Anda di halaman 1dari 18

RESUME AUDITING LANJUTAN

"ISA 2400 DAN ISA 2410"

Dosen Pengampu :

Dr. Kumalahadi, MS., Ak.

Disusun Oleh :

Novita Angrayani 17919001

Rizka Luluh 17919009

Arif Nugroho 17919016

Ihsan Saddam Ahmadi 17919018

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019
A. SA 2400 (Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan)
Pendahuluan
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan
standar dan menyediakan panduan tentang tanggung jawab profesional
praktisi ketika seorang praktisi, yang bukan merupakan auditor suatu
entitas, melaksanakan suatu perikatan untuk mereviu laporan keuangan
dan tentang bentuk dan isi laporan yang diterbitkan oleh praktisi tersebut
dalam kaitan dengan reviu tersebut. Seorang praktisi, yang merupakan
auditor entitas tertentu, membuat perikatan untuk mereviu informasi
keuangan interim berdasarkan SPR 2410, “Reviu atas Informasi Keuangan
Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas.”
2. SPR ini ditujukan untuk reviu atas laporan keuangan. Namun, standar ini
harus diterapkan, disesuaikan sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan
kondisi, untuk perikatan reviu selain informasi keuangan historis. Panduan
Standar Audit (“SA”) dapat bermanfaat bagi praktisi dalam menerapkan
SPR ini.

Tujuan Perikatan Reviu


Tujuan suaru reviu atas laporan keuangan adalah untuk memungkinkan seirang
praktisi menyatakan apakah atas dasar prosedur yang tidak menyediakan semua
bukti sebagimana disyaratkan dalam suatu audit, terdapat hal-hal yang menjadi
perhatian praktisi yang menyababkan Praktisi yakin bahwa laporan keuangan
terssebut tidak disajikan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku (keyakinan bentuk negatif).

Prinsip Umum Suatu Perikatan Reviu


Praktisi harus mematuhi kode etik yang ditetapkan oleh Institusi Akuntan Publik
Indonesia. Prinsip etika Yang mengatur tanggung jawab profesional praktisi
adalah:
a) Independensi
b) Integritas
c) Objektivitas
d) Kompentensi dan kecermatan profesional;
e) Kerahasiaan;
f) Perilaku profesional dan
g) Standar teknis

Praktisi harus merencanakan dan melaksanakan reviu dengan suatu sikap


skeptisisme profesional dan menyadari bahwa mungkin terdapat kondisi yang
menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material.
Untuk tujuan menyatakan keyakinan bentuk negatif dalam laporan reviu, praktisi
harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat terutama melalui permintaan
keterangan dan prosedur analitis agar dapat menarik kesimpulan.

Ruang Lingkup Reviu


Istilah “ruang lingkup reviu” mengacu kepada prosedur reviu yang dipandang
perlu sesuai dengan kondisi untuk mencapai tujuan reviu. Prosedur yang
disyaratkan untuk melaksanakan suatu reviu atas laporan keuangan harus
ditentukan oleh praktisi dengan mempertimbangkan ketentuan SPR ini, badan
profesional yang relevan, peraturan perundang-undangan, dan jika relevan,
ketentuan perikatan reviu dan ketentuan pelaporan.

Keyakinan Moderat
Suatu perikatan reviu memberikan tingkat keyakinan moderat bahwa informasi
yang direviu adalah bebas dari kesalahan penyajian material, hal ini dinyatakan
dalam keyakinan bentuk negatif.

Persyaratan dalam Perikatan


Praktisi dan klien harus menyepakati persyaratan dalam perikatan. Persyaratan
yang telah disepakati akan dicatat dalam suatu surat perikatan atau bentuk lain
yang cocok, seperti sebuah kontrak. Suatu surat perikatan akan membantu dalam
perencanaan pekerjaan reviu. Hal ini menjadi kepentingan praktisi maupun
kliennya bahwa praktisi menyampaikan suatu surat perikatan kepada kliennya
yang mendokumentasikan ketentuan utama penunjukan. Suatu surat perikatan
menegaskan penerimaan penunjukan oleh praktisi dan membantu menghindari
kesalahpahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan tujuan dan ruang lingkup
perikatan, luas tanggung jawab praktisi, dan bentuk laporan yang harus
diterbitkan.

