Anda di halaman 1dari 33

Prinsip Kerja Sistem 4G LTE

December 13, 2012 Telco One comment

Jaringan LTE atau disebut Evolved Packet System (EPS) murni berbasis IP. Baik layanan real-time maupun
datacom dapat dibawa oleh protokol IP. IP address (IPv4 atau IPv6) dialokasikan pada satu mobile handset
dan akan dilepas ketika handset dimatikan.

LTE multiple access berbasis OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) yang dapat
mencapai kecepatan data yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan orde modulasi yang tinggi (64 QAM),
bandwidth yang besar (sampai 20 MHz), dan transmisi MIMO yang digunakan pada arah downlink (sampai
4×4). Secara teori, kecepatan data sampai 170 Mbps pada arah uplink dan dengan MIMO dapat mencapai
300 Mbps pada arah downlink.

Bagian Core Ntework dari LTE yang disebut Evolved Packet Core (EPC) telah dipersiapkan untuk teknologi
lain yang tidak dikembangkan oleh 3GPP seperti WIMAX dan WIFI. Ada yang bersifat trusted dan non
trusted, tergantung perjanjian business antara operator.

Jaringan LTE sederhananya terdiri dari Base Station yang disebut Evolved NodeB (eNB). Berbeda dengan
sistem 3G, pada EPS tidak terdapat controller / RNC, jadi antar eNB secara langsung terkoneksi melalui
interface X2, sedangkan koneksi ke arah core melalui interface S1. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
proses setup time dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk handover. Setup time sangat penting bagi
layanan realtime data seperti online gaming, begitu juga handover pada proses call.

Elemen Network dan Interface Pada Sistem LTE 4G

Keuntungan lain adalah protokol MAC yang berperan untuk proses scheduling hanya ada di UE dan base
station (eNB), sedangkan pada UMTS, MAC dan scheduling berada pada RNC. Pada HSDPA MAC sub-
layer ditambahkan di NodeB yang berfungsi sebagai proses scheduling.

Scheduling adalah komponen penting untuk efisiensi radio resource. Transmission Time Interval (TTI) diset
hanya 1 ms. Selama tiap-tiap TTI, eNB scheduler melakukan proses sebagai berikut:

- Menganalisa kondisi radio tiap UE.


UE akan mengirimkan laporan keadaan kualitas radio yang diperolehnya sebagai input ke eNB (sebagai
scheduler) untuk menentukan Modulasi dan Coding scheme yang digunakan. Penentuan kualitas radio ini
menggunakan HARQ (Hybrid Automatic Repeat Request) dengan soft combining dan rate adaptation.

- Mengutamakan layanan QoS antar UE.

- Menginformasikan UE mengenai alokasi radio resource.

Untuk memperoleh efisiensi spektrum radio yang tinggi, pada arah downlink digunakan OFDMA dan untuk
uplink menggunakan SC-FDMA yang disebut juga DFT (Discrete Fourier Transform) spread OFDMA.

Multiple Access pada LTE 4G downlink dan uplink

OFDM adalah suatu teknik modulasi dengan membagi satu bandwidth frekuensi pembawa (carrier)
wideband menjadi beberapa subcarrier narrowband. Pada OFDMA, subcarrier ini dapat dishare kepada
banyak user. Solusi ini tentunya akan menghemat spektrum frekuensi lebih efisien namun diperlukan
processor yang lebih cepat dalm proses signallingnya. OFDMA juga memerlukan power amplifier yang
dingan tingkat linearity tinggi, sehingga menambah konsumsi battery. Akibatnya, handset LTE ini menjadi
sangat mahal.

RRC State: Idle and Connected


May 29, 2013 Telco No comments

Sama halnya dengan UMTS, Radio Resource Control di LTE digunakan sebagai protokol L3 Control Plane
signaling untuk koneksi antara UE dan eNodeB

- Broadcast of System Information related to the non-access stratum (NAS);


- Broadcast of System Information related to the access stratum (AS);
- Paging;
- Establishment, maintenance and release of an RRC connection between the UE and E-UTRAN
- Security functions including key management;
- Establishment, configuration, maintenance and release of point to point Radio Bearers;
- Mobility functions
- QoS management functions;
- UE measurement reporting and control of the reporting;
- NAS direct message transfer to/from NAS from/to UE.
RRC pada LTE sendiri memiliki 2 state yaitu RRC idle dan RRC connected. Karakteristiknya digambarkan
sebagai berikut:

RRC state

RRC idle:
- Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel
- Menggunakan DRX untuk memonitor paging message
- Cell reselection di bawah kontrol UE

RRC Connected:
- Transfer data dari/ke UE
- Proses Handover dan Cell Change dikontrol oleh network
- Memperoleh sistem informasi dari Broadcast Control Channel

Signalling Radio Bearer (SRB) pada LTE


May 29, 2013 Telco No comments

Signalling Radio Bearer (SRB) digunakan untuk mengirimkan pesan signaling (Control Plane) protokol RRC
(Radio Resource Control) dan NAS (Non Access Stratum). RRC message digunakan untuk signaling antara
UE dan NodeB sedangkan NAS antara UE dan MME.

RRC message digunakan untuk mengenkapsulasi NAS message untuk pengiriman antara UE dan eNodeB.
Protokol S1 kemudian digunakan untuk mengirimkan NAS message antara eNodeB dan MME seperti
ditunjukkan pada gambar protokol berikut:
Ada 3 macam tipe SRB dalam LTE yaitu:

- SRB 0 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic CCCH

- SRB 1 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic DCCH

- SRB 2 mengirimkan RRC message menggunakan kanal logic DCCH dan mengenkapsulasi NAS
message.

SRB 1 digunakan juga untuk mengenkapsulasi NAS message jika SRB 2 tidak dikonfigurasi. SRB 2
mempunyai prioritas yang lebih rendah dari SRB 1. SRB 0 menggunakan transparent mode RLC sedangkan
SRB 1 dan 2 menggunakan acknowledge mode RLC.

SRB Arah RRC Message RLC Mode


SRB 0 Downlink RRC Connection Setup Transparent
(CCCH) RRC Connection Reject
RRC Connection Re-establishment
RRC Connection Re-establishment reject
Uplink RRC Connection Request
RRC Connection Re-establishment request
SRB 1 Downlink RRC Connection Reconfiguration Acknowledge
(DCCH) RRC Connection Release
Security Mode Command
UE Capability Enquiry
DL Information Transfer (if no SRB 2)
Mobility from EUTRA Command
Handover From EUTRA Preparation
Request
CS Fallback Parameter Response
CDMA2000
Counter check
Uplink RRC Connection Setup Complete
Security Mode Complete
Security Mode Failure
RRC Connection Reconfiguration Complete
RRC Connection Re-establishment
Complete
Measurement Report
UE Capability Information
UL Information Transfer (if no SRB 2)
UL Handover Preparation Transfer
CS Fallback Parameter Request CDMA2000
Counter Check Response
SRB 2 Downlink DL Information Transfer Acknowledge
(DCCH) Uplink UL Information Transfer

Bearer Type di LTE


May 28, 2013 Telco No comments

Pada gambar di atas, LTE menyediakan Tingkatan Pembawa (Bearer Hierarchy) untuk End 2 End Service.

E2E service dibagi menjadi EPS Bearer dan External Bearer

EPS bearer menyediakan konektivitas antara UE dan PDN Gateway. EPS Bearer dibangun ketika UE
register ke network menggunakan Attach Procedure. EPS Bearer digunakan untuk menyediakan
konektivitas yang “always on”

EPS Bearer yang lain dapat dibangun untuk menghubungkan ke PDN Gateway yang lain atau menyediakan
QoS yang berbeda dengan PDN GW yang sama.
Semua data User Plane yang menggunakan EPS Bearer yang sama mempunyai QoS yang sama.

EPS Bearer dibentuk dari E-UTRAN Radio Access Bearer (E-RAB) dan S5/S8 Bearer.

S5 interface adalah konektivitas antara Home Serving Gateway dan Home PDN Gateway (H-SGW >< H-
PGW)

S8 interface adalah konektivitas antara Visited Serving Gateway dan Home PDN Gateway (V-SGW >< H-
PGW)

Cyclic Prefix (CP) di LTE


May 1, 2013 Telco No comments

Berdasarkan Wikipedia arti Cyclic Prefix adalah “prefixing of a symbol with a repetition of the end”.

Cyclic berarti siklus dan Prefix berarti awalan. Sehingga bisa diartikan cyclic prefix adalah menaruh awalan
bit dari sebuah simbol dengan cara mengcopykan bagian akhir dari simbol tersebut ke awalannya. Cyclic
Prefix dapat digambarkan sebagai berikut:

Cyclic Prefix di LTE

Tujuan dari Cyclic Prefix ini adalah untuk mencegah terjadinya Inter Symbol Interference yang terjadi karena
efek multipath fading. Hal yang harus diperhatikan dalam penambahan Cyclic Prefix ini yaitu Panjang Cyclic
Prefix harus lebih panjang dari multipath delay spread. LTE dirancang untuk bekerja dengan delay spread
mencapai 5µs dan untuk kecepatan mobile user hingga 350 km/jam.

Pada gambar di bawah, karena 1 subcarrier mempunyai lebar 15 kHz, maka didapat OFDM symbol time
sebesar 1/15k = 66.67 µs. Sedangkan panjang CP sebesar 4.7 µs.
Panjang Cyclic Prefix

Seperti dijelaskan sebelumnya di Resource di LTE, 1 RB terdiri dari 7 OFDM symbol time. Cyclic Prefix
berada di awal symbol time yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Panjang CP untuk tiap konfigurasi

Ada perbedaan panjang Cyclic Prefix antara simbol pertama dan selanjutnya pada konfigurasi Normal CP.
Tujuannya agar waktu yang diperlukan untuk satu slot (Tslot=0.5ms) itu sama dengan 15360Ts (Ts = time
unit di LTE).

Panjang CP pada konfigurasi CP yang berbeda dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel Panjang CP untuk tiap konfigurasi

Teknik Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) pada


LTE
April 29, 2013 Telco One comment

OFDM merupakan teknik multiplex dengan menggabungkan beberapa frekuensi yang orthogonal/ tidak
saling mempengaruhi. OFDM digunakan sebagai modulasi multicarrier di LTE 4G karena efisiensi
spektrumnya seperti dapat dijelaskan berikut.

Teknologi OFDM berasal dari pengembangan FDM yang dahulu dipakai pada 1G AMPS. FDM memisahkan
beberapa sinyal pembawa (carrier) sehingga terdapat frekuensi guardband untuk meminimalisasi terjadinya
crosstalk.

Pada OFDM, spektrum frekuensi pembawa overlap satu dengan yang lainnya namun frekuensi-frekuensi
tersebut bersifat orthogonal satu dengan yang lain. Gambar berikut menunjukkan perbedaan spektrum
antara FDM dan OFDM.

FDM vs OFDM
Gambar dari diambil dari wirelesstut.com
Pada contoh berikut, 3 buah carrier saling overlap namun tidak menginterference satu dengan yang lain.
Yang harus dicatat adalah hanya puncak (peak) sinyal carrier tersebut yang membawa data, pada titik ini
amplitude frekuensi carrier yang lain bernilai nol. Inilah yang dikatakn orthogonal.

Orthogonal in OFDM
Gambar dari diambil dari wirelesstut.com

OFDM di LTE

Pada LTE 4G, Sinyal pembawa subcarrier mempunyai lebar 15 kHz. Saking sempitnya sehingga efisiensi
yang didapat semakin baik. Hal ini dapat kita lihat dari gambar sinyal pada domain frekuensi dibawah. Pada
domain waktu, sinyal hanyalah berupa gelombang sinusoid (sin (2?t/T)) dimana T adalah periode sinyal
tersebut (T=1/f0).

OFDM di LTE
Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent

Karena tiap subcarrier bersifat orthogonal, maka kita dapat mengirimkan beberapa simbol OFDM ini secara
paralel menggunakan subcarrieryang berbeda-beda, sehingga tidak akan menginterferensi satu dengan
yang lain.

Setelah sinyal OFDM ditransmisikan, maka untuk mendapatkan sinyal tersebut kembali di sisi penerima kita
gunakan rumus pengintegralan sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang dikirimkan.
OFDM Transceiver formula

OFDM Transceiver
Warna biru, pink, dan hitam adalah subcarrier yang berbeda.
Gambar diambil dari LTE Basics OFDM fundamental – Alcatel Lucent

Bila kita lihat dari satu subcarrier saja, maka OFDM simbol ditransmisikan secara serial pada domain waktu
seperti pada gambar berikut:

OFDM symbol

OFDM karena orthogonalitasnya dapat menghindari interferensi antar signal pembawa namun sifat
ORTHOGONAL ini dapat hilang karena:

- Intra OFDM symbol interference: meyebabkan subcarriers dalam 1 OFDM symbol hilang
orthogonalitasnya.

- Intra OFDM symbol interference: meyebabkan interferensi antar OFDM symbol.


Untuk itu kita harus mempunyai grafik sinusoidal yang bersih agar mendapatkan orthogonalitas. Untuk itu
perlu dihindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya yaitu:

1. Multipath fading

OFDM simbol dipilih lebih panjang dari multipath delay sehingga membantu mereduksi interferensi inter
OFDM symbol interference. Hal ini ditandai dengan adanya guard interval (Tg) antar simbol OFDM. Namun
multipath masih menyebabkan Intra OFDM symbol interference yang hanya dapat ditangani dengan
penggunaan Cyclic Prefix.

OFDM symbol with guard interval and cyclic prefix

2. Time offset
3. Frequency offset

Jika terdapat frekuensi offset antara transmitter dan receiver maka kita tidak akan mendapatkan sinyal
sinusoidal yang sama di sisi receiver ketika diintegralkan kembali. Efeknya tentu ke-orthogonalitasnya akan
hilang.
Frequency offset in OFDM symbol

4. High Doppler Shift

Ketika kita berbicara kepada seseorang yang sedang berlari, maka si pelari akan mendengar suara kita
dengan frekuensi yang agak berbeda. Begitu juga ketika suatu BTS memancarkan sinyal maka sinyal yang
diterima oleh user mobile akan mengalami pergeseran frekuensi. Pergeseran frekuensi inilah yang
disebut doppler shift, dirumuskan sebagai berikut:

Pergeseran doppler pada suatu user yang bergerak dapat mengakibatkan orthogonalitas dari simbol OFDM
menjadi hilang dikarenakan sinusoidal dalam domain waktu akan terdistorsi. Dari formula diatas dapat kita
cari frekuensi pergeserannya.

v = c = kecepatan cahaya

Bila signal pada arah downlink maka ENB sebagai sumber yang tidak bergerak (vs=0) dan UE sebagai
pengamat yang bergerak (vr=x), sehingga frekuensi pergeseran

; +x bila UE mendekati ENB, dan –x bila UE menjauhi ENB

Secara umum, OFDM Transceiver dapat digambarkan sebagai berikut:


OFDM Transceiver

User Equipment (UE) Category pada LTE


LTE menggunakan category/class dari suatu User Equipment (UE) untuk menentukan spesifikasi
kinerjanya.

LTE UE Category atau Class diperlukan untuk memastikan bahwa base station, atau eNodeB dapat
berkomunikasi dengan UE. Dengan menyampaikan informasi LTE UE Category kepada base station, ENB
mampu menentukan kinerja UE dan berkomunikasi dengan sesuai.

