Anda di halaman 1dari 25

Juni 2017, Vol. 14, No.

3, 30-54

MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KESEHATAN


DI JOGJA MEDIATION CENTER

Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini


Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY
setiatiwidi@uny.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya
sengketa kesehatan, dan menggambarkan cara mediator Jogja Mediation
Center (JMC) mengupayakan perdamaian diantara para pihak yang
bersengketa. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Wawancara
dan studi dokumentasi dipilih sebagai teknik pengumpulan data. Subjek
penelitian ditentukan dengan teknik purposive. Analisis data secara
induktif, yang tahapannya terdiri dari reduksi data, unitisasi dan kategorisasi
data, display data, kesimpulan serta verifikasi. Dalam simpulan penelitian ini
dapat dikemukakan bahwa 1) terjadinya sengketa kesehatan disebabkan
antara lain karena: kurang efektifnya komunikasi dalam menindaklanjuti
ketidakpuasan pasien atas layanan dan tindakan medis yang diterimanya,
serta meluasnya ketidakpuasan pasien sampai ke ranah publik dan media
massa, 2) hampir semua sengketa kesehatan yang ditangani oleh mediator
Jogja Mediator Center, bisa didamaikan dengan cara melakukan pendekatan
psikologis pada para pihak yang bersengketa, mengadakan kaukus,
memotivasi para pihak untuk hadir sendiri tanpa kuasa hukum dan
melakukan manufer hukum dalam pembuatan akta perdamaian

Kata kunci: sengketa kesehatan, mediasi, Jogja Mediation Center

30
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

ABSTRACT
This study aims to investigate the factors causing health disputes, and
describe mediator method Jogja Mediation Center (JMC) strive for peace
between the parties to dispute. The method used is qualitative descriptive.
Interview and documentation study selected as data colletion technique. The
Subject of study was determined by purposive technique. Inductive data
analysis stages consist of data reduction, unitization, data category, data
display, conclusion and verification. In conclusion of this study can be argued
that 1) the occurrence of health disputes caused among other because: the lack
of effetive communication in following up patient dissatisfaction with service
and medical treatment it receives, and widespread dissatisfaction of patient to
public sphere and mass media. Almost all of medical disputes handled by
mediator Jogja Mediator Center (JMC) can be reconciled by psychological
approaches to the disputing parties, holding caucus, motivating the parties to
present themselves without legal counsel and performing legal maneuvers in
the making of peace deed.

Key words : Health Disputes, Mediation, Jogja Media Center

PENDAHULUAN penyelesaian dalam ranah hukum.


Sengketa di bidang kesehatan Ada beberapa cara yang dapat
acapkali muncul karena tidak dipilih pasien dalam
harmonisnya hubungan dokter menyelesaikan permasalahannya.
atau rumah sakit dengan pihak Apabila mengacu pada Pasal 66
pasien. Sengketa kesehatan yang Undang-Undang No. 29 Tahun
bermula pada kesenjangan 2004 tentang Praktek Kedokteran,
persepsi dan kepentingan antara pasien dapat mengadukan dokter
pasien dan pihak pemberi layanan atau Rumah Sakit atas dugaan
kesehatan (dokter dan atau Rumah pelanggaran disiplin ke Majelis
Sakit) sering berujung pada Kehormatan Disiplin Kedokteran

31
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

Indonesia MKDKI, meskipun cara dan sebagainya. Selain itu makin


ini belum sepenuhnya efektif memburuknya citra pengadilan
karena kurangnya sosialisasi dalam menegakkan keadilan dan
lembaga ini sekaligus kebenaran, telah mendorong
keberadaannya yang hanya ada di masyarakat untuk mencari pilihan
Jakarta, sehingga menyulitkan penyelesaian sengketa lainnya.
pasien yang berada di daerah, Penyelesaian sengketa yang
Secara konvensional efektif dan efisien dapat dilakukan
penyelesaian sengketa kesehatan dengan lebih mendayagunakan
dapat dilakukan melalui jalur penyelesaian sengketa alternatif di
pengadilan atau litigasi, yang luar pengadilan. Dalam UU No.
membuat posisi para pihak yang 30/1999 tentang Arbitrase dan
bersengketa menjadi Alternatif Penyelesaian Sengketa
berseberangan, layaknya orang terdapat beberapa alternatif
yang berseteru. Proses litigasi ini penyelesaian sengketa, yakni:
sebetulnya kurang negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
menguntungkan, antara lain arbitrase. Mediasi sebagai salah
karena: adanya beban satu alternatif penyelesaian
pembuktian, lamanya proses sengketa di luar pengadilan sudah
beracara, sidang pengadilan yang lama dipakai dalam menyelesaikan
terbuka untuk umum sementara berbagai perselisihan, sengketa
kerahasiaan merupakan hal yang konsumen, sengketa pertanahan,
diutamakan, disamping itu perselisihan hubungan industrial,
putusan pengadilan yang bersifat dan sebagainya. Ada banyak
win-lose solution cenderung akan keuntungan dari mekanisme
merenggangkan hubungan kedua mediasi ini, antara lain:
belah pihak. Ditambah dengan penyelesaiannya yang bersifat
berbagai resiko lain, seperti informal; dan diselesaikan sendiri
kemungkinan adanya gugatan oleh para pihak, sehingga akan
balik atas pencemaran nama baik sesuai dengan kemauan para pihak

32
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

yang memang paling mengetahui Namun yang disayangkan


duduk masalahnya. Mediasi tidak adalah belum banyak pihak yang
membutuhkan waktu yang lama, menyelesaikan sengketanya
sepanjang para pihaknya melalui mediasi. Selama ini proses
beriktikad baik. Melalui mediasi penyelesaian sengketa melalui
hubungan para pihak yang mediasi yang dilakukan para
bersengketa tetap kooperatif dan pihak pun masih sangat rendah,
terjalin dengan baik, karena kunci yakni dibawah 5 persen. Kondisi
dari mediasi adalah semacam ini tentu saja
berlangsungnya musyawarah memprihatinkan, karena bangsa
dengan bantuan seorang mediator Indonesia sebenarnya lebih
yang berfungsi sebagai penengah mengenal pola-pola penyelesaian
yang bersifat netral. perselisihan secara tradisional,
Penyelesaian sengketa yaitu melalui peradilan adat atau
melalui mediasi kini sudah peradilan desa yang mempunyai
terlembagakan oleh banyak dasar filosofis musyawarah
institusi. Di lembaga keuangan mufakat, dibandingkan
bank terdapat Lembaga Mediasi penyelesaian yang konfrontatif
Perbankan Independen, di seperti di Pengadilan. Di
lembaga keuangan bukan bank lingkungan masyarakat tradisional,
terdapat Badan Mediasi Asuransi nilai-nilai kooperatif dalam
Indonesia (BPMAI), dan di penyelesaian sengketa lebih
lembaga alternatif penyelesaian mengemuka, misalnya masyarakat
sengketa konsumen dikenal adat Batak mengenal forum
dengan Badan Penyelesaian runggun adat, Tapanuli mengenal
Sengketa Konsumen. Di wilayah kuria. Masyarakat Minangkabau
Yogyakarta juga terdapat lembaga memiliki lembaga kerapatan adat
pelatihan sekaligus wadah profesi nagari, yang peranannya seperti
mediator bersertifikat yakni Jogja mediator dan konsiliator.
Mediation Center. Demikian juga dengan budaya

33
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

masyarakat Jawa, dimana konsep musyawarah diantara pihak yang


pembuatan keputusannya juga bersengketa ini menjadi alternatif
didasarkan pada musyawarah dalam mengatasi persengketaan,
yang membuat kelompok terutama sengketa kesehatan
mayoritas dan minoritas dapat karena dokter dan Rumah Sakit
saling sejalan dalam pemberian sangat rentan terhadap
permufakatannya. (Sutyoso, pembunuhan karakter oleh media
2006:70). massa. Melalui mediasi inilah
Keberadaan lembaga mediasi sengketa kesehatan diselesaikan
cenderung “tidak dianggap” oleh melalui perundingan yang
pihak-pihak yang bersengketa, melibatkan pihak ketiga yang
sehingga mereka yang netral, dan yang kehadirannya
bersengketa cenderung diterima oleh pihak pasien dan
menyelesaikan perselisihannya Rumah Sakit. Pengambilan
melalui pengadilan. Ini relevan keputusan tidak di tangan
dengan data dari Pengadilan mediator, melainkan di tangan
Negeri Yogyakarta yang pihak-pihak yang bersengketa. Ini
menunjukkan sangat sedikitnya relevan dengan Pasal 6 ayat (3)
perkara perdata yang dapat UU No. 30/1999 tentang Arbitrase
diselesaikan melalui mediasi. Pada dan Alternatif Penyelesaian
tahun 2014, dari sejumlah 164 Sengketa yang menyatakan bahwa
gugatan perkara perdata yang dalam hal sengketa atau beda
masuk ke PN Yogyakarta, hanya 20 pendapat tidak dapat diselesaikan,
perkara atau sekitar 11 persen saja maka atas kesepakatan pihak-
yang dapat diselesaikan melalui pihak yang bersengketa, sengketa
mediasi. (www.pn. Yogyakarta tersebut diselesaikan melalui
.go.id, tanggal akses 17 Maret bantuan seorang atau lebih
2015). penasehat ahli maupun mediator.
Idealnya lembaga mediasi Hasil kesepakatan penyelesaian
yang berintikan pada sengketa secara tertulis adalah

34
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

final dan mengikat para pihak METODE


untuk dilaksanakan dengan iktikad Pendekatan yuridis
baik. sosiologis dipilih untuk penelitian
Tujuan penelitian dengan ini, karena menyangkut pola
judul: “Mediasi Dalam perilaku masyarakat yang
Penyelesaian Sengketa Kesehatan bersengketa dalam menyelesaikan
di Jogja Mediation Center” ini, permasalahannya melalui institusi
yang pertama adalah untuk mediasi. Pendekatan yang
mengetahui penyebab timbulnya digunakan dalam penelitian ini
sengketa kesehatan, kedua bersifat yuridis sosiologis karena
menggambarkan upaya mediator menyangkut struktur dan
Jogja Mediation Center dalam substansi lembaga Mediasi di Kota
mendamaikan atau mencapat titik Yogyakarta, dan disisi lain
temu diantara para pihak yang menyangkut bekerjanya para
bersengketa. Diharapkan hasil mediator dalam menyelesaikan
penelitian ini dapat memberikan sengketa kesehatan.
wawasan mengenai eksistensi Subyek penelitian ini
mediasi sebagai lembaga ditentukan secara purposive, dan
penyelesaian sengketa di luar sebagai subyek penelitian adalah
pengadilan yang bermuara pada mediator-mediator di Jogja
nilai-nilai kearifan lokal Mediation Center, yang
masyarakat bangsa Indonesia, dan berpengalaman menyelesaikan
sumbangan pemikiran terutama sengketa kesehatan. Data primer
bagi Lembaga-lembaga Mediasi penelitian ini diperoleh melalui
untuk mengefektifkan dan wawancara mendalam, data
melembagakan budaya perilaku sekunder diperoleh melalui studi
penyelesaian sengketa melalui dokumentasi. Data yang diperoleh
jalan damai (dengan perantaraan dari penelitian ini dianalisis secara
mediator). induktif. Analisis induktif ini
diawali dari reduksi data,