Hal-hal yang akan dicantumkan dalam surat perikatan mencakup:


 Tujuan jasa yang akan dilaksanakan.
 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
 Ruang lingkup reviu, termasuk pengacuan ke SPR ini (atau standar dan
praktik yang relevan untuk perikatan reviu).
 Akses tidak terbatas ke catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang
diminta berkaitan dengan reviu.
 Suatu contoh laporan yang diharapkan akan diserahkan.
 Fakta bahwa perikatan tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan
kesalahan, tindakan melanggar hukum, atau ketidakberesan lain, sebagai
contoh, kecurangan atau pemalsuan yang kemungkinan ada.
 Pernyataan bahwa suatu audit tidak dilaksanakan dan bahwa opini audit
tidak akan dinyatakan. Untuk menekankan butir ini dan untuk menghindari
kebingungan, praktisi dapat juga mempertimbangkan untuk membuat
pernyataan bahwa suatu perikatan reviu tidak akan memenuhi ketentuan
statutori atau pihak ketiga atas suatu audit.

Perencanaan
Praktisi harus merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga suatu
perikatan yang efektif akan dilaksanakan. Dalam merencanakan suatu reviu atas
laporan keuangan, praktisi harus memperoleh atau memutakhirkan
pengetahuannya tentang bisnis termasuk pertimbangan tentang organisasi entitas,
sistem akuntansi, karakteristik operasi dan sifat aset, liabilitas, pendapatan, dan
bebannya.
Praktisi perlu memiliki suatu pemahaman tentang hal-hal tersebut dan hal-hal lain
yang relevan dengan laporan keuangan, sebagai contoh, suatu pengetahuan
tentang metode produksi dan distribusi, lini produk, lokasi operasi, dan pihak
yang berelasi entitas. Praktisi memperoleh pemahaman ini untuk mampu
membuat permintaan keterangan relevan dan untuk merancang prosedur yang
tepat, begitu juga untuk menilai respons dan informasi lain yang diperoleh

Pekerjaan yang Dilaksanakan oleh Pihak Lain


Ketika menggunakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh praktisi lain atau pakar,
praktisi harus puas bahwa pekerjaan semacam itu adalah memadai untuk tujuan
reviu.

Dokumentasi
Praktisi harus mendokumentasikan hal-hal yang penting dalam penyediaan bukti
untuk mendukung laporan reviu, dan bukti bahwa reviu telah dilaksanakan
berdasarkan SPR ini.

Prosedur dan Bukti


Praktisi harus menerapkan pertimbangan dalam menentukan sifat, saat, dan luas
prosedur reviu secara spesifik.
Praktisi akan dipandu dengan hal-hal berikut:
 Pengetahuan yang diperoleh ketika melaksanakan audit atau reviu atas
laporan keuangan periode lalu.
 Pengetahuan praktisi tentang bisnis termasuk pengetahuan tentang prinsip-
prinsip dan praktik akuntansi industri yang di dalamnya entitas beroperasi.
 Sistem akuntansi entitas.
 Luas suatu unsur tertentu dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen.
 Materialitas transaksi dan saldo akun.

Praktisi harus menerapkan tingkat pertimbangan materialitas yang sama


sebagaimana yang akan diterapkan jika suatu opini audit atas laporan keuangan
diberikan.
Meskipun terdapat risiko yang lebih besar bahwa kesalahan penyajian akan tidak
terdeteksi dalam reviu dibandingkan dalam audit, pertimbangan tentang apa yang
material dibuat dengan mengacu kepada informasi yang digunakan oleh praktisi
dalam membuat laporannya dan kebutuhan pihak yang mengandalkan pada
informasi tersebut, bukan pada tingkat keyakinan yang diberikan.
Prosedur untuk mereviu laporan keuangan umumnya mencakup hal-hal sebagai
berikut:
 Memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis entitas dan industri yang di
dalamnya entitas beroperasi.
 Meminta keterangan tentang prinsip dan praktik akuntansi entitas.
 Meminta keterangan tentang prosedur entitas untuk mencatat,
menggolongkan, dan meringkas transaksi, mengumpulkan informasi untuk
diungkapkan dalam laporan keuangan dan menyusun laporan keuangan.
 Meminta keterangan berkaitan dengan seluruh asersi material dalam
laporan keuangan.
 Prosedur analitis dirancang untuk mengidentifikasi hubungan dan unsur-
unsur individual yang tampak tidak biasa. Prosedur tersebut mencakup:
o Membandingkan laporan keuangan periode kini dengan periode
sebelumnya.
o Membandingkan laporan keuangan dengan hasil dan posisi
keuangan yang diharapkan.
o Mempelajari hubungan unsur-unsur laporan keuangan yang akan
diharapkan sesuai dengan pola yang dapat diprediksi berdasaekan
pengalama entitas atau norma industri. Dalam menerapkan
prosedur ini, praktisi akan mempertimbangkan jenis hal-hal
yang memerlukan penyesuaian akuntansi dalam periode yang lalu.
 Meminta keterangan tentang tindakan yang diambil pada rapat pemegang
saham, dewan komisaris, komite-komite dalam dewan komisaris, dan
rapat lain yang berdampak terhadap laporan keuangan.
 Membaca laporan keuangan untuk mempertimbangkan, berdasarkan
informasi yang menjadi perhatian praktisi, apakah laporan keuangan
sesuai dengan basis akuntansi yang telah ditetapkan.
 Memperoleh laporan dari praktisi lain, jika ada dan jika dipertimbangkan
perlu, yang telah melakukan audit atau reviu laporan keuangan komponen
 Meminta keterangan kepada orang-orang yang mempunyai tanggung
jawab atas keuangan dan akuntansi berkaitan dengan hal-hal, sebagai
contoh:
o Apakah semua transaksi telah dicatat.
o Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan basis
akuntansi yang ditetapkan.
o Perubahan dalam aktivitas bisnis entitas dan prinsip serta praktik
akuntansi entitas.
o Hal-hal yang telah menimbulkan pertanyaan sepanjang
penerapan prosedur-prosedur di atas.
o Pemerolehan representasi tertulis dari manajemen bila
dipertimbangkan tepat.

