BAB VI
RODA GIGI
Roda gigi atau sering disebut gear merupakan elemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya yang lebih besar, putaran yang lebih tinggi dan tepat bila
dibandingkan dengan Belt atau Rantai. Dalam proses pembuatannya, pemasangannya dan
perawatannya memelukan ketelitian yang lebih tinggi. Sebagai contoh sistem transmisi
roda gigi dalam engine di bawah ini.
Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut : letak poros, arah putaran dan bentuk
jalur gigi. Berdasarkan letak porosnya, roda gigi mempunyai poros sejajar, poros
berpotongan dan poros bersilangan. Berdasarkan bentuk alur giginya, roda gigi
dikelompokan menjadi : roda gigi lurus, roda gigi miring, roda gigi kerucut, roda gigi
cacing, dan sebagainya. Secara lengkap dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
Elemen Mesin II 1
Roda gigi
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi yang giginya berjajar pada dua
bidang silinder. Kedua bidang tersebut bersinggungan, keduanya menggelinding dengan
sumbu tetap sejajar. Roga gigi lurus (a) merupakan roda gigi yang paling sederhana
dengan jalur gigi yang sejajar poros.
Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir pada silinder jarak
bagi. Pada roda gigi miring ini jumlah pasangan gigi yang saling kontak serentak lebih
Elemen Mesin II 2
Roda gigi
besar bila dibandingkan dengan roda gigi lurus, sehingga pemindahan daya dan putaran
dapat berlangsung lebih halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan daya besar
dengan kecepatan tinggi. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial karena
jalur gigi yang berbentuk miring tersebut menimbulkan gaya yang sejajar poros.
Roda gigi miring ganda (c) mempunyai alur berbentuk V, menghasilkan gaya
aksial yang saling meniadakan. Roda gigi ini mempunyai : perbandingan reduksi,
kecepatan keliling dan daya yang lebih besar.
Roda gigi-dalam (internal gear) (d) dipakai jika diperlukan alat trasmisi dengan
ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar. Batang gigi (e) dipergunakan untuk
merubah putar menjadi lurus atau sebaliknya.
Roda gigi kerucut lurus (f) mempunyai bentuk alur gigi yang lurus, sering
dipergunakn dan cukup mudah pembuatannya. Roda gigi ini cukup berisik karena
mempunyai bidang kontak yang kecil. Konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan
Elemen Mesin II 3
Roda gigi
bantalan pada kedua ujung porosnya. Roda gigi kerucut spiral (g) mempunyai bidang
kontak yang lebih besar, dapat meneruskan putaran dan beban yang lebih besar. Sudut
poros kedua roda gigi ini biasanya 90o.
Poros yang bersilangan dapat menggunakan roda gigi miring silang (i), roda gigi
cacing ( j dan k), roda gigi hipoid (i), dan lain-lain. Roda gigi cacing meneruskan putaran
dengan perbandingan reduksi yang besar. Roda gigi cacing yang umum dipakai adalah
Roda gigi cacing silindris (j) mempunyai cacing berbentuk silinder. Tetapi untuk beban
yang besar sebaiknya memakai cacing globoid atau cacing selubung ganda (k). Roda gigi
hipoid mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya
bersilang, pemindahan daya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan
menggelinding, Roda gigi ini dipakai pada roda gigi deferensial otomotif.
Roda gigi lurus dipakai untuk mentransmisikan daya dan putaran pada dua poros
yang paralel. Ukuran yang kecil disebut pinion sedang ukuran yang besar disebut gear.
Dalam banyak pemakaian pinion merupakan penggerak, sedangkan gear merupakan
Roda gigi yang digerakkan. Pasangan roda gigi yang giginya terletak dibagian luar roda
(rim) disebut external gear, sedangkan pasangan roda gigi yang salah satunya
mempunyai gigi yang berada di dalam roda disebut internal gear.
Elemen Mesin II 4
Roda gigi
Nama-nama bagian dan ukuran-ukuran yang penting pada external gear dan internal
gear dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan 6.7.
1. Circular pitch / jarak bagi / jarak bagi lingkaran ( p ) : didefinisikan sebagai jarak gigi
yg diukur pada pitch circle, yaitu jarak satu titik pada gigi sampai titik pada gigi
berikutnya pada kedudukan yang sama. Circular pitch ini diperlukan agar gigi dalam satu
roga gigi mempunyai besar yang sama, sehingga besarnya circular pitch dapat dinyatakan
dengan keliling lingkaran dibagi dengan jumlah gigi.
Elemen Mesin II 5
Roda gigi
.d
p (6-1)
Nt
Elemen Mesin II 6
Roda gigi
2. Diametral pitch ( Dtp ). Didefinisikan sebagai jumlah gigi (Nt) pada roda gigi dibagi
dengan diameter pitch circle nya (d).
Nt
D tp (6-2)
d
.d 1
p .
Nt Dtp Dtp
Elemen Mesin II 7
Roda gigi
atau p.Dtp
3. Modul (m) : Ukuran gigi dapat ditentukan dari jarak bagi lingkaran (p) yaitu keliling
lingkaran dibagi dengan jumlah gigi, hasilnya selalu mengandung faktor , hal ini dirasa
kurang praktis, oleh karena itu diambil suatu ukuran yang disebut modul , yang dapat
dirumuskan dengan persamaan :
d
m (6-3)
Nt
Dengan demikian m dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan pecahan yang
sering dipakai, seperti : 0,25 ; 0,5 ; 0,75 yang lebih praktis.
