Anda di halaman 1dari 3

Skenario 1:

Seorang wanita beumur 48 tahun datang ke Poli Jiwa dengan keluhan utama
bahwa ia telah kehilangan segalanya dan tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Dia
menyatakan telah melakukan pekerjaannya dengan baik sampai 6 minggu yang lalu, dia
diberhentikan dari pekerjaannya tanpa peringatan sebelumnya. Dia tidak mengerti
mengapa dia sampai dipecat. Ia mengatakan bahwa pekerjaannya itu adalah segalanya
bagi hidupnya. Dia merasa tidak seorangpun yang memperdulikannya lagi. Dia tidak
melihat ada pekerjaan lain yang cocok bagi dirinya. Dia mengkhawatirkan keadaan
keuangannya dan merasa sedih karena telah gagal dalam hidupnya. Dia mengatakan
selama 6 minggu ini tidak dapat tidur nyenyak dan tidak dapat makan banyak. Dia
bahkan berpikir lebih baik melompat dari jembatan, tetapi dia memutuskan untuk
melawan perasaan itu.

Skenario 2:

Seorang pria berusia 34 tahun dikonsultasikan dari bagian neurologi dengan


keluhan serangan kebutaan. Ketika dia bangun pagi hari, secara tiba-tiba tidak dapat
melihat sama sekali, sedangkan dari pemeriksaan neurologik dinyatakan tidak ada
kelainan neurologik yang berkaitan dengan kebutaan ini.
Pasien menceritakan bahwa dia tidak mengetahui mengapa ia tiba-tiba mengalami
kebutaan. Dia mengatakan bahwa dia baru pindah dari Solo ke Jakarta untuk mencari
uang untuk pengobatan ibunya yang sakit keras di Solo. Ibunya menderita kanker
payudara tetapi pasien tidak dapat mengirimi ibunya uang karena uangnya habis di meja
judi. Baru-baru ini ia mendapat berita bahwa ibunya telah meninggal. Pasien merasa
sangat sedih karena tidak dapat bertemu lagi dengan ibunya.

Skenario 3:

Seorang pria umur 37 tahun datang mengunjungi Poli Jiwa karena dikonsulkan
dari Poli Saraf dengan keluhan sakit kepala yang hebat. Penderita menceritakan bahwa
dia telah dikonsulkan ke Poli Mata, Penyakit Dalam, Bedah Saraf dalam 2 minggu
terakhir. Ia juga sudah menjalani pemeriksaan foto kepala, CT scan dan MRI,
pemerikaan laboratorium bahkan EEG dalam 2 minggu terakhir tetapi hasilnya normal. Ia
merasa jengkel karena para dokter yang dikunjunginya pada 4 Poliklinik semuanya
mengatakan bahwa tidak ada apa-apa. Ia berpikir ia mungkin menderita tumor otak yang
menyebabkan kepalanya sakit luar biasa.

Skenario 4:

Seorang pria umur 45 tahun datang ke Psikiater dengan keluhan sering sulit tidur yang
dialaminya sejak 2 bulan lalu. Selain itu ia juga mengeluh kadang merasa loyo serta sulit
konsentrasi, jantung berdebar, keringat dingin, nyeri ulu hati. Seingatnya hal ini muncul
perlahan-lahan sejak ia dipindahtugaskan ke tempat yang baru 3 bulan lalu, di kota yang
berjauhan dengan istri dan anak-anaknya. Sekarang ini ia hanya dapat berjumpa dengan
istri dan anak-anaknya seminggu sekali. Ia selalu mengkhawatirkan keadaan istri dan
anak-anaknya.

Skenario 5:

Seorang pria datang ke Poli Jiwa dengan keluhan selalu merasa loyo, murung dan
sulit tidur yang deritanya sejak 5 tahun lalu. Walaupun demikian, ia masih dapat
melakukan pekerjaan kantornya dengan baik. Ia juga mengeluh, jarang dapat tertawa
riang/lepas seperti teman-teman sekerjanya pada waktu bersenda gurau. Ia mengatakan
bahwa ia dapat menemani keluarganya jalan-jalan di mal, tetapi rasanya hampa, tidak
seperti orang lain yang dilihatnya sangat bergembira jika jalaan-jalan ke mal

Skenario Kasus 1 :

Seorang pria berusia 30 tahun dikonsulkan dari Bagian Penyakit Dalam ke Poli Jiwa
dengan keluhan gelisah, mengamuk, berteriak-teriak dan tidak bisa tidur yang dialami
dua hari lalu. Seminggu sebelumnya ia menderita demam selama lima minggu. Pada
pemeriksaan terlihat seorang laki-laki tidak mengenakan baju, kedua tangan dan kakinya
terikat ke ranjang. Ia menggerak-gerakkan badannya berusaha melepaskan diri sambil
berteriak-teriak. Terkadang bicaranya melantur dan sepertinya dia tidak mengenali orang-
orang yang berada didekatnya.

Apa kemungkinan diagnosanya ?


Bagaimana penatalaksanaannya ?

Skenario kasus 2 :

Seorang wanita berusia 23 tahun datang keruang gawat darurat dengan keluhan
mengamuk, berteriak-teriak, melompat-lompat, dan tidak bisa tidur sejak + 2 minggu
sebelum dibawa ke rumah sakit. Hal ini dialami setelah dia melihat pacarnya berpelukan
dengan wanita lain. Pada pemeriksaan tampak seorang wanita berkulit putih memakai
daster batik, gelisah, berbicara terus menerus dan berteriak memaki-maki pacarnya tanpa
terkendali. Psikomotor hiperaktif, Ekspresi perasaan melambung, pembicaraan cepat.
Terdapat halusinansi visual dan ide-ide kebesaran.

Apa diagnosanya ?
Bagaimana Penatalaksanaannya ?

Skenario Kasus 3 : : .

Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang diantar oleh keluarganya karena sering
mengamuk, marah-marah dan menghancurkan barang-barang. Hal dimulai + 3 bulan
yang lalu ketika ia dberhentikan dari tempat kerjanya sebagai kuli bangunan. Pada
mulanya ia terlihat pendiam, melamun, sering bicara sendiri. Seminggu terakhir ini sering
marah-marah dan menghancurkan barang-barang dan membenturkan kepalanya.

Apa diagnosanya ?
Bagaimana Penatalaksanaannya ?

Skenario Kasus 4. :

Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering mengamuk
dan menghancurkan barang-barang pecah belah dirumahnya. Keluhan ini dialami sejak 3
bulan yang lalu. Hal itu muncul bila melihat keadaan rumah berantakan atau suaminya
tidur-tidur saja dan tidak pergi kerja. Saat mengamuk dia tidak menyadarinya apa yang
telah dilakukannya. Setelah sadar dia bingung dan menyesali apa yang telah dilakukan.
Status mental penampilan seorang wanita berpakaian hitam-hitam, pembicaraan lancar,
aktivitas psikomotor wajar. Ekspresi perasaan (afek) wajar. Halusinasi dan waham tidak
ada.

Apa diagnosanya ?
Bagaimana Penatalaksanaannya ?

Anda mungkin juga menyukai