Anda di halaman 1dari 11

Peralatan Dasar Dalam Laboratorium

Menurut Keenan, (1989:68-72) Peralatan dasar laboratorium kimia dan fungsinya adalah
sebagai berikut:
1. Gelas Kimia (beaker) : Berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang
dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 .
Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Fungsi :Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang
tinggi, menampung zat kimia dan memanaskan cairan, media pemanasan cairan.
2. Labu Erlenmeyer : Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan
skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi : Untuk menyimpan dan memanaskan larutan, menampung filtrat hasil penyaringan,
menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.
3. Gelas ukur : Berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca
atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian tinggi
dalam jumlah tertentu.
4. Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :
a. Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat,
bagian tengahnya menggelembung.
b. Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk
mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
c. Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya
meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala
tetesan kecil.
5. Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5
dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.
Fungsi : Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk
titrasi.
6. Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca
borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Fungsi : Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, untuk melakukan reaksi kimia
dalam skala kecil
7. Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi : Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat menimbang
bahan kimia, tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
8. Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya
dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi : Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
9. Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
10. Mortar dan pestle : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk
menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
11. Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau
alumunium.
Fungsi : Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan, dipakai untuk mengaduk
larutan.
12. Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam
gelas kimia.
13. Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran
panas yang berasal dari suatu pembakar.
14. Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam
pemanasan.
15. Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
16. Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang
disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan
mengosongkan (empty).
17. Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.

Keenan, W.K.1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang tampaknya
bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analisis. Permukaan yang tampaknya
tak ada kotoran sering masih tercemari oleh lapisan tipis, tak tampak yang berminyak. Bila
air dituangkan dari dalam suatu wadah yang tercemar, air tidak terbuang secara seragam
dari permukaan kaca, tetapi menyisakan tetesan yang kecil, yang merepotkan atau kadang-
kadang mustahil dipulihkan. Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti bekker dan
erlenmeyer paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet, buret, atau
labu volumetri mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk bisa benar-benar bersih.
Jika permukaan kaca itu masih membuang airnya secara seragam, mungkin perlu digunakan
larutan pembersih, yang sifat oksidasi kuatnya dapat memastikan kebersihan permukaan
kaca keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu hendaknya dibilas beberapa kali dengan air
kran, kemudian dengan sedikit air suling, dan akhirnya mengering
sendiri (Day dan Underwood, 1999 : 577-578).

Day, R.A. Jr and, A. L. Underwood. 1998. “Analisis Kimia Kualitatif”. EdisiKelima.


Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dalam pengukuran harus diperhatikan dua hal yaitu kesalahan pengkuran dengan
alat ukur terutama jenis ukur, misalnya mengukur massa zat dalam satuan gram sedangkan
timbangan analitis sampai miligram. Jika sejumlah zat ditimbang dengan kedua timbangan
maka didalam jumlah angka yang berbeda. Jumlah digit dari pengukuran yang menyangkut
masalah kecermatan dan ketelitian (Syukri, 1994 : 4).

Syukri, S. 1999. “Kimia Dasar Jilid I”. ITB : Bandung

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau


mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut.
Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan,
sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan
kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang kelihatan
secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analis
mengenai apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling
baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu
volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih
benar (Day & Underwood, 1998).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia dan
peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan tentang dasar
analisa yang sedang dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri.
Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan
dapat pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga
menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya. Penanganan bahan
kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan
penting demi keselamatan dan hasilnya pekerjaan analisa kimia (Day & Underwood,
1998).

Day, R.A. Jr. and A.L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi Revisi, Terjemahan
R. Soendoro dkk. Erlangga. Jakarta.
Laboratorium merupakan tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui berbagai
penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya menggunakan
bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang kegitannya dan beberapa
fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam. (Amanah, Nugraha, dan
Priyambada, 2011)

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rj
a&uact=8&vd=0CCQQFjABahUKEwimgpyztvHHAhXHT44KHdCJBxg&url=http%3
A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F42213%2F1%2FJurnal.docx&usg=AFQjCNFSqZ2
Xgud90uIL5PY-qYEHRSa7Mw&bvm=bv.102537793,d.c2E

eprints.undip.ac.id/42213/1/Jurnal.docx


 Pembelajaran di laboratorium merupakan proses pembelajaran termahal diantara proses
pembelajaran yang lain. Selain itu sebagian besar pembelajaran di laboratorium
berhubungan dengan peralatan yang mahal, zat kimia yang berbahaya, listrik tegangan
tinggi, peralatan berputar, peralatan dengan suhu atau tegangan tinggi, dan risiko-risiko
lainnya. Oleh karena itu pembelajaran laboratorium yang efektif, efisien, dan aman perlu
dirumuskan, diketahui, dan difahami oleh seluruh sivitas akademika. (Astuti 2012)
 Astuti, Ayu. 2012. Peranan laboratorium dalam pembelajaran kimia. Uin-alauddin.ac.id
 http://www.slideshare.net/sukocojie/makalah-man-lab

 Alat-alat laboratorium yang digunakan dalam percobaan bermacam-macam


diantaranya alat pemanas yang terdiri dari pembakar gas, kaki tiga, segitiga
perselin, kasa, gegep, pemanas air, alat-alat perselin (cawan porselin dan pinggan
porselin). Selain itu juga digunakan alat-alat gelas. Sebelum digunakan alat-alat
gelas harus diperiksa dan kemudian dibersihkan. Alat-alat gelas diantaranya gelas
wadah, sedangkan untuk mereaksikan zat digunakan gelas ukur, labu ukur (labu
takar), pipet ukur (pipet gondok dan pipet mohr), dan buret. Sedangkan alat-alat lain
seperti, pengaduk gelas, erlenmeyer, corong, semprot, kertas saring, timbangan dan
lain-lain. Alat-alat gelas ini juga memiliki kegunaan dan fungsi masing-masing yang
berguna untuk memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum (Subroto,
2000 : 110).

 Subroto, J. 2000. “Buku Pintar Alat Laboratorium”. Aneka : Solo.

1. LABORATORIUm

Laboratorium berasal dari kata laboratory yang memiliki pengertian yaitu : (1) tempat yang
dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di dalam sains atau melakukan pengujian
dan analisis (2) bangunan atau ruangan yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian
ilmiah ataupun praktek pembelajaran bidang sains (3) tempat memproduksi bahan kimia atau obat
((4) tempat kerja untuk melangsungkan penelitian (5) ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat
menjalankan eksperimen bidang studi sains. (Widhy, 2009)

Widhy, Purwanti.2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA. Uny.ac.id
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-hastuti-spd-mpd/plthn-
penggunaan-alat-lab.pdf. Diakses tanggal 12 September 2015

Laboratorium merupakan tempat dimana proses belajar mengajar yang berupa kegiatan praktek
dilaksanakan (Sumardi (2008)). Sedangkan menurut Ibnu (1976 :135) Laboratorium adalah suatu
tempat dimana mahasiswa atau praktikan, dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di
laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis
bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya.

Sumardi, Kamin. 2008.Manajemen dan Pengembangan


Laboratorium Teknik Refrigerasi dan Tata Udara FPTK
UPI. Vol.6, No.12, Jan 2008 .
http://jurnal.upi.edu/manajerial/view/2706/manajemen-
dan-pengembangan-laboratorium-teknik-refrigerasi-dan-
tata-udara-fptk-upi.html

Menurut Day dan Underwood (1998) Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita
harus mengenal atau mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan
praktikum tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan
percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi.

Day, R.A. Jr. and A.L. Underwood. 1998. Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi Revisi,
Terjemahan R. Soendoro dkk. Erlangga. Jakarta.

Peralatan keselamatan kerja di laboratorium antara lain:


(Brata 2013)
Brata, Yudha Herprima Istandi. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada
Kegiatan Konservasi Di Laboratorium. N0. 2 Tahun 2013.
http://sangiranmuseum.com/wp-content/uploads/2015/02/10-MANAJEMEN-KESEHATAN-
DAN-KESELAMATAN-KERJA-K3-PADA-KEGIATAN-KONSERVASI-DI-
LABORATORIUM.pdf

1. Teknik-Teknik Laboratorium dan Petunjuk-Petunjuk Keselamatan


Laboratorium
menurut Mahan,(1987:269-271)
1. Cara memanaskan cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat
peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam
gelas kimia.
a. Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
 Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun
orang lain
 Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung
 Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok
 Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan
b. Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan,
sesekali diangkat bila mendidih.
2. Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang
diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis
singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung
permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas
ukur.
3. Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara
mengisinya :
Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas.
Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan
buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke
mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak
ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran
sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
4. Cara menggunakan neraca analitis
 Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
 Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
 Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
 Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut
5. Cara menghirup bau zat
Jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung! Gunakan tangan dengan
mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung.

Mahan,Bruce. 1987. University Chemistry. Massachusetts : Cumming Publishing Company

http://luthfiya-blog.blogspot.co.id/2012/11/praktikum-kimdas-1.html

http://dsikreatif.blogspot.co.id/2013/05/percobaani-pengenalanalat-alat.html

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang
mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan
secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut
campuran. Suatu larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat.
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut
homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan,
1984).

Keenan, C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air


(H2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol,
amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi
kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan,
2004).
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika :
Surabaya

Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut
solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut
merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan
senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat
terlarut (Baroroh,2004).
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas
Lambung Mangkurat:Banjar Baru
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada
3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua
jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara
mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogeny dan tidak dapat dipisahkan
secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran
homogeny antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas,
cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas
(Sukardjo, 1997 : 141)
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Jenis-jenis larutan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Gas dalam gas – seluruh campuran gas

b) Gas dalam cairan – oksigen dalam air

c) Cairan dalam cairan – alkohol dalam air

d) Padatan dalam cairan – gula dalam air

e) Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium

f) Cairan dalam padatan – Hg dalam perak

g) Padatan dalam padatan – alloys (Keenan, 1984).

Keenan, C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Campuran zat-zat yang homogeny disebut larutan, yang memiliki komposisi


merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung
satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen
yang jumlahnya sedikit, seadangkan pelarut adalah komponen yang terdapat
dalam jumlah yang banyak (Achmad, 1996 : 1).
Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
A. LARUTAN

Larutan adalah larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau
lebih,yang memiliki komposisi yang merata,serba sama (ukuran partikelnya), tidak
ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan
secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel
penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,maupun molekul) dari dua zat atau
lebih. Biasanya juga istilah larutan dianggap sebagaicairan yang mengandung zat
terlarut, misalnya padatan atau gas dengan kata lain larutan tidakhanya terbatas
pada cairan saja. (Lubis, 2013)
Lubis, Maju. 2013. Cara-cara menyatakan konsentrasi larutan.
http://www.academia.edu/9031424.html

Pembentukan suatu larutan tidak menimbulkan pengaruh terhadap sifat-sifat kimia zat
penyusun larutan tersebut. Akan tetapi sifat fisik suatu zat berubah apabila zat itu menjadi
komponen larutan. (Charisma dan Sakinah, 2013).
Charisma, Nadya dan Asri Nisa Sakinah, Sifat Koligatif Larutan. 2013
https://www.scribd.com/doc/125750928/Sifat-Koligatif-Larutan-JURNAL-Repaired

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga
kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi
akan menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat
dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan
oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas –
gas, gas – padat, cair – cair, cair – padat, dan padat – padat (Syukri, 1999 : 350)
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang
dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut
(solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan
dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak
dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan
cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat
berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah jauh, molekul-
molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua gas ada;ah larutan,
contoh terbaik larutan adalah udara (Karyadi, 1994 : 51)
Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.

B. Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah
volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan
konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah
dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).

Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru : Universitas Lambung
Mangkurat.

Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, seperti persen berat (w/w), persen
volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm), fraksi mol (x) dan normalitas (N).
a. Persen berat (w/w)
Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Perhitungannya:
%(w/w) = Massa Komponen / Massa Campuran x 100%
b. Persen Volume (v/v)
Persen volume menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL larutan. Perhitungannya:
%(v/v) = Volume Komponen / Volume Campuran x 100%
c. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:
M = Massa Zat x 100% : Mr x V
d. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:

m = Massa Zat Terlarut x 1000 : Mr x p


(Keenan,1989).
Keenan, C.W. 1989. Kimia Universitas Edisi ke-6. Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai