Anda di halaman 1dari 14

AL AROBIYAH SAHLAH

MAHIR MUHADATSAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN


SUAL WAL JAWAB

Oleh : Mohammad Syaroful Anam, S. Pd

PENDAHULUAN

Bahasa berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau


maksud dari seseorang supaya pesan tersebut dapat tersampaikan dan
dipahami oleh pendengarnya. Bahasa juga diartikan dengan suara yang
mengandung beberapa huruf yang menjadi kata dan tersusun dalam satu
kalimat, ada juga Bahasa yang tanpa suara melainkan Bahasa dengan gerakan
atau yang dikenal dengan Bahasa isyarat. Pada intinya semua itu bertujuan
agar suatu pesan atau maksud dari seseorang dapat tersampaikan. Seseorang
bisa berbahasa karena terbiasa, seperti halnya Bahasa bawaan atau yang lebih
terkenal dengan Bahasa Ibu. Sejak kecil kita telah belajar Bahasa mulai dari
kata yang paling mudah, mama misalnya. Begitu pula orang orang asing
belajar Bahasa sesuai dengan Negara atau daerahnya masing-masing sehingga
selama ia tumbuh dan berkembang maka kemampuan berbahasanya pun
berkembang. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan untuk kita bisa
berbahasa asing.
Penyebaran Bahasa arab di Indonesia sendiri sudah ada jauh sebelum
kemerdekaan. Beberapa saudagar dari Arab sedikit banyak memberikan
nuansa kebahasaan yang mereka bawa melalui perdagangan secara langsung,
hal itu selaras dengan awal pertama masuknya Agama Islam di Indonesia yang
dimulai sejak zaman kerajaan terdahulu.
Dilingkungan sekitar Bahasa arab telah dipelajari Sejak dini melalui
ngaji iqro atau turutan yang didalamnya mengandung ilmu kebahasaan paling
dasar yaitu huruf hijaiyah, tanpa kita mengenal dan hafal huruf hijaiyah, kecil
kemungkinan kita bisa berbahasa arab.
Beberapa diantara kita beranggapan bahwa Bahasa arab adalah Bahasa
yang sulit dan tidak begitu diperlukan. Banyak dari beberapa kalangan yang

1
lebih mahir berbahasa inggris, padahal sama-sama Bahasa asing. Jika kita
telusuri lebih dalam, sebenarnya Bahasa arab sudah sering kita lafalkan setiap
hari seperti dalam bacaan sholat, ucapan salam, banyak Bahasa arab yang
sampai sekarang sudah melebur menjadi satu istilah Bahasa Indonesia, contoh
kecil seperti ucapan salam dan alhamdulillah.
Saat ini, kita harus mengakui bahwa Bahasa arab tidak lagi hanya
tersebar dan dipelajari di negara Islam atau yang mayoritas penduduknya
muslim, di negara barat pun banyak kalangan yang mempelajarinya bahkan
dibeberapa negara telah menjadi satuan pembelajaran tersendiri. Seperti yang
terjadi di Amerika yang memasukkan Bahasa arab dalam satuan kurikulum
sebagai salah satu mata kuliah di perguruan tinggi.
Pembelajaran Bahasa arab sebagai proses dalam penyajian serta
penyampaian ilmu pengetahuan yang tujuan supaya bisa paham dan
menguasai Bahasa arab juga dapat mengembangkannya.1
Fokus dalam keterampilan berbahasa, siswa diharapkan mampu
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata dan mengekspresikan
pemikiran mereka yang berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada
mitra bicara. Secara umum peserta didik dalam hal ini diharapkan mampu
berkomunikasi lisan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain melalui
interaksi sosial.2
Lantas kita sebagai umat muslim sudah sepantasnya dan harus
melestarikan Bahasa arab dimanapun dan kapanpun dengan selalu berusaha
meningkatkan kualitas berbahasa kita.

1
Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab, Media, dan Metode-Metodenya, (Yogyakarta :
Teras, 2009), hlm. 6
2
Acep Hermawan, Meteodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
hlm. 135-136

2
A. Gemar Berbahasa secara aktif
Berbahasa sebagai bentuk upaya dalam membina rasa saling
pengertian dan komunikasi timbal balik dengan menggunakan Bahasa sebagai
medianya.3 Keterampilan dalam berbahasa dibutuhkan guna menyampaikan
gagasan ataupun pikiran secara teratur dan mudah dipahami.
Ada empat keterampilan yang dipelajari dalam Bahasa Arab, seperti
qiro’ah, kitabah, istima, dan kalam. Keterampilan kalam merupakan salah satu
keterampilan yang memfokuskan pada praktek pelafalan dengan
menggunakan kaidah kaidah Bahasa arab, sehingga lafadz yang diungkapkan
tidaklah salah. Kebanyakan dari kita melafalkan Bahasa asing secara asal
sehingga sangatlah tidak sesuai dengan aturan atau kaidah kebahasaan bahkan
susah untuk difahami. Sinkronisasi antara kaidah dengan kosa kata terkadang
masih banyak yang kurang tepat, namun hal itu bukanlah menjadi suatu
kendala untuk mahir berbahasa. Satu sisi mufrodat (kosa kata) bisa kita dapati
dan kita ingat dengan menghafal, semakin sering kita membaca kosa kata,
maka akan semakin kuat daya ingat kita dan terlatih pemahaman kita sehingga
lebih mudah untuk menghafalnya. Di sisi lain kaidah juga sangatlah penting
dalam bercakap maupun memahami teks bacaan. Tanpa kaidah yang benar,
maka memungkinkan salah pemahaman.
Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa dapat diklasifikasian dalam tiga
hal yaitu ;4
a. Error (kesalahan)
Penyimpangan Bahasa secara sistematis dan terus menerus
yang disebabkan kurangnya penguasaan kaidah-kaidah atau
aturan Bahasa target.
b. Mistake (kekeliruan)
Seseorang tidak konsisten dalam penggunaan kaidah, terkadang
mereka melakukan kekeliruan dalam mempergunakan kaidah
dalam bentuk-bentuk yang keliru.
c. Lapse (Selip lidah)
Penyimpangan ini disebabkan karena kurang konsentrasi, serta
rendahnya daya ingat dan sebab lainnya.
3
Ahmad Fuad Effendi, Metodolgi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYKAT Malang, 2005), hlm.
112
4
Norissh, John. Language Learners and Theirs Errors, (London, The Macmillan Press, 1983), hlm. 6-8

3
Beberapa orang berpendapat Bahasa arab sebagai Bahasa ritual
keagamaan, lain halnya dengan masyarakat arabi yang mengetahui bahwa arab
merupakan dunia dagang yang sangat luas khususnya masyarakat Turki.
Hingga saat ini animo orang turki untuk belajar arab itu meningkat. Selaras
dengan pandangan Orang turki yang memandang pasar terbesar ada di arab.
Pada dasarnya, segala hal dapat terealisasi dengan dasar sukarela tanpa
merasa tertuntut atau terbebani. Gemar melaksanakan suatu hal menjadi dasar
utama untuk melangkah maju, penyampaian materi secara menarik mendorong
siswa lebih tertarik dengan pembelajaran. Sebaliknya, sering kita temui
pembelajaran yang terkesan horror dan terlalu saklek akan menjadikan siswa
tertekan dan menghambat kreatifitas siswa. Tugas utama bagi seorang guru
membantu mempermudah pembelajaran bagi peserta didik, bukan hanya
sekedar menyediakan suasana pembelajaran yang menarik penuh harmonis,
tetapi juga penerapan strategi yang berpotensi merangsang peserta didik
supaya bisa belajar dengan aktif, menarik perhatian mereka, dan juga
bermakna.5
Benar atau salah dalam pelafalan bukanlah satu tujuan utama bagi
pemula dalam berbahasa, berfokus pada kemauan untuk berbahasa itu sendiri
tanpa menekankan kaidah terlebih dahulu. Janganlah takut untuk benar,
seiring waktu berlalu dengan keberanian dan keterbiasaan berbahasa
menjadikan siswa bisa aktif dan berimbas pada responsif. Sejalan dengan
maqalah Abdullah ibn Abbas yang mengatakan :

‫إين أصبحت هذا العلم بلسان سؤول وقلب عقول‬


“sesungguhnya aku memperoleh ilmu ini dengan lidah yang gemar
bertanya (aktif) serta akal yang suka berfikir”. 6
Lembaga pendidikan Bahasa pada umumnya lebih menekankan pada
praktek berbahasa ketimbang fokus pada kaidah secara mendalam, namun
bukan berarti para anak didiknya berbahasa secara ngawur, tetap ada
penyampaian kaidah secara sederhana saja.
Di sisi lain, mereka yang memang berminat dari awal untuk bisa
berbahasa lebih cepat menerima materi. Ditambah lagi dengan hafalan

5
Nurfuadi, Profesionalisme Guru, (Purwokerto; STAIN Press, 2012), hlm. 136
6
Syamiruddin, ï’lamul muqiin an robbil alamin, (lebanon, 1997 ; beirut), hlm. 17

4
mufrodat yang sudah menjadi menu harian bahkan dituntut untuk harus hafal
menambah perbendaharaan kosa kata.
Adanya Bi’ah lughowi atau lingkungan berbahasa hadir memberikan
kontribusi yang nyata pada para pelajar untuk bisa berbahasa lebih leluasa,
mereka akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dengan orang
disekitarnya.
Minimnya kosa kata siswa, bukan berarti kita harus memanjakannya
dengan memberitahu makna setiap kalimat secara langsung, meskipun pada
awal pembelajarannya siswa dominan kesulitan namun tetap harus kita
laksanakan demikian. Penjelasan dengan menggunakan metode langsung
dengan berbahasa arab menjadikan siswa terbiasa mendengarkan ungkapan –
ungkapan berbahasa arab. Mulai dari hal yang paling sepele, semisal
mengawali pembukaan dengan ungkapan “awwalan, sau’arrif lakum ‘an
haadzal maddah” (pertama tama, saya akan menjelaskan materi ini).
Penjelasan suatu makna lafadz tertentu bukanlah dengan memberitahu arti dari
lafadz tersebut, melainkan dengan ta’bir atau ungkapan penjelas yang
menuntut siswa memahami maksud dari penjelasan tersebut. Contoh kecil
lafadz “qolamun”, tidak diberitahu makna secara langsung bahwa itu
maknanya polpen, tetapi memberikan penjelasan dari lafadz tersebut “aalatun
lil kitabah” (alat untuk menulis). Penjelasan kalimat model seperti itu sedikit
banyak membantu pemahaman siswa juga menambah kosa kata.
Tingkat keaktifan siswa sangatlah diperhitungkan dalam menunjang
kemampuan berbahasa. Jika siswa sudah gemar berbahasa, maka tugas kita
hanya sedikit memberi pancingan agar bisa lebih aktif dengan bertanya
ataupun bercakap. Kunci utama dalam pengembangan Bahasa tentang
bagaimana kita membentuk suatu kebiasaan berbahasa, semakin sering kita
aktif berbahasa maka akan semakin cepat kita menguasainya, karena Bahasa
adalah kebiasaan dan bisa karena terbiasa.
B. Muhadatsah mudah dengan sual wal jawab
Muhadatsah merupakan penyajian bahan pembelajaran Bahasa arab
melalui percakapan yang dapat dilakukan antara guru dengan murid, atau
murid dan murid sambil menambah dan juga memperkaya perbendaharaan

5
kata.7 Dalam kegiatan muhadatsah pembicara dapat menyampaikan gagasan
juga
perasaan secara efektik. Selain itu juga mampu memahami makna yang
dikomunikasikan dan mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengarnya.8
Hal terpenting dalam menjalin relasi salah satunya komunikasi dengan
baik. Sering terjadinya pertentangan atau perselisihan hanya karena salah
faham atau kurang berkomunikasi. Percakapan Bahasa arab sebenarnya bukan
tentang kemampuan intelektual saja, tetapi lebih condong pada pembiasaan
berkomunikasi.
Penyampaian komunikasi yang baik dan benar tidaklah muncul dengan
sendirinya, dapat dibentuk dari praktek secara langsung dan berkelanjutan.
Dalam tahapan belajar, kesalahan sekecil apapun kita tidak patut untuk
menyalahkannya, akan lebih baik jika kita ingatkan secara langsung dengan
memberikan contoh yang benar. Hal tersebut akan membantu siswa
menganalisa mana letak kesalahannya.
Komunikasi yang aktif tidaklah sekedar penyampaian informasi saja,
melainkan memunculkan feedback yang berfungsi melatih kemampuan dan
pengetahuan kita. Muhadatsah dapat terealisasikan dengan adanya umpan
balik atau saling respon satu sama lain, bukan komunikasi pasif melainkan
komunikasi yang aktif.
Berawal dari kegundahan beberapa kalangan yang masih kerap kali
kesulitan muhadatsah karena kosa kata yang minim juga tidak adanya
pembiasaan untuk bercakap dengan Bahasa arab, penulis mencoba berbagi
terobosan baru dengan pembelajaran Bahasa yang aktif, kreatif dan juga
inovatif. Pembiasaan muhadatsah sangatlah penting dan berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa.
Komunikasi dengan sual waljawab dapat dilakukan di berbagai
kalangan, entah itu dalam pembelajaran formal ataupun dengan lingkungan
sekitar. Tidak hanya itu, juga mengasah kemampuan kita agar responsif dan
selalu update seiring berkembangnya zaman. Fleksibilitas pelaksanaan sual
waljawab yang tidak terbatas dengan ruang akan lebih mendorong siswa untuk
7
Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : TERAS, 2011),
hlm. 66
8
Henry Tarigan, Bahasa Sebagai Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 15

6
menggali informasi lebih dalam dengan selalu aktif (bertanya dan menjawab).
Tidak selamanya harus seputar pembelajaran disekolahan saja, karena pusat
dari sual waljawab ada pada praktek berbahasa dengan berbicara secara
langsung.
Pembelajaran disekolah lebih cenderung terfokus pada seputar materi
pelajaran, meskipun terkadang guru mengkaitkannya dengan hal hal diluar
materi pelajaran yang masih selaras. Pelaksanaan sual waljawab dalam
pembelajaran bisa dilakukan dengan menunjuk salah satu siswa untuk memilih
bertanya atau menjawab. Jika siswa tersebut memilih untuk bertanya, maka
pertanyaannya tadi diberikan pada siswa lain untuk menjawabnya. Sebaliknya,
jika siswa tadi memilih untuk menjawab, maka guru menunjuk siswa lainnya
untuk memberikan pertanyaan kepadanya, dan itu dilakukan terus seperti itu
sampai semuanya mendapatkan giliran. Tingkat kemampuan berbahasa dapat
diketahui dari kualitas pertanyaan dan jawaban yang diajukan. Semakin luas
wawasan seorang murid, maka ia akan bertanya dan menjawab secara lebih
aktif dan kreatif, susunan kalimatnya pun sesuai dengan kaidah paling tidak
dengan memperhatikan fiil fail dan maf’ul nya yang masih sering siswa belum
tepat penempatannya. Penggunaan dhomir pun kadang siswa masih sering
salah, mereka masih sering salah dalam penentuan mudzakar dan
muannatsnya, mufrod tasniyah dan jamaknya, padahal setiap dhomir punya
makna dan fungsinya masing-masing, tidak bisa disamakan satu dengan yang
lainnya.
Berikut contoh penggunaan dhomir yang tepat dan benar ;

‫س َزيْ ٌد فِي ال َفصل‬


َ ‫َد َر‬ ‫ص ِل‬
ْ ‫س َزيْ ٌد في ال َف‬
ُ ‫يَ ْد َر‬
zaed telah belajar dikelas Zaed sedang belajar dikelas
Dalam mendeskripsikan jawaban atau pertanyaan, tidaklah
diperkenankan menjawab dengan jawaban singkat saja, misalkan ada
pertanyaan “min aina anta ?” (kamu dari mana ?), hanya menjawab dengan
“masjid”. Hal itu sangatlah tidak dianjurkan dalam muhadatsah ini, karena
meskipun jawabannya betul, tapi caranya masih belum tepat. Seharusnya bisa
lebih lengkap lagi dengan ungkapan “ana min masjid” (saya dari masjid).
Garis besar topik yang akan dibahas dapat ditentukan lebih dahulu,
kemudian siswa menggali sub bab atau rincian sesuai dengan kemampuan dan

7
pemahaman masing-masing. Kemudian, siswa diarahkan untuk bertanya dari
gagasan tersebut dan menjawab dengan pernyataannya masing-masing, dan
hal itu dilakukan secara bergantian. Diskusi secara berkelompok bisa menjadi
salah satu solusi untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, dengan
membagi masing-masing kelompok minimal tiga orang dengan tingkat
kemampuan yang berbeda, masing masing siswa dituntut untuk berani
mempresentasikan dari hasil diskusi mereka secara bergantian, kemudian
kelompok yang tidak mendapat jatah presentasi menanyakan dari paparan
hasil presentasi.
Beberapa tahapan yang bisa dilakukan dalam muhadatsah dengan
model sual waljawab diantaranya ;
1. Af’alul yaumiyah (kegiatan sehari-hari)
Pada tahapan ini, siswa didriil dengan pemberian kosa kata
sebanyak mungkin secara bertahap, misalkan sekali pertemuan
ditarget dengan 20 kosa kata baru dan dibaca bersama dengan keras.
Kegiatan membaca keras secara bersama-sama membantu daya ingat
siswa sehingga siswa lebih cepat hafal. Dari masing-masing kosa kata
siswa harus membuat satu kalimat sempurna dengan memilih salah
satu kata.
Praktek pembuatan kalimat dengan menggunakan kosa kata
baru yang diajarkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan.
Selain mereka hafal kosa kata baru, juga bisa mempraktekkannya
dalam berbahasa sekaligus. Dalam hal ini juga ditekankan kepada
siswa untuk jangan takut benar selalu harus mencoba dan terus
mencoba.
Penguatan kosa kata dilakukan setiap hari sebelum melanjutkan
ke tahap berikutnya, guru menanyakan ulang kosa kata yang telah
dihafalkan siswa terlebih dahulu dengan sesekali memberikan contoh
kalimatnya untuk meningkatkan responsive siswa, kemudian siswa
saling bertanya dan menjawab dari kosa kata yang dihafal secara
bergantian sambil melihat perkembangan siswa sudah sejauh mana
kemampuan berbahasanya, jika dirasa siswa sudah menguasai materi
yang diajarkan, maka guru melanjutkan materi selanjutnya. Tetapi
jika siswa kurang maksimal, maka bisa di drill lebih mendalam.

8
Berikut contoh penulisan kosa kata yang ditambahkan setiap
harinya dan juga praktek dalam kalimatnya ;

‫معنى‬ ‫اسم مصدر‬ ‫فعل مضارع‬ ‫فعل ماض‬


ِ ِ
Menjawab / jawaban ً‫ا َجابَة‬ ‫ب‬
ُ ‫جُي ْي‬ ‫اب‬
َ ‫اَ َج‬
ِ ‫يُ ْع ِطي‬
Memberi / pemberian
ً‫ا ْعطَاء‬ ‫اَ ْعطَى‬

ِ
)Umar akan menjawab pertanyaan(
ُ ‫ب عُ َم ُر‬
‫السؤاَ َل‬ ُ ‫يُج ْي‬
)Guru akan memberitahu jawaban( َ‫اإلجابَة‬
َ ‫ف األستاذ‬
ُ ‫يُ َعِّر‬
Dari kedua contoh diatas, kita dapat mengetahui perbedaan
antara kata menjawab dengan jawaban serta penempatannya dalam
kalimat. Karena kesalahan makna satu kata pun, maka akan
menyebabkan salah pemahaman.
2. Al ‘ibaroh yaumiyah (ungkapan sehari-hari)
Pada tahapan ini, focus pada penyampaian ungkapan
keseharian yang sering diucapkan, dimulai dari hal yang paling
sederhana sampai dengan hal yang kompleks. Penulisan ‘ibaroh tidak
terlepas dari kaidah susunan kalimat (terdiri dari fiil, fail dan maf’ul).
Ungkapan berbahasa arab berbeda dengan ungkapan dalam Bahasa
Indonesia, oleh karena itu tidak bisa mengalih bahasakan secara utuh
(saklek). Beberapa kata yang tidak mungkin ada dalam kamus Bahasa
arab memaksa kita harus kreatif dalam merumuskan lafadz, serta
memilih kosa kata arab yang dinilai lebih tepat. Contoh kecil seperti
kata “baru saja”, dialih bahasakan ke Bahasa arab dengan kata
“ba’da qolil”.
Penyampaian ungkapan sehari hari bisa dengan model tematik,
mengklasifikasikan dengan beberapa tema. Misalnya ungkapan sehari
hari ketika disekolahan, ungkapan sehari hari ketika di pasar, dan
yang lainnya. Penggolongan semacam itu akan lebih membantu siswa
dalam menghafal dan memahami ungkapan-ungkapan tersebut. Guru
tidaklah serta merta menyampaikan semua, namun sebatas gambaran

9
saja, selebihnya kembali pada siswa yang menentukan ungkapan dan
kemudian mengalih Bahasakan. Setelah semua siswa menentukan dan
menuliskan ungkapannya masing-masing, secara bergantian siswa
bertanya satu sama lain. Hal itu akan lebih mengeksplor kreatifitas
siswa menjadi lebih aktif dan berkembang dibanding hanya menerima
matang saja. Karena pada dasarnya semua dari pemikiran siswa dan
Kembali pada siswa, guru hanyalah mengarahkan sesuai dengan
aturan kaidah kebahasaan. Sesekali guru memberikan satu kata yang
kemudian siswa membuat ungkapan keseharian dari kata tersebut,
siswa diperbolehkan menanyakan kosa kata Bahasa arab yang belum
diketahui dan masing-masing siswa membuat ungkapan yang berbeda
satu dengan yang lain.
Berikut contoh ungkapan sehari hari yang dialih Bahasa
kedalam Bahasa arab ;

‫ئت‬ ِ
َ ‫َعلَى َما ش‬
Terserah

Sampai jumpa
‫السالََمة‬
َّ ‫َم َع‬

3. Qowaid
Salah satu kelemahan dalam muhadatsah terletak pada qowaid
(kaidah kaidah kebahasaan) karena memang kurangnya pemahaman
mendalam seputar kaidah-kaidah atau aturan untuk mengetahui
kedudukan suatu kata dalam suatu kalimat (nahwu)9 juga tentang asal
usul kata dan keadaannya (shorof)10. Mayoritas siswa terampil
berbahasa namun masih salah dalam penyusunan kalimatnya, karena
memang focus penguasaannya pada kemampuan bercakap saja, yang
penting siswa mampu bercakap dengan Bahasa arab namun tidak
memperhatikan kaidahnya.

Penggunaan kaidah kaidah dalam Bahasa arab sangatlah


penting kaitannya berbahasa secara baik dan benar sehingga lebih
mudah dipahami. Penyampaian qowaid ini termasuk satu paket
9
Fu’ad Ni’mah, Mulakkhos, (Beirut : Darul Tsaqofah, ), hlm. 17
10
Mustafa Al Gholayan, Jami’ud durus, (Lebanon : Darul Fikr, 2007), hlm. 8

10
dengan dua tahapan diatas, karena jika kita focus pada qowaid
terlebih dahulu, maka akan lama dan siswa cenderung ragu untuk
bercakap karena takut salah.

Pengembangan kemampuan berbahasa bisa dilakukan dengan


membaca literatur berbahasa arab. Selain melatih pemahaman secara tekstual
juga dapat menambah kosa kata baru. Sesekali guru memberikan teks bacaan
kepada siswa dan menanyakan arti beberapa kata yang ada didalam teks
bacaan tersebut kepada salah satu siswa yang kemudian siswa dituntut untuk
menyampaikan maksud dari bacaan tersebut sepemahamannya. Guru tidak
memperkenankan siswa menanyakan beberapa kosa kata yang belum tau
artinya menggunakan Bahasa Indonesia, tapi bertanya dengan ungkapan
Bahasa arab dengan kalimat “mal arabiyah …..?” (apa bahasa arabnya …..)
atau bisa juga dengan ungkapan “ma ma’na …..?”.
Kegiatan lain yang tidak kalah penting untuk menunjang keterampilan
berbahasa dengan melatih istima’ (mendengarkan percakapan Bahasa arab),
percakapan arabiyah yang berbahasa fushah baik berupa visual atau audio
visual melatih uslub atau gaya bahasa itu sendiri, sehingga pelafalan
bahasanya bisa menyerupai gaya bahasa orang arab. Percakapan yang
diperdengarkan bisa berupa qishah qosiroh (cerita pendek), kartun arab, atau
kisah islam lainnya, siswa mencatat beberapa kosa kata atau kalimat yang
nantinya disimpulkan dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Peran bahasa arab sebagai bahasa internasional mengingatkan kepada
kita semua bahwa sudah saatnya bagi kita untuk mempelajari dan mendalami
bahasa arab khususnya bagi para pelajar, untuk bisa mahir berbahasa secara
aktif dengan baik dan benar.

11
PENUTUP

` Bahasa Arab sebagai salah satu Bahasa dunia sudahlah mafhum dikalangan
pelajar pada umumnya, beberapa Negara bahkan menjadikan Bahasa Arab masuk
dalam kurikulum pembelajaran sebagai salah satu mata kuliah yang diajarkan. Hal itu
membuktikan bahwa eksistensi Bahasa Arab teruslah berkembang sampai saat ini,
menjadi suatu keharusan bagi kita untuk melestarikan Bahasa Arab dengan
mendalaminya. Bukanlah suatu kesulitan bagi kita untuk bisa berbahasa dengan aktif
dan kreatif asalkan mau berusaha dan membiasakan berbahasa karena pada dasarnya
Bahasa merupakan kebiasaan.

Beberapa usaha untuk bisa mahir berbahasa yaitu dengan menambah dan
menghafal kosa kata arab, karena seringnya orang berbahasa terkendala dengan
minimnya kosa kata. Selain penambahan kosa kata juga harus memperhatikan kaidah-
kaidah ataupun aturan dalam berbahasa itu sendiri, susunan kalimat yang sesuai
dengan kaidah akan lebih mempermudah bagi si pendengar untuk memahaminya,
sebaliknya kalimat yang hanya asal diucapkan belum tentu bisa dipahami.

Pembiasaan membaca literatur arab juga dapat melatih pemahaman tekstual


kita, selain juga menambah kosa kata baru juga memperkuat kosa kata yang sudah
kita ketahui, supaya kita bisa berbahasa juga bisa memahami teks arab sesuai dengan
kaidah-kaidahnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anshor, Ahmad Muhtadi. 2009. Pengajaran Bahasa Arab, Media, dan Metode-
Metodenya. Yogyakarta : Teras.

Hermawan, A. 2013. Meteodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. III; Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muna, Wa. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta. TERAS.

Mustafa Al Gholayain. 2007. Jami’ud Durus. Lebanon: Darul Fikr.

Ni’mah, Fuad. 1996. Mulakkhos Qowaidul Lughoh al Arabiyah, Beirut : Darul


Tsaqafah Islamiyah.

Norissh, John. 1983. Language Learners and Theirs Errors, London : The Macmillan
Press.

Nurfuadi. 2012. Profesionalisme Guru. Purwokerto; STAIN Press.

Syamiruddin Abi Abdullah Muhammad bin Abi Bakr bin qoyyim al jauziah. 1997.
ï’lamul muqiin an robbil alamin. Lebanon : Beirut.

13
Mohammad Syaroful Anam, S. Pd. Lahir di desa Dadirejo Kecamatan Tirto
Kabupaten Pekalongan pada Tanggal 22 Juli 1996. Riwayat pendidikan mulai dari
Pendidikan dasar di MIS Dadirejo Tirto (2006) pendidikan menengah di MTs NU
Tirto Pekalongan (2009), kemudian Aliyah di MA Al Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes (2013). Setelah itu penulis melanjutkan studi kuliah di STAIN Pekalongan
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (2018). Pengalaman organisasi selama kuliah
penulis mengabdikan diri di UKM LPTQ IAIN Pekalongan dan di Himpunan
Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBA IAIN Pekalongan. Kemudian penulis
melanjutkan studinya di Pascasarjana IAIN Pekalongan dengan mengambil Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Saat ini penulis mengabdikan diri sebagai pengajar di SMP
Salafiyah Kota Pekalongan dan di Madrasah Aliyah Al Mubarok Medono Kota
Pekalongan.

14

Anda mungkin juga menyukai