Anda di halaman 1dari 2

Kalangan politisi dikenal sebagai golongan terpelajar yang memiliki tingkat pendidikan mumpuni

mengenai sesuatu hal yang tidak banyak diketahui oleh kalangan awam. Namun, apa jadinya jika sosok
terpelajar tersebut mampu dikelabui oleh seseorang yang bahkan tidak sempat mengenyam pendidikan
setingkat sekolah dasar. Kejadian memalukan tersebut pernah dialami oleh salah seorang tokoh politik
di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, tokoh sekaliber wakil presiden berhasil ditipu mentah-mentah
oleh seorang wanita yang latar pendidikannya tidak jelas di hadapan publik dan diabadikan oleh media.

Dilansir dari buku karya Imam Semar yang berjudul Penipu, Penipu Ulung. Politikus dan Cut Zahara Fona,
seorang wanita bernama Cut Zahara Fona di awal tahun 1970an mendadak menjadi populer di
Indonesia. Bersama dengan suaminya, ia berkeliling Indonesia untuk menemui para pejabat seantero
wilayah Indonesia. Wanita asal Aceh tersebut muncul di hadapan publik sebagai sosok wanita yang
sedang hamil tua. Hebohnya, janin yang dikandungnya dapat mengeluarkan suara yang diyakini sebagai
suara lantunan ayat suci Alquran.

Sontak hal tersebut membuat heboh media massa nasional kala itu. Surat kabar terbitan Ibukota seperti
Pos Kota tak henti-hentinya menampilkan berita tersebut sebagai tajuk utama di halaman depannya.
Bak selebritis dadakan, popularitas Cut Zahara Fona langsung melejit dan menjadikannya topik
pembicaraan utama di kalangan masyarakat. Bahkan, akibat pemberitaan yang gencar tersebut oplah
surat kabar Pos Kota langsung meningkat drastis menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.

Fenomena janin ajaib tersebut rupanya tak hanya membius kalangan rakyat jelata tetapi juga kalangan
pejabat tinggi negara. Hal ini disebabkan desas desus yang menyebutkan jika janin tersebut adalah sosok
Imam Mahdi yang ditunggu kedatangannya untuk menyelamatkan segolongan umat beragama di akhir
zaman. Ironisnya, fakta tersebut didukung oleh pernyataan Menteri Agama yang saat itu dijabat oleh
KH. Mohammad Dachlan. Bahkan, beliau membandingkan janin milik Cut Zahara Fona dengan janin
Imam Syafii yang berada di dalam kandungan ibunya selama 3 tahun.

Cut Zahara Fona pun melanjutkan safarinya dengan mengunjungi para pejabat Negara yang terpukau
dengan janin ajaib yang di kandungnya. Hingga di suatu kesempatan, ia diundang ke Istana Wapres
untuk bertemu dengan Wakil Presiden Indonesia yang pada saat itu dijabat oleh Adam Malik. Di depan
publik dan sorotan media massa, Adam Malik akhirnya tak dapat menahan diri untuk ikut menempelkan
telinganya ke perut Cut Zahara Fona demi mendengarkan lantunan ayat Alquran yang konon dibacakan
janin ajaib tersebut.

Beberapa tokoh nasional saat itu sebenarnya sempat sangsi dengan fenomena janin ajaib tersebut.
Salah satunya ialah Buya Hamka yang pada periode tersebut menjabat sebagai ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Pendapat dari Hamka tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Dr. Herman Susilo,
Kakanwil Kesehatan DKI Jakarta yang menyatakan bahwa mustahil janin dapat membuka mulut dan
mengeluarkan suara dari dalam kandungan. Sayangnya, akibat pernyataan tersebut Herman sempat
medapatkan ancaman pembunuhan dari beberapa pihak sehingga dirinya harus bersembunyi dalam
kurun beberapa waktu.

Hingga akhirnya ketika berkunjung ke Banjarmasin, Cut Zahara Fona harus berhadapan dengan sosok
Kapolda Kalimantan Selatan, Brigjen Polisi Swasono Abdulhamid. Swasono yang curiga dengan sepak
terjang Cut Zahara Fona akhirnya memutuskan untuk melakukan penggeledahan terhadap perut wanita
tersebut. Hasilnya, ditemukan sebuah tape recorder berukuran mini yang disembunyikan di bawah
perut Cut Zahara Fona. Saat itu, tape recorder mini merupakan barang baru yang masih jarang dikenal di
Indonesia. Setelah peristiwa penggeledahan tersebut, berakhirlah juga petualangan Cut Zahara Fona
bersama janin ajaibnya yang berlangsung sekitar satu tahun. Tidak diketahui lagi nasib Cut Zahara Fona
beserta suaminya. Surat kabar tak pernah lagi memuat berita tentangnya.

Tragisnya tak lama setelah peristiwa itu, Brigjen Swasono dipensiunkan lebih dini. Beberapa pihak
berspekulasi jika hal tersebut akibat ulahnya yang dianggap mempermalukan para pejabat tinggi Negara
dengan membongkar penipuan Cut Zahara Fona. Lebih tragisnya lagi setelah pension, Swasono
ditemukan meninggal dunia akibat keracunan di usianya yang baru 52 tahun dan dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai