Big Five
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai Sifat Kepribadian Model Lima Besar
atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Big Five Personality Traits Model.
3. Extraversion (Ekstraversi)
Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu
lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konfilk. Karakteristik
Positif-nya adalah kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik,
hangat dan berhati lembut serta suka membantu. Karakteristik kebalikan dari sifat
Agreeableness adalah mereka yang tidak mudah bersepakat dengan individu lain
karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak ramah.
5. Neuroticism (Neurotisme)
Rotter (1975) menyatakan bahwa internal dan eksternal mewakili dua ujung
kontinum, bukan bukan secara terpisah. Internal cenderung menyatakan bahwa
sebuah peristiwa berada pada control mereka sendiri, sementara eksternal lebih
cenderung menyalahkan factor luar yang mempengaruhi suatu kejadian yang
menimpa mereka. Contoh sederhananya adalah seorang karyawan dalam
memandang karirnya di sebuah perusahaan. Jika ia memiliki internal locus of
control maka dia akan menyatakan kegagalannya meraih suatu jabatan lebih
dikarenakan dirinya sendiri, sementara karyawan yang memiliki eksternal locus of
control akan menyalahkan keadaan seperti kurang beruntung, bos yang kurang adil,
dan seterusnya. Implikasi yang jelas untuk perbedaan antara internal dan eksternal
dalam hal motivasi berprestasi mereka. Lokus internal berkaitan dengan tingkat
lebih tinggi dari N-ach. Karena kendali mereka mencari di luar dirinya, eksternal
cenderung merasa bahwa mereka kurang memiliki kontrol atas nasib mereka.
Orang dengan lokus kontrol eksternal cenderung lebih stres dan rentan terhadap
depresi klinis (Benassi, Sweeney & Dufour, 1988; dikutip dalam Maltby, Hari &
MacAskill, 2007).
2. Analisa jabatan adalah suatu kegiatan untuk mencatat, mempelajari dan menyimpulkan
keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang berhubungan dengan masing-masing JABATAN
secara sistematis dan teratur, yaitu :
a. Apa yang dilakukan pekerja pada jabatan tersebut
b. Apa wewenang dan tanggung jawabnya
c. Mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan
d. Bagaimana cara melakukannya
e. Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaannya . Besarnya upah
dan lamanya jam bekerja
f. Pendidikan, pengalaman dan latihan yang dibutuhkan
g. Keterampilan, sikap dan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut
h. Dan lain-lain
Kuesioner biasanya digunakan dengan cepat dan ekonomis. Analisis jabatan bisa memberikan
kuesioner terstruktur kepada para karyawan, yang mengidentifikasikan tugas-tugas yang mereka
jalankan.
2. Observasi
Kombinasi dari berbagai metode seringkali lebih tepat. Dalam menganalisis pekerjaan-pekerjaan
klerikal dan administratif, analis mungkin menggunakan kuesioner didukung dengan wawancara
dan observasi terbatas. Analis harus menggunakan kombinasi beberapa teknik yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deskripsi/spesifikasi pekerjaan yang akurat.
Metode evaluasi jabatan
1. Metode Non-Kuantitatif
a) Metode Penentuan Peringkat (Ranking Method)
Metode Penentuan Peringkat ini adalah metode yang paling sederhana diantara metode-metode
penilaian jabatan yang lain, yang hanya cocok untuk diterapkan pada perusahaan kecil dengan
jumlah jabatan yang sedikit. Penilaian terhadap jabatan dilakukan oleh suatu Team Penilai yang
khusus dibentuk, yang biasanya terdiri dari orang-orang dalam perusahaan dengan dibantu oleh
konsultan ahli dalam bidang ini.
Dasar yang dipakai dalam menentukan nilai ini adalah hasil Analisa Jabatan (yaitu Uraian Jabatan
dan Spesifikasi Jabatan). Bilamana hasil analisa jabatan ini tidak ada, maka team penilai
menentukan peringkat dari masing-masing jabatan tersebut berdasarkan interprestasi mereka
terhadap kondisi dari masing-masing pekerjaan (tercakup di sini antara lain keadaan tingkat
kesulitan dan volume pekerjaan, besarnya tanggung jawab yang harus dipikul, pengawasan yang
dilakukan/yang diterima, latihan dan pengalaman yang dibutuhkan serta kondisi kerja).
Teknik-Teknik Penentuan Peringkat
Teknik I :
o Team berunding untuk menentukan jabatan tertinggi dan jabatan terendah (sebagai batas atas
dan batas bawah)
o Jabatan-jabatan lain kemudian dinilai dan ditempatkan/ diurutkan diantara dua batas ini.
Teknik II :
o Perbandingan dilakukan secara berpasangan (Paired Comparison).
o Setiap jabatan diperbandingkan sepasang-sepasang dengan semua jabatan lain.
Teknik III :
o Masing-masing anggota team penilai membaut urutan dari semua jabatan, kemudian hasilnya
dirata-ratakan
Teknik IV :
o Menggunakan peta struktur orgarusasi sebagai acuan
o Dalam hal ini urutan jabatan disesuikan dengan hierarki dalam peta struktur organisasi
Metode ini merupakan perbaikan dari Metode Penentuan Peringkat. Di sini team penilai memulai
kegiatannya sebagai berikut:
1. Menetapkan beberapa kelas / tingkatan jabatan
2. Team merumuskan ciri dari masing-masing kelas atau tingkatan jabatan tersebut secara
lengkap.
3. Team memasukkan setiap jabatan yang ada pada kelas yang sesuai dengan cara mencocokkan
ciri kelas / tingkatan dengan interprestasi mereka tentang ciri masing-masing jabatan (seperti
tingkat
kesulitannya, besarnya tanggung jawab, latihan dan pengalaman yang dibutuhkan dan
sebagainya.
2. Metode Kuantitatif
a) Metode Perbandingan Faktor (Factor Comparison Method)
Metode ini sudah digolongkan ke dalam metode kuanitatif, karena sudah berusaha untuk
memberikan nilai kuantitatif pada masing-masing jabatan (bukan hanya peringkat ataupun kelas /
tingkatan).
Langkah-langkah penentuan nilai relative
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan faktor-faktor (dan sub faktornya, kalau ada ) dari setiap
jabatan yang akan di nilai.
3. Inisiatif
4. Pengalaman
2. Usaha
5. Usaha fisik
6. Usaha mental
3. Tanggung Jawab
(T.J) 7. T.J atas pekerja