Anda di halaman 1dari 24

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Roda Gigi

Roda gigi adalah alat transmisi daya dan putaran dari poros penggerak
keporos yang akan di gerakkan. Roda gigi biasa digunakan untuk mentransmisikan
daya putaran dengan tepat. Adapun roda gigi di klasifikasikan beberapa hal:

Tabel 2.1. Klasifikasi Roda Gigi

Letak poros Roda gigi Keterangan

Roda gigi lurus, (a) (Klasifikasi atas dasar bentuk


alur gigi)
Roda gigi miring, (b)

Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda, (c)


poros sejajar
Roda gigi luar Arah putaran berlawanan

Roda gigi dalam dan Arah putaran sama


pinyon, (d)
Gerakan lurus dan berputar
Batang gigi dan pinyon, (e)

Roda gigi kerucut, (f)

Roda gigi kerucut spiral, (g) (Klasifikasi atas dasar bentuk


jalur gigi)
Roda gigi kerucut zerol

Roda gigi dengan Roda gigi kerucut miring


poros
Roda gigi kerucut ganda
berpotongan
Roda gigi permukaan (Roda gigi berpotongan
dengan poros berpotongan dengan bentuk istimewa)
(h)

3
Roda gigi miring silang, (i) Kontak titik gerakan lurus
dan berputar
Batang gigi miring silang

Roda gigi cacing silindris,


(j)

Roda gigi cacing selubung


Roda gigi dengan
poros silang Ganda (globoid), (k)

Roda gigi cacing samping

Roda gigi hiperboloid

Roda gigi hipoid, (l)

Roda gigi permukaan silang

Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya


dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan
karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak
daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga
memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya,
yaitu:

 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya


yang besar.

 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.

 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip


sangat kecil.

 Kecepatan transmisi roda gigi dapat ditentukan sehingga dapat


digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

4
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.

Dalam teori, roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang
hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.

2.2 Jenis-Jenis Roda Gigi

Berikut ini beberapa jenis dari roda gigi menurut klasifikasi masing-masing,
hal tersebut dapat di lihat sebagai berikut:

a. Roda Gigi Lurus

Roda gigi lurus merupakan roda gigi yang paling besar dengan jalur – jalur
giginya sejajar dengan poros dan penggunaannya hanya dapat untuk
mentransmisikan putaran dan daya pada sumbu sejajar.

Gambar 2.1 Roda gigi lurus

b. Roda Gigi Miring

Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir pada silinder jarak
bagi pada roda gigi miring ini jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
adalah lebih besar dari roda gigi lurus, sehingga pemindah momen atau putaran
melalui gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan besar.

5
Gambar 2.2 Roda gigi miring

c. Roda Gigi Miring Ganda

Pada roda gigi miring ganda, gaya aksial yang timbul pada gigi yang
mempunyai alur yang berbentuk V tersebut akan saling meniadakan. Dengan roda
gigi ini perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang diteruskan dapat
diperbesar tapi pembuatannya sangat sukar.

Gambar 2.3 Roda gigi miring ganda

d. Roda Gigi Kerucut

Roda gigi kerucut lurus dengan roda gigi lurus adalah yang paling mudah
dibuat dan sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan
kontaknya sangat kecil, juga konstruksinya tidak memungkinkan untuk memasang
bantalan pada ujung porosnya.

6
Gambar 2.4 Roda gigi kerucut

e. Roda Gigi Cacing Silindris

Roda gigi ini dapat memindahkan daya dan putaran yang mempunyai reduksi
yang besar dan pada umumnya roda gigi ini dipakai untuk beban yang sangat besar.

Gambar 2.5 Roda gigi cacing silindris

f. Roda Gigi Cacing Globoid

Roda gigi ini mempunyai fungsi yang sama dengan roda gigi cacing silindris.
Bedanya hanya pada system perbandingan kontak yang lebih besar, akibat
mempunyai alur cacing selubung ganda.

7
Gambar 2.6 Roda gigi cacing globoid

g. Roda Gigi Hipoid

Roda gigi ini hanya digunakan pada roda gigi differensial auto mobil. Roda gigi
ini mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang simbolnya
bersilang dan pemindahan gaya pada permukaan berlangsung secara meluncur dan
menggelinding.

Gambar 2.7 Roda gigi cacing hipoid

h. Roda gigi dalam

Dipakai jika diinginkan ini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar, karena piyon terletak didalam roda gigi seperti terlihat
pada Gambar 2.9 dibawah ini.

8
Gambar 2.8 Roda gigi dalam

2.3 Prinsip Kerja Transmisi Roda Gigi

Cara kerja dari transmisi roda gigi yaitu mentransmisi daya mesin yang di
hasilkan dari pembakaran . Pada mesin honda GT160 hanya terdapat satu sistem
kecepatan, daya yang ditransmisikan oleh mesin sebelum diterima oleh roda gigi
didahului oleh penerusan daya poros.

2.4 Bagian-bagian Roda Gigi

Nama-nama bagian utama dari roda gigi di tunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Nama-nama bagian roda gigi

9
Penjelasan mengenai roda gigi pada Gambar 2.9 adalah sebagai berkut:

a. Pitch Circle (Lingkaran Puncak) merupakan jarak sepanjang lingkaran jarak


bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

b. Circular Pitch (Jarak Lengkung Puncak) merupakan jarak yang diukur pada
lingkaran puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke suatu titik yang berkaitan
pada gigi di sebelahnya.

c. Module (Modul) adalah perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah


gigi. Satuan panjang yang di pakai adalah milimeter. Modul adalah indeks dari
ukuran gigi pada standar SI.

d. Addendum a adalah jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran
puncak.

e. Dedendum b adalah jarak radial dari bidang bawah (buttom land) kelingkaran
puncak.

f. Diametral Pitch (Puncak Diametral) adalah perbandingan antara jumlah gigi


pada roda gigi dengan diameter puncak. Ini merupakan kebalikan dari modul.
Puncak diametral hanya dipakai dalama satuan inggris, ini dinyatakan dalam
jumlah gigi per inci.

g. Tinggi keseruruhan (whole depth) ht adalah jumlah addendum dan dedendum.

h. Lingkaran kebebasan (clearance circle) adalah lingkaran yang bersinggungan


dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut.

i. Kebebasan (clearance) c adalah besaran yang disediakan dedendum bagi


addemdum dri roda gigi pasangannya.

j. Kibasan-pungung (bock-lash) adalah besaran yang diberikan oleh lebar antara


dari satu roda gigi kepala tebal gigi dari roda gigi pasangannaya di ukur pada
lingkaran puncak

10
2.5 Roda Gigi Dan Ukurannya
Berdasarkan Sularso, ukuran roda gigi dinyatakan dengan diameter
lingkaran jarak bagi, yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran
gigi dinyatakan dengan “jarak bagi lingkar”, yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak
bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

Jika diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi
dengan z, maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai :

d
t= [2.1]
z

Jadi, jarak bagi lingkaran adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah
gigi. Untuk mengatasi pemakaian ukuran gigi yang kurang praktis digunakan
ukuran yang disebut ‘modul’ dengan lambang m dimana

d
m = [2.2]
z

dengan cara ini, m dapat ditentukann sebagai bilangan bulat atau bilangan pecahan
0,5 dan 0,25 yang lebih praktis. Juga karena :

π×m= t [2.3]

Cara lain untuk menyatakan ukuran gigi adalah dengan “jarak bagi
diametral”. Dalam hal ini diameter lingkaran jarak bagi diukur dalam inch, maka
jarak bagi diametral DP adalah jumlah gigi per inch diameter tersebut. Jika diameter
lingkaran jarak bagi dinyatakan sebagai d" (in), maka

z 1
DP = ,  [2.4]
d   in 

Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa jika DP kecil, berarti giginya besar.
Sebagian besar gigi dari Amerika atau Eropa dinyatakan dengan harga DP tersebut.
Adapun hubunga antara DP dan m adalah

