1. PENDAHULUAN
Definisi ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana benda atau
materi di alam raya yang dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat tertentu
menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat yang berbeda. Sebagai contoh, ilmu
kimia memberikan pengetahuan yang memungkinkan untuk perubahan bentuk
minyak alami menjadi berbagai bahan bakar dan sejumlah besar plastik, obat-obatan,
dan pestisida. Tangan ahli kimia sekarang mengembangkan proses-proses kimia dan
bahan yang diperlukan masyarakat modern tetapi secara serentak juga
meminimumkan dampaknya terhadap lingkungan (Petrucci,1987).
Ilmu kimia, sebagai ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi dan
struktur zat kimia, serta hubungan keduanya dengan sifat zat tersebut. Komposisi
(susunan) zat menyatakan perbandingan unsur yang membentuk zat itu. Contoh air
dan etanol. Di dalam satu molekul air terdapat dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen, sedangkan dalam molekul etanol terdapat dua atom karbon, enam atom
hidrogen, dan satu atom oksigen (Syukri,1994).
Kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang bersifat ilmiah dan mempunyai
satu tujuan tertentu. Di samping itu berbagai macam konsep, pengertian, serta teori
yang didapat dari perkuliahan. Selain itu praktikum ini juga bermaksud untuk
mengembangkan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dengan metode tertentu
(Keenan,1998).
Ketika melaksanakan praktikum tidak diperkenankan menggunakan alat-alat
kaca yang tidak bersih. Alat yang terbuat dari kaca seperti gelas piala atau labu
erlenmeyer serta labu volumetrik mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk
dapat bersih dengan benar. Selain itu perlu mengetahui alat-alat laboratorium dan
fungsinya. Praktikan juga harus menguasai segala sesuatu mengenai bahan-bahan
yang akan digunakan, bahwa semua bahan kimia adalah racun dan jika tidak
digunakan dengan benar dapat berakibat buruk (Day,1999).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca
yang tampaknya bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analis.
Permukaan yang tampaknya tak ada kotoran sering masih dicemari oleh lapisan tipis,
tak tampak yang berminyak. Bila air ditumpahkan dari dalam suatu wadah yang
sudah tercemar, air tidak terbuang secara seragam dari dalam permukaan kaca., tetapi
menyisakan tetesan yang terkecil, yang merepotkan atau kadang-kadang mustahil
dipulihkan. Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti beker atau labu erlenmeyer
paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet, buret atau labu
volumetrik mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk bisa benar-benar
bersih. Jika permukaan kaca itu masih belum membuang airnya secara seragam,
mungkin perlu digunakan larutan pembersih, yang bersifat oksidasinya kuat dapat
memastikan kebersihan permukaan kaca keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu
hendaknya dibilas beberapa kali dengan air keran, kemudian dengan sedikit air
suling, dan akhirnya dibiarkan mengering sendiri. Larutan pembersih biasanya tidak
dipakai untuk tugas biologi karena banyak mikroorganisme yang peka terhadap sisa
kromium yang tetap tinggal pada kaca sekalipun setelah dibilas bersih-bersih
(Day,1999).
Di samping beberapa peralatan biasa yang dipakai dalam laboratorium
terdapat sejumlah item tertentu yang menarik perhatian para ahli kimia analitik.
Berikut adalah macam-macamnya (Day,1999):
a. Botol cuci
Setiap mahasiswa hendaknya mempunyai botol cuci dengan kapasitas yang
sesuai yang dapat mengalirkan air suling dari dalam ujung paruh yang disambung ke
bagian utama botol itu. Salah satu tipe yang sederhana, terbuat dari polietilena yang
bodinya bisa ditekan untuk mendorong air keluar dari ujung paruh. Botol cuci
digunakan bila diperlukan aliran air suling yang kecil dan terarah, seperti bila
membilas dinding dalam bejana kaca untuk menjamin tidak adanya larutan sampel
yang hilang.
b. Batang pengaduk
Buret digunakan untuk menghantarkan volume yang sudah pasti namun dapat
diubah-ubah, kebanyakan dalam filtrasi. Keran terbuat dari kaca teflon. Kaca teflon
tidak memerlukan pelumasan, namun keran kaca hendaknya dilumasi tipis-tipis
dengan gemuk keran (bukan gemuk yang mengandung silikon). Jika saluran gemuk
itu terlalu tebal keran itu dapat bocor, gemuk itu juga dapat menyumbat ujung buret.
Untuk melumasi keran, lepaskan bagian tengah keran maupun dinding dalam
gendang keran, bersihkan dengan menghapusnya dengan kain atau kertas tisu.
Pastikan bahwa lubang-lubang kecil tidak tersumbat oleh gemuk (pembersih pipa
akan membantu membersihkannya). Kemudian tebarkan lapisan yang tipis dan
seragam dari gemuk keran tersebut pada bagian tengah keran, dengan menjaga agar
olesan di sekitar lubang itu sangat tipis. Akhirnya pasang kembali bagian tengah ke
dalam gendang keran dan putarlah bagian tengah itu dengan cepat, sambil memberi
sedikit tekanan ke arah bawah (ke dalam). Pelumas itu harus tampak seragam dan
tembus cahaya, dan partikel-partikel gemuk tak boleh tampak pada lubang.
Sebuah program jaminan mutu untuk meyakinkan pemakai akhir mengenai
kemampuan laboratorium untuk mencapai hasil yang akurat secara berulang-kali
memiliki banyak aspek dan memerlukan biaya. Akan ada seseorang dengan standar
profesional yang tinggi mengenai aspek kimiawi dari metode-metode dan jebakan
proses pengukuran. Olehnya, semua instrumen akan dikalibrasi, dipelihara, dan
diperbaiki bila perlu, para operator akan dilatih dengan baik, didorong, dan dipantau
dengan bijaksana. Akan ada suatu sistem yang sukar sekali diubah untuk mencegah
kesalahan identifikasi sampel, dan catatan akan dijaga dengan cermat. Sampel-sampel
dengan kadar analit yang diketahui akan sering diajukan, tak dapat dibedakan dari
yang tak diketahui oleh personel laboratorium (Day,1999).
Data yang diperoleh dalam penelitian bisa bersifat kualitatif, terdiri dari hasil-
hasil pengamatan umum tentang sistemnya, maupun bersifat kuantitatif, yang berupa
angka-angka yang diperoleh lewat berbagai pengukuran terhadap sistem kimiawan
umumnya menggunakan lambang-lambang dan persamaan baku dalam mencatat hasil
pengukuran dan pengamatan. Bentuk penyajian seperti ini bukan hanya akan
menyederhanakan proses pencatatan, tetapi juga menyederhanakan dasar bersama
untuk komunikasi dengan kimiawan lain (Chang,2004).
Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu obyek
terhadap standar yang relevan dengan mengikuti peraturan-peraturan terkait dengan
tujuan untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya. Dengan
melakukan proses pengukuran dapat (Yefri,2011):
- Membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya.
- Mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan, penguji mutu
dan berbagai pihak lainnya yang terkait.
- Memperkirakan hal-hal yang terjadi.
- Melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai dengan
harapan perancang.
Setiap pengukuran harus diperhatikan dua hal, yaitu keabsahan dan kuantitas
pengukuran. Keabsahan pengukuran berhubungan dengan jenis alat ukur, misalnya
pengukuran zat kimia bisa memakai timbangan analitis, timbangan teknis hanya dapat
diukur massa zat dalam satuan gram, sedangkan timbangan analitis sampai milligram.
Yang dimaksud ketelitian dalam pengukuran adalah seberapa dekat hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya. Umumnya jika kecermatan ditingkatkan ketelitiannya akan
lebih tinggi. Yang dapat mengurangi ketelitian adalah cara memakai alat yang tidak
tepat. Jadi ketepatan sangat berpengaruh, lingkungan serta cara alat itu harus sesuai
dengan petunjuk. Kuantitas pengukuran menyangkut masalah kecermatan dan
ketelitian, berhubungan dengan seberapa dekat hasil dari dua pengukuran atau lebih
(Syukri,1994).
3. METODOLOGI PERCOBAAN
Rangkaian Alat
Keterangan :
1. Propipet
2. Pipet Gondok
3. Gelas Beker
Keterangan :
1. Gelas Beker
2. Corong
3. Kertas Saring
4. Gelas Beker
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, CuSO4 0,2
M dan Pb asetat 0,2 M.
3.3.3 Penyaringan
Pertama-tama 10 mL larutan Pb asetat dan 10 mL larutan CuSO 4 dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Kemudian kedua larutan diaduk hingga homogen dan berubah
warna menjadi biru langit (biru keputihan). Larutan didiamkan hingga membentuk
endapan berwarna putih. Setelah itu, kertas saring dipanaskan ke dalam oven lalu
ditimbang di atas neraca analitik dan massanya dicatat. Kertas saring lalu dilipat
menjadi ¼ lingkaran kemudian dilipat lagi menjadi 2-3 lipatan, kertas saring yang
sudah dilipat dimasukkan ke dalam corong lalu dibasahi sedikit dengan aquadest.
Corong dimasukkan lagi ke dalam erlenmeyer lalu larutan disaring. Setelah larutan
tersaring, kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselin lalu dioven pada 100°C
selama 15 menit. Setelah dioven, endapan dimasukkan ke dalam desikator selama 10
menit. Proses terakhir, endapan ditimbang untuk mengetahui massanya.
3.4 DIAGRAM ALIR
- dicuci
100 mL aquadest
aquadest
Hasil
CuSO4
Pb asetat
Aquadest
- masing-masing dari CuSO4 dan Pb asetat
ditambahkan 40 mL di dalam gelas beker lalu
diaduk
- CuSO4 dan Pb asetat dipindahkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan lagi sampai
volume 100 mL untuk dilarutkan
Hasil
CuSO4
- diambil 10 mL
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Pb asetat
- ditambahkan 10 mL ke dalam Erlenmeyer
- dimasukkan ke dalam oven dan ditimbang
kertas saring di neraca analitik
- dilipat menjadi ¼ lingkaran kemudian dilipat
lagi menjadi 2-3 lipatan
- dimasukkan kertas saring ke dalam corong
Aquadest
Endapan
- dioven dengan suhu 100°C selama 15 menit
- dimasukkan ke dalam desikator
- ditimbang endapan dan kertas saring yang sudah
kering
Hasil
4.2.3 Penyaringan
Penyaringan yaitu metode gravimetrik yang memisahkan zat padat dari cairan
menggunakan media berpori, biasanya menggunakan kertas saring yang sudah
ditimbang dan dilipat ke dalam corong. Lalu memasang corong di atas erlenmeyer,
kemudian larutan dituang pada corong yang sudah berkertas saring, dengan cara
mengelilingi corong agar endapan terkumpul pada satu titik. Residu atau serbuk
padatan akan tertinggal di kertas saring. Massa endapan dan kertas saring sebelum
dipijarkan dalam oven sebesar 1,17 gram. Endapan dan kertas saring dipijarkan dalam
oven selama 15 menit pada suhu 100°C. Untuk mengurangi kadar air yang tersisa,
endapan dan kertas saring dimasukkan ke dalam desikator. Setelah kering, kertas
saring yang berisi endapan ditimbang lagi hingga menghasilkan massa sebesar 0,79
gam. Endapan terjadi karena 10 mL Pb asetat 0,2 M direaksikan dengan 10 mL
CuSO4 0,2 M. sebelumnya Pb asetat dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi
aquadest. Kemudian disaring menggunakan kertas saring, begitupun CuSO4. Warna
Pb asetat yang telah diencerkan berwarna biru, ketika dimasukkan CuSO 4 cairan
berwarna biru keruh. Berikut adalah reaksi yang terjadi:
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Alat-alat gelas mempunyai fungsinya masing-masing dalam praktikum kimia.
Sehingga berdasarkan fungsinya, alat-alat gelas diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Alat-alat pereaksi, meliputi: tabung reaksi, gelas piala atau gelas beker dan
erlenmeyer
b. Alat pengukur volume, meliputi: gelas ukur, labu takar, pipet gondok,
pipet ukur dan buret
c. Alat-alat pendukung, meliputi: pengaduk gelas, gelas arloji, corong, botol
semprot, desikator dan sebagainya.
2. Pembakar gas digunakan untuk pemanasan. Pembakaran gas terdiri dari
beberapa bagian. Api dipergunakan untuk pemanasan reaksi, sebab kurang
panas, dapat mengotori alat dan boros. Contoh alat pemanasan lain yaitu kaki
tiga, segitiga porselin, gegep, penangas air dan lain-lain.
3. Pada setiap pencucian alat-alat laboratorium, pembilasan akhir menggunakan
aquadest agar zat-zat yang terkandung dalam air keran ataupun sabun yang
tadi digunakan tidak tersisa pada alat-alat laboratorium.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah semua praktikan diharapkan dapat
menguasai materi percobaan, cermat dan teliti agar mendapat hasil yang maksimal.
Sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium diperbanyak agar praktikan tidak
berebut dalam menggunakannya dan praktikum dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Yefri. (2011). Sistem Pengukuran Teknik. Jakarta: Universitas Darma Persada.
Day, R., & Underwood. (1999). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
1. Larutan
a. CuSO4
Diketahui: M CuSO4 = 0,2 M
V CuSO4 = 100 mL = 0,1 L
BM CuSO4 = 161,434 g/mol
Ditanya: massa CuSO4 = . . . ?
Jawab:
Mol CuSO4 = M CuSO4 x V CuSO4
= 0,2 M x 0,1 L
= 2 x 10-2 mol
Massa CuSO4 = mol CuSO4 x BM CuSO4
= 2x10-2 mol x 161,434 g/mol
= 3,22 gram
Jadi, massa CuSO4 sebesar 3,22 gram
b. Pb Asetat
Diketahui: M Pb asetat = 0,2 M
V Pb asetat = 100 mL = 0,1 L
BM Pb asetat = 325 g/mol
Ditanya: massa Pb asetat= . . . ?
Jawab:
Mol Pb asetat = M Pb asetat x V Pb asetat
= 0,2 M x 0,1 L
= 2 x 10-2 mol
Massa Pb asetat = mol Pb asetat x BM Pb asetat
= 2 x 10-2 mol x 25 g/mol
= 6,5 gram
Jadi, massa Pb asetat sebesar 6,5 gram
2. Endapan
Diketahui: massa kertas saring = 0,79 gram
Massa kertas saring dan endapan = 1,17 gram
Ditanya: massa endapan = . . . ?
Jawab:
Massa endapan = massa kertas saring dan endapan – massa kertas saring
= 1,17 gram – 0,79 gram
= 0,38 gram
Jadi, endapan memiliki massa sebesar 0,38 gram