Anda di halaman 1dari 10

Tips mempelajari bahasa Arab

1. Cintai bahasa Arab


Setiap kali kita hendak meraih sesuatu maka jangan lupakan tips yang pertama ini.
Karena jika kita mencintai sesuatu maka kita akan meraihnya sekuat tenaga tanpa perlu
diperintah. Sebaliknya jika kita membenci sesuatu maka dengan serta merta kita akan
menjauhinya tanpa perlu dilarang.

Pada asalnya watak dan tabiat seorang muslim sejati tidak akan membenci bahasa Arab.
Bagaimana mungkin dia bisa membenci sesuatu yang dia butuhkan dalam kehidupan sehari-
hari?! Diibaratkan orang hidup yang tidak suka makan. Bagaimana mungkin dia tidak suka
makan padahal untuk tetap hidup dia butuh makan. Ketika kita sadar bahwa bahasa Arab itu
dibutuhkan oleh setiap muslim, tentu kita tidak akan merasa berat untuk mempelajarinya.

Mungkin sebagian mereka berkata: “saya tidak benci terhadap bahasa Arab, hanya saja
saya jenuh karena sulit mempelajarinya”. Ketahuilah bahwa tidak ada satu bahasa pun yang
bisa dipelajari sekejap mata. Tidakkah kita perhatikan anak-anak kita ketika mereka kesulitan
melafalkan bahasa Indonesia kata per kata, namun mereka terus berusaha. Bahkan mereka
setahap demi setahap belajar mengucapkan huruf-huruf bibir terlebih dulu seperti m, b, dan p,
sebelum mengucapkan huruf lidah. Adakah anak kita yang baru lahir bisa mengucapkan kata
“kelelawar”? Tidakkah kita malu terhadap anak-anak kita?

Maka untuk menanamkan rasa cinta terhadap bahasa Arab hendaknya kita luruskan
niat. Imam At-Tsa’alaby -rahimahullah- berbagi tips kepada kita agar kecintaan kita terhadap
bahasa Arab tidak luntur di saat kita jenuh mempelajarinya, beliau berkata:
ّ‫ ومَن أحب‬،َ‫ ومَن أحبّ الرسولَ العربيَّ أحبّ العرب‬، ‫"مَن أ َحبّ اهللَ تعاىل أ َحبّ رسولَه حممّدًا‬

"ِ‫ب أحبّ العربيَّة اليت بهانََزلَ أفضلُ الكُتبِ على أفضِل الَعجَمِ والعرب‬
َ ‫العر‬

“Barangsiapa mencintai Allah Ta’ala maka dia akan mencintai Rasul-Nya Muhammad ,
barangsiapa mencintai Rasul-Nya yang berbangsa Arab maka dia akan mencintai bangsa Arab,
barangsiapa mencintai bangsa Arab maka dia akan mencintai bahasa Arab, yang dengannya
diturunkanlah sebaik-baik kitab kepada sebaik-baik manusia”.1

Tips di atas cukup ampuh bagi kita yang mulai putus asa ketika mempelajari bahasa
Arab. Maka senantiasa ingatkan diri kita bahwa cinta kepada bahasa Arab adalah diantara
bukti cinta kita kepada Allah, Pencipta kita.

2. Perbaiki aqidah dan manhaj

Pada tips pertama disebutkan bahwa tidak ada bahasa yang bisa dipelajari sekejap mata.
Lantas mau sampai kapan saya belajar bahasa Arab sedangkan waktu saya terbatas? Saya
masih perlu belajar ini dan itu setelah belajar bahasa Arab...

Tidak perlu khawatir, ada tips agar kita lebih cepat mempelajari bahasa Arab, yaitu
dengan memperbaiki aqidah dan manhaj kita. Apa kaitannya bahasa Arab dengan aqidah dan
manhaj? Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu yang benar aqidah dan manhajnya akan
Allah berikan bashirah (pemahaman yang mendalam) kepadanya, sehingga akan diberkahi

1 Fiqhul lughah: 29
ilmunya serta terhindar dari pemahaman yang menyimpang. Maka tidak heran jika kita dapati
kecerdasan para Ahlu Sunnah lebih berkembang daripada yang lainnya.

Hal ini sejalan dengan perkataan Syaikhul Islam -rahimahullah-:

‫ وأغناه اهللُ بالنورِ الذي بعث‬،‫" فمَن قام مبا جاء به الكتابُ والسنّةُ أشرَفَ على علمِ األولني واآلخرين‬

ُ‫َاتَبعُوا النُّورَالَّذِيأُنِزلََمعَهُ أُولَِئكَ هُم‬ َّ‫ ﴿فَالَّذِينَ آَمنُوابِهِ َوع‬:‫ قال اهلل تعاىل‬،‫ عمّا سِواه‬ ‫به حممدًا‬
َّ‫َزرُوهُ وَنصَرُوهُ و‬

")157 :‫الْمُفِْلحُونَ﴾ (األعراف‬

“Barangsiapa yang berpegang dengan Kitab dan Sunnah maka dia akan mampu menguasai ilmu-
ilmu klasik maupun modern, dan secara khusus Allah akan mencukupinya dengan cahaya yang
dengannya pula Allah mengutus Nabi Muhammad . Allah Ta’ala berfirman: “Maka orang-
orang yang beriman kepada Nabi Muhammad , memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti
cahaya yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (al-A’rof:
157).”1

3. Semangat yang tinggi

Hendaknya kita memiliki semangat yang tinggi dalam meraih ilmu, termasuk ilmu bahasa
Arab. Jangan harap dengan bersantai-santai, banyak tidur, banyak makan, kita bisa meraih ilmu
yang kita inginkan, karena ilmu dengan dunia tidak bisa dimadu. Sebagaimana Ibnul Jauzy -
rahimahullah- berkata:

1 Ash-Shofadiyyah: 1/260
:‫ كما قال املتنبّي‬،‫ب مبقدارِ عُلُوِّها‬
ُ ّ‫"مَن رُزِ َق هِمّةً عاليةًُيعَذ‬

"ُ‫تِعَبتْ يفمُرادِها األجسام‬ ‫وإذا كانت النفوسُكِبارًا‬

“siapapun yang dikaruniai semangat yang tinggi maka dia akan diuji sesuai kadar semangatnya,
sebagaimana al-Mutanabby berkata:

“Jika jiwa (semangat) semakin besar, maka raga akan kelelahan mengikuti keinginannya”.”1

Cukuplah kita tanamkan dalam sanubari sebagai motivasi: “bahasa Arab adalah bahasa

yang luhur )ٌ‫(لغةٌ ساِميَة‬,1 dia tidak bisa diraih melainkan oleh mereka yang berjiwa luhur. Dan

keluhuran sangat erat dengan kesungguhan, adapun kemalasan lebih mendekati kehinaan.”

4. Asah dengan al-Qur’an dan as-Sunnah

Lafadz al-Qur’an merupakan jantungnya bahasa Arab, sehingga para ulama


menjadikannya hujjah utama dalam kaidah bahasa Arab, hal tersebut tidak lain karena

1 Shoidul khothir: 373

2 Kata ٌ‫ سامِيَة‬memiliki 2 makna: yang pertama maknanya “yang luhur” jika dia sebagai isim fa’il dari kata ‫سَمَا‬

maknanya ‫( عَال وارتفع‬tinggi dan luhur), yang kedua maknanya “berasal dari Sam” jika dia sebagai isim nisbah

yang disandarkan pada  ‫( سام بن نوح‬Sam putra Nuh).


lafadznya yang fasih dan mudah, tanpa cacat sedikitpun. Maka diantara nikmat Allah yang
patut kita syukuri adalah Allah mudahkan lafadz al-Qur’an, sehingga siapapun yang “mau”
menghafalkannya akan mampu menghafalnya. Sebagaimana janji Allah dalam surat al-Qomar
ayat 17:

﴾ٍ‫﴿ولَقَ ْديَسَّرْنَاالْقُرْآنَلِلذِّكْرَِفهَْلمِنمُّدَّكِر‬

“sungguh telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk dipelajari, maka apakah ada yang mau
mengambil pelajaran?”

Mujahid mengatakan bahwa bacaannya yang dipermudah. Ibnu Abbas  mengatakan:

"‫ن اآلدميّنيَ ما استطاع أح ٌد من اخلل ِق أن يتكلَم بكالم اهلل‬


ِ ‫ن اهلل يسّره على لسا‬
ّ ‫"لوال أ‬

“seandainya Allah tidak memberi kemudahan pada lidah anak Adam, maka tidak akan ada satu

makhluk pun yang dapat mengucapkan Kalam Allah”.1

Sama halnya dengan sunnah Rasulullah  yang merupakan hujjah kedua setelah al-
Qur’an, karena sesungguhnya Rasulullah  adalah manusia yang paling fasih lisannya di muka
bumi.

