Jaringan LTE atau disebut Evolved Packet System (EPS) murni berbasis IP. Baik layanan real-time maupun
datacom dapat dibawa oleh protokol IP. IP address (IPv4 atau IPv6) dialokasikan pada satu mobile handset
dan akan dilepas ketika handset dimatikan.
LTE multiple access berbasis OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) yang dapat
mencapai kecepatan data yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan orde modulasi yang tinggi (64 QAM),
bandwidth yang besar (sampai 20 MHz), dan transmisi MIMO yang digunakan pada arah downlink (sampai
4×4). Secara teori, kecepatan data sampai 170 Mbps pada arah uplink dan dengan MIMO dapat mencapai
300 Mbps pada arah downlink.
Bagian Core Ntework dari LTE yang disebut Evolved Packet Core (EPC) telah dipersiapkan untuk teknologi
lain yang tidak dikembangkan oleh 3GPP seperti WIMAX dan WIFI. Ada yang bersifat trusted dan non
trusted, tergantung perjanjian business antara operator.
Jaringan LTE sederhananya terdiri dari Base Station yang disebut Evolved NodeB (eNB). Berbeda dengan
sistem 3G, pada EPS tidak terdapat controller / RNC, jadi antar eNB secara langsung terkoneksi melalui
interface X2, sedangkan koneksi ke arah core melalui interface S1. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
proses setup time dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk handover. Setup time sangat penting bagi
layanan realtime data seperti online gaming, begitu juga handover pada proses call.
Keuntungan lain adalah protokol MAC yang berperan untuk proses scheduling hanya ada di UE dan base
station (eNB), sedangkan pada UMTS, MAC dan scheduling berada pada RNC. Pada HSDPA MAC sub-
layer ditambahkan di NodeB yang berfungsi sebagai proses scheduling.
Scheduling adalah komponen penting untuk efisiensi radio resource. Transmission Time Interval (TTI) diset
hanya 1 ms. Selama tiap-tiap TTI, eNB scheduler melakukan proses sebagai berikut:
Untuk memperoleh efisiensi spektrum radio yang tinggi, pada arah downlink digunakan OFDMA dan untuk
uplink menggunakan SC-FDMA yang disebut juga DFT (Discrete Fourier Transform) spread OFDMA.
OFDM adalah suatu teknik modulasi dengan membagi satu bandwidth frekuensi pembawa (carrier)
wideband menjadi beberapa subcarrier narrowband. Pada OFDMA, subcarrier ini dapat dishare kepada
banyak user. Solusi ini tentunya akan menghemat spektrum frekuensi lebih efisien namun diperlukan
processor yang lebih cepat dalm proses signallingnya. OFDMA juga memerlukan power amplifier yang
dingan tingkat linearity tinggi, sehingga menambah konsumsi battery. Akibatnya, handset LTE ini menjadi
sangat mahal.
Sama halnya dengan UMTS, Radio Resource Control di LTE digunakan sebagai protokol L3 Control Plane
signaling untuk koneksi antara UE dan eNodeB
RRC state
RRC idle:
- Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel
- Menggunakan DRX untuk memonitor paging message
- Cell reselection di bawah kontrol UE
RRC Connected:
- Transfer data dari/ke UE
- Proses Handover dan Cell Change dikontrol oleh network
- Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel
Signalling Radio Bearer (SRB) digunakan untuk mengirimkan pesan signaling (Control Plane) protokol RRC
(Radio Resource Control) dan NAS (Non Access Stratum). RRC message digunakan untuk signaling antara
UE dan NodeB sedangkan NAS antara UE dan MME.
RRC message digunakan untuk mengenkapsulasi NAS message untuk pengiriman antara UE dan eNodeB.
Protokol S1 kemudian digunakan untuk mengirimkan NAS message antara eNodeB dan MME seperti
ditunjukkan pada gambar protokol berikut:
Ada 3 macam tipe SRB dalam LTE yaitu:
- SRB 2 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic DCCH dan mengenkapsulasi NAS
message.
SRB 1 digunakan juga untuk mengenkapsulasi NAS message jika SRB 2 tidak dikonfigurasi. SRB 2
mempunyai prioritas yang lebih rendah dari SRB 1. SRB 0 menggunakan transparent mode RLC sedangkan
SRB 1 dan 2 menggunakan acknowledge mode RLC.
Pada gambar di atas, LTE menyediakan Tingkatan Pembawa (Bearer Hierarchy) untuk End 2 End Service.
EPS bearer menyediakan konektivitas antara UE dan PDN Gateway. EPS Bearer dibangun ketika UE
register ke network menggunakan Attach Procedure. EPS Bearer digunakan untuk menyediakan
konektivitas yang “always on”
EPS Bearer yang lain dapat dibangun untuk menghubungkan ke PDN Gateway yang lain atau menyediakan
QoS yang berbeda dengan PDN GW yang sama.
Semua data User Plane yang menggunakan EPS Bearer yang sama mempunyai QoS yang sama.
EPS Bearer dibentuk dari E-UTRAN Radio Access Bearer (E-RAB) dan S5/S8 Bearer.
S5 interface adalah konektivitas antara Home Serving Gateway dan Home PDN Gateway (H-SGW >< H-
PGW)
S8 interface adalah konektivitas antara Visited Serving Gateway dan Home PDN Gateway (V-SGW >< H-
PGW)
Berdasarkan Wikipedia arti Cyclic Prefix adalah “prefixing of a symbol with a repetition of the end”.
Cyclic berarti siklus dan Prefix berarti awalan. Sehingga bisa diartikan cyclic prefix adalah menaruh awalan
bit dari sebuah simbol dengan cara mengcopykan bagian akhir dari simbol tersebut ke awalannya. Cyclic
Prefix dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan dari Cyclic Prefix ini adalah untuk mencegah terjadinya Inter Symbol Interference yang terjadi karena
efek multipath fading. Hal yang harus diperhatikan dalam penambahan Cyclic Prefix ini yaitu Panjang Cyclic
Prefix harus lebih panjang dari multipath delay spread. LTE dirancang untuk bekerja dengan delay spread
mencapai 5µs dan untuk kecepatan mobile user hingga 350 km/jam.
Pada gambar di bawah, karena 1 subcarrier mempunyai lebar 15 kHz, maka didapat OFDM symbol time
sebesar 1/15k = 66.67 µs. Sedangkan panjang CP sebesar 4.7 µs.
Panjang Cyclic Prefix
Seperti dijelaskan sebelumnya di Resource di LTE, 1 RB terdiri dari 7 OFDM symbol time. Cyclic Prefix
berada di awal symbol time yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Ada perbedaan panjang Cyclic Prefix antara simbol pertama dan selanjutnya pada konfigurasi Normal CP.
Tujuannya agar waktu yang diperlukan untuk satu slot (Tslot=0.5ms) itu sama dengan 15360Ts (Ts = time
unit di LTE).
Panjang CP pada konfigurasi CP yang berbeda dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel Panjang CP untuk tiap konfigurasi
OFDM merupakan teknik multiplex dengan menggabungkan beberapa frekuensi yang orthogonal/ tidak
saling mempengaruhi. OFDM digunakan sebagai modulasi multicarrier di LTE 4G karena efisiensi
spektrumnya seperti dapat dijelaskan berikut.
Teknologi OFDM berasal dari pengembangan FDM yang dahulu dipakai pada 1G AMPS. FDM memisahkan
beberapa sinyal pembawa (carrier) sehingga terdapat frekuensi guardband untuk meminimalisasi terjadinya
crosstalk.
Pada OFDM, spektrum frekuensi pembawa overlap satu dengan yang lainnya namun frekuensi-frekuensi
tersebut bersifat orthogonal satu dengan yang lain. Gambar berikut menunjukkan perbedaan spektrum
antara FDM dan OFDM.
FDM vs OFDM
Gambar dari diambil dari wirelesstut.com
Pada contoh berikut, 3 buah carrier saling overlap namun tidak menginterference satu dengan yang lain.
Yang harus dicatat adalah hanya puncak (peak) sinyal carrier tersebut yang membawa data, pada titik ini
amplitude frekuensi carrier yang lain bernilai nol. Inilah yang dikatakn orthogonal.
Orthogonal in OFDM
Gambar dari diambil dari wirelesstut.com
OFDM di LTE
Pada LTE 4G, Sinyal pembawa subcarrier mempunyai lebar 15 kHz. Saking sempitnya sehingga efisiensi
yang didapat semakin baik. Hal ini dapat kita lihat dari gambar sinyal pada domain frekuensi dibawah. Pada
domain waktu, sinyal hanyalah berupa gelombang sinusoid (sin (2?t/T)) dimana T adalah periode sinyal
tersebut (T=1/f0).
OFDM di LTE
Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent
Karena tiap subcarrier bersifat orthogonal, maka kita dapat mengirimkan beberapa simbol OFDM ini secara
paralel menggunakan subcarrieryang berbeda-beda, sehingga tidak akan menginterferensi satu dengan
yang lain.
Setelah sinyal OFDM ditransmisikan, maka untuk mendapatkan sinyal tersebut kembali di sisi penerima kita
gunakan rumus pengintegralan sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang dikirimkan.
OFDM Transceiver formula
OFDM Transceiver
Warna biru, pink, dan hitam adalah subcarrier yang berbeda.
Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent
Bila kita lihat dari satu subcarrier saja, maka OFDM simbol ditransmisikan secara serial pada domain waktu
seperti pada gambar berikut:
OFDM symbol
OFDM karena orthogonalitasnya dapat menghindari interferensi antar signal pembawa namun sifat
ORTHOGONAL ini dapat hilang karena:
- Intra OFDM symbol interference: meyebabkan subcarriers dalam 1 OFDM symbol hilang
orthogonalitasnya.
1. Multipath fading
OFDM simbol dipilih lebih panjang dari multipath delay sehingga membantu mereduksi interferensi inter
OFDM symbol interference. Hal ini ditandai dengan adanya guard interval (Tg) antar simbol OFDM. Namun
multipath masih menyebabkan Intra OFDM symbol interference yang hanya dapat ditangani dengan
penggunaan Cyclic Prefix.
2. Time offset
3. Frequency offset
Jika terdapat frekuensi offset antara transmitter dan receiver maka kita tidak akan mendapatkan sinyal
sinusoidal yang sama di sisi receiver ketika diintegralkan kembali. Efeknya tentu ke-orthogonalitasnya akan
hilang.
Frequency offset in OFDM symbol
Ketika kita berbicara kepada seseorang yang sedang berlari, maka si pelari akan mendengar suara kita
dengan frekuensi yang agak berbeda. Begitu juga ketika suatu BTS memancarkan sinyal maka sinyal yang
diterima oleh user mobile akan mengalami pergeseran frekuensi. Pergeseran frekuensi inilah yang
disebut doppler shift, dirumuskan sebagai berikut:
Pergeseran doppler pada suatu user yang bergerak dapat mengakibatkan orthogonalitas dari simbol OFDM
menjadi hilang dikarenakan sinusoidal dalam domain waktu akan terdistorsi. Dari formula diatas dapat kita
cari frekuensi pergeserannya.
v = c = kecepatan cahaya
Bila signal pada arah downlink maka ENB sebagai sumber yang tidak bergerak (vs=0) dan UE sebagai
pengamat yang bergerak (vr=x), sehingga frekuensi pergeseran
LTE UE Category atau Class diperlukan untuk memastikan bahwa base station, atau eNodeB dapat
berkomunikasi dengan UE. Dengan menyampaikan informasi LTE UE Category kepada base station, ENB
mampu menentukan kinerja UE dan berkomunikasi dengan sesuai.
3GPP Release 8 mendefinisikan 5 UE Category/Class yang bergantung kepada maximum data rate dan
kapabilitas MIMO. Pada 3GPP Release 10 ditambahkan lagi 3 UE Category. Gambarannya adalah sebagai
berikut:
UE Category in LTE
Resource Pada LTE 4G
April 26, 2013 Telco 2 comments
Pada sistem GSM, resource-nya adalah Timeslot yang terdiri dari 8 Physical TDMA TS per TRX. Pada
WCDMA, resource yang digunakan adalah power dan code. Sedangkan pada LTE, kita kenal dengan istilah
RB (Resource Block).
Pada domain waktu, LTE mempunyai radio frame berdurasi 10ms, yang terdiri dari 10 subframe (1 ms). 1
Subframe terdiri dari 2 slot (0.5 ms), sedangkan 1 slot terdiri dari 7 simbol OFDM.
1 RB (Resource Block) pada domain waktu terdiri dari 7 OFDM symbol (normal CP)
Pada domain frekuensi, LTE membagi bandwidth transmisi menjadi beberapa subcarrier dengan lebar 15
kHz.
