Penyakit Jantung Iskemik
Penyakit Jantung Iskemik
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh
darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat makanan dan
oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pasokan zat makanan dan darah ini harus
selalu lancar karena jantung bekerja keras tanpa henti. Pembuluh darah koroner lah yang memiliki
tugas untuk memasok darah ke jantung (Delmi 2010).
Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya terus meningkat
dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK
di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4% (Delmi 2010).
Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang PJK ini.
Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Dalam ilmu
epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk
melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari mengobati (Delmi
2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga upaya pencegahan harus bersifat
multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan
faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh sebab itu
mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK.
Tujuan
Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi kepada masyarakat
mengenai penyakit jantung koroner khususnya penyakit jantung iskemik. Informasi tersebut
diharapkan dapat membantu masyarakat dalam membangun perilaku hidup sehat dan pola makan
yang benar dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat. Selain itu informasi ini dapat
digunakan oleh pihak konsultan gizi sebagai salah satu bahan literatur dalam memberikan informasi
mengenai penyakit jantung iskemik.
PEMBAHASAN
Sebab tunggal tersering dari kematian adalah penyakit jantung iskemik, yang disebabkan oleh
insufisiensi aliran darah koroner (Guyton & Arthur 1990).
Sebab tersering dari berkurangnya aliran darah koroner adalah skelerosis, dimana kolesterol dan
lemak secara berangsur-angsur ditumpukkan di bawah lapisan intima pada banyak tempat di dalam
arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka juga sering
mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya “daerah-daerah ateroskelrotik” dan dinding
arteri sangat keras, tidakdapat berkonstriksi dan dilatasi.
Penyumbatan akut arteri koronaria sering terjadi pada orang yang telah menderita penyakit jantung
koroner arterosklerotik yang berat, tetapi hampir tidak pernah pada orang dengan sirkulasi koroner
normal. Keadaan ini dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa macam efek, sebagai berikut:
Daerah aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah setempat, disebut trombus, ynag
sebalikya menyumbat arterti tersebut.
Sering suatu arteri nutrisia kecil dekat daerah arterosklerosis pecah dan mengeluarkan darah
sehingga mengakibatkan penonjolan. Penonjolan ini dapat menurunkan aliran darah arteri.
Spasme setempat suatu arteri koronaria dapat juga menyebabkan penyumbatan tibatiba.
3. Infark Miokardium
Segera setelah penyumbatan koroner akut, aliran darah berhneti di dalam pembuluhpembuluh
koroner di luar penyumbatan tersebtu, kecuali untuk sejumlah kecil aliran kolateral pembuluh-
pembuluh sekitar. Daerah otot yang sama sekali tidak mempunyai aliran darah atau alirannya
sedemikian kecil sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung dikatakan mengalami
infark. Seluruh proses itu disebut suatu infark miokardium.
Otot jantung memerlukan kira-kira 1,3 ml oksigen per 100 gram jaringan otot per 100 gram jaringan
otot per menit hanya untuk mempertahankan kehidupannya saja. Oleh karena itu, bila masih ada 10
sampai 15 persen saja dari aliran darah koroner waktu istirahat normal, otot tersebut tidak akan
mati. Tetapi, di bagia tengah dari suatu infark yang besar, aliran darah biasanya lebih sedikit
sehingga ototnya benar-benar mati (Guyton & Arthur 1990).
4. Infark Miokardium yang Disebabkan oleh Iskemia Miokardium tetapi Tanpa Penyumbatan Koroner
Otot yang tidak berfungsi menyebabkan berkurangnya pompa ventrikel dan berdilatasi dan mencuri
aliran darah dari otot sekitar. Sebagai akibatnya, karena kebutuhan oksigen yang lebih besar tetapi
penyediaan oksigen yang lebih sedikit, otot sekitar ini juga tidak berfungsi jika ia juga mempunyai
aliran darah koroner yang terbatas.
Proses tersebut berlangsung terus sampai semua otot jantung di dalam daerah di mana penyediaan
darahnya buruk menjadi tidak berfungsi dan mengalami infark (Guyton & Arthur 1990).
Bila beberapa serabut otot jantung tidak berfungsi sama sekali dan serabut-serabut lain terlalu
lemah untuk berkontraksi dengan tenaga yang besar, seluruh kemampuan pompa ventrikel yang
terkena juga berkurang.
Bila jantung tidak dapat berkontraksi dengan kekuatan cukup untuk memompa darah kedalam
percabangan arteri, terjadi kegagalan jantung dan kematian jaringan perifer sebagai akibat iskemia
perifer. Keadaan ini disebut syok koroner, syok jantung, atau kegagalan dengan curah jantung
rendah (Guyton & Arthur 1990).
Bila jantung tidak memompa darah ke depan, harus ada darah yang terbendung di dalam sistem
vena dari sirkualsi paru-paru atau sirkulasi sistemik. Bila bendungan tersebut menjadi sangat hebat,
kematian sering disebabkan oleh udem paru-paru atau, kadangkadang oleh gejala-gejala bendungan
sistemik.
Beberapa hari setelah infark yang besar, serabut-serabut otot yang mati mulai mengalami
degenerasi, dan otot jantung yang yang mati tersebut menjadi sangat tipis. Jika ini terjadi, tingkat
regangan sistolik menjadi makin besar sampai akhirnya jantung tersebut ruptur.
Bila suatu ventrikel ruptur, keluarnya darah ke dalam rongga perikardium cepat menyebabkan
timbulnya tamponade jantung, yaitu penekanan jantung dari luar oleh darah yang terkumpul di
dalam kavum perikardium. Karena jantung tertekan, darah tidak dapat mengalir ke dalam atrium
kanan dengan mudah, dan penderita meninggal karena menurunnya curah jantung dengan tiba-tiba
(Guyton & Arthur 1990).
Kecenderungan terjadinya fibrilasi sangat besar setelah suatu infark yang besar, tetapi kadang-
kadang fibrilasi terjadi setelah suatu penyumbatan kecil saja [3]. Paling tidak ada empat macam
faktor yang menimbulkan kecenderungan untuk terjadinya fibrilasi jantung (Guyton & Arthur 1990).
Hilangnya penyediaan darah ke otot jantung secara akut menyebabkan keluarnya kalium dengan
cepat dari daerah otot yang iskemik.
Refleks simpatis yang kuat timbul setelah infark masif, terutama karena jantung tidak memompa
volume darah yang memadai ke dalam percabangan arteri.
Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di
seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak
lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola
hidup (Delmi 2010).
Merokok
Kurang gerak
Malas berolahraga
Stres
Kurang istirahat
Faktor resiko dari penyakit jantung koroner, seperti hipertensi, dislipidemia, kegagalana toleransi
glukosa, dan ketidaknormalan vaskular, ternyata juga telah ada pada anak yang kelebihan berat
badan (Delmi 2010).
Biasanya, orang tidak dapat merasakan jantungnya, tetapi otot jantung iskemik benar-benar
menimbulkan perasaan nyeri. Sebab pasti nyeri ini tidak diketahui, tetapi dianggap bahwa iskemia
menyebabkan otot melepaskan zat-zat asam seperti asam laktat atau produk-produk lain yang
menimbulkan nyeri seperti histamin dan kinin (Guyton & Arthur 1990).
1. Angina Pektoris
Pada kebanyakan orang yang mengalami konstriksi prigresif dari arteri koronarianya, nyeri jantung,
yang disebut angina pektoris, mulai timbul bilamana beban terhadap jantung menjadi terlalu besar
dibandingkan dengan aliran darah koroner. Nyeri ini biasanya dirasakan di bawah bagian atas
sternum dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling sering ke lengan krir dan bahu kiri
tetapi juga seringnnke leher dan wajah atau ke lengan dan bahu sisi yang berlawanan (Guyton &
Arthur 1990).
Terdapat 3 tipe angina, yaitu:
Angina stabil, terjadi iskemi otot jantung dan hipoksia yang bersifat sementara yang tidak
menimbulkan kerusakan berarti. Arterti koroner mengalami penyempitan akibat ateroskelorosis.
