Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019
A. SA 2400 (Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan)
Pendahuluan
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan
standar dan menyediakan panduan tentang tanggung jawab profesional
praktisi ketika seorang praktisi, yang bukan merupakan auditor suatu
entitas, melaksanakan suatu perikatan untuk mereviu laporan keuangan
dan tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh praktisi tersebut
dalam kaitan dengan reviu tersebut. Seorang praktisi, yang merupakan
auditor entitas tertentu, membuat perikatan untuk mereviu informasi
keuangan interim berdasarkan SPR 2410, “Reviu atas Informasi Keuangan
Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas.”
2. SPR ini ditujukan untuk reviu atas laporan keuangan. Namun, standar ini
harus diterapkan, disesuaikan sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan
kondisi, untuk perikatan reviu selain informasi keuangan historis. Panduan
Standar Audit (“SA”) dapat bermanfaat bagi praktisi dalam menerapkan
SPR ini.
Keyakinan Moderat
Suatu perikatan reviu memberikan tingkat keyakinan moderat bahwa informasi
yang direviu adalah bebas dari kesalahan penyajian material, hal ini dinyatakan
dalam keyakinan bentuk negatif.
Perencanaan
Praktisi harus merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga suatu
perikatan yang efektif akan dilaksanakan. Dalam merencanakan suatu reviu atas
laporan keuangan, praktisi harus memperoleh atau memutakhirkan
pengetahuannya tentang bisnis termasuk pertimbangan tentang organisasi entitas,
sistem akuntansi, karakteristik operasi dan sifat aset, liabilitas, pendapatan, dan
bebannya.
Praktisi perlu memiliki suatu pemahaman tentang hal-hal tersebut dan hal-hal lain
yang relevan dengan laporan keuangan, sebagai contoh, suatu pengetahuan
tentang metode produksi dan distribusi, lini produk, lokasi operasi, dan pihak
yang berelasi entitas. Praktisi memperoleh pemahaman ini untuk mampu
membuat permintaan keterangan relevan dan untuk merancang prosedur yang
tepat, begitu juga untuk menilai respons dan informasi lain yang diperoleh
Dokumentasi
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang penting dalam penyediaan bukti
untuk mendukung laporan reviu, dan bukti bahwa reviu telah dilaksanakan
berdasarkan SPR ini.
Jika praktisi memiliki alasan untuk meyakini bahwa informasi yang direviu
kemungkinan mengandung kesalahan penyajian material, praktisi harus
melaksanakan prosedur tambahan atau lebih luas sebagaimana yang diperlukan
untuk mampu menyatakan keyakinan bentuk negatif atau untuk mengonfirmasi
bahwa suatu laporan modifikasian diharuskan.
Laporan reviu atas laporan keuangan menjelaskan ruang lingkup perikatan untuk
memungkinkan pembaca memahami sifat pekerjaan yang dilaksanakan dan
memperjelas bahwa suatu audit tidak dilaksanakan dan, oleh karena itu, suatu
opini audit tidak dinyatakan.
Laporan reviu atas laporan keuangan harus berisi unsur-unsur pokok berikut,
umumnya dengan tata letak sebagai berikut:
a) Judul;
b) Pihak yang dituju;
c) Paragraf pembuka atau pendahuluan, mencakup:
i. Identifikasi laporan keuangan yang telah direviu; dan
ii. Suatu pernyataan tentang tanggung jawab manajemen entitas
dan tanggung jawab praktisi;
d) Paragraf ruang lingkup, yang menjelaskan sifat suatu reviu, yang
mencakup:
i. Suatu pengacuan ke SPR yang berlaku untuk perikatan reviu atau
standar atau praktik lain yang relavan;
ii. Suatu pernyataan bahwa suatu reviu terbatasterutama pada
permintaan keterangan dan prosedur anatalitis; dan
iii. Suatu pernyataan bahwa suatu audit tidak dilaksanakan, dan
prosedur yang dilaksanakan memberikan yang lebih rendah dari
pada suatu audit dan suatu opini tidak dinyatakan;
e) Pernyataan keyakinan bentuk negatif;
f) Nama Kantor Akuntan Publik; tanda tangan Akuntan Publik; nama
Akuntan Publik; nomor registrasi Akuntan Publik; nomor registrasi
Kantor Akuntan Publik (jika tidak tercantum dalam kop surat);
g) Tanggal laporan dan alamat Kantor Akuntan Publik (jika tidak tercantum
dalam kop surat).
Praktisi harus memberi tanggal laporan reviunya dengan tanggal selesainya reviu,
yang mencakup pelaksanaan prosedur yang berkaitan dengan peristiwa yang
terjadi sampai tanggal laporan tersebut. Namun, oleh karena tanggung jawab
praktisi adalah melaporkan atas laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
manajemen, praktisi tidak boleh memberi tanggal laporan reviunya lebih awal dari
tanggal laporan keuangan yang disahkan oleh manajemen
Pendahuluan
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan
standard dan menyediakan pabduantentang tanggung jawab profesional
auditor ketika auditor melaksanakan perikatan untuk mereviu informasi
keuangan interim klien audit, dan bentuk serta isi laporan. Istilah “auditor”
digunakan sepanjang SPR ini, bukan karena auditor sedang melaksanakan
suatu fungsi audit namun karena ruang lingkup SPR ini dibatasi pada reviu
atas informasi keuangan interim yang dilaksanakan oleh auditor independen
atas laporan keuangan entitas.
2. Auditor yang membuat perikatan reviu atas informasi keuangan interim harus
melaksanakan reviu berdasarkan SPR ini. Melalui pelaksanaan audit atas
laporan keuangan tahunan, auditor memperoleh suatu pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya. Ketika auditor
melakukan perikatan untuk mereviu informasi keuangan interim, pemahaman
ini dimutakhirkan melalui permintaan keterangan, dan membantu auditor
memusatkan perhatian dalam membuat permintaan keterangan, dan analitis
dan prosedur reviu lainnya untuk diterapkan. Seorang praktisi yang
melakukan perikatan untuk melaksanakan suatu reviu atas informasi
keuangan interim, dan bukan merupakan auditor entitas, melaksanakan reviu
berdasarkan SPR 2400, “Perikatan untuk Reviu Laporan Keuangan.” Oleh
karena praktisi biasanya tidak memiliki pemahaman yang sama tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sebagaimana
yang dimiliki oleh auditor entitas,praktisi perlu melaksanakan permintaan
keterangan dan prosedur lain untuk memenuhi tujuan reviu tersebut.
Representasi Manajemen
Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen bahwa:
a. Manajemen mengakui tanggung jawabnya untuk merancang dan
mengimplementasikan pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan dan kesalahan;
b. informasi keuangan interim disusun dan disajikan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku;
c. Manajemen yakin bahwa dampak kesalahan penyajian agregat yang tidak
dikoreksi oleh auditor selama reviu adalah tidak material, baik secara
individual maupun dalam agregasi, bagi informasi keuangan interim secara
keseluruhan. ringkasan dari unsurunsur tersebut dimasukkan dalam atau
dilampirkan pada representasi tertulis tersebut;
d. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua fakta signifikan yang
berkaitan dengan kecurangan atau dugaan kecurangan yang diketahui oleh
manajemen yang kemungkinan berdampak terhadap entitas;
e. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua hasil penilaian atas
risiko bahwa informasi keuangan interim mungkin disajikan salah secara
material sebagai akibat kecurangan.
Komunikasi
1. Bila, dari hasil pelaksanaan reviu informasi keuangan interim, terdapat suatu
hal yang menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa
perlu dilakukan koreksi material terhadap informasi keuangan interim agar
informasi tersebut disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor harus mengomunikasikan
hal tersebut sesegera mungkin.
2. Bila, dalam pertimbangan auditor, manajemen tidak merespons dengan
semestinya dalam periode waktu yang wajar, auditor harus menginformasikan
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3. Jika, dalam pertimbangan auditor, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola tidak merespons dengan semestinya dalam periode waktu yang wajar.
4. Jika, hasil dari pelaksanaan reviu atas informasi keuangan interim terdapat
suatu hal yang menjadi perhatian auditor dan menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kecurangan atau ketidakpatuhan oleh entitas terhadap peraturan
perundang-undangan, auditor harus mengomunikasikan hal tersebut sesegera
mungkin kepada manajemen di tingkat yang tepat.
5. Auditor harus mengomunikasikan hal-hal yang relevan dengan kepentingan
tata kelola yang timbul dari reviu atas informasi keuangan interim kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Batasan Atas Ruang Lingkup
1. Suatu batasan atas ruang lingkup mencegah auditor untuk menyelesaikan reviu.
2. Bila auditor tidak dapat menyelesaikan reviu, auditor harus
mengomunikasikan, dalam bentuk tertulis, kepada tingkat manajemen yang
tepat dan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola alasan
mengapa reviu tidak dapat diselesaikan, dan auditor mempertimbangkan
apakah tepat untuk menerbitkan suatu laporan.
