Anda di halaman 1dari 53

PENJARINGAN ANAK SEKOLAH SD, SMP, SMA SOP No Terbit ke No.

Revisi
Tgl.Diberlak u Dinkes.Kab Dairi Halaman Ditetapkan Kepala ttd UPT Puskesmas Batang
Beruh a. Pengertian

b. Tujuan

UPT Puskesmas Batang Beruh dr. Susiani NIP 198008022010012001

a. Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera
mendapatkan penanganan sedini mungkin. b. Penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta
didik kelas 1 SD, kelas 7 SMP/MTs dan Kelas 10 SMA/SMK/MA yang meliputi
pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku) pemeriksaan status gizi melalui
pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran),
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan
kecacingan, dan pengukuran kebugaran jasmani. Selain itu pada peserta didik di tingkat
SMP/MTs dan SMA/SMK/MA juga dilakukan skrining melalui kuisioner mengenai keadaan
kesehatan umum, kesehatan mental remaja, intelegensia dan reproduksi melalui self
assessment serta bahan edukasi/konseling. a. Permasalahan kesehatan peserta didik terdeteksi
secara dini. b. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan
peserta didik, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan sekolah. c. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi program pembinaan peserta didik

c. Kebijakan d. Referensi

e. Alat dan Bahan

SK Kepala Puskesmas a. UU No 23 Thn 2002 tentang Perlindungan Anak b. UU No 32 Thn


2004 tentang Pemerintah Daerah c. UU No.36 Thn 2009 tentang Kesehatan d. PP No 65 Thn
2005 tentang Pedoman Penyusunan SPM e. PP No 38 Thn 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan f. SKB 4 Menteri No. 1/U/SKB; No 16067/Menkes/SKB/VII/2003; No
MA/230 A/2003; No 26 Thn 2003 tgl 23 Juli 2003 tentang Pembinaan & Pengembangan
UKS g. Kepmenkes No 1611 Thn 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi a. Alat
: 1. Tensimeter 2. Stetoskop 3. Stopwatch 4. Alat pengukur berat badan (timbangan injak) 5.
Microtoise (alat ukur tinggi badan) 6. Haemometer sahli 7. Kaca mulut 8. Sonde 9. Kartu
snellen 10. Senter 11. Otoscope 12. Formulir pemeriksaan 13. Formulir rujukan b. Bahan :

c. Langkah-langkah 1. Pemeriksaan Keadaan Umum Penilaian keadaan umum peserta didik


dimaksudkan untuk menilai keadaan fisik secara umum, yang meliputi hygiene perorangan
dan indikasi kelainan gizi yang dapat dinilai dengan melihat rambut warna kusam dan atau
mudah dicabut, bibir kering, pecah pecah dan mudah berdarah, sudut mulut luka, pecah pecah
dan kulit tampak pucat/keriput. Diperiksa pula tekanan darah, denyut nadi dan kelainan
jantung. 2. Penilaian Status Gizi Untuk menilai status gizi anak dapat dilakukan pemeriksaan
secara klinis, riwayat asupan makanan, ukuran tubuh (antropometri) dan penunjang
(laboratorium). Dalam kegiatan penjaringan, penilaian status gizi siswa dilakukan melalui
pengukuran antropometri yaitu mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT). Dengan menghitung
indeks massa tubuh ini akan diketahui status gizi siswa.IMT adalah indeks untuk menentukan
status gizi. Indeks tersebut diperoleh dengan membandingkan berat badan (BB) dalam
kilogram terhadap tinggi badan (TB) dalam meter kuadrat. Jika tidak ada kalkulator dapat
menggunakan tabel IMT yang tersedia. Selanjutnya angka indeks di plot pada grafik BMI
sesuai dengan jenis kelamin. Lihat posisi plot tadi berada pada area mana: a. Jika berada di
garis Standar Deviasi (SD) +2 sampai -2 maka anak tersebut berstatus gizi normal b.Jika
berada di bawah garis SD -2 sampai SD -3 anak tersebut berstatus kurus c. Jika berada di
bawah garis SD -3 berarti status kurus sekali d. Jika berada di atas garis SD +2 sampai
dengan SD +3 berarti anak tersebut berstatus overweight atau gemuk e. Jika berasa diatas SD
+3 berarti status obesitas. 3. Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Pemeriksaan Keadaan Umum

Penilaian Status Gizi

Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Pemeriksaan Indera Penglihatan dan Pendengaran

Pemeriksaan Laboratorium

Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional

Pengukuran Kebugaran Jasmani

Pemeriksaan gigi dan mulut secara klinis yang sederhana bertujuan untuk mengetahui
keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan menentukan prioritas sasaran untuk
dijadikan pertimbangan dalam menyusun program kesehatan gigi dan mulut di sekolah.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a. Keadaan rongga mulut b. Kebersihan mulut c.
Keadaan gusi d. Keadaan gigi 4. Pemeriksaan Indera Penglihatan dan Pendengaran
Pemeriksaan indera penglihatan dan pendengaran adalah pemeriksaan yang dilakukan setiap
awal tahn ajaran baru (penjaringan) untuk mengetahui adanya kelainan tajam penglihatan dan
kelainan tajam pendengaran serta kelainan organik pada mata dan telinga setiap siswa baru.
Selanjutnya pada tengah tahun dilakukan pemeriksaan ulang (berkala) untuk menindaklanjuti
hasil pemeriksaan sebelumnya atau menilai perbaikan atas koreksi yang dilakukan. Alat
bantu yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah; a. Pemeriksaan Tajam Penglihatan /
Kelainan Organik -Snellen chart / E chart untuk memeriksa visus - Penutup 1 mata (okluder)
-Pinhole (cakram berlubang) -Loupe -Senter b.Pemeriksaan Tajam Pendengaran / kelainan
organik -Ruang yang kedap suara untuk melakukan tes berbisik -Garputala -Senter -Otoskop
5. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan

dalam penjaringan peserta didik SD/MI adalah pemeriksaan feces dan anemia. Melalui
pemeriksaan faces untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi cacing pada seorang murid.
Tujuannya adalah: -Untuk menjaring anak sekolah yang menderita cacingan -Meningkatkan
mutu intelektual anak sekolah -Meningkatkan cakupan program cacingan terutama pada anak
sekolah -Meningkatkan kemitraan dalam penanggulangan cacingan dengan melibatkan lintas
program / lintas sektorBila pemeriksaan feces >50% posiitf, maka dilakukan pengobatan
secara masal (mass blanket) dan bila pemeriksaan feces ditemukan
View more...
PEMERINTAH K
ABUPATEN BANDUNG
DINAS KESEHATAN
UPT
D
.
PUSKESMAS
KECAMATAN
PAMEUNGPEUK
Jl. Raya Banjaran No. 501 Ds. Sukasari (022)
KERANGKA ACUAN
KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
(PKPR)
1.
Pendahuluan
Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar, sekitar 23% dari
seluruh populasi, sebagai generasi penerus, kelompok ini merupakan aset atau modal
utama sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa dan negara yang akan datang.
Kelompok remaja yang berkualitas memegang peran penting di dalam mencapai
kelangsungan serta keberhasilan Tujuan Pembangunan Nasional.
2.
Latar Belakang
Berdasarkan data Penduudk Indonesia 2000-2025 proporsi penduduk remaja 10-
19 tahun pada tahun 2010 adalah sekitar 18,3% dari total penduduk sekitar 43 juta jiwa.
Besarnya populasi kelompok usia remaja dapat dimaknai sebagai aset dan potensi
bangsa di masa depan. Pentingnya remaja sebagai aset masa depan peradaban manusia
ditunjukan dengan adanya beberapa indikator yang ditetapkan Persatuan Bangsa-
Bangsa sebagai Millenium Development Goals (MDGs) yang terkait langsung dengan
remaja. Fakta yang menunjukkan bahwa saatini remaja menghadapi berbagai tantangan
yaitu resiko pengetahuan, dan akses terhadap informasi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas remaja antara lain
adalah dengan meningkatkan pelayanan peduli kesehatan remaja (PKPR), termasuk
kualitas dalam memberikan informasi kesehatan remaja dan pelayanan konseling.
3.
Tujuan
a.
Tujuan Umum
Terselanggara PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayan remaja lainnya,
yang mampu menghargai dan memenuhi hak- hak kebutuhan remaja sebagai individu,
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b.
Tujuan Khusus
-
Meningkatkan kualitas remaja adalah dengan meningkakan kualitas pelayanan
PKPR, termasuk dalam memberikan informasi kesehatan remaja dan
pelayanan konseling.
-
Tersedianya panduan penyelanggaraan bagi fasilitas dan petugas pelakasana
PKPR.
-
Terselanggaranya PKPR berkualitas yang baik, ajeg dan merata di wilayah
Puskesmas kecamatan Pameungpeuk.
-
4.
Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Memberikan penyuluhan dan konseling dalam pelayanan kesehatan peduli remaja,
membuat rencana tindak lanjut dan melaksanakan kegiatan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja berdasarkan rencana.
5.
Metoda
Kegiatan dalam memberikan penyuluhan dan konseling dalam Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja dilakukan melalui metoda ceramah dan diskusi.
6.
Sasaran
Remaja usia 10-19 tahun yang belum dan telah menikah.
7.
Jadwal kegiatan
2(dua) kali setahun
8.
Rencana Evaluasi
Setahun sekali
9.
Pencatatan dan Pelaporan
Notulen, laporan kegiatan
Bandung,................20...
Pelaksana Upaya PKPR,
1. Pengertian Melakukan pemeriksaan kesehatan dasar kepada siswa siswi kelas 1-3 di setiap
jenjang sekolah mulai dari SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK 2. Tujuan Untuk mengetahui
status kesehatan siswa / siswi baru disetiap jenjang sekolah di wilayah UPT Puskesmas Bugul
Kidul. 3. Kebijakan

SK Kepala UPTD Puskesmas Bugul Kidul Nomor …………

Tentang Jenis Layanan di Puskesmas Bugul Kidul. 4. Referensi 5. Prosedur Alat : stetoskop
Senter Snellen chart Alat ukur tinggi badan Alat ukur berat badan Alat pemeriksaan gigi
Bahan : kapas, alkohol, kasa 6. Langkah - langkah 1. Mengumpulkan data sasaran jumlah
sekolah dan jumlah siswa SD 2. Menentukan tanggal jadwal pelaksanaan penjaringan murid
kelas 1-3 3. Melaksanakan koordinasi tentang jadwal penjaringan dengan kepala sekolah dan
guru uks 4. Datang kesekolah dan melaporkan kepada kepala sekolah/ guru uks / guru kelas
5. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan 6. Melakukan pemanggilan siswa berdasarkan
absensi 7. Melakukan pemeriksaan fisik kepada murid sekolahdengan bantuan alat peraga

PENJARINGAN MURID KELAS 1-3 SOP

No.Dokumen : No. Revisi : -

Tanggal Terbit : Halaman : Pemerintah Kota Pasuruan Dinas Kesehatan Tanda Tangan :
Kepala UPT Puskesmas Bugul Kidul dr. Ika Septa Lestari NIP. 19830924 201001 2 021

8. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan fisik 9. Melakukan rujukan bagi
siswa yang kelainan atau sakit ke puskesmas 10. Melaporkan hasil penjaringan ke kepala
puskesmas 11. Melaporkan hasil penjaringan ke Dinas Kesehatan 7. Bagan alir - 8. Hal-hal
yang perlu diperhatikan 9. Unit Terkait 10. Dokumen terkait
PENJARINGAN KESEHATAN DAN
PEMERIKSAAN BERKALA
1. Persiapan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala Penjaringan
kesehatan peserta didik merupakan salah satu indicator standar pelayanan minimal
bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah.penjaringan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan peserta didik perlu
dilakukan pemeriksaan berkala.kegiatan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala tersebut dilakasanakan melalui wadah usaha sekolah (UKS).
2. Tujuan

Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal dalam mendukung proses
belajar.

Tujuan Khusus

1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik,sehingga bila terdapat


masalah dapat segera tindaklanjuti
2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta
didik,maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan disekolah.
3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi
program pembinaan peserta didik.
4. SASARAN TEKNIS

Petunjuk teknik ini diterbitkan untuk dipedomani oleh penanggungjawab program kesehatan
anak usia sekolah di

1. Dinas Kesehatan provinsi/Kabupaten/Kota


2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi/Kota,
3. Kanwil Agama Provinsi/Kab/Kota,
4. Puskesmas
5. Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.

Selain itu pelaksanaan teknis ini dapat pula digunakan oleh institusi pendidikan organisasi
profesi atau mitra potensial bidang kesehatan lainnya.

4.KEBIJAKAN PELAKASANAAN

1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan salah satu indicator standar pelayanan
minimal bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah.
2. Untuk meningkatkan status kesehatan peserta didik perlu dilakukan pemeriksa
berkala.
3. Kegiatan penjaringan kesehatan dan pemerikasaan berkala dilaksanakan melalui
Wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
4. Penjaringan kesehatan dilakukan 1 tahun sekali terhadap peserta didik kela 1
SD/SDLB/MI,Kelas 7 SMP/SMPLB/MTS,Dan kelas 10 SMA/SMK/SMALB/MA
Negeri dan Swasta.
5. Penjaringan kesehatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pemeriksaan berkala.
6. Pemeriksaaan berkala dilakukan sedikit 1 tahun sekali terhadap seluruh peserta didik
SD/SDLB/MI,SMP/SMPLB/MTS,dan SMA/SMK/SMALB/MA.
7. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dapat dilaksanakan dilakukan dalam
sekolah/sekolah Luar Biasa /Madrasah atau diluar Sekolah/Madrasah menggunakan
formulir pemeriksaan baku.
8. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dilaksanakan oleh puskesmas dan
sekolah/sekolah luar biasa /Madrasah
9. Pendanaan kegiatan penjaringan kesehtan dan pemeriksaan berkala menggunakan
APBD ,SWASTA ,MANDIRI dan sumber dana lain sesuai peraturan yang berlaku.
10. SASARAN PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA

 Sasaran Penjaringan:

Seluruh peserta didik baru pada tahun ajaran baru kelas 1,7 dan 10 disekolah Madrasah, baik
Negeri ataupun Swasta termasuk Sekolah Luar Biasa(SLB).

 Pemeriksaan Berkala:

Peserta didik selain kelas 1,7 dan 10(kelas 2-6)di SD/MI,Kelas 8 dan 9

SMP/MTS serta kelas 11 dan 12 di SMA /SMK/MA) termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB).

6.TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Waktu Pelaksanaan penjaringan terbaik : pada tahun ajaran baru yaitu antara bulan Juli
sampai Desember ,tetapi dalam menghadapi keterbatasan tenaga kesehatan dipuskesmas
makan diberikan kesempatan sepanjang satu tahun ajaran untuk menjangkau seluruh SD/MI,
SMP/M.Ts, SMA/SMK/MA.

1. PELAKSANAAN PENJARINGAN

penjaringan kesehatan dan berkala peserta didik SD/MI ,SMP/M.Ts dan SMA/SMK/MA
termasuk SLB Meliputi:

 Pengisian koesioner yang diisi oleh peserta didik/orang tua/wali peserta didik yang
terdiri dari:

1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Imunisasi
3. Gaya Hidup (Sarapan,jajan,merokok dan minum minuman beralkhol)
4. Kesehatan Intelegansia
5. Kesehatan Mental
6. Kesehatan Reproduksi

 Pemeriksaan Kesehatan yang diisi oleh tenaga Puskesmas/Guru/Kader Kesehatan


Sekolah yang terdiri dari:

1. Status Gizi
2. Tanda vital (tekanan darah,frekuensi nadi,frekuensi pernapasan dan Suhu)
3. Kebersihan Diri
4. Kesehatan indera penglihatan
5. Kesehatan indera pendengaran
6. Kesehatan Gigi dan Mulut
7. KeBugaran Jasmani

Dalam melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala, diperlukan persiapan dan
dilanjutkan dengan tahapan proses pelaksanaan penjaring kesehatan dan pemeriksaan
berkala..Persiapan penjaringan dapat dilakukan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan
penjaringan dan pemeriksaan berkala.

BAGAN ALUR

Pra Penjaringan/pemeriksaan berkala.

1. Penjelasan penjaringan kesehatan


2. Pembagian formulir persetujuan orang tua/wali
3. Pembagian koesioner riwayat kesehatan ,imunisasi,gaya hidup,kesehatan
mental,kesehatan intelegensia,kesehatan reproduksi

Guru dan Kader Kesehatan

1. Pengumpulan persetujuan orang tuia/wali


2. Pengumpulan koesioner/buku

rapor kesehatanku

3. Penilaian scoring gaya hidup,kesehatan reproduksi,kesehatan integfensia dan


kesehatan mental emosional
4. Pemeriksaan kebersihan diri
5. Pengukuran TB dan BB
6. Mencatat hasil pemeriksaan
7. pada formulir pemeriksaan/buku rapor kesehatanku
Tenaga Kesehatan I

1. Pemeriksaan tanda vital


2. Pemeriksaan mata
3. Pemeriksaan telinga
4. Menyimpilkan hasil pemeriksaan (kebersihan pribadi,gizi,tanda vital,mata dan
telinga)
5. Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tindaklanjut pada formulir
pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Tenaga kesehatan II

1. Pemeriksaan kesehatan gigi


2. Menyimpan hasil pemeriksaan

Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tindak lanjut pada formulir


pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Guru Penjaskes

1. Pemeriksaan kebugaran
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tidak lanjut pada formulir
pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Tenaga kesehatan III

1. Mencatat pemeriksaan kedalam format rekapitulasi penjaringan kesehatan peserta


didik
2. Membuat surat rujukan bagi hasil penjaringan yang memerlukan rujukan
3. Membuat umpan balik kesekolah tertulis berupa rekaptulasi hasil penjaringan

1. PENGISIAN KOESIONER OLEH PESERTA DIDIK /ORANG TUA /WALI


PESERTA DIDIK
2. PEMERIKSAAN RIWAYAT KESEHATAN PESERTA DIDIK
3. Pengertian
Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik meliputi pengisian koesioner terkait jenis
gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah diderita oleh peserta didik seperti alergi
makanan tertentu,alergi obat tertentu,cedera serius akibat kecelakaan,kejang-
kelang,pingsan,transfusi darah berulang ataupun penyakit lainnya.

Peserta didik dengan riwayat kesehatan tertentu memiliki kemungkinanan memiliki penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kondisis kesehatan didik mengakibatkan kesakitan dan
mengganggu proses belajar pada masa yang akan datang. Keterangan riwayat kesehatan
peserta didik dapat digunakan oleh petugas kesehatan dalam menentukan diagnose penyakit
maupun pengobatan bagi peserta didik.

Pemeriksaan kesehatan peserta dididk dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs.
SMA/SMK/MA dan sederajat termasuk Sekolah Luar Biasa(SLB).

2. Tujuan

Untuk mendeteksi risiko masalah kesehatan peserta didik berdasarkan gejala/kejadian terkait
kesehatan yang pernah dialami oleh peserta didik.

1. PENILAIAN STATUS IMUNISASI


1. Penilaian status imunisasi meliputi jenis imunisasi yang diberikan melalui
program imunisasi lanjutan yaitu bulan imunisasi Anak Sekolah,salah satunya
terkait program TT 5 dosis (LONG LIFFE).

Pemeriksaan imunisasi dilakukan pada peserta didik SD/SDLB/MI.

 Tujuan

Mengetahui status imunisasi peserta didik atas imunisai DT,Campak dan TD.

1. PEMERIKSAAN GAYA HIDUP


2. Meliputi koesioner terkait pubertas, pola sarapan, jajan Sekolah, resiko merokok dan
resiko minum minuman beralkhol,narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya
(NAPZA).

Peserta yang memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, terpapar rokok dikeluarga/
rumah dan minum minuman (beralkhol) dan NAPZA dapat mengakibatkan peserta didik
lebih beresiko menderita penyakit pada saluran pernapasan atau ikut melakukan perilaku
beresiko tersebut sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan kesakitan dan mengganggu
proses belajar .

1. Tujuan : Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait gaya hidup.

1. PEMERIKSAAN KESEHATAN INTELEGANSIA

Pemeriksaan kesehatan intelegansia merupakan suatu upaya pemeriksaan awal untuk


menemkan secara dini potensi kecerdasan dan hambatan belajar dalam proses belajar
mengajar pada peserta didik dipendidikan dasar dan menegah dan sekolah Luar Biasa,agar
dapat segera dilakukan tindakan intervensi yang tepat. Melalui pemeriksaan kesehatan
intelegensia,diperoleh pemahaman tentang karakteristik anak usia sekolah dan remaja,
pontesi yang dimiliki, hal-hal yang menghambat potensi dan cara mengembangkan potensi
tersebut.Dengan demikian ,setelah diketahui maka dapat direncanakan upaya peningkatan
kualitas kesehatan intelegensia pada peserta didik sehingga dapat mengoptimalkan hasil
belajarnya,serta orang tua dan guru dapat memberikan dukungan dan bimbingan sesuai
dengan potensi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik. Pemeriksaan
intelegansia ini dilakukan pada peserta didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs,
SMA/AMK/SMALB/MA.

Tujuan

1. Mengembangkan upaya untuk meningkatkan kualitas hasil dari proses belajar


mengajar pada peserta didik
2. Memberikan masukan pada orang tua dan guru mengenai dukungan dan bimbingan
yang sesuai dengan potensi kecerdasan dan cara belejar yang dimiliki oleh peserta
didik.
3. Menemukan secara dini adanya potensi hambatan belajar pada peserta didik,agar
dapat dilakukan tindakan intervensi segera.

E.PEMERIKSAAN KESEHATAN MENTAL

Pemeriksaan mental merupakan kegiatan untuk menemukan secara dini adanya masalah
mental emosional agar dapat diketahui dan segera dilakukan tindakan intervensi.

Tujuan

1. Untuk mendeteksi secara didni adanya masalah mental emosional pada peserta didik
2. Membantu guru dalam mengenal tingkat kesulitan dan kekuatan pada anak peserta.
3. Membantu guru dalam mengenal permasalahan emosi yang dihadapi anak peserta
didik sehingga guru dapat lebih dini memberikan inrevensi positif dan dapat
memebantu guru dalam memberikan metode pengajaran.
4. Sesuai bahan tindak lanjutbagi sekolah dalam meningkatkan kualitas peserta
didik.Sehingga diharapkan prestasi disekolah dapat meningkat.

F.PEMERIKSAAN KESEHATAN RERODUKSI

Pemeriksaan resiko kesehatan reproduksi meliputi pengisisian koesioner terkait pubertas dan
masalah kesehatan pada organ reproduksi beresiko mengalami kehamilan yang seringkali
mengakibatkan peserta didik dikeluarkan dari sekolah atau penyakit menular seksual yang
mengakibatkan kesakitan sehingga mengganggu proses belajar.

Pemeriksaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada peserta didik mulai dari kelas 4
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMK/SMALB/MA

Tujuan

Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait kesehatan reproduksi.

G.KEBERSIHAN DIRI
Kebersihan diri adalah penampilan diri dalam hal ini rambut,kulit dan kuku yang bersih yang
mencerminkan kesehatan.

Melalui kebersihan diri dapat menghindarkan diri dari penyakit diare infeksi saluran
pernapasan,pneumonia (radang paru),infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. salah
satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun (setelah
bermain/berktivitas, sebelum makan dan sesudah makan dan setelah buang air kecil dan
buang air besar) mandi sehari 2 x dengan sabun mandi dan cuci rambut minimal 2 kali
seminggu.

Tujuan

Untuk mendeteksi kelainan /penyakit dari kebersihan rambut, kulit dan kuku serta
mengetahui cara menjaga kebersihan diri meliputi rambut, kulit dan kuku.

H.PEMERIKSAAN KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN

Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan melalui pemeriksaan mata luar,tajam


penglihatan dan pemeriksaan buta warna. Peserta didik yang mengalami gangguan tajam
penglihatan atau radang mata dapat menimbulkan keluhan sakit kepala,kesulitan membaca
sehingga mengganggu proses belajar mengajar. Radang mata dapat ditularkan kepeserta didik
lain.

Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Pada peserta didik SLB khususnya SLB-A,tetapi dilakukan pemeriksaan kesehatan indera
penglihatan walaupun sebelumnya diketahui peserta didik mengalami kelainan pada mata
seperti buta seluruhnya atau buta parsial untuk menemukan kelainan yang baru atau
kelanjutan komplikasi yang penyakit mata sebelumnya.dan dapat sebagai pembuktian
penegakan diagnose yang sudah ada jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan (visus),dan pemeriksaan buta warna.

Tujuan

Mendeteksi adanya penyakit pada mata, gangguan penglihatan seperti kelainan refraksi/
gangguan tajam penglihatan dan buta warna pada peserta didik serta menindaklanjuti
hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).

1. PEMERIKSAAN KESEHATAN INDERA PENDENGARAN

Pemeriksaan telinga dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi pendengaran
dengan tes berbisik dan tes penala, peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran
mengakibatkan gangguan bicara yang berdampak pada gangguan komunikasi, emosional,
hubungan sosial dan juga mempengaruhi nilai akademik/prestasi belajar.

Tujuan
Mendeteksi adanya gangguan fungsi pendengaran pada peserta didik serta menindaklanjuti
pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).

1. PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT

Pemeriksaan gigi dan mulut yang dilaksanakan disekolah merupakan pemeriksaan klinis
sederhana meliputi pemeriksaan keadaan rongga mulut , kebersihan mulut, keadaan gusi,
keadaan gigi.

Tujuan

Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik, yang akan digunakan
sebagai data untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan program member umpan balik
kepada sekolah dan orang tua dan menindaklanjuti atau merujuk hasil pemeriksaan.

1. PEMERIKSAAN KEBUGARAN JASMANI

Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-
hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relative lama tanpa menimbulkan
kelelahan yang berlebihan.

Tujuan

1. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani peserta didik


2. Meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik dengan menyusun latihan fisik
terprogram sesuai dengan hasil pengukuran kebugaran jasmani
3. Memotivasi peserta didik untuk meningkatkan aktivitas fisik,latihan fisik, dan
olahraga.

CARA PEMERIKSAAN.

Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan instrumen test kebugaran


kesegaran jasmani Indonesia ( TKJI ). Yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu
instrument yang sesuai dengan kondosi anak Indonesia dan berlaku di Indonesia. Instrumen
yang digunakan dalam penjaringan Kesehatan peserta didik adalah single test. Single test
yaitu Tes lari jarak menengah dapat menjadi pilihan yang disesuiakan dengan kelompok usia
dan jenis kelamin. Single test lari 1000 meter untuk usia 10 – 12 tahun putra atau putri, 1600
meter untuk usia 13 – 19 tahun putra atau putri.

TUJUAN ;

Untuk menilai kemampuan jantung paru sebagai salah satu komponen kebugaran jasmani
yang paling dominan.

PENCATATAN DAN PELAPORAN

A.Pencatatan
Tenaga kesehatan mencatatkan hasil penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala kedalam
formulir penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala yang terdapat dalam buku rapor
kesehatanku.

Daftar hasil penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala yang dicatatkan pada formulir
penjaringan/pemeriksaan atau buku rapoor kesehatanku meliputi:

1. Identitas peserta didik


2. Riwayat kesehatan orang tua
3. Riwayat kesehatan peserta didik
4. Hasil pemeriksaan
5. Hasil pemeriksaan koesioner
6. Kesimpulan pemeriksaan
7. Tindak lanjut

Tenaga kesehatan memindahkan hasil penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala dari buku
rapor kesehatanku keregister kegiatan kesehatan anak disekolah meliputi:

1. Identitas peserta didik


2. Kesimpulan pemeriksaan

 Jenis disabilitas
 Status gizi
 Resiko anemia
 Tekanan Darah
 Dugaan kelainan jantung
 Dugaaan masalah paru
 Imunisasi
 Kebersihan diri
 Kesehatan gigi dan mulut
 Kesehatan mata
 Kesehatan telinga
 Resiko yang berhubungan dengan gaya hidup
 Gangguan kesehatan reproduksi
 Gangguan mental emosional
 Modalitas belajar
 Dominasi otak
 Pengguanaan alat bantu
 Kebugaran jasmani
 Rujukan

3. Tindaklanjut

1. PELAPORAN

Data hasil penjaringan kesehatan direkapitulasi oleh tenaga kesehatan puskesmas untuk
dilaporkan dan diumpan balikkan:

1. Kesekolah
2. KeDinas kesehatan kab/kota
3. Pemeriksaan Kesehatan Kerja
4.
5. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk

menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)

kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan

di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada

baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi

dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan

mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini

diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara

cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui

pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi :

6. 1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum

seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan

pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status

kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari

segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.

Anamnese umumPemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:

7. a. Anamnese pekerjaan

8. b. Penyakit yang pernah diderita

9. c. Alrergi

10. d. Imunisasi yang pernah didapat

11. e. Pemeriksaan badan

12. f. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :

13. - Tuberkulin test

14. - Psiko test


15. 2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara

berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko

kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar

pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum

dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah

dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam

pekerjaan.

16. 3. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus

diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada

keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan

pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal

memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada

masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.

Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja

atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act

dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Pengertian

UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah
dan lingkungan sekolah serta seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang
pendidikan mulai TK/RA sampai SMA/SMK/MA.

Tujuan

Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik
dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik
maupun warga sekolah serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Sasaran

Sasaran UKS adalah peserta didik sekolah / madrasah, Satuan Pendidikan Luar Sekolah,
Guru, pamong Belajar, Pengelola Pendidikan, pengelola Kesehatan dan masyarakat.

Ruang Lingkup UKS

Kegiatan meliputi : (TRIAS UKS)


1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan (upaya


promotif) dan upaya pencegahan penyakit (upaya preventif) serta upaya penyembuhan dan
pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilaksanakan melalui kegiatan :

1. Peningkatan Kesehatan (promotif), dilaksanakan melalaui kegiatan


intrakurikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan ketrampilan oleh tenaga
kesehatan disekolah : kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular,
cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, cara
memeriksa ketajaman penglihatan.

2. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalaui kegiatan peningkatan daya tahan


tubuh, kegiatan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit : Imunisasi yang dilakukan
oleh petugas puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana
oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan kesehatan (srining kesehatan) bagi siswa
kelas I yang baru masuk dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh
siswa.

3. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui


kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk
meningkatkan kemamapuan peserta didik yang cedera / cacat agar dapat
berfungsi normal. Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan untuk mengurangi
derita sakit, pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medik ke puskesmas,
kasus kecelakaan, keracunan atau lain kondisi yang membahayakan nyawa dan
kasus penyakit khusus.

Secara garis besar, kegiatan pelayanan kesehatan di SD dan MI adalah :


1. Penyuluhan kesehatan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan
rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa / guru yang
ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan
fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran.
Contoh kegiatan : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberantasan kecacingan,
pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).

2. Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang
terhadap penyakit difteri dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT) dan
Tetanus Toxoid
(TT). Semua anak SD/MI kelas I menerima imunisasi DT, siswa kelas VI menerima
imunisasi TT.

3. Dokter kecil
Dokter kecil dalah siswa/siswi yang ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan
kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah.
Kegiatan yang dilakukan dokter kecil diantaranya :

 Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi

 Mengenali penyakit secara awal

 Pengobatan sederhana

 Menimbang dan mengukur tinggi badan

 Memeriksa ketajaman penglihatan

 Memeriksa kebersihan gigi, dll

4. P3K dan P3P


Kegiatan yang dilakukan pada PP adalah melakukan pengobatan sederhana dan PP baik pada
penyakit, kecelakaan dan penanganan diare.

5. Penjaringan kesehatan
Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I yang baru masuk dan hasilnya
akan dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan UKS. Inti dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah,
antara lain status gizi anak, kesehatan indera penglihatan dan pendengaran yang
merupakan faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran.

6. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugs kesehatan, guru UKS, dokter kecil kepada
seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk memantau, memellihara serta meningkatkan
status kesehatan mereka. Kegiatan yang dilakukan berupa penimbangan BB, pengukuran
TB, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS dengan dokter
kecil, pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan.

7. Pengawasan warung/kantin sekolah

8. UKGS (upaya kesehatan gigi sekolah)


UKGS adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri
dari 3 macam pelayanan :

a) UKGS Tahap I : pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mengadakan


kegiatan menggosok gigi masal minimal untuk kelas I,II,III dibimbing guru dengan
memakai pasta gigi mengandugn fluoride minimal 1x sebulan.
b) UKGS Tahap II : UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi dan mulut
untuk kelas I diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. Pengobatan
darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru, pelayanan medik dasar atas permintaan
dan rujukan bagi yang memerlukan.
c) UKGS Tahap III : UKGS tahap II ditambah pelayanan medik dasar pada kelas
terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI .
Petunjuk Teknis

Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah

Pendahuluan

Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar ( 30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang
mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa
sebagian anak SD/MI masih mengalami masalah gizi yang cukup serius, dan prevalensi
kecacingan pada cukup tinggi, serta kesehatan gigi dan kesehatan indera penglihatan dan
pendengaran masih ditemukan.

Melihat permasalahan diatas, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya


peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain
kegiatan penjaringan kesehatan ( Screening kesehatan ) untuk peserta didik.

Tujuan

Tujuan Umum : Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal

Tujuan Khusus :

1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik

2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan
sekolah

3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi


program pembinaan peserta didik.

Landasan Hukum

1. UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

2. UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak

3. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

4. PP No 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan SPM

5. PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


6. SKB 4 Menteri No 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS

7. SK MenKes No 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang


Pelayanan kesehatan.

Sasaran Penjaringan : Semua Peserta didik dari SD – SMA sederajat.

Kebijakan dan Strategi operasional

Kebijakan Operasional

1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar kesehatan
sebagai urusan wajib pemerintahan daerah

2. Penjarinagn dilakukan 1 tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas 1
SD-SMP-SMA sederajat.

Strategi Operasional

1. Pendanaan kegiatan penjarinagn kesehatan peserta didik dibiayai oleh anggaran


Kabupaten/kota

2. Kegiatan penjarinagn kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk


memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan bidang kesehatan dalam program UKS

3. Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu tim penjaringan kesehatan di
bawah koordinasi puskesmas.

Langkah pelaksanaan penjaringan kesehatan

Persiapan.

1. Dinas Kesehatan menugaskan kepada Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan


kesehatan peserta didik di wilayah kerjanya

2. Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan lintas sector terkait untuk memberikan informasi
dan sosia untuk menghasilkan :

a. Kesepakan tentang penjaringan

b. Inventarisasi tenaga, sarana dan dana

c. Identifikasi kebtuhan operasional

d. Persiapan pelaksanaan

3. Kepala Puskesmas Mengadakan pertemuan dengan unsure TP UKS Kecamatan dan


Kepala sekolah serta unsure yang dipandang perlu untuk menghasilkan

a. Inventarisasi data tentang jumlah sekolah


b. Rencana kerja penjarinagn kesehatan, yang mencakup jadwal kerja, tenaga pelaksana,
kegiatan pelaksana, pencatatan dan pelaporan

Pelaksanaan

Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan fisik,


Laboratorium, Penyimpangan Mental emosional, serta kesegaran jasmani. Rangkaian
pemerikasaan tersebut seharusnya dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanannya
dapata disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi wilayah setempat.

Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :

1. Pemeriksaan Keadaan Umum

Penilaian keadaan umum peserta didik untuk menilai keadaan fisik secara umum

2. Pengukuran Tekanan darah dan denyut nadi

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, denyut nadi dan mengetahui secara
dini kelainan jantung

3. Penilaian status gizi

Untuk mengetahui adanya kelainan Kurang Energi Proteni, Vitamin A, Anemia gizi besi dan
Yodium ( GAKY)

4. Pemeriksaan gigi dan mulut

Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan menentukan prioritas
sasaran.

5. Pemerikasaan indera ( Penglihatan dan pendengaran )

Mengetahui tajam penglihatan dan pendengan serta kelainan organic pada anak dalam upaya
pencegahan

6. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboran yang dilakukan adalah pemeriksaan faeces pada anak untuk
mengetahuai ada tidaknya infeksi cacing

7. Pengukuran kesegaran jasmani

Untuk mengukur dan menentukan kesanggupan atau kemampuan tubuh untuk melakukan
kegiatan sehari hari.

8. Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan / masalah mental emosional, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervesi.
1. Persiapan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala Penjaringan
kesehatan peserta didik merupakan salah satu indicator standar pelayanan minimal
bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah.penjaringan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan peserta didik perlu
dilakukan pemeriksaan berkala.kegiatan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan
berkala tersebut dilakasanakan melalui wadah usaha sekolah (UKS).
2. Tujuan

Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal dalam mendukung proses
belajar.

Tujuan Khusus

1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik,sehingga bila terdapat


masalah dapat segera tindaklanjuti
2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta
didik,maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan disekolah.
3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi
program pembinaan peserta didik.
4. SASARAN TEKNIS

Petunjuk teknik ini diterbitkan untuk dipedomani oleh penanggungjawab program kesehatan
anak usia sekolah di

1. Dinas Kesehatan provinsi/Kabupaten/Kota


2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi/Kota,
3. Kanwil Agama Provinsi/Kab/Kota,
4. Puskesmas
5. Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.

Selain itu pelaksanaan teknis ini dapat pula digunakan oleh institusi pendidikan organisasi
profesi atau mitra potensial bidang kesehatan lainnya.

4.KEBIJAKAN PELAKASANAAN

1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan salah satu indicator standar pelayanan
minimal bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah.
2. Untuk meningkatkan status kesehatan peserta didik perlu dilakukan pemeriksa
berkala.
3. Kegiatan penjaringan kesehatan dan pemerikasaan berkala dilaksanakan melalui
Wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
4. Penjaringan kesehatan dilakukan 1 tahun sekali terhadap peserta didik kela 1
SD/SDLB/MI,Kelas 7 SMP/SMPLB/MTS,Dan kelas 10 SMA/SMK/SMALB/MA
Negeri dan Swasta.
5. Penjaringan kesehatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pemeriksaan berkala.
6. Pemeriksaaan berkala dilakukan sedikit 1 tahun sekali terhadap seluruh peserta didik
SD/SDLB/MI,SMP/SMPLB/MTS,dan SMA/SMK/SMALB/MA.
7. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dapat dilaksanakan dilakukan dalam
sekolah/sekolah Luar Biasa /Madrasah atau diluar Sekolah/Madrasah menggunakan
formulir pemeriksaan baku.
8. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dilaksanakan oleh puskesmas dan
sekolah/sekolah luar biasa /Madrasah
9. Pendanaan kegiatan penjaringan kesehtan dan pemeriksaan berkala menggunakan
APBD ,SWASTA ,MANDIRI dan sumber dana lain sesuai peraturan yang berlaku.
10. SASARAN PENJARINGAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN BERKALA

 Sasaran Penjaringan:

Seluruh peserta didik baru pada tahun ajaran baru kelas 1,7 dan 10 disekolah Madrasah, baik
Negeri ataupun Swasta termasuk Sekolah Luar Biasa(SLB).

 Pemeriksaan Berkala:

Peserta didik selain kelas 1,7 dan 10(kelas 2-6)di SD/MI,Kelas 8 dan 9

SMP/MTS serta kelas 11 dan 12 di SMA /SMK/MA) termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB).

6.TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Waktu Pelaksanaan penjaringan terbaik : pada tahun ajaran baru yaitu antara bulan Juli
sampai Desember ,tetapi dalam menghadapi keterbatasan tenaga kesehatan dipuskesmas
makan diberikan kesempatan sepanjang satu tahun ajaran untuk menjangkau seluruh SD/MI,
SMP/M.Ts, SMA/SMK/MA.

1. PELAKSANAAN PENJARINGAN

penjaringan kesehatan dan berkala peserta didik SD/MI ,SMP/M.Ts dan SMA/SMK/MA
termasuk SLB Meliputi:

 Pengisian koesioner yang diisi oleh peserta didik/orang tua/wali peserta didik yang
terdiri dari:

1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Imunisasi
3. Gaya Hidup (Sarapan,jajan,merokok dan minum minuman beralkhol)
4. Kesehatan Intelegansia
5. Kesehatan Mental
6. Kesehatan Reproduksi

 Pemeriksaan Kesehatan yang diisi oleh tenaga Puskesmas/Guru/Kader Kesehatan


Sekolah yang terdiri dari:
1. Status Gizi
2. Tanda vital (tekanan darah,frekuensi nadi,frekuensi pernapasan dan Suhu)
3. Kebersihan Diri
4. Kesehatan indera penglihatan
5. Kesehatan indera pendengaran
6. Kesehatan Gigi dan Mulut
7. KeBugaran Jasmani

Dalam melakukan penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala, diperlukan persiapan dan
dilanjutkan dengan tahapan proses pelaksanaan penjaring kesehatan dan pemeriksaan
berkala..Persiapan penjaringan dapat dilakukan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan
penjaringan dan pemeriksaan berkala.

BAGAN ALUR

Pra Penjaringan/pemeriksaan berkala.

1. Penjelasan penjaringan kesehatan


2. Pembagian formulir persetujuan orang tua/wali
3. Pembagian koesioner riwayat kesehatan ,imunisasi,gaya hidup,kesehatan
mental,kesehatan intelegensia,kesehatan reproduksi

Guru dan Kader Kesehatan

1. Pengumpulan persetujuan orang tuia/wali


2. Pengumpulan koesioner/buku

rapor kesehatanku

3. Penilaian scoring gaya hidup,kesehatan reproduksi,kesehatan integfensia dan


kesehatan mental emosional
4. Pemeriksaan kebersihan diri
5. Pengukuran TB dan BB
6. Mencatat hasil pemeriksaan
7. pada formulir pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Tenaga Kesehatan I

1. Pemeriksaan tanda vital


2. Pemeriksaan mata
3. Pemeriksaan telinga
4. Menyimpilkan hasil pemeriksaan (kebersihan pribadi,gizi,tanda vital,mata dan
telinga)
5. Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tindaklanjut pada formulir
pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Tenaga kesehatan II

1. Pemeriksaan kesehatan gigi


2. Menyimpan hasil pemeriksaan

Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tindak lanjut pada formulir


pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Guru Penjaskes

1. Pemeriksaan kebugaran
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Mencatatkan hasil pemeriksaan,kesimpulan dan tidak lanjut pada formulir
pemeriksaan/buku rapor kesehatanku

Tenaga kesehatan III

1. Mencatat pemeriksaan kedalam format rekapitulasi penjaringan kesehatan peserta


didik
2. Membuat surat rujukan bagi hasil penjaringan yang memerlukan rujukan
3. Membuat umpan balik kesekolah tertulis berupa rekaptulasi hasil penjaringan

1. PENGISIAN KOESIONER OLEH PESERTA DIDIK /ORANG TUA /WALI


PESERTA DIDIK
2. PEMERIKSAAN RIWAYAT KESEHATAN PESERTA DIDIK
3. Pengertian

Pemeriksaan riwayat kesehatan peserta didik meliputi pengisian koesioner terkait jenis
gejala/kejadian terkait kesehatan yang pernah diderita oleh peserta didik seperti alergi
makanan tertentu,alergi obat tertentu,cedera serius akibat kecelakaan,kejang-
kelang,pingsan,transfusi darah berulang ataupun penyakit lainnya.
Peserta didik dengan riwayat kesehatan tertentu memiliki kemungkinanan memiliki penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kondisis kesehatan didik mengakibatkan kesakitan dan
mengganggu proses belajar pada masa yang akan datang. Keterangan riwayat kesehatan
peserta didik dapat digunakan oleh petugas kesehatan dalam menentukan diagnose penyakit
maupun pengobatan bagi peserta didik.

Pemeriksaan kesehatan peserta dididk dilakukan pada peserta didik SD/MI, SMP/MTs.
SMA/SMK/MA dan sederajat termasuk Sekolah Luar Biasa(SLB).

2. Tujuan

Untuk mendeteksi risiko masalah kesehatan peserta didik berdasarkan gejala/kejadian terkait
kesehatan yang pernah dialami oleh peserta didik.

1. PENILAIAN STATUS IMUNISASI


1. Penilaian status imunisasi meliputi jenis imunisasi yang diberikan melalui
program imunisasi lanjutan yaitu bulan imunisasi Anak Sekolah,salah satunya
terkait program TT 5 dosis (LONG LIFFE).

Pemeriksaan imunisasi dilakukan pada peserta didik SD/SDLB/MI.

 Tujuan

Mengetahui status imunisasi peserta didik atas imunisai DT,Campak dan TD.

1. PEMERIKSAAN GAYA HIDUP


2. Meliputi koesioner terkait pubertas, pola sarapan, jajan Sekolah, resiko merokok dan
resiko minum minuman beralkhol,narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya
(NAPZA).

Peserta yang memiliki gaya hidup tidak sehat seperti merokok, terpapar rokok dikeluarga/
rumah dan minum minuman (beralkhol) dan NAPZA dapat mengakibatkan peserta didik
lebih beresiko menderita penyakit pada saluran pernapasan atau ikut melakukan perilaku
beresiko tersebut sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan kesakitan dan mengganggu
proses belajar .

1. Tujuan : Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait gaya hidup.

1. PEMERIKSAAN KESEHATAN INTELEGANSIA

Pemeriksaan kesehatan intelegansia merupakan suatu upaya pemeriksaan awal untuk


menemkan secara dini potensi kecerdasan dan hambatan belajar dalam proses belajar
mengajar pada peserta didik dipendidikan dasar dan menegah dan sekolah Luar Biasa,agar
dapat segera dilakukan tindakan intervensi yang tepat. Melalui pemeriksaan kesehatan
intelegensia,diperoleh pemahaman tentang karakteristik anak usia sekolah dan remaja,
pontesi yang dimiliki, hal-hal yang menghambat potensi dan cara mengembangkan potensi
tersebut.Dengan demikian ,setelah diketahui maka dapat direncanakan upaya peningkatan
kualitas kesehatan intelegensia pada peserta didik sehingga dapat mengoptimalkan hasil
belajarnya,serta orang tua dan guru dapat memberikan dukungan dan bimbingan sesuai
dengan potensi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta didik. Pemeriksaan
intelegansia ini dilakukan pada peserta didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs,
SMA/AMK/SMALB/MA.

Tujuan

1. Mengembangkan upaya untuk meningkatkan kualitas hasil dari proses belajar


mengajar pada peserta didik
2. Memberikan masukan pada orang tua dan guru mengenai dukungan dan bimbingan
yang sesuai dengan potensi kecerdasan dan cara belejar yang dimiliki oleh peserta
didik.
3. Menemukan secara dini adanya potensi hambatan belajar pada peserta didik,agar
dapat dilakukan tindakan intervensi segera.

E.PEMERIKSAAN KESEHATAN MENTAL

Pemeriksaan mental merupakan kegiatan untuk menemukan secara dini adanya masalah
mental emosional agar dapat diketahui dan segera dilakukan tindakan intervensi.

Tujuan

1. Untuk mendeteksi secara didni adanya masalah mental emosional pada peserta didik
2. Membantu guru dalam mengenal tingkat kesulitan dan kekuatan pada anak peserta.
3. Membantu guru dalam mengenal permasalahan emosi yang dihadapi anak peserta
didik sehingga guru dapat lebih dini memberikan inrevensi positif dan dapat
memebantu guru dalam memberikan metode pengajaran.
4. Sesuai bahan tindak lanjutbagi sekolah dalam meningkatkan kualitas peserta
didik.Sehingga diharapkan prestasi disekolah dapat meningkat.

F.PEMERIKSAAN KESEHATAN RERODUKSI

Pemeriksaan resiko kesehatan reproduksi meliputi pengisisian koesioner terkait pubertas dan
masalah kesehatan pada organ reproduksi beresiko mengalami kehamilan yang seringkali
mengakibatkan peserta didik dikeluarkan dari sekolah atau penyakit menular seksual yang
mengakibatkan kesakitan sehingga mengganggu proses belajar.

Pemeriksaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada peserta didik mulai dari kelas 4
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMK/SMALB/MA

Tujuan

Untuk mendeteksi perilaku dan masalah kesehatan terkait kesehatan reproduksi.

G.KEBERSIHAN DIRI

Kebersihan diri adalah penampilan diri dalam hal ini rambut,kulit dan kuku yang bersih yang
mencerminkan kesehatan.
Melalui kebersihan diri dapat menghindarkan diri dari penyakit diare infeksi saluran
pernapasan,pneumonia (radang paru),infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. salah
satu cara sederhana yang dapat dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun (setelah
bermain/berktivitas, sebelum makan dan sesudah makan dan setelah buang air kecil dan
buang air besar) mandi sehari 2 x dengan sabun mandi dan cuci rambut minimal 2 kali
seminggu.

Tujuan

Untuk mendeteksi kelainan /penyakit dari kebersihan rambut, kulit dan kuku serta
mengetahui cara menjaga kebersihan diri meliputi rambut, kulit dan kuku.

H.PEMERIKSAAN KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN

Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dilakukan melalui pemeriksaan mata luar,tajam


penglihatan dan pemeriksaan buta warna. Peserta didik yang mengalami gangguan tajam
penglihatan atau radang mata dapat menimbulkan keluhan sakit kepala,kesulitan membaca
sehingga mengganggu proses belajar mengajar. Radang mata dapat ditularkan kepeserta didik
lain.

Pemeriksaan kesehatan indera penglihatan dapat dilakukan pada peserta didik SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan sederajat.

Pada peserta didik SLB khususnya SLB-A,tetapi dilakukan pemeriksaan kesehatan indera
penglihatan walaupun sebelumnya diketahui peserta didik mengalami kelainan pada mata
seperti buta seluruhnya atau buta parsial untuk menemukan kelainan yang baru atau
kelanjutan komplikasi yang penyakit mata sebelumnya.dan dapat sebagai pembuktian
penegakan diagnose yang sudah ada jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan mata luar, tajam penglihatan (visus),dan pemeriksaan buta warna.

Tujuan

Mendeteksi adanya penyakit pada mata, gangguan penglihatan seperti kelainan refraksi/
gangguan tajam penglihatan dan buta warna pada peserta didik serta menindaklanjuti
hasil pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).

1. PEMERIKSAAN KESEHATAN INDERA PENDENGARAN

Pemeriksaan telinga dilakukan melalui pemeriksaan telinga luar dan fungsi pendengaran
dengan tes berbisik dan tes penala, peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran
mengakibatkan gangguan bicara yang berdampak pada gangguan komunikasi, emosional,
hubungan sosial dan juga mempengaruhi nilai akademik/prestasi belajar.

Tujuan

Mendeteksi adanya gangguan fungsi pendengaran pada peserta didik serta menindaklanjuti
pemeriksaan (bila terdapat ada kelainan).
1. PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT

Pemeriksaan gigi dan mulut yang dilaksanakan disekolah merupakan pemeriksaan klinis
sederhana meliputi pemeriksaan keadaan rongga mulut , kebersihan mulut, keadaan gusi,
keadaan gigi.

Tujuan

Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik, yang akan digunakan
sebagai data untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan program member umpan balik
kepada sekolah dan orang tua dan menindaklanjuti atau merujuk hasil pemeriksaan.

1. PEMERIKSAAN KEBUGARAN JASMANI

Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-
hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relative lama tanpa menimbulkan
kelelahan yang berlebihan.

Tujuan

1. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani peserta didik


2. Meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik dengan menyusun latihan fisik
terprogram sesuai dengan hasil pengukuran kebugaran jasmani
3. Memotivasi peserta didik untuk meningkatkan aktivitas fisik,latihan fisik, dan
olahraga.

CARA PEMERIKSAAN.

Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik menggunakan instrumen test kebugaran


kesegaran jasmani Indonesia ( TKJI ). Yang telah disepakati dan ditetapkan menjadi suatu
instrument yang sesuai dengan kondosi anak Indonesia dan berlaku di Indonesia. Instrumen
yang digunakan dalam penjaringan Kesehatan peserta didik adalah single test. Single test
yaitu Tes lari jarak menengah dapat menjadi pilihan yang disesuiakan dengan kelompok usia
dan jenis kelamin. Single test lari 1000 meter untuk usia 10 – 12 tahun putra atau putri, 1600
meter untuk usia 13 – 19 tahun putra atau putri.

TUJUAN ;

Untuk menilai kemampuan jantung paru sebagai salah satu komponen kebugaran jasmani
yang paling dominan.

PENCATATAN DAN PELAPORAN

A.Pencatatan

Tenaga kesehatan mencatatkan hasil penjaringan kesehatan/pemeriksaan berkala kedalam


formulir penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala yang terdapat dalam buku rapor
kesehatanku.
Daftar hasil penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala yang dicatatkan pada formulir
penjaringan/pemeriksaan atau buku rapoor kesehatanku meliputi:

1. Identitas peserta didik


2. Riwayat kesehatan orang tua
3. Riwayat kesehatan peserta didik
4. Hasil pemeriksaan
5. Hasil pemeriksaan koesioner
6. Kesimpulan pemeriksaan
7. Tindak lanjut

Tenaga kesehatan memindahkan hasil penjaringan kesehatan /pemeriksaan berkala dari buku
rapor kesehatanku keregister kegiatan kesehatan anak disekolah meliputi:

1. Identitas peserta didik


2. Kesimpulan pemeriksaan

 Jenis disabilitas
 Status gizi
 Resiko anemia
 Tekanan Darah
 Dugaan kelainan jantung
 Dugaaan masalah paru
 Imunisasi
 Kebersihan diri
 Kesehatan gigi dan mulut
 Kesehatan mata
 Kesehatan telinga
 Resiko yang berhubungan dengan gaya hidup
 Gangguan kesehatan reproduksi
 Gangguan mental emosional
 Modalitas belajar
 Dominasi otak
 Pengguanaan alat bantu
 Kebugaran jasmani
 Rujukan

3. Tindaklanjut

1. PELAPORAN

Data hasil penjaringan kesehatan direkapitulasi oleh tenaga kesehatan puskesmas untuk
dilaporkan dan diumpan balikkan:

1. Kesekolah
2. KeDinas kesehatan kab/kota
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karen berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat
serta salam buat untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR )
membahas tentang salah satu program puskesmas yang melayani semua remaja dalam
bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Makalah ini
dibuat untuk menambah wawasan dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang
lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan
kontribusi bagi kita dalam memajukan ilmu keperawatan.

Bandung, April 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………............ i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….......... ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...... 1

I. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1

II. Tujuan ………….. ………………………………………………………….... 2

BAB II PKPR ………………………………………..……………………………… 3

I. Pengertian ………………………….………………………………………… 3

II. Tujuan ……………………….. ……………………………………………..... 4

III. Sasaran ………………………………………………..……………………… 4

IV. Karakteristik PKPR . ………………………………………………………… 6

V. Strategi Pelaksanaan dan Pengembangan PKPR …………………………… 9

VI. Langkah – Langkah Pembentukan Dan Pelaksanaan PKPR ………………... 9

VII. Alur dan Langkah Pelaksanaan PKPR ……………………………………… 11

VIII. Jenis Kegiatan dalam PKPR ………………………………………………… 12

IX. Monitoring Dan Evaluasi …………………………………………………… 15

BAB III PENUTUP … ………………………………………...…………………… 16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. iii

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan
orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi
perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja
pada masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui
departemen kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).

Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan
dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dan
dijalankan di puskesmas.

Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR


(Puskesmas yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga kesehatan yang
peduli dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja dilayani dengan sikap
menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.

Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling oleh


pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud adalah
kader kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan
konseling.

PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah


Puskesmas PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember 2008
sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak 2256
orang.
II. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.

BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA

Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi
dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan
belum matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa
keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal
baru untuk mencari jati diri.

Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka perilaku
remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah
terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang
darah, kurang energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
I. PEGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan
informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja.

II. TUJUAN
 Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan
khusus remaja,
 Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan
kesehatan remaja.
 Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif,
Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
 Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan
kerahasiaannya dijamin)
 Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu
teman yang sedang punya masalah

III. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna,
remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.
A. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan
dewasa.. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1. Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2. Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
3. Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja
adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun.
B. Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga
hal tersebut menyatu sehingga setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya sendiri disebut
citra diri.
Pada usia remaja citra diri yang terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi
dengan masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan
mendadak. Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku remaja.
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
 Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
 Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks
 Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a. Perkembangan psikososial remaja awal
 Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
 Perubahan hormonal
 Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota
keluarga
 Perilaku memberontak dan melawan
 Kawan menjadi lebih penting
 Perasaan memiliki teman sebaya.
b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan
 Lebih mampu berkompromi
 Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
 Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
 Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
 Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
 Membangun norma dan mengembangkan moralitas
 Mulai membutuhkan lebih banyak teman
 Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
 Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal
 Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
 Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
 Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri

c. Perkembangan psikososial remaja akhir


 Ideal
 Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
 Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
 Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
 Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain
 Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja
1. Lingkungan keluarga
 Pola asuh keluarga
 Kondisi keluarga
 Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah
tegas dan dapat memberi rasa aman.
2. Lingkungan sekolah
 Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri
 Bimbingan guru
3. Lingkungan teman sebaya
4. Lingkungan masyarakat
 Sosial budaya
 Media masa

IV. KARAKTERISTIK PKPR


Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
 Memenuhi hak remaja
 Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
 Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
 Menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Mempromosikan kemandirian remaja
 Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
 Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
 Waktu tunggu yang pendek
 Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat
yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala
permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
 Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki
kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai
ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
 Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
 Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.
 Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
 Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
 Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
 Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat memutuskan
pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
 Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
 Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
 Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa
tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
 Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
 Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
 Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti memiliki
masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
 Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan
pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
 Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
 Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
 Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
 Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya
yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor
)
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
 Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
 Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya.
 Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting.
10. Pelayanan yang efektif
 Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
 Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
 Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.

11. Pelayanan yang efisien


 Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai
system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.

V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR


1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di
puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh
masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium
dan rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK
remaja dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas
merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR


1. Identifikasi masalah
a. Gambaran remaja di wilayah kerja
 Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan
 Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
 Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku
beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki.
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru,
pengurus asrama, dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan
mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat
dukungan sehingga dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR.
Contoh :
 Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain
pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan
lain – lain.
 Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
 Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa :
 Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi
NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.
 Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
 Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
 Sosialisasi internal
 Penunjukan petugas
 Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan,
petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
 Pelatihan formal petugas PKPR
 Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan
kegiatan seperti :
 Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
 Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
 Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
 Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta
menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
 Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan
kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi,
ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers dapat
mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum
lengkap.

VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR


Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung
konseling.
anamnesa
 Identitas
 Apa yang sudah diketahui
 Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.
 Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu dihindari ( napza, seks
bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan perempuan.
 Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik
 Tanda tanda anemi, KEK
 Tanda – tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
 Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi
 Kehamilan, perkosaan
 Pasca keguguran, kontrasepsi
 konseling lanjutan bila perlu

VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR


1. Pemberian informasi dan edukasi
 Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
 Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
 Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif
yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
 Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
a. Pengertian
 Konseling adalah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien
(dalam situasi saling tatap muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien
menolong dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
 Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan
didasari saling menghormati dan saling menghargai.
b. Ciri – ciri konseling
 Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik
 Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien
 Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan
kebutuhan klien
 Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
 Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya
 Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
 Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang
 Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
 Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /
menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
1. Great ( berikan salam )
2. Ask ( tanyakan )
3. Tell ( berikan informasi )
4. Help ( bantu )
5. Explaining ( jelaskan )
6. Return ( kunjungan )
f. Sifat – sifat yang diperlukan dari konselor
1. Menerima
2. Terbuka
3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4. Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6. Memiliki keberanian menghadapi masalah
7. Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8. Mampu mengenal dan memahami klien

4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )


PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah
singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.

5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya


Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu
pendidik sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat,
sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan
tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling
sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta
hukum.
IX. MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi
yang akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat
tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah :
1) Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan data dan menganalisanya
3) Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses PKPR:
1) Kualitas
 Kompetensi petugas
 Sarana institusi
 Kepuasan klien
 Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
 Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien,
didalam gedung dan di luar gedung.
 Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
 Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
 Jumlah rujukan masuk dari masyarakat

BAB III
PENUTUP
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan dengan sebutan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk
Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti
kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain, dilaksanakan
oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), peltihan
pendidik sebaya (yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya
(pendidik sebaya yang diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling),
serta pelayanan rujukan.

DAFTAR PUSTAKA

Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa
barat.
Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan pemecahan masalah, 1995
Depkes RI, direktorat kesga, materi pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003
Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam
pemberdayaan keluarga Panduaan pelatihan konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001
Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM, Konseling Kesehatan remaja, 2004
Senin, 18 Agustus 2014

Remaja adalah tunas bangsa, generasi penerus bangsa, remaja adalah tumpuan harapan
bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia yang bermartabat.
Tercatat bahwa kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar, sekitar 23%
dari seluruh populasi. Sehingga sebagai generasi penerus kelompok remaja merupakan asset
bangsa atau modal utama sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa di masa yang akan
datang. Kelompok remaja yang berkualitas memegang peranan penting dalam mencapai
kelangsungan serta keberhasilan tujuan pembangunan nasional, sehingga perlu mendapat
perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitasnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas remaja antara lain adalah
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), termasuk kualitas dalam
memberikan informaswi kesehatan peduli remaja (PKPR), termasuk kualitas dalam
memberikan informasi kesehatan remaja dan pelayanan konseling. Untuk itu, kemampuan
petugas kesehatan khususnya di puskesmas dan rumah sakit dalam pelaksanaan konseling
dan penyampaian informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai PKPR perlu ditingkatkan.

Permasalahan remaja. Kesulitan dan problematika yang dihadapi remaja sangatlah


kompleks. Kebutuhan remaja di desa dan kota sangat berbeda. Seorang remaja di desa bila
sudah akil balik kemungkinan akan dinikahkan oleh orang tuanya, keadaan ini menjadi
masalah kesehatan bila mempunyai masalah gizi seperti menderita anemia kurus bahkan
sangat kurus. Sebaliknya berbeda dengan para remaja yang hidup di kota, kehidupan dan
kebutuhan remaja semakin menuntut mengikuti kemajuan teknologi. Gaya hidup di perkotaan
dapat menyebabkan pelbagai masalah psikososial seperti kesulitan belajar penyalahgunaan
NAPZA, seks tidak aman. Menu makanan siap saji (fast food) merupakan salah satu hal yang
menyebabkan kelebihan berat badan bahkan kegemukan. Demikian pula latar belakang
social budaya yang berbeda, menyebabkan problematika berbeda pula. Bila diteliti lebih
lanjut, ternyata prioritas kebutuhan atau problematika masing-masing individu juga berbeda-
beda.

Masalah remaja berasal dari : (1) Individu remaja sendiri, seperti : a) Emosi. Umumnya
remaja malu mengemukakan pendapat, tidak mau dicela dan mau benar sendiri; b)
Perubahan pribadi. Umumnya remaja tidak menyukai sikap sombonng, sulit berbaur
dengan orang yang asing, malu tampil dimuka umum dll. Perlu dipersiapkan, kalau tidak
mereka akan menarik diri, melamun hal-hal yang menyebabkan pikiran kacau; c) Kesehatan.
Yang menjadi perhatian remaja antara lain pertumbuhan badan memerlukan gizi yang cukup
kualitas maupun kuantitasnya, perlu perawatan tubuh supaya sehat dan menarik; d)
Kebutuhan keuangan. Kebutuhan yang dianggap penting adalah makanan/jajan,
pakaian/perlengkapan serta hiburan, namun orang tua menganggap tidak penting dengan
alasan semaunya sendiri, ikut-ikutan teman, tidak tau prioritas dan kurang instropeksi diri; e)
Perilaku seks. Secara fisik remaja sudah dapat melakukan hubungan seks, namun kesiapan
fisik yang sehat dan social ekonomi belum bisa memenuhi persyaratan nikah yang ideal.
Prolem inilah yang menjadi sumber konflik dalam diri, dilain pihak pengetahuan tentang seks
yang bertanggung jawab tidak didapatkan; f) Persiapan berkeluarga. Dibanding laki-laki
remaja perempuan lebih besar perhatiannya terhadap poersiapan berkeluarga, antara lain
memilih jodoh yang tepat, apa fungsi suami atau istri dll. Umumnya mereka belum banyak
mengetahui hal tersebut; g) Pemilihan pekerjaan dan kesempatan belajar. Banyak remaja
kurang menyadari dengan sepenuhnya tentang pilihan pekerjaan dan belajar yang tepat bagi
dirinya; h) Agama dan akhlak. Dikhawatirkan remaja belum tertanam agama sejak kecil, ragu
terhadap keyakinan beragama, karena kadang-kadang tidak sesuai dengan fikirannya. (2)
Lingkungan social sekitar remaja, seperti : a) Keluarga. Sering terjadi pertentangan antara
remaja dan orang tuanya, dimana orang tua terlalu otoriter dan belum banyak mengetahui dan
memperhatikan tentang perkembangan remaja; b) Sekolah. Sebagai lembaga pendidikan,
sekolah sangat berperan dalam memberikan dan menanamkan nilai kepribadian selain ilmu
pengetahuan. Namun banyak persoalan yang terjadi, seperti pelajaran teori yang
membosankan, perubahan pola belajar karena kurikulum yang berubah dll; c) Penyediaan
sarana hiburan dan olah raga. (3). Faktor lain di luar lingkungan dekat remaja, seperti :
a) Mitos. Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang belum terbukti kebenarannya,
tetapi percaya dapat berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku reproduksi remaja; b)
Kehidupan social. Budaya, social dan adat istiadat sangat berpengaruh pada kehidupan
remaja. Remaja sering suka terhadap hal yang baru dan terutama berbau asing; c) Politik.
Dapat mempengaruhi remaja, dalam keadaan wajar bisa secara bebas dipakai untuk
mengembangkan diri tanpa tekanan-tekanan politik dari luar. Demikian banyaknya problem
yang dihadapi remaja sehingga banyak konflik yang akhirnya menimbulkan reaksi menarik
diri atau melarikan diri ke hal-hal negative. Stres yang terlalu berat, berlarut-larut dan tidak
terselesaikan dapat menimbulkan gangguan jiwa yaitu depresi. Gejala depresi adalah
perasaan sedih dan tertekan yang menetap, putus asa dan tidak dapat menikmati kegiatan
yang biasa dilakukan. Manifestasi depresi pada remaja adalah gangguan perilaku, misalnya
menentang guru/orang tua, sulit belajar, kenakalan remaja, kebut-kebutan, berkelahi/tawuran,
perilaku seks yang berisiko dll. Jenis gangguan jiwa selain depresi yang sering terjadi pada
remaja yaitu gangguan cemas, gangguan psikosomatik (somatoform) dan gangguan psikotik.
Pencegahan agar gangguan tersebut tidak terjadi, memerlukan pengertian dari orang tua, guru
dan kerabatnya untuk memberikan bimbingan supaya remaja mampu melewati masa
transisinya dengan baik.

Tumbuh kembang remaja. Masa remaja adalah masa yang begitu penting dalam hidup
manusia, karena masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia
yang disebut sebagai masa pubertas. Masa remaja dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu
: (1) Masa remaja awal (11-13 tahun); (2) Masa remaja tengah (14-16 tahun); (3) Masa
remaja akhir (17-19 tahun). Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari masa anak-
anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun
psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai
dengan makin derasnya arus informasi.

Kesehatan reproduksi remaja. Dalam konferensi kependudukan di Kairo 1994, disebutkan


bahwa definisi kesehatan reproduksi adalah : Keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek
fisik, mental dan social, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal
yang berkaitan dengan systim reproduksi, fungsi, maupun proses itu sendiri. Dengan
demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan
seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi ,
serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin
bereproduksi. Upaya pelayanan kesehatan reproduksi termasuk bagi remaja tertuang dalam
pasal 71, 72, 73 dan 74 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Organ reproduksi. Masa remaja merupakan masa pancaroba, baik secara fisik, psikis dan
social. Masuknya berbagai informasi yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut
etika dan moral, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan. Keadaan
ini diperberat dengan kurang pedulinya keluarga dan masyarakat, bahkan menganggap tabu
membicarakan masalah reproduksi. Inilah sebabnya remaja perlu dibekali pengetahuan dan
ketrampilan kesehatan reproduksi agar peduli serta dapat menentukan sikap dan bertanggung
jawab. Definisi remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun dan UU Perlindungan Anak No. 22
tahun 2003 adalah 10-18 tahun. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik,
mental dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan.
Reproduksi sendiri merupakan proses alami untuk melanjutkan keturunan . Reproduksi sehat
berkaitan dengan sikap dan perilaku sehat yang bertanggung jawab dari seseorang berkaitan
dengan alat reproduksi dan fungsi-fungsinya serta pencegahan terhadap gangguan yang
mungkin timbul. Pendidikan kesehatan reproduksi pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan pengetahuan tentang fungsi, system dan proses reproduksi sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan manusia, sekaligus memantapkan moral, etika serta
membangun komitmen agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.

Perbedaan yang unik dari anatomi organ reproduksi berdasarkan jenis kelamin adalah
anatomi & fungsi :

(1) Organ reproduksi perempuan, seperti : a) Ovarium (indung telur). Terdapat pada kiri
dan kanan ujung tuba dan terletak di rongga panggul, merupakan kelenjar yang mereproduksi
hormone estrogen dan progresteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium mengandung
150.000-200.000 folikel primodial. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut
ovulasi. b) Tuba Fallopii (Saluran telur). Ada dua saluran pada kanan dan kiri rahim
sepanjang 10 cm yang menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbria. c) Fimbrae
(Umbai-umbai). Dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan, umbai –umbai ini berfungsi
untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur. d) Uterus(rahim). Bentuknya
seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram, kurang lebih
sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai
1000 gram. e) Serviks (leher rahim). Merupakan daerah bagian bawah rahim yang
berhubungan dengan bagian atas vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir (mucus).
Pada sekitar waktu ovulasi, mucus ini menjadi banyak, elastic dan licin sehingga membantu
spermatozoa untuk mencapai uterus. f) Vagina (liang kemaluan). Merupakan saluran yang
elastic, panjangnya sekitar 8-10 cm dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah pada
saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. g) Klitoris (kelentit). Merupakan organ kecil
yang berada di atas uretra dan dilindungi lipatan labium minora. Ukurannya sebesar kacang
polong, penuh dengan sel syaraf sensorik dan pembuluh darah. h) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan besar
dan labium minora (bibir dalam), merupakan bibir yang tipis yang menjaga jalan masuk ke
vagina.

Hormon estrogen dan hormone progesterone pada perempuan. Hormon estrogen.


Hormon estrogen membuat seorang anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah
remaja. Perubahan yang disebabkan estrogen adalah : a) Merangsang pertumbuhan saluran
telor, rongga rahim dan vagina; b) Membuat dinding rahim makin tebal dan produksi cairan
vagina bertambah banyak; c) Mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita;
d) Memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah
otak (itulah sebabnya mengapa perempuan dewasa tidak setinggi anak laki sebayanya).
Hormon progesterone. Hormon progesterone berefek untuk melemaskan otot-otot halus,
meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu badan, pada rahim
progesterone merangsang sekresi kelenjar-kelenjar.

Menstruasi. Mentruasi adalah proses pelurusan dalam atau endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Mentruasi yang pertama (menarche)
merupakan tanda awal pubertas. Biasanya siklus menstruasi pada remaja belum teratur, dapat
terjadi 2 kali dalam sebulan atau beberapa bulan tidak menstruasi. Hal ini berlangsung kira-
kira 3 tahun. Menstruasi akan berlangsung umumnya sampai usia 50 tahun yang disebut
menopause dan juga akan berhenti saat hamil menyusui.

Keperawanan. Dikatakan perawan bila belum pernah melakukan hubungan seksual (penis
masuk ke vagina). Dimulut vagina terdapat selaput dara (hymen), suatu selaput yang akan
robek pada saat bersenggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan
sebagainya. Sunat pada perempuan/pemotongan kulit klitoris tidak bermanfaat bahkan bila
dilakukan tidak steril menimbulkan infeksi sehingga secara medis tidak dianjurkan.

(2) Organ reproduksi laki-laki . Organ reproduksi laki-laki yang penting dalam proses
reproduksi adalah : a) Testis (buah pelir). Merupakan organ (2 buah) penghasil hormone
testosterone dan spermatozoa. Spermatozoa dihasilkan terus menerus selama hidup.
Bentuknya sangat kecil hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Berbentuk
seperti berudu (kecebong), dapat bergerak sendiri dengan ekornya. Cairan putih dan kental
yang diproduksi oleh vesikula seminalis dan kelenjar prostat bercampur dengan spermatozoa
membentuk campuran yang disebut semen. Epididimis, vas deferens dan uretra merupakan
saluran untuk jalannya semen. Pada saat puncak rangsang seksual terjadi orgasme atau
ejakulasi, yaitu semen dipancarkan keluar dank e ujung penis yang ereksi. Testis
membutuhkan suhu yang sedikit lebih rendah dari suhu badan (< 36ºC) agar dapat berfungsi
secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa testis terletak diluar tubuh yaitu di
dalam suatu kantong yang disebut skortum. Pada laki-laki, ukuran dan posisi testis agak
sedikit berbeda antara kanan dan kiri hal ini masih normal. b) Skortum. Kantong kulit yang
melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat. Skortum adalah tempat bergantungnya
testis. Skortum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut dengan
maksud mengatur suhu testis agar relative tetap. c) Vas deferens (saluran sperma). Saluran
yang menyalurkan sperma dari testis-epidermis menuju ke uretra/saluran kencing pars
prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 cm. Saluran ini muara
dari epididymis yaitu saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelok-kelok
dan membentuk bangunan seperti topi. d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar
lainnya, merupakan kelenjar yang menghasilkan cairan sperma (ejakulat/semen) yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma. e) Penis. Berfungsi sebagai alat
sanggama dan sebagai saluran untuk mengeluarkan sperma dan air seni. Banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Dapat berubah dari yang semula kecil lemas menjadi besar
tegang saat ereksi. Hal ini terjadi karema penis terisi darah saat terangsang. Penis tidak
mengandung tulang dan tidak berbentuk otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi, namun
umumnya bila penis ereksi ukurannya hamper sama. f) Preputium. Lekukan kulit yang
melindungi glans penis (kepala penis). Yang penting adalah menjaga kebersihan daerah ini
dan dianjurkan preputium diambil secara operatif, hal ini disebut sirkumsisi/sunat. Hormon
testosterone pada laki-laki. Tubuh mengalami perubahan fisik disebabkan berfungsinya
hormone yang terjadi karena hypothalamus (pusat pengendali utama otak) bekerjasama
dengan hipofisa (kelenjar bawah otak). Hormon-hormon yang berfungsinya pada laki-laki,
antara lain hormone testosterone. Hormon testosterone dihasilkan oleh sel leydig dalam testis
dan kelenjar anak ginjal (suprarenal). Hormon ini ada di dalam darah dan mempengaruhi alat-
alat dalam tubuh serta menyebabkan terjadinya beberapa pertumbuhan seks primer dan
sekunder. Selama masa puber hormone-hormon seksual berkembang dengan pesat dan
remaja sangat mudah terangsang secara seksual. Pada laki-laki reaksi dorongan seks adalah
mengerasnya penis (ereksi). Karena belum stabilnya hormone di dalam tubuh, ereksi bisa
muncul tanpa adanya rangsangan seksual. Kondisi yang sering kali muncul secara tak terduga
ini bisa membuat remaja laki-laki salah tingkah (kebingungan menyembunyikan tonjolan di
celana gara-gara ereksi).

Perubahan fisik yang terjadi antara lain : Tubuh bertambah tinggi, keringat bertambah
banyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tulang wajah mulai memanjang dan
membesar, tumbuh jakun, penis dan buah zakar membesar, diikuti dengan mimpi basah.
Mekanisme fungsi yang khusus dari organ reproduksi laki-laki dapat ditunjukkan dengan
beberapa peristiwa, sebagai berikut : (1) Ereksi. Ereksi merupakan pengerasan dan
pembesaran pada penis yang terjadi ketika pembuluh darah dipenuhi dengan darah. Ereksi
diperlukan laki-laki untuk melakukan hubungan seksual. Ketika ereksi, otot-otot di sekitar
kandung kemih akan menjadi lebih rapat sehingga tidak akan mengeluarkan air seni/kencing
saat melakukan hubungan seksual. Ereksi bisa terjadi karena rangsangan seksual, misalnya
ketika orang lain menyentuh penis atau buah pelir. (2) Ejakulasi. Ejakulasi merupakan
keluarnya cairan sperma melalui saluran kemih, bisa terjadi rangsangan maupun tanpa
rangsangan (mimpi basah). Ejakulasi dilakukan dengan rangsangan terhadap organ seks
sendiri disebut masturbasi atau onani. (3) Mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa
keluarnya sperma saat tidur, sering pada saat mimpi tentang seks. Mimpi basah sebetulnya
merupakan salah satu cara alami berejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma , yang terus
menerus diproduksi dan perlu keluar. Ini merupakan pengalaman yang normal bagi laki-laki.
Mekanisme ejakulasi dimulai dari sperma yang telah diproduksi akan dikeluarkan dari testis
melalui saluran/vas deferens, kemudian sperma disimpan dalam kantung mani, jika penuh
akan keluar secara otomatis. Umumnya terjadi secara periodic, berkisar setiap 2-3 minggu.
Mereka yang sudah menikah jarang mengalami mimpi basah karena mereka mengeluarkan
melalui seksual dengan pasangan/isteri secara teratur. (4) Masturbasi/Onani.
Masturbasi/onani merupakan aktivitas merangsang dengan menyentuh atau meraba organ
genitalia. Perkembangan pertumbuhan organ-organ reproduksi pada remaja, akan
mempengaruhi kegiatan faal reproduksi yang salah satunya adalah meningkatnya rangsangan
seksual dari dalam diri remaja. Selain itu rangsangan tersebut juga banyak dipengaruhi oleh
factor di luar seperti majalah, film dan hal-hal lain yang berbau porno.

Kebersihan dan kesehatan diri. Kebersihan dan kesehatan yang perlu diperhatikan remaja
antara lain mencakup : pemeliharaan rambut, kulit, mandi, menggosok gigi, merawat alat
kelamin, kebersihan tangan dan kaki serta kebersihan pakaian. Selain itu, juga dengan cara
berolah raga dan istirahat yang cukup. Ada beberapa tips kebersihan diri, seperti : sebaiknya
pakaian diganti minimal 2 kali sehari; pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab dan
bau; pakaian dicuci secara teratur dan dijemur supaya tidak berjamur; membersihkan organ
reproduksi luar dari depan ke belakang menggunakan air bersih dan dikeringkan
menggunakan handuk atau tissue; Tidak boleh mencuci vagina dengan cairan pembilas
wanita; Jangan menggunakan panty liner dalam wakti lama; pergunakan pembalut ketika
menstruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam atau setelah buang air; bagi laki-laki jaga
kebersihan penis (disunat).

Perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko merupakan hubungan seks yang
dilakukan dengan berngganti-ganti pasangan, di luar nikah yang berakibat kehamilan yang
tidak diinginkan (KtD), aborsi dan terjangkitnya penyakit infeksi menular seksual (IMS),
HIV dan AIDS, Infertilitas dan keganasan (kanker leher rahim). Risiko tinggi kanker leher
rahim pada perempuan, adalah : Hubungan seks pertama < 20 tahun (Terlalu muda); Usia
>35 tahun (terlalu tua); Jumlah pasangan seksual >3 orang (terlalu banyak); Jumlah anak > 4
orang (terlalu sering melahirkan); suami memiliki pasangan seksual lain; pernah menderita
kondiloma akuminata, serta kekebalan tubuh yang menurun. Deteksi keganasan organ
reproduksi, pap smear dapat mencegah potensi kanker mulut rahim sebesar 75%.

Penyimpangan perilaku seksual. Penyimpangan perilaku seksual ada beberapa, diantaranya


adalah :
(1) Homoseksual (lesbian atau gay). Perilaku seksual dimana seseorang tertarik pada jenis
kelamin yang sama, banyak teori yang menerangkan penyebab homoseksual adalah
herediter/genetic, lingkungan atau gangguan keseimbangan hormone. Adanya pengalaman
homoseksual yang menyenangkan pada masa anak-anak atau dipisahkan dari jenis kelamin
yang berlawanan untuk waktu yang lama (tinggal di asrama atau penjara), hubungan seksual
yang tidak memuaskan dengan pendidikan tentang seks yang kurang, korban kekerasan
homoseksual. Keadaan gersebut di atas merupakan faktor pencetus yang sebenarnya secara
genetic sudah membawa sifat homoseksual. Penderita homoseksual tidak mengalami
gangguan dalam identitas gendernya atau jenis kelamin, hanya objek seksualnya tertuju pada
sesame jenis. (2) Pedophilia. Perilaku seksual menyimpang pada seorang dewasa yang punya
ketertarikan seks pada anak-anak, pelaku biasanya laki-laki. Dampak perilaku seksual
menyimpang pada masyarakat ini mempengaruhi sanksi social sampai kepada tindak kriminal
sesuai dengan hukum yang berlaku. (3) Kekerasan seksual. Beberapa remaja baik laki-laki
maupun perempuan menghadapi ancaman kekerasan seksual yang biasanya dilakukan oleh
orang dewasa. Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002, menjelaskan
perlindungan anak sejak usia dalam kandungan sampai sebelum 18 tahun terhadap kekerasan
fisik maupun mental termasuk yang berhubungan dengan perilaku seksual. Dalamhal
pemerkosaan remaja sebaiknya dipersiapkan untuk tidak menyembunyikan peristiwa tersebut
agar dapat diambil tindakan terhadap pelaku serta tindakan pencegahan dan penanggulangan
akibat pemerkosaan tersebut termassuk pengobatan IMS, pemberian kontrasepsi darurat
untuk mencegah kehamilan. Remaja juga perlu mengenali tanda-tanda orang dewasa yang
akan melakukan tindakan kekerasan seksual tersebut. (4) Kehamilan yang tidak diinginkan
(KtD). Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan satu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan itu bisa merupakan akibat
dari suatu perilaku seksual/hubungan seksual baik yang sengaja maupun tidak. Banyak kasus
menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. KtD
dapat memicu terjadinya pengguguran kandungan (aborsi), karena sebagian besar perempuan
yang mengalami KtD, mengambil keputusan atau jalan keluar dengan melakukan aborsi,
yang sebagaian besar dilakukan dengan cara tidak aman. Pengguguran kandungan secara
tidak aman mempunyai risiko yang sangat tinggi karena dapat menyebabkan kerusakan
rahim, infeksi rahim, infertilitas , perdarahan, komplikasi bahkan kematian. Terlebih lagi
secara hukum pengguguran kandungan dilarang keras (illegal) dengan alasan apapun kecuali
untuk menyelamatkan jiwa ibu (UU Kesehatan No. 36 tahun 2009).
Sumber : Modul pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), bagi konselor,
Kemenkes RI , tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai