BIOENERGETIKA
Disusun oleh :
Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa entropi total suatu sistem pasti
meningkat jika suatu proses terjadi secara spontan. Entropi adalah tingkat kekacauan atau
ketidakteraturan sistem dan menjadi maksimal sewaktu mendekati keseimbangan. Dalam
kondisi suhu dan tekanan yang konstan, hubungan antara perubahan energi bebas (∆G) suatu
sistem yang bereaksi dan perubahan entropi (∆𝑆) dinyatakan oleh persamaan berikut yang
menggabungkan kedua hukum termodinamika.
∆𝐺 = ∆𝐻 − 𝑇∆𝑆
Dalam reaksi biokimia, karena ∆𝐻 adalah kira-kira sama sama dengan perubahan total
energi internal dari reaksi atau ∆𝐸, hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan cara berikut:
∆𝐺 = ∆𝐸 − 𝑇∆𝑆
Jika ∆𝐺 negatif, reaksi akan berlangsung secara spontan disertai hilangnya energi bebas;
yaitu, reaksi bersifat eksergonik. Jika ∆𝐺 berukuran besar, reaksi berlangsung hampir tuntas
dan pada dasarnya ireversibel. Di sisi lain, jika ∆𝐺 positif, reaksi berlangsung hanya jika energi
bebas dapat diperoleh; yaitu, reaksi bersifat endergonik. Selain itu, jika ∆𝐺 berukuran besar,
sistem ini stabil, dengan sedikit atau tanpa kecenderungan terjadinya reaksi. Jika ∆𝐺 nol,
sistem berada dalam keseimbangan dan tidak terjadi perubahan netto.
Perubahan metabolit A menjadi metabolit B terjadi disertai pelepasan energi bebas dan
dikaitkan dengan reaksi lain yang memerlukan energi bebas untuk mengubah metabolit C
menjadi metabolit D. Istilah eksergonik dan endergonik digunakan untuk menunjukkan bahwa
proses disertai dengan kerugian atau keuntungan, energi bebas dalam segala bentuk, tidak
harus dalam bentuk panas. Dalam praktiknya, suatu proses endergonik tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi harus menjadi komponen dari sistem gabungan eksergonik-endergonik yang
perubahan netto keseluruhannya bersifat eksergonik. Reaksi eksergonik disebut katabolisme
(secara umum penguraian atau oksidasi molekul bahan bakar) sementara reaksi sintesis yang
membentuk zat disebut anabolisme. Kombinasi proses katabolik dan anabolik menghasilkan
metabolisme.
Proses metabolisme pada dasarnya mencakupi dua proses yaitu anabolic pathway yaitu
proses yang memerlukan energi dan catabolic pathway yaitu proses yang melepaskan atau
tidak memerlukan energi. Proses anabolisme berguna untuk sintesis makromolekul dan
komponen seluler yang diperlukan untuk struktur dan fungsi sel. Proses katabolisme berfungsi
untuk menguraikan makromolekul menjadi mikromolekul untuk menghasilkan energi yang
berlangsung secara bertahap melalui reaksi enzimatik yang berurutan (Lehninger, 2000).
Proses katabolisme dapat berlanagsung secara aerobik (dengan oksigen) maupun anaerobik
(tanpa oksigen), dimana energi yang dihasilkan secara aerobik lebih banyak dibanding secara
anaerobik.
Pembentukan ATP dapat melalui reaksi kimia (sintesis ATP tingkat substrat) dan reaksi
reduksi-oksidasi (redoks) yaitu reaksi yang melibatkan elektron yang terjadi melalui proses
fosforilasi oksidatif (organisme kemoorganotrofik) atau proses fotofosforilasi (organisme
fototrofik).
Respirasi Selular
merupakan konversi energi kimia dari makanan menjadi energi kimia untuk kerja sel (ATP).
Reaksinya: C6H1206 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Makhluk hidup membutuhkan energi berupa ATP yang dapat diperoleh dengan proses
respirasi sel. Reaksi dari porses respirasi sel adalah dengan mengubah glukosa dan oksigen
menjadi karbondioksida dan uap air yang pada proses pemecahannya menghasilkan energi
berupa ATP. Dalam prosesnya respirasi sel ini terdiri dari 4 tahap yakni glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan yang terakhir adalah transpor elektron.
Pada tahap pertama yakni glikolisis akan dibentuk senyawa asam piruvat yang didapat dari
hasil pemecahan glukosa yang didapat dari karbohidrat sebagai sumber energi utama
maupun dapat juga berasal dari lemak dan asam amino jika tidak terdapat karbohidrat dan
oksigen. Pada tahap kedua akan terjadi proses dekarboksilasi oksidatif yang merubah
senyawa asam piruvat menjadi asetil-koA. Pada tahapan siklus krebs akan terjadi reaksi
antara asetil-koA yang telah terbentuk dan asam oksaloasetat yang diikuti dengan peristiwa
reduksi yaitu pelepasan elektron dan ion hidrogen oleh NAD dan FAD menghasilkan 2 molekul
NADH, dan 2 molekul FADH, dan 2 molekul ATP. Dari seluruh rangkaian peristiwa siklus krebs
dihasilkan akan dihasilkan 4 molekul CO2, 6 molekul NADH2, 2 molekul FADH2, dan 2 molekul
ATP. Dan untuk tahap terakhir yakni transfer elektron adalah tahap dimana untuk
mendapatkan ATP lebih banyak dari merombak molekul NADH dan FADH menjadi ATP
dengan proses yang disebut kemiosmosis.
Glikolisis
Adalah reaksi pemecahan glukosa (6C) menjadi 2 molekul Piruvat (3C). Hasilnya adalah 2
ATP per 1 molekul glukosa dan 2 NADH per 1 molekul glukosa. Setelah tahap glikolisis, akan
terjadi tahap-tahap lain yang terbagi kedalam 2 macam respirasi, yaitu:
Jalur akhir pengadaan energi pada sel aerobik. Rantai transport elektron merupakan reaksi
oksidasi-reduksi. Letaknya di membran dalam mitokondria yang dikatalisis oleh enzim
fosforilasi oksidatif. Elektron yang berasal dari berbagai substrat ditransfer ke oksigen.
Enzim Oksidoreduktase
Laktat Dehidrgenase
Oksidase
Mengkatalisis pembebasan hidrogen dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai
akseptor H. Oksidase membentuk air (H20) dan Hidrogenperoksida (H202). Oksidase terdapat
dalam dua bentuk, yaitu yang pertama mengandung copper, misalnya,sitokromoksidase –
komponen terminal rantai transport elektron yang mentransfer e- ke O2. Yang kedua adalah
xanthine oxidase, glukosaoksidase. Memiliki gugus prostetik flavin mononukleotida (FMN)
atau flavin adenin dinukleotida (FAD). Gugus prostetik tersebut dibentuk dari riboflavin.
Dehidrogenase
Berfungsi untuk transfer hidrogen dari 1 substrat ke substrat lain dalam reaksi Oksidasi
reduksi, sebgai komponen rantai transport elektron (rantai respirasi). Dehidrogenase
menggunakan koenzim-Nikotinamid & Riboflavin – sebagai hydrogen carriers.
Hidroperoksidase
Enzim katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi tubuh terhadap senyawa-
senyawa peroksida yang berbahaya. Reaksinya menggunakan H2O2 sebagai substrat.
Oksigenase
Terdiri dari :
1. Kompleks I, II, III, IV
2. ATP sintase (komplek V)
3. Ubiquinone (Q atau UQ)
4. Sitokrom C
Elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi dilepaskan ke tingkat energi yang lebih rendah
lalu menghasilkan energi untuk memindahkan ion dan membuat gradien konsentrasi & elektrik
di membran. Akseptor elektron terakhir adalah oksigen (bereaksi dengan H+ membentuk air)
Keseluruhan sistem reaksi disebut rantai respirasi (electron transport system). Reaksi
redoksnya berupa transfer elektron dari satu pasangan redoks lainnya (misal, FMN/FMNH2)
yang merupakan akseptor elektron.
Elektron ditransfer dari pasangan redoks dengan potensial yang kurang negatif (lebih positif)
dari NADH atau FADH2 ke electron transport chain.
Transfer elektron pada rantai transpor elektron menyebabkan protein memompa H+ dari
matriks mitokondria ke intermembrane space. Kemudian, H+ kembali melewati membran
melalui kanal di ATP synthase. ATP synthase menggunakan aliran H+ eksergonik untuk
melakukan fosforilasi ATP. Proses tadi merupakan contoh kemiosmosis, yaitu penggunaan
energi pada gradien H+ untuk melakukan aktivitas selular.
Electron Carriers
Pada transfer elektron, elektron tidak dibawa langsung menuju ke oksiken tetapi melalui
koenzim. ada 2 pintu masuk elektron menuju ke rantai transpor elektron:
- NAD+
- FAD
keduanya merupakan koenzim untuk enzim dehidrogenase.