Ringkasan Islam Di Asia
Ringkasan Islam Di Asia
1. Asia Tenggara
- Fase kedatangan Islam
Pada fase ini diyakini sebagai permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan Asia Tenggara, yang
dimulai dengan kontak budaya antara pendatang muslim dengan penduduk setempat. Pada fase
pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya penduduk asli ke dalam Islam. Bukti yang jelas
mengenai hal ini, baru diperoleh jauh hari kemudian, yakni pada permulaan abad ke 13 M / 7 H. Sangat
mungkin dalam kurun abad 1 sampai 4 H terdapat hubungan perkawinan antara pedagang muslim.
Tetapi masih tahap dugaan. Walaupun di Leran, Gresik telah terdapat makam sebuah batu nisan
bertuliskan Fatimah Binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M., namun dari bentuk nisan itu
menunjukkan pola gaya hias makam dari abad 16 M seperti yang ditemukan di Campa yakni berisi tulisan
berupa doa – doa kepada Allah.
Padafase kedua ini Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan mulai
terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad 13 Kerajaan Samudra Pasai sebagai salah satu
kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat Malaka di Semenanjung
Malaka. Sultan Mansyur Syah merupakan sultan keenam dari Kerajaan Malaka telah membuat Islam
sangat berkembang di pesisir timur Sumatra dan Semenanjung Malaka. Adapun di bagian lain khususnya
di Jawa, saat itu sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan kelompok masyarakat Muslim terutama
di pesisir utara.
- Pelembagaan Islam
Pada fase ini sosialisasi dan dakwah Islam semakin tak terbendung dan berhasil masuk ke pusat –
pusat kekuasaan, merambah hampir ke seluruh wilayah. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan para
penyebar dan pengajar Islam. Mereka menduduki berbagai kursi jabatan dalam struktur birokrasi
kerajaan dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk pribumi.
Perkembangan Islam semakin pesat karena beberapa pekerja Muslim dari Malaysia dan Indonesia
masuk ke Thailand pada akhir abad 19. Pada saat itu mereka membantu pemerinah Thailand
membuat kenal – kanal dan sistem perairan di Krung Theyp Manahakhon (yang sekarang disebut
dengan Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan medirikan
masjid sebagai sarana ibadah. Sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia
dan komunitas muslim Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik almarhum Haji Saleh seorang
warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.
Terdapat “Masjid Jawa” adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim
Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya masjid pendiri masjid ini adalah warga keturunan
Jawa yang berada di Thaiiland. Namun mereka tetap menggunakan bahasa Thai dan Inggris saat
menceritakan masjid tersebut atau dalam percakapan mereka sehari – hari.
Filiphina merupakan negara kepulauan. Terletak di sebelah utara Sulawesi. Kaum Muslimin Filiphina
merupakan penduduk minoritas di tengah – tengah mayoritas Katolik. Kaum Muslimin Filiphina
banyak menempati wilayah Filiphina selatan. Tepatnya di wilayah Pulau Mindanao. Pulau Mindanao
bergunung – gunung, salah satunya Gunung Apo yang tertinggi di Filiphina.
Pulau Mindanao berbatasan langsung dengan Laut Sulu desebelah barat, Laut Filiphina di Timur, Laut
Sulawesi di selatan. Pulau Mindanao adalah pulau terbesar kedua setelah Pulau Luzon dan Visayas.
Mindanao adalah kawasan yang bersejarah bagi mayoritas kaum muslimin atau suku “Moro” yang
sebagian besar berasal dari etnis “Marano dan Tasaug” . Moro adalah sebutan bagi penjajah spanyol
bagi kaum muslimin setempat. Mereka menemukan kesamaan keyakinan dan budaya antara orang –
orang Moro dan Spanyol yang pernah mereka usir dengan penduduk Filiphina.
Pada masa itu mayoritas penduduk Mindanao dan pulau sekitarnya adalah muslim. Mereka terkenal
sebagai pejuang. Peperangan telah mereka tempuh untuk meraih kemerdekaan selama lima abad
melawan penguasa. Pasukan Amerika, Spanyol, Jepang dan Filiphina belum berhasil meredam
tekad mereka untuk memisahkan diri dari Filiphina.
Mereka telah menjadi muslim sejak Islam masuk ke Nusantara. Sebab para dai yang menyebarkan
Islam ke Nusantara melanjutkan dakwahnya ke daerah Mindanao, Filiphina selatan melalui
Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Sejak tahun 1946 mereka menuntut kemerdekaan penuh
terhadap wilayah selatan, mereka membentuk MNLF (Moro National Liberation Front ) yaitu Front
pembebasan Moro. Pada saat sekarang umat Muslim hanya menjadi mayoritas dikawasan otonami
ARMM ( The Autonomous Region in Muslim Mindanao ) yang dipimpin oleh Noor Misuari yang
mencakup Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu dan Tawi – Tawi. ARMM dibentuk oleh pemerintah
pada tahun 1989 sebagai daerah otonomi di Filiphina selatan sebagai hasil dari kesepakatan damai
antara MNLF dengan pemerintah Filiphina. Ketika itu penduduk boleh menyatakan pilihannya untuk
bergabung dalam wilayah otonomi muslim dan hasilnya empat wilayah tersebut memilih untuk
bergabung.
Meskipun begitu kesepakatan itu tidak cukup memuaskan sebagain pejuang muslim sehingga
muncullah MILF “Moro Islamic Liberation Front” dan “Kelompok Abu Sayyaf. Kelompok ini
bersumpah untuk menentang dan memboikot ARMM dan tetap memperjuangkan kemerdekaan.
Meskipun saat ini MILF juga menerima otonomi dengan syarat wilayah otonomi ARMM diperluas
dengan ditambahkan beberapa provinsi lagi sebabagi tambahan.
Pada tahun 1976 ditanda tangani perjanjian Tripoli antara Presiden Filiphina, Marcos dan Noor
Misuari yang berisi pemberian otonomi penuh bagi umat Muslim di Filiphina selatan. Hal itu baru
bisa terwujud oleh Presiden Fidel Ramos pada tahun 1996 setelah melalui perjanjian Jakarta
dengan juru damai Indonesia. Diantara keputusan “Perjanjian Jakarta” ini adalah pembentukan
Dewan Filiphina Selatan untuk perdamaian dan pembangunan. Pemimpin Dewan ini bertugas
megendalikan proyek pembangunan ekonomi di Filiphina Selatan. Setelah Noor Misuari dijadikan
sebagai gubernur wilayah otonomi Muslim Mindanao yang berdudukan di Caotabato City
kekuasaannya mencakup empat provinsi yaitu Manguindanao, Lanao del Sur, Tawi – Tawi dan Sulu
Bangsa Eropa pertama kali tiba di Filiphina pada tahun 1521 dipimpin oleh Magellan yang kemudian
dibunuh oleh kepala suku setempat dalam sebuah peperangan. Kemudian tentara Spanyol yang
dipimpin oleh Miguel Lopez Legaspi yang tiba dipantai kepulauan Filiphina pada tahun 1565
menghentikan perkembangan dakwah Islam pada tahun 1570 di Manila, yang menyebabkan
terjadinya pertempuran selama berabad – abad masa pendudukan Spanyol. Sehingga bisa dikatakan
bahwa penjajahan Spanyol bermula pada tahun 1565 di salah satu pulau di Filiphina dan mereka
segera mengetahui bahwa penduduk setempat beragama Islam. Disamping itu suku Maguindanao,
suku lain yang bertempat tinggal di pulau Mindanao adalah suku Maranao yang merupakan
kelompok muslim terbesar kedua di Filiphina. Dari sekian banyak eklompok muslim Filiphina suku
Maranao adalah yang terakhir memeluk Islam. Sufisme memengaruhi corak Islam di Maranao,
terutama dalam hal kosa kata dan musik ritual. Nama bangsa Moro merujuk pada empat suku yang
mendiami filiphina selatan yaitu Tasaug, Maranao, Maguindanao dan Banguingui.
- Tahap pertama terjadi pada abad ke 13 akhir. Bermula dari para pedagang asing yang mendiami
kawasan ini. Beberapa pedagang ini menikahi keluarga setempat yang berpengaruh. Pada
tahap ini elemen – elemen Islam diintegrasikan kedalam masyarakat setempat dan secara
bertahap terjadi pembentukan keluarga muslim
- Tahap kedua diperkirakan terjadi abad ke 14 pertengahan yang merupakan kelanjutan dari
pendirian keluarga muslim yang secara bertahap melakukan dakwah terhadap masyarakat
setempat. Peristiwa ini bersamaan dengan proses Islam di Jawa. Pada tahap ini pendakwah
dikenal dengan sebutan Makhdumin.
- Tahap ketiga adalah kedatangan muslim Melayu dari Sumatra pada permulaan abad ke 15. Hal
ini ditandai dengan kedatangan Raja Baguinda dengan beberapa penasehatnya yang ahli agama,
yang membuat umat Islam saat itu memiliki penguasa Muslim yang menjamin berjalannya
proses dakwah.
- Tahap selanjutnya adalah pendirian kesultanan oleh Shariful Hashim menjelang pertengahan
abad ke 15. Pada saat itu umat Islam telah menyebar dari daerah pantai ke daerah pegunungan
di pedalaman pulau Sulu. Penerimaan kepala suku setempat menandakan kesadaran tentang
Islam telah menyebar luas.
Menjelang abad ke 16 hubungan politik dan perdagangan yang semakin meningkat dengan
bagian kepulauan Nusantara lain yang telah berhasil di Islamisasi, menjadikan Sulu sebagai
bagian dari Darul Islam yang berpusat di Malaysia.
Sekitar akhir abad ke 16 dan diawal abad 17 persekutuan politik dengan kerajaan – kerajaan
Islam yang bertetangga untuk menghadapi bahaya penjajahan dan Kristenisasi dan pada
pendakwah yang terus berdatangan menjamin keberlangsungan Islam di Sulu hingga sekarang.
Hubungan umat Muslim Filiphina dengan dunia Islam secara umum dilakukan melalui umat Islam
Asia Tenggara yang lain.
Hal ini disebabkan oleh kedekatan kulturan dan agama Bangsa Moro dan bangsa Melayu yang
lain. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa sebelum penggunaan bahasa Arab menjadi populer,
buku – buku agama di Mindanao dan Sulu kebanyakan berbahasa Melayu yang ditulis dengan
aksara Jawa dan hanya sedikit orang yang mampu berbahasa Arab.
Sejak Filiphina merdeka tahun 1946 dimana pulau Mindanao dan sulu dijadikan sebagai wilayah
Republik Filiphina hubungan antara Muslim Filiphina dengan negara Timur Tengah semakin kuat.
Hubungan ini ditandai dengan pengiriman para pelajar Mindanao ke Universitas Al Azhar dan
banyaknya bea siswa yang disediakan oleh negara – negara Arab. Dengan ini hubungan Muslim
Filiphina yang pada mulanya berorientasi di Asia Tenggara semakin terbuka terhadap akses
langsung Islam Timur Tengah
1.3 MALAYSIA
Malaysia adalah sebuah negara berbentuk Monarchi. Terletak di Semenanjung Malaka, Asia
Tenggara. Malaysia yang beribu kota di Kuala Lumpur berada di utara Pulau Kalimantan dan lainnya
ada di Penang. Penduduk Malaysia mayoritas beragama Islam 53 %, Budha 17 %, Konghuchu, Tao
dan China 11 %, Hindhu 7 %. Sedangkan bahasa resminya adalah Melayu.
Malaysia terdiri dari Malaysia Barat dan Malayisa Timur. Malaysia Barat merupakan semenanjung
terpanjang di dunia. Bagian tengahnya membujur dari utara ke selatan. Negara ini dipisahkan ke
dalam dua kawasan oleh Laut China Selatan. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia,
Singapura, Brunai dan Filiphina. Malayisia terletak dengan garis katulistiwa sehingga beriklim tropis.
Sebutan kepala negara Malaysia adalah Yang Dipertuan Agung dan kepala pemerintahannya
Perdana Menteri. Model pemerintahannya mirip dengan sistem Perlementer Westminister.
Suku melayu menjadi suku terbesar dari populasi penduduk Malaysia. Terdapat pula komunitas
Tionghoa dan India. Penduduk pribumi sebagian besar terdiri dari Melayu sedangkan penduduk
pendatang terdiri dari muslim dan non muslim yaitu muslim dari Indonesia (Minangkabau, Jawa,
Banjar, Bugis, Aceh dan Mandailing) dan Muslim dari India, China, Pakistan, Persia dan Turki.
Adapun yang non Muslim berasal dari China dan India. Mayoritas penduduk Muslimnya
menganut aliran Sunni bermazhab Imam Syafii yang berfaham Ahlussunnah Waljamaah.
Beberapa teori yang menyebutkan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Malaysia adalah
Teori pertama menyatakan bahwa Islam datang langsung dari tanah Arab. Teori kedua
menyatakan bahwa Islam datang dari Gujarat, Malabar India. Teori ketiga menyatakan bahwa
Islam datang dari Benggali, Bangladesh. Mengenai pola penerimaan Islam di Malaysia termasuk
Nusantara, di beberapa tempat menunjukkan pola yang berbeda.
Pertama Islam diterima oleh masyarakat lapisan bawah kemudian berkembang dan diterima oleh
masyarakat lapisan atas atau elit kerajaan. (bottom up )
Kedua Islam langsung diterima oleh oleh penguasa kerajaan. kemudian disosialisasikan dan
berkembang ke masyarakat bawah. (top down )
Pada pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai
etnis dan ras yang berbeda – beda bertemu dan berinteraksi serta bertukar fikiran tentang
masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Termasuk merancang strategi dakwah dan
penyebaran Islam mengikuti jaringan – jaringan yang telah mereka rintis sebelumnya.
Seiring itu pula pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat
kekuasaan berperan dalam bidang politik dan sosial. Dengan dukungan ulama yang terlibat langsung
dalam birokrasi pemerintahan hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai
landasan legitimasi bagi penguasa muslim.
Ketika memasuki abad ke - 20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan agama dan
adat melayu lokal Malaysia dibawah koordinasi sultan – sultan, hal itu diatur melalui departemen,
sebuah dewan atau kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia
telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang – orang Muslim di Malaysia tunduk
pada yuridiksi pengadilan agama (Mahkamah Syariah) yang diketuai hakim agama. Bersamaan
dengan itu ilmu pengetahuan juga mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi
Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama. Perguruan tinggi kebanggan Malaysia adalah
Malaya University yang kini kita kenal dengan Universitas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, semakin jelas pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh
pihak penguasa. Sebab penguasa atau pemerintah menjadikan Islam sebagai agama resmi negara.
Warisan undang – undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam berdasarkan konsep Qurani
yang berlaku di Malaysia. Disamping itu ada juga undang – undang warisan Kerajaan Pahang yang
dalam pelaksanaanya sejalan dengan paham mazhab Syafii yang telah mayoritas dianut oleh
penduduk Muslim Malaysia. Sekaligus mengindikasi bahwa Islam di Malaysia sudah mengalami
perkembangan yang signifikan. Untuk daerah Kelantan hukum hudud (pidana Islam) telah berlaku
sejak 1992.
Dengan adanya Islamisasi di Malaysia, peranan penting dalam pengembangan ajaran Islam semakin
intens dilakukan oleh para ulama atau pedagang dari Jazirah Arab. Pada tahun 1980-an, Islam di
Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan maraknya kegiatan
intelektual dan menyelenggarkan kegiatan keagamaan bertaraf internasional berupa MTQ
(Musabaqah Tilawatil Quran) yang selalu diikuti oleh qari dan qariah dari Indonesia. Selain itu
perkembangan Islam di Malaysia terlihat dari banyaknya masjid yang dibangun, penyelenggaraan
ibadah haji yang telah tertata dengan baik sehingga bisa disimpulkan bahwa perkembangan Islam di
Malaysia tidak mengalami hambatan. Meski demikian Malaysia telah menjadikan Islam sebagai
agama resmi negara tetapi Malaysia tetap memberi jaminan kemerdekaan, ketentraman dan
kedamaian bagi semua pemeluk agama lain. Walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin –
pemimpin muslim bukan berarti Islam dapat dipaksakan kepada semua pihak.
1.4 Islam di Brunai Darussalam
Negara ini terletak di Kalimantan Utara. Berbatasan langsung dengan Sabah, wilayah Malaysia
Timur. Nama lengkapnya adalah Brunai Darussalam. Bentuk negaranya kesultanan. Kepala negara
dan kepala pemerintahannya adalah sultan. Brunai adalah negara bekas jajahan Inggris dan
memperoleh kemerdekaan pada tanggal 1 Januari 1984. Sistem kesultanan merupakan sistem
warisan pemerintahan Islam abad klasik. Sistem ini berupa warisan dinasti keluarga atau suku
tertentu. Sultan Brunai yang saat ini berkuasa adalah Sultan Hasanal Bolkiah (29). Hampir semua
menteri dan pejabat istana berasal dari kalangan keluarga sultan.
Brunai merupakan negara terkaya di Asia Tenggara karena hasil minyak dan gas alam. Penduduk
Brunai sekitar 250 ribu orang dan semuanya beragama Islam. Mereka rata – rata menganut
mazhab Ahlussunnah Waljamaah.
Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunai sejak Syarif Ali diangkat sebagai sultan
ke 3 Brunai pada tahun 1425 M. sultan Syarif adalah seorang ahlul bait dari keturunan Rasulullah,
Hasan; sebagaimana tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke 18 yang terdapat di
Bandar Seri Begawan, ibu kota Brunai Darussalam.
Selanjutnya agama Islam di Brunai terus berkembang pesat sejak Malaka jatuh ke tanan Portugis
tahun 1511 M. banyak ahli agama pindah ke Brunai sehingga membuat perkembangan Islam
menjadi semakin cepat.
Kemajuan dan perkembangan Islam semakin cepat sejak Brunai dipimpin oleh sultan Bolkiah (sultan
ke – 5 ) yang meliputi Suluk, Selandung, Kepulauan sulu, kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau
Balambangan, Matanani dan utara Pulau Palawan.
Dimasa sultan Hassan (Sultan ke 9 ), masyarakat muslim Brunai memiliki institusi – institusi agama.
Agama pada masa itu dianggap penting dalam memandu negara Brunai. Pada saat Sulttan Hassan
ini, undang – undang Islam yaitu Hukum Qanun yang terdiri dari 46 pasal dan 6 bagian diperkuat
sebagai undang – undang dasar negara.
Disamping itu Sultan Hassan juga telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan
diantaranya membentuuk Majelis Agama Islam atas dasar undang – undang agama dan mahkamah
Qodhi 1955. Majelis ini berfungsi memberikan dan menasehati sultan dalam masalah agama dan
ideologi negara. Untuk itu dibentuk jabatan Hal Ehwal Agama yang bertugas menyebar luaskan
paham Islam baik kepada pemerintah dan kepada masyarakat luas. Langkah ini ditempuh untuk
memfungsikan Islam sebagai pandangan hidup rakyat Brunai.
Ketika Brunai di bawah kekuasaan Inggris pada rentang waktu 1888 – 1983, dan berhasil meraih
kemerdekaannya ketika Brunai dipimpin oleh sultan yang ke 29 yaitu Sultan Hassanal Bolkiah
Mu’izzuddin wad Daulah. Setelah diproklamirkan kemerdekaannya pada 31 Desember 1983.
Gelar Muizzuddin wad Daulah (penata agama) menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat
pada setiap raja yang memerintah. Pada tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak
dan menjadi raja disana serta menjadi raja Brunai sehingga Brunai kehilangan kekuasaannya atas
Serawak. Pada tanggal 19 Desember 1846, Pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James
Brooke hingga sedikit demi sedikit wilayah kekuasaan Brunai jatuh ke tangan Inggris melalui
perusahaan – perusahaan dagang sampai dengan wilayah Brunai kelak berdiri sendiri dibawah
protektorat Inggris di tahun 1984.
Pada saat yang sama, persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di
Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunai menjadi sebuah negeri dibawah perlindungan kerajaan
Britania dengan kedaulatan dalam negerinya, tetapi masih dalam pengawasan Britania.
Pada tahun 1979 Brunai dan Britania Raya telah menanda tangani perjanjian kerjasama dan
persahabatan. Perjanjian tersebut berisi 6 pasal.
Akhirnya setelah 96 tahun dibawah pemerintahan Inggris, Brunai resmi menjadi negara merdeka
di bawah Sultan Hasanal Bolkiah pada tanggal 1 Januari 1984 Brunai Darussalam telah resmi
secara penuh meraih kemerdekaan (sultan ke 29).
Panggilan resmi kenegaraan sultan adalah Yang Maha Mulia Paduka Sri Baginda. Gelar Muizzuddin
Wad Daulah (Penata agama dan negara) menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat pada
setiap raja yang memerintah.
Kesultanan Brunai Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarchi
Konstitusional dengan sultan yang menjabat sebagai kepala negara, kepala pemerintahan,
merangkap sebagai perdana menteri, menteri pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat
Kesultanan dan beberapa menteri yang dipilih dan diketuai oleh sultan sendiri.
Untuk kepentingan penelitian agama Islam, pada tanggal 16 September 1985 didirikan pusat
dakwah yang juga bertugas melaksanakan program dakwah serta pendidikan kepada pegawai –
pegawai agama serta masyarakat luas dan pusat pameran perkembangan dunia Islam.
Di Brunai, anak – anaka yatim dan cacat menjadi tanggungan negara. Seluruh pendidikan rakyat
(dari TK sampai perguruan tinggi) dan pelayanan kesehatan diberikan secara gratis. Pihak kerajaan
memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam. Pusat kajian Islam ini bertugas
melaksanakan program dakwah serta pendidikan kepada pegawai – pegawai agama serta
masyarakat luas dan pusat perkembangan dunia Islam.
Geliat keislaman Brunai terlihat pada saat hari – hari besar Islam, pihak kesultanan Brunai selalu
menyelenggarakan acara perayaan. Bahkan Sultan Hasanal Bolkiah selaku pemimpin negara
mewajibkan para pegawai kerajaan untuk menghadiri peringatan tersebut.
1.5 Myanmar
Negara ini berbentuk Republik. Negara ini dahulunya bernama Burma. Islam di Myanmar
merupakan kelompok minoritas di tengah – tengah mayoritas Budha. Kaum Muslimin umumnya
tinggal di provinsi Arakan, Myanmar bagian barat. Daerah ini berbatasan dengan Bangladesh.
Provinsi Arakan dahulunya adalah sebuah kerajaan yang merdeka pada tahun 1684. Karena
pergolakan politik kawasan ini membuat kerajaan Arakan runtuh. Kemudian menjadi bagian dari
Burma.
Diskriminasi rasial, sentimen keagamaan dan ancaman fisik menjadi bagian dari penderitaan yang
mereka alami. Kaum Muslimin di Arakan berasal dari Suku Rohingya.
Mereka membentuk Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO : Rohinghya Solidarity Organisation )
dengan pemimpinnya Muhammad Yunus.
RSO meminta kepada OKI (Organisasi Kerjasama Islam) untuk menekan pemerintah Myanmar agar
menghormati hak – hak minoritas Muslim di Myanmar sebagaimana yang dilakukan OKI terhadap
pemerintah Bulgaria.
Sikap umat Muslim Myanmar terhadap pemerinta Sosialis Myanmar terbagi 2. Pertama kelompok
yang berintegrasi dengan partai sosialis yang berkuasa. Tujuan kelompok ini adalah melindungi
kelompok minoritas dari kekuatan penguasa. Mereka mengembangkan dakwah dan pendidikan.
RSO termasuk kelompok ini. Kedua kelompok Muslim yang membentuk organisasi gerakan
pembebasan menentang pemerintah Myanmar. Mereka membentuk FNK (Front National Karen)
1.7
B.