Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

DENGAN MENGGUNAKAN KITAB AL-AROBIYYAH LINNASYI’IN

DI MADRASAH ALIYAH HIDAYATUSSYUBBAN GENUK, SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Pendidikan Bahasa Arab

Institut Agama Islam Negeri Kudus

Disusun oleh:

MUHAMMAD BAYU ANGGREYANTO

NIM. 1810210074

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan alat komunikasi dan pendukung dalam pergaulan manusia
dalam sehari-hari baik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat,
maupun dengan bangsa tertentu.
Adapun bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa di dunia ini seperti
yang kita ketahui, bahwasannya bahasa Arab tidak hanya merupakan bahasa
peradaban, melainkan juga sebagai bahasa persatuan umat Islam di dunia. Bahasa
Arab adalah selain merupakan bahasa Al-Qur’an (firman Allah atau kitab pedoman
umat Islam) yang memiliki uslub yang bermutu juga memiliki sastra yang sangat
mengagungkan manusia dan manusia tidak mampu untuk menandingi. Bahwa bahasa
Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa Islam
(Arsad, 2003: 7).
Bahasa-bahasa lain termasuk bahasa Indonesia, tidak dapat diandalkan untuk
memberikan kepastian arti yang tersurat dan tersirat yang terkandung dalam Al-
Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, maka kaidah-kaidah yang
diperlukan dalam memahami Al-Qur’an bersendi atas kaidah-kaidah bahasa Arab,
memahami asas-asasnya, merupakan uslubuslubnya dan mengetahui rahasia-
rahasianya (Ash Shidgi, 1972: 284).
Pengajaran bahasa Arab adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk
mendorong, membimbing, mengembangkan serta membina kemampuan bahasa Arab,
baik secara aktif maupun pasif serta menumbuhkan sikap positif. Adapun yang
dimaksud dengan berbahasa Arab aktif yaitu kemampuan berkomunikasi dengan baik
dan benar secara lisan, yaitu dalam berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain
maupun secara tertulis seperti membuat karangan. Sedangkan kemampuan berbahasa
pasif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan kemampuan
memahami isi bacaan. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap
bahasa tersebut sangat penting karena dapat membantu dalam memahami sumber
ajaran Islam yaitu Al- Qur’an dan hadits, dan kitab bahasa Arab yang berkenaan
dengan Islam. Oleh karena itu, bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an dan
menjadi salah satu alat komunikasi internasional. Dengan demikian itu mempelajari
bahasa Arab menjadi sesuatu kebutuhan bagi setiap orang khususnya bagi umat Islam,
dikarenakan bahasa Arab merupakan bahasa istimewa dan juga menjadi bahasa
pilihan karena telah menjadi bahasa Al-Qur’an. Meskipun bahasa Arab merupakan
bahasa Al-Qur’an bukan berarti Al-Qur’an tersebut diturunkan untuk bangsa Arab
saja, melainkan untuk seluruh bangsa di seluruh dunia. Dan bahasa tersebut
disesuaikan dengan tingkat kemampuan bangsa di seluruh dunia guna untuk
memahaminya sebagai mana dalam firman Allah SWT :

‫ض ُّل ااهللُ َمن يَ َشآءُ َو َي ْه ِدي َمن‬


ِ ‫ان َقو ِم ِه لِيبنِّي هَل م َفي‬
ِ ِِ ٍ ِ
ُ ْ ُ َ َُ ْ ‫َو َمآ أ َْر َس ْلنَا من َّر ُسول إِالَّ بل َس‬
)۴:‫ (ســورة إبراهيم‬.‫يم‬ ِ ِ
ُ ‫يَ َشآءُ َو ُه َو الْ َعز ُيز احْلَك‬
Artinya; “Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah
menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia
kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”. (QS. Ibrahim : 4).

Jadi Al-Qur’an dengan bahasanya tersebut telah diukur atau didesain oleh
Allah untuk dapat dipahami dan diamalkan oleh bangsa manapun.
Tatkala kita merasa kesulitan dengan hal apapun yang menyangkut bahasa
Arab, bukan berarti alasan dari kesulitan kita adalah bahasa Arab yang nota bena
merupakan bahasa asing bagi kita sebagai orang Indonesia. Pada dasarnya yang kita
butuhkan adalah kemauan yang besar untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan
dengan bahasa Arab sehingga memperoleh hasil yang kita harapkan. Sebagai salah
satu contoh, siswa yang sedang mengikuti pelajaran bahasa Arab, hendaknya
menghilangkan kesan pertama kali bahasa Arab itu sulit, karena bahasa adalah
merupakan kebiasaan yang terus dilatih akan mudah memahaminya. Begitu juga
dengan guru hendaknya guru pengajar bahasa Arab haruslah memberi motivasi
terhadap anak didiknya, bahwa bahasa Arab itu mudah asalkan ada kemauan yang
besar untuk mempelajarinya.
Dalam suatu sistem mempelajari bahasa Arab yang ideal diharapkan siswa
mempunyai ketrampilan atau melewati fase-fase bahasa Arab antara lain: Ketrampilan
mendengar, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, ketrampilan menulis.
(Sukamto dan Munawwir, 2004: 5 )
Agar tujuan pembelajaran tercapai, guru hendaknya pandai-pandai mengelola
kelasnya dengan memperhatikan efektivitas dan efisien dari kegiatan belajar mengajar
yang telah direncanakan. Untuk tuntutan itu, guru harus membantu para siswa untuk
mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Adapun pembelajaran yang efektif
adalah suatu upaya mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran bahasa
Arab khususnya baik dari segi proses maupun hasil. Maka guru peran guru tidak
cukup sebagai pengajar saja. Disamping para pengajar juga diharapkan pakar bahasa
Arab sangat membantu perkembangan pembelajaran bahasa Arab itu sendiri. Upaya
yang dapat dilakukan berupa pengadaan pusat latihan, laboratorium bahasa, media-
media yang menyajikan bahasa Arab yang praktis dan buku-buku karya ilmiah yang
menyajikan bahasa Arab yang mudah atau gamblang dan metodologis. (Yusuf dan
Anwar, 1995: 188 – 189 ). Sebagai contoh penggunaan kitab Al-Arobiyyah
Linnasyi’in yang dipandang efektif bagi pembelajaran para peserta didik. Sehingga
siswa dapat merasakan hasil (prestasi) yang memuaskan, disamping tersedianya
sarana dan prasarana yang lain.
Adapun yang dimaksud kitab atau buku adalah sumber ilmu oleh karenanya
membaca buku merupakan suatu kebutuhan dan keharusan bagi setiap siswa.
Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh setiap siswa. Dengan membaca
buku akan banyak mengetahui dan memahami bahan pelajaran yang diberikan oleh
guru. Bahkan tidak mustahil jika anak didik lebih dulu mengetahui sebelum bahan
tersebut diberikan oleh guru.
Sebuah buku disebut efektif bukan berarti buku tersebut banyak digunakan
oleh lembaga-lembaga pendidikan. Tetapi justru dikatakan efektif jika buku tersebut
membawa hasil (prestasi) yang memuaskan dan tidak jauh dari tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya, serta membawa manfaat yang besar bagi penggunaanya.
Begitu pula dengan kitab pelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab hendaknya
membawa manfaat bagi anak didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Maka dari itu para pendidik hendaknya jeli dalam memilihkan buku pedoman bagi
anak didiknya. Diharapkan para pengajar paling tidak perlu melakukan tiga kegiatan.
Apabila dikehendaki mengajar yang efisien, yaitu membuat persiapan atau
perencanaan yang baik, melaksanakan yang baik pula dan membuat evaluasi.
Melakukan persiapan atau perencanaan pengajaran. Itu semuanya adalah tahapan
yang sangat penting karena pada kegiatan persiapan dan perencanaan inilah
pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan efisien dan efektif. Maka tidak
berlebihan jika pengajaran bahasa Arab perlu mendapat penekanan perhatian
seksama.Ini dikarenakan bahasa Arab menjadi bahasa resmi dunia internasional dan
bahasa Arab dipilih menjadi bahasa Al-Qur’an.
Pembelajaran bahasa Arab merupakan pembelajaran yang penting karena
termasuk bahasa Nasional bahkan Internasional, melihat bahasa Arab adalah bahasa
yang telah diakui oleh dunia maka selayaknya anak-anak kita, kita didik dengan
bahasa Arab, amirul mu'minin Umar bin Khotob pernah mengatakan yang artinya "
Pelajarilah bahasa arab kerena sesungguhnya bahasa Arab adalah separuh dari Agama
kalian", disamping itu bahasa Arab juga memilki makna dan arti yang lebih luas dari
pada bahasa yang lain.
Dalam kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in terdapat beberapa pelajaran yang
menarik dengan adanya kosa kata yang disertai dengan gambar-gambar, kemudian
muhadatsa (percakapaan) dari yang ringgan hingga yang sulit, dalam kitab ini juga
terdapat Qowaid (kaidah-kaidah) bahasa Arab dari yang mudah sampai dengan yang
sulit, dan Al-Arobiyyah Linnasyi’in ini mudah kita jangkau dimana-mana.
MA Hidayatussyubban adalah merupakan suatu lembaga pendidikan Agama
yang berstatus swasta, yang memilki tujuan-tujuan antara lain menkader insan yang
berjiwa qur'ani, berpendirian yang luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Agama dan
bangsa, dan membekali peserta didiknya dengan akhlakul karimah (akhlaq yang
mulya) sehingga dalam masyarakat bisa menjadi insan yang bermanfaat bagi agama,
nusa, dan bangsa.
Berdasarkan keterangan yang ada, maka penulis tertarik untuk meneliti
perkembangan pembelajaran lebih spesifiknya dalam "Efektivitas Pembelajaran
Bahasa Arab Dengan Kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in yang ada di MA
Hidayatussyubban Genuk, Semarang” Sehingga dengan ini penulis dapat mengetahui
dan mengambil manfaat dari apa yang telah diteliti.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindarkan kesalahpahaman serta menjaga terjadinya bermacam-
macam penafsiran dari judul bahasan “Efektifitas Pembelajaran Bahasa Arab dengan
kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in di MA Hidayatusyubban Genuk, Semarang. penulis
perlu memaparkan pengertian beberapa istilah sebagai berikut:
1. Efektifitas: Berhubungan dengan suatu kegiatan. Efektifitas dapat juga diartikan
sejauh mana hal-hal yang direncanakan dapat terlaksana dalam arti bahwa apabila
hasilnya menunjukan presentase yang besar atau tidak jauh dari perencanan maka
dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efekif dan sebaliknya apabila hasilnya
jauh dari perencanaan yang ada maka dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif.
( Soetomo, 1993: 50 )
2. Pembelajaran Bahasa Arab: Pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan
siswa untuk belajar. ( Muhaimin, 1996: 99 ). Sedangkan Bahasa Arab:
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Syaikh Musthofa Al-Ghulayani dalam
kitabnya Jami'ud Durus 'Arobiyyah, bahasa Arab Ialah: perkataan yang diungkap
atau yang duujarkan oleh orang-orang Arab untuk maksud tertentu. (Syaikh
Musthofa Al- Ghulayani, 1973: 4 )
3. Kitab Al-Arobiyyah Linnnasyi’in adalah sebuah kitab yang digunakan kegiatan
belajar mengajar pada mata pelajaran bahasa Arab yang mencakup muhadatsah
(percakapan), qira’ah (bacaan) dan insya’ (tulisan) yang dikarang oleh Drs.
Badruddin dan Achmad Mujahid, BA.

Penegasan istilah di atas, menggambarkan judul skripsi " Efektifitas Pembelajaran


Bahasa Arab Dengan Kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in di MA Hidayatusyyubban
Genuk, Semarang” Yaitu meneliti tentang efektifitas pembelajaran bahasa Arab
dengan melalui muhadatsah (percakapan), qira’ah (bacaan) dan insya’ (tulisan).

C. Perumusan Masalah
Untuk menghindari melebarnya masalah yang akan diteliti serta mempermudah dalam
penambahan dalam masalah, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti
yaitu tentang Bagaimana efektifitas pembelajaran bahasa Arab dengan kitab Al-
Arobiyyah Linnasyi’in di MA Hidayatussyubban Genuk, Semarang?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Adapun tujuan penelitian dari pada rumusan masalah tersebut adalah Untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran bahasa Arab dengan.Menggunakan kitab Al-
Arobiyyah Linnasyi’in di MA Hidayatussyubban Genuk, Semarang.
2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kegunaan dari
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penulisan skripsi ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi para
praktisi dunia pendidikan dan bagi tenaga pengajar khususnya agar lebih
memperhatikan peranannya sebagi pengajar dalam kegiatan belajar mengajar
di kelas serta dalam memperhatikan penggunaan metode yang variatif demi
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
b. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi guru
atau yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikanya.
E. Kajian Penelitian Sebelumnya
Dengan melakukan kajian terdahulu dapat membantu peneliti untuk
menentukan cara pengolahan dan analisis data yang sesuai. Berdasarkan studi
pendahuluan terdapat beberapa peneliti yang membahas tentang pembelajaran
bahasa arab diantaranya:
Penelitian oleh Sugindro, Bilal Yanuar, tahun 2020 yang berjudul: Efektivitas
Pembelajaran Bahasa Arab dengan Menggunakan Kitab Arobiyyah Linnasyiin pada
Persiapan Bahasa di Pondok Pesantren Al-Irsyad Butuh Tengaran Semarang Tahun
2019. Hasil penelitiannya adalah sisitem pembelajaran bahasa Arab pada kitab
terdapat beberapa soal, mufrodat, khulasoh yang dapat mengembangkan intelektual
kebahasaan pada Santri Al-Irsyad Butuh Tengaran Semarang.
Penelitian oleh Siti Jaroyantun Nikmah dan Muhammad Nasiruddin, tahun
2020 yang berjudul: Efektivitas Kitab Al-Arobiyyah Linnasyiin Untuk Meningkatkan
Maharah Qira’ah dan Kalam di Kelas 1 Marhalah 2 Madrasah Diniyyah Nurul
Ummah Putri Kotagede Yogyakarta. Hasil penelitiannya adalah terdapat beberapa
maharah yang berada pada Kitab Arobiyah Linnasyiin untuk meningkatkan bahasa
pada santri yaang berada di Kelas 1 Marhalah 2 Diniyyah Nurul Ummah Kotagede.
Penelitian oleh Bambang Kiswanto, yang berjudul : Efektivitas Pembelajara
Bahasa Arab Menggunakan Kitab Arobiyah Linnasyi’in di SMP Muhammadiyah
Melati, Sleman 2008/2009. Hasil Penelitiannya adalah menjadikan sebuah Kitab
sebagai tambahan khusus pembelajaran di samping LKS yang telah di sediakan bagi
siswa, memahami, menghafal, bercerita dari apa yang terdapat didalam buku/kitab Al-
Arobiyyah Linnasyi’in.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,
penulis mencoba untuk mengangkat kembali judul yang hampir sama. Namun
penelitian ini dilakukan dan di tulis berdasarkan data yang relevan. Ada Perbedaan
dari Penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya dengan Penulis, Penulis akan
mengajarkan siswa dengan Kitab Al-Arobiyyah Linnasyiin dengan Melalui Maharoh
Kalam, Qiro’ah, Istima’, dan Kitabah yang akan membuahkan hasil maksimal bagi
Peserta Didik nantinya. Di samping itu dari deskripsi data penulis tidak melakukan
pelagiatan dari kajian terdahulu. Hal ini telah terbukti dari hasil yang telah diperoleh.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekataan Penelitian
Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research),
yakni suatu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam tentang
suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang
terorganisir dengan baik dan lengkapmengenai unit sosial tersebut (Saifuddin,
1999: 8)
Sedangkan pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif. Yakni
berusaha memehami dan menafsirkan makna suatu peristiwa iteraksi tingkah laku
manusia dalam situasi tertentu. ( Husain Usman dan Purnomo, 1996: 81 )
2. Subyek Penelitian Untuk memperoleh sesuatu data, harus mengetahui dari mana
sumber data tersebut akan diambil, sedangkan pengertian sumber data itu sendiri
adalah subyek dimana data itu diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 1989: 10 ).
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Kepustakaan, yaitu sumber data yang berupa buku-buku literatur yang
berkaitan dengan topic pembahasan.
2) Lapangan, yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini terdiri dari:
a) Dewan pengurus, guru serta tata usaha (TU) di MA Hidayatussyubban
Genuk, Semarang.
b) Siswa di MA Hidayatussyubban Genuk, Semarang.
3) Dokumentasi dalam hal ini berupa; nilai raport dan dokumen yang lainnya.
Sumber data manusia yaitu semua personil yang berada di tempat penelitian.
Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah para pengajar
bahasa Arab, para siswa dan pengurus Madrasah Aliyah.. Sedangkan sumber
data non manusia yaitu berupa dokumen-dokumen yang didapat di lapangan
yaitu nilai raport dan dokumen lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa tehnik yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data satu
sama lain mempunyai fungsi yang berbeda dan hendaknya dipergunakan secara
tepat dengan tujuan penelitian (Tatang, 1990: 92). Data penelitian terkait
pengumpulan data yang dipakai adalah:
a. Metode Observasi.
Observasi sebagai alat pengumpul data, banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu, proses belajar mengajar, ataupun proses
terjadinya sesuatu yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. ( Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 109 ).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran
umum pembelajaran di MA Hidayatussyubban Genuk Semarang, dan untuk
mengetahui kondisi fisik sarana dan prasarana dari obyek penelitian, maka
penulis menggunakan metode observasi secara langsung di pondok pesantren
ilmu Al-Qur’an guna mengamati dan mencatat secara sistematis fenomena-
fenomena yang diteliti. (Sutrisno Hadi, 1990: 136 )
b. Metode Dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah suatu metode atau cara pengambilan data
yang diperoleh di tempat penyimpanan dokumen. Dalam melaksanakan
metode ini peneliti menyelidiki benda-benda, data yang tidak mungkin
diperoleh dengan menggunakan interview dan observasi.( Ahmad Anwar,
1977: 2).
c. Metode Interview.
Metode interview adalah alat pengumpul data dengan cara berdialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) kepada terwawancara untuk
memperoleh informasi yang dilaksanakan langsung tanya jawab dengan
sumber data. (Suharsimi Arikunto, 1989: 145).
Metode ini digunakan untuk memperoleh atau meneliti data seseorang,
misalnya : latar belakang murid, orang tua, perhatian pendidikan dan sikap
terhadap sesuatu.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan cara tanya jawab dan suatu komunikasi verbal semacam percakapan
yang bertujuan memperoleh informasi. (Suharsimi Arikunto, 1989: 145).
d. Metode Angket.
Metode ini digunakan untuk menjaring data yang akan dianalisis dalam
penelitian dan berkaitan dengan efektifitas pembelajaran bahasa Arab dengan
menggunakan kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in tersebut serta pemahaman
mereka terhadap apa yang mereka pelajari.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah, menganalisa
serta mengambil kesimpulan dari data yang telah terkumpul. Tujuan analisa data
dalam penelitian ini adalah untuk memfokuskan dan membatasi penemuan-
penemuan sehingga menjadi data yang teratur dan tersusun secara rapi dan berarti.
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode
analisa deskriptif analitik.
Metode deskriptif adalah suatu analisa dengan memberikan gambaran dan
melaporkan apa adanya dengan proses analisis dari data-data yang diperoleh dari
hasil penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1993: 115).
Sedangkan metode kualitatif adalah suatu analisa yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan
kesimpulan. Dalam konteks ini penulis mendeskripsikan secara kualitatif
gambaran umum pembelajaran bahasa Arab di MA Hidayatussyubban Genuk,
Semarang.
Data yang bersifat kuantitatif, yaitu berwujud angka-angka hasil perhitungan
atau pengukuran dapat melalui proses dengan beberapa cara yaitu :
1) Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh
prosentase.
2) Dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu susunan yang urut
data (array), untuk selanjutnya dibuat tabel, baik yang hanya berhenti sampai
tabel saja, maupun yang diproses lebih lanjut menjadi perhitungan pengambil
kesimpulan ataupun untuk kepentingan visualisasi datanya. (Suharsimi
Arikunto, 1993: 245-246).

Sedangkan untuk memperoleh nilai kuantiatif, dianalisa dengan statistik rerata


(Mean), dipakai rumus sebagai berikut :

F
P = X 100%
N
Keterangan :

P = Angka prosentase yang dicari

F = Frekuensi

N = Number of Case (jumlah individu). (Anas Sudijono, 1987 : 40 )

G. Sistematika Skripsi
Bab I : Merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum
kepada pembaca mengenai isi skripsi ini. Di dalamnya membahas tentang latar
belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II : Merupakan landasan teori yang menguraikan tentang pengertian
pembelajaran bahasa Arab, tujuan pembelajaran bahasa Arab, buku sebagai sumber
pembelajaran, efektifitas buku terhadap pembelajaran, gambaran dan kajian tentang
kitab Al-Arobiyyah Linnasyi;in.
Bab III : Pada bab ini berisi tentang gambaran umum MA Hidayatussyubban
Semarang, sejarah singkat berdirinya, tentang letak geografis, struktur organisasi,
keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana dan prasarana yang tersedia, serat
keefektifan pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan kitab Al-Arobiyyah
Linnasyi’in di MA Hidayatussyubban Semarang.
Bab IV : Analisa data, meliputi data hasil dokumentasi, hasil observasi, hasil
angket, rekapitulasi prosentase, dan hasil nilai rapot.
Bab V : Akhir dari bab ini merupakan penutup dan saran sebagai akhir dari
pembahasan skripsi ini.
BAB II
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
DAN KITAB AL-AROBIYYAH LINNASYI’IN

A. Pembelajaran Bahasa Arab


Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa
arab dan menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-
qur’an karena Al-qur’an adalah bahasa terbaik yang pernah ada, sebagaimana Firman
Allah SWT :

‫إِنَّا أَْنَزلْنٰلهُ ُق ْراٰنًا َعَربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ ْو َن‬


“Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-qur’an dengan berbahasa arab agar kamu
memahaminya,” ( QS. Yusuf : 2 )
Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan surat yusuf ayat 2 diatas : “Yang
demikian itu (bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab) karna bahasa arab
adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok
untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia (yaitu Al-Qur’an)
diturunkan kepada Rosul yang paling mulia (yaitu Rosulullah) dengan bahasa yang
termulia (yaitu bahasa arab) melalui perantara malaikat yang paling mulia (yaitu
Malaikat Jibril) ditambah kitab inipun diturunkan pada dataran yang paling mulia
diatas muka bumi (yaitu tanah arab) , serta awal turunnyapun pada bulan yang paling
mulia (yaitu Romadhon), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.”
(Ibnu Katsir, 1980 : 254)
Bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:

‫إِنَّا َج َع ْلنَاهُ ُق ْراٰنًا َعَربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ ْو َن‬


“Sesungguhnya kami telah menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa arab, supaya kalian
memahami”. (QS. Az-Zukhruf : 3)
Maka seseorang itu dikatakan paham Al-Qur’an dengan baik jika ia
memahami bahasa arab sesuai dengan kemampuannya masing-masing, padahal
diantara keutamaan orang yang membaca Al-Qur’an dengan baik, Nabi Muhammad
Shollallahu Alahi Wasallam pernah mengatakan:

)‫َص َحابِِه (رواه مسلم‬ ‫ِ ِ ِ أِل‬


ْ ‫إِ ْقَر ُؤا الْ ُق ْراٰ َن فَِإنَّهُ يَأْيِت َي ْو َم الْقيَ َامة َشفْي ًعا‬
Artinya: “Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang memberi
syafaat bagi para pembacanya”. (HR Muslim)

Yang dimaksud hadits diatas adalah orang yang hari-harinya disibukkan


dengan membaca Al-Qur'an akan mendapatkan syafaat dari Al-Quran nanti di hari
kiamat , dan lebih sempurnanya pahala dihadapan Allah adalah dengan memahami isi
kandungan yang terdapat dalam Al Qur'an , dan mengamalkan apa yang terdapat
dalam Al-Qur'an.

Salah satu keutamaan belajar bahasa Arab adalah akan bertambahnya


kecerdasaan seseorang, ia akan lebih peka terhadap suatu hal dan pikirannya menjadi
terbuka dan tidak terpaku pada sesuatu hal tertentu, hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Umar bin Khottob radhiyallahu ' anhu ,

‫ت الْ َع ْق َل َوتَ ِزيْ ُد يِف الْ ُم ُر ْوءَ ِة‬


ُ ِّ‫َت َعلَّ ُم الْ َعَربِيَّةَ فَِإن ََّها ُتثَب‬

“Pelajarilah bahasa arab karena ia dapat menguatkan akal dan menambah kewibawaan”

Sedangkan pengertian Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Kegiatan ini


akan mengakiba tkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.
(Muhaimin M.A. Dkk, 1996: 99). Sebagaimana hal yang disebutkan oleh Nababan
bahwasannya arti pembelajaran adalah nominalisasi proses untuk membelajarkan.
(Jos D. Parera, 1997: 24-25). Seharusnya pembelajaran bermakna "proses membuat
atau menyebabkan orang lain belajar. Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengka pan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri
dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meli puti; buku-buku, papan tulis dan lain-
lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan
sebagainya. (Oemar Hamalik, 1995: 57).
Pembelajaran disebut juga sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk
memecahkan masalah personal, ekonomi, sosial dan politik yang di temui oleh
individu, kelompok dan komunitas. Dalam hal ini perilaku diartikan sebagai sikap,
ide, nilai ,keahlian dan minat individu. Sedangkan arah positif merujuk kepada apa
yang meningkatkan diri, orang lain dan komunitas. Pembelajaran memungkinkan
individu, kelompok, atau komunitas menjadi entities yang berfungsi, efektif dan
produktif di dalam masyarakat. (Agus Suryana, 2006: 29).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar


mengajar) adalah suatu aktifitas (upaya) seorang pendidik yang disengaja untuk
memodifikasi (mengorganisasikan) berbagai komponen belajar mengajar yang
diarahkan tercapainya tujuan yang ditentukan. Dari istilah proses belajar dan
mengajar terdapat hubungan yang sangat erat. Bahkan terjadi kaitan dan interaksi
saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu sama yang lain ada pun
tujuan belajar merupakan kriteria untuk mencapai derajat mutu dan efisiensi
pembelajaran itu sendiri. Perbuatan belajar adalah proses yang komplek. Proses itu
sendiri sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati
berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan belajar tersebut.
Karena itu, untuk memahami suatu perbuatan belajar diperlukan kajian terhadap
perbuatan itu secara unsuriyah. Dengan kata lain, setiap perbuatan belajar
mengandung beberapa unsur, yang sifatnya dinamis. Unsur-unsur tersebut dikatakan
dinamis karena dapat berubah-ubah, dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau menjadi
lebih lemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam diri
siswa dan yang ada di luar siswa bersangkutan, Perubahan unsur-unsur tersebut sudah
tentu ada pengaruhnya terhadap ke gia tan belajar dan hasil yang diperoleh.

Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar mengajar terdiri dari:

a. Motivasi belajar siswa


Dalam pembelajaran harus ada upaya-upaya agar motivasi yang sudah ada
pada diri pembelajaran tetap terpelihara dan ditingkatkan karena motivasi berguna
untuk menghubungkan pengalaman yang lama dengan bahan pelajaran yang baru,
sebab setiap siswa datang ke kelas dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Dengan motivasi, siswa tidak mengalami dalam belajar dan merasa terdorong
untuk mempelajari bahan-bahan baru.
b. Bahan ajar
Bahan belajar yang tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar
siswa karena itu penggunaan bahan belajar harus selektif dan disesuaikan dengan
komponen-komponen lainnya.
c. Alat bantu ajar
Suasana belajar perlu dikembangkan agar masing-masing siswa biasa
kompetitif Sebab dengan kompetitif yang sehat akan memungkinkan setiap siswa
dapat berprestasi secara maksimal dan dapat mencapai prestasi yang setinggi
mungkin
d. Suasana belajar
Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang
menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang
kacau, ramai, tak tenang dan banyak gangguan, sudah tentu tidak menunjang
kegiatan belajar yang efektif. Karena itu, guru dan siswa senantiasa dituntut agar
menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan,
menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa suasa na belajar turut
menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa.
e. Kondisi subyek yang belajar
Kondisi subyek dapat dibedakan atas kondisi fisik ataupun psikis, kondisi fisik
meliputi ukuran tubuh, kekuatan tubuhnya, kesehatannya, aspirasinya dan
harapannya oleh karena itu kondisi siswa perlu diperhatikan.
Dari kelima unsur inilah yang bersifat dinamis itu, yang sering berubah,
menguat atau melemah dan yang mempengaruhi proses belajar tersebut. (Oemar
Hamalik, 1994: 50).

Sedangkan unsur-unsur dinamis pada guru meliputi:

a. Motivasi membelajarkan Siswa


Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa. motivasi itu timbul
dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik para peserta didik agar lebih baik, jadi
guru harus memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang
memiliki pengetahuan dan kemampuan.
b. Kondisi Guru Siap Membelajarkan Siswa
Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pengajaran selain kemampuan
dalam proses pengajaran selain kemampuan kepribadian dan kemampuan
kemasyarakatan. Maka guru perlu berupaya meningkatkan kemampuannya agar
senantiasa berada dalam kondisi siap membelajarkan siswa.
2. Faktor-Faktor Penunjang Pembelajaran Berbahasa Arab.

Pada hakekatnya suatu keberhasilan tidak akan tercapai dengan baik tanpa ada
faktor-faktor yang mempengaruhinya, begitu pula dengan keberhasilan pengajaran,
khususnya dalam pengajaran bahasa Arab. Adapun faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu ketrampilan berbahasa bagi siswa antara lain yaitu:

a. Untuk mendapatkan ketrampilan berbahasa yang berhasil ada peran guru dan peran
siswa tidak mungkin cara siswa aktif tidak terpengaruh dan dikendalikan oleh guru,
jadi peran guru masih besar dalam pembelajaran bahasa.
b. Metode yang berhasil adalah metode langsung dengan teknik monitoring atas
kesalahan tata bahasa dan kosakata.
c. Keberhasilan belajar bahasa dimulai dengan belajar kosakata dan tata bahasa, baru
kemudian membaca teks dengan konteks yang menarik dan berguna.
d. Pelatihan yang digunakan setiap hari untuk komponen-komponen kebahasaan dan
penugasan diberikan untuk melakukan kegiatan kebahasaan secara terpadu.
e. Mengingat, juga merupakan hal yang utama dalam pembelajaran bahasa.
f. Sering dilakukan praktek berbicara dengan bahasa yang digunakan
g. Pemakaian kamus sangat diperlukan. (Jos Daniael Parera, 1997: 32)
3. Ketrampilan Berbahasa Arab.
a. Pengertian ketrampilan berbahasa Arab.
Sebelum diketahui apa pengertian ketrampilan berbahasa Arab seutuhnya
terlebih dahulu penulis akan menguraikan apa yang dimaksud dengan ketrampilan dan
bahasa. Ketrampilan adalah kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
sesuatu dengan baik dan cermat. Sedangkan berbahasa adalah sebagaimana ciri
prefeks -ber pada bahasa Indonesia, menyatakan makna "kebiasaan melakukan
sesuatu". Bahasa suatu sistem komunikasi, dialaminya dan hakekat bahasa sebenarnya
adalah makna. (Jos Daniel Parem, 1997: 26-27).
b. Indikator ketrampilan berbahasa Arab
Tercapainya suatu keberhasilan dalam ketrampilan berbahasa Arab ditandai
beberapa kemahiran diantaranya yaitu;
1) Kemahiran menyimak (istima').
Kemahiran menyimak (listening) skill dapat dicapai dengan latihan-latihan
mendengar perbedaan satu phoneme dengan phoneme yang lainnya antara satu
ungkapan dengan ungkapan lainnya, baik langsung dari native speaker atau
melalui rekaman tape untuk memahami bentuk dan arti dari apa yang didengar
diperlukan latihan-latihan berupa mendengarkan materi yang direkam dan pada
waktu yang bersamaan melihat rangkaian gambar yang mencerminkan arti dari isi
apa yang didengarkan tersebut.
2) Kemahiran berbicara (kalam).
Kemahiran berbicara atau speaking skill merupakan kemahiran linguistik yang
paling rumit, karena ini menyangkut masalah berfikir atau memikirkan apa yang
harus dikatakan sementara menyatakan apa yang telah dipikirkan. Semua ini
memerlukan persediaan kata dan kalimat tertentu yang cocok dengan situasi yang
dikehendaki dan memerlukan banyak latihan ucapan dan ekspresi atau
menyatakan pikiran dan perasaan secara lisan system leksikal, gramatikal dan
semantik digunakan simultan dengan intonasi tertentu.
3) Kemahiran membaca (Qiro'ah).
Kemahiran membaca mencakup dua hal yaitu mengenali simbul-simbul tertulis
dan memahami isinya dengan beberapa cara. Diantaranya dengan membekali
murid dengan perbendaharaan kata yang cukup. Aktifitas membaca, menyediakan
input bahasa sama seperti menyimak. Namun demikian membaca memiliki
kelebihan dari menyimak dalam hal pemberian butir linguistic yang lebih akurat.
Disamping itu pembaca yang baik bersifat otonom dan bisa berhubungan dengan
melalui majalah, buku atau surat kabar berbahasa Arab dengan cara seperti itu
pembelajaran akan memperoleh kosakata dan bentuk-bentuk bahasa dalam jumlah
banyak yang sangat bermanfaat dalam interaksi komunikatif, faktor tersebut jelas
menunjukkan bahwa pengajaran membaca perlu memperoleh perhatian serius dan
wacana membaca tidak boleh hanya dipandang sebagai batu loncatan bagi
aktivitas berbicara dan menulis semata, tujuan pengajaran bahasa sebagaimana
kita ketahui adalah mengembangkan kemampuan bagi siswa, dengan demikian
guru bertugas untuk meyakinkan bahwa proses belajar mengajar akan menjadi
pengalaman yang sangat menyenangkan bagi para siswa. (Furqonul Aziz dan
Chaidar Al-Wasilah, 2000: 108).
4) Kemahiran menulis (Kitabah)
Kemahiran menulis menyangkut 3 hal yaitu:
a) Kemahiran membuat alphabet. Kemahiran membuat alphabet dimaksud untuk
menyatakan bunyi berbeda-beda antara bahasa yang lain
b) Kemahiran mengeja. Kemahiran mengeja ini akan berkembang menjadi
modifikasi kalimat yaitu mengubah kalimat yang ada dengan unsur yang lain,
menyempurnakan kalimat yang belum selesai atau mengubah kalimat aktif
menjadi pasif, begitu sebaliknya.
c) Kemahiran menyatakan perasaan dan pikiran melalui tulisan atau yang
lazimnya disebut komposisi. Kemahiran ini dapat dicapai melalui latihan-
latihan yang berupa:
(1) Merangkum bacaan terpilih dan menceritakan kembali dalam bentuk
tulisan, tetapi menggunakan kata-kata siswa itu sendiri.
(2) Menceritakan gambaran yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan siswa
sehari-hari.
(3) Membuat diskripsi suatu gambaran atau peristiwa sampai masalah sekecil-
kecilnya.
(4) Menceritakan perbuatan yang biasanya dilakukan oleh siswa, seperti
mengendarai sepeda dan lain-lainnya.
4. Problematika dan Solusi dalam pembelajaran bahasa.
Dalam proses pembelajaran, tidak terlepas dari adanya problematika dihadapi oleh
para pengajar, para peserta didik dan alat pembelajaran yang meliputi; buku pedoman
belajar. Problem sangat beragam sehingga problem dari kelas yang lain tidak sama, begitu
juga dengan problem pembelajaran bahasa Arab Berikut ini paparan singkat tentang
problem pembelajaran bahasa Arab secara umum yang tentunya perlu diketahui oleh para
guru dan para siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
Dengan demikian guru dapat mempersiapkan solusi-solusi alternatif untuk mencapai
pembelajaran yang efektif dan efisien.
a. Dari pihak guru
1. Guru tidak memahami metodologi pembelajaran yang terus berkembang sehingga
guru kurang memahami materi yang diajarkan. Untuk mengatasi masalah itu guru
harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2. Guru kurang konsisten dalam penerapan tahapan-tahapan metode yang ada dalam
sebuah kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in, sehingga ia membuat improfisasi sendiri
yang terkadang menyimpang dari tujuan pembelajaran itu sendiri. untuk solusi
dari problem di atas para guru diharapkan menjalankan tahapan metode yang ada
dalam kitab Al-Arobiyyah Linnasyi’in.
3. Guru tidak memahami psikologi peserta anak didiknya sehingga proses
pembelajaran berjalan kaku dan tidak menarik bagi siswa. Untuk mengatasi
masalah psikologi anak didik diharapkan seorang guru mengenal watak atau
karakter siswa sehingga membantu aspek-aspek pribadi para siswa untuk
meningkatkan kreatifitas pembelajaran di kelas.
b. Dari pihak siswa
1. Siswa tidak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar, karena kurangnya
dukungan yang kuat dari orang-orang terdekat. Untuk mengatasi hal tersebut
siswa hendaknya dijelaskan tentang tujuan atau manfaat dari pembelajaran
tersebut.
2. Latar belakang lingkungan yang kurang mendukung kemajuan prestasi belajar,
untuk mengatasi problem tersebut siswa harus mempunyai prasyarat dalam hal ini
siswa harus mempunyai motivasi belajar dengan upaya pembelajaran. (Oemar
Hamalik, 1994: 67).
3. Siswa tidak memiliki rasa percaya diri terutama dalam pembelajaran bahasa, ini
dikarenakan orang yang belajar bahasa yang utama harus memiliki rasa percaya
diri untuk berkomunikasi tanpa hal itu siswa akan sulit berkembang dalam
mengatasi hal ini para siswa diperbolehkan untuk berbicara meskipun
mengabaikan grammar (tata bahasa) atau Qawaid (kaidah-kaidah).
B. Tujuan Mempelajari Bahasa Arab.
Tujuan dalam mempelajari bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran yakni merupakan suatu
komponen system pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem
yang efektif, (Oemar Hamalik, 1995: 75), yang menjadi kunci dalam rangka
menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran dan guru
itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak
dicapai, dikembangkan dan diapresiasikan untuk dapat ditentukan hasil-hasil
pendidikan yang di inginkan. Guru itu sendiri adalah sumber utama bagi para
siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidik yang
bermakna dan dapat diukur. (Oemar Hamalik, 1995: 76). Adapun tujuan umum
dalam mempelajari bahasa Arab yaitu; agar siswa dapat memahami Al-Qur'an dan
Hadits sebagai sumber hukum agama Islam dan ajaran-ajarannya.
2. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang
tertulis dalam bahasa Arab.
3. Sebagai alat bantu sebagai alat pembantu keahlian lainnya.
4. Untuk membina ahli bahasa yang benar-benar profesional. (Departemen Agama,
Pengajaran Bahasa Arab pada Pergunuan Tinggi Agama Islam/IAIN, 1997: 117).

C. Buku Sebagai Sumber Pembelajaran.


1. Pengertian Buku
Beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk di baca atau halaman
kosong untuk ditulis). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 172).
Sedangkan sumber yaitu asal (dalam berbagai arti). (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001: 1102). Begitu pun arti pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang
mendapat beberapa imbuhan pe dan akhiran -an sehingga terbentuklah kata
pembelajaran yang artinya suatu upaya membela jarkan siswa untuk belajar.
(Muhaimin, 1994: 133-134).
Jadi sumber pembelajaran adalah asal atau rujukan dari cara mengajar dalam
skripsi ini. Penulis mengkonsentrasikan pada materi atau bahan pengajaran
sebagai isi dari sebuah buku atau kitab.
Dalam proses belajar mengajar, guru maupun siswa tidak dapat hanya
menggunakan suatu buku pegangan saja, lebih-lebih di zaman kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Sangat menuntut guru dan siswa
untuk membaca berbagai buku yang relevan dengan apa yang akan diajarkan atau
yang akan dipelajari. Hal ini bukan suatu hal yang luar biasa, sebab siswa
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang seluas-luasnya.
Lembaga pendidikan dewasa ini mengenai bermacam-macam sumber pengajaran
yaitu:
a. Human as resources, bahan yang bersumber dari manusia itu sendiri.
b. Printer as resources, bahan semua sumber yang diterbitkan.
c. Institutional as resounces, bahan atau lembaga sebagai sumber.
d. Material as resources, bahan atau materi sebagai sumber.

Dari keempat sumber pengajaran di atas sudah digunakan sejak zaman dahulu
sebagai buku pegangan. Hal ini dikarenakan:
a. Buku memberikan ilmu pengetahuan yang sistematis, sehingga dari buku ini
anak tidak hanya memperoleh pengetahuan yang sebanyak-banyaknya, tetapi
telah dipikirkan sistematisnya ilmu pengetahuan tersebut secara logis. Dengan
demikian, memungkinkan anak lebih menginventarisir pengetahuan tersebut.
b. Buku tidak disusun dengan cara-cara yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini pengarang berfikir cukup matang, baik
tentang materi, kegunaan metode yang diselenggarakan.
c. Pada umumnya buku-buku pegangan di karang oleh orang-orang yang
terkenal, maka pengarang tersebut telah memberikan suatu garansi tentang
ilmu pengetahuan yang bergantung dalam buku yang di karangnya. Dari buku
tersimpul ilmu pengetahuan sejak perkembangan zaman, sehingga murid-
murid dapat mengetahui perkembangannya dengan jalan menganalisa dan
memberikan komentarnya, dengan demikian dengan buku ini ilmu
pengetahuan dapat diwariskan kepada generasi penerus. (Subari, 1994: 43-44),
2. Cara Menyeleksi Buku
Dalam memilih dan menentukan buku pegangan terdapat beberapa hal yang
harus diketahui dan perlu diperhatikan lebih dahulu, yaitu:
a. Harus memiliki pengarang yang sudah terkenal.
b. Mencari tahun terbitan yang sudah dikenal.
c. Melihat daftar isi, sesuai atau tidak dengan program sekolah.
d. Mengetahui buku itu dari dunia barat atau dari dunia timur. Buku-buku dari
dunia barat umumnya menitikberatkan tentang kehidupan nyata dan uraiannya
lebih mendetail. Sedangkan buku dari dunia timur lebih menekankan pada
ilmu pengetahuan yang bersifat filosofis dan uraiannya lebih bersifat prinsip.
e. Memilih buku yang di dalamnya, daftar isi, bab-bab yang cukup mendetail,
lampiran-lampiran dari hasil riset, pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan,
tugas-tugas untuk dikerjakan, skema-skema dari apa yang telah diuraikan.
f. Memilih buku-buku yang diperkenalkan oleh hukum negara (setelah di
perguruan tinggi baru diberi kebebasan untuk membaca apapun), yang pokok
di sini harus dimiliki adalah sikap mental sebagai seorang "scientific". (Subari,
1994: 44-45).
3. Cara Membaca Buku.
Masih terdengar suara-suara dari pelajar dalam hal kesulitan menangkap isi
buku, hal itu bisa terjadi karena mereka tidak pernah menerima petunjuk itu untuk
memungkinkan si guru itu sendiri masih kurang memahami teknis membaca. Oleh
karena itu petunjuk-petunjuk cara membaca buku dengan senantiasa mengiakan
apa yang tercantum dalam isi buku, bukan tujuan yang sebenarnya membaca
buku.
Agar tujuan membaca buku tercapai, petunjuk berikut sangat membantu,
diantaranya adalah:
a. Sebelum membaca dari bab ke bab, terlebih dahulu harus dibaca kerangka
pembahasan buku itu yang umumnya tercantum dalam daftar isi.
b. Gunakan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting dari buku yang
dibaca itu.
c. Bacalah buku itu secara keseluruhan, lalu bacalah dengan mencatat bagian-
bagian yang penting dalam buku catatan,
d. Simpan buku catatan baik-baik.
e. Untuk membaca buku berbahasa asing banyak kemauan yang luar biasa,
sedikit demi sedikit, dari hari ke hari dapat menangkap apa yang terkandung di
dalamnya.
f. Jika menterjemahkan, jangan terjemahkan kata demi kata, kalimat perkalimat,
tetapi harus diusahakan membuat rangkuman. Pengertian dari paragraf
membaca diktat-diktat bahasa asing hanya merupakan faktor penghambut
kemajuan sendiri. Selain itu juga diragukan kebenaran terjema hannya.
g. Catatlah istilah-istilah yang mempunyai pengertian umum.
h. Buatlah ringkasan-ringkasan dan review tentang buku tersebut. (Syaiful Bahri
Djamaroh, 1994: 19).
4. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Arab.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas, demikian pula
dengan mata pelajaran bahasa Arab. Adapun karakteristik mata pelajaran bahasa
Arab adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Arab mempunyai dua fungsi yakni sebagai alat komunikasi antar
manusia dan bahasa agama (Islam).
b. Bahasa Arab memiliki struktur ilmu yang sama dengan bahasa-bahasa lainnya
untuk mengenal bunyi dan alat ucap yang menghasilkannya, melahirkan ilmu
Makhorijul Hunuf (fonologi) untuk mengenal perbedaan makna, melahirkan
ilmu shorof (morfologi) untuk mengenal struktur kalimat, melahirkan ilmu
nahwu (sintaksis) dan untuk memahami makna, melahirkan ilmu ma'ani
(simantik).
c. Disamping ilmu-ilmu tersebut (yang memang selalu ada dalam semua bahasa)
bahasa Arab memiliki ilmu-ilmu lain rasam (grafologi) bayan (gaya bahasa)
badi (keindahan kata dan makna) 'anın (pola syair) qawafi (bunyi-bunyi atau
huruf-huruf pada kesastraan) matnu al-luquh (asal bahasa).
d. Sesuai dengan karakteristik keilmuan bahasa Arab mempunyai keilmuan
spiral, artinya bahwa dalam suatu ujaran itu telah mengandung unsur-unsur
bayan (gaya bahasa) badi" (keindahan kata dan makna) 'anun (pola syair)
qawafi (bunyi-bunyi atau huruf-huruf pada kesastraan) mamu al-luquh (asal
bahasa). Maka strategi pengembangan materi pembelajaran bahasa Arab
berdasarkan atas lingkup lingkungan yang paling dekat dengan lingkungan
yaitu dengan lingkungan-lingkungan yang paling dekat dengan siswa menuju
dengan lingkungan yang jauh. Pertama para siswa berkenalan dengan dirinya
sendiri, keluarga dan seterusnya ke lingkungan sekolah. Adapun yang terkait
dengan tema materi pembelajaran bahasa Arab hanya dimaksud untuk
efektifitas yang diperlukan untuk menjalin komunikasi. (Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, Dikjen, Dikdasmen, Dekdinas, Pengembangan Silabus dan
System Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Arab).

.. D. Efektivitas Kitab Al-Arobiyyah Linnasyiin Terhadap Pembelajaran

Efektivitas disini sebagai defenisi waktu dan ketepatan bicara yang benar,
sehingga dengan waktu yang terbatas pelaksaan pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal dan mampu menghasilkan pemahaman materi yang lebih tinggi sehingga
peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik serta mampu
menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan
mewujudkan individu yang bermanfaat serta membawa kemaslahatan bagi dirinya-
sendiri, keluarga, dan ummat seluruhnya.

Keefektifan dalam belajar akan terlihat dengan menggunakan rencana


pembelajaran, waktu yang telah dibuat dalam rencana pembelajaran akan disesuaikan
dengan materi-materi pelajaran yang telah ditentukan, sehingga waktu itu terpakai
dengan sebaik-baiknya.

Standar efektivitas dalam sebuah pembelajaran antara lain, adalah:


1. Dari segi pendidik
a. Prinsip individualitas
Pelajaran akan berjalan dengan efektif apabila pendidik selalu
memperhatikan karakteristik dari masing-masing pendidiknya, karena peserta
didik akan merasa mendapatkan perhatian dan mereka akan semakin
bersemangat, sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana dengan maksimal.
b. Peragaan dalam pembelajaran
Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongkrit menuju pengalaman yang abstrak. Apabila dalam proses
pembelajaran pendidik menggunakan peragaan atau media yang sesuai dengan
materi yang disampaikan, maka dapat mempermudah peserta didik dalam
memahami materi tersebut.
c. Pembelajaran yang menjadikan peserta didik menjadi antusias
Antusias peserta didik dalam pembelajaran sangatlah berpengaruh
terhadap efektivitas pembelajaran, karena itu pendidik harus mampu
menjadikan peserta didik turut aktif dan berpartisipasi selama mengikuti
proses belajar mengajar. Maksudnya ketika proses belajar peserta didik
semangat menerima pelajaran yangt diberikan guru, karena sebelum masuk
materi guru menyampaikan hal-hal yang menarik kepada peserta didik.
Dengan begitu ketika memasuki pelajaran peserta didik menjadi semangat
ketika pelajaran berlangsung sampai selesai.
2. Dari segi peserta didik
a. Dapat melibatkan peserta didik
Menurut William Burton, mengajar adalah membimbing kegiatan
belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian, aktifitas peserta didik
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab mereka merupakan
subjek didik yang berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana.
Maksudnya dapat melibatkan peserta didik seperti guru yang menjelaskan di
depan kelas harus bisa mengaitkan peserta didik yang diajarkan, karena
dengan begitu peserta didik akan menjadi aktif di kelas agar nama mereka
disebutkan oleh guru yang mengajar di kelas tersebut.
b. Dapat menarik minat dan perhatian peserta didik
Kondisi belajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang, dan mempunyai pengaruh yang sangatlah besar dalam
prosespembelajaran. Maksudnya dapat menarik minat dan perhatian peserta
didik adalah guru yang mengajar bisa memberikan contoh-contoh yang baiak
kepada peserat didiknya. Karena dengan begitu peserta didik akan menjadi
tertarik untuk belajar.
c. Dapat membangkitkan motivasi peserta didik
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif dalam
diri seseorang menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi keutuhan
dan mecapai tujuan, atau kesadaran atau kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Karena efektivitas dari kesesuaiannya masing-masing komponen atau
sistem yang terdiri dari imput, proses, dan output terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang dicita-citakan. Pembelajaran dapat dikatakan bila antara
komponen imput, proses, dan output saling mendukung, dan saling menunjang
kearah pencapaian tujuan yang lebih baik. Dari efektivitas pembelajaran diatas
ada beberapa metode pembelajaran bahasa Arab, dimana: Metode
pembelajaran dalam bahasa Arab pada dasarnya dapat dilaksanakan dengan
bervariasi, tergantung dari kebutuhan yang sesuai dengan karakteristik peserta
didiknya.
Beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai
berikut:
1. Metode Mutholaah
Tujuan dari metode muthalaah pada dasarnya untuk mendidik peserta
didik agar pandai mengucapkan dengan baik dan lancar serta betul
mengetahui makhraj hurufnya dan mengerti maksudnya. Tata teknis dalam
mengajarkan dengan menggunakan metode muthalaah sebagai berikut:
a. Appersepsi yaitu hendaklah guru memulai penyajian appersepsi itu
dengan appersepsi yang menarik.
b. Guru mengadakan tanya jawab
c. Guru menyuruh murid menyalin kata-kata yang tidak dimengerti dalam
buku tulis khusus.
2. Metode Imla’
Tujuan imla’untuk melatih murid menulis rapi dan cermat serta ingat,
dan mengembangkan daya perhatian cermat. Metode mengajarkan imla’
berbeda- beda sesuai dengan tingkat perkembangan akal murid.
3. Metode Muhadatsah
Muhadtsah ialah menerangkan dengan lisan apa-apa yang terlintas
dalam hati dengan perkataan yang benar dan sesuai dengan maksudnya.
Tujuannya adalah untuk membiasakan murid bercakap-cakap dengan
bahasa yang fasih, membiasakan murid menyusun kalimat yang baik dan
menyusunnya dalam susunan bahasa-bahasa yang indah. Untuk
mengajarkan pelajaran muhadtsah ini guru harus mengikuti metode
berikut:
a. Guru yang topik yang sesuai dengan tingkat pemikiran murid umur
mereka.
b. Guru memilih kata-kata dan kalimat-kalimat yang sesuai dengan
pengembangan murid.
c. Pada setiap akhir pelajaran, guru harus mengajukan beberapa
pertanyaan sebagai penerapan dari apa yang telah diajarkan.
4. Metode Insya’tahriry
Insya’tahririy adalah mengungkapkan sesuatu yang tergores dalam
hati, dengan susunan kalimat yang benar, sempurna pengertiannya.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kecepatan dan pemilihan kata-kata,
kemampuan untuk menyusun pendapat yang tepat dan pemikiran yang
benar, dan mengungkapkannya dalam benuk tulisan yang bagus dan
kebebasan berfikir dan latihan menguatkan panca indra. Metode
pengajaran insya’tahriry dapat dilakukan dengan cara :
a. Guru memilih topik yang dapat dicapai oleh panca indra, seperti
ruangan kelas
b. Guru memilih cerita yang mudah dan pendek yang menarik dan
berfaedah
c. Guru menceritakannya dengan bahasa yang sesuai dengan mereka
disertai dengan contoh dan pelan-pelan.
Dalam hal ini, sebaiknya guru tidak boleh memberikan kebebasan
sepenuhnya untuk menulis insya’ tahriry, karena tidak boleh mereka
mengarang secara terurai sesuai dengan khayalannya.

5. Metode Mahfuzat
Pelajaran mahfuzhat ini sebagaimana pelajaran-pelajaran lainnya,
mempunyai faedah yang bersifat pendidikan dan praktek. Mahfuzhat ialah
mempelajari perkataan satra yang pendek serta menghafalnya dengan
sebaik- baiknya. Tujuannya untuk memperkaya kosa kata, dan untuk
memudahkan membaca dan bercakap-cakap , memperkenalkan mereka
bahasa modern, dan kekuatan hafalan. Metode menghafalkan pengajaran
dan mahfuzat ialah guru membaca dan memberikan kalimat yang sudah
terpilih yang di tulis di papan tulis dengan tulisan yang jelas, guru
menjelaskan kata-kata yang sulit dan menulisnya di atas papan tulis, guru
menyuruh murid membacanya.
6. Metode Qowaid
Pembicraan atau bahasa yang benar, bukanlah berdasarkan kaidah
bahasa (qowaid) tetapi qawaid didasarkan pembicaraan atau bahasa yang
benar, karena pembicaraanlah yang dulu ada, kemudian dari situlah di
susun qawaid (tata bahasa). Seorang guru hendaknya memperbanyak
pelajaran muhadasah, mutolaah, dan mahfujat, sebelum memulai pelajaran
itu, karena pelajaran itulah yang paling baik yang akan membantu guru
dalam mengerjakan qawaid. Apabila guru menempuh cara ini yakni
dengan memperlihatkan pelajaran- pelajaran muhadatsah, mutholaah, dan
mahfuzat sebelum dia mengajarkan qawaid itu kepada murid maka berarti
ia telah menempuh jalan yang baik, karena itulah menjadi dasar
penyusunan qawaid.

Buku adalah sumber ilmu. Oleh ka renanya membaca buku adalah sua tu
keharusan bagi siswa dengan membaca buku, siswa akan lebih banyak mengetahui
bahan pelajaran yang akan diberikan guru, bahkan tidak mustahil siswa terlebih
dahulu mengeta hui materi sebelum diberita hukan oleh guru. Pendidik hendaknya jeli
dalam memilih buku pedoman dalam mendidik anak didiknya, karena sebuah kitab
atau buku disebut efektif a pabila kitab terse but memba wa ha sil a tau prestasi yang
memuaskan dan tidak jauh dari tujuan yang direncanakan sebelumnya, serta
membawa manfaat terbesar bagi penggunaa nnya. Begitu juga dengan kitab pelajaran
bahasa Amb, hendaknya membawa manfaat bagi anak didik setelah mengikuti kegia
tan belajar men gajar.

Dari penjelasan di atas dalam mengajarkan bahasa Arab itu ada tujuan yang
akan dicapai, juga ada metode yang dapat mempermudah guru dalam
mengajarkannya. Jadi antara metode pemebelajara bahasa Arab dengan efektivitas
pembelajaran bahasa Arab saling berkaitan, karena adanya metode tersebut seorang
guru bisa menilai sejauh mana siswa-siswi yang diajarkan mengerti dari beberapa
metode tersebut dan apa saja kendala siswa-siswi itu dalam belajar bahasa Arab.

Anda mungkin juga menyukai