Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANDIRI BIOKIMIA

BIOENERGETIKA

Disusun oleh :

Salwa Aulia Rahmawati 021811133057

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
Semester Genap – 2018 / 2019
BIOENERGETIKA

Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah tentang perubahan energi yang


menyertai reaksi biokimia. Sistem biologis pada dasarnya bersifat isotermik dan
menggunakan energi kimia untuk menjalankan proses-proses kehidupan. (Botham and
Mayes,2015)

Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi total suatu sistem,


termasuk sekitarnya, tetap konstan. Hal ini mengisyaratkan bahwa di dalam sistem total,
energi tidak hilang atau bertambah selama perubahan. Namun, energi dapat dipindahkan dari
satu bagian sistem ke bagian lain atau diubah menjadi bentuk energi lain. Pada sistem hidup,
energi kimia dapat diubah menjadi panas atau menjadi energi listrik, radiasi, atau mekanis.

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa entropi total suatu sistem pasti
meningkat jika suatu proses terjadi secara spontan. Entropi adalah tingkat kekacauan atau
ketidakteraturan sistem dan menjadi maksimal sewaktu mendekati keseimbangan. Dalam
kondisi suhu dan tekanan yang konstan, hubungan antara perubahan energi bebas (∆G) suatu
sistem yang bereaksi dan perubahan entropi (∆𝑆) dinyatakan oleh persamaan berikut yang
menggabungkan kedua hukum termodinamika.

∆𝐺 = ∆𝐻 − 𝑇∆𝑆

Dengan ∆𝐻 adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu mutlak.

Dalam reaksi biokimia, karena ∆𝐻 adalah kira-kira sama sama dengan perubahan total
energi internal dari reaksi atau ∆𝐸, hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan cara berikut:

∆𝐺 = ∆𝐸 − 𝑇∆𝑆

Jika ∆𝐺 negatif, reaksi akan berlangsung secara spontan disertai hilangnya energi bebas;
yaitu, reaksi bersifat eksergonik. Jika ∆𝐺 berukuran besar, reaksi berlangsung hampir tuntas
dan pada dasarnya ireversibel. Di sisi lain, jika ∆𝐺 positif, reaksi berlangsung hanya jika energi
bebas dapat diperoleh; yaitu, reaksi bersifat endergonik. Selain itu, jika ∆𝐺 berukuran besar,
sistem ini stabil, dengan sedikit atau tanpa kecenderungan terjadinya reaksi. Jika ∆𝐺 nol,
sistem berada dalam keseimbangan dan tidak terjadi perubahan netto.

Penggabungan suatu reaksi eksergonik dengan reaksi endergonik, misalnya terjadi


pada proses reaksi sintesis, kontraksi otot, hantaran impuls saraf, dan transpor aktif -
memperoleh energi melalui keterkaitan kimia (chemical linkage), atau coupling, dengan reaksi
oksidatif.
Gambar 1 : Penggabungan suatu reaksi eksergonik dengan reaksi endergonik

Perubahan metabolit A menjadi metabolit B terjadi disertai pelepasan energi bebas dan
dikaitkan dengan reaksi lain yang memerlukan energi bebas untuk mengubah metabolit C
menjadi metabolit D. Istilah eksergonik dan endergonik digunakan untuk menunjukkan bahwa
proses disertai dengan kerugian atau keuntungan, energi bebas dalam segala bentuk, tidak
harus dalam bentuk panas. Dalam praktiknya, suatu proses endergonik tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi harus menjadi komponen dari sistem gabungan eksergonik-endergonik yang
perubahan netto keseluruhannya bersifat eksergonik. Reaksi eksergonik disebut katabolisme
(secara umum penguraian atau oksidasi molekul bahan bakar) sementara reaksi sintesis yang
membentuk zat disebut anabolisme. Kombinasi proses katabolik dan anabolik menghasilkan
metabolisme.

