Anda di halaman 1dari 4

Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang disebabkan oleh

peregangan dari kulit yang berlebihan. SD bukan penyakit yang membahayakan, tapi dapat
menyebabkan masalah kosmetik dan psikis pada orang yang memilikinya. Striae distensae
ditandai dengan ruam-ruam atrofi halus berbentuk linear di daerah-daerah kerusakan kulit
yang dihasilkan oleh peregangan kulit. Striae dimulai dengan bentuk yang livid (keunguan),
bergerigi, garis linear yang kemudian akan menjadi berwarna putih dan menyerupai scar
atrophic. (Abele, 1985)

Etiologi Striae Distensae

Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa teori penyebab yang dikemukakan
adalah hiperadrenokortikoid termasuk orang yang menggunakan kortikostreoid topikal,
pembentukan kulit yang abnormal, dan peregangan yang terus-menerus dari kulit. (Hahler,
2006)

Etiologi pasti dari striae ini masih kontroversional dan sebagian disebabkan dari klinis di
mana striae muncul. Striae merupakan hasil akhir dari status fisiologis yang beragam,
termasuk kehamilan, kelebihan adrenokortikoid dan perubahan pada kebiasaan tubuh, yang
bisa dilihat pada perubahan berat badan yang cepat, dan diduga juga adanya kecenderungan
faktor genetik. (Singh, 2005)

Terjadinya striae sangat dihubungkan dengan obesitas. Terdapat prevalensi yang tinggi pada
orang dewasa obese dan anak-anak, tetapi pembentukan striae pada remaja tidak
dihubungkan dengan obesitas, tetapi lebih ke tanda keremajaan, seperti pertumbuhan
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, dan menarche. Pada penelitian penyakit kulit pada
anak-anak dengan transplantasi organ, striae yang dipicu steriod hanya ditemukan pada
remaja dan tidak pada anak yang lebih muda. Striae terlihat pada 90% wanita hamil, akibat
dari gabungan faktor hormonal (hormon adrenokortikal, estrogen, dan relaksin) seiring
dengan meningkatnya tekanan pada jaringan ikat. Pemuda pengangkat beban juga
mempunyai striae pada bahu mereka. Striae juga mucul pada pasien hypercortisolism pada
Cushing’s syndromedan pada orang-orang yang menggunakan steroid topikal. (Singh, 2005)

Telah diteliti juga bahwa striae distensae terjadi pada keadaan cachetic, seperti pada
tuberkulosis, typhoid, dan setelah diet pengurangan berat badan yang intens. Striae juga bisa
terlihat pada pasien anorexia nervosa. Pada kasus yang jarang striae ditemukan pada patien
positif human immunodeficiency virusyang menerima protease inhibitor indinavir, pasien
penyakit hati kronik, dan striae yang idiopatik. (Singh, 2005)

Patogenesis Striae Distensae

Patogenesis pembentukan striae masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi
akibat peregangan kulit yang progresif yang merangsang perubahan matriks ekstraseluler
kulit, termasuk fibrilin, elastin, dan kolagen (Rongioletti, 2003). Arem dan Kisher meyatakan
bahwa striae dibentuk dari perlukaan kulit di mana kolagen kulit ruptur. Pada penelitian,
Sheu et al. menemukan terjadi perubahan elastolisis yang berurutan diikuti dengan degenerasi
sel mast pada fase awal striae distensae.

Perubahan inflamasi diduga terjadi pada fase awal, dengan edema kulit dan pembendungan
perivaskular limfositik. Pada fase berikutnya, terjadi atrofi epidermal dan hilangnya rabung
jaringan. Kemudian, folikel rambut dan turunan kulit di bagian kulit lainnya menjadi tidak
ada. Area striae berbatas tegas dari kulit sekelilingnya oleh daerah padat yang tipis,
eosinofilik, berkas kolagen, dan berbentuk horizontal terhadap permukaan kulit secara
paralel. Terjadi peningkatan kadar glikosaminoglikan, dan serat elastin pada papilari dermis
sangat berkurang bila dibandingkan dengan kulit yang normal. (Singh, 2005)

Gambaran Klinis Striae Distensae

Striae berbentuk skar linear dengan panjang beberapa sentimeter dan lebar antara 1-10 mm.
Pada fase awal, striae berbentuk lesi yang timbul berwarna merah muda/ungu tanpa ada
penekanan, tetapi lambat laun striae menjadi lebih pucat, tertekan, dan berkeriput halus.
(Rongioletti, 2003)

Striae pada umumnya terletak pada lengan atas, daerah paha, daerah perut dan lumbosakral,
tetapi bisa juga mengenai daerah lain, termasuk wajah, daerah lekukan pada striae yang
disebabkan oleh Cushing’s syndromeatau terapi steroid. Pada wanita hamil, striae terdapat
pada daerah abdomen dan payudara. Pada obesitas, striae lebih ringan dengan atrofi yang
lebih sedikit dari striae pada pasien Cushing’s syndrome. (Singh, 2005)

Pada penelitian yang dilakukan Bertin et al. pada tahun 2013, ditemukan bahwa terdapat
penipisan papillare dermis pada kulit yang terkena striae distensae dibandingkan kulit
normal. Penipisan dari papillare dermis ini tergantung dari tingkat keparahan striae distensae.

Diagnosa Striae Distensae

Diagnosa stria distensae dilakukan dengan melihat apakah terdapat garis-garis yang
berbentuk linear di bagian tubuh. Perlu dibedakan dengan linea focal elastolisis, dimana
lesinya berwarna kuning dan dapat diraba. (Rongioletti, 2003)

Pada fase awal striae, dapat ditemukan garis skar berbentuk linear berwarna keunguan atau
merah muda dengan panjang beberapa sentimeter di daerah predileksinya, yaitu seperti di
perut, lengan, paha, dan di daerah bokong. Garis ini disebut striae rubra.

Tetapi setelah beberapa lama, garis tersebut mengalami atrofi dan mengalami pengerutan.
Garis ini akan berubah menjadi warna putih dan disebut sebagai striae alba.
Pengobatan Striae Distensae

Beberapa jenis pengobatan sudah diterapkan, diantaranya:

• Diet dan Olahraga


Hubungan antara diet dan olahraga dalam mengurangi jumlah striae masih dalam
penelitian lebih lanjut, karena sedikitnya data yang menunjukkan hubungan antara
keduanya (Elsaie, 2009). Pengurangan berat badan dengan diet atau kombinasi
dengan diet dan latihan tidak menunjukkan perubahan derajat dari striae distensae.
(Singh, 2005)
• Obat-obat Topikal (Elsaie, 2009)
o Tretinoin
Pada umumnya, pengobatan tretinon menunjukkan perbaikan pada saat
diberikan pada fase akut striae daripada saat fase kronik.
o Krim Hidran/Krim pelembab
Penggunaan krim hidran sebagai terapi dari striae masih diteliti lebih lanjut
apakah memberikan efek yang signifikan dari striae.
o Obat topikal lainnya
Banyak obat yang beredar di masyarakat, tetapi efekasi dari obat-obat tersebut
belum pernah di uji pada penelitian.
• Lasers dan Light Devices
Penggunaan laser yang sekarang banyak digunakan adalah 585-nm flash-lamp-
pumped pulsed-dye laser (PDL), yang dilaporkan dapat meningkatkan kolagen pada
matriks ekstraseluler. Tetapi pada pasien berkulit yang lebih gelap, pengobatan ini
sebisa mungkin dihindari karena dapat menyebabkan perubahan pigmen setelah
pengobatan. (Elsaie, 2009)
Elsaie M, Baumann LS, Elsaaiee LT, 2009. Striae Distensae (Stretch Marks) and Different
Modalities of Therapy: An Update. Dermatologic Surgery. 35:563-573

Dobson RL, Abele DC, 1985. The Practice of Dermatology. Philadelphia: Harper & Row,
Publishers

Hahler, B, 2006. An Overview of Dermatological Conditions Commonly Associated with the


Obese Patient. Ostomy Wound Management. Available from: http://www.o-
wm.com/content/an-overview-dermatological-conditions-commonly-associated-with-obese-
patient. [Accesed 1 June 2014]

Rongioletti F, Romanelli P, 2003. Dermal Infiltrates. In: Kerdel, FA., Jimenez-Acosta, F., ed.
Dermatology Just the Facts. New York: McGraw-Hill

Singh G, Kumar LP, 2005. Striae Distensae. Indian Journal of Dermatology, Venereology
and Leprolology. 71:370-372

Anda mungkin juga menyukai