Anda di halaman 1dari 3

1. Variabel karakteristik individu yang perlu dipahami mengapa perlu memahami perilaku individu?

Tiap
individu memiliki perbedaan dalam merespon sesuatu maupun perilaku. Ingat tak ada manusia yang
sama. Maka setiap pimpinan organisasi penting sekali memahami karakteristik setiap individu yang
menjadi anggota organisasinya sehingga dapat lebih mudah memprediksi perilaku mereka. Berbagai
variabel karakteristik yang perlu dipahami antara lain karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian,
pembelajaran/belajar, persepsi, sikap, kepuasan kerja, stres yang selanjutnya akan diuraikan satu-
persatu sebagai berikut.

2. karakteristik biografis atau ciri-ciri biografis

1) Umur

Umur mempunyai hubungan dengan tingkat pegawai masuknya, produktivitas dan kepuasan kerja.
Semakin tua umur semakin kecil untuk keluar dari suatu perusahaan, semakin produktif dan semakin
menikmati kepuasan akan pekerjaan, tetapi usia berbanding terbalik dengan tingkat kemangkiran
walaupun tidak mutlak. Riset terakhir menemukan bahwa umur dan kinerja tidak memiliki hubungan.
Mc Donald yang mengerjakan karyawan yang sudah berumur di atas 55 tahun ternyata kinerja mereka
tidak kalah dengan yang lebih muda.

2) Jenis kelamin Sejauh ini tidak ada bukti yang pasti bahwa laki-laki atau perempuan tampil lebih baik
dalam bekerja. Tidak ada perbedaan yang berarti antara pria dan wanita dalam produktivitas. Biasanya
wanita memiliki tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pria.

3) Status perkawinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegawai yang sudah berkeluarga tingkat
absennya lebih rendah dan juga mengalami pergantian yang rendah serta cenderung lebih puas dari
yang belum berkeluarga. Tidak ada cukup bukti dari hasil riset bahwa terdapat dampak produktivitas.

4) Jumlah tanggungan Nimran (1999) menulis bahwa tidak ada informasi yang cukup tentang jumlah
tanggungan seseorang dengan produktivitasnya. Tetapi, jumlah anak yang dimiliki oleh pekerja
berhubungan erat dengan tingkat absensi dan kepuasan kerja.

5) Masa kerja Ada korelasi yang positif antara senioritas dengan produktivitas kerja dan kepuasan kerja.
Sementara senioritas memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat kemangkiran dan keluar masuknya
pegawai.

3. Kemampuan Kemampuan adalah suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas suatu pekerjaan (Robbins, 2001). Ada dua jenis kemampuan, yaitu: 1) Kemampuan
intelektual yang diperlukan untuk melakukan atau menjalankan kegiatan mental. Robbins (2001)
mencatat 7 (tujuh) dimensi yang membentuk kemampuan intelektual yakni: kecerdasan numerik adalah
kemampuan berhitung dengan a. cepat dan tepat, b. pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami
apa yang dibaca atau didengar, c. kecepatan persepsi yaitu mengenal mengenal dan membedakan
visual dengan cepat dan tepat, d. penalaran induktif adalah mengenal suatu pengertian logistik dalam
satu masalah dan pemecahannya, e. penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan
evaluasi dari suatu argumen, visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan suatu obyek yang akan
muncul dalam ruang diubah, g. ingatan yang berupa kemampuan menahan dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu. Beberapa profesi yang erat dengan kemampuan intelektual di antaranya adalah
akuntan, periset, penyelia penjual.

F. 2) Kemampuan fisik

Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut daya stamina, kecekatan, dan keterampilan.

Jika kemampuan intelektual berperan besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik hanya
menguras kapabilitas fisik. Kinerja pegawai dapat ditingkatkan apabila terdapat hal-hal yang cukup
signifikan antara kemampuan dengan jabatannya. Sebaliknya, jika berada di antara keduanya maka
kinerja akan rendah dan cenderung pegawai tersebut akan gagal. 4. Kepribadian (Ciri-ciri) Kepribadian
adalah cara keseluruhan bagaimana individu bereaksi dan berinterkasi dengan orang lain yang
digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dilihatkan seseorang (Umar Nimran, 1999).
Sementara Robbins (2001) mengatakan itu sebagai total dari cara-cara di mana seseorang/individu
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, yang digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat
diukur dan dapat diperlihatkan. Sedangkan Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003) mendefinisikan
kepribadian sebagai gabungan dari ciri fisik dan mental yang bersifat tetap yang memberi identitas pada
seseorang/individu. Didy Indriani dalam penelitiannya yang berjudul "Hubungan Pola Kepribadian dan
Tentang Kerja Para Manajer BUMN" menyimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa keseluruhan elemen
dari individu tampak dalam perbuatan, tingkah laku, kecenderungan-kecenderungan sikap, dan ciri-ciri
dalam hubungannya dengan lingkungan. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang oleh Robbins dikatakan ada tiga yaitu sebagai berikut. 1) Keturunan kepribadian seseorang
dibentuk karena faktor orang tua seperti: pemalu, penakut, pemurung atau sebaliknya.

2) Lingkungan, bahwa seseorang banyak disumbangkan oleh lingkungannya seperti: budaya, norma-
norma keluarga, teman dan kelompok sosial lainnya. Di India sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai
kerja keras, sederhana, kekerabatan untuk generasi mudanya. Di Bali ada nilai-nilai rendah hati, suka
membantu, ramah kepada orang yang hingga kini tetap menjadi kepibadian sebagian besar generasi
mudanya. 3) Faktor yang lain adalah situasi. Artinya, seseorang banyak yang ditentukan oleh bawahan
lahir, lingkungan yang relatif stabil, akan dapat berubah karena kondisi situasi tertentu yang berubah.

5. Pembelajaran/belajar Pembelajaran/belajar dalam perspektif perilaku ke-organisasian adalah proses


perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena pengalaman atau pelatihan
(Robbins, 2001). Bagaimana melakukan pembelajaran? Ada tiga teori yang disampaikan Robbins untuk
menjelaskan bagaimana orang mendapatkan pola-pola perilaku yaitu sebagai berukut. 1) Pengkondisian
klasik Pengkondisian di mana respons seseorang stimulus tak selalu menghasilkan tanggapan terhadap
tertentu. Model ini diperkenalkan oleh Ivan Pavlov (Psikolog Rusia) dengan percobaan percobaan
dengan stimulus dan bunyi bel, serta responnya berupa air liur. Di sini anjing telah belajar merespons
yaitu dengan berliur terhadap bunyi bel. 2) Pengkondisian operan Bahwa perilaku adalah fungsi dari
akibat itu sendiri. Orang belajar untuk berperilaku dalam rangka mendapat sesuatu yang
diinginkan/menghindari yang tidak diinginkan. 3) Teori pembelajaran sosial Orang dapat belajar melalui
observasi atau pengamatan dan pengalaman langsung. Setiap orang dapat belajar dengan mengamati
apa yang terjadi pada orang lain atau mengalami secara langsung. Banyak yang dipelajari itu diperoleh
dari beberapa model, seperti orang tua, guru, teman sekerja, pelaku di media televisi atau bioskop atau
dari atasan. Ada 4 proses untuk menentukan pengaruh suatu model pada seseorang individu, yang oleh
Robbins (2001) dijelaskan sebagai berikut ini.

Proses Perhatian (atensional process) Orang yang berminat belajar dari suatu model bila model yang
cukup dikenal, cukup menarik perhatiannya, serta apa yang disajikan penting untuknya. B. Proses
tersingkir/ingatan (proses retensi) Pengaruh dari suatu model bergantung kepada seberapa jauh
seseorang mampu mengingat dan memahami model itu terutama setelah model tidak ada. A. C.
Proses reproduksi motor (proses reproduksi motor) Setelah melihat perilaku baru melalui pengamatan
terhadap suatu model, kemudian hasil pengamatan tersebut berubah menjadi perbuatan. Dalam proses
ini individu dapat memperagakan hasil pengamatannya terhadap suatu model d. Proses penguatan
(reinforcement process ) Orang belajar dan perilaku perilakunya jika ada ketidakseimbangan, artinya
model akan lebih diperhatikan bila hal itu lebih sering diterapkan dan diterapkan untuk meningkatkan
(oleh ketidakseimbangan) 6. Persepsi 1) Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses perhatian,
menyeleksi , mengorganisasikan kemudian merangsang lingkung-an (Indriyo Gitosudarmo, 1997).
Robbins (2001) menyatakan persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan
mengawasi kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. Sedangkan menurut Kreitner
dan Kinicki (2003) persepsi adalah interpretasi seseorang terhadap lingkungannya. Kedua pakar ini lebih
tertarik menyebut persepsi itu sebagai persepsi sosial karena fokus utama organisasi.

3) Penghargaan diri, kepribadian yang suka/atau tidak suka terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki
penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri adalah individu yang sangat yakin bahwa kapasitasnya
lebih tinggi dari pekerjaan, suka risiko, senang pekerjaan yang menantang. 4) Pemantauan diri, adalah
ciri kepribadian yang mengukur kemampuan dan perilakunya terhadap situasi. 5) Pengambilan
keputusan, adalah kepribadian yang menakar segala keputusannya dengan risiko. Bagi pengambil risiko
tinggi keputusan lebih cepat dan sedikit membutuhkan informasi, sebaliknya yang terjadi pada
pengambil risiko rendah. 6) Kepribadian tipe A adalah tipikal kepribadian seperti : selalu bergerak,
berjalan, makan dengan cepat, b. tidak sabar dengan kemajuan peristiwa, c. pemikiran bergulat secara
terus-menerus, d. tidak suka waktu senggang, e. terobsesi dengan berapa banyak yang dapat
diperoleh. Sementara kepribadian tipe B sebaliknya dengan apa yang a. diurai di atas. Holland dalam
Haryono (2001) memformulasikan tipe-tipe kepribadian sebagai berikut. 1) Tipe Realistik Mereka yang
berada dalam areal ini adalah cenderung sebagai orang yang memiliki keengganan sosial, agak pemalu,
penyesuaian diri, materialistik, keras, praktis, suka berterus terang, asli, maskulin dan cenderung atletis,
stabil, tidak ingin menonjolkan diri, sangat hemat, kurang berpandangan luas, dan kurang mau terlihat.

Anda mungkin juga menyukai