25,4
m = [2.5]
DP

11
Untuk roda gigi luar, bagian gigi di luar lingkaran jarak bagi disebut kepala
dan tingginya disebut “tinggi kepala” atau “adendum”, yang besarnya biasanya
sama dengan modul, m (mm), atau satu per jarak bagi diametral, 1/DP (in). Bagian
gigi di sebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki, dan tingginya disebut
“tinggi kaki” atau dedendum. Besarnya biasanya sama dengan (m + ck) dalam
(mm), atau (1/DP + ck) dalam (in), dimana ck disebut “kelonggaran puncak”.

2.6 Perbandingan Putaran Dan Perbandingan Roda Gigi.


Jika putaran gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros
penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi
d1 dan d2 (mm), jumlah gigi z1 dan z2, maka perbandingan putaran u adalah:

n 2 d 1 m.z 1 z1 1
u = = = = = [2.6]
n1 d 2 m.z 2 z 2 i

z2 /z1 = i

Harga i, yaitu perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pada
pinyon, disebut perbandingan roda gigi atau perbandingan transmisi. Perbandingan
ini dapat sebesar 4 sampai 5 untuk roda gigi lurus standar, dan dapat diperbesar
mencapai 7 dengan perubahan kepala.

Tabel 2.2 Harga Modul Standar (JIS B 1701-1973)


(Satuan : mm)

Seri Seri Seri Seri Seri Seri


Ke-1 Ke-2 ke-3 Ke-1 Ke-2 ke-3

0,1 4 3,5
0,15 3,75
0,2 5 4,5
0,25
0,3 6 5,5
0,35
0,4 8 7 6,5
0,45

12
0,5 10 9
0,55
0,6 12 11
0,7 0,65
0,75 16 14
0
0,9 20 18
1
1,25 25 22
1,5
1,75 32 28
2
2,25 40 36
2,5
2,75 50 45
3 3,25
Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya
Paramita, aaaaaaaaJakarta, 1978. Hal 216

2.7 Kapasitas beban Roda Gigi.


Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa gigi patah, aus atau
berlubang-lubang (bopeng) permukaannya, dan tergores permukaannya karena
pecahnya selaput minyak pelumah. Biasanya, kekuatan gigi terhadap lenturan dan
tekanan permukaan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Sekarang
perhitungan terhadap goresan dianggap penting, yaitu gejala dimana luka-luka
goresan pada permukaan roda gigi berbeban besar dan berputar tinggi terjadi
penguapan selaput minyak.

2.7.1 Metode Dasar.


 Perhitungan lenturan.

Karena besar perbandingan kontak adalah 1,0 atau lebih, maka beban tidak
dikenakan pada satu gigi. Tetapi, demi keamanan, perhitungan dianggap bahwa
beban penuh dikenakan pada titik perpotongan A antara garis tekanan dan garis

13
penghubung pusat roda gigi. Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan
dengan Fn, maka tangensial pada titik A adalah:

Fkt = Fn cos ω

Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak bagi adalah:

Ft = Fn cos αb [2.7]

Dimana αb adalah sudut tekanan kerja.

Jika diameter jarak bagi adalah db1 (mm), maka kecepatan keliling v (m/s)
pada lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm) adalah:

d b1n1
v = [2.8]
600  1000

Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (kW), gaya tangensial Ft (kg)


dan kecepatan keliling v (m/s) adalah:

Ft v
P = [2.9]
102

Apabila pemakaian v akan membesakan Ft, maka harus digunakan daya


rencana Pd (kW)

Ft v
Pd =
102

Maka,

102 Pd
Ft = [2.10]
v

Hubungan tekanan lentur σb dengan beban tangensial Ft pada puncak gigi adalah:

Ft .l
σb =
bh 2 / 6

Jadi,

h2
Ft = σb.b. [2.11]
6l

14
Besarnya h2/6l dapat juga dinyatakan dengan perkalian antara Y dan modul m maka,

Ft = σb bm Y [2.12]

Persamaan ini disebut dengan persamaan Lewis dan Y dinamakan ‘faktor bentuk
gigi’. Koreksi pertama pada persamaan di atas dilakukan pada kecepatan keliling
roda gigi dan diberikan dalam bentuk” faktor dinamis” fv, yang tergantung pada
kecepatan keliling dan ketelitian. Maka setelah dikoreksi berbentuk

Ft = σb bm Yfv [2.13]

Table 2.3 Faktor Bentuk Gigi.

Jumlah gigi Jumlah gigi

z Y Z Y

10 0,201 25 0,339

11 0,226 27 0,349

12 0,245 30 0,358

13 0,261 34 0,371

14 0,276 38 0,383

15 0,289 43 0,396

16 0,295 50 0,408

17 0,302 60 0,421

18 0,308 75 0,434

19 0,314 100 0,446

20 0,320 150 0,459

21 0,327 300 0,471

23 0,333 Batang gigi 0,484

15
Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1978. Hal 240.

Table 2.4 Faktor Dinamis fv.

3
fv =
Kecepatan rendah v = 0,5-10 m/s 3v

6
fv =
Kecepatan sedang v = 5-20 m/s 6v

5,5
fv =
Kecepatan v = 20-50 m/s 5,5  v

Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1978. Hal 240.

 Perhitungan Beban Permukaan.

Jika tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu besar, gigi akan mengalami
keausan atau bopeng dengan cepat. Selain itu permukaan gigi juga kan mengalami
kerusakan karena keletihan oleh beban berulang. Seperti halnya pada perhitungan
tegangan lentur, di sini perbandingan kontak juga dianggap sama dengan 1,0, dan
tegangan Hertz dihitung hanya pada titik jarak bagi saja. Untuk roda gigi standar
(roda gigi luar) dengan sudut tekanan α0, ρ1 = (z1m/2) sin α0, dan ρ2 = (z2m/2) sin
α0, sehingga :

ρ=
1  2
=
z z m
1 2
2
sin 2  0  / 4 z z m sin  0
= 1 2 [2.14]
1   2 z1  z 2 m sin  0 / 2 z1  z 2 2

2.7.2 Metode Baru.


 Perhitungan lenturan.

Persamaan untuk menghitung beban lentur yang diizinkan per satuan lebar,
ekivalen dengan persamaan (2.16) dari metode dasar, adalah

16
 b0 cos  b 1 1 1 1 1
F'b = ×m× × × × × × [2.15]
Sb Yb Ye K s K A K D K b

Disini σb0 (kg/mm2) disebut “harga dasar tegangan lentur gigi”

 Perhitungan beban permukaan.


Persamaan untuk pembebanan permukaan yang diizinkan per satuan lebar
adalah
i
F'H = K × db [2.16]
1 i

2.8 Roda Gigi Miring

Roda gigi miring (helical) mempunyai gigi berbentuk miring atau


berbentuk spiral mengelilingi gear. Roda gigi miring digunakan untuk
menghubungkan dua poros parallel (sejajar) seperti roda gigi lurus. Gigi miring
(helical gears) yang sejajar dengan sumbu mempunyai garis kontak seperti pada
spur gear. Karena itu roda gigi miring memberikan gerakan yang halus dengan
efisiensi transmisi yang tinggi.

Gambar 2.10 Roda gigi miring

2.8.1 Istilah Yang Digunakan Pada Roda Miring

Istilah berikut berhubungan dengan roda gigi miring seperti ditunjukkan


pada Gambar 2.11 berikut ini:
1. Kemeringan sudut (helical angle). Sebuah sudut yang dibuat konstan
berbentuk helix dengan sumbu berputar.