Untuk mempertahankan proses-proses kehidupan, semua organisme harus mendapat


energi bebas dari lingkungannya. Organisme autotrofik memanfaatkan proses-proses
eksergonik sederhana; misalnya energi sinar matahari (tanaman hijau), reaksi Fe2+  Fe3+
(beberapa bakteri). Di sisi lain, organisme heterotrofik memperoleh energi bebas dengan
manggabungkan metabolismenya dengan penguraian molekul organik kompleks dalam
lingkungan organisme tersebut. Pada semua organisme ini ATP berperan sentral dalam
pemindahan energi bebas dari proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah
nukleotida yang terdiri dari adenosin nukleosida dan tiga gugus fosfat. Ikatan kovalen antar
gugus fosfat kedua dan ketiga tidak stabil, sehingga akan didapatkan pelepasan gugus fosfat,
yang berarti hidrolisis ATP menjadi ADP. Perpindahan gugus fosfat ke suatu molekul disebut
fosforilasi. ATP adalah sumber daya dalam sel yang dapat diperbarui dan itu sebabnya dikenal
siklus ATP.
Gambar 2 : Adenosin Trifosfat (ATP) dan adenosin difosfat diperlihatkan sebagai
kompleks magnesium

Proses metabolisme pada dasarnya mencakupi dua proses yaitu anabolic pathway yaitu
proses yang memerlukan energi dan catabolic pathway yaitu proses yang melepaskan atau
tidak memerlukan energi. Proses anabolisme berguna untuk sintesis makromolekul dan
komponen seluler yang diperlukan untuk struktur dan fungsi sel. Proses katabolisme berfungsi
untuk menguraikan makromolekul menjadi mikromolekul untuk menghasilkan energi yang
berlangsung secara bertahap melalui reaksi enzimatik yang berurutan (Lehninger, 2000).
Proses katabolisme dapat berlanagsung secara aerobik (dengan oksigen) maupun anaerobik
(tanpa oksigen), dimana energi yang dihasilkan secara aerobik lebih banyak dibanding secara
anaerobik.

Pembentukan ATP dapat melalui reaksi kimia (sintesis ATP tingkat substrat) dan reaksi
reduksi-oksidasi (redoks) yaitu reaksi yang melibatkan elektron yang terjadi melalui proses
fosforilasi oksidatif (organisme kemoorganotrofik) atau proses fotofosforilasi (organisme
fototrofik).

Proses pada jaringan tubuh


Sebagian jaringan tubuh berfungsi secara aerobik, seperti otak dan jantung, dimana keduanya
memerlukan glukosa untuk dapat hidup. Tetapi pada jantung, selain glukosa bisa juga
menggunakan laktat dan asam laktat. Glukosa dapat dikatabolisme secara anaerobik pada
eritrosit, otot skelet dan otot jantung. Proses glikolisis terjadi di sitoplasma, sedangkan rantai
transpor elektron terjadi di mitokondria. NADH harus dapat masuk ke mitokondria, tetapi
mitokondria tidak permeabel untuk NADH, sehingga terdapat malat-aspartate shuttle untuk
perantara NADH (pada liver, ginjal, dan jantung) dan glycerol phosphate shuttle untuk FADH2
(pada otak dan jaringan otot skelet).

Respirasi Selular

merupakan konversi energi kimia dari makanan menjadi energi kimia untuk kerja sel (ATP).
Reaksinya: C6H1206 + 6O2  6CO2 + 6H2O

Makhluk hidup membutuhkan energi berupa ATP yang dapat diperoleh dengan proses
respirasi sel. Reaksi dari porses respirasi sel adalah dengan mengubah glukosa dan oksigen
menjadi karbondioksida dan uap air yang pada proses pemecahannya menghasilkan energi
berupa ATP. Dalam prosesnya respirasi sel ini terdiri dari 4 tahap yakni glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan yang terakhir adalah transpor elektron.

Pada tahap pertama yakni glikolisis akan dibentuk senyawa asam piruvat yang didapat dari
hasil pemecahan glukosa yang didapat dari karbohidrat sebagai sumber energi utama
maupun dapat juga berasal dari lemak dan asam amino jika tidak terdapat karbohidrat dan
oksigen. Pada tahap kedua akan terjadi proses dekarboksilasi oksidatif yang merubah
senyawa asam piruvat menjadi asetil-koA. Pada tahapan siklus krebs akan terjadi reaksi
antara asetil-koA yang telah terbentuk dan asam oksaloasetat yang diikuti dengan peristiwa
reduksi yaitu pelepasan elektron dan ion hidrogen oleh NAD dan FAD menghasilkan 2 molekul
NADH, dan 2 molekul FADH, dan 2 molekul ATP. Dari seluruh rangkaian peristiwa siklus krebs
dihasilkan akan dihasilkan 4 molekul CO2, 6 molekul NADH2, 2 molekul FADH2, dan 2 molekul
ATP. Dan untuk tahap terakhir yakni transfer elektron adalah tahap dimana untuk
mendapatkan ATP lebih banyak dari merombak molekul NADH dan FADH menjadi ATP
dengan proses yang disebut kemiosmosis.
Glikolisis

Adalah reaksi pemecahan glukosa (6C) menjadi 2 molekul Piruvat (3C). Hasilnya adalah 2
ATP per 1 molekul glukosa dan 2 NADH per 1 molekul glukosa. Setelah tahap glikolisis, akan
terjadi tahap-tahap lain yang terbagi kedalam 2 macam respirasi, yaitu:

a) Respirasi selular anaerob


Ketika tidak tersedia oksigen, piruvat akan menjalani proses fermentasi homolaktat yang
akan menghasilkan asam laktat dan fermentasi alkohol yang terjadi pada fungi bersel
satu di dalam bir/roti dan menghasilkan ethanol serta CO2 sebagai hasil akhirnya. Asam
laktat yang tertimbun dalam jaringan dapat menyebabkan kelelahan pada otot.

b) Respirasi selular aerob


Dalam keadaan terdapat oksigen, asam piruvat akan memasuki tahap Siklus
Krebs (TCA cycle) dan rantai transport elektron.untuk membentuk energi lebih
lanjut yang terjadi di mitokondria.

Siklus Krebs (TCA Cycle)


Setelah glukosa dipecah menjadi CO2 dan H2O dalam tahap glikolisis, kemudian hidrogen
dan elektron akan bereaksi dengan NAD+ dan FAD menghasilkan NADH dan FADH2. Reaksi
kimia yang terjadi pada siklus krebs memerlukan kehadiran oksigen. Satu molekul asetil-KoA
yang masuk ke dalam siklus Krebs akan menghasilkan NADH, FADH2, dua ATP, serta H+
dan elektron yang akan digunakan pada tahap berikutnya.

Rantai Transpor Elektron

Jalur akhir pengadaan energi pada sel aerobik. Rantai transport elektron merupakan reaksi
oksidasi-reduksi. Letaknya di membran dalam mitokondria yang dikatalisis oleh enzim
fosforilasi oksidatif. Elektron yang berasal dari berbagai substrat ditransfer ke oksigen.

Enzim Oksidoreduktase

Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi. Proses oksidasi adalah proses


pengurangan elektron/ion H+, sedangkan proses reduksi adalah proses penambahan elektron
H+. Oksidasi dari suatu senyawa melibatkan reduksi senyawa yang lain, misalnya

Laktat Dehidrgenase

Laktat + NAD+ Piruvat + NADH

Oksidase
Mengkatalisis pembebasan hidrogen dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai
akseptor H. Oksidase membentuk air (H20) dan Hidrogenperoksida (H202). Oksidase terdapat
dalam dua bentuk, yaitu yang pertama mengandung copper, misalnya,sitokromoksidase –
komponen terminal rantai transport elektron yang mentransfer e- ke O2. Yang kedua adalah
xanthine oxidase, glukosaoksidase. Memiliki gugus prostetik flavin mononukleotida (FMN)
atau flavin adenin dinukleotida (FAD). Gugus prostetik tersebut dibentuk dari riboflavin.

Dehidrogenase

Berfungsi untuk transfer hidrogen dari 1 substrat ke substrat lain dalam reaksi Oksidasi
reduksi, sebgai komponen rantai transport elektron (rantai respirasi). Dehidrogenase
menggunakan koenzim-Nikotinamid & Riboflavin – sebagai hydrogen carriers.

Hidroperoksidase

Enzim katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi tubuh terhadap senyawa-
senyawa peroksida yang berbahaya. Reaksinya menggunakan H2O2 sebagai substrat.

 Peroksidase mereduksi H2O2 dan menggunakan senyawa lain sebagai donor H+


 Katalase menggunakan H2O2 sebagai akseptor dan donor electron yang berfungsi
menghancurkan H2O2 yang terbentuk oleh kerja oksidase.

Oksigenase

Mengkatalisis pemindahan & penggabungan O2 ke substrat dalam 2 tahap:

1. O2 terikat pada active site enzim


2. O2 yang terikat direduksi atau ditransfer ke substrat

Ada 2 kelompok enzim yang digunakan,

1. Dioksigenase : Menggabungkan kedua atom oksigen ke substra


2. Monooksigenase : Menggabungkan 1 atom oksigen ke substrat dan 1 atom oksigen lainnya
direduksi menjadi air
Fosforilasi Oksidatif
Oksidasi biologis dikatalisis oleh enzim
intraselular. Tujuan oksidasi ini adalah untuk
menghasilkan energi. Proses ini juga terjadi
membran dalam mitokondria dan juga suatu
reaksi redoks.

Terdiri dari :
1. Kompleks I, II, III, IV
2. ATP sintase (komplek V)
3. Ubiquinone (Q atau UQ)
4. Sitokrom C

Elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi dilepaskan ke tingkat energi yang lebih rendah
lalu menghasilkan energi untuk memindahkan ion dan membuat gradien konsentrasi & elektrik
di membran. Akseptor elektron terakhir adalah oksigen (bereaksi dengan H+ membentuk air)
Keseluruhan sistem reaksi disebut rantai respirasi (electron transport system). Reaksi
redoksnya berupa transfer elektron dari satu pasangan redoks lainnya (misal, FMN/FMNH2)
yang merupakan akseptor elektron.

Elektron ditransfer dari pasangan redoks dengan potensial yang kurang negatif (lebih positif)
dari NADH atau FADH2 ke electron transport chain.

Elektron melewati sejumlah protein enzim, koenzim, termasuk sitokrom (masing-masing


dengan atom Fe) ke O2. Rantai Transpor Elektron tidak menghasilkan ATP, namun memecah
energi bebas yang besar menjadi beberapa tahap yang membebaskan energi yang akhirnya
dibentuk menjadi ATP oleh ATP sintase.

Chemiosmosis : The Energy-Coupling Mechanism

Transfer elektron pada rantai transpor elektron menyebabkan protein memompa H+ dari
matriks mitokondria ke intermembrane space. Kemudian, H+ kembali melewati membran
melalui kanal di ATP synthase. ATP synthase menggunakan aliran H+ eksergonik untuk
melakukan fosforilasi ATP. Proses tadi merupakan contoh kemiosmosis, yaitu penggunaan
energi pada gradien H+ untuk melakukan aktivitas selular.
Electron Carriers

Pada transfer elektron, elektron tidak dibawa langsung menuju ke oksiken tetapi melalui
koenzim. ada 2 pintu masuk elektron menuju ke rantai transpor elektron:
- NAD+
- FAD
keduanya merupakan koenzim untuk enzim dehidrogenase.

Jumlah ATP yang terbentuk pada Respirasi Sel


Respirasi selular : glukosa  NADH  rantai transpor elektron  proton-motive force 
ATP
sekitar 40% energi yang terdapat pada glukosa dibentuk menjadi  sekitar 38 ATP.

Inhibitor Fosforilasi Oksidatif

1. Inhibitor sistem transport elektron

- Rotenon & Barbiturat menghambat Kompleks I (NADH dehidrogenase)

- Antimycin A  menghambat Kompleks III (Sit. b – c1)

- Cyanida (CN-) & CO  menghambat Kompleks IV (sit. c oksidase)

2. Inhibitor ATP Sintase (Kompleks V):Oligomicyn

3. UNCOUPLER- menghilangkan proton gradient dengan cara membawa proton kembali ke


mitokondria.
2,4-Dinitofenol (DNP), pengawet makanan, bahan anti mikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Albert,L.Lehninger. 2000. Bioihemistry Fundament,Carbohydrat. Protein, Lipid Metabolism.The


Johns Hopkins University

Harper’s. 2015. Illustrated Biochemistry 30th ed(1). Mc Graw Hill Education

Anda mungkin juga menyukai