Anda di halaman 1dari 21

MNC005– PERILAKU KEORGANISASIAN – MODUL-SESI 5

BAB - 5

KEPRIBADIAN DAN NILAI

Disusun oleh:

Dr.H.Gurawan Dayona,SE.MM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN


(STIE INABA)
BANDUNG
2020
BAB 5
KEPRIBADIAN DAN NILAI

5.1. LATAR BELAKANG

Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara


beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri
kepribadian dari orang lain. Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor
yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan
dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada
etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau
genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada. Apabila
seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat
dipastikan akan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan
sebaliknya apabila seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah
maka dapat dipastikan pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya
berada. Hal ini sangat sesuai dengan kata-kata bijak yang mengatakan ”at the
first you make habbit at the last habbit make you”, yang berarti bahwa pada
awalnya kamu membuat suatu kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itulah
yang membentuk dirimu”(zero tohero;26).
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan
dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul
adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam
kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu
memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan
dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang
rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab

1
pada diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap
paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang
surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada
seseorang yang semakin ditempa oleh tantangan dan cobaan menjadi
semakin kuat dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula
seseorang yang semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin
terpurukdanputusasa

5.2..PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan
terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan
psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik
berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :

a. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
instruksi.

b. M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak
kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.

c. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak
dan dapat dilihat oleh seseorang.

2
d. Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakang terhadap perilaku.

Jadi kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang berinteraksi


dengan individu yang lainnya.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi
dalam 9 tipe yaitu

1. Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan
benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.

2. Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai,
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan
membutuhkan.

3. Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang
yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.

4. Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan
diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan
menghindari citra

3
5. Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu
dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta
menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban. Pencemasuhan cara
dimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu yang lain.

6. Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan
persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan
pemberontak.

7. Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta
merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada
dunia, dan terhindar dari derita

8. Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri
sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan
lemah.

9. Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian,
menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.

5.1.2 FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN


Faktor penentu yang membentuk kepribadian diantaranya adalah sebagai
berikut :

4
1. Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Yang dapat dilihat
mulai dari tinngi fisik, bentuk wajah,gender, temperamen, komposisi otot
dan refleks, tinggakat energi dan irama biologis adalah karakteristik pada
umumnya.
Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok
mengenai kepriubadian seseorang adalah struktur molekul dari
gen yang terdapat dalam kromosom.

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan dimana kita tinggal sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan kepribadian pada setiap individu. Pembentukan karakter kita
adalah melalui lingkungan dimana kita tinggal, tumbuh dan dibesarkan,
norma dalam keluarga, teman-teman dan kelompok sosial dan pengaruh-
pengaruh lain yang kita alami.

5.1.3.SIFAT- SIFAT KEPRIBADIAN


Sifat – sifat kepribadian adalah karakteristik yang sering muncul dan
mendeskripsikan perilaku seorang individu.Sfat kepribadian dapat dilihat dari
beberapa cara diantaranya :

Myers – Briggs Type Indicator


Instrument ini berisi 100 pertanyaan mengenai bagaimana individu akan
merasa aatau bertindak tertentu. Berdasarkan jawaban-jawaban dari test
tersebut individu diklasifikasikan sebagai berikut :

5
a) Ekstrovert versus Introvert
b) Sensitive versus Intuitifs
c) Pemikir versus Perasa
d) Memahami versus Menilai
e)
Model lima besar
Dari test ini individu diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Ekstraversi
b) Mudah akur atau mudah sepakat
c) Sifat berhati-hati
d) Stabilitas emosi

5.1.4.MENILAI KEPRIBADIAN
Terdapat 3 cara utama untuk menilai kepribadian seseorang diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Survei mandiri
Survei yang diisi oleh individu adalah cara paling umum yang digunakan untuk
menilai kepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah individu mungkin
berbohong atau mungkin hanya menunjukan kesan yang baik. Individu berbohong
guna mendapatkan hasil test yang baik .

2. Survei peringkat oleh pengamat


Survei ini dikembangkan untuk memberikan suatu penilain bebas mengenai
kepribadian seseorang. Survei ini dapat pula dilakukan oleh rekan kerja.
Survei peringkat terbukti merupakan dasar pertimbangan yang yang lebih baik
atas keberhasilan suatu pekerjaan.

6
3. Ukuran proyeksi (Rorshach Inkbolt Test dan Tematic Apperception Test)

Beberapa contoh ukuran proyeksi adalah Rorshach Inkbolt Test dan Tematic
Apperception Test. Dalam Rorshach Inkbolt Test individu diminta untuk
menyatakan menyerupapi apakah inkbolt yang disediakan. TAT adalah
serangkaian gambar pada kartu. Individu yang diuji diminta untuk menuliskan
kisah dari setiap gambar yang dilihatnya.