35
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

dilanjutkan dengan menyusunnya Apabila proses penyelesaian


ke dalam unit-unit dan kategori sengketa kesehatan dilakukan
yang sesuai. Selanjutnya dilakukan melalui proses litigasi yang
display atau penyajian data dan terbuka untuk publik, akan
langkah terakhir adalah membuat memberi peluang character
kesimpulan serta verifikasi agar assasination yang merugikan
kesimpulan tidak menyimpang reputasi pemberi layanan
dari permasalahan yang diteliti. kesehatan. Mempertimbangkan
Untuk pencermatan kesahihan karakter yang khas dari profesi
data dilakukan dengan cara kedokteran ini, maka perlu dicari
sebagai berikut: a) penciptaan alternatif penyelesaian sengketa
rapport yang baik dengan para kesehatan di luar pengadilan.
informan; b) melakukan peer Mediasi merupakan
debriefing dengan teman sejawat; pendekatan non litigasi dalam
dan c) melakukan member check. penyelesaian sengketa yang diakui
oleh hukum positif di Indonesia
HASIL DAN PEMBAHASAN yang ditempuh melalui
Sengketa kesehatan memiliki pendekatan kekeluargaan,
karakter yang berbeda dengan mengedepankan prinsip
sengketa perdata pada umumnya, kemanusiaan dan keadilan dalam
seperti sengketa konsumen, rangka menjaga hubungan baik
sengketa pertanahan, sengketa untuk mengakhiri sengketa yang
hubungan industrial dan ada. Mediasi layak dipilih karena
sebagainya. Hal ini dikarenakan sifatnya yang saling
sengketa kesehatan tidak hanya menguntungkan (mutual winning).
berdampak pada dokter sebagai Selain itu prosesnya yang tertutup
pribadi saja, tetapi juga bisa telah mampu menjaga kerahasiaan
berdampak pada organisasi profesi para pihak yang bersengketa, dan
dan pada lembaga yang proses musyawarah untuk
menaunginya (Rumah Sakit). pengambilan keputusan bersama,

36
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

mampu menempatkan kesetaraan yang hasilnya sudah bisa


posisi tawar antara pihak pasien diprediksi di awal perhitungan.
dengan dokter atau rumah sakit Besarnya kepercayaan yang
yang tersandung sengketa. terbangun inilah yang seringkali
Kesepakatan bersama yang berbuah kekecewaan ketika
diperoleh melalui mediasi untuk harapan sembuh tidak terwujud
mengakhiri sengketa kesehatan, pasca mendapatka layanan medik.
akan dituangkan dalam nota Malah penyakit berkembang
perdamaian ataupun akta menjadi parah, atau muncul efek
perdamaian yang bersifat final dan samping dari pengobatan atau
binding tindakan medik yang dilakukan,
misalnya pasien menjadi cacat atau
Penyebab Sengketa Antara berujung kematian. Ini bisa
Pasien dengan Pemberi Layanan berdampak pada tidak
Kesehatan (sengketa kesehatan) harmonisnya hubungan dokter
Pada dasarnya hubungan dengan pasien, karena pasien dan
antara pelayanan kesehatan keluarganya menganggap telah
(dokter dan Rumah Sakit) dengan terjadi kelalaian tindakan medik
pasien adalah hubungan yang atau malpraktek medik. Faktanya,
didasarkan pada kepercayaan. pasien cenderung
Pasien percaya terhadap mempermasalahkan hasil
kemampuan dokter yang akan pelayanan kesehatan dengan
berupaya secara maksimal untuk mengabaikan prosesnya,
menyembuhkan penyakit yang sementara dalam hukum
dideritanya. Satu hal yang kesehatan menegaskan bahwa
terlupakan oleh pasien adalah dalam memberikan pelayanan,
pelayanan kesehatan dilakukan tenaga kesehatan hanya
berdasarkan keilmuan kedokteran, bertanggung jawab atas upaya
dan ilmu kedokteran bukanlah yang dilakukan (Inspanning
ilmu pasti layaknya matematika Verbintennis) dan tidak menjamin

37
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

hasil akhir (Resultalte memberikan persetujuan terhadap


Verbintennis). tindakan medik atau informed
Semula ketergantungan yang consent, (c) atas rahasia
besar kepada dokter telah kedokteran, serta (d) untuk
memposisikan pasien dan memperoleh pendapat kedua atau
masyarakat dalam posisi tawar second opinion. Konflik antara
yang tidak seimbang. Namun dokter dengan pasien bisa dicegah
mengacu pada Undang-Undang apabila dokter mengindahkan
Nomor 23 Tahun 1992 tentang kewajibannya dan mengakomodasi
Kesehatan dan Undang-Undang hak pasien. Menurut Hariyani
Nomor 29 tahun 2004 tentang (2005:11), konflik adalah sebuah
Praktek Kedokteran, dapat situasi dimana dua pihak atau
dikemukakan bahwa hubungan lebih dihadapkan pada perbedaan
antara dokter dan pasien tidak lagi kepentingan. Sebuah konflik
bersifat paternalistik, melainkan berubah atau berkembang menjadi
diposisikan sejajar. Dalam dua sengketa apabila pihak yang
undang-undang tersebut merasa dirugikan telah
ditegaskan bahwa dokter dan menyatakan rasa tidak puasnya
pasien mempunyai hak dan atau keprihatinannya baik secara
kewajiban yang harus saling langsung kepada pihak yang
dihormati. Dokter berhak dianggap sebagai penyebab
memperoleh perlindungan hukum kerugian atau kepada pihak lain.
dalam melaksanakan tugas sesuai Jadi konflik dapat berubah atau
dengan profesinya, sedangkan berlanjut menjadi sengketa, yang
kewajibannya adalah mematuhi berarti pula bahwa sebuah konflik
standar profesi dan menghormati antara pasien dengan dokter atau
hak pasien. Pasien mempunyai Rumah Sakit yang tidak
hak-hak yang bersifat mendasar, terselesaikan akan berubah
antara lain adalah hak: (a) menjadi sengketa kesehatan. Ini
mendapatkan informasi, (b) relevan dengan ketentuan Pasal 66

38
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

ayat (1) Undang-Undang Nomor Hal ini relevan dengan


29 Tahun 2004 tentang Praktek pendapat Suryono (2010:2) yang
kesehatan, yang secara tersirat mengemukakan “kemajuan
menyebutkan bahwa sengketa teknologi dan bioteknologi dalam
kesehatan adalah sengketa yang bidang kedokteran memberikan
terjadi karena kepentingan pasien harapan positif bagi peningkatan
dirugikan oleh tindakan dokter kualitas pelayanan kesehatan di
atau dokter gigi yang menjalankan Indonesia. Dengan teknologi
praktik kedokteran. Dengan diagnose dapat dideteksi sedini
demikian sengketa kesehatan mungkin dengan presisi yang
merupakan sengketa yang terjadi maksimal, begitu juga dengan
antara pengguna pelayanan medik teknologi hasil perawatan yang di
dengan pelaku pelayanan medik capai bisa optimal dengan resiko
dalam hal ini antara pasien dan atau dampak negative yang
dokter berikut sarana kesehatan minimal. Namun teknologi dan
Sengketa kesehatan tidak bioteknologi dalam pelayanan
bisa dicarikan jalan kesehatan hanya sebatas
pemecahannya, apabila tidak memberikan upaya maksimal dan
diketahui penyebabnya. Tidak bisa minimalisasi dampak negative
diingkari bahwa profesi belum bisa sampai pada tataran
kedokteran saat ini seperti di atas kepastian hasil”.
cawan mikroskop, karena menjadi Hal tersebut di atas
pusat perhatian dan banyak semestinya dipahami oleh dokter
dikritisi oleh masyarakat serta maupun oleh pasien. Namun
media massa. Beberapa hal yang dokter, terlebih lagi pasien kadang
sering menjadi penyebab sengketa mudah terjebak dalam nuansa
kesehatan, antara lain karena promosi dari keunggulan suatu
pasien dan masyarakat teknologi dalam pelayanan
mempunyai persepsi yang kurang kesehatan yang ditawarkan
pas terhadap layanan kesehatan. sehingga timbul harapan bahwa

39
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

dengan teknologi kedokteran perawatan, saat perawatan


tersebut semuanya bisa dipastikan, maupun pasca perawatan Pada
bisa disembuhkan. Yang tahap pra perawatan, ketidak
memprihatinkan, kadang untuk puasan dapat ditengarai, misalnya
kepentingan promosi, tak jarang saat penerimaan awal di Rumah
pihak lembaga pemberi layanan Sakit (saat pendaftaran, Kegawat
kesehatan (dokter atau Rumah Daruratan dan sebagainya), karena
Sakit) menginformasikan pelayanan yang tidak ramah, tidak
keuntungan teknologi yang cepat, waktu menunggu yang lama
digunakan secara berlebihan tanpa sehingga pasien dan keluarganya
adanya informasi mengenai merasa ditelantarkan. Sedangkan
kerugian atau dampak yang pada tahap perawatan, ketidak
mungkin muncul dari puasan pasien yang berujung pada
penggunaanya. Pemberian sengketa dapat ditengarai dari
informasi yang tak berimbang banyaknya komplain dan keluhan
inilah yang sering menimbulkan masyarakat yang masuk ke area
ketidakpuasan atau kekecewaan di publik, antara lain: (1) penggunaan
kalangan pasien dan keluarganya. secara berlebihan teknologi atau
Dan ketika kekecewaan serta alat canggih kedokteran di Rumah
ketidakpuasan pasien tersebut Sakit yang tidak jelas urgensinya,
tidak di sertai komunikasi yang (2) meninggal/cacatnya pasien
efektif, serta pasien tidak akibat kegagalan tindakan medik,
memperoleh informasi yang jelas (3) pengobatan ala kadarnya
dari pihak pemberi layanan (under treatment substandard)
kesehatan, ketidakpuasan pada pasien tidak mampu, (4)
tersebut berkembang menjadi perpanjangan length of stay pasien
sengketa kesehatan. VIP untuk penambahan
Berdasarkan pada penghasilan Rumah Sakit, (5)
tahapannya, sengketa kesehatan Melakukan pemeriksaan atau
bisa muncul pada tahap pra pengobatan berlebihan yang tidak

40
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

sesuai dengan kebutuhan pasien, ketidakpuasan muncul dengan


(6) pelaksanaan futilisasi medis ditandai oleh pasien melayangkan
(kesia-siaan medis) bagi penyakit keluhan secara tertulis ke pihak
yang tidak bisa sembuh lagi. Rumah Sakit. Pada tahap ini
Sengketa pasca perawatan bisa sebaiknya pihak rumah sakit
muncul karena pembiayaan yang melalui bagian humas segera
besar, atau hasil dari perawatan merespon keluhan tersebut
yang tidak sesuai dengan harapan, dengan pemberian klarifikasi atas
karena pasien tidak kunjung permasalahan tersesbut, sehingga
sembuh. Munculnya efek samping pihak pengadu merasa puas dan
dari tindakan medis, sehingga terselesaikan permasalahannya.
pasien menjadi cacat bahkan Pada tahapan kedua, apabila
sampai terjadi kematian dan sengketa telah meluas yang dapat
tindakan dokterlah yang diduga ditengarai dari adanya surat
sebagai penyebabnya. Dari ketidakpuasan pelayanan yang
ketidakpuasan tersebut kemudian ditujukan ke RS tersebut
berkembang menjadi sengketa ditembuskan ke media massa, ke
kesehatan. LSM atau ke Ombudsman, serta
Menurut Suryono (2010:3) melibatkan pihak ketiga, misalnya
penyelesaian sengketa tersebut kuasa hukum. Pada tahap ini
seharusnya dilakukan secara diperlukan adanya penengah yang
berjenjang, mengingat profesi dianggap netral untuk membantu
tenaga kesehatan dan lembaga menyelesaikan sengketa tersebut.
yang menaunginya (Rumah Sakit) Pada tahap ketiga, jika laporan
ini rentan terhadap pembunuhan sengketa kesehatan disaampaikan
karakter oleh media massa atau pada pihak yang berwajib
rentan terhadap pemerasan oleh (kepolisian, atau pengadilan) maka
oknum yang tak bila penyelesaian sengketa secara
bertanggungjawab. Pada tahap tertutup masih di inginkan oleh
pertama, gejala awal pihak dokter atau Rumah Saki,

41
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

maka keberadaan mediator tertutup dan tidak terpublikasikan,


bersertifikat menjadi sangat sehingga akan memberikan
diperlukan. Bila proses ini gagal, perasaan nyaman, dan aman
maka penyelesaian sengketa kapada para pihak, dan
melalui jalur litigasi atau kekhawatiran terbukanya rahasia
pengadilan tidak bisa dihindarkan dan nama baik yang sangat
lagi. dibutuhkan oleh dokter maupun
Bagi pihak dokter dan Rumah sarana pelayanan kesehatan dapat
Sakit, penyelesaian sengketa dihindari. Disamping itu para
kesehatan melalui jalur pihak yang bersengketa
pengadilan berarti dipertemukan secara langsung
mempertaruhkan reputasi yang yang memungkinkan dialog
telah dicapainya dengan susah terbuka, sehingga titik temu yang
payah, dan dapat menyebabkan menguntungkan para pihak
kehilangan nama baik. Meskipun kemungkinan besar dapat tercapai.
belum ada putusan pengadilan
yang memvonis dirinya, nama baik Proses Mediasi di Jogja
dokter atau Rumah Sakit sudah Mediation Center
terkesan buruk karena sudah Jogja Mediation Center (JMC)
dipublikasikan secara terbuka di merupakan wadah profesi
media massa, dan diberitakan mediator bersertifikat yang telah
telah melakukan kesalahan medik menyelesaikan Pendidikan Mediasi
ataupun malpraktek medik. dari Universitas Gadjah
Imbasnya adalah tingkat Mada. Sebagai asosiasi Mediator
kepercayaan masyarakat terhadap yang didirikan di Yogyakarta, JMC
dokter atau Rumah Sakit akan diharapkan dapat berkiprah secara
turun. Penyelesaian sengketa regional maupun nasional.
kesehatan melalui mediasi, Mediator JMC bertugas
dianggap paling ideal karena menjembatani pihak pihak
proses penyelesaiannya bersifat bersengketa untuk bisa

42
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

menyelesaikan kasus sengketa 1. Penyampaian kehendak ke JMC,


perdata, termasuk sengketa pemilihan mediator, penentuan
kesehatan, di luar sidang jadwal dan tempat pertemuan
pengadilan dengan prinsip mutual mediasi
winning. Semua pihak tidak ada Sebelum pihak yang
yang merasa kalah atau dikalahkan bersengketa datang ke JMC,
karena setiap sengketa pasti mereka telah gagal melakukan
diawali dengan ketidaksengajaan negosiasi, dan kemudian
bahwa apa yang dilakukan bersepakat untuk meminta
merugikan pihak lain. Jadi, ketika bantuan mediator JMC untuk
dikembalikan kepada esensi menyelesaikan permasalahan
hubungan antar pihak sebelumnya, mereka
akhirnya kedua belah pihak akan 2. Deskripsi situasi dan
sepakat menyelesaikan identifikasi perkara
sengketanya secara damai. Dengan mempertemukan
Berbeda dengan mediasi di dan mendengarkan penjelasan
pengadilan yang diwajibkan oleh pihak pasien dengan pihak
majelis hakim, mediasi di JMC dokter yang bersengketa,
dilaksanakan atas kehendak para mediator dapat menemukan
pihak. Dengan kata lain setelah pokok masalah yang
para pihak menemui jalan buntu sebenarnya terjadi yang akan
dalam menyelesaikan sengketanya, menjadi fokus dalam proses
pihak pasien maupun dokter dan mediasi.
Rumah Sakit bersepakat untuk 3. Pemetaan masalah dan
meminta bantuan penengah dari membingkai ulang
JMC dalam menyelesaikan permasalahan.
sengketa mereka. Adapun langkah- Mediator merumuskan
langkah penyelesaian sengketa di kembali permasalahan dan
JMC, antara lain adalah: menyampaikan hasil
rumusannya kepada para pihak

43
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

untuk memperoleh tanggapan. 6. Melakukan Kaukus dengan para


Dilanjutkan dengan membuat Pihak
pemetaan masalah untuk Tindakan yang sering
mengetahui prioritas dilakukan oleh para mediator
permasalahan. JMC ialah melakukan kaukus
4. Menghasilkan alternatif- dengan para pihak. Kaukus ini
alternatif penyelesaian merupakan pertemuan antara
sengketa mediator dengan salah satu
Tahap ini bertujuan untuk pihak tanpa dihadiri oleh pihak
menghasilkan atau yang lainnya atau disebut juga
merumuskan tuntutan- sebagai pertemuan terpisah.
tuntutan dan alternatif 7. Merumuskan kesepakatan
penyelesaian terhadap Pada tahap terakhir ini,
permasalahan yang ada para pihak melakukan negosiasi
5. Evaluasi dan Pemilihan final, yaitu klarifikasi ketegasan
Alternatif-alternatif para pihak mengenai alternatif-
Tuntutan para pihak dan alternatif bagi penyelesaian
alternatif penyelesaian sengketa sengketa yang terjadi diantara
yang telah digeneralisir, mereka. Tercapainya
kemudian disusun menjadi kesepakatan final antara para
serangkaian daftar alternatif pihak yang bersengketa,
yang selanjutnya akan dianalisis merupakan putusan untuk
oleh para pihak yang menyelesaikan dan mengakhiri
bersengketa. Para pihak diberi sengketa. Dalam merumuskan
kesempatan untuk membahas Kesepakatan Perdamaian,
dan mengkonsultasikan Mediator wajib memastikan
alternatif-alternatif tersebut kesepakatan tersebut tidak
kepada pihak lain lain, seperti memuat ketentuan yang: a)
notaris, pengacara ataupun bertentangan dengan hukum,
berkonsultasi kepada mediator. ketertiban umum, dan/atau

44
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

kesusilaan; b) merugikan pihak yang ditangani dan dimediasi oleh


ketiga; atau c) tidak dapat Jogja Mediator Center dapat
dilaksanakan. diselesaikan atau dapat
Kesepakatan tersebut didamaikan. Sejauh ini tidak ada
akan dirumuskan mediator perselisihan yang ditangani JMC
dalam nota perdamaian yang yang terpaksa berlanjut ke jalur
berbentuk perjanjian di bawah litigasi. Keberhasilan
tangan (gentlemen agreement). mendamaikan tersebut disamping
Meskipun secara yuridis, nota karena strategi mediator JMC
perdamaian tersebut belum dalam memediasi, juga karena
berkekuatan eksekutorial yang karakteristik para pihak yang
sama seperti putusan mengajukan permintaan mediasi
pengadilan, tapi para pihak di JMC, bukanlah tipe penyuka
terikat untuk melaksanakannya konflik. Selain itu pada umumnya
(asas pacta sunt servanda). dokter dan Rumah Sakit cenderung
Apabila dikehendaki para ingin bekerja tenang, menjaga
pihak, mediator akan reputasinya, tidak ingin
mengajukan nota perdamaian berperkara dan cenderung untuk
tersebut ke Pengadilan Negeri berdamai. Keberhasilan mediasi
Yogyakarta untuk ditetapkan juga harus didukung oleh beberapa
menjadi akta perdamaian (pasal persyaratan antara lain adalah: a)
27 ayat 2 Peraturan Mahkamah para pihak mempunyai posisi
Agung No. Tahun 2016 tentang tawar yang setara, b) para pihak
Mediasi di pengadilan). mempertimbangkan kelangsungan
relasi di masa yang akan datang, c)
Keberhasilan Mediator Jogja para pihak tidak mempunyai bibit
Mediation Center Mendamaikan permusuhan yang lama dan
Sengketa Kesehatan mendalam bahwa mediasi akan
Dapat dikemukakan bahwa berjalan dan mencapai titik temu
hampir semua sengketa kesehatan (Sulistiono, 2008:88).

45
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

Semua mediator di JMC pengetahuan memadai tentang


memiliki keterampilan dan teknik- dunia medis, sekaligus
teknik perundingan, yang antara pengetahuan tentang hukum.
lain meliputi: a) kemampuan Apabila mediator tidak memahami
mendengar aktif dan efektif, b) istilah-istilah kedokteran, akan
kemampuan berempati, c) sulit baginya memahami
terampil berunding dan penjelasan dari pihak pelaksana
bernegosiasi, d) memfasilitasi layanan kesehatan, yang
perundingan, kemampuan berdampak pada terhambatnya
mengatasi emosi para pihak, dan mediator menterjemahkan dan
mengatasi jalan buntu, e) mentransfer informasi dari dokter
ketrampilan berkomunikasi verbal kepada pasien.
dan non verbal, f) terampil dalam Dalam proses penyelesaian
membingkai ulang, dan sengketa kesehatan, para
merefleksikan kepada pihak mediator JMC memiliki beberapa
pembicara untuk memperoleh strategi untuk mendamaikan pihak
tanggapan, g) memiliki toleransi yang bersengketa, antara lain
yang tinggi terhadap emosi, i) adalah dengan mengadakan
ketrampilan untuk merumuskan pendekatan psikologis kepada
ulang hal-hal penting dan para pihak, semaksimal mungkin
identifikasi perasaan yang mengadakan kaukus, memotivasi
terungkap. Meskipun semua para pihak untuk menghadiri
mediator memiliki ketrampilan proses mediasi, serta melakukan
dan berpengalaman memediasi pemetaan masalah.
sengketa, tapi tidak semua 1. Pendekatan psikologis terhadap
mediator JMC berkompeten untuk pihak-pihak yang berkonflik.
memediasi sengketa kesehatan. Umumnya pihak yang
Mediator yang tepat untuk bersengketa, utamanya pihak
menangani sengketa medis pasien memendam emosi,
haruslah mediator yang memiliki menyimpan perasaan marah

46
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

sekaligus rasa takut dan setara, yang berpotensi


perasaan lainnya kepada pihak menjadikan konflik semakin
dokter, sehingga pendekatan panas.
psikologis menjadi garapan b. Mengatur pertemuan
pertama para mediator JMC. bersama
Yang dilakukan dengan Pertemuan bersama
berbagai cara, antara lain: adalah kesepakatan untuk
a. Mengelola emosi para pihak bertemu antara pihak pasien
yang bersengketa dengan dokter yang
Emosi pasien dan berkonflik disertai oleh
dokter yang bersengketa mediator JMC pasca
sering menjadi salah satu pertemuan terpisah
sumber permasalahan teknis (kaukus). Pertemuan
selama mediasi. Untuk bersama ini merupakan
meredam emosi, mediator tindak lanjut dari pertemuan
berusaha menciptakan terpisah yang dilakukan di
atmosfer yang awal mediasi. Pertemuan
mengedepankan dialog, bersama merupakan indikasi
analisis masalah, dan keseriusan semua pihak yang
penyelesaian masalah. Fakta berkonflik untuk
ini menjadi tantangan menjalankan semua hasil
tersediri bagi mediator JMC , kesepakatan sebagai
sehingga dalam mengelola implikasi penyelesaian
emosi para pihak, aspek- konflik dengan cara sedamai
aspek yang dipertimbangkan mungkin
mediator antara lain: 2. Mediator memfasilitasi Kaukus
kompleksitas komunikasi dengan para Pihak
yang berbau emosi dan posisi Kaukus merupakan
tawar antara pasien dengan pertemuan antara mediator
dokter yang cenderung tidak dengan salah satu pihak tanpa

47
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

dihadiri oleh pihak yang lainnya membahayakan kemajuan


atau disebut juga sebagai proses mediasi yang sedang
pertemuan terpisah. Bagi berlangsung
mediator JMC, kaukus c. melalui kaukus sangat
merupakan tindakan urgen memungkinkan bagi salah
yang harus dilakukan kala satu pihak untuk
memediasi sengketa kesehatan, mengungkapkan
karena kaukus terutama kepentingan-kepentingan
berfungsi untuk mengatasi tersembunyi ataupun
kebuntuan komunikasi, atau ganjalan-ganjalan yang tidak
mediator menangkap kesan ingin diungkapkan di
salah satu pihak, misalnya hadapan mitra rundingnya.
pasien, seperti tidak bebas atau d. mediator JMC dapat
tertekan. Dalam kegiatan membantu pihak tersebut
kaukus, mediator dapat untuk mengembangkan dan
melakukan beberapa kegiatan, menganalisis pilihan yang
seperti: lain secara individual,
a. mediator dapat melakukan disamping itu melalui
pendekatan persuasive kaukus memungkinkan
kepada salah satu pihak, mediator untuk mencari
menekan ego salah satu informasi tambahan yang
pihak sehingga kebuntuan berkaitan dengan para pihak
komunikasi dapat terurai; dan pokok sengketa.
b. dalam pertemuan yang 3. Mengharuskan kehadiran pihak
dilakukan secara terpisah yang bersengketa tanpa kuasa
antara mediator hanya hukumnya
dengan salah satu pihak saja, Pasien dan dokter yang
diharapkan pihak tersebut terlibat dalam sengketa
dapat menyalurkan kesehatan ini merupakan pihak
emosinya secara bebas, tanpa yang mengalami sendiri

48
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

peristiwa tersebut, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan


merekalah yang paling tahu apa mediasi dan tercapainya
yang mereka kehendaki. perdamaian, karena kuasa
Sehingga intervensi dan hukum cenderung tidak
kehadiran kuasa hukum, mendukung, dan acapkali
terkadang membuat berkeberatan terhadap kaukus
permasalahan menjadi lebih yang ditawarkan oleh mediator.
rumit dan malah menjauh dari Ditengarai perilaku kuasa
titik temu. Dengan hukum tersebut ada kaitannya
pertimbangan tersebut, dengan masalah pemberian
mediator JMC memotivasi dan honorarium, yang memiliki
“mengharuskan” para pihak beberapa pola honorarium,
yang bersengketa untuk sebagai berikut: a) kuasa hukum
menghadiri sendiri proses mempunyai klien tetap dan
mediasi dan tidak mewakilkan menerima honor tetap, b) kuasa
kepada kuasa hukumnya. hukum menerima honor
Dikemukakan oleh mediator berdasarkan penanganan kasus
JMC, kuasa hukum cenderung hingga selesai, c) kuasa hukum
tidak mendukung proses menerima honor dari klien
mediasi, karena para kuasa berdasarkan jam kerja atau
hukum terkadang mempunyai frekuensi kunjungan ke
kepentingan sendiri (vested persidangan.
interest). Pola pemberian
Apabila dianalogkan honorarium tersebut dapat
proses mediasi di pengadilan, mempengaruhi sikap pengacara
dimana yang menghadiri atau kuasa hukum. Bukan tidak
mediasi adalah kuasa hukum mungkin pengacara bersikap
saja sedangkan pihak-pihak negatif atau bersikap tidak
yang bersangkutan justru tidak mendukung terhadap proses
hadir. Situasi tersebut sangat mediasi, karena jika kasus yang

49
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

ditanganinya selesai dengan pihak untuk menghasilkan


cepat, maka honor yang perdamaian.
diterima pengacara tersebut Dengan pertimbangan
menjadi lebih sedikit jumlahnya. lebih sulit dan lebih lamanya
Hal ini selaras dengan pendapat waktu yang diperlukan untuk
Adi Nugroho (2009: 208), yang mencapai titik temu apabila
menjelaskan bahwa para mediasi diwakilkan kepada
advokat yang menerima kuasa hukum, maka JMC
honorarium berdasarkan jam mengambil kebijakan untuk
kerja atau frekuensi kunjungan “mengharuskan” para pihak
ke persidangan cenderung hadir sendiri dalam proses
bersikap negatif terhadap mediasi.
mediasi, karena jika kasus yang
ditanganinya dapat diselesaikan 4. Manufer Jogja Mediation Center
secara cepat melalui dalam penyusunan nota
perdamaian, maka mereka akan perdamaian
menerima honor lebih kecil. Agar para pihak
Para pengacara cenderung mempunyai bukti atas
mengarahkan para pihak agar kesepakatan yang diperoleh
meneruskan sengketanya ke untuk mengakhiri
proses litigasi yang mana perselisihannya, serta terikat
membutuhkan frekuensi untuk melaksanakan
kedatangan ke pengadilan lebih kesepakatannya, mediator
sering dengan berbagai alasan wajib menuangkan dalam
misalnya posisi mereka dalam nota perdamaian. Nota
sengketa tersebut lebih perdamaian atau kesepakatan
menguntungkan sehingga dalam perdamaian tersebut
litigasi nantinya akan merupakan perjanjian di bawah
memenangkan perkara. Hal tangan dan memuat gentlemen
inilah yang menghambat para agreement. Agar nota

50
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

perdamaian tersebut apabila salah satu pihak tidak


mempunyai kekuatan mentaati pemenuhan kewajiban
eksekutorial, dapat diajukan ke yang ditentukan secara sukarela
Pengadilan Negeri untuk dalam perjanjian perdamaian
ditetapkan menjadi akta tersebut, maka dapat minta
perdamaian. Ini sesuai dengan eksekusi kepada Pengadilan
ketentuan Pasal 36 ayat (1) Negeri dan atas permintaan itu,
Peraturan Mahkamah Agung No. Ketua Pengadilan Negeri
1 tahun 2016 tentang Prosedur menjalankan eksekusi sesuai
Mediasi di Pengadilan yang dengan ketentuan Pasal 195
menyatakan “Parapihak dengan HIR.
atau tanpa bantuan Mediator Namun penetapan akta
bersertifikat yang berhasil perdamaian di PN ini sering
menyelesaikan sengketa di luar kali memperoleh hambatan.
Pengadilan dengan Kesepakatan Antara lain, karena terkadang
Perdamaian dapat mengajukan ada klausul-klausul yang
Kesepakatan Perdamaian dikurangi atau dihapus oleh
kepada Pengadilan yang hakim Pengadilan Negeri
berwenang untuk memperoleh Yogyakarta, atau hakim PN
Akta Perdamaian dengan cara Yogyakarta menambahkan
mengajukan gugatan”. klausula tertentu. Tidak
Dengan ditetapkan dicantumkannya secara
menjadi akta perdamaian, maka keseluruhan klausul-klausul ke
nota perdamaian tersebut akan dalam akta perdamaian, sering
berkekuatan hukum memicu masalah baru diantara
sebagaimana putusan hakim para pihak, yang malah
yang telah memperoleh membuat perdamaian tersebut
kekuatan hukum tetap, dan menjadi tidak bisa tuntas
berkekuatan eksekutorial seperti keinginan para pihak
(executorial kracht). Sehingga saat proses mediasi.

51
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

Kekhawatiran bahwa nota ada di dalamnya. Oleh notaris,


perdamaian tersebut kurang nota perdamaian tersebut akan
mempunyai kekuatan mengikat dituangkan dalam Akta
ditepis dengan meyakinkan Perdamaian yang berisi
para pihak, bahwa pelaksanaan (eksekusi) isi dari
dilaksanakannya isi klausula-klausula dalam nota
kesepakatan tersebut perdamaian. Dengan demikian
bergantung sepenuhnya pada maka nota perdamaian yang
iktikad baik para pihak. Selain telah disepakati serta dibuat
itu Jogja Mediation Center juga oleh para pihak melalui proses
telah melakukan satu loncatan mediasi, menjadi terlaksana
(manufer) hukum, yakni secara kekeluargaan dan tuntas.
dengan mengadakan kerja sama Sehingga diantara para pihak
dengan Notaris. Kesepakatan tersebut sudah tidak ada lagi
atau perjanjian perdamaian ganjalan atau sengketa yang
yang telah dicapai oleh pihak masih tersisa dan tidak
pasien dan Rumah Sakit, untuk terselesaikan.
selanjutnya dibawa kepada
Notaris. Perjanjian perdamaian SIMPULAN DAN SARAN
tersebut akan dituangkan dalam Dipenghujung tulisan ini
akta notariil. Akta perdamaian dapat dikemukakan bahwa
yang dibuat oleh notaris timbulnya sengketa kesehatan,
tersebut merupakan akta antara lain disebabkan karena
otentik. Dengan dituangkannya kekecewaan dan ketidakpuasan
nota perdamaian tersebut pasien atas layanan dan tindakan
dalam akta notaris, maka akta medis yang diterima pada tahap
perdamaian tersebut pra perawatan, saat perawatan,
merupakan suatu bukti yang atau pasca perawatan.
sempurna (full evident) tentang Ketidakpuasan pasien akhirnya
kesepakatan-kesepakatan yang meluas ke ranah publik, dan

52
Setiati Widihastuti, Sri Hartini, dan Eny Kusdarini Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan…

dipublikasikan sebagai kelalaian JMC mensiasati penyelesaian


tindakan medik atau malpraktek sengketa kesehatan dengan
medik, yang akhirnya berkembang mengadakan pendekatan
menjadi sengketa kesehatan psikologis kepada para pihak yang
tatkala pihak pelaksana layanan bersengketa serta memfasilitasi
kesehatan tidak melakukan kaukus para pihak untuk
klarifikasi dan tidak penggalian ganjalan-ganjalan dan
mengkomunikasikan mekanisme kepentingan yang tersembunyi.
tindakan medis secara memadai Selain itu kehadiran para pihak
yang mampu memahamkan pihak yang bersengketa, tanpa
pasien. Mengingat karakter profesi dampingan kuasa hukum yang
dokter dan Rumah Sakit yang terkadang memiliki vested interest,
rentan terhadap pembunuhan juga menjadi fokus mediator JMC
karakter oleh media massa serta untuk mencapai titk temu.
rentan terhadap pemerasan oleh Disamping itu mediator JMC telah
oknum yang tak melakukan manufer hukum dalam
bertanggungjawab, maka mediasi penetapan nota perdamaian
merupakan salah satu alternatif menjadi akta perdamaian yang
untuk menyelesaikan sengketa bersifat final dan binding dengan
kesehatan di atas. cara melakukan kerjasama dengan
Jogja Mediation Center Notaris tanpa melalui proses
merupakan wadah mediator gugatan ke Pengadilan Negeri.
bersertifikat yang berpengalaman
menangani banyak sengketa UCAPAN TERIMA KASIH
kesehatan. Hampir semua Penulis mengucapkan terima
sengketa kesehatan dapat kasih kepada berbagai pihak yang
didamaikan, sehingga sejauh ini telah membantu penelitian ini.
tidak ada sengketa kesehatan yang Penulis juga mengucapkan terima
ditangani mediator JMC yang kasih kepada dewan redaksi
berlanjut ke jalur litigasi. Mediator Jurnal Socia atas kesempatan yang

53
SOCIA Vol. 15, No. 3, 30-54

diberikan sehingga paper ini dapat Sutyoso, B. 2006. Penyelesaian


diterbitkan pada Jurnal Socia FIS Sengketa Bisnis. Yogyakarta:
UNY serta telah melakukan review Citra Media.
sebelumnya. Undang-Undang RI Nomor 23
Tahun 1992 tentang
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan
Adi Nugroho, Susanti. 2009. Undang-Undang RI Nomor 29
Mediasi Sebagai Alternatif Tahun 2004 tentang Praktek
Penyelesaian Sengketa. Kedokteran
Jakarta: Telaga Ilmu Undang-Undang RI Nomor 30
Indonesia Tahun 1999 tentang Arbitrase
Hariyani, S. 2005. Sengketa Medik – dan Alternatif Penyelesaian
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Peselisihan Antara Dokter www.pn. Yogyakarta .go.id, tanggal
dengan Pasien. Jakarta: Diadit akses 17 Maret 2015
Media.
Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di
Pengadilan
Suryono. 2010. Penyelesaian
sengketa dugaan malpraktek
tenaga kesehatan, Pertemuan
IBI Yogyakarta:RS Sardjito.
Sulistiono, Adi. 2008. Eksistensi
dan Penyelesaian Sengketa
HaKI. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.

54

Anda mungkin juga menyukai