oleh perangkat sesaat akan melebihi daya kontrak
yang mengakibatkan terputusnya daya (trip) di sisi
Gambar 3.1. Single Line diagram existing site proteksi kWH, artinya tidak ada nilai toleransi untuk
remote area start-up ( > 16500VA), sedang nilai actual perangkat
setelah start-up mendekati nilai daya kontrak, akibat
Gambaran single line diagram di atas dari arus charging sesaat yang besar ditambah arus
adalah sistem di backup 2 catu daya yang berasal star-up perangkat lainnya seperti Aircon dan
dari PLN dan Genset dengan sistem ATSMF perangkat utility lainnya. Rectifier yang digunakan
digunakan sebagai panel automatic transfer dalam hal ini jenis switch mode tidak menggunakan
switch main faillure dari PLN (main) ke Genset trafo daya (full electronic) dengan sistem tegangan
(backup daya ke dua) berdasarkan sensing positif (+) koneksi negatif grounding 48 Volt. Data
tegangan pada sisi catu daya utama, saat main untuk beban DC dapat dilihat di tabel bawah ini :
fail beban DC di catu sementara oleh baterai
dimana baterai hanya digunakan sebagai backup Tabel 3.3 Data beban DC (Direct Current) BTS
daya ketiga (emergensi) menunggu proses remote area
perpindahan switching dari kondisi catu daya
PLN ke Genset setelah genset terjadi start dan
pemanasan (warming-up) kurang lebih 3 menit.
Saat backup baterai bekerja kondisi beban AC
(alternatif current) seperti beban Aircon dan
beban utility dalam kondisi Off , sampai kondisi
catu daya diambil alih catu daya dari genset,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 62


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3.4 Data sistem BTS remote area


Melihat hasil data di atas dengan kapasitas
baterai 800 Ah dalam teori baterai arus charge Ah Baterai 800 Ah
(Imax) kebaterai ditentukan < 10% untuk Sistem Tegangan DC 48 Volt
menjaga lifetime baterai yang panjang dan untuk SOC 60% - (DOD 30%)
pengaturan tegangan output dari rectifier 90%
diselaraskan dengan tegangan pemeliharaan Ah Loss 240 Ah
baterai baik saat kondisi charge Ibost, Ifast PLN ON 12 Jam
sampai dengan Ifloat dengan tujuan disamping PLN OFF 12 Jam
melakukan proses charge, rectifier juga mencatu Rectifier Power/ Modul AC 1200 Watt
beban perangkat DC seperti perangkat radio Arus Load DC perangkat 25 Ampere
(BTS) dan link ke BTS lainya serta perangkat Arus Load DC 2 Fan 5 Ampere
Backbone. I bost max 80 Ampere
I fast 60% I bost 48 Ampere
3.2. Perencanaan Desain Sistem
I float 10% I bost 8 Ampere
Dalam perencanaan ini dibagi dalam 2
sistem perencanaan yaitu pertama, membuat
Proses charge dalam suatu baterai yang
sistem kombinasi kontrol baterai charge
optimal selain memperhitungkan perbandingan dari
discharge (CDC), baterai sebagai catu daya
kedua dengan mengoptimalkan kapasitas Ah penjumlahan prosentase Ah saat I bost, Ifast dan
baterai serta dapat remote genset untuk Ifloat, untuk menjaga lifetime baterai. Untuk proses
charge Ibost diperlukan waktu yang pendek dari pada
mengganti catu daya utama apabila catu daya
charge Ifast dengan persamaan sebagai berikut.:
utama masih fail melakukan dengan sistem
automatic transfer switch main faillure ( Ah x K ( A : B: C ) % )
(ATSMF). Kedua membuat sistem pengaturan TRe cov eryi 
beban (power management) menggunakan I ( I Bost : I fast : I float )
pengaturan beban dinamis untuk menjaga
kontinyuitas daya. Gambaran desain sistem Dimana :
keseluruhan yang dibuat dapat dilihat di bawah K ( A : B: C ) % = Kombinasi prosentase
ini
tahapan charge Ah baterai

Misal :
kombinasi 1 = ( 40 ; 50 ; 10 )

(800 x 40% )
Saat Charge Ibost TBost 
80
320

80
 4 jam
Gambar 3.2. Single line diagram desain sistem
charge discharge (CDC) dan sistem power (800 x 50% )
Saat Charge Ifast TBost 
management (PM) 48
400

3.2.1 Recovery Charge Baterai 48
Proses recovery dalam pengisihan  8 jam
baterai adalah melakukan proses charge sampai
dengan kondisi mengembalikan 100% dari
kapasitas Ah terpasang dengan arus mendekati Saat Charge Ifloat (800 x 10% )
TBost 
0A di mana titik terakhir charge sudah tidak 8
efektif lagi karena perubahan arus kecil sekali 80

dan memerlukan waktu yang panjang. Untuk 8
mencari optimasi baterai sebagai perhitungan
diambil data existing sebagai acuan charge  10 jam
maupun discharge di bawah ini :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 63


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dengan rumus yang sama selanjutnya didapat Saat cycle pertama discharge dengan setting 60%-
hasil hitungan sebagai berikut : 90% di mana kapasitas baterai terhitung 100% ,
sehingga untuk 10% discharge pertama dinyatakan
kombinasi 2 = ( 30 ; 40 ; 30 ) waktu tambah pada cycle pertama.

Saat Charge Ibost = 3 jam Untuk 10% pertama (DC Fan Off ) :
Ah (1 , 1 ) X D (1 ) %
Saat Charge Ifast = 7 jam T d (10 % , 1 ) 
IL
Saat Charge Ifloat = 30 jam 800 X 10 %

25
kombinasi 3 = ( 20 ; 30 ; 50 )  3, 2 jam
Saat Charge Ibost = 2 jam
Untuk 10% pertama (DC Fan On ) :
Saat Charge Ifast = 5 jam Td ( 10 % , 1 )  2 ,6 jam

Saat Charge Ifloat = 50 jam


Setting 30% kedua (DC Fan Off ) :
Dari perhitungan dengan 3 kombinasi
prosentase tahapan Ah baterai yang berbeda ( Ah (1 , 1 ) X D (1 ) %)  ( Ah (1 , 1 ) X D ( 2 ) %)
T d ( 30 % , 2 ) 
untuk menentukan waktu charge baterai IL
terpendek dengan waktu I charge bost yang
pendek (waktu I fast > I bost ) dengan ( 800 X 10 % )  ( 800 x 30 % )

pertimbangan life time baterai yang panjang. 25
 9 ,6 jam
3.2.2. Discharge Baterai
Dalam proses charge discharge cycle Untuk 30% pertama (DC Fan On ) :
pertama dimulai dari proses discharge dengan
100% kapasitas baterai sampai dengan batas 240
T d (10 % , 1 ) 
kapasitas bawah, sedang dalam proses discharge 25  5
sebagai pengukuran diperlukan setting batas
SOC yang dikehendaki yang paling optimal,
 8 jam
misal setting SOC di 60% - 90% atau 30% DOD Jadi untuk cycle discharge pertama, dengan waktu
pemakian, di mana batas atas < 90% adalah min yang didapat :
kondisi awal dimulai discharge sampai dengan I Load DC Fan Off
batas terbawah adalah 60% artinya saat
discharge kapasitas baterai yang tersisa 60% dan T d ( 40 % )  12 ,8 jam
dilanjutkan dengan proses charge, dalam proses
discharge besar IL (arus load rata-rata) T d ( 30 % )  9 ,6 jam
mempengaruhi waktu pengeluaran, semakin kecil
IL nilai discharge semakin panjang alias I Load DC Fan On
kapasitas lebih tinggi, adapun beban DC antara
lain beban perangkat radio dan DC fan dimana T d ( 40 % )  10 , 6 jam
beban perangkat mempuyai nilai yang berubah-
ubah tergantung pemakian sehingga data diambil T d ( 30 % )  8 jam
rata-rata, sedang pada beban DC Fan kondisional
artinya DC Fan ON apabila suhu dalam ruang Dari hasil perhitungan untuk kondisi discharge
diatas batas suhu setting ruang > 27 0C, dan saat semua beban DC dianggap bekerja maka waktu
0
kondisi OFF < 25 C, untuk mengetahui waktu yang diperoleh pada cycle pertama sebesar 10,6 jam
discharge digunakan persamaan 3.1 sebagai dengan 40% dari Ah baterai dan dengan asumsi
berikut : tegangan catu daya masih di atas batas aman
perangkat > 45 V. Sehingga untuk discharge cycle
Ah X DOD % kedua waktu min sebesar 8 jam.
Td 
IL
3.2.3 Sistem Pengaturan Beban (PM)
Dalam desain pengaturan beban ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan antara lain membuat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 64


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pengelompokan beban berdasarkan prioritas dan Dengan melihat tabel prioritas beban AC dan
pengaturan penyalaan beban berdasarkan sensing data beban DC exsisting maka didapat kombinasi
daya dan arus, untuk monitoring desain sistem ini beban dari prioritas 3 dan 4 adalah 26 . Untuk
dilengkapi dengan data Logger. Sistem desain penentuan kombinasi beban dalam penelitian ini
yang direncanakan dapat dilihat di bawah ini : digunakan kombinasi acak yang sudah ditentukan
berdasarkan kebutuhan dari kombinasi A sampai
dengan kombinasi F (lampiran tabel kombinasi
beban). Untuk dinyatakan bahwa daya sudah optimal
dengan pengaturan beban apabila P Tmin < P kontrak PLN
sebesar 16.5 kVA saat kondisi charge ke baterai,.

3.2.3.1 Sekuansial Penyelaan PSUs


Jika terjadi PLN restore atau kapasitas baterai
memenuhi batas bawah setting , maka 8 buah PSUs
yang disebut dengan prioritas 1 dan prioritas 2
(mandatory) akan ON dengan perbedaan setting
Gambar 3.3. Single line diagram desain sistem
waktu penyalaan untuk menghindari arus start yang
pengaturan beban (PM)
tinggi dan cukup untuk mencatu semua beban DC
prioritas dan sebagian kecil charge baterai. Power
Desain sistem pengaturan beban
Sensor (PS) mendeteksi daya pada sektor priority
menggunakan controller PLC LOVATO dengan
mandatory, jika besarnya daya yang diserap dari
bahasa pemrograman LEADER diagram di mana
sektor priority mandatory telah berkurang kurang dari
proses input maupun output dengan logika 1 dan
nilai tertentu (Pth) maka PSUs selanjutnya akan ON
0. Untuk logika proses diperoleh dari setting
dilanjutkan PSUs lainnya dengan sekuansial setting
sensing daya (PS), arus (CS) dan temperatur 0C
waktu. Sekuansial penyalaan PSUs ini menggunakan
(TS) sebagai batasan beban dengan keluaran
ambang daya (Threshold Power) untuk menjamin
logika 1 – 0.
kemudahan dalam penentuan parameter setting.
Penggunaan ambang arus (Threshold Current) sulit
dilakukan karena fluktuasi tegangan.

3.2.3.2 Sekuansial Load Shading


Sekuansial Load Shading dilakukan jika
terdeteksi adanya kelebihan arus oleh Current Sensor
(CS). Dalam sekuansial load shading ini urutan
pelepasan beban dimulai dari :
a. AirConditioner
b. PSUs sektor 4
c. PSUs sektor 3
Gambar 3.4. Diagram logika jalur algoritma
d. Penerangan / Utility
pengaturan beban dinamis
3.2.3.3 Sekuansial Pengaturan Suhu
Diagram logika jalur algoritma dibagi 4
Pengaturan suhu ruangan shelter dengan
prioritas beban dengan pertimbangan besarnya
memanfaatkan fasilitas kontrol suhu yang terdapat
beban DC dan kontiyuitas beban dapat dilhat
dalam desain sistem PM yang bekerja berdasarkan
dibawah.
rambu-rambu suhu dan tegangan adapun proses
pengaturan sebagai berikut :
Tabel 3.5 Beban dan prioritas beban
a. Penyalaan AirCon1 dan AirCon2 secara
bergantian, AirCon bekerja jika Temperature
Sensor (TS) mandeteksi nilai temperatur di atas
level setting terbawah > T1 dan CS tidak
mendeteksi adanya overcurrent.
b. AirCon akan dimatikan jika suhu di atas level
setting tertinggi > T2 dan DC FAN akan
dinyalakan artinya Aircon tidak mampu
mendinginkan ruangan.
c. Jika suhu di bawah level setting < T1, AirCon
akan dimatikan dan DC FAN dimatikan artinya
penghematan daya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 65


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4. ANALISA DAN SIMULASI PERBANDINGAN DAYA


4.1 Pengujian Charge Discharge Cycle (Star-up, Nominal, in PM)

Dalam proses charge discharge 35,000

pengambilan data yang diambil terdiri dari 2 30,000

Cycle dengan 2 mode yaitu mode pertama 25,000

dengan catu daya berasal dari PLN dan genset,

Daya
20,000
Batas daya 16.5kVA
serta mode kedua dengan catu daya genset saja, 15,000

penggunaan 2 mode dalam hal ini sebagai bahan 10,000


perbandingan sistem yang optimal. Adapun 5,000
grafik charge discharge dapat dilihat dibawah A B C D E F

ini. Kombinasi
Daya Max (watt) Star-up Daya Nominal (watt)
Daya Min (watt) in PM Daya Kontrak PLN (VA)

Gambar 4.2 Grafik daya terhadap kombinasi beban


dalam sistem
Pada gambar grafik diatas kombinasi beban
dengan semua beban ON dalam sistem yang aman dan
tidak terjadi trip pada proteksi utama adalah
menggunakan pengaturan beban (dengan PM) dengan
sistem kerja mendeteksi power treshold dan limit
current tidak melebihi setting dengan menunggu
perubahan arus charge ke baterai yang semakin kecil
Gambar 4.1 Grafik tegangan dan SOC terhadap sehingga beban pada prioritas 3 dan 4 (kondisional)
waktu CDC 2 cycle mode ON setelah daya mencukupi.

Dari grafik dapat diambil kesimpulan 5. KESIMPULAN DAN SARAN


bahwa pada saat charge diperlukan waktu pendek Setelah melakukan analisa perhitungan pada
dan saat discharge diperlukan waktu yang desain sistem charge discharge dan pengaturan beban
panjang. menggunakan metode pengaturan beban dinamis pada
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
4.2. Pengujian Proses Pengaturan Beban (PM) berikut :
Pada pengujian desain pengaturan beban 1. Aplikasi sistem optimasi kerja baterai charge
(PM) terbagi menjadi 6 kombinasi yaitu discharge baterai dengan batasan seting SOC
kombinasi A sampai dengan F yang dipilih 60%-90% serta pengaturan waktu saat charge
secara acak berdasarkan pengelompokan beban Ibost, Ifast dan Ifloat didapat waktu charge
dan prioritas beban dengan 3 tahapan daya yang efektifkan 4 jam dan mengurangi kerja
perhitungan yang terdapat dalam tabel di bawah genset sehingga efisiensi bahan bakar genset.
ini.
2. Power Management (PM) bekerja dengan
Tabel 4.1 Perbandingan daya pada kombinasi
rambu-rambu overcurrent dan undervoltage,
beban jadi kemungkinan terjadi tripping MCB sangat
kecil, karena pengaturan beban ON
berdasarkan daya sisa.
3. Tidak terjadi degradasi usia baterai yang drastis
akibat proses discharge yang lebih dalam (%
SOC yang lebih tinggi dibandingkan sistem
ATSMF (konvensional). Artinya jika
dibandingkan dengan penghematan bahan
bakar, konsekuensi financial akibat penurunan
usia baterai masih dapat dikompensasi.
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik
perbandingan daya yaitu daya saat star-up SARAN
bersamaan (tahap1), daya pada waktu mencapai Penyelesaian persoalan optimasi dalam
nominal (tahap 2) dan daya dengan pengaturan penelitian ini menggunakan pengaturan beban dengan
beban dengan PM (tahap 3). parameter sisa daya dan beban yang belum ON.
Harapan penulis penelitian berikutnya dapat
menggunakan metode lain seperti parameter sisa daya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 66


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

adaptif, serta menghitung kerugian dan University of Canterbury, Christchurch, New


keuntungan ditinjau dari biaya . Zealand. August, 2001
[4] Phocos.: PL System design : PLS2 Shunt
DAFTAR PUSTAKA
Adptor Reference Manual,versi 2002
[1] Technical Manual book, Application and
[5] Magnetek manual tecnical Book : Integrated
use of the OPzV Batteris OpzV
power system System SY3-J025B mod 3F06.
[2] Richard C. Jones : Charge Control Option [6] A.J.Wood, B.F.Wollenberg, Power Generation,
For Valve Regulated Lead Acid Batteries : Operation and Control, John Wiley & Sons Inc,
agustus, 2004 1984
[3] Laird, H.: Modeling and measurement of [7] Su C.Ching, Y.Yih Hsu, Fuzzy Dynamic
diode rectifiers and their interaction with Programming : An Application to Unit
shunt active filters. PhD Thesis, Commitment. IEEE Transaction on Power
System, Vol. 6, No.3, 1991

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 67


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 68


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERANCANGAN KONVERTER ENERGI BERBASIS BUCK CHOPPER


UNTUK PANEL SURYA

Y.L. Christanto Wibowo1)


Ign Slamet Riyadi2)
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata
Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur, 50234, Semarang, Indonesia
Email : 1)christanto.wibowo@hotmail.com, 2) s_riyadi672003@yahoo.com

ABSTRAK

Di zaman sekarang ini bahan bakar fossil menjadi langka di karenakan konsumsi yang berlebihan, oleh karena itu
diperlukan energi alternatif. Salah satunya energi sinar matahari yang merupakan energi alternatif, karena jumlahnya yang
tak terbatas. Dengan energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik melalui photovoltaic (PV). Photovoltaic adalah alat
yang menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan sinar matahari yang dapat diperbarui secara terus menerus yang
bekerja sesuai panas yang diterima, dimana tegangan dan arus yang dihasilkan masih searah (DC). Tetapi tegangan dan arus
yang diterima oleh PV tidak stabil, maka dari itu dibutuhkan MPPT (Maximum Power Point Tracker) agar daya yang didapat
maksimum. Konverter yang dipakai dalam percobaan ini adalah BUCK Chopper yang dianggap sebagai variabel resistor
untuk mendapatkan daya maksimal.

KATA KUNCI: Photovoltaic, Maximum Power Point Tracking, BUCK Chopper

1. PENDAHULUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini


Di zaman sekarang ini bahan bakar fossil adalah :
menjadi langka di karenakan konsumsi yang  Mengbangkan panel surya sebagai sumber
berlebihan, oleh karena itu diperlukan energi energi alternative.
alternative. Salah satunya energi sinar matahari,  Merancang MPP Tracker untuk
dikarena jumlahnya yang tak terbatas. Energi memaksimalkan daya pada panel surya
matahari dapat diubah menjadi energi listrik  Implementasi Rangkaian Buck Chopper
melalui panel surya (photovoltaic=PV). sebagai penurunan sumber tegangan
Panel surya dapat merubah besaran energi
matahari ke energi listrik dalam besaran arus 3. METODE PENELITIAN
searah(DC). Akan tetapi daya energi listrik yang 3.1 Panel surya (photovoltaic=PV)
dihasilkan tidak maksimum, dikarenakan oleh Panel surya merupakan alat yang dapat
intensitas sinar matahari, suhu, dan resistansi. Maka mengkonversi energi sinar matahari secara
dari itu untuk mendapatkan daya maksimum langsung. Panel surya adalah suatu
diperlukan MPP Tracker (Maximum Power Point sambungan bahan semikonduktor jenis P
Tracker = MPPT). Kendali MPPT yang digunakan (positif) dan N (negatif) akan menghasilkan
DC-DC Converter jenis Buck Chopper agar dapat tegangan jika ada suatu energi foton yang
memaksimalkan daya PV menggunakan metoda mengenai sambungan tersebut, dan jika
berbasis Perturb&Observe(P&O). dihubungkan ke beban akan menghasilkan
Pada makalah ini akan dibahas suatu teknik suatu aliran arus listrik
memaksimalkan konversi daya sinar matahari
menjadi energi listrik dengan menggunakan deteksi
arus yang dikendalikan dan menggunakan sistem
pengkonversi besaran DC ke DC tipe step down.
Dengan teknik yang dikembangkan ini struktur
rangkaian kendali konversi daya maksimal menjadi
sederhana dan mampu menghasilkan daya
maksimal yang baik. Sistem ini diturunkan Gambar 1 ilustrasi perubahan energi
berdasarkan karakteristik hubungan arus dan
tegangan keluaran yang ada. Suatu photovoltaic dapat dimodelkan
sebagai sumber arus (Iph) yang terhubung
2. TUJUAN paralel dengan reverse dioda dan tahanan
shunt (Rsh) serta terhubung secara seri dengan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 69


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

suatu tahanan seri (Rs). Gambar 2 ketika panel


solar ketika terhubung ke beban (RLoad),
tegangan keluarannya adalah Vo dan arus
keluarannya adalah Io.

Gambar 2 Rangkaian Ekivalen Solar Panel

Pada PV memiliki kurva karakteristik, Gambar 5 kurva daya dan tegangan pada panel
berikut gambar 3 surya saat pembebanan

3.2 Buck chopper (step down chopper)


Step Down Chopper merupakan jenis
konverter yang banyak digunakan dalam
industri catu-daya. Konverter ini akan
mengkonversikan tegangan DC masukan
menjadi tegangan dc lain yang lebih rendah
(konverter penurun tegangan). Rangkaian ini
terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan
satu saklar pasif (diode). Untuk tegangan kerja
yang rendah, saklar pasif sering diganti
dengan saklar aktif sehingga susut daya yang
terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja
Gambar 3 kurva karakteristik PV bergantian. Setiap saat hanya ada satu saklar
yang menutup. Nilai rata-rata tegangan
Pada pembebanan panel surya secara keluaran konverter sebanding dengan rasio
langsung mengakibatkan daya yang didapat tidak antara waktu penutupan saklar aktif terhadap
maksimal, maka dari itu dibutuhkan MPPT. periode penyaklarannya (faktor kerja). Nilai
Dengan adanya MPPT panel surya akan di paksa faktor kerja bisa diubah dari nol sampai satu.
bekerja untuk mendapatkan daya maksimum. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan keluaran
selalu lebih rendah dibanding tegangan
masukannya. Berikut gambar 6 buck chopper.

Gambar 6 buck chopper


Gambar 4 kurva arus dan tegangan pada panel
surya saat pembebanan Pada saat kondisi saklar hidup, maka arus
dari sumber tegangan DC masukan Vs akan
mengalir melalui induktor L lalu bercabang
pada kapasitor C (arus riak), dioada akan
mereverse, dan beban (arus dc). Karena pada
durasi ini energi dari sumber diserap induktor
L, maka arus pada indukstor L akan naik
(bertambah).
E=VL+Vo

VL=E-Vo (1)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 70


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi


L = − o 30

25
L∆ = ( − o) t= (E-Vo).ton
20
15
Series1
10
5
0
0 1 2

Gambar 9 kurva perbandingan tahanan


masukan dan keluaran terhadap duty cycle
Gambar 7 saat saklar hidup pada buck chopper
Sedangkan pada saat kondisi saklar mati, Dengan demikian jika buck chopper
maka sumber tidak akan terhubung ke beban, diimplementasikan sebagai MPPT maka
tetapi karena arus yang mengalir pada beban yang terpasang pada panel surya
induktor L tidak dapat berubah secara melalui MPPT dapat lebih kecil dari Rmpp.
mendadak, arus akan mengalir melalui
induktor L, beban dan kapasitor C serta dioda
akan meforward D. Pada kondisi ini energi
yang tersimpan pada induktor L akan dilepas
sehingga arus induktor L akan turun
(berkurang).
VL=Vo

L = o (2)

L∆ = o∆ =Vo.toff

L Gambar 10 rangkaian ekuivalen sisi


masukan buck chopper
IO
IL
Vs D IC R
C

Gambar 8 saat saklar mati

Dengan menyamakan persamaan (1) dan Gambar 11 implementasi Buck chopper


(2) maka akan menjadi: sebagai MPPT untuk beban dengan
Vo= =d.E (3) Tahanan lebih kecil Rmpp

Maka pada hukum kekekalan energi maka 3.3 Pengontrolan


jika dianggap ideal jika Pi=Po maka dapat Pada panel surya memiliki titik MPP,
dihubungkan: maka dapat melakukan umpan balik melalui
deteksi V dan I panel surya. Untuk mencari
daya panel surya dapat di tentukan melalui
Rin= (4)
deteksi V dan I panel surya. Jika terjadi
pergeseran titik operasi panel surya dari A ke
B maka operasi harus dilanjutkan (pergeseran
ke atas). Secara teoritis dapat dijelaskan
sebagai berikut, pergeseran dari A dan B
menyebabkan rata-rata daya dan rata-rata
tegangan bernilai positif sehingga nilai

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 71


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tegangan harus ditambah dengan cara


menurunkan arus panel surya atau
menurunkan duty cycle. Sebaliknya jika titik
operasi bergerak dari B ke A maka rata-rata
daya dan rata-rata tegangan bernilai negative
keduanya, sehingga harus titik operasi harus
titik operasi harus digeser ke atas dengan
menurunkan duty cycle.
Jika terjadi pergeseran titik dari D ke C
maka rata-rata bernilai positif dan rata-rata
tegangan bernilai negatif. Untuk mencapai
titik MPP maka titik operasi harus terus
bergeser ke atas dengan menaikan duty cycle.
Begitu juga dengan pergeseran titik operasi
dari C ke D akan menyebabkan nilai rata-rata Gambar 14 Skema kendali MPPT
daya bernilai negative dan rata-rata tegangan berbasis PIC 18F4550
bernilai positif.
4. HASIL SIMULASI DAN PENGUJIAN

Untuk melakukan analisa maka dilakukan


simulasi dengan perangkat lunak yaitu PSIM.
Sebagai basis kendali digital, digunakan C-Block.
Dengan penggunaan tahanan yang berubah, panel
surya masih mampu menghasilkan daya
maksimumnya. Pada fungsi sebagai Buck MPPT
maka tegangan keluaran MPPT lebih kecil
dibandingkan tegangan panel surya.

Gambar 12 pergeseran titik operasi


menuju nilai daya maksimum

Implementasi kendali MPPT dapat


dilakukan secara digital dengan menggunakan
18F4550, dengan ADC eksternal yang cukup
cepat.
(a)

(b)
Gambar 15 Hasil simulasi buck chopper sebagai
MPPT pada pembebanan dengan tahanan kecil
dari tahanan MPP (a) daya (b) tagangan panel
surya dan tegangan keluaran MPPT

Gambar 13 IC 18F4550 sebagai inti


kendali MPPT

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 72


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

menggunakan ADC eksternal sebagai masukan bagi


kendali MPPT. Dari hasil simulasi dan pengujian
dapat diketahui bahwa MPPT mampu bekerja
sebagai buck chopper.

6. DAFTAR PUSTAKA

 Eric Anderson, Chris Dohan, Aron Sikora,


“Solar Panel Peak Power Tracking System,
“Worchester Polytechnic Institute, March 12,
2003
Gambar 16 Hasil pengujian arus panel surya  Zainal Arifin, Sutedjo, Suryono, “Portable
saat MPPT dioperasikan sebagai buck MPPT Solar Charger” Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya.pdf
 Rashid, Moh. 1999. Power Electronics Second
Edition. Erlangga. Jakarta.
 Malvino, Albert Paul. 1996. Prinsip-prinsip
Elektronika. Erlangga. Jakarta.
 Dedy. P, Pratomo H.L dan Tejo. Y, 2010 “
Pemanfaatan Mikrokontroler Tipe AT89S52
Sebagai Pengendalian Daya Maksimum Pada”
CITEE, UGM Yogyakarta
 Felix. Y dan Pratomo, H. L, 2009
“Memaksimalkan Daya Photovoltaic dengan
Korelasi Riak”, IES-ITS Surabaya
 Pratomo, H. L, 2005 , “Buck DC-DC
Konverter Dengan Kendali One Cycle”,
Gambar 17 hasil pengujian tegangan panel MILLENIUM, Vol 1. No 3
surya dan tegangan L chopper saat MPPT  Hohm, D. P., Ropp, M.E., (2003) :
dioperasikan sebagai buck MPPT Comparative Study of Maximum Power Point
Pada pengujian dapat diketahui bahwa MPPT Tracking Algorithms, PROGRESS IN
mampu berkerja sebagai buck MPPT tergantung PHOTOVOLTAICS: RESEARCH AND
pada tahanan beban yang terpasang. Maka APPLICATION Prog.Photovolt: Res.
pemasangan beban lebih kecil dari Rmpp akan Appl.2003; 11:47-62 (DOI:10.1002/pip,459)
mengoperasikan MPPT sebagai buck chopper.  Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic
melalui VSI berbasis Kendali Arus untuk
5. KESIMPULAN Pembagian Beban, JITEE (The Journal of
Pada Buck chopper MPPT mampu bekerja information Technology and Electrical
dengan beban lebih kecil dari Rmpp untuk sistem Engineering), Vol 2, April 2010 hal. 32-37,
panel surya. Kendali yang digunakan berbasis UGM Yogyakarta
digital melalui implementasi PIC 18F4550

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 73


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 74


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA BEROPERASI STAND


ALONE DENGAN KONVERTER KY DAN MAXIMUM POWER POINT TRACKING
BERBASIS ALGORITMA NEURO-FUZZY

Adi Kurniawan1; Mochamad Ashari2; Dedet C. Riawan3, Ilham Pakaya4


Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
1
adi.k.046@gmail.com; 2ashari@ee.its.ac.id; 3dedet@ee.its.ac.id; 4ilhampakaya@gmail.com

Abstrak

Semakin berkurangnya ketersediaan bahan bakar fosil mendorong berkembangnya penggunaan energi terbarukan sebagai
sumber energi pembangkit listrik. Salah satu sumber energi terbarukan yang semakin banyak dipakai sebagai pembangkit
listrik adalah sel surya. Efisiensi sel surya yang masih rendah membuat perlunya penerapan maximum power point tracking
(MPPT) yang dikombinasikan dengan konverter DC-DC. Konverter DC-DC yang umum digunakan adalah konverter boost
konvensional yang mempunyai ripel tegangan dan ripel arus output yang cukup tinggi. Pada makalah ini disajikan pemodelan
dan simulasi dari sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dikombinasikan dengan konverter KY yang dilengkapi
dengan metode pencari daya maksimum atau maximum power point tracking menggunakan neuro-fuzzy controller. Sistem
terdiri atas PLTS, konverter KY dengan kontrol MPPT dan beban DC. Kontrol MPPT berbasis neuro-fuzzy digunakan untuk
mengontrol saklar MOSFET dari konverter DC-DC penaik tegangan bernama konverter KY untuk menghasilkan daya output
maksimum dari PLTS. Konverter KY dipilih karena mempunyai respon transien yang cepat dan mampu menghasilkan
tegangan dan arus output dengan ripel yang sangat kecil. Sistem yang diajukan diuji pada berbagai temperatur dan iradiansi
matahari, kemudian hasilnya dibandingkan dengan sistem yang identik namun menggunakan konverter boost konvensional.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa sistem dengan konverter KY mampu menghasilkan ripel tegangan dan ripel arus output
yang lebih kecil, serta kecepatan transien yang lebih cepat dibanding sistem dengan konverter boost konvensional.

Kata kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Maximum Power Point Tracking (MPPT), Neuro-Fuzzy Controller,
Konverter KY, Konverter Boost

1. PENDAHULUAN ditawarkan skema kontrol interleaved pada


Saat ini, kebutuhan manusia akan energi konverter boost. Penelitian-penelitian tersebut dapat
listrik semakin meningkat. Di sisi lain, jumlah mengatasi permasalahan ripel tegangan dan ripel
bahan bakar fosil semakin berkurang. Sumber arus output yang tinggi, namun tidak dapat
energi terbarukan seperti energi surya semakin meningkatkan performa respon transien.
banyak digunakan dalam pembangkitan energi Pada referensi [3], ditawarkan sebuah
listrik. konverter DC-DC penaik tegangan bernama
PLTS menjadi salah satu pembangkit listrik konverter KY. Konverter KY dapat menghasilkan
dengan energi terbarukan yang paling banyak ripel tegangan dan ripel arus output yang rendah,
dikembangkan karena tidak memiliki bagian serta respon transien yang lebih cepat dibandingkan
berputar, tidak menimbulkan suara dan emisi serta konverter boost.
membutuhkan biaya perawatan yang rendah [1]. Pada penelitian ini, konverter KY digunakan
Pada akhir tahun 2010, tercatat 35 GW sistem sebagai eksekutor MPPT pada sistem PLTS yang
PLTS telah terpasang di negara yang tergabung beroperasi stand alone. Algoritma MPPT yang
dalam International Agency Photovoltaic Power digunakan adalah algoritma neuro-fuzzy yang
Systems Programme (IEA PVPS) [2]. ditawarkan pada referensi [7]. Seluruh sistem
Daya yang dihasilkan panel surya dimodelkan dan disimulasikan dengan komputer.
bergantung pada iradiansi matahari, suhu
lingkungan dan tegangan atau arus output. Untuk 2. TUJUAN
dapat menghasilkan daya maksimum pada setiap Tujuan penelitian ini adalah untuk
kondisi iradiansi matahari dan suhu, diperlukan menhasilkan sistem PLTS beroperasi stand alone
penerapan algoritma MPPT. yang mempunyai ripel tegangan dan ripel arus
Algorima MPPT pada umumnya dieksekusi output kecil, serta performa transien yang cepat.
oleh konverter DC-DC. Konverter DC-DC yang
sering digunakan adalah konverter boost. Konverter 3. METODE PENELITIAN
boost konvensional memiliki kelemahan berupa Sistem PLTS yang diusulkan pada penelitian
ripel tegangan dan ripel arus output yang tinggi, ini dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu
serta respon transien yang lambat [3]. Beberapa pemodelan panel surya, konverter KY, algoritma
penelitian telah dilakukan untuk mengatasi MPPT berbasis neuro-fuzzy, sistem kontrol
permasalahan tersebut. Pada referensi [4], diajukan tegangan, serta beban DC.
penggunaan coupling inductor pada konverter boost. Keseluruhan sistem yang disimulasikan
Pada referensi [5], digunakan teknik peningkat ditunjukkan pada Gambar 1.
tegangan output konverter boost. Pada referensi [6],
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 75
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada penelitian ini hanya digunakan 1 panel


surya untuk mengetahui performa dari penggunaan
konverter KY yang dikombinasikan dengan MPPT
berbasis neuro-fuzzy.

B. Konfigurasi Konverter KY
Topologi KY converter ditunjukkan oleh
Gambar 3. KY converter terdiri atas dua mosfet
yang digunakan sebagai switch S1 dan S2. Kedua
switch tersebut tersambung dengan dioda D1 dan
D2, sebuah induktor keluaran L dan kapasitor
keluaran C, sebuah dioda Db, serta sebuah
kapasitor energi transfer Cb yang cukup besar
Gambar 1 Konfigurasi Sistem Keseluruhan untuk menjaga tegangan yang melalui kapasitor
tersebut tetap konstan.
A. Pemodelan Panel Surya
Pemodelan panel surya secara sederhana
ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Pemodelan Panel Surya Gambar 3 Konfigurasi Konverter KY


Persamaan dasar dari panel surya Gambar 4 dan Gambar 5 menjelaskan
ditunjukkan oleh persamaan (1) berikut: aliran daya pada konverter KY. Tegangan masukan
yang diberikan sebesar Vi, tegangan yang melalui
 q  V  IRS    V  I  R  kapasitor Cb sama dengan Vi, tegangan keluaran
I  I L  I D e  nkT   1   S
 pada beban sebesar Vo dan arus yang melalui
   R sh  induktor L sebesar i.
(1)

Keterangan:
I adalah arus output PV (A).
IL adalah arus yang terbangkit pada PV (A).
ID adalah arus saturasi dioda.
q adalah muatan elektron = 1.6x10-19(C).
K adalah konstanta Boltzman (j/K).
T adalah temperatur sel (K).
Rs adalah resistansi seri sel (Ohm).
Rsh adalah resistansi shunt (Ohm).
V adalah tegangan output PV (V).

Panel surya yang digunakan pada penelitian Gambar 4 Aliran Daya Konverter KY saat S1 on
ini menggunakan model panel surya KC200GT. dan S2 off
Data panel surya ini pada iradiansi matahari 1000 Pada Gambar 4, sesaat setelah S1 menyala
W/m2 dan temperatur 25ºC ditunjukkan oleh Tabel dan S2 mati, tegangan pada L adalah tegangan
1. masukan vi ditambah tegangan vi yang melalui Cb,
dikurangi tegangan keluaran vo. Persamaan
Tabel 1 Parameter KC200GT pada 1000 W/m2 diferensial untuk menggambarkan hubungan
25ºC tersebut adalah
Imp 7,61 A
Vmp 26,3 V di
L  2vi  vo
Pmax 200,14 W dt
Isc 8,21 A dv v
C o i o
Voc 32,9 dt R (2)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 76


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada MPPT neuro-fuzzy, terdapat fuzzy


classifier yang berfungsi menentukan kelas untuk
setiap kondisi iradiansi matahari dan temperatur.
Pada algoritma MPPT ini terdapat tiga kelas ANN.
Data yang termasuk pada kelas pertama akan dilatih
oleh ANN kelas pertama dan seterusnya.
Selanjutnya, ANN akan menentukan tegangan
referensi untuk setiap input iradiansi matahari dan
temperatur. Fungsi keanggotaan dan fuzzy rules dari
fuzzy classifier ditunjukkan oleh Gambar 7 dan
Tabel 2.
Gambar 5 Aliran Daya Konverter KY saat S1 off
dan S2 on

Pada Gambar 5, sesaat setelah S2 menyala


dan S1 mati, tegangan pada L adalah tegangan vi
yang melalui Cb dikurangi tegangan keluaran vo.
Persamaan differensial untuk menggambarkan
hubungan tersebut adalah:

di
L  vi  vo
dt
dv v
C o i o
dt R (3)

Dari persamaan (1) dan (2) dapat diperoleh


hubungan antara tegangan masukan dan keluaran
sebagai berikut:
vo
 1 D
vi (4)
C. MPPT Neuro-Fuzzy
MPPT digunakan untuk menentukan besar
tegangan referensi panel surya (Vpv*) untuk setiap
kondisi iradiansi matahari dan temperatur. Dengan
demikian, panel surya dapat menghasilkan daya
maksimum untuk setiap kondisi iradiansi matahari
dan temperatur. MPPT yang digunakan pada
penelitian ini adalah MPPT berbasis algoritma
Gambar 7 Fungsi keanggotaan fuzzy classifier (a)
neuro-fuzzy. Algoritma neuro-fuzzy dipilih karena
Input suhu (b) Input iradiasi (c) output
mampu menghasilkan tegangan referensi dengan
akurasi dan kecepatan yang tinggi. Struktur dari
algoritma neuro-fuzzy ditunjukkan oleh Gambar 6.
Tabel 2 Fuzzy rules
Iradiansi
Suhu
Berawan Normal Cerah
Dingin Kelas 2 Kelas 3 Kelas 3
Hangat Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Panas Kelas 1 Kelas 1 Kelas 2

Penggunaan tiga kelas ANN akan


menghasilkan nilai tegangan referensi yang lebih
akurat dibanding dengan hanya menggunakan satu
ANN karena ketidaklinieran data dapat dikurangi.
Data untuk setiap kelas dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu data pelatihan (70%), data validasi (15%) dan
data pengujian (15%).
Gambar 6 Struktur MPPT Neuro-Fuzzy

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 77


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

D. Sistem Kontrol Tegangan Berdasarkan Gambar 9, daya yang


Sistem kontrol tegangan berfungsi untuk dihasilkan oleh panel surya pada kondisi input
menghasilkan duty cycle yang sesuai untuk iradiansi 1000 W/m2 dan temperatur 25°C adalah
konverter KY, agar konverter KY dapat membuat sebesar 200,1 W atau 99,98% dari daya maksimum
panel surya menghasilkan tegangan sesuai dengan berdasarkan data. Sedangkan daya yang dihasilkan
tegangan referensi yang dihasilkan MPPT. pada kondisi input iradiansi 800 W/m2 dan
Kontroler yang digunakan adalah kontroler PI. temperatur 35°C adalah sebesar 152,5 Watt atau
Gambar skema kontrol yang digunakan ditunjukkan sebesar 99,67% dari daya maksimum pada kondisi
pada Gambar 8. input tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa teknik MPPT yang digunakan mempunyai
akurasi yang sangat tinggi.

Gambar 8 Skema Kontrol Tegangan

E. Beban DC
Beban DC yang digunakan hanya berupa
sebuah resistor. Pada penelitian ini, belum ada
sistem kontrol yang menjaga agar tegangan pada
beban selalu konstan. Nilai resistor yang digunakan
adalah tetap untuk semua kondisi, yaitu sebesar
6,125 ohm.

4. HASIL
Pada penelitian ini dibandingkan hasil dari Gambar 10 Arus, Tegangan dan Daya Output
dua sistem, yaitu sistem PLTS dengan konverter Konverter Boost pada Sistem Dengan Konverter
boost, serta sistem PLTS dengan konverter KY. Boost
A. Sistem Dengan Konverter Boost Dari Gambar 10 diperoleh hasil bahwa
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan output konverter boost mempunyai ripel arus
hasil pengujian sistem yang pada awalnya sebesar 0,015 A baik pada arus 5,63 A maupun
mendapat input iradiansi 1000 W/m2 dan 4,905 A. Ripel tegangan yang dihasilkan adalah 0,1
temperatur 25°C menjadi 800 W/m2 dan 35ºC. V pada tegangan output rata-rata 34,47 V.
Sedangkan ripel tegangan output pada tegangan
output rata-rata 30,05 V adalah sebesar 0,08 V.
Respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
dari 0 adalah sebesar 0,096 detik. Sedangkan
respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
setelah perubahan input iradiansi dan temperatur
adalah sebesar 0,102 detik.

B. Sistem Dengan Konverter KY


Seperti halnya pada sistem dengan konverter
boost, sistem dengan konverter KY juga diuji
dengan kondisi perubahan input. Gambar 11 dan
Gambar 12 menunjukkan hasil pengujian sistem
PLTS dengan konverter KY yang pada awalnya
mendapat input iradiansi 1000 W/m2 dan
temperatur 25°C. Pada detik 0,2, kondisi input
diubah menjadi iradiansi 800 W/m2 dan temperatur
35ºC.

Gambar 9 Arus, Tegangan dan Daya Output Panel


Surya pada Sistem Dengan Konverter Boost

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 78


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Ripel tegangan yang dihasilkan adalah 0,0014 V


baik pada tegangan 35,07 V maupun 30,54 V.
Respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
dari 0 adalah sebesar 0,0586 detik. Sedangkan
respon waktu untuk mencapai kondisi steady state
setelah perubahan input iradiansi dan temperatur
adalah sebesar 0,0296 detik.
Perbandingan antara sistem PLTS dengan
konverter boost dan sistem PLTS dengan konverter
KY disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan Sistem dengan Konverter


Boost dan Sistem dengan Konverter KY
Respon
Ripel Wakt u
Iradiansi T emperat ur T egangan Arus Ripel Arus
T egangan Steady
(W/m2) (°C) Out put (V) Out put (A) Out put (A)
Out put (V) State
(det ik)
1000 25 34,47 0,1 5,63 0,015 0,096
800 35 30,05 0,08 4,905 0,015 0,102
1000 25 35,07 0,0014 5,725 0,0002 0,0586
Gambar 11 Arus, Tegangan dan Daya Output 800 35 30,54 0,0014 4,986 0,0002 0,0296

Panel Surya pada Sistem Dengan Konverter KY


5. KESIMPULAN
Berdasarkan Gambar 11, daya yang Berdasarkan hasil dari pengujian yang
dihasilkan oleh panel surya untuk sistem dengan ditunjukkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
konverter KY sama dengan daya yang dihasilkan sistem PLTS yang dikombinasikan dengan
pada sistem dengan konverter boost. Pada kondisi konverter KY dapat menghasilkan arus dan ripel
input iradiansi 1000 W/m2 dan temperatur 25°C, tegangan output yang lebih kecil dibandingkan
daya yang dihasilkan adalah sebesar 200,1 W atau sistem dengan konverter boost. Selain itu, respon
99,98% dari daya maksimum berdasarkan data. waktu untuk mencapai kondisi steady state pada
Sedangkan daya yang dihasilkan pada kondisi input sistem PLTS dengan konverter KY lebih cepat
iradiansi 800 W/m2 dan temperatur 35°C adalah dibanding sistem dengan konverter boost.
sebesar 152,5 Watt atau sebesar 99,67% dari daya
maksimum pada kondisi input tersebut. Dengan DAFTAR PUSTAKA
demikian dapat disimpulkan bahwa teknik MPPT [1] Syafarudin, E. Karatepe, T. Hiyama, “Polar
neuro-fuzzy dapat digunakan pada sistem PLTS Coordinated Fuzzy Controller Based Real-
dengan konverter KY. Time Maximum-Power Point Control of
Photovoltaic System,” Elsevier - Renewable
Energy, 34, pp. 2597-2606, 2009.
[2] “Trends in Photovoltaic Applications : Survey
Report of Selected IEA Countries between
1992 and 2010,” IEA, Paris, France, Rep.
IEA-PVPS T1-20, 2011.
[3] K.I. Hwu, Y.T. Yau, “KY converter and its
derivative,” IEEE Transaction on Power
Electronics, 24, pp.128-137, 2009.
[4] H.-B. Shin, J.G. Park, S.K. Chung, H.W. Lee,
T.A. Lipo, “Generalized steady-state analysis
of multiphase interleaved boost converter with
coupled inductors IEE Proceeding Electronic
Power Application, 152, pp.584-594, 2005.
[5] F.L. Luo, H. Ye, “Positive Output Super-Lift
Converters,” IEEE Transaction on Power
Electronics, 18, pp. 105-113, 2003.
[6] R. Giral, E. Arango, J. Calvente and L.
Martinez-Salamero, "Inherent DCM Operation
Gambar 12 Arus, Tegangan dan Daya Output of the Asymmetrical Interleaved Dual Buck-
Konverter KY pada Sistem Dengan Konverter KY Boost," Proceeding IEEE IECON'02, 1, pp.
129-134, 2002.
Dari Gambar 12 diperoleh hasil bahwa [7] A. Chaouachi, R.M. Kamel, K. Nagasaka, “A
output konverter KY mempunyai ripel arus sebesar Novel Multi-Model Neuro-Fuzzy-Based
0,0002 A baik pada arus 5,725 A maupun 4,986 A. MPPT for three phase grid-connected
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 79
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

photovoltaic system,” Science Direct - Solar Energy, 84, pp. 2219-2229, 2010.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 80


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RANCANG BANGUN WATER-METER DIGITAL


DENGAN TRANSFER DATA MELALUI SHORT MASSAGE SERVICE
(SMS)

Joko Prasojo*), Arif Basuki*), Armansyah**)


*)
Dosen Teknik Elektro STTNAS Yk
**)
Alumni STTNAS Yk
arif_b71@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk merancang water-meter digital dengan sistem pengiriman data memanfaatkan
fasilitas SMS yang tersedia pada handphone. Dengan sistem ini petugas jasa penyedia air minum akan lebih mudah dalam
memantau jumlah pemakain air oleh konsumen, tanpa harus datang secara langsung dari rumah ke rumah. Sistem ini juga
dapat memberikan informasi jumlah pemakaian air dan biaya kepada konsumen dengan menampilkannya pada LCD.
Matode penelitian ini dilakukan dengan merancang kerja sistem, merancang perangkat keras, merancang perangkat
lunak, pembuatan alat dan pengujian. Komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat ini diantaranya adalah:
mikrokontroler ATMega32, LCD 16x2, sensor optocoupler, papan-kunci, handphone, dan komputer. Perangkat-lunak yang
digunakan untuk mendukung kinerja sistem adalah BASCOM-AVR dan Delphi 7.
Hasil penelitian ini berupa seperangkat alat water-meter digital yang telah berfungsi sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Berdasar hasil pengujian secara kesuluruhan alat dapat bekerja sesuai perancangan, yaitu alat telah mampu
megukur jumlah Volume air yang digunakan oleh pelanggan sekaligus memberikan informasi jumlah biaya yang harus
dibayarkan, Hanya saja dalam hal komunikasi untuk mengirimkan data melalui SMS tergantung pada kondisi sinyal daerah
setempat.

Kata kunci: Water-meter digital, Sistem transfer data melalui SMS, jasa penyedia air minum.

I. Pendahuluan kerja petugas dalam perhitungan beban pelanggan.


Alat ukur jumlah pemakaian air (water- Selain itu data hasil perhitungan tersebut juga dapat
meter) yang digunakan Perusahaan Daerah Air langsung dikirim melalui SMS, sehingga petugas
Minum (PDAM) masih menggunakan water-meter PDAM tidak perlu lagi melakukan pemantauan ke
analog. Alat ini hanya melakukan perhitungan total rumah-rumah pelanggan. Dalam penelitian ini juga
pemakaian air yang telah digunakan oleh akan dilakukan pengujian terhadap water-meter
pelanggan. Sementara perhitungan jumlah yang dirancang bangun.
pemakaian air dan biaya per bulannya dilakukan
petugas secara manual. III. Teori
Sistem pemantauan water-meter pelanggan A. Water-meter
juga masih menggunakan cara manual, yaitu Water-meter atau umumnya disebut meteran
petugas mendatangi setiap rumah pelanggan untuk air adalah alat ukur untuk menentukan banyaknya
mencatat data jumlah pemakaian air. Mengingat air yang mengalir melalui suatu pipa yang
jumlah pelanggan PDAM yang cukup banyak serta dilengkapi dengan alat petunjuk untuk menyatakan
jarak rumah pelanggan yang cukup jauh, cara ini volume air yang lewat. (http://www.pu.go.id)
dinilai kurang efektif dan sangat memungkinkan Water-meter yang banyak digunakan
terjadinya kesalahan oleh petugas (human error). perusahaan penyedia air minum untuk mengukur
Pemberian informasi kepada pelanggan, volume pemakaian air oleh pelanggan adalah
efesiensi dan mengurangi human error merupakan water-meter analog. Water-meter tersebut dipasang
permasalahan yang perlu dipecahkan. secara horizontal dan memiliki spesifikasi atau
Perkembangan dunia telekomunikasi dapat klasifikasi bahan dan diameter saluran air sesuai
dimanfaatkan sebagai solusi guna meminimalisir kriteria dari perusahaan itu sendiri. Sebelum water-
kerugian baik itu dari pihak PDAM maupun meter digunakan untuk mengukur volume air yang
pelanggan. Untuk itu dirancang suatu alat bantu dikonsumsi oleh pelanggan, pihak perusahaan
yang dapat mentransfer data dengan menggunakan melakukan proses kalibrasi terlebih dahulu. Hal ini
fasilitas layanan SMS. dilakukan agar water-meter yang terpasang
memperoleh hasil pengukuran lebih akurat dan
II. Tujuan tidak ada pihak yang dirugikan. Model fisik dan
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang contoh water-meter analog yang biasa digunakan
bangun water-meter digital yang mempunyai adalah sebagai berikut.
tingkat kesalahan yang lebih kecil dibandingkan
dengan water-meter analog, serta mempermudah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 81


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Prinsip kerja dari water-meter analog adalah proses perputaran Vane wheel sesuai dengan
sebagai berikut. kecepatan aliran. Gambar 2 menunjukkan skema
a. Fluida zat cair mengalir melalui saluran dari prinsip kerja ruang sensor.
input dan keluar pada saluran output.
b. Diantara kedua saluran tersebut diatas,
ditempatkan suatu sensor untuk
mendeteksi jumlah air yang mengalir
melalui sensor atau sejenis baling-baling
dan istilah dalam water-meter adalah Vane
wheel.
c. Gerakan alir zat cair tersebut diatas diubah
menjadi gerak putar dan dengan ketentuan
tertentu, maka n putaran Vane wheel sama D D
dengan satu liter yang keluar. 1 2
d. Untuk dapat menunjukkan besaran volume Gambar 2. Skema dari prinsip kerja ruang
air yang mengalir, maka gerak putar yang sensor
terjadi melalui transmisi gigi telah
diperhitungkan, sehingga angka Satu putaran penuh dari Vane wheel sama
pengukuran pada indikator akan dengan jumlah volume air yang dipindahkan
menunjukkan jumlah zat cair yang sebanyak delapan kali volume antar sudu-sudu,
mengalir. sehingga dapat ditulis dengan Persamaan 1.

Pada bagian sensor juga terdapat Lower 1 putaran penuh = 8 x V (1)


casing yang merupakan wadah saluran air yang dengan,
mengalir melalui lubang-lubang input dengan V : volume satu ruang antar sudu.
diameter D1 dan lubang output dengan diameter D2.
Vane wheel terletak di tengah-tengah dari Lower Agar hubungan tersebut dapat terpenuhi, maka
casing. Vane wheel memiliki sudu-sudu (sirip) aliran fluida tersebut harus memenuhi kondisi
berjumlah 8 (delapan) sudu. Konstruksi bagian sebagai berikut.
sensor dapat dilihat pada Gambar 1. a. Aliran harus laminar.
b. Vane wheel berputar sesuai dengan aliran,
yang artinya massa jenis Vane wheel harus
Vane wheel sedapat mungkin mendekati massa jenis
air.
c. Pressure drop yang terjadi antara input
dan output alat ukur harus sedapat
mungkin nol (tidak ada pressure drop).
d. Aliran yang terjadi harus steady (tunak)
agar tidak terjadi fluktuasi kecepatan yang
biasanya tidak diakibatkan oleh pressure
Lower casing drop.

B. Pentaripan pemakaian air

Sistem pentaripan di PDAM, mengacu


kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2006 tentang Pedoman teknis dan tata cara
peraturan tarip air minum pada PDAM. Dengan
dasar tersebut setiap PDAM menetapkan tarip
pemakaian air yang berbeda-beda kepada
pelanggan.
Gambar 1 Konsruksi sensor (Vane wheel dan PDAM biasanya mengklasifikasikan
Lower casing) pelanggan kedalam beberapa golongan tarip dan
sub golongan tarip, sesuai dengan kebutuhan dan
Volume air yang mengalir melalui lubang kriteria pelanggan. Selain pengklasifikasian
input akan menggerakkan sudu-sudu dan setelah itu golongannya, tarip air pelanggan juga
keluar melalui lubang output. Proses aliran terjadi dikelompokkan berdasarkan jumlah volume
selama air mengalir secara kontinyu. Air akan pemakaian air dalam meter kubik (m3), semakin
mengisi sudu-sudu yang mengakibatkan terjadinya tinggi jumlah pemakaian, maka taripnya akan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 82


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

semakin mahal. Hal ini dilakukan dengan harapan analog. Karena sistem ini bekerja dalam bentuk
para pelanggan dapat menghemat pemakaian air. digital, maka data dari water-meter analog tersebut
harus dikonversi terlebih dahulu kedalam bentuk
digital dengan menggunakan sensor optocoupler.
IV. Metode Penelitian Hasil konversi dari sensor akan diolah oleh
Langkah-langkah penelitian dilaksanakan pemroses dan ditampilkan melalui LCD. Data dari
dalam beberapa tahap seperti ditunjukkan dalam pemroses juga akan dikirim ke penerima melalui
diagram alir gambar 3. fasiltas SMS dalam periode waktu yang telah
ditentukan. Data yang dikirim tersebut akan di
terima oleh handphone penerima, SMS yang masuk
Mulai ke penerima akan disimpan, diolah dan dapat
ditampilkan melalui Personal Computer (PC).
Selain pengiriman data secara otomatis (periodik),
Pengumpulan data alat ini juga dirancang mampu mengirimkan data
secara manual atau sewaktu-waktu data tersebut
dibutuhkan. Diagram kotak sistem monitoring
water-meter digital dalam penelitian ini
Perencanaan cara kerja sistem ditunjukkan oleh Gambar 4.

Key pad LCD


Perencanaan perangkat keras
Pemroses

Perencanaan perangkat lunak


Water-
meter
HP HP P
PELANGGAN
C
PDAM

Optocoupler
Perencanaan bagian mekanis

Pembuatan alat
Gambar 4. Diagram kotak sistem monitoring
water-meter
Pengujian alat
Sistem monitoring water-meter ini terdiri
dari dua bagian utama, yaitu bagian pengirim dan
penerima. Pada bagian pengirim terbagi lagi
kedalam tiga sub bagian, yaitu masukan, pemroses
Selesai dan luaran. Sub bagian masukan adalah sensor
optocoupler yang berfungsi untuk mengetahui debit
Gambar 3. Diagram alir langkah air yang melewati water-meter dan papan-kunci
penelitian yang berfungsi untuk menentukan mode kerja
sistem. Sub bagian pemroses adalah mikrokontroler
A. Perancangan Sistem yang berfungsi untuk mengatur kerja sistem dan
melakukan fungsi aritmatika. Sub bagian luaran
Dalam penelitian ini dirancang-bangun terdiri dari LCD yang berfungsi untuk
water-meter digital yang mampu menghitung menampilkan jumlah pemakaian air dan total biaya
jumlah pemakaian air dan total biaya yang harus pemakaian, serta handphone yang berfungsi untuk
dibayar oleh pelanggan dengan mengacu kepada mengirim data ke penerima melalui SMS. Bagian
sistem pentaripan di PDAM Tirtamarta. Water- pengirim ini juga mendapatkan suplai tegangan dari
meter yang dirancang bangun juga dilengkapi rangkaian catu daya.
dengan sistem pengirim dan penerima data jumlah Sementara itu bagian penerima terdiri dari
pemakaian air dan total biaya melalui fasilitas handphone yang berfungsi sebagai penerima SMS
SMS. Untuk mengetahui jumlah pemakaian air yang dikirim oleh handphone pengirim dan PC
yang dikonsumsi pelanggan digunakan water-meter

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 83


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yang berfungsi untuk penampil serta penyimpan


data SMS dari handphone penerima.

B. Perangkat keras

Sistem ini dirancang menggunakan


mikrokontroller ATMega32 sebagai pengendali
utama. Sementara untuk tampilan data digunakan
LCD 16x2, sedangkan untuk komunikasi digunakan
2 buah handphone yang dipasang pada sisi
pengirim dan penerima.
Dibagian penerima digunakan seperangkat
komputer untuk menerima, mengolah dan
menampilkan hasil pengiriman data SMS tentang
jumlah volume pemakaian air oleh pelanggan
beserta besaran biaya yang harus dibayar.
Gambar 6. Perangkat keras komunikasi data

C. Perangkat Lunak
B. Sistem Monitoring Water-meter
Perangkat lunak yang digunakan untuk
memrogram mikrokontroller pada sisi pengirim Pengujian secara keseluruhan dilakukan
adalah BASCOM-AVR. Sementara itu pada sisi untuk menguji hubungan sistem dari perangkat-
penerima, untuk merancang interface atau tampilan keras dan perangkat-lunak sehingga mendapatkan
pada layar computer digunakan DELPHI-7. hasil yang baik. Untuk menentukan berapa jumlah
putaran baling-baling dalam menghasilkan volume
air satu liter (1 dm3), maka dilakukan pengujian
V. HASIL terhadap kinerja water-meter. Hasil pengujian
A. Hasil Perancangan water-meter ditunjukkan pada Tabel 1.

Hasil perancangan alat ditunjukkan pada


gambar 5. Sementara itu perangkat keras untuk Tabel 1. Hasil pengujian sensor water-meter
komunikasi SMS tentang data jumlah volume air
dan biaya yang harus dibayar, ditunjukkan dalam Vol Jumlah putaran baling-baling Rata-rata
gambar 6. air
jumlah
Peng- Peng- Peng- putaran per
(ltr) ujian I ujian II ujian III liter
1 37 38 37 37,33
2 75 74 75 37,33
3 110 111 112 37
4 148 149 148 37,08
5 185 186 185 37,07
6 223 222 224 37,17
7 260 259 259 37,05
8 296 295 295 36,92
9 332 333 331 36,88
10 370 372 370 37,07

Berdasar data hasil pengujian pada Tabel 1


terlihat bahwa rata-rata jumlah putaran baling-
baling untuk menghasilkan satu liter air adalah
Gambar 5. Hasil rancangan alat mendekati 37 putaran. Jadi setiap 37 putaran
baling-baling dinyatakan setara dengan satu liter.
Karena 1 m3 sama dengan 1000 liter, maka jumlah
putaran baling-baling untuk menghasilkan volume

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 84


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

air 1 m3 adalah 37000 putaran. Setelah jumlah LCD seperti gambar 8. Sementara itu pada sisi
putaran baling-baling dihasilkan, maka hasil penerima tampilan pada layar komputer seperti
tersebut dimasukkan kedalam program Bascom gambar 9.
untuk keperluan perhitungan.
Tampilan LCD yang menunjukkan
informasi tentang jumlah Volume air yang dipakai
oleh pelanggan dan jumlah biaya yang harus
dibayarkan adalah seperti dalam gambar 7.

Gambar 8. Tampilan LCD saat kirim data

Gambar 7. Tampilan LCD

Perbandingan perhitungan biaya pemakaian


air oleh alat dan perhitungan secara manual,
ditunjukkan pada tabel 2.
Besaran tarif yang digunakan untuk
melakukan perhitungan biaya adalah sebagai
berikut.

Gambar 9. Tampilan pada layar komputer sisi


Tarip 0-10 (Tarif1) : 1450 penerima
Tarip 11-20 (Tarif2) : 1750
Tarip 21-30 (Tarif3) : 2350 VI. Simpulan
Tarip >30 (Tarif4) : 2350 Berdasarkan hasil penelitian sistem
Biaya pemeliharaan (Biaya PP) : 5000 monitoring water-meter digital dengan transfer data
melalui SMS ini, dapat ditarik simpulan sebagai
Tabel 2. Perbandingan perhitungan biaya oleh alat berikut. Secara keseluruhan sistem yang telah
dan manual dirancang bangun mampu bekerja dengan baik,
tetapi masih terjadi beberapa kegagalan dalam
Hasil perhitungan tarip pengiriman SMS. Kegagalan ini terjadi diakibatkan
Batas Volume oleh gangguan pada jaringan telepon seluler atau
pemakaian pemakaian Otomatis pulsa yang habis. Selain itu pada pengukuran
Manual
(Alat) volume air juga masih terdapat kesalahan. Hal ini
1 6450 6450 terjadi karena pada saat pengukuran, tekanan dan
aliran air yang melewati water-meter tidak sesuai
0-10 5 12250 12250
dengan kondisi yang telah ditentukan (tidak stabil).
7 15150 15150
11 21250 21250 VII. Saran
Dalam perancangan dan pembuatan sistem
11-20 16 30000 30000 sistem monitoring water-meter digital dengan
19 35250 35250 transfer data melalui SMS ini masih memiliki
beberapa kekurangan. Agar kinerja alat ini lebih
22 41700 41700 sempurna, maka disarankan hal-hal sebagai berikut.
21-30 27 53450 53450
1. Alat perlu dikembangkan agar mampu
30 60500 60500
melakukan pengiriman data tidak hanya ke
31 62850 62850 PDAM saja, tetapi juga ke pelanggan.
>30 38 79300 79300 2. Sistem catu daya di pengirim dirancang supaya
lebih tahan lama.
47 100450 100450 3. Handphone pada bagian penerima bisa diganti
dengan modem, supaya bisa lebih banyak
Hasil komunikasi data yang dikirim melalui melakukan layanan dari pengirim dalam waktu
SMS pada sisi pengirim ditampilkan pada layar yang bersamaan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 85


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

VIII. Daftar Pustuka 3. Pitowarno, Endra. 2006. Robotika, Desain,


1. Budioko, Totok. 2005. Belajar dengan Control, dan Kecerdasan buatan. Andi
mudah dan cepat Pemrograman Bahasa C Offset. Yogyakarta.
dengan SDCC (Small Device C Compiler) 4. Wardana, Lingga. 2006. Belajar Sendiri
Pada Mikrokontroler AT 89X051/AT Mikrokontroler AVR Seri ATmega 8535.
89C51/52 Teori, Simulasi dan Aplikasi. Andi. Yogyakarta.
Gava Media. Yogyakarta. 5. http://www.pu.go.id
2. Peruzella, Frank D. 2001. Elektronik 6. http://www.wikipedia.com
Industri. Andi. Yogyakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 86


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DIGITAL


DENGAN METODE NON-LINEAR FILTER

Agus Basukesti
Jurusan Teknik Elektro STT Adisutjipto Yogyakarta
Jl. Janti Blok-R Lanud-Adisutjipto
e-mail: agus_basukesti@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian pengolahan citra dengan topik peningkatan kualitas citra digital dengan metode non-linear filter,
bertujuan menghasilkan algoritama pengolahan citra ini diyakini akan menjadi salah satu metode alternalif dalam memenuhi
kebutuhan untuk peningkatan kualitas informasi. Sedangkan citra hasil penujian merupakan citra hemat kode karena jumlah
byte lebih kecil dari citra aslinya.
Hasil citra filtering metode Gaussian, Unshap, Prewitt dan Laplacian secara visual bahwa citra yang
homogen(seragam) ‘kijang’ sangat jelas perbedaannya dengan citra aslinya. Citra hasil method Laplacian juga ‘sangat
kurang’ kodenya sehingga secara visual hanya kelihatan garis atau titik-titiknya saja. Histogram dari citra metode Laplacian
mengalami penyempitan dan paling sempit dari metode-metode yang lainnya. Sedangkan citra yang heterogen secara visual
hasil filteringnya tidak begitu jelas dengan citra aslinya, khusus pada method Gaussian dan Unshap. Dari ke-empat method
tersebut bahwa method Prewitt masking matriksnya (filter matriks) paling sederhana karena hanya terdiri dari bilangan bulat
-1, 0 dan +1 karena tanpa pembobotan. Citra rekonstruksi aslinya dapat diperoleh dengan mengalikan matriks hasil filtering
dengan mask/kernel/filter matriks method-nya.
Dengan demikian citra dari peningkatan kualitas dengan algoritma filtering ini akan hemat memori penyimpanan,
jalur komunikasi, dan dapat ditransfer cepat serta dapat mudah direkonstruksi untuk mendapatkan citra aslinya.

Kata kunci: non-linear filter, histogram citra, peningkatan citra, mask matriks

Latar Belakang Tujuan


Dengan kemajuan teknologi informasi komunikasi Tujuan dari penelitian ini yang pertama untuk
dan informasi, maka dapat dikumpulkan data mendapatkan hasil uji dari algoritma Peningkatan
permukaan bumi dalam jumlah yang sangat besar. kualitas citra dari metode Gaussian, Unsharp,
Data citra banyak dimanfaatkan dalam berbagai Prewitt, dan Laplacian. Yang kedua Hasil
bidang kebutuhan antara lain: aplikasi penginderaan Histogram dari lima jenis citra dengan lima metode.
jauh dan beberapa aplikasi lainnya seperti Yang ketiga Hasil visual dari kelima jenis citra
biomedik, astronomi, dan arkeologi serta banyak yang diuji untuk diamati dan dibandingkan
dibutuhkan suatu metode peningkatan kualitas.
Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan Metodologi
gambar dari hasil analog dua dimensi dan kontinus Dalam metode pengolahan citra non-linear filter
menjadi diskret melalui proses sampling. Gambar disusun langkah-langkah sebagai berikut:
analog dibagi menjadi N baris dan M kolom a. Mengumpulkan data citra digital yang
sehingga menjadi gambar diskret. Persilangan akan diuji dalam bentuk file jpg, file ini
antara baris dan kolom tertentu disebut piksel. akan dibaca dengan perangkat lunak
Contohnya adalah gambar atau titik diskret pada dengan statement Matlab “imread”.
baris n dan kolom m disebut dengan piksel [n,m]. b. Menyusun algoritma peningkatan citra
Agar citra yang mengalami non-linear filter.
gangguan(noise) mudah diinterpretasi ( baik oleh c. Membuat aplikasi algoritma Gaussian,
manusia maupun citra mesin), maka citra tersebut Unsharp, Prewitt, dan Laplacian
perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang d. Menguji dan menganalisis hasil visual
kualitasnya lebih baik dan disebut pengolahan subyektif dan obyektif.
citra (image processing). Pengolahan citra yang
dimaksud, pemrosesan citra khususnya dengan Transformasi Fourier
menggunakan komputer menjadi citra yang Transformasi diperlukan ketika ingin mengetahui
kualitasnya lebih baik. Salah satu masalahnya suatu informasi tertentu yang tidak tersedia
“bagaimana desain algoritma peningkatkan kualitas sebelumnya. Misalkan jika ingin mengetahui
citra digital dengan metode nonlinear filter? “ informasi frekuensi memerlukan transformasi
sebagai salah satu metode alternalif sebagai Fourier dimensi dua.
kebutuhan untuk peningkatan kualitas informasi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 87


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1 M1N1 sebagai kombinasi linier dari basis tersebut.


F(u, v)  f (x, y)exp[2j(ux/ M vy/ N)]
MNx0 y0 Ada beberapa transformasi ruang yang akan
dipelajari, yaitu : Transformasi Fourier Diskret,
M1N1 Transformasi Fourier (basis: cos-sin), Transformasi
f (x, y)  F(u, v)exp[2 j(ux/ M vy/ N)] Hadamard/Walsh (basis: kolom dan baris yang
u0 v0
ortogonal), dan Transformasi Wavelet (basis:
M : Baris citra (panjang citra) scaling function dan mother wavelet).
N: Kolom Citra (lebar citra)
F( u,v) merupakan Transformasi Fourier citra Histogram Citra
ukuran u baris dan v kolom, f(x,y) invers Histogram suatu citra dijital dengan suatu
Transformasi citra ukuran x baris dan y kolom. tingkat keabuan [0, L − 1]
adalah suatu fungsi diskret:
h(rk) = nk
dimana rk = tingkat keabuan ke-k
nk = jumlah total piksel dengan tingkat
keabuan rk pada citra
h(rk) = histogram citra digital dengan
ringkat keabuan rk
Proses perbaikan kontras suatu citra dapat
dilakukan dengan teknik penggeseran
histogram dan atau pelebaran histogram. Hal ini
dilakukan dengan memetakan nilai intensitas setiap
piksel menjadi suatu nilai intensitas yang menurut
Transformasi Citra rumus/nilai tertentu.
Transformasi citra adalah salah satu jenis Teknik perataan histogram merupakan
operasi pengolahan citra P, dimana P dapat gabuangan antara penggeseran dan pelebaran
dinyatakan dalam bentuk matriks. Contoh sangat histogram. Tujuan yang akan dicapai pada teknik
umum yang ditemukan adalah transformasi Fourier, ini adalah untuk mendapatkan citra dengan daerah
dimana suatu citra dalam domain ruang diubah ke tingkat keabuan yang penuh dan dengan distribusi
domain frekuensi spasial. Transformasi ini dapat piksel pada setiap tingkat keabuan merata.
dinyatakan dalam bentuk perkalian matriks, antara
matriks citra dengan suatu matriks uniter. Basis
Hasil dan Pembahasan
citra merupakan sekumpulan vektor 2D atau Berikut ini Tabel 1 merupakan hasil visual
matriks. Seperti pada aljabar linier, transformasi subyektif lima data uji citra digital non-linear
membawa suatu citra ke sistem koordinat baru yang filtering dengan empat metode yang menghasilkan
dibentuk oleh fungsi basis tersebut. Dalam konteks kualitas citra sebagai berikut:
citra, basis ini berupa matriks yang disebut sebagai
citra basis. Transformasi citra, sesuai namanya, Tabel 1 Hasil kualitas citra hasil filtering
merupakan proses perubahan bentuk citra untuk
mendapatkan suatu informasi tertentu. no Citra Gauss Unsharp Prewitt Laplace
Transformasi bisa dibagi menjadi dua, yaitu 1. Kijang Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Transformasi piksel/transformasi geometris dan 2. Hutan Baik Baik Cukup Kurang
transformasi ruang/domain/space. 3. Penyu Baik Baik Cukup Kurang
Transformasi piksel masih bermain di 4. Burung Baik Baik Cukup Kurang
5. Pesawat Baik Baik Cukup Kurang
ruang/domain yang sama (domain spasial), hanya
posisi piksel yang kadang diubah, misalkan rotasi, Dari Tabel 1 tersebut citra “kijang” yang kodenya
translasi, scaling, invers. Transformasi jenis ini lebih homogen hasil filtering kode menjadi paling
relatif mudah diimplementasikan dan banyak sedikit paling efisien atau hemat memori.
aplikasi yang dapat melakukannya (Paint, ACDSee, Sedangkan citra lainnya lebih heterogen sehingga
dll). Transformasi ruang merupakan proses hasil visualnya perbedaannya tidak begitu jelas.
perubahan citra dari suatu ruang/domain ke
ruang/domain lainnya, sebagai contoh dari ruang
spasial ke ruang frekuensi. Seperti halnya istilah
ruang pada Aljabar Linier menjelaskan tentang
Basis dan Ruang, misalkan Ruang vektor. Salah
satu basis yang merentang ruang vektor 2 dimensi
adalah semua vektor yang mungkin ada di ruang
vektor 2 dimensi selalu dapat direpresentasikan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 88


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2 Hasil range kode histogram citra hasil filtering

no Citra Gauss Unsharp Prewitt Laplace 50

100
1. Kijang 0-230 0-240 0-60 0-25
150
2. Hutan 20-250 10-250 0-90 0-25
3. Penyu 0-240 0-50 0-75 0-50 200

4. Burung 10-240 0-50 0- 65 0-30


250
5. Pesawat 20-250 0-250 0-60 0-30
300

350

Pengamatan histogram diperoleh hasil seperti Tabel


2 bahwa citra “kijang” dan citra “hutan” range
100 200 300 400 500 600 700

kodenya paling sempit (penyempitan histogram) (d)


hasil filtering hemat kode. Dari Tabel 1, Tabel 2, Gambar 3 Contoh Hasil visual citra “Pesawat”
Contoh Visual citra “Pesawat” Gambar 3, dan metode filter : (a) Gaussian (b) Unsharp (c)
Contoh Histogram citra “Pesawat” bahwa metode Prewitt (d) Laplacian
ini dapat digunakan sebagai metode alternatif Gambar 3 ( c ) dan ( d ) citra hasil filtering secara
peningkatan kualitas citra. Jika ingin mendapatkan visual citra nampak garis tepinya, Gambar 4 ( c )
citra aslinya dapat diperoleh dengan mengalikan dan ( d ) histogramnya menyempit kode pada range
hasil filtering dengan matriks masking (filternya). nilai numeris 0 sampai 30 sedangkan nilai kode
maksimum citra “Pesawat” 250. Jadi filtering kode
50 nampak jelas pada citra ini kurang lebih tinggal 12
100 prosen, sedangkan citra yang lain sebenarnya
150 tinggal 20 prosen tetapi secara visual perbedaan
200 tidak kelihatan jelas.
250 3500

300 3000

350 2500

2000
100 200 300 400 500 600 700

1500

(a) 1000

500

50 0

0 50 100 150 200 250


100

150
(a)
200

3500
250

3000
300

2500
350

2000

100 200 300 400 500 600 700


1500

(b) 1000

500

50
0 50 100 150 200 250

100
(b)
150
4
x 10
200

2
250

300 1.5

350
1

100 200 300 400 500 600 700


0.5

(c) 0

0 50 100 150 200 250

(c)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 89


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

x 10
4

kodenya sehingga secara visual hanya kelihatan


garis atau titik-titiknya saja.
2.5

2
c. Histogram dari citra method Laplacian
1.5
mengalami penyempitan dan paling sempit dari
di antara method-method lainnya. Sedangkan
1
citra yang heterogen secara visual hasil filtering
0.5
tidak begitu jelas khususnya pada method
Gaussian dan Unshap. Dari ke-empat method
0
tersebut bahwa method Prewitt masking
matriksnya (filter matriks) paling sederhana
0 50 100 150 200 250

( d) yaitu bilangan bulat -1, 0 dan +1 karena tanpa


Gambar 4 Contoh Histogram Citra “Pesawat” pembobotan pada sisi horizontal. Citra
metode filter : (a) Gaussian (b) Unsharp rekonstruksi aslinya dapat diperoleh dari
(c) Prewitt (d) Laplacian perkalian matriks hasil filtering dengan
mask/kernel/filter matriks method-nya.
Berikut ini hasil komputasi dari mask/kernel/filter Dengan demikian citra hasil algoritma ini akan
matriks dari ke empat metode: hemat memori penyimpanan, jalur komunikasi,
dan dapat ditransfer cepat serta dapat mudah
0.0113 0.0838 0.0113 direkonstruksi untuk mendapatkan citranya.
= 0.0838 0.6193 0.0838
0.0113 0.0838 0.0113 DAFTAR PUSTAKA
[1]. Chandrasekhar, S. Tsai, Y. Reznik, G. Takacs,
ℎ D. Chen, and B. Girod, 2011, "Compressing a
−0.1667 −0.6667 −0.1667 set of CHoG features", SPIE Workshop on
= −0.6667 4.3333 −0.6667 Applications of Digital Image Processing
−0.1667 −0.6667 −0.1667 (ADIP)
[2].D.Chen, S. Tsai, V. Chandrasekhar, G. Takacs,
1 1 1 J. P. Singh, and B. Girod, 2009, "Tree
= 0 0 0 histogram coding for mobile image matching",
−1 −1 −1 IEEE Data Compression Conference (DCC)
[3].Dwayne Philips, 1994, Image processing in C,
0.1667 0.6667 0.1667 Lawrence, Kansas, R&D Publications,Inc.
[4].D. Chen, S. Tsai, V. Chandrasekhar, G. Takacs,
= 0.6667 −3.3333 0.6667
R. Vedantham, R. Grzeszczuk, and B. Girod,
0.1667 0.6667 0.1667 2010, "Inverted index compression for
scalable image matching", IEEE Data
Metode Gaussian berfungsi untuk menghaluskan
Compression Conference (DCC),
smoothing citra, sedangkan laplacesian
[5].Paul Wintz, 2000, Digital Image Processing,
memperjelas sisi namun sensistif terhadap
Prentice-Hall. MatLab 6 Help.
noise/gangguan dan tidak mampu mendeteksi arah
[6].William J Palm, 2004, Introduction to MatLab 6
sisi. Unshap merupakan bentuk perluasan dari
for Engineers, The McGraw-Hill Companies,
Laplacian untuk meningkatkan detail citra dari
Inc.
diagonal neightbors. Prewitt merupakan
[7].M. Makar, C.-L. Chang, D. Chen, S. Tsai, and
peningkatan citra dengan deteksi arah sisi
B. Girod, 2009, "Compression of image
horizontal, vertikal dan arah diagonal.
patches for local feature extraction", IEEE
International Conference on Acoustics,
Kesimpulan
Speech, and Signal Processing (ICASSP).
a. Algoritama pengolahan citra ini diyakini akan
[8].V. Chandrasekhar, S. Tsai, Y. Reznik, G.
menjadi salah satu metode alternalif sebagai
Takacs, D. Chen, and B. Girod, 2011,
kebutuhan untuk peningkatan kualitas
Compressing feature sets with digital search
informasi. Dihasilkan citra yang dengan hemat
trees, IEEE International Workshop on
kode atau jumlah byte lebih kecil dari citra
Mobile Vision (IWMV)
aslinya.
[9].V. Chandrasekhar, Y. Reznik, G. Takacs, D.
b. Citra Hasil dari filtering method Gaussian,
Chen, S. Tsai, R. Grzeszczuk, and B. Girod,
Unshap, Prewitt dan Laplacian secara visual
2010, "Quantization schemes for low bitrate
bahwa citra yang homogen(seragam) ‘kijang’
compressed histogram of gradients
sangat jelas perbedaannya dengan citra aslinya.
descriptors", IEEE International Workshop on
Citra hasil method Laplacian ‘sangat kurang’
Mobile Vision (IWMV),

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 90


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[10].V. Chandrasekhar, G. Takacs, D. Chen, S. [11].Y. Reznik, V. Chandrasekhar, G. Takacs, D.


Tsai, R. Grzeszczuk, and B. Girod, 2009, Chen, S. Tsai, and B. Girod, 2010, "Fast
"ChoG : compressed histogram of gradients", quantization and matching of histogram-based
IEEE International Conference on Computer image features", SPIE Workshop on
Vision and Pattern Recognition (CVPR), Applications of Digital Image Processing
(ADIP)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 91


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 92


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ESTIMASI KANAL MIMO OFDM BERDASARKAN PERUBAHAN NILAI SNR

Anggun Fitrian Isnawati


AKATEL Sandhy Putra Purwokerto
Jl. DI Panjaitan No.128 Purwokerto 53147 Indonesia
anggun_fitrian@akatelsp.ac.id

ABSTRAK
Saat ini perkembangan teknologi nirkabel semakin meningkat seiring dengan tingginya permintaan layanan
komunikasi data. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka dibutuhkan teknologi yang mampu mendukung berbagai
layanan tersebut. Teknologi MIMO-OFDM merupakan teknologi yang menggabungkan keunggulan dari kedua teknologi
smart antenna (multiple input multiple output, MIMO) dan teknologi multplexing (orthogonal frequency division
multiplexing, OFDM). Karena karakteristik kanal pada sistem transmisi selalu berubah oleh waktu dan pentingnya proses
rekonstruksi sinyal dalam transmisi nirkabel, sehingga kondisi kanal perlu diketahui sebaik mungkin. Simbol pilot digunakan
untuk mengumpulkan informasi dan mengestimasi kondisi kanal tersebut. Dalam penelitian ini, metode kuadrat terkecil (least
square, LS) dipilih untuk estimasi kanal awal dan dengan menggunakan desain sistem yang diusulkan, kondisi kanal dapat
diperkirakan dengan menggunakan teknik interpolasi linear untuk estimasi di seluruh subkanal. Dengan menggunakan
simulasi MATLAB, unjukkerja penelitian ini diukur berdasarkan mean square error (MSE) dan normalized mean square
error (NMSE) kanal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa estimasi kanal akan semakin baik seiring dengan peningkatan
nilai SNR. Hal ini ditunjukkan oleh MSE dan NMSE kanal yang mencapai 5x10-5 untuk SNR 25 dB.
Kata kunci: MIMO, OFDM, SNR, simbol pilot, estimasi kanal

1. PENDAHULUAN System), yang dikenal dengan MIMO (Multiple-Input


Multiple-Output). Sistem MIMO dengan multiplexing
Sistem komunikasi wireless berkembang sangat gain mampu meningkatkan kapasitas sistem. Teknik
pesat dan menuntut layanan pengiriman data dengan ini disebut dengan Spatial Multiplexing (SM). Selain
kecepatan data tinggi. Kondisi tersebut diperlukan itu, sistem MIMO juga dapat meningkatkan
dalam proses transmisi data yang berbasis multimedia keuntungan dari diversitas dibandingkan sistem
seperti audio, data, gambar/grafik dan video. Untuk wireless tradisional. Jenis transmisi MIMO yang
dapat memberikan layanan multimedia tersebut, mampu menyediakan diversity gain sering disebut
dibutuhkan bandwidth yang besar. Selain itu, adanya Space Time Block Code (STBC) [2].
kebutuhan akan throughput yang tinggi untuk jarak
yang jauh dan dapat mendukung layanan dengan QoS Adanya kanal multipath pada komunikasi wireless
(Quality of Service) yang berbeda-beda serta mampu menyebabkan penurunan kualitas data di sisi
mendukung layanan dengan mobilitas tinggi. Solusi penerima. Hal ini dapat diketahui dari nilai bit error
konvensional yang ada seperti teknologi DSL (Digital ratio (BER) yang diterima. Estimasi kanal digunakan
Subscriber Line) sangat sulit diaplikasikan pada untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh
daerah yang jauh (remote area rural) karena akan karakteristik kanal terhadap kualitas hasil yang
sangat mahal dan juga tidak mampu mendukung diberikan berdasarkan tambahan simbol pilot sebagai
layanan mobile dengan kecepatan tinggi [1]. Oleh sinyal referensi.
karena itu dibutuhkan sistem komunikasi yang mampu
menyediakan layanan broadband secara nirkabel yang 2. TUJUAN PENELITIAN
mampu mendukung layanan dengan mobilitas penuh, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
nomadic dan sistem fixed. mengetahui pengaruh dari perubahan nilai Signal to
Noise Ratio (SNR) terhadap keakuratan hasil estimasi
Sebagaimana diketahui bahwa bandwidth
merupakan sumber daya terbatas dan dengan kanal yang terjadi pada komunikasi MIMO-OFDM.
permintaan user yang terus meningkat, maka efisiensi 3. DASAR TEORI
spektral akan sangat vital. Selain itu, penggunaan
spektrum radio saat ini sudah sangat padat, sedangkan A. OFDM (Orthogonal Frequency Division
kebutuhan ke depan menuntut teknologi wireless yang Multiplexing)
mampu menyalurkan data throughput yang lebih
besar. Penggunaan teknologi OFDM akan membuat OFDM merupakan bentuk khusus modulasi multi
sistem komunikasi pita lebar menjadi lebih optimal. pembawa dengan runtun bit yang ditransmisikan
Penggunaan modulasi dan skema pengkodean melalui beberapa subkanal dengan pesat bit rendah [1].
disesuaikan dengan kondisi kanal, sehingga Efisiensi lebar pita diperoleh dengan spektrum
diharapkan mampu meningkatkan throughput saluran. subkanal yang saling tumpang dengan memanfaatkan
Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas sifat ortogonalitas antar subkanal. Ortogonalitas antar
saluran dan berpotensi dalam meningkatkan efisiensi subkanal tidak akan menyebabkan masalah
spektral adalah dengan aplikasi teknik diversitas interferensi antar subkanal. Hal ini disebabkan
antena (Smart Antenna atau Advanched Antenna

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 93


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

frekuensi antar subkanal yang saling harmonik. Dua Gambar 2 mengilustrasikan sebuah sistem
isyarat dikatakan ortogonal jika [3]: komunikasi wireless MIMO dengan spatial
multiplexing single carrier dengan channel estimator
 u (t )u
i j (t )d (t )  0 (i  j)
(1)
[5]. Masing-masing transmitter dan receiver memiliki
T N antena kirim dan M antena terima. Pada transmitter,
 C (i  j) deretan data serial akan dimultipleks menjadi deretan
Teknik OFDM menggunakan beberapa subkanal data paralel dengan kecepatan masing-masing 1/N.
yang diperoleh dari pembangkitan sejumlah osilator C. Karakteristik Kanal
frekuensi. Pembangkitan osilator yang banyak pada
OFDM akan menyebabkan kompleksitas dan Karakteristik kanal yang akan dirujuk dalam
kerumitan dalam implementasi perangkat keras. Oleh penelitian ini adalah kanal multipath berdasarkan
karena itu, pada komunikasi OFDM ditambahkan standar 3GPP 2,15 GHz ± 5 MHz sebagaimana terlihat
teknologi FFT/IFFT untuk menyederhanakannya. pada tabel I.

B. MIMO (Multiple-Input Multiple-Output) TABEL 1. KANAL MULTIPATH: 3GPP 2,15 GHZ ± 5 MHZ [6]
Terdapat 2 jenis MIMO yaitu Space Time Block Path #0 #1 #2 #3 #4 #5
Coding (STBC) dan Spatial Multiplexing (SM). Pada P |αk|2 (dB) 0 -9.7 -19 -23 - -
SM, deretan simbol yang akan dikirim dipecah A τk (μs) 0 0.1 0.19 0.41 - -
menjadi beberapa paralel deretan simbol yang P |αk|2 (dB) 0 -0.9 -4.9 -8 -7.8 -24
kemudian ditransmisikan secara simultan dengan B τk (μs) 0 0.2 0.8 1.2 2.3 3.7
bandwidth yang sama pada masing-masing antena, V |αk|2 (dB) 0 -1 -9 -10 -15 -20
sehingga teknik ini memberikan peningkatan kapasitas A τk (μs) 0 0.3 0.71 1.09 1.7 2.51
secara linear seiring penambahan jumlah antena.
Karakteristik kanal pada simulasi ini berupa
penyusutan yang disajikan dalam bilangan acak yang
mengikuti pola terdistribusi Rayleigh. Karakteristik
kanal yang dibangkitkan berada pada kawasan
frekuensi. Hal ini karena dalam simulasi ini tidak
menggunakan IFFT yang mengubah isyarat dari
Gambar 1. Kanal MIMO 2x2 [4] kawasan frekuensi ke kawasan waktu.
Persamaan kanal pada kawasan waktu dan
kawasan frekuensi masing-masing dapat ditunjukkan
pada persamaan berikut [6]:
k L
h(t)    k  (t   k ) (4)
k 0

k L
H(f)    k e  j 2 k (5)
k 0

dengan nilai αk adalah penurunan daya di tiap tap


delay dan τk adalah waktu tunda multipath.
D. Tipe Pilot
Gambar 2. MIMO Spatial Multiplexing Single Carrier [5] Terdapat beberapa tipe pengaturan pilot yang dapat
digunakan untuk melakukan estimasi kanal, seperti
Dengan menggunakan MIMO Spatial Multiplexing misalnya tipe sisir (comb), blok (block), hexagonal
maka sinyal kirim (s), sinyal terima (r), sinyal derau ataupun rectangular, seperti terlihat pada Gambar 3.
(n) dan kanal MIMO (H) dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut [2] :
r  H.s  n (2)
Berdasarkan Gambar 1, hubungan input-output
dari sebuah sistem MIMO 2x2 dapat dituliskan dalam
format persamaan sebagai berikut [2]:
r1   h11 h12   s1   n1  (3)
r   h 
h22   s 2  n 2 
 2   21
Masing-masing kanal tersebut merupakan kanal
multipath fading yang memiliki distribusi yang
masing-masing identik dan bebas, yaitu berdistribusi
Gambar 3. Tipe Pilot: block, comb, rectangular, hexagonal [7][8]
Rayleigh.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 94


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

E. Teknik Estimasi Kanal Parameter ini digunakan untuk menyatakan


Salah satu metode estimasi kanal pilot aided yang besarnya galat hasil estimasi. Persamaan untuk
paling sederhana adalah dengan menerapkan metode menghitung nilai MSE dan NMSE adalah:
^ ^
kuadrat terkecil (Least Square, LS), yaitu hasil E{([S ]  [ S ]) H ([S ]  [ S ])}
NMSE  (11)
pembagian antara sinyal yang diterima dengan sinyal [S ]H [S ]
yang dikirim [8]. Metode inilah yang digunakan pada
dengan S adalah hasil estimasi dan S adalah nilai asli
penelitian ini dan diterapkan pada ke-empat elemen
dan
matrik kanal H. H
adalah konjugat transpose.
HLS = Hp = Yp / Xp (6)
dengan Yp adalah simbol pilot terima, Xp adalah
symbol pilot kirim yang sudah diketahui penerima, B. Parameter Simulasi
Parameter yang digunakan dalam simulasi ini
dan Hp adalah estimasi kanal pilot.
sebagaimana tertera pada tabel II. Parameter ini
Algoritma pendeteksian ini penting mengingat
dipakai pada pemodelan di kawasan frekuensi dengan
sinyal-sinyal yang tiba di antena penerima adalah asumsi bahwa cyclic prefix mencukupi untuk
jumlahan sinyal-sinyal dari antena pengirim yang mengatasi interferensi.
berbeda, sehingga nilainya belum dapat dipakai untuk
mewakili salah satu sinyal dari antena pengirim. TABEL 2. PARAMETER SIMULASI
Pada penelitian ini digunakan algoritma zero
Simbol Deskripsi Nilai
forcing (ZF), dimana matriks pengali W merupakan B Lebar pita (MHz) 1.25
matriks inverse atau pseudo inverse (PI) dari matriks fs Frekuensi sampling (MHz) 1.429
kanal H: Ts Periode sampling (us) 0.7
W = H-1 untuk M=N L Jumlah subkanal 128
W = (HT H)-1HT untuk M≠N (7) Tb Periode simbol NFFT (us) 89.6
Tg Periode cyclic Prefix (us) 1.4
dengan HT merupakan konjugat transpos matriks H. T Periode simbol OFDM (us) 91
ntx Jumlah antena pengirim 2
4. METODOLOGI PENELITIAN
nrx Jumlah antena penerima 2
A. Jalannya Penelitian ∆f Jarak Subcarrier (kHz) 15
df Jarak Pilot (arah vertikal) 2
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu dt Jarak Pilot (arah horizontal) 4&3
tahap perancangan sistem, tahap pembuatan simulasi, τ-max Waktu tunda maksimum (us) 3.7
tahap pengujian simulasi, tahap pengambilan τ-rms Waktu tunda rms (us) 0.74
informasi, dan yang terakhir adalah tahap analisis dari
hasil pengujian simulasi. Kanal yang digunakan merupakan kanal multipath
Pemodelan dalam penelitian mengacu pada untuk aplikasi outdoor dengan penentuan power delay
parameter-parameter simulasi yang ditentukan profile (PDP) sesuai tabel I dengan jenis kanal
berdasarkan acuan implementasi sistem seperti Pedestrian B.
penentuan jumlah subkanal OFDM, penetuan tipe C. Pemodelan Sistem MIMO-OFDM 2x2 Spatial
pilot, jumlah antena pengirim dan penerima MIMO, Multiplexing
serta algoritma estimasi dan deteksi kanal yang akan
digunakan. Pembuatan simulasi dilakukan dengan
menggunakan Matlab R2010a. Proses pengujian Usulan pemodelan estimasi kanal sistem MIMO-
simulasi dilakukan dengan membandingkan hasil OFDM 2x2 Spatial Multiplexing dalam kawasan
simulasi dan dengan hasil teori yang ada, sehingga frekuensi ditunjukkan pada Gambar 4.
dari informasi tersebut kemudian dilakukan analisis. Pemodelan sistem yang diusulkan dalam
Parameter hasil simulasi yang akan diuji meliputi: penelitian ini adalah pemodelan sistem MIMO-
estimasi kanal berdasarkan teknik Least Square (LS) OFDM 2x2 Spatial Multiplexing yang bekerja dalam
berdasarkan parameter MSE (mean square error) dan kawasan frekuensi, sehingga dalam pemodelannya
NMSE (normalized mean square error) kanal.
tidak menggunakan IFFT/FFT. Matrik kanal
1. MSE propagasi yang terdapat pada setiap lintasan sinyal
multi antena dibangkitkan oleh fungsi pembangkit
Parameter ini digunakan untuk menyatakan
koefisien kanal yang dimodelkan dengan model
besarnya galat hasil estimasi. Persamaan untuk
menghitung nilai MSE dan NMSE adalah: Rayleigh. Dengan asumsi bahwa cyclic prefix selalu
mencukupi dalam setiap pengiriman simbol, untuk
 ^ ^
 (10) menghindari terjadinya interferensi.
MSE  E ([ S ]  [ S ]) H ([ S ]  [ S ])
 
dengan S adalah hasil estimasi dan S adalah nilai asli
dan H adalah konjugat transpose.
2. NMSE

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 95


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

S/P Pemeta Pilot +


Tx1
16QAM Data Mux
16QAM

Bit DeMux
Kirim

S/P Pemeta Pilot +


Tx2
16QAM Data Mux
16QAM
Gambar 5. Pemodelan pengaturan pilot MIMO-OFDM 2x2
Ekstraksi Estimasi Z Pengawape
Rx
1
Pilot Kanal e
r
ta 16QAM Dengan menggunakan implementasi sesuai
o
Gambar 5, simbol-simbol pilot dapat dideteksi secara
F
o Mu Bit terpisah dan dengan menggunakan teknik interpolasi
r
c
x Terima
dapat diperoleh nilai sampel yang tidak diketahui [9].
i
n
Jika diaplikasikan untuk estimasi kanal, maka
Rx
Ekstraksi
Pilot
Estimasi
Kanal
g Pengawape
ta 16QAM
interpolasi dapat digunakan untuk mengestimasi
kanal-kanal yang belum diketahui di antara dua pilot
yang berdekatan. Interpolasi yang digunakan adalah
Gambar 4. Pemodelan estimasi kanal kawasan frekuensi jenis linear dengan persamaan sebagai berikut [7]:
Pada proses transmisi data, setiap simbol data hasil
keluaran pemeta (mapper) di semua antena pemancar

1
2

Hˆ n ,k  Hˆ n ,k 1  Hˆ n ,k 1 (8)

dikalikan dengan matrik kanal H. Untuk sistem MIMO


2x2, matrik kanal H ini terdiri dari 4 elemen yaitu H11,

1

Hˆ n , k  Hˆ n 1, k  Hˆ n 1, k
2
(9)
H12, H21, dan H22 (sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1). Proses ini dilakukan serentak untuk semua
dimana Hˆ n , k 1 dan Hˆ n , k 1 adalah estimasi awal dari
data dalam setiap pengiriman simbol OFDM dengan
ditambahkan noise AWGN. simbol pilot sebelum dan sesudahnya pada arah
D. Pilot Aided untuk Estimasi Kanal waktu, sedangkan Hˆ n 1, k dan Hˆ n 1, k pada arah
Salah satu cara mengestimasi kanal adalah dengan frekuensi.
menggunakan simbol pilot sebagai referensi. Pilot
tidak membawa informasi, tetapi merupakan isyarat 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
referensi yang sudah diketahui oleh pengirim dan A. Estimasi Kanal MIMO 2x2
penerima. Karakter kanal estimasi yang mendekati Hasil perbandingan kanal asli dan kanal estimasi
nilai sebenarnya memberikan referensi yang baik untuk sistem MIMO-OFDM 2x2 dalam kawasan
untuk melakukan ekualisasi di bagian penerima. frekuensi ditunjukkan pada Gambar 6 sampai Gambar
Penambahan pilot dengan pola pilot tertentu 13. Karena dimensi MIMO 2x2 sehingga diperoleh
banyak digunakan untuk proses estimasi kanal (sering jumlah link sebanyak 4 yaitu saluran kanal dari Tx1 ke
disebut pilot based channel estimation). Rx1 (H11), saluran kanal dari Tx2 ke Rx1 (H12),
Pada sistem MIMO-OFDM, estimasi kanal saluran kanal dari Tx1 ke Rx2 (H21) dan saluran kanal
dilakukan di setiap kanal yang menghubungkan setiap dari Tx2 ke Rx2 (H22).
pengirim dan penerima. Atau dengan kata lain, Gambar 6 sampai Gambar 9 menunjukkan hasil
estimasi kanal dilakukan di setiap elemen dalam estimasi kanal pada kondisi SNR 3 dB atau pada saat
matrik kanal sesuai dengan dimensi matrik, dengan sinyal utama hanya bernilai dua kali lipat sinyal derau.
jumlah pengirim (N) dan penerima (M) dalam sistem Nampak bahwa keseluruhan hasil estimasi saluran
MIMO (dimensi matrik kanal sebesar NxM). Dengan kanal H11, H12, H21 dan H22 terdapat banyak
adanya kanal yang berbeda-beda untuk setiap link ketidakakuratan dibandingkan kanal sesungguhnya.
yang ada, maka proses estimasi kanalnya akan
dilakukan sebanyak jumlah link tersebut.
Pola pengaturan pilot dalam sistem MIMO-OFDM
sedikit berbeda dengan pengaturan pilot seperti yang
sudah dijelaskan di awal penulisan. Pada sistem ini
dibutuhkan sisipan simbol ‘nol’ yang letaknya selang-
seling dengan simbol pilot dan berlaku di seluruh
transmitter. Hal ini berarti bahwa pada saat Tx1
mengirimkan pilot (sinyal referensi) maka Tx2 tidak
mengirimkan apapun atau dengan kata lain Tx2
mengirimkan simbol ‘nol’. Begitu pula sebaliknya,
pada saat Tx2 mengirimkan pilot maka Tx1
mengirimkan simbol ‘nol’ atau tidak ada pengiriman
simbol. Pola pilot yang seperti ini ditunjukkan pada
Gambar 5 berikut:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 96


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1.2 0.8
kanal sesungguhnya kanal sesungguhnya
kanal estimasi 0.7 kanal estimasi
1.1

0.6
1

0.5
0.9
|) |
f( f)( 0.4
1 2
1 2
|H 0.8 H
|
0.3

0.7
0.2

0.6
0.1

0.5 0
0 20 40 60 80 100 120 140 0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal Indeks Subkanal

Gambar 6. Perbandingan Kanal │H11(f)│pada SNR 3 dB


Gambar 9. Perbandingan Kanal │H22(f)│pada SNR 3 dB

1.6 Pada nilai SNR yang kecil diperoleh hasil estimasi


kanal sesungguhnya
kanal estimasi kanal yang tidak akurat atau dengan kata lain kanal
1.4
estimasi sangat berbeda dengan kanal sesungguhnya.
1.2
Sedangkan Gambar 10 sampai dengan Gambar 13
menunjukkan hasil estimasi kanal pada kondisi SNR
1
|
f)(
25 dB atau pada saat kuat sinyal utama bernilai 300
2
1
H
| 0.8 kali lipat sinyal derau. Terlihat bahwa keseluruhan
hasil estimasi saluran kanal H11, H12, H21 dan H22
0.6 mendekati atau hampir sama persis dengan kanal
sesungguhnya.
0.4

1.2
0.2 kanal sesungguhnya
0 20 40 60 80 100 120 140
kanal estimasi
Indeks Subkanal 1.1

Gambar 7. Perbandingan Kanal │H12(f)│pada SNR 3 dB 1

0.9
1.4 |
f)(
kanal sesungguhnya 1
1
H
| 0.8
kanal estimasi
1.2

0.7
1
0.6

0.8
)|f 0.5
( 0 20 40 60 80 100 120 140
1
2 Indeks Subkanal
H
| 0.6

0.4
Gambar 10. Perbandingan Kanal │H11(f)│pada SNR 25 dB

0.2 1.6
kanal sesungguhnya
kanal estimasi
0 1.4
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal
1.2
Gambar 8. Perbandingan Kanal │H21(f)│pada SNR 3 dB
1
|
f)(
2
1
H
| 0.8

0.6

0.4

0.2
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal

Gambar 11. Perbandingan Kanal │H12(f)│pada SNR 25 dB

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 97


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

0.8
kanal sesungguhnya Dengan melihat hasil MSE kanal tersebut dapat
0.7 kanal estimasi ditunjukkan bahwa semakin besar SNR maka galat
yang dimunculkan akan semakin kecil, yang berarti
0.6
bahwa kanal yang diestimasi semakin mendekati kanal
0.5 sesungguhnya. Hal ini dibuktikan dengan nilai MSE
)|f
kanal yang mencapai 3x10-5 pada nilai SNR 25 dB
(1
2
0.4
untuk rata-rata keseluruhan kanal.
H
|
0.3 Namun hasil dari MSE kanal belum dapat
dijadikan sebagai acuan kecermatan. Hal ini karena
0.2
nilai yang ditampilkan pada MSE masih bersifat relatif
0.1 karena tergantung pada nilai pembandingnya sehingga
perlu adanya parameter lain yang menormalisasi hasil
0
0 20 40 60 80 100 120 140 MSE kanal yaitu parameter NMSE kanal. Hasil dari
Indeks Subkanal
NMSE kanal inilah yang dapat dijadikan acuan
Gambar 12. Perbandingan Kanal │H21(f)│pada SNR 25 dB mengenai kecermatan estimasi kanal. Kecermatan
hasil estimasi kanal dikatakan baik jika nilai NMSE
0.7
kanal sesungguhnya
kanal semakin kecil dan mendekati angka nol.
kanal estimasi -1
0.6 10
H11
H12
0.5
H21
-2 H22
10
0.4
|
f)(
2
2 l
H
| 0.3 a
n
a -3
10
K
E
0.2 S
M
N

0.1 -4
10

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Indeks Subkanal
-5
10
0 5 10 15 20 25
Gambar 13. Perbandingan Kanal │H22(f)│pada SNR 25 dB SNR (dB)

Pada nilai SNR yang besar diperoleh hasil estimasi Gambar 15. NMSE Kanal MIMO 2x2 pada SNR 25 dB
kanal yang akurat atau dengan kata lain kanal
estimasinya sangat mendekati kanal sesungguhnya. Hasil simulasi pada Gambar 15 menunjukkan
Karena pada dasarnya kanal hasil estimasi tidaklah bahwa pada SNR 25 dB, nilai NMSE kanal untuk
sama persis dengan kanal sebenarnya, maka kanal yang menuju penerima 1 (H11 dan H12) mencapai
diperlukan parameter untuk menyatakan besarnya 5x10-5 dan pada kanal yang menuju penerima 2 (H21
galat dalam estimasi kanal tersebut yaitu parameter dan H22) mencapai 2x10-4. Hal ini berarti bahwa sistem
galat kuadrat rerata (Mean Square Error, MSE) dan mempunyai estimasi kanal yang bagus atau mendekati
galat kuadrat rerata ternormalisasi (Normalized Mean kanal sesungguhnya pada kondisi SNR tinggi.
Square Error, NMSE). Hasil perhitungan MSE dan
NMSE pada keempat kanal tersebut ditunjukkan pada 6. KESIMPULAN
Gambar 14 dan 15. Ketepatan proses estimasi diketahui dari nilai MSE
-1
10 dan NMSE kanal. Dari hasil MSE dan NMSE kanal
H11 yang mencapai 10-5 maka dapat disimpulkan bahwa
H12
H21 hasil estimasi kanalnya sudah cukup baik. Hal ini
-2
10
H22 berkaitan dengan pemilihan teknik estimasi kanal.
Dengan menggunakan teknik estimasi yang tepat akan
memberikan hasil estimasi kanal dengan nilai galat
l
a
n
a 10
-3 yang sangat kecil, sehingga data yang diestimasi juga
K
E akan semakin mendekati data aslinya.
S
M
DAFTAR PUSTAKA
-4
10
[1] Mai Tran, George Zaggoulos, Andrew Nix and Angela
Doufexi, ”Mobile WiMAX: Performance Analysis and
Comparison with Experimental Results”
[2] Andrew, J.G., Ghosh, Arunaba and Muhammed, Rias,
-5
10
0 5 10 15 20 25
SNR (dB) ”Fundamental of WIMAX” Prentice Hall,2007
[3] Lee,R.C.T., Chiu, M.C, Lin, J.S.,”Communication
Gambar 14. MSE Kanal MIMO 2x2 pada SNR 25 dB Engineering”,Jhon Wiley and Sons, Singapore,2007

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 98


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[4] Cho,Y.S, Kim,J. “MIMO OFDM wireless communication [8] Isnaini,Fauzan,”Perbandingan estimasi kanal OFDM dengan
with MATLAB,” John Wiley & Sons, 2010 metode LS, LMMSE, LR-MMSE”, Skripsi, UGM, 2011
[5] Chen, K.C., “Introduction to Mobile WiMAX,” National [9] Alex Dowler, and Andrew Nix, “Performance Evaluation of
Taiwan University, 2007. Channel Estimation Techniques in a Multiple Antenna OFDM
[6] Setyanto,B., “Diktat Kuliah Telekomunikasi Lanjut,” UGM, System, IEEE, 2003.
Yogyakarta [10] Foschini, G. J., “Layered space-time architecture wireless
[7] Abdulrahman,H.,”MIMO OFDM Channel Estimation with communication in a fadingenvironment when using multi-
Optimum Pilot Patterns for Cognitive Radio in Overlay element antenna, ” Bell Labs Tech.J., pp. 41-59, Autumn 996.
Spectrum Sharing System”, Master Thesis, Delft University
of Technology,2009

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 99


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 100


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGEMBANGAN ROBOT PENGIKUT GARIS BERBASIS LOGIKA FUZZY

Aji Joko Budi Pramono


Progran Studi Magister Teknik Informatika
Pasca Sarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta
Jl. Babarsari, Sleman, Yogyakarta
ajijoko@yahoo.com

Abstrak

Robot pengikut garis adalah robot yang bergerak mengikuti garis pemandu yang dibuat dengan tingkat presisi
tertentu. Dalam perancangan dan implementasi suatu robot bergerak otonom, banyak masalah-masalah yang dihadapi baik
masalah sistem operasi, transformasi informasi dari sensor untuk basis pengetahuan robot, arsitektur komputer , organisasi
perangkat lunak, sistem penglihatan robot, dan proses pengambilan keputusan yang akan mengakibatkan gerakan robot tidak
mencapai optimal
Fuzzy Logic Controller merupakan alternatif sistem kendali modern yang memiliki respon sistem yang stabil. Dalam
merancang sistem kontrol dengan menggunakan logika fuzzy terdapat tiga proses yaitu fuzzifikasi,
evaluasi rule dan defuzzifikasi. Masing-masing proses tersebut akan mempengaruhi respon sistem yang dikendalikan.
Defuzzifikasi merupakan langkah terakhir dalam suatu sistem logika fuzzy dengan tujuannya mengkonversi setiap hasil dari
inference engine yang diekspresikan dalam bentuk fuzzy set kesuatu bilangan real. Hasil konversi tersebut merupakan aksi
yang diambil oleh sistem kendali logika fuzzy. Karena itu, pemilihan metode defuzzifikasi yang sesuai juga turut
mempengaruhi sistem kendali logika fuzzy
penelitian ini di lakukan dengan melihat hasil nilai pertimbangan fuzzy dengan melihat basis aturan yang ada dan
melihat kesesuain antara input fungsi keanggotaan dengan grafik keluaran logika fuzzy. Keluaran tabel aturan adalah data
linguistik di buat dengan anggka untuk input Sensor robot pengikut garis yang terdiri dari 2 masukan yaitu masukan error
dan masukan perubahan error yang di bagi menjadi lima kelas linguistik dengan range masukan antara -10 sampai dengan 10
dan dua output FLC (Fuzzy Logic Controller) masing masing output kecepatan yang di bagi menjadi 3 kelas linguistic
dengan range 2 sampai dengan 30 dan keluaran belok yang di bagi menjadi 3 linguitik dengan range masukan -15 sampai
dengan 15. dengan metode logika AND inferensi MIN dan metode defuzzyfikasi Singgle tone COG (Center of Grafity)
dengan perancangan logika fuzzy menggunakan tool matlab.
Kata Kunci : Logika fuzzy, Robot pengikut garis, FLC

1. Latar belakang . proses yaitu fuzzifikasi (fuzzification), evaluasi rule


Berkembangan teknologi telah (rule evaluation) dan defuzzifikasi
memunculkan berbagai bentuk robot yang di (defuzzification). Dari masing masing proses
terapkan di dunia industri. Salah satu yang tersebut akan mempengaruhi respon sistem yang
berkembang adalah Robot Pengikut Garis yang dikendalikan. Penelitian ini mengupayakan
merupakan bentuk robot bergerak otonom yang pengembangan kontrol fuzzy untuk input Sensor
dirancang untuk bergerak mengikuti garis robot pengikut garis dan dua output FLC (Fuzzy
pemandu. Dalam perancangan dan implementasi Logic Controller) dengan metode logic AND
suatu robot bergerak otonom, banyak masalah- inferensi MIN dan metode defuzzyfikasi Singgle
masalah yang dihadapi. Masalah-masalah itu adalah tone COG (Center of Grafity) dengan perancangan
operasi pada bahasa alami tereduksi yang logika fuzzy menggunakan tool matlab.
digunakan oleh robot untuk dapat menerima
perintah, transformasi informasi dari sensor untuk 2. Landasan Teori
basis pengetahuan robot, arsitektur komputer dan 2.1. Logika Fuzzy
organisasi perangkat lunak, deskripsi lingkungan Logika Fuzzy dikenalkan oleh L.A. Zadeh
untuk realitas situasi gerak, sistem penglihatan pada tahun 1965, dengan mengembangkan teori
robot, dan proses pengambilan keputusan oleh himpunan logika biner. Logika biner hanya
robot secara otonom berdasar pandangan terhadap mengenal dua macam kondisi yaitu “1” dan “0”,
lingkungan yang akan mengakibatkan gerakan sehingga terdapat batasan yang tegas. L.A. Zadeh
robot tidak mencapai optimal kemudian memodifikasi teori himpunan dimana
Logika fuzzy telah banyak diterapkan dalam setiap anggotanya memiliki derajat keanggotaan
bidang kontrol otomatis dan industri, diantaranya yang bernilai kontinyu antara 0 sampai 1 atau
digunakan sebagai pengontrol pemrosesan citra, ditulis [0 1], Fungsi keanggotaan adalah suatu
kendali motor, kendali robot, kendali pesawat kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input
terbang dan lain-lain. Telah banyak aplikasi sistem data ke dalam nilai kenggotaannya (atau sering
kontrol dengan menggunakan sistem fuzzy .Dalam disebut dengan derajat keanggotaan). Ada beberapa
merancang sistem kontrol logika fuzzy terdapat tiga macam bentuk kurva yang sering digunakan untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 101


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

menyatakan derajat keanggotaan pada suatu sistem mencakup perancangan fungsi keanggotaan untuk
Fuzzy, antara lain bentuk kurva S (Shape), segitiga, variabel masukan dan keluaran, Basis Aturan Fuzzy
trapesium, dan sebagainya seperti pada Gambar1 merupakan kumpulan pernyataan aturan ‘IF–
berikut.
THEN’ yang didasarkan kepada pengetahuan
pakar. Logika pengambilan keputusan di susun
dengan cara menuliskan aturan yang
menghubungkan antara masukan dan keluaran
system fuzzy. Aturan ini di ekspresikan dalam
kalimat :’jika<masukan> maka <keluaran>,

2.4 Unit Defuzzifikasi


Defuzzifikasi dapat di definisikan sebagai proses
pengubahan besaran fuzzy yang di sajikan dalam
himpunan himpunan fuzzy keluaran dengan fungsi
keanggotaan untuk mendapatkan kembali bentu
Gambar 1.beberapa macam fungsi keanggotaan. tegasnya Input dari proses defuzzifikasi adalah
suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari
2.2 Sistem logika Fuzzy komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output
Konfigurasi dasar dari sistem logika fuzzy yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada
yang digunakan seperti terlihat pada Gambar 2 domain himpunan fuzzy tersebut, sehingga jika
diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range
tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp
tertentu sebagai keluarannya . Ada beberapa
metode defuzzifikasi pada komposisi aturan
Mamdani, diantaranya yaitu metode COA, bisektor,
MOM, LOM, dan SOM

Gambar 2. Konfigurasi dasar sistem logika fuzzy

Konfigurasi sistem logika fuzzy terdapat 4


komponen utama, yaitu unit fuzzifikasi, basis
pengetahuan yang terdiri dari basis data dan basis
aturan, logika pengambilan keputusan, dan unit
defuzzifikasi. Proses fuzzifikasi dipergunakan
Gambar 4. Metode defuzzifikasi pada aturan
untuk mengubah data masukkan tegas bentuk
Mamdani.
derajat keanggotaan. Basis pengetahua
menghubungkan himpunan masukan dengan
2.5 Mekanisme Pertimbangan Fuzzy
himpunan keluaran. Logika pengambilan keputusan
Logika pengambilan keputusan (fuzzy inference)
untuk mengkombinasi aturan-aturan yang terdapat
mengaplikasikan aturan-aturan fuzzy pada masukan
pada basis aturan suatu pemetaan dari suatu
fuzzy kemudian mengevaluasi setiap aturan. Prinsip
himpunan fuzzy input ke suatu himpunan fuzzy
logika fuzzy digunakan untuk mengkombinasi
output. Defuzzifikasi adalah langkah terakhir dalam
aturan-aturan JIKAMAKA (IFTHEN) yang
suatu system logika fuzzy dengan tujuannya adalah
terdapat dalam basis aturan suatu pemetaan dari
mengkonversi setiap hasil dari inference engine
suatu himpunan fuzzy input himpunan fuzzy
yang diekspresikan dalam bentuk himpunan fuzzy
output. Logika pengambilan keputusan merupakan
ke suatu bilangan real.
langkah kedua dalam pemrosesan logika fuzzy.
Terdapat beberapa metode pengambilan keputusan
2.3 Basis pengetahuan
dalam logika fuzzy diantaranya yaitu metode
Basis pengetahuan berisi pengetahuan sistem
Mamdani. Fungsi implikasi yang digunakan pada
kendali sebagai pedoman evaluasi keadaan sistem pengambilan keputusan dengan metode Mamdani
untuk mendapatkan keluaran kendali sesuai yang dengan menggunakan MIN dan dalam melakukan
diinginkan oleh perancang. Basis pengetahuan komposisi dengan menggunakan MAX. Metode
terdiri dari basis data dan basis aturan Fuzzy. Basis komposisi ini sering disebut MAX-MIN. Contoh
data merupakan komponen untuk mendefinisikan dalam penggunaan pengambilan keputusan dengan
metode Mamdani ditunjukkan pada Gambar 5
himpunan fuzzy dari masukan dan keluaran yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 102


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kondisi posisi sensor untuk mendeteksi pergerakan


ke kiri dan ke kanan. Setiap masukan dari sensor
akan dideteksi oleh unit masukan. Pendeteksian ini
didasarkan pada kondisi level tegangan atau kondisi
logika dari masukan, Berikut ini adalah algoritma
sistem belok pada robot line follower. Kondisi awal
robot bergerak maju, kondisi logika sensor adalah
11100111. Kondisi robot maju Galat adalah 0 (nol),
dengan kondisi galat 0 maka robot bergerak dengan
kecepatan maksimal.
Seting robot bergerak ke kanan dengan kecepatan
Gambar 5. Metode mamdani mengikuti pada tabel FAM ,dengan kondisi
masukan adalah:
2.6 Kendali Logika Fuzzy Kendali logika fuzzy 11111110 (N= 10)
bekerja berdasarkan aturan linguistik. Sebuah 11111000 (N= 9)
pengendali logika fuzzy umumnya dapat 11111100 (N= 8)
dimasukkan dalam sistem kendali kalang tertutup. 11111101 (N= 7)
di mana terdapat dua masukan, yaitu masukan 11110001 (N= 6)
kesalahan dan beda kesalahan. Dua masukan 11111001 (N= 5)
tersebut diolah oleh sistem kendali logika fuzzy 11111011 (N= 4)
yang terdiri atas empat komponen utama yang 11100011 (N= 3)
menyusun proses kendali. 11110011 (N= 2)
11110111 (N= 1)
Seting robot bergerak ke kiri dengan kecepatan
mengikutu tabel FAM 2,dengan kondisi masukan
adalah:
11101111 (N=1)
11000111 (N=2)
11001111 (N=3)
Gambar 6. Sistem loop tertutup dengan kendali
11011111 (N=4)
Fuzzy.
10001111 (N=5)
10011111 (N=6)
Gambar 6 memperlihatkan sistem kendali kalang
10111111 (N=7)
tertutup dengan pengendali logika fuzzy dengan E
00011111 (N=8)
(error) dan dE (delta error/ perubahan error)
00111111 (N=9)
merupakan masukan pengendali logika fuzzy dan U
01111111 (N=10)
adalah besaran yang diberikan pada plant
Keterangan N adalah nilai inisialisasi masukan
sensor.
3. Rumusan masalah
Dengan melihat hasil nilai pertimbangan
fuzzy , basis aturan yang ada dan melihat kesesuain
Bagaimana penerapan logika fuzzy pada
antara input fungsi keanggotaan dengan grafik
kontrol robot pengikut garis untuk mengetahui
keluaran logika fuzzy. Keluaran tabel aturan
nilai keluaran fuzzy dan grafik logika fuzzy
adalah data linguistik di buat dengan anggka untuk
terhadap input yang terjadi
input Sensor robot pengikut garis yang terdiri dari 2
masukan yaitu masukan error dan masukan
4. Tujuan penelitian.
perubahan error yang di bagi menjadi lima kelas
Menerapkan logika fuzzy pada kontrol robot
linguistik dengan range masukan antara -10 sampai
pengikut garis untuk mengetahui nilai keluaran
dengan 10 dan dua output FLC (Fuzzy Logic
fuzzy dan grafik logika fuzzy terhadap input yang
Controller) masing masing output kecepatan yang
terjadi
di bagi menjadi 3 kelas linguistic dengan range 2
sampai dengan 30 dan keluaran belok yang di bagi
5. Metodologi Penelitian
menjadi 3 linguistik dengan range masukan -15
Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini
sampai dengan 15. dengan metode logika AND
adalah metode experiment, meliputi, sensor posisi,
inferensi MIN dan metode defuzzyfikasi Singgle
penentuan metode fuzzifikasi, rule dan
tone COG (Center of Grafity) dengan memberi
defuzzifikasi, model kontrol fuzzy posisi robot
masukan yang berbeda beda sesaui dengan range
pengikut garis. Penentuan fungsi keanggotaan pada
masukan pada fungsi keanggotaan masukan maka
masukan logika fuzzy berdasarkan analisis
dihasilkan nilai keluaran defuzzifikasi dalam bentu
masukan dari sensor yang terpasang Kombinasi
tabel dan grafik untuk melihat kesesuain yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 103


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

terjadi antara masukan, aturan database dan kendali Fuzzy tersebut membutuhkan dua
keluaran. Perancangan simulasi logika fuzzy dalam parameter utama yaitu fungsi keanggotaan
penelitian ini menggunakan tool matlab. (membership function) dan aturan dasar (rule base).
Masukan yang berbentuk tegas dipetakan menjadi
6. Perancangan perangkat lunak nilai linguistik yang mempunyai derajat
Perancangan perangkat lunak dari metode ini keanggotaan antara 0 dan 1, sehingga didapatkan
di tunjukan pada gambar 7 berikut. Program akan himpunan Fuzzy. Masing-masing masukan yaitu
membaca nilai referensi yang telah di masukan dan error dan perubahan error, dibagi dalam 5 kelas,
nilai keluaran aktual sensor , kemudian program seperti terlihat pada Gambar 8
akan menghitung error dan perubahan error
sebagai masukan Fuzzy. Langkah selanjutnya,
program akan menghitung derajat keanggotaan
error dan perubahan error tersebut. Nilai derajat
keanggotaan tersebut akan menghasilkan suatu nilai
keluaran setelah melalui logika pengambilan
keputusan Fuzzy hingga didapatkan nilai keluaran
yang masih berbentuk himpunan Fuzzy, maka
dilakukan proses defuzzifikasi untuk menghasilkan .
keluaran berbentuk himpunan tegas. Selanjutnya, Gambar 8. fungsi keanggotaan input error
program akan mengirimkan siyal kendali Fuzzy
yang telah diperoleh untuk mengontrol driver motor

Membaca Nilai referensi


dan Keluaran Aktual

Menghitung Error dan


Perubahan Error
Gambar 9. fungsi keanggotaan input perubahan
Menghitung Derajat Keanggotaan error
Error dan Pererubahan Errorr/
fuzzyfikasi Notasi yang di pakai dalam masukan error dan
perubahan error seperti dalam tabel 1.
Logika keputusan fuzzy
Tabel.1 Notasi masukan
No Notasi Ket
Defuzzifikasi
1 NB Negatip Besar
2 NK Negatip Kecil
Menghitung kendali fuzzy 3 Nol Nol
4 PK Positip Kecil
Mengirimkan sinyal kendali 5 PB Positib Besar
fuzzy
Perancangan masukan error mempunyai data tegas
Selesai antara -15 sampai 15, dipetakan dalam nilai
linguistik menjadi 5 kelas yaitu Nol (N), Positif
Kecil (PK), Positif Besar (PB), Positif .
Perancangan masukan perubahan error mempunyai
Gambar 7. Perancangan perangkat lunak. data tegas antara -15 sampai 15, dipetakan dalam
nilai linguistik menjadi 5 kelas yaitu Negatif Besar
(NB), Negatif Kecil (NK), dan Nol (N).
7. Perancangan Fungsi Keanggotaan Bentuk dan batasan Berdasarkan gambar 8 dan 9,
masukan maka fungsi keanggaotann input error dan
Kendali Fuzzy dirancang dengan dua masukan perubahan error adalah sbb :
yaitu error dan perubahan error, serta dua
keluaran. Masukan tersebut diolah melalui 1 → ≤
serangkaian proses mulai dari fuzzifikasi hingga ( − )
→ ≤ ≤
defuzzifikasi sehingga menghasilkan sinyal kendali ( − )
untuk mengendalikan plant. Serangkaian proses 0 → ≥

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 104


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

0 → ≤ ≥0 Tabel 3.Batas keanggotaan belok


⎧( − )
⎪ → ≤ ≤ No Bts Keanggotaan Keanggotaan fuzzy
( − )
⎨ ( − ) 1 V≤0 Kiri

⎩ − → ≤ ≤ 2 -5 ≤ V ≤5 Maju
3 0≤ V Kanan
0 → ≤ ≥
⎧( − )
⎪ → ≤ ≤ Dengan memperhatikan batas-batas range masukan
( − )
⎨( − ) dan keluaran maka bisa di buat dalam bentuk tabel
⎪ → ≤ ≤
⎩ − analisa atau tabel FAM sebagai berikut;
0 → ≤ ≥
⎧( − ) Tabel 4. Perencanaan tabel FAM :

( − )
→ ≤ ≤ NB NK NOL PK PB
⎨(
⎪ − ) NB KrL KrL ML KnL KnL
→ ≤ ≤
⎩ − NK KrS KrS MS KnS KnS
NOL KrC KrC MC KnC KnC
0 → ≤ PK KrS KrS MS KnS KnS
( − )
→ ≤ ≤
PB KrL KrL ML KnL KnL
( − ) Ket :
1 → ≥ KrL = Kiri Lambat KrC = Kiri Cepat
KrS = Kiri Sedang MC = Maju Cepat
8. Perancangan fungsi keanggotaan keluaran. Knl = Kanan Lambat ML = Maju Lambat
KnS = Kanan Sedang MS = Maju lambat
Perancangan keluaran mempunyai 2 bentuk
fungsi keanggotaan yaitu keluaran kecepatan Setelah Tabel FAM selesai maka bisa di buat tabel
dengan data tegas antara 0 sampai 30 dipetakan Aturan basis pengetahuan untuk pertimbangan
dalam nilai linguistik menjadi 3 kelas yaitu Lambat keputusan fuzzy sebagai berikut
(L), Sedang(S) dan Cepat (C) seperti pada tabel 2.
dan keluaran belok dengan data tegas antara -15 Tabel 5. Perencanaa aturan logika fuzzy
sampai 15 di petakan dalam nilai linguistic menjadi no Aturan
3 kelas yaitu Kiri(kr), Maju(M) dan Kanan(Kn) 1 If (Ie.is NB and Ide.is NB than (Out is KrL)
seperti pada tabel 3.Masing masing gambar fungsi 2 If (Ie.is NK and Ide.is NB than Out is KrL
keanggotaan keluaran terdapat pada gambar 10 dan 3 If (Ie.is NOL and Ide.is NB than Out is ML
11 4 If (Ie.is PK and Ide.is NB than Out is KnL
5 If (Ie.is PB and Ide.is NB than Out is KnL
6 If (Ie.is NB and Ide.is NK than Out is Krs
7 If (Ie.is NK and Ide.is NK than Out is KrS
8 If (Ie.is NOL and Ide.is NK than Out is MS
9 If (Ie.is PK and Ide.is NK than Out is KnS
10 If (Ie.is PB and Ide.is NK than Out is Kns
11 If (Ie.is NB and Ide.is NOL than Out is KrC
12 If (Ie.is NK and Ide.is NOL than Out is KrC
Gambar 10.Fungsi keaggotaan keluaran kecepatan 13 If (Ie.is NOL and Ide.is NOL than Out is MC
Tabel 2. Batas keanggotaan kecepatan
14 If (Ie.is PK and Ide.is NOL than Out is KnC
NO Batas Keanggotaan Keanggotaan fuzzy
15 If (Ie.is PB and Ide.is NOL than Out is KnC
1 V ≤ 20 Lambat
16 If (Ie.is NB and Ide.is PK than Out is KrS
2 10 ≤ V ≤30 Sedang
17 If (Ie.is NK and Ide.is PK than Out is KrS
3 20 ≤ V Cepat
18 If (Ie.is NOL and Ide.is PK than Out is MS
19 If (Ie.is PK and Ide.is PK than Out is KnS
20 If (Ie.is PB and Ide.is PK than Out is KnS
21 If (Ie.is NB and Ide.is PB than Out is KrL
22 If (Ie.is NK and Ide.is PB than Out is KrL
23 If (Ie.is NOL and Ide.is PB than Out is ML
24 If (Ie.is PK and Ide.is PB than Out is KnL
25 If (Ie.is PB and Ide.is PB than Out is KnL

Gambar 11. Fungsi keanggotaan belok Dengan membuat pemodelan baik unit masukan,
fuzzifikasi, aturan database pengetahuan,
defuzzifikasi ke dalam matlab maka dapat di

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 105


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hasilkan simulasi dari semua gambar fungsi pengetahuan dan masukan maka di simulasikan
keanggotaan seperti ada gambar 12 sebagai berikut. seperti pada gambar 13.
Gambar simulasi fungsi keanggotan keseluruhan
dalam matlab

Gambar 13. Simulasi sistem fuzzy

Hasil dari simulasi tersebut adalah bentuk grafik


keluaran seperti pada gambar 14 sebagai berikut.

Gambar 12. Simulasi fungsi keanggotaan

Dengan member nilai masukan error dan masukan


perubahan eror yang sesuai dengan range fungsi
keanggotaan maka hasil keluaran fuzzy dapat di
tabelkan seperti pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Tabel masukan dan keluara sistem


Masukan keluaran Gambar 14. Grafik keuaran fuzzy :
NO error D.error Out Out Ket.
Belok Cepat input mulai nilai 1 sampai 10 selama 10 detik : Dari
grafik yang di beri nilai fungsi keanggotaan
1 -10 -10 -8.56 8,96 KrL
terhadap kecepatan dan belok terlihat sesuai dengan
2 -5 -10 -8,56 8,65 KrL
tabel aturan logika database.
3 0 -10 0,345 8,65 ML
4 5 -10 8,84 8,65 KnL Kesimpulan :
5 10 -10 8,84 8,65 KnL 1. Dengan melihat nilai masukan, aturan data base
6 -10 -5 -8,59 20 KrS logika dan hasil defuzzifikasi dari simulasi
7 -5 -5 -8,59 20 KrS matlap dalam tabel 5maka di dapat hasilnya
8 0 -5 0,342 20 MS sesuai denga aturan aturan tabel FAM yang ada
9 5 -5 8,87 20 KnS 2. Dengan memberi masukan dari nilai 1 sampai
10 10 -5 8,86 20 KnS dengan 10 pada simulasi matlab dengan
11 -10 0 -8,59 37,3 KrC pengamatan grafik keluaran kecepatan dan
12 -5 0 -8,59 37 KrC keluaran belok menunjukan kesesuain antara
13 0 0 0,342 37,3 MC keluaran dan aturan logika data base yang ada.
15 5 0 8,87 37,3 KnC 3. Dengan meengacu kesimpulan nomor satu dan
14 10 0 8,86 37,3 KnC dua maka logika fuzzy bisa di gunakan untuk
16 -10 5 -8,56 20,4 KrS pengendalian robot pengikut garis.
17 -5 5 -8,56 20,4 KrS
18 0 5 0,343 20,4 MS Daftar Pustaka :
19 5 5 8,84 20,4 KnS 1) Fayad and Webb,P. “Optimized Fuzzy Logic
20 10 5 8,84 20,4 KnC Based on Algorithm for a Mobile Robot
21 -10 10 -8,52 8,72 KrL Collision
22 -5 10 -8,52 8,72 KrL 2) Avoidance in an Unknown Environment”, 7th
23 0 10 0,345 8,72 ML European Congress on Intelligent Techniques
& Soft Computing, Aachen, Germany,
24 5 10 8,81 8,72 KnL
September 13-16, 1999.
25 10 10 8,81 8,72 KnL
3) Kemal,P., Seral,S., and Salih,G “Finding
Direction of a Mobile Robot Using
Dari tabel 6. terlihat dengan di beri masukan nilai
Microcontroller Based Ultrasonic Distanc
dari masing masing range masukan error dan
Measuring Device And Fuzzy Logic”, IJCI
perubahan error hasilnya sesuai dengan basis
Proceedings of International Conference on
aturan pengetahuan yang ada Untukmengetahui
Signal
grafik keluaran kesesuaian dengan aturan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 106


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERANCANGAN BOOST KONVERTER SEBAGAI INTERFACE


ANTARA PANEL SURYA DAN BEBAN

Fx Anton Yk, Slamet Riyadi


Program studi teknik elektro fakultas teknik
Universitas Katolik Soegijapranata
Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur, 50234, Semarang, Indonesia
fx.anton.yk@gmail.com

ABSTRAK

Pada saat ini Indonesia sedang mengalami krisis energi yang perlu di perhatikan dan perlu dicarikan solusinya. Salah
satu energi yang dapat di manfaatkan adalah energi matahari. Tetapi energi matahari memerlukan perancangan sendiri sesuai
karakteristik yang akan di gunakan. Pada makalah ini akan di kaji suatu teknik pengendalian untuk memaksimalkan daya
pada modul surya dengan pendeteksi arus yang di implementasikan dengan DC-DC converter Boost. Pada penelitian ini di
lakukan uji pembebanan agar di dapat pembebanan yang sesuai sebagai Rmpp. Berdasarkan hasil dan percobaan di laborat
alat dapat berkerja dengan baik.

KATA KUNCI
Modul surya, Daya,DC-DC converter, Rmpp

1. PENDAHULUAN memaksimalkan sistem PV tersebut pada efisiensi


tertingginya.
Energi listrik tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahkan tingkat konsumsi Maka dari itu pada makalah ini, penulis
energi listrik di dunia semakin meningkat yang mencoba melakukan pengehematan daya dengan
dapat menyebabkan krisis energi, dan yang cara menaikan tegangan dari tegangan sebelumnya
sekarang ini sedang maraknya isu keterbatasan dan kecil menjadi lebih tinggi bila menggunakan mppt
kelangkaan energi yang biasanya kita pakai yaitu boost chopper, misal penggunaan diperlukan
energi fosil yang digunakan sebagai bahan bakar umpama sebesar 20 volt dengan menggunakan
untuk pembangkit dan perawatan pembangkit mppt boost chopper hanya membutuhkan input
energi listrik. Sebagai faktanya yang sering kita sebesar 12 volt.
temui adalah terjadinya pemadaman listrik bergilir
di Indonesia yang tentunya sangat mengganggu
aktivitas konsumen terutama sektor industri dan 2. TUJUAN
perkantoran.
Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
peneliti mengembangkan beberapa sumber energi adalah :
alternatif. Sumber energi alternatif yang saat ini  Mengkaji kerakteristik Panel surya
banyak dikembangkan adalah pemanfaatan tenaga  Merancang MPP Tracker untuk
angin, tenaga air (hydro power), tenaga surya, memaksimalkan daya pada panel surya
tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan tenaga  Implementasi Rangkaian Boost Chopper
nuklir. sebagai penaikan sumber tegangan
Keuntungan penggunaan photovoltaic
yang dapat diperoleh adalah :
3. METODE PENELITIAN
Energi yang tersedia jumlahnya cukup besar dan
terus-menerus (kontinyu). Ramah lingkungan,
bebas noise dan bebas polusi. Tidak ada biaya Metode yang digunakan untuk merancang
operasional atau gratis. Dapat digunakan di wilayah Boost sebagai interface panel surya dengan beban
terpencil. Namun untuk biaya investasi pertamanya adalah dengan analisis, simulasi, komputasi, dan
relatif cukup mahal dan kurang efisien yang harus implementasi di laborat. Berikut ini akan di
bergantung pada intensitas sinar matahari dan jelaskan tentang implementasi Panel surya, MPP
dipengaruhi oleh temperatur. Untuk mengatasi Traker, ADC, PIC, Driver, dan Boost chopper.
kendala ini maka diperlukannya suatu alat
Maximum Power Point Tracker (MPPT), yaitu
sebuah alat yang dapat mengoperasikan dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 107


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

A. Photovoltaic Tetapi pada kondisi Panel surya terbuka (


tidak terhubung dengan apa pun dalam artian
Photovoltaic adalah suatu alat dari bahan Beban) maka arus pada panel surya sama
semikonduktor yang berfungsi mengubah energi dengan nol / 0 sehingga tegangan dapat
cahaya matahari menjadi energi listrik yang berupa mancapai maksimum. Sebaliknya bila saat
tegangan dan arus DC secara langsung. Ada panel surya tertutup (Di hubungkan dengan
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam beban) maka tegangan nol/0 dan arus
penggunaan photovoltaic ini diantaranya intensitas maksimum, pada kondisi ini panel surya tidak
cahaya, suhu, bahan yang digunakan dan menghasilkan daya. Daya dapat di manfaatkan
penempatan photovoltaic itu sendiri. oleh panel surya jika tegangan dan arus tidak
sama dengan nol/0. Besarnya daya yang dapat
Suatu sel photovoltaic menghasilkan arus / di hasilkan tergantung pada intensitas sinar
tegangan yang sangat kecil, sehingga untuk matahari dan temperature.
meningkatkan tegangannya sel-sel photovoltaic Karakteristik Panel surya seperti pada
dihubungkan secara seri dan untuk meningkatkan gambar kurva di bawah ini :
arusnnya dihubungkan secara paralel.

Nominal Ratings :100

Maximum power ( +10% / -5% ) (Pmax) 80.0 W


Open – Circuit Voltage (Voc) 21.6 V
Short – Circuit Current (Isc) 5 .15 A
Voltage At Point Of Maximum Power (Vmpp) 17.3 V
Current At Point Of Maximum Power (Impp) 4 .63 A
Maximum System Voltage 600 V
Over - Current Protection 10 A
( IRRADIANCE OF 1000w/m2 , AM 1.5 SPECTRUM AND
CELL TEMPERATURE OF 25? C )
Gambar 3
kurva karakteristik panel surya A-V & P-V

Gambar 1 Spesifikasi Panel surya

Umumnya photovoltaic terbuat dari bahan I(A) P(w)

semikonduktor (sejenis silikon). Pada sel


photovoltaic terdapat sambungan (junction) antara Rmpp

dua lapisan tipis yang yaitu semikonduktor jenis P Isc


M
N
A

(positif) dan semikonduktor jenis N (negatif).


Imax P Pmax

Ketika sinar matahari diterima sel photovoltaic


maka terjadi perpindahan elektron dan proton
sehingga menghasilkan tegangan / arus dalam S

bentuk searah (DC). Vmax Voc V(v)

Gambar 4 Kurva karekteristik Panel surya


Suatu photovoltaic dapat dimodelkan sebagai
sumber arus (Iph) yang terhubung paralel dengan Pada Gambar 4 titik A merupakan titik
reverse dioda dan tahanan shunt (Rsh) serta dimana suatu panel surya dapat menghasilkan
terhubung secara seri dengan suatu tahanan seri daya maksimum. Titik tersebut disebut
(Rs). Gambar 2 ketika panel solar ketika maximum power point (MPP).
terhubung ke beban (RLoad), tegangan keluarannya
adalah Vo dan arus keluarannya adalah Io.
B. Boost chopper

Konverter DC-DC / Chopper digunakan untuk


Io
Rs membentuk nilai variable tegangan keluaran
sehingga beban yang terpasang dan konverter ini
R Load

D Rp Vo akan dilihat oleh modul surya sebagai Rmpp,


Iph sehingga dayanya menjadi maksimal.

Gambar 2
Rangkaian Ekivalen Solar Panel

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 108


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada persamaannya pada saklar tertutup dan


dioda
terbuka dapat dihubungkan sebagai berikut
induktor
Sumber
DC
saklar
. = ( − ).
beban
kapasitor . = . − .
. + . = .
. = .( − )
( − )
Gambar 5 ditunjukkan suatu konverter jenis Boost = . = (1− )
Pada saat saklar tertutup, maka arus dari 1
=
sumber akan mengalir melalui induktor (L), pada 1−
siklus ini arus akan diserap oleh induktor (L), maka
arus pada indukstor (L) akan naik dan bertambah.
Berikut adalah gambar penjelasan saklar tertutup : Pada hukum kekekalan energi maka di
anggap ideal jika daya sisi masukan sama dengan
VL daya sisi keluaran maka dapat di hubungkan
I in = I L D Io
L
. = .
+
E S C Vo Beban =
-

= =
(1− )
Gambar 6. Mode 1, saklar tertutup = (1− )

=
∆ Implementasi Boost chopper pada MPPT

= diketahui bahwa beban yang terpasang pada PV
∆ = .∆ = . melalui MPPT harus lebih besar dari Rmpp
Pada saat saklar tertutup I in

Sedangkan pada saat saklar terbuka, maka


sumber akan terhubung ke beban, dengan
2
rangkaian di bawah ini maka beban akan menerima E Rout (1-d)

sumber tegangan dari inductor (L) dan tegangan


Input (VD)
VL
I in = I L Io Gambar 8 Rangkaian ekuivalen pada Boost Chopper
D
L

+
E S C Vo Beban
- Duty cycle
1

0.8

0.6

Gambar 7. Mode 2, saklar terbuka 0.4 Duty cycle

0.2
+ =
0
= − 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1


= −
∆ Gambar 9 kurva perbandingan masukan dan keluaran
∆ =( − ). ∆ = ( − ). terhadap duty cycle pada Boost

Pada saat saklar terbuka


Pada implementasinya beban tahanan MPPT lebih
besar dari beban Rmpp

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 109


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Agar pengoperasian Panel surya berada pada


titik MPP maka di lakukan pengendali umpan balik
melalui deteksi tegangan Panel surya dan arus yang
di hasilkan oleh Panel surya. Selanjutnya besaran
daya pada Panel surya dapat di tentukan oleh
tegangan dan arus yang di hasilkan oleh Panel
surya. Jika terjadi pergeseran dari titik operasi
Panel surya dari A ke B maka harus di operasiakan
pergeseran menuju ke kanan. Secara teoritis dapat
Rmp p di jelaskan bahwa pergeseran dari A ke B
menyebabkan ∆P dan ∆V memiliki nilai positif
Gambar 10. implementasi Boost dengan tahanan lebih besar sehingga nilai V harus terus di tambah dengan cara
menurunkan arus pada panel surya atau
Suatu Panel surya bukan hanya merupakan menurunkan d. Sebaliknya jika titik operasi
sumber tegangan ( V ) maupun sumber arus ( I ) pergerakan dari B ke A maka ∆P dan ∆V bernilai
tetapi gabungan dari keduanya. Pada gambar 7 dan negatif sehingga titik operasi harus di geser ke
gambar 8 di sajikan kurva karakteristiknya. Dengan kanan dengan menurunkan arus atau d.
hasil dari gambar tersebut maka pembebanan secara Jika terjadi pergeseran dari titik C ke D maka
langsung akan mengakibatkan daya ( P ) yang di ∆P bernilai positif dan ∆V bernilai negatif. Untuk
hasilkan dari Panel surya tidaklah maksimum. Agar mencapai nilai MPP maka titik operasi harus di
pembebanan daya ( P ) yang di hasilkan lebih geser menuju ke kiri dengan menaikan arus atau d.
maksimum maka di perlukan MPPT. Dengan begitu pula dengan pergeseran dari titik D ke C
demikian Panel surya akan di paksa sedemikian menyebabkan ∆P bernilai negatif dan ∆V bernilai
rupa agar bekerja pada nilai di sekitar titik di mana positif. Agar pada titik MPP maka titik opesar di
daya ( P ) puncak maksimum. geser ke kiri dengan cara menaikan arus atau d.

5 R = 2 Ohm B
A R = 4 Ohm
4 R = 3 Ohm
C Pmpp
Daya ( W )
Arus ( I )

3 R = 5 Ohm B
D
D
2 A
1 C

0
0
5 10 15 20
Tegangan ( V ) Tegangan ( V )

Gambar 11 Kurva A – D pada radasi & temperatur terhadap Gambar 13 Pergeseran titik operasi nilai daya maksimum
pembebaan berbeda

Implementasi kendali MPPT di lakukan secara


digital dengan menggunakan Mikrokontroller PIC
18F4550. Dengan bantuan ADC ekternal untuk
80
70
pentransferan data dari MPPT.
60 C
Daya ( W )

50 B
D
40 A
30
20
10

0
0
5 10 15 20
Tegangan ( V )

Gambar 12 Kurva Daya pada radasi & temperatur terhadap


pembebaan berbeda

C. Metoda Pengontrollan
Gambar 14 Mikrokontroller PIC 18F4550

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 110


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Boost MPPT

Driver

Mikrokontroller
PIC 18F4550
V

Gambar 15 Skema kendali MPPT berbasis PIC 18F4550


D. Hasil simulasi Gambar 17 Hasil Arus pada panel surya saat di operasikan
sebagai Boost MPPT
Untuk dilakukan verifikasi analisis maka di
lakukan simulasi dengan perangkat lunak PSIM.
Sebagai basis kendali digital, dengan menggunakan
C-block. Dengan penggunaan tahanan yang lebih
besar dari tahanan Rmpp, pada fungsi operasi Boost
MPPT tegangan keluaran lebih besar dari tegangan
keluaran Panel surya

a Gambar 18 Hasil pengujian tegangan pada panel surya dan


pada chopper setelah dioperasikan sebagi Boost MPPT

Pada pengujian tampak bahwa MPPT


mampu mengoperasikan Boost MPPT berdasarkan
penggunaan beban yang lebih dari beban Rmpp

4. Kesimpulan

b Pada Boost chopper MPPT mampu bekerja


Gambar 16 Hasil simulasi Boost chopper a. daya b. tegangan dengan beban lebih besar dari Rmpp pada panel
Panel surya dan tegangan keluaran. surya. Kendali kontrol berbasis digital melalui
implementasi PIC 18F4550 menggunakan ADC
eksternal sebagai hubungan kendali ke MPPT. Dari
hasil simulasi dan pengujian dapat diketahui bahwa
MPPT mampu bekerja sebagai Boost
chopper.

5. Daftar pustaka

- Eric Anderson, Chris Dohan, Aron Sikora,


“Solar Panel Peak Power Tracking System,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 111


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

“Worchester Polytechnic Institute, March Photovoltaic System, IEEE POWER


12, 2003 ELECTRONICS LETTERS VOL. 2, NO.
- Eridanus dan Pratomo H.L, 2010,“ 1, MARCH 2004, pp. 16-19
MetodePengendaliDaya Panel Surya - Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic
denganKendaliAdaptif”, CITEE, UGM melalui VSI berbasis Kendali Arus untuk
Yogyakarta Pembagi Beban, JITEE (The Jurnal of
- Hohm, D. P., Ropp, M. E., (2003) : Information Technology and Electrical
Comparative study of Maximum Power Engineering), Vol. 2, April 2010 hal. 32-
Point Tracking Algorithms, PROGRESS 37, UGM Yogyakarta
IN PHOTOVOLTAICS: RESEARCH - Riyadi ,S (2010) : Controlled Current
AND APPLICATION Prog. Photovolt: Source sebagai Interface PV-Grid
Res.Appl.2003; 11:47-62(DOl: Connected System, Prosiding EECCIS
10.1002/pip.459) (Electrical Power, Electronics,
- Jain, S., Agarwal, V., (2004) : A New Communication, Controls and
Algorithm for Rapid Tracking of Informatics), Malang 2010, hal. A25.1-
Approximate Maximum Power Point In A25.5

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 112


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH BERBAGAI EKSTRAKSI CIRI


TERHADAP TINGKAT PENGENALAN ISYARAT TUTUR
PADA SISTEM PENGENAL TUTUR MODEL MARKOV TERSEMBUNYI

Asniar Aliyu
Staf Dosen Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
Jalan Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55281
e-mail: asniar.aliyu@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai ektraksi ciri terhadap tingkat keberhasilan pengenalan
sistem pengenal tutur HMM. Adapun kata-kata yang coba dikenali adalah instruksi kendali pada kaset rekaman (tape
recorder), yaitu: main (play), berhenti (stop), rehat (pause), maju (forward), mundur (backward), rekam (record), buka
(open), hapus (erase), dan tutup (close).
Penelitian ini diawali dengan merekam isyarat tutur dari banyak orang laki-laki dan perempuan dari berbagai
kelompok umur. Kemudian dilakukan ekstraksi ciri dengan analisis LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, FFT, dan kombinasi
ciri atas ekstraksi ciri tersebut, sehingga dihasilkan runtun vektor observasi sebagai ciri isyarat tutur. Pelatihan dengan HMM
atas runtun vektor observasi menghasilkan model-model HMM untuk masing-masing kata dari 100 isyarat tutur yang telah
direkam. Selanjutnya adalah melakukan pengujian model-model HMM hasil pelatihan terhadap runtun observasi isyarat tutur
pelatihan, runtun observasi isyarat tutur lain, dan runtun observasi isyarat tutur yang ditambah derau. Pengujian juga
dilakukan secara waktu nyata.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap isyarat tutur pelatihan didapatkan bahwa tingkat keberhasilan pengenalan
tertinggi adalah HMM antara 93 % dan 99.8%, dan terendah adalah FFT hanya sebesar 64.6 %. Pada pengujian terhadap
isyarat tutur lain menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pengenalan tertinggi adalah HMM antara 82.7% dan 99%, dan
terendah adalah FFT sebesar 61.7%. Pengujian atas isyarat ditambah derau menunjukkan bahwa ciri untuk nilai S/N dari 55
dB hingga 35 dB tingkat keberhasilan pengenalan dengan HMM cenderung tetap antara 92% dan 99% dan semakin
berkurang di bawah nilai 45 dB, kecuali pada FFT tingkat keberhasilnnya cenderung tetap dengan 55 hingga 35 dB, yaitu
54% dan cenderung turun dibawah nilai S/N tersebut. Dalam pengujian waktu nyata menunjukkan bahwa rerata tingkat
keberhasilan pengenalan tertinggi adalah HMM antara 96.7 % dan 100% dan terendah adalah FFT sebesar 62.2 %. Untuk ciri
kombinasi lainnya tidak diuji secara waktu nyata karena tingkat keberhasilan pengenalannya dibawah tingkat pengenalan ciri
FFT.
Kata kunci: Ekstraksi Ciri, Pengenalan Tutur, HMM

1. LATAR BELAKANG tahapan berikutnya. Proses ekstraksi ciri satu dengan


Umumnya kesulitan dasar pengenalan tutur lainnya memberikan karakteristik berbeda, sebagai
terletak pada sifat alami isyarat tutur. Isyarat tutur contoh Penyandian Prediksi Linear (Linear
dikatakan memiliki karaktersitik kuasi stasioner Predictive Coding, LPC) merupakan teknik ekstraksi
apabila isyarat tersebut berubah terhadap waktu ciri yang mengestimasi parameter dasar dari tutur,
secara perlahan pada periode waktu yang pendek (5 yaitu pitch, formant, spektral, fungsi daerah lintasan
ms sampai 100 ms). Karakteristik isyarat ini akan vokal, dan merepresentasikan tutur untuk pesat
berubah dan menggambarkan bunyi yang berbeda transmisi bit rendah. Keistimewaannya terletak pada
pada periode waktu yang panjang (200 ms atau kemampuannya untuk menyediakan estimasi akurat
lebih). Perubahan karakteristiknya tergantung pada secara ekstrim parameter tutur dan waktu komputasi
gaya bicara, warna suara, kondisi emosional yang relatif cepat. Sementara itu pada proses
pembicara, jenis kelamin, umur, dan sebagainya. ekstraksi ciri dangan alihragam Fourier Cepat (Fast
Berdasarkan karakteristik inilah, maka tutur akan Fourier Transform, FFT) merupakan proses
dianalasis menurut periode waktu yang singkat ekstraksi ciri lain yang berguna dalam pemrosesan
dalam analisis spektral atau pada proses ekstraksi isyarat tutur untuk dua alasan. Alasan pertama
ciri. adalah untuk sistem linear, maka sistem ini sangat
Ekstraksi ciri merupakan salah satu parameter sesuai untuk menentukan respon sistem sebagai
penting dalam suatu proses pengenalan tutur, yaitu superposisi sinus atau eksponensial kompleks dan
sebagai pemrosesan awal untuk mengambil ciri-ciri alasan kedua adalah bahwa representasi Fourier
dari suatu isyarat tutur yang akan diolah pada seringkali menempatkan bukti sifat-sifat tertentu dari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 113


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

isyarat yang tidak jelas atau paling tidak bukti-kabur fungsi Matlab untuk penanganan model Markov
pada isyarat asli. Tersembunyi.
Model Markov Tersembunyi (Hidden Markov
3.3 Jalan penelitian
Model, HMM) merupakan pemrosesan akhir,
Jalan penelitian diberikan dalam bentuk
menyediakan bingkai kerja matematika yang kaya
tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut.
dan fleksibel untuk membangun sistem pengenalan
dan juga merupakan metode penyandian dan 3.3.1 Pengambilan sampel suara
pembelajaran yang sangat baik untuk runtun Sampel suara diambil dari 200 orang penutur,
temporal tanpa membutuhkan segmentasi khusus. 100 sampel suara untuk proses pelatihan dan 100
Antonio Carlos Gay Thomé dan kawan-kawan sampel suara lainnya digunakan untuk proses
di tahun1998[7], Zica Valsan dan kawan-kawan pengujian. Setiap tutur direkam dengan durasi 0.8
tahun 2002[8] oleh Arif Basuki di tahun 2002[1]. detik dengan frekuensi pencuplikan 8000 Hz
Ketiganya hanya mengambil cirri independen, sehingga setiap tutur akan terdiri atas 6400 cuplikan.
sedangkan dalam penelitian ini mencoba tidak hanya
3.3.2 Ekstraksi ciri
cirri independen tetapi juga kombinasi dari cirri
Proses berikutnya adalah melakukan ekstraksi
indepennya
ciri LPC, Cepstrum, dan FFT dengan langkah-
2. TUJUAN PENELITIAN langkah ekstraksi ciri ketiganya seperti diberikan
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan dalam Landasan Teori.
gambaran ekstraksi ciri mana yang memberikan Pada proses ekstraksi ciri dengan LPC akan
tingkat pengenalan tutur paling tinggi di antara dibagi atas dua, yaitu ciri LPC murni dan LPC
ekstraksi ciri LPC, Cepstrum, FFT, dan dengan koefisien diubah ke koefisien Cepstral dan
kombinasinya yang paling sesuai sesuai dalam untuk seterusnya disingkat penulisannya dengan
merepresentasikan bunyi tutur yang dihasilkan oleh LPCCepstral. Dalam analisis keduanya isyarat tutur
lintasan vokal (vocal track) yang diindikasikan dibagi ke dalam kerangka-kerangka analisis 300
dengan besarnya tingkat keberhasilan pengenalan sampel (N=300) dan jarak antar kerangkanya yang
dari sistem pengenal tutur HMM. berturutan dipisahkan oleh 100 sampel (N=100)
serta orde dipilih sebesar 12 (p=12). Diagram kotak
3. METODE PENELITIAN
analisis LPC ditunjukkan dalam Gambar 1.
3.1 Bahan penelitian
Bahan penelitian ini mencakup sampel isyarat N=300 M=100 w(n) P=12

tutur perekaman sampel isyarat tutur dari berbagai ~


s ( n) X t (n)
~
X ( n)
r (t )

kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. PEMBENTUKAN ANALISIS m


s (n) PREEMPHASIS PENJENDELAAN t
KERANGKA AUTOKORELASI

Jumlah penutur sebanyak 200 orang yang terdiri atas


banyak laki-laki dan perempuan. Setiap penutur E(t ) DERIVATIVE PERHITUNGAN

mengucapkan kata-kata instruksi kendali pada kaset TEMPORAL ENERGI

rekaman dalam bahasa Indonesia yaitu: main (play),


E(t )
w(m)

berhenti (stop), rehat (pause), maju (forward),


mundur (backward), rekam (record), buka (open), cˆm(t) DERIVATIVE PEMBOBOTAN
PARAMETER
c m (t ) KONVERSI
PARAMETER
a m (t )
ANALISIS LPC

hapus (erase), dan tutup (close). TEMPORAL

cˆ m (t )

3.2 Alat penelitian Gambar 1 Diagram kotak analisis LPC


Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seperangkat komputer personal yang telah Dalam analisis Cepstrum [2][3][4], isyarat tutur
dilengkapi dengan perangkat-lunak pendukung. juga dibentuk kedalam kerangka-kerangka 256
Spesifikasi perangkat komputer adalah prosesor sampel (N=256) dan jarak antar kerangkanya 100
Pentium Intel (R) 4, CPU 2 GHz, dan RAM 256 sample (M=100), dengan koefisien Cepstrum
MB, kartu-suara (soundcard) on board, dilengkapi sebesar 12. Diagram kotak analisis Cepstrum
dengan headset untuk perekaman tutur. Perangkat- ditunjukkan dalam Gambar 2.
lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah
MATLAB versi 6.5 yang telah dilengkapi dengan
Signal Processing Toolbox yang berkaitan dengan
aplikasi pemrosesan isyarat, Data Acquisition
Toolbox merupakan kumpulan fungsi-fungsi Matlab
yang berkaitan dengan aplikasi akuisisi data, H2M
dan HMM Toolbox merupakan kumpulan fungsi-

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 114


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

w(n) ditunjukkan dalam Gambar 4 yaitu HMM yang


yl Xn transisi keadaanya hanya satu arah dari kiri ke
s(n)
kanan, dan juga dengan rapat observasi keluaran
kontinyu dengan model rapat observasi Gaussian
E (t )
Multivariate.
E (t )

cm
ĉm
Gambar 4 Model HMM kiri-kanan dengan N keadaan
Mel ( f )
ĉm w(m)
Untuk mengkarakteristikkan HMM dengan N
Gambar 2 Diagram kotak analisis Cepstrum cacah keadaan, perlu ditentukan terlebih dahulu
Diagram kotak ekstraksi ciri ciri dengan parameter-parameter berikut ini.
analisis FFT sama dengan LPC hanya pada kotak a. Probabilitas transisi keadaan, aij
analisis LPC diganti dengan analisis FFT dengan a ij  0 untuk i < j dan i > j + 1, untuk
menggunakan algoritma DFT dan pembentukkan 1  i, j  N (1)
kerangkanya sama dengan analisis Cepstrum yaitu N
= 256. b. Probabilitas keadaan awal, i
Ketiganya menghasilkan adalah vektor vektor i 1 untuk i=1, dan i  0 untuk i  (2)
ciri sebanyak 26 elemen yang terdiri atas 12 elemen
koefisien ciri, 12 elemen derivatif koefisiennya, 1 c. Fungsi rapat observasi keluaran kontinyu berupa
elemen energi dan 1 elemen lainnya merupakan fungsi Gaussian Multivariate untuk setiap
derivatif energinya sehingga dihasilkan runtun keadaan, yaitu:
vektor ciri maksimum yang terdiri atas 64 vektor bi  N (o ,  i ,U i ) (3)
ciri. Ada yang kurang dari 64 vektor karena telah dengan o adalah vektor observasi keluaran, i
dilakukan pembuangan derau latar pada kedua ujung
adalah vektor rerata keadaan ke-i, dan Ui adalah
isyarat tutur sebelum dilakukan analisis LPC.
matriks kovarians pada keadaan ke-i.
Diagram kotak analisis FFT[2][3][4] ditunjukkan dalam
Setiap model HMM dari parameter-parameter
Gambar 3.
yang diberikan di atas dapat dinyatakan sebagai
w (n )
~
  ( A,  ,  ,U ) (4)
~s (n) X t (n) X t ( n)
s (n ) dengan A adalah matriks probabilitas transisi
keadaan, aij, yang berdimensi N  N ,  adalah
 E (t )
vektor probabilitas transisi keadaan, i , dengan
E (t )
dimensi 1  N ,  adalah rerata pada setiap
c m (t ) a m (t ) keadaan yang membentuk matriks N  26 , dan U
 ĉm
merupakan kovarians pada setiap keadaan yang
ĉm membentuk matriks berdimensi (26N)  26.
Adapun algoritma pelatihan HMM adalah
Gambar 3 Diagram kotak analisis FFT
sebagai berikut:
Ciri kombinasi juga dilakukan untuk meneliti 1. menentukan nilai parameter model HMM awal,
apakah dari kombinasi ini dapat memberikan tingkat 0 , sesuai dengan Persamaan (4) diatas,
pengenalan yang lebih baik dari ciri independen.
 0  ( A0 ,  0 ,  0 ,U 0 ) (5)
3.3.3 Pelatihan dan pengujian dengan Model 2. melakukan reestimasi parameter HMM
Markov Tersembunyi berdasarkan runtun observasi pelatihan dan
model HMM awal untuk mendapatkan model
Model Markov Tersembunyi (Hidden Markov
Model, HMM) menurut Rabiner (1989)[6] didasarkan HMM baru, 1 , yaitu:
pada proses stokastik ganda, pertama adalah proses  1  ( A1 ,  1 ,  1 , U 1 ) (6)
stokastik yang menghasilkan keadaan yang tidak 3. menguji konvergenitas dan cacah iterasi
dapat diamati, dan kedua adalah proses yang maksimum, yaitu apabila sudah konvergen maka
menghasilkan runtun observasi yang dapat diamati. HMM optimal tercapai, yaitu  opt  1 dan
Digunakan HMM jenis kiri ke kanan seperti

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 115


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

apabila belum tercapai, maka reestimasi kembali T


P O |     (i )
parameter HMM menurut langkah 2 dengan i 1
T

mengganti 0  1 . (12)
Algoritma proses pelatihan HMM dalam Hasilnya digunakan untuk menguji konvergenitas
bentuk diagram-alirnya ditunjukkan dalam Gambar proses pelatihan, akan konvergen jika:
5.
| P (O | 1 )  P (O |  0 ) | / | P (O | 1 )  P (O |  0 ) | / 2  ambang  0,0001

atau sudah mencapai cacah iterasi maksimum.


Apabila konvergenitas belum tercapai, iterasi
dilanjutkan dengan mengganti nilai parameter HMM
0  1 dan digunakan untuk reestimasi parameter
HMM berikutnya.
Dalam proses pengujian digunakan model-
model HMM hasil pelatihan pada langkah
sebelumnya untuk cacah keadaan N yang divariasi.
Diagram-alir proses pengujian model-model HMM
ditunjukkan dalam Gambar 6.
Gambar 5 Diagram-alir proses pelatihan HMM
Reestimasi atas model HMM berikutnya yaitu
 1  ( A1 ,  ,  1 , U 1 ) diperoleh dengan cara
menghitung kembali nilai probabilitas transisi
keadaaan, A, dengan persamaan berikut:
nilai terharap transisi dari keadaan S i ke keadaan S j
a ij 
nilai terharap transisi dari keadaan S i
T 1

  t (i , j )
t 1
 T 1
,

t 1
t (i )

(7)
nilai rerata, µ, dengan Persamaan (8)
T

 t ( j, k )  ot
(8)
 jk  t 1
T
,
 t ( j, k )
t 1
Gambar 6 Diagram-alir proses pengujian sistem
dan nilai kovarians, U, dengan Persamaan (9) pengenal tutur HMM
T

 t ( j , k )  ( o t   jk )( o t   jk )' Proses pengujian terbagi atas empat tahapan


U jk  t 1
T
, pengujian, yaitu pegujian atas isyarat tutur yang

t 1
t ( j, k ) telah dilatihkan sebelumnya, pengujian atas isyarat
(9) tutur lain, pengujian terhadap isyarat tutur yang telah
Selanjutnya menghitung nilai probabilitas runtun ditambahkan derau, dan pengujian waktu nyata.
observasi P (O | 1 ) menggunakan prosedur maju 4. HASIL PENELITIAN
yang dapat diselesaikan secara rekursif sebagai 4.1 Hasil pengujian isyarat tutur pelatihan
berikut. Grafik tingkat keberhasilan pengenalan isyarat
1. Inisialisasi tutur untuk berbagai vektor ciri dari tabel tersebut
 1 (i )   i bi ( o1 ), 1  i  N (10) diberikan dalam Gambar 7.

2. Induksi
 N

 t  1 ( j )     t ( i ) a ij  b j ( o t  1 ),
 i 1 
1  t  T 1 (11)
1 j  N
3. Terminasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 116


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Grafik tingkat keberhasilan pengenalan Grafik tingkat keberhasilan pengenalan


terhadap isyarat tutur dari penutur lain
terhadap isyarat tutur pelatihan
120
110 FFT FFT
Cepstrum
100 Cepstrum
100 LPCCepstral

tingkat keberhasilan (%)


LPCCepstral
90
tingkat keberhasilan (%)

LPCmurni
LPCmurni 80
80 LPCmurni dan LPCCepstral
LPCmurni dan LPCCepstral LPCCepstral dan Cepstrum
70 LPCCepstral dan Cepstrum
60
LPCmurni dan Cepstrum
60 LPCmurni dan Cepstrum LPCmurni dan FFT
40
50 LPCmurni dan FFT
FFT dan Cepstrum
LPCCepstral dan FFT
40 FFT dan Cepstrum 20
LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum
LPCCepstral dan FFT
30 LPCmurni, LPCCepstral dan FFT
LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum
0
20 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, dan FFT
LPCmurni, LPCCepstral dan FFT cacah keadaan (N)
10
LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, dan FFT
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
cacah keadaan (N) Gambar 8 Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
terhadap isyarat tutur dari penutur lain
Gambar 7 Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
terhadap isyarat tutur pelatihan Terlihat dalam gambar bahwa kombinasi tiga
ciri LPCmurni, LPCCepstral, dan Cesptrum
Dalam Gambar 7 menunjukkan bahwa
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan
kombinasi ciri LPCCepstral dan Cepstrum
tertinggi untuk data lain, yaitu sebesar 99 %. Tingkat
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan
keberhasilan ini kemudian diikuti oleh kombinasi
tertinggi, yaitu sebesar 99,8 %, diikuti oleh
ciri LPCCepstral dan Cepstrum sebesar 98,7 %, ciri
kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum sebesar
tunggal LPCCepstral sebesar 97,9 % dan Cepstrum
99,6 %, kombinasi ciri LPCmurni, LPCCepstral,
sebesar 96,9 %. Selanjutnya adalah kombinasi ciri
dan Cesptrum sebesar 99,2 %, ciri tunggal
LPCmurni dan Cepstrum sebesar 96,4 % dan
LPCCepstral sebesar 99 %, kombinasi ciri
LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 82,7 %, dan
LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 98,8 %,
terakhir adalah FFT dengan tingkat keberhasilan
Cepstrum sebesar 97,7 %, LPCmurni sebesar 93 %,
sebesar 61,7 %. Kombinasi lainnya dengan FFT
dan FFT sebesar 64,6 %. Hasil penelitian atas ciri
memberikan tingkat pengenalan dibawah tingkat
tunggal maupun kombinasi di luar FFT
keberhasilan pengenalan dengan ciri FFT.
menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik
Hasil-hasil penelitian inipun masih lebih baik
dibandingkan oleh penelitian yang sama dalam
dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh
bahasa Portugis oleh Antonio Carlos Gay Thomé
Antonio Carlos Gay Thomé dan kawan-kawan
dan kawan-kawan (1998)[7] yang hanya mencapai
(1998)[7] yang hanya mencapai 73,5 %. Untuk
87,3 %, bahkan untuk ekstraksi ciri yang sama, yaitu
kombinasi ciri LPCmurni dan LPCCepstral sebesar
Cepstrum dalam penelitian ini masih lebih tinggi.
82,7 % masih dibawah tingkat keberhasilan
Hasil-hasil penelitian ini juga masih lebih baik
pengenalan tutur yang dicapai dalam penelitian Zica
dibandingkan dengan penelitian mengenai
Valsan dan kawan-kawan[8]. Untuk kombinasi tiga
pengenalan vokal dalam bahasa Rumania yang
ciri LPCmurni, LPCCepstral, dan Cesptrum
dilakukan oleh Zica Valsan dan kawan-kawan
menunjukkan tingkat keberhasilan pengenalan
(2002)[8] yang mencapai 92,2 %. Hasil penelitian
mendekati tingkat keberhasilan pengenalan dalam
untuk kombinasi ciri LPCCepstral dan Cepstrum
penelitian yang dilakukan oleh Arif Basuki (2002)[1]
serta kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum dalam
yang mencapai 99,2%.
penelitian ini cukup mendekati hasil penelitian yang
dilakukan oleh Arif Basuki (2002)[1] yang mencapai 4.3 Hasil pengujian isyarat tutur pelatihan yang
100 %. ditambah derau
4.2 Hasil pengujian isyarat tutur dari penutur Grafik tingkat keberhasilan pengenalan atas
lain isyarat tutur pelatihan yang ditambahkan derau
ditunjukkan dalam Gambar 9.
Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
Terlihat dalam gambar bahwa untuk kombinasi
terhadap isyarat tutur dari penutur lain ditunjukkan
ciri LPCCepstral dan Cepstrum, vektor ciri tunggal
dalam Gambar 8.
LPCCepstral dan Cepstrum tingkat pengenalannya
hampir tidak berubah dari S/N 55 dB sampai dengan
35 dB yaitu mencapai di atas 99%, 98 %, dan 97%
dan makin turun dengan semakin kecilnya rasio S/N.
Kombinasi tiga ciri LPCmurni, LPCCepstral dan
Cepstrum tingkat pengenalannya hampir tidak
berubah sampai dengan nilai S/N 40 dB yaitu

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 117


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mencapai diatas 99% dan tingkat pengenalannya keberhasilan pengenalan paling rendah yaitu sebesar
turun dengan cepat dibawah nilai tersebut. 62,2 %. Untuk ciri kombinasi lainnya dengan FFT
Kombinasi ciri LPCmurni dan LPCCepstral serta tidak diuji secara waktu nyata karena tingkat
ciri tunggal LPCmurni tingkat keberhasilan keberhasilan pengenalannya dibawah tingkat
pengenalannya cenderung tetap sampai dengan pengenalan ciri FFT. Oleh karena itu baik FFT dan
dengan S/N 45 dB yaitu mencapai diatas 98% dan kombinasi dengan FFT tidak disarankan untuk
92% dan turun dengan cepat dengan menurunnya digunakan sebagai pemrosesan awal dalam sistem
rasio S/N. Untuk ciri FFT, tingkat keberhasilan HMM.
pengenalan turun hampir linear dan cenderung
konstan sampai dengan nilai S/N 35 dB yaitu 5 KESIMPULAN
mencapai 54% dan cenderung turun dibawah S/N 35 Kesimpulan dari penelitian di atas adalah
dB. sebagai berikut.
Kecenderungan penurunan ini hampir serupa 1. Hasil pengujian atas isyarat tutur pelatihan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif menunjukkan bahwa kombinasi ciri LPCCepstral
Basuki (2002)[1], dimana tingkat keberhasilan dan Cepstrum mempunyai tingkat keberhasilan
pengenalan cenderung tetap untuk nilai S/N 40 dB pengenalan tertinggi, yaitu sebesar 99,8 %,
hingga 35 dB yaitu mencapai 100% dan turun diikuti kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum
dengan cepat dibawah nilai 35 dB. sebesar 99,6 %, kombinasi ciri LPCmurni,
LPCCepstral, dan Cesptrum sebesar 99,2 %, ciri
Grafik tingkat keberhasilan pengenalan
isyarat tutur pelatihan yang ditambah derau acak Gaussian tunggal LPCCepstral sebesar 99 %, kombinasi
120 FFT ciri LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 98,8 %,
100
Cepstrum

LPCCepstral
Cepstrum sebesar 97,7 %, LPCmurni sebesar 93
%, dan FFT sebesar 64,6 %. Kombinasi dua dan
tingkat keberhasilan (%)

LPCmurni
80 LPCmurni dan LPCCepstral

LPCCepstral dan Cepstrum


tiga ciri dengan FFT mempunyai tingkat
60
LPCmurni dan Cepstrum keberhasilan pengenalan yang lebih kecil dari
ciri tunggal FFT.
LPCmurni dan FFT
40
FFT dan Cepstrum

20 LPCCepstral dan FFT

LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum


2. Hasil pengujian atas isyarat tutur dari penutur
0 LPCmurni, LPCCepstral dan FFT lain menunjukkan kombinasi tiga ciri LPCmurni,
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
nilai S/N (dB)
LPCmurni, LPCCepstral, Cepstrum, dan FFT
LPCCepstral, dan Cesptrum memberikan tingkat
keberhasilan pengenalan tertinggi, yaitu sebesar
Gambar 9 Grafik tingkat keberhasilan pengenalan 99 %, diikuti kombinasi dua ciri LPCCepstral
terhadap isyarat pelatihan yang dan Cepstrum sebesar 98,7%, ciri tunggal
ditambahkan derau acak Gaussian LPCCepstral sebesar 97,9 % dan Cepstrum
4.4 Hasil pengujian waktu nyata sebesar 96,9 %, kombinasi dua ciri LPCmurni
Untuk pengujian ini diujicobakan kepada 10 dan Cepstrum sebesar 96,4% dan LPCmurni dan
responden yang menuturkan 9 kata dalam instruksi LPCCepstral sebesar 82,7%, dan terakhir adalah
kaset rekaman, dengan hasil dalam bentuk FFT dengan tingkat keberhasilan pengenalan
prosentase tingkat keberhasilan pengenalan tutur sebesar 61,7%. Kombinasi lainnya dengan FFT
ditunjukkan dalam Tabel 1. memberikan tingkat keberhasilan pengenalan
dibawah ciri FFT.
Tabel 1 Hasil pengujian waktu nyata 3. Hasil pengujian atas isyarat tutur pelatihan yang
Kata dikenali (%) Rerata
Ekstraksi ciri main berhenti rehat maju mundur buka tutup rekam hapus (%)
ditambah derau menunjukkan bahwa dengan
LPCmurni 100 100 90 100 100 90 100 80 100 95.5556 semakin besar derau Gaussian yang diberikan,
LPCCepstral 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 maka tingkat keberhasilan pengenalan isyarat
Cepstrum 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 tutur akan semakin buruk.
FFT 100 100 0 70 100 0 90 0 100 62.2222 4. Hasil pengujian waktu nyata menunjukkan
LPCmurni dan LPCCepstral 100 100 100 100 100 100 80 100 100 97.7778
bahwa rerata tingkat keberhasilan pengenalan
LPCCepstral dan Cepstrum 100 100 100 100 100 100 90 100 100 98.8889
LPCmurni dan Cepstrum 100 100 100 100 100 90 80 100 100 96.6667
tertinggi adalah ciri tunggal LPCCepstral,
LPCmurni, LPCCepstral dan Cesptrum 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Cepstrum, dan kombinasi ciri LPCmurni,
LPCCepstral dan Cesptrum, yaitu sebesar 100%,
Terlihat bahwa LPCCeptral, Cepstrum, dan diikuti berturut-turut kombinasi ciri LPCCepstral
gabungan LPCmurni, LPCCepstral, dan Cepstrum dan Cepstrum sebesar 98,9 %, kombinasi ciri
menempati urutan tertinggi dalam mengenali tutur, LPCmurni dan LPCCepstral sebesar 97,8 %,
diikuti oleh LPCCepstral dan Cepstrum, LPCmurni kombinasi ciri LPCmurni dan Cepstrum sebesar
dan LPCCepstral, LPCmurni dan Cepstrum, 96,7 %. Kombinasi lainnya juga menunjukkan
LPCmurni, dan FFT. Ciri FFT memberikan tingkat tingkat keberhasilan pengenalan yang cukup

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 118


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tinggi antara 96% dan 98 %. Tingkat [4] Proakis, J. G. dkk, Advanced Digital Signal
keberhasilan pengenalan tutur dengan FFT Processing, Maxwell Maxmillan International
ataupun kombinasi FFT dengan ciri lainnya Edition.
memberikan tingkat keberhasilan pengenalan di [5] Rabiner L. R. & Schafer R.W., 1978, Digital
bawah 62,2% yang dicapai oleh FFT, sehingga Processing of Speech Signals, Prentice-Hall
tidak disarankan untuk digunakan dalam sistem Internation, Inc.
pengenal tutur HMM. [6] Rabiner L. R. & Juang B. H., 1993,
Fundamental of speech Recognition, Prentice-
DAFTAR PUSTAKA Hall Internation, Inc.
[7] Thome, A. C. G dkk, 1999, Automatic Speech
[1] Arif Basuki, 2002, Pengenalan Turur Kata
Recognition: A Comparative Evaluation
Terisolasi Menggunakan Model Markov
between Neural Network and Hidden Markov
Tersembunyi, Tesis Program Pasca Sarjana,
Models, jurnal International Conference on
UGM, Tidak dipublikasikan.
Computation Intelligence for Modelling,
[2] Duda, O. R., Morgan , N., 1973, Pattern
Control and Automation, hal. 101-106.
Classification and Scene Analysis, John Wiley
[8] Valsan Z., dkk, 2002, Statistical and Hybrid
and Sons, Inc.
Methods for Speech Recognition in Romanian,
[3] Kuc, R., 1982, Introduction to Digital Signal
International Journal of Speech Technology 5,
Processing, McGraw-Hill International
259-268,2002.
Edition.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 119


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 120


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BRUSHLESS DIRECT CURRENT (BLDC) MOTOR CONTROLLER USING DIGITAL


LOGIC FOR ELECTRIC VEHICLE

Bambang Sujanarko
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Jember
email: bbsujanarko@yahoo.co.id

ABSTRACT

The brushless DC (BLDC) motor is receiving wide attention for electric vehicle because their high torque density, high
efficiency and small size. The objective of the paper is to develop an simple and low cost of speed control for BLDC motor
using digital logic. The speed control based on Hall sensor of rotor posistion and the duty cycle of one shoot Multivibrator.
The implemented system has a good response, and using duty cycle of one shoot Multivibrator, the power efficiency can
optimized.

Key word - brushless direct current motor, controller, digital logic, electric vehicle

I. BACKGROUND II. OBJECTIVE


The use of high energy density and cost In this paper, a simpler control of BLDC motor
effective permanent magnets in the brushless for electric vehicles will be designed. The design
direct current (BLDC) electrical machines, has based on the digital circuits. This method is
produced many advantages, such as no excitation adopted to cope with complex systems that exist in
losses, simplified construction, better speed versus the previous control, so the BLDC controls for EV
torque characteristics, high dynamic response, high can built easier, cheaper and simpler.
efficiency, long operating life, noiseless operation
and higher speed ranges [1,2]. With these III. METHOD
advantages, BLDC motors are becoming more and Permanent magnet brushless motors can be
more attractive to implement in many kind of divided into two subcategories [1]. The first
industries, such in the Appliances, Aerospace, category called a Permanent Magnet Synchronous
Consumer, Medical, Indus-trial Automation Motor (PMSM) drives, and is also called a PM
Equipment, Instrumentation and no exception in the AC drive, brushless AC drive, PM sinusoidal
Automotive, Electric Vehicle (EV) or Hybrid fed drive, sinusoidal brushless DC drive, etc.
Electric Vehicle (HEV) [3-8]. This motor uses continuous rotor-position
In the Automotive, BLDC motors are being feedback for supplying sinusoidal voltages and
designed in or currently used in power steering, currents to the motor.
engine cooling fan, fuel/water pump, air-condition
compressor, and heating, ventilating, and air-
conditioning (HVAC) blower motors [9], while in
the EV or HEV, BLDC motors are used to the drive
wheels. For three-phase BLDC motors, six-step
commutation with 120o conduction time allows the
current to flow in only two phases at any one time.
This conditions need to detect the rotor position.
Encoder, phototransistor, photodiode, Hall effect
and back EMF are tolls to detect rotor position.
Fig.1 Structure of outer-rotor BLDC motor
Furthermore, the rotor position used to generate
trigger signals using a control system. Numerous
The second category of PMBL motor drives is
methods have build as control to generate trigger
known as the brushless DC (BLDC) motor drive
signal [6,9]. The methods generally use complex
and it is also called a trapezoidal brushless DC
system, such as microcontrollers, Digital Signal
drive, or rectangular fed drive. It is supplied by
Processing (DSP), Application Specific Integrated
three-phase rectangular current blocks of 120°
Circuit (ASIC), Field Programmable Gate Arrays
duration, in which the ideal motional EMF is
(FPGA) or even a Computer. The complex system
trapezoidal, with the constant part of the waveform
used in the BLDC control, impact on the control of
timed to coincide with the intervals of constant
more complex, more expensive and difficult to
phase current.
realize.
One of BLDC type that widely used in EV or
HEV is outer-rotor motor. This type have a
structure like Fig. 1 [6]. These machines need
rotor-position information only at the commutation

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 121


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

points, e.g., every 60°electrical in three-phase indicated by 1, otherwise if motor in the CCW
motors. One way to determine the rotor position direction, direction will be marked by 0.
information effectively is by using Hall sensor,
because it is not easily broken, have a good Table 1. Relationship between the position of Hall
response and usually mounted on the motor [2-7]. sensor with switching in the inverter
Fig. 2 show the schematic BLDC motor and
position detector of EV (4). In figure also shown Direc- Hall Hall Hall

Q1

Q2

Q3

Q5

Q6
D4
the other part of EV controls, i.e. the inverter (1), tion C B A
power trigger (2) and control logic (3). Power 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
source in this system is batteries, which have 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0
voltage V Volt. 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0

CW
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 0 0 1
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
0 0 1 1 0 0 1 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 0 1 0

CCW
0 1 1 0 1 0 0 0 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 1 0 1 0 1 0 0

To realize these tables, some ICs has been


produced. There is also some implementations
Fig.2 EV control system using microcontroller. In this research, the
implementation of commutation tables done using
To realize phase BLDC motor voltage digital circuits.
correctly, switching process can refer to the The first phase of this implementation is
relationship between the position of the sensor with simplified logic functions using Karnaugh map.
a switching power electronics components on the Fig. 4 show Karnaugh map of six-step commutation
inverter is illustrated in Fig. 3. Full relationship on two direction motor. In this table, row indicates
between the position of Hall sensor with switching bit of direction (D) and C Hall sensor (C), while
in the inverter for electric cars are shown in Table coloum incicates bit of B Hall sensor (B) and A
1. Hall sensor (A). Q1 to Q6 is output bit condition in
commutation. If in the table, logic 1 of cell content
which used to state logic functions, the Q1 to Q6
result is:

Q 0 0 1 1 Q 0 0 1 1
1 0 1 1 0 2 0 1 1 0
00 0 0 0 1 00 0 0 0 0
01 0 0 0 1 01 1 1 0 0
11 0 1 0 0 11 0 0 0 0
10 0 1 0 0 10 0 0 1 1

Q 0 0 1 1
Q3 00 01 11 10
4 0 1 1 0
00 0 1 1 0
00 0 1 0 0
01 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 0 0 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0
10 0 0 0 1
Fig.3 Six-step commutation of BLDC on CW direction
Q 0 0 1 1
Q5 00 01 11 10
6 0 1 1 0
At the table mentioned that if the Hall sensor 00 0 0 1 1
00 0 0 0 0
get the magnetic field, the sensor is marked 1 and if 01 0 0 0 0
01 1 0 0 1
it does not get a magnetic field, the sensor is 11 1 1 0 0
11 0 0 0 0
10 0 0 0 0
marked 0. While on inverter switching, if the 10 0 1 1 0
switch is turned on, the switch marked 1, otherwise
if the switch is off, the switch marked 0. In the table Fig. 4 Karnaugh map of six-step commutation
also looked, if motor in CW direction, the direction

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 122


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Q1= D’ B A’ + D B’ A The Q1 to Q6 function result, then modeled and


simulated using Matlab. Fig. 5 shows digital circuit
Q2= D’ C B’ + D C’ B
and inverter modelling using Matlab. If there is no
Q3= D’ C’ A + D C A’ error in the digital circuit, the circuit then
implemented in real time. There are two method,
Q4= D’ B’ A + D B A’
the model realized in digital electronic components
Q5= D’ C’ B + D C B’ or implemented using the real-time work (rtw)
system.
Q6= D’ C A’ + D C’A

Fig. 5 Digital circuit and inverter modelling using Matlab

In this research the digital circuit will be


implement using rtw system. In this method digital
circuit run as matlab simulation, but the result of
digital circuit issued through the interface system
using a PCI HG 1710, and so on will be forwarded
to the inverter. Some controls were also added,
such as control that indicate motor in stop and a
control to setting the duty cycle (one shoot
multivibrator). The system then examined to get the
circuit response and efficiency.

IV. RESULT
Fig. 6 shows the response of the inverter
models for single-phase voltages line to line. DC
voltage used was 48 V, corresponding to the
voltage required by BLDC motors are used. Fig. 6 Single phase voltage output of inverter

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 123


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Fig. 7 Three phase voltage output of inverter

The waveform response of three phase of Drives, IEEE Transactions On Power


inverter is ilustrated in Fig. 7. It appears that the Electronics, Vol. 23, No. 1, January 2008
waveform meets the requirements, which have a [3] Alex Simpkins and Emanuel Todorov, Position
phase difference of 120 degrees. Estimation and Control of Compact BLDC
Response of speed examined by setting the Motors Based on Analog Linear Hall Effect
wait time of three Hall sensor before toward in the Sensors, American Control Conference 2010,
next position, via a timer IC 555. While the Marriott Waterfront, Baltimore, MD, USA June
efficiency of testing done by adjusting the duty 30-July 02, 2010
cycle of a one shoot, so the inverter voltage give [4] P. Devendra, Madhavi, Alice Mary, Saibabu,
only for the shortest period of time. These Microcontroller Based Control Of Three Phase
examined showed that the speed can be regulated, BLDC Motor, Journal of Engineering Research
while the efficiency testing shows that for larger and Studies, Vol. II Issue IV, October-
loads, required a larger duty cycle, so unbtuk get December 2011
good efficiency necessary arrangements [5] Jorge Luis Díaz Rodríguez , Aldo Pardo Garcia,
comparable denganbesarnya duty cycle loads. Amaury Caballero, Design and Implementation
However, it can be said that the response rate was of a Low Cost Speed Control System for a
good, while for certain expenses that have to be BLCD Motor, WSEAS International Conference
determined by the efficiency of the high duty cycle on Dynamical Systems and Control, Porto,
setting. Portugal July 1-3, 2012
[6] Chau, Chan and Liu, Overview of Permanent-
V. CONCLUTION Magnet Brushless Drives for Electric and
This paper has presented a BLDC motor Hybrid Electric Vehicles, IEEE Transactions On
control for electric vehicle that composed by digital Industrial Electronics, Vol. 55, No. 6, June 2008
circuits. Preparation of digital circuits is done using [7] Oltendorf, Variable Speed Control for Brushless
Karnaugh maps and then simulated and Direct Current Motor, United States Patent No.
implemented with Matlab. Implementation done in 4,603,283, July 29 1986.
real time using real-time work (rtw) matlab-based, [8] Copeland, Controlling A Brushless DC Motor,
and interface to inverter using PCI1710HG. The United States Patent No. 6,462,495, October 8
test results show that the control system can work 2002.
well and a high efficiency which proportional to the [9] Jianwen Shao, An Improved Microcontroller-
load. Based Sensorless Brushless DC (BLDC) Motor
Drive for Automotive Applications, IEEE
REFERENCE Transactions On Industry Applications, Vol. 42,
[1] Bhim Singh and Sanjeev Singh, State of the Art No. 5, September/October 2006
on Permanent Magnet Brushless DC Motor
Drives, Journal of Power Electronics, Vol. 9,
No. 1, January 2009
[2] Cheng-Tsung Lin, Chung-Wen Hung and Chih-
Wen Liu, Position Sensorless Control for Four-
Switch Three-Phase Brushless DC Motor

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 124


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAKSIMAL POWER POINT TRACKER DENGAN


KENDALI TEGANGAN UNTUK SISTEM PENGISI BATERAI
2)
Banar Arianto 1), Leonardus. H. Pratomo
Prog.Di Teknik Elektro- Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranana Semarang 1,2)
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang
E-mail : banbanmbleweh@yahoo.co.id 1)
E-mail : leonardus_hp@yahoo.com2)

ABSTRAK
Krisis energi nasional memaksa para ilmuan untuk berpikir lebih keras dalam hal ekplorasi energi alternatif. Energi surya
salah satu alternatif mengingat Indonesia terletak di garis katulistiwa, energi ini ramah lingkungan, tersedia dalam jumlah
yang besar, dan didapat dengan cuma-cuma. Modul surya mampu mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dalam
bentuk tegangan searah sehingga hanya peralatan-peralatan yang memiliki spesifikasi tertentu yang dapat disuplai. Dewasa
ini, pemakaian modul surya di Indonesia masih terbatas di daerah yang belum terjangkau oleh listrik dari PLN. Aplikasinya
masih secara langsung dengan tegangan searah yang dihasilkan. Modul surya memiliki karakteristik yang unik dan untuk
memaksimalkan daya harus sesuai kurva karakteristiknya. Pada makalah ini akan diuraikan suatu metode untuk
memaksimalkan daya modul surya dengan teknik deteksi tegangan yang diaplikasikan untuk mengisi baterai. Suatu
persamaan arus suatu modul surya diturunkan berdasarkan fenomena yang terjadi karena tumbukan energi photon yang
mengenai sambungan P-N pada modul surya.Berdasarkan hasil simulasi terlihat bahwa modul surya sebesar 50 Wp dapat
melakukan pengisian baterai dengan konsep daya maksimal, sedangkan implementasi di laboratorium alat dapat bekerja
dengan baik dan memiliki effisiensi 85 %.

Kata kunci: Modul Surya, Deteksi tegangan, Maksimal Power Point Tracker.

Pendahuluan korelasi riak, kendali P dan O, fractional open


Pemanfaatan energi sinar matahari menjadi voltage, fractional short circuit,dan incremental
energi listrik berkembang sangat pesat alat ini conductance, masing-masing memiliki keunggulan
dinamakan modul surya. Modul surya berkembang dan kelemahan antara lain fuzzy logic[7] memiliki
sangat pesat, hal ini di dukung oleh adanya alogaritma yang sulit dan implementasi yang rumit
penelitian-penelitian modul surya yang memiliki dan mahal, walaupun teknik ini menghasilkan
nilai konversi energi yang tinggi. Energi sinar konversi yang baik. Korelasi riak[3,4,8] memiliki
matahari di Indonesia tersedia dalam jumlah yang persamaan yang rumit serta implementasi yang
besar karena terletak di garis katulistiwa, dan mahal, walaupun teknik ini menghasilkan konversi
didapat dengan cuma-cuma dan bersih. Pemanfaaan yang baik, fractional open voltage struktur
modul surya kebanyakan digunakan secara sederhana dan implementasi mudah tetapi hasil
langsung dengan nilai keluaran listrik arus searah kurang baik. Fractional short circuit memiliki
dan membutuhkan baterai untuk menyimpannya. struktur sederhana tetapi hasil kurang baik[9].
Perkembangan sistem kelistrikan di Pada makalah ini dikembangkan suatu
Indonesia kurang sepadan dengan perkembangan metode konversi energi dengan deteksi tegangan
kebutuhan listrik. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan Maxcimum Power Point
permintaan kebutuhan listrik yang terus meningkat Tracker sesuai kurva karakteristiknya. Besaran
terutama di sektor industri, perkantoran dan tegangan maksimal diuraikan berdasarkan
perumahan. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi karakteristik modul. Hasil dari proses ini kemudian
energi alternaif yang sangat banyak antara lain dikendalikan dan dimodulasi untuk mendapatkan
adalah energi sinar matahari, mikro hidro, angin konversi daya maksimal.
dan lain-lain dan belum dimanfaakan dengan Sistem Maxcimum Power Point Tracker ini
maksimal. Modul surya yang ada sekarang ini menggunakan suatu sistem pengkonversi DC-DC
memiliki efisiensi yang jauh lebih baik dan terus konverter tipe step down yang digunakan untuk
dikembangkan. mengisi baterai sehingga yang diharakan sistem
Modul surya adalah suatu instrumen pengisian baterai dapat berlangsung cepat karena
konversi dari energi sinar matahari menjadi energi yang digunakan adalah teknik konversi nilai daya
listrik. Kenyataan di lapangan sistem ini tidak dapat maksimal.
dimanfaatkan secara langsung karena modul surya
memiliki kurva karakteristik yang unik. Untuk Metodologi Penelitian
memaksimalkan konversi ini harus sesuai dengan Metode yang digunakan untuk menyelesaikan
kurva karakteristik yaitu bisa berbasis lereng yang permasalahan ini adalah dengan studi literatur,
ada. Metode untuk mendapatkan daya maksimal analisis, simulasi komputasi dan implementasi
ada beberapa cara antara lain berbasis fuzzy logic, skala laboratorium. Berikut ini akan diuraikan
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 125
SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tentang analisis modul surya, konverter DC-DC tipe


IL
step down.

A. Modul Surya Rs
Modul surya merupakan alat yang dapat Id Ish
Iph
mengkonversi energi sinar matahari secara

LOAD
langsung. Solar cell adalah suatu sambungan Rsh
bahan semikonduktor jenis P (positif) dan N irradiance
(negatif) akan menghasilkan tegangan jika ada
suatu energi foton yang mengenai sambungan
tersebut. Suatu solar cell akan terhubung seri
dan parallel membentuk suatu modul yang
terintegrasi satu sama lain membentuk suatu
modul dinamakan modul surya sedangkan Gambar 2.Rangkaian ekivalen sel modul surya
modul akan terintegrasi satu sama lain akan
membentuk suatu array, seperti pada gambar Besarnya persamaan arus adalah :
1.[11]
I L  I ph  I d  I sh
(1)
Jika
 eV  I R s  
I d  I o  exp  1
 m k Tc 
dan
V  Rs I
I sh 
Rsh

Maka :

 eV  I Rs   V  Rs I
I d  I ph  I o  exp 1 
 m k Tc  Rsh (2)
Keterangan :

m = Idealizing fagtor
k = Konstanta Boltzman (1.381 x 10-23)
Rs = Tahanan seri
Gambar 1. Prinsip kerja modul surya Rsh = Tahanan parallel
[http://www.thaiplasticrecycler.com/products/silico Iph = Arus akibat photon
E = Muatan elektron (1.602 x 10-19)
n-materials/solar-modules/]
Id = Arus dioda normal
Modul surya memiliki karakteristik arus terhadap Io = Arus saturasi pada saat gelap
tegangan, maka untuk mempermudah dibuat suatu
model rangkaian ekivalen. Suatu sel modul surya Modul surya memiliki kurva karakteristik
dapat digantikan dengan photodioda dan dengan daya terhadap tegangan dan kurva arus terhadap
adanya radiasi cahaya akan mengahkibatkan arus tegangan serta sistem pembebanan yang unik
yang mengalir Iph (photo current). Arus bercabang seperti pada gambar 3[10].
menuju dioda, tahanan shunt (Ish) dan keluar ke
beban (IL), seperti pada gambar 2 [10].

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 126


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pmak

RMPP
Pmak
Gambar 5.Hubungan Fill Factor pada kurva I-V
pada modul surya

B. Konverter DC-DC
Suatu besaran DC dapat diubah kedalam suatu
besaran DC yang lain, hal ini dikenal dengan
Gambar 3. Kurva karakteristik modul surya
konverter DC ke DC, jika tegangan keluaran lebih
Modul surya terpengaruh oleh suhu kecil dari tegangan masukan disebut sebagai buck
disekitar artinya terpengaruh oleh kondisi (step down) chopper. Metoda pengubahan besaran
lingkungan yang dipengaruhi oleh intensitas tegangan DC konstan menjadi tegangan DC
matahari, sesuai kurva karakteristik terhadap variabel dilakukan dengan menggunakan saklar
suhu, gambar 4[10] elektronik (dapat berupa BJT, MOSFET, IGBT
dll). Pada Gambar 6 ditunjukkan suatu konverter
jenis step down dengan mengimplementasikan BJT
sebagai saklar elektroniknya yang digunakan untuk
pengisi baterai
T
L
+

D Baterai Vo
Vs
-

Gambar 6. Konverter jenis step down


Gambar 4.Kurva karakteristik terhadap suhu Konverter DC-DC tipe step down ini
memiliki dua mode operasi, yaitu pada mode
Parameter operasi modul surya pertama saklar elektronik yang diiplementasi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, hal ini dengan transistor BJT menutup, maka akan
memiliki pengaruh daya yang dihasilkan modul mengalir arus menuju ke baterai, seperti pada
surya. Beberapa istilah dikenal dengan nama Fill gambar 7[10].
Factor (FF) parameter ini mempengaruhi
karakteristik tak linier dari modul surya parameter T
yang lain dinamakan faktor efisiensi energi, berikut L

ini parameter fill factor yang memiliki pengaruh +

terhadap kurva arus dan tegangan, gambar 5[10]. Vs D Baterai Vo

Gambar 7. Mode pertama

Maka akan memiliki persamaan :

Ldi  Vs  Vo  ton (3)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 127


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Mode yang kedua adalah saat saklar elektronik


yang diiplementasi dengan transistor BJT Is
membuka, akan memiliki rangkaian ekivalen
seperti pada gambar 8[10].

Vs Ro
T

d2
L
+

Vs D Baterai Vo

Gambar 9. Rangkaian ekivalen konverter

Gambar 8. Mode kedua


Maka akan memiliki persamaan :
Hasil dan Perancangan
Ldi  V o t off Tegangan keluaran modul surya memiliki
(4)
jika persamaan (3) dan (4) dieliminasi, maka persamaan :
diperoleh
A K Tc  I ph  I d  I L 
Vo t on Vo     RS I C
 q  IL  (9)
Vs T (5)
Vo Keterangan :
d
Vs Q : Muatan elektron (1.602 × 10-19 C).
K : Konstanta Boltzmann (1.38×10-23 J/0K).
Dengan mengingat hukum kesamaan daya IL : Arus keluaran, A.
maka faktor d juga sangat menentukan sebagai Iph : Arus photon(5 A).
variable penyesuai. Jika arus rata-rata keluaran Io, Id : arus dioda (0.0002 A).
maka dengan beban sebesar Rout akan didapat Rs : resistansi seri (0.001 _).
Vo Tc : temperatur operasi (25 °C).
 Io Vo : Tegangan Keluaran, V.
ROut
(6) Besarnya temperatur K dan Tc dalam satuan kelvin
atau celsius, sehingga daya pada modul surya
Dan jika arus sisi masukan sebesar memenuhi persamaan
Vs   q 
 Is PC  VC  I ph  I o exp  Vc  1 
Rs  AK T 
 (10)
(7)
Dimana

Dengan memperhatikan hukum kesetaraan daya   q 


I C   I ph  I o exp  Vc  1 
maka dapat diperoleh suatu persamaan  AKT 
 (11)
Vs I s  Vo I o Sehingga dapat digeneralisasi sebagai berikut ;
VMPP  K VOC (12)
V V
V s s  Vo o Dimana nikai K lebih kecil dari pada satu, atau
Rs Ro
nilai K bervariasi antara nilai 0.78 sampai 0.92.
Sehingga alogaritma kendali adalah sebagai berikut,
Ro gambar 10 dan diagram blok sistem seperti gambar
 Rs 11:
d2
(8)

Sehingga rangkaian konverter daya listrik tipe step


down dapat diekivalenkan sebagai berikut :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 128


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Start

Pengukuran Voc
dan nilai K

Perhitungan
Vmpp = K Voc

Gambar 13. Kurva daya dan tegangan modul surya


50 Wp
Is No
Vmpp = Voc Dari hasil simulasi parameter modul surya dibuat
simulasi kendali berdasarkan diagram blok, gambar
11 dengan logika kendali seperti alogaritma,
Yes gambar 10, berikut adalah hasilnya

Stop

Gambar 10. Alogaritma kendali tegangan

Gambar 14.Pengujian sistem kendali dengan modul


surya 50 WP

Berikut adalah pengujian yang dilakukan pada saat


matahari bersinar terang dan baterai yang diisi
adalah baterai VRLA tipe 7AH, 12 Volt dan
besarnya K adalah 0.8, seperti tabel 1.

Tabel 1. Pengujian sistem kendali


Gambar 11. Blok kendali kendali arus No Vpv Ipv Ppv Vout Iout Pout %

Berikut ini akan disajikan beberapa pengujian 1 12,8 2,6 33,28 12,65 2,25 28,46 85,52
antara lain kurva karakteristik modul surya, 2 12,8 2,6 33,28 12,65 2,25 28,46 85,52
pengujian kendali secara simulasi dengan
menggunakan software Psim. 3 12,9 2,6 33,54 12,7 2,24 28,45 84,82

4 12,9 2,6 33,54 12,75 2,24 28,56 85,15

5 12,9 2,6 33,54 12,75 2,24 28,56 85,15

6 13 2,6 33,8 12,8 2,24 28,67 84,83

7 13 2,6 33,8 12,8 2,24 28,67 84,83

Dari pengujian yang telah dilakukan sistem


memiliki effisiensi konversi energi sebesar 85%

Gambar 12. Kurva arus dan tegangan modul surya


50 Wp

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 129


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Kesimpulan Method,” IEEE Trans. Power Electron., Vol.


20, pp. 963-973, July 2005
Dari hasil ujicoba yang dilakukan dengan [6] Pratomo, H. L, 2005 , “Buck DC-DC
simulasi komputasi menggunakan software Psim Konverter Dengan Kendali One Cycle”,
dan implementasi skala laboratorium sistem kendali MILLENIUM, Vol 1. No 3
dengan teknik tegangan hubung buka yang [7] Rinovi. A. D , Pratomo H.L dan Tejo. Y,
dirancang dapat berjalan dengan baik dan memiliki 2010“Maximum Power Point Tracker pada
effisiensi sebesar 85%. Paramerer K pada penelitian Photovoltaic Module dengan Menggunakan
ini di set pada kondisi 0.8. Fuzzy Logic Controller”, , CITEE, UGM
Yogyakarta
Daftar Pustaka [8] Trishan Esram, Jonathan W. Kimball, Philip
[1] Dedy. P, Pratomo H.L dan Tejo. Y, 2010“ T. Krein, Patrick L. Chapman, and Pallab
Pemanfaatan Mikrokontroler Tipe AT89S52 Midya, Dynamic Maximum Power Point
Sebagai Pengendalian Daya Maksimum Pada” Tracking of Photovoltaic Arrays Using Ripple
CITEE, UGM Yogyakarta Correlation Control. IEEE Trans. on Power
[2] Eridanus dan Pratomo H.L, 2010,“ Metode Elec., vol. 21, no. 5, pp.1282-1291, Sept.
Pengendali Daya Panel Surya dengan Kendali 2006.
Adaptif”,CITEE, UGM Yogyakarta [9] V. Salas, E. Olias, A. Barrado, and A. Lazaro,
[3] Felix. Y dan Pratomo, H. L, “Review of maximum power point tracking
2009“Memaksimalkan Daya Photovoltaic algorithms for stand alone photovoltaic
dengan Korelasi Riak”, IES-ITS Surabaya systems” Solar Matter, Solar Cells, vol. 90, no.
[4] Jonathan W. Kimball and Philip T. Krein, 11, pp. 1555-1578, July 2006
Digital Ripple Correlation Control for [10] Manik.C,Ronal, ”Sistem Pengisi Baterai
Photovoltaic Applications. IEEE Power Elec. Berbasis Daya Maksimal Melalui Deteksi
Conf., pp. 1690-1694, 2007. Arus dan Tegangan” Teknoin UII,November
[5] N. Femia, et. Al. “Optimization of Perturb and 2012
observe Maximum Power Point tracking [11] http://www.thaiplasticrecycler.com/products/si
licon-materials/solar-modules

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 130


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISA EKONOMI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION


PLTU PRAFI II MANOKWARI
1
Elias K. Bawan, Pandung Sarungallo
1
Jurusan Teknik Elektro Unipa
Jln. Gunung Salju Amban Manokwari-Papua Barat
elias_kondorura@yahoo.com, psarungallo@yahoo.com

Abstrak

Pembangkit listrik skala kecil tersebar (Distributed Generation) menjadi suatu pilihan barudalam penyediaan tenaga
listrik.Pembangkit ini tidak hanya ekonomis tetapi keberadaannya di dekatpelanggan juga menurunkan biaya transmisi dan
distribusinya.Secara konvensional, dianggapbahwa daya listrik pada sistem distribusi selalu mengalir dari gardu induk ke
ujung penyulang berbeda halnya dengan pengoperasian DG mengakibatkan aliran daya terbalik.
Pemasangan optimaldistributed generation (DG) dalam sistem tenaga listrik mempengaruhi besar rugi daya. Injeksi
85% kapasitas DG mampu menurunkan rugi daya listrik dari 240 kW menjadi 99,39 kW sehingga PT. PLN (Persero) Cabang
Manokwari dapat menghemat biaya sebesar Rp 1.6 milyar rupiah setiap bulannya dari penurunan rugi daya akibat
pemasangan DG.
Analisa ekonomi adalah suatu analisa untuk mengetahui layak tidaknyasuatu kegiatan dilaksanakan dengan
menitikberatkan pada hasil total, produktivitas dan keuntungan untuk masyarakat atau perekonomian secara
menyeluruh.Analisa finansialCost Benefit Analysis, Net Present Value (NPV), Internal Rate of return (IRR) dan Cost Benefit
Rasio (CBR) mempertimbangkan kemampuan proyek untuk mengembalikan dana yang digunakan.

Keywords :Distributed generation, rugi daya, CBA, NPV, IRR, BCR

I. Latar Belakang
Prafi memiliki kapasitas beban 1,93 MW dan 1,34
Penduduk Manokwari pada tahun 2008 MVAr, data jaringan pada lampiran 2.
berjumlah 183.990 jiwa, bila dibandingkan dengan Di sepanjang jaringan ranting Prafi terdapat
jumlah pada tahun 2007 sebesar 175.884 jiwa maka satu potensi energi yang dapat dimanfaatkan
penduduk Manokwari terlihat mengalami sebagai
peningkatan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan distributed generation yaitu PLTU Prafi II yang
karena situasi dan kondisi yang semakin kondusif memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai bahan
serta adanya pemekaran provinsi Papua Barat bakar boiler. PLTU terdiri dari turbin sebanyak 3 x
dengan ibukota Manokwari. Rata-rata kepadatan 1000 KVA, 1 boiler/ketel uap kapasitas 27 ton/jam.
penduduk per km2 tahun 2008 adalah 12,73 jiwa Pemakaian daya turbin untuk proses produksi hanya
(Manokwari Dalam Angka, 2009). terpakai 400 kW sehingga masih memiliki
Pertumbuhan jumlah penduduk tidak diikuti kelebihan daya (excess power) yang cukup besar
dengan pertumbuhan kapasitas tenaga listrik yaitu sekitar 400
sehingga mengalami defisit energi. Rehiara, B. A. kW, dengan memaksimalkan penggunaan dua unit
(2006). boiler maka kelebihan daya menjadi 1200 kW.
Sistem kelistrikan PT. PLN (Persero) Cabang PT. Perkebunan Nusantara-II (Persero)
Manokwari memiliki satu sumber pembangkit selanjutnya disebut Tanjung Morawa – Medan
listrik tenaga diesel (PLTD) yang melayani enam Kebun Prafi Manokwari Papua Barat mengelolah
penyulang dengan pertumbuhan beban sangat besar. lahan seluas 9050 ha yang terdiri atas inti seluas
Penyulang Maleo yang terhubung dengan ranting 2.600 ha, plasma seluas 6.000 ha, Irman Jaya
Prafi yang memiliki panjang jaringan sekitar 135 seluas 50 ha dan milik pemerintah daerah seluas
km jenis radial. 400 ha. PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) ini
PT. PLN Cabang Manokwari memiliki satu memiliki potensi energi listrik dan sejumlah excess
pembangkit tenaga listrik tenaga diesel (PLTD) power untuk di jual ke PT. PLN (Persero) Cabang
Sanggeng. Gardu induk Sanggeng menyuplai enam Manokwari.
penyulang yang terdiri atas empat busbar yaitu Untuk memproduksi kelapa sawit, PTPN
Merpati dan Maleo, Mambruk dan Kasuari, Prafi II menggunakan dua mesin pembangkit listrik
Rajawali dan Nuri. tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar dari limbah
Salah satu penyulang terpanjang adalah kelapa sawit.PLTU terdiri dari turbin sebanyak 3 x
penyulang Maleo yang terhubung dengan sistem 1000 KVA, 1 boiler/ketel uap kapasitas 27 ton/jam.
jaringan ranting Prafi. Penyulang Maleo dan ranting

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 131


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Interkoneksi energi listrik PTPN Prafi II ke a. Nilai bersih sekarang (Net Present Value,
sistem distribusi tenaga listrik PLN adalah di NPV)
busbar 20 kV penyulang Maleo. b. Tingkat pengembalian modal (Internal Rate
of Return,IRR)
II.Tujuan c. Rasio pendapatan dan hutang (Cost Benefit
Ratio, BCR)
Tujuan penelitian adalah : Dalam perhitungannya, analisis ini
1. Mengetahui besar penghematan biaya akibat memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan
pemasangan distributed Generation dalam diperoleh dari pelaksanaan suatu program. Dalam
sistem tenaga listrik. analisis benefit dan cost perhitungan manfaat serta
2. Mengetahui analisis finansial menggunakan biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
cost benefit analysisterhadap pemasangan dipisahkan.
distributed generation dalam sistem tenaga
listrik. Net Present Value (NPV)
NPV adalah selisih antara present value dari
III. Metode investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.
Menentukan kapasitas dan lokasi DG yang Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan
terhubung ke jaringan sesuai skenario terlampir tingkat bunga yang relevan.Metode NPV digunakan
dengan besar injeksi menggunakan persamaan 1 untuk menghitung jumlah nilai sekarang dengan
(Knazkins, 2004) : menggunakan discount rate tertentu dan kemudian
= 100 % (1) membandingkannya dengan investasi awal.Apabila
NPV bernilai positif maka usulan investasi diterima
dan apabila negatif maka usulan diterima. Untuk
dengan :
menghitung NPV digunakan persamaan 2
adalah tingkat penetrasi (injeksi)
(Kadariah dkk. 1999) :
adalah daya injeksi DG

=
Untuk memulai suatu usaha, baik pemerintah (1 + )
maupun swasta perlu memperhatikan manfaat atau (2)
untung rugi dari suatu usaha yang dimaksud. dengan :
Analisis ekonomi adalah suatu analisa untuk Bt = Penghasilan (Rp)
mengetahui layak tidaknya suatu kegiatan untuk Ct = Biaya (Rp)
dilaksanakan dengan berfokus pada hasil total, i = tingkat bunga yang digunakan (%)
produktivitas dan keuntungan untuk masyarakat t = periode(tahun)
atau perekonomian secara menyeluruh tanpa n = masa waktu sistem
melihat siapa penyandang dana dan siapa penerima
hasil. Analisa tersebut juga berkaitan dengan Internal Rate of Return
analisis finansial yang mempertimbangkan IRR yang merupakan indikator tingkat
kemampuan proyek untuk mengembangkan dana efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek/investasi
yang digunakan. dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate
Pihak swasta atau pelaku ekonomi lainnya of return) lebih besar dari pada laju pengembalian
mendasarkan analisis biaya dan apabila melakukan investasi di tempat lain. IRR
keuntungan.Keuntungan yang dimaksud adalah digunakan dalam menentukan apakah investasi
selisih dari penghasilan total (nilai pasar dari dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya
barang atau jasa yang dihasilkan) dengan biaya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan
total (jumlah pengeluaran yang dapat diduga harus lebih tinggi dari minimum acceptable rate of
sebelumnya untuk menghasilkan barang atau jasa. return atau minimum atractive rate of
Tiga metode utama yang sering digunakan dalam return.Minimum acceptable rate of return adalah
menganalisis keuntungan dan biaya cost benefit laju pengembalian minimum dari suatu investasi
analysis (CBA) dalam menentukan apakah suatu yang berani dilakukan oleh seorang investor.Jika
rencana usaha/proyek layak atau tidak. IRR > suku bunga maka investasi layak sedangkan
Dalam melakukan analisis finansial diperlukan jika IRR ≤ suku bunga maka investasi tidak layak.
teknik atau kriteria yang dipakai sebagai ukuran Rumus yang digunakan adalah :
kelayakan suatu proyek.Kriteria ini memberikan
gambaran mengenai indikator keberhasilan atau =
kegagalan suatu proyek. Pada umumnya kriteria (1 + )
yang sering dipakai sebagai indikator keberhasilan (3)
atau kegagalan dari suatu proyek yaitu : Untuk mempermudah perhitungan IRR, yaitu
dengan mencoba suku bunga yang diperkirakan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 132


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

akan memberikan nilai NPV positif dan dilanjutkan listrik oleh PT. PLN (Persero) dari pembangkit
dengan perhitungan NPV yang negatif, perhitungan tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan
ini menggunakan persamaan 4 : skala kecil dan menengah atau kelebihan (excess
power) tenaga listrik menjadi dasar perhitungan
= + ( − ) harga pembelian excess power pada PLTU Prafi II.
+
(4) Harga pembelian untuk sistem dengan tegangan
yang terinterkoneksi dengan tegangan menengah
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah Rp 658/kWh x faktor insentif.Faktor insentif
Benefit cost ratio adalah rasio perbandingan untuk setiap daerah berbeda satu dengan lainnya.
antara pemasukan total sepanjang waktu operasi Faktor insentif untuk Papua dan Maluku sebesar
pembangkit dengan biaya investasi awal. Analisa 1,5 sehingga harga pembelian excess power untuk
ini adalah cara praktis untuk menaksir kemanfaatan Papua Barat adalah Rp 987.00/kWh.
suatu proyek. Suatu proyek dikatakan layak untuk Harga pembelian excess power jika tegangan
dilaksanakan jika nilai BCR lebih besar dari 1. terinterkoneksi dengan tegangan rendah adalah Rp
Rumus yang digunakan untuk menganalisa CBR 1.004/kWh x faktor insentif. Faktor insentif untuk
adalah : Jawa dan Bali sebesar 1, Sumatera dan Sulawesi
sebesar 1,2 dan wilayah Kalimantan, Nusa
∑ Tenggara Barat dan Timur sebesar 1,3.
( )
=
∑ Tabel 1. Perbandingan biaya tanpa dan dengan DG
( )
(5)
Tanpa DG
IV. Hasil Rugi daya dan Rugi Total Biaya
Konsumsi Daya (kW) Energi/bulan Rugi Daya
Pembangkit PLTU Prafi II yang difungsikan (kWh) (Rp/bulan)
sebagai DG memiliki sejumlah excess power yang 240,15 172.908,00 399,96
akan dibeli oleh PT. PLN (Persero) Cabang 32.676,86 980.305,92 2.267,56
Manokwari untuk diinterkoneksikan dengan Total = 2.917,01 1.153.213,92 2.667,52
jaringan sistem distribusi. Penulis membatasi dua
Pemasangan DG
komponen biaya yang akan dikeluarkan oleh PLN
Manokwari untuk memenuhi permintaan beban Rugi daya dan Rugi Total Biaya
penyulang Maleo dan ranting Prafi yaitu biaya Konsumsi Daya (kW) Energi/bulan Rugi Daya
akibat losses dan biaya pembelian tenaga listrik (kWh) (Rp/bulan)
99,39 71.560,80 70,63
PLTD Sanggeng. Perhitungan konsumsi energi
dalam satu hari menggunakan persamaan Djiteng 32.676,86 980.305,92 967,56
Marsudi (2006) sesuai dengan persamaan: Total =32.776,25 1.051.866,72 1.038,19
Penghematan

. = . . . 24 140,76 101.347,20 1.629,32

(6)
Faktor beban dipengaruhi oleh profil penggunaan Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada saat
energi listrik suatu daerah.Semakin rendah penyulang Maleo dan ranting Prafi II hanya di
penggunaan energi listrik maka faktor beban juga layani oleh PLTD Sanggeng maka PLN harus
semakin rendah dan hal ini biasanya terjadi pada membiayai energi listrik sebesar 1,153 MWh setiap
hari-hari libur.Faktor beban PLN Manokwari bulannya yang terdiri atas biaya produksi energi
adalah 70.4%.Berdasarkan persamaan 5 dengan listrik dan biaya akibat rugi jaringan. PLN
beban puncak 1.934 kW maka besar konsumsi mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.milyar untuk
energi listrik penyulang Maleo dan ranting Prafi memenuhi kebutuhan beban setiap bulan.
sebesar 32.677 kWh/hari. Perhitungan losses didasarkan pada skenario
Biaya produksi tenaga listrik PLTD Sanggeng injeksi DG pada lokasi 80 km dan besar injeksi
Manokwari berdasarkan specific fuel oil 85% kapasitas DG yaitu sebesar 99,39 kW.
consumption (SFC) yaitu 0.272 liter/kWh dengan Pemasangan DG mampu menurunkan rugi
harga BBM jenis solar Rp 8.504,1.- (Laporan daya menjadi 99,39 kW sehingga PLN hanya akan
Operasi PT.PLN (Persero) Wilayah Papua Cabang membiayai energi listrik sebesar 1,051 MWh setiap
Manokwari Sistem PLTD Sanggeng, Juni 2011). bulan atau mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.03
Biaya produksi energi listrik per kWh adalah Rp milyar per bulan. Total penghematan biaya oleh
2.313,12.-. PLN dengan pemasangan DG dalam sistem
Permen Energi dan Sumber Daya Mineral No. distribusi adalah sebesar Rp 1.6 milyar per bulan.
31 tahun 2009 tentang harga pembelian tenaga

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 133


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dalam rangka pengembangan kelistrikan kW diperoleh dari skenario pemasangan DG pada


kabupaten Manokwari, PT. PLN bekerja sama lokasi 80 km dengan besar injeksi 85% kapasitas
dengan pemerintah daerah untuk menambah DG atau sebesar 1.020 kW. Hasil penjualan energi
pasokan listrik dengan pemanfaatan excess power listrik selama sebulan Rp 724,85 juta rupiah (1
PT. PN Prafi II. Dinas Pertambangan dan Energi kWh = Rp 987,00).
provinsi Papua Barat (2011) sebagai pemilik PT.
PN Prafi II membuat dua alternatif rencana Analisis Net Present Value
pembangunan jaringan distribusi untuk Tabel 3 di appendiks memperlihatkan hasil
pemanfaatan excess power PT.PN Prafi II yaitu : perhitungan nilai masa sekarang atau NPV dengan
a. pemasangan jaringan distribusi sistem single suku bunga 14% sebesar Rp 105.120,32 juta.NPV
circuit untuk dipergunakan sebagai saluran bernilai positif (NPV > 0) pada tahun ke-20, hal ini
paralel, manuver jaringan melalui mengindikasikan bahwa cash flow yang dihasilkan
perangkatn remote control membutuhkan melebihi jumlah biaya yang diinvestasikan.
dana investasi Rp 2.192.368.723
b. pemasangan jaringan distribusi sistem Analisis Internal Rate Return
double circuit untuk dipergunakan sebagai Perhitungan IRR dengan persamaan 4 pada
saluran paralel serta incoming dan outgoing tingkat suku bunga 14% menghasilkan nilai sebesar
dengan biaya sebesar Rp 4.372.087.805 9,80%. Nilai IRR lebih besar dari nol berarti
Komponen biaya yang digunakan dalam bahwa proyek telah memberikan nilai profit yang
analisis ini berdasarkan Laporan Managemen Besar lebih besar dibandingkan biaya investasi.
PKS Kebun Prafi dan ITMM Bulan Juli 2010 yang
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu biaya Analisis Benefit Cost Ratio (BCR)
pembangkitan energi listrik/kWh, biaya operasional Proyek pemasangan jaringan interkoneksi DG
dan pemeliharaan serta biaya investasi. dengan nilai investasi Rp 4.3 milyarmemberi
Analisis dalam penelitian ini meliputi keuntungan bersih pada tahun ke-20 sebesar Rp
perhitungan rugi laba maupun studi kelayakan 1,09 milyar. Perhitungan BCR menggunakan
seperti cost benefit analysis, net present value, persamaan 5 sehingga diperoleh nilai BCR 25,04
internal rate of return dan cost benefit ratio dengan dan hal ini menunjukkan bahwa nilai BCR lebih
menggunakan alternatif kedua dengan tingkat suku besar dari satu (BCR > 1). BCR lebih besar dari
bunga 14% dan asumsi lainnya seperti pada tabel 2. satu mengindikasikan bahwa rasio antara manfaat
terhadap biaya yang dibutuhkan lebih besar
Tabel 2.Biaya Operasional PKS Prafi II sehingga proyek ini layak untuk dilaksanakan.
Deskripsi Milyar (Rp)
V. Kesimpulan
Pendapatan 724,85
Pengeluaran 1. PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari dapat
a. Biaya produksi 334,12 menghemat biaya sebesar Rp 1.6 milyar rupiah
setiap bulannya dari penurunan rugi daya
b. Gaji/Upah operator 138,86 akibat pemasangan DG dengan losses 99,39
c. Biaya bahan bakar 34,06 kW.
2. Analisis CBA pada tingkat suku bunga 14%,
d. Biaya pelumas 5,46
NPV = Rp 1,05 milyar, IRR = 9,80% dan BCR
e. Pemeliharaan mesin dan 1,75 = 25,04. Ketiga parameter tersebut
perlengkapan mengindikasikan bahwa proyek layak
f. Pemeliharaan instalasi listrik 1,12 dilaksanakan karena nilai manfaat dan
g. Bahan baku dan perlengkapan 7,35 besarnya keuntungan lebih besar dibandingkan
besarnya investasi.
h. Biaya air 8,97
i. Biaya dan lain-lain 4,42
Daftar Pustaka
Pendapatan Sebelum Pajak 188,74
Pajak (15%) 28,31 [1] Elias K. Bawan., 2011, ”Pengaruh
Interkoneksi Distributed Generation Dalam
Pendapatan Bersih 160,43
Sistem Distribusi Tenaga Listrik PT. PLN
* Diolah dari laporan managemen PKS kebun Prafi dan (Persero) Cabang Manokwari.
ITMM bulan Juli 2010 [2] Hansen,J.C.,Bower,J.,2003, ”An Economic
Evaluation of Small-Scale Distributed
Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan Electricity Generation Technologies”,
energi listrik akibat injeksi DG dalam sistem
distribusi tenaga listrik. Penurunan rugi daya 99,39

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 134


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Oxford Intitute for Energy Studies EL 05, Skenario pemasangan distributed generation
Oxford.
[3] Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No : 31 Tahun 2009 tentang Harga
Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT. PLN
(Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik
Yang Menggunakan Energi Terbarukan
Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan
Tenaga Listrik.
[4] Manokwari dalam Angka., 2009.
[5] Marsudi, D., 2006, “Operasi Sistem Tenaga
Listrik” Graha Ilmu, Yogyakarta.
[6] Rehiara, A. B., 2006,” Estimasi
Pertumbuhan Daya Listrik
KabupatenManokwari Dengan Metode
Trend Eksponensial,” Natural, Vol. 5 No.2
[7] Bjornstad, Dave. “Benefit Cost Ratio.” Tabel 3. Perhitungan Net Present Value pada
National Center for Environmental Decision- suku bunga 14%
Making Research (NCEDR).
[8] Knazkins, V., 2004, “Stability of Power Tahun Total Faktor Investasi NPV
Systems with Large Amounts of Distributed (t)
(Milyar (P/F,14%) (Milyar (Milyar
Generation”, KTH Institution, Stockholm, (RP)) (RP)) (RP))
Sweden. 0 -4.372,09 1,00 -4.372,09
1 1.145,93 0,88 1.005,20
Appendiks 2 2.452,29 0,77 1.886,96
3 3.941,54 0,67 2.660,42
Single Line Diagram Ranting Prafi
4 5.639,28 0,59 3.338,91
5 7.574,71 0,52 3.934,07
6 9.781,09 0,46 4.456,14
7 12.296,38 0,40 4.914,09
8 15.163,80 0,35 5.315,81
9 18.432,66 0,31 5.668,19
10 22.159,16 0,27 5.977,30
11 26.407,37 0,24 6.248,44
12 31.250,33 0,21 6.486,29
13 36.771,30 0,18 6.694,93
14 43.065,22 0,16 6.877,95
15 50.240,27 0,14 7.038,49
16 58.419,84 0,12 7.179,31
17 67.744,55 0,11 7.302,84
18 78.374,71 0,09 7.411,20
19 90.493,10 0,08 7.506,25
Tabel 4. Data impedansi kabel penyulang 20 104.308,07 0,07 7.589,63
Maleo dan Ranting Prafi Total -4.372,09 109.492,41
Net Present Value 105.120,32
BCR 25,04
IRR 9,80%

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 135


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 136


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STRATEGI UNTUK MEMBANTU EKSEKUTIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


DENGAN MENGGUNAKAN DATA WAREHOUSE PENGADAAN PELUMAS PADA PT.
ABC

Evaristus Didik. M1, Dewi. S2, Felisia. L 3, Winnie. S 4


1,2,3,4
School of Information Systems, Universitas Bina Nusantara
Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
1
didikmadyatmadja@yahoo.com

ABSTRAK
PT. ABC merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengadaan pelumas dengan berbagai merk. Data transaksi
yang besar menyulitkan pihak perusahaan dalam menganalisis data-data tersebut. Pembuatan laporan transaksi dan
persediaan barang yang dibutuhkan oleh eksekutif seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama mengakibatkan proses
pengambilan keputusan menjadi kurang maksimal.
Berdasarkan narasi diatas, diperlukan data warehouse pada PT. ABC yang bertujuan menganalisis sistem yang sedang
berjalan untuk menemukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan mengusulkan alternatif pemecahan
masalah serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan dengan merancang data
warehouse sesuai dengan kebutuhan informasi di PT. ABC.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi lapangan dan metode studi pustaka sedangkan
metode perancangan data warehouse yang akan digunakan adalah Nine-step Methodology menurut Kimball.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah data warehouse mampu memberikan manfaat bagi PT. ABC untuk dapat
membantu pihak eksekutif dalam memperoleh informasi yang diinginkan dan aplikasi yang telah dirancang tersebut mampu
memberikan informasi yang ringkas dalam bentuk pivot tabel, grafik dan chart.

Kata Kunci:
Strategi, perancangan, data warehouse, pelumas

1. PENDAHULUAN komputerisasi dalam area kerjanya. Seperti yang


1.1 Latar Belakang diketahui penggunaan sistem yang terkomputerisasi
Teknologi informasi telah menjadi hal yang telah membantu dalam mendukung aktivitas proses
umum dalam kegiatan berbisnis dan gaya hidup bisnis. Tentunya dimaksudkan untuk mempermudah
manusia saat ini. Teknologi-teknologi pada bidang manusia untuk memproses data, menampilkan data,
ini pun terus berkembang dengan pesat mengikuti mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh manusia,
kebutuhan manusia dengan konsep-konsep yang dan mempercepat proses yang dibutuhkan.
mutakhir. Semua itu semata-mata untuk memberikan Dengan meningkatnya jumlah transaksi
kemudahan dan kecepatan kerja dalam kehidupan (bertambahnya baris dalam tabel) dan meluasnya
manusia, khususnya dalam pengolahan data, pengunaan sistem informasi menyebabkan terjadi
informasi dan bagaimana informasi tersebut dapat peningkatan jumlah data yang perlu disimpan secara
menjadi pengetahuan yang akurat sehingga bisa signifikan. Peningkatan data tersebut menimbulkan
bermanfaat dalam mengambil suatu keputusan. penurunan performa pada sistem operasional dan
Data warehouse merupakan bagian dari upaya mempertahankan data historis dinilai tidak
teknologi informasi yang saat ini banyak setara dengan manfaat yang diterima karena tidak
dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan. Dengan mampu mengubah data tersebut menjadi informasi
data warehouse, data-data sumber yang beragam yang diperlukan. Oleh karena hal itu, diperlukan
yang didapat dari database transaksi perusahaan analisis dan perancangan data warehouse pada PT
maupun berasal dari luar perusahaan, diintegrasikan ABC sehingga sistem operasional dapat berjalan
kedalam sebuah media penyimpanan yang kemudian dengan stabil dan data historis dapat dimanfaat
dapat menghasilkan laporan multidimensional bagi secara optimal.
penggunanya. Pembuat keputusan itu tentunya
Dalam era globalisasi ini, PT. ABC yang membutuhkan akses ke semua sumber data yang
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang ada. Namun dengan melakukan query ke setiap
pengadaan pelumas dengan berbagai merk semakin sumber individual tentunya tidak praktis dan tidak
membutuhkan penanganan yang profesional agar efisien. Atau sumber data mungkin hanya
seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan baik dan menyimpan data terkini, sementara pembuat
tujuan dapat tercapai sesuai visi dan misi. Setiap keputusan perlu mengakses data-data terdahulu pada
pengembang saling bersaing dalam meningkatkan perusahaan itu. Misalnya saja informasi mengenai
produktivitas dan kinerja dari perusahaan mereka. pola penjualan yang berubah dari tahun-tahun lalu
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas merupakan pertimbangan penting dalam mengambil
dan kinerja dengan mengimplementasikan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 137


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

keputusan. Oleh karena itu data warehouse 4. Lambat untuk mengakses data-data pada tahun
merupakan solusi bagi masalah ini. sebelumnya sehingga keputusan yang diambil
Menurut Inmon (2005,p29), data tidak optimal. Karena perusahaan masih
warehouse ialah suatu basis data untuk proses mengambil data dari data operasional.
informasi yang didefinisikan sebagai subject
oriented,integrated, nonvolatile, time variant, dan a Untuk mengatasi masalah yang terjadi di PT.
collection of data in support of management's ABC maka diusulkan untuk membangun sebuah
decision. aplikasi data warehouse.
Sedangkan menurut Lane (2002,p1-1), data 1. Dengan data warehouse informasi yang akan
warehouse ialah suatu basis data relasional yang ditampilkan dapat bersifat summary sampai
dirancang untuk query dan analisis dibandingkan mendetail yang memungkinkan pengguna untuk
untuk proses transaksi. memperoleh informasi yang bersifat summary
Data warehouse merupakan tempat sesuai dengan kebutuhan
penyimpanan berukuran besar yang dibuat untuk 2. Dengan menggunakan aplikasi data warehouse,
menyimpan data dari berbagai sumber dan para eksekutif dapat memperoleh laporan yang
dipelihara oleh beberapa unit operasi berbeda memiliki beberapa dimensi dan dapat memilih
bersamaan dengan transformasi sejarah dan data yang ingin ditampilkan
ringkasan data itu sendiri (Hwang & Xu, 2008 ). A 3. Dengan data warehouse pengambilan data
Strucktural Model of Data Warehousing Success. historis tidak menggunakan data operasional
The Journal of Computer Information Systems, p48. sehingga lebih mudah dan cepat dalam
Menurut Kimball (2004) Data Warehouse mengakses data yang akan digunakan untuk
adalah sebuah sistem yang mengekstrak, pengambilan keputusan.
membersihkan, menyesuaikan, dan menyampaikan
sumber data kedalam sebuah tempat penyimpanan
data dimensional dan kemudian mendukung dan 2. METODE PENELITIAN
mengimplementasi query dan analisis untuk tujuan 2.1 Metode Pengumpulan Data
pengambilan keputusan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada
Menurut Conolly & Begg (2010), data warehouse perancangan data warehouse ini antara lain dengan
yang telah diimplementasikan dengan baik dapat cara :
memberikan keuntungan yang besar bagi organisasi. a. Wawancara
Wawancara juga dilakukan untuk
1.2 Tujuan memperoleh informasi mengenai proses bisnis
Tujuan dari penelitian ini adalah : yang berjalan pada PT. ABC, kebutuhan user,
a. Menganalisis sistem yang sedang berjalan dan dan permasalahan yang dihadapi oleh PT. ABC.
mengatur jumlah data yang banyak pada
b. Uji Dokumentasi
perusahaan.
b. Identifikasi kebutuhan informasi berdasarkan Dengan melihat formulir-formulir pada
visi dan misi yang dibutuhkan pihak eksekutif rumah sakit dan database yang sedang berjalan
PT. ABC yang nantinya berguna untuk di rumah sakit.
perancangan data warehouse.
c. Dengan perancangan data warehouse dapat 2.2 Metode Perancangan
menampilkan laporan untuk dianalisis oleh Metode perancangan yang digunakan adalah nine-
pihak eksekutif. step methodology menurut Kimball yang dikutip
oleh Connolly dalam bukunya, yaitu :
1.3 Rumusan Masalah 1. Choosing the process.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Berikut proses yang ada pada PT. ABC yang akan
maka ditemukan beberapa masalah sebagai berikut: dipilih untuk perancangan Data Warehouse yaitu :
1. Kesulitan dalam mengakses data-data pada penjualan, pembelian, dan retur barang.
periode sebelumnya sehingga keputusan yang 2. Choosing the grain.
diambil tidak optimal. Memilih grain berarti menentukan apa yang
2. Data hanya tersimpan tanpa menghasilkan sebenarnya direpresentasikan oleh record dalam
laporan yang berguna bagi perusahaan untuk tabel fakta. Berikut adalah grain yang ada dalam
meningkatkan profit perusahaan. perancangan Data Warehouse PT. ABC: Grain
3. Laporan yang dihasilkan hanya menampilkan pembelian, Grain penjualan, Grain retur barang.
informasi dari dua dimensi saja. Untuk 3. Identifying and conforming the dimension :
membandingkan informasi dari beberapa Pada tahapan ini dilakukan identifikasi dimensi
dimensi maka eksekutif harus berdasarkan grain yang telah ditentukan pada
membandingkannya secara manual. tahapan sebelumnya. Berikut ini adalah deskripsi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 138


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

perbandingan antara grain dengan dimensi yang b. Total Pemesanan merupakan total dari
dibuat seluruh jumlah pemesanan barang dikali
dengan harga barang.
Penjualan Fakta Pembelian, meliputi:
Tabel 1. Grain dan Dimensi pada Fakta a. Jumlah Pembelian merupakan jumlah
Penjualan barang yang dibeli selama periode tertentu.
b. TotalPO merupakan total dari seluruh
jumlah pembelian barang dikali dengan
harga barang.
Fakta Retur Barang, meliputi:
a. Jumlah Retur merupakan jumlah retur
barang yang di retur selama periode
tertentu.
b. Total Retur merupakan total dari seluruh
jumlah retur barang dikali dengan harga
barang.
6. Rounding out the dimensions table :
Tabel 4. Rounding Out Dimension
DIMENSI DESKRIPSI
Pembelian Waktu Laporan dapat dilihat
Tabel 2. Grain dan Dimensi pada Fakta per hari, bulan, kuartal,
Pembelian tahun.
Pelanggan Laporan dapat dilihat
berdasarkan pelanggan.
Barang Laporan dapat dilihat
berdasarkan barang.
Supplier Laporan dapat dilihat
berdasarkan supplier.
BarangMa Laporan dapat dilihat
suk berdasarkan barang masuk.
Pembayar Laporan dapat dilihat
an berdasarkan pembayaran.
Retur barang 7. Choosing the duration of the database.
Tabel 3. Grain dan Dimensi pada Fakta Retur Data warehouse yang dibuat
Barang diperkirakan memiliki durasi data kurang
lebih 4 tahun. Dimana database yang
digunakan merupakan data yang diambil
dari OLTP dan dipindahkan ke OLAP
melalui proses Data Transform Systems
(DTS).
Tabel 5. Durasi Basis Data
Nama Databa Data Data
Aplikasi se yang dalam
Masuk Dataware
DW house
4. Choosing the facts.
Visual SQL Okt 3
Di tahap ini akan dilakukan pemilihan fakta yang Studio Server 2007 – bulan
akan digunakan pada Data Warehouse. Fakta yang 2008 2005 Des 2007
ada akan diproses dan ditampilkan dalam bentuk
2008- 3
grafik. Berikut adalah fakta-fakta yang akan
2010 tahun
digunakan: penjualan, pembelian, dan retur barang.
Jan 10
5. Storing pre-calculation in fact table.
2011 – bulan
Kalkulasi awal terdapat pada tabel fakta. Pre- Okt 2011
kalkulasi yang terdapat dalam tabel fakta meliputi : 8. Tracking slowly changing dimension.
Fakta Penjualan, meliputi:
Flow Chart Perubahan Dimensi Secara
a. Jumlah Pemesanan merupakan jumlah
Perlahan
barang yang dijual selama periode tertentu.
Berikut akan diberikan penggambaran jika
terjadi perubahan dimensi :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 139


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.1. Skema Bintang (Star Scheme)


Skema bintang yang dirancang mencakup 3 fakta:
pembelian, penjualan, dan retur barang. Skema
bintang dibuat berdasarkan tabel pada rancangan
ERD usulan. Dalam setiap dimensi masing-masing
dibuat primary key baru yang dinamakan surrogate
key untuk dihubungkan pada tabel fakta sebagai
penanda unik baru yang bukan merupakan turunan
dari tabel manapun. Kemudian dimensi pada setiap
skema bintang diambil berdasarkan tabel pada ERD
usulan tetapi hanya beberapa atribut tertentu yang
dibutuhkan dan yang nantinya akan digunakan
sebagai pembanding dalam pengambilan keputusan
oleh pihak manajemen.

Gambar 1. Flow chart Perubahan Dimensi


Perlahan

9. Deciding query priorities and the query modes.


Proses Extract, Transformation, and Load (ETL)
Proses ETL akan dilakukan setiap hari dan akan
dilakukan oleh staf TI. Tetapi apabila terjadi
perubahan data pada basis data operasional yang
merupakan sumber dari tabel dimensi, maka akan
dilakukan ETL saat terjadi perubahan tersebut.
Pada tahap ini akan membahas mengenai proses
pemindahan data ke data warehouse:
Proses extract, transformation, and load (ETL)
Pelaku Intensitas Keterangan
ETL ETL
Bagian Setiap Proses ETL dilakukan
EDP hari oleh bagian EDP setiap
hari nya untuk menjaga
keakuratan data jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Gambar 2. Dimensional Model pada Data
Tabel 6. Extract, Transform, Loading Warehouse PT. ABC
Proses Backup
Proses backup akan dilakukan satu minggu 3.2. Form Pivot & Chart
sekali oleh staff TI sebelum dilakukan proses ETL. Form Pivot & Chart ini berisi tampilan hasil
Backup dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan transformasi Data Warehouse dalam bentuk grafik.
dalam proses ETL dan membuat salinan data ke Dalam form ini user dapat mengatur tampilan sesuai
media penyimpanan yang lain untuk mengurangi keinginan berdasarkan menu yang disediakan dalam
resiko kehilangan data karena kerusakan hardware, form, seperti chart type untuk memilih tipe chart.
kesalahan user, ataupun bencana alam. Backup yang Untuk menampilkan grafik dari data yang ada, user
dilakukan menggunakan tipe full backup dimana hanya perlu melakukan drag and drop dari pilihan
data-data pada data warehouse akan disalin ke media dimensi yang tersedia di atas, untuk kemudian
penyimpanan lain secara keseluruhan, dimana jika dipindahkan ke bawah, selanjutnya user tinggal
terdapat penambahan data, backup akan menyalin melakukan block pada data dalam tabel yang
keseluruhan data dan akan me-replace data-data kemudian akan muncul pada kolom graphic tepat di
backup yang sebelumnya . bawah tabel yang tersedia.
Laporan Penjualan
Pada menu laporan penjualan ini, akan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ditampilkan kode-kode barang apa saja yang
Setelah melakukan analisis terhadap proses dipesan, pelanggan mana yang memesan, kapan
bisnis dan database pada PT. ABC, maka informasi pemesanan dilakukan, serta tanggal pembayaran.
yang dibutuhkan oleh para eksekutif adalah sebagai
berikut :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 140


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis pada PT.
ABC yang kemudian dilakukan perancangan
data warehouse, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan adanya data warehouse, pengaksesan
informasi mengenai proses pembelian,
penjualan, retur barang, dan persediaan
menjadi lebih cepat dan mudah.
2. Sistem data warehouse yang akan dibangun
pada PT. ABC dapat mengatasi masalah
pimpinan perusahaan yang timbul sebelum
Gambar 3. Tampilan Laporan Penjualan perancangan.
3. Data warehouse yang dirancang pada PT.
Tampilan Laporan Purchase order ABC dapat memenuhi kebutuhan pimpinan
Pada menu laporan PO ini, akan ditampilkan perusahaan dalam membantu pengambilan
supplier-supplier yang dimiliki oleh PT.ABC, serta keputusan yang strategis untuk jangka
tanggal pembuatan PO. panjang, karena data tersimpan secara
summarized dan historical.
4. Dengan dibuatnya Data Warehouse pihak
manajemen PT. ABC dapat mengambil
keputusan dengan lebih cepat dan cermat
karena database yang ada sudah diperbaiki
dan grafik yang ditampilkan pada Data
Warehouse membuat tampilan report menjadi
lebih simpel dan kompak, memudahkan para
eksekutif untuk membacanya.
5. Data warehouse yang dibuat merupakan hasil
proses data yang memiliki dimensi yang
bervariasi, sehingga pihak manajemen
mendapatkan sudut pandang yang lebih
bervariasi dalam melakukan proses
pengambilan keputusan.
Gambar 4. Tampilan Laporan Purchase 6. Dengan dibuatnya data warehouse ini, pihak
order manajemen PT. ABC mendapatkan summary
dari data yang ada sehingga pihak eksekutif
Laporan Retur Barang dapat mengambil keputusan dengan lebih
Pada menu laporan retur barang, akan cepat dan tepat.
ditampilkan kode-kode barang yang sudah diterima
berdasarkan PO, jumlah barang yang masuk,
jumlah barang yang ingin diretur, serta supplier- Daftar Pustaka:
supplier yang bertanggung jawab. Anonymous. (2010). Database & Data Warehouse
Training Module. Binus University
Software Laboratory Center, Jakarta.
Connolly, Thomas and Begg, Carolyn. (2010).
Database Systems : A Practical Approach
to Design, Implementation, And
Management. Fifth Edition. Addison
Wesley, USA.
Deliana, Hartini. Cahya, Lisye M. dan Kaisariza,
Kikis S. (2009). Database dengan SQL
Server 2005. Mitra Wacana Media, Jakarta.
Imbar, Radiant Victor (2006) Executive Information
System And Data Warehouse Jurnal
Sistem Informasi UKM, Vol. I, No. 1,
Maret 2006 : 1-5
Gambar 5. Tampilan Laporan Retur Barang Imhoff, Claudia. (2003). Mastering Data Warehouse

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 141


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Design Relation and Dimensional


Techniques. John Wiley & Sons, Inc.,
Canada.
Inmon, W.H. (2005). Building the Data Warehouse.
Fourth Edition. Wiley Publishing Inc.,
Indianapolis.
Jogiyanto, Hartono. (2005). Analisis & Desain
Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur
Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi,
Yogyakarta.
Kimball, Ralph. and Ross, Margy.(2002).The data
Warehouse Toolkit : The Complete Guide to
Dimensional Modeling. Second Edition.
John Wiley and Sons, Inc.,Canada.
Mallach, Efrem G. (2000). Decision Support and
Data Warehouse System. McGraw-Hill
Higher Education, Singapore.
O’Brien, A. James. Marakas,M. George. (2010).
Introduction To Information Systems,
Fifteenth Edition. McGraw-Hill/Irwin, New
York.
Turban, Efraim, Aronson, Jay E, Liang, Ting-Peng,
Sharda, Ramesh (2011) Decision
Support And Business Intelligence
Systems. 9th Edition

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 142


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISA PENGGUNAAN HOME SOLAR CELL UNTUK EFISIENSI PEMAKAIAN


ENERGI LISTRIK
(Implementasi Pemakaian Pada Perumahan Type 27/66)

Oleh : Irfan Santosa 1 ; Tofik Hidayat 2


Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal
Jalan Halmahera KM.1 Tegal
Email : ci_ulya@yahoo.co.id

ABSTRAK

Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan
berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang handal dan terjangkau
merupakan pra syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Hal ini berdampak pada meningkatnya beban
anggaran negara, terganggunya tingkat pelayanan energi kepada publik dengan pemadaman bergilir, dan juga berdampak
terhadap iklim dan lingkungan hidup.Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut dikembangkan
berbagai energi alternatif diantaranya energi baru dan terbarukan.
Tujuan penelitian ini adalah menghitung konsumsi energi pada perumahan type 27 dengan luas bangunan 66 m2,
kemudian menganalisa kebutuhan home solar cell pada perumahan tersebut kemudian dihitung efisiensinya. Metode
penelitian ini adalah menghitung besarnya kebutuhan listrik per KWH yang dibutuhkan selama 1 bulan dan harga yang harus
dibayarkan setiap bulan ke PLN kemudian menghitung efisiensi yang dihasilkan dari pemasangan home solar cell.
Hasil penelitian menginformasikan energi yang dibutuhkan pada perumahan type 27/66 adalah sebesar 154.92 kwh
dengan biaya yang harus dibayarkan ke PLN sebesar Rp. 92.952,00 dan setelah dilakukan pemasangan home solar cell maka
efisiensi sebesar 0.6455 % atau sekitar Rp. 60.000,00.

Kata kunci : Konsumsi Energi listrik; Daya listrik; Home Solar Cell; Efisiensi.

I. PENDAHULUAN berkelanjutan jika dikelola dengan baik antara


A. Latar Belakang Masalah lain panas bumi, angin, bioenergi, matahari,
Energi mempunyai peranan penting air, dan perbedaan suhu lapisan permukaan
dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan laut.
lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan Energi di Indonesia masih di
serta merupakan pendukung bagi kegiatan dominasi oleh bahan bakar fosil. Dengan
ekonomi nasional. Penggunaan energi di jumlah konsumsi minyak yang lebih besar
Indonesia meningkat pesat sejalan dengan daripada produksi, ditambah dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan kurangnya investasi guna meningkatkan
penduduk. Sedangkan akses ke energi yang kapasitas energi nasional, Indonesia
handal dan terjangkau merupakan pra syarat diharuskan untuk mengimpor minyak guna
utama untuk meningkatkan standar hidup mencukupi kebutuhan dalam negeri. Hal ini
masyarakat. berdampak pada meningkatnya beban
Untuk memenuhi kebutuhan energi anggaran negara, terganggunya tingkat
yang terus meningkat tersebut dikembangkan pelayanan energi kepada publik dengan
berbagai energi alternatif diantaranya energi pemadaman bergilir, dan juga berdampak
baru dan terbarukan. Potensi energi baru terhadap iklim dan lingkungan hidup.
antara lain : FuelCell, Nuklir, Hidrogen, dan PLN sebagai salah satu perusahaan
lain sebagainya sedangkan energi terbarukan listrik milik negara berbenah dan melakukan
antara lain : Biomassa, Panas Bumi, Energi langkah menaikkan harga tarif dasar listrik
Surya, Energi air, Energi angin dan Energi (TDL), perubahan ini bisa saja ditanggapi
Samudra yang sampai saat ini belum banyak sebagai suatu upaya untuk menekan
dimanfaatkan padahal potensi di Indonesia pemakaian energi. Salah satu cara untuk
sangatlah besar. Energi baru merupakan menanggulangi munculnya masalah ini adalah
energi yang betul-betul baru dan mulai program konservasi energi dan audit energi.
dikembangkan seperti hidrogen, Fuel cell dan Konservasi energi adalah aktivitas
lain sebagainya. Sedangkan pemahaman pemanfaatan energi secara efisien dan rasional
energi terbarukan menurut undang-undang tanpa mengurangi penggunaan energi yang
Republik Indonesia No 30 Tahun 2007 memang diperlukan. Sedangkan audit energi
tentang Energi : “bahwa sumber energi adalah langkah identifikasi potensi
terbarukan adalah sumber energi yang penghematan energi pada sarana maupun
dihasilkan dari sumber daya energi yang sistem yang telah ada. Dengan demikian,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 143


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

langkah audit energi akan sejalan dengan C. Tujuan dan Manfaat


program konservasi energi (Erwin Tujuan penelitian ini adalah :
Fakhrurozi,2008). 1. Dengan mengetahui kebutuhan energi
Pemerintah juga menargetkan listrik pada perumahan tipe 27/66
kewajiban penggunaan panel surya pada sehingga bisa dijadikan informasi
institusi pemerintah, bangunan komersil dan perencanaan home solar cell
juga perumahan bisa direalisasikan tahun ini, 2. Dengan mengetahui efisiensi penggunaan
kewajiban penggunaan energi surya bertujuan home solar cell di perumahan tipe 27/66
untuk mengurangi konsumsi listrik PT maka bisa dijadikan data untuk digunakan
Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) dan pada perumahan tipe yang lain.
Jakarta dibidik menjadi pilot project
penerapan kewajiban penggunaan panel surya II. Tinjauan Pustaka
tersebut (www.ebtke.esdm.go.id,2012). A. Penelitian terdahulu
Belum lagi permasalahan sekarang Beberapa penelitian terdahulu tentang
ini adanya tambahan tagihan listrik yang perhitungan kebutuhan energi serta
dibebankan ke masyarakat. Tambahan biaya penggunaan energi baru dan terbarukan
tagihan listrik via online ini dirasakan antara lain :
menambah beban masyarakat 1. M Santamouris, dkk. Melakukan penelitian
(www.detik.com, 2012). yang berjudul “Energy Performance and
Berdasarkan dari ketiga sumber Energy Consevation In Health Care
tersebut maka pemanfaatan energi baru dan Buildings In Hellas” yaitu tentang langkah-
terbarukan sangatlah penting dan harus langkah melakukan audit energi beserta cara
dimulai dari skala yang paling kecil dahulu melakukan estimasi untuk mencari peluang
yaitu rumah tangga, hanya saja pemanfaatan penghematan.
energi baru dan terbarukan khususnya 2. Danang Panarso, 2000. Melakukan penelitian
penggunaan solar cell belum tersosialisasi dengan judul “Audit dan Konservasi Energi
dengan baik khususnya di daerah-daerah dan Pada Pabrik Gula Jatiroto-PTPTN XI” yaitu
juga disamping dari harga alat tersebut yang tentang mencari peluang penghematan energi
relatif masih mahal sehingga masyarakat dengan cara penggantian pembangkit listrik
khususnya di daerah kurang berminat untuk dengan genset.
menggunakan solar cell. Perlunya pengenalan 3. Aan Zainal, 2011. Melakukan penelitian
solar cell kepada masyarakat luas serta dengan judul “Audit Energi Pada Boiler,Studi
bagaimana kemanfaatannya haruslah Kasus Akibat Perubahan Bahan Bakar Jenis
dilakukan sebuah penelitian tentang High Rank Coal ke Low Rank Coal Pada
bagaimana cara menghitung kebutuhan energi Salah Satu Pembangkit Listrik di Jawa Timur
di dalam rumah tangga serta efisiensi yang Dengan Kapasitas Terpasang 2x400 MW.
didapat pada saat solar cell diimplementasikan 4. Syamsuri Hasan,dkk. Melakukan penelitian
di rumah tangga sehingga diharapkan dengan judul “Audit Energi Untuk
penggunaan home solar cell bisa meluas Pemakaian Air Conditioning (AC) Pada
karena masyarakat mengerti dan memahami Gedung Perkantoran dan Ruang Kuliah di
arti pentingnya pemanfaatan energi baru dan UPI”. Hasil penelitian merupakan kebijakan
terbarukan. yaitu mendapatkan data mengenai energi
yang terpakai untuk pengeoperasian sistem
B. Rumusan Masalah tata udara atau AC di Universitas Pendidikan
Dari latar belakang diatas maka Indonesia (UPI).
penelitian difokuskan dengan menganalisa Penelitian diatas lebih memfokuskan perhitungan
kebutuhan energi pada perumahan, energi serta melakukan estimasi peluang
menganalisa home solar cell kapasitas 100WP penghematan kebutuhan listrik di sektor industri,
kemudian menghitung efisiensi dari padahal kebijakan Pemerintah adalah
penggunaan panel surya tersebut. Maka mewajibkan penggunaan energi baru dan
rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut : terbarukan disegala sektor baik industri,
1. Berapakah kebutuhan energi yang dipakai pemerintah, bangunan dan gedung serta rumah
di dalam rumah tangga perumahan tipe tangga. Maka dari itu penelitian ini akan lebih
27/66? memfokuskan kepada perhitungan energi listrik
2. Berapakah efisiensi penggunaan home solar yang digunakan pada rumah tangga khususnya
cell setelah diaplikasikan untuk mensuplai perumahan tipe 27/66.
kebutuhan energi di dalam rumah tangga B. Energi
perumahan tipe 27/66? Energi adalah sesuatu yang bersifat
abstrak yang sukar dibuktikan tetapi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 144


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dirasakan adanya. Energi adalah e. Energi Nuklir


kemampuan untuk melakukan kerja (energy Energi nuklir adalah energi dalam bentuk
is the capacity for doing work). Menurut tersimpan yang dapat dilepas akibat interaksi
hukum Thermodinamika pertama, energi partikel dengan atau didalam inti atom.
bersifat kekal, tidak dapat diciptakan dan Energi ini dilepas sebagai hasil usaha
tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat partikel-partikel untuk memperoleh kondisi
dikonversi dari bentuk energi satu ke yang lebih stabil.
bentuk energi yang lain contohnya adalah f. Energi Thermal
energi dalam satu liter bensin yang Energi thermal merupakan bentuk energi
dikonversi menjadi kerja yang berhasil dasar dimana dalam kata lain adalah semua
guna tinggi, yaitu menjadi energi gerak energi yang dapat dikonversikan secara
yang dapat memindahkan manusia dari penuh secara penuh menjadi energi panas.
suatu tempat ke tempat lain yang jauh Sebaliknya pengonversian dari energi termal
jaraknya. ke energi yang lain dibatasi oleh Hukum
Secara garis besar energi dapat Thermodinamika II.
diklasifikasikan menjadi dua yakni :
a. Energi dalam transisi (transisional energy) C. Tenaga Surya
yaitu energi yang sedang bergerak melintasi Pembangkit listrik tenaga surya
batas sistem. adalah ramah lingkungan, dan sangat
b. Energi tersimpan (stored energy) yaitu menjanjikan. Sebagai salah satu alternatif
energi yang tersimpan dalam suatu sistem untuk menggantikan pembangkit listrik
atau massa biasanya berbentuk massa, menggunakan uap (dengan minyak dan
medan gaya, biasanya mudah dikonversi batubara). Sistem energi pembangkit tenaga
menjadi energi transisi. surya, mengurangi ketergantungan dunia akan
Secara umum energi dapat dikategorikan bahan bakar fosil, bayangkan energi gratis dan
menjadi berbagai macam yaitu : terus-menerus yang bersumber dari bumi kita
a. Energi Mekanik disediakan untuk kebutuhan energi dan dapat
Bentuk transisi energi mekanik adalah kerja. dihandalkan mengurangi pengeluaran daya,
Energi mekanik yang tersimpan adalah dimana terus menjadi beban dalam kehidupan
energi potensial atau energi kinetik. rumah tangga dan keuntungan bisnis anda.
b. Energi Listrik Keuntungan menggunakan listrik
Energi listrik adalah energi yang berkaitan mandiri dengan menggunakan solar panel /
dengan akumulasi arus electron, dinyatakan panel surya antara lain:
dalam Watt-jam atau Kilowatt-jam. Bentuk  Merupakan energi terbarukan yang tidak
transisinya adalah aliran elektron melalui pernah habis
konduktor jenis tertentu.  Menghemat listrik dalam jangka panjang
c. Energi Elektromagnetik  Mengurangi pemanasan global
Energi elektromagnetik merupakan bentuk  Bersih dan ramah lingkungan
energi yang berkaitan dengan radiasi  Praktis tidak memerlukan perawatan
elektromagnetik. Energi radiasi dinyatakan  Umur panel surya yang panjang
dalam satuan energi yang sangat kecil yakni
 Tidak tergantung dengan PLN
electron Volt (eV) atau mega elektrovolt
 Sangat cocok untuk daerah tropis seperti
(MeV) yang juga digunakan dalam evaluasi
Indonesia
energi nuklir.
Cara kerja panel surya adalah sistem
d. Energi Kimia
pemasangan panel yang dapat menyimpan
Energi kimia merupakan energi yang keluar
energi dari cahaya matahari, yang kemudian
sebagai hasil interaksi electron dimana dua
dapat dimanfaatkan sebagai tanaga pembangkit
atau lebih atom/molekul berkombinasi
listrik. Beberapa peralatan pendukung panel
sehingga menghasilkan senyawa kimia yang
surya beserta fungsi dan kegunaannya adalah
stabil. Energi kimia hanya dapat terjadi
sebagai berikut :
dalam bentuk energi tersimpan. Bila energi
1. Panel surya / solar panel
dilepas dalam suatu reaksi maka reaksinya
Solar panel / panel surya
disebut reaksi eksotermis yang dinyatakan
mengkonversikan tenaga matahari menjadi
dalam kJ, Btu, atau Kkal. Bila dalam reaksi
listrik. Sel silikon (disebut juga solar cells)
kimia energinya terserap maka disebut
yang disinari matahari/ surya, membuat
dengan reaksi endothermis. Sumber energi
photon yang menghasilkan arus listrik.
bahan bakar yang sangat penting bagi
Sebuah solar cells menghasilkan kurang
manusia adalah reaksi kimia eksotermis
lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel
yang umum disebut reaksi pembakaran.
surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 145


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan 1. Membuat desain denah rumah (dalam
maksimum). Umumnya kita menghitung bentuk 2D) perumahan tipe 27/66.
maksimum sinar matahari yang diubah 2. Menginventarisasi beberapa peralatan
menjadi tenaga listrik sepanjang hari adalah listrik yang dipakai serta menghitung rata-
5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore rata penggunaan energi dari alat-alat listrik
disimpan dalam baterai, sehingga listrik tersebut.
bisa digunakan pada malam hari, dimana 3. Menghitung pemakaian energi listrik dalam
tanpa sinar matahari. 1 bulan kemudian dan pembayaran ke PLN
2. Solar charge controller tiap bulannya.
Solar charge controller berfungsi 4. Menghitung kebutuhan peralatan home
mengatur lalu lintas dari solar cell ke solar cell serta menghitung efisiensi dari
baterai dan beban. Alat elektronik ini juga pemakaian energinya.
mempunyai banyak fungsi yang pada
dasarnya ditujukan untuk melindungi IV.Hasil dan Pembahasan
batere. Mendesain denah rumah tipe 27
3. Inverter menggunakan software AutoCAD, serta titik-titik
Inverter adalah perangkat elektrik peralatan khususnya yang membutuhkan energi
yang mengkonversikan tegangan searah listrik digambarkan lokasinya seperti lampiran 1.
(DC-Direct Current) menjadi tegangan Kemudian setelah mengetahui titik-titik
bolak-balik (AC-Alternating Current). peralatan yang membutuhkan energi listrik
4. Baterai diinventarisasi kebutuhan dayanya dan
Baterai berfungsi menyimpan arus menghitung konsumsi pemakaian energi listrik
listrik yang dihasilkan oleh panel surya selama satu bulan. Adapun data penggunaan
sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan peralatan serta kebutuhan konsumsi listriknya bisa
beban. Beban dapat berupa lampu dilihat pada lampiran 2.
penerangan atau peralatan elektronik Dari hasil perhitungan kebutuhan listrik
lainnya yang membutuhkan listrik. Instalasi dalam 1 bulan pada perumahan tipe 27/66 sebesar
pembangkit listrik dengan tenaga surya 154.92 kwh dan harga listrik yang dibayarkan
membutuhkan perencanaan mengenai setiap bulan ke PLN sebesar Rp. 92.952,00
kebutuhan daya: Jumlah pemakaian, Jumlah (asumsi harga listrik Rp. 600,00/kwh).
solar panel, Jumlah baterai. Setelah menghitung kebutuhan listrik yang
5. Lampu LED Sebagai Penerangan dibutuhkan, kemudian mengimplementasikan
Rumah home solar cell dengan perhitungan sebagai
Saat ini ada lampu hemat energi berikut :
yang menggunakan DC seperti lampu LED. 1. Menghitung kebutuhan jumlah total beban di
Bandingkan lampu LED 3 Watt setara rumah yang akan menggunakan tenaga dari
dengan lampu AC 15 Watt. solar cell. Dari tagihan listrik, bisa dilihat
Gambar dibawah menunjukkan cara kerja tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh
panel surya untuk suplai kebutuhan (kilowatt per jam) setiap bulan misalnya.
peralatan listrik : Dari hasil perhitungan kebutuhan listrik tiap
bulan 154.92 kwh.
2. Selanjutnya adalah menentukan berapa lama
beban yang totalnya 154.92 kwh ini dengan
menggunakan home solar cell yaitu kira-kira
12 jam( 18.00 s/d 06.00). Jika penggunaan
home solar cell diibaratkan 12 jam maka
konsumsi daya beban dalam sehari sebesar
1859.04 watt (lebih menguntungkan jika
beban yang menggunakan home solar cell
dinyalakan pada malam hari)
3. Menghitung berapa kebutuhan besar dan
jumlah batere yang dibutuhkan untuk
mensupply beban sejumlah 1859.04 watt,
Gambar 1. Cara Kerja Panel Surya yaitu perlunya ditambahkan 20% dari jumlah
(www.solarsuryaindonesia.com) watt total dari 1859.04 watt (untuk supply
listrik yang digunakan perangkat lain selain
III.Metodologi Penelitian panel surya seperti inverter, controller, dan
Langkah penelitian adalah sebagai berikut : sebagainya) sehingga jika ditambah 20%

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 146


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

maka total daya yang dibutuhkan adalah 2. Jumlah kebutuhan batere dan solar cell yang
sebesar 2230.848 watt. Setelah mengetahui dibutuhkan untuk mensupply energi listrik pada
total daya yang dibutuhkan maka daya perumahan tipe 27/66 adalah 2 batere (100Ah
tersebut dibagi 12 Volt (tegangan umum 12V) dan 5 buah home solar cell.
yang dimiliki batere) sehingga kuat arus yang 3. Besar efisiensi biaya yang dihasilkan setelah
dibutuhkan adalah 185.904 Ampere. Maka home solar cell ini diaplikasikan di perumahan
jika menggunakan batere ukuran 100 Ah 12V tipe 27/66 sebesar 0.6455%.
maka kebutuhan batere adalah 1.859 (sekitar B. Rekomendasi
2 batere),maka total daya yang bisa 1. Dari hasil analisa perhitungan implementasi
dihasilkan batere adalah sebesar 2400 watt home solar cell pada perumahan tipe 27/66 ini
(100 Ah x 12 V x 2 batere). membutuhkan biaya investasi yang sangat
4. Dengan mendapatkan 2400 watt ini akan kita besar kurang lebih Rp. 50.000.000,00. Maka
dapatkan jumlah home solar cell yang kita dari itu perlulah subsidi dari pemerintah untuk
butuhkan. Asumsikan kebutuhan home solar bisa mengimplementasikan home solar cell ke
cell adalah ukuran 100 Wp (Watt Peak), masyarakat.
maka dalam sehari solar cell ini kurang lebih 2. Perlu adanya kegiatan penelitian lanjutan
menghasilkan supply sebesar 100 WP x 5 jam menghitung kelayakan ekonomis teknik
= 500 Watt. Adapun 5 jam ini didapatkan terutama menghitung BEP (Break Event Point).
dari efektivitas rata-rata sinar matahari
memberikan sinar maksimum yang diserap DAFTAR PUSTAKA
oleh solar cell. Maka jika 1 solar cell ukuran 1. Badan Standarisasi Nasional. Prosedur Audit
100 WP mampu memberikan listrik sebesar Energi Pada Gedung. ICS 91.040.01. SNI 03-
500 Watt, maka didapatkan kebutuhan solar 6196-2000.
cell sebesar 5 buah solar cell (2400 watt 2. Danang Panarso. Audit dan Konservasi Energi
dibagi 500 watt = ± 5 solar cell). Pada Pabrik Gula Jatiroto-PTPTN XI. 2000
5. Setelah mengetahui kebutuhan jumlah batere 3. www.ebtke.esdm.go.id. Kewajiban Penggunaan
yang dibutuhkan adalah 2 batere (100 Ah 12 Panel Surya di Targetkan Tahun ini. Juni 2012.
V) serta solar cell yang dibutuhkan adalah 4. Erwin Fakhurozi. Sekilas Tentang Audit Energi
sebesar 5 buah untuk mensupply listrik Gedung ELTI. www.bukuenergi.blogspot.com.
sebesar 2400 watt selama 12 jam (18.00- 2008
06.00), maka kebutuhan biaya untuk 5. Joko Santoso. Audit Energi Listrik di Gedung
membangun sistem ini yaitu sebesar Rp. Pusat Grosir Cililitan Dalam Rangka
50.000.000,00 (dengan asumsi harga solar Penghematan Biaya Listrik. Universitas Mercu
cell 1WP sebesar USD 9-10). Buana Jakarta. 2010.
6. Setelah kita menghitung biaya untuk 6. www.solarsuryaindonesia.com. Tenaga Surya
membangun home solar cell di perumahan dan Panel Surya. Februari 2012.
tipe 27/66 maka efisiensi kebutuhan energi 7. www.klastik.wordpress.com. Cara Hitung
yang didapat setelah kita menggunakan home Pemasangan Panel Surya. April 2012
solar cell adalah sebesar 0.06455 % yaitu 8. Wilhansen Sindhu Kamarga. Audit Energi Pada
perhitungan dari beban pemakaian energi PT Indonesia Power UBP Pesanggaran Unit 3
listrik setiap bulan dibagi energi yang bisa Denpasar-Bali. ITS Paper 19759-2107100055.
disuplai oleh perangkat home solar cell Surabaya
(154.92 / 2400 = 0.06455x100%). 9. M Santamouris,. Energy Performance and
7. Setelah mengetahui efisiensi kebutuhan Energy Consevation In Health Care Buildings In
energi maka besar efisiensi harga listrik per Hellas. Jakarta, 2011
bulannya adalah sebesar Rp.60.000,00 tiap 10. Syamsuri Hasan. Audit Energi Untuk Pemakaian
bulannya (6.455% x Rp.92.952,00) Air Conditioning (AC) Pada Gedung
Perkantoran dan Ruang Kuliah di UPI.
V. Kesimpulan dan Rekomendasi Universitas Pendidikan Indonesia,
A.Kesimpulan Bandung.2010.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Analisa kebutuhan listrik untuk perumahan tipe
27/66 per bulan adalah sebesar 154.92 kwh.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 147


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Lampiran 1 : Desain Rumah tipe 27/66

NO NAMA PERALATAN JUMLAH

1 Lampu Teras 1
2 Lampu Tengah 1
3 Lampu Kamar Tidur 1
4 Lampu Kamar Mandi 1
5 Lampu Dapur 2
6 Jet Pump 1
7 Kipas Angin 1
8 TV 1
9 Tape Recorder 1
10 VCD 1
11 Sound Speaker 1
12 Kulkas 1
13 Rice Cooker 1
14 Setrika Listrik 1

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 148


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Lampiran 2 : Perhitungan Biaya Konsumsi Listrik dalam 10 bulan pada Perumahan Tipe 27/66

1. Data Pengisian Pulsa Melalui Token Listrik serta Kebutuhan Pemakaian Daya Listrik tiap bulan (riil)

PEMBELIAN
JML KWH PENGISIAN JML KWH PENGGUNAAN
NO BULAN PULSA
SEBELUMNYA (KWH) SETELAH DIISI LISTRIK (KWH)
LISTRIK(Rp…)
1 JANUARI 188.9 103.8 70000 292.7 136.8
2 FEBRUARI 155.9 149.3 100000 305.2 75.8
3 MARET 229.4 149.3 100000 378.7 138.6
4 APRIL 240.1 73.4 50000 313.5 64
5 MEI 249.5 149.3 100000 398.8 59.2
6 JUNI 339.6 73.4 50000 413 132.2
7 JULI 280.8 103.8 70000 384.6 139.2
8 AGUSTUS 245.4 73.4 50000 318.8 54.7
9 SEPTEMBER 264.1 149.3 100000 413.4 123.7
10 OKTOBER 289.7 111.4 75000 401.1 401.1
11 NOVEMBER
12 DESEMBER
Total Penggunaan Listrik dalam 10 bulan 1325.3
Rata2 Penggunaan Listrik tiap bulan (..kwh) 132.53
Jumlah yang harus dibayar ke PLN (Rp) 79518

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 149


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Asumsi Perhitungan Kebutuhan Pemakaian Energi Listrik di lihat dari peralatan rumah tangga yang ada

RATA-RATA HARGA
STANDAR RATA-RATA RATA-RATA
NAMA PENGGUNAAN/ LISTRIK
NO JUMLAH SATUAN PENGGUNAAN/ PENGGUNAAN/
PERALATAN BULAN (..WATT /KWH (Rp.
(WATT) HARI (..JAM) BULAN(KWH)
JAM) 600,00)
1 Lampu Teras 1 15 12 5400 5.4 3240
2 Lampu Tengah 1 10 12 3600 3.6 2160
Lampu Kamar
3 Tidur 1 15 12 5400 5.4 3240
Lampu Kamar
4 Mandi 1 15 2 900 0.9 540
5 Lampu Dapur 2 15 12 5400 5.4 3240
6 Jet Pump 1 130 3 11700 11.7 7020
7 Kipas Angin 1 36 8 8640 8.64 5184
8 TV 1 90 20 54000 54 32400
9 Tape Recorder 1 28 2 1680 1.68 1008
10 VCD 1 30 2 1800 1.8 1080
11 Sound Speaker 1 25 1 750 0.75 450
12 Kulkas 1 70 24 50400 50.4 30240
13 Rice Cooker 1 50 3 4500 4.5 2700
14 Setrika Listrik 1 50 0.5 750 0.75 450

Rata-rata Konsumsi Energi Listrik dan Biaya Yang Harus Dibayarkan


ke PLN 154920 154.92 92952

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 150


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGENALAN NADA PIANIKA MENGGUNAKAN


JENDELA KAISER, FFT, DAN KORELASI

Dionysius Edwin Surya 1), Linggo Sumarno2)


1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universtas Sanata Dharma Yogyakarta
Kampus III Paingan Maguwoharjo Depok Sleman, Yogyakarta
d_yhonedwin@yahoo.co.id, lingsum@usd.ac.id

Abstrak
Sebagian orang hanya mendengarkan nada musik tanpa mengetahui nada apa yang sedang dimainkan, karena kurangnya
ketajaman indera pendengaran dan pengetahuan tentang musik. Suatu sistem pengenalan nada pianika dapat digunakan untuk
membantu orang dalam belajar musik, terutama yang terkait dengan pianika. Pada penelitian yang dilaksanakan, dibuat suatu
sistem pengenalan nada pianika berbasiskan komputer. Secara garis besar, sistem pengenalan nada tersebut dideskripsikan
dalam urutan proses-proses dasar sebagai berikut: frame blocking, windowing dengan jendela Kaiser, ekstraksi ciri dengan
FFT, dan pembandingan dengan korelasi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 120 nada uji, sistem pengenalan yang dibuat
mampu memberikan tingkat pengenalan hingga 100%, untuk penggunaan nilai alpha 0 dan 50 pada jendela Kaiser dan untuk
penggunaan nilai point 128 pada FFT.
Kata kunci: pengenalan nada, pianika, Jendela Kaiser, FFT, korelasi

1. PENDAHULUAN C D E F G A B
Pianika merupakan bagian dari banyak alat
musik apabila ditiup akan menghasilkan sebuah
bunyi. Tinggi rendahnya nada ditentukan oleh
frekuensi dasar gelombang bunyi (Kurnia, 2011).
Semakin besar frekuensi dasar gelombang bunyi,
maka semakin tinggi nada yang dihasilkan, demikian
pula sebaliknya. Umumnya indera pendengaran
manusia tidak dapat mengenali secara pasti nada apa
yang didengar olehnya, terkecuali bagi para pemusik
profesional.
C# D# F# G# A#
Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, suatu
komputer dibuat untuk meniru kemampuan pada Gambar 1. Nada-nada C, C#, D, D#, E, F, F#, G,
pemusik profesional dalam mengenali nada alat G#, A, A#, dan B yang dikenali pada pianika.
musik. Dalam meniru ini, umumnya prinsip dasar
pengenalan nada dengan komputer adalah dengan 2. DASAR TEORI
membandingkan frekuensi dasar gelombang bunyi
alat musik dengan frekuensi dasar nada referensi 2.1 Pianika
(Somrealvongkul, 2007; Kurnia, 2011). Pianika adalah alat musik tiup kecil sejenis
Pada penelitian yang dilaksanakan, dibangun harmonika, yang mempunyai bilah-bilah keyboard
suatu sistem pengenalan nada pianika yang mampu yang luasnya sekitar tiga oktaf. Pianika dimainkan
mengenali nada pianika C, C#, D, D#, E, F, F#, G, dengan ditiup langsung, atau memakai pipa lentur
G#, A, A#, dan B, sebagaimana terlihat pada yang dihubungkan ke mulut (Senturi, 2010).
Gambar 1. Sistem yang dibangun mempunyai Alat musik pianika biasanya digunakan untuk
masukan berupa nada dalam format wav, sedangkan memainkan melodi pokok, kontra melodi, dan bila
keluarannya berupa teks yang menandakan nada memungkinkan dapat juga untuk mengiringi lagu.
yang dikenali. Prinsip dasar sistem yang di bangun Pianika mempunyai dua bilahan warna tuts yaitu
adalah pembandingan frekuensi sinyal yang warna putih dan hitam. Bilahan-bilahan yang
menggunakan korelasi. Dalam tulisan ini, dikaji berwarna putih untuk nada-nada asli (natural) dan
pengaruh variasi nilai alpha pada jendela Kaiser di yang berwarna hitam untuk memainkan nada-nada
proses windowing, serta pengaruh variasi nilai point kromatis (lihat Gambar 1). Dalam memainkan alat
pada FFT di proses ekstraksi ciri, terhadap tingkat musik pianika, tangan kiri memegang pianika dan
pengenalan nada. tangan kanan menekan untuk memainkan melodi
lagu, sedangkan mulut meniupnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 151


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2.2 Sampling 2.3 Windowing


Sampling adalah proses pencuplikan sinyal yang Frame blocking di atas akan menyebabkan
kontinu menjadi sinyal yang diskrit. Sampling munculnya diskontinuitas pada tepi-tepi sinyal. Hal
mempunyai frekuensi sampling yang dinyatakan ini akan menyebabkan munculnya kesalahan pada
dalam satuan Hertz (Hz), yang menandakan proses transformasi Fourier. Untuk itu, diperlukan
banyaknya pencuplikan dalam satu detik. Dalam windowing untuk mengurangi efek diskontinuitas
proses sampling ini sebaiknya menggunakan kriteria tepi-tepi tersebut (Santoso et al, 2005).
Nyquist yang menyatakan bahwa frekuensi sampling
harus sekurang-kurangnya 2 kali lebih tinggi dari Jendela Kaiser
frekuensi tertinggi yang ada pada sinyal analognya Windowing memerlukan suatu jendela, yang
(Sklar, 1988). Secara matematis hal ini dituliskan salah satunya adalah jendela Kaiser. Jendela ini
sebagai berikut keruncingannya dapat diatur dengan mengatur nilai
≥2 (1) alpha ( ), sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
dengan adalah frekuensi sampling, sedangkan 3.
adalah frekuensi tertinggi sinyal analognya.
2.3 Frame Blocking  = 1
 = 10
Frame blocking merupakan pengambilan suatu 1
 = 100
frame sinyal dari suatu deretan sinyal yang panjang
(Kartikasari, 2006). Gambar 2 memperlihatkan 0.8

contoh pengambilan suatu frame sinyal yang terdiri


atas 512 data, dari suatu deretan sinyal yang ) 0.6
(n
panjangnya 9600 data. w
0.4

0.2

0
20 40 60 80 100 120
n

Gambar 3. Contoh jendela Kaiser dengan nilai


= yang berbeda-beda.

Jendela Kaiser yang panjangnya M diperlihatkan


rumusannya sebagai berikut (Kaiser dan Schafer,
1980):

(a)
( )
0.6
⎧ 2
0.4 ⎪ 1− −1
= ,0 ≤ ≤ (2)

0.2
( )

⎩0 , yang lain
0

-0.2

-0.4

-0.6 dengan ( ) adalah orde 0 fungsi Bessel yang


-0.8
dimodifikasi:
-1
0 100 200 300 400 500 600 ∞ (
( )=1+ 2 (3)
(b) !
Gambar 2. Contoh frame blocking. (a) Deretan data
sebelum frame blocking; (b) Deretan data setelah
frame blocking.
Fungsi frame blocking yaitu untuk mereduksi 2.4 Fast Fourier Transform (FFT)
data yang akan diproses dalam sistem pengenalan.
FFT adalah suatu cara yang cepat untuk
Dengan data yang semakin berkurang ini, maka
menghitung DFT dari suatu sinyal diskrit. DFT dari
proses pengenalan akan menjadi semakin cepat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 152


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sinyal waktu diskret x(n) diperlihatkan pada


Persamaan (4). Faktor eksponensial dalam DFT
dinamakan twiddle factor, yang bersifat periodik
dengan periode N.
(
( )= ( ) = 0, … , −1 (4)

Pada perhitungan FFT, sejumlah N titik data


DFT dapat difaktorkan, sehingga seluruh titik dapat Gambar 4. Blok diagram sistem pengenalan nada
dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang makin pianika
lama makin kecil. Kemudian dengan memanfaatkan
sifat simetri dan perioditas twiddle factor, jumlah Frame Blocking adalah untuk mengambil satu
operasi aritmatika yang tidak diperlukan dapat frame data yang ada ditengah-tengah deretan data
dihilangkan. rekam. Frame yang digunakan dalam penelitian ini
2.6 Korelasi adalah yang mempunyai lebar 512 data, yang
disesuaikan dengan rumusan 2N, yang sesuai dengan
Korelasi pada dasarnya menghitung kedekatan struktur FFT yang digunakan di MATLAB yaitu
suatu obyek dengan obyek yang lain. Korelasi radix-2 (The Mathworks Inc., 2005). Berdasarkan
dirumuskan sebagai berikut (Teknomo, 2011). hasil evaluasi, lebar frame 512 data sudah memadai
( untuk mendiskriminasi spektrum frekuensi antara
∑ ( − )( − ) setiap nada pianika.
( , )= (5)
∑ ( − ) ∑ ( − ) Windowing menggunakan jendela Kaiser. Variasi
nilai alpha 0, 50, 100 dan 500 akan diteliti lebih
dengan , adalah nilai ke-i kedua obyek, , lanjut pengaruhnya terhadap terhadap tingkat
adalah nilai rata-rata kedua obyek, D(x,y) adalah pengenalan sistem.
jarak antara obyek x dan y, dan m adalah jumlah
data. Normalisasi mengeset nilai maksimum pada deretan
data menjadi bernilai satu. Normalisasi ini berfungsi
3. METODOLOGI PENELITIAN untuk menghilangkan perbedaan nilai maksimum
3.1 Bahan dan Alat pada saat perekaman.
Bahan penelitian berupa suara pianika dalam FFT adalah untuk mengubah data dari domain
format wav, yang diperoleh dengan merekam suara waktu menjadi domain frekuensi. Hasil pengubahan
pianika dengan sampling rate 4800 Hz. Besaran data dalam domain frekuensi dapat dianggap sebagai
sampling rate ini dipilih karena sesuai dengan ekstraksi ciri dari data. Variasi point 32, 64, 128, dan
kriteria Nyquist yaitu besarnya sampling rate 256 dari FFT ini akan dikaji lebih lanjut
minimum adalah dua kali frekuensi tertinggi sebesar pengaruhnya terhadap terhadap tingkat pengenalan
2050 Hz (untuk nada B). Berdasarkan hasil evaluasi sistem.
secara subyektif, durasi perekaman selama 2 detik
sudah memadai, karena suara yang dihasilkan sudah Korelasi adalah membandingkan data masukan
stabil, terutama di daerah deretan data tengah, yang (data hasil komputasi FFT yang telah dinormalisasi)
dipilih untuk keperluan frame blocking. dengan setiap data referensi. Ada sejumlah 12 data
referensi yang mewakili nada-nada C, C#, D, D#, E,
Alat penelitian berupa pianika merek Pyramid F, F#, G, G#, A, A#, dan B. Hasil dari korelasi
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 di atas. adalah nilai korelasi antara data masukan dengan
Mikrofon Genius MIC-01A. Seperangkat komputer sejumlah data referensi tersebut.
dengan prosesor Intel Core 2 Duo E4400, dengan
RAM 4GB, yang dilengkapi dengan perangkat lunak Penentuan nada adalah untuk menentukan nada
MATLAB. keluaran. Penentuan nada ini dilakukan dengan
mencari nilai maksimum dari sejumlah 12 nilai
3.2 Perancangan Sistem Pengenalan Nada korelasi yang merupakan hasil dari korelasi di atas.
Proses pengenalan nada diperlihatkan blok Suatu nada yang mempunyai nilai korelasi
diagramnya pada Gambar 4. Masukan berupa wav maksimum, ditentukan sebagai nada keluaran.
file dan keluaran berupa huruf yang menandakan
nada yang dikenali.
3.2 Nada Referensi
Nada acuan yang disebut nada referensi
dibutuhkan dalam proses korelasi. Untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 153


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

memperoleh nada referensi, penulis mengambil 10 3.3 Nada Uji


sample dari setiap nada yang akan dikenali tersebut Untuk memperoleh nada uji pada setiap nada
(nada C, C#, D, D#, E, F, F# G, G#, A, A# dan B). pada pengenalan nada alat musik pianika, penulis
Dengan 10 sample ini secara subyektif penulis mengambil 10 sample pada setiap nada yang akan
menganggap, semua variasi spektrum untuk setiap digunakan untuk menguji sistem (nada C, C#, D, D#,
nada sudah dapat diperoleh. Nada yang akan E, F, F# G, G#, A, A# dan B). Proses pengambilan
dikenali ada 12 nada, jadi total keseluruhan nada ada dapat dilihat pada Gambar 6. Pengambilan nada
120 sample nada. Proses pengambilan dapat dilihat yang akan digunakan sebagai nada uji melalui proses
pada Gambar 5. sampling.
Masukan (wav) Frame
Normalisasi Windowing
Masukan
blocking (suara pianika
Keluaran (wav)
dari mic) Sampling
Keluaran (ciri)
Normalisasi FFT

Gambar 6. Blok diagram proses pengambilan nada


Gambar 5. Blok diagram proses pengambilan nada uji.
referensi.

Setelah 10 nada sample pada setiap nada 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


diperoleh, dilakukan perhitungan persamaan (6) 4.1 Tampilan Perangkat Lunak
untuk mendapatkan nada referensi. Hasil dari Gambar 7 memperlihatkan tampilan perangkat
perhitungan tersebut adalah satu set nada referensi lunak yang telah dibuat. Terlihat adanya plot hasil
yang terdiri atas 12 nada (C, C#, D, D#, E, F, F# G, rekam dan plot hasil FFT, yang memperlihatkan
G#, A, A# dan B). sinyal suara pianika pada dua domain yang berbeda.
(
∑ nada sampel
nada referensi = (6)
10
Sebagai catatan, untuk setiap variasi nilai alpha
pada jendela Kaiser dan point pada FFT yang telah
dideskripsikan di atas, diperlukan nada referensi
sendiri-sendiri. Sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 1, untuk penelitian ini terdapat 16 variasi nilai
alpha pada jendela Kaiser dan point pada FFT,
sehingga dengan demikian terdapat 16 set nada
referensi.
Tabel 1. Variasi point dan alpha.
Point pada FFT Alpha pada jendela Kaiser
256 500
100
50
0 Gambar 7. Tampilan perangkat lunak setelah proses
128 500 pengenalan.
100
50 4.2 Hasil Pengujian Program Pengenalan Nada
0 Terhadap Tingkat Pengenalan Nada Alat Musik
64 500 Pianika.
100 Pengujian program pengenalan nada alat musik
50 pianika, dilakukan melalui pengujian parameter
0 pengaturan pengenalan yang terdiri atas alpha pada
32 500 jendela Kaiser dan point pada FFT yang digunakan
100 dalam proses pengenalan. Tujuan pengujian
50 parameter pengaturan pengenalan dilakukan untuk
0 mencari nilai terbaik dari setiap parameter yang
menghasilkan tingkat pengenalan (recognition rate)
tertinggi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 154


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 8 memperlihatkan, secara umum,


seiring naiknya nilai alpha pada jendela Kaiser,
semakin turun pengenalan pada sistem. Hal ini
diperlihatkan penyebabnya pada Gambar 9. Untuk
nilai alpha yang makin tinggi, terlihat bahwa
separasi spektrum antar nada menjadi semakin kecil
(yang berarti makin susah dibedakan antara nada
yang satu dengan yang lain akibat munculnya
overlapping antara spektrum nada yang satu dengan
yang lainnya). Kejadian inilah yang mengakibatkan
makin turunnya tingkat pengenalan.

120 (c)
FFT 32
100
Tingkat Pengenalan (%)

FFT 64
80
FFT 128
60 FFT 256
40
20
0
0 50 100 500
Nilai alpha pada jendela Kaiser

Gambar 8. Pengaruh nilai alpha terhadap tingkat (d)


pengenalan. Gambar 9. (Lanjutan) Spektrum hasil FFT 128
point untuk nada uji D dengan nilai alpha (c) 100
dan (d) 500.

Gambar 10 memperlihatkan, secara umum,


seiring naiknya nilai point pada FFT semakin naik
tingkat pengenalan pada sistem. Hal ini diperlihatkan
penyebabnya pada Gambar 11. Untuk nilai point
pada FFT yang makin tinggi, terlihat bahwa separasi
spektrum antar nada menjadi semakin jelas (yang
berarti makin mudah dibedakan antara nada yang
satu dengan yang lain akibat makin hilangnya
overlapping antara spektrum nada yang satu dengan
(a) yang lainnya). Kejadian inilah yang mengakibatkan
makin naiknya tingkat pengenalan.

120 Alpha 0
100 Alpha 50
Tingkat Pengenalan (%)

80
Alpha
60 100
Alpha
40 500
20
0
32 64 128 256
(b) Nilai point pada FFT
Gambar 9. Spektrum hasil FFT 128 point untuk
nada uji D dengan nilai alpha (a) 0 dan (b) 50. Gambar 10. Pengaruh nilai point pada FFT terhadap
tingkat pengenalan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 155


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kombinasi nilai alpha 0 dan 50 pada jendela Kaiser


dan nilai point 128 pada FFT.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
a. Semakin besar nilai alpha pada jendela Kaiser,
akan semakin menurunkan tingkat pengenalan
sistem.
b. Semakin besar nilai point pada FFT, akan
semakin menaikkan tingkat pengenalan sistem.
c. Berdasarkan hasil pengujian, nilai alpha 0 dan
50 pada jendela Kaiser dan nilai point 128 pada
(a) FFT dapat menghasilkan tingkat pengenalan
terbaik yaitu 100%.

5.2 Saran
a. Sistem pengenalan nada alat musik pianika ini
masih memiliki suatu kekurangan, yaitu
sistemnya masih belum real time. Untuk
penelitian lebih lanjut, supaya sistem
pengenalan nada ini dibuat real time.
b. Pengembangan sistem pengenalan nada menjadi
sistem pengenalan deretan nada.

(b)
DAFTAR PUSTAKA
Kaiser, J.F. dan Schafer, R. W. (1980). On the Use
of the Io-Sinh Window for Spectrum Analysis.
IEEE Transactions on Acoustics, Speech and
Signal Processing, Vol. ASSP-28, No. 1, February
1980, pp 105-107.
Kurnia, A. (2011). Penala Nada Alat Musik
menggunakan Alihragam Fourier, UNDIP,
Semarang. Diakses pada 3 Oktober 2011 dari
http://eprints.undip.ac.id/25444/

(c) Kartikasari, Y. E. (2006). Pembuatan Software


Pembuka Program Aplikasi Komputer Berbasis
Pengenalan Sinyal Suara, Tugas Akhir, PENS-
ITS, Surabaya.
Santoso, T. B., Oktaviano, H., dan Dutono, T.
(2005). “Protipe Modul Pengamatan Sinyal
Domain Waktu dan Frekuensi Secara Real Time
Untuk Praktikum Pengolahan Sinyal Digital”,
Telkomnika, Vol. 3, No. 3, Desember 2005.
Senturi, D. (2010). LKS Seni Musik Kelas 7 Semester
2 Tahun 2010/2011. Diakses pada 5 Juli 2011 dari
http://senturi09.wordpress.com/2010/11/06/lkssb7
(d) 2201011/
Sklar, B. (1988). Digital Communications
Gambar 11. Spektrum hasil FFT (a) 32 point; (b) 64 Fundamental and Application, Prentice Hall, New
point; (c) 128 point, dan (d) 256 point, dengan nilai Jersey.
alpha 50.
Somrealvongkul, B. (2007). Musical Instruments
Dari hasil percobaan dapat katakan bahwa Sound Recognition. Diakses pada 14 September
tingkat pengenalan yang terbaik didapat dari 2011 dari
http://www.slideshare.net/mezzoblues/misr.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 156


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Teknomo, K. (2011) Corelation Distance. Diakses The Mathworks Inc. (2005). Signal Processing
pada tanggal 26 September 2011 dari Toolbox: For Use with MATLAB, Version 6.2.1.
http://people.revoledu The Mathworks Inc., Massachusetts.
.com/kardi/tutorial/Similarity/CorrelationDistance
.html

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 157


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 158


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

MAXIMUM POWER POINT TRACKING MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL


NETWORK UNTUK SISTEM PV TERHUBUNG GRID MELALUI WIDE RANGE INPUT
INVERTER

Muhammad Syafei Gozali, Dedet Candra Riawan, Mochamad Ashari


Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
gozali11@mhs.ee.its.ac.id

ABSTRAK

Photovoltaic (PV) sebagai pembangkit listrik merupakan salah satu alternatif pemanfaatan sumber energi
terbarukan. Pemakaian daya pembangkit konvensional dapat dikurangi dengan menghubungkan sistem PV ke grid. Efisiensi
pada sistem PV dapat ditingkatkan dengan pertama meningkatkan kualitas materialnya dan kedua dengan mengoperasikan
panel PV pada titik optimum daya dengan teknik Maximum Power Point Tracking (MPPT). Dalam penelitian ini dilakukan
teknik kedua untuk mendapatkan titik optimum operasi PV yaitu teknik MPPT. Penggunaan Sistem PV yang dihubungkan ke
grid dapat membantu menurunkan biaya bahan bakar dari sistem konvensional. Untuk meningkatkan kinerja sistem PV yang
terhubung grid dengan menggunakan konverter satu tingkat konversi dan sekaligus berfungsi sebagai MPPT. Wide range
input single stage inverter dapat melakukan konversi dan transformasi tegangan serta MPPT dalam satu tahap konversi, juga
memiliki jangkauan perubahan input yang luas. Untuk mengurangi stress pada komponen inverter, maka inverter
dioperasikan dalam Continuous Conduction Mode (CCM). Teknik MPPT menggunakan Artificial Neural Network (ANN)
dengan input iradian dan temperatur. Pada penelitian ini, simulasi kontrol sistem menggunakan software Matlab. Hasil
Simulasi sistem PV 1440 W yang terhubung grid menunjukan bahwa inverter telah bekerja secara efektif sesuai dengan
kondisi dari perubahan temperatur dan iradiasi yang masuk pada pv panel.

Kata kunci: photovoltaic (PV), maximum power point tracking (MPPT), Continuous Conducting Mode (CCM), artificial
neural network (ANN)

1. PENDAHULUAN (CCM). Selain itu, pada operasi CCM juga dapat


Pemanfaatkan sumber energi terbarukan mengurangi losses dari switching dan konduksi,
merupakan pengganti energi konvensional yang serta peak current stres.
sudah menipis jumlah cadangannya. Sumber energi Pada penelitian ini digunakan metode
terbarukan ini juga dapat mengurangi emisi polusi untuk meningkatkan efisiensi sistem PV terhubung
dan gas rumah kaca yang disebabkan energi grid melalui single-stage inverter dengan operasi
konvesional. Sumber energi terbarukan dapat CCM dan mendesain sebuah sistem kontrol MPPT
berasal dari air, surya, dan angin. Potensi energi menggunakan artificial neural network (ANN).
surya di Indonesia sangat signifikan, iradiasi
matahari rata-rata sebesar 4,8 kWh/m2/hari. Oleh 2. TUJUAN
karena itu pemanfaatan energi surya sangat tepat Penelitian ini bertujuan untuk
diaplikasi di negara Indonesia. meningkatkan efisiensi dari sistem PV terhubung
Untuk mengurangi pemakaian daya dari grid, dengan:
pembangkit konvensional maka sistem photovoltaic a. Optimisasi MPPT berbasis ANN pada sistem
(PV) dihubungkan ke grid. Efisiensi yang rendah PV.
menjadi masalah pada sistem PV sehingga b. Penggunaan topologi single-stage inverter pada
memerlukan tahap untuk mengoptimalkan daya PV sistem PV terhubung grid.
dengan teknik Maximum Power Point Tracking c. Mengoperasi single-stage inverter dalam
(MPPT) dan tahap untuk konversi daya DC menjadi kondisi CCM, untuk mengurangi losses dan
AC, yang mengakibatkan bertambahnya biaya stress pada komponen inverter.
sistem. Biaya juga akan semakin bertambah
dengan terhubungnya sistem PV ke grid 3. METODE PENELITIAN
dikarenakan penambahan peralatan, salah satunya Topologi sistem PV terhubung grid,
transformer. seperti yang ditunjukan gambar 1, secara tipikal
Biaya sistem PV terhubung ke grid dapat melalui dua tingkat konverter. Pada tingkat pertama
dikurangi dengan melepas transformer serta adalah DC-DC konverter yang berfungsi untuk
meminimalkan tahap konversi. Penggunaan wide meningkatkan (boosting) tegangan output dari PV
range input single-stage inverter dapat mengurangi dan MPPT. Pada tingkat kedua adalah DC-AC
biaya dikarenakan hanya satu tahap konversi dan konverter yang berfungsi untuk mengkonversi dari
tidak menggunakan transformer. Efisiensi dapat daya DC menjadi daya AC.
ditingkatkan dengan mengoperasikan single-stage
inverter dalam Continuous Conducting Mode

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 159


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada makalah ini, model PV


dikembangkan berdasarkan parameter dari PV

Gambar 1. Topologi Sistem PV Terhubung Grid: (a) dua


tingkat konverter, (b) satu tingkat converter
Gambar 2. Rangkaian ekivalen PV cell
Pada penelitian ini, menggunakan satu
tingkat konverter untuk Sistem PV yang terhubung panel MSX60 (60 W) yang disusun seri paralel
grid yaitu DC-AC konverter yang dapat berfungsi
Tabel 1. Model PV yang digunakan merupakan
untuk boosting dan MPPT serta untuk
model PV pada referensi [3].
mengkonversi dari daya DC menjadi daya AC.
Sistem ini memiliki keuntungan lebih effisien dan Tabel 1. Spesifikasi PV Panel
handal dari sistem dua tingkat inverter karena Spesifikasi saat G = 1000 W/m2 dan T = 25o C
komponen yang digunakan lebih sedikit [1]. Jumlah sel Ns 36
Daya Maksimum Pmax 60 W
3.1 Pemodelan Photovoltaic
Tegangan saat Pmax 17.1 V
PV Array dibentuk dari kombinasi PV cell
Arus saat Pmax 3.5 A
yang dihubungkan seri atau paralel. Rangkaian
ekivalen PV cell dapat digambarkan seperti pada Tegangan Open-circuit 21.1 V
gambar 2 yang terdiri dari Sumber arus Iph, dioda Arus Short-circuit 3.8 A
D, resistor seri RS dan resistor paralel RP. tegangan
dan arus dari PV cell, dipengaruhi oleh insulation 3.2 Maximum Power Point Tracking (MPPT)
dan temperature [2]. Gambar 3 menunjukan karakteristik ouput
Besarnya tegangan output sel Vcell, yaitu dari PV array. Dari kurva I-V dan P-V dapat
diketahui bahwa karakteristik output PV array tidak
 nkTc   I ph  I o  I cell  linier dan dipengaruhi oleh insolation, temperatur
Vcell    ln    Rs  I cell (1)
 q   Io  dan kondisi beban. Titik kerja OPR1(λ1) adalah
Dengan, n adalah Faktor ideal cell, k merupakan maximum power point (MPP) pada kondisi
konstanta boltzman’s, Tc ialah Temperatur operasi insolation λ1 dan temperatur T1 untuk beban R1.
cell (°C), q adalah Muatan electron, Icell adalah Jika insolation dan temperatur berubah menjadi λ2
Arus output cell (A) dan Rs ialah Resistansi seri cell dan T2 maka kurva I-V dan P-V bergeser pada
(Ohm). Arus photovoltaic Iph (A) ditentukan kurva (λ2, T2). Untuk mencapai kondisi MPP maka
sebagai berikut, beban harus berubah menjadi R2, jika tetap
menggunakan beban R1 maka tidak bekerja pada
I ph   I sc  K 1 Tc  To   G (2) kondisi MPP.
Dimana, Isc adalah arus hubung singkat (A), K1 Kondisi lingkungan mempengaruhi daya
adalah Koefisien temperatur arus hubung singkat. output dari PV array, sehingga diperlukan beban
Iph dipengaruhi oleh solar insolation G (kW/m2) yang dapat diatur untuk mendapatkan MPP.
dan temperatur, dengan besarnya temperatur Sebagai pengganti beban yang berubah, digunakan
adalah selisih dari temperatur operasi Tc dan switching converter yang terpasang diantara PV
temperatur referensi To. Besarnya Isc didapat dari, array dan beban, seperti yang ditunjukan pada
gambar 4. Switching converter berfungsi sebagai
  1 1  
I sc  I so  Tc To  exp  qE g    kn  (3)
2

  To Tc  
Dengan, Eg adalah bang-gap energy dari
semikonduktor yang digunakan cell, dari
persamaan (3), maka didapat besarnya arus reverse
saturasi Io (A) adalah
  qVoc  
I so  I sc  exp    1 (4)
  nkN sTo  
Dimana VOC adalah tegangan open circuit (V) dan
NS adalah jumlah cell seri dalam satu modul PV.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 160


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dari tegangan grid. Energi akan tersimpan pada


induktor LBB1 atau LBB2 selama mode ini.
Mode kedua adalah mode discharging,
dimana Sp1 atau Sn1 OFF. Maka energi yang
tersimpan di induktor tadi akan dialirkan. Sp2 akan
selalu ON selama siklus positif dan Sn2 akan selalu
ON pada siklus negatif. Persamaan besarnya energi
yang mengalir di induktor dari setiap mode [6]
ditunjukan pada tabel 2.

Gambar 3. Karakteristik I-V dan P-V dari PV array pada


insolation dan temperatur yang berbeda dengan beban
resistif R1 dan R2

Gambar 5. Arus Induktor pada mode operasi CCM

Gambar 4. Sistem Kontrol PV Array


Gambar 6. Topologi SSSP inverter
kontrol untuk menyesuaikan beban terhadap output
Tabel 2. Tahap Switching dan Persamaan pada Kondisi
PV array yang bervariasi. Teknik untuk
CCM untuk Siklus Positif
mendapatkan MPP disebut dengan maximum
Switch
power point tracking (MPPT). Terdapat beberapa Mo
Sp Sp Persamaan
algoritma untuk mendapatkan MPPT. Algoritma de
1 2
MPPT yang sering digunakan yaitu hill climbing
method, incremental conductance method, ripple dvPV diL
iPV  CP  iLP
based method, dan constant voltage method [4]. dt vPV  L P
Metoda-metoda tersebut menggunakan tegangan dt
O O
dan arus dari PV array sebagai input. Output dari I
Algoritma MPPT dapat berupa tegangan dan arus
N N
dv f dig
Cf  ig  0 v f  Lf  vac
yang digunakan sebagai referensi dari rangkaian
dt dt
kontrol untuk menggerakan switch dari rangkaian
switching converter. diLP
dvPV vPV  L
3.3 Topologi Single Stage Inverter iPV  CP dt
dt
Pada penelitian ini, menggunakan topologi OF O
inverter Single Stage Single Phase (SSSP) [5] pada II
F N dig
operasi CCM. CCM adalah kondisi arus pada dv f v f  Lf  vac
induktor yang mana nilai arusnya tidak mencapai Cf  ig  iLp dt
dt
nol saat switch pada posisi OFF seperti yang
ditunjukan gambar 5.
Rangkaian SSSP yang digunakan 3.4 Strategi Kontrol Sistem
terbentuk dari dua buah Buck-Boost Converter Kontrol switching SSSP inverter
yang terpasang antiparallel, seperti yang ditunjukan dimaksudkan untuk mengatur tegangan output dan
gambar 6. Rangkaian ini berfungsi sebagai Current arus ouput dari inverter dengan mengatur waktu
Source Inverter. ON dan OFF switch inverter. MPPT dari PV array
Pada dasarnya ada dua mode operasi jika pada penelitian ini menggunakan ANN dengan dua
inverter dioperasikan pada mode CCM. Mode input yaitu dari insolation dan temperatur pada PV
pertama adalah mode charging, dimana Sp1 ON array. Output dari MPPT sebagai arus referensi Iref
pada siklus positif atau Sn1 ON pada siklus negatif yang dibandingkan dengan arus yang mengalir pada
induktor rangkaian inverter ILBB. Iref dan ILBB

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 161


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

merupakan input dari Hyteresis Current Control jaring dengan layer untuk menghasilkan output
dengan output digunakan untuk mengatur ON dan sebagai respon aktual.
OFF switch pada SSSP inverter melalui drive Pada penelitian ini, seperti yang
switching. Blok diagram dari sistem kontrol ini ditunjukan gambar 9, input ANN adalah suhu dan
ditunjukan pada gambar 7. irradiasi, dan output dari ANN berupa arus
referensi Iref [7]. Untuk mengolah data input
menjadi output, ANN harus mengalami pelatihan
atau training.

Gambar 7. Blok Diagram Sistem Kontrol SSSP Inverter


Berbasis ANN MPPT
Limit Atas
Gambar 9. Blok Struktur ANN untuk MPPT
I
Iref  I Dalam proses pelatihan ANN dibutuhkan data
IL pelatihan. Jumlah training data ANN tergantung
Vin
L dari jumlah masukan dan keluarannya. Jadi, untuk
Iref Vout I Limit Bawah ANN yang memiliki dua masukan dan satu
L keluaran memiliki 3 macam training data.

Iref  I 4. SIMULASI DAN HASIL


Model simulasi untuk PV array, SSSP
Inverter, ANN MPPT, serta Hysterisis current
kontrol menggunakan software simulink
t  tk'  tk
MATLAB. Simulasi dilakukan dengan
tk tk' tk 1 menggunakan parameter PV array yang terdapat
Waktu (s) pada tabel 1, dimana panel pv dipasang 2 seri dan 4
Gambar 8. Arus Hysteresis Pada Induktor paralel dengan daya optimum sebesar 1433.8 Wp,
pada kondisi temperature 25ºC dan Irradiasi 1000
Hysteresis current control digunakan untuk W/m2.
mengontrol SSSP inverter sehinga beroperasi Disain komponen inverter dengan merujuk
CCM. Seperti yang ditunjukan gambar 8, besarnya dari persamaan pada referensi [4,6] maka didapat
arus yang mengalir di induktor IL berada dalam LBB1 dan LBB2 = 1.2mH, Cf = 6.9 µF, Lf = 3.7
toleransi limit atas dan limit bawah dari arus mH, Cp = 4.5 mF, serta pita toleransi (ΔI) untuk
referensi Iref. Pada waktu tk, switch Sp1 atau Sn1 hysterisis current control 10% dari Amplitudo Iref.
(dari gambar 6) ON, maka arus I L akan mengalir di Pengujian sistem dilakukan dengan
induktor sebesar Vin L . Ketika IL mencapai limit melihat perubahan temperature dan iradiasi.
atas maka switch Sp1 atau Sn1 OFF pada waktu
4.1 Efek Perubahan Temperatur
tk’maka IL mengalir sebesar Vout L . Karakteristik output kurva I-V dan P-V
Metode pelatihan ANN pada penelitian ini dari PV array terhadap perubahan temperatur
adalah backpropagation. Backpropagation adalah ditunjukan pada Gambar 10 dan gambar 11. Efek
metode umum pengajaran Jaring Syaraf Tiruan perubahan temperatur sangat sedikit mempengaruhi
bagaimana melakukan tugas yang diberikan. besarnya arus PV, namun sangat berpengaruh pada
Metode ini merupakan metode latihan terbimbing tegangan open-circuit PV. Semakin besar
(supervised learning), dengan metode pelatihan temperatur, maka akan semakin besar pula
koreksi galat terdiri dari dua lapisan, bagian umpan penurunan tegangan open-circuit PV. Hal ini
maju (forward pass), dan bagian umpan balik nampak pada Gambar 10. Perubahan tegangan
(backward pass) yang menjalar melalui lapisan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 162


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mengakibatkan P maximum dari PV juga menurun


I-V curve
seperti yang di tunjukan pada gambar 11. 9

4.2 Efek Perubahan Irradiasi 8

Karakteristik output kurva I-V dan P-V 7


dari PV array terhadap perubahan irradiasi
ditunjukan pada Gambar 12 dan gambar 13. Efek 6

perubahan iradiasi sangat mempengaruhi besarnya 5


arus PV, Semakin besar Irradiasi, maka akan v
pI
4
semakin besar pula penurunan Arus PV. Hal ini
nampak pada Gambar 12. Perubahan arus 3

mengakibatkan P maximum dari PV juga menurun


2
seperti yang di tunjukan pada gambar 13. 400
1 700
4.3 Simulasi Sistem dengan ANN MPPT 0
1000

Pada simulasi ini dilihat kemampuan 0 50 100


Vpv
150 200 250

sistem untuk mendapatkan titik optimum dari PV Gambar 12. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
dengan perubahan temperature dan irradiasi.
Input data learning ANN MPPT diambil
dari perubahan temperatur dan irradiasi dengan 1500
P-V curve

jumlah data 150, keluaran dari ANN MPPT adalah 400

Iref yang nantinya dimasukkan ke Hysterisis 700


1000
current control.
Gambar 14 menunjukan blok diagram 1000
sistem. Hasil dari simulasi sistem ini ditunjukkan
pada gambar 15 s/d 19.
I-V curve vp
9 P

8 500

0
5 0 50 100 150 200 250
v Vpv
pI
4 Gambar 13. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V
3

2
21
1 25
30
0
0 50 100 150 200 250
Vpv
Gambar 10. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
P-V curve
1500
21
25
30

1000 Gambar 14. Blok Diagram sistem

v
p
P

500

0
0 50 100 150 200 250
Vpv
Gambar 11. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V
Gambar 15. Perubahan Temperatur dan Irradiasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 163


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan
penelitian mengenai sistem pv terhubung grid
melalui single stage inverter dengan metode MPPT
menggunakan ANN. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa dengan menggunakan single stage inverter
daya maksimum PV juga dapat dicapai sehingga
meningkatkan efisiensi sistem, serta dengan
menggunakan teknik MPPT yang menggunakan
ANN dapat mempercepat tercapainya daya
Gambar 16. Daya PV maksimum PV.

DAFTAR PUSTAKA
[1] W. L. Yu, T. P. Lee, G. H. Wu, Q. S. Chen, H.
J. Chiu, Y. K. Lo, “A DSP-Based Single-Stage
Maximum Power Point Tracking PV Inverter,”
IEEE, pp. 948-952, 2010.
[2] T. Kerekes, R. Teodorescu, P. Rodriguez, G.
Vazquez, E. Aldabas, “A New High-Efficiency
Single-Phase Transformerless PV Inverter
Topology,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol. 58,
Gambar 17. Arus dan Tegangan PV no. 1, pp. 184-191, Jan. 2011.
[3] M.G. Villalva, J.R. Gazoli and E. R. Filho,
“Comprehensive approach to modeling and
simulation of photovoltaic arrays,” IEEE Trans.
Power Electron. vol. 24, no. 5, pp. 1198-1208,
May 2009.
[4] S. Jain, V. Agarwal, “A Single-Stage Grid
Connected Inverter Topology for Solar PV
Systems With Maximum Power Point
Tracking,” IEEE Trans. Power Electron., vol.
22, no. 5, pp. 1928-1940, Sep. 2007.
[5] H. Patel, V. Agarwal, “MPPT Scheme for a PV-
Gambar 18. Tegangan dan Arus Grid (RMS) Fed Single-Phase Single-Stage Grid-Connected
Inverter Operating in CCM With Only One
Current Sensor,” IEEE Trans. Energy Convers.,
vol. 24, no.1, pp. 256-263, Mar. 2009.
[6] S. Jain, V. Agarwal, “New current control based
MPPT technique for single stage grid connected
PV systems”, Elsevier – Energy Conversion and
Management 48, pp. 625-644, 2007.
[7] Md. Asiful Islam, Md. Ashfanoor Kabir,
“Neural Network Based Maximum Power Point
Tracking of Photovoltaic Arrays,” IEEE
Gambar 19. Iref dan ILBB TENCON., pp. 79-82, 2011

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 164


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PENENTUAN LOKASI KINCIR ANGIN PADA PLT ANGIN

Tito Yuwono, Budi Astuti, Febrian Fariz

Jurusan Teknik Elektro FTI UII


Jalan Kaliurang KM 14 Yogyakarta
tito@uii.ac.id

ABSTRAK

Krisis energi sudah mulai dirasakan secara nasional. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya antara pasokan
energi dengan jumlah permintaan masyarakat. Sementara itu rasio elektrifikasi masih rendah yakni sekitar 62%,
maknanya masih 38 % masyarakat belum menikmati listrik. Untuk mengatasi ini pemerintah telah
mengeluarkan Kebijakan energi Nasional sebagai pedoman pengelolaan energi nasional yang tertuangkan di
Perpres No 5 tahun 2005. Kebijakan energi mix sampai 2025 sudah memasukkan energi alternatif sekitar 4,4 %.
Angin merupakan salah sumber energi altarnatif yang sangat melimpah, namun masih belum dioptimalkan.
Salah satu isu pendirian PLT angin adalah peralatan untuk optimasi daya yang dihasilkan, hal ini terkait dengan
pemilihan tempat dimana kincir angin akan didirikan. Pada paper ini akan didiskusikan desain dan pembuatan
peralatan sebagai alat bantu menentukan letak kincir angin dengan output database kecepatan angin di suatu
tempat. Dari hasil validasi dengan anemometer komersial, dari 10 kali percobaan terdapat perbedaan 0,086
m/detik atau akurasinya sebesar 0,914. Dari pengujian juga disimpulkan bahwa instrumen yang dibuat mampu
memberikan informasi arah angin.

Kata kunci: Energi angin, kecepatan, arah, penentuan lokasi

PENDAHULUAN penelitian untuk dapat mewujudkan konservasi


Latar Belakang energi khususnya dalam hal penggunaan lampu
Ketergantungan manusia pada listrik saat ini sangat penerangan dengan sumber energi listrik. Sejalan
besar. Hal ini dikarenakan hampir semua peralatan dengan keinginan pemerintah, sejarah teknologi
menggunakan energi listrik, baik skala kecil seperti perlampuan pada dekade tahun 90-an telah
rumah tangga, maupun industri kecil, menengah menghasilkan lampu penerangan yang hemat energi
maupun besar. Kenyataan ini menjadi masalah yang umum digunakan oleh masyarakat.
tersendiri bagi pemerintah berkaitan dengan Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan
pemenuhan energi listrik untuk masyarakat. komposisi perbandingan darat dengan lautnya
Sehingga untuk menjamin keamanan pasokan adalah 2/3. Hal ini menjadikan Indonesia sangat
energi dalam negri dan untuk mendukung potensial untuk pembangkitan listrik tenaga angin.
pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah perlu
menetapkan Kebijakan Energi Nasional sebagai Beberapa Isu pengembangan PLT Angin adalah
pedoman dalam pengelolaan energi nasional. 1. Pengembangan peralatan untuk optimasi daya
Sehingga dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 5 yang dihasilkan, hal ini terkait dengan
Tahun 2005 tentang Kebijakan Energi Nasional. pemilihan tempat dan arah serta dinamika
Disamping pemerintah berusaha menjamin
kincir angin.
keamanan pasokan energi, pemerintah juga
menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan 2. Isu pertama inilah yang akan menjadi perhatian
penghematan penggunaan energi melalui Instruksi pada penelitian ini.
Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang 3. Isu Lingkungan, yakni diantaranya interferensi
penghematan energi. Pada Inpres tersebut dari Mesin PLT Angin dengn pita frekuensi
dijelaskan tentang operasional hemat energi. TV, kebisingan yang diakibatkan oleh rotor,
Pemerintah juga telah melakukan beberapa gearbox dan generator serta, Akan sediktit
tindakan dalam menangani besarnya daya listrik
mengganggu keindahan lingkungan, karena
yang digunakan masyarakat, salah satunya dengan
pembuatan keputusan presiden, Sesuai Keputusan akan banyak ladang kincir angin.
Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi 4. Terkait dengan biaya, hal ini sangat tergantung
Energi, maka Perusahaan Umum Listrik Negara dengan kecepatan angin. Dari formula
(PLN) selaku penyedia dan pengelola energi listrik sebelumnya daya yang dihadilkan adalah
di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan sebanding dengan kecepatan angin pangkat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 165


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tiga. Hal ini menunjukkan jika kecepatan angin menunjang akan turun hingga 2.45 sen per KWh-
tinggi maka biayanya pun akan sangat rendah lebih murah 36 persen dari biaya pada tahun 2003
karena daya yang dihasilkan adalah tinggi. yang mencapai 3.79 euro/KWh. Sambungan kabel
listrik tidak termasuk dalam biaya ini.
Sebuah tantangan rekayasa adalah bagaimana
Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar
kecepatan angin yang rendah dapat dengan baik di semua kawasan dan negara.
menghasilkan daya listrik yang maksimal. Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin
diperkirakan dapat menyediakan 53.000
STUDI PUSTAKA Terawat/jam setiap tahunnya. Yang berarti dua kali
Teknologi tenaga angin sebenarnya sudah lebih besar dari proyeksi permintaan energi pada
digunakan berabad-abad lampau. Ada klaim tahun 2020-meninggalkan tempat yang penting
sejarah bahwa pertama kali yang menggunakan untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade
energi angin adalah jaman mesir kuno. Hero dari kedepan. Amerika Serikat sendiri mempunyai
Alexandria serta Hammurabi dari Babilona potensi angin yang cukup untuk menyediakan
menggunakan tenaga angin untuk keperluan irigasi pasokan kebutuhan energinya bahkan tiga kali
pada abad 17 sebelum Masehi. Pada abad 19 lebih lebih besar daripada kebutuhannya
dari 30.000 kincir angin di Eropa didirikan untuk (www.greenpeace.org).
penggilingan gandum dan pompa air (Ahmet, Berbeda dengan negara Barat, negara
2004). berkembangan termasuk Indonesia, yang
Pembangkit listrik tenaga angin yang mempunyai banyak pedesaan memerlukan strategi
pertama dilakukan oleh Charles Sikat F, di Ohio untuk pendirian PLT Angin ini.Sistem yang paling
pada tahun 1888, dengan kekuatan 12 Kwatt. Pada cocok adalah dengan menggunakan sistem skala
Tahun 2001, Denmark telah memproduksi enegi mikro dengan daya sekitar 100Kwatt. Di Mongolia,
listrik sebesar 2000 Mwatt (2 GWatt) dari energi menggunakan sekitar 30000 PLT angin mikro
angin dengan menggunakan 5700 kincir angin. untuk kepentingan kebutuhan pedesaan yang
Nilai ini sekitar 14% dari kebutuhan energi di digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam
Denmark (Ahmet 2004;). rumah tangga, seperti penerangan, Televisi, pompa
Perkembangan teknologi dalam dua air dan irigasi.
dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang Pada hakekatnya angin merupakan
modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah pergerakan udara dikarenakan perbedaan takanan
turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada antara satu tempat dengan tempat yang lain. Hal ini
turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat dikarenakan tidak meratanya panas dari matahari,
ini menyediakan tenaga besar yang setara dengan seperti antara gunung dan lembah, antara daratan
pembangkit listrik konvensional. Pada awal tahun dan pantai dan sebagainya.
2004, pemasangan tenaga angin secara global telah Data kecepatan angin semestinya
mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang didapatkan dari Badan Meteorology, namun sayang
dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kebanyakan negara tidak mempunyai data yang
sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa lengkap untuk kecepatan angin ini.Sebelum
yang berarti sama dengan mendekati 47 juta orang. mendirikan PLT Angin semestinya didukung
Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya dengan data yang akurat, karena akan menentukan
pasar, tenaga angin memperlihatkan menurunnya besarnya energi yang dihasilkan.
biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah Kekuatan angin sebanding dengan (Ali,
yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu 2003;Cumali, 2010):
menyaingi PLTU batu bara teknologi baru dan di  Tipikal daerah yang ditempati oleh kincir
beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit angin
listrik tenaga gas alam.  Ruang dari kecepatan angin
Selama beberapa tahun terakhir  Kepadatan udara yang berubah
pemasangan kapasitas angin meningkat melebihi berdasarkan ketingian
30%. Hal tersebut membuat target untuk Keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah
menjadikan tenaga angin mampu memenuhi berkurangnya level emisi karbon dioksida penyebab
kebutuhan energi dunia hingga 12 persen pada perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari polusi
tahun 2020 menjadi realistis. Di saat bersamaan hal yang sering diasosiasikan dengan pembangkit
tersebut juga akan membuka kesempatan listrik berbahan bakar fosil dan nuklir.
terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan
mengurangi emisi CO2 hingga 10.700 juta ton Isu Pengembangan PLT Angin
(www.greenpeace.org). Beberapa Isu pengembangan PLT Angin adalah
Dengan terus meningkatnya ukuran dan 1. Pengembangan peralatan untuk optimasi daya
kapasitas rata-rata turbin, pada tahun 2020 biaya yang dihasilkan, hal ini terkait dengan
pembangkit listrik tenaga angin pada wilayah yang pemilihan tempat dan arah serta dinamika

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 166


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kincir angin.Isu pertama inilah yang akan fokus penelitian ini, yaitu kecepatan angin dan arah
menjadi perhatian pada penelitian ini. angin. Blok diagram ditunjukkan pada Gambar 1.
2. Isu Lingkungan, yakni diantaranya interferensi
dari Mesin PLT Angin dengn pita frekuensi
TV, kebisingan yang diakibatkan oleh rotor, Rangkaian Infra Red (Sensor Arah) Sistem
gearbox dan generator serta, Akan sediktit sensor infra merah pada dasarnya menggunakan
mengganggu keindahan lingkungan, karena infra merah sebagai media untuk komunikasi data
akan banyak ladang kincir angin. antara receiver dan transmitter. Sistem akan
3. Terkait dengan biaya, hal ini sangat tergantung bekerja jika sinar infra merah yang dipancarkan
dengan kecepatan angin. Dari formula terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan
sebelumnya daya yang dihadilkan adalah sinar infra merah yang dipancarkan tersebut tidak
sebanding dengan kecepatan angin pangkat dapat terdeteksi oleh penerima. Terdapat empat
tiga. Hal ini menunjukkan jika kecepatan angin pasang sensor infra merah yang digunakan sebagai
tinggi maka biayanya pun akan sangat rendah sensor arah yang dapat mendeteksi delapan macam
karena daya yang dihasilkan adalah tinggi. arah angin, yaitu:
Sebuah tantangan rekayasa adalah bagaimana - Timur
kecepatan angin yang rendah dapat - Barat
menghasilkan daya listrik yang maksimal. - Tenggara
- Barat laut
- Selatan
METODOLOGI
- Utara
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini
- Barat daya
adalah eksperimental laboratorium, dari desain
hingga pengujian. Ada dua parameter yang menjadi - Timur laut

Gambar 2. Rangkaian Optocopler

Keempat sensor infra merah tersebut diletakan pada


Gambar 1. Blok diagram desain
empat titik arah, yaitu: Timur, selatan, barat dan
utara. Infra merah dapat mengetahui arah angin
Rangkaian Optocoupler (Sensor Kecepatan)
yang ditunjukkan oleh baling-baling. Gambar 3.
Isolator optic (opto-isolator) atau sering disebut
Menunjukkan rangkaian infra red.
dengan optocoupler adalah rangkaian terpadu yang
terdiri dari fototransistor dan LED (light emiting
Diode) / kombinasi antara emitter dan detector.
Terdapat perangkat yang berupa piringan dan
mempunyai 30 (tiga puluh) lubang untuk
mengetahui berapa kali putaran yang terjadi ketika
baling-baling berputar saat mendapat dorongan dari
angin yang berhembus. Jumlah putaran tersebut
yang nantinya akan dihitung dalam satuan RPS
Gambar 3. Rangkaian infra red
(Rotation Per Second), yang kemudian akan diubah
dalam satuan kecepatan (km/h). K = 78.5 cm rps =
Rangakaian Mikrokontroler ATMega 16
Counter1 / 30 x K rph = rps / 3600 mph = rph / 100
Peralatan ini mikrokontroler ATMega 16, dengan
kph = mph / 1000. Rangkaian optocoupler
port B1 terhubung pada sensor kecepatan yaitu
ditunjukkan pada Gambar 2.
optocoupler dan port B2 dan portB3 terhubung
pada RTC yaitu SDA dan SCL. Sedangkan untuk
sensor arah terhubung dengan portD (PD.1 - PD.7).
Penggunaan LCD 16x2 sebagai tampilan arah,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 167


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kecepatan dan waktu dihubungkan pada port A PEMBAHASAN


(PA.0 – PA.7). Rangkaian sistem minimum Pengujian akurasi
ATMega 16 dapat dilihat pada gambar 4. Pengujian akurasi instrumen yang dibuat
dengan cara megukur kecepatan kipas angin dengan
Perancangan Perangkat Lunak (Software) Pada instrumen yang dibuat dan dengan anemometer
tahap berikutnya adalah merancang perangkat lunak komersial. Tabel 1. Menunjukkan hasil pengukuran
atau software yang berupa pemrograman dengan dengan menggunakan kedua instrumen tersebut
menggunakan bahasa BASCOM. Perangkat lunak Dari Tabel 1 dapat dihitung rata-rata
yang diisikan ke mikrokontroler diantaranya untuk perbedaan pengukuran antara instrumen yang
membaca input dari dua sensor-sensor serta dibuat dengan anemometer komersial sebesar 0,086
menyimpan dan menampilkan data hasil m/detik. Sehingga akurasinya sebesar 0,914.
pengukuran. Prosentase keakuratan alat ukur adalah 91,4%.
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
instrumen mampu untuk mengidentifikasi
kecepatan angin sekaligus arah angin. Dengan
adanya informasi arah angin ini akan memudahkan
untuk menempatkan kincir angin untuk
mendapatkan daya yang optimal

Tabel 1. Akurasi instrumen dibandingkan dengan


anemometer komersial
Anemomete Instrume
Pengukura
r komersial n
n ke
(m/dtk) (m/dtk)
1 1,949 1,8627
(a) 2 1,823 1,7467
3 1,674 1,6117
4 4,102 3,9327
5 4,243 4,1897
6 4,587 4,4467
7 6,443 6,4077
8 6,343 6,2667
9 6,437 6,3917
10 6,485 6,3697

a. Pengujian arah dan kecepatan angin di atas


bangunan FTI UII
Tabel 2. Pengujian di atas gedung FTI UII
Kecepatan (m/detik) Arah (m/detik)
3,892 U
2,565 U
2,676 U
4,454 TL
4,213 TL

KESIMPULAN
Dari desain dan pengujian intrumen alat bantu
penentuan lokasi kincir angin dapat disimpulkan
bahwa:
1. Akurasi instrumen sebesar 91,4%
2. Instrumen juga mampu menentukan arah
(b) angin.
Gambar 4. (a)Sistem minimum mikrokontroler 3. Saran pengembangan ke depan adalah
dan (b) rangkaian LCD instrumen dilengkapi pendukung keputusan
untuk menentukan arah angin optimal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 168


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA 8. Habali S. M., Mohammad Amr, Isaac Saleh,


1. Ahmet Duran Şahin, Progress and recent Rizeq Ta’ani, Wind as an alternative source
trends in wind energy, Progress in Energy of energy in Jordan, Energy Conversion and
and Combustion Science, Volume 30, Issue 5, Management, Volume 42, Issue 3, February
2004, Pages 501-543 2001, Pages 339-357
2. Ali Naci Celik, Energy output estimation for 9. Hamid Marafia, Hamdy A. Ashour,
small-scale wind power generators using Economics of off-shore/on-shore wind
Weibull-representative wind data, Journal of energy systems in Qatar, Renewable Energy,
Wind Engineering and Industrial Volume 28, Issue 12, October 2003, Pages
Aerodynamics, Volume 91, Issue 5, April 2003, 1953-1963
Pages 693-707 10. J. V. Seguro, T. W. Lambert, Modern
3. Bouscayrol, Ph. Delarue, X. Guillaud, Power estimation of the parameters of the Weibull
strategies for maximum control structure of wind speed distribution for wind energy
a wind energy conversion system with a analysis, Journal of Wind Engineering and
synchronous machine, Renewable Energy, Industrial Aerodynamics, Volume 85, Issue 1,
Volume 30, Issue 15, December 2005, Pages March 2000, Pages 75-84
2273-2288 11. James R. Salmon, John L. Walmsley, A two-
4. Cumali İlkiliç, İsmail Türkbay, Determination site correlation model for wind speed,
and utilization of wind energy potential for direction and energy estimates, Journal of
Turkey, Renewable and Sustainable Energy Wind Engineering and Industrial
Reviews, In Press, Corrected Proof, Available Aerodynamics, Volume 79, Issue 3, 1 February
online 1 April 2010 1999, Pages 233-268
5. Departemen ESDM, 2005, Inpres No 10 tahun 12. Issue 1, January 2010, Pages 188-201
2005 Tentang Penghematan Energi 13. Sinan Akpinar, Ebru Kavak Akpinar,
6. Departemen ESDM, 2006, Perpres RI No 5 Estimation of wind energy potential using
Tahun 2005,Kebijakan Energi Nasional finite mixture distribution models, Energy
7. Ezio Sesto, Claudio Casale Exploitation of Conversion and Management, Volume 50,
wind as an energy source to meet the Issue 4, April2009,Pages877-884
world's electricity demand, Journal of Wind 14. www.greenpeace.org
Engineering and Industrial Aerodynamics,
Volumes 74-76, 1 April 1998, Pages 375-387

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 169


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 170


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGEMBANGAN E-PROCUREMENT DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA


COBIT
(STUDI KASUS : KEMENTERIAN KEUANGAN TIMOR LESTE)

Onorio Dos Santos1), Benyamin L. Sinaga2,) Paulus Mudjihartono3)


1 2 3)
Program Pasca Sarjana Teknik Informatika
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari no 22 Tambakbayan 55281, Sleman, Yogyakarta
odossantos@mof.gov.tl1, blsinaga@mail.uajy.ac.id2, paulusmudjiharto@gmail.com3

ABSTRAK

Procurement merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap organisasi. Pada Kementerian Keuangan Timor - Leste
telah menerapkan e-procurement, tetapi terdapat permasalahan berkaitan dengan proyek dengan nilai dibawah 1 Juta US
Dollar . Penelitian ini menjelaskan adanya metode baru untuk meningkatkan analisis dan pengembangan e-procurement di
Kementerian Keuangan Timor - Leste dengan merancang e-procurement yang aman. Selain itu di harapkan dengan adanya
e--procurement ini semakin banyak masyarakat yang tertarik dan berdampak positif terhadap adanya peningkatan tender.
Selama ini tender yang dibawah 1 Juta US Dollar masih mengalami masalah, dengan adanya tender secara manual . Tujuan
penelitian ini adalah mengusulkan suatu metode baru untuk memperluas dan mengembangkan e-procurement masih manual
ke elektronik dalam rangka kualitas layanan yang efektif dan efisien. Teknologi e-procurement ini menggunakan Cobit
Dari penetilitian ini pemanfaatan e-procurement dapat memberikan transparansi dan efisiensi bagi Kementerian Keuangan
Timor – Leste dan pihak yang akan mengikuti tender.
Kata kunci : e-procurement, audit , cobit.

1. PENDAHULUAN lapangan dan masih dilakukan seleksi secara


Teknologi informasi (TI) saat ini sudah manual.
menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi Salah satu upaya pemerintah untuk
hampir semua organisasi perusahaan karena menciptakan transparansi publik dari korupsi kolusi
dipercaya dapat membantu meningkatkan dan nepotisme (KKN) adalah dengan
efektifitas dan efisiensi proses bisnis perusahaan, pengembangan e-procurement. Dengan adanya e-
tak terkecuali instansi pemerintahan. Untuk procurement diharapkan masyarakat dapat
mencapai hal tersebut diperlukan suatu pengelolaan menyampaikan pendapat dan dapat mengikuti
TI yang baik dan benar agar keberadaan TI mampu pengadaan barang/jasa yang lebih transparan dan
untuk menunjang kesuksesan organisasi dalam terbuka. salah satu barang yang diperjualbelikan
pencapaian tujuannya. melalui media internet adalah G2C (Government
Berkaitan dengan praktik pengadaan barang To Citizen) adalah layanan yang diberikan
dan jasa memegang peran yang cukup besar dalam pemerintah kepada masyarakat yang lebih
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) khususnya adalah layanan tender proyek
dimana jumlahnya terus berkembang dari tahun ke konstruksi. Penerapan e-procurement dapat
tahun. Total belanja negara Timor-Leste pada tahun mengotomatisasi proses tender yang sebelumnya
2011 mencapai $1.306.017.539,- masih dilakukan secara manual menjadi elektronik.
(http://budgettransparency.gov.tl). Nominal tersebut Selain itu e-procurement dapat memberikan
termasuk sangat besar sehingga berpotensi adanya transparansi bagi publik.
kebocoran pengadaan barang dan jasa. Untuk Dalam melakukan audit, diperlukan
mengatasi kebocoran pengadaan barang dan jasa sebuah standar yang bisa membantu agar terjadi
maka (Electronic Procurement), e-procurement pengukuran yang valid dan reliable. Dalam
mempunyai peran strategis. penelitian ini, standar yang digunakan adalah
Procurement merupakan aktivitas yang COBIT Standar COBIT (Control Objectives for
dilakukan oleh setiap organisasi. Pada Kementerian Information and related Technology) dipilih karena
Keuangan Timor Leste telah menerapkan e- kerangka kerja COBIT memberikan gambaran
procurement, tetapi terdapat permasalahan paling detil mengenai strategi dan kontrol dalam
berkaitan dengan proyek dengan nilai dibawah 1 pengaturan proses teknologi informasi yang
Juta Dollar US . Permasalahan ini muncul karena mendukung keselarasan strategi bisnis dan tujuan
kurangnya kontrol dalam pelaksanaan proyek di teknologi informasi (Sarno, 2009). Dari penelitian
ini, diharapkan dapat diketahui sejauh mana

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 171


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

peranan teknologi informasi dapat  Pemetaan hasil risk assessment ke dalam


merepresentasikan tujuan bisnis Kementerian Cobit
Keuangan Timor-Leste dalam pelaksanaan e-  Pemetaan hasil penentuan management
procurement, sehingga berdasarkan temuan-temuan awareness
dari pelaksaanan audit, menghasilkan rekomendasi  Menentukan proses Cobit domain yang
yang dapat digunakan Kementerian Keuangan akan diaudit
Timor-Leste sebagai referensi untuk meningkatkan  Penentuan CSF, KGI, dan KPI
pengelolaan e-procurement agar kedepannya dapat  Indikator pengukuran kinerja
mendukung Kinerja e-procurement di  Penentuan maturity model
Kementerian Keuangan Timor Leste.
4. LANDASAN TEORI
2. TUJUAN 4.1. Tata Kelola Teknologi Informasi
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Tata kelola teknologi informasi (IT
a. Menganalisa strategi yang untuk governance) memiliki cangkupan definisi luas yang
diterapkan pada permasalahan yang meliputi sistem informasi, teknologi dan
dihadapi Kementerian Keuangan Timor komunikasi, bisnis dan hukum serta isu lain yang
Leste melibatkan seluruh komponen perusahaan antara
b. Berusaha menyempurnakan sistem lain; pemilik kepentingan (stakeholder), pengguna
pengadaan yang telah berjalan saat ini teknologi informasi bahkan pemeriksa sistem
dengan melihat kembali proses alur kerja informasi/teknologi informasi. Secara umum tata
yang terkait. kelola teknologi informasi adalah upaya menjamin
pengelolaan teknologi informasi agar mendukung
bahkan selaras dengan strategi bisnis suatu
3. METODOLOGI PENELITIAN perusahaan atau organisasi yang dilakukan oleh
direksi, manajemen eksekutif dan manajemen
Dalam pelaksanaannya, proses audit ini
teknologi informasi.
dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

3.1. Perencanaan Audit 4.2. E-Procurement


E-Procurement merupakan proses
Tahapan perencanaan, sebagai suatu pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
pendahuluan, mutlak perlu dilakukan agar auditor dilakukan secara elektronik terutama berbasis web
mengenal benar objek yang akan diperiksa. Di atau internet. Instrumen ini memanfaatkan fasilitas
samping itu, auditor dapat memastikan bahwa teknologi komunikasi dan informasi meliputi
qualified resources sudah dimiliki, yang dalam hal pelelangan umum secara elektronik. Pengadaan
ini mencakup aspek SDM yang berpengalaman dan barang dan jasa tanpa E-Procurement telah
juga referensi praktik-praktik terbaik (best mengakibatkan penyalahgunaan anggaran negara.
practices). E-Procurement ini adalah bagaimana proses
Tahapan perencanaan ini akan menghasilkan pengadaan barang dan jasa di pemerintahan dan
suatu program audit yang didesain sedemikian rupa, bagaimana caranya memanfaatkan teknologi
sehingga pelaksanaannya akan berjalan efektif dan informasi agar tidak banyak membuang buang
efisien, dan dilakukan oleh orang-orang yang waktu dan biaya (Indrajit dkk, 2002).
kompeten, serta dapat diselesaikan dalam waktu E-Procurement dapat menjadi instrumen
yang sesuai dengan yang disepakati . untuk mengurangi tindakan KKN karena melalui E-
Procurement lelang menjadi terbuka sehingga akan
3.2. Penilaian Management Awareness & muncul tawaran-tawaran yang lebih rasional.
Penilaian Resiko Bahkan mereka juga yang tidak berada dalam
jaringan pun bisa terlibat. Meskipun tidak terhindari
Penilaian terhadap management awareness adanya ‘permainan-permainan’ pula dalam praktik
perlu dilakukan dengan menggunakan tools yang E-Procurement. Penggunaan E-Procurement secara
ada dan juga penilaian resiko perlu dilakukan untuk rasional dapat menghemat anggaran 20-40%.
mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko serta Selain itu, ada sisi negatif yang bisa
dampak yang terjadi jika resiko tersebut muncul. ditimbulkan dalam pengadaan barang dan jasa yang
sering terjadi tanpa E-Procurement antara lain:
3.3. Analisa Data Pertama, tender arisan dan adanya kickback pada
proses tender; Kedua, suap untuk memenangkan
Analisa data ini meliputi tahapan-tahapan: tender; Ketiga, proses tender tidak transparan;
Keempat, supplier bermain mematok harga

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 172


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tertinggi (mark up); Kelima, memenangkan (framework) dalam mendukung tata kelola
perusahaan saudara, kerabat atau orang-orang partai teknologi informasi. Prinsip dasar pada framework
tertentu; Keenam, pencantuman spesifikasi teknik COBIT adalah menyediakan informasi yang
hanya dapat dipasok oleh satu pelaku usaha diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau
tertentu; Ketujuh, adanya almamater sentris; organisasi. Perusahaan atau organisasi perlu
Kedelapan, pengusaha yang tidak memiliki mengatur dan mengatur sumber daya teknologi
administrasi lengkap dapat ikut tender bahkan informasi dengan menggunakan sekumpulan proses
menang; Kesembilan, tender tidak diumumkan; teknologi informasi yang terstruktur sehingga dapat
Kesepuluh, tidak membuka akses bagi peserta dari memberikan informasi yang dibutuhkan.
daerah (Sucahyo dkk, 2009). Secara keseluruhan konsep framework
Kebijakan implementasi E-Procurement COBIT digambarkan sebagai sebuah kubus tiga
dilakukan dengan cara mengoptimalkan dimensi yang terdiri dari: (1) kebutuhan bisnis, (2)
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk sumber daya teknologi informasi dan (3) proses
mewujudkan good governance melalui pengadaan teknologi informasi.
barang dan jasa yang bebas KKN. Sasaran
diterapkanya sistem E-Procurement adalah untuk
memberikan media proses pengadaan barang yang
transparan, kompetitif, efektif, efisien, adil dan
tidak diskriminatif dan akuntabel.
E-Procurement dikembangkan untuk
membentuk jaringan sistem manajemen dan proses
kerja instansi pemerintah secara terpadu dengan
pihak-pihak yang menjadi kerjasama dalam proses
pengadaan barang dan jasa. E-Procurement juga
memberikan rasa aman dan nyaman. Rasa aman
karena proses pengadaan mengikuti ketentuan yang
diatur secara elektronik dengan mengedepankan Gambar 2. Konsep Kerangka Kerja COBIT (IT
transparansi dan akuntabilitas, sehingga pemenang Governance Institute, 2007)
adalah penyedia barang dan jasa yang telah
4.4. MODEL KEMATANGAN
mengikuti kompetisi dengan adil dan terbuka.
Model kematangan (maturity model)
Jumlah peserta pengadaan yang bertambah akan
digunakan sebagai alat untuk melakukan
meningkatkan persaingan yang mengakibatkan
benchmarking dan self-assessment oleh manajemen
penawaran mencapai harga pasar yang
teknologi informasi secara lebih efisien. Model
sesungguhnya. Risiko panitia menjadi berkurang
kematangan untuk pengelolaan dan kontrol pada
karena teknologi membantu mengurangi
proses teknologi informasi didasarkan pada metoda
kemungkinan kesalahan prosedur baik yang
evaluasi perusahaan atau organisasi, sehingga dapat
disengaja maupun tidak. Pada akhirnya, masing-
mengevaluasi sendiri, mulai dari level 0 (non-
masing pihak merasa nyaman berkat bantuan E-
existent) hingga level 5 (optimised).
Procurement. Kenyamanan yang diberikan juga
dapat dilihat dari menurunnya jumlah sanggah Tabel 1. Maturity Model
sejak digunakannya E-Procurement.
E-Procurement juga berdampak terhadap Level Kriteria Kedewasaan
interaksi yang terjadi antara pelaku usaha dengan Kekurangan yang menyeluruh
pemerintah. Jika di masa lalu, pelaku usaha perlu 0 terhadap proses apapun yang dapat
sering mendatangi instansi pemerintah di masing- Non dikenali. Perusahaan bahkan tidak
masing sektor dan mendekati pihak yang terkait Existent mengetahui bahwa terdapat
untuk mendapatkan informasi tentang peluang permasalahan yang harus diatasi.
pengadaan, maka kini informasi tersebut telah Terdapat bukti bahwa perusahaan
tersedia dalam sistem. Akibatnya, terjadi perubahan mengetahui adanya permasalahan
cara berinteraksi dimana frekuensi komunikasi yang harus diatasi. Bagaimanapun
melalui sistem E-Procurement meningkat juga tidak terdapat proses standar,
sedangkan frekuensi tatap muka menjadi jauh 1
namun menggunakan pendekatan ad
berkurang. Initial/Ad
hoc yang cenderung diperlakukan
Hoc
secara individu atau per kasus.
4.3. COBIT Secara umum pendekatan kepada
COBIT merupakan singkatan dari Control pengelolaan proses tidak
Objectives for Information and Related terorganisasi.
Technology, merupakan salah satu kerangka kerja

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 173


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Proses dikembangkan ke dalam nilai masing-masing atribut dari setiap


tahapan yang prosedur serupa diikuti proses.
oleh pihak-pihak yang berbeda
untuk pekerjaan yang sama. Tidak 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
2 terdapat pelatihan formal atau 5.1. Analisis Data
Repeatable pengkomunikasian prosedur standar
but dan tanggung jawab diserahkan Jumlah responden yang dipilih untuk
intituitive kepada individu masing-masing. pengisian kuesioner dalam penelitian ini sebanyak
Terdapat tingkat kepercayaan yang 20 orang responden yaitu pegawai di Kementerian
tinggi terhadap pengetahuan Keuangan Timor Leste. Responden yang dipilih
individu sehingga kemungkinan adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk
terjadi error sangat besar. menilai penggunaan TI saat ini berkaitan dengan
Prosedur distandarisasi dan pelaksanaan e-procurement.
didokumentasikan kemudian Dalam penelitian ini tidak semua data yang
dikomunikasikan melalui pelatihan. didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh
Kemudian diamanatkan bahwa responden dikatakan layak untuk diproses lebih
3 proses-proses tersebut harus diikuti. lanjut. Data dari hasil penyebaran kuesioner
Defined Namun penyimpangan tidak dikatakan tidak layak, jika ada butir pertanyaan
mungkin dapat terdeteksi. Prosedur yang tidak dijawab atau pengisiannya tidak sesuai
sendiri tidak lengkap namun sudah dengan petunjuk yang telah ditentukan. Sehingga
memformalkan praktek yang data kuesioner tersebut tidak dapat diolah lebih
berjalan. lanjut. Jika semua butir pertanyaan yang ada
Manajemen mengawasi dan dijawab sesuai dengan cara pengisian kuesioner,
mengukur kepatutan terhadap maka data kuesioner tersebut dikatakan layak
prosedur dan mengambil tindakan sehingga dapat diolah lebih lanjut. Pengolahan data
4 dengan menggunakan program bantu SPSS versi 15
jika proses tidak dapat dikerjakan
Managed for windows. Pengumpulan data dilakukan dengan
secara efektif. Proses berada
and mengedarkan kuesioner kepada 20 responden
dibawah peningkatan yang konstan
measurable tersebut, dimana selama pengisian kuesioner
dan penyediaan praktek yang baik.
Otomatisasi dan perangkat tersebut peneliti mendampingi obyek penelitian
digunakan dalam batasan tertentu. dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan yang
Proses telah dipilih ke dalam tingkat mungkin muncul dari para responden.
praktek yang baik, berdasarkan hasil
dari perbaikan berkelanjutan dan 5.2. Teknik Pembuatan Skala
permodelan kedewasaan dengan
Kuesioner dalam penelitian ini dibuat
perusahaan lain. Teknologi
5 menggunakan model pengukuran ordinal skala
informasi digunakan sebagi cara
Optimised likert. Ukuran dalam model ini meliputi ukuran
terintegrasi untuk mengotomatisasi
ordinal dan ukuran nominal. Ukuran ordinal
alur kerja, penyediaan alat untuk merupakan angka yang diberikan dimana angka
peningkatan kualitas dan efektifitas tersebut mengandung pengertian tingkatan. Ukuran
serta membuat perusahaan cepat
nominal digunakan untuk mengurutkan obyek dari
beradaptasi.
tingkatan terendah sampai tertinggi. Ukuran ini
Sumber: IT Governance Institute, 2007 tidak memberikan nilai absolut terhadap obyek,
Beberapa cara yang umum dilakukan dalam tetapi hanya memberikan urutan tingkatan dari
melaksanakan penilaian maturity diantaranya tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi
adalah (Guldentops, 2003): saja. Nilai tingkatan yang digunakan terdapat pada
tabel 2 :
a. Pendekatan multidisiplin kelompok orang
Tabel 2. Nilai Tingkatan
yang mendiskusikan dan menghasilkan
Nilai Keterangan
kesepakatan level maturity kondisi
sekarang, 1 Sangat Tidak Baik
b. Dekomposisi deskripsi maturity menjadi 2 Kurang Baik
beberapa pernyataan sehingga manajemen 3 Cukup
dapat memberikan tingkat persetujuannya, 4 Baik
c. Penggunaan atribut matriks sebagaimana 5 Sangat Baik
didokumentasikan dalam COBIT’s Sedangkan nilai absolut yang merupakan
Management Guidelines dan memberikan nilai model maturity dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 174


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3. Nilai absolut model maturity persamaan matematika dan skala pembulatan
Nilai Keterangan indeks yang ada pada table sebelumnya.
0 Tidak ada
1 Inisialiasi 6. KESIMPULAN
2 Dapat diulang
Telah tersedia kegiatan tata kelola TI dalam
3 Ditetapkan
tahap pengembangan, yang meliputi perencanaan
4 Diatur
TI, pelaksanaan, dan pengawasan namun tidak
5 Dioptimalisasi formal sehingga masih sering terjadi ketidak
konsistenan. Pihak manajemen telah mengetahui
Selanjutnya merelasikan antara nilai ukuran dasar untuk pengelolaan TI, tetapi proses
tingkatan dan nilai absolut yang dilakukan dengan tersebut belum diapliakasikan secara menyeluruh
perhitungan dalam bentuk indeks menggunakan dalam perusahaan. Tidak tersedia pelatihan formal
formula matematika sebagai berikut : Persamaan dan komunikasi tentang standar untuk tata kelola
matematik untuk menentukan nilai indeks adalah TI. Tanggung jawab proses tata kelola dalam
sebagai berikut: berbagai proyek dan proses dalam TI dikendalikan
oleh inisitif individu yang semestinya oleh prosedur

= system. COBIT framework adalah standar control
∑ SI yang sifatnya umum serta dapat diterima dan
Sedangkan skala pembuatan indeks bagi diterapkan oleh organisasi. Parameter methodology
pemetaan ketingkat model maturity terdapat pada kerangka IT yang digunakan adalah domain
tabel berikut ini. delivery and support (DS) dimana domain tersebut
Tabel 4. Skala pembulatan indeks menitikberatkan pada proses pelayanan yang
Skala diberikan oleh sistem teknologi informasi (TI) yang
Tingkat Model Maturity
Pembulatan diterapkan. Perbandingan SI e-Procurement pada
4,51 – 5,00 5-Dioptimalisasi penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
3,51 – 4,50 4-Diatur analisis internal control dilakukan pada domain DS
2,51 – 3,50 3-Ditetapkan di setiap level kontrol process IT COBIT. Dari hasil
1,51 – 2,50 2-Dapat diulang perbandingan ditemukan bahwa Kementerian
0,51 – 1,50 1-Inisialisasi Keuangan Timor Leste sudah memiliki internal
0,00 – 0,50 0-Tidak Ada control di setiap level control process IT COBIT
domain DS, dimana internal kontrol tersebut
memberikan jaminan bahwa layanan e-
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Procurement seperti dari pengadaaan awal sampai,
Berakhirnya suatu Proyek. Pemenang tender ,
Tujuan uji validitas instrumen dalam dilakukan berdasarkan standar operasi prosedur
penelitian ini adalah untuk memastikan secara (SOP) yang sudah ditetapkan di kementerian
statistik apakah butir pertanyaan yang digunakan Keuangan Timor – Leste .
dalam penelitian valid atau tidak dalam arti dapat
digunakan dalam pengambilan data penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Dalam pengujian ini digunakan uji terpakai,
yaitu kuesioner yang sudah terkumpul dan [1] Canal, Vicente Aceituno (2008), “Usefulness of
dilakukan tabulasi. Pengujian validitas an Information Security Management
menggunakan metode analisis faktor dengan cara Maturity Model”, Information System Control
mengkorelasikan masing-masing item dengan skor Journal, Vol. 2.
total sebagai jumlah setiap skor item, sehingga [2] Guldentops, E. (2003), “Maturity Measurement
diperoleh koefisien korelasi. Untuk mengetahui - First the Purpose, Then the Method”,
valid tidaknya suatu variabel yang diuji dilakukan Information Systems Control Journal, Vol. 4.
dengan membandingkan nilai component matriks Hamaker,
atau faktor loadingnya dengan 0,4., sedangkan [3] Stacey and Hutton, Austin (2004), “Principles
KMO and Bartlett’s Test lebih besar dari 0,5. of IT Governance”, Information System
Control Journal, Vol. 2.
[4] IT Governance Institute (2003), IT Governance
5.4. Hasil Penyebaran Kuesioner Implementation Guide: “How do I use COBIT
to implement IT governance?”, IT
Hasil perhitungan kuesioner untuk Governance Institute, Illinois.
menentukan tingkat model maturity masing-masing [5] IT Governance Institute (2005), COBIT 4.0:
control process. dengan perhitungan menggunakan Control Objectives, Management Guidelines,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 175


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Maturity Models, IT Governance Institute, [7] Gondodiyoto, Sanyoto. (2007). Audit Sistem
Illinois. IT Governance Institute (2007), Informasi Pendekatan COBIT. Mitra Wacana
COBIT 4.1, IT Governance Institute, Illinois. Media. Jakarta
[6] IT Governance Institute (2008), IT Governance [8] Sarno, Riyanarto. (2009) Audit Sistem
and Process Maturity, IT Governance informasi dan teknologi informasi Surabaya .
Institute, Illinois.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 176


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERANCANGAN CATU DAYA DENGAN


HIGH FREQUENCY TRANSFORMATOR BERBASIS
KENDALI DIGITAL

Dionisius Wahyu Pradana


Ign. Slamet Riyadi
Program Studi Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Universitas Katholik Soegidjapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/I Bendan Duwur, 50234, Semarang, Indonesia
dionisiuswahyupradana@yahoo.com

ABSTRAK

Catu daya konvensional telah banyak digunakan dalam peralatan elektronika. Selain sangat berguna dalam dunia
elektronika, catu daya juga menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif terjadi karena penggunaan LF (low frequency)
transformator. Jika dilihat secara detail kerugian yang terjadi adalah hysteresis dan eddy current, hal ini menyebabkan
terjadinya panas pada trasnformator inti besi / (LF) tranformator. Selain tidak efisiennya bahan yang digunakan, berat dan
banyaknya belitan pada transformator juga membuat kerugian dalam segi biaya. Eksitasi juga menjadi masalah dalam
penggunaan LF Transformator.
Makalahini merancang solusi tentang system catu daya dengan HF (High Frequency). Dengan menggunakan
system HF, maka tranformator yang digunakan adalah tipe HF Transformator, dimana trafo ini menggunakan inti ferid, selain
lebih ringan, titik jenuh yang rendah dan penggunakan lilitan yang lebih sedikit dibanding dengan LF (Low Frequency)
Transformator.
Pada makalah ini perancangan komponen elektronika yang terdapat pada alat tidak banyak memakan tempat dan
efisien dalam penggunakannya, penggunakan transformator dengan inti besi dapat ditekan dengan menggunakan
transformator dengan inti ferid yang memiliki frekwensi lebih tinggi dan penampungan fluksi yang lebih banyak.

Kata kunci : IC, HF Transformator, LF Transformator, Swiching.

PENDAHULUAN eddy current, maka hal ini juga menjadi masalah


Hampir semua peralatan elektronik utama yang merugikan dalam penggunaan LF
membutuhkan catudaya agar dapat berfungsi. transformator. Solusi untuk pemecahan masalah
Catudaya atau power supply merupakan suatu diatas adalah dengan mengubah penggunaan LF
rangkaian elektronic yang mengubah arus listrik transformator dengan HF transformator agar dapat
bolak-balik menjadi arus listrik searah. Peralatan menekan penggunaan LF tranformator yang
elektronik seperti radio, tape kecil, dan berbagai merugikan.
peralatan tertentu menggunakan baterai sebagai Tujuan perancangan alat ini adalah untuk
sumber tenaga, namun sebagian besar mengurangi kerugian yang disebabkan penggunaan
menggunakan listrik PLN sebagai sumber LF transformator dengan menggunakan HF
tenaganya. Untuk itu dibutuhkan suatu peralatan transformator agar efisien dalam pemanfaatan catu
yang dapat mengubah tegangan tinggi yang daya secara maksimal dalam skala rumah tangga
didistribusikan PLN untuk dapat digunakan dalam maupun industri.
skala tegangan yang lebih rendah dan dapat
dimanfaatkan untuk peralatan elektronik rumah METODE PENELITIAN
tangga maupun industri. Metode yang digunakan untuk perancangan catu
Ada banyak jenis atau variasi rangkaian daya ini adalah dengan analisis, simulasi
catudaya dengan segala kelebihan dan komputasi, dan implementasi skala laboratorium.
kekurangannya. Namun secara prinsip rangkaian Berikut ini akan diuraikan tentang analisis LF
catudaya terdiri atas transformator, dioda dan transformator, penggunaan frequency tinggi
condensator. Low frequency ( LF ) Transformator dengan kendali digital, dan beberapa komponen
atau yang sering kita sebut transformator frewensi penunjang dalam catu daya HF tranformator.
rendah banyak digunakan dalam peralatan
elektronik rumah tangga maupun dalam peralatan LF Transformator
industri. Selain sangat bermanfaat, ternyata
penggunaan LF transformator juga berdampak Transformator (trafo) adalah alat yang
negatif jika dilihat secara seksama. Selain bentuk digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
fisik yang besar dan berat dari segi bobot. Jika kita tegangan bolak-balik (AC). Transformator
sering mendengar istilah tentang hysteresis dan terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 177


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kumparan pertama (primer) yang bertindak 4. Kerugian hysteresis (kerugian ini terjadi
sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang karena inti besi tidak dapat mengubah
bertindak sebagai output, dan inti besi yang arah fluks magnet secara seketika),
berfungsi untuk memperkuat medan magnet perhitungannya :
yang dihasilkan.

Gambar 1 Transformator

Dalam transformator terdapat


perhitungan untuk menentukan jumlah Gambar 3 Hysteresis
lilitanprimer dan sekunder agar dapat
dihasilkan keluaran dengan teganganrendah Ph = Rugi arus pusar [w/kg]
dan arus besar. Rumus yang digunakan adalah Kh = Konstanta material inti
: f = frekuensi [Hz]
Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
n = Nilai eksponensial, tergantung
material dan Bmax

5. Efek kulit (kerugian ini terjadi karena


Gambar 2 Perhitungan lilitan transformator arus cenderung mengalir pada
permukaan kawat, ini memperbesar
Vp = Tegangan Primer kerugian kapasitas dan menambah
Vs = Tegangan sekunder resistansi relative lilitan)
Np = Jumlah Lilitan Primer
Ns = Jumlah Lilitan Sekunder

Ada beberapa kerugian yang dihasilkan


karena penggunaan low frequency
transformator ( transformator inti besi ) :
Gambar 4 konduktor yang dialiri arus
1. Kerugian Tembaga (kerugian karena
resistansi dan arus listrik yang 6. Eddy current (kerugian ini disebabkan
mengalir)Nilai resistansi konduktor dapat oleh GGL masukan yang menimbulkan
dihitung dengan Persamaan berikut. arus dalam inti magnet yang melawan
perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL), dapat dihitung
dengan :

R = Tahanan (Ohm)
ρ = Tahanan jenis (Ohm.m)
l = Panjang (m)
A = Luas penampang (m2)

2. Kerugian kopling (kerugian karena


kopling antara primer dan sekunder yang
tidak sempurna, fluks magnet tidak semua Gambar 5 kerugian eddy current
dapat terinduksi sempurna)

3. Kerugian kapasitas liar (kerugian ini


sangat mempengaruhi efisiensi trafo pada Dimana :
frequency tinggi) pe = Rugi arus pusar [w/kg]
ke = Konstanta material inti
f = frekuensi [Hz]

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 178


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

t = ketebalan material [m] Rangkaian kendali digital


Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
Rangkaian kendali ini terdiri dari
Schmitt Triggers ( HFE 40106 BP) dari IC Counter CD 4520 dan IC Schmitt
Trigers. Berikut rangkaian kendali digital :
Rangkaian kendali sangat penting
dalam pengendalian frequency dan counter
untuk diteruskan ke mosfet daya. IC HFE
40106 BP digunakan untuk membalik dan
menguatkan pulsa dari masukan IC
counter CD 4520. Berikut data tentang IC
Schmitt Triggers HFE 40106 :

Gambar 6 IC HFE 40106 Gambar 9 konfigurasi kendali digital

IC Schmitt Triggers HFE 40106 Dengan konfigurasi IC diatas


BP digunakan untuk menguatkan pulsa didapat keluaran berupa pulsa dengan 2
atau gelombang kotak sebagai input keluaran. Keluaran tersebut dilanjutkan
mosfet daya. Berikut rangkaian utuk kemudian dijadikan kendali
pembangkit pulsa atau oscillator yang mosfet.
terdiri dari R dan C :
B. Hasil dan Pengujian simulasi

Berikut diagram blok dari analisis


dan perancangan alat catudaya dengan
menggunakan high frequency
transformator dan kendali digital sebagai
pengkontrol frequency :

Gambar 7 Oscilator

A. Counter ( CD 4520 )

oscillator R dan C yang dirangkai


dengan IC Schmitt Triggers HFE 40106
Gambar 10 Diagram blok perancangan alat
BP. Berikut data IC Counter CD 4520 :
Rangkaian keseluruhan dari perancangan
catudaya dengan menggunakan high frequency
transformator :

Gambar 8 IC Countet 4520


Gambar 11 Rangkaian catudaya dengan high
frequency transfomator.

Gambar alat catu daya high frequency


transformator dengan kendali digital :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 179


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Golombang keluaran atau output sisi


sekunder pada high frequency transformator :

Gambar 12 alat transformator high frekquency


kendali digital

Pada pengujian alat catudaya ini digunakan


frequency 3Khz. Keluaran pulsa kendali digital Gambar 16 Gelombang keluaran oscillator
sebelum memasuki saklar daya :
KESIMPULAN

Pada makalah ini suatu catu daya


frequency tinggi jika menggunakan
transformator dengan tipe low frequency akan
mengalami panas yang berlebihan
dikarenakan inti besi yang tidak dapat
merubah arah fluks secara seketika, dengan
frequency tinggi pula transformator akan
mengalami dengung. Penggunaan high
Gambar 13 Gelombang keluaran oscillator frequency transformator dapat mengurangi
rugi – rugi seperti hysteresis, panas yang
Gelombang keluaran pada transformator disebabkan arus berlebihan pada lilitan low
high frequency : frequency transformator. Selain itu
penggunaan high frequency transformator
dapat mengurangi berat dari catudaya karena
inti besi pada low frequency transformator.

DAFTAR PUSTAKA

AREVA T&D. (2008). Power Transformers


(Vol. 1
Gambar 14 Gelombang keluaran HF transformator Fundamentals). Paris: Areva T&D.

Gelombang keluaran IC kendali HFE AREVA T&D. (2008). Power Transformers


40106 melalui oscilloscope : (Vol. 2
Expertise). Paris: Areva T&D.
Sippola Mika, Developments for the High
Frequency Power Transformer Design and
Implementation.
http://www.wikipedia.org

Gambar 15 Sinyal keluaran IC kendali


dengan simulasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 180


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DUMMY LOAD UNTUK BEBAN 450 WATT

Pernandes1), Martanto2)
1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
2)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakartata
martanto@usd.ac.id

Abstrak

Kestabilan tegangan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit merupakan salah satu parameter utama dalam hal
penyediaan daya listrik. Pemakaian beban yang tidak terkendali dapat menyebabkan ketidakstabilan tegangan. Penelitian ini
bertujuan membuat sebuah sistem pengatur beban untuk menjaga agar daya keluaran pada pembangkit selalu berada pada
daerah kerja yang diperbolehkan dengan cara mengatur beban dummy. Sistem yang dirancang berbasis mikrokontroler
ATmega8535, menggunakan sensor arus ACS712 untuk mengetahui besar daya terpakai, dan menggunakan beban dummy
berupa resistor, serta dibatasi untuk daya 450W pada tegangan jala-jala 220V. Jika terdapat beban terpakai dalam sistem, arus
beban terpakai akan diukur yang kemudian digunakan untuk mengendalikan arus yang mengalir ke beban dummy, agar daya
keseluruhan pada sistem tetap atau stabil. Sistem kendali beban dummy secara keseluruhan sudah dapat dibuat dan sudah
dapat bekerja serta telah diuji dengan beberapa nilai daya beban. Jika daya beban terpakai nol, maka arus beban dummy akan
maksimal. Arus beban dummy akan menurun jika daya beban terpakai meningkat. Hasil pengukuran arus beban dummy, arus
beban terpakai, daya beban dummy dan daya beban terpakai masih belum sesuai dengan perancangan. Sistem pengendalian
beban dummy masih dapat dikembangkan untuk daya yang lebih besar.

Kata kunci: Beban Dummy, Beban Terpakai, Sensor Arus ACS712.

PENDAHULUAN jika beban terpakai sejumlah daya tertentu maka


daya pada beban dummy adalah selisih antara daya
Di era globalisasi ini kebutuhan akan energi beban dummy pada kondisi maksimum dengan daya
listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting. beban terpakai. Sistem yang dibuat daya pada sistem
Energi listrik di Indonesia sudah menjadi kebutuhan (beban dummy dan beban terpakai) tetap stabil
pokok. Peningkatan kebutuhan energi listrik harus walaupun besar beban terpakai diubah-ubah,
didukung oleh tersedianya pembangkit energi listrik sekalipun besar beban terpakai nol.
yang harus memenuhi kebutuhan tersebut Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
(Simanjuntak, 2010). Permasalahan terjadi antara suatu alat yang dapat menstabilkan daya beban pada
lain diakibatkan adanya ketidakseimbangan antara sistem dengan beban dummy sebagai pengganti
penyedia energi dan permintaan konsumen energi beban terpakai saat beban terpakai tidak ada.
listrik. Masalah lain adalah kestabilan tegangan jala- Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menjaga
jala listrik yang dikirim ke konsumen. Kestabilan agar tegangan dan pada pembangkit lebih stabil.
tegangan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit Penelitian ini dibatasi untuk beban maksimum 450
merupakan salah satu parameter utama dalam hal watt. Arus beban terpakai dan arus beban dummy
penyediaan daya listrik. Pemakaian beban yang tidak dipantau melalui sensor arus. Pengaturan beban
terkendali dapat menyebabkan ketidakstabilan dummy didasarkan pada selisih arus maksimum
tegangan. Salah satu solusinya adalah dengan sistem dengan arus beban terpakai. Beban dummy
pengaturan beban dalam distribusi energi listriknya. diimplementasikan menggunakan sejumlah resistor
Berdasarkan hal ini, penulis akan membuat yang disusun secara paralel. Pengaturan sistem
suatu sistem yang menjaga daya keluaran pada menggunakan mikrokontroler ATMega 8535. Untuk
pembangkit selalu berada pada daerah kerja yang pengujian, sumber tegangan yang dipakai berasal
diperbolehkan dengan cara mengendalikan beban dari tegangan 220V dari jala-jala PLN. Beban
dummy. Penelitian yang telah ada adalah membahas terpakai menggunakan sejumlah bola lampu yang
tentang pengatur beban ini dengan melibatkan disusun sedemikian rupa sehingga bisa diperoleh
mikrokontroler sebagai pengendali utamanya daya yang bervariasi dan dapat mencapai 450W.
(Najmurrokhman, 2010), pemodelan sistem pengatur
(Bhim Singh, 2003). Secara umum sistem yang akan METODOLOGI PENELITIAN
dibangun berbasis mikrokontroler dan menggunakan Penelitian diawali dengan studi pustaka yang
sensor arus untuk mengetahui besar daya terpakai. menjadi dasar untuk perancangan. Kemudian
Saat beban dummy pada kondisi daya maksimum, merancang model yang sesuai dengan sistem yang
maka beban terpakai pada kondisi nol, sebaliknya akan dibangun. Pada tahap ini bertujuan mencari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 181


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bentuk model yang optimal dari sistem yang akan melalui TRIAC. Pada tahapan pemicuan TRIAC ini
dibuat dengan mempertimbangkan dari berbagai sensor arus pada beban dummy akan mengukur
faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang besarnya arus yang mengalir. Proses pengaturan
telah ditentukan. Selanjutnya mengimplementasikan beban dummny dilakukan dengan prinsip kendali
sistem dengan pembuatan perangkat keras dan sudut fasa / pengontrol tegangan ac (Rashid,2004).
perangkat lunak sesuai dengan bagian-bagian yang Pengaturan sudut picu dilakukan dengan memberi
ada pada rancangan sistem. Tahap pengambilan data pewaktuan 100 kali interupsi pada 1 gelombang
dilakukan untuk menguji subsistem dan untuk sinusoidal 50 hertz (2x50 interupsi timing, pada
keseluruhan sistem. Alat bantu yang dipergunakan setengah gelombang 0-50, setengah gelombang
untuk pengambilan data adalah multimeter digital, berikutnya 0-50). Seratus interupsi tersebut
dan osiloskop digital. Pengambilan data sistem digunakan sebagai perintah pemicuan TRIAC.
dilakukan dengan menggunakan variasi beban Gambar 2 menunjukan interupsi timer2 saat
terpakai, pada kondisi tegangan jala-jala ac yang terjadinya tunda pemicuan driver beban dummy.
tetap. Pengaturanan besar sudut pemicuan ditentukan
Bagan blok sistem rancangan ditunjukkan melalui perhitungan beban dummy yang dibutuhkan,
oleh Gambar 1. Sistem yang dirancang terdiri atas yaitu 450 dikurangi daya terpakai. Setelah daya
beberapa bagian utama, yaitu rangkaian sensor arus, dummy yang dibutuhkan telah diketahui, maka
pengondisi sinyal, zero crossing detector, driver, sistem akan mengontrol besarnya sudut picu TRIAC.
mikrokontroler, catu daya, dan penampil. Sensor Pada perancangan perangkat lunak, jika daya
yang digunakan untuk mengukur arus adalah terpakai lebih besar atau sama dengan 450, maka
ACS712 (Allegromicro, 2011). Beban terpakai yang sudut picu akan ditambahkan sampai daya dummy
terhubung ke jala-jala listrik (AC Line) diukur bernilai sesuai dengan yang ditentukan atau picu di-
arusnya juga menggunakan sensor arus ACS712. set 50. Jika daya terpakai menurun, maka sistem
Beban dummy terhubung ke jala-jala listrik melalui akan menaikkan daya dummy dan picu akan
rangkaian Driver juga diukur arusnya. Tegangan dikurangi sampai daya dummy bernilai sesuai
keluaran sensor arus akan diolah oleh rangkaian dengan yang ditentukan atau picu dibuat bernilai 1.
pengondisi sinyal. Mikrokontroler ATMega8535 Jika daya tepakai naik, maka sistem akan
(Atmel, 2006) berfungsi mengatur dan memproses menurunkan daya dummy dan sudut picu akan
data masukan dari pengondisi sinyal. Data kendali ditambahkan sampai daya dummy bernilai sesuai
dari mikrokontroler dipakai untuk mengatur sudut dengan ditentukan.
picu TRIAC. Hasil pengukuran arus ditampilkan
pada piranti penampil yang memakai LCD.

Gambar 2. Prinsip kendali beban dummy

Rangkaian sensor arus ACS712 ditunjukkan


oleh gambar 3 (Allegromicro, 2011). Tegangan catu
daya 5V diperlukan agar sensor bisa bekerja. Kaki
1,2 dan 3,4 dihubungkan pada rangkaian beban
untuk mengukur besar arus yang mengalir.
Penghubungan komponen kapasitor pada sensor
ACS712 merupakan rekomendasi dari datasheet.
Selanjutnya keluaran sensor dihubungkan pada
Gambar 1. Bagan Blok Sistem rangkaian pengondisi sinyal. Sesuai dengan batasan
masalah, beban maksimum dibuat sebesar 450 watt,
Apabila terdapat beban pada beban terpakai
maka berdasarkan persamaan daya yaitu P=I.V
maka sensor arus akan mengukur besar arus yang (Edminister, 2004)(PT PLN, 2008), dengan P=450W
mengalir pada beban terpakai. Kemudian sistem dan V=220V dapat dihitung arus maksimum sebesar
akan menghitung besarnya daya beban terpakai dan I=2.045A.
menentukan nilai daya beban dummy agar total daya
Sensitivitas sensor arus sebesar 185mV/A.
450 watt. Pengontrolan besar daya dummy dilakukan
Tegangan keluaran sama dengan 2,5V untuk arus
dengan mengatur tunda picu tegangan AC atau
0A. Sehingga dapat diperoleh persamaan tegangan
kendali fasa tegangan AC pada beban dummy keluaran sebagai fungsi arus terukur:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 182


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Vout=0,185xIukur+2,5. Tegangan keluaran sensor jaringan jala-jala listrik adalah rangkaian zero
dihubungkan ke rangkaian pengondisi sinyal, agar crossing detector (Stanley, 1994, Boleystad, 1996).
besar tegangan keluaran pengondisi sama dengan Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 6,
besar arus terukur. Rangkaian pengondisi sinyal menggunakan sebuah penguat operasi sebagai
diimplementasikan menggunakan penguat beda, sebuah komparator. Komparator yang digunakan
yang dirancang agar saat arus nol tegangan keluaran adalah LM339. (Fairchild Semiconductor, 2012)
pengondisi sinyal nol, dan saat 2,5A maka tegangan
pengondisi sama dengan 2,5V

Gambar 6. Rangkaian Zero-Crossing Detector

Perancangan perangkat lunak untuk


Gambar 3. Sensor Arus ACS712 mikrokontroler agar sesuai dengan yang
dikehendaki. Proses pertama, sistem akan
Beban Dummy diimplementasikan dengan melakukan inisialisasi port I/O mikrokontroler,
sejumlah resistor yang diparalelkan. Berdasarkan mengaktifkan dan setting timer0 sebesar 187,5 khz,
daya maksimum 450watt, pada tegangan 220V, mengaktifkan dan setting timer2 sebesar 375 khz,
diperoleh arus maksimum 2,045A. Dengan mengaktifkan INT0, mengaktifkan ADC 10 bit dan
menggunakan resistor berdaya 20watt, diperlukan 23 LCD akan menampilkan judul penelitian. Proses
resistor. Nilai total hambatan adalah 107 ohm, atau kedua, data EEPROM akan dikirim ke RAM, reset x
setiap resistor sebesar 2470 ohm, digunakan resistor = 0 dan y = 0, setting picu = 0 dan TRIAC = 0 dan
2,4kohm 20watt. Skema beban dummy ditunjukkan memulai timer0 dan timer2. Proses ketiga, membaca
Gambar 4. TRIAC yang digunakan adalah seri ADC. PortA.0, portA.1 dari sensor arus dan portA.2
BT136 (Philips, 2001) dari sensor tegangan. Register Z melalui INT0 (zero
crossing detector) sebagai penghitung pengambilan
data ADC. Pada proses keempat, jika pengambilan
data ADC sudah mencapai 8 kali, maka akan
melanjutkan proses berikutnya, Jika belum 8 kali,
maka akan mengulang sampai 8 kali. Proses kelima
adalah mengitung data yang telah diperoleh. Pada
proses kelima dilakukan pemicuan TRIAC sesuai
Gambar 4. Skema beban dummy dengan nilai picu yang dihitung agar total daya 450
watt. Proses terakhir adalah me-reset register C0,
Rangkaian driver untuk mengatur beban C1, C2, Y dan Z sama dengan nol.
dummy digunakan rangkaian pemicu TRIAC seperti Untuk pemicu TRIAC pada rangkaian driver
ditunjukkan oleh Gambar 5. Rangkaian pemicu beban dummy diperlukan beberapa proses. Ada tiga
menggunakan trafo pulsa sebagai pengisolasi antara proses utama pengambilan keputusan. Pengambilan
bagian pengendali dan bagian rangkaian daya keputusan pertama yaitu penurunan beban dummy
(Triac). Nilai R1 dan C1 terkait dengan waktu jika beban dari 450 watt. Pada tahap ini sebelum
minimum penyulutan TRIAC. proses daya dummy bernilai maksimal. Jika daya
terpakai lebih besar dari 450 watt, maka akan
melanjutkan proses pengambilan keputusan
berikutnya, yakni apakah PICU lebih kecil dari 50.
Jika YA maka picu akan dinaikkan satu. Proses
penambahan PICU +1 ini akan terus dilakukan
sampai PICU = 50. Pada saat keadaan PICU = 50
daya dummy bernilai 0, dan pada saat keadaan yang
sama penambahan PICU +1 akan berhenti.
Pengambilan keputusan kedua yaitu proses
penurunan nilai daya dummy, jika daya terpakai
Gambar 5. Rangkaian Pemicu TRIAC kurang dari 450 watt. Jika selisih antara 450 dengan
daya terpakai lebih kecil dari daya dummy, maka
Rangkaian yang difungsikan untuk akan melanjutkan proses pengambilan keputusan
sinkronisasi antara sudut pemicuan TRIAC dengan berikutnya, yakni apakah PICU lebih kecil dari 50.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 183


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Jika YA maka picu akan dinaikkan satu. Proses


penambahan PICU +1 ini akan terus dilakukan
sampai PICU = 50. Pada saat keadaan PICU = 50
daya dummy bernilai 0, dan pada saat keadaan yang
sama penambahan PICU +1 akan berhenti.
Pengambilan keputusan ketiga yaitu proses
menaikkan daya dummy. Jika selisih antara 450
dengan daya terpakai lebih besar dari daya dummy,
maka akan melanjutkan proses pengambilan
keputusan berikutnya, yakni apakah PICU lebih
besar dari 1. Jika YA maka picu akan dikurangkan Gambar 8. Rangkaian sistem minimum
satu. Proses pengurangan PICU -1 ini akan terus ATMEGA8535.
dilakukan sampai PICU = 0. Pada saat keadaan
PICU = 0 daya dummy bernilai 450 watt, dan pada Pengujian sistem keseluruhan dilakukan
saat keadaan yang sama penambahan PICU -1 akan dengan pengambilan data disertai gambargambar
berhenti. Jika dari ketiga proses pengambilan gelombang listrik. Pengambilan gambar-gambar
keputusan tersebut tidak ada yang cocok/YA, maka gelombang listrik dilakukan dengan cara
proses akan berhenti. menghubungkan tegangan beban dummy ke trafo
Proses sinkronisasi pemicuan TRIAC harus step down.Teknik pengambilan data dengan cara
sinkron dengan jala-jala. Hal ini dilakukan oleh mengubah-ubah daya beban terpakai. Setelah itu
rangkaian zero crossing detector. Alur program akan dilakukan pengukuran nilai arus, tegangan pada
mengaktifkan INT0, setiap terjadi interupsi dari zero beban dummy dan beban terpakai. Beban terpakai
crossing detector, maka akan dilakukkan reset nilai yang digunakan adalah bohlam dengan nilai daya
counter (x, y dan z), mematikan TRIAC. beban bervariasi, wattage bohlam yang tersedia
bernilai 60 watt dan 100 watt. Tabel 1
HASIL DAN PEMBAHASAN memperlihatkan data sistem keseluruhan oleh
mikrokontroler, hasil pengukuran beban dummy,
Sistem dummy load yang dirancang telah nilai daya diperoleh mendekati dengan perhitungan
dapat diimplementasikan seperti ditunjukkan oleh teori. Pengukuran oleh mikrokontroler dilakukan
Gambar 7. Keterangan gambar sebagai berikut (1) melalui proses .pencarian nilai rata-rata dari delapan
Trafo catu daya. (2) Rangkaian regulator tegangan. kali pengukuran.
(3) penampil LCD 16x2. (4) Indikator LED. (5) Berdasar Tabel 1 terlihat bahwa nilai arus
Driver TRIAC. (6) Zero crossing detector. (7) beban dummy semakin menurun dengan adanya
Pengondisi sinyal sensor arus. (8) Rangkaian sensor kenaikan beban terpakai.Sedangkan jumlahan arus
arus. (9) Rangkaian TRIAC. (10). Dummy load. (11) beban terpakai dan beban dummy hamper konstan
Stop kontak beban terpakai. (12) Rangkaian sensor dengan rerata sebesar 2,047A yang telah mendekati
tegangan (13) Tombol daya untuk sistem. (14) nilai perancangan, yaitu sebesar 2,045A, terdapat
Tombol daya untuk beban (15) Tombol pemilih galat kurang dari 1%. Hal ini membuktikan bahwa
tampilan LCD. Gambar 8 menunjukkan rangkaian sistem yang dibuat telah bekerja sesuai rancangan.
sistem minimum ATMEGA8535.
Tabel 1. Hasil Pengujian Arus Sistem
Wattage Arus_Beban Arus_Dummy
Iload+Idummy
No Beban (A) (A)
(A)
/Bohlam tampilanLCD tampilanLCD
1 0 0 2,033 2,033
2 60 0,304 1,726 2,033
3 100 0,422 1,651 2,030
4 160 0,647 1,431 2,073
5 200 0,818 1,227 2,078
6 260 1,076 0,960 2,045
7 300 1,250 0,876 2,036
8 360 1,520 0,441 2,126
Gambar 7. Rangkaian sistem dummy load
9 400 1,700 0,356 1,961
10 460 1,968 0,110 2,056
Rata-rata 2,047

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 184


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pengujian arus beban terpakai juga Tabel 3. Perbandingan Pengukuran Arus Beban
dilakukan menggunakan alat ukur arus Digital Tampilan LCD dan Arus Beban Terukur
Multimeter PC510 untuk mengetahui arus menggunakan Multimeter Digital
sebenarnya pada beban, ditunjukkan oleh Tabel 2. I (Ameter) Idummy(LCD)
Berdasar tabel 2, terlihat bahwa data arus yang No dummy Galat [A]
[A] [A]
ditampilkan LCD memiliki selisih rata-rata 0,02A 1 2,038 2,033 0,005
jika dibandingkan dengan arus pengukuran. Hal ini 2 1,148 1,726 0,578
menunjukkan bahwa pengukur arus beban terpakai 3 1,039 1,651 0,612
telah bekerja dengan baik.
4 0,812 1,431 0,619
Tabel 2. Perbandingan Pengukuran Arus Beban 5 0,711 1,227 0,516
Tampilan LCD dan Arus Beban Terukur 6 0,590 0,960 0,370
menggunakan Multimeter Digital. 7 0,496 0,876 0,380
8 0,352 0,441 0,089
Iload(Ameter) Iload (LCD) 9 0,250 0,356 0,106
No Galat [A]
[A] [A] 10 0,190 0,110 0,080
1 0,005 0 0,01
2 0,257 0,304 0,05 Pada saat beban terpakai tidak aktif maka
3 0,424 0,422 0,00 beban dummy mencapai nilai maksimumnya, dengan
4 0,684 0,647 0,04 bentuk gelombang tegangan beban dummy
5 0,845 0,818 0,03 ditunjukkan oleh Gambar 9. Berdasar tabel 3 untuk
tanpa beban terpakai terlihat nilai arus alat ukur dan
6 1,098 1,076 0,02
sistem hampir sama, karena bentuk gelombang yang
7 1,274 1,250 0,02 sinusoidal.
8 1,526 1,520 0,01
9 1,694 1,700 0,01
10 1,951 1,968 0,02
rata-rata galat 0,02

Pengujian arus pada beban dummy juga


dilakukan pengukuran menggunakan amper meter
PC510 yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 3.
Berdasar tabel ini terlihat adanya perbedaan antara
hasil pengukuran dan yang tertampil pada LCD.
Nilai yang diukur oleh ampermeter rata-rata lebih
rendah dibandingkan dengan yang tertampil pada
LCD. Hal ini diperkirakan karena adanya perbedaan
parameter yang diukur, yaitu Multimeter PC510 Gambar 9. Gelombang Tegangan Beban Dummy
mengukur nilai efektif gelombang arus sedangkan untuk Beban Terpakai Nol
system yang dibuat mengukur nilai rerata
gelombang arus.

Gambar 10. Gelombang Tegangan Beban Dummy


untuk Beban Terpakai 60W

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 185


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA

Allegromicro, 2011, ACS712, Fully Integrated, Hall


Effect-Based Linear Current Sensor IC with 2.1
kVRMS Isolation and a Low-Resistance Current
Conductor, Allegro MicroSystems, Inc. 115
Northeast Cutoff Worcester, Massachusetts
www.allegromicro.com
Atmel, 2006, 8-bit Microcontroller with 8Kbytes In-
Gambar 11. Gelombang Tegangan Beban Dummy System Programmable Flash ATmega8535
untuk Beban Terpakai 160W ATmega8535L, Atmel Corporation,
(www.atmel.com/Images/doc2502.pdf).
Bhim Singh, S. S. Murthy and Sushma Gupta, 2003,
An Improved Electronic Load Controller for
Self-Excited Induction Generator in Micro-
Hydel Applications, http://seminar1.te.
ugm.ac.id/daftar_makalah_ajax.php
Boleystad, Robert and Nashelsky Englewood Cliffs,
Electronic Devices and Circuit Theory, New
Jersey, 1996
Edminister, Joseph A., 2004, Rangkaian Listrik,
Gambar 12. Gelombang Tegangan Beban Dummy Edisi Keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga.
untuk Beban Terpakai 300W Fairchild Semiconductor, 2012, LM339/LM339A,
LM239A, LM2901 Quad Comparator, Fairchild
Gambar 10 sampai dengan Gambar 12 Semiconductor Corporation,
menunjukkan bentuk gelombang tegangan beban www.fairchildsemi.com/ds/LM/LM2901.pdf
dummy saat beban terpakai tidak nol. Berdasar Najmurrokhman, Asep, dan Kurnia A, 2010,
gambar-gambar ini menunjukan bahwa proses Perancangan Electronic Load Controller
pengaturan beban dummy melalui pengaturan sudut Berbasis Mikrokontroler sebagai Stabilizer
picu TRIAC telah berhasil dilakukan. Semakin besar Tegangan dan Frekuensi, Jurnal Teknik,
daya beban terpakai, maka akan semakin besar sudut Volume IX, No. 2, 99 – 109, Fakultas Teknik,
pemicu TRIAC yang mengakibatkan semakin kecil Universitas Jendral Achmad Yani, Bandung,
tegangan ke beban dummy atau semakin kecil arus November 2010.
pada beban dummy. Secara keseluruhan sistem yang Philips Semiconductors, 2001, BT136 Sseries E
dibangun telah bekerja dengan baik, beban dummy Triacs Sensitive Gate, Philips Electronics N.V.
secara otomatis menyesuaikan dengan beban PT PLN, 2008, Teori Dasar Listrik, http://bops.pln-
terpakai. jawa-bali.co.id/artikel/teoridasarlistrik01.pdf
Rashid, Muhammad H., 2003, Power Electronics
KESIMPULAN Circuits, Devices, and Applications, Prentice
Hall Inc., Florida,
Berdasarkan pengujian dan pengambilan data Simanjuntak, Johnni R.H., 2010, Sambutan Direktur
dummy load dengan beban 450 watt, dapat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan
disimpulkan bahwa: Secara keseluruhan dummy load dalam Seminar Nasional Modern Electrical
dengan beban 450 watt sudah dapat bekerja dengan Engineering and Its Application di Universitas
baik. Beban dummy sudah dapat menyesuaikan Kristen Maranatha tgl. 20 Maret 2010
secara otomatis dengan beban terpakai. Jika beban Singh, R.K. dan kawan - kawan, 2005,
terpakai nol maka arus beban dummy bernilai Transformers, U.S.: McGraw-Hill.
maksimum, jika daya beban terpakai naik maka Stanley, William D., 1994, Operational Amplifier
beban dummy menurun. Namun masih terdapat With Linear Integrated Circuit, New York:
kekurangan dalam hal konsep pengukuran arus Macmillan College Publishing Company.
beban dummy, yang sebaiknya yang diukur adalah
nilai efektifnya.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 186


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENENTUAN TEGANGAN PENYALAAN (IGNITION-VOLTAGE) PADA KENDARAAN


TANGKI PEMBAWA BAHAN BAKAR CAIR PREMIUM DAN GAS LPG DALAM
KAWASAN BERMEDAN LISTRIK

Budi Utama
Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
budiutamaduautama@ymail.com

ABSTRAK

Telah dikerjakan suatu simulasi komputer dalam penentuan tegangan penyalaan (ignition voltage) pada kendaraan tang-
ki bahan bakar yang diisi dengan premium dan gas cair LPG. Juga telah dihitung nilai tegangan terbuka yang ditimbulkan
oleh intensitas medn listrik, serta membandingkan tegangan penyalaan yang dimiliki oleh tangki dengan tegangan terbuka
yang muncul ketika kendaraan tangki melewati kawasan bermedan listrik guna mengetahui tingkat keterjadian fenomena
electrostatic discharge, ESD.
Objek sample penelitian terdiri dari 3 unit kendaraan tangki bahan bakar masing masing dengan kapasitas 5000 l isi ba-
han bakar cair jenis premium, 9500 kg isi bahan bakar gas cair LPG, dan 16 000 l isi bahan bakar cair premium.
Hasil penelitian simulasi menunjukan bahwa angka tegangan penyalaan (ignition voltage) yang dimiliki oleh masing
masing tangki adalah 3014.15 Volt untuk tangki 5000 l isi premium, 2773.93 Volt untuk tangki 9500 kg isi gas cair LPG,
dan 2818.66 Volt untuk tangki 16 000 l isi premium. Sedangkan medan listrik kritis untuk masing masing tangki berturut
turut adalah : 4040.42 Volt/m untuk tangki 5000 l premium, 2042.66 Volt/m untuk tangki 9500 kg gas LPG, dan 2396.82
Volt/m untuk tangki 16000 l premium. Terungkap dalam penelitian ini bahwa tangki gas LPG dgn kapasitas 9500 kg
mempunyai tegangan penyalaan paling rendah, yaitu sebesar 2773.93 Volt degan medan listrik yang menimbulkannya
sebesar 2042.66 Volt/meter = 2.04 kV/meter.

LATAR BELAKANG nasional. Konsekwensinya adalah akan memerlukan


saluran tegangan ekstra tinggi atau ultra tinggi. Di
Fenomena listrik secara peluahan elektrostatik Indonesia keperluan ini dicerminkan dengan
atau yang disebut sebagai electrostatic-dischrge pembangunan saluran transmissi yang bertegangan
(ESD) tetap menjadi sumber penyalaan ketika cairan ekstra tinggi. Level tegangan transmissi energi listrik
(bahan bakar) yang mudah terbakar (flammable) ini akan dinaikan untuk pertimbangan ke
dalam kondisi stoi- chiometric bersentuhan dengan effektivitasan dan keeffisienan yang tinggi, yaitu rugi
percikan (spark) titik api yang muncul. Stoichiometric rugi jatuh tegangan pada saluran dapat dikurangi
adalah suatu kondisi campuran yang tepat dimana dengan cara menaikan level tegangan transmissi
campuran antara uap bahan bakar dan udara yang ada energinya. Dengan menaikna tegangan transmissi ke
disekitar bahan bakar cair tersebut telah berada pada level yang ekstra tinggi akan membawa konsekwensi
level titik nyala (flammable). Daerah flammable ini pada masalah teknologi insulation dan induksi me dan
dibatasi oleh batas bawah (campuran ku- rus) dan elektromagnetik. Medan magnet ditimbulkan karena
batas atas (campuran gemuk). Pada piranti elek- kehadiran ‘arus’ listrik, sedangkan medan listrik
tronika electrostatic discharge (ESD) dapat ditimbulkan karena kehadiran tegangan listrik. Medan
mengakibatkan suatu kerusakan yang serius melalui listrik di atas level yang diizinkan akan membawa
takanan lebih listrik (electrical overstress, EOS). resiko yang membahayakan baik pada lingkungan
Tekanan lebih listrik ini merupakan mekanisme maupun pada mah- luk hidup lainnya. Badan
kegagalan dimana piranti (device) elektronika dikenai organisasi dunia World Health Organization (WHO)
tegangan, arus, atau daya yang berlebihan dari nilai membatasi level medan listrik ini sebesar 10 kV/m.
yang sudah ditentukan oleh manufakturnya. Disamping itu medan listrik juga dapat memicu
Kerusakan piranti elektronika ini yang kena gejala penyalaan bahan bakar cair dalam suatu tangki
EOS atau ESD adalah pada lapisan dielektriknya. penyimpanan bahan bakar cair (Mc Kinney, 1962
Beberapa kawasan atau zona bermedan listrik sebagaimana dikutip EPRI, 1975). Proses penyalaan
dapat diidentifikasi sebagai kawasan yang perlu ini dikenal dan diukur melalui batas variabel tegangan
diperhatikan secara bersungguh sungguh. Kawasan yaitu dengan angka tegangan penyalaan(ignition
medan listrik ini terisi dengan angka gradien tegangan voltage) dengan satu- an volt. Tegangan penyalaan
yang mempunyai satuan kilo volt per meter (kV/m). adalah suatu angka tegangan dengan satuan volt atau
Perkembangan dan pertumbuhan pemakaian tenaga kilo volt yang diindikasikan sudah mampu
listrik selalu diikuti dengan per- tambahan pasokan menimbulkan luah percik listrik (spark over
atau pembangunan pusat pembangkit listrik yang baru discharge )di dalam suatu ruang yang mempunyai
guna memenuhi kebutuhan keperluan e-nergi secara angka gradien tegangan (satuan kV/m) sehubungan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 187


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ruang tersebut sudah mengalami sifat yang


menyerupai kapasitor melalui ruang celahnya yang
telah dipenuhi oleh (ga- ris) medan listrik.

D
ε
E
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 
Manfaat penelitian adalah bahwa dapat membuat
kurva hubungan antara medan listrik dan tegangan
penya- laan yang bersesuaian dengan medan listrik
yang berkait- an. Melalui kurva ini dapat
dikembangkan lagi dalam perencanaan pembuatan
tangki dengan dimensi yang di- inginkan sehingga
dapat merencanakan suatu tangki ba- han bakar
dengan nilai tegangan penyalaan yang lebih tinggi.
Dengan memiliki nilai angka tegangan penyalaan
yang lebih tinggi pada tangki bahan bakar berarti
margin aman terhadap fluktuasi tegangan penyalaan
pada suatu tanki tsb menjadi lebar dan ini jauh lebih
aman diban- dingkan dengan nilai tegangan penyalaan
yang lebih ren- dah.Dengan mempunyai nilai
tegangan penyalaan yang tinggi maka tingkat terjadi
peluahan elektrostatik (electrostatic discharge, Dengan memperhatikan gambar : 1 dimana V2
ESD)menjadi lebih sulit atau probabiliti terjadi adalah sama dengan nilai Voc objek maka :
fenomena ESD semang kin kecil. =
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai
te- gangan penyalaan (ignition voltage) untuk setiap 1
ukuran tangki bahan bakar yang diletakan di atas =( )∙ (2)
∙ +
kerangka (chas- sis) mobilpembawa bahan bakar cair.
Juga untuk mengetahui intensitas medan listrik kritis
yang sudah mampu menimbulkan tegangan penyalaan Persamaan (5) ini untuk objek kendaraan dimana
(ignition voltage) pada setiap tangki dengan dimensi lapisan karet dari ban kendaraan bekerja sebagai
yang dimilikinya. isolasi sempurna yang diindikasikan Zog = Rog = 
(tak berhingga besarnya) sehingga persamaan (5)
menjadi,
METODA
Penentuan Tegangan Penyalaan, Vp dan tegangan ∙| |∙
open circuit, VOC = (3)
Penentuan tegangan penyalaan dapat diperoleh
dari grafik hubungan antara tegangan terbuka pada atau = ∙ (4)
objek dan nilai kapasitans objek terhadap tanah. Nilai dengan = ∙ ⁄
tegang- an ini adalah nilai tegangan minimum untuk
terjadi ‘penyalaan peluahan percik’ (spark discharge
Nilai VOC yang diperoleh ini kemudian
ignition) pada bahan bakar cair bensin (gasoline)
dibandingkan dengan nilai VP (persamaan : 1). Bila
(Mac Kinney, 1962 sebagaimana dikutip Epri, 1975).
Hubungan ini dapat ditulis da- lam persamaan : nilai : VOC VP ber- arti terjadi penyalaan, dan bila
VOC  VP berarti tidak terjadi penyalaan.
.
= 4.6 × (1)
Sampel Penelitian
VP adalah tegangan penyalaan suatu objek dengan Sampel penelitian terdiri dari 2 unit kendaraan
satu- an Volt, sedangkan C adalah nilai kapasitans tangki pembawa bahan bakar cair dan 1 unit
objek ter- hadap tanah = Cog. dalam satuan farad. Nilai kendaraan bahan bakar gas cair LPG, masing masing
tegangan VP pada persamaan (1) ini kemudian berkapasitas : 5000 li-ter, 16 000 liter, dan untuk
dibandingkan dengan nilai tegangan objek terhadap bahan bakar gas cair 9500 kg.
tanah (VOC) ketika melin- tasi kawasan yang
bermedan listrik (E) yang disebut sebagai tegangan
terbuka Voc yang hubungannya diperoleh melalui
jabaran berikut ini Setiap objek dapat dimodelkan
sebagai rangkaian eqivalen Norton (Deno, 1975),

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 188


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Nilai kapasitans masing masing objek kendaraan


tangki pembawa bahan bakar ditentukan melalui
metoda grafik dengan memakai analisa perhitungan
Maruvada dan Ca- valus (1975). Berikut di bawah ini
sebuah contoh model- ling kendaraan-tangki bahan
bakar kapasitas 5000 l (gambar : 6) yang disertai
dengan dimensi dan variabelnya.Modelling ini dibuat
dalam rangka untuk menentukan nilai kapasitans
tangki mobil terhadap tanah yang dino tasikan dengan
Cog dalam satuan Farad. Nilai ini digu- nakan dalam
menentukan konstanta ‘k’. Dengan diketahui nilai Cog,
maka nilai tegangan penyalaan VP dan tegangan
terbuka VOC dapat ditentukan.

Diagram Alir dan Metoda Penelitian


Diagram alir metoda penelitian secara keseluruhan
da- pat digambarkan seperti gambar : 5.
6
0
m
Δ
7

m
1 R
.

 
1
Yo

j
(
π
f
C
)


g

 
o

   
g
o

 
 
.
3
.
V

.
6

-
0
2

C
g
p


IS Y
C
.
V

 
3

V
H

C
T

  
g
o

 
 

Penentuan Luasan Eqivalen Kendaraan Tang-


ki Pembawa Bahan Bakar Cair (S)
Nilai kapasitans terhadap tanah diberikan dengan
per- samaan “pernyataan ini perlu diperbaiki”
2 ℎ
= (m ) (5)
ln
h = ketinggian keseluruhan terhadap puncak dikurangi
dengan radius (r). Nilai r diperoleh dengan cara : lebar
di-
bagi dengan 2, dikalikan dengan sebuah faktor
konversi sebesar 1.079 untuk koreksi dari bentuk
Gambar : 5 persegi bujur sangkar ke bentuk sebuah silinderis.
Diagram Alir Metoda Penelitian Sedangkan nilai lbe- sarnya merupakan panjang
ditambah dengan dua kali dari setengah radius r.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 189


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HASIL DAN KESIMPULAN


Nilai kapasitans objek terhadap tanah.
Hubungan antara Medan listrik E dan tegangan Nilai kapasitans objek ke tanah untuk masing
Terbuka, Voc. masing
Untuk mendapatkan hubungan medan listrik (E) kendaraan tangki pembawa bahan bakar : 5000 liter
dan tegangan terbuka (VOC) digunakan persamaan (4) pre-
dengan menentukan nilai konstanta ‘k’. mium, 9500 liter gas LPG, dan 16000 liter premium
. da-
= (meter) (6)
pat disusun seperti dalam tabel : 1 Sedangkan
 = or ; o adalah nilai permittivityruang vacuum dimensi
yang besarnya = 8.854  10-12 Farad/meter.r adalah
nilai per- mittivityrelativ medium. (misal : untuk segmen objek kendaraan yang lainnya seperti : A,
medium udara r =1 tampa satuan) B, C, D, dan  juga dapat dilihat sebgaimana di dalam
tabel.
Tabel : 1
Nilai Kapasitans Objek terhadap tanah (Cog)
DIMENSI KENDARAAN TANGKI PEMBAWA BAHAN BAKAR
CAIR DAN GAS

Jenis Kend.
Pembawa Ukuran setelah dinormalisasi
Bahan Bakar Dimensi segmen objek ( m ) (tampa satuan) dibagi
dengan nilai A

A B C D Δ A’ B’ C’ D’ Δ’

Premium
4.50 2.55 2.55 2.089 0.76 1.00 0.567 0.567 0.464 0.169
5 000 l

Gas LPG
7.65 2.00 2.00 3.001 0.76 1.00 0.261 0.261 0.392 0.099
9 500 kg
Premium
8.20 1.70 1.70 2.516 0.76 1.00 0.207 0.207 0.307 0.093
16 000 l
Nilai le = (A + B + C)/3 { Cog /2 . o.le } Nilai Cog (Farad)
Premium
3.200 2.300 (409.24 × 10-12 )
5 000 l
Gas LPG
3.883 2.500 (539.77 × 10-12)
9 500 kg
Premium
3.867 2.380 (511.74 × 10-12)
16 000 l
Catata : D adalahketinggian rata-rata objek dari permukaan tanah dengan permukaan tanah titik referensi = 0
Tabel : 2
Luasan Eqivalen masing masing kendaraan

Dimensi
Dimensi Panjang (l) Jari jari Tangki Luas Eqivalen
Jenis Kendaraan Ketinggian
tangki (r) Tangki (S)
Tangki (h) tangki
(m) (m) (m2)
(m)

5 000 liter 4.500 2.200 0.725 34.4789


9 500 kg 7.650 3.200 1.000 82.8177
16 000 liter 8.200 2.600 0.725 67.9559

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 190


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel : 3
Nilai ‘k’ dan tegangan penyalaan untuk masing masing kendaraan tangki
Luas Kapasitans Tangki Nilai (k) Tegangan
Jenis Kendaraan
Eqivalen (S) terhadap tanah dengan satuan Penyalaan (Vp)
Tangki
(m2) (Cog) Farad (F) (m) (Volt)
5 000 liter 34.4789 (409.24 × 10-12 ) 0.745 959 3 014
9 500 kg 82.8177 (539.77 × 10-12) 1.358 482 2 774
16 000 liter 67.9559 (511.74 × 10-12) 1.175 756 2 819

Nilai Tegangan Penyalaan 8


Kurva E VS Voc untuk Kendaraan Tangki 5000 liter (Premium)

Nilai tegangan penyalaan yang paling rendah jatuh E = Medan listrik [kV/m],
7
pada kendaraan tangki pembawa bahan bakar LPG Voc = Tegangan terbuka [kV]
] Dengan Slope garis 36.7230 derajad
V
9500 kg [k 6 Persamaan Garis : Voc5 = 0.746 . E
r,
) e
ti
c l
o 0 5
V 0
yaitu sebesar 2774 Volt, disusul dengan kendaraan (
a
k
0
5
i
u k 4
tangki premium 16 000 liter, dan yang terakhir b
r
e
t
g
n
a
n t
kendaraan tangki premium dengan kapasitas 5000 a
g
n
n
a
a
3
a r
a
liter dengan tegangan pe g
e
T
d
n
e 2
k
nyalaan masing masing 2819 Volt dan 3014 Volt. a
d
a
Hu- bungan antara tegangan terbuka (open circuit) p 1

VOC dan medan listrik E yang berada di bawah 0


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SUTET 500 kV Intensitas Medan Listrik (E), [kV/m]

Gambar : 7
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E
untuk Kendaraan tangki premium 5000 lter

Kurva (garis lurus) pada gambar : 7 mempunyai


persa- maan : Voc5 = 0.746 E, dan kendaraan tangki
kapasitas 5000 l (isi premium) ini mempunyai
tegangan penyalaan sebesar = 3014.15 Volt (lihat
tabel : 4 merupakan hasil simulasi komputer) dan
intensitas medan listrik yang ber sesuaian dengan
harga ini adalah = (3014.15/0.746) = 4040.42 V/m.
Jadi dengan demikian medan listrik kritis yang
dialami oleh tangki sebesar 4040.42 V/m dimana ka
lau nilai medan listrik ini melebihi angka 4040.12
V/m
E > 4040.12) maka tangki berpotensi untuk terjadi
percik listrik atau percik kapasitiv (capacitive spark).
Untuk kendaraan tangki 9500 kg isi gas LPG (gbr. 8),
keterkaitan antara tegangan terbuka dan medan listrik
ditunjukan dan disupplai oleh persamaan : Voc95 =
1.358 E. Kendaraan dengan tangki 9500 kg ini
mempunyai nilai tegangan penyalaan sebesar :
2773.93 Volt (lihat tabel 4). dan intensitas medan
listrik yang bersesuaian dengan harga ini adalah =
(2773.93/1.358) = 2042.66 V/m. Jadi dengan
demikian medan listrik kritis yang dialami oleh tangki
50 Hz terhadap kendaraan tangki bahan bakar yang
sebesar 2042.66 V/m dimana kalau nilai medan listrik
se- dang melaju di kawasan yang bermedan listrik E
ini melebihi angka 2042 V/m (E > 2042.66) maka
dapat ditunjukan pada kurva kurva berikut di bawah
ini,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 191


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ruang di dalam tangki berpotensi untuk terjadi percik Secara keseluruhan dan dapat dijadikan
kapasitiv (capacitive spark). perbandingan kurva ini dapat digambarkan kembali
secara gabungan se- bagaimana ditunjukan gambar :
10.

Kurva Medan Listrik, E Versus Tegangan rangkaian terbuka, Voc


15
Slope-kurva Tangki 5 000 ltr premium : 36.72 derajad
Kurva E VS Voc untuk Kendaraan Tangki 9500 kg (Gas LPG) Slope-kurva Tangki 9 500 kg Gas LPG : 53.63 derajad
15
Slope-Kurva Tangki 16 000 ltr Premium : 49.62 derajad
E = Medan listrik [kV/m]
]
Voc = Tegangan terbuka [kV] V
k
[ 10
] Dengan Slope garis 53.6329 derajad >
V --
k Persamaan Garis : Voc95 = 1.358 . E a
k --
[ u n
r, b
r a
) te
il 10 e
t a
u
t
c
o 0 n s
(V 0 a n
0 g
a n a
k 5
i a g n
u k g e 5
e d
rb g T )
te n
c
n ta o
a n V
(
g a
n
a ra 5 Kendaraan Tangki Premium 5000 liter
g a
e d
n Kendaraan Tangki Gas LPG 9 500 kg
T e
k Kendaraan Tangki Premium 16 000 liter
a
d 0
a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
p
Intensitas Medan Listrik (E) ---> [k/m]

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar : 10
Intensitas Medan Listrik (E), [kV/m] Kurva gabungan ketiga jenis kendaraan tangki dengan
kecuraman kurva yang berbeda beda
Gambar : 8
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E
untuk Kendaraan tangki gas LPG 9500 kg
KESIMPULAN
Setelah melakukan deskripsi dari beberapa
kurva hu- bungan antara tegangan terbuka (open
Kurva E VS Voc untuk Kendaraan Tangki 16000 liter (Premium)
14 circuit) VOC dan medan listrik E, maka diperoleh
E = Medan listrik [kV/m] beberapa kesimpulan sebagai berikut,
Voc = Tegangan terbuka [kV]
12
Dengan Slope garis 49.6242 derajad
1. Tegangan Penyalaan VP untuk : kendaraan
]
V
k
[
Persamaan Garis : Voc16 = 1.176 . E tangki pembawa bahan bakar cair dengan
,r 10
) e
itl
kapasitas 5000 liter premium, 9500 kg bahan
c
o
(V
0
0
0 8
bakar gas cair LPG, dan tangki 16 000 liter
a
k
u
5
i
k
bahan bakar premi- um masing masing
rb g
te
n
n
ta 6 sebesar : 3014.15 Volt, 2773,93 Volt, dan
a
g
n
n
a
ra
2818.66 Volt.
a
g
e
T
a
d
n
e
4 2. Intensitas medan listrik kritis yang dapat
k
a
d
menim- bulkan tegangan penyalaan di atas
a
p
2
adalah :
0
a. Untuk tegangan penyalaan 3014.15 Volt
1 2 3 4 5 6 7 8
Intensitas Medan Listrik (E), [kV/m]
9 10 11 sebe sar 4040.42 (Volt/meter).
Gambar : 9
b. Untuk tegangan penyalaan 2773.93 Volt
Hubungan Antara Teg. Terbuka VOC dan Medan Listrik E sebe sar 2042.66 (Volt/meter)
untuk Kendaraan tangki premium 16000 liter c. Untuk tegangan penyalaan 2818.66 Volt
sebe sar 2396.82 (Volt/meter)
Untuk kendaraan tangki 16000 l isi bahan bakar cair 3. Pada butir 1 ternyata bahwa tegangan
pre- mium, keterkaitan antara tegangan terbuka dan penyalaan yang terendah jatuh pada bahan
medan listrik ditunjukan dandisupplai oleh persamaan bakar cair gas LPG sebesar 2773.93 Volt
: Voc16 = 1.176 E. Kendaraan dengan tangki 16000 kg dengan intensitas me- dan listrik kritisnya
(gbr. 9)de-ngan tegangan penyalaan sebesar : 2818.66 sebesar 2042.66 (Volt/meter) = 2.04
Volt (lihat tabel : 4), dan intensitas medan listrik yang (kV/meter).
bersesuaian dengan harga ini adalah =
(2818.66/1.176) = 2396.82 V/m. Jadi dengan
demikian medan listrik kritis yang dia- lami oleh DAFTAR PUSTAKA
tangki sebesar 2396.82 V/m dimana kalau nilai medan
listrik ini melebihi angka 2396.82 V/m (E > 2396.82) Deno, DW., 1974, “Calculating Electrostatic
maka ruang di dalam tangki berpotensi untuk terjadi Effects of Overhead transmission Lines”,
percik kapasitiv (capacitive spark). The IEEE PES Winter Meeting. The IEEE
Transmission and Dis- tribution Committtee

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 192


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

of the IEEE power Engi neering Society, Rustama, A., Surjono, TW., Kanedi, 1997, “Pengaruh
January 27 – February 01, pp. 1458 – 1471, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
New York, New York (NY),USA. terhadap agre
Deno, DW., 1975, “Electrostatic Effect Induction sivitas Mencit (Mus musculus) Australia
Jantan”, Seminar on Effects of EMF on
Formu-lae”, IEEE Trans. On PAS Vol. PAS- Biological Systems in Indonesia : focusing on
94, No. .. Sep/Oct., 1975, pp.1524-1536, emf quantities, Campus of Bandung Institute
General Electric Co., Pittsfield, Massachusetts of Techmology March 5th, 1997, Bandung,
(Mass), USA. Indonesia, IND.
Epri, 1975, “Transmission Line Reference Book 345 Sirait, KT., Pakpahan, P., Anggoro, B., Naito, K.
kV and Above”, edisi ... ?, h. 248 – 273, Mizuno, Y., Isaka, K., Hayashi, N., 1997,
Electric PowerResearch Institute, Palo Alto, “Report of 1996 Joint Research on The
California ( CA), USA. Electric and Magnetic Field Measurement in
Iskanto, E., 2000, “Pengaman pada Bahan Bakar Indonesia”, Riset gabungan antara : Institut
terhadap Bahaya Kebakaran karena Api Teknologi Bandung (ITB), Nagoya Institute
Listrik Statis”,Energi dan Listrik, Vol. 10, of Technoloy (NIT), dan University of
No. 1, hal. 01 – 07. IND Tokushima (UT), Seminar on Effects of
MacKinney, A.H., 1962, “Electrical Ignition of EMF on Bi- ological Systems in Indonesia :
Combustible Atmosphere”, ISA focusing on emf quantities, Campus of
Transactions, Vol. 1, No.1, Januari 1962, pp. Bandung Institute of Tech nology March5th,
45 – 64. 1997, Bandung, Indonesia, IND.
Maruvada, P.S., Cavallius, NH., 1976, “Capacitance Utama, B., 2002, “Visualisasi Medan Listrik Impuls
Calculations for some Basic High Voltage Petir PadaSistem Pemodelan SUTET 500
Electroda Configurations”, IEEE Trans. On kV, 50 Hz”., Thesis Jur Tek Elektro, Fak.
PAS, Vol. PAS-94, No 5, h. 1708 – 1713, Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Hydro-Quebec Institute of Research Yogyakarta, Indonesia (IND).
Varennes, Quebec, Canada (CND)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 193


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 194


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DESAIN SISTEM JARING KECIL (MICRO GRID SYSTEM) BERBASIS PHOTOVOLTAIC


MENGGUNAKAN KONTROL ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Wan Muhamad Faizal, M. Ashari, Heri Suryoatmojo


Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
wanmuhammad_faizal@yahoo.com

ABSTRAK

Sebuah sistem jaring listrik kecil merupakan jaring penyedia sumber daya dengan kapasitas kecil, yang dihasilkan
oleh pembangkit energi terbarukan dalam hal ini photovoltaic. Energi listrik yang dibangkitkan oleh photovoltaic (PV) sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca sehingga setiap waktu besar energi listrik yang dibangkitkan sulit diprediksi. Daya yang
dihasilkan oleh photovoltaic memiliki rata-rata tingkat energi yang maksimum pada siang hari. Dalam mendesain sistem
photovoltaic yang efisien sangat ditekankan untuk menggunakan maximum power point tracking (MPPT). MPPT merupakan
pengontrol yang membuat photovoltaic berada pada titik kerja maksimum, dengan menganalisa temperatur dan irradiasi.
Untuk dapat menghasilkan daya maksimum dibutuhkan buck-boost converter yang terhubung dengan inverter tiga phasa.
Titik daya maksimum PV inverter didapatkan dengan pengaturan tegangan referensi untuk mengatur besar duty cycel
sebagai kontrol dari rangkaian buck boost converter. Artificial Neural Network (ANN) digunakan sebagai kontrol MPPT,
untuk dapat menghasilkan daya output yang memiliki efisiensi tinggi. Sistem ini disimulasikan dengan menggunakan
software matlab untuk mengatahui kinerja sistem. Hasil simulasi sistem PV20 KW menunjukkan bahwa desain dengan
metode yang digunakan dapat secara efektif meningkatkan efisiensi output photovoltaic.

Kata kunci: Photovoltaic, ANN,MPPT, Buck-Boost Converter, Inverter

1. PENDAHULUAN 2. Memperoleh suatu metode untuk


mendapatkan nilai daya output yang
Pemanfaatan tenaga surya yang maksimal maksimum pada photovoltaic pada sistem
dan sumber energi terbarukan lain akan jaring kecil (micro grid).
menciptakan suatu mix system. Interaksi hubungan
sumber-sumber energi akan saling menguntungkan 3. METODE PENELITIAN
dengan ketersediaan supply dari micro grid Bentuk umum konfigurasi sistem PV
semakin terjamin. stand-alone terlihat pada Gambar 1. Konfigurasi ini
Dengan menganalisa masukan module terdiri dari PV dan baterai, boost converter, serta
photovoltaic dan memanfaatkan kemampuan sistem kontrol konverter. Keefektifan sistem ini
kapasitas puncak module photovoltaic diharapkan disimulasikan menggunakan software matlab.
efisiensi konversi dapat maksimum dan PV dapat
memberikan daya keluaran sesuai dengan kapasitas. 3.1 Pemodelan Photovoltaic[1]
Maximum power point tracking (MPPT) adalah Pada penelitian ini, PV dimodelkan
suatu metode untuk mencari point (titik) maksimum sebagai sebuah rangkaian ekuivalen yang
dari daya dengan melihat tegangan dan arus ditunjukkan pada Gambar 2. Rsh dan Rs adalah
masukan atau dengan melihat irradiasi dan resistansi intrinsic yang tersusun secara paralel dan
temperatur pada aplikasi solar photovoltaic. seri. Nilai Rsh adalah sangat besar sedangkan Rs
Paper ini menyajikan perancangan sistem sangat kecil. Hal ini mengakibatkan dua variabel
PV inverter dengan metode maximum power point tersebut dapat
tracking (MPPT) sehingga menghasilkan daya
keluaran solar phovoltaic yang memiliki efisiensi
tinggi sesuai yang tersedia, serta merancang
konverter/inverter yang mampu berinteraksi dengan
sistem micro grid.
2. TUJUAN
Tujuan penelitian adalah untuk :
1. Mendapatkan hasil analisis perbandingan
pembangkit tenaga surya dengan dan tidak Gambar 1. Konfigurasi Sistem PV Stand-alone
menggunakan MPPT.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 195


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sedangkan kurva I-V photovoltaic diilustrasikan


pada gambar 4.

Gambar 2. Rangkaian Ekivalen PV

Tabel 1. Spesifikasi PV Panel


Spesifikasi saat G = 1000 W/m2 dan T = 25o C
Jumlah sel Ns 50
Daya Maksimum Pmax 200 W
Tegangan saat Pmax 26.5 V Gambar 3. Pemasangan Seri-Paralel
Arus saat Pmax 7.65 A Photovoltaic [2]
Tegangan Open-circuit 32.8 V
Arus Short-circuit 8.2 A

secara mudah diabaikan dalam proses analisis. Sel


PV yang tersusun menjadi unit yang lebih besar
disebut modul-modul PV. Kemudian, modul-modul
PV dihubungkan secara seri dan paralel untuk
membentuk PV arrays.
Model matematis dari PV arrays dapat
direpresentasikan dengan persamaan berikut :
Gambar 4. Kurva I-V : a.Pemasangan Seri b.Pemasangan
Paralel [2]
  q VPV  
IPV  np I ph  np Isat exp   1 (1) Berdasarkan kurva I-V pada gambar 4,
  KAT ns   maka dapat diketahui bahwa pemasangan seri pada
dengan IPV adalah arus output dari PV arrays photovoltaic dapat meningkatkan besar tegangan,
(dalam Ampere), VPV adalah tegangan output dari sedangkan pemasangan paralel dapat meningkatkan
PV arrays, ns adalah jumlah modul yang tersusun besar arus [2]. Apabila dilakukan pemasangan seri
secara seri, np adalah jumlah modul yang tersusun dan paralel pada photovoltaic akan meningkatkan
secara paralel, q adalah muatan elektron, K adalah daya karena merupakan perkalian antara arus dan
konstanta Boltzmann, A adalah faktor ideal dari p-n tegangan.
junction, T adalah suhu sel PV (dalam Kelvin), dan
Isat adalah arus saturasi negatif [1]. 3.3 Buck-boost Converter
Pada makalah ini, model dikembangkan Pada penelitian ini, didesain sebuah
berdasarkan parameter dari photovoltaic yang control baru untuk penggunaan sistem photovoltaic
disusun seri sebanyak 20 dan parallel sebanyak 5. pada area terpencil (isolated area).
Detail photovoltaic ini ditunjukkan oleh Tabel 1. Besar daya output yang menuju ke inverter
merupakan hasil penjumlahan daya output PV dan
3.2 Pemasangan Seri-Paralel Photovoltaic baterai. Daya output didapat dari persamaan :
Pemasangan seri-paralel bertujuan untuk PDC  VDC .I DC (2)
menentukan besar tegangan dan arus photovoltaic dengan VDC merupakan tegangan DC Bus dan IDC
guna mendapatkan daya yang diinginkan. Ilustrasi adalah arus yang mengalir menuju inverter. Besar
penggambaran dari rangkaian seri-paralel antara tegangan output dari buck-boost converter dan
dua buah photovoltaic seperti pada gambar 3, baterai digunakan untuk mengatur tegangan DC
Bus [3].

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 196


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

A. Pemodelan Buck-boost A. Kontrol MPPT


Konverter ini digunakan untuk Pada kurva I-V atau P-V, ada sebuah titik
mengalirkan daya dari PV menuju ke DC bus yang dimana modul PV mengeluarkan daya maksimum
nantinya langsung menuju ke beban ataupun atau beroperasi pada efisiensi maksimum [5]. Hal
mengalir ke baterai. Buck-boost digunakan karena ini dinamakan maximum power point (MPP) dari
mempunyai efisiensi yang tinggi, dan dapat bekerja PV [2,3].
menaikkan dan menurunkan tegangan. Persamaan Pencarian MPP ini ditujukan pada
(3) sampai (5) dipakai untuk memodelkan dan pengoperasian PV pada efisiensi tertinggi dalam
mendesain operasi dalam mode CCM (Continuous keadaan lingkungan apapun. Tugas pencarian ini
Conduction Mode). sering diimplementasikan menggunanakan suatu
algoritma tertentu yang digabungkan dengan suatu
D (3) konverter (dalam penelitian ini menggunakan buck-
V o  V s
(1  D ) boost converter) antara modul PV dan DC bus.
Modul photovoltaic apabila dihubungkan
(1  d ) 2 (4) pada beban yang bervariasi, maka akan
L m in =  R
2 f menghasilkan daya keluaran yang berbeda-beda.
Besar beban tersebut tergantung pada nilai
Vo  D (5) hambatan, seperti terlihat pada gambar 5.
C 
Vo  R  f

B. Pemodelan Inventer Tiga Fasa


Inverter tiga fasa terdiri dari enam IGBT
yang dihubungkan dengan spwm generator dan
enam fast recovery dioda IGBT [3].

VE
P sin( V   E )
X link (6)
2
V VE
Q  cos(   )
X X
V E
(7)
link link

P dan Q diatur dengan mengatur impedansi


link inverter mengubah tegangan keluaran inverter Gambar 5. Kurva Titik Kerja Photovoltaic Akibat
Perubahan Beban.
atau dengan mengubah besar beda sudut V   E .
Berdasarkan persamaan (6) dan (7), jika semakin Berdasarkan Gambar 5, maka dapat diketahui
besar nilai V maka nilai P dan Q akan semakin bahwa titik kerja photovoltaic akan berubah sesuai
besar. Hubungan antara inverter dan jala-jala dengan perubahan nilai hambatan beban dan suatu
diillustrasikan dengan Gambar 5. titik kerja optimal dapat dicapai apabila
Hubungan inverter dengan micro grid harus mendapatkan nilai hambatan beban yang sesuai,
melalui Link Induktor. Link Induktor L didesain sehingga didapatkan daya maksimal. Titik kerja
sebagai isolasi antara keluaran inverter dengan grid. tersebut adalah pada Vmp dan Imp, yang
Tegangan inverter dapat dikontrol dengan menghasilkan Pmax.
mengubah perbedaan phasa   V   E antara MPPT digunakan untuk mendapatkan nilai
inverter dengan tegangan grid ataupun dapat juga tegangan dan arus yang optimal sehingga didapat
dengan mengontrol modulasi tegangan. daya keluaran yang maksimal dari suatu
Sudut phasa diatur sedemikian hingga daya photovoltaic. Daya keluaran yang maksimal ini
aktif yang di trasfer maksimum dengan δ = 90° dan akan menghasilkan efisiensi yang tinggi dan
tegangan inverter dibuat konstan 380 ∙ √2 Volt mengurangi rugi-rugi suatu photovoltaic. Prinsip
pada indeks modulasi satu. kerja dari MPPT adalah menaikkan dan
menurunkan tegangan kerja photovoltaic. Apabila
3.4 Strategi Kontrol Sistem dalam sistem photovoltaic tegangan kerja jatuh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 197


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pada daerah disebelah kiri Vmp (tegangan kerja c. Setiap penghubung memiliki pembobot
lebih kecil daripada tegangan Vmp), maka tegangan tertentu dan sinyal yang dikirim akan
kerja photovoltaic akan dinaikkan sampai mencapai dikalikan.
Vmp. Begitu juga sebaliknya apabila tegangan d. Setiap neuron memiliki fungsi aktifasi (non-
kerja photovoltaic lebih besar daripada Vmp linier) terhadap masukan untuk
(tegangan kerja lebih besar daripada Vmp), maka menghasilkan sinyal keluaran.
tegangan kerja photovoltaic akan diturunkan
sampai mencapai Vmp. Karakteristik artificial neural network (ANN)
ditentukan berdasarkan:
Setelah mencapai tegangan maximum point, secara 1. Fungsi aktifasi
otomatis daya keluaran pada photovoltaic akan Operasi dasar neural- network merupakan
menjadi maksimal . hasil penjumlahan dari perkalian masing-masing
sinyal input dengan pembobot, kemudian masuk ke
dalam suatu fungsi aktifasi untuk menghasilkan
output. Jenis fungsi aktifasi umum digunakan
adalah fungsi indentitas, step biner, sigmoid biner,
dan sigmoid bipolar.
2. Arsitektur Artificial Neural Network (ANN)
Neuron-neuron dalam artificial neural
network (ANN) saling berhubungan dengan
struktur tertentu. Arsitektur artificial neural
network (ANN) dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Jaring umpan maju satu lapisan
(single-layer feedforward network).
Contoh struktur jaring umpan maju
satu lapisan ini ditunjukkan pada
Gambar 6. Prinsip Kerja Sederhana MPPT.
Gambar 7. Lingkaran pada Gambar 7,
mewakili sebuah neuron. Simpul-
Ada beberapa jenis algoritma MPPT yang simpul pada input berfungsi sebagai
telah digunakan [4-5]. Pada penelitian ini, jenis pendistribusian masukan dan tidak
algoritma yang digunakan adalah Perturb and melakukan perhitungan sehingga tidak
Observe (P&O). Ada sedikit modifikasi yang disebut sebagai lapisan ( layer )
digunakan dalam algoritma ini, yaitu output dari
algoritma ini bukanlah tegangan, namun berupa
arus. Hal ini dikarenakan konverter Buck-boost
dijalankan dalam mode kontrol arus.

B. Artificial Neural Network (ANN)


Artificial neural network (ANN) didasari
dari cara kerja jaring saraf manusia baik dalam
menerima rangsangan maupun merespon
rangsangan yang diterima. Arsitektur artificial
neural network dibuat menyerupai arsitektur jaring Gambar 7. Jaring umpan maju satu lapisan.[6]
saraf manusia. Pemodelan dari sistem jaring saraf
manusia dimodelkan dalam model matematika b. Jaring umpan maju banyak lapisan
kedalam bentuk neural network. Pemodelan (multi-layer feedforward network).
tersebut didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu:[6]. Pada struktur ini, terdapat satu atau
a. Pemrosesan informasi terjadi secara beberapa hidden layer. Hiden layer
sederhana pada elemen prosessor, elemen memiliki sejumlah simpul-simpul.
tersebut dinamakan neuron. Simpul - simpul tersebut disebut
b. Sinyal dilewatkan di antara neuron-neuron hidden neuron. Disebut hidden karena
melalui suatu penghubung. lapisan antar layer tidak memiliki
akses langsung ke dunia luar. Contoh
struktur jaring umpan maju banyak

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 198


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

lapisan ini ditunjukkan pada Gambar 9


7. 8 25 C
7

Kuat Arus (Ampere)


4. SIMULASI DAN HASIL
6 35 C
5
Model simulasi telah dikembangkan untuk 4 45 C
PV array, baterai, Buck-boost Converter, beserta 3

keseluruhan kontrolnya. Simulasi ini menggunakan 2


1
matlab. Simulasi dilakukan dengan menggunakan 0
parameter – parameter yang terdapat pada tabel I 0 5 10 15 20 25 30

dan II. Sedangkan baterai yang dimodelkan adalah Tegangan (Volt)

jenis Lead Acid 24 V 1 Ah.

4.1 Efek Perubahan Intensitas Cahaya dan Gambar 10. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V
Temperatur
Gambar 8 - 9. Menunjukkan fungsi I-V
dan daya- V PV pada suhu dan irradiasi yang 250
berbeda. Nilai irradiasi sangat berpengaruh
200
terhadap daya maksimum yang dapat dihasilkan

Daya (Watt)
oleh PV dan sedikit menggeser titik daya maksimuk 150

ke sebelah kiri. Nilai suhu sangat berpengaruh 100


terhadap titik daya maksimum, kenaikan suhu dapat
mengakibatkan titik maksimum daya bergeser ke 50

kiri dan sedikit menurunkan daya maksimum PV. 0


Hal ini sesuai dengan persamaan (1). 0 5 10 15 20 25 30
Tegangan (Volt)

1000 w/m2
800 w/m2 Gambar 11. Perubahan Temperatur pada Kurva P-V

500 w/m2
800
Tegangan (Volt)

600 Vmpp=
400
200
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Gambar 8. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva I-V Waktu (s)

250

Gambar 12. Tegangan PV dengan MPPT ANN


200

Vref + e Vout
Daya (Watt)

150

100
PI m
INVERTER

50 _
0

Vbeban
0 5 10 15 20 25 30
Tegangan (Volt)

Gambar 13. Diagram kontrol inverter


Gambar 9. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva P-V

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 199


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

250 akurasi yang tinggi dan efisiensi yang tinggi. Hasil


simulasi menunjukkan bahwa produksi daya PV
200
Tegangan (Volt)

sangat tergantung dari kondisi cuaca dan daya


150 output maksimum PV hanya dapat dicapai dengan
menggunakan sistem kontrol berbasis algoritma
100 MPPT. Kinerja sistem dalam berbagai kondisi PV,
50 baterai, ataupun beban menunjukkan bahwa sistem
tetap bisa bekerja pada kondisi apapun. Kemudian,
0 pengaturan frekuensi output inverter dan tegangan
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 yang baik menunjang keefektifan dari sistem ini.
Waktu (S) Sistem PV dalam pnelitian ini sudah dapat
mengalirkan daya secara optimal.
Gambar 14. Tegangan Inverter
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. G. Villalva, J. R. Gazoli, E. Ruppert F,” Modeling and
40000 Circuit-Based Simulation of Photovoltaic Arrays,”Brazilian
P Journal of Power Electronics, 2009
30000
Invert
Daya (Watt)

.
20000
P [2] A.Nornagoro, M. Ashari, H. Suryoatmojo,” Integrasi inverter
er dan Maximum Power Point Tracking dengan menggunakan
10000 modifikasi konverter buck-boost untuk sistem photovoltaic
terhubung saluran distribusi,” SITIA, Jurusan Teknik
0 Elektro ITS, Mei 2012.

-10000 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 [3] Daniel W. Hart,”Power Electronics,” Published by McGraw-
Hill, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc.,
P 1221 Avenue of the Americas, New York, NY 10020.
Waktu (s) Copyright © 2011
Batte [4] Salima. Kebaili ,Achour. Betka,” Efficiency Model Of
ry DC/DC PWM Converter Photovoltaic Applications”
Gambar 15. Daya Inverter, Daya PV, dan Daya Battery GCREEDER 2009, Amman-Jordan, March 31st – April 2nd
2009

Kondisi MPP. Gambar 12 memperlihatkan [5] Chengming W :The Maximum Power Point Tracking
bahwa tegangan DC bus tetap konstan di kisaran Algorithm for Photovoltaic System Based On Fuzzy Logic
700 V meskipun terjadi variasi beban. Gambar 15 Double Loop Control :IEEE 978-1-4577-1002-5//2011
menunjukkan aliran daya pada percabangan DC bus [6] Mauridhi Hery Purnomo dan Agus kurniawan,” Supervised
saat baterai charging ataupun discharging. neural networks”, Graha ilmu. 2006

5. KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan penelitian
mengenai sebuah sistem baru yang digunakan
untuk pembangkit PV stand-alone. Sistem PV 20
kW menggunakan kontrol ANN mempunyai

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 200


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

CHOPPER-INVERTER SEBAGAI INTERFACE PV DAN SISTEM KELISTRIKAN

Ricky Gondo Atmodjo,


Slamet Riyadi,
Universitas Katolik Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendhan Duwur – Semarang
Email : brownydog1264@gmail.com

ABSTRACT
Application PV system in connecting with grid offers more benefits. This can be realized by using chopper-
inverter stage as its interface. The maximum power point tracker is done by chopper and inverter will work as DC-
AC converter that forces power flow from PV to system. This paper described such a system with digital control on
chopper stage and analog control on inverter stage. To verify the analisys, simulation and qualitative laboratory
experiment are done.

Keywords : chopper, inverter, PV, DC-Link

1. PENDAHULUAN dapat dipakai secara langsung dengan panel surya


Pemanfaatan energi listrik yang dihasilkan PV tanpa MPPT untuk pembagian pembebanan dengan
(photovoltaic) dari cahaya matahari menjadi isue sistem kelistrikan. Sistem ini memiliki kelemahan di
menarik saat krisis bahan bakar berbasis fossil mana arus beban yang akan dicatu oleh panel surya
melanda dunia. Di Indonesia, PV masih dimanfaatkan harus dideteksi terlebih dahulu [15]. Dengan
sebatas pada aplikasi secara mandiri, di mana PV melakukan modifikasi melalui penambahan MPPT
dipergunakan secara terpisah dari sistem kelistrikan dan penggunaan inverter tiga fasa yang dikendalikan
yang ada. Pada aplikasi lebih lanjut, PV dapat dengan basis kesamaan daya sesaat maka panel surya
dimanfaatkan secara terintegrasi dengan sistem akan mampu menghasilkan daya maksimumnya.
kelistrikan yang sudah ada. Sistem ini memiliki Selanjutnya daya ini akan dikirimkan ke sistem
banyak keuntungan, di antaranya adalah saat daya kelistrikan seluruhnya melalui injeksi arus sinusoidal
yang dibangkitkan PV melebihi beban listrik maka yang sefasa dengan tegangan sistem [16].
energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan pelanggan Pada makalah ini akan dipaparkan suatu
listrik lain. Sedangkan saat pemakaian listrik melebihi rancangan chopper-inverter satu fasa untuk
daya listrik yang dihasilkan PV maka hanya selisih mengoptimumkan pembangkitan energi listrik dari PV
pemakaian yang dicatu oleh sistem. Dengan demikian dan menyalurkan ke sistem kelistrikan satu fasa.
dapat mengurangi tagihan listrik. Kendali chopper berbasis pada dsPIC30F4012 dan
Untuk menghubungkan PV dan sistem kendali inverter berbasis pada kontroller analog. untuk
kelistrikan diperlukan inverter yang mampu mendukung kajian maka simulasi dan pengujian
mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Sistem dilakukan.
yang terintegrasi ini sering dinamakan PV-Grid
Connected System dan menawarkan banyak 2. SISTEM CHOPPER-INVERTER DAN PV
keuntungan. Koneksi ke sistem dengan menggunakan Pada Gambar-1 ditunjukkan suatu sistem
inverter yang dioperasikan sebagai sumber tegangan terintegrasi yang terdiri dari PV, chopper dan inverter.
membutuhkan sinkronisasi tegangan sehingga muncul Sistem ini akan mengubah cahaya matahari menjadi
kompleksitas [6],[7]. Untuk mengatasi masalah energi listrik dan selanjutnya menggabungkannya
kompleksitas maka dipakai inverter sebagai sumber dengan sistem kelistrikan
arus. Huang dkk menggunakan topologi inverter tipe
Z yang diterapkan untuk sistem split-phase, topologi
ini menggunakan induktor lebih banyak [8]. Kendali
inverter berbasis perhitungan yang menggunakan
transformasi abc ke sumbu alfabeta juga diuraikan
walaupun memerlukan perhitungan lebih rumit [9],
[10]. Penggunaan inverter dengan kendali berbasis
asymmetric SPWM diturunkan untuk injeksi arus ke
jala-jala tetapi tanpa koordinasi dengan MPP Tracker
Gambar-1 Sistem chopper-inverter untuk
[11].
menggabungkan PV dengan sistem
Beberapa penelitian dengan fokus PV-Grid
kelistrikan
Connected System telah dilakukan oleh Penulis.
Karena karakteristik PV yang tidak linier maka
Sumber arus terkendali yang diimplementasikan
daya listrik yang dihasilkan PV bergantung pada
melalui inverter
pembebanan. Agar selalu dihasilkan daya maksimum
maka diperlukan piranti chopper sebagai MPPT

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 201


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(Maximum Power Point Tracker). Selanjutnya AC memerlukan teknik yang tepat agar daya dapat
tegangan keluaran chopper akan diubah menjadi terkirim. Pada makalah ini digunakan inverter sebagai
tegangan AC sehingga daya listrik PV dapat sumber arus yang lebih sederhana kendalinya.
dikirimkan ke sistem. Penggabungan dua tegangan
Suatu PV memiliki karakteristik yang tidak deteksi tegangan PV dan arus PV. Selanjutnya besaran
linier. Pada saat tanpa beban maka tegangan PV akan daya PV dapat ditentukan melalui deteksi tegangan
maksimum dan saat dibebani dengan resistansi yang dan arusnya. Jika terjadi pergeseran titik operasi PV
kecil maka arus akan naik dan tegangan berkurang dari A ke B maka operasi harus dilanjutkan
hingga nol. Kurva yang dibentuk tidak linier. Daya (pergeseran ke kanan). Secara teoritis dapat dijelaskan
yang dihasilkan oleh PV akan mencapai maksimum sebagai berikut, pergeseran dari A ke B menyebabkan
saat pembebanan tertentu ( RMPP ).  P dan V bernilai positif sehingga nilai V harus
terus ditambah dengan cara menurunkan arus PV atau
menurunkan d. Sebaliknya jika titik operasi bergerak
dari B ke A maka  P dan V bernilai negatif
keduanya sehingga harus titik operasi harus digeser ke
kanan dengan menurunkan d.
Jika terjadi pergeseran titik dari C ke D maka
 P bernilai positif dan V bernilai negatif. Untuk
mencapai titik MPP maka titik operasi harus terus
digeser ke kiri dengan menaikkan d. Begitu juga
dengan pergeseran titik operasi dari D ke C akan
menyebabkan nilai  P bernilai nagatif dan V
Gambar-2 Kurva karakteristik PV bernilai positif. Antisipasi dilakukan dengan
menaikkan d.

3. METODA PENGONTROLAN
Agar suatu tahanan pembebanan PV dengan nilai
tidak sama dengan RMPP dapat menghasilkan daya
maksimum maka diperlukan suatu MPPT. Pada
Gambar-3 ditunjukkan suatu boost chopper
dioperasikan sebagai MPPT. Kendali yang digunakan
berbasis digital dengan menggunakan dsPIC30F4012.
Tegangan PV dan arus PV akan dideteksi dan
selanjutnya dijadikan sinyal analog masukan bagi
dsPIC30F4012. Kondisi ini dapat dilakukan karena
tersedianya ADC internal cukup cepat. Selanjutnya
dsPIC30F4012 akan melakukan proses kendali dengan Gambar-4 Pergeseran titik operasi menuju
algoritma yang dituliskan, keluaran dari nilai daya maksimum
dsPIC30F4012 berupa sinyal ON-OFF untuk
menggerakkan saklar statis melalui rangkaian driver. Tegangan keluaran MPPT berupa tegangan DC
yang lebih tinggi dari tegangan PV. Tegangan
keluaran tersebut selanjutnya diubah menjadi
tegangan AC oleh inverter berbasis modulasi lebar
pulsa. Inverter yang digunakan adalah jenis Voltage
Source Inverter yang dioperasikan sebagai sumber
arus terkendali. Agar seluruh daya yang dihasilkan PV
dapat dikirimkan ke sistem kelistrikan melalui inverter
maka diperlukan metoda kendali dengan mengetahui
arus kapasitor DC-link.

Gambar-3 Boost chopper sebagai MPPT


dengan kendali berbasis digital

Agar titik operasi suatu PV berkisar di titik MPP


dapat dilakukan dengan kendali umpan balik melalui

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 202


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Ps
P pv

PL

Gambar-5 Deteksi arus kapasitor untuk


menjamin terkirimnya daya Gambar-8 Hubungan polaritas arus sumber
keseluruhan dan arus inverter saat daya PV lebih
Jika daya yang masuk ke inverter lebih besar dari daya besar dari daya beban
keluaran inverter maka arus akan masuk ke kapasitor
sedangkan pada kondisi daya yang masuk ke inverter 4. HASIL SIMULASI DAN PENGUJIAN
lebih kecil dari daya keluaran inverter maka arus akan Untuk melakukan validasi dari kajian yang telah
keluar kapasitor. Dengan memaksa nilai rata-rata arus dilakukan maka dilakukan simulasi dengan perangkat
kapasitor sama dengan nol maka keseimbangan daya lunak PSIM. Pada kondisi pertama dilakukan simulasi
dapat dicapai. dengan menggunakan daya beban lebih besar dari
daya yang dihasilkan PV, kondisi ini menyebabkan
daya beban ditopang oleh PV dan sistem (Gambar-9).
Pada kondisi kedua dilakukan pada sistem dengan
daya beban lebih kecil dari daya yang dihasilkan PV.
Kondisi ini terjadi aliran daya ke sistem (Gambar-10).

Gambar-6 Fluktuasi arus yang masuk/keluar


pada kapasitor DC-link

Daya keluaran inverter akan dikirimkan ke


sistem kelistrikan. Jika beban tertentu dihubungkan
dengan dengan sistem kelistrikan maka akan berlaku
hubungan berikut : jika daya yang dihasilkan PV lebih
besar dari pada daya beban maka sebagian daya PV
akan dikirmkan ke sisi sumber. Kondisi ini ditandai Gambar-9 Hasil simulasi PV-Grid Connected
oleh arus sumber yang memiliki polaritas terbalik System untuk daya beban lebih besar
terhadap arus keluaran inverter. dari daya PV (a) arus injeksi
inverter (b) arus beban (c) arus
sistem (d) daya yang dikirimkan
inverter ke sistem (e) daya yang
dihasilkan PV
Ps
P pv

PL

Gambar-7 Hubungan polaritas arus sumber Gambar-10 Hasil simulasi PV-Grid Connected
dan arus inverter saat daya PV lebih System untuk daya beban lebih kecil
besar dari daya beban dari daya PV (a) arus injeksi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 203


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

inverter (b) arus beban (c) arus Deteksi arus kapasitor cukup sederhana sebagai dasar
sistem (d) daya yang dikirimkan kendali inverter agar seluruh daya terkirimkan.
inverter ke sistem (e) daya yang
dihasilkan PV
DAFTAR PUSTAKA
1. Boegli U., Ulmi R. (1986) : Realization of a New
Inverter Circuit for Direct Photovoltaic Energy
Feedback into the Public Grid, IEEE Transc. on
Industry Applications, Vol. IA-22, No. 2, pp. 255-
258
2. Kerekes T., Teodorescu R. , Liserre M.,
Mastromauro R., Dell’Aquila A., MPPT algorithm
for Voltage Controlled PV Inverters, Aalborg
University/Institute of Energy Technology,
Aalborg, Denmark
Gambar-11 Hasil pengujian PV-Grid Connected 3. Libo W., Zhengming Z., and Jianzheng L (2007) :
System untuk daya beban lebih besar A Single-Stage Three-Phase Grid-Connected
dari daya PV (a) arus sumber (b) Photovoltaic System With Modified MPPT Method
arus inverter and Reactive Power Compensation, IEEE Transc.
On Energy Conversion, Vol. 22, No. 4, pp. 881-
886
4. Wrede H. High dynamic control of a voltage
source inverter in grid parallel operation with
minimised current distortion even under harsh
voltage conditions, SEG GmbH & Co. KG
5. Hassaine L., Olías E., Haddadi M. and Malek A.
(2007) : Asymmetric SPWM used in Inverter Grid
Connected, Revue des Energies Renouvelables
Gambar-12 Hasil pengujian PV-Grid Connected Vol. 10 N°3, pp. 421–429
System untuk daya beban lebih kecil 6. Riyadi ,S (2010) : Controlled Current Source
dari daya PV (a) arus sumber (b) sebagai Interface PV-Grid Connected System,
arus inverter Prosiding EECCIS (Electrical Power, Electronics,
Communications, Controls and Informatics),
5. KESIMPULAN Malang 2010, hal. A25.1-A25.5
Suatu sistem chopper-inverter mampu digunakan 7. Riyadi ,S (2010) : Koneksi Photovoltaic melalui
untuk mengirimkan energi listrik yang dihasilkan PV VSI berbasis Kendali Arus untuk Pembagian
ke sistem AC. Optimalisasi daya PV dilakukan oleh Beban, JITEE (The Journal of Information
chopper dan inverter berfungsi sebagai interface Technology and Electrical Engineering), Vol. 2,
antara chopper (MPPT) dan sistem kelistrikan. April 2010 hal. 32-37, UGM Yogyakarta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 204


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERBANDINGAN KINERJA EMPAT METODE PROTOTIPE


ALAT UKUR KADAR CURCUMINOID PADA RIMPANG KUNYIT (CURCUMA
DOMESTICA)

Bernadeta Wuri Harini1), Rini Dwiastuti2), Lucia Wiwid Wijayanti3)


1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
wuribernard@usd.ac.id
2) Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
rinidwiastuti83@gmail.com
3) Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
l.wijayanti@yahoo.com

Abstrak

Dalam penelitian ini akan dibuat alat ukur kadar kurkuminoid dengan empat metode yang berbeda, dua
metode menggunakan sumber cahaya polikromatis dan dua metode menggunakan sumber cahaya monokromatis.
Kinerja keempat metode ini akan diperbandingkan dan akan dipilih satu metode yang mempunyai kinerja paling
baik.
Tahap-tahap penelitian ini adalah pembuatan kurva baku sehingga diperoleh persamaan y=bx+a,
penyiapan sampel kunyit dan pembuatan prototipe alat ukur kadar kurkuminoid. Prinsip utama alat ukur ini
adalah mengukur perbedaan tegangan yang diterima oleh sensor sebelum dan sesudah cahaya melewati kuvet
yang berisi larutan ekstrak kunyit (y). Karena kurkuminoid menyerap cahaya secara maksimal apabila dikenai
cahaya ungu, maka keempat metode di atas akan melewatkan cahaya ungu ke kuvet. Dua metode pertama
menggunakan monokromator kisi difraksi dan prisma yang akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
ungu. Dua metode kedua menggunakan LED dan laser ungu. Dengan diperolehnya y dari pengukuran serta nilai
a dan b telah diketahui, maka akan diperoleh kadar kurkumin pada larutan (x) dalam %b/b.
Dari penelitian ini dihasilkan alat ukur kadar kurkuminoid menggunakan sumber cahaya laser
mempunyai kinerja paling baik dengan rata-rata error sebesar 9.356%. Kadar kurkuminoid paling tinggi terdapat
pada kunyit dari daerah Magelang dengan kadar 1.11 %b/b.

Kata kunci: kurkuminoid, kisi difraksi, prisma, LED, laser

1. Latar Belakang karena belum tersedianya teknologi tepat guna


untuk mengukur kandungan kurkumin dalam
Di dalam rimpang tanaman kunyit (Curcuma rimpang kunyit secara mandiri. Oleh karena itu,
domestica Rhizome) terkandung zat kurkuminoid dari penelitian ini akan dibuat prototipe alat ukur
dengan kandungan utama berupa kurkumin yang kadar kurkuminoid berdasarkan metode
berwarna kuning jingga. Kurkumin banyak spektrofotometri visibel dengan menggunakan 4
digunakan untuk pemenuhan industri dalam negeri, metode yang berbeda (Harini, B.W., dkk, 2012).
farmasi, kosmetika, industri rumah tangga, jamu Spektrofotometri merupakan suatu metode
gendong, dan ekspor. Hal ini dikarenakan analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
kandungan kurkumin dalam kunyit berpotensi besar sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
dalam aktivitas farmakologi seperti anti inflamatori, berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), menggunakan monokromator prisma atau kisi
anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti difraksi dengan tabung foton hampa (Faisal, M.,
karsinogenik dan anti infeksi (Joe et al., 2004; diakses 10 Juni 2012). Metode spektrofotometri
Chattopadhyay et al., 2004). Kandungan kurkumin memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk
di dalam kunyit berkisar 3-4% (Joe dkk., 2004). menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil.
Berdasarkan data yang diperoleh, para petani Penelitian tentang penentuan kadar kurkuminoid
tidak pernah melakukan pengukuran kandungan sudah pernah dilakukan oleh Gesang Kurniasih
kurkumin dalam kunyit (Harini, B.W.dkk, 2012). dkk. dalam penelitian berjudul “Penetapan Kadar
Hal ini mengakibatkan petani hasil rimpang kunyit Kurkuminoid dalam Jamu Serbuk Galian Putri
mengalami permasalahan dalam menjual hasil yang Mengandung Simplisia Rimpang Kunyit
panen rimpang kunyit pada industri. Kandungan (Curcuma Domestica Val.) yang Beredar di
kurkumin hasil panen kurang memenuhi .standar Kecamatan Ketanggungan” (Kurniasih, dkk, 2007).
yang disyaratkan industri. Hal ini disebabkan Pada penelitian tersebut spektrofotometer UV-Vis

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 205


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

buatan pabrik digunakan untuk mengukur absorban, a. Pengumpulan sampel rimpang kunyit dari dari
bukan kadar kurkumin dalam rimpang kunyit desa Jumantono Karanganyar, daerah
secara langsung. Peneliti lain yang mengukur Wonogiri, Desa Pandansari Magelang,
absorbansi kurkumin adalah Harada, T. (Harada, T., Wonosobo, dan desa Kunden Imogiri,
2011), dan Jagannathan, R. (Jagannathan, R., b. Pembuatan kurva baku dari seri larutan induk
2011). Dalam penelitian tersebut digunakan kurkumin (1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5
panjang gelombang maksimum antara 420 – 430 ppm) sehingga diperoleh persamaan kurva
yang merupakan cahaya ungu. Oleh karena itu baku
seluruh metode yang digunakan akan melewatkan
sinar ungu ke larutan yang diukur. y=bx+a
Alat ukur kadar kurkumin ini menggunakan (1)
sebuah dua buah sumber cahaya monokromatis
berupa LED dan laser, serta sumber cahaya dengan y = absorban
polikromatis yang dilewatkan pada sebuah x = kadar zat
monokromator prisma dan kisi difraksi yang c. Penyiapan sampel kunyit dari berbagai tempat
diposisikan secara tetap untuk menghasilkan cahaya tanam
berwarna ungu. Cahaya monokromatis yang sudah d. Pembuatan prototipe alat ukur kurkuminoid
dilewatkan pada larutan kunyit kemudian diterima dengan empat metode yang berbeda
oleh detektor cahaya berupa fototransistor. Nilai b dan a yang diperoleh pada persamaan
Tegangan keluaran fototransistor antara kurva baku digunakan untuk menghitung kadar
pengukuran tanpa kuvet dengan kuvet berisikan kurkumin dalam sampel kunyit. Pada awalnya
larutan kunyit akan dibandingkan dan dicari selisih photodetektor menerima tegangan dari berkas
tegangannya. Selisih tegangan ini merupakan besar cahaya ungu ketika tidak ada molekul penyerap
serapan cahaya oleh larutan kunyit. Selanjutnya di antara sumber cahaya dan photodetektor.
akan dicari besar kadar kurkumin dalam satuan Kemudian larutan yang mengandung kurkumin
%b/b, serta akan dibandingkan dengan hasil diletakkan di antara sumber cahaya dan
pengukuran menggunakan spektrofotometer photodetektor. Cahaya yang melalui molekul
standar. penyerap akan diterima oleh photodetektor.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran Perbedaan tegangan antara sebelum dan
kadar kurkuminoid yang terkandung dalam rimpang sesudah diletakkan larutan kurkumin inilah
kunyit segar (Curcuma domestica) yang ditanam di yang merupakan nilai absorban (y). Dengan
beberapa daerah penghasil rimpang kunyit di diperoleh nilai y dari pengukuran ini dan nilai
daerah Jawa tengah dan DIY dengan ketinggian variabel a dan b telah diketahui, maka akan
tempat tanam yang berbeda. diperoleh besar kadar kurkumin pada larutan
(x) sesuai persamaan 1 yang kemudian diubah
dalam satuan %b/b dengan rumus:
2. Tujuan
= 0.2 ∗ % /
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan
kinerja empat metode alat ukur kadar kurkuminoid (2)
pada rimpang kunyit (curcuma domestica), yaitu
dua metode menggunakan sumber cahaya Pengali 0,2 di atas terkait dengan formula
polikromatis dan dua metode menggunakan sumber pelarut yang dicampur dalam kunyit. Dalam
cahaya monokromatis. dan akan dipilih satu gambar 1 dan 2 ditunjukkan blok diagram
metode yang mempunyai kinerja paling baik sistem ini. Pada gambar 3 ditunjukkan
rangkaian sumber cahaya untuk LED dan laser.
3. Metode Penelitian Pada gambar 4 ditunjukkan rangkaian
penerima dengan dua mode, yaitu terhalang
Tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut: ON dan terhalang OFF. Pada gambar 5
ditunjukkan flowchart proses pengukuran
secara umum.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 206


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Blok diagram alat ukur


menggunakan Sumber cahaya polikromatis

Gambar 2. Blok diagram alat ukur


menggunakan LED dan laser

Gambar 5. Flowchart proses pengukuran

Gambar 3. Rangkaian Pengirim untuk LED 4. Hasil


dan Laser
Dalam gambar 6 ditunjukkan prototipe alat ukur
kadar kurkuminoid dengan 4 metode yang berbeda.
Ptototipe alat ukur menggunakan sumber cahaya
LED dan laser dijadikan satu (gambar 6.a),
sedangkan alat ukur menggunakan sumber cahaya
polikromatis dibuat tesendiri (gambar 6.b dan 6.c).
Pada gambar 7 ditunjukkan persamaan kurva baku
dari larutan kurkumin standar (1 ppm, 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm dan 5 ppm) yang diukur menggunakan
prototipe alat ukur yang dibuat dan
spektrofotometer standar.
(a) (b)
Gambar 4. Rangkaian penerima (a) terhalang
ON dan (b) terhalang OFF

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 207


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(a) LED dan Laser

Gambar 7. Persamaan kurva baku

Pada tabel 1 ditunjukkan perbandingan pengukuran


kadar kurkuminoid menggunakan ke empat metode
di atas dan dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer
standar menggunakan persamaan 2. Nilai a dan b
diperoleh dengan persamaan 3 – 7. Dalam tabel
tersebut tampak bahwa kadar kukuminoid paling
tinggi terdapat pada kunyit dari daerah Magelang
dengan kadar 1.11 %b/b. Pada tabel 2 ditunjukkan
besar error kadar kurkuminoid dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh dengan
(b) Polikromatis-Prisma spektrofotometer standar. Dari tabel tersebut
tampak bahwa alat ukur kadar kurkuminoid
menggunakan sumber cahaya laser mempunyai
rata-rata error paling kecil, yaitu sebesar 9.356%.
Persen error terbesar terdapat pada alat ukur
menggunakan sumber cahaya polikromatis
menggunakan monokromator prisma. Hal ini
disebabkan intensitas cahaya yang dilewatkan
prisma sangat kecil, sehingga kurang mampu
mengukur dengan teliti.

Tabel 1. Perbandingan kadar kurkuminoid


Besar kadar kurkumin (%b/b)
Daerah Spektr
Pris ofoto
ma Kisi LED Laser meter
(c) Polikromatis-Kisi difraksi
Karanganyar 0.17 0.53 1.064 0.814 0.796
2.01
Gambar 6. Prototipe alat ukur kadar Magelang 6 0.95 1.022 1.08 1.110
kurkuminoid 1.09
Imogiri 2 0.696 1.002 1.08 1.063

Wonosobo 0.99 0.548 0.682 0.92 0.695


Wonogiri 0.99 0.49 0.946 0.946 1.026

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 208


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Perbandingan error kadar Harini, B.W, dkk, 2012, Aplikasi Metode
kurkuminoid Spektrofotometri Visibel untuk Mengukur
% Error Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit
Daerah Kisi (Curcuma Domestica), Prosiding Seminar
Prisma difraksi LED Laser Nasional Aplikasi & Teknologi (SNAST), hal.
B-31
Karanganyar 78.645 33.422 33.659 2.254 Harini, B.W, dkk, 2012, Development of
Curcuminoid Content Measurement Equipment
Magelang 81.602 14.424 7.938 2.713 Device in Turmeric (Curcuma domestica)
Imogiri 2.746 34.513 5.722 1.617 Rhizomes, Poster International Seminar on
Natural Product Medicine, ITB
Wonosobo 42.472 21.137 1.853 32.398 Joe, B.; M. Vijaykumar and B.R. Lokesh, 2004,
Biological properties of curcumin-cellular
Wonogiri 3.511 52.243 7.799 7.799 and molecular mechanisms of action. Critical
Rata-rata Review in Food Science and Nutrition 44 (2) :
error 41.795 31.148 11.394 9.356
97 - 112.
Jones, A.Z., The Visible Light Spectrum,
http://physics.about.com/od/lightoptics/a/visli
5. Kesimpulan
ghtspec.htm, was accessed on Oct 11 2012
Ramya Jagannathan, 2011, Solubilising Curcumin,
Dari penelitian ini dihasilkan alat ukur kadar
Synthesizing Gold Nanoparticles And Their
kurkuminoid menggunakan sumber cahaya laser
Anti-Oxidant Property ,
mempunyai kinerja paling baik dengan rata-rata
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10
error sebesar 9.356%. Kadar kukuminoid paling
603/2446/16/16_chapter5.pdf , diakses
tinggi terdapat pada kunyit dari daerah Magelang
tanggal 11 Oktober 2012
dengan kadar 1.11 %b/b.

Daftar Pustaka
Ucapan terimakasih
Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U.
and Banerjee, R.K., 2004.,Tumeric and Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
Curcumin : Biological actions ans medicinal terimakasih kepada DITJEN DIKTI yang telah
applications. Current Science. 87 (1) : 44 - 53. mendanai penelitian ini melalui program Hibah
Harada, T., 2011, Cooperative Binding and STRATEGIS NASIONAL 2012 sebagai penelitian
Stabilization of the Medicinal Pigment inisiasi terkait Inovasi Alat Deteksi Kadar
Curcumin by Diamide Linked γ-Cyclodextrin Kurkumin Portabel untuk Kebutuhan Sortasi Hasil
Dimers: A Spectroscopic Characterization, The Panen Berdasarkan Kualifikasi Pasar Bagi Petani
Journal of Physical Chemistry, hal 1268–1274 Rimpang Kunyit. Ucapan terimakasih juga
http://www.laserchemistry.adelaide.edu.au/Kee/Pap diberikan kepada Lian Chrismatsy, Oktovianus
ers_pdf/jp1096025_si_001.pdf, diakses pada Ferryandi dan Marito Dos Santos yang telah
11 Oktober 2012 membantu penelitian ini.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 209


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 210


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN UPFC


TERHADAP MINIMISASI RUGI DAYA AKTIF
Petrus Setyo Prabowo
Program Studi Teknik Elektro, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
petrus_set@usd.ac.id

abstrak
Paper ini membahas pengaruh penempatan perangkat UPFC (Unified Power Flow Controller) terhadap upaya perbaikan
aliran daya dan minimisasi rugi transmisi sebuah sistem tenaga listrik. Perangkat UPFC dimodelkan sebagai sumber tegangan
untuk mengendalikan aliran daya aktif dan reaktif serta tegangan bus. Model perangkat UPFC secara matematis digabung dalam
algoritma penyelesaian aliran daya metode Newton-Rhapson dan dieksekusi dengan perangkat lunak MATLAB.
Penelitian ini membandingkan hasil pengujian aliran daya sistem tenaga listrik IEEE standar 5 bus antara penempatan
perangkat UPFC pada saluran transmisi dari bus-1 ke bus-2, saluran transmisi dari bus-1 ke bus-3, dan saluran transmisi dari bus-
2 ke bus-5. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan hasil aliran daya dan rugi daya aktif yang muncul antar masing-
masing penempatan UPFC.
Kata kunci - aliran daya, UPFC, tegangan injeksi algoritma Newton-Rhapson, rugi daya aktif.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 2. DASAR TEORI
UPFC (Unified Power Flow Controller) 2.1. UPFC (Unified Power Flow Controller)
merupakan sebuah perangkat kelistrikan yang
UPFC tersusun dari 2 buah converter, masing-
digunakan untuk mengendalikan aliran daya pada
masing terhubung shunt dan serial dengan saluran
saluran transmisi. UPFC akan berperan sebagai sumber
transmisi melalui transformator sebagaimana
tegangan injeksi shunt dan sumber tegangan injeksi
diperlihatkan pada Gambar 1. Kedua converter
seri. Variabel yang dikendalikan oleh UPFC adalah
saling terhubung melalui dc link dengan sebuah
besar tegangan dan sudut phasa tegangan. Dengan
kapasitor sehingga daya aktif dapat ditransfer secara
variabel kendali tersebut UPFC diharapkan mampu
bebas dari sisi ac converter shunt ke sisi ac
mengendalikan aliran daya dalam sebuah sistem tenaga
converter seri atau sebaliknya.
listrik dan dengan sendirinya akan mengendalikan
besarnya rugi saluran transmisi.
Penempatan UPFC dalam saluran transmisi perlu
dipertimbangkan karena akan mengubah aliran daya
dan rugi transmisi.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti pengaruh
penempatan UPFC terhadap minimisasi rugi transmisi
sebuah sistem tenaga listrik. Gambar 1. Skema Perangkat UPFC

1.3. Metode Penelitian Fungsi utama converter shunt adalah menyuplai


daya aktif yang dibutuhkan converter seri melalui
Penelitian ini dititikberatkan pada aspek proses dc link. Di samping itu converter shunt juga dapat
komputasional, yaitu analisis penyelesaian aliran daya menyediakan/menyerap daya reaktif terkendali
dengan memanfaatkan perangkat lunak MATLAB. secara independen. Sedangkan fungsi converter seri
Program komputasi tersebut diujikan ke sistem tenaga adalah menginjeksikan tegangan ke sistem melalui
listrik IEEE standar 5 bus. transformator [Donapati RS, Verma MK, 2008;
Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah Haque MH, Maswood AI, 2002, Kalyani ST, Das
pembandingan antara rugi saluran tanpa UPFC dengan GT, 2007, Mubeen ES, Nema RK, Agnihotri G,
rugi saluran menggunakan UPFC, serta rugi total tanpa
UPFC dengan rugi total menggunakan UPFC.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 211


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2008, Nwohu MN, 2007, Tumay M, Vural AM, 2004].


2.3. Perubahan Admitansi Saluran
2.2. Penambahan Sumber Tegangan Seri Pada Pemasangan UPFC pada sistem transmisi
Saluran Transmisi daya mempengaruhi nilai admitansi saluran yang
diakibatkan oleh nilai reaktansi transformator
Gambar 2.a menunjukkan diagram garis tunggal
sumber tegangan seri. [Mubeen ES, Nema RK,
sebuah saluran transmisi dengan reaktans induktif, Xij
Agnihotri G, 2008, Tumay M, Vural AM, 2004]
dan suatu sumber tegangan injeksi seri, Vpq yang
Hal tersebut membuat formasi admitansi berubah
menghubungkan masing-masing sumber tegangan pada
sebagaimana ditunjukkan Gambar 3.
ujung pengirim, Vi dan penerima, Vj [Edminister JA,
Nahvi M, 1997, Mubeen ES, Nema RK, Agnihotri G,
2008, Tumay M, Vural AM, 2004]. Dengan demikian
tegangan pada reaktans saluran transmisi adalah :
Vij = Vi – Vj - Vpq = Iij Xij ... (1) … (3.1)
dengan Iij merupakan arus saluran transmisi.
Tegangan Vij pada saluran transmisi dapat diubah
dengan pengubahan tegangan injeksi, Vpq, yang
terhubung serial ke saluran transmisi. Hal ini Gambar 3. Formasi Admitansi Saluran dengan UPFC
mengakibatkan arus saluran dan aliran daya juga dapat
berubah. Berdasarkan hukum Ohm, arus pada
Gambar 3 dapat dinyatakan dengan :
Ii = (½Bi0)Vi + (yij + ypq)(Vi - Vj) ... (2)
Ij = (½Bj0)Vj + (yij + ypq)(Vj – Vi) ... (3)
Penyusunan kembali pers. (2) dan (3) akan
menghasilkan :
Ii = [(½Bi0) + yij + ypq]Vi – (yij + ypq)Vj ... (4)
Ij = [(½Bj0) + yij + ypq]Vj – (yij + ypq)Vi ... (5)
Karena
Ybus = Ibus/Vbus ... (6)
maka :
Yii = (½Bi0) + yij + ypq ... (7)
Gambar 2. Penginjeksian Tegangan Seri pada Saluran
Yjj = (½Bj0) + yij + ypq ... (8)
Pada Gambar 2.b ditunjukkan bahwa pada saat Vpq
= 0, tegangan ujung pengirim saluran, Vi mendahului Yij = Yji = - yij - ypq ... (9)
tegangan ujung penerima, Vj sebesar sudut δ, Dengan demikian arus pada pers.(4) dan
menghasilkan arus saluran, Iij, dan aliran daya nyata, Pj, pers.(5) dapat dituliskan kembali menjadi :
dan daya reaktif, Qj, pada ujung penerima.
Gambar 2.c menunjukkan diagram phasor terhadap Ii = Yii Vi + Yij Vj ... (10)
adanya penginjeksian tegangan, Vpq. Pada saat tersebut Ij = Yji Vi + Yjj Vj ... (11)
tegangan pada ujung pengirim, Vs, masih mendahului
tegangan ujung penerima, Vj, sebesar sudut δ1, atau dalam bentuk matriks :
menghasilkan perubahan terhadap arus saluran dan  I i  Yii Yij  Vi 
aliran daya.  I   Y ... (12)
Gambar 2.d menunjukkan diagram phasor terhadap  j   ji Y jj  V j 
adanya penginjeksian tegangan, Vpq yang semakin
diperbesar. Pada saat tersebut tegangan ujung pengirim, Jika dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat
Vs, mulai tertinggal terhadap tegangan ujung penerima, sejumlah n bus dan perangkat UPFC ditempatkan
Vj, sebesar sudut δ2, menghasilkan arus saluran dan antara bus-i dan bus-j, maka elemen diagonal
aliran daya terbalik.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 212


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

matriks admitansi bus merupakan jumlah admitansi 2.5. Modifikasi Persamaan Aliran Daya Dengan
yang terhubung ke bus tersebut, yaitu : Penempatan UPFC
n
... (13) Konsekuensi dari penempatan UPFC terhadap
Yll   ylm
m 0 saluran transmisi adalah pemodifikasian persamaan
ml
aliran daya, dalam hal ini penyelesaian aliran daya
 l  m ; l  1,2,3,..., n ; l  i, j metode Newton-Rhapson [Donapati, … (3.71) Verma, 2008,
Momoh, 2001, Stevenson, 1983, Tumay M, Vural
n
... (14) AM, 2004]. Jika UPFC ditempatkan antara bus-i
Yii   yim  yij  y pq
m0
dan bus-j, maka persamaan aliran daya dapat
mi dimodifikasi menjadi :
n
... (15)
n
... (22)
Y jj   y jm  yij  y pq Pi   ViVmYim cos( im i   m )  Pi ( inj )
m0 m 1
m j mi

sedangkan elemen bukan diagonal matriks admitansi n


... (23)
Qi  ViVmYim sin( im i   m )  Qi (inj )
bus, yang merupakan negatif admitansi antar simpul m 1
mi
atau admitansi bersama adalah : n
... (24)
Pj  V jVmY jm cos( jm j   m )  Pj (inj )
Ylm  Yml   ylm ... (16) m 1
m j

n …(25)
2.4. Aliran Daya Pada Saluran Dengan UPFC Q j   V jVmY jm sin( jm j   m )  Q j (inj )
m 1
Arus saluran dengan penempatan UPFC dari bus-i m j

ke bus-j sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4


Algoritma untuk menentukan solusi persamaan
dapat dinyatakan dalam persamaan :
aliran daya pada pers.(22) sampai (25) terbatas
Iij = (½Bi0)Vi + yij(Vi – Vpq - Vj) ... (17) untuk tipe bus-PQ.
Pers.(22) sampai pers.(25) merupakan sistem
persamaan non-linear simultan. Linearisasi
persamaan akan menghasilkan :

 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 


   
 1  n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j 
 
           
 
 Pn 1 Pn 1 Pn 1 Pn 1 Pn 1 Pn 1 Pn 1 Pn 1 
 P1     
 n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j   1 
    1
 
   Pi Pi Pi Pi Pi Pi Pi Pi    
 Pn 1     
 n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j    n 1 
   1  
 Pi   Pj Pj Pj Pj Pj Pj Pj Pj    i 
 
 Pj     n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j    j 
Gambar 4. Saluran Transmisi dengan UPFC   1
 
 Q1   Q1 
Q1 Q1 Q1 Q1

Q1 Q1 Q1   V1 
      n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j    
   1
 
Sebaliknya arus saluran dengan UPFC dari Qn 1   
 Q          
 V
   n 1 
 V 
bus-j ke bus-i dapat dinyatakan dengan persamaan :  i  
 Q j   Qn 1 Qn 1 Qn 1 Qn 1 Qn 1 Qn 1 Qn 1

Qn 1   V 
i 

     j 
 n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j 
Iji = (½Bj0)Vj + yij(Vj + Vpq – Vi) ... (18)  
1

 Qi 
Qi Qi Qi Qi

Qi Qi Pi 
   n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j 
sedangkan persamaan daya kompleks saluran dari bus-i  
1

 Q j 
Q j Q j Q j Q j

Q j Q j Q j 
ke bus-j, Sij, dan arah sebaliknya, Sji, dapat dinyatakan  
 1  n 1  i  j V1 Vn 1 Vi V j 

dengan persamaan : ... (26)

Sij  Vi I ij* ... (19) Matriks Jacobian memberikan linearisasi pada


perubahan kecil pada sudut phasa, Δδ, tegangan,
S ji  V j I *ji ... (20)
ΔV, daya aktif, ΔP, dan daya reaktif, ΔQ, yang
dievaluasi pada setiap iterasi.
Rugi daya pada saluran i ke j merupakan
penjumlahan aljabar aliran daya yang ditentukan dari :
Sloss-ij = Sij + Sji ... (21)
sedangkan rugi transmisi total dari sistem adalah
jumlah seluruh rugi pada saluran.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 213


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yaitu bus-2,3,4, dan 5. Kelima bus terhubungkan 7


Start
saluran transmisi.

G1
1 3 4
Set : data bus & saluran :
Pg, Pd, Qg, Qd, yij, ½Bij
Set : nilai awal Vi ; δi
dan bentuk : matriks Ybus

Bentuk : matriks Jacobian ;


Hitung : Pi, Qi, ΔPi, ΔQi
2 5
G2

? Gambar 6. Sistem Tenaga Listrik IEEE Standar 5 bus.


ya ΔPi ≤ ε tidak
ΔQi ≤ ε Tabel 1. Data Bus
Load Gen
Initial Teg.
No. MW, MW,
pu, deg
Bus MVAR MVAR
Dihasilkan solusi
Update : ΔVi ; Δδi V θ P Q P Q
Vi ; δi ; Pi ; Qi
1 1.05 0 0 0 0 0
2 1.00 0 20 10 40 30
3 1.00 0 45 15 0 0
Modifikasi : Ybus 4 1.00 0 40 5 0 0
Set : tegangan 5 1.00 0 60 10 0 0
injeksi Vpq ; δpq

Tabel 2. Data Saluran

Bentuk : Jacobian No. Bus ½B


R (pu) X (pu)
Hitung : Dr Ke (pu)
Pi ; Qi ; ΔPi ; ΔQi
1 2 0.020 0.060 0.030
1 3 0.080 0.240 0.025
2 3 0.060 0.180 0.020
? Hitung : 2 4 0.060 0.180 0.020
ΔPi ≤ ε ya aliran daya, 2 5 0.040 0.120 0.015
ΔQi ≤ ε mismatch, 2 6 0.000 0.010 0.000
rugi total 3 4 0.010 0.030 0.010
4 5 0.080 0.240 0.025
tidak

Update : ΔVi ; Δδi


Selesai 4. HASIL PENGUJIAN
Pengujian dilakukan menghitung solusi aliran
daya tanpa UPFC dan dengan menempatkan UPFC
Gambar 5. Diagram Alir Penyelesaian Aliran Daya pada saluran transmisi 1-2, saluran 1-3, saluran 2-5.
Metode Newton-Rhapson dengan UPFC. Pada pengujian dengan UPFC, dalam masing-
masing penempatan UPFC dilakukan pengujian
dengan variasi pembebanan pada magnitude
3. MODEL UJI
tegangan injeksi seri (Vpq) dan sudut phasa (pq)
Sistem tenaga listrik IEEE stándar 5 bus memiliki konstan.
2 bus pembangkit, yaitu bus-1 dan 2, serta 4 bus beban, Hasil pengujian tanpa UPFC dan dengan
UPFC pada saluran 1-2 dalam 12 variasi beban

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 214


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(135MW–190MW) dan tegangan injeksi seri konstan


0.042250 pu ditunjukkan dalam Gambar 6-8.

Gambar 9. Perbandingan Rugi Daya Aktif Saluran


antara Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 1-3
Gambar 6. Perbandingan Rugi Daya Aktif Saluran antara
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 1-2

Gambar 10. Perbandingan Rugi Daya Aktif Total antara


Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 1-3
Gambar 7. Perbandingan Rugi Daya Aktif Total antara
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 1-2

Gambar 11. Persentase Pengurangan Rugi Daya Aktif


Total dengan UPFC pada Saluran 1-3
Gambar 8. Persentase Pengurangan Rugi Daya Aktif Total
dengan UPFC pada Saluran 1-2
Hasil pengujian tanpa UPFC dan dengan
UPFC pada saluran 2-5 dalam 12 variasi beban
Hasil pengujian tanpa UPFC dan dengan UPFC (130MW–185MW) dan tegangan injeksi seri
pada saluran 1-3 dalam 12 variasi beban (140MW– konstan 0.032500 pu ditunjukkan dalam Gambar
12-14.
195MW) dan tegangan injeksi seri konstan 0.022400
pu ditunjukkan dalam Gambar 9-11.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 215


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

5. KESIMPULAN
Pengendalian aliran daya dengan UPFC dapat
meminimisasi rugi daya aktif total.
Penempatan UPFC pada saluran dengan aliran
daya terbesar akan mampu memberikan pengaruh
optimal terhadap minimisasi rugi daya aktif total.

DAFTAR PUSTAKA
Donapati RS, Verma MK, An Approach for Optimal
Placement of UPFC to Enhance Voltage Stability
Gambar 12. Perbandingan Rugi Daya Aktif Saluran antara Margin Under Contingencies, Fifteenth National
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 2-5 Power System Conference (NPSC) ITT, Desember
2008, Bombay, India.
Edminister JA, Nahvi M, Schaum’s Outline of
Theory and Problems of Electric Circuits, 3rd, 1997,
McGraw-Hill Co. Inc.
Haque MH, Maswood AI, A Simple Method of
Determining the Voltage Stability Limit in The
Presence of UPFC, Second International
Conference on Electrical and Computer
Engineering (ICECE), Desember 2002, Dhaka,
Bangladesh.
Gambar 13. Perbandingan Rugi Daya Aktif Total antara
Tanpa UPFC dengan UPFC pada Saluran 2-5 Kalyani ST, Das GT, Simulation of P-Q Control
System for a Unified Power Flow Controller, Asian
Research Publishing Network (ARPN), Vol. 2, No.
6, Desember 2007, ISSN 1819-6608.
Momoh, Electric Power System Application of
Optimization, Marcel Dekker Inc., New York, 2001.
Mubeen ES, Nema RK, Agnihotri G, Power Flow
Control with UPFC in Power Transmission System,
Proceedings of World Academy of Science,
Engineering and Technology, Vol 30, Juli 2008,
ISSN 1307-6884.
Nwohu MN, Investigating the Capability of Power
Gambar 14. Persentase Pengurangan Rugi Daya Aktif Total
Flow Regulation by Unified Power Flow Controller
dengan UPFC pada Saluran 2-5
(UPFC) in a Single-Machine-Infinite Bus System,
Leonardo Journal of Sciences, Vol. 11, Juli-
Dari Gambar 6, 9, dan 12 terlihat bahwa
Desember 2007, ISSN 1583-0233.
pengurangan paling besar terhadap rugi daya aktif
saluran dengan UPFC adalah pada saluran 1-2. Hal ini Stevenson WD Jr, Element of Power System
disebabkan aliran daya pada saluran 1-2 paling besar Analysis, 4th Edition, Mc Graw-Hill,Inc., 1983.
sehingga juga menghasilkan penginjeksian daya reaktif
Tumay M, Vural AM, Analysis and Modeling of
dan penyerapan daya aktif paling besar.
Unified Power Flow Controller : Modification of
Semakin besar pengurangan rugi daya aktif dalam
Newton-Rhapson Algorithm and User-Defined
saluran akan menghasilkan pengurangan rugi daya aktif
Modeling Approach for Power Flow Studies, The
total sebagaimana perbandingan yang ditunjukkan pada
Arabian Journal for Science and Enginering, Vol.
Gambar 7, 10, dan 13 terkait dengan rugi daya aktif
29, No. 2B, October 2004.
total serta pada Gambar 8, 11, dan 14 terkait dengan
persentase pengurangan rugi daya aktif total terhadap
rugi daya aktif total tanpa UPFC.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 216


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISA DAN PERANCANGAN PORTAL WEB UNTUK KONSULTAN PAJAK

Stefanus Cendra Hogi Sopacua1, Flourensia Sapty Rahayu2, Eduard Rusdianto3


Program Pasca Sarjana Teknik Informatika
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
1
stefanuscendrahogi@gmail.com, 2sapty@mail.uajy.ac.id, 3eduard@mail.uajy.ac.id

Abstrak

Pertukaran informasi, kolaborasi dan komunikasi pada saat ini menjadi faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan di dunia kerja dan bisnis, hal ini dipicu dari tuntutan konsumen yang selalu menuntut produk dan
pelayanan yang cepat dan bagus. Tuntutan ini memaksa pelaku bisnis untuk mencari cara untuk dapat
memberikan nilai tambah bagi konsumennya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Portal web
konsultan pajak merupakan portal yang digunakan untuk media penghubung antara konsultan dengan klien.
Analisa dan perancangan portal konsultan pajak ini direncanakan untuk menjadi sarana yang bertujuan untuk
membantu komunikasi antara konsultan pajak dengan kliennya dan membantu mempermudah tanya jawab
dengan konsultan pajak. Selain itu juga dapat melihat peraturan pajak, mengetahui berita dan artikel terbaru
tentang pajak,dapat melakukan perhitungan PPH 21 serta mencetaknya di formulir SPT 1721. Portal ini juga
dapat melihat kurs pajak dan juga dilengkapi dengan komik tentang pajak dan majalah dari Dirjen Pajak.
Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dibuat mampu
membantu proses komunikasi antara konsultan pajak dengan klien, mempermudah tanya jawab,aplikasi mudah
digunakan, dapat melihat peraturan pajak, mengetahui berita dan artikel terbaru tentang pajak, dapat melakukan
perhitungan PPH 21 dan mencetaknya di formulir SPT 1721. Dapat melihat kurs pajak serta terdapat komik
tentang pajak dan majalah dari Dirjen Pajak. Sistem ini dapat diakses dari mana saja karena merupakan sistem
kolaborasi berbasis web, sehingga dengan adanya portal konsultan ini dapat meningkatkan kualitas layanan dan
mendapatkan informasi yang lebih akurat dan cepat. Semua ini pada akhirnya bermuara pada kepuasan klien.

Kata kunci: Analisa dan Perancangan, Portal Web, Konsultan Pajak, Pajak

1. Pendahuluan perhitungan pajak. Selain itu, ada yang sudah


Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam menjalankan pembayaran pajak dengan benar dan
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan ada yang juga yang sudah menggunakan konsultan
pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, pajak. Ada juga klien juga memiliki sedikit
bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu pengetahuan tentang peraturan pajak terbaru yang
organisasi dan menyediakan kepada pihak luar dikeluarkan Direktorat Jendral Pajak. Dalam proses
tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan diskusi, tanya jawab serta pengauditan, klien harus
(Hartono, 2005). Teknologi informasi dan sistem datang ke kantor konsultan pajak. Proses ini tentu
informasi tentunya tidak dapat dipisahkan dari saja sangat tidak efektif dan efisien, karena akan
tujuan organisasi yang berkembang saat ini. memakan banyak waktu.
Perkembangan sistem informasi turut didukung Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
oleh kemajuan teknologi jaringan komputer. untuk membangun sebuah portal web yang dapat
Melalui jaringan komputer maka memungkinkan membantu klien dalam tanya jawab, mengetahui
dilakukannya komunikasi dan interaksi antar data informasi-informasi tentang pajak dan konsultan
yang secara fisik terpisah. Teknologi ini mengatasi pajak. Oleh karena itu pada penelian ini dipilih
semua hambatan baik dimensi waktu (dapat topik analisa dan rancang bangun portal web untuk
dilakukan kapan saja) maupun dimensi geografis konsultan.
(dari tempat di mana saja yang terhubung dengan
jaringan komputer). 2. Tujuan
Profesi konsultan pajak adalah profesi yg Tujuan yang ingin dicapai yakni:
dijalankan oleh profesional yg memberikan jasa 1. Menganalisa, merancang dan membangun
profesional kepada Wajib Pajak yg diatur sesuai portal web untuk konsultan pajak.
UU. Berkiprah sebagai konsultan pajak, adalah 2. Menganalisa, merancang dan membangun
salah satu karir yang ditawarkan oleh dunia pajak. portal web untuk media diskusi, media
Namun menjadi seorang konsultan pajak bukan konsultasi dengan konsultan pajak,
perkara yang mudah. mengetahui berita tentang pajak,
Selama ini pengetahuan masyarakat tentang perhitungan PPH 21 berserta mencetak
pajak sangatlah minim. Banyak perorangan atau langsung ke SPT 1721, mengetahui
badan yang melakukan pembayaran pajak tidak perturan terbaru dari kantor pajak, dapat
tepat waktu dan ada yang salah melakukan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 217


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

melihat kurs pajak dan melihat komik serta f. Adanya survey atau jejak pendapat yang
majalah yang berhubungan pajak. menyediakan quick, view, di mana langsung
dapat melihat hasil survey atau polling tersebut
3. WEB PORTAL hanya dengan beberapa kali klik mouse.
Pengertian Web Portal g. Fasilitas untuk upload atau download file.
Dalam perkembangannya, layanan WWW Web portal mempunyai banyak kesamaan
mengalami banyak pengembangan isi dan dengan website dan blog, yang membedakannya
teknologi. Diantaranya adalah web portal ini. adalah website merupakan (lokasi) pada www
Seperti sebuah web, web portal sebenarnya dimana situs terdiri sebuah home page di mana
hanyalah sebuah web juga, tetapi memiliki halaman pertama yang ditampilkan dan dilihat oleh
kelebihan pada isinya. Di dalam suatu web portal, penggunanya dan dapat melanjutkan situs link
akan terlihat benyak sekali fasilitas yang jarang selanjutnya, sebuah situs biasanya terdiri dari
dijumpai pada web pribadi, web universitas dan beberapa dokumen dan file, selain itu situs dapat
lainnya. Sebuah portal, pada umumnya, adalah diatur dengan individual, perusahaan ataupun
pintu gerbang ke informasi dan layanan dari dan ke organisasi sedangkan blog lebih cenderung ke
berbagai sumber (Tatnall, 2005 dikutip dalam website pribadi dimana sebagian besar terdiri dari
Manouselis dkk, 2009). Web portal sendiri mulai berita (post), memerlukan update secara rutin,
menjadi populer kira-kira pada tahun 1999 dan berbentuk diari (kiriman paling akhir berada paling
menjadi aplikasi internet yang sedang hangat- teratas halaman), dikelola menggunakan desain
hangatnya kira-kira pada tahu 2000. Bahkan, interaktif, biasanya dibuat dan dijalankan oleh satu
Bricolo et al. (2007) menemukan bahwa portal web orang tetapi seringkali anonymously, blog dapat
adalah situs paling banyak dikunjungi kalangan berisi berbagai macam opini tergantung pada
keluarga di Negara Italia. pemikiran pemilik blog.
Sebuah portal sebenarnya terdiri atas banyak
elemen, elemen itu misalnya adalah infrastruktur Perkembangan Web Portal
(teknologi) dari portal itu sendiri atau juga berupa Sekarang jika dilihat dari sisi teknologi suatu
sumberdaya manusia, misalnya pencarian berita web portal umumnya teknologi yang digunakan
jika portal itu adalah portal informasi berita. Sangat adalah teknologi web dinamis. Teknologi web
penting bahwa portal web didesain sesuai untuk dinamis tentunya isi yang ada dapat diubah dengan
mencapai penggunaan optimal. Contoh Portal mudah dan cepat. Ini terdampak pada informasi
fakultas bagian dalam situs UE (Bringula, et al, yang baru. Bahasa yang digunakan tidak hanya
2011) dirancang dengan unsur-unsur untuk HTML saja, tetapi harus ada bahasa pemrograman
transaksi akademik (download daftar kelas, upload yang bekerja disisi server (server side programing).
kuliah, murid-guru forum, dan hasil evaluasi) dan Bahasa programing bisa menggunakan Active
penelitian secara online (e-jurnal, e-buku, artikel, Server Pages (ASP), Common Sateway Interface
dan studi kasus) . (CGI), Hypertext PreProcessor (PHP) atau Allaire
Sebuah portal memiliki kelebihan-kelebihan Cold Fusion (CFM).
yang mana kelebihan itu merupakan perbedan Portal internet menjadi titik masuk yang
utama dari sebuah web biasa. Adapun kelebihan sangat populer untuk Web. Pengguna
web portal yaitu: memanfaatkan mereka karena jumlah besar
a. Mudah, Administrasi portal berbasis web hanya informasi yang tersedia. Tulisan ini bertujuan untuk
membutuhkan pengalaman menggunakan menyoroti rintangan utama dinonaktifkan dan / atau
komputer yang minimal untuk mengelola dari lebih pengguna temui di portal Web, dan untuk
sebuah isi portal. mengeluarkan rekomendasi untuk layout portal 'dan
b. Pengaturan layot yang fleksibel. Di mana struktur, berdasarkan hasil pengumpulan kebutuhan
mengubah layot (tampilan, ukuran) web tanpa pengguna dilakukan oleh penulis. Temuan
harus mengubah keseluruhan halaman yang menunjukkan bahwa penyediaan mesin pencari
ada. yang kuat sangat penting untuk pencarian informasi
c. Isi interaktif, Pengunjung web portal dapat sukses. Selain itu, karena kebutuhan yang beragam
mengirimkan komentar, artikel, pengumuman dan kadang-kadang kontradiktif dari kelompok
dan weblink. pengguna yang sedang dipertimbangkan,
d. Halaman yang bisa mengimpor atau ekspor kustomisasi presentasi informasi memainkan peran
headlines berita, dari web portal yang. penting dalam menjamin aksesibilitas dan kegunaan
e. Halaman untuk tambahan informasi. Pada dari portal internet. Makalah ini juga mencakup
halaman utama pengunjung hanya melihat gambaran singkat mengenai hasil dalam kaitannya
bagian (sinopsis) dari berita atau informasi dengan konsep kerja aktual dari Panduan
tersebut. Untuk melihat lebih lanjut, pengunjung Aksesibilitas Konten Web 2.0 (Gappa, 2004).
tinggal mengklik link, misal link “more Selain itu, karena mempunyai data yang
details”.. bererjumlah besar dan masing-masing saling
berhubungan, tentunya dibutuhkan database.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 218


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Database yang digunakan tentunya bukan database Admin dapat melakukan pengelolaan klien,
desktop aplikasi, tetapi lavelnya telah mencapai konsultan, konsultasi, berita, diskusi, komik dan
server yang mempunyai kemampuan yang majalah.
menampung adat besar. Database server ini Input data yang dimasukkan akan disimpan
misalnya Micrrosoft SCL Server, Oracle, dalam database server, sehingga jika ada pencarian
PostgreSQL, MySQL dan lain-lain. Dengan adanya data, maka data yang diinginkan akan dicari ke
hubungan antara bahasa pemrograman server side database server yang selanjutnya dikirimkan ke
dengan database server, maka halaman web client yang merequest melalui web server.
menjadi dinamis.

4. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau studi pendahuluan pada Portal Web
Konsultan Pajak ada berbagai macam misalnya :
1. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara membaca dan Gambar 1. Arsitektur Perangkat lunak PWKP
memahami buku-buku referensi, jurnal, dan
media lain yang berkaitan dengan pengolahan Proses dalam perangkat lunak SIPARCE yaitu
data secara umum. menerima permintaan berupa data-data dari
2. Wawancara administrator kemudian memprosesnya menjadi
Dengan melakukan wawancara dengan pakar informasi yang dikehendaki sesuai permintaan dari
yang memberikan solusi atau penanganan pengguna. Topologi dari proses perangkat lunak
masalah yang ada guna memperoleh data secara PWKP dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
tepat dan akurat.
Langkah–langkah dalam analisa dan
pengembangan Portal Web Konsultan Pajak adalah
:
1. Analisis
Dalam tahap ini akan dilakukan analisis
kebutuhan user serta akan melakukan analisis
terhadap faktor-faktor yang menjadi penentu
dalam pengambilan keputusan untuk analisa dan
pengembangan Portal Web untuk Konsutlan
Pajak. Analisis ini akan dituangkan dalam Gambar 2. Data Flow Diagram Level 0 PWKP
sebuah dokumen yaitu SKPL (Spesifikasi
Kebutuhan Perangkat Lunak). Proses yang terjadi pada DFD Level 1
2. Perancangan mencakup 8 bagian adalah:
Dalam tahap ini akan dilakukan proses 1. Kelola Konsultan
perancangan mulai dari perancangan data, Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
perancangan arsitektur, sampai dengan pengelolaan konsultan dalam basis data.
perancangan antarmuka. Perancangan- 2. Kelola Konsultasi
perancangan yang disebutkan di atas akan Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
dijelaskan lebih detail dalam sebuah dokumen pengelolaan konsultasi dalam basis data.
yaitu DPPL (Deskripsi Perancangan Perangkat 3. Kelola Berita
Lunak). Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
pengelolaan berita dalam basis data.
5. Hasil Analisa dan Perancangan 4. Kelola Diskusi
Pengguna akan berinteraksi dengan sistem Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
melalui antarmuka GUI (Graphical User Interface). pengelolaan diskusi dalam basis data.
Pada sistem ini, seperti terlihat pada gambar 1, 5. Kelola Klien
arsitektur perangkat lunak yang digunakan berupa Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
client server, di mana semua data disimpan di pengelolaan klien dalam basis data.
server. User dapat mengakses data yang ada di 6. Kelola Komik dan Majalah
server tersebut secara on-line dengan memanggil Adalah fungsi yang digunakan untuk menangani
web service pada website yang tersedia di web pengelolaan komik dan Majalah dalam basis
server. data.
Pada aplikasi ini terdapat dua buah role, yaitu
admin dan klien. Klien dapat melakukan konsultasi,
diskusi, melihat berita terbaru, melihat komik dan
majalah tentang pajak, melihat profile konsultan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 219


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

s i
ta
l
su
n
Ko
ta
Da
Gambar 6. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Konsultasi

Gambar 3. Data Flow Diagram Level 1 PWKP

Gambar 7. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Berita


n
ta
ul
ns
Ko
ta
Da

i
us
k
is
D

Gambar 4. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Konsultan


a
at
D

Data Klien
Pengguna 6.1
Memasukkan
Data Klien Gambar 8. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Diskusi
Data Klien
Data Klien

Data Klien
6.2
Mengubah Klien
Data Klien
Data Klien
n
ie
Kl
ta
Da

6.3
Menghapus
Data Klien

ah
al
aj
_ M
ik
m
Ko
ta
Gambar 5. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Klien(Member) Da

Gambar 9. Data Flow Diagram Level 2 Kelola Komik Majalah

4.1 ERD

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 220


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KONSULTAN
IDKONSULTAN int
Halaman di atas adalah halaman web bagi
KONSUTLASI
IDKONSULTASI int
NAMA
ALAMAT
varchar(255)
varchar(255)
admin untuk menampilkan, mengubah, serta
IDKONSULTAN
IDMEMBER
int
int
IDKONSULT AN = IDKONSULTAN
TELEPON
USERNAME
varchar(20)
varchar(20)
menghapus data member.
WAKTUKONSULTASI varchar(35) Logout
PASSWORD varchar(30) M
ISIKONSULTASI varchar(255) PROFILE varchar(255)
STATUS varchar(20) SKANGGOTA varchar(150)
E
REKAN varchar(255) N
Insert Konsultan
IDMEMBER = IDMEMBER FOTO varchar(255) U

A FORM
MEMBER IDKONSULT AN = IDKONSULTAN
D INSERT
IDMEMBER int DISKUSI M
NPWP varchar(30)
NAMA varchar(255)
IDDISKUSI int I
ALAMAT varchar(255)
IDTOPIK int N IN SERT C AN C EL

TELEPON varchar(20) IDMEMBER = IDMEMBER


IDKONSULTAN
IDMEMBER
int
int
.
PEKERJAAN varchar(20)
TIPEMEMBER varchar(20)
WAKTUDISKUSI datetime Gambar 14. Halaman Pengelolaan Konsultan – Menambah
ISIDISKUSI varchar(8000)
USERNAME varchar(20) Konsultan
PASSWORD varchar(30)
IDTOPIK = IDT OPIK
Deskripsi :
BERITA
IDBERITA int ADMIN
TOPIK
Halaman di atas adalah halaman web bagi
JUDULBERITA
ISIBERITA
varchar(255)
varchar(8000)
USERNAME
PASSWORD
varchar(20)
varchar(30)
IDTOPIK
WAKTU
int
datetime
admin untuk menambah data konsultan.
TANGGAL datetime Logout
PENULIS varchar(150)
JUDULTOPIK varchar(255) M
FOTO varchar(255) E
N
Update Konsultan
U
4.3Perancangan Antarmuka D ELETE
Login
A DATA Konsultan
M
D
E
Welcome
M FORM
UPDATE
N
U
I
N SAVE C AN C EL

Gambar 15. Halaman Pengelolaan Konsultan – Menampilkan,


Gambar 10. Halaman Home Mengubah, Menghapus data Konsultan
Deskripsi : Deskripsi :
Halaman ini digunakan sebagai halaman Halaman di atas adalah halaman web bagi
utama dari Portal Web ini. admin untuk menampilkan, mengubah, serta
Login

menghapus data Konsultan.


Logout
M M
Login
E E
N Username : N
Insert Berita
U Password : U
LOGIN CANCEL
A FORM
D INSERT
M
Gambar 11. Halaman Login I
N C AN C EL

Deskripsi :
IN SERT

Halaman ini digunakan sebagai halaman login Gambar 16. Halaman Pengelolaan Berita – Menambah Berita
dari Portal Web ini. Deskripsi :
M
Logout
Halaman di atas adalah halaman web bagi
E
N admin untuk menambah data berita.
Insert Member
U M
Logout

E
A FORM N
D INSERT Update Berita
U
M D ELETE
I A
N INSERT CANCEL DATA Berita
D
M FORM
Gambar 12. Halaman Pengelolaan Member – Menambah I
UPDATE

Member N SAVE C AN C EL

Deskripsi : Gambar 17. Halaman Pengelolaan Berita – Menampilkan,


Halaman di atas adalah halaman web bagi Mengubah, Menghapus data Berita
admin untuk menambah data member. Deskripsi :
Halaman di atas adalah halaman web bagi
Logout
M
E
N
Update Member
admin untuk menampilkan, mengubah, serta
U
DELETE
menghapus data berita.
A DATA Member
D
M FORM
UPDATE
I
N SAVE CANCEL

Gambar 13. Halaman Pengelolaan Member – Menampilkan,


Mengubah, Menghapus data Member
Deskripsi :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 221


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

M
Logout
Deskripsi :
E Halaman di atas adalah halaman web bagi
N
U
Insert Konsultasi
admin untuk menambah data komik dan majalah.
Logout

A M
FORM E
D INSERT
M N
Update Komik_Majalah
I U
D ELETE
N IN SERT C AN C EL
A DATA Komik_Majalah
Gambar 18. Halaman Pengelolaan Konsultasi – Menambah D
M FORM
Konsultasi I
UPDATE

Deskripsi : N SAVE C AN C EL

Halaman di atas adalah halaman web bagi


Gambar 23. Halaman Pengelolaan Komik & Majalah –
admin untuk menambah data konsultasi. Menampilkan, Mengubah, Menghapus data Komik &
Majalah
Logout
M
E Deskripsi :
N
U
Update Konsultasi Halaman di atas adalah halaman web bagi
A
D ELETE
admin untuk menampilkan, mengubah, serta
DATA Konsultasi
D menghapus data komik dan majalah.
M FORM
UPDATE
I
N SAVE C AN C EL 6. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab
Gambar 19. Halaman Pengelolaan Konsultasi – Menampilkan,
Mengubah, Menghapus data Konsultasi sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan analisa
Deskripsi : dan Perancangan Web Portal ini diharapkan dapat
Halaman di atas adalah halaman web bagi menghasilkan suatu dokumentasi yang dapat
admin untuk menampilkan, mengubah, serta digunakan untuk membangun Web Portal
menghapus data konsultasi. Konsultan Pajak dengan fungsionalitas yang sudah
M
Logout lengkap dan tertata dengan baik.
E
N
U
Insert Diskusi Daftar Pustaka
Bricolo, F., Gentile, D. A., Smelser, R. L., &
A
D
FORM
INSERT
Serpelloni, G. (2007). Use of the computer and
M Internet among Italian families: First national
I
N IN SERT C AN C EL study. CyberPsychology & Behavior, 10(6),
789–79.
Gambar 20. Halaman Pengelolaan Diskusi – Menambah Bringula, R. P., & Basa, R. S. (2011). Factors
Diskusi
Affecting Faculty Web Portal Usability.
Deskripsi :
Educational Technology & Society, 14 (4),
Halaman di atas adalah halaman web bagi
253–265.
admin untuk menambah data diskusi.
Logout Gappa, Nordbrock, 2004, Applying Web
M
E accessibility to Internet portals, Journal of
N
U Update Diskusi Universal Access in the Information Society,
D ELETE Volume 3.
A
D
DATA Diskusi
Haryatmoko, P. Kuntoro, 2007, Pembangunan
M FORM
UPDATE Aplikasi Web Retail Komputer Dengan AJAX
I
N SAVE C AN C EL berbasis Teknologi .NET, Yogyakarta.
Jogiyanto, Hartono, 2005. Analisis & Desain
Gambar 21. Halaman Pengelolaan Diskusi – Menampilkan,
Mengubah, Menghapus data Diskusi Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori
Deskripsi : dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Yogyakarta.
Halaman di atas adalah halaman web bagi Kenneth C. Loudon, Management Information
admin untuk menampilkan, mengubah, serta Systems, Prentice-Hall Inc, 2005.
menghapus data diskusi. Tatnall, A. (2009). Gateways to portals research.
M
Logout International Journal of web portals, 1(1), 1–
E 15.
N
U
Insert K om ik_M ajalah

A FORM
D INSERT
M
I
N IN SERT C AN C EL

Gambar 22. Halaman Pengelolaan Komik & Majalah –


Menambah Komik & Majalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 222


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PROTOTIPE MULTIGAIN GYROSCOPE UNTUK APLIKASI ROKET

Sri Kliwati
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jln Raya LAPAN Rumpin Bogor
sri_kliwatii@yahoo.com

Abstrak

Tulisan ini membahas hasil implementasi algoritma multigain IMU (Inertial Measurement Unit) dengan
menggunakan prototype. Prototype ini menggunakan 3 buah gyroscope yang mempunyai perbedaan tingkat sensitivitas atau
penguat. Implementasi algoritma dibuat pada mikroprosesor yang mempunyai multichannel analog to digital converter.
Hasil yang diperoleh dari percobaan menunjukkan, bahwa algoritma dapat diterapkan pada prototype, untuk
mendeteksi perubahan kecepatan dari 0o/s hingga 1200o/s secara akurat.
Kata kunci: Multigain IMU, Rate Gyroscope, Mikroprosesor

1. Pendahuluan roket. Mikroprosesor yang digunakan


mempunyai multichannel ADC dengan
Perkembangan roket kendali LAPAN resolusi 10 bit, Untuk melakukan verifikasi
sudah dilakukan sejak 10 tahun terakhir. data dari prototype tersebut ditransfer melalui
Namun, kemajuan yang diperoleh belum komunikasi serial ke PC.
menunjukkan prestasi kerja yang dapat
diandalkan. Salahsatu kendala yang ditemui
adalah tidak adanya sensor kendali yang 2. Algoritma Multigain IMU
memenuhi spesifikasi roket. Gerak ini dapat
diukur dengan menggunakan IMU (Inertial Algoritma multigain IMU dapat dijelaskan
Measurement Unit) dan GPS.1,2,3,4) Gerak seperti pada diagram Gambar 1.
dinamik roket pada sumbu roll mempunyai
rentang gerakan yang sangat lebar dari
kecepatan rendah sampai kecepatan tinggi.
Gerak tersebut meliputi kecepatan translasi dan
kecepatan rotasi. Oleh karena itu
pengembangan roket kendali memerlukan
sensor yang dapat mengukur kecepatan dari
kecepatan rendah sampai kecepatan tinggi
secara akurat. Kami telah mengembangkan
algoritma untuk memproses sensor yang
mempunyai level sensitivitas berbeda-beda [Sri
Kliwati, dkk]. Algoritma tersebut menghitung
Y

dan memproses data ketiga sensor yang


kemudian memberikan output data yang akurat
pada range kecepatan yang berbeda-beda.
Algoritma ini harus diujicoba pada sebuah
Y

prototipe agar dapat diimplementasikan pada


percobaan roket kendali.
Tulisan ini membahas hasil pengujian
algoritma multigain IMU dengan
menggunakan tiga buah rategyroscope dan
mikroprosesor. Sensor gyroscope masing- Gambar 1. Algoritma multi-gain IMU.
masing mempunyai batas pengukuran < 30o/s ,
< 300o/s, dan < 1200o/s. Roket kendali Pada Gambar tersebut terlihat, bahwa
mempunyai perubahan gerak rotasi < 2,5 Hz, mula-mula dilakukan pembacaan sensor yang
sehingga kombinasi sensor yang digunakan ini mempunyai sensitivitas paling tinggi. Jika
sudah mencukupi untuk keperluan kendali nilainya < 95% dari batas maksimum, maka

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 223


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sensor yang digunakan adalah sensor tersebut.


Akan tetapi, jika pembacaan sensor tersebut >
95% dari batas maksimumnya, maka dilakukan
pembacaan sensor yang lebih rendah
sensitivitasnya. Seperti pada sebelumnya, jika
pembacaan < 95% dari batas maksimumnya,
maka nilai kecepatan dari sensor menggunakan
sensor ini. Akan tetapi, jika pembacaan > 95%,
maka menggunakan sensor yang paling rendah
sensitivitasnya. Algoritma tersebut diprogram
pada mikroprosesor , sehingga output dari
sistem ini selalu dapat mengikuti perubahan
kecepatan roket secara terus menerus.

3. Prototipe dan Percobaan

Prototipe multigain ini menggunakan


komponen-komponen seperti pada Tabel 1
berikut.
Gambar 3. Prototipe multi-gain gyroscope.,
Table 1. Komponen-komponen prototype yang terdiri dari 3 buah rate gyroscope dan
multigain microcontroller.
No Bahan Tipe Jumla
. h Untuk menguji algoritma ini, maka dilakukan
1 Rategyroscop Analo 1 buah kalibrasi masing-masing sensor dengan
e < 30o/s g menggunakan meja putar, untuk memperoleh
2 Rategyroscop Analo 1 buah data derajat per detik per miliVolt. Kemudian
e < 300o/s g data kalibrasi tersebut digunakan sebagai
3 Rategyroscop Analo 1 buah parameter pada mikroprosesor untuk masing-
e < 1200o/s g masing sensor. Selanjutnya algoritma tersebut
telah siap diujicoba dengan memutar-mutar
Sedangkan bagan dari sistem sensor ini sensor tersebut dalam berbagai kecepatan
terlihat seperti pada Gambar 2 berikut. sudut. Gambar 4 berikut adalah salahsatu
contoh perubahan sudut dari nol derajat per
detik higga ratusan derajat per detik. Gerak
tersebut telah mewakili kecepatan yang
melewati kemampuan ketiga sensor tersebut.
Seperti pada algoritma yang telah dijelaskan di
atas, output sensor berganti-ganti sesuai
dengan batas kecepatan.
Saat kecepatan kurang dari 30 deg/sec,
makan sensor membaca pada gyroscope yang
pertama, kemudian antara 30 deg/sec dengan
Gambar 2. Skema sensor gyraoscope dan 300 deg/sec akan membaca keluaran pada
prosesor. sensor yang kedua. Selanjutnya akan membaca
pada sensor yang ketiga jika telah melewati
Tiga buah sensor tersebut dibaca dengan lebih dari 300 deg/sec.
menggunakan mikroprosesor kemudian diolah
dan datanya dikirim ke PC.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 224


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1000
tahan terhadap vibrasi dan hentakan yang
terjadi
800

600
)c
e 400
5. Daftar Pustaka
s(
tu
200
d
u 1. Johann Borenstein,"Heuristic
S
n
0 Reduction of Gyro Drift in IMU-based
a
t
a -200 Personnel Tracking Systems",SPIE
p
e
c -400
Defense, Security + Sensing, April 13-
e
K 17, 2009. Reference: Proc. SPIE Vol
-600
7306A.
-800
0 0.5 1 1.5 2. Grewal, M.S., Weill, L.R., and
Time (sec) Andrews, A.P. (2007). “Global
Positioning Systems, Inertial
Gambar 4. Contoh hasil percobaan multi-gain Navigation, and Integration.” John
IMU. Wiley & Sons, Inc.
3. Paniit, S.M. and Wbiang, Z. (1986).
“Modeling Random Gyro Drift Rate by
4. Kesimpulan Data Dependent Systems.” IEEE
Transactions on Aerospace and
Telah dibuat prototipe multigain IMU
Electronic Systems, AES-22, 455-460.
untuk sensor rotasi roket yang terdiri dari tiga
4. Cho, S.Y., Lee, K.W., Park, C.G., and
buah sensor rate-gyroscope dan sebuah
Lee, J.G. (2003). “A Personal
microcontroller. Hasil eksperimen yang telah
Navigation System Using Low-Cost
dilakukan menunjukkan, bahwa output
MEMS/GPS/Fluxgate.” Proceedings
prototipe sesuai dengan algoritma. Prototipe ini
of the 59th Institute of Navigation
akan dibuat desain PCB yang lebih kompak
(ION) Annual Meeting, Albuquerque,
tidak hanya sensor gyroscope tetapi juga
NM.
menggunakan sensor accelerometer yang
disesuaikan dengan spesifikasi roket yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 225


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 226


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RANCANG BANGUN ROBOT ANIMALOID BERKAKI EMPAT

Tugino1 ,Septian Andra1, Sudiana1


1
Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jln. Babarsari Yogyakarta, 55281.
Email: tugino@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun sebuah robot yang menyerupai hewan atau
animaloid dalam hal ini mengambil contoh hewan anjing yang dapat melakukan gerakan berjalan dan mengenali
masukan dari lingkungan yang berupa sentuhan, suara dan keberadaan suatu benda dengan menggunakan
mikrokontroler ATMega8535 sebagai otak pengendali. Prototype dari sistem maupun secara fisik diharapkan
dapat diaplikasikan dan dikembangkan lebih sempurna lagi untuk pergerakan yang lebih halus dan pengenalan
lingkungan yang lebih bervariasi dan akurat.

Materi penelitian ini terdiri atas komponen-komponen yang mendukung perancangan perangkat keras,
seperti: mikrokontroler, motor servo, regulator LM317, modul sensor proksimiti, IC LM324, transistor C828A,
kapasitor, resistor dan akrilik serta bahasa C untuk mendukung perancangan perangkat-lunak.

Hasil penelitian diwujudkan dengan keberhasilan robot dalam melakukan fungsinya sesuai dengan
batasan spesifikasi yang telah ditentukan. Hal ini diberikan dalam bentuk hasil pengujian perangkat-keras, yang
terdiri atas pengujian motor servo, pengujian pengatur tegangan, pengujian sensor proksimiti, pengujian sensor
sentuh, pengujian rangkaian penguat mikropon, pengujian masukan-luaran dan pengujian gerakan robot serta
pengujian robot secara keseluruhan. Pada pengujian motor servo secara keseluruhan bekerja dengan baik yaitu
dengan indikator perubahan pergerakan servo dapat dikendalikan dengan memberikan masukan pulsa dengan
diprogram kedalam nya, pada pengujian pengatur tegangan diperoleh tegangan luaran dari IC regulator sebesar
5.5 V, pada pengujian sensor proksimiti didapat sensor bekerja dengan benar yaitu indikator luaran menyala
ketika bagian depan sensor didekatkan dengan sebuah benda penghalang, pada pengujian sensor sentuh sensor
dapat merespon sentuhan dengan indikator luaran menyala, pada pengujian rangkaian penguat mikropon
diperoleh luaran yang sesuai yang di inginkan dengan pengaturan sensitifitas melalui sebuah variabel resistor,
pada pengujian masukan luaran didapati mikrokontroler bekerja dengan baik yaitu luaran dan masukan sensuai
dengan program yang di unduh kedalam nya, pada pengujian gerakan robot didapati servo yang menyusun kaki-
kaki robot bekerja dengan baik sehingga membentuk suatu gerakan. Pengujian keseluruhan sistem diwujudkan
dengan memberikan perintah masukan berupa suara dan sentuhan untuk membuat robot melakukan suatu aksi.

Kata kunci: Robot Animaloid, berkaki, Mikrokontroler, Anjing

1. LATAR BELAKANG 2. TUJUAN PENELITIAN


Robot dapat diartikan sebagai sebuah alat Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan
cerdas yang dapat melakukan pekerjaan atau membangun sebuah robot yang menyerupai hewan
menirukan aksi dari suatu makhluk hidup. Robot atau animaloid dalam hal ini mengambil contoh
banyak dipakai untuk membantu menunjang hewan anjing yang dapat melakukan gerakan
kegiatan hidup manusia seperti di industri berjalan dan mengenali masukan dari lingkungan
kendaraan robot digunakan sebagai perakit mobil yang berupa sentuhan, suara dan keberadaan suatu
(memasang, mengelas, mengebor dan sebagainya), benda dengan menggunakan mikrokontroler
di bidang kedokteran sebagai alat bantu untuk ATMega8535 sebagai otak pengendali. Prototype
operasi bedah, membantu penjinak bom di bidang dari sistem maupun secara fisik diharapkan dapat
militer, dan banyak lagi kegiatan manusia yang diaplikasikan dan dikembangkan lebih sempurna
terbantukan dengan adanya robot. Robot berkaki lagi untuk pergerakan yang lebih halus dan
empat yang banyak diteliti dan dibuat pada dewasa pengenalan lingkungan yang lebih bervariasi dan
ini mengambil konsep hewan anjing, selain karena akurat.
anjing identik sebagai peliharaan yang dapat
digunakan untuk membantu kegiatan manusia sejak 3 METODE PENELITIAN
dahulu juga anjing dapat dimiliki sebagai hiburan. Pada penelitian ini terdapat hal-hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu pengetahuan tentang sistem

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 227


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kendali yang akan dipakai dan peralatan pendukung tahap, tahapan penelitian ditunjukkan Gambar 1
sistem tersebut. perancangan robot yang meliputi sebagai berikut.
konstruksi robot, perangkat elektronis dan
perangkat-lunak.

3.1 Bahan Penelitian


Penelitian tentang robot animaloid
membutuhkan beberapa bahan yang akan
digunakan. Tabel 1. menunjukkan bahan-bahan
tersebut [Heryanto, 2008].
Tabel 1 Bahan penelitian
Komponen Jumlah
Akrilik 0,2 mm ukuran 1/4 1 lembar
Akrilik 0,3 mm ukuran 1/4 1 lembar
Mur-baut ls
Mikrokontroler Atmega8535 1
IC L324 1
IC C828A 2
IC Regulator LM317 1
TIP147 2
Motor servo 10
Speaker 1
Mikropon 2
Resistor orde Kilo & satuan ls
Kapasitor orde nano & Mikro ls Gambar 1 Diagram alir penelitian

3.2 Alat Yang Digunakan 4 HASIL PENELITIAN


Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Setelah dilakukan penelitian dan perancangan
rancang bangun robot animaloid terdiri dari serta pembuatan robot animaloid maka robot
peralatan elektrik dan peralatan mekanik,
animaloid telah berhasil dibuat sesuai dengan
keterangan tentang alat yang digunakan pada
penelitian ini diperlihatkat oleh Tabel 2. Peralatan harapan meskipun masih terdapat beberapa
terdiri dari peralatan elektrik dan mekanik. kekurangan.
Peralatan elektrik untuk kontrol robot dan mekanik
untuk sistem penggerak robot

Tabel 2 Peralatan yang digunakan


Peralatan Peralatan
Jumlah Jumlah
elektrik mekanik
Alat ukur
PC 1 buah 1 buah
siku
Jangka
Adaptor 1 buah 1 buah
sorong
Multimeter 1 buah Kikir 1 buah
Solder 1 buah Bor 1 buah
Atraktor 1 buah Timah 1 buah
Pinset 1 buah Tang potong 1 buah Gambar 2 Robot hasil penelitian
Timah 1 buah Tang jepit 1 buah
Gambar 2 memperliatkan robot animaloid
Tang
1 buah Obeng plus 1 buah hasil penelitian dikondisikan berdiri dengan
potong
Tang jepit 1 buah Obeng min 1 buah pengaturan secara manual yaitu dengan cara
memutar dan menyesuaikan kaki-kaki robot
3.3 Jalan Penelitian sehingga dapat berdiri stabil, dalam hal ini robot
Jalan penelitian yang dilakukan pada dapat berdiri stabil tanpa belum diberikan catu daya
penelitian mengenai rancang bangun robot dan diprogram.
animaloid ini dibagi secara umum menjadi tujuh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 228


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.1 Pengujian motor servo 4.3 Pengujian Sensor Proksimiti


Pengujian motor servo dilakukan untuk Pengujian sensor proksimiti dilakukan untuk
mendapatkan besaran sudut yang mampu dilakukan mengetahui kemampuan sensor dalam mengukur
oleh motor servo dan untuk mengetahui kesesuaian jarak keberadaan benda maksimal dan minimal.
program yang diberikan. Petikan program yang
diunduh ke mikrokontroler adalah sebagai Pada pengujian ini sensor jarak didapat
berikut:[Bejo, 2008] bekerja denga baik dengan indikator led merah
dibelakang sensor akan menyala ketika terdapat
for(i=0; i<=30; i++){ suatu benda didepan sensor, sensitifitas sensor
sendiri telah diatur bekerja ketika ada benda
PORTA.0=1; delay_us(X); berjarak ±10 cm didepan sensor dengan cara
memutar potensio yang terdapat dibelakang sensor.
PORTA.0=0; delau_us(Y); }
4.4 Pengujian Sensor Sentuh
Berdasarkan perhitungan sudut motor servo
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tersebut dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
sensor ketika bekerja yaitu dengan cara
memiliki nilai yang cukup akurat dibandingkan
memberikan sentuhan, sensor sentuh memiliki 3
dengan nilai yang diperoleh dari pengujian pada
buah kaki luaran yaitu kaki luaran +5V, ground dan
Tabel 3. [Caouglin, 1994]
data. Hasil pengujian sensor sentuh diketahui
Tabel 3 Data hasil pengujian sudut motor servo dengan cara menyentuh kawat tembaga yang
terdapat pada rangkaian, ketika mendapatkan
Pulsa yang diberikan (ms)/sudut (derajat)
masukan berupa sentuhan maka luaran dari sensor
No.
0.7 1.1 1.3 1.5 1.7 1.9 2.3 akan berlogika 1 atau 5V yang kemudian
menyalakan led sebagai indikator luaran sensor.
1 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o
4.5 Pengujian Rangkaian Penguat Mikropon
2 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o
Op-amp pada penguat mic digunakan untuk
3 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o menaikan tegangan luaran yang dihasilkan oleh
mikropon ketika menangkap gelombang sinus suara
4 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o yang kemudian dioleh menjadi sinyal listrik, data
5 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o
pengamatan diberikan pada Tabel 4.

6 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o Tabel 4 Data hasil pengujian rangkaian op-amp
berpenguat ±11 kali
7 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o

8 10o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o No. Vin Vout
1 10mV 115mV
9 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o 2 20mV 225mV
3 30mV 340mV
10 0o 45o 67.5o 90o 112.5o 135o 180o 4 40mV 450mV
5 50mV 600mV

4.2 Pengujian pengatur tegangan 4.7 Pengujian pergerakan robot

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui Pengujian ini terdiri dari lima tahapan
besarnya tegangan yang dihasilkan oleh pengatur pergerakan kaki yang membentuk satu siklus
tegangan. Hasil pengujian didapatkan tegangan langkah, lebih rinci ditujukan pada Tabel 6.
yang dihasilkan konstan ketika tegangan Berdasarkan hasil pengujian gerakan tersebut dapat
masukannya melebihi 6V atau mendapatkan diambil kesimpulan bahwa motor servo mampu
tegangan 12V dari adaptor. Pada pengujian ini bekerja secara bersama-sama dan membentuk suatu
didapat tegangan luaran dari rangkaian pengatur pola gerakan.
tegangan sebesar 5.5V.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 229


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sehingga torsi dapat dipertahankan ketika


robot melakukan gerakan,
3. Kuatnya hubungan antar gear dan komposisi
bahan menyebabkan motor servo yang
menggunakan gear logam memiliki sudut
kurang dari 180º serta bergerak agak lamban
dari motor servo ber-gear plastik,
4. Robot kurang stabil dalam bergerak
disebabkan perbedaan kecepatan dan posisi
motor servo yang berpasangan,
Gambar 3 Aksi merendahkan badan 5. Sensor suara dengan pengenalan frekuensi
belum dapat di implementasikan,
Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil 6. Kordinasi sensor proksimiti dan sensor sentuh
bahwa robot yang dibuat dapat melakukan gerakan terhadap motor servo bekerja dengan baik.
berjalan dan mengenali masukan dari luar yang
tertangkap sensor, yaitu sensor sentuh, suara dan
6. DAFTAR PUSTAKA
sensor proksimiti, yang mana ketika sensor sentuh [1]. Bejo, Agus, 2008, C dan AVR Rahasia
dikenai sentuhan maka robot melakukan gerakan Kemudahan Bahasa C dalam Mikrokontroler
merendahkan badan & menggerakan ekor berapa ATMEGA8535, Graha Ilmu, Yogyakarta.
saat kemudian kembali keposisi netral atau berdiri [2]. Caouglin, Robert F & Driscoll, Fredrick F,
stabil yang ditunjukan pada Gambar 3. 1994, Penguat Operasional dan Rangkaian
Terpadu Linier, Erlangga, Jakarta.
Tabel 5 Hubungan sudut servo dengan posisi [3]. Heryanto, Ary, Adi, Wisnu, 2008,
langkah Pemrograman Bahasa C untuk Mikrokontroler
ATMEGA8535, Andi, Yogyakarta.
[4]. Malvino, Albert Paul, 1999, Prinsip-prinsip
Elektronika, Salemba Teknika, Jakarta.
[5]. S, Wasito, 1994, Vademekum Elektronika,
Gramedia, Jakarta.
[6]. ______, 2011, BigDog, Wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/BigDog.
[7]. ______, 2010, Lembar Data Motor Servo
Standar, Parallax, http://www.parallax.
com/Portals/0/Downloads/docs/prod/motors/90
0-00005-StdServo-v2.0.pdf.
[8]. ______, 2010, Lembar Data Mikrokontroler
ATMEGA8535, Atmel,
http://www.atmel.com/dyn/resources/prod_doc
uments/doc2502.pdf.
[9]. ______, 2010, Lembar Data Transistror
TIP145/TIP146/TIP147, Fairchild
Semiconductor, www.fairchildsemi.com.
5 KESIMPULAN [10]. ______, 2008, Lembar Data Regulator
Berdasarkan hasil penelitian rancang bangun Tegangan LM117/317A/317, National
robot animaloid berkaki empat ini dapat ditarik Semiconductor, http://www.national.com
beberapa kesimpulan sebagai berikut, /ds/LM/LM117.pdf.
[11]. ______, 2008, Lembar Data IC Penguat
1. Robot animaloid berkaki empat sudah sesuai LM124/LM224/LM324/LM2902, National
dengan rancangan dan dapat bergerak dengan Semiconductor, http://www.national.com
baik, /ds/LM/LM124.pdf.
2. Motor servo berhasil diprogram untuk
bergerak secara bersamaan dan terus-menerus

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 230


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH TEGANGAN IMPULS TERHADAP KETAHANAN


ARESTER TEGANGAN RENDAH

Diah Suwarti
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta
diah.w73@gmail.com

Abstrak
Arester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung
maupun surja petir) dan pengaruh follow current. Sebuah arester harus mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan
beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan
ribuan amper arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika
terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arester (power follow current) setelah
surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan. Sebagai isolator, arus bocor arrester tidak boleh melebihi 1 mA, jika arus
bocor melebihi 1 mA maka arrester mengalami penurunan ketahanan. Penelitian ini membahas pengaruh cacah impuls
tegangan terhadap ketahanan arrester dengan cara membandingkan hasil pengujian arus bocor masing-masing arrester dengan
nilai yang di tentukan oleh IEC 61643-1 Edition 2.0, untuk mengetahui ketahanan arrester setelah diterpa impuls tegangan.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa arester dalam keadaan baru maupun setelah diterpa impuls, pada
tegangan operasi maksimum Uc mempunyai arus bocor di bawah 1 mA (sesuai Standar internasional IEC 61643-1 Edition
2.0 03/2005). Hal ini memunjukkan bahwa arrester masih mempunyai ketahanan yang baik.

Kata kunci: arester tegangan rendah, arus bocor arrester.

1. Pendahuluan rendah daripada tegangan withstand dari peralatan


Arester sebagai alat pelindung peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan
sistem tenaga listrik terhadap bahaya tegangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arester
lebih surja mempunyai sifat isolator pada tegangan (power follow current) setelah surja petir atau surja
kerja sistem dan akan terhubung singkat apabila hubung berhasil didisipasikan (Petunjuk Operasi
diterpa tegangan lebih surja. Arester harus mampu &Pemeliharaan Lighling Arester, PLN, 2010).
membatasi tegangan yang melalui peralatan listrik
sesuai dengan batas ketahanan saat terjadi 2.2. Prinsip Kerja Arrester.
gangguan tegangan lebih. Arester harus mampu Prinsip kerja rangkaian proteksi surja / arester
memotong amplitudo tegangan impuls pada batas secara umum ditunjukkan dalam Gambar 1. Sebuah
aman bagi peralatan saat terjadi gangguan tegangan rangkaian proteksi surja tidak boleh mempengaruhi
lebih dan tidak boleh ada arus yang mengalir operasi normal dari sistem yang diproteksi. Artinya,
melalui arester saat kondisi normal. Untuk impedan seri harus sangat kecil (Z1 << Z2) dan
mengetahui pengaruh cacah impuls tegangan impedan paralel harus sangat besar (Z2 >> ZL)
terhadap ketahanan arrester, dilakukan penelitian untuk tegangan dan frekuensi sinyal normal.
besar arus bocor arester sebelum dan setelah diterpa Misalkan ZL adalah impedan beban.
impuls, dan kembali beroperasi pada tegangan
normal.

2. Dasar Teori
2.1. Arester
Arester merupakan peralatan yang didesain
untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja
(baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arester harus
mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan Gambar 1 Rangkaian proteksi surja secara umum
beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada (Vernon Cooray, 2010)
tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor Pengalihan surja ke konduktor referensi
yang sangat baik, mengalirkan ribuan amper arus atau bumi memiliki kelemahan. Ketika arus
surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih gelombang surja yang besar menyebar melalui

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 231


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

jaringan referensi dengan cara yang tidak pada masa lalu yang sedang digunakan untuk
terkendali, ini akan menyebabkan gangguan dalam berbagai aplikasi dan tergantung pada jenis varistor
sistem yang sehat lainnya. Oleh karena itu, yang digunakan. Energi yang diserap dalam
perlindungan seri tampaknya lebih diinginkan. keramik pada sebuah varistor didistribusikan di
Namun, sampai saat ini tidak ada perangkat non seluruh keramik pada butiran-butiran dibandingkan
linier serial yang kuat, cepat dan handal yang dapat pada sebuah persimpangan tunggal seperti pada
menggantikan perlindungan paralel. Dari persya- bahan semikonduktor. Varistor dapat menahan
ratan tersebut di atas, piranti-piranti proteksi transien pulsa tunggal sampai dengan 150 % dari
(proteksi surja) harus non-linear. komponen– arus pengenalnya, tetapi varistor mungkin rusak
komponen non-linear dapat dikelompokkan pada transien multipulse pada 75 % dari arus
menjadi tiga kelompok: pengenalnya dari puncak arus. Ketika varistor
dioperasikan pada tegangan operasi sistem, varistor
1. Perangkat yang memiliki tegangan hanya bisa menahan 40 % dari arus pengenal dalam
konstan selama konduksi surja (pemo- lingkungan multipulse.
tongan)
2. Perangkat yang mengubah keadaan dari
insulator menjadi konduktor yang baik
selama konduksi surja.
3. Perangkat yang memiliki impedan seri
yang besar untuk tegangan CM (isolator
disisipkan dalam seri, misalnya CM filter,
trafo isolasi, opto-isolator. Proteksi surja
seri yang lain atau piranti pembatas Gambar 2 Model rangkaian ekivalen dari varistor
termasuk sekering, pemutus rangkaian, (Vernon Cooray, 2010)
induktor dan temperature-dependent
resistors).
Spark gap terdapat dalam tabung keramik diisi
2.4. Karakteristik Arus-Tegangan Surge
dengan gas inert (gas tabung discharge) dan
Protection Device (SPD)
varistor oksida logam adalah piranti yang sangat Standar internasional IEC 61643-1 Edition 2.0
populer dalam proteksi instalasi tegangan rendah (03/2005) mendefinisikan karakteristik dan tes
(Vernon Cooray, 2010) untuk Surge Protection Device pada sistem
distribusi tegangan rendah seperti diperlihatkan
2.3. Arester tegangan Rendah MOV (Metal pada Gambar (3).
Oxide Varistor)
Arester surja jenis MOV didesain tanpa
menggunakan celah (gaplessa). Arester jenis MOV
merupakan arester yang banyak diterapkan pada
sistem tegangan rendah, karena memiliki
kemampuan pemotongan tegangan rendah jenis
MOV memiliki rating arus pelepasan sebesar 1 kA
hingga 15 kA. Biasanya, varistor dibuat dalam
bentuk piringan dan karenanya memiliki nilai
kapasitansi yang besarnya pada kisaran 0,2-10 nF.
Termasuk induktan kaki varistor akan melengkapi Gambar 3 Karakteristik arus/waktu dari sebuah
rangkaian setara dari varistor, yang ditunjukkan SPD dengan varistor. (Overvoltage
pada Gambar (2). Varistor adalah perangkat yang protection, Chapter J, Schneider Electric -
bertindak cepat dengan tanggapan waktu kurang Electrical installation guide 2010)
dari 0,5 μs. Kinerja varistor dipengaruhi oleh suhu.
Kebocoran arus yang berlebihan dapat menaikkan
suhu varistor tersebut. Karena varistor memiliki 3. Metode Penelitian
koefisien suhu negatif, arus akan meningkat jika Penelitian ini menggunakan metode
perbandingan, yaitu membandingkan arus bocor
varistor bertambah panas, yang akan meningkatkan
arus lebih jauh, sehingga akhirnya timbul panas masing-masing arrester sebelum maupun setelah
yang belebihan. Varistor biasanya digunakan untuk diterpa impuls dengan nilai yang ada pada Standar
melindungi sistem elektronik dari tegangan lebih Internasional IEC 61643-1 Edition 2.0 (03/2005).
transien yang merambat pada listrik. Ada berbagai Hasil perbandingan tersebut diharapkan dapat
menginformasikan tentang ketahanan arrester
jenis model varistor yang telah dikembangkan
sebelum maupun setelah diterpa impuls tegangan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 232


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.1. Bahan Penelitian Trafo Amper


Variac Arrester
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini Step-Up meter
adalah tiga arester tegangan rendah yaitu arester
merek Merin Gerin/Schneider type PF40 1P,
Shihlin BHP40 dan Phoenix Contact type VAL MS Volt
230 ST. Data spesifikasi arester terlihat pada Tabel meter
1.
Gambar 4. Blok diagram pengujian arus bocor
Tabel 1. Data Teknis arester
Merin Gerin Shihlin Phoenix arester
No Data teknis PF40 1P BHP40 Contact type
VAL MS 230
ST b. Membandingkan antara arus bocor arester
1 Maximum Current 40 40 40
Discharge. Imax (kA) hasil pengujian dengan Standar internasional
2 Nominal Discharge 15 15 20
IEC 61643-1 Edition 2.0 (03/2005)
Current. In (kA) Standar internasional IEC 61643-1 Edition
3 Voltage Protection ≤1,5 ≤1,4 ≤1,35
Level. Up. (kV) 2.0 (03/2005) mendefinisikan karakteristik dan tes
4 Rated Voltage 230 275 230 untuk SPD pada sistem distribusi tegangan rendah.
Network. Un (V)
5 Maximum Continous 260 440 275 seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
Operating Voltage. Uc
(V)
6 Operating Frequensi 50/60 Hz 50/60 Hz 50/60 Hz 4. Hasil Pembahasan
7 Operating Voltage 230/260 V 275/440V AC 230/275 V 4.1. Hasil Pengujian Arus bocor Arester Shihlin
AC AC dan pada arester Phoenix Contact type VAL
8 Permanent operating <1mA MS 230 ST.
Current. Ic
Data hasil pengujian arus bocor arester
9 Respone time <25 ns <25 ns sebelum diterpa impuls (keadaan baru) diperli-
10 Operating -250C s/d -40 °C s/d hatkan pada Tabel 2.
Temperature +600C +80 °C

11 Standard IEC 61643-1 T2 Tabel.2. Data hasil pengujian arus bocor arester keadaan
EN 61643-11 Type 2 baru

3.2. Alat penelitian Merin Gerin Shihlin type BHP40


Phoenix Contact type
VAL MS 230 ST
PF 40 1P
Alat yang digunakan pada penelitian ini No
adalah satu unit generator impuls OGAWA SEIKI Tegan Arus Tegang Arus Tegang Arus
gan Bocor an Bocor an Bocor
buatan jepang, resistor tegangan tinggi, kapasitor Kerja Arester Kerja Arester Kerja Arester
dan osiloscope LeCroy 9354 AL 500MHz. (V) (μA) (V) (μA) (V) (μA)
1 20 20,5 20 14,6 20 27,5
2 40 42,1 40 29,4 40 53,0
3 60 65,7 60 45,5 60 78,3
3.3. Jalannya penelitian 4 80 86,8 80 60,2 80 105,3
a. Pengujian besar arus bocor arester sebelum 5
6
100
120
108,8
130,2
100
120
77,4
92,3
100
120
125,5
150,3
diterpa impuls tegangan (keadaan baru) dan 7 140 150,1 140 107,7 140 170,4
setelah diterpa impuls tegangan 8
9
160
180
172,6
210
160
180
124
138,7
160
180
191,5
210
Dasar dari penelitian ini adalah dengan 10 200 250 200 153,5 200 230
memberikan tegangan kerja AC mulai dari 20 s.d. 11
12
220
240
330
450
220
240
169,5
183,5
220
240
250
270
700 volt pada arester Shihlin dan pada arester 13 260 640 260 21 0 260 300
14 280 880 280 220 280 330
Phoenix Contact type VAL MS 230 ST sebesar 20 15 300 1230 300 230 300 360
s.d 460 volt dan 20 sampai dengan 400 volt untuk 16 320 1670 320 250 320 420
17 340 2320 340 260 340 500
Merin Gerin, sebelum dan sesudah dikenai impuls. 18 360 2950 360 280 360 650
Tegangan kerja yang diberikan pada masing- 19 380 3620 380 290 380 850

masing arester diberikan pada nilai dibawah sampai 20 400 4250 400 310 400 1150

melebihi nilai tegangan operasi maksimum (Uc) 21


22
420
440
330
350
420
440
1580
2400
masing-masing arester. Hal ini dimaksudkan untuk 23 460 380 460 4370
24 480 410
mengetahui karakteristik arus bocor terhadap 25 500 450
tegangan kerja pada arester sebelum dan sesudah 26 520 520
27 540 600
arester tersebut diterpa impuls. Hasil pengujian ini 28 560 710
akan menunjukkan karakteristik (V-I) arester 29 580 870
30 600 1050
sebelum dan sesudah diterpa impuls sehingga 31 620 1330
akan terlihat pula ketahanan arrester setelah diterpa 32
33
640
660
1630
2120
impuls. Gambar 4 menunjukkan blok diagram 34 680 2820
pengujian arus bocor arester. 35 700 3860

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 233


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Nilai Arus bocor arester Merin Gerin,


Shihlin dan arester Phoenix Contact type VAL MS
230 ST pada tegangan operasi kerja maksimum
(Uc) dalam kondisi baru lebih kecil dari pada arus
bocor baku (< 1 mA), (ABB Application
Guidelines, 2010). Artinya bahwa kondisi arester
yang diuji dalam kondisi laik-kerja. Grafik
hubungan antara tegangan-kerja dengan arus-bocor
untuk masing-masing arester sebelum diterpa
impuls diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 7. Hubungan arus bocor AC terhadap


tegangan kerja arester MG (puncak impuls 3 kV,
7kV, 14kV dan 24kV)

Gambar 6. Grafik perbandingan arus bocor AC Gambar 8. Hubungan arus bocor AC terhadap
masing-masing arrester terhadap tegangan kerja tegangan kerja arester Shihlin (puncak impuls 3 kV,
arester 7kV, 14kV dan 24kV)

4.2 Hasil Pengujian Pengujian arus bocor


arester Merin Gerin, Shihlin dan Phoenix
Contact setelah diterpa impuls Tegangan
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
arus bocor pada sumber AC untuk masing masing
arrester setelah diterpa impuls 3KV sampai dengan
24 KV menunjukkan nilai arus bocor tertinggi
arester pada tegangan maksimum operasi (Uc)
setelah diterpa impuls tegangan masih tergolong
kecil yaitu 650 μA untuk arrester MG, 332 μA
untuk arrester Sihlin dan 320 μA untuk arrester
Phoenix Contact masih dibawah 1 mA (sesuai
Standar internasional IEC 61643-1 Edition 2.0 Gambar 9. Hubungan arus bocor AC terhadap
03/2005)). Dalam hal ini arester masih dikatakan tegangan kerja arester Shihlin (puncak impuls 3 kV,
dalam kondisi baik dan belum mengalami belum 7kV, 14kV dan 24kV)
mengalami perubahan karak-teristik volt-ampere
(arus bocornya masih relatif sama) serta masih 4. Kesimpulan
mempunyai sifat isolator yang baik walaupun telah Berdasarkan landasan teori, hasil pengujian
diterpa impuls. Gambar 7, 8 dan 9 memperlihatkan dan pembahasan dari tulisan ini maka dapat
hubungan arus bocor arester MG, Shihlin dan disimpulkan bahwa:
Phoenix Contact setelah diterpa impuls terhadap 1. Arus Bocor masing–masing arrester, (dalam
tegangan kerja pada tegangan puncak impuls 3 kV, keadaan baru), pada tegangan maksimum
7 kV, 14 kV dan 24 kV. operasi (Uc) berada di bawah 1 mA, (sesuai
Standar internasional IEC 61643-1 Edition 2.0

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 234


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

03/2005), sehingga bisa dikatakan dalam


kondisi baik. Daftar Pustaka
2. Suatu arester masih dikatakan dalam kondisi Hasse P., 2000, “Overvoltage Protection of low
normal bila memenuhi kriteria sebagai Voltage System”, Institution of
berikut “belum mengalami perubahan Engineering and Technology, London,
karakteristik volt-ampere (arus bocornya United Kingdom.
masih relatif sama) serta masih mempunyai Tobing L.B., 2003,”Peralatan Tegangan Tinggi”,
sifat isolator yang baik walaupun telah PT Gramedia Pustaka Utama.
diterpa impuls”. …………….,2010, “Overvoltage protection,
3. Nilai arus bocor tertinggi arester pada Chapter J, Schneider Electric - Electrical
tegangan maksimum operasi (Uc) setelah installation guide 2010
diterpa impuls tegangan masih tergolong …………., 2004,”Peralatan dan Sistem
kecil yaitu 650 μA untuk arrester MG, 332 Telekontrol” Standart Nasional Indonesia
μA untuk arrester Sihlin dan 320 μA untuk (SNI)
arrester Phoenix Contact masih dibawah 1 Cooray V., 2010,” Lightning Protection”,
mA (sesuai Standar internasional IEC Institution of Engineering and Technology,
61643-1 Edition 2.0 03/2005)). Dalam hal London, United Kingdom
ini arester masih dikatakan dalam kondisi Suwarti D., 2011,“Pengaruh Kenaikan Tegangan
baik dan belum mengalami belum Impuls Terhadap Tingkat Perlindungan
mengalami perubahan karakteristik volt- Peralatan Listrik Pada Arrester Tegangan
ampere (arus bocornya masih relatif sama) Rendah”Prosiding SENOPUTRO
serta masih mempunyai sifat isolator yang Widyanto A., 2009, “Unjuk Kerja Arrester
baik walaupun telah diterpa impuls. Tegangan Rendah”, UGM

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 235


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 236


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERANCANGAN SISTEM EMBEDDED BERBASIS FPGA

Totok Mujiono, Tasripan, Pujiono


Jurusan Teknik Elektro –FTI- ITS
totok_m@ee.its.ac.id

ABSTRAK

Dengan semakin meningkatnya komplek-sitas sistem serta semakin singkatnya time-to-market suatu produk,
keperluan akan sistem yang memiliki sifat rapid prototyping semakin besar. Salah satu sistem yang mendukung
keperluan tersebut adalah sistem embedded. Pada umumnya sistem embedded terdiri atas prosesor khusus,
memori, pheriperal (I/O), dan aplikasi tertentu. Selain itu pada sistem embedded diperlukan perangkat lunak
seperti sistem operasi dan program aplikasinya.
Perkembangan dibidang teknologi kompo-nen memungkinkan dibuatnya komponen FPGA dengan kapasitas
yang sangat besar sehingga didalamnnya dapat diimplemen-tasikan komponen-komponen sistem embedded,
sehingga keperluan akan sistem rapid prototyping dapat diatasi.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sistem embedded dan implementasinya
pada FPGA yang meliputi prosesor dan sistem operasi embedded, diagram alir perancangan sistem, hardware-
software partitioning, integrasi, dan IP reuse. Selain itu akan dibahas pula sebuah contoh sebuah aplikasi sistem
embedded, yakni komunikasi data dan antarmuka jaringannya.

Kata Kunci : FPGA, Sistem embedded

PENDAHULUAN berbasis FPGA memiliki keunggulan bila


diperlukan sebuah sistem yang sering mengalami
Sistem embedded adalah sebuah sistem
perubahan rancangan.
digital untuk fungsi (tugas) tertentu (khusus). Pada
sistem embedded paling tidak memiliki sebuah
prosesor, sehingga sistem embedded pada
prinsipnya terdiri atas bagian perangkat keras,
hardware yang berupa prosesor dan perangkat
lainnya serta perangkat lunak (software) [1].
Aplikasi sistem embedded terdapat pada mulai dari
peralatan sehari-hari yang sederhana seperti kamera
digital sampai dengan kontrol industri dan peralatan
militer yang canggih. Sistem embedded memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: dirancang untuk memiliki
fungsi tunggal (khusus) atau merupakan bagian dari Gambar 1
sistem besar yang umum dan biasanya memiliki Contoh sebuah sistem embedded – Kamera digital
kendala (constraint) dalam peran-cangan dan [1]
implementasinya seperti waktu nyata (real time).
Kendala-kendala lain yang juga ditekankan adalah Perancangan sistem embedded dapat
meminimalkan disipasi daya, memori, time-to- dibagi menjadi perancangan bagian hardware dan
market dan biaya serta memaksimalkan keandalan. perancangan bagian software. Bagian hardware
Gambar 1 dibawah menunjukkan contoh bagian- meliputi aspek perangkat keras, pemrograman HDL
bagian fungsional dari sebuah sistem embedded, (hardware discription language), serta gate-gate
yaitu kamera digital. logika. Bagian software meliputi program bahasa
Sistem embedded dapat tingkat tinggi yang menjalankan sistem seperti yang
diimplementasikan menggunakan berbagai macam direncanakan. Pada sistem berbasis FPGA
pemroses seperti mikroprosesor (GPU, general penentuan pembagian mana yang merupakan aspek
purpose microprocessor), mikrokontroler, IC fungsi hardware dan mana yang merupakan aspek
khusus (ASIC, Application Specific Integrated software adalah penting.
Circuit), prosesor DSP (Digital Signal Processing)
dan FPGA (Field Programmable Gate Array).
Sistem embedded berbasis FPGA memiliki TEKNOLOGI FPGA
kelebihan untuk sistem yang memerlukan waktu FPGA adalah sebuah komponen yang
yang cepat dalam “time-to-market” atau yang fungsionalitasnya dapat deprogram sesuai dengan
disebut rapid-prototyping. Selain itu system keinginan pengguna. Pada prinsipnya komponen
FPGA terdiri atas blok logika (CLB), blok

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 237


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

interkoneksi (intercon-nect), dan blok input/output. tidak tersedia. Seperti halnya dalam proses
Pada perkem-bangannya, pada komponen FPGA perancangan perangkat keras, penggunaan IP juga
juga diberikan memori serta fungsi khusus seperti akan mempercepat proses perancangan.
pengali (fast multiplier). Dengan kemajuan Untuk sistem yang kompleks penggunaan
teknologi, kapasitas komponen FPGA dapat dibuat sistem operasi, disebut sistem operasi embedded
sedemikian besar sehingga komponen FPGA dapat (embedded operating system, EOS), akan sangat
diprogram menjadi sebuah prosesor yang kompleks memudahkan pengembangan sistem. Penggunaan
seperti DSP prosesor atau ASIC. Pada sistem sistem operasi terutama digunakan untuk penangan
embedded, FPGA dapat diprogram sebagai input/output (I/O handling) dan penjadwalan
prosesor, co-prosesor, atau prosesor untuk rapid- (scheduling) [3]. Ciri utama sistem operasi
prototyping. Fleksibilitas dan kecepatan embedded adalah kompak dan efisien. Untuk
perancangan (termasuk implementasi) adalah keperluan itu, bergantung pada jenis aplikasinya,
alasan utama penggunaan FPGA untuk sistem pada sistem operasi adakalanya tidak disediakan
embedded [2]. kemampuan waktu nyata (real time) atau tidak ada
Dalam merancang sistem berbasis FPGA, koneksi ke monitor, keyboard, mouse, dll.
penggunaan bagian (blok fungsional), terutama Beberapa contoh sistem operasi yang tersedia
bagian-bagian yang kompleks, yang sudah ada akan antara lain embedded linux dan uClinux.
sangat mempercepat proses perancangan. Setiap Gambar 2 menunjukkan diagram alir
blok fungsional yang sudah ada disebut intellectual proses perancangan sistem embedded berbasis
property (IP). Sumber blok IP dapat berasal dari FPGA. Pertama adalah pendefinisian problem.
blok yang sudah ada, vendor FPGA, atau pihak Setelah dilakukan identifikasi problem yang
ketiga penyedia IP. Pemasok utama kompenen menghasilkan spesifikasi rancangan yang detail,
FPGA adalah Altera dengan contoh produknya tahap berikutnya adalah pemilihan platform FPGA
keluarga cyclone dan stratix serta Xilinx dengan dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk
contoh produknya keluarga spartan dan virtex. kapasitas, kecepatan, koneksi input dan output,
Penggunaan FPGA dalam sistem serta berbagai perangkat yang mendukung. Tahap
embedded terdapat dalam berbagai aplikasi seperti berikutnya adalah pemilahan bagian hardware dan
dalam pemantauan obyek berkecepatan tinggi [3] software (h/w s/w partitioning), yakni menentukan
serta dalam bidang kriptografi [4]. bagian fungsional perangkat keras dan perangkat
lunak secara detail. Setelah itu melakukan editing
rancangan baik untuk bagian hardware (dengan
PERANCANGAN SISTEM EMBEDDED HDL) maupun bagian software (dengan bahasa
Sistem embedded terdiri atas bagian tingkat tinggi). Untuk tahap berikutnya, kecuali
perangkat keras dan perangkat lunak. Pada sistem pada bagian testing, sepenuhnya dilakukan oleh
embedded berbasis FPGA, proses perancangan perangkat (tools) secara otomatis.
bagian perangkat keras meliputi penggunann HDL
(hardware description language) baik verilog
ataupun VHDL untuk mendefinisikan perangkat IV. STUDI KASUS:
keras yang dipakai. Perangkat keras meliputi SISTEM MIKROPROSESOR
prosesor, pheripheral (input/output) dan memori. Pada bagian ini akan dibahas studi kasus
Untuk mempercepat perancangan, sering kali sistem embedded sederhana yang berupa sistem
dipakai blok IP sebagai bagian dari sistem. mikroprosesor beserta interfacenya. Platform FPGA
Penentuan jenis prosesor embedded yang dipakai yang dipergunakan adalah board ML 506 yang
bergantung pada keperluan aplikasi serta parameter memiliki komponen FPGA XC5VSX50T dari
yang diperlukan. Pada umumnya, vendor FPGA Xilinx. Sehingga tool (perangkat) yang
telah menyiapkan perangkat (tool) untuk keperluan dipergunakan adalah perangkat dari Xilinx yakni
perancangan prosesor embedded. Namun demikian, Xilinx platform studio (XPS) 9.2i yang didalamnya
jika diperlukan perancangan arsitektur prosesor terdapat embedded development kit (EDK) dan
embedded dapat dilakukan sendiri. software development kit (SDK) [5]. EDK
Perangkat lunak diperlukan untuk dipergunakan untuk merancang sistem hardware
menjalankan sistem. Proses perancangan perangkat sedangkan SDK dipergunakan untuk merancang
lunak sistem embedded meliputi pengembangan software sistem aplikasi dalam bahasa C/C++.
program, baik dalam bahasa tingkat rendah seperti Pada sistem embedded sederhana ini dipergunakan
bahasa mesin/asembly maupun bahasa tingkat microprosesor microblaze yang sudah tersedia dari
tinggi seperti C atau C++ bergantung pada Xilinx. Microblaze adalah sebuah prosesor soft-
ketersediaan perangkat (tool) untuk keperluan core dengan spesifikasi antara lain: memiliki 32
perancangan. Bila perancang menggunakan buah register serbaguna 32-bit, address bus 32-bit,
prosesor sendiri, tools untuk pengembangan bagian SERTA kata instruksi 32-bit dengan 3 operand dan
perangkat lunak menggunakan bahasa tingkat tinggi 2 mode pengalamatan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 238


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Problem
Tahap berikutnya setelah rancangan sistem
dibuat, adalah mengekspor rancangan sistem
Pemilihan tersebut ke XPS untuk dibuatkan perangkat lunak
yang akan mengatur kerja sistem. Pada kesempatan
platform
ini, perangkat lunak yang dikembangkan adalah
perintah untuk untuk mengirimkan data teks secara
serial keluar dari sistem ke komputer PC. Software
Pemilahan dalam bahasa C/C++ ditunjukkan oleh gambar 4.
h/w & s/w Untuk uji coba ini, program hyperterminal
digunakan pada komputer PC untuk menerima data
dan menampilkannya di layar monitor.

Edit Edit s/w


rancangan (C/C++)

Sintesa Compile

Place & Link


route Gambar 4 Listing program dalam bahasa C/C++

PENUTUP

Konfigurasi Pada makalah ini telah dibahas tahapan


perancangan sistem embedded berbasis FPGA.
Penggunaan komponen FPGA disertai dengan
Testing tersedianyaIP (intellectual property) serta perangkat
(tool) untuk perancangan baik bagian hardware
Gambar 2 Diagram alir proses perancangan sistem maupun bagian software sangat membantu dalam
embeddeded berbasis FPGA perancangan sistem yang implementasinya
diperlukan waktu yang cepat (rapid prototyping
Soft-core prosesor microblaze ini system). Sebagai contoh kasus di tampilkan sistem
dihubungkan dengan berbagai macam komponen embedded yang berbasis prosesor soft-core
sistem miroprosesor seperti memori dan berbagai microblaze yang terhubung ke berbagai peralatan
peralatan pheripheral lainnya. Dengan input output. Telah ditampilkan pula proses
menggunakan XPS, dirancang sebuah paket sistem pengiriman data secara serial dari sistem yang
hardware yang berupa mikroprosesor microblaze dirancang ke komputer PC.
bersama interfacenya yang akan menghubungkan
FPGA dengan berbagai board peripheral seperti
interface serial uart, GPIO LED, dan sebagainya, DAFTAR PUSTAKA
seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.
R Dubey, “Introduction to embedded system design
using FPGA, Springer, 2009.
F. Kordon and J. Hankel, “An overview of rapid
system prototyping today”
M. Chandrashekar & N.R. Konduru, “Development
of an FPGA based embedded system for
high speed object tracking”, Sensor &
Transducer Journal, Issue 1, January 2010,
pp. 118-123.
T. Huffmire, et.al., “Managing Security in FPGA-
Based Embedded System”, IEEE Design
and Test of Computer”, vol. 25, issue 6,
December 2008, pp.
Xilinx, Inc. http://www.xilinx.com, 2012.
Gambar 3 Bus interfase sistem yang dirancang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 239


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 240


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DESAIN SISTEM DUAL INPUTS SEPIC – BIDIRECTIONAL CONVERTER UNTUK


MANAJEMEN ENERGI SISTEM PEMBANGKIT PHOTOVOLTAIC PADA AREA
TERPENCIL

Daniar Fahmi, Dedet C. Riawan, M. Ashari


Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
daniar11@mhs.ee.its.ac.id

ABSTRAK

Sistem photovoltaic (PV) yang digunakan pada area terpencil membutuhkan baterai yang digunakan
untuk menyimpan energi (charging mode) ketika photovoltaic mempunyai daya lebih. Selain itu, baterai juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan (discharging mode) beban ketika PV tidak dapat menyuplai semua daya
yang dibutuhkan. Untuk mengatur aliran daya ketika proses charging dan discharging, maka digunakan sebuah
Multi Input Converter (MIC) pada sistem PV - Battery tersebut. Namun, sifat unidirectional dari MIC menjadi
permasalahan sistem saat proses pengisian baterai terjadi. Hal ini mengakibatkan baterai tidak dapat melakukan
charging mode sehingga baterai tidak dapat dipakai kembali ketika energi di dalam baterai telah habis.Pada
makalah ini, didesain sebuah MIC baru beserta pengaturannya berupa Dual Inputs SEPIC (Single Ended Primary
Converter) – Bidirectional Converter untuk mengatasi permasalahan tersebut.Photovoltaic digunakan sebagai
input dari SEPIC dan baterai sebagai input dari Bidirecional Converter (BDC). Algoritma P&O digunakan untuk
mendapatkan MPP (Maximum Power Point) dari PV.Manajemen energi pada segala kondisi PV dan baterai
menjadi poin utama keefektifan kontrol sistem.Sistem ini disimulasikan menggunakan software PSIM untuk
mengetahui kinerja sistem.Hasil simulasi sistem PV 1200 W menunjukkan desain beserta pengaturannya ini
bekerja secara efektif sesuai kondisi dari PV dan baterai.

Kata kunci: Photovoltaic, SEPIC, Bidirectional Converter, Algortima P&O, MPP Tracking

PENDAHULUAN kehandalan penyuplaian beban menjadi sangat


penting. Pada penelitian ini didesain sebuah Multi
Menipisnya energi konvensional dan Input Converter (MIC) yang menggabungkan
peningkatan emisi polusi dan gas rumah kaca sistem untuk untuk mengatur daya output PV
mengakibatkan kontribusi dari energi terbarukan dengan sistem untuk mengatur proses charging dan
akan terus meningkat. Sumber energi terbarukan discharging pada baterai.
yang paling banyak digunakan adalah energi
surya.Oleh karena itu, sistem konversi energi surya
(photovoltaic) menjadi energi listrik telah menjadi TUJUAN
teknologi industri dengan pertumbuhan yang pesat Penelitian ini bertujuan untuk
di berbagai negara.Sistem konversi yang telah menyelesaikan permasalahan pada sistem PV
dikembangkan adalah sistem grid-connected untuk stand-alone yang menggunakan baterai melalui :
mengurangi pemakaian daya dari utility dan sistem a. penggunaan topologi Dual Inputs SEPIC –
stand-alone untuk menyediakan daya ke beban Bidirectional Converter dalam sistem
tanpa utility. tersebut.
Sistem PV stand-alone digunakan ketika b. perancangan kontrol untuk pengaturan aliran
beban atau konsumen berada jauh dari utility daya di sistem pada kondisi operasi sistem
contohnya pada pulau terpencil.Penggunaan sistem yang berbeda.
ini membutuhkan baterai yang berfungsi tidak
hanya sebagai media penyimpan energi namun juga METODE PENELITIAN
untuk menyuplai daya beban selama periode tanpa Bentuk umum konfigurasi sistem PV
atau kekurangan daya dari PV.Baterai mempunyai stand-alone terlihat pada Gambar 1. Konfigurasi ini
kerapatan penyimpanan energi yang tinggi, namun terdiri dari pemodelan PV dan baterai, topologi
penyaluran daya yang tinggi menuju baterai dengan Dual Inputs SEPIC – Bidirectional Converter,
periode yang pendek dapat berakibat buruk pada sertasistem kontrol konverter. Keefiktifan sistem ini
baterai.Oleh karena itu, pengaturan charging dan disimulasikan menggunakan software PSIM.
discharging dari baterai untuk memasukkan variasi
radiasi matahari dan beban dengan
mempertimbangkan masa pakai baterai dan Pemodelan Photovoltaic[1]

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 241


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pada penelitian ini, PV digunakan sebagai tersusun secara paralel dan seri.Nilai Rsh adalah
sumber utama dari sistem.PV dimodelkan sebagai sangat besar sedangkan Rs sangat kecil.Hal ini
sebuah rangkaian ekuivalen yang ditunjukkan pada mengakibatkan dua variabel tersebut dapat
Gambar 2.Rsh dan Rs adalah resistansi intrinsic yang

Control
System
Vbat

Battery
SEPIC –
Bidirectional Load
Converter
VDC

PV Array

D
VPV IPV

Iref Control
MPPT System

Gambar 1. Konfigurasi Sistem PV Stand-alone

secara paralel, q adalah muatan elektron, K adalah


konstanta Boltzmann, A adalah faktor ideal dari p-n
junction, T adalah suhu sel PV (dalam Kelvin), dan
Isat adalah arus saturasi negatif.
Pada makalah ini, model dikembangkan
berdasarkan parameter dari solar panel
BPSX3200B (200 W) yang disusun seri sebanyak
6. Detail solar panel ini ditunjukkan oleh Tabel 1.
Gambar 2. Rangkaian Ekivalen PV

Tabel 1. Spesifikasi PV Panel


Spesifikasi saat G = 1000 W/m2 dan T = 25o C
Jumlah sel Ns 50
Daya Maksimum Pmax 200 W
Tegangan saat Pmax 24.5 V
Arus saat Pmax 8.16 A
Tegangan Open-circuit 30.8 V
Arus Short-circuit 8.7 A

secara mudah diabaikan dalam proses analisis. Sel


PV yang tersusun menjadi unit yang lebih besar Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Baterai
disebut modul-modul PV.Kemudian, modul-modul
PV dihubungkan secara seri dan paralel untuk
membentuk PV arrays.
Model matematis dari PV arrays dapat
direpresentasikan dengan persamaan berikut :

  q VPV   (1)
I PV  n p I ph  n p I sat  exp    1
  KAT ns  
dengan IPV adalah arus output dari PV arrays
(dalam Ampere), VPV adalah tegangan output dari Gambar 4.Kurva Karakteristik Discharge dari Baterai
PV arrays, ns adalah jumlah modul yang tersusun saat Arus Discharge (V-Q)
secara seri, np adalah jumlah modul yang tersusun

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 242


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pemodelan Baterai Besar daya output yang menuju ke inverter


Pemodelan baterai biasanya dapat dibagi merupakan daya output PV, baterai, atau daya hasil
kedalam pemodelan eksperimental, pemodelan penjumlahan daya output PV dan baterai,
elektrokimia dan pemodelan rangkaian ekivalen[2]. tergantung dari mode operasi yang digunakan.
Pemodelan rangkaian ekivalen adalah yang tepat Daya output didapat dari persamaan :
digunakan untuk model simulasi. Berdasarkan
pemodelan Shepherd, baterai terdiri atas tegangan PDC  VDC .I DC (3)
yang dikontrol yang dirangkai seri dengan denganVDC merupakan tegangan DC Bus dan IDC
hambatan seperti terlihat pada Gambar 3.
adalah arus yang mengalir menuju inverter. Besar
Pemodelan baterai ini mengacu pada State of
tegangan output dari SEPIC dan baterai harus sama
Charge (SOC).
dengan tegangan DC Bus.
Persamaan untuk sumber tegangan yang
dapat dikontrol adalah sebagai berikut: Pemodelan SEPIC
Konverter ini digunakan untuk
Q
E  E0  K 
 A exp( B ib dt ) (2) mengalirkan daya dari PV menuju ke DC bus yang

Q  ib dt nantinya langsung menuju ke beban ataupun
mengalir ke baterai melalui Bidirectional
dimanaE adalah tegangan tanpa beban (V),E0adalah Converter. SEPIC digunakan karena
tegangan konstan baterai (V),K adalah tegangan kemampuannya sebagai buck-boost yang memiliki
polarisasi (V),Q adalah kapasitas baterai (Ah),A output positif. Persamaan (4) sampai (7) dipakai
adalah amplitudo daerah eksponensial (V), danB untuk memodelkan dan mendesain operasi dalam
adalah konstanta waktu invers daerah eksponensial mode CCM (Continuous Conduction Mode)
(Ah-1).Pemodelan ini mengasumsikan hambatan [3].Tabel 2 menunjukkan spesifikasi desain yang
dalam dari baterai berkondisi konstan selama siklus digunakan untuk simulasi.
charge dan discharge. Gambar 4 adalah
karakteristik discharge dari baterai saat arus D1
discharge dan seluruh parameter dapat dihitung VDC  VPV (4)
dari tiga titik seperti pada Gambar 4, yaitu tegangan 1  D1
charging (Efull), daerah eksponensial (Eexp, Qexp), VPV D1
daerah nominal (Enom, Qnom)[2]. L1  (5)
iL1 f s
Dual Inputs SEPIC – Bidirectional Converter VPV D1
L2  (6)
Pada penelitian ini, didesain sebuah iL2 f s
topologi MIC baru untuk penggunaan sistem
photovoltaic pada area terpencil (isolated area)

Tabel 2. Spesifikasi SEPIC – Bidirectional Converter


Parameter Nilai
Kisaran Tegangan PV 130 – 160 V
Tegangan Baterai 240 V
Frekuensi Switching 10 kHz
Tegangan DC Bus 400 V
Rating Beban 1000 W
Induktor L1 dan L2 40 mH
Kapasitor kopling C1 70 µF
Induktor L3 80 mH
Kapasitor DC bus 80 µF
Gambar 5. Topologi Dual Inputs SEPIC – Bidirectional
Converter
D1
C1  (7)
VC1
yaituDual Inputs SEPIC – Bidirectional Converter. R fs
VDC
Topologi ini terdiri dari dua jenis konverter, yaitu
dimana fsadalah frekuensi switcihing; D1 adalah
SEPIC dan Bidirectional Converter. SEPIC
digunakan untuk mengatur daya yang dikeluarkan duty cycle SEPIC; ΔIL1 adalah ripple arus peak-to-
oleh photovoltaic, sedangkan Bidirectional peak untuk induktor L1; ΔIL2 adalah ripple arus
Converter digunakan untuk mengatur proses peak-to-peak untuk induktor L2; VDC adalah
charging dan discharging pada baterai. Topologi tegangan DC bus; VPV adalah tegangan PV; C1
ini ditunjukkan oleh Gambar 5. adalah kapasitor kopling dan R adalah beban
output.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 243


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pemodelan Bidirectional Converter keadaan lingkungan apapun.Tugas pencarian ini


Integrasi penyimpan energi yaitu baterai sering diimplementasikan menggunanakan suatu
pada sistem PV membutuhkan penggunaan algoritma tertentu yang digabungkan dengan suatu
Bidirectional Converter. Konverter ini, yang konverter (dalam penelitian ini SEPIC) antara
memperbolehkan aliran daya dengan arah forward modul PV dan DC bus.
dan reverse, mempunyai dua fungsi utama : 1) Ada beberapa jenis algoritma MPPT yang
menghubungkan tegangan baterai yang lebih telah digunakan [6-7]. Pada penelitian ini, jenis
rendah dengan tegangan DC bus yang lebih tinggi algoritma yang digunakan adalah Perturb and
selama kondisi charging dan discharging, dan 2) Observe (P&O). Ada sedikit modifikasi yang
mengatur aliran daya antara DC bus dan baterai [4]. digunakan dalam algoritma ini, yaitu output dari
Saat baterai dalam mode Boost, persamaan yang algoritma ini bukanlah tegangan, namun berupa
berlaku adalah : arus. Hal ini dikarenakan konverter SEPIC
Vbat dijalankan dalam mode kontrol arus. Detail konsep
VDC  (8) algoritma ini terlihat pada Gambar 6.
1  D2
denganD2 adalah duty cycle dari switch Q2, B. Kontrol SEPIC dan Bidirectional Converter
sedangkan saat baterai dalam mode Buck, Pada penelitian ini, kontrol SEPIC
persamaan yang digunakan : berfungsi sebagai kontrol arus PV yang bertujuan
VBat  D3 .VDC (9) untuk mengatur daya yang dikeluarkan oleh PV,
baik dalam kondisi MPP ataupun sesuai kebutuhan
denganD3 merupakan duty cycle dari switch Q3. beban.arus yang dikeluarkan PV akan disensor
Nilai induktor dan kapasitor DC link yang kemudian dibandingkan dengan arus referensi
dihitung dengan menggunakan persamaan (10) dan yang berupa arus referensi dari MPP algoritma
(11). ataupun dari beban yang dibutuhkan. Penentuan
V (V  VBat ) penggunaan arus referensi yang digunakan adalah
L3  Bat DC (10)
I L3 f sVDC berdasarkan pada kondisi baterai.Saat tegangan
baterai di bawah batas overvoltage, maka referensi
I L3 MPP yang digunakan.Namun ketika tegangan
CDC (min)  (11)
8 f s Vo baterai telah mencapai overvoltage, yang berarti
dengan L3 adalah induktor pada Bidirectional baterai telah terisi penuh (SOC 100%), maka
Converter;ΔIL3 adalah ripple arus pada induktor L3; referensi arus kebutuhan beban yang digunakan.
CDC(min) adalah kapasitas minimum dari kapasitor
Kontrol Bidirectional Converter berfungsi sebagai
DC bus; Vbat adalah tegangan baterai.Nilai
kontrol tegangan DC bus dimana bertujuan untuk
parameter konverter ini ada terdapat pada Tabel 2.
menjaga tegangan DC bus dalam level 400 V.
Aliran daya menuju atau keluar baterai tergantung
dari daya yang dikeluarkan oleh PV.
Tabel 3. Mode Operasi Sistem
PPV< Pload PPV≥Pload
Mode II
Vbat< Vbat_max SEPIC : MPPT
Mode I
BDC : Buck
SEPIC : MPPT
Mode III
BDC : Boost
Vbat≥ Vbat_max SEPIC : CC
BDC : CV

Jadi, baterai menerima kelebihan atau menyuplai


kekurangan daya yang dibutuhkan oleh beban.
Kedua switch pada konverter ini bertugas secara
Gambar 6. Skema Algoritma P&O yang dimodifikasi
bergantian (D2+D3=1). Namun, saat baterai telah
Strategi Kontrol Sistem penuh, tidak boleh ada arus yang mengalir pada
Kontrol MPPT konverter ini.
Pada kurva I-V atau P-V.ada sebuah titik
Operasi Sistem
dimana modul PV mengeluarkan daya maksimum
Mode kerja sistem PV stand-alone ini
atau beroperasi pada efisiensi maksimum [5]. Hal
dirangkum dalam Tabel 3.Mode I merupakan
ini dinamakan maximum power point (MPP) dari
kondisi dimana kebutuhan beban lebih besar dari
PV.Pencarian MPP ini ditujukan pada
daya maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PV.
pengoperasian PV pada efisiensi tertinggi dalam
SEPIC bekerja dengan kontrol MPPT untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 244


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mengekstrak daya maksimum PV sedangkan SIMULASI DAN HASIL


kekurangannya akan disuplai oleh baterai sehingga Model simulasi telah dikembangkan untuk
Bidirectional Converter (BDC) bekerja dalam PV array, baterai, Dual Inputs SEPIC –
kontrol Boost. Bidirectional Converter, beserta keseluruhan
Mode II merupakan kondisi dimana kontrolnya.Simulasi ini menggunakan
kebutuhan beban lebih kecil dari daya maksimum PSIM.Simulasi dilakukan dengan menggunakan
PV dan Baterai berada pada kondisi belum terisi parameter – parameter yang terdapat pada tabel I
penuh. SEPIC tetap bekerja dalam kondisi MPPT dan II.Sedangkan baterai yang dimodelkan adalah
sedangkan kelebihan daya akan ditransfer menuju jenis Lead Acid 24 V 1 Ah yang diserikan
baterai dengan BDC dalam mode Buck. 10.Keseluruhan rangkaian simulasi ditunjukkan
Mode III hampir sama dengan mode II oleh Gambar 7.
namun kondisi baterai telah terisi penuh. Hal ini
mengakibatkan tidak boleh ada arus yang masuk ke Efek Perubahan Intensitas Cahaya dan
baterai.SEPIC tidak lagi bekerja dalam kondisi Temperatur
MPPT, namun dalam kondisi Constant Current.Hal Karakteristik output kurva I-V dan P-V
ini ditujukan agar daya yang dikeluarkan oleh PV dari PV array yang diseri 6 ditunjukkan oleh
hanya sebatas kebutuhan beban.Bidirectional Gambar 8 sampai Gambar 10. Ketergantungan non-
Converter bekerja sebagai Constant Voltage yaitu linier dari arus, tegangan, dan daya output pada
untuk menjaga tegangan DC bus agar tetap pada
400 V.

Gambar 7. Skema Total Rangkaian Simulasi

intensitas cahaya dan temperatur yang bervariasi dikeluarkan oleh PV, seperti yang ditunjukkan oleh
adalah hal yang nyata. Ini tampak dari Gambar 8, Gambar 9.Efek perubahan temperatur sangat sedikit
dengan peningkatan intensitas cahaya, arus output mempengaruhi besarnya arus PV, namun sangat
PV meningkat namun tegangan open-circuit tidak berpengaruh pada tegangan open-circuit PV.
berbeda jauh.Dengan meningkatnya arus PV saat Semakin besar temperatur, maka akan semakin
tegangan open-circuit hampir konstan, secara besar pula penurunan tegangan open-circuit PV.
otomatis mengakibatkan kenaikan daya yang Hal ini nampak pada Gambar 10.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 245


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.2 Kinerja Dual Inputs SEPIC – Bidirectional Transactions on Industrial Electronics, Vol. 56,
Converter No. 11, Nopember 2009.
A. Daya Beban > Daya PV [2] Ding, Fei.,Li, Peng., Huang, Bibin.,Gao,
Dalam pengujian ini, daya rating beban Fei.,Ding, Chengdi., Wang, Chengshan.,
yang digunakan adalah 1000 W, intensitas cahaya “Modeling and Simulation of Grid-connected
untuk PV adalah 600 W/m2, dan kondisi baterai Hybrid Photovoltaic/Battery Distributed
saat SOC 100%. Gambar 11(a) menunjukkan aliran Generation System”, International Conference
daya pada sistem.PV mengalirkan daya maksimum on Electricity Distribution, China, 2010
menuju beban dan kekurangan daya secara [3] D. W. Hart, Power Electronics, New York:
langsung disuplai oleh baterai.Gambar 11(b) McGraw-Hill, 2011
menunjukkan tegangan dan SOC baterai yang [4] P. Pany, R.K. Singh, and R.K. Tripathi,
menurun sehingga terlihat baterai ikut menyuplai “Bidirectional dc-dc converter fed drive for
kekurangan daya pada beban. electric vehicle system,” Intl. Journal of
Eng.,Science & Tech., vol. 3, no. 3, pp. 101-110,
B. Daya Beban < Daya PV April 2011
Dalam pengujian ini, daya rating tetap [5] A. Khaligh and O.C. Onar, Energy Harvesting:
digunakan 1000 W, namun intensitas cahaya Solar, Wind, and Ocean Energy Conversion
matahari adalah 1000 W/m2 dan SOC baterai dibuat Systems. CRC Press, New York, 2010
90%. Aliran daya pada sistem ditunjukkan oleh [6] M.G. Villalva, J.R. Gazoli and E. R. Filho,
Gambar 12(a).Dari gambar tersebut terlihat bahwa “Comprehensive approach to modeling and
PV bekerja dalam kondisi MPPT dan kelebihan simulation of photovoltaic arrays,” IEEE Trans.
daya disalurkan menuju baterai.Hal ini tampak Power Electron. vol. 24, no. 5, pp. 1198-1208,
dengan nilai negatif pada kurva baterai.Bentuk May 2009
tegangan dan SOC baterai yang naik menunjukkan [7] A. Labouret and M. Villoz, Solar Photovoltaic
baterai dalam kondisi charging, seperti yang terlihat Energy, London: IET, 2010
pada Gambar 12(b).
LAMPIRAN
C. Variasi Daya Beban
Pengujian ini dilakukan dengan membuat
variasi kebutuhan beban sebesar 1600 W, 500 W,
dan 1600 W. Intensitas cahaya matahari dibuat
konstan 1000 W/m2. Dari Gambar 13(a) terlihat
bahwa sistem dapat bekerja sesuai kebutuhan beban
dan saat tegangan baterai telah mencapai batas
overvoltage, maka PV tidak lagi bekerja dalam
kondisi MPP.Gambar 13(b) memperlihatkan bahwa
tegangan DC bus tetap konstan di kisaran 400 V Gambar 8. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva I-V
meskipun terjadi variasi beban.Gambar 13(c)
menunjukkan SOC baterai yang naik turun sesuai
kondisi baterai saat charging ataupun discharging.

KESIMPULAN
Pada makalah ini telah dijelaskan penelitian
mengenai sebuah sistem baru yang digunakan
untuk pembangkit PV stand-alone. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa produksi daya PV sangat Gambar 9. Perubahan Intensitas Cahaya pada Kurva P-V
tergantung dari kondisi cuaca dan daya output
maksimum PV hanya dapat dicapai dengan
menggunakan sistem kontrol berbasis algoritma
MPPT. Kinerja sistem dalam berbagai kondisi PV,
baterai, ataupun beban menunjukkan bahwa sistem
tetap bisa bekerja pada kondisi apapun.Kemudian,
pengaturan frekuensi output inverter dan tegangan
yang baik menunjang keefektifan dari sistem ini.

DAFTAR PUSTAKA Gambar 10. Perubahan Temperatur pada Kurva I-V


[1] S. J. Chiang, Hsin-Jang Shieh, and Ming-Chieh
Chen, “Modeling and Control of PV Charger
System With SEPIC Converter”, IEEE

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 246


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(a) Aliran Daya

(b) Tegangan dan SOC Baterai

Gambar 11. Operasi Kerja Sistem saat PPV < Pbeban

(a) Aliran Daya

(b) Tegangan dan SOC Baterai


Gambar 12. Operasi Kerja Sistem saat PPV > Pbeban

(a) Aliran Daya

(b)Tegangan DC Bus

(c) SOC Baterai


Gambar 13. Operasi Kerja Sistem saat Beban Bervariasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 247


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 248


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

KELAYAKAN PENERAPAN SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN


PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI JOGJAKARTA

Hendra Setiawan, Sholichin


Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km 14,5 Yogyakarta
Email: hendra.setiawan@uii.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai sistem pengendali suhu dan kelembaban untuk tujuan budidaya jamur tiram di
daerah Yogyakarta.Dengan menggunakan sensor LM35 dan sensor kelembaban HSM20G, keadaan suhu dan kelembaban
lingkungan di sekitar kumbung jamur diamati sebagai masukan bagi sistem kendali berbasis mikrokontroler AVR
ATMega16. Suhu di-setting pada nilai 23°C sampai dengan 28°C, sedangkan kelembaban diatur pada rentang 65 –
85%.Kipasdan motor penyemprot air digunakan sebagaia ktuator system kendali yang menjaga agar suhudan kelembaban
tetap pada rentang nilai yang diharapkan. Secara teknis, rangkaian sensor yang dibuat mempunyai nilai error 0,98%, dan
rangkaian sensor kelembaban mempunyai nilai error 2,4%.
Pengujian yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 08.42 sampai dengan 15 Oktober 2012 pukul 07.05
padasebuah baglog jamur tiram diperoleh hasil 113 gram berat jamur tiram. Sedangkan pada waktu yang bersamaan pada
satu baglog lainnya yang tidak menggunakan system pengendali diperoleh hasil panen sebanyak 85 gram.
Secara ekonomis, untu skala 100 baglog jamur tiram dengan memperhitungkan konsumsi energy sistem kendali
yang dibuat, hasil jamur tiram dengan sistem kendali diperoleh nilai keuntungan sebesar Rp. Rp.111.840,00 lebih besar dari
pada sistem yang tidak menggunakan sistem kendali. Sehingga baik secara teknis maupun ekonomis sistem kendali suhu dan
kelembaban layak diterapkan pada budidaya jamur tiram di daerah Yogyakarta.

Kata Kunci : Jamur tiram, LM35, HSM 20G, AVR AT Mega16,sistem kendali.

PENDAHULUAN dan kelembaban suatu ruangan berdasarkan nilai set


point yang diberikan. Hal yang serupa juga
Budidaya jamur di daerah Jogjakarta dilakukan oleh Sofwan A (2005) pada rumah walet.
sepintas mungkin masih asing di telinga sebagian Penelitian ini menggunakan mikrokontroler jenis
orang. Namun daerah Jogjakarta sebenarnya AT89C51 serta dua macam sensor yaitu
mempunyai banyak tempat budidaya jamur kelembaban dan suhu. Sensor ini bertujuan untuk
diantaranya di Jl.Martadinata, Jl. Magelang, mengaktifkan motor stepper sebagai pengatur katup
Tempel, Turi, Pakem, Gambretan, Kaliurang dan ventilasi serta sebagai kendali suhu digunakan
Bantul. Beberapa jenis jamur yang dibudidayakan kipas dan heater agar suhu ruangan tetap terjaga
diantaranya jamur merang, jamur tiram, dan jamur pada kondisi antara 27-29 derajat dan kelembaban
kancing. 70%-95%.
Karakter jamur yang memerlukan suhu dan Semua konsep pengendalian suhu dan
kelembaban tertentu untuk tumbuh dengan kelembaban di atas telah berjalan dengan baik dan
optimum membutuhkan perlakuan khusus. pada prinsipnya dapat juga diterapkan pada
Perlakuan khusus yang diberikan semakin ekstra budidaya jamur. Namun, penelitian tersebut sebatas
untuk kondisi lingkungan di daerah Jogjakarta yang pada perancangan sistem elektronis tanpa
relatif panas dan kelembaban yang sangat pertimbangan aspek ekonominya.Sedangkan sudut
bervariasi. Keadaan ini akan menjadikan propinsi pandang ekonomi ini diperlukan sebagai bahan
Jogjakarta menjadi salah satu tempat yang kurang pertimbangan agar sistem yang dibuat benar-benar
ideal untuk tumbuh kembang varietas jamur. Untuk layak diimplementasikan bagi para petani dan tidak
mengatasinya, para petani jamur di Jogjakarta harus merugikan.Untuk itu pada penelitian ini selain
melakukan suatu usaha tambahan dengan memberi membahan mengenai aspek elektronis, akan
semprotan air pada saat-saat nilai kelembaban dibahas juga mengenai kemungkinan implemen-
rendah atau suhu yang sangat panas.Hal ini tasinya dilihat dari sudut pandang ekonominya.
tentunya cukup merepotkan dan menambah biaya Adapun media yang dikendalikan adalah suhu dan
produksi jamur itu sendiri yang berakibat pada kelembaban lingkungan pada budidaya jamur tiram
menurunnya pendapatan para petani.Sehingga di propinsi Jogjakarta.
sistem pengendali suhu dan kelembaban menjadi Dari latar belakang yang telah disampaikan
suatu alternatif yang cukup menjanjikan untuk sebelumnya dapat dibuat tiga buah rumusan
diterapkan pada budidaya jamur. permasalahan. Rumusan permasalahan pertama
Penelitian dalam perancangan sistem kendali adalah bagaimana rancangan sistem kendali suhu
suhu dan kelembaban pernah dilakukan oleh Pandu dan kelembaban pada budidaya jamur tiram.
M. H.(2006) yang bertujuan mengatur kondisi suhu Rumusan kedua adalah bagaimana unjuk kerja

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 249


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

sebenarnya dari sistem yang telah dirancang dan


diimplementasikan ke keadaan yang sebenarnya.
Kemudian rumusan permasalahan terakhir adalah
bagaimana tinjauan ekonomis penerapan sistem
kendali suhu dan kelembaban dalam budidaya
jamur tiram.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:


1. Memperoleh suatu rancangan sistem
pengendali suhu dan kelembaban untuk
budidaya jamur tiram di Jogjakarta
2. Memperoleh unjuk kerja sistem yang telah
dibuat setelah diimplementasikan ke dalam
habitat jamur tiram yang sesungguhnya.
3. Memperoleh hasil perhitungan nilai ekonomis
penerapan sistem kendali suhu dan
kelembaban untuk budidaya jamur tiram. Gambar 1. Langkah-langkah kerja dalam penelitian

METODE PENELITIAN Pengamatan dilakukan dari baglogjamur


Penelitian ini dilakukan dalam beberapa mulai dimasukkan ke dalam rumah jamur. Karena
tahap. Pertama membuat suatu sistem kendali suhu umur jamur untuk siap dipanen adalah 4 hari, maka
dan kelembaban bagi habitat jamur tiram, kemudian monitoring terhadap suhu dan kelembaban
menerapkan hasil rancangan tersebut di tempat dilakukan selama 4 hari tanpa henti. Hasil yang
budidaya jamur tiram.Untuk mendapatkan diperoleh selama 4 hari ini kemudian dianalisis.
gambaran unjuk kerja sistem kendali ini, dilakukan
pengamatan suhu dan kelembaban pada dua habitat Perancangan Sistem
yang berbeda yaitu habitat yang menggunakan Sistem yang dirancang membentuk sebuah
sistem kendali dan habitat yang tidak menerapkan sistem pengendalian suhu dan kelembaban ruangan
sistem kendali. Selanjutnya dilakukan pengukuran yang dilakukan dengan cara mengatur kondisi
terhadap hasil panen yang diperoleh untuk ON/OFF kipas dan pompa berdasarkan input dari
kemudian dilakukan analisis mengenai peningkatan sensor yang diterima. Untuk keperluan monitoring,
produksi yang diperoleh. Selain itu dilakukan pula nilai suhu dan kelembaban yang diterima oleh
perhitungan terhadap biaya tambahan yang mikrokontroler dikirimkan ke komputer melalui
diperlukan selama sistem kendali beroperasi. MAX232. Gambar 2 adalah blok diagram dari
Sehingga diharapkan keefektifan penerapan sistem sistem pengendali suhu dan kelembaban ruangan
kendali pada budidaya jamur tiram dapat diketahui. yang akan dibuat untuk prototype kumbung jamur.
Langkah-langkah penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 1.
Perancangan hardware meliputi perancangan
rangkaian sensor suhu dan kelembaban, rangkaian
pengendali dan rangkaian actuator yang terdiri dari
kipas dan penyemprot air.Sedangkan perancangan
software meliputi pembuatan algoritme kendali di
dalam mikrokontroler.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan Gambar 2. Diagram blok sistem keseluruhan
tempat habitat jamur (kumbung). Rumah jamur ini
dibuat dengan ukuran 30cm x 30cm x 40cm, dan Perancangan Hardware
mampu memuat sampai dengan 3 buah baglog Rangkaian yang terlibat dalam sistem ini
jamur. istem yang telah selesai dibuat kemudian adalah rangkaian sensor, kendali mikrokontroler,
diimplementasikan ke rumah jamur ini. dan actuator.
Sensor yang digunakan untuk membaca
keadaan dalam ruangan jamur terdiri dari 2 sensor
yaitu sensor LM35 sebagai sensor suhu ruangan
serta sensor HSM 20G sebagai sensor pembaca
kelembaban ruangan. Sensor suhu LM35 ini dapat
mengukur suhu dari rentang -55oC – 150oC. Setiap
kenaikan 1oC akan menghasilkan tegangan keluaran
sebesar 10 mV. Sensor ini juga cukup mudah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 250


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

digunakan karena keluarannya dapat langsung


masuk ke pin ADC pada mikrokontroler.
Sensor HSM 20G merupakan sensor yang
bisa mengonversi nilai kelembaban ke dalam
tegangan keluaran. Batas masukan tegangan adalah
5±0,2 VDC, sementara batas keluaran tegangan 1-3
VDC dengan akurasi pengukuran ±5% RH serta
operasi arus maksimum 2mA. Sensor ini perlu
diberikan rangkaian RC seperti ditunjukkan pada
gambar 3 agar dapat bekerja sesuai fungsinya.
Sensor ini cukup mudah digunakan karena
tegangan keluaran berbanding lurus dengan
kelembaban sebagaimana ditunjukkan dalam grafik Gambar 4. Grafik hubungan kelembaban dengan
hubungan kelembaban dengan tegangan keluaran di tegangan keluaran
gambar 4. Karena data yang diperoleh berupa
tegangan, maka perlu dikoversikan agar data yang Pusat kendali sistem ini menggunakan
terbaca berupa nilai RH melalui port ADC pada mikrokontroler tipe AVR ATMega16.Tipe
mikrokontroler mikrokontroler ini telah terintegrasi dengan
rangkaian LCD dan rangkaian komunikasi serial.
LCD berfungsi untuk menampilkan berbagai menu
yang telah terprogram. Seangkan rangkaian
komunikasi serial yang didukung dengan MAX232
berfungsi sebagai jalur data yang dikirim dari
pengendali ke komputer untuk keperluan
pengolahan dan perekaman data.
Port I/O yang digunakan meliputi port ADC
sebagai port untuk membaca input sensor LM35
dan sensor HSM 20G. Selain itu penggunaan port
input pada sistem minimum digunakan untuk
masukan push button sebagai tombol pengaturan.
Secara keseluruhan rangkaian sistem kendali suhu
dan kelembaban ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 3. Rangkaian sensor HSM 20G

Gambar 5. Rangkaian sistem pengendali suhu dan kelembaban

Aktuator yang digunakandalam sistem ruangan berada di atas suhu yang ditentukan. Kipas
kendali suhu dan kelembaban ini adalah kipas dan ini terhubung dengan port B.7 di mikrokontroler.
penyemprot air. Kipas berfungsi apabila suhu Karena rentang suhu yang ditentukan adalah 23° -

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 251


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

28°C dan suhu di Yogyakarta tidak mungkin di tunas bakal calon jamur tiram hingga menjadi
bawah 23°C maka tidak perlu dipasang alat jamur tiram yang siap untuk dipanen.
pemanas yang berfungsi untuk menaikkan suhu
ruangan jika ia di bawah 23°C.
Aktuator yang berfungsi untuk menjaga
kelembaban adalah penyemprot air. Penyemprot air
ini bekerja apabila kelembaban udara di 65%.
Menurut pemantauan BMG, kelembaban udara di
Jogjakarta bergantung pada musimnya. Rata-rata
kelembaban udara adalah 74% dan dapat turun
sampai dengan 60% pada musim kemarau dan naik
sampai dengan 94% pada musim hujan. Pada saat
kelembaban udara naik, suhu lingkungan juga naik
sehingga otomatis kipas akan bekerja. Kipas yang
bekerja akan menurunkan suhu dan kelembaban
yang ada di dalam ruangan. Sehingga tidak
diperlukan sebuah aktuator yang berfungsi untuk
menurunkan kelembaban pada saat kelembaban
tinggi dan suhu udara rendah.

Perancangan Software
Dalam pembuatan perangkat lunak
(Software) menggunakan bahasa basic dengan
software Basic Compiler. Sedangkan untuk
keperluan monitoring digunakan Visual Basic 6.0
sebagai interface pada komputer sebagai penampil.
Di sini user dapat mengatur time sampling
pengambilan data pada komputer, menyimpan
grafik, dan menyimpan data ke dalam file excel.
Gambar 6 memperlihatkan diagram alir
proses pengendalian yang dilakukan oleh
mikrokontroler. Program ini diawali dengan
konfigurasi mikrokontroler dan I/O, kemudian
dilanjutkan dengan menunggu perintah user yang
dapat berupa pembacaan nilai suhu dan Gambar 6. Diagram alir program mikrokontroler
kelembaban, serta pengaturan batas nilai suhu dan
kelembaban. Suhu dan kelembaban yang terbaca
saat itu dapat disimpan di memori mikrokontroler
walaupun tidak semuanya. Sedangkan keseluruhan
data suhu dan kelembaban yang terukur akan
dikirimkan ke computer untuk disimpan dalam
bentuk file exel.

PerancanganKumbungJamur
Sistem yang telah dirancang diatas
kemudian diimplementasikan ke miniatur rumah
jamur dengan ukuran desain 30x30x40cm. Miniatur
ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7 berisi
alat kerja yang dibuat dan juga terdapat sampai
dengan 3 buah baglog jamur tiram sebagai obyek
penelitiannya. Pada miniatur tersebut juga dipasang
kipas sebagai pendingin ruangan dan penyemprot
air sebagai pengontrol kelembaban ruangan. Waktu Gambar 7.Prototypekumbungjamur
penelitian dilakukan mulai dari proses tumbuhnya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 252


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

Gambar 8. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ditunjukkan pada tabel 3. Dengan asumsi tarif
Untuk keperluan pengujian dibuat dua buah listrik sebesar Rp. 485/kWh mata total biaya listrik
rumah jamur yang masing-masing dapat diisi yang digunakan adalah Rp 31,83.
sampai dengan tiga buah baglog jamur. Sebuah
rumah jamur dilengkapi dengan sistem kendali Tabel 1. Tegangan dan arus yang digunakan oleh
suhu dan kelembaban dan rumah jamur lainnya sistem kendali suhu dan kelembaban
tanpa sistem kendali. Komponen
Tegangan Arus Daya
Baglog yang telah diberi dua buah lubang (Volt) (Ampere) (Watt)
dimasukka kebaglog pada tanggal 10 Oktober Mikrokontroler 4,92 0,1 0,492
2012.Tunas jamur Tiram mulai tumbuh pada Kipas 11,87 0,1 1,187
keesokan harinya. Sehingga monitoring suhu dan Pompa 11,87 0,5 5,935
kelembaban dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012
pukul 08.42 sampai dengan 15 Oktober 2012 pukul
07.05. Daerah pengujian ini berada di daerah Besi, Tabel 2. Durasi suhu dan kelembaban diluar batas
Sleman. yang ditetapkan
Hasil monitoring pada hari pertama sampai Durasi suhu di Durasi kelembaban
Hari
luar batas di luar batas
dengan hari keempat ditunjukkan pada gambar 8.
Hari ke-1 ± 1,4 jam ± 1,1 jam
Karena data suhu dan kelembaban di-monitoring
Hari ke-2 ± 0,9 jam 0
setiap 1 menit maka selama kurang lebih 4 hari Hari ke-3 ± 2,7 jam ± 0.3 jam
terdapat lebih dari 5000 data yang tersimpan di Hari ke-4 ± 3,5 jam 0
dalam komputer. Kemudian dari grafik tersebut Total ± 8,5 jam ± 1,4 jam
juga dapat dilihat waktu-waktu kipas dan
penyemprot air bekerja. Karena suhu tertinggi Tabel 3. Perhitungan konsumsi daya sistem kendali
harian berada di siang hari, maka kipas rata-rata Daya Durasi
bekerja di siang hari. Sedangkan kelembaban Komponen kWH
(Watt) (Jam)
rendah terjadi di sore hari, sehingga pompa Mikrokontroler 0,492 96 0,047232
penyemprot air rata-rata bekerja di sore hari. Kipas 1,187 8,5 0,010089
Tabel 1 menunjukkan tegangan dan arus Pompa 5,935 1,4 0,008309
yang digunakan oleh sistem mikrokontroler, kipas Total keseluruhan  0,0656
dan pompa penyemprot air. Sedangkan durasi nilai Setelah 4 hari maka jamur tiram sudah pada
suhu dan kelembaban yang melebihi batas nilai posisi siap panen sebagaimana ditunjukkan pada
yang ditetapkan ditunjukkan pada tabel 2. Dari gambar 9. Hasil pengukuran berat hasil panen pada
tabel 1 dan tabel 2 tersebut dapat dihitung konsumsi jamur yang menggunakan sistem kendali suhu dan
daya yang digunakan oleh sistem sebagaimana kelembaban diperoleh nilai 113 gram. Sedangkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 253


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

pada jamur yang tidak menggunakan sistem kendali tegangan layak diterapkan pada budidaya jamur
suhu dan kelembaban diperoleh hasil panen Tiram di daerah Jogjakarta.
sebanyak 85 gram. Dengan demikian ada selisih 28
gram untuk setiap baglog pada satu kali panen.
DAFTAR PUSTAKA

Sofwan, A, 2005. Rancang Bangun Sistem


Pengendali Suhu Dan Kelembaban Udara
Pada Rumah Walet Berbasis Mikrokontroler
AT89C51, Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi (SNATI), Jakarta.

Hermawan, Pandu Mayor, 2006. Sistem


Pengkondisi Suhu Dan Kelembaban Udara
Pada Ruangan Menggunakan
Mikrokontroler At89c51, Skripsi, tidak
dipublikasikan, Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Gambar 9. Jamur tiram siap panen Kusworo, 2006. Sistem Penyiraman Otomatis
Secara Kontinu Dengan Mikrokontroler
Dengan asumsi bahwa satu baglog dapat AT89C51, Skripsi, Jurusan Teknik Elektro,
dilakukan panen sampai 5 kali, maka untuk 100 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
baglog terdapat selisih hasil panen sebesar 11,2kg.
Dengan harga jamur tiram Rp.8000/kg, maka
terdapat selisih keuntungan antara sistem dengan Rahmat, Suryani, Nurhidayat, 2011. Untung Besar
dan tanpa pengaturan suhu dan kelembaban sebesar Dari Bisnis Jamur Tiram, Jakarta : Penerbit
Rp.112.000,00. Dengan memasukkan komponen AGROMEDIA.
konsumsi listrik untuk 5 kali panen maka diperoleh
selisih keuntungan sebesar Rp.111.840,00. Nilai ini Putra, Agfianto Eka, 2010. Tips Dan Trik
bias diperbesar dengan optimasi system kendali Mikrokontroler AT89 Dan AVR Tingkat
misalkan menghilangkan bagian LCD keypad, dan Pemula Hingga Lanjut, Yogyakarta:
interface ke komputer. Penerbit GAVA MEDIA

KESIMPULAN Setiawan, Afrie, 2011. 20 Aplikasi Mikrokontroler


Sistem pengendali suhu dan kelembaban ATMega 8535 Dan ATMega16
yang terdiri dari LM 35, HSM 20G, mikrokontroler Menggunakan BASCOM – AVR,
AVR ATMega16, kipas, dan penyemprot air telah Yogyakarta: Penerbit ANDI
dapat diimplementasikan pada prototype kumbung
jamur Tiram. Selanjutnya, dari hasil pengamatan PT. PLN, 2010.Tarif Tenaga Listrik yang
diperoleh bahwa sistem kendali suhu dan Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
kelembaban telah dapat bekerja dengan baik.Hal ini (PERSERO) PT PLN. di-download dari
ditunjukkan dengan nilai suhu dan kelembaban http://www.pln.co.id/dataweb/TTL%202010/
ruangan terjaga pada rentang nilai yang telah perpres%20no%208%20tahun%202011.pdfp
ditentukan. ada tanggal 4 September 2012.
Pengujian yang dilakukan pada sebuah
baglog jamur tiram dengan system pengendalian
suhu dan kelembaban diperoleh hasil 113 gram
berat jamur tiram. Sedangkan pada waktu yang
bersamaan untuk satu baglog lainnya yang tidak
menggunakan system pengendali diperoleh hasil
panen sebanyak 85 gram. Sehingga secara
ekonomis, untuk skala 100 baglog jamur tiram
dengan memperhitungkan konsumsi energi sistem
kendali yang dibuat untuk 5 kali panen, hasil jamur
tiram dengan sistem kendali diperoleh nilai
keuntungan sebesar Rp.111.840,00 lebih besar
daripada sistem yang tidak menggunakan sistem
kendali. Sehingga sistem pengendali suhu dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 254


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

MODEL PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KESEHATAN DI JAWA TIMUR


MELALUI INTEGRASI METODE SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA UNTUK
MENINGKATKAN KEPUASAN KONSUMEN

Hana Catur Wahyuni, Wiwik Sulistiyowati


Dosen Teknik Industri- Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
hana_catur@yahoo.co.id, w2kblue@yahoo.com

ABSTRAK
Kualitas layanan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen. Jika kualitas layanan yang dirasakan tidak sesuai
dengan harapan konsumen, maka konsumen tidak akan puas dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas layanan
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Penelitian bertujuan untuk merancang model peningkatan kualitas layanan kesehatan di Jawa Timur melalui
integrasi metode servqual, lean dan six sigma untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Obyek penelitian adalah RSUD Kab.
Sidoarjo, RSUD Kab. Pasuruan dan RSUD Kab. Nganjuk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lima dimensi
servquel, yaitu reliability,responsiveness,assurance, emphaty, dan tangibles dengan 25 atribut penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan semua atribut penelitian adalah valid dan reliabel, Berdasarkan metode servquel
diketahui bahwa prioritas perbaikan kualitas layanan terletak pada atribut kesabaran dan keramahan petugas dalam melayani
konsumen, kesabaran dan keramahan petugas dalam melakukan pemeriksaan, kesabaran petugas dalam mendengarkan
keluhan konsumen. Indentifikasi terhadap jenis waste, diketahui bahwa terdapat dua prioritas utama perbaikan waste yaitu
waiting dan defect. Selain itu, berdasarkan perhitungan six sigma diketahui bahwa level sigma untuk pelayanan kesehatan
adalah 3,8. Upaya perbaikan dilakukan berdasarkan variabel metode, manusia, material, mesin, dan lingkungan dengan
menggunakan metode 5W-1H.

Kata kunci: reliability,responsiveness,assurance, emphaty, tangibles, waiting, defect.

LATAR BELAKANG layanan kesehatan sehingga dapat memenuhi


Saat ini banyak fasilitas kesehatan tersebar keinginan konsumen dan memberikan kepuasan
di Indonesia, tetapi kualitas layanan masih bagi konsumen terhadap layanan kesehatan yang
cenderung kurang dari harapan masyarakat. telah diberikan.
Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu Menurut Gasper (2003 : 4) , kualitas
pelayanan kesehatan karena lambatnya pelayanan, memiliki banyak definisi yang berbeda dan
kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu. bervariasi. Secara konvensional dari kualitas
SUSENAS (2001.a) menyebutkan bahwa menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan produk, sedangkan secara strategik bahwa kualitas
kesehatan pemerintah untuk rawat jalan maupun adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
rawat inap semakin meningkat dari tahun ke tahun. keinginan atau kebutuhan pelanggan. Menurut
Kondisi ini menggambarkan bahwa kepuasan Crosby (1979 : 58) dalam Nasution (2004),
konsumen sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan. menyatakan bahwa kualitas adalah confomance to
Kualitas layanan merupakan kemampuan suatu requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau
organisasi dalam memenuhi harapan konsumen distandardkan.
(Parasuramant et al,1988). Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya
Untuk meningkatkan kualitas layanan, pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
maka diperlukan pemahaman tentang kebutuhan serta ketepatan penyampaiannya untuk
pelanggan (customer requariments) (Supranto, mengimbangi harapan pelanggan (Nasution,
1997). Selain itu, kesehatan sebagai industri jasa 2004:47). Terdapat lima dimensi utama yang
dituntut untuk mengutamakan kualitas pelayanan disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya
kepada pasien / konsumen, selain terpenuhinya sebagai berikut : (Parasuraman, Berry, Zeithaml,
fasilitas kesehatan dan tenaga medis. Dimensi 1990 : 26), yaitu : reliabilitas (reliability),
kuantitas dan kualitas jasa merupakan dimensi yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
tidak dapat dipisahkan dari proses pelayanan memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali
(Gronroos, 1990) tanpa membuat kesalahan apapun dan
Sejauh mana kualitas layanan kesehatan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang
telah memenuhi harapan konsumen, dapat dilihat disepakati, daya tanggap (responsiveness),
dengan melakukan assesment terhadap kualitas berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para
layanan. Hasil assessment tersebut digunakan untuk karyawan untuk membantu para pelanggan dan
merumuskan suatu model peningkatan kualitas merespon permintaan mereka, serta menginforma-

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 255


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian program yang menggunakan analisis data untuk
memberikan jasa secara cepat. Jaminan mencapai proses bebas defect dan untuk
(assurance), yakni perilaku para karyawan mampu mengurangi variasi. DMAIC adalah sekumpulan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap alat yang digunakan untuk mengidentifikasi,
perusahaan, dan perusahaan bisa menciptakan rasa analisis, dan mengeliminasi sumber variasi dalam
aman bagi para pelanggannya. Empati (empathy), sebuah proses. Six sigma melakukan perbaikan
berarti perusahaan memahami masalah para terhadap masalah yang terjadi dengan fokus pada
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan faktor penyebab masalah. Six sigma adalah strategi
pelanggan, serta memberikan perhatian personal bisnis yang didalamnya disediakan peralatan untuk
kepada pelanggan dan memiliki jam operasi yang memperbaiki kemampuan dari bisnis prosesnya
nyaman. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan (Yang, 2005).
daya tarik fasilitas, perlengkapan, dan materialyan Prinsip lean six sigma adalah segala aktivitas
digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. yang menyebabkan critical-critical-to-quality pada
Sedangkan, lean merupakan sekumpulan konsumen dan hal-hal yang mnyebabkan waste
peralatan dan metode yang dirancang untuk delay yang lama pada setiap proses merupakan
mengeliminasi waste, mengurangi waktu tunggu, peluang/ kesempatan yang sangat baik untuk
memperbaiki performance, dan mengurangi biaya melakukan perbaikan dan peningkatan dalam hal
(william, 2006). Lean adalah suatu upaya terus- biaya, kualitas, modal, dan lead time (george,
menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) 2002). Lean six sigma merupakan kombinasi antara
dan meningkatkan nilai tambah (value added) lean dan six sigma didefinisikan sebagai suatu
produk (barang dan/atau jasa) agar memberikan filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik
nilai kepada pelanggan (customer value) Gaspersz, untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
2007). Tujuan dari lean adalah untuk pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang
mengeliminasi waste semua proses dan tidak bernilai tambah (non value added activities)
memaksimalkan efisiensi proses (Yang, 2005). melalui peningkatan terus-menerus secara radikal
Lean berfokus pada peningkatan terus-menerus untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma, dengan
customer value melalui identifikasi dan eliminasi cara mengalirkan produk (material, work-in-
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah yang process, output) dan informasi menggunakan sistem
merupakan pemborosan (waste). tarik dari pelanggan internal dan eksternal untuk
Tujuh waste menurut Shigeo Shingo (Hines mengejar keunggulan dan kesempurnaan berupa
and Taylor, 2000) yaitu: defect adalah cacat atau hanya memproduksi 3,4 cacat untuk setiap satu juta
kegagalan pada suatu proses produksi, kesempatan atau operasi (Gaspersz, 2007).
transportation, pergerakan dari orang, informasi
atau barang yang berlebihan menyebabkan TUJUAN
pemborosan waktu, biaya dan usaha, Tujuan yang akan dicapai dengan
overproduction,melakukan produksi terlalu banyak dilaksanakannya penelitian ini adalah:
daripada yang dibutuhkan, waiting, periode yang 1. Melakukan identifikasi terhadap kondisi riil
lama terhadap ketidak aktifan orang, informasi atau layanan kesehatan di Jawa Timur berdasarkan
barang sehingga menghasilkan idle time, dimensi servquel.
processing, penambahan aktivitas tetapi tidak 2. Melakukan indentifikasi terhadap jenis – jenis
memberikan nilai tambah pada produk yang waste (pemborosan) pada layanan kesehatan
dihasilkan, motion, pengaturan peralatan dan di Jawa Timur.
tempat kerja yang tidak ergonomis, inventory, 3. Mengetahui level sigma pelayanan kesehatan
persediaan yang melampaui batas pada suatu aliran di Jawa Timur.
proses produksi. 4. Menyusun model peningkatan kualitas
Six sigma adalah suatu besaran (metric) yang layanan kesehatan melalui integrasi metode
dapat kita terjemahkan sebagai suatu proses servquel, lean dan Six Sigma untuk
pengukuran dengan menggunakan tools-tools meningkatkan kepuasan konsumen.
statistic dan teknik untuk mengurangi cacat hingga
tidak lebih dari 3,4 DPMO (Defect per Million METODE
Opportunities) atau 99,99966 persen difokuskan Penelitian ini merupakan penelitian survei
untuk mencapai kepuasan pelanggan. Six sigma yang dilakukan pada 3 Rumah Sakit (RS), yaitu
adalah pendekatan disiplin yang berdasarkan pada RSUD Kab. Sidoarjo, RSUD Kab. Pasuruan dan
lima tahap, yaitu Define, Measure, Analyze, RSUD Kab. Nganjuk. Pengumpulan data dilakukan
Improve, dan Control (Hargrove and Burge,2002). melalui: (1) kuisioner, yang berisi tentang
Menurut Woodard (2005), Six sigma adalah sebuah pertanyaan-pertanyaan berupa atribut-atribut yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 256


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mempengaruhi kepuasan konsumen. Atribut-atribut rapi, tempat parkir yang rapi dan aman,
tersebut mewakili dari dimensi-dimensi yang ada ketersediaan dan kelengkaan obat di apotik,
pada kualitas layanan (tangible, responsiveness, kelengkaan peralatan pemeriksaan, kerapian
reliable, assurance, dan empathy) dan Pengukur- petuggas pelayanan. Dimensi reliability terdiri dari
annya menggunakan skala likert yang terdiri dari keteatan waktu buka loket, lamanya waktu
lima poin, dimulai poin 1 sangat tidak penting pelayanan petugas loket, lamanya waktu pelayanan
sampai poin 5 sangat penting untuk mengukur petugas pemeriksaan, lamanya waktu pelayanan
tingkat kepentingan. (2) Wawancara, kepada pihak- petugas apotik, besarnya biaya pengobatan, petugas
pihak yang mengerti tentang sistem layanan yang melakukan perusahaan. Dimensi resonsiveness
ada dilakukan untuk mengerti dan mengetahui terdiri dari kemamuan dan kecekatan petugas dalam
kondisi existing perusahaan. (3) Data historis, untuk menanggapi keluhan konsumen, menjawab
mengetahui jumlah keluhan konsumen, perbaikan pertanyaan konsumen, menjelaskan hasil
yang dilakukan berdasarkan keluhan konsumen, pemeriksaan kepada konsumen. Dimensi assurance
serta informasi lain dalam bentuk dokumen. terdiri dari: keramahan etugas dalam melayani
Setelah data-data terkumpul, maka untuk konsumen, ketramilan dan keahlian petugas loket
mengetahui tingkat kepuasan konsumen, pada tahap dalam melayani konsumen, ketramilan dan
define dilakukan identifikasi atribut-atribut kecekatan petugas dalam memeriksa konsumen,
kepuasan konsumen, Voice of customer yang kejelasan dalam meberikan informasi tentang
diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada rincian biaya, dan tentang tindak lanjut emeriksaan.
konsumen, Mengidentifikasi produk layanan yang Dimensi emphaty terdiri dari kesabaran dan
diberikan, menggambar value stream, value stream keramahan etugas dalam melayani konsumen,
menggambarkan aliran proses layanan itu sedang melakukan pemeriksaan, mendengarkan keluhan
berlangsung. Dengan adanya value stream, maka konsumen, konsumen mudah untuk menyampaikan
dapat dilihat dan diketahui proses-proses apa yang saran/ keluhan ke RS.
tidak mempunyai nilai tambah bagi konsumen. Jumlah sampel yang digunakan adalah 130
Pada tahap measure dilakukan: Menghitung resonden, dengan rincian 50 responden dari RSUD
nilai gap yang terjadi, Mengidentifikasi waste Kab. Sidoarjo, 40 responden dari RSUD
berdasarkan nilai gap negatif tertinggi, menentukan Kab.Pasuruan dan 40 responden dari RSUD Kab.
critical to quality (CTQ), yang berasal dari hasil Nganjuk.
pembobotan dan urutan waste yang terjadi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
Mengukur kapabilitas proses, pengukuran ini atribut penelitian valid dan reliabel. Hasil
berdasarkan CTQ yang telah diidentifikasi perhitungan gap digunakan untuk menentukan
sebelumnya, maka setelah itu dilakukan prioritas perbaikan dan merupakan tahap awal
pengukuran kapabilitas proses terhadap CTQ yaitu proses six sigma (define). Hasil penelitian
waste tertinggi atau tertinggi hasil pembobotan. menunjukkan bahwa priritas perbaikan
Pada tahap analisa hasil pengolahan data, hal sebagaimana tabel berikut ini:
yang dilakukan adalah : menganalisa faktor-faktor
penyebab waste yang berpengaruh terhadap kinerja Tabel 1. Prioritas Perbaikan
kualitas layanan dan nantinya akan mempengaruhi Dimensi Prioritas Atribut
kepuasan konsumen total, menganalisa kapabilitas Ke
proses yang berasal dari CTQ yang merupakan Emphaty 1 Kesabaran dan
waste yang mempunyai nilai waste (Empati) keramahan petugas
terbobot,tertinggi, Setelah menganalisa hasil dalam melayani
pengolahan data, maka dilakukan improve, dengan konsumen
cara memberikan usulan perbaikan pada kualitas 2 Kesabaran dan
layanan. Usulan perbaikan ini di titik beratkan pada keramahan petugas
atribut yang mempunyai nilai gap negatif tertinggi dalam melakukan
dan pada waste yang mempunyai tingkat hasil pemeriksaan
pembobotan tertinggi. 3 Kesabaran petugas
dalam mendengarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN keluhan konsumen
Atribut yang digunakan dalam penelitian Sumber: pengolahan data
terdiri dari 5 dimensi kualitas dengan 25 atribut,
yaitu dimensi tangible terdiri dari: kebersihan dan Selanjutnya, disusun big picture mapping
kenyamanan ruang tunggu, jumlah loket pelayanan terhadap alur fisik dan alur informasi layanan
yang memadai, tata letak ruangan yang indah dan kesehatan, dan bertujuan untuk mengindentifikasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 257


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

waste yang terjadi selama proses pelayanan. Hasil Tahap selanjutnya adalah analyze untuk
big picture mapping diketahui bahwa kegiatan yang menggambarkan penyebab terjadinya kecatatan.
termasuk dalam value added sebesar 50%, non Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab
value added 30% dan necessary not valued added waiting adalah:
sebesar 20%. 1. Manusia (Petugas)
Penelitian ini menggunakan 7 jenis waste, a. Waktu yang diperlukan petugas untuk
yaitu: over production, defect, unnecessary mencari berkas status pasien di ruang status
inventory, inaprociate processing, excessive terlalu lama, karena berkas status pasien
transportation, waiting dan unnecessary motion. tidak dilengkapi dengan kodefikasi tertentu
Melalui kuisioner yang disebarkan pada petugas yang memudahkan pencarian.
layanan kesehatan, diketahui bahwa waste yang b. Pemisahan berkas status pasien pada meja
paling sering muncul sehingg menjadi prioritas tertentu, kondisi ini mengakibatkan besarnya
perbaikan adalah waiting. waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan
Hasil indentifikasi waste digunakan untuk berkas status pasien, akibatnya pasien tiba
merumuskan critical to quality (CTQ), dimana lebih dulu dipoli sedangkan berkas belum
CTQ untuk waiting adalah waktu menunggu sampai dipoli.
konsumen diloket pendaftaran, menunggu untuk c. Petugas pemeriksa tidak datang tepat waktu.
dilayani di poli dan menunggu di apotik.
Hasil interview menunjukkan bahwa 2. Metode
a.Keluhan yang berkaitan dengan waiting rata – a. Metode pencarian, pencatatan dan pemisahan
rata terjadi ± 40 keluhan per bulan, sehingga dilakukan secara manual dan terpisah
jumlah keluhan waiting tercatat 120 keluhan sehingga memperpanjang waktu proses.
untuk 3 bulan (Juni, Juli, Agustus). b. Belum ada metode pemberian kodefikasi yang
Data tersebut digunakan untuk menghitung spesifik untuk memudahkan pencarian berkas
kapabilitas proses (measure), sebagaimana tabel status pasien.
berikut ini: c. Tidak ada jalur khusus (rute) bagi petugas
Tabel 2 pengirim untuk mengirimkan berkas status
L Aktivitas Persamaan Hasil dari ruang berkas ke poli, yang terjadi rute
1 Proses - Waiting pengiriman sesuai keinginan petugas yang
2 Banyak - 120 sedang bertugas saat itu.
gangguan
3 Berapa banyak - 5 3. Mesin (peralatan)
keluhan yang a. Dalam melakukan pencarian berkas status
terselesaikan pasien, petugas tidak dilengkapi oleh peralatan
4 Tingkat (Langkah 3)/ 0,041667 tertentu, sehingga hasil pencarian
kecacatan (Langkah 2) digabungkan menjadi satu.
5 Tentukan Banyaknya 3 b. Belum ada dokumen standar waktu
banyaknya karakteristik penyelesaian proses pada masing – masing
CTQ CTQ bagian sebagai alat evaluasi pelayanan, misal
6 Hitung (Langkah 4)/ 0,013889 standar waktu penyiapan berkas pasien,
peluang (Langkah 5) standar waktu pemeriksaan, standar waktu
tingkat penyiapan obat dll.
kecacatan
7 Hitung (Langkah 6) 13889 4. Lingkungan
kemungkinan x 1.000.000 Ruang tunggu di poli dan apotik kurang nyaman
cacat per satu bagi pasien
juta Tahap improve dilakukan untuk memperbaiki
kesempatan kondisi sebagaimana yang dijelaskan pada tahap
8 Konversi Tabel 3,7 analyze. Pada penelitian ini, improve dilakukan
DPMO konversi dengan menggunakan metode 5W-1H yang terdiri
(Langkah 7) dari what (apa), why (mengapa), where (dimana),
ke nilai sigma when (kapan), who (siapa) dan how (bagaimana).
9 kesimpulan Nilai sigma 3,7 Hasil 5W-1H menunjukkan bahwa usulan
perbaikan untuk mengurangi waiting adalah sebagai
berikut:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 258


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1. Menyusun berkas dengan kodefikasi yang Mariah dalam Asmuni (2008) menyebutkan
spesifik, misalkan menggunakan warna bahwa untuk mengefisiensikan waktu dalam
tertentu, memberikan keterangan pelayanan pasien adalah dengan penyederhanaan
tambahan pada rak, menghubungkan prosedur kerja terhadap kegiatan yang tidak
berkas dengan SIM RS. produktif. Meskipun saat ini belum ada standar
2. Petugas membawa tempat (keranjang) saat tentang waktu tunggu, tetapi akan lebih baik jika
mencari berkas, sehingga hasil pencarian layanan kesehatan (rumah sakit) dapat
dapat langsung dipisahkan menurut poli meminimalkan waktu tunggu sehingga pasien akan
tujuan. merasa puas, sebab pasien akan merasa kurang puas
3. Melakukan evaluasi pada petugas jika pasien harus antri lama di suatu layanan
berkaitan dengan tingkat kedatangan, jika kesehatan (Dhamanti, 2006).
perlu memberikan sangsi yang tegas. Hasil penelitian terhadap perhitungan nilai sigma
4. Membuat standar waktu pelayanan untuk pada layanan kesehatan di ketiga RSUD
masing – masing bagian. menunjukkan bahwa mutu layanan kesehatan
5. Melengkapi ruang tunggu pasien dengan berada pada sigma 3,8. Hasil penelitian ini tidak
TV, majalah atau koran untuk memberikan jauh berbeda dengan penilaian sigma yang
hiburan bagi pasien. dilakukan oleh Azizurrochmah, Hidayatullaili,
Tahap akhir six sigma adalah dengan 2008, yang menghasilkan nilai sigma 3,342 untuk
melakukan control management, yaitu dengan kualitas layanan di RSUD Dr Iskak Tulungagung
adanya pendokumentasian praktek – praktek dan level sigma 3,11 untuk sebuah rumah sakit di
standar berdasarkan hasil – hasil pengukuran yang Malang (Friyanto, 2012). Nilai tersebut
telah dilakukan, pelatihan dalam rangka menunjukkan bahwa kinerja bisnis pada layanan
implementasi praktek – praktek standar tersebut, kesehatan masih berada pada level 3 sigma,
dan melakukan pemantauan terhadap pencapaian sehingga harus dilakukan berbagai macam upaya
tingkat kepuasan konsumen sabagai tujuan utama peningkatan menuju level 6 sigma. Gaspersz dan
perusahaan. Fontana (2011) menjelaskan bahwa jika kinerja
Hasil penelitian searah dengan hasil penelitian bisnis berada pada level 3 sigma maka dibutuhkan
Anas, Abdullah (2008) yang menyatakan bahwa 21.000 kali peningkatan untuk menuju six sigma
ketanggapan petugas merupakan hakekat dasar atau dengan kata lain semakin tinggi kapabilitas
mutu layanan kesehatan dalam memenuhi mutu dan sigma maka semakin tinggi pula upaya
tuntutan para pemakai jasa layanan kesehatan yang peningkatannya agar mencapai keunggulan dan
apabila dipenuhi dapat menimbulkan rasa puas kesempurnaan. Untuk peningkatan dari 5 sigma
terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan, menjadi 6 sigma akan lebih tinggi dari pada upaya
sehingga meskipun hasil akhir (outcome) layanan peningkatan 4 sigma menjadi 5 sigma, juga lebih
kurang sesuai dengan harapan pasien, maka pasien tinggi daripada upaya peningkatan 3 sigma menjadi
masih dapat memahami dan tetap dapat merasakan 4 sigma.
kepuasan karena dilayani dengan sikap dan perilaku Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
yang menghargai perasaan dan martabat pasien. harus dilakukan berbagai macam perbaikan untuk
Lebih dari itu, Kepuasan konsumen terhadap mencapai level 6 sigma sehingga dapat
layanan kesehatan berakibat pada penurunan meningkatkan kepuasan pasien yang berkunjung ke
jumlah kunjungan pasien, karena tingkat kepuasan layanan kesehatan. Pada saat ini, diberbagai
pasien yang rendah mengakibatkan pasien tidak organisasi/ perusahaan penyedia layanan kesehatan
akan menggunakan jasa layanan kesehatan yang telah menjadikan pasien sebagai prioritas utama,
disediakan (Hafizurrachman, 2009). karena pasien merupakan konsumen yang harus
Senada dengan Zeithmal dan Binner dalam diperhatikan. Kondisi saat ini berbeda dengan
Sulikah,Mawarni, 2011 menyatakan bahwa untuk kondisi pada beberapa tahun yang lalu. Dimasa
pasar konsumen kesehatan masalah reputasi lalu, pasien akan tetap datang pada suatu tempat
kesehatan yang dituju pasien, reputasi dilihat dari layanan kesehatan meskipun tidak terpuaskan,
pengetahuan, ketrampilan dan kepercayaan pasien tetapi saat ini pasien mempunyai kebebasan dalam
terhadap tim pendukung institusi kesehatan. mengakses dan memiliki berbagai pilihan dimana
Dengan adanya petugas layanan kesehatan yang harus melakukan pengobatan, sehingga kualitas
mempunyai pengetahuan dan kompetensi maka layanan memegang peran penting untuk
dapat lebih pro aktif dalam memberikan solusi, mempengaruhi pilihan pasien (Bandyopadhyay,
saran dan arahan berkaitan dengan keluhan yang Coppens, 2005).
dihadapi pasien (Al Arifi, 2012). Perbaikan kualitas layanan kesehatan dapat
memberikan pengaruh dibeberapa aspek pada

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 259


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

layanan kesehatan, antara lain: mengurangi biaya ACKNOWLEDGEMENTS


operasional, mengurangi waktu lama tinggal pasien Penulis mengucapkan terima kasih kepada
di rumah sakit, sehingga jumlah pasien terlayani DIRJEN DIKTI yang telah membiayai penelitian
dapat ditingkatkan, memperlancar arus pelayanan ini untuk skim Hibah Bersaing 2012.
sehingga mengurangi waktu tunggu pasien,
meningkatkan nilai akreditasi rumah sakit sebagai DAFTAR PUSTAKA
penilaian kinerja yang dilakukan oleh pihak Al Arifi.M.N. 2012. Patiens Perception,Views And
eksternal, meningkatkan kompetensi sumber daya Satisfaction With Pharmacists Role As Health
sehingga dapat dijadikan rujukan bagi pihak lain Care Provider Community Pharmacy Setting
yang sedang melakukan program peningkatan at Riyadh, Saudi Arabia. Saudi
kualitas layanan (Craven et.al, 2006). Pharmacaeutical Journal 20, pp 323-330.
Anas A, Abdullah A.Z.2008. Studi Mutu Pelayanan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan Kepuasan Pasien di Klinik gigi
Berdasarkan hasil penelitian, maka dan Mulut RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: Makasar. Dentofasial Vol 7 No 2. Oktober.
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kondisi 99-106.
riil layanan kesehatan saat ini menunjukkan Bandyopadhyay, Coppens. 2005. Six Sigma
bahwa petugas pelayanan kesehatan Approach To Healthcare Quality And
merupakan center point dalam proses Productivity Management. Internasional
peningkatan kualitas layanan kesehatan. Journal Of Quality & Productivity
Sebab, hasil penelitian berdasarkan dimensi Management Vol 5 No 1. Desember.
servquel menunjukkan bahwa prioritas Craven. Clark. Cramer. Corwin. Cooper. 2006. New
perbaikan layanan kesehatan difokuskan pada York, Presbiterian Hospital Uses Six Sigma
3 hal penting, yaitu: kesabaran dan keramahan To Build A Culture Of Quality And
petugas dalam melayani konsumen, kesabaran Innovation, Journal Of Organisational
dan keramahan petugas dalam melakukan Excellence.
pemeriksaan, kesabaran petugas dalam Dhamanti, Inge. 2006. Analisis Faktor Yang
mendengarkan keluhan konsumen. Mempengaruhi Waktu Tunggu Pelayanan Di
2. Hasil indentifikasi terhadap jenis waste pada Rekam Medis Rawat Jalan (Studi Rekam
layanan kesehatan menunjukkan bahwa jenis Medis Rawat Jalan RSU Haji Surabaya).
waste yang menjadi prioritas perbaikan untuk Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan.
meningkatkan kualitas layanan adalah waiting Vol 4 No 2. Mei- Agustus. 82-91.
dan defect. Friyanto.2012. Analisis Pengukuran Kinerja
3. Hasil penelitian terhadap perhitungan nilai Dengan Rerangka Model Integrasi
sigma pada layanan kesehatan di ketiga RSUD Balancescoredcard dan Six Sigma (Studi
menunjukkan bahwa mutu layanan kesehatan Kasus Pada Rumah Sakit X di Malang). Media
berada pada sigma 3,8, sehingga untuk Bina Ilmiah. Vol 6 No 5. September. 7-12.
meningkatkan kualitas menuju sigma 6 harus Gaspersz, Vincent, Fontana (2011), Lean Six sigma
melakukan berbagai bentuk perbaikan. for Manufacturing and Service Industries,
4. Model peningkatan kualitas layanan terdiri Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
dari 3 tahap, yaitu: tahap existing condition, Jakarta.
waste indentification dan quality George, Michael L, (2002), Lean Six sigma :
improvement. Combining Six sigma Quality With Lean
Saran Speed., New York : McGraw-Hill.
1. Rumah sakit sebagai unit usaha yang bergerak Hafizurrachman. 2009. Kepuasan Pasien dan
dalam bidang layanan kesehatan seharusnya Kunjungan Ke Rumah Sakit. Jurnal
segera mengurangi berbagai bentuk waste Kesehatan Masyarakat Nasional, KESMAS,
yang terjadi selama proses pelayanan, agar Vol 4 No 1. Agustus. 10-17.
pelayanan dapat dilakukan dengan efektif dan Gronroos C, (1990), Service Management and
efisien untuk meningkatkan kepuasan Marketing, Lexington, MA, Maquarie Books.
konsumen. Nasution, N.M, (2004) Manajemen Jasa Terpadu,
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan Bogor : Ghalia Indonesia, Bogor.
menggunakan metode yang berbeda untuk Supranto, 1997, Pengukuran tingkat kepuasan
perbaikan (improvement),misalnya dengan pelanggan untuk menaikkan pangsa pasar,
metode 5s, FMEA dll. menentukan kebutuhan pelanggan, Rineka
cipta, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 260


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Parasuraman, A., Berry, L., Zeithaml, V., (1985), Woodard, T., (2005), Addressing Variation in
Quality Counts in Service, Too, Business Hospital Quality : Is Six sigma The Answer?,
Horizons. Journal of Healthcare Management, Vol.50.
William, T., (2006), Lean Sigma, Circui Tree, Yang, Kai., (2005) Design For Six sigma For
Vol.19. Service, USA : The McGraw-Hill
Companies.Inc.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 261


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PENAMBAHAN KROM DAN PRES TEMPA TERHADAP KEKERASAN,


KEAUSAN
DAN STURKTUR MIKRO BALL MILL

Sumpena1), Subarmono2), R.Soekrisno3)


1)
Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2,3)
Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik
UniversitasGadjah Mada Yogyakarta
1)
Email: sumpenast@yahoo.co.id
2)
Email: barmono_sbr@yahoo.com
3)
Email: soekrisno67@gmail.com

ABSTRAK
Dalam proses pembuatan semen dari bahan baku hingga menjadi semen yang siap pakai melalui
berbagai macam proses. Salah satunya adalah proses finish mill, tahap akhir dalam proses pembuatan semen
dengan menggunakan bola - bola baja (ball mill) agar diperoleh serbuk sangat halus ±100-300 µm. Pabrik
semen di Indonesia sampai saat ini masih import bola baja padahal kita sudah mampu membuat sendiri. Dengan
perkembangan teknologi saat ini maka dapat dilakukan peningkatan kualitas ball mill dengan penambahan krom
dan proses tempa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan krom dan tempa
terhadap sifat mekanik pada ball mill hasil pengecoran dengan bahan baku sekrap baja karbon rendah.
Bakal calon ball mill di cor dalam bentuk ellips dengan tiga variasi komposisi persentase krom. Bakal
calon ball mill di oven pada temperatur 1200oC ditahan 120 menit kemudian di tempa dengan mesin pres tempa
hidrolik kapasitas 20 ton dengan menggunakan dies tertutup sehingga ball mill ellips terdeformasi menjadi
bentuk bola. Untuk keperluan pengujian ball mill di belah menjadi dua, di mounting, di amplas, di autosol dan di
lakukan pengujian kekerasan, keausan dan struktur mikro.
Hasil pengujian menunjukan bahwa tempa menaikan kekerasan di tepi atau di permukaan ball mill
sekitar 19,95 - 26,12% lebih keras. Sedang di pusat 26,38 – 35,95% lebih keras. Ball mill kandungan Cr 6,67%
mempunyai kekerasan VHN 520,11 kg/mm2, kandungan Cr 8,38% kekerasan VHN 523,56 kg/mm2, kandungan
Cr 14,46% kekerasan 560,06 kg/mm2, dengan kandungan karbon antara 0,7 - 0,8%. Uji keausan menunjukan
kandungan Cr 6,67% mengalami pengurangan berat 29,49%, kandungan Cr 8,38% pengurangan berat 22,15%
dan kandungan Cr 14,46% pengurangan berat 9,62%. Hasil pengamatan struktur mikro menunjukan bahwa
struktur terdiri dari ferit, perlit dan karbida krom.

Kata Kunci: benda coran bentuk ellips, pres tempa, ball mill, sifat mekanik

LATAR BELAKANG – sifat dari benda coran diantaranya adalah


Dalam proses pembuatan semen dari bahan pelunakan, penormalan, pengerasan, penemperan
baku hingga menjadi semen yang siap pakai (Surdia dan Chijiwa, 1996). Cara lain untuk
melalui berbagai macam proses. Salah satunya memperbaiki sifat-sifat dari logam adalah
adalah proses finish mill, tahap akhir dalam proses perlakuan pengerjaan panas (hot working) salah
pembuatan semen dengan menggunakan bola - bola satunya tempa. Tempa (forging) termasuk metode
baja (ball mill) agar diperoleh serbuk sangat halus treatment untuk memperbaiki sifat logam dari hasil
±100-300 µm. Pabrik semen di Indonesia sampai pengecoran, karena logam hasil pengecoran cetakan
saat ini masih import bola baja padahal kita sudah pasir umumnya mempunyai sifat belum sesuai yang
mampu membuat sendiri. Dengan perkembangan diinginkan.
teknologi saat ini maka dapat dilakukan Tempamerupakan proses pengerjaan material
peningkatan kualitas ball mill dengan penambahan yang dilakukan dengan cara mengubah bentuk
krom dan proses tempa. Penggunaan sekrap baja benda kerja dengan cara memberi gaya dari luar
karbon sebagai bahan baku pengecoran merupakan (external force) melalui satu atau beberapa cetakan
proses daur ulang (recycle) logam yang dapat (dies) sampai terjadi deformasi plastis. Gaya tekan
menghemat pengambilan bahan baku dari alam. pembentukan yang akan mengubah bentuk benda
Sekrap baja karbon menjadi salah satu alternatif kerja secara permanen. Dengan adanya gaya dari
untuk bahan baku pengecoran dalam membuat luar akan terjadi aliran logam dengan mengikuti
suatu produk karena harganya murah dan cukup bentuk cetakan (dies) sebagai shape candidate.
mudah diperoleh dari pengepul-pengepul barang Gaya tekan yang diberikan bisa secara manual
bekas. maupun secara mekanis (hidrolis ataupun
Benda coran hasil pengecoran perlu di pneumatis). Proses forgingdapat mengurangi
treatment perlakuan panas untuk memperbaiki sifat porositas pada logam, sifat fisis logam akan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 262


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

meningkat, inklusi terpecah-pecah dan tersebar atau hidrolik. Prinsip dari pres tempadisajikan pada
dalam logam, butir yang kasar dan butir yang Gambar 1.
berbentuk kolom di perhalus (Gupta, 2002) Pada proses press forging sebagian besar
energi dapat diserap oleh benda kerja sedang pada
TUJUAN PENELITIAN hammer forging sebagian energi di serap oleh
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui- landasan (anvil).Reduksi benda kerja jauh lebih
pengaruh penambahan krom dan pengaruh cepat, sehingga biaya produksi lebih rendah.
prestempa terhadap kekerasan, keausan dan Banyak bagian dengan bentuk yang tidak teratur
struktur mikro ball mill hasil pengecoran sekrap dan rumit dapat ditempa secara lebih ekonomis
baja karbon rendah. dengan mesin pres tempa. Persamaan untuk
menghitung gaya tekan tempa adalah P = σ×A
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN dengan P= gaya tekan, σ= tegangan luluh benda
TEORI kerja, A= luas penampang benda kerja.

Tinjauan pustaka
Pengaruh temperatur 1000oC, 1100oC dan
o
1200 C pada proses penempaan dinyatakan bahwa
kekerasan rata-rata tertinggi terjadi pada temperatur
1200oC (Setyadi, 2003). Prasetyo (2002)
melakukan perencanaan proses pembuatan ball mill
pada cement mill dengan proses forging. Bahan
ball mill dari baja karbon sedang AISI 1045
diperoleh kekerasan 58 HRc. Pada permukaan ball
mill mempunyai kekerasan lebih tinggi dibanding Gambar 1: Prinsip Pres Tempa
pada bagian pusat (kartika, dkk. 2007).
METODOLOGI PENELITIAN
Landasan Teori Bahan dan Alat
Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) Bahan dalam penelitian ini adalah sekrap baja
dengan karbon (C), kadar karbon dalam baja dapat karbon rendah sisa-sisa dari pembuatan pagar dan
mencapai maksimum 1,5% (Gupta, 2002). tralis, pasir silika, tetes tebu 3-5% dari berat pasir,
Disamping kedua unsur dalam baja terdapat pula semen portland 7% dari berat pasir, air 8% dari
unsur-unsur dalam jumlah kecil seperti mangan berat pasir, ferro krom 75%, arang tempurung
(Mn), silikon (Si), posfor (P), belerang (S). Selain kelapa. Komposisi kimia dari sekrap baja karbon
itu dapat mengandung unsur-unsur paduan seperti rendah disajikan oleh Tabel.1
krom (Cr), nikel (Ni), wolfram (W), molibden (Mo)
dan sebagainya bervariasi menurut kebutuhan. Tabel 1: Komposisi kimia sekrap baja karbon
Penggolongan baja karbon dibagi menjadi tiga rendah
macam yaitu: baja karbon rendah (C=0,07-0,30%), Fe C Si M Cr Mo Ni Cu
baja karbon menengah (C=0,30 – 0,80%) dan baja n
karbon tinggi (C = 0,80–1,5%) (Gupta, 2002). 99. 0.14 0.0 0.3 0.04 0.02 0.07 0.04
Efek dari paduan unsur krom adalah 1 5 2 2 5 1 4 7
membentuk karbida krom, sehingga kuat dan keras,
meningkatkan mampu keras, kekuatan tarik,
Gambar.2 menyajikan bahan baku pengecoran
ketangguhan dan ketahanan abrasi (Gupta, 2002).
terdiri sekrap baja karbon rendah, ferro krom dan
Tempa atauForging dilakukan pada daerah
arang tempurung kelapa.
diatas temperatur rekristalisasi logam yang akan
diproses. Temperatur pemanasan benda kerja diatas
0,6 × temperatur cair logam itu sendiri (Kalpakjian,
1984). Proses forging yang tidak sesuai seperti raw
material kurang, kesalahan penyetelan (bad setting)
akan menyebabkan produk menjadi cacat.Prinsip
dari penempaan tekan atau press forging adalah
dilakukan penekanan secara perlahan-lahan pada
benda kerja sampai menghasilkan aliran logam
yang uniform. Deformasi plastik logam melalui Gambar 2: Bahan Baku Pengecoran
penekanan berlangsung lambat, yang berbeda
dengan hammer forging atau drop forging yang Alat penelitian adalah tanur induksi kapasitas
berlangsung dengan cepat. Mesin press 40 kg, pola, ladel, rangka cetak, gerinda tangan,
forgingvertikal dapat digerakan secara mekanik kikir, tanggem, jangka sorong, timbangan digital,
mesin pres tempa, dies tertutup, pemanas (oven),

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 263


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

spectrometer, mesin uji kekerasan, mesin uji


keausan, mikroskop, mesin amplas, autosol, HNO3
5%.

Pola Cetakan
Pada penelitian ini poladibuat dua macam
Gambar 6:Benda coran bentuk kotak
bentuk yaitu bentuk ellips untuk kandidat produk
ball millyang akan dibuat spesimen uji
Hasil uji komposisi kimia dengan spectrometer dari
kekerasan,visual struktur mikro dan bentuk kotak
masing-masing benda coran disajikan sebagai
untuk dibuat spesimen uji keausan. Pola bentuk
berikut:
ellips dan ukurannya disajikan pada Gambar .3,
sedangkan pola bentuk kotak dan ukurannya
Tabel 2: Komposisi kimia benda coran kode A
disajikan pada Gambar .4
Fe C Si Mn Mo Cr Ni S
90. 0.7 0.5 0.7 0.0 6.6 0.1 0.0
7 7 1 7 2 7 7 1

Tabel 3: Komposisi kimia benda coran kode B


Fe C Si Mn Mo Cr Ni S
88.9 0.7 0.6 0.7 0.0 8.3 0.0 0.0
8 3 9 6 1 8 8 4
Gambar 3: (a) Pola bentuk ellips, (b) Ukuran pola
bentuk ellips,
Tabel 4: Komposisi kimia benda coran kode C
Fe C Si Mn Mo Cr Ni S
79. 0.7 0.6 1.3 0.0 14.4 0.0 0.5
5 9 9 0 1 6 8 5

Benda coran bentuk kotak di potong dengan mesin


gerinda untuk dibuat spesimen uji keausan. Ukuran
spesimen uji keausan tidak di tempa yaitu
Gambar 4: (a) Pola bentuk kotak,(b) Ukuran pola 10×10×55 mm dan spesimen yang akan ditempa
kotak yaitu 8.5×12×54 mm. Tabel 5menyajikan jumlah
spesimen uji kekerasan, uji keausan dan struktur
Pengecoran mikro yang tidak di tempa.
Pada penelitian ini proses pengecoran di
lakukan di Laboratorium pengecoran logam Tabel 5: Jumlah spesimen yang tidak di tempa
Politeknik Manufaktur Ceper Klaten. Peleburan Spesimen Kekerasan & Struktur Keausan
menggunakan tanur induksi dengan kapasitas 40 mikro (ellips) (Balok)
kg. Berat total bahan baku peleburan pada Spesimen A 3 buah 4 buah
penelitian ini adalah 30 kg. Arang tempurung Spesimen B 3 buah 4 buah
danferro krom ditambahkan pada tanur induksi Spesimen C 3 buah 4 buah
sesuai dengan perencanaan komposisi pengecoran.
Target komposisi karbon sebesar 0,3-0,8% dan Penempaan
penambahan komposisi berat krom tiga variasi. Proses penempaan spesimen pada penelitian
Gambar 5 menyajikan benda coran bentuk ellips ini menggunakan mesin pres tempa hidrolik
dan Gambar 6 menyajikan benda coran bentuk kapasitas 20 ton dengan penggerak manual tenaga
kotak. manusia. Diestempa dibuat dari hot work tool steel
W302 Ultra dari PT. Bhinneka Bajanas yaitu jenis
cetakan tertutup (close-die) terdiri dari dua bagian:
bagian atas dan bagian bawah. Jumlah spesimen
yang akan di tempa disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6: Jumlah spesimen di tempa


Spesimen Kekerasan & Struktur Keausan
mikro (ellips) (Balok)
(a) (b) Spesimen A 3 buah 4 buah
Gambar 5 (a), (b) Benda coran bentuk ellips Spesimen B 3 buah 4 buah
Spesimen C 3 buah 4 buah
Proses pres tempa disajikan pada Gambar 7 dan
Gambar 8 menyajikan dies tempa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 264


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pengepresan sehingga spesimen kurang halus


bagian luarnya.

Pengujian
Pengujian kekerasan dilakukan dengan mesin
uji kekerasan VickersBuehler High Quality Micro
Hardness Tester modelMM 0054. Bebanpenekanan
200 gr dan waktu penekanan 10 detik. Posisi
pengujian dilakukan pada arah sumbu X dan sumbu
Gambar 7. Proses penempaan spesimen Y dari spesimen dengan jarak tiap titik pengujian 1
mm. Jumlah titik pengujian spesimen tidak di
tempa untuk sumbu X 32 titik dan sumbu Y 28 titik
sedangkan ball mill di tempa jumlah titik pengujian
28 titik.Gambar 9 menyajikan arah posisi titik
pengujian kekerasan.
Pengujian keausan dalam penelitian ini
(a) (b) menggunakan alat uji keausan Ogoshi High Speed
Gambar 8: (a) dies ellips, (b) dies balok Universal Wear Testing Machine (Type OAT-U).
Beban pengaus (P) yang dan gunakan 6,36 kg,
Mesin tempa menjadi hal yang penting pada proses tebalpengaus (B) = 3 mm, jari – jari pengaus (r) =
penempaan dibutuhkan gaya tekan dan kecepatan 13 mm serta jarak sliding (lo) = 2000 mm.
tekan yang sesuai. Namun karena keterbatasan alat Spesimen sebelum diuji ditimbang dulu kemudian
maka proses penempaan spesimen pada penelitian setelah diuji ditimbang lagi sehingga terjadi selisih
ini menggunakan mesin pres tempa hidrolik berat antara sebelum di uji dan sesudah di uji.
kapasitas 20 ton dengan penggerak manual tenaga Prinsip dari pengujian keausan abrasi di sajikan
manusia. Kelemahannya adalah gaya tekan dan pada Gambar 10.
kecepatan tekan tidak diukur secara tepat dengan Sb Y 0
alat ukur tekanan sehingga tekanan spesimen pada 1
proses penempaan dan kecepatan penekanan
kemungkinan bisa tidak sama. Sehingga sebagai
ukuran pada penelitian ini adalah pertemuan antara Sb X 14
dies atas dan dies bawah.
Pemanasan spesimen pada temperatur 1150-1200oC
dengan rate kenaikan temperatur 10oC per menit, 28
waktu penahanan 120 menit.Jarak ketinggian antara 29
dies atas dan dies bawah diatur sejauh 40 mm tiap 0 1…………16……….32 33
pengrepresan spesimen untuk bentuk ellips dan
jarak ketinggian 20 mm untuk pengepresan Gambar 9: Posisi titik pengujian
spesimen bentuk balok. Kecepatan pengepresan
spesimen berkisar antara 0.004-0.0026 meter/detik
untuk pengepresan spesimen ellips dan spesimen
balok. Waktu penahanan gaya tekan pengepresan
setiap spesimen selama 3 menit, waktu dihitung
mulai dari awal gaya tekan diberikan kemudian
gaya tekan di lepas. Waktu 3 menit spesimen sudah
berwarna hitam tidak membara, temperatur pada
spesimen turun cukup signifikan karena spesimen
kontak dengan dies dimana temperatur pada dies Gambar 10: Skema pengujian keausan abrasi
bertemperatur rendah. Kontak antara spesimen dan
dies bisa dikatakan sebagai proses quenching.Ball
Bekas goresan uji keausan pada spesimen
mill setelah ditempa mempunyai ukuran diameter
diukur dengan mikroskop.Spesimen uji kekerasan,
30 mm dan spesimen balok mempunyai ukuran
keausan dan struktur mikro baik yang tidak di
10×10×55 mm.
tempa dan yang di tempa di sajikan pada Gambar
Hasil pada penempaan menunjukan bahwa 11.
spesimen ellips dan spesimen balok mengalami
deformasi sampai celah dies atas dan dies bawah
berkisar 1 mm. Pada proses penempaan spesimen
mengalami oksidasi dengan udara, ini
mengakibatkan beberapa bagian luar pada spesimen
terjadi pengelupasan material akibat gaya tekan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 265


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sp uji kekerasan
tidak di tempa

Sp uji kekerasan
di tempa

Sp uji keausan
tidak di tempa

Sp uji keausan
tidak di tempa
Gambar 11: Spesimen uji kekerasan, keausan dan Gambar 15: Nilai keausan abrasi
struktur mikro
Pengamatan visual struktur mikro dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN mikroskop pembesaran 160X, di etsa dengan HNO3
Hasil 5%. Pengamatan struktur mikro spesimen tidak di
Hasil pengujian kekerasan dari spesimen tidak tempa sebagai berikut:
di tempa dan spesimen di tempa kode A disajikan
pada Gambar 12, kode B disajikan pada Gambar
Ferit
13, dan kode C disajikan pada Gambar 14.
Perlit
Perlit

Karbida
krom
Karbida
krom Ferit

(a) (b)
Gambar 16: Struktur mikro SP A (a) Tepi, (b) Pusat
Ferit Ferit

Perlit Perlit

Gambar 12: Nilai kekerasan spesimen kode A Karbida Karbida


krom
krom

(a) (b)
Gambar 17: Struktur mikro SP B (a) Tepi, (b) Pusat

Ferit

Perlit
Ferit

Karbida Perlit
krom
Gambar 13: Nilai kekerasan spesimen kode B Karbida
krom

(a) (b)
Gambar 18: Struktur mikro SP C (a) Tepi, (b) Pusat
Pengamatan struktur mikro 266pecimen di
tempa sebagai berikut:
Perlit Perlit

Karbida Karbida
krom krom

Gambar 14: Nilai kekerasan spesimen kode C

Nilai keausan abrasi rata-rata spesimen kode A, (a) (b)


kode B dan kode C di sajikan Gambar 15. Gambar 19: Struktur mikro SP A (a) Tepi, (b) Pusat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 266


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Perlit Perlit Unsur krom akan memperkecil kelarutan karbon di


dalam Fe, karena Cr lebih suka membentuk
Karbida Karbida
Krom krom karbida. Kandungan mangan dapat meningkatkan
kekuatan, kekerasan baja dan meningkatkan
ketahanan terhadap abrasi. Sedangkan kandungan
silikon dapat meningkatkan kekuatan tarik
baja.Tabel 8 menyajikan persentase peningkatan
(a) (b) kekerasan dari spesimen setelah di tempa.
Gambar 20: Struktur mikro SP B (a) Tepi, (b) Pusat
Perlit Perlit Tabel 8: Persentase peningkatan kekerasan
Karbida Karbida Spesimen A Spesimen B Spesimen C
krom krom 26,12- 19,95-
22,11-26,28%
35,92% 27,93%

Nilai keausan abrasi rata-rata untuk ball mill


(a) (b) tidak ditempa disajikan pada Tabel 9.
Gambar 21: Struktur mikro SP C (a) Tepi, (b) Pusat
5.2 Pembahasan Tabel 9: Nilai keausan abrasi ball mill
Hasil pengujian komposisi kimia dari benda coran Spesimen Spesimen Spesimen
menunjukan variasi kandungan krom yang A B C
diperoleh adalah spesimen A: 6,67% Cr, Spesimen Spesimen 4,5763×10- 4,0969×10- 3,3616×10-
8 8 8
B: 8,38% Cr dan Spesimen C: 14,46% Cr.Nilai tidak di
3 3 3
kekerasan Vickers dari masing-masing267pecimen tempa mm /kg.m mm /kg.m mm /kg.m
disajikan pada 267peci 7. Spesimen 3,534×10-8 3,353×10-8 3,066×10-8
Tabel 7.a: Nilai kekerasan 267pecimen tidak di di tempa mm3/kg.m mm3/kg.m mm3/kg.m
tempa.
Nilai VHN Spesimen tidak di tempa Peningkatan persentase nilai keausan abrasi
kg/mm2 tertinggi pada spesimen kode A 29,49% diikuti
Posi spesimen kode B 22,15% dan spesimen C 9,62%.
Spesimen A Spesimen B Spesimen C
si Keausan abrasi memiliki hubungan yang
Sb Sb
Sb X Sb Y Sb Y Sb X sangat erat dengan nilai kekerasan, dimana material
X Y
yang semakin keras akan memiliki ketahanan abrasi
403, 422, 422, 427, 460, 464,
Tepi terhadap gesekan yang semakin tinggi dan tingkat
18 74 3 95 98 4
kerusakan permukaan yang semakin kecil, sehingga
Pusa 356, 356, 385, 385, 410, 410, laju keausannya semakin rendah. Pengaruh unsur
t 21 21 5 5 28 2 krom, semakin besar persentase unsur krom pada
material baja akan membentuk karbida krom
Tabel 7.b: Nilai kekerasan 267pecimen di tempa semakin banyak yang membuat baja semakin keras
Nilai VHN Spesimen di tempa kg/mm2 dan memiliki ketahanan keausan yang meningkat.
Posisi
Spesimen A Spesimen B Spesimen C Foto struktur mikro dari semua spesimen
Tepi 520,11 523,56 560,06 menunjukan bahwa matrik penyusunnya adalah
ferit, perlit dan karbida krom. Foto mikro Gambar
Pusat 489,39 493,26 512,92 (a) tepi menunjukan sebaran perlit dan karbida
krom (Cr23C6) lebih banyak dibanding dengan foto
Nilai kekerasan pada spesimen tidak di tempa mikro (b) pusat. sehingga menyebabkan bagian
semua kode menunjukan bahwa nilai kekerasan permukaan lebih keras dibanding bagian pusat.
rata-rata tepi lebih tinggi dibanding bagian tengah. Perlit mempunyai kekerasan yang lebih tinggi
Bagian tepi lebih keras dibanding tengah ini dibandingkan dengan ferit. Perlit terbentuk oleh
disebabkan oleh pola pendinginan. Pendinginan ferit dan sementit pada fasa pendinginan temperatur
bagian tepi lebih cepat dingin dibanding bagian eutektikum.
tengah dikarenakan bagian tepi bersentuhan dengan Kekerasan spesimen C lebih keras dibanding
pasir cetak. Panas pada logam cair akan terserap spesimen B dan A, ini disebabkan komposisi berat
pasir cetak sehingga logam cair cepat membeku. krom yang lebih banyak dibanding spesimen A dan
Pendinginan yang cepat akan membentuk struktur B. Struktur mikro yang terbentuk di dominasi oleh
kristal karbida yang bersifat keras. Hasil pengujian perlit dan karbida krom sedangkan jumlah ferit
kekerasan menunjukan bahwa kandungan lebih sedikit. Sebaran perlit dan karbida krom pada
persentase krom yang besar dapat menaikan spesimen kode C lebih banyak di banding dengan
kekerasan pada ball mill. Hal ini disebabkan krom spesimen kode B dan spesimen kode A sehingga
dapat meningkatkan kekerasan baja dan membuat kekerasan spesimen kode C lebih tinggi
baja menjadi tahan terhadap oksidasi dan korosi. dibandingkan dengan spesimen kode B dan kode A

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 267


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sedangkan pada spesimen yang mengalami DAFTAR PUSTAKA


ditempa,setelah dipanaskan pada temperatur ASM Handbook, 2004, “Metallography and
tertentu kemudian dimasukan kedalam dies tertutup Microstructures, Volume 8.
untuk dilakukan pengepresan. Kontak antara Callister, W.D., 2007, “Materials Science and
spesimen yang panas dengan dies tertutup yang Engineering”, 7th ed., John Wileyand Sons,
dalam kondisi dingin maka akan terjadi USA.
perpindahan panas dari spesimen ke dies. Kontak Campbell, J., 2003, “Casting”, 2nd ed.,
tersebut akan menyebabkan terjadinya pendinginan Butterworth-Heinemann.
yang cepat pada spesimen sehingga diharapkan Dieter,E.G.,1988, “Mechanical Metallurgy”, SI
mendekati proses treatment quenching yang Metric, McGraw-Hill, Singapore.
menaikan nilai kekerasan ball mill. Gupta, R.B., 2002, “Material Science”, 11th ed.,
Satya Prakashan, India.
KESIMPULAN Hutchings, I.M., 1992, Tribology:“Friction and
a. Pengaruh dari penambahan krom sebagai Wear of Engineering Materials,” London,
berikut: Arnold.
1. Ball mill mengalami kenaikan kekerasan Kartika,R., Soekrisno,R., Ilman,N.M., 2007,
seiring dengan kenaikan kandungan krom. Ball “Karakterisasi Ball Mill Import pada
mill yang tidak di tempa mempunyai nilai Industri Semen di Indonesia” Jurnal Teknik
kekerasan Vickers maksimum berturut-turut Mesin Vol. 9, No. 1, April 2007: 18 – 24,
kode A 411,5 kg/mm2, kode B 425kg/mm2 dan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
kode C 462,25 kg/mm2. Industri, Universitas Kristen Petra.
2. Penambahan krom menyebabkan penurunan Kalpakjian. S., 1984, “Manufacturing Processes
nilai keausan untuk spesimen tidak di tempa. for Engineering Materials”,Addison
Ball mill yang tidak di tempa mempunyai nilai Wesley publishing company, Chicago.
keausan maksimum berturut-turut kode A Prasetyo, A., 2002, “Perencanaan Proses
4,576E-08 mm3/kg.m, kode B 4,096E-08 Pembuatan Steel Ball Mill pada Cement
mm3/kg.m dan kode C 3,361E-08 mm3/kg.m. Mill dengan Proses Forging” , Tugas Akhir,
3. Struktur mikro karbida krom yang terbentuk Dept. of Mechanical Enginnering Universitas
semakin banyak dengan kenaikan komposisi Muhammdiyah Malang.
berat krom. Matrik penyusun struktur mikro Surdia, T dan Chijiwa, K, 1996, “Teknik
yaitu ferit, perlit dan karbida krom. Pengecoran Logam”, Cetakan ke tujuh,
b. Pengaruh dari proses tempa sebagai ISBN 979-408-085-3, PT. Pradnya Paramita,
berikut: Jakarta.
1. Ball mill setelah di tempa mengalami kenaikan Schuler, 1998, “Metal Forming Handbook”,
kekerasan berturut-turut dari tepi ke pusat Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York.
sebesar kode A 26,12 – 35,92%, kode B 22,11 Subardi, 2011, “Pengaruh Viskositas Media
–26,28% dan kode C 19,95 – 27,93% di Celup terhadap Kekerasan dan Struktur
banding kekerasan ball mill tidak di tempa. Mikro Besi Tuang ASTM A532”, Jurnal
2. Ball mill setelah di tempa mengalami Traksi, Vol.11, No.1.
penurunan nilai keausan rata-rata sebesar kode Setyadi, I. “Pengaruh Temperatur Tempa dan
A 29,49% , kode B 22,15% dan kode C 9,62% Dimensi Awal Bahan Baku terhadap Mampu
di banding nilai kekerasan spesimen tidak Tempa Baja S48C dalam Pembuatan
ditempa. Komponen Gear”, Jurnal Sains dan Teknologi
3. Matrik penyusun struktur mikro yaitu ferit, Indonesia, V5. N5, Agustus 2003, hal. 311-
perlit dan karbida krom. 319 /Humas-BPPT/ANY

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 268


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PALET IKAN


DENGAN PENDEKATAN ERGONOMIS

Oleh : Tofik Hidayat *), Irfan Santoso *)


*)
Dosen Prodi Teknik Industri dan Teknik Mesin Fak. Teknik Universitas Pancasakti Tegal
Email :tofik.hdt@gmail.com

ABSTRAK

Harga pakan ikan semakin hari semakin mahal, hal tersebut menjadi kendala tersendiri bagi para petani
tambak, disamping kendala alam yang harus dihadapi, misalnya musim kemarau yang panjang maupun air laut
rob (bagi petani tambak). Maka pembuatan pakan /palet ikan sendiri adalah salah satu usaha yang mungkin
dilakukan. Hal ini sudah dilakukan oleh para peternak bebek, dimana para peternak bebek menjadikan ikan
limbah (ikan yang tidak layak konsumsi) dijadikan sebagai pakan alternatif..Namun membuat palet ikan tidak
semudah membuat pakan bebek yang cukup mencincang ikan menjadi kecil-kecil dimana diperlukan ukuran
yang kecil, seragam serta mampu mengapung di air. Diharapkan penelitiaan ini akan menghasilkan mesin
produksi palet ikan yang baik. Baik dari sisi hasil produksinya maupun baik bagi operator yang mengopersikan
mesin tersebut.
Penelitiaan ini menggunakan data ergonomi berupa tinggi siku berdiri (TSB), panjang jangkauaan
tangan (PJT) dan lebar bahu (LB) dari mahasiswa teknik industri untuk merancang desain mesin.Sedangkan
untuk melihat kelayakan investasi menggunakan metode net present value (NPV) dan payback period (PBP).
Dengan panjang TSB 97,96 cm = 98 cm dan tinggi hopper mesin 21 cm maka tinggi stan mesin adalah
77 cm. Lebar yang dipakai adalah PJS = 43 cm dan lebar engkol mulut diukur dari hopper ke engkol jika
menggunakan tenaga manual adalah LB = 39,64 dikurangi panjang mesin hopper 26 cm, maka lebar dari mulut
hopper ke engkol pemutar adalah 13,64 cm. Mesin ini memiliki PBP 3 tahun dengan nilai NPV Rp. 881.989.

Kata Kunci : Palet, Ergonomi, NPV dan PBP.

LATAR BELAKANG dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan


Secara geografis Tegal terletak didaerah (akuakultur).Hewan yang dibudidayakan adalah
pantai utara, sehingga sebagian penduduknya ada hewan air, terutama ikan, udang, serta
kerang.Penyebutan "tambak" ini biasanya
yang mengandalkan ikan sebagai sumber
dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam
pencaharian, termasuk menjadi petani tambak yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja
disamping sebagai nelayan.Dari hasil tangkapan atau empang
ikan laut terkadang ada yang tidak layak jual dan Pakan ikan yang biasa dipakai dua jenis pankan
biasanya dijadikan pakan bebek. Sebagai petani ikan alami dan pakan ikan buatan. Jenis pakan ini
tambak saat ini mengandalkan mengandalkan palet diperoleh dengan jalan pengeringan tanah dasar
ikan produksi pabrik, dengan harga yang semakin tambak. Lamanya waktu pengeringan petakan ini
adalah antara 7 -15 hari, tergantung keadaan cuaca,
mahal maka akan memberatkan petani
yang ditandai dengan retak-retaknya tanah dasar
tambak.Adanya ikan yang tidak layak konsumsi dan tambak (kadar air +/- 20 %). Proses memperoleh
limbah produksi fillet ikan, maka penelitiaan ini alamii saat ini sangat sulit karena pross pengeringan
mencoba membuat alat bantu berupa mesin palet tambak menjadi tidak mudah, maka petani tambak
ikan. membuat pakan buatan dari bahan – bahan limbah
Penelitiaan ini diharapkan akan menghasilkan ikan.
mesin palet ikan yang memanfaatkan ikan tidak
Ergonomi
layak konsumsi dan limbah fillet ikan. Dengan
Barnes (1991) menyebutkan istilah ergonomi
demikian maka diharapkan membantu menekan sebagai human engineering yang mempunyai tujuan
biaya produksi ikan tambak. mendekati tugas-tugas manusia dengan
lingkungannya terutama pada panca indera, persepsi,
LANDASAN TEORI mental, fisik, dan sifat-sifat manusia lainnya.Sasaran
Tambak ergonomi yaitu agar tenaga kerja dapat mencapai
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, prestasi kerja yang tinggi tetapi dalam suasana yang
biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan tentram, aman dan nyaman. Menurut

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 269


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Wignjosoebroto (1995) ergonomi dimaksudkan Investasi


sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya Investasi merupakan kegiatan menanam modal
Pulat (1992) menawarkan konsep desain (Giatman, 2006). Pujawan (2004) mengatakan
produk.Konsep tersebut meliputi desain untuk bahwa tahapan yang paling krusial dalam usaha
reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, adalah pada tahapan investasi, karena tahapan ini
kemudahan dalam pemakaian dan efisien dalam meupakan penentuan dasar dari usaha.
pemakaian.Lebih lanjut, suatu desain produk disebut Banyak metode yang dapat dipakai untuk
ergonomis apabila secara antropometris, faal, menganalisis kegiatan investasi, antara lain Metode
biomekanik dan psikologis kompatibel dengan Net Present Value (NPV), Metode Annual Equivalen
manusia pemakainya. (AE), Metode Internal Rate of Return (IRR), Metode
Istilah antropometri berasal dari kata Anthro Benefit Cost Ratio (BCR) dan Metode Payback
yang berarti manusia dan Metri yang berarti ukuran. Periode (PBP). Pada penelitian ini metode yang
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan dipakai adalah metode Metode Net Present Value
sebagai suatu studi yang berkaitan dengan (NPV) dan Metode Payback Periode (PBP).
pengukuran dimensi tubuh manusia Penelitia ini menggunakan metode Net Present
(Wignjosoebroto, 1995). Sedangkan Pulat (1992) Value (NPV) dan Metode Payback Periode (PBP). .
menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran Metode Net Present Value (NPV) sering dipakai
dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya dengan pertimbangan metode ini lebih valid dalam
yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang penilaian investasi (Sistemi, 1996), (Parker, 1997)
dipakai. dan (Sadelie, 2003). Sedangkan Metode Payback
Beberapa langkah yang berkaitan dengan Periode (PBP) dipakai untuk mengetahui tingkat
aplikasi data antropometri dalam perancangan pengembalian modal investasi, metode ini cukup
produk atau fasilitas kerja yaitu : relevan karena setiap uang yang dikeluarkan akan
1) Menetapkan anggota tubuh yang akan mampu diperkirakan kapan uang (modal) tersebut
mengoperasikan rancangan produk. akan kembali (Sistemi, 1996)
2) Menetapkan dimensi tubuh yang diperlukan dan
memilih untuk menggunakan structural body METODE PENELITIAN
dimension atau functional body dimension.
3) Menetapkan populasi terbesar yang akan Penelitian ini merupakan eksperimen, dimana
diakomodasi. rancangan mesin menggunakan pendekatan
4) Menetapkan prinsip ukuran yang akan rasio.yang tahapannya adalah sebagai berikut:
digunakan. Apakah untuk ukuran ekstrim, 1. Klarifikasi Tujuan ,
rentang ukuran tertentu atau ukuran rata-rata. 2. Penetapan Fungsi
5) Menetapkan persentase populasi. 3. Penetapan Spesifikasi
6) Menetapkan nilai ukuran dimensi tubuh dan tabel 4. Pembangkitan Alternatif
data antropometri yang sesuai dan memberi 5. Evaluasi Alternatif
kelonggaran. Adapun alur penelitiaanya adalah seperti terlihat
pada gambar 1.
Metode Perancangan
Metode perancangan adalah berupa prosedur,
teknik-teknik, bantuan-bantuan atau peralatan untuk
merancang. Metode perancangan menggambarkan
sejumlah macam aktifitas dengan jelas yang
memungkinkan perancang menggunakan dan
mengkombinasikan proses perancangan secara
keseluruhan.
Tujuan utama metode baru ini adalah usaha
untuk membawa prosedur rasional (masuk akal) di
dalam proses perancangan. Cross (1992) metode
perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok besar yaitu : metode kreatif ( creative
methods ) dan metode rasional ( rational methods ).
Dalam penelitian ini metode perancangan yang
dipilih untuk merancang mesin paletadalah metode
rasional ( rational methods ). Metode rasional (
rational methods ) adaah metode yang dilandasi
pada kebutuhan pemakai dan bekerja secara rasional.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 270


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Untuk mengetahui apakah data masuk dalam


batas kendali. maka data yang ada di masukan ke
dalam plot data seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Plot Keseragaman Data Tinggi Siku

2) Keseragaman Data Jarak Siku

Gambar 1.Alur Penelitian


Gambar 3 Plot Keseragaman Data Jarak Siku
HASIL DAN ANALISIS

Data Antropometri 3) Keseragaman Data Lebar Bahu


Data antropometri yang digunakan dalam
perancangan dan pembuatan alat pakan ikan
diperoleh dari pengukuran dimensi tubuh pekerja
secara statis yang meliputi: (tabel 1)
a. Tinggi Siku Berdiri (TSB)
b. Panjang Jangkauan Tangan (PJT)
c. Lebar Bahu (LBH) Sumber data
anthropometri

Analisis Data
a. Tes Keseragaman Data
1) Keseragaman Data Tinggi Siku
Dari tabel 4.2 dapat diketahui x rata-rata tinggi
siku adalah 101,125 sedangkan standar deviasi Gambar 4 Plot Keseragaman Data Lebar Bahu
tinggi siku adalah 1,91857266.maka nilai BKA dan Dari perhitungan keseragaman data, terlihat pada
BKB nya adalah: gambar secara umum masuk dalam batas control.
BKA = x + k.  x Data yang tidak masuk dikeluarkan dari perhitungan
BKA = 101,125 + (2 x 1,9) = 104,99 kecukupan data.
b. Tes Kecukupan Data
Uji kecukupan data ditentukan menggunakan
X rata-rata = 101,13
rumus :
BKB = x - k.  x
BKB= 101,125 -(2 x 1,9) = 97,26

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 271


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Karena nilai N’ (perhitungan ) < N


(pengamatan), maka datab pengamatan dinyatakan
Gambar 6. Funtion Analysis (Black Box) Mesin
cukup memenuhi.
pakan ikan
c. Persentil Data Gambar 7 adalah penyajian gambar transparant
Persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 box yang didalamnya menjelaskan keseluruhan
agar operator dengan ukuran anthropometri besar fungsi diagram box yang menggambarkan interaksi
maupun kecil dapat menggunakan alat hasil antara sub fungsi black box yang dibuat tembus
rancangan. Persentil tersebut di cari dengan pandang sehingga sub fungsi dan hubungan
menggunkan formula berikut : koneksinya benar-benar jelas
P5 = x - 1.645.  x

d. Analisis Perancangan
Perancangan dilakukan berdasarkan metode-
metode perancangan produk yaitu dengan Gambar 7. Funtion Analysis (Transparant Box)
menggunakan metode rasional. Mesin Palet Ikan
1) Tahap klarifikasi tujuan
Tahap ini menggunakan metode Objectives Tree e. Tahap Penetapan Spesifikasi
(Gambar 4.4.) yang akan menjelaskan sasaran proses
perancangan mesin palet yang nyaman, Tahapan ini dibuat berdasarkan analisis data
perfomansinya baik, dan biaya murah. antropometri dan dipadukan dengan analisis
perancangan dandiperoleh data :
1) Ukuran tinggi alat
2) Tipe kontruksi
3) Kenyamanan Alat
4) Mobilitas alat

f. Tahap Pembuatan Alat


1) Pembuatan Desain
dimensi stan mesin palet ikan yang akan dibuat
adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Objectives Tree Mesin Palet Ikan

2) Tahap penetapan fungsi


Secara umum mesin palet yang ada
menggunakan tenaga listrik sebagai penggerak
sehingga jika tidak ada aliran listrik mesin menjadi
tidak berfungsi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 272


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3) Uji Produksi
Uji ini disamping untuk mengetahui fungsi alat
berfungsi atau tidak, juga dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan alat memproduksi pada
waktu yang ditentukan. Hasil ujian ditampilkan pada
table berikut.

Tabel 2 Uji Mesin Dengan Sumber Penggerak


Listrik

Gambar 8 Desain Mesin Palet Ikan

2) Tahap Pembuatan Tabel3 Uji Mesin Dengan Sumber Penggerak


Setelah melakukan analisis desan maka Tenaga Manusia
dilanjutkan dengan pembuatan alat. Sesaui pada
klarifikasi tujuan, dimana salahsatunya alat mudah
dan murah. Mudah karena bahan gampang diperoleh
dengan bahan kerangka dari besi askep sehingga
mengakibatkan murah karena harganya jadi
terjangkau.
Adapun hasil pembutan mesin seperti tampak
pada gambar berikut.

g. Analisis Investasi
Analisa investasi menggunakan metode Net
Present Value, dimana metode ini cukup baik dan
banyak digunakan untuk keperluan investasi .
(Sistemi, 1996), (Parker, 1997) dan (Sadelie, 2003).

Gambar Pandangan Depan dan Pandangan Samping

Gambar 4. 19 Cash Flow Produksi dengan Sumber


Tenaga Listrik

Gambar Proyeksi Piktorial Karena nilai NPV= Rp. 881.898 >0 maka
Gambar 9. Mesin Palet Ikan investasi dinyatakan layak secara ekonomis.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 273


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN Joseph Edward Shigley, Larry D. Midchell. 1994


Dari hasil pembahasan yang dilakukan , Perencanaan Teknik Mesin, Erlangga Jakarta
maka dapat disimpulkan bahwa : Kristyanto, B. 2004. Ergonomi Konkruen dan
a. Secara teknis mesin dapat dibuat dengan bahan- Penerapannya dalam Sistem Manufaktur.
bahan yang tersedia di toko maupun bahan Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi
setengah pakai untuk mengurangi biaya Ergonomi dalam Industri.Yogyakarta.
pembuatan. Dari uji produksi mesin mampu Kroemer, K. Kroemer, H. and Kroemer-Elbert, K.
bekerja dengan dua sumber tenaga yaitu tenaga 1994.Ergonomics, How To Design for Ease &
listrik dan tenaga manusia (manual power) dan Efficiency. New Jersey : Prentice Hall.
berfungsi secara baik. Englewoods Clifts.
b. Secara ekonomis mesin dinyatakan layak jika Manuaba,A. 1992.Pengaruh Ergonomi Terhadap
dioperasikan dengan tenaga listrik hal ini dapat Produktivitas. Seminar Produktivitas Tenaga
dilihat dari nilai NPV > 0, dengan menggunakan Kerja. Jakarta
MARR sebesar 15 % diatas bunga bank Nurmianto, E, 2002, Ergonomi Konsep Dasar dan
pinjaman untuk UMKM. Aplikasinya, ed.1. ; Guna Widya ; Jakarta
Sutalaksana, I.Z ; Anggawisastra,R; dan
Tjakraatmadja; 1976; Teknik Tata Cara Kerja;
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung
Cross, N. ; 1994; Engineering design Methods, ed.2 Pujawan, I, N., 2004, Ekonomi Teknik, Penerbit
; Jhon Willey & Sons; Chichester Guna Widya, Surabaya Indonesia
Giatman, M, 2006, “Ekonomi Teknik”, Edisi Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan
Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Kerja dan Produktivitas, UNISBA PRESS,
Grand E L. dkk., 1989, “Dasar-dasar Ekonomi Surakarta Indonesia.
Teknik”, PT Bina Aksara, Jakarta
Joyowijoyo, Marsudi, 1993, “Ekonomi Teknik”,
Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 274


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

PENGARUH KADAR Si TERHADAP STRUKTUR MIKRO


DAN SIFAT MEKANIK KANDIDAT BAJA RINGAN PADUAN Fe-7,5Al-5Mn

Ratna Kartikasari dan Sutrisna

Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta


Jl. Babarsari, CT, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
Telp. 0274 485390 Fax. 0274 487249
kartikafajar@yahoo.com

ABSTRAK

Paduan Fe-Al-Mn merupakan kandidat baja tahan karat austenitik pengganti baja tahan karat
konvensional yang saat ini terus dikembangkan. Al sebagai pengganti Cr selain berfungsi sebagai penstabil ferit
memberikan efek penurunan densitas paduan yang cukup signifikan, sehingga paduan ini juga merupakan
kandidat baja ringan. Penelitian ini mempelajari pengaruh kadar Si terhadap sifat struktur mikro dan mekanik
paduan Fe-7,5Al-5Mn.
Proses peleburan dilakukan menggunakan dapur induksi frekwensi tinggi kapasitas 50 kg dengan
pelindung gas argon. Bahan baku peleburan adalah mild steel scrap, aluminium murni, Fe-Mn medium C, dan
Fe-C. Variasi kadar Si yang ditambahkan adalah 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Pengujian yang dilakukan adalah uji
struktur mikro dan uji mekanik.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa paduan Fe-7,5Al-5Mn berstruktur dupleks α/ɤ, dimana semakin
tinggi kadar Si struktur ferit (α) semakin luas. Kekuatan tarik paduan berkisar 61,78-69,56 MPa, regangan 20,8-
30,65%, kekerasan 220-230 VHN, harga impak 20-30 J dan densitas berkisar 6,9-7,2 kg/cm3 Semakin tinggi
kadar Si kekuatan tarik dan kekerasan semakin tinggi sedangkan harga impak dan densitas semakin menurun.

Kata kunci: paduan Fe-Al-Mn, baja ringan, struktur mikro dan sifat mekanik

PENDAHULUAN dalam baja dapat berfungsi sebagai penstabil


Dalam industri otomotif telah diketahui struktur ferit [Tjong, 1986]. Disamping aluminium
bahwa berat peralatan dan konsumsi bahan bakar adalah unsur yang murah dan mudah diproduksi,
mempunyai hubungan yang linier. Penurunan berat penambahan aluminium dalam baja akan
peralatan berimbas pada peningkatan efisiensi dan meningkatkan ketahanan terhadap oksidasi dan
performance. Karena alasan inilah maka disain reduksi [Baligidad, 2007]. Penambahan aluminium
peralatan diarahkan pada disain mass targets. dalam baja juga dapat menurunkan densitas
Disain mass target dapat dicapai dengan (penurunan 10% densitas dicapai pada penambahan
penggantian komponen yang mempunyai densitas aluminium sebesar 10%). Penurunan densitas 10-
tinggi dengan bahan-bahan yang mempunyai 25% dapat dicapai dengan penambahan aluminium
densitas lebih rendah. lebih dari 10% [Kobayashi, 2005]. Sedangkan
Pengembangan teknologi otomotif pada mangan (Mn) disamping sebagai penstabil
dekade ini diarahkan pada teknologi masa depan austenite, juga berfungsi untuk memperbaiki sifat
dimana prioritas diarahkan pada disain yang ringan hot workability dan ductility [Leslie, 1987].
sekaligus aman [Frommeyer,2000]. Material dan Stabilitas austenit juga dapat ditingkatkan dengan
teknik untuk mengurangi berat kendaraan adalah penambahan karbon dalam sistem paduan.
bagian dari praktek rekayasa rutin otomotif. Baja Penambahan sampai 1% karbon memberikan
adalah material teknik yang meliputi 64% kontribusi terhadap kekuatan secara cukup
penggunaan material dalam industri otomotif signifikan [Prakash, 2007].
[Frommeyer, 2000]. Teknologi besi dan baja maju Unsur Al dengan densitas yang sangat
dikembangkan secara substansial selama dekade rendah yaitu 2,7 kg/cm2 telah terbukti dapat
terakhir. Baja paduan aluminium merupakan focus menurunkan densitas baja hingga 16% [Sikka,
kajian material dalam industry otomotif. 1993]. Kekuatan baja paduan Al sangat tinggi akan
Aluminium keberadaannya sangat tetapi ketangguhan sangat rendah, sedangkan
melimpah, yaitu merupakan unsur terbesar ketiga di ketahanan korosi baja paduan Al sangat tinggi
bumi, sehingga harganya relatif murah setara dengan baja tahan karat konvensional.
[Shackelford, 1993], sedangkan Indonesia Penelitian ini mencoba memperbaiki sifat
merupakan salah satu Negara dengan cadangan ketangguhan baja paduan Al dengan menambahkan
aluminium terbesar di dunia. Unsur aluminium unsur penguat Mn dan Si.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 275


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

TINJUAN PUSTAKA Cr ekivalen = (Cr) + 2(Si) + 1,5(Mo) + 5(V) +


Menurut Leslie (1983), untuk 5,5(Al) + 1,75(Nb) + 1,5(Ti) +
mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai 0,75(W)
struktur yang akan terbentuk pada sistem paduan
terner dapat didekati menggunakan diagram fasa Ni ekivalen = (Ni) + (Co) + 0,5(Mn) + 0,3(Cu) +
Fe-Cr-Ni (Gambar 2). Selanjutnya, Novak (1977) 25(N) + 30(C)
menyebutkan, bahwa untuk mengetahui pengaruh
penambahan unsur dalam paduan biner terhadap Menurut Novak (1977), unsur paduan
fasa  yang dihasilkan, dapat mengacu pada daftar yang mempunyai perilaku seperti Cr dalam sistem
periodik unsur-unsur. Sedangkan Honeycombe dan paduan biner Fe-Cr adalah Al, sedangkan unsur
Badeshia (1995), mengatakan bahwa unsur-unsur paduan yang mempunyai perilaku seperti Ni dalam
yang berperanan sebagai pembentuk struktur ferit sistem paduan Fe-Ni adalah Mn. Mengingat
disebut sebagai Cr diagram kesetimbangan Fe-Al mempunyai
ekivalen dan unsur-unsur yang berperanan sebagai kemiripan dengan diagram Fe-Cr dan diagram
pembentuk struktur austenit disebut sebagai Ni kesetimbangan Fe-Mn mempunyai kemiripan
ekivalen yang secara umum dirumuskan sebagai dengan diagram kesetimbangan Fe-Ni, maka
berikut : diagram kesetimbangan Fe-Al-Mn (Gambar 3) juga
akan mempunyai kemiripan dengan diagram
kesetimbangan Fe-Cr-Ni. Menurut Avner (1987),
kelarutan Al dalam -Fe sangat kecil dibandingkan
Cr, sedangkan kelarutan Mn dalam -Fe adalah tak
terbatas, sama seperti Ni. Hal ini berarti, untuk
sistem paduan Fe-Al-Mn, Al hanya dapat
ditambahkan dalam jumlah yang sangat terbatas,
sedangkan Mn dapat ditambahkan dalam jumah
cukup besar.
Aluminium adalah logam reaktif yang
dapat membentuk lapisan pelindung aluminium-
oksida. Lapisan ini mempunyai sifat yang sangat
stabil dalam lingkungan netral dan asam, tetapi
rentan dalam lingkungan alkali (Fontana, 1988).
Gambar 1. Diagram Schaeffler (Honeycombe dan
Menurut Chipman (1939), paduan Al telah secara
Badeshia, 1995)
luas digunakan dalam industri, tetapi dalam baja
tahan karat konvensional, Al hanya ditambahkan
dalam jumlah yang kecil. Sistem paduan Fe-Al
bersifat feritik pada semua temperatur (setara
dengan baja tahan karat Fe-Cr). Fasa γ muncul
dalam area yang sangat sempit pada penambahan
Al dalam jumlah kecil (± 2%) mulai temperatur
912oC sampai dengan 1394oC. Di bawah
temperatur 400oC muncul fasa κ yang bersifat
magnetik, konduktor, dengan perkecualian sifat
mekanik, menurunkan kekuatan dan regangan.
Menurut Palm (1995), penambahan karbon dalam
sistem Fe-Al akan menstabilkan struktur B2 (FeAl).
Pada temperatur tinggi unsur C berperan sebagai
penstabil struktur γ dan pada temperatur rendah
berfungsi sebagai pembentuk fasa κ. Sedangkan Si
dan Nb merupakan penstabil kuat struktur DO3
(Fe3Al) (Morris dkk., 2007). Pada proses
Gambar 2. Diagram fasa Fe-Cr-Ni (Leslie,1983) pendinginan lambat fasa γ dalam sistem paduan
yang mengandung Al rendah dan C tinggi akan
Hubungan antara Cr ekivalen dan Ni terdekomposisi membentuk fasa eutektik.
ekivalen digambarkan dalam diagram Schaeffler Sedangkan pada pendinginan cepat akan
(Gambar 1). tertransformasi membentuk struktur martensit.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 276


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

Jurusan Teknik Mesin Program D3 UGM. Uji tarik


dilakukan menggunakan universal testing machine
merk servopulser milik laboratorium Bahan Teknik
Jurusan Teknik Mesin S-1 UGM. Pengujian
kekerasan mnggunakan metoda uji kekerasan
makro Vickers dan pengujian impak menggunakan
metoda Charpy.

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
1. Struktur Mikro Paduan Fe-Al-Mn

0,5% Si

austenit

Gambar 3. Diagram Fasa Terner Fe-Al-Mn (Chao


dan Liu, 2002)
ferit
Menurut Davidson dkk. (1988),
penambahan Mn pada baja tahan karat 50 m
konvensional dalam jumlah besar akan menurunkan
sifat-sifat paduan, tetapi dalam jumlah yang sedang
akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan,
karena Mn akan berinteraksi dengan S membentuk 1,0% Si
Mn-sulfida yang akan berperan dalam
meningkatkan ketahanan korosi, khususnya
terhadap korosi piting. Choo (1997), melaporkan
ferit
bahwa sistem paduan Fe dengan 28-30% Mn, 8-
10% Al dan 0,8-1% C di atas 850oC mempunyai austenit
struktur austenit lewat jenuh, dengan pemanasan
350-700oC struktur austenit akan terdekomposisi
membentuk fasa κ (Fe,Mn)3AlC yang akan
meningkatkan kekuatan luluh secara signifikan.
50 m

Metode Penelitian
Bahan baku peleburan menggunakan mild
steel scrap, Fe-Mn C medium, aluminium murni 1,5% Si
dan Ferro-karbon. Proses peleburan menggunakan
dapur induksi frekwensi tinggi kapasitas 50 kg ferit
dengan pelindung gas argon milik POLMAN
Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Coran dibuat dalam
bentuk ingot dengan ukuran 3cm x 3cm x 20cm.
Target komposisi yang akan dicapai adalah baja
dengan 7,5% Al, 5%Mn, dan C 0,6% dengan
variasi kadar Si 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Perhitungan austenit
komposisi dilakukan secara manual dengan
material balance. Coran berbentuk ingot paduan 50 m
Fe-Al-Mn-Si selanjutnya dipotong menggunakan
meta-cut dibentuk menjadi specimen uji struktur Gambar 4. Struktur mikro paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si
mikro diameter 14 mm tinggi 10 mm, specimen uji
tarik berdasarkan standar JIS Z 2201 No.7/8 Hasil pengujian struktur mikro (Gambar 4)
(ASTM E 8 M) specimen uji impak berdasarkan menunjukkan bahwa paduan Fe–7,5Al–5Mn-Sias
standar JIS Z 2242 (ASTM E23 Type A), cast mempunyai sturktur dupleks α/ɣ (ferit dan
specimen uji kekerasan dan spesimen uji densitas. austenite) dengan pola butiran fasa ferit melingkar
Foto struktur mikro dengan mikroskop optik merk mengelilingi butiran fasa austenit yang seragam.
Olympus milik Laboratorium Bahan Teknik Fasa kapa (ҡ) terlihat berwarna lebih gelap di

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 277


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

sekeliling fasa ferit. Fasa kapa adalah senyawa terjadi pada paduan dengan kadar Si 0,5% yaitu
intermetalik (Fe,Mn)3AlC. Munculnya fasa ganda sebesar 60J dengan kecenderungan semakin
pada tiga komposisi ini disebabkan kadar Al yang menurun dengan semakin tinggi kadar Si. Solid
hanya 7,5%, sedangkan menurut Baligidad dkk. solution Si menjadi penyebab fenomena penurunan
(2007) fasa paduan akan menjadi 100% feritik pada nilai impak pada kadar Si yang lebih tinggi. Pada
kadar Al di atas 10%. Kadar Mn yang masih kadar Si yang lebih rendah struktur didominasi oleh
tergolong rendah dan medium juga belum dapat austenite sedangkan pada kadar Si yang lebih tinggi
merubah struktur feritik menjadi austenit sempurna. struktur ferit lebih mendominasi akan tetapi
Menurut Frommeyer (2000) penambahan Mn 5– bersamaan dengan itu struktur kappa menjadi lebih
10% ke dalam sistim paduan Fe-Al-C membentuk banyak. Hal inilah yang menyebabkan walaupun
struktur duplex α/γ. struktur ferit mendominasi akan tetapi bertambah
Semakin meningkat kadar Si semakin besarnya jumlah fasa kappa memberikan efek yang
meningkat jumlah fasa ferit diiringi dengan lebih besar terhadap penurunan nilai impak paduan.
semakin berkurangnya luas fasa austenit. Menurut
Scheffler (1995), Si termasuk unsur yang tergolong
dalam Cr ekivalen yang berperanan sebagai 0,5% Si 1,0% Si 1,5% Si
penstabil fasa ferit (Gambar 1). 250 224,7
Menurut Honeycombe dan Badeshia (1995) 220 230
kemampuan Mn sebagai pembentuk dan penstabil 200
struktur austenit hanya separuhnya unsur Ni
sehingga diperlukan Mn dalam jumlah banyak 150
untuk dapat dicapai struktur austenit sempurna. 69,56
100
64,73 60 55
2. Sifat Mekanik Paduan Fe-Al-Mn 61,78 50
50 7,05
Tabel 1. menunjukkan sifat mekanik 6,9 7,2
paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si. Kekuatan tarik paduan 0
Fe-7,5Al-5Mn-Si berkisar 61,78-69,56 kg/mm2 dan Kekuatan Kekerasan Harga impak Densitas
regangan berkisar 20,8-30,65%. Kekuatan tarik tarik (VHN) (J) (kg/cm3)
paduan semakin meningkat dengan semakin (kg/mm2)
meningkatnya kadar Si sedangkan regangan Sifat Mekanik
semakin menurun. Hal ini seperti yang dikatakan
oleh Shackelford (1993) dimana penambahan unsur Gambar 5. Histogram sifat mekanik paduan Fe-
Si dalam baja yang akan membentuk larutan padat 7,5Al-5Mn-Si
dapat meningkatkan kekuatan secara cukup
signifikan. Peningkatan kadar Si menyebabkan
0,5% Si 1,0% Si 1,5% Si
peningkatan jumlah fasa ferit dalam baja. Kadar
Mn yang cukup tinggi, yang akan menyebabkan
pembentukan fasa kappa (К) di sekeliling fasa ferit
juga berperan terhadap peningkatan kekuatan
paduan.
Nilai kekerasan paduan berkisar 220-
230VHN, mempunyai karakteristik linier dengan
kekuatan tarik dimana semakin tinggi kekuatan
tarik paduan kekerasan paduan akan semakin besar.
Hal ini adalah fenomena umum yang terjadi pada Gambar 6. Permukaan patah specimen uji impak
baja.
Jika dilihat bentuk permukaan patah
Tabel 1.Sifat mekanik paduan Fe-7,5Al-5Mn specimen impak (Gambar 6) maka paduan Fe-
Kekuata Harg 7,5Al-5Mn-Si mempunyai karakteristik tangguh
Kadar n tarik a yang terbukti dengan nilai impak yang tinggi dan
Si (% (kg/mm2 Kekerasa impa Densitas permukaan patah yang menunjukkan adanya
berat) ) n (VHN) k (J) (kg/cm3) necking sebelum patah.
0,5 61,78 220,0 30 6,90 Pada Gambar 5 terlihat bahwa semua
paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si mempunyai densitas yang
1,5 64,73 224,7 25 7,05
lebih rendah dari baja konvensional yaitu berkisar
1,5 69,56 230,0 20 7,20 11,5-16,9% (6,9 – 7,2 g/cm3) dengan
kecenderungan semakin tinggi kadar Si densitas
Hasil uji impak Charpy paduan Fe-7,5Al- semakin rendah. Fenomena ini disebabkan
5Mn-Si terlihat pada Tabel 1. Nilai impak tertinggi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 278


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologi Industri dan Informasi

persentasi kadar Al dalam paduan Fe-7,5Al-5Mn-Si Fontana, G.M., 1988, Corrosion Engineering, 3th
dimana Al merupakan logam yang sangat ringan ed., McGraw Hill Inc., Singapore.
dengan densitas 2,7 g/cm3 jauh di bawah densitas
Fe. Penurunan densitas merupakan salah satu aspek Frommeyer, 2000, Physical and Mechanical
yang sangat menguntungkan dimana penurunan Properties of Iron-Aluminium-(Mn-Si)
berat pada berbagai konstruksi akan meningkatkan Lightweight Steels, The 1999 ATS
efisiensi secara cukup signifikan (Frommeyer, International Steelmaking Conference, Paris.
2000). Peningkatan kadar Si yang mempunyai Sec.4.
densitas 2,3 juga menjadi penyebab penurunan Prakash, U. Buckley, R.A., Jones, H. and Sellars,
densitas, dimana semakin tinggi kadar Si densitas C.M., 1991, Structure and Properties of
semakin menurun. Ordered Intermetallics Based on the Fe-Al
System, ISIJ Int., vol 31, no. 10, 1113-1126.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Shackelford, J.F., 1992, Introduction to Material
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Science for Engineers, 3th ed., McMillan
Jendral Pendidikan Tinggi yang telah mendanai Publishing Company, New York.
penelitian ini melalui program penelitian Hibah
Bersaing. Honeycombe, R.W.K. dan Bhadeshia, H.K.D.,1995,
Steel Microstructure and Properties, 2nd ed.,
Edward Arnold, London.
DARTAR PUSTAKA
Avner, H.S., 1987, Introduction to Physical Huang, B.X., Wang, X.D., Rong,Y.H., Wang, L.,
Metallurgy, McGraw-Hill Inc., Singapure. and Jin, L., 2006, Mechanical Behavior and
Martensitic Transformation of an Fe-Al-Si-
Baligidad, R.G., Prakash, U., Ramakrishna Rao, V., Al-Nb Alloy, Materials Science and
Rao, P.K., and Ballal N.B., 1996, Effect of Engineering A, Vol. 438-440, p. 306-311.
Carbon Content on Mechanical Properties
of Electroslag Remelted Fe3Al Based Kobayashi, S., Zaefferer, S., Schneider, A., Raabe,
Intermetallic alloys, Vol. 36, No. 12, 1453- D., and Frommeyer, G., 2005, Optimisation
1458. of Precipitation for Controlling
Recrystallization of Wrought Fe3Al Based
Baligidad, R.G., Prakash, U., and Radha Krishna, Alloys, Intermetallics, 13, 1296-1303.
1998, Effect of Carbon Addition on
Structure and Mechanical Properties of Leslie, T., 1983, The Physical Metallurgi of Steels,
Electroslag Remelted Fe-20wt.%Al alloy, John Willey and Sons Inc., New York.
Vol. 249, No. 1-2, 97-102.
Sikka, V.K., Viswanathan, S., and McKamey, C.G.,
Chao, Y.C., and Liu, C.H., 2002, Effect of Mn 1993, in ‘Structural Intermetallic’, (ed. R.
Content on the Micristructure and Darolia et al.), Warrendale, PA, TMS. pp.
Mechanical Properties of Fe-10Al-xMn-1.0C 483-491
Alloy, Materials Transactions, Vol. 3, No. 10,
pp. 2635-2642. Tjong, S.C., 1986, Stress Corrosion Cracking
behavior of the duplex Fe-10Al-29Mn-0,4C
Davidson, R.M., DeBold, T. dan Johnson, M.J, alloy in 20% NaCl solution at 100oC, Journal
1988, Corrosion of Stainless Steel, dalam of Material Science, Vol. 21, Hal.: 1166-1170
ASM Handbook, Metals Park, Ohio
Wang, S., Zhang, H., dan Chen, S.J., 2000,
Environmentalchemistry.com,2008, Environmental, Experiment on Fe-Al-Mn Deoxidizing and
Chemistry & Hazardous Materials News, Alloying of Low-carbon Aluminium Killed
Careers & Resources, Periodic Table of Steel, Journal Iron Steel Vanadium Titanium,
Elements. Vol. 21, No. 4., hal. 44-49.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 279


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI PENINGKATAN DAYA DAN TORSI DENGAN PEMASANGAN AIR TUBE PADA
SALURAN INTAKE MANIFOLD SEPEDA MOTOR DUA LANGKAH

Harjono

Sekolah Vokasi Diploma Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada


Jl. Grafika 2A Bulaksumur UGM Yogyakarta
harjono_13@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pada sepeda motor penurunan unjuk kerja mesin terutama pada daya dan torsi mesin yang dihasilkan disebabkan
keausan komponen, penurunan unjuk kerja sistem pengapian, ataupun sistem bahan bakarnya. Pada penelitian ini dilakukan
modifikasi pada sistem bahan bakarnya yaitu dengan pemasangan tabung udara pada saluran intake manifold mesin sepeda
motor dua langkah.
Pemasangan tabung udara ini diharapkan dapat menampung sisa campuran udara bahan bakar yang tidak semua masuk
ke ruang pembilas pada proses langkah isap dan difungsikan sebagai supercharger atau tabung penguat untuk mendorong
campuran udara dan bahan bakar dari karburator yang masuk ke ruang bakar. Pamasangan tabung udara diharapkan
pembakaran lebih sempurna dan meningkatkan daya dan torsi mesin.
Tabung dibuat dari bahan pipa pralon PVC dengan ukuran yaitu 200 ml, 250 ml, 300 ml, 350 ml dan 400 ml. Alat yang
dipergunakan adalah sepeda motor dua langkah dengan volume silinder 100 cc. Pengujian sepeda motor dengan dynotest
inersia, hasil pengujian daya dan torsi diperoleh pada putaran mesin 3750 rpm sampai 6750 rpm. Tabung udara dengan
volume 250 ml untuk mesin sepeda motor dua langkah 100 cc menghasilkan peningkatan daya 25,7% dan peningkatan torsi
sebesar 22,1%.

Kata kunci : tabung udara, intake manifold, supercharger, daya dan torsi, karburator.

LATAR BELAKANG sehingga diharapkan daya mesin meningkat.


Penurunan unjuk kerja mesin sepeda motor Peningkatan jumlah campuran udara bahan bakar
terutama pada tenaga atau daya mesin yang yang masuk ke ruang bakar dilakukan dengan cara
dihasilkan disebabkan karena terjadi keausan pada memasang tabung udara pada saluran intake
komponen mesin misalnya keausan pada torak manifold. Tabung udara ini diharapkan dapat
,cincin torak dan silinder sehingga akan menampung sisa campuran udara bahan bakar yang
menurunkan tekanan kompresi dalam ruang bakar. tidak semua masuk ke ruang silinder pada proses
Penurunan unjuk kerja juga disebabkan oleh sistem langkah isap dan difungsikan sebagai turbocharger
pembakaran yang tidak sempurna hal ini sangat atau tabung penguat untuk mendorong campuran
berhubungan dengan sistem pengapiannya, udara dan bahan bakar dari karburator yang masuk
misalkan kondisi busi pengapian, kabel busi dan ke ruang silinder. Tabung udara juga berfungsi
juga penyetelan waktu pengapian. Pada sistem membantu pengkabutan dan sebagai tabung
pencampuran bahan bakar dan udara oleh pendorong untuk memampatkan campuran yang
karburator juga sangat berpengaruh terhadap unjuk masuk ke ruang bakar dan menghasilkan campuran
kerja mesin, sistem pencampuran bahan bakar dan yang homogen. Daya mesin sangat dipengaruhi
udara yang tidak baik akan menghasilkan oleh efisiensi pemasukan campuran bahan bakar
pembakaran yang tidak sempurna sehingga terjadi dan udara ke ruang bakar, semakin banyak jumlah
penurunan daya dan emisi gas buang yang tinggi. campuran udara dan bahan bakar daya akan
Pada motor diesel pemasangan turbocharger meningkat.
yang diharapkan saat langkah isap didapatkan
efisiensi volumetris yang besar sehingga TINJAUAN PUSTAKA
meningkatkan daya mesin. (Mathur M.L. and Campuran bahan bakar dan udara yang masuk
Sharma R.P. 1980). Pada sepeda motor telah ada ke ruang bakar pada mesin pembakaran dalam
usaha peningkatan untuk memperbaiki lagi kualitas sangat mempengaruhi unjuk kerja mesin. Berbagai
pencampuran udara dan bahan bakar yang akan perkembangan teknologi telah dilakukan untuk
masuk ke ruang bakar yaitu dengan memodifikasi mendapatkan efisiensi pemasukan campuran bahan
bentuk saluran intake manifold untuk meningkatkan bakar dan udara yang baik. Pada mesin diesel
torsi dan daya mesin. dengan menambah turbocharger agar didapatkan
Pada penelitian ini dilakukan usaha untuk volume udara yang lebih besar sehingga daya mesin
meningkatkan jumlah campuran udara bahan bakar meningkat, hal yang sama juga dilakukan dengan
yang masuk ke ruang bakar dengan sistem menambah supercharger pada mesin bensin untuk
pengapian yang baik agar pembakaran sempurna meningkatkan efisiensi volumetris di ruang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 280


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bakar.(Arismunandar Wiranto,1988). Teknologi


sistem injeksi bahan bakar telah dilakukan pada
mesin bensin ataupun mesin diesel sehingga dapat
meningkatkan daya mesin dan menurunkan emisi
gas buang. (Obert, 1973)
Tabung udara (boost bottle) yang dipasang pada
intake manifold berfungsi sebagai tabung
penyimpan untuk pencampuran awal campuran
udara dan bahan bakar. Dengan adanya momen
inersia campuran bahan bakar pada proses
pengisapan maka sebagian campuran bahan bakar Gambar 2. Roller dynotest
masuk ke boost bottle. Pada langkah selanjutnya
saat proses pengisapan boost bottle berfungsi Prosedur penelitian
sebagai supercharger yang membantu memasukkan Skema alat yang dipakai pada pengujian dapat
campuran bahan bakar ke ruang bakar. Boost bottle digambarkan sebagai berikut :
sangat efektif pada pada putaran sedang dan
putaran tinggi dan dapat berfungsi sebagai
pencampuran awal bahan bakar saat throttle
tertutup. Pada pengujian dengan dynotester
dihasilkan penambahan daya 10 hp pada rpm
rendah, 4 hp pada rpm menengah dan 2 hp pada
rpm tinggi. (Mowery 2007, Boost Bottle Theory).
Pemasangan tabung udara (boost bottle)
pada mesin 2 takt dapat berfungsi sebagai
komponen yang dapat membantu pemasukan
campuran bahan bakar dan udara yang akan masuk Gambar 3. Skema alat uji
ke ruang bakar. Pada langkah pembilasan tidak
semua campuran bahan bakar dan udara masuk ke Penelitian dilakukan untuk menguji mesin sepeda
ruang bakar, sebagian mengalir ke intake manifold motor dua langkah yang telah dimodifikasi saluran
dan akan masuk ke boosts. Pada saat pembilasan intake manifoldnya. Pengujian dilakukan di
tekanan bilas akan diperbesar dengan adanya MotoTech Ringroad Selatan Yogyakarta.
tekanan campuran bahan bakar dari boost bottle. Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai
Pemasangan boost bottle dapat memberi efek dan berikut:
beberapa keuntungan, yaitu dapat meningkatkan
daya 10-40% akan tetapi pemasangan yang tidak a. Mesin sepeda motor dipasang pada rangkaian
tepat dapat mengurangi daya mesin. (Mowery, sistem seperti gambar di atas
2007). b. Mesin dihidupkan, tunggu sampai kondisi
stabil.
METODOLOGI c. Pasang sepeda motor pada mesin pengujian
Bahan atau materi penelitian daya dan torsi ( dynotest )
Bahan yang akan diuji adalah tabung udara d. Catat data pengujian yaitu daya dan torsi
berbagai volume yang ditambahkan pada saluran mesin, pada putaran putaran 4000 sampai pada
intake manifold mesin sepeda motor dua langkah. putaran 7000 rpm, pada setiap variasi volume
Tabung dibuat dari bahan pipa pralon PVC dengan tabung udara.
volume yaitu 200 ml, 250 ml, 300 ml, 350 ml dan
400 ml. Alat yang dipergunakan adalah sepeda HASIL DAN PEMBAHASAN
motor 2 tak Suzuki RC 100 tahun 1987. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya dan
torsi mesin, sebelum pengujian dilakukan,
dilakukan pemeriksaan kendaraan dan pembersihan
pada bagian karburator, kepala silinder, busi,
saluran masuk dan saluran keluar serta knalpot.
Pendinginan mesin dilakukan dengan menggunakan
kipas angin yang diletakkan di dekat mesin untuk
menjaga kondisi agar mesin tidak overheating.
Langkah pengujian dengan meletakkan sepeda
Gambar 1.Tabung pada saluran intake manifold motor di atas roller alat uji yaitu dynotest, daya dan
Dynotest jenis inersia (chassis dynotest) sebagai torsi mesin akan didapat dari putaran roda yang
pengukur daya dan torsi mesin dan gelas ukur terhubung dengan roller dynotest. Pada awal
sebagai pengukur konsumsi bahan bakar. pengujian dengan kondisi standar yaitu intake

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 281


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

manifold kendaraan dipasang tanpa ada tambahan


tabung udara, mesin dihidupkan beberapa saat
sebagai pemanasan terlebih dahulu.
Pengujian ini dilakukan mulai dari kondisi mesin
stasioner pada putaran 1200 rpm, putaran mesin
kemudian dinaikkan dengan memutar handle gas.
Setelah dilakukan pengetesan dilakukan pencatatan
data seperti putaran mesin, kebutuhan bahan bakar
daya dan torsi mesin. Pada pengujian menggunakan
dynotest data daya dan torsi mesin dapat langsung
tercatat pada monitor alat uji, putaran mesin yang
tercatat pada pengujian ini adalah mulai dari 3750 Gambar 5. Kurva hubungan torsi (Nm) dengan
rpm sampai 6750 rpm. putaran mesin (Rpm)
Hasil pegujian pada gambar 5., menunjukkan
bahwa pada putaran 4250 rpm sampai 4500 rpm
torsi (Nm) pada intake manifold dengan
pemasangan tabung udara lebih besar dari pada
intake manifold standart. Pada mesin dengan intake
manifold standart diperoleh torsi paling besar dari
pada mesin yang intake manifoldnya dipasang
tabung udara yaitu pada putaran 4750 rpm sampai
5000 rpm. Pada putaran diatas 5000 rpm pada
mesin yang intake manifoldnya dipasang tabung
udara menghasilkan torsi yang lebih besar daripada
mesin dengan intake manifold standart. Dari
Gambar 4. Kurva hubungan daya( Hp) dengan gambar 5., terlihat torsi terbesar saat putaran diatas
putaran mesin (rpm) 5000 rpm adalah pada intake manifold dengan
volume tabung udara yaitu 250 ml, penambahan
Hasil pegujian menunjukkan bahwa pada torsi rata-rata adalah 22,1 %. Hal ini sesuai dengan
putaran 3750 rpm sampai 4250 rpm daya pada pernyataan Boost Bottle Theory (2007) yang
intake manifold dengan pemasangan tabung udara menyatakan bahwa Boost bottle sangat efektif pada
lebih besar dari pada intake manifold standart tanpa pada putaran sedang dan putaran tinggi dan dapat
pemasangan tabung udara. Pada mesin dengan berfungsi sebagai pencampuran awal bahan bakar
intake manifold standart diperoleh daya paling saat throttle tertutup.
besar dari pada mesin yang intake manifoldnya
dipasang tabung udara yaitu pada putaran 4750 rpm Pemasangan tabung udara pada saluran
sampai 5250 rpm. Pada putaran diatas 5000 rpm intake manifold menghasilkan daya dan torsi yang
pada mesin yang intake manifoldnya dipasang lebih besar dari pada intake manifold standart,
tabung udara menghasilkan daya yang lebih besar tabung udara berfungsi sebagai cadangan campuran
daripada mesin dengan intake manifold standart. udara dan bahan bakar yang akan masuk ke ruang
Dari gambar 4., terlihat daya terbesar saat putaran bakar. Dengan pemasangan tabung pada intake
diatas 5000 rpm adalah pada intake manifold manifold akan meningkatkan volume campuran
dengan volume tabung udara yaitu 250 ml, udara dan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar
penambahan daya rata-rata adalah 25,7 %. Hal ini dan membantu pengkabutan campuran sehingga
sesuai dengan pernyataan Mowery (2007), akan dihasilkan campuran yang homogen di ruang
pemasangan boost bottle dapat memberi efek dan bakar. Campuran bahan bakar dan udara yang
beberapa keuntungan, yaitu dapat meningkatkan homogen akan menghasilkan pembakaran yang
daya 10-40% akan tetapi pemasangan yang tidak lebih sempurna sehingga akan meningkatkan daya
tepat dapat mengurangi daya mesin. dan torsi mesin. Hal ini sesuai dengan teori Obert
(1973), menyatakan bahwa penambahan
supercharger pada mesin bensin untuk
meningkatkan efisiensi volumetris ruang bakar dan
didapatkan volume udara yang lebih besar sehingga
daya mesin meningkat.
Semakin besar volume tabung yang
ditambahkan pada saluran intake manifold ternyata
tidak memperbaiki pembakaran yang terjadi di
ruang bakar yang dapat dilihat pada grafik daya dan
torsi mesin. Penggunaan tabung udara dengan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 282


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

volume 250 ml memberikan pasokan campuran rerata 25,7% dan peningkatan torsi rerata
udara dan bahan bakar yang memadai agar 22,1%.
pembakaran yang terjadi lebih sempurna daya dan
torsi mesin meningkat dibanding dengan saluran DAFTAR PUSTAKA
intake manifold standart. Hal ini sesuai dengan Arismunandar Wiranto., 1988, Penggerak Mula
pernyataan Mowery (2007) yang menyatakan Motor Bakar Torak, edisi keempat, Bandung
bahwa Pemasangan boost bottle dapat memberi Horning, L., 2007, Porting Boost Bottle,
efek dan beberapa keuntungan, yaitu dapat http://www.2-stroke-porting.com/bbottle.htm
meningkatkan daya 10-40% akan tetapi Mathur M.L. and Sharma R.P. 1980, A course In
pemasangan yang tidak tepat dapat mengurangi Internal Combustion Engines, Dhanpat Rai
daya mesin. and Sons, Delhi
Mowery, 2007, Boost Botlle,
http://forums.everything2stroke.com/intake-
KESIMPULAN
mods/6510-boost-bottle.html
1. Tabung udara dapat berfungsi sebagai
Obert, O. F., 1973, Internal Combustion Engines
cadangan campuran udara dan bahan bakar
and Air Pollution, Harper & Row
yang akan masuk ke ruang bakar, dapat
Publishers, Inc., New York
meningkatkan massa campuran di dalam
Soeadgihardo S. dan Harjono, 2005, Pengaruh
intake manifold sehingga campuran udara dan
pengarah aliran pada intake manifold sepeda
bahan bakar lebih banyak dan pembakaran di
motor terhadap emisi gas buang, Laporan
dalam ruang bakar menjadi lebih sempurna.
Penelitian DPP FT UGM, Yogyakarta
2. Tabung spesimen dengan ukuran volume 250
Harjono dan Greg Sukartono 2009, Penambahan
ml untuk mesin sepeda motor dua langkah 100
tabung udara pada intake manifold sepeda
cc sangat memadai dalam penyediaan
motor 4 langkah terhadap daya dan torsi
campuran udara dan bahan bakar yang
mesin, Laporan Penelitian DPP FT UGM,
diperlukan dalam pembakaran di ruang bakar
Yogyakarta
sehingga dapat memperbaiki pembakaran,
yang ditunjukkan dengan peningkatan daya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 283


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK ESTIMASI


MANUFACTURING COST PADA PERANCANGAN COLD STORAGE MENGGUNAKAN
PANEL SURYA

Boni Sena1), Fauzun2), Endang Suhendar3)


1)
bonisena@mail.ugm.ac.id, 3)endang_unindra@yahoo.com
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI
2)
Fauzun71@yahoo.com
Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin dan Industri
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Indonesia mempunyai potensi yang tinggi di bidang perikanan dan energi surya namun pemanfaatan potensi
masih belum optimal.Permasalahan yang paling fundamental dari sebuah perancangan sistemcold storage yang
menggunakan panel surya adalah manufacturing cost untuk sebuah sistem. Proses perhitungan manufacturing
cost sangat rumit sehingga tidak semua orang dapat mengetahui informasi mengenai manufacturing cost. Inovasi
teknologi informasi untuk meningkatkan potensi bidang perikanan dan optimalisasi energi terbarukan telah
dilakukan dengan pengembangan program pendukung keputusan.
Program pendukung keputusan dibuat dengan menggunakan program visual basic. Database program
pendukung keputusan dibuat dengan program MySQL.Model matematis yang digunakan untuk estimasi
manufacturing cost adalah regresi polinomial orde dua dan tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendukung keputusan telah dapat melakukan estimasi
manufacturing cost dalam perancangan cold storage menggunakan panel surya. Rata-rata kesalahan pada seluruh
range massa ikan sebesar sebesar 0,298 dengan standar deviasi sebesar 0,54. Rata-rata kesalahan paling rendah
sebesar 0,0073 dengan standar deviasi 0,072 berada pada range 100 kg – 400 kg. Rata-rata kesalahan tingkat
menengah berada pada range 500 kg –800 kg dan 900 kg – 1200 kg. Rata-rata kesalahan paling tingi terjadi pada
range 1300 kg – 1600 kg dengan nilai sebesar 0,76 dan standar deviasi sebesar 1,13. Nilai kesalahan masih
tinggi pada program pendukung keputusan sehingga diperlukan pengembangan dan perbaikan model untuk
mendapatkan nilai kesalahan yang lebih rendah.

Kata Kunci : Cold storage, panel surya, manufacturing cost, program pendukung keputusan

PENDAHULUAN pemanfaatan potensi perikanan di Indonesia dapat


ditingkatkan.
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas Pemanfaatan cold storage di Indonesia
laut. Garis pantai di Indonesia mencapai mempunyai permasalahan yaitu belum meratanya
81.000 km. Potensi perikanan di Indonesia distribusi listrik di Indonesia. Pada akhir tahun
mencapai 6,26 juta ton setiap tahun. Indonesia 2010, rasio elektrifikasi di Indonesia mencapai
mempunyai potensi yang tinggi dalam komoditas 67,98 %. Sementara itu, total kapasitas terpasang
perikanan. (Novrizal, 2008). dan jumlah unit pembangkit PLN (holding dan anak
Potensi perikanan yang tinggi di Indonesia tidak perusahaan) pada akhir desember 2011 mencapai
didukung oleh tersedianya sistem penyimpanan 76,9 % berada di Pulau Jawa (PLN, 2011). Solusi
yang memadai. Hal ini terbukti pada survei yang untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
dilakukan di Muara Angke, Teluk Jakarta, dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan.
ditemukan bahwa aplikasi sistem pendingin pada Indonesia mempunyai potensi energi matahari
nelayan tradisional masih sangat kurang. Nelayan yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Padahal
hanya menggunakan es balok sebagai pengawet Indonesia merupakan negara tropis yang
hasil tangkapannya (Dzuhri, 2007). mempunyai potensi energi matahari dengan insolasi
Berdasarkan permasalahan tersebut maka harian rata-rata 4,8 kWh/m2/hari. Saat ini,
diperlukan sebuah sistem cold strage sehingga pemanfaatan energi matahari di Indonesia masih
sangat rendah yaitu sekitar 8 MW (ESDM,2010).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 284


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sistem cold storage dengan menggunakan panel


surya diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan
potensi perikanan dan optimalisasi penggunaan
energi terbarukan khususnya energi surya di
Indonesia.
Permasalahan yang paling fundamental dalam
perancangan sistem cold storage yang
menggunakan panel surya adalah berapa biaya
pembuatan untuk kapasitas produk ikan tertentu
(Sena B. et al., 2011). Proses penentuan biaya
pembuatan untuk sebuah sistem cold storage yang
menggunakan panel suryasangat rumit. Hal ini
menyebabkan tidak semua orang dapat
mendapatkan informasi mengenai biaya pembuatan
untuk satu sistem cold storage yang menggunakan
panel surya.Solusi untuk permasalahan ini adalah
dengan melakukan inovasi teknologi informasi.
Inovasi teknologi informasi dalam penelitian ini
diwujudkan dalam bentuk program yang dapat
berinteraksi dengan pengguna atau orang yang
ingin mengetahui informasimanufacturing cost
dalam perancangan cold storage yang Gambar 1. Metode Penelitian
menggunakan panel surya.
Program yang dikembangkan dalam penelitian Visual Basic merupakan program yang dapat
ini adalah program pendukung keputusan.Pengguna dihubungkan dengan program database (Mulyadi,
dapat langsung mengetahui biaya pembuatan dari 2009). Pembuatan database menggunakan program
sebuah sistem cold storage yang menggunakan MySQLyang merupakan kategori database
panel surya. server.Tindakan yang pertama kali dilakukan
sebelum menggunakan programMySQL adalah
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan dengan mengkonfigurasikan PC menjadi server
localhost.Software XAMPP digunakan
inovasi teknologi informasi dalam bentuk
mengkonfigurasikan PC menjadi server localhost.
pengembangan program pendukung keputusan Pembuatan program pendukung keputusan
yang bersifat user friendly sehingga informasi menggunakan program visual basic.Hal ini
mengenai manufacturing cost untuk sistem cold disebabkan program visual basic menggunakan
storage bertenaga surya dapat diketahui oleh user. bahasa pemrograman tingkat tinggi dan integrated
development environment (IDE) (Hassan et al.,
METODE PENELITIAN 2006). Proses desain program secara visual
dilakukan pada tahap ini.Koneksi database
Metode penelitian dengan judul pengembangan dilakukan antara database MySQL dengan program
program pendukung keputusan dalam perancangan visual basic.Proses penentuan biaya pengiriman dan
cold storage menggunakan panel surya diberikan komponen sistem cold storage bertenaga surya
pada gambar 1. dilakukan dengan menggunakan database MySQL.
Model regresi orde-n digunakan sebagai
Penelitian dimulai dengan proses karakterisasi metode untuk estimasi manufacturing cost
beban pendingin terhadap biaya pembuatan. (Ariyono, 1999).Model regresi linear digunakan
Karakterisasi dilakukan dengan melakukan variasi untuk menentukan nilai beban pendingin sedangkan
massa ikan dari 100 kg hingga 2000 kg. Setiap model regresi polinomial digunakan untuk
perubahan massa ikan akan menghasilkan menentukan estimasi biaya pembuatan.Model
perubahan beban pendingin. Ketika beban regresi polinomial yang digunakan pada estimasi
pendingin mengalami perubahan maka biaya biaya pembuatan sistem cold storage yang
pembuatan mengalami perubahan.Hasil akhir dari menggunakan panel surya adalah orde dua dan tiga
proses karakterisasi adalah model regresi (Sena B., 2011).
polinomial. Proses debug program atau running program
dilakukan setelah seluruh proses desain visual
program dan penulisan coding program selesai.
Proses debug dilakukan dengan menjalankan
program untuk melihat apakah program dapat
berjalanatau masih terdapat kesalahan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 285


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Kesalahan yang terjadi pada program biasanya x = Beban pendingin (kW)


adalah koneksi database MySQL dengan program y = Biaya pembuatan (Milyar Rupiah)
visual basic. Hal lain yang bisa menjadi kesalahan
pada program adalah syntax program kurang Biaya pengiriman untuk setiap sistem cold
lengkap. Ketika program sudah bisa running tanpa storage dan panel surya dihitung berdasarkan total
adanya kesalahan maka proses pengembangan massa sistem. Data yang digunakan untuk
program pendukung keputusan sudah selesai. perhitungan biaya pengiriman berdasarkan database
yang telah dibuat menggunakan program MySQL
HASIL DAN PEMBAHASAN dan telah dihubungkan dengan program visual
basic. Harga total merupakan jumlah antara biaya
Program pendukung keputusan dibuat untuk pembuatan dengan biaya pengiriman.
membantu user dalam mendapatkan informasi Penulisan program visual basic pada
manufacturing cost (biaya pembuatan) perhitungan biaya pembuatan dan biaya pengiriman
dalamperancangan cold storageyangmenggunakan menggunakan struktur pemrograman
panel surya.Dalam penelitian ini, pendukung If (kondisi input I) then (eksekusi)
keputusan dibatasi dalam aspek ekonomi. Else If (kondisi input II) and (kondisi input II)
then (eksekusi)
Program Pendukung Keputusan End If
Program pendukung keputusan pada penelitian
ini dapat digunakan untuk melakukan estimasi Tampilanprogram pendukung keputusan dapat
terhadap biaya pembuatan. Proses estimasi biaya dilihat padagambar 1. Program mempunyai empat
pembuatan dihitung dengan persamaan regresi input yang terdiri dari satu input penulisan massa
polinomial orde dua dan tiga. Biaya pengiriman ikan dan tiga input pemilihan tujuan pengiriman
dihitung menggunakan perkalianmassa total sistem barang. Massa ikan ditulis sebagai berat ikan.Hal
dengan harga kirim setiap satuan massa. Proses ini untuk memudahkan user yang sudah terbiasa
pengiriman dilakukan dengan kapal laut. dengan penggunaan kata ‘berat’ dibandingkan
Proses yang pertama kali dilakukan untuk dengan kata ‘massa’. Input pemilihan tempat
menghitung biaya pembuatan adalah menghitung pengiriman barang terdiri dari pulau, provinsi
beban pendingin. Perhitungan beban pendingin dankota.
pada program pendukung keputusan dengan
inputmassa ikan dihitung dengan menggunakan
persamaan di bawah ini

y = 0,004 x + 1,059 (1)

dengan :
x = Massa produk (kg)
y = Beban pendingin (kW)
Gambar 1. Hasil Desain Visual Program
Hasil perhitungan beban pendingin pada Pendukung Keputusan Input Massa Ikan
persamaan 1 digunakan untuk menghitung biaya
pembuatan.Biaya pembuatan pada program Cara kerja dari program adalah dengan mengisi
pendukung keputusan dihitung dengan massa ikan dengan range dari 100 kg hingga 2000
menggunakan tiga persamaan kg. (lihatgambar 2). Setelah itu, userakan memilih
polinomial(persamaan 2, 3 dan 4). pulau, provinsi dan kota yang akan dijadikan
sebagai tujuan pengiriman barang komponen sistem
Range beban pendingin 1,54 kW hingga 4,31 kW: cold storage dan panel surya (gambar 2).Barang
akan dikirim dari Jakarta ke seluruh provinsi di
y = 0,121x3 – 0,951x2 + 3,013x – 0,281 (2) Indonesia. Ketika proses input massa ikan atau
biaya investasi dan pemilihan tempat pengiriman
Range beban pendingin 4,74 kW hingga 8,32 kW : sudah selesai dilakukan maka user akan menekan
tombol submit untuk melakukan perhitungan
y = -0,189x3 + 3,612x2 – 22,12x + 49,34 (3) terhadap beban pendingin, biaya pembuatan, biaya
pengiriman, dan harga total. Spesifikasi komponen
Range beban pendingin 8,75 kW hingga 10,47 kW : sistem cold storage dan panel suryaakan muncul
pada tabel bagian bawah secara horizontal (gambar
y = 0,001x2 – 0,022x + 9,091 (4) 3).

dengan :

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 286


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Input Massa Ikan & Pilih Pulau,


Provinsi & Kota

Gambar 4. Perbedaan Perhitungan Manual dan


Program

Rata-rata kesalahan pada program sebesar 0,298


dengan standar deviasi sebesar 0,54. Nilai
maksimum kesalahan sebesar 2,45 dan nilai
minimum kesalahan sebesar 0,01. Nilai kesalahan
yang masing tinggi disebabkan pada beberapa titik,
model regresi polimomal tidak berhasil melakukan
Gambar 3. Hasil Program Pendukung Keputusan estimasi dengan tepat.
Input Massa Ikan Model regresi polinomial tidak berhasil
melakukan estimasi manufacturing cost pada massa
Validasi Program Pendukung Keputusan ikan 1600 kg dengan kesalahan yang paling tinggi
sebesar 2,45. Pada massa ikan sebesar 700 kg dan
Validasi program pendukung keputusan 1100 kg, kesalahan yang terjadi masing-masing
dilakukan dengan membandingkan nilai sebesar 0,58 dan 0,7. Kesalahan sebesar 0,35terjadi
perhitungan manual dan perhitungan program pada massa ikan 600 kg.
pendukung keputusan.Validasi hanya dilakukan Tabel 1 merupakan tampilan rata-rata kesalahan
pada biaya pembuatan sedangkan biaya pengiriman dan standar deviasi untuk setiap range massa ikan.
tidak dilakukan proses validasi. Hal ini disebabkan Rata-rata kesalahan paling rendah berada pada
rumus yang digunakan untuk menghitung biaya range 100 kg – 400 kg dan 1700 kg – 2000 kg.
pengiriman hanya sebuah perkalian Rata-rata kesalahan paling tinggi berada pada range
matematis.Validasi perlu dilakukan pada biaya 1300 kg – 1600 kg. Rata-rata kesalahan tingkat
pembuatan karena rumus yang digunakan untuk menengah berada pada range 500 kg – 800 kg dan
menghitung biaya pembuatan adalah persamaan 900 kg – 1200 kg.
polinomial orde dua dan tiga.
Tabel 1. Rata-rata kesalahan dan Standar Deviasi
Validasi dilakukan dengan menghitung selisih
nilai perhitungan manual dan perhitungan program No Range Massa Ikan Rata-rata Standar
pendukung keputusan.Selisih antara kedua nilai Kesalahan deviasi
tersebut disebut kesalahan.Perbedaan nilai 1 100 kg – 400 kg 0,073 0,072
perhitungan manual dan perhitungan program dapat 2 500 kg – 800 kg 0,3 0,21
dilihat pada gambar 4. 3 900 kg -1200 kg 0,32 0,28
4 1300 kg – 1600 kg 0,76 1,13
5 1700 kg – 2000 kg 0,032 0,003

KESIMPULAN

Pada penelitian ini, program pendukung


keputusan telah dikembangkan untuk melakukan
estimasi terhadap manufacturing cost dalam
perancangan cold storage menggunakan panel
surya. Kesimpulan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Harga pembuatan untuk sistem cold storage yang


menggunakan panel surya sangat mahal,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 287


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Program pendukung keputusan sudah dapat


melakukan prediksi terhadap biaya pembuatan Nofrizal. 2008. Perancangan thermal dan elektrik
dengan rata-rata kesalahan untuk seluruh range solar cold storage untuk perahu nelayan
massa ikan sebesar 0,298 dengan standar deviasi Tradisional. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas
sebesar 0,54, Indonesia

3. Nilai kesalahan pada massa ikan 700 kg, 1100 kg Nugroho B., 2008. Panduan Lengkap Menguasai
dan 1600 kg masih tinggi sehingga masih Perintah SQL. Media Kita : Jakarta
memerlukan pengembangan model untuk
mendapatkan kesalahan yang lebih rendah. PLN. 2011.Statistik PLN. PT. PLN Persero

DAFTAR PUSTAKA Sena B., 2011. Karakterisasi Beban Pendingin


Terhadap Biaya Pembuatan Dalam Perancangan
Ariyono V., 1999. Peramalan Dengan Regresi Cold Storage Menggunakan Panel
Orde-N. Jurnal Teknologi Industri. Vol. III. No. Surya.Thesis.Universitas Gadjah Mada
1 Hal. 71-78, ISSN : 1410-50004
Sena B., Fauzun. dan Indarto. 2011. Analisa
Dzuhri M. 2007. Perancangan material dan biaya Regresi Metode Parametrik Pada Karakterisasi
estimasi solar cold storage untuk perahu nelayan Beban Pendingin Terhadap Biaya Pembuatan
tradisional.Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Dalam Perancangan Cold StorageMenggunakan
Indonesia Panel Surya. Seminar Nasional Teknik Mesin 6.
Universitas Kristen Petra, Hal. 94-98, ISSN : 978-
ESDM. 2010. Indonesia Energy Outlook, Pusat 979-25-4415-2
Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya
Mineral Sena B., Fauzun dan Indarto. 2011. Karakterisasi
Beban Pendingin Terhadap Biaya Pembuatan
Maria A., 1997. Introduction To Modeling and Dalam Perancangan Cold StorageMenggunakan
Simulation. Proceedings of the winter simulation Panel Surya. Seminar Nasional Thermofluid.
conference.pp. 7-13 Universitas Gadjah Mada, Hal. 106-111, ISSN :
978-979-97986-6-4
Mulyadi, 2009. Koneksi Microsoft Visual Basic
6.0 ke Database Oracle 10g dalam Pemrograman Thabrani S., 2007. Mudah dan Cepat Menguasai
Database. Jurnal Media SISFO. Vol 3. No.1, Visual Basic. Media Kita : Jakarta
Hal. 16-29

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 288


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

APLIKASI INTERFEROMETER MICHELSON UNTUK PENGUKURAN REGANGAN


PADA MESIN UJI TARIK

Budi Setyahandana1), Martanto2) Ronny Dwi Agusulistyo3)


1)
Teknik Mesin, FST, Universitas Sanata Dharma
Kampus Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
budisetya@dosen.usd.ac.id
2)
Teknik Elektro, FST, Universitas Sanata Dharma
Kampus Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
martanto@usd.ac.id
3)
Desain Produk Mekatronika, Politeknik Mekatronika Sanata Dharma
Kampus Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
ronny_dwi@pmsd.ac.id

ABSTRACT
This research has been done to apply the Michelson interferometer on a tensile testing machine, which
will be used to measure the specimen strain. The purpose of this research was to measure elongation of the
specimens were given tensile load using a Michelson interferometer system has been made before.
Michelson interferometer works based on interference two light beams that different optical path. If
the specimen is subjected to tensile load until fracture, the specimen will experienced elongation, so that the
moveable mirror will also move to follow the movement of the test specimen. Elongation of the specimen at the
detector, resulting in an optical path of two different beam, so it will occur interference and produce frinji.
Results from of this research is the number of frinji generated when the specimen were given tensile load. Frinji
that captured by fotodetector, processed by interface of a signal conditioning circuit become a sine wave signal,
and a comparator circuit become a square wave signal. Then the square wave signal recorded on the PC. The
number of frinji and the elongation of the specimen can be derived by showing square wave signal and process
it using a microcontroller circuit.
Implementation of this research is conducted in two categories, namely by using the test specimen and
without specimen. In the testing without the specimen, measurements were made for crosshead movement to up
or down. The measurement results for the crosshead moves up, there is a difference between the results of the
measurement of interferometer system than measurement of extensometer of tensile testing machine, with a
standard deviation of 0.07. When the crosshead moves down, a standard deviation of 0.02. When mounted
specimens, the average of standard deviation being 0.08. These results indicate that at the time of the test
specimen installed, reduced measurement accuracy. The analysis for case is currently mounted specimen,
vibration of machines are becoming increasingly large. These vibrations propagate, so it would vibrate the
moveable mirror . Vibration of the moveable mirror affect the amount finji chopped, so causing different
measurements. Due to vibration, chopped frinji becomes increasingly large. Thus, the measured elongation
becomes larger than the measurement of the extensometer.

Keywords : Michelson interferometer, frinji, light sources, beam splitters, interface.

LATAR BELAKANG Untuk beberapa bahan besarnya regangan sangat


Interferometer Michelson berdasar pada kecil, sehingga sulit untuk diamati dengan alat ukur
interferensi dua berkas cahaya yang berbeda konvensional. Akurasi sistem interferometer
lintasan optiknya. Karena itu penerapan dari Michelson dipengaruhi oleh getaran yang
interferometer ini berhubungan dengan pengukuran ditimbulkan disekitar sistem tersebut. Getaran yang
besaran-besaran yang terkait dengan jarak dan ditimbulkan oleh alat uji tarik juga akan
indeks bias bahan. Kemampuan pengukuran jarak mempengaruhi hasil pengukuran sistem
yang dapat dicapai oleh interferometer ini sampai interferometer Michelson.
dengan orde mikrometer. Karena itu dalam penelitian ini akan
Pada alat uji tarik diperlukan pengukuran diaplikasikan sistem inteferometer Michelson yang
regangan. Karena pengaruh gaya tarik, bahan yang telah dirancang dan dibuat pada penelitian
diuji akan mengalami perubahan panjang. Besarnya sebelumnya, baik hardware maupun sistem akuisis
regangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara data untuk mendeteksi berkas cahaya yang berbeda
lain jenis bahan dan panjang bahan yang diuji. lintasan optiknya. Sistim interferometer Michelson

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 289


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ini akan digunakan untuk pengukuran regangan macam alat ukur perubahan panjang seperti
pada alat ukur uji tarik yang mampu mengukur resistance strain gage, transduser piezoresistive
sampai pada orde mikrometer. Pengujian dilakukan [Doebelin, 1990]. Mengingat kemampuan
dengan benda uji aluminium dan baja karbon interferometer yang dapat mengukur sampai orde
rendah. mikrometer, maka interferometer ini akan
digunakan pada alat ukur uji tarik untuk menguji
RUMUSAN MASALAH bahan yang regangannya kecil seperti besi tuang.
Salah satu aplikasi interferometer Pengukuran perubahan panjang dengan
Michelson dapat digunakan untuk pengukuran interferometer dilakukan dengan mencacah
regangan benda uji pada alat ukur uji tarik, serta perubahan pola interferensi. Agar dihasilkan
mampu mengukur sampai pada orde mikrometer. pengukuran yang teliti, cepat dan terkontrol
Sampai sejauh mana ketelitian hasil pengukuran diperlukan sistim pencacah. Untuk itu dalam
sistem interferometer Michelson, dan penelitian ini akan dirancang sistim pengukuran
bagaimanakah pengaruh getaran terhadap hasil perubahan panjang dengan menggunakan
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan interferometer Michelson berbasis komputer. PC
sistem interferometer Michelson ini. sangat membantu dalam pelaksanaan pengukuran,
karena kemampuannya untuk mengkontrol, meng
TUJUAN PENELITIAN akuisisi data, mengolah data serta menyajikannya
Penelitian dilakukan dengan tujuan: secara cepat dan akurat.
Mengaplikasikan sistem interferometer Michelson Selama ini telah dilakukan penelitian
berbasis komputer pada mesin uji tarik untuk sistim akuisisi data menggunakan komputer pribadi
mengukur regangan benda uji. [Martanto, 2004]. Penggunan komputer juga telah
dilakukan penelitian untuk mengkontrol,
MANFAAT PENELITIAN mengambil dan mengolah data pada sistem
1. Sistem interferometer dengan sistem akuisisi interferometer Michelson [Kusairi et al., 2000] dan
data dapat dipakai untuk mengukur regangan sistim lainnya [Imron et al. 2002]. Akuisisi data
benda uji pada mesin uji tarik. interferometer Michelson untuk digunakan
2. Sistem interferometer dapat dipakai untuk pengukuran regangan pada alat ukur uji tarik
praktikum mahasiswa Prodi Teknik mesin. [Ronny et al, 2010]. Akuisisi data getaran dengan
menggunakan interferometer Michelson untuk
TINJAUAN PUSTAKA koreksi pengukuran regangan pada alat ukur uji
Dasar dari interferometer adalah gejala tarik [Budi Setyahandana et al, 2011].
interferensi cahaya. Interferometer telah banyak
dikembangkan sehingga dikenal berbagai macam LANDASAN TEORI
susunan seperti interferometer Michelson, Fabry Pada alat uji tarik, suatu bahan yang akan
Perot, Mach Zehnder, Twyman Green. Penggunaan diuji berupa batang dengan panjang l0 diklem pada
interferometer ini tidak terbatas pada bidang Fisika kedua ujungnya. Kemudian batang tersebut ditarik
tetapi juga telah mencakup bidang terapan. dengan gaya F seperti pada Gambar 1 di bawah.
Pada interferometer Michelson, Karena pengaruh gaya bahan tersebut akan
interferensi cahaya dihasilkan dari dua berkas terdeformasi dan mengalami perubahan panjang
cahaya dengan lintasan yang berbeda. Perubahan sebesar Δl.
lintasan optis (atau besaran lain yang terkait dengan
panjang dan indeks bias) akan mempengaruhi pola
interferensi. Pengukuran besaran-besaran tersebut
dapat dilakukan pada orde panjang gelombang
cahaya yang digunakan; dengan ketelitian sampai l lo +
pada orde pico meter [Lawall dan Kessler, 2000].
Inteferometer Michelson telah diterapkan pada
o Δl
berbagai pengukuran diantaranya: pengamatan
keadaan permukaan [Kandpal et.al, 2000],
pengamatan getaran sebagai frequency meter dan F
amplitudometer [Laszlo T dan Laszlo M, 1997].
Pada alat ukur uji tarik, suatu bahan ditarik
dengan gaya sehingga mengalami perubahan
panjang. Pada penarikan dari suatu pengujian Gambar 1. Gambar sebeleh kiri menunjukkan sebelum
bahan, perubahan panjang bahan yang terjadi bahan diberi gaya mempunyai panjang l0. Gambar
sangat kecil, karena itu diperlukan alat ukur yang sebelah kanan menunju kan bahan yang dikenai gaya
sangat sensitif. Selama ini telah dikenal berbagai sebesar F, sehingga panjangnya menjadi l0 + Δl

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 290


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pengukuran pertambahan panjang batang Seperti terlihat pada gambar 3, sistim


dilakukan dengan sistem interferometer berbasis pengukur regangan dengan interferometer
komputer yang mempunyai susunan seperti pada Michelson ini bekerja dengan mencacah perubahan
gambar 3. Berkas laser He-Ne diarahkan ke beam pola interferensi saat cermin (4) bergeser. Selama
splitter (2), selanjutnya akan menuju ke cermin cermin (4) bergerak intensitas cahaya di pusat frinji
tetap (3) dan cermin yang dapat digerakkan (4). dicatat oleh fotodetektor menghasilkan
Pantulan berkas laser dari kedua cermin tersebut interferogram, yang selanjutnya digunakan untuk
akan berinterferensi menghasilkan pola interferensi mencacah perubahan frinjinya.
berupa pola gelap terang (frinji) seperti pada Bila panjang gelombang cahaya dari laser
Gambar 2. Pola interferensi yang akan ditangkap yang digunakan adalah , dan ketika cermin (4)
oleh fotodetektor (5) tersebut tergantung pada beda berpindah sejauh s, menghasilkan cacah
lintasan optik kedua berkas. perulangan frinji yang terdeteksi oleh fotodetektor
sebanyak n maka akan dipenuhi:
s=n/2 (1)
Pada penelitian ini akan digunakan laser
He-Ne yang mempunyai panjang gelombang 632,8
nm. Dengan demikian melalui persamaan di atas,
pergeseran cermin dapat ditentukan dengan
menghitung cacah perubahan frinji.

Gambar 2. Pola interferensi (frinji) yang METODOLOGI PENELITIAN


ditangkap oleh Foto detektor Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan membuat sistem
Lintasan optik salah satu berkas dibuat interferometer Michelson dan sistem akuisisi data,
tetap dengan memasang cermin (3) pada posisi serta mengaplikasikannya secara eksperimen di
yang tetap. Cermin (4) diletakkan pada salah satu laboratorium untuk mengukur regangan benda uji.
ujung bahan yang ditarik pada alat uji tarik. Karena
itu bila bahan mengalami perubahan panjang, letak Bahan Penelitian
cermin (4) ini akan bergeser. Sehingga lintasan Sumber cahaya yang digunakan dalam eksperimen
optik dari berkas ini berubah karena adanya adalah laser He-Ne, yang mempunyai panjang
perubahan jarak antara cermin (4) ke beam splitter gelombang 632,8 nm. Benda uji yang dipakai untuk
(2). Hal ini akan menyebabkan pola interferensi pengujian adalah aluminium dan baja karbon
yang berupa pola gelap terang (frinji) yang rendah.
ditangkap oleh fotodetektor juga berubah. PC (10)
digunakan untuk mencatat keluaran fotodetektor Deskripsi Alat Pengujian
yang menunjukkan cacah perubahan pola a. Sumber cahaya Laser He-Ne
interferensi yang terjadi karena adanya perubahan Berfungsi sebagai sumber cahaya
lintasan optik. b. Dudukan sistem interferometer
3 Berfungsi sebagai tempat peralatan interfero
7 meter supaya peralatan tersebut sejajar.
c. Dudukan Sumber Cahaya Laser He-Ne
6 Berfungsi sebagai tempat sumber cahaya.
Ketinggiannya bisa diatur agar berkas cahaya
2 dapat disesuaikan posisinya dengan pusat lensa
1 4 dan pusat beam splitter.
8 9 10 d. Lensa
0 Berfungsi untuk memfokuskan sumber cahaya
yang berasal dari Laser He-Ne
e. Beam Splitter
5 Merupakan sebuah peralatan optik, yang
Gambar 3. Susunan8 Peralatan Pengukur fungsinya mengatur berkas cahaya dari sumber
Regangan dengan 5 cahaya laser He-Ne, setengahnya dari berkas
Interferometer Michelson 9 10 cahaya yang lewat satu sisi direfleksikan
1. Laser He-Ne; 2. Beam splitter; 3. Cermin tetap; menuju cermin tetap dan setengah yang lain
4. Cermin bergerak; 5. Fotodetektor; 6. Bahan uji ditransmisikan menuju cermin gerak. Beam
7. alat ukur uji tarik ; 8. sensor gaya; 9. interface; splitter merupakan bagian penting dari
10. PC pencatat dan pengolah serta penyaji data. interferometer.
f. Cermin tetap

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 291


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berfungsi sebagai perefleksi berkas cahaya dari


beam splitter
g. Cermin gerak
Berfungsi sebagai perefleksi berkas cahaya dari
beam splitter. Cermin gerak ini ditempelkan
pada benda uji, sehingga apabila benda uji 6
diberi beban tarik, maka cermin gerak ikut
bergerak dan berkas cahaya dari beam splitter
dapat berubah lintasan optisnya dan akan terjadi 5
interferensi.
h. Cermin pembelok arah 3
Dudukan sebagai tempat menempelnya cermin Gaya tarik
yang dipasang 60o terhadap bidang datar.
Berfungsi untuk membelokkan arah berkas
cahaya tegak lurus.
i. Detektor
Menangkap berkas cahaya dari beam splitter
hasil refleksi cahaya dari cermin tetap dan
berkas cahaya dari beam splitter hasil refleksi
cahaya dari cermin gerak, sehingga kedua 1 2 4
berkas cahaya ini menghasilkan pola gelap
terang (frinji). Frinji ini ditangkap serta 8 9
diteruskan ke sistem akuisisi data. Detektor
menggunakan sensor phototransistor. 7
j. Rangkaian interface.
Terdiri dari rangkaian elektronika pengkondisi
sinyal, rangkaian elektronika komparator dan 1. Laser He-Ne, 2. Beam splitter, 3. Cermin tetap,
rangkaian mikrokontroler. Rangkaian 4. Cermin pembelok arah, 5. Cermin gerak 5, 6.
elektronika pengkondisi sinyal berfungsi Benda Uji, 7. Fotodetektor,
sebagai alat pencacah frinji serta 8. Interf, 9. PC perekam hasil pencacahan jumlah
mengkonversikannya ke dalam sinyal frinji.
gelombang sinus, rangkaian elektronika
komparator berfungsi mengkonversikan ke Gambar 4. Susunan Peralatan Pengukur
dalam sinyal gelombang kotak, rangkaian Pertambahan Penjang dengan Interferometer
elektronika mikrokontroler berfungsi Michelson
menampilkan rekaman pencacahan frinji dan
mengolahnya menjadi jumlah frinji dan
pertambahan panjang benda uji. c. Benda uji diberi beban tarik, sehingga cermin
k. Komputer PC gerak akan ikut bergerak dan memantulkan
Merekam hasil pencacahan frinji akibat cahaya laser kembali ke cermin pembelok arah.
pergeseran cermin gerak. d. Cermin pembelok arah membelokkan cahaya
tegak lurus, menuju beam splitter.
Cara kerja penelitian e. Pantulan berkas cahaya laser dari kedua cermin
Cara kerja penelitian dapat dilakukan dengan tersebut akan berinterferensi menghasilkan
melihat gambar 4 sebagai berikut : pola interferensi berupa pola gelap terang
(frinji).
a. Berkas cahaya laser He-Ne diarahkan ke beam f. Pola interferensi akan ditangkap oleh
splitter (2) fotodetektor (7), pola ini tergantung pada beda
lintasan optik kedua berkas cahaya.
b. Selanjutnya berkas cahaya laser akan
direfleksikan menuju ke cermin tetap (3) dan g. Melalui computer PC (9) pola gelap terang
ditransmisikan menuju cermin pembelok arah (frinji) direkam dan diolah interface (8)
(4), yang dibelokkan tegak lurus menuju berupa sinyal gelombang kemudian
cermin gerak (5), yang ditempelkan pada dikonversikan menjadi pergeseran
benda uji (6). (pertambahan panjang) benda uji.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 292


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Metode Pengumpulan Data Kendala ini dapat ditanggulangi dengan melakukan


Metoda pengumpulan data dapat dilakukan sebagai pengujian-pengujian menggunakan berbagai
berikut : macam cermin dan penempatan posisi yang tepat
a. Pola gelap terang (frinji) diperoleh dengan dari cermin pembelok arah serta cermin gerak,
menaik-turunkan crosshead mesin uji tarik atau sehingga pola gelap terang yang dihasilkan tampak
memberikan beban tarik kepada benda uji. jelas.
b. Frinji ditangkap oleh fotodetektor dan diolah
oleh Interface rangkaian pengolah sinyal Pola Gelap Terang (Frinji)
menjadi sinyal gelombang sinus, serta rangkaian Didalam melakukan penelitian, pola gelap terang
komparator mengolah ke bentuk gelombang kadang-kadang sulit didapatkan. Untuk
kotak. Komputer PC akan merekam hasil memperoleh pola gelap terang, prosedur berikut
pencacahan frinji. dapat dilakukan :
c. Interface rangkaian mikrokontroler mengolah a. Berkas cahaya laser He-Ne dari sumber laser
pola gelap terang (frinji) dan He-Ne diatur agar mengenai pusat cermin
mengkonversikannya menjadi pergeseran atau pembelok arah dengan memutar pemutar posisi
pertambahan panjang benda uji. naik turun dudukan sumber cahaya.
b. Berkas cahaya ini akan diteruskan tegak lurus
menuju cermin gerak dipantulkan kembali ke
HASIL DAN PEMBAHASAN cermin pembelok arah untuk diteruskan ke
Hasil Penelitian beam sumber cahaya. Untuk mendapatkan
Hardware pembelokan arah berkas cahaya yang tegak
Sistem interferometer Michelson yang diaplikasi lurus, perlu diatur posisi cermin pembelok arah
kan pada mesin uji tarik dan cermin gerak agar tepat di lubang sumber
cahaya dengan memutar pemutar posisi naik
Akuisisi Data turun dudukan sumber cahaya dan menggeser
a. Rangkaian sensor fototransistor berfungsi untuk ke kiri atau ke kanan sumber cahaya, serta
mendeteksi cahaya frinji. pemutar posisi cermin pembelok arah.
b. Interface rangkaian elektronika pengolah sinyal c. Pasang beam splitter pada tempatnya dengan
dan rangkaian elektronika komparator, yang sudut 45o terhadap arah datangnya sumber
mengkonversikan pola gelap terang (frinji) cahaya.
menjadi sinyal gelombang sinus dan sinyal d. Pasang detektor yang dilapisi layar dan cermin
gelombang kotak. tetap pada tempatnya.
c. Interface rangkaian mikrokontroler yang e. Berkas cahaya dari sumber cahaya sebagian
mengolah sinyal gelombang kotak menjadi akan ditransmisikan beam splitter menuju
jumlah frinji dan pergeseran atau pertambahan cermin pembelok arah, yang membelokan tegak
panjang benda uji. lurus berkas cahaya menuju cermin gerak, dan
d. Data hasil akuisisi sebagian akan direfleksikan menuju cermin
tetap. Cermin gerak yang ditempelkan pada
Data Hasil Akuisisi benda uji apabila mendapatkan gaya tarik, akan
Dari percobaan yang dilakukan dengan bergerak mengikuti gerakan benda uji, sehingga
mengaplikasikan sistem interferometer Michelson akan memantulkan kembali berkas cahaya ke
pada mesin uji tarik, diperoleh data-data dalam cermin pembelok arah dan membelokkan tegak
bentuk tabel seperti pada lampiran. lurus menuju beam splitter. Berkas cahaya ini
akan direfleksikan kembali oleh beam splitter
PEMBAHASAN menuju detektor. Sementara itu berkas cahaya
Sistem Inferometer Michelson yang menuju cermin tetap akan dipantulkan
Karena berkas cahaya pada sistem kembali oleh cermin tetap dan bergerak menuju
inferometer Michelson lintasannya memerlukan beam splitter kembali serta ditransmisikan oleh
kesejajaran yang presisi, maka dudukan-dudukan beam splitter menuju detector.
lensa, beam splitter, cermin tetap, cermin gerak, f. Atur kedua berkas cahaya pada layar detektor
cermin pembelok arah dan detektor harus pada agar berimpit (intensitasnya yang paling kuat)
posisi yang tepat. Untuk tujuan ini sistem dengan memutar pemutar gerakan ke kiri/kanan
interferometer Michleson yang dibuat dilakukan dan pemutar gerakan ke atas/bawah pada cermin
pengujian-pengujian kepresisiannya hingga tetap, hingga diperoleh berkas cahayanya kedip-
diperoleh sistem interferometer Mechelson yang kedip.
dapat dipakai dalam percobaan. g. Pasang lensa dan atur agar diperoleh pola gelap
Cermin pembelok arah dan cermin gerak terang pada layar detektor dengan memutar
juga mempengaruhi hasil pola gelap terang.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 293


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pemutar gerakan ke kiri/kanan dan pemutar terang. Untuk menjamin hasil pola gelap terang
gerakan ke atas/bawah pada cermin tetap. yang baik, penempatan cermin gerak harus pada
bagian yang benar-benar rigid atau kuat
Data Hasil Akuisisi sehingga pengaruh getaran dapat dikurangi, dan
Dari tabel hasil penelitian diperoleh bahwa : pola gelap terang yang dihasilkan akan baik.
a. Dari tabel 1, nampak bahwa semakin panjang c. Untuk memperoleh pola gelap terang, prosedur
pergerakan crosshead akan membawa akibat penempatan berkas cahaya seperti pada
semakin tingginya standard deviasi. Hal ini pembahasan no. 2.2 diatas harus diikuti, agar
berarti terjadi ketidaksesuaian makin besar pola gelap terang mudah diperoleh.
antara hasil pengukuran ekstensometer d. Akuisisi data cacah frinji dapat dilakukan
dibanding sistem interferometer. Secara ekstrim dengan menangkap intensitas frinji oleh
bahkan terjadi perbedaan yang cukup mencolok fotodetektor dan mengkonversikan menjadi
antara data pergerakan crosshead di bawah 9 sinyal gelombang sinus dan sinyal gelombang
mm dan di atas 9 mm. Perbedaan terletak pada kotak oleh interface rangkaian elektronika
standard deviasi yang semula memiliki nilai pengolah sinyal dan rangkaian elektronika
rerata 0,03 (0,65%) menjadi 0,23 (1,79%). Hal komparator, serta meng konversikannya
ini konsisten terjadi pada data tabel 2, dimana menjadi jumlah frinji dan pergeseran atau
gerakan crosshead turun ke bawah sampai pada pertambahan panjang benda uji oleh interface
batas di bawah 9 mm. Rerata standard deviasi rangkaian mikrokontroler.
yang muncul pada saat crosshead turun tanpa
beban adalah 0,02 (0,37%). Dari hasil ini,
penulis merekomendasikan tingkat kepresisian DAFTAR PUSTAKA
yang tinggi (kurang dari 1%) diperoleh pada
Budi Setyahandana, Martanto, Ronny Dwi
pengukuran gerakan (displacement) maksimal 9
Agusulistyo, 2011, Akuisisi Data Getaran dengan
mm. Tabel 3 adalah data pengukuran
Menggunakan Interferometer Michelson untuk
displacement dengan menggunakan benda uji
Koreksi Pengukuran Regangan pada Alat Ukur Uji
baja karbon rendah berbentuk batang. Nampak
Tarik, Seminar Nasional Rekayasa Teknologi
bahwa rerata deviasinya sebesar 0,08 (0,72%).
Industri dan Informasi ke 6, 17 Des-11, ISSN :
Dari besarnya simpangan yang kurang dari 1%
1907-5995
ini, sistem dapat diandaikan bekerja dengan
baik untuk melakukan pengukuran. Doebelin, E.O., 1990, Measurement Systems
b. Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat benda Application and Design, New York, McGraw-Hill.
uji terpasang, akurasi pengukurannya
Imron, Istiyanto, J.E., Setio Utomo, A.B., 2002,
berkurang. Ini disebabkan getaran mesin
Rancang Bangun Piranti Terkomputersasi untuk
menjadi semakin besar. Getaran ini merambat,
Mengukur Intensitas Cahaya, Jurnal Fisika
sehingga cermin gerak akan bergetar. Getaran
dari cermin gerak mempengaruhi jumlah finji Indonesia.
yang dicacah, sehingga menyebabkan Kandpal, H.C., Mehta, D.S., Vaishya, J.S., 2000,
pengukuran yang berbeda. Karena getaran, frinji Simple Methods for Measurement of Surface
yang dicacah menjadi semakin besar. Dengan Roughness Using Spectral Interferometry, Optics
demikian, perubahan panjang yang diukur and Laser in Engineering, Vol 34.
sistem interferometer Michelson menjadi lebih
besar dari pengukuran extensometer tersebut. Kloos, G., 1996, Design of a Michelson
Interferometer for the Measurement of Electrostatic
KESIMPULAN Strains, Optics and Laser Technology, Vol:28.no:
Setelah melakukan aplikasi sistem 6.
interferometer Michelson pada mesin uji tarik serta Kusairi, S., Istiyanto, J.E., Setio Utomo, A.B. 2000.
melakukan pengamatan dengan menggunakan Otomatisasi Sistim Interferometer Michelson
benda uji aluminium dan baja karbon rendah, Berbasis PC. Jurnal Fisika vol 3 no 1.
peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut : Laszlo, T., Laszlo, M., 1997, A Simple and
a. Untuk menjamin berkas cahaya pada sistem Accurate Contactless Frequency and Amplitude
inferometer Michelson lintasannya presisi, Meter, Rev. Sci. Instrum, Vol 68. no 2.
maka dudukan-dudukan lensa, beam splitter, Lawall, J., Kessler, E. 2000, Michelson
cermin tetap, cermin gerak, cermin pembelok Interferometry with 10 pm Accuracy, Rev. Sci.
arah dan detektor harus pada posisi yang tepat. Instrum. Vol 71 no 7.
b. Gerakan cermin gerak yang ditempelkan pada
benda uji mempengaruhi hasil pola gelap

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 294


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Martanto. 2004, Sistim Akuisisi Data Tegangan Tabel 3. Pengujian interferometer Michelson dengan Benda
Uji
jala-jala menggunakan Komputer Pribadi, Seminar
Nasional Pemanfaatan Teknologi Informasi pada
Dunia Pendidikan Tinggi, 27 Mei-04, ISBN : 979- PERGESERAN PERGESERAN HASIL
97781-1-5 HASIL SISTEM CACAH STANDARD
NO
EKSTENSOMET INTERFEROMETER FRINJI DEVIASI
Ronny Dwi Agusulistyo, Martanto, Sri Agustini ER (mm) (mm)
Sulandari, 2010, Akuisisi Data Interferometer
1 9,0369 9,0000 28598 0,02609
Michelson untuk Digunakan Pengukuran Regangan
Pada Alat Ukur Uji Tarik, Seminar Nasional 2 10,5064 10,5000 33248 0,00450
Pemanfaatan Informasi Menuju Masyarakat 3 10,6258 10,5000 33626 0,08897
Bermatabat, 28 Oktober-10,ISBN : 978-979-1086- 4 10,6227 10,9000 33616 0,19611
61-9 5 11,3678 11,5000 35974 0,09349
6 11,7919 11,5500 37316 0,17102
LAMPIRAN 7 11,5511 11,6000 36554 0,03461
8 13,8212 13,8500 43738 0,02036
Tabel 1. Crosshead mesin uji tarik digerakkan naik 9 14,1505 14,0000 44780 0,10641
PERGESERAN PERGESERAN
HASIL HASIL SISTEM CACAH STANDARD
NO
EKSTENSOMET INTERFEROMET FRINJI DEVIASI
ER (mm) ER (mm)
1 2,05 2,06 6504 0,01
2 3,05 3,08 9742 0,02
3 4,05 4,08 12898 0,02
4 6,10 6,16 19464 0,04
5 7,10 7,17 22654 0,05
6 9,00 9,09 28734 0,06
7 10,50 10,13 32024 0,26
8 15,50 15,21 48062 0,21
RATA-RATA
STANDARD DEVIASI 0,07

Tabel 2. Crosshead mesin uji tarik digerakkan turun


PERGESERAN PERGESERAN
HASIL HASIL SISTEM CACAH STANDARD
NO
EKSTENSOMETER INTERFEROMETER FRINJI DEVIASI
(mm) (mm)
1 2,10 2,11 6666 0,01
2 3,05 3,05 9652 0,00
3 4,00 4,06 12838 0,04
4 5,05 5,04 15924 0,01
5 6,00 6,06 19142 0,04
6 7,20 7,25 22904 0,03
7 8,05 8,14 25712 0,06
RATA-RATA
STANDARD DEVIASI 0,02

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 295


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

EFEK PERUBAHAN UKURAN DIAMETER HEADER KNALPOT TERHADAP KONSUMSI


BAHAN BAKAR DAN AKSELERASI PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK

Oleh: Aji Pranoto1


1
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin IST AKPRIND Yogyakarta
Email:pranoto_aji@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perubahan ukuran diameter header knalpot terhadap
konsumsi bahan bakar dan akselerasi kendaraan pada motor 4 tak dengan silinder tunggal kapasitas silinder 110
cc.
Populasi penelitian ini adalah semua sepeda motor dengan silinder tunggal kapasitas volume silinder 100 cc
sampai dengan 110 cc proses kerja 4 tak. Sedangkan sampel yang digunakan adalah sepeda motor merk Suzuki
type Smash, karena sesuai dengan populasi yang digunakan. Data diambil dengan cara merubah-rubah diameter
header knalpot dengan ukuran 20 mm, 24 mm dan 26 mm dengan panjang header knalpot dikontrol sama.
Instrument yang dipakai ada 2 macam yaitu untuk mengambil data konsumsi bahan bakar digunakan gelas ukur,
tachometer, stopwatch. Pengukuran untuk mengambil data dilakukan 4 kali dengan waktu 1 menit pada tiap-tiap diameter
header knalpot.Sedangkan untuk mengambil data akselerasi digunakan alat stopwatch dan meteran.Pengukuran untuk
mengabil data dilakukan 4 kali dengan jarak lintasan 400 meter.Sedangkan hasil pengumpulan data dianalisa dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada diameter header knalpot ketiga ukuran diameter header knalpot diatas
terdapat efek perubahan diameter header knalpot terhadap konsumsi bahan bakar, dimana semakin besar diameter header
knalpot semakin boros pemakaian bahan bakar.Sedangkan semakin kecil diameter semakin hemat pemakaian bahan
bakar.Efek diameter header knalpot terhadap akselerasi kendaraan didapatkan bahwa untuk diameter header knalpot yang
kecil dan besar memberikan efek buruk pada akselerasi kendaraan, dan terdapat ukuran tertentu pada diameter header knalpot
yang memberikan efek akselerasi yang baik yaitu diameter header 24 mm.

Kata kunci: Diameter header knalpot, Konsumsi bahan bakar,Akselerasi

LATAR BELAKANG gas buang jenis tertentu akan dapat meningkatkan


Banyak cara untuk meningkatkan tenaga, tenaga mesin sampai 30% dan menambah irit bahan
akselerasi dan menghemat konsumsi bahan bakar bakar sebesar 20%. Sementara itu Goodheart
pada kendaraan. Pada dasarnya tenaga yang besar Willcox (1972) desain knalpot yang tidak
akan mempengaruhi kecepatan dan akselerasi pada diperhitungkan dengan baik dapat mempengaruhi
suatu kendaraan. Selama ini banyak yang penurunan tenaga mesin sampai 4 hp. Bosch (1996)
melakukan modifikasi untuk meningkatkan tenaga dalam bukunya Automotive Handbook aliran gas
motor diantaranya memperbesar volume silinder, buang tergantung dari luas penampang, densitas
mempertinggi kompresi, memperbanyak semprotan (kerapatan), diameter dalam, kecepatan aliran dan
bahan bakar, mempertinggi tinggi angkat nok dan panjangnya. Thomas Krist (1990) dalam bukunya
lain-lain yang semua itu banyak resiko dan biaya Mekanika Fluida Gas mengatakan bahwa
yang tidak sedikit. Resiko yang akan terjadi bahan penurunan tekanan pembuangan di dalam knalpot
bakar akan boros, komponen tidak terjamin saat melakukan langkah buang berakibat penurunan
keawetannya, knocking/detonasi (ngelitik) pada kerugian daya mesin antara 12-13%. Sedangkan
mesin, kerusakan komponen yang bergerak serta Ibnu Sambodo (1997), Wawan Cakra (2008) dalam
kerusakan-kerusakan lain yang dapat terjadi penelitiannya mengatakan bahwa desain saluran gas
sewaktu-waktu dengan modifikasi yang salah. buang harus disesuaikan dengan volume silinder,
Secara sederhana dan ini banyak orang jumlah silinder dan karakter sirkuit kendaraan.
mengabaikan cara meningkatkan tenaga mesin, Pada konstruksi knalpot terdapat dua saluran
torsi, akselerasi dan menghemat konsumsi bahan utama yaitu header dan muffler. Header adalah
bakar adalah masalah saluran gas buang. Bila komponen bagian depan knalpot yang langsung
ditelusuri lebih jauh tentang saluran gas buang berhubungan dengan kepala silinder yang berfungsi
(knalpot) banyak bermanfaat terutama untuk untuk menjaga tekanan pembuangan, sedangkan
meningkatkan tenaga mesin dan kecepatan muffler terdapat dibagian belakang knalpot yang
kendaraan serta menghemat bahan bakar. Menurut berfungsi untuk mereduksi suara yang dikeluarkan
A Graham Bell (1981) dalam bukunya Four stroke saat pembuangan. Konstruksi header untuk mesin 4
tuning dikatakan bahwa dengan memasang saluran tak dan 2 tak sangat berbeda karena menyangkut

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 296


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

masalah proses kerja mesin itu sendiri. Sedangkan Efek diameter header yang dimaksud adalah
header sendiri merupakan saluran gas buang yang ukuran-ukuran diameter header knalpot berbagai
berfungsi untuk menahan dan menyalurkan tekanan variasi ukuran yang akan diujicobakan untuk dapat
pembakaran saat terjadi pembuangan. mengkaji data pengaruhnya terhadap tenaga mesin,
Ukuran diameter header yang salah akan akselerasi dan konsumsi bahan bakar.
berakibat menurunnya tenaga mesin, torsi, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji:
akselerasi dan boros konsumsi bahan bakar. Bila 1. Pengaruh efek besarnya diameter header knalpot
ukuran pipa header terlalu kecil maka akan terhadap akselerasi kendaraan pada sepeda
membuat aliran gas buang sulit keluar sehingga motor 4 tak.
akan terjadi back pressure (tekanan balik), yang 2. Pengaruh efek diameter header knalpot terhadap
pada akhirnya akan menyebabkan gas buang yang konsumsi pada sepeda motor 4 tak.
harusnya terbuang malah akan masuk lagi kedalam
silinder. Apabila gas buang masuk ke silinder akan METODE
berakibat campuran bahan bakar didalam silinder 3. Proses Kerja Mesin dan Diagram Katup
tercampur dengan gas bekas pembakaran yang pada Pada Mesin 4 Tak
akhirnya berakibat tidak sempurna pembakaran dan
kerusakan mesin. Sedangkan apabila diameter Motor atau mesin adalah suatu alat yang
header terlalu besar akan berakibat penurunan berfungsi untuk merubah energi panas menjadi
tekanan saat pembuangan, seperti dijelaskan di energi gerak. Energi panas itu berasal dari
depan bahwa penurunan tekanan akan berakibat proses pembakaran yang ada di dalam mesin.
penurunan daya mesin. Dari sini sudah jelas bahwa Untuk melakukan proses pembakaran, mesin
terdapat hubungan matematis antara besarnya harus melakukan empat tahap atau langkah, baik
diameter header knalpot terhadap tenaga mesin, 4 tak maupun 2 tak. Ke-empat langkah itu
torsi dan konsumsi bahan bakar. Namun demikian adalah sperti gambar dibawah ini:
kajian tentang ukuran diameter yang sesuai sampai
saat ini masih belum banyak diteliti. Padahal hal ini
bila ditemukan akan berakibat pada efisiensi pada
kendaraan dimana tenaga dan torsi yang dihasilkan
akan besar serta bahan bakar akan hemat.
Efek antara diameter header knalpot dengan
naiknya tenaga mesin dan keiritan bahan bakar
sangat perlu untuk dikaji karena dapat
dipergunakan untuk keperluan optimasi dalam
meningkatkan tenaga mesin. Optimasi disini
maksudnya adalah mencari kondisi yang maksimal Gambar 01. Prinsip Kerja Motor 4 Langkah
antara diameter header knalpot, agar diperoleh (Bosch: 1996, 375)
tenaga mesin, torsi dan keiritan bahan bakar yang
baik. Sedangkan untuk mendapatkan suatu Pada motor 4 langkah ada diagram
konstruksi yang ideal pada suatu knalpot/saluran pembukaan dan penutupan katup. Waktu
gas buang terutama pada headernya (pipa saluran) pembukaan dan penutupan katup isap dan katup
perlu diadakan eksperiment sejauh mana buang dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
pengaruhnya terhadap tenaga mesin. Pengaturan
diameter header (pipa saluran) suatu knalpot pada
kendaraan sangat berpengaruh terhadap aliran gas KATUP
buang. Oleh karena itu masalah ini harus segera MASUK TMA KATUP
BUANG
dikaji untuk diketahui jawabannya sehingga model- TERBUKA
TERTUTUP
12° LANGKAH
model modifikasi yang sekarang lagi banyak dapat LANGKAH 13°
HISAP
KOMPRESI
diketahui efek yang ditimbulkannya pada mesin
kendaraannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
masalah yang akan dipecahkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh efek besarnya LANGKAH
BUANG LANGKAH
diameter header knalpot terhadap akselerasi PEMBAKARAN
kendaraan pada sepeda motor 4 tak. KATUP KATUP
MASUK TMB BUANG
2. seberapabesarpengaruh efek diameter header TERTUTUP TERBUKA 51°
knalpot terhadap konsumsi pada sepeda motor 4 44°
Gambar 02.Diagram Katup Pada Motor 4 tak
tak. (Pedoman Service Suzuki Smash: 2002)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 297


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil kerja katup tersebut terdapat overlap maka akan terjadi tekanan balik (back pressure)
katup. Overlap katup adalah kondisi katup yang menyebabkan gas sisa pembakaran masuk
masuk dan katup buang sama-sama dalam lagi ke ruang bakar yang pada akhirnya
keadaan terbuka. Overlap katup pada motor 4 mempengaruhi efisiensi volumetric mesin
langkah pada dasarnya sama dengan langkah sehingga tenaga mesin menurun.
pembilasan pada motor 2 langkah. Fungsi Adanya hambatan dan tekanan balik ini
overlap katup ini adalah untuk membersihkan akan menyebabkan aliran gas buang tidak
sisa-sisa pembakaran agar ruangan di dalam lancar. Akibatnya akan mempengaruhi
silinder terisi gas baru secara homogen. hilangnya tekanan total yang akan keluar pada
Langkah pembilasan yang kurang baik waktu proses pembakaran. Keadaan yang
diakibatkan oleh kurang lancarnya gas buang demikian ini akan menyebabkan kondisi proses
yang keluar.Hal tersebut menyebabkan gas pembuangan yang lambat dan tidak stabil
buang yang seharusnya keluar dari dalam karena gesekan yang terlalu besar. Selanjutnya
silinder akan masuk lagi dan ini yang disebut akan berakibat terjadinya penurunan pada
dengan “tekanan balik”. Akibatnya campuran tenaga mesin.
bahan bakar yang terjadi di dalam silinder tidak Berdasarkan kerangka berpikir di atas
akan homogen, dimana gas baru tercampur dapat diduga bahwa besarnya diameter header
dengan sisa gas buang sehinggga atom-atom knalpot berpengaruh terhadap tenaga mesin.
dan partikel yang tercampur menjadi tidak Dalam hal ini kalau diameternya kecil maka
sempurna lagi yang menyebabkan tenaga mesin tenaga mesin akan turun karena terjadi tekanan
menjadi turun. balik demikian juga jika diameternya terlalau
besar maka akan menyebabkan kerugian
4. Gelombang Tekanan Gas Buang dan Kerugian tekanan. Berdasarkan pernyataan tersebut
Daya Mesin penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
Gelombang tekanan yang dimaksud di sini diameter optimal dari header knalpot yang dapat
adalah perubahan tekanan suara tiba-tiba dalam mempengaruhi tenaga mesin.
instalansi dimana kecepatan aliran berubah Kendaraan yang menggunakan knalpot
mendadak yang disebabkan oleh pemasukan berdiameter header besar dan atau terlalu kecil
aliran udara dengan cepat (Thomas Krist: 159). selain menjadikan tenaga mesin turun juga akan
Frekuensi gelombang tekanan ditentukan oleh menyebabkan pemakaian bahan bakar yang
panjang dan ukuran besar diameter dan boros. Hal ini disebabkan pada saat katup
halusnya pipa gas buang sampai daerah overlap yang mana seharusnya gas sisa
ekspansi pertamanya. Penting sekali pembakaran keluar dengan lancer maka akan
menentukan daerah dan panjang pipa agar terjadi hambatan. Sehingga sisa gas buang yang
gelombang tekanan negatif sampai pada lubang seharusnya keluar akan tetap berada di dalam
pengeluaran selama periode terakhir dari silinder. Kalau hal ini terjadi maka campuran
langkah pengeluaran untuk menyedot sisa gas udara dan bahan bakar di dalam silinder tidak
buang. akan tercampur dengan baik, sisa gas yang
Sifat gelombang tekanan ini sama dengan seharusnya keluar akan ikut campur dengan gas
gelombang suara yang merambat pada sebuah baru sehingga dapat diduga tenaga mesin turun
pipa. Kecepatan rambat gelombang tersebut dan pemakaian bahan bakar akan boros.
ditentukan oleh temperature dan tekanan gas Bahan bakar boros ini diakibatkan karena
yang terbuang. Kecepatannya sekitar 510,54 campuran yang seharusnya homogen tidak
m/det pada gas panas (Graham Bell:17). terjadi sehingga pembakaran tidak mecapai titik
Disamping gelombang tekanan yang maksimal. Kalau ini dibiarkan akan
mempengaruhi dalam aliran gas buang tersebut mengakibatkan konsumsi bahan bakar yang
ada beberapa komponen yang sangat sangat boros. Kerangka berfikir di atas dapat
berpengaruh terhadap aliran gas buang, ditarik kesimpulan bahwa semakin kecil
diantaranya adalahvolume gas, dan penurunan diameter akan menyebabkan konsumsi bahan
tekanan. bakar boros karena tekanan balik dan semakin
besar diameter akan mengakibatkan kerugian
5. Efek antara Diameter Header Knalpot dengan tekanan yang pada akhirnya konsumsi bahan
Daya Mesin dan Konsumsi Bahan Bakar bakar akan boros juga. Jadi terdapat diameter
Pada saluran pembungan kendaraan, gas tertentu yang paling optimal yang
yang keluar akan mengalami hambatan- mempengaruhi konsumsi bahan bakar.
hambatan. Semakin besar diameter header Penelitian ini pada prinsipnya adalah
knalpot tersebut maka akan semakin besar pula penelitian eksperimen dimana ingin melihat
hambatan yang akan terjadi. Demikian juga efek yang ditimbulkan pada masing-masing
kalau diameter header tersebut terlalu kecil variabel. Variabel yang dimaksud adalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 298


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

besarnya diamater header knalpot merupakan


variable bebas sedangkan akselerasi kendaraan Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa
dan konsumsi bahan bakar variabel terikat. pada putaran 1200 Rpm, dimana merupakan
Untuk menjaring data penelitian tersebut putaran stasioner didapatkan hasil bahwa untuk
dilakukan pengambilan dan pengujian terhadap diamater knalpot yang berdiamater 22 mm
sampel yang digunakan. Dari data hasil mendapatkan hasil rerata pada pemakaian
pengujian akan diketahui ukuran diameter yang konsumsi bahan bakar yaitu sebesar 5 ml tiap
akan memberikan efek paling bagus terhadap menitnya, diameter 24 mm mendapatkan hasil
akselerasi mesin dan jumlah konsumsi bahan 5,1 ml tiap menit dan 26 mm mendapatkan hasil
bakar. Penyajian data dilakukan dengan 5,2 ml sedangkan diameter knalpot standart
menggunakan grafik dan rata-rata dari tiap-tiap didapatkan hasil 4 ml tiap menitnya. Bila
data yang diambil. dibandingkan dengan standartnya didapatkan
Teknik analisis yang digunakan dalam hasil yang lebih boros bahan bakarnya. Dan bila
penelitian ini adalah menggunakan analisis melihat 3 ukuran header knalpot diatas maka
deskriptif kualitatif dilengkapi dengan tabel, ukuran diameter yang paling hemat
histogram. Perhitungan dalam analisis data mengkonsumsi bahan bakar yaitu sebesar 20
menghasilkan nilai pencapaian yang mm dan yang paling boros yaitu 26 mm.
selanjutnya diinterprestasikan dengan kalimat Pada putaran 4000 Rpm, dimana merupakan
yang bersifat kualitatif. Proses perhitungan putaran sedang didapatkan hasil bahwa untuk
nilai dilakukan dengan membandinkan antara diamater knalpot yang berdiamater 22 mm
perolehan variable yang diubah dengan mendapatkan hasil rerata pada pemakaian
diameter standart pada kendaraan tersebut. konsumsi bahan bakar yaitu sebesar 7,15 ml tiap
menitnya, diameter 24 mm mendapatkan hasil
7,3 ml tiap menit dan 26 mm mendapatkan hasil
HASIL 7,45 ml sedangkan diameter knalpot standart
1. Efek perubahan ukuran diamater header didapatkan hasil 6,04 ml tiap menitnya. Bila
knalpot terhadap Konsumsi Bahan Bakar dibandingkan dengan standartnya didapatkan
hasil yang lebih boros bahan bakarnya. Dan bila
melihat 3 ukuran header knalpot diatas maka
Grafik Putaran mesin vs
ukuran diameter yang paling hemat
konsumsi bahan bakar mengkonsumsi bahan bakar yaitu sebesar 20
mm dan yang paling boros yaitu 26 mm.
20 24 26
Pada putaran 8000 Rpm, dimana merupakan
12,312,5
13,5 putaran tinggi didapatkan hasil bahwa untuk
diamater knalpot yang berdiamater 22 mm
7,15 7,3 7,45 mendapatkan hasil rerata pada pemakaian
5 5,1 5,2
konsumsi bahan bakar yaitu sebesar 12,3 ml tiap
menitnya, diameter 24 mm mendapatkan hasil
12,5 ml tiap menit dan 26 mm mendapatkan
1200 4000 8000 hasil 13,5 ml sedangkan diameter knalpot
standart didapatkan hasil 10,5 ml tiap menitnya.
Gambar 03. Grafik putaran mesin vs konsumsi Bila dibandingkan dengan standartnya
bahan bakar didapatkan hasil yang lebih boros bahan
bakarnya. Dan bila melihat 3 ukuran header
Grafik putaran mesin vs konsumsi bahan
knalpot diatas maka ukuran diameter yang
bakar paling hemat mengkonsumsi bahan bakar yaitu
sebesar 20 mm dan yang paling boros yaitu 26
15 mm.
10 Ketiga ukuran diameter header knalpot
diatas terdapat efek perubahan diameter header
5 knalpot terhadap konsumsi bahan bakar, dimana
0 semakin besar diameter header knalpot semakin
boros pemakaian bahan bakar.Sedangkan
1200 4000 8000
semakin kecil diameter semakin hemat
20 24 26 pemakaian bahan bakar.

2. Efek perubahan ukuran diamater header


Gambar 04 Grafik putaran mesin vs konsumsi knalpot terhadap akselerasi kendaraan
bahan bakar

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 299


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hasil pengukuran sebesar 12,45 detik lebih


Grafik diameter header knalpot vs akselerasi lambat 0,20 detik dari ukuran header 20 mm dan
0,35 detik dari ukuran header 24 mm. Sedangkan
12,6
knalpot standart yang mempuyai diameter header
12,5
22 mm didapat hasil akselerasi rata-rata sebesar
12,4 13,10 detik.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
waktu tempuh (detik)

12,3

12,2 perubahan diameter header knalpot dapat


12,1 memberikan efek pada konsumsi bahan bakar, hal
12
ini dapat dilihat dari data yang sudah dicantumkan
11,9
diatas. Diameter header knalpot yang kecil
memberikan efek konsumsi bahan bakar yang
11,8
1 2 3 Rerata lebih hemat pada tiap menitnya dan pemakian
20 12,2 12,3 12,25 12,25
bahan bakar akan lebih meningkat seiring dengan
24 12,1 12,15 12,05 12,1
26 12,5 12,4 12,45 12,45
putaran mesin. Diameter header knalpot yang
besar memberikan efek pada konsumsi bahan
bakar yang semakin boros dan ini terjadi pada tiap
Gambar 05. Grafik diameter header knalpot vs putaran mesin baik stasioner, kecepatan sedang
akselerasi dan tinggi.
Borosnya pemakian bahan bakar yang terjadi
pada diameter header knalpot yang besar ini
diakibatkan karena pada saat langkah penbilasan
Grafik diamater header knalpot vs
tidak terjadi efek tekanan balik (back pressure),
akselerasi
sehingga ada sebagian bahan bakar yang
waktu tempuh (detik)

12,6 seharusnya masuk ke dalam silnder ikut keluar


12,5 bersamaan dengan langkah buang. Apabila dalam
12,4 proses pembilasan tidak terdapat tekanan balik hal
12,3 ini akan berakibat pada hilangnya bahan bakar
20 yang seharusnya terbakar menjadi hilang dan
12,2
12,1 24 menyebabkan konsumsi bahan bakar menjadi
borors.
12 26 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
11,9 peningkatan ukuran diamater header knalpot
11,8 malah memberikan efek buruk pada pemakian
konsumsi bahan bakar. Seperti sudah diuraikan
pada kajian teori bahwa semakin besar diameter
header knalpot maka semakin besar pula
Gambar 06. Grafik diameter header knalpot vs penurunan tekanan, penurunan tekanan ini
akselerasi memberikan efek pada tekanan balik pada
gelombang gas buang, bila penurunan tekanan
Pengambilan data pada saat pengukuran besar maka tidak akan memberikan efek tekanan
akselerasi dilakukan dengan mengukur panjang balik senhingga berakibat pada konsumsi bahan
lintasan sepanjang 200 meter. Supaya tidak bakar semakin boros.
terjadi bias pada hasil penelitian maka Dengan demikian dapat diambil suatu
pengendara sepeda motor diambil satu orang. kesimpulan bahwa semakin besar diameter header
Data diambil dari kendaraan diam (kecepatan knalpot maka semakin rendah tekanan pada
nol) sampai menempuh jarak 200 meter gelombang gas buang dan semakin rendah
membutuhkan waktu berapa dan Alat penunjang tekanan gelombang gas buang maka efek tekanan
untuk pengambilan data yaitu stopwatch untuk balik (back pressure) menjadi kecil, kecilnya efek
mengukur waktu tempuh, sedang kecepatan tekanan balik akan mengakibatkan bahan bakar
maksimal tidak diambil (diabaikan). yang seharusnya masuk kedalam silinder menjadi
Pengukuran akselerasi yang ditunjukkan pada terbuang pada saat langkah pembilasan ikut pada
grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk diamater gas buang, hilangnnya bahan bakar yang
header knalpot 20 mm akselerasi kendaraan seharusnya masuk kesilinder akan berakibat
didapat waktu rata-rata sebesar 12,25 detik, borosnya bahan bakar.
diameter 24 mm didapat hasil engukuran sebesar Apabila diameter header semakin kecil juga
12,10 detik lebih cepat 0,15 detik dari diameter mengaibatkan boros bahan bakar hal ini dapat
header 20 mm dan lebih cepat 0,35 dari diameter dilihat dari tabel data dimana semakin kecil
26 mm, diameter header knalpot 26 mm didapat diameter header akan mengaibatkan kurang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 300


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

lancarnya aliran gas buang sehingga akan yang memberikan hasil terbaik yaitu ukuran
berakibat pada efek tekanan baik yang besar, diameter 24 mm.
tekanan balik yang besar akan mengaibatkan gas
buang yang seharusnya tebuang kembali lagi DAFTAR PUSTAKA
kesilinder sehingga akan mempengaruhi
pembakaran, campuran bahan bakar yang A Graham Bell, 1981, “Four Stroke
tercemar berakibat pada tidak homogen sehingga Tuning”. Maitland New South
bahan bakar menjadi boros. Wales
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
perubahan diameter header knalpot dapat Bosch, 1996, “ Automotive Handboo,’’.
memberikan efek pada akselerasi kendaraan, hal Robert Bosch gmbH, Stuttgart.
ini dapat dilihat dari data yang sudah dicantumkan
diatas.Diameter header knalpot yang kecil dan Faisal S. Dasuki, 1977, “ Honda Motor
yang paling besar memberikan efek akselerasi Bakar Bensin,”. PT. Astra
yang lambat. Sedangkan knalpot standartnya International Inc. Jakarta
memberikan efek akselerasi lebih lambat.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Goodheart-Willcox, 1972, “Automotive
bahwa diameter header knalpot yang kecil dan encyclopedia,”. South Holland,
besar memberikan efek buruk pada akselerasi Illinois
kendaraan, dan terdapat ukuran tertentu pada
diameter header knalpot yang memberikan efek Ibnu Sambodo, , 2008,” Rancangan Desain
akselerasi yang baik yaitu diameter header 24 Knalpot Pada Motor Road Race”,
mm. Hal ini kalau sejalan dengan pendapat Hasil Penelitian, Yogyakarta.
(Thomas Krist ; 1990) bahwa penurunan tekanan
pada gelombang suara pada suatu pipa Nakoela Soenarta and Shoichi Furuhama,
dipengaruhi oleh panjang pipa dan diameter pipa. 1985, “ Motor Serba Guna”, PT.
Semakin besar diameter pipa semakin besar Pradnya Paramitha. Jakarta
penurunan tekanan sehingga akan mengakibatkan
hilangnya tekanan pada langkah pembilasan yang Thomas Krist, 1992, “ Mekanika Fluida”.
berakibat pada penurunan akselerasi kendaraan. Erlangga.
Diameter header semakin kecil juga Jakarta
mengaibatkan akselerasi lambat hal ini dapat
dilihat dari tabel data dimana semakin kecil ---------------, 1993, “Majalah Motor dan
diameter header akan mengaibatkan kurang Mobil no IX/9-22 Agustus 1993”.
lancarnya aliran gas buang sehingga akan Jakarta
berakibat pada efek tekanan baik yang besar,
tekanan balik yang besar akan mengaibatkan gas
buang yang seharusnya tebuang kembali lagi
kesilinder sehingga akan mempengaruhi
pembakaran, campuran bahan bakar yang
tercemar berakibat pada tidak homogen sehingga
akselerasi menjadi lambat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas
secara mendalam didepan, maka penelitian ini
menyimpulkan sebagai berikut
1. Terdapat efek yang nyata antara besarnya
diameter header knalpot dengan konsumsi
bahan bakar dimana semakin besar diamater
header knalpot semakin banyak konsumsi
bahan bakar yang diperlukan (boros)
2. Besarnya diameter header knalpot terhadap
akselerasi kendaraan memberikan efek yang
tidak linier dimana diameter header yang
kecil akselerasi kendaraan menjadi lambat
demikian juga pada diameter header yang
besar. Pada kecepatan akselerasi kendaraan
terdapat ukuran diameter header tertentu

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 301


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PETUGAS KEBERSIHAN SAMPAH


DI LINGKUNGAN PERUMAHAN DOSEN UGM SEKIP
MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

Andhi Akhmad Ismail1; Radhian Krisnaputra2


Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jln. Yacaranda Sekip Unit IV Yogyakarta, 55281
Email: 1andhi_ai@yahoo.com, 2deean_krisnaputra@yahoo.com

ABSTRAK

Jalur lintasan kendaraan pengangkut sampah di lingkungan Perumahan Dosen UGM Sekip melalui jalan-jalan
berputar-putar dan beberapa ruas jalan dilewati berulang, yang menjadi penyebab borosnya penggunaan minyak
solar kendaraan tersebut. Ini menjadi biaya tambahan yang seharusnya tidak perlu jika lintasan yang dilalui
adalah lintasan terpendek yang melewati semua rumah.
Jalur lintasan terpendek yang melewati semua rumah dapat dicari menggunakan TSP (Traveling Salesman
Problem) menggunakan algoritma semut AS (Ant System). Jalur-jalur tersebut dibuat simulasi menggunakan alat
bantu software kemudian dibandingkan dengan jalur sebenarnya yang digunakan kendaraan pengangkut sampah.
Hasil simulasi merupakan usulan jalur terpendek yang mungkin dilewati oleh petugas kebersihan sampah di
lingkungan Perumahan Dosen UGM Sekip, sehingga dengan lintasan terpendek tersebut penggunaan bahan
bakar fosil pada kendaraan pengangkut sampah dapat lebih optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa AS mampu menemukan jalur terpendek tanpa adanya pengulangan
kunjungan pada suatu ruas, tetapi mempunyai kelemahan adanya jalan pada kondisi sebenarnya yang tidak bisa
dilewati tetap dilewati.

Kata kunci: TSP, algoritma semut, Ant System, kendaraan pengangkut sampah

PENDAHULUAN mengelilingi perumahan, sehingga penggunaan


Beberapa tahun ini penggunaan bahan bakar minyak solar menjadi tidak efisien.
fosil semakin banyak, produsen kendaraan Penghitungan lintasan terpendek yang mungkin
berlomba membuat kendaraan yang nyaman dengan dilakukan oleh kendaraan angkut sampah perlu
kapasitas mesin besar, terutama mobil-mobil Eropa. dilakukan agar penggunaan minyak solar menjadi
Kenyataannya bahan bakar fosil merupakan jenis lebih efisien tanpa terbuang percuma untuk
bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan menempuh lintasan yang tidak perlu, sehingga
diperkirakan beberapa dekade kedepan akan habis. penghematan bisa dilakukan.
Jika penggunaan bahan bakar fosil tidak diatur Penelitian ini untuk menemukan jalur
maka akan lebih cepat habis dari perkiraan. Salah terpendek yang mungkin dilakukan oleh kendaraan
satu cara pengaturan yang dapat dilakukan adalah angkut sampah pada Perumahan Dosen UGM
membuat lintasan yang seharusnya dilalui oleh Sekip.
kendaraan tersebut lebih lancar atau terhindar dari
kemacetan. Jika kemacetan tidak dapat dihindari METODOLOGI
maka harus dicari lintasan lain yang lebih baik agar Penelitian dimulai dengan mengamati kondisi
kemacetan dapat dihindari riil yang terjadi, melewati ruas jalan mana saja truk
Kendaraan angkut sampah di lingkungan pengangkut sampah di lingkungan Perumahan
Perumahan Dosen UGM sekip menggunakan truk Dosen UGM Sekip. Kemudian dilanjutkan dengan
dengan bahan bakar minyak solar. Lintasan yang mengukur panjang lintasan riil. Selanjutnya adalah
dilalui kendaraan tersebut memerlukan denah untuk mengukur panjang tiap ruas jalan di Perumahan
pengambilan sampah. Mulai dari satu titik, Dosen UGM Sekip. Pengukuran ini perlu dilakukan
kemudian mengelilingi perumahan dan kembali ke sebagai data yang akan digunakan dalam
titik awal. Lintasan yang dilalui kendaraan tersebut menghitung koordinat tiap titik yang nantinya akan
bukan lintasan terpendek yang dilakukan ketika disimulasikan menggunakan software yang akan
dibuat. Selanjutnya adalah membuat software AS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 302


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yang akan digunakan untuk mensimulasikan jalur Prinsip dari ACO adalah semut selalu
jalan yang mungkin dilewati oleh truk pengangkut meninggalkan suatu zat kimia khusus (feromon)
sampah dengan bantuan algoritma semut. Hasil pada jalur yang dilewatinya selama melakukan
yang didapatkan oleh AS dibandingkan dengan perjalanan. Feromon yang ditinggalkan pada tempat
kondisi riil. Hasil akhir adalah berupa saran untuk yang dilewati oleh semut ini menjadi pemandu bagi
melewati lintasan yang lebih pendek, sehingga semut-semut lain dalam melakukan perjalanan.
penggunaan minyak solar sebagai bahan bakar Semakin banyak semut yang melewati jalur
kendaraan pengangkut sampah menjadi lebih tersebut maka jumlah feromon juga akan semakin
efisien. banyak, sehingga kemungkinan semut-semut lain
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan mengikuti jalur tersebut akan semakin besar.
adalah sebagai berikut: Selanjutnya feromon yang ditinggalkan oleh semut
a. Melakukan pengamatan kondisi sebenarnya. pada suatu jalur akan mengalami penguapan seiring
b. Menentukan titik-titik koordinat ruas jalan yang dengan berjalannya waktu.
dilalui truk pengangkut sampah.
c. Membuat program dalam bentuk .m file sesuai
dengan AS.
d. Menjalankan program yang dibuat untuk
mencari lintasan terpendek dari data koordinat-
koordinat titik yang ditentukan.
e. Membandingkan lintasan yang dihasilkan oleh
AS dengan lintasan truk sampah sebenarnya.
Gambar 1 Proses pemilihan jalur oleh semut(Chen,
LANDASAN TEORI 2001)
TSP
TSP menurut A.J Hoffman dan P. Wolfe Gambar 1 menunjukkan proses pemilihan suatu
dalam bukunya berjudul The Traveling Salesman jalur oleh semut. Pada saat semut harus memilih
Problem A Guided Tour of Combinatorial jalur mana yang akan diikuti pada titik A, beberapa
Optimization, adalah permasalahan yang dihadapi semut memilih jalur bawah dan beberapa yang lain
oleh seorang salesman yang berangkat dari kota memilih jalur atas secara acak. Semut-semut tadi
asalnya, berusaha menemukan lintasan paling berjalan dengan kecepatan yang sama. Semut-
pendek yang dapat ditempuh ke semua kota semut yang memilih jalur bawah akan sampai pada
pelanggan dan kemudian kembali ke kota asal, titik B lebih cepat jika dibandingkan dengan semut-
dengan syarat semua kota pelanggan hanya boleh semut yang memilih jalur atas yang lebih panjang.
dikunjungi sekali dalam tiap tournya. Semut-semut yang memilih jalur bawah akan lebih
Pada TSP hasil yang ingin didapatkan adalah dulu sampai pada sumber makanan. Jika semut-
menemukan jalur terpendek yang saling terhubung semut yang sudah sampai dari sumber makanan
dari n kota. Tiap kota hanya boleh dikunjungi tersebut kembali ke sarang, maka semut-semut tadi
sekali. Jarak antara kota i dan kota j didefinisikan akan mengikuti jalur yang ada feromon yang
dengan persamaan Eucledian dengan dij, ditinggalkan sebelumnya. Hal ini menyebabkan
jumlah feromon pada jalur bawah akan semakin
, (1) banyak, dan jumlah semut yang melewati jalur
tersebut juga akan semakin banyak.
Semut buatan mengadopsi perilaku semut
xi dan xj adalah koordinat kota i (Bonabeau, 1999). sebenarnya saat mencari penyelesaian
TSP dapat direpresentasikan ke dalam permasalahan optimasi. Feromon merupakan kunci
permasalahan graf. Tiap kota diwakili oleh node dasar semut-semut saat membuat keputusan(Chen,
dalam koordinat kartesian. Tiap node mempunyai 2001).
koordinat (x,y), dan semua node tersebut saling
terhubung satu dengan lainnya dengan jarak TSP Menggunakan AS
masing-masing node dapat dihitung dari koordinat- AS merupakan ACO pertama yang digunakan
koordinat nodenya. Jika ada node yang tidak untuk menguji penyelesaian kasus TSP(Dorigo,
terhubung, maka node tersebut dihubungkan dan 1991). AS menggunakan sejumlah semut yang
diberi nilai jarak yang nantinya tidak bisa bekerja sama mencari jalur terpendek pada
digunakan sebagai solusi optimal. sejumlah kota. Semut pada AS dalam mencari
solusi jalur terpendek pada TSP bekerja sebagai
ACO (Ant Colony Optimization) berikut:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 303


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tiap semut pada awal pencarian jalur Aturan Transisi Status


terpendek masing-masing menempatkan diri pada Suatu aturan transisi adalah probabilitas semut
tiap kota awal secara acak. Kemudian tiap semut k untuk berkunjung dari kota awal i menuju kota
mengunjungi kota-kota lain yang belum pernah berikutnya j selama membangun suatu solusi ke-t.
dikunjunginya sampai semua kota dikunjungi. Tiap Aturan ini disebut dengan random proportional
semut akan mempunyai daftar kunjungan kota-kota rule. Probabilitas transisi dari kota i ke kota j oleh
yang pernah dilewatinya, daftar kunjungan ini semut k pada AS didefinisikan sebagai
disebut tabu list. berikut(Dorigo, 1996):
Pemilihan kota-kota yang belum pernah
dikunjungi didasarkan pada suatu aturan yang (1)
disebut aturan transisi status (state transition rule).
Aturan ini mempertimbangkan visibilitas (invers
jarak satu kota ke kota lainnya) dan jumlah τij adalah jumlah feromon yang ada pada tiap ruas
feromon yang terdapat pada tiap ruas yang antara node i dan node j, ηij adalah invers jarak
menghubungkan satu kota dengan kota lain. Semut antara node i dan node j (1/dij), nilai
pada AS akan cenderung memilih kota berikutnya
. α adalah suatu
yang paling dekat dengan kota asal (mempunyai
visibilitas besar) dan jumlah feromon terbanyak parameter yang mengendalikan bobot feromon, β
pada suatu ruas. adalah parameter pengendali jarak, dan adalah
Tabu list yang dimiliki oleh masing-masing himpunan node-node yang belum dikunjungi oleh
semut berfungsi untuk melarang semut semut k.
mengunjungi kota yang sudah pernah Update Pheromone Trail
dikunjunginya. Ketika sebuah tour selesai Setelah semua semut selesai membangun
dilakukan, tabu list ini berfungsi untuk menghitung sebuah tour, jejak feromon yang ada pada tiap ruas
panjang lintasan yang sudah dilalui oleh semut pada diperbaharui nilainya. Pembaharuan nilai feromon
tournya. ini dilakukan dengan lebih dulu mengurangi
Setelah semut menyelesaikan tournya, tabu (menguapkan) feromon yang ada pada ruas dengan
list akan penuh. Panjang tour yang dilakukan oleh suatu nilai penguapan konstan, kemudian
tiap semut dihitung berdasarkan tabu list tersebut. menambahkannya dengan feromon baru. Update
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses feromon dilakukan sebagai berikut(Dorigo, 1996):
pembaharuan feromon pada tiap ruas yang dilalui (2)
oleh semut. Suatu aturan pembaharuan feromon
global (global pheromone updating rule) (3)
diberlakukan pada tiap ruas. Semakin pendek
(4)
sebuah tour yang dihasilkan oleh semut, jumlah
feromon yang ditinggalkan pada ruas-ruas yang ρ adalah parameter penguapan feromon, m adalah
dilalui akan semakin besar. Hal ini akan jumlah semua semut, tour described by tabuk
menyebabkan ruas-ruas yang diberi feromon lebih adalah tour yang dilakukan semut k berdasarkan
banyak akan semakin diminati semut pada tour tabuk, dan Lk adalah panjang tour yang dilakukan
selanjutnya. Sebaliknya pada ruas-ruas dengan semut k, Q adalah tetapan jumlah feromon untuk
feromon sedikit semakin kurang diminati oleh disimpan.
semut, sehingga pada tour selanjutnya akan Dari penelitian yang dilakukan(Dorigo, 1996)
semakin jarang dilewati, sampai akhirnya ruas dalam AS ada tiga variasi percobaan yang
tersebut tidak pernah dilewati lagi. dilakukan yaitu ant-cycle, ant-density, dan ant-
Pada pembaharuan feromon global dilakukan quantity. Perbedaan ketiga algoritma tersebut
proses penguapan feromon. Penguapan feromon terletak pada cara update feromon. Ant-cycle
bertujuan agar tidak terjadi stagnasi, yaitu suatu menghasilkan solusi terbaik dibandingkan dengan
peristiwa ketika semua semut berakhir dengan dua algoritma yang lain. Update feromon dilakukan
melakukan tour yang sama. setelah semut mengunjungi semua kota yang ada.
Proses diulang sampai tour yang dilakukan Ant-cycle ini selanjutnya diberi nama AS yang akan
mencapai jumlah maksimal atau sistem ini digunakan pada tesis ini.
menghasilkan perilaku stagnasi, yaitu perilaku Pada ant-density dan ant-quantity, update feromon
ketika sistem ini berhenti mencari solusi alternatif. dilakukan tiap kali semut mengunjungi kota
Selanjutnya tour terpendek yang ditemukan oleh berikutnya tanpa harus menunggu semut
semut disimpan dan tabu list dikosongkan kembali. mengunjungi semua kota yang ada pada TSP.
Setiap kali semut mengunjungi kota berikutnya,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 304


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

feromon pada ruas yang dilewati semut tersebut


diperbaharui. Pada ant-density penambahan
feromon menggunakan persamaan berikut(Dorigo,
1996):
(5)
Sedangkan pada ant-quantity penambahan feromon
menggunakan persamaan berikut(Dorigo, 1996):
(6)

Gambar 2 Lintasan truk pengangkut sampah


Parameter-parameter pada AS
AS menggunakan beberapa parameter yang
Terdapat perulangan kunjungan pada beberapa ruas
bertujuan agar solusi permasalahan TSP
jalan seperti ditunjukkan pada ruas yang ditandai
mendapatkan hasil mendekati optimal. Parameter-
dengan lingkaran pada Gambar 2. Panjang
parameter ini didasarkan dari penelitian Dorigo,
keseluruhan lintasan yang dilalui truk pengangkut
(1996). Parameter-parameter ini tidak berubah
sampah adalah 1192 satuan panjang.
selama semut mencari solusi pada permasalahan
Kemudian berdasar Gambar 2 dibuat titik-titik
TSP. Parameter-parameter tersebut adalah:
koordinat masing-masing pertemuan ruas jalan
a. Pengendali bobot feromon tiap ruas α, nilai α
yang dilewati oleh truk. Koordinat masing-masing
terbaik menurut Dorigo adalah 1
titik tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
b. Pengendali visibilitas β, nilai β terbaik
menurut Dorigo antara 2 sampai 5 180 1
2

c. Tetapan penguapan feromon pada tiap ruas ρ, 160


10
9 3
8
nilai ρ terbaik menurut Dorigo adalah 0,5 140
11 13 7
4

d. Tetapan jumlah feromon untuk disimpan Q 21


12 14
15
6
5
e. τ0 diberi nilai kecil 0 < τ0 < 1, dapat diperoleh 120
22
2324
20
16

juga dari persamaan(Dorigo, 2004) . 100 25


30
19
18
26

adalah panjang tour terbaik yang 80 31 27


28
17

diperoleh dari metode nearest neighbourhood, 60 32


33 35
34
m adalah jumlah semut. Pada AS, jumlah
29
40 37 38

semut sama dengan jumlah kota. 39


40
36

f. Dalam penelitiannya, Dorigo, (1996) 20


0 20 40 60 80 100 120 140 160

menggunakan tetapan Q sebesar 1, 100, dan Gambar 3 Titik-titik koordinat ruas jalan
1000. Dari penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa tetapan Q tidak Koordinat masing-masing titik tersebut merupakan
berpengaruh terhadap solusi yang dihasilkan. data yang dibutuhkan untuk mencari lintasan
terpendek menggunakan AS. Selain itu dibutuhkan
HASIL DAN PEMBAHASAN juga parameter-parameter lain untuk menjalankan
Hasil pengamatan AS agar diperoleh hasil optimal. Parameter tersebut
Dari pengamatan di lapangan, lintasan yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
dilalui oleh truk pengangkut sampah di lingkungan
Perumahan Dosen UGM Sekip ditunjukkan pada Tabel 1 Parameter-parameter pada AS
Gambar 2 berikut.
Parameter Nilai Keterangan
parameter bobot untuk
α 1
feromon tiap lintasan
parameter bobot untuk
β 4
visibilitas tiap lintasan
parameter penguapan
ρ 0,5
feromon
konstanta kuantitas jejak
Q 1
yang diletakkan semut
NCmax 3500 jumlah iterasi maksimal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 305


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil running program Tabel 2 Hasil percobaan


Program dijalankan sebanyak 10 kali dengan No Urutan kunjungan Panjang
menggunakan parameter pada Tabel 1. Dari 10 kali 1 36→ 29→ 17→ 16→ 5→ 4→ 6→ 15→ 760,4063
14→ 7→ 3→ 8→ 13→ 9→ 2→ 1→ 10→
percobaan tersebut didapatkan lintasan terpendek 11→ 21→ 22→ 25→ 30→ 31→ 32→
yaitu 751,7297 satuan panjang. 33→ 37→ 38→ 39→ 40→ 34→ 35→
180 1
2
28→ 27→ 26→ 23→ 24→ 20→ 12→
10 3
19→ 18→ 36
160 9
8 2 12→ 13→ 8→ 9→ 2→ 1→ 10→ 11→ 766,0103
4
140
11 13 7 21→ 22→ 23→ 24→ 20→ 19→ 27→
14
21
12 6 28→ 26→ 25→ 30→ 31→ 32→ 33→
15 5
120
22
20
16
37→ 38→ 39→ 40→ 34→ 35→ 36→
2324
19
29→ 17→ 18→ 15→ 6→ 5→ 16→ 4→
100 25
30
26
18 3→ 7→ 14→ 12
80 31 27 17 3 26→ 25→ 30→ 31→ 32→ 33→ 37→ 760,7643
28
38→ 39→ 40→ 34→ 35→ 28→ 27→
60 32
33 35 36→ 29→ 17→ 18→ 19→ 20→ 12→
34 29
37 38 13→ 8→ 7→ 14→ 15→ 6→ 16→ 5→
40
39 36 4→ 3→ 2→ 1→ 10→ 9→ 11→ 21→
40
20 22→ 23→ 24→ 26
0 20 40 60 80 100 120 140 160
4 36→ 29→ 17→ 16→ 5→ 4→ 6→ 15→ 751,7297
Gambar 4 Lintasan terpendek hasil running 14→ 7→ 3→ 8→ 13→ 12→ 9→ 2→ 1→
program 10→ 11→ 21→ 22→ 25→ 30→ 31→
32→ 33→ 37→ 38→ 39→ 40→ 34→
35→ 28→ 27→ 26→ 23→ 24→ 20→
Urutan kunjungan lintasan terpendek adalah: 19→ 18→ 36
36→ 29→ 17→ 16→ 5→ 4→ 6→ 15→ 14→ 7→ 5 23→ 24→ 20→ 19→ 18→ 28→ 27→ 762,3065
3→ 8→ 13→ 12→ 9→ 2→ 1→ 10→ 11→ 21→ 26→ 25→ 30→ 31→ 32→ 33→ 37→
22→ 25→ 30→ 31→ 32→ 33→ 37→ 38→ 39→ 38→ 39→ 40→ 34→ 35→ 36→ 29→
17→ 16→ 5→ 4→ 6→ 15→ 14→ 7→
40→ 34→ 35→ 28→ 27→ 26→ 23→ 24→ 20→ 3→ 8→ 13→ 12→ 9→ 2→ 1→ 10→
19→ 18→ 36 11→ 21→ 22→ 23
Hasil selengkapnya percobaan yang dilakukan 6 9→ 2→ 1→ 10→ 11→ 21→ 22→ 23→ 762,3065
ditunjukkan pada Tabel 2. 24→ 20→ 19→ 18→ 28→ 27→ 26→
25→ 30→ 31→ 32→ 33→ 37→ 38→
39→ 40→ 34→ 35→ 36→ 29→ 17→
Pembahasan 16→ 5→ 4→ 6→ 15→ 14→ 7→ 3→ 8→
Dari 10 kali percobaan yang dilakukan jika 13→ 12→ 9
dibandingkan dengan panjang lintasan yang 7 26→ 25→ 30→ 31→ 32→ 33→ 37→ 760,7643
38→ 39→ 40→ 34→ 35→ 28→ 27→
dilakukan oleh truk pengangkut sampah, panjang 36→ 29→ 17→ 18→ 19→ 20→ 12→
lintasan hasil percobaan selalu lebih. Hal ini terjadi 13→ 8→ 7→ 14→ 15→ 6→ 16→ 5→
karena pada lintasan hasil percobaan tidak terdapat 4→ 3→ 2→ 1→ 10→ 9→ 11→ 21→
ruas jalan yang dilewati lebih dari sekali. 22→ 23→ 24→ 26
8 36→ 29→ 17→ 16→ 5→ 4→ 15→ 6→ 755,2106
Kelemahan hasil percobaan adalah adanya
3→ 7→ 14→ 12→ 13→ 8→ 9→ 2→ 1→
lintasan yang tidak terdapat ruas jalan tapi dilewati 10→ 11→ 21→ 22→ 25→ 30→ 31→
oleh semut dalam pencarian lintasan terpendek 32→ 33→ 37→ 38→ 39→ 40→ 34→
kunjungan ke semua titik. Hal tersebut ditunjukkan 35→ 28→ 27→ 26→ 23→ 24→ 20→
19→ 18→ 36
dengan tanda lingkaran hitam pada Gambar 4.
9 36→ 29→ 17→ 18→ 19→ 20→ 12→ 760,7643
Selain itu ada ruas yang tidak bisa dilewati karena 13→ 8→ 7→ 14→ 15→ 6→ 16→ 5→
ada tembok penghalang, tapi dilewati oleh semut 4→ 3→ 2→ 1→ 10→ 9→ 11→ 21→
dalam mencari lintasan terpendek kunjungan ke 22→ 23→ 24→ 26→ 25→ 30→ 31→
semua titik. Hal tersebut ditunjukkan dengan tanda 32→ 33→ 37→ 38→ 39→ 40→ 34→
35→ 28→ 27→ 36
lingkaran merah pada Gambar 4. 10 19→ 24→ 20→ 12→ 13→ 8→ 7→ 14→ 765,1845
15→ 6→ 16→ 5→ 4→ 3→ 2→ 1→ 10→
9→ 11→ 21→ 22→ 23→ 26→ 25→
30→ 31→ 32→ 33→ 37→ 38→ 39→
40→ 34→ 35→ 28→ 27→ 36→ 29→
17→ 18→ 19

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 306


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dan Bonabeau, Eric., Dorigo, Marco., Theraulaz, Guy.,
membandingkan dengan kondisi riil kunjungan truk 1999. Swarm Intelligence From Natural to
pengangkut sampah di lingkungan Perumahan Artificial Systems, New York Oxford, Oxford
Dosen UGM Sekip, dapat disimpulkan beberapa hal University Press.
sebagai berikut:
1 Program yang dibuat mampu menghasilkan Chen, Enxiu., and Liu, Xiu., 2011. Multi-Colony
lintasan terpendek kunjungan truk pengangkut Ant Algorithm. In Ant Colony Optimization-
sampah di lingkungan Perumahan Dosen Methods and Applications. Edited by Avi Ostfeld.,
UGM Sekip dengan panjang lintasan InTech, 2011.
terpendek adalah 751,7297 satuan panjang.
2 Terdapat kelemahan pada hasil percobaan, Dorigo, M., Maniezzo, V., Colorni, A., 1991.
karena ada ruas jalan yang seharusnya tidak Positive feedback as a search strategy, Technical
bisa dilewati tetapi tetap dilewati. Report 91-016.

Saran Dorigo, M., Maniezzo, V., Colorni, A., 1996. The


Dilakukan penelitian selanjutnya agar ruas Ant System: Optimization by a colony of
jalan yang seharusnya tidak bisa dilewati, tetap cooperating agents, IEEE Transactions on Systems,
tidak dilewati oleh semut dari program yang dibuat. Man, and Cybernetics–Part B, Vol.26, No.1, 1996,
pp.1-13.

Dorigo, Marco., and Stützle, Thomas., 2004. Ant


Colony Optimization, The MIT Press, Cambridge,
Massachusetts London, England.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 307


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN UDARA-AIR TERHADAP RESPON


AMPLITUDO DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK
PADA ALIRAN STRATIFIED HORIZONTAL.

Mukhlis 1, Bramantya 2, Hermawan 3

Pogram Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: mukhlis_affaq@yahoo.co.id
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: bramantya99@gmail.com
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2 Kompleks UGM, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: hermawan_ugm@yahoo.com

ABSTRAK

Debit aliran fluida dalam suatu sistem perlu diketahui, karena akan mempengaruhi performance dari sistem.Untuk
mengetahui aliran fluida diperlukan suatu alat ukur untuk memonitor aliran fluida.Pengukuran aliran dengan beda tekanan seperti
penggunaan orifice, nozzle, dan venturi telah banyak digunakan di industri dalam mengukur laju aliran dalam pipa. Metode
pengukuran ini mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran karena terjadinya perubahan penampang aliran pada pipa, sehingga
menimbulkan kerugian. Banyaknya sistem industri menuntut sistem pengukuran dengan metode non-invasif, dengan biaya rendah
dan tidak rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu alat ukur untuk mengukur aliran tanpa melakukan
perubahan pada penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter ultrasonik.Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur
laju aliran dua fase karena adanya fase gas atau padat berupa gelembung atau partikel padat yang mengalir bersama fase cair berfungsi
sebagai reflektor gelombang ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak menimbulkan
kerugian aliran.
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air dan udara.Pada aliran air dan udara masuk ke pipa diberikan pelat antara untuk
menghindari pencampuran udara dan air agar aliran stratified lebih mudah didapatkan.Pipa yang digunakan adalah pipa acrylic dengan
diameter dalam 18 mm dan tebal 5 mm, dan transparan agar perilaku aliran dapat diamati, Function generator untuk menghasilkan
frekuensi gelombang ultrasonik yang dihubungkan ke transmitter sebagai pemancar signal, signal yang dipancarkan diterima oleh
receiver yang dihubungkan dengan digitalosciloscop. Pada penelitian ini akan dianalisis besar kecilnya amplitudo yang dihasilkan
oleh spektrum frekuensi ultrasonik terhadap pengaruh perubahan debit aliran dua fase air-udara. Kecepatan superfisial air (Jl) yang
digunakan adalah 0,03 m/s -0,1 m/s, sedangkan kecepatan superfisial udara (Jg) yang digunakan adalah 1,5 m/s sampai4,22 m/s.
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian dicari hubungannya dengan laju aliran debit dari aliran dua fase
air-udara.Hasil penelitian menunjukkan volume isian air pada suatu luasan pipa akan mempengaruhi besar kecilnya
amplitudo.semakin besar kecepatan superfisial air (JL) pada kecepatan superficial udara (JG) yang konstan amplitudonya semakain
besar, sedangkan perubahan kecepatan superficial udara (JG) pada kecepatan superfisial air(JL) konstan, perubahan amplitudo
cendrung konstan.

Kata kunci : Gelombang ultrasonik, amplitudo, frekuensi, debit aliran, aliran stratified.

PENDAHULUAN jumlah uap, dan beberapa parameter lain, sehingga


performance dari sistem dapat diketahui.Untuk
Aliran multi fase merupakan suatu hal yang mengetahui parameter-parameter tersebut diperlukan
sangat penting dalam berbagai sistem rekayasa untuk suatu instrument yang berfungsi sebagai perangkat
mendapatkan desain yang optimal dengan ukur atau kontrol.Debit aliran merupakan salah satu
pengoperasian yang aman dan efisien. Beberapa aplikasi parameter penting, karena akan mempengaruhi
aliran multi fase dijumpai pada sistem perpipaan seperti performance dari sistem. Oleh karena itu debit aliran
pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal), fluida dalam suatu sistem perlu diketahui. Untuk
pembangkit listrik tenaga uap, reaktor nuklir, industri mengetahui aliran fluida diperlukan suatu alat ukur
perminyakan, dan lain-lain.Pada pembangkit listrik untuk memonitor aliran fluida.
tenaga panas bumi (PLTP), fluida kerjanya adalah air Pengukuran aliran dengan beda tekanan
dan uap air yang mengalir secara bersamaan pada seperti penggunaan orifice, nozzle, dan venturi telah
saluran tertutup. banyak digunakan di industri dalam mengukur laju
Beberapa parameter yang perlu diketahui seperti aliran dalam pipa. Metode pengukuran ini
kecepatan aliran, temperatur, tekanan, debit aliran, mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 308


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

karena terjadinya perubahan penampang aliran pada receiver (tmn1), Sinyal dari transmitter dipantulkan
pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Banyaknya melalui komponen gas ke receiver (t mn2) dan Sinyal
sistem industri menuntut sistem pengukuran dengan dari transmitter dipantulkan melalui dinding pipa
metode non-invasif, dengan biaya rendah dan tidak ke receiver(tmn3) seperti pada gambar 1.
rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan suatu alat ukur untuk mengukur aliran tanpa
melakukan perubahan pada penampang aliran, yaitu
penggunaan flow meter ultrasonik.
Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk
mengukur laju aliran dua fase karena adanya fase gas
atau padat berupa gelembung atau partikel padat yang
mengalir bersama fase cair berfungsi sebagai reflektor
gelombang ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam
pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak
menimbulkan kerugian aliran.
Baker (1954) pertama kali mengembangkan
pola aliran dua fase dengan menggunakan data-data
udara-air dan udara-oli pada pipa besar, dengan
menggunakan koordinat laju aliran massa dari cairan
dan uap dan parameter nondemesional. Mandhane
(1974) mengembangkan peta pola aliran yang hampir
sama dengan data-data udara-air tetapi dengan koordinat
kecepatan superfisial cairan (JL) dan kecepatan
superfisial gas (JG). Taitel dan Dukler (1976) Gambar 1.Tiga jalur yang memungkinkan
berdasarkan pada analisis dari mekanisme transisi aliran penerimaan sinyal dan transmitter ke
digabungkan dengan parameter-parameter Martineli (X), receiver (Rahim. dkk., 2007)
angka gas Froude (FrG), dan parameter T dan K secara
empirik yang membentuk tiga grafik. Lee, dkk. (2005) mengembangkan metode
Irfan Riyadi (2009) merancang alat pengukur pengukuran level campuran dua fase pada sebuah
laju aliran fluida dengan menggunakan frekuensi bejana reactor atau generator uap pada kondisi suhu
gelombang tunggal 1000 Hz. Sistem pengukuran ini dan tekanan tinggi. Pada penelitian ini alat uji
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi dikondisikan sesuai kondisi sebenarnya, dengan
rendah amplitudo dengan laju massa aliran. Pengukuran menggunakan tangki untuk menampung air dan
laju aliran massa dengan memanfaatkan gelombang menggunakan pemanas sebagai pengkondisian
berfrekuensi 1000 Hz menyatakan bahwa ada korelasi temperatur dalam tangki.Metode pengukuraan
linier tinggi rendah amplitudo dengan laju aliran massa ultrasonik yang dikembangkan mengukur tingkat
dua fase. campuran dua fase lebih akurat daripada metode
O’Sullivan. dkk., (2002) melakukan pengukuran konvensional pada kondisi suhu dan tekanan tinggi
aliran gas dengan menggunakan tranduser ultrasonik serta dalam kondisi fluktuasi permukaan dengan
elektrostatik. Penelitian didasarkan pada tranduser formula koreksi mempertimbangkan medium sebagai
ultrasonik yang terdiri dari transmiter dan receiver campuran homogen dari udara dan uap.
yang dipasang saling bersilangan. Dari hasil penelitian Raisutis (2005) melakukan investigasi profil
menunjukkan bahwa pengukuran aliran gas dengan kecepatan aliran dengan menggunakan invasive
mengunakan tranduser ultrasonik dipengaruhi oleh ultrasonic flow meter.Metodologi pengukuran dan
peruhahan kecepatan aliran. eksperimen dengan menggunakan sensor aliran
Rahim dkk.(2007) mengembangkan metode invasif (thermoanemometers) pada transit time
non-invasive ultrasonic tomography untuk ultrasonic flowmeter Reces yang memberikan hasil
menggambarkan aliran dua fase cairan dan gas. komponen kecepatan aliran lokal.Penelitian aliran
Pendekatan transmission-mode yang digunakan untuk turbulen udara (4000 <Re <19 000 dan laju aliran
menggambarkan aliran dua fase cairan/gas dengan dari 14 m3/h hingga 55 m3/h) dengan propagasi
menggunakan 16 pasang tranduser yang masing-masing dilakukan melalui bagian pengukuran. Pengukuran
terdiri dari 16 transmitter dan 16 receiver dengan kecepatan udara digunakan sebagai referensi ukuran
frekuensi 40 kHz. Penelitian didasarkan pada sensor untuk mengukur kecepatan aliran rata-rata vpdi
ultrasonik yang terdiri dari transmitter dan receiver bagian tengah pipa. Pengukuran profil aliran gas
yang dipasang melingkar pada permukaan pipa sepanjang saluran akustik dilakukan dengan
eksperimental. menunjukkan tiga jalur yang mungkin thermoanemometer tersebut.
untuk penerimaan sinyal dari transmitter ke receiver: Gelombang ultrasonik adalah gelombang
Sinyal ditransmisikan langsung dari transmitter ke mekanik longitudinal dengan frekuensi diatas 20 kHz

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 309


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yang dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas.


Hal ini disebabkan karena gelombang ultrasonik
merupakan rambatan energi dan momentum mekanik,
sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul
dan sifat enersia medium yang dilaluinya.
Laju gelombang bunyi bergantung pada
sifat medium. Laju gelombang bunyi dalam fluida
seperti udara atau air diberikan oleh:
=
Gelombang ultrasonik mempunyai sifat refraksi
dan refleksi bila melalui suatu permukaan medium
(hukum Snell). Bila gelombang suara melewati suatu
medium ke medium lain akan terjadi perubahan
panjang dan arah gelombang yang disebut refraksi
(pembiasan). Perumusan matematis hukum Snellius
adalah:

Gambar 3 Konfigurasi pemasangn tranduser


(Sanderson, dkk., 2002)

METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan fluida kerja
air dan udara dengan memvariasikan debit aliran
air dan udara. Pada aliran air dan udara masuk ke
pipa diberikan pelat antara untuk menghindari
pencampuran udara dan air agar aliran stratified lebih
mudah didapatkan. Pipa yang digunakan dalam
Gambar 2 Refraksi dan refleksi gelombang (Curry, penelitian ini adalah pipa acrylic dengan diameter
1984) dalam 18 mm dan tebal 5 mm, dan transparan agar
perilaku aliran dapat diamati.
Konfigurasi pemasangan transduser yaitu: Diagram skematis peralatan dapat dilihat
 Metode Z dimana transmitter menempel pada pada Gambar 4. Karakteristik aliran diamati dengan
pipa secara berlawanan dengan receiver yang menggunakan kamera video kecepatan 240 fps, dan
diletakkan pada bagian hilir aliran. seksi uji dilengkapi dengan correction box yang
 Metode V dimana kedua transduser dipasang terbuat dari lembaran acrylic transparan yang diisi
pada bagian sisi pipa yang sama. dengan air untuk mengurangi distorsi visual, karena
 Metode W dimana kedua transduser dipasang indeks bias acrylic lebih dekat dengan air dari pada
pada bagian sisi pipa yang sama, tetapi jarak udara.
kedua tranduser dua kali dari tipe V. Gambar 5 menunjukkan skema rancangan
sistem kerja alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran debit aliran dua fase dengan
menggunakan gelombang ultrasonik.
Pada penelitian ini akan dianalisis
besar-kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi tunggal terhadap pengaruh
perubahan debit aliran dua fase air-udara. Data hasil
penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian
dicari hubungannya dengan laju aliran debit dari aliran
dua fase air-udara.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 310


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil pengaruh perubahan amplitudo
6400 mm
terhadap perubahan laju aliranberdasarkan matrik
Function Digital pada table 1 ditunjukkan pada table 2 dan gambar 6
sampai dengan 10.
generator oscilloscop

4700 mm Air
Ultrasonic

Tabel 2. Perubahan amplitudo


transducer

Mixer Separator
Flow direction Lighting

High speeed Test section


camera

Water
Flow meter Flow meter Pressure
Gauge

Valve Air Regulator Compressor

By-pass
valve

Valve

Valve
Tank with Circulation pump Transit tank
Pump
heater

Gambar 4. Skematik instalasi perpiaan

Gambar 5 Rancangan skema sistem kerja alat ukur


Gambar 6. Hasil perubahan amplitudo yang terjadi
Laju aliran air dan udara masuk ke pipa diatur terhadap perubahan JL
dengan menggunakan katup yang diukur oleh flow
meter dengan nilai besaran sesuai dengan matriks tes
pada tabel 1. Aliran kemudian mengalir menuju seksi uji,
setelah aliran stedi maka dilakukan pengambilan data.

Tabel 1. Matrik tes penelitian

Gambar 7. Hasil perubahan amplitudo yang terjadi


terhadap perubahan JG

Gambar 8.Visualisasi aliran pada JL 0,03 m/s dan


JG3,01 m/s

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 311


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

amplitudo. Semakin besar debit aliran air, amplitudo


gelombang ultrasonic juga meningkat. Dan
amplitudo gelombang ultrasonik cendrung konstan
dengan berubahnya debit aliran udara.

Gambar 9.Visualisasi aliran pada JL 0,05 m/s dan JG Nomenklatur


3,01 m/s
A amplitudo (volt)
B bulk modulus (N/m2)
JG kecepatan superfisial udara (m/s)
JL kecepatan superfisial air (m/s)
Q debit aliran (ltr/menit)
QG debit aliran udara (ltr/menit)
QL debit aliran air (ltr/menit)
v kecepatan gelombang ultrasonik dalam
Gambar 10.Visualisasi aliran pada JL 0,06 m/s dan JG medium (m/s)
3,01 m/s kecepatan gelombang pada medium 1 (m/s)

Tabel 3. Tebal lapisan aliran air rata-rata pada JG 3,01 ρ kecepatan gelombang pada medium 2 (m/s)
m/s massa jenis fluida (kg/m3)
sudut gelombang datang
sudut gelombang refraksi

DAFTAR PUSTAKA

Ho, C.A. & Sommerfeld, M. Title. Journal, Vol. xx,


xxxx-xxxx (2002)
Gambar 6 menunjukkan grafik perubahan debit
aliran air mengakibatkan terjadinya perubahan Sommerfeld, M. Title. Journal, Vol. xx, xxxx-xxxx
amplitudo. Amplitudo rata-rata mengalami kenaikan (2001)
seiring dengan bertambahnya debit aliran air. Sedangkan Baker, O., 1954. Design of Pipelines for
penambahan debit aliran udara seperti yang Simultaneous Flow of Oil and Gas, Oil and
diperlihatkan pada gambar 7 grafik perubahan amplitudo Gas J., July, pp.26
yang terjadi relative konstang dengan berubahnya debit
aliran udara. Hal ini disebabkan karena ketebalan Curry T.S, 1984, Introduction to the Physics of
lapisan atau pola aliran yang terjadi relatif konstan. Diagnostic Radiology, Third Edition Lea &
Gambar 8, 9, dan 10 memperlihatkan Febiger, Philadelphia USA
visualisasi aliran pada kondisi JG 3,01 m/s dengan JL
masing-masing 0,03 m/s, 0,05 m/s, dan 0,06 m/s. Tabel Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., 1997.
3 menunjukkan perubahan amplitudorata-ratadan tebal Fundamentals of Physics Extended, Fifth
lapisan aliran air yang terjadi. Pada JL 0,03 m/s Edition, John Wiley & Sons,Inc., New York
amplitudo 0,242 volt, JL 0,05 m/s amplitudo yang terjadi
0,272 volt, dan mengalami penurunan pada JL 0,06 Lee, D. W., No, H. C., Song, C. H., 2005.
menjadi0,240 volt, kemudian naik kembali padaJL 0,07 Measurement of two-phase level using an
m/s, hal ini disebabkan karena aliran fluida yang ultrasonic method, Experimental Thermal and
tidak stabil, sehingga tebal lapisan air yang mengalir Fluid Science 29 609-614
tidak konstan yang mengakibatkan perubahan
amplitudo. O’Sullivan, I.J., Wright, W.M.D., 2002. Ultrasonic
measurement of gas flow using electrostatic
transducers, Journal Ultrasonics 40 407–411
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan
debit aliran air yang mengalir dalam pipa acrylic Rahim, R.A., Rahiman, F.M.H., Chan, K.S., Nawawi,
dengan diameter dalam 18 mm pada aliran S.W., 2007. Non-invasive imaging of
stratifiedmengakibatkan terjadinya perubahan liquid/gas flow using ultrasonic
transmission-mode tomography, Sensors and

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 312


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Actuators A 135 337–345 Gelombang Tunggal 1000 Hz, Skripsi Jurusan


Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik
Raiˇsutis, R., 2006. Investigation of the flow velocity UGM., Yogyakarta
profile in a metering section of an invasive
ultrasonic flowmeter, Journal Flow Measurement Sanderson, M.L., Yeung, H., 2002. Guidelines for the
and Instrumentation 17 201–206 use of ultrasonic non-invasive metering
techniques, Journal Flow Measurement and
Ryadi, I., 2009. Studi Eksperimen Pengukuran Aliran Instrumentation. 13 125–142
Dua FAase Air-Udara Menggunakan Frekuensi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 313


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH VOLUME RUANG BAKAR TERHADAP KINERJA MESIN PULSE JET

Lambertus Dwi Setiawan


Universitas Gadjah Mada
JL Grafika No. 2, Yogyakarta 55281
lambertusdwisetiawan@yahoo.com

ABSTRAK

Mesin pulse jet adalah sejenis mesin jet yang pembakarannya berlangsung secara intermittent, sesaat-sesaat dan
dengan frekuensi tertentu. Mesin pulse jet yang di rancang pada penelitian ini sangat sederhana menggunakan tipe valveless
(tanpa katub), mudah dibuat dan biaya pembuatannya murah. Tipe mesin pulse jet yang dipilih ini adalah langkah awal dalam
pengembangan desain maupun parameter-parameter lain yang dipakai dalam mesin pulse jet dengan tingkat kerumitan yang
lebih tinggi lainnya. Hasil pengujian mesin valveless pulse jet ini cocok sekali dipergunakan untuk tugas-tugas yang berakhir
dengan rusaknya mesin sehingga sangat tepat dipakai sebagai propulsi jelajah berpadu (guided cruise missile) dan pesawat
untuk sasaran latihan tembak (target drone). Batasan masalah dalam penelitian mesin pulse jet ini difokuskan pada pengaruh
volume ruang bakar terhadap kinerja mesin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain mesin pulse jet yang memiliki ketahanan terhadap tekanan dan
suhu yang tinggi. Bahan yang digunakan terbuat dari stainless steel. Desain yang digunakan memiliki konsep yang sederhana
tanpa menggunakan katub (valveless) dimana mengacu pada penelitian terdahulu yaitu mesin pulse jet chinese valveless yang
mengalami modifikasi desain diantaranya tidak menggunakan diffuser dan dimensional. Perbandingan volume ruang bakar
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 194,68 cm2, 243,35 cm2 dan 292,02 cm2. Sedangkan panjang pipa pembuangan
adalah 70 cm dengan diameter 2,34 cm. Langkah ini digunakan untuk mendapatkan hasil pengujian yang bervariasi tergantung
karakteristik parameter yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan untuk dapat menentukan tingkat frekuensi penyalaan yang
maksimal dalam pengujian ini.
Dari pengujian yang dilakukan dengan semakin besar volume ruang bakar, semakin kecil frekuensi penyalaan
yang dihasilkan. Frekuensi penyalaan ini berbanding lurus dengan hasil gaya dorong (thrust) yang diperoleh.
Kata kunci : pulse jet, valveless, volume ruang bakar, frekuensi penyalaan.

PENDAHULUAN METODA EKSPERIMEN


Mesin valveless pulse jet memiliki
Penyelidikan terhadap pulse combustion engine bagian-bagian utama yaitu: pipa buang, pipa isap,
pada awalnya dipelopori oleh Advanced Research rang bakar, injector bahan bakar dan busi. Cara
Project Agency (DARPA) untuk mengeksplorasi kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
skalabilitas dari mesin tersebut, terutama propulsi - Bahan bakar dialirkan secara kontinyu ke
Unmenned Aerial Vehicle (UAV). Parameter desain dalam ruang bakar. Penyalaan awal dilakukan
dari pulse jets ini tidak secara keseluruhan diteliti dan dengan busi. Untuk mempermudah start, pada
berbagai persamaan belum dikembangkan sebagai awalnya udara bias dihembuskan masuk ke
skala untuk desain jets untuk dapat dijadikan pedoman kompresor. Pada saat pembakaran terjadi di
penelitian selanjutnya. dalam ruang bakar terbentuk gas panas
Indonesia sekarang sedang memulai untuk bertekanan tinggi (Ogorelec, 2004).
mengembangkan alat-alat pertahanan. Salah satunya - Gas ini akan menghembus keluar melalui dua
peluru kendali. Dalam pengembangan peluru kendali arah. Sebagian besar akan melalui lubang
untuk sasaran di udara, diperlukan suatu sasaran yang buang dan sebagian lagi melalui lubang isap.
bisa terbang sebagai sarana untuk pengetesan Setelah gas mengembang dan mengalir keluar,
ketelitian kendali yang dikenal sebagai target drone. tekanan di dalam ruang bakar akan turun.
Salah satu syarat dari target drone ini adalah Karena efek inersia, aliran gas tidak bisa
harganya yang murah. Karena itu, penggunaan mesin berhenti dengan mendadak sehingga penurunan
ini untuk propulsi target drone tentunya akan sangat tekanan akan berlangsung terus walaupun
bermanfaat. Target drone dengan mesin pulse jet tekanan dalan ruang bakar sudah lebih rendah
akan lebih murah dibanding pesawat serupa dengan dari tekanan udara luar.
mesin konvensional. Sebagai propulsi peluru berpadu - Proses ini tidak berlangsung lama, aliran akan
tentunya perlu dipelajari lebih mendalam lagi karena segera membalik dan udara akan segera masuk
tingkat kebisingan yang tinggi dari mesin ini akan menuju ruang bakar melalui 2 saluran tersebut
merupakan kelemahan. Walaupun demikian diatas. Udara akan mengalir melalui saluran
penggunaan mesin ini sebagai penggerak prototype isap dengan cepat mengisi ruang bakar dan
peluru berpadu bukan hal yang mustahil, terutama bercampur dengan bahan bakar. Tekanan di
untuk tujuan pengeteran system kendalinya. dalam ruang bakar akan cepat naik. Kenaikan
ini hanya rendah saja, paling tinggi tekanan di
dalam ruang bakar hanya mencapai 1,2 kali

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 314


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tekanan atmosfer (anonym, 2012). Di dalam gelombang frekuensi alami:


mesin turbojet tekanan di dalam ruang bakar bisa c
mencapai 30 kali tekanan atmosfer. f 
4L
- Saluran pembuangan dibuat lebih panjang dari 2)
saluran isap. Saat terjadi pembalikan aliran gas dimana: c : kecepatan suara, s : luas penampang
panas belum seluruhnya keluar dari saluran lubang, V : volume ruang, L : panjang pipa
pembuangan. Sisa gas ini terdorong kembali Rasio dari Panjang/Diameter: 15 – 17, model pulse
masuk ke dalam ruang bakar dan menyalakan jet engine Argus (V1) : L/D = 8,7. Semakin rendah
bahan bakar yang baru saja terisap masuk rasio L/D maka akan lebih mereduksi refleksi
melalui saluran isap dan siklus akan berulang shockwave yang terjadi. Apabila model pulse jet
kembali. Dengan adanya gas panas yang memiliki rasio L/D yang lebih tinggi agar menjaga
berperan sebagai sumber penyalaan tersebut, kestabilan resonansi dan menurunkan frekuensi
busi tidak diperlukan lagi. resonansi (Fredrik Westberg, 2000).

Bahan yang dipakai untuk pembuatan alat peraga


Pulse Jet Engine:
1. Alummunium (diameter 1”, 2”, ½”);
2. Plat untuk dudukan engine (berbagai ukuran).

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk pembuatan


Pulse Jet Engine:
1. Bahan Bakar: Tabung LPG, regulator,
selang-selang;
2. Rangkaian spark plug: Busi, rangkaian
modifikasi 555, coil, accumulator, kabel-kabel.

Langkah-langkah pengukuran:
1. Persiapan perlengkapan mesin pulse jet sesuai
dengan desain yang dibuat dengan
meghubungkan dengan saluran masuk bahan
bakar berupa pipa dengan ukuran ⅛ inch.
Saluran masuk distel agar bahan bakar dan
udara dapat bercampur dengan komposisi yang
tepat untuk proses pembakaran di ruang bakar.
2. Bahan bakar berupa gas LPG dapat destel
menggunakan kran dan diukur dengan pressure
gage. Antara tabung gas LPG dan saluran
masuk bahan bakar diukur dihubungkan
dengan selang.
Gambar 1 Mekanisme Valveless Jet Engine 3. Untuk pengapian menggunakan busi yang
dipasang pada head dari ruang bakar.
Penelitian ini dilakukan dengan membangun alat dan Penyalaan untuk pengapian busi menggunakan
melakukan pengujian. Model yang dipilih dalam modifikasi rangkaian spark pulg dengan
penelitian ini dilakukan dengan beberapa modifikasi dihubungkan pada coil dan aki.
dimana diantaranya dengan tidak memakai diffuser 4. Untuk mengukur gaya dorong dipakai alat ukur
dan perubahan dimensi. berupa timbangan ukur yaitu berupa timbangan
manual atau elektronik. Dalam pengujian ini
Prinsip Kerja Mesin Pulse Jet menggunakan timbangan elektronik (portable
Ukuran ini akan menentukan frekuensi electronic scale). Alat ini dihubungkan dengan
penyalaan mesin dan frekuensi ini harus dudukan mesin pulse jet dan pangkal desainnya
direncanakan sedemikian agar penyalaan bisa tersambung dengan rel. Dimana dudukan mesin
berlangsung terus-menerus dengan stabil. Frekuensi pulse jet dapat bergerak maju mundur yang
penyalaan berkaitan dengan karakteristik akustik dari akan menarik timbangan elektronik sehingga
pipa. Menurut Anderson etall (2008) dan Tao (2007) terbaca skala ukurnya.
pipa isap berkaitan langsung dengan frekeuensi 5. Untuk pengukuran frekuensi penyalaan
Helmholts, resonator. menggunakan Frekuensi Pulse Software yang
c s dihubungkan dengan ruang bakar pada mesin
f  pulse jet sedangkan untuk pengukuran
2 VL
1) intensitas kebisingan menggunakan SPL.
dan pipa pembuangan adalah seperempat panjang Cara diatas dipakai sebagai ilustrasi singkat dalam

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 315


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

melakukan langkah-langkah pengujian mesin pulse


jet pada tahap ini. Perbandingan frekuensi Hasil
Dalam pemilihan desain mesin pulse jet berdasarkan
Pengujian
penelitian yang pernah dilakukan oleh 150
peneliti-peneliti sebelumnya.

Frekuensi (Hz)
100 Pengujian 1
Skema grafik perbandingan volume ruang bakar 50
dalam peninjauan untuk desain mesin pulse jet dapat Pengujian 2
dilihat sebagai berikut: 0 Pengujian 3
Jenis Frekuensi
Perbandingan Volume
Ruang Bakar Pada Berbagai
Gambar 3. Grafik perbandingan antara frekuensi
Mesin Pulse Jet Helmholtz, frekuensi alami dan frekuensi actual pada
400 pengujian pulse jet engine
300
Volume Ruang Bakar (cm2)

200 Tabel 2 perbandingan antara volume bahan bakar


100 dan volume outlet berbagai penelitian pulse jet
0 Vol. R. Bakar engine
Vol. Outlet
Vol. R.
Mesin Vol. Outlet
Bakar
Pulse Jet (cm2)
(cm2)
Tipe Mesin Pulse Jet Larry
Cottril 47.96 230.63
SNECMA/
Gambar 2. Grafik perbandingan antara volume ruang Lockwood
bakar dan volume outlet berbagai penelitian pulse jet Hiller 27.68 212.85
engine chinese
CS 150.52 366.78
HASIL DAN PEMBAHASAN
Project 194.68 300.88
Dalam Pengujian yang dilakukan dengan variasi
volume bahan bakar yaitu: 194,68 cm2, 243,35 cm2 Pada pengujian gaya dorong (thrust) dilakukan pada
dan 292,02 cm2. Sedangkan panjang pipa pembuangan 3 proses pengujian yang dapat dilihat Pada tabel 3
adalah 70 cm dengan diameter 2,34 cm. Data yang sebagai berikut:
dapat diperoleh pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 3 Pengujian gaya dorong (thrust)
Tabel 1 Pengujian Frekuensi Helmholtz, Frekuensi Pengujian Thrust (kg)
Alami dan Frekuensi Aktual.
Referensi 12
Frek. Frek. Frek. Vol. R.
Pengujian Helmholtz Alami Aktual Bakar Pengujian 1 9.27
(Hz) (Hz) (Hz) (cm2)
Pengujian 2 7.42
Pengujian 1 117.25 93.75 110.50 194.68
Pengujian 3 6.18
Pengujian 2 93.80 93.75 88.00 243.35
Pengujian 3 78.17 93.75 74.00 292.02 Skema grafik pengujian gaya dorong dapat
ditampilkan sebagai berikut:
Referensi 247.72 178.57 0 150.52

Skema grafik perbandingan antara frekuensi helmholtz,


frekuensi alami dan frekuensi aktual pada 3 proses
pengujian juga adalah sebagai berikut:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 316


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

L Panjang Pipa Buang (m)


D Diameter Pipa Masuk (m)
Pengujian Gaya Dorong
(Thrust) Subsripts
15 max Maximum
Gaya Dorong/Thrust (kg)

10 turb Turbulent
5
0
Thrust DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ryan et all, ‘Final Report : Design and


Build of Pulsejet UAV’, School of
Proses Pengujian Mechanical Engineering, University of
Adelaide, 2008
Foa, J. V., Elements of Flight Propulsion, John
Gambar 4. Pengujian Gaya Dorong (Thrust) Wiley & Sons, New York, 1960.
Goebel, Greg, “The V-1 Flying Bomb”,
Dari pengujian yang dilakukan dengan
semakin besar volume ruang bakar, semakin kecil http://www.axishistory.com/index.php?id=1362,
frekuensi penyalaan yang dihasilkan. Frekuensi Agustus 2005
penyalaan ini berbanding lurus dengan hasil gaya Gwynn, John, “The History of the Pulse Jet “,
dorong (thrust) yang diperoleh. Hal ini ditandai http://waterocket.explorer.free.fr/vlflyingbomb.htm,
dengan perubahan volume bahan bakar yang semakin Agustus 2005
besar tetapi ukuruan pipa pembuangan tetap. Dan pada Lockwood, R. M., "Pulse reactor lift-propulsion
saat mencapai titik tertentu mesin pulse jet tidak dapat system development program, final report",
dijalankan. Advanced Research Division Report No.
508, Hiller Aircraft Company, Maret 1963.
KESIMPULAN Ogorelec, Bruno, ‘Valveless Pulsejet Engines 1.5 - a
historical review of valveless pulsejet
Dalam proses pengujian saat ini Pengaruh designs ‘,2004.
dimensional sangat besar bagi keberhasilan alat uji Mcalley, CT, ‘Liquid Fuel Development of a
mesin pulse jet. Pengujian saat ini dapat dijadikan Pulsejet Engine’, North Carolina State
standar bagi pengembangan alat uji mesin pulse jet University. 2006.
yang memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan lebih Reynst, F. H., “Pulsating firing for steam
tinggi. generators,” Pulsating Combustion, M. W.
Hasil yang diperoleh dalam 3 proses pengujian Thring, ed., Pergamon Press, New York,
ini masih belum sampai pada tingkat dimana mesin 1961.
pulse jet tidak bekerja. Tao, G. ‘Numerical Simulations of
Pulsejet Engines’ North Carolina
UCAPAN TERIMA KASIH State University. 2007.
Westberg, Fredrik. Report 1.0 : ‘Inside the pulse
Terima kasih kepadaTuhan Yang Maha Kuasa, orang jetengine’. 2000
tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang telah www.pulsejetengine.com
membantu dalam kesuksesan pengujian ini. Zaloga, Steven, V-1 Flying Bomb 1942-52 : Hitler's
Infamous 'Doodlebug', Osprey Publishing,
Januari 2005.
Nomenklatur Zamyatina, L. I., The centenary of N. E.
Zhukovsky's memoir "On the motion of a
f Frekuensi (Hz) rigid body with cavities filled by a
c Pressure (Nm-2) homogeneous fluid", Istor. Metodol.
s Luas Penampang Lubang Masuk (m2) Estestv. Nauk, 1986.
V Volume Ruang Bakar (m3)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 317


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI EKSPERIMEN BATAS MAMPU NYALA CAMPURAN LPG/CO2 SEBAGAI


REFRIGERAN ALTERNATIF

Nasrul Ilminnafik
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl. Slamet Riyadi 62 Jember 68111
Email : nasrul.ilminnafik@gmail.com

ABSTRAK
Besarnya konsumsi energi listrik dan isu lingkungan pada sistem refrigerasi dan refrigeran telah mendorong
dilakukannya banyak penelitian untuk mengatasi hal tersebut. Campuran CO2 dan LPG sebagai refrigeran alami
mampu menurunkan masalah tingginya tekanan kerja CO2 dan sifat mudah terbakar dari LPG.
Penelitian ini menguji batas mampu nyala campuran LPG/CO2/udara. Penelitian dilakukan secara eksperimen
menggunakan ruang bakar tipe hele shaw cell dengan dimensi 500 mm x 200 mm x 10 mm. Pemantik berupa
kawat tembaga dengan energi sekitar 20 kJ diletakkan di bagian bawah ruang bakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas bawah dari campuran diperoleh pada 2,7% (volume) dan batas
atas campuran diperoleh pada 8,6% (volume) dengan arah rambat api ke atas. Pengaruh penambahan CO 2 pada
kemampuan nyala campuran menyebabkan penyempitan batas ini dan rambat api menurun. Hasil ini
mengindikasikan bahwa untuk membuat campuran refrigeran berbasis hidrokarbon dengan karbon dioksida yang
tidak mudah terbakar dibutuhkan karbon dioksida yang lebih dominan dibanding hidrokarbon.

Kata kunci: LPG, CO2, batas mampu nyala, rambat api

PENDAHULUAN Karbon dioksida mempunyai beberapa kelebihan


yaitu mudah diperoleh, tidak memiliki efek
Penggunaan refrigeran sintetis yang berasal dari
berbahaya jika bocor ke lingkungan, tidak mudah
kelompok halogen (F, Cl, Br), berkontribusi pada
terbakar dan tidak beracun [4 dan 5]. Namun, karbon
Pemanasan Global dan Potensi Perusakan Ozon. dioksida memiliki beberapa kelemahan seperti
Untuk mengatasi masalah ini, refrigeran hidrokarbon bekerja pada tekanan tinggi dan mempunyai triple-
menjadi alternatif yang bisa menggantikan refrigeran
point temperature (216,58 K), yang menyebabkan
sintetik dalam refrigerasi dan sistem pengkondisian
sulit beroperasi dalam siklus kompresi uap. Untuk
udara. Namun, kekhawatiran telah muncul mengenai
mengatasi masalah tersebut, sebuah solusi adalah
sifat mudah terbakar dari refrigeran hidrokarbon. mencampur karbon dioksida dengan hidrokarbon [6].
Upaya mencegah sifat mudah terbakar dari Campuran karbon dioksida dan hidrokarbon menjadi
refrigerant hidrokarbon tersebut bisa dilakukan
refrigeran campuran yang menjanjikan karena
dengan mencampur gas inert yang mempunyai
berpotensi mengurangi masalah tingginya tekanan
potensial mengurangi dan menurunkan sifat mampu
operasi kerja dari karbon dioksida dan sifat dari
nyala dari bahan hidrokarbon. Sifat mampu nyala
hidrokarbon yang mudah terbakar.
dikenal sebagai suatu batas daerah rasio antara Sebuah penelitian pada campuran CO2-propana
hidrokarbon dan udara dimana api mulai bisa sebagai refrigeran telah dilakukan oleh Niu, 2007,
merambat sampai api tidak bisa merambat. Penelitian
[6]. Hasilnya telah dilaporkan bahwa COP dan
sebelumnya telah menunjukkan bahwa inert gas
kapasitas refrigerasi campuran ini lebih tinggi
seperti N2 dan CO2 mampu menurunkan sifat mampu
daripada refrigeran R13 ketika temperatur evaporator
nyala dari metana, etana, propana, n-butana, dan gas
lebih tinggi dari 201 K. Tekanan kondensasi, tekanan
alam [1,2,3]. Oleh karena itu CO2 adalah pilihan yang operasi, rasio kompresi, dan temperatur debit juga
lebih baik sebagai gas inert karena memiliki lebih tinggi daripada R13 ketika temperatur sirkuit
kemampunan menurunkan sifat inerting lebih tinggi
tinggi. Beberapa studi telah membuktikan kelayakan
daripada N2.
campuran karbon dioksida dan propana sebagai
refrigeran alternatif. [7, 8 and 9].

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 318


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Liquefied Pressure Gas (LPG) yang diperoleh dari


campuran propana and butana juga mempunyai sifat
yang baik sebagai refrigeran, sehingga campuran
tersebut bisa digunakan sebagai refrigeran pada
aplikasi pengkondisian udara [10, 11 and 12].
Sebagai kelompok hidrokarbon, LPG juga bersifat
mudah terbakar, sehingga informasi tentang sifat
mampu nyala dari LPG adalah penting untuk
memastikan keamanan dalam industri dan aplikasi
domestik. Sifat mampu nyala campuran LPG-udara
yang ditambahkan nitrogen telah dilaporkan oleh
Mishra, 2003 [13]. Namun, informasi tentang
pengaruh CO2 pada sifat mampu nyala dan perilaku
api pada campuran LPG-udara belum ditemukan
dalam literatur terbuka.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan batas


mampu nyala dari campuran LPG-udara pada ruang
bakar tipe hele shaw cell. Kemudian ditambahkan Igniter
karbon dioksida ke dalam campuran LPG-udara
untuk mendapatkan pengaruh penambahan CO2 pada
batas mampu nyala.

METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1 menunjukkan skema peralatan yang
digunakan untuk mengukur batas mampu nyala dari Gambar 1 Hele Shaw Cell untuk mengukur sifat
campuranLPG-CO2-udara. Peralatan terdari dari dua mampu bakar Campuran
lembar acrylic dengan ukuran 600 x 260 x 10 mm
dan satu lembar acrylic dengan dimensi sama tapi
dipotong di bagian tengah dengan ukuran 500 x 200
mm (Gambar 1). Lembar acrylic yang terpotong HASIL DAN PEMBAHASAN
diapit oleh dua lembar acrylic yang tidak dipotong, Pada studi ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui
sehingga terbentuk ruang bakar di bagian tengah batas mampu nyala dari campuran LPG-CO2-udara
dimana campuran gas dibakar.. Ketiga lembar acrylic dengan prosedur sebagaimana disebutkan di awal.
tersebut direkatkan menggunakan silicone rubber Sifat mampu nyala ditentukan dengan pengamatan
untuk mencegah kebocoran kemudian diklem dengan visual. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa batas
besi pelat untuk menahan tekanan. Sepasang bawah diperoleh pada volume LPG sekitar 2.7%.
pemantik berupa kawat tembaga diameter 2 mm Sebaliknya, batas atas mampu nyalaLPG diperoleh
ditempatkan di bagian bawah dari ruang bakar pada volume sekiatar 8.60%. Eksperimen dilanjutkan
sehingga nyala api merambat ke atas. Energi dengan menambahkan CO2 ke dalam campuran
pemantik yang dilepas sekitar 20 kJ, cukup membuat LPG–udara untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
campuran menyala. sifat mampu nyala LPG. Hasil studi batas mampu
Untuk menghindari tekanan pada dinding ruang nyala pada beberapa komposisi campuran LPG-CO2-
bakar, dikembangkan perangkat tangki air untuk udara ditunjukkan pada Gambar 2. Dari hasil tersebut
melepas tekanan (pressure release water tank) yang bisa diamati bahwa batas mampu nyalacampuran
dibuka pada tekanan atmosfer. Alat ini ditempatkan LPG-udara menjadi sempit dengan penambahan gas
pada ujung ruang bakar sehingga api merambat ke CO2.
arah pressure release water tank. Untuk mengamati Sebagai pembanding, data eksperimen lain
perilaku api, penelitian direkam dengan kamera video dipresentasikan dalam Gambar 2. Kecenderungan
digital kecepatan tinggi. Sebuah kertas mengkilap data pada penelitian ini sesuai dengan data Molnarne
digunakan untuk menghasilkan visualisasi lebih baik. (2005) yang menggunakan propana dan n-butana
Pengaruh CO2 pada sifat mampu nyala diteliti serta CO2 sebagai gas inert, pada ruang bakar standar
dengan mencampur LPG dan CO2. LPG diperoleh DIN 51649-1 pada 20 °C dan 101 kPa [1].
dari produksi lokal Indonesia yaitu PT Pertamina
Indonesia dengan komposisi 50% propana dan 50%
butana dengan fraksi masa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 319


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[2] Liao, S.Y., Cheng, Q., Jianga, D.M., Gaoa, J.,


Experimental Study of Flammability Limits Of
Natural Gas–Air Mixture, Journal of
Hazardous Materials B119 (2005) 81–84.
[3] Chiang C.-C.,Lee J.-C, Chang Y.M., Chuang
C.F., Shu C.M., Inert effects on the
flammability characteristics of methanol by
nitrogen or carbon dioxide. Journal Therm
Anal Calorim. (2009) 96:759–763.
[4] Sergio Girotto, Silvia Minetto, Petter Neksa,
Commercial refrigeration system using CO2 as
the refrigerant, Int Journal of Refrigeration 27
(2004) 717-723.
[5] Wang RZ, Li Y, Perspectives for natural fluids
in China, International Journal of Refrigeration
Gambar 2. Perbandingan sifat mampu nyala dari 30 (2007) 568-581.
Campuran hidrokarbon/udara/CO2 [6] Niu Baolian, Yufeng Zhang, Experimental
study of the refrigeration cycle performance
Sedikit perbedaan pada hasil penelitian Molnarne for the R744/R290 mixtures, International
disebabkan oleh beberapa hal terutama jenis Journal of Refrigeration 30 (2007) 37-42.
hidrokarbon yang digunakan, bentuk ruang bakar dan [7] Kim Ju Hyok, Jin Min Cho , Min Soo Kim,
sistem pengapian. Dari Gambar 2 dan Tabel 1 terlihat Cooling performance of several CO2/propane
bahwa untuk membuat refrigeran bekerja pada batas mixtures and glide matching with secondary
mampu nyalayang lebih sempit diperlukan CO2 lebih heat transfer fluid, International journal of
banyak, yaitu sekitar dua sampai enam kali lipat refrigeration 31 (2008) 800–806.
volume LPG. Hal menegaskan kembali pernyataan [8] Kim Ju Hyok, Chob Jin Min, Leeb Il Hwan,
Dlugogorski, et al. (2002) bahwa tidak mungkin Leeb Jae Seung, Kim Min Soo, Circulation
membuat refrigeran campuran yang tidak mampu concentration of CO2/propane mixtures and
nyala dengan komposisi hidrokarbon lebih dominan the effect of their charge on the cooling
daripada gas inert. performance in an air-conditioning system,
International Journal of Refrigeration 30
Table 1 Flammability limit data for LPG flame (2007) 43 49.
Batas Mampu Nyala (%) [9] Tanaka Katsuyuki,Yukihiro Higashi, Ryo
Campuran Gas Akasaka, Yohei Kayukawa, and Kenich Fujii,
Batas bawah Batas atas
LPG 2.7 8.60 Measurements of the Vapor-Liquid
Propana 1,9 10,2 Equilibrium for the CO2 + R290 Mixture, J.
n-butana 1,4 8,90 Chem. Eng. Data 2009, 54, 1029–1033.
[10] Fatouh M., M. El Kafafy, Experimental
evaluation of a domestic refrigerator working
KESIMPULAN with LPG, Applied Thermal Engineering 26
Pada paper ini dilaporkan studi eksperimen sifat (2006) 1593–1603
mampu nyala campuran LPG-udara. Campuran [11] Akash, B.A., Salem A. Said, Assessment of
tersebut mampu menyala pada dua batas nilai dengan LPG as a possible alternative to R-12 in
arah rambat api ke atas yang disebut batas mampu domestic refrigerators, Energy Conversion and
nyala bawah dan atas. Pengaruh penambahan gas Management 44 (2003) 381–388
CO2 pada campuran juga telah dikaji dan ditemukan [12] Hammad M.A., Alsaad M.A., The use of
bahwa penambahan gas CO2 ke dalam campuran hydrocarbon mixtures as refrigerants in
tersebut menyebabkan batas menyempit. Untuk domestic refrigerators, Applied Thermal
membuat refrigeran hidrokarbon bekerja pada nilai Engineering 19 (1999) 1181-1189
mampu nyala yang lebih sempit diperlukan CO2 [13] Mishra, DP., Rahman, A., An experimental
lebih banyak study of flammability limits of LPG/air
mixtures, Fuel 82 (2003) 863–866
[14] Strehlow RA. Combustion fundamental.
DAFTAR PUSTAKA International student edition,New York:
[1] Molnarne Maria, Mizsey Peter, Schroder McGraw-Hill; 1985.
Volkmar, Flammability of gas mixtures, Part 2 [15] Shebeko, Y.N, Tsarichenko, S.G.,
: Influence of inert gases. Journal of Hazardous Korolchenko, A.Y., Trunev, A.V., V.Yu.
Materials A121 (2005) 45–49. Navzenya, S.N. Papkov, Zaitzev, A.A.,
Burning velocities and flammability limits of

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 320


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

gaseous mixtures at elevated temperatures and


pressures, Combust. Flame 102 (1995) 427–4

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 321


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

MENYELIDIKI PENGARUH PEMASANGAN PELAT-PELAT PENGARAH ANGIN


PADA KELILING LINGKAR LUAR SUDU KINCIR
TERHADAP UNJUK KERJA TIGA MODEL KINCIR ANGIN SAVONIUS

Rines

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta,
Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta 55281.
E-mail: mra@usd.ac.id

ABSTRAK

Energi angin merupakan salah satu energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat dikonversikan menjadi energi
mekanis atau listrik dengan menggunakan kincir angin. Kincir Savonius adalah salah satu tipe kincir angin berporos
vertikal yang cocok digunakan untuk wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki kecepatan angin rata-rata yang
tergolong cukup rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya koefisien daya puncak yang dihasilkan oleh tiga
model kincir angin Savonius sebelum dan setelah pemasangan pelat-pelat pengarah dengan dua variasi sudut kemiringan,
pada keliling lingkar luar sudu kincir.

Ketiga model kincir dibuat dengan ukuran menyeluruh yang sama: berdiameter 0,6 m dan tinggi 0,8 m. Model pertama
dibuat dua tingkat, masing-masing dua sudu. Model kedua dan ketiga dibuat tidak bertingkat, masing-masing dengan tiga
dan empat sudu. Pelat-pelat datar pengarah berbentuk persegi panjang dengan lebar 10 cm dan tinggi 84 cm sebanyak
delapan buah disusun mengelilingi lingkar luar kincir. Pengujian dilakukan dalam terowongan angin dengan kecepatan
angin berkisar dari 4 m/s hingga 6,5 m/s. Variasi beban diberikan pada poros kincir melalui sebuah mekanisme yang
terdiri dari transmisi puli dan generator DC yang dihubungkan ke lampu-lampu.

Peningkatan koefisien daya puncak (Cpmax) terjadi pada semua model kincir setelah pemasangan pelat-pelat pengarah.
Pelat-pelat pengarah yang dipasang dengan kemiringan 30o terhadap garis tengah lingkaran permukaan atas dan bawah
kincir memberikan peningkatan Cpmax paling besar. Diantara ketiga model kincir yang diselidiki, model kincir pertama
memberikan peningkatan Cpmax paling signifikan, yakni meningkat 29,7% setelah pemasangan pelat-pelat pengarah
dengan kemiringan 45o dan meningkat 41,7% setelah dipasang pelat-pelat pengarah dengan kemiringan 30o.

Kata kunci: model kincir angin Savonius, koefisien daya puncak, pelat-pelat pengarah

LATAR BELAKANG
Ketergantungan masyarakat Indonesia pada menelan banyak korban. Penggunaan batu bara,
sumber energi yang berasal dari fosil, terutama yang juga tak terbarukan, secara berlebihan dan tak
bahan bakar minyak (BBM) yang tak terbarukan terkendali akan berdampak pada semakin parahnya
masih tinggi. Padahal, ketersediaan energi yang pencemaran udara, merusak lapisan ozon dan
berasal dari fosil ini semakin menipis dan oleh meningkatkan suhu bumi secara global.
beberapa pakar diperkirakan akan habis dalam satu Salah satu sumber energi alternatif yang selalu
atau dua dekade ke depan. Berbagai upaya telah tersedia dan dapat dimanfaatkan tanpa menimbulkan
dilakukan, diantaranya adalah usaha pemerintah dampak-dampak yang merusak lingkungan hidup
yang memasyarakatkan penggunaan gas LPG untuk manusia adalah angin. Meskipun secara umum.
keperluan masak-memasak di rumah-rumah tangga, kecepatan angin di Indonesia termasuk cukup
penggunaan batu bara untuk pembangkit- rendah, namun beberapa wilayah tertentu memiliki
pembangkit tenaga listrik, usaha-usaha dari potensi angin yang besar, terutama di daerah-daerah
kelompok-kelompok kecil penduduk pedesaan sekitar pantai dan daerah-daerah di kawasan Bali,
dalam menggunakan biogas untuk keperluan masak- Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan. Ini berarti,
memasak dan lain sebagainya. Namun diantara Indonesia memiliki peluang untuk mendirikan
sumber-sumber energi alternatif di atas, dalam instalasi-instalasi pembangkit tenaga angin baik
penggunaannya berpotensi menimbulkan dampak dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
dan resiko-resiko yang dapat mendatangkan bahaya. Energi angin yang berupa energi kinetik dapat
Meledaknya tabung-tabung LPG ketika digunakan dikonversikan menjadi energi mekanis melalui
untuk memasak telah berkali-kali terjadi dan turbin atau kincir angin. Banyak tipe turbin atau

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 322


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kincir angin telah dikembangkan dan telah banyak Penelitian dilakukan terhadap tiga model kincir
dikenal, seperti high speed two-blade type, American tipe Savonius dengan ukuran yang sama. Ketiga
multiblade type, Dutch four-arm type, Darrieus type model kincir ini diuji dalam sebuah terowongan
dan Savonius type (Gambar 1). Karena beroperasi angin dalam tiga variasi pengujian yakni tanpa
efektif pada kecepatan putar yang tinggi, high speed menggunakan pengarah dan menggunakan pelat-
two-blade type dan Darrieus type digolongkan pelat pengarah dengan dua variasi sudut kemiringan.
sebagai turbin angin, sedangkan tiga jenis dari yang Unjuk kerja kincir yang akan diselidiki untuk
disebutkan di atas, karena beroperasi dengan keseluruhan variasi dari ketiga model kincir ini
kecepatan putar yang relatif rendah, tergolong adalah koefisien daya, Cp, yang dihasilkan kincir dan
sebagai kincir angin. kaitannya dengan tip speed ratio, tsr. Seperti yang
Kincir angin tipe Savonius merupakan kincir ditunjukkan dalam Gambar 1, hubungan diantara
berporos vertikal yang dalam konstruksi standarnya kedua parameter ini telah menjadi cara yang standar
mampu mengkonversikan energi angin menjadi dalam menunjukkan dan membandingkan
energi mekanis dengan koefisien daya puncak 31%. karakteristik dari berbagai tipe kincir angin. Dari
Bentuk kincir ini relatif sederhana dan mudah dibuat hubungan Cp dan tsr dapat diturunkan hubungan
dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya. Keunggulan- antara daya yang dihasilkan oleh kincir dan torsi
keunggulan lainnya dari tipe kincir ini adalah (atau beban) yang diberikan pada kincir serta
mampu menghasilkan torsi yang besar pada hubungan kecepatan putar yang dihasilkan kincir
kecepatan angin yang relatif rendah dan dapat dan torsi yang diberikan pada kincir, untuk
menerima angin dari segala arah. Karena itu kincir kecepatan-kecepatan angin tertentu. Dengan
tipe Savonius boleh dianggap sebagai salah satu tipe demikian dalam operasionalnya dapat diperkirakan
kincir angin yang layak dipertimbangkan untuk kisaran torsi atau beban optimal yang harus
dikembangkan dan diterapkan dalam wilayah- diberikan pada kincir sehingga dapat memberikan
wilayah Indonesia yang memiliki kecepatan angin daya maksimal atau koefisien daya maksimal pada
yang relatif rendah. kecepatan angin tertentu.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan:

a. Mengetahui pengaruh pemasangan pelat-pelat


pengarah angin dalam dua variasi sudut
kemiringan pada keliling lingkar luar untuk tiga
model kincir angin Savonius terhadap koefisien
daya puncak, Cpmax, yang dihasilkan oleh
model-model kincir.
Gambar 1 Kurva hubungan koefisien daya, Cp, dan
tip speed ratio, tsr, untuk berbagai tipe kincir angin b. Mengetahui besar daya puncak paling tinggi
standar. (Sumber: diantara daya-daya puncak yang dihasilkan oleh
http://www.eece.ksu.edu/~gjohnson/) berbagai variasi model kincir yang diteliti
beserta kecepatan putar dan beban torsi optimal
Dengan melakukan modifikasi terhadap bentuk kaitannya untuk kecepatan angin representatif
sudu-sudu kincir Savonius, telah dibuktikan bahwa tertentu.
koefisien daya puncak kincir tipe Savonius dapat
ditingkatkan hingga mencapai 49% (Rines, dkk, TINJAUAN PUSTAKA
2011). Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk upaya
Penelitian yang dilakukan oleh R. Gupta dan
lain yang juga diperkirakan dapat meningkatkan
kawan-kawan (2006) terhadap tiga model kincir
unjuk kerja kincir ini. Dengan memberikan
angin Savonius solo dua sudu, berukuran diameter 8
tambahan pengarah angin sedemikian sehingga
cm dan tinggi 20 cm, mendapatkan bahwa Cp
angin yang mengenai kincir lebih mengarah pada
maksimal tertinggi dihasilkan oleh kincir model
separuh bagian kincir yang memanfaatkan dorongan
overlap 20%, yakni sebesar 0,2 (20%) pada tsr
angin untuk berputar dan mengurangi jumlah angin
sekitar 0,26. Setelah mengkombinasi kincir Darrieus
yang mengarah ke bagian kincir yang menghambat
dan Savonius (kincir Darrieus tiga sudu diletakkan
gerakan kincir, diharapkan dapat meningkatkan
di bagian bawah) dengan ukuran yang sama seperti
unjuk kerja dari kincir tipe Savonius.
pada model Savonius solo, mereka mendapatkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 323


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bahwa Cp tertinggi diperoleh pada kombinasi dengan yang prismatis dan tertutup dengan luas penampang
model overlap 20% pada bagian kincir Savonius, aliran, A, maka laju aliran udara, Qw, yang melintasi
yakni sebesar 0,25 (25%) pada tsr sekitar 0,28. saluran tersebut, berdasarkan prinsip kontinuitas
Namun dalam penelitian lanjutan mereka (2007), dapat diungkapkan sebagai
dengan memakai kincir Savonius tiga sudu dan Qw  A vw (3)
kincir Darrieus tiga sudu, mereka mendapat hasil Dengan menandai densitas udara dengan , maka
yang berbeda. Koefisien daya maksimum yang
massa udara persatuan waktu, m  , yang melintasi
dihasilkan dari kombinasi kedua model kincir
saluran khayal tersebut dapat dihitung dengan
tersebut adalah 0,51 pada kondisi tanpa overlap pada
mengembangkan Pers.(3) menjadi
kincir Savonius yang diletakkan di bagian atas.
m  Qw    A vw (4)
Sementara itu, Yusaku Kyozuka (2008) dalam
laporan hasil penelitiannnya menyebutkan bahwa Selanjutnya, Pers.(2) dapat dituliskan menjadi
sebelum dilengkapi sebuah mekanisme kopling satu
arah (rachet mechanism), nilai Cp maksimum yang Pw  12  A vw3 (5)
dihasilkan oleh kombinasi Darrieus-Savonius pada
tsr 2,2 adalah 30% lebih rendah dibandingkan Daya output, Po, yang dihasilkan kincir, dapat
dengan kincir Darrieus solo, tetapi setelah dihitung berdasarkan besar beban atau torsi, T, yang
dilengkapi dengan mekanisme kopling satu arah Cp diberikan pada poros kincir dan kecepatan putar, n,
maksimum yang dihasilkan 20% lebih rendah dari yang dihasilkan kincir
kincir Darrieus solo. Po  T  n / 30 (6)
Usaha serupa juga telah dilakukan oleh Lukiyanto
dan Rines (2009) dengan meneliti empat model
Untuk menentukan nilai-nilai koefisien daya,
kincir angin tipe Savonius dengan jumlah sudu yang
Cp, daya output terhitung, Po, selanjutnya
sama (yakni, dua sudu) berukuran sama, yaitu
dibandingkan dengan daya teoritis yang diberikan
berdiameter 50 cm dan tinggi sudu 60 cm, dengan
oleh angin, Pw, yang dapat dirumuskan sebagai
perbedaan pada bentuk dan konfigurasi sudu, dengan
C p  ( Po / Pw )  100% (7)
dan tanpa overlap. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk sudu Koefisien daya ini akan digambarkan hubungannya
setengah lingkaran dengan overlap nol dan jarak dengan tip speed ratio (tsr) yang merupakan
pinggir dalam sudu dan poros 3 cm memberikan perbandingan kecepatan keliling lingkar terluar rotor
nilai koefisien daya puncak paling tinggi, yakni kincir dengan kecepatan angin, vw,
11% pada tsr 1,2. tsr  ( rk n / 30) / vw (8)
Selain itu, Rines dan kawan-kawan (2011) dalam yang dalam hal ini:
penelitian terhadap sembilan variasi ukuran kincir n = kecepatan putar atau putaran per menit
dengan modifikasi pada sudu-sudu kincir Savonius, (rpm) poros kincir
mendapatkan bahwa koefisien daya puncak paling rk = jari-jari kincir.
tinggi diperoleh untuk model kincir dengan diameter
60 cm tinggi 92 cm yakni sebesar 0,49 atau 49% METODE PENELITIAN
pada tsr 1,18.
Bahan dan Alat
LANDASAN TEORI Sudu-sudu kincir dibuat dari pelat lembaran
Angin yang merupakan udara bergerak dari seng yang dipasang diantara pelat-pelat lingkaran
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan yang terbuat dari bahan kayu triplek dengan
rendah memiliki energi kinetik, Ek, yang besarnya ketebalan 4 mm dan poros kincir menggunakan pipa
bergantung pada massa udara, m, dan kecepatannya, PVC berdiameter 1”. Pelat-pelat pengarah angin
vw, yang dapat dirumuskan sebagai juga dibuat dari triplek yang pinggir-pinggirnya
Ek  12 m vw2 (1) diperkuat dengan lis profil dari aluminium.
Oleh karena daya adalah energi persatuan
waktu, maka Pers.(1) di atas, dapat dikembangkan
ke dalam bentuk hubungan daya, Pw, massa udara
per satuan waktu, m  , dan kecepatan angin, vw,
sebagai berikut:
Pw  1 m vw2 (2)
2
Bila udara diasumsikan mengalir dengan kecepatan
vw yang konstan, di dalam sebuah saluran khayal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 324


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2 Mekanisme transmisi puli dengan


generator yang ditempatkan di bawah
terowongan angin dan digunakan untuk memberi
beban torsi pada poros model-model kincir yang
diselidiki.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini (a) (b) (c)


dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu:
Gambar 3 Desain tiga model kincir angin Savonius
a. Alat-alat kerja atau alat-alat untuk pembuatan yang diteliti yang semuanya berukuran sama,
kincir, meliputi: mesin bor, mesin gerinda, berdiameter 60 cm dan tinggi 80 cm: (a) Dua tingkat,
gergaji, pisau cutter, kertas amplas dan alat-alat 2  2 sudu; (b) tidak bertingkat, tiga sudu dan (c) tidak
bantu lainnya. bertingkat, empat sudu.

b. Alat-alat ukur dan alat bantu pengukuran, Pembuatan Pengarah Angin


meliputi: Pelat-pelat datar yang digunakan untuk
1. Terowongan angin yang dilengkapi blower mengarahkan angin dibuat dalam ukuran tinggi 84
berkapasitas 5,5 kW; cm dan lebar 10 cm. Jumlah pelat pengarah yang
2. Anemometer untuk pengukuran kecepatan dibuat sebanyak delapan buah yang selanjutnya
angin di dalam terowongan angin; dipasang diantara dua pelat penutup atas dan bawah
3. Takometer untuk pengukuran putaran berbentuk lingkaran berdiameter 82 cm yang juga
kincir; terbuat dari triplek setebal 4 cm. Seperti yang
4. Satu unit mekanisme transmisi sabuk yang ditunjukkan dalam Gambar 4b, kedelapan pelat
dilengkapi dengan generator DC (Gambar pengarah disusun dalam jarak yang sama dan
1) untuk memberikan beban torsi pada mengelilingi lingkar luar kincir.
poros kincir;
5. Panel susunan lampu-lampu yang
digunakan sebagai beban pada generator.
6. Neraca pegas untuk mengukur gaya-gaya
pengimbang torsi.

Langkah-langkah Penelitian
a. Pembuatan Model-model Kincir
Seperti yang ditunjukkan secara skematis dalam
Gambar 3, kincir dibuat dalam tiga model dengan
ukuran yang sama, yakni berdiameter 0,60 m dan
tinggi 0,80 m. Kincir Model I (Gambar 3a), didesain
bertingkat yang masing-masing tingkat memiliki dua
sudu. Model II (Gambar 3b) dan Model III (Gambar (a) (b) (c)
3c) didesain tidak bertingkat, masing-masing dengan
tiga dan empat sudu. Gambar 4 Desain (a) kincir Model I, (b) konstruksi
pengarah angin dengan pelat-pelat yang dimiringkan
sebesar sudut  dan (c) model kincir dengan pelat-
pelat pengarah yang dipasang pada keliling lingkar
luar kincir.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 325


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Instalasi Peralatan pendekatan hubungan koefisien daya, Cp, dan tip


Model kincir angin yang telah selesai dibuat speed ratio, tsr, untuk masing-masing variasi, yakni
selanjutnya diletakkan di dalam terowongan angin. tanpa pengarah (TP), dengan pelat-pelat pengarah
Ujung poros kincir bagian atas ditahan oleh bantalan 30o (P30) dan dengan pelat-pelat pengarah 45o
yang rumahnya diikatkan pada atap terowongan (P45).
angin, sedangkan ujung poros bagian bawah
dihubungkan ke mekanisme transmisi sabuk.

Pengujian
Masing-masing model kincir diuji dengan tiga
variasi perlakukan. Variasi pertama, setiap model
kincir diuji tanpa diberi pengarah. Variasi kedua dan
ketiga, setiap model kincir diuji dengan pelat-pelat
pengarah angin yang diatur sehingga membentuk
sudut secara berturut-turut 30o dan 45o terhadap
garis diameter pelat lingkaran penutup kincir.
Kecepatan angin divariasikan dan diukur
dengan anemometer dalam jangkauan sekitar 4,0 m/s
hingga 6,5 m/s, sesuai dengan kemampuan blower
yang terpasang pada terowongan angin. Untuk setiap
variasi kecepatan angin, setiap model kincir diuji
dengan memberikan beberapa variasi beban dengan
cara memvariasikan jumlah lampu yang Gambar 5 Grafik hubungan koefisien daya, Cp, dan
dihubungkan ke generator. Beban yang diberikan tip speed ratio, tsr, untuk kincir Model I dengan tiga
pada poros kincir, melalui mekanisme transmisi variasi perlakuan.
sabuk, diukur dengan cara menahan putaran lengan
mekanisme transmisi pada jarak 20 cm dari sumbu
poros kincir dengan tali yang dihubungkan ke neraca
pegas. Besar gaya pada tali yang terukur dengan
memakai neraca pegas selanjutnya digunakan untuk
menghitung besarnya beban torsi yang diberikan
pada poros kincir.
Kecepatan putar kincir diukur setiap kali
dilakukan pengujian dengan menggunakan
takometer. Dengan mengetahui besar torsi yang
diberikan pada kincir dan kecepatan putar kincir,
maka daya output yang dihasilkan oleh kincir dapat
dihitung. Demikian pula koefisien daya, Cp, yang
merupakan perbandingan antara daya output kincir
dan daya yang disediakan angin serta tip speed
rasio, tsr, yang merupakan perbandingan kecepatan
keliling lingkar luar kincir dan kecepatan angin
dapat dihitung untuk setiap kali pengujian.

HASIL Gambar 6 Grafik hubungan koefisien daya, Cp, dan


tip speed ratio, tsr, untuk kincir Model II dengan
Hasil-hasil yang diperoleh melalui penelitian ini tiga variasi perlakuan.
disajikan dalam bentuk grafik-grafik, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar-gambar 5, 6, 7, 8, 9 dan Tampak dalam Gambar-gambar 5, 6, dan 7
10. Dalam Gambar-gambar 5, 6 dan 7 ditunjukkan bahwa secara umum pemasangan pelat-pelat
titik-titik hasil perhitungan koefisien daya terkait pengarah pada ketiga model kincir menyebabkan
dengan tip speed ratio berdasarkan data terukur yang terjadinya kenaikan pada nilai koefisien daya puncak
diperoleh dari setiap pengujian dengan tiga variasi pada semua model kincir, baik dengan kemiringan
perlakuan, secara berturut-turut untuk kincir Model pelat 30o, maupun dengan kemiringan pelat 45o.
I, Model II dan Model III. Ditunjukkan pula dalam Namun kenaikan koefisien daya puncak yang
masing-masing gambar tersebut tiga buah kurva dihasilkan oleh model-model kincir yang diberi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 326


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tambahan pelat-pelat pengarah 30o lebih tinggi


dibandingkan dengan yang diberi tambahan pelat-
pelat pengarah 45o. Di sisi lain, kenaikan koefisien
daya puncak paling signifikan terjadi pada kincir
angin Model I setelah diberi tambahan pelat-pelat
pengarah angin dengan kemiringan 30o, yakni dari
29,0% (pada tsr 1,24) menjadi 41,1% (pada tsr 1,27)
atau meningkat sebesar 41,7%.
Gambar-gambar 8, 9, dan 10 menunjukkan
hubungan-hubungan hasil analisis pendekatan
antara putaran kincir dan daya output yang
dihasilkan dengan torsi atau beban yang diberikan,
pada kecepatan angin representatif 5 m/s, secara
berturut-turut oleh ketiga model kincir. Pada ketiga
gambar tersebut, notasi-notasi huruf n dan Po
masing-masing menunjukkan putaran kincir dan
daya output yang dihasilkan kincir, sedangkan
indeks-indeks angka 1, 2, dan 3, secara berturut-
turut menunjukkan kincir-kincir tanpa pengarah, Gambar 8 Grafik hubungan pendekatan antara
dengan pelat-pelat pengarah 30o dan dengan putaran dan daya output yang dihasilkan dengan
pengarah 45o. torsi atau beban yang diberikan pada kecepatan
angin 5 m/s, untuk kincir Model I.

Secara umum tampak bahwa dengan


menaikkan nilai torsi, penurunan putaran atau
kecepatan putar kincir menjadi lebih landai pada
semua model kincir yang diberi tambahan
pengarah dibandingkan dengan yang tidak diberi
pelat-pelat pengarah. Dengan kata lain, daya
output bertambah besar atau kemampuan kincir
dalam membawa beban atau torsi meningkat
pada semua model kincir yang diberi tambahan
pelat-pelat pengarah. Dengan membandingkan
besar daya-daya puncak yang dihasilkan oleh
berbagai variasi model kincir yang diselidiki,
daya puncak paling tinggi dihasilkan oleh kincir
Model-I yang dilengkapi dengan pelat-pelat
pengarah angin 30o, yakni sekitar 15,5 watt
dengan putaran kincir sekitar 210 rpm dan
Gambar 7 Grafik hubungan koefisien daya, Cp, dan tercapai pada nilai beban torsi sekitar 7,5 kgcm.
tip speed ratio, tsr, untuk kincir Model III dengan
tiga variasi perlakuan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 327


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

penelitian ini telah menyebabkan peningkatan


koefisien daya puncak (Cpmax) pada semua
model kincir. Pelat-pelat pengarah yang
dipasang dengan kemiringan 30o terhadap garis
tengah lingkaran permukaan atau penutup atas
dan bawah kincir memberikan peningkatan
Cpmax paling besar. Kincir Model I memberikan
peningkatan Cpmax paling signifikan, yakni
29,7% setelah pemasangan pelat-pelat pengarah
dengan kemiringan 45o dan 41,7% setelah
pemasangan pelat-pelat pengarah dengan
kemiringan 30o dengan nilai Cpmax mencapai
41,1 % pada tsr 1,27.

2. Pada kecepatan angin representatif 5 m/s, daya


puncak tertinggi dicapai oleh kincir angin
Model I yang dilengkapi pelat-pelat pengarah
dengan kemiringan 30o, yakni sekitar 15,5 watt
Gambar 9 Grafik hubungan pendekatan antara pada putaran kincir sekitar 210 rpm dengan nilai
putaran dan daya output yang dihasilkan dengan beban torsi optimal sekitar 7,5 kgcm.
torsi atau beban yang diberikan pada kecepatan
angin 5 m/s, untuk kincir Model II.
DAFTAR PUSTAKA

Gupta, R., dkk, (2006). Experimental Study of a


Savonius-Darrieus Wind Machine, Proceeding of
the International Conference on Renewable
Energy for Developing Countries, Washington
D.C.

Gupta, R., dkk, (2007). Comparative Study of a


Three-Bucket Savonius Rotor with a Combined
Three-Bucket Savonius – Three-bladed Darrieus
Rotor, Journal of Renewable Energy, Vol. 33,
Issue 9, ScienceDirect site, Elsevier Ltd,
Amsterdam, hal 1974-1981.

Kyozuka, Y., (2008). An Experimental Study on


Darrieus-Savonius Turbine for Tidal Current
Power Generation, Journal of Fluid Science and
Technology, Vol 3, No. 3, hal 439-449.

Gambar 10 Grafik hubungan pendekatan antara Lukiyanto, Y.B. dan Rines, (2009), Efisiensi Kincir
putaran dan daya output yang dihasilkan dengan Angin Savonius dengan Berbagai Bentuk
torsi atau beban yang diberikan pada kecepatan Geometri Sudu, Laporan Penelitian, Jurusan
angin 5 m/s, untuk kincir Model III. Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

KESIMPULAN Rines, dkk, (2011), Pengaruh Dimensi Terhadap


Dalam batas-batas pengukuran yang dapat Unjuk Kerja Model Kincir Angin Tipe Savonius
dijangkau dalam penelitian ini dan berdasar pada Dua Tingkat dengan Kelengkungan dan
hasil analisis pendekatan yang dilakukan, dapat Konfigurasi Sudu-sudu yang Dimodifikasi,
disimpulkan: Prosiding Seminar Nasional Kebumian 2011,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
1. Pemasangan pelat-pelat pengarah angin pada Yogyakarta, hal 9-2:19.
ketiga model kincir angin yang diselidiki dalam

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 328


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

IDENTIFIKASI, PEMODELAN DAN KOMPENSASI KETIDAKTELITIAN OPEN LOOP


CONTROL SYSTEMPADA MESIN MILLING CNC MINI

Ignatius Aris Hendaryanto1)


M. Arif Wibisono2)
Herianto3)

Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada 1)


Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada2,3)
Jl. Grafika 2A Sleman Yogyakarta
Telepon (0274) 6491301, 6492269
E-mail : aris_hendaryanto@yahoo.com1)

ABSTRAK

Untuk memenuhi kebutuhan mesin perkakas CNC bagi workshop industri kecil atau untuk media
pembelajaran di institusi pendidikan, dikembangkan prototype mesin milling CNC 3-axis berukuran kecil (mini)
dengan menggunakan sistem kontrol terbuka (open loop control system). Karena merupakan loop kontrol yang
terbuka, maka sistem kontrol ini mudah dipengaruhi oleh gangguan dari luar (backlash, gaya potong, defleksi
dan lain-lain), sehingga ketelitian gerakan juga terpengaruh. Dalam penelitian ini dikembangkan metode
kompensasi perintah terhadap motor stepper sebagai motor penggerak, untuk meningkatkan ketelitian gerakan
sistem.
Ketidaktelitian gerakan dalam proses pemesinan di mesin CNC disebabkan oleh kombinasi berbagai
sumber kesalahan (error) yang besarnya hanya dapat diketahui setelah proses pemesinan dilakukan. Dalam
penelitian ini pengujian proses pemesinan pada material benda kerja aluminium dilakukan dengan beberapa
variasi kondisi pemesinan (kedalaman potong, lebar pemotongan dan kecepatan makan), untuk mengidentifikasi
dan memodelkan pola penyimpangan dimensi hasil pengerjaan. Data pemodelan tersebut dipakai sebagai acuan
untuk memberikan kompensasi perintah bagi proses pemesinan selanjutnya, sehingga penyimpangan dimensi
menjadi lebih kecil atau ketelitian gerakan meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan dimensi hasil proses pemesinan untuk
arah sumbu X sebesar -0,117 mm dan arah sumbu Y sebesar 0,028 mm. Kompensasi perintah yang diberikan
melalui modifikasi program CNC (G-code) dan melalui pengaturan jumlah step per unit motor stepper, dapat
memperkecil penyimpangan gerakan sumbu X dan sumbu Y hingga di bawah 0,010 mm.

Kata kunci: prototype, milling CNC, open loop control system, kompensasi ketidaktelitian

PENDAHULUAN (open loop control system) dan sistem kontrol


tertutup (close loop control system). Sistem kontrol
Perkembangan teknologi proses pemesinan terbuka, dengan menggunakan penggerak berupa
saat ini menuntut penggunaan sistem kendali motor stepper merupakan sistem kendali yang
numerik menggunakan komputer pada mesin-mesin murah dan mudah dibanding sistem kontrol
perkakas atau dikenal dengan istilah mesin perkakas tertutup. Pada sistem kontrol terbuka tidak
CNC (Computerized Numerical Control). Pada digunakan alat ukur posisi yang mampu
umumnya mesin perkakas CNC yang ada saat ini memberikan umpan balik (feed back) seperti pada
berukuran besar, sehingga untuk pembuatan sistem kontrol tertutup. Karena merupakan loop
komponen yang berukuran kecil tidak efisien dan kontrol yang terbuka maka sistem ini mudah
biaya produksinya menjadi tinggi.Selain itu dipengaruhi oleh gangguan dari luar, sehingga
pengadaan mesin perkakas CNC memerlukan biaya ketelitian gerakan (kesalahan jarak/pengaturan
investasi yang sangat besar, sehingga kadang tidak posisi) juga terpengaruh.
terjangkau oleh workshop atau laboratorium Di laboratorium CNC Jurusan Teknik Mesin
pemesinan pada institusi pendidikan untuk sarana dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah
praktek. Mada terdapat beberapa mesin perkakas CNC lama
Ditinjau berdasarkan teknik pengontrolannya, (EMCO) yang masih menggunakan open loop
terdapat beberapa jenis sistem kendali mesin control system. Beberapa diantaranya dalam kondisi
perkakas CNC, diantaranya sistem kontrol terbuka rusak, sedangkan untuk pengadaan spare part mesin

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 329


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

terkendala karena spare part sudah tidak diproduksi (open loop control system) dan sistem kontrol
lagi.Untuk dapat mengoperasikanmesin-mesin CNC tertutup (closed loop control system).
tersebut dilakukan riset untuk perbaikan dan Pada open loop control system (Gambar 1)
pengembangan teknologi mesinperkakas CNC. tidak digunakan alat ukur posisi untuk mendeteksi
Beberapa riset yang dilakukan sudah berhasil posisi aktual elemen yang dikontrol, seperti pada
memodifikasi mesin-mesin CNC lama tersebut closed loop control system, sehingga secara
dengan mengubah unit pengontrol menjadi berbasis keseluruhan sistemnya lebih sederhana, tetapi
PC (PC-based), tetapi ketelitian gerakannya masih ketelitian gerakannya lebih rendah. Pada sistem
terbatas. kontrol ini, jenis motor penggerak yang digunakan
Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan berupa motor stepper, yaitu jenis motor yang
tersebut, dalam penelitian ini dikembangkan dirancang agar berputar dalam tahapan-tahapan atau
prototype mesin milling (freis) CNC3-axis step-step tertentu dan berurutan bila diberikan pulsa
berukuran kecil (mini) dengan controller berbasis perintah.
PC. Prototypeyang dirancang dan dibuat di
workshop Teknologi Mekanik Jurusan Teknik
Mesin UGM ini menggunakan sistem kontrol Position
terbuka, dan untuk meningkatkan ketelitian Instruction
gerakannya, dikembangkan metode kompensasi Stepper
perintah terhadap motor penggerak untuk Motor

meminimalisir pengaruh gangguan dari luar yang Gambar 1. Diagram Open Loop Control
dapat menyebabkan ketidaktelitian gerakan. System(Suh, et. al., 2008)
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
dan memodelkan ketidaktelitian gerakan Motor akan mulai berputar bila pulsa perintah
sertamengembangkan metode kompensasi untuk (command pulse) diberikan dan berhenti bila pulsa
meningkatkan ketelitian gerakan mesinmilling CNC yang diberikan tidak ada lagi. Jarak pergeseran
yang menggunakan sistem kontrol terbuka (open yang ditempuh ditentukan oleh jumlah pulsa
loop control system). perintah yang diberikan, sedangkan kecepatan
Dengan pengembangan prototype mesin milling gerakan ditentukan oleh frekuensi pulsa
CNC ini diharapkan dapat memberikan kontribusi perintahnya.
pada pengembangan dan penguasaan teknologi Salah satu tujuan penggunaan sistem kontrol
manufaktur mesin perkakas CNC dalam negeri, CNC pada proses pemesinan adalah agar diperoleh
khususnya untuk dapat dipakai di workshop industri ketelitian yang tinggi pada gerakan relatif antara
kecil atau untuk media pembelajaran di institusi pahat dan benda kerja. Tetapi dalam prakteknya
pendidikan. masih sering dijumpai adanya kesalahan (error)
yang menyebabkan perbedaan bentuk dan dimensi
antara profil yang diprogramkan dengan profil yang
TINJAUAN PUSTAKA dihasilkan. Sumber kesalahan tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (1)
Computerized Numerical Control (CNC) berasal dari controller dan driver-nya, (2)
adalah sistem kontrol yang menggunakan kelemahan dari sisi mekanis konstruksi mesinnya,
komputer dimana instruksi atau perintahnya misalnya adanya keterlambatan gerak balik
diberikan dalam bentuk program yang (backlash), ketidaklurusan ulir penggerak, dan
menggunakan bahasa kode G (G code) berupa sebagainya, serta (3) efek dari proses pemotongan,
kode numerik.Dalam industri manufaktur, sistem misalnya defleksi pahat akibat gaya potong,
kontrol CNC banyak digunakan untuk keausan pahat, dan sebagainya (Lo dan Hsiao,
mengendalikan mesin perkakas, seperti misalnya 1997). Pada dasarnya ketidaktelitian gerakan dalam
mesin bubut, milling, spot welding, laser cutting, proses pemesinan di mesin CNC disebabkan oleh
wire cutting, water jet machining, dan lain-lain. kombinasi ketiga sumber kesalahan tersebut, dan
Fungsi sistem kontrol CNC pada mesin besarnya kesalahan hanya dapat diketahui setelah
perkakas yang paling penting adalah untuk proses pemesinan dilakukan.
mengendalikan fungsi utamanya yaitu putaran Dalam penelitian ini dikembangkan
spindel (poros utama mesin) dan gerakan pahat penggunaan metode kompensasi perintah untuk
relatif terhadap benda kerja.Tujuan dilakukan memperkecil penyimpangan (error).Melalui
pengontrolan agar kecepatan dan posisi aktual pengujian pemesinan dapat diidentifikasi besarnya
sesuai dengan perintah yang diberikan.Berbagai penyimpangan dimensi aktual terhadap dimensi
teknik diterapkan untuk mencapai tujuan ini, yang diinginkan (diprogramkan).Maka untuk
masing-masing mempunyai kelebihan dan proses-proses pemesinan selanjutnya diberikan
kekurangan.Ditinjau berdasarkan teknik kompensasi sesuai dengan besarnya error tersebut
pengontrolannya, terdapat sistem kontrol terbuka

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 330


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tetapi dengan arah yang berlawanan (lihat Gambar 2. Pengukuran dan penyetelan ulang ketelitian
2). geometrik mesin secara manual dengan
profil yang diberi menggunakan dial indicator dan precision
kompensasi square untuk mengurangi penyimpangan
kelurusan dan ketegaklurusan antar sumbu yang
disebabkan oleh ketidaktelitian proses perakitan.
error 3. Pengukuran ketelitian gerakan tanpa beban
error
pemotongan dengan menggunakan dial
profil yang diinginkan indicator.
profil aktual yang 4. Pengukuran ketelitian gerakan dengan beban
teridentifikasi pemotongan, melalui pengukuran produk hasil
proses pemesinan. Melalui pengujian ini dapat
Gambar 2. Metode penerapan kompensasi diketahui pola penyimpangan (error) untuk
dipakai sebagai acuan pemberian kompensasi
METODE PENELITIAN perintah.
5. Pengukuran ketelitian gerakan dengan beban
Penelitian dilakukan pada mesin milling CNC pemotongan serta dengan menggunakan
3-axis yang dirancang dan dibuat di workshop kompensasi perintah.
Teknologi Mekanik UGM.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Levelling mesin dilakukan untuk memastikan


bahwa meja mesin dalam posisi horisontal.
Hasil levelling mesin hanya dapat dilihat secara
visual padaspirit level.

2. Tabel 1. Hasil pengukuran ketelitian geometrik


konstruksi mesin.
No Item Pengukuran Hasil
1. Penyimpangan kelurusan gerak spindel 0,01 mm /
arah vertikal (bidang pengukuran XZ) 50 mm
2. Penyimpangan kelurusan gerak spindel 0,01 mm /
arah vertikal (bidang pengukuran YZ) 50 mm
3. Penyimpangan kelurusan gerak spindel 0,02 mm /
arah horisontal (bidang pengukuran XY) 90 mm
4. Penyimpangan kesejajaran meja terhadap 0,06 mm /
Gambar 3. Mesin milling CNC mini buatan UGM gerak spindel arah sumbu X 180 mm
5. Penyimpangan kesejajaran meja terhadap 0,03 mm /
Spesifikasi teknis: gerak spindel arah sumbu Y 100 mm
- Dimensi overall : 515 x 425 x 685 mm
- Travel X, Y, Z : 200, 150, 120 mm Tabel 1 menunjukkan hasil pengukuran
- Dimensi meja : 380 x 135 mm ketelitian geometrik konstruksi mesin setelah
- Feed rates : 1 - 1500 mm/menit dilakukan penyetelan.Ketidaktelitian tersebut
- Putaran spindel : 100 – 2500 rpm terjadi akibat kesalahan pada proses manufaktur
- Collet : ER 20 diameter 4 – 13 mm komponen-komponen mesin serta proses
- Controller : PC/notebook dengan software perakitannya. Kesalahan yang menonjol terdapat
Artsoft Mach3. pada kesejajaran meja terhadap gerak spindel
dalam arah horisontal (arah sumbu X dan Y),
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian: disebabkan kesalahan desain, plat meja mesin
- Dial indicator 0,01 mm (Mitutoyo) dan dial mengalami defleksi.
stand.
- Micrometer 0,001 mm range 0–25 mm 3. Data mekanisme penggerak sumbu mesin:
(Mitutoyo). - Motor stepper 200 step/putaran (1,8o/step).
- Precision square (Krisbow). - Pengaturanmicrostepdriver motor stepper 1/10
- Spirit level. sehingga jumlah step per putaran motor
menjadi 2000 step/putaran (0,18o/step).
Prosedur penelitian: - Ulir penggerak yang digunakan adalah
1. Levelling mesin dengan menggunakan spirit ballscrew dengan lead 10 mm (double start).
level. - Transmisi belt menggunakan timing belt
dengan rasio 2:1.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 331


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

- Jumlah step per unit motor stepper 400 0,060


step/mm. 0,040
Data pada Tabel 2 (sebelum kalibrasi) 0,020
menunjukkan adanya penyimpangan gerakan 0,000
ketika mesin digerakkan tanpa beban -0,020 40 60 80 100

error [mm]
pemotongan, sehingga perlu dilakukan -0,040 vf [mm/menit]
kalibrasidengan mengatur jumlah step per unit -0,060
motor stepper. -0,080
- Sumbu X: -0,100
step per unit = 398,8035892 step/mm -0,120
- Sumbu Y: -0,140
step per unit = 401,0031092 step/mm X (w 0,25) Y (w 0,25)
X (w 0,50) Y (w 0,50)
Hasil pengukuran gerakan tanpa beban setelah X (w 0,75) Y (w 0,75)
dilakukan kalibrasi ditunjukkan pada Tabel 2 X (w 1,00) Y (w 1,00)
(setelah kalibrasi).
Gambar 4.Grafik hasil pengujian ketelitian
Tabel 2.Hasil pengukuran ketelitian gerakan gerakan pemotongan arah sumbu X
tanpa beban. dan Y.
No Item Pengukuran Sebelum Setelah
kalibrasi kalibrasi Data hasil pengujian diperoleh rata-rata
Jarak pengukuran gerakan: 10mm penyimpangan (error) dalam arah sumbu X
1. Penyimpangan 0,03 mm 0,00 mm sebesar -0,117 mm sedangkan dalam arah
gerakan arah sumbu X
2. Penyimpangan -0,03 mm 0,00 mm
sumbu Y sebesar +0,028 mm. Penyimpangan
gerakan arah sumbu Y arah sumbu X relatif lebih besar dibanding arah
3. Penyimpangan 0,00 mm 0,00 mm sumbu Y karena jangkauan pergeseran meja
gerakan arah sumbu Z lebih panjang sehingga defleksi yang terjadi
juga lebih besar. Dari hasil pengujian dapat
4. Pengujian pemesinan dilakukan pada dilihat pula bahwa variasi lebar pemotongan dan
material aluminium dengan beberapa variasi kecepatan makan tidak menunjukkan pengaruh
kondisi pemesinan, untuk mengetahui ketelitian yang signifikan terhadap besarnya penyim-
gerakan mesin ketika terkena beban pangan dimensi, dimana perbedaan
pemotongan. penyimpangan terbesar hanya 0,021 mm.
Data pemesinan:
- Tools: end mill cutter HSS diameter 10 mm 5. Data penyimpangan (error) yang diperoleh
- Cutting speed: 60 m/menit dari pengujian tahap 4 digunakan sebagai acuan
- Putaran spindel : 1910 rpm pemberian kompensasi perintah. Pengujian
- Kedalaman potong (a): 2 mm penggunaan kompensasi dilakukan pada salah
- Lebar pemotongan (w): satu parameter proses pemesinan, yaitu
0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 mm kedalaman potong (a) 2 mm dan lebar
- Kecepatan makan (vf): pemotongan (w) 0,25 mm. Dalam penelitian ini
40 ; 60 ; 80 ; 100 mm/menit. dilakukan percobaan penggunaan kompensasi
- Gerak pemakanan: side milling dengan arah yang diberikan dengan 2 metode yang berbeda,
pemakanan up cut milling (conventional yaitu:
milling).
Bentuk profil yang dibuat pada pengujian adalah 5.1. Modifikasi program CNC (G-code).
profil bujur sangkar dengan panjang sisi Metode ini dilakukan dengan cara
bervariasi di antara 20 sampai 25 mmdan mengedit program CNC yang digunakan pada
dengan kedalaman 2 mm. Dimensi profil diukur pemesinan sebelumnya, yaitu dengan menam-
menggunakan micrometer dengan kecermatan bahkan atau mengurangi koordinat titik tujuan
0,001 mm sehingga diketahui penyimpangan gerakan pahat dengan besarnya error yang
(error) yang terjadi. Hasil pengujian disajikan sudah teridentifikasi sebelumnya.
dalam grafik Gambar 4.
5.2. Pengaturan jumlah step per unit motor stepper.
Metode ini dilakukan dengan mengatur
kembali jumlah step per unit motor stepper
berdasarkan penyimpangan yang sudah teriden-
tifikasi sebelumnya.
- Sumbu X:
step per unit = 400,1412041 step/mm

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 332


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

- Sumbu Y: System for CNC Machine Tools Based on


step per unit = 401,0329637 step/mm NC Program Reconstructing, International
Journal of Advance Manufacturing
Hasil pengujian ketelitian gerakan pemesinan
Technology DOI 10.1007/s00170-011-3895-
(dengan beban pemotongan) menggunakan
kompensasi perintah disajikan dalam grafik 0.
Gambar 5.
Groover, M.P., 2007, Fundamentals of Modern
0,040 Manufacturing Materials, Processes and
0,020 Systems, Third Edition, John Wiley & Sons,
0,000 Inc., New Jersey.
-0,020 40 60 80 100
error [mm]

-0,040 vf [mm/menit] Karnadhi, G., 2012, Integrasi Sistem CAD/CAM


-0,060
pada PC-Based CNC dengan Pengembangan
-0,080
Post Processor Mastercam V9 untuk Artsoft
-0,100
-0,120
Mach3 CNC Controller, Skripsi, Universitas
-0,140 Gadjah Mada, Yogyakarta.
X (tanpa kompensasi)
Y (tanpa kompensasi)
X (kompensasi step per unit) Lo, C. and Hsiao, C., 1997, A Methode of Tool
Y (kompensasi step per unit)
X (kompensasi G-code)
Path Compensation for Repeated Machining
Y (kompensasi G-code) Process, International Journal of Machine
Gambar 5. Grafik perbandingan ketelitian Tools & Manufacture Vol.38 No.3 pp.205-
gerakan pemotongan arah sumbu X dan Y 213, 1998.
dengan dan tanpa menggunakan kompensasi.
Prakosa, T., Wibowo, A., Yuwana, Y. dan Nurhadi,
Dari grafik Gambar 5 dapat dilihat bahwa I., 2010, Pengujian Ketelitian Geometrik
penggunaan kedua metode kompensasi, dapat Mesin Perkakas CNC Milling Vertikal
memperkecil penyimpangan (error). Dengan Buatan Dalam Negeri, Prosiding Seminar
metode modifikasi G-code, rata-rata besarnya
Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM)
penyimpangan arah sumbu X 0,004 mm, dan
arah sumbu Y 0,001 mm. Sedangkan dengan ke-9, Palembang.
metode pengaturan step per unit, rata-rata
besarnya penyimpangan arah sumbu X 0,008 Rochim, T., 1983, Teori dan Teknologi Proses
mm, dan arah sumbu Y 0,007 mm. Pemesinan, Higher Education Development
Support Project, FTI-ITB, Bandung.

KESIMPULAN Sivarao, Dimin F., Anand, T.J.S., Kamely, A. and


Kamil, 2010, Investigation of Tangential
Dalam penelitian ini dikembangkan metode Force, Horsepower and Material Removal
kompensasi perintah untuk meningkatkan ketelitian Rate Associating HAAS CNC Milling,
gerakan open loop control system pada mesin
Al6061-T6511 Work Material & TiAlN
milling CNC mini buatan UGM. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan Coated End Mill Tool, International Journal
dimensi hasil proses pemesinan untuk arah sumbu of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS
X sebesar -0,117 mm dan arah sumbu Y sebesar Vol.10 No.04.
0,028 mm. Kompensasi perintah yang diberikan
melalui modifikasi program CNC (G-code) dan Suh, S.H., Kang, S.K., Chung, D.H. and Stroud, I.,
melalui pengaturan jumlah step per unit motor 2008, Theory and Design of CNC System
stepper, dapat memperkecil penyimpangan gerakan (Springer Series in Advanced
sumbu X dan sumbu Y hingga di bawah 0,010 mm
Manufacturing), Springer-Verlag, London.
(10 µm).
Taniguchi, Norio, 1983, Current Status in, and
Daftar Pustaka Future Trends of Ultraprecision Machining
and Ultrafine Materials Processing, Annals of
Cui, G., Lu, Y., Li, J., Gao, D. and Yao, Y., 2011, the CIRP, Volume 32.
Geometric Error Compensation Software

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 333


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Zhu, S., Ding, G., Qin, S., Lei, J., Zhuang, L. and
Yan, K., 2011, Integrated Geometric Error
Modeling, Identification and Compensation
of CNC Machine Tools, International
Journal of Machine Tools & Manufacture 52
(2012) 24-29.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 334


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN METODE FLAME HARDENING DENGAN


PENCEKAMAN SPESIMEN SISTEM VERTIKAL PADA BAJA S45C

Somawardi1,Yuliyanto2,Suseno3
1,2
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
somawardi_haf@yahoo.com / somawardi@polman-babel.ac.id ; yuliyanto@polman-babel.ac.id
3
Politeknik Manufaktur Negeri Bandung
senoign@yahoo.com

ABSTRAK
Flame hardening merupakan salah satu proses pengerasan permukaan (Surface Treatment) menggunakan nyala api
langsung yang dihasilkan dari gas oxy-acetylen yang dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan
fatigue limit/strength yang lebih baik. Proses flame hardening yang dilakukan di Polman Negeri Babel saat ini masih secara
manual. Spesimen diikat menggunakan kawat dan dipanaskan dengan menggerakkan torch pemanas secara manual ke
seluruh permukaan spesimen, sehingga kekerasan di seluruh permukaan specimen tidak merata. Untuk itu perlunya kajian
lebih mendalam untuk mendapatkan kekerasan yang merata diseluruh permukaan dengan menggunakan sebuah alat bantu
yang digunakan saat proses pemanasan spesimen sehingga panas yang diterima oleh seluruh permukaan spesimen merata.
Benda uji disiapkan dengan 3 (tiga) variasi rpm dengan posisi pencekaman secara vertical menggunakan chuck mesin
bubut dan pendinginan spesimen dilakukan dengan melepaskan spesimen dari chuck. Material yang digunakan pada
penelitian ini yaitu baja karbon medium S45C yang berbentuk roda gigi yang diteliti untuk memprediksi pengaruh putaran
material saat proses pemanasan terhadap kekerasan material serta perubahan struktur mikro antara pemanasan secara manual
dengan pemanasan pada putaran 40 rpm, 50 rpm dan 60 rpm. Setiap variasi putaran dilakukan pemanasan pada 3 spesimen
dan diuji kekerasan pada 12 titik untuk setiap spesimen. Struktur mikro diamati menggunakan mikroskop optic dengan
perbesaran 100 kali.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa putaran spindel 50 rpm menghasilkan kekerasan rata-rata yang paling
tinggi yaitu 48,167 HRC dan waktu pemanasan yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 7 menit.

Kata kunci: Flame hardening ; laju pendinginan; perlakuan panas; kekerasan; Mikrostruktur.

PENDAHULUAN pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal


Baja merupakan logam yang paling banyak bagian penampang yang menjadi keras.
digunakan dalam bidang teknik. Pengunaan logam Beberapa kendala yang dihadapi pada proses
baja seperti untuk poros, roda gigi dan lain-lain. flame hardening yang sering dilakukan di institusi
Dalam proses permesinan logam baja akan kami yang prosesnya dilakukan secara manual
berinteraksi dengan benda lain sehingga adalah :
menimbulkan tekanan dan gesekan. Jika interaksi - Pergerakan pemanasan masih manual sehinga
terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu hasil kekerasan tidak merata.
tertentu, maka gesekan-gesekan tersebut akan - Pencekaman yang digunakan masih
menimbulkan keausan. Keausan tersebut akan mengunakan kawat baja sehinga pada saat
membesar pada batas tertentu sampai benda proses flame hardening kawat putus.
tersebut tidak bias dipakai lagi. Ada beberapa cara - Suhu yang tidak tercapai pada bagian-bagian
mengurangi tingkat keausan, salah satunya dengan tertentu.
meningkatkan kekerasan permukaan benda kerja. Untuk menghasilkan kualitas produk yang baik
Hal ini bisa dilakukan karena gesekan-gesekan maka mutlak dilakukan parameter yang sesuai.
hanya terjadi pada permukaan saja. Banyak sekali Ada beberapa parameter yang
metode untuk meningkatkan kekerasan permukaan, mempengaruhi, sebagai contoh yaitu kecepatan
salah satunya adalah flame hardening. gerak material yang dipanaskan dan jarak torch
Flame hardening merupakan salah satu pemanas.
proses pengerasan permukaan (Surface Treatment) Beberapa peneliti telah melakukan penelitian serupa
dengan menggunakan nyala api langsung yang untuk menganalisis proses flame hardening . Ruri
dihasilkan dari gas oxy-acetylen. Flame hardening Hartanto, mahasiswa Institut Teknologi Surabaya
dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh variasi
tinggi, kekuatan dan fatigue limit/strength yang kecepatan gerak torch pada proses flame hardening
lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pencekaman benda kerja dilakukan secara
pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang horizontal. Dalam penelitian ini dibuat 3 variasi
terjadi tergantung pada temperatur pemanasan jarak burner terhadap benda kerja dan nozzle untuk
(temperature autenitising), holding time dan laju pendinginan benda kerja diletakkan dengan 3
variasi sudut. Kekerasan material setelh dip roses

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 335


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

flame hardening mengalami peningkatan paling kerja dengan rpm tertentu saat proses pemanasan
tinggi pada jarak burner 2 mm dan sudut nozzle 600. dan dua torch pemanas dicekam secara tetap.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Proses Pengujian


 Meningkatkan kualitas hasil proses flame Pengujian Kekerasan
hardening dalam bentuk kekerasan yang relatif Pengujian kekerasan dilakukan menggunakan
merata di seluruh permukaan material S45C. metode brinell untuk benda kerja sebelum di Flame
 Menentukan variabel kecepatan gerak material hardening , sedangkan untuk benda kerja yang telah
yang baik pada proses flame hardening sistem dilakukan proses Flame hardening dilakukan
vertikal pengujian kekerasan metode Rockwell C. Pengujian
 Untuk mengetahui pengaruh proses flame kekerasan dilakukan pada permukaan profil roda
hardening terhadap kekerasan material antara gigi. Setiap hasil uji dimasukkan ke lembar
pergerakan benda kerja secara manual dan pengamatan hasil kekerasan pada tabel 1 dan 2.
kecepatan benda kerja secara konstan antara 40
rpm, 50 rpm dan 60 rpm

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, beberapa
tahapan proses dirancang untuk mendapatkan hasil
penelitian yang ilmiah. Tahapan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Pembuatan Alat Pemanas


Untuk mendapatkan kekerasan yang
merata di seluruh permukaan roda gigi, dibuat Gambar 1. Alat Proses Flame hardening
sebuah mesin yang digunakan untuk proses
pemanasan. Benda kerja dicekam dengan chuck
secara vertical sedangkan pemanasan benda kerja
dilakukan pada dua posisi. Pada saat dipanaskan,
benda kerja diputar dengan RPM tertentu.
Pendinginan dilakukan dengan melepaskan
langsung benda dari chuck.

Persiapan Spesimen Gambar 2. Titik Pengujian Kekerasan


Material dasar yang digunakan pada proses
penelitian ini adalah : Tabel 1. Lembar pengamatan kekerasan material
- Material S45C Uji Brinell
- kandungan 0.40 - 0.46% C, 0.17 -0.37% Si, 0.60
– 0.90 Mn, 0.030 Max P, 0.035 Mak S.
- Kekerasan sebelum hardening 160 -220 HB.
- Suhu pemanasan 820 - 860oC.
- Kekerasan setelah di Hardening 43 - 53 HRC.
- media pendingin Oil . Keterangan :
Selanjutnya dilakukan proses pembubutan dan HB / HRC = Harga kekerasan skala Brinell
pengefraisan untuk pembuatan roda gigi. Spesimen 1- 12 = Daerah titik material uji
dibuat sejumlah 12 pcs dengan rincian 3pcs untuk P = Beban penekanan
proses flame hardening secara manual dan 12 pcs D = Diameter bola penekanan
untuk proses flame hardening dengan 3 variasi
rpm. Tabel 2. Lembar pengamatan kekerasan Uji
Rockwell
Proses Pemanasan
Proses pemanasan dilakukan dengan dua
metode yaitu secara manual dimana benda kerja
diikat menggunakan kawat dan proses pemanasan
dengan mengarahkan torch pemanas ke sekeliling Keterangan :
benda kerja. Sedangkan metode yang kedua adalah Rpm = Rotasi putaran permenit
menggunakan mesin yang dapat memutar benda HRC = Harga kekerasan skala Rockwell
P = Beban penekanan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 336


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pengujian Metalografi HASIL


Sebelum dilakukan pengujian metalografi, Hasil kekerasan
material diampelas menggunakan Grinding/ Hasil kekerasan sebelum proses flame hardening.
Polishing machine dengan kertas ampelas dari 100,
250, 600, 800, 1000 hingga 1500, yang diletakan Tabel 4.Kekerasan sebelum flame Hardening
diatas piringan berputar dengan laju rotasi 450
putaran/menit. Sehingga diperoleh permukaan
sampel yang rata dan mengkilap. Dalam proses ini
sampel dipegang kuat dan digerakan berputar
berlawanan dengan arah jarum jam. Proses ini
selesai apabila diperoleh permukaan material yang
licin, rata dan mengkilap. Selanjutnya material
dipoles menggunakan kain beludru yang diputar Kekerasan setelah proses flame hardening
diatas mesin dan diberikan pasta alumina Okside Manual proses
Powder CR Type 1µm untuk menghilangkan
goresan-goresan yang masih ada bekas Tabel 5. Hasil kekerasan pada proses manual
pengampelasan yang halus. Tujuan pemolesan ini
adalah untuk memperoleh permukaan yang
mengkilap dan memenuhi syarat untuk diperiksa
dibawah miskroskop. Kemudian material
dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan
hair dryer.

Etsa
Material uji yang telah dipoles kemudian
dietsa dengan larutan etsa standar (Tabel 3) yang
bertujuan untuk memunculkan fasa-fasa yang
diinginkan sehingga bila dilihat pada miskroskop
optic dapat dilihat dengan jelas. Gambar 3.Kurva hasil uji kekerasan manual
proses
Tabel 3. Jenis larutan etsa standar
Jenis Larutan Komposisi Rpm konstan (40 rpm)

larutan A 100 ml 3 ml Tabel 6. Hasil kekerasan pada 40 rpm


alkohol HNO3

larutan B 90 ml 10 ml HCI
alkohol

larutan C 100 ml 2 ml
alkohol NH4OH

Pengamatan dengan Miskroskop Optik


Material uji yang telah di etsa kemudian
diphoto dengan menggunakan alat miskroscop Gambar 4. Kurva hasil uji kekerasan 40 Rpm
analisator bayangan optic dengan pembesaran 100
kali sehinga diperoleh struktur mikro dari sampel Rpm Konstan ( 50 Rpm )
dengan menggunakan software image analyzer
yang berbasis program java software image Tabel 7. Hasil kekerasan pada 50 Rpm
analyzer yang khusus dikembangkan sebagai
karakterisasi analisa mikrostruktur dari gambar-
gambar yang dihasilkan. Selanjutnya hasil photo
dianalisa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 337


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

material dan waktu yang dibutuhkan tidak begitu


jauh berbeda yaitu :
1. Pada analisa hasil kekerasan 40 Rpm rata-rata
adalah 47.194 HRC dengan toleransi ± 0.864
HRC dan waktu yang dibutuhkan adalah 8
menit.
Gambar 5. Kurva hasil uji kekerasan 50 Rpm 2. Pada analisa hasil kekerasan 50 Rpm rata-rata
adalah 48.167 HRC dengan toleransi ± 0.555
Rpm Konstan ( 60 Rpm ) HRC dan waktu yang dibutuhkan adalah 7
Tabel 8. Hasil kekerasan pada 60 Rpm menit.
3. Pada analisa hasil kekerasan 60 Rpm rata-rata
adalah 46.056 HRC dengan toleransi ± 0.645
HRC dan waktu yang dibutuhkan adalah 10
menit.

Gambar 6. Kurva hasil uji kekerasan 60 Rpm Gambar 6. Harga rata-rata kekerasan

KESIMPULAN DATA HASIL KEKERASAN.


Dari hasil penunjukan grafik dan table 50 Waktu Proses
kekerasan material diatas maka :
1. Pada proses manual data hasil kekerasan Waktu
menunjukan kisaran kekerasanya pada range 23 (menit)

- 45 HRC dengan waktu 40 menit.


2. Pada proses pergerakan konstan 40 rpm, hasil 0
manual 60 50 40
kekerasan menunjukan kisaran 44 – 51 HRC Putara
dengan waktu 8 menit.
n
3. Pada proses pergerakan konstan 50 rpm, hasil
kekerasan menunjukan kisaran 44 – 51 HRC (Rpm)
dengan waktu 7 menit.
4. Pada proses pergerakan konstan 60 rpm, hasil Gambar 7. Waktu proses flame hardening
kekerasan menunjukan kisaran 44 – 51 HRC
dengan waktu 10 menit. Dari hasil data kekerasan dan waktu proses
5. Hasil kekerasan yang tidak sempurna atau diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setelah
merata (grafik kurva kekerasan) dimana dilakukan proses flame hardening secara
perbedaan kekerasan yang terjadi ± 13 HRC keseluruhan kekerasan dengan spesimen tertinggi
dan Waktu yang diperlukan untuk proses flame adalah dengan pergerakan 50 rpm, dimana rata-rata
hardening ± 40 menit lebih lam. Hal ini kekerasannya 48 HRC dan waktu yang dibutuhkan
disebabkan oleh pengaruh putaran yang tidak lebih cepat yaitu 7 menit. Hal ini disebabkan oleh
konstan. karena pada putaran 40 Rpm, saat material
Jadi jelas bahwa proses putaran benda kerja melewati pemanas (torch) suhunya akan naik, dan
secara konstan akan menghasilkan kekerasan yang ketika tidak melewati torch lagi maka suhunya akan
lebih baik dibandingkan pergerakan manual, turun. ini disebabkan oleh putaran yang terlalu
dimana range kekerasan di pergerakan konstan lambat, sehinga ketika material di celupkan maka
adalah 44 – 51 HRC, sedangkan di pergerakan hasil kekerasan tidak merata pada bagian tertentu
manual 23 – 45 HRC. dan waktu yang dibutuhkan lebih lama
Dari beberapa data grafik hasil pengujian dibandingkan putaran 50 Rpm. Pada putaran 60
kekerasan dan waktu proses yang dilakukan antara Rpm, saat material melewati torch, maka suhu yang
40 Rpm, 50 Rpm dan 60 Rpm adalah hasil terjadi belum sempat naik karena putaran terlalu
kekerasan yang hampir merata disetiap permukaan tinggi. Sehinga untuk melakukan proses pemanasan
butuh waktu yang lebih lama.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 338


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil Metalografi Dari struktur mikro hasil penelitian yang


Struktur mikro raw materials dilakukan diketahui ada perbedaan karakteristik
Perlit perbedaan struktur antara raw materials dengan
proses Rpm konstan yaitu :
Ferrit - Raw material mempunyai struktur mikro yang
80µm
tampak adalah perlit dan ferrit, dimana perlit
berwarna gelap dan ferit berwarna putih dengan
perbandingan 60% perlit dan 40% ferrit. Dengan
kekerasan 8 HRC – 12 HRC. Struktur yang
tampak ini sesuai dengan kadar karbon yang
Gambar 8. Mikrostruktur Raw Material terkandung pada bahan yaitu 0,40 % - 0,46 % C
Sebelum di Flame Hardening dan bentuk kristal yang besar dan hampir
berimbang sehingga menunjukkan bahan ini
mempunyai sifat liat dan lunak.
- Proses putaran konstan (40 Rpm) struktur mikro
Struktur mikro Rpm konstan (40 Rpm) yang dihasilkan menunjukkan kekerasan tinggi
pada permukaannya dengan adanya struktur
Perlit baru yaitu martensit tetapi bagian dalamnya
FerritFerri masih liat dan lunak. Hasil kekerasan yang
dimiliki sebesar 47.19 HRC.
Martensi t - Proses putaran konstan (50 Rpm) struktur mikro
t yang dihasilkan hampir sama dengan proses
putaran konstan (40 rpm) yang menunjukkan
20µm kekerasan tinggi pada permukaannya dengan
adanya struktur baru yaitu martensit, tetapi
Gambar 9. Mikrostruktur setelah di Flame didalamnya masih liat dan lunak. Hasil
Hardening 40 Rpm kekerasan yang dimiliki sebesar 48.167 HRC.
- Proses putaran konstan (60 Rpm) struktur mikro
Struktur mikro Rpm Konstan (50 Rpm) yang dihasilkan hampir sama dengan proses
putaran konstan (40 rpm dan 50 rpm) yang
menunjukkan kekerasan tinggi pada
Pearlite permukaannya dengan adanya struktur baru
yaitu martensit, tetapi didalamnya masih liat dan
lunak. Hasil kekerasan yang dimiliki sebesar
48.167 HRC.
Ferrit Efek yang terjadi pada material dengan
pergerakan konstan yaitu semakin cepat proses
Martensit pencapaian suhu austenite maka semakin cepat sel
satuan FCC ketika dicelupkan berubah menjadi
20µm BCT, tetapi unsur karbon yang larut dalam BCT
tersebut lebih sedikit sehinga kedalaman kekerasan
dangkal, dan semakin lama proses pencapaian suhu
Gambar 10. Mikrostruktur setelah di Flame
austenite dan dilakukan penahanan waktu maka
Hardening 50 Rpm
kadar karbon yang terperangkap akan lebih banyak
sehinga kekerasan lebih tebal.
Struktur mikro Rpm Konstan (60 Rpm)
- berimbang sehingga menunjukkan bahan ini
Pearlite mempunyai sifat liat dan lunak.
- Proses putaran konstan (40 Rpm) struktur mikro
Ferrit yang dihasilkan menunjukkan kekerasan tinggi
Perlit pada permukaannya dengan adanya struktur
baru yaitu martensit tetapi bagian dalamnya
Martensit masih liat dan lunak. Hasil kekerasan yang
it dimiliki sebesar 47.19 HRC.
20µm
- Proses putaran konstan (50 Rpm) struktur mikro
yang dihasilkan hampir sama dengan proses
Gambar 11. Mikrostruktur setelah di Flame putaran konstan (40 rpm) yang menunjukkan
Hardening 60 Rpm kekerasan tinggi pada permukaannya dengan
adanya struktur baru yaitu martensit, tetapi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 339


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

didalamnya masih liat dan lunak. Hasil flame hardening system vertical maka dapat
kekerasan yang dimiliki sebesar 48.167 HRC. diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Proses putaran konstan (60 Rpm) struktur mikro a. Hasil kekerasan yang tidak sempurna atau
yang dihasilkan hampir sama dengan proses merata pada proses manual dimana perbedaan
putaran konstan (40 rpm dan 50 rpm) yang kekerasan yang terjadi ± 33 HRC dan waktu
menunjukkan kekerasan tinggi pada yang diperlukan untuk proses flame hardening
permukaannya dengan adanya struktur baru lebih lama. Ini disebabkan oleh pengaruh
yaitu martensit, tetapi didalamnya masih liat dan putaran yang tidak konstan.
lunak. Hasil kekerasan yang dimiliki sebesar b. Pada analisa hasil kekerasan 40 Rpm rata-rata
48.167 HRC. adalah 47 HRC dan waktu yang dibutuhkan
Efek yang terjadi pada material dengan untuk pemanasan adalah 8 menit, hasil
pergerakan konstan yaitu semakin cepat proses kekerasan 50 Rpm rata-rata adalah 48 HRC dan
pencapaian suhu austenite maka semakin cepat sel waktu yang dibutuhkan adalah 7 menit dan
satuan FCC ketika dicelupkan berubah menjadi hasil kekerasan 60 Rpm rata-rata adalah 46 dan
BCT, tetapi unsur karbon yang larut dalam BCT waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit.
tersebut lebih sedikit sehinga kedalaman kekerasan Secara keseluruhan kekerasan dengan spesimen
dangkal, dan semakin lama proses pencapaian suhu tertinggi adalah dengan pergerakan 50 rpm,
austenite dan dilakukan penahanan waktu maka dimana rata-rata kekerasannya 48 HRC dan
kadar karbon yang terperangkap akan lebih banyak waktu yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 7
sehinga kekerasan lebih tebal. menit.
c. Sifat fisis (foto mikro) material S45C hanya
KESIMPULAN mempunyai 2 struktur mikro yaitu perlit dan
ferrit dengan perbandingan 60% perlit dan 40%
Berdasarkan hasil penelitian dari pengujian ferrit, tetapi setelah dilakukan proses flame
dan evaluasi data serta pembahasan pada analisis hardening struktur mikro yang dihasilkan
pengerasan permukaan baja S45C dengan metode menunjukkan kekerasan tinggi dengan adanya
struktur baru yaitu martensit.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 340


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STUDI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI SISTEM ABSORPSI (H20-LiBr) YANG


MEMANFAATKAN DUA SUMBER AIR PANAS DENGAN TEMPERATUR BERBEDA

R. Kiay Demaka* , Suhananb , Prajitnob.


a
Program Studi S2 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fak. Teknik. Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2. Yogyakarta 55528 Indonesia
b
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fak. Teknik. Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2. Yogyakarta 55528 Indonesia
*Alamat korespondensi: email: reyhan_kade@yahoo.com; Hp: 081931851942

ABSTRAK

Refrigerasi sistem absorpsi merupakam sebuah sistem refrigerasi yang digerakan oleh panas sehingga kinerja dari
sistem ini sangat bergantung dari sumber panas yang tersedia. Indonesia mempunyai banyak lokasi panas bumi yang
memiliki beberapa sumber mata air panas, terkadang debit air panas dengan temperatur tinggi yang tersedia di lokasi panas
bumi tidak cukup besar, sedangkan di lokasi tersebut terdapat juga mata air panas lain dengan temperatur yang lebih rendah
dan cukup potensial untuk menjalankan mesin refrigerasi sistem absorpsi. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan
eksperimen dengan memanfaatkan dua sumber air panas dengan temperatur bebeda, sumber air panas sekunder (temperatur
sedang) dimanfaatkan untuk memanaskan solution preheater dan sumber air panas primer (temperatur tinggi) digunakan
untuk memanaskan generator. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan kinerja sistem refrigerasi dengan penambahan
solution preheater dan tanpa solution preheater.
Penelitian menggunakan sebuah sistem refrigerasi siklus absorpsi dengan pasangan refrigeran - absorben H20 –
LiBr yang memanfaatkan dua sumber air panas dengan temperatur berbeda. Sumber air panas sekunder memanaskan rich
solution yang melewati sebuah single pass anulus heat exchanger yang berfungsi sebagai solution preheater sebelum
solution tersebut memasuki generator. Eksperimen ini menggunakan solution preheater dengan panjang 1 m dengan variasi
temperatur 55-70 oC.
Hasil simulasi dengan memanfaatkan solution preheater menunjukan pengurangan beban kalor pada generator
sekitar 7-19 % dari beban kalor generator normal dan tidak terdapat perbedeaan COP yang signifikan pada kedua kondisi
pengujian. Hasil dari penelitian ini memungkinkan untuk mengembangkan mesin refrigerasi sistem absorpsi dengan daya
yang lebih besar pada sumber air panas yang sama.

Kata Kunci: Refrigerasi, Siklus Absorpsi, H20 – LiBr, Geothermal, Solution Preheater.

PENDAHULUAN panas bumi yang terdapat di lokasi panas bumi


Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari beberapa sumber mata air panas, dan
terletak pada garis cincin api dunia mempunyai terkadang debit air panas dengan temperatur tinggi
banyak gunung berapi yang aktif dan juga yang tersedia di lokasi panas bumi tidak cukup
mempunyai banyak potensi sumber panas bumi, besar, sedangkan di lokasi tersebut terdapat juga
menurut badan geologi Departemen Energi dan mata air panas lain dengan temperatur yang lebih
Sumber Daya Mineral, Indonesia mempunyai rendah akan tetapi masih potensial untuk
potensi panas bumi sekitar 27.441 MW atau sekitar dimanfaatkan sebagai sumber air sekunder dalam
40% dari total cadangan panas bumi dunia. Lokasi mengoperasikan mesin refrigerasi sistem absorpsi.
panas bumi umumnya terdiri dari beberapa Oleh karena itu pada penelitian ini
manifestasi seperti fumarol, kolam lumpur, mata air peneliti melakukan eksperimen dengan
panas, geyser dan lain sebagainya. Pengamatan di memanfaatkan dua sumber air panas geothermal
beberapa lokasi di Indonesia menunjukan bahwa dengan temperatur bebeda, dimana sumber air
terdapat beberapa sumber air panas yang memiliki panas utama yang bertemperatur tinggi
temperatur cukup tinggi dengan kisaran (60 -100) dimanfaatkan untuk menguapkan refigeran didalam
o
C (Poorter dkk, 1989), (Marini dkk, 1998), dan generator sedangkan sumber air panas sekunder
(Sundhoro dkk, 2006). dimana temperatur air panas yang bertemperatur sedang dimanfaatkan untuk
tersebut potensial untuk menjalankan mesin memanaskan rich solution sebelum memasuki
refrigerasi system absorpsi. generator melalui sebuah heat exchanger yang
Mesin refrigrasi sistem absorpsi secara selanjutnya disebut dengan solution preheater
utama dijalankan oleh panas (heat driven) maka (SPH). Penelitian ini akan membandingkan kinerja
kinerja dari mesin refrigerasi sistem absorpsi sangat dari kedua macam kondisi (dengan dan tanpa
dipengaruhi oleh potensi panas yang dimanfaatkan menggunakan solution preheater) pada berbagai
dalam menjalankan sistem. Umumnya manifestasi variasi temperatur air panas.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 341


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk solution akan diserap oleh rich solution sehingga
Mengetahui pengaruh penambahan solution efisiensi dari siklus absorpsi dapat ditingkatkan.
preheater terhadap kinerja sistem mesin refrigerasi
sistem absorpsi dam Mengetahui kondisi Siklus Absorpsi dengan Solution Preheater
operasional yang optimal untuk potensi sumber (SPH)
panas yang ada.
Dari penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh pemanfaatan
solution preheater dalam mengurangi beban panas
yang masuk pada generator, sehingga dengan
memanfaatkan dua sumber air panas tersebut dapat
dibangun sistem refrigerasi dengan daya yang lebih
besar menggunakan potensi sumber air panas yang
ada.

METODOLOGI PENELITIAN
Siklus Absorpsi

Gambar 2. Skema Siklus Absorpsi dengan Solution


Preheater (SPH).

Siklus absorpsi dengan solution preheater


sama dengan siklus absorpsi pada umumnya,
perbedaan dari siklus ini adalah dengan
ditambahkannya sebuah heat exchanger sebelum
memasuki generator, heat exchanger ini akan
berfungsi sebagai solution preheater (SPH) yang
berfungsi untuk memanaskan rich solution dengan
Gambar 1. Skema Siklus Absorpsi memanfaatkan sumber air panas sekunder yang
bertemperatur lebih rendah dari sumber air panas
Proses inti pada siklus absorpsi adalah pada primer yang memanaskan generator.
proses asborpsi dan desorpsi dari refrigeran, siklus
ini mempunyai lima komponen utama seperti Analisa Termodinamika pada Siklus Absorpsi
terlihat pada Gambar 1: Generator, Kondensor,
Evaporator, Absorber dan Solution Heat Exchanger  Evaporator
(SHE). Pada Generator terjadi proses desorpsi Kesetimbangan energi pada evaporator
dimana refrigeran akan menguap dari water-lithium  
bromide solution (1), sedangkan weak solution (9) Q e  m 3 .(h4  h3 ) (2.1)
akan mengalir turun menuju solution heat
exchanger (SHE). Selanjutnya uap refrigeran akan
 Absorber
terkondensasi pada kondensor sehingga berubah
Kesetimbangan massa pada absorber
fasa menjadi cair (2), cairan refrigeran tersebut   
akan diekspansikan pada katup ekspansi sehingga m 4  m11  m 5 (2.2)
temperaturnya akan turun (3) dan masuk ke Kesetimbangan energi pada absorber
evaporator. Cairan refrigeran didalam evaporator    
akan menyerap beban kalor pada evaporator (Qe) Q a  m 4 h4  m11 .h11  m 5 .h5 (2.3)
sehingga menguap (4) dan terabsorpsi pada
absorber. Didalam absorber weak solution yang
mengalir dari SHE (11) akan menyerap uap air (4)  Generator
dari evaporator sehingga menjadi rich solution (5) Kesetimbangan energi pada generator
   
yang selanjutnya akan disirkulasikan oleh pompa
Q g  m1 .h1  m 9 .h9  m 8 .h8 (2.4)
menuju SHE (6), pada SHE panas sisa dari weak

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 342


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

 Solution Preheater (SPH)


Kesetimbangan energi pada solution prehetater
 
Q SPH  m 7 .(h8'  h7 ) (2.5)

 COP

Qe
COP  
Q in (2.6)
 
Q in  Q g

 COP dengan solution preheater



Qe
COP  
Q in (2.7)
  
Q in  Q g  Q SPH Gambar 3. Foto peralatan eksperimen

Peralatan Eksperimen Fluida kerja

Peralatan eksperimen dalam pengujian ini Pengujian ini menggunakan H20-LiBr solution
dirancang menggunakan desain dari Kalogirou dkk dengan konsentrasi 50% sebanyak 5,5 liter.
(2001) dengan melakukan modifikasi berupa
penambahan sebuah heat exchanger yang berfungsi Metodologi Penelitian
sebagai solution preheater.
Solution preheater dalam ekperimen ini berupa Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap:
single pass anulus heat exchanger dengan dimensi 1. Percobaan pengujian sistem absorpsi
anulus (Panjang: 1000 mm; Di : 14.1 mm; Do: 15.8 dengan siklus normal (tanpa menggunakan
mm) dan dimensi tube (Panjang: 1100 mm; Di: 8.1 SPH) untuk mengetahui unjuk kerja dan
mm Do: 9.52 mm) kondisi operasional dalam sistem terebut.
2. Pengujian unjuk kerja dari solution
Alat pengukuran preheater (SPH) dengan variasi temperatur
masuk SPH (55-70) oC dan laju aliran 5
Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran lpm untuk mendapatkan nilai T dari
temperatur di setiap titik pengamatan. Temperatur setiap variasi temperatur.
diukur menggunakan termokopel tipe K yang 3. dari kedua data pengujian diatas dilakukan
terhubung dengan sebuah data logger yang simulasi untuk mendapatkan unjuk kerja
terkoneksi ke komputer, pengukuran temperatur teoritis pada sistem absorpsi yang
dilakukan otomatis setiap 30 detik. menggunakan SPH dengan variasi
Laju aliran fluida pada sistem diukur dengan temperatur masuk SPH (55-70) oC.
menggunakan flowmeter tipe rotameter pada 8 titik
pengamatan yaitu pada aliran refrigeran, weak HASIL DAN PEMBAHASAN
solution, rich solution, generator, solution Data dari hasil pengujian sistem absorpsi
preheater, evaporator, kondensor dan absorber. dengan siklus normal (tanpa menggunakan SPH)
Tekanan diukur pada tekanan tinggi dapat dilihat pada tabel 1, dan data dari pengujian
(kondensor) dan tekanan rendah (evaporator) unjuk kerja dari solution preheater (SPH) dengan
menggunakan vacuum pressure gauge. variasi temperatur masuk SPH (55-70) oC dapat
dilihat pada tabel 2.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 343


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Hasil pengujian sistem absorpsi dengan kondensor, evaporator, absorber dan solution
siklus normal (tanpa penggunaan SPH) preheater.
Tabel 4. Hasil simulasi beban kalor pada komponen
utama dari sistem untuk setiap kondisi operasional.

Pada tabel 4 ditampilkan hasil simulasi untuk


nilai beban kalor pada generator, kondensor,
evaporator, absorber dan solution preheater serta
COP untuk setiap kondisi operasional.

0.73

0.73

0.72

Tabel 2. Hasil pengujian unjuk kerja solution 0.72

preheater (SPH) COP

0.71

0.71

0.70

0.70

0.69
Tanpa SPH SPH T=55 C SPH T=60C SPH T=65 C SPH T=70 C
Kondisi Operasional

Gambar 4. Grafik hubungan kondisi operasional


dan COP
Pada grafik dalam gambar 4 diatas terlihat
bahwa nilai COP ceenderung meningkat seiring
Dari kedua data diatas selanjutnya T pada tabel dengan naiknya temperatur air yang masuk
2 disimulasikan untuk mendapatkan temperatur pada kedalam SPH, akan tetapi peningkatan COP yang
titik 8 untuk setiap kondisi operasional yang terjadi tidak signifikan, dari T sph 55oC ke70oC
menggunakan SPH. terjadi peningkatan COP yang sangat kecil dari
Dari data temperatur untuk setiap titik tersebut 0.72 ke 0,73. adapun untuk COP tanpa penggunaan
maka akan didapatkan nilai entalpi untuk setiap titik SPH jika dibandingkan dengan penggunaan SPH
lokasi pengamatan yang ditampilkan pada tabel 3. terdapat selisih COP sebesar 0,02. hal ini lebih
disebabkan karena adanya heat loss yang terjadi
Tabel 3. Data simulasi untuk temperatur dan entalpi dari titik 7 ke titik 8 sehingga terjadi penurunan
pada setiap titik pengamatan. temperatur dari 50.3 oC ke 49.26 oC sehingga
menyebabkan nilai COP pada kondisi tanpa SPH
lebih kecil daripada kondisi dengan penggunaan
SPH.

Data entalpi dari tabel 3 selanjutnya digunakan


untuk menghitung beban kalor pada generator,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 344


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Qg Qsph Qin KESIMPULAN


Dari beberapa analisa diatas dapat diambil
0.600
kesimpulan bahwa:
0.500 1. Penggunaan SPH tidak menghasilkan
peningkatan COP yang signifikan terhadap
0.400
sistem
0.300 2. Semakin tinggi temperatur air panas yang
0.200 masuk kedalam SPH akan meningkatkan
persentase pemanfaatan SPH terhadap
0.100
total heat input yang dibutuhkan oleh
0.000 sistem.
Tanpa SPH SPH T=55 C SPH T=60C SPH T=65 C SPH T=70 C

K ondi si Ope r a si ona l


3. Apabila terdapat dua sumber air panas
dengan temperatur yang berbeda pada
sumber air panas geothermal maka
Gambar 5. Grafik hubungan beban kalor terhadap
memungkinkan untuk memanfaatkan
kondisi operasional.
kedua sumber air panas tersebut sehingga
dapat menghasilkan daya refrigerasi yang
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa beban kalor
lebih besar daripada hanya menggunakan
pada generator (Qg) cenderung menurun seiring
sebuah sumber air panas saja.
dengan naiknya beban kalor pada SPH, sehingga
total heat input (Qin) yang masuk kedalam sistem
cenderung tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 5. Persentase pemanfaatan SPH pada setiap
ASHRAE Fundamentals Handbook, 1997
kondisi operasional
Andberg, J.W and Vliet. G.C., 1983, Design
Guidelines for Water Lithium Bromide
Absorbers, ASHRAE Trans, vol.89, Part 1B,
pp-220-232.

Florides, G.A., Kalogirou, S.A., Tassou, S.A., and


Wrobel, L.A., 2003, Design and
construction of a LiBr-water absorption
ma4, 2483-2508.
25.000

Kalogirou, S., Florides, G., Tassou, S. And


20.000 19.630 Wrobel, L., 2001, Design and Construction
of a Lothium Bromide Water Absorption
Qsph/Qin (%)

15.000 15.518
Refrigerator, CLIMA 2000/ Napoli 2001
10.000 10.348 World Congress .
7.520
5.000
Kececiler, A., Acar, H.I. and Dogan, A., 1999,
0.000
Thermodynamic analysis of the absorption
55 °C 60 °C 65 °C 70 °C refrigeration system with geothermal
T sph
energy: an experimental study, Energy
conversion and management, 41, 37-48.
Gambar 6. Grafik hubungan Tsph terhadap
persentase pemanfaatan SPH.
Marini, L. and Susangkyono, A., 1999, Fluid
geochemistry of Ambon Island (Indonesia),
Geothermics, 28, 189-204.
Pada tabel 5 dan gambar 6 terlihat bahwa
semakin tinggi temperatur air yang masuk ke
Poorter, R. P. E. Varekamp, J. C. Sriwana, T. Van
solution preheater akan berbanding lurus dengan
Bergen, M. J. Erfan, R. D. Suharyono, K.
persentase pemanfaatan SPH. Dimana terlihat pada
Wirakusumah, A. D. and Vroon, P. Z.,
Tsph = 55 oC persentase pemanfaatan SPH hanya
1989, Geochemistry of hot spring and
sebesar 7.5% dari total kebeutuhan heat input pada
fumarolic gases from the Banda Arc,
sistem, sedangkan pada Tsph = 70 oC persentase
Netherland Journal of Sea Ressearch, 24
pemanfaatan SPH dapat mencapai 19,6% dari total
(2/3), 323:331.
heat input yang dibutuhkan oleh sistem.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 345


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sundhoro, H. , Kasbani, Sulaeman, B. dan Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara,


Rustama, I., 2006, Geologi dan geokimia Proceeding pemaparan hasil-hasil dan
panas bumi daerah Songa-Wayau, kegiatan lapangan dan non lapangan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 346


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN


METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
(Studi kasus BMT DRI Muamalat Talang)

Saufik Luthfianto1, Siswiyanti2, Imam Aji Pranomo3


1,2,3
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal
saufik34@yahoo.com; tipancasakti@gmail.com

ABSTRAK
Dengan meningkatnya jumlah BMT, maka persaingan pun semakin ketat. Untuk itu BMT DRI Muamalat Talang
perlu untuk meingkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: Atribut
atau faktor apa sajakah yang menjadi prioritas untuk diperbaiki oleh manajemen BMT DRI Muamalat Talang?
Bagaimanakah usulan perbaikan kualitas pelayanan yang perlu diperhatikan oleh manajemen BMT DRI Muamalat Talang
untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya?. Analisis yang digunakan adalah analisis diagram kartesius dan metode Quaity
Function Deployement. Penelitian ini dilakukan di BMT DRI Muamalat Talang dan menggunakan 100 nasabah sebagai
sampelnya. Dari hasil analisis diagram kartesius, didapatkan lima atribut atau faktor yang harus diperbaiki, yaitu : Tempat
parkir yang memadai, Kondisi ruangan sejuk, Kelengkapan fasilitas BMT, Keamanan saat melakukan transaksi, Keamanan
lokasi parkir. Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan metode QFD, dari hasil analisis tersebut diketahui respon
teknis atau usulan perbaikan yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, yaitu : Pelebaran tempat parkir, penyejuk ruangan
(AC), 3) dispenser, televisi, petugas kemanan (security), petugas parkir, Penambahan CCTV.

Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Analisis Kepuasan Pelanggan, Quaity Function Deployement

PENDAHULUAN a. Pada penelitian ini, penulis hanya menyusun


Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan matriks yang pertama dari QFD, yaitu matriks
pengembangan dari konsep ekonomi dalam House of Quality (HOQ) jadi hasil penelitian
Islam terutama dalam keuangan. Perkembangan ini hanya berupa rancangan saja, tidak sampai
BMT pada saat ini sangat pesat, hal ini ke tahap implementasinya.
dikarenakan BMT yang memang ditujukan untuk b. Penelitian ini dilakukan pada nasabah BMT
kegiatan simpan pinjam dalam skala yang tidak Dinar Rahmat Insani Muamalat Tegal .
terlalu besar ini dapat menjangkau masyarakat
ekonomi menengah kebawah. Pada tahun 2012, Tujuan dari penelitian ini adalah :
tercatat jumlah BMT di Indonesia berkisar
3.000-4.000 BMT (Anonim, 2012). BMT Dinar a. Menentukan prioritas utama faktor yang perlu
Rahmat Insani Muamalat Tegal merupakan diperbaiki dari kualitas pelayanan BMT DRI
sebuah perusahaan jasa keuangan yang sedang Muamalat Talang ?
berkembang sehingga memerlukan langkah- b. Mengusulkan perbaikan kualitas pelayanan
langkah guna meningkatkan kepuasan dengan menggunakan metode Quality Function
nasabahnya. Oleh karena itu, penulis memilih Deployment ?
BMT Dinar Rahmat Insani Muamalat Tegal
sebagai tempat penelitian dengan harapan METODE PENELITIAN
mampu memberikan manfaat bagi kemajuan Penelitian ini menggunakan pendekatan
BMT Dinar Rahmat Insani Muamalat Tegal dari kuantitatif dan kualitatif. Populasinya nasabah
hasil penelitian yang dilakukan. BMT Dinar Rahmat Insani Muamalat Tegal, dan
Untuk meningkatkan kepuasan nasabah, diambil sampel sebanyak 100 responden
digunakan metode Quality Function Deployment berdasarkan perhitungan. Data yang digunakan
khususnya matriks satu yaitu House Of Quality , adalah data primer dan data sekunder, data primer
namun demikian tidak semua faktor akan didapat dari kuisoner, baik kuisioner kepuasan
dimasukkan ke dalam matriks House Of Quality maupun kuisioner kepentingan. Kuisioner
melainkan diukur terlebih dahulu tingkat menggunakan skala linket.
kepuasannya menggunaan diagram kartesius, Data yang dihasilkan kemudia diuji dengan uji
karena belum tentu faktor-faktor itu harus validitas dan reliabilitas untuk kemudian
ditingkatkan, mengingat bisa saja ada faktor dimasukkan ke dalam analisis diagram kartesius,
yang sudah dirasa memuaskan oleh nasabah. agar dapat diketahui atribut manakah yang perlu
diperbaiki atau ditingkatkan kualitasnya. Data
Batasan dalam penelitian ini antara lain : kemudian dianalisis menggunakan metode QFD

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 347


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

khususnya rumah ke 1 atau HOQ, guna Tabel 2. Hasil Perbandingan r Tabel dan r Hitung
menghasilkan respon teknis atau usulan perbaikan Kuisioner Kepentingan
terhadap atribut yang telah dianalisa. Dalam No Pertanyaan r hitung r tabel Hasil
Quality Function Deployment khususnya pada Tempat parkir
matriks House Of Quality, ada beberapa teknik 1 yang memadai 0,322 0,197 Valid
analisa data yang dilakukan, analisa datanya
adalah sebagai berikut : Ruangan BMT
2 yang nyaman 0.238 0,197 Valid
1. Menentukan atribut apa saja yang menjadi
customer needs-nya. Karyawan
2. Menerjemahkan customer needs ke 3 berpakaian rapi 0,425 0,197 Valid
technical requirement.
3. Menentukan nilai importance rating untuk Kondisi
masing-masing atribut. 4 ruangan sejuk 0,275 0,197 Valid
4. Menentukan relationship antara customer
needs dan technical requirement. Kebersihan
5. Menentukan target dan nilai bobot kolom ruangan yang
5 0,338 0,197 Valid
baik
untuk masing-masing kebutuhan teknis.
6. Analisis Costumer competitive Evaluation Karyawan
untuk masing-masing atribut. bersedia
7. Menghitung sales point, improvement ratio 6 memberikan 0,359 0,197 Valid
dan bobot baris. solusi kepada
nasabah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 7
Slip transaksi
0.160 0,197
Tidak
Data voice of costumer yang diadapat yang tersedia Valid
dikelompokkan menjadi lima dimensi kualitas Nasabah tidak
8 0,285 0,197 Valid
pelayanan yaitu tangible, reliability, menunggu lama
responsiveness, assurance dan emphaty.. Data Karyawan
9 0,382 0,197 Valid
bersikap ramah
voice of custumer dapat dilihat pada tabel berikut :
10 Pelayanan cepat 0,418 0,197 Valid
Kelengkapan
Tabel 1. Voice of Customer 11 0,288 0,197 Valid
fasilitas BMT
No Voice of Customer Keamanan saat
1 Tempat parkir yang memadai 12 melakukan 0,373 0,197 Valid
Ruangan BMT yang nyaman transaksi
Karyawan berpakaian rapi Keamanan
Kondisi ruangan sejuk 13 0,200 0,197 Valid
lokasi parkir
Kebersihan ruangan yang baik Adanya brosur
2 Kelengkapan fasilitas BMT 14 0,403 0,197 Valid
yang informatif
Slip transaksi yang tersedia Pengetahuan
Nasabah tidak menunggu lama karyawan
3 Karyawan bersikap ramah mengenai Tidak
15 0,196 0,197
Pelayanan cepat perbankan Valid
Karyawan bersedia memberikan solusi khususnya
kepada nasabah syariah
4 Keamanan saat melakukan transaksi Lokasi mudah Tidak
16 0,105 0,197
Keamanan lokasi parkir dijangkau Valid
Adanya brosur yang informatif Kemudahan
Pengetahuan karyawan mengenai perbankan dalam Tidak
17 0,013 0,197
khususya syariah menyampaikan Valid
5 Lokasi mudah dijangkau keluhan
Kemudahan dalam menyampaikan keluhan Karyawan yang
Karyawan yang tidak membeda-bedakan tidak membeda-
Tidak
dalam melayani nasabah 18 bedakan dalam 0,115 0,197
Valid
melayani
nasabah
Uji Validitas dan Relibilitas
Uji ini dilakukan terhadap kuisioner
kepentingan dan kepuasan dan hasilnya terdapat
enam beberapa atribut yang tidak valid.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 348


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3. Hasil Perbandingan r Tabel dan r Hitung dipetakan dalam diagram kartesius. Serta
Butir Kuisioner Kepuasan mencari nilai X dan Y menggunakan persamaan
r ∑
No Pertanyaan
hitung
r tabel Hasil =
Tempat parkir yang Dan
1 memadai 0,477 0,197 Valid

Ruangan BMT yang
=
2 nyaman 0.406 0,197 Valid
Hasil dari perhitungannya dipetakan ke dalam
Karyawan diagram kartesius deperti berikut :
3 berpakaian rapi 0,627 0,197 Valid

Kondisi ruangan
4 sejuk 0,543 0,197 Valid

Kebersihan ruangan
5 yang baik 0,495 0,197 Valid

Karyawan bersedia
6 memberikan solusi 0,739 0,197 Valid
kepada nasabah
Slip transaksi yang
7 0.234 0,197 Valid
tersedia
Nasabah tidak Tidak
8 0,097 0,197
menunggu lama Valid
Karyawan bersikap
9 0,279 0,197 Valid
ramah
Gambar 1. Diagram Kartesius
10 Pelayanan cepat 0,407 0,197 Valid
Kelengkapan
11 0,707 0,197 Valid Terlihat pada grafik, bahwa yang
fasilitas BMT
Keamanan saat termasuk dalam kuadran I adalah atribut
12 0,573 0,197 Valid 1,4,9,10 dan 11, atribut yang masuk ke dalam
melakukan transaksi
Keamanan lokasi kuadran I adalah atribut yang perlu diperbaiki
13 0,618 0,197 Valid
parkir dan dimasukkan ke dalam analisis House of
14
Adanya brosur yang
0,749 0,197 Valid Quality.
informatif
Pengetahuan
karyawan mengenai Analisis Quality Function Deployment (House
15 0,656 0,197 Valid
perbankan
Of Quality)
khususnya syariah
Lokasi mudah Tidak
a. Costumer Needs
16 0,176 0,197 Costumer Needs dihasilkan dari voice of
dijangkau Valid
Kemudahan dalam costumer dan dianalisa menggunakan
17 menyampaikan 0,322 0,197 Valid diagram kartesius. Costum Needs nya adalah
keluhan sebagai berikut :
Karyawan yang
tidak membeda-
18 0,333 0,197 Valid
bedakan dalam Tabel 4. Costumer Needs
melayani nasabah No Atribut pertanyaan
1 Tempat parkir yang memadai
Analisis Diagram Kartesius 2 Kondisi ruangan sejuk
Important Performance Analysis dilakukan
3 Kelengkapan fasilitas BMT
dengan menghitung skor total kinerja dengan
4 Keamanan saat melakukan transaksi
skor total harapan. Dengan mengalikan jawaban
5 Keamanan lokasi parkir
responden pada setiap atribut pertanyaan dengan
bobot yang telah ditentukan untuk masing-
masing jawaban. Kemudian dilanjutkan dengan b. Importance rating
menghitung nilai rata-rata skor kepuasan ( X ) Importance rating dicari menggunakan
dan rata-rata skor kepentingan (Y ) persamaan sebagai berikut :
menggunakan persamaan 3 dan 4 agar dapat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 349


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(1 ) + (3 ) + (5 ) + (7 ) + (9 )

Dimana :
NTP = banyaknya responden yang memilih
jawaban tidak penting pada setiap atribut. Tabel 6. Respon Teknis
NKP = banyaknya responden yang memilih Kebutuhan Respon Teknis
jawaban kurang penting pada setiap atribut. No
Konsumen
NCP = banyaknya responden yang memilih
jawaban cukup penting pada setiap atribut. Tempat parkir Pelebaran tempat
1
NP = banyaknya responden yang memilih jawaban yang memadai parkir
penting pada setiap atribut. Kondisi ruangan Adanya penyejuk
2
NSP = banyaknya responden yang memilih sejuk ruangan (AC)
jawaban sangat penting pada setiap atribut. Kelengkapan Adanya Dispenser
3
K = banyaknya kuisioner fasilitas BMT Adanya Televisi
Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Keamanan saat
Adanya petugas
4 melakukan
kemanan (security)
Tabel 5. Importance rating transaksi
Importance Adanya petugas
No Kebutuhan Konsumen Keamanan lokasi
Rating 5 parkir
parkir
Tempat parkir yang Penambahan CCTV
1 6,04
memadai
2 Kondisi ruangan sejuk 6,02 d. Target dan Bobot Kolom
Kelengkapan fasilitas Target perlu ditentukan oleh manajemen
3 5,70 untuk setiap atribut jasa BMT. Kepuasan
BMT
Keamanan saat konsumen terhadap produk yang dinilai
4 6,14 oleh konsumen dapat dijadikan acuan
melakukan transaksi
5 Keamanan lokasi parkir 6,70 untuk menetapkan nilai target. Target dari
tiap atribut guna memenuhi kebutuhan
c.Repon Teknis konsemen tercantum pada tabel 4.12
Setelah menghitung importance rating, analisis dibawah ini :
HOQ dilanjutkan dengan menerjemahkan setiap
kebutuhan nasabah kedalam respon teknis. Tabel 7. Target
Hubungan antara kebutuhan nasabah dengan No Techical Requirement Target
respon teknis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Pelebaran tempat
1 9 X 3 meter
parkir
Adanya penyejuk 1 unit,
2
ruangan (AC) kapasitas 2 pk
1 unit, panas
3 Adanya dispenser
dingin
1 unit, LCD 32
4 Adanya televisi
inch
Adanya petugas
5 1 orang, pria
kemanan (security)
3 unit, infrared
6 Penambahan CCTV
CCTV
7 Adanya petugas parkir 1 orang, pria

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 350


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Matriks House Of Quality BMT DRI Muamalat Talang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 351


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN Kotler, 2000, Pengertian dan Karakteristik


Dari hasil analisis penelitian ini, didapatkan lima Jasa, http://shelmi.wordpress.com/
atribut atau faktor yang harus diperbaiki, yaitu : 1) 2009/03/14/pengertian-dan-karakteristik-
Tempat parkir yang memadai, 2) Kondisi ruangan jasa/, 15 Oktober.
sejuk, 3) Kelengkapan fasilitas BMT, 4) Kotler, 1997, Kepuasan Konsumen
Keamanan saat melakukan transaksi, 5) Keamanan ,http://jurnal-sdm.blogspot.com/
lokasi parkir. Kemudian, respon teknis atau 2009/04/
perbaikan yang berkaitan dengan faktor-faktor kepuasan-konsumen-pengertian-jenis-
tersebut, yaitu : 1) Pelebaran tempat parkir, 2) dan.html, 15 Oktober.
Adanya penyejuk ruangan (AC), 3) Adanya Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul
Dispenser, 4) Adanya Televisi, 5) Adanya petugas Maal Tamwil (BMT), Yogyakarta : UII
kemanan (security), 6) Adanya petugas parkir, 7) Press.
Penambahan CCTV Tjiptono, 2004, Lima karakteristik utama jasa,
http://shelmi.wordpress.com/2009/03/14
DAFTAR PUSTAKA /pengertian-karakteristik-jasa/,15
Anonim, 2012, BMT Mulai Interkoneksi, Oktober
http://www.republika.co.id/berita/bisnis- Tjiptono, 2001, Total Quality Management,
syariah/berita/10/07/13/124332-baitul- Andi Offset, Yogyakarta.
maal-wat-tamwil-mulai-interkoneksi, 21 Subagyo, 2000, Edukasi QFD, http://naga-
Oktober. edukasi.blogspot.com/2011/01/qfd-
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, quality-function-deployment.html, 15
Jakarta : Rinneka Cipta. Oktober.
Besterfield, 1994, Manfaat QFD, http:// /business- Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif,
management/technology- operations- Kualitatif dan R & D, Yogyakarta :
management/2180661-manfaat-quality- BPFE.
function-deployment-qfd /,15 Oktober. Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati, 2005,
Boone, Kurtz, 1995, Kualitas Layanan, Pengertian dan Karakteristik Jasa,
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/07/ http://shelmi.wordpress.com/2009/03/14
kualitas-layanan-service-quality-dan.html, /pengertian-dan-karakteristik-jasa/, 15
17 Oktober. Oktober
Daetz, 1995, Manfaat QFD, http:// /business- Zeithaml, 1990, Kualitas Layanan,
management/technology-operations- http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/07/
management/2180661-manfaat-quality- kualitas-layanan-service-quality-
function-deployment-qfd /, 15 Oktober. dan.html, 17 Oktober.
Sepuluh November, Surabaya.
J. Supranto, (2001), Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar, Jakarta : Rineka Cipta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 352


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RANCANGAN STRATEGI PEMASARAN DENGAN METODE SWOT DAN AHP


(Analitychal Hierarchi Proses ) UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN

Siswiyanti, M. Fajar Nurwildani, Faizal Ali


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasakti Tegal
Jl. Halmahera Km.1 Tegal
danifajar@yahoo.co.id

ABSTRAK

aaaaaaKompetisi dunia usaha saat ini meningkat dengan pesat, hal ini menjadikan sebuah perusahaan harus pandai dalam
membaca peluang dan memeperbaiki kelemahan baik internal maupun eksternalnya, tidak hanya itu perusahaan juga harus
mampu memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh perusahaan. Potensi untuk mengembangkan usaha
jamur ini belum dapat direspon secara maksimal oleh perusahaan karena adanya beberapa masalah dalam perkembangannya.
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah sistem administrasi yang masih bersifat manual dan belum tertata rapi,
keterbatasan modal, dan penjualan yang dilakukan masih mengandalkan bandar atau tengkulak, sehingga hasil yang
diperoleh dari penjualan belum maksimal. Dengan adanya masalah tersebut perlu adanya strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha dan meningkatkan volume penjualan Perusahaahan.dan penelitian ini bertujuan untuk menentukan
strategi pemasaran perusahaan agar perusahaan mampu meningkatkan volume penjualan.

aaaaaaPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengolahan data dan analisis. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif, analisis
faktor internal, eksternal perusahaan, matrik Ekternal Faktor Evaluation (EFE) dan matrik Internal Faktor Evaluation (IFE),
matrik Internal – Eksternal ( IE), Matrik Strength, Weaknesses, Oportunities, Threats (SWOT) dan Analitychal Hierarchy
Prosses (AHP).

aaaaaaHasil analisis dari matrik IE diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada kuadran V atau pada posisi “jaga dan
pertahankan” strategi yang paling tepat pada kuadran ini adalah penetrasi produk dan pengembangan pasar. Sedangkan untuk
mendapatkan strategi yang lebih teknis maka perlu ditambahkan matrik SWOT. Berdasarkan hasil dari analisis matrik SWOT
diperoleh 16 alternatif strategi, yang kemudian di analis dengan metode Analitichal Hierarchy Proses. Hasil pengolahan data
Analitichal Hierarchy Proses menempatkan Strategi “Membuat sistem pemasaran sendiri dengan sasaran pasar mini dan
super market “dengan jumlah bobot 0.314, kemudian strategi yang kedua adalah dari kombinasi antara Weakneses dan
Treatment, yaitu Strategi “Perbaikan sistem Administrasi perusahaan “ dengan nilai bobot 0.313, dan untuk strategi
selanjutnya adalah dengan bobot 0.312 yaitu strategi “mengupayakan sertifikasi dari BPOM, dan yang berikutnya adalah
kombinasi antara kekuatan dan peluang dengan strategi “Membuat dan mengolah hasil olahan jamur” dengan nilai bobot
0.285.

Kata kunci : Strategi pemasaran, SWOT dan AHP.

I. PENDAHULUAN produk dan cara pemakaian, manfaat maupun


nilai gizi sangat membantu untuk konsumen
aaaaaKompetisi Dunia usaha saat ini semakin beralih ke produk yang dihasilkan.
meningkat dengan ketat, perusahaan produksi aaaaaStrategi Penjualan yang dilakukan dengan
maupun jasa yang ada di pasaran bisa memiliki strategi yang baik akan dapat menempatkan
keseragaman antara produk yang satu dengan produk pada posisi yang tepat dan menguasai
produk yang lain. Hal ini dapat terjadi karena pasar. Untuk itu persoalan manajemen
suatu produk yang laku ataupun sukses di pasar Pemasaran dalam bidang usaha menjadi salah
akan segera diikuti oleh para pesaing dengan satu bagian yang sangat penting dan
menghasilkan produk yang sejenis dengan berpengaruh terhadap penguasaan pasar.
produk yang sukses tersebut, untuk itu perlu Pemasaran adalah suatu cara yang dilakukan
adanya peningkatan didalam strategi oleh suatu jenis bidang usaha untuk
pemasaran perusahaan agar usaha tetap eksis di mengarahkan usahanya guna memuaskan
dalam percaturan pasar. konsumen dengan memperoleh keuntungan.
aaaaaBanyaknya produk sejenis yang terdapat aaaaaPenelitian ini bertujuan untuk
di pasar, membuat para konsumen dihadapkan menentukan strategi pemasaran pada
pada banyaknya pilihan kemasan kreativitas perusahaan dagang Multi Agribisnis dengan
dan kualitas terhadap produk yang diinginkan. melihat kekuatan dan kelemahan internal
Untuk itu informasi yang lengkap mengenai

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 353


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

perusahaan dengan mengkombinasikan a. Dekomposisi, yaitu menyusun hierarchy


peluang dan ancaman eksternal perusahaan. suatu permasalahan yang kompleks
menjadi lebih jelas dan detail.
II. METODE PENELITIAN b. Menentukan prioritas, AHP melakukan
Metode penelitian dilakukan melalui analisis prioritas dengan metode
tahapan –tahapan berikut ini : proses pertama perbandingan berpasangan
peneliti mengambil data dengan wawancara (parwise comparison) sehingga seluruh
langsung kepada pimpinan perusahaan elemen tercakup.
mengenai kondisi dan perkembangan c. Konsistensi Logis
perusahaan kemudian melakukan analisis AHP mengukur konsistensi menyeluruh
deskriptif bertujuan untuk mengetahui kondisi dari berbagai pertimbangan kita melalui
perusahaan secara umum dan kondisi aktual rasio konsistensi. Nilai konsistensi harus
perusahaan, analisis yang dilakukan meliputi: 10% atau kurang, jika ini lebih dari 10%,
a. Analisis eksternal dilakukan untuk pertimbangan itu mungkin agak acak dan
mengetahui kondisi perusahaan berkaitan perlu diperbaiki.
dengan lingkungan eksternalnya dari mulai Perhitungan konsistensi didasarkan pada
kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial, nilai consistency ratio (CR) yang didapat
budaya dan teknologi setelah itu hasil dari perbandingan antara consistency index
analisis kemudian dimasukan kedalam (CI) dengan random index (RI).
matrik Eksternal faktor evaluation (EFE). Rumus Consistensi Index ( CI)
b. Analisis internal dilakukan untuk
 max  n
mengetahui kondisi internal perusahaan CI 
dengan menganalisis aspek produksi, n 1
organisasi, pemasaran, manajemen
perusahaan dan factor kunci internal Secara umum Consistency Ratio (CR)
kemudian dimasukan kedalam matrik sama dengan consistency Index (CI)
Internal Faktor Evaluation (IFE). dibagi Random Index (RI). Atau
c. Setelah mendapatkan faktor kunci internal CR=CI/RI
dan eksternal, Total nilai matrik IFE
berkisar antara 1,0 (terendah) Hingga 4,0
(tertinggi) dan skor rata-rata 2,5. Total III. HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai lebih tinggi dari 2,5 menunjukan 3.1. Analisis Matrik EFE dan IFE
perusahaan dalam kondisi yang cukup aaaaaHasil dari analisis deskriptif mengenai
baik, sedangkan total nilai lebih rendah kondisi umum perusahaan baik Internal
dari 2,5 perusahaan berarti dalam keadaan maupun Eksternal setelah melalui kuesioner
lemah. Jika total skor 1 menunjukan bahwa kedalam bentuk matrik da pat dilihat pada
perusahaan tidak mampu menutupi tabel di bawah ini:
kelemahan yang ada dengan kekuatan yang Hasil total nilai bobot skor dari analisis
dimiliki. matriks EFE adalah 2,39 dengan total nilai
d. Tahap selanjutnya adalah pencocokan bobot skor peluang Sebesar 1,48 dan total nilai
dengan menggunakan matrik Internal- bobot skor ancaman sebesar 0,91. Hal ini
Eksternal (IE). menunjukkan bahwa perusahaan budidaya
e. Membuat matrik SWOT, matrik ini jamur Multi Agribisnis saat ini dapat
bertujuan untuk mencari alternatif strategi. merespon peluang dan ancaman dengan baik.
Dan strategi yang dihasilkan kemudian aaaaaHasil total nilai bobot skor dari analisis
dicari prioritasnya dengan matriks EFE ini adalah 2,75 hal ini
menggunakaan metode AHP. menunjukan bahwa kondisi internal
perusahaan budidaya jamur Multi Agribisnis
aaaaaPada tahap selanjutnya adalah pembobotan ini adalah berada pada kondisi rata-rata,
strategi bertujuan untuk mencari strategi-strategi dengan total nilai bobot skor kekuatan sebesar
yang paling prioritas diantara strategi yang 2,13 dan total nilai bobot skor kelemahan
diperoleh dari hasil analisis matrik SWOT dengan sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa
menggunakan metode AHP, pengolahan data pada perusahaan budidaya jamur Multi Agribisnis
langkah Analitical Hierarchy Proses. Dapat di saat ini dapat memanfatkan kekuatan dengan
gambarkan secara sederhana sebagai berikut : baik untuk mengatasai kelemahan yang ada

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 354


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3.2. Matrik IE 2. Membuat dan menambah hasil produksi


aaaaaaHasil total nilai tertimbang yang olahan makanan dari jamur.
didapatkan melalui kedua matriks, yaitu 3. Menambah area kumbung
matriks EFE dan matriks IFE kemudian 4. Meningkatkan penjualan
dipetakan pada matriks IE (Internal-
Eksternal) untuk mengetahui posisi Strategi W-O, menghasilkan :
perusahaan saat ini.Adapun posisi perusahaan 1. Menambah fasilitas Produksi
perusahaan budidaya jamur Multi Agribisnis 2. Membuat sistem pemasaran sediri
berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada 3. Membuat website Perusahaan
Gambar 4.1 berikut ini : 4. Menjalin sinergi dengan pemerintah terkait
program holtikultura.
Kuat. Rata-rata 2,0 lemah 1,0 Strategi S-T ,menghasilkan :
4,0 1. Bergabung dengan koperasi pengusaha
jamur.
Tinggi 2. Mengupayakan sertifikasi BPOM,
3,0 I II II Menciptakan pelayanan ramah dan image
perusahaan yang kuat.
Sedang
3. Menciptakan pelayanan ramah dan image
2,0 IV V VI
perusahaan yang kuat.
4. Kerjasama dengan investor
Rendah VII VII IX
1.0 Strategi W-O menhasilkan :
1. Penjadwalan tranportasi dan distribusi
secara optimal dan tepat waktu.
Gambar . 1 Matrik Internal –Eksternal (IE) 2. Memperbaiki sistem administrasi keuangan.
Aaaa 3. Penyebaran brosur iklan lebih banyak.
Dapat dilihat pada gambar matriks IE, bahwa 4. Melengkapi alat/mesin pengolahan.
perusahaan berada pada kuadran V, atau pada
posisi “jaga dan pertahankan”. Strategi yang
paling tepat pada divisi ini adalah penetrasi 3.4 .AHP ( Analitical Hierarchy Prosses)
produk dan pengembangan pasar. aaaaaaDalam pemilihan strategi dimana
masing masing kolom matrik SWOT
3.3. Matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi
Analisis matriks SWOT menggunakan hasil menjadikan perlu adanya penentuan prioritas
analisis yang didapatkan dari matriks EFE dan masing masing strategi untuk melakukan
matriks IFE. Matriks EFE mengidentifikasi program yang harus dijalankan terlebih dahulu
faktor-faktor eksternal perusahaan yang berdasarkan prioritas bobot yag diperoleh.
mencakup peluang dan ancaman, sedangkan aaaaaaPada pembahasan AHP ini bermaksud
matriks IFE mengidentifikasi faktor-faktor untuk menentukan prioritas antar strategi
internal perusahaan yang mencakup kekuatan yang didapat oleh hasil analisis matrik SWOT
dan kelemahan. diatas, dengan membandingkan masing
Setelah semua faktor yang dihasilkan dari masing strategi yang didapat oleh masing
matrik EFE dan IFE di masukan kedalam matrik masing kolom berdasarkan hasil dari
SWOT maka dapat ditemukan Strategi melalui kuesioner yang diisi oleh beberapa pihak
brainstorming SO yang menggunakn untuk manajemen dan pimpinan perusahaan
memamnfaatkan Peluang, Strategi WO sebagaimana dalam lampiran,
mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan a. Dekomposisi
Peluang, juga Strategi ST dengan menggunakan
kekuatan untuk menghindari Ancaman dan
strategi WT minimalkan kelemahan dan hindari
ancaman. Dari kombinasi Matrik SWOT diatas
menghasilkan beberapa strategi antara lain :
Strategi S-O, menghasilkan strategi:
1. Menambah kapasitas Produksi jamur

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 355


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

aaaaaaUntuk matrik perbandingan ini


Strategi merupakan hasil dari penjumlahan pemilih
dari masing masing responden. 4/7 merupakan
hasil dari perkalian masing masing isi dari
S-O S- W- W-T kuesioner kemudian di akar 1/5 karena jumlah
semua responden adalah lima responden,
T O
begitu juga untuk kolom yang lainnya dan
tabel kreteria ST, WO, dan WT dibawahnya.
SO SO2 SO SO4
1 3 Tabel 1. Matrik Perbandingan strategi

ST1 ST ST ST Kriteria S-O


2 3 4 SO1 SO2 SO3 SO4
SO1 1 4/7 2 5/7
WO WO WO WO 1
SO2 1 3/4 1 1/2 5/7
1 2 3 4 SO3 1/2 2/3 1 1 1/3
WT2 WT WT3 WT SO4 1 3/8 1 3/8 3/4 1
2 2 4
5
Gambar 2. Dekomposisi AHP strategi perusahaan 4 2/3 3 3/5 2/9 3 3/4
Multi Agribisnis

Keterangan : c. Menghitung Bobot Prioritas


Strength-Oportunity
SO1 = Menambah Kapasitas Produksi Jamur aaaaaaDalam menghitung bobot prioritas
SO2 = Membuat Produk hasil olahan jamur langkah pertama adalah mengisi kolom pertama,
SO3 = Menambah Area Kumbung hasil dari 0.215 diperoleh dari matrik
SO4 = Meningkatkan Penjualan Hasil olah pangan perbandingan pada kolom pertama yaitu 1 di
bagi dengan jumlah semua kolom kebawahnya
Stength –Treatment yaitu 4 2/3 = 0.215, begitu juga pada kolom
ST1 = Bergabung Dengan Koperasi kolom yang lainnya dan juga berlaku untuk
ST2 = Mengupayakan sertifikasi BPOM Matrik Strategi ST, WO, dan WT dibawahnya.
ST3 = Menciptakan pelayanan ramah dan image Sedangkan pada kolom Jumlah Hasil dari
perusahaan 0.937 diperoleh dari penjumlahan antara kolom
ST4 = Bekerjasama dengan Investor 1 SO1-SO4 pada baris pertama, Yaitu (0.215
+0.159+0.370+0.93) = 0.937. dan Pada kolom
Weakneses – Oportunity Bobot Prioritas 0.234 diperoleh dari kolom
WO1 = Menambah fasilitas Produksi jumlah (0.937) di bagi jumlah semua kolom
WO2 = Memasarkan Produk sendiri dengan sasaran yang ada yaitu (4) =0.234. dan ini berlaku untuk
mini dan supermarket semua tabel kriteria strategi di bawahnya dalam
WO3 = Membuat website perusahaan menentukan Bobot Prioritas.
WO4 = Menjalin sinergi dengan pemerintah, dinas- Strategi S-O
dinas terkait
Tabel 2. Menghitung bobot Prioritas
Weakneses – Strength Bobot
WT1= Penjadwalan transportasi dan distribusi SO1 SO2 SO3 SO4 Jumlah Prioritas
secara optimal 0.937
WT2=Memperbaiki sistem admindministrasi SO1 0.215 0.159 0.370 0.193 0.234
/komputerisasi administrasi SO2 0.376 0.277 0.292 0.193 1.138 0.285
WT3 = Penyebaran brosur iklan Lebih banyak
SO3 0.111 0.181 0.191 0.348 0.833 0.208
WT4 = Melengkapi mesin pengolahan.
SO4 0.297 0.383 0.146 0.266 1.092 0.273

b. Matrik Perbandingan 1.000 1.000 1.000 1.000

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 356


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

4.258 di peroleh dari 0.998/0.234(bobot prioritas)


=4.258. Nilai lamda (λ) diperoleh dari 15.115 /4
d. Menghitung Tingkat Konsistensi (jumlah kolom/ n) = 3.779. Nilai CI =( λ-n) / (n-1)
aaaaaaPenentuan rasio konsistnsi dimulai dengan atau (3779-4) /(3)= -0.074. sedangkan menentukan
menentukan/ mengisi kolom nilai perbandingan Consistency Ratio ( CR) adalah CR =CI/RI, dalam
atau 0.998 diperoleh dari (1x0.234)+(4/7 x hal ini RI= 0.90 sesuai dengan tabel orde matrik
0.785)+(2x0.208)+ (5/7x 0.273) = 0.998. begitu dibawah ini
juga untuk mengisi kolom dibawahnya dengan cara .
yang sama. Kemudian pada kolom selanjutnya

Tabel 3 Random Index Untuk Beberapa Orde Matrik


N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
juga berlaku pada tabel ST,WT, dan WO di
bawahnya dalam menentukan Ratio Consistency
Maka -0.074/0.90 = -0.0819. Umumnya jika CR< (CR).
dari 0.1 makadapat diterima atau konsisten. Begitu
Strength –Oportunity
JUMLAH
JUMLAH (S) RK< 0,1
Nilai (/)
perbandingan BOBOT
X BP. (P) l max CI RI konsisten
0.998 4.258 15.115
-
1.209 4.249 3.779 0.074 -0.0819 data
0.873 4.194 diterima
0.659 2.413
“Membuat sistem pemasaran sendiri dengan
sasaran pasar mini dan super market
Kreteria yang terpilih
“dengan jumlah bobot 0.314, kemudian strategi
Paling Peting/ yang kedua adalah dari kombinasi antara
Kriteria yang terpilih Prioritas Bobot Weakneses dan Treatment, yaitu Strategi
“Perbaikan sistem Administrasi perusahaan “
Strategi W-O WO2 0.314
dengan nilai bobot 0.313, dan untuk strategi
Strategi W-T WT2 0.313 selanjutnya adalah dengan bobot 0.312 yaitu
Strategi S-T ST2 0.312
strategi “mengupayakan sertifikasi dari BPOM, dan
Strategi S-O SO2 0.285 yang berikutnya adalah kombinasi antara kekuatan
dan peluang dengan strategi “Membuat dan
WO2 = Membuat sistem Pemasaran Sendiri dengan mengolah hasil olahan jamur” dengan nilai bobot
sasaran mini dan Super market 0.285.
WT2 = Memperbaiki Sistem Administrasi.
ST2 = Mengupayakan sertifikasi BPOM. IV. KESIMPULAN
SO2 = Membuat dan Menambah Produk hasil Perusahaan Multi Agribisnis terdiri dari dua
olahan. macam yaitu usaha pembudidayaan jamur dan
qqqqqqDari Pembahasan Proses Analisis olahan makanan. Berdasarkan hasil analisis yang
Hirarki di atas menghasilkan bobot masing dilakukan maka dapat di ambil beberapa
masing Strategi diantara keempat kolom kesimpulan sebagai berikut,
diatas untuk Prioritas pertama yaitu dari Strategi 1. Faktor eksternal yang menjadi peluang
Weakneses –Oportunity adalah strategi utama adalah pengetahuan masyarakat
yang meningkat akan gizi dan manfaat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 357


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

konsumsi jamur sedangkan yang menjadi DAFTAR PUSTAKA


ancaman kedepan usaha ini ketatnya
persaingan usaha jamur sehingga Anoraga Pandji. 2004. Manajemen Bisnis. Edisi
menuntut untuk terus berinovasi dan Ketiga. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta
menciptakan hasil olahan makanan yang
terbuat oleh bahan dasar jamur. Fandy Tjiptono.1997. Startegi Pemasaran. Edisi
Sedangkan faktor Internal yang menjadi kedua,Yogyakarta : Penerbit ANDI
kekuatan utama adalah mampu menjual Yogyakarta.
bibit dan produk yang berkualitas dengan
harga yang bersaing. Freddy Rangkuti.2002. Analisis SWOT teknik
2. Hasil pengolahan Metode AHP membedah kasusu bisnis. Jakarta: PT.
(Analitical Hierarchy Proses ) Gramedia
menghasilkan strategi yang prioritas dan Irawan, Faried wijaya, Sudjoni.1996.
sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu Pemasaran prinsip dan kasus. Edisi kedua.
bergabung dengan koperasi pengusaha Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta
jamur, memperbaiki sistem administrasi,
menambah produksi hasil olahan jamur, KOTLER PHILIP. 1997. Manajemen
dan melengkapi fasilitas produksi baik Pemasaran. Edisi I. penerbit pustaka utama
untuk pengolahan maupun mesin yang Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu.
lain. Edisi ketiga.Bogor: Penerbit Galia Indonesia.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 358


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PENAMBAHAN XXL FUEL BOOSTER TERHADAP


UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

Muhammad Abdulkadir dan Harianto

Dosen Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta


Jl. Babarsari Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
E-mail : makadir2011@gmail.com, harianto0304@yahoo.com

ABSTRAK

XXL Fuel Booster merupakan bahan aditif bahan bakar, yang dapat ditambahkan pada bensin maupun solar.
Penambahan bahan aditif ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan unjuk kerja motor-motor bakar, baik diesel
maupun motor bensin.
Telah dilakukan penelitian meliputi pengujian daya, torsi dan jarak tempuh yang bertujuan untuk mengkaji
pengaruh penambahan XXL Fuel Booster terhadap unjuk kerja mesin sepeda motor 4 (empat) langkah. Penelitian ini
menggunakan sepeda motor merk Honda Supra X 125 tahun 2010.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan XXL Fuel Booster tidak terjadi perubahan daya dan
torsi yang signifikan bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar bensin murni. Demikian juga dengan pengujian
jarak tempuh tiap liter bahan bakar, tidak ada perbedaan yag berarti bila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar
bensin murni, bahkan terjadi sedikit penurunan.

Kata kunci: XXL Fuel Booster, sepeda motor, bensin, unjuk kerja

PENDAHULUAN Berbagai cara mengatasi hal tersebut diatas


Motor bakar sangat berperan penting pada saat ini telah banyak digunakan sumber energi
dalam kehidupan manusia sebagai salah satu alternatif lain untuk mengurangi polusi serta dapat
penggerak mula (prime mover) dengan berbagai digunakan dalam jangka waktu lama dan
macam aplikasi di berbagai bidang antara lain diusahakan bahan bakar tesebut dapat diperbaharui.
dalam bidang transportasi, industri dsb. Motor Sebagai salah satu wujud usaha tersebut pada saat
bakar pada umumnya mengunakan bahan bakar ini muncul berbagai bahan bakar alternatif.
yang berasal dari minyak bumi. Walaupun sebagian Selain bahan bakar alternatif, saat ini
motor bakar telah menggunakan bahan bakar gas, sangat ramai dibicarakan dan diupayakan untuk
ataupun bahan bakar lainnya, namun demikian membuat bahan aditif yang membuat bahan bakar
bahan bakar minyak masih menjadi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dapat menghasilkan
utama. Mengingat persedian barang tambang tenaga yang maksimal dan konsumsi bahan bakar
tersebut tidak dapat diperbaharui sehingga jumlah yang seefisien mungkin dengan hasil gas buang
cadangan di alam terus berkurang, maka manusia yang ramah lingkungan. Berbagai macam produk
berusaha menciptakan sumber energi lain sebagai yang dibuat oleh produsen yang ditawarkan kepada
bahan bakar alternatif. konsumen, salah satunya adalah XXL Fuel Booster
Penggunaan bahan bakar minyak bumi yang saat ini banyak dibicarakan dan dipakai oleh
juga menimbulkan masalah lain yaitu pencemaran konsumen tingkat dunia.
udara sebagai akibat emisi gas buang, di antaranya Dalam brosur bahan aditif selalu
CO, HC, dan SO2, yang berasal baik dari diungkapkan bahwa bahan tersebut mampu
kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik. menghemat pemakaian bahan bakar dan
Sumber pencemaran udara terbesar berasal dari meningkatkan unjuk kerja mesin. Sebagai contoh
kendaraan bermotor. Polusi yang dihasilkan oleh dalam brosur yang dikeluarkan oleh produsen XXL
kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke Fuel Booster, penggunaan bahan aditif tersebut
tahun menunjukkan peningkatan. Bahkan kota mampu menghemat bahan bakar hingga 26,6 %
Jakarta tercatat sebagai kota dengan tingkat polusi untuk motor-motor bensin dan 10,25 % untuk
udara ke tiga terparah di dunia, setelah Meksiko dan motor-motor diesel.
Bangkok (wwww.pdpersi.co.id, 2008). (http://oldsite.situsotomotif.com, 2006). Bila harga
Polusi yang ditimbulkan dari pemakaian XXL Fuel Booster Rp 300.000,00 tiap liter dan
bahan bakar tersebut selain mencemari udara juga dengan pemakaian 1 cc fuel booster untuk tiap 1
mengakibatkan dampak negatif yang begitu nyata liter bensin, maka biaya bahan aditif untuk tiap liter
terhadap perubahan iklim, cuaca, serta suhu bensin adalah Rp 300,00. Dengan harga bensin di
lingkungan yang selalu berubah. Indonesia Rp 4.500,00 per liter dan dengan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 359


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

penghematan pemakaian 26,6 % maka tiap liter sering disebut motor bensin atau petrol dengan
penggunaan bensin dengan bahan aditif terjadi angka oktan riset adalah 88. Adapun untuk reaksi
penghematan sekitar Rp 900,00. Dari informasi ini pembakaran pada bensin premium adalah sebagai
nampaknya penggunaan bahan aditif akan sangat berikut :
menguntungkan bagi konsumen. Namun informasi C8H18 + 12,5 (O2 + 3,76 N 2 ) 8 CO2..
yang disampaikan oleh produsen bahan aditif
tersebut perlu dibuktikan, dengan penelitian yang
obyektif, tanpa disponsori oleh produsen atau agen + 12,5 x 3,76 N 2 + 9H2O ................................... (1)
penjualan. Hal ini dimaksudkan agar konsumen
tidak dirugikan dengan produk tersebut. Bahan aditif adalah bahan yang biasanya
ditambahkan ke bahan bakar guna meningkatkan
TINJAUAN PUSTAKA kwalitas pembakaran bahan bakar tersebut.
Bahan aditif XXL Fuel Booster adalah Beberapa bahan aditif yang biasa ditambahkan pada
bahan aditif yang terbuat dari bahan organik yang bensin antara lain Tetraethyl Lead (TEL), Senyawa
mampu memecah molekul hidrokarbon menjadi Oksigenat, Methylcyclopentadienyl Manganese
molekul-molekul yang lebih kecil, sehingga Tricarbonyl (MMT), Naphtalene, Etanol, XXL
mengasilkan pembakaran yang lebih baik dan Booster.
mampu meningkatkan efisiensi pemakaian bahan Tetraethyl Lead (TEL) adalah salah satu
bakar dan meningkatkan unjuk kerja mesin zat aditif yang masih digunakan di Indonesia hingga
(http://oldsite.situsotomotif.com., 2006). XXL Fuel saat ini. Timbal memiliki sensitivitas tinggi dalam
Booster dapat digunakan baik untuk motor-motor meningkatkan angka oktan, di mana setiap
bensin maupun motor-motor diesel. tambahan 0.1 gram timbal per 1 liter bensin mampu
Dari hasil pengujian menaikkan angka oktan sebesar 1.5 - 2 satuan angka
(http://oldsite.situsotomotif.com., 2006) oktan. Di samping itu, timbal merupakan komponen
membuktikan bahwa pada motor-motor bensin dengan harga relatif murah untuk kebutuhan
mampu menghemat bahan bakar 26,62 %, peningkatan 1 satuan angka oktan dibandingkan
mengurangi emisi gas buang 32,69 % dan dengan menggunakan senyawa lainnya.
meningkatkan daya 4,6 – 8,4 %; sedangkan untuk Pertimbangan lain adalah bahwa pemakaian timbal
motor-motor diesel mampu mengemat pemakaian dapat menekan kebutuhan aroma sehingga proses
bahan bakar 10,25 %, mengurangi emisi gas buang produksi relatif lebih murah dibandingkan produksi
16, 43 % dan meningkatkan daya 2,7 – 9,4 %. bensin tanpa timbal. Dampak positif lainnya bahwa
Penelitian dengan menggunakan mesin adanya timbal dalam bensin juga bermanfaat
Honda Civic Genio 1590cc menunjukkan bahwa dengan kemampuannya memberikan fungsi
dengan menggunakan XXL Fuel Booster mampu pelumasan pada dudukan katup dalam proses
meningkatkan daya 6,26 %, meningkatkan torsi pembakaran khususnya untuk kendaraan produksi
8,94 % dan perbaikan emisi gas buang 39,92 %; tahun lama. Adanya fungsi pelumasan ini akan
sedangkan dengan menggunakan mesin Toyota mengakibatkan dudukan katup terlindung dari
Kijang van 2446 cc diesel menunjukkan terjadi proses keausan sehingga lebih awet - untuk mobil
peningkatan daya 6,74 %, peningkatan torsi 8,14%, yang diproduksi tahun lama.
perbaikan emisi gas buang 37 % dan penghematan Kerugian pemakaian timbal pada mesin
pemakaian bahan bakar 26,6 % (Brosur XXL Fuel kendaraan adalah timbulnya kerak - deposit sisa
Booster, 2006). pembakaran yang menumpuk pada sistem
Pengujian yang dilakukan oleh BPPT pembuangan maupun pada ruang pembakaran
(XXLFuelBooster.com, 2010), tanpa menyebutkan (combustion chamber). Apabila kerak ini semakin
jenis mesin yang diuji, menunjukkan bahwa dengan membesar akan berdampak pada menurunkan
pemakaian XXL Fuel Booster mampu menghemat kinerja mesin. Kerugian lain akan penggunaan
pemakaian bahan bakar 26,62 %, mengurangi emisi timbal adalah menghasilkan gas buang yang dapat
gas CO 35,3 % dan mengurangi emisi gas HC 39,92 mengganggu kesehatan, mengingat bahwa timbal
%. termasuk jenis logam berat.
Bahan bakar untuk motor bensin yang Senyawa oksigenat adalah senyawa
umum digunakan saat ini adalah Premium. Bahan organik cair beroksigen yang dapat dicampur ke
bakar ini merupakan dari salah satu fraksi dari dalam bensin untuk menambah angka oktan dan
penyulingan minyak bumi, dengan rumus kimia iso kandungan oksigennya. Senyawa Oksigenat antara
oktana (C8H18). Premium adalah bahan bakar jenis lain seperti : senyawa alkohol (metanol, etanol,
distilat bewarna kuning akibat adanya zat berwarna isopropil alkohol) dan eter (Metil Tertier Butil Eter
tambahan. Penggunaan premium pada umumnya (MTBE), Etil Tertier Butil Eter (ETBE) dan Tersier
adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor Amil Metil Eter (TAME)). Selama pembakaran,
bermesin bensin seperti mobil, sepeda motor, oksigen tambahan di dalam bensin dapat
generator set, dan lain-lain. Bahan bakar ini juga mengurangi emisi karbon monoksida, CO dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 360


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

material- material pembentuk ozon atmosferik pada kalor etanol sekitar 67% nilai kalor bensin, hal ini
gas buang. Selain itu senyawa oksigenat juga karena adanya oksigen dalam struktur etanol. Untuk
memiliki sifat-sifat pencampuran yang baik dengan mendapatkan energi yang sama dengan bensin
bensin. Semua oksigenat mempunyai angka oktan Jumlah etanol yang diperlukan akan lebih besar.
di atas 100 dan berkisar antara 106 RON untuk Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan
TBA dan 122 RON untuk metanol. Penggunaan campuran menjadi lebih ‘miskin/lean’ jika
alkohol sebagai zat aditif pengganti TEL masih dibandingkan dengan bensin sehingga kebutuhan
terbatas karena beberapa masalah antara lain udara untuk pembakaran cam puran bensin dengan
tekanan uap dan daya hidroskopisnya yang tinggi. etanol sebagai bahan bakar menjadi lebih sedikit,
Oleh karena itu senyawa eter lebih banyak Etanol memiliki panas penguapan (heat of
digunakan daripada alkohol. Senyawa eter yang vaporization) yang tinggi. Ketika menguap etanol
telah banyak digunakan adalah MTBE, sedangkan akan memerlukan panas yang lebih besar, dimana
ETBE dan TAME masih terbatas karena teknologi panas ini akan diserap dari silinder sehingga
prosesnya masih belum banyak dikembangkan. dikhawatirkan temperatur puncak akan rendah.
Metanol memiliki angka oktan yang tinggi Etanol menyebabkan penurunan temperatur berkisar
dan mudah didapat dan penggunaannya sebagai antara 20-40 F.
aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara. Etanol memiliki satu molekul OH dalam
Namun perbedaan struktur molekul metanol yang susunan molekulnya. Oksigen yang inheren didalam
sangat berbeda dari struktur hidrokarbon bensin molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan
menimbulkan permasalahan dalam penggunaannya, pembakaran antara campuran udara bahan bakar
antara lain kandungan oksigen yang sangat tinggi dalam silinder. Semakin sempurna pembakaran
dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar. Nilai maka emisi UHCnya akan semakin rendah.
bakarnya pun hanya 45% dari bensin. Etanol Ditambah dengan rentang keterbakaran
memiliki angka oktan yang hampir sama dengan (flammability) yang lebar yakni 4.3-19 vol
metanol. Daya toleransi etanol terhadap air lebih dibandingkan dengan bensin yang memiliki rentang
baik daripada metanol. Di negara-negara yang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol, pembakaran campuran
mempunyai kelebihan produksi pertanian etanol udara –etanol menjadi lebih baik. Hal inilah yang
dibuat dari fermentasi produk pertanian. dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya
Methylcyclopentadienyl Manganese emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-
Tricarbonyl (MMT) adalah senyawa organologam gasolin. Adapun reaksi pembakaran 1 kilo mol
yang digunakan sebagai pengganti bahan aditif etanol dengan udara adalah sebagai berikut :
TEL. Penggunaan MMT hingga 18 mg Mn/liter C2H5OH + 3 (O2 + 3,76N2) → 2 CO2 +
bensin dapat meningkatkan angka oktan bensin 3 H2O + 11,3 N2 ....................(2)
sebesar 2 poin, namun masih kurang Karena temperatur puncak dalam silinder
menguntungkan jika dibandingkan dengan lebih rendah dibanding dengan pembakaran bensin,
peningkatan angka oktan yang lebih tinggi yang maka emisi NOx, yang dalam kondisi atmosfer akan
dihasilkan senyawa oksigenat. Dalam penerapannya membentuk NO yang bersifat racun, juga akan
2
MMT memiliki tingkat toksisitas yang lebih rendah turun. Selain itu pendeknya rantai karbon pada
daripada TEL. etanol menyebabkan emisi HC pada pembakaran
Naftalena adalah salah satu komponen etanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan
yang termasuk benzena aromatic hidrokarbon, bensin yakni berselisih hingga 130 ppm (Yuksel
tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena. Sifat- dkk, 2004).
sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran yang
baik, mudah menguap sehingga tidak meninggalkan XXL Booster adalah salah satu bahan
getah padat pada bagian-bagian mesin, aditif bahan bakar dengan bahan dasar dari tumbuh-
meningkatkan angka oktan, dll. Penggunaan tumbuhan, yaitu dari 100% bahan organik dan
Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal berasal dari buah kelapa sawit dan tidak
karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat mengantung bahan kimia. XXL booster diciptakan
ini memang belum diketahui akibat buruk untuk meningkatkan angka oktan dan membuat titik
penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan nyala bahan bakar menjadi lebih tinggi sehingga
kesehatan, namun ia relatif aman untuk digunakan dapat mengurangi detonasi dalam mesin. juga
Etanol sering juga disebut etil alkohol (C2 dapat mengurangi temperatur dalam ruang bakar,
H5 OH), bersifat cair pada temperatur kamar. Etanol melindungi ruang bakar, meningkatkan tenaga dan
dapat dibuat dari proses pemasakan, fermentasi dan performa mesin membuat konsumsi bahan bakar
distilasi beberapa jenis tanaman seperti tebu, menjadi lebih ekonomis serta ramah lingkungan.
jagung, singkong atau tanaman lain yang XXL Fuel Booster juga membuat mesin mudah di
kandungan karbohidatnya tinggi. Etanol memiliki sart, membuat konsumsi bahan bakar menjadi lebih
angka oktan yang lebih tinggi daripada bensin yaitu irit, mengurangi kadar karbon pada gas buang,
research octane 108 dan motor octane 92. Nilai mengurangi panas mesin, mengurangi tingkat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 361


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kebisingan mesin, memudahkan perawatan mesin yang dihasilkan oleh mesin supra 125 turun sebesar
(http://xxlfuelbooster.com/features.htm.) 1,03% dari daya maksimal 9,6 hp pada putaran
XXL Fuel Booster dapat digunakan untuk 6935 rpm untuk bensin bercampur XXL Fuel
berbagai macam motor bakar yang mengunakan Booster dan 9,7 hp pada putaran 6992 rpm untuk
bahan bakar yang bermacam-macam yang memiliki bensin murni. Jika dilihat dari pencapaian daya
rantai hidrkarbon, (bensin,diesel, menyak pelumas maksimal memang untuk penggunaan bensin
produksi pabrikan, mesin jet dengan bahan bakar bercampur XXL Fuel Booster daya maksimal yang
kerosene, dll), mencapurkan XXL akan mengubah dicapai menurun akan tetapi pencapaian putaran
kualitas bahan bakar dengan perbandingan untuk menghasilkan putaran maksimal menjadi
pemakaian campuran 1 liter bahan bakar (1:1000 lebih cepat.
untuk bensin, dan 1:800 untuk desel
(http://xxlfuelbooster.com/features.htm).
XXL Fuel Booster setelah dicampurkan ke
dalam bahan bakar akan memecah rantai
hidrokarbon bahan bakar dan akan membuat raitai
ikatan baru yang lebih kecil sehingga proses
pembakaran bahan bakar menjadi lebih baik.
Berikut diberikan gambaran reaksi XXL Fuel
Booster dengan bahan bakar.

METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini
meliputi :
1. Tahap persiapan,
2. Tahap pengambilan data,
3. Tahap analisis,
4. Tahap penyusunan laporan.
Dalam tahap persiapan dilakukan studi Gambar 1.Grafik daya vs putaran dari pemakaian
pustaka, observasi, dan pengadaan bahan dan bensin murni dan bensin bercampur XXL Fuel
peralatan. Dalam tahap pengambilan data dilakukan Booster
pengukuran-pengukuran unjuk kerja mesin, yang
meliputi putaran, torsi, daya dan konsumsi bahan Jika diperhatikan maka dengan adanya
bakar. Dalam tahap analisis dilakukan perhitungan- pencapaian daya maksimal dari putaran yang relatif
perhitungan untuk menentukan korelasi matematis rendah maka laju kendaraan untuk mencapai
antara putaran dengan torsi, daya dan konsumsi kecepatan maksimal semakin cepat pula. Dengan
bahan bakar, baik pada kondisi berbahan bakar adanya campuran XXL Fuel Booster kedalam
bensin murni maupun setelah dicampurkan XXL bensin maka detonasi yang terjadi dalam ruang
fuel booste. Dari hasil analisis kemudian dikaji bakar dapat dikurangi hal ini dapat dilihat dari
lebih lanjut berdasarkan teori dan hasil-hasil pencapaian daya maksimal dari putaran yang
penelitian terdahulu. terjadi. Daya suatu kendaran dapat tercapai secara
Peralatan penelitian yang digunakan dalam maksimal jika pembakaran dalam ruang bakar
penelitian ini adalah : terjadi tepat pada waktunya dan campuran bahan
1. Sepeda motor, bakar dengan udara dapat terbakar secara sempurna.
2. Dynotester, Dari tabel dan grafik diatas memperlihatkan dengan
3. Speedometer mencampurkan XXL FUEL BOOSTER ke dalam
4. Alat-alat bantu. bensin maka pencapaian daya dapat terjadi lebih
Sedangkan bahan yang digunakan adalah bensin cepat.
dan XXL Fuel Booster. Pencampuran XXL Fuel Booster kedalam
bahan bakar yang menyebabkan daya maksimal
yang dicapai oleh mesin berkurang disebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN putaran mesin dari kendaraan dengan silinder
Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar- tunggal adalah sangat tinggi dan waktu untuk
gambar 1, 2, dan 3. terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan
Dari Gambar 1dapat dilihat bahwa selisih udara sangat cepat, sedangkan dengan adanya
daya yang dihasilkan dari pemakaian 2 bahan bakar campuran XXL Fuel Booster kedalam bensin
yang berbeda menghasilkan perbedaan daya dengan menyebabkan nilai titik bakar bahan bakar menjadi
selisih yang tidak begitu siknifikan atau tidak lebih tinggi. Sehingga untuk mendapatkan
terpaut jauh. Penggunaan XXL Fuel Booster yang pembakaran yang maksimal dibutuhkan kalor yang
dicampurkan kedalam bensin mengakibatkan daya lebih besar, atau dengan kata lain pemberian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 362


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

campuran XXL Fuel Booster kedalam bensin kurang


sesuai dengan spesifikasi kendaraan.
Hasil uji torsi ditunjukkan pada Gambar 2.
Dari Gambar 2, terlihat bahwa torsi
maksimal yang dihasilkan oleh mesin supra x 125
dari pemakaian bensin bercampur XXL Fuel
Booster dibanding dengan pemakaian bensin murni
sebagai bahan bakar turun sebesar 2,258% dari
11,07 Nm2 menjadi 10,82 Nm2. Turunnya torsi
mesin disebabkan karena pembakaran dari bensin
bercampur XXL FUEL BOOSTER kurang sesuai
dengan spesifikasi mesin yang digunakan oleh
supra x 125 ini. Pencapaian torsi maksimal
kendaraan berada dalam putaran 5459 rpm untuk
pemakaian bensin sebagai bahan bakar kendaraan. Gambar 3. Hasil uji konsumsi bahan bakar terhadap
Sedangkan untuk pemakaian bensin dengan jarak tempuh
campuran XXL FUEL BOOSTER pencapaian torsi
maksimal pada putaran 5250 sampai 5500 rpm. Dari hasil pengujian jarak tempuh yang
Semakin besar putaran mesin semakin kecil pula telah dilakukan ( Grafik 3. ) dapat dilihat dari hasil
torsi yang dihasilkan oleh kendaraan, hal ini jarak tempuh kendaraan, pemakaian bensin murni
dikarenakan semakin besar putaran mesin sebagai bahan bakar kendaraan menghasilkan jarak
diharapkan semakin besar pula daya mesin yang tempuh yang lebih jauh dari pada pemakaian bensin
dihasilkan sehingga laju kecepatan kendaraan dapat sebagai bahan bakar dibandingkan dengan
terus bertambah. Torsi dihasilkan oleh sebuah pemakaian bensin bercampur XXL FUEL
mesin pada putaran yang relatif kecil dan akan BOOSTER. Hal ini disebabkan karena daya dan
mencapai maksimal dan setelah itu akan turun torsi yang dihasilkan oleh mesin lebih besar dengan
seiring dengan bertambah besarnya putaran mesin. mengunakan bensin sebagai bahan bakar
dibandingkan dengan pemakaian bensin bercampur
dengan XXL FUEL BOOSTER.
Pengunaan bensin sebagai bahan bakar
menghasilkan jarak tempuh yang lebih jauh dari
pada pengunaan bensin bercampur dengan XXL
FUEL BOOSTER dikarenakan daya dan torsi yang
dihasilkan oleh mesin supra x 125 lebih besar
mengunakan bensin. Jika daya dan torsi yang
dihasilkan lebih besar maka akan membutuhkan
volume bahan bakar yang relatif sedikit atau dengan
kata lain dengan putaran yang relative rendah, maka
daya dan torsi yang diperlukan untuk mencapai
kecepatan sesuai variable yang diinginkan
cenderung lebih kecil putaran mesinnya.
Untuk menghasilkan putaran yang besar
atau tinggi maka volume bahan bakar yang
Gambar 2. Torsi vs putaran mesin dari pemakaian disemprotkan kedalam ruang bakar akan lebih besar
bensin murni dan bensin bercampur XXL Fuel dari pada untuk menghasilkan putaran yang lebih
Booster kecil. Semakin besar kecepatan kendaraan maka
konsumsi bahan bakar akan menjadi lebih boros.
Dari hasil uji jalan diperoleh grafik sebagai Dengan volume bahan bakar yang ralitf kecil maka
terlihat pada Gambar 3. ledakan yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar akan menghasilkan daya dorong yang kecil,
untuk menghasilkan putaran yang besar maka daya
dorong yang dihasilkan oleh pembakaran harus
besar pula dan dibutuhkan jumlah bahan bakar yang
besar pula, hal inilah yang menyebabkan kenapa
semakain besar putaran mesin dan kecepatan
kendaraan yang semakin tinggi akan mengakibatkan
konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.
Dari hasil uji konsumsi bahan bakar yang
dilakukan dengan cara uji jalan memperlihatkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 363


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bahwa pemakaian bensin murni sebagai bahan SARAN


bakar speda motor supra X 125 lebih bagus dari Berdasarkan hasil penelitian ini dan
pada pemakaian bensin bercampur XXL Fuel penelitian yang disampaikan oleh produsen XXL
Booster. Hal ini disebabkan spesifikasi mesin yang Fuel Booster, maka disarankan kepada konsumen
digunakan oleh sepeda motor supra X 125 lebih bahan aditif, khususnya konsumen XXL Fuel
cocok atau pas jika mengunakan bahan bakar bensin Booster serta masyarakat pengguna bahan bakar
murni. pada umumnya untuk berhati-hati dalam memakai
bahan aditif bahan bakar. Sebelum memutuskan
KESIMPULAN untuk memakai, sebaiknya diuji terlebih dahulu
XXL Fuel Booster adalah salah satu bahan mengenai hasil guna dan daya guna bahan tersebut.
aditif bahan bakar dengan bahan dasar dari tumbuh- Disarankan juga untuk tidak terlalu percaya dengan
tumbuhan, yaitu dari 100% bahan organik dan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh
berasal dari buah kelapa sawit dan tidak perusahaan atau penelitian atas sponsor perusahaan
mengantung bahan kimia. Bahan ini diciptakan produsen bahan tersebut.
untuk meningkatkan angka oktan dan membuat titik
nyala bahan bakar menjadi lebih tinggi sehingga UCAPAN TERIMAKASIH
dapat mengurangi detonasi dalam mesin. Dari hasil Terima kasih kepada Laboratorium Jurusan
penelitian dengan menggunakan mesin sepeda Teknik Mesin STTNAS dan laboratorium
motor merk Honda Supra X 125 tahun 2010 MOTOTECH yang telah memfasilitasi penelitian
menunjukkan bahwa dengan penambahan XXL Fuel ini.
Booster pada bensin tidak terjadi perubahan unjuk
kerja yang siknifikan bila dibandingkan dengan
menggunakan bahan bakar bensin murni. Kenaikan DAFTAR PUSTAKA
daya maksimum hanya sebesar 1,03 % bila Pusat data & Informasi PERSI, 2008,
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar www.pdpersi.co.id
bensin murni. Sedangkan dari hasil pengujian jarak Rama P., Kartika N., Praptiningsih G., Adinurani,
tempuh tiap liter bahan bakar, menunjukkan sedikit Dwi S., Sigit S., Roy H., 2007, Bioetanol Ubi
penurunan, terutama pada kecepatan 40 km/jam, Kayu : Bahan Bakar Masa Depan, AgroMedia
sedangkan pada kecepatan 60 km/jam tidak terjadi Pustaka, Jakarta
kenaikan yang siknifikan. Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati,
Hasil penelitian ini ternyata sangat 2006, Blue Print Pengembangan Bahan Bakar
berbeda dengan hasil-hasil penelitian yang telah Nabati untuk Percepatan Pengurangan
dilakukan sebelumnya, yang menunjukkan kenaikan Kemiskinan dan Pengangguran, Timnas
efisiensi yang cukup tinggi adanya penambahan Pengembangan BBN, Jakarta
XXL Fuel Booster. Mungkin penelitian-penelitian
tersebut atas sponsor dari perusahaan produsen Universitas Tri Sakti (2006) dalam
bahan aditif ini, sehingga hasilnya kurang obyektif. http://xxlfuelbooster.com/features.htm, 2010
Venture Sdn. Bhd. (533949-M) 2006, XXL Bio-fuel
Enchancer Fuel for the Future.
http://oldsite.situsotomotif.com/tips-
perawatan-plus/pengetahuan-umum/dyno-test-
%11-uji-kemampuan-si-kuda-besi/, 2010

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 364


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENELITIAN REKAYASA KOMPOR WAJAN LISTRIK BATIK CAP

Suharyanto

Badan Pengkajian Kebijakan dan Mutu Industri


Kementererian Perindustrian Republik Indonesia
Jl. Kusumanegara No. 7. Yogyakarta
haryantov220@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian rekayasa kompor wajan listrik batik cap . Krisis energi dan kebijakan konversi dari minyak tanah ke
gas oleh pemerintah menyebabkan pengrajin batik cap mengalami kesulitan untuk bersaing di pasar global. Perajin batik cap
selama ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utama pada kompor untuk mencairkan liln batik perintang
pewarnaan pada proses pembatikan . Dengan program konversi energi tersebut pengrajin batik mengalami penurunan produksi
dan daya saing. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan merancang dan membuat kompor
wajan cap listrik menggunakan sistem pemanasan secara konduksi. Hasil penelitian adalah sebuah prototype kompor wajan
listrik batik cap dengan spesifikasi daya listrik 700 Watt, tegangan listrik 220 Volt, frekuensi 50 Hz . Dari hasil pengujian
menunjukkan bahwa kompor wajan listrik batik cap hasil rekayasa mampu mencairkan lilin batik dengan baik pada rentang
suhu 85 0 C – 95 0 C dan penghematan konsumsi energi atas penggunaan kompor wajan listrik batik cap adalah sebesar 90,14
% bila dibandingkan dengan menggunakan kompor wajan cap yang berbahan bakar minyak tanah.

Kata kunci : rekayasa, kompor wajan cap, listrik, batik.

PENDAHULUAN Tujuan
Latar Belakang Penelitian rekayasa ini bertujuan untuk
Ketergantungan masyarakat perajin batik cap merancang dan membuat kompor wajan listrik batik
terhadap kompor minyak tanah sangat tinggi. Sejak cap menggunakan energi listrik yang effisien dan
kebijakan yang digulirkan pemerintah mengkonversi effektif.
minyak tanah ke LPG maka sejak itu pula
kelangsungan wirausahawan batik cap dikalangan Sasaran
Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) terancam Kompor Wajan listrik batik cap diharapkan
gulung tikar. Kelangkaan dan mahalnya minyak tanah mampu menjadi solusi bagi Usaha Mikro Kecil dan
sebagai bahan bakar utama kompor minyak tanah Menengah khususnya pengrajin batik cap dalam
yang digunakan perajin batik cap untuk mencairkan menghadapi kelangkaan dan mahalnya bahan bakar
liin batik sebagai perintang zat pewarna pada proses minyak tanah serta mendukung program pemerintah
pengecapan menyebabkan para perajin batik cap tidak dalam rangka menurunkan emisi global warming.
mampu melangsungkan usahanya. Apalagi untuk
bersaing di pasar global, dan bahkan gulung tikar dari Ruang Lingkup
usahanya sebagai perajin batik cap. Penelitian Ruang lingkup dalam perekayasaan ini
rekayasa ini bertujuan untuk merancang dan membuat meliputi : studi literatur yaitu mempelajari hasil–
kompor wajan listrik batik cap yang hemat energi dan hasil penelitian terdahulu untuk dijadikan referensi
sumber energi yang digunakan cukup tersedia serta dalam perekayasaan, pengumpulan data dilakukan
bisa digunakan sebagai subtitusi kompor minyak untuk mengetahui variable apa saja yang diperlukan
tanah. Teknologi yang digunakan adalah dalam perekayasaan perancangan dan pembuatan
memanfaatkan panas dari sumber panas (heater) yang kompor wajan listrik batik cap. Kemudian dilkaukan
dibuat sedekat mungkin (sistem konduksi) dengan perancangan untuk mendapatkan disain yang
wajan cap sebagai media pencair lilin batik sehingga ergonomis, pemakaian energi yang minimalis dan
diperoleh effisiensi yang tinggi dan tidak banyak pengoperasian serta perawatan yang mudah.
energi yang terbuang.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 365


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Selanjutnya dilakukan pembuatan berikut uji coba adalah limbah alumunium yang dirancang sebagai
dari hasil perekayasaan tersebut. wajan tempat lilin, thermostat sebagaipengatur suhu,
rangkaian pengatur tegangan untuk mengatur daya
listrik yang dikehendaki, lampu indikator sebagai
Hasil Yang Diharapkan penanda kompor hidup dan mati , pemanas type
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini tubular sebagai sumber panas dan pipa black steel
adalah sebuah prototype kompor wajan listrik batik yang digunakan sebagai body kompor untuk dudukan
cap yang effisien dan mampu menggantikan wajan wajan cap.
kompor batik cap berbahan bakar minyak tanah atau
yang lainnya. Alat
Proses penelitian rekayasa kompor wajan
TINJAUAN PUSTAKA listrik batik cap memerlukan peralatan bantu untuk
Perekayasaan untuk mengatasi permasalahan mewujudkan desain rancangan dan pembuatan
kelangkaan dan mahalnya minyak tanah sebagai prototype. Adapun alat dimaksud diantaranya adalah
bahan bakar utama pada kompor pernah dilakukan Saeperangkat komputer dengan soft ware Auto Cad
oleh Taufik dkk.(BPPT 2010) dengan inovasinya dan Finite Element, multimeter , Osiloskop, sebagai
yang berjudul kompor batik effisien , namun hasilnya alat ukur , Gergaji mesin, Meisn Las, Mesin bubut
masih belum optimal karena sistem pemanasannya yang dipergunakan untuk pembuatan perekayasaan
mengguankan sistem radiasi dengan sumber panas wajan kompor listrik batik cap.
belitan nikelin (spiral) terbuka sehingga masih
banyak energi yang terbuang dan pemanas mudah Metode
sekali putus ( rusak). Nurul Eksanti (1996) juga telah Penelitian rekayasa kompor wajan listrik
melakukan penelitian dengan judul ”Bio Etanol batik cap dilaksanakan di Laboratorium Engineering
Sebagai Bahan Bakar Kompor” hasilnya Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Kecuali
menunjukkan bahwa kompor Bio etanol cukup satu hal yaitu wajan cap dicetak di pengrajin
effisien dibandingkan dengan kompor minyak tanah, almunium di Kampung Nitikan Kotagede Yogyakarta
tetapi masyarakat terkendala dalam proses pembuatan dengan material seperti yang biasa digunakan oleh
gas bio etanol. Penggunaan kompor gas berbahan pengrajin tersebut yaitu limbah aluminium yang
bakar LPG yang dijadikan program konversi energi dicetak sesuai dengan pesanan dari pemesan.
oleh pemerintah akhir-akhir ini menimbulkan Beberapa data diperoleh dari pengrajin yang
ketakutan di kalangan masyarakat, hal tersebut dilakukan dengan interfiew untuk mendapatkan
dikarenakan adanya banyak kejadian ledakan yang variabel apa saja yang diperlukan dalam perancangan
terjadi diberbagai daerah akibat kebocoran gas. dan pembuatan kompor wajan listrik batik cap. Agar
Keengganan masyarakat khususnya pengrajin batik penelitian Rekayasa ini dapat terlaksana dengan baik
cap menggunakan kompor Gas disamping masalah sesuai dengan perencanaan maka disusunlah diagram
tersebut juga disebabkan karena harga LPG juga terus alur proses penelitian perekayasaan sebagaimana
mengalami kenaikan, sehingga program tersebut terlihat pada gambar 1. berikut :
belum diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Oleh
karena itulah dalam penelitian rekayasa ini perlu
dilakukan terobosan inovasi untuk mencari alternatif
pengganti kompor wajan cap minyak tanah yang lebih
effisien, efektif dan terjangkau sehingga dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para
pengrajin khususnya IKM batik cap.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam perekayasaan
diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian yaitu bahan
dan alat.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
rekayasa kompor wajan listrik batik cap diantaranya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 366


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Start Perancangan rekayasa kompor wajan listrik


batik cap dilakukan dengan bantuan software Auto
Identifikasi Cad untuk memperoleh gambar desain yang akan
masalah diwujudkan. Adapun gambar desain tersebut
sebagaimana disajikan pada Gambar 2. berikut:
Kualitas dan kuantitas Bahan bakar minyak
kain batik menurun mahal dan langka

Perlu Perlu energy


Pemberdayaan alternatif
KainUMKM
batikbatik Kain batik
Inovasi kompor listrik
Hemat Energi

Observasi &
interview
KainUMKM
batik
Gambar 2. Desain kompor wajan listrik batik cap
Perancangan
&Pembuatan Wajan (1) terbuat dari limbah aluminium
Tidak Kain batik yang dicetak menggunakan moulding dengan ukuran
P
Hasil yang sudah ditentukan yaitu diameter 40 Cm, tinggi 5
sesuai Cm dan ketebalan wajan 0,65 Cm, pemanas (2)
Ya
Kain batik terbuat dari lilitan nikelin yang dimasukkan dalam
Pengujian selubung pipa dengan diameter 1 Cm dengan jenis
Kain tubular heater 700 watt (exs china), Lampu
indikator(3) difungsikan sebagai penanda bahwa ada
batik
PATEN
arus yang mengalir masuk ke pemanas jika lampu
dalam kondisi hidup (”On), Body atau Casing (4)
Sosialisas sebagai tumpuan wajan cap serta pelindung
ii komponen pengatur tegangan agar tidak tersentuh
End oleh manusia, Thermostat (5) sebagai pengatur suhu
yang dikehendaki untuk pengecapan, Saklar (6)
Kain berfungsi untuk meng-hidup dan matikan kompor
Gambar 1. Diagram alur proses rekayasa kompor wajan listrik batik cap sesuai dengan yang
batik
wajan listrik batik cap. dikehendaki. Sedangkan Kaki (8) adalah merupakan
tumpuan dari keseluruhan badan kompor wajan listrik
Penelitian rekayasa diawali dengan membuat batik cap agar secara ergonomis menarik untuk
rancangan terlebih dahulu dan mensimulasi sistem dipandang.
pemanasan menggunakan software finite elemen Perancangan kompor wajan listrik batik cap
untuk mengestimasi rambatan panas dari sumber ini dilengkapi dengan pengatur tegangan yang
panas sampai ke wajan cap sebagai media pencair digunakan untuk mengontrol tegangan masuk ke
lilin batik. Selanjutnnya rancangan tersebut pemanas (heater) menggunakan pengaturan tegangan
diwujudkan dengan membuat prototipe (kompor AC. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur besaran
wajan cap) dan dilanjutkan dengan uji coba untuk daya yang disuplay kepemanas kompor. Adapun
mendapatkan setingan pengatur daya masuk ke rangkaian selengkapnya sebagaimana terlihat pada
kompor sehingga didapatkan panas lilin batik yang Gambar 3. berikut :
sekualitas dengan jika menggunakan kompor minyak
tanah. Uji coba dilakukan dengan mencoba kompor
hasil rekayasa untuk pembuatan batik cap kemudian
dibandingkan dengan hasil batik cap yang
menggunakan wajan serta kompor minyak tanah
dalam proses pembuatannya. Hasil uji coba dicatat
dan dianalisa untuk mengetahui tingkat effisiensi dan
efektifitas hasil perrekayasaan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 367


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

VR

D
C
F

IN PUT H L1 L2
220 V , 50
Hz
S

TS

Gambar 4. Hasil rekayasa kompor Wajan listrik


batik Cap.
Gambar 3. Diagram rangkaian pengaturan
tegangan AC Adapun spesifikasi kompor wajan listrik
batik cap hasil rancang bangun disajikan pada tabel
Prinsip kerja dari rangkaian pada Gambar 3. sebagai berikut :
Adalah sebagai berikut; jika tegangan AC 220 V
dihubungkan ke input rangkaian pengatur tegangan Tabel 1. Spesifikasi kompor wajan listrik batik
AC maka tegangan Out put akan diatur oleh sudut cap.
picu yang di trigerkan melalui gate Triac (T) dan Catu daya listrik : 110 - 220 Volt AC,1
besar kecilnya tegangan Out put akan mengikuti Fase
persamaan berikut . Daya listrik : 700 Watt
Pengatur panas : Elektronis
Panas yang dihasilkan : 85 – 135 0 C
Diameter wajan : 40 Cm
Vo = ∫ 2 ωt d (ωt) ½.............. (1)
( ) Dimensi kompor : 40 Cm x 37 Cm
Berat kompor : 7 Kg
Perancangan kompor wajan listrik batik cap
juga dilengkapi dengan Thermostat yang digunakan
untuk mengontrol suhu secara otomatis. Jika suhu Data Hasil Pengujian
kompor wajan listrik batik cap sudah sesuai dengan Hasil pengujian kompor wajan listrik batik
suhu yang dikehendaki diharapkan pemanas tidak capdisajikan pada gambar berikut :
perlu hidup secara terus menerus. Setelah tahapan
demi tahapan dikerjakan maka selanjutnya adalah
pekerjaan finishing, Finishing adalah pekerjaan akhir Hubungan Waktu VS Suhu
dari serangkaian proses pembuatan wajan kompor
listrik batik cap. Agar hasil dapat menarik secara 120
ergonomi maka pekerjaan finishing dirancang 100
menggunakan cat hamertone dengan warna ocean
80
T ( Der. C)

blue.
60
HASIL DAN PEMBAHASAN 40
Hasil 20
Hasil rekayasa kompor wajan listrik batik 0
cap disajikan pada Gambar 4. berikut :
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
t (menit)

Gambar 5. Grafik hasil pengujian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 368


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pembahasan
Dari Gambar 5. Grafik trend waktu dalam
menit terhadap suhu dalam 0 C , dengan suhu adalah
derajat panas dari lilin menunjukkan bahwa dari t = 0
(start) temperatur suhu lilin menunjukkan pada angka
36 0 C hal ini sesuai dengan suhu lingkungan sekitar.
Seiring dengan berjalannya waktu berubah secara
linier sampai dengan pada suhu pengaturan
thermostat yaitu sebesar 95 0 C yang diperoleh pada
waktu menit ke 16 ( enam belas) dari saat wajan
kompor mulai dihidupkan (start). Setelah suhu lilin
mencapai pada pengaturan suhu yang dikehendaki
Gambar 6. Sampel hasil pengujian pengecapan
yaitu 95 0 C , arus listrik yang masuk ke pemanas
akan mati dengan sendirinya, dimana kondisi ini di
lakukan oleh switch yang dikendalikan oleh
Aspek Teknologi
thermostat. Pada kondisi berikutnya yaitu pada menit Kompor wajan listrik batik capsecara
ke 16 (enam belas) suhu lilin turun sampai pada teknologi dapat diklasifikasikan sebagai kategori Low
batas 85 0 C pada waktu menit ke 18 (delapan belas) Teknologi, karena teknologinya sangat sederhana dan
Thermostat melalui switchnya akan menghubungkan mudah untuk pengoperasian serta perawatannya. Hal
kembali sumber arus yang masuk ke pemanas, begitu ini memang di desain sedemikian rupa sehingga
seterusnya. Perbedaan suhu lilin dengan pengaturan diharapkan rekayasa ini dapat menggantikan wajan
pada thermostat cukup signifikan hal ini disebabkan kompor cap batik berbahan bakar minyak tanah yang
oleh pemasangan thermostat pada kompor wajan selama ini digunakan oleh para pengrajin UMKM
listrik batik capyang diletakkan pada bagian bawah batik cap yang bisa dikatakan hampir semua
wajan, sedangkan suhu pada saat pengukuran pengrajin batik cap diseluruh pelosok nusantara
dilakukan dengan alat ukur thermostat sejenis yang gagap dengan teknologi.
dicelupkan langsung pada lilin batiknya .
Kelembaman tanggapan dari thermostat ini
Aspek Ekonomis
disebabkan karena jenis thermostat yang digunakan Kompor wajan listrik batik cap ini layak
adalah jenis capillary thermostat yaitu thermostat digunakan dalam industri batik cap.
yang menggunakancairan air raksa atau silikon dalam Industri batik cap yang selama ini menggunakan
tabung sensor. Ketika suhu benda naik maka suhu bahan bakar minyak tanah untuk pengecapan kain
sensor juga akan ikut naik sehingga mengakibatkan batik dengan harga bahan bakar minyak tanah Rp.
volume cairan didalamnya mengembang. Tekanan 2.500,00 per liter (Permen ESDM No. 01 Th. 2009).
akibat volume yang naik ini disalurkan ke suatu Kenyataan dilapangan harga jual minyak tanah
membran sehingga terdesak dan menyebabkan saklar tembus sampai harga Rp. 12.000/ liter dan asumsi
putus. Pengaturan suhu lilin pada suhu 95 0 C hal ini penggunaan waktu kerja 24 hari per bulan, maka rata-
dimaksudkan bahwa pada suhu tersebut diperoleh rata kebutuhan minyak tanah 2 liter per hari
hasil pengecapan yang optimal yaitu hasil ketebalan (interview pengrajin) . Jadi penggunaan bahan bakar
pola cap konsisten dan tembus (tidak mbleber) minyak tanah = 2 liter x 24 hari x Rp. 12.000,00 atau
sebagaimana hasil penelitian terdahulu yang sebesar Rp. 576.000,00 per bulan.
menyatakan bahwa suhu lilin optimal untuk proses Kompor wajan listrik batik cap menggunakan metode
pengecapan batik adalah 95 0 C. Berikut contoh hasil pemanasan konduksi untuk meminimalisasi rugi-rugi
uji pengecapan pola batik : panas. Energi listrik dirubah menjadi energi panas
pada wajan cap batik pada suhu 93 oC(diukur pada
cairan lili) dan bekerja secara otomatis untuk
mempertahankan kondisi suhu tetap pada suhu yang
diinginkan. Penggunaan kompor wajan listrik batik
cap akan meminimalkan terbentuknya asap sehingga
memperkecil timbulnya polusi udara.
Penggunaan produk ini akan membutuhkan biaya
energi listrik sebagai berikut:
- Pada saat pencairan lilin batik:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 369


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Kebutuhan energi listrik selama 30 menit = 30 menit bulan Juni tahun 2012 dengan programnya yaitu
x 700 Watt / 60 menit x Rp. 790,00 per Kwh (tarif pengadaan 150 unit Wajan kompor listrik
dasar listrik gol. tarif R-1/ TR 1.300VA Pra Bayar bekerjasama inventor perekayasaan. Selanjutnya
PERPRES. No. 8 Th. 2011) / 1000 Wh atau sebesar akan dilakukan desiminasi untuk seluruh UMKM
Rp. 147,46 per hari. pengrajin Batik cap diseluruh pelosok nusantara,
- Pemakaian selanjutnya: dengan harapan bahwa hasil penelitian rekayasa ini
Kebutuhan energi listrik selama 8/2 jam (asumsi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kompor listrik 5 menit hidup dan 5 menit mati) = 8/2 kelangkaan dan mahalnya minyak tanah bagi UMKM
jam x 700 Watt x Rp. 790,00 per Kwh / 1000 atau pengrajin batik cap.
sebesar Rp. 2.212,00 per hari.
- Kalkulasi biaya energi listrik per bulan: KESIMPULAN DAN SARAN
Kebutuhan energi listrik selama 1 bulan = 24 hari x Kesimpulan
(Rp. 147,46 + Rp. 2.212,00) per hari atau sebesar Rp. Penelitian rekayasa kompor wajan listrik
56.760,00 per bulan. batik cap telah berhasil diwujudkan dengan
Penghematan yang terjadi atas penggunaan kompor spesifikasi suplay tegangan listrik 220 Volt, 50 Hz, 1
wajan listrik batik cap sebesar = 100 % - (Rp. fase, daya input 700 Watt, panas yang dihasilkan
56.760,00 / Rp. 576.000 x 100 %) atau sebesar 90,14 maksimum 135 0C , berat kompor 7 Kg dilengkapi
% (signifikan). dengan pengkondisian suhu secara otomatis dan
pengatur tegangan untuk mengendalikan daya wajan
Keunggulan kompor listrik batik cap. Kompor wajan listrik batik
Keunggulan kompor wajan listrik batik cap cap telah berhasil diuji coba untuk proses pengecapan
hasil rekayasa adalah energi yang digunakan jauh pada kain primisima dan menghasilkan hasil yang
lebih effisien dibanding dengan wajan kompor cap terbaik dengan suhu lilin berkisar pada 85 0C – 95 0C.
baik yang berbahan bakar minyak tanah maupun Kompor wajan listrik batik cap juga mempunyai
LPG. Hal ini bisa dilihat data pada tabel 1. effisiensi jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
perbandingan biaya investasi dan operasional wajan kompor minyak tanah yaitu sebesar 90,14 %.
pertahun penggunaan dari berbagai jenis kompor
wajan cap batik sebagai berikut: Saran
Penelitian rekayasa serupa perlu dilanjutkan
Tabel 1. Perbandingan biaya operasional dengan berbagai variasi bahan wajan cap (aluminium,
kompor wajan cap tembaga, kuningan) untuk mendapatkan effisiensi
yang lebih tinggi.
Jenis Biaya
Wajan
kompor Harga Operasional Operasional DAFTAR PUSTAKA
Cap Kompor ./bulan (Rp) /Tahun (Rp) Adrosko, R.J. (1971) “Natural Dyes and Home
(Rp) Dyeing”, Copy right of original, Daver
Minyak 225.000 576.000 6.912.000 Publicatioon, Inc. New York.
Dedy, dkk, (2008) Rancang Bangun Kompor Tenaga
LPG 750.000 240.000 2.880.000 Surya”, Proceeding Seminar Nasional
Listrik 1.250.000 56.760 681.120 Universitas Sultan Agung, Semarang.
H. Rasyid M. (1993). Power Electronics, Circuit,
*Data diambil dari pengrajin Devices and Aplications . Prentice Hall. Inc . A
Simon & Schuster Company. Englewood
Disamping keunggulan tersebut diatas, Clifts, New Jersey
kompor wajan listrik batik cap hasil rekayasa Holman, J. P., (1990),”Heat Transfer “ McGraw-Hill
mempunyai kelebihan yaitu tidak menimbulkan Publishing Company, New York.
pencemaran lingkungan yang berupa polusi udara Suprapto, H., (2000),”Penggunaan Zat Warna Alami
seperti yang terjadi pada wajan kompor cap berbahan Untuk Batik”, Balai Batik dan Kerajinan
bakar minyak tanah dan wajan kompor cap berbahan Yogyakarta
bakar LPG. W.l. Mc Cabe, J.C. Smith dan P. Hariott (1990),”
Penerapan kompor wajan listrik batik cap Operasi Teknik Kimia Jilid 2”,
hasil rekayasa pertama akan dilakukan di UMKM PenerbitErlangga Jakarta.
pengrajin batik cap, khusunya di wilayah Daerah Nurul Eksanti (1996),” Kompor Berbahan Bakar Bio
Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagimana telah Etanol” Proceeding Seminar Nasional Sekolah
dicanangkan oleh Disperindakop Propinsi DIY pada Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 370


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Taufik, dkk (2010),”Rekayasa Kompor Batik Teknologi Yogyakarta.


Effisien” Badan Pengkajian dan Penerapan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 371


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RANCANG BANGUN MESIN IRAT BAMBU


UNTUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IK M)

Suharyanto

Badan Pengkajian Kebijakan dan Mutu Industri


Kementererian Perindustrian Republik Indonesia
Jl. Kusumanegara No. 7. Yogyakarta
Suharyanto_2000@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian rancang bangun alat pengirat bambu untuk Industri Kecil dan Menengah. Rancang bangun
ini merupakan pengembangan hasil perekayasaan sebelumnya. Permasalahan yang dihadapi pengrajin anyaman bambu salah
satunya adalah terbatasnya peralatan, termasuk alat irat bambu. Fenomena ini sangat dirasakan pengrajin Industri Kecil dan
Menengah yang mengakibatkan kapasitas produksinya rendah . Secara khusus permasalahan yang dihadapi pengrajin bambu
di kecamatan Tawang Mangu dengan program pendampingan oleh PNPM adalah tidak adanya alat pengirat bambu. Oleh
karena itu maka perlu dilakukan rancang bangun mesin irat bambu. Penelitian dilakukkan dengan merancang alat irat bambu
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan mewujudkan rancangan tersebut kedalam bentuk mesin yang siap diterapkan di
IKM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancang bangun alat irat bambu telah berhasil diwujudkan dengan spesifikasi
dimensi panjang Mesin 73 Cm, Lebar 29 Cm dan tinggi 78 Cm. Mesin irat bambu digerakkan dengan motor listrik jenis
induksi sangkar tupai 1 phase, 220 V, 50 Hz, 1/2 Hp serta kecepatan putar poros motor 1450 rpm. Hasil uji coba
menunjukkan bahwa alat irat bambu mampu mengirat sebanyak 1328 lembar iratan per-jam dengan spesifikasi bambu :
panjang maksimum 180 Cm , lebar 2 - 4 cm dan tebal 0,3- 0,9 mm.

Kata kunci : rancang bangun, mesin, irat bambu.

PENDAHULUAN dan Hongaria. Jenis produk kerajinan bambu yang


Latar Belakang Masalah diminati oleh konsumen-konsumen tersebut antara
Dari hasil Sensus Pertanian 2003 lain adalah aneka kerajinan bambu yang memiliki
menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat sekitar fungsi sebagai tempat buah, kue, baki lamaran dan
4,73 juta rumah tangga yang memiliki tanaman tempat sampah.
bambu dengan populasi mencapai 37,93 juta Permasalahan yang dihadapi industri
rumpun atau rata-rata kepemilikan per rumah kerajinan anyaman bambu salah satunya adalah
tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total terbatasnya peralatan, termasuk alat irat bambu.
sebanyak 37,93 juta rumpun tanaman bambu, Fenomena ini sangat terasa terutama di level
sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen industri kecil dan menengah yang membuat produk
diantaranya adalah merupakan tanaman bambu kerajinan anyaman bambu.
yang siap tebang . Melihat potensi dan permasalahan tersebut
Tanaman bambu lebih banyak di tanam di di atas, maka perlu dilakukan langkah-langkah
Jawa yaitu mencapai 29,14 juta rumpun atau untuk meningkatkan produktifitas, efektifitas dan
sekitar 76,83 % dari total populasi bambu efisiensi industri kerajinan bambu, salah satunya
Indonesia, sedangkan sisanya sekitar 8,79 juta dengan merekayasa alat bantu berupa mesin irat
rumpun (23,17 %) berada di luar Jawa. Tanaman bambu.
bambu di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi
berturut-turut adalah di Jawa Barat (28,09 %), Tujuan Penelitian
Jawa Tengah (21,59 %), dan Jawa Timur (19,38 Penelitian ini bertujuan untuk merancang
%), sementara di Luar Jawa di propinsi Sulawesi dan membuat prototipe mesin irat bambu dengan
Selatan (3,69 %). (BPS 2003). sesifikasi panjang bambu 180 cm, lebar 2,5 cm dan
Industri kerajinan bambu merupakan ketebalan iratan 0,3 mm ( permintaan PNPM
kegiatan padat karya. Industri ini mempu menyerap kecamatan Tawang Mangu) .
lebih banyak tenaga kerja untuk setiap satu satuan
investasi. Pendekatan
Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di
adalah produk untuk pemenuhan permintaan Indonesia, bambu memegang peranan sangat
ekspor. Sasaran konsumen luar negeri adalah para penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat
peminat kerajinan bambu dari Jepang, Italy, Jerman memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 372


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, Kolom bambu terdiri atas sekitar 50%
mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah parenkim, 40% serat dan 10% sel penghubung
dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. (pembuluh dan sieve tubes) Dransfield dan Widjaja
Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan (1995). Parenkim dan sel penghubung lebih banyak
dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan pada bagian dalam dari kolom,
ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu sedangkan serat lebih banyak ditemukan pada
menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat bagian luar. Sedangkan susunan serat pada ruas
pedesaan. penghubung antar buku memiliki kecenderungan
Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk bertambah besar dari bawah ke atas sementara
berbagai macam konstruksi seperti rumah, gudang, parenkimnya berkurang.
jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta Sifat fisis dan mekanis merupakan informasi
alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat penting guna memberi petunjuk tentang cara
dibuat bilik, dinding atau lantai, reng, pagar, pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan.
kerajinan dan sebagainya. Beberapa jenis bambu Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis bambu telah
akhir-akhir ini mulai banyak digunakan sebagai diberikan oleh Ginoga (1977) dalam taraf
bahan penghara industri supit, alat ibadah, serta pendahuluan. Pengujian dilakukan pada bambu
barang kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap apus (Gigantochloa apus Kurz.) dan bambu hitam
lampu, alat musik, tirai dan lain-lain. (Gigantochloa nigrocillata Kurz.). Beberapa hal
Dari kurang lebih 1.000 species bambu yang mempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu
dalam 80 generasi, sekitar 200 species dari 20 adalah umur, posisi ketinggian, diameter, tebal
generasi ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield daging bambu, posisi beban (pada buku atau ruas),
dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia posisi radial dari luas sampai ke bagian dalam dan
ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu kadar air bambu.
Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Kerajinan Bambu
Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka Industri kerajinan bambu merupakan
dan daerahnya bebas dari genangan air. kegiatan padat karya, seperti halnya industri
Tanaman bambu hidup merumpun, kadang- kerajinan yang telah diuraikan sebelumnya. Indutri
kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis ini mempu menyerap lebih banyak tenaga kerja
pembatas dari suatu wilayah desa yang identik untuk setiap satu satuan investasi.
dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering Kurang lebih 20% produk kerajinan bambu
menanam bambu disekitar rumahnya untuk adalah produk untuk pemenuhan permintaan
berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis bambu ekspor. Sasaran konsumen luar negeri adalah para
bercampur ditanam di pekarangan rumah. Pada peminat kerajinan bambu dari Jepang, Italy, Jerman
umumnya yang sering digunakan oleh masyarakat dan Hongaria. Jenis produk kerajinan bambu yang
di Indonesia adalah bambu tali, bambu petung, diminati oleh konsumen-konsumen tersebut antara
bambu andong dan bambu hitam. Seperti halnya lain adalah aneka kerajinan bambu yang memiliki
tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada fungsi sebagai tempat buah, kue, baki lamaran dan
setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran tempat sampah.
jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya
sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh akar-akar Irat Bambu
sehingga pada bambu dimungkinkan untuk Kerajinan anyaman bambu selalu berkaitan
memperbanyak tanaman dari potongan-potongan dengan iratan. Tebal dan lebar iratan untuk tiap-tiap
setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya. anyaman bambu berbeda-beda, tergantung jenis
Dalam penggunaannya di masyarakat, bahan anyaman yang dikehendaki. Proses pembuatan
bambu kadang-kadang menemui beberapa iratan bambu dapat dilakukan melalui 2 (dua)
keterbatasan. Sebagai bahan bangunan, faktor yang metode, yaitu manual dan masinal. Masing-masing
sangat mempengaruhi bahan bambu adalah sifat metode mempunyai kelemahan dan kelebihan.
fisik bambu yang membuatnya sukar dikerjakan Proses manual membutuhkan investasi awal
secara mekanis, variasi dimensi dan ketidaksera- relatif kecil, tidak membutuhkan sumber energi
gaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan tambahan tetapi membutuhkan SDM ahli, tenaga
bambu tersebut menjadikan bambu tidak dipilih kerja relatif besar serta kapasitas produksi relatif
sebagai bahan komponen rumah. Sering ditemui kecil. Proses masinal memerlukan investasi awal
barang-barang yang berasal dari bambu yang relatif besar, membutuhkan energi tambahan
dikuliti khususnya dalam keadaan basah mudah (listrik, bahan bakar minyak, gas,dll), tetapi tidak
diserang oleh jamur biru dan bulukan sedangkan membutuhkan SDM ahli, kebutuhan tenaga kerja
bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat relatif kecil dan kapasitas produksi relatif tinggi.
diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap
kayu kering.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 373


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Mesin dilakukan oleh industri. Studi literatur dilakukan


Mesin adalah alat mekanik atau elektrik untuk mendapatkan dasar teori perancangan dan
yang mengirim atau mengubah energi untuk pembuatan mesin irat bambu.
melakukan atau membantu pelaksanaan tugas b. Perancangan design mesin irat bambu.
manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan Dari hasil survei lapangan dan literatur
sebagai pelatuk, mengirim energi yang telah diubah dilakukan perancangan desain. Perancangan ini
menjadi sebuah keluaran, yang melakukan tugas mengunakan bantuan software AutoCAd. Hasil
yang telah disetel. Mesin dalam bahasa Indonesia rancangan seperti terlihat pada Gambar 1.
sering pula disebut dengan sebutan pesawat, contoh berikut :
pesawat telepon untuk tejemahan bahasa Inggris
telephone machine. Namun belakangan kata
pesawat cenderung mengarah ke kapal terbang.
Mesin Irat Bambu adalah mesin yang dibuat
untuk mengirat bambu menjadi iratan-iratan dengan
ketebalan tertentu sesuai kebutuhan. Mesin irat
bambu dibuat untuk meningkatkan kapasitas,
produktivitas, efektivitas dan efisiensi industri
kerajinan anyaman bambu.
Prinsip kerja mesin irat bambu yaitu mengubah
torsi berupa putaran yang dihasilkan motor listrik
menjadi tenaga penggerak bambu untuk
dibenturkan pisau pengirat sebagai pembelah, Gambar 1. Desain rancangan mesin irat
sehingga dihasilkan iratan bambu dengan ketebalan bambu
tertentu sesuai dengan pengaturan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Hasil Rancang Bangun
Luaran dari penelitian rancang bangun
Bahan
Bahan yang digunakan dalam perekayasaan mesin irat bambu untuk IKM adalah satu unit mesin
diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian yaitu irat bambu seperti terlihat pada Gambar 2. berikut:
bahan dan alat.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan diantaranya
adalah :Besi siku, roda gigi transmisi, puly, mur
baut,motor listrik, pisau irat, dudukan mesin, per
tekan, plat eser, besi as, lacquer.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan
perekayasaan ini adalah :
a. Mesin bubut
b. Mesin skrap
c. Mesin bor
d. Mesin gerinda
e. Mesin frais
f. Mesin las listrik
g. Mesin gergaji Gambar 2. Mesin irat bambu hasil rancang
h. Kunci pasi bangun
i. Seperangkat alat finishing
Adapun spesifikasi mesin irat bambu yang
Metode dihasilkan adalah sebagai berikut :
Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium
Alih Teknologi dan Inkubasi . Tahapan-tahapan Penggerak : motor listrik 1 phase, 220 V,
yang dilakukan dalam perekayasaan ini adalah 1/2 HP, 1430 rpm
sebagai berikut : Dimensi : - panjang : 73 cm
a. Studi lapangan dan literatur - lebar : 29 cm
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan - tinggi : 78 cm
data-data tentang proses irat yang selama ini Berat : 93 kg

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 374


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Uji Coba Pembahasan


Ujicoba dilakukan dengan Unjuk Kerja Mesin Irat Bambu
mengoperasikan mesin irat bambu . Variabel tetap Secara umum mesin irat bambu dapat
yaitu kecepatan putaran motor 1450 rpm, waktu bekerja seperti yang diharapkan dalam prancangan.
selama satu jam dan bambu yang digunakan adalah Pengoperasian dan perawatan mesin ini mudah dan
bambu apus dan variabel bebas meliputi tebal sederhana, tidak membutuhkan keahlian khusus.
iratan, panjang iratan dengan spesifikasi panjang Mesin ini dapat bekerja maksimal apabila
bambu yang diirat seperti apa yang dibutuhkan oleh dioperasikan oleh dua orang tenaga kerja.
PNPM yaitu sepanjang kisaran 150 sampai dengan Dari Tabel 1. Terlihat bahwa untuk
180 cm, serta lebar iratan 1 sampai 2,5 cm . panjang bambu 180 cm dan tebal bervariasi dari 0,3
sampai dengan 0,9 mm kapasitas produksi rata rata
Tabel 1. Hasil Ujicoba Kapasitas Mesin Irat sama yaitu 1328 iratan / jam. Sedangkan untuk
Bambu dengan Variabel Tebal Iratan, Tabel 2 terlihat bahwa panjang bambu yang diirat
panjang iratan tetap 180 cm merupakan variabel yang mempengaruhi terhadap
kapasitas produksi dari mesin irat. Hal tersebut
Tebal
Kapasitas (iratan/jam) disebabkan karena panjang adalah merupakan
Iratan
satuan jarak yang harus ditempuh oleh roda-roda
(mm) Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata gigi pengantar bambu yang akan diirat.
0,3 1324 1336 1325 1328 Selanjutnya dari Tabel 3. Terlihat bahwa
lebar iratan juga mempengaruhi kapasitas produksi
0,5 1332 1328 1318 1326
dari mesin irat bambu. Hal tersebut dikarenakan
0,7 1327 1331 1334 1330 semakin lebar bambu yang diirat maka gaya yang
0,9 1329 1330 1326 1328 membentur ke pisau irat semakin besar dan
mengakibatkan proses waktu mengirat juga
semakin panjang.
Tabel 2 Ujicoba Kapasitas Mesin Irat Bambu
dengan variabel Panjang Iratan dan
tebal irtatan tetap 0,3 mm KESIMPULAN
Panjang
Hasil penelitian rancang bangun mesin irat
Kapasitas (iratan/jam) bambu untuk IKM telah berhasil diwujudkan
Iratan
dengan spesifikasi mesin panjang 73 Cm, Lebar 29
(cm) Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata
Cm dan tinggi 78 Cm. Mesin irat bambu
150 1339 1341 1340 1340 digerakkan dengan motor listrik jenis induksi
sangkar tupai 1 phase, 220 V, 50 Hz, 1/2 Hp serta
160 1336 1338 1337 1337 kecepatan putar poros motor 1450 rpm. Hasil uji
170 1331 1334 1333 1332
coba menunjukkan bahwa alat irat bambu mampu
mengirat sebanyak 1328 lembar iratan per-jam
180 1327 1329 1325 1327 dengan spesifikasi bambu : panjang maksimum
180 Cm , lebar 2,5 cm dan tebal 0,3- 0,9 mm.

Tabel 3. Ujicoba Kapasitas Mesin Irat SARAN


Bambu dengan variabel Lebar Iratan,
panjang iratan 180 cm dan tebal Untuk mengetahui lebih jauh unjuk kerja
iratan 0,3 mm mesin irat bambu perlu dilakukan ujicoba lebih
lanjut dengan variabel jenis bambu dan kadar air
Lebar bambu.
Kapasitas (iratan/jam)
Iratan
(mm) Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata DAFTAR PUSTAKA

10 1343 1344 1342 1343 http//:www. PT. Toko Mesin Maksindo Mesin Irat
Bambu, Mesin Pengerat Bambu, tgl 14 mei
15 1338 1340 1339 1339 2011.
20 1334 1333 1335 1334
K. Widnyana, 2007, ” Bambu Dengan Berbagai
Manfaatnya”, Fakultas Pertanian
25 1328 1325 1327 1326 Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Krisdianto, dkk, 2006, ”Sari Hasil Penelitian
Bambu”, Departemen Kehutanan.
Potensi Hutan Rakyat Indonesia 2003, BPS, 2004

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 375


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sularso, Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Messler, Robert. W., 1999, ”Principles Of
Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya, Welding”, John Willey & Son Inc, New
1980 York
Amstead., B. H., 1986,”Teknologi Mekanik”, Wiryosumarto, H., Okumara, T., 2004Messler,
Erlangga, Jakarta. Robert. W., 1999, ”Principles Of Welding”,
Pradnya Paramita, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 376


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

KUALITAS REPAIR WELDING DENGAN METODE TIG


PADA CAST WHEEL ALUMINIUM

Budi Harjanto1, Suharno2 dan Yuyun Estriyanto3


Pendidikan Teknik Mesin FKIP Universitas Sebelas Maret
Kampus V UNS Jl. Ahmad Yani 200 Pabelan Surakarta
Telp 0271 718419, Fax 0271 718419
E-mail: inibudi@fkip.uns.ac.id

ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan adalah reparasi cast wheel (velg) aluminium yang telah mengalami kerusakan
(retak) dengan metode pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas). Pengelasan pada velg berbahan Aluminium memungkinkan
digunakan untuk memperbaiki kerusakan sejauh kekuatan sambungan lastersebut mendekati kekuatan dari velg utuh.
Sebelum percobaan pengelasan TIG, dilakukan dahulu beberapa pengujian untuk mengetahui data awal. Pengujian
bertujuan untukmengetahui kondisi material asli (base material). Dari pengujian awal diperoleh bahwa material asli adalah
Al-7,3%Si yang memiliki kekerasan sebesar 57,63 HBN dan memiliki kekuatan impak sebesar 0,108 Joule/mm2. Data yang
diperolehpadapengujiantersebutmerupakan data acuanuntukmenjadipembandinghasilpercobaandenganpengelasan TIG.
Hasil uji kekerasan pengelasan pada daerah perbatasan antara logam induk dan logam lasan serta pada logam lasan,
untuk pengelasan TIG sebesar 30,47 BHN dan 45,15 BHN. Sedangkanhasil uji impak untu proses pengelasan TIG sebesar
0,096 Joule/mm2 Dari hasi pengujian kekerasan dan impak dapat diketahui bahwa nilai kekerasan dan kekuatan impak hasil
lasan masih lebih kecil dibandingkan dengn kekerasan dan kekuatan impak logam induk. Hal ini berarti bahwa hasil
pengelasan belum layak digunakan, karena nilai kekerasan dari hasil pengelasan belum mendekati nilai kekerasan logam
induk.

Kata kunci : pengelasan TIG, Al-7,3%Si

LATARBELAKANG beban dinamis akibat dari benturan yang berulang-


Cast wheel(velg) mobil merupakan ulang dengan permukaan jalan pada saat mobil
salahsatu bagian dari mobil yang berfungsi untuk berjalan. Jika sambungan las tidak kuat, maka velg
menumpu ban roda pada kendaraan. Pada saat dapat pecah dan kecelakaan fatal dapat saja terjadi.
mobil melaju kencang, benturan yang keras di Penggunaan kampuh yang sesuai juga akan
bagian roda mungkin saja terjadi, akibat roda berpengaruh pada kekuatan las, karena bentuk
melindas jalanb erlubang maupun jalan yang sambungan berpengaruh pada distribusi gaya,
bergelombang. Akibat benturan yang terjadi proses pengelasan dan juga efektifitas sambungan
berulang-ulang ini, velg mobil dapat mengalami (Wiryosumarto, H., 2006)
keretakan padabagian tertentu. Jika dibiarkan, lama
kelamaan retak pada velg mobil akan menjalar dan TINJAUAN PUSTAKA
akan menyebabkan patah. Akibatnya kecelakaan Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) las
fatal dapat saja terjadi saat mobil melaju dengan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam
kencang. Namun jika masih memungkinkan, retak paduan yang dilaksanakan dalam keadan cair.
yang terjadi pada velg dapat diperbaiki dengan cara
pengelasan, sehingga dapat menghemat biaya.
Pengelasan pada cast wheel (velg)
berbahan aluminium memungkinkan digunakan
untuk memperbaiki kerusakan sejauh kekuatan
sambungan las tersebut mendekati kekuatan dari
velg utuh. Ada beberapa metode pengelasan yang
sering dipakai untuk pengelasan aluminium,
diantaranya adalah pengelasan Oksi-Asitelin, TIG
(Tungsten Inert Gas), dan MIG (Metal Inert Gas).
Pada pengelasan velg, diperlukan
konstruksi sambungan las yang kuat karena velg
berfungsi sebagai penopang dari kendaraan yang
mengalami beban statis, sementara pada bagian tepi
velg sendiri menerima beban tekanan gas dari
dalam ban. Di samping itu velg juga mengalami Gambar 1 Schema of gas tungsten arc-welding
(www.weldingengineer.com)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 377


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

Proses pengelasan akan mengakibatkan logam di Pengujian Kekerasan


sekitar lasan mengalami siklus termal berupa
pemanasan sampai temperature maksimum, dengan
di ikuti pendinginan sehingga menyebabkan Kekerasan daerah Las
terjadinya perubahan-perubahan metalurgi dan 70
deformasi.
60
Sebelum melakukan pengelasan, ada

Kekerasan (HBN)
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami tentang 50
bahan aluminium tersebut. Hal terpenting adalah 40
tentang tingginya titik leleh yang bias menyebabkan 30
terbentuknya lapisan oksida pada permukaan logam
20
akibat panas yang ditimbulkan dari operasi
pengelasan. Lapisan oksida tersebut harus 10
dihilangkan sebelum dilakukan pengelasan- 0
pengelasan berikutnya. TANPA LAS TIG HAZ
Hasil pengelasan aluminium rentan Daerah Pengelasan
terhadap berbagaima camcacat cracking.
Kecenderungan terbentuknya solidification
cracking berkaitan langsung dengan perbedaan
antara suhu solidus dan likuidus dari logam Gambar 3. Diagram nilai kekerasan Daerah Lasan
aluminium.
Dari diagram diatas terlihat bahwa
material yang dilas dengan Las TIG memiliki
Las Wolfram Gas Mulia (Las TIG)
Las TIG sering juga disebut las GTAW kekerasan 44.18 HBN pada daerah lasan dan 30.47
HBN pada daerah sambungan las (HAZ),
sangat banyak digunakan untuk mengelas pelat
alumunium yang tipis atau bila diperlukan las sedangkan base material memiliki kekerasan 59.59
dengan masukan panas yang rendah. Las TIG HBN. Ini berarti dari berbagai proses pengelasan
menggunakan elektroda yang tidak turut cair, jadi seperti yang dilakukan diatas masih memiliki nilai
juga berarti arus listrik yang digunakan tidak terlalu kekerasan yang lebih rendah dari base material
besar. Hal ini pada pengelasan logam dengan yang tanpa mengalami proses pengelasan.
kapasitas panas yang berbeda dapat menimbulkan
terjadinya penembusan yang tidak sempurna pada Pengujian Impak
logam dengan kapasitas panas yang lebih besar. Dari pengujian impak Charpy didapatkan
Perbedaan kapasitas panas ini dapat karena hasil seperti pada Gambar 4.
perbedaan luas. Dalam hal ini logam dengan
kapasitas panas yang lebih tinggi harus diberi
pemanas mula atau mencampurkan gas He pada gas
pelindung sehingga busur menjadil ebih terpusat.
0,11
Kekuatan Impak (Joule/mm2

HASIL DAN PEMBAHASAN 0,105


Uji Komposisi Kimia 0,1
Setelah dilakukan pengujian komposisi
kimia terhadap base material dari velg aluminium 0,095 Hasil Uji Impak
didapatkan komposisi sebagai berikut:
0,09

0,085
TANPA LAS TIG
Proses Pengelasan
Gambar 2. Komposisi kimia base material

Gambar 4. Diagram Kekuatan Impak Daerah Lasan

Dari diagram Gambar 4 diatas didapatkan


bahwa ketangguhan dari hasil uji impak, material
yang mengalami proses pengelasan TIG memiliki
kekuatan impak 0.096 Joule/mm2. Kekuatan impak
dari proses pengelasan TIG masih dibawah dari
kekuatan impak base material yang tanpa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 378


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

mengalami proses pengelasan yaitu sebesar 0.108 2. Kekuatan impak hasil pengelasan TIG adalah
Joule/mm2. 0.096 Joule/mm2, sedangkan kekuatan impak
base material sebesar 0.108 Joule/mm2.
3. Nilai kekerasan dan kekuatan impak base
Uji Struktur Mikro
material masih lebih tinggi dibandingkan
Dari foto mikro didapatkan seperti pada dengan material yang mengalami proses
pengelasan TIG
Gambar 5
4. Dari pengamatan struktur mikro hasil proses
pengelasan TIG pada daerah sambungan (HAZ)
dapat dilihat kristal-kristal Si berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan kristal Si pada base
material karena pada daerah tersebut terjadi
pendinginan lebih cepat sehingga pada daerah
tersebut memiliki nilai kekerasan yang lebih
rendah dari base material maupun logam lasan.

DAFTAR PUSTAKA
Aljufri, 2008.Pengaruh variasi sudut kampuh V
tunggal dan kuat arus pada sambungan
aluminium Mg5083 Terhadap Kekuatan
base material
Tarik Hasil Pengelasan TIG, Thesis USU
Medan
Balasubramanian. V, Ravisankar. V, Madhusudhan
Reddy. G, “Effect of pulsed current
welding on fatigue behavior of high
strength aluminium alloy joints”, Science
Direct.Materials and Design 29 (2008)
492–500
Bambang Pr. 2006,”Pengaruh penggunaan jenis
fluks pembungkus elektroda dan varian
arus listrik pengelasan terhadap kekuatan
tarik pada plat baja EMS -45 dengan
kampuh V, UNS Surakarta
D.J. Tillack.2007.“Welding superalloys for
daerah sambungan (HAZ) TIG aerospace applications”, Welding Journal,
pp.28-32
Gambar 5. Hasil Uji Struktur Mikro IN Budiarsa. 2008, “Pengaruh Besar Arus
Pengelasan dan Kecepatan Volume Alir
Tampak pada Gambar 5 bahwa didaerah Gas Pada Proses Las GMAW terhadap
sambungan (HAZ) kristal-kristal Si berukuran lebih Ketangguhan Aluminium 5083” Jurnal
kecil dibandingkan dengan kristal Si pada base Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM vol.2
material karena pada daerah tersebut terjadi no.2 Desember 2008
pendinginan lebih cepat. Hal ini akan Surasno, 2008 Pengaruh Masukan Panas pada Las
mempengaruhi nilai kekerasan pada daerah Aluminium 2023 T3, Berita Teknologi
sambungan (HAZ) tersebut. Bisa dikatakan pada Bahan dan Barang Teknik No.22
daerah tersebut memiliki nilai kekerasan yang lebih Suharno,2008. Prinsip-Prinsip Teknologi dan
rendah dari base material maupun logam lasan. Metalurgi Pengelasan Logam, UNS Press
Surakarta
Wiryosumarto, Harsonodan Okumura, T. 2006.
KESIMPULAN Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT
1. Kekerasan hasil pengelasan TIG dan adalah Pradnya Paramita.
44.18 HBN. Sedangkan untuk daerah www.welding.com, diaksestanggal 27 Desember
sambungan las (HAZ) Las TIG memiliki 2011
kekerasan 36.16 BHN. Dari semua hasil nilai www.weldingengineer.com, diakses tanggal 27
kekerasan tersebut masih lebih rendah Desember 2011
dibandingkan dengan nilai kekerasan base
material yaitu sebesar 59.59 HBN.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 379


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGU 30, 60 MENIT


DAN VARIASI SUHU PENUAAN 100, 125, 150, 175 dan 2000 C PADA PENGECORAN
SENTRIFUGAL CASTING 400 RPM DENGAN PENAMBAHAN AlTiB 7.5 % TERHADAP
SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADUAN ALUMINIUM COR A356 VELG SEPEDA MOTOR

Yulfitra1 , Priyo Tri Iswanto2 ,

Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Medan


Jl gedung Arca no.52 Medan
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Jalan Grafika 2, Yogyakarta 55281, Indonesia. Telepon & Fax 0274-581855
yuvitura@yahoo.com, priyotri@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi waktu solution heat treatment T6 dan artificial aging terhadap
mikrostruktur dan sifat mekanis paduan aluminium cor A356.0 pada velg sepeda motor dengan proses vertical centrifugal
casting, temperatur pouring 750°C, pre-heating cetakan 250°C dengan penambahan 7,5 % Al-TiB kedalam 5 kg aluminium.
Logam cair dituangkan kedalam cetakan dengan kecepatan putaran 400 rpm yang mengakibatkan logam cair terlempar oleh
gaya centrifugal sehingga menimbulkan tekanan pada setiap layer, proses pembekuan juga semakin cepat dan menghasilkan
ukuran butir yang halus, sehingga sifat dan densitas material semakin tinggi, otomatis porositas semakin sedikit.
Selanjutnya hasil pengecoran velg dibuat spesimen dengan standar ASTM dan diuji secara fisis dan mekanis
menggunakan standar pengujian yaitu : uji tarik, uji kekerasan, uji impak, uji densitas dan struktur mikro. Perlakuan T6 heat
treatment diikuti: perlakuan panas di furnace pada temperatur 540°C ditahan selama 30 dan 60 menit, kemudian dilakukan
proses artificial aging dengan variasi temperatur mulai dari 100°C, 125°C, 150°C, 175° dan 200°C selanjutnya ditahan
selama 3 jam, mengacu kepada ASTM (2004). Sehingga diharapkan terbentuknya presipitat disekitar batas butir matrik
aluminium, yang menyebabkan susunan antar atom rapat dan terjadi ikatan antar atom sehingga menjadi kuat dan
kekerasannya meningkat
Kekerasan mengalami peningkatan setelah mencapai suhu aging 2000C baik waktu perlakuan panas 30 maupun 60
menit, sedangkan untuk kekuatan tarik peningkatan terjadi pada natural aging dan mengalami penurunan setelah
melewatinya. Nilai ketangguhan tertinggi dari kedua waktu perlakuan panas adalah pada suhu aging 100 0C, untuk densitas
hasil coran secara merata meningkat pada suhu aging 1000C , 1250C dan 1500C untuk perlakuan panas 60 menit. Sementara
untuk waktu T6 30 menit hanya natural aging yang mengalami peningkatan dan kecenderungan menurun. Dalam proses
perlakuan panas dan suhu aging memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap sifat mekanis hasil coran. Setelah perlakuan
panas T6 dan aging terlihat adanya perbedaan morfologi pada batas butir matrik aluminium, yaitu terbentuknya presipitat
yang diduga adalah senyawa Mg2Si.

Kata kunci : Velg,A356, Centrifugal Casting, Heat Treatment T6, aging.

PENDAHULUAN paduan aluminum oleh pengintian heterogen dan


pertumbuhan butir paduan aluminium. Penghalus-
Dalam rangka peningkatan teknologi an butir penting namun efek zat/unsur terlarut
pengecoran khususnya yang berkaitan dengan lebih penting dalam proses penghalusan.
produk coran velg kendaraan roda dua, perlu
dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat fisis Adapun penelitian ini menggunakan bahan
dan mekanis pada bahan yang digunakan untuk ingot aluminium untuk pengecoran velg sepeda
velg kendaraan roda dua tersebut. Pengujian- motor dengan mesin sentrifugal casting. Penelitian
pengujian tersebut antara lain: pengujian tarik, inimemfokuskan tentang pengaruh variasi waktu
pengujian kekerasan, pengujian struktur mikro, solution heat treatment T6 dan memvariasikan suhu
pengujian komposisi, dan pengujian impak. artificial aging.
Material yang digunakan pada penelitian kali ini Sedangkan metode yang digunakan dalam
adalah alumunium dengan penambahan inokulan penelitian ini adalah metode vertical centrifugal
Al-TiB 7,5%, diharapkan dapat memperbaiki casting. Bila dibandingkan antara gravity casting
kualitas velg lokal. Beberapa penelitian sudah dengan centrifugal casting maka centrifugal
dilakukan diantaranya adalah Kashyap, dkk (2001) casting reliability nya lebih baik serta akan
dalam penelitiannya tentang efek dan mekanisme terbebas dari porositas gas dan penyusutan. Gaya
penghalusan butir pada paduan aluminium.Hasil sentrifugal pada pengecoran akan meningkatkan
penelitian menunjukkan bahwa, penghalusan butir sifat-sifat fisik hasil coran pada kekuatan tarik,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 380


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

modulus young serta nilai regangan (Chirita, b) Melakukan pre-heating pada cetakan dengan
2006). temperatur 2500C (Bambang, 2010). Proses pre-
heating menggunakan liquefied petroleum gas
Santoso (2010) meneliti pengaruh variasi (LPG), yaitu dengan menempatkan burner
temperatur cetakan dan inokulan Al-TiB terhadap diantara cetakan atas dan bawah sampai
sifat mekanik hasil coran aluminium menggunakan temperatur cetakan mencapai 2500C, seperti
centrifugal casting. Hasil penilitian ini menunjuk- yang terlihat pada Gambar 1.
kan bahwa, semakin tinggi temperatur cetakan
dapat menghambat laju pendinginan, yang akan
memperbesar ukuran butir hasil coran. Sehingga
semakin besar ukuran butir, sifat mekanik hasil
coran akan semakin turun.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh


Bambang (2010). Penelitian ini mengamati
pengaruh kecepatan putar terhadap sifat fisis dan
mekanis hasil coran. Penelitian ini dilakukan
dengan mengacu dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Santoso (2010), dengan variasi
putaran yang digunakan 400, 450, 500, 550, 600,
650, 700 rpm, pre-heating pada mould 250 oC dan Gambar 1
temperatur penuangan 700 oC. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kenaikan sifat mekanik Selamaheating pengukuran temperatur
dibandingkan dengan produk lokal, namun masih di dilakukan beberapa sisi cetakan menggunakan
bawah sifat mekanik produk pabrikan. thermocouple tipe K.
Waluyo (2010) melakukan penelitian c) Tahap terakhir dari proses pengecoran adalah
tentang pengaruh penambahan inokulan Al-Ti-B penuangan logam cair ke dalam cetakan yang
pada pengecoran velg dengan vertical centrifugal berputar, yaitu dengan mengatur inverter sesuai
casting pada putaran 1000 rpm. Dari penelitian dengan frekuensi yang telah ditentukan.
initerjadi peningkatan ketangguhan velg yang Pengecoran dilakukan pada kecepatan putar 400
dicetak dengan temperatur 250o C disebabkan rpm saja.
karena penambahan inokulan Al-Ti-B 7,5% d) Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
kedalam 5 kg aluminium skrap. tarik dengan standar ASTM E-8M, uji impak
Masy’ari (2011) melakukan penelitian dengan standar ASTM E-23, , uji kekerasan, uji
tentang pengaruh kecepatan putar dan proses struktur mikro dan uji densitas. Dalam
perlakukan panas T6 terhadap hasil coran. Hasil penelitian ini benda uji diambil dari bagian
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terluar velg dengan pertimbangan bahwa pada
angkakekerasan, kekuatan tarik dan ketangguhan bagian ini velg akan lebih banyak mendapatkan
serta densitas hasil coran secara umum mengalami beban saat digunakan. Benda uji ini kemudian
peningkatan dengan kenaikan kecepatan putar di bagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama
moldvelg sepeda motor.Semakin tinggi kecepatan adalah kelompok tanpa perlakuan panas,
putar bentuk dan ukuran butir terlihat semakin kecil kelompok kedua dengan perlakuan panas T6.
dan spheroid. Proses perlakuan panas T6 dilakukan dalam tiga
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah, langkah pertama perlakuan panas
pengaruh variasi waktu solution heat treatment dan pelarutan (solution heat treatment). Pada
variasi suhu aging terhadap sifat fisis dan mekanis langkah ini benda uji dipanaskan di dalam
hasil coran furnace sampai temperatur ± 5400C, kemudian
waktu penahanan (holding time) di variasikan
30, 60 menit dan natural aging. Langkah kedua
pendinginan cepat (quenching) untuk
METODE PENELITIAN mendapatkan larutan lewat jenuh
(supersaturated). Langkah ini dilakukan setelah
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini benda uji dipanaskan menurut variasi waktu,
adalah paduan aluminium cor A356 dengan kemudian dicelupkan ke dalam air. Langkah
komposisi kimia ditunjukkan pada Tabel 1. terakhir adalah proses penuaan buatan (artificial
Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam aging), benda uji dipanaskan kembali di dalam
proses pengecoran, yaitu sebagai berikut : furnace dengan variasi temperatur ± 100, 125,
a) Pemotongan bahan baku kemudian dilebur pada 150, 175 dan 2000C selama 3 jam, kemudian
temperatur 7500C di dalam dapur listrik. didinginkan di udara terbuka. Semua

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 381


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pelaksanaan pengujian dilaksanakan di Lab. Yogyakarta. Khusus pengujian densitas


Material Jurusan Teknik Mesin dan Industri menggunakan metode Archimedes dengan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada menimbang berat benda di air dan di udara.

Tabel 1. Komposisi kimia paduan aluminium cor A356.

Al Cd Cu Fe Mg Ni Pb Si Ti Zn

92.756 <0.002 <0.001 0.220 0.400 <0.002 0.001 6.550 0.006 0.004

HASIL DAN PEMBAHASAN hasil pengecoran dari pabrik lokal sebesar 62.85
kg/mm2.
Setelah dilakukan pembuatan benda uji Banyak faktor yang mempengaruhi
(spesimen) hasil pengecoran centrifugal casting peningkatan kekerasan diantaranya lama heat
dengan beberapa variasi waktu pelaksanaan treatment, aging, pendinginan cepat (quenching),
perlakuan panas T6 dengan siklus solution heat suhu mould dan metode pengecoran. Pada
treatment suhu 5400C , water quenching, natural pengujian ini terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada
aging dan variasi suhu artificial aging, selanjutnya suhu aging. Dalam proses aging diduga paduan
dilakukan uji sifat fisis dan mekanis meliputi uji A356 (Al-Mg-Si) membentuk presipitat Mg2Si
kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan impak dan yang terdispersi secara merata di batas butir,
densitas maupun struktur mikro. sehingga gaya yang diperlukan untuk mendeformasi
semakin besar, yang berarti kekerasannya tinggi.
Kekerasan
Pengujian kekerasan dilaksanakan dengan uji Tarik
kekerasan Brinell sesuai standar ASTM E-10. Data Nilai kekuatan tarik maksimum yang dapat
kekerasan akibat pengaruh suhu artificial aging ditahan benda uji dihitung berdasarkan pada beban
pada siklus perlakuan panas T6 dengan kondisi maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji tarik.
waktu dan suhu aging yang berbeda dapat dilihat Hubungan ultimate tensile strength (UTS) dengan
pada gambar 2. dibawah ini. variasi waktu tahan T6 dengan suhu aging dapat
dilihat pada gambar 3. dibawah ini.

30 menit 60 menit 30 menit 60 menit


300,00 400

200,00
UTS(Mpa)

200
BHN

100,00
0
0,00 NA 100 125 150 175 200
NA 100 125 150 175 200
Temperatur (C)
Temperatur C

Gambar 3. Pengaruh waktu T6 dan suhu aging


terhadap UTS
Gambar 2. Pengaruh variasi waktu T6 dan suhu
aging terhadap kekerasan Brinell Berbeda dengan hasil pengujian tarik. Nilai
UTS tertinggi dengan signifikan pada natural aging
Hasil pengujian menunjukkan kekerasan dengan waktu perlakuan panas 30 menit sebesar
tertinggi pada T6 60 menit pada natural aging dan 204.942 MPa. sedangkan nilai UTS terendah pada
200 0C sebesar 258.14 kg/mm2. Sedangkan angka T6 60 dengan suhu aging 150 C sebesar 142.914
kekerasan yang terendah pada waktu T6 30 menit MPa. Untuk nilai UTS raw material sebesar
dengan suhu aging 1250C sebesar 136.871 kg/mm2 183.235 MPa merupakan nilai yang cukup tinggi,
dari semua variasi waktu dan suhu aging. Bila namun proses perlakuan panas dapat meningkatkan
dibandingkan nilai kekerasan pada raw material nilai UTS. Hal ini kemungkinan selama waktu T6
(tanpa perlakuan panas) sebesar 204.41 kg/mm2 proses aging atau natural aging unsur paduan Si
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan material dan Mg berubah menjadi presipitat Mg2Si yang
terdispersi secara merata disekitar batas butir,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 382


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sehingga menyebabkan susunan antar atom menit sebesar 0.252 J/mm2. Sementara itu nilai
aluminium menjadi lebih rapat dan menimbulkan ketangguhan pada raw material sebesar 0.432
ikatan antar atom menjadi lebih kuat. J/mm2

Kekuatan Impak Densitas dan Porositas


Pengujian ini menggunakan metode charpy Hasil pengujian densitas benda ditunjukkan
dengan beban 8.5 kg. Hasil pengujian impak pada gambar 5. Densitas aktual benda makin besar
ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini. Secara menunjukkan pori-pori yang terdapat pada benda
umum ketangguhan material cenderung mengalami hasil cor semakin sedikit. Secara umum densitas
penurunan dengan lama waktu proses T6. aktual mengalami fluktuasi dan kencenderungan
menurun. Waktu perlakuan panas T6 60 menit,
baik natural aging maupun suhu aging yang yang
1,000 30 menit 60 menit lain mengalami peningkatan densitas pada suhu
Energi/A (J/mm2)

aging 100 sampai 1500C. Berbeda dengan waktu


perlakuan panas 30 menit natural aging terjadi
0,500 peningkatan tertinggi sebesar 2.662 gr/cm3
dibandingkan variasi suhu aging dengan waktu T6
dan suhu aging yang lain.
0,000
30 menit 60 menit
NA 100 125 150 175 200 2,700
Densitas(gr/cm3)
Temperatur (0C)
Gambar 4. Pengaruh variasi waktu T6 dan suhu
aging terhadap ketangguhan 2,600

Secara umum nilai ketangguhan material yang


2,500
dengan perlakukan panas 30 maupun 60 menit
mengalami fluktuasi, terutama pada suhu aging 100 NA 100 125 150 175 200
Temperatur (0C)
0C. Nilai ketangguhan tertinggi secara umum pada
suhu aging 1000C dengan waktu T6 60 menit
sebesar 0.834 J/mm2 dan T6 30 sebesar Gambar 5. Hubungan variasi waktu T6 dan suhu
0.533J/mm2. Dan yang terendah adalah pada suhu aging dengan densitas aktual H
aging 200C dengan waktu perlakuan panas 30

Struktur Mikro

A c B C

50 µm 50 µm 50 µm

D E F

50 µm 50 µm 50 µm

Gambar 6. Foto struktur mikro hasil centrifugal casting dengan perlakuan panas T6 selama 30 menit penahanan
(A) Natural aging, (B) suhu aging 100 0C, (C) 1250C , (D) 1500C, (E) 1750C, (F) 200 oC

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 383


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

50 µm 50 µm 50 µm

50 µm

50 µm 50 µm 50 µm

Gambar 7. Foto struktur mikro hasil centrifugal casting dengan perlakuan panas T6 selama 60 menit penahanan
(A) Natural aging, (B) suhu aging 100 0C, (C) 1250C , (D) 1500C, (E) 1750C, (F) 200 oC

Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan 2. Dalam proses perlakuan panas dan suhu aging
adanya perbedaan bentuk variasi waktu T6 dan memberikan pengaruh yang bervariasi
variasi aging. Pengamatan struktur mikro terhadap sifat mekanis hasil coran.
menggunakan mikroskop pembesaran 160 x 3. Setelah perlakuan panas T6 dan aging terlihat
hinggal terlihat butiran dan batas butiran Hasil adanya perbedaan morfologi pada batas butir
mikro struktur untuk centrifugal casting dengan matrik aluminium, yaitu terbentuknya
kecepatan putar 400 dapat dilihat pada gambar 6. presipitat yang diduga adalah senyawa Mg2Si.
Pada hasil seluruh mikro struktur terlihat garis
ukuran dengan jarak antara satu garis dengan garis DAFTAR PUSTAKA
lainnya sebesar 0,005 mm ASM Handbook, 2008, “Volume 15 Casting”, ASM
International.
ASM Handbook, 2000, “Introduction to Aluminum
KESIMPULAN Alloys and Tempers”, ASM International.
ASTM Standard, 2004, “Standard Practice for Heat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Treatment of Aluminum-Alloy Castings from
tentang pengaruh variasi waktu perlakuan panas T6 All Processes”.
dan suhu aging pada centrifugal casting terhadap ASTM Standard, 2004, “Standard Test Methods for
sifat fisis dan mekanis paduan aluminium cor A356 Notched Bar Impact Testing of Metallic
velg sepeda motor, maka dapat disimpulkan bahwa Materials”.
: ASTM Standard, 2004, “Standard Test Methods for
1. Kekerasan mengalami peningkatan setelah Tension Testing of Metallic Abdulwahab M.,
mencapai suhu aging 200 0C baik waktu Madugu I.A., Yaro S.A., 2012 “Effects of
perlakuan panas 30 maupun 60 menit, Temper Conditions and Step-Quenching –
sedangkan untuk kekuatan tarik peningkatan Ageing on the Hardness Characteristics and
terjadi pada natural aging dan mengalami Yield Strength of A356.0-type Al-Si-Mg
penurunan setelah melewatinya. Nilai Alloy”.Springer Science-Business Media B.V.
ketangguhan tertinggi dari kedua waktu 2012.
perlakuan panas adalah pada suhu aging W,Abdul,M., Madugu I.A., Yaro S.A., 2012
1000C, untuk densitas hasil coran secara “Effects of Temper Conditions and Step-
merata meningkat pada suhu aging 1000C , Quenching –Ageing on the Hardness
1250C dan 1500C untuk perlakuan panas 60 Characteristics and Yield Strength of A356.0-
menit. Sementara untuk waktu T6 30 menit type Al-Si-Mg Alloy”.Springer Science-
hanya natural aging yang mengalami Business Media B.V.
peningkatan dan kecenderungan menurun Bambang, U., 2010 “Pengaruh Kecepatan Putar
setelah. Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis pada
Centrifugal Casting Aluminium Alloy Velg

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 384


SEMINAR NASIONAL ke7Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sepeda Motor”.Tesis S2 Teknik Mesin Pasca Masy’ari (2011) “Pengaruh kecepatan putar,
Sarjana Universitas Gadjah Mada. perlakuan panas T6 dan penambahan inokulan
Bintoro, B.M., 2010 “Pengaruh Temperatur Al-TiB pada centrifugal casting terhadap sifat
Cetakan, Bentuk Produk dan Inokulan Ti-B fisis dan mekanis paduan aluminium cor A356
pada Proses Pengecoran Sentrifugal Terhadap velg sepeda motor” Tesis S2 Teknik Mesin
Sifat Fisis dan Mekanis Paduan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Aluminium”.Tesis S2 Teknik Mesin Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 385


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KUALITAS LAYANAN SISTEM RANTAI PASOK SISTEM DISTRIBUSI IKAN


HASIL UKM PETANI IKAN DENGAN METODE PHYSICAL DISTRIBUTION
SERVICE QUALITY (PDSQ)

Wiwik Sulistiyowati1 , Verani Hartati2 , Hana Catur3, Didik Hariyanto4

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo


w2k.umsida@gmail.com1; vey_bern@yahoo.com2, hana_catur@yahoo.co.id,

ABSTRAK

Pendistribusian bahan pangan dalam hal ini ikan dipengaruhi oleh kualitas layanan (kualitas produk dan lead time).
Lead time (waktu) pendistribusian ikan akan mempengaruhi kualitas produk (ikan segar) dan kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen dalam pelayanan distribusi ikan hasil petani ikan dipengaruhi oleh kualitas layanan sistem distribusi
ikan. Penelitian ini dilakukan di Depo Pemasarana Ikan yang berada di Jalan Lingkar Timur Sidoarjo.
Untuk mengukur kualitas layanan sistem distribusi ikan ini, menggunakan metode Physical Distribution Service
Quality (PDSQ), merupakan distribusi fisik untuk meningkatkan nilai form utility dengan menjamin nilai produk yang
dikirimkan berada dalam kuantitas yang tepat serta utuh, dengan cara menjamin produk datang, sesuai dengan waktu dan
tempat yang diminta. Pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner. Untuk
pengolahan data menggunakan uji validasi dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS V.16. H
Hasil penyebaran kuesioner didapatkan data atribut yang mempunyai nilai negatif tertinggi adalah atribut terdapat
pada dimensi timeline yaitu pada atribut pengiriman pesanan tepat waktu sebesar -0,95. Atribut negatif terbesar tersebut
akan digunakan untuk perbaikan. Sedangkan untuk tingkat kepentingan terdapat pada dimensi condition pada atribut
kualitas ikan (segar dan setengah hidup), mendapat nilai tertinggi karena hal tersebut mengindikasikan hal terpenting yang
diharapkan oleh konsumen.

Kata kunci : Kualitas Layanan, Lead Time, Physical Distribution Service Quality.

PENDAHULUAN dengan mengurangi lead time dan pengiriman


Produksi dan kebutuhan ikan di paling cepat. Kualitas jasa berpusat pada upaya
masyarakat meningkat, hal ini terlihat dari pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
banyaknya permintaan masyarakat terhadap ikan serta ketepatan penyampaiannya untuk
segar. Dengan meningkatnya jumlah konsumsi mengimbangi harapan pelanggan (Nasution,
masyarakat dan jumlah produksi hasil ikan perlu 2004:47).
untuk meningkatkan kualitas layanan Dengan mengukur tingkat kualitas layanan
pendistribusian ikan dari produsen ke konsumen, sistem distribusi ikan hasil UKM petani ikan akan
karena kualitas layanan distribusi ikan akan didapatkan nilai gap negatif terbesar sehingga
mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. akan didapatkan usulan perbaikan sistem distribusi
Produsen (nelayan dan petani tambak) juga akan ikan hasil UKM petani ikan di Depo Pemasaran
diuntungkan jika permintaan ikan naik dengan Ikan Jalan Lingkar Timur Sidoarjo.
harga yang sesuai.
Distribusi merupakan suatu proses aliran
dari pihak satu ke pihak yang lain. Pendistribusian TINJAUAN PUSTAKA
suatu produk (barang dan jasa) sangat dipengaruhi Konsep Supply Chain / Rantai Pasok
oleh lead time (waktu) dari proses Supply chain atau rantai pasok merupakan
pendistribusiannya. Lead time merupakan sebuah sebuah sistem yang memiliki beberapa bagian
pengukuran yang diasosiasikan dengan waktu termasuk supplier, fasilitas produksi, pelayanan
tunggu, operasi-operasi yang terkait dengan distribusi dan jaringan konsumen dalam aliran
kondisi rutin dalam pendistribusian. Menurut material dan umpan balik aliran informasi
Arnheiter et al, dalam Nabhani and Shokri, 2009 (Gunasekaran et al dalam Nabhani dan Shokri,
menyatakan bahwa suatu perusahaan yang 2009).
berkompetisi harus mempunyai dua hal, yaitu Supply Chain Management termasuk
kualitas produk yang tinggi dan memberikan sistem informasi manajemen, pembelian,
kualitas layanan yang tinggi dengan memberikan pelayanan konsumen, sumber daya,
nilai tambah dalam rantai pendistribusiannya transportasi, jadawal produksi, proses

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 386


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pemenuhan permintaan, manajemen inventori, Pengukuran Tingkat Kepuasan Layanan Sistem


pergudangan dan pemasaran (Nabhani dan Distribusi
Shokri, 2009). Pengukuran tingkat kepuasan layanan
Physical Distribution Service Quality sistem distribusi ikan dengan cara pengumpulan
Bienstock at. Al (1997), dalam Iriani data dengan penyebaran kuesioner yang disusun
(2010), berpendapat bahwa memahami berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan
persepsi layanan distribusi fisik dari sudut oleh Bienstock et. al (1997) dalam Iriani (2010).
pandang pelanggan merupakan masukan yang Kuesioner yang disebarkan ini terdiri dari 3 bagian,
penting untuk keputusan manajemen yaitu :
pemasaran. Lebih lanjutnya, bahwa persepsi 1. Bagian I : Data Responden
dapat diklasifikasikan sesuai dengan dimensi 2. Bagian II : Kuesioner mengenai tingkat
PDSQ, yaitu timeline, availability, dan kepentingan konsumen terhadap PDSQ
condition. Timeline berkaitan dengan aspek- 3. Bagian III : Kuesioner mengenai tingkat
aspek ketepatan waktu. Availability berkaitan kualitas layanan (tingkay harapan dan persepsi)
dengan aspek-aspek ketersediaan. Sedangkan konsumen terhadap PDSQ.
Condition berkaitan dengan aspek-aspek Dari masing-masing dimensi diturunkan menjadi
kondisi barang secara keseluruhannya. Metode beberapa atribut, dimana atribut tersebut mewakili
Physical Distribution Service Quality (PDSQ), hal-hal yang dapat diukur berdasarkan dimensinya.
merupakan distribusi fisik untuk meningkatkan Untuk dimensi Timeliness terdiri dari 3 (tiga)
nilai form utility dengan menjamin nilai produk atribut, dimensi Availability terdiri dari 5 (lima)
yang dikirimkan berada dalam kuantitas yang atribut, sedangkan dimensi condition terdiri dari 3
tepat serta utuh, dengan cara menjamin produk (tiga atribut).
dating, sesuai dengan waktu dan tempat yang
diminta (Bowersox, 1992) dalan Iriani (2010). Skala Pengukuran
Kuesioner disusun dengan menggunakan
METODE skala likert dengan 5 (lima) butir skala, baik untuk
Pada penelitian dilakukan dengan tahapan- tingkat kepentingan dan tingkat kualitas layanan.
tahapan dalam penyelesaian masalah teknik. Untuk tingkat kepentingan menggunakan skala 5
Tahapan-tahapan tersebut antara lain : (lima), yaitu dari sangat tidak penting sampai
dengan sangat penting. Sedangkan tingkat kualitas
Populasi dan Sampel layanan juga menggunakan skala 5 (lima) dari
Populasi penelitian ini adalah seluruh entitas / sangat tidak memuaskan sampai dengan sangat
konsumen dari Depo Pemasaran Ikan. Teknik memuaskan.
Pengambilan sampling ditentukan dengan random
sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
Identifikasi Atribut Kepuasan Pelanggan entitas pengguna layanan dari Depo Pemasaran
Dalam penelitian ini, untuk mengukur Ikan di Jalan Lingkat Timur – Sidoarjo, sampel
kualitas layanan sistem rantai pasok sistem yang diambil dengan sampling random sederhana
distribusi ikan menggunakan metode Physical mangambil masing-masing entitas 10 responden/
Distribution Service Quality (PDSQ) oleh Carol C. konsumen. Dari hasil penyebaran kueisoner,
Bienstock et al (1997) dalam Iriani (2010), pengolahan data hasil penyebaran kuesioner
menggunakan dimensi-dimensi sebagai berikut : dimulai dengan mengidentifikasi data responden,
a. Timeliness : dimensi yang berkaitan dengan identifikasi tingkat kepentingan yang nantinya akan
aspek-aspek ketepatan waktu, yang dimulai dari digunakan untuk pembobotan, identifikasi nilai
prosedur pemesanan sampai dengan penempatan harapan dan persepsi konsumen atas layanan yang
barang pesanan. diberikan oleh pihak Depo Pemasaran Ikan,
b. Availability : merupakan dimensi yang berkaitan Lingkar Timur - Sidoarjo, kemudian dilakukan uji
dengan aspek-aspek ketersediaan, mulai dari validitas dan reliabilitas terhadap data dari tingkat
adanya informasi yang diperlukan (pre-purchase) kepentingan, nilai harapan dan nilai persepsi
sampai dengan penyampaian dokumen penagihan. konsumen terhadap layanan yang diberikan, serta
c. Condition : Yang berkaitan dengan aspek – mengidentifikasi nilai gap masing-masing dimensi,
aspek kondisi barang secara keseluruhan, termasuk menghitung nilai gap terbobot, setelah itu
apabila terdapat layanan yang mengikutinya. dilakukan improve (perbaikan) berdasarkan atribut
yang mempunyai nilai negatif terbesar sebagai
prioritas perbaikan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 387


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berdasarkan perhitungan hasil penyebaran mendapatkan prioritas perbaikan yaitu timelines


kuesioner, terlihat bahwa atribut yang mendapat (pengiriman pesanan tepat waktu) mempunyai
nilai gap negatif tertinggi terdapat pada dimensi hubungan yang sangat erat, karena mempengaruhi
timeliness dan atribut T.1 yaitu pengiriman pesanan kondisi ikan. Sehingga, dalam penyusunan desain
tepat waktu sebesar -0,089 dan pada dimensi sistem rantai pasok sistem distribusi ikan akan
availability dan atribut A.5, yaitu jumlah BORG memperhatikan dua faktor yaitu timeliness dan
yang memadao sebesar -0,080 yang akan dilakukan condition.
perbaikan pada sistem rantai pasok sistem distribusi Untuk dimensi dan atribut masing-masing
ikan. Pengiriman pesanan tepat waktu berhubungan dimensi terlihat pada tabel 1, sedangkan untuk hasil
dengan waktu, sehingga dalam rantai pasok perhitungan hasil penyebaran kuesioner untuk
berhubungan dengan lead time. mengetahui tingkat kualitas layanan terdapat pada
Untuk tingkat kepentingan, terdapat pada tabel 2, sedangkakan untuk nilai gap masing-
dimensi condition pada atribut kualitas ikan yang masing dimensi terlihat pada tabel 3 dibawah ini :
bagus (segar dan setengah hidup) sebesar 4,425.
Sehingga, jika di hubungkan dengan atribut yang

Tabel 1 . Dimensi dan Atribut Kualitas Layanan Sistem Distribusi Ikan

Dimensi Atribut

- Pengiriman pesanan tepat waktu


Timeline - Ketersediaan ikan yang tepat waktu
- Ketepatan waktu dalam transaksi ikan
- Penyediaan informasi mengenai harga ikan
- Penyediaan informasi mengenai ketersediaan ikan
Availability - Adanya prosedur penjualan ikan dari produsen sampai dengan konsumen
- Ketersediaan tempat parkir yang bersih, nyaman dan aman
- Jumlah BORG yang memadai
- Penyediaan fasilitas pengemasan yang representatif.
- Kualitas ikan yang bagus (segar dan setengah hidup)
Condition
- Penyediaan tenaga teknis yang cepat tanggapan terhadap adanya
permasalahan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 388


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Tingkat Kualitas Layanan Terbobot Sistem Distribusi Ikan di Depo Pemasaran Ikan

Nilai Servqual Prioritas Nilai Nilai servqual Prioritas Perbaikan


Dimensi / Atribut Nilai Persepsi Nilai Harapan Bobot
Tanpa Bobot Perbaikan Kepentingan terbobot setelah Pembobotan
Timeliness
T.1 3.575 4.525 -0.95 1 4.275 0.094 -0.0893 1
T.2 3.625 4.475 -0.85 2 4.25 0.093 -0.07905 3
T.3 3.575 4.425 -0.85 2 4.15 0.091 -0.07735 6
Total Rata -rata 10.775 13.425 -2.65 12.675 0.278 -0.2457
Availability
A.1 3.575 4.125 -0.55 5 3.675 0.081 -0.04455 11
A.2 3.625 4.175 -0.55 6 3.8 0.083 -0.04565 10
A.3 3.575 4.25 -0.675 5 3.8 0.083 -0.056025 8
A.4 3.575 4.4 -0.825 3 4.35 0.095 -0.078375 5
A.5 3.55 4.4 -0.85 2 4.35 0.095 -0.08075 2
Total Rata -rata 17.9 21.35 -3.45 19.975 0.437 -0.30535
Condition
C.1 3.575 4.275 -0.7 4 4.25 0.093 -0.0651 7
C.2 3.975 4.525 -0.55 6 4.425 0.097 -0.05335 9
C.3 3.575 4.425 -0.85 2 4.25 0.093 -0.07905 4
Total Rata - Rata 11.125 13.225 -2.1 12.925 0.283 -0.1975
Total Rata-rata
39.8 48 -8.2 45.575 0.998 -0.74855
semua dimensi

Tabel 3. Perhitungan Kualitas Layanan Sistem Distribusi Ikan

Dimensi Tingkat Tingkat Tingkat Gap


Kepentingan Harapan Kepentingan
Timeliness 12,675 13,425 10,775 -2,65
Availability 19,975 21,35 17,9 -4,075
Condition 12,925 13,225 11,125 -2,1
Rata - Rata 15,19 16,21 13,27 -2,94

KESIMPULAN DAN SARAN 2. Untuk nilai kepentingan, dimensi dan


atribut yang menurut entitas/konsumen
1. Untuk tingkat kualitas layanan sistem dari Depo Pemasaran Ikan, yang
rantai pasok sistem distribusi ikan di Depo mempunyai nilai tertinggi adalah :
Pemasaran Ikan, nilai gap tertinggi yang
selanjutnya akan dilakukan perbaikan  Dimensi condition pada atribut kualitas
terdapat pada : ikan yang bagus (segar dan setengah
hidup) sebesar 4,425.
 Dimensi Timeliness, pada atribut T.1
yaitu pengiriman pesanan tepat waktu
sebesar – 0,089.
DAFTAR PUSTAKA
 Dimensi Availability, pada atribut A.5,
Iriani, Yani, (2010)., “ Usulan Perbaikan Kualitas
yaitu jumlah BORG yang memadai
Layanan Distribusi Dengan Pendekatan
sebesar – 0,080.
Physical Distribution Service Quality
(PDSQ)., SNPPTI 2010.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 389


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Nabhani, F and Shokri, A. (2009) “ Reducing the b. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada
delivery lead time in a food distribution SME Masyarakat Universitas Muhammadiyah
through the implementation of six sigma Sidoarjo, terimakasih atas kerjasamanya.
methodology”. Journal of manufacturing c. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
technology Management. Sidoarjo, terimakasih atas ijin yang diberikan
Nasution, N.M, (2004) Manajemen Jasa Terpadu, selama penelitian berlangsung.
Bogor : Ghalia Indonesia, Bogor. d. UPT –Depo Pemasaran Ikan, Jalan Lingkar
Timur – Sidoarjo, terimakasih atas ijin yang
UCAPAN TERIMAKASIH diberikan selama penelitian berlangsung

a. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi –


Kemdikbud, sebagai atas dana yang diberikan
selama penelitian berlangsung.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 390


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMANFAATAN LIMBAH ARANG UNTUK PEMBUATAN ARANG BRIKET PENGRAJIN


ARANG DI DESA MANTUP LAMONGAN

Hadi Santosa[1], Setiyadi[2]


[1]
JurusanTeknikIndustri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
[2]
JurusanTeknik Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Kalijudan 37 Surabaya
Email : hadi_santosa27@yahoo.com
Email : setwmtk@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu produk yang dibuat dari sisa-sisa penebangan kayu adalah pembuatan arang, masyarakat di Daerah Lamongan
khususnya di Desa Mantup banyak terdapat pengrajin arang.Terdapat dua jenis hasil pembuatan arang yang diproduksi dan
dapat dijual di pasaran yaitu arang berukuran besar dan kecil.Sedangkan remah-remah arang hanya dibuang sebagai limbah
yang belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambah, sekaligus
meningkatkan kesejahteraan pengrajin.Saat ini limbah remah-remah arang mencapai 30% dari total arang yang diproduksi.
Padahal potensi limbah remah arang tersebut masih cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang
briket, baik untuk konsumsi rumah tangga lokal maupun untuk industri arang aktif baik untuk penggunaan dalam negeri
maupun untuk luar negeri (ekspor).
Dari aspek teknologi, pengolahan arang briket relative masih sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Namun
kendala utama yang dihadapi adalah masih terbatasnya pengetahuan dan wawasan pengrajin dalam mengolah kembali limbah
remah-ramah arang juga akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas yang belum memenuhi
persyaratan merupakan kendala dan masalah dalam pengembangan usaha industry pengolahan arang briket.
Berpijak dari kondisi tersebut maka dibuat penelitian dengan tujuan untuk merancang dan mengimplementasikan mesin
pencetak arang briket berbahan baku limbah arang yang mempunyai nilai ekonomis. Dilihat dari hasil analisa ekonomi (aspek
ekonomi dan finansial) memberikan gambaran bahwa dengan modal investasi sekitar 15 juta diperoleh pengembalian
investasi (ROI) sebesar 1,5% selama 66 hari.

Kata kunci : Arang briket, investasi, BEP.

PENDAHULUAN pembuatan arang briket adalah dengan meman-


fatkan sisa /remah–remah arang kayu menjadi arang
Arang merupakan bahan bakar tertua yang briket. Hal ini disebabkan karena masih minimnya
telah digunakan oleh manusia. Ketika manusia pengetahuan dan wawasan para pengrajin arang
pertama kali mengenal api bersamaan dengan itu kayu. Melihat kondisi tersebut, maka dirancang dan
pulalah arang mulai dikenal. Perkembangan dibuat mesin pencetak arang briket berbahan baku
selanjutnya arang diproses menjadi beriket arang remah-remah arang kayu. Sehingga limbah yang
dan menjadi alternative pengganti bahan bakar dihasilkan dapat memiliki nilai ekonomis dan lebih
minyak dan gas. Teknologi pembuatan briket arang bermanfaat sehingga dapat meningkatkan
sangat sederhana. Pada dasarnya briket arang kesejahteraan pengrajin arang kayu.
adalah arang yang telah diubah bentuk, ukuran,
dan kerapatannya menjadi produk yang lebih
praktis sebagai bahan bakar. Terdapat beberapa TINJAUAN PUSTAKA
tahapan dalam pembuatan briket arang yaitu
persiapan bahan baku, pengarangan, penggilingan, Pembuatan Arang Briket
penyaringan, pencampuran dengan bahan perekat, Teknologi pembuatan briket arang sangat
pengempaan dan pengeringan. sederhana. Pada dasarnya briket arang adalah arang
yang telah diubah bentuk, ukuran, dan
Di Desa Mantup Lamongan Jawa Timur terdapat kerapatannya menjadi produk yang lebih praktis
lima pengrajin arang kayu. Saat ini sisa/remah- sebagai bahan bakar. Berbagai tahapan dalam
remah arang kayu dibuang dan belum dimanfaatkan pembuatan arang briket berbahan baku remah-
kembali menjadi produk yang mempunyai nilai remah arang kayu yaitu persiapan bahan baku,
ekonomis. Di pihak lain salah satu bahan baku penggilingan, penyaringan, pencampuran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 391


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dengan bahan perekat, pengempaan dan Nilai Perhitungan Ekonomis


pengeringan. Aliran Khas tahunan dengan Jumlah tetap
Penggilingan dan Penyaringan Selisih pendapatan dan pengeluaran per tahun atau
Penggilingan diperlukan untuk menghancurkan aliran khas bersih dari tahun ke tahun adalah tetap.
bahan-bahan yang masih berukuran besar. Rumus yang digunakan menghitung periode
Penggilingan bisa dilakukan dengan ditumbuk de- pengembalian adalah sebagai berikut:
ngan tangan atau menggunakan mesin
penggilingan. Setelah itu dilakukan penya- Cf
ringan yang berfungsi ntuk menyeragamkan bentuk Periode pengembalian = (1)
bahan. Permukaanyang seragam akan memudah- A
kan arang untuk merekat menjadi padatan briket.
Dimana : Cf = biaya pertama
Pencampuran dengan bahan perekat
Bahan perekat yang biasa digunakan sebagai A = Aliran kas (neto) per tahun
perekat adalah tepung tapioka. Sebenarnya dapat
Aliran Khas tahunan dengan Jumlah Tidak
pula menggunakan bahan-bahan yang lain seperti
tanah liat,semen, natrium silikat, tar, aspal, amilum, Tetap
molase, dan parafin. Untuk pembuatan perekat dari
tapioca biasanya digunakan perbandingan Bila aliran kas tiap tahun tidak tetap, maka rumus
antara bahan perekat tapioca dengan air sebesar 1 yang digunakan adalah :
: 12 atau 1 : 10. Persentase arang dengan perekat
berbeda antara satu bahan dengan bahan yang Periode pengembalian =
lainnya tergantung dari jenis dan ukuran bahan  n 1
 1 
baku. (n  1)  Cf   An  (2)
 1  An 
Pengempaan
Pengempaan dilakukan untuk membantu proses Dimana :
perekatan dan pemadatan arang Ukuran bahan yang Cf = biaya pertama
kurang seragam akan menyebabkan proses An = Aliran kas pada tahun ke n
perekatan kurang sempurna. Kepadatan akan n = Tahun pengembalian ditambah 1
meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan
briket arang yang dihasilkan. Pengempaan bias
dilakukan baik mulai dengan menggunakan alat Titik Impas
sederhana seperti alat pencetak dari paralon/
bamboo sampai kepada alat kempa dengan system Titik impas (break event point) adalah titik dimana
hidrolik. Pengempaan yang dilakukan pada total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik
peneltian ini menggunakan proses penekanan impas memberikan petunjuk bahwa tingkat
dengan ulir dan hidrolik. produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama
besar dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Pengeringan
Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit
Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur
produksi adalah konstan, maka jumlah unit pada
briket arang di bawah terik matahari selama 8
titik impas dihitung dengan rumus perhitungan :
jam. Semakin kering briket yang dihasilkan
akan semakin mudah terbakar dan menghasilkan Pendapatan = Biaya produksi
asap yang relative lebihs edikit. Setelah pengering-
an briket arang siap untuk dikemas dan digunakan. = Biaya tetap +biaya tidak tetap
Pengemasan diperlukan untuk menjaga agar beriket
tetap kering dan terhindar dari jamur. Briket arang = FC +Qi x VC
dapat digunakan dengan menggunakan tungku
atau kompor briket yang kini telah dijual bebas di Jadi
pasaran.
Qi x P = FC +Qi x VC

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 392


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

FC HASIL DAN PEMBAHASAN


Qi  (3)
P  VC Spesifikasi Mesin Pencetak Briket Arang
Dimana :
1. Dimensi Mesin
Qi = Jumlah unit (volume) yang dihasilkan dan a. Panjang : 1200 mm
terjual pada titik impas b. Lebar : 1000 mm
c. Tinggi : 1700 mm
FC = Biaya tetap d. Berat : 300 kg

P = Harga penjualan per unit 2. Bahan Konstruksi


Baja st 45 H beam dengan ketebalan 2 mm
VC = Biaya tidak tetap per unit sebagai rangka utama dan rangka penunjang
pelat baja dengan ketebalan 2 mm, proses
Pengembalian atas Investasi (Return on penggabungan dengan pengelasan electric
Investment) arch welding. Bahan pencetak briket st 60
dengan ketebalan 100 mm dengan lobang
Pengembalian atas investasi (ROI) adalah pencetak dibubut berdiameter 50 mm, silinder
perbandingan dari pemasukan per tahun terhadap penekan briket st 60 dengan diameter 48 mm.
dana investasi dengan demikian memberikan Penyangga Pencetak bahan st 60 dengan
indikasi profitabilitas suatu investasi. Rumus ketebalan 5 mm
perhitungan adalah sebagai berikut:
3. Kapasitas Mesin
Pemasukan a. Produk Briket 20 buah / proses
ROI = x100% (4)
Investasi ( machining time /process : 2 minute )
b. Kekuatan penekanan 100 kg/ briket
Rata-rata produksi arang kayu di Desa Mantup ( 2000 Kg/ 20 briket )
sebesar 800 kg/minggu/pengrajin. Adapun hasil c. Produksi 300 kg/hari ( 3000 briket/hari
dengan berat briket 100 gr/buah )
remah-remah arang yang dihasilkan sebesar
240kg/minggu/pengrajin. Terdapat 5 pengrajin di 4. Proses operasi mesin
desa tersebut. Melihat kondisi tersebut, maka Penekan dengan sistem hidrolis digerakkan
dimungkinkan untuk dibuat dan diolah kembali motor dengan daya 1 PK ( 746 watt ) dan ulir
limbah remah arang kayu tersebut menjadi arang dengan beban kerja gaya sesuai dengan
briket. ergonomi kekuatan tangan 5 kg – 7 kg.
Pelepasan briket dengan sistem kerja hidrolis
METODE PENELITIAN yang disangga dengan pelat tatakan penampung
Metode penelitian yang digunakan dalam briket.
merancang bangun mesin pencetak arang briket ini Adapun gambar mesin pencetak briket dan silinder
cetakannya dapat ditunjukkan pada Gambar 1 dan
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.
1. Survei informasi ke daerah Desa Mantup,
Lamongan Jawa Timur.
2. Rancang bangun mesin pencetak arang briket
dengan memperhatikan aspek ergonomis dalam
putaran ulir penekan, membutuhkan gaya 5-8
kg dan volume produksi mesin kurang lebih
200kg/hari dimana sekali cetak menghasilkan
20 briket dengan diameter briket 6 cm, tinggi
12 cm. Berat sekitar 100 gr/biji.
3. Demo peralatan dan implementasi pada
pengrajin arang kayu untuk mengetahui
efektifitas penggunaan alat pencetak yang telah
dibuat.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 393


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

b. Pemakaian listrik setiap hari : Rp. 10.000


c. Depresiasi mesin/hari (umur mesin 3 tahun)
: Rp. 14.000
Total Biaya : Rp. 274.000

Pendapatan penjualan arang kayu :

Rp. 2500 x 200kg = Rp. 500.000

Penghasilan pengrajin :

Rp. 500.000-Rp 274.000= Rp 226.000/hari

Perhitungan titik impas :

1. Biaya tetap = dalam hal ini diambil dari jumlah


Gambar 1. Mesin Pencetak Briket total biaya tenaga kerja+depresiasi mesin

= Rp. 164.000,- (untuk 200 kg


produk briket)

2. Biaya tidak tetap = diambil dari biaya bahan


baku

= Rp. 100.000,- (bahan perekat


dan bahan bakar untuk 200 kg produk briket)

100.000
Biaya tidak tetap/ kg =
200
= Rp. 500,-

Gambar 2. Silinder Cetakan Briket Jadi titik impas produk kerupuk per hari =
Rp.164.000
= 82 kg
Rp.2500  Rp.500
Analisa Kelayakan Ekonomi Pendapatan pada titik impas = 82 kg x Rp. 2.500
= Rp. 205.000,-
Berdasarkan wawancara langsung dengan pengrajin
maka ada sekitar 5 pengrajin arang kayu di Desa Estimasi harga alat : Rp. 15.000.000 maka dalam
Mantup, rata–rata produksi mereka adalah 300 jangka waktu periode pengembalian adalah =
kg/hari/pengrajin. Dimana biaya produksi sekitar
Rp. 274.000,-. Hasil penjualan 200 kg nya adalah Rp.15.000.000
= 66 hari.
Rp.500.000,- dengan harga per kg Rp. 2500,-. Rp.226.000
Biaya produksi secara lebih detail adalah sebagai
Dimana
berikut :
Return on investment =
1. Bahan baku pembuatan briket :
Rp.226.000
a. Tepung tapioka sebagai perekat 10 kg
x100% = 1,5 %
Rp.15.000.000
: Rp. 50.000
b. Minyak tanah untuk pembuatan lem tapioka KESIMPULAN
: Rp. 50.000 1. Dengan adanya alat pencetak briket dari
2. Biaya-biaya: limbah arang kayu ini, 30 % limbah arang
kayu dapat diolah lagi menjadi arang briket
a. Tenaga pemutar dan pengangkat (2 orang) @
sehingga dapat menaikkan nilai tambah
Rp. 75.000 : Rp. 150.000

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 394


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pendapatan para pengrajin sebesar Rp [2]. M Tirono, Ali S, April 2011, Efek Suhu Pada
226.000,-/hari. Proses Pengarangan Terhadap Nilai Kalor
2. Proses pengerjaan limbah arang kayu menjadi Arang Tempurung Kelapa, Jurnal Neutrino,
briket sangat mudah karena mesin pencetak Vol 3, No. 2.
briket dibuat dengan dimensi yang ergonomis
sesuai dengan ukuran dan kekuatan tangan [3]. Perry, H. Chemical Engineering Handbook,
operator dengan gaya penekan sebesar 5-8 kg. 7th Edition., McGraw Hill.
3. Pengembalian investasi (ROI) sebesar 1,5%
/66 hari. [4]. Salvatore, 1993, Managerial Economic in
Global, Mc-Graw Hill, Singapore.

DAFTAR PUSTAKA [5]. Meriam J.L., L.G. Kraige, 2001, ” Engineering


Mechanics: Vol 1: Statics”, John Willey &
[1]. Danang DS, November 2009, Karakteristik Son.
Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung,
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1. [6]. Iman Soeharto, 1997, Manajemen Proyek,
penerbit Erlangga.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 395


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PARAMETER KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN


MESIN PERKAKAS PADA PROSES UP MILLING DAN DOWN MILLING
MENGGUNAKAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2
1
Romiyadi,2Emon Azriadi
1,2
Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Kampar
Jl. Tengku Muhammad (KM.2), Bangkinang, 28461
1
Email : romiyadi@poltek-kampar.ac.id

ABSTRAK

Pada proses pemesinan menggunakan mesin frais, parameter proses pemesinan yang dapat diatur adalah kecepatan putaran
spindel (spindle speed), kecepatan pemakanan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Perubahan kecepatan putaran
spindel, kecepatan pemakanan, dan kedalaman potong pada proses frais akan mengakibatkan terjadinya perubahan getaran
pada mesin frais.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter pemesinan khususnya kecepatan pemakanan terhadap getaran
pemesinan yang terjadi pada mesin frais pada proses up milling dan down milling dengan pergerakan meja arah horizontal
(sumbu x) dan arah radial (sumbu y). Pengujian ini menggunakan Mesin Frais Universal Knuth UFM 2.Pada pengujian ini
dilakukan variasi terhadap kedalaman potong, sedangkan parameter lainnya yaitu kecepatan putaran spindel dan kecepatan
pemakanan dibuat konstan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan kecepatan pemakananakan memberikan pengaruh positif terhadap getaran
mesin frais baik pada proses up milling maupun pada proses down milling untuk pergerakan meja arah horizontal maupun
arah radial. Untuk kedalaman potong yang sama, nilai getaran pada proses down milling lebih besar dibandingkan pada
proses up milling. Sementara getaran yang terjadi pada pergerakan meja arah horizontal lebih besar dari pada getaran pada
arah radial baik pada proses up milling maupun pada proses down milling

Kata Kunci: Getaran Pemesinan, Kecepatan Pemakanan, Up milling, Down milling

PENDAHULUAN yang tertera pada mesin frais. Pengaturan besar


Proses produksi pembuatan suatu produk kecepatan putaran dan kedalaman potong tergantung
manufaktur yang ada didunia hampir seluruhnya dari pengetahuan dan pengalaman dalam
memerlukan proses pemesinan (Gandjar et al, 2007). mengoperasikan mesin perkakas (Hernadewita et al,
Proses pemesinan adalah suatu proses manufaktur 2006).
dimana proses utamanya adalah melepaskan / Perubahan kecepatan putaran spindel,
menghilangkan sebagian material dari suatu bahan kecepatan pemakanan, dan kedalaman potong pada
dasar yang dapat berupa blok atau silinder pejal proses frais akan menyebabkan terjadinya perubahan
sehingga memenuhi bentuk dan kualitas yang kekasaran permukaan produk yang dihasilkan.
diinginkan. Selain itu, proses pemesinan ini Kekasaran produk yang terjadi diakibatkan oleh
merupakan salah satu proses manufaktur yang adanya getaran yang timbul pada mesin pada saat
kompleks karena harus mempertimbangkan banyak mesin itu beroperasi (Hernadewita et al, 2006).
faktor agar produk yang dihasilkan sesuai dengan Semakin besar nilai amplitudo getaran, semakin
spesifikasi kualitas yang ditetapkan. besar pula nilai kekakasaran permukaan pada produk
Proses pemesinan frais (milling) merupakan yang dihasilkan dan begitu juga sebaliknya (Muas,
salah satu proses pemesinan yang banyak digunakan 2008).
untuk pembuatan komponen (Jaya Suteja et al, Getaran pemesinan merupakan parameter
2008). Proses pemesinan frais sering digunakan pemotongan yang tidak dapat dikontrol secara bebas,
untuk membuat komponen yang mempunyai fitur sebab keberadaannya akan selalu timbul selama
berupa suatu profil dan juga trajectory yang proses pemesinan berlangsung (Muas, 2008).
kompleks. Sebagai contoh, proses pemesinan frais Menurut Kalpakjian (2006), getaran pemesinan
sering digunakan dalam pembuatan cetakan (mould) (machining vibration) merupakan getaran yang
untuk membuat produk-produk dari plastik. timbul selama proses pemotongan berlangsung dan
Pengoperasian mesin frais tidak terlepas dari disebabkan sedikitnya oleh dua hal yaitu getaran
parameter proses pemesinan. Parameter proses yang timbul akibat gaya potong dan getaran akibat
pemesinan terdiri dari kecepatan putaran spindel eksitasi pribadi .
(spindle speed), kecepatan potong (cutting speed), Mesin perkakas dirancang dengan
kedalaman potong (dept of cut), kecepatan menggunakan konsep high speed dan high
pemakanan (feed), gerak makan pergigi (chip load) power.Konsep ini menuntut rancangan mesin
dan waktu pemotongan. Besar kecepatan putaran perkakas harus memiliki kekakuan yang
spindel, kecepatan pemakanan dan kedalaman tinggi.Kekakuan tinggi biasanya diikuti dengan
potong pada mesin frais dapat dipilih sesuai dengan volume rancangan mesin perkakas yang besar.Hal

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 396


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ini sangat merugikan karena volume rancangan yang


besar membutuhkan jumlah material yang besar
juga.Untuk itu dirancang sistem kekakuan mesin
perkakas yang lebih kaku dengan menggunakan
ribbing.Sehingga getaran mesin perkakas dapat
diredam oleh mesin perkakas yang memiliki
kekakuan tinggi tapi volumenya tidak besar.Mesin
perkakas dirancang dengan memperhatikan aspek
kekakuan statik dan dinamik (Hendra, 2006).
Misalnya ditinjau dari aspek kekakuan dinamik yaitu
deformasi relatif antara pahat dengan benda kerja
dan getaran yang timbul karena adanya gaya eksitasi
(getaran paksa), gaya eksitasi sesaat (getaran bebas)
dan getaran karena adanya getaran eksitasi diri.
Dampak getaran yang muncul pada mesin
perkakas sangat besar pengaruhnya.Itu dapat dilihat
pada produk yang dihasilkan, umur pahat dan umur
mesin perkakas yang digunakan. Getaran yang tinggi
akan mengakibatkan kualitas benda kerja menjadi
kurang bagus, umur pahat menjadi lebih rendah dan
mesin tidak tahan lama. Getaran mesin perkaks
berpengaruh terhadap mesin perkakas, kondisi Gambar 1. Diagram Level Getaran Mesin Per ISO
pemotongan, getaran benda kerja dan umur pahat. 10816
Pengaruh getaran pada kondisi pemotongan dapat
dilihat dari perubahan geram dimana akibat METODE PENELITIAN
perubahan gaya pemotongan juga menghasilkan Proses pengambilan data pada penelitian
perubahan geram (Hendra, 2006). inidilaksanakan di Workshop Politeknik Kampar.
Dalam membicarakan getaran kita harus Fasilitas utama yang digunakan adalah Mesin
mengetahui batasan-batasan level getaran yang FraisUniversal Knuth UFM 2, CutterEnd Mill
menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin material HSS dengan diameter 16 mm dan jumlah
tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah gigi 4 serta Digital Vibration Tester Meter Phase II
mesin tersebut sudah mengalami suatu masalah DVM 1000.
sehingga memerlukan perbaikan. Gambar 1
menunjukkan level getaran berdasarkan ISO 10816
terhadap mesin yang diklasifikasikan berdasarkan
daya (power) mesin.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh parameter proses pemesinan
khusunya parameter kecepatan pemakanan terhadap
getaran yang terjadi pada Mesin Frais Universal
Knuth UFM 2 pada proses up millingdanproses
down milling pada pregerakan meja arah horizontal
(arah x) maupun pada pergerakan meja arah radial
(arah y).

Gambar 2. Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 397


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mm/min, 108 mm/min, 168 mm/min dan 233


mm/min. Sedangkan nilai kecepatan putaran spindel
yang digunakan adalah 388 rpm dan nilai kedalaman
potong yang digunakan adalah 0.5 mm.

Penempatan Alat Ukur


Alat ukur yang digunakan adalah Digital
Vibration Tester Meter Phase II DVM 1000.Pada
saat pengukuran, alat ukur tersebut ditempatkan
pada benda kerja.

Proses Frais
Proses frais yang digunakan pengujian ini
adalah proses frais jari (end milling) dengan
menggunakan metode up milling (putaran spindel
berlawanan dengan pergerakan meja) dan down
milling (putaran spindel searah dengan pergerakan
meja). Arah pergerakan meja yang digunakan adalah
arah horizontal (sumbu x) dan arah radial (sumbu y)
Gambar 3. Digital Vibration Tester Meter Phase II
DVM 1000 Pengukuran Getaran
Metode penelitian yang digunakan pada Pengukuran dilakukan dengan bantuan 2 orang
penelitian ini adalah sebagai berikut : operator dimana salah satunya bertugas mencatat
nilai yang tertera pada alat ukur.Pengukuran getaran
Pemilihan dan Pemotongan Material Sampel dilakukan sepanjang benda kerja dan pencatatan
Material yang digunakan pada penelitian ini dimulai saat nilai kecepatan getaran sudah stabil.
adalah material Baja Lunak (Mild Steel) dengan Pengukuran dilakukan 2 kali pada masin-masing
nilai kekerasan HRC 69 dan nilai kekuatan tarik parameter kecepatan pemakanan baik untuk proses
(Tensile Stength) 400 N/mm2. Material berbentuk up milling maupun untuk proses down milling.
persegi dengan ukuran 50 mm x 50 mm. Material
sampel tersebut dipotong sepanjang 80 mm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran getaran dilakukan pada proses frais
Pemilihan Parameter Pengujian end millingmenggunakan metode up millingdan
Setelah material sampel tersedia, maka proses down milling pada pergerakan meja arah horizontal
selanjutnya adalah memilih parameter apa saja yang (sumbu x) dan arah radial (sumbu y). Pengukuran
digunakan dalam proses pengujian. Parameter getaran ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk
getaran yang digunakan pada penelitian ini adalah masing-masing kedalaman potong dan nilai yang
amplitudo kecepatan getaran (vibration velocity). diambil adalah nilai rata-rata.Hasil pengukuran
Sedangkan paremeter proses pemesinan yang dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini.
digunakan adalah kedalaman potong (depth of cut),
kecepatan putaran spindle (spindle speed) dan
kecepatan pemakanan (feed). Parameter kecepatan
pemakanan dibuat bervariasi sedangkan parameter
lainnya yaitu kecepatan putaran spindel dan
kedalaman potong dibuat konstan. Nilai kecepatan
pemakanan yang digunakan adalah 45 mm/min, 69

Tabel. 1 Hasil Pengukuran Getaran Arah Horizontal (Sumbu X)

Up Milling Down Milling


N Vf DOC
No V1 Vrata-rata V1 V2 Vrata-rata
(rpm) (mm/min) (mm) V2(mm/s)
(mm/s) (mm/s) (mm/s) (mm/s) (mm/s)
1 388 45 0.50 0.31 0.29 0.30 0.25 0.39 0.32
2 388 69 0.50 0.34 0.32 0.33 0.37 0.40 0.39
3 388 108 0.50 0.47 0.42 0.45 0.27 0.62 0.45
4 388 168 0.50 0.63 0.57 0.60 0.43 0.79 0.61
5 388 233 0.50 0.67 0.62 0.65 0.58 0.84 0.71

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 398


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel. 2 Hasil Pengukuran Getaran Arah Radial (Sumbu Y)

Up milling Down Milling


N Vf(mm/mi DOC
No V1 V2(mm Vrata-rata V1(mm/s V2 Vrata-rata
(rpm) n) (mm)
(mm/s) /s) (mm/s) ) (mm/s) (mm/s)
1 388 45 0.50 0.26 0.26 0.26 0.27 0.28 0.28
2 388 69 0.50 0.31 0.28 0.30 0.31 0.32 0.32
3 388 108 0.50 0.32 0.41 0.37 0.33 0.51 0.42
4 388 168 0.50 0.44 0.37 0.41 0.46 0.52 0.49
5 388 233 0.50 0.48 0.51 0.50 0.32 0.83 0.58

Dari hasil pengukuran yang terlihat pada tabel terjadi. Semakin besar kecepatan pemakanan yang
1 dan 2, menunjukkan bahwa perubahan kecepatan digunakan, maka semakin besar pula getaran yang
pemakanan pada proses up milling dan proses down terjadi.
milling berpengaruh positif terhadap getaran yang

Gambar 4. Grafik Kecepatan Pemakanan Vs Gambar 5. Grafik Kecepatan Pemakanan Vs


Kecepatan Getaran (Arah X) Kecepatan Getaran (Arah Y)

Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara Gambar 5 memperlihatkan hubungan antara


kecepatan pemakanan terhadap nilai amplitudo kecepatan pemakanan terhadap nilai amplitudo
kecepatan getaran pada proses frais dengan kecepatan getaran pada proses frais dengan
pergerakan meja arah horizontal (arah x). Dari pergerakan meja arah radial (arah y). Pada
grafik terlihat bahwa semakin besar nilai kecepatan pergerakan arah radial ini, hubungan yang terjadi
pemakanan, maka semakin besar pula nilai sama dengan hubungan pada pergerakan meja arah
kecepatan getaran yang terjadi. Hal ini terjadi karena horizontal, dimana semakin besar nilai kecepatan
dengan semakin besarnilai kecepatan pemakanan pemakanan, maka semakin besar pula nilai
yang digunakanpada proses frais menyebabkan gaya kecepatan getaran yang terjadi baik pada proses up
potong yang terjadi pada proses frais semakin besar, milling maupun pada proses down milling.
sehingga menimbulkan gesekan yang tinggi akibat
dari kontak / interaksi yang terjadi pada saat proses
pemakanan dengan kecepatan pemakananyang
tinggidan mengakibatkan getaran yang terjadi
menjadi lebih tinggi. Sementara itu, nilai amplitudo
kecepatan getaran pada proses down milling lebih
tinggi dari pada nilai amplitudo kecepatan getaran
pada proses up milling. Hal ini disebabkan karena
pada proses down milling cenderung menghasilkan
pemakanan yang tebal karena putaran spindel searah
dengan pergerakan meja. Hal ini mengakibatkan
pemakanan yang terjadi selalu disaingi dengan laju
pemakanan, sehingga menghasilkan geram Gambar 6. Grafik Kecepatan Pemakanan Vs
yanglebih besar dan kasar.Selain itu pada proses Kecepatan Getaran (Up Milling)
down milling meja cenderung tertarik oleh cutter
akibat dari putaran spindel yang yang searah dengan Gambar 6 memperlihatkan hubungan antara
pergerakan meja kecepatan pemakananterhadap nilai amplitudo
kecepatan getaran pada proses frais dengan
menggunakan metode up milling. Pada kasus ini,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 399


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pergerakan meja arah horizontal (arah x), Terhadap Getaran Dengan Menggunakan Mesin
mempunyai nilai amplitudo kecepatan getaran yang Bubut Chien Yeh CY 800 Gf. Proseding
tinggi dibandingkan dengan nilai amplitudo Seminar Nasional Teknik Mesin-VII : Bandung.
kecepatan getaran pada pergerakan meja arah radial Institut Teknologi Nasional-Bandung (2008)
(arah y).Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
lengan meja yang panjang yang searah dengan Ichlas, N. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap
pergerakan meja arah horizontal, sehingga pada Getaran Mesin Perkakas. Jurnal Poli Rekayasa,
saat pergerakan meja arah horizontal, meja mesin Vol. 6(2):112-118 (2011)
ikut bergetar karena tingkat kekakuan meja yang
kurang akibat posisi lengan meja yang searah Muas, M. Pengaruh Getaran Pemesinan Terhadap
dengan pergerakan meja. Sedangkan pada Kekasaran Permukaan Pada Mesin VMC-200.
pergerakan meja arah radial getaran yang terjadi Jurnal Sinergi, Vol. 6(1):33-32 (2008)
lebih kecil karena pada pergerakan meja arah radial,
meja lebih stabil dan lebih kaku karena posisi meja Hendra.2006. Pengukuran Sinyal Getaran Pada
tegak lurus terhadap pergerakan meja. Mesin Bubut Gallic 16N Dengan Menggunakan
Multychannel Spectrum Analyzer. Jurnal Teknik
Mesin. 3(2):99-105 (2006)

Pudji, I. Aditya, S.N. Muhamad K.I. Analisis


Getaran Pada Generator Magnet Permanen 1
KW Hasil Rancang Bangun Pusat Penelitian
Tenaga Listrik Dan Mekatronik. Journal of
Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular
Technology, Vol. 1(1):19-26 (2010)

Arko, D. Arsi, A. Rusman, R. Erikson, S.


Monitoring Vibration Of A Model Of Rotating
Machine. Journal of Mechatronics, Electrical
Gambar 7. Grafik Kecepatan Pemakanan Vs Power, and Vehicular Technology. Vol.
Kecepatan Getaran (Down Milling) 2(1):52-56 (2011)

Gambar 7 memperlihatkan hubungan antara Ahmad Yusran, A. Analisis Spektrum Getaran Pada
kecepatan pemakanan terhadap nilai amplitudo Kerusakan Bantalan Rol Dengan Variasi
kecepatan getaran pada proses frais dengan Pembebanan. Proseding Seminar Nasional
menggunakan metode down milling. Pada kasus ini, Teknik Mesin-IX : Palembang. Universitas
hubungan yang terjadi sama dengan hubungan yang Sriwijaya (2010)
terjadi pada proses frais menggunakan metode up
milling dimana semakin besar nilai kecepatan Gandjar, K. Danardono, A.S. Slamet, W. Pengaruh
pemakanan, maka semakin besar pula nilai Parameter Pemesinan Terhadap Kualitas
kecepatan getaran yang terjadi baik pada pergerakan Permukaan Baja DF-3 (AISI 01) Yang
meja arah horizontal (arah x) maupaun pada Dikeraskan. Jurnal Teknologi, Vol. 3:185-192
pergerakan meja arah radial (arah y). (2005)

KESIMPULAN Alfatih, H. Studi Pengaruh Parameter Pemotongan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses Up
adanya perubahan kecepatan pemakananakan Dan Down Milling Dengan Pendekatan Vertical
memberikan pengaruh positif terhadap getaran Milling. Jurnal Media Mesin, Vol. 11(1):37-42
mesin frais baik pada proses up milling maupun (2010)
pada proses down milling untuk pergerakan meja
arah horizontal maupun arah radial. Untuk kecepatan Zulhendri. Gandjar, K. Yazmendra, R. Pengaruh
pemakanan yang sama, nilai getaran pada proses Tipe pahat dan Arah Pemakanan Permukaan
down milling lebih besar dibandingkan pada Berkontur Pada Pemesinan Milling Awal Dan
prosesup milling. Sementara getaran yang terjadi akhir TerhadapKekasaran Permukaan. Jurnal
pada pergerakan meja arah horizontal lebih besar Teknik Mesin. Vol, 4(1):15-22 (2007)
dari pada getaran yang terjadi pada arah radial baik
pada proses up milling maupun pada proses down Hernadewita.Hendra. Herman. Analisis Pengaruh
milling. Kondisi Pemotongan Benda Kerja (Panjang
penjuluran Terhadap Kekasaran Permukaan Pada
DAFTAR PUSTAKA Mesin Bubut Gallic 16N. Jurnal Teknik Mesin,
Vol. 3(1):55-61 (2006)
Amelia. Studi Pengaruh Kedalaman Pemakanan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 400


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Vorasri, M. Jirapattarasilp, K. Kaewkuekool, K. The Anonim. Vibrasi’s Blog : Sedikit Pengetahuan


Effect of High-speed Milling on Surface Tentang Vibrasi. Diakses 10 Juni 2012 dari
Roughness of Hardened Tool Steel.World http://vibrasi.wordpress.com (2009)
Academy of Science, Engineering and
Technology. Vol, 59:469-472 (2011) Anonim.Used Vibration. Diakses 18 Juli 2012 dari
http://usedvibration.com (2008)
Krar, S.F. Gill, A. R. Smid, P.. Technology Of
Machine Tools, 6th Edition. Mc Graw Hill Anonim.Metal Cutting Processes 2-Milling. Diakses
Companies, Inc (2005) 10 Juni 2012 dari
http://mmu.ic.polyu.edu.hk/handout/handout.ht
Kalpakjian, S. Steven,R..Schmid. Manufacturing, m : Hong Kong Polytechnic University (2007)
Engineering And Technology, 5th Edition.
Pearson Education, Inc (2005) Anonim. Engineers Handdbook : Reference Tables –
Hardness Conversion Table – Brinel, Rockwell.
Taufiq Rochim. Teori & Teknologi Proses Diakses 25 Juni 2012 dari
Pemesinan.Bandung : Proyek HEDS (1993) http://engineershandbook.com (2006)

Taufiq Rochim. Klasifikasi Proses, Gaya dan Daya [Phase II Machine Tools, Inc]. Digital Vibration
Pemesinan, Buku 1. Penerbit ITB. Bandung Tester Model No. DVM 1000 : Operation
(2007) Manual. New Jersey : Phase II Machine & Tool,
Inc.
Rakhit, A.K. Machine Tool Vibration : Its Effect
onManufactured Surfaces. Proceeding of the [Knuth Machine Tools, Inc]. UFM 2 : Operating
fourth Canadian Congress of Applied Mechanics, Instruction. Knuth Machine Tools, Inc.
463-464. (2007)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 401


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH SHOT PEENING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN


STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN FRICTION STIR WELDING
PADA ALUMINIUM SERI 5083

Wartono 1*, M. N. Ilman 2

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta1*
Email : wartono_sttnas@yahoo.com
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shot peening terhadap sifat mekanis pada paduan Al 5083 yang
telah mengalami proses friction stir welding (FSW). Pada umumnya, daerah sambungan las FSW mengalami proses pelunakan
dan penurunan sifat mekanis dibanding logam induknya. Perlakuan shot peening diharapkan dapat meningkatkan sifat
mekanis, karena efek tempa (forging) pada permukaan pelat.
Proses FSW dilakukan pada aluminium dengan tebal 3 mm, dengan sambungan las jenis butt joint. Mesin yang
digunakan dalam proses FSW ini adalah mesin Milling dengan putaran spindel sebesar 910 rpm dan kecepatan meja sebesar
18,2 mm/menit. Permukaan bahan yang telah di FSW, kemudian di-shot peening dengan menembakkan bola baja. Hasil
proses FSW dan shot peening kemudian diuji terhadap kekerasan, tarik statis dan struktur mikro.
Hasil uji menunjukkan bahwa proses FSW menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan. Kemudian shot peening
dilakukan pada sambungan FSW dengan lamanya waktu penembakan yang bervariasi dari 6 menit, 10 menit, dan 14 menit.
Hasil pengujian menunjukkan peningkatan kekuatan tarik sebesar 2,06 %, 3,81 %, dan 6,04 %, dan dengan shot peening nilai
kekerasannya semakin meningkat masing-masing sebesar 1,09 %, 6,51 %, dan 7,11 %.

Kata kunci : shot peening, sifat mekanis, struktur mikro, friction stir welding.

PENDAHULUAN penyusutan rendah, peralatan yang digunakan


Salah satu material yang sangat penting di sederhana dan biaya operasional rendah serta tidak
bidang teknik adalah aluminium dan paduannya, memerlukan operator yang bersertifikat. Kelebihan
terutama untuk industri struktur atau pemesinan, lain proses FSW yaitu dapat mengelas beberapa
seperti struktur kapal laut, komponen otomotif, dan paduan aluminium yang sulit dilas (sifat mampu las
struktur pesawat terbang. Saat ini sambungan rendah) termasuk menyambung jenis aluminium
dengan cara proses pengelasan telah banyak yang berbeda (dissimilar joint).
digunakan pada berbagai konstruksi mesin dan Namun demikian las FSW mempunyai
struktur, karena dapat menurunkan biaya produksi kelemahan yaitu pada daerah HAZ (Heat Affected
dan dapat meningkatkan kekuatan strukturnya. Zone), TMAZ (Thermomechanically Affected Zone),
Proses friction stir welding (FSW) merupakan dan daerah las (nugget) sepanjang garis sambungan
salah satu dari beberapa metode penyambungan benda kerja, mengalami pelunakan akibat
untuk aluminium paduan. FSW adalah versi terbaru rekristalisasi saat proses stirring, sehingga kekerasan
dari pengelasan gesek yang dikenal dengan teknik dan kekuatan tarik menurun. Untuk meningkatkan
penyambungan pada kondisi padat atau logam las kekerasan dan kekuatan tarik daerah lasan tersebut,
tidak mencair (solid-state process). Pengelasan sambungan las perlu mendapat perlakuan permukaan
gesek konvensional dilakukan dengan gerakan dengan cara shot peening (Proses Shot peening).
berupa gesekan memutar dan gaya aksial untuk Proses Shot peening merupakan proses
menyambung dua logam. Penyambungan pada penembakan butiran material berupa bola baja atau
proses pengelasan FSW dilakukan dengan bantuan steel grit pada daerah lasan atau garis sambungan
tools (pin dan shoulder) yang berputar dengan benda kerja dengan tekanan tinggi, dengan tujuan
kecepatan (speed) dan pemakanan (feeding) tertentu, untuk meningkatkan sifat mekanik material.
sehingga logam mengalami pelunakan dan terjadi Beberapa hal yang menentukan hasil shot peening
proses penyambungan. FSW digunakan secara luas adalah faktor manusia, tekanan udara untuk
dan sangat menguntungkan melebihi teknik menembakan butiran material, ukuran butiran
penyambungan yang telah ada. material, lamanya waktu penembakan, dan jarak
Las FSW mempunyai beberapa keunggulan penembakan (jarak nozel ke permukaan benda
dibandingkan las TIG atau MIG antara lain : tidak kerja).
membutuhkan bahan tambah (filler) pada saat proses Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
pengelasan, tidak terjadi percikan maupun asap, tentang bagaimana “Pengaruh Shot peening
rendahnya distorsi sepanjang pengelasan,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 402


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Terhadap Sifat Mekanis Sambungan Friction Stir


Welding Pada Aluminium Alloy Seri 5083”.

METODE PENELITIAN
Tulisan ini disusun berdasarkan hasil
percobaan friction stir welding dan shot peening
serta pengujian terkait yang dilakukan sesuai
urutan/prosedur berikut ini.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu
aluminium paduan seri 5083 yang berbentuk
lembaran (sheet), dengan ukuran panjang 300
mm, lebar 200 mm, tebal 3 mm.
Sedangkan bahan mempunyai komposisi kimia
seperti ditunjukkan dalam tabel 1.
Gambar 2 : Shoulder plunge.
Tabel 1 : Komposisi kimia.
Si Fe Cu Mn Mg Ti Cr Zn Al Pengaturan Sudut Tool
Sudut kemiringan shoulder (θ) antara 2o – 4o
0,4 0,4 0,1 0,4-1,0 4-4,9 0,15 0,25 0,25 92,55
terhadap sumbu tegak lurus pada permukaan
benda kerja. Sudut kemiringan shoulder seperti
Proses Pengelasan dan Parameter Las gambar 2 diatas.
Pengelasan dengan metode friction stir welding
(FSW), menggunakan mesin milling Aciera Bentuk Tool
dengan putaran spindel 910 rpm dan kecepatan Proses pengelasan menggunakan tool dari bahan
pemakanan 18,2 mm/menit. HSS, diameter shoulder 15 mm dan diameter pin
Prinsip kerja pengelasan FSW ditunjukkan 3 mm, sudut kemiringan shoulder 2o. Tipe
seperti gambar 1, sedangkan parameter sambungan las Butt Joint. Bentuk tool seperti
pengelasan dapat dilihat pada tabel 2. ditunjukkan pada gambar 3 dibawah.

Gambar 1 : Prinsip Kerja Las FSW. Gambar 3 : Bentuk tool.

Tabel 2: Parameter Pengelasan Proses Shot Peening


Shot peening terhadap sambungan las FSW. Shot
Putaran Kecepata Penurunan Ukuran Tool peening dengan menembakkan bola baja yang
Spindel n feeding Tool (pin & ukuran diameternya S 230 (ϕ ≤ 800 µm) pada
(rpm) (mm/mnt) (mm) shoulder) (mm) permukaan plat secara berulang. Shot dilakukan
Shoulder Ø15 mm dengan tekanan udara 6 bar dan jarak
910 18,2 0,2 Pin Ø 3 mm,
Panjang Pin 2,9
penembakan antara nozel dengan permukaan plat
mm 100 mm, serta bukaan nozel berdiameter 10 mm.
Variasi lamanya waktu penembakan yaitu
sebesar 6 menit (SP 6), 10 menit (SP 10), dan 14
menit (SP 14).
Prinsip shot peening ditunjukkan seperti pada
gambar 4 dibawah.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 403


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

permukaan spesimen uji. Jarak antara titik hasil


pengujian yang satu dengan titik yang lain sebesar
250 μm. Bentuk pengujian seperti pada gambar 6.
Uji kekerasan dilakukan dengan
menggunakan skala vickers micro indentor, dengan
beban 100 gram dan waktu pembebanan 5 detik
pada setiap spesimen uji.

Gambar 4 : Prinsip Shot Peening dengan


Bola Baja Pada Sambungan Las FSW.
Gambar 6 : Bentuk Pengujian Kekerasan.
Pembuatan Spesimen
Pemotongan spesimen untuk uji tarik sesuai Sedangkan hasil uji kekerasan seperti pada
spesifikasi standar yang ditunjukkan pada gambar 5. gambar 7.
Kemudian dilakukan pemotongan spesimen untuk
uji kekerasan dan struktur mikro.
DAERAH LAS
ARAH PENGEROLAN
5

12,5
R1

20

50
150

Gambar 5 : Spesimen Uji Tarik.

Pengujian Mekanis
Uji tarik, kekerasan dan pengamatan
struktur mikro sambungan las FSW, dilakukan baik
pada spesimen FSW tanpa shot peening (FSW NP)
a
maupun FSW dengan shot peening (SP).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Pengujian Tarik
Aluminium paduan 5083 setelah dilakukan
proses penyambungan FSW mempunyai ukuran
panjang 300 mm x 200 mm x 3 mm. Selanjutnya
dibuat spesimen uji tarik untuk FSW tanpa shot
peening (FSW NP) maupun FSW dengan shot
peening (SP) masing-masing sebanyak 3 buah.
Hasil uji tarik ditunjukkan pada tabel 3. b

Tabel 3 : Hasil uji tarik. c


Jenis Luas ε σu
Aluminium
Perlakuan (mm2) % MPa
5083 RM 59,84 10,3 330
FSW(NP) 38,42 5,64 216
SP 6 38,76 5,52 221
SP 10 37,58 5,38 225
SP 14 38,55 5,26 230

Pengujian Kekerasan
Disamping pengujian tarik, juga dilakukan uji
kekerasan untuk mengetahui distribusi kekerasan
pada arah kedalaman dengan jarak 0,25 mm dari d

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 404


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

d c b a

Gambar 7 : Grafik distribusi kekerasan vs jarak


(a. FSW NP, b.Shot 6’, c.Shot 10’, d.Shot 14’)
b
Struktur mikro
Pada hasil proses pengelasan apabila hasil
las dilihat pada arah transversal, profil sambungan
FSW berbentuk trapesium terbalik yang
menunjukkan empat daerah hasil lasan yaitu Base
Material, HAZ, TMAZ, dan Nugget (weld metal),
seperti ditunjukkan pada gambar 8.
c

Gambar 8 : Daerah Hasil Las FSW.

Pengujian Struktur Mikro dilakukan pada Gambar 9 : Struktur makro Perbesaran 10x dan
arah transversal hasil pengelasan. Pekerjaan meliputi Struktur mikro Perbesaran 100x, Etsa HF
: pemotongan, pengamplasan, pemolesan, etsa. (a. WM, b.TMAZ, c.HAZ, d.BM)
Proses etsa dengan diberi cairan HF (hidro fluoride),
kemudian diamati dengan mikroskop optic.

Hasil pengamatan struktur makro dan


mikro ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 10. SEM dari FSW dengan shot peening


selama 14 menit.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 405


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pembahasan Tabel 4 : Hasil uji kekerasan.


Dari pengujian tarik akan didapatkan sifat Kekerasan
%
mekanik bahan, diantaranya adalah tegangan No. Spesimen Vickers
Kenaikan
maksimum dan keuletan dari suatu bahan. (kg/mm2)
Gambar 11 menunjukkan hasil uji tarik, dimana
proses pengelasan FSW menyebabkan penurunan 1. FSW NP 66,52 -
tegangan tarik. Hal ini disebabkan karena distribusi
tegangan sisa yang terjadi pada permukaan bahan 2. FSW + SP6 67,25 1,09 %
tidak seimbang, sehingga tegangan sisa tekan ini
tidak dapat mengimbangi tegangan tarik pada bahan 3. FSW + SP10 70,85 6,51 %
pada saat terjadi pembebanan tarik statis dari luar.
4. FSW + SP14 71,25 7,11 %

Hasil pengujian kekerasan dapat dilihat


pada Gambar 12 dibawah, yang menunjukkan
gabungan grafik kekerasan daerah nugget (weld
metal) searah tebal spesimen.

σu

Gambar 11 : Grafik Tegangan vs. Jenis


Perlakuan

Proses shot peening dengan pemberian


lama waktu penembakan yang bervariasi dari 6
menit, 10 menit, dan 14 menit menunjukkan
peningkatan kekuatan tarik yang signifikan.
Peningkatan kekuatan tarik sebesar 2,06 %, 3,81 %, Gambar 12 : Grafik Kekerasan vs. Jarak
dan 6,04 %. Peningkatan ini disebabkan naiknya Kedalaman dari Permukaan Shot.
kerapatan dislokasi yang terjadi terutama pada batas
butirnya. Ketika deformasi berjalan terus seiring
peningkatan waktu penembakan yang digunakan, Kekerasan hasil proses shot peening
maka akan terjadi slip silang dan proses mengalami peningkatan dari FSW tanpa shot
penggandaan dislokasi, yang akan membentuk peening. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya
daerah kerapatan dislokasi yang tinggi selama proses waktu shot peening yang diberikan maka deformasi
shot peening berlangsung. plastis pada permukaan bahan semakin besar.
Disamping peningkatan kekuatan tarik, Bagian yang mengalami deformasi plastis akan
proses shot peening juga menurunkan keuletan dan menyebabkan dislokasi pada sisi kristalnya dan
meningkatkan kekakuan bahan. Hal ini dapat terlihat meningkatkan kerapatan dislokasi. Kerapatan
dari menurunnya nilai perpanjangan (ε). Pemberian deformasi yang besar akan menumpuk pada bidang
shot peening yang berlebihan dapat menyebabkan luncur di penghalang, seperti batas butir. Dislokasi
bahan menjadi getas. yang tertumpuk pada suatu penghalang akan
berinteraksi. Interaksi ini akan menyebabkan
Dari hasil pengujian kekerasan kerapatan dislokasi yang tinggi terutama pada batas
menunjukkan bahwa pada daerah nugget (weld butir sehingga gerakan dislokasi akan saling
metal) dari bahan FSW yang telah di-shot peening menghambat. Dengan kata lain bahan menjadi kuat.
mengalami peningkatan kekerasan masing-masing
sebesar 1,09 %, 6,51 %, 7,11 %, dan hasil pengujian KESIMPULAN
seperti ditunjukkan pada table 4 dibawah. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses FSW menurunkan kekuatan tarik dan
kekerasan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 406


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

2. Dengan proses shot peening, kekuatan tarik dan welding, ISIJ International, vol. 40, pp. S15-
kekerasan Al 5083 meningkat seiring dengan S19.
peningkatan waktunya shot peening. Kazuhiro Nakata, dkk., (2000), Weldability of high
3. Proses shot peening meningkatkan kekerasan strength aluminium alloys by friction stir
secara terbatas dan menyebabkan deformasi welding, ISIJ International, vol. 40, pp. S15-
plastis pada kedalaman tertentu dari permukaan S19.
bahan. Kumar, K. and Kailas, S.V., (2008), The role of
friction strir welding tool on material flow and
Daftar Pustaka weld formation, Jurnal Materials Science &
Adamowski, J. and Szkodo, M. (2007), Friction stir Engineering A 485 p. 367-374.
welds (FSW) of aluminium alloy AW6082-T6 Kutz, M., 1998, Mechanical Engineers Handbook,
2007, Jurnal of achievements in materials and 2nd ed., John Wiley & Sons, Inc.
manufacturing engineering, Vol. 20,. Michael F. Ashby and David R.H. Jones, (1996),
Caballero, (2011), Overall mechanical behavior of Engineering Materials 1, An introduction to
friction stir welded joints superficially treated their properties & applications, 2nd ed.,
by laser shot peening, Jurnal Anales de Butterworth, Oxford.
Mecanica de la fractura, vol. 2. Reddy, G.M., (2006), Microstructure, residual stress
Cavaliere P., (2006), Effect of welding parameters distribution and mechanical properties of
on mechanical and microstructural properties friction stir AA6061 aluminium alloy
of AA6056 joints produced by Friction Stir weldments, Proc. Seminar Nasional on Non-
Welding, Journal of Materials Processing Destructive Evaluation, India.
Technology 180, hal. 263-270. Thomas, W., (1991), Friction Stir Welding, The
Engineering Division Handbook, 1999, Technical Welding Institute.
Data Aluminium, Aluminium City (Pty) William, R., (1997), Welding Handbook, 8th ed,
Limited. Vol.3, Miami.
Kazuhiro Nakata, dkk., (2000), Weldability of high
strength aluminium alloys by friction stir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 407


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PRODUKSI BIOGAS DARI SUBSTRAT LIMBAH PADAT


DAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PATI AREN

D. Andang Arif Wibawa1,Dewi Astuti Herawati2,


Fentinur Evida Septriana3, Hari Sulistyo4
1
Jurusan Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi
e-mail : andangbiotek@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi
e-mail: dewi_tkusb@yahoo.com
3
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
4
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Melimpahnya limbah cair dan padat dari industri pati aren di Dukuh Bendo, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah sangat mengganggu lingkungan. Pencemaran yang ditimbulkan adalah bau yang tidak sedap, biota sungai, dan
kemungkinan banjir karena limbah padat dibuang ke badan sungai. Pemanfaatan limbah cair dan limbah padat industri pati
aren sebagai sumber bahan baku produksi biogas dan pupuk organik merupakan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biogas dengan bahan baku variasi perbandingan substrat limbah cair dan limbah
padat industri pati aren.
Bahan baku dengan variasi perbandingan limbah padat dan limbah cair R2, R3, dan R5 berturut turut 1: 7, 1: 5, dan
tanpa substrat dicampur dengan stater inokulum dari cairan effluent biodigester KP4 UGM dimasukkan ke dalam
biodiogester 2500 mL ditambahkan air sehingga volume totalnya 1500 mL. Lingkungan pH awal campuran asam
dikondisikan pH sekitar 6,5-7 dengan penambahan larutan NaOH 1,24 M. Biodigester ditutup rapat. Volume biogas diukur
setiap hari. Pada proses pembentukan biogas dianalisis kadar metana, kadar CO2 menggunakan kromatografi gas. Proses ini
dihentikan pada hari ke 44.
Hasil terbaik diperoleh pada perbandingan substrat limbah padat dan limbah cair 1:5 (R3).Volume akumulasi biogas
dihasilkan pada hari ke 44 sebanyak 1,6 L. Kadar biogas tertinggi dihasilkan pada hari ke-17 dengan metana sebanyak 74,74
%, kadar CO2 sebanyak 22,83 %, dan sisanya berupa uap air maupun impuritas lainnya.

Kata Kunci : biogas, limbah cair , limbah padat, industri pati aren, metana.

PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN


Melimpahnya limbah cair dan padat dari Bahan baku yang digunakan pada penelitian
industri pati aren sangat mengganggu lingkungan. ini adalah limbah cair dan limbah padat industri
Pencemaran yang ditimbulkan adalah bau yang pati aren. Hasil analisis komposisi bahan baku
tidak sedap, biota sungai, dan kemungkinan banjir tersaji pada Tabel 1.
karena limbah padat dibuang ke badan sungai.
Pemanfaatan limbah cair dan limbah padat industri Tabel 1. Hasil analisis komposisi bahan baku
pati aren sebagai sumber bahan baku pupuk organik
Parameter Limbah Limbah
dan biogas merupakan alternatif pemecahan
cair padat
masalah tersebut. Di samping itu dapat berperan
mengurangi kelangkaan pupuk, khususnya pupuk Kadar air, % - 71,10
organik dan energi di daerah industri pati aren. Rasio C/N 30,40 70,91
Biogas adalah gas yang dihasilkan secara Bahan Organik, % 2,69 55,01
mikrobiologi anaerobik dari limbah organik
(Khorsh idi dan Arikan, 2008). Biogas terdiri dari Starter inokulum berasal dari cairan hasil
campuran metana CH4 (55-70%), CO2 (25-50%), biodigester Kebun Pendidikan dan Pengembangan
H2O ( 1-5%), H2S (0-0,5%), N2 (0-5%) , dan NH3 Pertanian (KP4) UGM, Brebah, Sleman.
(0 0,05%) (Deublein dan Steinhauser, 2008). Rangkain Alat Penelitian disajikan pada gambar 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perbandingan substrat limbah cair dan
limbah padat industri pati aren terhadap produksi
biogas.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 408


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

terbanyak dihasilkan oleh R3 kemudian menyusul


R2 dan R5. Pada R3 volume akumulasi biogás
yang dihasilkan pada hari ke 44 sebanyak 1603 mL,
pada R2 sebanyak 176 mL dan R5 sebanyak 353
mL. Pada kondisi awal reaksi dalam biodigester,
akumulasi volume biogas yang dihasilkan masih
sedikit. Hal ini dapat dipahami karena
mikroorganisme yang berperan dalam pembentukan
biogas sedang berada dalam masa penyesuaian diri
terhadap lingkungan yang baru. Di samping itu
subtrat yang baru masih perlu mengalami degradasi
Gambar 1. Rangkaian alat penelitian awal oleh mikroorganisme non penghasil biogas
untuk menghasilkan substrat bagi mikroorganisme
Bahan baku berupa limbah cair dan limbah panghasil biogas. Dimulai hari ke 11 akumulasi
padat industri pati aren di Dukuh Bendo, volume biogas yang dihasilkan mulai meningkat.
Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Hal ini menunjukkan bahwa degradasi bahan baku
Tengah. Bahan baku tersebut disimpan dalam awal sudah berlangsung, dan menghasilkan substrat
ruang dingin bersuhu + 4 oC disediakan dalam baru bagi mikroorganisme penghasil biogas.
jumlah yang cukup untuk penelitian.Analisis bahan Tersedianya substrat bagi mikroorganisme
baku meliputi analisis % C organik dan % N total penghasil biogas, memacu pertumbuhan
dengan metode AOAC, 2002, pH dengan pH mikroorganisme tersebut dan produksi biogasnya.
universal . Pada rentang waktu berikutnya, volum biogas
Penelitian ini dilakukan dengan variasi bertambah secara jauh lebih cepat, bahkan
perbandingan bahan limbah padat dan limbah cair mencapai kecepatan maksimum. Pada waktu
R2, R3, dan R5 berturut turut 1: 7, 1: 5, dan tanpa tersebut, mikroorganisme telah berhasil
substrat dicampur dengan stater inokulum dari menyesuaikan diri, serta mendapat dukungan dari
cairan effluent biodigester KP4 UGM dimasukkan kondisi lingkungan yang sesuai dan jumlah substrat
yang cukup sehingga proses penguraian substrat
kedalam biodiogester 2500 mL ditambahkan air
berjalan dengan lancar. Ketika volume biogas telah
sehingga volume totalnya 1500 mL. pH awal konstan, pada saat itu jumlah substrat telah banyak
campuran asam dikondisikan pH sekitar 6,5-7 berkurang atau bahkan habis terurai sehingga tidak
dengan penambahan larutan NaOH 1,24 M. ada lagi biogas yang terbentuk. Biodigester R3
Biodigester ditutup rapat. Volume biogas diukur memiliki potensi produksi biogas yang besar
setiap hari. Pada proses pembentukan biogas terlihat pada cepatnya masa penyesuaian diri
mikroorganisme sehingga mampu memproduksi
dianalisis kadar metana, kadar CO2 dan perubahan
biogas dengan lebih cepat. Masa penyesuaian diri
pH Kadar gas dianalisis dengan kromatografi gas. mikroba penghasil biogas pada R3 berlangsung
selama kurang dari 4 hari yaitu pada hari pertama.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini lebih cepat dari R2 yang berlangsung
a. Pengaruh perbandingan substrat limbah padat selama kurang lebih 6 hari. Mikroba penghasil
dengan limbah cair terhadap volume akumulasi biogas pada R5 juga membutuhkan waktu kurang
biogas. lebih 6 hari untuk penyesuaian diri karena
inokulum yang diambil dari KP4 tidak segera
digunakan sehingga bakteri metanogen dalam
inokulum telah banyak memproduksi biogas
sebelum digunakan dalam rangkaian alat penelitian.
Masa penyesuaian diri ini merupakan masa lag
phase dari mikroba tersebut. Akumulasi volum
biogas yang konstan untuk R3 dan R2 dicapai mulai
hari ke-32, dan untuk R5 yang berbahan inokulum
memiliki akumulasi volum biogas yang konstan
mulai hari ke-17. Pada saat akumulasi volum biogas
menjadi konstan, kemungkinan mikroba penghasil
biogas sudah mengalami masa stationary phase.
Gambar.2. Perubahan volume akumulasi biogas Masa pertumbuhan mikroba yang maksimal terjadi
pada variasi perbandingan substrat pada masa exponential growth phase yang berada
diantara masa lag phase dan stationary phase.
Perubahan Volume akumulasi biogás Pada produksi biogas, volume biogas yang
dapat dilihat pada Gambar 2 volume akumulasi besar bukan berarti memiliki tingkat kemurnian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 409


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yang tinggi. Konsentrasi gas metana dan Tabel 2. Konsentrasi Gas Metan Waktu tertentu
karbondioksida menunjukkan bahwa kadar gas
Kadar metana, %
metana pada R3 memiliki nilai yang terbesar di
antara biodigester lainnya. Hal ini menunjukkan Hari ke- R2 R3 R5
bahwa perbandingan komposisi limbah padat dan 10 29.528 54.156 49.419
cair 1 : 5 bukan hanya mampu memproduksi biogas
17 62.85 74.743 56.931
dengan jumlah yang besar, namun juga memiliki
kemurnian yang cukup tinggi. Gambar 3 dan 5 24 54.987 70.708 23.204
menunjukkan grafik konsentrasi gas metana dan 31 39.523 55.909 25.234
karbondioksida terhadap waktu. Pengukuran kadar
gas metana dan karbondioksida dilakukan di 44 40.956 45.657 24.32
Laboratorium Analisis Instrumentasi, Jurusan
Teknik Kimia UGM menggunakan alat gas
chromatography. Sampel yang diinjectkan adalah
gas yang diambil dari masing-masing biodigester.
Sampel gas tersebut dibandingkan terhadap gas
yang sama jenisnya yang digunakan sebagai gas
standar sehingga diketahui kadar beberapa jenis
gas.
1 2 3
b. Kadar metana dan CO2

Gambar 4. Uji Nyala Produksi Biogas


Keterangan Gambar :
1. Uji Nyala api biogas dari substrat perbandingan
limbah padat : limbah cair = R2 ( 1 : 7)
2. Uji Nyala api biogas dari substrat perbandingan
limbah padat : limbah cair = R3 ( 1 : 5)
3. Uji Nyala api biogas dari stater inokulum tanpa
penambahan substrat = R5

Gambar 3. Perubahan kadar metana setiap waktu


pada variasi perbandingan substrat.

Konsentrasi gas metana terbesar pada R2


terjadi pada hari ke-17 sebesar 62,85%, R3 terjadi
pada hari ke-17 sebesar 74,743%, dan R5 terjadi
pada hari ke-17 sebesar 56,931%. Konsentrasi gas
metana pada berbagai waktu diperlihatkan pada
tabel 2. Berdasarkan uji nyala api menunjukkan
bahwa biogas yang diproduksi biodigester R3
menghasilkan nyala api terbesar. Hal ini dapat
dipahami karena R3 menghasilkan akumulasi
volume biogas tertinggi dan memiliki konsentrasi Gambar 5. Perubahan kandungan CO2 setiap waktu
metana tertinggi mencapai 74,743%. Hasil ini pada variasi perbandingan substrat.
menunjukkan bahwa limbah padat dan limbah cair
dari industri pati aren berpotensi untuk
menghasilkan biogas, sehingga bisa untuk Tabel 3. Kadar CO2 setiap waktu
memenuhi kebutuhan energi bahan bakar melalui Hari R2 R3 R5
metode tepat guna (gambar 4). 10 13,6 40,576 32,059
17 25,826 22,838 31,615
24 24,404 22,719 18,122
31 17,865 18,85 16,436
44 18,294 18,362 14,946

Komposisi terbesar pada biogas adalah metana


dan karbondioksida. Karbondioksida merupakan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 410


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

salah satu komponen biogas yang sifatnya sebagai mikroba, hingga dicapai pH minimal 6 -7,
gas pengotor pada biogas yang dihasilkan. Sisanya, kemudian diikuti dengan kenaikan pH hingga
adalah gas-gas lain yang juga merupakan pengotor berada pada kondisi pH yang maksimal di akhir
biogas yang komposisinya sangat kecil, seperti uap tahap pembentukan biogas. Hal ini terjadi karena
air, hidrogen, dan lain-lain. Semakin rendah pada tahap awal, mikroorganisme yang berperan
konsentrasi karbondioksida, semakin bagus kualitas pada proses hidrolisis, asidogenesis, dan
biogas. Konsentrasi karbondioksida pada keempat asetogenesis lebih aktif melakukan kegiatannya
biodigester ditunjukkan pada gambar 5. dibandingkan dengan mikroba-mikroba
Berdasarkan gambar 5 di atas terlihat bahwa seiring metanogenik. Mikroorganisme hidrolitik
meningkatnya konsentrasi gas metana pada hari ke mendegradasi senyawa-senyawa organik menjadi
17 (gambar 3) diikuti dengan penurunan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Mikroba-
konsentrasi gas karbondioksida. Hal ini berarti ada mikroba pembentuk asam kemudian secara sangat
perubahan dominasi peranan dari mikroorganisme aktif mendegradasi senyawa-senyawa hasil
penghasil gas karbondioksida oleh mikrorganisme hidrolisis menjadi asam-asam volatil sehingga
penghasil gas metana. terjadi akumulasi asam yang menyebabkan kondisi
pH menurun. Pada tahap selanjutnya, mikroba
c. Pengaruh pH metanogenik lebih aktif dalam kegiatannya
Secara umum, pH yang optimum untuk mendegradasi asam-asam tersebut menjadi gas
pertumbuhan bakteri adalah sekitar 6,5 -. 7,5 metana dan karbondioksida sehingga jumlah asam-
(Metcalf dan Eddy, 2003). Pada pH sekitar pH asam volatil mengalami penurunan, dan kondisi pH
netral, yaitu pada rentang pH 6,5 -. 8,0 kembali normal. Kondisi pH untuk R5 sendiri, yang
mikroorganisme penghasil biogas akan berisi larutan inokulum, cenderung selalu berada
menjalankan aktivitasnya secara optimal. Mikroba dalam kondisi netral sepanjang jalannya penelitian.
akan terancam kelangsungan hidupnya bila kondisi
pH di bawah 4 atau di atas 9. Berikut ini grafik nilai KESIMPULAN
pH terhadap akumulasi volum biogas sepanjang Hasil terbaik diperoleh pada perbandingan
waktu penelitian. substrat limbah padat dan limbah cair 1 : 5
(R3).Volume akumulasi biogas dihasilkan pada hari
ke 44 sebanyak 1,6 L. Kadar biogas tertinggi
dihasilkan pada hari ke 17 metana sebanyak 74,74
% dan kadar CO2 sebanyak 22,83 % dan sisanya
berupa uap air maupun impuritas lainnya.Biogas
yang diproduksi dapat menyalakan api

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih kepada Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Jawa Tengah,
Kementerian Pendidikan Nasional yang telah
mendanai penelitian ini melalui Hibah Bersaing
pada tahun 2012 dan para Reviewer.

DAFTAR PUSTAKA
Association Official Agriculture Chemists, 2002,
Official Methods of Analysis of AOAC
Gambar 6. Perubahan pH setiap waktu pada International, Volume I. p.2.5-2.37. In
degradasi anaerobik limbah industri pati Horwitz, W. ( Ed.). Agricultural Chemicals,
aren. Contaminants, Drugs. AOAC International,
Maryland, USA. 17th edition.
Kondisi pH R2, R3, dan R5 serta Deublein, D. and Steinhauser, A, 2008. Biogas
akumulasi volume biogas yang dihasilkan dapat from Waste and Renewable Resource,
dilihat pada gambar 6. Gambar 6 tersebut Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
memperlihatkan bahwa pH masing-masing ,Weinheim.
biodigester berada pada kondisi yang mendekati Firdayati,M dan Handajani, M, 2005 Studi
netral sehingga tidak ada kondisi ekstrim yang Karakteristik Dasar Limbah Industri Tepung
terlalu asam atau terlalu basa. Kondisi pH dalam Aren, Jurnal Infrasturuktur dan Lingkungan
seluruh biodigester tidak begitu berpengaruh. Binaan Vo 1 No 2.
Kondisi pH masing-masing biodigester R2, dan R3 Khorshidi N and Arikan B,2008, Thesis,
memiliki kecenderungan yang sama. Kondisi pH Experimental Practice in order to Increasing
yang rendah pada tahap awal penyesuaian diri Efficiency of Biogas Production by Treating

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 411


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Digestate of Sludge, University College of


Boras School of Engineering.
MetCalf dan Eddy, 2003, “Wastewater Engineering
: Treatment, Disposal, and Reuse”, 4th ed.,
MCGraw Hill Book Co., New York.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 412


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR TERHADAP RESPON AMPLITUDO


POLA ALIRAN SLUG DENGAN MENGGUNAKAN
GELOMBANG ULTRASONIK PADA PIPA HORIZONTAL

S. Maulanaa, Khasanib, M.A. Bramantyab


a
Program Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: sonikam16@yahoo.com
b
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: bramantya99@gmail.com
Email: khasani@yahoo.com

ABSTRAK

Pengukuran aliran dengan beda tekanan seperti penggunaan oriffice, nozzle, dan venturi telah banyak digunakan di industri
untuk mengukur laju aliran dalam pipa. Metode pengukuran ini mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran karena
terjadinya perubahan penampang aliran pada pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Banyaknya industrimenuntut sistem
pengukuran dengan metodenon-invasif, dengan biaya rendah dan tidak rumit dalam penggunaannya. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan suatu alat ukur aliran tanpa melakukan perubahan pada penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter
ultrasonik.Flow meter ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur laju aliran dua fase karena adanya fase gas atau padat
berupa gelembung atau partikel padat yang mengalir bersama fase cair yang berfungsi sebagai reflektor gelombang
ultrasonik.Metode ini lebih mudah dalam pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak menimbulkan kerugian aliran.
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air dan udara, pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm dengan tebal 5 mmdan
transparan agar perilaku aliran dapat diamati.Function generator untuk menghasilkan frekuensi gelombang ultrasonik yang
dihubungkan ke transmitterdipilih sebagai pemancar signal, kemudian signal yang dipancarkan akan diterima oleh receiver
yang dihubungkan dengan osciloscop. Pada penelitian ini akan dianalisis besar kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi ultrasonik akibat perubahan temperaturpada pola aliranslug.Variasi suhu yang digunakan adalah
40-70oC.Kecepatan superfisial udara (Jg) yang digunakan adalah 1,31 m/s –2,29 m/s,sedangkan Kecepatan superfisial air (Jl)
yang digunakan adalah 0,39 m/s –1,05 m/s.
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis kemudian dicari hubungannya dengan perubahan temperatur dari fase
air-udara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan temperatur pada aliran slug akan mempengaruhi besar kecilnya
amplitudo, di mana semakin tinggi temperatur maka amplitudo akan semakin kecil.

Kata kunci : Gelombang ultrasonik, frekuensi, amplitude, temperatur, aliran slug.

PENDAHULUAN besar sehingga memungkinkan pipa pecah (blasting


pipe) atau memicu terjadinya korosi akibat kavitasi.
Aliran multi fasa dijumpai pada sistem Beberapa parameter yang perlu diketahui
perpipaan pada industri perminyakan, geothermal, seperti kecepatan aliran, temperatur, tekanan, debit
dan reaktor nuklir. Pada produksi minyak lepas aliran, jumlah uap, dan beberapa parameter lain,
pantai fluida kerjanya terdiri dari campuran sehingga performa dari sistem dapat diketahui.
minyak mentah, air laut, lumpur, dan gas.Pada Untuk mengetahui parameter-parameter tersebut
pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), fluida diperlukan suatu instrument yang berfungsi sebagai
kerjanya adalah air dan uap air yang mengalir secara perangkat ukur atau kontrol.Perubahan temperatur
bersamaan pada saluran tertutup.Campuran multi suatu fluida akan mempengaruhi atau berdampak
fasa tersebut membutuhkan penanganan secara pada sifat-sifat lainnya seperti massa jenis,
hati-hati karena berpengaruh terhadap bahaya viskositas, dan kecepatan suara. Perubahan ini akan
selama proses produksi dan pemeliharaan mempengaruhi debit aliran atau flow rate dalam
peralatannya. saluran. Debit aliran merupakan salah satu parameter
Pada aliran multi fasa, pola aliran slug dapat penting, karena akan mempengaruhi performa dari
memicu terjadinya kecelakaan pada pipa. Pada aliran sistem. Oleh karena itu debit aliran fluida dalam
slug di pipa horizontal, terjadi gesekan, meliputi suatu sistem perlu diketahui. Untuk mengetahui
gesekan antara liquid slug dengan pipa bagian atas, aliran fluida diperlukan suatau alat ukur untuk
liquid slug dengan pipa bagian bawah serta slip antar memonitor aliran fluida.
fasa. Gesekan ini menyebabkan fluktuasi beda Pengukuran aliran dengan beda tekanan
tekanan lokal (P/L) yang terjadi menjadi sangat seperti penggunaan orifice, nozzle, dan venturi telah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 413


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

banyak digunakan di industri dalam mengukur laju menggambarkan aliran dua fase cairan dan gas.
aliran dalam pipa. Metode pengukuran ini Pendekatan transmission-mode yang digunakan
mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi aliran untuk menggambarkan aliran dua fase cairan/gas
karena terjadinya perubahan penampang aliran pada dengan menggunakan 16 pasang tranduser yang
pipa, sehingga menimbulkan kerugian. Untuk masing-masing terdiri dari 16 transmitter dan 16
mengatasi hal ini diperlukan suatu alat ukur untuk receiver dengan frekuensi 40 kHz. Penelitian
mengukur aliran tanpa melakukan perubahan pada didasarkan pada sensor ultrasonik yang terdiri dari
penampang aliran, yaitu penggunaan flow meter transmitter dan receiver yang dipasang melingkar
ultrasonic. Teknologi ultrasonik diterapkan untuk pada permukaan pipa eksperimental. menunjukkan
pengukuran aliran fluida dalam saluran tertutup tiga jalur yang mungkin untuk penerimaan sinyal
maupun saluran terbuka, untuk pengukuran aliran dari transmitter ke receiver: Sinyal ditransmisikan
gas, cairan serta dalam kondisi aliran fluida yang langsung dari transmitter ke receiver (tmn1), Sinyal
beragam. Metode ini lebih mudah dalam dari transmitter dipantulkan melalui komponen gas
pemasangannya, mudah dipindahkan, dan tidak ke receiver (tmn2) dan Sinyal dari transmitter
menimbulkan kerugian aliran. dipantulkan melalui dinding pipa ke receiver(tmn3)
Perubahan temperatur suatu fluida akan seperti pada gambar 1.
mempengaruhi atau berdampak pada sifat-sifat
lainnya seperti massa jenis, viskositas, dan
kecepatan suara. Perubahan ini akan mempengaruhi
debit aliran atau flow rate dalam saluran. Debit
aliran merupakan salah satu parameter penting,
karena akan mempengaruhi performa dari sistem.
Oleh karena itu debit aliran fluida dalam suatu
sistem perlu diketahui. Untuk mengetahui aliran
fluida diperlukan suatau alat ukur untuk memonitor
aliran fluida.
Beberapa penelitian yang terdahulu telah
berhasil memetakan pola aliran dua fasa pada pipa
horizontal, antara lain: Baker (1954), Mandhane
(1974), dan Taitel dan Dukler (1976). Namun
demikian peta tersebut tidak dapat digunakan secara
umum pada semua kasus karena banyaknya Gambar 1. Tiga jalur yang memungkinkan
parameter multi fasa yang berperan seperti penerimaan sinyal dan transmitter ke receiver
kecepatan superfisial, densitas, viskositas, tegangan (Rahim. dkk., 2007)
permukaan, geometri pipa, dan percepatan gravitasi.
Oleh karena itu untuk mendapatkan prediksi pola Lee, dkk. (2005) mengembangkan metode
aliran yang tepat hanya dapat dilakukan dengan pengukuran level campuran dua fase pada sebuah
percobaan menggunakan parameter yang sama bejana reactor atau generator uap pada kondisi suhu
dengan yang ada pada kasus tersebut.Di sisi lain, dan tekanan tinggi. Pada penelitian ini alat uji
sebagai sistem pengukuran aliran pada pipa dikondisikan sesuai kondisi sebenarnya, dengan
melingkar metode ultrasonic velocity profile (UVP) menggunakan tangki untuk menampung air dan
telah dikembangkan pada pengukuran profil menggunakan pemanas sebagai pengkondisian
kecepatan oleh Takeda (1987, 1995). Metode ini temperatur dalam tangki.Metode pengukuraan
dapat mengukur profil kecepatan sesaat pada ultrasonik yang dikembangkan mengukur tingkat
diameter pipa secara langsung, sehingga laju aliran campuran dua fase lebih akurat daripada metode
dihitung dengan menggunakan integrasi atas ruang konvensional pada kondisi suhu dan tekanan tinggi
dari profil kecepatan rata-rata. serta dalam kondisi fluktuasi permukaan dengan
Riyadi (2009) merancang alat pengukur laju formula koreksi mempertimbangkan medium
aliran fluida dengan menggunakan frekuensi sebagai campuran homogen dari udara dan uap.
gelombang tunggal 1000 Hz. Sistem pengukuran ini Raisutis (2005) melakukan investigasi profil
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi kecepatan aliran dengan menggunakan invasive
rendah amplitudo dengan laju massa aliran. ultrasonic flow meter.Metodologi pengukuran dan
Pengukuran laju aliran massa dengan memanfaatkan eksperimen dengan menggunakan sensor aliran
gelombang berfrekuensi 1000 Hz menyatakan invasif (thermoanemometers) pada transit time
bahwa ada korelasi linier tinggi rendah amplitudo ultrasonic flowmeter Reces yang memberikan hasil
dengan laju aliran massa dua fase. komponen kecepatan aliran lokal.Penelitian aliran
Rahim dkk.(2007) mengembangkan metode turbulen udara (4000 <Re <19 000 dan laju aliran
non-invasive ultrasonic tomography untuk dari 14 m3/h hingga 55 m3/h) dengan propagasi
dilakukan melalui bagian pengukuran. Pengukuran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 414


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kecepatan udara digunakan sebagai referensi ukuran c. Metode W dimana kedua transduser dipasang
untuk mengukur kecepatan aliran rata-rata vpdi pada bagian sisi pipa yang sama, tetapi jarak
bagian tengah pipa. Pengukuran profil aliran gas kedua tranduser dua kali dari tipe V.
sepanjang saluran akustik dilakukan dengan
thermoanemometer tersebut.
O’Sullivan. dkk., (2002) melakukan
pengukuran aliran gas dengan menggunakan
tranduser ultrasonik elektrostatik. Penelitian
didasarkan pada tranduser ultrasonik yang terdiri
dari transmiter dan receiver yang dipasang saling
bersilangan. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengukuran aliran gas dengan mengunakan
tranduser ultrasonik dipengaruhi oleh peruhahan
kecepatan aliran.
Gelombang ultrasonik adalah gelombang
mekanik longitudinal dengan frekuensi diatas 20
kHz yang dapat merambat dalam medium padat,
cair dan gas. Hal ini disebabkan karena gelombang
ultrasonik merupakan rambatan energi dan
momentum mekanik, sehingga merambat sebagai
interaksi dengan molekul dan sifat enersia medium
yang dilaluinya.
Laju gelombang bunyi bergantung pada sifat
medium. Laju gelombang bunyi dalam fluida seperti Gambar 3. Konfigurasi pemasangn tranduser
udara atau air diberikan oleh: (Sanderson, dkk., 2002)

= METODA EKSPERIMEN
Gelombang ultrasonik mempunyai sifat
Penelitian ini menggunakan fluida kerja air
refraksi dan refleksi bila melalui suatu permukaan
dan udara, dengan parameter utama laju aliran air dan
medium (hukum Snell). Bila gelombang suara
udara.. Pada aliran air dan udara masuk ke pipa
melewati suatu medium ke medium lain akan terjadi
diberikan mixer dari pipa porous tembaga untuk
perubahan panjang dan arah gelombang yang
mendapatkan campuran yang homogen antara air
disebut refraksi (pembiasan). Perumusan matematis
dan udara. Pipa yang digunakan dalam penelitian ini
hukum Snellius adalah:
adalah pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm
= dan tebal 5 mm, dan transparan agar perilaku aliran
dapat diamati.
Diagram skematis peralatan dapat dilihat
pada Gambar 4. Karakteristik aliran diamati dengan
menggunakan kamera video kecepatan 240 fps, dan
seksi uji dilengkapi dengan correction box yang
terbuat dari lembaran acrylic transparan yang diisi
dengan air untuk mengurangi distorsi visual, karena
indeks bias acrylic lebih dekat dengan air dari pada
udara.
Gambar 5 menunjukkan skema rancangan
sistem kerja alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran respon amplitudo dalam aliran slug
dengan perubahan temperatur dengan menggunakan
gelombang ultrasonik.
Gambar 2. Refraksi dan refleksi gelombang (Curry,
Pada penelitian ini akan dianalisis
1984)
besar-kecilnya amplitudo yang dihasilkan oleh
spektrum frekuensi tunggal terhadap pengaruh
Konfigurasi pemasangan transduser yaitu:
perubahan temperatur pada aliran dua fase air-udara.
a. Metode Z dimana transmitter menempel pada
Data hasil penelitian berupa amplitudo dianalisis
pipa secara berlawanan dengan receiver yang
kemudian dicari hubungannya dengan perubahan
diletakkan pada bagian hilir aliran. temperatur dari aliran dua fase air-udara.
b. Metode V dimana kedua transduser dipasang
pada bagian sisi pipa yang sama.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 415


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Perubahan amplitudo

JL(m/s)
Temp.
JG(m/s) 0.39 0.52 0.66 0.79 0.92 1.05
(°C)
Aplitudo rata-rata (volt)
1.31 0.292 0.284 0.276 0.276 0.28 0.284
Temp.
1.64 0.288 0.284 0.274 0.276 0.28 0.284
Lingk.
1.97 0.288 0.28 0.288 0.28 0.284 0.288
(±30)
2.29 0.288 0.28 0.276 0.276 0.284 0.284
1.31 0.244 0.254 0.272 0.288 0.296 0.284
1.64 0.244 0.262 0.266 0.288 0.3 0.284
50
1.97 0.248 0.264 0.262 0.284 0.292 0.292
2.29 0.252 0.284 0.28 0.284 0.304 0.288
1.31 0.17 0.174 0.164 0.216 0.174 0.176
1.64 0.162 0.174 0.182 0.212 0.168 0.174
Gambar 4. Skematik instalasi perpiaan 70
1.97 0.172 0.172 0.158 0.208 0.17 0.172
2.29 0.17 0.176 0.16 0.212 0.17 0.176

Gambar 6. Hasil perubahan amplitudo terhadap


temperatur pada JG = 1,31 m/s

Gambar 5. Rancangan skema sistem kerja alat ukur

Laju aliran air dan udara masuk ke pipa


diatur dengan menggunakan katup yang diukur oleh
flow meter dengan nilai besaran sesuai dengan
matriks tes pada tabel 1. Aliran kemudian mengalir
menuju seksi uji, setelah aliran stedi maka dilakukan
pengambilan data.

Tabel 1. Matrik tes penelitian


Gambar 7. Hasil perubahan amplitudo terhadap
temperatur pada JG = 1,64 m/s
QG(ltr/menit)
20 25 30 35
QL QL Actual
QGActual(ltr/menit)
(ltr/menit) (ltr/menit)
21.32 27.47 33.61 39.76
QG Total (ltr/menit)
6 5.82 27.14 33.28 39.43 45.57
8 7.90 29.22 35.37 41.51 53.47
10 9.98 31.30 37.45 43.59 49.74
12 12.06 33.38 39.53 45.67 51.82
14 14.15 35.47 41.61 47.76 53.90
16 16.23 37.55 43.69 49.84 55.98

Gambar 8. Hasil perubahan amplitudo terhadap


HASIL DAN PEMBAHASAN temperatur pada JG = 1,97 m/s

Data hasil pengaruh perubahan amplitudo


terhadap perubahantemperatur ditunjukkan pada
tabel 2 dan gambar 6 s/d gambar 11.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 416


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

perubahan amplitudo yang terjadi relative konstan


dengan berubahnya debit aliran air dan debit aliran
udara.
Gambar 10, 11, dan 12 memperlihatkan
visualisasi aliran masing-masing pada kondisi JL =
0,79 m/s dan JG = 1,31 m/s. Tabel 3 menunjukkan
perubahan amplitudo rata-rata pada JL = 0,79 m/s
dan JG = 1,31 m/s terhadap perubahan temperatur.
Pada temperatur (±30) amplitudo 0.276 volt,
kemudian naik pada temperatur 50°Camplitudo yang
terjadi 0,288 volt, dan kemudian mengalami
Gambar 9. Hasil perubahan amplitudo terhadap
temperatur pada JG = 2,29 m/s penurunan pada temperatur70°C menjadi 0,216 volt,
hal ini disebabkan karena aliran fluida yang tidak
stabil, sehingga tebal lapisan air yang mengalir tidak
konstan yang mengakibatkan perubahan
amplitudo.

KESIMPULAN
Gambar 10. Visualisasi aliran denganJL 0,79 m/s dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
JG 1,31 m/spada temperatur lingkungan(±30°C)
perubahan temperatur aliran air yang mengalir
dalam pipa acrylic dengan diameter dalam 18 mm
pada aliran slug mengakibatkan terjadinya
perubahan amplitudo. Semakin besar temperatur
aliran air, amplitudo gelombang ultrasonikcenderung
menurun. Dan amplitudo gelombang ultrasonik
Gambar 11.Visualisasi aliran dengan JL 0,79 m/s dan
cendrung konstan dengan berubahnya debit aliran
JG 1,31 m/s pada temperatur 50°C
udara pada temperatur lingkungan (±30°C).

NOMENKLATUR

A amplitudo (volt)
B bulk modulus (N/m2)
Gambar 12.Visualisasi aliran denganJL 0,79 m/s dan
JG kecepatan superfisial udara (m/s)
JG 1,31 m/s pada temperatur 70°C
JL kecepatan superfisial air (m/s)
Q debit aliran (ltr/menit)
Tabel 13. Amplitudo rata-rata pada JL 0,79 m/s dan QG debit aliran udara (ltr/menit)
JG 1,31 m/s untuk masing-masing temperatur QL debit aliran air (ltr/menit)
v kecepatan gelombang ultrasonik dalam
JL(m/s) medium (m/s)
Temp.
JG(m/s) 0.79 kecepatan gelombang pada medium 1 (m/s)
(°C)
Aplitudo rata-rata (volt)
(±30) 0.276
50 1.31 0.288 ρ kecepatan gelombang pada medium 2 (m/s)
70 0.216 massa jenis fluida (kg/m3)
sudut gelombang datang
Gambar 6 menunjukkan grafik perubahan sudut gelombang refraksi
temperatur yang mengakibatkan terjadinya
perubahan amplitudo pada JG = 1,31 m/s. Begitu DAFTAR PUSTAKA
pula dengan gambar 7, gambar 8, dan gambar 9
masing-masing pada JG = 1,64 m/s, JG = 1,97 m/s, Baker, O., 1954. Design of Pipelines for
dan JG = 2,29 m/s meunjukan grafik perubahan Simultaneous Flow of Oil and Gas, Oil and
ampliduto terhadap perubahan Gas J., July, pp.26
temperatur.Amplitudo rata-rata mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya temperatur Curry T.S, 1984, Introduction to the Physics of
pada aliran dua fase air-udara. Sedangkan pada Diagnostic Radiology, Third Edition Lea &
temperatur lingkungan (±30°C)seperti yang Febiger, Philadelphia USA
diperlihatkan pada tabel 2dan grafik 6, 7, 8 dan 9

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 417


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., 1997.


Fundamentals of Physics Extended, Fifth Raiˇsutis, R., 2006. Investigation of the flow
Edition, John Wiley & Sons,Inc., New York velocity profile in a metering section of an
Ho, C.A. & Sommerfeld, M. Title. Journal, Vol. xx, invasive ultrasonic flowmeter, Journal Flow
xxxx-xxxx (2002) Measurement and Instrumentation 17 201–206

Lee, D. W., No, H. C., Song, C. H., 2005. Ryadi, I., 2009. Studi Eksperimen Pengukuran
Measurement of two-phase level using an Aliran Dua FAase Air-Udara Menggunakan
ultrasonic method, Experimental Thermal and Frekuensi Gelombang Tunggal 1000 Hz,
Fluid Science 29 609-614 Skripsi Jurusan Teknik Mesin dan Industri
Fakultas Teknik UGM., Yogyakarta
O’Sullivan, I.J., Wright, W.M.D., 2002. Ultrasonic
measurement of gas flow using electrostatic Sanderson, M.L., Yeung, H., 2002. Guidelines for
transducers, Journal Ultrasonics 40 407–411 the use of ultrasonic non-invasive metering
techniques, Journal Flow Measurement and
Rahim, R.A., Rahiman, F.M.H., Chan, K.S., Nawawi, Instrumentation. 13 125–142
S.W., 2007. Non-invasive imaging of liquid/gas
flow using ultrasonic transmission-mode Sommerfeld, M. Title. Journal, Vol. xx, xxxx-xxxx
tomography, Sensors and Actuators A 135 (2001)
337–345

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 418


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PENAMBAHAN TERTIARYBUTYL ALCOHOL TERHADAP NILAI


TOLERANSI AIR DALAM CAMPURAN NAFTA DENGAN METANOL

Maria Endah Prasadja


Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi
Jl. Letjen Sutoyo, Surakarta
Email : endah.mp@gmail.com
ABSTRAK

Salah satu usaha penghematan pemakaian bahan bakar bensin adalah dengan mencampurkan berbagai jenis alkohol
ke dalam bensin. Dari semua jenis alkohol, maka metanol yang paling banyak dipakai. Apabila metanol dicampurkan ke
dalam bensin, maka akan terjadi pemisahan fase akibat adanya sejumlah kecil air yang melebihi batas toleransinya. Untuk itu
penambahan cosolvent Tertiary Butyl Alcohol (TBA) dapat mengurangi ekstraksi metanol oleh air sehingga dapat
memperbesar nilai toleransi air dari campuran bensin dan metanol tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat
toleransi air terhadap campuran bahan bakar bensin dasar (nafta) dan metanol, serta mempelajari pengaruh penambahan TBA
dalam menaikkan toleransi air dalam campuran nafta dan metanol.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan sejumlah kecil air ke dalam campuran sampel. Kemudian suhu sampel
tersebut diturunkan dengan menggunakan es (air es). Agar homogen, maka digunakan pengaduk magnetik. Suhu pada saat
timbulnya kekeruhan diamati dan dicatat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toleransi air dari campuran nafta dan metanol akan semakin besar dengan
kenaikan suhu campuran, kenaikan kadar metanol dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran. Pada
toleransi air yang tetap, maka pemisahan fase akan terjadi pada suhu yang semakin rendah dengan kenaikan kadar metanol
dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran. Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu udara terrendah
yang mungkin tercapai diambil 15oC, untuk itu campuran tersebut dapat dipakai selama tidak terjadi pemisahan fase pada
suhu 15oC.Jadi toleransi air dari campuran nafta dan metanol akan semakin besar dengan kenaikan suhu campuran, kenaikan
kadar metanol di dalam campuran dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan.Pada toleransi air yang tetap dalam campuran
nafta dan metanol, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu yang semakin rendah dengan kenaikan kadar metanol di
dalam campuran dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan ke dalam campuran.

Kata kunci : Nafta, Tertiary Butyl Alcohol (TBA), nilai toleransi air

LATAR BELAKANG pemakaian bahan bakar bensin dan pemakaian TEL


(tetraethyl lead) untuk mencapai angka oktan yang
Sejak terjadinya krisis energi di dunia pada sama,bahkan TEL dapat dihilangkan sama sekali.
permulaan tahun 1970, maka banyak penelitian Ini disebabkan karena sifat metanol sebagai octane
telah dilakukan dalam usaha penghematan booster (menaikkan angka oktan). Dengan
pemakaian bahan bakar bensin. Salah satu usaha ini menurunkan atau menghilangkan sama sekali kadar
adalah dengan mencampurkan berbagai jenis TELdi dalam bensin, maka tingkat pencemaran
alkohol ke dalam bensin. Dari semua jenis alkohol, udara akibat gas buang bensin juga dapat menurun.
metanol adalah yang paling banyak dipakai sebagai (Sacharida S., 1986)
bahan pencampur pada bensin. (Mitsushige Alkohol ringan khususnya metanol
Nakayama, 1985) merupakan senyawa yang mudah menarik air dan
Penambahan Tertiary Butyl Alcohol (TBA) larut dalam air dalam segala perbandingan. Untuk
pada campuran nafta dan metanol akan menambah ini maka perlu dijaga agar di dalam sistem
nilai toleransi air pada campuran tersebut. distribusi bahan campuran bensin dengan metanol
Alkohol dapat dipakai sebagai bahan bakar harus benar-benar kering atau bebas dari
motor atau sebagai bahan pencampur di dalam kontaminasi dengan air.
bensin. (International Energy Agency, 1986). Apabila campuran bensin dengan metanol
Apabila alkohol ringan seperti metanol ini terjadi kontak dengan sejumlah air yang telah
dicampurkan ke dalam bensin maka akan terjadi melebihi batas toleransinya, maka sebagian metanol
pemisahan fasa akibat adanya sejumlah kecil air, akan terekstrak oleh air sehingga akan terbentuk
sedangkan kestabilan bahan bakar campuran dalam dua fasa yang berbeda sifatnya. Fasa bagian atas
keadaan satu fasa pada penanganan secara biasa lebih kaya hidrokarbon dan fasa bagian bawah lebih
adalah satu syarat dasar yang harus dipenuhi. kaya metanol dan air. Lapisan bawah yang kaya
Penambahan suatu cosolvent seperti TBA dapat metanol dan air tidak dapat dipakai sebagai bahan
mengurangi ekstraksi alkohol oleh air sehingga bakar motor karena dapat mematikan mesin pada
dapat memperbesar nilai toleransi air dari campuran saat campuran tersebut mencapai karburator. Di
bensin dengan alkohol tersebut. samping itu campuran bensin dengan metanol dapat
Penggunaan metanol sebagai bahan menimbulkan korosi yang serius terhadap baja
pencampur dalam bensin dapat menghemat (steel), logam-logam yang umum digunakan untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 419


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bahan karburator dan pada bagian-bagian sistem Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
bahan bakar lainnya. (Keller, J.L., 1979)Oleh sifat toleransi air terhadap campuran bahan bakar
karena itu kestabilan bahan bakar campuran dalam bensin dasar (nafta) dan metanol, serta mempelajari
keadaan satu fasa pada penanganan secara biasa pengaruh penambahan TBA dalam menaikkan
adalah satu syarat dasar yang harus dipenuhi. toleransi air dalam campuran nafta dan metanol.
Toleransi air dalam suatu sistem alkohol-
hidrokarbon adalah jumlah maksimum air dalam METODE
campuran yang dapat larut pada temperatur
tertentu. (Kontawa A., Ir., 1989) Toleransi air dari Bahan Penelitian
campuran bensin dengan alkohol tergantung pada 1. Bahan bakar bensin dasar (nafta) yang
temperatur, jenis dan konsentrasi alkohol, cosolvent diambil dari Kilang Cepu. Setelah
yang dicampurkan serta karakteristik bensin diperiksa sifat-sifat fisisnya, diperoleh
khususnya kandungan aromatiknya. hasil sebagai berikut :
Kecenderungan toleransi air akan naik
dengan kenaikan temperatur.Jenis dan jumlah Tabel 1. Sifat-sifat fisis nafta dari Kilang Cepu
senyawa alkohol yang dipakai sebagai bahan Sifat Fisis Hasil Metoda Analisa
pencampur di dalam bensin juga dapat Sp. Gr. Pada 60/60oF 0,725755 ASTM D – 1298
mempengaruhi nilai toleransi terhadap air. Sifat Flash point (oC) 9 IP 170 / 75
kelarutan akan lebih baik dengan menggunakan Fire point (oC) 10 IP 170 / 75
RVP (psi) 0,1422 ASTM D – 323
alkohol lebih tinggi di dalam bensin. Dengan
Viscositaspada
menaiknya kadar alkohol yang ditambahkan ke 30oC,Redwood,(det)
41,5 ASTM D – 88
dalam bensin akan menaikkan nilai toleransi airnya. Distilasi
Seperti telah dikatakan di atas bahwa IBP (oC) 47
pemisahan fasa akan terjadi apabila campuran 10 % vol. evap. (oC) 73
50 % vol. evap. (oC) 96,5 ASTM D – 86
bensin dengan metanol terkontaminasi dengan 90 % vol. evap. (oC) 124
sejumlah kecil air. Pemisahan fasa ini dapat End Point (oC) 134
dihindarkan yaitu dengan menambahkan suatu Residue (% vol.) 1,25
cosolvent tertentu yang dapat menaikkan toleransi
air dari campuran bensin dengan metanol tersebut. 2. Metanol
Beberapa cosolvent yang dapat Metanol yang dipakai dalam penelitian ini
ditambahkan pada campuran untuk menaikkan berupa metanol murni (pro analysi), yang
toleransi terhadap air, di antaranya adalah benzol, dibeli di Toko Alfa Kimia, Jl. C. Simanjuntak,
acetone dan butyl alcohol. (Sacharida S., 1986). Yogyakarta.
Telah diuji lebih dari 150 jenis cosolvent dan tidak Sifat-sifat fisisnya adalah sebagai berikut
satupun yang efektif untuk mencegah pemisahan (Erick Hoftman, Dr., 1967) :
fasa. Cosolvent yang paling efektif terutama adalah
turunan alkohol seperti Iso Propanol dan TBA. Tabel 2. Sifat-sifat fisis methanol
(Progress in Tchnology Series, 1980) Sifat Fisis Besaran
TBA adalah salah satu dari turunan
Molecular weight 32,04
alkohol. Namun demikian TBA dan metanol
Auto ignition temperature, at 760
memiliki perbedaan kelarutan yang nyata di dalam mmHg (oC)
385
hidrokarbon. Metanol hanya larut sebagian dalam o
Boiling point at 760 mmHg ( C) 64,7
hidrokarbon jenuh, sedangkan TBA dapat larut pada
o
semua jenis senyawa hidrokarbon, baik Freezing point ( C) -97,7
hidrokarbon jenuh maupun tidak jenuh. Oleh o o
Density at 15,6 C (60 F)(lb/gal) 6,63
karena itu TBA dapat dipakai sebagai cosolvent o
Flash point ( C) 11
untuk mempertinggi nilai toleransi air dari
Heat of formation, liquid at
campuran bensin dengan metanol. (Sacharida S., 25oC(kcal/gmol)
-57,021
1986)
Refractive index, ND 20 1,3286
Apabila kandungan aromatik campuran
bensin dengan alkohol lebih besar maka toleransi completely
Solubility in water at 20oC
miscible
airnya akan naik pula. (International Energy
Agency, 1986; Keller, J.L., 1979; Mitsushige Research Octane Number 112
Nakayama) Toleransi air akan lebih besar untuk
bahan bakar bensin dasar (nafta) di mana 3. Tertiary Butyl Alcohol (TBA)
mengandung aromatik lebih besar (International TBA yang dipakai dalam penelitian ini berupa
Energy Agency, 1986) TBA murni (pro analysi), yang dibeli di Toko
Alfa Kimia, Jl. C. Simanjuntak, Yogyakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 420


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sifat-sifat fisisnya adalah sebagai berikut 4. Tabung kaca yang berisi sampel tersebut
(Erick Hoftman, Dr., 1967) : dimasukkan dalam erlenmeyer untuk
diturunkan suhunya.
Tabel 3. Sifat-sifat fisis TBA 5. Pengaduk magnetik dijalankan untuk
Sifat Fisis Besaran meratakan suhu serta membantu pencampuran
Boiling point at 760 mmHg (oC) 82,36 agar bisa tercampur dengan baik.
Flash point (oF) 48
Freezing point (oC) 25,57
6. Temperatur pada saat timbulnya kekeruhan
Heat of combustion diamati dan dicatat.
liquid at constant volume (cal/g) 6290 7. Penelitian diulang untuk jumlah air dan
liquid at constant pressure (cal/g) 6302 komposisi campuran yang berbeda.
Heat of vaporization at 1 atm (gcal/g) 130,6
Molecular weight 74,12 Tabel 4. Komposisi bahan yang dipakai
Refractive index, ND 20 1,384 dalampenelitian
Solubility in water at 20oC complete
Specific gravity at 26/4oC 0,77931 Komposisi nafta – methanol TBA yang
Specific heat at 26oC (gcal/g) 0,726 No. Nafta Metanol ditambahkan
Vapor pressure at 30oC (mmHg) 57,3 (% vol. cc) (% vol. cc) (cc)
Research Octane Number 107 1 97 3 -
2 96 4 -
3 95 5 -
4 94 6 -
4. Aquadest
5 96 4 3
Aquadest yang dipakai dalam penelitian ini 6 96 4 4
dibeli di UD Multi Kimia, Yogyakarta. 7 95 5 3
8 95 5 4
Alat Penelitian 9 95 5 5
10 94 6 3
11 94 6 4
3 12 94 6 5
61 13 94 6 6

4 HASIL
5
2
8 1. Toleransi air dalam campuran nafta dan
7 methanol (sampel 1,2,3,4)
7 Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
Keterangan gambar terhadap campuran nafta dan metanol yang
1. Tabung kaca berturut-turut terdiri atas 97 cc nafta dan 3 cc
2. Sampel / contoh metanol, 96 cc nafta dan 4 cc metanol, 95 cc nafta
3. Termometer dan 5 cc metanol, 94 cc nafta dan 6 cc metanol
4. Es / air es adalah nilai toleransi air dari campuran akan
5. Beker glass semakin besar dengan kenaikan suhu campuran.
6. Penyumbat karet Pada suhu yang sama, maka nilai toleransi air akan
7. Magnetic stirrer semakin besar dengan kadar metanol yang semakin
8. Stirrer besar dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air
yang sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada
Gambar 1. Alat penelitian. suhu yang semakin rendah dengan kadar metanol
yang semakin besar.
Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu
Prosedur Penelitian udara terrendah yang mungkin tercapai diambil
1. Campuran sampel dibuat dalam berbagai 15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka
komposisi volum antara bahan nafta, metanol a. Campuran 97 cc nafta dan 3 cc metanol sudah
danTBA. terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
2. Sampel dimasukkan dalam suatu tabung kaca campuran tersebut kurang memungkinkan
yang telah dipasang dengan termometer, untuk dipakai.
ditambahkan sejumlah kecil air dengan b. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol sudah
suntikan (syringe), kemudian ditutup rapat- terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
rapat dengan menggunakan penyumbat. campuran tersebut kurang memungkinkan
3. Erlenmeyer diisi dengan es/air es, sebagai untuk dipakai.
penurun suhu. c. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol tidak
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan
airnya masih di bawah 240 ppm

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 421


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

d. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol tidak a. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol sudah
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan terjadi pemisahan fasa, sehingga komposisi
airnya masih di bawah 360 ppm. campuran tersebut kurang memungkinkan
Hubungan antara batas toleransi air dengan untuk dipakai.
temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan b. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 3 cc
sebagai berikut : TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
a. Campuran 97 cc nafta dan 3 cc metanol,y = kandungan airnya masih di bawah 1420 ppm.
19,15 + 0,013 x c. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 4 cc
dengan % kesalahan rerata 1,0285 % TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
b. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol,y = kandungan airnya masih di bawah 1650 ppm.
16,1065 + 0,0098 x Hubungan antara batas toleransi air dengan
dengan % kesalahan rerata 3,6286 % temperatur dapat dinyatakandengan persamaan
c. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol,y = sebagai berikut :
12,9229 + 0,0085 x a. Campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol,y =
dengan % kesalahan rerata 2,1750 % 16,1065 + 0098 x
d. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol,y = dengan % kesalahan rerata 3,6286 %
13,1114 + 0,0052 x b. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 3 cc
dengan % kesalahan rerata 1,5555 % TBA,y = -3,4744 + 0,0129 x
di mana, x = nilai toleransi air dengan % kesalahan rerata 5,2287 %
y = suhu pemisahan c. Campuran 96 cc nafta, 4 cc metanol dan 4 cc
TBA,y = -2,3977 + 0,0105 x
dengan % kesalahan rerata 5,0839 %
di mana x = nilai toleransi air
Sampel 1,2,3,4 y = suhu pemisahan

35
Sampel 2,5,6
Suhu pemisahan

30
35
25
Suhu pemisahan

30
20 25
15 20
0 1000 2000 3000 4000 15
Nilai toleransi air
10
0 1000 2000 3000 4000
Gambar 2. Hubungan antara nilai toleransi air dan Nilai toleransi air
suhu pemisahan untuk sampel 1,2,3,4

2. Toleransi air dalam campuran 96 cc nafta dan 4 Gambar 3. Hubungan antara nilai toleransi air dan
cc metanol tanpa dan dengan penambahan TBA suhu pemisahan untuk sampel 2,5,6
Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
terhadap campuran 96 cc nafta dan 4 cc metanol 3. Toleransi air dalam campuran 95 cc nafta dan 5
tanpa penambahan TBA dan dengan penambahan cc metanol tanpa dan dengan penambahan TBA
TBA berturut-turut 3 cc dan 4 cc adalah nilai Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
toleransi air dari campuran akan semakin besar terhadap campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol
dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang tanpa penambahan TBA dan dengan penambahan
sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar TBA berturut-turut 3 cc, 4 cc dan 5 cc adalah nilai
dengan penambahan TBA yang semakin besar toleransi air dari campuran akan semakin besar
dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang
sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar
yang semakin rendah dengan penambahan TBA dengan penambahan TBA yang semakin besar
yang semakin besar. dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang
Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu
udara terrendah yang mungkin tercapai diambil yang semakin rendah dengan penambahan TBA
15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka yang semakin besar.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 422


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu nilai toleransi air dari campuran akan semakin besar
udara terrendah yang mungkin tercapai diambil dengan kenaikan suhu campuran. Pada suhu yang
15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka sama, maka nilai toleransi air akan semakin besar
a. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol tidak dengan penambahan TBA yang semakin besar
akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan dalam campuran. Dan pada nilai toleransi air yang
airnya masih di bawah 240 ppm sama, maka pemisahan fasa akan terjadi pada suhu
b. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 3 cc yang semakin rendah dengan penambahan TBA
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama yang semakin besar.
kandungan airnya masih di bawah 1780 ppm Sesuai dengan kondisi di Indonesia, suhu
c. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 4 cc udara terrendah yang mungkin tercapai diambil
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama 15oC. Untuk itu pada suhu 15oC, maka
kandungan airnya masih di bawah 2110 ppm a. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol tidak
d. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 5 cc akan terjadi pemisahan fasa selama kandungan
TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama airnya masih di bawah 360 ppm.
kandungan airnya masih di bawah 2770 ppm. b. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 3 cc
Hubungan antara batas toleransi air dengan TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan kandungan airnya masih di bawah 2360 ppm.
sebagai berikut : c. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 4 cc
a. Campuran 95 cc nafta dan 5 cc metanol,y = TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
12,9229 + 0,0085 x kandungan airnya masih di bawah 2870 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,1750 % d. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 5 cc
b. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 3 cc TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
TBA,y = -2,8585 + 0,01 x kandungan airnya masih di bawah 3220 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,0135 % e. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 6 cc
c. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 4 cc TBA tidak akan terjadi pemisahan fasa selama
TBA,y = -3,8097 + 0,0089 x kandungan airnya masih di bawah 3630 ppm.
dengan % kesalahan rerata 2,4252 % Hubungan antara batas toleransi air dengan
d. Campuran 95 cc nafta, 5 cc metanol dan 5 cc temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan
TBA,y = -8,6670 + 0,0085 x sebagai berikut :
dengan % kesalahan rerata 2,5240 % a. Campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol,y =
di mana, x = nilai toleransi air 13,1114 + 0,0052 x
y = suhu pemisahan dengan % kesalahan rerata 1,5555 %
b. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 3 cc
TBA,y = -2,8492 + 0,0075 x
Sampel 3,7,8,9 dengan % kesalahan rerata 2,6761 %
c. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 4 cc
35 TBA,y = -5,8425 + 0,0073 x
dengan % kesalahan rerata 9,6466 %
30
d. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 5 cc
Suhu pemisahan

25 TBA,y = -8,4373 + 0,0073 x


20 dengan % kesalahan rerata 5,9950 %
e. Campuran 94 cc nafta, 6 cc metanol dan 6 cc
15 TBA,y = -11,0571 + 0,0072 x
10 dengan 5 kesalahan rerata 2,3507 %
di mana, x = nilai toleransi air
5 y = suhu pemisahan
0 2000 4000
Nilai toleransi air

Gambar 4. Hubungan antara nilai toleransi air dan


suhu pemisahan untuk sampel 3,7,8,9

4. Toleransi air dalam campuran 94 cc nafta dan 6


cc metanol tanpa dan dengan penambahan TBA
Data hasil penelitian dan hasil perhitungan
terhadap campuran 94 cc nafta dan 6 cc metanol
tanpa penambahan TBA dan dengan penambahan
TBA berturut-turut 3 cc, 4 cc, 5 cc dan 6 cc adalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 423


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA
Sampel 4,10,11,12,13 Erick Hoftman, Dr., Chromatography, 2nd ed.,
45 Reinhold Publishing Corporation, New York,
p. 192-209, 1967
Suhu pemisahan

35 International Energy Agency, Alcohols and Alcohol


Blends as Motor Fuels, The Swedish Motor
25 Fuel Technology Co (SDAB), vol. II A “State
of The Art” report, chapter 1-7, , Information
15
No. 580, 1986.
5 Keller, J.L.,Alcohols as Motor Fuel, Hydrocarbon
0 2000 4000 6000 Processing, International Edition, vol. 58, No.
5, May 1979, Union Oil Co. of Calif, Area,
Nilai toleransi air California, 1979
Keller, J.L., Improvement of Methanol Containing
Automotive Fuels, Union Oil Company of
Gambar 5. Hubungan antara nilai toleransi air dan California Brea, California, U.S.A., E. Eugene
suhu pemisahan untuk sampel 4,10,11,12,13 Ecklund, Department of Energy U.S.A, 1979
Kontawa A., Ir.,Penelitian Pengaruh Pencampuran
KESIMPULAN Bensin Tipikal dengan Metanol dan TBA
terhadap sifat Toleransi Air, Lembaran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Publikasi, Lemigas, No. 1, 1987
diambil kesimpulan sebagai berikut : Kontawa A., Ir., Retna Ambarwati, Dra.,Pengaruh
1. Toleransi air dari campuran nafta dan metanol Jenis Hidrokarbon terhadap Nilai Toleransi
akan semakin besar dengan kenaikan suhu Air dalam Campuran Nafta dengan Metanol,
campuran, kenaikan kadar metanol di dalam Lembaran Publikasi, Lemigas, No. 3, 1989
campuran dan kenaikan jumlah TBA yang Mitsushige Nakayama, Water Tolerability of
ditambahkan. Methanol Gasoline Blends (Phase Separation
2. Pada toleransi air yang tetap dalam campuran and S.I. Engine Performance), Dept. of
nafta dan metanol, maka pemisahan fasa akan Mechanical Engineering, Gunma University,
terjadi pada suhu yang semakin rendah dengan 1985
kenaikan kadar metanol di dalam campuran Progress in Tchnology Series,Alcohol as Motor
dan kenaikan jumlah TBA yang ditambahkan Fuels, , No. 19, 1980
ke dalam campuran. Sacharida S., Sifat Toleransi daripada Air terhadap
Campuran Bensin dan Metanol dengan/tanpa
menggunakan cosolvent TBA dan Distilasi
ASTM, 1986

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 424


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS EKSERGI MESIN PEMBUAT ES BALOK

Eka Yawara
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari Depok Sleman Yogyakarta
Email: eka_ywr@yahoo.com

ABSTRAK
Unjuk kerja suatu mesin refrigerasi dapat diketahui tidak hanya dengan mengetahui harga COPnya, tetapi bisa juga
dengan efisiensi eksergetik atau efisiensi hukum ke-2. Komponen utama mesin refrigerasi terdiri dari kompresor, kondenser,
katup ekspansi, dan evaporator. Masing-masing dari komponen itu menyumbang eksergi yang hancur.
Untuk menghitung efisiensi eksergetik mesin refrigerasi ini maka eksergi yang hancur dari masing-masing komponen
dihitung mempergunakan keseimbangan eksergi untuk masing-masing komponen itu. Dalam penelitian ini sebagian data-data
diambil dari hasil rancangan mesin pembuat es balok, dengan mempertimbangkan kerugian-kerugian pada masing-masing
komponen, selain itu superheat refrigeran keluar dari evaporator dan subcool keluar dari kondenser juga dipertimbangkan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi efisiensi isentropis maka COP
dan efisiensi eksergetik mesin refrigerasi semakin tinggi, dan penggunaan R134a memberikan hasil yang lebih baik; kenaikan
efisiensi eksergetik beriringan dengan kenaikakan COP mesin refrigerasi, dan bahwa eksergi yang hancur terutama
dihasilkan oleh penggunaan kompresor dengan efisiensi yang rendah, disusul oleh evaporator dan katup ekspansi.

Kata kunci: eksergi, efisiensi eksergetik, efisiensi isentropis kompresor

LATAR BELAKANG Eksergi didefinisikan sebagai kerja berguna


Salah satu penerapan sistem refrigerasi adalah maksimum yang dapat diperoleh dari suatu sistem
pembekuan air yang dimanfaatkan untuk pada keadaan tertentu terhadap lingkungan
pembuatan balok es. Balok es digunakan secara referensinya yang disebut dengan keadaan mati
luas mulai dari skala kecil seperti pengawetan ikan (Cengel, 2002). Suatu sistem dinyatakan berada
oleh nelayan sampai skala besar. Perancangan dalam keadaan mati jika berada dalam keadaan
industri penyediaan balok es harus memperhatikan kesetimbangan termodinamis (kesetimbangan
efisiensi dan unjuk kerja sistemnya. Selain COP termal dan mekanikal) dengan lingkungannya.
(Coefficient Of Performance), cara lain untuk Dalam suatu sistem termodinamika, eksergi
mengetahui unjuk kerja mesin refrigerasi adalah dapat dipindahkan ke atau dari suatu sistem dalam
dengan bantuan analisis eksergi. tiga bentuk: kalor, kerja dan aliran massa.
COP mesin refrigerasi menunjukkan unjuk Perpindahan eksergi dalam bentuk kalor dinyatakan
kerja mesin berdasarkan rasio kalor yang diserap dengan (Cengel, 2002):
oleh evaporator dan kerja kompresor, sedangkan ̇ = 1− ̇ (1)
efisiensi eksergetik menunjukkan unjuk kerja mesin
Dengan:
berdasarkan rasio eksergi yang berguna dan eksergi
̇ = laju perpindahan eksergi oleh kalor, kW;
yang tersedia, atau dengan kata lain semakin tinggi
efisiensi eksergetik suatu mesin maka semakin kecil T0 = temperatur lingkungan, K;
eksergi yang hancur. T = temperatur sumber kalor, K
Analisis eksergi telah banyak digunakan untuk ̇ = laju kalor yang dipindahkan melewati
meneliti unjuk kerja suatu sistem, terutama sistem batas sistem, kW.
termal. Bilgen dan Takahashi (2002) telah
melakukan analisis eksergi dan studi eksperimental Perpindahan eksergi oleh kerja dinyatakan
terhadap sistem pompa kalor, yang hasilnya antara dengan persamaan:
lain adalah bahwa analisis eksergi dapat digunakan ̇ = ̇ − ̇ , untuk kerja batas (2)
untuk mengetahui unjuk kerja suatu sistem dan ̇ = ̇ , untuk selain kerja batas (3)
memberikan saran perbaikan unjuk kerja. Dalam Dengan:
penelitiannya menggunakan analysis eksergi dan ̇ = laju perpindahan eksergi oleh kerja, kW;
energi, Alhamid et al. (2010) menyimpulkan bahwa ̇ = laju kerja yang dilakukan terhadap
untuk kondisi operasi dan sistem tertentu metode lingkungan pada tekanan atmosfer, kW;
optimasi eksergi dan energi dapat digunakan untuk
memperoleh temperatur kondensasi optimal dari ̇ sendiri dinyatakan dengan persamaan:
sistem kondenser-bertingkat. Selanjutnya, Wu et. ̇ = ̇ − ̇ (4)
Al (2011) mempergunakan analysis eksergi untuk Dengan:
membandingkan antara unjuk kerja sistem pemanas P0 = tekanan atmosfer, Pa;
rumah tinggal secara keseluruhan dan unjuk kerja ̇ = laju volume akhir, m3;
komponen utama sistem itu. ̇ =laju volume mula-mula, m3.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 425


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Perpindahan eksergi oleh massa dinyatakan penelitian ini ditunjukkan dengan COP dan efisiensi
dengan persamaan: hukum II, ηII. Dalam penelitian ini penulis
̇ = ̇ (5) mengambil studi kasus Perancangan Mesin
Dengan: Pembuat Es Balok Dengan Kapasitas 15 Ton Per
̇ = laju perpindahan eksergi oleh massa, Hari (Rawung, 2011) yang belum
kW; mempertimbangkan kerugian-kerugian seperti
̇ = laju aliran massa yang melewati batas disebut di atas.
sistem, kg/s;
= eksergi aliran dari massa, kJ/kg. METODE
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan
Perubahan eksergi oleh aliran fluida dengan studi kasus Mesin Pembuat Es Balok Dengan
mengabaikan energi kinetik dan energi potensial Kapasitas 15 Ton Per Hari (Rawung, 2011) yang
adalah: skemanya ditunjukkan oleh Gambar 1.
Δ = − = (ℎ − ℎ ) − ( − )
(6)
Dengan:
h1 = entalpi mula-mula, kJ/kg; 3
h2 = entalpi akhir, kJ/kg; 4 2
s1 = entropi mula-mula, kJ/kg.K;
s2 = entropi akhir, kJ/kg.K.
1

Untuk proses aliran stedi, persamaan


keseimbangan eksergi dinyatakan dengan:
̇ − ̇ − ̇ =0 (7)
Dengan: Gambar 1. Skema Mesin Pembuat Es Balok
̇ = laju eksergi memasuki sistem, kW; Keterangan Gambar 1:
̇ 1. Evaporator
= laju eksergi keluar dari sistem, kW;
̇ 2. Kompresor
= laju eksergi yang dihancurkan, kW.
3. Kondenser
4. Katup Ekspansi
Substitusi persamaan (1), (3), (4), (5), dan (6)
ke dalam persamaan (7) menghasilkan persamaan
Evaporator digunakan untuk mendinginkan
keseimbangan eksergi untuk proses aliran stedi:
brine, yang kemudian brine ini digunakan untuk
1− ̇ − ̇ + ̇( − )− ̇ =0 membekukan air untuk menghasilkan es balok.
Setelah refrigeran dikompresi, selanjutnya
(8) refrigeran akan dikondensasi pada kondenser
Dari persamaan (8), dengan asumsi bahwa dengan media pendingin adalah air.
setiap komponen bersifat adiabatis, maka ̇ Pada rancangan yang skemanya ditunjukkan
masing-masing komponen adalah, oleh Gambar 1 di atas menggunakan siklus
Kompresor: ̇ = ̇ + ̇( − ) kompresi uap ideal sederhana yang ditunjukkan
Kondenser: ̇ =∑ 1− ̇ + ̇( − ) pada Gambar 2.
Katup ekspansi: ̇ = ̇( − )
Evaporator: ̇ =∑ 1− ̇ + ̇( − )
Kemudian, efisiensi hukum ke-2 dinyatakan
dengan
̇
= 1− ̇
(9)

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui unjuk kerja mesin pembuat balok es Gambar 2. Siklus kompresi uap ideal
dengan mempertimbangkan kerugian-kerugian
sebagai akibat gesekan antara fluida dan Pada rancangan ini evaporator yang digunakan
salurannya, dan efisiensi kompresor dengan dari tipe shell-and-tube dry expansion. Temperatur
menggunakan R22 (chlorodifluoromethane, refrigeran di dalam evaporator adalah -15 oC dan
CHClF2) dan R134a (1,1,1,2-tetrafluoroethane, temperatur brine masuk evaporator pada -8 oC dan
CH2FCF3) sebagai refrigeran. Unjuk kerja dalam keluar pada -10 oC. Sedangkan pada kondenser

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 426


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

menggunakan tipe water cooled shell-end-tube


condenser. Temperatur refrigeran di dalam 4
COP vs. ηComp
kondenser adalah 40 oC. Temperatur air masuk
kondenser pada 25 oC dan keluar pada 30 oC.
Dengan kondisi rancangan seperti ditunjukkan 3,5
R22 R134a
pada Gambar 2, dan menggunakan R22 sebagai
refrigeran, maka entalpi di masing-masing

COP
3
ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Entalpi pada titik-titik keadaan 2,5


Titik Temperatur Tekanan Entalpi
(oC) (bar) (kJ/kg)
1 -15 2,957 399,55 2
2 67 15,31 440,67 65 75 85 95
3 40 15,31 249,67 ηComp (%)
4 -15 2,957 249,67 Gambar 3. Pengaruh efisiensi kompresor terhadap
COP
Beban pendinginan dari rancangan ini adalah
131,67 kW, maka dari data pada Tabel 1, laju aliran
massa refrigeran adalah 0,9 kg/s dan COP = 3,75. 82
Selain itu, dalam rancangan ini efisiensi hukum ke- ηII vs. ηComp
2, ηII= 80,7 %. 80
Selanjutnya rancangan ini dimodifikasi R22 R134a
sebagai berikut, superheat refrigeran keluar dari 78
ηII (%)

evaporator dan subcool keluar dari kondenser


ditentukan sebesar 5 oC, penurunan tekanan 76
refrigeran selama melewati pipa-pipa di dalam
74
evaporator dan kondenser diperhitungkan, dan
efisiensi isentropis kompresor divariasikan. 72
Akibat adanya penurunan tekanan temperatur
refrigeran mengalami penurunan sebesar kira-kira 70
1,5 oC (Wolverine Tube Inc., 2006) keluar dari
65 75 85 95
evaporator dan kondenser. ηComp (%)
Data-data hasil penelitian diperoleh dengan
Gambar 4. Pengaruh efisiensi kompresor terhadap
bantuan grafik dan tabel dari Cool Pack v 1,46
efisiensi hukum ke-2
(Department of Mechanical Engineering , Technical
University of Denmark)
Efisiensi eksergetik (efisiensi hukum ke-2)
juga mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
efisiensi isentropis kompresor (Gambar 4). Seperti
Hasil selengkapnya dari penelitian ini
halnya pada COP, penggunaan R134a memberikan
dirangkum dalam Tabel 2 dan Tabel 3 di halaman
efisiensi eksergetik yang lebih tinggi dari
lampiran.
penggunaan R22.
Selanjutnya dari Gambar 3 diketahui bahwa
Dan meskipun efisiensi isentropis kompresor
COP mesin refrigerasi mengalami kenaikan seiring
diambil 100 %, efisiensi eksergetiknya tidak
dengan kenaikan efisiensi isentropis kompresor.
mencapai 100%, hal ini karena sumber eksergi yang
Dan ternyata, penggunaan R134a memberikan COP
hancur (Xdes) tidak hanya dari kompresor, tetapi dari
yang lebih tinggi dari pada R22 untuk efisiensi
seluruh komponen. Evaporator dan katup ekspansi
isentropis kompresor yang sama.
menyumbang Xdes yang cukup besar, sedangkan Xdes
dari kompresor tergantung dari efisiensi
isentropisnya (Tabel 2 dan Tabel 3). Semakin
rendah efisiensi isentropis kompresor maka Xdes
akan semakin besar, sebagai contoh untuk ηcomp=
70% pada R22 menghasilkan 12,1469 kW dan pada
R134a menghasilkan 11,2324 kW. Oleh karena itu
untuk memperkecil Xdes total, salah satu caranya
adalah dengan menggunakan kompresor dengan
efisiensi yang tinggi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 427


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA
3,5
COP vs ηII
Alhamid, M. I., Syaka, D.R.B., and Nasruddin,
2010, “Exergy and Energy Analysis of a
R22 R134a
Cascade Refrigeration System Using
3 R744+R170 for Low Temperature
Applications”, International Journal of
COP

Mechanical & Mechatronics Engineering


IJMME-IJENS Vol: 10 No: 06
2,5
Bilgen, E., and Takahashi, H., 2002, “Exergy
analysis and experimental study of heat
pump systems”, Exergy, an International
2 Journal 2, Elsevier, Amsterdam
70 75 80
ηII (%) Cengel, Y. A., and Boles, M. A., 2002,
Gambar 5. Hubungan antara efisiensi isentropis “Thermodynamics: An Engineering
kompresor dan COP Approach”, 4th edition McGraw-Hill.

COP mesin refrigerasi juga mengalami Rawung, O. Y., 2011, “Merancang Mesin Pembuat
kenaikan seiring naiknya efisiensi eksergetik dan Es Balok Dengan Kapasitas 15 Ton Per
kenaikan ini secara linier (Gambar 5). Kenaikan Hari”, Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin
pada kedua refrigeran hampir berimpit dengan STTNAS Yogyakarta.
R134a sedikit lebih tinggi.
Wolverine Tube Inc., 2006, “Engineering Data
KESIMPULAN Book III”, http://www.wlv.com/products/
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa: Wu, X. Y., and Zmeureanu, R., 2011, “Exergy
- Semakin tinggi efisiensi isentropis maka COP analysis of residential heating systems:
dan efisiensi eksergetik mesin refrigerasi performance of whole system vs
semakin tinggi, dan penggunaan R134a performance of major equipment”,
memberikan hasil yang lebih baik, Proceedings of Building Simulation 2011:
- Kenaikan efisiensi eksergetik beriringan dengan 12th Conference of International Building
kenaikakan COP mesin refrigerasi, Performance Simulation Association,
- Eksergi yang hancur terutama dihasilkan oleh Sydney, 14-16 November.
penggunaan kompresor dengan efisiensi yang
rendah, disusul oleh evaporator dan katup
ekspansi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 428


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

LAMPIRAN

Tabel 2. Unjuk kerja mesin menggunakan R22


ηComp Eksergi Yang Dihancurkan (kW) ηII
Xin (kW) COP
(%) (%)
Kompresor Kondenser K. Ekspansi Evaporator Total
100,00 0,0000 1,7172 5,5963 6,9793 14,2928 70,4516 79,71 3,46
97,44 0,9733 1,5913 5,5963 6,9793 15,1401 72,1890 79,03 3,38
94,89 1,9465 1,6986 5,5963 6,9793 16,2206 74,4044 78,20 3,29
92,37 2,9198 1,8136 5,5963 6,9793 17,3090 76,6359 77,41 3,20
89,88 3,8931 1,9209 5,5963 6,9793 18,3895 78,8513 76,68 3,11
88,10 4,6230 2,2715 5,5963 6,9793 19,4701 81,0668 75,98 3,03
86,23 5,3530 2,2567 5,5963 6,9793 20,1852 82,5332 75,54 2,98
83,80 6,3262 2,3718 5,5963 6,9793 21,2736 84,7646 74,90 2,90
81,38 7,2995 2,4790 5,5963 6,9793 22,3541 86,9801 74,30 2,83
78,99 8,2728 2,5863 5,5963 6,9793 23,4346 89,1956 73,73 2,76
77,37 9,0027 2,9369 5,5963 6,9793 24,5152 91,4110 73,18 2,70
75,54 9,7327 2,9221 5,5963 6,9793 25,2304 92,8774 72,83 2,66
73,21 10,7059 3,0372 5,5963 6,9793 26,3187 95,1088 72,33 2,60
71,03 11,6792 3,3233 5,5963 6,9793 27,5780 97,6909 71,77 2,53
68,89 12,6525 3,6093 5,5963 6,9793 28,8374 100,2730 71,24 2,47
66,63 13,6258 3,7166 5,5963 6,9793 29,9179 102,4884 70,81 2,42

Tabel 3. Unjuk kerja mesin menggunakan R134a.


ηComp Eksergi Yang Dihancurkan (kW) ηII
Xin (kW) COP
(%) Kompresor Kondenser K. Ekspansi Evaporator Total (%)
100,00 0,0000 0,2159 6,4883 5,8762 12,5804 66,6405 81,12 3,65
97,00 1,0814 0,1537 6,4883 5,8762 13,5996 68,7302 80,21 3,54
94,03 2,1628 0,2643 6,4883 5,8762 14,7916 71,1741 79,22 3,43
91,09 3,2441 0,3835 6,4883 5,8762 15,9922 73,6356 78,28 3,32
88,18 4,3255 0,5027 6,4883 5,8762 17,1927 76,0972 77,41 3,22
84,45 5,6773 0,3515 6,4883 5,8762 18,3933 78,5588 76,59 3,12
81,58 6,7586 0,4707 6,4883 5,8762 19,5939 81,0204 75,82 3,03
78,74 7,8400 0,5899 6,4883 5,8762 20,7945 83,4820 75,09 2,94
75,92 8,9214 0,7091 6,4883 5,8762 21,9950 85,9436 74,41 2,86
73,14 10,0028 0,8283 6,4883 5,8762 23,1956 88,4051 73,76 2,79
70,37 11,0842 0,9475 6,4883 5,8762 24,3962 90,8667 73,15 2,71
67,64 12,1656 1,0667 6,4883 5,8762 25,5968 93,3283 72,57 2,65
63,96 13,5173 0,9155 6,4883 5,8762 26,7973 95,7899 72,02 2,58
61,27 14,5987 1,0434 6,4883 5,8762 28,0066 98,2692 71,50 2,52
58,60 15,6800 1,1626 6,4883 5,8762 29,2071 100,7308 71,00 2,46
55,95 16,7614 1,2818 6,4883 5,8762 30,4077 103,1924 70,53 2,40

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 429


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 430


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

REKAYASA ALAT PEMINDAI ENERGI GEMPA YANG SEDERHANA DAN APLIKATIF


STUDI KASUS: DAERAH PLERET, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Arie Noor Rakhman


Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan Yogyakarta 55222
Email: arie_rakhman@akprind.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah merekayasa alat pemindai energi gempa bumi dan interpretasi aplikasinya pada kondisi
geologi di daerah rawan bencana gempa bumi. Lokasi penelitian berada di daerah Pleret dan sekitarnya, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian dilakukan dengan observasi sensitivitas ayunan bandul untuk mengetahui besaran energi gempa dalam
skala kekuatan gempa. Kekuatan gempa yang dapat dipindai setara dengan nilai skala kekuatan gempa tingkat III Skala
Mercalli setara dengan 4,3 Skala Richter atau derajat I Skala Omori. Skala kekuatan gempa tersebut setara dengan nilai
percepatan getaran gempabumi sebesar 0,25 cm/detik2.
Berdasarkan model Omori, alat pemindai gempa ini dapat diaplikasikan untuk mengestimasi besar percepatan getaran
gempabumi dimana sebanding dengan skala kekuatan gempa. Besarnya nilai getaran ini tergantung dari jenis litologi.
Dengan kekuatan gempa derajat I Skala Omori, morfologi perbukitan dengan litologi penyusun berupa Batupasir tuf Semilir
dan Breksi Nglanggran dapat dirambati gempa dengan percepatan getaran gempabumi sebesar 0,25 – 0,6 cm/dt2, sedangkan
dataran aluvial dan dataran kolovial yang disusun oleh endapan dominasi pasir mempunyai nilai sebesar 0,6 – 1,1 cm/ dt2.
Hal ini sebanding dengan besar kerusakan bangunan di Pleret yang banyak dijumpai di dataran daripada di perbukitan.
Kerusakan paling parah terutama di sekitar Sesar Opak sebagai jalur akumulasi getaran gempa.

Kata kunci: gempabumi, pemindai, bandul, litologi dan morfologi.

LATAR BELAKANG Hingga kini, peneliti-peneliti dari beragam


Bencana gempa bumi tidak dapat diprediksi, universitas di Indonesia atau bahkan Yogyakarta
gangguan dari dalam bumi jauh di bawah masih belum banyak untuk meneliti alat pemindai
permukaan tersebut datang sekonyong-konyong, gempa yang sederhana dan terjangkau serta mudah
tidak dapat dicegah, dan dapat berdampak kerugian diterapkan masyarakat di wilayah rawan gempa.
(korban jiwa dan harta) di permukaan. Gempa tidak Bencana gempa masih berpotensi terus
dapat diramal atau diprediksi kapan, di mana dan terjadi dikarenakan setting geologi Indonesia
seberapa kekuatannya. Karena tidak ada alat atau terutama wilayah Yogyakarta, Bantul dan
sistem yang mampu memprediksi gempa bumi sekitarnya berada di atas jalur patahan yang
sebelum bencana tersebut sungguh-sungguh terjadi, dikontrol oleh tektonik lempeng (Pusat Studi
alat atau sistem peringatan dini sangatlah penting Bencana UGM, 2010). Gempa tektonik tersebut
untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan terjadi akibat pengaruh kesetimbangan energi
gempa bumi (Pusat Studi Bencana UGM, 2010). akibat dinamika aktivitas pergerakan kulit bumi
Dengan waktu yang pendek dan terbatas antara 5- berupa pergerakan lempeng Australia yang
20 detik oleh adanya alat atau sistem peringatan menumbuk lempeng Eurasia (Prasetyadi, 2009).
dini, masih memungkinkan bagi orang-orang untuk Wilayah Bantul hingga kini masih diguncang
menyelamatkan nyawa serta harta benda gempa dengan intensitas kekuatan yang bervariasi;
masyarakat yang tertimpa bencana (“Alat tercatat beberapa gempa tektonik di wilayah Bantul
Peringatan,“ 2009). Untuk itu diperlukan semacam terakhir pada hari Senin, tanggal 19 Maret 2012
alat yang bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi atau pukul 09.19 WIB dengan kekuatan 4,2 Skala
memindai gempa tersebut. Richter dengan pusat gempa berada di 20 kilometer
Gempa dapat terjadi di mana saja, namun sebelah tenggara Bantul, di laut, pada posisi
alat pencatat kekuatan gempa (seismograf) tidak koordinat 8,09 derajat Lintang Selatan dan 110,39
tersedia atau tidak dipasang di semua tempat. derajat Bujur Timur di kedalaman 10 kilometer.
Seismograf wajib dipasang di Kantor Badan Gempa dirasakan di Kota Yogyakarta dengan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), tempat-tempat kekuatan III MMI, Bantul II MMI, dan Muntilan II
pengamatan gunungapi yang masih aktif, kantor sampai III MMI (“Gempa Jogja,” 19 Maret 2012).
volkanologi (Stasiun Geofisika Yogyakarta, 2010). Sebelumnya terjadi gempa pada Minggu tanggal 6
Banyak kejadian di lapangan bahwa pemasangan November 2011 pagi terjadi gempa dengan
alat seismograf di tempat-tempat tanpa penjagaan kekuatan 3,5 skala Richter (“Gempa di Bantul,” 6
atau pengamanan, berakhir dengan kerusakan November 2011), hari Jumat tanggal 29 April 2011
sehingga alat tersebut tidak berfungsi (“Alat pukul 00.41 WIB berkekuatan 5,0 skala Richter
Deteksi,” 29 Juli 2010; Sukandarrumidi, 2010). (“Gempa Bantul 5 SR,” 29 April 2011) dan pada

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 431


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Minggu, tanggal 13 Februari 2011 pukul 19.51 sekitarnya serta mitigasinya. Selain itu juga
WIB dengan gempa berkekuatan 3,9 Skala Richter dilakukan pengadaan peta-peta yang dibutuhkan
(“Gempa 3,9 SR,” 13 Februari 2011). seperti: peta geologi dan peta rupa bumi untuk
Daerah Pleret merupakan bagian daerah menelaah peran geologi sebagai pengontrol
rawan bencana gempabumi. Berdasarkan hasil bencana gempa yang terjadi di wilayah Bantul dan
pemetaan wilayah rawan bencana gempabumi oleh sekitarnya. Studi data sekunder berupa evaluasi
E.K. Kertapati (2001) dalam Departemen ESDM data sekunder, analisis peta geologi, dan peta rupa
(2007), daerah penelitian termasuk daerah bumi wilayah Bantul dan sekitarnya. Studi pustaka
kegempaan dengan Intensitas Skala Modified juga dilakukan selama pelaksanaan penelitian,
Mercalli Intensity (MMI) V-VI. Daerah tersebut untuk menambah informasi terkini tentang bencana
secara geologis merupakan daerah rambatan energi gempa di daerah penelitian ditempuh melalui
gempa (gelombang/gaya sumber gempa) dari laporan/artikel/makalah, majalah, koran harian,
runtuhan patahan yang sangat tua (usianya 2 juta maupun pencarian informasi lewat internet.
tahun) yang terletak 10 km di sebelah timur patahan Tahap penelitian di studio dilakukan dengan
Opak dengan orientasi paralel. Kompleksitas mendesain dan membuat alat pemindai. Beberapa
geologi setempat membuat gelombang gempa dari alat kelengkapan penelitian studio, seperti: tali,
patahan tua tak bernama ini merambat ke sistem bandul dan tabung plastik (menggunakan bekas
patahan Opak dan cekungan (graben) Bantul serta botol minuman 1,5 liter), dry-box, stopwatch,
merambat pula ke sistem patahan Dengkeng pegas, aki basah/ baterai kering, kabel, sirine, box
(Baturagung) di Klaten bagian selatan. Rambatan pelindung alat pemindai (menggunakan bekas kotak
gelombang gempa ini menyebabkan kerusakan power supply) dan kamera. Alat pemindai dibuat
parah (damage belt) membentang dari Bantul dengan berdasarkan hasil analisis data observasi
hingga Klaten (Natawidjaja, 2007 dalam “Gempa getaran gempa. Observasi dilakukan dengan
Yogyakarta,” 08 Juni 2011). menggunakan sensitivitas ayunan bandul terhadap
simulasi getaran gempa. Simulasi gempa
TUJUAN didasarkan pendekatan model Mercalli yaitu
Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa sensitivitas getaran kendaraan truk yang lewat
alat pemindai gempabumi dan interpretasi (setara dengan skala kekuatan gempa Mercalli
aplikasinya pada kondisi geologi di daerah rawan derajat III). Panjang tali bervariasi: 5 cm, 10 cm, 15
bencana gempabumi. Rekayasa alat dilakukan dari cm, 20 cm, 25 cm, dan 27 cm, dengan berat dan
metode pengujian, bahan, desain dan sensitivitas jenis bandul yang sama. Hasil observasi gerak
terhadap kekuatan gempa dengan pendekatan skala ayunan bandul oleh getaran menjadi dasar untuk
kekuatan gempa yang mudah dan aman di dalam pembuatan desain alat pemindai gempa. Alat
pembuatannya. Interpretasi aplikasi alat dilakukan pemindai gempa direkayasa dengan menggunakan
dengan data geologi pada daerah rawan bencana pegas. Dengan berdasarkan sensitivitas getaran oleh
gempabumi, yaitu daerah Pleret dan sekitarnya, ayunan bandul terhadap skala kekuatan gempa
Kabupaten Bantul. Propinsi Daerah Istimewa Mercalli derajat III, maka diterapkan pada
Yogyakarta. Penelitian ini bermanfaat untuk sensitivitas pegas. Selain faktor elastisitas terhadap
membantu masyarakat untuk mengenali, menindai gaya, pegas berbahan logam berfungsi penghantar
adanya gempa secara mudah dan sederhana. Lebih listrik berperan sebagai saklar bunyi untuk
lanjut, tanggap gempa dapat digunakan sebagai mengaktifkan sirine dengan tenaga listrik arus
langkah dini dalam mitigasi bencana di daerah lemah 9 – 12 Volt.
rawan gempabumi. Tahap penelitian lapangan merupakan
kegiatan pada penelitian lapangan berupa ujicoba
METODE sensitivitas alat pemindai gempabumi dan
Di dalam pelaksanaan penelitian terdapat pengumpulan data geologi secara primer.
beberapa tahapan penelitian yang dilakukan yaitu, Pengumpulan data geologi diawali dengan
yaitu tahap persiapan dan studi pustaka, tahap penentuan jalur lintasan pengamatan. Pada lintasan
penelitian studio dan lapangan, tahap analisis data, pengamatan dilakukan pengamatan dan perekaman
dan tahap pembuatan laporan. Masing-masing gejala geologi di lapangan berupa litologi,
tahapan penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai morfologi dan struktur geologi serta perekaman dan
berikut. pengambilan contoh batuan. Beberapa data geologi
Tahap persiapan dan studi pustaka yang direkam/diambil di lapangan: (1) morfologi,
dikerjakan untuk memperoleh informasi dan dengan melakukan pengamatan bentang alam,
mengumpulkan data sekunder. Pada tahap litologi penyusun dan struktur pengontrol,
persiapan, studi pustaka dilakukan dengan pemanfaatan lahan berikut sebarannya; (2) litologi,
mengeksplorasi data sekunder, mereview publikasi dengan melakukan pengamatan singkapan batuan,
penelitian terdahulu dan kajian teoretik, terutama produk pelapukan batuan dan endapan berikut
data-data gempa yang terjadi di wilayah Pleret dan sebarannya, (3) struktur geologi, dengan melakukan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 432


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pengamatan indikasi keberadaan struktur yang truk yang lewat setara dengan kekuatan gempa
berkembang dan liniasinya di lapangan, (4) Mercalli derajat III. Hasil observasi menunjukan
pengamatan lingkungan, lokasi kerusakan sensitivitas ayunan bandul terhadap getaran
bangunan pasca gempabumi 2006; (5) pengambilan berbanding lurus dengan panjang tali bandul,
gambar di lapangan berupa foto-foto dan sketsa. panjang busur dan waktu ayun. Besar sensitivitas
Beberapa alat kelengkapan penelitian lapangan, ayunan bandul dapat diterapkan pada pegas yang
seperti: peta rupa bumi digital Indonesia skala 1 : direkayasa sensitivitasnya terhadap arah gaya, yaitu
25.000 daerah penelitian edisi 1999 terbitan gaya horizontal dengan sensitivitas setara getaran
Bakosurtanal, Global positioning system (GPS), dengan dengan kekuatan gempa Mercalli derajat
kompas geologi, palu geologi, kaca pembesar, III. Besaran skala kekuatan gempa ini sebanding
kantong contoh batuan, larutan HCl, pita ukur, buku dengan 4,3 skala Richter atau skala Omori derajat I.
catatan lapangan, alat tulis dan kamera. Rekayasa alat pemindai gempa ditunjukkan gambar
Setelah analisis data baik data lapangan dan 2.
studio dilakukan, kemudian dilakukan sintesa
analisis data. Sintesa dilakukan dengan penerapan
konsep model terhadap hasil analisis untuk
kemudian dapat disusun suatu kesimpulan hasil
penelitian dan rekomendasi.
Lokasi penelitian berada di daerah rawan
bencana gampabumi pasca gempabumi 2006 yang
secara administratif berada di Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, kurang lebih berjarak 9 kilometer
tenggara Kota Yogyakarta. Secara astronomis
daerah Pleret yang menjadi lokasi penelitian berada
pada koordinat: 7°50’00” LS - 7°55’20” LS dan (2A)
110°22’10” BT - 110°30’00” BT. Lokasi penelitian
ditunjukkan pada gambar 1.

(2B)
U
Gambar 2. Alat pemindai gempa dengan
menerapkan metode ayunan bandul sebagai visual
(gambar 2A) dan alat pemindai gempa
menggunakan metode sensitivitas pegas dan
menghasilkan bunyi sirine dengan medium
Gambar 1. Lokasi penelitian (tanpa skala) rangkaian listrik arus lemah 12 V dari aki/baterai
ditunjukan pada kotak hitam berarsir. (gambar 2B).

Daerah penelitian secara kartografis tercatat di


dalam peta rupa bumi skala 1 : 25.000 terbitan
Badan Koordinasi dan Survei Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal) tahun 1999 dengan nomor lembar
peta: 1408-224 (Lembar Timoho) dan 1408-222
(Lembar Imogiri).

HASIL
Pembuatan alat pemindai gempa diawali
dengan pendekatan metode ayunan bandul yang
direkayasa sensitivitas terhadap getaran kendaraan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 433


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pleret timur Kali Opak dengan elevasi berkisar


antara 62,5 hingga 100 meter dari permukaan air
laut, dengan persen kelerengan 2% - 7% (landai –
miring) (klasifikasi lereng menurut Zuidam, 1983).
Batupasir tufan, berwarna coklat keabu-
abuan; berlapis, menebal ke atas dengan ketebalan
lapisan batuan berkisar antara 3 hingga 20 cm;
berukuran butir pasir halus – sedang (1/4 – ½ mm),
pemilahan sedang, kemas terbuka, sortasi baik; komposisi
mineral terdiri feldspar, plagioklas, kuarsa dan biotit, semen
silika; umumnya lapuk. Kedudukan batuan satuan
batupasir tufan Semilir berarah jurus timur laut, 30
(3A) - 50 dengan kemiringan berkisar 20- 26. Pada
satuan batupasir tufan Semilir terdapat sisipan tuf masif dengan
ketebalan 20 hingga 50 cm. Singkapan batupasir tufan
Semilir dapat teramati di Kedungpring
(0752’57,7” LS 11025’22,3” BT), Kedungrejo
(0752’38,8” LS 11026’42,1” BT dan Jambitan
(07 51’ 36,1” LS 110 25’ 25,3” BT) dan Bawuran
(0752’01,5” LS 11025’39,2” BT).
Breksi, berwarna abu-abu kehitam-
hitaman; dengan fragmen andesit berwarna hitam
keabu-abuan, struktur masif, bentuk fragmen
menyudut – agak membulat dengan diameter 3 – 15
cm. Pada bagian bawah breksi dijumpai lava
(3B) andesit. Lava, berwarna abu-abu kecoklat-coklatan;
masif, tekstur afanitik, hipokristalin, anhedral dan
Gambar 3. Percobaan alat pemindai gempa pada equigranular; keras. Singkapan breksi Nglanggran
skala kekuatan gempa Mercalli derajat III dengan
tersingkap di Kedungrejo (07 52’ 40,0” LS dan
sensitivitas getaran kendaraan truk yang lewat
110 26’ 41,8” BT) dan di Jambitan (07 51’ 32,6”
(gambar 3A) dan singkapan batupasir tufan Semilir
LS 110 25’ 28,5” BT).
di Kedungpring (07 52’ 57,7” LS 110 25’ 22,3”
Skala Omori derajat I yang dapat dipindai
BT ). Pada simulasi gempa skala Mercalli III,
alat mempunyai kesebandingan nilai skala kekuatan
terestimasi litologi tersebut terambati energi gempa
gempabumi mutlak Omori berupa percepatan
dengan percepatan getaran mencapai 0,6 cm/detik2,
getaran-getaran gempabumi sebesar 0,25 cm/detik.
resiko bangunan rusak rendah (gambar 3B).
Penetapan skala kekuatan gempabumi tersebut
bergantung kepada pada faktor sifat tanah/batuan
Besar kekuatan gempa yang dapat dipindai
sehingga untuk mendapatkan gambaran jelas
alat dipengaruhi oleh kondisi geologi. Kondisi
mengenai kekuatan suatu gempabumi maka
geologi ini meliputi litologi, morfologi dan struktur
kekuatan-kekuatan gempabumi yang diobservasi itu
geologi. Morfologi daerah penelitian merupakan
harus dikalikan dengan koefisien yang tertentu
perbukitan dan dataran. Perbukitan di daerah Pleret
(koefisien bawah permukaan). Besar koefisien
didominasi perbukitan terkikis dan beberapa
bawah permukaan untuk batuan kristalin: 1,0;
perbukitan terisolir. Perbukitan tersebut mempunyai
batupasir: 1,0 – 2.4; pasir: 2,4 – 4,4; tanah yang
kelerangan yang curam menengah hingga sangat
ditimbun (madeland): 4,4 – 11,6; dan rawa-rawa
curam dengan persen kelerengan 15% hingga 140%
kecil: 12,0 (Sukandarrumidi, 2010). Hasil estimasi
(klasifikasi lereng menurut Zuidam, 1983), berada
menunjukkan besar percepatan getaran-getaran
pada elevasi 100 hingga 429 meter dari permukaan
gempa pada litologi Batupasir tufan Semilir dan
air laut. Morfologi perbukitan disusun oleh litologi
Breksi Nglanggran (perbukitan) yakni sebesar 0,25
batuan Batupasir tufan Semilir dan Breksi
– 0,6 cm/dt2; sedangkan pada endapan pasir
Nglanggran. Sebarannya berada di timur Kali Opak.
(dataran) mempunyai besar percepatan getaran-
Dataran di daerah penelitian merupakan dataran
getaran gempa 0,6 – 1,1 cm/ dt2.
aluvial dan kolovial. Baik dataran aluvial maupun
Kerusakan bangunan banyak dijumpai di
kolovial merupakan dataran yang didominasi
dataran daripada bangunan di perbukitan (BPS
endapan pasir. Penyebaran dataran aluvial meluas
Bantul, 2008; Saputra, 2012). Kerusakan bangunan
di barat Kali Opak dengan kelerengan hampir rata –
berupa bangunan roboh dan rusak berat di wilayah
landai, persen kelerengan berkisar 0% hingga 3%
Wonokromo (3118 roboh, 456 rusak berat) Pleret
(klasifikasi lereng menurut Zuidam, 1983). Dataran
(2.238 roboh, 591 rusak berat) terjadi di dataran
kolovial berada di dekat kaki perbukitan daerah
aluvial; kerusakan bangunan di Segoroyoso (1.574

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 434


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

roboh, 283 rusak berat) dan Bawuran (970 roboh, KESIMPULAN DAN SARAN
285 rusak berat) terjadi di dataran kolovial, dan Berdasarkan data hasil penelitian berupa
kerusakan bangunan di Wonolelo (409 roboh, 570 data lapangan dan studio dapat disimpulkan bahwa
rusak berat) terjadi perbukitan. Bangunan perekayaan alat pemindai gempa dapat dilakukan
kerusakan ringan banyak terdapat di perbukitan dengan menggunakan (1) ayunan bandul sebagai
wilayah Bawuran (451 bangunan), Wonolelo (354 visual keberadaan energi getaran gempa, dan (2)
bangunan) dan Segoroyoso (298 bangunan) sensitivitas pegas yang menghasilkan bunyi sirine.
sedangkan di wilayah Wonokromo (110 bangunan) Kedua-duanya mampu memindai getaran gempa
dan Pleret (110 bangunan) terdapat pada morfologi dengan skala kekuatan gempa Mercalli derajat III.
dataran aluvial. Pola data kerusakan bangunan Skala kekuatan gempa tersebut sebanding dengan
mempunyai pola yang sama dengan pola jumlah skala gempa Omori derajat I dan 4,3 skala Richter.
korban jiwa yang sebagian besar korban jiwa Dengan skala gempa yang dapat dipindai
meninggal karena terkena reruntuhan bangunan. oleh alat maka dapat diaplikasikan dengan kondisi
Jumlah korban terbanyak di Pleret (223 jiwa), geologi di daerah Pleret. Daerah Pleret dengan
disusul Wonokromo (161 jiwa), Segoroyoso (96 morfologi perbukitan yang tersusun satuan batuan
jiwa), Bawuran (94 jiwa), dan Wonolelo (5 jiwa). Batupasir tufan Semilir dan Breksi Nglanggran
Besarnya dampak kerusakan yang mempunyai besar percepatan getaran gempa
ditimbulkan cenderung berhubungan dengan besar berkisar antara sebesar 0,25 – 0,6 cm/dt2;
rambatan energi getaran gempa pada masing- sedangkan morfologi dataran aluvial yang
masing jenis litologi. dimana percepatan getaran didominasi endapan pasir sebesar 0,6 – 1,1 cm/dt2.
gempa pada dataran endapan pasir (aluvial maupun Semakin besar percepatan getaran gempa, semakin
kolovial) lebih besar daripada besar percepatan rawan resiko kerusakan bangunan dan korban jiwa.
getaran gempa pada litologi Batupasir tufan Semilir Resiko kerusakan bangunan paling tinggi berada di
dan Breksi Nglanggran penyusun morfologi jalur bidang lemah berupa struktur geologi yaitu
perbukitan. Kerusakan bangunan terparah terdapat Sesar Opak di Kali Opak dan sekitarnya.
di sekitar Kali Opak, yakni wilayah Pleret, Alat pemindai tidak disarankan dipasang di
Bawuran dan Segoroyoso. Kerusakan bangunan di dekat akses jalan raya, rel kereta api, tempat
sekitar Kali Opak diperkirakan dipengaruhi oleh penggilingan padi atau sarana lain yang rentan
keberadaan struktur Sesar Opak sebagai jalur getaran setara atau minimal mendekati skala
bidang lemah atau tempat akumulasi rambatan kekuatan gempa Mercalli derajat III. Penelitian alat
energi getaran gempa. pemindai gempa masih perlu dilakukan mengingat
Sesar Opak menjadi salah satu media keterbatasan kemampuan alat dalam memberikan
rambatan energi gempabumi selain melalui sistem peringatan, terutama kemampuan ketersediaan
patahan Dengkeng (Baturagung) sehingga dari suplai arus listrik yang masih belum bebas
Bantul hingga Klaten bagian selatan terdampak perawatan (free maintenance), dukungan
kerusakan parah (Natawidjaja, 2007 dalam “Gempa keelektrikan model suara peringatan (sirine atau
Yogyakarta,” 08 Juni 2011). Menurut data sekunder audio lainnya), dan kalibrasi alat lebih lanjut.
hasil visualisasi ASTER RGB 3,4 PCA 56789, di
Bantul, sebaran gawir sesar di Baturagung DAFTAR PUSTAKA
(Baturagung escarpment) berada di Pleret bagian Alat deteksi gempa dicuri. (29 Juli 2010). Diunduh
timur (Saputra, 2012). Selain keberadaan jalur 17 Februari 2011 dari http://bataviase.co.id/
bidang lemah di Pleret pada sekitar Kali Opak, detailberita10557051.html
berdasarkan pengamatan di lapangan jalur bidang Alat peringatan dini gempa bumi. (19 Juni 2009).
lemah diinterpretasikan juga berada pada batas Diunduh 22 Februari 2011 dari
kontak Batupasir tufan Semilir dan Breksi http://4ld1.wordpress.com/2009/06/19/alat-
Nglanggran. Kontak batuan tersebut di lapangan peringatan-dini-gempa-bumi/
umumnya telah lapuk, diperkirakan merupakan Asikin. S. (1977). Dasar-dasar Geologi Struktur.
kontak struktur (kontak tidak berangsur). Hal ini Bandung: Departemen Teknik Geologi.
diperjelas dengan data sekunder hasil interpretasi Institut Teknologi Bandung.
visualisasi ASTER RGB 3,4 PCA 56789 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. (2008).
Saputra (2012), dengan kenampakan pola rona Kecamatan Pleret Dalam Angka. Bantul:
kontak batuan mendekati searah dengan liniasi Koordinator Statistik Kecamatan Pleret
Sesar Opak, timur laut – barat daya. Di lapangan Bantul. Diunduh 3 September 2012 dari
indikasi kontak satuan batuan ini berada di http://yogyakarta.bps.go.id/remository.html?
Kedungrejo, Wonolelo pada posisi koordinat 07 func =finishdown&id=54
52’ 40,0” LS 110 26’ 41,8” BT dan 07 52’ 38,8” Bemmelen, R.W. (1949). The Geology of
LS 110 26’ 42,1” BT. Indonesia. Vol IA. Netherland: The Haque
Martinus Nijhroff, Government Printing
Office.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 435


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Billings. M.P. (1954). Structural Geology. N. J. Ikatan Ahli Geologi Indonesia – Pengurus
Amerika Serikat: Prentice-Hall. Inc.. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Englewood Cliffs. Pusat Studi Bencana UGM. (2010). Panduan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Mitigasi Bencana. (leaflet). Yogyakarta:
(2007). Atlas Geologi Lingkungan Provinsi Pusat Studi Bencana. Universitas Gadjah
Daerah Istimewa: Peta Kegempaan. Jakarta: Mada.
Departemen Energi dan Sumber Daya Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi H.M.D.
Mineral (ESDM) (1977). Geologi Lembar Yogyakarta Skala 1
Gempa 3,9 SR goyang Bantul. (13 Februari 2011). : 100.000, Bandung: Pusat Penelitian dan
detikNews diunduh 30 Januari 2012 dari Pengembangan Geologi.
http://www.detiknews.com/read/2011/02/13/ Saputra, A. (2012). Ekstraksi Informasi Geologi
201438/1570468/10/gempa-39-sr-goyang- Untuk Penilaian Bahaya Gempabumi
bantul (Earthquake Hazard Assessment)
Gempa Bantul 5 SR tak berpotensi tsunami. (29 Menggunakan Citra Aster di Kecamatan
April 2011). KOMPAS diunduh 30 Januari Pleret Kabupaten Bantul. Publikasi Ilmiah
2012 dari situs UMS diunduh 3 September 2012 dari
http://regional.kompas.com/read/ http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha
2011/04/29/01263273/Gempa.Bantul.5.SR. ndle/123456789/1418/1-SNPJ-SIG-2012-
Tak.Berpotensi.Tsunami Aditya%20Saputra.pdf?sequence=1
Gempa Yogyakarta, setelah lima tahun. (08 Juni Soetadi. R. (1982). Gempa Bumi. Jakarta:
2011). Kompasiana diunduh 30 Januari 2012 Bumirestu Offset.
dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/ Stasiun Geofisika Yogyakarta. (2010). Profil Badan
06/ 08/gempa-yogyakarta-setelah-lima- Meteorologi. Klimatologi dan Geofisika.
tahun/ (leaflet). Yogyakarta: Stasiun Geofisika
Gempa di Bantul tidak Timbulkan Kerusakan. (06 Yogyakarta
November 2011). Media Indonesia diunduh Sukandarrumidi. (2010). Memahami Gempa Bumi
30 Januari 2012 dari http://www. dan Tsunami. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
mediaindonesia. com/read/2011/11/06 Nusatama.
/274215 /289/101/ Gempa-di-Bantul-tidak- Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Timbulkan-Kerusakan (1998). Pedoman Uji Lapangan
Gempa Jogja 19 Maret 2012. (19 Maret 2012). Pegunungan Selatan. Yogyakarta: Jurusan
Okezone diunduh 20 Maret 2012 dari Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral.
http://jogja.okezone.com/read/2012/03/19/51 Zuidam, R.A. (1983), Aspect of the Apllied
0/595634/gempa-4-2-sr-dirasakan-di-yogya- Geomorphic Map of The Republic of
bantul-mutilan Indonesia. Netherland: Department of
Prasetyadi. C. (2009). Principles of Plate Tectonics Geomorphology and Geography. ITC, PO
& Structural Geology. Materi dari Kursus BOX 6, 7500 A.A. Esscendehe.
Geology for Nongeologist. Yogyakarta:

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 436


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMETAAN SEBARAN SUBSTRAT SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PESISIR


SEMENANJUNG MURIA, KABUPATEN JEPARA

Heni Susiati, Hadi Suntoko, dan Imam Hamzah

Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN


Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
e-mail: heni_susiati@batan.go.id

ABSTRAK

Kawasan pesisir Semenanjung Muria telah dilakukan studi untuk pengembangan lokasi pembangkit listrik, salah satunya
adalah rencana pembangunan PLTN. Sehubungan dengan hal itu, kajian terhadap sebaran substrat sedimen permukaan dasar
di perairan tersebut perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran butir sedimen permukaan dasar di
perairan pesisir Semenanjung Muria. Ukuran butir sedimen dan karakteristiknya akan bermanfaat dalam desain sistem
pendingin PLTN. Metode penelitian dengan pengambilan sampel dan analisis laboratorium untuk penentuan besar ukuran
butir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen yang terdistribusi di perairan Semenanjung Muria didominasi oleh
ukuran butir kecil yaitu dalam kelompok lanau (silt). Pola akumulasi sedimen dasar di perairan Semenanjung Muria
mempunyai pola sejajar dengan garis pantai. Sebaran substrat sedimen sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik perairan, salah
satunya adalah kondisi arus dan gelombang.

Kata kunci: pesisir, PLTN, sedimen

ABSTRACT

Muria Peninsula coastal area has been conducted to study the development of the power station, one of which is a plan to
build Nuclear Power Plants (NPP). In this connection, the study of sediment substrate bottom surface water distribution
needs to be done. The purpose of this study was to determine the grain size of the sediment surface in coastal at Muria
Peninsula. Sediment grain size and characteristics will be useful in the design of NPP cooling system Research methods with
sampling and laboratory analysis for the determination of grain size of sediment. The results showed that the sediments are
distributed in water is dominated small grain size in the silt. The pattern of accumulation of sediments in the Muria
Peninsula waters have a pattern parallel to the coastline. Distribution of sediment substrate is strongly influenced by the
physical condition of the water, one of which is a condition of current or wave.

Key words: coastal, NPP, sediment


Evaluasi ukuran butir sedimen di pesisir
PENDAHULUAN Utara Jepara dalam evaluasi tapak sangalah penting
Dalam perencanaan pembangunan PLTN dilakukan, hal ini sangat erat kaitannya dalam
di Semenanjung Muria, kualitas perairan khususnya desain khususnya terkait dengan desain pendingin.
perairan pantai atau laut sangatlah penting Lepasan air pendingin mempunyai potensi untuk
diperhatikan. Hal ini sangat terkait dengan mengkikis sedimen dan meningkatkan erosi,
perancangan proses pendingin PLTN dan dalam terutama dekat daerah lepasan dengan kecepatan
bidang rekayasa pantai (coastal engineering) untuk tinggi, dan untuk mengubah pola deposisi sedimen.
meminimalkan dampak yang akan ditimbulkan. Perubahan komposisi sedimen telah diamati dekat
Sehingga pembangunan yang dilakukan merupakan beberapa pembangkit tenaga listrik yang
pembangunan yang terencana dan berwawasan beroperasi. Erosi dan pengkikisan dapat mendorong
lingkungan. kearah penyaringan sedimen sekitar instalasi.
Pada kegiatan survei tapak PLTN untuk Material berbutir halus cenderung untuk tersuspensi
mendapatkan daerah interes, salah satu faktor yang oleh plume lepasan dan terbawa dari pembangkit
harus diperhatikan diantaranya adalah bahwa lokasi listrik, dalam waktu yang sama sedimen coarser-
tapak harus didukung dengan data oseanografi yang grained akan tertinggal dekat tepat lepasan itu.
cukup ketersediaan airnya dengan kondisi kualitas Peningkatan kekeruhan pada plume lepasan akan
air yang dipertimbangkan dengan syarat yang dapat ditemukan.
diperlukan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
maka tujuan kegiatan adalah mengidentifikasi mengidentifikasi ukuran butir sedimen dan sebaran
keberadaan kondisi hidrooseanografi dan sedimen, serta karakteristiknya pada perairan
selanjutnya dilakukan analisis guna memperoleh Semenanjung Muria. Ukuran butir sedimen dan
data base rona awal kondisi hidrooseanografi karakteristiknya akan bermanfaat dalam desain
perairan Semenanjung Muria. sistem pendingin PLTN. Data ini penting untuk
data base dokumen AMDAL dan SDR (Site Data

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 437


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Report) PLTN sebagai pelengkap dokumen Pengambilan dan Analisis Sampel


perijinin tapak PLTN. Disamping itu juga sebagai Contoh sedimen diambil di daerah alur dan
pertimbangan dalam coastal engineering untuk di sekitar perairan pantai. Pengambilan contoh
rencana pembangunan di wilayah pesisir sedimen dilakukan dengan menggunakan alat
Semenanjung Muria oleh pihak yang berkompeten Grabbing. Contoh sedimen diambil sebanyak 19
dalam pegembangan wilayah kajian berupa titik. Pengambilan contoh sedimen ini dimaksudkan
perencanaan kegiatan reklamasi yang berguna untuk mengetahui distribusi ukuran butirnya.
untuk pembangunan pelabuhan, sarana transportasi Sampel sedimen yang diperoleh selanjutnya
dan industri. dianalisis di laboratorium untuk penentuan besar
ukuran butir. Penelitian dilakukan pada bulan April
METODOLOGI PENELITIAN sampai Juni 2010 mewakili musim barat.
Lokasi Penelitian Berdasarkan ukuran butir antara contoh yang satu
Lokasi penelitian dalam studi ini terletak dengan lainnya diharapkan dapat diperlihatkan
di perairan Semenanjung Muria, Jepara. Secara karakteristik fisis sedimennya. Analisis sampel
administratif berada di wilayah kabupaten Jepara, sedimen dilakukan di laboratorium Program Studi
propinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Batas koordinat Ilmu Perikanan dan Kelautan, UNDIP.
wilayah kabupaten Jepara 05°43’30“ - 06°47’44“
LS dan 110°32’ - 110°59’ BT, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN
o Sebelah Barat : Laut Jawa Kegiatan penting dalam penyiapan tapak
o Sebelah Timur : Kab. Pati dan Kab. Kudus PLTN adalah tersedianya tapak yang aman dari
o Sebelah utara : Laut Jawa faktor eksternal, salah satunya adalah kondisi faktor
o Sebelah Selatan : Kabupaten Demak geologi khususnya kondisi sedimen yang ada di
tapak tersebut. Kondisi kualitas perairan pesisir
Lokasi penelitian terletak di perairan Semenanjung Muria, Jepara memainkan peran
pantai mulai dari Kecamatan Kembang hingga sangat penting dalam persiapan pembangunan
Kecamatan Keling. Secara geografis lokasi tersebut PLTN. Hal ini terkait dengan dengan kondisi
berada pada 1100.46’10” – 1100.49’10” BT dan sedimen yang sangat diperlukan dalam bidang
60.24’10” – 60.25’50” LS. Lokasi penelitian rekayasa pantai (coastal engineering), seperti
tersebut merupakan pesisir pantai dengan garis pembuatan desain, konstruksi dan sarana pantai
pantai sepanjang ± 4.300 km. Pantai dan kondisi untuk pendingin PLTN.
topografi sepanjang lokasi penelitian mempunyai
morfologi yang bervariasi. Secara umum pantai
pada kecamatan Keling mempunyai topografi yang Morfologi Pesisir Kabupaten Jepara
datar, sedangkan mulai dari perbatasan Kecamatan Pesisir di Kabupaten Jepara dibatasi oleh
Kembang dengan Kecamatan Keling mengalami wilayah yang membentang dari muara sungai
kenaikan kontur ketinggian topografi, hal ini sangat Serang, kecamatan Kedung ke Utara hingga muara
nyata pada daerah Kembang dimana bentuk pantai sungai Pasokan di Kecamatan Keling. Wilayah
yang terjal sekitar 7 meter di atas permukaan air. pesisir Kabupaten Jepara terletak di bagian Utara di
kontur rendah Gunung Muria, sehingga ekosistem
di daerah ini dipengaruhi oleh laut dan gunung.
Keuntungan yang didapat dengan keberadaan lokasi
seperti ini adalah di daerah pantai terdapat sumber-
sumber air tanah atau akuifer produktifitas tinggi
yang keberadaannya harus dijaga agar tetap
memberikan suplai yang cukup untuk aktivitas
masyarakat dan industri di Kabupaten Jepara.
Pesisir dan laut kabupaten Jepara
mempunyai potensi yang sangat beraneka ragam,
seperti pasir besi, ikan laut, ikan tambak, udang,
mineral, terumbu karang, padang lamun, pariwisata
dan sebagainya. Selain potensi besar yang dimiliki,
pesisir dan laut Kabupaten Jepara, ternyata juga
menyimpan cukup banyak permasalahan, antara
lain: abrasi dan akresi pantai, hutan mangrove yang
sebagian besar kondisinya kritis, kondisi padang
lamun dan terumbu karang yang sebagian besar
Gambar 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian rusak, produksi budidaya tambak dan produksi
Kabupaten Jepara

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 438


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tangkap yang cenderung turun dari tahun ketahun, mendekati pantai (terjadi pendangkalan) mulai
pencemaran air dan sampah. bergesekan dengan dasar laut. Kondisi demikian
memicu terjadinya turbulensi, sehingga dengan
Kondisi Umum Oseanografi adanya arus yang cukup besar maka sedimen
Pantai Utara Jepara adalah perairan berukuran kecil (lanau) teraduk dan tertahan pada
dangkal dengan topografi bervariasi. Bagian Utara sistem suspensi dan akan terbawa pada daerah
(Perairan Kecamatan Keling dan Bangsri) dan dengan arus kecil dan mengendap. Sedangkan
bagian Selatan (Kec. Kedung) dipengaruhi aktivitas sedimen berukuran butir besar (pasir) akan
sungai besar dan kecil yang bermuara di perairan terendapkan.
tersebut. Bagian Tengah (perairan Mlonggo, Jepara, Sebaran sedimen dasar hasil penelitian
dan Tahunan) terkontrol adanya terumbu karang menunjukkan mulai dari muara sampai ke perairan
(coral reef). Pola kontur batimetri wilayah bagian lepas mempunyai ukuran butir bergradasi dari
Selatan dan Utara terdapat kesamaan pola dengan butiran halus (lanau) ke arah butiran yang lebih
garis pantainya, hal ini menunjukkan kasar yaitu berupa lanau pasiran. Pola akumulasi
perkembangan pantai daerah tersebut terkontrol sedimen dasar di perairan Semenanjung Muria
oleh aktifitas dari darat, yaitu seperti sungai Telon, mempunyai pola sejajar dengan garis pantai. Pola
sungai Gelis di kecamatan Keling dan sungai akumulasi sedimen di perairan Semenanjung Muria
Serang di kecamatan Kedung. sesuai dengan pola akumulasi sedimen muara
Bagian Tengah (Kec. Mlonggo, Jepara dan sungai yang dipengaruhi oleh energi gelombang.
Tahunan) pola batimetri yang tidak menunjukkan Di lokasi rencana bangunan pendingin dari
gejala kesamaan dengan garis pantai, cenderung Gambar 2 terlihat bahwa pemilihan lokasi perairan
terkontrol oleh batuan penyusunnya baik di dengan kondisi sebaran sedimen berjenis pasir.
perairan maupun pantai, sehingga garis pantai tidak Namun demikian diperlukan penelitian lanjut untuk
terkontrol/ kecil kemungkinan oleh sedimentasi penempatan posisi pendingin yang tepat.
sungai. Penelitian yang telah dilakukan
Sedimentasi atau pelumpuran di perairan sebelumnya oleh Ediar dan kawan-kawan juga
sebagian besar berasal dari bahan sedimen. menunjukkan klasifikasi di perairan Semenanjung
Peningkatan buangan sedimen ke dalam perairan Muria diperoleh beberapa satuan tekstur sedimen
pesisir disebabkan oleh semakin tingginya laju dasar laut di daerah penelitian, yaitu: Lanau pasiran
erosi tanah karena pengelolaan lahan atas yang (sZ); Lanau (Z); Lumpur pasiran sedikit krikilan
tidak mengindahkan asas konversi lahan dan (g)sM; Lumpur sedikit krikilan (g)M; Lumpur
lingkungan seperti penebangan hutan atau krikilan (gM); dan Kerikil lumpuran (mG). Satuan
pengolahan pertanian. Sedimentasi dapat Lanau pasiran (sZ) di daerah penelitian mempunyai
meningkatkan kekeruhan air yang berdampak penyebaran paling luas dibandingkan dengan
negatif pada kelestarian ekosistem alami dan biota sedimen lainnya. Penyebarannya terutama di bagian
perairan sehingga menyebabkan tidak optimalnya utara dan barat Semenanjung Muria. Secara umum
nilai ekologi dan ekonomis kawasan pesisir. makin ke arah utara fraksi penyusun sedimen makin
halus, setempat-setempat terdapat jenis sedimen
Sedimen Dasar Laut lainnya. Satuan ini mengisi daerah yang lebih
Hasil pengambilan contoh sedimen di dalam mulai kedalaman 50 - 60 m. Secara
dasar laut di daerah penelitian diperoleh jumlah 19 megaskopis satuan ini berwarna hijau keabu-abuan,
contoh dengan peralatan jatuh bebas (gravity mengandung cangkang moluska, dan foraminifera
corer). Untuk memperoleh gambaran sedimen walaupun sangat jarang, pada beberapa lokasi
dasar laut, dilakukan pemisahan butiran di dijumpai adanya fragmen detrital dengan ukuran
laboratorium berdasarkan kelulusan di mess ayakan yang bervariasi. Kadang-kadang juga terdapat
(x ø). Selanjutnya setelah pemisahan dilakukan pula lapisan lignit berwarna hitam mengkilat di bagian
penghitungan persentase fraksi besar butir bawah percontoh.
berdasarkan klasifikasi Folk (1980). Hasil analisis
ukuran butir disajikan pada Tabel 1.
Hasil sebaran distribusi substrat sedimen
dapat dijelaskan pada Gambar 2. Gambar 2 terlihat
bahwa sebaran lanau (silt) terkonsentrasi di muara
sungai. Hal ini jelas menunjukkan bahwa daerah
muara sangat dipengaruhi oleh adanya distribusi
lanau yang berasal dari hulu sungai. Sedangkan
lokasi sebaran sedimen pasir terkonsentrasi agak
jauh dari bibir pantai. Pola sebaran sedimen
berukuran pasir tersebut diduga dipengaruhi oleh
gelombang dari laut Jawa. Gelombang pada saat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 439


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Butir Sedimen

No. No. Distribusi Ukuran Butir ( % ) Rata-rata


Sampel Kerikil Pasir (Sand) Lanau (Silt) Lempung Diameter ( mm)
(Gravel) (Clay)

1 LA -1 0,00 32,20 63,02 4,78 0,050


2 LA - 2 0,00 91,50 8,50 0,00 0,185
3 LA - 4 0,00 4,20 67,13 28,67 0,0055
4 LA - 5 0,00 3,80 90,64 5,56 0,019
5 LA - 7 0,00 1,20 86,47 12,33 0,011
6 LA - 11 0,00 5,20 74,13 20,67 0,004
7 LA - 12 0,00 2,80 70,53 26,67 0,0045
8 LA - 14 0,00 98,40 1,60 0,00 0,32
9 LA - 15 0,00 99,00 1,00 0,00 0,32
10 LA - 17 0,00 1,40 87,04 11,56 0,012
11 LA - 18 0,00 2,80 78,98 # 18,22 0,0051
12 LA - 19 0,00 3,00 88,67 8,33 0,015
13 LA - 21 1,10 67,80 31,10 0,00 0,24
14 LA - 22 0,00 91,60 8,40 0,00 0,19
15 LA - 29 0,00 2,20 85,13 12,67 0,013
16 LA - 30 1,20 68,00 30,02 0,78 0,25
17 LA – 31 0,00 91,50 8,50 0,00 0,18
18 LA – 32 0,00 5,60 75,73 18,67 0,005
19 LA - 33 0,00 3,20 72,13 24,67 0,0045

#
# #
#
#
#
L A U T J A W A #
# # # #

# ## #
# # # #
Tg . Ng ep un g
# # # #
# Mu ar a Ng ep un g

# #
Nge pu ng Mu lyor ejo #
# #
Ba nt un an
#
# K. Ge nd enDE S A
# # # # Ngr an don

# # # # DE S A B A NDUN GHA RJ O
BA N Y UMA N IS
S. W a ng kon g
Mu ar a B r ing in
# K .Ge lis
# Ba ka lan

# Tg . Je lam un
#
#
## #
# # Ke lor Bo ns ar i Mr ican
Bo we ng
Ujun g C itra n #
As em Rejo sar i Dur en um pa ng

Ke do wo DE S A
# K. B eji
K. K elo r
Su m ba ng Ba nd un gh ar jo TUL A K A N
#Ba yu ran # Ba ka lan

Gen du K. Ge lis
DE S A B A LO NG K. K elin g

Z
$
K. Ng ar eng an K. B alo ng Jatio m bo Te ng ger
DE S A B UM IHA RJO
Se len tir Ger ca k Be ji
K. W a re ng
DE S A T UB A NA N K. S en tu l Se blu 50

K. P ojo kKE C A MA T A N K E L ING Ke du ng ga yam


Dur en Lo r Sid or ejo Jate n
DE S A T ULA K A N
Nge lo 50 Ke du ng pu cun g
Se ku pin g W eta n Ngu wok
Kr aja n Nga nd ong Den ok Bu m iha rjo Ke du ng pu cun g
Dur en K. B alo ng
So go Gon do suli K. P ojo k Geb yak
K. Do pla ng Tu laka n
Nge lo Tim bu l
DE S A JLE G ONG
Se nt ul Ke cip ir
Ka m pu nga nya r Ke ling bo no
K. S ur u
Ka libe da h K. K ed un gla wu K. Ga ra ng
G. T r owili
KE C A MA T A N B A NG S RI DE S A DE RM OL O Pu nd en

Gambar 2. Pola Distibusi Jenis Sedimen di Perairan Semenanjung Muria


Nge mp li Der ma yu
Tu ba nan

Pa nd an sili K. K an cila n K. T imb awu Nga nca r


Gun di 100
50 Sa m pa ng
So ko Nge tu Ka ra ng re jo
Ke ling

Legenda
DE S A K A LIA M A N K. Ja ra kan W at es

K. Ja mu r
Pasir K. Jin gg ota n
Lanau
Ba go r DE S A K E LIN G
Lempung
K, W a re ng
Nglo teh
DE S A K A NCIL A N K, W a tu lum pa ng Jer aka n
Mo joa gun g
K. K elin g K. K ar on g
DE S A K E DUNG LE P E R Se ko pla h
DE S A JIN GGO T A N
DE S A K A LIG A RA NG Ke du ng Kr an ji
Bo led an 150 DE S A GE L A NG
K. B an jar an K. La m ut
Dep okk ra janK. Gr en jen ga n 100
K. Ja ra kan
K. S eb og ot
Nep al Cah a
Ka nc ilan Sa m bir ejo
Dep oks ar i
DE S A JE RUK W A NGI Ba ka lan DE S A T UNA HA N Ngu nd aan Kr aja n
Sid om u lyo Kr aja n Gon do rio
. Jing go tan
Ka ra ng an yar W at ub eng ka h

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 440


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Satuan Lanau (Z) tersebar setempat di selatan Kep. Karimunjawa dan utara Semenanjung
bagian di utaranya sepanjang pantai Jepara, pada Muria pada kedalaman 20 - 60 m. Hasil pemerian
daerah perairan dangkal sekitar pantai di baratlaut megaskopis terhadap satuan ini umumnya
dan timurlaut daerah penelitian sekitar daerah Tayu mempunyai warna abu-abu kehijauan dan butiran
mulai kedalaman 10 - 45 m. Penyebaran lainnya warna putih dan hitam, beberapa bagian mengalami
terdapat di bagian utara dengan penyebaran yang oksidasi dan berwarna kemerahan, bersifat lunak,
tidak terlalu luas. Hasil pemerian megaskopis foram serta fragmen cangkang moluska dalam
terhadap satuan ini umumnya mempunyai warna keadaan rusak. Selajutnya adalah satuan Krikil
abu-abu kehijauan, beberapa bagian mengalami lumpuran (mG) tersebar hanya di lepas pantai
oksidasi dan berwarna kemerahan, bersifat lunak, Semenanjung Muria pada kedalaman 60 m.
mengandung foram serta fragmen cangkang Beberapa kondisi penting adalah
moluska yang umumnya terdiri dari gastropoda dan keterdapan butiran dan mineral yang berasal dari
pelecypoda. gunung api, yaitu pasir kuarsa, mineral hitam dan
Satuan Lumpur pasiran sedikit kerikilan butiran batuan beku dan batuapung (lithic).
(g)sM tersebar setempat di bagian di utara Jepara
pada kedalaman 20 - 40 m. Penyebaran lainnya Karakteristik Fisik Sedimen
terdapat di bagian utara dan timurlaut dengan Kep. Berdasarkan hasil analisis karakteristik
Karimun Jawa pada kedalaman 50 - 60 m. Hasil fisik sedimen dasar (Tabel 2) diperoleh kadar air
pemerian megaskopis terhadap satuan ini umumnya berkisar antara 24,84 – 90,10 % dan porositas
mempunyai warna abu-abu kehijauan, beberapa berkisar antara 47,07 – 70,69 %. Semakin tinggi
bagian mengalami oksidasi dan berwarna kadar air (water content) berarti semakin tinggi
kemerahan, bersifat lunak, mengandung lignit, fraksi hasil dekomposisi bahan organik.
foram serta fragmen cangkang moluska yang
umumnya terdiri dari gastropoda dan pelecypoda. KESIMPULAN
Satuan Lumpur sedikit kerikilan (g)M Berdasarkan hasil analisis dan
tersebarhanya di bagian utara Jepara, pada pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa material
kedalaman 10 - 30 m. Hasil pemerian megaskopis dasar perairan Semenanjung Muria terdiri dari
terhadap satuan ini umumnya mempunyai warna lanau sampai dengan pasir. Sedimen lanau
abu-abu kehijauan dan butiran warna putih dan mondominasi di perairan Semenanjung Muria. Pola
hitam, beberapa bagian mengalami oksidasi dan akumulasi sedimen dasar di perairan Semenanjung
berwarna kemerahan, bersifat lunak, foram serta Muria mempunyai pola sejajar dengan garis pantai.
fragmen cangkang moluska dalam keadaan rusak. Distribusi sebaran sedimen sangat tergantung pada
Satuan Lumpur krikilan (g)M tersebar gelombang dan arus.
setempat-setempat hanya di dua lokasi, yaitu di

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik Sedimen

No. No. Water Specific Wet Unit Weight Dry Unit Weight Porosity Void Ratio
Sampel Content Grafity of  d (n) (e)
(w)% Solid (Gs) gr/cm3 gr/cm3 %

1 LA -1 58,70 2,5698 1,5868 0,9999 61,09 1,5701


2 LA - 2 50,60 2,5682 1,5999 1,0624 58,63 1,4175
3 LA - 4 77,55 2,4498 1,5355 0,8648 64,70 1,8327
4 LA - 5 69,78 2,4851 1,5065 0,8873 64,29 1,8007
5 LA - 7 60,45 2,4601 1,4696 0,9159 62,77 1,6859
6 LA - 11 79,45 2,4678 1,4606 0,8139 67,02 2,0320
7 LA - 12 80,80 2,5015 1,4596 0,8073 67,73 2,0986
8 LA - 14 24,84 2,6396 1,7443 1,3973 47,07 0,8891
9 LA - 15 31,46 2,6535 1,7391 1,3229 50,14 1,0058
10 LA - 17 89,81 2,4881 1,4095 0,7426 70,15 2,3506
11 LA - 18 90,10 2,4712 1,3770 0,7244 70,69 2,4116
12 LA - 19 78,08 2,5196 1,5001 0,8424 66,57 1,9911
13 LA - 21 37,96 2,6312 1,6859 1,2221 53,56 1,1531
14 LA - 22 30,32 2,6395 1,6812 1,2901 51,12 1,0460
15 LA - 29 80,94 2,4447 1,5233 0,8419 65,56 1,9039
16 LA - 30 53,58 2,6066 1,6145 1,0512 59,67 1,4795
17 LA – 31 36,52 2,6395 1,7094 1,2521 52,56 1,1080
18 LA – 32 81,21 2,5964 1,4891 0,8218 68,35 2,1596
19 LA - 33 79,92 2,5891 1,4901 0,8282 68,01 2,1262

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 441


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DAFTAR PUSTAKA [5]. IAEA. Meteorological and Hydrological


Hazards in Site Evaluation for Nuclear
[1]. ALSAFFAR, A. & Y. ZHENG. Coastal Installations. DS 417. IAEA SAFETY
Cooling Water Intake Sedimentation STANDARDS. 2011.
Challenges and Resolutions. USA. 2006. [6]. PIPKIN. Principle of Sedimentation. Mc Graw
[2]. DWI Imam, P. Skripsi Studi Batimetri dan – Hill Book Company Inc. New York. 1977.
Jenis Sedimen Perairan Keling-Bangsri [7]. USMAN, E., KARMINI, M., ASTJARIO, P.,
Kabupaten Jepara. Jurusan Ilmu Kelautan, KUSNIDA, D., YUNINGSIH, A.,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
FATURACHMAN, A., SETYANTO, A.,
UNDIP. Semarang. 2007.
[3]. HENI SUSIATI. Studi Rona Awal Lingkungan NAIBAHO, T., Studi Cekungan dan
Pada Tahap Pra-Survei Tapak di Dua Daerah Potensi Geologi Hazard Kaitannya dengan
Interes untuk PLTN di Pulau Bangka. Tapak PLTN Muria di Perairan Jepara,
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Energi Nuklir IV. PPEN-BATAN. ISBN 1979- Geologi Kelautan, Bandung (Laporan
1208. Jakarta. Oktober 2011.
tidak diterbitkan): 123 hal, 2007.
[4]. HENI SUSIATI, W. PANDOE, ANTON, W.
[8]. WARSITO. Pola Akumulasi dan Karakteristik
Laporan Teknis Program Insentif “Studi
Sedimen di Perairan Delta Bodri, Kabupaten
Dinamika Transport Sedimen Menggunakan
Kendal, Jawa Tengah. Tesis Sekolah Pasca
Perunut Radioisotop dan Citra Satelit untuk
Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Evaluasi Rekayasa Perlindungan Pantai Tapak
2005.
PLTN. Pusat Pengembangan Energi Nuklir –
BATAN. Jakarta. 2008

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 442


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERGERAKAN TCE (Trichloroethylene) DALAM MEDIA DENGAN KADAR AIR YANG


BERBEDA : PERBANDINGAN KECEPATAN 1-G DAN 25-G

Muchlis
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28, Kompleks Balapan, Yogyakarta
E-mail: muchlis_idham@yahoo.com

ABSTRAK

Pencemaran air dan air tanah yang disebabkan oleh senyawa berklorin sudah menjadi masalah di dunia. Hal ini disebabkan
karena senyawa tersebut bersifat persisten dan beracun tinggi. Pergerakan senyawa ini di tanah adalah sangat komplek
berbanding senyawa yang lain. Ke-komplek-an pergerakan senyawa berklorin sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat fizik
tanah dan sifat-sifat fisik senyawa tersebut. Pada penelitian laboratorium ini, centrifuge geoteknik dan tangki mini telah
digunakan untuk memvisualisasikan pergerakan dari TCE. Kotak sampel diisi dengan tanah riolit yang mempunyai
kandungan air yang berbeda yaitu 5%, 10% dan 15%. Sebanyak 40 ml TCE yang sudah diberi pewarna merah Sudan V
dimasukkan ke botol bahan pencemar di atas centrifuge geoteknik. Setelah centrifuge geoteknik berputar hingga mencapai
kecepatan 25-g (gravitasi) (210 RPM), TCE dilepaskan dan masuk ke kotak sampel. Pergerakan TCE tersebut diperhatikan
dan direkam secara visual dan diukur melawan waktu.Hasil dari pergerakan akan dibandingkan dengan pergerakan dengan
kecepatan 1-g menggunakan tangki mini. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pergerakan TCE sangat ditentukan oleh
keadaan tanah. Pada tanah dengan kadar air 15% mempunyai kecepatan vertikal yang lebih besar berbanding dengan kadar
5% dan 10%. Memvisualisasikan pergerakan TCE pada keadaan tanah yang berbeda menjadi pengetahuan yang penting
untuk mengetahui pergerakan TCE di alam sebenarnya.

ABSTRACT

Pollution of soil and groundwater by chlorinated compounds is a problem in the worldwide as most of these compounds are
persistent and highly toxic. The movement of these compounds in the subsurface is so complex compared to other soluble
compounds. The complexity of the movement is said to be largely controlled by the physical characteristics of the subsurface
and physical characteristics of compounds. In this work, a laboratory investigation was conducted to visualize the complexity
of the migration of TCE using geotechnical centrifuge and 2-D mini-tank experiment. The bucket sample was filled up with
rhyoliteindifferent water content (5%, 10% and 15%).40 ml of TCE dyed using red colored Sudan V was placed in a
contaminant bottle on top of the centrifuge. Then, the geotechnical centrifuge was swung at 25-g (gravity) acceleration
(equivalent 210 RPM) and TCE was released in to the model. The movement of NAPL was observed and recorded using a
real-time high speed camera and measured with time.The movement was compared with 1-g experiment using mini tank in
laboratory. The experimental results have revealed that the movement behavior of TCE is very much controlled by the
physical characteristics of the ground. The vertical movement of TCE, the slowest was in 5% water content and the fastest in
15% water content. The visualization of the movement of TCE in various soil conditions may provide a vital knowledge on
the behavior of TCE in soil.

PENDAHULUAN Pengetahuan tentang sifat pergerakan NAPL di


tanah dan air tanah adalah sangat penting karena
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh untuk suksesnya remediasi air tanah maka harus
lepasnya bahan kimia berbahaya ke tanah sudah diketahui pasti mana kawasan yang sudah tercemar
menjadi perhatian dunia sekarang ini. Banyak (Mac Donald & Kavanaugh 1994; Pantazidou et al.
bahan kimia berbahaya tumpah ke tanah yang 2000). Pergerakan NAPL dalam tanah adalah
disebabkan oleh bocornya tangki penyimpanan sangat komplek dan sebagian besar dipengaruhi
bawah tanah (UST) adalah jenis dari NAPL (Non- oleh sifat-sifat fisika dan kimia tanah dan NAPL
Aqueous Phase (Kumar 2006).
Liquid). NAPL adalah cairan organik yang Kajian ini menggunakan centrifuge geoteknik
mempunyai nilai keterlarutan yang rendah dalam yang berada di Universiti Kebangsaan Malaysia
air (Mayer & Hassanizadeh 2005).Ada dua jenis (UKM) untuk memodelkan keadaan di alam kepada
NAPL yaitu NAPL ringan (LNAPL) dan NAPL kepada keadaan di laboratorium. Centrifuge
berat (DNAPL). LNAPL mempunyai densitas yang geoteknik sudah banyak dipakai oleh peneliti untuk
lebih ringan dari air dan bisa bergerak dalam tanah meneliti sifat pergerakan bahan pencemar di tanah
yang jenuh atau tidak jenuh (Zhu & Sykes 2004). (Esposito 2000; Soga et al. 2003). Keuntungan
Manakala DNAPL mempunyai densitas yang lebih utama instrumen ini adalah dapat memodelkan
berat dari air dan menjadi sumber dari pencemaran keadaan di alam yang komplek dalam keadaan yang
air tanah yang disebabkan oleh mobilitas dan sifat terkontrol di laboratorium.
resistennya di alam.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 443


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk


mengetahui pergerakan TCE dalam tanah dengan
kandungan air yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tanah Riolit yang


diambil dari daerah Lanchang, Kuantan, Malaysia.
Tanah Riolit yang telah kering kemudian diayak
dengan menggunakan ayakan berukuran 500 mikro
meter untuk mendapatkan tanah yang homogen.
Sebagian tanah Riolit kemudian diambil untuk diuji
sifat kimia dan fisikanya.Tanah Riolit yang lainnya
di oven pada suhu 105oC selama 24 jam. Dua kg
tanah Riolit yang sudah kering ditambahkan dengar Gambar 1. Tangki mini untuk percobaan dengan
air dengan jumlah yang berbeda untuk gaya
mendapatkan kandungan air yang berbeda yaitu 1-g
5%, 10% dan 15%. Tanah Riolit lalu dimasukkan
dalam plastik kemudian diikat, dimasukkan ke
dalam wadah yang tertutup rapat dan didiamkan
selama 24 jam.

Percobaan dengan gaya 1-g

Tanah Riolit dengan kadar air yang berbeda


dimasukkan ke dalam tangki mini hingga
ketinggian tanah adalah 11,5 cm. Tangki mini
berdimensi 29 cm (panjang), 20 cm (tinggi) dan 4,5
cm (lebar). (Gambar 1). 40 ml TCE yang sudah
diberi pewarna merah Sudan V disuntikkan ke
dalam tangki mini tersebut dan panjang pergerakan
vertikalnya diukur melawan waktu. Percobaan
menggunakan waktu selama 90 menit dan setiap 10 Gambar 2. Kotak sampel untuk percobaan dengan
menit pergerakan TCE diambil gambarnya secara gaya 25-g
manual. Hasil gambar yang diambil kemudian
dilukis dengan menggunakan perangkat lunak corel
draw.

Percobaan dengan gaya 25-g

Tanah Riolit dimasukkan ke dalam kotak sampel


(Gambar 2) sampai ketinggian 11.5 cm. Kotak
sampel mempunyai dimensi yang sama dengan
tangki mini. Kotak sampel diputar menggunakan
centrifuge geoteknik UKM (Gambar 3) sampai
kecepatan 25-g bersamaan dengan 210 RPM. Pada
kecepatan tersebut, 40 ml TCE yang sudah diberi
pewarna merah Sudan V disuntikkan dalam kotak
sampel dan dibiarkan berputar selama 60 detik.
Pergerakan TCE dalam kotak sampel secara Gambar 3. Centrifuge geoteknik UKM
otomatis direkam oleh kamera. Hasil rekaman
tersebut kemudian dilukis dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
perangkat lunak corel draw.
Sifat-sifat fisika dan kimia tanah Riolit dapat dilihat
pada tabel 1.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 444


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

1,20
Tabel 1. Sifat-sifat tanah Riolit
__________________________________ 1,00

Kecepatan (cm/menit)
__ 5%
Sifat-sifat Nilai (n=5) 0,80 10%
_________________________________________
0,60 15%
__

Lempung(%) 13,47 - 18 0,40


Lodak(%) 72,5 - 75,5
0,20
Pasir(%) 8 - 11
LL(%) 33 - 36 0,00
PL(%) 18 - 24
0 50 100
PI(%) 11 - 18
W opt(%) 11,5 - 13 Waktu (menit)
k (m2) 5,6 – 8,1 x 10-8
pH 5,1- 5,2
Kand Organik(%) 1,9 - 3.5 Gambar 4. Kecepatan TCE dalam tanah gaya 1-g
KPK(meq/100g) 2,7 - 11
LPS(m2/g) 36 - 31
Mineralogi Lempung K, Q, Mu
_________________________________________
__
Keterangan: LL= Liquid Limit, PL=Plastik Limit,
PI=Indek Keplastikan, W=Kandungan air, k=
Permeabilitas, K= Kaolinit, Q= Kuarsa, Mu= Muskovit,
KPK=Kapasitas Pertukaran Kation, LPS=Luas
Permukaan Spesifik.

Sifat pergerakan TCE dalam tanah pada:


a. Gaya 1g
TCE akan bergerak secara vertikal dan horizontal
setelah disuntikkan. Kecepatan TCE dalam tanah
Riolit pada kandungan air 5%, 10% dan 15% gaya
1-g dapat dilihat pada gambar 4. Pada 10 menit,
kecapatan vertikal TCE dalam tanah dengan Gambar 5. Pergerakan TCE dalam kandungan air
kandungan air 5% adalah 0,4 cm/menit sementara 5% gaya 1-g
pada kandungan air 10% dan 15% masing-masing
adalah 0,53 dan 1,05 cm/menit. Kecepatanvertikal
TCE akan berkurang dengan bertambahnya waktu.
Kecepatanvertikal pada menit ke 90 dalam tanah
dengan kandungan air 5% dan 10% masing-masing
adalah 0.05 dan 0.07 cm/menit, manakala pada
kandungan air 15% kecepatannya adalah kosong
karena pada menit ke-30 TCE sudah mencapai
dasar tanah. Pergerakan TCE dalam tanah dengan
kandungan air 5% dan 10% tidak mencapai dasar
tanah hingga pemantauan pada menit
terakhir.Pergerakan TCE dalam tanah Riolit pada
kandungan air 5%, 10% dan 15% gaya 1-g dapat
dilihat pada gambar 5, 6 dan 7.

Gambar 6. Pergerakan TCE dalam kandungan air


10% gaya 1-g

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 445


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

cm/detik. Pergerakan TCE sudah mencapai dasar


tanah pada 10 detik. Pada kandungan air 15%,
pergerakan TCE sudah mencapai dasar tanah pada
detik pertama. Pada detik pertamakecepatanvertikal
adalah 11.40 cm/detik. Pergerakan TCE dalam
tanah Riolit pada kandungan air 5%, 10% dan 15%
gaya25-g dapat dilihat pada gambar 9, 10 dan 11.

Gambar 7. Pergerakan TCE dalam kandungan air


15% gaya 1-g

b. Daya 25g
TCE akan bergerak secara vertikal dan horizontal
setelah disuntikkan. Kecepatan pergerakan TCE
dalam tanah Riolit dengan kandungan air 5%, 10%
dan 15% gaya 25-g dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 9. Pergerakan TCE dalam kandungan air


12,00 5% gaya 25-g

10,00 5%
Kecepatan (cm/detik)

8,00 10%

6,00 15%

4,00

2,00

0,00
0 20 40 60 80
Waktu (detik)
Gambar 8. Kecepatan TCE dalam tanah gaya 25-g

Pada kandungan air 5%, kecepatanhorizontal lebih


besar berbanding kecepatanvertikal. Pada detik
pertama, kecepatanvertikal adalah 2.70 cm/detik.
Setelah 5 detik, pergerakan secara horizontal TCE Gambar 10. Pergerakan TCE dalam kandungan air
sudah mencapai ujung tanah manakala pergerakan 10% gaya 25-g
secara vertikal tidak mencapai dasar tanah sampai
pemantauan yang terakhir. Pada 60 detik,
kecepatanhorizontal TCE adalah 0.08 cm/detik.

Dalam kandungan air 10%, kecepatan TCE secara


vertikal lebih besar berbanding horizontal. Pada
detik pertama, kecepatanvertikal adalah 4.40

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 446


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa


pergerakan TCE secara vertikal lebih besar terjadi
dalam tanah Riolit dengan kandungan air 15%.
Pergerakan vertikal TCE yang paling kecil terjadi
dalam tanah Riolit dengan kandungan air 5%.

DAFTAR PUSTAKA

Esposito, G. (2000). Centrifuge Simulation of Light


Hydrocarbon Spill in Partially Saturated
Dutch Dune Sand. Bull Eng Geol Env. 58: 89-
93.
Kumar, P.R. 2006. An experimental methodology
for monitoring contaminant transport through
Gambar 11. Pergerakan TCE dalam kandungan air geotechnical centrifuge models.
15% gaya 25-g Environmental Monitoring and Assessment
117: 215-233.
Mac Donald, J.A., and Kavanaugh, M.C. 1994.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada semua Restoring contaminated groundwater: an
percobaan, tanah yang mengandung air paling besar achievable goal. Environment Science
(15%) mempunyai pergerakan secara vertikal yang Technology 28 (8): 362A-368A.
paling cepatmanakala tanah yang mengandung air Mayer, A.S & Hassanizadeh, S.M. 2005. Soil and
paling kecil (5%) mempunyai pergerakaan yang Groundwater Contamination: Nonaqueous
paling lambat. Hal ini mungkin disebabkan karena Phase Liquids. Washington: American
pada tanah yang mengandung 15% air maka TCE Geophysical Union.
akan larut lebih banyak berbanding pada Pantazidou, M., Abu-Hassanein, Z.S. & Riemer,
kandungan air 5% dan 10%. TCE yang larut dalam M.F. 2000. Centrifuge study of DNAPL
air tersebut akan bergerak bersama pergerakan air transport in granular media. Journal of
(adveksi) dalam tanah. Alasan demikian didukung Geotechnical and geoenvironmental
oleh Testa (2000) yang menyatakan bahwa larutnya engineering 126 (2): 105-115.
NAPL pada air dipengaruhi oleh kawasan Soga, K., Kawabarata, J., Kechavarzi, C.,
permukaan air yang berhubungan dengan NAPL, Coumoulos, H. & Waduga, W.A.P. 2003.
dan lamanya waktu bersentuhan. Centrifuge modelling of nonaqueous phase
liquid movement and entrapment in
Mungkin juga hal tersebut terjadi karena pada tanah unsaturated layered soils. Journal of
Riolit dengan kandungan air 15%, mempunyai Geotechnical and Geoenvironmental
pori-pori yang bersambung satu sama lain paling Engineering 129 (2): 173-182.
banyak berbanding kandungan air 5% dan 10%. Testa, S. M. 2000. Restoration of contaminated
Testa (2000) mengatakan bahwa aliran air dalam aquifer Petroleum Hydrocarbon Compounds,
tanah tidak jenuh, ketika air berada di ruang pori Ed. Kedua. United States: CRC Press
yang bersambungan maka aliran air akan terjadi, Zhu, J. & Sykes, J.F. 2004. Simple screening
akan tetapi jika ruang antara pori tidak bersambung models of NAPL dissolution in the
maka aliran tidak akan terjadi. Semakin banyak subsurface. Journal of Contaminant
pori yang terisi air maka semakin besar volume air Hydrology 72: 245– 258.
yang mengalir.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 447


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS GEOKIMIA PUMIS DALAM SATUAN BREKSI PUMIS FORMASI SEMILIR


SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR JENIS LETUSAN GUNUNGAPI EKSPLOSIF

Amara Nugrahini
Jurusan Teknik Geologi Sttnas yogyakarta
E-mail :amarasttnas@yahoo.com

Abstrak

Pumis adalah batuan beku yang mempunyai karakteristik sangat khas secara visual dan fisik, antara lain : Warna putih hingga
abu–abu, tekstur gelasan, struktur pumiceous, komposisi gelas, ciri khusus terdapat lubang – lubang gas yang didalamnya
terdapat serat – serta kaca yang sangat mengkilap dan jelas, juga mempunyai berat fisik yang relatif ringan dibanding batuan
lain dengan ukuran yang sama.
Daerah telitian termasuk dalam zona fisiografi pegunungan selatan Jawa Tengah terletak di wilayah Desa Pasekan
Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan secara astronomis terletak pada koordinat 7º 56’ 00”
LS sampai 7º 59’ 13” LS dan 110º 46’ 20” BT sampai 110º 51’ 13” dihitung dari Greenwich. Berdasarkan stratigrafinya
terdapat satuan batuan breksi pumis yang termasuk pada Formasi Semilir, secara tektonik pada kala Miosen Awal (Tersier)
termasuk dalam lingkungan tektonik busur magmatik Andesit Tua .
Hasil analisis kimia batuan pumis berdasarkan kandungan K2O dan SiO2 menunjukkan bahwa batuan tersebut termasuk
kerabat batuan Calc Alcali Series, dan berdasarkan kandunga % SiO2 ternasuk hasil letusan dari gunungapi yang
berkomposisi Dasit. Penurunan kandungan CaO, Fe2O3, Al2O3 dan P2O5 menunjukkan adanya diferensiasi magma seiring
dengan pendinginan magma. Diferensiasi tersebut jelas mengarah ke sifat makin asam dengan ditunjukkan meningkatnya
kandungan SiO2 terhadap unsur-unsur tersebut.
Dari pengamatan petrografinya, batuan ini merupakan produk dari gunungapi tipe strato yang berkarakter meletus hebat,
hasil analisis kimia ini menunjukkan bahwa batuan beku Dasit adalah erat hubungannya dengan erupsi yang eksplosif .

Keyword : Geokimia, Pumice, Formasi Semilir, Gunungapi, Magma.

1. PENDAHULUAN
Bentang alam Pegunungan Selatan begitu
menarik sehingga banyak peneliti yang melakukan
studi penelitian di Pegunungan Selatan. Bentuk
morfologi bentang alam yang melengkung
menyerupai tapal kuda atau bentuk bulan sabit
sangat menarik untuk diteliti. Di depan bentuk
lengkungan tersebut dijumpai batuan beku intrusi
yang merupakan bagian dari tinggian Perbukitan
Jiwo. Oleh beberapa ahli (Rahardjo dkk, 1997,
Surono dkk, 1992) menyatakan tinggian
Pegunungan Selatan adalah batuan sedimen yang
merupakan produk arus turbid. Namun peneliti lain
(Bronto, 1999, Hartono, 2000) menyatakan
Pegunungan Selatan merupakan sisa tubuh
gunungapi purba yang tersusun oleh batuan
gunungapi hasil aktivitas gunungapi letusan
maupun leleran.

E rom o ko

Gambar .2 Daerah penelitian koordinat : 7º 56’ 00”


LS sampai 7º 59’ 13” LS dan 110º 46’ 20” BT
D A E R A H P E N E LITIAN

sampai 110º 51’ 13”


Gambar. 1. Lokasi Daerah Penelitian ( Tanpa 1. Daerah Bamban
Skala) 2. Daerah Tempuran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 448


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Kegiatan letusan menghasilkan pumis yang hadir Yogyakarta ( Hartono, 2000 ) dan Peta Geologi
sebagai fragmen dalam breksipumis dan Regional lembar Surakarta – Giritontro ( Surono
dikelompokkan dalam Formasi Semilir ( Surono, dkk, 1992 ).
dkk, 1992 ). Mengacu peta geologi regional lembar Kerja Lapangan
Yogyakarta ( Rahardjo dkk. 1977 ) dan lembar Dari Peta geologi yang tersedia dilakukan
Surakarta – Giritontro ( Surono dkk, 1992 ) pengamatan lapangan kemudian dilakukan
Formasi Semilir tersebar sangat luas mulai dari pengambilan contoh setangan breksipumis pada
wilayah kecamatan Piyungan , Yogyakarta sampai Formasi Semilir yang memenuhi standar petrologi
dengan daerah Eromoko, Wuryantoro dan untuk keperluan Analisis di laboratorium.
Manyaran , Kabupaten Wonogiri. Tahap preparasi conto dan analisis yang
dilakukan di laboratorium diantaranya adalah
TUJUAN analisis petrografi dan analisis geokimia.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan Tahap integrasi hasil analisa geokimia batuan
menganalisa komposisi kimia batuan gunung api breksi pumis kedalam diagram Harker sehingga
batuan pumis dalam bentuk oksida utama yang dihasilkan perkembangan unsur kimia daerah
dinyatakan dalam persen berat. : SiO2, TiO2, pengambilan conto batuan sehingga didapatkan
Al2O3, Fe2O3, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan hasil aktifitas letusan gunungapinya.
P2O5 . Komposisi oksida-oksida tersebut diatas
apakah bisa dijadikan sebagai salah satu indikator GEOLOGI
produk letusan gunungapi eksplosif Berdasarkan atas pembagian fisiografi
Jawa-Madura, daerah penelitian termasuk dalam
LOKASI PENELITIAN Zona Pegunungan Selatan. Zona Pegunungan
Daerah penelitian di barat waduk Selatan ini dapat dibagi dua Sub Zona (
Parangjoho dan sekitarnya. Secara fisiografi daerah Harsolumekso, dkk. 1997 ), yaitu Sub Zona
penelitian termasuk dalam zona pengunungan Baturagung terutama terletak pada bagian utara,
selatan bagian timur (van Bemmelen, 1949). namun terbentang dari barat tinggian G. Sudimoro
Secara administratif, daerah penelitian terletak di antara Imogiri – Patuk, utara ( G. Baturagung ) dan
wilayah Desa Pasekan Kecamatan Eromoko sampai di sebelah timur ( G. Gajahmungkur ). Di
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan bagian timur ini Sub Zona Baturagung membentuk
secara astronomis terletak pada koordinat 7º 56’ tinggian agak terpisah yaitu G. Panggung dan G.
00” LS sampai 7º 59’ 13” LS dan 110º 46’ 20” BT Gajahmungkur. Sub Zona Baturagung ini
sampai 110º 51’ 13”. Daerah Penelitian dapat membentuk relief paling kasar. dan utara sedang di
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua sebelah selatan dan timur terdapat Sub Zona
maupun kendaraan roda empat memerlukan waktu Gunung Sewu. Sub Zona Gunung Sewu merupakan
2-3jam dari Yogyakarta menuju Eromoko yaitu bentang alam karst dimana bukit – bukit
dengan urutan rute perjalanan adalah : batugamping dengan berbentuk kerucut dengan
Yogyakarta - Patuk - Wonosari - Karang Mojo - ketinggian beberapa puluh
Ponjong - Eromoko (daerah penelitian). Atau
Yogyakarta – Solo – Wonogiri - Eromoko

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan suatu
pendekatan terperinci seperti; studi literatur, kerja
lapangan (pengambilan conto batuan), kerja
laboratorium (analisis geokimia dan analisis
petrografi ), penyusunan laporan ( pengolahan data
dll)
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan Lokasi daerah telitian
penelitian, yaitu: Gambar 3. Peta Fisiografi Jawa Tengah & Jawa
Tahap studi pustaka Timur (Van Bemmelen, 1949).
Yahap studi pustaka merupakan tahap awal
penelitian. Tahap ini berupa tahap pengumpulan Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam
data data sekunder dan pengkajian literatur yang stratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak yang
berhubungan dengan kondisi geologi. antara lain, mengemukakannya antara lain :, Van Bemmelen (
Petrologi dan Geokimia Batuan longsoran 1949 ), Rahardjo, dkk, ( 1977 ), Surono., dkk., (
gunungapi tersier di Pegunungan Selatan ( Bronto, 1992 )., menyebutkan bahwa batuan yang tertua
dkk., 1998 ), Studi Gunungapi Tersier : Sebaran yang tersingkap di Pegunungan Selatan adalah seri
Pusat Erupsi dan Petrologi di Pegunungan Selatan batuan metamorfosis yang mengalami proses

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 449


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

perlipatan yang sangat kuat. Batuan ini berumur LANDASAN TEORI


Kapur atau lebih tua lagi. Secara stratigrafi, urutan
dari tua ke muda satuan litostratigrafi itu adalah Berdasarkan struktur gunungapi maka
(lihat Tabel 1.). gunungapi secara umum dapat dibedakan seperti
Pada umumnya formasi Semilir tidak mengandung Gunungapi Kerucut ( Strato Volcano ), pada
karbonat dan sekaligus miskin akan fosil. Namun pembentukan Gunungapi Kerucut disebut fase
dengan ditemukannya fosil foraminifera kecil oleh konstruktif Gunungapi Kembar ( Compound
Sumarso dan Ismoyowati(1975), maka formasi ini Volcano ), Gunungapi Perisai ( Shield Volcano ),
ditentukan berumur Miosen Awal-awal Miosen Gunungapi yang tumbuh baru ‘ anak gunungapi “ (
Tengah (N5-N9). Lingkungan pengendapan Somma Volcano ), serta bila gunungapi kerucut
berkisar dari laut dangkal dibagian bawah - tengah ambles ataupun terjadi letusan besar disebut
dan laut dalam di bagian atas. Gunungapi Kaldera, pembentukan kaldera terjadi
Dengan melimpahnya tuf dan batu apung dengan fase yang dikenal dengan fase destruktif.
volume yang sangat besar, maka secara volkanologi Klasifikasi Erupsi Berdasar Sifat Kegiatan
formasi Semilir ini dihasilkan oleh letusan gunung Semua jenis gunungapi di atas tadi mengalami
api yang sangat besar dan merusak. Biasanya erupsi atau proses keluarnya magma dari dalam
berasosiasi dengan pembentukan kaldera letusan bumi ke permukaan. Berdasarkan sifat kegiatannya
yang terbentuk karena proses letusan yang bersifat erupsi ini di bagi menjadi dua yaitu :
eksplosif yang sangat merusak. (Berikut foto Erupsi leleran ( Effusive Eruption ), adalah
lapangan yang menunjukan stratigtafi litilogi keluarnya magma secara meleler atau meleleh.
batuan gunung api formasi semilir.) Hasil kegiatan berupa batuan beku luar yang dapat
membentuk aliran lava atau kubah lava. Bentuk
Tabel 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan bentang alam gunungapi besar yang dihasilkan
(modifikasi Surono dkk., 1992). proses ini adalah Gunungapi Perisai.
Erupsi letusan ( Explosive Eruption ), adalah
keluarnya magma secara meletus. Hasil kegiatan
berupa bahan klastika, serpihan atau kepingan
gunungapi, berbutir halus ( lempung, lanau atau
pasir, diameter < 2mm ) sering disebut abu
gunungapi, berbutir kerikil atau lapili ( diameter 2 –
64 mm ) dan berbutir kerakal ( bom atau blok
gunungapi > 64 mm ). Bentuk bentang alam yang
dihasilkan yang berukuran kecil adalah kerucut
sinder, sedangkan yang besar adalah gunungapi
kaldera. Apabila suatu gunungapi mempunyai
kawah yang sagat besar, berdiameter lebih dari
2000 meter, maka gunungapi tersebut dinamakan
gunungapi kaldera (William, 1941; Williams &
MacBirney, 1979). Berdasarkan asal-usul (genesa)
pembentukannya, bentuk bentang alam guungapi
kaldera dapat disebabkan oleh letusan, amblesan
dan longsoran. Pembentukan kaldera letusan itu
dapat disebabkan oleh terakumulasinya gas
gunungapi bertekanan sangat tinggi dibawah tubuh
Struktur geologi yang dijumpai di lembar suatu gunungapi, terutama yang berbentuk kerucut
Surakarta-Giritontro berupa lipatan, sesar, dan komposit. Pembetukan gas gunung api itu dapat
kekar. Lipatan terdiri dari antiklin dan sinklin; dihasilkan oleh proses diferensiasi lanjut dari suatu
mempunyai arah umum timurlaut-baratdaya dan magma basal menjadi magma berkomposisi
timur-barat dan beberapa baratlaut-tenggara. Sayap menegah – asam (andesit, dasit atau bahkan riolit),
lipatan bersudut kecil (3-15), dan umumnya biasanya berlangsung dalam waktu yang sangat
berbentuk agak setangkup. Lipatan ini melibatkan lama, atau adanya percampuran magma basal
batuan dari Formasi Semilir, Formasi Oyo, Formasi dengan magma asam yang terjadi secara mendadak.
Wonosari-Punung dan Formasi Kepek. Lipatan Kaldera longsoran terbentuk pada gunungapi –
yang berarah baratlaut-tenggara umumnya terdapat gunungapi kerucut komposit yang sangat khas.
di bagian timur lembar, dan yang berarah timurlaut- Magma yang naik tidak dapat keluar melalui kawah
baratdaya dan timur-barat terdapat di bagian pusat karena adanya sumbat lava yang sangat kuat
baratnya. dibawahnya. Oleh karena itu magma kemudian
bergerak menyamping mencari daerah yang lebih
lemah pada bagian lereng dari gunungapi itu.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 450


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Dorongan magma keatas menyebabkan lereng 69 %). Kombinasi antara SiO2 dan K2O (Peccerillo
gunungapi itu menggembung yang setelah dan Taylor, 1976 dalam Diktat Kuliah Volkanologi,
melampaui titik maksimum akhinya tubuh gunung 1999) menunjukkan adanya seri magma seri K
api itu kesuatu arah. Kaldera longsoran selalu rendah (Low K- series) atau toleiit, K menengah
berbenntuk seperti tapal kuda, dan di Indonesia rendah (Calc-Alkali Series), K menengah tinggi
jumlahnya cukup banyak. (High-K Calc Alkali Series) dan K tinggi
(Shoshonite Series). Kelompok terakhir itu karena
juga kaya Na2O sering disebut alkalin.

PUMIS
Secara umum, pumis dikenal sebagai
batuan gunung api berpori, sangat ringan yang
terbentuk selama erupsi letusan. Selama erupsi, gas
volkanik yang terlarut di dalam bagian cairan
magma mengembang sangat cepat hingga
membentuk buih atau busa, bagian cairan dari buih
kemudian mengeras/membatu membentuk gelas
disekitar gelembung gas. Semua jenis magma
(basal, andesit, dasit, dan riolit) dapat membentuk
pumis, tetapi umumnya pembentukan pumis
berasosiasi dengan magma asam (misal: riolit).
Macdonald (1972) mengatakan bahwa pumis
adalah abu sangat berongga, sangat ringan sehingga
mengapung di air. Pada pumis dasit, riolit, dan
Gambar 4. Diagram pembentukan kaldera riodasit tipe rongganya banyak serabut di dalam
tabung-tabung tipis yang memperlihatkan lebih
PEMBAHASAN menyerupai sutera, tetapi pada pumis yang lain tipe
rongganya lebih seragam. Pumis basal kurang
Geokimia Batuan melimpah dibandingkan dengan pumis yang
Pengertian Geokimia adalah studi komposisinya lebih asam,
geokimia berhubungan dengan penyebaran dan Di pihak lain, Fisher & Schmincke, (1984)
perpindahan unsur – unsur kimia dalam bumi dalam mengatakan bahwa pumis disusun oleh gelas
ruang dan waktu (Mason, 1958), atau studi yang gunung api sangat berongga. Komponen tuf
berhubungan dengan kelimpahan dan penyebaran kebanyakan berukuran abu gelas yang secara
daripada unsur – unsur ( Brownlow, 1996 ). dominan terdiri atas pecahan dinding gelembung
Batuan di bumi ini banyak sekali mengandung bercampur dengan pecahan pumis dan lapili.
oksida logam dan metalloid yang dapat dibagi Pecahan dinding gelembung umumnya merupakan
menjadi unsur mayor ( major element ), unsur jejak gelembung yang hancur atau dinding rongga pumis.
( trace element ) dan unsur tanah jarang ( rare earth
element). Unsur mayor membentuk senyawa oksida Breksi Pumis
( major oxides ) yang jumlahnya sangat dominan ( Breksi Pumis merupakan salah satu batuan
lebih kurang 99 % ) terdiri dari SiO2, TiO2, Al2O3, gunungapi yang berasosiasi dengan letusan
Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan gunungapi kaldera, breksipumis ini dapat ditinjau
P2O5. Satuan kuantitas dari oksida mayor tersebut dari dua aspek utama yaitu secara petrologi dan
biasanya dalam bentuk persen berat ( weight geokimia pembandingnya, yaitu :
percent ).
Berdasarkan komposisi kimia oksida utama, Petrologi Breksipumis
biasanya SiO2, K2O dan Na2O, magma dapat dibagi Breksi Pumis adalah batuan yang dikategorikan
menjadi beberapa macam. Namun dalam beberapa sebagai hasil sedimentasi batuan asal gunungapi
hal MgO dan Al2O3 juga bisa dijadikan parameter. dengan ciri megaskopis yang dapat diamati di
Pembagian magma berdasarkan SiO2 menjadi lapangan antara lain : Warna putih hingga abu –
magma basa (SiO2 < 53 %), magma menengah abu, tekstur klastika, kemas terbuka – tertutup,
(SiO2 53 – 63 %), dan magma asam (SiO2 > 63 % ). sortasi buruk, struktur masif, komposisi fragmen
Termasuk magma basa adalah pikrit dan basal. batuapung, matrik ( batuapung, gelas ) berukuran <
Magma menengah masih dibagi menjadi magma 1 mm. ciri khusus berat jenis ringan ( berat fisik
andesit basal ( SiO2 53 – 57 % ), magma andesit ringan ).
(SiO2 57 – 63 %). Magma asam terdiri dari magma
dasit ( SiO2 63 – 69 % ), dan magma riolit ( SiO2 >

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 451


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pemaparan Data

Data analisis petrologi


Warna Putih hingga abu – abu, tekstur gelasan,
struktur pumiceous ( lihat Gambar 5), komposisi
gelas, ciri khusus terdapat lubang – lubang gas yang
didalamnya terdapat serat – serta kaca.

Keterangan:1. Plagioklas(20%) 2. Olivin (7,5%)


3. Piroksen (7,5%) 4.Kuarsa (2%) 5. Mineral opak
(5%) 6. Gelas volkanik(58%)
Nama Batuan : Crystal tuff, (Pettijohn, 1975).
Didaerah penelitian dari analisa petrografi yakni,
Vitric Crystal Tuff yang berukuran kasar,. Batuan-
batuan ini adalah batuan piroklastik yang umumnya
dihasilkan dari hasil letusan gunung api yang
bersifat explosif.
Gambar 5. Kenampakan breksi pumis
Data analisis geokimia
Data analisis geokimia dengan menggunakan
metode Atomic Absorption Spectrum, UV-Vis
Spectrum dan Gravimetry, yang ditunjukkan pada
Tabel 2.

Tabel 2. Oksida mayor dikonversikan 100% bebas


volatil
Sampel Oksida (%)

Oksida mayor Daerah Pengambilan


Sampel
Gambar 6. Singkapan batuan lapili batuapung, tuf
Bamban Tempuran
kasar, lapili batuapung, tuf halus serta tuf kasar
yang berselang – seling mulai dari bawah keatas. SiO2 67.20 68.50
TiO2 0.27 0.43
Data Petrografi: Al2O3 18.2 16.8
Fe2O3 7.62 4.12
MnO 0.12 0.90
MgO 0.46 0.82
CaO 5.74 4.73
Na2O 3.64 3.65
K2O 2.32 2.15
P2O5 1.24 0.27

Data–data tersebut yang telah dikelompokkan


berdasarkan tingkat kenaikan kandungan SiO2-nya,
kemudian diolah dengan menggunakan klasifikasi
batuan gunungapi menurut Peccerillo dan Taylor,
Keterangan : (1976) berdasarkan pada kandungan kimia
1.Plagioklas(15%),2.Hornblende(8%),3.Piroksen batuannya dalam bentuk diagram.
(4%), 4. Kwarsa (3%),5. Mineral Opak (5%) , 6. Diagram tersebut berguna untuk
Gelas (65%) menentukan seri komposisi individu batuan yaitu :
Nama Batuan : Crystal tuff, (Pettijohn, 1975). basal mengandung kisaran % berat SiO2 48 – 52 %,
andesit basaltik 52 – 56 %, andesit 56 – 63 %, dasit
63 – 70 % dan riolit 70 – 78 %. SiO2 ( Peccerillo
dan Taylor, 1976 ).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 452


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 3. Klasifikasi Batuan Gunungapi berdasarkan SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (P2O5 (1.24)
persentase berat oksida mayor SiO2 dan K2O P2O5 (1.24) - P2O5 < Tempuran P2O5
menurut pecerillo dan Taylor (1976) (0.27) (0.27)

Keterangan :
(>) = Mengalamin kenaikan
(<) = Mengalamin Penurunan

diargram K2O.dan SiO2, lokasi Bamban Dasit)

Hubungan kandungan SiO2 terhadap TiO2 , Daerah


Bamban SiO2 (67.2) - TiO2 (0.27), daerah
Tempuran SiO2 (68.5) - TiO2 (0.43), Kandungan
TiO2 mengalami kenaikan

diargram K2O.dan SiO2, lokasi Tempuran (Dasit)

Dari hasil analisis kimia berdasarkan kandungan


antara K2O terhadap SiO2. merupakan batuan Dasit Hubungan kandungan SiO2 terhadap Al2O3 , Daerah
jenis Calc Alkali Series, Bamban SiO2 (67.2) - Al2O3 (18.2), daerah
Tempuran SiO2 (68.5) - Al2O3 (16.8) Kandungan
Analisis kimia oksida batuan: Al2O3 mengalami penurunan
Keterangan diagram
Harker terhadap oksida
Sampe 1 Sampel 2
mayor pada sampel
Bamban Tempuran
daerah Bamban dan
Tempuran
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (TiO2 (0.27)
TiO2 (0.27) - TiO2 > Tempuran TiO2
(0.43) (0.43)
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (Al2O3 (16.8)
Al2O3 (18.2) - Al2O3 < Tempuran Al2O3
(16.8) (18.2)
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (Fe2O3*
Fe2O3* - Fe2O3* (7.62) < Tempuran Hubungan kandungan SiO2 terhadap Fe2O3*,
(7.62) (4.12) Fe2O3* (4.12) Daerah Bamban SiO2 (67.2) - Fe2O3* (7.62), daerah
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (MnO (0.12) Tempuran SiO2 (68.5) - Fe2O3* (4.12) Kandungan
MnO (0.12) – MnO > Tempuran MnO Fe2O3* mengalami penurunan.
(0.90) (0.90)
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (MgO (0.46)
MgO (0.46) – MgO > Tempuran MgO
(0.82) (0.82)
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (CaO (4.73)
CaO (5.74) – CaO <Tempuran CaO
(4.73) (5.74)
SiO2 (67.2) - SiO2 (68.5) Bamban (Na2O (3.64)
Na2O (3.64) - Na2O >Tempuran Na2O
(3.65) (3.65)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 453


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hubungan kandungan SiO2 terhadap MnO Daerah Hubungan kandungan SiO2 terhadap P2O5 (1.24)
Bamban SiO2 (67.2) - MnO (0.12) daerah Tempuran Daerah Bamban SiO2 (67.2) - P2O5 (1.24) daerah
SiO2 (68.5) - MnO (0.90)Kandungan MnO mengalami Tempuran SiO2 (68.5) - P2O5 (0.27) Kandungan
kenaikan. P2O5 )mengalami penurunan.

Hasil analisis kimia batuan yang diaplikasikan


dalam bentuk Diagram harker ( lihat lampiran
diagram harker ) memperlihatkan penurunan CaO,
Fe2O3, P2O5 dan Al2O3 terhadap kenaikan SiO2
sebaliknya terjadi kenaikan K2O dan TiO2
berbanding lurus dengan kenaikan SiO2. Sedangkan
untuk kandungan Na2O, MgO, MnO yang relatif
lurus dan seimbang dengan kandungan SiO2. Bila
dihubungkan dengan komposisi model pumis ( lihat
lampiran petrografi ) maka misal penurunan CaO,
Hubungan kandungan SiO2 terhadap MgO Daerah Fe2O3, P2O5 dan Al2O3 tersebut masing – masing
Bamban SiO2 (67.2) - MgO (0.46)daerah Tempuran mineralnya piroksin untuk senyawa CaO dan
SiO2 (68.5) - MgO (0.82)Kandungan MgO Fe2O3. Juga kenaikan SiO2 menunjukkan komposisi
(mengalami kenaikan. modal pumis dalam hal ini seperti kwarsa dan
plagioklas asam meningkat.
Penurunan CaO, Fe2O3, Al2O3 dan P2O5
menunjukkan adanya diferensiasi magma seiring
dengan pendinginan magma. Diferensiasi tersebut
jelas mengarah ke sifat makin asam dengan
ditunjukkan meningkatnya kandungan SiO2
terhadap penurunan unsur - unsur di atas . Dua
batuan ( pumis ) yang diambil di dua lokasi
berdasarkan kandungan K2O dan SiO2
menunjukkan bahwa batuan tersebut
Hubungan kandungan SiO2 terhadap CaO Daerah
mempunyai seri magmatis yang sama yaitu Kapur
Bamban SiO2 (67.2) - CaO (5.74) daerah Tempuran
Alkali ( Calc Alkali Series ).
SiO2 (68.5) - CaO (4.73)Kandungan MgO (0.82)
Hal ini mengindikasikan bahwa daerah dengan
mengalami penurunan.
kandungan dominan batuan tersebut dalam hal ini
dasit, maka daerah ini adalah merupakan daerah
yang mengalami proses endogen destruktif (
merusak ) Secara khusus gunungapi yang
mempunyai kandungan SiO2 tinggi dan secara
khusus batuannya adalah dasit maka gambaran
yang paling tepat untuk jenis gunungapi daerah ini
adalah gunungapi yang bersifat letusan yang hanya
berada pada daerah subduksi dengan masa istirahat
gunungapi yang relatif lama.
Berdasarkan data di atas bahwa dapat
Hubungan kandungan SiO2 terhadap Na2O (3.64) disimpulkan bahwa diferensiasi magma yang
Daerah Bamban SiO2 (67.2) - Na2O (3.64)daerah menghasilkan seri magma kapur alkali ini dengan
Tempuran SiO2 (68.5) - Na2O (3.65)Kandungan nama batuan dasit berdasarkan analisis kimia dan
Na2O mengalami kenaikan. klasifikasinya ( Peccerillo dan Taylor, 1976 )
adalah merupakan batuan indikator letusan
gunungapi kaldera yang sangat dahsyat.

KESIMPULAN
Berdasarkan zona fisiografi daerah telitian
termasuk dalam zona fisiografi pegunungan selatan
Jawa Tengah, berdasarkan stratigrafinya merupakan
satuan batuan breksi pumis Formasi Semilir, secara
tektonik pada kala Miosen Awal (Tersier) termasuk
dalam lingkungan tektonik belakang busur
magmatik Andesit Tua sedangkan pada Kala

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 454


SEMINAR NASIONAL ke7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Pleistosen (Kwarter) termasuk dalam lingkungan Bronto, S & Mulyaningsih., S, 2001,


tektonik depan busur magmatik. Volcanostratigraphic Development From
Hasil analisis petrografinya, batuan ini Tertiary to Quartenary : A Case Study at
merupakan produk dari gunungapi tipe strato yang Opak River, Watuadeg, Berbah, Yogyakarta,
berkarakter meletus hebat. Analisis kimia batuan PIT IAGI XXX - GEOSEA X, Yogyakarta
pumis tersebut termasuk kerabat batuan Calc Alkali Bronto, S & Mulyaningsih., S, Hartono, G.,
Series, dan berdasarkan kandunga % SiO2 ternasuk Bernadeta,SA,. 2008, Waduk Parangjoho
hasil letusan dari gunungapi yang berkomposisi dan Songputri: alternatifsumber erupsi
dasit. yang erat atau merupakan indikator yang kuat formasi Semilir di daerah Eromoko, Kab .
untuk sebuah argumen tentang erupsi yang Wonogiri, Jawa Tengah. Prosiding Seminar
eksplosif dengan pembentukan kaldera. Penurunan Nasional Kebumian 2008, UGM
kandungan CaO, Fe2O3, Al2O3 dan P2O5 Yogyakarta, hal D3-1 – D3-20
menunjukkan adanya diferensiasi magma seiring Hartono, Udi, 1994, The Petrology and
dengan pendinginan magma. Diferensiasi tersebut Geochemistry of The Wilis and Lawu
mengarah ke sifat makin asam dengan ditunjukkan Volcanoes, East Java, Indonesia, Gajah
meningkatnya kandungan SiO2 terhadap unsur- Mada University, Yogyakarta
unsur tersebut menunjukkan bahwa dasit sebagai Macdonald, G.A., 1972 Volcanoes, Prentice-Hall,
indikator Erupsi gunungai sangat eksplosif selalu Englewood Cliffs,New Yersey, 510.
bersifat sangat merusak tubuh gunungapi tiu Mason, B,. 1958, Principles of Geochemistry, John
sendiri. Letusan yang sangat dahsyat dengan Wiley & Sons, Inc, New York
volume yang sangat besar tersebut menyebabkan Rittman, A., 1963, Vulkanismus and tektonik des
endapan terlempar sangat luas dan sangat tebal. atna, geol. Rundschau, 53, 788-800
Surono, Toha, B. dan Sudarno, I., 1992, Peta
Geologi Lembar Surakarta – Giritontro,
DAFTAR PUSTAKA Jawa, skala 1 : 100.000, P3G, Bandung
Fisher, R. V., dan Schmincke, H. M. 1984.
Bothe, A., 1929, Djiwo Hills and Southern Range, pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, Berlin
Excursion Guide, 4th Pacific Science Heidelberg, New York, Tokyo 1984.
Congress, Java, Bandung Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis, Unwin
Bronto, S., 1999, Diktat Mata Kuliah Geokimia, Hyman, London.
Jurusan Teknik Geologi, STTNAS, Wright, J.V. 1981, The RioCaliente ignimbrite:
Yogyakarta analysis of a compound intraplinian
Bronto, S., 1999, Diktat Mata Kuliah Volkanologi, ignimbrite from a major late Quartenary
Jurusan Teknik Geologi, STTNAS, Mexican eruption, Bull. Volcanol., 44,189-
Yogyakarta 212.
Bronto, S., Hartono G. H., 2001, Acara Ekskursi http://id.wikipedia.org/wiki/Diagram Harker
Geologi, Jurusan Teknik Geologi, STTNAS
Yogyakarta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 455


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAERAH PANAS BUMI GEDONGSONGO,


JAWA TENGAH

Ev. Budiadi dan T. Listyani R.A.


Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
Email : listyani_theo@yahoo.co.id

Abstrak
Karakteristik hidrologi di daerah prospek panas bumi perlu diteliti untuk memahami neraca air daerah setempat
sehingga dapat diketahui potensi airtanahnya. Potensi airtanah yang bagus akan sangat mendukung keberlangsungan energi
panas bumi di suatu daerah. Penelitian hidrologi diawali dengan analisis data sekunder yang berupa data klimatologi serta
pemetaan geologi permukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan yang tinggi memberikan efek surplus di beberapa bulan
sepanjang tahun. Berdasarkan data klimatologi dari stasiun curah hujan Ungaran diketahui bahwa dengan curah hujan rata-
rata bulanan 128 – 246 mm. Dari perhitungan neraca air diketahui bahwa ketersediaan air di daerah penelitian mengalami
peningkatan sejak tahun 2007 walaupun sedikit menurun menuju tahun 2011. Surplus terjadi pada beberapa bulan sepanjang
tahun, terutama pada bulan-bulan basah. Sungai di daerah penelitian umumnya berdebit cukup besar. Keberlangsungan
panas bumi akan didukung oleh potensi airtanah yang bagus, dimana hal ini sangat tergantung dari potensi air permukaan
yang baik, didukung oleh curah hujan, banyaknya sungai dan adanya mataair di beberapa tempat.

Kata kunci : hidrologi, panas bumi, Gedongsongo

PENDAHULUAN Salah satu hal yang sangat penting


Salah satu permasalahan yang sering dilakukan untuk mempertahankan potensi panas
dihadapi di daerah panas bumi adalah turunnya bumi suatu daerah adalah menjaga ketersediaan
potensi panas bumi (declining) akibat kurangnya airtanah. Airtanah adalah sumber uap panas bumi
pasokan airtanah ke bawah permukaan. yang mana uap itu akan dikonversi menjadi energi
Berkurangnya volume airtanah ini akan listrik. Apabila airtanah habis, maka potensi panas
menurunkan jumlah uap yang dapata dihasilkan bumi tak dapat dipertahankan lagi, artinya sumber
pada suatu sumur bor panas bumi, sehingga daya energi alternatif ini tak dapat dihasilkan lagi.
berimbas pada penurunan kapasitas energi listrik Panas bumi adalah sumber daya energi terbarukan,
yang dihasilkannya. Oleh karenanya, yang dapat kita peroleh selama kita dapat
mempertahankan potensi panas bumi yang besar mempertahankan potensi airtanah di lapangan
dan berkesinambungan mutlak dilakukan dengan panas bumi.
menjaga potensi airtanah di wilayah prospek panas Untuk memahami potensi airtanah di suatu
bumi. daerah, terlebih dulu kita melakukan analisis
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah hidrologi daerah setempat. Analisis hidrologi
satu daerah yang memiliki prospek panas bumi dilakukan terhadap data klimatologi serta kondisi
cukup bagus. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya air permukaan yang berupa sungai. Analisis
gunungapi Kuarter yang tersebar di wilayah ini, hidrologi merupakan studi awal penelitian
misalnya G. Ungaran di Kabupaten Semarang. hidrogeologi yang berguna untuk melihat potensi
Manifestasi panas bumi dari gunung ini dapat airtanah daerah penelitian.
dijumpai terutama di daerah Gedongsongo.
Daerah penelitian meliputi wilayah
Gedongsongo dan sekitarnya, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah (Gambar 1). Secara
administratif daerah ini termasuk dalam wilayah
Kecamatan Bawen, Bandungan dan Ambarawa.
Daerah Gedongsongo terletak pada ketinggian
kurang lebih 1300 m di atas permukaan laut, pada
lereng bagian selatan G. Ungaran. Daerah
penelitian memiliki morfologi bergelombang
lemah hingga perbukitan dengan berbagai
manifestasi panas bumi seperti mata air panas,
fumarol serta batuan alterasi.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 456


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (dibatasi segiempat merah).

METODE PENELITIAN sampel air. Bahan penelitian berupa peta topografi


Potensi airtanah di daerah panas bumi dasar dan peta geologi regional.
didukung oleh kondisi hidrologi setempat. Untuk
itu, penelitian hidrologi di daerah Gedngsongo GEOLOGI REGIONAL DAERAH
diawali dengan penelitian hidrologi daerah tersebut. GEDONGSONGO
Sebagai persiapan, dilakukan studi literatur tentang Menurut Van Bemmelen (1949), daerah
geologi regional dan hidrologi daerah penelitian. Gedongsongo dan sekitarnya termasuk dalam
Analisis data klimatologi dilakukan terhadap data fisiografi regional Zone Kendeng. Zone ini
sekunder yang didapat dari BMKG Semarang. Data tergabung dalam fisiografi Antiklinorium Bogor –
tersebut meliputi data suhu udara bulanan, Serayu Utara – Kendeng.
kelembaban udara bulanan, evaporasi, curah hujan Bentang alam daerah G. Ungaran
bulanan dan lama penyinaran matahari. Data merupakan morfologi kerucut gunungapi, daerah
klimatologi tersebut merupakan hasil pengukuran perbukitan volkanik dan hamparan daerah dataran.
selama lima tahun terakhir (2007 – 2011) di stasiun Kerucut gunungapi menempati sebagian besar
Ungaran pada koordinat 07o06’ LS dan 110o22’BT. daerah kajian, terutama di bagian tengah. Morfologi
Selanjutnya, pemetaan geologi permukaan kerucut ini tersusun oleh seri batuan volkanik
dengan penekanan pada deskripsi hidrogeologi berkomposisi andesitik terdiri dari lava, breksi
dilakukan di daerah penelitian, khususnya di lereng andesit dan batupasir volkanik.
selatan G. Ungaran. Data yang diperoleh antara lain Kondisi stratigrafi di Komplek Panas bumi
berupa data singkapan batuan, sungai serta mataair. Gunung Ungaran dapat dikelompokkan menjadi 5
Pengamatan sungai meliputi kondisi air sungai, arus kelompok yaitu (1) Kelompok Batuan Tersier
sungai dan ciri fisik air. Pengukuran debit sungai yang terdiri dari Formasi Kerek terdiri dari
dilakukan secara tradisional menggunakan perselingan batulempung, napal, batupasir tufan,
stopwatch dan pelampung. Pada pemetaan geologi konglomerat, breksi volkanik dan batugamping,
permukaan ini juga dilakukan pengamatan terhadap Formasi Kalibeng terdiri dari napal sisipan
manifestasi panas bumi yang meliputi batuan batupasir, (2) Kelompok Batuan Kuarter Sedimen
alterasi, mataair panas dan fumarol. meliputi Formasi Kaligetas terdiri dari breksi
Peralatan yang digunakan adalah alat volkanik, lava, tuf, batupasir, tufan dan
geologi lapangan yang meliputi palu, kompas, batulempung, Formasi Damar tersusun oleh
loupe, GPS, kamera, dilengkapi dengan batupasir tufan, konglomerat dan breksi volkanik,
termometer, kantong sampel batuan serta botol Formasi Jongkong tersusun oleh breksi andesit,
(3) Kelompok Batuan Kuarter Aliran tersusun oleh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 457


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Batuan Gunungapi Kaligesik tersusun oleh aliran collapse structure tersebut (Trend Team Jawa –
lava basal olivin-augit, Batuan Gunungapi IBT, 1997).
Gajahmungkur tersusun oleh aliran lava andesit- G. Ungaran di Jawa Tengah memberikan
hornblende, lava Gunung Sumbing tersusun oleh beberapa manifestasi panas bumi, dengan lokasi
aliran lava dan kubah, (4) Batuan intrusi terdiri utama terdapatnya manifestasi berada di
dari basal tersusun oleh intrusi basal-augit, andesit Gedongsongo. Daerah ini menempati pada
tersusun oleh intrusi andesit dan (5) Aluvial ketinggian lebih kurang 1300 m di atas permukaan
tersusun oleh batuan lepas dari lempung sampai laut dan terletak di lereng bagian selatan dari
bongkah. Gunung Ungaran. Daerah sekitar manifestasi
Menurut Thanden dkk. (1975) struktur berupa daerah wisata dan perhutani.
geologi Gunung Ungaran didominasi oleh adanya Manifestasi panasbumi di daerah Gedongsongo ini
struktur ring fracture yang dapat ditemukan di terdiri dari fumarol, mataair panas, matair hangat,
bagian utara gunung itu. Kenampakan struktur bualan gas (bubble gas) dan batuan teralterasi
collapse structure jelas terlihat di daerah sekitar (Gambar 2). Suhu udara di daerah ini 24,9o C.
Bandungan dan Sumowono(selatan dan barat daya Manifestasi tersebut terletak di sepanjang sungai
G. Ungaran). Struktur-struktur ini nampak saling yang relatif lurus dengan arah N 5o E. Kekar
berpotongan membentuk sistem rift fault yang mempunyai arah umum N100o E/70o (Dinas
membuka ke arah utara dan timur laut. Aktivitas Pertambangan dan Energi Jawa Tengah – STTNAS,
vulkanik G. Ungaran muda dikontrol oleh adanya 2004).

Gambar 2. Kenampakan fumarol dan mataair panas di Gedongsongo.

HIDROLOGI DAERAH GEDONGSONGO hujan bulanan >200 mm sedangkan bulan kering


Daerah penelitian termasuk dalam Peta berlangsung pada Juni - Oktober dengancurah
Hidrogeologi Lembar VII Semarang (Jawa) yang hujan bulanan <200 mm. Suhu udara bulanan rata-
diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata rata antara 24,8°C - 26,5°C, dan evapotranspirasi
Lingkungan tahun 1988 dengan skala 1 : 250.000. nyata sebesar 1.479 mm/tahun.
Gunung Ungaran (2050 m) terletak di bagian barat
peta hidrogeologi tersebut.
Curah hujan rata-rata tahunan di Semarang DATA DAN PEMBAHASAN
dan sekitarnya berkisar 2500 – 5000 mm di daerah Klimatologi
gunungapi strato dan 1000 – 3000 mm di daerah Data klimatologi daerah penelitian disajikan
perbukitan. Gunungapi strato seperti G. Muria dan pada Tabel 1-5 berikut ini. Suhu udara rata-rata
G. Ungaran menerima curah hujan tertinggi (Binnie bulanan berkisar 25 – 26oC, kelembaban udara rata-
and Partner, 1982 dalam Said & Sukrisno, 1988). rata bulanan adalah 77 – 81%. Evaporasi di daerah
Sementara itu, DGTL (2000) menyebutkan penelitian rata-rata sebesar 65 – 89 ml, dengan
bahwa curah hujan rata-rata di daerah Ungaran curah hujan rata-rata bulanan 128 – 246 mm,
adalah sekitar 2.247 mm/tahun. Bulan basah sedangkan lama penyinaran matahari adalah 47 –
berlangsung pada November - April dengan curah 55%.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 458


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Data suhu udara bulanan (oC)


Rata-
Thn Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
rata
2007 26 25,3 25,4 26 27 26,4 26,1 26,2 27,5 27,2 26,7 25,8 26,30
2008 25,2 24,3 25,1 26 26,2 26,1 25,7 26,4 27,4 27,1 25,9 24,9 25,86
2009 24,4 24,3 25,7 26,4 26,0 26,4 26,1 26,6 27,3 27,4 27,0 26,3 26,15
2010 25,2 26,0 26,2 26,2 26,8 26,6 26,2 26,8 26,4 26,4 26,3 25,1 26,20
2011 25,2 25,3 25 25,6 26,1 26,8 26,2 26,6 26,7 27,6 26,5 25,6 26,10

Tabel 2. Data kelembaban udara bulanan (%)


Rata-
Thn Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
rata
2007 81 86 85 84 78 79 76 74 73 76 80 85 79,75
2008 85 88 86 81 75 73 70 72 71 77 84 85 78,92
2009 87,61 89,0 82,9 80,9 81,7 76,4 69,5 66,2 67,3 68,3 74,6 80,4 77,08
2010 84,9 85,4 83,6 84,5 81,6 78,5 79 75,8 79,1 78,1 81,8 85,3 81,45
2011 85 83 85 84 80 74 72 63 65 67 81 86 77,08

Tabel 3. Data evaporasi (ml)


Rata-
Thn Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
rata
2007 65,5 54,5 42,5 49 71,5 56 93,5 118 151 136 81 40 79,79
2008 35 23,5 36 39,5 97 92 86,5 111 83,5 119 32 26 65,04
2009 41 27 57,5 60 45,5 45,5 143 143 185 153 87 87 89,42
2010 59,5 52,5 59,5 56 68,5 90 128 62 45 74 67,5 63,5 68,83
2011 73 67 58 56 81 122 104 120 126 108 67,5 52 86,13

Tabel 4. Data curah hujan bulanan (mm).


Rata-
Thn Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
rata
2007 80 168 292 124 57 70 0 39 0 123 209 379 128,42
2008 545 442 397 214 76 31 1 72 48 314 375 434 245,75
2009 816 479 177 189 316 189 17 0 91 70 215 311 239,17
2010 356 142 323 267 496 107 34 92 280 237 228 396 246,50
2011 375 290 294 310 164 20 22 0 137 137 227 375 195,92

Tabel 5. Lama penyinaran matahari (%).


Rata-
Thn Jan Peb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
rata
2007 51,9 37,3 23,7 36,5 51,8 24,4 54,2 68,4 80,8 71,9 71,1 31,7 50,3
2008 44,3 17,9 33,9 57,4 58,9 26,5 56,6 67,6 79,4 69,1 40,3 31,5 48,6
2009 37,9 11,4 56,1 58,4 56,6 31 62,1 78,4 81,1 76,7 59,5 49,1 54,9
2010 32,3 44,4 46,6 41,9 50,0 28,3 52,8 60,9 65,1 63,3 52,6 27,3 47,1
2011 33 46 31 48,5 54,3 27,5 56,4 68,8 76,6 70,2 55,9 34,9 50,3

Data-data klimatologi pada Tabel 1-5 grafik curah hujan vs evapotranspirasi yang
tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan disajikan pada Gambar 3. Perhitungan
neraca air. Gambaran neraca air di daerah evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan
penelitian ini secara ringkas ditampilkan pada metode Blaney Criddle.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 459


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

600 600

Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)


Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)

500 500
Ch
400 400
Ch
300 300
Et Et
200 200

100 100

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2008)
Bulan (2008)

900 600
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)

800
500
700
Ch
600 Ch 400
500
300
400
300 200
200
100
Et
100 Et
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2009) Bulan (2010)

400
Et (mm/bln) dan curah hujan (mm)

350 Ch
300
250
200
150
100
Et
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan (2011)

Gambar 3. Neraca air di daerah Gedongsongo dan sekitarnya. Kondisi surplus ditunjukkan oleh area yang
dibatasi oleh garis curah hujan dan evapotransiprasi dimana curah hujan lebih tinggi daripada
evapotransiptasi.

Untuk mengetahui ketersediaan air maka Dengan anggapan bahwa luas daerah prospek
dilakukan perhitungan neraca air seperti panas bumi 5 km2 berdasarkan data sekunder
dicontohkan pada tahun 2008 yang disajikan pada (Trend Team Jawa-IBT, 1997) maka dapat
Tabel 6 berikut ini. Pada tabel tersebut diketahui diperoleh gambaran ketersediaan air pada lima
run-off di daerah penelitian sebesar 1419,1 mm/th. tahun terakhir ditampilkan pada Gambar 4.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 460


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 6. Contoh perhitungan neraca air di daerah penelitian (tahun 2008).

CH- Run-off
Bulan CH ETP ETP APWL KAT dKAT ETA Defisit Surplus (mm)
Jan 545 193,7 351,3 250,0 0,0 193,7 0,0 351,3 366,6
Feb 442 175,9 266,1 250,0 0,0 175,9 0,0 266,1 316,3
Mar 397 190,8 206,2 250,0 0,0 190,8 0,0 206,2 261,3
Apr 214 190,7 23,3 250,0 0,0 190,7 0,0 23,3 142,3
Mei 76 194,9 -118,9 -118,9 167,1 -82,9 158,9 36,0 0,0 71,1
Jun 31 180,2 -149,2 -268,1 124,4 -42,6 73,6 106,6 0,0 35,6
Jul 1 193,2 -192,2 -460,3 106,6 -17,8 18,8 174,4 0,0 17,8
Agt 72 198,5 -126,5 -586,8 102,8 -3,8 75,8 122,7 0,0 8,9
Sep 48 195,5 -147,5 -734,3 101,0 -1,8 49,8 145,7 0,0 4,4
Okt 314 206,8 107,2 208,3 107,2 206,8 0,0 0,0 2,2
Nov 375 192,7 182,3 390,6 182,3 192,7 0,0 0,0 1,1
Des 434 192,7 241,3 250,0 -140,6 192,7 0,0 381,9 191,5
Total 2949,0 1720,3 585,3 1228,7 1419,1

8E+12
Ketersediaan Air (mm/th)

7E+12
6E+12
5E+12
4E+12
3E+12
2E+12
1E+12
0
2007 2008 2009 2010 2011
Tahun

Gambar 4. Ketersediaan air di daerah penelitian pada tahun 2007 – 2011.

Curah hujan yang cukup tinggi atas batuan volkanik (breksi andesit dan breksi
memberikan efek surplus di beberapa bulan laharik) dengan entuk lembah sungai V pula.
sepanjang tahun, terutama di bulan basah. Sementara itu pola rektanguler berkembang pada
Ketersediaan air terlihat mengalami peningkatan breksi andesit dan sisipan lava, dikontrol oleh
sejak tahun 2007, dan sedikit menurun menuju struktur kekar dengn bentuk lembah sungai V.
tahun 2011 namun masih terlihat kuantitas yang Lembah-lembah sungai berbentuk V dan umumnya
cukup besar dibanding tahun 2007. relatif lurus serta mengalir di atas batuan dasar. Hal
Sungai tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian
Pola pengaliran yang berkembang di daerah masih berstadia muda.
penelitian adalah dendritik, paralel dan rektanguler Sungai-sungai yang berada pada daerah
(Ginting, 2008). Pola aliran dendritik berkembang penelitian umumnya masih bersih dan air masih
di daerah dengan litologi yang resistensinya relatif cukup bersih dengan di bantaran sungai masih
sama. Pola ini dibentuk oleh Sungai Kalipanjang banyak tumbuh-tumbuhan (Gambar 5).
dengan bentuk lembah umumnya V, menunjukkan Kebanyakan sungai tersebut tidak terlalu lebar, tapi
erosi vertikal yang lebih besar daripada erosi memiliki debit yang cukup banyak, masih jernih
horisontal. dan mengalir terus menerus walaupun bukan
Pola aliran paralel menempati satuan kaki musim hujan. Dengan banyaknya air yang mengalir
lereng volkanik dan kerucut volkanik, mengalir di sehingga membuat penduduk sekitar G. Ungaran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 461


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

memakai air kali di sekitar gunung untuk keperluan maupun pengaliran sawah. Debit sungai terukur
sehari-hari baik untuk kebutuhan rumah tangga rata-rata adalah 0, 78 m3/dtk (Ridwan, 2012).

Gambar 5. Kenampakan Sungai daerah penelitian di bagian Tengah di Kali Gelaran.

Mataair sedikit berlumpur, menempati pada lembah sungai


Di daerah Gedongsongo terdapat manifestasi bagian timur. Suhu berkisar 45oC – 46oC. Bualan
panas bumi berupa mataair panas (Gambar 6) dan gas ditunjukkan oleh keluarnya gas-gas pada
hangat. Mataair panas mempunyai air keruh dan permukaan air dan tebing bagian bawah yang
berlumpur dengan warna lumpur abu-abu terletak di bagian selatan melewati rekahan-rekahan
keputihan, menempati pada bagian lembah sungai kecil.
bagian barat dan timur. Suhu berkisar 61oC – 72oC.
Mataair hangat juga mempunyai air keruh dan

Gambar 6. Kenampakan mata air panas di daerah Gedongsongo.

Selain mataair panas, di sekitar G. Ungaran


dijumpai beberapa matair normal dengan debit KESIMPULAN
yang bervariasi, dari kecil hingga besar, bahkan Karakteristik hidrologi daerah penelitian
mataair berdebit lebih dari 100 l/dtk dapat meliputi aspek klimatologi, sungai dan pemunculan
dijumpai di lereng tenggara. mataair. Curah hujan bulanan yang tercatat di
Di daerah penelitian, mataair banyak stasiun pengamat curah hujan Ungaran rata-rata
ditemui di lereng selatan G. Ungaran bagian utara, adalah sebesar 128 – 246 mm Curah hujan yang
umumnya keluar dari rekahan lava. Airnya sangat tinggi memberikan efek surplus di beberapa bulan
jernih dan tidak berbau, banyak dimanfaatkan sepanjang tahun. Dari perhitungan neraca air
penduduk sekitar sebagai air minum, mandi diketahui bahwa ketersediaan air di daerah
maupun irigasi persawahan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 462


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

penelitian mengalami peningkatan sejak tahun 2007 Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
walaupun sedikit menurun menuju tahun 2011. Stasiun Semarang.
Sungai di daerah penelitian umumnya Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Tengah –
berdebit cukup besar. Potensi air permukaan yang STTNAS, 2004, Pengembangan
didukung oleh curah hujan, banyaknya sungai dan Pemanfaatan Energi Panas bumi (Survei
adanya mataair di beberapa tempat merupakan Geokimia) di Kompleks Panas bumi
dukungan yang bagus bagi ketersediaan airtanah Gedongsongo, Kabupaten Semarang,
yang dibutuhkan untuk keberlangsungan panas Laporan Akhir, tidak dipublikasikan.
bumi. Ridwan, M., 2012, Kajian Hidrologi dan
Hidrogeologi Daerah Ungaran dan
UCAPAN TERIMA KASIH Sekitarnya, Provinsi Jawa Tengah, Tugas
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis Akhir Tipe II, Jur. T. Geologi, STTNAS,
sampaikan kepada Depdikbud yang telah mendanai Yogyakarta, tidak dipublikasikan.
penelitian Hibah Fundamental di daerah Thanden RE., Sumadirdja H., Richard PW., Sutisna
Gedongsongo. Terimakasih juga penulis ucapkan K. dan Amin TC., 1996, Peta Geologi
kepada M. Ridwan dan Terry Iwou atas jerih Regional Lembar Magelang dan Semarang,
payahnya dalam mencari data klimatologi, terlebih- skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian Dan
lebih karena telah melakukan pekerjaan geologi Pengembangan Geologi, Bandung.
lapangan di daerah penelitian. Trend Team Jawa – IBT, 1997, Prospek Panas
Bumi Daerah Ungaran Jawa Tengah, Dinas
DAFTAR PUSTAKA Eksplorasi Panas bumi – Pertamina, Jakarta.
BMKG Semarang, 2012, Data Klimatologi Daerah Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Ungaran Tahun 2007 - 2011, Badan Indonesia, Vol. 1A, Martinus Nijhoff, The
Hague, Netherland.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 463


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMODELAN DAN ASESMEN BAHAYA JATUHAN TEPRA KOMPLEKS GUNUNGAPI


MURIA PADA TAPAK PLTN ULA

Bansyah Kironi, Basuki Wibowo,Imam Hamzah , PPEN, BATAN


Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Telp. 021-5204243, Jakarta 12710
bansyah@batan.go.id dan basukiwibowo@batan.go.id

ABSTRAK.
Telah dilakukan pemodelan dan asesmen bahaya jatuhan tepra kegunungapian Muria pada tapak PLTN ULA. Metodologi
yang digunakan adalah, pemodelan jatuhan terpa, estimasi deterministik dan probabilistik, serta asesmen bahaya jatuhan
tepra tersebut pada tapak PLTN ULA. Model jatuhan tepra yang digunakan adalah model adveksi-difusi 1 titik. Berdasarkan
hasil esitimasi deterministik jatuhan tepra Muria dan Genuk pada tapak PLTN ULA, variasi beban statis yang diterima
adalah pada kisaran 20 kg/m2 sampai dengan 300 kg/m2 atau ekivalen ketebalan tepra mulai dari 2 cm sampai dengan 30 cm.
Sedangkan berdasarkan estimasi probabilistik kondisional diperoleh nilai beban statis pada 300 kg/m2, PE =20% dengan
tingkat kebolehjadian (P) pada kisaran 10-7per tahun dan setara dengan beban tepra setebal 30 cm yang merupakan
ambang batas keselamatan yang diterima. Nilai median probabilistik (PE=85%) jatuhan tepra diperoleh pada ketebalan
5cm (50kg/m2) sanpai dengan 15 cm (150kg/m2) dengan tingkat keboleh jadian 10-6 per tahun. Berdasarkan hasil tersebut
faktor desain basis keselamatan fasilitas PLTN ULA aspek jatuhan tepra perlu di pertimbangkan dalam merancang fasilitas
PLTN di tapak tersebut sesuai dengan tingkat konservatif yang diperlukan.

Kata Kunci: pemodelan, jatuhan tepra, tapak PLTN ULA

Abstract. Modelling and hazards assessment of Muria tephra fall has been conducted for ULA NPP site. The method are,
modelling developement, deterministic and probabilistic estimation, and safety hazards assessment of ULA NPP site. Point
sources model of advection diffussion was used for estimation and contour map of tephra fall distribution. Base on
deterministic estimation, the varian static load of tephra fall are 20 kg/m2 up to 300 kg/m2 or equivalent to tephra thickness
of 2 cm up to 30 cm. In other way the result of probabilistic estimation are at 300 kg/m 2 with PE =20% equivqlent to tephra
thickness of 30 cm which similar to the thershold value of safety hazards at absolut probability around 10-7year-1.
Probabilistically for median value (PE=85%) of tephra fall are 5 cm (50kg/m2) and 15cm (150kg/m2) at
10-6 event per year. Base on those assessment, tephra safety design base assessment is reqiured to considered in designing
NPP safety parameter regarding PE value consideration.

Keyword: modelling, tephra fall assessment, NPP ULA site.

1. PENDAHULUAN komunitas yang berlokasi disekitar gunungapi


Tapak PLTN ULA (Gambar 1.) yang tersebut. Efek potensial abu vulkanik (jatuhan
berlokasi sekitar 25 km dari Gunung Muria, serta tepra) adalah sebagai berikut: a) kerusakan pada
berjarak 15 km dari Gunung Genuk, secara geologi bangunan dan pemukiman disekitar gunungapi; b)
didominasi oleh produk vulkanik PDC runtuhnya atap bangunan akibat pembebanan yang
(phyroclastic density current) yang diperkirakan berlebihan; c) Terjadinya kerusakan sistem
berasal dari Muria dan atau Genuk. Oleh karena itu elektrikal, sistem mekanikal, serta terjadinya efek
asesmen bahaya vulkanik PDC perlu dilakukan korosif [1]. Metodologi asesmen bahaya jatuhan
untuk memastikan bahwa aliran dan jatuhan tepra Muria dan Genuk yang dilakukan
piroklastik serta lahar yang sampai ke tapak ULA menggunakan pendekatan deterministik dan
secara probabilistik dan deterministik dapat probabilistik. Dengan mendapatkan parameter
diabaikan. Pada tulisan ini akan dibahas asesmen jatuhan tepra pada tapak akibat letusan Muria dan
bahaya jatuhan piroklastik atau jatuhan tepra dari Genuk, maka dapat dirancang secara lebih rinci
Muria dan Genuk pada tapak ULA. Walaupun aspek keselamatan terkait fasilitas operasi PLTN
jatuhan tepra bukan sebagai parameter penolak dan pendukungnya.
keberadaan tapak PLTN ULA, asesmen tersebut
tetap perlu dilakukan dalam kaitannya dengan
parameter desain basis keselamatan PLTN yang
harus dirancang.
Letusan vulkanik besar umumnya dapat
melontarkan sejumlah besar blok, lapili, dan abu
vulkanik dengan periode yang lama. Produk
tersebut secara umum disebut tepra, dan merupakan
ancaman terhadap fasilitas penting maupun

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 15 Desember 2012 464


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

dan densitas yang sama [3]. Sumber vertikal garis


dan sferis dipertimbangkan karena abu vulkanik
yang dilontarkan akan berbentuk kolom erupsi
Genuk vertikal dan sferis. Selanjutnya jatuhan tepra
gunungapi akan menyebabkan pembebanan pada
struktur bangunan PLTN, sistem ventilasi, dan
Muria sistem pendingin. Adanya akumulasi tepra yang
tebal akan menyebabkan beberapa fasilitas PLTN
tidak beroperasi sementara waktu. Model sebaran
tepra ini dibuat untuk memperkirakan akumulasi
jatuhan tepra pada tapak Muria secara deterministik
dan probabilistik. Simulasi numerikal ini
didasarkan pada persamaan konsevasi massa
adveksi-difusi sebagai berikut: [4]

Gambar 1. Peta Tapak Muria


(1)
2. POKOK BAHASAN Dimana x,y, dan z adalah koordinat spasial
Letusan vulkanik besar akan yang dinyatakan dalam meter; Cj adalah konsentrasi
mengakibatkan munculnya jatuhan tepra (Gambar partikel (kgm−3) pada ukuran partikel j; wx dan wy
2.). jatuhan tepra tersebut adalah merupakan salah adalah komponen kecepatan angin arah x dan y
satu bahaya utama vulkanik terhadap komunitas (ms−1); K adalah koefisien difusi horizontal tepra
dan fasilitas penting yang berlokasi di sekitar di atmosfer (m2 s−1); vl, j adalah kecepatan
gunungapi. Selama terjadi letusan, tepra terdorong pengendapan partikel ukuran l,j dan Φ adalah
keatas dalam bentuk plume dengan ketinggian perubahan konsentrasi partikel pada sumber fungsi
sampai dengan 10 km dan terendapkan melalui waktu t (kgm−3 s−1). Tinjauan bahaya jatuhan tepra
atmosfer. Sedimentasi tepra pertama kali sangat berkaitan dengan tingkat akumulasi massa
dimodelkan dengan menggunakan persamaan tepra pada lokasi tertentu sebagai berikut:
adveksi-dispersi model akumulasi satu titik [2].
Model adveksi-dispersi disini hanya
mempertimbangkan adanya pergerakan lateral
proses pengendapan yang diakibatkan oleh
dorongan angin, dan turbulensi di atmosfer. Proses
fisis yang menyebabkan terjadinya distribusi (2)
material erupsi adalah sangat kompleks, sehingga Dimana ml, j(x, y) adalah fraksi massa
perlu adanya beberapa penyederhanaan. ukuran partikel j, yang terlepas dari atmosfer level l
pada lokasi akumulasi (x, y). Hmax adalah tinggi
maksimum kolom erupsi, sedangkan dmax adalah
diameter maksimum partikel. M(x,y) adalah
akumulasi tepra terhitung M (kgm−2) pada lokasi (x,
y). Jika diasumsikan model sumber tepra adalah
titik maka akan mengikuti formula sebagai berikut:
[5]

Gambar 2. Model Letusan Vulkanik Penghasil


Jatuhan Tepra

Asumsi penyederhanaan yang dilakukan


adalah, pertama yaitu permukaan bersifat horizontal,
sehingga efek topografi diabaikan. Kedua, (3)
kecepatan angin ke semua arah bersifat seragam, Dimana Q adalah massa sumber tepra, H
dan begitu pula kecepatan pengendapannya bersifat adalah tinggi kolom erupsi, Dx dan Dy adalah
konstan. Ketiga, material yang dilontarkan oleh koefisien difusi arah x dan y; U adalah kecepatan
gunungapi tersebut pada ketinggian tertentu yang angin, fP adalah fraksi sebaran tepra, dan S adalah
kemudian terdispersi oleh angin. Terakhir, partikel kecepatan pengendapan partikel tepra. Sedangkan
yang dilepaskan diasumsikan mempunya ukuran, untuk model garis dapat diperoleh dengan

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 15 Desember 2012 465


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mengintegrasikan persamaan (1) pada batasan probabilistik akan diperoleh peta kontour
tertentu pada persamaan(4). [6] probabilistik pada ketebalan tepra tertentu di lokasi
tertentu. Peta probabilistik tersebut menunjukkan
tingkat probabilitas yang dilampauinya pada
ketebalan tepra tertentu pada tapak PLTN ULA.
Setelah dilakukan analisis tepra probabilistik dan
deterministik dapat diperoleh faktor desain basis
(4) keselamatan konsevatif maupun non konservatif.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Untuk model sferis akan mengikuti formula sebagai pemodelan bahaya tepra Muria pada tapak ULA
berikut: [7] adalah sebagai berikut, (a) mengumpulkan data
sekunder parameter konservatif sebagai bahan
masukan estimasi determinsitk; (b) mengumpulkan
data sekunder parameter kondisional sebagai bahan
masukan estimasi probabilistik; (c) pembuatan dan
analisis peta deterministik dan probabilistik tepra
(5)
Muria; (d) penentuan parameter desain basis
Tujuan dari pemodelan jatuhan tepra
keselamatan fasilitas PLTN aspek jatuhan tepra
kegunungapian Muria dengan menggunakan
Muria.
simulasi numerikal adalah untuk estimasi tinngkat
bahaya tepra berdasarkan informasi kondisional-
HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisional tersebut. Berdasarkan simulasi tersebut
Data
dapat diperoleh peta kontour deterministik dan
Data sekunder parameter probabilistik
probabilistik yang pada akhirnya merupakan
kondisional dapat dilihat pada tabel 1 dan 2,
masukan pada aspek keselamatan desain basis
sedangkan data sekunder parameter konservatif
fasilitas PLTN aspek jatuhan tepra Muria.
dapat dilihat pada tabel 3. Data tersebut akan
digunakan untuk melakukan estimasi deterministik
METODOLOGI
melalui per-
Asesmen deterministik dilakukan untuk
menentukan potensi akumulasi tepra dari suatu
Tabel 1. Data Probabilistik Sebaran Tepra Muria
letusan gunungapi dengan indeks erupsi dan [8][9]
kondisi meteorologi tertentu. Disini akan
VEI Prob.(year- Q(kg) CP. (%)
ditentukan tingkat sebaran dan ketebalan tepra 1
)
Muria dengan asumsi angin berhembus maksimum
kearah tapak. Tingkat sebaran tepra dihitung VEI=2 0.00001 6 x 108 43.75
berdasarkan skenario parameter indeks erupsi 2, 3, VEI=3 8.57143E- 5.7 x 109 37.5
dan 6 dengan parameter meteorologi maksimum. 06
Model yang digunakan adalah sumber titik VEI=6 4.28571E- 2.1 x 1012 18.75
sebagaimana tercermin pada persamaan (3). 06
Sedangkan metode probabilistik lebih diarahkan Tabel 2. Data Probabilistik Sebaran Tepra Genuk
[8][9]
pada efek dari variasi acak parameter erupsi dan
kondisi meteorologi dalam memperkirakan VEI Prob.(year- Q(kg) CP. (%)
1
akumulasi sebaran tepra Muria terhadap tapak )
PLTN ULA. Dilakukan 100 kali simulasi Monte VEI=2 10-7 6 x 108 50
Carlo pada masing-masing skenario indeks erupsi VEI=3 1,5 x 10-7 5.7 x 109 30
sebagai bagian dari pengintegrasian parameter VEI=6 7 x 10-8 2.1 x 1012 20
probabilistik kondisional untuk menentukan tingkat
ketebalan tepra secara probabilistik.
Pada asesmen bahaya vulkanik tepra samaan (3), selanjutnya untuk estimasi probabilistik
dilakukan analisis berbagai skenario erupsi yang digunakan simulasi Monte Carlo sebanyak 100 kali
pernah terjadi. Berdasarkan analisis deterministik sebagai parameter masukan pada persamaan (3).
tersebut akan diperoleh peta kontour sebaran
ketebalan tepra. Sedangkan berdasarkan analisis

Tabel 3. Data Deterministik Sebaran Tepra Muria dan Genuk Skenario VEI =2, 3 & 6 [8][9]
VEI Xo Yo( H(m) Q(kg) U(m/ S Dx(m2/s) Dy(m2/s)
(Km) Km) s) (m/s)
2 0 0 5000 107 10 1 800 800
3 0 0 7500 1010 10 1 800 800
6 0 0 2500 1012 10 1 800 800
0

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 15 Desember 2012 466


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Hasil
Berdasarkan perhitungan estimasi Sebaran Prob. Tepra Muria
deterministik pada tapak PLTN ULA dapat dilihat
tabel 4. dan tabel 5, sedangkan peta kontour 50
deterministik ketebalan tepra Muria dapat dilihat 40
pada Gambar 3. Selanjutnya perhitungan estimasi

PE(%)
30
probabilistik dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6, 20 y = 50.092e
-0.038x

sedangkan peta kontour probabilistik ketebalan 2


R = 0.9686
10
tepra Muria dapat dilihat pada Gambar 4.
0
Tabel 4. Ketebalan Deterministik Tepra Muria 0 5 10 15 20 25 30
Pada Tapak PLTN ULA Ketebalan Tepra (Cm)
Skenario VEI Ketebalan (Cm)
2 2 Gambar 5. Grafis Prob. Kondisional Tepra Muria
3 10
6 25 Sebaran Prob. Tepra Genuk

Tabel 5. Ketebalan Deterministik Tepra Genuk 60


50
Pada Tapak PLTN ULA 40
Skenario VEI Ketebalan (Cm) PE (%) 30
y = 56.516e-0.0359x
2 5 20
R2 = 0.9675
10
3 15 0
6 30 0 5 10 15 20 25 30 35
Ketebalan Tepra (Cm)

Gambar 6. Grafis Prob. Kondisional Tepra


Genuk

Pembahasan
Hasil estimasi deterministik sebaran tepra
Muria dan Genuk sebagaimana terlihat pada tabel 4,
5 dan Gambar 3. menunjukkan ketebalan jatuhan
tepra Muria pada kisaran 2, 10, dan 25 cm pada
skenario VEI 2, 3, dan 6. Sedangkan untuk jatuhan
tepra Genuk pada kisaran 5, 15, dan 30 cm pada
skenario VEI 2, 3, dan 6. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tapak ULA akan memperoleh
beban jatuhan tepra Muria sebesar 20, 100, dan 250
kg/m2 dan 50, 150, dan 300 kg/m2 beban jatuhan
tepra Genuk pada skenario VEI 2, 3, dan 6.
Selanjutnya berdasarkan hasil estimasi probabilistik
Gambar 3. Kontour Deterministik Tepra Muria
tepra Muria pada Gambar 4. dan 5 diperoleh nilai
ketebalan yang dilampauinya pada ketebalan 25 cm
dengan PE 20%, sedangkan untuk tepra Genuk
diperoleh nilai ketebalan yang dilampuinya pada 30
cm dengan PE 20% yang kesemuanya pada tingkat
keboleh jadian 10-7 per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan
deterministik dan probabilistik, maka secara umum
lokasi tapak PLTN ULA masih dalam jangkauan
fenomena vulkanik Muria aspek jatuhan tepra pada
kisaran 10 cm untuk skenario indeks erupsi 2, dan 3,
yang merupakan ambang ketebalan terhadap
fasilitas pemukiman maupun bangunan sipil.
Gambar 4. Kontour Probabilistik Tepra Muria Sedangkan untuk skenario indeks erupsi 6,
diperoleh nilai ketebalan tepra pada kisaran 25 cm
sampai dengan 30 cm, yang merupakan ambang
batas keselamatan fasilitas PLTN. Asumsi yang
digunakan pada estimasi deterministik adalah

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 15 Desember 2012 467


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kecepatan arah angin dari Muria dan Genuk sebesar variasi frekuensi kejadian letusan antar berbagai
10 m/s dengan arah menuju tapak PLTN ULA skenario VEI 2, 3, dan 6 dari Muria maupun Genuk.
selama periode letusan. Sedangkan asumsi yang Tabulasi hasil dapat dilihat pada tabel 6.
digunakan pada estimasi probabilistik adalah

Tabel 6. Estimasi Prob. dan Deterministik Tepra Muria dan Genuk


Gunung Estimasi Deterministik Estimasi Probabilistik
VEI=2 VEI=3 VEI=6
kg/m2 kg/m2 kg/m2 Median, kg/m2 PE ~ P
Gabungan
(kg/m2)
Muria 20 100 250 58~ 5,8cm 250 20%~10-7
year-1
Genuk 50 150 300 145~14,5cm 300 20%~10-7
year-1

Jika dilihat dari tingkat bahayanya, secara >40% dengan tingkat keboleh jadian 10-6 year-
1
umum timbunan tepra dapat menyebabkan .
runtuhnya atap bangunan, serta terputusnya  Studi lebih lanjut terhadap bahaya vulkanik
transmisi listrik maupun komunikasi. Tepra kering Muria dan Genuk perlu dilakukan untuk aspek-
non kompak mempunyai variasi densitas 400 kg/m3 aspek yang merupakan parameter penolak
sampai dengan 700 kg/m3, Sedangkan tepra basah seperti aliran piroklastik, lava dan lahar.
mempunyai densitas pada kisaran 1000 kg/m3 [9].
Oleh karena itu timbunan 10 cm tepra kering akan DAFTAR PUSTAKA
memberikan beban 40 kg/m2 sampai dengan 70 [1] Macedonio G, Pareschi MT, “A numerical-
kg/m2. Sedangkan pada timbunan 10 cm terpa model for simulation of tephra transport and
basah akan memberikan beban pada kisaran 100 deposition: applications to May 18, 1980, Mount
kg/m2. Pada timbunan tepra 2 cm sudah dapat St Helens eruption”. J Geophys Res 93(B), 1988
menyebabkan rusaknya fasilitas umum seperti [2] Bonadonna C, “ Probabilistic modeling of
rumah sakit, pembangkit listrik dan lain sebagainya. tephra dispersion”. J Geophys Res 83(B), 1998
Oleh karena itu desain basis keselamatan jatuhan [3] Phillips JC, “Sedimentation from strong
tepra disesuaikan dengan tingkat ancaman. Jika volcanic plumes”. J Geophys Res 108(B7), 2003
suatu fasilitas berpotensi ancaman 10 cm timbunan [4] Ernst GGJ, Sparks RSJ, “Thickness variations
tepra, dan dirancang dengan faktor keselamatan 2, and volume estimates of tephra fall deposits: the
maka pada fasilitas tersebut perlu ada penguatan importance of particle Reynolds number”. J
atap sebesar 200 kg/m2. Volcanology Geotherm Res 81(3/4), 2000
[5] TH, Kokelaar BK, “The eruption of Soufrière
KESIMPULAN hills volcano, Montserrat, from 1995 to 1999”,
 Telah dilakukan estimasi deterministik dan Geological Society, London, 2003
probabilistik jatuhan tepra Muria dan Genuk [6] Houghton BF, Connor L, Byrne M, Laing A,
pada tapak PLTN ULA dengan model adveksi- Hincks TK , “Probabilistic modeling of tephra
difusi 1 titik. dispersal: hazard assessment of a multiphase
 Berdasarkan esitimasi deterministik jatuhan rhyolitic eruption at Tarawera”, New Zealand. J
tepra Muria dan Genuk pada tapak PLTN ULA, Geophys Res 110(B3), 2004
maka variasi beban statis yang mungkin [7] Bursik MI, Carey SN, Sparks RSJ, “A gravity
diterima adalah pada kisaran 20 kg/m2 sampai current model for the May 18, 1980 Mount St.
dengan 300 kg/m2 atau ekivalen ketebalan Helens plume”. Geophys Res Lett 19(16), 1994
tepra mulai dari 2 cm sampai dengan 30 cm. [8] Asnawir et al., “ Roconfirmation of Muria
Sedangkan berdasarkan estimasi probabilistik Volcanics Hazards to ULA NPP Site”, PVMBG,
diperoleh nilai beban statis pada 300 kg/m2 2005.
dengan PE =20% dengan tingkat keboleh [9] Basuki W et al., “Kajian Bahaya Vulkanik
jadian 10-7 per tahun. Selanjutnya berdasarkan Tepra Gunung Muria di Sekitar Tapak PLTN ULA
hasil tersebut direkomendasikan nilai disain Jepara”, Seminar Nasional Pemanfaatan Teknologi
basis keselamatan konservatif tapak aspek Informasi Untuk Mitigasi Bencana Alam, ISSN
jatuhan tepra pada PE 20% dengan keboleh 1907-5995, STTNAS Yogyakarta, 2011
jadian 10-7 year-1, sedangkan nilai desain basis
non konservatif direkomendasikan pada PE

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 15 Desember 2012 468


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

IDENTIFIKASI AWAL KEBERADAAN STRUKTUR SESAR BERARAH BARAT LAUT-


TENGGARA (NW-SE) DI WILAYAH YOGYAKARTA BAGIAN SELATAN

Hita Pandita 1), Dianto Isnawan 1), Winarti 1)


1)
Program Studi Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta,
Jl. Babarsari, Depok, Sleman,
e-mail: hita@indo.net.id, telp: 0811286799

Abstrak
Kondisi geologi bawah permukaan di dataran Yogyakarta masih belum terjawabkan dengan tuntas. Sejumlah hipotesis masih
menjadi perdebatan dikalangan ahli geologi. Oleh karenanya penelitian geologi terhadap cekungan Yogyakarta sangat
menarik untuk dilakukan terlebih dikaitkan dengan gempa bumi. Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal
keberadaan pola struktur sesar berarah Barat laut-Tenggara di wilayah Yogyakarta bagian Selatan. Metode pengkajian
berdasarkan data citra foto udara dan beberapa data lapangan. Hasil kajian menunjukkan adanya pola struktur sesar mendatar
mengkiri memanjang dari tepi Kali Opak sampai di sebelah barat sungai Progo.
Kata kunci: Sesar, Opak, Progo, Yogyakarta, Gempa

Abstract
Condition of subsurface geological in Yogyakarta plains is still not too thoroughly justified. A number of hypotheses are still
a debate among geologists. Therefore geological studies of the basin Yogyakarta very interesting thing to do especially
associated with the earthquake. This study is aid to early illustrate the presence of a fault structures Northwest-Southeast
trending in the southern part of Yogyakarta. Method of assessment based on aerial photographs of image data and some field
data. The results of the study showed a pattern of left slip fault structures extending from the edge of Opak river’s to the west
of Progo river’s.
Key words: Fault, Opak, Progo, Yogyakarta, Earthquake

LATAR BELAKANG tersebut Pandita, dkk (2008 dan 2009)


Kejadian gempa bumi di Yogyakarta pada menyimpulkan hipotesis kemungkinan cekungan
tanggal 27 Mei 2006 menyiratkan kembali Yogyakarta dibentuk oleh suatu over thrust.
mengenai Cekungan Yogyakarta yang belum Hipotesis ini juga mendukung hasil penelitian dari
banyak diketahui konfigurasinya. Gempa bumi Prasetyadi (2008) mengenai kajian over thrust pada
yang menimbulkan kerusakan besar mengingatkan pemebntukan pegunungan selatan Jawa Timur.
pentingnya mengetahui bentuk konfigurasi dari Untuk dapat menjawab mengenai
cekungan tersebut. Pemahaman terhadap bentuk, konfigurasi dan genesa cekungan Yogyakarta
batuan dasar dan genesa cekungan tersebut akan diperlukan suatu penelitian yang lama dan
membantu terhadap perkirakan zonasi bahaya berkesinambungan. Pada tahapan awal perlu
kerusakan gempa yang parah. dilakukan kajian secara mendalam terhadap data-
Sejak kejadian gempa tahun 2006 dimulailah data dari sejumlah penelitian-penelitian terdahulu.
banyak kajian dan hipotesis yang dikemukaakan Hasil dari kajian terhadap penelitian terdahulu dan
oleh para ahli. Asikin (2006) memberikan hipotesa citra foto memperlihatkan kemungkinan adanya
bahwa cekungan Yogyakarta terbentuk oleh suatu struktur sesar berarah NW-SE di wilayah
sistem graben atau blok-blok sesar normal. Lebar Yogyakarta bagian selatan. Namun data tersebut
zona sesar tersebut berada diantara sungai Progo belum pernah dikaji atau dikenali oleh penelitian-
dan sungai Opak. Dugaan tersebut didasarkan pada penelitian terdahulu.
kajian peta geologi regional wilayah Yogyakarta Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan
yang disusun oleh Raharjo, dkk. (1995). Baik data-data struktur yang mendukung keberadaan
Asikin (2006) dan Raharjo, dkk. (1995) struktur berarah NW-SE di wilayah Yogyakarta.
memperkirakan bahwa batuan dasar dari cekungan Tujuan akhir adalah mengetahui untuk memahami
Yogyakarta adalah batugamping dari Formasi keberadaan dan jenis sesar NW-SE di wilayah
Sentolo yang menerus dengan Formasi Wonosari. Yogyakarta.
Hasil penelitian yang berbeda dikemukakan
oleh Pandita, dkk. (2008 dan 2009), yang METODE PENELITIAN DAN LOKASI
mendasari kajian dari fasies Formasi Sentolo dan Metode penelitian yang dilakukan berupa
Formasi Wonosari. Fasies pada kedua formasi pendataan di lapangan, kajian pustaka dan analisis
tersebut menunjukkan perkembangan sejarah laboratorium. Pendataan lapangan di lakukan di
pengendapan yang berbeda. Berdasarkan hal sekitar lokasi yang diperkirakan merupakan zona
sesar. Pengambilan data di lapangan meliputi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 469


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pengukuran data-data struktur, stratigrafi, dan Kali Oyo, sedangkan di bagian barat terletak di
pengamatan fisiografi dan pengambilan sampel Guluhredjo Kabupaten Kulonprogo pada
batuan. pembelokkan sungai Progo (Gambar 1).
Lokasi penelitian terletak didua tempat,
yaitu di bagian timur pada pertemuan Kali Opak

Gambar 1. Lokasi penelitian, tanda kotak merah adalah lokasi penelitian.

GEOLOGI YOGYAKARTA ini disusun oleh batupasir dengan sisipian lignit,


Fisiografi napal pasiran, batulempung dengan konkresi
Bemmelen (1949) mengemukakan bahwa limonit, sisipan batugamping dan napal serta
daerah Yogyakarta dan sekitarnya termasuk dalam batupasir dan tuff. Formasi Nanggulan diperkirakan
depresi Yogyakarta yang dibatasi oleh dua tinggian. terbentuk pada endapan laut dangkal dan
Di sebelah baratnya dibatasi oleh tinggian merupakan bagian dari sisa-sisa laut Tethys pada
Kulonprogo Dome, dan di sebelah timurnya Kala Eosen.
berbatasan dengan Pegunungan Selatan. Beberapa Secara tidak selaras di atas Formasi
hioptesis bermunculan untuk menjawab depresi Nanggulan diendapkan Formasi Kebo-Butak yang
Yogyakarta ini. Rahardjo, dkk (1996) dan Asikin terbentuk pada Kala Oligosen Akhir. Bemmelen
(2006) memberikan ulasan bahwa depersi ini (1949) menyebut satuan ini sebagai Old Andesit
kemungkinan terbentuk oleh sesar normal berarah Formation yang penyebarannya dari Pegunungan
relatif selatan barat daya – utara timur laut (SSW- Selatan Jawa Barat sampai Pegunungan Selatan
NNE). Pandita, dkk. (2008 & 2009) dan Prasetyadi Jawa Timur. Purnamaningsih dan Pringgoprawiro
(2008) memperkirakan bahwa depresi ini terbentuk (1981) mengusulkan dua nama yaitu Formasi
oleh adanya over thrust pada Kala Pliosen Atas. Kaligesing untuk satuan yang bercirikan sedimen di
Pada saat ini depersi Yogyakarta telah ditutupi oleh laut, dan Formasi Dukuh untuk batuan volkanik
endapan-endapan volkanik dari gunung Merapi di yang terbentuk di darat. Satuan ini diduga
sebelah utaranya. diendapkan pada dua lingkungan berbeda yaitu
pada fasies laut dan darat dengan ketebalan formasi
Stratigrafi ini diperkirakan mencapai 660 m.
Stratigrafi wilayah Yogyakarta dan Sesudah Formasi Kebo-Butak terjadi dua
sekitarnya telah banyak dikemukakan oleh seri sedimentasi yang berbeda di bagian Barat
beberapa peneliti antara Bemmelen (1949), Bothe dengan di bagian Timur Yogyakarta. Di bagian
(1929) dan Rahardjo, dkk (1996). Berdasarkan barat terbentuk cekungan Kulonprogo, dan di
stratigrafi yang disusun oleh Rahardjo, dkk. (1996) bagian timur terbentuk cekungan Pegunungan
urutan stratigrafi dari yang tertua sampai ke muda Selatan. Pemisahan kedua cekungan terjadi pada
adalah sebagai berikut. Miosen Awal sampai Pliosen.
Batuan tertua yang tersingkap di daerah Di cekungan Kulonprogo Formasi
penelitian adalah Formasi Nanggulan yang Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras di atas
diperkirakan terbentuk pada Kala Eosen. Formasi Formasi Kebo-Butak pada kala Miosen Awal.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 470


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Bagian bawah dari Formasi Jonggrangan disusun formasi ini diperkirakan mencapai 950 m
oleh konglomerat yang ditindih oleh napal tufan (Rahardjo, dkk., 1995).
dan batupasir gampingan dengan sisipan lignit. Sementara itu perkembangan sedimentasi di
Kearah atas Formasi Jonggrangan berubah menjadi cekungan Pegunungan Selatan dimulai pada
batugamping berlapis dan batugamping koral. Formasi Semilir yang diendapkan secara selaras di
Ketebalan Formasi Jonggrangan diperkirakan atas Formasi Kebo-Butak (Surono, dkk, 1992 dan
mencapai 250 m (Rahardjo, dkk, 1995). Rahardjo, dkk, 1995). Aktivitas volkanik yang
Menjemari dengan Formasi Jonggrangan mulai muncul pada saat pembentukan Formasi
diendapkan Formasi Sentolo yang diperkirakan Kebo-Butak semakin terlihat intensif pada saat
terbentuk pada Miosen Awal sampai Pliosen. Di pembentukan Formasi Semilir. Formasi Semilir
daerah Giripurwo dapat dijumpai kontak tidak diperkirakan juga terbentuk pada Miosen Awal.
selaras antara Formasi Sentolo dengan Formasi Formasi Semilir disusun oleh tuff, breksi
Andesit Tua di bagian bawahnya. Bagian bawah batuapung, batupasir tufan dan serpih.
dari Formasi Sentolo ini berupa konglomerat alas Puncak aktivitas volkanik terjadi pada saat
yang ditumpangi oleh napal tufan dengan sisipan pembentukan Formasi Nglanggran pada Kala
tuf gelas. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur Miosen Awal-Miosen Tengah (Surono, 1992).
berubah menjadi batugamping berlapis yang kaya Formasi ini disusun oleh batuan berupa breksi
akan Foraminifera dan berselang seling dengan polimik, aglomerat, breksi piroklastik dan lava.
batugamping tufan (Pandita, dkk., 2008). Ketebalan

Gambar 2. Stratigrafi regional Yogyakarta dan sekitarnya (Surono, dkk., 1992 dan Rahardjo, dkk., 1995)

Aktivitas volkanik mulai menurun pada batupasir berselang-seling dengan batupasir tufan.
Miosen Tengah dengan diendapkannya Formasi Formasi ini juga banyak mengandung fosil jejak
Sambipitu. Pada formasi ini lebih didominasi yang terbentuk pada lingkungan bathyal di bagian
pembentukan satuan-satuan turbidit berupa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 471


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

bawah dan berkembang ke Neritik di bagian atas Paleosen diikuti oleh berkembangnya sesar-sesar
(Pandita, 2008). normal yang aktif.
Perubahan lingkungan pada cekungan Fase tektonik kedua diperkirakan terjadi
Pegunungan Selatan semakin terlihat dengan pada Eosen Awal yang menjadikan daerah
diendapkannya Formasi Oyo pada laut dangkal. penelitian terbentuk sesar-sesar normal. Sesar-sesar
Formasi ini disusun oleh batupasir gampingan, normal tersebut membentuk suatu cekungan dengan
kalsilutit tufan dan konglomerat berfragmen tinggian disisi barat dan timurnya. Fase tektonik
batugamping. Formasi Oyo diperkirakan terbentuk yang terjadi berupa fase regangan. Pada saat
pada Miosen Akhir (Pandita, dkk., 2008). bersamaan mulai diendapkannya satuan batuan dari
Perkembangan batugamping makin terlihat Formasi Nanggulan.
jelas dengan pembentukan Formasi Wonosari. Tektonik Ketiga diperkirakan terjadi pada
Formasi ini disusun oleh litologi berupa Oligosen Awal yang merupakan fase kompresi.
batugamping berlapis, dan batugamping terumbu. Fase ini terjadi akibat terbentuknya zona tumbukan
Bagian bawah dari Formasi Wonosari diperkirakan yang baru di selatan Pulau Jawa. Tumbukan
mempunyai hubungan menjari dengan bagian atas tersebut terjadi antara lempeng mikrokontinen Jawa
Formasi Oyo.Umur formasi ini diperkirakan adalah Timur dengan lempeng Australia. Pada Oligosen
Miosen Akhir-Pliosen (Pandita, dkk, 2008). Tengah sampai Oligosen Akhir terbentuklah deret
Di atas Formasi Wonosari secara selaras gunungapi Old Andesit Formation. Fase tektonik
diendapkan satuan batuan dari Formasi Kepek. Ciri ketiga ini berlangsung terus sampai sekarang yang
litologi berupa napal dan batugamping berlapis. menjadikan daerah penelitian berada pada zona
Formasi ini diperkirakan terbentuk pada Pliosen. kompresi.
Sesudah Pliosen batuan-batuan berumur Pada Pliosen Akhir-Pleistosen Akhir terjadi
tersier yang terletak di cekungan Yogyakarta dan tumbukan antara gunung bawah laut (Sea mount)
depresi tengah pulau Jawa ditutupi oleh endapan- dengan Pulau Jawa pada zona subduksi di selatan
endapan volkanik muda. Endapan tersebut Pulau Jawa. Tumbukan ini diperkirakan menjadi
diperkirakan terjadi sejak Kala Pleistosen sampai penyebab terangkatnya cekungan Pegunungan
sekarang. Selatan kepermukaan, dan membentuk over thrust
disepanjang tepi barat dan utara Pegunungan
Tektonik Regional Selatan Jawa Timur (Prasetyadi, 2008). Proses
Daerah penelitian termasuk dalam tataan tumbukan ini diduga dapat membentuk struktur
tektonik Jawa bagian selatan. Penelitian terbaru rupture di Pulau Jawa khususnya di batas-batas
menunjukkan bahwa posisi tektoniknya termasuk zona Pegunungan Selatan.
dalam mikrokontinen Jawa Timur (Sribudiyani,
dkk, 2003 dan Prasetyadi, 2008). Daerah penelitian IDENTIFIKASI STRUKTUR BL-Tgr
sejak Kapur sampai Kuarter sedikitnya mengalami Tertutupnya cekungan Yogyakarta oleh
tiga kali fase tektonik. endapan-endapan volkanik muda mengaikbatkan
Fase tektonik pertama terjadi pada Kapur pola struktur yang berkembang pada dasar
Akhir – Paleosen dimana proses tumbukan Kapur cekungan sulit diketahui. Namun interpretasi awal
mulai berangsur terhenti karena bertemunya dua terhadap pola struktur pada dasar cekungan dapat
lempeng kontinen, yaitu lempeng mikro Sunda diduga dari citra foto udara, yang salah satunya
dengan Jawa Timur. Pada saat ini terjadi fase teridentifikasi pola struktur Barat laut-Tenggara.
kompresi menuju regangan membentuk pola-pola Pola tersebut diduga memanjang dari bagian timur
kekar berarah barat daya – timur laut. Proses ke bagian barat dari cekungan Yogyakarta, dan
tumbukan diperkirakan berhenti pada Akhir tertutupi oleh endapan volkanik muda.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 472


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 3. Citra satelit SPOT (sumber Google) memperlihatkan offset topografi di bagian timur dan barat
dataran Yogyakarta.

Pada analisis citra foto udara warna terlihat yang diperkirakan sebagai zona patahan.
pada sisi timur perbukitan yang memanjang Timur Pengamatan lapangan juga dilakukan di dua lokasi
laut – Barat daya membentuk pola patahan yang di bagian timur dan barat dataran Yogyakarta. Di
bergeser relative ke barat. Titik patahan bagian barat dilakukan pengamatan di sekitar
diperkirakan berada pada pertemuan antara sungai pembelokkan Sungai Progo, dan di bagian timur
Opak dan Oyo yang berada di daerah Siluk. Pola pengamatan dilakukan di sekitar pertemuan Kali
kelurusan patahan berkisar pada arah Barat laut – Opak dan Kali Oyo di daerah Sindet.
Tenggara (NW-SE). Kemenerusan pola ini di Di Sungai Progo jejak patahan tertutupi oleh
bagian barat cekungan jika ditarik garis lurus tepat adanya saluran irigasi pada bendung di Guluhredjo.
pada pembelokan sungai Progo (Gambar 3). Perlapisan batuan dari Formasi Sentolo
Pembelokan sungai Progo juga menunjukkan arah memperlihatkan ada offset kecil sebesar 10 cm
pergeseran ke barat laut juga sama dengan arah dengan sisi selatan relative turun dibandingkan sisi
pergeseran perbukitan di sisi timur cekungan. utara (Gambar 4). Terdapat kelurusan lembah
Hasil interpretasi foto udara tersebut masih berarah relative barat laut-tenggara (NW-SE) di
perlu dikaji dengan data-data lapangan di daerah daerah Guluhredjo.

Gambar 4. Ofset perlapisan batugamping di daerah Guluhredjo: A) posisi key bed di sisi utara selokan, B)
posisi key bed di sisi selatan yang berada di bawah dinding bendung.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 473


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Di pertemuan Kali Opak dan Kali Oyo N175OE/65O (Gambar 5). Kekar intensif
dugaan adanya struktur patahan lebih jelas terlihat. berkedudukan N50OE/55O dengan densitas 5bh/m.
Indikasi sesar minor berkedudukan N110OE/80O Breksi sesar juga dijumpai di lokasi tersebut
dapat diukur didaerah tersebut dan memotong kekar (Gambar 5).

Gambar 5. Kenampakan sesar minor N110OE/80O memotong kekar N175OE/65O, foto menghadap ke barat
laut. B) breksi sesar di pertemuan Kali Opak dan kali Oyo.

ANALISIS
Berdasarkan data-data citra dan lapangan DAFTAR PUSTAKA
mengindikasikan adanya pola sesar berarah Barat Asikin, S., 2006, Mengenali Bumi Kita Yang
laut-Tenggara di wilayah Yogyakarta Selatan Dinamis (Resah?) Selalu Bergerak, Ceramah
memanjang dari pertemuan Kali Opak – kali Oyo Ilmiah Gempa Bumi Yogya, Juli 2006,
sampai di sebelah barat Progo. Namun sesar ini STTNAS, Yogyakarta.
masih perlu diketahui karakteristik dan jenisnya Bemmelen R.W. van, 1949. The Geology of
dengan melakukan pendataan lebih detil baik Indonesia. The Hague, Martinus Nijhoff, vol.
dipermukaan maupun dengan data bawah IA.
permukaan. Terpotongnya Formasi Sentolo oleh Bothe, A.Ch.D., 1929, The Geology of the Hills
sesar Barat laut-Tenggara mengindikasikan umur near Djiwo and the Southern Range, Forth
sesar terjadi sesudah Pliosen Bawah. Identifikasi Pacific Science Congress.
awal menunjukkan kemungkinan berupa sesar Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, 2008, Analisis
mendatar kiri (Left slip fault) berdasarkan Model Fasies Formasi Sentolo dan Formasi
kenampakan pergeseran morfologi yang nampak Wonosari sebagai Identifikasi awal dasar
dari foto udara. Cekungan Yogyakarta, Laporan Penelitian
HIBER Tahun I, Sekolah Tinggi Teknologi
KESIMPULAN Nasional, Yogyakarta.
Sesar berarah Barat laut-Tenggara Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, 2009, Analisis
kemungkinan besar memang ada dan dijumpai Model Fasies Formasi Sentolo dan Formasi
memanjang dari tepi Kali Opak sampai sebelah Wonosari sebagai Identifikasi awal dasar
barat sungai Progo. Sesar ini perlu dipelajari lagi Cekungan Yogyakarta, Laporan Penelitian
mengingat umurnya yang masih muda dan HIBER Tahun II, Sekolah Tinggi Teknologi
kemungkinan reaktivasi menjadi sumber Nasional, Yogyakarta.
kegempaan di wilayah Yogyakarta bagian selatan. Prasetyadi, C., 2008, Evolusi Tektonik Paleogen
Jawa Bagian Timur (Struktur & Implikasi
UCAPAN TERIMA KASIH Tektonik), Makalah Diskusi Ilmiah
Penelitian ini dapat dilakukan atas bantuan Pegunungan Selatan, April 2008, STTNAS,
dana hibah bersaing dari DP2M melalui Yogyakarta.
KOPERTIS Wilayah V pada Tahun Anggaran Purnamaningsih, S. dan Pringgoprawiro, H., 1981,
2012. Stratigraphy and Planktonic Foraminifera of

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 474


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

the Eocene-Oligocene Nanggulan Formation, Collision of The East Java Microplate and Its
Central Java, Geol. Res. Dev. Centre Pal. Ser. Implication for Hydrocarbon Occurences in
N. 1, p. 9-28, 5 pls., Bandung, Indonesia. The East Java Basin, Proceedings, IPA, 29th
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D, Annual Convention & Exhibition, Jakarta.
1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta Jawa, Surono, Toha, B., dan Sudarno, I., 1992, Peta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Geologi Lembar Surakarta Giritontro, Jawa,
Bandung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Bandung
Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S.,
Harsolumakso, A.H., Yulianto, I., 2003, The

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 475


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

CIRI PETROLOGI DAN GEOKIMIA BATUAN GUNUNG API BASAL SUKADANA


DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

Oleh:
Muhammad Arifai1 dan Hill. Gendoet Hartono2
1)
Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
2)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta
Email : rifai_geologiest@yahoo.co.id

Abstrak

Batuan gunung api Basal Sukadana yang tersingkap di daerah Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung yang berumur
Plistosen, tersusun oleh batuan gunung api berupa olivin basal, dolerit basal dan diabas yang berupa suatu tubuh aliran lava.
Ditemukannya lava yang berstruktur bantal pada bagian bawah dari tubuh aliran lava tersebut mengindikasikan bahwa aliran
lava ini awalnya terendapkan di dalam tubuh air. Pengamatan petrografi memperlihatkan tekstur porfiroafanitik hingga
fanerik, bertekstur aliran dan teraltrasi pada tingkatan yang rendah-kuat, menjadi karbonat dan epidot. Batuan ini termasuk ke
dalam Formasi Basal Sukadana (Qbs). Hasil analisis geokimia juga menunjukkan ciri bahwa batuan gunung api Basal
Sukadana tersebut mempunyai afinitas magma kalk-alkali yang berasosiasi dengan kegiatan subduksi lempeng Samudra
Hindia di bawah lempeng Benua Asia, yang di tandai oleh kandungan alumina (Al 2O3) tinggi (18,70-21,02% berat),
Magnesium (MgO) rendah – sedang (4,12-5,52% berat), Titanium (TiO2) rendah (<1,5% berat).

Kata kunci: batuan gunung api, Basal Sukadana, Lampung.

PENDAHULUAN Tujuan tulisan ini untuk mengungkap ciri petrologi


dan geokimia batuan gunung api Basal Sukadana.
Daerah penelitian gunung api Basal Sukadana Dimana data hasil analisis laboratorium ini
berada di wilayah Kecamatan Bandar Sribawono dijadikan sebagai penentu variasi batuan dan
dan Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten afinitas magmanya.
Lampung Timur, Provinsi Lampung (Gambar 1).
Batuan gunung api Basal Sukadana ini dilapangan
sangat mudah untuk di jumpai, dimana berupa
suatu tubuh aliran banjir lava basal yang melampar
dengan arah barat laut – tenggara dengan luas
mencapai ± 650 km2. Hingga saat ini masih sedikit
penelitian terperinci mengenai petrologi dan
geokimia terhadap batuan gunung api Basal
Sukadana ini. Sedangkan keberadaan gunung api
ini sendiri di lihat dari aspek volkanologi sangat
menarik untuk dikaji lebih jauh mulai dari
petrologi, geokimia batuan, morfologi, dan
genetiknya.

Secara geologis, daerah ini dipengaruhi oleh sistim


penunjaman Lempeng Samudra Hindia secara
miring di bawah Lempeng Benua Sumatra sejak
Zaman Kapur hingga sekarang. Batuan gunung api
Basal Sukadana ini termasuk ke dalam lajur
Kompleks gunung api Plistosen - Holosen yang
memanjang arah barat laut-tenggara di sepanjang
tepi busur penunjaman Lempeng Samudra Hindia Gambar 1. Peta lokasi penelitian batuan gunung api
pada bagian barat dari pulau Sumatera. Busur Basal Sukadana.
magma ini terbentuk sebagai akibat subdaksi antara
lempeng Samudra Hindia dengan lempeng benua
Asia (Hamilton, 1979). METODE PENELITIAN

Pengamatan petrologi menunjukan bahwa batuan Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian
gunung api Basal Sukadana terdiri atas batuan ini adalah penelitian lapangan, analisis citra serta
olivin basal, dolerit basal dan diabas. ditunjang oleh analisis laboratorium. Untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 476


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mendukung penelitian ini maka diperlukan dan rheology mengontrol kekuatan letusan erupsi.
beberapa analisis laboratorium, diantaranya adalah Pemahaman hal tersebut diwujudkan ke dalam lima
sebagai berikut: Analisis petrografi dan analisis tipe sistem gunung api-basal (Gambar 2).
geokimia unsur-unsur utama dengan metode XRF Secara umum, terdapat dua jenis erupsi gunung api,
yang dilakukan di laboratorium pengujian yaitu erupsi letusan yang menghasilkan material
tekMIRA, P3TMB, Bandung. Pengamatan fragmental berbutir halus – kasar, sedangkan erupsi
lapangan dilakukan berdasarkan peta geologi lelehan menghasilkan kerucut spater, aliran lava,
lembar Tanjungkarang, Sumatera dengan skala dan kubah lava. Menurut Walker (1973a, dalam
1:250.000 oleh Andi Mangga dkk., (1993). Cas & Wright, 1987), lava berkomposisi menengah
Sementara untuk analisis citra dan pembuatan peta menunjukkan volume terbesar (10 km3), tebal
topografi dipakai citra landsat dan citra SRTM. mencapai 800 m, dan penyebaran luas (40 km2),
Pengumpulan data geologi di lapangan dilakukan sedangkan lava berkomposisi asam mempunyai
dengan pembuatan lintasan dengan menggunakan volume lebih kecil dan cukup tebal dibanding aliran
alat GPS (Global Positioning System). Untuk lava menengah. Sementara itu, karena sifatnya yang
penelitian aspek petrologi – geokimia di daerah encer (low viscosity) lava basal secara lateral sangat
penelitian, pengambilan percontohan batuan untuk luas, tetapi mempunyai ketebalan tipis (<50 m).
analisis laboratorium, lokasi pengamatan,
pengukuran, dan perekaman data, dilakukan Lava terutama dikontrol oleh viskositas, kecepatan
sepanjang lintasan dengan menelusuri jalan antar efusi, dan keadaan lingkungan pengendapan baik di
kecamatan, desa, jalan setapak, dan sungai, dengan darat ataupun di laut. Aliran lava encer memiliki
berpegang pada konsep penelitian dan pemetaan viskositas dan kandungan silika rendah, sebaliknya
batuan gunung api. aliran lava kental memiliki viskositas dan
kandungan silika tinggi. Berdasarkan fungsi
kecepatan efusi terhadap viskositas, maka akan
DASAR TEORI terbentuk beberapa jenis aliran lava, seperti block,
aa, dan pahoehoe. Di samping itu, aliran lava yang
Gunung api adalah tempat atau bukaan yang mengendap di dalam lingkungan air (submarine)
menjadi titik awal bagi batuan pijar dan atau gas akan membentuk struktur khusus, yaitu bantal
yang keluar ke permukaan bumi, dan bahan sebagai (pillow). Struktur bantal terbentuk berkaitan dengan
produk yang menumpuk di sekitar bukaan tersebut pendinginan sangat cepat/tinggi, namun kecepatan
membentuk bukit atau gunung (Macdonald, 1972). aliran sangat lambat/rendah. Kecepatan aliran
Tempat atau bukaan tersebut disebut kawah atau penting dalam mengendalikan tipe pembentukan
kaldera, sedangkan batuan pijar dan gas adalah lava bawah permukaan air, sementara kecepatan
magma. Batuan atau endapan gunung api adalah pendinginan lebih cepat di lingkungan bawah
bahan padat berupa batuan atau endapan yang permukaan air. Dengan demikian, lava yang
terbentuk sebagai akibat kegiatan gunung api, baik terbentuk umumnya disertai oleh pembentukan
secara langsung maupun tidak langsung. Serta hialoklastit (fragmen gelas), sedangkan breksi
magma yang membeku di permukaan itulah gunung bantal terbentuk dari pecahan-pecahan kasar (secara
api (Hartono, 2010). khas berukuran block) yang dihasilkan dari lava
bantal sendiri yang tertanam di dalam pecahan
Secara umum, Wilson (1989) menyatakan bahwa bantal yang lebih halus atau matrik hialoklastit.
struktif maupun destruktif, dan magmatisme yang
terjadi di dalam lempeng. Selain itu, tataan tektonik Secara umum, bentuk atau struktur bentang alam
tersebut menunjukkan keteraturan terhadap penam- gunung api sangat beragam. Keragaman tersebut
pakan bentang alam gunung api, seri magma, dan tidak terpisahkan oleh berbagai faktor pembentuk,
kisaran komposisi SiO2. Karakteristik gunung api seperti tipe erupsi, komposisi dan viskositas
sendiri mencakup di antaranya letak sumber erupsi, magma, lingkungan sekitar, dsb. Sementara sifat
tipe letusan, bentuk gunung api, struktur gunung alami letusan dan hasil bentukan bentang alam
api, tipe magma, dan komposisi batuan. Di pihak gunung api bergantung pada sifat alami lava.
lain, Walker (1993) menjelaskan ciri-ciri magma Sebagai contoh, erupsi lava felsik letusannya
sebagai dasar parameter di dalam kegunungapian dahsyat dan sering menyebabkan kerucut komposit
adalah (a) densitas relatif magma - litosfera yang curam, produknya terdistribusi lebih jauh.
membuat kemungkinan terjadinya vulkanisme dan Sebaliknya, lava mafik letusannya tenang dan
membantu menentukan posisi intrusi dan dapur membentuk morfologi landai, produknya dekat
magma; (b) viskositas dan yield strength dengan kawah, dan kadang-kadang erupsi bawah
menentukan geometri, intrusi dan struktur aliran permukaan air membentuk pulau.
lava; (c) kandungan gas mendorong terjadinya
erupsi dan menentukan tingkat letusannya; dan (d)
kombinasi antara kandungan gas dengan viskositas,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 477


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Skema diagram blok, lima tipe sistem gunung api-basal (Walker, 1993). b-basaltic vents, c-caldera, d-
dyke, ls-lava shield, m-magma chamber, rz-rift zone, r-rhyolitic lava dome, s-sill or intrusive sheet, u-
cumulates.

Menurut Tatsumi dan Eggins (1995), bahwa sebuah bergelombang di bagian timur dan timurlaut,
sistem konvegen di mana sebuah lempeng samudera pegunungan terjal di bagian tengah dan baratdaya
mengalami proses subduksi di bawah lempeng benua dan
biasanya akan membentuk sepasang busur gunung api daerah pantai berbukit sampai datar. Daerah dataran
(Gambar 3). Salah satunya akan terletak lebih dekat bergelombang terdiri dari endapan klastika gunung
ke palung dan disebut sebagai busur gunung api sisi api Tersier-Kuarter dan aluvium dengan ketinggian
palung dan lainnya akan terletak lebih dekat ke beberapa puluh meter di atas muka laut. Pegunungan
belakang-busur dan disebut sebagai busur gunung api Bukit Barisan terdiri dari batuan beku dan malihan
sisi belakang. Busur gunung api sisi palung serta batuan gunung api muda.
dikendalikan oleh generasi magma melalui pelelahan
sebagian lempeng kerak bumi pada saat terjadinya
subduksi di sekitar kedalaman 110 km, sedangkan
busur gunung api sisi belakang dikendalikan oleh
pelelehan sebagian dari lempeng yang mengalami
subduksi di sekitar kedalaman 180 km. Kedua busur
gunung api ini juga tercermin dalam komposisi
produk yang mereka hasilkan/keluarkan.
Pencampuran atau asimilasi dari magma dangkal yang
mendesak mantel yang tipis saat naik ke permukaan
akan menghasilkan produk gunung api dengan
komposisi menegah dibandingkan dengan magma
yang lebih dalam. Dengan kata lain, produk-produk
dari busur gunung api sisi belakang akan memiliki
afinitas magma berkomposisi dari basa sampai
menengah. Sementara busur gunung api sisi palung
akan mempunyai afinitas magma berkomposisi
menengah hingga asam.
Gambar 3. Sistem subduksi yang mengontrol
GEOLOGI UMUM keberadaan sepasang busur vulkanik
dengan generasi magma yang terjadi di
Daerah penelitian termasuk bagian utara pada Peta kedalaman 110 dan 180 km (Tatsumi
Geologi Lembar Tanjungkarang skala 1:250.000 and Eggins, 1995).
(Mangga dkk., 1993). Secara umum, pembagian
bentang alam dibagi menjadi tiga satuan yaitu: dataran

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 478


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Stratigrafi daerah Kabupaten Lampung Timur dari miring di sepanjang palung Sunda di lepas pantai
yang tua ke muda tersusun oleh Formasi Lampung, barat Sumatera (Hamilton,1979). Lajur pertemuan
Formasi Basal Sukadana dan Aluvium (Gambar 4). miring ini termasuk dalam Sistem palung Busur
Secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut: Sunda yang membentang lebih dari 5.000 km dari
1. Formasi Lampung (QTL), terdiri dari tuf Birma sampai Indonesia bagian timur. Letak busur
berbatuapung; tuf riolitik; tuf padu tufit; batulempung dan palung yang terdapat sekarang mungkin terjadi
tufan dan batupasir tufan, berumur Plio-Plistosen. sejak Miosen. Tekanan yang terjadi akibat
Formasi ini membentuk morfologi perbukitan yang penunjaman miring tersebut secara berkala
tidak begitu tinggi. Pada satuan tufa ini tersebar juga dicerminkan oleh sesar-sesar yang sejajar dengan tepi
limonitik besi yang penyebarannya tidak merata. Pada lempeng dan dibuktikan di dalam sistem Sesar
beberapa tempat terdapat profil lapisan tanah yang Sumatera yang membentang sepanjang pulau dan
terkupas oleh jalan, terlihat jelas lapisan limonitik merentas Busur Barisan. Sehubungan dengan busur
dengan ketebalan beberapa sentimeter. magma tersebut, dari barat ke timur, Sumatera dapat
dibagi menjadi empat mandala tektonik (Mangga,
dkk 1993) yaitu: Lajur Akrasi atau Mentawai, Lajur
Busur Muka atau Lajur Bengkulu, Lajur Busur
Magma atau Lajur Barisan dan Lajur Busur Belakang
atau Lajur Jambi-Palembang.

Keberadaan dua sesar aktif mendatar Sumatera dan di


Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu)
menunjukkan saling berposisi step-over, seperti ber-
estafet dari Sesar Sumatera ke Sesar Ujung
Kulon. Daerah estafetnya adalah Selat Sunda,
akibatnya akan tebentuk extensional stress
pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat
Sunda, dan terbukalah Selat Sunda melalui
mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi
dua sesar mendatar yang membentuk releasing step-
over. Segmentasi kerak di wilayah Lampung, Selat
Gambar 4. Peta geologi regional lembar Sunda, dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga
Tanjungkarang (Mangga, dkk., 1993). pemisahan Sumatera-Jawa. Konsekuensi lain, adalah
banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga
2. Basal Sukadana (Qbs), Batuan ini berwarna punya sifat releasing, baik di Lampung dan di
kelabu, masif dan kadang-kadang berongga, berumur Banten. Hal ini berimplikasi ke "banjir lava basal" di
Plistosen. Juga kadang-kadang dijumpai terdapat Lampung dan Banten karena sesar-sesar sintetik ini
mineral bijih bersifat magnetis. Lapukan dari batuan menjadi konduit untuk lepasnya magma naik ke
ini nampak oksida besi dengan intensitas kemagnetan permukaan (Satyana ,2004).
sedang. Pada tempat-tempat tertentu di daerah yang
ditempati oleh satuan basal terdapat bijih besi Batuan gunung api Basal Sukadana yang peneliti kaji
magnetik, kadang-kadang terdapat juga ghoetit. umumnya berupa aliran lava yang berkomposisi
basal. Batuan ini tersingkap baik di daerah
3. Alluvium (Qa), endapan permukaan ini berumur Sekampung Udik, Way Jepara, dan Bandar
Holosen yang terdiri atas kerakal, kerikil, lanau, pasir, Sribawono. Pengamatan secara megaskopis batuan
lumpur, lempung, dan gambut. Terdapat di bagian ini berwarna abu-abu kehitaman, bertekstur afanitik-
hilir sungai dan rawa-rawa, merupakan pasir lepas porfiritik, hipokristalin bertekstur permukaan
yang penyebarannya sangat terbatas pada daerah visukuler-amigdaloidal serta masif di bagian intinya
bagian hilir Sungai Tanjung Iman. serta adanya orientasi dari mineral gelas di bagian
luar akibat dari pembekuan magma yang sangat
Struktur geologi regional, Sumatera yang terletak di cepat, di bagian bawah dari aliran lava ini dijumpai
sepanjang tepi baratdaya Paparan Sunda, pada lava basal yg berstruktur bantal (pillow lava) akibat
perpanjangan Lempeng Eurasia ke daratan Asia dari pembekuan magma di dalam kondisi tubuh air
Tenggara merupakan bagian dari Busur Sunda. Kerak dan juga dijumpai adanya struktur kolom (columnar
samudera yang telah mengalasi Samudera Hindia dan joint) di salah satu lokasi pengamatan di daerah
sebagian Lempeng India-Australia, telah menunjam Sekampung Udik (Gambar 5).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 479


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Mineral yang bertindak sebagai fenokris (18%);


terdiri dari mineral olivin (13%), warna terang,
bentuk polygonal, subhedral-euhedral, ukuran 0.02-
1,42 mm, tampak terkorosi dan terdapat inklusi
mineral opak/oksida bijih dan sebgaian terubah
menjadi mineral epidot. Mineral opak (5%),
berwarna hitam, tidak tembus cahaya, bentuk tidak
beraturan, hadir sebagai inklusi dan membentuk opak
rim pada olivin.

Massadasar (75%); terdiri dari mikrokrsitalin (68%),


berwarna-abu kecoklatan, hadir berupa material
halus, bentuk kristalin-menjarum, terdapat
membentuk aliran (flow), terdiri atas mikrolit
plagioklas (19%), alkali feldspar (25%),
mikrogranular olivine (15%) dan mineral opak/bijih
(9%). Juga bertindak sebagai massadasar yaitu gelas
vulkanik (7%), tidak berwarna, gelap pada posisi
nikol bersilang tampak membentuk aliran (flow)
diantara mikrokristalin, hadir sebgai vitrifikasi dan
devitrifikasi dari fenokris. Mineral sekunder (7%);
terdiri dari mineral opak/oksida bijih (3%) dan
mineral epidot (4%), warna transparan-putih pucat,
anhedral sampai subhedral, ukran 0.01-0.65 mm,
sebagai hasil ubhaan dari mineral ferromagnesian
Gambar 5. Foto singkapan aliran lava basal pada (olivin).
batuan gunung api Basal Sukadana
Lampung Timur yang dibandingkan Dolerit basal dari hasil analisis mikroskopik
dengan penampang ideal tipe aliran percontohan gunung api basal Sukadana. Batuan
Yakima Basalt of the Columbia River tersebut adalah hasil dari erupsi yang berupa aliran
Basalt Group. lava dalam sayatan berwarna abu-abu kehitaman
bertekstur phorphyritic, massadasar afanitik,
equidimensional, sub-opitik, holokristalin,
HASIL DAN PEMBAHASAN alotryomorphic, aliran massadasar, visikuler
amigdaloidal, bentuk Kristal anhedral-subhedral.
Petrografi Komposisi mineral terdiri atas plagioklas, piroksen,
olivine dan mineral opak. Massadasar yang hadir
Analisis petrografi terhadap empat percontoh yang berupa mikrokristalin dan gelas vulkanik. Mineral
terdiri atas olivine basalt, dolerite basalt, dan diabas sekunder yang hadir berupa mineral opak/oksida
yang dianalisis petrografi (Gambar 6), dilakukan bijih dan epidot.
pengamatan dengan menggunkan mikroskop
polarisasi. Hasilnya diringkas sebagai berikut: Mineral yang bertindak sebagai fenokris (61%);
terdiri dari mineral plagioklas (41%), segar sampai
Hasil analisis Percontohan batuan gunung api olivine agak lapuk, ukuran 0.02-2.14 mm, subhedral,
basalt gunung api basal Sukadana. Batuan tersebut kembaran albit, komposisi An42 (labradorit-bitownit),
adalah hasil dari erupsi yang berupa aliran lava dalam sebagaian terkorosi oleh mineral opak dan
sayatan berwarna abu-abu kehitaman bertekstur tergantikan oleh mineral karbonat. Mineral olivin
phorphyritic, massadasar afanitik, equidimensional, (13%), warna terang, bentuk polygonal, subhedral-
sub-opitik, holokristalin, aliran massadasar, visikuler, euhedral, ukuran 0.03-1.50 mm, tampak terkorosi
bentuk Kristal anhedral-subhedral. Komposisi mineral mineral opak/oksida bijih dan sebgaian terubah
terdiri atas plagioklas, piroksen, olivine dan mineral menjadi mineral epidot. Mineral piroksen (4%)
opak. Massadasar yang hadir berupa mikrokristalin warna abu-abu sampai kuning terang, agak lapuk,
dan gelas vulkanik. Mineral sekunder yang hadir ukuran 0.01-0.25 mm, subhedral-anhedral, dominan
berupa mineral opak/oksida bijih dan epidot. augit sebgaian besar tergantikan epidot. Mineral opak

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 480


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(3%), berwarna hitam, tidak tembus cahaya, bentuk piroksen dan olivin (intergrowth), jenis labradorit,
tidak beraturan, hadir sebagai inklusi di dalam olivin. sebgaian terubah menjadi karbonat. Olivin (9%),
Massadasar (28%); terdiri dari gelas vulkanik ( 10%), warna terang, interferensi hijau-kuning terang,
tidak berwarna, gelap pada posisi nikol bersilang, bentuk polygonal, subhedral-euhedral, ukuran 0.02-
terdapat membentuk aliran (flow), hadir sebgai hasil 1.40 mm, tampak terkorosi mineral opak/bijih dan
vitrifikasi dan devitrifikasi dari fenokris dan sebagian terubah menjadi epidot. Piroksen (10%),
mikrokristalin (18%), berwarna-abu kecokltan, hadir warna terang kecoklatan, relief tinggi, bentuk
berupa material halus, bentuk kristalin halus, terdiri subhedral-anhedral, saling tumbuh bersama
atas mikrogranular olivin (11%), mikrogranular plagioklas (intergrowth), sebagian terubah menjadi
pirokse (5%) dan mineral opak/bijih (2%). Mineral karbonat. Mineral opak (3%), berwarna hitam, opak,
sekunder yang hadir berupa mineral opak/bijih dan ukuran 0.01-0.08 mm, subhedral-anhedral, sebagian
mineral epidot (11%), sebagai hasil ubhaan dari berikatan dengan piroksen. Karbonat ( 5%), warna
mineral ferromagnesian (olivin). abu-abu terang, interfrensi kuning kecoklatan,
mengkilap seperti minyak, berbentuk anhedral
irregular, hadir intensif mengubah mineral felsik
terutama plagioklas dan piroksen dan terakhir
tersusun oleh mineral sekunder yang berupa mineral
epidot ( 4%).

Geokimia

Hasil analisa laboratorium unsur oksida utama


(major elements) memakai metode XRF dengan
standar TAS. Untuk plotting dan pemodelan, seluruh
unsur oksida utama yang telah dinormalisasi menjadi
100% tanpa unsur hilang dibakar (LOI) dan unsur
besi sebagai FeO* (FeO total). Kandungan unsur
hilang dibakar untuk batuan gunung api Basal
Sukadana berkisar antara 0,17 % hingga 1,53 %
berat, sehingga dikatagorikan sebagai batuan segar.
Kandungan unsur pada percontohan batuan dari
daerah penelitian adalah : SiO2 = 50,21 – 52,65;
Gambar 6. Fotomikrograf empat contoh batuan Al2O3 = 18,70 – 21,02; FeO* = 8,21 – 10,84; TiO2 =
gunung api asal Sukadana. 1,26 – 2,20; K2O = 1,07 – 2,65; CaO = 7,46 – 8,17;
MnO = 0,092 – 0,21; Na2O = 2,26 – 2,77; MgO =
4,12 – 5,52; P2O5 = 0,18 – 0,70; NiO = 0,022 –
Hasil analisa percontohan terakhir dimana diambil di 0,031; SrO = 0,027 - 0,036; Cr2O3 = 0,040 – 0,046;
bagian inti dari aliran lava basal yang telah mengalami ZnO = 0,010 – 0,015; ZrO2 = 0,016 – 0,034;
pelapukan menyerupai kulit bawang memberikan semuanya dalam satuan % berat.
hasil yang sedikit berbeda dengan percontohan yang
lainnya yang cenderung berupa basal yang bertekstur Diagram TAS (Total Alkali Silica) menurut Le Bas
afanitik karna diambil pada bagian permukaan dari dkk. 1986 (Gambar 7) menempatkan batuan gunung
aliran lava basal tersebut. Adapun hasil percontohan api Basal Sukadana ke dalam kisaran basalt, basaltic
batuan yang terakhir ini memberikan hasil yang di andesite, hingga trachy-basalt. Serta hasil
dapat berupa diabas dimana pengamatan sayatan pengeplotan komposisi kimia unsur-unsur utama
batuan bertekstur faneritik, dibasic, sub-opitik, batuan menurut Cox dkk. (1979;di dalam
holokristalin, Intergrowth visikuler, komposisi Wilson,1989) bahwa batuan gunung api di daerah
mineral terdiri atas plagioklas, olivin, piroksen dan penelitian umumnya menunjukan batuan dalam
mineral opak. Mineral sekunder yang hadir berupa kelompok basalt hingga basaltic andesit. (Gambar
karbonat dan epidot. 8). Dari kedua hasil pengeplotan unsur geokimia
utama menggunakan diagram TAS (Total Alkali
Komposisi mineral berupa plagioklas (69%), tidak Silica) menurut La Bas dan Cox menunjukan
berwarna sampai agak keruh, bentuk euhedral- kesamaan dalam hasil kelompok batuannya.
subhedral, membentuk struktur sub-opitik, kembaran
albit-carlsbad, pollsinterik, saling tumbuh bersama

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 481


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Berdasarkan plotting pada diagram FeO*/MgO KESIMPULAN


terhadap SiO2 dari Miyashiro (1974) semua
percontohan batuan berada pada seri kalk-alkali Dari hasil keseluruhan uraian, dapat disimpulkan
(Gambar 9). Afinitas kalk-alkali mengindikasikan bahwa batuan gunung api Basal Sukadana terdiri
magmatisme yang ada masih berkaitan dengan proses atas basal olivin, basal dolerite dan diabas, sedangkan
subduksi (Wilson, 1989). analisis geokimia menunjukkan ciri bahwa batuan
Dari hasil pengamatan petrografi yang didukung oleh gunung api Basal Sukadana tersebut mempunyai
analisis geokimia, disimpulkan bahwa batuan gunung afinitas magma kalk-alkali yang berasosiasi dengan
api Basal Sukadana ini tersusun umumnya oleh basal kegiatan subduksi lempeng Samudra Hindia di
memiliki afinitas magma bersifat kalk-alkali dan bawah lempeng Benua Asia. Asosiasi tersebut
ditafsirkan berhubungan dengan kegiatan penunjaman ditandai oleh kandungan alumina (Al2O3) tinggi
Lempeng Samudra Hindia di bawah lempeng Benua (18,70-21,02% berat), Magnesium (MgO) rendah –
Asia. sedang (4,12-5,52% berat), Titanium (TiO2) rendah
(<1,5% berat).

Gambar 7. Diagram TAS (Total Alkali Silica) batuan


gunung api Basal Sukadana menurut Le
Bas dkk.(1986).
Gambar 9. Diagram SiO2 terhadap FeO* (Miyashiro,
1974) untuk batuan gunung api Basal
Sukadana

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Panitia


Seminar Nasional ReTII ke 7 STTNAS atas
penerimaan makalah dan mempublikasikannya, dan
kepada Dr. Hill Gendoet Hartono yang telah
memberi masukan penting, serta diskusinya di
lapangan maupun dalam proses penyusunan terhadap
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 8. Penamaan batuan beku normal dari batuan Bronto, S. 2010. Geologi Gunung Api Purba,
gunung api Basal Sukadana (Cox dkk., 1979) Publikasi Khusus Badan Geologi,
Kementerian ESDM, Bandung, 154pp
Bronto, S., 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya.
Jurnal Geologi Indonesia, 1 (2), p.59-71.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 482


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Cas, R.A.F. dan J.V. Wright, 1987, Volcanic volcanic rocks based on the total alkali–silica
Successions. Modern and Ancient, Allen & diagram. Journal of Petrology, 27, p. 745-750.
Unwin, London, 528 h. Mangga, A. S., Amiruddin, Suwarti T., Gafoer S. dan
Crow, M.J., Gurniwa A., McCourt W.J.,1994, Sidarto, 1993, Geologi Lembar
Regional Geochemistry Tanjungkarang and Tanjungkarang, Sumatera, Pusat Penelitian
Menggala Quadrangle(1110 & 1111) Southern dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Sumatera, Direktorat Sumberdaya Mineral, Miyashiro, A., 1974. Volcanic rock series in island-
Bandung. arcs and active continental margins. American
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Journal of Science, 274, p. 321-355.
Region, US Government printing Office, Satyana, 2004, Diskusi di maillist IAGI-NET.
Washington, p. 32-38. Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Joron,
Hartono, G., 2000, Studi Gunung Api Tersier: J.L.,Cyrille, Y., Bougault, H., and
Sebaran Pusat Erupsi dan Petrografi di Hasanuddin, 1986. Themoccurrence of back-
Pegunungan Selatan Yogyakarta, Tesis arc basalt in western Indonesia. In:
Magister, Institut Teknologi Bandung, 168 h. Koesoemadinata, R.P. and Noeradi, D. (Eds.),
(Tidak dipublikasikan). Indonesian Island Arcs: Magmatism,
Hartono, G., 2008, Gumuk Gunung Api Bawah Laut Mineralization, and Tectonic Setting, 2003,
di Tawangsari – Jomboran, Sukoharjo – Penerbit ITB, p.112-119.
Wonogiri, Jawa Tengah, Jurnal Geologi Tatsumi, Y. and Eggins, S., 1995. Subduction zone
Indonesia, Vol 3 No. 1 Maret, p. 37-48. magmatism. Blackwell Science, Frontiers in
Hartono, G., 2010, Peran Paleovolkanisme Dalam Earth Sciences, 211pp, ISBN 0-86542-361-X.
Tataan Produk Batuan Gunung Api Tersier Di Van Bemmelen, 1949, The Geologi of Indonesia Vol.
Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa II, Martinus Nijhoff the Hague.
Tengah, Disertasi, UNPAD, Bandung, 335 h. Wilson, M., 1989. Igneous Petrogenesis; a global
(Tidak dipublikasikan). tectonic approach. Unwin Hyman, London,
Kisman, Deddy T. Sutisna, 2005, Inventarisasi dan 466 pp.
Evaluasi Mineral Logam di daerah Kab. Zulkarnain, I., 2011. Geochemical Evidence of Island-
Lampung Timur dan Kab. Lampung Selatan, Arc Origin for Sumatra Island; A New
Provinsi Lampung, Makalah Lampung, Sub Perspective based on Volcanic Rocks in
Dit. Mineral Logam. Lampung Province, Indonesia. Jurnal Geologi
Le Bas, M. J., Le Maitre, R. W., Streckeisen, A., and Indonesia, Vol 6 No. 4 Deseamber, p. 213-225.
Zanettin, B., 1986. A chemical classification of

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 483


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERKEMBANGAN KARSTIFIKASI FORMASI SENTOLO DI TIMUR SUNGAI PROGO


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:
Srijono 1), Budi Santoso 2), Fajar Setiawan 3), dan Christina Putri Widyaningtyas 4)
1)
Lab. Geologi Dinamis Jurusan Teknik Geologi FT UGM, email: sriy_geougm @yahoo.com
2), 3)
dan 4) Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT UGM, sedang Kuliah Pemetaan Geologi

Abstrak

Di sebelah timur Sungai Progo, Yogyakarta, tersingkap batugamping anggota Formasi Sentolo, dan
temuan gua. Penelitian bertujuan mengetahui kondisi geologi dan pengaruhnya terhadap perkembangan
karstifikasi Formasi Sentolo di daerah sebelah timur Sungai Progo.

Metode penelitian adalah pemetaan geologi permukaan, dengan rute utara-selatan yang relatif tegak
lurus terhadap jurus perlapisan Formasi Sentolo. Contoh dari gejala karstifikasi dianalisis petrografi.
Kesimpulan perkembangan karstifikasi dengan cara membandingkan.

Hasil penelitian di timur Sungai Progo, mencakup daerah yang dibatasi Gamplong, Karangnongko,
Badegan, dan Pereng. Jurus batuan Formasi Sentolo U700 – 900T, dan kemiringan maksimum 7o. Secara
geomorfologi, daerah penelitian disebut kuesta. Batuan dibedakan menjadi dua satuan, yaitu napal, dan
batugamping. Batugamping tersusun oleh perselingan batupasir karbonatan dengan batugamping. Secara
petrografi, jenis batugamping didominansi packstone, dan selebihnya wackestone. Sebagian batugamping
mengalami karstifikasi minor, dicirikan sistem perlubangan, frekuensi jarang, bentuk lubang bervariasi, dan
ukuran berkisar 1 – 18 cm. Gua Selarong dan Gua Payaman terbentuk pada batas antara napal dan batugamping,
tipe gua horizontal. Lorong gua pendek, berkisar 1 – 5 m, tidak menerus. Hasil observasi menunjukkan kondisi
dua gua sudah tidak alami karena proses antropogenik, terkait kepentingan pesona wisata. Pada kompleks Gua
Payaman, terbentuk curtain stalactite mengikuti zone kekar, berukuran 20 cm x 1,5 cm, dengan frekuensi jarang.

Kata kunci: karstifikasi, batugamping Formasi Sentolo, Gua Selarong, Gua Payaman, curtain stalactite

PENDAHULUAN tektonik, struktur geologi yang terbentuk adalah


lipatan, kekar, dan sesar. Struktur geologi
Latar Belakang Penelitian
memfasilitasi berkembangnya karstifikasi.
Daerah penelitian, di sebelah timur Sungai Karstifikasi merupakan proses yang khas
Progo, selatan jalan raya Yogyakarta – Wates. terjadi hanya pada batugamping, prinsip proses
Daerah ini termasuk wilayah Kabupaten Bantul, yang terjadi adalah pelapukan kimia, dan pelarutan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1.). oleh air meteoric, kemudian dihasilkan bentukan
Secara geologi, timur Sungai Progo termasuk dalam karst. Dalam pandangan petrologi batuan karbonat,
peta geologi lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk., karstifikasi merupakan stadium tertentu dari
1995). diagenesa. Menurut Longman (1980) diagenesa
Rahardjo, dkk.(1995) menyatakan daerah yang terbentuk di darat tercakup dalam stadia 5 – 8.
penelitian terbentuk oleh batuan Formasi Sentolo Karstifikasi berlangsung pada stadia diagenesa 7 –
yang berumur Tersier terdiri dari napal dan 8, dan jejaknya hanya dapat diidentifikasi melalui
batugamping, serta batuan Kuarter dari Aluvium mikroskop. Karstifikasi mengahasilkan karst
asal sungai maupun Gunung Merapi. Di daerah minor, dan karst mayor (Bloom, 1978). Jejak karst
sekitar Sungai Serang, batuan pembentuk Formasi minor teramati pada permukaan dan sedikit ke
Sentolo antara lain batugamping (Selvina, 2012). bawah batugamping, sedangkan karst mayor
Keterdapatan batugamping yang mengalami tampak bukit-bukit kerucut dan depresi karst di
tektonik berpeluang berkembangnya gejala lapangan
karstifikasi. Hal ini menarik untuk diteliti.
Fisiografi Jawa Tengah bagian timur – Tujuan Penelitian
selatan dikenal oblong dome Kulonprogo (Van
Penelitian bertujuan mengetahui kondisi
Bemmelen, 1949). Dengan demikian daerah timur
geologi dan pengaruhnya terhadap perkembangan
Sungai Progo, daerah penelitian termasuk dalam
kubah Kulonprogo bagian ujung tenggara. Akibat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 484


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

karstifikasi Formasi Sentolo di daerah sebelah timur supported, sortasi baik, dengan struktur laminasi,
Sungai Progo. silangsiur minor. Komposisi berupa fragmen
moluska, mineral karbonat, fosil foraminifera kecil
melimpah, dan mineral opak. tipe porositas
METODE PENELITIAN interpartikel (Setiawan, 2012, dan Widyaningtyas,
2012). Sebagian mengalami karstifikasi. Temuan
Bahan penelitian karstifikasi daerah timur batugamping silang siur di bagian selatan daerah
Sungai Progo mencakup Peta Rupabumi digital penelitian. Batuan berwarna putih – keabu - abuan,
Indonesia (peta RBI) Lembar Wates, Yogyakarta, ukuran butir pasir halus – kerikil, grain supported,
skala 1:25.000 (Anonim, 2001). Peta Geologi sortasi baik dengan struktur laminasi, silangsiur
Yogyakarta skala 1:100.000 (Rahardjo, dkk., 1995), minor. Komposisi fragmen moluska dan
contoh batuan untuk analisis petrografi. foraminifera kecil melimpah mineral karbonat, dan
Peralatan lapangan baku untuk pemetaan mineral opak. Mengacu Embry & Klovan (1971),
geomorfologi terdiri dari alat GPS, kompas- batuan seperti ini termasuk packstone. Tipe
klinometer, palu batuan, dan kaca pembesar / lup. porositas interpartikel hasil karstifikasi. Pada
Selebihnya digunakan kamera untuk dokumentasi, bagian daerah lainnya, karstifikasi berkembang
dan mikroskop. pada wackestone (Widyaningtyas, 2012).
Pemetaan geologi di lapangan untuk Struktur Geologi. Pada daerah penelitian,
mengidentifikasi kekhasan morfologi, batuan - akibat perlipatan kemiringan batuan Formasi
stratigrafi, dan struktur geologi. Data karstifikasi Sentolo berarah ke selatan. Selain kemiringan,
dikumpulkan bersamaan dengan pengulan data terbentuk kekar dan sesar (Gambar 2.). Kekar dan
batuan. Komposisi batugamping dipastikan dari sesar ini akan mempengaruhi proses geomorfik dan
analisis petrografi dengan acuan klasifikasi menurut menyebabkan terjadinya zona – zona lemah,
Embry, and Klovan (19..). Kriteria analisis struktur geologi ini bertanggung jawab terhadap
petrografi meliputi jenis, struktur, tekstur dan karstifikasi pada batugamping.
komposisi batuan. Karstifikasi. Secara geomorfologi daerah
penelitian berupa perbukitan kuesta, dikelilingi oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN dataran limpah banjir (Gambar 3.). Lereng kuesta
melandai ke selatan sesuai dengan arah kemiringan
Hasil Penelitian
lapisan batuan Formasi Sentolo. Dari gambaran
Hasil penelitian di timur Sungai Progo, tersebut dijelaskan napal tufan menempati
mencakup daerah yang dibatasi Gamplong, morfologi rendah, dan batugamping pada
Karangnongko, Badegan, dan Pereng secara ringkas morfologi tinggi. Pelapukan, erosi, dan proses
dapat dilihat pada Gambar 1. – 4., dan Tabel 1. antropogenik terjadi pada kuesta.
Khas pada batugamping adalah
Pembahasan berkembangnya karstifikasi setelah pelapukan
(utamanya pelapukan kimia) berlangsung.
Stratigrafi Jurus batuan Formasi Sentolo Tingkatan karstifikasi baru mencapai pembentukan
U700 – 900T, dan kemiringan maksimum 7o. karst minor yang hanya dapat diidentifikasi pada
Batuan utamanya dibedakan menjadi dua, yaitu permukaan sampai sedikit ke bawah permukaan
napal, dan batugamping. Napal yang bersifat tufan batuan berupa sistem perlubangan, diameter 1 – 18
merupakan batuan tertua (Santoso, 2012). Napal cm, umumnya 5 – 7 cm, frekuensi jarang, bentuk
tufan berwarna putih – keabu-abuan, struktur masif, lubang bervariasi, Pembentukan lubang dominan
temuan trace fossil, umur Miosen Atas – Pliosen difasilitasi oleh fracture, selebihnya semata-mata
Awal (N17 – N19). pelarutan batuan. Selain perlubangan, dalam
penelitian ini ada temuan Gua Selarong, dan G.
Asosiasi batupasir karbonatan,
Payaman.
batugamping berlapis, dan batugamping silang-siur
Fenomena geomorfologi G. Selarong, dan
stratigrafis di atas napal tufan. Asosiasi ini disebut G. Payaman cukup menarik, karena melibatkan
satuan batugamping. Batupasir karbonatan proses alami, dan antropogenik (Gambar 4.). Kedua
dicirikan oleh ukuran butir maksimum pasir kasar,
gua terbentuk pada batas antara napal dan
sortasi baik, struktur perlapisan: laminasi, masiv,
batugamping, hal ini pertanda pembentukannya
silang siur, trace fossil jenis cruziana. Secara
diawali oleh erosi pada dua batuan yang
petrografi terdiri dari: mineral karbonat dalam resistensinya berbeda. Tipe dua gua horizontal,
jumlah dominan, biotit, mineral mafik; serta panjang lorong gua berkisar 1 – 5 m, pintu/mulut
kandungan fosil foraminifera. Batugamping gua yang cenderung setengah elip, berukuran
berlapis termasuk packstone (Embry & Klovan,
panjang 0,5 -5 m, dan tinggi maksimum 1 m, dan
1971), ketebalan 2 – 5 m Batuan berwarna putih –
buntu. Pada kompleks G. Payaman, terbentuk
keabu-abuan, ukuran maksimum kerikil, grain
beberapa lajur curtain stalactite, saling sejajar

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 485


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

mengikuti zone kekar, berukuran 20 cm x 1,5 cm, Island, Canadian Petroleum Geology
dengan frekuensi jarang. Bulletin, NWT, v. 19, p. 730-781.
Kondisi dua gua sudah tidak alami karena Longman, M.W., 1980, Carbonate Diagenetic
proses antropogenik, terkait kepentingan pesona Texture from Nearsurface Diagenetic
wisata. Gua Selarong, dan G. Payaman merupakan Environments, AAPG Bulletin, v.64 no.4,
gua wisata di Kabupaten Bantul. Gua Selarong hal 461 - 487
sudah lama menjadi tujuan wisata, karena lokasi Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.R.,
tersebut diyakini sebagai tempat 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
persembunyian/pertapaan Pangeran Diponegoro, skala 1:100.000, edisi 2,Pusat Penelitian dan
tahun 1825an, pada waktu menyiapkan peperangan Pengembangan Geologi, Bandung
terhadap VOC – Belanda. Pada renovasi gua wisata Santoso, B., 2012, Peta Geologi Daerah Argodadi
(proses antropogenik), menjadikan fenomena alami Kuliah Pemetaan Geologi Program S-1 Jur.
gua sudah minim, tetapi yang tampak menonjol Teknik Geologi FT UGM, Yogyakarta
adalah permukaan dinding gua yang halus hasil (dalam proses)
rekayasa. Gua Payaman baru satu tahun yang lalu Selvina, N., 2012, Pemanfaatan Foto Udara untuk
ditetapkan sebagai gua wisata, dengan kenampakan Studi Morfologi Formasi Sentolo di Sekitar
rekayasa sangat kuat. Kenampakan yang dimaksud Sungai Serang, Kulonprogo, Daerah
adalah pengerukan napal, dan kemudian sebagian di Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Jur. Teknik
antaranya dihaluskan dengan penyemenan. Geologi FT UGM, Yogyakarta, tidak
dipublikasikan
KESIMPULAN Setiyawan, F., 2012, Peta Geologi Daerah
1. Geologi daerah timur Sungai Progo Ambarketawang, Kuliah Pemetaan Geologi
terbentuk susunan napal ditumpangi batugamping Program S-1 Jur. Teknik Geologi FT UGM,
dari Formasi Sentolo. Batuan membentuk homoklin Yogyakarta (dalam proses)
miring ke selatan, dan morfologi kuesta. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Indonesia, Vol. 1A, Government Printing
2. Batugamping menempati topografi tinggi, Office, The Hauge, Amsterdam
mengalami karstifikasi pada tingkatan karst minor, Widyaningtyas, C.P., 2012, Peta Geologi Daerah
membentuk perlubangan. Perlubangan yang besar Pajangan, Kuliah Pemetaan Geologi
menghasilkan Gua Selarong dan Gua Payaman, Program S-1 Jur. Teknik Geologi FT UGM,
yang disertai proses antropogenik. Yogyakarta (dalam proses)

DAFTAR PUSTAKA
Bloom, A.L., 1978, Geomorphology: A Systematic
Analysis of Late Cenozoic Landforms,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New
Jersey,
Embry, AF, and Klovan, JE, 1971, A Late
Devonian reef tract on Northeastern Banks

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 486


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Letak daerah penelitian (Sumber : Citra Google Satelit 2012 dengan modifikasi)

Gambar 2. Peta Geologi daerah penelitian


1 – 6: titik temuan karstifikasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 487


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(a)
Kabel listrik
Satuan Batugamping
Satuan Napal

(b) (c) (d)

Gambar 3. Morfologi Cuesta (a) Napal pada daerah penelitian (b)Embrio curtain stalactite (c)Perlubangan, karst minor (d)

Tabel 1. Perkembangan Karstifikasi pada Formasi Sentolo di timur Kali Progo

Koordinat UTM

No. X Y Desa/Dusun Karstifikasi

1. 422268 9136387 Perenggamol Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, ukuran 1 – 4
cm, bentuk bervariasi, frekuensi jarang.

2. 421483 9134396 Jangkang Gejala karstifikasi, karst minor , ciri perlubangan, ukuran 1 –
10 cm, bentuk bervariasi, frekuensi jarang dan pada tempat
tertentu dijumpai cukup banyak.

3. 421273 9135906 Gunungsalam Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi, ukuran 1 – 18 cm, frekuensi cukup banyak – jarang.

4. 421423 9134058 Jangkang Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi ukuran 1 – 6 cm, frekuensi jarang.

5. 421893 9133020 Sambikerep Gejala karstifikasi, karst minor, ciri perlubangan, bentuk
bervariasi, ukuran 1 – 6 cm, frekuensi jarang.

6. 418043 9133809 Argorejo Gejala karstifikasi pada batugamping berupa curtain stalactite
dan gua kecil. Curtain stalactite pada zona kekar, ukuran 20
cm x 1,5 cm. Frekuensi jarang.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 488


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

(a)

Satuan batugamping

Gambar 4. Kompleks Gua Selarong:


(a) Litologi penyusun
(b) Mulut Gua Kakung, dinding proses
antropogenik
Satuan napal (c) Dripstone/D

(b)
(c)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 489


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PELACAKAN JEJAK KEBERADAAN GUNUNG API DI PULAU BANGKA,


PROVINSI BANGKA BELITUNG: Studi Kasus Terkait Tapak PLTN Bangka

Oleh:
Hill. Gendoet Hartono1, Isa Nursanto 2, Suryono 2, Basuki Wibowo3 dan Hadi Suntoko3
1
Staf dosen Teknik Geologi STTNAS, Yogyakarta
2
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Yogyakarta
3
Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
E-mail: hilghartono@sttnas.ac.id dan hilghartono@yahoo.co.id

Abstrak

Pulan Bangka, Provinsi Bangka Belitung merupakan daerah terpilih sebagai lokasi tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa aspek penting
yang terkait dengan ilmu kebumian dan sosial-ekonomi. Satu aspek tapak yang harus dipelajari adalah keberadaan gunung
api, terkait keberadaan mata air panas di Pulau Bangka. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui keberadaan gunung api
di Pulau Bangka. Metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan pemetaan geologi gunung api dan analisis
laboratorium batuan, air panas dan gas. Bentang alam daerah Bangka umumnya merupakan dataran (< 75 m dpl.) dan bukit
bergelombang landai (± 172 m dpl.) – bergelombang kuat (± 2,786 m dpl.) yang menempati wilayah Bangka Barat dan
Bangka Selatan. Litologi yang menguasai Pulau Bangka berupa batuan beku plutonik granit, yang diwakili oleh Formasi
Klabat, sedangkan Formasi Tanjunggenting dan Formasi Ranggam yang disusun batuan sedimen berupa batupasir,
batulempung, dan batulempung tufan. Lokasi air panas muncul di daerah Permis, Nyelanding, Dendang dan Pemali. Hasil
analisis laboratorium di empat lokasi tersebut menunjukkan suhu 39,2 – 52,8 oC, pH 5,44 – 7,49, namun hanya di Nyelanding
dan Pemali yang terdeteksi adanya kandungan gas mayor berupa O2, CO, CO2, H2S dan CH4 dengan kadar yang variatif.
Hasil analisis geologi gunung api, air dan gas tidak memperlihatkan adanya keberadaan fisik tubuh gunung api, dan sumber
panas kemungkinan berasal dari sisa pendinginan batuan beku granit atau sumber panas yang lain.

Kata kunci: Pulau Bangka, gunung api, tapak, PLTN, mata air panas.

Abstract

Bangka Island, Bangka Belitung Province an area chosen as site locations Nuclear Power Plant (NPP) by the National
Atomic Energy Agency (BATAN). Site selection was based on several important aspects related to earth science and socio-
economics. One aspect of the site to be studied is the existence of volcanoes, hot springs related to the presence in Bangka
Island. The purpose of this paper is to investigate the existence of volcanoes in Bangka Island. Research methodology is to
conduct geological mapping and laboratory analysis of volcanic rocks, hot spring and gas. Bangka landscape area is
generally a plateau (<75 m asl.) and the undulating hills ramps (± 172 m asl.) - corrugated strong (± 2,786 m asl.) which
occupies an area of West and South Bangka. Lithology that dominated the Bangka Island form plutonic igneous granite,
represented by Klabat Formation, while Tanjunggenting and Ranggam Formation composed by sedimentary rock, i.e.
sandstone, claystone, and tuffaceous mudstone. The hot springs location appeared in the Permis, Nyelanding, Dendang and
Pemali areas. The results of laboratory analysis at four locations indicated temperature from 39.2 to 52.8 °C, pH 5.44 to
7.49, but only in Nyelanding and Pemali which detected major gas content in the form of O 2, CO, CO2, H2S and CH4 with
higher levels of varied. The results of the analysis of volcanic geology, hot spring and gas show no physical existence
volcano body, and the heat source is likely to come from the rest of the cooling igneous granite or other heat sources.

Keywords: Bangka Island, volcano, site, NPP, hot spring.

PENDAHULUAN sebagai penyebab adanya polusi udara, air dan


tanah.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Pembangunan PLTN memerlukan penelitian
merupakan salah satu alternatif energi masa depan, dari berbagai disiplin ilmu secara rinci dan terpadu
terlepas dari perdebatan yang panjang antara tentang rencana lokasi tapak reaktor terhadap
bahaya dan manfaat bagi kehidupan di planet bumi berbagai faktor alam maupun non alam yang
ini. Indonesia dibangun dari ribuan pulau yang berpotensi menimbulkan bencana. Secara teknis,
tersebar memanjang barat – timur, sumber daya berbagai faktor tersebut dikaji dalam dua aspek
alam hayati dan non hayati berlimpah, dan sumber utama yaitu aspek tapak (site aspect) dan bukan
daya manusia yang terus berkembang dan aspek tapak (non-site aspect). Seluruh aspek teknis
bertambah, sehingga pengadaan, penataan dan tersebut terlibat di dalam pengumpulan data untuk
pengelolaannya jelas membutuhkan kecukupan kajian kebencanaan yang mungkin mengancam
energi dalam jumlah yang sangat besar di masa keberadaan PLTN. Menurut rekomendasi IAEA
depan. Di pihak lain, energi fosil, batubara, dan terdapat delapan analisis kebencanaan yang harus
panas bumi terus dikumandangkan menipis disiapkan yaitu kajian bencana seismik, gunung api,
cadangannya, sulit pengadaannya dan setidaknya

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 490


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

banjir, meteorologi, tsunami, human induced, sesar tubuh gunung api, sedangkan pengambilan contoh
permukaan, dan geoteknik. air panas dan gas berhubungan dengan asal sumber
Bangsa Indonesia telah lama memikirkan air panas dan kandungan gasnya.
pembangunan energi nuklir, bahkan lebih dari satu
dasa warsa atau dengan kata lain setidaknya
melakukan penelitian melalui inventarisasi tapak –
tapak PLTN di seluruh Indonesia. Kegiatan yang
telah dilakukan adalah di wilayah Semenanjung
Muria Jawa Tengah, Banten, dan Kalimantan
Timur. Kegiatan pra survei tapak PLTN pada tahun
2010 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung oleh
BATAN menyebutkan bahwa Pulau Bangka sangat
potensial untuk tapak PLTN. Hal tersebut
mengingat kondisi geologi yang cukup stabil dan
jauh dari ancaman gunung berapi.
Keberadaan dan kegiatan gunung api
senantiasa berpengaruh terhadap lokasi penempatan
calon PLTN. Secara geologi, Pulau Bangka
dibangun oleh batuan beku plutonik granit yang
dikelompokkan ke dalam Formasi Granit Klabat
(TRJkg). Namun di dalamnya terdapat empat lokasi
kemunculan sumber mata air panas yaitu di daerah
Permis, Nyelanding, Pemali dan Dendang. Gambar 1. Citra SRTM yang memperlihatkan
Sehingga muncul pertanyaan, adakah hubungan lokasi daerah penelitian di Pulau Bangka.
antara kemunculan sumber air panas dengan
gunung api di Pulau Bangka?. Permasalahan Secara tektonik, Pulau Bangka merupakan
tentang keberadaan sumber air panas di Pulau bagian dari lajur timah suatu tinggian yang muncul
Bangka harus dikaji untuk mengetahui kejadian selama pembentukan Paparan Sunda, termasuk di
geologinya (volcanism, non-volcanism, atau dalamnya geologi Malaysia dan Riau (Pupili,
fenomena lainnya). 1973). Barber et al., (2005) menyebutkan tentang
Lokasi daerah penelitian terletak di Pulau evolusi tektonik yang didasarkan pada pemahaman
Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1), tektonik lempeng subduksi di wilayah ini telah
tepatnya di mata air panas Permis dan Nyelanding dimulai sejak Paleozoikum Bawah, zona subduksi
di Kabupaten Bangka Selatan, dan di mata air panas terletak di bagian timur Malaysia, dan selama
Pemali dan Dendang di Kabupaten Bangka Barat. Mesozoikum Bawah – Tengah menghasilkan busur
Sementara itu, tapak PLTN terpilih terletak di Desa magma yang membangun Kepulauan Kundur,
Sebagin, Simpang Rimba, Bangka Selatan lebih Singkep, Bangka – Belitung dan sebagian dari
kurang 90 km ke arah tenggara dari Pangkal Kalimantan Barat (Gambar 2). Di pihak lain,
Pinang, dan tapak PLTN di Desa Muntok, Bangka Hamilton (1979) menyatakan bahwa Paparan Sunda
Barat lebih kurang 105 km ke arah barat dari merupakan bagian dari Lempeng Eropa – Asia yang
Pangkal Pinang. Pulau Bangka dikelilingi oleh selat sebagian besar di bawah permukaan laut, termasuk
dan laut. Bagian selatan bersentuhan dengan Selat Paparan Malaysia, pulau – pulau besar Sumatera,
Bangka dan Pulau Sumatera, sedangkan di bagian Kalimantan, Jawa, Laut Jawa dan Laut Cina
utaranya berupa laut lepas, Laut Cina Selatan. Selatan. Sementara itu, batas antara Lempeng
Makalah dengan topik bahasan utama Hindia – Australia dan Lempeng Eropa – Asia
tentang kegunungapian di Pulau Bangka ini ditandai oleh palung yang memanjang lebih kurang
bertujuan untuk membuktikan keberadaan gunung 5000 km membentuk busur dari Sumatera Barat,
api, terkait dengan kemunculan sumber air panas di Jawa bagian selatan, dan Nusa Tenggara, dikenal
empat lokasi dalam skala near regional dari tapak sebagai Palung Sunda.
PLTN. Selain itu, kajian ini untuk memperkaya Tektonik subduksi pada Jaman Trias – Jura
kasanah ilmu kebumian khususnya analisis yang membentuk busur magma di Kepulauan
kebencanaan yang mungkin timbul, dan untuk Bangka – Belitung yang terkait dengan munculnya
mendukung keberterimaannya terhadap informasi kegiatan gunung api masih menjadi pertanyaan. Hal
geologi secara komprehensif. Metode penelitian tersebut juga terungkap di dalam peta geologi
yang diterapkan untuk mendekati permasalahan sekala 1: 250.000 yang diterbitkan oleh P3G,
yang ada adalah melakukan penelitian geologi Bandung (Mangga dan Djamal, 1994; dan Margono
gunung api dan analisis air panas dan gas. et al., 1995). Secara umum, tidak disebutkan
Penelitian geologi gunung api terkait dengan massa adanya anggota atau formasi batuan yang mewakili
batuan produk erupsi gunung api, dan bangunan keberadaan batuan gunung api di Pulau Bangka.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 491


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Namun, di lembar peta Bangka Utara disebutkan dalamnya volkanologi fisik dan fenomena gunung
adanya formasi batuan yang disusun oleh batupasir, api yang menyertainya. Pelacakan keberadaan
batulempung, dan batulempung tufan yang gunung api purba dapat dipelajari melalui gunung
tergabung dalam Formasi Ranggam (TQr). Formasi api muda atau aktif, intinya mengkaitkan proses –
ini terbentuk pada Jaman Tersier Atas atau pada proses yang terjadi di gunung api aktif dengan
Masa Pliosen (tidak lebih tua dari Miosen Akhir). gunung api purba, atau menganut prinsip geologi
Kata tufan yang melekat di belakang batulempung “The present is the key to the past” (Hartono, 2000;
menunjuk sebagai akhiran, yang mempunyai arti Hartono, 2010).
sebagai unsur tambahan atau bukan material Fenomena gunung api dan asosiasi
utamanya. Komposisi utamanya berupa mineral bahayanya terkait dengan pembangunan PLTN
lempung sebagai produk akhir proses pelapukan yang harus dipelajari menurut rekomendasi IAEA
panjang dari batuan yang terjadi sebelumnya di (Specific Safety Guide No. SSG-21, 2012) meliputi
daerah Bangka yaitu granit. Di pihak lain, juga 13 fenomena, yaitu: Tephra fall, Pyroclastic flows
timbul pertanyaan tentang asal material tufan and surges, Lava flows and domes, Debris
tersebut, berasal dari Pulau Bangka sendiri atau avalanches, landslides and slope failures, Debris
berasal dari daerah lain yang mungkin tertransport flows and lahars, Opening of new vents, Ballistic
dan diendapkan di cekungan Bangka. Oleh sebab projectiles, Volcanic gases, Tsunamis and seiches,
itu, fenomena alam yang terkait dengan aspek Atmospheric phenomena, Ground deformation,
kegunungapian masih belum jelas dan perlu kajian Volcanic earthquakes and seismic events, dan
lanjut, selain fenomena kemunculan mata air panas Hydrothermal systems and groundwater anomalies.
dan gas di daratan yang dikuasai oleh batuan beku Fenomena gunung api yang dibahas di
plutonik granit. dalam makalah ini hanya berupa air panas dan gas
yang menyertainya, bentang alam, dan sedikit
material berukuran lempung yang dijumpai sebagai
penyusun Formasi Ranggam (TQr), yang diduga
sebagai material jatuhan tefra. Hasil analisis dan
diskusi akan berujung pada pemahaman apakah
fenomena yang ada di Pulau Bangka tersebut
berasal atau terkait dengan gunung api dan seberapa
besar resiko bahaya yang mungkin timbul terhadap
tapak PLTN.

GEOLOGI UMUM

Geologi Pulau Bangka pada Masa


Paleosoikum masih dalam posisi di bawah air laut,
dan kemudian terangkat menjadi daratan dan laut
dangkal pada Masa Karbon hingga Trias. Pada
periode menjadi daratan bersamaan dengan
terjadinya kepulauan Riau, diikuti juga terjadinya
penerobosan granit yang disertai pembentuan
batuan malihan terhadap batuan asal batulempung
dan batupasir. Proses pemalihan ini juga berakibat
pada terjadinya proses hidrotermal yang
menghasilkan mineral kasiterit di dalam rekahan –
rekahan batuan granit.
Gambar 2. Peta tektonik Paparan Sunda dan batas Secara fisiografi Pulau Bangka tergabung
subduksi Pulau Sumatera – Jawa (Barber et al., dalam Dataran Sunda dan bagian dari pengangkatan
2005). Dataran Sunda. Daerah tinggian granit ini, secara
geologi merupakan kemenerusan Jalur Granit
Pengamatan terhadap keberadaan dan “Granite Belt” yang berumur Kapur – Yura
perkembangan fisik tubuh gunung api berumur bersama terjadinya kepulauan Burma – Thailand –
Kuarter dapat dengan jelas dilakukan, namun Malaysia – Riau (Pulau Singkep, Karimun dan
sebaliknya pelacakan jejak terhadap keberadaan Kondur), Pulau Bangka, Pulau Belitung hingga
gunung api berumur Tersier atau sebelumnya Pulau Karimata. Jalur Granit tersebut juga dikenal
(dibaca gunung api purba) perlu penelitian geologi, sebagai Jalur Timah “The Tin Belt”. Di pihak lain
khususnya geologi gunung api secara rinci. menyebutkan bahwa keberadaan endapan timah
Penelitian tersebut didasari oleh pemahaman proses tersebut juga dipengaruhi oleh gerak – gerak
– proses yang terjadi di gunung api, termasuk di tektonik Kuarter (Katili dan Tjia, 1969).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 492


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Bentang alam Pulau Bangka Struktur geologi yang terjadi di Pulau


memperlihatkan bentuk dataran, bergelombang Bangka sebagai respon gerak – gerak tektonik
landai hingga bergelombang terjal mencapai berskala global menyebabkan terjadinya dua
ketinggian kurang dari 1000 m dml (G. Kelumpang, deformasi (Katili, 1967). Deformasi pertama
Bangka Barat). Bentang alam ini merupakan menghasilkan lipatan dengan pola berarah baratlaut
cerminan energi endogen dan eksogen yang – tenggara, sedangkan deformasi kedua terjadi pada
membangunnya selama waktu geologi hingga Masa Yura Atas yang juga menghasilkan lipatan
sekarang ini. Bentang alam tinggian tersebut dengan pola arah yang sama, namun terbatas pada
umumnya disusun oleh batuan granit. jejak orogenesis yang lebih tua. Di pihak lain,
Geologi Pulau Bangka dibangun oleh Asikin dan Soeria-Atmadja (1972) menyebutkan
beberapa batuan yang dikeompokkan ke dalam adanya pergerakan orogen yang terjadi sebelum
formasi batuan yang berumur tua hingga muda Masa Yura Atas yang menyebabkan terjadinya pola
(Tabel 1), sebagai berikut: formasi yang berasal lipatan berarah baratlaut – tenggara pada batuan
dari Kompleks Pemali (CPp) berumur Perm, sedimen yang berumur Karbon – Trias. Deformasi
disusun oleh batuan malihan yang terdiri dari filit, tersebut juga menghasilkan retakan geser dan tarik
skis, dan kuarsit. Di atasnya diendapkan batuan (shear and tension fractures).
yang dikelompokkan ke dalam Diabas Penyabung
(PTd). Formasi ini ditutupi oleh batuan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berumur Trias yaitu Formasi Tanjunggenting (TRt)
yang disusun oleh perselingan batupasir, Pengamatan bentang alam digunakan untuk
batulempung, batupasir termalihkan, dan lensa mengetahui bentuk tubuh dan letak sumber erupsi
batugamping. Formasi – formasi tersebut kemudian gunung api. Data bentang alam hasil pengamatan
diterobos oleh batuan granit yang dikelompokkan melalui citra SRTM (Gambar 3) dan peninjauan
ke dalam Formasi Granit Klabat (TRJkg) berumur lapangan (Gambar 4) menunjukkan bahwa bentang
Trias – Yura. Kemudian secara tidak selaras alam daerah Bangka memperlihatkan dataran
diendapkan Formasi Ranggam (TQr) yang berumur hingga bergelombang lemah (< 200 m dpl., G.
Pliosen dan disusun oleh batupasir, batulempung, Mangkol), namun terdapat bentang alam yang
dan batulempung tufan. Endapan termuda berumur memperlihatkan daerah tinggian ± 510 m dpl. (G.
Kuarter berupa aluvium (Qa) yang terdiri dari Lubuk Besar, Bangka Tengah). Umumnya daerah
material hasil perombakan yang berukuran tinggian tersebut disusun oleh batuan granit,
bongkah, kerikil, pasir dan gambut. begitupun juga pada daerah berelief landai,
sedangkan pada dataran disusun oleh batuan
Tabel 1. Stratigrafi Pulau Bangka (Mangga dan sedimen. Hasil analisis citra SRTM menunjukkan
Djamal, 1994; Margono et al., 1995). bahwa beberapa bentang alam tonjolan yang
memperlihatkan bentuk kerucut tersebut tidak
diikuti oleh bentang alam sekitar yang melingkupi
yang memperlihatkan ciri bentang alam gunung api,
seperti setengah lingkaran atau berbentuk bulan
sabit. Lebih jauh lagi, bentuk tonjolan tersebut
disusun oleh batuan granit, jadi bentuk kerucut
tersebut sebagai produk akhir dari suatu proses
erosi, bukan batuan terobosan gunung api atau
kubah lava.

Gambar 3. Kenampakan beberapa bentang alam


tinggian dan lokasi munculnya air panas. Tampak
citra SRTM yang menunjukkan daerah tinggian di
Pulau Bangka kurang dari 600 m dpl.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 493


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Daerah tinggian umumnya disusun oleh


granit yang bertekstur sangat kasar (Gambar 5),
ukuran individu mineral penyusunnya dapat
mencapai 3,5 cm (batuan pegmatit), sedangkan
yang berelief relatif landai disusun oleh granit
bertekstur kasar atau lebih halus. Hal ini berakibat
pada batuan dalam merespon proses - proses
eksogenik (misal: pelapukan, erosi dan tertransport)
yaitu resistensi batuan, dan adanya kemungkinan
hal yang mempercepat proses pelapukan yaitu
terkena tidaknya struktur geologi daerah tersebut.
Perajahan struktur geologi ini memudahkan air
menerobos masuk tubuh batuan. Hasil analisis citra
SRTM dan observasi di lapangan tidak
memperlihatkan dukungan terhadap bentuk asal
bentang alam gunung api. Gambar 5. Kenampakan batuan granit (pegmatit)
Batuan bertekstur halus, berlapis, berstruktur penyusun bentang alam daerah tinggian di Pulau
laminasi, berwarna putih cerah, keabuan hingga Bangka.
kehitaman (Gambar 6) sebagai penyusun Formasi
Ranggam (TQr) tersingkap di beberapa lokasi
dengan volume sebaran yang terbatas. Perlapisan
batuan tersebut sering disisipi lapisan yang banyak
mengandung unsur organik karbon (tampak seperti
endapan rawa?). Hasil pengamatan lebih lanjut
(analisis XRD) menunjukkan bahwa material halus
tersebut berupa batuan sedimen kaya silika dan
mineral lempung kaolin. Hal ini kemungkinan
merupakan batuan hasil dari proses pelapukan
batuan yang ada sebelumnya yaitu granit (Formasi
Granit Klabat).

Gambar 6. Batuan sedimen bertekstur halus,


berlapis tipis, berwarna cerah, penyusun Formasi
Ranggam yang diduga sebagai endapan tefra.

Lokasi pengukuran dan pengambilan contoh


air panas (hot spring) dan gas dilakukan di empat
lokasi yang berbeda. Dua lokasi di Kabupaten
Bangka Selatan yaitu di Desa Permis dan di Desa
Nyelanding, satu lokasi di Kabupaten Bangka yaitu
di Desa Pemali, dan satu lokasi di Kabupaten
Bangka Barat yaitu di Desa Dendang (Gambar 7).
Tampak juga di gambar, bahwa tiga lokasi
Gambar 4. Kenampakan bentang alam daerah munculnya fenomena air panas relatif jauh dari
tinggian di Bangka Barat (G. Kelumpang) yang rencana tapak PLTN, kecuali lokasi di Desa Permis,
disusun oleh batuan beku granit. Bangka Selatan.
Proses identifikasi kandungan major gas:
CO, CO2, H2S dan SO2 secara kualitatif serta
pengukuran konsentrasi, pengukuran temperatur
dan pH air panas, pengambilan contoh gas untuk
analisis major gas yang inert: H2, O2, Ar, N2 dan
CH4 dan pengambilan contoh air panas dan gas
untuk analisis di laboratorium dilakukan oleh tim
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta (Gambar 8).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 494


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

analisis contoh air menggunakan peralatan


Spectrophotometer Serapan Atom (analisis kation:
Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan Mn) dan
Spectrophotometer UV/Vis (analisis PO4-3, HCO3-,
SO4-2, Cl-, B, TiO2 dan NH3), sedangkan untuk
analisis contoh gas menggunakan peralatan Gas
Chromatograf dengan Detector TCD dan Column
Mol Sieve (analisis CO, H2, CH4, O2 dan N2).
Perlakuan dalam pengonsentrasian unsur gas perlu
dilakukan secara maksimal, karena sifat gas yang
volatil yaitu gelembung air (yang diduga ada unsur
gasnya) ditangkap tepat di permukaan lubang
keluarnya gelembung air/ gas. Berdasarkan hal
itulah, perlakuan di setiap lokasi pengukuran dan
pengambilan contoh berbeda – beda, tergantung
Gambar 7. Lokasi pengukuran dan pengambilan mudah tidaknya lokasi keluarnya gelebung air/ gas
contoh air panas dan gas di daerah penelitian Pulau dapat dijangkau secara aman.
Bangka. Hasil analisis kimia air dan gas di empat
lokasi seperti tampak pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis kimia air dan gas di empat


lokasi air panas, Pulau Bangka.

Kimia air
Unsur
Permis Nyelanding Pemali Dendang
SiO2 52,62 23,32 19,32 55,93
Al < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
Fe < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
Ca 1.536,89 2,16 35,16 35,16
Mg 19,70 0,47 2,12 2,12
Na 1.397,68 4,35 8,36 8,36
K 55,66 4,52 5,66 5,66
Mn 1,82 < 0,01 < 0,01 < 0,01
NH3 6,75 3,00 6,75 6,75
Cl 3.955,09 10,23 27,46 27,46
SO4 316,07 0,43 1,94 1,94
HCO3 60,94 31,64 135,48 135,48
H2S < 0,01 < 0,01 3,56 3,56
B 1,66 1,06 0,54 0,54
pH lab 7,20 6,47 7,24 7,24
DHL 4.200 69 160 160
Ket. Satuan unsur dlm mg/l, kecuali DHL dlm µS/cm
Kimia gas
Unsur
Permis Nyelanding Pemali Dendang
He - - - -
H2 - - - -
O2+Ar - 15,064 13,759 -
N2 - 32,158 86,241 -
CH4 - - - -
Gambar 8. Proses pengukuran dan pengambilan CO - - - -
data kimia air panas dan kimia gas di lapangan, CO2 - 2,200 - -
Pulau Bangka. A. Desa Permis, B. Desa H2S - - - -
Nyelanding, C. Desa Pemali, dan D. Desa Dendang. H2O - 50,570 - -
Ket. Satuan unsur dlm % mol, kecuali H2S dlm ppm
Peralatan yang digunakan di lapangan untuk
pengambilan air panas meliputi: Thermocouple, dan Hasil analisis kimia air di semua lokasi
pH meter, untuk pengambilan gas meliputi: Multi munculnya air panas menunjukkan unsur – unsur
gas Detector Drager AM-7000 dengan sensor: CO, yang umum atau normal dijumpai di dalam batuan
CO2, CH4, O2, H2S; pompa Kitagawa; Tube Gas maupun tanah, suhu air panas di semua lokasi
Detector CO, CO, CO2, CH4, O2, H2S dengan kurang dari 50oC, pH netral, sedangkan analisis
berbagai ukuran, dan tabung vaccum. Untuk kimia gas hanya dilakukan di dua lokasi yaitu di

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 495


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Desa Nyelanding dan Pemali, karena di lokasi yang UCAPAN TERIMA KASIH
lain tidak menghasilkan gas di dalam air panasnya.
Tampak kandungan major gas CO2 hanya Penulis mengucapkan terima kasih kepada
teridentifikasi di Desa Nyelanding, hal ini Pimpinan Pusat Pengembangan Energi Nuklir,
menunjuk pada komposisi batuan yang berbeda BATAN, Jakarta Selatan dan PT. Surveyor
atau adanya reaksi kimia air di sekitar sumber air Indonesia yang telah mengijinkan penulis
panas dibandingkan lokasi lain, di samping itu, melakukan riset bersama pada tahun 2010 dan
major gas yang tidak larut dalam air (inert) yang 2011, kepada Ketua STTNAS yang telah
dijumpai di Desa Nyelanding dan Pemali membiayai mengikuti seminar nasional ini, dan
menunjukkan adanya kandungan gas tersebut di kepada Panitia ReTII ke 7 STTNAS yang telah
dalam batuan atau tanahnya. Adanya kandungan menerima makalah dan mempublikasikannya.
gas inert ini menggambarkan adanya proses
degassing dari dalam batuan atau tanah sehingga DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan gelembung udara di dalam air.
Gelembung udara yang kita duga sebagai gas ini Barber, A.J., M.J. Crow & M.E.M de Smet, 2005,
muncul sebagai akibat adanya panas, bukan gas. Tectonic evolution. In: A.J. Barber, M.J.
Hal ini mirip dengan proses yang terjadi pada wakti Crow & J.S. Milsom (eds.) Sumatra-
kita masak air, bilamana air telah panas maka geology, resources and tectonic evolution,
muncul gelembung air. Sumber panas kemungkinan Geol. Soc., London, Mem. 31, p. 234-259.
berasal dari sisa pendinginan massa batuan granit Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesia Region,
yang terjadi lebih kurang 200 juta tahun lalu, hal U.S. Geological Survey Profesional Paper
tersebut juga terkait dengan suhu air panas di empat 1078, 345p.
lokasi yang menunjuk angka kurang dari 50 oC. Hartono, G., 2010a, Peran Paleovolkanisme dalam
Secara umum, kegiatan fumarola/ solfatara Tataan Produk Batuan Gunung Api Tersier
di daerah gunung api melepaskan berbagai jenis gas di Gunung Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa
di antaranya CO2, CO, HCl, SO2, H2S, HF, HBr, Tengah, Disertasi, UNPAD, Bandung, 335 h.
NH3, CH4, H3BO3, dan N2. Bilamana dibandingkan (Tidak dipublikasikan).
dengan hasil analisis kimia gas di atas, maka angka Hartono, G., 2010b, Petrologi Batuan Beku dan
– angka tersebut tidak ada yang ekstrim Gunung Api, UNPAD Press. Bandung,
memperlihatkan adanya konsentrasi gas asal ISBN: 978-602-8743-07-5. 116 hal.
magma atau gunung api yang signifikan. Semua hal IAEA Safety Guide SSG-21, 2012, Volcanic
tersebut tidak terkait dengan keberadaan tubuh Hazards in Site Evaluation for Nuclear
gunung api maupun fenomena yang menyertainya. Installations, 103 hal.
Oleh sebab itu, kemungkinan – kemungkinan Katili, J.A. dan Tjia, H.D., 1969, Outline of
bahaya yang muncul terhadap adanya rencana Quartenary Tectonics of Indonesia, Bull.
pembangunan reaktor nuklir untuk PLTN di NIGM, 2 (1)., hal.1-10.
Bangka dapat diminimumkan atau kendalikan Mangga, A. S, dan Djamal, B., 1994, Peta Geologi
dengan teknologi. Lembar Bangka Utara, Sumatera, Skala
1:250.000, Pusat Penelitian dan
KESIMPULAN Pengembangan Geologi, Bandung.
Margono, U., Supandjono, RJB., dan Partoyo, E.,
Bentang alam Pulau Bangka berupa dataran dan 1995, Peta Geologi Lembar Bangka Selatan,
tinggian berelief landai hingga terjal, tidak disertai Sumatera, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian
yang mengindikasikan bentang alam bukan dan Pengembangan Geologi, Bandung.
bentukan asal gunung api. Daerah tinggian tersebut
umumnya dibangun oleh batuan granit, bukan
batuan asal gunung api, sedangkan batuan
bertekstur halus, berwarna cerah penyusun Formasi
Ranggam menunjuk pada batuan sedimen sebagai
hasil pelapukan granit berupa lempung kaolin.
Hasil analisis kimia air dan kimia gas tidak
menunjukkan adanya unsur asal gunung api. Oleh
sebab itu, fenomena yang terkait dengan
keberadaan gunung api di Pulau Bangka tidak
terbukti.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 496


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

STRATIGRAFI DAN SEDIMENTASI BATUAN NEOGEN DI CEKUNGAN SERAYU


UTARA DAERAH KUNINGAN, JAWA BARAT – LARANGAN, BREBES, JAWA TENGAH

Bernadeta Subandini ASTUTI1*, Budianto TOHA2, Salahuddin HUSEIN2

1*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl.
Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281
*Email: bernadeta_s_a@yahoo.com

ABSTRACT

Bogor-North Serayu-Kendeng Basins are composed of sedimentary rocks of deep water turbidites that have prospect
of oil, but it was not exploited much yet. Based on some previous literature, western part of North Serayu area is Rambatan,
Halang and Pemali Formations which are inconsistent in age. Some previous researchers said that Pemali Formation is older
than Halang Formation and the other younger and as a result, posed some difficulties in nomenclature, subdivision and
correlation. The present thesis aimed to clarify these problems through sedimentology and stratigraphy with sequence
stratigraphic approach.
The study area is composed of gradation of lobe, which forms submarine fan, due to gravity flow from debris to
turbidite, which was deposited during N13-20. That sediment is found from upper, middle, and lower fan and also tidal.
Upper fan and middle fan represent Halang Formation, lower fan represents Rambatan Formation, and basin plain represents
Pemali Formation and their relation is interfinggering. Facies gradation in the study area is progradation and it can be
grouped into 10 sequences. Sequences 1 to 4 are aggradation. During the middle of N18, there was an active tectonic phase
occurred that caused increase in sedimentation by volcanic products as 5 to 8 sequences. From the sequences 9 to 10 are
formed during the N19-N20 and showed increase in accommodation.
Hydrocarbon prospects of the study area are reservoir and trap. Halang Formation is reservoir, where seepage and
dead oil are found. Stratigraphic trap is in the Pemali Formation, and structural trap is possibility of toe thrust style.

Key word: Sedimentation, stratigraphy and sequence stratigraphy.

PENDAHULUAN tektonik yang rumit (Subroto, et al, 2006, dalam


Daerah penelitian terletak di daerah Cibingbin, Satyana 2007).
Kuningan Jawa Barat-Larangan, Brebes Jawa
Tengah, tepatnya di jalur Cikaro, Cikabuyutan, Batuan penyusun cekungan tersebut berupa batuan
Sungai Babakan dan Rambatan. Secara fisiografi Neogen yang mempunyai karakter berupa flysch
daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Serayu endapan turbidit laut dalam (Suyanto & Sumantri,
Utara yang terletak diantara Cekungan Bogor di 1977) dari Formasi Rambatan, Halang, dan Pemali,
Jawa bagian barat dan Cekungan Kendeng di Jawa dengan urutan stratigrafi antar peneliti terdahulu
bagian timur (van Bemmelen, 1949), sebagai yang tidak sama. Adanya perbedaan tersebut
cekungan belakang busur yang terbentuk akibat penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
subduksi utara-selatan pada Oligo-Miosen kontribusi terkait potensi Cekungan Serayu Utara
(Martodjojo, 2003). terhadap minyak dan gas bumi dari batuan Neogen
dan bertujuan untuk mengevaluasi sedimentasi dan
Cekungan-cekungan tersebut prospek minyak dan stratigrafi. Endapan turbidit tersebut dikontrol oleh
gas bumi (Koesoemadinata dan Martodjojo, 1974) penurunan yang cepat dan terus aktif pada Miosen
dan sudah banyak dilakukan eksplorasi hidrokarbon Awal-Akhir (Koesoemadinata dan Martodjojo,
(Satyana & Armandita, 2004), namun Cekungan 1974), hingga Plio-Pleistosen sebagai akibat isostasi
Serayu Utara kurang potensial walaupun di jumpai dari pengangkatan (uplift) Serayu Selatan (van
batuan induk, reservoir, batuan penudung (Satyana Bemmelen, 1949 dan Armandita, et al, 2009).
& Armandita, 2004), serta manifestasi rembesan Penurunan diikuti dengan peningkatan sedimentasi
minyak dan gas bumi (Kastowo, 1975, Kastowo & (Satyana, 2007) dan gerakan meluncur batuan
Suwarno, 1976 dan Satyana, 2007). Cekungan secara gravitasi (gravitational sliding movements)
tersebut tidak dilakukan aktivitas eksploitasi seperti (van Bemmelen, 1949) yang berasal dari selatan.
di Jawa bagian barat dan Jawa bagian timur Kondisi tektonik yang aktif sangat terkait dengan
(Satyana, 2007), karena kondisi geologi dan naik turunnya muka laut, akan mempengaruhi
proses sedimentasi, karenanya dalam penelitian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 497


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

stratigrafi memerlukan pendekatan stratigrafi 6. Lunt, et al (2008), membahas batuan Formasi


sikuen, yang membahas hubungan fasies/batuan Pemali di daerah Jawa Tengah antara Sahang
dalam kerangka kronostratigrafi (van Wagoner, et dan Karangbale di area Majenang dan
al, 1990), atau suatu metode dalam pembagian Bumiayu. Urutan stratigrafi dari tua ke muda
satuan batuan yang bersifat fasies, yang terikat oleh berupa Formasi Rambatan, Halang,
waktu yang dihubungkan dengan fase dari naik batugamping Tapak dan Formasi Pemali.
turunnya muka air laut (Koesoemadinata, 1997).
METODOLOGI PENELITIAN
PENELITI TERDAHULU Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran
Penelitian telah banyak dilakukan di area penelitian stratigrafi detail di 4 jalur penelitian. Pengukuran
khususnya secara stratigrafi. Hasil penelitian disertai pengambilan sampel terpilih untuk
tersebut, selanjutnya dimanfaatkan sebagai data keperluan paleontologi dan petrografi.
sekunder. Beberapa peneliti dan hasil penelitian
yang pernah melakukan penelitian di Cekungan STRATIGRAFI DAN SEDIMENTASI
Serayu Utara adalah: Batuan Neogen Atas didaerah penelitian
1. Mark (1957), membahas tentang sedimen dan berdasarkan beberapa data diperkirakan
stratigrafi Formasi Rambatan, Halang, dan terendapkan di cekungan sebagai bukaan dari
Pemali, dengan melakukan kompilasi dari regangan akibat subduksi karena palung yang
beberapa peneliti, diantaranya Ter Haar (1934, bergeser kearah samudera (trench roll back).
dalam Mark, 1957), dan van Bemmelen (1949). Analisis stratigrafi dan sedimentasi melibatkan
2. van Bemmelen (1949), membahas geologi di beberapa parameter diantaranya adalah paleontologi
Indonesia, diantaranya Serayu Utara bagian dan fasies.
timur. Pengendapan pada Miosen Bawah
diikuti penurunan Cekungan dari Formasi 1. Fasies
Merawu dan Penjatan. Formasi Penjatan Batuan Neogen Atas (N13-20) secara umum di
ekuivalen dengan Formasi Rambatan, Lawak dominasi oleh pebbly sandstone, selain juga
dan Halang yang terletak di bagian barat batupasir kasar-halus, serpih dan napal, yang
Cekungan Serayu Utara, dengan urutan keseluruhan sebagai tumpukan fasies. Secara
stratigrafi dari tua ke muda berupa Formasi khusus tumpukan tersebut dapat dikelompokkan
Pemali, Rambatan, Lawak dan Halang. dengan pendekatan litologi berdasarkan Walker
3. Koesoemadinata & Martodjojo (1974), (1978) dan Bouma (2000) menjadi beberapa sikuen
melakukan penelitian turbidit di Pulau Jawa, yang dapat diinterpretasikan sebagai lingkungan
pada batuan berumur Kapur hingga Pliosen, upper fan, mid fan, lower fan, dan basin plain selain
yang terbagi menjadi beberapa siklus. Siklus di itu juga dijumpai endapan zona tidal.
jalur Bogor-Banyumas yang diwakili urut-
urutan flysch dari Formasi Pemali, Cinambo, 2. Stratigrafi Sikuen
dan Halang, daerah penelitian termasuk dalam Batuan Neogen di daerah penelitian dapat
siklus kedua, yang dikontrol oleh patahan yang dikelompokkan menjadi 10 sikuen (Gambar 1),
cepat menurun dan terus aktif. yang masing-masing menunjukkan kesamaan waktu
4. Kastowo (1975), melakukan pemetaan geologi, pengendapan, yang dibatasi oleh bidang erosi dan
pada lembar Majenang, diantaranya membahas keselarasan yang sepadan. Sikuen diwakili oleh set
batuan Neogen dengan urutan stratigrafi dari parasikuen, dengan individu parasikuen merupakan
tua kemuda adalah Formasi Pemali, Rambatan penumpukan fasies yang secara umum coarsening
dan Formasi Halang. upward atau progradasi, kecuali pada channel fill
5. Kastowo & Suwarno (1996), melakukan revisi yang tersusun oleh pebbly sandstone, selanjutnya
peta Geologi Lembar Majenang, revisi dijumpai slump dan perulangan antara pebbly
khususnya pada Formasi Halang. sandstone dengan napal sebagai penumpukan yang
fining upward atau transgresif.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 498


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Korelasi stratigrafi di jalur penelitian di daerah Malahayu dan sekitarnya, pada Neogen
Atas (N13-20), berdasarkan analisa stratigrafi dan fosil foraminifera plangtonik, berdasarkan
interpretasi lingkungan pengendapan kipas bawah laut (Walker, 1981 dan Bouma, 2000), daerah
penelitian dapat dipisahkan menjadi 10 sikuen, dengan kumpulan fasies yang menunjukkan karakter
mulai dari upper/inner fan hingga basin plain dan sebagian sebagai zona tidal

Sikuen 1, 2, 3, 4 dan 7 diwakili oleh set parasikuen oleh batuan vulkanik, tetapi adanya percampuran
yang agradasi, tersingkap di jalur Kali Rambatan. fragmen batuan asal beku, dan karbonat, juga fosil
Masing-masing sikuen mewakili kesamaan waktu yang bercampur antara fosil yang berumur tua
dari N13, N14, N16, N17 dan awal N19, dengan dengan muda, yaitu Oligosen dan Eosen dan
batas antar sikuen berupa down lapping dan ketidak sebagian besar Miosen Awal-Tengah.
selarasan. Selama proses sedimentasi antara sikuen
1 hingga 4 setidaknya terjadi progradasi dengan Sikuen 9 diwakili oleh endapan basin plain berupa
dicirikan adanya ketidak selarasan yang ditunjukkan napal masif, yang diendapkan pada N20. Sikuen 10
oleh hilangnya N15 akibat erosi. Batuan dominan di wakili oleh zona tidal yang dijumpai secara
sebagai perulangan antara batupasir karbonatan, setempat di jalur Kali Rambatan.
karbonat, serpih, dan napal, dengan struktur khas
turbidit. 3. Hubungan Stratigrafi
Sikuen 5 dan 6 dibatasi oleh bidang erosional Batuan lower fan mewakili Formasi Rambatan,
dengan channel fill, masing-masing mewakili umur batuan mid fan-upper fan mewakili Formasi
N18 bagian atas dan N19. Keberadaan beberapa Halang, batuan basin plain mewakili Formasi
mineral asal yang masih terawetkan seperti gelas Pemali dan zona tidal mewakili Formasi Tapak.
dan feldspar yang masih menunjukkan zoning, Urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah Formasi
kedua sikuen tersebut komposisi utama penyusun Rambatan (N13 hingga N19), Formasi Pemali
batuannya adalah batuan vulkanik. Keberadaan (Pertengahan N18 hingga N20 atau Miosen Akhir
batuan vulkanik tersebut sebagai penunjuk hingga Pliosen), dan Formasi Halang (pertengahan
terjadinya aktivitas tektonik di bagian selatan N18 hingga N19 atau Miosen Akhir hingga
daerah penelitian. Sikuen 5 merupakan sikuen Pliosen), serta Formasi Tapak (N20 atau Pliosen),
paling tebal, dan kearah atas (sikuen 6) supply dengan hubungan stratigrafi yang bersilang jari
sediment asal vulkanik tersebut semakin berkurang, (Gambar 2). Stratigrafi daerah penelitian terhadap
yang bisa diartikan bahwa intensitas tektonik juga stratigrafi ter Haar (1934, dalam Marks, 1957) yang
semakin berkurang. sebagian besar diacu oleh Kastowo (1976),
memiliki perbedaan urutan stratigrafi, bahwa
Sikuen 8 dijumpai diseluruh jalur penelitian, Formasi Pemali daerah penelitian relatif lebih muda
pengendapan diawali dengan channel fill khususnya dalam hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lunt
di jalur Cikaro dan Cikabuyutan dan Kali (1999), kemungkinan karena hubungan stratigrafi
Rambatan. Komposisi penyusun masih didominasi yang secara keseluruhan bersilang jari (Gambar 2).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 499


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 2. Korelasi stratigrafi daerah penelitian terhadap peneliti terdahulu. Formasi Rambatan,
Pemali dan Halang di daerah penelitian menunjukkan hubungan menjari, dan relatif lebih muda
terhadap peneliti terdahulu, dan Formasi Tapak menjari dengan Formasi Pemali.

Keberadaan Formasi Rambatan, Pemali dan Halang, kedalam tingkat maturity yang baik sebagai batuan
tidak bisa dipisahkan dari batuan vulkanik yang arenit.
terletak dibagian selatan daerah penelitian. Batuan
vulkanik tersebut bila dirunut dari tatanan Hasil sedimentasi akan memberikan rekaman proses
tektoniknya berasal dari vulkanik Oligo-Miosen pengendapan dari lingkungannya (Tucker, 1991)
Gunungapi Kumbang. Keberadaan vulkanik dan sangat erat terkait dengan sumber sedimen
tersebut juga dibuktikan dengan dijumpainya (provenan) (Boggs, 1992). Provenan secara umum
endapan lahar yang lebih tua dari Formasi diperoleh dengan membandingkan komposisi
Rambatan, Pemali dan Halang (ter Haar, 1934, mineral antara feldspar, kuarsa dan lithik
dalam Marks, 1957). (Dickinson dan Suczek, 1979) dan daerah penelitian
menunjukkan asal magmatic arc. Asal batuan
4. Sedimentasi magmatic arc berdasarkan pengukuran arah arus
Sedimentasi daerah penelitian terjadi di lingkungan relatif dari selatan.
laut dalam yang dipengaruhi oleh aliran gravitasi,
yang akan membentuk endapan kipas yang KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
progradasi. Komposisi batuan yang dijumpai di 1. Stratigrafi
daerah penelitian berupa feldspar, olivin, Batuan di daerah penelitian diendapkan di upper
hornblenda, piroksin, kuarsa, klorit, glukonit, fan, mid fan, lower fan dan basin plain dari kipas
mineral opak, mika, lithik, matrik, skeletal, non bawah laut, bila dikelompokkan atas kesamaan
skeletal, mikrit dan sparit. Mineral yang banyak litologi, upper-mid fan mewakili Formasi Halang,
dijumpai adalah mineral feldspar, piroksin dan lower fan mewakili Formasi Rambatan, basin plain
lithik batuan beku. Mineral feldspar sebagai mewakili Formasi Pemali, dan zona tidal mewakili
penyusun batuan yang wacke umumnya memiliki Formasi Tapak, keseluruhan bersilang jari.
kecenderungan memiliki tingkat maturity yang Keseluruhan dapat dikelompokkan menjadi 10
buruk, namun umumnya terbentuk karena sikuen, sikuen 1 dan 2 sebagai batuan lower fan
pelapukan mineral yang kurang resisten, sehingga diendapkan pada N13-N14, agradasi. Sikuen 3 dan
secara umum batuan tersebut diawalnya memiliki 4, sebagai batuan lower fan pada N16-N17,
tingkat maturity yang baik. Sebagian batuan dengan agradasi. Sikuen 5 dan 6 sebagai batuan upper fan-
komposisi dominan feldspar dapat digolongkan basin plain, diendapkan pada pertengahan N18

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 500


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

hingga N19, menunjukkan peningkatan akomodasi margin, journal of Asian Earth Sciences,
yang transgresif. Pada N20 terjadi pengendapan www. Elsevier.com/locate/jaes, p.14.
batuan pelagic pada basin plain dibagian barat, Lunt, P dan Allan, T., 2004, A History and
sedangkan dibagian timur masih relatif lebih tinggi application of larger foraminifera in
dan diendapkan zona tidal. Indonesia bioastratigraphy, calibrated to
isotopic dating, The Museum of the GRDC,
2. Sedimentasi Bandung.
Sedimentasi dipengaruhi oleh faktor tektonik dan Mark, P, 1957, Stratigraphy Lexicon of Indonesia,
aliran grafitasi. Tektonik aktif berupa penurunan Publikasi Indonesia Kementerian
cekungan pada N5, awal N18, dan selama proses Perekonomian, Pusat Djawatan Geologi
sedimentasi banyak terjadi rombakan batuan dan Bandung, p. 233.
slumping pada awal N18 yang terkait dengan toe Martodjojo, S., 2003, Evolusi Cekungan Bogor,
trust yang berfungsi sebagai trap hidrokarbon. Institut Teknologi Bandung.
Aliran gravitasi mulai dari debris flow hingga aliran Posamentier, H. W. dan Allen, G. P., 1995,
turbidit sebagai kipas bawah laut, juga sebagai International Symposium on Sequence
endapan pelagic dan terkait pasang surut. Endapan Stratigraphy in S. E. Asia, p. 7.
turbidit berakhir pada Pliosen Tengah (N20). Satyana, A. H., 2007, Central Java, Indonesia – “A
Terra Incognita” in Petroleum Exploration :
New Considerations on The Tectonic
DAFTAR PUSTAKA Evolution and Petroleum Implications,
Armandita, C., Mukti, M.M., and Satyana, A. H., Proceedings of Indonesian Petroleum
2009, Intra arc trans-tension duplex of Association Annual Convention, IPA07-G-
Majalengka to Banyumas area : prolific 085, p. 22.
petroleum seeps and opportunities in west- Satyana, A.H., dan Armandita, C., 2004, Deepwater
central Java border, Indonesian Petroleum plays of Java, Indonesia : Regional evaluation
Association Annual Convention Proceedings. on opportunities and risks, IPA Annual
Benton, M. J dan Harper, D. A. T., 2009, Convention Proceedings, DFE04-OR-002, p
Introduction to Paleobiology and the Fossil 27.
Record, Wiley Blackwell, A John Wiley & Selley, R.C., 1985, Applied Sedimentology,
Sons, Ltd., Publication, p. 592. Academic press, London, p. 446.
Boggs, S. Jr., 2006, Principles of Sedimentology Sujanto, F.X. dan Sumantri, Y.R., 1977,
and Stratigraphy, fourth edition, Upper Saddle Preliminary Study on the Tertiery
River, New Jersey, p. 662. Depositional Patterns of Java, IPA Annual
Bouma, A. H, 2000, Fine-Grained, Mud-Rich Convention Proceedings, p. 183-213.
Turbidite systems: Model and Comparison Tucker, M.E., 1991, Sedimentary petrology : an
with Coarse-Grained, Sand-Rich Systems, introduction to the origin of sedimentary
AAPG Memoir 72/SEMP Special Publication rocks, Blackwell scientific publications. P.
68, p. 9-20. 260.
Dickinson, W. R., dan suzeck, C. A., 1979, Plate Universitas Gadjah Mada, 2003, Petunjuk penulisan
Tectonics and Sandstone Composition, the Usulan Penelitian dan Tesis, Program
American Association of Petroleum Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, 47
Geologists Bulletin, V. 63., No. 12, 2164- hal.
2182. van Bemmelen, 1949, The Geology of Indonesia,
Jones, R. W., 2006, Applied Palaeontology, vol 1, Martinus Nijhoff, The Haque. P. 732.
Cambridge university press, new York, p. 343. van Wagoner, J. C., Mitchum, R. M., Campion, K.
Kastowo, 1975, Peta Geologi lembar Majenang, M., and Rahmanian, V. D., 1990, Silisiclastic
Jawa, Majenang 10/XIV-B, skala 1 : 100.000, Stratigrafi sekuen in Well Logs, Cores and
Direktorat Geologi, Bandung. Outcrops, The American Association of
Koesoemadinata, R.P., 1997, Sequence Stratigraphy Petroleum Geologists Methods in exploration
pergeseran Paradigma dalam ilmu Geologi, series, no. 7, Exxon production research
Berita IAGI, hal 6 – 10. company, Houston Texas, p. 55.
Koesoemadinata, R. P. dan Martodjojo, S., 1974,
Penelitian Turbidit di Pulau Jawa, Laporan
research no. 1295174, Badan research Institut
Teknologi Bandung, 237 hal.
Lunt, P., Burgon, G., dan Baky, A., The Pemali
Formation of central Java and equivalents:
indicators of sedimentation on an active plate

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 501


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 502


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

RENCANA TEKNIS PENUTUPAN OPERASIONAL TAMBANG PIT J


PT. KALTIM PRIMA COAL KABUPATEN KUTAI TIMUR
KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
Anton Sudiyanto, Sudarsono, Dyah Probowati, *)
Yuyun Dwi Hartanto**)
Prodi Teknik Pertambangan, UPN “VETERAN” Yogyakarta
email : anton_sudiyanto@yahoo.co.id
*) Dosen Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
**) Mahasiswa Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

ABSTRAK

PT. Kaltim Prima Coal secara administratif terletak di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Departemen Pit J. Sistem penambangan yang diterapkan
pada wilayah ini adalah sistem tambang terbuka dengan metode strip mine. Metode ini dilakukan dengan cara menggali
permukaan tanah yang dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan sistem penambangan konvensional dengan alat
gali-muat dan alat angkut.
Industri pertambangan adalah suatu industri yang bersifat non renewable (tidak dapat diperbaharui). Karena sifatnya
yang tidak dapat diperbaharui maka pada suatu saat industri pertambangan nantinya akan berakhir. Begitu juga pada kegiatan
penambangan di PT. Kaltim Prima Coal ini, untuk departemen Pit J akan selesai beroperasi pada tahun 2013.
Dengan sistem penambangan tambang terbuka maka pada saat proses operasional penambangan berhenti akan
meninggalkan lubang bukaan bekas kegiatan penambangan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mempersiapkan
penutupan operasional tambang Pit J dengan melakukan penanganan terhadap lubang bukaan bekas penambangan serta
merencanakan dump drainage rehab Pit J pasca penambangan agar dapat meminimalisir dampak negatif yang timbul pasca
kegiatan operasional penambangan Pit J berakhir, dengan mengacu pada life of mine versi 2.A tahun 2010 dan rencana Pasca
Tambang PT. Kaltim Prima coal tahun 2011.
Penimbunan dengan sistem back filling dipilih untuk menangani lubang bukaan bekas kegiatan penambangan.
Material yang dibutuhkan untuk menimbun lubang bukaan sebanyak 426.668.055,1 BCM. Dengan jumlah Volume material
potentially acid forming (PAF) adalah 392.426.693,3 BCM dan jumlah volume material non acid forming (NAF) adalah
34.241.361,85 BCM.
Pada kegiatan penataan tanah pucuk (top soil) dilakukan dengan sistem perataan tanah dengan kebutuhan top soil
sebanyak 4.576.606,5 BCM.
Untuk mencegah erosi pada area bekas penambangan Pit J maka dibuatlah dump drainage rehab plan pasca
penambangan. Hasil perencanaan didapatkan 14 struktur drainase yaitu 10 drop structure dan 4 saluran terbuka yang
digunakan untuk mengalirkan air menuju Lock Pond 4 dan Tango Delta Pond.

Kata Kunci : Penimbunan, PAF, NAF, pengendalian erosi, drop structure.

LATAR BELAKANG
Industri pertambangan adalah suatu industri maka isu-isu lingkungan selalu menjadi faktor yang
yang mengelola sumber daya alam yang bersifat diperhatikan oleh PT. Kaltim Prima Coal
tidak dapat diperbaharui (non renewable), sehingga khususnya oleh Departemen Pit J.
suatu saat industri pertambangan nantinya pasti Pada saat kegiatan penambangan tersebut
akan berakhir. Untuk itu sangatlah penting berakhir maka akan timbul permasalahan-
merencanakan alternatif kegiatan setelah kegiatan permasalahan antara lain, perubahan lingkungan
tambang berhenti (pasca tambang). Perencanaan fisik yang ditunjukan dengan adanya perubahan
tersebut dilakukan dalam rangka melaksanakan rona awal lingkungan, terganggunya fungsi
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable lingkungan hidup, turunnya pembangunan
development) serta menjaga pengembangan ekonomi, serta turunnya kualitas sosial dan
kesejahteraan masyarakat. kesehatan masyarakat. Sesuai dengan peraturan
Demikian pula pada kegiatan penambangan perundangan bahwa setiap pemegang IUP Operasi
di PT. Kaltim Prima Coal ini. Departemen Pit J Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
(Pit J) memulai kegiatan penambangan pada Maret melaksanakan reklamasi dan pasca tambang maka
2004 dan akan selesai beroperasi pada akhir tahun perlu dilakukan studi agar lahan pasca tambang
2013. Lokasi penambangan Pit J merupakan lokasi dapat terintegrasi dengan peningkatan daya dukung
yang sangat berdekatan dengan perkampungan pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan
penduduk dan jalan lintas Provinsi. Oleh karena itu

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 503


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

rencana Pasca Tambang PT.Kaltim Prima Coal Setelah data-data yang diperlukan terkumpul
2011. kemudian diolah dengan melakukan beberapa
perhitungan dan penggambaran, yang
selanjutnya dianalisis untuk mempersiapkan
TUJUAN penutupan operasional tambang Pit J sehingga
` Tujuan dari penelitian ini adalah untuk didapatkan tata lahan yang baik dan memadai
mempersiapkan penutupan operasional tambang Pit untuk menunjang rencana pasca tambang Pit J.
J dengan mempertimbangkan aspek teknis dan
lingkungan untuk mendapatkan pasca HASIL
penambangan yang berwawasan lingkungan dan 1. Rencana Penimbunan Lubang bukaan bekas
berkelanjutan. Penambangan
Persiapan yang dilakukan meliputi: Lubang bukaan bekas penambangan Pit J terbentuk
1. Perhitungan volume tanah penutup dari desain hingga elevasi -165. Untuk mengisi lubang bukaan
inpit dump Pit J. tersebut dirancang desain inpit dump Pit J mulai
2. Perhitungan volume potentially acid forming dari elevasi -165 hingga elevasi 100. Desain inpit
(PAF) dan non acid forming (NAF). dump yang dibuat meliputi, desain untuk material
3. Perhitungan volume tanah pucuk. PAF (lihat Gambar 1), desain temporary (lihat
4. Pembuatan dump drainage rehab plan Pit J Gambar 2) dan desain final (lihat Gambar 4).
pasca penambangan.
a. Desain inpit dump material PAF
METODE
Metode penelitian yang penulis gunakan
dalam melaksanakan penelitian di PT. Kaltim
Prima Coal adalah dengan menggabungkan antara
teori dengan data-data yang ada di lapangan,
sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan urutan
pentahapannya sebagai berikut :
1. Studi literatur
Yaitu dengan mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas di lapangan melalui buku-buku atau Gambar 1. Desain Inpit Dump untuk Material PAF
literatur. Selain itu juga mempelajari penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya berupa b. Desain inpit dump untuk material PAF + NAF
skripsi atau laporan perusahaan. (temporary desain)
2. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap proses
yang terjadi dan mencari informasi pendukung
yang terkait dengan permasalahan yang akan
dibahas.
3. Pengambilan data A’
Pengambilan data lapangan dilakukan pada saat
kegiatan observasi dilaksanakan. Data yang
diambil berupa data primer dan data sekunder. A
Data primer adalah data yang diambil langsung
dari pengukuran atau pengamatan lapangan
seperti kondisi topografi daerah penelitian. Gambar 2. Desain Temporary Inpit Dump
Sedangkan data sekunder adalah data yang
diambil dari literatur atau laporan perusahaan
seperti data curah hujan, peta kesampaian
daerah, peta topografi, peta situasi, peta rona
awal, peta rona akhir penambangan, desain inpit
dump dan dump balance LOM versi 2.A tahun
2010, dan Rencana PascaTambang PT. Kaltim
Prima Coal 2011.
4. Pengolahan dan Analisis Data

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 504


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 1. Perhitungan Volume Overburden

Elevasi Luas (m2) Volume (BCM)


100 1.864.772,38 18996995,65
90 1.934.626,75 19767814,4
80 2.018.936,13 20626346,9
70 2.106.333,25 21849721,25
A A’ 60 2.263.611 23407350
50 2.417.859 25021670
40 2.586.475 26529638,75
Gambar 3. Sayatan Desain Temporary Inpit Dump 30 2.719.452,75 29083828,75
20 3.097.313 29810765
c. Desain final inpit dump 10 2.864.840,00 27584494,15
0 2.652.058,83 25609358,55
-10 2.469.812,88 23887950,15
` -20 2.307.777,15 22347007,9
-30 2.161.624,43 20923957,65
-40 2.023.167,10 19272913,9
-50 1.831.415,68 16300300,55
B’
-60 1.428.644,43 12858924,65
-70 1.143.140,50 10744236,8
B -80 1.005.706,86 9247557,95
-90 843.804,73 7451236,1
Gambar 4. Desain Final Inpit Dump -100 646.442,49 5615200
-110 476.597,51 4108385,6
-120 345.079,61 2877587,7
-130 230.437,93 1677914,69
-140 112.165,72 762148,5499
-150 45.242,34 273545,7402
-160 12.777,76 31203,79363
-165 1.527,13
Jumlah 43.611.642,34 426668055,1

Gambar 5. Sayatan Desain Final Inpit Dump 3. Perhitungan Volume PAF dan NAF
Material overburden yang digunakan untuk
2. Perhitungan Volume Timbunan penimbunan terdiri dari material potencial acid
Dari desain temporary inpit dump (lihat Gambar 2) forming (PAF) dan material non acid forming
didapatkan jumlah volume yang dibutuhkan untuk (NAF), (lihat Gambar 3) untuk itu perlu dilakukan
menimbun lubang bukaan bekas penambangan perhitungan volume PAF agar dapat diketahui
adalah 426.668.055,1 BCM. Perhitungan volume volume NAF yang dibutuhkan.
overburden untuk penimbunan dilakukan dengan Dari desain inpit dump untuk material PAF (lihat
metode mean area dan fustrum. Metode mean area, Gambar 1) didapatkan jumlah volume PAF adalah
digunakan dengan cara menjumlahkan dan 392.426.693,3 BCM dan jumlah volume NAF
membuat rata-rata luas dua elevasi yang sejajar adalah 34.241.361,85 BCM (lihat Tabel 2).
kemudian dikalikan dengan jarak antar levasi yaitu
10 meter.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 505


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Perhitungan Volume PAF dan NAF

volume OB Luas PAF Volume Volume


elevasi luas (m2)
(m3) (m2) PAF (m3) NAF (m3)

100 1.864.772,38 18996995,65

90 1.934.626,75 19767814,4 1.679.603,75 17215501,9 2552312,5

80 2.018.936,13 20626346,9 1.763.496,63 18247361,9 2378985

70 2.106.333,25 21849721,25 1.885.975,75 19573309,4 2276411,85

60 2.263.611 23407350 2.028.686,13 21098043,15 2309306,85

50 2.417.859 25021670 2.190.922,50 22787045 2234625

40 2.586.475 26529638,75 2.366.486,50 24440247,5 2089391,25

30 2.719.452,75 29083828,75 2.521.563 27887437,5 1196391,25

20 3.097.313 29810765 3.055.924,50 29603822,5 206942,5


10 2.864.840,00 27584494,15 2.864.840,00 27584494,15
0 2.652.058,83 25609358,55 2.652.058,83 25609358,55
-10 2.469.812,88 23887950,15 2.469.812,88 23887950,15

-20 2.307.777,15 22347007,9 2.307.777,15 22347007,9

-30 2.161.624,43 20923957,65 2.161.624,43 20923957,65

-40 2.023.167,10 19272913,9 2.023.167,10 19272913,9

-50 1.831.415,68 16300300,55 1.831.415,68 16300300,55

-60 1.428.644,43 12858924,65 1.428.644,43 12858924,65

-70 1.143.140,50 10744236,8 1.143.140,50 10744236,8

-80 1.005.706,86 9247557,95 1.005.706,86 9247557,95

-90 843.804,73 7451236,1 843.804,73 7451236,1

-100 646.442,49 5615200 646.442,49 5615200

-110 476.597,51 4108385,6 476.597,51 4108385,6

-120 345.079,61 2877587,7 345.079,61 2877587,7

-130 230.437,93 1677914,69 230.437,93 1677914,69

-140 112.165,72 762148,5499 112.165,72 762148,5499

-150 45.242,34 273545,7402 45.242,34 273545,7402

-160 12.777,76 31203,79363 12.777,76 31203,79363

-165 1.527,13 1.527,13

Jumlah 426668055,1 392426693,3 34241361,85

4. Rencana Penataan Tanah Pucuk


Untuk mendukung kegiatan revegetasi diperlukan
material tanah pucuk. Penataan lapisan tanah pucuk 5. Rencana Pembuatan Struktur Drainase
dilakukan dengan cara perataan tanah dengan Struktur drainase dibuat untuk mengendalikan erosi
ketebalan penyebaran lapisan tanah pucuk adalah 1 pada timbunan. Langkah ini dilakukan dengan cara
meter. Volume tanah pucuk yang dibutuhkan membuat dump drainage rehab plan (DDR Plan).
adalah 4.576.606,5 BCM. Tahapan pembuatan DDR plan ini adalah dengan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 506


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

menentukan DTH (lihat Tabel 3), mengarahkan air pengendapan melalui structure drainage yang telah
limpasan dan air hujan yang masuk ke area didesain (lihat Tabel 4).
timbunan yang akan dialirkan menuju kolam

Tabel 3. Luas Daerah Tangkapan Hujan


NO LOKASI LUAS
(km²)
1 DTH I 0,71
2 DTH II 0,81
3 DTH III 0,90
4 DTH IV 0,56
5 DTH V 0,509
6 DTH VI 0,616
7 DTH VII 0,249
8 DTH VIII 0,28
9 DTH IX 0,60
10 DTH X 0,54
11 DTH XI 0,331
12 DTH XII 0,60
13 DTH XIII 0,55
14 DTH XIV 0,14
15 DTH XV 0,44
16 DTH XVI 0,50
17 DTH XVII 0,55
DTH
18 XVIII 0,75
19 DTH XIX 0,578
20 DTH XX 0,70
21 DTH XXI 0,64
22 DTH XXII 0,287
DTH
23 XXIII 0,142
DTH
24 XXIV 0,239

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 507


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 4. Dimensi Saluran Terbuka

Saluran B W H (m) h (m) f (h) b (m)


terbuka (m) (m)
RL 240 – 3,6 2,6 1,0 0,8 0,2 1,0
RL 175
RL 175 – 3,6 2,6 1,0 0,8 0,2 1,0
RL 130
RL 230 – 6,1 4,6 1,5 1,3 0,2 2,0
RL 180
RL 180 7,2 5,5 1,7 1,5 0,2 2,5

RL 170 – 3,7 2,9 0,80 0,70 0,1 1,5


RL 100
RL 180 – 7,2 5,5 1,7 1,5 0,2 2,5
RL 100
RL 170 – 5,0 3,7 1,3 1,1 0,2 1,5
RL 40
RL 100 5,3 3,9 1,4 1,2 0,2 1,5

RL 100 10,7 7,7 3,0 2,6 0,4 2,5

RL 90 – 3,4 2,7 0,7 0,6 0,1 1,5


RL 20
RL 100 – 6,7 5,0 1,7 1,5 0,2 2,0
RL20
RL 90 – 9,8 7,1 2,7 2,3 0,4 2,5
RL 60
RL 60 8,3 6,0 2,3 2,0 0,3 2,0

RL 60 – 9,3 6,6 2,7 2,3 0,4 2,0


RL 30
Keterangan :
B = Lebar atas saluran (meter)
W = Lebar permukaan air (meter)
H = Kedalaman saluran (meter)
h = Kedalaman aliran (meter)
f = Tinggi jagaan (meter)
b = Lebar dasar saluran (meter)

Dump Drainege Rehab Plan Pit J Pasca RL 130. Air dari outlet drop structure ini akan
Tambang dialirkan menuju area tidak terganggu (di luar expit
Berikut ini adalah water management Pit J pasca dump maupun inpit dump) yang nantinya aliran air
penambangan. akan mengarah ke Tango Delta Pond.
1. Saluran terbuka I (drop structure RL 240 – RL 3. Saluran terbuka III (drop structure RL 230 – RL
175) 180)
Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 240 Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 230
– RL 130 (DTH V) akan diarahkan menuju ke – RL 180 (DTH VI) akan diarahkan menuju saluran
saluran I, inlet drop structure ini berada pada RL terbuka III dengan panjang saluran 511,29 m. Inlet
240 yang akan menurunkan aliran air hingga RL dari saluran terbuka ini berada pada RL 230 dan
175 dengan panjang saluran 816,45 m. Outlet dari akan mengalirkan air menuju RL 180. Selain dari
drop structure ini akan masuk pada saluran II air hujan yang masuk pada DTH VI drop structure
(drop structure RL 175 – RL 130). ini juga menampung Debit aliran air limpasan yang
2. Saluran terbuka II (drop structure RL 175 – RL berasal dari DTH I dan DTH II. Outlet dari drop
130) structure ini akan masuk pada saluran terbuka IV
Saluran terbuka II terletak pada expit dump dengan yang berada pada RL 180.
panjang saluran 731,05 m. Saluran terbuka ini 4. Saluran terbuka IV
menerima aliran air dari outlet saluran terbuka I Saluran terbuka IV berada pada area expit dump RL
pada RL 175 dan akan mengalirkannya menuju ke 180 dengan panjang saluran sebesar 428,04 m. Inlet

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 508


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

saluran ini menerima aliran air dari outlet saluran menerima aliran air yang berasal dari DTH XVIII.
terbuka III dan outlet saluran ini akan mengalir Saluran terbuka XI ini berupa saluran terbuka biasa
menuju saluran terbuka VI (drop structure RL 180 sehingga tidak dilakukan perhitungan rancangan
– RL 100). Selain aliran air yang berasal dari drop structure.
saluran terbuka III, saluran ini juga menerima aliran 10. Saluran terbuka X (drop structure RL 90 – RL
air limpasan yang berasal dari DTH IV. Saluran 20)
terbuka IV ini berupa saluran terbuka biasa Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
sehingga tidak dilakukan perhitungan rancangan RL 20 (DTH XIX) akan diarahkan menuju saluran
drop structure. terbuka X dengan panjang saluran 1516,77 m.
5. Saluran terbuka V (drop structure RL 170 – RL Outlet dari Saluran terbuka ini akan mengalir
100) menuju ke Tango Delta Pond.
Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 170 11. Saluran terbuka XI ( drop structure RL 100 –
– RL 100 (DTH VII) akan diarahkan menuju RL 20)
saluran terbuka V dengan panjang saluran 713,73 Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
m. Selain dari DTH VII drop structure ini juga RL 20 (DTH XX dan XXI) akan diarahkan menuju
menerima aliran air dari DTH VIII. Outlet dari saluran terbuka XI dengan panjang saluran 568,23
Saluran terbuka ini akan mengalir menuju ke inlet m. Selain dari DTH XX dan XXI drop structure ini
saluran terbuka VIII yang berada pada area inpit juga menerima aliran air dari outlet saluran terbuka
dump RL 100. VIII. Outlet dari saluran terbuka ini akan mengalir
Berikut adalah hasil perhitungan rancangan drop menuju Tango Delta Pond.
structure: 12. Saluran terbuka XII (drop structure RL 90 – RL
6. Saluran terbuka VI (drop structure RL 180 – RL 60)
100) Air hujan yang jatuh pada area inpit dump RL 90 –
Drop structure ini berada pada expit dump RL 180 RL 60 (DTH XXII dan XXIII) akan diarahkan
– RL 100 dengan panjang saluran 876,55 m dan menuju saluran terbuka XII dengan panjang saluran
akan menerima aliran air yang berasal dari saluran 275,98 m. Selain dari DTH XXII dan XXIII drop
terbuka IV, DTH IX, DTH X, DTH XI dan DTH structure ini juga menerima aliran air dari Outlet
XIV. Outlet drop structure ini akan mengalir saluran terbuka IX. Outlet dari saluran terbuka ini
menuju inlet saluran terbuka IX yang berada pada akan masuk ke inlet saluran terbuka XIII.
area inpit dump RL 100. 13. Saluran terbuka XIII
7. Saluran terbuka VII (drop structure RL 170 – RL Saluran terbuka XIII berada pada area expit dump
40) RL 60 dengan panjang saluran sebesar 640,94 m.
Drop structure ini berada pada area expit dump RL Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet
170 – RL 40 dengan panjang saluran 1260,75 m. saluran terbuka XII dan outlet saluran ini akan
Aliran air yang berasal dari DTH IV, DTH XII, masuk ke saluran terbuka XIV (drop structure RL
DTH XIII dan DTH XV akan diarahkan menuju 60 – RL 30). Saluran terbuka XIII ini berupa
drop Structure VII. Drop structure ini akan saluran terbuka biasa sehingga tidak dilakukan
mengalirkan air dari RL 170 – RL 40 dan outlet perhitungan rancangan drop structure.
dari drop structure ini akan mengalir ke pond 4. 14. Saluran terbuka XIV (drop structure RL 60 –
8. Saluran terbuka VIII RL 30)
Saluran terbuka VIII berada pada area inpit dump Air hujan yang jatuh pada area expit dump RL 60 –
RL 100 dengan panjang saluran sebesar 895,60 m. RL 30 (DTH XXIV) akan diarahkan menuju
Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet saluran terbuka XIV dengan panjang saluran 369,55
saluran terbuka V dan outlet saluran ini akan m. Selain dari DTH XXIV drop structure ini juga
mengalir menuju saluran terbuka XI (drop structure menerima aliran air dari outlet saluran terbuka XIII.
RL 100 – RL 20). Selain aliran air yang berasal dari Outlet dari saluran terbuka ini akan mengalir
saluran terbuka V, saluran ini juga menerima aliran menuju Pond 4.
air yang berasal dari DTH XVI dan DTH XVII.
Saluran terbuka VIII ini berupa saluran terbuka KESIMPULAN
biasa sehingga tidak dilakukan perhitungan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
rancangan drop structure. rencana teknis penutupan operasional tambang Pit J
9. Saluran terbuka IX PT. Kaltim Prima Coal adalah sebagai berikut :
Saluran terbuka VIII berada pada area inpit dump 1. Penataan lahan dalam hal ini adalah lubang
RL 100 dengan panjang saluran sebesar 163,25 m. bukaan bekas penambangan dilakukan dengan
Inlet saluran ini menerima aliran air dari outlet sistem back filling dengan volume material yang
saluran terbuka VI dan outlet saluran ini akan dibutuhkan adalah 426.668.055,1 BCM
mengalir menuju saluran terbuka XII (drop 2. Penimbunan material PAF dan NAF
structure RL 100 – RL 60). Selain aliran air yang menggunakan metode penutup batuan NAF 10
berasal dari saluran terbuka VI, saluran ini juga m tidak dipadatkan dengan volume PAF

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 509


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

keseluruhan adalah 392.426.693,3 BCM dan 4. Hasil pembuatan DDR Plan didapatkan saluran
volume NAF yang dibutuhkan adalah penyaliran yang didesain berbentuk trapezium
34.241.361,85 BCM untuk kebutuhan 24 daerah tangkapan hujan
3. Penataan top soil dilakukan dengan sistem yaitu
perataan tanah dengan ketebalan 1 m, dengan a. 10 saluran terbuka berbentuk drop structure
volume total tanah pucuk (top soil) yang b. 4 saluran terbuka.
dibutuhkan adalah 4.576.606,5 BCM

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 510


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PREDIKSI KEKUATAN GESER MASSA BATUAN PEMBENTUK LERENG


BERDASARKAN HASIL PEMANTAUAN

S. Saptono 1), B. Wiyono1), S. Koesnaryo1)


Teknik Pertambangan FTM – UPN “Veteran” Yogyakarta
singgihsaptono@upnyk.ac.id

ABSTRAK

Permasalahan stabilitas lereng penambangan yang paling sulit untuk diketahui adalah penentuan parameter kohesi dan sudut
gesek dalam massa batuan. Berbagai upaya untuk menentukan parameter tersebut telah dilakukan seperti menggunakan
metode klasifikasi massa batuan, menggunakan pengujian laboratorium dengan contoh besar, menggunakan pengujian
rayapan dan menggunakan analisis balik dari hasil penamtauan. Penggunaan metode analisis balik dapat memberikan
gambaran yang mewakili kondisi massa batuan dari pengaruh yang bekerja pada lereng tersebut, dan pengaruh ini dapat
berasal dari luar seperti kegiatan penambangan dan iklim serta pengaruh dari dalam massa batuan itu sendiri seperti bidang
diskontinu. Dengan menerapkan analisis balik ini didapat hasil prediksi kohesi dan sudut gesek dalam massa batuan sebesar
30% dan 83% dari hasil uji laboraorium.

Kata Kunci: Stabilitas lereng, Kekuatan Geser, Pemantauan.

PENDAHULUAN massa batuan dengan menerapkan hasil pengujian-


Permasalahan stabilitas lereng selalu berkaitan pengujian di laboratorium seperti yang dilakukan
dengan kekuatan massa batuan, khususnya kuat oleh Ladanyi& Archambault (1970, 1972, 1980).
geser massa batuan. Hal ini sesuai dengan Cuhna dkk (1990) menyatakan bahwa kekuatan
pernyataan Hoek (1994) bahwa hal yang tersulit batuan sangat dipengaruhi oleh pengaruh skala,
adalah penentuan kekuatan massa semakin besar contoh batuan maka semakin kecil
batuan.Ketidakpastian kekuatan batuan disebabkan kekuatan batuan tersebut.
sifat massa batuan heterogen, anisotropi, dan Berikutnya penelitian dengan model fisik untuk
diskontinu, contohnya seperti keberadaan menentukan kekuatan geser oleh Barton (1971,
bidangdiskontinyu seperti kekar, perlapisan, 1972, 1974) dan Stacey (1973).Penggunaan model
patahan, lipatan, pori, komposisi mineral dan fisik dengan metode centrifugal untuk menganalisis
tekstur batuan. stabilitas lereng (Schofield, 1988) dan Oshima, dkk.
Beberapa upaya penentuan kekuatan batuan (1991).
telah dilakukan, sepertiDeere& Miller (1964) Selain metode diatas juga dilakukan dengan
membuat klasifikasi batuan berdasarkan kuat tekan analisis balik (metode numerik) dari
batuan denganmembagi batuan menjadi 5 kelas, hasilpemantauan perpindahan lereng, seperti yang
demikian pula Bieniawski (1973) membagi 5 kelas dilakukan oleh Zavodni & Bradbent (1978), Ryan
batuan. Selain klasifikasi kuat tekan, penentuan &Call (1992), Call, dkk.(1993), Mercer &
kekuatan batuan dilakukan berdasarkan klasifikasi Stacey.(2008), dan Saptono, dkk (2008, 2012)
massa batuan yang diawali oleh Terzaghi (1946) menggunakan hasil pemantauan pergerakan lereng
yang dikenal dengan nama Terzaghi’s rock load dengan electronic distance measurement (EDM)
classification. Selanjutnyasistem klasifikasi massa techniques.Penentuan kekuatan massa batuan dapat
batuan berkembang terus hingga mencapai 29 pula menggunakan metode analisis balik dari
sistem klasifikasi(Bieniawski, 1989). Sistem kondisi lereng yang runtuh (Stacey, 1968;
klasifikasi massa batuan ini dibuat untuk Thompson, 1994; Zou et al., 1995; Saptono, 2012).
menyelesaikan kasus-kasus mekanika batuan Hasil analisis balikrelatif lebih baik dibandingkan
tertentu dan sistemklasfikasi massa batuan yang metode yang lain, karena dapat mewakili kondisi
setelah diterapkan dan direvisisehingga sistem massa batuan. (Sjoberg,1996).
klasifikasi massa batuan dapat digunakan secara
umum seperti klasifikasi massa batuan Bieiniawsi
yang pertama diusulkan 1973 dan direvisi akhir TUJUAN
1979. Q-system dikembangkan oleh Barton, Lien Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
dan Lunde (1974) dikembangkan pada saat kekuatan massa batuan pembentuk lereng
pembuatan 212 terowongan di daerah Scandinavia khususnya kohesi dan sudut gesek dalam massa
dan dilakukan revisi oleh Barton (1988) untuk batuan dengan metode analisis balik dari kondisi
diterapkan di batuan sedimen, batuan beku dan lereng yang longsor sehingga dapat diperoleh
batuan metamorf. besarnya penurunan terhadap hasil uji laboratorium.
Beberapa perkembangan untuk memperkirakan
kekuatan massa batuan selain metode klasifikasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 511


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMANTAUAN
Pada tambang terbuka, lereng mengalami
perpindahan sehingga sehingga sudut kemiringannya
berubah. Pergerakan tersebut mengindikasikan
bahwa terjadi perubahan kekuatan massa batuan
pembentuk lereng. Kondisi ini dapat berlangsung
selama beberapa hari bahkan tahun,jika penurunan
kekuatan massa batuan berlangsung terus makaakan
terjadi longsor. Pergerakanlereng ini pada awal kecil
hingga dapat memicu percepatan perpindahan yang
tiba-tiba disertai keruntuhan lereng.Perilaku
massabatuan inidapat diprediksi dengancara
pemantauan (monitoring) pergerakan lereng.Hasil
pemantauan pergerakan lereng dapat menjadi acuan Gambar 1. Jenis Perpindahan LerengZavodni &
informasi yang berguna untuk desain danperbaikan Broadbent(1982)
lereng.
Pemantauan lereng dibedakan menjadi dua yaitu HASIL PEMANTAUAN
secara observasi dan Instrumentasi.Observasi Lokasi pemantauan pergerakan lereng ditambang
meliputi digunakan dalam pemantauan untuk batubara di daerah Kalimantan Selatan.Meterial
mengukur deformasi diantaranya dengan pembentuk lereng terdiri dari batulumpur.Geometri
menggunakan Global Positioning System (GPS), lereng dengan tinggi 17 m dengan sudut lereng
Pemetaan teresterial, dan Pengukuran jarak 30o.Pada massa batuan pembentuk lereng
elektronik (EDM). Sedang, instrumentasi dilakukan ditemukan kekar dengan arah umum 49o/N75oE dan
dengan bantuan alat untuk mengukur dan/atau arah lereng N275oE. Lereng longsor terjadi setelah
merekam perpindahan yang terjadi di dalam massa 30 hari dibuat. Proses pemantauan dilakukan
batuan atau pada batas penggalian. Beberapa alat dengan Slope Stability Radar (SSR) sehingga
seperti inklinomter, robotic theodholit saat ini pemantauan dapat dilakukan menerus tanpa jeda.
banyak digunakan di beberapa tambang. Hasil pemantauan seperti pada Gambar 2.Dari hasil
Perpindahan lereng, Zavodni &Broadbent pemantauan tersebut dapat dilihat adanya tiga
(1982)mengklasifikasikan ciri-ciri kondisi lonjakan perpindahan, pertama pada
waktuperpindahan untuk longsor lereng menjadi 4 tanggal 13/12/2012 sampai tanggal 15/12/2011
tipe (Gambar 1), yaitu : dengan pergerakan sebesar 20 cm, kedua, pada
1. Regresif (Tipe I): suatu perpindahan yang tanggal 24/12/2012 sampai 29/12/2012 dengan
mempunyai kecenderungan yang terus pergerakan sebesar 33 cm, dan ketiga, pada tanggal
meningkat tetapi dengan perpindahan yang 29/12/2012 sampai tanggal 30/12/2012 dengan
lambat, sehingga mencapai batas stabil. pergerakan yang tiba-tiba sepanjang 47 cm, pada
2. Progresif (Tipe II): terjadinya pegerakan ini terjadi longsor pada lereng tersebut
perpindahanlongsor dengan perpindahan yang (Gambar 3).
menyeluruh.
3. Transisi (Tipe III): terjadinya permulaan
perpindahan seperti tipe regresif dan diakhiri
dengan tipe progresif, biasanya terjadi akibat
dari perubahan kondisi eksternal dari air tanah,
hujan yang lebat, ataupun perubahan kuat geser.
4. Stick-Slip Failure (Tipe IV): terjadinya
perpindahan yang tiba-tiba kemudian diikuti
oleh perpindahan yang kecil atau tidak sama
sekali, biasanya berhubungan dengan hujan
yang lebat atau terjadinya peledakan.

Gambar 2. Pergerakan Lereng Hasil Pemantauan


dengan Slope Stability Radar (SSR)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 512


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

memasukan nilai kohesi 36 kPa dengan sudut gesek


dalam 23o (Gambar 5).

Gambar 5. Hasil analisis analisis balik terhadap


Gambar 3. Lereng longsor
lereng yang longsor
ANALISIS
Hasil SRF ini menunjukkan bahwa kondisi lereng
Dalam kasus ini untuk mengetahui kekuatan geser
longsor.Tahap berikutnya, untuk mengetahui bahwa
massa batuan akan menggunakan metode elemen
hasil analisis telah benar dilakukan validasi yaitu
hingga. Proses penentuan kekuatan dikenal dengan
dengan membandingkan jarak antara rekahan tarik
metode analisis balik yaitu metode analisis mencari
pada permukaan crest lereng dan perpindahan hasil
kohesi dan sudut gesek dalam yang dilakukan pada
perhitungan dengan senyatanya di lapangan.
model lereng hingga mencapai kondisilongsor atau
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa rekahan tarik
Faktor Keamanan kurang atau sama dengan 1.
berada 11 m dari tepi lereng, sementara hasil
Model lereng yang akan dianalisis inidibuat
perhitungan jaraknya 12 m danperpindahanyang
berdasarkan geometri lereng tinggi 17 m dan sudut
terjadi saat longsor hasil pengamatan di lapangan
30o yaitu sebelum mengalami longsor dengan
sebesar 0,90 m dan hasil perhitungan sebesar 0,77
parameter kohesi sebesar 120 kPa dan sudut gesek
m. Hasil tersebut tidak jauh antara hasil pengamatan
dalam sebesar 28o. Model lereng tersebut
lapangan dan hasil perhitungan dengan perbedaan
menggunakan elemen dengan bentuk persegi enam
sebesar 9% dan 14%, dapat dinyatakan valid.
seperti pada Gambar 4.Model lereng terdiri dari
3300 elemen dan jumlah nodal sebanyak 6477.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis balikdiperoleh kohesi dan sudut
gesek dalam antara kondisi massa
o o batuansebesar30% dan sudut gesek dalam sebesar
49 /N75 E o 17 m 83% dari hasil uji laboratorium. Hasil ini juga dapat
30 digunakan sebagaiinformasi awal dalam
merencanakan geometeri lereng jangka panjang.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Suseno
Gambar 4. Model Lereng Kramadibrata dan Bapak Dr. Budi Sulistianto serta
semuanya pihak yang membantu penelitian
Analisis untuk menentukan kekuatan massa batuan karakteriasi massa batuan di tambang batubara.
tersebut dilakukan pada kondisi lereng
mengalamilongsor dan menggunakan kriteria DAFTAR PUSTAKA
runtuh Mohr–Coulomb.Kriteria runtuh ini dipilih Barton, N.R., 1971, A Model Study of Behavior of
karena mudah, dan sederhana serta parameter Steep Excavated Rock Slopes, Doctoral Thesis,
masukan sederhana.Faktor keamanan menggunaan Imperial College.
strength reduction factor (SRF) yaitu faktor yang Barton, N.R., 1972., Progressive Failure of
menyatakan proses penurunan kekuatan batuan Excavated Rock Slopes. In Stablity of Rock Slopes.
hingga kondisi model lereng longsor atau Proc. 13th Symp on Rock Mechanics, Urbana,
perhitungan faktor hingga mendekati nilai 1. NBarton, N.R., 1971ew York: ASCE.
Perhitungan untuk mencapai SRF kurang dari 1 dan
atau mendekati angka 1 dilakukan dengan cara Barton, N. 1974. Rock Slope Performance as
coba-coba (trial and error) yaitu dengan mengubah Revealed by A Physical Joint Model. In Advances
parameter kekuatan dalam hal ini kohesi dan sudut in Rock Mechanics, Proc. 3rd Congress of the
gesek dalam. Dari hasil coba-coba sampai diperoleh International Society for Rock Mechanics, Denver,
SRF mendekati nilai 1 yaitu 0,99 setelah Washington DC: National Academy of Science.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 513


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Barton, N., R. Lien and J. Lunde, 1974.Engineering of the 33rd US Symposium, Santa Fe, June, AA
Classification of Rock Masses for Design of Tunnel Balkema.
Support.Rock Mechanics, 6. Pp. 189-236.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B.,
Bieniawski, Z.T., 1973, Engineering Classification Wattimena, K.R., Nugroho, P., Iskandar, E. and
of Jointed Rock Masses, Trans. S. Afr. Inst. Civ. Bahri, S., 2008. Low Wall Slope Monitoring By
Eng. 15. pp. 335 – 344. Robotic Theodolite System Likely to Contribute
toIncreased Production of Coal in PT. Adaro
Bieniawski, Z.T., 1989. Engineering Rock Mass
Indonesia, Proceeding 1st Southern Hemisphere
Classifications, New York: John Wiley & Sons.
International Rock Mechanics Symposium, Vol. 1,
Call, R.D., T.M., Ryan and R.C. Barkely, 1993. Potvin et al. eds. Perth. Australia.
Geotechnical Analyses for Open Pit Mining in
Saptono, S., 2012, Pengembangan Metode Analisis
Areas of Large-Scale Slope Instability. In
Stabilitas Lereng Berdasarkan Karakterisasi Batuan
Innovative Mine Design for the 21st Century,
di Tambang Terbuka Batubara. Disertasi Doktor,
Kingston, pp. 45-56. Rotterdam: A.A. Balkema.
Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi
Hoek, E. (1994): Strength of Rock and Rock Bandung.
Masses, ISRM News Journal, 2 No. 2, 4-16.
Schofield, A.N., 1988.An Introduction to
ISRM, 1981. Rock Characterization Testing and Centrifuge Modelling, In Centrifuges in Soil
Monitoring ISRM Suggested Method.E.T. Brown Mechanics )eds. W.H. Craig, R.G. James and A.N.
(Ed). Pergamon Press. 5 – 30. Schofield). Pp. 1-9, Rotterdam A.A. Balkema.
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1970.Simulation Sjoberg, J. 1996. Large Scale Slope Stability in
of Shear Behavior of a Jointed Rock Mass.In Rock Open Pit Mining – A Review, Technical report,
Mechanics – Teory and Prcatice, Proceedings 11th Devision of Rock Mechanics, Lulea University of
US Symposiumon Rock Mechanics, New York, Technology
AIME.
Stacey, T.R. 1968. Stability of Rock Slopes in
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1972. Evaluation Open Pit Mines, National Mechanical Engineering
de ;a resistance au cisaillement d’un massif rocheux Research Institute, CSIR Report MEG 737,
fragmente. In Prco 24th Int Geological Congrees, Pretoria, South Africa, 66p.
Sc. 13D, pp. 249-260.
Stacey, T.R. 1968, Stability of Rock Slopes in
Ladanyi, B. and G. Archambaults, 1980.Direct and Mining and Civil Engineering Situations, National
Indirect Determination of Shear Strength of Rock Mechanical Engineering Research Institute, CSIR
Mass. In Preprint No. 80-25, AIME Annual Report ME 1202,Pretoria, South Africa,s217p.
Meeting, Nevada, Littleton: Society of Mining
Terzaghi, K., 1946. Rock Defectand Loads on
Engineers of AIME.
Tunnel Support, In Proc. Rock Tunneling with
Mercer, K.G. and T.R. Stacey, 2008. A Generalized Steel Support, ed. R.V. Proctor and T. White,
Time and Event Dependent Deformation Model for Commercial Shearing Co. Younstown, OH. Pp. 15-
Unsupport Rock Slopes., Proceeding 1st Southern 99.
Hemisphere International Rock Mechanics
Thompson, A.G., C.R. Windsor, W.V. Robertson
Symposium, Vol. 1, Potvin et al. eds. Perth.
and I.G. Robertson, 1995. Case Study of an
Australia.
Instrument Reinforced Pit Slope, Proceeding of the
Ohshima, A.N., A. Takada and M. Mikasa, 1991. 35th US Symposium on Rock Rockmechanics,
Strength Anisotropy of Clay in Slope Stability, In Reno, June. Roterterdam, AA. Balkema.
Centrifuge 91, Proceedings, Colorado, pp. 591-598.
Zavodni, Z.M. and C.D. Broadbent, 1977. Slope
Rotterdam AA.Balkema.
Failure Kinematics. In Preprint Proceedings 19th US
Pinto da Cunha, A. 1990. Scale Effects in Rock Symposium on Rock Rockmechanics, Vol 2, pp.
Mechanics, In Scale Effects in Rock Masses, 86-94.
Proceedings of the First International Workshop,
Zou, J.Z., D.J. Williams and W.L. Xiong, 1995.
Loen, Norway, pp. 3-27., Rotterdam AA. Balkema.
Search for Critical Slip Surfaces Based on Finite
Ryan, T.M. and R.D. Call., 1992.Application of Element Method, Canadian Geotechnical Journal,
Rock Mass Manitoring for Stability Assessment of 32, No. 2, pp. 233-246.
Pit Slope Failure, In Rock Mechanics, Proceedings

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 514


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

EVALUASI DAMPAK PELEDAKAN TERHADAP STABILITAS LERENG


PADA PENAMBANGAN BIJIH TEMBAGA TAMBANG TERBUKA GRASBERG
PT. FREEPORT INDONESIA PROVINSI PAPUA

Yulianus Tadung1, R. Hariyanto 2, Inmarlinianto 2


1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK Lingkar Utara 104 Yogyakarta
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK Lingkar Utara 104 Yogyakarta

yulianus.tadung@gmail.com , harindri@yahoo.com , inmar07@yahoo.co.id

Abstrak

Dalam operasi penambangan, peledakan merupakan metode yang sering digunakan untuk memberaikan batuan. Energi hasil
peledakan selain dapat menghancurkan batuan, juga menghasilkan efek yang kurang menguntungkan yakni dihasilkannya
getaran tanah (ground vibration). Getaran tersebut akan mempengaruhi kemantapan maupun kualitas lereng karena getaran
tanah tersebut akan menambah gaya pendorong lereng untuk runtuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh getaran akibat peledakan terhadap kualitas dan kemantapan lereng
pada pushback 9N dan 9S tambang terbuka Grasberg PT. Freeport Indonesia (PTFI). Nilai PPV maksimum yang ditetapkan
PTFI adalah 635 mm/s untuk berbagai jarak pengukuran. Namun, pada pengukuran aktual diperoleh nilai PPV maksimum
237 mm/s pada jarak pengukuran 62,3 m pada PB 9N telah terjadi rock fall pada lereng di sekitar area peledakan.
Pada pengukuran getaran juga diperoleh percepatan longitudinal yang digunakan sebagai salah satu parameter dalam
menganalisa kemantapan lereng. Dari penelitian ini diperoleh batasan PPV maksimum yang diperbolehkan untuk PB 9N
adalah sebesar 123,64 mm/s pada jarak pengukuran 100 m-585 m dan PB 9S adalah sebesar 71,6mm/s pada jarak pengukuran
100-440 m. Mengacu pada kriteria standar PPV terhadap kualitas dinding tambang yang dibuat oleh LL. Oriard dan beberapa
peneliti lainnya, nilai PPV hasil peledakan pada lokasi 9N dan 9S masih dapat diterima karena memiliki pengaruh yang kecil
terhadap kualitas maupun kemantapan lereng tambang.

Kata Kunci : Peledakan, Peak Particle Velocity, Getaran.

LATAR BELAKANG PENELITIAN mempengaruhi kestabilan lereng tambang apabila


Pembongkaran material pada tambang terbuka peledakan yang dilakukan tidak dikontrol secara
Grasberg dilakukan dengan cara pemboran dan baik.
peledakan. Lokasi penelitian terletak pada tambang TUJUAN PENELITIAN
terbuka Grasberg PT. Freeport Indonesia, dengan 1. Mendapatkan nilai konstanta H dan β untuk
letak astronomis 13707’02” - 13713’11”BT dan memperoleh rumusan prediksi Peak Particle
0403’25” - 0408’37”LS. Dari letak Velocity (PPV) pada lokasi 9N dan 9S.
administratifnya, tambang terbuka Grasberg berada 2. Mengetahui hubungan dari beberapa faktor
pada Kecamatan Mimika, Kabupaten Timika, berikut ini :
Provinsi Papua. a) PPV dengan Scaled Distance (SD)
Salah satu dampak peledakan yang dapat b) Pengaruh jarak dan jumlah isian terhadap
mempengaruhi kualitas maupun kemantapan nilai PPV
dinding tambang adalah dihasilkannya ground c) PPV dengan Faktor Keamanan
vibration atau getaran tanah. Lereng akan 3. Mengevaluasi hasil peledakan 9N dan 9S
mengalami pembebanan yang lebih besar daripada dengan menggunakan PPV maksimum yang
dalam keadaan normal disebabkan oleh percepatan diperoleh terhadap kriteria standar yang ada
getaran peledakan tersebut. seperti kriteria LL. Oriard, kriteria batas atas
Nilai PPV maksimum yang digunakan pada dan batas bawah (upper and lower bound of LL.
tambang terbuka Grasberg adalah 635 mm/s untuk Oriard, 2000) dan beberapa standar-standar lain
berbagai jarak pengukuran. Namun nilai tersebut yang telah ada.
dirasa terlalu besar dikarenakan pada pengukuran-
pengukuran yang dilakukan, PPV dengan kisaran METODE PENELITIAN
nilai 200 mm/s pada jarak pengukuran 30 m, telah 1) Tahap studi literatur yang berhubungan dengan
menyebabkan batuan jatuh (rock fall) dan topik penelitian berupa buku literatur, laporan
timbulnya rekahan kecil (radial crack) di sekitar penelitian yang terkait dengan topik bahasan, serta
area peledakan. Hal ini tentunya akan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 515


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

beberapa referensi dari departemen terkait guna perangkat lunak Blastware dan Ms. Office Excel.
pengumpulan data yang dibutuhkan. Sedangkan untuk memperoleh data jumlah lubang
Pada tahap ini diperoleh data – data sekunder ledak yang meledak bersamaan yang berkaitan
berupa : dengan perhitungan PPV dan SD digunakan
a) Data geologi daerah penelitian perangkat lunak ShotPlus I. Dari pengolahan data-
b) Data curah hujan data ini akan dihasilkan grafik hubungan antara
c) Data tipe material daerah penelitian PPV dengan SD untuk memperoleh nilai K dan β,
d) Studi geometri pemboran dan peledakan grafik jarak dan isian terhadap nilai PPV dan grafik
2) Tahap studi lapangan, yaitu pengambilan data perubahan nilai PPV terhadap nilai faktor
primer di lapangan yang meliputi : keamanan. Perubahan nilai faktor keamanan ini
a) Data PPV dan PPA menggunakan alat karena adanya nilai percepatan longitudinal yang
seismograf merk BlastmateIII. dimasukkan dalam pemodelan untuk analisa
b) Jarak salah satu titik lubang ledak terluar ke kestabilan dinding tambang.
lokasi geophone, desain geometri pemboran,
dan geometri peledakan. HASIL PENELITIAN
3) Tahap Perhitungan dan Analisis data Dari pemantauan peledakan akan diperoleh
Pada tahap ini data yang telah diperoleh baik hasil pengamatan getaran tanah pada daerah
primer maupun sekunder diolah dengan penelitian 9N dan 9S. Hasil pengamatan getaran
menggunakan perhitungan-perhitungan secara pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
teoritis. Data PPV dan PPA diolah dengan dan 2.
menggunakan aplikasi dari Instantel yakni

Tabel 1. Hasil Pengukuran Ground Vibration PB 9N


Rekaman Data Blastmate

Jarak PPV (mm/s) PPA (g)


PVS
(mm/s)
Trans. Vert. Long. Trans. Vert. Long.

288,0 32,80 24,40 26,40 24,10 0,15 0,23 0,19

187,0 66,70 37,20 45,20 48,90 0,23 0,35 0,36

260,0 30,60 21,60 23,00 19,70 0,21 0,31 0,25

298,0 36,60 25,80 34,20 18,80 0,36 0,33 0,20

189,0 60,50 23,00 50,00 41,90 0,48 0,92 1,01

134,0 61,70 20,60 35,70 59,80 0,37 0,65 1,02

151,0 112,00 102,00 107,00 91,40 3,38 5,00 2,55

118,0 89,30 48,10 50,30 80,30 0,80 0,80 1,35

181,0 70,00 49,90 33,90 65,50 0,53 0,44 0,74

42,3 208,00 66,20 208,00 70,90 1,71 13,30 2,96

191,0 57,00 26,30 48,30 56,10 0,20 0,42 0,42

329,0 21,60 16,00 19,70 16,00 0,13 0,19 0,15

182,0 55,50 25,10 53,10 53,70 0,36 0,68 0,60

80,7 238,20 117,00 216,00 107,00 6,06 15,00 4,84

62,3 246,40 141,00 237,00 114,00 4,88 15,80 5,57

87,8 131,80 49,50 119,00 70,70 0,61 4,20 0,80

130,0 85,00 45,70 80,10 62,60 1,62 2,43 1,22

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 516


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2. Hasil Pengukuran Ground Vibration PB 9S Tabel 4. Hubungan Nilai PPV Terhadap Jarak Yang
Rekaman Data Blastmate
Sama Dan Jumlah Isian Berbeda
Jarak PVS PPV (mm/s) PPA (g)
(mm/s) PB 9N PB 9S
Trans. Vert. Long. Trans. Vert. Long.
222 45,9 31,20 38,40 45,30 0,45 0,81 0,50 Jarak Jumlah Isian PPV Jumlah Jarak PPV
558,7 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 (m) (Kg) (mm/s) Isian (Kg) (m) (mm/s)
133 71,3 38,60 51,40 63,10 0,50 0,86 1,87 87,8 1600 119 950 127 45,5
639,6 0 0 0 0 0.00 0.00 0,00
80,7 3040 216 950 331 18
272,1 0 0 0 0 0.00 0.00 0,00
199 47,1 15,70 41,30 20,70 0,15 0,54 0,21 182 2100 53,7 1900 21 212,2
283 30,6 23,20 30,50 24,00 0,41 0,49 0,31
199 89,8 48,10 50,30 80,30 0,80 0,80 1,35 181 2850 65,5 1900 50.1 182.3
436 24 17,10 21,70 15,60 0,13 0,15 0,12 189 2550 50 2850 222 45,3
190 49,7 35,30 25,40 40,10 0,31 0,49 0,36
127 46,3 19,70 45,50 31,10 0,44 2,37 0,42 187 2850 48,90 2850 436 21,7
331 18,4 10,70 18,00 15,20 0,12 0,20 0,17
Tabel 5. Hubungan Nilai PPV Terhadap Jumlah
PEMBAHASAN Isian Yang Sama Dan Jarak Berbeda
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh,
terdapat beberapa hal yang akan dibahas untuk PB 9N PB 9S
Jumlah Isian Jarak PPV Jumlah Isian Jarak PPV
menjelaskan tujuan dari penelitian yang dilakukan. (Kg) (m) (mm/s) (Kg) (m) (mm/s)
Adapun bagian-bagian tersebut adalah sebagai 1900 62.3 237 950 127 45,5
berikut :
1900 130 80,1 950 331 18
1. Penentuan Nilai H dan β Pada Rumusan
Prediksi Getaran 1900 260 23 1900 21 212,2

Untuk dapat memperkirakan tingkat getaran 1900 329 19,7 1900 50.1 182.3
yang akan terjadi dari suatu peledakan, dapat 2550 189 50 2850 222 45,3
digunakan rumusan dari USBM seperti yang telah 2565 288 32.8 2850 436 21,7
dijelaskan pada bagian dasar teori sebelumnya.
2850 181 65,5
Nilai H dan β diperoleh dari hubungan regresi
2850 187 48,90
power antara PPV dengan SD pada grafik logaritma
dengan menggunakan aplikasi Ms. Office Excel.
Dari hasil regresi tersebut diperoleh nilai H dan β 3. Pengaruh PPV Terhadap Faktor Keamanan
untuk tiap daerah penelitian antara lain : Lereng
Data percepatan yang diperoleh dari hasil
Tabel 3. Nilai H dan β Dengan Program Ms. Office pengukuran getaran dapat digunakan sebagai
Excel parameter masukan dalam menganalisis kestabilan
lereng dengan menggunakan aplikasi Slide maupun
Lokasi H β R2 (%) Slope W, dengan asumsi bahwa percepatan (a) yang
PB 9N 423,42 - 1,55 98,44 berperan terhadap kestabilan lereng adalah
PB 9S 163,94 - 0,94 96,24 percepatan longitudinal. Menurut California
Department of Mines and Geology (CDMG, 1997),
nilai percepatan yang digunakan untuk
2. Pengaruh Isian Bahan Peledak Dan Jarak menganalisis kestabilan lereng adalah sebesar 50%
Terhadap Nilai PPV PPA Longitudinal. Tabel 6 memperlihatkan
Besarnya nilai PPV akan dipengaruhi oleh isian pengaruh nilai percepatan terhadap perubahan nilai
bahan peledak dan jarak seperti yang dirumuskan faktor keamanan di daerah penelitian. Pada tabel
dalam perhitungan scaled distance. Semakin jauh tersebut terlihat nilai faktor keamanan akan
jarak pengukuran, maka nilai PPV akan berkurang berkurang dengan adanya nilai percepatan yang
terhadap jumlah isian bahan peledak yang sama dan dimasukkan. Semakin besar nilai percepatan yang
begitupun sebaliknya. Nilai PPV akan meningkat dimasukkan maka semakin besar pula penurunan
seiring bertambahnya jumlah isian bahan peledak nilai faktor keamanannya.
terhadap jarak pengukuran yang sama. Faktor keamanan yang dijadikan acuan agar
lereng tetap aman adalah faktor keamanan
minimum yang diperoleh dari rata-rata faktor
keamanan pada tiap penampang yang dibuat sesuai
dengan kriteria faktor keamanan lereng agar tetap
aman yaitu di atas 1. Untuk mengetahui PPV
maksimum yang diperbolehkan maka faktor
keamanan minimum tersebut di masukkan pada tiap
persamaan hubungan faktor keamanan dengan
PPV. Pada Tabel 7 untuk lokasi 9N diperoleh PPV

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 517


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

maksimum 123,64 mm/s pada jarak 100 m – 585 m Pemerintah melalui Badan Standardisasi
dengan FK minimum 1,27 sedangkan pada daerah Nasional telah mengeluarkan kriteria standar
9S diperoleh PPV maksimum 71,62 mm/s pada getaran nasional yang mengacu pada beberapa
jarak 100 m – 440 m dengan FK minimum 1,37 standar-standar internasional lainnya. Namun,
kriteria standar ini digunakan untuk mengevaluasi
Tabel 6. Pengaruh PPV dan PPA Terhadap Faktor tingkat getaran terhadap bangunan-bangunan yang
Keamanan berada di sekitar lokasi tambang. Berdasarkan hasil,
nilai peak vector sum yang dihasilkan tidak terdapat
PB 9N PB 9S pada kriteria SNI 7571:2010 karena jenis
PPV PPA a Faktor PPV PPA a Faktor peruntukkannya yang berbeda. Walaupun
(mm/s) (g) (g) Keamanan (mm/s) (g) (g) Keamanan demikian, kriteria SNI 7571:2010 ini tetap perlu
0 0 0 5,76 0 0 0 3,71 dijadikan acuan oleh perusahaan untuk mengontrol
19,7 0,15 0,07 4,9 21,7 0,15 0,06 3,26 peledakan yang dilakukan agar tidak menimbulkan
26,4 0,19 0,09 4,6 18 0,17 0,08 3,1 dampak terhadap bangunan milik masyarakat
34,2 0,2 0,09 4,6 41,3 0,21 0,1 2,30 sekitar lokasi tambang.
23,0 0,25 0,12 4,4 30,5 0,31 0,15 2,73
48,9 0,36 0,17 3,9 40,1 0,36 0,17 2,99 b. Kriteria Kerusakan Dinding Berdasarkan LL.
56,1 0,42 0,21 3,7 45,5 0,42 0,21 2,48 Oriard
53,7 0,6 0,29 3,3 45,3 0,5 0,25 1,90 Salah satu kriteria yang paling mendekati untuk
65,5 0,74 0,37 2,9 80,3 1,35 0,67 1,37 bisa dijadikan acuan adalah kriteria yang dibangun
119,0 0,8 0,39 2,9 63,1 1,87 0,93 1,03 oleh Oriard (Oriard, Dynamic Effect on Rock
50,0 1,01 0,50 2,5 Masses from Blasting Operations, 1970). Dengan
59,8 1,02 0,51 2,4 kriteria ini dapat dibuat batasan PPV terhadap
80,1 1,22 0,61 2,2 kerusakan dinding yang disesuaikan dengan
80,3 1,35 0,67 2,3 kejadian setelah peledakan dilakukan.
107,0 2,55 1,27 1,27

Tabel 8. Kriteria Potensi Kerusakan Dinding


Tabel 7. Penentuan PPV Maksimum Daerah
PB 9N PB 9S
Penelitian PPV Jarak PPV
Tingkat
Jarak (m) Kerusakan
(mm/s) (m) (mm/s)
Persamaan Regresi PPV 127– Tidak ada
FK 87,8 – 585 0-119 0-45,5
Lokasi Hubungan Maksimum 640 kerusakan
Minimum
FK dengan PPV (mm/s) Kemungkinan
48,8 – 45,5-
42,3 – 87,8 119-208 munculnya
9N -0,0308x + 5,0781 1,27 123,64 127 80,3
rekahan baru
9S -0.0350x + 3,8767 1,37 71,62 Kemungkinan
0–
0 – 42,3 > 208 > 80,3 terjadinya rock
48,8
fall
4. Penentuan Isian Maksimum Per Waktu Tunda Namun penentuan kriteria ini hanya didasarkan
Apabila telah diketahui PPV maksimum, maka pada jarak dan kejadian yang terjadi sesaat setelah
dapat kita tentukan besarnya isian bahan peledak peledakan dilakukan di lapangan berupa terjadinya
maksimum yang meledak bersamaan apabila jarak perpindahan kecil, adanya rekahan radial di sekitar
dinding dan lokasi peledakan diketahui. Persamaan area peledakan dan beberapa kejadian lainnya.
umum untuk menentukan jumlah isian bahan
peledak maksimum per waktu tunda pada daerah c. Kriteria Batas Atas dan Bawah LL. Oriard
penelitian yaitu : Dari hubungan PPV dengan SD di tiap lokasi
penelitian yang diplotkan pada grafik batas atas dan
PB 9N : batas bawah Oriard, dampak getaran akibat
peledakan terhadap dinding tambang berada di
PB 9S : antara batas atas dan batas bawah. Hal ini
mengindikasikan getaran tersebut berpotensi dapat
5. Analisis Hasil Penelitian Terhadap Kriteria menyebabkan kerusakan kecil terhadap dinding
Standar Getaran Nasional Dan Internasional tambang.
Beberapa penelitian telah dibuat untuk membuat
suatu kriteria standar hubungan antara parameter
getaran dengan dampak yang bisa ditimbulkannya
terhadap kenyamanan manusia dan kerusakan
bangunan.
a. Kriteria Getaran Akibat Peledakan Menurut SNI
7571:2010

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 518


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

munculnya rekahan-rekahan baru di sekitar area


peledakan.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini,
dapat disimpulkan beberapa hal, yakni :
a. Nilai H dan β yang diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
9N : H = 423,42 dan β = -1.55
9S : H = 163,94 dan β = -0,94
Hal ini berarti terdapat perbedaan jenis material,
tebal lapisan tanah penutup, dan kondisi geologi
pada lokasi penelitian. Pada lokasi 9S memiliki
nilai H yang lebih kecil dikarenakan pada lokasi
tersebut jenis materialnya bersifat lunak, lapisan
tanah penutupnya lebih tipis dibandingkan dengan
lokasi 9S. Apabila lokasi pemantauan merupakan
daerah berbatu dan memiliki lapisan tanah penutup
yang tebal, akan diperoleh nilai H yang tinggi.
Sementara untuk perbedaan nilai β, lebih
dipengaruhi pada kondisi geologi berupa kekar,
sesar, dan perlapisan yang terdapat pada lokasi
pemantauan. Semakin rapat suatu struktur, maka
nilai β akan semakin tinggi pula.
b. Tingkat getaran (PPV) maksimum yang
diperbolehkan pada daerah 9N adalah 123,64 mm/s
dan untuk daerah 9S adalah 71,62 mm/s.
c. Untuk mengontrol getaran yang berpotensi
menimbulkan pengaruh terhadap kualitas dan
kemantapan dinding tambang dapat dilakukan
dengan mengontrol jumlah isian maksimum bahan
peledak per waktu tunda. Rumusan untuk
menentukan jumlah isian maksimum bahan peledak
per waktu tunda pada tiap daerah penelitian adalah
sebagai berikut :
PB 9N : dan PB 9S :
Keterangan : D = Jarak Pengukuran, m
d. Berdasarkan pengamatan di lapangan, nilai PPV
maksimum yang diperoleh menunjukkan
kesesuaian dengan kualitas dinding pasca
Gambar 1. Grafik Hubungan PPV dengan
peledakan. Rock fall akan terjadi apabila tingkat
SD Menurut Kriteria Batas Atas dan Bawah
getaran bernilai > 208 mm/s untuk 9N dan 80,3
Oriard
mm/s untuk 9S. Secara umum, peledakan yang
dilakukan pada lokasi penelitian masih pada
d. Kriteria Standar Internasional Lainnya
batasan yang diperbolehkan untuk tingkat
Selain kriteria dari LL. Oriard, terdapat
getarannya. Hal ini karena dari 29 data pengamatan,
beberapa kriteria lain yang dapat dijadikan
hanya terdapat 4 data yang memiliki PPV > 208
pedoman penentuan kriteria kerusakan dinding dari
mm/s dan mengakibatkan terjadinya rock fall.
PPV maksimum yang diperoleh yang dibuat oleh
beberapa peneliti di antaranya LL. Oriard (2000),
DAFTAR PUSTAKA
Baeur dan Calder (1970), Yu dan Croxall (1985),
Efendi, T. I., 2008, Analisis Pengaruh Getaran
Adhikari et al (1994), dan Singh (2001).
Tanah Akibat Peledakan Terhadap
Berdasarkan kriteria standar internasional lainnya
Kestabilan Lereng Menggunakan Metode
terlihat bahwa nilai PPV maksimum di daerah 9N
Elemen Distinct, Laporan Tugas Akhir
maupun 9S dengan nilai 123,64 mm/s dan 71,62
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
mm/s hanya menimbulkan kerusakan kecil yang
Teknik Pertambangan Dan Perminyakan,
tidak mengganggu kegiatan penambangan seperti
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
(Halaman 34, 48-51, 55-56) Grasberg

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 519


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Geotechnical Dept., 2009, Grasberg Pertambangan, Institut Teknologi Bandung,


Material Type Poster, Call & Nicholas, Inc., Bandung.
Tembagapura. Nicholas, D. E., and Walker W. K., 1992,
Instantel Inc., 2001, Blastmate III Operator Manual, Feasibility Design Of The Grasberg Pit
Kanata Ontario, Kanada. Slopes, Call & Nicholas, inc., USA.
Koesnaryo, S., 2001, Rancangan Peledakan Batuan, Oriard, Lewis L., 2005, Explosives Engineering,
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Construction Vibrations and Geotechnology,
Teknologi Mineral, UPN “Veteran” International Society Of Explosives
Yogyakarta, Yogyakarta. Engineers Inc., USA.
Koesnaryo, S., Winarno. E., dan Inmarlinianto, Quality Management Services., 2005, Surface Mine
2011, Metodologi Penelitian dan Penulisan Planning Standards Manual, PT. Freeport
Ilmiah, Program Studi Teknik Indonesia, Tembagapura.
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Saptono, S., 2006, Teknik Peledakan, Jurusan
Universitas Pembangunan Nasional Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
“Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta. Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,
Konya, Calvin J., and E. J. Walter, 1991, Rock Yogyakarta.
Blasting And Overbreak Control, FHAW ___________, 2008. Diktat Kuliah Geoteknik,
Virginia, USA. Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas
Kramadibrata, S., 2009, Pemantauan Dampak Pembangunan Nasional “Veteran”,
Kinerja Peledakan Terhadap Lingkungan, Yogyakarta. (Halaman 49-51)
Slide Presentasi, Departemen Teknik

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 520


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENYELIDIKAN LAPANGAN POTENSI PANAS BUMI DI DAERAH HU’U DAHA,


KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT

A. Isjudarto
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
is_darto@yahoo.com

Abstrak

Sesuai dengan program pemerintah mengenai optimalisasi penggunaan bahan bakar non fosil dan mengedepankan
energi baru dan terbarukan seperti geothermal, mikrohidro, dan juga biogas. Negara Indonesia yang terletak pada ring of fire
sebenaranya mempunyai potensi panas bumi yang sangat banyak. Oleh sebab itu pengembangan energi ini perlu lebih
ditingkatkan lagi.
Daerah Huu Daha yang terletak di Kabupaten Dompu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi panas
bumi berupa air panas, gas panas dan juga lumpur panas. Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan panas bumi di daerah
ini sangat penting karena sampai saat ini kebutuhan energi untuk kabupaten Dompu masih disupply dari Bima yang
menggunakan energi fosil dan kapasitasnya masih terbatas.
Penelitian ini menggunakan data-data primer maupun sekunder. Data primer berupa hasil pengamatan lapangan
mengenai kondisi geologi, observasi manifestasi panas bumi di permukaan.
Dari hasil penelitian ketahui bahwa daerah Huu-Daha mempunyai potensi energi panas bumi yang diharapkan dapat
dikembangkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta ditindak lanjuti dengan melakukan penelitian-
penelitian lanjutan yang lebih detil.

Kata kunci : Geothermal, Green energy, Manifestasi, Huu Daha, Potensi

LATAR BELAKANG dilajutkan dengan perjalanan darat dengan roda


empat sampai ke desa Hu’u.
Daerah Tingkat II Dompu tidak memiliki sumber Kabupaten Dompu seperti kebanyakan daerah lain di
energy fosil seperti minyak, dan batubara, untuk itu Indonesia beriklim tropik basah dengan suhu
sumber energi harus disupply dari daerah lain, dalam berkisar antara 36oC – 34oC. Curah hujan pada
hal ini Kabupaten Bima. Kapasitas tenaga listrik musim penghujan tercatat rata-rata sekitar 180 mm,
yang tersedia untuk Kabupaten Dompu masih sangat sedang pada musim kemarau tercatat antara 15 – 20
kecil yang bersumber dari tenaga Diesel. Dari mm.
inventarisasi yang ada daerah ini memiliki sumber
panas bumi yang bisa dikembangkan menjadi energi GEOLOGI REGIONAL
alternatif di masa mendatang. Dengan dilakukannya
penyelidikan ini diharapkan potensi panas bumi di Nana Ratman dkk (1978) menyebutkan bahwa
daerah ini bisa ditindak lanjuti dan mengasilkan daerah Hu’u Daha mungkin dimulai pada Kala
energi listrik untuk mencukupi kebutuhan listrik di Miosen Awal. Pada Kala itu diperkirakan daerah ini
kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Tuisan ini merupakan sebuah cekungan. Kegiatan gunung pai
hanya membahas mengenai kondisi lapangan dari terjadi pada cekungan tersebut menghasilkan batuan
potensi panas bumi yang meliputi kondisi geologi gunung api bersifat andesit dan basalt. Kemudian
(batuan, sruktur dan stratigrafi) dan kondisi terjadi ketidak selarasan dan pada Kala Miosen
manifestasi panas bumi yang ada di lokasi. Akhir sampai Pliosen Awal daerah ini kembali
membentuk suatu sub cekungan. Kegiatan gung api
LOKASI DAN IKLIM pada Kala ini menghasilkan batuan gunung api yang
bersifat dasit. Batuan gunung api yang berumur
Daerah penelitian berada di wailayah desa Hu’u, Kuarter di P. Sumbawa menempati jalur bagian
berjarak 37 km arah barat Kota Dompu. Lokasi utara terus ke timur ke Pulau Komodo sampai
potensi panas bumi dijumpai di daerah Doro Puree Flores, sedang yang berumur Tersier menempati
dan Limea dengan posisi 118o 22’52.37” – bagian selatan.
118o30’22.28” BT dan 8o41’ 58.14” – 8o52’43.01” Struktur geologi yang terbentuk di Pulau Sumbawa
LS. Secara administratif termasuk dalam Kecamatan terdiri dari beberapa sesar normal dan kelurusan
Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. yang umumnya berarah timurlaut-baratdaya dan
Daerah penelitian dapat dicapai dari Yogyakarta baratlaut-tenggara. Struktur tersebut umumnya
menggunakan pesawat udara sampai di kota Bima memotong batuan-batuan gunungapi dan batuan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 521


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

sedimen. Penelitian lapangan diutamakan yang mengandung fosil moluska dan turitela. Endapan
berhubungan dengan panas bumi. yang terdapat di daerah ini dapat dibedakan menjadi
endapan aluvial yang terletak di bagian tengah
Geomorfologi daerah penelitian dan endapan pantai yang terdapat
di sepanjang pantai barat Huu-Daha.
Berdasarkan pada bentuk bentang alam, pola aliran
sungai, tingkat erosi dan jenis batuan daerah MANIFESTASI PANAS BUMI
penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa
satuan morfologi yaitu satuan dataran pantai, satuan Di daerah penelitian ditemukan adanya manifestasi
dataran rendah, satuan volkanik Tersier Tua dan panas bumi berupa mata air panas yang muncul di
satuan volkanik Tersier Muda. beberapa lokasi pengamatan yang termasuk dalam
Pola aliran sungai umumnya mempunyai pola sub- desa Daha dan desa Hu’u, Kecamatan Hu’u-Rasabou
dendritik dengan bantaran sungai tidak terlalu tinggi sebagai berikut :
dan lemabah sungai lebar, mencirikan tingkat 1. Mata air Lacoha, terletak di dusun Daha, desa
pengikisan horisontal lebih dominan dibanding arah Daha. Temperatur air panas terukur di lapangan
vertikal. Seluruh aliran sungai bermuara ke arah sekitar 32oC, dengan temperatur udara 27oC.
Laut Selatan dan Teluk Cempi. Sungai-sungai Mata air panas muncul melalui rekahan batuan
umumnya merupakan sungai musiman (intermitten) dengan kondisi air jernih, tidaak berbau, tidak
dan hanya sungai besar saja yang merupakan sungai berasa dan kadang-kadang muncul gelembung
yang berair sepanjang waktu seperti seperti S. Huu, gas.
Lakey dan Doro. 2. Mata air panas Sori Rewa atau Ama Eno Rewa
berada di dusun Daha. Temperatur air panas
Struktur terukur sekitar 34.9oC. Mata air panas tersebut
muncul melalui rekahan batuan dengan kondisi
Struktur geologi daerah penelitian memiliki bentuk- fisik air jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
bentuk seperti depresi berupa horst dan graben, Oleh penduduk setempat air panas tersebut
kelurusan, paset segitiga, gawir sesar, kekar, zona dialirkan menuju perkampungan penduduk Daha
hancuran/ breksiasi, juga hadirnya manifestasi panas sebagai sumber air bersih untuk keperluan rumah
bumi berupa batuan teralterasi bertipe argilik tangga.
(montmorilonite-kaolinit) dan kemunculan mata air 3. Mata air panas Lapui terletak di dusun Tenga,
panas. Di bagian selatan di daerah Lamea terdapat Desa Daha dengan suhu terukur di lapangan
sesar di tepi pantai Lamea dan kemunculan sekitar 37oC. Mata air panas tersebut muncul
manifestasi berupa mata air panas dengan suhu melalui rekahan batuan dan celah akar di bawah
mencapai 80oC, berbau belerang menyengat serta pepohonan yang selanjutnya dialirkan melalui
terdapat kaolin berwarna putih hingga abu-abu. pipa menuju perkampungan dusun Tenga.
4. Mata air panas Huu berada di wilayah Dusun
Litologi Huu dengan temperatur air panas yang terukur di
lapangan 36.6oC. Pada air panas tersebut terdapat
Dari hasil pengamatan lapangan secara umum endapan oksida besi berwarna merah kecoklatan
batuan penyusun daerah ini terdiri dari 3 jenis dan endapan karbonat. Kondisi air jernih, tidak
batuan yaitu batuan volkanik, batuan sedimen dan berbau, tidak berasa kadang-kadang muncul
endapan. Batuan volkanik ini berupa batuan beku buih-buih gas.
volkanik serta batuan piroklastik. Batuan beku lava 5. Mata air panas Lekai terletak di dusun Lekai,
andesitik berwarna abu-abu gelap kehitaman, desa Huu. Temperatur air panas terukur di
vesikuler-padu, afanitik-porfiritik, kompak. Batuan lapangan 33.8oC. Mata air panas ini muncul dari
piroklastik berukuran abu, merupakan piroklastik celah batuan dan berada di SungaiLekai,
jatuhan-aliran, umumnya masih segar dan kompak, dijumpai sinter karbonat. Secara fisik air panas
berlapis, berkomposisi asam – menengah. ini jernih, tidak berbau, tidak berasa, kadang
Berdasarkan pengamatan pada peta topografi, batuan muncul gelembung gas.
volkanik berasal dari dua sumber yang berbeda yaitu 6. Mata air panas Ncangga, berada di dusun
dari G. Wawosigi dan G. Puma. Batuan sedimen Ncangga, Desa Huu dengan temperatur air panas
pada daerah ini berupa batugamping terumbu terukur di lapangan 39.2oC. Mata air panas
tersebar di bagian barat laut, barat dan barat daya di tersebut muncul pada beberapa tempat melalui
sepanjang pantai. Adanya batuan sedimen berupa rekahan batuan yang berada di pinggir sungai
batugamping ini mengindikasikan bahwa daerah ini Ncangga. Secara fisik air panas tersebut jernih,
sebelumnya berupa laut dangkal dengan kondisi tidak berbau, tidak berasa serta kadang-kadang
relatif tenang. Secara megaskopis batuan ini muncul gelembung gas dan dijumpai adanya
mencirikan jenis batuan karbonatan, warna putih endapan oksida besi berwarna coklat
kekuningan, berongga-rongga, keras, kompak kekuningan.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 522


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

7. Mata air panas Limea, terletak di Dusun daerah Huu-Daha. Perlu dilakukan penelitian lebih
Nangadoro, Desa Huu, temperatur air terukur di lanjut agar potensi ini bisa dimanfaatkan sebesar-
lapangan mencapai sekitar 80oC. Mata air panas besarnya untuk kemakmuran rakyat.
tersebut muncul di beberapa tempat melalui
celah batuan yang berada di daratan sepanjang UCAPAN TERIMA KASIH
pantai Teluk Limea disertai semburan asap
fumarola. Kondisi batuan di sekitar pemunculan Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak
air panas tersebut berwarna merah kecoklatan Arief dari PT. Geo Energy atas kesempatan yang
dan terdapat endapan oksida besi.. Kondisi fisik diberikan kepada penulis untuk melakukan survey
dari air panas tersebut relatif jernih, tidak berbau, panas bumi di daerah Huu-Daha.
tidak berasa, menyebar sepanjang pantai Limea
PUSTAKA

KESIMPULAN Adjat Sudradjat S., Andi Mangga dan N. Ratman,


1998, Peta Geologi Lembar Sumbawa,
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan tentang Nusatenggara, skala 1: 250.000, Puslitbang
potensi panas bumi di daerah Huu-Daha, terdapat Geologi, Bandung
potensi energi panas bumi yang bisa dikembangkan Bemmelen, RW. Van., 1949, The Geology of
sebagai sumber energi alternatif untuk Kabupaten Indonesia, v.IA, Government Printing Office,
Dompu dan sekitarnya. Energi panas bumi The Hague
merupakan energi yang ramah lingkungan (green Ratman N dan Yasin A, 1978, Peta Geologi Lembar
energy) yang harus terus dikembangkan untuk Komodo, Nusatenggara, skala 1:250.000,
mencukupi kebutuhan energi terutama pada daerah- Puslitbang Geologi, Bandung
daerah yang mempunyai potensi panas bumi seperti

LAMPIRAN

Gambar 1. Peta lokasi Panas Bumi Hu’u- Daha

Gambar 2. Pulau Sumbawa serta letak daerah


penelitian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 523


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 6. Pengambilan sample air pada pantai


Limea

Gambar 3. Peta geologi regional daerah penelitian


(Adjat S, dkk, 1998)

Gambar 4. Pengambilan sample air

Gambar 5. Pengukuran suhu di pantai Limea

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 524


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PROGRAM PENCAIRAN BATUBARA ANTARA KEBUTUHAN ENERGI


DAN ISU PENCEMARAN LINGKUNGAN

Talla, H1,2., Amijaya, D.H1., Suryono S.S1., Warmada, I.W1., Wijaya, A.E3
1
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Geologi & Pertambangan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
3
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
tuna_upu@yahoo.com

ABSTRAK
Kebutuhan energi yang semakin besar dimasa yang akan datang mendorong pemerintah untuk mempercepat berbagai
implemantasi kebijakan strategi dan meningkatkan pemanfatan batubara, baik penggunaan secara langsung maunpu
konversi menjadi bahan cair. Rencana pengembangan pabrik pencairan batubara memiliki potensi besar untuk menopang
ketersedian energi ditengah krisis bahan baker minyak yang terjadi akhir-akhir ini. Ketrsedian cadangan batubara peringkat
rendah yang mencapai 70 % dari total batubara Indonesia akan menjadi bahan baku untuk keberlangsungan pabrik
pencairan batubara.
Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya pembangunan pabrik sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
energi nasional dan kemungkinan potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.
Berdasar hasil penelitian pencairan batubara dan kajian berbagai literatur termasuk pabrik pencairan batubara
SASOL, menunjukan bahwa model teknologi pencairan batubara yag akan dibangun pemerintah untuk konversi menjadi
bahan bakar cair memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga dapat meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan
atau tingkat pencemaran yang masih berada di bawah ambang batas.

Kata Kunci: Pencairan batubara, kebutuhan, energi, pencemaran, lingkungan.

PENDAHULUAN bahan bahan cair, sekaligus upaya pemanfaatan


Dalam rangka untuk menjamin pasokan batubara peringkat renda Indonesia yang
energi nasional jangka panjang perlu adanya cadangannya mencapai 70 %.
pengembangan dan percepatan implementasi Namun pengembangan teknologi pencairan
berbagai kebijakan strategi, mengoptimalkan batubara oleh pihak pengamat lingkungan sering
berbagai potensi sumber energi dalam negeri dan dikaikan dengan teknologi yang dapat merusak atau
memanfaatkannya secara efisien dan berkelanjutan. mencemari lingkungan.
1)
Penulisan ini bertujuan unntuk mengkaji
Batubara merupakan kandidat utama pentingnya pembangunan pabrik sebagai upaya
alternatif sumber energi primer. Cadangan batubara untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang
di Indonesia diperkirakan mencapai 120 milyar ton terus meningkat dan mengulas seberapa besar
dan masih dapat digunakan hingga lebih dari 100 kemungkinan potensi pencemaran lingkungan yang
tahun ke depan. Pemerintah sendiri telah ditimbulkan dari pembangunan pabrik pencairan
mentargetkan batubara akan mengkontribusi batubara.
minimal 33% dari total pemakaian energi primer
KERANGKA BERPIKIR
pada tahun 2025. Pemerintah tentu harus
mendukung target tersebut dengan berbagai Cadangan, Produksi dan Pemanfaatan Batubara
kebijakan untuk mendorong pertumbuhan konsumsi Indonesia
batubara. Proses pencairan batubara termasuk Cadangan dan sumberdaya batubara di
dalam kelompok teknologi batubara bersih (clean Indonesia cukup besar. Pada tahun 2009, sumber
coal technology), dicirikan dengan efisiensi thermal daya batubara yang aspek ekonomisnya belum
yang tinggi, pemakaian input yang efisien, dan diperhitungkan di Indonesia mencapai 104,76 miliar
pengontrolan yang ketat terhadap limbah proses. ton, meningkat dengan pertumbuhan rata-rata
Indonesia sebagai negara produsen batubara, hampir 6 % per tahun dari dua tahun sebelumnya
berkepentingan untuk mengembangkan teknologi yang hanya mencapai 93,4 miliar ton (lihat Tabel
tersebut, sebagai alternatif memproduksi bahan 1). Lokasi penyebaran sumberdaya batubara
bakar minyak sintetis dari batubara Indonesia di wilayah Sumatera, Kalimantan.
Krisis energi mendorong pemerintah untuk Sumatera merupakan lokasi sumber daya batubara
memanfaatkan berbagai jenis energi alternatif dan terbesar di Indonesia. Berdasarkan tingkat kepastian
salah satunya adalah konversi batubara menjadi keberadaan sumber daya, batubara di Sumatera

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 525


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

terdiri atas sumberdaya hipotetik 38%, tereka 27%, kedua. Kalimantan sumber daya tereka 34,63%,
terunjuk 20%, dan terukur 15%. Kalimantan terukur 27,92%, hipotetik 27,68%, serta terunjuk
2)
merupakan lokasi sumber daya batubara terbesar 9,77%.
Berdasarkan angka dari Ditjen Mineral dan
Batubara bagian dari Kementrian Energi dan Teknologi pencairan batubara
Sumber Daya Mineral, produksi batubara Indonesia Secara sederhana proses pencairan batubara
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun adalah konversi batubara padat dan keras menjadi
2000, produksi Indonesia baru sebesar 77 juta ton. suatu produk cair pada suhu dan tekanan hidrogen
Dan pada tahun 2005, sudah meningkat dua kali yang cukup tinggi dengan bantuan katalis dan
menjadi sebesar 152 juta ton. Menariknya, pada media pelarut. Pencairan batubara dapat dilakukan
tahun 2011, jumlah produksi batabara Indonesia dengan dua cara, yaitu pencairan tidak langsung
meningkat empat kalinya dibanding tahun 2000, (Indirec Liquefaction) dan pencairan langsung
yaitu sekitar 290* juta ton (*angka sementara) (lihat (Direc Liquefaction).
Gambar 1) 1)
Pencairan batubara tidak langsung
Berdasarkan hasil survei lapangan tahun
Metode tidak langsung adalah batubara
2006, tiga konsumen terbesar batubara di Indonesia
difragmentasi menjadi CO, CO2, H2 dan CH4 yang
adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
kemudian direkombinasikan menghasilkan produk
sebesar 24,882 juta ton (70,91%), industri semen
cair. Keunggulan metode ini adalah produk yang
5,77 juta ton (17,16%), dan industri kertas 2,207
dihasilkan dapat didesain sesuai keinginan.
juta ton (6,48%). Dari hasil analisis, produksi
Prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi dimana
batubara diperkirakan akan mencapai 628 juta ton
batubara dengan bantuan uap dan oksigen untuk
pada tahun 2025, dengan 191 juta ton dikonsumsi di
menghasilkan suatu campuran CO dan H2 pada
dalam negeri dan 438 juta ton diekspor.
perbandingan tertentu. Produk cair akan didapat
Tingkat kebutuhan energi Indonesia setelah melalui proses hidrogenasi yang rumit
Konsumsi energi pada kurun waktu 2000- dengan bantuan katalis terhadap CO. Proses ini
2009 meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun terbilang mahal akibat mahalnya oksigen, tenaga
2000 menjadi 865,4 juta SBM pada tahun 2009 atau dan batubara. Lima ton batubara bisa menghasilkan
meningkat rata-rata 2,2% per tahun. Konsumsi 30-40% bahan bakar diesel bermutu tinggi dan
energi final terbesar adalah sektor industri diikuti bahan bakar jet. 3,11) Gambar 3 skema pencairan
oleh sektor rumah tanggasektor transportasi. Pada batubara tidak langsung.
tahun 2009 pangsa sektor industri mencapai 35% Keuntungan proses ini adalah setiap
dan sektor transportasi mencapai 34% dari total peringkat batubara dapat diubah menjadi produk
konsumsi energi sektoral (lihat Gambar 1). cair, komposisi produk dapat dikontrol dengan
Pada 2009, produksi batubara 256 juta ton, kandungan sulfur yang sangat rendah, kekurangan
lebih dari 80% dari produksi tersebut diekspor ke proses ini adalah batubara harus melalui tahap
luar negeri, sedangkan sisanya dipergunakan untuk gasifikasi terlebih dahulu dan gas yang dihasilkan
memenuhi kebutuhan batubara dalam negeri. Dalam harus mernpunyai kemurnian yang tinggi untuk
periode 2009-2030, produksi batubara meningkat dijadikan produk cair, peralatan yang digunakan
hingga lebih dari 600 juta ton atau hampir 3 kali lebih kompleks sehingga memerlukan biaya yang
tingkat produksi 2009. Pada 2009-2030, tinggi. 11)
penggunaan batubara dalam negeri meningkat.
Pencairan Batubara Secara Langsung
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya
Metode langsung, batubara diproduksi
kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik dan
dengan melarutkan dalam suatu pelarut organik,
industri. 1)
lalu dilanjutkan proses hidrogenasi pada suhu dan
Kebutuhan energi final menurut pemakaian
tekanan tinggi. Proses pencairan batubara sercara
bahan bakar pada tahun 2030 didominasi oleh
langsung dapat dilakukan melalui pirolisis,
pemakaian listrik yaitu sebesar 22,5%. Hal ini
ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik.
terjadi karena pemakaian peralatan listrik makin
pertama serta sangat sederhana yang dapat
diminati terutama pada sektor industri dan rumah
menghasilkan produk seperti menghasilkan padatan
tangga. Selanjutnya diikuti dengan pemakaian
dan cairan serta gas. Proses pencairan dengan
batubara (15,6%) dan gas bumi (8%). Peranan
metode perolisis yaitu batubara dipanaskan tanpa
bahan bakar minyak secara total (bensin, minyak
udara pada kondisi temperatur antara 450-650°C,
solar, minyak bakar, minyak tanah dan avtur) masih
tekanan bisa bervariasi, untuk mengeluarkan zat
cukup besar, yaitu lebih dari 35,6% terhadap
terbang yang terkandung di dalamnya. Jumlah
kebutuhan final nasional (lihat Gambar 2).
produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 526


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

jenis batubara. Untuk menghasilkan minyak yang dan tekanan yang tinggi akan menghasilkan gas,
maksimum, proses pirolisis memerlukan temperatur cairan dan padatan. Temperatur yang digunakan
sekitar 550°C. berkisar antara 410 °C sampai 440°C. Metode ini
- Ekstraksi tidak menggunakan H2 untuk tekanan atau suplai
Proses ektraksi pelarut batubara dilarutkan dalam H tetapi mengharapkan suplai hidrogen dari
pelarut donor hidrogen yang dapat memindahkan pelarut yang digunakan.
atom hidrogen ke dalam batubara. Kontak Keuntungan proses ekstraksi adalah temperatur
batubara dengan gas hidrogen pada temperatur operasinya yang relatif lebih rendah. 7)
- Hidrogenasi Katalitik Bahan ini dapat dipergunakan sebagai bahan
Hidrogenasi Katalitik atau proses Hidrolikuifikasi pengganti bahan bakar pesawat jet, mesin diesel,
adalah hidrogenasi batubara dalam larutan donor gasoline. 7)
hidrogen dengan bantuan katalis tertentu dengan  Hasil pengujian pencairan batubara skala pilot
tekanan antara 35 – 278 atm dan temperatur plan di laboratorium pencairan tekMIRA 2006,
sekitar 375 – 450°C. Tekanan dan temperatur bahwa 1 ton batubara menghasilkan 4.5 barrel
tinggi diperlukan untuk memecahkan batubara minyak. 9)
menjadi fragmen yang lebih reaktif yang disebut  Bila teknologi dan biaya produksi batubara cair
radikal bebas. Fragmen batubara ini perlu tersebut dianggap tidak kompetitif lagi,
distabilkan menjadi fragmen stabil. Selain perusahaan dapat berkonsentrasi penuh
menggunakan katalis juga digunakan pelarut, memperoduksi gas hidrogen dan tenaga listrik
pelarut yang digunakan merupakan senyawa yang masih memiliki prospek sangat cerah.
aromatik. Pada saat terbentuk fragmen radikal  Memberikan efek ganda (multiplier effect) yang
bebas akibat dekomposisi termal. Pelarut sangat besar terhadap berbagai sektor, antara lain
menyumbangkan hidrogen untuk menstabilkan membuka industri baru untuk memasok berbagai
fragmen batubara melalui mekanisme hidogenasi kebutuhan lain (non batubara) untuk pabrik
terhadap fragmen radikal bebas. 7) pencairan batubara. 5)
Dalam proses stabilisasi molekul hidrogen dari  Kehadiran pabrik pencairan batubara dapat
fase gas kurang reaktif dibandingkan dengan memperkuat ketahanan energi nasional.
pelarut donor hidrogennya. Molekul hidrogen
akan berdifusi dan bereaksi dengan pelarut yang
menyumbangkan hidrogen ke dalam partikel PEMBAHASAN
batubara. Rehidrogenasi untuk transfer
selanjutnya dilakukan dengan bantuan katalis. Pencairan batubara sebagai upaya memenuhi
Keuntungan proses ini adalah konversi produk kebutuhan energi
cair yang dihasilkan cukup tinggi dengan kualitas Teknologi pencairan batubara yang
produk yang dapat dikontrol, efisiensi termal dipertimbangkan untuk dikembangkan pemerintah
yang cukup baik sampai ± 70 % dengan waktu adalah proses pencairan batubara secara tidak
operasi yang relatif singkat. 6) langsung (indirect coal liquefaction), dengan
kapasitas produksi 50 ribu barel/hari. Teknologi ini
Keunggulan teknologi pencairan batubara mengikuti model teknologi pabrik pencairan
Pengembangan teknologi pencairan batubara batubara Afrika Selatan yang telah beroperasi
akan menjadi suatu industri yang prospektif bagi dengan kapasitas 150 ribu barel/hari.
pelaku usaha untuk berinvestasi karena memiliki Tahun 2006 pemerintah mengeluarkan
beberapa kelebihan, antara lain: kebijakan lewat Inpres Nomor 2 tahun 2006 tentang
 Harga produksi lebih murah, yaitu setiap barel penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
batubara cair membutuhkan biaya produksi yang dicairkan sebagai bahan bakar lain. Kebijakan ini
tidak lebih dari US$15 per barel. Bandingkan mendorong pihak-pihak terkait untuk segera
dengan biaya produksi rata-rata minyak bumi mengambil langkah-langkah untuk percepatan
yang berlaku di dunia saat ini yang mencapai penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
US$23 per barel. dicairkan sebagai bahan bakar lain serta
 Jenis batubara yang dapat dipergunakan adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
batubara peringkat rendah, yakni kurang dari penyediaan dan pemanfaatan batubara yang
5.100 kalori, yang selama ini kurang diminati dicairkan, antara lain dengan memuat jaminan
pasaran. ketersediaan batubara yang dicairkan serta jaminan
 Setiap satu ton batubara padat yang diolah dalam kelancaran dan pemerataan distribusinya dan dalam
reaktor Bergius dapat menghasilkan 6,2 barel bauran energi nasional telah mengamanatkan
bahan bakar minyak sintesis berkualitas tinggi. penggunaan minyak sintetis dari pencairan batubara

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 527


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

minimum telah mencapai 2% pada tahun 2025. Hal ini jelas tidak sejalan dengan kebijakan
Harapannya tahun 2025 Indonesia akan memiliki pemerintah dalam diversifikasi energi tahun 2025,
tambahan pasokan BBM sebesar 189.000 barel per karena akan mempercepat habisnya cadangan
hari atau 2 persen dari energi mix nasional. Pasokan batubara yang nantinya akan menjadi bahan baku
BBM ini berasal dari tujuh pabrik pencairan pabrik pencairan. Oleh karena itu, sejak dini
batubara yang direncanakan. Masing-masing pabrik pemerintah perlu mengendalikan bisnis batubara
akan menghasilkan 27.000 barel per hari. 10) melalui berbagai kebijakan, antara lain melalui
Sumbangan minyak sintetis yang diproduksi pembatasan ekspor dan jaminan suplai untuk
melalui teknologi pencairan batubara, diharapkan kebutuhan di dalam negeri berdasarkan
dapat mengkompensasikan penurunan produksi pertimbangan optimalisasi pemanfaatan sumber
minyak bumi yang terus terjadi. Namun, hingga daya batubara.
akhir tahun 2009 lebih dari 80 % produksi batubara
masih diperuntukkan untuk kepentingan ekspor. 4)
Proyek pencairan batubara di Indonesia Emisi CO2 batubara Banko lebih kecil dari
belum bisa dikembangkan sekarang karena batubara Victoria (Australia). Konsentrasi CO2
terhambat biaya investasi serta teknologi yang dalam gas buang (total berat kering) diperkirakan
mahal. Investor saat ini masih menanti kebijakan sekitar 17,2 % volume. Emisi CO2 yang
pemerintah soal pengembangan energi alternatif dihasilkan sangat minim.
untuk menggantikan energi minyak bumi. Menurut - Limbah cair
Priyo Pribadi Soemarno (Direktur Eksekutif Limbah cair dari pabrik pencairan batubara
Indonesia Mining Association) mengatakan berupa salt water yang mengandung mineral,
pengembangan batubara cair membutuhkan dana yang diperoleh sebagai sisa pengolahan dalam
yang tidak sedikit dan teknologi yang sangat tinggi. unit demineralizer terhadap air yang disuplai ke
Kalau pun batubaranya sudah dicairkan, investor lokasi plant pencairan. Salt water yang dihasilkan
belum mendapat jaminan produksinya akan diserap mencapai 50 t/h, dengaan karakteristik, nilai pH
pasar. “Inilah yang membuat investor saat ini antara 5-9, Suspended Solid (SS) sebesar 50 mg/l,
enggan melirik sektor ini.” dan kandungan NaCl sebesar 5500 mg/l.
Pengolahan limbah cair dengan kadar organik
Pengaruhnya terhadap pencemaran lingkungan
yang tinggi dapat menggunakan incinerator,
Proses pencairan batubara termasuk dalam
Insinerator yang menerima limbah cair akan
kelompok teknologi batubara bersih yang dicirikan
dinyalakan dengan kelebihan naphta dari proses.
dengan efisiensi thermal yang tinggi, pemakaian
Limbah cair diuapkan dengan disemprotkan ke
input yang efisien, dan pengontrolan yang ketat
dinding refraktori dari insinerator, pada
terhadap limbah proses. Teknologi pengolahannya
temperatur di atas 760 C untuk selama lebih dari
juga lebih ramah lingkungan, dari pasca
0,3 detik. Kondisi tersebut dapat menjamin
produksinya tidak ada proses pembakaran, dan tidak
kesempurnaan proses pembakaran zat organik
dihasilkan gas CO2.
dalam limbah cair, sehingga menghilangkan
Menurut Yusnitati, (2000) dari hasil
setiap senyawa yang potensial menghasilkan bau.
Observasi terhadap dampak plant proses pencairan 8)
batubara berdasarkan pada desain konseptual dari
- Limbah Padat
proven BCL Process yang mengacu pada data-data
Limbah padat diperoleh sebagai abu yang
dari pengembangan proses skala pilot.
umumnya adalah sangat halus. Limbah abu
- Emisi Gas Buang (SO2, NOx)
terutama datang dari fly ash dan bottom ash yang
Pada teknologi pencairan digunakan tipe boiler
diperoleh dari boiler, terdiri dari berbagai mineral
fluidized bed combustor, sehingga penanganan
seperti Al2O3, Mg, Na, K, dan sebagainya.
dan operasinya mudah, menghasilkan emisi NOx
Limbah padat yang mensyaratkan penanganan
rendah, dan dengan sistem de-sulfurisasi dapat
khusus adalah sisa katalis. Meskipun volumenya
menekan tingkat emisi SO2 ke dalam atmosfir.
kecil, kurang dari 1% dari limbah yang dibuang,
Diperkirakan sekitar 12% dari nitrogen yang
tetapi digolongkan berbahaya karena kandungan
terdapat dalam batubara akan dihasilkan dalam
logam beratnya tinggi. Akan tetapi karena
gas buang .Dalam aliran gas buang nitrogen akan
jumlahnya relatif kecil, mungkin jumlah dan sifat
terdapat sebagai ammonia. Ammonia yang
racunnya harus menjadi bagian dari pengaturan
terbawa bersama gas buang dapat dijadikan bahan
pembuangan ke lingkungan.
bakar bersama campuran gas yang lainnya
Pembuangan dilakukan pada landfill bagi jenis
- Emisi CO2
limbah padat berupa sisa katalis dari reaktor
unggun tetap, abu sisa pembakaran dari boiler,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 528


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

serta berbagai jenis sampah. Sementara bagi 1. Cadangan dan sumberdaya batubara di
sampah padat yang berupa sludge umumnya Indonesia cukup besar. Tahun 2009 sumber
dibakar dalam insinerator, baik activated sludge daya batubara yang aspek ekonomisnya belum
dari unit pengolahan limbah cair maupun bottom diperhitungkan di Indonesia mencapai 104,76
sludge dari tangki. Salah satu metode penanganan miliar ton.
abu adalah mencampurnya dengan sisa tanah dari
2. Produksi batubara Indonesia selalu meningkat
hasil pengerukan tambang, selanjutnya dapat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000, produksi
dipakai sebagai pupuk (diterapkan di Australia).
Indonesia baru sebesar 77 juta ton. Tahun 2005
Pada pabrik pencairan batubara Sasol (Afrika
meningkat dua kali sebesar 152 juta ton. Tahun
Selatan) limbah padat yang dihasilkan sangat
2011 jumlah produksi batabara Indonesia
minim, kalaupun menghasilkan limbah (debu dan
meningkat empat kalinya dibanding tahun
unsur sisa produksi lainnya), masih dapat
2000, yaitu sekitar 290 juta ton. Dari jumlah
dimanfaatkan untuk bahan baku campuran
produksi batubara ini 75-80 % digunakan untuk
pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih
kebutuhan ekspor.
laku dijual untuk dimanfaatkan menjadi bahan
bakar. 7) 3. Konsumsi energi pada kurun waktu 2000-2009
meningkat dari 709,1 juta SBM pada tahun
2000 menjadi 865,4 juta SBM pada tahun 2009
KESIMPULAN atau meningkat rata-rata 2,2% per tahun.
4. Harapannya tahun 2025 Indonesia akan Organisasi pada Bank BUMN di Jakarta.
memiliki tambahan pasokan BBM sebesar Economic review, No. 208, 7 hal.
189.000 barel per hari atau 2 persen dari energi 6. Kuznetsov, P.N., Sukhova, G.I., Bimer, J., 1990.
mix nasional. Pasokan BBM ini berasal dari Coal Characterization for Liquefaction In
tujuh pabrik pencairan batubara yang Tetralin. Institute of Chemstry and Chamical
direncanakan masing-masing pabrik akan Technology Warszawa. Elsevier, Poland.
menghasilkan 27.000 barel per hari. Hal 1031-1038.
7. McKetta, J.J., Cunningham, W.A., Dekker, M.,
5. Teknologi pencairan batubara adalah suatu
1980. Coal Liquefaction, South Africa's
konsep teknologi masa depan untuk mengatasi
SASOL II, Encyclopedia of Chemical
krisis energi serta ramah lingkungan.
Processing and Design.
8. NEDO., 2002. Coal Liquefaction Technology
Development in Japan. Multi-Purpose Coal
DAFTAR PUSTAKA Utilization Technologies (Liquefaction
1. BPPT., 2009. OUTLOOK ENERGI Technologies). hal. 1-8.
INDONESIA 2009, Teknologi Energi untuk
9. Ningrum, N.S., Rijwan, I., Astiti, M.W.,
Mendukung Keamanan Pasokan Energi.
Syahrial., 2000. Peningkatan Perolehan
Jakarta242 hal.
Produk Cair Pada Pencairan Batubara
2. CDIEMR., 2009. Handbook of Energy and Berkatalis, Inhouse Research PPPTM.
Economic Statistics of Indonesia. Center for Bandung. 48 hal.
Data and Information on Energy and Mineral
10. Pusat Informasi Energi., 2006. Blue Print
Resources, Ministry Energy and Mineral
Pengelolaan Energi Nasional, Depertemen
Resources, Jakarta.
Energi dan sumber daya mineral.
3. DTI., 1999. Coal liquefaction. Technology
11. Van Krevelen, D.W., 1992. Coal Typology-
Status report. Roshan kamall, location 1124, Physics-Chemistry-Constitution. University
department of trade and industry, 1 victoria Of Technology, Delft, The Netherlands. 750
street, London. 14 hal.
hal.
4. ESDM., 2007. Aksi Program Pencairan
12. Yusnitati., 2000. Aspek pencemaran
Batubara, Jakarta, Bandung, Palimanan,
lingkungan dari pabrik pencairan batubara.
Sumatera Selatan. 18 hal.
BPP Teknologi. Jurnal Teknologi
5. Jauhary, M., 2007. Potensi Industri Pengolahan Lingkungan, Vol.1, No. 1, hal. 63-72.
Batubara Cair. Analis Riset Manajemen dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 529


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

LAMPIRAN
Tabel 1. Potensi sumber daya energi fosil (BPPT, 2009)

Gambar 1. Tren Produksi Batubara Indonesia (BPPT, 2009)

Gambar 2. Proyeksi total kebutuhan energi final menurut jenis bahan bakar (BPPT, 2009).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 530


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 4. Skema pencairan batubara yang dikembangkan SAS teknologi


(McKetta, dkk. 1980; DTI, 1999)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 531


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 532


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PERILAKU KEMBANG BEBAS TANAH LEMPUNG KARANG JATI (NGAWI)

Agus Tugas Sudjianto1), M. Cakrawala1) dan Candra Aditya1)


1)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang
Jl. Taman Borrobudur Indah No. 3 Malang 65142
ats_2003@yahoo.com

ABSTRAK

Perubahan musim di Indonesia menyebabkan fluktuasi kadar air tanah akibat hujan, evaporasi dan evapotranspirasi. Akibat
perubahan kadar air ini, tanah ekspansif akan mengalami perubahan volume. Tanah ekspansif akan mengalami fenomena
kembang pada saat terjadi pembasahan dan penyusutan pada saat pengeringan. Kembang susut ini akan menyebabkan
kerusakan pada struktur yang dibangun diatas maupun didalam tanah. Perilaku kembang tanah ekspansif di lapangan terjadi
secara bebas ke arah volumetrik. Fenomena ini penting untuk diteliti, sejauh mana pengaruh perubahan kadar air terhadap
perilaku kembang bebas tanah lempung ekspansif. Sampel tanah ekspansif diambil dari Karang Jati, Kabupaten Ngawi
Propinsi Jawa Timur. Penelitian kembang bebas dilakukan pada benda uji terganggu dengan diameter 6,35 cm dan tinggi
1,70 cm, dengan kadar air awal 32% % dan berat volume kering 1,26 kg/cm3 dengan jangka sorong digital. Hasil penelitian
memperlihatkan perubahan kadar air mempunyai hubungan berbanding lurus dengan perilaku kembang bebas.

Kata kunci : tanah lempung ekspansif, perubahan kadar air, kembang bebas.

PENDAHULUAN UK, sekitar $100.000.000 di USA, dan bahkan mencapai


Setiap pekerjaan teknik sipil tidak lepas dengan milyaran Dollar di seluruh dunia.
aspek yang paling penting yaitu tanah. Sejumlah masalah
dengan bangunan teknik sipil yang sering dijumpai di Di Indonesia, ditinjau dari kejadian tanahnya,
lapangan adalah akibat dari sifat - sifat teknis tanah yang masalah tanah lempung ekspansif hampir terdapat di
buruk, yang ditandai dengan kadar air tanah yang tinggi, seluruh Indonesia, mulai dari Sumatra Utara sampai ke
komprebilitas yang besar dan daya dukung yang rendah. Papua. Jumlah kerugiannya belum dilaporkan, tetapi dari
Sebagian dari jenis tanah yang memiliki sifat buruk penelitian dan survey yang telah lakukan oleh pihak Bina
tersebut adalah tanah yang mudah mengalami kembang Marga dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan
susut yang besar. Departemen Pekerjaaan Umum, banyak kerusakkan yang
terjadi pada beberapa ruas jalan di Pulau Jawa disebabkan
Beberapa jenis tanah yang memiliki potensi oleh masalah tanah lempung ekspansif (Mochtar, 1994).
kembang susut yang besar adalah tanah yang dapat
mengalami perubahan volume yang signifikan seiring Uji swelling di laboratorium selama ini, dilakukan
dengan perubahan kadar airnya. Tanah jenis ini pada ring yang terkekang arah lateral, sehingga tidak ada
merupakan tanah lempung yang banyak mengandung deformasi swelling arah horisontal. Dengan demikian
mineral-mineral yang memiliki potensi kembang yang swelling diasumsikan terjadi hanya pada arah vertikal
tinggi. Tanah dengan kondisi seperti ini sering disebut saja. Kondisi ini agak berbeda dengan banyak kejadian di
sebagai tanah lempung ekspansif (Hardiyatmo, 2006). lapangan, dimana tanah yang mengembang adalah tanah
Tanah lempung ekspansif dapat ditemukan dibanyak yang sudah menyusut sebelumnya. Pada tanah yang telah
tempat di dunia seperti dikutip dalam Chen (1975), yaitu menyusut tersebut menjadi retak– retak akibat penyusutan
Argentina, Arab Saudi, Afrika Selatan, Amerika Serikat, 3 dimensi. Sewaktu mengembang, tanah tersebut kembali
Australia, Canada, Cina, Ethiopia, Ghana, India, Iran, mengembang bebas ke segala arah dari posisinya semula.
Israel, Kenya, Meksiko, Maroko, Myanmar, Yordania, Model kembang satu dimensi (arah vertikal) tentunya
Sudan, Ethiopia, Spanyol, Turki dan Venezuela. tidak akan cocok bila permukaan tanah lempung
ekspansif miring, bila tanah lempung berada di belakang
Fenomena kembang - susut yang tinggi tersebut dindng penahan tanah, atau di tepi dinding suatu
dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan. Jones & terowongan. Pada kasus – kasus tersebut, Swelling arah
Holtz (1973) melaporkan, di Amerika Serikat, kerugian horisontal sangat menonjol akibat gerakan dinding
yang diakibatkan oleh masalah tanah ekspansif ternyata (Coduto,1994).
melebihi bencana alam lainya, termasuk kerugian yang
diakibatkan oleh gempa bumi dan angin tornado. Menurut Permasalahan tanah ekspansif di Indoesia semakin
data dari Federal Emergency Agency (FEMA) tahun kompleks, karena negara kita terletak di daerah tropis,
1982, kerugian akibat tanah ekspansif pada tahun 1970 selalu terjadi siklus pembashan dan pengeringan akibat
mencapai $ 798.100.000 (Nelson dan Miller, 1992). musim hujan dan kemarau. Akiabatnya pada daerah yang
Gourley dkk (1993) menyatakan, setiap tahun kerusakan mempunyai tanah dasar ekspansif terjadi kembang susut
gedung, struktur bangunan dan jalan yang diakibatkan akibat perubahan kadar air. Berdasarkan fenomena
oleh tanah ekspansif diprediksi sekitar $150.000.000 di tersebut, maka penelitian ini dilakukan utnuk untuk
mengetahui sejauh manaakah pengaruh prubahan kadar

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 533


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

air terhadap perilaku kembang bebas tanah lempung


ekspansif.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh perubahan kadar air tanah (∆w)
terhadap perilaku kembang bebas tanah lempung
ekspansif baik kembang arah vertikal, kembang
horisontal maupun kembang volumetrik.

METODE PENELITIAN Gambar 4. Jangka sorong digital.


Metode penelitian ini meliputi bahan penelitian, Uji kembang bebas dilakukan pada sampel tanah
peralatan utama yang digunakandan prosedur uji dengan tanah yang dicetak dengan diameter 6,35 cm dan
kembang bebas untuk mengkur kembang vertikal dan tinggi 1,70 cm, dengan kadar air awal 32 % dan berat
horisontal dengan acuan standar ASTM, adapun uraian volume kering 1,26 g/cm3, sesuai dengan hasil uji Proctor
dari keduanya adalah sebagai berikut. standar (Gambar 7). Pembuatan sampel seperi pada
Gambar 5 berikut ini.
Tanah Lempung Ekspansif
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
contoh tanah lempung ekspansif yang diambil dari
Karang Jati, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Peta lokasi pengambilan sampel tanah lempung seperti
pada Gambar 3. Pengambilan sampel dilakukan dalam
kondisi undisturbed dan disturbed. Sampel diambil ± 20
m dari bahu jalan. Sampel undisturbed diambil dengan
menggunakan tabung sampel yang mempunyai dimensi
panjang 30 cm dan diameter 7 cm. Sampel undisturbed
akan dijaga agar tetap asli dari perubahan kadar air dan
getaran serta bersih dari akar-akar tanaman. Untuk
sampel disturbed, diambil dengan cangkul dan sekop
dimasukkan ke dalam kantong yang sudah disiapkan.
Sampel tanah diambil pada kedalaman 0,50 – 1,00 m dari
permukaan tanah.

Gambar 5. Sampel uji kembang bebas

Perhitungan kembang bebas dilakukan dengan


persamaan oleh Holtz dan Gibbs (1956) sebagai berikut
ini.

tinggi akhir  tinggi awal H


SZ   100%   100% ..……..(1)
tinggi awal H

 100% …...…..(2)
diameter akhir  diameter awal D
SX   100% 
diameteraw al D

volume akhir  volume awal V


SV   100%   100% ……….…..(3)
volume awal V

Gambar 3. Pengambilan sampel tanah di Karang Jati HASIL DAN PEMBAHASAN


(Ngawi) Hasil Uji Properties Tanah
Uji properties terhadap tanah lempung Karang Jati
Prosedur Uji Kembang Bebas (Ngawi) dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
Pada penelitian ini untuk mengukur kembang bebas tentang potensi kembang (swelling potential) tanah dari
digunakan jangka sorong digital tipe Modern dengan data sifat fisis khususnya batas konsistensi tanah,
kapasitas pengukuran 150 mm, seperti pada Gambar 4 kandungan kimia dan komposisi mineral tanah. Bila
berikut ini. ditinjau secara visual, sampel tanah lempung mempunyai
warna hitam keabuan. Hasil uji sifat fisis, kandungan
kimia dan komposisi mineral tanah lempung ekspansif
dari Karang Jati, Ngawi (Jawa Timur) seperti terlihat

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 534


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

pada Tabel 1 – 3 dan Gambar 7 hasil uji X-Ray Hasil uji properties tanah khususnya batas
difraction. konsistensi tanah lempung ekspansif pada nilai batas cair
(LL) 101% dan indeks plastisitas (IP) 71,32 % dan hasil
Tabel 1. Hasil uji properties tanah Karang Jati (Ngawi) uji komposisi inineral tanah lempung Karang Jati, Ngawi
No Parameter Hasil yang paling dominan adalah montmorillonite sebesar
49,74%, tanah ini memiliki potensi kembang yang sangat
1. Kadar air, wa (%) 63.59 tinggi. Prosedur ini seperti yanmg telah dilakukan oleh
3
2. Berat volume, γ (t/m ) 1.51 peneliti terdahulu diantaranya, Holts dan Gibbs (1956),
Seed dkk (1962), Van Der Merwe (1964), Dakssanamurty
3. Gravitasi khusus, Gs 2.62
dan Raman (1973) dan Chen (1988) yang menyatakan,
4. Batas plastis, PL (%) 29.77 tanah lempung dikalsifikasikan sebagai tanah dengan
5. Bats cair, LL (%) 101.00 potensi kembang yang sangat tingi jika nilai LL> 60%
dan IP>35% serta kandungan montmorillonite lebih dari
6. Indeks plastisitas, I (%) 71.23 35% dari total kandungan mineral.
7. Batas susut, SL (%) 10.70
8. Kadar lempung (%) 95.60 Hasil Uji Proctor Standar
Uji kembang bebas (free swelling) dilakukan dengan
9. Klasifikasi tanah (AASHTO) CH kadar air awal (wi) dan kepadatan (γd) dari hasil uji
10. Klasifikasi tanah (Unified) A-7-5 Proctor standar. Perancangan sampel uji kembang bebas
menggunakan hasil uji Proctor standar ini. Hasil uji
Proctor standar seperti terlihat pada Gambar 7 berikut ini.
Tabel 2. Kandungan mineral tanah lempung Karang Jati
(Ngawi)
No Komposisi Mineral Persen Berat (%)
1. Montmorilonite 49.74
2. Halloysite 45.10
3. Feldspar 4.63
4. Alpha Quartz 0.27
5. Cristobalite 0.26

Tabel 3. Hasil analisis kimia tanah lempung Karang Jati


(Ngawi)
No Kandungan kimia tanah Hasil (%)
1. SiO2 76.10
2. Al2O3 18.59 Gambar 7. Hasil uji Proctor standar tanah lempung
Karang Jati.
3. Fe2O3 2.75
4. CaO 1.80 Hasil uji Proctor standar pada Gambar 7
5. MgO 0.50 menghasilkan nilai kadar air optimum sebesar 32 % dan
berat volume kering maksimum 1,26 g/cm3.
6. Na2O 0.22
7. K2O 0.04 Hasil Uji Kembang Bebas dengan Perubahan Kadar
Air
Hasil uji kembang vertikal, horisontal dan
volumetrik tanah Karang Jati (Ngawi) pada perubahan
kadar air seperti pada Tabel 4. Hasil tersebut dibuat grafik
hubungan antara kadar air dengan kembang vertikal,
kembang horisontal dan kembang volumetrik seperti
pada Gambar 8.

Tabel 4. Hasil uji kembang bebas tanah lempung Karang


Jati (Ngawi) pada perubahan kadar air
Kadar air Kembang Kembang Kembang
W (%) vertikal horisontal volumetrik
S z (%) S x (%) Sv (%)
32,00 0,00 0,00 0,00
36,18 3,68 2,51 8,96
42,05 6,05 4,47 15,74
Gambar 6. Hasil uji X -ray tanah lempung Karang Jati, 45,39 7,11 5,59 19,41
49,73 8,79 6,42 23,22
Ngawi.
53,92 9,21 6,70 24,34

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 535


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

50
kembang volumetrik. Benda uji pada saat kembang akan
Horisontal mengalami perubahan dimensi secara volumetrik dalam
Vertikal
Volumetrik hal ini volume benda uji (ΔV) tanah ekspansif
40
terhadap volume awal (V 0 ) benda uji tanah
lempung ekspansif yang dinyatakan dalam persen (%).
Regangan, e (%)

30
Hasil penelitian ini memperlihatkan, kembang
volumetrik (Sv) yang dihasilkan oleh tanah Karang Jati
20 (Ngawi) lebih besar 2,65 kali dari kembang vertikal
(Sz), seperti terlihat pada Gambar 10 berikut ini.
10

50
Vertikal
0 Volumetrik
20 30 40 50 60 40

Kadar air, w (%)

Regangan, e (%)
30

Gambar 8. Hubungan kadar air dengan kembang vertikal, 20

horisontal dan volumetrik tanah Karang Jati


10

Hasil uji kembang vertikal–horisontal 0


memperlihatkan bahwa semakin besar kadar air tanah 20 30 40 50 60

lempung maka semakin besar kembang vertikal, Kadar air, w (%)

kembang horisontal dan kembang volumetrik yang


terjadi seperti terlihat pada Gambar 9. Gambar tersebut Gambar 10. Perbandingan kembang volumetrik dan
memperlihatkan hubungan antara kadar air ( W) dengan vertikal tanah Karang Jat (Ngawi).
kembang vertikal, kembang horisontal dan kembang
volumetrik tanah Karang Jati (Ngawi). Pada uji
kembang bebas tersebut. kembang vertikal, kembang KESIMPULAN
horisontal dan kembang volumetrik semakin besar Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
dengan naiknya kadar air dan berhenti mengembang dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
pada kadar air 53,92 %.
1. Hasil uji properties tanah, komposisi kimia dan
Perbandingan Kembang Pada Uji Kembang bebas kandungan mineral tanah pada tanah lempung
Kembang vertikal (Sz) dalam penelitian ini adalah Karang Jati (Ngawi) menghasilkan klasifikasi
perubahan dimensi tinggi (ΔH) benda uji terhadap tinggi potensi kembang (swelling potential) tanah dengan
awal (Ho) benda uji tanah lempung ekspansif, sedangkan potensi kembang yang sangat tinggi,
Kembang horisontal (Sx) adalah perubahan dimensi 2. perilaku kembang bebas vertikal, kembang
secara horisontal dalam hal ini diameter benda uji horisontal dan kembang volumetrik dengan kadar air
(ΔD) terhadap diameter awal (D o ) benda uji tanah awal dan kepadatan yang sama pada tanah Karang
lempung ekspansif yang dinyatakan dalam persen (%). Jati (Ngawi) sangat dipengaruhi oleh perubahan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, kadar air tanah, semakin besar kadar air dalam tanah
kembang vertikal (Sz) tanah Karang Jati (Ngawi) lebih lempung ekspansif semakin besar kembang bebas
besar 1,37 kali dari kembang horisontal (Sx), seperti yang terjadi, dan tanah tersebut berhenti
terlihat pada Gambar 9 berikut ini. mengembang pada kadar air (w) 53,92 %,
50
3. Perbandingan kembang vertikal terhadap kembang
Horisontal horisontal pada uji kembang bebas tanah Karang Jati
40
Vertikal
(Ngawi) sebesar 1,37, sedangkan rasio kembang
volumetrik terhadap kembang vertikal sebesar 2,65.
Regangan, e (%)

30

20 UCAPAN TERIMA KASIH


Disampaikan terima kasih kepada Direktorat
10 Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Dikti
yang telah mendanai kegiatan penelitian ini dengan skim
0 Penelitian Hibah Bersaing (PHB) dengan nomer kontrak :
20 30 40 50 60

Kadar air, w (%)


0036/SP2H/PP/K7/KL/II/2012, tanggal 9 Pebruari
2012.
Gambar 9. Perbandingan kembang vertikal dan
horisontal tanah Karang Jat (Ngawi) DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian pada uji kembang bebas (free ASTM, 2003, Annual Books of ASTM Standards Section
swelling) pada tanah lempung Karang Jati (Ngawi) dan 4 Volume 04.08 Soil and Rock (I): D420-
tanah campuran dihasilkan juga kembang volumetrik D4914.
(Sv) yang dihitung menggunakan persamaan/formula

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 536


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Chen, F.H., 1988, Foundation on Expansive Soils, 2nd ed Universiti Teknologi Malaysia, Kuala Lumpur,
Amsterdam, pp 463, Elseveier Scientific Malaysia, 2008, Paper no G 21.
Publication Company, New York, USA,
Coduto, D.P., 1994, Foundation Design Principles and Taboada, M. A., 2003, Soil Shrinkage Characteristics in
Practices, Prentice Hall International, Inc. Swelling
Soil,www.ictp.it/~pub_off/lectures/ins018/39ta
Dakhshanamurthy, V. and Raman, V., 1975, Review of boada1, 9 November 2007.
Expansive Soils, Discusion, Journal of
geotechnical Enggineering Division, ASCE, Van Der Merwe, D.H., 1964, The Prediction of heave
Volume 101, , No. GT 6. from the Plasticity Index and percentage Clay
Fraction of Soils, Civil engineers in south
Dela, 2001, Measurement of Soil Moisture using Gypsum Africa, 6(6):103-107
Block, Measuretmen Enggineering Australia
(MEA), Adelaide, Australia. Yong, R, N., and Warketin, B, P., 1975, Introduction to
Soil Behavior, The Mac Milan Co, New York.
Gourly, C.S., Newill, D., and Schreiner, H.D., 1993,
Expansive Soil, TRL”s Research Strategy,
Proc. Ist Inc. Symp. Engineering
Characteristics of Arid Soils, London.

Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah I, edisi 4,


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Holtz, R.D., and Gibbs, H.J., 1956, Prediction on


Swelling Potential for Compacted Clay,
Journal of the Soil mechanics and Foundation
devision , ASCE, Discussion, Vol 88, No.SM4.
Mochtar, I. B., 1994, Rekayasa Penanggulangan Masalah
Pembangunan pada Tanah-tanah Sulit, Jurusan
Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya.

Mochtar, I. B., 2000, Teknologi Perbaikan Tanah dan


Alternatif Perencanaan pada Tanah bermasalah,
Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya.

Myers, D., 2005, Expansive Clays and Road Subgrade an


Analysis, www.godismyjudgeok, 31 Agustus
2007.

Nelson, J.D., and Miller, D.J., 1992, Expansive Soils;


Problem and practice in Foundation and
Pavement Engineering, John Wiley and Sons,
New York.

Rifa’i A., 2002, Mechanical testing and Modelling of an


Unsaturated Silt ith engineering Application,
Ph.D Desertation , EPFL, Switzerland.

Sapaz, B., 2004, Lateral Versus Vertical Swell Pressure


in Expansive Soils,
etd.lib.metu.edu/upload/1053040/index Seed,
H.B., Woodward R.J., Lundgren R., 1962,
Prediction of Swelling Potential for Cpmpacted
Clays, Journal of the Soil Mechanics and
Foundation Division, ASCE, Vol.88. No. SM3.
Proc. Paper 3169.

Sudjianto, A.T., Suryolelono, K.B., Rifa’i, A. and


Mochtar, I.B., 2008, Behaviour of Vertical and
Lateral Swelling Pressure on Disturbed Highly
Expansive Clay Under Water Content
Variation Condition, International Conference
on Geotechnical and Highway Engineering,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 537


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

OPTIMALISASI BAHAN PENYUSUN BETON RINGAN


DENGAN SISTEM FOAM AGENT
SEBAGAI MATERIAL FILTER REMBESAN

Ridho Bayuaji 1), Sismanto 1), Ismail Sa’ud 1), Pudiastuti 1), Choirul Anwar 1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: bayuaji@ce.its.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi beton ringan dengan sistem foam agent agar bisa dimanfaatkan
sebagai material filter rembesan, beton ringan filter (BRF). Desain eksperimen yang digunakan untuk mengoptimalisasi
bahan penyusun BRF adalah menggunakan metode Taguchi, dengan 3 variabel dan 3 level. Benda uji beton ringan yang
digunakan adalah silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dilakukan uji tekan dengan standar SNI 03-6825-
2002 pada umur hidrasi 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa densiti memberi pengaruh signifikan
terhadap kuat tekan beton ringan.

Keywords— beton ringan, foam agent, filter rembesan, kuat tekan, rembesan

PENDAHULUAN diupayakan bahan pengganti filter tersebut agar


biaya perawatannya dapat ditekan sekecil mungkin
Bendungan atau yang biasa disebut waduk
walaupun dengan investasi yang sedikit lebih
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat
mahal. Beton ringan dengan konsep foam agent
terutama untuk penyediaan air bersih. Untuk daerah
adalah mortar yang dicampur dengan gelembung
daerah terpencil sudah banyak tersedia waduk
gelembung udara sehingga mempunyai pori pori
waduk kecil berkapasitas kurang dari 1 juta m3
yang cukup banyak sehingga beton ini menjadi
yang biasa terbuat dari urugan tanah homogen
ringan. Beton ini oleh American Society for Testing
berbentuk trapesium yang tingginya kurang dari 10
and Material (ASTM) disebut dengan Celluler
m. Waduk semacam ini biasanya disebut dengan
Lightweight Concrete (CLC), dalam penelitian ini
Waduk tipe urugan.
diberi istilah Beton Ringan sistem Foam agent
Permasalahan utama dari waduk tipe urugan ini (BRF).
adalah adanya rembesan air dari dalam waduk
BRF sebagai beton yang mempunyai porositas yang
menuju keluar (seapages) yang apabila tidak
tinggi tentunya mempunyai kemampuan untuk
dikendalikan dengan baik maka akan meruntuhkan
merembeskan air dari sisi satu ke sisi lainya yang
waduk tersebut akibat proses piping. Proses
sekaligus dapat berfungsi sebagai filter.
pengendalian rembesan ini biasanya dilakukan
Berdasarkan karakteristik semacam ini maka BRF
dengan cara mengatur arah aliran rembesan
diduga dapat digunakan sebagai material pengganti
sedemikian rupa sehingga keluarnya air dapat
filter kaki pada bendungan tipe Urugan.
terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu, ditempat
inilah biasanya dipasang filter yang berfungsi
TUJUAN
menyaring butir butir tanah yang terbawa rembesan
air sehingga proses piping dapat dihindari. Filter Penelitian ini sebagai kajian awal yang bertujuan
semacam ini biasanya disebut dengan filter kaki. untuk mendapatkan komposisi optimum penyusun
BRF. Komposisi tersebut ditargetkan agar
Filter kaki pada waduk tipe urugan biasa terbuat
mencapai kuat tekan maksimum BRF (kuat tekan
dari susunan butir butir kerikil mulai yang halus
standar beton ringan untuk struktur), sehingga
hingga yang kasar tergantung dari diameter butir
untuk penelitian selanjutnya BRF bisa dilanjutkan
tanah yang terbawa aliran rembesan. Konstruksi
mejadi material pengganti filter kaki pada
filter semacam ini biasanya sering mengalami
bendungan tipe urugan. Bentuk konstruksi filter
kerusakan akibat gangguan dari luar sehingga perlu
biaya perawatan yang tidak kecil per tahun. tidak dibahas pada penelitian ini.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 538


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Urugan tanah
Aliran rembesan
homogen
Filter kaki
Air di Waduk
Saluran ai r
rembesan

Gambar 1. Filter kaki pada bendungan tipe urugan

DASAR TEORI
Selain itu, beberapa manfaat ekonomi dari BRF
Ciri utama BRF adalah mempunyai komposisi sebagai struktur beton ringan, yaitu: (i) Maksimum
spesifik dengan tidak mengandung aggregate kasar, berat volume struktur beton ringan sebesar dua per
melainkan tersusun dengan aggregate halus, semen, tiga dari beton normal. Ini akan mengurangi berat
air dan busa udara. Busa udara yang stabil [1] sendiri dari struktur dan konsekuensinya
dibentuk dari sejenis surfaktan berbusa yang mempengaruhi beban lebih kecil terhadap bagian
berfungsi menyusun struktur pori yang homogen di dari struktur; (ii) Umumnya aplikasi beton struktur
dalam campuran dasar mortar. Jumlah volume ringan dilakukan redecking jembatan, beban mati
udara yang terbentuk minimal 20% dari volume diupayakan sekecil mungkin dilaksanakan karena
total beton. Material pengikat BRF mempunyai kemampuan daya dukung pondasi yang tetap; (iii)
karakter semen, seperti contoh: semen portland, Secara subtansial penghematan biaya dapat
semen-silika, semen pozzolan dan kapur pozzolan direalisasikan ketika beban mati menjadi lebih
[2]. ACI-committee 523 [3] menetapkan bahwa ringan akan menyebabkan dimensi elemen struktur
aggregate alternatif dapat ditambahkan seperti lebih berkurang dan jumlah besi penulangan
contoh aggregate ringan buatan yaitu expanded terkurangi.
clay, shale, slate, sintered fly ash, perlite, dan
BRF tersusun dari bahan utama yaitu mortar dan
vermiculite. Begitu juga dengan aggregate ringan
busa udara sebagai komponen pembentuk rongga di
buatan yaitu as pumice, scoria, atau tuff.
dalam beton tanpa agregat kasar [5] yang
Oleh karena ada pengaruh jumlah volume udara di mempunyai komposisi minimal 20%. Komponen
dalam BRF maka penentuan spesifikasi BRF tidak bahan pembentuk inilah yang membedakan BRF
sama dengan beton normal, spesifikasi berat dengan beton normal yang mengandung air
volume menjadi tinjauan tambahan selain kuat entranced yang tinggi. Untuk mendesain campuran
tekan. Pada BRF, pengurangan kuat tekan BRF perlu memperhatikan semua aspek bahan yang
berbanding terbalik eksponensial [4] dengan menyusunnya, berikut ini dirangkum semua aspek
penambahan jumlah volume udara pada komposisi bahan penyusun BRF.
campuran.
METODOLOGI
Beberapa keuntungan pemanfaatan BRF, yaitu: (i)
Memberikan kontribusi dalam bidang teknologi Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka
beton, dimana BRF mempunyai variasi berat dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII
volume antara 400 to 1800 kg/m3 yang bermanfaat Teknik Sipil FTSP ITS. Adapun material yang
dalam desain beban sendiri terhadap perhitungan digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria
suatu elemen struktur, contohnya sebagai dinding sebagai berikut:
partisi, insulasi dan leveling; (ii) Berkontribusi
Semen Gresik tipe I digunakan sebagai material
dalam proses pelaksanaan, BRF segar mempunyai
pengikat campuran. Alasan kenapa dipilih tipe I
kelecakan yang baik sehingga mudah mengalir,
agar diketahui perbedaan perkembangan hidrasi
pemadatan dan membangun level dengan
pada kondisi normal dibandingkan dengan akibat
sendirinya; (iii) Mampu mengisi antar tulangan
tambahan pozolan pada semen normal. Sifat fisik
tanpa menggunakan peralatan pemadat beton segar
dan kimia semen diuraikan pada tabel 1.
sehingga mengurangi kebisingan selama
pelaksanaan; (iv) Bahan material yang terbuat dari Densiti dan luas partikel semen diketahui masing-
BRF akan mengurangi beban transportasi dan masing 3,15 dan 359 m2/kg.
jumlah operator selama proses mobilisasi; (v)
Agregat halus yang digunakan dalam eksperimen
Menyerap panas yang baik dan material tahan api
ini adalah pasir alami quartzite yang diperoleh dari
karena jumlah rongga di beton; (vi) Peredam
benturan dan beban kejut yang baik. depo Mojokerto. Modulus halus butir sebesar

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 539


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3,119, diameter butiran dari 0,149 mm hingga4,76 Tabel 2. Orthogonal array [30] yang diaplikasikan
mm, tergolong dalam zona 3, kelembaban 1,46%, untuk penelitian ini
berat jenis 2,73 gr/cm3, resapan sebesar 0,77%,
buckling 15,38 %, kandungan organik rendah, Jumlah Variabel
kandungan lumpur 3%. Eksperimen A B C
PG-1 1 2 2
Table 1: Properti semen sebagai bahan pengikat PG-2 2 1 3
PG-3 3 3 3
PG-4 1 2 2
Parameter SNI 15-2049- Hasil PG-5 2 3 1
2004 Tes
Komposisi Kimia
PG-6 3 1 1
Al2O3 6.03
Ditetapkan variabel dan tingkatan level sebagai
SiO2 20.65
berikut:
Fe2O3 3.44
A : Variabel pasir/semen = 0,25, 0,5 dan 0,75 untuk
CaO 65.96
Max 6.00 level 1, 2, 3
MgO 2.05
SO3 Max 3.50 2.22
B : Variabel air/padatan = 0,3, 0,35 dan 0,4 untuk
Loss on Ignition Max 5.00 3.96
level 1, 2, 3
Free Lime 1.09
C : Variabel berat volume = 1000, 1250 dan 1500
Insoluble residue 2.37
untuk level 1, 2, 3
Alkali (Na2O+0,658K20) 0.38
Tingkatan level ini disusun sesuai orthogonal array
Propoerti X-Ray Difraction
yang direncakan maka dipresentasikan desain
Tricalcium Silicate (C3S) 56.68 komposisi seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai
Dicalcium Silicate (C2S) 11.00 berikut:
Tricalcium Aluminate (C3A) 7.72
Tetracalcium Aluminate Ferrite Tabel 3 Desain komposisi, variabel dan level BRF
(C4AF) 8.91
Properti Fisik Variabel
Jumlah
Kehalusan Air/zat Berat
Eksperimen Pasir/Semen
-Blaine specific surface Min 280 padatan Volume
(m2/kg) 359 BRF-1 0,25 0,35 1250
Waktu setting, Vicat Test: BRF -2 0,5 0,3 1500
Min 45 BRF -3 0,75 0,4 1500
- Initial set (minutes) 125 BRF -4 0,25 0,35 1250
- final set (menit) Max 375 240 BRF -5 0,5 0,4 1000
Autoclave test: BRF -6 0,75 0,3 1000
-Expansion (%) Max 0.8 0.10
Kuat Tekan: Tabel 4. Keperluan bahan penyusun BRF
- 3 hari (kg/cm2) Min 125 255
- 7 hari (kg/cm2) Min 200 316 Jumlah Bahan Penyusun
- 28 hari (kg/cm2) Min 280 411 Eksperimen
Semen Air Pasir Foam
False set (%) Min 50 77,36 (kg) (kg) (Kg) (Liter)
BRF-1 36,65 16,04 9,16 18,38
Penelitian ini didesain untuk menyertakan semua
BRF -2 38,06 17,13 19,03 13,14
parameter yang dinilai memberi pengaruh BRF -3 30,29 21,21 22,72 10,15
signifikan terhadap kekuatan BRF, juga didesain BRF -4 36,65 16,04 9,16 18,38
untuk meminimalkan percobaan dan yang paling BRF -5 23,56 14,14 11,78 23,45
penting mudah dalam menganalisa hasil BRF -6 21,75 11,42 16,31 25,05
eksperimen yang telah dilaksanakan. Metode yang
dipilih dalam mendesain eksperimen ini adalah Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
metode Taguchi dengan orthogonal array (Tabel 2), BRF yang dicetak pada silinder diameter 150 mm
L6 (33) dengan menjalankan sekaligus 3 parameter dan tinggi 300 mm. Komposisi disesuaikan dengan
(pasir/semen, air/zat padatan, densiti) yang desain eksperimen metode Taguchi.
dianggap memberi pengaruh kuat terhadap
kekuatan. Benda uji BRF dilakukan uji tekan dengan standar
SNI 03-6825-2002 pada umur hidrasi; 7 dan 28 hari
untuk kuat tekan. Benda uji BRF dibuka dari
cetakan dengan waktu minimal 24 jam dari awal
waktu mencetak. Penyimpanan dan perawatan
benda uji BRF dilakukan dengan cara direndam
dalam air.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 540


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Untuk mengetahui seberapa besar beban yang padatan menunjukkan kuat tekan BRF optimum
mampu ditahan oleh BRF, maka dilakukan pada level 0,35.
pengujian kuat tekan BRF arah vertikal hingga
benda uji hancur. Adapun rumus yang digunakan Tabel 5. Kuat tekan rata-rata BRF dalam satuan
untuk mencari kuat tekan [1] adalah : kg/cm2
Kuat tekan binder
(1) Mix (kg/cm2)
kuat tekan= N/ 7 hari 28 hari
A BRF-1 98,09 221,38
Keterangan: BRF -2 106,48 238,85
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) BRF -3 83,39 186,13
A : luas penampang benda uji, (mm2) BRF -4 86,43 195,61
BRF -5 76,28 171,90
HASIL DAN ANALISA BRF -6 76,20 172,28

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, hasil Pengaruh variabel pasir/semen menjelaskan bahwa
eksperimen yang telah didesain dengan metode pada level 0,25 s.d 0,75 bahwa kuat tekan BRF
Taguchi digambarkan pengaruh masing-masing mengalami penurunan, namun pada level 0,25 s.d
variabel untuk bisa mengoptimalkan komponen 0,5 kuat tekan BRF masih di atas rata-rata dan level
penyusun BRF pada gambar 6 dan 7. Masing- 0,75 kuat tekan BRF di bawah rata-rata. Hal ini
masing variabel dianalisa dengan ANOVA menunjukkan level 0,75 kurang efektif untuk
(analysis of variance) yang akan ditunjukkan secara mempengaruhi kuat tekan BRF. Hal ini disebabkan
rinci pada tabel 5, pada tabel ini akan diketahui dengan semakin tinggi pasir/semen akan
kontribusi masing-masing variabel dalam mengurangi semen sebagai bahan pengikat BRF
menyusun targetnya yaitu kuat tekan BRF. yang merupakan penyumbang kekuatan pada BRF.
Hasil kuat tekan rata-rata BRF-1 s.d BRF-6 Variabel air/zat padatan, kenaikan level 0,3 s.d 0,35
ditampilkan pada tabel 5. Pada umur hidrasi 7 hari membuat kuat tekan BRF di atas rata-rata kuat
data BRF menunjukkan nilai antara antara 76,20 tekan BRF, namun antara level 0,35 s.d 0,4
kg/cm2 s.d 106,48 kg/cm2 dan antara 171,90 kg/cm2 membuat penurunan kuat tekan BRF sampai pada
s.d 238,85 kg/cm2 untuk umur hidrasi 28 hari. pada kuat tekan BRF di bawah rata-rata di level 0,4.
Pada gambar 6 dan 7, model variabel pasir/semen, Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata BRF
kuat tekan BRF (umur 7 dan 28 hari) menjadi lebih mempunyai kekuatan 198 kg/m2, lebih tinggi 16 %
kecil diakibatkan level variabel yang bertambah. standar dari kuat tekan beton ringan untuk struktur.
Sebaliknya, pada model variabel densiti, densiti Kontribusi densiti menunjukkan kontribusi yang
yang semakin besar akan memberikan pengaruh paling tinggi diantara variabel yang lain terhadap
kuat tekan BRF semakin tinggi sesuai dengan kuat tekan BRF yaitu 48,7 s.d 51,5 % dengan nilai
penelitian sebelumnya. Model variabel air/zat F test lebih besar dari nilai F tabel.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 541


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 6. Pengaruh 3 variabel utama pada kuat tekan BRF umur 7 hari

Gambar 7. Pengaruh 3 variabel utama pada kuat tekan BRF umur 28 hari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 542


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 6. Hasil ANOVA dari kuat tekan BRF strength of foamed concrete. Cement and
Kuat tekan Kuat tekan
Concrete Research, 2001. 31(1): p. 105-112.
Parameter 5. Aji, P. and R. Purwono, Pengendalian Mutu
Variabel umur 7 umur 28
statistik
hari hari Beton sesuai SNI, ACI dan ASTM. 2010,
Pasir/Semen DFa 1 1 Surabaya.: ITSPress.
SSSb 1162 6210 6. ASTM-C618-03, Standard Specification for
ASSc 1162 6210
MSd 1162 6210
Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural
F test 1,51 1,59 Pozzolan for Use in Concrete. Annual Book of
Kontribusi 24,4% 25,4% ASTM Standards, Vol.04.02, , ed. A.S.f.T.a.
Air/zat padat DF 1 1 Materials. 2003, Philadelphia,USA.
SSS 1150 6330 7. ASTM-C989, Standard specification for ground
ASS 1150 6330
MS 1150 6330 granulated blast-furnace slag for use in
F test 1,49 1,62 concrete and mortars. American Society for
Kontribusi 24,1% 25,9% Testing and Materials, ed. Annual Book of
Densiti DF 1 1 ASTM Standards. Vol. Vol.04.02, . 2004:
SSS 2454 11893
ASS 2454 11893 Philadelphia, USA.
MS 2454 11893 8. ASTM-C1240.. Standard specification for use
F test 3,18 3,04 of silica fume as mineral admixture in hydraulic
Kontribusi 51,5% 48,7%
cement concrete, mortar and grout”,, in Annual
a : derajad kebebasan
b: jumlah kuadrat Book of ASTM Standards American Society for
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan) Testing and Materials. 2004: Philadelphia,
d : Rata-rata kuadrat USA.
9. Jones, M.R. and A. McCarthy, Preliminary
KESIMPULAN views on the potential of foamed concrete as a
Metode desain eksperimen Taguchi L6 (33) telah structural material. Magazine of Concrete
berhasil memberikan komposisi penyusun BRF Research, 2005. 57(1): p. 21-31.
untuk mencapai kuat tekan BRF yang maksimal 10. Nambiar, E.K.K. and K. Ramamurthy, Influence
yaitu dengan komposisi: pasir/semen, air/zat of filler type on the properties of foam concrete.
padatan dan densiti yaitu: 0,25, 0,35 dan 1500 Cement & Concrete Composites, 2006. 28: p.
kg/cm2. Kuat tekan rata-rata BRF 198 kg/cm2, lebih 475–480.
tinggi 16 % standar dari kuat tekan beton ringan 11. Nambiar, E.K.K. and K. Ramamurthy, Fresh
untuk struktur. State Characteristics of Foam Concrete. Journal
UCAPAN TERIMA KASIH of Materials In Civil Engineering, 2008.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM- February 2008.
ITS yang telah memberikan bantuan untuk 12. Laukaitis, A., R. Zurauskas, and J. Keriene, The
menyelesaikan penelitian hibah laboratorium ini. effect of foam polystyrene granules on cement
Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab Uji composite properties, . Cement and Concrete
Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah Composites 2005. 2005; 27: : p. 41-47.
memberikan fasilitas dalam melaksanakan 13. Valore, R.C., Cellular Concrete. Journal of The
penelitian. American Concrete Institute, 1954.
14. Park, S.B., E.S. Yoon, and B.I. Lee, Effects of
processing and materials variations on
REFERENSI mechanical properties of lightweight
1. Ramamurthy, K., E.K.K. Nambiar, and G.I.S. composites. Cement Concrete Research 1998.
Ranjani, A Classification of Studies on 29(2): p. 193-200.
Properties of Foam Concrete. Cement & 15. Hunaiti, Y.M., Composite action of foamed and
Concrete Composites, 2009. S0958- lightweight aggregate concrete. Journal of
9465(09)00063-8. Materials in Civil Engineering, 1996. 8(3): p.
2. ASTM-C796-97, Standard Test Method for 111-13.
Foaming Agents for use in producing cellular 16. Hunaiti, Y.M., Strength of Composite Sections
concrete using Preformed Foam. 1997. with Foamed And Lightweight Aggregate
3. ACI-committee523., Guide for cellular Concrete. Journal of materials In Civil
concretes above 50 pcf, and for aggregate Engineering, 1997. May 1997.
concretes above 50 pcf with compressive 17. McCormick, F.C., Rational proportioning of
strengths less than 2500 psi. . ACI Journal preformed foam cellular concrete. . ACI
1975. 72: p. 50-66. Material Journal 1967 64 p. 104-09.
4. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect 18. Richard, T.G., Low temperature behaviour of
of high fly ash content on the compressive cellular concrete. ACI Journal, 1977. 1977(74:):
p. 173-78.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 543


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

19. Richard, T.G., et al., Cellular concrete- A stability and coarsening. Colloids and Surfaces:
potential loadbearing insulation for cryogenic . A Physico Chem.Eng.Aspects 2005. 263: p.
applications. . IEEE Transactions on Magnetics 219-225.
1975. 11(2): p. 500-03. 26.Myers, D., Surfactant Science and Technology.
20. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, Porosity 1998, NewYork VCH Publishers.
and permeability of foamed concrete. Cement 27. Jones, M.R. and A. McCarthy. Behaviour and
and Concrete Research, 2001. 31(5): p. 805- assessment of foamed concrete for construction
812. applications. in Proceedings of the
21. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, Ash content International Conference on the Use of Foamed
for optimum strength of foamed concrete. Concrete in Construction. 2005.
Cement and Concrete Research, 2002. 32(2): p. 28. Jones, M.R. and A. McCarthy, Heat of
241-246. hydration in foamed concrete: Effect of mix
22. Byun, K.J., H.W. Song, and S.S. Park, constituents and plastic density. Cement and
Development of structural lightweight foamed Concrete Research, 2006. 36(6): p. 1032-1041.
concrete using polymer foam agent. , in ICPIC- 29. Joana Roncero, Susanna Valls, and R. Gettu,
98. 1998. Study of the influence of superplasticizers on the
23. Koudriashoff, I.T., Manufacture of reinforced hydration of cement paste using nuclear
foam concrete roof slabs. . Journal of the magnetic resonance and X-ray diffraction
American Concrete Institute, 1949. 21(1): p. 37- techniques. Cement and Concrete Research,
48. 2002. 32: p. 103–108.
24. Pugh, R.J., Foaming, foam films, antifoaming 30. Bolboacă, S.D. and L. Jäntschi, Design of
and defoaming. Advances in Colloid and Experiments: Useful Orthogonal Arrays for
Interface Science, 1996. 64: p. 67-72. Number of Experiments from 4 to 16 Entropy,
25. Jalmes AS, et al., Differences between protein 2007. 9: p. 198-232.
and surfactant foams: Microscopic properties,

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 544


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH LINGKUNGAN KOROSIF PADA BINDER GEOPOLIMER


DENGAN FLY ASH

M Sigit Darmawan1), Ridho Bayuaji1),Boedi Wibowo1), Nur Ahmad Husin1), Srie Subekti1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: msigitd@gmail.com
Abstrak
Studi ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh 5 variabel utama terhadap kuat tekan binder geopolimer. Pengaruh
lingkungan korosif salah satu variabel yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap kuat tekan binder geopolimer dan variabel
yang lain yang dipilih adalah molaritas NaOH, Na2SiO3/NaOH, fly ash/alkali aktivator (FA/AA), dan Superplasticizer (SP).
Metode Taguchi adalah desain eksperimen yang digunakan untuk menyusun komposisi binder geopolimer agar mencapai
kuat tekan binder yang maksimal. Benda uji binder yang digunakan adalah silinder dengan diameter 20 mm dan tinggi 40
mm, uji tekan dilakukan pada benda uji dengan standar SNI 03-6825-2002 pada umur polimerisasi 7 dan 28 hari. Penelitian
ini memberi kesimpulan bahwa variabel FA/AA dan molaritas NaOH memberi pengaruh signifikan terhadap kuat tekan
binder geopolimer. Selain itu, pengaruh lingkungan korosif menunjukkan kuat tekan binder geopolimer lebih tinggi
dibanding dirawat di lingkungan air tawar.

Keywords— binder, geopolimer, fly ash, lingkungan korosif.

PENDAHULUAN Indonesia adalah tiga kali luas daratannya. Pantai


Indonesia yang terentang sepanjang 95,180.8 km
Beton geopolimer adalah teknologi beton hijau[1],
adalah terpanjang kelima di dunia (setelah Kanada,
berpotensi untuk terus dikembangkan karena
Amerika Serikat, dan Rusia).Wilayah Indonesia
komponen penyusunnya tidak menggunakan
secara geografi menyebabkan usaha penelitian di
semen. Teknologi ini sangat mendukung motivasi
bidang material yang adaptif dan keawetan yang
pembangunan berkelanjutan [2]. Salah satunya
tinggi harus dilakukan secara intensif agar
adalah pembangunan infrastruktur yang
memberikan solusi di dalam pembangunan
berkelanjutan (sustainable development)
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan
mempunyai target untuk mencapai kesejahteraan
memerlukan material yang tidak hanya kuat tetapi
manusia [3-5]. Pelaku industri konstruksi
awet terutama untuk konstruksi di kawasan laut,
mempunyai peran penting dalam menjaga
dermaga dan bangunan-bangunan penunjang
keseimbangan lingkungan (eco-balance)
lainnya.
memerlukan teknologi beton ramah lingkungan
yang berkelanjutan. Indonesia yang mempunyai limpahan tambang batu
bara yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar di
Kalangan peduli pelestarian lingkungan mengkritik
setiap industri yang mempunyai limbah yang sangat
industri produksi beton, karena semen sebagai
potensi untuk dikembangkan lebih bernilai dan
material utama beton menghasilkan gas karbon
berkualitas terutama dalam material konstruksi dan
dioksida dengan jumlah 7-8 % [6] dari penyumbang
bahan bangunan, FA. Penelitian ini mempunyai
karbon dioksia di dunia. Oleh sebab itu,
maksud secara umum adalah mengembangkan
pengembangan teknologi beton geopolimer masih
teknologi beton geopolimer untuk mengkonversi
dilaksanakan secara kontinyu dan intensif.
FA sebagai material adaptif.. Tujuan studi ini
Selain hal itu, keberlanjutan teknologi beton tidak mengetahui efek pengaruh lingkungan korosif pada
lepas dari upaya mengedepankan potensi lokal binder gopolimer dengan FA yang merupakan
untuk kepentingan kemajuan ilmu dan teknologi rangkaian pendahuluan penelitian beton geopolimer
serta pencapaian kesejahteraan. Potensi lokal yang pada lingkungan korosif.
sangat berperan dalam teknologi beton adalah
material lokal yang dalam hal ini berarti diproduksi DASAR TEORI
di dalam negeri, berasal dari dalam negeri, serta
Geopolimerisasi adalah proses yang merubah hasil
memiliki kandungan material yang berasal dari
limbah industri yang mengandung alumino-silikat
negeri.
oksida menjadi produk geopolimer yang
Di sisi yang lain, Republik Indonesia adalah negara menghasilkan kekuatan mekanik tinggi. Beton
kepulauan terbesar di dunia dan menjadi geopolimer, reaksi polimerisasi Alumunium (Al)
penghubung dua samudera dan dua benua,. Wilayah dan Silika (Si) dengan liquid berupa larutan alkalin
perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari akan menghasilkan AlO4 dan SiO4. Reaksi ini
seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut memegang peranan penting dalam membangun

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 545


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kekuatan dan keawetan mikro-struktur beton ditentukan oleh temperatur, tekanan, pengotor,
geopolimer. Konsep polimerisasi berbeda dengan kecepatan tumbuh, dll. Cristobalite dan
hidrasi pada semen portland tradisional dengan air tridymite teridentifikasi sebagai unsur SiO2.
(H2O), geopolimer tidak membentuk kalsium silikat b. Uji kandungan kimia dengan analisa X-Ray
hidrat (C-S-H) dan kalsium hidroksida CH, semen Fluorescence (XRF), kandungan kimia FA
geopolimer didasarkan pada kerangka ditentukan dengan analisa X-Ray Fluorescence
aluminosilikat. Perbedaan konsep polimerisasi dan (XRF). Jumlah unsur senyawa SiO2, Al2O3 dan
hidrasi proses diterangkan pada Gambar 1, sebagai Fe2O3 sama dengan 66,6%, < 70%, FA yang
berikut: digunakan di penelitian ini dikategorikan
pozolan tipe C.
c. Luas permukaan partikel FA dengan alat
Quantachrome =0,194 m2/g.
d. Jenis Alkali aktivator yang digunakan adalah
Sodium Silikat (Na2SiO3) dan Sodium
Hidroksida yang digunakan adalah larutan
(NaOH) 12 Mol, 14 Mol dan 16 Mol. Sodium
Hidroksida berfungsi sebagai aktivator dalam
reaksi polimerisasi, sedangkan Sodium Silikat
sebagai katalisator untuk mempercepat
pengikatan silika dan oksida alumina pada FA.
Sodium hidroksida dijual di pasaran berupa
Gambar 1. Skema sederhana proses hidrasi dan proses serpihan (Gambar 2), oleh karena itu harus
polimerisasi dijadikan larutan dulu (Gambar 3) dengan
molaritas 12 Mol, 14 Mol dan 16 Mol.
METODOLOGI
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka
dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII
Teknik Sipil FTSP ITS dan Laboratorium Energi
dan Rekayasa LPPM-ITS. Adapun material yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria
sebagai berikut:
Fly Ash, sebagai bahan utama penyusun bahan
pengikat/binder beton geopolimer. Komposisi Gambar 2. Serpihan NaOH
kimia dan fasa dari FA tergantung kepada mineral-
mineral yang berhubungan dengan batubaranya dan
tergantung pula kepada kondisi pembakarannya.
Apabila FA yang dipakai berasal dari industri yang
berbeda, maka akan diperoleh FA dengan
komposisi yang berbeda pula, walaupun dengan
jenis mineral yang sama. Oleh sebab itu, FA wajib
dilakukan uji fisik dan kimia agar diketahui
karakter sifat fisik dan kimianya sebelum
dimanfaatkan lebih jauh sebagai binder beton
geopolimer yang akan mendapat pengaruh korosi Gambar 3. NaOH yang sudah dilarutkan dengan air
dari air laut. Analisa sifat fisik dan kimia FA telah e. Larutan harus dibuat sehari sebelum pemakaian
dilakukan di Laboratorium Studi Energi dan dan didiamkan paling tidak selama 24 jam.
Rekayasa LPPM – ITS Surabaya yang meliputi uji: Pembuatan larutan tersebut dilakukan di
a. Uji derajad kekristalan partikel FA dengan Laboratorium Uji Material Prodi D-III Teknik
analisa XRD. Identifikasi tingkat derajad Sipil ITS.
kekristalan partikel FA dengan analisa X-Ray f. Sodium silikat (Gambar 4) yang dipakai adalah
Diffraction (XRD). Hasilnya ditunjukkan berbentuk larutan kental yang sudah siap
dengan rangkuman bahwa puncak kuat pada dipakai, dan dijual di pasaran sebelum
sudut 21.5°mengindikasikan puncak cristobalite pemakaian tidak ada perlakuan khusus.
dan pada sudut 27,5o, tridymite. Cristobalite dan
tridymite adalah senyawa polimorf, senyawa
yang membentuk kristal dalam berbagai bentuk
yang akan mengalami pertumbuhan kristal yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 546


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Ditetapkan Variabel dan tingkatan level sebagai


berikut:
A :Variabel Molariti NaOH = 12, 14 dan 16 untuk
level 0, 1, 2
B : Variabel Na2SiO3 /NaOH = 1,5 ; 2; 2,5 untuk
level 0, 1, 2
C : Variabel FA/AA = 0,6; 0,65 ; 0,7 untuk level 0,
1, 2
D : Variabel SP (SP) = 0; 1; 2 untuk level 0, 1, 2
Gambar 4. Sodium silikat E : Variabel Curing : tawar; air laut; Larutan NaCl
untuk level 0, 1, 2
g. Larutan aktivator (Gambar 5) pada pembuatan Tingkatan level ini disusun sesuai orthogonal array
binder dan beton geopolimer, sodium silikat dan yang direncakan maka dipresentasikan desain
sodium hidroksida dicampur dan diaduk komposisi seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai
kemudian didiamkan sampai campuran tersebut berikut:
dingin dan siap dipakai untuk membuat binder
atau beton geopolimer. Tabel 2 Desain komposisi dan level binder beton
geopolimer

Jumlah Variabel
Eksperi
men Molar Na2SiO3 FA/ SP Curing
NaOH / Activato
NaOH r
PG-1 12 1,5 0,6 0 tawar
PG-2 12 1,5 0,7 2 NaCl
PG-3 12 2,5 0,6 2 Air Laut
Gambar 5. Larutan aktivator PG-4 14 2 0,7 0 Air Laut
PG-5 14 2,5 0,65 0 NaCl
Beton geopolimer belum ada standar dalam PG-6 14 2,5 0,7 1 tawar
menyusun desain komposisinya. Penelitian ini PG-7 16 1,5 0,65 1 Air Laut
didesain untuk menyertakan semua parameter yang
PG-8 16 2 0,6 1 NaCl
dinilai memberi pengaruh signifikan terhadap PG-9 16 2 0,65 2 tawar
kekuatan binder geopolimer, juga didesain untuk
meminimalkan percobaan dan yang paling penting
mudah dalam menganalisa hasil eksperimen yang Tabel 3. Keperluan bahan penyusun binder beton
telah dilaksanakan. Metode yang dipilih dalam geopolimer
mendesain eksperimen ini adalah metode Taguchi
dengan orthogonal array (Tabel 1), L9 (35) dengan Jumlah Bahan Penyusun
Eksperimen
menjalankan sekaligus 5 variabel (Molaritas NaOH, Na2SiO3 NaOH FA SP
Rasio Na2SiO3 and NaOH, FA/AA, SP, perawatan (gram) (gram) (gram) (gram)
binder) yang dianggap memberi pengaruh PG-1 14,726 9,817 36,816 0,000
signifikan terhadap kekuatan dan keawetan. PG-2 5,655 3,770 21,991 0,440
PG-3 8,976 3,590 18,850 0,377
PG-4 6,283 3,142 21,991 0,000
Tabel 1. Orthogonal array [7] yang diaplikasikan PG-5 7,854 3,142 20,420 0,000
untuk penelitian ini PG-6 6,732 2,693 21,991 0,220
PG-7 6,597 4,398 20,420 0,204
Jumlah Variabel PG-8 8,378 4,189 18,850 0,188
Eksperimen PG-9 7,330 3,665 20,420 0,408
A B C D E
PG-1 0 0 0 0 0
PG-2 0 0 2 2 1 Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
PG-3 0 2 0 2 2 binder geopolimer yang dicetak pada silinder
PG-4 1 1 2 0 2 diameter 20 mm dan tinggi 40 mm (Gambar 5).
PG-5 1 2 1 0 1 Komposisi disesuaikan dengan desain eksperimen
PG-6 1 2 2 1 0
PG-7 2 0 1 1 2
metode Taguchi.
PG-8 2 1 0 1 1
PG-9 2 1 1 2 0

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 547


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

masing variabel ditunjukkan pada tabel 5 yang


dianalisa menggunakan ANOVA (analysis of
variance).

Tabel 4. Kuat tekan rata-rata binder geopolimer


dalam satuan kg/cm2
Kuat tekan binder
Mix (kg/cm2)
7 hari 28 hari
Gambar 5. Cetakan binder beton geopolimer PG-1 248,7 307,1
PG-2 237,0 332,1
Benda uji binder dilakukan uji tekan dengan standar PG-3 191,9 170,2
SNI 03-6825-2002 pada usia proses polimerisasi; 7 PG-4 335,4 497,3
dan 28 hari untuk kuat tekan. Binder dibuka dari 277,0 297,1
PG-5
cetakan dengan waktu minimal 24 jam dari awal
PG-6 166,9 308,7
waktu mencetak. Penyimpanan dan perawatan
PG-7 190,2 120,2
benda uji binder dilakukan dengan cara direndam
PG-8 292,0 423,9
sesuai sistem curing yang direncanakan pada desain
eksperimen sebelumnya. PG-9 130,2 146,9

Untuk mengetahui seberapa besar beban yang Pada gambar 6 dan 7, pengaruh 5 variabel
mampu ditahan oleh binder, maka dilakukan utama pada kuat tekan binder geopolimer pada
pengujian kuat tekan binder arah vertikal sampe umur polimerisasi 7 hari dan 28 hari menunjukkan
benda uji hancur sesuai umurnya . Adapun rumus model pengaruh yang identik. Pengaruh tersebut
yang digunakan untuk mencari kuat tekan [1] adalah: molaritas NaOH dan rasio Na2SiO3 dan
adalah : NaOH memberikan pengaruh optimum pada kuat
tekan binder geopolimer, pada nilai level 14 molar
(1) dan 2. Jumlah perbandingan FA dengan AA pada
kuat tekan= N/
A nilai rasio 0,65 s.d 0,7 menunjukkan pengaruh baik
Keterangan: pada kuat tekan binder geopolimer. Prosentase SP
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) yang bertambah akan mempunyai kecenderungan
A : luas penampang benda uji, (mm2) menurunkan kuat tekan binder geopolimer.
Sebaliknya sistem perawatan beton geopolimer
HASIL DAN ANALISA dengan menggunakan air tawar memberikan
Tabel 4 menampilkan hasil kuat tekan rata-rata pengaruh yang lebih rendah terhadap kuat tekan
binder geopolimer pada umur 7 dan 28hari. Kuat binder geopoimer dibandingkan perawatan dengan
tekan rata-rata pada usia 28 hari antara 120 kg/cm2 air laut dan NaCl.
s.d 497 kg/cm2. Menurut tabel 5, pada umur polimerisasi 28
Pengaruh 5 variabel (Molaritas NaOH, Rasio hari menunjukkan bahwa rasio FA dan AA
Na2SiO3 and NaOH, FA/AA, SP, perawatan binder) mempunyai kontribusi yang signifikan pada pada
pada kuat tekan binder geopolimer ditunjukkan kuat tekan binder geopolimer senilai 35% pada
pada gambar 6 dan 7. Derajad kontribusi masing- umur 28 hari.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 548


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 6. Pengaruh 5 variabel utama pada kuat tekan binder geopolimer umur 7 hari

Gambar 7. Pengaruh 5 variabel utama pada kuat tekan binder geopolimer umur 28 hari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 549


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 5. Hasil ANOVA (analysis of variance) dari UCAPAN TERIMA KASIH


kuat tekan binder geopolimer Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM-
ITS yang telah memberikan bantuan untuk
Variabel
Parameter Kuat tekan Kuat tekan menyelesaikan penelitian hibah laboratorium ini.
statistik umur 7 hari umur 28 hari Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab Uji
Molaritas NaOH DFa 2 2 Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah
SSSb 28299 180146
memberikan fasilitas dalam melaksanakan
ASSc 28299 180146
MSd 14150 90073
penelitian.
F test 1,167 5,818
Kontribusi 12% 19%
Na2SiO3/NaOH DF 2 2 REFERENSI
SSS 1976 120591 1. Davidovits, J., Environmentally Driven
ASS 1976 120591 Geopolymer Cement Applications., in
MS 988 60296 Geopolymer 2002 Conference. . 2002:
F test 0,636 3,894 Melbourne, Australia,.
Kontribusi 7% 13%
FA/AA DF 2 2
2. Drexhage, J. and D. Murphy, Sustainable
SSS 150550 332909 Development: From Brundtland to Rio 2012.
ASS 150550 332909 2010: New York.
MS 75275 166455 3. Bayuaji, R., Sinergi Pemanfaatan Material
F test 1,057 10,751 Lokal dalam Beton Ramah Lingkungan dan
Kontribusi 11% 35%
2
Pendidikan Karakter Mahasiswa untuk
SP DF 2
SSS 92533 205211 Pembangunan yang Berkelanjutan, in Go
ASS 92533 205211 Green! Green Building, Green Construction.
MS 46267 102605 2012, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
F test 3,968 6,627 Politeknik Negeri Semarang: Semarang.
Kontribusi 41% 22%
4. Hardjito, D., Pembangunan Berkelanjutan,
Sistem Perawatan DF 2 2
SSS 19967 103569
Material Beton Ramah Lingkungan dan
ASS 19967 103569 Edukasi Mahasiswa, in Seminar Nasiional
MS 9983 51785 Lingkungan Hidup 2010. 2010: Universitas
F test 2,891 3,345 Kriten Petra Surabaya. p. C6-C11.
Kontribusi 30% 8% 5. Soeriaatmadja, R.E., Pembangunan
Keterangan:
a : derajad kebebasan
Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan.
b: jumlah kuadrat 2000: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan) Departemen Pendidikan Nasioanal.
d : Rata-rata kuadrat 6. Mehta, P.K. Role of Pozzolanic and
Cementitious Material in Sustainable
KESIMPULAN
Development of the Concrete Industry. Fly
Studi ini memberi kesimpulan bahwa rasio FA dan
Ash, Silica Fume, Slag, and Natural Pozzolans
AA mempunyai kontribusi yang sangat siginifikan
in Concrete. in in Proceedings of the 6
kepada kuat tekan binder geopolimer dengan rasio
CANMET/ACI/JCI International Conference.
di atas 0,65. Selain itu pengaruh perawatan
1998. Bangkok.
lingkungan korosif menunjukkan pengaruh yang
7. Bolboacă, S.D. and L. Jäntschi, Design of
lebih baik pada kuat tekan binder geopolimer
Experiments: Useful Orthogonal Arrays for
dibandingkan pengaruh terhadap perawatan air
Number of Experiments from 4 to 16 Entropy,
tawar. .
2007. 9: p. 198-232.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 550


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL KALIMANTAN SELATAN PADA


KUAT TEKAN BETON RINGAN DENGAN SISTEM FOAM AGENT

Widjonarko1), Ridho Bayuaji1), Yuyun Tajunnisa1), Sulchan Arifin 1), Sungkono 1),
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111

Abstrak

Penelitian ini bertujuan secara umum adalah memanfaatkan agregat halus material lokal Kalimantan Selatan pada
teknologi beton ringan dengan sistem foam agent,BRF-MKS.Komposisi BRF-MKS disusun dengan desain eksperimen
metode Taguchi, L9 (34) untukmemenuhi persyaratan beton ringan sebagai bahan bangunan. Untuk mengaplikasikanbeton
ringan dari material lokal kalimantan selatan, maka dilakukan uji tekan pada campuran beton ringan di Laboratorium Uji
Material prodi DIII Teknik Sipil FTSP ITS. Benda uji beton ringan mempunyai dimensi silinder 150x300 mm untuk uji tekan
pada umur 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa MKS/MKLberkontribusi efektif dengan rasio 0,5
terhadap kuat tekan BRF-MKS.

Kata kunci : beton ringan, foam agent, material lokal, agregat halus,

PENDAHULUAN yang cukup banyak sehingga beton ini menjadi


Bahan galian di wilayah Kalimantan Selatan ringan. Beton ini oleh American Society for Testing
beraneka ragam jenisnya, baik itu bahan galian and Material ( ASTM) disebut dengan Celluler
energi, ahan galian logam, bahan galian non logam Lightweight Concrete (CLC), dalam penelitian ini
maupun bahan galian industri.Salah satunya adalah diberi istilah Beton Ringan sistem Foam agent
pasir, kerikil, bongkah batu yang merupakan hasil (BRF). Saat ini BRF telah banyak diproduksi dan
pelapukan dari batuan yang kemudian ditransport diteliti oleh banyak negara seperti Jerman, Autralia,
dan diendapkan, misalnya pada sungai, danau dan bahkan india sebagai material non struktural seperti
pantai.Lokasi endapan tersebar hampir disemua dinding, thermal Insulation dan lain sebagainya.
sungai di Kalimantan Selatan. Penggunaannya Kerapatan BRF berkisar antara 300 hingga 1800
sebagai bahan bangunan dan cadangannya belum kg/m3 dan kekuatan tekan antara 0,3 hingga 25
diketahui [1]. Mpa. Untuk membuat BRF dibutuhkan bahan kimia
pembentuk gelembung (foam agent) yang dicampur
Penelitian ini mencoba mengembangkan bahan
dengan air dan disemprotkan kedalam mortar
material lokal Kalimantan Selatan (MKS) dalam
dengan tekanan 5 Bar. BRF sebagai beton yang
beton ringan. Di masa kini dan mendatang, fokus
mempunyai porositi yang tinggi, porositi yang
penelitian bahan bangunan di seluruh dunia adalah
tinggi menyebakan densitas menjadi turun dan
mencari bahan bangunan yang ringan, tahan lama,
mempunyai hubungan eksponensial dengan
mudah digunakan, ekonomi dan sekaligus lebih
kekuatan yang rendah pula.
ramah lingkungan [2]. Penggunaan beton dengan
Penelitian ini sebagai kajian awal untuk mengetahui
berat volume yang lebih ringan dari beton normal
pengaruh MKS sebagai bahan pengisi diaplikasikan
akan memberikan keuntungan yang signifikan
pada BRF agar bisa menjadi bahan bangunan lokal
antara lain: mereduksi beban gempa dan pondasi,
yang bisa dimanfaatkan warga setempat.
mengurangi luas penampang struktur, mengurangi
jumlah penyangga begisting sewaktu proses
DASAR TEORI
pengecoran, mengurangi dampak lingkungan di
sekitar proyek. Ciri utama BRF adalah mempunyai komposisi
spesifik dengan tidak mengandung aggregate kasar,
Semakin baik material dipahami, semakin baik
melainkan tersusun dengan aggregate halus,
dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan dengan
semen, air dan busa udara. Busa udara yang stabil
mengembangkan bahan material lokal Kalimantan
[3] dibentuk dari sejenis surfaktan berbusa yang
Selatan (MKS) pada beton ringan akan menambah
berfungsi menyusun struktur pori yang homogen di
pengetahuan perihal pengaruh karakter agregat
dalam campuran dasar mortar. Jumlah volume
halus MKS pada BRF.
udara yang terbentuk minimal 20% dari volume
Beton ringan dengan konsep foam agent adalah total beton. Material pengikat BRF mempunyai
mortar yang dicampur dengan gelembung karakter semen, seperti contoh: semen portland,
gelembung udara sehingga mempunyai pori pori semen-silika, semen pozzolan dan kapur pozzolan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 551


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

[4]. ACI-committee 523 [5] menetapkan bahwa TABEL 1 PROPERTI SEMEN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
aggregate alternatif dapat ditambahkan seperti
Parameter SNI 15-2049- Hasil
contoh aggregate ringan buatan yaitu expanded 2004 Tes
clay, shale, slate, sintered fly ash, perlite, dan Komposisi Kimia
vermiculite. Begitu juga dengan aggregate ringan Al2O3 6.03
buatan yaitu as pumice, scoria, atau tuff. SiO2 20.65
Fe2O3 3.44
Oleh karena ada pengaruh jumlah volume udara di CaO 65.96
MgO Max 6.00 2.05
dalam BRF maka penentuan spesifikasi BRF tidak SO3 Max 3.50 2.22
sama dengan beton normal, spesifikasi berat Loss on Ignition Max 5.00 3.96
volume menjadi tinjauan tambahan selain kuat Free Lime 1.09
tekan. Pada BRF, pengurangan kuat tekan Insoluble residue 2.37
Alkali (Na2O+0,658K20) 0.38
berbanding terbalik eksponensial [6] dengan
penambahan jumlah volume udara pada komposisi Propoerti X-Ray Difraction
campuran. Tricalcium Silicate (C3S) 56.68
Dicalcium Silicate (C2S) 11.00
Beberapa keuntungan pemanfaatan BRF, yaitu: (i) Tricalcium Aluminate (C3A) 7.72
Memberikan kontribusi dalam bidang teknologi Tetracalcium Aluminate Ferrite
beton, dimana BRF mempunyai variasi berat (C4AF) 8.91
Properti Fisik
volume antara 400 to 1800 kg/m3 yang bermanfaat Kehalusan
dalam desain beban sendiri terhadap perhitungan -Blaine specific surface Min 280
suatu elemen struktur, contohnya sebagai dinding (m2/kg) 359
partisi, insulasi dan leveling; (ii) Berkontribusi Waktu setting, Vicat Test:
- Initial set (minutes) Min 45 125
dalam proses pelaksanaan, BRF segar mempunyai - final set (menit) Max 375 240
kelecakan yang baik sehingga mudah mengalir, Autoclave test:
pemadatan dan membangun level dengan -Expansion (%) Max 0.8 0.10
sendirinya; (iii) Mampu mengisi antar tulangan Kuat Tekan:
- 3 hari (kg/cm2) Min 125 255
tanpa menggunakan peralatan pemadat beton segar - 7 hari (kg/cm2) Min 200 316
sehingga mengurangi kebisingan selama - 28 hari (kg/cm2) Min 280 411
pelaksanaan; (iv) Bahan material yang terbuat dari False set (%) Min 50 77,36
BRF akan mengurangi beban transportasi dan Adapun data agregat halus MKS;modulus halus
jumlah operator selama proses mobilisasi; (v) butir sebesar 2,29, diameter butiran dari 0,149 mm
Menyerap panas yang baik dan material tahan api hingga4,76 mm, tergolong dalam zona 4,
karena jumlah rongga di beton; (vi) Peredam kelembaban 0,1%, berat jenis 2,74 gr/cm3, resapan
benturan dan beban kejut yang baik. sebesar 0,2 %, buckling 19,3 %, kandungan organik
tinggi, kandungan lumpur 9%.
METODOLOGI
Penelitian ini didesain untuk menyertakan semua
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka parameter yang dinilai memberi pengaruh
dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII signifikan terhadap kekuatan BRF-MKS, juga
Teknik Sipil FTSP ITS. Adapun material yang didesain untuk meminimalkan percobaan dan yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai kriteria paling penting mudah dalam menganalisa hasil
sebagai berikut: eksperimen yang telah dilaksanakan.Metode yang
Semen Gresik tipe I digunakan sebagai material dipilih dalam mendesain eksperimen ini adalah
pengikat campuran. Alasan kenapa dipilih tipe I metode Taguchi dengan orthogonal array (Tabel 2),
agar diketahui perbedaan perkembangan hidrasi L9 (34) dengan menjalankan sekaligus 4 parameter
pada kondisi normal dibandingkan dengan akibat (pasir/semen, pasir/semen, air/zat padatan, densiti)
tambahan pozolan pada semen normal. Sifat fisik yang dianggap memberi pengaruh kuat terhadap
dan kimia semen diuraikan pada tabel 1. kekuatan.
Densiti dan luas partikel semen diketahui masing-
masing 3,15 dan 359 m2/kg.
Material lokal (ML) yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah pasir alami quartzite yang
diperoleh dari depo Mojokerto. Modulus halus butir
sebesar 3,119, diameter butiran dari 0,149 mm
hingga4,76 mm, tergolong dalam zona 3,
kelembaban 1,46%, berat jenis 2,73 gr/cm3,
resapan sebesar 0,77%, buckling 15,38 %,
kandungan organik rendah, kandungan lumpur 3%.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 552


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 2.Orthogonal array[7]yang diaplikasikan


untuk penelitian ini
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
Jumlah Variabel
BRF-MKS yang dicetak pada silinder diameter 150
Eksperimen A B C D
mm dan tinggi 300 mm. Komposisi disesuaikan
PG-1 1 1 1 1
dengan desain eksperimen metode Taguchi.
PG-2 1 2 2 2
PG-3 1 3 3 3 Benda uji BRF-MKSdilakukan uji tekan dengan
PG-4 2 1 2 3 standar SNI 03-6825-2002 pada umur;:7 dan 28
PG-5 2 2 3 1 hari untuk kuat tekan. Benda uji BRF-MKSdibuka
PG-6 2 3 1 2 dari cetakan dengan waktu minimal 24 jam dari
PG-7 3 1 3 2 awal waktu mencetak. Penyimpanan dan perawatan
PG-8 3 2 1 3 benda uji BRF-MKS dilakukan dengan cara
PG-9 3 3 2 1 direndam dalam air.
Untuk mengetahui seberapa besar beban yang
Ditetapkan variabel dan tingkatan level sebagai mampu ditahan oleh BRF-MKS, maka dilakukan
berikut: pengujian kuat tekan BRF-MKS arah vertical
A : Variabel Pasir/Semen = 0,25, 0,5 dan 0,75 hinggamencapai gaya tekanyang menyebabkan
untuk level 1, 2, 3 benda uji hancur. Formulasi yang digunakan untuk
B : Variabel MKS/ML = 0 ; 0,5; 1 untuk level 1, 2, mencari kuat tekan [1] adalah :
3
C : Variabel Air/zat Padatan = 0,3; 0,35 ; 0,5 untuk (1)
level 1, 2, 3 kuat tekan= N/
A
D : Densiti = 1000; 1250 ; 1500 untuk level 1, 2, 3
Keterangan:
Tingkatan level ini disusun sesuai orthogonal array Pmaks : gaya tekan maksimum, (N)
yang direncakan maka dipresentasikan desain A : luas penampang benda uji, (mm2)
komposisi seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai
berikut: HASIL DAN ANALISA
Tabel 3 Desain komposisi, variabel dan level BRF- Hasil kuat tekan rata-rata BRF-MKS memiliki nilai
MKS antara antara 61,76 kg/cm2 s.d 94,28 kg/cm2 untuk
umur hidrasi 7 hari dan antara 151,40 kg/cm2 s.d
Jumlah Pasir/ P.Kalimantan Air/zat 231,08 kg/cm2 untuk umur hidrasi 28 hari. Hasil
Eksperimen Densiti selengkapnya kuat tekan rata-rata BRF-MKS dapat
Semen /P. Lokal padat
BRFMKS-1 0,25 0 0,3 1000
dilihat pada tabel 4. Pengaruh 4 variabel terhadap
BRFMKS-2
kuat tekan BRF-MKS juga diperlihatkan secara
0,25 0,5 0,35 1250
rinci pada gambar 6 dan 7. Tabel 5 adalah tabel
BRFMKS-3 0,25 1 0,4 1500
ANOVA (analysis of variance) memperlihatkan
BRFMKS-4 0,5 0 0,35 1500
derajad kontribusi masing-masing variabel.
BRFMKS-5 0,5 0,5 0,4 1000
BRFMKS-6 0,5 1 0,3 1250 Tabel 5. Kuat tekan rata-rata BRF-MKS dalam
BRFMKS-7 0,75 0 0,4 1250 satuan kg/cm2
BRFMKS-8 0,75 0,5 0,3 1500
Kuat tekan binder
BRFMKS-9 0,75 1 0,35 1000 Mix (kg/cm2)
7 hari 28 hari
PG-1 85,36 207,67
Tabel 4. Keperluan bahan penyusun BRF-MKS PG-2 94,28 231,08
PG-3 75,26 184,32
Jumlah Semen Air P.Kali- P. Foam PG-4 94,08 230,03
Eksperimen (Kg) (Kg) mantan Lokal (Liter) PG-5 64,47 156,29
(Kg) (Kg) PG-6 75,98 186,39
BRFMKS-1 23,7 8,9 0,00 5,94 19,94 PG-7 61,76 151,40
BRFMKS-2 28,6 12,5 3,58 3,58 14,34 PG-8 79,67 195,61
BRFMKS-3 33,1 16,5 8,28 0,00 8,46 PG-9 64,12 157,67
PG-6 85,36 207,67
BRFMKS-4 19,0 10,0 0,00 9,54 18,98
BRFMKS-5 22,9 13,7 5,75 5,75 13,22 Gambar 6 dan 7 menunjukkanmodel pengaruh 4
BRFMKS-6 29,7 13,3 14,85 0,00 10,26
variabel utama pada kuat tekan BRF-MKS pada
BRFMKS-7 15,7 11,0 0,00 11,82 18,15
BRFMKS-8 21,2 11,1 7,96 7,96 14,78
umur hidrasi 7 hari dan 28 hari. Variabel densiti
BRFMKS-9 24,5 15,0 18,39 0,00 8,93 memberi pengaruh dengan bertambahnya level
densiti kuat tekan BRF-MKS juga semakin tinggi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 553


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kuat tekannya, sesuai dengan penelitian sebelumnya diakibatkan MKS mempunyai kandungan organik
[8]. Namun sebaliknya, bertambahnya level pada yang tinggi dan kandungan lumpur yang lebih dari
variabel pasir/semen danMKS/ML memberi 5%. Namun pada level 0,5 ditunjukkan kuat tekan
pengaruh turunnya kuat tekan BRF-MKS. Variabel BRF-MKS di atas rata-rata. Pada umur 28 hari,
air/zat padatan memberi pengaruh kuat tekan BRF- kuat tekan rata-rata BRV-AVB mempunyai
MKS optimum pada level 0,35. kekuatan 189 kg/m2, lebih tinggi 11 % standar dari
kuat tekan beton ringan untuk struktur[9]. Walau
Pengaruh variabel pasir/semen menjelaskan bahwa
pengaruh MKS/ML mempunyai konstribusi 10,2%
pada level 0,25 s.d 0,5 bahwa kuat tekan BRV-
s.d 10,9 % terhadap kuat tekan BRF-MKS namun
MKSmengalami penurunan, namun kuat tekan
nilai F test pada tabel 5 menunjukkan lebih besat
BRV-MKS masih di atas rata-rata. Level 0,75
dari F tabel (3,23) yang mendefinisikan bahwa
menunjukkan kuat tekan BRF-MKS di bawah rata-
MKS/ML memberikan pengaruh efektif terhadap
rata, menunjukkan level rasio pasir/semen kurang
kuat tekan BRF-MKS.
efektif untuk mempengaruhi kuat tekan BRF-MKS.
Hal ini disebabkan dengan semakin tinggi Kontribusi air/zat padatan menunjukkan kontribusi
pasir/semen akan mengurangi bahan pengikat BRF- yang paling tinggi diantara variabel yang lain
MKS. terhadap kuat tekan BRF-MKS yaitu 38,9 s.d 40,1
% dengan nilai F test lebih besar dari nilai F tabel.
Level variabel MKS/ML yang bertambah
menyebabkan turunnya kuat tekan BRF-MKS, ini

Gambar 6. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-MKS umur 7 hari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 554


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 7. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-MKS umur 28 hari

Tabel 6. Hasil Analisa Varian dari kuat tekan BRF-


KESIMPULAN
MKS
Kuat Kuat
Studi ini memberi kesimpulan bahwa variabel
Parameter tekan tekan air/zat padatan memberikan kontribusi siginifikan
Variabel
statistik umur 7 umur terhadap kuat tekan BRF-MKS. Variabel air/zat
hari 28 hari padatan memberikan pengaruh optimum terhadap
Pasir/Semen Dfa 2 2 kuat tekan BRF-MKS, pada level 0,35. Kuat tekan
SSSb 2460 14117
ASSc 2460 14117 rata-rata BRV-AVB mempunyai kekuatan 189
MSd 1230 7059 kg/m2, lebih tinggi 11 % standar dari kuat tekan
F test 21,50 21,00 beton ringan untuk struktur maka MKS/MKL
Kontribusi 33,4% 32,1% berkontribusi efektif dengan rasio 0,5 terhadap kuat tekan
Mat. Kalsel/Mat Lokal DF 2 2 BRF-MKS.
SSS 805 4471
ASS 805 4471
MS 403 2236
F test 7,04 6,65
UCAPAN TERIMA KASIH
Kontribusi 10,9% 10,2% Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM-
Air/zat padat DF 2 2 ITS yang telah memberikan bantuan untuk
SSS 2862 17639 menyelesaikan penelitian hibah laboratorium
ASS 2862 17639
MS 1431 8820
ini.Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab
F test 25,01 26,24 Uji Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah
Kontribusi 38,9% 40,1% memberikan fasilitas dalam melaksanakan
Densiti DF 2 2 penelitian.
SSS 1230 7816
ASS 1230 7816
MS 615 3908 DAFTAR PUSTAKA
F test 10,75 11,62
Kontribusi 16,7% 17,7% 1. KALSEL, B. [cited;
a : derajad kebebasan http://bkpmd.kalselprov.go.id/potensi-
b: jumlah kuadrat daerah/pertambangan-dan-energi].
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan) 2. Naik, T.R., Environmental-Friendly Durable
d : Rata-rata kuadrat
Concrete Made with Recycled Materials for

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 555


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Sustainable, R.N. CBU-2005-08, Editor. 6. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect
2005: Toronto, Canada, . of high fly ash content on the compressive
3. Ramamurthy, K., E.K.K. Nambiar, and G.I.S. strength of foamed concrete. Cement and
Ranjani, A Classification of Studies on Concrete Research, 2001. 31(1): p. 105-112.
Properties of Foam Concrete. Cement & 7. Roy, R., A primer on the Taguchi method.
Concrete Composites, 2009. S0958- 1990.
9465(09)00063-8. 8. Kearsley, E.P. and P.J. Wainwright, The effect
4. ASTM-C796-97, Standard Test Method for of porosity on the strength of foamed concrete.
Foaming Agents for use in producing cellular Cement and Concrete Research, 2002. 32(2):
concrete using Preformed Foam. 1997. p. 233-239.
5. ACI-committee523., Guide for cellular 9. ASTM-C330-69, Specification for lightweight
concretes above 50 pcf, and for aggregate aggregates for structural concrete. 2001.
concretes above 50 pcf with compressive
strengths less than 2500 psi. . ACI Journal
1975. 72: p. 50-66.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 556


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ALAT SIMULASI KEHILANGAN ENERGI PADA SALURAN TERTUTUP (PIPA)

Tatas1, Pramuda Alif Firdausy2, Putri Ayunita Sari2 , S. Kamilia Aziz1, Pudiastuti1 dan Ary M.
Shiddiqi3
1
Dosen Prodi Diploma Teknik Sipil, 2Mahasiswa Prodi Diploma Teknik Sipil, 3Dosen Teknik
Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
E-mail : tatas@ce.its.ac.id; kamilia@ce.its.ac.id; shiddiq@if.its.ac.id

ABSTRAK
Hidrolika merupakan ilmu dasar dalam teknik sipil yang menjelaskan perilaku air baik yang terjadi di saluran terbuka
(seperti sungai, saluran drainase, saluran irigasi) maupun pada saluran tertutup seperti aliran salam pipa. Pada dua tipe
saluran tersebut, persamaan energi yang terjadi dapat dianalisa dengan menggunakan Persamaan Bernoulli. Salah satu bentuk
keterkaitan antara kedua jenis saluran tersebut adalah cara menggambarkan kehilangan energi yang terjadi pada air yang
mengalir.
Untuk membuat gambaran secara nyata di lapangan terkait kehilangan energi dalam pipa maka dibuatlah alat simulasi
yang akan dibandingkan dengan teori kehilangan energi. Selain pembuatan alat simulasi maka dilakukan pula analisis
pebandingan tingkat kesalahan antara berbagai metode yang ada.
Metode yang digunakan yaitu dengan membuat alat simulasi kehilangan energi menggunakan pipa PVC, dengan
berbagai bentuk jenis sambungan seperti penyempitan dan pembesaran tiba-tiba maupun yang secara perlahan. Selanjutnya
dilakukan perbandingan tingkat kesalahannya dengan rumus kehilangan energi, Persamaan Darcy – Weisbach, Persamaan
Hazen – Williams dan dengan menggunakan program komputer Epanet 2.0.
Berdasarkan hasil analisis maka perbandingan tingkat kesalahan kehilangan energi untuk alat simulasi dengan
metode-metode yang lain seperti tersebut di atas adalah 11%, 9%, 9%, 16%.

Kata kunci : kehilangan energi, , saluran tertutup, simulasi.

LATAR BELAKANG Konsep Formula Bernoulli ini dapat ditemui pada


Hidrolika merupakan ilmu dasar dalam teknik sipil saluran distribusi air bersih baik dalam lingkup
yang menjelaskan perilaku air baik yang terjadi di rumah tangga dan perusahaan air bersih seperti
saluran terbuka (seperti sungai, saluran drainase, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di
saluran irigasi) maupun pada saluran tertutup berbagai kota di Indonesia. Pada jaringan pipa
seperti aliran salam pipa. Pada dua tipe saluran distribusi tersebut, terdiri atas tandon (reservoir),
tersebut, persamaan energi yang terjadi dapat pompa, pipa lurus berbagai dimensi, belokan dan
dianalisa dengan menggunakan Persamaan lain-lain. Tandon sendiri terbagi atas dua tipe yaitu
Bernoulli. Salah satu bentuk keterkaitan antara tandon atas (elevated reservoir) dan tandon tanam
kedua jenis saluran tersebut adalah cara (grounded reservoir).
menggambarkan kehilangan energi yang terjadi
pada air yang mengalir. Hidrolika saluran tertutup, mencoba menjelaskan
hubungan antara komponen distribusi jaringan air
Hidrolika saluran tertutup menjelaskan tentang bersih tersebut dengan parameter air dalam pipa.
parameter aliran dalam Formula Bernoulli. Hubungan antara keduanya saat ini, dihitung dan
Parameter utama tersebut adalah tekanan dalam digambarkan melalui rumusan yang telah ada
pipa (tinggi tekanan), tinggi kecepatan, tinggi seperti Persamaan Darcy – Weisbach (Nevers,
elevasi serta kehilangan energi. Tinggi tekanan 1970) dan Persamaan Hazen – Williams 1920.
untuk menggambarkan kemampuan air dalam pipa Untuk mengetahui gambaran secara nyata di
untuk dapat mengalir hingga ke titik yang paling lapangan terkait kehilangan energi dalam pipa maka
tinggi. Tinggi kecepatan menggambarkan dibuatlah alat simulasi.
kehilangan energi yang terjadi selama air mengalir
dalam pipa. Sedangkan tinggi elevasi menjelaskan
letak elevasi pipa tersebut dari datum yang TUJUAN
ditentukan. Kehilangan energi merupakan Untuk membuat gambaran secara nyata di lapangan
berkurangnya tenaga yang dimiliki oleh air yang terkait kehilangan energi dalam pipa maka
mengalir dalam pipa tersebut akibat gesekan dibuatlah alat simulasi yang akan dibandingkan
dengan pipa maupun akibat perjalanan yang dengan teori kehilangan energi.
ditempuh oleh air dalam pipa.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 557


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

DASAR TEORI
Dasar dari penelitian ini adalah Persamaan Untuk minor head loss dapat dihitung dengan
Bernoulli, yaitu : menggunakan rumus ℎ = ∙ , dengan k adalah
P V P V
+ +Z = + +Z koefisien kehilangan energi. Total head loss
γ 2g γ 2g merupakan jumlah dari major dan minor head loss.
Minor head losses tersebut meliputi beberapa
Keterangan : bentuk seperti pengecilan tiba-tiba, pengecilan
= tinggi tekanan berangsur-angsur, pembesaran tiba-tiba,
γ
pembesaran berangsur-angsur dan belokan.
= tinggi kecepatan
Z = tinggi elevasi Perbandingan nilai kehilangan energi antara alat
simulasi dengan metode lainnya dapat mengunakan
Tinggi tekanan merupakan energi tekan (dalam hal metode Root Mean Square of Error atau RMSE
ini dalam pipa, saluran tertutup) yang bekerja. (Notodarmojo, 2005).
Tinggi kecepatan adalah energi kecepatan air pada
saluran tertutup, tekan dan saluran isap. Tinggi METODE
elevasi adalah jarak antara aliran air dengan datum 1. Pembuatan Alat Simulasi
yang ditetapkan. Pembuatan alat simulasi membutuhkan beberapa
bahan seperti pipa PVC, pipa penghubung seperti
Kehilangan energi (head loss) merupakan untuk jenis pembesaran dan pengecilan, dan pipa
pengurangan energi per satuan berat fluida pada belokan. Selain itu alat pendukung berupa tandon
aliran cairan dalam sistem perpipaan. Head loss air, pipa kecil bening (sebagai pipa venturi), klem,
terdiri atas major head loss (hf), minor head loss alat pengukur tekanan, serta kran pengatur air.
(hm), dan total head loss (htot). Instalasi pipa dilakukan dengan membuat variasi
jaringan pipa yang dilalui oleh air sebagai sistem
Rumusan major head loss adalah : jaringan saluran tertutup.
2. Pencatatan Kehilangan Energi
ℎ = ∙ ∙ Tinggi kehilangan energi dicatat dengan mengukur
2
Keterangan : muka air di pipa venturi dari pipa.
hf = major head loss (m) 3. Perbandingan Hasil Simulasi
f = faktor gesekan Perbandingan dilakukan dengan membandingkan
L = panjang pipa (m) hasil pencatatan simulasi dengan hitungan dari
V = kecepatan fluida dalam pipa (m/s) rumus dan simulasi program komputer Epanet 2.0.
d = diameter dalam pipa (m) adapun metode yang digunakan meliputi :
1. Kehilangan Energi pada Observasi
Nilai faktor gesekan (f) dapat digambarkan dalam 2. Kehilangan Energi (Hf)
diagram Moody. Diagram tersebut merupakan 3. Kehilangan Energi dengan menggunakan
fungsi dari Bilangan Reynold (Reynold’s number) metode Darcy Weisbach
dan kekasaran relatif (relative roughness - ε/D ). 4. Kehilangan Energi dengan menggunakan
Kekasaran relatif pipa yang merupakan fungsi dari metode Hazen William
nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan 5. Kehilangan Energi dengan menggunakan
dalam pipa (ε) yang tergantung dari jenis material Program Epanet 2.0
pipa.

Bilangan Reynold merupakan :



=
Keterangan :
Re = bilangan Reynold
v = kecepatan aliran ( m/s )
d = diameter dalam pipa (m)
= viskositas kinematik (m2/s)
Untuk aliran laminer bilangan Reynold adalah Re <
2100, nilai faktor gesekan (f) adalah :
64
=

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 558


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 1. Sketsa instalasi saluran tertutup

HASIL
Berikut adalah gambar spot-spot alat simulasi Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan
maka, diperoleh kehilangan energi pada saluran
tersebut adalah sebagai berikut.

Selanjutnya, kehilangan energi pada alat simulasi


akan dibandingkn dengan model lain dalam
menghitung kehilangan energi. Adapun nilai
perbandingan kesalahan eror dengan menggunakan
metode RMSE adalah Model 1 dengan Model 2
adalah 11%, Model 1 dengan Model 3 adalah 9%,
Model 1 dengan Model 4 adalah 9% dan Model 1
dengan Model 5 sebesar 16%.

KESIMPULAN
Gambar 2. Reservoir dan instalasi pipa
Berdasarkan hasil pengamatan maka jika ditinjau
dari perbandingan nilai kesalahan kehilangan energi
alat simulasi (Metode 1) dengan masing-masing
metode yang lain adalah sebagai berikut Model 1
dengan persamaan kehilangan energi (Model 2)
adalah 11%, Model 1 dengan Metode Darcy
Weisbach (Model 3) adalah 9%, Model 1 dengan
Metode Hazen William (Model 4) adalah 9% dan
Model 1 dengan Program Epanet 2.0 (Model 5)
sebesar 16%.
Pengecilan secara tiba- Pipa Lurus
tiba UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada LPPM-ITS yang telah
mendanai pembuatan alat simulasi kehilangan
energi yang dapat digunakan untuk praktikum
hidrolika pada Laboratorium Model Teknik Sipil
ITS.

DAFTAR PUSTAKA
De Nevers (1970), Fluid Mechanics, Addison–
Wesley
Belokan 90° Pembesaran berangsur- Hazen, A.; Williams, G. S. (1920), Hydraulic
angsur Tables (3rd ed.), New York: John Wiley and
Gambar 3. Berbagai bentuk sambungan Sons

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 559


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Notodarmojo, Suprihanto, 2005, Pencemaran Tanah dan Air Tanah, Penerbit ITB, Bandung

Tabel 1. Perhitungan Simulasi Kehilangan Energi Elevated Reservoir

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5


kehilangan elevation pressure kehilangan elevation pressure kehilangan elevation pressure kehilangan elevation pressure kehilangan elevation pressure
Titik Kontrol Bentuk Pipa total head total head total head total head total head
energi head head energi head head energi head head energi head head energi head head
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
lurus
o
1 belokan 90 2 120 78 198 4.28 120 75.72 195.72 2.16 120 77.84 197.84 2.29 120 77.71 197.71 1 120 79 199
lurus
o
belokan 90
2 2 120 76 196 0.51 120 75.21 195.21 2.76 120 75.08 195.08 3.2 120 74.51 194.51 1 120 78 198
lurus
2' lurus 2.5 120 73.5 193.5 0.23 120 74.98 194.98 3.07 120 72.01 192.01 3.83 120 70.69 190.69 4 120 74 194
pengecilan tiba-tiba
3 3.5 120 70 190 0.58 120 74.4 194.4 3.98 120 68.02 188.02 4.54 120 66.14 186.14 4 120 70 190
lurus
3' lurus 6 120 64 184 4.33 120 70.07 190.07 4.83 120 63.2 183.2 5.19 120 60.95 180.95 4 120 66 186
pembesaran perlahan
4 6 120 58 178 4.73 120 65.34 185.34 5.03 120 58.17 178.17 5.44 120 55.51 175.51 4 120 62 182
lurus
o
belokan 90
5 6 120 52 172 5.24 120 60.11 180.11 5.6 120 52.57 172.57 6.28 120 49.23 169.23 4 120 58 178
lurus
5' lurus 7 120 45 165 5.47 120 54.64 174.64 5.61 120 46.95 166.95 6.32 120 42.91 162.91 8 120 50 170
o
belokan 90
lurus
6 o
3 120 42 162 3.53 120 51.11 171.11 2.83 120 44.13 164.13 2.99 120 39.92 159.92 4 120 46 166
belokan 90
lurus

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 560


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

EFEK ABU GUNUNG BROMO PADA KUAT TEKAN BETON RINGAN


DENGAN SISTEM FOAM AGENT

R Buyung Anugraha 1), Ridho Bayuaji 1), Amien Widodo 2), Tatas 1), S Kamilia Azis 1)
1)
Prodi DIII Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
ITS Surabaya Indonesia 60111, email: ba.affandhie@gmail.com

Abstrak
Studi ini melanjutkan pemanfaatan abu vulkanik gunung Bromo (AVB) pada aplikasi beton ringan dengan sistem foam
agent, BRF-AVB. AVB adalah salah satu mineral bumi yang mempunyai mempunyai karakter pozzolan. Desain
eksperimental metode Taguchi L9 (34) digunakan untuk mengetahui pengaruh AVB pada BRF-AVB. Pengujian tekan BRF-
AVB dilakukan di Laboratorium Uji Material prodi D-III Teknik Sipil FTSP ITS. Benda uji BRF-AVB mempunyai dimensi
silinder 150x300 mm untuk uji tekan pada umur 7 dan 28 hari. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa AVB efektif
sebagai bahan subtitusi semen pada campuran BRF-AVB.

Keywords— abu vulkanik, pozzolan, beton ringan, foam agent.

PENDAHULUAN kekuatan dan keawetan yang tinggi [13]. Selain itu,


pemanfaatan limbah alam lokal adalah upaya
Fokus penelitian bahan bangunan di seluruh dunia
gerakan global dalam penyelematan lingkungan,
adalah mencari bahan bangunan yang ringan, tahan
hemat energi dan sumber daya [10].
lama, mudah digunakan, ekonomi dan sekaligus
lebih ramah lingkungan [1]. Sinergi teknologi beton Penelitian ini sebagai kajian awal untuk mengetahui
ringan dan pemanfaatan material lokal salah satu pengaruh AVB sebagai material lokal pengganti
upaya mendukung motivasi pembangunan semen yang diaplikasikan pada BRF agar bisa
berkelanjutan. menjadi bahan bangunan lokal yang bisa
dimanfaatkan warga setempat.
Studi pemanfaatan material lokal pada beton adalah
mengambil hikmah dari beberapa kejadian bencana
DASAR TEORI
yang diakibatkan oleh tindakan manusia dan alam.
Akibat bencana ini menyebabkan mineral di dalam Beton ringan dengan konsep foam agent adalah
bumi terpapar di permukaan bumi. Karakteristik mortar yang dicampur dengan gelembung
sifat fisik dan kimia mineral ini menunjukkan sifat gelembung udara sehingga mempunyai pori pori
pozolan, sehingga memberi manfaat untuk yang cukup banyak sehingga beton ini menjadi
ditambahkan di dalam komposisi beton sebagai ringan. Beton ini oleh American Society for Testing
bahan pengganti semen [2]. and Material (ASTM) disebut dengan Celluler
Lightweight Concrete (CLC), dalam penelitian ini
Penggunaan beton dengan berat volume yang lebih
diberi istilah Beton Ringan sistem Foam agent
ringan dari beton normal akan memberikan
(BRF). Saat ini BRF telah banyak diproduksi dan
keuntungan yang signifikan antara lain: mereduksi
diteliti oleh banyak negara seperti Jerman,
beban gempa dan pondasi, mengurangi luas
Australia, bahkan india sebagai material non
penampang struktur, mengurangi jumlah penyangga
struktural seperti dinding, thermal Insulation dan
begisting sewaktu proses pengecoran, mengurangi
lain sebagainya. Kerapatan BRF berkisar antara 300
dampak lingkungan di sekitar proyek.
hingga 1800 kg/m3 dan kekuatan tekan antara 0,3
Upaya mengeksplorasi AV (abu vulkanik) untuk hingga 25 Mpa. Untuk membuat BRF dibutuhkan
penelitian pendahuluan [3-6] dan menggunakan bahan kimia pembentuk gelembung (foam agent)
potensinya dalam teknologi beton [7-11] telah yang dicampur dengan air dan disemprotkan
dilakukan. Hariyanto [12] juga telah melakukan kedalam mortar dengan tekanan 5 Bar.
pemanfaatan AV dalam bentuk trass sebagai bahan
Bahan pozolan didefinisikan bahan bukan semen
pozolan untuk campuran mortar. Hal yang sangat
yang mengandung silika dan alumina [4]. Karakter
signifikan dari pemanfaatan AV ini adalah limbah
butiran yang halus akan bereaksi secara kimia
alam lokal yang ekonomis sebagai material
dengan kalsium hidroksida (CH), pada suhu normal
pengganti sebagian dan atau bahan tambahan semen
dan dengan adanya air akan membentuk produk
untuk mendapatkan beton dengan kemampuan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 561


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

yang tidak larut, yaitu Calsium Silikat Hidrat (CSH)


yang mempunyai sifat seperti semen [14].
Definisi reaksi pozolanik pada suatu komposisi Densiti dan luas partikel semen diketahui masing-
adalah reaksi kimia antara pozolan (S) dan kalsium masing 3,15 dan 359 m2/kg.
hidroksida (CH) dengan adanya air (H). Hal ini Agregat halus yang digunakan dalam eksperimen
dapat digeneralisasi dengan persamaan yang ini adalah pasir alami quartzite yang diperoleh dari
disederhanakan ditunjukkan pada persamaan (1) depo Mojokerto. Modulus halus butir sebesar
[15]. 3,119, diameter butiran dari 0,149 mm hingga4,76
mm, tergolong dalam zona 3, kelembaban 1,46%,
Pozzolan + CH + H  C-S-H (1) berat jenis 2,73 gr/cm3, resapan sebesar 0,77%,
buckling 15,38 %, kandungan organik rendah,
METODOLOGI kandungan lumpur 3%.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka AVB yang digunakan diperoleh dari empat lokasi
dilakukan eksperimen di laboratorium Prodi DIII (Sapikerep, Ngadisari, Ngadirejo Tengah,
Teknik Sipil FTSP ITS dan Laboratorium Studi Ngadirejo Atas), sesuai dengan hasil penelitian
Energi dan Rekayasa LPPM-ITS. Adapun material sebelumnya maka pada penelitian ini digunakan
yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai AVB dari lokasi Ngadirejo Tengah yang
kriteria sebagai berikut: mempunyai propertis yaitu: densiti relatifnya =
Semen Gresik tipe I digunakan sebagai material 2,44; partikel butiran pada besaran 150-600m dan
pengikat campuran. Alasan kenapa dipilih tipe I 100% lolos 600m; luas permukaan partikel yang
agar diketahui perbedaan perkembangan hidrasi diobservasi Quantachrome Autosorb iQ = 11.648
pada kondisi normal dibandingkan dengan akibat m2/g; uji percepatan reaksi pozolan dengan ASTM
tambahan pozolan pada semen normal. Sifat fisik C 1240 (2004) = 88%; dan data unsur kimia yang
dan kimia semen diuraikan pada tabel 1. terkandung pada AVB pada Tabel 2. Pada gambar
1, puncak kuat pada sudut 21.5°mengindikasikan
puncak cristobalite dan pada sudut 27,5o, tridymite.
TABLE 1: PROPERTI SEMEN SEBAGAI BAHAN
PENGIKAT Komposisi kimia dominan AVB yaitu SiO2, Al2O3
dan Fe2O3 dengan berat masing-masing secara
Parameter SNI 15-2049- Hasil berurutan 39%, 25,5% dan 15,2 mempunyai jumlah
2004 Tes total 79,2%, dikategorikan jenis pozolan F[16].
Komposisi Kimia
Al2O3 6.03
SiO2 20.65
Fe2O3 3.44 TABEL 2. KOMPOSISI KIMIA AVB
CaO 65.96
MgO Max 6.00 2.05 Komposisi
SO3 Max 3.50 2.22 dalam
Berat (%)
Loss on Ignition Max 5.00 3.96 senyawa
Free Lime 1.09 oksida
Insoluble residue 2.37 Al2O3 25
Alkali (Na2O+0,658K20) 0.38 SiO2 39
Fe2O3 15,2
Propoerti X-Ray Difraction CaO 9,74
Tricalcium Silicate (C3S) 56.68 K2O 3,94
Dicalcium Silicate (C2S) 11.00 TiO2 1,59
Tricalcium Aluminate (C3A) 7.72 MnO 0,23
Tetracalcium Aluminate Ferrite V2O5 0,03
(C4AF) 8.91 CuO 0,049
Ag2O 0,7
Properti Fisik BaO 0,21
Kehalusan Eu2O3 0,1
-Blaine specific surface Min 280 Re2O7 0,18
(m2/kg) 359 Y2O3 0,8
Waktu setting, Vicat Test: Br 1,8
- Initial set (minutes) Min 45 125 PbO 1,6
- final set (menit) Max 375 240
Autoclave test:
-Expansion (%) Max 0.8 0.10
Kuat Tekan:
- 3 hari (kg/cm2) Min 125 255
- 7 hari (kg/cm2) Min 200 316
- 28 hari (kg/cm2) Min 280 411
False set (%) Min 50 77,36

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 562


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Ditetapkan variabel dan tingkatan level sebagai


berikut:
A : Variabel AVB/Semen (%) = 10 ; 20 ; 30 untuk
level 1; 2 ; 3
B : Variabel Pasir/Semen = 0,25 ; 0,5; 0,75 untuk
level 1; 2 ; 3
tridymite C : Variabel Air/Zat padatan = 0,3; 0,35 ; 0,4 untuk
level 1, 2, 3
D : Variabel Densiti = 1000; 1250 ; 1500 untuk
level 1, 2, 3
cristobalite
e Tingkatan level ini disusun sesuai orthogonal array
yang direncakan maka dipresentasikan desain
Gambar 1. Hasil identifikasi AVB dengan test XRD komposisi seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai
berikut:

Tabel 4 Desain komposisi dan level BRF-AVB

Jumlah AVB/ Pasir/ Air/Zat


Eksperimen Densiti
Semen Semen padatan
BRFMKS-1 10 0,25 0,3 1000
BRFMKS-2 10 0,5 0,35 1250
BRFMKS-3 10 0,75 0,4 1500
BRFMKS-4 20 0,25 0,35 1500
BRFMKS-5 20 0,5 0,4 1000
BRFMKS-6 20 0,75 0,3 1250
BRFMKS-7 30 0,25 0,4 1250
BRFMKS-8 30 0,5 0,3 1500
BRFMKS-9 30 0,75 0,35 1000

Tabel 5. Keperluan bahan penyusun BRF-AVB


Gambar 2. Hasil identifikasi partikel AVB dengan
test SEM Jumlah Semen Air Pasir Foam AVB
Eksperimen (Kg) (Kg) (Kg) (Liter) (Kg)
Penelitian ini didesain untuk menyertakan semua BRFMKS-1 21,39 8,91 5,94 19,72 2,38
parameter yang dinilai memberi pengaruh BRFMKS-2 21,46 12,5 11,92 13,85 2,38
signifikan terhadap kekuatan BRF-AVB, juga BRFMKS-3 21,28 16,5 17,73 7,70 2,36
didesain untuk meminimalkan percobaan dan yang BRFMKS-4 27,46 15,0 8,58 8,85 6,87
BRFMKS-5 14,71 11,0 9,20 17,96 3,68
paling penting mudah dalam menganalisa hasil
BRFMKS-6 16,98 11,1 15,91 14,39 4,24
eksperimen yang telah dilaksanakan. Metode yang BRFMKS-7 19,31 13,7 6,90 12,72 8,28
dipilih dalam mendesain eksperimen ini adalah BRFMKS-8 20,80 13,3 14,85 9,43 8,91
metode Taguchi dengan orthogonal array (Tabel 2), BRFMKS-9 11,44 10,0 12,26 18,37 4,90
L9 (34) dengan menjalankan sekaligus 4 parameter
(AVB/semen, pasir/semen, air/zat padatan, densiti)
yang dianggap memberi pengaruh kuat terhadap Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji
kekuatan. BRF-AVB yang dicetak pada silinder diameter 150
mm dan tinggi 300 mm. Komposisi disesuaikan
Tabel 3. Orthogonal array [17] yang diaplikasikan dengan desain eksperimen metode Taguchi.
untuk penelitian ini Benda uji BRF-AVB dilakukan uji tekan dengan
Jumlah Variabel
standar SNI 03-6825-2002 pada umur;: 7 dan 28
Eksperimen A B C D hari untuk kuat tekan. Benda uji BRF-AVB dibuka
PG-1 1 1 1 1 dari cetakan dengan waktu minimal 24 jam dari
PG-2 1 2 2 2 awal waktu mencetak. Penyimpanan dan perawatan
PG-3 1 3 3 3 benda uji BRF-AVB dilakukan dengan cara
PG-4 2 1 2 3 direndam dalam air.
PG-5 2 2 3 1
PG-6 2 3 1 2 Untuk mengetahui seberapa besar beban yang
PG-7 3 1 3 2 mampu ditahan oleh BRF-AVB, maka dilakukan
PG-8 3 2 1 3 pengujian kuat tekan BRF-AVB arah vertical
PG-9 3 3 2 1 hingga mencapai gaya tekan yang menyebabkan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 563


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

benda uji hancur. Formulasi yang digunakan untuk hidrasi 7 hari dan 28 hari memberikan informasi
mencari kuat tekan [1] adalah : pengaruh yang mendekati sama. Pengaruh tersebut
adalah: AVB/semen dan air/zat padatan
(1) memberikan pengaruh optimum pada kuat tekan
kuat tekan= N/ BRF-AVB, pada nilai level 20%, dan 0,35. Densiti
A
yang semakin besar akan memberikan pengaruh
Keterangan: kuat tekan BRF-AVB semakin tinggi sesuai dengan
Pmaks : gaya tekan maksimum, (N) penelitian sebelumnya. Namun, rasio pasir dan
A : luas penampang benda uji, (mm2) semen yang semakin besar memberikan pengaruh
kuat tekan yang semakin mengecil.
HASIL DAN ANALISA
Pengaruh AVB/Semen (%) menjelaskan bahwa
Tabel 6 menampilkan hasil kuat tekan rata-rata pada level 10 s.d 20 bahwa kuat tekan BRV-AVB
BRF-AVB yang mempunyai nilai antara kuat tekan terjadi kenaikan kuat tekan yang signifikan, namun
rata-rata antara 60,66 kg/cm2 s.d 126,39 kg/cm2 setelah 20% kuat tekan BRF-AVB mengalami
untuk umur hidrasi 7 hari dan antara 145,38 kg/cm2 penurunan. Hal tersebut menunjukkan sifat pozolan
s.d 303,79 kg/cm2 untuk umur hidrasi 28 hari. pada AVB telah bereaksi pada proses hidrasi yaitu
Selengkapnya pengaruh 4 variabel terhadap kuat dengan penambahan senyawa SiO2 pada AVB akan
tekan BRF-AVB dipaparkan secara rinci pada mengurangi produk CaOH untuk memproduksi
gambar 6 dan 7. Derajad kontribusi masing-masing produk kekuatan yaitu kalsium silikat hidrat (CSH).
variabel ditunjukkan pada tabel 5 yang dianalisa Selain itu, ukuran partikel AVB telah berhasil
menggunakan ANOVA (analysis of variance). mendistribusikan rongga udara secara merata dan
memfasilitasi kekuatan di dalam struktur AVB.
Tabel 6. Kuat tekan rata-rata BRF-AVB dalam Pada umur 28 hari, kuat tekan rata-rata BRV-AVB
satuan kg/cm2 mempunyai kekuatan 196 kg/m2, lebih tinggi 15 %
Kuat tekan BRF-
AVB (kg/cm2)
standar dari kuat tekan beton ringan untuk struktur
Mix
7 hari 28 hari [18].
PG-1 72,70 174,80
Pengaruh AVB/Semen mempunyai konstribusi 38%
PG-2 94,05 226,20
PG-3 85,56 205,76 terhadap kuat tekan BRF-AVB dan nilai F test
PG-4 126,39 303,79 pada tabel 5 menunjukkan lebih besat dari F tabel
PG-5 80,26 193,06 (3,23) yang mendefinisikan bahwa variabel
PG-6 74,98 180,29 AVB/semen memberikan pengaruh yang signifikan
PG-7 60,66 145,88 terhadap kuat tekan BRF-AVB.
PG-8 75,36 181,16
PG-9 61,94 149,02 Selain variabel AVB/semen, kontribusi densiti
Pada gambar 6 dan 7, model pengaruh 4 variabel menunjukkan kontribusi tertinggi kedua terhadap
utama pada kuat tekan BRF-AVB pada umur kuat tekan BRF-AVB yaitu 30,8 %.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 564


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 6. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-AVB umur 7 hari

Gambar 7. Pengaruh 4 variabel utama pada kuat tekan BRF-AVB umur 28 hari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 565


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tabel 7. Hasil ANOVA dari kuat tekan BRF-AVB 2. Bayuaji, R., Sinergi Pemanfaatan Material
Lokal dalam Beton Ramah Lingkungan dan
Kuat Kuat Pendidikan Karakter Mahasiswa untuk
Variabel
Parameter tekan tekan Pembangunan yang Berkelanjutan, in Go
statistik umur 7 umur 28 Green! Green Building, Green Construction.
hari hari
2012, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
AVB/semen DFa 2 2
SSSb 7209 41643
Politeknik Negeri Semarang: Semarang.
ASSc 7209 41643 3. A.Hossain, K.M., Blended cement using
MSd 3604 20822 volcanic ash and pumice. Cement and Concrete
F test 72,41 71,93 Research, 2003. 33: p. 1601–1605.
Kontribusi 38,0% 38,0%
Pasir/Semen DF 2 2
4. A. Thevarasah, V. Perampalam, and M.
SSS 1487 8560 Selvaratnam, Some Studies on Pozzolanic
ASS 1487 8560 Cement. . J Natn. Sci. Coun, 1979. 7 (1): p. 57-
MS 744 4280 63.
F test 14,94 14,79 5. A.Hossain, K.M., Volcanic ash and pumice as
Kontribusi 7,8% 7,8%
Air/zat padat DF 2 2 cement additives: pozzolanic, alkali-silica
SSS 4438 25661 reaction and autoclave expansion
ASS 4438 25661 characteristics. Cement and Concrete Research,
MS 2219 12830 2005. 35: p. 1141– 1144.
F test 44,58 44,32
Kontribusi 23,4% 23,4% 6. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Corrosion
Densiti DF 2 2 resistance and chloride diffusivity of volcanic
SSS 5852 33741 ash blended cement mortar. Cement and
ASS 5852 33741 Concrete Research 2004. 34: p. 695–702.
MS 2926 16871
F test 58,79 58,28 7. A.Hossain, K.M., Chloride induced corrosion of
Kontribusi 30,8% 30,8% reinforcement in volcanic ash and pumice based
a : derajad kebebasan blended concrete. . Cement & Concrete
b: jumlah kuadrat Composites, 2005. 27: p. 381–390.
c : jumlah kuadrat (derajad kebebasan)
d : Rata-rata kuadrat 8. A.Hossain, K.M., Performance of Volcanic Ash
Based Precast and In Situ Blended Cement
Concretes in Marine Environment. Journal Of
Materials In Civil Engineering, 2005.
November/December: p. 694-702.
KESIMPULAN
9. A.Hossain, K.M., High strength blended cement
Studi ini memberi kesimpulan bahwa variabel
concrete incorporating volcanic ash:
AVB/semen memberikan kontribusi yang sangat
Performance at high temperatures. Cement &
siginifikan terhadap kuat tekan BRF-AVB. Variabel
Concrete Composites, 2006. 28: p. 535–545.
AVB/semen dan air/zat padatan memberikan
10. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Performance
pengaruh optimum terhadap kuat tekan BRF-AVB,
of volcanic ash and pumice based blended
pada nilai level 20% dan 0,35. Kuat tekan rata-rata
cement concrete in mixed sulfate environment.
BRV-AVB mempunyai kekuatan 196 kg/m2, lebih
Cement and Concrete Research, 2006. 36: p.
tinggi 15 % standar dari kuat tekan beton ringan
1123–1133.
untuk struktur. Oleh sebab itu pengaruh AVB efektif
sebagai bahan subtitusi semen pada campuran BRF- 11. A.Hossain, K.M. and M. Lachemi, Strength,
AVB. durability and micro-structural aspects of high
performance volcanic ash concrete. Cement and
UCAPAN TERIMA KASIH Concrete Research 2007. 37: p. 759–766.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM- 12. Hariyanto, A.D., I. Satyarno, and Widiasmoro,
ITS yang telah memberikan bantuan untuk Pemanfaatan Tras Dari Samigaluh Kulon
menyelesaikan penelitian hibah laboratorium ini. Progo Sebagai Bahan Pozolan Untuk
Selain itu, diucapkan terima kasih kepada Lab Uji Campuran Mortar Forum Teknik Sipil, 2009.
Material Prodi DIII Teknik Sipil yang telah XIX: p. 1065-1078.
memberikan fasilitas dalam melaksanakan 13. Wang, C., et al., Preparation of Ultra-High
penelitian. PerformanceConcrete with common technology
and materials. Cement and Concrete
DAFTAR PUSTAKA Composites, 2012. 34(4): p. 538–544.
1. Naik, T.R., Environmental-Friendly Durable 14. A.M.Neville, Properties of Concrete. London,
Concrete Made with Recycled Materials for ed. Longman. 2006.
Sustainable. 2005: Toronto, Canada.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 566


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

15. P.K. Mehta, P. Kumar Mehta, and P.J.M. for Use in Concrete. 2003: 100 Bar Harbor
Monteiro, Concrete: microstructure, properties, Drive, Conshohocken.
and materials. 2006. 17. Roy, R., A primer on the Taguchi method. 1990.
16. ASTM-C618-03, Standar Specification for Coal 18. ASTM-C330-69, Specification for lightweight
Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan aggregates for structural concrete. 2001.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 567


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

EVALUASI KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KAMPUS II UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURAKARTA DI SURAKARTA

Suwardi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
isma_chan@yahoo.co.id

ABSTRAK
Universitas Muhammadiyah (UMS) merupakan perguruan sawasta tebesar di Surakarta yang saat ini jumlah mahasiswa
semakin meningkat. Mahasiswa dan karyawan mayoritas menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil,
sehingga memerlukan ruang parkir yang memadai. Dari masalah parkirtersebut diperlukan penelitian kaitanya dengan
karakteristik parkir. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik dan kebutuhan areal parkir. Metode penelitian
yang digunakan diskriptif analitis yaitu survai langsung dilapangan. Data yang dikumpulkan meliputi, pola parkir, luas areal
parkir, kondisi lingkungan, waktu masuk dan keluar. Hasil analisis menunjukan bahwa, karakteristik parkir sepeda motor
Kampus II UMS Fakultas Ekonomi, akumulasi parkir sepeda motor maksimum 920 kendaraan, durasi parkir tertinggi 232
kendaraan dengan waktu parkir 100 – 110 menit, indeks parkir maksimum 91 %, volume parkir 2218 kendaraan/11 jam,
tingkat turn over tertingi 2,22, Kebutuhan ruang parkir 920 SRP dengan luas areal parkir 2580 m2 , sedang luas areal parkir
tersedia 3095 m2, sehingga tempat parkir Fakultas Ekonomi masih cukup. Karakteristik parkir sepeda motor Fakultas
Teknik, akumulasi parkir maksimum 1262 kendaraan, indek parkir 93,20 %, durasi parkir tertinggi 100 - 110 menit yaitu
sebesar 366 kendaraan, volume parkir 3629 kendaraan/11 jam, tingkat turn over 2,69. Kebutuhan ruang parkir 920 SRP
dengan luas areal parkir 3896 m2 , luas areal parkir tersedia 4744,78 m2, sehingga luas areal parkir Fakultas Teknik masih
cukup, sedang bentuk parkir sepeda motor paralel. Karakteristik parkir mobil kampus II, akumulasi maksimum untuk mobil
71 kendaraan, durasi parkir teringgi 0 - 10 menit, sebesar 41 kendaraan, Volume parkir 205 kendaraan/11 jam, Indek parkir
64,15 %, turn over parkir 2,15. Ruang parkir yang dibutuhkan 71 SRP, sedang kapasitas parkir yang tersedia 106 SRP,
sehingga kebutuhan ruang parkir mobil Kampus II masih cukup.

Kata Kunci : Karakteristik parkir, kebutuhan parkir, Kampus II UMS

LATAR BELAKANG yang ada. (4). Berapa kebutuhan ruang parkir


Universitas Muhammadiyah Surakarta kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(UMS) adalah lembaga pendidikan tinggi di bawah Tujuan dari penelitian Tugas Akhir adalah:
persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri (1). Menganalisis karakteristik parkir di Kampus II
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang
dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal 24 meliputi: akumulasi parkir, volume parkir, durasi
Oktober 1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP parkir, indeks parkir, dan tingkat turn over. (2).
Muhammadiyah Surakarta. Sebelum menjadi UMS, Menganalisis desain dan daya tampung areal parkir
secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas di kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas (3). Menganalisis luas kebutuhan parkir di kampus II
Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta Universutas Muhammadiyah Surakarta.
Dengan semakin banyaknya Fakultas yang
dibukan, maka dari tahun ke tahun mahasiswa dan TINJAUAN PUSTAKA
karyawan semakin bertambah. Sebagai salah satu 1. Akumulasi = Ei – Ex (1).
Perguruan Tinggi terbesar di Jawa Tengah tentunya Ei : Entry (jumlah kendaraan yang masuk pada
Universitas Muhammadiyah Surakarta dituntut lokasi parkir). Ex : Extry (kend yang keluar). Jika
untuk menyediakan fasilitas yang memadai, salah sebelumnya sudah ada kendaraan yang dipakir
satu kegiatan adalah masalah tempat parkir Akumulasi = Ei – Ex + X (2)
kendaraan. X = jumlah kendaraan ada sebelumnya
Apabila masalah kebutuhan parkir kendaraan
2. Indek parkir adalah perbandingan antara
tersebut tidak segera diatasi maka akan dapat
akumulasi parkir dengan kapasitas parkir yang
menimbulkan kesemerawutan dilingkungan kampus,
dan tentu saja hal ini akan dapat mengganggu tersedia: I=Ak. parkir /( kap.) X 100 % (3)
kelancaran proses perkuliahan yang ada. 3. Durasi parkir adalah rentang waktu (lama waktu)
Permasalahan dalam penelitian ini meliputi: kendaraan yang diparkir::
(1). Bagaimana karakteristik parkir yang ada di areal Durasi = Extime – Entime (4)
kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta. Extime :Saat waktu kendaraan keluar dari lokasi
(2). Bagaimana desain parkir yang digunakan pada parkir. Entime :Saat waktu kendaraan masuk ke
areal parkir kampus II UMS. (3). Apakah areal lokasi parkir
parkir kampus II Universitas Muhammadiyah 4. Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang
Surakarta saat ini mampu menampung kendaraan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 568


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

berada dalam tempat parkir dalam periode waktu ANALISA DAN PEMBAHASAN
tertentu. Volume parkir = Ei – X (5)
Ei = Entry (kendaraan yang masuk kelokasi) Karakteristik Parkir Sepeda Motor Fakultas
X = kendaraan yang sudah ada Ekonomi
5. Tingkat turn over adalah angka penggunaan ruang Akumulasi parkir
parkir pada periode tertentu dan diperoleh rumus:
Turn over =Volume parkir/Kap. parkir (6)

Tabel 1 Penentuan Satuan Ruang Parkir


Satuan Ruang
No Jenis Kendaraan
Parkir 6
1. Mobil penumpang golongan I 2,30 x 5,00
1
Mobil penumpang golongan II 2,50 x 5,00
Mobil penumpang golongan III 3,00 x 5,00
2. Sepeda motor 0,75 x 2,00 2 5
(Sumber : Dit jenungan Darat, 1998)

METODE PENELITIAN 3 4
Metode dan teknik pengumpulan data. (1)
obyek penelitian, obyek kajian penelitian ini adalah
parkir di Kampus II UMS Surakarta. (2) Sumber
data, dalam penelitian adalah semua kendaraan yang
parkir di Kampus II UMS . (3) Pengumpulan data 7 9
primer. Cara pengumpulan data survai langsung di
lapangan, dengan cara peneliti menghitung langsung
di lapangan yaitu: semua kendaraan yang parkir di
Kampus II UMS . Data yang didapatkan dari
8
lapangan dilakukan pengolahan data, yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus 1 = Gedung Teknik1.2 = Gedung Tenik 2 3= GOR 4 = Perpustakaan 5 =
Parkir sepeda motorF Teknik 6 = Gedung Pascasarjana) 7 = Gedung Fak.
yang telah ada dan disajikan dalam bentuk angka Ekonomi)
dan gambar atai grafik. Bagan alis penelitian dapat Gambar
8 = Parkir sepeda2motor
Denah Kampus9II= Gedung
F Ekonomi
dilihat pada gambar 1. J
1200
Akumulasi Parkir

Perumusan Masalah dan Tujuan 1000


Akumulasi Parkir (Kend.)

800 Akumulasi Hari senin


Akumulasi Hari selasa
600 Akumulasi Hari Kamis

Metode Penelitian Kapasitas Parkir

400

Pengumpulan Data 200

Data Primer 0

1). Areal parkir Kampus II UMS.


0

0
0

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0

.3

.0
07

07

08

08

09

09

10

10

11

11

12

12

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

18
0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-

0-
.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

.2

.5

2). Tipe parkir


06

07

07

08

08

09

09

10

10

11

11

12

12

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

Waktu

3). Pola parkir Gambar 3 Akumulasi Sepeda Motor Hari Senin,


4). Kondisi Lingkungan Selasa dan Kamis
5). Nomor plat spepeda motor masuk/keluar.
6). Waktu kendaraan masuk/keluar.
Data sekunder Gambar 3 menunjukan Akumulasi maksimum hari
1). Denah lokasi Senin dari pukul 10.00-10.10 WIB dengan jumlah
sepeda motor sebanyak 764 kendaraan.Selasa,
terjadi pada pukul 10.00-10.10 WIB sebanyak 892
Pengolahan data kendaraan. Kamis, terjadi pada pukul 10.10-10.20
WIB sebanyak 920 kendaraan ,denga kapasitas
Analisa Data dan Pembahasan
parkir 1008 SRP.
1). Akumulasi parkir
2). Volume parkir
3). Durasi parkir
4). Indeks parkir
5). Turnover parkir
6). Kebutuhan ruang parkir
7). Luas kebutuhan ruang parkir
8). Evaluasi standar KRP

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 569


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Indeks parkir
100,0
90,0
Indek Parkir
Indek Parkir Hari Senin
5. Turn Over parkir
80,0 Indek Parkir Hari Selasa 2,25
Turn Over
70,0
Indek Parkir (%)

Indek Parkir Hari Kamis


2,20
60,0
50,0 2,15
40,0 Turn Over
2,10

Tirn Over Parkir


30,0
20,0 2,05
10,0
2,00
0,0
1,95
.0 .4 0

.3 .1 0

0
.3 .1 0

.0 .4 0

0
.0 .4 0

0
.0 .4 0

10

0
10

40

0
40

10

0
10

40

0
40

0- 0

0
.0 .4

.3 .1

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

1
.4
.

.
07 -0 6

07 -0 7

08 -0 7

08 -0 8

09 -0 8

09 -0 9

10 -0 9

10 -1 0

11 -1 0

11 -1 1

12 -1 1

12 -1 2

13 -1 2

13 -1 3

14 -1 3

14 -1 4

15 -1 4

15 -1 5

16 -1 5

16 -1 6

17 -1 6

17 -1 7
17
1,90
0

0
.3

.3

.3

.0

.0

.3

.3

.0

.0

.3
06

Waktu 1,85

Gambar 4.Indeks Parkir Sepeda Motor Hari Senin, 1,80


Senin Selasa Kamis

Selasa dan Kamis


Hari

Gambar 7. Turn Over Parkir Sepeda Motor


Gambar 4 menunjukan Indeks parkir
maksimum sepeda motor Fakultas Ekonomi (FE) Gambar 7. Menjukan bahwa turn over
hari Senin, sebesar 76 %, hari Selasa, sebesar 88 %, parkir untuk sepeda motor Fakultas Ekonomi hari
hari Kamis sebesar 91 %. Senin 1,86, Selasa 2,22, Kamis 2,14.

Durasi parkir Kebutuhan Ruang Parkir


250
Durasi Parkir
Kebutuhan Ruang Parkir KRP : 920
Luas Areal parkir 920 X 1,5m =1380 m2 + 1200 m2
= 2580 m2, luas areal parkir yang tersedia 3095 m2,
200
Durasi Parkior Hari Sanin
Jumlah Parkir (kend.

150
Durasi Parkior Hari Selasa
Durasi Parkior Hari Kamis sehingga masih cukup memenuhi kebutuhan parkir.
100

Parkir Sepeda Motor Fakultas Teknik


50

0 Luas parkir motor Fakultas Teknik :


4744,78 m2. Kapasitas Parkir Sepeda Motor 1368
0 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 – 100
101 – 110
111 – 120
121 – 130
131 – 140
141 – 150
151 – 160
161 – 170
171 – 180
181 – 190
191 - 200
201 – 210
211 - 220
211 - 220
221 – 230
231 – 240
241 – 250

Lama Parkir kendaraan. Tipe Parkir yang digunakan paralel


Gambar 5. Durasi Parkir Ekonomi Senin Selasa, dan
Kamis Akumulasi parkir sepeda motor Fakultas Teknik
1600
Akumulasi Parkir F Teknik
1400

Gambar 5 menunjukan durasi parkir


Akumulasi (kend.0

1200
1000
tertinggi terjadi pada hari Senin, lama parkir 100 – 800

120 menit sebanyak 143 kendaraan, hari Selasa lama 600


400
Akumulasi Parkir Hari Senin

parkir 100-110 menit sebanyak 232 kendaraan, hari


Kapasitas
200 Akumulasi Parkir Hari Selasa
Akumulasi Parkir hari Kamis
kamis lama parkir 100-110 menit sebanyak 197 0

kendaraan
0
.4 .1 0

.2 .5 0

.0 .3 0

.4 .1 0

.2 .5 0

.0 .3 0

.4 .1 0

.2 .5 0

.0 .3 0

.4 .1 0

.2 .5 0

.0 .3 0

.4 .1 0

.2 .5 0

.0 .3 0

.4 .1 0

0
.5
07 - 07

08 07

09 - 08

09 - 09

10 - 09

11 - 10

11 - 11

12 - 11

13 - 12

13 - 13

14 - 13

15 - 14

15 - 15

16 - 15

17 - 16

17 - 17

17
0-

0-
0

0
.0
07

Waktu

Volume parkir Gambar 8. Akumulasi Sepeda Motor Hari Senin,


2500
Volume Parkir Selasa, dan Kamis
2000
Vol. Parkir
Gambar 8. menunjukan bahwa; Akumulasi
Volume Parkir (kend.

Kap Parkir
1500
parkir maksimum hari Senin terjadi pukul 10.30-
1000
10.40 WIB sebanyak 1240 kendaraan, .Selasa, pukul
10.10-10.20 WIB sebanyak 1262 kendaraan.dank
500
Kamis, pukul 10.10-10.20 WIB sebanyak 1246
0
kendaraan.
Senin Selasa Kamis
Hari

Gambar 6.Volume Parkir Sepeda Motor

` Gambar.6. menunjukan volume parkir


sepeda motor Fakultas Ekonomi pukul 06.30 – 18.00
WIB, hari Senin 1961, kendaraan ASelasa 2218,
kendaraan dan Kamis 2155 kendaraan dengan
kapasitas parkir 1008 SRP.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 570


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Indek parkir sepeda motor Fakultas Teknik Turnover parkir


2,7
Turn Over
2,69

2,68
100,0
Indek parkir F. Teknik 2,67 Turn Over
90,0

Tirn Over Parkir


2,66
80,0 Indek Parkir Hari Senin 2,65

70,0 Indek Parkir Hari Selasa 2,64


Indek Parkir (%)

60,0 Indek Parkir Hari Kamis 2,63

2,62
50,0
2,61
40,0
2,6
30,0 Senin Selasa Kamis
Hari

Gambar 12. Turn Over Parkir Sepeda Motor Fak.


20,0
10,0
0,0
Teknik
Gambar 12. Menjukan turn over parkir untuk
0

0 10

0- 0

0
.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.0 .4

.3 .1

.4
.
07 -06

07 -07

08 -07

08 -08

09 -08

09 -09

10 -09

10 -10

11 -10

11 -11

12 -11

12 -12

13 -12

13 -13

14 -13

14 -14

15 -14

15 -15

16 -15

16 -16

17 -16

17 -17

17
0

0
.3

.3
06

sepeda motor Fakultas Teknik pukul 06.30-18.00


Waktu

Gambar 9. Indeks Parkir Fakultas Hari Senin, selasa WIB. hari Senin 2,63, Selasa 2,69, Kamis 2,64.
dan Kamis
Gambar 9. menunjukan bahwa; indek Kebutuhan ruang parkir
parkir parkir maksimum hari Senin terjadi pukul Kebutuhan Ruang Parkir = 1264 SRP Luas
10.30-10.40 WIB 90,64 %., .Selasa, pukul 10.10- kebutuhan areal ruang parkir=1264 X 1,5 m2 + 1900
10.20 WIB sebesar 93,20 %.dan Kamis, pukul = 3896 m2. Luas areal parkir 4744,78 m2, Jadi luas
10.10-10.20 WIB sebesar 93,20 %. areal parkir sepeda motor Fakultas Teknik masih
memenuhi.
Durasi parkir
Parkir Mobil
400 Durasi Parkir

350

300 Akumulasi parkir mobil kampus II UMS.


Jumlah Perkir (Kend.)

Kendaraan
250 Kendaraan 120 Akumulasi Parkir
200 Kendaraan
100
Akumulasi Parkir Hari Senin
150
Akumulasi Parkir (Kend.)

Akumulasi Parkir Hari Selasa


100 80
Akumulasi Parkir Hari Kamis
50 Kapasitas
60
0

40
10

30

50

70

90

0
11

13

15

17

19

21

23

25


0

21

41

61

81

1
10

12

14

16

18

20

22

24

Lama Parkir 20

Gambar 10. Durasi Parkir Senin, Selasa dan Kamis 0


.0 .40

.3 .10

.0 .40

0
.0 .40

.3 .10

.0 .40

0
.0 .40

0 10
.0 .40

0
.0 .40

.3 .10

.0 .40

0
.0 .40

.3 .10

.0 .40

0
.0 .40

.3 .10

0
.3 .1

.3 .1

.3 .1

.3 .1

.3 .1

.4
.
07 -06

07 -07

08 -07
08 -08

09 -08

09 -09

10 -09
10 -10

11 -10

11 -11

12 -11
12 -12

13 -12

13 -13

14 -13
14 -14

15 -14

15 -15

16 -15
16 -16

17 -16

17 -17

17
0-
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
Gambar 10. menunjukan durasi parkir
.3

.3
06

Waktu

tertinggi terjadi pada hari Senin, 100 - 110 menit Gambar 13. Akumulasi parkir Mobil Hari Senin,
yaitu sebesar 366 kendaraan, Selasa, 101-110 menit Selasa, dan Kamis
sebesar 354 kendaraan dan hari Kamis, 101-110
menit sebesar 346 kendaraan Gambar 13. menunjukan: Akumulasi parkir
mobil maksimum hari Senin terjadi pukul 10.30-
Volume parkir 10.40 WIB sebanyak 50 kendaraan, .Selasa, pukul
4000 Volume Parkir 10.10-10.20 WIB sebanyak 71 kendaraan.dan
Kamis, pukul 10.10-10.20 WIB sebanyak 68
3500

3000
Volume Perkir (kend.)

2500
Vol. Parkir kendaraan. Sedang kapasitas parkir mobil Kampus II
Kap Parkir
2000 UMS 106 kendaraan.
1500

1000
Indeks parkir
500
80,00 Indek Parkir
0 Senin
Indek Parkir Hari Senin
Senin Selasa Kamis 70,00100 Indek Parkir Hari Selasa
80 Indek Parkir Hari Kamis
Hari 60,00
Indeks Parkir
Indek Parkir (%)

60
50,00

Gambar 11. Volume Parkir Senin, Selasa Dan Kamis


40
40,00
20

30,00 0
0
06.50-07.00
07.20-07.30
07.50-08.00
08.20-08.30
08.50-09.00
09.20-09.30

09.50-10.00
10.20-10.30
10.50-11.00
11.20-11.30
11.50-12.00
12.20-12.30
12.50-13.00
13.20-13.30
13.50-14.00
14.20-14.30

14.50-15.00
15.20-15.30
15.50-16.00
16.20-16.30
16.50-17.00
17.20-17.30
17.50-18.00

Gambar 11 menunjukan bahwa; Volume


20,00

10,00 W aktu

parkir maksimum hari Senin 3595 kendaraan, 0,00

.Selasa, 3687 kendaraan, Kamis, 3606 kendaraan,


.0 .40

.3 .10

.0 .40

10

.0 .40

.3 .10

.0 .40

.3 .10

.0 .40

10

.0 .40

.3 .10

.0 .40

.3 .10

.0 .40

10

.0 .40

.3 .10

.0 .40

.3 .10

40

.3 .10

0
.4
08 08.

11 11.

14 14.

17 16.
07 -06

07 -07

08 -07

09 -08

09 -09

10 -09

10 -10

11 -10

12 -11

12 12

13 -12

13 -13

14 -13

15 -14

15 -15

16 -15

16 -16

17 -17

17
0-

0-

0-

0-

0-

0-

dan kapasitas parkir 1369 SRP.


0

Waktu
.3

.3

.3

.3

.0
06

Gambar 14. Indeks Parkir Mobil Hari Senin Selasa,


dan Kamis

Gambar 14. menunjukan bahwa; indek parkir


parkir maksimum hari Senin terjadi pukul 10.00-

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 571


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

110, dengan indeks parkir sebesar 47,17 %, .Selasa KESIMPULAN DAN SARAN
pukul 10.00-10.10, dengan indeks parkir sebesar 1. Kesimpulan
64,15 %, dan Kamis pukul 10.20-10.30 dengan Berdasarkan hasil analisis parkir di
indeks parkir sebesar 61,32 %. Kampus II UMS dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karteristik parkir sepeda motor Fakultas Teknik
Durasi parkir adalah: Akumulasi maksimum sebanyak 920
45
Durasi Parkir kendaraan ,denga kapasitas parkir 1008 SRP.
Indeks parkir maksimum sebesar 91 %. Durasi
40

Kendaraan
35
Kendaraan
parkir tertinggi sebanyak 232 kendaraan, Volume
Jumlah Kendaraan (kend.)

30 Kendaraan

25 parkir sepeda motor tertinggi 2218, kendaraan.


20 kapasitas parkir 1008 SRP. Turn over parkir
15
tertinggi sepeda motor Fakultas Ekonomi 2,22.
Kebutuhan Ruang Parkir 920 SRP. Luas Areal
10

parkir 2580 m2, luas areal parkir yang tersedia


5

3095 m2, sehingga masih cukup memenuhi


00

1 0

1 0

0
0

0
11 10

21 20

31 0

41 40

51 0

61 0

71 70

81 0
91 90

0
11 1 1

12 1 2

13 1 3

14 1 4

15 1 5

16 1 6

17 1 7

18 1 8

19 1 9

21 2 1

23 2 3

24 2 4
25
20 - 2 0

22 - 2 2
3

25
1


>
kebutuhan parkir.
0

1 Durasi
10

Gambar 15.Durasi Parkir Mobil Senin, Selasa dan 2. Karteristik parkir Fakultas Teknik adalah:
Kamis Akumulasi parkir maksimum sebanyak 1262
Gambar 15. menunjukan durasi parkir kendaraan. Indek parkir parkir maksimum sebesar
tertinggi terjadi pada hari Senin, 0 - 10 menit 41 93,20 %. Durasi parkir tertinggi sebesar 366
kendaraan, Selasa, >250 menit 23 kendaraan, dan kendaraan. Volume parkir maksimum 3687
hari Kamis, durasi parkir 0-10 menit r 36 kendaraan. kendaraandan kapasitas parkir 1369 SRP. Turn
over parkir untuk sepeda motor tertinggi 2,64.
Volume parkir Kebutuhan Ruang Parkir 1264 SRP Luas
kebutuhan areal ruang parkir 3896 m2. Luas areal
250
Volume parkir Mobil

200
Vol. Parkir
Kap Parkir
parkir 4744,78 m2, Jadi luas areal parkir sepeda
Volume Parkir (Kend.)

150 motor Fakultas Teknik masih memenuhi.


100
3. Parkir Mobil kampus II adalah : Akumulasi parkir
mobil maksimum sebanyak 71 kendaraan. Sedang
50
kapasitas parkir mobil Kampus II UMS 106
0
Senin Selasa Kamis
kendaraan. Indek parkir parkir maksimum sebesar
Hari
64,15 %. Durasi parkir tertinggi 0 - 10 menit 41
Gambar 16.Volume Mobil Kampus II UMS kendaraan. Volume parkir mobil maksimum 228
kendaraan, dan kapasitas parkir 106 SRP. Turn
Gambar 16. menunjukan bahwa; Volume over parkir mobil tertinggi2,15, Kamis 2,05.
parkir mobil maksimum hari Senin 170 kendaraan, Kebutuhan Ruang Parkir 68 SRP, se4dang
.Selasa, 228 kendaraan, Kamis, 217 kendaraan, dan kapasitas ruang parkir mobil Kampus II yang
kapasitas parkir 106 SRP tersedia 106 SRP.

Turn Over 2. Saran


2,50 Trun Over
Penempatan kendaraan parkir diusahakan
2,00
Trun Over
sesuai dengan tempatnya dan diatur, baik untuk
1,50 parkir mobil maupun sepeda motor. Parkir
Turn Over

1,00
kendaraan mahasiswa dan karyawan hendaknya
dipisahkan. Hal ini bertujuan untuk keteraturan dan
kapasitas parkir dapat dimaksimalkan. Perlu
0,50

0,00
Senin Selasa Kamis dilakukan redesain parkir agar tidak mengganggu
lalu-lintas disekitar lingkungan kampus. Perlunya
Hari

Gambar 17. Tturn Over Mobil Kampus II UMS


dipasang rambu-rambu pengatur parkir agar
mahasiswa dan karyawan dapat lebih teratur dan
Gambar 17. Menjukan bahwa turn over
tertib saat memarkir kendaraannya..
parkir untuk sepeda motor pukul 06.30-18.00 WIB.
hari Senin 1,60, Selasa 2,15, Kamis 2,05.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, “Final Report PPTT LPM UGM”,
Kebutuhan Ruang Parkir Yogyakarta.
Kebutuhan Ruang Parkir = 68 SRP, se4dang
Anonim, 1998, “Pedoman Perencanaan dan
kapasitas ruang parkir mobil Kampus II yang
Pengoperasian Fasilitas Parkir”, Dirjen
tersedia 106 SRP.
Perhubungan Darat, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 572


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Anonim, 1993. ”Peraturan pemerintah No. 43 Suwardi, 2000, “Angkutan Umum”, Fakultas Teknik
Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lalulintas Jalan”. Jakarta. Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Anonim , 1997. ”Manual Kapasitas Jalan Tamin, O. Z, 1997, “Perencanaan dan Permodelan
Indonesia”, Jakarta Transportasi”, Institut Teknologi Bandung,
Abubakar, 1996. ”Menuju Lalulintas dan Angkutan Bandung.
jalan yang teratip”. Dirjen Perhubungan Warpani, S, 1990, “Merencanakan Sistem
Hobbs, F. D, 1979, “Perencanaan dan Taknik Lalu Perangkutan”, Institut Teknologi Bandung,
Lintas”, UGM Press, Yogyakarta. Bandung.
Sudjana, 1996, “Metode Statika”, Tarsito, Bandung.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 573


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DARI PEMILIK PROYEK


KONSTRUKSI KEPADA KONTRAKTOR

Triwuryanto, Harris Efendi


STTNAS Yogyakarta

ABSTRAK

Unsur-unsur pelaksana proyek konstruksi terdiri dari pemilik proyek/ /Owner, perencana/Designer dan
kontraktor/pemborong/Annemer, serta pengawas/Direksi. Didalam pelaksanaan Proyek dikatakan berhasil berhasil apabila
tepat mutu ,tepat biaya dan tepat waktu. Aturan pembayaran harus dipahami sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Keterlambatan pembayaran dari pemilik proyek merupakan salah faktor penyebab kelangsungan pekerjaan
proyek menjadi sering terhambat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab terjadinya keterlambatan pembayaran
dan cara antisipasi yang seharusnya dilakukan oleh.
Data diperoleh dari perusahaan-perusahaan kontraktor di daerah tingkat I propinsi Riau. dengan menggunakan
kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan program bantu statistik SPSS 16 for windows, dan mencari nilai mean rank
untuk mengetahui peringkat antara variabel dalam faktor keterlambatan pembayaran proyek konstruksi. Analisis data
menggunakan Kendall’s Concordance Analysis. dan untuk mencari besarnya korelasi menggunakan Pearson Product
Moment.
Hasil analisis data menunjukan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keterlambatan pembayaran dari
pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor secara keseluruhan adalah peringkat 1 dengan mean rank 22,55 adalah
ForceMajeure ( bencana alam, kebakaran, gempa bumi ), peringkat 2 dengan mean rank 21,22 adalah Pemilik memberikan
penerangan pada beberapa karyawan yang terlibat dalam pembayaran untuk mempercepat proses tagihan, peringkat 3
dengan mean rank 20,77 adalah Prosentase kemajuan fisik proyek yang pembayaran diatur menurut prosentase tertentu dari
nilai proyek berdasarkan termijn. Harga koefisien korelasi yang paling tinggi ditunjukan oleh faktor Keterlambatan
pengiriman material dengan Terlambat atau mundurnya pembayaran dari kontraktor utama ke sub kontraktor dengan nilai
0,466 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan bahwa korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut berada pada level
sedang. Harga Koefisien korelasi yang paling rendah ditunjukan oleh factor Hubungan kontraktor dan pemilik proyek
menjadi buruk dengan Kontraktor mengakhiri kontrak dan menagih pembayaran kepada pemilik atas semua pekerjaan yang
telah dilakukan juga kerugian lainnya baik material maupun peralatan dengan nilai 0,365 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan
bahwa korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut berada pada level rendah.

Kata Kunci : Proyek Konstruksi, Keterlambatan pembayaran.

PENDAHULUAN dengan batas waktu pencairan dana sesuai dengan


Konsep dasar manajemen konstruksi pada kesepakatan dalam kontrak, maka sangatlah penting
umumnya hanya ada tiga pihak yang terlibat bagi kontraktor untuk mengetahui faktor-faktor
didalam proses pelaksanaan suatu proyek yang mempengaruhi pelaksanaan pembayaran dari
konstruksi yaitu pemilik proyek, perencana dan pihak pemilik kepada kontraktor, karena sering
kontraktor. Semakin kompleks dan besar suatu terjadi keterlambatan dalam pemenuhan termijn.
proyek semakin banyak pihak yang akan terlibat.
Pihak-pihak tersebut akan bekerja sama untuk Masalah
mewujudkan bangunan proyek konstruksi. Terjadinya keterlambatan pembayaran biaya proyek
Kesepakatan untuk bekerja sama ini harus dibuat dari pemilik kepada kontraktor dan faktor-faktor
secara tertulis dalam suatu dokumen yang disebut penyebab terjadinya keterlambatan pembayaran
dengan kontrak. Dokumen kontrak untuk pekerjaan oleh pemilik proyek kepada kontraktor.
konstruksi bidang pem-bangunan fisik memuat dua
pihak yang terikat, yaitu pihak pemberi pekerjaan Tujuan Penelitian
dan pihak Kontraktor, yang masing-masing 1. Mengetahui penyebab terjadinya keterlambatan
memiliki hak dan tanggung jawab sendiri- pembayaran,jenis kontrak,akibat yang terjadi
sendiri.Pelaksanaan pembayaran dilakukan sesuai karena ketrlambatan pembayaran dari pemilik
dengan prosedur yang telah disepakati bersama proyek kepada kontraktor.
antara kontraktor dan pemilik sesuai dengan 2. Mengetahui cara antisipasi yang seharusnya
dokumen kontrak. Umumnya kontraktor meminta dilakukan oleh kontraktor akibat dari
sejumlah dana secara periodik kepada pemilik keterlambatan pembayaran tersebut.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 574


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

3. Pihak kontrakator tidak ingin melakukan dengan jadwal yang telah' disetujui bersama, akan
pendanaan awal sendiri atas pekerjaan yang menimbulkan resiko kontraktor tidak dapat
diserahkan kepadanya sesuai kontrak. memenuhi kewajiban keuangannya dan dapat
4. Pihak pemilik proyek bermaksud membayar berdampak negatif terhadap keberhasilan proyek.
hanya untuk pekerjaan yang telah selesai pada (Soeharto, I,1995).
saat ia ditagih. Macam-macam aturan pembayaran rnenurut
Cara pembayaran adalah salah satu persyaratan Nugraha et al,1986 adalah:
umum yang mesti tercantum dalam suatu kontrak 1. Pembayaran menurut prosentase kemajuan
konstruksi. Bagi kontraktor mungkin hal inilah fisik proyek ( progress payment ), pembayaran
yang paling menarik untuk diketahui karena ini diatur menurut porsentase tertentu dari nilai
kontraktor harus mengetahui bagaimana dan kapan proyek. Urutan pembayaran yang diatur
ia akan dibayar. Kepada hal tersebut harus menurut prosentase 25%,50%,75% dan 100%.
dikemukakan secara jelas didalam perjanjian yang 2. Pembayaran menurut prosedur kemajuan fisik
dibuat antara kontraktor dan pemilik proyek yang per-pos, pembayaran ini dibagi menjadi pos-
kemudian dituangkan didalam dokumen kontrak. pos pekerjaan dan pembayaran dilakukan
Keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai setelah persentase kemajuan setiap pos
dengan jadwal yang telah' disetujui pekerjaan yang telah ditentukan telah tercapai.
Misalnya pada proyek terdiri dari pos-pos
TINJAUAN PUSTAKA pekerjaan tower A, tower B, tower C syarat
Lamhot (1998) “Studi Mengenai pembayaran termin setelah proses tercapai
Keterlambatan Pembayaran Dari Pemilik Proyek 25%, 50%, 75% dan 100%. Artinya bahwa
Konstruksi Kepada Kontraktor” menyimpulkan termijn pertama tower A akan dibayarkan
bahwa keterlambatan pembayaran dari pemilik setelah prestasi tower A tercapai 25% demikian
proyek pernah dialami oleh sebagian besar juga tower B dan tower C.
kontraktor. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada 3. Pembayaran menurut kemajuan fisik bulanan,
kontraktor kelas kecil saja tetapi juga terjadi pada pembayaran ini ditetntukan pada tanggal
kontraktor kelas besar. adapun faktor-faktor yang tertentu setiap bulannya untuk kemajuan fisik
menjadi penyebab keterlambatan pembayaran proyek yang telah dikerjakan oleh kontraktor,
secara keseluruhan bisa mempengaruhi sesuai dengan dokumen kontrak.
keterlambatan, akan tetapi faktor yang paling 4. Pembayaran menurut tahap konstruksi,
berpotensi menjadi penyebab adalah pembayaran ini dilakukan apabila setiap
1. Kesalahan pekerjaan yang tidak segera di tahapan konstruksi telah selesai dikerjakan.
betulkan oleh kontraktor. Misalnya ada beberapa tahap dalam suatu
2. Kurangnya perhatian kontraktor terhadap proyek konstruksi yaitu pekerjaan pondasi,
persiapan administrasi penagihan. pekerjaan struktur dan pekerjaan finishing.
3. Keterlambatan pengiriman material bangunan.
Cara merumuskan pembayaran yang tepat untuk Faktor-faktor penyebab timbulnya
kemudian dikelola bersama antara pemilik proyek permasalahan dalam pelaksanaan pembayaran
dan kontraktor, perlu dipahami keinginan dari Gangguan yang terjadi pada pelaksanaan jadwal
masing-masing pihak yang berbeda yaitu : proyek dapat menyebabkan berubahnya rencana
1. Pihak kontrakator tidak ingin melakukan jadwal penerimaan pembayaran diproyek, sehingga
pendanaan awal sendiri atas pekerjaan faktor-faktor yang menyebabkan rencana awal
yang diserahkan kepadanya sesuai kontrak. tersebut menjadi tidak sesuai adalah :
2. Pihak pemilik proyek bermaksud 1. Pemogokan atau penghentian pekerja.
membayar hanya untuk pekerjaan yang 2. Keterlambatan pengiriman material penting
telah selesai pada saat ia ditagih. atau bagian dari perataan yang kritis untuk
Cara pembayaran adalah salah satu persyaratan pekerjaan selanjutnya yang baru bisa dilakukan
umum yang mesti tercantum dalam suatu kontrak setelah alat tersebut dipasang.
konstruksi. Bagi kontraktor mungkin hal inilah 3. Adanya perubahan pada suatu item pekerjaan
yang paling menarik untuk diketahui karena yang menyebabkan perlunya pembongkaran
kontraktor harus mengetahui bagaimana dan kapan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan
ia akan dibayar. Kepada hal tersebut harus mengantinya sesuai desain yang baru.
dikemukakan secara jelas didalam perjanjian yang Manajer konstruksi bertanggung jawab
dibuat antara kontraktor dan pemilik proyek yang untuk memeriksa ulang semua kuitansi sebelum
kemudian dituangkan didalam dokumen kontrak. dikirimkan kepada pemilik proyek. Kesalahan kecil
Keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai didalam format seperti yang diminta didalam

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 575


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

kontrak dan prosedur proyek dapat menjadi alasan dimana : rxy = koefisien korelasi antara
penundaan pemrosesan kuitansi yang menyebabkan variabel X dan variabel Y
penundaan pembayaran kepada kontraktor. ∑ xy = jumlah produk dari x dan y
x dan y = variabel
Akibat-akibat dari penyimpangan pelaksanaan Jenis koefisien korelasi bivariat pada
aturan pembayaran program SPSS yang digunakan adalah Pearson
Beberapa masalah pendanaan yang Product Moment, untuk sampel kurang dari 100,
dimiliki oleh kontraktor akan berakibatkan terhadap angka korelasi terkecil yang dipertimbangkan
mundurnya pembayaran oleh kontraktor utama ke adalah ± 0,30 (Dillon, WR, Goldstein, 1984).
sub kontraktor dan penyalur. kegagalan pemilik
proyek dalam melakukan pembayaran kepada Perhitungan nilai rata-rata (mean)
kontraktor seperti yang dijadwalkan akan Perhitungan nilai mean digunakan untuk
menyebabkan kontraktor memerlukan tambahan menganalisis jawaban responden atas tiap
dana yang besar yang nantinya hal ini bisa pertanyaan yang diajukan. Rumus yang digunakan
dijadikan alasan klaim oleh kontraktor. untuk mencari nilai mean (rata-rata) adalah:
n
Mencegah terjadinya keterlambatan dalam __ X 1
pelaksanaan pembayaran, X i 1
Pembayaran dari pemilik proyek kepada kontraktor n
utama yang terlambat akan menyebabkan Keterangan rumus yang dipakai:
terlambatnya pembayaran kepada subkontraktor
dan penyalur. Kadangkala pemilik proyek dan __
kontraktor utama sepakat, pemilik bisa melakukan X = nilai rata-rata (mean)
pembayaran langsung kepada subkontraktor dan
penyalur material proyek. X 1 = nilai jawaban responden untuk

METODE PENELITIAN setiap pertanyaan


Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner n = jumlah responden
secara langsung kepada kontraktor dari berbagai Sumber ( Hadi, S, Metodologi Research,1979 )
kelas yang berada di Daerah Tingkat I Propinsi
Riau. Sampel terdiri dari kontraktor yang ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
mengerjakan proyek dengan skala kecil, menengah Data yang akan dianalisis berupa
dan besar. jawaban kuesioner yang disebarkan. Total
Data dianalisis dengan menggunakan program responden sebanyak 30 kontraktor, dengan kelas
SPSS 16.0 for Windows. Statistik yang digunakan perusahaan ditentukan berdasarkan klasifikasi
ialah Kendall’s Concordance Analysis. Teknik yang proyek yang dikerjakan, kontraktor yang
digunakan adalah korelasi Pearson Product menangani proyek dalam skala besar adalah
Moment, yaitu jika sepasang variabel kontinyu x perusahaan kelas besar, kontraktor yang menangani
dan y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi proyek dengan Skala menengah adalah perusahaan
dapat dicari dengan menggunakan koefisien kelas menengah dan kontraktor yang menangani
korelasi pearson yang rumusnya sebagai berikut : proyek dengan skala kecil dalam Tabel 1
x y
rxy 
(x 2 )(y 2 )
Tabel 1 : Kelas Perusahaan Responden
Kelas perusahaan Jumlah responden Persen (%)
Besar, > 10 milyar 2 6.7

Menengah, 1-10 milyar 15 50.0

Kecil, < 1 milyar 13 43.3

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 576


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

60

50 %
50
43.3 %

40
percent

30

20

6.7%
10

0
Bes ar, > 10M Menengah, 1- Kecil, < 1 M
10 M

Kelas perusahaan

Gambar 1. Grafik berdasarkan Tabel 1

Tabel 2 : Keseluruhan faktor yang mempengaruhi keterlambatan Pembayaran.

No Faktor keterlambatan Mean Rank Peringkat


ii.1 Kontrak Lump-sum 18.33 11
ii.2 Kontrak unit price 19.82 6
ii.3 Cost plus fee contract 15.08 19
ii.4 Cost plus percentage contract 13.33 25
ii.5 Cost plus variable percentage contract 9.07 29
iii.1 Kemajuan fisik bulanan proyek 19.20 7
iii.2 Prosentase kemajuan fisik proyek 20.77 3
iii.3 Prosentase kemajuan fisik per-pos pembayaran 16.23 15
iii.4 Tahapan konstruksi 14.38 22
iii.5 Pendanaan penuh 7.35 31
iv.1 Kesalahan kecil didalam format seperti didalam 17.20 14
kontrak
iv.2 Ada kesalahan pekerjaan yang tidak segera dibetulkan 20.22 5
oleh kontraktor dan ditunda terus menerus
iv.3 Pemogokan atau penghentian pekerja/karyawan 12.58 27
iv.4 Ada bukti masuk akal bahwa kontraktor tidak akan bisa 15.33 18
menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu
iv.5 Kurangnya team work dan manajemen kontraktor 15.48 17
iv.6 Kurangnya perhatian kontraktor terhadap persiapan 18.03 12
administrasi penagihan
iv.7 Kegagalan terus menerus untuk melaksanakan 15.02 21
pekerjaan sesuai kontrak
iv.8 Jumlah tenaga kerja terbatas 11.22 28
iv.9 Keterlambatan pengiriman material bangunan. 20.40 4
iv.10 Gangguan keamanan disekitar lokasi proyek 17.60 13
iv.11 Forje majeure (bencana alam, kebakaran, gempa bumi) 22.55 1
iv.12 Nilai tukar dollar terhadap rupiah 7.85 30
v.1 Terlambat atau mundurnya pembayaran dari kontraktor 18.83 8
utama ke sub kontraktor
v.2 Kontraktor lebih sering melakukan klaim atas hal kecil 13.98 24
ini akan menyebabkan munculnya biaya tambahan,
v.3 Hubungan kontraktor dan pemilik proyek menjadi 15.53 16
buruk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 577


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Lanjutan Tabel 2 : Keseluruhan faktor yang mempengaruhi keterlambatan Pembayaran.


No Faktor keterlambatan Mean Rank Peringkat
v.4 Keterlambatan didalam proyek yang berarti 18.53 10
keterlambatan serah terima penghuni
v.5 Kontraktor mengakhiri kontrak dan menagih 14.25 23
pembayaran kepada pemilik atas semua pekerjaan
yang telah dilakukan juga
kerugian lainnya baik material maupun peralatan
vi.1 Pemilik dan kontraktor utama sepakat agar 12.95 26
pemilik boleh membayar langsung langsung
kepada sub kontraktor dan penyalur material.
vi.2 Kontraktor harus dapat memahami secara detail 18.62 9
sistem pembayaran
vi.3 Kontraktor bernegosiasi dengan sub kontraktor 15.03 20
dan penyalur agar pemb tidak cash
vi.4 Pemilik memberikan penerangan pada beberapa 21.22 2
karyawan yang terlibat. Dalam pembayaran untuk
mempercepat proses tagihan.

Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat dilihat Daerah Tingkat I Propinsi Riau dan bukan hanya
urutan peringkat dari 1 hingga 3 mengenai kebetulan semata. Berdasarkan daftar nilai kritis
keseluruhan faktor-faktor keterlambatan Pearson Produk Momen ( PPM ) dari 30 responden
pembayaran dari pemilik proyek konstruksi kepada didapat nilai r tabel 0,301. dengan tingkat
kontraktor ; kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 5%.
sehingga dapat diketahui faktor-faktor
Peringkat 1 dengan nilai mean rank 22.55 adalah keterlambatan pembayaran dari pemilik proyek
faktor Force mejaure ( bencana alam, kebakaran, konstruksi kepada kontraktor pada tabel diatas
gempa bumi). berkorelasi, karena harga korelasi terendah pada
tabel diatas adalah 0,365.
Peringkat 2 dengan nilai mean rank 21.22 adalah 1. Koefisien korelasi yang paling tinggi ditunjukan
faktor Pemilik memberikan penerangan pada oleh faktor keterlambatan iv.9 (Keterlamatan
beberapa karyawan yang terlibat dalam pembayaran pengiriman material bangunan) dengan v.1
untuk mempercepat proses tagihan. (Terlambat atau mundurnya pembayaran dari
Peringkat 3 dengan nilai mean rank 20.77 adalah kontraktor utama ke sub kontraktor) dengan nilai
faktor Prosentase kemajuan fisik proyek 0,466 > r tabel = 0,301, hal ini menunjukan bahwa
(pembayaran yang diatur menurut prosentase ada korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-faktor
tertentu dari nilai proyek berdasarkan termin). tersebut, dan berada pada level sedang.
2. Koefisien korelasi yang paling rendah ditunjukan
Tabel 3 : Hasil uji statistik keseluruhan faktor oleh faktor keterlambatan v.3 (Hubungan
yang mempengaruhi keter-lambatan pembayaran kontraktor dan pemilik proyek menjadi buruk)
dari pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor. dengan v.5 (Kontraktor mengakhiri kontrak dan
N 30.000 menagih pembayaran kepada pemilik atas semua
a
Kendall's W .197 pekerjaan yang telah dilakukan juga kerugian
Chi-Square 177.426 lainnya baik material maupun peralatan) dengan
df 30.000 nilai 0,365 > r tabel = 0,301, hal ini menunjukan
Asymp. Sig. .000 bahwa ada korelasi yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor tersebut, dan berada pada level rendah.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan
teridentifikasinya angka probabilitas pada KESIMPULAN DAN SARAN
Asymptotic significance adalah 0,000 < 0,05, dapat Kesimpulan
disimpulkan bahwa ada keselarasan atau Hasil peringkat secara keseluruhan faktor-
kesepakatan para responden pengembang dengan faktor keterlambatan pembayaran dari pemilik
jawabannya terhadap faktor-faktor yang proyek konstruksi kepada kontraktor adalah :
berpengaruh dalam keterlambatan pembayaran dari Peringkat 1 dengan mean rank 22,55 adalah Force
pemilik proyek konstruksi kepada kontraktor di mejaure (bencana alam, kebakaran, gempa bumi).

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 578


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Peringkat 2 dengan mean rank 21,22 adalah sebelum kebijaksanaan dan kesepakatan dibuat
Pemilik memberikan penerangan pada beberapa antara kedua belah pihak
karyawan yang terlibat dalam pembayaran untuk 3. Dalam hal pembayaran jika perlu pemilik
mempercepat proses tagihan.. proyek merekrut orang-orang yang
Peringkat 3 dengan mean rank 20,77 adalah berkompeten dalam hal pembayaran.
Prosentase kemajuan fisik proyek. (pembayaran
yang diatur menurut prosentase tertentu dari nilai DAFTAR PUSTAKA
proyek berdasarkan termijn) Ahuja, Hira N and Walsh, Michael A, 1983,
1. Koefisien korelasi yang paling tinggi Succesfull Methods in Cost Engineering,
ditunjukan oleh faktor keterlambatan Jhon Willey and Sons, New York.
Keterlambatan pengiriman material dengan Arikunto, S, 1997, Prosedur Penelitian, Penerbit
Terlambat atau mundurnya pembayaran dari Rineka Cipta, Jakarta.
kontraktor utama ke sub kontraktor dengan Bony et al, 1973, Handbook of Construction
nilai 0,466 > rtabel = 0,301, hal ini menunjukan Management and Organization, Van
bahwa ada korelasi yang ditimbulkan oleh Nostrand Reinhold Co: New York
faktor-faktor tersebut, dan berada pada level Dillon,WR, 1984, Multivariate Analysis Method
sedang. and Aplication, Jhon Willey and Sons,
2. Koefisien korelasi yang paling rendah New York.
ditunjukan oleh faktor keterlambatan. Dennis, L, 1968, Complete Guide to Project
Hubungan kontraktor dan pemilik proyek menjadi Management, Caliner Books, Boston:
buruk dengan Kontraktor mengakhiri kontrak Massachussets.
dan menagih pembayaran kepada pemilik Ervianto, 2003, Manajemen Proyek Konstruksi,
dengan nilai 0,365 > rtabel = 0,301, hal ini Andi: Yogyakarta
menunjukan bahwa ada korelasi yang Hadi, S, 2000, Metodologi Research, Penerbit
ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut, dan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta
berada pada level rendah. King, A, M, 1984. Critical Part Method In
Constuction Project, A Wiley Inter Science
Saran Publication, New York.
Terdapat beberapa saran yang dapat Lamhot, 1998, Studi Mengenai Keterlambatan
diajukan sehubungan dengan hasil penelitian yang Pembayaran Dari Pemilik Proyek
didapat dan mungkin dapat menjadi bahan Konstruksi Kapada Kontraktor.
pertimbangan, yaitu : Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
1. Penggunaan jenis kontrak oleh kontraktor dan Nugraha, P, 1968, Manajemen Proyek Konstruksi I,
pemilik proyek harus memahami secara detail Kartika Yudha, Yogyakarta.
tentang item dan pasal-pasal yang telah Suharto, I, 1995, Manajemen Proyek : dari konsep
disepakati, dikarenakan kontrak sebagai acuan sampai operasional, Erlangga
kerja dan pelindung hak serta kewajiban bisa Tjiptono, A, 1996, Manajemen Proyek
menjadi bumerang bagi kontraktor dan pemilik Pembangunan, Lembaga Penelitian
proyek: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2. Penggunaan aturan pembayaran dalam Jakarta.
kontrak, baik dengan menggunakan uang Usman, H, 2006, Pengantar statistika, Penerbit
muka atau tanpa uang muka harus jelas bumi Aksara, Jakarta.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 579


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PEMANFAATAN MODEL REGRESI UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA


BANYAKNYA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENERIMAAN
PAJAK
Ridayati
Dosen Matematika pada Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta
ridayati@gmail.com

Abstrak
Sampai saat ini potensi sektor pajak berperan penting terhadap pemasukan keuangan di DIY. Banyaknya pajak
kendaraan bermotor (PKB) di Provinsi DIY dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tulisan ini bertujuan mengetahui
pengaruh banyaknya keluarga sejahtera terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor, mengetahui
pengaruh banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor dan
mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY tahun 2010 menggunakan model Regresi.
Pada penelitian ini, sebagai variabel bebas adalah banyaknya keluarga sejahtera sebagai X1 dan banyaknya pencurian
kendaraan bermotor sebagai X2. Sebagai variabel tak bebas adalah banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor
sebagai Y. Data diambil dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) Provinsi DIY tahun 2010
dan dari internet. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, metode wawancara dan studi
pustaka. Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan SPSS 10.0 yaitu dengan analisis regresi, koefisien korelasi,
deskriptif dan uji normalitas.
Dari analisis diperoleh simpulan besarnya pengaruh banyaknya keluarga sejahtera terhadap banyaknya obyek
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di DIY sebesar 99,3%. Besarnya pengaruh banyaknya pencurian kendaraan bermotor
terhadap banyaknya obyek penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di DIY sebesar 82,5%. Besarnya pengaruh bersama antara
banyaknya keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor sebesar 99,7%

Kata kunci: DPKKA, Regresi Linear, Regresi Berganda.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan C. Tujuan Penelitian
Sampai saat ini potensi sektor pajak merupakan Secara umum, penelitian ini bertujuan mengetahui
sektor dominan yang menunjang pendapatan. Banyaknya keterkaitan antara peningkatan kesejahteraan masyarakat
penerimaan pajak kendaraan bermotor di kabupaten dan dengan penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi
kota berbeda-beda diakibatkan beberapa faktor. Faktor DIY, dengan sasaran penelitian sebagai berikut :
yang dapat mempengaruhi banyaknya penerimaan pajak 1. Mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera
kendaraan bermotor adalah banyaknya keluarga sejahtera, terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak
banyaknya pencurian kendaraan bermotor di tiap-tiap kendaraan bermotor di Provinsi DIY.
kabupaten dan kota.Untuk meningkatkan kesadaran 2. Mengetahui pengaruh banyaknya pencurian
masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek
perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi
banyaknya penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY.
suatu daerah. Semakin banyak keluarga sejahtera 3. Mengetahui pengaruh banyaknya keluarga sejahtera
ditambah semakin banyak kendaraan bermotor beredar dan pencurian kendaraan bermotor terhadap
mengakibatkan semakin banyak orang yang bisa memiliki banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
kendaraan bermotor, apalagi di jaman sekarang untuk bermotor di Provinsi DIY.
mendapatkan sepeda motor teknologi terbaru dengan
persyaratan yang ringan “hanya dengan uang Rp 900.000 DASAR TEORI
sudah dapat membawa pulang motor baru”. Pertumbuhan A. Diskripsi Dinas Pendapatan Pengelolaan
kendaraan bermotor memang sangat pesat. Hal ini Keuangan dan Aset Daerah Provinsi (DPPKA)
berakibat meningkatnya pencurian sepeda motor dan DIY
diduga dapat mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan Dinas Pendapatan Daerah atau yang sering disebut
bermotor daerah. dengan DPPKA merupakan salah satu Dinas Teknis yang
keberadaannya mengacu pada Pasal 49 UU No.5
B. Perumusan Masalah. Th.1974, dan dalam menjalankan tugasnya berada
Permasalahan umum yang dapat diidentifikasi sepenuhnya dibawah dan bertanggung jawab kepada
adalah belum diketahuinya bagaimana kaitan antara Gubernur DIY. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan dan Aset Daerah (DPPKA) Provinsi DIY merupakan
penerimaan pajak kendaraan bermotor, tanpa pengaruh instansi yang mengelola pendapatan dan aset daerah
pencurian kendaraan bermotor dan dengan pengaruh Yogyakarta yang kemudian akan melaporkannya ke
pencurian kendaraan bermotor. pemerintah pusat. DPPKA mempunyai tujuan untuk

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 580


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

menjadi terbaik dalam Pengelolaan keuangan dan Aset regresinya adalah persamaan regresi linear berganda
pada tahun 2013 di Indonesia. (multiple linear regression).
(http://dppka.jogjaprov.go.id).
Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendapatan C. Regresi Linier Sederhana
Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah Provinsi DIY, Dalam statistik pasangan pengamatan yang
Penulis ingin mengetahui besarnya pengaruh banyaknya melibatkan dua variabel atau lebih dinyatakan dengan
keluarga sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan simbol (X,Y). Hubungan antara dua variabel pada
bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak persamaan linier jika digambarkan secara grafis ( scatter
kendaraan bermotor di Provinsi DIY tahun 2010 dengan diagram ), semua nilai X dan akan berada dalam suatu
menggunakan analisis regresi linier yaitu analisis regresi garis lurus. Dalam ilmu ekonomi, garis tersebut disebut
sederhana dan analisis regresi ganda. garis regresi.
Dalam laporan penelitian ini untuk mengetahui Untuk dua variabel, hubungan liniernya dapat dinyatakan
pengaruh antara banyaknya keluarga sejahtera terhadap dalam bentuk persamaan linier yaitu Y = a + bX dengan
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor X : Variabel bebas
penulis menggunakan analisis regresi sederhana karena Y : Variabel bergantung
terdiri dari satu variabel bebas yaitu banyaknya keluarga a,b : Bilangan konstan (Konstanta)
sejahtera (X1) dan satu variabel terikat yaitu banyaknya Y merupakan variabel tak bebas atau disebut juga
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y), untuk variabel bergantung (dependent variable) yaitu variabel
mengetahui pengaruh antara banyaknya pencurian yang dipengaruhi. Sedangkan X merupakan variabel
kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek bebas atau disebut juga variabel tak bergatung
penerimaan pajak kendaraan bermotor penulis (independent variable) yaitu variabel yang
menggunakan analisis regresi sederhana karena terdiri mempengaruhi.
dari satu variabel bebas yaitu banyaknya pencurian Karena populasi jarang diamati langsung, maka
kendaraan bermotor ( X2 ) dan satu variabel terikat yaitu digunakan persamaan regresi linier sederhana. Sampel
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor sebagai penduga persamaan regresi linier sederhana
(Y). Dan untuk mengetahui pengaruh banyaknya keluarga populasi.
sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan bermotor Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least
terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan square), nilai a dan b dapat ditentukan dengan rumus :
bermotor penulis menggunakan analisis regresi berganda. ∑ Y ∑ X − ∑ X ∑ XY
Karena terdiri dari dua variabel bebas yaitu banyaknya a=
N ∑ X − (∑ X)
keluarga sejahtera (X1), banyaknya pencurian kendaraan
bermotor (X2) dan satu variabel terikat yaitu banyaknya N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y). b=
N ∑ X − (∑ X)
B. Regresi Linier
Persamaan regresi linear terdiri dari dua model D. Uji Kelinieran Regresi Linier Sederhana
Untuk memudahkan satuan-satuan yang perlu
yaitu regresi linear sederhana dan regresi linear ganda
sebaiknya disusun dalam sebuah tabel sehingga didapat
(Gujarati, 1978). Regresi linear sederhana hanya
daftar analisis varians yang disingkat ANAVA yang
mempunyai satu variabel bebas (independent) yaitu X dan
dituangkan dalam Tabel 1.
satu variabel terikat (dependent) yaitu Y. Jika variabel
independent-nya lebih dari satu, maka persamaan

Tabel 1. Tabel Analisis Varians Untuk Regresi Linier Sederhana

Sumber Variasi DK JK RK F
Regresi a 1 (∑ ) (∑ )

Regresi (b/a) 1 (∑ X)(∑ Y) S reg = JK(b/a)


b XY −
N
Residu n-2 (Y − Y) JK(S) S reg/S res
S res =
(S)
Tuna Cocok (TC) k-2 JK (S) – JK (E) JK(TC)/k-2 RK(TC)/R
Galat n-k (∑ ) JK (E)/n-k K(E)

Keterangan :
JK : Jumlah Kuadrat
RK: Rerata Kuadrat

Untuk menguji kelinieran model regresi dapat dilakukan H : b ≠ 0 (ada hubungan linear antara variabel bebas
dengan menggunakan hipotesis berikut: dengan variabel terikat
H : b = 0 (tidak ada hubungan linear antara variabel Hipotesis diatas dikaitkan dengan uji nyata garis regresi
bebas dan variabel terikat yang diperoleh. Statistik uji yang digunakan adalah

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 581


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

MS R
Fhitung = atau dengan melihat nilai F pada tabel ∑X (∑ X Y ) − (∑ X X )(∑ X Y )
MS E a =
(∑ X )(∑ X ) − (∑ X X )
ANOVA. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel. Dengan melihat
tabel distribusi F untuk taraf signifikan (  ) tertentu dan a = Y−a X −a X
derajat kebebasan (dk) = n-2 akan diperoleh nilai Ftabel
(Sudjana,2001:327).
Pengujian asumsi klasik regresi linier ganda:
E. Regresi Linier Berganda Uji Normalitas
Persamaan regresi berganda mengandung makna Menguji konormalan data dapat dilihat pada Histogram
bahwa suatu persamaan regresi terdapat satu variabel maupun grafik Normal P-P Plot Regression Standardized
terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Dalam kasus Residual. Jika semua titik-titik pada grafik Normal P-P
ekonomi dan bisnis sering kali dijumpai perubahan suatu Plot terletak di sekitar garis diagonal dan penyebarannya
variabel disebabkan oleh variabel lain. mendekat dengan garis diagonal maka data mengikuti
Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih distribusi normal. Asumsi normalitas terpenuhi.
dari dua variabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini Selain itu untuk menguji kenormalan data juga bisa
menggunakan statistik parametrik, karena data variabel dilihat pada output SPSS dengan One Sample
berbentuk data interval. Sedangkan analisis yang Kolmogorov Smirnov Test dengan asumsi:
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dan H0 : data berdistribusi normal.
korelasi. Oleh karena itu beberapa asumsi harus H1 : data tidak berdistribusi normal.
dipenuhi, antara lain sampel diambil secara acak,sampel Dengan kriteria pengujian (berdasarkan tabel One Sample
berasal dari populasi yang berdistribusi normal, kedua Kolmogorov Smirnov) H0 diterima jika nilai sig > 0,05
variabel bebas adalah homogen, atau variansi dari ke dua dan H0 ditolak jika nilai sig < 0,05.
variabel bebas adalah sama.
Secara umum data hasil pengamatan Y dapat terjadi
karena akibat dari variabel-variabel bebas X1, X2 , X3 ,..., HASIL DAN PEMBAHASAN
X4 Model tersebut dinamakan regresi linier berganda.
Model regresi linier berganda atas akan ditaksir oleh X1, Dalam penelitian ini dibahas mengenai hubungan
X2 , X3 ,..., X4 yaitu Y = a X + a X + a X + ⋯ + antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat
a X dengan a , a , a , … , a merupakan koefisien – (regresi sederhana) dan dua variabel bebas dengan satu
koefisien yang harus ditentukan berdasarkan data hasil variabel terikat (regresi ganda). Data banyaknya keluarga
pengamatan. Koefisien- koefisien tersebut dapat pula sejahtera, banyaknya pencurian dan banyaknya obyek
dihitung dengan menggunakan: pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor tertuang
dalam Tabel 2.
∑X (∑ X Y ) − (∑ X X )(∑ X Y )
a =
(∑ X )(∑ X ) − (∑ X X )

Tabel 2. Tabel banyaknya keluarga sejahtera, pencurian dan obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY 2010

Banyaknya Banyaknya Obyek


Banyaknya
Pencurian Penerimaan Pajak
No Kota / Kabupaten Keluarga Sejahtera
Kendaraan Kendaraan
(X1)
Bermotor ( X2) Bermotor ( Y )
1 Kota Yogyakarta 5811 408 5629
2 Kab. Bantul 4955 321 4693
3 Kab. Sleman 4602 397 4572
4 Kab. Gunung Kidul 3484 257 3494
5 Kab. Kulon Progo 3287 232 3351
Sumber: DPPKA DIY 2010

Dari hasil penghitungan SPSS diperoleh: bermotor di DIY bertambah. Jika banyaknya
a. Persamaan regresi antara banyaknya keluarga keluarga sejahtera di DIY berkurang maka
sejahtera (X1) terhadap banyaknya obyek banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y) adalah bermotor di DIY berkurang.
Ŷ = 399,068+ 0,892X1 dengan besar pengaruhnya b. Persamaan regresi antara banyaknya pencurian
99,3%. Ini berarti banyaknya keluarga sejahtera di kendaraan bermotor (X2) terhadap banyaknya
DIY memberikan pengaruh positif terhadap obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y)
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan adalah Ŷ = 882,745 – 10,728 X2, dengan besar
bermotor di DIY sebesar 99,3%. Jika banyaknya pengaruhnya 82,5%. Ini berarti banyaknya
keluarga sejahtera di DIY bertambah maka pencurian kendaraan bermotor di DIY memberikan
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan pengaruh negatif terhadap banyaknya obyek

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 582


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY kendaraan bermotor ( X2 ) terhadap banyaknya


sebesar 82,5%. Jika banyaknya pencurian obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor ( Y )
kendaraan bermotor di DIY bertambah maka adalah Ŷ = 359,307 + 0,792 X1 – 1,498 X2 dengan
banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan besar pengaruh banyaknya keluarga sejahtera dan
bermotor di DIY berkurang. Jika banyaknya banyaknya pencurian kendaraan bermotor terhadap
pencurian kendaraan bermotor di DIY berkurang banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
maka banyaknya obyek penerimaan pajak bermotor sebesar 99,7%.
kendaraan bermotor di DIY bertambah.
c. Persamaan regresi ganda antara banyaknya keluarga B. Saran
sejahtera (X1) dan banyaknya pencurian kendaraan 1. Diketahui bahwa pengaruh banyaknya keluarga
bermotor (X2) terhadap banyaknya obyek sejahtera dan banyaknya pencurian kendaraan
penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y) adalah Ŷ bermotor terhadap banyaknya obyek penerimaan
= 359,307 + 0,792 X1 – 1,498 X2 dengan besar pajak kendaraan bermotor di DIY hampir 60%
pengaruhnya 99,7 %. Ini berarti banyaknya sehingga Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset
keluarga sejahtera di DIY memberikan pengaruh Daerah Provinsi DIY dapat berkoordinasi dengan
positif terhadap banyaknya obyek penerimaan pajak Kepolisian Daerah DIY untuk mengambil tindakan
kendaraan bermotor di DIY sebesar 99,7% dan yang tegas terhadap masalah pencurian kendaraan
banyaknya pencurian kendaraan bermotor di DIY bermotor sehingga banyaknya pencurian kendaraan
memberikan pengaruh negatif terhadap banyaknya bermotor berkurang dan dapat menambah
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor di banyaknya obyek penerimaan pajak kendaraan
DIY sebesar 99,7%. Jika banyaknya keluarga bermotor.
sejahtera di DIY bertambah maka banyaknya obyek 2. Analisis regresi dapat digunakan oleh Dinas
penerimaan pajak kendaraan bermotor di DIY Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
bertambah atau sebaliknya. Jika banyaknya Daerah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pencurian kendaraan bermotor di DIY bertambah faktor dalam masalah pembayaran pajak kendaraan
maka banyaknya obyek penerimaan pajak bermotor dan masalah lainnya.
kendaraan bermotor di DIY berkurang atau
sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA

Gujarati, Damodar, 2003. Basic Econometrics, Fourth


KESIMPULAN DAN SARAN Edition, Mc Graw Hill, Singapore
A. Kesimpulan Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis multivariate
Berdasarkan pembahasan dan analisa di atas dapat dengan program SPSS, Penerbit UNDIP, Semarang
diambil simpulan bahwa: Nasir, M, 1983. Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia,
1. Persamaan regresi antara banyaknya keluarga Jakarta
sejahtera ( X1 ) dan banyaknya obyek penerimaan Setiaji, Bambang 2004. Panduan riset dan pendekatan
pajak kendaraan bermotor ( Y ) adalah Ŷ = kuantitatif, Penerbit Program pasca sarjana UMS,
399,068+ 0,892X1 dengan besar pengaruh surakarta
banyaknya keluarga sejahtera terhadap banyaknya Sudjana.1996. Metode Statistika, Penerbit Tarsito,
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor Bandung
sebesar 99,3%. Sudjana.2001. Metode Statistika. Penerbit Tarsito,
2. Persamaan regresi antara banyaknya pencurian Bandung
kendaraan bermotor (X2) terhadap banyaknya .Sudjana.2003. Metode Statistika. Penerbit Tarsito,
obyek penerimaan pajak kendaraan bermotor (Y) Bandung
adalah Ŷ = 882,745 – 10,728 X2 dengan besar .Sukestiyarno. 2006. Instrumen dan Analisis Data
pengaruh banyaknya banyaknya pencurian Penelitian, Penerbit UNNES, Semarang
kendaraan bermotor terhadap banyaknya obyek http://www.kompas.com/ver1/metropolitan/0711/29/0319
penerimaan pajak kendaraan bermotor sebesar 22.htm
82,5%. http://dppka.jogjaprov.go.id/
3. Persamaan regresi antara banyaknya keluarga
sejahtera ( X1 ) dan banyaknya pencurian

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 583


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENATAAN MODA TRANSPORTASI HEMAT DAN SEHAT DENGAN BERSEPEDA


DI KOTA YOGYAKARTA

Achmad Wismoro
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,
STTNAS YOGYAKARTA
E-mail.wironowosttnas@yahoo.co.Id

ABSTRAK
Kota Yogyakarta merupakan kota yang dahulunya dikenal sebagai kota sepeda, dikarena- kan hampir sebagian
besar masyarakat kota Yogyakarta menggunakan moda transportasi sepeda sebagai alat penunjang aksesibilitasnya. Dampak
dari modernisasi mengakibatkan penggunaan sepeda mulai berkurang. Upaya untuk meningkatkan kembali pengguna sepeda
di kota Yogya- karta dengan spirit sego segawe yang disosialisasikan langsung oleh wali kota Yogyakarta, guna mendukung
spirit sego segawe diterapkannya jalur jalan sepeda di beberapa ruas-ruas jalan yang mempunyai tingkat polusi dan
kesemrawutan lalu lintas yang memprihatinkan.
Metode analisa yang digunakan dalam memberikan arahan penataan moda transportasi hemat dan sehat dengan
bersepeda di kota Yogyakarta menggunakan analisis komparasi standar dan matriks pengolahan data kualitatif. Analisa
komparasi standar yaitu merupakan analisa yang memandingkan antara fenomena yang terjadi di wilayah penelitian dengan
pedoman atau standar baku yang ada. Sedangkan metode analisis matriks untuk pengolahan data kualitatif yang dapat
memberikan suatu arahan penataan, yang berasal dari kebutuhan pengguna sepeda yang disesuaikan dengan standar-standar
baku yang ada
Hasil temuan penelitian memberikan arahan penataan jalur sepeda yang sesuai dengan kebutuhan pengguna sepeda
dengan standar baku dan karakteristik jalan dimana kebutuhan pengguna sepeda di kota Yogyakarta akan disesuaikan dengan
pedoman baku jalur sepeda yang baik dan benar, serta kesesuaian dengan karakteristik jalur eksisting

Kata Kunci : Penataan Moda Transportasi, hemat dan sehat

LATAR BELAKANG pihak masyarakat mengenai pentingnya


Perkembangan sistem transportasi kendaraan menggunakan sepeda dalam menunjang mobilitas
bermotor sangatlah penting, sesuai akan kebutuhan mereka. 3) Menambah wawasan pengetahuan
sarana perkotaan, tetapi alangkah baiknya jika mengenai pentingnya bersepeda bagi kehidupan
dapat mendukung suatu perkembangan kota, tanpa saat ini maupun yang akan datang. 4) Sebagai
menimbulkan masalah yang berarti. Tiga dasawarsa acuan baik bagi pemerintah maupun para teknisi
yang lalu, dimana dahulu kota Yogyakarta terkenal dalam menerapkan atau membuat jalur-jalur khusus
dengan “pit ontel” nya, tahun 1950 hingga tahun sepeda.
1970-an, sepeda menjadi alat transportasi yang Untuk mencapai sasaran-sasaran yang akan
dominan di kota Yogyakarta (http://www dicapai, terlebih dahulu perlu mengadakan: 1)
.kamase.org/p=441). Mengidentifikasi jalur-jalur bersepeda yang
Masalah-masalah utama yang dihadapi di diterapkan pemerintah Kota Yogyakarta. 2)
wilayah studi adalah kurang tersedianya jalur Mengidentifikasi kondisi jalur sepeda yang sesuai
sepeda yang tidak didukung oleh jumlah pengguna dan tidak sesuai dengan standarisasi jalur jalan
sepeda, disebabkan karena penyediaan jalur sepeda. 3) Meng- identifikasi persepsi dan
bersepeda belum dapat mengakomodir pengguna preferensi pengguna jalur sepeda 4).Memberikan
sepeda secara baik. Dimana jalur sepeda yang arahan penataan jalur sepeda di kota
disediakan belum memenuhi standarisasi jalur-jalur Yogyakarta.Ruang lingkup peneltian terdiri atas
bersepeda yang aman dan nyaman serta di desain dua (2) bagian yaitu ruang lingkup wilayah dan
yang layak untuk mendukung aksesibilitas ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah
pengguna sepeda. Penelitian ini bertujuan untuk merupakan lingkup dari wilayah penelitian yang
memberikan suatu perubahan penggunaan moda menjadi di daerah penelitian, Adapun batasan
transportasi dari kendaraan bersedamotor ke wilayah studi sebagai berikut :1) Sebelah Utara
kendaraan sepeda on thel, hal ini seharusnya Kabupaten Sleman 2) Sebelah Selatan Kabupaten
disertai dan didukung dengan penyediaan jalur-jalur Bantul 3) Sebelah Timur Kabupaten Bantul dan
khusus jalur sepeda yang aman dan nyama Sleman 4) Sebelah Barat Kabupaten Bantul dan
Ada pun manfaat dari kegiatan penelitian ini antara Sleman sedangkan ruang lingkup materi memuat
lain sebagai berikut: 1) Sebagai bahan tentang materi-materi yang akan dikaji dan dibahas
pertimbangan bagi pemerintah kota Yogyakarta dalam Sebelah Timur Kabupaten Bantul dan
maupun kabupaten-kabopaten di Daerah Istimewa Sleman 4) Sebelah Barat Kabupaten Bantul dan
Yogyakarta untuk menerapkan jalur khusus sepeda Sleman sedangkan ruang lingkup materi memuat
secara baik dan benar.2) Menambah wawasan bagi tentang materi-materi yang akan dikaji dan dibahas

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 584


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Ruang lingkup wilayah merupakan lingkup dari dapat diperbaharui dan menghindari penggunaan
wilayah penelitian yang menjadi di daerah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
penelitian, Adapun batasan wilayah studi sebagai sehingga dapat meminimalkan dampaknya terhadap
berikut :1) Sebelah Utara Kabupaten Sleman 2) tanah dan kebisingan. Dengan demikian, secara
Sebelah Selatan Kabupaten Bantul 3) Sebelah umum konsep transportasi berkelanjutan
Timur Kabupaten Bantul dan Sleman 4) Sebelah merupakan gerakan yang mendorong penggunaan
Barat Kabupaten Bantul dan Sleman sedangkan teknologi ramah lingkungan dalam upaya
ruang lingkup materi memuat tentang materi-materi memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat.
yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian.
Sepeda dan Ruang Bebas
TINJAUAN PUSTAKA Dalam mendesain jalur sepeda memang
Pengertian Transportasi Ramah Lingku- sangat diperlukan standard ukuran sepeda yang
ngan harus digunakan nantinya dengan ruang gerak
Beberapa pengertian tentang transportasi pengguna dan ruang bebas disaat mengendarai
ramah lingkungan atau transportasi berkelanjutan, sepeda. Dalam merancang ukuran sepeda dan ruang
adalah : 1) Transportasi berkelanjutan adalah bebas dengan ruang jalur sepeda sering mengalami
sebuah konsep yang dikembangkan sebagai suatu kesulitan dalam menerapkan rancangan yang sudah
antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek direnanakan dikarenakan berbagai masalah, seperti
dan kinerja sistem transportasi yang dikembangkan keterbatasan lahan dan tingkah laku pengguna
selama kurang lebih 50 tahun terakhir. Istilah sepeda yang sangat variatif dengan pandangan dan
transportasi berkelanjutan sendiri berkembang kemauan yang berbeda-beda serta masalah kearifan
sejalan dengan munculnya terminologi local warga sekitar sehingga kadang menyulitkan
pembangunan berkelanjutan pada tahun 1987 perencana atau perancang dalam menerapkan hasil
(World Commission on Environment and rancangan atau desain jalur sepeda dengan elemen
Development, United Nation). 2) Transportasi pelengkapnya yang sesuai standarisasi jalur sepeda
berkelanjutan atau transportasi ramah lingkungan yang baik dan benar.
diartikan sebagai “upaya untuk memenuhi
kebutuhan mobilitas transportasi generasi saat ini Klasifikasi Jalur Sepeda
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang Kata ”jalur sepeda” muncul sebagai istilah
dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya”. 3) umum yang menjelaskan fasilitas apapun yang
OECD (1994) juga mengeluarkan definisi yang disediakan untuk pemakaian jalur sepeda guna
sedikit berbeda yaitu: “Transportasi berkelanjutan kendaraan sejenis secara eksklusif atau semi-
merupakan suatu transportasi yang tidak eksklusif. Literatur terbaru yang menyangkut hal ini
menimbulkan dampak yang membahayakan pada umumnya beranggapan bahwa jalur sepeda
kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat dapat dibagi atas tiga (3) bentuk dasar sebagai
memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara berikut :1) Kelas I, kelas ini merupakan jalur yang
konsisten dengan memperhatikan: a) Penggunaan dirancang terpisah dan dirancang khusus untuk
sumberdaya terbarukan pada tingkat yang lebih sepeda. Kelas ini tidak diperbolehkan untuk adanya
rendah dari tingkat regenerasinya; dan b) lalu lintas kendaraan bermotor dan pejalan kaki.
Penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada Untuk persimpangan dengan kendaraan bermotor
tingkat yang lebih rendah dari tingkat dan pejalan kaki diperkenankan tetapi dibuat
pengembangan sumberdaya alternatif yang seminim mungkin. 2) Kelas II, kelas ini merupakan
terbarukan.” 4) Dewan menteri transportasi uni jalur yang dirancang khusus atau semi khusus untuk
Eropa mengungkapkan bahwa transportasi ramah sepeda. Lalu lintas menerus untuk kendaraan motor
lingkungan atau transportasi yang berkelanjutan dan pejalan kaki tidak diperkenankan sedangkan
dapat dilihat pada 3 (tiga) hal, yaitu : a) untuk persimpangan dengan kendaraan bermotor
Transportasi yang dapat diakses oleh banyak orang atau pejalan kaki diperkenankan, tetapi dibuat
dan berdasarkan kebutuhan individu masing- seminimum mungkin. sama halnya dengan standar
masing, serta memenuhi permintaan masyarakat di kelas I. 3) Kelas III, kelas ini merupakan jalur
secara aman dan nyaman serta konsisten dalam yang dipakai bersama dan dirancang oleh
mendukung lingkungan sekitar. b) Transportasi penempatan rambu-rambu. Jalur ini dirancang
yang menghasilkan, dapat beroperasi secara baik untuk lalu lintas menerus dengan kendaraan
dan benar, dan dapat memberikan pilihan-pilihan bergerak (tetapi tidak diparkir) lainnya atau pejalan
moda transportasi ramah lingkungan yang lain guna kaki. (sumber : barrier-free site design, U.S.
dapat bersaing dalam persaingan dunia ekonomi Department of Housing and Urban
yang kompetitif serta mewujudkan pembangunan Development,1975)
daerah yang seimbang. c) Adanya batasan emisi
dan limbah sehingga dapat diserap langsung oleh
tanah. Menggunakan sumber-sumber daya yang

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 585


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Rancangan Kecepatan pengambilan kesimpulan masalah dari umum ke


Rancangan sepeda ditentukan oleh beberapa faktor, khusus yang berkaitan dengan penelitian kualitatif.
diantaranya termasuk jenis sepeda, rasio gigi, Dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian
kemiringan perkerasan, tipe dan kondisi permukaan dengan data fenomena, fokus yang hanya bisa
perkerasan, arah dan kecepatan angin, gesekan dijelaskan dengan pengukuran serta penelitian
udara, dan kondisi serta umur pengendara. kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
Walaupun pengendara sepeda rata-rata telah membangun teori dari data, dan peneliti lebih
melampaui kecepatan 30 mil/jam, namun kecepatan banyak bersama data agar memperoleh informasi
yang wajar bagi rata-rata pengendara adalah antara sebanyak-banyaknya. Penelitian kualitatif
10 sampai 11,5 mil/jam, dengan kisaran sekitar 3 (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah
sampai 19 mil/jam. Dalam menentukan lebar penelitian yang tidak menggunakan model-model
minimum dan jejari lingkungan jalur sepeda yang matematik, statistik atau komputer. Proses
rata, maka kecepatan 10 mil/jam adalah rancangan penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar
kecepatan yang dapat dipertahankan. dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam
penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut
Jari-jari Lengkungan selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam
Jari-jari lengkungan sepeda yang dapat pengumpulan dan pengolahan data untuk
diterima berkisar antara 6-50 kaki. Apabila memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam
merancang jari-jari lengkungan untuk tataletak penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan
suatu jalur sepeda, maka seorang perancang harus dan diolah harus tetap obyektif dan tidak
mempergunakan rumus sebagai berikut ini. Harga dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri.
jari-jari lengkungan sebagai fungsi dari kecepatan Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam
dinyatakan oleh persamaan linear berikut penelitian historis atau deskriptif.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian


R = 1,25 V + 1,4 Pelaksanaan studi yang digunakan dalam penelitian
ini melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
R= Jari-jari lengkungan (kaki) yang dilakukan 1) Tahap Persiapan : Tahap persiapan terdiri dari
tanpa pengendara harus mengerem pada perumusan masalah, tujuan dan sasaran serta
permukaan rata kering dan beraspal beton menentukan lokasi studi. 2) Studi Literatur : Untuk
V = Kecepatan sepeda dalam mil/jam. mempelajari faktor-faktor penentu dalam
memberikan arahan penataan jalur jalan sepeda di
Persimpangan wilayah kota Yogyakarta, serta pengaruhnya
Cara paling efektif untuk menghindari konflik terhadap penggunaan moda transportasi ramah
antara pengendara sepeda dengan pengendara lingkungan (sepeda) di wilayah studi. 3) Survei
kendaraan bermotor ketika jalur sepeda harus lapangan : Dilakukan untuk memperoleh data
menyebrang jalan yang ramai, demikian juga ketika primer tentang keadaan eksisting jalur jalan sepeda
penggunaan sepeda yang padat, adalah dengan di wilayah studi, melalui wawancara awal, survei
mengadakan pemisahan total. Saran ini tetap visual dengan menggunakan foto untuk
berlaku apabila jalur sepeda harus melalui memperoleh gambaran eksisting keadaan jalur
persimpangan lalu lintas padat dimana lalu lintas sepeda. 4) Tahap Pengolahan Data : a) Tahap ini
sepeda dapat menghambat kelancaran lalu lintas. dilakukan setelah data diperoleh. Kegiatan ini
Pada umumnya, di daerah kota berpenduduk padat terdiri dari b) Editing, yaitu melakukan penilaian
dengan hanya sedikit ruang gerak, tidaklah terhadap data-data yang dibutuhkan dalam studi. c)
mungkin memberikan pemisahan total pada Tabulasi, proses penyusunan data (ditabelkan) agar
persimpangan jalan dilihat dari segi biaya. Apabila mudah dibaca, dan dipergunakan sesuai dengan
demikian maka seorang perancang harus tujuan yang ingin dicapai pada langkah selanjutnya
mengarahkan jalur sepeda sepanjang jalan dengan sehingga mempermudah proses analisis. d)
kemiringan. Perhitungan kebutuhan ruang. 5) Tahap Analisis :
Data yang diperoleh dari hasil studi literatur
METODE PENELITIAN lapangan setelah diolah kemudian dianalisis sesuai
Pendekatan dan metodologi penelitian merupakan dengan parameter yang telah ditentukan.
suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam
menyusun sebuah studi atau melakukan penelitian. Metoda Analisis
Metodologi penelitian ini meliputi pendekatan Teknik/metoda analisis yang digunak- an dalam
studi, tahapan pelaksanaan studi, dan penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
teknik/metodologi analisis. Pendekatan analisis komparasi standar. Dimana merupakan
penelitian/studi yang dilakukan dalam penelitian ini suatu penelitian deskriptif yang berusaha mencari
adalah pendekatan deduktif; dimana proses suatu pemecahan dari masalah melalui analisa

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 586


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

tentang hubungan-hubungan sebab akibat, yakni lalulintas. Dikarenakan jalur yang disediakan untuk
yang meneliti faktor-faktor tertentu yang pengguna sepeda sering dialih fungsikan, seperti
berhubungan dengan situasi atau fenomena yang penggunaan jalur sepeda sebagai tempat-tempat
diselidiki dan di bandingkan satu. faktor dengan parkir umum serta keegoisan dari pengguna
yang lain. Penelitian deskriptif adalah penelitian kendaraan bermotor yang kerap kali tidak perduli
yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu akan adanya kehadiran pengguna sepeda, sehingga
tanpa membuat perbandingan atau menghubung- mengakibatkankan dapat meningkatnya jumlah
kan variable lain. Sugiyono (2002:6). Dalam kecelakaan.
pemahaman lain, penelitian deskriptif merupakan
bentuk penelitian yang menggambarkan kejadian KESIMPULAN
sesungguhnya dilapangan tentang obyek yang akan .Penyediaan jalur sepeda yang sudah
diteliti sehingga dapat mencapai suatu kesimpulan diterapkan banyak menimbulkan kontroversi
sementara. disebabkan jalur jalan sepeda yang sudah ada
ternyata belum sanggup mengakomodir pengguna
HASIL DAN PEMBAHASAN sepeda secara baik. Hal ini dikarenakan jalur sepeda
Identifikasi Jalur-Jalur Bersepeda Yang Sudah yang diterapkan belum memenuhi tingkat
Diimplementasikan keamanan dan kenyaman pengguna sepeda serta
Terdapat empat puluh dua (42) titik persebaran minimnya fasilitas-fasilitas pelengkap jalur
jalur jalan sepeda yang berdasarkan data sekunder sepeda.Penyediaan jalur sepeda di kota Yogyakarta
dari dinas perhubungan kota Yogyakarta yang di 42 ruas jalan yang ada, pada umumnya belum
sudah tersebar di beberapa ruas jalan di kota memenuhi standar baku jalur sepeda yang baik dan
Yogyakarta yang didukung pula oleh penyediaan benar. Dimana, beberapa pertimbangan awal
rambu-rambu sepeda dan adanya 121 jalur-jalur sebelum merancang jalur jalan sepeda yang terdapat
alternatif yang melewati area perkampungan dan pada standar baku jalur sepeda juga belum
menghubungkan jalan antar tiap kampung. Data dipenuhi.
dari dinas perhubungan Kota Yogyakarta Masyarakat merupakan obyek perenca naan,
menyebutkan bahwa panjang jalur sepeda yang sehingga apapun yang direncanakan dalam
sudah terpasang adalah berkisar antara 6 sampai 8 pembangunan sudah sepantasnya memikirkan
kilometer yang terletak pada jalur lambat (kiri pandangan dan kemauan atau kebutuhan dari
jalan). Pada umumnya sudah pada kondisi jalan masyarakat. Seperti halnya penyediaan jalur sepeda
yang baik dengan permukaan yang keras (aspal). yang ada di kota Yogyakarta, rata-rata pengguna
Berdasarkan hasil identifikasi, jalur-jalur sepeda di sepeda di wilayah studi sering mengeluh dengan
kota Yogyakarta ternyata ada beberapa ruas jalan penyediaan jalur sepeda yang hanya merupa- kan
yang sudah terpasang jalur sepeda, dan sebagian simbolitas saja.
besar jalur sepeda yang sudah terpasang memiliki 1 Jalan sepeda yang sudah diimplemen- tasikan
(satu) jalur sepeda yang terletak di jalur lambat. belum dapat mendukung tingkat aksesibilitas
pengguna sepeda dari asal ke tujuan. Mengatasi
Analisis Kondisi Jalur Jalan Sepeda di Wilayah permasalahan diatas, diperlukannya suatu arahan
Studi Yang Sesuai Standar Baku penataan jalur sepeda secara baik, dan dapat
Kondisi jalur jalan sepeda yang sudah terpasang di mengakomo- dir pengguna sepeda dalam
beberapa ruas jalan yang direncanakan oleh melakukan mobilitas. Arahan perbaikan jalur
pemerintah kota Yogya- karta sejak tahun 2009 sepeda dapat dimulai dari kondisi ruang dan fisik
rata-rata dalam kondisi yang belum dapat serta elemen-elemen pelengkap jalur jalan sepeda.
memenuhi standarisasi dan pedoman baku jalur Temuan Studi
jalan sepeda yang baik dan benar. Permasalahan Dari hasil analisis sebelumnya maka didapatkan
penyediaan jalur jalan sepeda yang menyebabkan temuan studi yaitu sebagai berikut : a) Karakteristik
belum dapat memenuhi standarisasi jalur jalan wilayah kota Yogyakarta pada umumnya sudah
sepeda yang baik ini dikarenakan banyaknya mendukung jalur jalan sepeda dengan jenis
kendala dalam pemenuhan kebutuhan jalur perkerasannya dan kemiringannya yang berkisar
bersepeda yang sesuai pedoman baku dikarenakan antara 0 - 3%. b) Ruang jalan sangat tidak
minimnya ketersediaan lahan, biaya serta masalah memungkinkan untuk diterapkannya jalur sepeda
sosial dan ekonomi warga setempat. sesuai standar baku, sehingga perlu diminimalisir.
c) Penambahan elemen peneduh dalam bagian
Arahan Penataan Jalur Jalan Sepeda di Kota arahan penataan jalur sepeda yang belum ada di
Yogyakarta. pedoman baku, hal ini dikarenakan perbedaan
Dari hasil kuisioner pada lima puluh (50) informan cuaca dan iklim antara Negara Indonesia dan
pengguna sepeda pada umumnya mengeluhkan Negara-Negara Eropa. d) Penataan jalur sepeda
adanya jalur sepeda yang dapat dikatakan hanya yang sebagian besar unsurnya mengikuti standar
sebagai simbolis dan pelengkap dari sarana

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 587


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

baku, dikarenakan pemahaman masyarakat Khisty & Kent, 2003, Dasar-dasar Rekayasa
terhadap jalur jalan sepeda masih sangat minim. Transportasi (jilid 2), Erlangga: Jakarta
Kountur. R, 2007, Metode Penelitian, PPM: Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Lynch & Hack, 1983, Site Planning Third Edition,
Azwar.S , 1995, Sikap Manusia Teori dan Cambridge,Massachusetts, and London: england
Pengukurannya. Pustaka Pelajar offset: Miro Fidel, 2004, Perencanaan Transportasi,
Yogyakarta Erlangga: Jakarta
Bungin, 2010, Penelitian kualitatif, Kencana: Tamin.O, 2003, Perencanaan dan Pemodelan
Jakarta Transportasi, ITB: Bandung.
De Chiara & Koppelman,1978, Standar
Perencanaan Tapak, Erlangga: Jakarta

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 588


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PENGARUH ABU VULKANIK DAN LAHAR DINGIN TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR
UNTUK AIR MINUM PASCA ERUPSI MERAPI

M. Sri Prasetyo Budi dan Sri Rahayu Gusmarwani


Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
prasetyobudms88@yahoo.com

Abstrak

Akibat erupsi Merapi yang terjadi pada tahun 2010 lalu banyak sedimen yang dibawa oleh lahar dingin telah memenuhi aliran
sungai. Adanya lahar dingin yang menerjang rumah rumah penduduk mengakibatkan kualitas air sumur masyarakat tercemar.
Salah satunya di desa Argomulyo, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, akibat dari Abu Vulkanik dan lahar dingin
mencemari sumur warga di sepanjang aliran sungai Gendol. Hal ini yang mendasari perlu dilakukannya penelitian untuk
mengetahui besarnya kandungan kimia zat pencemar yaitu residu terlarut (TDS) dan residu tersuspensi (TSS) sehingga dapat
diketahui apakah air sumur masyarakat masih layak dikonsumsi sebagai air minum atau tidak, dilihat dari TDS dan TSS.
Sampel air diambil dari sumur sepanjang Kali Gendol di desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, pada
tanggal 10 September 2011. Selanjutnya diuji di laboratorium dan hasilnya dibandingkan dengan peraturan pemerintah nomor 82
tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pembanding nilai dipakai klasifikasi kualitas air
kelas satu karena air sumur warga diperuntukkan sebagai air baku air minum.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kadar Ca, Mg, K, Na, Si, klorida, sulfat, dan TDS pada semua bahan bahan uji
masih memenuhi standar pemerintah. Sedangkan untuk kadar TSS ada satu spesimen yang tidak memenuhi standar yang
ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 1. Begitu pula dengan kadar fluorida, ada satu spesimen yang tidak memenuhi standar
yang ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 2. Empat spesimen dari lima spesimen yang diuji kadar besinya menunjukkan
hasil yang tidak memenuhi standar baku mutu dari pemerintah, yaitu pada spesimen 1, spesimen 2, spesimen 3, dan spesimen 4.
Ini berarti bahwa sumur di daerah erupsi merapi sebagian besar mengandung senyawa besi yang berasal dari material erupsi
merapi. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai air minum harus dilakukan pengolahan lebih lanjut, terutama untuk menghilangkan
kadar TSS, Fluorida, dan besi agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah.

Latar Belakang tersebut. Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah


bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke
Gunung Merapi merupakan gunung berapi di udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir
propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta yang masih vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai
sangat aktif hingga saat ini, berada pada koordinat berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh
7°32'30" LS 110°26'30" BT. Letaknya cukup dekat disekitar kawah sampai radius 5–7 km dari kawah,
dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa- sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada
desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Sejak jarak mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan
tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya
kali. Bagi masyarakat, gunung tersebut membawa hembusan angin. Abu vulkanik tak hanya jatuh di
berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah Yogyakarta dan sekitarnya, bahkan terbang bersama
daerah, gunung Merapi menjadi daerah obyek wisata angin sampai ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa
bagi para wisatawan. Berbagai aktivitas gunung Barat. Abu vulkanik diketahui bisa menyebabkan
Merapi tentu saja memberikan dampak positif iritasi mata, penyakit infeksi saluran pernapasan akut
maupun dampak negatif pada penduduk sekitar (ISPA), hingga gangguan pada kulit. Saat meletus,
gunung Merapi. Dampak negatif ada yang secara gunung berapi umumnya menyemburkan uap air
langsung dapat dirasakan oleh penduduk sekitar (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2),
gunung Merapi, misalnya pada saat gunung Merapi asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu
meletus mengeluarkan awan panas dan lahar yang vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik mengandung
mengalir dengan kecepatan beberapa puluh meter per silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling
detik yang menempuh jarak hingga beberapa umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium,
kilometer dengan membawa panas/energi yang cukup kalium, magnesium, dan fluoride. Ada juga unsur
besar. Dampak negatif yang tidak langsung dirasakan lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam
adalah apabila terjadi peristiwa letusan yang konsentrasi yang lebih rendah.
menyebabkan material-material vulkanik maupun Kandungan material dari abu vulkanik selain
radioaktivitas dikeluarkan oleh gunung Merapi mengganggu saluran pernafasan, batuk, pilek dan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 589


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

iritasi mata abu vulkanik yang jumlahnya sangat atmosfer. Abu vulkanik mengandung silika, mineral,
banyak bisa mencemari air sumur. Baik abu vulkanik dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat,
masuk langsung ke sumur yang terbuka maupun abu klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan
mengendap di tanah dan merembes terbawa air fluoride. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium,
masuk mencemari sumur. dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.
Selain abu vulkanik, erupsi Merapi ( Taufik, 2011).
mengakibatkan sejumlah besar material keluar dari Peran Kali Gendol pada musim hujan sangat
gunung Merapi di puncak Merapi. Jika turun hujan vital karena pembangunan sabo dam (dam
maka material tersebut akan terbawa air menuju ke penampung dan pengendali aliran material vulkanik)
aliran sungai maupun daerah yang lain sebagai lahar di sungai ini belum selesai. Kantong-kantong pasir
dingin. Diperkirakan bahwa jumlah material yang yang ada di beberapa titik sepanjang sungai itu akan
besar sekali tersebut bawa akan habis menjadi setelah menjadi penampung material vulkanik sisa letusan
beberapa tahun ke depan. Dengan demikian ancaman Merapi yang volumenya jutaan meter kubik. (Antara
lahar dingin terus mengancam masyarakat yang news, 2010)
tinggal di sekitar aliran sungai yang bermuara di Lahar dingin yang terbawa air sungai dan
puncak gunung berapi. mengalir ke kolam perikanan milik petani ikan perlu
Sungai/kali Gendol yang terletak di lereng diwaspadai. Lahar dingin yang terbawa sungai
Merapi dilewati banjir lahar dingin yang membawa membuat kualitas air kurang baik bagi sektor
sedimen berupa material hasil erupsi gunung Merapi. perikanan. Oleh sebab itu petani ikan harus waspada
Kali Gendol ini melewati Desa Argomulyo, dengan menutup sementara aliran air sungai yang
Kecamatan Cangkringan Sleman. Pada saat ini tercampur lahar dingin yang diarahkan ke kolam
sedimen yang dibawa oleh lahar dingin telah hingga kandungan lahar dingin hilang terbawa arus.
memenuhi aliran Kali. Jika terjadi hujan material Air yang terkena material vulkanik atau lahar dingin
lahar dingin tidak lagi melewati Kali Gendol yang menyebabkan kadar oksigen air semakin berkurang,
permukaanya sekarang menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan ikan terganggu dan
dibanding tempat sekitarnya sehingga aliran lahar mengakibatkan ikan mati.
dingin meluap bahkan mencari tempat yang lebih Ia mengatakan, akibat material vulkanik membuat
rendah. Luapan lumpur yang dibawa lahar dingin ikan milik petani ikan mati, tercatat sebanyak
melewati pekarangan rumah, jalan perkampungan 28.700an ekor mati dari budidaya karamba, perairan
bahkan hampir menenggelamkan rumah warga. umum atau ikan tangkap sebanyak 1.900-an ekor
Adanya lahar dingin yang menerjang rumah rumah mati, sedangkan perikanan di kelompok budidaya
penduduk mengakibatkan kualitas air sumur ikan sebanyak 721.030 ekor mati. (Purwoko,2010).
masyarakat tercemar. Hal ini dapat dilihat air sumur Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
warga sekitar yang keruh dan berbau. Ini (empat) kelas :
menandakan adanya material-material dari lahar Kelas satu, air yang peruntukannya dapat
dingin yang masuk ke air sumur warga. Warga Desa digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
Argomulyo memanfaatkan air sumur gali tersebut peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air
sebagai air minum. yang sama dengan kegunaan tersebut;
Akibat dari Abu Vulkanik dan lahar dingin Kelas dua, air yang peruntukannya dapat
yang mencemari sumur warga masyarakat Desa digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk
Sleman sepanjang aliran sungai gendol yang mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mendasari penelitian ini perlu dilakukan untuk mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
mengetahui besarnya kandungan kimia zat pencemar kegunaan tersebut;
yaitu residu terlarut (TDS) dan residu tersuspensi Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat
(TSS) sehingga dapat diketahui apakah air sumur digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
masyarakat masih layak dikonsumsi sebagai air peternakan, air untuk imengairi pertanaman, dan atau
minum atau tidak dilihat dari TDS dan TSS. peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
Abu vulkanik mengandung berbagai senyawa kimia dengan kegunaan tersebut;
seperti SiO2, Al2O3, Na2CO3, CaO, dan MgO Kelas empat, air yang peruntukannya
(Sudaryo, 2009). dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan
Saat meletus, gunung berapi memang atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon yang sama dengan kegunaan tersebut. (Presiden RI,
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida 2001)
(HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 590


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Tujuan Penelitian Pengambilan sampel diusahakan pada saat setelah


turun hujan di puncak Merapi dengan harapan bahwa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air hujan membawa lahar dingin dengan
abu vulkanik dan lahar dingin terhadap air sumur pertimbangan bahwa pada saat itu air sumur sedang
warga masyarakat di sekitar aliran sungai Gendol puncak-puncaknya tercemar oleh lahar dingin.
Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan Sleman Pemeriksaan air dilakukan di BBTKLPPM
Yogyakarta dengan parameter residu terlarut (TDS) Yogyakarta, Jl. Wiyoro Lor No.21 Baturetno,
dan residu tersuspensi (TSS), juga parameter Fe, Ca, Banguntapan, Bantul, meliputi pemeriksaan TDS dan
Mg, Na, K, Sulfat, klorida, dan fluorida. Nilai hasil TSS. Selanjutnya dilakukan pembandingan hasil uji
uji selanjutnya dibandingkan dengan persyaratan sampel air yang diambil di Desa Argomulyo,
klasifikasi mutu air kelas satu Peraturan Pemerintah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten di sepanjang
nomor 82 tahun 2001. Dengan membandingkan nilai sumur yang dilewati lahar dingin dengan Peraturan
tersebut akan didapatkan kesimpulan apakah air Pemerintah Nomor 82 dan Peraturan Menteri
sumur masyarakat yang diteliti memenuhi syarat Kesehatan Republik Indonesia nomor
sebagai bahan baku air minum ditinjau dari nilai hasil 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
parameter yang diuji. kualitas air minum.

Metode Penelitian Hasil Penelitian dan Kesimpulan

Sampel penelitian diambil pada sumur gali warga, Dengan membandingkan hasil uji TSS dan TDS
diambil lima sampel air (lima sumur) di sepanjang dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Dan
sumur yang berdekatan dengan aliran lahar dingin. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indnesia
Sampel air diambil dari sumur yang jaraknya nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, didapatkan hasil
sepanjang sungai Gendol diwakili oleh 5 sumur. yang tersaji pada tabel 1.

Ketentuan Hasil Uji spesimen (mg/Liter)


No Parameter
(mg/Liter) Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5
1 Residu terlarut (TDS) 1000 (*) 680 786 753 386 290
2 Residu tersuspensi (TSS) 50 (*) 277 21 36 25 21
3 Fe 0,3 (*) 30,480 1,2608 2,4582 0,0427 1,2144
4 Sulfat 400 (*) 242 271 260 128 87
5 Klorida 600 (*) 36,0 46,0 44,0 25,5 17,0
6 Fluorida 0,5 (*) 0,43 0,54 0,48 0,21 0,23
7 Si ---- (**) 2,6209 1,0008 1,1436 0,6956 0,6956
8 Mg 500 (**) 80,19 94,77 55,89 22,84 19,98
9 Ca 500 (**) 158,00 222,00 194,00 81,60 43,11
10 K ---- (**) 15 15 21 12 14
11 Na 200 (**) 95 96 126 68 59

Keterangan : (*) berdasarkan PP no.82 tahun 2001


(**) berdasarkan PERMENKES RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Kadar Ca, Mg, K, Na, Si, klorida, sulfat, dan TDS pemerintah, yaitu pada spesimen 1, spesimen 2,
pada semua bahan bahan uji masih memenuhi standar spesimen 3, dan spesimen 4. Ini berarti bahwa sumur
pemerintah. Sedangkan untuk kadar TSS ada satu di daerah erupsi merapi sebagian besar mengandung
spesimen yang tidak memenuhi standar yang senyawa besi yang berasal dari material erupsi
ditetapkan pemerintah, yaitu pada spesimen 1. Begitu merapi. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai air minum
pula dengan kadar fluorida, ada satu spesimen yang harus dilakukan pengolahan lebih lanjut, terutama
tidak memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah, untuk menghilangkan kadar TSS, Fluorida, dan besi
yaitu pada spesimen 2. Empat spesimen dari lima agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan
spesimen yang diuji kadar besinya menunjukkan hasil pemerintah.
yang tidak memenuhi standar baku mutu dari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 591


SEMINAR NASIONAL ke 7 Tahun 2012 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Daftar Pustaka Purwoko, K., 2010, ”Petani Ikan Dihimbau Waspadai


Aliran Lahar dingin”, Republika 18
Antara News, 2010, ”Sleman”, Antara News 30 November 2010
November2010,
http://klasatik.wordpress.com /2006/11, Sudaryo,Sutjipto, 2009, ” Identifikasi Dan Penentuan
diakses 12 Februari 2011 Logam Pada Tanah Vulkanik Di Daerah
Cangkringan Kabupaten Sleman Dengan
Budi,M.S.P.,2008, ”Pelunakan Air Sadah Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat”,
Pengendapan : Perlakuan Awal Untuk Air Seminar Nasional V Teknologi Nuklir,
Minum”, laporan Pengabdian Masyrakat, Yogyakarta
STTNAS Yogyakarta
Presiden RI, 2001, “Pengelolaan Kualitas Air Dan Taufik, M., Rurit, B., dan Widowati, 2010, ”Bahaya
Pengendalian Pencemaran Lingkungan”, Kuarsa Abu Vulkanik Merapi”,Tempo 6
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 November 2010, http://www.
Tempointeraktif. com/hg/ kesehatan/2010/
11/06brk,20101106-289815,id.html diakses
tanggal 15 februari 2011

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL, 15 Desember 2012 592

Anda mungkin juga menyukai