5.1.5. SIFAT KEPRIBADIAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


ORGANISASI
Sifat kepribadian yang mempengaruhi perilaku organisasi diantaranya :

1. EVALUASI DIRI
Adalah tingkat dimana Individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai
apakah mereka menyukai dirinya atau tidak menyukai diri mereka dan apakah
mereka menganggap diri mereka sendiri cakap dan efekfif. Perspektif diri ini
merupakan konsep inti dari evaluasi inti diri ( Core Self-Evaluation ).
Evaluasi inti diri seseorang ditentukan oleh dua elemen utama yanitu :

Harga diri tngakat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri dan sampai mana mereka sendiridan sampai dimana
mereka menganggap diri mereka berharga sebagai manusia.
Lokus diri tngkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah
penentu nasib mereka sendiri.

2. MACHIAVELLIANSME
Karakteristik kepribadian machiavelliansme berasal dari nama Nicolo
Machivelli penulis

7
abad 16 yang menulis tentang cara mendapatkan kekuasaan. Individu
dengan sifat ini cenderung pragmatis, mempertahankan jarak emosional
dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. “Jika hal ini berguna
maka manfaatkanlah” inilah prinsip para mach. Mzch yang tinggi
melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh
kemenangan, tidak mudah terbujuk akan tetapi sangat pandai dalam
membujuk dibandingkan dengan individu yang mempunyai tingkat mach.
Yang rendah.

3. NARSISME
Narsisisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan.
Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud
dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narcissus, yang dikutuk
sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia
menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang
sampai sekarang disebut bunga narsis.Sifat narsisisme ada dalam setiap
manusia sejak lahir bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa
dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat
seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam
hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan
yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhent
bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya
bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu
kelainan kepribadian yang bersifat patologis.

4. PEMANTAU DIRI
Pemantau diri merujuk pada kemampuan seorang individu untuk
menyesuaikan perilakunya

8
dengan faktor-faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantau
diri yang tinggi menunjukan kemampuan yang sangat baik dalm
menyesuaikan perilaku mereka dengan faktor situasional eksternal.

5. PENGAMBILAN RESIKO
Individu memiliki keberanian yang berbeda-beda untuk mengammbil
keputusan. Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari risiko telah
terbukti berpengaruh terhadap berapa lama untuk membuat suatu keputusan.

6. KEPRIBADIAN TIPE A DAN KEPRIBADIAN TIPE B


Karakteristik individu tipe A :
a. Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat
b. Merasa tidak sabaran
c. Berusaha keras untuk melakukan dan memikirkan dua hal atau lebih pada
saat bersamaan.
d. Tidak dapat menikmati waktu luang
e. Terobsesi dengan angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal
yang bias mereka peroleh.
Karakteristik individu tipe B
a. Tidak pernah mengalami keterdesakan waktu atau ketidaksabaran
b. Merasa tidak perlu memperhatika ataumendiskusikan pencapaian
maupun prestasi mereka kecuali atas tuntutan situasi.
c. Bersenang – senang dan bersantai daripiada berusaha menunjukan
keunggulan mereka.
d. Bias santai tanpa merasa bersalah.

9
7. KEPRIBADIAN PROAKTIF
Sikap yang cenderung opurtunitis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga
berhasil
mencapai cita-citanya disebut dengan kepribadian proaktif. Mereka
menciptakan perubahan tanpa memperdulikan batasan atau halangan.
Sebagai contoh individu proaktif cenderung menantang status quo atau
menyuarakan ketidaksenangan mereka dalam situasi yang tidak mereka
sukai.

5.2. NILAI

1. PENGERTIAN NILAI
Nilai (value) menunjukkan alas an dasar bahwa “cara pelaksanaan atau
keadaan akhir tertentu lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan
cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.” Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang
menyampaiakn yang baik, benar, atau diinginkan. Nilai memiliki sifat isi dan
intensitas.
Sifat menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari
kehidupan adalah penting. Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal
tersebut. Ketika menggolongkan nilai seorang individu menurut intensitasnya,
kita mendapatkan sistem nilai orang tersebut. (Robbins, 2015)
2.

5.2.1. Pentingnya Nilai

Nilai memberikan pondasi bagi pemahaman penting terhadap penelitian


perilaku organisasional karena menjadi dasar pemahaman sikap dan
motivasi individu, dank arena hal tersebut perpengaruh terhadap kita.
Individu memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk

10
sebelumnya tentang apa yang “seharusnya” dan apa yang “tidak
seharusnya” terjadi.
Secara umum, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya, anda
memasuki sebuah perusahaan dan memiliki pandangan bahwa
pengalokasian berdasarkan prestasi kerja adalah benar, sementara
pengalokasian imbalan berdasarkan senioritas adalah salah.
Nilai terminal (terminal value)adalahhasilakhir yang dinginkan dari
keberadan, sasaran yang ingindicapaiseseorangdalamhidupnya.
Nilai instrumental (instrumental value)adalah modeprilaku yang lebih
disukai, atau alat untuk mencapai nilaiterminal seseorang. (Robbins, 2015)

5.2.2. Nilai-nilai Pada Generasi


Para peneliti telah mengintegrasikan beberapa analisis terbaru dari nilai-
nilai kerja ke dalam kelompok atau generasi berbeda dalam angkatan kerja
AS, seperti yang ditampilkan pada tabel berikut :

Generasi Memasuki Perkiraan Nilai-nilai


Angkatan Umur Sekarang Kerja Dominan
Kerja
Lonjakan bayi 1965-1985 Pertengahan 40- Kesuksesan, pencapaian,
an sampai ambisi, ketidaksukaan akan
pertengahan 60- otoritas, kesetiaan pada
an karier

X 1985-2000 Akhir 20-an Keseimbangan kerja/hidup,


sampai awal 40- orientasi tim, tidak
an menyukai aturan, setia
pada hubungan
Milenium 2000-sekarang Di bawah 30 Percaya diri, kesuksean

11
financial, mengandalkan diri
tetapi berorientasi tim;
kesetiaan pada diri maupun
hubungan

Berdasarkan tabel nilai-nilai kerja dominan pada angkatan kerja di atas,


ternyata klasifikasi ini belum cukup didukung oleh riset yang solid. Tinjauan
terkini menyatakan banyak terjadi generalisasi yang dilebih-lebihkan atau
tidak benar. Satu studi yang menggunakan sebuah desain longitudinal
menemukan bahwa nilai yang ditempatkan pada kesenangan telah
meningkat selama generasi dari generasi lonjakan bayi ke generasi
milenium dan sentralis kerja telah menurun, tetapi ia tidak mendapati
bahwa generasi milenium memiliki nilai kerja yang lebih altruistik seperti
yang diharapkan. Klasifikasi generasional bisa membantu kita memahami
generasi kita sendiri dan generasi lainnya dengan lebih baik, tetapi kita
juga harus mengapresiasi batasan-batasannya.

Mengaitkan Kepribadian dan Nilai-nilai individu di Tempat Kerja


Kecocokan Orang-Pekerjaan
Teori kecocokan kepribadian-pekerjaan (personality-job fit theory)
merupakan teori John Holland yang mengidentifikasi enam tipe kepribadian
dan mengusulkan bahwa kecocokan antara tipe kepribadian dan
lingkungan pekerjaan menentukan kepuasan dan perputaran.
Kecocokan Orang-Organisasi
Teori ini berpendapat bahwa orang-orang tertarik pada dan dipilih oleh
organisasi yang sesuai dengan nilai-nilai mereka, dan mereka
meninggalkan organisasi yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
Beberapa riset membuktikan bahwa kecocokan orang-organisasi lebih
penting dalam memprediksi perputaran pekerja di Negara kolektivistik

12
(India) daripada di Negara yang lebih individualistis (Amerika Serikat).
(Robbins, 2015)

5.2.3. Nilai-nilai Internasional


Terdapat lima nilai dimensi oleh Hofstede dari budaya nasional, antara lain:
Jarak kekuasaan (power distance), merupakan suatu atribut budaya
nasional yang menjelaskan tingkat dimana orang-orang dalam suatu
negara menerima bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi
menyebar tidak merata.
Individualisme versus kolektivisme. Individualisme (individualism),
merupakan suatu atribut budaya nasional yang menjelaskan tingkat
dimana orang-orang lebih memilih untuk bertindak sebagai individu
dibandingkan sebagai anggota dari kelompok. Kolektivisme (collectivism),
merupakan suatu atribut budaya nasional yang menjelaskan sebuah
kerangka social ketat di mana orang-orang mengharapkan yang lain dalam
kelompok yang menjadi bagiannya untuk merawat dan melindungi mereka.
Maskulinitas versus femininitas. Maskulinitas (masculinity),
merupakan tingkat dimana budaya menyukai peran-peran maskulin
tradisional seperti pencapaian, kekuasaan, dan kendali, berlawanan
dengan pandangan pria dan wanita adalah sama. Femininitas berarti
budaya melihat sedikit perbedaan antara peran pria dan wanita serta
memperlakukan wanita sama dengan pria dalam segala hal.
Penghindaran ketidakpastian, menjelaskan bahwa tingkat di mana
orang-orang dalam suatu Negara lebih memilih situasi yang terstruktur atau
tidak terstruktur menentukan penghindaran ketidakpastian mereka.
Orientasi jangka panjang versus jangka pendek. Orang-orang dalam
budaya dengan orientasi jangka panjang melihat masa depan dan
mengurangi kebijaksanaan, persistensi, serta tradisi. Dalam orientasi
jangka pendek, orang-orang menilai di sini dan saat ini mereka lebih siap

