BAB XII
TRANSMISI RODA GIGI
TRANSMISI TENAGA
Dengan transmisi dimaksudkan adalah meneruskan suatu daya dari
penggeraknya (motor listrik, diesel, dsb) ke alat yang akan digerakkan (mesin,
generator, dsb).
Catatan :
Pada penggerakan langsung atau tidak langsung daya (Hp) yang
ditransmisikan adalah tetap yang berbeda adalah momen puntirnya.
453
Bentuk roda gigi yang umumnya dipakai adalah seperti pada tabel dan
gambar berikut :
sejajar
Roda gigi luar Arah putaran berlawanan
Profil atau bentuk dari gigi sangat penting supaya pemindahan gaya
dari satu gigi kegigi lainnya berjalan teratur, karena gaya yang dipindahkan
pada roda gigi lurus dibawa oleh 1 gigi saja.
455
Gambar XII.3.
Jarak B-1, 1-2, 2-3, 3-4 dan seterusnya dibuat sama, kemudian pada titik
titik 1, 2, 3, 4 kita buat garis singgung dan kita ukur pada masing masing
garis singgung tersebut jarak jarak :
1-a = Panjang busur B-1
2-b = Panjang busur B-2
3-c = Panjang busur B-3
4-d = Panjang busur B-4
Kalau titik a, b, c, d kita hubungkan maka terbentuklah suatu kurva involute.
Pasangan roda gigi yang mempunyai kurva involut ini akan bekerja
pada suatu garis yang disebut garis tegangan dan garis tegangan ini ternyata
merupakan garis singgung pada lingkaran dasar dari pasangan roda gigi.
Karena tinggi giginya terbatas, maka pasangan roda gigi hanya akan
bersinggungan pada bagian tertentu dari garis tegangan tersebut, dan jarak
dimana kedua gigi itu bersinggungan dinamakan jarak kait.
456
Gambar XII.4.
Jarak bagi t 0 nm
H 2m c k
Tinggi gigi
Gambar XII.6.
Karena kurva yang dibentuk berbeda untuk jumlah gigi yang berlainan,
maka untuk satu sudut tegang dan satu modul dibuat lebih dari satu alat
Frais, misalnya :
458
Gambar XII.7.
Proses ini memiliki hasil yang lebih teliti dibandingkan dengan proses
pemotongan dengan menggunakan alat Frais.
Gambar XII.8.
Gambar XII.9.
Proses ini juga cukup teliti untuk menghasilkan kurva involut. Seperti
terlihat pada gambar di bawah ini, dimana terlihat letak dari batang pahat
pada beberapa kedudukan.
460
Gambar XII.10.
N = Nd . fk
Faktor Koreksi
Pengguanaan faktor koreksi sesuai dengan DIN 3990 yang didasarkan
atas pengalaman untuk operasi normal dimana besaran faktor koreksi
ditentukan setelah diperhatikan keadaan operasionalnya.
462
Blowers, Ventilators
Air cooler 1,4 … 1,5
Axial blowers 0.8 1,0 … 1,25
Cooling tower fans
Heat exchangers 1,5
Rotary piston blowers 1 1,25 … 1,5
Suction draught blower 1 1,25 … 1,5
Turbo exhauster 0.8 1,0 … 1,25
Cableways
Continuous ropeways 1,4 … 1,6
Freight ways 1,3 … 1,4
Shuttle cableways 1,4 … 1,8
T-bar lifts 1,3 … 1,4
Cement Industry
Concrete mixers 1,5
Crushers 1,2 … 1,4
Roller mills 1,5
Rotary kilns 2
Separators 1,6
Tube mills 1,8
Chemical Industry
Agiators for materials
With constant density 1 1,3 … 1,5
With variable density 1,2 1,4 … 1,6
Agiators w. variable gas absorb 1,4 1,6 … 1,8
Centrifuges 1 1,25 … 1,35
Drying kilns 1,5
Kneading machines 2
Toasters 1 1,3 … 1,5
Compressors
Piston compressors 1,8 … 1,9
Rotary compressors 1,4 … 1,5
Turbo compressors 1 1,25 … 1,5
Conveyors
Apron conveyors 1,2 … 1,5
Band elevators 1 1,25 … 1,5
Belt conveyors 1,0 … 1,1 1,2 … 1,4
Bucket conveyors 1,2 … 1,5
Canvas belt elevators 1 1,25 … 1,5
463
XII – 1
RODA GIGI LURUS
PERBANDINGAN TRANSMISI
Pada pasangan roda gigi banyaknya gigi adalah z1 dan z2 dan putarannya n1
dan n2 serta diameter jarak bagi adalah d01 dan d02.
