Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pasal 3 KODEKI dinyatakan bahwa "dalam melakukan pekerjaan


kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi". Profesi kedokteran
lebih merupakan panggilan perikemanusiaan dengan mendahulukan keselamatan dan
kesehatan pasien serta tidak mengutamakan keuntungan pribadi. Walaupun salah satu
kewajiban pasien atau keluarga dalam kontak terapeutik adalah memberikan imbalan
jasa untuk dokter dan itu merupakan hak dokter, namun tidak dapat disamakan
dengan imbalan jasa dalam usaha lainnya. Oleh karena itu, dalam pelayanan
kedokteran tidak dikenal tarif dokter yang tetap, tetapi yang wajar sesuai kemampuan
pasien atau keluarganya, sehingga imbalan jasa untuk dokter tidak disebut upah atau
gaji, tetapi disebut honorarium (pemberian yang diterima dengan penuh
penghormatan). Menurut Longman Dictionary of Contemporary English (1978),
"honorarium is a sum of money offered for professional services, for which by custom
the person does not ask to be paid".

Akhir-akhir ini, terlihat pergeseran dasar profesi dokter dari altruism (tidak
egois, rela berbuat baik, dan menolong orang lain) ke materialisme. Dalam praktik
sehari-hari, tidak jarang seoranh dokter terlibat dalam berbagai godaan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, antara lain sebagai berikut :
1. Dokter memperoleh persentase sebagai insentif dari biaya pemeriksaan
laboratorium, USG, Rontgen, CT scan, MRI, dan pemeriksaan lain terhadap
pasien yang dirujuknya ke instalasi tersebut.
2. Dokter memperoleh persentase dari biaya kamar rawat inap rumah sakit,
tempat pasiennya dirawat.
3. Dokter umum menerima insentif dari dokter spesialis/konsultan yang telah
memeriksa atau menangani pasien yang dirujuknya.
4. Dokter spesialis di rumah sakit memberikan imbalan kepada tenaga
paramedik yang jaga karena merujuk pasien "tidak bertuan" kepada dokter
spesialis tersebut, walaupun ia bukan dokter jaga.
5. Dokter spesialis memberikan imbalan kepada tenaga paramedik karena
mengatur agar pasien-pasien di rumah sakit pendidikan dijadikan pasien
pribadi dokter spesialis tersebut di rumah sakit swasta.
6. Pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dan sisa antara jasa dokter
sebenarnya dan yang dicantumkan dibagi 50-50% antara dokter dan pasien.
7. Dokter memperoleh imbalan dari perusahaan farmasi yang mengikat dokter
untuk menggunakan produk perusahaan tersebut secara terus-menerus.
8. Dokter melakukan tindakan medik (diagnostik dan/atau terapi) yang tidak
diperlukan (over investigation dan/atau over treatment).
9. Dokter menyuruh pasien berobat ulang atau berkunjung ke rumah pasien
berkali-kali tanpa indikasi yang jelas.
10. Dokter menjaring keuntungan melalui uji klinis.

Pedoman Imbalan Jasa Dokter

Ada yang menyarankan imbalan jasa untuk dokter disesuaikan dengan harga
bahan pokok makanan (beras). Untuk konsultasi pada dokter umum kira-kira 10 kg
beras rata-rata, sedangkan untuk dokter spesialis seharga 20 kg beras rata-rata.
Pada waktu ini banyak rumah sakit di Indonesia telah memiliki tarif rumah
sakit untuk satu kali kunjungan dokter, biaya persalinan normal, biaya operasi kecil,
sedang, dan besar, biaya pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan
kemampuan pasien. Ada dokter yang menyediakan kotak di tempat praktiknya, dan
pasien dapat memasukkan imbalan jasa seberapa mampu dan ikhlas setelah diperiksa
dokter. Namun, jumlah dokter seperti ini dapat dihitung dengan jari. Di daerah-daerah
terpencil, imbalan jasa dokter kadang kala diberikan dalam bentuk natura sebagai
tanda terima kasih.
Imbalan jasa untuk dokter pada garis besarnya berpedoman pada :
1. Kemampuan pasien atau keluarga
Ini dapat dinilai dari latar belakang pekerjaan pasien/keluarga, rumah sakit, dan
kelas tempat pasien dirawat dan apakah imbalan jasa ditanggung pribadi atau
perusahaan tempat pasien/keluarga bekerja, atau oleh asuransi
2. Sifat pertolongan yang diberikan
Pelayanan kedokteran spesialistik tentu memerlukan alat-alat yang canggih
sehingga imbalan dapat ditingkatkan. Imbalan jasa diperingan atau dibebaskan
pada pertolongan pertama pada kecelakaan. Imbalan jasa dapat pula ditambah jika
dokter dipanggil ke rumah pasien.
3. Waktu pelayanan kedokteran
Pada hari libur atau malam hari imbalan jasa dapat ditambah. Sebaliknya, pasien
yang dirawat terlalu lama di rumah sakit, imbalan jasa sewajarnya dikurangi.

Imbalan jasa yang jauh melebihi nilai wajar atau lazim tidak sesuai dengan
martabat dan jabatan dokter, meskipun imbalan jasa tersebut sesuai dengan
kesepakatan pasien/keluarga dengan dokternya. Sebenarnya yang lebih baik dalam
memelihara hubungan dokter dengan pasiennya adalah adanya pihak ketiga dalam
menentukan imbalan jasa untuk berbagai jenis tindakan dokter, misalnya asuransi
kesehatan, dan pimpinan rumah sakit.
Imbalan jasa dokter tidak diminta dari teman sejawat (termasuk dokter gigi) dan
keluarga kandungnya, mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi, bidan, perawat, dan
siapapun yang dikehendakinya (misalnya apoteker, pemuka agama, sarjana kesehatan
masyarakat, dan semua yang akrab dengan dokternya).

Penjelasan
1. Pedoman dasar imbalan jasa dokter adalah sebagai berikut :
a. Imbalan jasa dokter disesuaikan dengan kemampuan pasien. Kemampuan
pasien dapat diketahui dengan bertanya langsung dengan mempertimbangkan
kedudukan atau mata pencaharian, dan kelas di rumah sakit tempat pasien
dirawat.
b. Dari segi medik, imbalan jasa dokter ditetapkan dengan mengingat karya dan
tanggung jawab dokter.
c. Besarnya imbalan jasa dokter dikomunikasikan dengan jelas kepada pasien.
Khususnya untuk tindakan yang diduga memerlukan biaya banyak, besarnya
imbalan jasa dapat dikemukakan kepada pasien sebelum tindakan dilakukan
dengan mempertimbangkan keadaan pasien. Pemberitahuan ini harus
dilakukan secara bijaksana agar tidak menimbulkan rasa cemas atau
kebingungan pasien.

Anda mungkin juga menyukai