Anda di halaman 1dari 8

7 Tips Sukses Belajar Bahasa Arab – Bahasa Arab adalah bahasa kaum muslimin.

Bahasa
arab menjadi sangat penting terutama untuk orang-orang non-Arab. Kenapa? Karena
seperti kita orang Indonesia yang tentunya beragama Islam lebih membutuhkan bahasa
arab untuk dipelajari karena bahasa ibu kita adalh bahasa Indonesia, sedangkan al-
Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup kita memakai bahasa arab. Hal ini tentunya
berbeda jika kita adalah warga negara Arab Saudi atau Negara-negara Timur Tengah
lainnya, di sana memakai bahasa arab sebagai bahasa ibu, sehingga tidak mendalaminya
pun sudah bisa memahami al-Qur’an dan hadits. Meskipun demikian, bahasa yang
sekarang dipakai untuk keseharian di negara-negara Arab saat ini sudah jarang
menggunakan bahasa arab fusha, sehingga mempelajari tatabahasa arab pun masih
perlu agar bisa berbahasa arab dengan baik seauai tata bahasa arab yang berlaku.

7 tips sukses ini dibagi kedalam dua faktor, pertama: faktor intern; yaitu dari dalam diri
para pembelajar bahasa Arab; yang terdiri dari niat, tekad, senang dan sabar. Kedua:
dari faktor ekstern; yaitu dari sisi bahasa Arab itu sendiri; yang terdiri dari bahasa adalah
komunikasi, belajarlah bahasa itu dan biasakan belajar terbimbing.

Faktor Intern

Niat

Niat merupakan pondasi penting yang harus kita tanyakan kepada diri kita sebelum kita
melangkah lebih jauh. Kita sebagai seorang muslim patut dan harus menata kembali niat
kita dalam setiap langkah untuk sebuah urusan kita, jangan sampai kita sudah
melangkah begitu jauh, mengorbankan seluruh harta, jiwa, raga dan harta, namun
sayang beribu sayang semua yang kita keluarkan sia-sia bagai debu berterbangan tiada
artinya disebabkan karena niatnya yang kurang pas dan jauh melenceng dari tuntunan
syari`at Islam. Sebagai seorang muslim, kita diberikan kemudahan oleh Allah ta`ala agar
menjadikan setiap aktivitas kita bernilai ibadah, tentunya dengan niat semata-mata
mengharap wajah dan ridha Allah subhanahu wa ta`ala. Kita ingat apa yang dikatakan
oleh Sufyan Al-Tsauri rahimahullah:

‫ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي‬

“Tidak ada sesuatu yang lebih sulit bagiku kecuali niatku”

Dalam mempelajari bahasa Arab, niat awal kita tentunya hanya untuk mengharap wajah
Allah ta`ala. Belajar bahasa Arab bukan untuk riya`, pamer, biar dikatakan syekh Arab,
bukan pula untuk tujuan duniawi, menambah sisi materi, atau untuk mengangkat harga
diri dan lain sebagainya. Rasulullah shalallahu`alaihi wa sallam bersabda:
ً ‫من تعلم عل ًم ا يبتغي به وجه هللا – عز وجل – ال يتعلمه إال ليصيب به عر‬
‫ضا من الدنيالم يجد عرف الجنة يوم‬
‫القيامة‬
“Barang siapa yang belajar suatu ilmu dengan mengharap wajah Allah `azza wa jalla,
kemudian dia tidak belajar kecuali hanya untuk mendapatkan secuil dari urusan dunia,
maka sedikitpun dia tidak akan mendapatkan bau harumnya surga”

Perlu diingat, bahwa ketika kita belajar bahasa Arab, kita tidak hanya belajar bahasa
Arab itu semata, namun sambil belajar kita juga berharap dapat meningkatkan kualitas
pengetahuan keislaman kita dan pengetahuan umum yang tidak bertentangan dengan
syari`at Islam.

2. Tekad

Sebuah rencana pasti mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut harus
bermodalkan tekad yang kuat dan bersungguh-sungguh, terus berjuang pantang
menyerah. Ada sebuah ungkapan Arab yang mengatakan:

‫فإن العلم ال ُي َنال براحة الجسم‬

“Bahwa Ilmu itu tidak akan pernah didapat dengan bersantai-santai”.

Kita lihat bagaimana kisah Imam Al-Kasa`I, Imam penduduk Kufah dalam ilmu Nahwu.
Ketika beliau memulai belajar nahwu, beliau merasa tidak pernah bisa dan hampir putus
asa, suatu hari beliau melihat seekor semut merangkak di dinding membawa sepotong
makanan, ketika mulai merangkak dia terjatuh, lalu bangun kembali, membawa
makanan tadi dan terus merambat ke dinding, dia terus berusaha dan bertekad untuk
terus membawa makan tersebut dan berjalan. Imam al-Kasa`I berkata: “Semut ini begitu
kuat tekadnya hingga sampai ke tujuan”, maka beliau pun terus berjuang dan akhirnya
menjadi Imam dalam ilmu nahwu.

Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan:

‫من ج ّد وجد‬

“Barang siapa bersungguh-sungguh pasti ia akan mendapatkan”.


Fenomena perjalanan dalam mempelajari bahasa Arab, orang akan terlihat begitu
semangat dan menggebu-nggebu diawal-awal belajar, namun setelah dua atau tiga
pekan berjalan, akan terjadi seleksi alami, satu persatu berguguran absen tidak bisa ikut
belajar bahasa Arab. Maka dari sini perlunya tekad yang bulat dan kesungguhan dalam
belajar bahasa Arab untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan.

3. Senang

Kecintaan kapada bahasa Arab menjadi sebuah harga mati sebagai sarana untuk meraih
kesuksesan dalam mempelajarinya. Seseorang yang memiliki kecintaan kepada sesuatu
atau kepada seseorang pasti dia akan mengelu-elukannya, dan terus berusaha untuk
bisa mendapatkannya walaupun harus berkorban, baik waktu, biaya maupun tenaga.
Orang yang senang dengan salah satu mata kuliah pasti dia akan rajin masuk kelas walau
kadang lagi sakit, merasa rugi kalau ketinggalan, merasa mudah dan cepat
memahaminya serta hari-harinya pun tidak terlepas dari pembicaraan isi mata kuliah
tersebut.

Lebih-lebih kita sebagai seorang muslim, seharusnya kita harus lebih mencintai dan
bangga dengan bahasa Arab dibanding bahasa asing lainnya, sebab bahasa Arab adalah
bahasanya umat Islam, bahasa al-Qur`an, bahasa wahyu Allah, bahasa para penduduk
surga. Lalu apakah layak kita lebih mencintai bahasa asing selain bahasa Arab?

Coba kita melihat sejenak bagaimana para ulama Islam terdahulu, yang mungkin nama-
nama mereka sering kita dengar seperti Sibawaih, al-Zamakhsyari, al-khowarizmi,
apakah mereka orang-orang Arab yang tadinya mahir berbahasa Arab? Jawabannya
ternyata mereka bukan orang Arab dan awalnya tidak bisa berbahasa Arab. Namun
mereka terus belajar karena mereka seorang muslim dan mereka mencintai bahasa
Arab.

Al-Khowarizmi pernah mengatakan: “Demi Allah, kefasihanku terhadap bahasa Arab


lebih aku cintai dari pada kebanggaanku terhadap bahasa Persia”.

4. Sabar

َ ‫َف‬
‫ص ْب ٌر َجمِي ٌل‬
“Sabar itu Indah” begitulah Allah ta`ala menyebutnya dalam surat Yusuf ayat 18. Yang
mengenarai begitu pentingnya kedudukan sabar dalam kehidupan kita.

Ketika belajar bahasa Arab, kita perlu mempertebal kesabaran, jangan mudah jenuh,
bosan dan menjauhkan rasa malas dari diri kita. Tidak mungkin orang akan membangun
rumah langsung dari atapnya, pasti dia akan memulai membangun dari pondasi yang
kuat dan kokoh. Dipermulaan belajar bahasa Arab kita akan belajar dari materi-materi
dasar terlebih dahulu, kemudian baru masuk ke materi yang lebih tinggi dan begitu
seterusnya, kita akan memulainya dari jilid satu, dua dan seterusnya. Dan tidak akan
pernah loncat dari satu jilid ke jilid yang lain kecuali dengan berurutan. Dalam kaidah
bahasa Arab disebutkan:

‫من لم يتقن األصول؛ حرم الوصول‬

“Barang siapa yang tidak kuat dasar ilmunya, maka dia akan terhalang untuk sampai
kepada ilmu yang ia pelajari”.

Faktor Ekstern

Bahasa adalah komunikasi

Pemerolehan bahasa yang dialami oleh setiap orang dimasa kecilnya dari bahasa ibunya
(bahasa aslinya) adalah melalui proses tanpa dirasakan dan tanpa disengaja, karena
ketika seseorang belajar bahasa ibunya dia belajar secara alami, biasa dan tidak terlalu
memperhatikannya7. Dia belajar bagaimana berucap dan berujar kata perkata kemudian
kalimat perkalimat tanpa memikirkan kaidahnya apakah benar atau salah. Yang intinya
bagaimana dia bisa berkomunikasi dengan orang lain baik dengan orang Arab maupun
dengan orang non Arab, bisa saling memahami dan dapat dipahami.Oleh karenanya
awal mula kita belajar bahasa Arab, ibarat kita anak kecil yang sedang belajar bahasa ibu
kita, jangan terlebih dahulu mempelajari nahwu, sharaf atau kaidah bahasa yang
membuat kita tersendat untuk terus belajar karena merasa sulit, ruwet, susah,
membingungkan dan lain sebagainya. Maka perlunya kita memperhatikan hal-hal
berikut:

a) Unsur bahasa

Dalam mempelajari bahasa Arab hendaknya kita mengetahui dan memperhatikan tiga
unsur bahasa, yaitu:

i. Al-Ashwat

Al-Ashwat adalah suara, yaitu bagaimana kita mengucapkan bunyi suara dalam bahasa
Arab dengan baik dan benar sebagaimana orang-orang Arab mengucapkannya. Inti dari
mempelajari al-Ashwat ini adalah kita bisa mengerti suara atau bunyi tersebut, bisa
membedakan antara satu bunyi dengan bunyi yang lain dan bisa
mengimplementasikannya dalam bentuk lain9.

Oleh karenanya diawal kita belajar bahasa Arab, kita akan sering dan terus berucap,
berujar dan bahkan tidak jarang kita akan berteriak-teriak untuk melafadzkan huruf,
kata atau kalimat dalam bahasa Arab.

Al-Mufradat

Kosa-kata menjadi kebutuhan pokok ketika belajar bahasa Arab. Bagaimana mungkin
kita bisa berbicara kalau kita tidak memiliki kosa-kata?, bagaimana mungkin kita akan
membuat satu kalimat kalau kita tidak menghafal satu persatu kosa-kata yang kita temui
ketika kita belajar bahasa Arab.Siapkan buku kecil atau kertas khusus untuk kita menulis
setiap kosa-kata yang kita temui, bedakan dan sendirikan antara kata kerja dengan kata
benda atau kata sifat. Dalam menulis kata kerja tulis juga bentuk madhi dan
mudhari`nya, begitu juga dalam menulis kata benda tulis bentuk mufrad dan jama`nya.

