Anda di halaman 1dari 44

MITIGASI BENCANA

DI INDONESIA
penisaptorini@gmail.com
Definisi & Jenis Bencana
 Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu penghidupan masyarakat yang disebabkan
oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. (UU No. 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana)
 Berdasarkan penyebabnya, bencana dibedakan menjadi
tiga yaitu: 1) bencana alam; 2) bencana non alam; dan 3)
bencana sosial.
Gempa Bumi

Erupsi gunung api


BENCANA GEOLOGI
Tsunami

Tanah longsor
BENCANA
ALAM
Banjir

Angin puting beliung


BENCANA
HIDROMETEOROLOGI
Kekeringan

Bencana ekstraterestrial
Kolera

Lepra

WABAH PENYAKIT,
EPIDEMI & PANDEMI
DBD

Flu burung

BENCANA
NON ALAM Corona

Kesalahan desain &


pengoperasian

KEGAGALAN
TEKNOLOGI
Kelalaian

Kesengajaan manusia
Pihak yang terlibat

Fungsinya

Posisi seseorang dalam organisasi


KONFLIK
SOSIAL
Sumbernya

BENCANA Dampak yang ditimbulkan


SOSIAL

Bentuknya

TEROR Pengeboman
Mengapa Indonesia Rawan Gempa?
GEMPA TEKTONIK GEMPA VULKANIK
 Berada pada zona  Merupakan pertemuan
pertemuan lempeng Sirkum Pasifik dan Sirkum
tektonik, yaitu lempeng Mediterania, sehingga
Eurasia, Indo-Australia, memiliki rangkaian
dan lempeng Pasifik. gunung api aktif mulai
dari timur sampai barat.
Mengukur Kekuatan
Gempa
 Kekuatan gempa diukur
menggunakan Seismograf,
dinyatakan dalam Skala
Richter dan menggunakan
satuan moment magnitude.
 Selain besarnya kekuatan
gempa, tingkat kedalaman
gempa (Hiposentrum) juga
berpengaruh terhadap daya
rusak suatu gempa.
Mitigasi Bencana Gempa Bumi
 Pahami apakah daerah tempat tinggal kita merupakan
daerah rawan bencana gempa bumi (lihat di peta
kerawanan gempa bumi yang dikeluarkan oleh BPBD
setempat, atau riwayat gempa sebelumnya).
 Seandainya tinggal di daerah rawan gempa, alangkah
bijaksananya jika membuat konstruksi bangunan rumah
atau pun perkantoran yang tahan gempa.
 Kenali berbagai langkah yang dapat dilakukan pada saat
terjadi gempa, dilihat dari posisi atau tempat kita berada
pada saat terjadi gempa.
 Memantau perkembangan gempa melalui sumber yang
dapat dipercaya (BMKG, BNPB/BPBD, dan sumber
terpercaya lainnya).
Di dalam
rumah/
kelas
Di luar
Di gunung/ rumah/
pantai
kelas

DI MANA
KITA PADA
SAAT
TERJADI Di dalam
Di dalam GEMPA? gedung/
kereta api ruangan
umum

Di dalam Di dalam
kendaraan lift
Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Api
 Kenali tipe erupsi gunung api tersebut (pelajari riwayat
sebelumnya) dan perhatikan update informasi dari
pemerintah mengenai status gunung api tersebut
(waspada, siaga, ataukah awas!)
 Mengikuti prosedur evakuasi dengan tetap waspada
mengenai potensi bencana yang ditimbulkan (gempa
vulkanik, luncuran lava, awan panas, hujan abu, dan
aliran lahar dingin_jika terjadi intensitas hujan cukup
tinggi terutama di sekitar puncak-lereng gunung berapi).
 Mengenakan masker dan menghindari rute sepanjang
aliran sungai atau pun searah dengan angin karena potensi
bencana lebih besar.
Mitigasi Bencana Tsunami
 Pahami karakteristik gempa yang dapat menyebabkan
terjadinya tsunami: 1) berpusat di laut, baik berupa
gempa tektonik maupun gempa vulkanik; 2) kekuatan
gempa > 7 SR; 3) merupakan jenis gempa dangkal yaitu
kedalaman hiposentrum < 100 km; 4) umumnya terjadi
pada zona patahan sesar naik.
 Kenali apakah tempat tinggalnya berada pada zona rawan
bencana tsunami.
 Perhatikan pertanda alam seperti: 1) gempa di dasar laut
yang terasa kuat; 2) air laut surut; 3) terdengar suara
menderu seperti pesawat/kereta; 4) angin laut berhembus
dengan kuat; 5) tercium bau amis yang sangat menyengat;
6) banyak ikan terdampar di pantai; 7) hewan-hewan lari
ke arah perbukitan.
Mitigasi Bencana Tanah Longsor
 Kenali karakteristik daerah tempat tinggalnya, apakah
berada pada zona rawan longsor atau tidak.
 Pada umumnya, daerah perbukitan memiliki risiko
bencana longsor yang lebih besar, terutama pada waktu
musim penghujan (dengan intensitas hujan yang tinggi dan
durasi hujan yang cukup lama).
 Mereka yang tinggal di lereng perbukitan juga berisiko
terdampak bencana longsor, terlebih jika tutupan
lahannya terbatas (pepohonan banyak yang ditebang).
 Mewaspadai pemicu bencana tanah longsor yang lain,
misalnya gempa bumi dan getaran yang ditimbulkan dari
mesin/kendaraan berat/bahan peledak.
Mitigasi Bencana Banjir
 Kenali karakteristik banjir yang sering melanda, apakah
semata disebabkan curah hujan tinggi, buruknya drainase,
limpasan dari daerah hulu, perubahan penggunaan lahan,
ataukah juga dipicu oleh pasang air laut (banjir rob).
 Pahami morfologi daerah tempat tinggal, apakah
merupakan daerah pesisir, dataran rendah, perbukitan,
atau merupakan dataran tinggi.
 Menghindari membangun permukiman atau pun ruang
usaha di sepanjang bantaran sungai, karena daerah
tersebut seharusnya dihijaukan karena selain berfungsi
sebagai daerah resapan, juga merupakan ruang terbuka
hijau yang memiliki fungsi estetika serta ekologi.
Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung
 Memahami tanda-tanda terjadinya angin puting beliung: 1)
udara terasa panas; 2) di langit terlihat pertumbuhan
awan cumulus dan cumulonimbus; 3) langit gelap dan
berwarna kehijauan; 4) muncul awan rendah berwarna
hitam, besar, dan bergerak berputar; 5) terjadi hujan es
dengan butiran besar; 6) terdengar suara keras seperti
kereta api yang melaju cepat.
 Angin puting beliung berputar seperti spiral dalam waktu
5-30 menit, dengan kecepatan 60-90 km/jam dan mampu
menyapu wilayah sepanjang 5-10 km.
 Berlindung di tempat yang lebih rendah dan menjauh dari
benda-benda yang mudah beterbangan karena dapat
menimbulkan cedera serius.
Mitigasi Bencana Kekeringan
 Memahami pola curah hujan di wilayah tempat tinggal,
dan mengenali apakah daerah tempat tinggal berada pada