Perubahan perturan dari roda gigi ditentukan oleh banyaknya gigi z 1 dan z2
dari masing – masing roda gigi.
Jadi :
Kalau jarak antara gigi gigi t pada lingakaran jarak bagi π d 0 maka banyaknya
gigi dikalikan jarak antara gigi adalah panajng dari lingkaran jarak bagi π d 0.
Jadi :
Untuk pada satu tingkat dia,bil 5 bila susunan roda gigi terdiri dari
PERHITUNGAN MODUL
Dalam perbuatan roda gigi selain dari pada transmisi ί juga bentuk gigi
penting dan ditentukan oleh modul m.
Dalam rumus :
Dimana Modul :
Juga diameter jarak bagi dapat dinyatakan dalam banyaknya gigi z dan
modul.
Seri Seri
Seri 3 Seri 1 Seri 2 Seri 3
ke -1 ke - 2
0.1 3.5
0.15 3.75
0.2 4
0,25 4,5
0,3
0,35 5
0,4 5,5
0,45 6
0,5 6,5
0,55 7
0,6 8
0,65 9
0,7 10
0,75 11
0,8 12
0,9 14
1 16
1,25 18
1,5 20
1,75 22
2 25
2,25 28
2,5 32
2,75 36
3 40
3,25 45
50
Keterangan : Dalam pemilihan utamakan seri ke-1 ; jika terpaksa baru dipilih dari seri ke-2 dan ke-3
1. Menggunakan grafik
2. Perhitungan
Selain menggunakan grafik besarnya modul (m) dapat juga dilakukan dengan
rumus pendekatan.
dimana :
Kd = Faktor dinamis (1,1-1,35)
Kc = Faktor letak batalan
= Perbandingan lebar gigi dan modul (8-15)
Zp = Jumlah gigi roda gigi penggerak
Mp = Momen Puntir
i = Transmisi
= Tegangan yang diperbolehkan
471
Tabel XII-1-3.
Faktor bentuk gigi Yp tergantung dari jumlah gigi dan pemotong bawah bila
ada.
Untuk roda gigi dengan jumlah gigi lebih dari 30 buah besarnya Yp di dapat
dengan menggunakan rumus.
Kalau jumlah gigi kurang dari 30 buah maka faktor tergantung dari faktor
13 0,24 17 0,01
14 0,18 18 -0,05
15 0,12 19 -0,11
16 0,06 20 0,17
473
Gambar XII-1-3.
Gambar XII-1-4.
474
Dengan adanya pemotongan bawah maka dimensi dari kaki gigi akan
berkurang sehingga memperlemah kekutannya sehingga perlu ditambah
suatu faktor untuk pengurangan dari demensi tersebut sehingga rumus
modul menjadi :
Juga biasnya puncak dari gigi besarnya 0,4 m sehingga faktor pemotong
bawah dapat diambil sebagai tersebut.
13 0,39 17 0,53
14 0,43 18 -0,56
15 0,46 19 -0,59
16 0,50 20 0,02
PERBANDINGAN KONTAK
Pada gambar diperlihatkan 2 buah roda gigi yang saling bekerja sama
dimana roda gigi I adalah roda gigi yang menggerakan dan roda gigi II adalah
roda gigi yang digerakan.
Gambar XII-1-5.
476
Gambar XII-1-6.
Roda gigi dapat berputar dengan halus, kalau sebelum suatu pasangan
gigi saling melepas kaitnya, pasangan berikutnya harus mulai saling berkait.
Pada roda gigi involute, titik-titik kaitan akan bergerak sepanjang garis
tekan yang merupakan garis singgung dari kedua lingkiran dasar roda gigi
atau garis tekan merupakan tempat kedudukan dari titik-titik kaitan.
Dimana :
Ternyata pada setiap pemulaan dan akhir kaitan beban yang timbul
pada pasangan gigi berubah dari maksimum ke minimum. Dan beban
maksimum terjadi pada permulaan kaitan.
477
Gambar XII-1-7.
Jadi :
Untuk : maka = 17 bh
maka = 30 bh
maka = 32 bh
479
Dalam pratek pengurangan 20% dari jumlah gigi minimum dari hasil
perhitungan masih diperbolehkan.
Jadi = 14 bh
= 26 bh
= 24 bh
KOREKSI GIGI
Dengan menggunakan roda gigi dengan jumlah giginya kurang dari
jumlah gigi minimum maka bentuk giginya akan mengalami perubahan
karena adanya pemotongan pada bagian bawah dari gigi oleh alat pemotong.
Gambar XII-1-9.
Gambar XII-1-10.
= 0,8 m
=m
Gambar XII-1-11.
Koreksi = 0,5 m
z = 8 bh
= 1,3 m
= 0,5 m
481
Koreksi
= 10 bh
= 40 bh
Koreksi
Biasanya pada praktyk koreksi diambil 0,5 m, bila koreksi diambil lebih besar
maka kepala gigi akan meruncing
482
2. Gaya Radial
Gambar XII-1-12.
Gambar XII-1-13.
Dimana : N = dalam kW
n = putaran per menit
Jika lebar gigi = b dan tebal gigi = h dan tinggi = L, maka tegangan yang
timbul pada dasar gigi
Lebar b biasanya antar (6-10) m dan untuk daya yang beasr antar (10-16)m,
tetapi untuk ketelitian dan pemasangan yang baik, maka lebar b dapat juga
ditentukan sebagai berikut :
FC 10 98 98 201
FC 15 127-186 127-186 201-241
FC 20 167-235 167-235 217-255
Besi Cor
FC 25 216-275 216-275 229-269
FC 30 265-304 265-304 248-269
FC 35 314-343 314-343 269-277
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 10 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Rantai Gigi 0,484
Gambar XII-1-14.
486
Kalau :
Maka :
Dimana :
487
Kalau :
Maka :
Bahan roda gigi (Kekerasan HB) Kh Bahan roda gigi (Kekerasan HB) K
Pinyon Roda gigi besar Mpa Pinyon Roda gigi besar Mpa
Baja (150) Baja (150) 0,27, Baja (400) Baja (400) 3,11
Baja (200) Baja (150) 0,39 Baja (500) Baja (400) 3,29
Baja (250) Baja (150) 0,53 Baja (600) Baja (400) 3,48
Baja (200) Baja (200) 0,53 Baja (500) Baja (500) 3,89
Baja (250) Baja (200) 0,69 Baja (600) Baja (600) 5,69
Baja (300) Baja (200) 0,86 Baja (150) Besi cor 0,39
Baja (250) Baja (250) 0,86 Baja (200) Besi cor 0,79
Baja (300) Baja (250) 1,07 Baja (250) Besi cor 1,30
Baja (350) Baja (250) 1,30 Baja (300) Besi cor 1,39
Baja (300) Baja (300) 1,30 Baja (150) Perunggu fosfor 0,41
Baja (350) Baja (300) 1,54 Baja (200) Perunggu fosfor 0,82
Baja (400) Baja (300) 1,68 Baja (250) Perunggu fosfor 1,35
Baja (350) Baja (350) 1,82 Besi cor Besi cor 1,88
Baja (400) Baja (350) 2,10 Baja cor nikel Besi cor nikel 1,36
Baja (500) Baja (350) 2,26 Besi cor nikel Prunggu fosfor 1,55
488
Kehilangan daya pada pemindahan daya oleh roda gigi dapat dihitung dengan
rumus :
Untuk roda gigi lurus = 1,45 dan faktor pembagi (2-5) kehilangan daya pada
pemindahan daya adalah :
0,0075 v b (kW)
Tabel XII-1-11.
V (m/det)
Bahan
<0,5 0,5-1 1,2-5 2,5-5 5-12,5
Kehilangan daya pada bantalan dapat kita anggap sangat kecil selama
bantalan dalam kondisi baik dan dapat kita ambil sebagai berikut :
Dalam perhitungan roda gigi pada umumnya terdapat lebih dari 1 pasang
roda gigi, misalnya mempunyai n pasang roda gigi maka effisiensi total adalah
Kehilangan daya ini biasanya akan menimbulkan panas yang harus dialirkan
untuk menjaga agar kenaikan temperatur yang menurunkan viscositas dari
minyak pelumas.
490
Gambar XII-1-15.
Kalau L1 dan L2 merupakan jarak antara roda gigi dengan bantalan, maka
gaya yang bekerja pada bantalan adalah sebagai berikut :
Pada bantalan F :
491
Pada bantalan E :
Pada bantalan A :
Pada bantalan B :
Tabel XII-1-12.
Beban dengan tumbukan ringan dan
S35C - 45C Dicelup dingin dan ditemper
sedikit keausan
Beban ringan
Gambar XII-1-16.
Untuk roda gigi dengan diameter lebih besar dari 200 mm dapat dibuat
dengan :
- Benda cor
- Konstruksi plat yang dilas, dimana luar diberi bingkai yang akan dipotong
menjadi gigi.
Gambar XII-1-17.
494
PERHITUNGAN JARI-JARI
Kekuatan jari-jari atau rusuk dapat ditentukan atas dasar gaya
tangensial yang bekerja pada gigi sebagai berikut :
CONTOH SOAL
Diminta :
1. Dimensi dari roda-roda gigi
2. Pemeriksaan kekuatan dari roda-roda gigi
Catatan :
Bila roda gigi 3 dan 4 bekerja maka roda gigi 5 dan 6 terlepas dan demikian
juga sebaliknya.
Karena roda gigi 1, 2, 3 dan 5 berada pada satu poros, maka putaran dari
roda gigi = 750 Rpm.
Sehingga :
n3 750 15
i 3.4
n4 350 7
n5 750
i 5.6 2
n6 375
501
Karena roda gigi 3 dan 5 berada pada satu poros, demikian juga roda gigi 4
dan 6 maka jarak antara roda gigi 3 dan 4 adalah sama dengan jarak roda gigi
5 dan 6, maka :
do 3 do 4 do 5 do 6
2 2
do 3 do 4 do 5 do 6
Karena do = m + z
m Z 3 Z 4 m Z 5 Z 6
Z3 Z 4 Z5 Z6
Z 3 i 3.4 z 4 Z 5 i 5.6 Z 5
15
Z3 Z3 Z5 2 Z5
7
22
Z3 3 Z5
7
22
Z3 Z5
7
21 21
Z3 x Z5 x 44 42 Bh
22 22
15
Z 4 i 3.4 x Z 3 x 42 90 Bh
7
Z 6 i 5.6 x Z 5 2 x 44 88 Bh
do1 m x Z 1 30 x 3 90 Bh
do 2 m x Z 2 60 x 3 180 Bh
do 3 m x Z 3 42 x 3 126 Bh
do 4 m x Z 4 90 x 3 270 Bh
do 5 m x Z 5 44 x 3 132 Bh
do 6 m x Z 6 88 x 3 264 Bh
502
do 3 do 4 126 270
Q1 198 mm
2 2
do 5 do 6 132 264
Q2 198 mm
2 2
Q1 Q2
Perubahan putaran pada poros output tidak boleh melebihi ± 1% dari mula-
mula didapat :
Z4 90 15
i 3.4
Z3 42 7
n3
i 3.4
n4
n3 750
n4 350 Rpm
i 3.4 15
7
Z 88
i 5.6 6 2
Z5 44
n5 750
i 5.6 375 Rpm
n6 2
Karena jarak antara roda-roda gigi dan putaran pada poros output tidak
melebihi syaratnya, maka penentuan banyaknya gigi sudah benar.