Praktisi harus meminta keterangan tentang peristiwa setelah tanggal laporan


keuangan yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan
keuangan.
Praktisi tidak bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur untuk
mengidentifikasi peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan reviu.

Jika praktisi memiliki alasan untuk meyakini bahwa informasi yang direviu
kemungkinan mengandung kesalahan penyajian material, praktisi harus
melaksanakan prosedur tambahan atau lebih luas sebagaimana yang diperlukan
untuk mampu menyatakan keyakinan bentuk negatif atau untuk mengonfirmasi
bahwa suatu laporan modifikasian diharuskan.

Kesimpulan dan Pelaporan


Laporan reviu harus berisi suatu pernyataan tertulis yang jelas tentang keyakinan
bentuk negatif. Praktisi harus mereviu dan menilai kesimpulan yang ditarik dari
bukti yang diperoleh sebagai basis untuk menyatakan keyakinan bentuk negatif.

Berdasarkan pekerjaan yang telah dilaksanakan, praktisi harus menilai apakah


terdapat informasi yang diperoleh selama reviu mengindikasikan bahwa laporan
keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Laporan reviu atas laporan keuangan menjelaskan ruang lingkup perikatan untuk
memungkinkan pembaca memahami sifat pekerjaan yang dilaksanakan dan
memperjelas bahwa suatu audit tidak dilaksanakan dan, oleh karena itu, suatu
opini audit tidak dinyatakan.
Laporan reviu atas laporan keuangan harus berisi unsur-unsur pokok berikut,
umumnya dengan tata letak sebagai berikut:
a) Judul;
b) Pihak yang dituju;
c) Paragraf pembuka atau pendahuluan, mencakup:
i. Identifikasi laporan keuangan yang telah direviu; dan
ii. Suatu pernyataan tentang tanggung jawab manajemen entitas
dan tanggung jawab praktisi;
d) Paragraf ruang lingkup, yang menjelaskan sifat suatu reviu, yang
mencakup:
i. Suatu pengacuan ke SPR yang berlaku untuk perikatan reviu atau
standar atau praktik lain yang relavan;
ii. Suatu pernyataan bahwa suatu reviu terbatasterutama pada
permintaan keterangan dan prosedur anatalitis; dan
iii. Suatu pernyataan bahwa suatu audit tidak dilaksanakan, dan
prosedur yang dilaksanakan memberikan yang lebih rendah dari
pada suatu audit dan suatu opini tidak dinyatakan;
e) Pernyataan keyakinan bentuk negatif;
f) Nama Kantor Akuntan Publik; tanda tangan Akuntan Publik; nama
Akuntan Publik; nomor registrasi Akuntan Publik; nomor registrasi
Kantor Akuntan Publik (jika tidak tercantum dalam kop surat);
g) Tanggal laporan dan alamat Kantor Akuntan Publik (jika tidak tercantum
dalam kop surat).

Laporan reviu harus:


(a) Menyatakan bahwa tidak ada satu pun yang menjadi perhatian
praktisi berdasarkan reviu yang menyebabkan praktisi yakin bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku (keyakinan bentuk negatif); atau
(b) Jika terdapat hal-hal yang menjadi perhatian praktisi, jelaskan hal-hal
tersebut yang mengakibatkan praktisi tidak dapat menyatakan bahwa
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, termasuk, kecuali jika tidak praktis, suatu kuantifikasi dampak
yang mungkin atas laporan keuangan, atau:
(i) Menyatakan bahwa suatu pengecualian atas keyakinan bentuk
negatif diberikan; atau
(ii) Ketika dampak hal tersebut sedemikian material dan pervasif
terhadap laporan keuangan yang mengakibatkan praktisi
menyimpulkan bahwa suatu pengecualian atas kenyakinan
bentik negatif tifak cukup untuk mengukapkan sifat
menyesatkan atau tidak negatif tidak cukup untk mengukapkan
sifat menyesatkan atau tidak lengkap, maka praktisi
memberikan suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangkan pelaporan keuangan yang berlaku;
atau
(c) Jika terdapat suatu pembatasan material terhadap ruang lingkup,
jelaskan pembatasan tersebut dan:
(i) Menyatakan bahwa suatu pengecualian atas keyakinan bentuk
negatif diberkaitan dengan kemungkinan penyesuaian terhadap
laporan keungan yang mungkin perlu dilakukan jika
pembatasan tersebut tidak ada atau;
(ii) Jika dampak potensial pembatasan tersebut sedemikian
signifikan dan pervasif yang menurut kesimpulan praktisi
menyebabkan tidak ada tingkat kenyakinan yang dapat
diberikan, praktisi tidak memberikan keyakinan apa pun.

Praktisi harus memberi tanggal laporan reviunya dengan tanggal selesainya reviu,
yang mencakup pelaksanaan prosedur yang berkaitan dengan peristiwa yang
terjadi sampai tanggal laporan tersebut. Namun, oleh karena tanggung jawab
praktisi adalah melaporkan atas laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
manajemen, praktisi tidak boleh memberi tanggal laporan reviunya lebih awal dari
tanggal laporan keuangan yang disahkan oleh manajemen

B. SA 2410 (Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan)

Pendahuluan
1. Tujuan Standar Perikatan Reviu (“SPR”) ini adalah untuk menetapkan
standard dan menyediakan pabduantentang tanggung jawab profesional
auditor ketika auditor melaksanakan perikatan untuk mereviu informasi
keuangan interim klien audit, dan bentuk serta isi laporan. Istilah “auditor”
digunakan sepanjang SPR ini, bukan karena auditor sedang melaksanakan
suatu fungsi audit namun karena ruang lingkup SPR ini dibatasi pada reviu
atas informasi keuangan interim yang dilaksanakan oleh auditor independen
atas laporan keuangan entitas.
2. Auditor yang membuat perikatan reviu atas informasi keuangan interim harus
melaksanakan reviu berdasarkan SPR ini. Melalui pelaksanaan audit atas
laporan keuangan tahunan, auditor memperoleh suatu pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya. Ketika auditor
melakukan perikatan untuk mereviu informasi keuangan interim, pemahaman
ini dimutakhirkan melalui permintaan keterangan, dan membantu auditor
memusatkan perhatian dalam membuat permintaan keterangan, dan analitis
dan prosedur reviu lainnya untuk diterapkan. Seorang praktisi yang
melakukan perikatan untuk melaksanakan suatu reviu atas informasi
keuangan interim, dan bukan merupakan auditor entitas, melaksanakan reviu
berdasarkan SPR 2400, “Perikatan untuk Reviu Laporan Keuangan.” Oleh
karena praktisi biasanya tidak memiliki pemahaman yang sama tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sebagaimana
yang dimiliki oleh auditor entitas,praktisi perlu melaksanakan permintaan
keterangan dan prosedur lain untuk memenuhi tujuan reviu tersebut.

Prinsip-Prinsip Umum Reviu Atas Informasi Keuangan Interim


1. Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan dengan audit atas
laporan keuangan tahunan entitas. Ketentuan etika ini mengatur tanggung
jawab profesional auditor dalam bidang-bidang berikut: independensi,
integritas, objektivitas, kompetensi dan kecermatan profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional, dan standar teknis.
2. Auditor harus mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu yang
berlaku untuk setiap perikatan. Unsur-unsur pengendalian mutu yang relevan
dengan setiap perikatan mencakup tanggung jawab kepemimpinan terhadap
mutu perikatan, ketentuan etika, penerimaan dan keberlanjutan hubungan
dengan klien, dan perikatan spesifik, penugasan tim perikatan, pelaksanaan
perikatan, dan pengawasan.
3. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan reviu dengan suatu sikap
skeptisisme profesional, dengan mengakui bahwa kondisi mungkin ada yang
menyebabkan informasi keuangan interim memerlukan penyesuaian material
untuk dapat disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

