Askep Osteoporosis
Askep Osteoporosis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus
MATERI
OSTEOPOROSIS
A. Definisi
Ciri-ciri Osteoporosis
○Tulang terasa nyeri (seperti ditusuk-tusuk);
○Di bagian tulang terasa gatal;
○ Di bagian ruas tulang terlihat bungkuk;
B. Klasifikasi Osteoporosis
Osteoporosis primer
Osteoporosis sekunder
Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda
pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.
• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan
dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.
Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia
40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang
yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan
memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor
pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu
berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini
memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi
tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu
pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per
tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal
yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation –
Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik
yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah
membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas.
Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal.
Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses
remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
- Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang
lebih kecil
- Merokok
- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada
makanan, peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang
sehingga pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi
kopi lebih dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih.
Keadaan tersebut menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.
- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban
fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang
D. Patofisiologi
- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas,
anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
• Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat
dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan
aktivitas
• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya
datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan
gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan
keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal
paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan x-ray
• Pemeriksaan absorpsiometri
• Pemeriksaan biopsi
i. Diagnosis/criteria diagnosis
• Biopsi
G. Penatalaksanaan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Assesment
a.Riwayat kesehatan
Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan
karena ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.
b.Pengkajian psikososial
Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause
dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya
multiple fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita
terutama body image khususnya kepada penderita kiposis berat.
2.Pemeriksaan fisik
a.Sistem pernafasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada
fungsional paru.
b.Sistem kardiovaskuler
c.Sistem persyarafan
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi
vertebral.
d.Sistem perkemihan
e.Sistem Pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,
3.Manifestasi radiologi
a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya
merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya trabeculla
transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus vertebrae
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus ke dalam
ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang
mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral
di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau
penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami
fraktur.
4.Pemeriksaan laboratorium
a.Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b.Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
estrogen merangsang pembentukan Ct)
c.Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d.Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.
Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan
osteoporosis adalah :
• Data subyektif :
• Data obyektif ;
Data Subyektif
Data Obyektif
- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis
angular
- klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
Intervensi
1). Aktivitas manajemen nyeri.
a). Laksanakan penilaian meliputi; lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri, dan faktor yang menimbulkan nyeri.
b).Amati isyarat Non-verbal, tidak nyaman, tidak mampu untuk
komunikasikan secara efektif.
c). Pastikan bahwa pasien perlu menerima obat penghilang rasa sakit.
d). Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk menyampaikan adanya
nyeri dan menyatakan pengalaman nyeri terhadap respon nyeri.
e). Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
f). Menentukan dampak dari nyeri pada kualitas hidup.
Data Subyektif
- Klien mengeluh nyeri tulang belakang
- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang
tampak dan keterbatasan gerak
- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
Data Obyektif
- tulang belakang bungkuk
- terdapat penurunan tinggi badan
- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis
angular
Intervensi
Aktivitas Terapi latihan gerak tulang sendi
a). Menentukan pembatasan pergerakan dan efek pada fungsi.
Intervensi
1). Aktivitas peningkatan koping
a). Menilai penyesuaian pasien pada perubahan gambaran diri yang sesuai.
b). Menilai dampak dari pada situasi hidup pasien dan hubungan peran
c). Menilai pemahan pasien tentang proses penyakit
d). Menilai dan mendiskusikan alternatif respon situasi
e). Gunakan suatu pendekatan ketenangan untuk menentramkan.
f). Sediakan suasana penerimaan
g). Membantu pasien untuk mengidentifikasi informasi yang menarik akan
diperoleh
h). Evaluasi kemampuan pasien untuk mengmbil keputusan
i). Menganjurkan pasien untuk mengembangkan kesabaran
j). Menganjurkan penerimaan terhadap pembatasan dengan orang lain
k). Mengakui adanya latarbelakang spiritual/budaya pasien
l). Anjurkan penggunaan sumber-sumber rohani jika menginginkan
m). Hadapi perasan bertentangan (pasien marah atau perasaan sedih)
n). Bantu mengungkapkan perasan, persepsi dan takut
o). Kurangi stimuli lingkungan yang bisa disalah tafsirkan seperti
mengancam.
2). Aktivitas Pengurangan kecemasan.
a). Lakukan pendekatan untuk menenangkan, menentramkan pasien.
b). Nyatakan dengan jelas harapan dan perilaku pasien.
c). Berikan informasi mengenai diagnosis, perawatan dan prognosis.
d). Terangkan semua prosedur, termasuk perasan yang mungkin dialami
pasien selama prosedur.
e). Tunggu pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi
ketakutan.
f). Anjurkan pasien untuk ditunggui keluarga.
g). Dengarkan dengan penuh perhatian.
h). Ciptakan suasanan untuk memudahkan kepercayaan.
- www.Scribd.com
- www.pdf.documen
- Askep Nanda
- Nic
- Noc