Anda di halaman 1dari 25

Laporan Mini Riset

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.)

Disusun Oleh:

Mailatul Ilmi (140207176)


Nurul Arifah (140207186)
Nur Hafsah (140207188)
Putrianur Riski (140207192)
Desi Sartika Putri (140207193)
Salwa Mahsum (140207207)
Roro Surti Utami (140207209)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2018
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................
i

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ii

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahu merupakan salah satu produk dari komoditas usaha kecil menengah
berbahan baku kedelai (Glycine sp) yang banyak dijumpai di beberapa daerah. Hal
ini dikarenakan proses produksi tahu yang cukup sederhana, ditambah lagi
pemerintah juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk membuka dan
mengembangkan usaha produksi tahu.1 Industri rumahan ini sudah banyak
dikembangkan dalam masyarakat, khususnya di Banda Aceh yang terdapat di
terdapat di Desa Punge.

Industri Tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah


organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair,
tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah
padat. Bahan utama pembuatan tahu adalah kedelai, dimana tahu adalah suatu
olahan dari ekstrak kedelai yang dilakukan dengan penambahan asam cuka.
Limbah tahu banyak mengandung protein dan karbohidrat tinggi sehingga
pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk sangat mudah terjadi.2

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pekerja di pabrik tahu


Desa Punge, kecamata jaya baru, kota Banda Aceh beliau mengatakan kacang
kedelai yang dihabiskan sebanyak 15 kg/hari dan menghabiskan air cuka
sebanyak 3 botol dalam sekali penyiraman pada tahu dilakukan jangka waktu tiga
hari sekali, proses pembuatan tahu dimulai dari rendaman kacang kedelai,
pencucian, perebusan, pengilingan kacang kedelai sampai halus, kemudian

1
Elly Yuniarti Sani. “Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob
Bersekat Dan Aerob”. (Penelitian Dosen Muda Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Semarang. 2006), h. 1

2
Tuhu Agung R dan Hanry Sutan Winata, “Pengolahan Air Limbah Industri Tahu Dengan
Menggunakan Teknologi Plasma” Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 2, No. 2, (2010), h. 20

1
dipisahkan ampas kacang kedelai dan sari kacang kedelai tersebut yang akan
diberikan air cuka sehingga padat menjadi tahu dan dicetak berbentuk kotak kecil,
setelah melalui proses tersebut air nya dibuang menuju ke selokan.3

Hal ini akan berdampak pada masyarakat itu sendiri selain merugikan di
lingkungan sekitar, juga akan berdampak pada kesehatan. Pengolahan yang sesuai
akan mengurangi dampak kerugian yang terjadi misalnya mengolah air limbah
tahu yang banyak mengandung zat seperti karbohidrat, protein, lemak dan unsur
hara yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan Fe yang mendukung pertumbuhan tanaman, ini
berguna untuk para petani yang mengembangkan hasil produksi tanaman juga
dengan adanya pengolahan ini dapat membantu perekonomian masyarakat dalam
memanfaatkan air limbah tahu untuk dijadikan pupuk cair. Pemanfaatan limbah
tahu perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, seperti limbah
cair tahu yang dapat digunakan sebagai media pupuk organik. Limbah cair tahu
mengandung protein dan lemak yang dominan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.

Seledri merupakan sayuran famili Umbelliferaeyang mudah tumbuh pada


kondisi iklim Indonesia, memiliki batang yang basah, serta mudah ditemukan,
umur pertumbuhan yang tidak lama (1-3 bulan). Seledri (Apium graveolens L.)
merupakan tanaman setahun yang berbentuk rumput atau semak, dapat diukur,
dapat diamati pertumbuhan daunnya, dan jumlah daunnya.4 Tanaman seledri
memiliki kandungan yang kaya akan vitamin, asam amino, kalsium, klorin, asam
lemak esensial, folat, inosital, besi, magnesium, mangan, fosfor, potasium,
selenium, sulfur, dan seng sehingga dapat mencegah beberapa penyakit yaitu:
menurunkan kadar kolestrol, kanker, dan tekanan darah tinggi5

3
Hasil observasi awal dan wawancara dengan salah satu pekerja di pabrik tahu Desa Punge,
Kota Banda Aceh, tanggal 2 september 2017.

4
Hendro Sunarjo., Bertanam 36 Jenis Sayur, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2013), h. 100

5
Windy Hartanto., Rainbow After Cancer, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2015), h. 94-95

2
Alasan menggunakan tanaman seledri yang dijadikan sebagai objek
penelitian,karena saat masa pertumbuhan benih atau tanaman seledri mudah
diamati proses pertumbuhannya yang tidak lama yaitu 1- 3 bulan, sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan mini riset.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan upaya dan solusi


untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh limbah industri tahu dengan
memanfaatkan limbah air tahu yang memiliki kandungan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman selederi. Dengan demikian mini riset dengan judul
“Pengaruh Pemberian Air Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Seledri (Apium graveolens L.) ” perlu untuk dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan


seledri (Apium graveolens L) ?
2. Bagaimana perbandingan pertumbuhan seledri dengan penggunaan air
limbah tahu sebanyak 50 ml, 100 ml, 150 ml ?

C. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap
pertumbuhan tanaman coklat
2. Untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan seledri dengan
penggunaan air limbah tahu sebanyak 50 ml, 100 ml, 150 ml ?
D. MANFAAT

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi masyarakat untuk memanfaatkan air limbah tahu menjadi pupuk


cair untuk meningkatkan produksi tanaman.

3
2. Sebagai informasi tambahan untuk institusi pendidikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya untuk menambah wawasan tentang pengaruh


pemberian air limbah tahu terhadap petumbuhan bibit kakao.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Deskripsi Limbah
1.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. 6
Limbah mengandung bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah zat, energi, dan komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain. 7

2.1 Sumber Limbah

Berdasarkan Sumber yang menghasilkan limbah dapat dibedakan


menjadi lima yaitu:

a) Limbah rumah tangga (limbah domestik) adalah sampah jenis


plastik dan detergen. Limbah sampah plastik tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme seperti halnya sampah organik. Penduduk yang
tinggal di pemukiman, perumahan dan perkampungan dalam
kesehariannya menggunakan detergen untuk mencuci pakaian,
perkakas rumah tangga, bahkan mungkin kendaraan bermotor.
Detergen mempunyai daya larut terhadap minyak maupun lemak
cukup baik, sehingga daya bersihnya terhadap kotoran minyak dan
bahan lainnya cukup tinggi. Namun, limbah detergen sukar diuraikan
oleh mikroorganisme sehingga limbah detergen aktif bertahun-tahun.

6
Philip Kristanto., Ekologi Industri Edisi Kedua, (Yogyakarta: Andi Offset, 2013), h. 227.

7
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

5
Pencermaran air oleh detergen buih yang menutup permukaan air
selokan, sungai, kolam dan sebagainya, akan mengurangi daya larut
oksigen dari udara ke dalam air. 8

b) Limbah Industri merupakan hasil produksi aktifitas industri (pabrik).


Industri yang tergolong dalam rumah tangga, seperti industri
pembuatan tahu dan industri perkayuan, menghasilkan limbah-limbah
organik yang merupakan sisa hasil proses produksi. Limbah
organik tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali agar
tidak mencemari lingkungan. Salah satu alternatifnya ialah diolah
sebagai bahan baku kompos. 9

c) Limbah pertanian merupakan limbah padat yang dihasilkan dari


kegiatan pertanian, contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, kayu
dan lain-lain. 10

3.1 Karakteristik Limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan


menjadi 4:

a) Limbah cair : Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan
baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus
dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya
ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air

8
Fety Kumalasari. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih. (Bandung :
Laskar Aksara). h. 39

9
Untung Suwahyono., Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2014), h. 17.

10
A.K. Haghi. Waste Management. (Canada :Nova Science.2010). h. 57

6
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

b) Limbah padat : Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur
ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang
tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada
suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
Sumber: Catatan Sekolah

c) Limbah gas dan partikel : Udara adalah media pencemar untuk limbah gas.
Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk
gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO 2, NOx, CO,
CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

d) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Suatu limbah digolongkan


sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat
dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang
berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah
satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat

7
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang
bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk
mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan,
memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan
dan fungsi kualitas lingkungan.11

4.1 Limbah Cair Tahu

Tahu merupakan salah satu produk olahan biji kedelai yang telah lama
dikenal banyak masyarakat, harganya murah dan mudah didapat. Kedelai
sebagai bahan dasar pembuatan tahu merupakan salah satu jenis tumbuh-
tumbuhan yang banyak mengandung protein dan kalori serta mengandung
vitamin B dan kaya akan mineral.

Pada dasarnya tahu adalah endapan protein dari sari kedelai panas yang
menggunakan bahan penggumpal. Pada waktu pengendapan tidak semua
mengendap, dengan demikian sisa protein yang tidak tergumpal dan zat-zat
lain yang larut dalam air akan terdapat dalam limbah cair tahu yang
dihasilkan.15 Limbah tahu dibagi atas 2 yaitu limbah padat dan limbah cair.
Limbah yang keluar dari proses pembuatan tahu terdiri limbah padat yang
keluar dari tahap penyaringan, serta limbah cair dari proses perendaman,
pencucian, penggumpalan, dan percetakan.12
Industri pabrik tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah
cair yang masih banyak unsur-unsur organik, dimana unsur organik itu mudah

11
Suharto.Ign. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. (Yogyakarta : CV. Andi
Offset. 2011)

12
Dika Arya Perdana,Dkk., Penggunaan Starter Envirosolve Dan Biodekstran Untuk
Memproduksi Biogas Dari Bahan Baku Ampas Tahu, Palembang: Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya

8
membusuk dan mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga selain
mencemari air juga dapat mencemari udara sekitar produksi pabrik tersebut.
Limbah cair tahu merupakan air sisa penggumpalan tahu yang dihasilkan selama
proses pembuatan tahu. Limbah cair tahu banyak mengandung bahan- bahan organik
sehingga berpotensi sebagai pupuk organik. Limbah cair tahu mengandung zat-zat
seperti protein, kalori, lemak, dan karbohidrat. Bahan- bahan organik tersebut dapat
didaur ulang oleh mikroba, sehingga menjadi unsur hara potensial untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman.19 Kandungan unsur kimia dalam 100 ml
limbah cair tahu adalah air sebanyak 4,9 gram, protein 17,4 gram, kalsium 19 mg,
fosfor 29 mg dan zat besi 4 mg. Limbah cair tahu juga mengandung protein,
karbohidrat dan lemak, protein mencapai 40-60%, karbohidrat 20-50%, dan lemak
10%.13 Salah satu upaya pengolahan dan pemanfaatan limbah cair tahu adalah
dengan dijadikan sebagai pupuk cair, karena mengandung unsur-unsur hara yang
diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sehingga limbah cair tahu tidak
hanya bersifat penanganan namun juga memiliki nilai yang bermanfaat bagi
kehidupan.

2. Deskripsi Seledri (Apium graveolens L)

2.1 Karakteristik Tanaman Seledri


Seledri merupakan tanaman setahun atau dua tahun yang berbentuk
semak atau rumput. Berdasarkan habitus pohonnya seledri dapat dibagi 3
golongan yaitu: Seledri daun (Apium graveolens L. Var. Secalinum Alef.),
seledri potongan (A. graveolen L. Var. Sylvester Alef.), dan seledri berumbi
(A. graveolens L. Var. Rapaceum Alef.).14 Varietas seledri yang dilakukan
pada mini riset ini adalah seledri daun (A. graveolens L. Var. Secalinum

13
Netty Demak., Perbandingan Antara Pemberian Limbah Cair Tahu Dengan Limbah Teh
Basi Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Spathiphyllum Floribumdum, Prosiding Seminar
Pendidikan Biologi, 2015, h. 472

14
Rahmat Rukmana., Bertanam Seledri, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 18-19.

9
Alef), karena jenis tanaman seledri daun ini lebih menyukai tanah-tanah yang
agak kering dan merupakan salah satu jenis varietas bibit yang paling unggul.
Susunan tubuh tanaman seledri terdiri atas daun, tangkai daun, batang
dan akar. Karakteristik yang khas dari tanaman ini adalah daun berpangkal
pada batang dekat tanah, bertangkai dan bagian bawahnya sering terdapat
daun muda di kedua sisi tangkainya, serta bentuk helaian daunnya
menyerupai lekukan tangan
3.1 Klasifikasi
Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan,
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh- tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Umbellifarales
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Apium
Species : Apium graveolens L.

4.1 Ciri-Ciri Morfologi Seledri

Gambar: Tanaman Seledri


Deskripsi ciri-ciri morfologi seledri (Apium graveolens L.) sebagai berikut:
a) Batang

10
Seledri merupakan tanaman jenis semak dengan tinggi mencapai
50 cm. Batang tidak berkayu, berbentuk persegi, beralur, beruas,
bercabang, tegak dan berwarna hijau pucat.
b) Daun
Daun tanaman seledri termasuk jenis daun majemuk, menyirip
ganjil, anak daun berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujungnya runcing,
tepi beringit, panjang 2- 7,5 cm, bertangkai, pertulangan menyirip, dan
berwarna hijau keputihan.
c) Bunga
Bunga tanaman seledri merupakan bunga majemuk, berbentuk
payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal berlekatan.
d) Buah
Seledri memiliki buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1- 1,5
mm, dan berwarna hijau kekuningan.26
e. Akar
Akar tanaman seledri yaitu akar tanggung dan memiliki serabut
akar yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari
pangkal batang dan akar dapat menembus tanah sampai kedalaman 30
cm, berwarna putih kotor.15
B. HIPOTESIS
Ha : Ada pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan
seledri
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap
pertumbuhan seledri

15
Tim Penulis PS., Agribisnis Tanaman Sayur, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008), h. 26.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen


karena melalui pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang diambil dari adanya
masalah pada suatu penelitian, disebut penelitian kuantitatif karena menghasilkan
angka-angka (kuantitas) dan analisis yang menggunakan statistik. 16 Rancangan
penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu
faktor terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan.

1. Desain Perlakuan

Perlakuan : Limbah cair tahu

Jenis tanaman: seledri (Apium graveolens L.) Perlakuan dilakukan sebagai


berikut :

P0 : tanpa pemberian limbah cair tahu (kontrol)

P1 : pemberian limbah cair tahu 50 ml

P2 : pemberian limbah cair tahu 100 ml

P3 : pemberian limbah cair tahu 150 ml

16
Rudi susila dkk., Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama Islam RI, 2012), h. 53-54.

12
P0 P1 P2 P3

P0 P1 P2 P3

P0 P1 P2 P3

P0 P1 P2 P3

P0 P1 P2 P3

Gambar : Desain Perlakuan

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Mini riset ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri, Banda Aceh. Dilakukan pada
tanggal

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan dalam penelitian antara lain :
Tabel. Alat yang digunakan dalam penelitian.

No. Nama Alat Fungsi

13
1. Jarum suntik Untuk mengukur dosis limbah cair tahu
2. Botol mineral sedang Untuk wadah limbah cair tahu dan urin sapi
3. Tabel pengamatan Untuk mencatat data hasil penelitian
4. Alat tulis Untuk mencatat data hasil penelitian
5 Penggaris Untuk mengukur pertumbuhan biji pala
6. Label Untuk memberi tanda pada perlakuan penelitian
7. Botol semprot Untuk menyiram tanaman seledri
8. Polybag Untuk mengisi tanah
9. Kamera Sebagai dokumentasi

Tabel. Bahan yang digunakan dalam penelitian.