13
menerima perubahan dan tidak melihat komitmen sebagai rintangan untuk
berubah.
Dimensi budaya Hofstede telah berpengaruh besar dalam para peneliti
perilaku organisasi dan manajer. Meskipun risetnya telah dikritik, namun
Hofstede telah menjadi salah seorang ilmuwan sosial yang paling banyak
dikutip dan kerangka kerjanya telah meninggalkan jejak abadi dalam
perilaku organsasi. (Robbins, 2015)

5.2.4. Kerangka GLOBE untuk Menilai Budaya


Program riset Kepemimpinan Global dan Efektivitas Perilaku Organisasi
(GLOBE) merupakan suatu investigasi lintas budaya yang berkelanjutan atas
kepemimpinan dan budaya nasional yang dimulai pada tahun 1993. Dengan
menggunakan data dari 825 organisasi di 62 negara, tim GLOBE
mengidentifikasi sembilan dimensi yang membedakan budaya nasional
menyerupai dimensi-dimensi Hofstede. Perbedaan utama dari keduanya ialah
kerangka GLOBE menambahkan dimensi-dimensi, seperti orientasi
kemanusiaan (tingkat di mana masyarakat menghargai individu yang altruistik,
murah hati, dan baik pada orang lain) serta orientasi kinerja (tingkat di mana
masyarakat mendorong dan menghargai anggota kelompok atas perbaikan
kinerja dan kesempurnaan). (Robbins, 2015)
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia.sifat dari suatu benda yang
menyebabkan minat seseorang atau kelompok. Dengan demikian maka
nilai itu adalah suatu kenyatan yang tersembunyi dibalik kenyataan-
kenyataan lainnya

14
5.3.Hierarkhi Nilai
Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandang individu – masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya
kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai
meterial.
Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama
tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-nilai dapat
dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang
memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,

2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,


kesehatan serta kesejahteraan umum,

15
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan
kebenaran, keindahan dan pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

5.4.ARTI PENTING NILAI


Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi
dasar pemahaman sikap dan motivasi individu, dan hal tersebut berpengaruh
terhadap persepsi kita. Misalnya kita memasuki sebuah perusahaan baru dan
memiliki persepsi bahwa pengalokasian imbalan tergantung pada prestasi
kerjanadalh benar, sementara pengalokasian imbalan berdasarkan senioritas
adalah salah.

5.5. JENIS NILAI


Jenis nilai diantarnya adalah sebagai berikut :
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan
dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya
apabila belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang
jelas an konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi
norma moral. Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu
organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar
sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan
suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang
dasar yang merupakan penjabaran Pancasila.

16
5.5.1 NILAI LINTAS KULTUR

Salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk


menganalisis variasi kultur dibuat pada akhir 1970an adalah

a. Kerangka Hofside yanag berisi :

Jarak kekuasaan (power distance)


Individualisme versus kolektivitas
Maskulinitas versus maskulinitas
Penghidar ketidakpastian (uncertainty avoidance)
Orientasi jangka Panjang

b. Kerangka GLOBE

Ketegasan
Orientasi masa depan
Perbedaan gender
Penghindar ketidakpastian
Jarak kekuasaan
Individuallismae / kolektivisme
Kolektivisme dalam kelompok
Orientasi kinerja
Orientasi kemanusiaan

17
KESIMPULAN

Kepribadian membentuk perilaku setiap individu. Jadi apabila ingin memahami


dengan baik perilaku seseorang dalam suatu organisasi, sangatlah berguna
jika kita mengetahui sesuatu tentang kepribadiannya.
Nilai menunjukan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan
akkhir tertentu lebih disenangi secara pribadi atau social dibandingkan cara
keadaan akhir atau keadaan akhir yang berlawanan.nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide – ide seorang individu mengenai hal-hal
yang benar, baik atau diinginkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen. Judge, Timothy. (2012). Perilaku Organisasi. Edisi 16.

Jakarta: Salemba Empat.

Muchlas,m.2005.prilaku organisa. Yogya : Gajah Mada University Presx

Marnis.2011.Pengantar Manajemen. Pekanbaru: PT Arjuna Riau Grafindo

Gitosudarno, Indriyo &Nyoman sudita 1997. Prilaku keorganisaian, BPEFE,


Yogyakart

Joseph A.Devito, 1997, komunikasi antar manusia ( edisi kelima), profesionl Books,
Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai