Anda di halaman 1dari 7

KERAGAMAN DALAM ORGANISASI

Keragaman (diversity) adalah suatu istilah yang luas dan frase keragaman tempat kerja
(workplace diversity) dapat merujuk pada karakteristik apa pun yang menyebabkan seseorang
berbeda dari yang lainnya. Bagian pembahasan berikut ini akan mencakup beberapa karakteristik
level permukaan penting yang membedakan angota-anggota tenaga kerja.

A. KARAKTERISTIK BIOGRAFI
Perilaku organisasi sebagaimana telah diberikan pengertiannya di muka, pada dasarnya
dibentuk oleh perilaku individual para anggota organisasi yang meliputi karakteristik biografis,
kemampuan individu, kepribadian, serta pembelajaran. Salah satu faktor yang paling mudah
untuk dianalisis atau dinilai seseorang adalah karakteristik biografisnya. Data pribadi seperti
usia, jenis kelamin, status perkawinan, maupun masa kerja yang dimiliki seseorang sangat umum
dipakai dan mudah diperoleh untuk kemudian dihubungkannya dengan tingkat produktivitas
kerjanya. Faktor usia dihubungkan dengan kinerja (job performance) menjadi issu yang semakin
penting. Robbins dalam Ratmawati dan Herachwati (2007), memberikan beberapa alasan
mengapa hubungan ini penting, yaitu pertama, sudah menjadi kepercayaan yang umum bahwa
penurunan produktivitas kerja seseorang terjadi seiring dengan usianya yang semakin bertambah.
Benar atau tidaknya kepercayaan ini perlu investigasi lebih lanjut. Kedua, adanya realitas bahwa
angkatan kerja semakin tua/menua (workforce is aging). Ketiga, adanya peraturan perundangan
(di Amerika dengan US legislation) yang menyatakan bahwa pensiun yang bersifat perintah
dianggap sebagai melanggar hukum.

Selain faktor usia, faktor yang sering dianalisis adalah jenis kelamin (gender). Faktor ini
banyak menjadi perdebatan sehubungan dengan pertanyaan tentang apakah ada kesamaan
kinerja antara karyawan wanita dan karyawan pria. Untuk masalah ini seharusnya dilihat bukti-
bukti berdasarkan penelitian yang dilakukan para peneliti terdahulu. Robbins (2000)
memberikan gambaran tentang adanya penelitian yang ditinjau ulang, dimana hasilnya
menyatakan adanya perbedaan yang sangat tipis/sedikit antara kinerja wanita dibandingkan
dengan pria. Berdasarkan studi secara psikologis dijumpai bahwa wanita lebih mematuhi
otoritas, sementara pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinan memiliki ekspektasi. Pada
dasarnya wanita maupun pria yang konsisten sama-sama memiliki kemampuan dalam hal
memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosialilitas, ataupun
kemampuan belajar. Selain hal tersebut perlu pula pembuktian apakah ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat absensi maupun”turn over” antara karyawan wanita dan pria. Kalaupun
ada penelitian yang membuktikan adanya perbedaan tersebut, maka tentunya tidak dapat
dijadikan generalisasi bahwa perbedaan tersebut juga berlaku ditempat kerja lain serta di negara-
negara lain pula.
Faktor terakhir yang menyangkut masalah produktivitas adalah faktor masa kerja.
Riset/studi terdahulu menyatakan bahwa senioritas, yang diperoleh seseorang dari pengalaman
kerjanya, sangat berhubungan erat dengan tingkat produktivitas. Orang-orang yang mempunyai
pengalaman/ masa kerja lebih lama akan lebih produktif dibandingkan dengan rekan-rekan
mereka yang yunior. Bukti juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan secara negatif dengan
ketidakhadiran. Masa kerja juga disebutkan sebagai variabel yang andal dalam menjelaskan “turn
over” karyawan.

B. KEMAMPUAN
Pengertian kemampuan menurut George & Jones dalam Ratmawati dan Herachwati
(2007) adalah kapasitas mental maupun fisik untuk mengerjakan sesuatu.Kemampuan adalah
suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas suatu
pekerjaan (Robbins, 2001). Kemampuan dalam hal ini dibedakan menjadi kemampuan
intelektual dan fisikal. Kemampuan intelektual diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan
guna mengerjakan aktivitas-aktivitas mental. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa ada tujuh
dimensi yang sering digunakan untuk menyusun kecakapan intelektual yaitu; (1) number
aptitude, (2) verbal comprehensien, (3) perceptual speed, (4) inductive reasoning, (5) deductive
reasoning, (6) spatial visualization, dan (7) memory. Sedangkan kemampuan fisik disebutkan
sebagai kemampuan yang dibutuhkan guna melakukan tugas-tugas yang memerlukan stamina,
kecekatan, kekuatan, serta keterampilan yang similar. Disamping itu Robbins menyajikan
tentang “basic physical abilities” yang terdiri atas tiga faktor yang masingmasing dirinci
sebagai berikut.
1.Strength factor yang meliputi dynamic, strength, trunk strength, static strength, explosive
strength.
2.Flexibility factor yang meliputi extent flexibility dan dynamic flexibility.
3.Other factors yang meliputi body coordination, balance, dan stamina.
Kemampuan baik intelektual maupun fisik selalu dihubungkan dengan jenis pekerjaan,
sehingga berdasar konsep ini mempelajari perilaku organisasi adalah dapat melihat atau
memprediksi perilaku orang-orang ketika bekerja.

C. KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara bagaimana individu bereaksi dan berinteraksi
dengan orang lain yang digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dilihatkan
seseorang (Umar Nimran, 1999). Sementara Robbins (2001) mengatakan kepribadian itu sebagai
total dari cara-cara di mana seseorang/individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, yang
digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat diukur dan dapat diperlihatkan. Sedangkan
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003) mendefinisikan kepribadian sebagai gabungan dari
ciri fisik dan mental yang bersifat tetap yang memberi identitas pada seseorang/individu. Didy
Indriani dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pola Kepribadian dan Kepuasan Kerja
Para Manajer BUMN” menyimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan elemen total dari
individu tampak dalam perbuatan, tingkah laku, kecenderungan-kecenderungan sikap, dan ciri-
ciri kebiasaan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang oleh Robbins dikatakan
ada tiga yaitu sebagai berikut:
1). Keturunan bahwa kepribadian seseorang dibentuk karena factor orang tua seperti:
pemalu, penakut, pemurung atau sebaliknya.
2). Lingkungan, bahwa kepribadian seseorang banyak disumbang oleh lingkungannya
seperti: budaya, norma-norma keluarga, teman dan kelompok sosial lainnya. Di India
sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai kerja keras, sederhana, kekerabatan kepada
generasi mudanya. Di Bali ada nilai-nilai rendah hati, suka membantu ramah kepada
orang yang hingga kini tetap mewarnai kepribadian sebagian besar generasi
mudanya.
3). Faktor yang lain adalah situasi. Artinya, kepribadian seseorang banyak ditentukan
oleh bawahan lahir, lingkungan yang relative stabil, akan dapat berubah karena
kondisi situasi tertntu yang berubah.
Daftar kepribadian yang banyak dan panjang kurang begitu popular di kalangan praktisi
perilaku keorganisasian oleh Kreitner dan Kinicki (2003) daftar yang panjang itu dikemas
menjadi “dimensi kepribadian lima besar” yang menurut hasil reset berkorelasi positip dengan
prestasi kerja pegawai, hal mana sangat membantu organisasi pada saat merencanakan seleksi,
pelatihan, dan penilaian karyawan. Adapun kelima dimensi kepribadian yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1). Wawasan ekstra (extra version): supel, dapat bersosialisasi, tegas
2). Ramah (agreeableness): bersifat baik, percaya, ramah, kerjasama, berhati lembut
3). Teliti (concientiousness): dapat diandalakan, bertanggujawab, berorientasi prestasi,
menonjol
4). Stabilitas emosional (emotional stability): rileks, aman, tidak khawatir
5). Keterbukaan pada pengalaman (openness to experience): cerdas, imajinatif, ingin
tahu, berpikiran luas.

D. KEPRIBADIAN
Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif; sementara yang lainnya bersifat ceria dan
agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari segi karakteristiknya, bisa pendiam,
pasif, ceria, agresif, ambisius, setia atau suka bergaul, kita sedang mengkategorikan mereka
dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya, kepribadian (personality) individu seseorang
merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang kita gunakan untuk mengklasifikasikan orang
tersebut. Para ahli psikologi telah mempelajari sifat-sifat kepribadian secara mendalam, dan
mengidentifikasi enam belas sifat kepribadian utama. Semuanya diperlihatkan dalam Tabel 2.1.
Perhatikan bahwa setiap sifat merupakan bipolar; artinya masing-masing memiliki dua titik
ekstrem (Misalnya, penyendiri lawannya peramah).
Indikator Tipe Myers-Briggs
Salah satu kerangka kepribadian yang paling sering digunakan dinamakan dengan
Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI). Indikator tersebut pada dasarnya merupakan tes
kepribadian dengan 100 pertanyaan yang menanyakan tentang bagaimana biasanya seseorang
merasa atau bertindak dalam situasi-situasi tertentu. Berdasarkan jawaban masing-masing
individu pada tes tersebut, mereka diklasifikasikan dalam kelompok ekstrovert atau interovert (E
atau I), indrawi (sensing) atau intuitif (intuitive) (S atau N), pemikir (thinking) atau perasa
(feeling) (T atu F), dan pengertian (perceive) atau penilai (judging) (P atau J). Klasifikasi-
klasifikasi ini kemudian dikombinasikan kedalam enam belas tipe kepribadian. (Klasifikasi ini
berbeda dengan enam belas sifat kepribadian). Agar lebih jelas lagi, mari kita ambil beberapa
contoh. INTJ merupakan para visionaris. Mereka pada umumnya memiliki pemikiran yang
orisinil dan berusaha keras untuk mewujudkan ide-ide dan tujuan mereka. Mereka dicirikan
sebagai orang yang skeptis, kritis, mandiri, tekun, dan sering keras kepala. ESTJ adalah para
organisator. Mereka orang yang praktis, realistis, percaya pada fakta, dengan bakat alam untuk
menjadi pebisnis atau mekanis. Mereka suka mengorganisasikan dan menjalankan aktivitas-
aktivitas. Tipe ENTP adalah seorang konseptual. Dia biasanya bergerak cepat, terus terang, dan
andal dalam menangani banyak hal. Orang ini cenderung penuh ide dalam memecahkan
masalah-masalah yang menantang, tetapi melalaikan penugasan rutin. Sebuah buku terbaru yang
membuat profil tiga belas orang-orang bisnis masa kini yang menciptakan perusahaa-perusahaan
super sukses seperti Apple Computer, Federal Experss, Honda motors, Mikrosoft, Price Club,
dan Sony menemukan bahwa ketiga belas orang ini adalah pemikir intuitif (NT). Temuan ini
menarik terutama karena pemikir intuitif mewakili hanya sekitar lima persen dari populasi.
Model Lima Besar
Sementara MBTI tidak memiliki bukti pendukung yang valid, hal itu tidak terjadi pada
model kepribadian lima faktor yang lebih umum disebut dengan “Lima Besar”. Dewasa ini,
sebuah badan riset terkemuka meyakini bahwa ada lima dimensi kepribadian dasar yang
mendasari semua dimensi lainnya. Faktor lima besar tersebut adalah:
1. Keekstrovertan: Suka bergaul, banyak bicara, asertif
2. Keramahtamahan: Baik hati, kooperatif, dan dapat dipercaya
3. Kehati-hatian: Bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun, dan berorientasi pada
prestasi
4. Kestabilan emosional: Tenang, antusias, dan sanggup (positif) menghadapi
ketegangan, kegelisahan, kemurungan, dan ketidak amanan (negatif)
5. Keterbukaan terhadap pengalaman: Imajinatif, sensitif secara artistik, dan cerdas.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Komang, NI wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, 2009. Perilaku
Keorganisasian. Edisi. 2, Jogjakarta: Graha Ilmu
Robbins ,Stephen P, Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta: Salemba
Empat
Supartha, Wayan Gede, Desak Ketut Sintaasih.2017. Pengantar Perilaku Organisasi. Denpasar:
CV. Setia Bakti.

Anda mungkin juga menyukai