Anda di halaman 1dari 12

JALUR EVAKUASI

Bagaimana desain Jalur Evakuasi yang sesuai standar keselamatan?

Coba cek Jalur Evakuasi di gedung kantor Anda, pastikan ia memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:

• Jalur Evakuasi bersifat permanen, menyatu dengan bangunan gedung.

• Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman.

• Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat.

• Penanda/ Safety Sign dapat menyala di kegelapan (glow in the dark).

• Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.

• Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.

• Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak.

• Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci.

• Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230 cm.

• Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul.

• Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panik.

• Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.

• Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan yang lain.

• Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam.

Jika Anda menemukan kekurangan atau bahkan ketiadaan Jalur Evakuasi, segera laporkan kepada
pengelola gedung kantor Anda.

Awali dengan memahami Jalur Evakuasi

Jalur Evakuasi saja tentu belum cukup, masih banyak hal yang perlu kita siapkan untuk menghadapi
kejadian darurat. Meski begitu, semoga dengan mengenali dan memahami Jalur Evakuasi bisa menjadi
titik start bagi Anda untuk selalu waspada dan tanggap terhadap kejadian darurat di gedung bertingkat.
4 TAHAPAN PENTING YANG HARUS ANDA PERHATIKAN SAAT MEMASANG SAFETY SIGN BARU DI
PERUSAHAAN PART 2

8 Agustus 2016

Berapa ukuran yang sesuai untuk sebuah safety sign agar terbaca oleh karyawan? Bahan material apa
yang sebaiknya digunakan? Di manakah lokasi pemasangan safety sign yang tepat agar mudah terlihat
karyawan?

Sumber: safetysignindonesia.id

Pemasangan safety sign di setiap perusahaan tentu akan berbeda-beda. Hal ini tergantung pada situasi
dan kondisi area pemasangan safety sign serta kebutuhan safety sign di perusahaan tersebut. Maka dari
itu, bila Anda ingin melakukan pemasangan safety sign baru atau memperbarui safety sign lama di
perusahaan, sebaiknya ikuti 4 tahapan penting yang harus diperhatikan saat pemasangan safety sign.

Bila pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai safety sign assessment dan pemilihan safety
sign yang benar, pembahasan pada artikel kali ini adalah mengenai pemilihan lokasi, ukuran,
model safety sign, dan pemilihan material safety sign yang benar.

Baca juga artikel ini:

 4 Tahapan Penting yang Harus Anda Perhatikan Saat Memasang Safety Sign Baru di Perusahaan
Part.01

 7 Langkah Penting Agar Safety Sign Anda Efektif

 Mengenal Lebih Dalam Tentang Rambu K3, Penting Dipahami HSE Officer

Step 3: Menentukan Lokasi, Ukuran, dan Model Safety Sign yang Tepat

Agar safety sign di area kerja Anda berfungsi maksimal untuk mengantisipasi bahaya dan meminimalkan
kecelakaan kerja, berikut pedoman umum yang dapat diterapkan saat pemasangan safety sign:
Sumber: safetysignindonesia.id

Lokasi Pemasangan Safety Sign

 Posisikan safety sign di lokasi yang mudah dilihat dengan jelas

 Posisikan safety sign dalam jarak pandang yang tepat sehingga informasinya terbaca jelas

 Pastikan posisi safety sign tidak tertutup atau tersembunyi

 Posisikan safety sign di lokasi dimana karyawan memiliki waktu yang cukup untuk membaca
pesan yang disampaikan, sehingga bisa menghindari bahaya dan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menjaga keselamatan

 Pastikan safety sign di area kerja mendapat penerangan yang memadai agar pesan terlihat jelas

 Posisikan safety sign yang berhubungan secara bersebelahan

 Hindari menempatkan lebih dari empat sign dalam area yang sama
 Posisikan safety sign petunjuk arah/ jalur evakuasi secara berurutan sehingga rute keluar
menuju titik kumpul menjadi jelas

Tinggi Pemasangan Safety sign

 Untuk penempatan safety sign level tertinggi (seperti rambu lokasi penyimpanan peralatan
keselamatan, peralatan pemadam kebakaran, EXIT sign) dipasang setidaknya 198 cm dari dasar
lantai.

 Untuk penempatan safety sign dengan level ketinggian medium, biasanya dipasang di tengah-
tengah antara 114 - 168 cm dari dasar lantai.

 Untuk penempatan safety sign dengan ketinggian rendah (seperti rambu rute evakuasi/ jalan
keluar) ditempatkan tidak lebih dari 46 cm dari dasar lantai sehingga tanda dapat terlihat
dengan jelas bila kondisi ruangan dipenuhi asap kebakaran.

Model Safety Sign

 Safety sign model flat, flag, dan panoramic. Gunakan flat sign agar bisa dilihat dari sudut
pandang lurus atau kurang dari 60° dari posisi pusat (posisi pekerja berdiri). Gunakan
model panoramic atau flag-mounted agar tanda dapat dilihat dari sudut ruangan.

Sumber: ishn.com

 Untuk safety sign petunjuk arah dapat digunakan untuk membantu karyawan menemukan
benda (seperti peralatan pemadam kebakaran dan peralatan keselamatan) yang posisinya tidak
mudah terlihat orang.
 Pertimbangan lain: Pilihlah ukuran dan model safety sign yang tepat, serta pastikan posisinya
dapat terlihat jelas dari berbagai sudut/ semua arah dan mendapat penerangan yang memadai.

Tabel yang menunjukkan hubungan jarak baca aman minimum dengan tinggi dan ukuran huruf yang
digunakan pada safety sign.

Sumber: safetysign.co.id

STEP 4: Pemilihan Material Safety Sign yang Tepat

Material atau bahan safety sign menjadi hal penting yang harus diperhatikan karena sangat
berpengaruh pada ketahanan dan keterbacaan safety sign. Material safety sign dan label harus
disesuaikan dengan kondisi di area kerja dan lokasi pemasangannya. Berikut beberapa faktor penting
yang harus dipertimbangkan ketika memilih material safety sign sesuai standar OSHA/ANSI:

 Penempatan sign di dalam atau di luar ruangan

 Tahan pudar
 Temperatur suhu di area kerja

 Temperatur suhu ekstrem di area kerja

 Kondisi pencahayaan/ penerangan

 Kondisi pencahayaan darurat (kemungkinan perlu menggunakan bahan reflektif


atau photoluminescent untuk safety signtertentu, seperti rambu petunjuk arah jalan keluar/
jalur evakuasi sehingga masih dapat terlihat jelas dalam kondisi ruangan gelap)

 Ketahanan terhadap goresan

 Daya rekat tinggi dan tahan air

 Kontaminasi di area kerja

 Prosedur perawatan dan pembersihan

Sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan ukuran, lokasi dan cara pemasangan, serta
material safety sign. Masalahnya, bila safety signtidak terbaca dengan baik, lokasi pemasangan kurang
tepat, dan material tidak tahan lama, pemasangan safety sign untuk meminimalkan kecelakaan kerja
tidak akan berfungsi secara maksimal.

Bila Anda bingung untuk melakukan pemasangan safety sign, penting bagi Anda untuk
memilih perusahaan jasa penyedia safety signtepercaya dan profesional. Dengan menggunakan jasa
tersebut, tidak hanya lebih menghemat waktu, tetapi Anda juga bisa mendapatkan keuntungan lainnya,
di antaranya:

1. Gambar, simbol/ piktogram sesuai dengan standar Nasional atau Internasional

2. Ukuran sign sesuai dengan jarak pandang sehingga mudah terlihat/ terbaca karyawan

3. Posisi penempatan dan cara pemasangan sign sesuai kondisi area

4. Material sign yang digunakan sesuai kondisi area

5. Pemilihan sign sesuai identifikasi bahaya atau sesuai kebutuhan

6. Dengan menggunakan safety sign sesuai standar, risiko kecelakaan bisa lebih diminimalkan atau
bahkan ZERO ACCIDENT

Pastikan Anda tidak melewatkan empat tahapan penting di atas saat melakukan pemasangan safety
sign baru atau memperbarui safety signlama di perusahaan Anda.

Semoga Bermanfaat. Salam safety!

Sumber: www.SafetySign.co.id
GALERI JALUR EVAKUASI & TEMPAT BERKUMPUL

Galeri • 5 Desember 2016 • cduasatuadv

c21 makassar, untuk apa kita membuat jalur evakuasi? biasanya sih untuk kelengkapan akreditasi, atau
memang prosedur dari suatu instansi yang mengharuskan adanya jalur evakuasi dan titik kumpul
darurat apa lagi sudah ada aturan mengenai hal tersebut, kalau di C21 Makassar belakangan ini
mendapat pesanan dari berbagai instansi, mulai dari puskesmas, rumah sakit, kampus/sekolah tinggi,
perusahaan, instansi pemerintahan, sampai keluar daerah makassar. kalau menurut saya pribadi fungsi
jalur evakuasi menurut konsep pemasangannya ada dua, pertama memang bermanfaat, kedua cuman di
pasang sebagai hiasan saja hehe… kaya useless gitu. jalur evakuasi bagi saya yaitu sesuatu yang mutlak
atau harus ada di sebuah instansi, apalagi di gedung-gedung bertingkat, juga gedung yang konstruksinya
aga rumit gitu.

Yang terpikirkan oleh saya, seandainya terjadi musibah (misalnya kebakaran), bisa habis semua orang
dalam gedung. Saat kondisi kebakaran pasti listrik dimatikan. Saya membayangkan, dalam kondisi terang
benderang saja saya bingung jalan keluarnya kemana? Apalagi dalam suasanan gelap. Banyak lorong,
pencahayaannya secara total hanya bertumpu pada cahaya lampu.

Kembali ke instansi yang disebut orang sebagai puskesmas. Saya sendiri kurang paham bagaimana
esensinya ketika sebuah puskesmas yg secara fisik tidak terlalu rumit, banyak akses keluar, hanya satu
lantai, dengan jumlah ruangan terbatas, kenapa harus menyediakan jalur evakuasi. Berikutnya, yang
saya lebih bingung lagi adalah bagaimana seharusnya model penempatan jalur evakuasi yang ada di
puskesmas??? Saya sering menemukan model penempatan yang arah ke kanan kirinya simpang siur.
Dan karena saya turut berkecimpung dalam berjualan rambu evakuasi, saya pun turut tergelitik untuk
mengikuti arah jalur evakuasi di puskesmas itu. Arah simpang simpang siur, titik berkumpul tidak aman,
bahkan ada di salah satu puskesmas yang titik berkumpulnya hanya sebuah kertas tertempel di dekat
pintu masuk. Kalau terjadi musibah (misalnya gempa) malah bisa jadi musibah bagi semua orang yang
berkumpul disana karena kejatuhan atap bangunan. hehehe (cerita teman saya)

Ketentuan menganai jalur evakuasi

Mungkin salah satu peraturan yang menjadi dasar kewajiban pengadaan rambu jalur evakuasi tertuang
pada Undang-undang no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan juga Peraturan Pemerintah No.
36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung. PP No 36 tahun 2005 tentang bangunan gedung menyatakan
bahwa “Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar
darurat, dan jalur evakuasi yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan
darurat”

Download selengkapnya PP No 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung

Pada ayat 3 di pasal yang sama disebutkan bahwa sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi harus
dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca dan jelas. Prinsip penyelenggaraan bangunan dengan
standar keselamatan dan kemudahan evakuasi ini juga dijelaskan dalam UU No 28 TAHUN 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG dimana pada pasal 27 dinyatakan Persyaratan kemudahan meliputi
kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana
dalam pemanfaatan bangunan gedung. Pada pasal 30 ayat 1 dinyatakan bahwa akses evakuasi dalam
keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat(2) harus disediakan di dalam bangunan
gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal.

Download selengkapnya mengenai Undang Undang No 28 tentang Bangunan Gedung

Adapun kriteria atau syarat jalur evakuasi diantaranya memenuhi kriteria berikut :

Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman, dilengkapi Penanda
yang jelas dan mudah terlihat.

Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.

Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.

Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak, tidak melewati ruang yang
dapat dikunci.

Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230 cm.

Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul, bisa dibuka dengan
mudah, bahkan dalam keadaan panik.

Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis.

Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan yang lain.
Sudahkah Instansi Anda mengatur jalur evakuasi? Minimal mendekati ketentuan yang telah disebutkan
diatas. Jangan sampai malah rambu jalur evakuasi mengarah ke pintu terkunci atau gang buntu, seperti
yang pernah saya pasang di instansi penyedia listrik nasional, tapi tidak semua sih. Ketentuan diatas
setidaknya memberikan gambaran ketika Anda hendak menata rambu jalurnya. Mengenai ketentuan
yang menyangkut pintu darurat dan lain-lainnya bisa Anda sesuaikan atau bahkan dapat “diabaikan”
ketika secara teknis dan secara fisik memang bangunan Anda tidak memerlukan itu, atau memang
bangunan Anda sudah ada sebelum regulasi tersebut ada. Masak iya Anda akan nyusuli membuatkan
pintu darurat?

Ukuran jalur evakuasi

kalau bicara ukuran tergantung pesanan sih sebenarnya, rata-rata pesanan para pelanggan berpariasi
ada ukuran 30×10 cm sampai 40×15 cm, kalau mau ukuran 2×1 meter, tapi ngga mungkin kayaknya
hehe…

Apakah harus glow in the dark

glow in the dark? maksudnya nyala ketika disaat kelap, Kalau warna harus mencolok mungkin iya,
cuman menurut saya tidak serta merta bisa disimpulkan harus glow in ther dark. Kalau dari artinya, glow
in the dark itu kan menyala dalam gelap. Dan itu hanya dimiliki oleh bahan fosfor. sekarang sudah ada
versi stikernya yang kami pakai sekarang di c21 makassar. Bedakan lho ya“nyala dalam gelap” itu
berbeda dengan “menyala ketika dapat cahaya”

okelah terima kasih sudah membaca artikel ini semoga bisa bermanfaat

img_20161116_095942 img_20161116_095951 img_20161116_100022 img_20161116_100041


img_20161116_100046

img_20161128_120358 img_20161128_120322 img_20160907_101716

img_20160907_101723 Jalur Evakuasi Glow in the dark img_20160907_110036 img_20160907_110007

img_20160907_105958 img_20160907_105936 img_20160907_105858

Anda mungkin juga menyukai