PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak kesehatan diketahui merupakan salah satu dari kebutuhan dasar dari setiap umat
manusia, maka berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan telah banyak
diselenggarakan. Salah satu dari upaya tersebut yang dinilai mempunyai peranan yang
cukup penting adalah penyelenggara kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihakn kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, serta masyarakat.
Indonesia mempunyai kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau, dan lautan,
diantara pulau tersebut terdapat beberapa gunung berapi aktif yang bisa menyebabkan
bencana dan gempa bumi. Berdasarkan data BNBD , jumlah kejadian bencana
Desember 2014 sebanyak 257 kejadian dengan rincian : tanah longsor 111 , banjir
86 , putingbeliung 52, banjir dan tanah longsor 2, letusan gunung berapi 1.
Bnyaknya bencana yang terjadi mengingatkan berbagai pihak agar selalu
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, bebagai upaya sudah banyak
dilakukan pemerintah dengan bekerjasama dengan akademisi dan lembaga lainnya.
1 | Page
Untuk menindaklanjuti undang undang tersebut, Departemen Kesehatan RI telah
mensosialisasikan kesehatan matra denga membuat beberapa konsep
pedoman/petunjuk khusus dan juga melaui seminar, rapat koordinasi dengan para
pakar, dan pengelola program serta unit lintas sektor terkait.Salah satu misi untuk
mencapai visi misi idonesia sehat adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan
bermutu, merata, dan terprogram termasuk upaya kesehatan matra.
Sejalan dengan perkembangan imu pengetahuan dan teknlogi ( IPTEK) Disegala
bidang, maka ilmu kesehatan matra perlu dikembangkan.
Untuk dapat melaksanakan upaya kesehtan matra secara profesional dan bermutu ,
perlu didukung deengan sumberdaya manusia yang terlatih/ profesional, ditunjang
oleh sarana, / fasilitas yang memadai, adanya sistem informasi kesehatan yang baku
dan pendukung kegiatan yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan
pedoman upaya kesehatan matra yang diharapkan dapat dipakai para pengelola dan
pelaksana kesehatan matra baik pusat maupun daerah.
B. TUJUAN
Meningkatkan kesadaran , kemaauan, dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
kondisi matra agar tetap sehat.
Dasar hukum undang undang Republik Indonesia nomer 36 tahun 2009 tentang
kesehatan
C. MANFAAT
1. Agar mahasiswa lebih mengenal secara nyata tentang kesehatan matra darat
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menangani suatu kejadian matra darat.
3. Mahasiswa mampu mengenal dan menangani kondisi matra pada semua fase ( pra,
intra dan pasca bencana )
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Persiapan perencanaan
Penyusunan perencanaan kesehatan haji harus didasarkan pada data/ informasi
yang akurat meliputi:
a) Identitas calon jemaah haji, yaitu : umur jenis kelamin, asal, pekerjaan dan
pendidikan
b) Data kesehatan dan lingkungan, yaitu : data penyakit yang pernah di derita
dan atau sedang di derita, data calon jemaah haji dengan resiko tinggi, data
kesehatan / faktor resiko, lingkungan asrama embarkasi/ debarkasi dan
pemondokan di arab saudi.
c) Data pelayanan medis pada jemaah haji, yaitu : data kesakitan, kunjungan
rawat jalan, rawat inap, rujukan, kematian, perbekalan obat dan alat
kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang sudah ada serta sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
b. Pengorganisasian
3 | Page
1) Di indonesia
a) Pengorganisasian kesehatan haji meliputi satu dalam struktur organisasi
yang ada di masing masing jenjang administrasi kesehatan, di puskesmas,
di dinas kesehatan kabupaten/ kota dan propinsi.
b) Untuk pelaksanaan di tunjuk atau di tetapkan pengelolaan keehatan haji
pada puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/ kota yang bersangkutan. Sedangkan untuk pengelola
kesehatan haji di dinas kesehatan propinsi ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan propinsi.
c) Pada saat oprasional haji pengorganisasian dalam penyelenggaraan haji
mengikuti organisasi kepanitian yang berlaku sesuai dengan ketentuan.
2) Di arap saudi
Pengorganisasian di Arab saudi mengacu pada struktur organisasi PPHI di
Arab Saudi yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
c. Kegiatan oprasional
1) Lingkup kegiatan
a) Lingkup kegiatan kesehatan haji meliputi anatara lain:
(1) Penyuluhan kesehatan
(2) Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
(3) Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
(4) Penanganan gizi
(5) Kesempatan fisik dan aklimatisasi
(6) Imunisasi meningitis
(7) Pengamatan penyakit
(8) Kesehatan lingkungan
(9) Penanggulangan musibah masal / KLB
(10) Penatalaksanaan pelayanan medis dan keperawatan
(11) Evakuasi dan rujukan
2) Persiapan kegiatan
Dalam penyelenggaraan kesehatan haji yang harus disiapkan adalah :
a) Informasi yang akan digunakan sebagai bahan perbaikan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan haji taun berjalan.
b) Fasilitas pelayanan kesehatan jemaah haji di indonesia maupun di Arab
Saudi dengan sarannya.
c) Petugas – petugas kesehatan (medis, keperawatan, sanitarian, gizi, dan
farmasi)
d) Calon jemaah haji
d. Pencatatan dan pelaporan kegiatan
Untuk keentingan teknis dan administratif maka semua kegiatan pelayanan
kegiatan harus dicatat secara khusus baik pada buku kesehatan jamaah haji atau
buku catatan lainnya, yang akan menjadi bahan laporan / informasi penting bagi
penyelengaraan maupun pelayanan kesehatan haji.
4 | Page
1) Pencatatan kegiatan pelayanan di puskesmas dan rumah sakit maupun di
perjalanan dan di Arab Saudi mengikuti sistem yang berlaku.
2) Pelaporan kegiatan mengikuti sistem pelaporan pelayanan kesehatan yang
berlaku. Sedangkan kedisiplinan pelaporannya harus ditekankan karena data
tersebut sangat di perlakukan untuk pemantauan dan evaluasi penyelenggaran
maupun perbaikan pelayanan di masa yang akan datang.
3) Data kesehatan yang diperlukan dismpan dalam sistem komputerisasi haji
terpadu, baik yang ada di departemen kesehatan maupun di pusat informasi
Haji Departemen Agama setelah dianalisis menjadi informasi dapat diumpan
balikan kepada berbagai tingkat untuk dimanfaatkan bagi kepentingan evaluasi
maupun perencanaan dan perbaikan pelayanan di masa mendatang.
2. Kesehatan transmigrasi
Upaya kesehatan transmigrasi dalam kesehatan matra merupakan upaya
kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosial
para transmigran guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara
bermakna mulai dari transito embarkasi (daerah asal) sampai dengan 6 bulan setelah
transmigran berada dilokasi permukiman.
Perencanaan kesehatan transmigrasi meliputi persiapan rencana, penyusunan
kebutuhan sumber daya dan rencana kegiatan pelayanan kesehatan transmigrasi.
a. Pendataan
1) Data umum calon trasmigrasi, berdasarkan :
a) Kelompok umur
b) Jenis kelamin
c) Pendidikan dasar
d) Tempat asal
e) Pekerjaan atau keterampilan akan dikembangkan
2) Data kesehatan dan lingkungan
5 | Page
a) Status kesehatan transmigrasi
b) Masalah kesehatan didaerah asal
c) Data penyakit trasmigran
d) Kondisi resiko tinggi berdasarkan atas masalah kesehatan yang ada di tempat
asal
e) Data kesehatan lingkungan di lokasi pemukiman transmigrasi
3) Data kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat transmigran
a) Kebutuhan pelayanan kesehatan umum ( KIA/KB, imunisasi, Gizi, pelayanan
dasar lainnya)
b) Kebutuhan pelayanan lanjutan asal masalah / penyakit yang ada
c) Kebutuhan pelayanan kesehatan secara khusus atas hasil analisis masalah serta
masalah potensial yang ada
c. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Kesehatan trasnmigrasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
dalam kesehatan transmigrasi secara umum dan kegiatan program-programm
pembangunan kesehatan lainnya, maka pengorganisasiannya melekat pada sistem
yang telah ada dimasing-masing tingkatan.
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab
Penanggung jawab teknis penyelenggaraan upaya kesehatan transmigrasi
adalah dinas kesehatan Kabupaten / Kota. Sebagai penanggung jawab
operasional dilapangan berada pada dinas kesehatan Kabupaten/ Kota, baik
didaerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Instansi kesehatan tingkat
pusat bertanggung jawab menyusun pedoman, standar dan peraturan
perundangan.
6 | Page
menguasai teknik ataupun operasional penyelenggaraan kesehatan (Matra)
transmigrasi, sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing.
c) Koordinasi penyelenggaraan
Agar penyelenggaraan kesehatan transmigrasi tersebut dapat berdaya guna dan
berhasil guna, perlu dikoordinasikan sebaik-baiknya, baik dalam perencanaan
pelaksanaan maupun dalam pemantauan dan evaluasinya, dan disesuaikan
dengan masing-masing tingkat administrasi.