1 RB (Resource Block) pada domain frekuensi terdiri dari 12 subcarrier sehingga 1 RB mempunyai
lebar 180 kHz.
1 RB pada domain frekuensi
Gambar diambil dari LTE/FDD oleh Qualcomm University
Sebuah UE bisa menggunakan beberapa alokasi RB dalam satu TTI (Transmission Time Interval) berdurasi
1ms (pada HSDPA TTI=2ms). Gambar dibawah ini menunjukkan beberapa UE yang menggunakan jumlah
RB yang berbeda-beda.
Timing Advance (TA) sebenarnya sudah kita kenal di GSM untuk menentukan jarak dari BTS ke tiap-tiap
user/MS. Timing Advance menunjukkan besarnya durasi waktu yang diukur untuk sebuah signal terkirim
dari BTS sampai ke MS/UE. Menurut 3GPP TS 05.10, ketika BTS menerima access burst pada kanal RACH
atau PRACH, BTS akan mengukur delay signal tersebut. Delay ini yang disebut Timing Advance.
Nilai maksimum Timing Advance adalah 63, sehingga jika BTS mengukur nilai lebih dari itu maka TA tetap
63. Pengecualian terjadi untuk Feature Extended Cells dimana nilai TA bisa mencapai maksimum 219.
Kalau 63 TA maka
Distance = 1/2 * 63 * 48/13 e-6 s * 3e8 m/s = 34,892 m ~ 35 km
Di LTE juga dikenal yang namanya Timing Advance yang mempunyai konsep mirip dengan GSM. Ketika UE
mengirimkan Random Access Preamble untuk melakukan RRC connection establish, eNodeB akan
melakukan estimasi delay yang diterima. ENodeB akan mengirimkan Random Access response yang berisi
Timing Advance Command agar UE melakukan adjustment waktu transmisinya.
Waktu yang ditempuh dari saat pengiriman Random Access Response hingga eNodeB kembali
mendapatkan response dari UE berdurasi 16 Ts, sedangkan Timing Advance didapat dari setengah waktu
tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Kalau di LTE signalled granulity setiap 16 Ts
Untuk TA=63
= 78.12 * 63 = 4921.56m ~ 5km
Dengan semakin berkembangnya teknologi mengarah ke dunia IP, maka kita perlu mengetahui cara dan
bagaimana suatu IP dialokasikan di jaringan.
Pada dunia telekomunikasi pun Modernisasi dilakukan ke arah IP meninggalkan teknologi TDM/ATM yang
terbilang high cost & maintenance. Pada komunikasi Generasi ke-4 yang terkenal dengan LTE systemnya,
semua element sudah menggunakan IP sebagai identitasnya.
IP atau Internet Protocol adalah Protokol yang digunakan untuk memforward/merouting paket dari satu node
ke node lainnya dengan menggunakan alamat logical.
IP yang digunakan saat ini adalah versi 4 yang masih terbatas alokasinya. Terdiri dari 32 bit, untuk itu
diperlukan proses plan subnetting yang tepat agar kebutuhan IP address terpenuhi. Teknologi IP versi 6
telah dikembangkan namun belum juga diaplikasikan secara luas.
Dalam Tingkatan OSI layer di atas, IP menduduki layer-3 / Network layer. IP berperan sebagai Packet
forwarder/routing dari satu titik (elemen) ke titik lain. Pada jaringan EPS (Evolved Packet System) dari LTE
yang terdiri dari control plane (mengatur signaling) dan user plane, IP terdapat pada setiap elemen seperti
gambar berikut:
Untuk UE mendapatkan alokasi IP dari PDN Gateway untuk User Planenya, dari proses inilah sebuah UE
dapat memiliki IP dan dapat mengakses Internet Mobile/Data. Sedangkan konfigurasi IP EnodeB dan
Serving Gateway tetap diset baik untuk User Plane (UP) maupun Control Plane (CP).
The Internet Protocol (IP) is the principal communications protocol in the Internet protocol suite for
relaying datagrams across network boundaries. This function of ROUTING enablesinternetworking, and
essentially establishes the Internet.
IP mengirimkan data dengan cara connectionless/unrealiable, artinya tidak ada jaminan data sampai atau
tidak. Untuk proses jaminan dilakukan oleh layer di atasnya.
IPV4
- Ke-32 bit IP ini dibagi dua menjadi Network ID dan Host ID.
Angka bagian pertama = 10 (desimal) = 0*27 + 0*26 + 0*25 + 0*24 + 1*23 + 0*22 + 1*21 + 0*20
KLASIFIKASI IPV4
Class A:
0xxxxxxx xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Class B:
10xxxxxx.xxxxxxxx xxxxxxxx.xxxxxxxx
Class C:
110xxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx xxxxxxxx
Dari data di atas, jumlah jaringan yang dibentuk oleh Class A lebih sedikit, namun mempunyai jumlah Host
yang besar. Untuk itu jika kita ingin mendesain sebuah LAN/VLAN, planning yang tepat sangat dibutuhkan
untuk menentukan kelas apa yang akan kita gunakan, agar alokasi IP yang ada dapat ter-utilize dengan
baik.
IP NETMASK
NETMASK digunakan untuk memisahkan antara Network ID dan Host ID. Seperti kita sering lihat di
komputer : 255.255.255.0. Ini adalah Netmask. Untuk membedakannya:
Contoh:
11111111 00000000 00000000 00000000 (biner) = 255.0.0.0 (desimal)
Broadcast Address berfungsi memberi info ke jaringan mengenai existing service yang ada dan untuk
mencari informasi di jaringan tersebut.
Pada gambar di atas, ada 4 buah komputer (HOST) yang mempunyai address dari 192.168.1.1 hingga
192.168.1.4. Keempat HOST ini memiliki NETWORK ADDRESS 192.168.1.0. Lalu berapakah
BROADCAST ADDRESS-nya?
Bila NET MASK yang digunakan adalah /25 atau 255.255.255.128 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.127
Bila NET MASK yang digunakan adalah /26 atau 255.255.255.192 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.63
Bila NET MASK yang digunakan adalah /27 atau 255.255.255.224 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.31
dst.. (bersambung)
3. SUBNETTING
Subnetting diperlukan untuk membangun SUB-Jaringan (SUBNET) dari Jaringan yang ada.
Tujuan Subnetting:
Jaringan di bawah ini bisa kita bagi menjadi beberapa sub-jaringan dengan menggunakan router.
- Network ID = 192.168.1.0
- Host ID = 192.168.1.1-254
Karena ada 4 SUBNET maka langkah selanjutnya adalah memecah IP tersebut menjadi 4 bagian.
192.168.1.0 = 11000000.10101000.00000001.00000000
Karena 4 subnet = 22 maka jumlah bit untuk subnet = 2 (warna orange), sedangkan sisa 6 bit (warna ungu)
adalah HOST ID. Lhat mask IP di bawah
- 11000000.10101000.00000001.00000000 = 192.168.1.0
Broadcast ID = 192.168.1.63
Host ID = 192.168.1.1-62
- 11000000.10101000.00000001.01000000 = 192.168.1.64
Broadcast ID = 192.168.1.127
Host ID = 192.168.1.65-126
- 11000000.10101000.00000001.10000000 = 192.168.1.128
Broadcast ID = 192.168.1.191
Host ID = 192.168.1.129-190
- 11000000.10101000.00000001.11000000 = 192.168.1.192
Broadcast ID = 192.168.1.255
Host ID = 192.168.1.193-254
Seperti disebutkan dalam bagian sebelumnya (baik pada sistem 2G, 3G ataupun 4G) yang sudah
memodernisasi jaringannya dari teknologi TDM/ATM ke teknologi IP, maka addressing baik user plane atau
pun control plane dilakukan oleh IP address (layer 3) yang di-assign di masing-masing node.
IP Network Topology
Untuk UE mendapatkan IP address yang dialokasikan oleh GGSN (PGW di LTE). Sedangkan
BTS/NodeB/eNodeB juga mempunyai alokasi IP yang memungkinkan komunikasi antar node.
Pada vendor Huawei, konfigurasi IP address untuk user plane diset di ADD IPPATH sedangkan untuk
signaling menggunakan ADD SCTPLNK, sebuah protokol layer transport SCTP (Stream Control
Transmission Protocol) ini bisa Anda cari sendiri di Google/Wikipedia. Selain itu perlu juga ditambahkan IP
Routing (ADD IPRT) ke arah mana UP/CP akan diteruskan (dari BSC/RNC/eNB ke Core/CX). Untuk
BTS/NodeB sendiri biasanya dikelompokan dalam satusubnet membentuk sebuah VLAN. VLAN ini harus
diidentifikasi oleh CX router.
Kemudahan yang didapat dalam teknologi IP ini adalah kemudahannya dalam implementasi dan
maintenance, sama seperti jaringan komputer TCP/IP.
<class>
<eNodeB>
<attributes>
<eNodeBId>203</eNodeBId>
<Name>BABA_LTE</Name>
<Mcc>510</Mcc>
<Mnc>20</Mnc>
<eNodeBType>2</eNodeBType>
<AutoPowerOffSwitch>1</AutoPowerOffSwitch>
<PowerOffTime>00:00:00</PowerOffTime>
<PowerOnTime>06:00:00</PowerOnTime>
<Longitude>0</Longitude>
<Latitude>0</Latitude>
<MBTSGUID>0</MBTSGUID>
<GCDF>0</GCDF>
</attributes>
</eNodeB>
</class>
<class>
<IPRT>
<attributes>
<CabinetNo>0</CabinetNo>
<SubrackNo>0</SubrackNo>
<SlotNo>7</SlotNo>
<SubboardType>0</SubboardType>
<RouteType>0</RouteType>
<DstIP>10.16.33.0</DstIP>
<Mask>255.255.255.0</Mask>
<NextHopIP>10.168.16.1</NextHopIP>
<RoutePriority>60</RoutePriority>
<Description>IP route to M2000</Description>
</attributes>
</IPRT>
</class>
Alokasi Frekuensi 4G
December 13, 2012 Telco One comment
LTE dikembangkan dalam beberapa pita frekuensi mulai dari 800 MHz sampai 3.5 MHz. Lebar bandwidth
yang digunakan juga fleksibel mulai 1.4 MHz sampai 20 MHz. LTE dikembangkan untuk mendukung TDD
dan FDD, sehingga bisa dibangun dalam domain waktu dan frekuensi. Karena fleksibilitas frekuensi inilah
maka beberapa operator seluler melakukan “refarming frekuensi mereka untuk digunakan untuk sistem LTE.
LTE TDD
Berikut tabel alokasi frekuensi LTE 4G yang distandarkan dan digunakan oleh beberapa negara
1900 1920
33 TDD 2000 20 Tdd
36000 36199
2010 2025
34 TDD 2000 15 Tdd
36200 36349
1850 1910
35 TDD 1900 60 Tdd
36350 36949
1930 1990
36 TDD 1900 60 Tdd
36950 37549
1910 1930
37 TDD PCS 20 Tdd
37550 37749
2570 2620
TDD 2.6
38 50 Tdd Europe
GHz
37750 38249
1880 1920
China TDD
39 40 Tdd
1.9 GHz
38250 38649
3400 3600
TDD 3.4 Canada, Croatia,
42 200 Tdd
GHz France, India, Uruguay
41590 43589
3600 3800
TDD 3.6
43 200 Tdd
GHz
43590 45589
703 803
700 MHz
44 100 Tdd
APAC
45590 46589
14 frekuensi operasi pertama sama dengan yang telah ditentukan dalam UMTS Release 8
sehingga memungkinkan untuk melakukan refarming pada frekuensi tersebut.
Frekuensi operasi 3 dan 8 adalah frekuensi GSM1800 dan GSM900 sehingga dimungkinkan juga
melakukan refarming pada frekuensi tersebut.
Frekuensi operasi 15 dan 16 tidak masuk karena digunakan untuk tujuan lain.
Mayoritas frekuensi uplink berada di bawah frekuensi downlink sehingga membantu penghematan battery
suatu UE/handset dengan radio propagasi yang lebih baik.
Frekuensi operasi 13 dan 14 mempunyai frekuensi uplink lebih tinggi daripada frekuensi downlinknya.
LTE disebut juga E-UTRAN (Evolved Universal Terrestrial Access Network). Keseluruhan sistem LTE
disebut sebagai EPS (Evolved Packet System). Kebutuhan utama dari LTE adalah jaringan akses baru
dengan spektrum yang lebih efisien, kecepatan data tinggi, delay time yang rendah, dan fleksibilitas dari
frekuensinya.
Approx years of initial roll out 2003 / 4 2005 / 6 HSDPA 2008 / 9 Launched at 2009
2007 / 8 HSUPA