Anda di halaman 1dari 61

Roda gigi

BAB VI
RODA GIGI

Roda gigi atau sering disebut gear merupakan elemen mesin yang dapat
mentransmisikan daya yang lebih besar, putaran yang lebih tinggi dan tepat bila
dibandingkan dengan Belt atau Rantai. Dalam proses pembuatannya, pemasangannya dan
perawatannya memelukan ketelitian yang lebih tinggi. Sebagai contoh sistem transmisi
roda gigi dalam engine di bawah ini.

Gambar 6.1 Sistem transmisi roda gigi dalam engine

Roda gigi dapat diklasifikasikan menurut : letak poros, arah putaran dan bentuk
jalur gigi. Berdasarkan letak porosnya, roda gigi mempunyai poros sejajar, poros
berpotongan dan poros bersilangan. Berdasarkan bentuk alur giginya, roda gigi
dikelompokan menjadi : roda gigi lurus, roda gigi miring, roda gigi kerucut, roda gigi
cacing, dan sebagainya. Secara lengkap dapat terlihat pada tabel di bawah ini.

Elemen Mesin II 1
Roda gigi

Tabel 6.1 Klasisikasi roda gigi.

Letak Poros Roda gigi Keterangan

Roda gigi dengan Roda gigi lurus ( a ) Klasifikasi atas


poros sejajar Roda gigi miring ( b) dasar bentuk alur
Roda gigi miring ganda ( c ) gigi

Roda gigi luar Arah put.berlawanan


Roda gigi dalam & pipion ( d ) Arah put. sama
Batang gigi dan pinion ( e ) Gerakan lurus dan
berputar
Roda gigi Roda gigi kerucut lurus ( f )
dengan Roda gigi kerucut spiral ( g ) Klasifikasi atas
poros berpotongan Roda gigi kerucut Zerol dasar bentuk jalur
Roda gigi kerucut miring gigi
Roda gigi kerucut miring ganda

Roda gigi permukaan dg poros


berpotongan ( h )

Roda gigi miring Kontak titik, gerak


Roda gigi miring lurus dan berputar

Roda gigi Roda gigi cacing silindris ( j )


dengan Roda gigi cacing selubung ganda
poros silang ( globoid ) (k )
Roda gigi cacing samping

Roda gigi hiperboloid


Roda gigi hipoid ( l )
Roda gigi permukaan silang.

(Sumber : Sularso : 2004)

Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi yang giginya berjajar pada dua
bidang silinder. Kedua bidang tersebut bersinggungan, keduanya menggelinding dengan
sumbu tetap sejajar. Roga gigi lurus (a) merupakan roda gigi yang paling sederhana
dengan jalur gigi yang sejajar poros.
Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir pada silinder jarak
bagi. Pada roda gigi miring ini jumlah pasangan gigi yang saling kontak serentak lebih

Elemen Mesin II 2
Roda gigi

besar bila dibandingkan dengan roda gigi lurus, sehingga pemindahan daya dan putaran
dapat berlangsung lebih halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan daya besar
dengan kecepatan tinggi. Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial karena
jalur gigi yang berbentuk miring tersebut menimbulkan gaya yang sejajar poros.
Roda gigi miring ganda (c) mempunyai alur berbentuk V, menghasilkan gaya
aksial yang saling meniadakan. Roda gigi ini mempunyai : perbandingan reduksi,
kecepatan keliling dan daya yang lebih besar.
Roda gigi-dalam (internal gear) (d) dipakai jika diperlukan alat trasmisi dengan
ukuran kecil dengan perbandingan reduksi besar. Batang gigi (e) dipergunakan untuk
merubah putar menjadi lurus atau sebaliknya.

Gambar 6.2. Macam-macam Roda gigi

Roda gigi kerucut lurus (f) mempunyai bentuk alur gigi yang lurus, sering
dipergunakn dan cukup mudah pembuatannya. Roda gigi ini cukup berisik karena
mempunyai bidang kontak yang kecil. Konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan

Elemen Mesin II 3
Roda gigi

bantalan pada kedua ujung porosnya. Roda gigi kerucut spiral (g) mempunyai bidang
kontak yang lebih besar, dapat meneruskan putaran dan beban yang lebih besar. Sudut
poros kedua roda gigi ini biasanya 90o.
Poros yang bersilangan dapat menggunakan roda gigi miring silang (i), roda gigi
cacing ( j dan k), roda gigi hipoid (i), dan lain-lain. Roda gigi cacing meneruskan putaran
dengan perbandingan reduksi yang besar. Roda gigi cacing yang umum dipakai adalah
Roda gigi cacing silindris (j) mempunyai cacing berbentuk silinder. Tetapi untuk beban
yang besar sebaiknya memakai cacing globoid atau cacing selubung ganda (k). Roda gigi
hipoid mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya
bersilang, pemindahan daya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan
menggelinding, Roda gigi ini dipakai pada roda gigi deferensial otomotif.

6.1. Roda gigi Lurus (Straight Spur Gear )

Roda gigi lurus dipakai untuk mentransmisikan daya dan putaran pada dua poros
yang paralel. Ukuran yang kecil disebut pinion sedang ukuran yang besar disebut gear.
Dalam banyak pemakaian pinion merupakan penggerak, sedangkan gear merupakan
Roda gigi yang digerakkan. Pasangan roda gigi yang giginya terletak dibagian luar roda
(rim) disebut external gear, sedangkan pasangan roda gigi yang salah satunya
mempunyai gigi yang berada di dalam roda disebut internal gear.

Gambar 6.3. Pasangan roda gigi lurus (Pinion dan Gear)

Elemen Mesin II 4
Roda gigi

Gambar 6.4. Proses persentuan permukaan gigi

Ganbar 6.5 Bentuk alur roda gigi lurus (spur gear)

6.1.1. Ukuran-ukuran Dasar Roda gigi

Nama-nama bagian dan ukuran-ukuran yang penting pada external gear dan internal
gear dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan 6.7.

1. Circular pitch / jarak bagi / jarak bagi lingkaran ( p ) : didefinisikan sebagai jarak gigi
yg diukur pada pitch circle, yaitu jarak satu titik pada gigi sampai titik pada gigi
berikutnya pada kedudukan yang sama. Circular pitch ini diperlukan agar gigi dalam satu
roga gigi mempunyai besar yang sama, sehingga besarnya circular pitch dapat dinyatakan
dengan keliling lingkaran dibagi dengan jumlah gigi.

Elemen Mesin II 5
Roda gigi

.d
p (6-1)
Nt

Dimana : d = diameter pitch


Nt = jumlah gigi

Gambar 6.6. Ukuran-ukuran dasar External Gear

Elemen Mesin II 6
Roda gigi

Gambar 6.7. Ukuran-ukuran dasar Internal Gear

2. Diametral pitch ( Dtp ). Didefinisikan sebagai jumlah gigi (Nt) pada roda gigi dibagi
dengan diameter pitch circle nya (d).
Nt
D tp (6-2)
d

Hubungan antara Dtp dengan p dapat dinyatakan dengan persamaan :

.d 1
p .
Nt Dtp Dtp

Elemen Mesin II 7
Roda gigi

atau p.Dtp

dimana : Nt = jumlah gigi


d = diameter pitch circle.
Bila Dtp berharga kecil, misalnya : 4 ; 5 ; 6 dan 7 maka gigi akan menjadi besar-besar,
sebaliknya bila Dtp berharga besar misalnya : 14; 16; dan 16 maka gigi akan menjadi
kecil-kecil.

Gambar 6.8. Perbandingan besarnya gigi dengan nilai diameteral pitch

3. Modul (m) : Ukuran gigi dapat ditentukan dari jarak bagi lingkaran (p) yaitu keliling
lingkaran dibagi dengan jumlah gigi, hasilnya selalu mengandung faktor , hal ini dirasa
kurang praktis, oleh karena itu diambil suatu ukuran yang disebut modul , yang dapat
dirumuskan dengan persamaan :

d
m (6-3)
Nt

Dengan demikian m dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan pecahan yang
sering dipakai, seperti : 0,25 ; 0,5 ; 0,75 yang lebih praktis.

Elemen Mesin II 8
Roda gigi

Hubungan dengan jarak gigi (p)

p .m

Hubungan dengan diamtral pitch (Dtp)


d 1
m (6-4)
Nt Dtp

Bila Dtp bersatuan seper inchi, sedangkan m ingin bersatuan seper mm, maka
rumus di atas menjadi : ( Sularso : 2004)
25,4
m (6-5)
Dtp

4. Centre Distance ( C ) / jarak pusat sepasang roda gigi adalah sama dengan setengah
dari jumlah diameter pitchnya, yang dapat dirumuskan dengan persamaan :
d1 d 2
C
2
Dimana : d1 = diameter pitch circle roda gigi-1
d2 = diameter pitch circle roda gigi-2

5. Relative Velocity / Perbandingan Kecepatan (rv)


Adalah perbandingan antara kecepatan sudut ( ) roda gigi yang digerakkan dengan
kecepatan sudut roda gigi penggerak. Bila dikaitkan dengan putaran sudut (rpm), jumlah
gigi dan diameter pitch maka hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan :
2 n2 Nt1 d1
rv (6-6)
1 n1 Nt 2 d 2

dimana : = rad/s dan n = rpm.


Ukuran-ukuran dasar atau nama-nama bagian roda gigi, juga dapat dinyatakan dengan
Gambar 6.9 dan Gambar 6.10.

Elemen Mesin II 9
Roda gigi

Gambar 6.9. Nama-nama bagian gigi

Gambar 6.10. Pasangan roda gigi

6.1.2. Sistem Standar Roda gigi

Ada beberapa standar yang dapat dipakai untuk pembuatan dan perencanaan roda
gigi, misalnya : AGMA, ASA dan ASME. Perencanaan dan pembuatan roda gigi yang
sekarang banyak menggunakan sudut tekan ( ) 20o atau 25o. Ada juga klasifikasi yang
didasarkan pada ukuran kekasaran gigi yang ditinjua dari diametral pitchnya.
(Deutschman A: 1983 : 534)
Roda gigi kasar : 0,5 < P < 10

Elemen Mesin II 10
Roda gigi

Roda gigi agak kasar : 12 < P < 18


Roda gigi halus : 20 < P < 128
Roda gigi sangat halus : 150 < P 200

Dalam sistem roda gigi ukuran-ukuran dasar seperti : addendum/tinggi kepala,


dededum/ tinggi kaki, clearance, working depth dan whole depth dapat dinyatakan dalam
ukuran diametral pitch, seperti terlihat dalam Tabel 6.1

Tabel 6.1. Sistem Gigi / Tooth System

6.1.3. Beban Pada Roda gigi


Beban atau gaya pada roda gigi dapat diketahui dari besarnya torsi yang
ditransmisikan, oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu besarnya torsi. Torsi yg
ditansmisikan dari roda gigi (1) ke roda gigi (2) dapat dinyatakan dengan persamaan di
bawah ini (Collins Jack A, 2003 : 180 )
P
T 63.025 (6-7)
n
dimana : P = daya yang ditrasmisikan (HP)
T = torsi yang ditrasmisikan, lbf.ft
Gaya yang bekerja pada pasangan roda gigi adalah gaya normal (Fn) Gaya normal ini
dapat diuraikan menjadi 2 komponen, yaitu :
Gaya Tangenial, Ft = Fn. Cos (6-8)
Gaya Radial, Fr = Fn. Sin = Ft. tan (6-9)

Elemen Mesin II 11
Roda gigi

Gambar 6.11. Gaya-gaya pada gigi

Besarnya torsi dapat dinyatakan dengan persamaan di bawah ini.


d1 d
T Fn Cos Ft 1 (6-10a)
2 2
d2 d
T Fn Cos Ft 2 (6-10b)
2 2
Kecepatan linier pitch line dalam satuan ft/min
.d .n
vp
12
dimana :
d = diameter pitch, in

Gaya dan torsi yang bekerja tersebut akan diteruskan ke bearing dan poros, seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.

Elemen Mesin II 12
Roda gigi

Gambar 6.12. Gaya yang terjadi pada gigi diteruskan ke bearing dan poros

Berikut ini akan diuraikan analisis besarnya tegangan yang terjadi pada gigi. Gigi dapat
dipandang sebagai batang terjepit dengan bagian BD yang tetap (lihat Gambar 6-13),
maka tegangan yang terjadi dapat dicari dengan rumusan : (Deutschman A: 1983 : 547)
t
Ft .L
Mb Mb Mb.c 2 6.Ft .L
b (6-11)
Wb I I t 2
b.t 2
b
c 12
6.Ft .L kb . yp

b.t 2 sf

6.Ft .L.sf
b (6-12)
t 2 .k b . yp

Elemen Mesin II 13
Roda gigi

Gambar 6.13. Gaya Fn dianggap bekerja pada puncak gigi

Persamaan 6-12 akan sulit diselesaikan karena besarnya L tidak diketahui, oleh karena itu
dicari cara lain. Kembali ke persamaan 6-11 , yang dapat ditulis :
6.Ft .L
b
b.t 2
b .b.t 2
Ft (6-13)
6L
b .b.t 2
L C.t 2 (6-14)
6.Ft

dimana C = kontanta

Berdasarkan Gambar 6-13 tersebut, maka dapat ditulis hubungan sebagai berikut :
x 0,5t 0,25t 2 t2
atau L
0,5t L x 4x

Persamaan 6-13 dapat ditulis menjadi :


b .b.t 2 b .b.t 2 .4 x 4x
Ft 2
b .b
6L 6.t 6

Elemen Mesin II 14
Roda gigi

Bila persamaan tersebut di atas dikalikan dan dibagi dengan p , maka menjadi
2 x. p
Ft b .b (6-15)
3. p

Circular pitch (p) dan x merupakan sifat geometri, yang besarnya tergantung pada
ukuran gigi, maka dapat dianggap sebagai suatu faktor, yang disebut sebagai faktor
bentuk dari Lewis yang diberi simbul y , nilainya dapat dilihat pada Tabel 6.2
2x
y
3p

Persamaan (6-15) menjadi persamaan Lewis : (Deutschman A: 1983 : 547)


Ft b .b. y. p (6-16)
Diametral pitch (Dtp) dan circular pitch (p) mempunyai hubungan sebagaimana telah
diuraikan diatas, yaitu :

p
Dtp

Faktor bentuk Lewis selain dilambangkan y juga dilambangkan Y , yang keduanya


mempunyai hubungan :
Y = y. atau y = Y/

Maka persamaan (6-16) dapat ditulis menjadi : (Deutschman A: 1983 : 547)

Y . Y
Ft b .b b .b (6-17)
.Dtp Dtp

Tabel 6.2 Nilai untuk faktor bentuk Lewis

No. at Load at Tips Load Near Midle


Teeth 14,5 deg FD 20 deg FD 14,5 deg FD 20 deg FD
Y y Y y Y y Y y
10 0.176 0.056 0.201 0.064
11 0.192 0.061 0.226 0.072
12 0.210 0.067 0.246 0.076 0.355 0.113 0.415 0.133
13 0.223 0.071 0.246 0.083 0.377 0.120 0.433 0.141
14 0.236 0.075 0.276 0.088 0.399 0.127 0.468 0.149
15 0.245 0.078 0.289 0.092 0.415 0.133 0.490 0.156

Elemen Mesin II 15
Roda gigi

16 0.255 0.081 0.295 0.094 0.430 0.137 0.503 0.160


17 0.264 0.084 0.302 0.096 0.446 0.142 0.512 0.163
18 0.270 0.086 0.308 0.098 0.459 0.146 0.522 0.167
19 0.277 0.088 0.314 0.100 0.471 0.150 0.534 0.170
20 0.283 0.090 0.320 0.102 0.481 0.153 0.544 0.173
21 0.289 0.092 0.326 0.104 0.490 0.156 0.553 0.177
22 0.292 0.093 0.330 0.105 0.496 0.158 0.559 0.178
23 0.296 0.094 0.333 0.106 0.502 0.160 0.565 0.180
24 0.302 0.096 0.337 0.107 0.509 0.162 0.572 0.183
25 0.305 0.097 0.340 0.108 0.515 0.164 0.580 0.184
26 0.308 0.098 0.344 0.109 0.522 0.166 0.584 0.186
27 0.311 0.100 0.348 0.111 0.528 0.168 0.588 0.187
28 0.314 0.101 0.352 0.112 0.534 0.170 0.592 0.189
29 0.316 0.101 0.355 0.113 0.537 0.171 0.599 0.191
30 0.318 0.101 0.358 0.114 0.540 0.172 0.606 0.193
31 0.320 0.101 0.361 0.115 0.544 0.173 0.611 0.195
32 0.322 0.101 0.364 0.116 0.547 0.174 0.617 0.196
33 0.324 0.103 0.367 0.117 0.550 0.175 0.623 0.198
34 0.326 0.104 0.371 0.118 0.553 0.176 0.628 0.200
35 0.327 0.104 0.373 0.119 0.556 0.177 0.633 0.201
36 0.329 0.105 0.377 0.120 0.559 0.178 0.639 0.203
37 0.330 0.105 0.380 0.121 0.563 0.179 0.645 0.205
38 0.333 0.106 0.384 0.122 0.565 0.180 0.650 0.207
39 0.335 0.107 0.386 0.123 0.568 0.181 0.655 0.209

Tabel 6.2 Nilai untuk faktor bentuk Lewis (lanjutan)

No. at Load at Tips Load Near Midle


Teeth 14,5 deg FD 20 deg FD 14,5 deg FD 20 deg FD
Y y Y y Y y Y y
40 0.336 0.107 0.389 0.124 0.570 0.182 0.658 0.210
43 0.339 0.108 0.397 0.126 0.574 0.183 0.668 0.212
45 0.340 0.108 0.399 0.127 0.579 0.184 0.678 0.214
50 0.346 0.110 0.408 0.130 0.588 0.187 0.694 0.221
55 0.352 0.112 0.415 0.132 0.596 0.190 0.704 0.224
60 0.355 0.113 0.421 0.134 0.603 0.192 0.713 0.227
(Deutschman A: 1983 : 548-550)

Elemen Mesin II 16
Roda gigi

Persamaan (6-16) dan (6-17) dapat diselesaikan dengan cara menguraikan tegangan
bending yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin.
Ft k .
b b yp
b. y. p sf
(6-18a)
Ft .sf
b
kb . yp . y. p

Ft .Dtp kb . yp
b
b.Y sf
Ft .Dtp .sf
(6-18b)
b
kb . yp .Y

Selain dapat diselesaikan dengan cara seperti di atas, persamaan (6-16) dan (6-17)
juga dapat diselesaikan dengan cara berikut ini. Tegangan ijin bahan (S), langsung
diketahui dari tabel yang sudah tersedia, menganggap gaya bending yang bekerja (F b)
pada gigi sama dengan gaya tangensial (Ft). Persamaan (6-16) dan (6-17) menjadi :
(Deutschman A: 1983 : 551)
Y
Fb S .b. y. p S .b (6-19)
Dtp

Fb
b (6-20a)
S . y. p

Fb .P
b (6-20b)
S .Y
Dimana : Fb = gaya yang menyebabkan tegangan bending, yang besarnya
dianggap sama dengan Ft
S = Tegangan ijin bahan yang dapat dilihat pada Tabel 6.3
Y atau y = Faktor Lewis, dapat dilihat pada Tabel 6.2

Dalam pembahasan di atas lebih baik dipertimbangkan kembali akibat dari asumsi
bahwa gaya transmisi yang dalam hal ini adalah gaya tangensial (F t) hanya bekerja pada
puncak gigi. Sebab hampir semua roda gigi direncanakan dengan contact ratio 1 : 2

Elemen Mesin II 17
Roda gigi

sampai 1 : 6 dengan demikian bila gaya bekerja pada puncak sebuah gigi, gigi yang lain
tentu masih kontak, jadi tidak semua beban hanya diterima oleh satu pasang gigi saja.

Gambar 6.14. Beban yang bekerja pada tengah-tengah Roda gigi


(Deutschman A: 1983 : 551)

Gambar di atas memperlihatkan beban yang sudah beranjak dari puncak gigi ke
titik dekat tengah-tengah gigi (dalam hal ini pasangan yang lain sudah tidak kontak,
seluruh gaya diterima oleh satu gigi). Dari gambar tersebut dapat diturunkan persamaan
Lewis yang lebih benar dibandingkan dengan yang terdahulu, yang berbeda hanya faktor
bentuk saja. Dalam tabel faktor bentuk, telah disajikan pula faktor bentuk bila gaya
berada di dekat tengah.
Dengan keadaan yang baru ini akan didapat ukuran dan berat yang lebih kecil,
sebab tegangan yang terjadi lebih kecil, Persamaan Lewis tersebut di atas (6-18) ini
sangat cocok dipakai untuk perencanaan, berat dan ukuran menjadi masalah yang sangat
penting. Fb diangap bekerja pada dekat tengah-tengah gigi, dengan memilih secara benar
material yang dipakai maka kekuatan yang dikehendaki dapat dipenuhi.
Pada umumnya dalam perencanaan roda gigi adalah mencari lebar-gigi (b), sebab
secara umum dimensi roda gigi sudah distandarkan. Untuk mendapatkan nilai lebar gigi
dapat digunakan persamaan (6-18) atau (6-20). Dalam proses pembuatan roda gigi, sering

Elemen Mesin II 18
Roda gigi

dilakukan membuat roda gigi dengan lebar-gigi yang cukup panjang, selanjutnya
dipotong-potong sesuai dengan yang diinginkan, seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.

Gambar 6.15. Potongan-potongan roda gigi untuk mendapatkan lebar roda gigi

Tegangan ijin material (S) yang digunakan untuk persamaan (6-20) dapat dilihat
pada Tabel 6.3. Kelemahan dari persamaan (6-20) adalah bila material untuk roda gigi
yang dipakai untuk roda gigi tidak ada di dalam tabel. Bila terjadi demikian maka
sebaiknya menggunakan persamaan (6-18).

Tabel 6.3 Tegangan ijin material roda gigi pada persamaan Faktor-bentuk Lewis

Material So, ksi BHN


Gray cast iron
ASTM 25 8 174
ASTM 35 12 212
ASTM 50 15 223
Cast steel (low carbon)
0,2% C , not heat treated 20 180
0,2% C , WQT 25 250
Forged carbon steel
SAE 1020 case hardened and WQT 18 156
SAE 1030 not heat treated 20 180
SAE 1035 not heat treated 23 190

Elemen Mesin II 19
Roda gigi

SAE 1040 not heat treated 25 202


SAE 1045 not heat treated 30 215
SAE 1045 hardened by WQT 32 205
SAE 1050 hardened by WQT 35 223
Alloy Steels
SAE 2320 case hardened and WQT 50 225
SAE 2345 hardened by WQT 50 475
SAE 3115 case hardened and WQT 37 212
SAE 3145 hardened by WQT 53 475
SAE 3245 hardened by WQT 65 475
SAE 4340 hardened by WQT 65 475
SAE 4640 hardened by WQT 55 475
SAE 6145 hardened by WQT 67,5 475
Copper base materials
SAE 43 / ASTM B147-52,8A (Manganese Bronze) 20 100
SAE 62 / ASTM B143-52,1A (gun metal) 10 80
SAE 65 / ASTM B144-52,3C (Phosphor Bronze) 12 100
SAE 68 / ASTM B148-52,98 (Al Bronze, heat treated) 22 180
Nonmetals
Bakelite, Micarta, Celeron 8
(Deutschman A: 1983 : 552)

6.1.4. Konsentrasi Tegangan (Stress Consentration)


Faktor lain yang penting dan rawan dalam perencanaan roda gigi yang belum disinggung
dalam persamaan Lewis adalah konsentrasi tegangan yang terjadi pada bagian kaki gigi
dan atas gigi seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.16. Konsentrasi tegangan pada gigi spur gear

Elemen Mesin II 20
Roda gigi

Sebenarnya sangat sulit untuk mencari pengaruh yang pasti tentang hal tersebut,
namun dengan rumus pendekatan dari Dolan dan Broghman besarnya faktor konsentrasi
(Kt) tegangan dapat dirumuskan sebagai berikut :
0, 2 0, 4
t t
K t 0,22 . untuk sudut kontak 14,5o (6-21a)
r L
0 ,15 0 , 45
t t
K t 0,18 . untuk sudut kontak 20o (6-21b)
r L
0 ,11 0,5
t t
K t 0,14 . untuk sudut kontak 25o (6-21c)
r L

Dimana : t = tebal gigi bagian dasar


R = radius kaki gigi
L = jarak antara beban ukur dengan gigi bagian dasar.

Faktor konsentrasi tegangan tersebut untuk tegangan statis, sedangkan gigi akan
menerima tegangan berubah dan dinamis, oleh karena itu nilai Kt yang didapat harus
dimodifikasikan dengan faktor takik (Q) yang sudah dibahas pada bab konsentrasi
tegangan. Namun untuk keperluan yang tidak begitu detal atau teliti, sudah cukup nilai K t
diberi harga 1,5 (Deutschman A: 1983 : 553), sehingga persamaa Lewis (6-19) menjadi :
S .b. y. p Y
Fb S .b (6-22)
Kt K t .Dtp

6.1.5. Persamaan AGMA untuk Kekuatan Gigi


Persamaan AGMA (American Gear Manufacture) merupakan modifikasi dari
persamaan Lewis. Persamaan AGMA ini khusus dipakai dalam perencanaan, dalam
persamaan ini akan dimasukkan beberapa faktor dan faktor koreksi, seperti : faktor
dinamis, faktor bentuk, faktor koreksi beban lebih dan sebagainya.
Ft .K o .Dtp .K s .K m
b (6-23)
K v b.J

Dimana : b = tegangan yang terjadi pada kaki gigi, psi


Ft = Beban atau gaya yang ditrasmisikan, lbf
Ko = faktor koreksi beban lebih
Ks = faktor koreksi ukuran

Elemen Mesin II 21
Roda gigi

Km = koreksi distribusi beban


Kv = faktor dinamis
J = faktor bentuk / geometri
b = lebar gigi, in
Dtp = diametral pitch, in-1

Faktor kerksi beban lebih (Ko) diberikan karena dalam kenyataannya Ft adalah
beban rata-rata yang ditransmisikan, sedangkan beban maksimumnya bisa dua kli lipat
bila terjadi beban kejut (shock). Besarnya Ko dapat dilihat pada Tabel 6.4

Tabel 6.4 Faktor koreksi beban lebih, Ko


Load on Driven Machine
Power Source
Uniform Moderate Shock Heavy Shock
Uniform 1.00 1.25 1,75 or higher
Moderate Shock 1.25 1.50 2,00 or higher
Heavy Shock 1.50 1.75 2,25 or higher
(Deutschman A: 1983 : 555)
Faktor koreksi ukuran Ks merupakan fungsi dari : ukuran-ukuran gigi, seperti :
diameter, lebar gigi, luas penyebaran tegangan, kualitas heat treatmen dan besar tegangan
sisa. Untuk roda gigi lurus Ks diberi harga 1 karena ukuran-ukuran gigi dan heat
treatment dianggap sudah sesuai.
Nilai koreksi distribusi beban (Km) dicari dari Tabel 6.5. Berdasarkan kondisi
dudukan (misalnya ketidaksenteran) dan lebar gigi maka nilai Km dapat ditentukan, bila
kondidi dudukan tidak diketahui maka bisa direncanakan atau diestimasikan.

Tabel 6.5 Faktor koreksi distribusi beban, Km

Face Width
2 in face 16 in Face
Conditin of 6 in face 9 in face
and under and under
Support
Spur Helical Spur Helical Spur Helical Spur Helical
Accurate 1.3 1.2 1.4 1.3 1.5 1.4 1.8 1.7
mounting,

Elemen Mesin II 22
Roda gigi

low bearing
clearance
minimum elastic
defletion
precision gear
Less rigid
mountings,
less accurate
1.6 1.5 1.7 1.6 1.8 1.7 2.0 2.0
gears,
contact across full
face
Accuracy and
mounting
such that less full Over 2,0
face
contact exists
(Deutschman A: 1983 : 555)

Nilai faktor dinamis (Kv) dipengaruhi oleh efek dari jarak gigi dan kesalahan
bentuk, efek kecepatan pitch line dan putaran permenit inersia dan kekakuan dari bagian-
bagian yang berputar, besarnya beban yang didistribusikan per inch permukaan kekakuan
gigi. Harga Kv dapat dicari dari tiga curve pada Gambar 6.17

Elemen Mesin II 23
Roda gigi

Gambar 6.17. Kurve faktor dinamis (Kv)


Kurve 1 (Kv = 1) dipakai untuk :
1. Helical gear dengan presisi tinggi atau roda gigi lurus dengan preisis tinnggi yang
tidak menimbulkan benan dinamis.
2. Bevel gear yang dibuat dengan pattern yang baik, dengan jarak dan pusat gigi
yang akurat.
Kurve 2 dipakai untuk :
1. Helical gear dengan presisi tinggi dan roda gigi lurus tetapi beban dinamis masih
mungkin terjadi.
2. Helical gear yang dibuat secara komersial
3. Spiral bevel gear usuran besar
Kurve 3 dipakai untuk :
1. Roda gigi lurus yang dibuat dengan mesin hobbing atau shaper.
2. Bevel gear dan gigi lupus dengan usuran besar.

Elemen Mesin II 24
Roda gigi

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa makin teliti pembuatan roda gigi, makin
kecil nilai faktor dinamisnya.
Nilai faktor bentuk / geometri (J) dipengaruhi oleh : permukaan gigi, posisi letak
beban yang merugikan, konsentrasi tegangan dan beban gesek yang terjadi pada sepasang
gigi atau lebih.
Permukaan gigi tergantung dari geometri sistem gigi yaitu : sudut kontak, jumlah
gigi, tinggi gigi, pemotongan gigi dan sebagainya. Posisi beban yang menimbulkan
kerugian terjadi bila keakuratan pembuatan gigi kurang. Untuk pemotongan yang akurat
tegangan yang terbesar terjadi bila beban bekerja pada puncak gigi, dan gigi yang
bersentuhan hanya satu pasang.
Dua grafik berikut dipakai untuk mencari faktor geometri masing-masing untuk
sudut kontak 20 dan 25 pada gigi lurus yang disajikan oleh AGMA dengan
mengasumsikan secara teoritis faktor konsentrasi tegangan dianggap kecil pengaruhnya

Gambar 6.18. Kurve faktor geametris (J), sudut kontak 20 roda gigi lurus

Elemen Mesin II 25
Roda gigi

Gambar 6.19. Kurve faktor geametris (J), sudut kontak 25 roda gigi lurus

Gambar 6.20 dan 6.19 masing-masing mempunyai dua kurve, kurve atas untuk
beban yang hanya diterima oleh satu pasang gigi dan kurve bawah dipakai bila beban
berada pada puncak gigi.
Semua hal-hal tersebut di atas, dipakai untuk mendapatkan tegangan yang terjadi
pada kaki gigi b dengan menggunakan persamaan AGMA. Selanjutnya tegangan ini

akan dibandingkan dengan tegangan ijin maksimum perencanaan |b| yang dirumuskan
oleh persamaan AGMA sebagai berikut :
at .K L
b (6-24)
K T .K R

Dimana : |b| = tegangan ijin maksimum perencanaan, psi

|at| = tegangan bending fatique ijin material, psi


KL = faktor umur , KT = faktor temperatur dan KR = faktor keamanan
Tabel 6.6 Tegangan ijin material, |at| (Spur, Helical, Herringbone,and Bevel Gear Teeth)

Elemen Mesin II 26
Roda gigi

Min Sat, kpsi


Material Hardness Spur,Helical,
Material Heat Treatment
or Min Tensile Herringgbone Bevel
Strength
Normalized 140 BHN 19 - 25 11
Quenched and tempered 180 BHN 25 - 33 14
Quenched and tempered 300 BHN 36 - 47 19
Quenched and tempered 450 BHN 44 -59 25
Case carburized 55 Rc 55 - 65 27,5
Case carburized 60 Rc 60 - 70 30
Steel Introdution or flame
Hardned, hardness
Pattern A of footnote 1 54 Rc 45 - 55 *
Hardness Pattern 54 Rc at 22 13,5
of footnote 1 Hardness surface
53 Rc case ** 37 - 42 * 20
Nitrided AISI 4140
300 BHN core
Cast Iron
AGMA Grade 20 5 2,7
AGMA Grade 30 175 BHN 8,5 4,6
AGMA Grade 40 200 BHN 13 7
Nodular Iron
ASTM Grade 60-40-18 Annealed 15 8
ASTM Grade 80-55-06 20 11
ASTM Grade 100-70-03 Normalized 26 14
ASTM Grade 120-90-02 Quenched and tempered 30 18,5
Broze
AGMA 2c (10%-12%
Tin) 40 kpsi 5,7 3
Aluminium Bronze
ASTM B-148-52
Alloy 9C-H.T. 90 kpsi 23,6 12
Note : * ) Values for teeth 6 DP and finer
**) For heavy gear these hardness will be lower,
hence, lower of allowable stress should be used

Gambar 6.20. Bagian yang dikeraskan pada pattern A dan pattern B


Tegangan ijin material untuk roda gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
kwalitas material, pengerasan, penuangan atau penempaan, dan komposisi material.Tabel

Elemen Mesin II 27
Roda gigi

6-6 menenjukkan harga tegangan bending ijin bending fatique ijin |at| dengan catatan
Rc menunjukkan case carburized Rockwell hardness number.
Faktor umur KL dipakai untuk mengoreksi tegangan ijin terhadap tegangan cycles
yang dikehendaki, besarnya KL dapat dilihat pada Tabel 6.7

Tabel 6.7 Faktor umur, KL


Number Spur, Helical and Bevel Gear
of 160 250 450 Case Case
Cycles BHN BHN BHN Carbuized Carbuized
Up to 1000 1.6 2.4 3.4 2.7 4.6
10,000 1.4 1.9 2.4 2.0
100,000 1.2 1.4 1.7 1.5 2.1
1 million 1.1 1.1 1.2 1.1 1.4
10 million 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
100 million and over 1 0,8 1 0,8 1-0,8 1 0,8 1.0
(Deutschman A: 1983 : 561)

Faktor temperatur ( KT ) diberikan untuk menyesuaikan tegangan ijin terhadap


temperatur kerja. Untuk temperatur pelumas yang kurang dari 250 oF, biasanya diberi
harga KT = 1. Faktor koreksi temperatur dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini.
460 TF
KT (6-25)
620
dimana : TF = temperatur tertinggi minyak pelumas, oF

Faktor keamanan KR yang kadang-kadang disebut faktor kepercayaan, dipakai


untuk mendapatkan kepercayaan yang lebih tinggi atau resiko perencanaan yang
diperbolehkan. Faktor keamanan ada dua macam, berdasarkan fatique strength atau yield
strength. KR yang didasarkan pada fatique strength nilainya di bawah 1 yang biasanya
dipakai untuk perencanaan, yang berarti bahwa kerusakan roda gigi dianggap terjadi
sebelum umur minimum prerncanaan. KR yang didasarkan pada yield strength dipakai
pada gigi yang tidak dikeraskan (non carburized).
Tabel 6.8 Faktor Keamanan atau Kepercayaan , KR ( fatique strength)

Requirement of Application KR

Elemen Mesin II 28
Roda gigi

High Reliability 1,50 or higher


Fewer than 1 failure in 100 1.00
Fewer than 1 failure in 3 0.70
(Deutschman A: 1983 : 562)

Tabel 6.9 Faktor Keamanan atau Kepercayaan , KR ( yield strength)

Requirement of Application KR
High Reliability 3,00 or higher
Normal Design 1.33
(Deutschman A: 1983 : 562)

Menurut metode AGMA perencanaan dikatakan aman terhadap kekuatan atau


tegangan bending yang terjadi pada kaki gigi bila tegangan yang terjadi pada kaki gigi b

lebih kecil atau sama dengan tegangan ijin maksimum perencanaan |b| , secara
matematik dapat ditulus :
b b (6-26)

6.1.6. Kekuatan Permukaan pada Roda gigi Lurus


Kerusakan gigi bisa berupa patahnya gigi yang telah dibahas di depan, selain itu ada
kerusakan yang kedua yaitu kerusakan permukaan gigi karena keausan. Berikut ini adalah
bebera hal yang dapat menyebabkan keausan.
1. Abrasive wear : adalah kerusakan yang terjadi karena adanya material ikutan dalam
minyak pelumas, yang dapat menggores permukaan gigi.
2. Corrive Wear : adalah kerusakan karena reaksi kimia pada permukaan gigi.
3. Pitting : kerusakan karena fatique karena terjadi tegangan berulang.
4. Scoring : kerusakan karena kontak langsung antara metal dengan metal yang
disebabkan karena kurang baiknya pelumasan.
Kerusakan nomor 1 dan 4 banyak disebabkan karena buruknya sistem pelumasan.
Pitting terjadi pada bagian gigi dekat dengan pitch line, hal ini disebabkan karena pada
saat sentuhan, terjadi gerak menggelinding (rolling). Dalam perencanaan roda gigi,

Elemen Mesin II 29
Roda gigi

diharapkan material yang dipakai mempunyai ketahanan tegangan permukaan yang tinggi
untuk melawan beban dinamis yang berualang.
Selanjutnya untuk mengetahui tegangan tekan permukaan-sesunguhnya yang
terjadi antara dua gigi yang bersentuhan dapat menggunakan persamaan Hertz untuk
tegangan permukaan antara dua silinder yang saling kontak menggelinding (rolling).
Persamaan tersebut ada dua ; yaitu persamaan Buckingham dan formula AGMA.

Gambar 6.21. Dua silinder berputar yang saling menekan


Besarnya tegangan permukaan pada dua silinder yang bersetuhan dinyatakan oleh
persamaan Hertz sebagai berikut : (Deutschman A: 1983 : 565) adalah :

1 1
F
sur r1 r2
(6-27)
1 12 1 22
.L
E1 E2

Dimana : sur = tegangan permukaan, psi

Elemen Mesin II 30
Roda gigi

r1 dan r2 = radius silinder yang kecil dan yang besar, in


L = panjang kontak kedua silinder, in
E = modulus elastisitas
F = gaya pada gigi yang menyebabkan keausan, lbf
Penggunaan persamaan Hertz pada roda gigi lurus adalah pada gigi yang saling
bersentuhan pada pitch pointnya.
Gaya F adalah gaya yang menggambarkan beban ijin keausan (Fw), r1 dan r2 sebagai rcp

dan rcg adalah jari-jari kelengkungan kedua roda gigi pada permukaan kontak dan sur

sebagai |e| yaitu ketahanan permukaan ijin. Berdasarkan Gambar 6-22 dapat dilihat
bahwa radius kelengkungan dapat diganti dengan radius pitch circle, dengan demikian
maka persamaa 6-27 akan menjadi :
rcp = rp. Sin
rcg = rg. Sin

1 / rp 1 / rg
Fw.
Sin Sin
e
1 p
.b.
2

1 g
2


(6-28)

E p E g

Persamaan 6-28 tersebut dapat disederhanakan dengan :


1 / rp 1 / rg 1 1 1 1 rp rg
(6-29)
Sin Sin
Sin rp rg Sin rp .rg

Sekarang dengan mengganti 2r menjadi d, maka persaman di atas menjadi :


d p dg

1 2 2 1 2. d p d g 2. d p d g

Sin d pdg Sin d p .d g Sin .d p d g
4

Elemen Mesin II 31
Roda gigi

Gambar 6.22. Hubungan antara jari-jari roda gigi dengan permukaan kontak

Dengan berasumsi kedua roda gigi terbuat dari material yang sama, yang mempunyai
Poison ratio yang sama (biasanya = 0,3) , pembagi persamaan 6-28 di atas menjadi :

.b
1 1 .b1 0,3 1
p
2
g
2
2

1
2,86.b 1 1
E E E Eg E
p g p p Eg

Elemen Mesin II 32
Roda gigi

Sehingga peramaan 6-28 menjadi :

(d p d g )
2.Fw .
Sin .d .d
e p g
(6-30)
1 1
2,86.b.
E
p Eg
Jadi besarnya beban keausan ijin, |Fw| adalah :
1 1
e .b.Sin .
2


Fw E p Eg (6-31)
d dg
0,35.x.2 p
d p .d g

Bila harga |e| tidak diketahui secara pasti, maka bisa didekati dengan rumus
empiris sebagai berikut :

e e 400 BHN

10.000 psi (6-32)

Dimana : |e|400 BHN = tegangan ijin material yang mempunyai kekerasan 400 BHN

Beban keausan ijin yang dihitung dengan persaman 6-31 tersebut di atas, dapat
diartikan juga sebagai gaya normal. Persamaan tersebut disederhanakan oleh
Buckingham menjadi persamaan baru yang lebih sederhana, untuk selanjutnya disebut
persamaan Buckingham.

2
e .Sin 1 1
K (6-33)
1,4
E p Eg
2d g 2 N tg
Q (6-34)
d p dg N tp N tg

Besarnya beban keausan dapat dinyatakan dengan persamaan yang cukup sederhana:
Fw d p .b.Q.K (6-35)

Elemen Mesin II 33
Roda gigi

Harga |e| dan K disajikan dalam Tabel 6-10, untuk beberapa kombinasi material
pinion dan gear, dengan sudut tekan yang berbeda-beda.

Tabel 6-10. Faktor beban pemakai (K) dan Ketahanan permukaan ijin (Se atau |e| )
Surface
Material in Endurance K
= 14 = 20 = 25
Pinion and Gear Limit, Se, psi deg. deg. deg.
Both gear steel, with average brinell
hardness number of pinion and gear
150 50.000 30 41 51
170 60.000 43 58 72
200 70.000 58 79 98
225 80.000 76 103 127
250 90.000 96 131 162
275 100.000 119 162 200
300 110.000 144 196 242
325 120.000 171 233 288
350 130.000 196 270 333
375 140.000 233 318 384
400 150.000 268 366 453
Steel (BHN 150) abd cast iron 50.000 44 60 74
Steel (BHN 200) and cast iron 70.000 87 119 147
Steel (BHN 250) and cast iron 90.000 244 196 242
Steel (BHN 150) and phosphor bronze 59.000 46 62 77
Steel (BHN 200) and phosphor bronze 56.000 73 100 123
Steel (BHN 250) and phosphor bronze 85.000 135 184 228
Cast iron and cast iron 90.000 193 264 327
Cast iron and phosphor bronze 83.000 170 234 288
Sumber : AGMA

6.1.7. Persamaan AGMA untuk Keausan Gigi


Kerusakan gigi dapat juga disebabkan karena keausan, ketika kedua gigi saling
menekan maka akan terjadi tegangan kompresi. Besarnya tegangan kompresi ini, menurut
persamaan AGMA dapat dinyatakan dengan rumus :

Elemen Mesin II 34
Roda gigi

Ft .C o .C s .C m .C f
c Cp (6-36)
C v .d .b.I

Dimana : c = tegangan kompresi yang terjadi, psi


Cp = koefisien elastis, yang nilainya tergantung pada sifat elestisitas bahan
Ft = gaya tangensial yang ditrasmisikan, lbf
Co = faktor beban lebih
Cs = faktor ukuran
Cm = faktor distribusi beban
Cf = faktor kondisi permukaan
Cv = faktor dinamis
d = diameter pinion, in
b = lebar gigi (yang paling kecil ) in
I = faktor geometri

Koefisien elastis (Cp) dipengaruhi oleh sifat elastis material pinion dan gear, yang dapat
dihitung dengan persamaan :

k
Cp
1 1
p
2
g
2
(6-37)
Ep Eg

Dimana : p dan g adalah angka Poison untuk pinion dan gear, demikian pula Ep
dan Eg adalah modulus elasitasnya. Konstatna k = 1 untuk spur gear, helical dan
herringbone gear. Konstanta k = 1,5 untuk bevel gear. Tabel 6.11 menunjukkan harga C p
untuk spur gear, helical, dan herringbone gear.

Tabel 6.11 Koefisien elastis, Cp


Pinion Material Gear material and Modulus Elasticity
and Modulus of Steel Cast Iron Al Bronze Tin Bronze
Elasticity 300000 190000 175000 160000
Steel 300000 2300 2000 1950 1900
Cast Iron 190000 2000 1800 1800 1750

Elemen Mesin II 35
Roda gigi

Al Bronze 175000 1950 1800 1750 1700


Tin Bronze 160000 1900 1750 1700 1650

Faktor beban lebih Co dipakai untuk menjaga kemungkinan terjadinya beban


lebih pada motor penggerak atau pada mesin yang digerakkan, misalnya pada saat awal
bekerja (start) yang memerlukan momen yang lebih besar. Perencana seharusnya tahu
dari pengalaman, berapa harga Co yang harus diambil. Bila tidak ada informasi mengenai
hal tersebut, maka Co dapat diganti dengan Ko (Tabel 6.4).
Faktor beban dinamis Cv, dipakai sebagai faktor dari interaksi sentuhan gigi.
Besarnya faktor dinamis tergantung pada : ketetapan sudut, inersia dan kekakuan benda
yang berputar, gaya yang ditransmisikan, viskositas pelumas dan kekakuan gigi. Bila
beban dinamis dapat dicari, baik melalui perhitungan maupun melalui pengukuran maka
faktor beban dinamis tidak diperlukan lagi karena sudah memakai beban yang dinamis.
Grafik pada Gambar 6.23 dapat dipakai untuk mencari faktor beban dinamis,
menurut AGMA dikelompokkan menjadi 4 kurve dengan pemakaian sebagai berikut :

Kurve 1 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, hanya beben dinamis kecil yang timbul
2. Helical Gear yang presisi, dengan beban dinamis yang relatif kecil.
3. Bevel Gear yang dibuat dengan telita.
Kurve 2 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, ada kemungkinan beban dinamis yang
ringan dapat timbal.
2. Helical Gear dengan kemungkinan beban dinamis ringan.
3. Bevel Gear dengan ukuran besar, dan kemungkinan ada beban dinamis ringan

Kurve 3 untuk :
1. Helical Gear yang dipakai secara umum
2. Helical Gear yang dibuat presisi dengan beban dinamis yang sedang
Kurve 4 untuk :
1. Roda gigi lurus yang dipotong halus, dengan beban dinamis yang sedang.

Elemen Mesin II 36
Roda gigi

2. Roda gigi Lurus yang dipakai secara umum.

Gambar 6.23. Kurve faktor beben dinamis, Cv

Faktor ukuran Cs dimasukkan dalam perhitungan karena kemungkinan adanya


efek dari ukuran roda gigi seperti : ukuran gigi dan panjang kontak gigi, serta efek dari
kekerarasan dan efisiensi pengerasan roda gigi. Bila hal-hal di atas tidak ada masalah
maka nilai Cs = 1. Namun demikian bila hasil test fatique menunjukan indikasi bahwa
tegangan ijin untuk ketahanan fatique menurun dengan bertambahnya ukuran roda gigi,
maka perencana dapat mengambil harga Cs paling besar 1,25.

Elemen Mesin II 37
Roda gigi

Gambar 6-24 Kedalaman pengerasan efektif pada pitch line


(Spur, Helical, Herringbone gears)

AGMA mengisyaratkan bahwa tabel pengerasan permukaan efektif ada


hubungannya untuk memberikan harga lebih dari satu. Gambar 6-24 merupakan gambar
kedalaman pengerasan efektif pada pitch line terhadap normal diameter pitch.
Bila kedalaman pengerasan efektif sesuai dengan yang ditunjukkan pada grafik
tersebut, maka harga Cs dapat diambil satu, bila tidak sesuai maka harga Cs diberi harga
lebih besar dari satu, meskipun tidak ada standard untuk hal itu, tetapi dapat diambil
maksimum 1,25.
Faktor distribusi beban Cm diperhitungkan, karena ada kemungkinan distribusi
beban yang tidak merata pada gigi. AGMA mempertimbangkan beberapa faktor untuk
menentukan besarnya Cm, yaitu faktor :
- kesalahan pemotongan gigi,
- kesalahan pemasangan pada bagian-bagian yang berputar karena adanya
toleransi (sumbu roda dan poros kurang berimpit),
- clearance pada bantalan tidak merata , karena tidak paralelnya poros-poros

Elemen Mesin II 38
Roda gigi

- kekuatan gigi
- poros dan rumah bantalan
- pengaruh temperatur kerja

Gambar 6-25 Grafik Faktor distribusi beban Cm untuk spur gear

Elemen Mesin II 39
Roda gigi

Karena sulit sekali mengevaluasi kekuatan roda gigi yang terpasang pada poros,
apalagi pada saat poros sedang berputar, maka besarnya Cm dapat dinyatakan dengan
Gambar 6-25. Harga Cm bisa diperoleh setelah diketahui nilai bm dibagi b , dimana bm
merupakan lebar permukaan gigi yang bersentuhan 100 %. Nilai bm ini diperoleh setelah
diperoleh harga Ce yang dapat dihitung dengan rumus :
Wt
Ce (6-38)
1000.e
dimana : Wt = beban tangencial atau Ft , lbf
e = aligment error, in/in

Untuk roda gigi yang lebar, harga Cm dapat diperoleh dengan Tabel 6-12 yaitu
untuk roda gigi lupus, helical dan roda gigi pada umumnya.
Jika perbandingan b/d lebih besar dari 2, maka diperlukan analisis yang lebih
detail. Jika proses pengerasan gigi didasarkan atas distorsi dan untuk gigi yang
dikeraskan tanpa proses penyelesaian akhir (finishing) misalnya grinding, maka nilai Cm
diperoleh dari Gambar 6-25 dikalikan dengan 1,05 jika satu elemen dikeraskan, dan
dikalikan dengan 1,10 jika kedua elemen yang dikeraskan.

Elemen Mesin II 40
Roda gigi

Tabel 6-12 Faktor distribusi beban untuk spur, helical dan herringbone gear, Cm
Ratio of b/d Contact Cm
95 % face width contact obtained at one-third torque 1.4 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at full torque 1.1 at full torque
75 % face width contact obtained at one-third torque 1.8 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 1.3 at full torque
35 % face width contact obtained at one-third torque 2.5 at 1/3 torque
1.0 or less 95 % face width contact obtained at fulltorque 1.9 at full torque
20 % face width contact obtained at one-third torque 4.0 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 2.5 at full torque
Teeth are crowned
20 % face width contact obtained at one-third torque 2.5 at 1/3 torque
95 % face width contact obtained at fulltorque 1.7 at full torque
Caculated combined twist and bending of pinion not
over 0.001" over entire face
Pinion not over 250 BHN Hardness
75 % contact obtained at one-third torque 2.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 1.4 at full torque
Over 1 Caculated combined twist and bending of pinion not
but less over 0.0007" over entire face
than 2 Pinion not over 350 BHN Hardness
75 % contact obtained at one-third torque 2.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 1.4 at full torque
75 % contact obtained at one-third torque 4.0 at 1/3 torque
95 % contact obtained at full torque 3.0 at full torque
Calculated effects of
deflection and either
adjust helix angle to
Twist and bending exceeds 0.001" over entire face compensate for deflection
or increase Cm to allow
for both alignment errors
and deflection
Source AGMA

Elemen Mesin II 41
Roda gigi

Gambar 6-26 Grafik Faktor distribusi beban Cm , spur and helical gear

Faktor kondisi permukaan Cf dipengaruhi oleh pengerjaan akhir, tegangan sisa,


plasticity effects.
Bila pengerjaan akhir sangat bagus , atau pasangan gigi tersebut sudah dicoba
sebelumnya maka Cf berharga 1. Bila pengerjaan akhir tidak terlalu baik atau
kemungkinan masih ada tegangan sisa, maka Cf diberi harga 1,25. Bila kedua faktor
terjadi bersama-sama, yaitu pengerjaan akhir tidak terlalu baik dan masih ada tegangan
sisa maka Cf diberi harga 1,5.
Faktor geametri I merupakan fungsi dari faktor-faktor sebagai berikut : sudut
kontak, gear ratio, panjang garis kontak, base pitch. Gambar 6-25 menunjukkan besarnya
I untuk 3 sudut kontak yang berbeda pada sistem standard roda gigi
Semua faktor-faktor tersebut dapat dicari berdasarkan metode AGMA atau didapat
dari pengalaman pada saat membuat prototype secara langsung. Dengan demikian maka
besarnya tegangan kompresi yang terjadi pada roda gigi dapat diketahui. Tegangan yang
terjadi ini harus dibandingkan dengan tegangan ijinnya, untuk melihat apakah roda gigi
tersebut memuaskan atau tidak memuaskan ditinjau dari keausan. Diakatakan
memuaskan bila tegangan ijinya lebih besar dari pada tegangan yang terjadi, sebagaimana
ditunjukkan oleh persamaa 6-39

Elemen Mesin II 42
Roda gigi

Gambar 6-25. Grafik Faktor geometri I external spur gear


a. 14,5 deg pressure angle full depth teeth, standard addendum 1/Dtp
b. 20 deg pressure angle full depth teeth, standard addendum 1/Dtp
c. 20 deg pressure angle full depth teeth, standard addendum 0.8/Dtp

C .C
c ac . L H (6-39)
CT .C R

Dimana : |ac| = tegangan kontak yang diijinkan


CL = faktor umur

Elemen Mesin II 43
Roda gigi

CH = Faktor perbandingan kekerasan


CT = faktpr tmperatur
CR = faktor keamanan
Besarnya tegangan kontak yang diijinkan |ac| adalah fungsi dari beberapa faktor
seperti : material pinion dan gear, jumlah pembebanan setiap saat, ukuran roda gigi,
temperatur, pengerasan, dan besarnya tegangan sisa. Salah satu standar yang dikeluarkan
oleh AGMA untuk perencanaan roda gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 6-13 Tegangan kontak yang diijinkan, Sac atau |ac|

Material
Surface Hardness Sac atau |ac|
min. psi.
Throught hardned
180 Bhn 85-95.000
240 Bhn 105-115.000
300 Bhn 120-135.000
360 Bhn 145-160.000
Steel 440 Bhn 170-190.000
Case carburized
55 Rc 180-200.000
60 Rc 200-225.000
Flame or inductin hardened
50 Rc 170-190.000
Cast iron
AGMA grade 20 50-60.000
AGMA grade 30 175 Bhn 65-75.000
AGMA grade 40 200 Bhn 75-85.000
Nodular iron 90-100% of the
Annealed 165 Bhn Sac value of
Normalized 210 Bhn steel with the
Oil quench & Temper 255 Bhn same hardness
Bronze UTS min, psi Sac, psi
Tin Bronze AGMA 2C
(10 - 12% Tin) 40.000. 30.000.
Al-Bronze ASTM B
148-52 (Alloy 9C-H.T) 90.000. 60.000.
Souece : AGMA

Elemen Mesin II 44
Roda gigi

Faktor umur CL , dimaksudkan untuk memenuhi umur roda gigi yang diharapkan.
Faktor tersebut mempertimbangkan: besar pembebanan, besar tegangan kontak dan faktor
kelelahan. Bila umur yang diperlukan 10 x 106 cycle atau lebih, maka harga CL = 1. Bila
umur yang diinginkan hanya 10.000 cycle, mka harga CL = 1,5 dan seterusnya, lihat
Gambar 6-26.

Gambar 6-26 Faktor umur, CL


Faktor perbandingan kekerasan CH, selain didasarkan pada kekerasan juga
didasarka pada perbandingan gigi. Tabel 6-14, memperlihatkan beberapa tipe kombinasi
kekerasan gigi yang banyak dipakai.

Tabel 6-14 Kombinasi kekerasan untuk gear dan pinion


Gear BHN Pinion BHN
180 210
210 245
225 265
245 285
255 300
270 315
285 335
300 350

Elemen Mesin II 45
Roda gigi

Gambar 6-27 Faktor perbandingan kekerasan, CH

Disebabkan karena tegangan baja yang diijinkan, berbeda sesuai dengan


temperatur, maka temperatur akan membatasi faktor CT yang terjadi. Harga CT = 1 biasa
digunakan untuk CT ketika temperatur naik tidak lebih dari 250 oF. Harga yang lebih
besar dari 1 dipaki untuk roda gigi yang mengalami karburising pada temperatur
pelumasan di atas 180 oF. Untuk lebih baiknya dianjurkan memapai rumus empiris di
bawah ini.

Elemen Mesin II 46
Roda gigi

460 TF
CT (6-40)
620
Dimana : TF = temperatur puncak (peak operating temperature) dari operasi
minyak pelumas, oF

Faktor keamanan CR , memungkinkan seorang perencana untuk merencanakan


resiko yang akan terjadi atau merencanakan dengan tingkat keamanan yang tinggi,
maksudnya adalah pemakaian yang tahan uji. Tabel 6-15 menyusun beberapa harga CR

Tabel 6-15. Faktor keamanan (Factor of safety), CR


Requirements of application CR
High reiability 1,25 or higher
Fewer than one failure in 100 1,00
Fewer than one failure in three 0,80

Untuk menyimpulkan keputusan apakah perencanaan roda gigi tersebut aman terhadap
tegangan keausan, maka dapat dipakai persamaan 6-39 yang sudah dibahas di depan.
Seorang perencana sering tertarik pada perhitungan daya maksimum yang
diijinkan (maximum allowanable horsepower). Persamaan 6-41 dapat dipakai untuk
mencari daya yang diijinkan tersebut.
n p .b I .C v ac .d .C L .C H
Pac (6-41)
126.000 C s .C m .C f .C o C .C .C
p T R

Dimana : |Pac| = daya yang diijinkan, HP


np = putaran pinion, rpm

6.2. Helical Gear


Helical gear dipakai dengan tujuan untuk daya yang lebih besar, putaran tinggi yang lebih
tinggi, mengurangi kebisingan, kedudukan poros tidah hanya parallel tetapi bias juga

Elemen Mesin II 47
Roda gigi

bersilangan.. Perlu diingat bahwa secara garis besar ada perbedaan penggunaan antara spur gear
dengan helical gear. Spur gear secara umum dipakai untuk putaran-putaran rendah dan pada
system dimana pengontrolan kebisingan tidak menjadi masalah. Helical gear dipakai dengan
maksud untuk putaran tinggi, pemindahan daya yang besar, atau masalah kebisingan harus
diperhatikan.

Gambar 2.32. Helical Gear

Yang dimaksud dengan putaran tinggi bila putarannya mencapai 3600 rpm atau lebih, atau
kecepatan pitch linenya mencapai 5000 ft/menit.
Yang membedakan antara spur gear dan helical gear adalah kedudukan gigi terhadap sumbu
rodanya. Pada spur gear gigi-giginya dibuat parallel dengan sumbu roda, sedangkan pada helical
gear gigi-giginya dibuat membentuk sudut secara tetap terhadap sumbu rodanya. Dengan arah
gigi yang membentuk sudut terhadap sumbu rodanya maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
ada gigi yang mengarah ke atas dan ke bawah, atau disebut right-hand helical gear dan left-hand
helical gear. Untuk membedakan mana helical gear yang right-hand dan left-hand, sama dengan
cara untuk membedakan antara ulir kanan dengan ulir kiri. Di dalam pemakaiannya sepasang gear
(pinion dan gear) pasti yang satu right-hand dan yang lain left-hand.

2.2.2.1 Beban pada Helical Gear

Sepasang roda gigi helical pada poros yang parallel, harus mempunyai sudut helix yang
sama, dan mempunyai pitch dan sudut tekan yang sama pula. Kekurangan yang nyata pada spur
gear adalah bahwa pada saat gigi bersentuhan, maka kontaknya merupakan garis yang disebut
garis kontak. Hal ini terjadi seketika, dan akan menimbulkan shock, dan untuk mengurangi efek
shock ini besarnya beban yang ditrasmisikan harus dikurangi, sekaligus untuk mengurangi
kebisingan.
Masalah ini akan berkurang bila memakai roda gigi helical, karena kontak awal akan
merupakan titik dan akan berubah menjadi garis yang bertambah panjang selama terjadi kontak.
Keberatan yang terjadi apabila memakai roda gigi helical adalah dengan adanya sudut helix, akan
menimbulkan beban thrust (aksial terhadap poros), selain beban tangensial yang berlainan arah.

Elemen Mesin II 48
Roda gigi

Tiga komponen dari beban normal yang bekerja pada roda gigi helical dapat dilihat pada gambar
2.33.

Gambar 2.33. beban pada Helical


gear

Gambar 2.34 distribusi gaya

Ft = Fn . cosn.cos
Fr = Ft.tan = Fn . sin n
F thrust = Ft. tan =
Fn.sin . cosn

Dimana:
Ft = Gaya tangensial
Fr = Gaya radial
Fn = Gaya normal

Beban thrust mengharuskan memakai bantalan yang dapat menahan beban thrust, sebaik
menahan beban radial. Pemakaian thrust bearing dapat dihindari apabila memakai roda gigi jenis
herringbone, yaitu roda gigi helical dengan separo permukaan roda berupa gigi right-hand dan
separo left-hand. Dengan demikian beban thrust yang dihasilkan oleh sepasang gigi ini akan
saling meniadakan, untuk mengetahui kearah mana beban thrust tersebut, dapat dipakai pedoman
hokum tangan kanan dan kiri pada roda penggerak (driver).

2.2.2.2 Ukuran Geometri pada Helical Gear

Elemen Mesin II 49
Roda gigi

Gambar 2.35 Geometri helical gear

Dari gambar 2.35, ini menunjukan helical gear dengan beberapa ukuran geometri yang
penting. Sudut Helix adalah sudut antara garis yang searah gigi dengan garis sumbu poros dimana
roda gigi tersebut berada. Tidak ada standart untuk sudut helix ini, sebab roda gigi helical tidak
dimaksudkan untuk ditukar dengan pasangan yang lain. Besarnya sudut helix yang biasa dipakai
antara 15o dan 30 o, tapi mungkin saja dibuat diluar harga-harga tersebut. Namun demikian
karena besarnya beban thrust akan dipengaruhi langsung oleh besarnya sudut helix, maka
sebenarnya besarnya beban thrust ini yang membatasi besarnya sudut helix.
Sudut helix yang besar akan mengakibatkan gaya thrust yang besar dan sebaliknya pada
sudut helix yang kecil akan memindahkan beban dengan tenang. Tidak seperti pada spur gear
yang hanya mempunyai diametral dan circular pitch, geometri pada helical gear ada tambahan
pitch.
Normal circular pitch Pn adalah jarak antara dua titik pada gigi yang ada pada satu bidang,
yang tegak lurus terhadap sudut helix. Transverse circular pitch p diukur pada bidang yang tegak
lurus sumbu poros. Aksial pitch Pa adalah jarak yang diukur dari bidang sejajar sumbu poros.
Hubungan antaran Pn, P, Pa dapat dilihat pada rumus dibawah ini:
Pn = p cos
Pa = p cot
P = Nt/d
Dimana P adalah diametral pitch pada bidang yang tegak lurus sumbu poros, Nt = jumlah gigi
gera, d diameter circle dan Pn = normal diametral pitch

P . p = ; Pn . pn = dan Pn = P/ cos

Dengan maksud untuk mendapatkan pemindahan beban yang tenang, maka lebar gigi W
pada helical gear biasanya dibuat paling tidak 20% lebih besar dari axial pitch Pa. Tetapi
sebenarnya lebar gigi dihitung berdasarkan beban yang bekerja pada gigi. Setelah ditambah 20%
lebar gigi dianggap sebagai lebar minimum. Dalam kenyataannya sering kali perencana membuat
lebar gigi sampai dua kali axial pitch. Dua sudut tekan terdapat pada helical gear, yang satu
diukur dari transverse plane dan yang lain diukur dari bidang normal. Secara mudah dari segitiga

Elemen Mesin II 50
Roda gigi

yang ada gambar uraian gaya normal yang lalu dapat dilihat hubungan antara ketiga sudut yang
ada pada helical gear :

tan n = tan . cos


sedang besaran geometri lainnya sama seperti spur gear.

.(2.25)

..(2.26)

2.2.2.3 Jumlah Gigi Equivalent

Kembali pada gambar yang menunjukan ukuran geometri, bidang normal terhadap gigi
roda gigi akan memotong silinder (roda) berbentuk ellip. Bentuk gigi yang terbentuk pada bidang
ellip ini, dengan radius kelengkunbgan ellip, akan berbentuk spur gear yang mempunyai sifat-
sifat sama seperti helical gear sebenarnya. Radius ellip adalah:

(2.27)

Dimana = radius kelengkungan ellip dan d = diameter pitch circle.


Jumlah gigi yang equivalent dengan spur gear pada bidang normal disebut jumlah gigi
equivalent atau formative. Jumlah gigi equivalent dapat dihitung dengan rumus:

Nte = Pn . 2 . rc (2.28)

Dimana : Pn = normal diameter pitch, dengan demikian :

Nte = Pn . 2. d/2 cos2

Dengan mengganti Pn = dan P =

Didapat :

Nte = . =

Nte = ...(2.29)

Elemen Mesin II 51
Roda gigi

2.2.2.4 Beban Dinamis pada Helical Gear

Beban dinamis yang bekerja pada gigi helical gear dapat diperkirakan dengan rumus:

Fd =

Dimana :
Fd = Beban dinamis
Vp = pitch line velocity

2.2.2.5 Tegangan Bending pada Helical Gear

Tegangan bending pada helical gear dapat dicari memakai modifikasi bentuk rumus Lewis
atau dengan formula AGMA
Persamaan Lewis (setelah dimodifikasi)

Fb = ..(2.30)

Rumus ini dipakai untuk mencarikekuatan bending dari gigi helical, asal factor bentuk Y
diambil dari table, dengan menggunakan jumlah gigi equivalent. Normal diametral pitch Pn
dipakai sebab pada gigi yang menyebabkan tegangan bending adalah normal terhadap permukaan
gigi pada bidang normal. Fb harus sama atau lebih besar dari beban dinamis Fd yang dihitung
dengan rumus diatas. Persamaan-persamaan AGMA pada spur gear yang dapat diterapkan pada
helical gear adalah: (deutschman, 1995)

t =
Dimana:

t = Tegangan yang terjadi pada kaki gigi


K0 = Faktor koreksi beban lebih
KS = Faktor koreksi ukuran
Km = Koreksi distribusi beban
KV = Faktor dinamis
J = Faktor geometri

Dan persamaan tegangan maksimum yang diijinkan untuk perencanaan adalah:

Sad =

Dimana:

Elemen Mesin II 52
Roda gigi

Sad = tegangan ijin maksimum perncanaan


Sat = Tegangan ijin material
KL = Faktor umur
KR = Faktor keamanan
KT = Faktor temperature

2.2.2.6 Kekuatan Permukaan Gigi pada Helical Gear


Persamaan Buckingham untuk beban aus yang diperbolehkan adalah dengan modifikasi
sedikit rumus Fw yaitu :

..(2.31)

Dimana :

Fw = Beban aus
= diameter pinion
K = Faktor beban aus lihat tabel

Simbul-simbul pada rumus ini mempunyai arti yang sama seperti pada spur gear, kecuali
harga K dicari dengan memakai sudut tekan normal . Jalan lain untuk persamaan beban
keausan pada helical gear dengan memakai metode AGMA.Dasar persamaan keausan adalah:

C = Cp.

Dimana:
C =Tegangan tekan yang terjadi
Cp = Kooefesien yang tergantung dari sifat elasi
tisitas bahan
Ft = Gaya tangensial yang ditransmisikan, dalam lb.
Co = Faktor beban lebih
Cv = Faktor dinamis
d = Diameter pinion dalam inchi
b = Lebar gigi yang paling kecil dalam inchi
Cs = Faktor ukuran
Cm = Faktor distribusi beban
I = Faktor geometri
Cf = Faktor kondisi permukaan

Sac ( ).

Elemen Mesin II 53
Roda gigi

Dimana :

Sac = Tegangan kontak yang diijinkan bahan


Cl = Faktor umur
CH = Faktor perbandingan internasional
CT = Faktor temperature
CR = Faktor keamanan

2.3. Perencanaan Poros

Poros adalah salah satu komponen dari elemen mesin yang memiliki fungsi menerima
atau penerus daya dan mendistribusikannya, disertai dengan. Poros merupakan salah satu bagian
terpenting untuk meneruskan tenaga bersama dengan putaran. Poros diklasifikasikan menurut
jenis pembebanan sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni dan lentur, daya ditransmisikan kepada poros ini
melalui kopling,roda gigi,pully sabuk atau sprocket rantai dan lain-lain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utama
berupa puntiran disebut spidel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus
kecil dan bentuk dan ukuran harus kecil.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang dimana tidak mendapat beban
puntir bahkan
kadang-kadang tidak boleh berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
d. Poros
Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang
digerakkan.Poros ini mendapat beban punter murni dan lentur.
e. Poros Luwes
Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme,dimana putaran poros dapat
membentuk sudut dengan poros lain,daya yang dipindahkan biasanya kecil. Fungsi poros dalam
hal ini sangat vital, sehingga diperlukan perencanaan yang tepat agar tidak terjadi resiko dan
kelalaian permesinan. Untuk itu dalam perencanaan poros perlu diperhatikan :

a) Kekuatan poros.
Sebuah poros harus direncanakan kekuatannya sehingga mampu menahan beban-beban
yang terjadi
seperti puntir, lentur, tarik dan tekan dsb. Juga harus diperhatikan tentang : kelelahan, pengaruh
konsentrasi tegangan dsb.

b) Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang tinggi tetapi jika lenturan atau
refleksi puntirannya
terlalu besar, maka akan mengakibatkan ketidaktelitian, getaran dan suara. Karena itu kekakuan
poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh mesin.

c) Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka pada suatu harga tertentu akan timbul getaran yang
cukup besar. Putaran yang menghasilkan getaran yang besar tersebut disebut putaran kritis, jika

Elemen Mesin II 54
Roda gigi

mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerja poros lebih rendah
dari putaran kritisnya.

d) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih selain itu pula untuk poros yang terancam
kavitasi bahan harus
diperhatikan dan poros-poros yang sering berhenti 15 lama. Pada perhitungan poros, yang akan
ditentukan adalah diameter poros. Untuk dapat menentukan diameter poros tsb, maka perlu
diketahui tegangan yang diterima atau yang ditimbulkan oleh mekanisme yang terpasang pada
poros, seperti : tegangan bending, tegangan torsi, tegangan kombinasi antara bending dan torsi.
Kemudian dicari tegangan resultan terbesar dari setiap titik pada poros. Dan rumus-rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Momen Torsi

f. Satuan English :

[Machine Design Theory and Practice, 1975 : 334]


Dimana :

T = momen torsi yang terjadi dalam (lb in)


P = Daya yang ditransmisikan (hp)
n = Kecepatan keliling ( rpm )

Dimana :

T = momen torsi yang terjadi dalam kg.mm


P = daya yang ditransmisikan dalam (p)
n = putaran yang terjadi dalam rpm

Sesuai dengan pembebanannya, maka pada CVT ini termasuk dalam poros transmisi. Dengan
demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan lentur, sehingga pada permukaan 16 poros
akan terjadi tegangan geser karena momen puntir dan tegangan tarik karena momen lentur.
Gabungan akibat momen
bending dan momen lentur tersebut dapat dinytakan dengan dengan persamaan sebagai berikut:
(Deutschman, 1995)

( 2.32 )

Untuk bahan poros pejal:

Elemen Mesin II 55
Roda gigi

Sehingga tegangan maksimum untuk poros pejal adalah sebagai


berikut: salah kurungnya

... ( 2. 33 )

Dari perencanaan adalah tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin,
sehingga:

..(2.34 )

Dari persamaan (2.34) tersebut besarnya diameter poros (ds)


dapat dihitung dengan satuan (inc)
Dimana
Mb = Momen bending total
Mt = Momen Torsi total
Ks = Koefisien Konfersi dari teganan tarik ke geser
Syps = Yeild Point geser (0.5 Syp)
N = Angka keamanan

2.4.Perencanaan Bantalan
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga
putarannya dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang. Syarat utama dari
bantalan adalah harus kuat menahan beban sehingga kinerja dari proses atau elemen mesin
lainnya berfungsi dengan baik. Selain itu, dalam perencanaan bantalan, diperhitungkan pula umur
(life). Pada perencanaan alat ini digunakan bantalan gelinding. Pemilihan bantalan ini
berdasarkan standart AFBMA.
Adapun hal-hal yang perlu untuk diperhatikan dalam pemilihan dan perhitungan bantalan
adalah sebagai berikut :
Kapasitas nominal bantalan gelinding Ada 2 macam kapasitas nominal pada bantalan gelinding
yaitu :

Elemen Mesin II 56
Roda gigi

- kapasitas nominal bantalan dinamis spesifik ( c ) yaitu beban dalam arah tetap dan konstan yang
diterima oleh sejumlah bantalan yang berputar 106 putaran yang mana 90% dari bantalan tersebut
tidak mengalami kerusakan.
- kapasitas bantalan nominal static ( co ) adalah beban radial yang diterima oleh bantalan
sehingga total yang deformasi permanen gelinding dan cincin maksimal 0,001 kali diameter
elemen gelinding.

2.4.1Perhitungan Beban Ekivalen


Beban ekivalen beban radial yang bekerja pada bantalan dengan ring dalam yang berputar
dan ring luar yang tetap yang akan memberikan umur yang sama seperti bila bantalan bekerja
dengan kondisi nyata untuk beban dan putaran yang sama.Untuk sebuah bantalan yang menerima
beban radial Fr dan beban aksial Fa maka beban ekivalen P sebagai berikut :

Dimana:
P = beban ekivalen (lb)
Fr = beban radial (lb)
Fa = beban aksial (lb)
V = faktor putaran, ring dalam yang berputar
V = 1, ring luar yang berputar V = 1,2
X = faktor beban radial (lihat tabel A.9)

Hasil perhitungan beban ekivalen diatas tidak memperhitungkan adanya beban kejut dan
impact, maka agar lebih aman dari beban dan dapat menghindari kerusakan pada bantalan lebih
awal. Persamaan untuk mencari beban ekivalen menjadi :

Dimana ;
Fs = konstanta kondisi beban, didapat dari tabel A-16
Bila Beban Radial jauh lebih besar dari pada beban aksial,
maka beban ekivalen dapat ditulis sebagai berikut:
P =V.Fr

2.4.2 Umur bantalan


Dengan menggunakan tabel tentang Bantalan akan
didapatkan harga co dan c yang tergantung dari diameter lubang.
Seri dimensi bantalan dan jenis bantalannya, sehingga umur
bantalan depan kepercayaan 90% dapat dihitung sebagai berikut :

( 2.11 )

6.3. Bevel Gear


6.4. Worm Gear

Elemen Mesin II 57
Roda gigi

BAB VII
PENGANTAR PESAWAT PENGANGKAT

Gambar 6.6. Konsentrasi tegangan pada Roda gigi

Contoh Soal
Rencanakan sistem transmisi dengan Roda gigi lurus (spur gear) halus yang
mampu untuk mentransimikan daya 10 HP dari putaran 3000 rpm menjadi 1000 rpm.
1. Torsi yang terjadi

Elemen Mesin II 58
Roda gigi

N 10
T1 63020 63020 210,06lbf .in
n1 3000

N 10
T2 63020 63020 630,18lbf .in
n2 1000

2. Menentukan jumlah gigi


n2 Nt1 1000 30
rv
n1 Nt 2 3000 90
Jadi : Nt1 = 30 dan Nt2 = 90
3. Menentukan diameter
N t1 N
P atau d1 t1 untuk Roda gigi halus, direncanakan P = 30 sehingga
d1 P
diperoleh besarnya d1 = 1 in dan d2 = 3 in
4. Menentukan gaya-gaya pada Roda gigi
a. Gaya Tangensial, Ft
T1 210lbf .in
Ft 420lbf
r1 0,5in
b. Gaya Normal, Fn
Ft = Fn. Cos
c. Gara Radial, Fr
Fr = Fn. Sin = Ft. tan
5. Menentikan lebar gigi
Y
Fb S .b. y. p S .b
P

Tabel 6.6

Number Allowable Error When Allowable of Error When


of Teeth Share Load Teeth Fail to Share Load
Pinion Load per in,of Face, lb Load per in,of Face, lb
Teeth 500 1000 2000 4000 8000 500 1000 2000 4000 8000
15 0,0004 0,0007 0,0014 0,0024 0,0042 0,0006 0,0011 0,0023 0,0039 0,0064

Elemen Mesin II 59
Roda gigi

20 0,0003 0,0006 0,0011 0,0020 0,0036 0,0006 0,0011 0,0023 0,0039 0,0064
25 and
higer 0,0002 0,0005 0,0009 0,0017 0,0030 0,0006 0,0011 0,0023 0,0039 0,0064

Elemen Mesin II 60
Roda gigi

Elemen Mesin II 61

Anda mungkin juga menyukai