3) Kegiatan operasional
a) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan dalam kesehatan transmigrasi, meliputi :
1) Penyiapan lokasi
2) Pemeriksaan kesehatan dan pelayanan KB
3) Penyuluhan kesehatan
4) Pengamatan penyakit
5) Sanitasi
6) Imunisasi
7) Penatalaksanan medik dan kepeawatan
8) Pencatatan dan pelaporan
9) Pemberantasan penyakit termasuk profilaksis malaria.
4) Pelaksanaan kegiatan
a) Persiapan
Tahap ini merupakan landasan bagi kegiatan kesehatan transmigrasi, yang
meliputi penyiapan transmigrasi di tempat asal, tempat penampungan
sementara dalam perjalanan, perjalanan dari debarkasi ke lokasi permukiman
serta penyiapan lokasi permukiman.
7 | Page
2) Persediaan air bersih dan jamban keluarga baik jumlahnya maupun
kualitasnya
9 | Page
3. Kesehatan dalam penangulangan korban bencana
Upaya kesehatan penangulangan korban bencana dalam kesehatan matra
merupakan upaya kesehatan yang dilakukan terhadap korban bencana dan unsur –
unsur pelaksana penangguangan guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan matra
yang berubah secara bermakna mulai dari tahap kesiap siagaan sampai masa darurat.
Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan korban
bencana dapat terselenggara dengan baik efisien dan efektif, perlu adanya pengelolaan
yang baik, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi yang
dimulai sejak pra-bencana, saat bencana sampai pada pasca bencana.
a. Perencanaan
Dalam rangka mempersiapkan penanggulangan korban bencana dibidang kesehatan
diperlukan perencanaan yang baik. Perencanaan ini meliputi:
10 | P a g e
Jenis jumlah dan lokasi sarana kesehatan yang harus disediakan disesuaikan
dengan jenis bencana atau prakiraan jumlah korban.
c) Kemampuan tenaga
Kemampuan tenaga yang diandalkan dalam penanggulangan korban bencana
ini adalah pemahaman tentang kesehatan dalam penanggulangan korban
bencana, peraturan-peraturan / ketentuan hukum dan perundang-undangannya.
Keterampilan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-
masing serta kebutuhan pembinaan teknis dan manajemen dalam
penanggulangan korban bencana.
b. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Kesehatan dalam penanggulangan korban bencana yang sifatnya umum
melibatkan masyarakat secara luas dan menjadi tanggung jawab pemerintah, akan
diselenggarakan oleh instansi pelayanan kesehatan pemerintah setempat dalam
suatu system pelayanan kesehatan yang ada, sehingga pengorganisasian melekat
pada system yang telah ada.
2) Di Tingkat Pusat
Penanggung jawab ditingkat pusat adalah Menteri Kesehatan dan kesejahteraan
social yang dikoordinasikan dengan BAKORNAS PB yang di ketuai Wakil
Presiden.
c. Mekanisme Kerja
1) Penanggung Jawab teknis penyelenggaraan upaya kesehatan di tingkat Pusat
untuk penanggulangan medis missal adalah Ditjen Penganggulangan Masalah
Sosial dan Kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat yang meliputi survilance,
intervensi kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah Pokjatap
Bencana di Ditjen PPM-PL selanjutnya di tingkat provinsi tanggung jawab
tersebut dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan koordinasi
Satkorlak PB sedangkan di lapangan tanggung jawab tersebut dilimpahkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan koordinasi Satlak PB.
2) Peran dan tugas
Sesuai dengan kewenangan masing-masing, maka unsur-unsur yang terlibat dalam
penyelenggaraan kesehatan matra yang berkaitan dengan bencana perlu mengenal
teknis ataupun operasional penyelenggaraan sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing.
3) Koordinasi penyelenggaraan
12 | P a g e
Agar penyelenggaraan kesehatan (matra) selama terjadinya bencana dapat berdaya
guna dan berhasil guna, perlu dikoordinasikan sebaik-baiknya dengan Pemerintah
Daerah setempat, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan dan
evaluasinya.
d. Kegiatan operasional
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan dalam kesehatan matra dalam penanggulangan bencana.
a) Peningkatan system kewaspadaan dini
b) Penyampaian informasi dan penilaian kebutuhan
c) Sanitasi kedaruratan
d) Pemantauan wilayah setempat
e) Imunisasi
f) Tindakan medic dan keperawatan
g) Rehabilitasi
h) Evakuasi dan rujukan
i) Pengamatan penyakit (Survalians)
j) Pencatatan dan pelaporan
e. Pelaksanaan kegiatan
Dalam pelayanan kesehatan penanggulangan korban bencana, pada prinsipnya tidak
dibangun sarana atau prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana dan
prasarana yang telah ada, hanya intensitas kerjanya ditingkatkan serta penambahan
sumber daya sesuai kebutuhan.
1) Tahap persiapan pada pra-bencana
Persiapan pada pra bencana bertujuan untuk melakukan kewaspadaan dini
mencegah dampak buruk akibat bencana serta mampu melakukan upaya-upaya
penyelamatan. Membentuk Tim di tingkat provinsi, kabupaten/kota dengar
melibatkan Rumah Sakit, Puskesmas, Instansi kesehatan pemerintah lainnya dan
swasta yang ada dalam wilayah yang bersangkutan.
Kegiatan yang harus dilaksanakan sebelum bencana terjadi meliputi :
a) Kewaspadaan dini merupakan kegiatan penting yang dititik beratkan pada
upaya penyebarluasan informasi pada masyarakat. Informasi dimaksud
meliputi:
(a) Peta lokasi rawan bencana di wilayahnya masing-masing dari instansi
terkait.
(b) Data penduduk dan kelompok rawan termasuk orang tua, bayi, ibu hamil,
ibu nifas dan kelompok resiko lainnya.
(c) Data sumber daya (Logistik, tenaga, sarana komunikasi dan transportasi,
fasilitas umum dan fasilitas kesehatan) yang dapat dimanfaatkan oleh
kesehatan.
13 | P a g e
(d) Informasi tentang kejadian bencana pada lokasi rawan yang sering terjadi
secara berulang dan menganalisis risiko bencana.
(e) Data sektor terkait
(f) Data kebutuhan pelayanan kesehatan termasuk sarana dan prasarana
(g) Analisis risiko bencana
(h) Prosedur tetap (protap), petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis
(juknis) dan petunjuk lapangan ((juklap), yang terintegrasi dengan
protap/juklak sektor-sektor lain.
14 | P a g e
(pos kesehatan, rumah sakit lapangan, ambulans, termasuk tenaga dan
obat-obatan).
(2)Mensiagakan sarana rujukan dan system pendukungnya
(3)Melaksanakan P3K/P3B, evakuasi dan rujukan
(4)Memobilisasikan sarana dan transport untuk evakuasi korban dan
rujukan
(5)Memobilisasi tenaga kesehatan secara terkoordinasi dengan sektor
terkait dan masyarakat termasuk LSM dalam lingkup SATLAK PB.
(6)Penyehatan/pengawasan sanitasi dan gizi makanan di penampungan
(7)Sanitasi lingkungan pada lokasi bencana dan penampungan, yang
meliputi :
(a) Pengawasan penyediaan air bersih
(b) Pemberantasan vector, terutama lalat dan nyamuk
(c) Pengawasan sampah
(d) Pengawasan sarana pembuangan kotoran/jamban
(e) Penyuluhan kesehatan
(8) Memantau tindakan penyelamatan yang dilaksanakan
(9)Melaksanakan pemamtauan dan penelitian kebutuhan serta dampak
kesehatan secara cepat sebagai dasar untuk program bantuan pelayanan
kesehatan dan pemantauan
(10) Menyelenggarakan system kewaspadaan pangan gizi (SKPG dan
intervensi gizi)
(11) Memberikan bimbingan dalam upaya-upaya penyelamatan korban
yang dilakukan sektor lain/masyarakat
15 | P a g e
g) Pendataan prasarana dan saran yang berdampak pada kesehatan (missal :
sanitasi dasar, permukiman, sarana jalan, saran distribusi sembako)
h) Menginformasikan pada instansi terkait, termasuk pemerintah setempat
tentang hasil pemantauan untuk ditindak lanjuti
f. Pelaksanaan pelayanan
1) Sasaran
a) Masyarakat yang terpajan akibat bencana dan masyarakat umum sekitarnya
b) Petugas pelaksana kegiatan
c) Petugas-petugas kesehatan
2) Pelayanan kesehatan
Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang diperiapkan sangat tergantung dari
macam dan jenis bencana, pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kepada sasaran
masyarakat terpajan diarahkan pada :
a) Pengobatan dan perawatan bagi kasus tertentu untuk sementara bila tidak perlu
dirujuk
b) Pelayanan P3K dan P3P pada fasilitas kesehatan menetap dan lapangan
(mobile)
c) Pemeriksaan kesehatan dan pemantauannya bagi masyarakat yang beresiko
d) Pengamatan penyakit dan tindak lanjutnya
e) Rujukan medis dan kesehatan
f) Evakuasi
Masyarakat sebagai sasaran pelayanan, perlu dilibatkan pada semua upaya, baik
dalam upaya promotif, prefentif, kuratif maupun rehabilitative terbatas.
Disamping itu pula masyarakat diminta untuk melaporka kejadian secara cepat
kepada instansi terdekat dan menjaga sarana dan prasarana pelayanan
penanggulangan bencana bagi daerah yang seringkali dilanda bencana yang sama.
Pada keadaan tertentu dalam kejadian bencana kemungkinan dapat terjadi letupan
penyakit (KLB) ataupun wabah, yang seringkali tidak dipikirkan sebelumnya yang
perlu diantisipasi terutama pada kejadian wabah yang sering terjadi.
Apabila sampai terjadi KLB atau wabah maka tindakan cepat, tepat dan
terkoordinasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur penanganan korban KLB
ataupun wabah dan laporan harus segera dikirimkan oleh petugas kesehatan
setempat.
Pelaksana Pelayanan
16 | P a g e
1) Satu tim yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayan
kesehatan dalam penanggulangan bencana
2) Tim dapat dibentuk dari petugas kesehatan yang ditunjuk terdiri dari Dokter,
tenaga keperawatan, sanitarian, tenaga kesehatan lainnya.
3) Dalam kegiatannya secara operasioanal Tim bertanggung jawab kepada
atasannya, dan secara teknis Tim bertanggung jawab kepada Pembina
teknisnya yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kanwil Kesehatan dan
Dinas Kesehatan Propinsi.
1. Pelaporan
Penanggung jawab pelayanan kesehatan wajib membuat laporan kegiatanya
termasuk hasil pemantauan dan pengamatan kesehatan termasuk KLB sesuai dengan
ketentuan dan system pelaporan yang berlaku. Laporan dikirimkan kepada :
a. Penanggung jawab penanggulan bencana yaitu untuk laporan operasional
b. Instansi kesehatan setempat : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas Kesehatan
Propinsi
17 | P a g e
masyarakat yang terkena bencana. Terlenggaranya mekanisme dan tata laksana
kegiatan.
(3)Kesehatan dalam bencana efisien dan efektif sehingga secara teknis dan
operasional terelenggara sesuai dengan bencana yang tersusun.
18 | P a g e
Kesehatan di Bumi perkemahan merupakan upaya kesehatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental bagi peserta kemah, dan
masyarakat sekitarnya. Agar pelaksanaan pelayanan kesehataan di Bumi Perkemahan
dapat terselanggara dengan baik diperlukan pengelolaan yang baik, mulai dari tahap
perencanaan sampai pengawasan/evaluasi.
a. Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan yang baik diperlukan data/informasi yang akurat
agar perencanaan dapat disusun sesuai dengan kondisi setempat Perencanaan ini
meliputi :
b. Pendataan
1) Peserta : jumlah dan asal peserta
2) Jenis dan volume kegiatan selama perkemahan
c. Sarana pelayanan penyebaran
1) Fasilitas pelayanan kesehatan menetap, berupa :
a) Rumah sakit lapangan
b) pos kesehatan,
2) Fasilitas pelayanan kesehatan bergerak, dengan menggunakan kendaraan antara
lain:
a) Puskesmas Keliling
b) Ambulans
3) Fasilitas pelayanan rujukan, berupa :
a) Rumah SAkit rujukan terdekat dan rujukan lanjut.
4) Standar fasilitas pelayanan kesehatan dan standar pelayanan kesehtaan pada
fasilitas yang bersangkutan mengikuti ketentuan yang berlaku, antara lain
meliputi :
a) Standar pengobatan dan tindakan serta rujukan kasus
b) Standar kesehatan lingkungan
c) Standar gizi.
d. Pembekalan (Logistik)
Jenis logistic yang dibutuhkan, antara lain berupa :
1) Obat dan bahan habis pakai
2) Perlengkapan fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah/jenis yang dibutuhkan, diperhitungkan menurut jumlah peserta dan
kegiatan yang dilakukan.
e. Tenaga kesehatan
1) Jenis petugas :
a) Tenaga medis : dokter
b) Tenaga non medis : perawat gizi, sanitarian, kesehatan masyarakat, psikolog dan
tenaga lainnya.
c) Tenaga non kesehatan : PMR, pengemudi Saka Bhakti Husada, relawan.
2) Jumlah petugas menurut jenisnya
Diperhitungkan berdasarkan jumlah peserta dan kegiatan yang dilakukan
3) Pengaturan tugas, tanggung jawab dan jadwal tugas
Disesuaikan menurut jenis dan volume kegiatan, kompetensi serta beban kerja.
19 | P a g e
f. Pembiayaan Kesehatan di Bumi Perkemahan
1) Sumber dana
a) Penyelenggaraan atau pemerintah pusat/daerah
b) Kontribusi peserta
c) Sumber dana lain yang tidak mengikat.
g. Pengorganisasian kesehatan di bumi perkemahan
1) Struktur Organisasi
a) Uraian Tugas
(1)Penanggung Jawab kesehatan di Bumi Perkemahan
(2)Unit Pelayanan Medik
(3)Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan medic dasar dalam
kesehatan Bumi Perkemahan
(1) Unit Pelayanan Kesehatan
(2) Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan kesehatan di Bumi
Perkemahan dititik beratnya pada upaya promotif dan preventif
b) Unit Evakuasi dan Rujukan
(1) Bertanggung jawab atas terselenggaranya evakuasi, rujukan medic dan
rujukan kesehatan
(2) Criteria Kepala Unit Evakuasi dan Rujukan adalah seorang dokter.
c) Sekretariat
(1) Bertanggung jawab atas terselenggaranya kesekretariatan bidang
kesehatan di Bumi Perkemahan.
(2) Kriteria Kepala Unit Sekretariat minimal setingkat D3
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab Kesehatan di Bumi Perkemahan bertanggung jawab secara
administrative kepada ketua penyelenggara Bumi Perkemahan, secara medis
teknis kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b) Dalam pelayanan rujukan medis dan kesehatan bekerja sama dengan
(Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah maupun swasta). Dalam rujukan dan
dalam kegiatan evakuasi bekerja sama dengan instansi/organisasi terkait
c) Unsur pelaksana pelayanan kesehatan daerah asal kontingen/pendamping
kesehatan dilibatkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Bumi
Perkemehan dalam tindak lanjut penanganan kasus pemantauannya.
d) Unsur pelaksana pelayanan kesehatan dari Kontingen Daerah (Konda)
bertanggung jawab kepada penanggung jawab kesehatan di Bumi Perkemahan.
e) Kegiatan perkemahan dalam skala kecil, bentuk organisasinya disesuaikan
dengan situasi perkemahan.
h. Kegiatan operasional
1) Lingkungan kegiatan
Lingkup kegiatan kesehatan di Bumi Perkemahan adalah :
a) Penyiapan lokasi
b) Pemeriksaan kesehatan
20 | P a g e
c) Penyuluhan
d) Hygiene dan sanitasi
e) Pengamatan penyakit (Survalians)
f) Pencegahan penyakit menular
g) Penatalaksanaan pelayanan medic dan keperawatan
h) Pencatatan dan pelaporan
2) Pelaksaan Kegiatan
a) Persiapan
(1) Di tempat asal
(a) Penyuluhan kesehatan dalam rangka mempersiapkan peserta mengikuti
kegiatan perkemahan
(b) Upaya-upaya pencegahan penyakit melalui pengobatan profilaksis
untuk tujuan lokasi perkemahan tertentu
(c) Penyediaan sarana P3K/P3P
(d) Penyiapan tenaga kesehatan pendamping kontingen daerah termasuk
Palang Merah Remaja (PMR), Saka Bhakti Husada (SBH) dengan
memperhatikan jumlah peserta
(2) Di lokasi Bumi Perkemahan
(a)Pengamatan penyakit (survailans) dan tindak lanjutnya
(b) Penyiapan sarana pendukung rujukan
(c) Penyiapan tenaga kesehatan (medis, keperawatan, sanitarian, gizi) dan
tenaga non kesehatan dengan memperhatikan jumlah peserta
perkemahan.
(d) Penyiapan masyarakat sekitar Bumi Perkemahan untuk dapat
berperan serta dalam Upaya Kesehatan Bersumebr daya Masyarakat
(UKBM)
(3) Penyiapan sistem rujukan
(a) Rujukan kesehatan
(b) Rujukan medis
21 | P a g e
(b)Pengawasan gizi dan sanitasi makanan termasuk pengawasan bahan-
bahan makanan
(c)Pengawasan sanitasi lingkungan perkemahan
(d)Pengamatan penyakit (Survailans) dan tindak lanjut
(e)Pemeriksaan kesehatan dan pemantauan bagi peserta perkemahan
berisiko
(f) Pelayanan P3K dan P3P pada fasilitas kesehatan menetap dan lapangan
(mobile)
(g)Pengobatan dan perawatan bagi kasus tertentu untuk sementara bila
tidak perlu dirujuk
(h)Rujukan medis dan kesehatan
(i) Evakuasi
i. Pencatatan dan pelaporan
Seluruh kegiatan kesehatan di Bumi Perkemahan harus dicatat dan dilaporkan hasil
selama kegiatannya dengan mengikuti sistem yang diterapkan.
1) Pencatatan
a. Kegiatan pelayanan dan rujukan
b. Kejadian penyakit dan kematian
c. Kegiatan pengamatan penyakit (Survailans)
2) Pelaporan
a. Penyelenggara kegiatan di Bumi Perkemahan
b. Instansi kesehatan setempat (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
22 | P a g e
a. Perencanaan
Perencanaan ini dimaksudkan agar para peserta dan atau penggemar lintas alam
dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal. Perencanaan ini dimulai dari
persiapan berupa penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, penyiapan obat-obatan dan
alat-alat yang dibutuhkan supaya kegiatan lintas alam yang dilakukan dapat
berjalan secara baik dengan risiko yang sekecil-kecilnya.
Dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisa data/informasi, sarana dan tenaga
kesehatan disekitar lokasi kegiatan, perbekalan sesuai dengan jenis kegiatan lintas
alam. Pembiayaan dari sumber dana yang ada dipergunakan untuk obat dan
peralatan, kegiatan operasional, rujukan dan evakuasi serta untuk pembinaan
kesehatan lintas alam yang akan datang.
b. Pendataan
1) Data Umum
2) Peserta : Jumlah dan asal peserta
3) Sarana pelayanan kesehatan disekitar kegiatan.
4) Jenis kegiatan
a) Mendaki gunung
b) Lintas selat
c) Melintasi salju
d) Arung jeram
e) Lintas rawa
f) Panjat tebing
g) Menelusuri goa
h) Lintas hutan
i) Lintas sungai
j) Lintas jurang
5) Data Binatang Berbahaya :
a) Ular berbisa
b) Binatang buas
c) Binatang lain yang berbahaya atau mengganggu kesehatan
6) Sarana pelayanan kesehatan sekitar lokasi
a) Sarana pelayanan kesehatan
b) Puskesmas keliling
c) Ambulans
7) Petugas kesehatan sekitar lokasi kegiatan
a) Dokter
b) Perawat
c) Tenaga non medis
c. Pengorganisasian
Tugas dan tanggung jawab pengorganisasian antara lain :
1) Pusat
Organisasi olahraga lintas alam nasional/pusat sesuai dengan jenis lintas
alamnya dan berkoordinasi dengan departemen kesehatan melalui direktorat
23 | P a g e
jenderal pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan serta
instansi yang terkait.
2) Provinsi
Organisasi olahraga lintas alam di provinsi sesuai jenis lintas alamnya dan
berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi serta instansi yang terkait.
3) Kabupaten/Kota
Organisasi olahraga lintas alam di kabupaten/kota sesuai jenis lintas alamnya
dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota serta instansi yang
terkait.
d. Kegiatan operasional
Kegiatan operasional ini merupakan persiapan selama di tempat asal sampai di
lokasi kegiatan yang meliputi :
1) Lingkup kegiatan kesehatan pelintas alam antara lain :
a) Pemeriksaan kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Pembinaan kesamaptaan jasmani
d) Penatalaksanaan pelayanan medik dan keperawatan
e) Pencatatan dan pelaporan informasi kesehatan
2) Pelaksanaan kegiatan
a) Persiapan
(1) Ditempat asal
(a) Pemeriksaan kesehatan awal bagi pelintas alam dan tindak lanjut.
(b) Penyuluhan kesehatan dalam rangka mempersiapkan peserta
mengikuti kegiatan lintas alam.
(c) Penyediaan sarana P3K.
(d) Penyediaan sarana komunikasi.
(2) Di lokasi kegiatan
Penyiapan tenaga kesehatan di unit pelayanan kesehatan sekitar
kegiatan.
b) Pelayanan kesehatan
(1) Sasaran
(a) Pelintas alam
(b) Petugas
(2) Kegiatan pelayanan kesehatan
(a) Pemeriksaan kesehatan
(b) Penyuluhan kesehatan
(c) Pelayanan P3K
(d) Pengamatan penyakit dan tindak lanjutnya
(e) Pelayanan rujukan
(f) Evaluasi
24 | P a g e
Tenaga kesehatan di unit pelayanan kesehatan sekitar kegiatan harus mencatat dan
melaporkan hasil kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota asal, dan
sekitar lokasi kegiatan.
1) Pencatatan
a) Jenis kegiatan pelintas alam
b) Kejadian penyakit, kecelakaan
c) Kematian
d) Alat komunikasi
e) Lokasi kegiatan
2) Pelaporan
Hasil pencatatan dilaporkan kepada puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat.
26 | P a g e
(1)Pengukuran temperatur
(2)Pengukuran tekanan udara
(3)Pengukuran konsentrasi debu
(4)Pengukuran kondisi ventilasi
(5)Pengukuran kecepatan aliran udara
(6)Pengukuran pencahayaan
(7)Pengukuran kelembaban
(8)Pakaian dan perlindungan kesehatan kerja
5) Rencana pembiayaan
Rencana pembiayaan meliputi :
a) Peralatan medik dan obat-obatran
b) Rujukan/ evakuasi
c) Biaya oprasional petugas
d) Peningkatan sumber daya tenaga kesehatan dan pekerja
e) Biaya peralatan non medik
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi struktur organisasi, mekanisme kerja dan koordinasi
1) Struktur organisasi
Organisasi kesehatan bawah tanah dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan penanganan kesehatan bawah tanah. Pemilik dan pengelola
kegiatan bawah tanah menjadi penaggung jawab dari organisasi yang ada.
2) Mekanisme kerja
a) Penanggung jawab
Penanggung jawab upaya kesehatan bawah tanah adalah dinas kesehatan
setempat, dengan pelaksana adalah unit kesehatan pengelola kegiatan
bawah tanah.
b) Peran dan tugas
Penyelenggara kegiatan bawah tanah bertanggung jawab menyiapakan
sarana kesehatan dilokasi, penyediaan tenaga, termasuk penyediaan
peklatihan tenaga kesehatan dan para pekerja.
3) Koordinasi
Penaggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan bawah tanah secara rutin
mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
c. Kegiatan operasional
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan dalam kesehatan bawah tanah meliputi :
a) Pemeriksaan kesehtan awal
b) Pemeriksaan kesehatan periodik
c) Penyuluhan
d) Pelatihan
e) Penatalaksanaan pelayanan medik dan keperawatan
f) Higiene dan sanitasi
g) Pengamatan penyakit
27 | P a g e
d. Pelaksanaan kegiatan
1) Persiapan
Persiapan yang dimaksud adalah penyiapan tenaga kerja bawah tanah dan
penyiapan perbekalan kesehatan.
a) Penyiapan tenaga pekerja bawah tanah
b) Melakukan pemeriksaan awal terhadap setiap tenaga pekerja baru
c) Memberikan pelatihan mengenai cara pencegahan penyakit dan kalau terjadi
secara tiba-tiba kondisi matra yang berubah secara bermakna.
2) Penyiapan pembekalan kesehatan
Pengelola usaha kegiatan bawah tanah harus menyiapkan perbekalan logistik,
terutama untuk menghadapi kondisi matra meliputi :
a) Peralatan medik
b) Obat-obatan sesuai kebutuhan
c) Peralatan untuk perlindungan kalau terjadi kondisi matra seperti tanah longsor,
kecelakaan, semburan gas dan sebagainya.
28 | P a g e
2) Pelaporan
Hasil kegiatan secara periodik dilaporkan keinstansi kesehatan setempat
(Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota)
30 | P a g e
Informasi diatas dapat diperoleh berdasarkan kejadian-kejadian serupa pada
waktu lalu atau pada lokasi lain atau didapat berdasarkan informasi yang sengaja
dikumpulkan oleh berbagai pihak dalam keanggotaan tim yang bersangkutan.
b. Pembiayaan
1) Sumber dana dapat berasal dari :
a) Pemerintah
Instansi pemerintah provinsi, kabupaten, kota setempat dan pusat yang terkait
bertanggung jawab untuk menyediakan dana kegiatan penanggulangan
gangguan kamtibmas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b) Penyelenggara jaminan asuransi yang terkait dengan macam kejadiaannya.
(1)Dalam gangguan kamtibmas yang berhubungan dengan perjalanan di darat,
laut ataupun udara pada keadaan-keadaan tertentu dijamin dengan asuransi.
(2)Dengan adanya jaminan tersebut, biaya-biaya penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dapat direncakan bersama badan pengurus asuransi yang
bersangkutan.
c) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau sejenisnya,
Apabila sudah ada atau sudah dikembangkan, maka potensi ini dapat
dimanfaatkan sebagai pendukung pembiayaan.
d) Dari sumber dana lain yang tidak mengikat
(1)Donatur
(2)LSM (bantuan dalam/luar negeri)
(3)Masyarakat, dan lain-lain.
2) Rencana anggaran kesehatan dalam penanggulangan gangguan kamtibmas
diperhitungkan berdasarkan :
32 | P a g e
a) Jumlah sasaran manusia yang terpajan
b) Prakiraan jenis pelayanan yang dibutuhkan promotif, preventif, kuratif dan
rujukan dengan memperhatikan berat ringannya gangguan kamtibmas.
c) Prakiraan berat dan lama gangguan kamtibmas.
d) Kebutuhan operasional petugas pelayanan kesehatan.
c. Pengorganisasian
1) Tugas dan Tanggung Jawab masing-masing jenjang administrasi.
a) Pusat :
(1)Menyusun pedoman dan petunjuk pelaksanaan umum.
(2)Menyusun standar.
(3)Melaksanakan kegiatan pelatihan TOT untuk petugas provinsi.
(4)Melakukan pembinaan.
(5)Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.
b) Provinsi :
(1)Menyusun petunjuk pelaksanaan.
(2)Melakukan pembinaan.
(3)Melakukan kegiatan pelatihan untuk pelatih kabupaten/kota, pelaksana
provinsi.
c) Kabupaten/Kota :
(1)Menyusun perencanaan.
(2)Melaksanakan kegiatan pelatihan.
(3)Melakukan pembinaan dan pengawasan.
(4)Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
(5)Monitoring dan evaluasi.
2) Koordinasi penyelenggaraan
Agar penyelenggaraan kesehatan terselenggara secara baik, efisien dan efektif
perlu adanya koordinasi yang baik, antara pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota dengan instansi penanggung jawab penanggulangan gangguan
kamtibmas tersebut.
3) Struktur organisasi
Merupakan satuan tugas khusus yang dibentuk pemerintah, dengan satuan terkecil
adalah kabupaten/kota yang dapat ditingkatkan pada daerah provinsi ataupun pusat,
sesuai dengan luasnya gangguan kamtibmas yang terjadi dan dampak yang
ditimbulkan.
Organisasi yang dibentuk tersebut merupakan bagian dari organisasi
penanggulangan bencana tergantung dari kedudukan/keberadaan, apabila
berkedudukan di provinsi maka merupakan bagian dari organisasi Satuan
Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) atau bila
berkedudukan Kota/Kabupaten maka merupakan bagian dari organisasi Satuan
Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB).
d. Kegiatan operasional
33 | P a g e
1) Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan kesehatan dalam penanggulangan gangguan kamtibmas meliputi
:
a) Pelatihan
b) Penyuluhan
c) Pengamatan penyakit
d) Penanganan gizi
e) Kesamaptaan jasmani
f) Tindakan medik dan perawatan
g) Evakuasi dan rujukan
h) Identifikasi korban dan penyelidikan
2) Pelaksanaan Kegiatan
a) Mengantisipasi Timbulnya Gangguan Kamtibmas
Upaya tersebut hanya dilakukan pada situasi yang dapat diperkirakan akan
menimbulkan gangguan kamtibmas. Setiap menghadapi kondisi demikian,
petugas kesehatan bersama pihak lain terkait sudah harus mempersiapkan diri
untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gangguan kamtibmas yang akan
berdampak pada kesehatan masyarakat. Untuk hal tersebut, maka :
(1) Pengamatan yang cermat tentang situasi yang berlangsung.
(2) Pembinaan pelayanan kesehatan secara memadai termasuk upaya
pencegahan yang dapat diberikan selama berlangsungnya kegiatan.
(3) Koordinasi yang baik dengan berbagai pihak terkait khususnya penanggung
jawab keamanan setempat, untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-
perubahan sehingga dapat bertindak secepatnya bilamana sewaktu-waktu
terjadi kondisi kedaruratan.
(4) Penyiapan protap penanggulangan masalah, yang cukup jelas sehingga
memudahkan untuk bertindak.
b) Memberikan Pelayanan
(1) Mengumpulkan dan analisa data/informasi
Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab,
mencari atau menerima informasi tentang gangguan kamtibmas yang
dihadapi atau potensial akan terjadi, yang perlu mendapatkan dukungan
pelayanan kesehatan serta kesiapan sumberdaya kesehatan yang tersedia.
(2) Menyiapkan dan menggerakkan sumberdaya pendukung pelayanan
Pada kegiatan penanggulangan gangguan kamtibmas yang sifatnya statis
pada satu tempat. Misalnya yang terjadi akibat kerusuhan massal baik
terencana ataupun spontan dan dampak lanjutnya dari suatu kegiatan dalam
situasi khusus tertentu, karena sifatnya ataupun karena telah berhasil
dikendalikan, maka kejadiannya dapat dilokalisir pada suatu tempat
terbatas. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan dan sarana penunjangnya perlu dipantau kesiapannya.
34 | P a g e
c) Melaksanakan Pelayanan Kesehatan
(1) Sasaran Pelayanan.
(a)Masyarakat terpajan yaitu yang terkena akibat langsung atau masyarakat
lainnya yang terkena dampak.
(b)Petugas yang bertugas dalam penanggulangan gangguan kamtibmas.
(c)Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
(3)Pelayanan Kesehatan.
Sasaran pelayanan kesehatan yang dipersiapkan tergantung dari macam
gangguan kamtibmas. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat terpajan,
antara lain berupa :
(a) Pendataan korban, baik korban cedera, korban mati maupun korban
lainnya akibat kerusuhan yang terjadi dengan dukungan peran serta
masyarakat.
(b) Pelayanan kuratif pada korban hidup mulai dari pelayanan dasar,
pelayanan kuratif lanjutan, pelayanan emergensi dan rujukan pada sarana
yang lebih lengkap, serta evakuasi korban pada kejadian berat, termasuk
dampak psikologis.
(c) Penanganan jenazah pada korban mati bekerjasama dengan LSM, PMI,
pemuka agama bersangkutan.
(d) Pengamatan sanitasi lingkungan dan pengamanannya, serta pengamatan
penyakit, dilaksanakan apabila terjadi kerusakan lingkungan.
(e) Pengamatan sanitasi makanan pada lokasi penampungan, baik makanan
yang disediakan oleh penanggung jawab ataupun makanan yang dijajakan
disekitar lokasi.
35 | P a g e
(f) Pemberian pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif
antara lain melalui penyuluhan dan pengamatan penyakit.
(g) Pemantauan pelaksanaan kegiatan dalam rangka memberikan pembinaan
dan bimbingan pencegahan sebelum terjadinya hal-hal yang mungkin
membahayakan kesehatan.
(h) Pada kejadian gangguan kamtibmas tertentu dimana keamanan para
petugas penolong belum dapat dijamin, maka kerjasama dengan pihak lain
yang dianggap netral oleh kedua belah pihak dapat dilakukan. Masyarakat
sebagai sasaran dapat dilibatkan pada upaya pertolongan pertama untuk
mengatasi masalah/korban, maupun pada upaya-upaya preventif dalam
rangka menghindarkan dampak akibat gangguan kamtibmas.
(i) Apabila sampai terjadi KLB atau wabah, maka tindakan cepat, tepat dan
terkoordinasi harus dilakukan, sesuai dengan prosedur penanganan KLB.
36 | P a g e
biasa (KLB) atau wabah ditempat penampungan, sesuai dengan ketentuan dan
sistem pelaporan yang berlaku dan disampaikan.
37 | P a g e
Upaya kesehatan dalam mendukung tugas pokok satuan militer di darat dalam
kaitannya dengan kesehatan matra adalah merupakan upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengembangkan/ meningkatkan kondisi fisik dan mental prajurit di satuan
militer dan pemberian pertolongan medik kepada korban dalam kegiatan operasi/
latihan militer di darat.
a. Perencanaan
1) Analisa daerah operasi
a) Geografi
Keadaan permukaan bumi/keadaan geografi suatu daerah sangat
menentukan perkembangan dan penyebaran penyakit disuatu daerah
seperti :
(1)Daerah pegunungan / dataran tinggi
(2)Daerah dataran rendah
(3)Daerah rawa dan pantai
b) Demografi
kondisi demografi sangat erat sekali hubungannya dengan kondisi sosial
karena kondisi demografi berdampak sosial kepada penduduk baik secara
positif maupun negatif yang nantinya akan berkaitan dengan masalah
kesehatan.
2) Kondisi kesehatan
a) Fasilitas kesehatan setempat
Dalam memberuikan dukungan dan pelayanan kesehatan baik kepada
personil militer maupun personil lainnya yang terlibat dalam operasi militer
dan latihan militer maupun kepada penduduk setempat yang terkena akibat
operasi militer dan latihan militer sangatlah komplit sekali, oleh karena itu
penggunaan potensi wialyah dibidang kesehatan sangat diperlukan yaitu
mulai dari fasilitas kesehatan TNI, POLRI, pemerintah dan swasta yang
berada disuatu wilayah atau daerah yang dijadikan sebagai daerah yang
dioprasi militer dan latihan militer dalam mendukung keberhasilan tugas
operasi militer dan latihan militer.
b) Kesehatan lingkungan
Untuk mencegah supaya tidak terjadi wabah penyakit tehadap personel
yang terlibat oprasi militer dan latihan militer maka perlu diadakan
38 | P a g e
penyuluhan tentang kesehatan kepada semua personel sebagai langkah awal
kebutuhan personel sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh kelalaian.
c) Penyakit endemis
Untuk melindungi seluruh personel yang terlibat dalam operasi militer dan
latihan militer dari penyakit yang endemis disuatu daerah yang dijadikan
sebagai daerah oprasi militer maka perlu diberikan penyuluhan tentang
penyakit yang endemis tersebut serta melakukan profilaksis sebagai
tindakan pencegahan terhadap penyakit yang endemis misalnya seperti
penyakit malaria di Irian Barat.
3) Kondisi musuh
a) Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan musuh dalam operasi militer secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap kesehatan personel sendiri hal ini dapat ditularkan
melalui penduduk, serangga dan air sungai bila ada serta udara
b) Persenjataan
Keterangan tentang jenis persenjataan musush perlu diketahui, melalui
satuan intelijen karena jenis senjata musuh ini sangat menentukan keadaan,
kondisi dan jenisn luka yang ditimbulkan akibat senjata musuh tersebut
sehingga dapat diantisipasi sebelumnya tentang kemungkinan korban atau
jenis luka yang diakibatkan oleh sentjata musuh.
c) Nuklir biokimia dan fisika
Keterangan tentang apakah musuh menggunakan senjata nuklir biokimia
dan fisika sangatlah penting sekali diketahui karena dapat melumpuhkan
pasukan. Senjata nuklir biokimia dan fisika dan menimbulkan korban
secara masal sehingga dapat menghancurkan dan melumpuhkan pasukan
sendiri. Mengingat akibat yang ditimbulkan oleh senjata nulkir biokimia
dan fisika ini sangatlah berbahaya sekali maka perlu diperoleh
keterangannya melalui satuan intelijen sehingga dapat dilakukan antisipasi
untuk melindungi personel dari bahaya yang diakibatkan oleh senjata nuklir
biokimia dan fisika sendiri terutama senjata dibidang bilologi dan kimia
yang tidak begitu menyalahi penggunaannya tetapi menimbulkan akibat
yang sangat berbahaya bagi personel.
b. Rencana dukungan
1) Personel
a) Pengorganisasian
39 | P a g e
(1)Rencana pembentukan satuan kesehatan militer disesuaikan dengan
kebutuhan operasi dan latihan militer di darat sesuai dengan dengan
besarnya satuan militer yang didukung
(2)Rencana pembentukan satuan tugas dengan perkiraan jumlah korban dan
bentuk penyelenggaraan kesehatan.
b) Kuantitas dan kualitatif
Rencana pembekalan teknis medis danteknik kesehatan militer bagi personel
satuan tugas kesehatan lapangan militer dan satuan tugas kesehatan.
2) Logistik
a) Bekal kesehatan
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat berlangsung,
dukungan bekal kesehatan harus tersedia. Dukungan bekal kesehatan
dimaksud meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan
penggunaan logistik kesehatan yang terdiri dari alat kesehatan dan alat utama
kesehatan
b) Bekal umum
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat berlangsung,
dukungan bekal umum harus tersedia. Dukungan bekal umum meliputi
perencaan pengadaan, pendistribusian dan penggunaan bekal umum yang
terdiri dari kafalap amunisi senjata dan sebagainya.
3) Prosedur
a) Gelar satuan
(1) Rencana gelar satuan kesehatan lapangan militer mengikuti rencana gelar
satuan militer pada pola operasi perdamaian dan pola gelar dewan
keamanan PBB pada misi perdamaian dunia.
(2) Rencana gelar satuan tugas kesehatan disesuaikan dengan pola operasi
militer, pola operasi satuan kesehatan lapangan militer dan perkiraan
korban termaksud manyarakat sipil.
40 | P a g e
Korban sipil / masyarakan dievakuasi ke instalasi kesehatan terdekat, bail
instalasi militer maupaun sipil sesuai prosedur rantai evakuasi.
(3)Evakuasi korban khusus
Korban khusus (tawanan perang dan tokoh kunci) dapat dievakuasi ke
instalasi kesehatan baik ke instalasi militer maupun sipil yang ditunjuk
oleh yang berwenang, sedangkan tanggung jawab keamanannya
dilaksanakan oleh polisi militer.
c. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi Satuan Kesehatan Lapangan Militer
a) Peleton Kesehatan
Merupakan satuan kesehatab lapangan militer yang medukung satuan
ketingkat batalyon (satuan tempur dan bantuan tempur)
b) Batalyon Kesehatan
Merupakan satuan lapangan militer organik pada devisi infantri dan terdiri
dari:
(1)Kompi lapangan kesehatan
Satuan kesehatan lapangan yang medukung satuan keringat brigade
(2)Kompi kesehatan bantuan
Satuan kesehatan lapangan yang medukung batalyon kesehatan dibidang
bekal kesehatan dan preventif
(3)Kompi rumah sakit lapangan
Satuan kesehatan lapangan yang memebrikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan rumah sakit tipe C dilapangan
(4)Kompi evakuasi
Satuan kesehatan lapangan yang menyelenggarakan semua kegiatan
evakuasi bagi korban / penderita dan tempat pengobatan brigade
kerumah sakit lapangan batalyon kesehatan.
c) Satuan Tugas Kesehatan
Satuan tugas kesehatan merupakan satuan kesehatan lapangan yang terdiri
dari unsur kesehatan militer, unsur kesehatan sipil baik pemerintah
maupun swasta yang berdiri sendiri atau gabungan dan unsur-unsur
kesehatan yang ada dikelola oleh pejabar kesehatan yang berwenang
didaerah tersebut.
2) Unsur Kesatuan Tugas Kesehatan
a) Sipil/pemerintah
b) Swasta
Masing-masing dapat berdiri sendiri atau merupakan satuan tugas gabungan
yang diperkuat oleh militer
3) Kegiatan operasional
a) Tahap Persiapan
(1) Pemeriksaan Kesehatan Petugas
41 | P a g e
(2) Latihan Pra Tugas
Latihan pratugas dilaksanakan sebelum tugas operasi dengan simulasi
daerah sesungguhnya / mirip dengan daerah dimana akan diadakan
tugas operasi dan latihan militer
(3) Penyuluhan Kesehatan
Persenel yang terpilih melaksanakan tugas dalam operasi dan latihan
militer didarat harus diberikan penyluhan. Penyuluhan dimaksud
antara lain penyuluhan tentang keadaan penyakit didaerah operasi,
pencegahan penyakit dan penggulangannya serta cara penggunaan
perangkat / peralatan kesehatan.
(4) Pencegahan penyakit
Pencegahan dalam operasi dan latihan militer di darat dilakukan
terhadap penyakit menular potensial yang ada di lokasi. Pencegahan
penyakit dimaksud meliputi pemberian imunisasi dan pemberian
profilaksis serta tindakan lain yang berhubungan dengan pencegahan
penyakit termaksud food security didaerah operasi dan latihan militer.
b) Tahap pelaksanaan
(1) Intelijen medis
Intelijen medis dilakukan sebelum dan selama operasi dan latihan
militer di dara. Intelijen dimaksud meliputi pengumpulan bahan
keterangan teknis maupun dalam bidang kesehatan dan kemampuan
lawan didaerah operasi dan latihan militer.
(2) Pengawasan higiene dan sanitasi
Pengawasan higiene dan sanitasi dalam operasi dan latihan militer
didarat dilakukan untuk pengamanan kemungkinan terjadinya
penularan penyakit bersumber dari kontaminasi makanan dan
minuman. Pengawasan higiene dan sanitasi dimaksud meliputi
pengamanan kuantitas sanitasi dasar berupa penyediaan dan
pengawasan air bersih, makanan dan minuman serta pengawasan
lingkungan, pengendalian bahan buangan/limbah, pengendalian
hama/vektor, bibit penyakit serta hama penganggu lainnya.
(3) Pengamatan penyakit
Pengamatan penyakit dalam operasi dan latihan militer didarat
diprioritaskan terhadap penyakit menular potensial kejadian luar biasa,
gangguan fisik, mental dan sosial. Pengamatan penyakit dimaksud
ditujukan kepada masyarakat selama operasi dan latihan militer
42 | P a g e
berlangsung serta terhadap setiap personel lainnya sejak berada
diwilayah operasi dan latihan militer sampai kembalin kepangkalan.
(4) Penganganan gizi
Dalam setiap operasi dan latihan militer didarat harus dilakukan
penanganan gizi agar setiap personel memperoleh jumlah kalori yang
dibutuhkan sesuai dengan porsi tugas operasi dan latihan militer yang
dibebankan sehingga personel tersebut dapat melaksanakan tugas
dengan optimal.
(5) Kesamaptaan jasmani
Pembinaan kesemaptaan jasmani harus dilakukan terhadap personel
yang terpilih dan dilakukan secara terus menerus guna
mempertahankan kesegaran jasmani dan kemampuan fisik, sehingga
tetap mampu melaksanakan setiap kegiatan operasi dan militer
(6) Dukungan logistik
Selama penyelenggaraan operasi dan latihan militer didarat
berlangsung, dukungan logistik harus tersedia. Dukungan logistik
dimaksud meliputi perencanaan pengadaan, pendistribusian, dan
penggunaan logsitik ksehatan yang terdiri dari alat seksi kesehatan, alat
utama kesehatan, serta bekal kesehatan.
(7) Penatalaksanaan pelayanan medis dan keperawatan
Kegiaatan ini dilakukan terhadap personel militer dan personel lainnya
yang menderita suatu penyakit temaksud korban operasi dan latihan
militer. Terhadap penderita dan korban dimaksud dilakukan evakuasi
dan rujukan. Evakuasi dan rujukan disini meruapakan rangkaian
pemindahan penderita atau koraban baik didala m pertempuran latihan
militer maupun dalam keadaan damai ketempat fasilitas pengobatan
atau perawatan yang lebih memadai. Pelasanaannya disesuaikan
dengan keadaan medan operasi dan latihan militer, keadaan penderita
serta sarana transportasi yang ada.
(8) Evakuasi kesehatan
Evakuasi kesehatan dilakukan untuk mengetahui dampak yang timbuk
terhadap kesehatan akibat operasi dan latihan militer didarat. Selain itu
juga dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan,
dampak operasi, dan latihan militer termaksud perhitungan korban,
macam penyakit akibat senjata musuh, senjata nuklir, biologi, kimia,
maupun akibat penyakit didaerah operasi dan latihan militer.
(9) Penanganan korban mati
43 | P a g e
Kegiatan penanganan terhadap korban mati akibat operaasi militer
meliputi identifikasi korban dan penentuan sebab kematian.
c) Tahap pengakhiran
(1) Rehabilitasi fisik dan mental
Setiap korban dalam kegiatan operasi dan latihan militer di darat harus
diberikan rehabilitasi fisik dan mental meliputi fisioterapi,pengobatan sesuai
kebutuhan, pemberian alat bantu sesuai dengan kecacadan dan konseling.
(2) Pemeriksaan purna tugas
Personel yang telah melaksanakan tugas dalam operasi miliiter dilakukan
pemeriksaan kesehatan dilaksanakan dikarantina wilayah.
(3) Evaluasi kegiatan
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan yang telah dicapai hasilnya
untuk perbaikan pelaksanaan selanjutnya baik kualitas maupun kuantitas, baik
personel maupun material.
44 | P a g e
Pertempuran kota dilaksanakan dalam jarak dekat dengan penggunaan
pasukana-pasukan kecil yang merupakan pertempuran setempat pengendalian
sulit, maka dukungan kesehatan dilaksankan dengan mobilitas yang tinggi baik
evakuasi pertolongan pertama lapangan dan hospitalisasi.
(7) Operasi pertahanan
Pelaksanaan evakuasi dan hospitalisasi lebih sulit oleh karena daerah tugas
langsung dapat menjadi sasaran tembakan musuh. Penyamaran instalasi
kesehatan lapangan sebagai perlindungan terhadap peninjauan dan tembakan
musuh. Dukungan kesehatan diberikan adanya kepadatan evakusi dan
hospitalisasi oleh satuan kesehatan atasan baik evakuasi darat maupun udar.
e) Jalur rujukan
Suatu proses didalam penanganan penderita dimana instalasi / fasilitas yang lebih
tinggi.
(1) Daerah tempur depan dilaksanakan oleh satuan kesehatan lapangan setingkat
peleton.
(2) Daerah tempur belakang / perbekalan dilaksanakan oleh satuan kesehatan
lapangan setingkat kompi.
(3) Daerah komunikasi dilaksankan oleh satuan kesehatan lapangan setingkat
rumah sakit lapangan.
(4) Daerah belakang dilaksanakan oleh rumah sakit wilayah atau rumah sakit
pusat.
2) Taktis operasional
Pembinaan dan pengawasan dalam operasi / latihan militer didarat taktis
operasional dilaksanakan mulai dari komandan satuan/ latihan sampai kepada
pejabat yang ditunjuk dalam operasional / latihan militer tersebut.
1 Kesehatan haji a. Pemeriksaan kesehatan awal dan lanjutan. a. Calon jamaah haji
b. Penyuluhan dan pembinaan kesehatan b. Petugas kesehatan
calon jamaah/ jamaah haji. (medis, perawat,
c. Peningkatan kesempatan fisik dan mental.
sanitarian, gizi dan
d. Imunisasi.
e. Pengamatan penyakit. farmasi).
f. Kegiatan hygiene sanitasi. c. Petugas haji lain.
46 | P a g e
g. Pelayanan medik dan keperawatan
h. Pelayanan evakuasi dan rujukan
i. Pengadministrasian jemaah meninggal.
j. Identifikasi jenazah.
k. Pelayanan khusus safari wukuf.
l. Pulang dini dan pulang akhir.
m. Pencatatan dan pelaporan.
n. Perbekalan kesehatan
o. Dukungan ketenagaan kesehatan.
p. Penanggulangan KLB.
2 Kesehatan a. Pemerikasaan kesehatan a. Calon transmigran
b. Penyuluhan kesehatan b. Petugas pendamping
transmigrasi
c. Pembinaan
transmigran
d. Pengamatan penyakit.
e. Higine dan sanitasi
f. Imunisasi
g. Tindakan medik dan keperawatan
h. Evakuasi dan rujukan
i. Pencatatan dan pelaporan
3 Kesehatan dalam a. Pelayanan medis korban bencana. a. Masyarakat/
b. Pelayanan kesehatan dasar bagi pengungsi
penanggulangan kelompok masyarakat
c. Surveilans penyakit menular di tempat
korban bencana di daerah rawan
pengusian.
d. Pengawasan kualitas air bersih bagi bencana atau daerah
pengungsi. yang mengalami
e. Pengawasan sanitasi lapangan dan dapur
bencana.
umum. b. Korban bencana.
f. Penyedian jamban darurat. c. Petugas kesehatan di
g. Pengendalian vektor penyakit.
daerah rawan
h. Pemberantasan penyait menular potensial
bencana.
wabah.
d. Petugas lain yang
i. Penyuluhan kesehatan.
j. Pengawasan kebersihan sampah dan bertugas di daerah
limbah. bencana
k. Koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor.
l. Perbekalan kesehatan.
m. Dukungan ketenagaan kesehatan.
4 Kesehatan di bumi a. Pemeriksaan kesehatan. a. Peserta perkemahan,
b. Penyuluhan.
perkemahan pendamping
c. Higiene dan sanitasi
b. Seluruh petugas yang
d. Pengamatan penyakit (surveilens)
e. Pencegahan penyakit menular. memberikan
f. Penatalaksanaan pelayanan medis dan
pelayanan
keperawatan.
perkemahan
g. Pencatatan dan pelaporan
47 | P a g e
5 Kesehatan dalam a. Penyuluhan kesehatan. a. Masyarakat terpajan
b. Imunisasi (khusus ditempat pengungsian)
situasi khusus dalam situasi khusus
c. Higiene dan sanitasi
d. Pengamatan penyakit (upacara), festival,
e. Penatalaksanaan pelayanan medis dan
pesta adat, agama,
keperawatan.
perjalanan liburan
f. Evakuasi dan rujukan
g. Pencatatan dan pelaporan. panjang.
h. b. Petugas kesehatan/
petugas lain di daerah
yang berada dalam
situasi khusus
6 Kesehatan dalam a. Pelatihan. a. Masyarakat terpanjan
b. Penyuluhan kesehatan
penangulangan yaitu yang terkna
c. Penanganan gizi
gangguan kamtibmas d. Kesempatan jasmani akibat langsung
e. Evakuasi dan rujukan
masyarakat lainnya
f. Penyiapan pembekalan logistik kesehatan
g. Identifikasi korban dan penyelidikan sebab yang terkena dampak
akibat gangguan kamtibmas.
h. Pencatatan dan peloparan. b. Petugas (aparat
pemerintah dan non
pemerintah) yang
bertugas dalam
penangulangan
gangguan kamtibmas
7 Kesehatan bawah a. Pemeriksaan kesehatan a. Tenaga kerja
b. Penyuluhan
tanah ditambang bawah
c. Pelatihan
d. Higiene dan sanitasi. tanah.
e. Penyiapan perbekalan logistik b. Petugas/ personil
f. Penyiapan stasiun dan peralatan
pertambanag bawah
g. Tindakan medik dan keperawatan
h. Pemulihan kesehatan tanah.
i. Evakuasi dan rujukan c. Petugas kesehatan
j. Pengamatan penyakit.
yang memberikan
pelayanan kesehatan.
8 Kesehatan dalam a. Pemerikasaan kesehatan a. Personil militer
b. Penyuluhan.
operasi/ latihan lapangan.
c. Pembinaan kesempatan jasmani
b. Personil kesehatan.
militer di darat d. Higiene dan sanitasi.
c. Masyarakat sekitar
e. Gizi
f. Penataan medis dan keperawatan daerah operasi latihan.
g. Pemulihan kesehatan
48 | P a g e
h. Evakuasi dan rujukan
i. Intelenjensi medik
j. Dukungan logistik kesehatan
k. Dukungan ketenagaan kesehatan
9 Kesehatan lintas a. Pemeriksaan kesehatan a. Peserta lintas alam
b. Penyuluhan kesehatan
alam
c. Penatalaksanaan pelayanan medis dan
keperawatan
d. Evakuasi kegiatan lintas alam
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada hari sabtu tanggal 20 juli 2015, terjadi bencana tanah longsor didesa suko asih
kecamatan Sukowati kabupaten Sukomana Bondowoso pada pukul 03.00 WIB. Gempa
menimpa 2 dusun yaitu dusun Lampu yang dengan jumlah penduduk 150 orang dan dusun
lampa dengan jumlah penduduk 134 orang. Kedua dusun tersebut terletak dikaki bukit yang
curam dan sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. Pada saat kejadian mahasiswa UPN
VETERAN JAKARTA sedang melakukan praktek kerja lapangan didusun tetangga yaitu
dusun Ampu. Kejadian sangat cepat dan tiba-tiba dimana sebagian besar masyarakat masih
49 | P a g e
terlelap sehingga masyarakat tidak bisa mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri,
korban banyak yang tertimbun reruntuhan bangunan sementara korban yang selamat
melaporkan dan meminta tolong kedusun dimana mahasiswa berada, sehingga mahasiswa
yang berjumlah 20 orang dibantu dengan beberapa aparat setempat langsung membentuk
penanggulangan bencana yang akan diperbantukan kedaerah bencana. Mahasiswa bersama 5
orang aparat desa segera menghubungi Puskesmas terdekat, dengan ambulan siaga yang
tersedia di puskesmas dengan perlengkapan terbatas tim segera berangkat ke lokasi kejadian.
Pada saat pendataan ditemukan:
Saat mendengar kejadian mahasisiwa yang mendapat laporan dari kepala dusun ampa,
atas seijin kepala dusun mahasisiwa upn melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
aparat setempat termasuk puskesmas untuk mempersiapkan transportasi dan obat-obatan
diberikan ketempat kejadian bencana. Mahasiswa upn yang berjumlah 20 orang membuat
menjadi 2 tim yaitu: tim penanganan dan tim posko sambil koordinasi ke BPBD (badan
penanggulangan bencana daerah). Dari 20 orang mahasiswa dibagi menjadi : 2 orang triage,
6 orang TKP, 6 orang Tim posko, 6 orang evakuasi.
Tiba ditempat kejadian mahasisiwa upn mendirikan pos bencana (karna belum ada tim
bantuan lain yang datang). Petugas triase segera memasang bendera triase merah, kuning,
hijau dan hitam. Petugas segera memanggil korban dengan cara ”bapak ibu ada masih bisa
mendengar suara saya, bagi yang bisa mendengar suara saya harap menuju ke saya. Korban
yang masih bisa merespon dan berjalan kearah petugas dikatagorikan bendera hijau.
1. 35 korban luka berat: patah tulang terbuka dengan perdarahan berat, Trauma dada
terbuka, cidera kepala berat, cidera cervikal dan beberapa orang mengalami gangguan
cirkulasi ventilasi.(merah)
2. 25 korban luka sedang ; patah tulang tertutup dan terbuka tanpa perdarahan ,perdarahan
ringan (kuning)
3. 10 korban luka ringan ; Luka lecet,memar (hijau)
4. 8 korban meninggal (hitam)
50 | P a g e
Inisial assesment
Penolong memakai alat pelindung diri, mengecek respon pasien, mengecek kesadaran
dengan cara kualitatif (Alert, verbal. Paint, Unrespon), lakukan penilaian pasien terhadap
airway, breathing dan circulation untuk pasien-pasien yang mengalami henti napas dan henti
jantung dilakukan CPR dengan diawali kompresi 30:2 di daerah midsternum dengan
kedalaman 5cm dengan kecepatan 100x/menit dilakukan selama 5 siklus sekitar 2 menit,
setelah 5 siklus dievaluasi ulang apabila nadi karotis tidak ada napas tidak ada maka teknik
diulangi dimulai dengan kompresi, apabila nadi karotis ada napas tidak ada maka lanjutkan
ventilasi , 1 ventiasi selama 6 detik, dan apabila nadi karotis teraba napas ada posisikan
pasien dengan posisi mantap.Pada saat melakukan CPR kami mengalami hambatan dalam
memposisikan posisi korban di tempat yang datar dan memungkin kan untuk melakukan
CPR karena kondisi bencana yang banyak reruntuhan bangunan dan tanah longsor .Kami
juga menemukan seorang ibu yang mengalami cidera kepala dan cidera cervikal dengan
keterbatasan peralatan yang kami bawa kami berusaha menolong korban setelah menilai
ABC,kami berusaha mengamankan daerah cervikal dengan barang seadanya yang kami
dapatkan dilokasi, kami menggunakan sendal jepit yang kami temukan di sekitar reruntuhan
bangunan dan diikat dengan sehelai kain mitela,kiri kanan kepala kami letakan balok kecil
yang dibunggkus kain.
Untuk korban dengan luka perdarahan pembuluh darah besar lakukan balut tekan
dengan cara cek pulse, motorik, sensorik terlebih dahulu pada arteri bagian distal, letakan
kassa pada daerah perdaran balut tekan lalu tekannya benda keras diatas balutan, lalu balut
kembali dengan elastis verban, korban fraktur yang kami temukan sebanyak 8 0rang , 3orang
fraktur terbuka ,5 orang fraktur tertutup karena cukup banyaknya korban fraktur kami
membutuhkan bidai yang cukup banyak sedangkan kami hanya menbawa 5 buah bidai, kami
minta bantuan warga sekitar mecarikan kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bidai tanpa
mengenyampingkan prinsif pembidaian dengan cara melewati 2 sendi atas dan bawah dari
garis fraktur. Untuk korban trauma dada terbuka dilakukan penutup dengan penutup kedap
udara dengan plester tiga sisi. Sambil menunggu evakuasi ke posko tim TKP melakukan
secondary evaluasi pada korban-korban yang berisiko terjadi perubahan yang cepat terutama
pada korban dengan triage merah, setelah korban dalam keadaan stabil lakukan evakusi
posko. Evakuasi dari TKP menggunakan fasilitas yang terbatas yaitu dengan menggunakan
51 | P a g e
tandu dan non tandu seperti dipapah dan dibantu untuk menuju keposko.Waktu penanganan
pasien di TKP bervariasi tergantung dari kondisi korban . Rata-rata untuk korban dengan
bendera merah petugas memerlukan waktu sekitar 15 menit sampai dengan stabil dibawa ke
posko, korban dengan bendera kuning petugas memerlukan waktu 5 menit, untuk korban
dengan bendera hijau, korban bisa langsung menuju sendiri ke posko atau di bopong petugas,
sehingga penanganan dilakukan langsung diposko, korban meninggal dilakukan pendataan di
ruang post mortem di posko sampai dengan ada data ante mortem dari keluarga, sehingga
fase dari mulai .korban ditemukan sampai dengan fase debriefing memerlukan waktu yang
tidak sama antara satu korban dengan korban yang lain.
Korban-korban yang meninggal dunia (bendera hitam) dibawa keposko untuk didata.
Data post mortem adalah data yang didapatkan dari korban setelah meninggal, diantaranya
adalah sidik jari, DNA, kontuksi gigi, dan properti yang dipakai korban saat kejadian. Data
tersebut dicocokan dengan antemortem yang didapatkan dari keluarga ataupun perusahaan
yang berhubungan dengan korban yang meliputi: foto, tanda lahir, cacat fisik, tato, bekas
luka, BB, TB.
Sementara tim yang berada diposko berkoordinasi dengan BPBD untuk menyiapkan
membangun posko pengungsian dan fasilitas sanitasi, dapur sehat. Setelah korban tiba
diposko dilakukan reevaluasi dengan prinsip penilaian meliputi airway, berathing, circulation,
disability, esprosure bila tindakan dilapangan yang masih perlu ditangani dilanjutkan
penangan diposko sampai pasien benar-benar stabil dan aman untuk dievakuasi, evakuasi
dilakukan dengan cara koordinasi dengan rumah sakit terdekat yang mempunyai fasilitas
untuk melakukan penanganan tindakan lanjut seperti operasi dan perawatan intensif. dengan
teknik komunikasi sesuai prosedur yang meliputi situasi latar belakang analisa dan
rekomendasi. Cara mengevakuasi korban yang dilakukan menggunakan tandu dan ambulan
ke rumah sakit pemerintah terdekat di Bondowoso.
52 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya kesehatan matra dimasa mendatang menjadi sangat peting karena dengan
perkembangan ilmu dan teknologi akan terjadi interaksi antara manusia dengan
lingkungan yang serba berubah (Matra) yang berdampak terhadap kesehatan. Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini dan lampirannya merupakan pedoman
bagi seluruh pengelolaan kesehatan matra dan unit terkait agar terdapat keseragaman
pemahaman dan tindakan dalam melaksanakan upaya kesehatan matra.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan kesehatan Matra ke depan Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini perlu segera ditindak lanjuti dengan
menyusun pedoman teknis, standar dan implementasi dalam penyiapan sumber daya
manusia, peebekalan kesehatan dengan peran dan tanggung jawab sesuai dengan tingkat
administrasi bidang masing-masing unit terkait.
B. Saran
Dalam mengetahui berbagai aspek kesehatan matra darat maka diharapkan dengan
mudah memahami problema bencana yang di hadapi oleh para tim medis, dan dapat
menagulangi bencana dengan upaya – upaya pencegahan dan pertolongan. Sehingga
dapat meminimalisirkan korban dalam suatu bencana.
53 | P a g e
54 | P a g e