No. Nama Alat Fungsi

1. Tanaman Seledri Sebagai media pertumbuhan kecambah biji pala


2. Tanah Sebagai objek penelitian
4. Limbah Cair Tahu Sebagai subjek penelitian

D. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu bibit tanaman seledri yang diperoleh dari
toko tani di ulee kareng.
E. Parameter yang diukur
Parameter yang diukur yaitu terhadap semua tanaman seledri dalam
polybag, yang meliputi:
1. Jumlah Daun
Jumlah daun diamati dan dihitung jumlah pertumbuhannya setelah
perlakuan, dengan pengukuruan berskala pada hari ke- 10, 20, 30, 40 setelah
perlakuan.
2. Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman tanaman seledri diukur setelah perlakuan,
dengan pengukuran berskala yaitu pada hari ke- 10, 20, 30, 40 setelah tanam,
yang diukur menggunakan rol atau mistar.17
F. Prosedur Penelitian
1. Pengolahan Tanah

17
Buyung Arlingga., Pengaruh Presentase Naungan Dan Dosis Pupuk Organik Cair
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.), Jurnal Agrotekbis, Vol. 2, No. 6,
2014, h. 613.

14
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang bersifat
homogen yang diambil dari tanah jenis timbun.
2. Penyemaian Benih Seledri
Sebelum diberi perlakuan, bibit seledri yang diperoleh dari toko
pertanian terlebih dahulu disemai pada polybag yang lain atau bukan polybag
perlakuan. Penyemaian benih dilakukan saat sore hari, sebelum benih
disemai, tanah yang ada dalam polybag tersebut di beri percikan air agar
tanahnya lembab dan basah. Benih yang akan disemai langsung ditaburkan ke
dalam polybag yang telah disediakan.
3. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa polybag yang disediakan sebanyak
20 unit untuk desain perlakuan beserta pengulangannya. Diisi tanah pada
masing- masing polybag yang telah disediakan sebanyak 3 kg, tanam tanaman
seledri tersebut ke dalam polybag dan berikan nomor pada tiap-tiap polybag
tersebut sebagai perlakuan dan pengulangan penelitian.
Setelah bibit seledri berumur 15 hari disemai, bibit tersebut dipilih secara
homogen, baik dari tinggi batang maupun jumlah daunnya kemudian
dipindahkan ke polybag perlakuan yang telah disediakan 3 tanaman/polybag.
Tanaman yang akan dijadikan perlakuan yaitu pada umur 7 hari setelah
tanam, dan mulai pengambilan datanya setelah 10 hari setelah perlakuan.
4. Penyiraman Tanaman
Penyiraman dilakukan 3 kali dalam jangka 10 hari pada pagi hari.
Konsentrasi pada tiap-tiap polybag yaitu: P0: tanpa pemberian limbah tahu
(kontrol), P1: pemberian limbah cair tahu 150 ml, P2: pemberian limbah cair
tahu 300 ml, P3: pemberian limbah cair tahu 450 ml, P4: pemberian limbah
cair tahu 600 ml.
5. Pengamatan
Pengamatan pada parameter yang diukur dilakukan setiap 10 hari sekali,
yaitu pada umur setelah tanam 10, 20, 30, 40.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil eksperimen dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan Analisis Varian (ANAVA), standar dalam pengambilan keputusan
untuk menguji hipotesis yaitu sebagai berikut:

15
1. Apabila nilai P-Value (nilai signifikan) > 0,05 maka “ada

pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman”.

2. Apabila nilai P-Value (nilai signifikan) < 0,05 maka “tidak ada

pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman”.

ϓij = μ + βi + Tj + ∑ij

Keterangan :

ϓij = Varian yang diukur

μ = Rata-rata umum

βi = Efek ulangan ke i

Tj = Efek ulangan ke j

∑ij = Efek eksprimen dalam ulangan ke i

i = 1.2 .....................B (banyak ulangan)

j = 1.2 .....................A (banyak perlakuan)

Selanjutnya jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji


lanjut dengan ketentuan:

1. Jika KK besar (minimal 10% maka kondisi homogen atau minimal 20%
pada kondisi heterogen), jika uji lanjut yang digunakan sebaiknya ialah uji
Jarak Nyata Duncan (JNTD), karena uji ini merupakan uji yang paling
teliti.

2. Jika KK sedang ( minimal 5-10% pada kondisi homogen atau antara 10-
20% pada kondisi heterogen), uji lanjut yang akan digunakan adalah uji
Beda Nyata Terkecil (BNT), karena uji ini dapat dikatakan beketelitian
sedang.

16
3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen), uji lanjutan yang
akan digunakan yaitu uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Karena uji ini dapat
dikatakan kurang teliti18

18
Kemas Ali hanafiah. Rancangan Percobaan: Teori Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), h. 41.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan :
Tabel : Jumlah daun tanaman seledri hari ke 10

Ulangan (Jumlah Daun Seledri) Rata-rata jumlah daun tanaman


Perlakuan Total
I II III IV seledri
P0 1 2 1 1 5 1,25
P1 1 3 2 1 7 1,75
P2 2 3 2 1 8 2
P3 3 3 4 3 13 3,25
Jumlah 8,25

DATA ANAVA SIDIK RAGAM


SV Db JK KT Fh F0,05
Perlakuan 4 4,3 1,075 1,89tn 3,06
9
Galat 15 8,5 0,567
Total 19 12,8 1,642
Keterangan : tidak berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05

Tabel : Jumlah daun tanaman seledri hari ke 20 (Hafsah)

Ulangan (Jumlah Daun Seledri) Rata-rata jumlah daun tan


Perlakuan Total
I II III IV seledri
P0 3 3 2 3 11 2,75
P1 4 5 3 3 15 3,75
P2 4 4 4 3 15 3,75
P3 5 5 4 4 18 4,5
Jumlah 14,75

DATA ANAVA SIDIK RAGAM

SV Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Perlakuan 4 182,2 45,55 20,86** 3,06 4,89

18
Galat 15 32,75 2,183
Total 19 214,95 47,733
Keterangan : sangat berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05
Tabel: Jumlah daun tanaman seledri hari ke 40 (salwa)

Ulangan (Jumlah Daun Seledri) Rata-rata jumlah


Perlakuan Total
I II III IV seled
P0 3 3 5 3 14 3,5
P1 4 4 5 4 17 4,25
P2 5 4 6 4 19 4,75
P3 6 7 5 4 22 5,5
Jumlah 18

Tabel : Tinggi tanaman dalam 10 hari (mailan)

Ulangan Tinggi tanaman seledri) Rata-rata jumlah


Perlakuan Total
I II III IV seled
P0 1 1 2 2,5 6,5 1,62
P1 1,5 2 1 2 6,5 1,62
P2 3 3,5 3 2 11,5 2,87
P3 2,5 3 3 2 10,5 2,62
Jumlah 8,75

SV Db JK KT Fh F0,05 F0,0

Perlakuan 4 11,473 2,868 17,27** 3,06 4,8

Galat 15 2,493 0,166


Total 19 13,966 3,034
Keterangan : sangat berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05

Tabel : tinggi tanaman dalam 20 hari (putri)

Ulangan Tinggi tanaman seledri) Rata-rata jumlah


Perlakuan Total
I II III IV seled
P0 4 4 4 3,5 15,5 3,87
P1 5 5 5 6 21 5,2
P2 6 6 6,5 6 24,5 6,12

19
P3 7 6 7 5 25 6,2
Jumlah 21,5

DATA ANAVA SIDIK RAGAM

SV Db JK KT Fh F0,05 F
0,01
4
Perlakuan 4 20,18 5,045 21,377** 3,06
,89
Galat 15 3,55 0,236
Total 19 23,73 5,282
Keterangan : sangat berpengaruh nyata pada taraf α= 0,05

Tabel : tinggi tanaman dalam 30 hari (roro)

Ulangan (Tinggi tanaman seledri) Rata-rata jumlah


Perlakuan Total
I II III IV seled
P0 5 5 5 5 20 5
P1 6 6,5 6 6 24,5 6,12
P2 7 7 7 7 28 7
P3 9,5 9 9,5 9 37 9,2
Jumlah 27,375

DATA ANAVA SIDIK RAGAM

D F F
SV JK KT Fh
b 0,05 0,01

20
68,2 7,12 3, 4
Perlakuan 4 17,074
97 0** 06 ,89
Galat 15 35,9 2,39
75 8

Tabel: Tinggi tanaman pada hari ke 40 (nurul)

Ulangan (Tinggi tanaman seledri) Rata-rata jumlah


Perlakuan Total
I II III IV seled
P0 5 5 5 5 20 5
P1 6 6,5 6 6 24,5 6,12
P2 7 7 7 7 28 7
P3 10 10 10 9,5 39,5 9,87
Jumlah 28

DATA ANAVA SIDIK RAGAM


SV Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Perlakuan 4 179,75 44,938 12,037** 3,06 4,89

Galat 15 56 3,733

21
2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, terdapat pengaruh yang

nyata terhadap pemberian air limbah tahu pada setiap perlakuan pada tanaman

seledri (Apius ). Air limbah tahu mengandung sejumlah unsur hara, seperti

Nitrogen, Pottasium, Kalium, Calsium, Magnesium, dan Besi, untuk

mempercepat pertumbuhan pada tanaman. Pengamatan jumlah daun tanaman

seledri pada hari ke-10 menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol (P0)

diperoleh rata-rata 3 helai daun saja. Jumlah rerata pada perlakuan limbah cair

tahu yang memperoleh rata-rata tertinggi adalah P2 (100 ml) menghasilkan 4

helai daun, sedangkan pada perlakuan lainnya memiliki rerata yang sama

dengan kontrol yaitu menghasilkan 3 helai daun saja.

Berdasarkan Analisis Varians (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian

limbah cair tahu dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman seledri, hasil Analisis Varians α diperoleh nilai Fh= 1,89,

dan F0,05=3,06 berarti Fh<F0,05. Hal ini dikarenakan tanaman masih muda,

belum memiliki perakaran yang sempurna sehingga akar belum mampu

menyerap unsur hara dengan optimal. Sehingga jumlah daun yang hasilkan

masih sedikit pada setiap perlakuan, jadi belum terlihat pengaruh pemberian

limbah tahu terhadap pertumbuhan jumlah daun.

Media tanam akan berfungsi dengan baik bila didukung oleh faktor-faktor

seperti unsur hara, cahaya, suhu, dan kelembaban. Pengamatan faktor kimia

dan fisik lingkungan diperoleh dari pengamatan yang dilakukan diperoleh

bahwa pH tanah 6 menunjukkan pH dalam kondisi yang baik. Apabila nilai pH

22
kurang dari 5,5 atau lebih dari 6,5 maka daya larut unsur hara tidak sempurna

lagi, bahkan unsur hara mulai mengendap sehingga tidak bisa diserap oleh akar

tanaman.

Hasil pengamatan pada hari ke-20 menunjukkan bahwa pada perlakuan

kontrol telah ada peningkatan pada jumlah daun menjadi 4 helai daun, pada

perlakuan P1 (50 ml) juga terjadi peningkatan jumlah daun yang

memiliki jumlah daun sama dengan kontrol. Kemudian jumlah daun yang

terbanyak diperoleh oleh P2 (100 ml) memperoleh jumlah daun 8 helai,

sedangkan P3 (150 ml) memperoleh 6 helai daun.

Berdasarkan Analisis Varians (ANAVA), menunjukkan bahwa pemberian

limbah cair tahu dengan berbagai konsentrasi sangat berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan tanaman seledri pada pengamatan hari ke-20, hasil

Anava Varians α diperoleh nilai Fh= 11, 58 dan F0,05=3,06 berarti

Fh>F0,05.

23

Anda mungkin juga menyukai