Z3 = 42 Bh
Z4 = 90 Bh
Z5 = 44 Bh
Z6 = 88 Bh
Pemeriksaan Kekuatan
Pasangan roda gigi 1 dan 2
N
M p1 955500 N cm
n1
10
955500 6370 N cm 63700 N mm
1500
2 M p1 2 x 63700
Pt1 1415 N
do1 90
Dimana :
b = 10 m = 10 x 3 = 30 mm
y = 0,358 untuk Z =
1415
1 43,92 MPa bol
30 x 0,358 x 3
Dimana :
b = 30 mm
y = 0,383 untuk Z = 43 Bh
2012
3 58,66 MPa bol
30 x 0,383 x 3
Dimana :
b = 30 mm
y = 0,396 untuk Z = 44 Bh
1930
5 54,15 MPa bol
30 x 0,396 x 3
Tabel Ringkasan
Z do Mp Pt σt KH n σbol KH bol
RODA y
GIGI (Bh) (mm) (N.cm) (N) (MPa) (MPa) (Rpm) (MPa) (MPa)
XII – 2
RAK DAN PIYON
Gambar XII-2-1.
Prinsip dari rak dan pinyon adalah sama dengan roda gigi lurus, hanya
disini diameter dari rak besarnya tidak terhingga.
PERHITUNGAN KEKUATAN
Seperti pada roda gigi lurus pemeriksaan kekuatan dilakukan pada
lenturan dan kekerasan permukaan.
dimana : m = modul
b = lebar gigi
y = faktor bentuk gigi
Karena i =
Maka :
XII – 3
RODA GIGI MIRING
Gambar XII-3-2. Roda Gigi Miring Gambar XII-3-3. Roda Gigi Silang
509
Kekurangannya adalah :
- Timbulnya gaya axial yang menyebkan bantalan yang digunakan harus
dapat menahan 2 macam gaya yaitu gaya radial dan axial
Gambar XII-3-4.
Untuk memudahkan perhitungan roda gigi, kita buat suatu roda gigi
lurus ekuivalen yang tegak lurus pada kemiringan giginya. Dan disebut
penampang normal.
Sudut kemiringan biasanya anatara 15˚- 30˚, dimana sudut kemiringan
ini dibatasi karena makin besar sudut kemiringan maka gaya antara axial
yang timbul akan membesar.
510
Syarat supaya roda gigi miring ini dapat bekerja dengan baik sebagai roda gigi
miring adalah :
Roda gigi lurus yang terbentuk pada penampang normal tersebut mempunyai
jari-jari :
511
Tabel XII-3-1.
β˚ 0 10 20 30 40 45
14 14 12 10 7 6
Dalam praktik jumlah gigi minimum pada roda gigi miring dapat kita
tentukan sesuai dengan putarannya.
Berbeda dengan roda gigi lurus, pada suatu roda gigi miring paling
sedikit 2 pasang gigi akan bekerja sama dan ini dapat dilakukan dengan
memilih secara tepat kemiringan dan lebar dari gigi. Kondisi tersebut dapat
terjadi bila lebar dari gigi b lebih besar dari . Karena adanya ke tidak
kesempurnaan maka biasanya ketepatan diambil 80% sehingga lebar dari gigi
ditentukan :
Bila hal tersebut tidak terpenuhi maka roda gigi miring akan bekerja seperti
roda gigi lurus.
512
Gambar XII-3-5.
Pada poros bersilang sudut dan tidak perlu sama, dan yang
banyak dipakai adalah poros bersilang tegak lurus atau
Kalau kecepatan linier dari kedua roda gigi adalah dan maka
pada suatu saat kecepatan linier akan sama.
Supaya pasangan dapat bekerja sama adalah Vb, dimana :
513
PERHITUNGAN MODUL
Untuk menghitung modul dari roda gigi miring dapat kita lakukan
dengan melihat pada penampang normal yang merupakan roda gigi lurus,
dengan menggunakan grafik atau rumus pendekatan.
Gambar XII-3-6.
515
Suatu momen puntir Mp yang bekerja pada roda gigi miring akan
menimbulkan suatu gaya Pn yang bekerja tegak lurus pada permukaan gigi,
karena giginya mempunyai kemiringan β˚, maka gaya Pn ini menyudut
terhadap bidang depan sebesar β˚.
Gaya pn ini dapat dibagi menjadi 3 macam gaya :
1. pt – gaya tangential
2. pr – gaya radial
3. pa – gaya axial
Besar dan arah dari gaya tangential Pt dan gaya Radial Pr dapat ditentukan
seperti pada roda gigi lurus.
Gaya Tangential
Gaya Radial
Dimana :
Arah dari gaya Axial ini tergantung pada arah putaran dan sudut
kemiringannya berubah maka arah dari gaya Axial juga berubah.
dimana :
516
Pada roda gigi miring gaya yang bekerja ditahan oleh 3 buah roda gigi tetapi
untuk perhitungan kekuatan dianggap ditahan oleh 2 buah gigi saja jadi :
Gambar XII-3-7.
518
Bantalan F :
Bantalan E :
Bantalan A :
Bantalan B :
Dari hasil di atas, meskipun jarak roda gigi pada kedua bantalannya
adalah sama, ternyata reaksi radial pada kedua bantalan tidak sama.
Gaya axial FA pada umumnya akan ditahan oleh bantalan yang reaksi
radialnya terkecil.
Pada contoh kita di atas, FA akan ditahan oleh bantalan A, sehingga
beban yang bekerja pada bantaln A adalah :
XII – 4
WORM GEAR
Kerusakan pada worm gear ini selain dari pada kerusakan seperti pada
roda gigi biasa juga lunak dibandingkan wormnya dapat melekat pada
permukaan worm sehingga dapat menggaruk profil dari gear sehingga
menimbulkan kerusakan.
Karena worm gear ini merupakan modifikasi dari gigi lurus maka prinsip
perhitungan dari roda gigi lurus dapat diterapkan disini.
521
Gambar XII-4-1.
Untuk module dari suatu worm gear (m) ditentukan bahwa module axial dari
worm sama besar dengan modul dari gear dikalikan tg β
Kalau :
Tabel XII-4-1.
WORM GEAR
Modul
Diameter kepala
Diameter kaki
Tinggi kepala
Tinggi kaki
Lebar effektif
Faktor koreksi
Faktor toleransi
Worm gear seperti pada roda gigi biasa juga mengalami koreksi, tetapi
pada worm gear hanya bagian gear yang mengalami koreksi sedangkan
dimensi dari worm tetap. Koreksi pada gear menyebabkan perubahan pada
diameter jarak bagi dari worm sedang diameter jarak bagi dari gear tetap tidak
berubah, koreksi pada worm gear biasanya dipengaruhi oleh perubahan
banyaknya gigi pada gear.
Panjang L dari worm, lebar dari gear b dan diameter luar dari gear dkg
dapat dicari rumus-rumus pada tabel di bawah ini :
523
Tabel XII-4-2.
Banyaknya
Gigi pada worm L
1
2
3
4
Gambar XII-4-2.
Gaya tangential pada gear (Ptg) sama besarnya dengan gaya axial pada
wormnya (Paw)
Dimana :
Sedangkan gaya radial baik pada worm (Prw) dan gear (Prg) adalah :
Besarnya gaya axial pada gear sama besarnya dengan gaya tangential pada
wor (Ptw)
Adalah :
PERHITUNGAN KEKUATAN
Pemeriksaan Gear
Pemeriksan kekuatan pada gear dilakukan terhadap tegangan-
tegangan sebagi berikut :
1. Tegangan karena lenturan
2. Tegangan karena tekanan permukaan
3. Keausan permukaan karena gesekan
Jadi :
Dimana :
Dimana :
Sehingga :
Sehingga terlihat bahwa semakin besar z1, semakin kecil Kc yang timbul.
Sudut kisar
1
1,25
1,50
527
Jadi :
Sehingga :
Untuk β antara 15˚- 30˚
maka :
Maka tegangan permukaan yang timbul cukup aman untuk β 15˚- 30˚
Untuk : maka
Maka :
528
Untuk : maka
Maka :
Sehingga :
Maka tegangan lentur yang timbul cukup aman untuk β 15˚- 30˚
Untuk : maka
Maka :
Untuk : maka
Maka :
14,5˚ 0,100
20˚ 0,125
25˚ 0,150
30˚ 0,175
529
Perunggu-Dituang dengan 40 29
Cetakan pasir
Perunggu-Dituang dengan 58 42
Cetakan Metal
Perunggu-Dituang secara 65 46
Sentrifugal
Tinggi kepala
Tinggi kaki
Diameter kepala
Diameter kaki
Gaya tangential :
Gaya Axial :
530
Gaya radial tangential akar menyebabkan suatu momen lentur dan defleksi
pada worm gaya total antara gaya radial dan tangential :
timbul :
Dimana :
pada worm.
531
v (m/det) v (m/det)
Selain daripada kehilangan daya karena gesekan juga akan terjadi kehilangan
daya di dalam ninyak sebesar :
Viscositas dalam °E 36 24 16 11
Gambar XII-4-3.
Bantalan B :
Bantalan E :
Bantalan F :
XII – 5
RODA GIGI KERUCUT
Yang umumnya banyak digunakan adalah roda gigi kerucut dengan gigi
lurus.
Gambar XII-5-1.
536
Gambar XII-5-2.
= 2 L sin
= 2 L sin
Untuk
Demikian juga :
Untuk
Gambar XII-5-3.
Jadi :
L : Panjang sisi kerucut luar
: Sudut kerucut jarak bagi
Bila maka
Untuk
Kalau perbandingan antara lebar gigi (B) dan panjang sisi kerucut jarak
bagi (L) dinyatakan.
maka
maka
Secara umum :
Kalau :
Maka :
Untuk
541
Kalau roda gigi ekuivalen dibuat pada diameter rata-rata dari roda gigi
Gambar XII-5-4.
Pada umumnya gigi tirus lebih banyak digunakan daripada gigi seragam.
543
Tabel XII-5-1.
Sisi kerucut
Perubahan kepala
Faktor loreksi
Tinggi kepala
Tinggi kaki
Tinggi gigi
Sudut kepala
Sudut kaki
Diameter lingkaran
kepala
Diameter lingkar kaki
Lebar gigi B
544
PERHITUNGAN MODUL
Untuk roda gigi kerucut, besar modul dapat dicari melalui penampang
ekuivalen seperti pada roda gigi lurus.
Tabel XII-5-5.
Untuk menentukan gaya-gaya yang bekerja pada roda gigi kones, dapat
dilakukan dengan melakukannya pada roda gigi ekivalen sehingga rumus-
rumus roda gigi lurus dapat digunakan.
Gaya tangential pada diameter rata-rata dari suatu roda gigi kones.
545
Sekarang gaya tersebut dipecahkan sejajar dengan sumbu dari roda gigi
kones dari gambar diatas maka :
Sedangkan gaya radial pada poros yang digerakan sama dengan axial pada
poros yang menggerakkan.
Ketiga gaya tersebut akan mempengaruhi pada kekuatan dari gigi dan
bantalan.
Dimana :
Pinyon dan roda gigi Salah satu dari pinyon Pinyon dan roda gigi
Gambar XII-5-6.
Pada bantalan E :
CONTOH SOAL
Diminta :
1. Dimensi dari roda-roda gigi
2. Pemeriksaan kekuatan dari roda-roda gigi
Catatan :
Bila roda gigi 3 dan 4 bekerja, maka roda gigi 5 dan 6 terlepas dan demikian
juga sebaliknya.
Karena roda gigi 1, 2, 3 dan 5 berada pada satu poros, maka putaran dari
roda-roda gigi = 750 rpm.
Sehingga :
n3 750 15
i 3.4
n4 350 7
n5 750
i 5.6 2
n6 375
558
Ditentukan : z1 = 30 Bh
z2 = i1.2 x z1 = 2 x 30 = 60 Bh
Karena roda gigi 3 dan 5 berada pada satu poros, demikian juga roda gigi 4
dan 6 maka jarak antara roda gigi 3 dan 4 adalah sama dengan jarak roda gigi
5 dan 6, maka :
do 3 do 4 do 5 do 6
2 2
do 3 do 4 do 5 do 6
Karena do = m + z
m z 3 z 4 m z 5 z 6
z 3 z 4 z 5 z 6
z 3 i 5.6 z 4 z 5 i 5.6 z 5
15
z3 z3 z5 2 . z5
7
22
z3 3. z5
7
21
z3 z5
22
d 01 m x z1 30 x 3 90 mm
d 02 m x z 2 60 x 3 180 mm
d 03 m x z 3 42 x 3 126 mm
d 04 m x z 4 90 x 3 270 mm
d 05 m x z 5 44 x 3 132 mm
d 06 m x z 6 88 x 3 264 mm
559
do 3 do 4 126 270
Q1 198 mm
2 2
do 5 do 6 132 264
Q2 198 mm
2 2
Q1 Q 2
Perubahan puntiran pada poros output tidak boleh melebihi ± 1 % dari mula-
mula di dapat :
z4 90 15
i 3.4
z3 42 7
n3
i 3.4
n4
n3 750
n4 350 Rpm
i 3.4 15
7
n 750
i 5.6 5 i 375 Rpm
n6 2
Karena jarak antara roda-roda gigi dan putaran pada poros output tidak
melebihi syaratnya, maka penentuan banyaknya gigi sudah benar.
z3 = 42 Bh
z4 = 90 Bh
z5 = 44 Bh
z6 = 88 Bh
Pemeriksaan Kekuatan
Pasangan roda gigi 1 dan 2
N
M p1 955500 N cm
n1
10
955500 6370 N cm 63700 N cm
1500
2 M p1 2 x 63700
Pt 1 1415 N
do1 90
Pt1
1
b.y.m
Dimana : b = 10 m = 10 x 3 = 30 mm
y = 0,358 untuk z = 30 Bh
1415
1 43,92 MPa bol
30 x 0,358 x 3
1 i Pt 1
KH
i b . do1
1 2 1415
0,78 M Pa K H bol
2 30 x 90
N
M p2 955500
n2
10
955500 12740 N cm 127400 N mm
750
2 M p3 2 x 12740
Pt 3 2022 N
do 3 126
Pt 3
3
b.y.m
561
Dimana : b = 30 mm
y = 0,383 untuk z = 43 Bh
2022
3 58,66 MPa bol
30 x 0,383 x 3
1 i Pt 2
KH
i b . do 3
15
1
7 2022
0,785 M Pa K H bol
15 30 x 126
7
N
M p 955500
n2
10
955500 12740 N cm 127400 N mm
750
2 M p5 2 x 127400
Pt 5 1930 N
do 5 132
Pt 5
5
b.y.m
Dimana : b = 30 mm
y = 0,396 untuk z = 44 Bh
1930
5 54,15 MPa bol
30 x 0,396 x 3
1 i Pt 5
KH
i b . do 5
1 2 1930
0,731 M Pa K H bol
2 30 x 132
562