Batasan Atas Ruang Lingkup Yang Ditetapkan Oleh Manajemen
1. Auditor tidak menerima suatu perikatan untuk mereviu informasi keuangan
interim jika pengetahuan awal auditor tentang kondisi perikatan tersebut
menunjukkan bahwa auditor tidak akan mampu menyelesaikan reviu.
2. Jika, setelah menerima perikatan, manajemen menetapkan suatu batasan
terhadap ruang lingkup reviu, maka auditor meminta untuk menghilangkan
batasan tersebut. Jika manajemen menolak untuk melakukan hal tersebut,
auditor tidak dapat menyelesaikan reviunya dan menyatakan suatu kesimpulan.
3. Auditor juga mempertimbangkan tanggung jawabnya menurut peraturan
perundang-undangan, termasuk apakah terdapat ketentuan bagi auditor untuk
menerbitkan suatu laporan.
Batasan Lain atas ruang Lingkup
Suatu batasan terhadap ruang lingkup dapat terjadi karena kondisi selain suatu
batasan atas ruang lingkup yang ditetapkan oleh manajemen. Auditor dapat
menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian dalam audit atas laporan
keuangan tahunan terakhir karena suatu pembatasan pada ruang lingkup audit.
Kelangsungan Usaha dan Ketidakpastian Signifikan
1. Dalam kondisi tertentu, paragraf penekanan suatu hal dapat ditambahkan ke
dalam laporan reviu, tanpa memengaruhi kesimpulan auditor.
2. Jika pengungkapan memadai dibuat dalam informasi keuangan interim, auditor
harus menambahkan suatu paragraf penekanan suatu hal ke dalam laporan
reviu untuk menekankan suatu ketidakpastian material yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau kondisi yang kemungkinan menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
3. Jika suatu ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak cukup diungkapkan dalam informasi keuangan interim, auditor harus
menyatakan suatu kesimpulan wajar dengan pengecualian atau tidak wajar,
sebagaimana mestinya.
4. Auditor harus mempertimbangkan untuk memodifikasi laporan reviu dengan
menambahkan suatu paragraf untuk menekankan suatu ketidakpastian
signifikan (selain masalah kelangsungan hidup) yang menjadi perhatian
auditor, yang penyelesaiannya tergantung pada peristiwa masa depan dan yang
kemungkinan berdampak terhadap informasi keuangan interim.
Dokumentasi
Auditor harus menyusun dokumentasi reviu yang cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi kesimpulan auditor dan menyediakan bukti bahwa
reviu dilaksanakan berdasarkan SPr dan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
Tanggal Efektif
SPR ini berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1
Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk
entitas selain Emite.
Peranan Akuntan di Pasar Modal
Akuntan adalah orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian dibidang
akuntansi yang telah menempuh jenjang pendidikan sebagai akuntan. Definisi
akuntansi sendiri menurut Weygandt et al (2011), pada saat ini akuntansi lebih
diperlakukan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi keuangan
walaupun dahulu akuntansi pernah di definisikan suatu seni atau ilmu social
murni. Hal tersebut juga tercermin dalam The Framework for the Preparation
and Presentation of Financial Statement yang dihasilkan oleh IASC. Kerangka
tersebut menyebutkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam
pengambilan keputusan elektronik. Berdasarkan definisi diatas, profesi akuntan
sendiri adalah bertugas untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat
bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hal tersebut
menerangkan bahwa betapa pentingnya profesi akuntan dalam dinamika ekonomi
global.
Profesi akuntan dianggap sebagai suatu urat nadi perekonomian global.
Informasi yang dihasilkan akan menjadi landasan utama setiap kebijakan ekonomi
yang akan diambil oleh pihak berkepentingan, kehandalan dan kompetensitas
menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki seorang akuntan. Pada saat ini
profesi akuntan tidak hanya sebagai seorang pencatat transaksi, pengolah
transaksi, ataupun sekedar penghasil informasi semata. Profesi akuntan pada saat
ini dituntut mampu memberikan suatu nilai tambah terhadap entitasnya di tempat
dia bernaung. Dapat diprediksi apabila seorang akuntan hanya bertugas untuk
menghasilkan informasi keuangan tanpa adanya unsur nilai tambah dari akuntan
tersebut maka informasi yang dihasilkan akan menyesatkan para penggunanya.
Ketika perusahaan akan melakukan IPO, perusahaan harus membuat prospektus
yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM.
Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi dan
informasi non akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, perhitungan rugi/laba, laporan arus kas, dan penjelasan
laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan
keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan
hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur
perusahaan, dan informasi lainnya. Investor menggunakan informasi keuangan
dan non-keuangan yang ada dalam prospektus ketika mereka membuat investasi
di pasar modal. Laporan akuntansi tersebut haruslah laporan yang telah di audit
oleh akuntan publik untuk meyakinakn Investor akan informasi yang berkualitas.
Mengingat pentingnya peranan seorang akuntan maka akuntan publik yang
boleh melakukan audit laporan keuangan terhadap emiten haruslah yang telah
terdaftar di Bapepam-LK. Hal ini sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.A.1
tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal salinan
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-41/BL/2008 tanggal 14 Februari
2008, selain itu juga akuntan harus telah terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Adapun data dan informasi yang harus dilengkapi oleh akuntan publik
dalam rangka pendaftaran di Bapepam-LK antara lain:
a. Nomor izin usaha KAP
b. Alamat KAP
c. Nama pimpinan
d. Kontak/email
e. Daftar rekan
Akuntan banyak berperan dalam penyajian informasi keuangan perusahaan baik
yang akan maupun telah go public. Peran akuntan publik yaitu :
a. Melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan perusahaan dan
memberikan pendapatnya.
b. Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Indonesia dan ketentuan Bapepam.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukukan yang baik (apabila
diperlukan).
Adapun kewajiban akuntan sebagai pemeriksa laporan keuangan dinyatakan
secara eksplisit dalam UU Pasar Modal yang menyatakan bahwa akuntan yang
terdaftar di Bapepam yang memeriksa laporan keuangan emiten, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan (LKP), lembaga penyimpanan dan penyelesaian
(LPP), dan pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib
menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam jika
ditemukan adanya:
a. Pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam UU ini dan atau
peraturan pelaksanaannya.
b. Hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud
atau kepentingan para nasabahnya.
Untuk menjamin kualitas informasi yang fair dan objektif, akuntan dilarang:
a. Memberikan jasa kepada pihak yang terafiliasi dengannya.
b. Membuat perjanjian untuk memperoleh kepentingan dalam efek atau
bagian laba dari emiten.
c. Memeriksa dan menyiapkan opini bagi emiten sebelum menerima
pembayaran atas jasa yang diberikan terdahulu.
d. Melakukan penilaian dan pemeriksaan atas pekerjaannya sendiri yang
telah dilakukan bagi emiten.
e. Melakukan perjanjian dengan emiten yang menyatakan bahwa
pembayaran jasanya tergantung pada pekerjaanya.
Tanggung jawab akuntan di pasar modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tanggung jawab yuridis, berkaitan dengan opini yang diberikan akuntan
yang dsampaikan kepada masyarakat, opini akuntan dan penyampaian
informasi lainnya harus sesuai dengan standar profesi dan peraturan pasar
modal yang berlaku. Pelaksanaan penugasan akuntan di pasar modal tidak
terlepas dari kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan baik
administratif, perdata, maupun pidana .
b. Tanggung jawab finansial, dalam kaitannya dengan kemungkinan
munculnya kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Hal ini dapat
mengakibatkan tuntutan ganti rugi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan
tersebut.
c. Tanggung jawab moral, dalam kaitannya dengan kewajiban akuntan untuk
menjunjung tinggi kode etik akuntan serta selalu menjaga sikap mental
yang independen. Hal ini diperlukan mengingat profesi akuntan sebagai
profesi yang dipercaya oleh masyarakat sehingga harus selalu menjaga
kepercayaan yang diberikan dan menghindari tindakan-tindakan yang
dapat merugikan masyarakat.
Apabila ketiga tanggung jawab tersebut dipahami maka diharapkan profesi
akuntan yang bergerak di pasar modal selalu berhati-hati dalam bersikap dan
bertindak, sehingga akuntan tidak terjebak pada hal-hal yang dapat merugikan
akuntan yang bersangkutan dan profesi akuntan secara keseluruhan. Akuntan
yang terdaftar di Bapepam-LK mempunyai tanggung jawab untuk turut menjaga
kualitas informasi di Pasar Modal melalui pemberian opini yang berkualitas dan
independen atas laporan keuangan.