iii. Al-Tarakib

Setelah kita mempelajari al-Ashwat dan al-Mufradat yang kita lalui perlu kiranya kita
juga mulai memulai mempelajari kaidah-kaidah dalam bahasa Arab, atau bisa juga
sambil belajar al-ashwat dan al-mufradat kita juga belajar al-tarakib. Kita mulai dari
kaidah yang dirasa mudah dan sering digunakan kemudian meningkat terus sampai
kaidah yang paling sulit. Dalam mempelajari kaidah ini perlu juga kita praktikkannya
dengan membuat kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.

b) Kemahiran bahasa:

Ketika kita belajar bahasa Arab, tidak cukup kita dikatakan bisa berbahasa Arab kalau
kita hanya belajar kaidahnya, atau hanya belajar kosa-katanya, atau hanya bisa
mengucapkan kata-katanya, atau juga kita sudah bisa menulis tulisannya. Namun kita
bisa dikatakan bisa berbahasa Arab ketika kita bisa menggabungkan hal itu semua,
sehingga akan menghasilkan empat kemahiran bahasa. Yaitu:

i. Istima`

Kemahiran istima` adalah kemampuan kita memahami sebuah ungkapan kata atau
kalimat melalui pendengaran kita. Semakin sering kita mendengarkan orang lain
berbicara bahasa Arab akan semakin bertambah pula kemahiran istima` kita.

ii. Kalam
Dapat berbicara dalam bahasa Arab merupakan salah satu bentuk kemahiran berbahasa.
Yaitu dengan cara mengucapkan huruf, kata atau kalimat dengan benar dan sesuai
dengan kaidah bahasa Arab, serta ucapan kita pun dapat dipahami orang lain.

iii. Qira`ah

Qira`ah adalah kemahiran kita dalam memahami sebuah teks bacaan. Kemahiran ini bisa
kita lakukan kapan saja, bisa di dalam kelas mau di luar kelas, bisa kita membaca
majalah, Koran, buku ataupun juga informasi berbahasa Arab yang ada di internet.

iv. Kitabah

Bentuk terakhir dari kemahiran bahasa Adalah kemahiran menulis dengan bahasa Arab,
kemahiran ini adalah gabungan dari dua unsur, yaitu unsur gerakan atau bakat penulisan
huruf perhuruf atau kata perkata dalam bahasa Arab, juga unsur kognitif, yaitu
kemampuan mengaplikasikan kaidah, mufradat, dan penggunaan bahasa yang
dituangkan dalam bentuk kalimat atau paragraf.

6. Jangan belajar apa itu bahasa, tapi belajarlah bahasa itu.

Poin keenam dari kiat sukses berbahasa Arab ini adalah jangan sampai ketika kita belajar
bahasa Arab kita belajar apa itu bahasa, artinya jangan terlalu menyibukkan diri dengan
mendalami dan menghafal definisi-definisi yang terkait dengan kaidah bahasa Arab.
Sebab yang terpenting adalah memahami definisi tersebut lalu mencoba
mengaplikasikannya dalam sebuah kalimat.

Poin keenam ini erat kaitannya dengan unsur bahasa dan kemahiran bahasa yang telah
disebutkan di atas. Maka dari sinilah pentingnya menanamkan pada diri kita bahwa
belajar bahasa Arab itu perlu menyeluruh jangan sepotong-potong.

7. Belajar terbimbing

ü Pentingnya guru

Hukum asal dalam menuntut sebuah ilmu adalah melalui seorang guru bukan belajar
otodidak melalui sebuah buku. Ada yang mengatakan:

‫من دخل في العلم وحده؛ خرج وحده‬


“Barang siapa yang masuk ke dalam sebuah dengan sendirian maka dia akan keluar
dengan sendirian pula”

Maksud adalah barang siapa yang menuntu ilmu sendirian tanpa memiliki seorang guru,
maka dia akan keluar darinya tanpa memiliki ilmu.

Maka sudah menjadi kelaziman dalam menuntu ilmu, kita perlu seorang guru untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, jangan pernah belajar bahasa Arab secara sendiri
maupun otodidak dengan mengandalkan sebuah buku saja tanpa ada seorang guru.

ü Buku panduan bahasa Arab untuk orang non Arab

Buku bahasa Arab yang integral dan mencakup semua aspek kemahiran bahasa,
tentunya adalah buku bahasa Arab karya orang-orang Arab sebagai pemilik bahasa.
Karena mereka lebih mengerti, memahami dan lebih menguasai bahasa mereka
dibandingkan orang-orang non Arab. Mereka juga lebih tau model, metode dan strategi
pembelajaran bahasa Arab yang cocok untuk orang-orang non Arab demi tercapainya
empat kemahiran bahasa. Sebagai contoh adalah buku yang diterbitkan oleh Al-
`Arabiyah Li Al-Jami` Riyadh Arab Saudi yang berjudul “al-Arabiyatu baina yadaik silsilatu
ta`limi al-Lughah al-`Arabiyah lighairi al-Nathiqina biha”, yang terdiri dari tiga jilid yang
didesaign khusus untuk orang-orang non Arab.

ü Perlunya partner

Disaat kita belajar bahasa Arab maupun sesudahnya kita butuh partner untuk menjaga
kemahiran bahasa Arab kita. Kita perlu teman untuk kita ajak berbicara untuk mengasah
kemahiran istima` dan kalam kita, kita butuh buku untuk menguatkan kemampuan
qira`ah dan kitabah kita. Sebab tanpa adanya partner, kemahiran bahasa Arab kita akan
sedikit demi sedikit terkikis dan lama kelamaan akan habis dan hilang dari diri kita.

Dengan adanya partner ini akan menggugah semangat kita untuk terus belajar dan
mengembangkan kemahiran bahasa kita, juga akan menghilangkan rasa malu untuk
terus mencoba belajar mempraktekkan istima`, kalam, qira`ah dan kitabah kita.

ü Lingkungan sangat mendukung

Hal yang terpenting dalam poin ini adalah lingkungan atau bi`ah lughawiyah yang dapat
menjaga eksistensi kemahiran bahasa kita. Jangan pernah merasa aman dengan
pelajaran bahasa Arab yang pernah kita dapatkan lalu kita diam sendirian tanpa mencari
bi`ah lughawiyah, atau lembaga bahasa Arab sebab dalam waktu yang sangat singkat
kemahiran bahasa yang kita miliki bisa hilang tanpa ada sisa sedikitpun.

Dari paparan di atas kita semakin mengerti bahwa untuk meraih kesuksesan dalam
mempelajari bahasa Arab tidak hanya bermodalkan keinginan maupun kesempatan,
namun juga perlu tekad, cinta, dan sabar sebagai jembatan untuk menguasai dan
mendalami bahasa Arab dengan fasih dan benar, yang itu semua dibungkus dalam niat
yang benar pula semata-mata mengharap ridha Allah ta`ala sehingga apa yang kita
lakukan mendapatkan pahala dan bisa bernilai ibadah.

Mengetahui dan memahami faktor bahasa juga akan mendukung kemahiran kita
berbahasa Arab. Image awal dalam benak kita, bahwa kita akan belajar bahasa itu secara
menyeluruh dan tidak sepotong-sepotong, dan bahasa itu sebagai sarana komunikasi
baik dari sisi istima`, kalam, qira`ah maupun kitabah, dimana kemahiran itu merupakan
bentuk implementasi dari penguasaan kita terhadap al-ashwat, al-mufradat dan al-
tarakib, mustahil kita bisa berbahasa Arab kalau kita tidak memiliki ketiga unsur bahasa
tersebut. Dan untuk mendukung proses belajar bahasa Arab tersebut kita perlu
bimbingan guru, buku panduan yang komprehensif, partner serta lingkungan atau
lembaga bahasa Arab yang kompeten.

Anda mungkin juga menyukai