Maka dengan seringnya kita membaca al-Qur’an dan as-Sunnah, menghafalkannya,


mentadaburinya, dan mengajarkannya, akan lebih memudahkan dalam mempelajari bahasa Arab
dan menjaganya.

1 Tafsir Ibnu Katsir: 7/478


5. Bergaul dengan orang-orang yang fasih berbahasa Arab

Salah satu cara cepat untuk bisa menguasai bahasa Arab adalah dengan berbaur dalam
suatu komunitas sesama pecinta bahasa Arab. Alangkah baiknya jika kita diberi kesempatan
dan kemampuan untuk bisa belajar langsung ke negeri asalnya sehingga di sana kita bisa
mempraktekkan bahasa Arab kapan pun dan dimana pun. Maka dengan cara ini kita bisa lebih
menghemat waktu.

Namun jika kita belum berkesempatan untuk belajar kepada penutur aslinya, maka ada
banyak pesantren, madrasah, maupun ma’had yang mengajarkan bahasa Arab secara intensif.
Perlu diingat bahwa ilmu bahasa merupakan ilmu aplikatif yakni ilmu yang tidak sempurna
kecuali dengan dipraktekkan. Sehingga ilmu bahasa bukanlah ilmu teoritis yang bisa kita
tinggalkan begitu saja setelah kita mempelajarinya. Itu sebabnya kita butuh komunitas yang
bisa terus mengasah kemampuan bahasa kita. Tidakkah kita perhatikan anak-anak kecil yang
tumbuh dewasa di kampung Arab Badui mereka berbahasa Arab dengan fasih tanpa belajar
kaidah terlebih dahulu? Hal ini membuktikan bahwa bahasa Arab adalah ilmu aplikatif bukan
sekedar teoritis.

6. Catat

Sesungguhnya metode ini tidak hanya khusus untuk bahasa Arab melainkan untuk
semua disiplin ilmu. Ada banyak sekali wasiat yang menunjukkan bahwa mencatat itu metode
ampuh untuk mengikat ilmu. Diantaranya:

"‫ "َقيّدوا العلَم بالكتاب‬:  ‫قال‬


Nabi  bersabda: “ikatlah ilmu dengan tulisan”1

"‫ "إذا مسعتَ شيئا فاكتبه ولو يف احلائط‬:‫وقال الشَّعيب‬

Asy-Sya’by -rahimahullah- berkata: “jika kamu mendengar suatu ilmu maka catatlah meskipun

di atas tembok”1

‫ ﴿عِلُْمهَا عِندَ رَبِّي‬:‫ وقد قال اهلل تعاىل‬،‫ "يعيبون علينا أن نكتبَ العلمَ ونُدَوِّنه‬:‫قال أبو املليح الرَّقِّي‬

)52 :‫فِيِكتَابٍلَّايَضِلُّ رَبِّي وَلَايَنسَى﴾ (طه‬

Abul Malih ar-Roqqy berkata: “mereka mengolok-olok kami karena kami mencatat ilmu dan
membukukannya, padahal Allah Ta’ala berfirman: “Pengetahuan tentang umat-umat terdahulu
ada di sisi Tuhanku, tercatat dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan
lupa”.”3

Ada banyak wasiat lainnya yang sejalan dengan wasiat di atas. Maka catatlah setiap
kali mendapatkan hal baru dari pelajaran bahasa Arab, karena catatan tersebut akan
menguatkan hafalan.

1 Diriwayatkan oleh ad-Darimy dalam sunannya: 497, ath-Thabrany dalam “al-Kabir”: 1/246 no: 700,
dishahihkan oleh al-Albany dalam “Silsilah Shahihah” no. 2026 dengan seluruh jalannya.
2 Kitabul ilmi: 58
3 Taqyidul ilmi: 1/110
7. Kembali ke kitab klasik

Tidak diragukan lagi bahwa para salaf memiliki rasa bahasa yang kuat, ubun-ubun
kaidah bahasa telah mereka pegang dengan erat sehingga memungkinkan mereka untuk langsung
merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Hendaknya kita mengikuti jejak mereka dalam
mempelajari bahasa yang luhur ini.

Abul Barra berkata:

،‫ وازْهدْ يف كتبِ املعاصرين‬،‫ واقرَأْ ما كان جَيِّدَ املستوى منها‬،ِ‫"الزَمْ دراسةَ اللغةِ على منهجِ السلف‬

"‫واعلَْم أنّ اخلريَ الذي فيها موجوٌد يف سابقاتها‬

“biasakanlah mempelajari bahasa Arab dengan metode salaf, bacalah kitab mereka berdasarkan
tingkatannya, dan kurangilah membaca kitab-kitab kontemporer, ketahuilah bahwa setiap
kebaikan yang kita temukan pada kitab kontemporer pasti akan kita temukan pada kitab

klasik”.1

Ibnu Malik -rahimahullah- menyebutkan dalam bait alfiyyah-nya:

‫أصح علَممَن تقدَّما‬


َّ ‫ما كان‬

“alangkah benarnya ilmu orang-orang terdahulu”

Kemudian Syaikh al-Utsaimin -rahimahullah- menjelaskan perkataan Ibnu Malik tersebut:

1 Amaaly as-salafiyyiin: 190


‫ فإنك قد تقرأ عشر‬،‫شوَ يف علمهم وعدم الفائدة‬
ْ ‫ أمّا املتأخّرين فما أكثر ااحل‬،‫"فعلمُ املتقدّمني هو الصحيح‬

‫ وهلذا‬،ُ‫ لكن كتبُ املتقدّمني وعلمهم أصحُّ وأنفع‬،‫ وإذا استفدتَ فالفائدةُ قليلة‬،ُ‫ وال تستفيد‬،ٍ‫صفحاتٍ من كتاب‬

‫ لكنّ العلمَ املكنوزَ جتده‬،ُ‫ فما فيها إال الزَّخرفةُ والتنويعُ والتبويب‬،‫أنا أنصحُ طلبةَ العلم ألّا يقرؤوا يف كتبِ املتأخّرين‬

"‫ب األوّلني‬
ِ ‫يف كت‬

“ilmu orang-orang terdahulu lebih shahih, adapun ilmu orang-orang sekarang terlalu banyak
kata-kata namun hakikatnya tidak berfaedah. Maka tidak heran jika kamu membaca 10
halaman dari kitab (kontemporer), tidaklah berfaedah. Seandainya pun berfaedah, maka hanya
sedikit. Sedangkan kitab-kitab klasik lebih shahih dan lebih bermanfaat. Maka dari itu saya
sarankan kepada para penuntut ilmu agar tidak membaca kitab-kitab kontemporer, karena
isinya hanya dipenuhi dengan kata-kata indah, banyaknya variasi dan bab, sedangkan ilmu

yang padat akan kamu dapati pada kitab-kitab klasik”1

Saya sarankan untuk mempelajari kitab-kitab yang telah direkomendasikan oleh para
pendahulu kita dan telah berhasil mencetak para ahli bahasa, tentu saja dengan menyesuaikan
tingkatannya:

1) Untuk pemula silahkan pelajari kitab “al-Ajurumiyyah” karya Ibnu Ajurrum -


rahimahullah- yang sudah masyhur di kalangan kita. Untuk syarahnya bisa mengambil
kitab “al-Mumti” milik Syaikh Malik al-Mahdzary, di dalamnya disertai contoh-contoh
dari al-Qur’an.

1 Syarh alfiyyah Ibnu Malik li Syaikh Utsaimin: 1/522


2) U ntuk menengah bisa pelajari kitab “Qothrun Nada” milik Ibnu Hisyam -rahimahullah-
Untuk penjelasan kitab ini bisa merujuk kepada syarahnya Syaikh Abdullah bin Shalih
al-Fauzan yang berjudul “Ta’jilun Nada”.
3) Untuk lanjutan setidaknya pelajari kitab “Alfiyyah Ibnu Malik” karena isinya yang
padat namun luas. Syarahnya yang r ingan dan mudah dipahami bisa mengacu pada
“Syarah Alfiyyah” milik Syaikh al-Utsaimin -rahimahullah-.

Akhukum fillah
Abu Kunaiza Rizki, M.A.
Ramadhan 1438 H
di Kampung Santri

Anda mungkin juga menyukai