PRAKTIKUM THERMOREGULASI
BLOK III
DISUSUN OLEH :
NAMA : RAFFLES ANDHIKA BALIRANTE
NIM : 41120006
KELOMPOK :1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Istilah homeostasis digunakan untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi
yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Pada dasarnya, semua organ dan
jaringan tubuh melaksanankan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan
kondisi yang konstan ini. Pengaturan fungsi tubuh diperankan oleh system saraf
dan system hormon. Suhu dari tubuh bagian dalam dipertahankan sangat konstan
±1°F (±0,6°C) dari hari ke hari,kecuali bila seseorang mengalami demam.
Mekanisme untuk pengaturan suhu tubuh menggambarkan sistem pengendalian
yang dibuat sangat baik. Rentang suhu inti normal yang diukur peroral mulai dari
97°F (36°C) sampai lebih dari 99,5°F (37,5°C). Suhu tubuh diatur hamper
seluruhnya oleh mekanisme persyarafan umpan balik, dan hamper semua
mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak di hipotalamus.
Agar mekanisme umpan balik ini dapat berlangsung harus juga tersedia
pendetektor suhu untuk menentukan kapan suhu ubuh sangat panas atau sangat
dingin.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi
adalah elemen-elemen dari homestasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya
hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-
blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah
ektoterm (poikiloterm) dan endoterm (homoiterm) yang berhubungan dengan
sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang sumber panas
tubuhya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan
ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam
kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibi, dan reptilia. Sedangkan
endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme.
Suhu tubuh hewan ni lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok
burug (Aves), dan mamalia.
II. Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh homoiterm
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh
poikiloterm
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas
tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-
blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar
dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu
panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi.
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homioterm, sedangkan
yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
1.1 Poikiloterm
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin.
1.2 Homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil,
hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan
homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan
mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi
oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas
hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi
menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan
mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang
diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.
Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan
evaporasi
1. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk
merambat dengan kecepatan cahaya.
2. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan
lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian
yang memiliki suhu yang lebih rendah.
3. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi
tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
4. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan
panas karena evaporasi .
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan
termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan
atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi
atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku
unik dalam termoregulasi.
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain
sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau
daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang
lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
B. Cara Kerja
1. Naracoba manusia
Termometer tersebut ditaruh pada ketiak naracoba selama kurang lebih tiga
menit, kemudian mencatat suhunya.
Mengambil katak dan memfiksasi pada batang kayu dengan benang kenur
kemudian memasukkan termometer ke dalam mulut katak selama tiga menit
kemudian mencatat hasilnya.
Katak dimasukkan ke dalam air es selama lima menit dan mengukur suhu di tiap
menitnya. (mencatat suhu air es juga)
Katak dimasukkan ke dalam air hangat selama lima menit dan mengukur suhu di
tiap menitnya. (mencatat suhu air hangat juga)
Percobaan diulangi selama tiga kali dan kemudian mencatat hasilnya dalam tabel
dan membuat grafik.
BAB IV
ANALIS
A. Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan didapatkan 2 hasil utama, yaitu suhu cenderung menetap dan
suhu yang berfluktuasi. Pada pengukuran suhu naracoba manusia pada suhu ruangan, diberi
kompres panas maupun dingin suhunya cenderung tetap. Sedangkan pada hewan coba katak
pada suhu ruangan, pada air es dan air hangat, dari hasil pengukuran suhu didapatkan suhu
yang bervariasi (berfluktuasi).
Pada naracoba manusia, suhunya cenderung (statis) menetap berarti perubahan suhu
akibat perlakuan kompres panas dan kompres dingin jika dibandingkan dengan suhu manusia
normal (suhu ruangan) tidak begitu signifikan. Perubahan hanya berkisar 0.1o C. Jika
dibandingkan dengan katak yang suhunya berubah sangat signifikan, perubahan suhunya
mencapai 1o C pada setiap perlakuan. Saat dimasukkan ke dalam air dingin, suhu katak yang
pada suhu ruangan sekitar 24,5oC, turun menjadi berkisar antara 16oC. Begitu pula saat katak
dimasukkan ke dalam air hangat. Suhu normal yang berkisar antara 26oC naik menjadi sekitar
33oC.
Pada grafik hasil pengukuran suhu diatas, jika dilihat sepintas, grafik suhu pada
naracoba manusia terlihat lebih fluktuatif dibandingkan dengan grafik suhu pada katak.
Tetapi setelah dicermati, tentunya tidak demikian, grafik suhu pada katak tetap lebih
fluktuatif daripada manusia. Hal ini terjadi karena perbedaan skala pada sumbu y
(menyatakan suhu) pada kedua grafik. Pada grafik hasil pengukuran suhu pada katak, skala
sumbu y (suhu) dibuat naik per 5o C, sedangkan pada grafik hasil pengukuran suhu pada
manusia, skala sumbu y (suhu) dibuat naik per 0.1o C.
Jika dibandingkan dengan dasar teori di halaman sebelumnya, hasil percobaan di atas
adalah hasil yang valid, dalam arti berhasil membuktikan teori tentang ectoterm dan
endoterm. Terbukti dengan hasil pengukuran suhu katak yang berfluktuatif, mengingat katak
merupakan hewan poikoloterm (ectoderm) yang mengambil panas dari lingkungan, dan juga
dari hasil pengukuran suhu pada manusia yang memberikan hasil suhu yang relative statis
(perubahan suhu tidak begitu signifikan), mengingat manusia termasuk homoioterm
(endoterm) yang mampu mengatur suhunya sendiri.
Pada saat katak dimasukkan pada air yang hangat (suhu sekitar 40 o C), suhu katak
yang pada suhu ruangan sekitar 27,6o C meninggi sekitar 5,5o C menjadi sekitar 33o C. Kulit
katak juga berubah menjadi berwarna agak kemerahan, dimungkinkan karena pengaruh suhu
air yang terlalu tinggi. Saat suhu air lebih tinggi daripada suhu katak, akan terjadi
perpindahan panas. Secara alami, panas akan berpindah dari suhu panas ke suhu yang lebih
dingin, maka panas dari lingkungan akan tersalur ke dalam tubuh katak yang menyebabkan
kenaikan suhu tubuh katak. Begitu pula saat katak dimasukkan ke dalam air dingin (suhu
sekitar 10o C). Suhu katak yang pada suhu ruangan sekitar 24o C menurun sekitar 8o C
menjadi sekitar 16o C. Saat suhu katak lebih tinggi daripada suhu air dingin, panas tubuh dari
katak akan beripindah ke air, yang mengakibatkan suhu tubuh katak menurun. Perpindahan
panas pada katak yang dimasukkan ke dalam air hangat maupun air es terjadi secara
konduksi, yang melibatkan 2 bidang bersentuhan, yaitu kulit katak dan air.
Pada pengukuran suhu katak di ruangan biasa (27o C), suhu katak stabil pada sekitar
24,08oC. Perubahan suhu yang terjadi tidak signifikan. Hal ini terjadi karena perpindahan
panas tidak begitu signifikan mengingat selisih suhu antara katak dan lingkungannya juga
kecil.
Pada pengukuran suhu tubuh naracoba manusia pada suhu ruangan biasa (27 o C), suhu
nya stabil skitar 36,16o C. Hal ini disebabkan oleh pengaturan set point hipothalamus.
Hipothalamus mempertahankan suhu tubuh pada kisaran suhu tubuh manusia normal.
Pada pengukuran suhu tubuh naracoba manusia dengan kompres air es (suhu sekitar
10 C), suhu normal manusia pada ruangan saat itu (36.1o C ) bisa dibilang konstan. Terjadi
o
perubahan yang kurang signifikan akibat pengompresan ini. Begitu pula dengan suhu dengan
pengompresan air hangat (suhu sekitar 40o C), tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan.
Hal ini dikarenakan kerja hipotalamus. Hipotalamus mengatur suhu tubuh agar tetap pada
kisaran normal. Suhu tubuh dijaga untuk menunjang aktivitas tubuh seperti metabolisme agar
tetap berjalan efekitif dan efisien.
Pada saat tubuh dipengaruhi oleh udara luar tubuh yang panas (dalam hal ini kompres
air hangat), reserptor tubuh (kulit) akan mengirimkan sinyal ke pusat, hypothalamus. Jika
pemberian panas itu dilanjutkan hingga tubuh kelebihan panas, hypothalamus akan merespon
dan memerintah tubuh untuk berusaha menurunkan panas. Yang dilakukan dengan cara
vasodilatasi, berkeringat dan juga menghambat produksi panas.
Pada saat tubuh dipengaruhi oleh udara luar tubuh yang lebih dingin (dalam hal ini
kompres air es), reserptor tubuh (kulit) akan mengirimkan sinyal ke pusat, hypothalamus.
Jika dingin itu beranjut hingga menyebabkan tubuh kekurangan panas, hypothalamus akan
merespon dan memerintah tubuh untuk berusaha memproduksi panas atau menjaga panas
agar tidak keluar tubuh. Yang dilakukan dengan cara vasokontriksi, mengigil, dan juga
meningkatkan produksi panas.
JIka kita cermati hasil yang didapat dari percobaan pengukuran suhu manusia dengan
perlakuan dikompres panas dan dikrompes dingin, mayoritas hasil yang terjadi adalah suhu
tubuh malah meningkat dari suhu normal, walaupun peningkatan suhunya tidak signfikan.
Jika dilogika, saat tubuh diberi kompres dingin, benar jika tubuh merespon dengan
adanya kenaikan suhu. Hal ini dilakukan adalah proses adaptasi tubuh terhadap udara luar.
Dengan naiknya suhu tubuh, maka tubuh bisa “mengimbangi” dinginnya kompres, sehingga
suhu tubuh tidak menurun akibat pengompresan tersebut.
2. Demam adalah keadaan di mana suhu tubuh (diukur di mulut) lebih tinggi dari
37.5 Celcius pada seseorang yang dalam keadaan beristirahat. Demam akan
memacu tubuh untuk menggigil karena itu merupakan mekanisme tubuh untuk
meningkatkan panas. Maka dari itu kompres yang sebaiknya digunakan adalah
kompres dengan air hangat atau suam-suam kuku agar tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi,
juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh.
Kerugian kompres air es pada orang yang sedang terkena demam adalah
pembuluh darah akan menyempit sehingga panas tidak akan keluar.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta : EGC.
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York : Comstock Publishing
Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. USA : Publishing Co. Inc
Best, C.H. & Taylor, N.B.1961.The Physiological Basis of Medical Practice, 7th Ed.
Baltimore : the Williams & Wilkins