2
Kesiapan & Kesiagaan Bencana
(Manual Untuk Aktifis Persyarikatan)
3
“Pada hari dinampakkan segala rahasia” Qs. Ath-Thariq (86:9)
4
5
Editor:
Barry Adhitya dan Widhyanto Muttaqien
Penyusun:
Barry Adhitya, Aditya Reffiyanto, Adi Kurnia, Denden Firman Arief, Aditya Reffiyanto,
Fahrulrozi, Paski Hidayat, Dwi Boy Matriosya
Desain Cover:
Hilman “Ghe” Fauzi
Illustrator:
Rigan A Turganda
Lay-out:
Iyank Arief Rachman
Penyelarasan:
DISASTRO.Inc
MagnumOpuStudio
Jl. Marga Kencana Tengah no. 29 A
Bandung-Jawa Barat
Penerbit:
Risalah MDMC
Cetakan I - 2009
ISBN:
Didukung oleh AusAID
Risalah MDMC
Div. Penelitian dan Pengembangan
Gedung Dakwah Muhammadiyah
Jl. Menteng Raya 62, Jakarta Pusat
Telp/Fax: 021-31907526
Website: www.mdmc.or.id
Email: mdmc@mdmc.or.id
Copyright@MDMC.2008
6
Daftar isi
Pengantar Penyusun 10
Pengantar Ketua MDMC 11
Pengantar Ketua PP Muhammadiyah 12
MDMC
BAB 1 13
MDMC 14
Visi MDMC 15
Misi MDMC 15
Renstra MDMC 16
Tujuan Analisis Renstra Muhammadiyah 16
Akses Yang Tersedia bagi MDMC 17
PENGELOLAAN BENCANA
BAB 2 19
Pengelolaan Bencana 20
Perubahan Paradigma Pemahaman Bencana 20
Perubahan Paradigma Dalam Pengelolaan Bencana 21
Pengertian Risiko Bencana 21
Pengertian Ancaman Potensi Bencana/Bahaya (Hazard) 22
Pengertian Kerentanan 22
Pengertian Kemampuan Menanggulangi/Kapasitas 22
Beberapa Model Pengelolaan Bencana 23
Model Siklus 24
Model Tabrakan Unsur 25
Gempabumi
BAB 3 29
Bahaya (Hazards) 30
Pengertian Ancaman Bencana / Bahaya (Hazard) 30
Bahaya Ikutan (Collateral Hazards) Gempa 31
Struktur Dalam Bumi 33
Kulit Bumi 33
Mantel 33
Inti Bumi 33
Fenomena Gempabumi 34
Teori lempeng Tektonik 35
Gerak Lempengan Kerak Bumi 36
Teori Daya Lenting Elastik 37
Bagian Dalam Suatu Gempa 38
Ukuran / Besaran Gempa 39
Perlindungan Diri Terhadap Bahaya Gempa 41
Eksperimen Patahan dan Lapisan Kulit Bumi 42
Eksperimen Subduksi Lempeng dan Gempa 43
7
Tsunami
BAB 4 45
Bahaya Tsunami 46
Terjadinya Tsunami 46
Sumber Pembangkit Tsunami 47
Gempabumi 47
Gunungapi 48
Longsoran 48
Terjangan Benda Langit (Meteor) 48
Bagaimana Tsunami Menjalar 49
Tinggi Tsunami di Pantai 50
Perbedaan Tsunami Dengan Gelombang Biasa 50
Efek Tsunami di Pantai 51
Tsunami di Indonesia 51
Upaya Perlindungan Diri Dari Tsunami 53
Tanda-Tanda Sebelum Terjadinya Tsunami 53
Gerakan Tanah 53
Riakan air laut (Tsunami Forerunners ) 53
Penarikan Mundur atau Surutnya Muka Laut (Initial Withdrawal Bore) 54
Dinding Muka Air Laut yang Tinggi di Laut (Tsunami Bore ) 54
Timbulnya Suara Aneh 54
Pengamatan Indera Penciuman dan Indera Perasa 55
Tindakan Penyelamatan Diri Dari Tsunami 55
Upaya Menghadapi Bencana Tsunami 56
Eksperimen Tsunami 56
Gunungapi
BAB 5 57
Bahaya Gunungapi 58
Klasifikasi Gunungapi di Indonesia 58
Pembentukan Gunungapi 60
Interior Bumi 60
Tektonik Lempeng 61
Volkanisme Pada Pusat Pemekaran 62
Konveksi Mantel 62
Volkanisme Pada Zona Subduksi 63
Volkanisme Pada Hot Spot 64
Jenis Gunungapi 65
Morfologi Gunungapi 65
Tipe Erupsi Gunungapi 66
Elemen Letusan Gunung Api 67
Mitigasi Bencana Gunungapi 68
Sebelum terjadi letusan 68
Saat terjadi letusan 68
Setelah terjadi letusan 69
Perencanaan Jangka Panjang 69
Tindakan-Tindakan Perlindungan 69
Perlindungan Terhadap Hujan Abu 69
8
Perlindungan Terhadap Aliran Piroklastik 69
Perlindungan Terhadap Aliran Lumpur (Lahar) 70
Pengembangan Rencana Darurat 70
Eksperimen Gunungapi dan Pembentukan Kaldera 72
Longsor
BAB 6 73
Bahaya Longsor 74
Beberapa Definisi 74
Tipe Pergerakan Longsor 74
Penyebab Tanah Longsor 77
Erosi Oleh Sungai dan Gelombang Air Laut. 77
Kerusakan fisik yang timbul akibat longsor 79
Mitigasi Longsor 80
Eksperimen Longsor 82
Banjir
BAB 7 83
Bahaya Banjir 84
Penyebab Banjir 84
Tipe Banjir 85
Tindakan Manusia yang Meningkatkan Frekuensi dan Besarnya Banjir 85
Tempat Hunian yang Berada di Dataran Banjir. 86
Pembangunan Kota 86
Penggundulan Hutan 86
Daerah Rentan Banjir 87
Tindakan Guna Mengurangi Bahaya Banjir 87
Kesiapan Menghadapi Bahaya Banjir 88
Eksperimen Banjir 88
Angin Ribut
BAB 8 89
Bahaya Angin Ribut 90
Angin 90
Sistem Angin Dunia 90
Sistem Angin Lokal 91
Pengaruh Angin Terhadap Lingkungan 91
Badai (Siklon) 92
Puting Beliung, Angin Puyuh atau Tornado 93
Skala Untuk Mengukur Kekuatan Angin 94
Fenomena Badai di Indonesia 94
Langkah-Langkah Persiapan Menghadapi Bencana Angin Ribut 96
Tindakan Persiapan dan Pencegahan 97
Eksperimen Angin Ribut 98
9
Kebakaran
BAB 9 99
Bahaya Kebakaran 100
Karakteristik Komponen Api 100
Bahan Bakar 100
Kebakaran Lahan dan Hutan 101
Segitiga Perilaku Api 102
Bahan Bakar 102
Topografi 102
Cuaca 103
Jenis Api Pada Kebakaran Lahan 104
Penyebab Kebakaran Lahan 105
Akibat Kebakaran Lahan 105
Pencegahan Kebakaran Lahan 105
Tindakan Saat Kebakaran Terjadi 107
Tindakan Setelah kebakaran Terjadi dan Pada Saat Padam 107
Kebakaran Kota 108
Penyebab Kebakaran Kota 108
Tindakan Saat Kebakaran Terjadi 111
Tindakan Setelah Kebakaran 112
Cara Pakai Alat Pemadam Kebakaran Ringan 112
Eksperimen Kebakaran 114
Kekeringan
BAB 10 115
Kekeringan 116
Permasalahan Dalam Menghadapi Kekeringan 116
Mitigasi Kekeringan 117
Kegagalan Teknologi
BAB 11 119
Kegagalan Teknologi 120
Perencanaan Kedaruratan Terpadu 120
Tujuan dan manfaat 122
Manfaat 123
Strategi dan Pengurangan Bencana 123
Infeksi
BAB 12 125
Wabah Penyakit/Infeksi 126
Penyakit Menular 127
Pencegahan Penyakit Menular Spesifik Lokal 128
Pemanasan Global
BAB 13 131
Pemanasan Global 132
Efek Rumah Kaca 132
Langkah-Langkah Mengurangi Pemanasan Global 134
10
CBDRM
BAB 14 135
CBDRM (Community Based Disaster Risk Management)
Pengelolaan Bencana Berbasis Masyarakat/Komunitas 136
Pengurangan Risiko Diharapkan Berbasis Masyarakat/Komunitas.
Mengapa Berbasis Masyarakat? 136
Tujuan Proses Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (ADPC) 137
Tahap-Tahap dalam Proses Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas
(ADPC) 138
Daftar Pustaka 140
11
12
MDMC
BAB 1
MDCM - Bab 1
MDMC
Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) sebagai lembaga lintas sektor
dan multi disiplin di dalam persyarikatan Muhammadiyah mencoba melakukan upaya
penyadaran dan pengarusutamaan pengurangan risiko sejalan dengan UU No.24 2007
tentang Penanggulangan Bencana yang dilakukan terarah mulai pra-bencana, saat tanggap
darurat dan paska bencana.
Terdapat seperangkat prinsip dasar yang dapat diadopsi oleh MDMC untuk penerapan di
Muhammadiyah, yaitu;
1. Pengurangan Risiko Bencana (PRB) harus menjadi bagian penting dari investasi besar
Muhammadiyah di Indonesia dalam pembangunan berkelanjutan untuk melindungi
warga persyarikatan dan masyarakat secara luas beserta aset-asetnya.
2. PRB harus terintegrasi dalam setiap rencana kerja dan program Muhammadiyah
karena bencana merusak hasil-hasil pembangunan yang telah susah payah dicapai
Muhammadiyah dalam kurun waktu 100 tahun terakhir.
3. Muhammadiyah melalui MDMC harus melihat bencana secara multihazard sehingga
dapat meningkatkan efektivitas.
4. Pengembangan kapasitas adalah strategi pokok dalam implementasi PRB oleh MDMC
untuk membangun dan mempertahankan kemampuan organisasi, aktivis, warga
persyarikatan dan masyarakat luas dalam mengelola risiko secara baik dan mandiri.
5. Implementasi PRB di Muhammadiyah harus terdesentralisasi tanggungjawabnya pada
tingkat PWM & PDM, mengingat wilayah kerja kerja yang sangat luas [30 propinsi dan
400 Kabupaten/Kota].
6. Di tingkat masyarakat, partisipasi adalah keharusan untuk efektivitas PRB. MDMC
harus mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan dan penerapan
sehingga dapat memastikan kegiatan yang dilaksanakan merupakan kebutuhan rakyat
dan sesuai dengan tingkat kerawanan yang ada.
7. MDMC melihat jender sebagai faktor inti dalam PRB karena merupakan prinsip
pengaturan utama dalam semua masyarakat, bahkan dalam tingkat akar rumput,
wanita dengan peranannya sebagai pengguna dan pengatur sumberdaya lingkungan,
penyedia ekonomi, pengurus dan pekerja masyarakat membuatnya sering berada
dalam posisi untuk menangani risiko. Lebih dari itu, dengan adanya Aisyiyah dan
Nasyiatul Aisyiyah sebagai sayap gerakan perempuan di Muhammadiyah akan
memberi nilai lebih.
8. Membangun kemitraan dengan swasta dan lembaga masyarakat berupa asosiasi
bersama secara sukarela untuk mencapai tujuan dengan aktivitas kolaboratif.
14
MDMC - Bab 1
Sesuai mandatnya, maka MDMC bertugas melayani kemanusiaan berdasarkan; (i) nilai
dasar ajaran agama Islam “rahmatan lil alamin”, (ii) sejarah perjuangan Muhammadiyah
sebelumnya, (iii) organisasi MDMC yang lintas sektoral, (iv). tuntutan perkembangan kerja
kemanusiaan global.
Ini juga memperjelas posisi MDMC yang secara organisasi memiliki kapasitas sekaligus
ancaman dan peluang. Secara umum, posisi strategis yang dimiliki saat ini adalah;
1. Bahwa MDMC adalah praksis Muhammadiyah back to basic, kembali ke basis jati diri,
khittah dan bidang geraknya di bidang da’wah, tarbiyah dan kesejahteraan.
2. Melakukan pemberdayaan organisasi dan program MDMC sendiri sebagai bagian
integral dari pencerahan kembali gerakan Muhammadiyah berdasar VISI 2025.
3. Dengan konsolidasi MDMC kedalam, dilaksanakan seiring dengan tantangan dan
keikut-sertaan Muhammadiyah dalam kegiatan kemanusiaan global.
4. Harapan untuk dapat menjadi pemain global setelah masa inkubasi 3-5 tahun ke
depan.
Visi MDMC
Terwujudnya Badan Penanggulangan Bencana yang Profesional.
Misi MDMC
Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
15
MDCM - Bab 1
Renstra MDMC
Tujuan Analisis Renstra Muhammadiyah
Untuk dapat membangun kerangka kerja MDMC yang komprehensif dan lintas majelis serta
multi disiplin, Renstra Muhammadiyah adalah pijakan awal untuk melihat sejauhmana
Pengurangan Risiko Bencana terintegrasi dalam kerja-kerja Muhammadiyah bersandar
pada Kerangka Aksi Hyogo [HFA]. Analisis ini bertujuan untuk:
1. Mengembangkan rencana kerja MDMC 2009-2015
2. Mendapatkan kesepakatan atau persetujuan yang dibutuhkan
3. Melaksanakan forum konsultasi untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan
dalam rangka menyusun informasi serta merencanakan pertemuan lanjutan untuk
perencanaan implementasi PRB
4. Menyusun Rencana Tindak Lanjut, panduan pelaksanaan tugas dan model pemantauan
dan evaluasi
Visi pengembangan 2025 Tumbuhnya Kondisi Dan Faktor-Faktor Pendukung Bagi Pewujudan
Masyarakat Islam Yang Sebenar-Benarnya.
Jika dikaitkan hasil Muktamar dengan Rencana Startegis MDMC maka, konsolidasi yang
akan dilakukan adalah:
Sistem Gerakan
• Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Untuk Memperkuat Jaringan Dan Partisipasi
Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana
Jaringan
• Mengoptimalkan peran jaringan Muhammadiyah dengan media massa;
• Membangun sistem informasi bencana;
• Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan swasta.
Sumberdaya
• Meningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang sadar bencana
16
MDMC - Bab 1
Majelis MPK
MTDK Ekonomi Tenaga Ahli
Pemulihan Ekonomi Pelatihan
Bimbingan
Keagamaan oleh
Dai penyuluh IPM/IRM IMM
Majelis Wakaf Tim Relawan
MKKM Pendampingan
Tenaga Medis Pelajar pasca bencana dan Harta
Majelis Tenaga para medis Membangun Benda
Mahasiswa Biknakes kesadaran
Dikdasmen Jaringan Aumkes kesiapsiagaan
Tim sertifikasi Aset
Pendidikan kesadaran
Pekerja Sosial bencana bagi pelajar
Muhammadiyah Pemuda
Bencana Paska Bencana
Kemanusiaan Muhammadiyah
Tim Relawan
17
MDCM - Bab 1
18
PENGELOLAAN
BENCANA
BAB 2
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Pengelolaan Bencana
Mengapa bencana perlu dikelola? Karena bencana menyentuh suatu negara, pemerintah
dan masyarakatnya. Pemerintah bertanggung jawab melindungi masyarakat dari terkena
bencana, di pihak lain, pemerintah perlu dukungan dari masyarakat, sektor swasta, LSM,
negara-negara sahabat.
Suatu terminologi kolektif yang mencakup semua aspek perencanaan untuk menghadapi
dan memberikan tanggapan terhadap bencana, termasuk kegiatan- kegiatan pra dan pasca-
bencana.
Mencakup pengelolaan (Management) dari baik risikonya maupun akibat dari bencananya.
20
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Alternative/Progresif Approach
• Dimulai sejak tahun 60-an dengan munculnya ahli-ahli sosial yang mempertanyakan
pandangan dominan tentang bahaya dan bencana.
• Gilbert White adalah orang yang pertama menemu kenali bahwa cara penanggulangan
banjir di AS tidak hanya dapat dilakukkan secara teknis.
• Para ahli sosial menemukan bahwa tingkat bencana berkaitan erat dengan
kerentanan.
• Tujuan pengelolaan bencana: mengurangi kerentanan masyarakat melalui peningkatan
kapasitas untuk mempersiapkan, menghadapi, dan memitigasi dampak negatif dan
bencana.
Mitigation Paradigm (Paradigma Mitigasi) Lebih ke fisik misal pengaturan tata ruang, atau
pengaturan pembangunan gedung tahan gempa.
Development Paradigm (Paradigma Pembangunan) Ini mulai melibatkan aspek yang lain
seperti ekonomi, sosial dan lainnya.
Risk Reduction Paradigm (Paradigma Pengurangan Risiko) Ini melibatkan juga aspek fisik
dan lainnya dan pengelolaan sebelum dan sesudah bencana.
RISIKO BENCANA
Tergantung pada berapa besar peristiwa itu mungkin terjadi dan besar kerugian akibat
kejadian tersebut.
21
Pengelolaan Bencana - Bab 2
kehidupan yang mempunyai kerentanan. Jadi ada dua parameter besarnya potensi bencana
dan besarnya kerentanan.
Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik
dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu
lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri.
Pengertian Kerentanan
Seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat
kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada
kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau
rawan bencana.
22
Pengelolaan Bencana - Bab 2
23
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Model Siklus
Model ini memandang bencana sebagai kejadian-kejadian berurutan dengan titik berat
pada saat seketika sebelum dan sesudah kejadian bencana.
Pembangunan
Pencegahan
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi bencana, bila
memungkinkan (meredam bahaya agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan).
Mitigasi
Mitigasi biasanya dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan yang bersifat struktural dan non
struktural
• Mitigasi Struktural; Kegiatan pengurangan resiko yang bersifat fisik seperti
pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan tanggul penahan banjir dan lain-
lain.
• Mitigasi Non Struktural; Mitigasi non-struktural adalah segala upaya pengurangan
resiko bencana yang dilakukan namun tidak bersifat fisik. Contoh dan mitigasi
non-struktural ini diantaranya adalah pemberian pelatihan-pelatihan menghadapi
bencana
• Contoh lain dan mitigasi non-struktural adalah dengan menyusun kebijakan- kebijakan
yang terkait dengan penanganan dan pengelolaan bencana. Seperti memasukkan
pengetahuan-pengetahuan tentang kebencanaan dan upaya- upaya pengurangan
resikonya ke dalam kurikulum sekolah, mulai dan sekolah dasar hingga sekolah tingkat
atas. Selain itu penyusunan peraturan mengenai pembangunan-pembangunan
terutama yang dilakukan di daerah rawan bencana, juga merupakan bagian dan upaya
mitigasi non-struktural.
• Penyiapan peta rawan bencana, peta bahaya, dan peta kerentanan, serta menyiapkan
peta untuk jalur evakuasi sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan
evakuasi ketika terjadi bencana adalah upaya lain dan mitigasi non-struktural.
Kesiapsiagaan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi suatu bencana untuk memastikan bahwa
akan dilakukan tindakan yang tepat dan efektif pada saat dan setelah terjadi bencana
tersebut.
24
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan segera setelah terjadi dampak bencana bila diperlukan tindakan-
tindakan luar biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar korban bencana yang selamat.
Rehabilitasi
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan setelah terjadinya bencana untuk: Membantu para korban
memperbaiki tempat tinggalnya, Mengembalikan fungsi pelayanan penting, Menghidupkan
kembali kegiatan ekonomi dan sosial yang vital
Rekonstruksi
Tindakan untuk memperbaiki atau mengganti permukiman dan prasarana yang rusak secara
permanen dan mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke tingkat semula
DISASTER-CRUNCH MODEL
Perkembangan Kerentanan:
Rantai Penjelasan Sebab-Akibat
Ke jadian Pemicu Kondisi Tidak Aman
(Trigger Event) (Unsafe Condition)
B
- Gempabumi E Lingkungan fisik yang rentan
- Angin ribut N - lokasi bahaya
- Banjir Bahaya C Kerentanan - bangunan & infrastruktur yang
- Longsor berbahaya
- Letusan gunungapi A
- dsb N Lingkungan ekonomi yang rentan
A - kehidupan dalam risiko
- tingkat pendapatan rendah
25
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Progression of Vulnerability
Tekanan Dinamis
(Dinamic Pressure)
Kekurangan
B
Dinamic - institusi lokal, pelayanan kesehatan,
E pelayanan sosial
Pressure
N - pasar, institusi keuangan dan investi-
C Kerentanan gasi
A - pendidikan dan pelatihan
- teknologi
N - dsb
A Dinamic
Pressure Tekanan makro
- peningkatan penduduk
- urbanisasi
- penggunulan hutan
Penyebab mendasar
(Underlying Causes)
Underlying
Causes Keterbatasan akses terhadap:
B - struktur kekuasaan
E Dinamic
- sumberdaya
N Pressure
C Kerentanan Ideologi
Underlying
A Causes Sistem politik
N
A Dinamic Sistem ekonomi
Pressure
Underlying
Causes
26
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Bencana
Underlying
Causes
B
E Dinamic
N Pressure
Bahaya C Kerentanan
Underlying
A Causes
N
A Dinamic
Pressure
Underlying
Causes
27
Pengelolaan Bencana - Bab 2
Pengurangan Tekanan
Pengurangan Pembangunan:
Tekanan - pasar, lembaga keuangan & Investasi
- pendidikan & pelatihan
Tujuan Untuk Kondisi - teknologi
Memantau Aman - dsb
Situasi
Tekanan makro
Pengurangan
- pemantauan pertumbuhan penduduk
Tekanan
- penurunan urbanisasi
- penghutanan kembali
Penanganan
Penanganan Akar Penyebab
Akar Penyebab
Pengurangan Peningkatan akses:
Tekanan - struktur kekuasaan
Tujuan - keadilan/hukum
Kondisi - sumberdaya
Untuk Penanganan
Akar Penyebab - dsb
Memantau Aman
Situasi Ideologi
Pengurangan
Tekanan Sistem politik
Penanganan
Akar Penyebab Sistem ekonomi
Pengurangan
Risiko
Bencana
Tindakan Pencapaian Pengurangan Penanganan
Mengurangi Kondisi Tekanan Akar
Bencana Aman Peneyebab
Penanganan
Akar Penyebab
Pengurangan
Tekanan
Tujuan
Untuk Kondisi Penanganan
Mitigasi Akar Penyebab
Memantau Aman
Situasi
Pengurangan
Tekanan
Penanganan
Akar Penyebab
Sumber : Bahan Presentasi ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-
AusAID),2006.
28
Gempabumi
BAB 3
Gempabumi - Bab 3
Bahaya (Hazards)
Pengertian Ancaman Bencana / Bahaya (Hazard)
”Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau lingkungan binaan,
yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan bencana”.
”Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik
dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu
lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri”.
Secara umum bahaya terbagi menjadi tujuh bagian yang kesemuanya pernah dan sering
terjadi di sekitar kita terutama di Indonesia.
Bahaya Gempabumi
Berdasarkan kedalaman sumber
Gempa bumi adalah suatu gerakan tiba-tiba gempa, gempa bumi dibagi
atau suatu rentetan gerakan tiba- tiba dari menjadi
tanah dan bersifat transient yang berasal dari • Gempa dalam: kedalaman
suatu daerah terbatas dan menyebar dari titik sumber gempa 300 - 700km
tersebut ke segala arah (M.T. Zein). Oleh karena • Gempa sedang: kedalaman
itu, gempabumi adalah suatu gejala fisik/ sumber gempa 70 - 300km
kejadian alam yang umumnya ditandai dengan • Gempa dangkal: kedalaman
bergetar/berguncangnya bumi sehingga sum ber gempa < 70km
merupakan bahaya dan ancaman yang dapat (75%)
menimbulkan bencana pada umumnya timbul
akibat rusak atau runtuhnya gedung-gedung
dan bangunan – bangunan buatan manusia
lainnya.
Pada pembahasan selanjutnya, gempa bumi yang ditinjau ialah gempabumi tektonik.
30
Gempabumi - Bab 3
Gempabumi Tektonik
Merupakan jenis gempa yang paling banyak merusak bangunan. Anggapan yang dipakai
selama ini gempa bumi tektonik terjadi karena ada pelepasan stress energi yang tertimbun
di dalam batu-batuan karena pergerakan di dalam bumi.
Sampai saat ini manusia belum / tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya
kejadian gempabumi, kecuali hanya membuat peta-peta yang baik tentang tempat-tempat
patahan dan mengidentifikasi patahan mana yang mungkin siap retak dan mengurangi
dampak buruk yang ditimbulkan oleh gempabumi dengan merencanakan dan membangun
atau memperkuat bangunan buatannya.
31
Gempabumi - Bab 3
32
Gempabumi - Bab 3
bahasa Yunani lithos yang berarti batu. Maka dapat dikatakan berbentuk pelat tipis yang
keras disebut lempengan dan mempunyai karakter yang viskoelastis yang mengapung di
atas mantle. Pada lapisan litosfer inilah terdeteksi aktivitas gempa yang tinggi.
Mantel
Lapisan kedua, mantel, memiliki ketebalan 2900 km, sebagian besar berisi batuan ultra-
olivin dinamakan lapisan asthenospher dan dapat dibagi lagi menjadi bagian luar dengan
ketebalan kurang dari 650 km dan bagian dalam. Terdapat perbedaan temperatur yang
besar antara bagian luar, yang berbatasan dengan kulit bumi, dengan bagian dalam. Bagian
luar mantel lebih dingin daripada bagian dalam, namun temperatur rata-ratanya tetap
mencapai 4000ºF.
Antara lapisan mantel dan kulit bumi terdapat bidang dikontinu Moho. Istilah ini berasal
dari nama seorang ahli geologi Kroasia, Andrija Mohorovicic. Meskipun dapat terdeteksi,
tak ada seorangpun yang pernah melihat bidang Moho.
Inti Bumi
Bagian inti bumi ” core ” adalah pusat bumi dengan radius 3500 km terdiri atas bagian luar
yang cair dengan ketebalan sekitar 2260km (1400 mil), dan bagian dalam, atau inti padat,
yang berupa material nikel dan besi yang termampatkan oleh tekanan yang amat besar.
Temperatur inti dalam cukup seragam pada angka di atas 5000ºF, sebagian permukaannya
dianggap cair.
33
Gempabumi - Bab 3
Gambar Struktur Bagian Dalam Bumi. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program
CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
Fenomena Gempabumi
Sampai saat ini manusia belum / tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya
kejadian gempabumi, prediksi gempa tetap merupakan teori berdasarkan fabel dan mitos.
Oleh karena itu, tanggapan manusia atas fenomena alam gempabumi banyak ragamnya
melalui mitos – fabel dan dongeng dan
ilmu pengetahuan modern
Di Cina sejak dulu berkembang semacam
Beberapa pemahaman tentang fenomena kearifan lokal dalam hal memprediksi
alam dan kejadian gempa sangat berevolusi, gempa Dengan cara melihat perilaku
mulai dari burung, ular, ikan, kuda, kelinci dan tikus
• Aristotel 384 Ð 322 sebelum Masehi dengan cara tertentu mendeteksi dan
• Francis Becon 1620 mengamati / memberi peringatan bencana akan terjadi.
mengamati adanya kemiripan pantai Memperhatikan perilaku binatang-binatang
timur Amerika dan Pantai barat tersebut Cina berhasil meramal kejadian
Afrika, Gempa Lioning, dimana ribuan orang dapat
diselamatkan.
34
Gempabumi - Bab 3
• Eduard Suess 1876, tentang adanya single continent / Gondwana land, dan Marcel
Bertrand 1884, Teori Kelopak.
• Alfred Wegner 1912, Teori Hanyutan Benua dimana Gondwana Land mulai pecah
sejaka 200 juta tahun lalu menjadi bakal benua-benua seperti sekarang.
• Arthur Holmes 1928, Teori Aliran Panas yang menghasilkan daya dorong terhadap
gerak pelat – pelat / lempeng – lempeng bumi
• Tuzo Wilson 1967. Teori Lempeng Tektonik: suatu teori yang sangat berhasil
menjelaskan mengapa gempabumi terjadi, disamping menjelaskan benua-benua
bergerak perlahan-lahan, dan lain-lain. Namun tetap masih belum/tidak mampu
mengatakan kapan sebuah gempa akan terjadi,
Gambar Keadaan Bumi Dari 320 Juta Tahun Yang Lalu Membuktikan Bahwa Memang
Ada Pergerakan Lempeng. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006.
Hipotesis dasar dari teori pelat tektonik menyatakan bahwa permukaan bumi terdiri atas
15 lempeng besar, yang disebut pelat, yang saling bergerak satu sama lain dengan arah dan
kecepatan tertentu.
35
Gempabumi - Bab 3
Gambar Posisi Indonesia dalam kedudukan Teori Tektonik Lempeng Arah panah
menunjukkan arah gerak lempeng bumi berkisar dari 5 cm/tahun sampai 10 cm/tahun
dengan mekanisme gerak saling berpapasan-menjauh dan saling benturan. Sumber :
Modul ToTFaslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
Gambar Mekanisme Gerak Lempeng Bumi. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program
CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
36
Gempabumi - Bab 3
Jenis Patahan
• Normal atau Gravity
• Reverse atau Thrust
• Strike-Slip
• Oblique slip (normal)
Gambar Teori Daya Lenting Elastik dan Jenis Patahan Gempa. Sumber : Modul ToT Faslok
dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
37
Gempabumi - Bab 3
• Hiposentrum: Titik di dalam bumi pada mana terjadinya awal slip atau kehancuran.
• Episentrum: Titik yang terletak pada permukaan bumi tepat di atas hiposenter didapat
dengan menarik garis melalui fokus tegak lurus pada permukaan.
Gambar Bagian Dalam Suatu Gempa. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program
CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
38
Gempabumi - Bab 3
Skala Intensitas
1. Diciptakan sebelum manusia dapat mengukur besaran gempabumi dengan alat,
2. Ukuran besarnya didapat dari hasil pengamatan terhadap respon orang dan bangunan,
dan lain-lain,
3. Untuk memudahkan dibuat daftar yang mengklasifikasikan besaran gempa
berdasarkan respon orang dan bangunan, dan lain-lain,
4. Skala yang umum dipakai adalah Modified Mercalli Intensity yang memuat skala I
sampai XII.
Skala Magnitudo
1. Ukuran besaran gempa secara lebih kuantitatif,
2. Magnitudo menyatakan besarnya energi yang dilepaskan pada titik fokus,
3. Magnitudo tidak menggambarkan kerusakan,
4. Magnitudo pada awalnya dinyatakan dalam skala Richter, pada saat ini selain Richter,
ada banyak skala magnitudo lainnya; Magnitudo gelombang permukaan Ms, Durasi
magnitudo MD, Momen Magnitudo Mw.
200 - - I - II M M I III - IV M M I IV - V M M I
39
Gempabumi - Bab 3
Indonesia terletak di pertemuan 4 lempeng kulit bumi, dan dari peta wilayah gempa di
Indonesia dapat terlihat daerah rawan gempa. Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan
kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi.
Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat
pengaruh gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun.
40
Gempabumi - Bab 3
• Jangan mengguna-
kan telepon/ponsel
• Jika berada di dalam bangunan, berdiri dekat dinding atau kolom di tengah bangunan,
atau berlindung di bawah meja atau perabotan kokoh lainnya. Jauhi jendela dan pintu.
Tinggalkan bangunan setelah gempa berhenti atau ada perintah evakuasi.
• Gunakan tangga dan hindari elevator/lift. Jika berada di luar bangunan, berdiri di
tempat terbuka. Jauhi bangunan, tiang/kabel listrik atau telpon, pohon, dan benda
lain yang dapat jatuh. Jangan gunakan helm atau korek api.
• Jika berada dalam kendaraan yang bergerak, segera berhenti. Jauhi jembatan atau
terowongan, dan tetap berada di dalam sampai gempa berhenti.
Setelah Gempa :
• Ikuti petunjuk keadaan darurat di sekolah atau di ternpat kerja. Cek keadaan diri
sendiri dan orang di sekitar. Berikan pertolongan pertama jika diperlukan.
41
Gempabumi - Bab 3
• Cek jaringan listrik, air dan gas. Jika rusak/ ”Dan kamu lihat gunung-gunung itu,
terputus, segera matikan. Cek kebocoran kamu sangka dia tetap ditempatnya,
gas dengan rnencium baunya (jangan padahal ia berjalan sebagai jalannya
gunakan korek api). Jika terciurn bau gas, awan, (Begitulah) perbuatan Allah
segera buka pintu dan jendela, matikan yang membuat dengan kokoh tiap-
aliran gas. tiap sesuatu; sesungguhnya Allah
• Kenakan sepatu boot dan sarung tangan Maha mengetahui apa yang kamu
untuk pelindung. Nyalakan radio untuk perbuat”
mendapatkan pemberitahuan resmi.
Usahakan untuk menggunakan telepon Qs ; An Naml 88
hanya untuk kondisi darurat karena jalur
telepon diperlukan banyak orang.
• Jauhi bangunan yang rusak. Jauhi pantai
atau tepi sungai untuk menghindari bahaya tsunami atau banjir, meskipun gempa
telah lama berhenti. Jauhi daerah yang mengalarni kerusakan, kecuali atas ijin pihak
berwenang. Umumnya peraturan darurat berlaku di daerah gempa.
• Waspada terhadap gempa susulan.
42
Gempabumi - Bab 3
43
Gempabumi - Bab 3
EKSPERIMEN GEMPA
TUJUAN Melihat bagaimana penjalaran gempa dan
akibatnya.
HAMBATAN Tidak ada.
TINGKAT
Memasak jelly/agar-agar
KESULITAN
WAKTU
10 - 15 Menit
EKSPERIMEN
BAHAN • 1 bungkus Agar-agar (warna merah atau
hijau)
• 1 bungkus agar-agar putih
• 250gr gula putih
• 1 panci
• 3 gelas air putih
• 1 loyang alumunium foil (ukuran
23x30cm)
• Beberapa tusuk gigi untuk miniatur
rumah.
CARA Kita dapat memukul pinggir loyang dengan
besi. Kita dapat melihat gelombang menjalar
melalui agar. Apa yang terjadi bila kita
memukul lebih keras pada pinggiran loyang.
Perhatikan dengan cermat!
CATATAN Pemahaman mengenai komposisi, rasio
dan proporsi dari lapisan Bumi yang terdiri
dari kerak bumi, mantel dan pusat bumi
dan diperkenalkan pada teori dari lempeng
tektonik
44
Tsunami
BAB 4
Tsunami - Bab 4
Bahaya Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang panjang akibat
perubahan dasar laut dan terjadi secara tiba-tiba. Tsunami
berasal dari Jepang so-NAH-mee yang berarti gelombang
pelabuhan, pada awalnya dikenal dengan gelombang
seismik. Yang terjadi akibat adanya gempabumi. Pada tahun
1946 nama ini mulai dipakai secara internasional.
Tsunami di darat juga akan sangat berbahaya apabila telah menghanyutkan puing-puing
dari benda-benda atau bangunan yang dilaluinya, selain itu tsunami di daratan sendiri
memiliki daya tekan bidang sekitar 8 ton/ m 2 sehingga memiliki daya hancur yang cukup
besar.
Terjadinya Tsunami
Secara garis besar tsunami terjadi dalam tiga tahapan, yaitu: Pembangkitan, Penjalaran dan
Perendaman. Gangguan terhadap dasar laut, seperti misalnya gerakan disepanjang sesar/
patahan, mendorong vertikal keatas dari lapisan air diatas dasar laut. Kemudian gelombang
yang dibangkitkan menjalar di lautan dalam dengan kecepatan tinggi (seperti kecepatan
pesawat terbang) dengan panjang gelombang lebih dari 600 kali tingginya sehingga ditengah
lautan gelombang Tsunami tidak terlalu tampak jelas secara kasat mata. Diperairan yang
cukup dalam, Tsunami tidak dapat dilihat dan dirasakan, misalnya oleh perahu atau kapal
yang berada di tengah laut, hal ini karena panjang gelombang yang mencapai ratusan
mil dengan tinggi gelombang yang beberapa meter saja, hal ini juga yang menyebabkan
penjalaran Tsunami tidak dapat dilihat dari udara, misalnya dari pesawat terbang atau dari
pengamatan luar angkasa sekalipun. Memasuki kawasan yang lebih dangkal, kecepatan
gelombang tsunami berkurang, disisi lain karena pengaruh pemantulan/refraksi dan
pendangkalan kedalaman, menyebabkan energi gelombang meninggikan muka air laut
menjadi dinding air yang sangat tinggi.
46
Tsunami - Bab 4
Syarat-syarat gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami ; Sesar penyebab tsunami
berada di laut , Arah pergerakan sesarnya vertikal dan terangkat beberapa meter, Lebar sesar
yang aktif menimbulkan gempa dengan luas displacement lebih dari ratusan ribukilometer
persegi. Gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami minimal berkekuatan 6 SR dengan
kedalaman epicenter gempa<40 km (gempa dangkal).
47
Tsunami - Bab 4
Gunungapi
Letusan gunungapi bawah laut juga dapat mengganggu kesetimbangan badan air.
Menimbukan pergerakan vertikal dasar laut Jatuhan material gunungapi juga dapat
mengganggu kesetimbangan massa air disekitarnya.
Wikipedia Indonesia
Longsoran
Luncuran sedimen/lapisan tanah disekitar
pantai atau dibawah dasar laut dalam jumlah
besar yang menimbulkan kesetimbangan air.
Penambahan volume sedimen kedalam badan
air menimbulkan pergerakan vertikal Biasanya
menimbulkan tsunami dalam skala lokal
Contoh kasus, tsunami di papua, sebelumnya Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru
terjadi gempa yang menimbulkan longsor pada Program CDASC (Muhammadiyah-
lapisan tanah yang labil dan meluncur kearah AusAID),2006.
pantai.
48
Tsunami - Bab 4
49
Tsunami - Bab 4
Gelombang
Angin
Gelombang
Tsunami
50
Tsunami - Bab 4
Tsunami di Indonesia
Indonesia terletak pada konvergensi (pertemuan) beberapa lempeng bumi - salah satu
kawasan paling aktif di dunia.
51
Tsunami - Bab 4
• Zona-A : Busur Sunda bagian Barat, terletak di sebelah Barat Laut Selat Sunda, antara
lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas.
• Zona-B : Busur Sunda bagian Timur, ternbentang antara Selat Sunda ke Timur sampai
dengan Sumba, yang terdiri dari Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Pulau
Sumba.
• Zona-C : Busur Banda, terletak di Lau Banda, antara lain Flores, Timor, Kepulauan
Banda, Kepulauan Tanimbar, Seram dan Pulau Buru.
• Zona-D : Selat Makassar.
• Zona-E : Laut maluku, termasuk didalamnya Sangihe dan Halmahera;
• Zona-F : Sebelah Utara Irian Jaya.
Dalam kurun waktu kurang lebih 400 tahun bencana tsunami telah menyebabkan korban
jiwa kurang lebih sebanyak 500.000 orang, pada Tabel dibawah. menunjukkan jumlah
tsunami dan korban jiwa untuk masing-masing zona.
Aktivasi Tsunami di Indonesia. .Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006.
52
Tsunami - Bab 4
Mengenal area dimana kita berada, bekerja, bermain atau berwisata khususnya untuk
area penyelamatan, rute penyelamatan, infrastruktur penting, dan lain-lain.
Apabila tinggal di wilayah rawan tsunami dan ketika terjadi bencana maka yang harus
dilakukan adalah: Menyelamatkan keluarga untuk segera meninggalkan rumah. Berlari
dengan tertib, tetap tenang ke area evakuasi atau ketempat yang dapat dipergunakan untuk
evakuasi (gedung tinggi, tower, dan lain-lain). Ikuti anjuran dan arahan dan petugas tanggap
darurat lokal yang ada atau pihak berwenang yang bertugas
Apabila kita sedang berada di wilayah pantai dan merasakan gempa bumi, maka:
secepatnya lari ke tempat yang lebih tinggi, jangan menunggu sampai ada peringatan.
Jauhi area sekitar sungai. Gedung-gedung tinggi yang berkontruksi kuat (beton) dapat
dipergunakan sebagai tempat evakuasi (lantai 3 keatas) apabila tidak sempat melarikan diri
ke area Penyelamatan
Gerakan Tanah
Gerakan tanah ini timbul karena adanya penjalaran gelombang di lapisan bumi padat akibat
adanya gempa. Jika gempa dangkal besar yang terjadi di bawah permukaan laut, maka sangat
berpotensi terjadinya tsunami. Khusus bagi tsunami near field (sumber dekat dengan pantai)
gerakan ini dapat dirasakan secara langsung oleh indera manusia tanpa menggunakan alat
ukur, namun untuk tsunami dengan sumber far field (sumber jauh dengan pantai) misalnya
tsunami Chili 1960, tidak dirasakan oleh indera manusia di Jepang namun setelah 12 Jam
tsunami tersebut menghatam daerah Tohoku ( North-East) Pulau Honshu, Jepang.
53
Tsunami - Bab 4
Dari beberapa saksi mata juga menyebutkan khususnya untuk Tsunami Biak 1996 dan
Tsunami Flores 1992 yang terjadi pada siang hari (sedangkan Tsunami Banyuwangi 1994
terjadi pada malam hari) disaksikan bahwa gelombang yang datang menyerupai tembok
hitam dan gelap serta berupa tembok putih yang bergerak ke arah pantai. Perbedaan
pengamatan ini bergantung pada jenis serta morfologi dasar laut di lepas pantai. Untuk
daerah dimana landai serta gelombang tsunami menggerus sedimen di bawahnya maka
dinding tesebut kelihatan hitam atau kelabu, sedangkan untuk daerah berkarang maka
dinding tersebut berwarna putih di penuhi oleh busa air laut.
Ini menganjurkan agar melakukan evakuasi jika terdengar suara abnormal setelah terjadi
gempa. Suara seperti ini juga diceritakan oleh saksi mata tsunami di Biak, Banyuwangi dan
Flores dimana suara tersebut ada yang menyebutkan suara yang terdengar menyerupai:
bunyi pesawat helikopter, suara drum band, serta suara roket yang mendesing. Jenis-jenis
dan tipikal suara tersebut hubungannya dengan posisi tsunami saat menjalar atau saat
menghantam tebing batu atau pantai yang landai di Jelaskan oleh Shuto (1997).
54
Tsunami - Bab 4
55
Tsunami - Bab 4
• Membantu orang yang memerlukan bantuan khusus (bayi, lansia, Iumpuh, dli).
• Menggunakan telepon atau handphone hanya pada kondisi mendesak. Apabila air
telah kering tetap berada di luar ruangan atau bangunan.
• Pergunakan sepatu apabila berjalan di wilayah bencana.
• Apabila masuk kedalam ruangan atau bangunan pergunakan senter sebagai alat
penerangan. Mengamati sekitar untuk menghindari bencana ikutan (listrik, gas, dan
lain-lain).
• Periksa saluran air bersih dan pembuangan, hubungi relawan dengan keterampilan
khusus untuk memperbaikinya.
• Pergunakan keran air bersih apabila telah diijinkan oleh petugas kesehatan
• Hati-hati dengan binatang buas, pergunakan tongkat untuk alat bantu memasuki
kawasan bencana.
Eksperimen Tsunami
EKSPERIMEN TSUNAMI
TUJUAN Pada simulasi ini dapat diamati fenomena terjangan gu-
lungan ombak yang diakibatkan oleh tsunami yang dapat
merusak semua infrastruktur daerah dekat pantai.
HAMBATAN Komposisi daratan dan lautan, pemberian gaya.
TINGKAT KESULITAN Rendah
WAKTU EKSPERIMEN 30 Menit
BAHAN • Wadah/nampan
• Campuran tanah dan pasir
• Miniatur bangunan
• Gabus/stereoform
• Air
• Zat pewarna biru
• Palu/bola
CARA • Bagi tempayan/baki menjadi dua dengan 3/4 lautan
dan 1/4 daratan
• Beri batas berupa gabus antara daratan dan lautan.
• Buat miniatur daratan beserta bangunan-bangunanya.
• Buat miniatur lautan
• Masukkan sedikit zat bewarna sehingga air kelihatan
berwarna biru
CATATAN Pembatas gabus sebaiknya diisolasi dahulu agar kedap air
56
Gunungapi
BAB 5
Gunungapi - Bab 5
Bahaya Gunungapi
Gunung api adalah lubang atau rekahan pada kerak bumi tempat keluarnya magma, gas
dan fluida lainnya ke permukaan bumi. Di dunia terdapat 1500 gunungapi aktif, rata-rata
‘ 50 gunungapi mengalami erupsi (letusan) tiap tahun. Dibandingkan bencana alam lain
yang cukup besar (banjir, tanah longsor, gempa bumi dan angin topan) bencana gunungapi
relatif tidak terlalu mengancam manusia. Meskipun demikian bencana gunungapi secara
lokal dapat sangat destruktif dan pada kejadian tertentu di mana letusannya yang sangat
dahsyat dapat mengubah iklim global dan bahkan dapat mengubah sejarah manusia.
Gambar Bagian-
Bagian Dari
Gunungapi.
Sumber : Modul
ToT Faslok
dan Guru
Program CDASC
(Muhammadiyah-
AusAID),2006.
Gunungapi aktif adalah gunungapi yang pernah aktif dalam periode sejarah, sedangkan
gunungapi yang sedang dalam periode istirahat adalah gunungapi yang tidak pernah meletus
dalam periode sejarah namun memiliki kemungkinan untuk aktif kembali. Dalam hal ini
periode sejarah (manusia) adalah sejak tahun 1600. Gunungapi padam adalah gunungapi
yang kemungkinannya sangat kecil untuk aktif atau meletus.
58
Gunungapi - Bab 5
Berdasarkan ada/tidaknya aktivitas erupsi sejak tahun 1600 maka di Indonesia dikenal
gunungapi dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tipe-A : Gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1600.
Tipe-B : Gunungapi yang sesudah tahun 1600 tahun belum lagi mengalami erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe-C : Gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/ fumarola pada
tingkat lemah.
Tingkat Bahaya Gunungapi. Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
59
Gunungapi - Bab 5
Pembentukan Gunungapi
Gunungapi yang terdapat di permukaan bumi tidak terdistribusi secara acak tetapi mengikuti
pola tertentu. Sebagian besar gunungapi terdapat di tepian benua, gugusan pulau-pulau
atau di bawah laut dan membentuk deretan pegunungan. Lebih dari setengah gunungapi
aktif di dunia terdapat di sekitar Samudra Pasifik dan disebut Circum-Pacific Ring of Fire.
Aktivitas volkanik yang lebih besar terdapat di bawah permukaan laut, dan menghasilkan
75% dari keseluruhan lava yang dihasilkan.
Interior Bumi
Secara garis besar bumi terbagi menjadi tiga lapisan utama yaitu kulit atau kerak, mantel, dan
inti bumi. Setiap lapisan memiliki karakteristik fisika dan komposisi kimia yang berbeda.
Kerak (crust) adalah lapisan terluar bumi yang tipis dan padat, termasuk di dalamnya
kerak benua (continental crust ) dan kerak samudra (oceanic crust). Kerak bumi paling
tipis terdapat di bawah samudra dengan ketebalan rata-rata sekitar 8 km dan paling tebal
terdapat di bawah deretan pegunungan besar dengan ketebalan rata-rata sekitar 150 km.
Ketebalan kerak benua bervariasi dengan rata-rata antara 50-60 km.
Mantel adalah lapisan di bawah kerak bumi yang mengandung lebih banyak besi dan
magnesium sehingga lebih padat. Bagian mantel paling atas bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk litosfer. Karena sifatnya yang padat namun rapuh maka litosfer
terpecah-pecah menjadi lempeng-lempeng tektonik.
Gambar Struktur Dalam Bumi. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006.
60
Gunungapi - Bab 5
Semakin dalam temperatur bumi semakin panas sehingga mantel bagian bawah bersifat
plastis (semi cair) dan disebut sebagai astenosfer. Di bagian ini batuan cukup panas sehingga
dapat terlipat, tertekan, meregang dan mengalir dengan sangat perlahan tanpa mengalami
patah (fracture). Lempeng yang terbentuk oleh material yang ringan dan padat (litosfer)
seolah mengambang di atas astenosfer yang lebih berat namun dapat ‘ mengalir ’ .
Di bagian tengah bumi terdapat inti yang dibentuk oleh paduan besi-nikel dengan
densitas (rapat massa) yang sangat besar, yaitu sekitar 5 kali densitas batuan di permukaan
bumi. Inti bumi terbagi menjadi inti luar (outer core) yang cair dan inti bagian dalam (inner
core) yang padat.
Litosfer dan Astonosfer. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006.
Tektonik Lempeng
Bumi merupakan planet yang dinamik. Lapisan bumi terluar (bagian padat) terbagi menjadi
beberapa lempeng tektonik yang saling bergerak relatif antara satu terhadap yang lain.
Lempeng tektonik terdiri dari kerak bumi dan litosfer yang merupakan bagian padat dari
mantel atas. Lempeng tersebut bergerak dan seolah mengapung di atas lapisan plastis dari
mantel bagian bawah yang disebut astenosfer. Kecepatan pergerakan lempeng berkisar
antara 2 - 6 cm/tahun.
Suatu lempeng dapat terdiri dari kerak benua dan kerak samudra. Ukuran lempeng
tektonik bervariasi dari yang kecil sampai yang besar seperti Lempeng Pasifik dan Lempeng
Antartika. Ketebalan lempeng juga bervariasi mulai dari sekitar 15 km untuk kerak samudra
yang masih muda sampai lebih dari 150 km untuk kerak benua yang berumur sangat tua.
61
Gunungapi - Bab 5
Konveksi Mantel
Dalam teori Tektonik Lempeng, mekanisme yang dianggap menggerakkan lempeng adalah
konveksi mantel. Material mantel yang panas naik dan menyebar di permukaan dan setelah
dingin tenggelam untuk kemudian dipanaskan kembali. Gerakan tersebut membentuk arus
konveksi.
Pada batas lempeng divergen, arus konveksi yang naik dan menyebar menyebabkan
lempeng bergerak saling menjauh. Arus konveksi pada batas lempeng konvergen
menyebabkan lempeng saling bertumbukan dan menyebabkan timbulnya zona subduksi
atau deretan pegunungan. Energi yang menyebabkan proses konveksi berasal dari proses
peluruhan radioaktif di dalam bumi yang menghasilkan panas.
Konveksi Mantel Sebagai Penggerak Lempeng dan Analoginya Dengan Pemanasan Air.
Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID),2006.
rekahan memanjang dan membentuk lapisan kerak yang baru. Pada punggungan tengah
samudra, kerak baru tersebut
membentuk dasar samudra yang baru pada proses yang disebut pemekaran lantai
samudra (sea floor spreading). Dasar samudra dibentuk oleh lava basaltik yang dihasilkan
oleh . Lautan sempit seperti Laut Merah merupakan contoh spreading center yang masih
muda sedangkan Samudra yang luas seperti Atlantik dan Pasifik merupakan indikasi adanya
spreading center yang relatif lebih tua.
62
Gunungapi - Bab 5
Jenis dan tingkat aktivitas volkanik pada pusat pemekaran bergantung pada kecepatan
pemekaran. Pada pusat pemekaran dengan kecepatan rendah (2 – 5 cm/tahun) punggungan
yang terbentuk akan melebar dengan zona rekahan yang dalam (contoh: Mid-Atlantic
Ridge). Pada pusat pemekaran dengan kecepatan tinggi (10 cm/tahun atau lebih) maka
punggungan akan sempit dan tanpa lembah di tengahnya (contoh: East Pacific Rise).
Volkanisme Pada Pusat Pemekaran. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006
Bagian lempeng yang menunjam terus terdesak dan ketika mencapai kedalaman sekitar
150 km temperaturnya mencapai lebih dari 1000°C sehingga sebagian mulai mencair
dan membentuk magma. Magma yang terbentuk tersebut dapat naik dan menembus ke
permukaan bumi dan membentuk gunungapi atau rangkaian gunungapi.
• Busur volkanik (volcanic arc) adalah rangkaian gunungapi yang terbentuk pada
tumbukan lempeng benua dan lempeng samudra. Contoh busur volkanik diantaranya
adalah pegunungan Cascade di Amerika Serikat, pegunungan Andes di Chili dan
deretan gunungapi sepanjang Sumatra dan Jawa.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
63
Gunungapi - Bab 5
• Busur kepulauan volkanik (volcanic island arc) terjadi jika dua lempeng samudra
saling bertumbukan. Contoh volkanisme busur kepulauan adalah deretan gunungapi
di kepulauan Jepang.
Aktivitas volkanik pada zona subduksi cenderung lebih dahsyat dibandingkan dengan
aktivitas volkanik di zona pemekaran. Bentuk gunung yang terbentuk umumnya adalah
gunungapi strato yang dicirikan oleh bentuk kerucut dengan kemiringan lereng yang cukup
besar. Sebagian besar gunungapi aktif yang terletak di atas permukaan laut terdapat pada
batas lempeng konvergen dimana terjadi subduksi.
Karena lempeng terus bergerak sementara sumber panas relatif diam maka gunungapi
yang terbentuk akibat hot spot tidak memperoleh pasokan magma sehingga tidak aktif
lagi. Kemudian gunungapi lain terbentuk di atas hot spot tersebut dan siklusnya berulang
kembali sehingga terbentuk suatu rangkaian gunungapi.
Contoh aktivitas volkanik yang berasosiasi dengan yang paling dikenal adalah rangkaian
gunungapi yang membentuk kepulauan Hawaii. Contoh lain adalah Gunungapi Piton de la
Fournaise di Pulau La Reunion.
Hot Spot di Kepulauan Hawaii. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006
64
Gunungapi - Bab 5
Jenis Gunungapi
Gunungapi memiliki bentuk yang sangat beragam yang sangat dipengaruhi oleh komposisi
magma yang dihasilkan, tingkat kekuatan letusan, jumlah gas dan fluida lain dan interaksinya
dengan magma. Klasifikasi gunungapi pada umumnya subyektif dan tidak unik. Secara
umum gunungapi diklasifikasikan berdasarkan aktivitas, morfologi, dan bentuk erupsinya.
Komposisi magma berhubungan erat dengan lokasi, dalam hal ini lempeng tektonik
tempat terbentuknya suatu gunungapi. Gunungapi yang berbentuk melebar dengan
kemiringan lereng yang rendah merupakan ciri-ciri gunungapi pada pusat pemekaran dan
gunungapi yang berasosiasi dengan hot spot. Gunungapi yang menjulang tinggi dengan
lereng yang curam merupakan gunungapi di zona subduksi.
Morfologi Gunungapi
MORFOLOGI GUNUNGAPI
Gunungapi Strato Gunungapi Kubah Lava /
Kubah Volkanik
• Kerucut dengan lereng curam.
• Akumulasi lava dan material piroklas- • Akumulasi lava dengan
tik. viskositas tinggi pada
• Zona subdiduksi, lava andesit (visko- lubang kawah.
sitas, tinggi, kental).
• Eksplosif
• Di indonesia Merapi, Sindoro,
Sumbing, Ceremai, Semeru potensi
bahayanya cukup besar. Gunung
Merapi merupakan gunung yang pal-
ing aktif di dunia. Diperkirakan dua
tahun sekali gunung itu beraktifitas,
bukan eksplosif tapi gerakan dalam.
65
Gunungapi - Bab 5
Aktivitas erupsi suatu gunungapi tidak hanya mengikuti satu tipe erupsi saja. Bergantung
pada aktivitas dan fase erupsi.
ERUPSI GUNUNGAPI
Hawaiian Strombolian
Vulkanian Pelean
66
Gunungapi - Bab 5
Lahar : Campuran deposit aktivitas gunung api (tephra) dengan air dan mengalir menuruni
lereng. Seperti banjir banding misal saat meletus Gunung Pinatubo di Philipina, banyak
jatuh korban karena aliran lahar dingin akibat hujan yang terus-menerus setelah letusan.
Aliran Lava : Lava basalt yang mengalir dari lubang erupsi. Lava andesit-riolit membentuk
kubah lava. Tipe Hawaiian lava turun ke tempat yang lebih rendah pelan tapi membakar
semua yang dilewatinya. Di Indonesia jarang yang seperti ini, biasanya lava membentuk
kubah lava. Berbahaya kalau konstruksinya tidak kuat bisa terjadi longsor.
Tehpra : Jatuhan fragmen batuan dan lava (abu, bom dan blok volkanik) yang terlontar
ke udara. Tehpra mempunyai ukuran dari yang kecil sampai besar. Kalau lontarannya jauh
akan mempengaruhi cuaca dan material yang jatuh lapisannya akan menutupi apapun dan
terkadang sangat tebal.
Gas Volkanik : Gas bersifat asam dan gas mematikan lainnya, yang terlepas saat erupsi
volkanik. Pernah terjadi di kawah Sinila Dieng. Di Kamerun di danau kawah karena
aktifitasnya mengakibatkan gas CO2 terkonsentrasi dan sangat kuat menyebabkan kematian
pada ternak serta penduduk sekitar danau, korban sekitar 1000-2000 orang.
Gempa Bumi : Gempa volkanik jauh Iebih kecil dari pada gempa tektonik, namun dapat
memicu Iongsornya kubah lava dan struktur gunung api yang tidak stabil. Dari segi ukuran
lebih kecil dari gempa tektonik, karena kecil tidak terasa tapi ada.
Tsunami : Tsunami dapat terjadi jika material volkanik dan gunung api di laut atau lepas
pantai longsor ke laut dalam jumlah sangat besar. Misal letusan Krakatau pada tahun 1883.
Korban sekitar 36 ribu jiwa
67
Gunungapi - Bab 5
Lahar
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
68
Gunungapi - Bab 5
Tindakan-Tindakan Perlindungan
Tindakan-tindakan perlindungan berikut ini perlu dilakukan untuk menyediakan perlindungan
sementara atau permanen terhadap fenomena khusus yang bersifat merusak.
69
Gunungapi - Bab 5
70
Gunungapi - Bab 5
Pemantauan Gunungapi
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
71
Gunungapi - Bab 5
72
Longsor
BAB 6
Longsor - Bab 6
Bahaya Longsor
Beberapa istilah penting sebagai padanan kata tanah longsor : Landslide, Slope movement,
Mass movement, Longsoran. Gerakan tanah, Gerakan Massa.pantai.
Beberapa Definisi
• “… Is the process by which earth materials (bedrock, unconsolidated sediments and
soils are transported down slopes by gravity. David. J Varnes 1978.Slope movement
& type and process)”.
• “ ... The movement of a Mass of rocks , debris or earth down a slope . (David. M
Cruden 1991. A simple definition of a landslide)”.
• “ … Perpindahan sejumlah Massa batuan dan/atau tanah secara gravitasional menuju
bagian bawah suatu lereng”.
Jadi, tanah longsor bisa terjadi pada material tanah atau batuan atau campuran keduanya.
Tanah dan batuan terdiri dari komponen- komponen yang apabila terjadi gangguan, akan
mengalami ketidakseimbangan di dalamnya, sehingga mudah rusak atau terlepas dari
bagian massa dasarnya.
Misalnya, salah satu contoh proses umum terjadinya tanah longsor yaitu air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah berat/bobot tanah itu sendiri. Jika air tersebut
terus meresap sampai ke bagian tanah yang tidak dapat ditembus air yang dapat berperan
sebagai bidang gelincir (bagian tanah atau batuan yang merupakan tempat meluncur massa
tanah dan batuan yang bergerak), maka tanah yang di atasnya menjadi licin dan lapuk
sehingga mudah sekali bergerak mengikuti kemiringan lereng yang ada.
Falls
Umumnya merupakan gerak pecahan batuan besar atau kecil yang terlepas dari massa
batuan dasar dan jatuh bebas. Tanah longsor ini biasanya terjadi pada tebing- tebing
yang terjal dimana material lepas tidak dapat tetap di tempatnya, dapat langsung jatuh
atau membentur-bentur dinding tebing sebelum sampai di bagian bawah tebing. Contoh
kejadian yang paling umum adalah pada tebing di pinggir jalan atau sungai yang baru
dikupas/digundul dengan batuan yang agak lapuk dan banyak rekahan.
74
Longsor - Bab 6
Slides
Adalah material yang bergerak masih agak koheren dan bergerak di atas suatu permukaan
bidang gelincir. Bidang gelincirnya dapat berupa bidang rekahan, kekar atau bidang
perlapisan yang sejajar dengan lereng. dibedakan menjadi dua, yaitu Rockslide (gelinciran
blok batuan yang biasanya memiliki bidang gelincir planar) dan slump (gelinciran yang
umumnya terjadi di tanah dan memiliki bidang gelincir yang melengkung).
Rockslide atau gerakan blok batuan adalah longsoran massa batuan dengan bentuk
bidang gelincir planar atau gelinciran translasional.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Slump merupakan longsoran massa tanah dengan permukaan bidang gelincir yang
melengkung atau sirkular. Jenis ini disebut juga sebagai nendatan atau gelinciran
rotasional.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Flows
Adalah gerakan material menuruni lereng sebagai halnya cairan kental dengan cepat dan
umumnya dijumpai berupa campuran sedimen (hasil lapukan batuan dan tererosi atau
terkikis), air dan udara yang dianggap mengalir. Aliran yang biasa terjadi adalah aliran lumpur
(Mud Flow ) atau aliran material rombakan massa tanah (Debris Flow ) dengan kandungan
air yang banyak. Jenis tanah longsor ini umumnya terjadi di daerah yang curah hujannya
tinggi. Kecepatan alirannya tergantung pada kecuraman lereng dan kandungan air.
Mud Flow adalah gerakan massa lumpur atau material berukuran lempung pada bidang
dasar licin yang rata atau bergelombang landai. Jenis ini bisa disebut juga sebagai salah satu
jenis tanah longsor yang memiliki pergerakan translasional.
75
Longsor - Bab 6
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Debris Flow adalah gerakan material tanah dan batu-batuan akibat rombakan yang
bergerak karena dorongan air yang sangat kuat. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, serta jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya, bahkan di beberapa tempat bisa
sampai ribuan meter, seperti di daerah aliran sungai dan sekitar gunungapi.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Creep (rayapan) merupakan jenis gerakan material dimana gerakannya sangat lambat
sehingga gerakannya seringkali tidak bisa dilihat dengan mata. Namin, akibatnya dari jenis
tanah longsor ini bisa diamati, seperti dinding rumah retak-retak akibat pondasinya bergeser
perlahan-lahan, dan tiang- tiang serta pepohonan tumbuhnya melengkung. Rayapan dapat
terjadi juga karena tanah jenuh air, daya kohesinya berkurang dan tanah mudah bergerak
ke bagian bawah lereng.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
76
Longsor - Bab 6
Meskipun penyebab utama kejadian tanah longsor ini adalah gravitasi (gaya tarik bumi)
yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang
turut berpengaruh, yaitu :
Abrasi adalah proses pengikisan di pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasa disebut juga sebagai erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai
penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan
penanaman hutan mangrove (tumbuhan bakau). Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau
gelombang laut menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam.
Lereng batuan dan tanah yang lemah akibat resapan air hujan. Jenis tanah yang kurang
padat dan lemah adalah tanah lempung (tanah liat) yang memiliki potensi untuk terjadinya
tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu, tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek apabila terkena air dan pecah ketika hawa terlalu
panas. Sedangkan batuan yang kurang kuat adalah batuan endapan gunungapi dan batuan
sedimen ukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap
tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal. Air hampir selalu terdapat pada tanah/
batuan dipermukaan bumi yang terdapat di dalam pori-pori (lubang kecil) dan rekahan/
retakan atau antar butiran. Pengaruh air dalam tanah longsor adalah
77
Longsor - Bab 6
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Gempabumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi. Gempabumi bisa disebabkan
oleh pergerakan lempeng bumi dan dapat menimbulkan tekanan besar yang mengakibatkan
tanah longsor di lereng-lereng yang lemah. Gempabumi diukur dengan menggunakan alat
yang dinamakan seismograf dan dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan
ukurannya skala Richter. Selain itu, gempabumi juga dapat diukur dengan menggunakan
ukuran Skala Mercalli.
Gunungapi terdapat dalam beberapa bentuk. Gunungapi yang aktif mungkin sekali mengalami
perubahan menjadi separuh aktif, atau bahkan menjadi padam, sebelum akhirnya menjadi
tidak aktif atau mati. Oleh karena itu, cukup sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya
suatu gunungapi, apakah dalam keadaan padam atau telah mati. Letusan gunungapi dapat
menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan debu, dan aliran debu-debu.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan atau letusan
gunungapi, pengunaan bahan-bahan peledak, getaran mesin, getaran lalulintas kendaraan
dan bahkan petir. Semua itu dapat menyebabkan retaknya tanah, badan jalan, lantai, dan
dinding rumah.
Beban tambahan yang terlalu berlebihan seperti bangunan pada lereng dan kendaraan,
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya sering terjadi penurunan tanah dan retakan yang mengarah
ke lembah.
Jenis tata guna lahan Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata guna lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan, akar
tanaman kurang kuat untuk mengikat butir-butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek
dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang
dalam dan umumnya terjadi pada daerah longsoran lama.
78
Longsor - Bab 6
Penggundulan hutan Tanah longsor umumnya banyak terjadi pada daerah yang relatif
gundul karena pengikatan air tanah sangat kurang.
Tanah longsor lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunungapi pada lereng yang relatif terjal atau pada saat/sesudah terjadi pergerakan sesar
di permukaan bumi. Bekas tanah longsor lama memiliki cici-ciri antara lain : Adanya tebing
terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda. Umumnya dijumpai mata air,
pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur. Daerah badan longsor
bagian atas umumnya relatif landai. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran
lama. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil
Banyak dijumpai pohon yang relatif miring. Longsoran lama ini cukup luas.
Daerah pembuangan sampah Penggunaan lapisan tanah yang memiliki daya dukung rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor,
apalagi bila dipicu dengan guyuran hujan yang lebat.
Faktor-faktor tersebut di atas pada umumnya tidak berjalan sendiri namun saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Tanah longsor dapat diperkirakan akan
kejadiannya dengan mengetahui tanda-tandanya. Tanda-tanda (gejala) umum terjadi tanah
longsor adalah sebagai berikut :
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
• Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
Pada beberapa kejadian bencana tanah longsor, korban yang tewas biasanya berasal
dari perkampungan penduduk yang terletak di daerah rawan. Mereka meninggal akibat
runtuhnya bangunan dan terkubur oleh bahan-bahan yang dibawa tanah longsor itu. Di
seluruh dunia sekitar 600 kematian per tahun terjadi akibat bencana ini terutama dilingkaran
Pasifik.
79
Longsor - Bab 6
Kerugian yang ditanggung akibat tanah longsor di Indonesia setiap tahun mencapai Rp 800
miliar dan jiwa yang terancam sekitar 1 juta per tahunnya.
Mitigasi Longsor
• Mencegah perembesan air ke dalam tanah di daerah yang diketahui atau yang
dianggap rawan terhadap tanah longsor, antara lain memelihara hutan-hutan yang
ada atau menghijaukan kembali hutan-hutan yang gundul dengan jenis tanaman yang
sesuai, pembuatan drainage atau saluran pengering di daerah rawan tanah longsor (
terutama pada musim hujan).
• Mengatur penggunaan daerah–daerah lereng gunung terutama daerah lereng gunung
dan tepi sungai. Lahan usaha di daerah lereng harus di sesuaikan dengan keadaan
permukan tanah tempat itu.
• Pengaturan lokasi perkampungan atau pedesaan. Hal ini penting untuk mencegah
jatuhnya korban jiwa jika terjadi tanah longsor secara mendadak. Hindari lokasi
pemukiman di daerah rawan tanah longsor (jalur aliran tanah longsor, dataran
sepanjang aliran sungai dan cekungan-cekungan pada kaki gunung).
Pada daerah-daerah rawan tanah longsor yang kritis perlu dibangun pos-pos pengawasan
yang dapat memberikan isyarat tanda bahaya. Pos-pos pengawasan ini agar disiagakan terus
menerus pada waktu musim hujan untuk tidak terperangkap oleh kejadian yang mendadak.
Pada jalur jalan di kaki lereng/bukit yang rawan gerakan tanah terutama untuk jenis jatuhan
dan aliran batu perlu di pasang tanda bahaya (rambu) agar pemakai jasa angkutan atau
setiap pengendara dapat berhati-hati setiap kali melintasi jalur jalan ini.
Pemetaan Memberikan informasi dalam bentuk gambar (peta) dan film tentang daerah-
daerah mana yang rawan bencana tanah longsor kepada masyarakat atau pemerintah agar
menghidari daerah tersebut bila ingin melakukan pembangunan.
Penyelidikan Mempelajari apa penyebab dan akibat dari bencana tanah longsor agar dapat
digunakan untuk merencanakan penanggulangan bencana dan pembangunan wilayah.
Pemeriksaan Melakukan pemeriksaan atau pengecekan pada saat dan sesudah terjadi
bencana tanah longsor, sehingga dapat diketahui penyebab proses terjadinya, kondisi
bencana dan cara menanggulanginya.
80
Longsor - Bab 6
Pemantauan Pemantauan dilakukan pada daerah rawan tanah longsor dan daerah strategis
secara ekonomi, agar masyarakat tahu tingkat bahaya daerah tersebut untuk dijadikan
bercocok tanam dan perkampungan.
Selain itu, masyarakat dan pemerintah harus memperhatikan beberapa hal agar terhindar
dari bahaya bencana tanah longsor antara lain:
1. Membuat rumah atau bangunan di lereng bukit harus benar.
2. Tidak boleh membuat sawah dan kolam pada lereng bagian atas di dekat
perkampungan.
3. Segera menutup retakan tanah dan padatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan itu.
4. Jangan menebang pohon di lereng.
5. Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
perkampungan
6. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
7. Tidak boleh membuat perkampungan di tepi lereng terjal
8. Jangan mendirikan rumah atau bangunan lain di bawah lereng terjal
9. Jangan memotong tebing di pinggir jalan jadi tegak.
10. Jangan membuat rumah di tepi sungai yang rawan longsor.
X
PEMBANGUNAN DI LERENG BUKIT
X
81
Longsor - Bab 6
Eksperimen Longsor
EKSPERIMEN LONGSOR
TUJUAN Ada dua fenomena yang bisa diamati dalam simulasi ini
yaitu bukit dengan kondisi tanah gundul dan tidak gundul.
HAMBATAN
TINGKAT KESULITAN Sedang
WAKTU EKSPERIMEN Untuk 2 eksperimen: 30 menit
BAHAN Wadah/nampan, Styroform, pasir, tanah, mika, rumput,
aneka miniatur.
CARA • Buat gundukan tanah pada salah satu sisi wadah yang
sebelumnya ditahan dengan mika
• Letakkan styroform memanjang sejajar gundukan
pada dasar lereng tanah yang berfungsi untuk mena-
han tanah agar lebih kuat.
• Tambahkan pasir secukupnya di atas tanah.
• Tambahkan rumput-rumput dan miniatur bangunan di
atas dan lereng gundukan.
• Alirkan air di atas gundukan
CATATAN Gundukan tanah harus padat, lapisan pasir di atas tanah
tidak perlu dipadatkan.
82
Banjir
BAB 7
Banjir - Bab 7
Bahaya Banjir
Banjir adalah suatu kejadian dimana air menggenangi daerah yang biasanya tidak di genangi
air dalam selang waktu tertentu.Adakalanya banjir tersebut terjadi pada waktu yang cepat
dengan waktu penggenangan yang singkat, tetapi adakalanya dengan waktu yang lambat
dengan waktu penggenangan yang lama.
Penyebab Banjir
Banjir disuatu wilayah dapat terjadi secara alami atau secara kecelakaan oleh ulah manusia
atau secara kedua-duanya, antara lain di sebabkan oleh :
Tingginya curah hujan yang jatuh di wilayah tersebut Curah hujan yang terlalu tinggi
jatuh di suatu wilayah dapat menimbulkan banjir di wilayah tersebut karena saluran
drainase sanggup menyalurkan air hujan tersebut secara cepat. Hal ini biasanya terjadi
apabila curah hujan cukup lebat, curah hujan yang tinggi ini adakalanya disebabkan oleh
badai atau siklus.
Luapan atau limpasan air sungai, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena debit sungai
meningkat akibat hujan lebat turun di bagian hulu atau oleh sebab lainnya, dimana daya
tampung sungai tidak mencukupi sehingga terjadi luapan dibantaran atau limpasan di atas
tanggul.
Luapan akibat air laut pasang. Air pasang di laut akan menghambat aliran air di sungai
sehingga air di sungai akan naik, hal ini dapat menyebabkan luapan dibantaran atau limpasan
di atas tanggul.
84
Banjir - Bab 7
Jebolnya tanggul sungai atau runtuhnya bendungan. Kejadian ini mungkin terjadi akibat
alam atau kecerobohan manusia, banjir ini akan bergerak cepat menyebar menggenangi
daerah yang rendah atau merupakan aliran bah di palung / lembah dan membanjiri daerah
hilirnya.
Pecahnya pipa air. Hal ini biasanya tidak menimbulkan genangan yang dalam tetapi
mungkin menimbulkan genangan yang luas.
Tersumbatnya saluran pembuang (drainase). Hal ini ing terjadi, misalnya selokan yang
tersumbat oleh sampah pelastik, tetapi hal ini dapat juga terjadi pada saluran yang relatif
besar dan pintu-pintu air.
Tipe Banjir
Dari penyebab banjir dan kondisi topografi daerah banjir dapat di bagi dalam 3 tipe yaitu :
Banjir Bandang Banjir tipe ini mengalir dengan cepat, terjadi di dalam palung sungai
biasanya di sebabkan oleh hujan yang lebat dan kemiringan sungai yang curam, adakalanya
meluas kebantaran, pada banjir akibat jebolnya tanggul atau runtuhnya bendungan (dam
break), aliran banjir tidak lagi melalui palung sungai melainkan mengalir cepat di atas
daratan, banjir tipe ini sangat berbahaya dan banyak menimbulkan korban.
Banjir Sungai Banjir ini di sebabkan oleh curah hujan di daerah yang luas dengan
waktu yang lama, tidak seperti banjir bandang, banjir sungai bergerak secara perlahan
dan biasanya merupakan banjir musim penghujan, banjir tipe ini juga dapat menimbulkan
kerugian besar
karena luas dan lamanya waktu penggenangan, sehingga sering menimbulkan bencana
ikutan. banjir sungai terjadi di dataran rendah, yaitu bagian tengah dan hilir sungai.
Banjir Pantai Banjir pantai dapat di sebabkan oleh adanya badai / siklun yang membawa
banyak uap air dan menjutuhkannya kedarata berupa hujan sangat lebat. Badai akan
menimbulkan gelombang relative tinggi sehingga dapat menggenangi daerah pantai.
85
Banjir - Bab 7
Sumber : www.images.google.co.id
Pembangunan Kota
Kegiatan ini dapat meningkatkan frekwensi dan besarnya debit banjir antara lain karena:
• Pembuatan jalan dan bangunan menutupi tanah sehingga menghambat meresapnya
air hujan kedalam tanah, maka debit aliran permukaan membesar
• Jaringan saluran drainase buatan akan mempercepat aliran air permukaan mencapai
sungai.
• Sampah kota sebagian masuk kejaringan saluran pembuang dan sungai seringkali
menimbulkan penyempitan.
Penggundulan Hutan
Kegiatan ini dimana manusia menambah hutan untuk memperluas dari pertaniannya akan
mempercepat laju aliran permukaan dimana hal tersebut akan meningkatkan laju erosi tanah
bukit tanah yang tererosi akan terbawa masuk kesungai dan mengendap, pengendapan ini
akan mempersempit atau menjadikan kemiringan dasar sungai / saluran.
86
Banjir - Bab 7
Untuk banjir musiman biasanya di kantor kecamatan dan kelurahan tersedia peta daerah
rentan banjir untuk kecamatan atau kelurahan yang bersangkutan. Banjir bandang dan
genangan dapat menimbulkan bencana antara lain :
• Korban jiwa secara langsung
• Kerusakan serta hilangnya harta benda
• Kerusakan bangunan, jalan dan jembatan serta prasarana lainnya, dan kelongsoran
tebing.
• Kerusakan pada daerah pertanian dan kegagalan panen
• Kematian ternak dengan jumlah besar.
Setelah terjadi banjir yang relatif besar maka dapat timbul bahaya ikutan yaitu :
• Gangguan kesehatan masyarakat Hal ini terjadi karena kondisi fisik yang melemah,dan
cuaca yang kurang baik, kondisi sanitasi yang rusak, serta masuknya binatang liar yang
mungkin membawa bibit penyakit kedalam daerah hunian.
• Gangguan pada penyediaan air bersih Rusaknya jaringan pembawa air bersih serta
tercemarnya sumur / sumber air. Hal ini dapat terjadi dalam jangka waktu agak lama
sehingga adakala di gunakannya air yang kurang bersih untuk kegiatan – kegiatan
tertentu.
• Gangguan terhadap cadangan pangan Banjir yang menggenangi daerah pertanian
dapat menyebabkan gagalnya panen, rusaknya cadangan panjang di gudang
penimbunan dan mungkin juga persediaan benih. Hilangnya ikan akibat tergenangnya
kolam serta rusaknya lahan pengembangan dan ketersediaan pakan ternak. Hal ini
dapat menimbulkan masalah sosialyang cukup rumit untuk jangka waktu yang
panjang.
87
Banjir - Bab 7
Eksperimen Banjir
EKSPERIMEN BANJIR
TUJUAN Ada dua kondisi yang diamati dalam simulasi ini yaitu
kondisi sungai tanpa sampah dan kondisi sungai jika ada
sampah
HAMBATAN Membuat miniatur suatu lingkungan yang dekat dengan
sungai (dalam wadah dibuat sekat-sekat dan ada jarak
satu dengan lainya)
TINGKAT KESULITAN Rendah
WAKTU EKSPERIMEN 15 menit
BAHAN Wadah/loyang segi empat, kapas, plastik, tanah/pasir,
rumput-rumput, aneka miniatur
CARA • Buat sekat-sekat kecil yang tidak tembus air dalam
wadah/loyang segi empat, buat jarak antar sekat yang
diibaratkan sungai/selokan.
• Beri lobang pada bagian salurannya untuk pembuan-
gan air dari wadah.
• Isi sekat-sekat tersebut dengan tanah/pasir yang dipa-
datkan (ibarat suatu pemukiman), tambahkan rumput
atau miniatur lainya. Letakkan kapas dan plastik di da-
lam sungai (diibaratkan sampah) kemudian alirkan air
CATATAN Wadah bisa dibagi 2 bagian yaitu daerah sungai dengan
sampah dan tanpa sampah dan jenis wadah yang diguna-
kan bisa terbuat dari seng
88
Angin Ribut
BAB 8
Angin Ribut - Bab 8
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Ada angin tertentu yang selalu berembus. Angin ini disebut angin umum. Ada tiga jalur
utama angin umum di setiap sisi khatulistiwa. Ketiganya disebut sebagai angin pasat, angin
barat, dan angin timur kutub. Arah bertiup angin ini dipengaruhi oleh perputaran bumi.
Angin ini berkelok ke arah kiri di belahan bumi selatan dan ke arah kanan di belahan bumi
utara. Angin yang berubah arah seiring musim disebut angin musim. Contohnya selama
musim panas di Asia selatan, angin bertiup dari Samudra Hindia menuju daratan. Angin ini
membawa curah hujan tinggi. Pada musim dingin, angin bertiup dengan arah berlawanan,
yaitu dari Himalaya menuju samudra.
Pergerakan angin tersebut dipengaruhi oleh rotasi bumi. Di bagian bumi utara angin
dibelokkan ke kanan dan di bagian bumi selatan, angin dibelokkan ke kiri. Angin yang
dipengaruhi musim disebut angin Musim atau Munsoon. Sistem angin dinamakan
berdasarkan namanya, pengaruh rotasi bumi disebut Gaya Koriolis .
90
Angin Ribut - Bab 8
Angin laut Pada siang hari suhu di daratan lebih cepat naik daripada suhu di laut. Tekanan
udara di atas daratan lebih rendah daripada tekanan udara di atas lautan. Akibatnya
terjadilah angin yang berhembus dari laut ke daratan yang disebut sebagai angin laut. Angin
laut mulai terjadi pada siang hari sekitar pukul 09.00. Makin siang hembusan angin makin
kuat. Hembusan angin paling kuat terjadi kira-kira pukul 15.00.
Angin darat Pada malam hari suhu di daratan lebih cepat turun daripada di laut. Oleh
karena itu, tekanan udara di atas permukaan laut lebih rendah daripada di daratan.
Akibatnya, terjadilah hembusan angin dari darat ke laut yang disebut angin darat. Angin
darat mulai terjadi pada malam hari sekitar pukul 21.00. Hembusan angin darat paling kuat
terjadi pada waktu matahari mulai terbit.
Saat ini tenaga angin dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Alat yang menghasilkan
listrik tenaga angin ini disebut juga aerogenerator. Generator ini pada umumnya berbentuk
menara. Pada puncak menara dipasang kincir atau baling-baling. Baling-baling berputar
pada saat diterpa
Angin yang amat kencang dan terus- menerus dapat mengikis permukaan tanah.
Pengikisan tanah oleh angin disebut sebagai korasi. Korasi mengurangi kesuburan tanah
karena mengikis lapisan tanah atas yang paling subur. Angin yang amat kencang dapat
menumbangkan bangunan dan pepohonan. Akibatnya, korban manusia dan hewan
berjatuhan. Angin yang amat kencang disebut juga sebagai angin topan.
Di beberapa daerah di Indonesia angin kencang ini diberi nama. Di Deli (Sumatera Utara)
bertiup angin Bahorok yang sering merusak tanaman bakau. Di Tegal dan Cirebon bertiup
angin Kumbang. Di Pasuruan dan Probolinggo bertiup angin Gending. Di Makasar bertiup
angin Brubu. Di berbagai negara, angin kencang juga dikenal dengan berbagai nama khusus.
Di Amerika serikat, misalnya bertiup angin Tornado. Angin Tornado membentuk sebuah
pusaran, dimana pusarang angin ini dapat menarik semua benda dan mahluk hidup yang
ada di sekitarnya.
91
Angin Ribut - Bab 8
Badai (Siklon)
Badai Tropis (Siklon Tropis)
Siklon tropis (atau hurikan atau badai tropis tergantung pada daerah dan kekuatannya)
adalah sebuah jenis sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di daerah
tropis.
Sementara angin sejenisnya bisa bersifat destruktif tinggi, siklon tropis adalah bagian
penting dari sistem sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa
menuju garis lintang yang lebih tinggi.
Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia
dan perairan barat Australia. Sebagaimana dijelaskan Biro Meteorologi Australia,
pertumbuhan siklon di kawasan tersebut mencapai rerata 10 kali per tahun. Siklon tropis
selain menghancurkan daerah yang dilewati, juga menyebabkan banjir. Australia telah
mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko ancaman siklon tropis
sejak era 1960-an.
Indonesia kawasan yang terbebas dan pengaruh siklon tropis, tetapi hanya terpengaruh
secara tidak langsung oleh ekornya dalam bentuk angin kencang, gelombang tinggi dan lain-
lain. Storm Surge/Landaan Badai Bagian yang paling berbahaya dari proses badai adalah
storm surge yaitu pilinan atau angin yang memutar yang membentuk gundukan awan dari
air laut yang besar.
Storm surge ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banjir di daratan akibat
uap air yang dikandungnya selama melintasi lautan.
Hurikan biasanya terbentuk di area tropis di bagian selatan dan utara khatulistiwa, di mana
perairan di sini cukup hangat yang merupakan “ bahan bakar ” pembentukan badai ini. Uap
panas ini naik ke lapisan udara bagian atas dan membentuk awan badai.
OIeh koriolis awan badai ini dipilin/diputar (di utara diputar berlawanan jarum jam, di
selatan diputar searah jarum jam). Dengan hembusan angin (musim) yang konstan, seiring
menjauhnya badai ini dari katulistiwa, maka gaya koriolis bekerja semakin kuat.
Pusat dan pilinan air ini memiliki tekanan udara yang sangat rendah, hal ini menyebabkan
air yang terlewatinya berkumpul di bagian atas, hal inilah yang dinamakan sebagai storm
surge di mana apabila sampai di daratan akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan
banjir.
Syarat pembentukan hurikan harus berada di pusat yang bertekanan rendah. Bertekanan
rendah berarti udaranya panas (warm ocean water) .
92
Angin Ribut - Bab 8
Karena udara panas dan tekanan rendah, uap air/air laut seakan-akan naik ke atas
terkonsentrasi dan membentuk awan badai. Proses ini cukup lama sampai terjadi bentukan
awan yang besar. Awan besar yang berputar dan terbentuk dari gundukan angin inilah
yang dinamakan storm surge. Kemudian angin munsoon meniup awan ini. Badai ini akan
berkurang daya putarannya ketika memasuki garis katulistiwa (0°-5°).
Masuk ke daratan badai juga akan mati karena tekanan di pusat sudah tidak rendah/akan
semakin tinggi.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Puting beliung adalah tornado diatas air yang terbentuk jika air terserap ke cerobong
udara. Setan debu adalah tornado yang menghisap pasir di gurun. Berbeda dengan siklon
tropis yang terjadi karena adanya pusat tekanan rendah dan gaya koriolis. Tornado terjadi
karena adanya pertemuan dua masa udara. Jika kedua massa udara ini bergerak dalam
kecepatan yang memungkinkan terjadinya pusaran maka terjadilah tornado (angin puyuh).
Di Indonesia, tornado atau yang lebih dikenal dengan angin puyuh memiliki dimensi yang
relatif kecil dibandingkan dengan tornado di Amerika atau di Australia, namun tetap saja
memiliki daya hancur yang merugikan.
93
Angin Ribut - Bab 8
Selain siklon tropis, Indonesia juga sering dilanda angin puyuh. Angin puyuh di
Indonesia mengakibatkan kerusakan fisik yang relatif besar dan belum tertangani secara
komprehensif.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
94
Angin Ribut - Bab 8
Skala Befort. Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-
AusAID), 2006
Khusus untuk skala angin kencang (hurikan) , dipergunakan skala Saffir – Simpson scale,
pen-skala-an ini telah dipergunakan di Amerika Serikat, adapun penskalaan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
95
Angin Ribut - Bab 8
Skala Saffir – Simpson. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006
96
Angin Ribut - Bab 8
Dirumah-rumah yang tidak mempunyai gudang bawah tanah, tempat terbaik untuk
berlindung adalah di dalam lemari atau ruang kecil di tengah-tengah rumah sehingga jauh
dari jendela.
Menyadari resiko dan membuat rencana pengungsian - mengetahui resiko dan cara
mengungsi yang cepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan
ini.
Menyelamatkan Kebutuhan yang Diperlukan Pada saat peringatan akan adanya badai,
setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti lilin atau lampu
senter dengan persediaan baterainya, dan makanan paling sedikit untuk tiga hari.
Persediaan Penerangan dan Makanan Dalam bencana badai dan angin topan sering
terjadi jaringan listrik terganggu atau sama sekali rusak. Karena tidak memungkinkan untuk
melakukan perbaikan dengan cepat, maka perlu persediaan lilin atau lampu senter dengan
cadangan baterainya di dalam rumah. Persediaan makanan bagi setiap anggota keluarga
untuk sedikit-dikitnya tiga hari adalah suatu keharusan.
Mendengarkan Radio untuk Informasi Darurat BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika)
adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas penelitian dan peringatan akan
bahaya ini. Biasanya badan ini menyiarkan peringatan kepada masyarakat melalui radio.
97
Angin Ribut - Bab 8
Tetap berada di dalam rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi. Walaupun tidak
ada anjuran, masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi. Apabila dianjurkan untuk
tinggal di dalam rumah :
• Bawa semua persediaan yang sudah disiapkan
• Jika diperlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman di dalam rumah
• Terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan kondisi
Setelah Badai
• Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman. Banyak
kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini.
Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang
masuk.
• Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik sebelum
dinyatakan aman.
• Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan, jalan
yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini.
• Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau
gas segera matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran
dengan mencabut sekeringnya.
• Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi
sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus
diutamakan.
• Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
98
Kebakaran
BAB 9
Kebakaran - Bab 9
Bahaya Kebakaran
Karakteristik Komponen Api
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
Penyebab kebakaran adalah terdiri dari 4 komponen penting, tiga di antaranya adalah:
1. Adanya OKSIGEN
2. Keadaan PANAS (HEAT) yang cukup untuk menaikkan temperature lingkungan ke titik
suhu kebakaran
3. Adanya BAHAN BAKAR (FUEL) seperti material yang mudah terbakar (kayu, bensin dll)
Ketiga hal di atas adalah harus ada untuk cukup menyebabkan kebakaran, dan dengan
komponen ke-4 yakni
4. REAKSI KIMIA
Dengan komponen ke-4 ini maka yang tadinya SEGITIGA api menjadi TETRAHEDRON api.
Bahan Bakar
Tidak semua kebakaran adalah sama. Kebakaran digolongkan atas BAHAN BAKAR penyebab
kebakaran tersebut. Sangat berbahaya apabila kita tidak mengetahui secara pasti apa
BAHAN BAKAR kebakaran yang terjadi. Apabila kita memadamkan kebakaran dengan cara
yang salah yakni tidak memperhatikan BAHAN BAKAR penyebab kebakaran, maka akan
terjadi ke-fatal-an, bahkan kematian.
Alat pemadam kebakaran yang baik selalu mempunyai tanda-tanda gambar seperti
di bawah ini sehingga kita dapat mempergunakan yang semestinya: artinya pemadam
kebakaran ini adalah untuk api Kelas A, dan bukan untuk api kelas B atau C.
XX
100
Kebakaran - Bab 9
Saat kebakaran terjadi asap dan panas akibat kebakaran inilah yang sangat berbahaya, dia
bisa menyebabkan :
1. Suhu ruangan yang terbakar meningkat hingga 100 o C , bahkan ada yang sampai 600
oC
2. Bisa melelehkan pakaian dan kulit manusia (sangat membahayakan)
3. Dalam waktu 5 menit saja, ruangan yang terbakar akan terasa panas, dan dalam
sekejap mata semua barang akan ter ’ makan ’ oleh api.
4. Dalam semenit saja api
akan merebak keseluruh Ada 4 tipe api berdasar BAHAN BAKARnya yakni :
bangunan, dan melahap Api kelas A, dimana BAHAN BAKARnya adalah kayu,
semua yang ada. kertas, pakaian, sampah, plastik. Biasanya sisa dari
pembakaran kelas A ini adalah ABU. (BAHAN BAKAR ini
5. Akan muncul asap tebal
adalah mudah terbakar yang bukan terbuat dari logam)
yang memenuhi ruangan.
Bernafas dalam keadaan Api kelas B, dimana BAHAN BAKARnya adalah bensin,
oli, minyak, aseton. (BAHAN BAKAR ini adalah non-
asap tebal dan beracun
logam dan cair), biasanya akhirnya adalah mendidih atau
akan mengakibatkan menimbulkan gelembung
seseorang itu berasa
Api kelas C, dimana BAHAN BAKARnya adalah alat-alat
pening dan sesak nafas,
listrik yang masih beraliran, yang masih terpasang di
bahkan kematian socket inlet listrik
Awal dari kebakaran itu adalah Api kelas D, dimana BAHAN BAKARnya adalah logam
api yang kecil, namun karena seperti potassium, soduim, aluminium, magnesium.
sifat api yang selalu ingin BAHAN BAKAR jenis ini berada di labolatorium. Jadi
bagi mereka yang tidak bekerja di labolatorium maka
“memakan” apapun yang kemungkinan kecil sekali akan mendapati kebakaran kelas
ditemuinya, menjadikan api D. Untuk memadamkan api jenis ini dibutuhkan substansi
itu membesar dan tidak bisa khusus seperti busa Metal-X (ada fire-extinguisher yang
dikendalikan. mengakomodasi Metal-X)
101
Kebakaran - Bab 9
• Pembakaran hutan dengan alasan-alasan lain yang dilakukan oleh orang-orang yang
berijin ataupun liar.
• Vandalism, yang banyak dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab
Gambar Segitiga Perilaku Api. Sumber : Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC
(Muhammadiyah-AusAID),2006
Bentuk TOPOGRAFI dan kondisi CUACA (WEATHER) suatu lokasi dapat pula menjadi
indikasi bahwa suatu wilayah beresiko tinggi terbakar dalam suatu peristiwa kebakaran
lahan. Api dapat membakar apa saja di depannya (di dalam jalur propagasinya), tapi
bagaimanapun juga, api tidak selalu membakar apa saja, pada kasus-kasus tertentu api
mempunyai wilayah yang tidak terbakar di dalam jalur propagasi-nya baik dari segi intensitas
dan rata-rata penyebarannya.
Bahan Bakar
Di alam terbuka (lahan), yang menjadi BAHAN BAKAR yakni tanaman dapat kita sebutkan
berdasarkan urutan ketinggian, dan biasanya api bermula dari area dengan ketinggian yang
rendah ke tinggi yakni berawal dari
• Rumput tinggi (tall grasses).
• Semak-semak (shrubs).
• Pohon (Trees).
Topografi
Kemiringan lahan memegang peranan penting dalam penyebaran kebakaran lahan
(kecepatan propagasi api). Pada umumnya, api bergerak ke atas (di kemiringan) bergerak
102
Kebakaran - Bab 9
lebih cepat dan mempunyai lidah api yang panjang daripada api di tanah datar. Hal ini
karena uap gas panas naik di depan api yang bergerak ke lahan lebih atas (di lahan dengan
kemiringan), memanaskan suhu di jalur propagasi api.
Cuaca
Angin juga merupakan faktor utama dalam penyebaran kebakaran lahan. Api membutuhkan
udara/angina untuk terus terbakar, api yang besar membutuhkan udara/angin yang besar.
Angin dapat menyebabkan kebakaran lahan untuk menyebar dengan cepat, atau untuk
padam, atau untuk bertukar arah.
Urutan BAHAN BAKAR di kebakaran lahan. APi bergerak mulai dari tanaman dengan
ketinggian yang rendah
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
103
Kebakaran - Bab 9
Surface Fire
Ground Fire
Spotting
104
Kebakaran - Bab 9
105
Kebakaran - Bab 9
7. Membuat hujan buatan pada saat musim kemarau yang sangat panjang
8. Jika rumah kita di dekat hutan, pastikan halaman kita bersih dari dedaunan dan
ilalang, yang sangat mudah menjalarkan api.
Bagi pemilik rumah di dekat lahan atau hutan bisa melakukan pencegahan kebakaran dari
berbagai segi, diantaranya :
Topografi; Kemiringan lahan sangat menentukan dalam kecepatan penyebaran api. Api
bergerak ke atas (naik) dengan kecepatan Iebih besar daripada api di lahan datar. Hindari
membuat bangunan di tepian puncak Iembah. Bangunan minimal 10 meter dan tepian
lembah/jurang.
Bahan Bakar; Api membutuhkan BAHAN BAKAR, urutan BAHAN BAKAR harus sedapat
mungkin dihilangkan atau dikurangi dalam radius sejauh mungkin. Yakni, rumput tinggi,
semak-semak dan pohon.
Untuk sekeliling rumah, mengkombinasi batuan dengan tanaman sebagai landscape dapat
membantu mengamankan perumahan di dekat lahan hutan.
Menyimpan kayu bakar tidak berdekatan dengan rumah. Pagar rumah jangan dibuat dan
bahan yang mudah terbakar (seperti kayu, dan sebagainya), Apabila sudah terlanjur pagar
terbuat dan kayu maka sedapat mungkin tidak ada bagian pagar yang bersentuhan langsung
dengan rumah, dan kalau bersentuhan juga, maka harus ada barrier antara pagar dan rumah
(isolasi) yang tidak mudah terbakar.
Atap rumah dan tembok JANGAN terbuat dan bahan-bahan yang mudah terbakar. Apabila
sudah terlanjur, maka pada musim kemarau dengan suhu udara yang PANAS atap rumah
harus selalu di siram dengan air secara regular.
Memelihara taman sebesar mungkin dengan rumput-rumput yang pendek, dan jalan-jalan
setapak dengan kran-kran yang tersedia di sekeliling rumah. Check kondisi kran-kran ini
agar selalu operasional.
Tanam tanaman dengan kelembaban yang tinggi, dan tanaman-tanaman selalu di rapikan,
dahan-dahan yang rendah harus ditebangi dan lain-lain.
Di sekitar perumahan harus disediakan tempat yang cukup agar kendaraan pemadam
kebakaran dapat manuver.
106
Kebakaran - Bab 9
Nomor-nomor penting pemadam kebakaran harus selalu tersimpan di dompet atau dimana
saja yang dapat dijangkau dengan mudah.
Rute-rute evakuasi harus selalu tersedia dan dikomunikasikan dengan Masyarakat sekitar.
Diaktifkan segala bentuk kepedulian apabila ada orang asing yang mencurigakan berada di
sekitar komunitas rumah, laporkan polisi.
Sedapat mungkin tersedia alat pemadam kebakaran Kelas A dan B di dalam rumah. Melatih
keluarga dengan FIRE DRILL (Evakuasi) yang detailnya akan di bahas pada KEBAKARAN KOTA.
siapkan denah rumah untuk keperluan evakuasi.
Setelah Kebakaran lahan, biasanya terjadi kabut asap. Untuk mengurangi pengaruh
buruk kabut asap ini, kita dapat melakukan beberapa langkah berikut:
• Selalu gunakan masker terutama saat keluar rumah, untuk membatasi kabut asap
yang dihirup. Terlebih lagi bagi bayi dan anak-anak, karena saluran pernafasannya
lebih peka terhadap kabut asap dibandingkan orang dewasa.
• Bagi penderita asma atau yang sensitif terhadap kabut asap, dianjurkan selalu
membawa obat yang diperlukan untuk mencegah kekambuhan atau sebagai
pengobatan saat astma kambuh. Untuk itu perlu konsultasi ke dokter.
• Bila tidak benar-benar perlu jangan keluar rumah pada malam atau dinihari, saat
kabut asap biasanya semakin tebal.
• Minum air dan makan buah dalam jumlah cukup untuk mengurangi efek negatif kabut
asap yang terlanjur masuk ke dalam tubuh.
• Bila mulai merasa ada gangguan pada saluran pernafasan, segeralah berobat agar
tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih buruk.
107
Kebakaran - Bab 9
Kebakaran Kota
Kebakaran Kota atau Kebakaran Domestik banyak terjadi di kota-kota seiring dengan semakin
padatnya penduduk dengan kesadaran keamanan kebakaran yang kecil. Pemakaian listrik
secara illegal semakin marak seiring dengan prosentase masyarakat pendatang dengan
kesadaran akan bahaya kebakaran yang kecil. Kebakaran di dalam kota dapat terjadi pada:
Rumah-rumah penduduk, Perkantoran dan Pabrik
108
Kebakaran - Bab 9
• Bisa juga disebabkan oleh bencana alam, sperti gempa bumi dan gunung meletus.
Gempa bumi seringkali diikuti oleh kebakaran hebat, akibat rusaknya instalasi listrik
dan gas karena gempa, sehingga memicu kebakaran hebat.
• Tidak dilengkapinya perumahan dan gedung dengan sistem deteksi dini kebakaran
seperti alarm asap (smoke detector dll), dan baterainya harus dicheck dan diganti
setahun sekali
Kebakaran di Pabrik
Hampir sama dengan penyebab kebakaran di rumah dan gedung perkantoran, penyebab
kebakaran di pabrik-pabrik biasanya karena hubungan singkat sambungan listrik, dan satu
hal yang paling utama adalah kecerobohan penggunaan bahan kimia mudah terbakar di
dalam pabrik.
Kebakaran biasanya banyak terjadi saat musim kemarau. Dimana udara kering dan angin
bertiup cukup kencang. Api dengan sangat mudah membesar dan menjalar. Ditambah
dengan padatnya pemukiman dan perkantoran di kota besar, menyebabkan semakin luas
area yang terbakar. Hanya saja untuk kasus kebakaran kota tidak terbatas pada musim
kemarau saja. Karena satu komponen pada musim kemarau yakni PANAS banyak terjadi di
dalam rumah-rumah dan gedung perkantoran/pabrik akibat kurangnya ventilasi dan lay out
bangunan yang buruk sehingga kurangnya sirkulasi udara segar yang berakibat pada panas.
Kecerobohan manusia lebih banyak merupakan faktor dalam kebakaran KOTA.
109
Kebakaran - Bab 9
menyuplai oksigen dan tidak secara efektif meredam PANAS). Baking Soda mengikat
oksigen sehingga menghilangkan komponen OKSIGEN (lihat Segitiga Api).
• Sedapat mungkin tidak memasang lilin atau lampu bakar tempel di dekat bahan-
bahan yang mudah terbakar, dan sebisa mungkin tidak memasang lilin atau lampu
bakar tempel (lampu teplok) di rumah.
• Anak-anak dilarang memasak sendiri tanpa pengawasan orang tua
• Anak-anak dilarang menyentuh atau bermain dengan korek api, menyalakan alat
listrik sendiri, menyentuh outlet listrik dan Iain-lain.
• Outlet-outlet listrik yang dapat dijangkau anak-anak seperti di dinding harus
dipindahkan setinggi mungkin sehingga anak-anak tidak dapat menjangkaunya.
Outlet yang dipasang dekat dengan lantai sangat berbahaya untuk anak-anak dan
apabila terjadi kebakaran.
• Menyalakan obat nyamuk di tempat yang aman.
• Tidak mengisi kompor minyak tanah pada saat menyala.
• Tidak menaruh barang-barang yang mudah terbakar dekat kompor.
• Beri ventilasi yang cukup pada dapur.
• Jangan meninggalkan dapur pada saat kompor menyala.
• Siapkan rencana rute evakuasi di dalam rumah seandainya terjadi kebakaran.
• Penanggung jawab manajemen kebakaran harus selalu secara reguler memeriksa
keadaan rumah dan melakukan training untuk anggota.
Pencegahan di Lingkungan
110
Kebakaran - Bab 9
8. Memeriksa sistem perkabelan listrik/telpon di seluruh RT/RW agar tidak ada yang
tergesek-gesek tersangkut dahan pohon kering sehingga mengundang kebakaran
seperti pohon yang berdekatan dengan gardu listrik harus ditebang, dihilangkan
sebagian daunnya yang menjulur.
9. Kerja Bakti regular untuk memindah bahan-bahan yang mudah terbakar jauh dari
lahan perumahan.
111
Kebakaran - Bab 9
yang terbanyak adalah karena menghisap banyak asap, bukan akibat terbakar api.
• Jangan bersembunyi di kamar mandi. Pasalnya, jika api membesar dan kamar mandi
kering, air akan mendidih. Banyak kejadian membuktikan, korban tewas banyak
ditemukan di dalam kamar mandi atau dalam posisi berendam di dalam bak air.
• Bila terpaksa harus menggunakan teralis, usahakan teralis dapat dibuka dari dalam.
Pasalnya, seperti yang sudah-sudah, teralis menjadi penghalang bagi Anda untuk
menyelamatkan diri, sekaligus bagi petugas pemadam.
• Jika Anda mengalami luka akibat terbakar, secepatnya dinginkan dengan es atau
disiram air mengalir atau air yang ditambah garam, sambil menunggu penanganan
dari tenaga medis.
• Segera keluar, jika memungkinkan bawa serta anak-anak dan orang lanjut usia keluar
dari bangunan dan cari pertolongan.
• Sekali anda keluar bangunan, jangan sekali-kali kembali ke bangunan yang terbakar
Pertama tiga hal Bantu orang-orang yang anda lihat dalam keadaan berbahaya, jika hal
ini tidak membahayakan anda sendiri. Aktifkan alarm kebakaran di gedung atau aktifkan
kentongan. Telepon Emergency Services (Polisi, DAMKAR).
SEBELUM memutuskan untuk memadamkan api sendiri, perlu dipikirkan: TAHU apa yang
terbakar JIKA TIDAK TAHU, jangan padamkan sendiri KALAU API sudah menyebar, evakuasi
Kita merasa ada gas yang menyengat tercium. Misal jika material sintetik terbakar seperti
nilon di karpet atau busa di kursi sofa terbakar, material yang terbakar ini akan membentuk
112
Kebakaran - Bab 9
HIDROGHEN CYANIDA, AMMONIA dan CARBON MONOKSIDA. Uap ini sangat beracun walau
dalam jumlah kecil terhirup.
Posisikan diri kita dekat pintu keluar di belakang kita sebelum mencoba memadamkan api
sehingga apabila ada hal yang tidak diinginkan kita dapat evakuasi dengan cepat.
Sumber: Modul ToT Faslok dan Guru Program CDASC (Muhammadiyah-AusAID), 2006
113
Kebakaran - Bab 9
Eksperimen Kebakaran
EKSPERIMEN KEBAKARAN
TUJUAN Tahu cara mempergunakan alat pemadam kebakaran
ringan dan pemadam kebakaran sederhana lain seperti
karung basah dan soda kue.
HAMBATAN Membiasakan diri untuk tahu apa yang terbakar, jika tidak
tahu jangan padamkan sendiri, kalau api sudah menyebar,
evakuasi
TINGKAT KESULITAN Tinggi
WAKTU EKSPERIMEN 30 menit
BAHAN Alat pemadam kebakaran ringan, soda kue
CARA • Untuk alat pemadam kebakaran ringan: Tarik pinnya,
arahkan ke api, tekan handle dan sapukan dari sisi ke
sisi.
• Taburkan soda kue ke penyebab kebakaran ringan
seperti kompor dan lainya.
• Untuk karung basah lebarkan karung dan tutup api
dengan seluruh permukaan karung.
CATATAN Pelatihan pemadaman api harus sering dilakukan agar
tidak terjadi kepanikan apabila memang benar terjadi
peristiwa kebakaran.
114
Kekeringan
BAB 10
Kekeringan - Bab 10
Kekeringan
Kekeringan merupakan ancaman yang paling sering mengganggu sistem dan produksi
pertanian di Indonesia, terutama terhadap tanaman pangan. Berdasarkan data beberapa
tahun terakhir ini, kekeringan tidak saja meningkat dalam luas dan intensitas serta
dampaknya, tetapi juga perubahan sebaran wilayah yang terkena kekeringan
Kewaspadaan yang tinggi terhadap kekeringan sangatlah wajar, karena sebagian besar
sistem produksi pertanian nasional sangat bergantung pada hujan. Munculnya iklim
eksepsional seperti musim kemarau berkepanjangan dengan curah hujan yang rendah
dalam waktu yang, lama merupakan salah satu kendala iklim di Indonesia. Deraan iklim
yang sering terjadi berdampak sangat luas, dan semakin dirasakan tidak hanya oleh sektor
pertanian, tetapi juga oleh sektor ekonomi, bahkan berdampak pada stabilitas politik
nasional.
Kekeringan di Indonesia dapat terjadi akibat sangat berkurangnya hujan, yang biasanya
tinggi, di daerah tropis. Kekeringan ekstrim telah dilaporkan terjadi pada tahun 1848
dan disusul tahun 1872 yang melanda wilayah Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah,
sehingga mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia. Kejadian tersebut merupakan titik
tolak dibangunnya jaringan irigasi oleh pemerintah kolonial Belanda (Vlugter, 1949).
Secara umum, kekeringan adalah kondisi kekurangan air pada suatu daerah untuk
suatu periode waktu berkepanjangan, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadi defisit
kelembaban tanah. Berdasarkan faktor penyebab kekeringan, pengertian kekeringan dibagi
menjadi empat macam yaitu kekeringan meteorologis, hidrologis, agronomis, dan sosio-
ekonomis.
116
Kekeringan - Bab 10
Mitigasi Kekeringan
Penanganan kekeringan disusun dan dirancang berdasarkan kepada hasil peramalan dan
monitoring, hasil dari penilaian kemungkinan dampak atau besar dampak, ketersediaan
dana dan teknologi antisipasi, mitigasi dan pemulihan kesiapan kelembagaan dan SDM.
Strategi Mitigasi
117
Kekeringan - Bab 10
118
Kegagalan
Teknologi
BAB 11
Kegagalan Teknologi - Bab 11
Kegagalan Teknologi
Bencana luapan lumpur Sidoarjo merupakan salah satu contoh bencana yang dipicu oleh
kegiatan industri (man made disaster) dan menjadi bencana yang luar biasa serta tak
terkendali. Banyak kasus bencana industri yang pernah terjadi di Indonesia antara lain :
(1) Tanggal 5 November 1993 PT. Indorayon Utama, Porsea, Kab. Tapanuli Utara terjadi
kebocoran dan ledakan tangki penampung Chlorine, (2) Tahun 1994 PT. Pupuk Iskandar
Muda, Lhokseumawe, Kab. Aceh Utara terjadi kebocoran amoniak.(3) Tahun 1995 Tangki
BBM di Cilacap, Jateng terjadi ledakan dan kebakaran tanki penimbun BBM, (4) Tanggal
25 Maret 99 PT. Ajinomoto Mojokerto Kebocoran gas amoniak (NH3), (5) Tahun 2002 PG.
Ngadirejo Kediri terjadi tumpahan tetes masuk K.Brantas dari Kediri sampai, (6) Tanggal
20 Januari 2004 PT. Petrowidada Gresik terjadi ledakan unit maleic anhydride dan phytalic
anhydride, (7) Akhir Mei 2006 PT Lapindo Brantas Inc.
120
Kegagalan Teknologi - Bab 11
darurat di tingkat local (Gambar 6). APELL adalah metode (alat) yang dikembangkan oleh
UNEP bekerja sama dengan pihak pemerintah dan industri dengan tujuan utama adalah
meminimalkan jumlah kejadian dan efek buruk akibat bencana (kecelakaan teknologi/
industri). APELL dibentuk tahun 1988 atas dasar banyaknya kejadian kecelakaan industri
yang mengakibatkan banyak korban gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan.
Prinsip dasar APELL berupaya meningkatkan (1) kesadaran, kepedulian dari masyarakat,
industri/ usahawan dan pemerintah daerah maupun pusat, (2) meningkatkan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana melibatkan seluruh masyarakat, bersama industri dan pemerintah
lokal apabila terjadi keadaan darurat akibat kecelakaan atau bencana industri yang
mengancam keselamatan lingkungan. Fokus APELL mengutamakan peningkatan kesadaran
menghadapi situasi darurat bersama-sama dengan semua pihak stakeholder setempat
(lokal) atas adanya dampak yang ditimbulkan.
Pelaksanaan proses APELL akan melibatkan penduduk dan seluruh masyarakat baik lokal,
regional, maupun internasional. Batas territorial atau yuridiksi sebaiknya tidak membatasi
partisipasi semua unsur yang terkait di dalam proses, sebaliknya menggarisbawahi
kebutuhan dalam mengembangkan rancangan penanggulangan keadaan darurat yang
terkoordinasi.
Ada tiga mitra sangat penting yang harus dilibatkan dalam APELL agar bisa berhasil:
1. Otoritas lokal (pemerintah lokal). Ini boleh meliputi tingkat provinsi, kabupaten, kota
besar atau pejabat kota, yang telah ditetapkan atau dipilih yang bertanggung jawab untuk
keselamatan, kesehatan masyarakat dan perlindungan lingkungan di wilayah mereka.
Otoritas inilah yang berhak melakukan manejemen sumber daya yang dimiliki dalam
menghadapi kondisi kedaruratan, sehingga saat terjadi bencana industri seluruh sumber
daya yang dipunyai bisa digunakan dengan baik.
2. Industri. Manajer pabrik industri baik milik pemerintah maupun perusahaan pribadi
bertanggung jawab atas keselamatan dan pencegahan kecelakaan. Prosedur standar operasi
dalam menyiapkan tindakan darurat spesifik di dalam pabrik sudah dipersiapkan dan
121
Kegagalan Teknologi - Bab 11
selalu meninjau ulang (up date). Pemimpin industri yang sedang tumbuh dan berkembang
mereka mempunyai posisi yang terbaik untuk saling berhubungan dengan para pemimpin
masyarakat dan otoritas lokal untuk menciptakan kesadaran, dan memberi keterangan yang
benar bagaimana fasilitas yang industri beroperasi dan bagaimana bisa mempengaruhi
lingkungannya serta siap membantu menyiapkan rencana tanggap darurrat.
3. Komunitas lokal. Terdiri dari mayarakat lokal di sekitar industri dan kelompok yang
berminat. seperti organisasi/LSM lingkungan, kesehatan, organisasi sosial, media dan
organisasi kegamaan serta pimpinan organisasi bidang pendidikan, yang mewakili konstituen
masyarakat. Ada mitra lain yang juga sangat penting misalnya organisasi non pemerintah
( NGO).
Suatu contoh mekanisme sistem tanggap darurat terhadap bencana industri seperti
tergambar di bawah ini (Gambar Dibawah) :
122
Kegagalan Teknologi - Bab 11
Manfaat
• Tersedia data kuantitatif yang dapat digunakan untuk pembuatan rencana strategis
dan rencana pengeluaran berkaitan dengan pembiayaan staf serta sumber daya yang
digunakan sebagai modal dan kemampuan dalam pengelolaan keadaan darurat .
• Tersedianya suatu system penilaian yang lebih rapi dan teratur sehingga program
dapat berjalan lebih efektif.
• Membantu meningkatkan taraf keprofesionalan bagi Masyarakat Pengelola Keadaan
Darurat di tingkat Daerah .
• Memungkinkan dilakukannya penilaian bagaimana organisasi-organisasi pengelola
keadaan darurat di tingkat Pusat/Daerah /local dan seluruh asset saling bekerjasama
sebelum, pada saat kejadian maupun setelah adanya bencana.
• Mengubah budaya pengelolaan keadaan darurat dari tanggap bencana yang bersifat
reaktif menjadi sesuatu yang bersifat aktif membantu masyarakat dan warga negara
dalam upaya menghindari adanya korban bencana serta membentuk komunitas
rawan bencana.
• Menyediakan basis data pengelolaan keadaan darurat.
• Memungkinkan untuk dilakukan pengembangan perspektif nasional berkaitan dengan
modal, kemampuan dan arah yang dituju dalam pengelolaan keadaan darurat.
• Menyediakan data penting yang dapat digunakan untuk program Akreditasi
Pengelolaan Keadaan Darurat.
• Menyediakan komponen penilaian untuk program Dana Pelaksanaan Penggelolaan
Keadaan Darurat.
Strategi Mitigasi
123
Kegagalan Teknologi - Bab 11
124
Infeksi
BAB 12
Infeksi - Bab 12
Wabah Penyakit/Infeksi
Kesiapsiagaan bencana mempunyai tujuan bahwa system, prosedur dan sumber daya yang
tepat dan efektif akan mempermudah dalam langkah pemulihan dan rehabilitasi. Selain itu
dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana harus terbentuk lintas sektoral berkelanjutan
antar bidang terkait secara holistik. Suatu system kesiapsiagaan tidak terlepas dari aturan
dan kebijakan pemerintah setempat dalam mengembangkan perencanaan dan program
pengelolaan terutama bencana yang di akibatkan penyakit infeksi menular yang dapat
berpotensi timbulnya kejadian luar biasa( KLB).
Bencana alam dapat memperbesar resiko penularan penyakit dan dapat beresiko KLB,
dapat di cegah akibat perubahan yang merugikan :
1. Kepadatan penduduk : kontak yang dekat antar manusia berpotensi meningkatkan
penyebaran infeksi menular melalui pernafasan ( airborne disease seperti
infeksi saluran nafas atas,pneumonia, TB), sanitasi yang kurang memadai dapat
mengakibatkan disentri.
2. Perpindahan penduduk .Pemindahan korban bencana dapat menyebabkan masuknya
penyakit menular baik pada penduduk migrant maupun pada penduduk asli yang
rentan (seperti malaria, hepatitis, scabies).
3. Kerusakan dan pencemaran layanan sanitasi dan penyediaan air. Sarana air minum
sangat di perlukan dan rentan terhadap kontaminasi saluran air kotor, adanya
kotoran hewan, bangkai binatang. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit seperti
disentri,typhoid, kolera, keracunan, leptospirosisi, pest.
4. Terganggunya program kesehatan masyarakat. bila tidak di rencankan dengan baik dan
di anggarkan seperti pengendalian vector penyakit menular seperti pemberantasan
nyamuk , tikus, unggas terinfeksi flu burung bila tidak di pulihkan akan timbul
penyebaran penyakit menular yang dapat meningkat pada populasi.
5. Perubahan ekologi yang dapat mendukung perkembangbiakan vector. Musim hujan
yang dapat mengakibatkan banjir atau tanpa banijr dapat menyebabkan perkembang
biakan vector(misalnya nyamuk).
6. Perpindahan hewan peliharaan dan hewan liar. Bila terjadi suatu bencana alam tentu
seperti populasi manusia, maka populasi hewan pun akan bertindak melakukan
penyelamatan dan berpindah tempat. Perpindahan tempat akan mengakibatkan
penyakit hewan (zoonosis) yang ada pada hewan akan berpindah pada manusia dan
juga pada hewan lain.
7. Persediaan makanan, air dan penampungan darurat dalam situasi bencana. Harus di
pikirkan dengan cermat dan di pertimbangkan bahwa akan memberikan rasa aman
dan terhindar dari penyakit yang dapat menularkan lainnya.
8. Tata kelola penampungan korban bencana harus dipikirkan secara khusus beberapa
penderita penyakit seperti TB, hepatitis, HIV-AIDS agar tidak menginfeksi populasi
yang sehat.
126
Infeksi - Bab 12
9. Dan tata kelola penanganan jenazah korban bencana dapat memberi dampak
terhadap kesehatan lingkungan dan akhirnya menimbulkan masalah kesehatan.
Pemberian desinfektan lingkungan terutama didaerah ditemukan jenazah.
Penyakit Menular
Penyakit yang dapat menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh
transmisi suatu agent infeksius tertentu atau produk-produk toksinnya, dari manusia atau
hewan yang terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung atau tidak langsung.
Di hampir semua Negara-negara yang sedang berkembang penyakit menular hingga kini
tetap menjadi kausa terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
Penyakit menular yang merupakan hasil dari interaksi antara agent,host, dan lingkungan
dalam prosesnya melibatkan 6 faktor yang penting:
1. Agent penyebab :( protozoa, metazoa, Bakteri, virus, jamur, riketsia.)
2. Reservoir dari penyebab; (manusia, hewan, lingkungan)
3. Portal dari agent untuk meninggalkan host baru :( misal dapat melalui saluran
pernafasan, pencernaan, saluran genito urinarius, kulit).
4. Cara penularan dari agent ke host baru.:( secara langsung dan tidak lansung)
5. Portal dari agent masuk ke host baru
6. Kerentanan host; (factor genetika, daya tahan tubuh,).
Penyakit yang dapat berisiko menimbulkan KLB adalah penyakit menular pada suatu
wilayah tertentu dengan peningkatan jumlah penderita dalam waktu tertentu dan
menimbulkan korban. KLB dapat terjadi pada periode musim cuaca tertentu misalnya
kekeringan berkepanjangan atau musim hujan. Penyakit dapat di timbulkan karena ada
vektor tertentu yang dapat menimbulkan nya. Penyakit infeksi beresiko menular :
• Infeksi saluran nafas : influenza, diphteri,pertusis, bronchitis
• Gangguan saluran cerna : disentri, kolera, typhoid
• Demam berdarah dengue
• Campak
• Malaria
• Leptospirosis
• Pest
• Flu burung, Flu babi
• Chikungunya
• Hepatitis
• Tetanus
• HIV-AIDS
127
Infeksi - Bab 12
Contoh menghadapi permasalahan kejadian penyakit tetanus, ada beberapa faktor yang
dapat menjadi penyebab munculnya KLB tetanus :
• Derajat luka yang diderita termasuk luka berat
• SOP pencegahan dan terapi tetanus belum tersosialisasi
• Persediaan vaksin tetanus pada peket bencana yang tidak mencukupi
• Distribusi ATS yang kurang.
Ini merupakan suatu contoh kasus dari bencana gempa, masih banyak lagi krisis kesehatan
yang muncul berbeda beda sesuai dengan tpie bencana yang di timbulkan.
128
Infeksi - Bab 12
129
Infeksi - Bab 12
130
Pemanasan
Global
BAB 13
Pemanasan Global - Bab 13
Pemanasan Global
“Global Warming” atau pemanasan global secara sederhananya adalah proses peningkatan
suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan yang ada di bumi. Pemanasan global antara dapat
mengakibatkan naiknya suhu di bumi, perubahan iklim yang ekstrem, naiknya permukaan
air laut dan lainnya.
Energi yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain
di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diabsorpsi permukaan bumi, 5% dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi
132
Pemanasan Global - Bab 13
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan
dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan
oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam
keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan
suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2),
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik
seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang
peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Indonesia menjadi penyumbang emisi Co2 dan negara pertama perusak hutan yang
diketahuimenjadi salahsatu penyebab pemanasan global.
133
Pemanasan Global - Bab 13
Fakta di Indonesia
• 2.8 juta hektar hutannya hancur per tahun atau setara 6 X luas lapangan bola per
menit!.
• 72% hutan utuhnya telah hilang, 40% dari jumlah itu telah hilang sama sekali!.
• Lebih dari 3/4 hasil kayunya (76% - 80%) berasal dan sumber-sumber “ tidak jelas
” — ilegal!.
• Hasil hutan hanya menyumbang 4% bagi keuntungan negara.
• Indonesia Nomor 3 di Dunia sebagai Negara Penyumbang Gas Emisi terbanyak yang
disebabkan kebakaran Hutan.
Perlu diingat hancurnya hutan juga berarti hancurnya iklim. Dampak perubahan iklim
diantaranya : Perubahan Musim. Penggurunan ( Desertification ). Pencairan Lapisan
Es. Kenaikan Muka Air Laut. Peningkatan Penyakit Tropis (Malaria, Kolera). Kehancuran
Keragaman Hayati. Dampak Terhadap Ketahanan Pangan.
134
CBDRM
BAB 14
CDBRM - Bab 14
Ketika anggota masyarakat terlibat aktif bahkan menjadi penentu dalam pengelolaan
bencana, maka masyarakat harus mengenali risiko akibat adanya bencana yang akan
ditanggungnya; terlibat dalam pembuatan keputusan; terlibat dalam membangun kembali
dari kerusakan/kehilangan; melakukan jejaring dengan pemerintah.
Maksud yang tersirat dalam konsep “berbasis komunitas” adalah bahwa pekerjaan
penanggulangan bencana dilaksanakan bersama dengan komunitas di mana mereka
mempunyai peran kunci dalam penyelenggaraannya. Walaupun dalam kenyataannya derajat
pelaksanaan peran komunitas memang bervariasi, tetapi secara kategoris, disepakati bahwa
dalam pendekatan ini komunitas adalah pelaku utama yang membuat dan melaksanakan
keputusan-keputusan penting sehubungan dengan penanggulangan bencana.
Argumen ini berdampak terhadap peran praktisi PBBK [Penanggulangan Bencana Berbasis
Komunitas] yaitu sebagai “orang luar”, walaupun ia sendiri mungkin berasal dan hidup di
wilayah yang bersangkutan, yang membantu komunitas melaksanakan penanggulangan
bencana, di mana pekerjaannya didefinisikan oleh dimensi ruang dan waktu yang terbatas.
Lebih jauh, maka ini berdampak pada keharusan para praktisi untuk berkesadaran akan
kemutlakan strategi masuk (entry strategy) dan strategi keluar (exit strategy).
136
CDBRM - Bab 14
Fase Awal Mobilisasi Penentuan Agenda Integrasi & Perluasan Fase Akhir
137
CDBRM - Bab 14
Memulai Proses
• Permintaan bantuan dari dalam atau dari komunitas yang rentan.
• Identifikasi komunitas yang rentan oleh perantara.
• Bahaya atau bencana yang memperlihatkan perlunya bantuan.
• Pengetahuan tentang penanggulangan bencana, sumber daya dan komitmen dari
organisasi perantara.
• Pengetahuan tentang situasi, proses dan sistem lokal.
Kesiapsiagaan
• Ceramah materi cum Drills.
• Pelatihan Keahlian Penyelamatan Nyawa (Life Saving Skills).
• Pengembangan Sistem (informasi komunitas melalui thru billboards, menyimpan
catatan untuk organisasi PB, dll).
• Perubahan dan Pembentukan Nilai (vis-à-vis prioritas penyelamatan nyawa).
138
CDBRM - Bab 14
Dalam pelaksanaan PBBK, ADPC menggambarkan enam tahapan yang memisahkan anta
PIHAK DALAM dan PIHAK LUAR. PIHAK DALAM adalah warga dan komunitas dimana proy
dilangsungkan, sedangkan PIHAK LUAR adalah pelaksana proyek. Kebanyakan kegiat
perencanaan komunitas ada pada daerah yang memberikan kesetaraan komunitas d
pelaksana proyek untuk melakukan perencanaan bersam. Pihak manapun bisa menginisi
tindakan tapi bahan yang terpenting adalah membuat rencana dan desain bersama-sam
Implementasi dan pemeliharaan bisa dijalankan bersama-sama atau oleh otoritas setel
berkonsultasi (lagi) dengan komunitas
Maka satuan analisis terkecil dari bencana adalah komunitas dan oleh karenanya stat
keberdayaan komunitas menjadi faktor penentu terjadinya bencana atau tidak, atau setida
tidaknya tingkat keparahan dampaknya. Mengikuti logika ini, maka komunitas adalah ju
unit penting di mana harus dilakukan investasi untuk penanggulangan bencana. Mod
sosial dalam komunitas adalah potensi krusial untuk penanggulangan bencana. Sumberda
sosial-budaya, unsur-unsur, struktur, dan proses-proses interaksi internal dan ekstern
setiap komunitas adalah modal bagi kehidupan komunitas termasuk penyelenggara
penanggulangan bencana. Peluang untuk menggali dan mengoptimalkan pengguna
pontensi inilah yang membuat PBBK menjadi lebih penting ketimbang pendekatan lainny
Untuk lebih jelasnya dalam kegiatan CBDRM di Muhammadiyah, dapat membaca lanjut
dari buku ini “Jamaah Tangguh Bencana, Panduan Untuk Ikuti Jamaah”
139
CDBRM - Bab 14
Daftar Pustaka
Affeltranger Bastian dkk. 2007, Hidup Akrab dengan Bencana; Sebuah Tinjauan Global
tentang Inisiatif-Inisiatif Penanggulangan Bencana. MPBI
Ahmad Muttaqien Widhyanto dan Rahman Arief. Prosiding Workshop MDMC, 2007.
Paparan Green Peace dalam acara Jambore Nasional Relawan CDASC, Mei 2008
Prosiding ToT fasilitator Lokal dan Guru Program CDASC , Muhammadiyah-Ausaid, 2007.
Pusat Mitigasi Bencana IPB. Modul dan bahan Presentasi ToT Fasilitator Lokal dan Guru
Program CDASC 2006.
www.images.google.co.id
140
Catatan:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
141
Catatan:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
142
Catatan:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
143
Catatan:
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
144
145
146