Angina tidak stabil terjadi bahkan saat istirahat, dengan episode-episode yang lebih berat dalam hal
frekuensi, keparahan, dan durasi, dibandingkan dengan angina stabil, dan kadang menimbulkan
kerusakan otot jantung yang permanen.
Angina variant adalah hipoksia dan iskemi otot jantung akibat vasopasme arteri koroner secara
temporer. Vasospasme bisa terjadi di daerah yang aterosklerotik maupun di darah saat arteri
koroner yang normal (Anonim 2010).
Bila seseorang terkena serangan angina, pada umumnya ia mempunyai kemungkinan sangat besar
untuk mengalami penyumbatan koroner yang akut.
Angina dapat diobati dengan organik nitrat dan zat pengeblok beta-adrenergik dan khas oleh nyeri
sesak berat pada dada. Tujuan utama mencegah dan mengurangi angina adalah untuk membatasi
keperluan oksigen jantung sedemikian jumlah persediaan oksigen oleh arteri stenosi dicukupi. Ester
nitrat seperti nitrogliserin menurunkan tekanan darah arteri, dan gilirannya, menurunkan kerja
ventrikel kiri. Aksinya ditimbulkan oleh kekuatan efek vasodilator dari aksi nitrat langsung pada
sistem arteri dan bahkan berkembang lebih besar, pada sistem venus. Hasilnya merupakan
penurunan tekanan pengisis jantung dan ukuran ventrikuler dan menurunkan keperluan oksigen,
membiarkan sistem koronari memuaskan permintaan oksigen jaringan miokaridal dan mengurangi
nyeri angina (Doerge & Robert 1989).
1. Modern
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner antar
lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal sebagai
Kateterisasi) (Rasidin 2010).
Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda dengan
tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap perlu, akan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Treadmill Echokardiografi (Rasidin 2010).
Kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi
jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah jantung
termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung
yang tersumbat (Rasidin 2010).
Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya penyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan
memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan
tindakan pelebaran bagian pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat dengan
menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty, di
singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percutaneous Coronary intervention yang disingkat PCI;
atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang pembuluh
darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat Coronary Artery Bypass Surgery
disingkat CABG (Rasidin 2010).
Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik teknik baru, pada
umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko (Rasidin 2010).
Tindakan “peniupan” atau “balonisasi” atau “Angioplasti” bertujuan untuk melebarkan penyempitan
pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon
dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung. Dengan
demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka (Rasidin 2010).
Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang – kadang diperlukan tindakan lain yang
dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ring atau cincin penyanggah (Stent),
pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Rotablation) atau pengerokan kerak pembuluh darah
(Directional Atherectomy) (Rasidin 2010).
2. Tradisional
1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian diblender
dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu secukupnya, lalu diminum.
2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuci bersih dan dipotong-potong + 10 butir angco,
dibuang bijinya. Semua bahan diblender dengan air secukupnya, tambahkan 10 gram bubuk umbi
daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum.
2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan dipotong-potong + 30 gram daun dewa
direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan madu secukupnya. Aduk rata lalu
diminum.
Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu proses
penyembuhan (Delmi 2010).
Ada kalanya pasien dengan PJK/ACS saat dirawat di rumah sakit cukup memerlukan perawatan di
ruang stabil, seperti di ruang rawat medikal/surgikal tanpa harus dirawat secara intensif di CCU.
Disini ada satu alat yang digunakan untuk memonitor irama jantung/sinus rytme dan gambaran
rekaman EKG jantung pasien yang dikenal dengan nama telemetry (Rasidin 2010).
Alat ini berukuran sebesar ponsel umumnya diletakkan di dada pasien, dan dapat dimasukkan saku
dengan tali pengikat yang dikaitkan dengan elektroda (5 – 6 kabel). Telemetry dilekatkan melalui
kabel , dengan tempat sama seperti saat meletakkan patch alat monitor jantung. Sehingga meskipun
pasien selalu dianjurkan untuk bedrest/tirah baring bagi penderita PJK/ACS, namun dengan
telemetry pasien tidak selalu memerlukan cardiac monitor yang statis (Rasidin 2010).
Sehingga jika pasien tersebut ingin ke toilet ataupun melakukan latihan/exercise, pasien dapat selalu
termonitor kondisi jantungnya dengan monitor dari ruang telemetry/CCU. Telemetry bersifat
portable dan tidak menyakitkan pasien. Namun apabila pasien ingin mandi atau melakukan prosedur
khusus (CT, X-ray, Echocardiogram, dsb), maka telemetry perlu dilepas, karena terdapat rangkaian
elektrik dan hantaran gelombang suara yang dapat mengganggu pasien (Rasidin 2010).
Telemetry merupakan alat komunikasi wireless (gelombang suara) yang merubah gelombang suara
kedalam bentuk data. Prinsip dasar telemetry adalah menangkap parameter dalam frekuensi
gelombang, yang kemudian dirubah kedalam data. Setelah itu data ini dapat ditransfer ke media
lain, seperti telepon, jaringan komputer atau melalui serat optic (Rasidin 2010).
Alat ini dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah Bio telemetry atau The Wireless Medical
Telemetry Service (WMTS), yang umum dimonitor dari ruang CCU (Coronary Care Unit). Telemtery
digunakan pada pasien di ruang medikal/penyakit dalam atau surgikal/bedah , untuk merekam
abnormalitas irama/denyut jantung. Pasien dipasang telemetry (dengan 5 – 6 kabel patch), yang
dapat langsung merekam dan mengintreprestasikan data irama jantung pasien. Alat ini sangat
berguna untuk diagnosis awal kondisi patologi jantung oleh dokter dan membantu perawat melihat
kondisi penyakit pasien jantung koroner akut atau kritis (Rasidin 2010).
Sebagai seorang perawat, juga perlu diketahui rencana tindakan apa yang harus dilakukan pada
pasien dengan penyakit jantung koroner, baik itu ketika serangan angina, atau pun setelahnya, yaitu:
Berikan makanan lembut, biarkan klien istirahat selama 1 jam setelah makan.
PENUTUP
Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner
oleh arteriosklerosis yang merupakan proses degeneratif meskipun di pengaruhi oleh banyak faktor.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke otot jantung.
Salah satu ciri dari penyakit jantung koroner yaitu angina, yang merupakan nyeri yang biasanya
dirasakan di bawah bagian atas sternum dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling
sering ke lengan krir dan bahu kiri tetapi juga sering ke leher dan wajah atau ke lengan dan bahu sisi
yang berlawanan. Gejala ini sangat perlu diketahui, sehingga deteksi adanya penyakit jantung
koroner dapat lebih dini.
Mengingat bahwa penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup mematikan,
maka, perlu diketahui faktor-faktor penyebabnya, seperti merokok, mengkonsumsi makanan
berkolesterol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stress, dan kurang istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Doerge, Robert F. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1. Jakarta: EGC.
Yaitu penyakit jantung iskemik, keadaan berkurangnya pasokan darah pada otot jantung yang
menyebabkan nyeri di bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan dapat menjalar ke
lengan serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit karena plak ateromatosa.
Jika pengobatan dengan obat-obatan vasodilator tidak berhasil, operasi bypass perlu
dipertimbangkan.
Penyakit jantung iskemik adalah keadaan berbagai etiologi, yang semua mempunyai kesamaan
ketidakseimbangan antara suplai dan tuntutan oksigen (Andrew Selwyn/Wugene Braunwald, 2002).
B. Anatomi Jantung
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara ke-2 paru-paru. Pericardium
yang meliputi jantung terdiri dari 2 lapisan, lapisan dalam (pericardium viseralis) dan lapisan luar
pericardium parietalis). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas yang berfungsi
mengurangi gesekan pada pompa jantung.
Jantung terdiri dari 3 lapisan: lapisan luar disebut epikardium lapisan tengah merupakan lapisan otot
disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel disebut endokardium.
Ruang jantung bagian atas, atrium, secara anatomi terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah,
atau ventrikel, oleh suatu anulus fibrosus. Ke-4 katub jantung terletak dalam cicin ini. Secara
fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan kiri. Pembagian fungsi ini mempermudah
konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi: vena cava, atrium kanan, ventrikel kanan,
arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola,
kapiler, venula, vena, vena kava.
Sebenarnya jantung memutar kekiri dengan apeks terangkat ke depan. Rotasi ini menempatkan
bagian kanan jantung ke anterior di bawah sternum, dan bagian kiri jantung relatif ke posterior.
Apeks jantung dapat dipalpasi di garis midclavicula pada ruang intercostals ke-4 atau ke-5.
Penyebab terbanyak iskamik jantung adalah berkurangnya pemasukan darah pada otot jantung yang
disebabkan karena penyumbatan oleh thrombus pada arteria koronaria yang berpenyakit didaerah
dekat plak aterosklerotik. Untuk contoh faktor resiko major IHD di Amerika adalah: peningkatan
serum cholesterol dan hipertensi.
wanita lebih berpotensi karena dipandang dari faktor. Stress: peningkatan TD dan penggunaan obat
KB.àb. Jenis kelamin
c. Herediter
d. Ras
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Obesitas
h. diabetes mellitus
D. Patofisiologi
Iskemik jantung terjadi karena permintaan oksigen jantung melebihi kemampuan arteri koronaria
karena atherosclerosis. Meskipun muskulus skeletal hanya menyaring 20% dari oksigen yang
tersedia dan mempertahankan cadangan, myocardium saat istirahat dapat menyaring 60% sampai
85% dari oksigen yang tersedia. Jika kebutuhan oksigen jantung tidak terpenuhi dari penyaringan
maksimum, aliran darah coronaria akan meningkat melalui vasodilatasi dan peningkatan aliran rata-
rata.
Pada seseorang dengan penyakit arteri coronaria (CAD) arteri koronarianya tidak mampu untuk
berdilatasi untuk meningkatkan kebutuhan metabolismenya karena sudah terjadi dilatasi kronis yang
melewati area yang mengalami obstruksi. Pada iskhemik atherosclerosis dapat terjadi, arteri
biasanya 75% mengalami stenosis. Ditambah juga, penyakit jantung dapat menambah kesulitan
aliran darah rata-rata. Ini menimbulkan kekurangan oksigen. Disamping stenosis atheroclerosis,
kekurangan oksigen disebabkan karena spasme artery coronaria dan trombosis coronaria. Pada
spasme artery coronaria sesak nafas dapat terjadi karena penyempitan dari arteri coronaria. Durasi
dari spasme dibedakan menjadi,apakah micardium akan mengalami iskemik apa tidak.
Faktor lain yang bertanggung jawab untuk menggambarkan kebutuhan oksigen miokardial dan
rendahnya pemasukan suplay oksigen, rendahnya volume darah adalah: obat-obat yang
menyebabkan vasokontriksi dan aorta stenosis. Stimulasi catecholamine yang berlebihan, anemia,
oxygen-hemoglobin yang tidak teratur, dan penyakit paru kronis dapat juga menyebabkan iskemik
jantung.
Ventrikel kiri paling mungkin terjadi iskemik dan injury karena dia yang memenuhi permintaan
oksigen miokardia paling tinggi dan yang memiliki tekanan sistem yang lebih tinggi. Iskemik
menyebabkan ketidak fungsian LV secara sementara dalam peningkatan tekanan diastole LV.
Ischemik juga menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonary dan peningkatan tekanan
jantung kanan.
a. Hipotensi
b. Akral dingin
c. Bingung
e. Terdengar S3 / S4
adanya regurgitasi mitral atauàf. Bising jantung sistolik defek septum ventrikel.
3. Nyeri mirip pada angina tetapi lebih lama tidak berkurang dengan istirahat ataupun dengan obat.
4. Rasa luar
6. Berdebar-debar
7. Sesak nafas
F. Faktor Pemercepat
Faktor yang dapat mempercepat iskemik jantung dan nyeri angina adalah:
Meningkatnya HR mengurangi waktu jantung mengeluarkan diastole yang merupakan waktu aliran
darah coronaria yang paling besar. Berjalan diluar ruangan adalah yang paling sering terjadi
mempercepat terjadinya serangan.
2. Emosi tinggi
Emosi yang tinggi menanggung sistem saraf simpatis dan meningkatkan kerja jantung.
Ini akan dapat meningkatkan kerja jantung, selama proses perencanaan darah di alirkan ke sistem GI
ini yang menyebabkan aliran darah di arteri coronaria menjadi rendah.
4. Suhu yang ekstrem tidak panas atupun dingin meningkatkan kerja dari jantung. Udara yang dingin
menyebabkan peningkatan metabolisme untuk mempertahankan pengaturan suhu dalam tubuh.
5. Merokok cigarette menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan Hb karena stimulasi nicotine dari
catecholamine.
6. Kegiatan sexual meningkatkan kerja dari jantung dan pengaturan simpatik pada seorang yang
iskhemik jantung, kerja dari jantung menjadi extra yang dapat mengakibatkan angina.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
a. Leukosit: meningkat (12.000 – 15.000 m3) merupakan reaksi non spesifik tehadap injury miokard.
Tingginya leukosit sering diasosiasikan dengan luasnya infark.
Tidak khas pada jantung karena juga terdapat pada organ lain terjadinya infark miokard dimana sel-
sel kardial mati, maka komponen sel lepas ke dalam sirkulasi vaskuler.
• CPK-MB-naik dalam 4-6 jam, puncaknya 12-20 jam, kembali kenormal dalam 36-48 jam.
• LDH-naik dalam 12-24 jam, puncak 24-48 jam, memakan waktu 10-14 hari untuk kembali normal.
• AST (aspartabe amino tranferase) naik (non spesifik) 6-12 jam, puncak 24 jam. Kembali normal
dalam 3-4 hari.
d. HBDH meningkat
b. Aritmia supraventrikuler
1) Sinus takikardi – sering pada iskemik jantung dan berkaitan dengan adanya gagal jantung.
Hipoksemia, nyeri, cemas, febris, hipovolemia atau akibat obat terapi ditujukan pada penyebab
dasar.
2) Atrial flutter dan atrial fibrilastion (AF) juga dapat digunakan cardioversi 50-100 joule ataupun
obat-obatan.
c. Bradikardia
Gangguan konduksi atrioventrikuler dalam bentuk AV block derajat I, II dan III. AV block dan perlu
pemacu jantung sementara.
2. Hipertensi
4. Komplikasi mekanik
a. Perluasan iskemik
b. Regurgitasi mitral
6. Komplikasi pericardial
a. Perikarditis akut
b. Oresster syndrome
I. Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya iskemik diakibatkan karena Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit
karena plak ateromatosa.
1. Tujuan pengelolaan segera adalah mengurangi nyeri akibat iskemik, memberikan tambahan O2
dan mengenali serta mengobati komplikasi yang mengancam jiwa seperti hipotens edema paru, dan
aritmia ventrikel.
a. Analgesia : kontrol adekuat dan nyeri akan mengurangi konsumsi oksigen dan katekolamin.
Analgesia tersebut antara lain:
- Nitrogiliserin
- Morfin sulfat
- meperidin
b. Oksigen : O2 nasal 2-4 liter/m, bila ada gangguan pernafasan bisa dengan masker dan konsentrasi
60-100%.
2. Reperfusi
a. Terapi trombolisa, dapat melarutkan thrombus pada 60-90% pasien sehingga aliran darah koroner
pulih. Tetapi ini optimal 4-6 jam setelah keluhan muncul. Obat yang tersedia adalah streptokinase.
Dengan obat kelompok beta bloker, misalnya propanolol, aterol, akan turun pemakaian O2 lewat
penurunan nadi, kontraksi dan tekanan darah.
- Berpantang kafein
7. semua penderita harus dirawat di ICCU, monitor EKG, pengunjung dibatasi di ICCU selama 2-3
hari, di intermediate 7-10 hari.