Elemen Mesin II 8
Roda gigi
p .m
Bila Dtp bersatuan seper inchi, sedangkan m ingin bersatuan seper mm, maka
rumus di atas menjadi : ( Sularso : 2004)
25,4
m (6-5)
Dtp
4. Centre Distance ( C ) / jarak pusat sepasang roda gigi adalah sama dengan setengah
dari jumlah diameter pitchnya, yang dapat dirumuskan dengan persamaan :
d1 d 2
C
2
Dimana : d1 = diameter pitch circle roda gigi-1
d2 = diameter pitch circle roda gigi-2
Elemen Mesin II 9
Roda gigi
Ada beberapa standar yang dapat dipakai untuk pembuatan dan perencanaan roda
gigi, misalnya : AGMA, ASA dan ASME. Perencanaan dan pembuatan roda gigi yang
sekarang banyak menggunakan sudut tekan ( ) 20o atau 25o. Ada juga klasifikasi yang
didasarkan pada ukuran kekasaran gigi yang ditinjua dari diametral pitchnya.
(Deutschman A: 1983 : 534)
Roda gigi kasar : 0,5 < P < 10
Elemen Mesin II 10
Roda gigi
Elemen Mesin II 11
Roda gigi
Gaya dan torsi yang bekerja tersebut akan diteruskan ke bearing dan poros, seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
Elemen Mesin II 12
Roda gigi
Gambar 6.12. Gaya yang terjadi pada gigi diteruskan ke bearing dan poros
Berikut ini akan diuraikan analisis besarnya tegangan yang terjadi pada gigi. Gigi dapat
dipandang sebagai batang terjepit dengan bagian BD yang tetap (lihat Gambar 6-13),
maka tegangan yang terjadi dapat dicari dengan rumusan : (Deutschman A: 1983 : 547)
t
Ft .L
Mb Mb Mb.c 2 6.Ft .L
b (6-11)
Wb I I t 2
b.t 2
b
c 12
6.Ft .L kb . yp
b.t 2 sf
6.Ft .L.sf
b (6-12)
t 2 .k b . yp
Elemen Mesin II 13
Roda gigi
Persamaan 6-12 akan sulit diselesaikan karena besarnya L tidak diketahui, oleh karena itu
dicari cara lain. Kembali ke persamaan 6-11 , yang dapat ditulis :
6.Ft .L
b
b.t 2
b .b.t 2
Ft (6-13)
6L
b .b.t 2
L C.t 2 (6-14)
6.Ft
dimana C = kontanta
Berdasarkan Gambar 6-13 tersebut, maka dapat ditulis hubungan sebagai berikut :
x 0,5t 0,25t 2 t2
atau L
0,5t L x 4x
Elemen Mesin II 14
Roda gigi
Bila persamaan tersebut di atas dikalikan dan dibagi dengan p , maka menjadi
2 x. p
Ft b .b (6-15)
3. p
Circular pitch (p) dan x merupakan sifat geometri, yang besarnya tergantung pada
ukuran gigi, maka dapat dianggap sebagai suatu faktor, yang disebut sebagai faktor
bentuk dari Lewis yang diberi simbul y , nilainya dapat dilihat pada Tabel 6.2
2x
y
3p
Y . Y
Ft b .b b .b (6-17)
.Dtp Dtp
Elemen Mesin II 15
Roda gigi
Elemen Mesin II 16
Roda gigi
Persamaan (6-16) dan (6-17) dapat diselesaikan dengan cara menguraikan tegangan
bending yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin.
Ft k .
b b yp
b. y. p sf
(6-18a)
Ft .sf
b
kb . yp . y. p
Ft .Dtp kb . yp
b
b.Y sf
Ft .Dtp .sf
(6-18b)
b
kb . yp .Y
Selain dapat diselesaikan dengan cara seperti di atas, persamaan (6-16) dan (6-17)
juga dapat diselesaikan dengan cara berikut ini. Tegangan ijin bahan (S), langsung
diketahui dari tabel yang sudah tersedia, menganggap gaya bending yang bekerja (F b)
pada gigi sama dengan gaya tangensial (Ft). Persamaan (6-16) dan (6-17) menjadi :
(Deutschman A: 1983 : 551)
Y
Fb S .b. y. p S .b (6-19)
Dtp
Fb
b (6-20a)
S . y. p
Fb .P
b (6-20b)
S .Y
Dimana : Fb = gaya yang menyebabkan tegangan bending, yang besarnya
dianggap sama dengan Ft
S = Tegangan ijin bahan yang dapat dilihat pada Tabel 6.3
Y atau y = Faktor Lewis, dapat dilihat pada Tabel 6.2
Dalam pembahasan di atas lebih baik dipertimbangkan kembali akibat dari asumsi
bahwa gaya transmisi yang dalam hal ini adalah gaya tangensial (F t) hanya bekerja pada
puncak gigi. Sebab hampir semua roda gigi direncanakan dengan contact ratio 1 : 2
Elemen Mesin II 17
Roda gigi
sampai 1 : 6 dengan demikian bila gaya bekerja pada puncak sebuah gigi, gigi yang lain
tentu masih kontak, jadi tidak semua beban hanya diterima oleh satu pasang gigi saja.
Gambar di atas memperlihatkan beban yang sudah beranjak dari puncak gigi ke
titik dekat tengah-tengah gigi (dalam hal ini pasangan yang lain sudah tidak kontak,
seluruh gaya diterima oleh satu gigi). Dari gambar tersebut dapat diturunkan persamaan
Lewis yang lebih benar dibandingkan dengan yang terdahulu, yang berbeda hanya faktor
bentuk saja. Dalam tabel faktor bentuk, telah disajikan pula faktor bentuk bila gaya
berada di dekat tengah.
Dengan keadaan yang baru ini akan didapat ukuran dan berat yang lebih kecil,
sebab tegangan yang terjadi lebih kecil, Persamaan Lewis tersebut di atas (6-18) ini
sangat cocok dipakai untuk perencanaan, berat dan ukuran menjadi masalah yang sangat
penting. Fb diangap bekerja pada dekat tengah-tengah gigi, dengan memilih secara benar
material yang dipakai maka kekuatan yang dikehendaki dapat dipenuhi.
Pada umumnya dalam perencanaan roda gigi adalah mencari lebar-gigi (b), sebab
secara umum dimensi roda gigi sudah distandarkan. Untuk mendapatkan nilai lebar gigi
dapat digunakan persamaan (6-18) atau (6-20). Dalam proses pembuatan roda gigi, sering
Elemen Mesin II 18
Roda gigi
dilakukan membuat roda gigi dengan lebar-gigi yang cukup panjang, selanjutnya
dipotong-potong sesuai dengan yang diinginkan, seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
Gambar 6.15. Potongan-potongan roda gigi untuk mendapatkan lebar roda gigi
Tegangan ijin material (S) yang digunakan untuk persamaan (6-20) dapat dilihat
pada Tabel 6.3. Kelemahan dari persamaan (6-20) adalah bila material untuk roda gigi
yang dipakai untuk roda gigi tidak ada di dalam tabel. Bila terjadi demikian maka
sebaiknya menggunakan persamaan (6-18).
Tabel 6.3 Tegangan ijin material roda gigi pada persamaan Faktor-bentuk Lewis
Elemen Mesin II 19
Roda gigi
Elemen Mesin II 20
Roda gigi
Sebenarnya sangat sulit untuk mencari pengaruh yang pasti tentang hal tersebut,
namun dengan rumus pendekatan dari Dolan dan Broghman besarnya faktor konsentrasi
(Kt) tegangan dapat dirumuskan sebagai berikut :
0, 2 0, 4
t t
K t 0,22 . untuk sudut kontak 14,5o (6-21a)
r L
0 ,15 0 , 45
t t
K t 0,18 . untuk sudut kontak 20o (6-21b)
r L
0 ,11 0,5
t t
K t 0,14 . untuk sudut kontak 25o (6-21c)
r L
Faktor konsentrasi tegangan tersebut untuk tegangan statis, sedangkan gigi akan
menerima tegangan berubah dan dinamis, oleh karena itu nilai Kt yang didapat harus
dimodifikasikan dengan faktor takik (Q) yang sudah dibahas pada bab konsentrasi
tegangan. Namun untuk keperluan yang tidak begitu detal atau teliti, sudah cukup nilai K t
diberi harga 1,5 (Deutschman A: 1983 : 553), sehingga persamaa Lewis (6-19) menjadi :
S .b. y. p Y
Fb S .b (6-22)
Kt K t .Dtp
Elemen Mesin II 21
Roda gigi
Faktor kerksi beban lebih (Ko) diberikan karena dalam kenyataannya Ft adalah
beban rata-rata yang ditransmisikan, sedangkan beban maksimumnya bisa dua kli lipat
bila terjadi beban kejut (shock). Besarnya Ko dapat dilihat pada Tabel 6.4
Face Width
2 in face 16 in Face
Conditin of 6 in face 9 in face
and under and under
Support
Spur Helical Spur Helical Spur Helical Spur Helical
Accurate 1.3 1.2 1.4 1.3 1.5 1.4 1.8 1.7
mounting,
Elemen Mesin II 22
Roda gigi
low bearing
clearance
minimum elastic
defletion
precision gear
Less rigid
mountings,
less accurate
1.6 1.5 1.7 1.6 1.8 1.7 2.0 2.0
gears,
contact across full
face
Accuracy and
mounting
such that less full Over 2,0
face
contact exists
(Deutschman A: 1983 : 555)
Nilai faktor dinamis (Kv) dipengaruhi oleh efek dari jarak gigi dan kesalahan
bentuk, efek kecepatan pitch line dan putaran permenit inersia dan kekakuan dari bagian-
bagian yang berputar, besarnya beban yang didistribusikan per inch permukaan kekakuan
gigi. Harga Kv dapat dicari dari tiga curve pada Gambar 6.17
Elemen Mesin II 23
Roda gigi
Elemen Mesin II 24
Roda gigi
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makin teliti pembuatan roda gigi, makin
kecil nilai faktor dinamisnya.
Nilai faktor bentuk / geometri (J) dipengaruhi oleh : permukaan gigi, posisi letak
beban yang merugikan, konsentrasi tegangan dan beban gesek yang terjadi pada sepasang
gigi atau lebih.
Permukaan gigi tergantung dari geometri sistem gigi yaitu : sudut kontak, jumlah
gigi, tinggi gigi, pemotongan gigi dan sebagainya. Posisi beban yang menimbulkan
kerugian terjadi bila keakuratan pembuatan gigi kurang. Untuk pemotongan yang akurat
tegangan yang terbesar terjadi bila beban bekerja pada puncak gigi, dan gigi yang
bersentuhan hanya satu pasang.
Dua grafik berikut dipakai untuk mencari faktor geometri masing-masing untuk
sudut kontak 20 dan 25 pada gigi lurus yang disajikan oleh AGMA dengan
mengasumsikan secara teoritis faktor konsentrasi tegangan dianggap kecil pengaruhnya
Gambar 6.18. Kurve faktor geametris (J), sudut kontak 20 roda gigi lurus
Elemen Mesin II 25
Roda gigi
Gambar 6.19. Kurve faktor geametris (J), sudut kontak 25 roda gigi lurus
Gambar 6.20 dan 6.19 masing-masing mempunyai dua kurve, kurve atas untuk
beban yang hanya diterima oleh satu pasang gigi dan kurve bawah dipakai bila beban
berada pada puncak gigi.
Semua hal-hal tersebut di atas, dipakai untuk mendapatkan tegangan yang terjadi
pada kaki gigi b dengan menggunakan persamaan AGMA. Selanjutnya tegangan ini
akan dibandingkan dengan tegangan ijin maksimum perencanaan |b| yang dirumuskan
oleh persamaan AGMA sebagai berikut :
at .K L
b (6-24)
K T .K R
Elemen Mesin II 26
Roda gigi
Elemen Mesin II 27
Roda gigi
6-6 menenjukkan harga tegangan bending ijin bending fatique ijin |at| dengan catatan
Rc menunjukkan case carburized Rockwell hardness number.
Faktor umur KL dipakai untuk mengoreksi tegangan ijin terhadap tegangan cycles
yang dikehendaki, besarnya KL dapat dilihat pada Tabel 6.7
Requirement of Application KR
Elemen Mesin II 28
Roda gigi
Requirement of Application KR
High Reliability 3,00 or higher
Normal Design 1.33
(Deutschman A: 1983 : 562)
lebih kecil atau sama dengan tegangan ijin maksimum perencanaan |b| , secara
matematik dapat ditulus :
b b (6-26)
Elemen Mesin II 29
Roda gigi
diharapkan material yang dipakai mempunyai ketahanan tegangan permukaan yang tinggi
untuk melawan beban dinamis yang berualang.
Selanjutnya untuk mengetahui tegangan tekan permukaan-sesunguhnya yang
terjadi antara dua gigi yang bersentuhan dapat menggunakan persamaan Hertz untuk
tegangan permukaan antara dua silinder yang saling kontak menggelinding (rolling).
Persamaan tersebut ada dua ; yaitu persamaan Buckingham dan formula AGMA.
1 1
F
sur r1 r2
(6-27)
1 12 1 22
.L
E1 E2
Elemen Mesin II 30
Roda gigi
dan rcg adalah jari-jari kelengkungan kedua roda gigi pada permukaan kontak dan sur
sebagai |e| yaitu ketahanan permukaan ijin. Berdasarkan Gambar 6-22 dapat dilihat
bahwa radius kelengkungan dapat diganti dengan radius pitch circle, dengan demikian
maka persamaa 6-27 akan menjadi :
rcp = rp. Sin
rcg = rg. Sin
1 / rp 1 / rg
Fw.
Sin Sin
e
1 p
.b.
2
1 g
2
(6-28)
E p E g
Elemen Mesin II 31
Roda gigi
Gambar 6.22. Hubungan antara jari-jari roda gigi dengan permukaan kontak
Dengan berasumsi kedua roda gigi terbuat dari material yang sama, yang mempunyai
Poison ratio yang sama (biasanya = 0,3) , pembagi persamaan 6-28 di atas menjadi :
.b
1 1 .b1 0,3 1
p
2
g
2
2
1
2,86.b 1 1
E E E Eg E
p g p p Eg
Elemen Mesin II 32
Roda gigi
(d p d g )
2.Fw .
Sin .d .d
e p g
(6-30)
1 1
2,86.b.
E
p Eg
Jadi besarnya beban keausan ijin, |Fw| adalah :
1 1
e .b.Sin .
2
Fw E p Eg (6-31)
d dg
0,35.x.2 p
d p .d g
Bila harga |e| tidak diketahui secara pasti, maka bisa didekati dengan rumus
empiris sebagai berikut :
e e 400 BHN
10.000 psi (6-32)
Dimana : |e|400 BHN = tegangan ijin material yang mempunyai kekerasan 400 BHN
Beban keausan ijin yang dihitung dengan persaman 6-31 tersebut di atas, dapat
diartikan juga sebagai gaya normal. Persamaan tersebut disederhanakan oleh
Buckingham menjadi persamaan baru yang lebih sederhana, untuk selanjutnya disebut
persamaan Buckingham.
2
e .Sin 1 1
K (6-33)
1,4
E p Eg
2d g 2 N tg
Q (6-34)
d p dg N tp N tg
Besarnya beban keausan dapat dinyatakan dengan persamaan yang cukup sederhana:
Fw d p .b.Q.K (6-35)
Elemen Mesin II 33
Roda gigi
Harga |e| dan K disajikan dalam Tabel 6-10, untuk beberapa kombinasi material
pinion dan gear, dengan sudut tekan yang berbeda-beda.
Tabel 6-10. Faktor beban pemakai (K) dan Ketahanan permukaan ijin (Se atau |e| )
Surface
Material in Endurance K
= 14 = 20 = 25
Pinion and Gear Limit, Se, psi deg. deg. deg.
Both gear steel, with average brinell
hardness number of pinion and gear
150 50.000 30 41 51
170 60.000 43 58 72
200 70.000 58 79 98
225 80.000 76 103 127
250 90.000 96 131 162
275 100.000 119 162 200
300 110.000 144 196 242
325 120.000 171 233 288
350 130.000 196 270 333
375 140.000 233 318 384
400 150.000 268 366 453
Steel (BHN 150) abd cast iron 50.000 44 60 74
Steel (BHN 200) and cast iron 70.000 87 119 147
Steel (BHN 250) and cast iron 90.000 244 196 242
Steel (BHN 150) and phosphor bronze 59.000 46 62 77
Steel (BHN 200) and phosphor bronze 56.000 73 100 123
Steel (BHN 250) and phosphor bronze 85.000 135 184 228
Cast iron and cast iron 90.000 193 264 327
Cast iron and phosphor bronze 83.000 170 234 288
Sumber : AGMA
Elemen Mesin II 34
Roda gigi
Ft .C o .C s .C m .C f
c Cp (6-36)
C v .d .b.I
Koefisien elastis (Cp) dipengaruhi oleh sifat elastis material pinion dan gear, yang dapat
dihitung dengan persamaan :
k
Cp
1 1
p
2
g
2
(6-37)
Ep Eg
Dimana : p dan g adalah angka Poison untuk pinion dan gear, demikian pula Ep
dan Eg adalah modulus elasitasnya. Konstatna k = 1 untuk spur gear, helical dan
herringbone gear. Konstanta k = 1,5 untuk bevel gear. Tabel 6.11 menunjukkan harga C p
untuk spur gear, helical, dan herringbone gear.
Elemen Mesin II 35
Roda gigi
Kurve 1 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, hanya beben dinamis kecil yang timbul
2. Helical Gear yang presisi, dengan beban dinamis yang relatif kecil.
3. Bevel Gear yang dibuat dengan telita.
Kurve 2 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, ada kemungkinan beban dinamis yang
ringan dapat timbal.
2. Helical Gear dengan kemungkinan beban dinamis ringan.
3. Bevel Gear dengan ukuran besar, dan kemungkinan ada beban dinamis ringan
Kurve 3 untuk :
1. Helical Gear yang dipakai secara umum
2. Helical Gear yang dibuat presisi dengan beban dinamis yang sedang
Kurve 4 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, dengan beban dinamis yang sedang.
Elemen Mesin II 36
Roda gigi
Elemen Mesin II 37
Roda gigi
Elemen Mesin II 38
Roda gigi
- kekuatan gigi
- poros dan rumah bantalan
- pengaruh temperatur kerja
Elemen Mesin II 39
Roda gigi
Karena sulit sekali mengevaluasi kekuatan roda gigi yang terpasang pada poros,
apalagi pada saat poros sedang berputar, maka besarnya Cm dapat dinyatakan dengan
Gambar 6-25. Harga Cm bisa diperoleh setelah diketahui nilai bm dibagi b , dimana bm
merupakan lebar permukaan gigi yang bersentuhan 100 %. Nilai bm ini diperoleh setelah
diperoleh harga Ce yang dapat dihitung dengan rumus :
Wt
Ce (6-38)
1000.e
dimana : Wt = beban tangencial atau Ft , lbf
e = aligment error, in/in
Untuk roda gigi yang lebar, harga Cm dapat diperoleh dengan Tabel 6-12 yaitu
untuk roda gigi lupus, helical dan roda gigi pada umumnya.
Jika perbandingan b/d lebih besar dari 2, maka diperlukan analisis yang lebih
detail. Jika proses pengerasan gigi didasarkan atas distorsi dan untuk gigi yang
dikeraskan tanpa proses penyelesaian akhir (finishing) misalnya grinding, maka nilai Cm
diperoleh dari Gambar 6-25 dikalikan dengan 1,05 jika satu elemen dikeraskan, dan
dikalikan dengan 1,10 jika kedua elemen yang dikeraskan.
Elemen Mesin II 40
Roda gigi
Tabel 6-12 Faktor distribusi beban untuk spur, helical dan herringbone gear, Cm
Ratio of b/d Contact Cm
95 % face width contact obtained at one-third torque 1.4 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at full torque 1.1 at full torque
75 % face width contact obtained at one-third torque 1.8 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 1.3 at full torque
35 % face width contact obtained at one-third torque 2.5 at 1/3 torque
1.0 or less 95 % face width contact obtained at fulltorque 1.9 at full torque
20 % face width contact obtained at one-third torque 4.0 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 2.5 at full torque
Teeth are crowned
20 % face width contact obtained at one-third torque 2.5 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 1.7 at full torque
Caculated combined twist and bending of pinion not
over 0.001" over entire face
Pinion not over 250 BHN Hardness
75 % contact obtained at one-third torque 2.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 1.4 at full torque
Over 1 Caculated combined twist and bending of pinion not
but less over 0.0007" over entire face
than 2 Pinion not over 350 BHN Hardness
75 % contact obtained at one-third torque 2.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 1.4 at full torque
75 % contact obtained at one-third torque 4.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 3.0 at full torque
Calculated effects of
deflection and either
adjust helix angle to
Twist and bending exceeds 0.001" over entire face compensate for deflection
or increase Cm to allow
for both alignment errors
and deflection
Source AGMA
Elemen Mesin II 41
Roda gigi
Gambar 6-26 Grafik Faktor distribusi beban Cm , spur and helical gear
Elemen Mesin II 42
Roda gigi
C .C
c ac . L H (6-39)
CT .C R
Elemen Mesin II 43
Roda gigi
Material
Surface Hardness Sac atau |ac|
min. psi.
Throught hardned
180 Bhn 85-95.000
240 Bhn 105-115.000
300 Bhn 120-135.000
360 Bhn 145-160.000
Steel 440 Bhn 170-190.000
Case carburized
55 Rc 180-200.000
60 Rc 200-225.000
Flame or inductin hardened
50 Rc 170-190.000
Cast iron
AGMA grade 20 50-60.000
AGMA grade 30 175 Bhn 65-75.000
AGMA grade 40 200 Bhn 75-85.000
Nodular iron 90-100% of the
Annealed 165 Bhn Sac value of
Normalized 210 Bhn steel with the
Oil quench & Temper 255 Bhn same hardness
Bronze UTS min, psi Sac, psi
Tin Bronze AGMA 2C
(10 - 12% Tin) 40.000. 30.000.
Al-Bronze ASTM B
148-52 (Alloy 9C-H.T) 90.000. 60.000.
Souece : AGMA
Elemen Mesin II 44
Roda gigi
Faktor umur CL , dimaksudkan untuk memenuhi umur roda gigi yang diharapkan.
Faktor tersebut mempertimbangkan: besar pembebanan, besar tegangan kontak dan faktor
kelelahan. Bila umur yang diperlukan 10 x 106 cycle atau lebih, maka harga CL = 1. Bila
umur yang diinginkan hanya 10.000 cycle, mka harga CL = 1,5 dan seterusnya, lihat
Gambar 6-26.
Elemen Mesin II 45
Roda gigi
Elemen Mesin II 46
Roda gigi
460 TF
CT (6-40)
620
Dimana : TF = temperatur puncak (peak operating temperature) dari operasi
minyak pelumas, oF
Untuk menyimpulkan keputusan apakah perencanaan roda gigi tersebut aman terhadap
tegangan keausan, maka dapat dipakai persamaan 6-39 yang sudah dibahas di depan.
Seorang perencana sering tertarik pada perhitungan daya maksimum yang
diijinkan (maximum allowanable horsepower). Persamaan 6-41 dapat dipakai untuk
mencari daya yang diijinkan tersebut.
n p .b I .C v ac .d .C L .C H
Pac (6-41)
126.000 C s .C m .C f .C o C .C .C
p T R
Elemen Mesin II 47
Roda gigi
bersilangan.. Perlu diingat bahwa secara garis besar ada perbedaan penggunaan antara spur gear
dengan helical gear. Spur gear secara umum dipakai untuk putaran-putaran rendah dan pada
system dimana pengontrolan kebisingan tidak menjadi masalah. Helical gear dipakai dengan
maksud untuk putaran tinggi, pemindahan daya yang besar, atau masalah kebisingan harus
diperhatikan.
Yang dimaksud dengan putaran tinggi bila putarannya mencapai 3600 rpm atau lebih, atau
kecepatan pitch linenya mencapai 5000 ft/menit.
Yang membedakan antara spur gear dan helical gear adalah kedudukan gigi terhadap sumbu
rodanya. Pada spur gear gigi-giginya dibuat parallel dengan sumbu roda, sedangkan pada helical
gear gigi-giginya dibuat membentuk sudut secara tetap terhadap sumbu rodanya. Dengan arah
gigi yang membentuk sudut terhadap sumbu rodanya maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
ada gigi yang mengarah ke atas dan ke bawah, atau disebut right-hand helical gear dan left-hand
helical gear. Untuk membedakan mana helical gear yang right-hand dan left-hand, sama dengan
cara untuk membedakan antara ulir kanan dengan ulir kiri. Di dalam pemakaiannya sepasang gear
(pinion dan gear) pasti yang satu right-hand dan yang lain left-hand.
Sepasang roda gigi helical pada poros yang parallel, harus mempunyai sudut helix yang
sama, dan mempunyai pitch dan sudut tekan yang sama pula. Kekurangan yang nyata pada spur
gear adalah bahwa pada saat gigi bersentuhan, maka kontaknya merupakan garis yang disebut
garis kontak. Hal ini terjadi seketika, dan akan menimbulkan shock, dan untuk mengurangi efek
shock ini besarnya beban yang ditrasmisikan harus dikurangi, sekaligus untuk mengurangi
kebisingan.
Masalah ini akan berkurang bila memakai roda gigi helical, karena kontak awal akan
merupakan titik dan akan berubah menjadi garis yang bertambah panjang selama terjadi kontak.
Keberatan yang terjadi apabila memakai roda gigi helical adalah dengan adanya sudut helix, akan
menimbulkan beban thrust (aksial terhadap poros), selain beban tangensial yang berlainan arah.
Elemen Mesin II 48
Roda gigi
Tiga komponen dari beban normal yang bekerja pada roda gigi helical dapat dilihat pada gambar
2.33.
Ft = Fn . cosn.cos
Fr = Ft.tan = Fn . sin n
F thrust = Ft. tan =
Fn.sin . cosn
Dimana:
Ft = Gaya tangensial
Fr = Gaya radial
Fn = Gaya normal
Beban thrust mengharuskan memakai bantalan yang dapat menahan beban thrust, sebaik
menahan beban radial. Pemakaian thrust bearing dapat dihindari apabila memakai roda gigi jenis
herringbone, yaitu roda gigi helical dengan separo permukaan roda berupa gigi right-hand dan
separo left-hand. Dengan demikian beban thrust yang dihasilkan oleh sepasang gigi ini akan
saling meniadakan, untuk mengetahui kearah mana beban thrust tersebut, dapat dipakai pedoman
hokum tangan kanan dan kiri pada roda penggerak (driver).
Elemen Mesin II 49
Roda gigi
Dari gambar 2.35, ini menunjukan helical gear dengan beberapa ukuran geometri yang
penting. Sudut Helix adalah sudut antara garis yang searah gigi dengan garis sumbu poros dimana
roda gigi tersebut berada. Tidak ada standart untuk sudut helix ini, sebab roda gigi helical tidak
dimaksudkan untuk ditukar dengan pasangan yang lain. Besarnya sudut helix yang biasa dipakai
antara 15o dan 30 o, tapi mungkin saja dibuat diluar harga-harga tersebut. Namun demikian
karena besarnya beban thrust akan dipengaruhi langsung oleh besarnya sudut helix, maka
sebenarnya besarnya beban thrust ini yang membatasi besarnya sudut helix.
Sudut helix yang besar akan mengakibatkan gaya thrust yang besar dan sebaliknya pada
sudut helix yang kecil akan memindahkan beban dengan tenang. Tidak seperti pada spur gear
yang hanya mempunyai diametral dan circular pitch, geometri pada helical gear ada tambahan
pitch.
Normal circular pitch Pn adalah jarak antara dua titik pada gigi yang ada pada satu bidang,
yang tegak lurus terhadap sudut helix. Transverse circular pitch p diukur pada bidang yang tegak
lurus sumbu poros. Aksial pitch Pa adalah jarak yang diukur dari bidang sejajar sumbu poros.
Hubungan antaran Pn, P, Pa dapat dilihat pada rumus dibawah ini:
Pn = p cos
Pa = p cot
P = Nt/d
Dimana P adalah diametral pitch pada bidang yang tegak lurus sumbu poros, Nt = jumlah gigi
gera, d diameter circle dan Pn = normal diametral pitch
P . p = ; Pn . pn = dan Pn = P/ cos
Dengan maksud untuk mendapatkan pemindahan beban yang tenang, maka lebar gigi W
pada helical gear biasanya dibuat paling tidak 20% lebih besar dari axial pitch Pa. Tetapi
sebenarnya lebar gigi dihitung berdasarkan beban yang bekerja pada gigi. Setelah ditambah 20%
lebar gigi dianggap sebagai lebar minimum. Dalam kenyataannya sering kali perencana membuat
lebar gigi sampai dua kali axial pitch. Dua sudut tekan terdapat pada helical gear, yang satu
diukur dari transverse plane dan yang lain diukur dari bidang normal. Secara mudah dari segitiga
Elemen Mesin II 50
Roda gigi
yang ada gambar uraian gaya normal yang lalu dapat dilihat hubungan antara ketiga sudut yang
ada pada helical gear :
.(2.25)
..(2.26)
Kembali pada gambar yang menunjukan ukuran geometri, bidang normal terhadap gigi
roda gigi akan memotong silinder (roda) berbentuk ellip. Bentuk gigi yang terbentuk pada bidang
ellip ini, dengan radius kelengkunbgan ellip, akan berbentuk spur gear yang mempunyai sifat-
sifat sama seperti helical gear sebenarnya. Radius ellip adalah:
(2.27)
Nte = Pn . 2 . rc (2.28)
Didapat :
Nte = . =
Nte = ...(2.29)
Elemen Mesin II 51
Roda gigi
Beban dinamis yang bekerja pada gigi helical gear dapat diperkirakan dengan rumus:
Fd =
Dimana :
Fd = Beban dinamis
Vp = pitch line velocity
Tegangan bending pada helical gear dapat dicari memakai modifikasi bentuk rumus Lewis
atau dengan formula AGMA
Persamaan Lewis (setelah dimodifikasi)
Fb = ..(2.30)
Rumus ini dipakai untuk mencarikekuatan bending dari gigi helical, asal factor bentuk Y
diambil dari table, dengan menggunakan jumlah gigi equivalent. Normal diametral pitch Pn
dipakai sebab pada gigi yang menyebabkan tegangan bending adalah normal terhadap permukaan
gigi pada bidang normal. Fb harus sama atau lebih besar dari beban dinamis Fd yang dihitung
dengan rumus diatas. Persamaan-persamaan AGMA pada spur gear yang dapat diterapkan pada
helical gear adalah: (deutschman, 1995)
t =
Dimana:
Sad =
Dimana:
Elemen Mesin II 52
Roda gigi
..(2.31)
Dimana :
Fw = Beban aus
= diameter pinion
K = Faktor beban aus lihat tabel
Simbul-simbul pada rumus ini mempunyai arti yang sama seperti pada spur gear, kecuali
harga K dicari dengan memakai sudut tekan normal . Jalan lain untuk persamaan beban
keausan pada helical gear dengan memakai metode AGMA.Dasar persamaan keausan adalah:
C = Cp.
Dimana:
C =Tegangan tekan yang terjadi
Cp = Kooefesien yang tergantung dari sifat elasi
tisitas bahan
Ft = Gaya tangensial yang ditransmisikan, dalam lb.
Co = Faktor beban lebih
Cv = Faktor dinamis
d = Diameter pinion dalam inchi
b = Lebar gigi yang paling kecil dalam inchi
Cs = Faktor ukuran
Cm = Faktor distribusi beban
I = Faktor geometri
Cf = Faktor kondisi permukaan
Sac ( ).
Elemen Mesin II 53
Roda gigi
Dimana :
Poros adalah salah satu komponen dari elemen mesin yang memiliki fungsi menerima
atau penerus daya dan mendistribusikannya, disertai dengan. Poros merupakan salah satu bagian
terpenting untuk meneruskan tenaga bersama dengan putaran. Poros diklasifikasikan menurut
jenis pembebanan sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni dan lentur, daya ditransmisikan kepada poros ini
melalui kopling,roda gigi,pully sabuk atau sprocket rantai dan lain-lain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utama
berupa puntiran disebut spidel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus
kecil dan bentuk dan ukuran harus kecil.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang dimana tidak mendapat beban
puntir bahkan
kadang-kadang tidak boleh berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
d. Poros
Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang
digerakkan.Poros ini mendapat beban punter murni dan lentur.
e. Poros Luwes
Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme,dimana putaran poros dapat
membentuk sudut dengan poros lain,daya yang dipindahkan biasanya kecil. Fungsi poros dalam
hal ini sangat vital, sehingga diperlukan perencanaan yang tepat agar tidak terjadi resiko dan
kelalaian permesinan. Untuk itu dalam perencanaan poros perlu diperhatikan :
a) Kekuatan poros.
Sebuah poros harus direncanakan kekuatannya sehingga mampu menahan beban-beban
yang terjadi
seperti puntir, lentur, tarik dan tekan dsb. Juga harus diperhatikan tentang : kelelahan, pengaruh
konsentrasi tegangan dsb.
b) Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang tinggi tetapi jika lenturan atau
refleksi puntirannya
terlalu besar, maka akan mengakibatkan ketidaktelitian, getaran dan suara. Karena itu kekakuan
poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh mesin.
c) Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka pada suatu harga tertentu akan timbul getaran yang
cukup besar. Putaran yang menghasilkan getaran yang besar tersebut disebut putaran kritis, jika
Elemen Mesin II 54
Roda gigi
mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerja poros lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih selain itu pula untuk poros yang terancam
kavitasi bahan harus
diperhatikan dan poros-poros yang sering berhenti 15 lama. Pada perhitungan poros, yang akan
ditentukan adalah diameter poros. Untuk dapat menentukan diameter poros tsb, maka perlu
diketahui tegangan yang diterima atau yang ditimbulkan oleh mekanisme yang terpasang pada
poros, seperti : tegangan bending, tegangan torsi, tegangan kombinasi antara bending dan torsi.
Kemudian dicari tegangan resultan terbesar dari setiap titik pada poros. Dan rumus-rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Momen Torsi
f. Satuan English :
Dimana :
Sesuai dengan pembebanannya, maka pada CVT ini termasuk dalam poros transmisi. Dengan
demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan lentur, sehingga pada permukaan 16 poros
akan terjadi tegangan geser karena momen puntir dan tegangan tarik karena momen lentur.
Gabungan akibat momen
bending dan momen lentur tersebut dapat dinytakan dengan dengan persamaan sebagai berikut:
(Deutschman, 1995)
( 2.32 )
Elemen Mesin II 55
Roda gigi
... ( 2. 33 )
Dari perencanaan adalah tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin,
sehingga:
..(2.34 )
2.4.Perencanaan Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga
putarannya dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang. Syarat utama dari
bantalan adalah harus kuat menahan beban sehingga kinerja dari proses atau elemen mesin
lainnya berfungsi dengan baik. Selain itu, dalam perencanaan bantalan, diperhitungkan pula umur
(life). Pada perencanaan alat ini digunakan bantalan gelinding. Pemilihan bantalan ini
berdasarkan standart AFBMA.
Adapun hal-hal yang perlu untuk diperhatikan dalam pemilihan dan perhitungan bantalan
adalah sebagai berikut :
Kapasitas nominal bantalan gelinding Ada 2 macam kapasitas nominal pada bantalan gelinding
yaitu :
Elemen Mesin II 56
Roda gigi
- kapasitas nominal bantalan dinamis spesifik ( c ) yaitu beban dalam arah tetap dan konstan yang
diterima oleh sejumlah bantalan yang berputar 106 putaran yang mana 90% dari bantalan tersebut
tidak mengalami kerusakan.
- kapasitas bantalan nominal static ( co ) adalah beban radial yang diterima oleh bantalan
sehingga total yang deformasi permanen gelinding dan cincin maksimal 0,001 kali diameter
elemen gelinding.
Dimana:
P = beban ekivalen (lb)
Fr = beban radial (lb)
Fa = beban aksial (lb)
V = faktor putaran, ring dalam yang berputar
V = 1, ring luar yang berputar V = 1,2
X = faktor beban radial (lihat tabel A.9)
Hasil perhitungan beban ekivalen diatas tidak memperhitungkan adanya beban kejut dan
impact, maka agar lebih aman dari beban dan dapat menghindari kerusakan pada bantalan lebih
awal. Persamaan untuk mencari beban ekivalen menjadi :
Dimana ;
Fs = konstanta kondisi beban, didapat dari tabel A-16
Bila Beban Radial jauh lebih besar dari pada beban aksial,
maka beban ekivalen dapat ditulis sebagai berikut:
P =V.Fr
( 2.11 )
Elemen Mesin II 57
Roda gigi
BAB VII
PENGANTAR PESAWAT PENGANGKAT
Contoh Soal
Rencanakan sistem transmisi dengan Roda gigi lurus (spur gear) halus yang
mampu untuk mentransimikan daya 10 HP dari putaran 3000 rpm menjadi 1000 rpm.
1. Torsi yang terjadi
Elemen Mesin II 58
Roda gigi
N 10
T1 63020 63020 210,06lbf .in
n1 3000
N 10
T2 63020 63020 630,18lbf .in
n2 1000
Tabel 6.6
Elemen Mesin II 59
Roda gigi
20 0,0003 0,0006 0,0011 0,0020 0,0036 0,0006 0,0011 0,0023 0,0039 0,0064
25 and
higer 0,0002 0,0005 0,0009 0,0017 0,0030 0,0006 0,0011 0,0023 0,0039 0,0064
Elemen Mesin II 60
Roda gigi
Elemen Mesin II 61