PENDAHULUAN
pada Undang – Undang Dasar 1945, pasal 23 A yang berbunyi “ pajak dan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
1983 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan yang
dianut oleh suatu negara akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
sektor tertentu.
1
usaha tetap tersebut agak berbeda dibandingkan dengan pemajakan atas
perpajakan (tax treaty), ada tidaknya suatu bentuk usaha tetap sangat
atas laba usaha yang diperoleh suatu perusahaan yang berkedudukan di luar
negeri.
Januari 1984, bentuk usaha tetap dikelompokkan sebagai subjek pajak badan
dalam negeri. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang berlaku di banyak
negara, di mana bentuk usaha tetap diperlakukan sebagai subjek pajak luar
2
Pengaturan terhadap pemungutan pajak ini sangatlah penting. Selain
menciptakan adanya kepastian hukum yang lebih nyata, dengan demikian ini
Dengan kata lain, suatu pengaturan pajak yang baik membantu menciptakan
Dasar Hukum
kembali di Indonesia.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
usaha yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga
melalui internet.
Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan
selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas
nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak
tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan
perusahaannya sendiri.
5
menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan
2. Cabang perusahaan;
3. Kantor perwakilan;
4. Gedung kantor;
5. Pabrik;
6. Bengkel;
7. Gudang;
6
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas;
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
berasal dari usaha atau kegiatan, maupun yang berasal dari harta yang
Dalam hal ini, Subjek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga
hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
7
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia; dan
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
di Indonesia.
Subjek Pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus
Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau
penghasilan di Indonesia.
pasal 26).
8
Subjek Pajak Luar Negeri melalui BUT dimulai saat menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat
Indonesia.
Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui BUT dimulai saat
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau
dimaksud.
9
a. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah
biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya
yang diterima atau diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap sebagai
pengenaan pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT) yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah Penghasilan Kena
Pajak. Sedangkan untuk Wajib Pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.
10
Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
negeri dan bentuk usaha tetap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Menggunakan pembukuan
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun
Pajak berakhir. Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang
menyelenggarakan pembukuan.
pekerjaan bebas
usaha dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan
11
penerimaan penghasilan lainnya. Sedangkan bagi mereka yang semata-mata
pula penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak
Disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
Pembukuan
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk uang;
12
c. Bunga, sewa, dan royalti;
d. Biaya perjalanan;
f. Premi asuransi;
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya yang
Menteri Keuangan;
Indonesia;
13
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
14
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi asuransi
15
tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
8. Pajak Penghasilan.
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
16
11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif
pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai
yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan
sebesar 50% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
dengan tarif pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 17. Untuk
17
Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan)
pasal 17
Catatan: Untuk keperluan penghitungan PPh yang terutang pada akhir tahun,
Contoh:
tersebut dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan
Rp4.800.000.000,00.
18
2. Peredaran bruto PT DEF dalam tahun pajak 2016 sebesar
memperoleh fasilitas:
Rp480.000.000,00
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00-Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
Jumlah Rp 31.277.500,00
19
2.8 PERLAKUAN PAJAK TERHADAP BUT YANG DITANAMKAN
KEMBALI DI INDONESIA
Bentuk Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20%
sebagai berikut:
lama tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya
20
yang dilakukan kepada Dirjen Pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh
Contoh:
PPh terutang:
Namun apabila atas penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi pajak
Indonesia, maka atas penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Jadi tidak
144.000.000,00.
21
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
lain. Dengan kata lain BUT adalah bentuk kegiatan usaha di Indonesia yang
2.4 Saran
Saran menurut penulis, hal yang masih perlu kajian lebih mendalam
22
DAFTAR PUSTAKA
Agus Setiawan dan Basri Musri. Perpajakan Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006)
IAI. (2015). Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet AB Terpadu (Edisi 30).
Jakarta: IAI
23