PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua
lapisan pleura. Pleura merupakan membran yang memisahkan paru-paru dengan
dinding dada bagian dalam. Cairan yang diproduksi pleura ini sebenarnya berfungsi
sebagai pelumas yang membantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.
Namun ketika cairan tersebut berlebihan dan menumpuk, maka bisa menimbulkan
gejala- gejala tertentu.(1)
Efusi pleura sering kali terjadi sebagai komplikasi dari beberapa jenis penyakit
seperti kanker paru-paru, tuberculosis, pneumonia, emboli paru, sirosis hati, infark
paru. Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita
efusi pleura. Di antaranya adalah memiliki riwayat tekanan darah tinggi
(hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan terkena paparan
debu asbes.(1)
Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki
maupun perempuan, bukan hanya di Amerika tetapi juga di negara lain. Pada tahun
2014, penyakit ini diprediksikan telah menyebabkan 159.000 kematian pada
Amerika, lebih dari kanker kolorektal, payudara, dan prostat dikombinasikan. Tipe
kanker paru di Amerika, dan juga di negara lain, juga telah berubah pada dekade
terakhir, frekuensi adenokarsinoma meningkat, dan sel skuamosa menurun.(6)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
- Kanker paru-paru.
- Tuberkulosis (TBC).
- Pneumonia.
- Emboli paru.
- Sirosis atau penurunan fungsi hati.
- Penyakit ginjal.
- Gagal jantung
2
- Penyakit lupus.
- Rheumatoid arthritis.
Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita efusi pleura. Di antaranya adalah memiliki riwayat tekanan darah
tinggi (hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan
terkena paparan debu asbes.(1)
2.1.3 Patofisiologi
3
cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling
sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit
(amuba, paragonimiosis, ekinokokkus), jamur, pneumonia atipik (virus,
mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru, proses imunologik seperti
pleuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti,
pakreatitis, asbestosis, pleuritis uremia, dan akibat radiasi.(3)
2.1.4 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan urutan-urutan dari
anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun penunjang sehingga
penanganannya dapat disesuaikan.
Adanya efusi pleura memberikan kelainan pada hemitoraks yang
sakit dengan pergerakan pernapasan yang tertinggal, cembung, ruang antar
iga yang melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun,
trakea yang terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara
pernapasan pada pemeriksaan auskultasi.(4)
Gambaran radiologik posterior anterior (PA) terdapat kesuraman
pada hemitoraks yang terkena efusi, dari foto toraks lateral dapat diketahui
efusi pleura di depan atau di belakang, sedang dengan pemeriksaan lateral
dekubitus dapat dilihat gambaran permukaan datar cairan terutama untuk
efusi pleura dengan cairan yang minimal.(4)
2.1.5 Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan efusi pleura yaitu dengan melakukan
torakosentesis (mengeluarkan cairan pleura) agar keluhan sesak penderita
menjadi berkurang, terutama untuk efusi pleura yang berisi penuh. Beberapa
peneliti tidak melakukan torakosentesis bila jumlah efusi sedikit.
Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.
Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan
sebuah selang melalui dinding toraks.(5)
4
2.2 Tumor paru
2.2.1 Definisi
Kanker paru adalah penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol pada jaringan paru-paru.(7)
2.2.2 Etiologi
5
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.(6,7)
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul akibat kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar, atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang
tidak khas, seperti:
6
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologis
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan
metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-
scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis.
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat
dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm.
Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler,
disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor
juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura,
efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan
KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks
saja. Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada
seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas
untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang
tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollowup yang teliti. Pemberian
OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk
setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru,
tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil
setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus
menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia
tersebut Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang
luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi
berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila
ada tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan
bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.
7
b. CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan
di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat
mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih
tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap
bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak
masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada
meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan
KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik
karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian
juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis
intrapulmoner.
c. Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan CT-
scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya
metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain,
misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala /
jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi
metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat
melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ
lain dalam rongga perut.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah.
Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan
biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan
bronkus.
8
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya
karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol,
maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan
dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina)
pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan
informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi
metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus
dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan
bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari
2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan
CTscan.
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB
atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus
dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau
aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di
paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas
terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi
pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.
g. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura
viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan
dibiopsi.
9
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di
perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan
inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat
ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan
tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik
untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus
dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi
dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan
jaringan harus difiksasi dalamformalin 4%.(7)
10
4. Pemeriksaan Lain
a. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan
evaluasi hasil pengobatan.
2.2.6 Penatalaksanaan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan
II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan
sindroma vena kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin
tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi
maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika
faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku
untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum
diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.(6)
11
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. M
Umur : 71 tahun
Nomor MR : 005786
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : sesak nafas meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit
12
- BAB dan BAK lancar
Merokok (+)
13
- Nadi : 78x/menit
- Nafas : 20x/menit
- Suhu : 36,9 oC
- Berat Badan : Kg
- Tinggi Badan : 160 cm
Kepala Dan Leher
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera Ikterik : Ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak
- Paru
o Inspeksi :
Statis : dinding dada kiri terlihat lebih cembung dibanding
dinding dada kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari
dinding dada kanan
o Palpasi : Fremitus taktil paru kiri bawah sedikit
lemah dari paru kanan.
o Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah, sonor
pada lapang paru kanan
o Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru kiri
bawah di banding lapang paru kanan.
- Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Batas Jantung dalam batas Normal
o Auskultasi : Bj I Bj II Reguler ,gallop (-),mur-mur(-)
14
Abdomen
Ekstremitas
3.4 LABORATORIUM
3.7 PENATALAKSANAAN
a. Non Farmakologi
- Bedrest
15
- Minum obat teratur
b. Farmakologi
- punksi pleura
- USG toraks
- CT- Scan
- bronkoskopi
16
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus ini, Tn.M (71 tahun ) didiagnosa dengan Efusi Pleura ec
Susp Tumor Paru. Diagnosa berdasarkan dari anamnesis, Sesak nafas meningkat
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak menciut, tidak dipengaruhi oleh
emosi, cuaca dan makanan. Sesak mengganggu aktivitas seperti berjalan dan
berbicara. Sesak dirasakan sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dada sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, tidak menjalar, meningkat
ketika batuk dan bernafas dalam, nyeri berkurang ketika miring ke kiri. Batuk sejak
2 minggu yang lalu, hilang timbul, tidak berdahak, tidak berdarah. Penurunan nafsu
makan sejak 3 bulan yang lalu. Penurunan berat badan sejak 3 bulan yang lalu, dari
67 kg sampai sekarang belum ada ditimbang. BAB dan BAK lancar.
Dari Riwayat penyakit sebelumnya Tn.M, 15 hari SMRS, pasien di rawat
dibangsal paru, pasien dikeluarkan cairan parunya sebanuyak 850cc berwarna
merah. Riwayat minum obat anti tuberculosis disangkal. Riwayat asma disangkal.
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal .Riwayat Hipertensi ada sejak 12 tahun yang
lalu. Dari riwayat kebiasaan Pasien merokok dari tahun 2006 sampai 2016, pasien
merokok 5 batang/hari jadi indeks brikmannya 50 batang kategori perokok ringan.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78
x/menit, nafas 20 x/menit. Pada mata tidak di temukan konjungtiva anemis dan
sclera ikterik. Pada pemeiksaan paru inspeksi: Statis : dinding dada kiri terlihat
lebih cembung dibanding dinding dada kanan. Dinamis : pergerakan dinding dada
kiri sedikit tertinggal dari dinding dada kanan. Palpasi : Fremitus taktil paru kiri
bawah sedikit lemah dari paru kanan. Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah,
sonor pada lapang paru kanan. Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru
kiri bawah di banding lapang paru kanan. Farmakologi IVFD Nacl 0,9% 12
jam/kolf, levofloxacin tablet 1x500 mg, aminofilin tablet 2x100 mg, Curcuma tablet
2x 200 mg. Pasien di anjurkan untuk dilakukan Rontgen foto thorax PA, punksi
pleura, CT- Scan, bronkoskopi.
17
FOLLOW UP 4 JANUARI 2018
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Paru
- Inspeksi :
Statis : dinding dada kiri terlihat lebih cembung dibanding dinding dada
kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari dinding dada
kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri bawah sedikit lemah dari paru kanan.
- Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah, sonor pada lapang paru kanan
- Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru kiri bawah di banding
lapang paru kanan.
Non Farmakologi :
- Bedrest
18
Farmakologi :
- Curcuma tablet 2x 20 mg
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Paru
- Inspeksi :
Statis : dinding dada kiri terlihat lebih cembung dibanding dinding dada
kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari dinding dada
kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri bawah sedikit lemah dari paru kanan.
- Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah, sonor pada lapang paru kanan
19
- Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru kiri bawah di banding
lapang paru kanan.
Non Farmakologi :
- Bedrest
Farmakologi :
- Curcuma tablet 2x 20 mg
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
20
Paru
- Inspeksi :
Statis : dinding dada kiri terlihat lebih cembung dibanding dinding dada
kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari dinding dada
kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri bawah sedikit lemah dari paru kanan.
- Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah, sonor pada lapang paru kanan
- Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru kiri bawah di banding
lapang paru kanan.
Non Farmakologi :
- Bedrest
Farmakologi :
- Curcuma tablet 2x 20 mg
Anamnesis
21
Pemeriksaan Fisik
Paru
- Inspeksi :
Statis : dinding dada kiri terlihat lebih cembung dibanding dinding dada
kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari dinding dada
kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri bawah sedikit melemah dari paru kanan.
- Perkusi : redup pada lapang paru kiri bawah, sonor pada lapang paru kanan
- Auskultasi : suara nafas melemah pada lapang paru kiri bawah di banding
lapang paru kanan.
Non Farmakologi :
- Bedrest
Farmakologi :
- Curcuma tablet 2x 20 mg
- B com 3x1
22
Hasil rontgen dan CT-Scan
Kesan: efusi pleura kiri masif, kemungkinan disertai massa paru kiri belum dapat
disingkirkan.
Kesan:
- Efusi pleura disertai atelektasis kompresif di hemithorak atas sampai
bawah kiri
- Infiltrate di sebagian besar lobus superior dan inferior paru kiri
- Tidak tampak kardiomegali
23
DAFTAR PUSTAKA
24