17
Gambar 2.11 Skematik Roda gigi

1. Kisar aksial (axial pitch). Adalah jarak sejajar terhadap sumbu antara
permukaan yang serupa dengan gigi yang berdekatan. Circular pitch
dinotasikan dengan pc. Axial pitch juga didefinisikan sebagai circular
pitch pada bidang putar atau bidang diametral.
2. Kisar normal (normal pitch). Adalah dinotasikan dengan pN. Normal
pitch dapat juga didefinisikan sebagai circular pitch pada bidang normal
yang tegak lurus terhadap gigi. Secara matematika, normal pitch:
𝑝𝑛 = 𝑝𝑐 𝑐𝑜𝑠 𝛼 [2.17]

2.8.2 Lebar Permukaan Roda Gigi Miring

Agar mempunyai lebih dari satu pasang kontak gigi, perpindahan gigi atau
overlap setidak-tidaknya sama dengan axial pitch,

𝑝𝑐 = 𝑝𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝛼 [2.18]

Beban gigi normal (WN) mempunyai dua komponen; satu adalah


komponen tangensial (WT) dan yang lain komponen aksial (WA), seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.3. Gaya dorong aksial yang diberikan adalah:

𝑊𝐴 = 𝑊𝑁 𝑠𝑖𝑛 𝛼 = 𝑊𝑇 𝑡𝑎𝑛 𝛼 [2.19]

18
Gambar 2.12 Lebar permukaan roda gigi miring

Biasanya direkomendasikan bahwa overlap lebih besar 15 persen dari circular


pitch. Maka:

𝑜𝑣𝑒𝑟𝑙𝑎𝑝 = 𝑏 𝑡𝑎𝑛 𝛼 = 1,15 𝑝𝑐 [2.20]

1,15 𝑝𝑐 1,15 𝑥 𝜋 𝑚
𝑏 = = … . . (∴ 𝑝𝑐 = 𝜋 𝑚
𝑡𝑎𝑛 𝛼 𝑡𝑎𝑛 𝛼

Dimana: b = lebar permukaan minimum,


m = modul
Catatan:
1. Lebar permukaan maksimum dapat diambil 12,5m sampai 20m, dimana
m adalah modul. Dalam istilah diameter pinion (DP), lebar permukaan
menjadi 1,5 DP sampai 2 DP, meskipun 2,5 DP dapat digunakan.
2. Dalam kasus double helical, lebar permukaan minimum adalah:
2,3 𝑝𝑐 2,3 𝑥 𝜋 𝑚
𝑏= = [2.21]
𝑡𝑎𝑛 𝛼 𝑡𝑎𝑛 𝛼

Lebar permukaan maksimum berada dalam kisaran 20 m sampai 30 m.

3. Dalam single helical gears, sudut helix berada dalam kisaran 20o sampai
35o, sementara untuk double helical gears dibuat sampai 45o.

19
2.8.3 Jumlah Gigi Ekuivalen Pada Roda Gigi Miring

Secara matematika jumlah gigi c pada roda gigi miring adalah:

𝑇𝐸 = 𝑇/𝑐𝑜𝑠 3 𝛼 [2.22]

Dimana: T = Jumlah gigi actual pada roda gigi miring,

α = Sudut helix.

Gambar 2.13 Roda gigi miring

2.8.4 Kekuatan Roda Gigi miring

Dalam roda gigi miring, kontak antara gigi adalah gradual (setahap demi
setahap), permulaan pada ujung yang satu dan bergerak sepanjang gigi sehingga
pada beberapa saat garis kontak berjalan secara diagonal melintasi gigi.
Penentuan kekuatan roda gigi helix dimodifikasi menurut persamaan Lewis
adalah:

𝑊𝑇 = (𝜎𝑜 𝑥 𝐶𝑣 ) 𝑏. 𝜋. 𝑚. 𝑦′ [2.23]

Dimana: WT = Beban gigi tangensial,


σo = Tegangan statis yang diijinkan,
Cv = faktor kecepatan
b = lebar permukaan
m = modul
y = faktor bentuk gigi atau faktor lewis yang berhubungan terhadap
jumlah gigi ekuivalen

20
Gambar 2.14 Bagian dalam roda gigi sebuah mesin mobil

Catatan:

1. Nilai faktor kecepatan (Cv) dapat diambil sebagai berikut:

6
𝐶𝑣 = , for peripheral velocities from 5 m/s to 10 m/s.
6+𝑣

15
= for peripheral velocities from 10 m/s to 20 m/s. [2.24]
15 + 𝑣

0,75
= for peripheral velocities garater than 10 m/s to 20 m/s
0,75 + 𝑣

0,75
= 1 + 𝑣 + 0,25, for non-metalic gear

2. Beban gigi dinamis pada roda gigi helix adalah:

21 𝑣 (𝑏 .𝐶.𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 +𝑊𝑇 ) 𝑐𝑜𝑠 𝛼


𝑊𝐷 = 𝑊𝑇 [2.25]
21 𝑣 +√𝑏 .𝐶.𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 +𝑊𝑇

3. Beban gigi statis atau kekuatan ketahanan gigi adalah:


𝑊𝑠 = 𝜎𝑒 . 𝑏. 𝜋 𝑚. 𝑦′ [2.26]

21
4. Beban keausan gigi maksimum untuk roda gigi helix adalah:

Dp . b . Q . K
Ww = =
cos2 α

σes . sin ∅N . Q . K 1 1
Dalam kasus ini: Ww = [ + ]
cos2 α EP EG

Di mana: ∅N = normal pressure angle

2.9 Poros
Poros merupakan suatu komponen alat mekanis yang mentransmisikan
gerak berputar dan daya. Poros adalah suatu kesatuan dari sebarang sistem mekanis
dimana daya ditransmisikan dari penggerak utama, misalnya motor listrik atau
motor bakar, ke bagian lain yang berputar dari sistem.

Klasifikasi poros menurut pembebanannya sebagai berikut.

a. Poros Transmisi
Poros seperti ini mendapat beban puntir murni atau puntir
dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,
roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai, dll.

b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, beban utamanya berupa
puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus
teliti.

c. Gandar
Dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak berputar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali
jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mendapat beban
puntir juga.

22
2.10 Perencanaan Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dan lain-lain pada poros.
Momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. Dalam perencanaan ini
dipilih jenis pasak benam seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10, karena dapat
meneruskan momen yang besar.

Gambar 2.15 Pasak

Sumber: Sularso & K suga, 1991, hal. 25


Pasak Pada Poros Input

Gaya tangensial pada permukaan poros (Ft)

𝑇
𝐹=𝑑 [2.27]
𝑠 ∕2

Tegangan Geser

Tegangan geser yang di timbulkan

𝐹
𝜏𝑘 = 𝑏𝑙 [2.28]

Pemilihan bahan pasak

Bahan untuk pasak direncanakan lebih lunak dari poros, sehingga akan lebih dahulu
rusak dari pada poros. Disini akan direncanakan pasak yang terbuat dari bahan
S45C dengan kekuatan tarik σb = 58 kg/mm2.

Tegangan geser yang diizinkan (τka)

Faktor-faktor keamanan untuk tegangan geser yang diizinkan yaitu Sfk1


yang nilainya diambil 6,0 sedangkan Sfk2 dipilih 2,0. Maka:

23
b
τka = [2.29]
Sf k1 xSfk 2

Agar konstruksinya aman, maka:

τka > τk

Tekanan permukaan (p)

Ft
p= [2.20]
lx t1 

Tabel 2.5 Standar Pasak

Sumber: Kiyokatsu Suga dan Sularso, 1997,hal 10

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai