KERJA
Kelompok 3
Nama Kelompok :
1. Widya Fitriani (0514040097)
2. Efrilda Furnariandika (0514040106)
3. Yekti Arum N (0514040116)
4. Aditiya Pradana (0514040122)
Tahun 2016/2017
0.6 PENGUKURAN KINERJA SDM DAN KEPUASAN
KERJA
2. Checklist
Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar
unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilai
memeriksa apakah pegawai sudah memenuhi atau melakukannya. Standar-
standar unjuk kerja misalnya pegawai hadir dan pulang tepat waktu,
pegawai bersedia untuk lembur, pegawai patuh pada atasan, dan lain-lain.
Penilaian pada umumnya dilakukan secara subjektif.
3. Essay Evaluation
Prosedur yang dilakukan metode ini adalah berupa penugasan atau
meminta penilai untuk menyusun suatu karya tulis (essay) yang isinya bisa
menggambarkan tentang kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan
setiap personil yang dibawahinya. Biasanya uraian tulisan dikelompokkan
di bawah topik atau judul tertentu seperti :
a. Prakasa atau inisiatif.
b. Kerja sama.
c. Pengetahuan jabatan.
d. Hasil kerja dan sebagainya.
a) Istimewa
b) Di atas rata-rata
c) Rata-rata
d) Di bawah rata-rata
e) Buruk
2. Critical Incident
Metode penilaian pegawai ini melibatkan para atasan yang harus
mencatat semua kejadian-kejadian kritis yang dinilai penting (critical
incident) dari perilaku pegawai yang biasa maupun yang luar biasa
berdasarkan tampilan kejadian sehari-harinya. Misalkan saja untuk
tingkatan manajer maka kriteria-kriteria yang dapat dipakai antara lain
adalah :
a. Kemampuan merencanakan.
b. Pengambilan keputusan.
c. Kesediaan mendelegasikan wewenang.
d. Pembuatan laporan.
e. Hubungan interpersonal dan sebagainya.
Untuk peningkatan para staf atau pelaksana, jenis-jenis kriteria yang dapat
dipakai adalah dapat berupa :
a) Tanggung jawab.
b) Prakarsa atau inisiatif.
c) Kerja sama dengan rekan sekerja.
d) Disiplin dan sebagainya
3. Group Appraisal
Prosedur ini melibatkan seorang supervisor bersama dua atau tiga
empat orang supervisor yang lainnya dalam proses evaluasi. Tujuan
adanya tambahan supervisor dalam proses evaluasi ini agar mereka yang
begitu mengerti tentang batasan mengenai work proficicncy (kesuksesan
kerja) karyawan bisa memberikan sumbangan pemikiran.
4. Performance Appraisal
Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses di
mana organisasi – organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan – keputusan
departemen personalia dan memberikan feedback kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka.
Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi
kerja karyawan di masa lalu dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di
masa depan. Proses penilaian ini akan sia – sia apabila para karyawan
tidak menerima feedback mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa adanya
pemberian feedback kepada para karyawan, perilaku karyawan tidak akan
dapat diperbaiki.
Performance appraisal juga menyediakan feedback tentang
efektivitas fungsi manajemen personalia. Proses penilaian ini berfungsi
sebagaiquality control. Terlalu banyak karyawan yang berprestasi buruk
mencerminkan adanya kesalahan pada satu atau beberapa fungsi
manajemen personalia. Manajemen personalia perlu memonitor hasil –
hasil penilaian tersebut, karena hasil tersebut dapat menjadi barometer
fungsi manajemen personalia secara keseluruhan.
Skala JIG ini dibuat dibentuk seperti JDI, kecuali pada JIG ini
terdiri dari beberapa adjektif dan frase tentang pekerjaan secara general
daripada secara aspek-aspek spesifik dari pekerjaan. Skala lain yang juga
banyak dipergunakan adalah Job Descriptive Index (JDI) yang
dikembangan pada akhir tahun 1960an oleh Patricia Cain Smith dan
kolega-koleganya di Universitas Cornell. Skala JDI dinamai dengan tepat,
karena skala tersebut membuat reponden mendeskripsikan pekerjaan
mereka. Perbedaannya dengan face scale, pengguna JDI bisa mendapatkan
skor untuk berbagai aspek yang berbeda dari pekerjaan dan lingkungan
kerja mereka. Keuntungan utama dari JDI adalah banyak data yang
menyuport construct validitynya. Terlebih lagi, bila seorang peneliti atau
konsultan ingin menggunakan JDI untuk mengukur kepuasan kerja dari
sekelompok pekerja maka ia akan dapat membandingkan skor-skor
sekelompok pekerja ini dengan seorang sampel normatif dengan pekerjaan
yang sama. Tidak banyak kerugian yang dimiliki oleh skala JDI ini.
Namun ada satu masalah yang muncul, yaitu biasanya pada suatu kasus
peneliti hanya berkeinginan untuk mengukur tingkat kepuasan pekerja
secara keseluruhan, dan skala JDI tidak dapat melakukan hal ini. Oleh
karena itulah, sang pengembang JDI ini kemudian membuat sebuah skala
baru yang bernama Job in General (JIG) Scale. Skala JIG ini dibuat
dibentuk seperti JDI, kecuali pada JIG ini terdiri dari beberapa adjektif dan
frase tentang pekerjaan secara general daripada secara aspek-aspek
spesifik dari pekerjaan.
E. PRODUKTIVITAS
1. Pengertian Produktivitas
Produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam
berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang
karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang
atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Untuk mencapai produktivitas yang tinggi suatu perusahaan dalam
proses produksi, selain bahan baku dan tenaga kerja yang harus ada juga
didukung oleh faktor – faktor sebagai berikut :
a) Pendidikan
b) Keterampilan
c) Sikap dan etika kerja
d) Tingkat penghasilan
e) Jaminan sosial
f) Tingkat sosial dan iklim kerja
g) Motivasi
h) Gizi dan kesehatan
i) Hubungan individu
j) Teknologi
k) Produksi.
Dampak buruk :
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan aspek yang sangat penting dalam
perbaikan brkesinambungan. Tanpa adanya komunikasi ,perbaikan
berkesinambungan tidak dapat dilakukan dengan baik. Komunikasi
berguna untuk memberikan informasisebelum, selama, dan sesudah
adanya usaha perbaikan.
b. Memperbaiki masalah yang nyata/ jelas
Permasalahan yang terjadi seringkali tidak jelas,sehingga diperlukan
penelitian untuk mengidentifikasi dan mengatasinya. Oleh karena
itu pendekatan ilmiyah sangat penting dalam TQM.
c. Memandang ke hulu
Memandang ke hulu berarti mencari penyebab suatu masalah,
bukan gejalanya.
d. Mendokumentasi kemajuan dan masalah
Dokumentasi masalah dan kemajuan dilakukan agar apabila di
kemudian hari kitamenjumapai masalah yang sama, maka
pemecahannya dapat dilakukan dengan cepat.
e. Memantau perubahan
Pemantauan secara objektif terhadap kinerja suatu proses setelah
diadakan perubahan perlu dilakukan, karena kadang kala
solusi yang diajukan untuk salah satu masalah belum tentu
memecakan masalah tersebut secara tuntas.
Business Process Reengineering (BPR) adalah analisa dan desain
ulang alur kerja (proses bisnis) baik itu di dalam atau antara
perusahaan untuk mengoptimalkan proses end-to-end dan
mengotomatisasi tugas-tugas yang tidak memiliki nilai tambah (non
value added tasks).
Ford Motor Company dan Mutual Benefit Life (MBL)
membuktikan bahwa setiap hari mereka telah berhasil membawa
peningkatan kinerja proses. Mereka mengembangkan produk dua kali
lebih cepat, memanfaatkan aset delapan kali lebih produktif,
menanggapi pelanggan sepuluh kali lebih cepat. Ford dan MBL telah
merekayasa ulang proses bisnis mereka dan mencapai kepemimpinan
kompetitif sebagai hasilnya. Ford merekayasa ulang proses hutang-
piutangnya, sedangkan MBL merekayasa ulang proses pengolahan
aplikasi untuk asuransi
Sistem manufaktur fleksibel atau FMS (Flexible Manufacturing
System) adalah sistem manufaktur yang dapat bereaksi secara
fleksibel terhadap perubahan-perubahan. Dua macam perubahan sistem
itu dapat berupa perubahan tipe produk yang akan dihasilkan
(machine flexibility), maupun perubahan urutan proses dalam pembuatan
produk tersebut (routing flexibility). Keuntungan dari penggunaan
FMS dalam suatu sistem produksi massal (mass production) adalah
kemampuan fleksibilitasnya yang tinggi baik dalam mengalokasikan
waktu dan usaha, sehingga dapat menaikkan produktifitas dan mutu
produk serta menurunkan biaya produksi.
Kebanyakan sistem FMS terdiri dari 3 bagian, yaitu sebuah sistem
mesin CNC yang ter-automasi, satu grup mesin produksi (material
handling system) dan robot, serta satu set komputer sentral (termasuk
di dalamnya alat-alat elektronik instrumentasi industri/pabrik, alat
pengukuran, dan sensor). Melalui jaringan komputer pabrik yang
mempunyai ciri tersendiri daripada kebanyakan jaringan komputer
perkantoran, semua peralatan dalam FMS ini dapat dikendalikan dan
dapat saling berkomunikasi satu sama lain.
b. Pekerja
2. Pemekaran pekerjaan
Pemekaran pekerjaan merupakan suatu teknik desain pekerjaan dengan
mengadakan perluasan kerja. Perluasan kerja merupakan kebalikan
dari simplikasi pekerjaan. Pekerjaan diperluas sampai pada tingkat
dimana bagian-bagian yang berkaitan erat dan saling mendukung
diselesaikan oleh seorang pegawai atau bagian. Hal ini sangat
mengurangi tingkat kebosanan dan akan meningkatkan kepuasan kerja.
Tingkat kebosanan yang turun dan meningkatkan kepuasan kerja
disebabkan banyaknya variasi pekerjaan bagi pegawai yang akan
menambah arti dan tanggung jawab pekerjaan. Pemekaran pekerjaan
bersifat horizontal, maksudnya pemekaran pekerjaan ditujukan kepada
pekerjaan-pekerjaan yang sederajat yang masih mempunyai kesamaan
fungsi, tugas dan tanggung jawabnya.
3. Pemerkayaan Pekerjaan
Pemerkayaan pekerjaan merupakan penambahan tugas dan tanggung
jawab dari para pegawai. Pemerkayaan pekerjaan dirancang untuk
mengurangi kebosanan yang sering menjadi masalah dalam pekerjaan
yang berulang-ulang. Program ini memberikan lebih banyak otorisasi
untuk melaksanakan pekerjaan dan pengambilan keputusan dan
meningkatkan tanggung jawab. Pemerkayaan pekerjaan bersifat
vertikal, maksudnya pemerkayaan pekerjaan ditujukan kepada
pekerjaan-pekerjaan yang berada di atasnya yang masih mempunyai
fungsi yang bersamaan.
7. PEMBAGIAN WAKTU/JADWAL KERJA
Dalam dunia pekerjaan terdapat macam jenis program yang
menyangkut pembagian jadwal pekerjaan . Program ini memberikan
pembagian jadwal kerja yang fleksibel, yang pertama program Flextime
dan program keterlibatan karyawan.
Contoh :
- Perluasan pekerjaan
- Rotasi pekerjaan
8. BEBAN KERJA
Beban kerja merupakan sejauh mana kapasitas individu pekerja
dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, yang
dapat diindikasikan dari jumlah pekerjaan yang harus dilakukan,
waktu/batasan waktu yang dimiliki oleh pekerja dalam menyelesaikan
tugasnya, serta pandangan subjektif individu tersebut sendiri mengenai
pekerjaan yang diberikan kepadanya.