kawasan dengan curah hujan sedang-rendah, termasuk
mengidentifikasi kebutuhan air per tahun (dilihat dari
jumlah penduduk dan kebutuhan air lainnya: irigasi,
perikanan, peternakan, perkebunan, dsb).
 Mewaspadai dampak yang ditimbulkan dari bencana
kekeringan: kekurangan air bersih, kekurangan bahan
makanan, gagal panen, kekurangan gizi, berkembangnya
banyak penyakit, bahkan kematian.
 Membiasakan diri untuk lebih menghargai sumberdaya air,
tidak berlebihan dalam menggunakannya, dan
mengupayakan penghijauan semampunya.
Mitigasi Bencana
Ekstraterestrial
 Merupakan bencana yang
disebabkan oleh benda-
benda langit seperti
meteor atau pun asteroid
yang sampai ke permukaan
bumi sehingga
menimbulkan kerusakan di
bumi.
Mitigasi Wabah Penyakit, Epidemi,
dan Pandemi
 Wabah penyakit merupakan kejadian
berkembangnya suatu penyakit dalam Pandemi
kondisi luar biasa tetapi skalanya kecil.
 Epidemi menunjukkan wabah penyakit
yang menyebar semakin luas secara Epidemi
geografis.
 Pandemi menunjukkan suatu kasus
epidemi yang semakin meluas dan tidak
terkendali, berskala internasional
(sebagaimana Covid-19 yang sampai Wabah
hari ini telah menginfeksi ratusan Penyakit
Negara di dunia dan belum dapat
dikendalikan).
Wabah Penyakit Menular Muncul Tiap 100 Tahun?
 Thn 1720, wabah penyakit sampar menginfeksi penduduk Kota
Marseille Perancis dan menewaskan lebih dari 100.000 warga
yang berada di pelabuhan; dan butuh waktu 25 tahun untuk
memulihkan jumlah penduduknya.
 Thn 1820, wabah penyakit kolera muncul di India kemudian
menyebar hampir ke seluruh Asia termasuk Indonesia; dan
jumlah kematian yang disebabkan wabah kolera ini lebih dari
100.000 jiwa.
 Thn 1920, wabah flu Spanyol (H1N1) menginfeksi lebih dari 500
juta penduduk di dunia, termasuk mereka yang tinggal di
Kepulauan Pasifik dan Kutub Utara.
 Thn 2020, wabah corona (Covid-19, menginfeksi ratusan Negara
di dunia dan menyebabkan ribuan nyawa melayang, serta
ratusan ribu lainnya masih dalam perawatan).
Mitigasi Bencana Kegagalan Teknologi
 Kegagalan teknologi dapat bersumber dari kesalahan
desain dan pengoperasian, kelalaian, bahkan
kesengajaan manusia dalam penggunaan suatu
teknologi.
 Dampak yang ditimbulkan beragam, misalnya
kebakaran, pencemaran bahan kimia dan radioaktif,
kecelakaan industri, serta kecelakaan transportasi.
Mitigasi Bencana Konflik Sosial
 Konflik sosial sering bermula dari ketimpangan sosial,
kemiskinan, kebohongan publik, penindasan,
kecemburuan, fanatisme, dan prasangka subjektif
terhadap kelompok lain.
 Selain itu, konflik sosial juga dapat terjadi karena salah
satu pihak mengganggu pihak lain, sehingga memicu
terjadinya gerakan massa yang merusak tatanan sosial,
berujung pada kericuhan, terlebih jika dihubungkan
dengan isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).
 Masyarakat harus mengendalikan diri dan menghargai
perbedaan, baik dalam skala individu maupun komunitas.
Mitigasi Bencana Teror
 Teror merupakan tindakan untuk membuat ketakutan,
kengerian, dan kekejaman, baik dilakukan secara individu
maupun kelompok yang terorganisir.
 Aksi teror sering menyebabkan kerugian harta benda,
kerusakan objek strategis/fasilitas publik, bahkan
memakan korban jiwa.
 Sebagai langkah mitigasi, upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air, kasih
saying, toleransi, dan kebersamaan; serta menjauhkan
dari sikap egois, benci, saling curiga, dan intoleransi
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
BNPB

LEMBAGA
PENANG-
GULANGAN
BENCANA

PMI BMKG
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB)

 Merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang


dibentuk berdasarkan Perpres No. 8 Tahun 2008.
 Tugas BNPB yaitu membantu Presiden dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana dan kedaruratan secara
terpadu, serta melaksanakan penanganan bencana dan
kedaruratan mulai sebelum, pada saat, dan setelah
terjadi bencana.
 Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: 1) pencegahan; 2)
kesiapsiagaan; 3) penanganan darurat; 4) pemulihan.
Tugas dan Fungsi BNPB
 Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang terdiri atas: 1) pencegahan
bencana; 2) penanganan darurat; 3) rehabilitasi; 4)
rekonstruksi secara adil dan merata.
 Menetapkan standarisasi serta kebutuhan dan
penyelenggaraan bencana berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
 Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta
rawan bencana.
 Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan
bencana.
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG)
 Merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang
bertugas melaksanakan tugas pemerintahan pada
bidang meteorology, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika.
 Peran BMKG dalam penanggulangan bencana yaitu
melakukan antisipasi terhadap kondisi cuaca yang
diperkirakan muncul agar tidak berdampak menjadi
bencana yang merugikan manusia; dengan cara
menyediakan teknologi serta sumberdaya manusia yang
memadai dan berkualitas.
Fungsi BMKG dalam Penanggulangan
Bencana
 Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada
instansi pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan
bencana yang disebabkan faktor meteorologi, klimatologi,
dan geofisika.
 Penyampaian informasi kepad instansi dan pihak terkait
serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.
 Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan pada
bidang meteorology, klimatologi, dan geofisika.
Palang Merah Indonesia (PMI)

 Merupakan lembaga nasional yang bergerak dalam bidang


sosial kemanusiaan di Indonesia.
 Dalam penanggulangan bencana, PMI menerapkan tiga
fase yaitu pra bencana, pada saat bencana, dan pasca
bencana.
 Prinsip PMI dalam penanggulangan bencana: 1) Darurat,
artinya pemberian bantuan pada korban bencana bersifat
darurat dan komplemen/tambahan untuk membantu
pemerintah dalam meringankan penderitaan korban; 2)
Langsung, artinya bantuan diberikan secara langsung oleh
petugas PMI sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara
langsung oleh korban; 3) Materi bantuan berupa pangan
atau pun non pangan dan jasa seperti pendampingan,
konseling, serta advokasi.
Desa Tangguh Bencana (Destana)
 Merupakan program dari BNPB dalam upaya pengurangan
risiko bencana berbasis masyarakat.
 Melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana dari dampak yang merugikan akibat bencana.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya untuk mengurangi risiko bencana.
 Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan
pemerintah dalam memberikan dukungan sumber daya
dan teknis bagi pengurangan risiko bencana.
 Meningkatkan kerjasama antar pemangku kepentingan
(pemerintah daerah, swasta, LSM, perguruan tinggi, serta
organisasi masyarakat desa) dalam pengurangan risiko
bencana.
Tantangan dalam Mitigasi Bencana di
Indonesia
 Indonesia memiliki risiko bencana yang sangat beragam,
baik bencana alam, bencana non alam, maupun bencana
sosial; yang sebagaiannya tidak dapat diprediksikan kapan
terjadinya.
 Masih kurangnya kesadaran dan kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana, termasuk kurangnya
kesadaran untuk menaati arahan dari pemerintah ketika
terjadi suatu bencana.
 Beberapa alat pendeteksi dini (early warning system)
sudah dipasang, namun masyarakat tidak mampu menjaga
atau malah menyalahgunakan bahkan mencurinya.
Referensi.
 Pabundu Tika, Amin, dan Endang Puji Rahayu. Tanpa
tahun. Jelajah Geografi SMA/MA Kelas XI. Bumi Aksara:
Jakarta.
 Tri Haryanto dan Gita Arfiani. 2017. PR Geografi Kelas XI
Semester 2. Intan Pariwara: Klaten.
 www.bnpb.go.id
 Undang-Undang No. 24 Thn 2007 tentang Penanggulangan
Bencana

Anda mungkin juga menyukai