Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang dilakukan untuk sederetan reaksi
enzim yang berurutan. Secara singkat kegiatan proses ini disebut tansformasi zat. Hasil kegiatan
ini akan dihasilkan nutrien sederhana seperti glukosa, asam lemak berantai panjang atau
senyawa-senyawa aromatik yang dapat digunakan sebagai bahan untuk proses neosintetik bahan
sel. Reaksi kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrient disebut reaksi
disimilasi atau penguraian; jadi merupakan kegiatan katabolik sel. Sedangkan reaksi kimiawi
yang menggunakan energi untuk sintesis dan fungsi-fungsi sel lainnya disebut reaksi asimilasi
atau anabolik. Jadi, reaksi disimilasi menghasilkan energi, dan reaksi asimilasi menggunakan
energi. Menurut Darkuni (2001) bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut
reaksi eksergonik, dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi, reaksi
ini disebut reaksi endergonik.
Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama metabolisme, energi yang
dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja biologis. Selama masa hidup sel, kerja
ini bersifat ekstensif dan beragam. Mikroorganisme heterotrofik nonfotosintesik memperoleh
energinya dari oksidasi (pengusiran elektron atau atom hydrogen) senyawa-senyawa anorganik
(Pelezer, 1986). Metabolisma didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam sel
hidup. Termasuk juga eksoenzim yang tetap di anggap sebagai metabolisma, sebab meskupun
reaksi kimia berlangsung di luar sel tetapi enzim disekresikan dari dalam sel. Sintesis
protoplasma dan penggunaan energi yang disebut sebagai Anabolisma. Oksidasi substrat diiringi
dengan terbentuknya energi disebut dengan Katabolisma (Drakuni, 2001).
Dalam sebuah sel, rata-rata terdapat ribuan enzim yang berbeda-beda. Semua enzim beserta
kegiatannya harus terkoordinasi sehingga produk-produk yang sesuai dapat terbentuk dan
tersedia pada tempat yang tepat, jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan penggunaan enzim
seminimal mungkin. Koordinasi tersebut dimungkinkan adanya pengendalian enzim (Volk,
1984). Enzim merupakan unit fungsional dalam metabolisme sel. Hal ini disebabkan fungsi
enzim yang meliputi:
1. Perombakan senyawa kimia dalam sel atau katabolisme yang disertai dengan pembebasan
energi.
2. Proses pembentukan komponen sel atau anabolisme yang berupa biosintesis yang
memerlukan energi.
Kedua proses di atas merupakan reaksi-reaksi biokimia yang kompleks dan dibantu oleh
enzim (Ristianti, 2000). Enzim disebut sebagai katalis hayati atau sarana katalitik yang berupa
senyawa organik yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Katalis menunjukkan suatu kekhususan,
artinya suatu katalis tertentu akan berfungsi hanya pada satu jenis reaksi tertentu (Volk, 1984).
Enzim sangat di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pH,
suhu,setiap enzim berfungsi optimal pada pH dan temperatur tertentu. Suhu yang sangat rendah
dapat menghentikan aktivitas enzim tetapi tidak menghancurkannya. Aktivitas enzim diatur
melalui 2 cara yaitu, pengendalian katalis secara langsung pengendalian genetik. Proses
metabolisme akan menghasilkan hasil metabolisme yang berfungsi menghasilkan sub satuan
makromolekul dari hasil metabolisme yang bergun sebagai penyediaan tahap awal bagi
komponen-komponen sel menghasilkan dan menyediakan energi yang dihasilkan dari ATP lewat
ADP dengan fosfat. Energi ini sangat penting untuk kegiatan proses lain yang dalam prosesnya
hanya bisa berlagsung kalau tersedia energi.
Bakteri memperoleh energi melalui proses Oksidasi-Reduksi. Oksidasi adalah proses
pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Istilah oksidasi
digunakan disini untuk mencakup semua proses penghasilan energi yang terjadi dalam se
(Tarigan, 1988). Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi
oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.
Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim
tersebut memtransfer elektron dan proton yang dibebaskan kepada aseptor elektron intermedier
seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi
terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain
transpor elektron sampai akhirnya ditangkap oleh oksigen atau oksidan anorganik lainnya
sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O.
Untuk keperluan identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri, selain dipelajari
sifat-sifat morfologinya perlu pula dipelajari sifat-sifat biokimianya dan factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Ada beberapa cara pengujian sifat biokimia, diantaranya ialah
uji adanya hidrolisis amilum, uji adanya hidrolisis lemak, dan uji adanya hidrolisis protein.
(Hastuti, 2012).
Daftar Rujukan
Darkuni. 2001. Mikrobiologi (bakteriologi, virologi, dan mikologi). Malang: FMIPA UM.
Pelezar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Volk, Wesley A., dan Wheeler, Margaret F. 1984. Mikrobiologi dasar. Jakarta: Erlangga.
Ristianti, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Depdiknas.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tingkat Kependidikan.
Hastuti, Sri Utami.2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai