Bangunan Umum Bersama Majemuk
Bangunan Umum Bersama Majemuk
Pengertian kata ‘Umum’ juga dikenal dalam bahasa Inggris yaitu ‘Public’ yang
berkonotasi pada hal-hal yang berkaitan dengan ‘orang banyak’, berlawanan dengan arti
kata ‘individual’ (perorangan) maupun ‘private’ (pribadi). Contohnya adalah kegiatan-
kegiatan yang melibatkan orang banyak dimana terjadi interaksi antara orang-orang baik
yang saling mengenal maupun tidak saling mengenal. Kegiatan transaksi jual beli antara
penjual dan pembeli di pasar, adalah contoh kasus yang memperlihatkan interaksi
antara seseorang atau beberapa orang yang mungkin saling mengenal atau mungkin
juga tidak saling mengenal. Pembeli yang datang silih berganti mengidentifikasikan
keterlibatan ‘banyak orang’, peenjual yang juga lebih dari satu yang berdagang dipasar
juga mengidentifikasi tentang ‘banyak orang’. Kegiatan-kegiatan seperti contoh di atas
perlu diwadahi, dimana wadah dapat berbentuk Tempat (place) atau Ruang maupun
Bangunan.
Jadi Bangunan Umum bermakna Bangunan tempat dimana kegiatan yang melibatkan
interaksi banyak orang baik yang saling mengenal maupun tidak saling mengenal dapat
berlangsung.
CONTOH-CONTOH
Contoh-contoh Bangunan Umum yang sering kita jumpai misalnya : Pasar, Pusat
Perbelanjaan, Perkantoran, Tempat-tempat pendidikan seperti sekolah, tempat kursus,
Tempat-tempat Hiburan, Pusat Kebudayaan, Taman-taman kota, Museum, Galery,
Kantor Pos, Hotel, Puskesmas, Rumah Sakit, Terminal, dll.
Sedangkan contoh bangunan Privat adalah bangunan rumah tinggal, baik berupa rumah
tinggal di atas tanah maupun rumah susun ataupun apartemen. Banguan rumah tinggal
atau disebut juga residential adalah bangunan yang digunakan oleh keluarga atau
orang-orang terdekat yang saling mengenal dan tidak berjumlah banyak (umumnya 4-8
orang).
MASSA MAJEMUK
Arti kata Majemuk adalah ‘banyak’ atau lebih dari satu (bukan Tunggal). Pada kegiatan-
kegiatan public, sering terdapat fungsi-fungsi yang beragam (bermacam-macam).
Seperti telah disebutkan di atas, kegiatan-kegiatan yang bersifat umum juga dapat
dibagi dalam kategori yang lebih sempit lagi berdasarkan sifat kegiatannya, yaitu
kegiatan pelayanan dikategorikan sebagai kegiatan yang bersifat umum, sedangkan
kegiatan yang tidak bersifat pelayanan kepada umum dikategorikan dalam kegiatan
yang bersifat privat.
Dalam rmerancang suatu bangunan dengan fungsi tertentu pada satu kompleks dapat
dilakukan dengan membuatnya dalam 1 bangunan maupun dalam lebih dari 1
bangunan. Bangunan-bangunan yang memiliki lebih dari satu massa bangunan
digolongkan sebagai Bangunan dengan massa majemuk. Kompleks bangunan dengan
massa bangunan majemuk biasanya dirancang dalam tapak yang luas, dan sangat tepat
bagi kegiatan-kegiatan dengan tingkat kesibukan yang tidak terlalu tinggi, seperti resort
hotel, di daerah tepian kota, ataupun pusat-pusat hiburan, seperti taman ria (Taman
Impian Jaya Ancol). Sedangkan Bangunan bermassa Tunggal banyak digunakan pada
rumah-rumah tinggal di perkotaan, Gedung Perkantoran di perkotaan, Apartemen, dll.
Bangunan Tunggal dan bertingkat (vertical) merupakan salah satu solusi dalam
membangun di daerah padat dengan lahan terbatas.
PENGELOMPOKAN MASSA
Dalam merancang bangunan umum bermassa majemuk, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya menghasilkan
fungsi-fungsi ruang, kemudian mengelompokkannya berdasarkan kesamaan zona,
misalnya zona public, zona semi public ataupun zona privat. Zona-zona tersebut dapat
dipisahkan dalam bentuk bangunan yang terpisah-pisah. Misalnya kegiatan-kegiatan
yang bersifat public dapat diwadahi dalam satu massa bangunan, dan berturut-turut
kegiatan yang bersifat semi public dalam 1 massa bangunan serta kegiatan yang
bersifat privat diwadahi dalam 1 atau lebih massa bangunan. Dengan demikian
walaupun bangunan terdiri dari massa yang banyak, tidak berarti bangunan dapat
disebar tanpa ada kejelasan pengaturan. Pengelompokan bangunan pada kompleks
bangunan bermassa majemuk memudahkan pengguna bangunan dalam berorientasi,
menentukan arah dan tujuan, mengidentifikasi perletakan dan memberikan kejelasan
hirarki /urut-urutan ruang.
Dalam merancang bangunan, hal yang paling utama harus diperhatikan adalah lahan
atau tapak dimana bangunan akan didirikan. Potensi-potensi, kendala-kendala, aturan-
Bentuk lahan, letak jalan, orientasi matahari, topografi (kontur), lingkungan sekitar
adalah factor-faktor yang menjadi batasan-batasan dalam menentukan perletakan
massa bangunan pada tapak. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas dapat
ditentukan pola-pola yang dapat mengikat dan mengatur letak massa bangunan. Kata
kunci dalam merumuskan konsep perletakan massa bangunan pada tapak adalah ‘unity’
atau kesatuan. Kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan antara massa-massa
bangunan dengan tapak dan antar massa bangunan sendiri, dimana pengaturan massa-
massa tersebut harus saling mengkait satu sama lain dan saling mengikat dengan
tapak. Dengan demikian, setiap arsitek yang akan memulai pekerjaan merancangnya,
maka hal utama yang harus dilakukannya adalah mengenali tapak dengan melakukan
analisis-analisis terhadap factor-faktor tersebut di atas, hingga mengidentifikasi
kelebihan serta kekurangannya dan pada akhirnya dapat menwarkan solusi yang paling
tepat berupa hasil rancangan di atas tapak dimaksud.
Contoh pada foto maket di atas memperlihatkan konsep perletakan massa bangunan
pada tapak yang mengikuti pola melingkar dengan titik pusat lingkaran sebagai pusat
orientasi dan unsur pengikat antar massa bangunan dan antara massa bangunan
dengan tapak. Penetapan pola lingkaran ini diperoleh dari hasil sintesa studi tapak
seperti yang telah dikemukakan di atas. Titik pusat lingkaran diperoleh dengan menarik
garis-garis pada tapak, yang memunculkan titik berat tapak, yang kemudian diambil
sebagai titik pusat perletakan massa-massa bangunan. Sedangkan pola melingkar
Pada Rancangan Giri Tirta Spa, Sentul, Bogor, terlihat bangunan dengan massa yang
terpisah-pisah sepanjang lereng bukit. Pada tata letak massa-massa bangunan dengan
tapak yang berkontur tajam (di lereng bukit) seperti terlihat pada contoh di atas,
topografi merupakan factor utama dalam menentukan perletakan massa bangunan.
Sesuai dengan kondisi tapak yang berkontur, maka pola perletakan massa bangunan
dibuat mengikuti lereng bukit (mengikuti garis kontur). Struktur yang digunakan bagi
setiap bangunan juga merespons kondisi tapak, dengan umpak-umpak yang diekspose
sekaligus sebagai elemen estetika pada tampak bangunan. Akibat dari kontur yang
tajam, dimungkinkan membuat bangunan dengan leveling yang beragam, dan hal ini
memperkaya kualitas ruang dan bangunannya.
RUANG PEMERSATU
Telah disebutkan di atas, bahwa dalam rancangan kompleks bangunan umum bermassa
majemuk, dibutuhkan pemersatu. Selain pola-pola perletakan massa, ruang luar (inner
court / plaza) biasanya dapat dijadikan ruang pemersatu yang baik bagi susunan massa
bangunan majemuk. Selain berfungsi sebagai pemersatu lingkungan, Inner Court juga
dapat dimanfaatkan sebagai ruang aktifitas yang memusat, misalnya sebagai lapangan
Olah Raga, Teater Terbuka, ataupun ruang sirkulasi. Inner court juga membantu
bangunan di sekelilingnya mengakses udara luar (Fresh Air), memperoleh sinar
matahari dan pencahayaan alam.
Agar Inner Court menjadi Ruang Luar yang aktif, bangunan di sekelilingnya harus dapat
mengakses Inner Court tersebut. Pintu-pintu dan ruang sirkulasi yang mengarah ke
inner court menarik orang untuk paling sedikit melewati Inner Court tersebut. Aktifitas
tersebut akan menghidupkan suasana di Inner Court. Ruang-ruang luar yang aktif,
biasanya selalu terawasi, karena orang berkegiatan di ruang tersebut, akibatnya
keamanan ruang dari tindak criminal akan terjaga dengan sendirinya. Berbeda dengan
ruang luar yang pasif, biasanya menjadi tempat-tempat tersembunyi dan memancing
orang untuk bertindak kejahatan (menjadi daerah yang tidak aman).
KESIMPULAN