Disusun Oleh:
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahu merupakan salah satu produk dari komoditas usaha kecil menengah
berbahan baku kedelai (Glycine sp) yang banyak dijumpai di beberapa daerah. Hal
ini dikarenakan proses produksi tahu yang cukup sederhana, ditambah lagi
pemerintah juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk membuka dan
mengembangkan usaha produksi tahu.1 Industri rumahan ini sudah banyak
dikembangkan dalam masyarakat, khususnya di Banda Aceh yang terdapat di
terdapat di Desa Punge.
1
Elly Yuniarti Sani. “Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob
Bersekat Dan Aerob”. (Penelitian Dosen Muda Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Semarang. 2006), h. 1
2
Tuhu Agung R dan Hanry Sutan Winata, “Pengolahan Air Limbah Industri Tahu Dengan
Menggunakan Teknologi Plasma” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 2, No. 2, (2010), h. 20
1
dipisahkan ampas kacang kedelai dan sari kacang kedelai tersebut yang akan
diberikan air cuka sehingga padat menjadi tahu dan dicetak berbentuk kotak kecil,
setelah melalui proses tersebut air nya dibuang menuju ke selokan.3
Hal ini akan berdampak pada masyarakat itu sendiri selain merugikan di
lingkungan sekitar, juga akan berdampak pada kesehatan. Pengolahan yang sesuai
akan mengurangi dampak kerugian yang terjadi misalnya mengolah air limbah
tahu yang banyak mengandung zat seperti karbohidrat, protein, lemak dan unsur
hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe yang mendukung pertumbuhan tanaman, ini
berguna untuk para petani yang mengembangkan hasil produksi tanaman juga
dengan adanya pengolahan ini dapat membantu perekonomian masyarakat dalam
memanfaatkan air limbah tahu untuk dijadikan pupuk cair. Pemanfaatan limbah
tahu perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, seperti limbah
cair tahu yang dapat digunakan sebagai media pupuk organik. Limbah cair tahu
mengandung protein dan lemak yang dominan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.
3
Hasil observasi awal dan wawancara dengan salah satu pekerja di pabrik tahu Desa Punge,
Kota Banda Aceh, tanggal 2 september 2017.
4
Hendro Sunarjo., Bertanam 36 Jenis Sayur, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2013), h. 100
5
Windy Hartanto., Rainbow After Cancer, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2015), h. 94-95
2
Alasan menggunakan tanaman seledri yang dijadikan sebagai objek
penelitian,karena saat masa pertumbuhan benih atau tanaman seledri mudah
diamati proses pertumbuhannya yang tidak lama yaitu 1- 3 bulan, sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan mini riset.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
2. Sebagai informasi tambahan untuk institusi pendidikan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Deskripsi Limbah
1.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. 6
Limbah mengandung bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain. 7
6
Philip Kristanto., Ekologi Industri Edisi Kedua, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013), h. 227.
7
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
5
Pencermaran air oleh detergen buih yang menutup permukaan air
selokan, sungai, kolam dan sebagainya, akan mengurangi daya larut
oksigen dari udara ke dalam air. 8
a) Limbah cair : Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan
baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus
dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya
ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
8
Fety Kumalasari. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih. (Bandung :
Laskar Aksara). h. 39
9
Untung Suwahyono., Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2014), h. 17.
10
A.K. Haghi. Waste Management. (Canada :Nova Science.2010). h. 57
6
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.
b) Limbah padat : Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur
ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang
tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada
suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
Sumber: Catatan Sekolah
c) Limbah gas dan partikel : Udara adalah media pencemar untuk limbah gas.
Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk
gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO 2, NOx, CO,
CO2, hidrokarbon dan lain-lain.
7
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang
bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk
mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan,
memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan
dan fungsi kualitas lingkungan.11
Tahu merupakan salah satu produk olahan biji kedelai yang telah lama
dikenal banyak masyarakat, harganya murah dan mudah didapat. Kedelai
sebagai bahan dasar pembuatan tahu merupakan salah satu jenis tumbuh-
tumbuhan yang banyak mengandung protein dan kalori serta mengandung
vitamin B dan kaya akan mineral.
Pada dasarnya tahu adalah endapan protein dari sari kedelai panas yang
menggunakan bahan penggumpal. Pada waktu pengendapan tidak semua
mengendap, dengan demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat
lain yang larut dalam air akan terdapat dalam limbah cair tahu yang
dihasilkan.15 Limbah tahu dibagi atas 2 yaitu limbah padat dan limbah cair.
Limbah yang keluar dari proses pembuatan tahu terdiri limbah padat yang
keluar dari tahap penyaringan, serta limbah cair dari proses perendaman,
pencucian, penggumpalan, dan percetakan.12
Industri pabrik tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah
cair yang masih banyak unsur-unsur organik, dimana unsur organik itu mudah
11
Suharto.Ign. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. (Yogyakarta : CV. Andi
Offset. 2011)
12
Dika Arya Perdana,Dkk., Penggunaan Starter Envirosolve Dan Biodekstran Untuk
Memproduksi Biogas Dari Bahan Baku Ampas Tahu, Palembang: Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya
8
membusuk dan mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga selain
mencemari air juga dapat mencemari udara sekitar produksi pabrik tersebut.
Limbah cair tahu merupakan air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama
proses pembuatan tahu. Limbah cair tahu banyak mengandung bahan- bahan organik
sehingga berpotensi sebagai pupuk organik. Limbah cair tahu mengandung zat-zat
seperti protein, kalori, lemak, dan karbohidrat. Bahan- bahan organik tersebut dapat
didaur ulang oleh mikroba, sehingga menjadi unsur hara potensial untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman.19 Kandungan unsur kimia dalam 100 ml
limbah cair tahu adalah air sebanyak 4,9 gram, protein 17,4 gram, kalsium 19 mg,
fosfor 29 mg dan zat besi 4 mg. Limbah cair tahu juga mengandung protein,
karbohidrat dan lemak, protein mencapai 40-60%, karbohidrat 20-50%, dan lemak
10%.13 Salah satu upaya pengolahan dan pemanfaatan limbah cair tahu adalah
dengan dijadikan sebagai pupuk cair, karena mengandung unsur-unsur hara yang
diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sehingga limbah cair tahu tidak
hanya bersifat penanganan namun juga memiliki nilai yang bermanfaat bagi
kehidupan.
13
Netty Demak., Perbandingan Antara Pemberian Limbah Cair Tahu Dengan Limbah Teh
Basi Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Spathiphyllum Floribumdum, Prosiding Seminar
Pendidikan Biologi, 2015, h. 472
14
Rahmat Rukmana., Bertanam Seledri, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 18-19.
9
Alef), karena jenis tanaman seledri daun ini lebih menyukai tanah-tanah yang
agak kering dan merupakan salah satu jenis varietas bibit yang paling unggul.
Susunan tubuh tanaman seledri terdiri atas daun, tangkai daun, batang
dan akar. Karakteristik yang khas dari tanaman ini adalah daun berpangkal
pada batang dekat tanah, bertangkai dan bagian bawahnya sering terdapat
daun muda di kedua sisi tangkainya, serta bentuk helaian daunnya
menyerupai lekukan tangan
3.1 Klasifikasi
Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan,
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh- tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Umbellifarales
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Apium
Species : Apium graveolens L.
10
Seledri merupakan tanaman jenis semak dengan tinggi mencapai
50 cm. Batang tidak berkayu, berbentuk persegi, beralur, beruas,
bercabang, tegak dan berwarna hijau pucat.
b) Daun
Daun tanaman seledri termasuk jenis daun majemuk, menyirip
ganjil, anak daun berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujungnya runcing,
tepi beringit, panjang 2- 7,5 cm, bertangkai, pertulangan menyirip, dan
berwarna hijau keputihan.
c) Bunga
Bunga tanaman seledri merupakan bunga majemuk, berbentuk
payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal berlekatan.
d) Buah
Seledri memiliki buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1- 1,5
mm, dan berwarna hijau kekuningan.26
e. Akar
Akar tanaman seledri yaitu akar tanggung dan memiliki serabut
akar yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari
pangkal batang dan akar dapat menembus tanah sampai kedalaman 30
cm, berwarna putih kotor.15
B. HIPOTESIS
Ha : Ada pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan
seledri
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap
pertumbuhan seledri
15
Tim Penulis PS., Agribisnis Tanaman Sayur, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008), h. 26.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Desain Perlakuan
16
Rudi susila dkk., Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama Islam RI, 2012), h. 53-54.
12
P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
P0 P1 P2 P3
13
1. Jarum suntik Untuk mengukur dosis limbah cair tahu
2. Botol mineral sedang Untuk wadah limbah cair tahu dan urin sapi
3. Tabel pengamatan Untuk mencatat data hasil penelitian
4. Alat tulis Untuk mencatat data hasil penelitian
5 Penggaris Untuk mengukur pertumbuhan biji pala
6. Label Untuk memberi tanda pada perlakuan penelitian
7. Botol semprot Untuk menyiram tanaman seledri
8. Polybag Untuk mengisi tanah
9. Kamera Sebagai dokumentasi
D. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu bibit tanaman seledri yang diperoleh dari
toko tani di ulee kareng.
E. Parameter yang diukur
Parameter yang diukur yaitu terhadap semua tanaman seledri dalam
polybag, yang meliputi:
1. Jumlah Daun
Jumlah daun diamati dan dihitung jumlah pertumbuhannya setelah
perlakuan, dengan pengukuruan berskala pada hari ke- 10, 20, 30, 40 setelah
perlakuan.
2. Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman tanaman seledri diukur setelah perlakuan,
dengan pengukuran berskala yaitu pada hari ke- 10, 20, 30, 40 setelah tanam,
yang diukur menggunakan rol atau mistar.17
F. Prosedur Penelitian
1. Pengolahan Tanah
17
Buyung Arlingga., Pengaruh Presentase Naungan Dan Dosis Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.), Jurnal Agrotekbis, Vol. 2, No. 6,
2014, h. 613.
14
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang bersifat
homogen yang diambil dari tanah jenis timbun.
2. Penyemaian Benih Seledri
Sebelum diberi perlakuan, bibit seledri yang diperoleh dari toko
pertanian terlebih dahulu disemai pada polybag yang lain atau bukan polybag
perlakuan. Penyemaian benih dilakukan saat sore hari, sebelum benih
disemai, tanah yang ada dalam polybag tersebut di beri percikan air agar
tanahnya lembab dan basah. Benih yang akan disemai langsung ditaburkan ke
dalam polybag yang telah disediakan.
3. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa polybag yang disediakan sebanyak
20 unit untuk desain perlakuan beserta pengulangannya. Diisi tanah pada
masing- masing polybag yang telah disediakan sebanyak 3 kg, tanam tanaman
seledri tersebut ke dalam polybag dan berikan nomor pada tiap-tiap polybag
tersebut sebagai perlakuan dan pengulangan penelitian.
Setelah bibit seledri berumur 15 hari disemai, bibit tersebut dipilih secara
homogen, baik dari tinggi batang maupun jumlah daunnya kemudian
dipindahkan ke polybag perlakuan yang telah disediakan 3 tanaman/polybag.
Tanaman yang akan dijadikan perlakuan yaitu pada umur 7 hari setelah
tanam, dan mulai pengambilan datanya setelah 10 hari setelah perlakuan.
4. Penyiraman Tanaman
Penyiraman dilakukan 3 kali dalam jangka 10 hari pada pagi hari.
Konsentrasi pada tiap-tiap polybag yaitu: P0: tanpa pemberian limbah tahu
(kontrol), P1: pemberian limbah cair tahu 150 ml, P2: pemberian limbah cair
tahu 300 ml, P3: pemberian limbah cair tahu 450 ml, P4: pemberian limbah
cair tahu 600 ml.
5. Pengamatan
Pengamatan pada parameter yang diukur dilakukan setiap 10 hari sekali,
yaitu pada umur setelah tanam 10, 20, 30, 40.
15
1. Apabila nilai P-Value (nilai signifikan) > 0,05 maka “ada
2. Apabila nilai P-Value (nilai signifikan) < 0,05 maka “tidak ada
ϓij = μ + βi + Tj + ∑ij
Keterangan :
μ = Rata-rata umum
βi = Efek ulangan ke i
Tj = Efek ulangan ke j
1. Jika KK besar (minimal 10% maka kondisi homogen atau minimal 20%
pada kondisi heterogen), jika uji lanjut yang digunakan sebaiknya ialah uji
Jarak Nyata Duncan (JNTD), karena uji ini merupakan uji yang paling
teliti.
2. Jika KK sedang ( minimal 5-10% pada kondisi homogen atau antara 10-
20% pada kondisi heterogen), uji lanjut yang akan digunakan adalah uji
Beda Nyata Terkecil (BNT), karena uji ini dapat dikatakan beketelitian
sedang.
16
3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang
akan digunakan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Karena uji ini dapat
dikatakan kurang teliti18
18
Kemas Ali hanafiah. Rancangan Percobaan: Teori Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), h. 41.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan :
Tabel : Jumlah daun tanaman seledri hari ke 10
SV Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Perlakuan 4 182,2 45,55 20,86** 3,06 4,89
18
Galat 15 32,75 2,183
Total 19 214,95 47,733
Keterangan : sangat berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05
Tabel: Jumlah daun tanaman seledri hari ke 40 (salwa)
SV Db JK KT Fh F0,05 F0,0
19
P3 7 6 7 5 25 6,2
Jumlah 21,5
SV Db JK KT Fh F0,05 F
0,01
4
Perlakuan 4 20,18 5,045 21,377** 3,06
,89
Galat 15 3,55 0,236
Total 19 23,73 5,282
Keterangan : sangat berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05
D F F
SV JK KT Fh
b 0,05 0,01
20
68,2 7,12 3, 4
Perlakuan 4 17,074
97 0** 06 ,89
Galat 15 35,9 2,39
75 8
Galat 15 56 3,733
21
2. Pembahasan
nyata terhadap pemberian air limbah tahu pada setiap perlakuan pada tanaman
seledri (Apius ). Air limbah tahu mengandung sejumlah unsur hara, seperti
seledri pada hari ke-10 menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol (P0)
diperoleh rata-rata 3 helai daun saja. Jumlah rerata pada perlakuan limbah cair
helai daun, sedangkan pada perlakuan lainnya memiliki rerata yang sama
limbah cair tahu dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman seledri, hasil Analisis Varians α diperoleh nilai Fh= 1,89,
dan F0,05=3,06 berarti Fh<F0,05. Hal ini dikarenakan tanaman masih muda,
menyerap unsur hara dengan optimal. Sehingga jumlah daun yang hasilkan
masih sedikit pada setiap perlakuan, jadi belum terlihat pengaruh pemberian
Media tanam akan berfungsi dengan baik bila didukung oleh faktor-faktor
seperti unsur hara, cahaya, suhu, dan kelembaban. Pengamatan faktor kimia
22
kurang dari 5,5 atau lebih dari 6,5 maka daya larut unsur hara tidak sempurna
lagi, bahkan unsur hara mulai mengendap sehingga tidak bisa diserap oleh akar
tanaman.
kontrol telah ada peningkatan pada jumlah daun menjadi 4 helai daun, pada
memiliki jumlah daun sama dengan kontrol. Kemudian jumlah daun yang
Fh>F0,05.
23