Tujuan Suatu Perikatan Reviu Atas Informasi Keuangan Interim


1. Tujuan perikatan reviu atas informasi keuangan interim adalah untuk
memungkinkan auditor menyatakan kesimpulan apakah, atas dasar reviu, ada
hal-hal yang menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin
bahwa informasi keuangan interim tidak disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Tujuan reviu atas informasi keuangan interim berbeda signifikan dari audit
yang dilaksanakan berdasarkan SA. Suatu reviu atas informasi keuangan
interim tidak menyediakan suatu basis untuk menyatakan suatu opini apakah
informasi keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
3. Suatu reviu, yang sangat berbeda dengan suatu audit, tidak dirancang untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa informasi keuangan interim adalah
bebas dari kesalahan penyajian material. Suatu reviu terdiri dari permintaan
keterangan, terutama dari individu yang bertanggung jawab atas hal-hal
keuangan dan akuntansi, dan penerapan prosedur analitis dan prosedur reviu
lain.

Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan


Auditor dan klien harus menyepakati ketentuan perikatan.
Ketentuan perikatan biasanya dicatat dalam suatu surat perikatan. Komunikasi
seperti ini membantu untuk menghindari salah paham tentang sifat perikatan dan
terutama, tujuan dan ruang lingkup reviu, tanggung jawab manajemen, luas
tanggung jawab auditor, keyakinan yang diperoleh, dan sifat dan bentuk laporan.
Komunikasi tersebut biasanya mencakup hal-hal berikut:
 Tujuan reviu atas informasi keuangan interim.
 Ruang lingkup reviu.
 Tanggung jawab manajemen atas informasi keuangan interim.
 Tanggung jawab manajemen untuk menetapkan dan memelihara pengendalian
internal yang efektif yang relevan dengan penyusunan informasi keuangan
interim.
 Tanggung jawab manajemen untuk menyediakan semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan bagi auditor.
 Kesepakatan manajemen untuk menyediakan representasi tertulis kepada
auditor tentang konfirmasi atas representasi yang dilakukan secara lisan selama
reviu.
 Bentuk dan isi laporan yang diharapkan akan diterbitkan, termasuk identitas
alamat yang dituju dalam laporan.
 Kesepakatan manajemen bahwa jika dokumen yang mengandung informasi
keuangan interim menunjukkan bahwa informasi keuangan interim telah
direviu.

Prosedur Untuk Reviu Atas Informasi Keuangan Interim


Pemahaman Atas Entitas Dan Lingkungannya, Termasuk Pengendalian
Internal
1. Auditor harus memiliki pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal yang terkait dengan penyusunan informasi
keuangan tahunan maupun interim, yang cukup untuk merencanakan dan
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga mampu untuk,
Mengidentifikasi jenis kesalahan penyajian material yang potensial dan
mempertimbangkan kemungkinan keterjadiannya dan Memilih permintaan
keterangan, prosedur analitis dan prosedur reviu lain yang akan menyediakan
suatu basis bagi auditor untuk melaporkan apakah ada hal yang menjadi
perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa informasi keuangan
interim tidak disusun.
2. Sebagaimana yang diharuskan oleh SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian
Risiko Kesalahan Penyajian Material melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya,” auditor yang telah mengaudit laporan keuangan entitas untuk
satu atau lebih periode tahunan telah memperoleh suatu pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya.
3. Auditor menggunakan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal, untuk menentukan permintaan keterangan
yang harus dilakukan dan prosedur analitis dan prosedur reviu lain
4. Prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk memutakhirkan pemahaman
tentang entitas dan lingkungannya.
5. Auditor menentukan sifat prosedur reviu, jika ada, yang harus dilaksanakan
untuk komponen dan, jika relevan, mengomunikasikan hal-hal ini ke auditor
lain yang terlibat dalam reviu.
6. Untuk merencanakan dan melaksanakan suatu reviu atas informasi keuangan
interim, auditor yang baru ditunjuk, yang belum melaksanakan suatu audit atas
laporan keuangan tahunan berdasarkan SA, harus memperoleh suatu
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, yang berkaitan dengan penyusunan informasi keuangan tahunan
dan interim.

Prosedur Permintaan Keterangan, Prosedur Analitis, Dan Prosedur Reviu


Lainnya
1. Auditor harus meminta keterangan, terutama kepada individu yang
bertanggung jawab atas hal-hal keuangan dan akuntansi, dan melaksanakan
prosedur analitis dan prosedur reviu lainnya untuk memungkinkan auditor
menyimpulkan apakah, berdasarkan prosedur yang dilaksanakan, ada yang
menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa informasi
keuangan interim tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Suatu reviu biasanya tidak mengharuskan pengujian atas catatan akuntansi
melalui inspeksi, observasi atau konfirmasi. Prosedur untuk melaksanakan
reviu atas informasi keuangan interim biasanya terbatas pada permintaan
keterangan, terutama dari individu yang bertanggung jawab atas hal-hal
keuangan dan akuntansi, dan melaksanakan prosedur analitis dan prosedur
reviu lainnya.
3. Auditor biasanya melaksanakan prosedur berikut:
a. Membaca risalah rapat pemegang saham,
b. Mempertimbangkan dampak
c. Mengomunikasikan, jika relevan, dengan auditor lain yang melaksanakan
suatu reviu atas informasi keuangan
d. Meminta keterangan dari manajemen yang bertanggung jawab atas hal-hal
keuangan dan akuntansi, dan manajemen lain
4. Auditor dapat melaksanakan beberapa prosedur reviu sebelum atau secara
simultan dengan penyusunan informasi keuangan interim entitas. Sebagai
contoh, adalah praktis untuk memutakhirkan pemahaman tentang entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, dan mulai membaca
risalah yang berlaku sebelum akhir periode interim.
5. Auditor harus meminta keterangan apakah manajemen telah mengidentifikasi
semua peristiwa sampai dengan tanggal laporan reviu yang kemungkinan
memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam informasi keuangan
interim.

Evaluasi Atas Kesalahan Penyajian


1. Auditor harus mengevaluasi, secara individual atau agregasi, apakah kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi yang menjadi perhatian auditor adalah material
terhadap informasi keuangan interim.
2. Suatu reviu atas informasi keuangan interim, berbeda dengan suatu perikatan
audit, tidak dirancang untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa informasi
keuangan interim adalah bebas dari kesalahan penyajian material. Namun,
kesalahan penyajian yang menjadi perhatian auditor, termasuk ketidakcukupan
pengungkapan.
3. Auditor menggunakan pertimbangan profesional dalam mengevaluasi
materialitas kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi oleh entitas.
4. Auditor dapat menetapkan suatu jumlah yang di bawah jumlah tersebut
kesalahan penyajian tidak perlu diagregasikan, karena auditor mengharapkan
bahwa agregasi jumlah tersebut secara jelas tidak akan mempunyai suatu
dampak material terhadap informasi keuangan interim.

Representasi Manajemen
Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen bahwa:
a. Manajemen mengakui tanggung jawabnya untuk merancang dan
mengimplementasikan pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi
kecurangan dan kesalahan;
b. informasi keuangan interim disusun dan disajikan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku;
c. Manajemen yakin bahwa dampak kesalahan penyajian agregat yang tidak
dikoreksi oleh auditor selama reviu adalah tidak material, baik secara
individual maupun dalam agregasi, bagi informasi keuangan interim secara
keseluruhan. ringkasan dari unsurunsur tersebut dimasukkan dalam atau
dilampirkan pada representasi tertulis tersebut;
d. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua fakta signifikan yang
berkaitan dengan kecurangan atau dugaan kecurangan yang diketahui oleh
manajemen yang kemungkinan berdampak terhadap entitas;
e. Manajemen telah mengungkapkan kepada auditor semua hasil penilaian atas
risiko bahwa informasi keuangan interim mungkin disajikan salah secara
material sebagai akibat kecurangan.

Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi Yang Terlampir


1. Auditor harus membaca informasi lain yang menyertai informasi keuangan
interim untuk mempertimbangkan apakah informasi tersebut secara material
inkonsisten dengan informasi keuangan interim.
2. jika suatu hal menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin
bahwa informasi lain sepertinya mengandung suatu kesalahan penyajian fakta
secara material, auditor harus membahas hal tersebut dengan manajemen
entitas.

Komunikasi
1. Bila, dari hasil pelaksanaan reviu informasi keuangan interim, terdapat suatu
hal yang menjadi perhatian auditor yang menyebabkan auditor yakin bahwa
perlu dilakukan koreksi material terhadap informasi keuangan interim agar
informasi tersebut disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, auditor harus mengomunikasikan
hal tersebut sesegera mungkin.
2. Bila, dalam pertimbangan auditor, manajemen tidak merespons dengan
semestinya dalam periode waktu yang wajar, auditor harus menginformasikan
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3. Jika, dalam pertimbangan auditor, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola tidak merespons dengan semestinya dalam periode waktu yang wajar.
4. Jika, hasil dari pelaksanaan reviu atas informasi keuangan interim terdapat
suatu hal yang menjadi perhatian auditor dan menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kecurangan atau ketidakpatuhan oleh entitas terhadap peraturan
perundang-undangan, auditor harus mengomunikasikan hal tersebut sesegera
mungkin kepada manajemen di tingkat yang tepat.
5. Auditor harus mengomunikasikan hal-hal yang relevan dengan kepentingan
tata kelola yang timbul dari reviu atas informasi keuangan interim kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Batasan Atas Ruang Lingkup
1. Suatu batasan atas ruang lingkup mencegah auditor untuk menyelesaikan reviu.
2. Bila auditor tidak dapat menyelesaikan reviu, auditor harus
mengomunikasikan, dalam bentuk tertulis, kepada tingkat manajemen yang
tepat dan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola alasan
mengapa reviu tidak dapat diselesaikan, dan auditor mempertimbangkan
apakah tepat untuk menerbitkan suatu laporan.
Batasan Atas Ruang Lingkup Yang Ditetapkan Oleh Manajemen
1. Auditor tidak menerima suatu perikatan untuk mereviu informasi keuangan
interim jika pengetahuan awal auditor tentang kondisi perikatan tersebut
menunjukkan bahwa auditor tidak akan mampu menyelesaikan reviu.
2. Jika, setelah menerima perikatan, manajemen menetapkan suatu batasan
terhadap ruang lingkup reviu, maka auditor meminta untuk menghilangkan
batasan tersebut. Jika manajemen menolak untuk melakukan hal tersebut,
auditor tidak dapat menyelesaikan reviunya dan menyatakan suatu kesimpulan.
3. Auditor juga mempertimbangkan tanggung jawabnya menurut peraturan
perundang-undangan, termasuk apakah terdapat ketentuan bagi auditor untuk
menerbitkan suatu laporan.
Batasan Lain atas ruang Lingkup
Suatu batasan terhadap ruang lingkup dapat terjadi karena kondisi selain suatu
batasan atas ruang lingkup yang ditetapkan oleh manajemen. Auditor dapat
menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian dalam audit atas laporan
keuangan tahunan terakhir karena suatu pembatasan pada ruang lingkup audit.
Kelangsungan Usaha dan Ketidakpastian Signifikan
1. Dalam kondisi tertentu, paragraf penekanan suatu hal dapat ditambahkan ke
dalam laporan reviu, tanpa memengaruhi kesimpulan auditor.
2. Jika pengungkapan memadai dibuat dalam informasi keuangan interim, auditor
harus menambahkan suatu paragraf penekanan suatu hal ke dalam laporan
reviu untuk menekankan suatu ketidakpastian material yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau kondisi yang kemungkinan menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
3. Jika suatu ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak cukup diungkapkan dalam informasi keuangan interim, auditor harus
menyatakan suatu kesimpulan wajar dengan pengecualian atau tidak wajar,
sebagaimana mestinya.
4. Auditor harus mempertimbangkan untuk memodifikasi laporan reviu dengan
menambahkan suatu paragraf untuk menekankan suatu ketidakpastian
signifikan (selain masalah kelangsungan hidup) yang menjadi perhatian
auditor, yang penyelesaiannya tergantung pada peristiwa masa depan dan yang
kemungkinan berdampak terhadap informasi keuangan interim.

Dokumentasi
Auditor harus menyusun dokumentasi reviu yang cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi kesimpulan auditor dan menyediakan bukti bahwa
reviu dilaksanakan berdasarkan SPr dan ketentuan peraturan perundangundangan
yang berlaku.