3GPP Release 8 mendefinisikan 5 UE Category/Class yang bergantung kepada maximum data rate dan
kapabilitas MIMO. Pada 3GPP Release 10 ditambahkan lagi 3 UE Category. Gambarannya adalah sebagai
berikut:

UE Category in LTE
Resource Pada LTE 4G
April 26, 2013 Telco 2 comments

Pada sistem GSM, resource-nya adalah Timeslot yang terdiri dari 8 Physical TDMA TS per TRX. Pada
WCDMA, resource yang digunakan adalah power dan code. Sedangkan pada LTE, kita kenal dengan istilah
RB (Resource Block).

Apa itu RB? Mari kita ikuti penjelasan berikut:

LTE dibagi menjadi domain waktu dan domain frekuensi.

Pada domain waktu, LTE mempunyai radio frame berdurasi 10ms, yang terdiri dari 10 subframe (1 ms). 1
Subframe terdiri dari 2 slot (0.5 ms), sedangkan 1 slot terdiri dari 7 simbol OFDM.

1 RB (Resource Block) pada domain waktu terdiri dari 7 OFDM symbol (normal CP)

1 RB pada domain waktu


Gambar diambil dari LTE/FDD oleh Qualcomm University

Pada domain frekuensi, LTE membagi bandwidth transmisi menjadi beberapa subcarrier dengan lebar 15
kHz.

1 RB (Resource Block) pada domain frekuensi terdiri dari 12 subcarrier sehingga 1 RB mempunyai
lebar 180 kHz.
1 RB pada domain frekuensi
Gambar diambil dari LTE/FDD oleh Qualcomm University

Berikut adalah tabel jumlah RB untuk tiap-tiap bandwidth.

Bandwidth Transmisi (MHz) 1.4 3 5 10 15 20


Jumlah RB 6 15 25 50 75 100
Banyak subcarrier (termasuk DC 73 181 301 601 901 1201
subcarrier)
FFT size 128 256 512 1024 1536 2048
Sampling rate (MHz) 1.92 3.84 7.68 15.36 23.04 30.72

Sebuah UE bisa menggunakan beberapa alokasi RB dalam satu TTI (Transmission Time Interval) berdurasi
1ms (pada HSDPA TTI=2ms). Gambar dibawah ini menunjukkan beberapa UE yang menggunakan jumlah
RB yang berbeda-beda.

Penggunaan RB pada tiap user


Gambar diambil dari LTETechnology and LTE test oleh Rohde & Scwarz

Timing Advance di LTE


April 9, 2013 Telco No comments
Timing Advance

Timing Advance (TA) sebenarnya sudah kita kenal di GSM untuk menentukan jarak dari BTS ke tiap-tiap
user/MS. Timing Advance menunjukkan besarnya durasi waktu yang diukur untuk sebuah signal terkirim
dari BTS sampai ke MS/UE. Menurut 3GPP TS 05.10, ketika BTS menerima access burst pada kanal RACH
atau PRACH, BTS akan mengukur delay signal tersebut. Delay ini yang disebut Timing Advance.

Nilai maksimum Timing Advance adalah 63, sehingga jika BTS mengukur nilai lebih dari itu maka TA tetap
63. Pengecualian terjadi untuk Feature Extended Cells dimana nilai TA bisa mencapai maksimum 219.

Timing Advance GSM vs LTE

Perhitungan Timing Advance di GSM adalah sebagai berikut:

Di GSM 1 Granularity period menghasilkan distance = 553m


Didapat dari:
Distance = 1/2 * TA * bit-period * lightspeed =
1 TS=(15/26)ms = 577 us dan terdiri dari 156.25 bits (GSMK modulation rate = 1625/6 kbps = 270.833 kbps)
sehingga bit period = 3.69e-7 s
Untuk TA=1
Distance = 1/2 * 1 * 48/13 e-6 s * 3e8 m/s = 553.85 m

Kalau 63 TA maka
Distance = 1/2 * 63 * 48/13 e-6 s * 3e8 m/s = 34,892 m ~ 35 km

Timing Advance di LTE

Di LTE juga dikenal yang namanya Timing Advance yang mempunyai konsep mirip dengan GSM. Ketika UE
mengirimkan Random Access Preamble untuk melakukan RRC connection establish, eNodeB akan
melakukan estimasi delay yang diterima. ENodeB akan mengirimkan Random Access response yang berisi
Timing Advance Command agar UE melakukan adjustment waktu transmisinya.

Waktu yang ditempuh dari saat pengiriman Random Access Response hingga eNodeB kembali
mendapatkan response dari UE berdurasi 16 Ts, sedangkan Timing Advance didapat dari setengah waktu
tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Kalau di LTE signalled granulity setiap 16 Ts

Nah menurut 3GPP time unit Ts adalah:


Ts = 1/(2048×15000) s = 1/30,720,000 s = 0.03255e-6
Dimana 15000 = BW subcarrier, 2048 = FFT size
Untuk TA=1
Distance = 1/2 * TA * 16Ts * lightspeed
= 1/2 * 1 * 16 (0.03255e-6) * 3e8
= 78.12m

Untuk TA=63
= 78.12 * 63 = 4921.56m ~ 5km

Teknologi IP di 4G LTE (bagian 1)


March 25, 2013 Telco No comments

Dengan semakin berkembangnya teknologi mengarah ke dunia IP, maka kita perlu mengetahui cara dan
bagaimana suatu IP dialokasikan di jaringan.

Pada dunia telekomunikasi pun Modernisasi dilakukan ke arah IP meninggalkan teknologi TDM/ATM yang
terbilang high cost & maintenance. Pada komunikasi Generasi ke-4 yang terkenal dengan LTE systemnya,
semua element sudah menggunakan IP sebagai identitasnya.

IP atau Internet Protocol adalah Protokol yang digunakan untuk memforward/merouting paket dari satu node
ke node lainnya dengan menggunakan alamat logical.

IP yang digunakan saat ini adalah versi 4 yang masih terbatas alokasinya. Terdiri dari 32 bit, untuk itu
diperlukan proses plan subnetting yang tepat agar kebutuhan IP address terpenuhi. Teknologi IP versi 6
telah dikembangkan namun belum juga diaplikasikan secara luas.

1. Pengenalan OSI Layer

Dalam Tingkatan OSI layer di atas, IP menduduki layer-3 / Network layer. IP berperan sebagai Packet
forwarder/routing dari satu titik (elemen) ke titik lain. Pada jaringan EPS (Evolved Packet System) dari LTE
yang terdiri dari control plane (mengatur signaling) dan user plane, IP terdapat pada setiap elemen seperti
gambar berikut:
Untuk UE mendapatkan alokasi IP dari PDN Gateway untuk User Planenya, dari proses inilah sebuah UE
dapat memiliki IP dan dapat mengakses Internet Mobile/Data. Sedangkan konfigurasi IP EnodeB dan
Serving Gateway tetap diset baik untuk User Plane (UP) maupun Control Plane (CP).

Teknologi IP di 4G LTE (bagian 2)


April 3, 2013 Telco No comments

2. Internet Protocol Overview

Pengertian IP dari Wikipedia:

The Internet Protocol (IP) is the principal communications protocol in the Internet protocol suite for
relaying datagrams across network boundaries. This function of ROUTING enablesinternetworking, and
essentially establishes the Internet.

IP mengirimkan data dengan cara connectionless/unrealiable, artinya tidak ada jaminan data sampai atau
tidak. Untuk proses jaminan dilakukan oleh layer di atasnya.

IPV4

Pada Versi 4 seperti dibahas sebelumnya di bagian 1,

- IPV4 terdiri dari 32 bit.

- Ke-32 bit IP ini dibagi dua menjadi Network ID dan Host ID.

- 32 bit dibagi menjadi 4 bagian yang masing2 terdiri dari 8 bit.

- Setiap 8 bit biasanya dikonversi ke desimal dari 0-255

Desimal: xxx.xxx.xxx.xxx (misal: 10.2.3.4)


Bit: xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx (misal: 00001010.00000010.00000011.00000100)

Angka bagian pertama = 10 (desimal) = 0*27 + 0*26 + 0*25 + 0*24 + 1*23 + 0*22 + 1*21 + 0*20

KLASIFIKASI IPV4

Berdasarkan kelasnya, IPV4 dibagi menjadi 3:

Class A:

Network ID (8bit) Host ID (24 bit)

0xxxxxxx xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx

Class B:

Network ID (16 bit) Host ID (16 bit)

10xxxxxx.xxxxxxxx xxxxxxxx.xxxxxxxx

Class C:

Network ID (8bit) Host ID (24 bit)

110xxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx xxxxxxxx

Jumlah Private IP address by International


Class Bit awal Jumlah Host
Jaringan Assigned Number Authority (IANA)
A 1 – 126 126 16 777 214 10.0.0.0 sampai 10.255.255.255
B 128 – 191 16 384 65 534 172.16.0.0 sampai 172.31.255.255
C 192 – 223 2 097 152 254 192.168.0.0 sampai 192.168.255.255

Dari data di atas, jumlah jaringan yang dibentuk oleh Class A lebih sedikit, namun mempunyai jumlah Host
yang besar. Untuk itu jika kita ingin mendesain sebuah LAN/VLAN, planning yang tepat sangat dibutuhkan
untuk menentukan kelas apa yang akan kita gunakan, agar alokasi IP yang ada dapat ter-utilize dengan
baik.

IP NETMASK

NETMASK digunakan untuk memisahkan antara Network ID dan Host ID. Seperti kita sering lihat di
komputer : 255.255.255.0. Ini adalah Netmask. Untuk membedakannya:

- Network ID menggunakan binary 1

- Host ID menggunakan binary 0

Contoh:
11111111 00000000 00000000 00000000 (biner) = 255.0.0.0 (desimal)

11111111 11111111 00000000 00000000 (biner) = 255.255.0.0 (desimal)

11111111 11111111 11111111 00000000 (biner) = 255.255.255.0 (desimal)

Netmask bit Netmask Dec


1111 1111 255
1111 1110 254
1111 1100 252
1111 1000 248
1111 0000 240
1110 0000 224
1100 0000 192
1000 0000 128

BROADCAST ADDRESS & NETWORK ADDRESS

Broadcast Address berfungsi memberi info ke jaringan mengenai existing service yang ada dan untuk
mencari informasi di jaringan tersebut.

Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar berikut:

Broadcast Address dan Network Address

Pada gambar di atas, ada 4 buah komputer (HOST) yang mempunyai address dari 192.168.1.1 hingga
192.168.1.4. Keempat HOST ini memiliki NETWORK ADDRESS 192.168.1.0. Lalu berapakah
BROADCAST ADDRESS-nya?

Jawabannya bisa bermacam-macam tergantung IP yang dialokasikan.


Jika NET MASK yang digunakan adalah /24 atau 255.255.255.0 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.255.

Bila NET MASK yang digunakan adalah /25 atau 255.255.255.128 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.127

Bila NET MASK yang digunakan adalah /26 atau 255.255.255.192 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.63

Bila NET MASK yang digunakan adalah /27 atau 255.255.255.224 maka BROADCAST ADDRESS adalah
192.168.1.31

dst.. (bersambung)

Teknologi IP di 4G LTE (bagian 3)


April 9, 2013 Telco One comment

3. SUBNETTING

Subnetting diperlukan untuk membangun SUB-Jaringan (SUBNET) dari Jaringan yang ada.

Tujuan Subnetting:

- Memadukan teknologi jaringan yang berbeda

- Menghindari limitasi jumlah simpul dalam satu segmen

- Mereduksi traffic yang disebabkan oleh broadcast atau pun collision

Jaringan di bawah ini bisa kita bagi menjadi beberapa sub-jaringan dengan menggunakan router.

Broadcast Address dan Network Address


Dari gambar di atas kita akan membagi IP jaringan 192.168.1.0 menjadi 4 buah subnet.

IP NET 192.168.1.0 mempunyai

- Network ID = 192.168.1.0

- Broadcast ID = 192.168 1.255

- Host ID = 192.168.1.1-254

Karena ada 4 SUBNET maka langkah selanjutnya adalah memecah IP tersebut menjadi 4 bagian.

192.168.1.0 = 11000000.10101000.00000001.00000000

Karena 4 subnet = 22 maka jumlah bit untuk subnet = 2 (warna orange), sedangkan sisa 6 bit (warna ungu)
adalah HOST ID. Lhat mask IP di bawah

Mask IP = 00000000.00000000.00000000.00000000 = 255.255.255.192 = /26

Maka di dapat IP SUBNET-nya sebagai berikut:

- 11000000.10101000.00000001.00000000 = 192.168.1.0
Broadcast ID = 192.168.1.63
Host ID = 192.168.1.1-62

- 11000000.10101000.00000001.01000000 = 192.168.1.64
Broadcast ID = 192.168.1.127
Host ID = 192.168.1.65-126

- 11000000.10101000.00000001.10000000 = 192.168.1.128
Broadcast ID = 192.168.1.191
Host ID = 192.168.1.129-190

- 11000000.10101000.00000001.11000000 = 192.168.1.192
Broadcast ID = 192.168.1.255
Host ID = 192.168.1.193-254

Sehingga topologinya menjadi seperti berikut:


IP Subnetting

Teknologi IP di 4G LTE (bagian 4)


April 9, 2013 Telco No comments

4. Aplikasi IP DI GSM, UMTS, dan LTE

Seperti disebutkan dalam bagian sebelumnya (baik pada sistem 2G, 3G ataupun 4G) yang sudah
memodernisasi jaringannya dari teknologi TDM/ATM ke teknologi IP, maka addressing baik user plane atau
pun control plane dilakukan oleh IP address (layer 3) yang di-assign di masing-masing node.
IP Network Topology

Untuk UE mendapatkan IP address yang dialokasikan oleh GGSN (PGW di LTE). Sedangkan
BTS/NodeB/eNodeB juga mempunyai alokasi IP yang memungkinkan komunikasi antar node.

Pada vendor Huawei, konfigurasi IP address untuk user plane diset di ADD IPPATH sedangkan untuk
signaling menggunakan ADD SCTPLNK, sebuah protokol layer transport SCTP (Stream Control
Transmission Protocol) ini bisa Anda cari sendiri di Google/Wikipedia. Selain itu perlu juga ditambahkan IP
Routing (ADD IPRT) ke arah mana UP/CP akan diteruskan (dari BSC/RNC/eNB ke Core/CX). Untuk
BTS/NodeB sendiri biasanya dikelompokan dalam satusubnet membentuk sebuah VLAN. VLAN ini harus
diidentifikasi oleh CX router.

Kemudahan yang didapat dalam teknologi IP ini adalah kemudahannya dalam implementasi dan
maintenance, sama seperti jaringan komputer TCP/IP.

Berikut adalah contoh konfigurasi untuk MML BSC/RNC ataupun eNodeB.


ADD IPPATH:ANI=0, PATHID=0, IPADDR=”10.4.19.4″, PEERIPADDR=”10.4.1.0″,
VLANFLAG=DISABLE, CARRYFLAG=NULL, PATHT=QoS,
PEERMASK=”255.255.255.0″, TXBW=400000, RXBW=400000, PATHCHK=DISABLED,
ITFT=A, TRMLOADTHINDEX=2;

ADD SCTPLNK:SRN=0, SN=0, SCTPLNKN=0, APP=M3UA, PEERPN=6016,


LOCIP1=”10.2.19.4″, LOCIP2=”10.2.19.132″, PEERIP1=”10.2.6.150″,
PEERIP2=”10.2.7.150″, LOCPN=6016, SWITCHBACKHBNUM=10,
LOGPORTFLAG=NO, MODE=CLIENT, DSCP=48, RTOMIN=150, RTOMAX=3000,
RTOINIT=1000, RTOALPHA=12, RTOBETA=25, HBINTER=1000,
MAXASSOCRETR=4, MAXPATHRETR=2, CHKSUMTX=NO, CHKSUMRX=NO,
CHKSUMTYPE=CRC32, MTU=800, CROSSIPFLAG=UNAVAILABLE,
SWITCHBACKFLAG=YES, BUNDLINGFLAG=NO, VLANFLAG1=DISABLE,
VLANFLAG2=DISABLE, TSACK=200;

ADD IPRT:DSTIP=”10.2.6.0″, DSTMASK=”255.255.255.0″, NEXTHOP=”10.2.19.1″,


SRN=0, SN=24, REMARK=”IPRT-MSS”, PRIORITY=HIGH;

ADD VLANID:SRN=0, SN=24, IPADDR=”10.2.19.1″, VLANID=150;


ADD VLANID:SRN=0, SN=24, IPADDR=”10.2.19.129″, VLANID=151;

<class>
<eNodeB>
<attributes>
<eNodeBId>203</eNodeBId>
<Name>BABA_LTE</Name>
<Mcc>510</Mcc>
<Mnc>20</Mnc>
<eNodeBType>2</eNodeBType>
<AutoPowerOffSwitch>1</AutoPowerOffSwitch>
<PowerOffTime>00:00:00</PowerOffTime>
<PowerOnTime>06:00:00</PowerOnTime>
<Longitude>0</Longitude>
<Latitude>0</Latitude>
<MBTSGUID>0</MBTSGUID>
<GCDF>0</GCDF>
</attributes>
</eNodeB>
</class>
<class>
<IPRT>
<attributes>
<CabinetNo>0</CabinetNo>
<SubrackNo>0</SubrackNo>
<SlotNo>7</SlotNo>
<SubboardType>0</SubboardType>
<RouteType>0</RouteType>
<DstIP>10.16.33.0</DstIP>
<Mask>255.255.255.0</Mask>
<NextHopIP>10.168.16.1</NextHopIP>
<RoutePriority>60</RoutePriority>
<Description>IP route to M2000</Description>
</attributes>
</IPRT>
</class>

Alokasi Frekuensi 4G
December 13, 2012 Telco One comment

LTE dikembangkan dalam beberapa pita frekuensi mulai dari 800 MHz sampai 3.5 MHz. Lebar bandwidth
yang digunakan juga fleksibel mulai 1.4 MHz sampai 20 MHz. LTE dikembangkan untuk mendukung TDD
dan FDD, sehingga bisa dibangun dalam domain waktu dan frekuensi. Karena fleksibilitas frekuensi inilah
maka beberapa operator seluler melakukan “refarming frekuensi mereka untuk digunakan untuk sistem LTE.

LTE FDD vs TDD


Seperti halnya UMTS TDD dan FDD, LTE pun dibagi menjadi dua, LTE FDD dan LTE TDD (atau disebut
Time-Division LTE / TD-LTE). Perbedaan LTE FDD dan TDD hanya pada bagaimana kedua teknologi
tersebut memanfaatkan spektrum frekuensinya, dimana pada LTE FDD spektrum terdiri dari dua bagian
yaitu downlink dan uplink, sedangkan pada LTE TDD, uplink dan downlink bekerja dalam frekuensi yang
sama.
LTE FDD

Alokasi Frekuensi LTE FDD

LTE TDD

Alokasi Frekuensi LTE TDD

Berikut tabel alokasi frekuensi LTE 4G yang distandarkan dan digunakan oleh beberapa negara

Band Downlink Duplex


Band Nama Uplink (MHz)
width (MHz) spacing Negara
(MHz) Low High Low High (MHz)

Earfcn Earfcn Earfcn Earfcn

IMT 2.1 2110 2170 1920 1980 Asia, Europe, Israel,


1 60 190
GHz Japan
0 599 18000 18599

1930 1990 1850 1910 Canada, Latin America,


2 PCS 1900 60 80
US
600 1199 18600 19199

1805 1880 1710 1785 Finland, Germany,


Australia, Hong Kong,
Japan, Poland,
3 DCS 1800 75 95
Singapore, South
1200 1949 19200 19949
Korea, Eastern Europe,
Indonesia

2110 2155 1710 1755


Canada, Latin America,
4 AWS 45 400
US
1950 2399 19950 20399

869 894 824 849 Israel, Latin America,


5 850 MHz 25 45
South Korea, Europe
2400 2649 20400 20649

875 885 830 840 Note: Band 6 is not


6 UTRA only 10 45 applicable to LTE
2650 2749 20650 20749 anymore

2620 2690 2500 2570 Canada, Europe,


Switzerland, Latin
America, Singapore,
7 2.6 GHz 70 120
South-Korea, Hong
2750 3449 20750 21449
Kong, Brazil, Malaysia,
South Africa

925 960 880 915


8 900 MHz 35 45 Europe, Latin America
3450 3799 21450 21799

1844.9 1879.9 1749.9 1784.9


9 1700 MHz 35 95
3800 4149 21800 22149
2110 2170 1710 1770
Extended Ecuador, Peru,
10 60 400
AWS Uruguay
4150 4749 22150 22749

1.5 GHz 1475.9 1495.9 1427.9 1447.9


11 20 48 Japan
Lower
4750 4949 22750 22949

700 MHz 729 746 699 716 USA, Canada,


12 Lower, 17 30 Kazakhstan, New
A+B+C 5010 5179 23010 23179 Zealand, Taiwan

746 756 777 787 USA, Canada,


700 MHz
13 10 -31 Kazakhstan, New
Upper
5180 5279 23180 23279 Zealand, Taiwan

758 768 788 798


Public
14 10 -30 USA
Safety
5280 5379 23280 23379

700 MHz 734 746 704 716


17 Lower, 12 30 USA
B+C 5730 5849 23730 23849

Japan 800 860 875 815 830


18 MHz 15 45 Japan
lower 5850 5999 23850 23999

Japan 800 875 890 830 845


19 MHz 15 45 Japan
upper 6000 6149 24000 24149

791 821 832 862


800 MHz
20 30 -41 Europe
EDD
6150 6449 24150 24449

1495.9 1510.9 1447.9 1462.9


1.5 GHz
21 15 48 Japan
Upper
6450 6599 24450 24599

3510 3590 3410 3490


France, Norway, UK,
22 3.5 Ghz 80 100
Switzerland, Poland
6600 7399 24600 25399

23 2 GHz S- 20 2180 2200 2000 2020 180 USA


Band 7500 7699 25500 25699

1525 1559 1626.5 1660.5


24 L Band 34 -101.5 USA
7700 8039 25700 26039

1930 1995 1850 1915


PCS 1900
25 65 80
+ G Block
8040 8689 26040 26689

859 894 814 849


800 MHz
26 35 45
iDEN
8690 9039 26690 27039

852 869 807 824


850 MHz
27 17 45
lower
9040 9209 27040 27209

758 803 703 748


700 MHz
28 45 55
APAC
9210 9659 27210 27659

1900 1920
33 TDD 2000 20 Tdd
36000 36199

2010 2025
34 TDD 2000 15 Tdd
36200 36349

1850 1910
35 TDD 1900 60 Tdd
36350 36949

1930 1990
36 TDD 1900 60 Tdd
36950 37549

1910 1930
37 TDD PCS 20 Tdd
37550 37749

2570 2620
TDD 2.6
38 50 Tdd Europe
GHz
37750 38249
1880 1920
China TDD
39 40 Tdd
1.9 GHz
38250 38649

China TDD 2300 2400 Australia, India,


40 100 Tdd
2.3 GHz Malaysia, Russia
38650 39649

2496 2690 USA, China, Canada,


TDD 2.5 Japan, Poland, Brazil,
41 194 Tdd
GHz Mexico, Switzerland,
39650 41589
Saudi Arabia, Nigeria

3400 3600
TDD 3.4 Canada, Croatia,
42 200 Tdd
GHz France, India, Uruguay
41590 43589

3600 3800
TDD 3.6
43 200 Tdd
GHz
43590 45589

703 803
700 MHz
44 100 Tdd
APAC
45590 46589

 14 frekuensi operasi pertama sama dengan yang telah ditentukan dalam UMTS Release 8
sehingga memungkinkan untuk melakukan refarming pada frekuensi tersebut.

 Frekuensi operasi 3 dan 8 adalah frekuensi GSM1800 dan GSM900 sehingga dimungkinkan juga
melakukan refarming pada frekuensi tersebut.

 Frekuensi operasi 15 dan 16 tidak masuk karena digunakan untuk tujuan lain.

 Mayoritas frekuensi uplink berada di bawah frekuensi downlink sehingga membantu penghematan battery
suatu UE/handset dengan radio propagasi yang lebih baik.

 Frekuensi operasi 13 dan 14 mempunyai frekuensi uplink lebih tinggi daripada frekuensi downlinknya.

LTE Sebagai Sistem Komunikasi Generasi Ke-4 (4G)


December 13, 2012 Telco One comment
Topologi LTE dibandingkan dengan UMTS dan GSM

LTE disebut juga E-UTRAN (Evolved Universal Terrestrial Access Network). Keseluruhan sistem LTE
disebut sebagai EPS (Evolved Packet System). Kebutuhan utama dari LTE adalah jaringan akses baru
dengan spektrum yang lebih efisien, kecepatan data tinggi, delay time yang rendah, dan fleksibilitas dari
frekuensinya.

Topologi Jaringan LTE 4G


Berikut topologi Sistem LTE dibandingkan sistem generasi sebelumnya.

Topologi LTE dibandingkan dengan UMTS dan GSM

Perbedaan Sistem 4G dengan generasi sebelumnya

Perbedaan Sistem LTE dengan generasi sebelumnya:


WCDMA HSPA HSPA+ LTE
(UMTS) HSDPA / HSUPA
Max downlink speed 384 k 14 M 42 M 300 M
bps

Max uplink speed 128 k 5.7 M 11 M 75 M


bps

Latency 150 ms 100 ms 50ms (max) ~5 ms


round trip time
approx

3GPP releases Rel 99/4 Rel 5 / 6 Rel 7 Rel 8 – …

Approx years of initial roll out 2003 / 4 2005 / 6 HSDPA 2008 / 9 Launched at 2009
2007 / 8 HSUPA

Access methodology CDMA CDMA CDMA OFDMA / SC-FDMA

Anda mungkin juga menyukai