Anda di halaman 1dari 5

Tugas perilaku bisnis

Ke 2
Nama : ismie zohanan dira p
Nim : 20.012.090

1. Jelaskan bagaimana karakteristik biografis dalam menganalisis atau menilai seseorang dala
m anggota organisasi.
2. Jelaskan bagaimana kemampuan individu dalam menganalisis atau menilai seseorang dala
m anggota
organisasi
3. Jelaskan bagaimana kepribadian dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam anggota
organisasi.
4. Jelaskan Bagaimana pembelajaran/persepsi dalam menganalisis atau menilai seseorang dal
am anggota organisasi?

Jawaban
1. Salah satu faktor yang paling mudah untuk dianalisis atau dinilai seseorang adalah
karakteristik biografisnya. Data pribadi seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan,
maupun masa kerja yang dimiliki seseorang sangat umum dipakai dan mudah
diperoleh untuk kemudian dihubungkannya dengan tingkat produktivitas kerjanya.
- Faktor usia dihubungkan dengan kinerja (job performance) menjadi issu yang
semakin penting.Robbins dalam Ratmawati dan Herachwati (2007), memberikan
beberapa alasan mengapa hubungan ini penting, yaitu pertama, sudah menjadi
kepercayaan yang umum bahwa penurunan produktivitas kerja seseorang terjadi
seiring dengan usianya yang semakin bertambah. Benar atau tidaknya
kepercayaan ini perlu investigasi lebih lanjut. Kedua, adanya realitas bahwa
angkatan kerja semakin tua/menua (workforce is aging). Ketiga, adanya peraturan
perundangan (di Amerika dengan US legislation) yang menyatakan bahwa
pensiun yang bersifat perintah dianggap sebagai melanggar hukum.
Oleh karena itu, para pekerja disana tidak lagi pensiun pada usia 70 tahun.
- faktor yang sering dianalisis adalah jenis kelamin (gender). Faktor ini banyak
menjadi perdebatan sehubungan dengan pertanyaan tentang apakah ada kesamaan
kinerja antara
karyawan wanita dan karyawan pria. Untuk masalah ini seharusnya dilihat bukti-
bukti berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu. Robbins
(2000) memberikan gambaran tentang adanya penelitian yang ditinjau ulang,
dimana hasilnya menyatakan adanya perbedaan yang sangat tipis/sedikit antara
kinerja wanita dibandingkan dengan pria. Berdasarkan studi secara psikologis
dijumpai bahwa wanita lebih mematuhi otoritas, sementara pria lebih agresif dan
lebih besar kemungkinan memiliki ekspektasi.
- faktor status perkawinan. Apakah faktor ini secara individu juga mempengaruhi
efektivitas kerja seseorang? Untuk hal ini Robbins (2000) menyatakan tidak cukup
studi guna menarik kesimpulannya. Meski demikian dijelaskan adanya riset yang
menemukan hasil bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit tingkat absensinya
dibandingkan dengan karyawan yang belum/tidak menikah. Secara logis,
seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai tanggung jawab sehingga
mereka akan lebih mantap dan teratur dalam pekerjaannya.
- Faktor terakhir yang menyangkut masalah produktivitas adalah faktor masa kerja.
Riset/studi terdahulu menyatakan bahwa senioritas, yang diperoleh seseorang dari
pengalaman kerjanya, sangat berhubungan erat dengan tingkat produktivitas.
2. Robbins dalam Ratmawati dan Herachwati (2007), mengartikan kemampuan sebagai
kapasitas yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya.
Kemampuan dalam hal ini dibedakan menjadi kemampuan intelektual dan fisikal.
Kemampuan intelektual diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan guna
mengerjakan aktivitas-aktivitas mental. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa ada
tujuh dimensi yang sering digunakan untuk menyusun kecakapan intelektual yaitu; (1)
number aptitude, (2) verbal comprehensien, (3) perceptual speed, (4) inductive
reasoning, (5) deductive reasoning, (6) spatial visualization, dan (7) memory.
- Daerah pengendalian (Locus of control)
Ada dua daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal.
Kepribadian yang bersifat pengendalian internal adalah kepribadian di mana
seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang terjadi pada
dirinya. Sedangkan sifat kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakinan
seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (diluar
dirinya), seperti nasib dan keberuntungan.
- Paham Otoritarian
Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-
orang yang ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi
memiliki intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam
organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki status dibawahnya, suka curiga
dan menolak perubahan.
- Orientasi Prestasi
- Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk
meramal perilaku orang. Mc Clelland, tentang kebutuhan untuk berprestasi,
menyebutkan bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang
memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu : (1) Mereka secara pribadi
ingin bertanggungjawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan suatu resiko. Resiko
merupakan tantangan yang mengasyikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia
akan merasa puas.
Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukanperilaku organisasi, karenanya orang
lalu mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. Hasil penelitian Edgar H.
Schein yang dikutip dalam kunarto (2001) memperoleh 16 ciri kepribadian yaitu :
(1)pendiam vs ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas, (3) dipengaruhi perasaan vs
emosional mantap, (4) mengalah vs dominan, (5) serius vs suka bersenang-senang, (6)
selalu siap vs selalu berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras hati vs peka,
(9) mempercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus terang vs banyak
muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13) konservatif vs suka eksperimen, (14)
bergantung kelompok mandiri vs mandiri, (15) tak terkendali vs terkendali, (16)
santai vs tegang.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu
dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya.
Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian
kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus
lingkungan.
3. Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami kita dapat memahami perilaku
orang lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola
dengan baik. Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu afektif,
kognitif dan psikomotorik. Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau
perasaan sesorang. Komponon kognitif ini berkaitan dengan proses berfikir yang
menekankan pada rasionalitas dan logika. Komponen psikomotorik merupakan
kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif; sementara yang lainnya bersifat ceria dan
agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya, bisa pendiam,
pasif, ceria,agresif, ambisius, setia atau suka bergaul, kita sedang mengkategorikan
mereka dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya,kepribadian (personality) individu
seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang kita gunakan untuk
mengklasifikasikan orang tersebut.

4. suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan


kesansensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang
persepsi secara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal
yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak
seorang pun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterpretasikan
apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
- Sejumlah faktor bekerja untuk membentuk persepsi dan kadangkala membiaskan
persepsi. Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang
mempersepsikannya, objek atau sasaran yang dipersepsikan, atau konteks dimana
persepsi itu dibuat. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha
menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang
mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan,
pengalaman masa lalu, dan harapan.
- Karakteristik sasaran yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang
dipersepsikan. Orang yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok dari pada
orang yang pendiam. Begitu pula pada individu yang secara ekstrem menarik atau
tidak menarik. Karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi, latar belakang
sasaran dapat mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk
mengelompokkan hal-hal yang berdekatan dan hal-hal yang mirip dalam suatu
tempat.
- Konteks dimana kita melihat suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi
pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya,panas, atau sejumlah faktor-faktor
situasional lainnya.
Teori Atribusi
- Teori atribusi diajukan untuk mengembangkan penjelasan bahwa perbedaan
penilaian kita terhadap individu tergantung pada atribusi yang kita berikan pada
perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori tersebut menunjukan bahwa ketika kita
mengobservasi perilaku seseorang, kita berusaha untuk menentukan apakah
penilaian ini disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Penentuan tersebut
tergantung pada tiga faktor: (1) kekhasan tertentu, (2) kesepakatan bersama, dan
(3) konsistensi.
- Ukuran
- Intensitas. Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus maka akan semakin besar
kemungkinannya untuk dipersepsikan.
- Frekuensi. Semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin
dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang gencar mengiklankan produknya
di berbagai media.
- Kontras. Stimulus yang kontras / menncolok dengan lingkungannya akan semakin
dipersepsikan orang. Seseorang yang tampil “beda” secara fisik akan semakin
dipersepsikan banyak orang.
- Gerakan. Stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan
orang dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya di suatu
ruangan yang hening, semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang bergerak, maka
semua orang di ruangan tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.
- Perubahan/ stimulis yang berubah-ubah akan menarik untuk diparhatikan
dibandingkan dengan stimulus yang tetap. Misalnya lampu yang nyalanya
berkelip-kelip atau memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih menarik
perhatian.
- Baru. Suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang dibanding stimulus
lama. Misalnya buku terbitan baru tentu akan lebih menarik perhatian publik
dibangingkan buku terbitan lama.
- Unik. Semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang
untuk memperhatikannya.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi atau
adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktor tersebut adalah :

- Pemberian Kesan (perceiver)


Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh
karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama bekerja, status,
tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain.

- Sasaran. Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan
dipersepsikanm sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan
hal tersebut. misalnya dari wujud fisik, tinggi, bentuk tubuh, rambut, cara
berpakaian, suara, gerakan, bahasa tubuh maupun sikapnya yang memberikan
berbagai persepsi yang berbeda dari tiap orang yang berbeda.
- Situasi
Lingkungan sangat menentukan individu/kelompok dalam mempersepsikan objek
atau kejadian. Contoh, setiap malam minggu Anda melihat sesorang di sebuah
café. Menurut Anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut
datang ke masjid, menurut Anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun
mungkin saja orang lain tidak menilainya demikian. Proses persepsi dari
gitusudarmo dlam sopiah (2008) :

Anda mungkin juga menyukai