Tanggal Efektif
SPR ini berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1
Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk
entitas selain Emite.
Peranan Akuntan di Pasar Modal
Akuntan adalah orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian dibidang
akuntansi yang telah menempuh jenjang pendidikan sebagai akuntan. Definisi
akuntansi sendiri menurut Weygandt et al (2011), pada saat ini akuntansi lebih
diperlakukan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi keuangan
walaupun dahulu akuntansi pernah di definisikan suatu seni atau ilmu social
murni. Hal tersebut juga tercermin dalam The Framework for the Preparation
and Presentation of Financial Statement yang dihasilkan oleh IASC. Kerangka
tersebut menyebutkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam
pengambilan keputusan elektronik. Berdasarkan definisi diatas, profesi akuntan
sendiri adalah bertugas untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat
bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hal tersebut
menerangkan bahwa betapa pentingnya profesi akuntan dalam dinamika ekonomi
global.
Profesi akuntan dianggap sebagai suatu urat nadi perekonomian global.
Informasi yang dihasilkan akan menjadi landasan utama setiap kebijakan ekonomi
yang akan diambil oleh pihak berkepentingan, kehandalan dan kompetensitas
menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki seorang akuntan. Pada saat ini
profesi akuntan tidak hanya sebagai seorang pencatat transaksi, pengolah
transaksi, ataupun sekedar penghasil informasi semata. Profesi akuntan pada saat
ini dituntut mampu memberikan suatu nilai tambah terhadap entitasnya di tempat
dia bernaung. Dapat diprediksi apabila seorang akuntan hanya bertugas untuk
menghasilkan informasi keuangan tanpa adanya unsur nilai tambah dari akuntan
tersebut maka informasi yang dihasilkan akan menyesatkan para penggunanya.
Ketika perusahaan akan melakukan IPO, perusahaan harus membuat prospektus
yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM.
Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua, yaitu informasi akuntansi dan
informasi non akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, perhitungan rugi/laba, laporan arus kas, dan penjelasan
laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan
keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan
hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur
perusahaan, dan informasi lainnya. Investor menggunakan informasi keuangan
dan non-keuangan yang ada dalam prospektus ketika mereka membuat investasi
di pasar modal. Laporan akuntansi tersebut haruslah laporan yang telah di audit
oleh akuntan publik untuk meyakinakn Investor akan informasi yang berkualitas.
Mengingat pentingnya peranan seorang akuntan maka akuntan publik yang
boleh melakukan audit laporan keuangan terhadap emiten haruslah yang telah
terdaftar di Bapepam-LK. Hal ini sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.A.1
tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal salinan
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-41/BL/2008 tanggal 14 Februari
2008, selain itu juga akuntan harus telah terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Adapun data dan informasi yang harus dilengkapi oleh akuntan publik
dalam rangka pendaftaran di Bapepam-LK antara lain:
a. Nomor izin usaha KAP
b. Alamat KAP
c. Nama pimpinan
d. Kontak/email
e. Daftar rekan
Akuntan banyak berperan dalam penyajian informasi keuangan perusahaan baik
yang akan maupun telah go public. Peran akuntan publik yaitu :
a. Melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan perusahaan dan
memberikan pendapatnya.
b. Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Indonesia dan ketentuan Bapepam.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukukan yang baik (apabila
diperlukan).
Adapun kewajiban akuntan sebagai pemeriksa laporan keuangan dinyatakan
secara eksplisit dalam UU Pasar Modal yang menyatakan bahwa akuntan yang
terdaftar di Bapepam yang memeriksa laporan keuangan emiten, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan (LKP), lembaga penyimpanan dan penyelesaian
(LPP), dan pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib
menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam jika
ditemukan adanya:
a. Pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam UU ini dan atau
peraturan pelaksanaannya.
b. Hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud
atau kepentingan para nasabahnya.
Untuk menjamin kualitas informasi yang fair dan objektif, akuntan dilarang:
a. Memberikan jasa kepada pihak yang terafiliasi dengannya.
b. Membuat perjanjian untuk memperoleh kepentingan dalam efek atau
bagian laba dari emiten.
c. Memeriksa dan menyiapkan opini bagi emiten sebelum menerima
pembayaran atas jasa yang diberikan terdahulu.
d. Melakukan penilaian dan pemeriksaan atas pekerjaannya sendiri yang
telah dilakukan bagi emiten.
e. Melakukan perjanjian dengan emiten yang menyatakan bahwa
pembayaran jasanya tergantung pada pekerjaanya.
Tanggung jawab akuntan di pasar modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tanggung jawab yuridis, berkaitan dengan opini yang diberikan akuntan
yang dsampaikan kepada masyarakat, opini akuntan dan penyampaian
informasi lainnya harus sesuai dengan standar profesi dan peraturan pasar
modal yang berlaku. Pelaksanaan penugasan akuntan di pasar modal tidak
terlepas dari kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan baik
administratif, perdata, maupun pidana .
b. Tanggung jawab finansial, dalam kaitannya dengan kemungkinan
munculnya kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Hal ini dapat
mengakibatkan tuntutan ganti rugi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan
tersebut.
c. Tanggung jawab moral, dalam kaitannya dengan kewajiban akuntan untuk
menjunjung tinggi kode etik akuntan serta selalu menjaga sikap mental
yang independen. Hal ini diperlukan mengingat profesi akuntan sebagai
profesi yang dipercaya oleh masyarakat sehingga harus selalu menjaga
kepercayaan yang diberikan dan menghindari tindakan-tindakan yang
dapat merugikan masyarakat.
Apabila ketiga tanggung jawab tersebut dipahami maka diharapkan profesi
akuntan yang bergerak di pasar modal selalu berhati-hati dalam bersikap dan
bertindak, sehingga akuntan tidak terjebak pada hal-hal yang dapat merugikan
akuntan yang bersangkutan dan profesi akuntan secara keseluruhan. Akuntan
yang terdaftar di Bapepam-LK mempunyai tanggung jawab untuk turut menjaga
kualitas informasi di Pasar Modal melalui pemberian opini yang berkualitas dan
independen atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai