Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

HASIL KALI KELARUTAN

Oleh:

Kelompok 1

Nama : 1. Anggik Pratama (061330400289)

2. Astri Handayani (061330400290)

3. Bella Anggraini (061330400291)

4.Beryl Kholif Arrahman (061330400292)

5. Deka Pitaloka (061330400293)

6. Diah Lestari (061330400294)

7. Dorie Kartika (061330400295)

Kelas : 2.KA

Jurusan : Teknik Kimia (DIII)

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Abu Hasan , M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMIK

2013-2014
HASIL KALI KELARUTAN (KSP)

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengenal prinsip-prinsip hasil kali kelarutan
2. Menghitung kelaruan elektrolit yang bersifat sedikit larut
3. Menghitung pasas pelarutan (Ho) PbCl2, dengan menggunakan sifat
ketergantungan Ksp pada suhu

II. Dasar Teori

2.1 Sifat-Sifat Umum Kesetimbangan Larutan

Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem


terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi dan sebaliknya. Sebagai contoh:

AB + CD AC + BD

Dalam keseimbangan initerjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD dan


pada saat yang sama AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat
zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati konstan. Dalam reaksi kimia terdapat
hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut
hukum kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian
antara zat hasil reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksidan masing-
masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Syukri, 1999).

Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem


kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan
homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaaan
fase, sehingga sistem yang terbentuk itu hanya memiliki satu fase. Kesetimbangan
heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih
dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam
fase (Keenan, 1991).

Dalam rekristalisasi, sebuah laporan mulai mengendapkan sebuah senyawa


bila larutan tersebut mencapai titik jenuh terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan,
pelarut menyerang zat padat dan mensolvasinya pada tingkat partikel invidual. Dalam
pengendapan, terjadi kebalikannya: tarik-menarik zat terlarut terjadi kembali saat zat
terlarutmeninggalkan larutan. Tarik-menarik zat terlarut-pelarut tetap berlangsung
selama proses pengendapan dan pelarut bergabung sendiri ke dalam zat padat
(Oxtoby, 2001).

Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut


dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat larut dan zat
tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat
dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut
yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan
zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm 3 atau
100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Keenan, 1991).

Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan
suatu larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu
larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada tempuratur
yang lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu
disingkirkan. Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk
menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh digetarkan atau
diguncangkan dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika tidak ada zat
terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin itu
bersifat lewat jenuh (Keenan, 1991).

Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber
padatan murni. Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh
jika ion-ion dari sumber lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut prinsip
Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu
pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut
dikonsumsi (Petrucci, 1987). Reaksi pelarut pengendapan seringkali mencapai
kesetimbangan secara perlahan. Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat
jenuh, sebuah kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai
kesetimbangannya (Oxtoby, 2001).

2.2 Kelarutan pada Zat Ionik


Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah
terbanyak yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu dan
pada suhu tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak
aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan.
Walaupun semua senyawa ionik larut sampai tingkat tertentu dalam air, senyawa-
senyawa yang mempunyai kelarutan (pada 25°C) kurang dari 0,1 gL-1 disebut tidak
dapat larut. Senyawa yang mempunyai kelarutan lebih dari 10 gL-1 disebut dapat larut
dan nilainya diantaranya (0,1-10 gL-1) disebut sedikit dapat larut. Dengan mengetahui
kelarutan zat ionik, meskipun dalam bentuk kualitatif, kita dapat memperkirakan
jalannya berbagai reaksi. Sebagai contoh, jika larutan KI ditambah ke Pb (NO3)2 ion-
ion K+ dan NO3- akan berdekatan, demikian juga dengan ion-ion Pb2+ dan I+.
KNO3 adalah garam larut tetapi PbI tidak larut, sehingga pengendapan PbI2 akan
muncul (Oxtoby, 2001).

2.3 Hasil Kali Kelarutan

Telah diinyatakan bahwa senyawa ion bukanlah molekul tunggal (seperti


senyawa kovalen), tetapi berupa molekul raksasa berwujud padat dan dapat larut
dalam air. Bagian yang larut dapat dipecah oleh air menjadi ion yang disebut
terdehidrasi, sedangkan bagian yang tidak larut akan mengendap di dasar bejana
sebagai padatan. Senyawa ion ada yang mudah laru dalam air dan ada yang sukar.
Sebenarnya cukup sulit membedakan kedua kelompok ini, tetapi yang kelarutannya
lebih kecil dari 0,1 gram dalam 1000 mL air termasuk yang sukar larut dan di dalam
air akan jatuh ke dasar bejana sebagai padatan. Jika sebutir senyawa yang sukar larut
dimasukkan ke dalam air maka akan jatuh ke dasar bejana dan terlihat tidak larut.
Akan tetapi sesungguhnya ada sebagian kecil yang larut dan membentuk
kesetimbangan ion dengan yang tidak larutt.

Ksp disebut konstanta hasil kelarutan (solubility product constan), yaitu hasil
kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Ksp
senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan
(massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh.
Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau
mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi
endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat ke dalam pelarut
sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang
terlarut (Syukri, 1999).

Hasil kali kelarutan merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit
(Ksp) dalam larutan yang tepat jenuh. timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air.
Keseimbangan yang terjadi dalam larutan PbC;2 jenuh dapat ditulis sebagai berikut :

PbCl2 Pb2+ (aq) + 2Cl- (aq)

Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas


adalah :

(𝑎 𝑃𝑏2+)(𝑎 𝐶𝑙−)2
Ka =
(𝑎 𝑃𝑏𝐶𝑙2 (𝑠))

Karena aktivitas padatan murni = 1, maka persamaan diatas dapat


disederhanakan menjadi :

Ksp = (a b2+) (a Cl-)2

Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam
satuan molar. Nilai ksp diatas sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2, secra
matematis dapat ditulis :

[ Pb2+] [Cl-]2 < Ksp PbCl2 Berbentuk larutan (belum terlihat


endapan PbCl2)

[ Pb2+] [Cl-]2 > Ksp PbCl2 Terjadi endapan

[ Pb2+] [Cl-]2 = Ksp PbCl2 Tepat Jenuh

Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan,
apakah belum jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion
dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya


masing-masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum januh daan tidak terjadi
endapan.
2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-
masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat, tidak terjadi endapan.
3. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari
nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).
Kehadiran ion tak senama cenderung meningkatkan kelarutan. Jika konsentrasi
ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik antar ion menjadi lebih nyata.
Akifitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibanding konsentrasi
stoikiometrinya (Petrucci, 1987). Untuk garam yang sedikit larut (kelarutannya
kurang dari 0,001 mol/dm3), adalah fakta eksperimen bahwa perkalian
konsentrasi-konsentrasi molekuler total ion-ion adalah konstan pada temperatur
konstan. Hasil kali ini disebut hasil kali kelarutan (Vogel, 1999).

2.4 Hubungan Kelarutan dan Ksp

Kelarutan molal dan tetapan hasil kali kelarutan saling berhubungan, tetapi
tidak beraarti identik. Salah satu besaran dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
besaran lainnya, nilai numeriknya tak pernah sama. Kita telah menggunakan istilah
“zat yang sedikit larut” dalam perubahan hasil kali kelarutan. Rumus yang sama dapat
diterapkan untuk larutan jenuh dari senyawa ion yang sangat kuat dalam air seperti
NaCl, KNO3 dan NaOH. Yang tidak daapat dilakukan ialah menggantikan konsentrasi
ion dengan aktivitas ion. Larutan jenuh dari zat yang kelarutannya tinggi terlalu pekat,
sehingga aktiviitasnya tak dapat dianggaap sama dengan konsentrasi molarnya. Tanpa
anggapan ini, konsep hasilkali kelarutan menjadi tidak jelas maknanya. Sekalipun
tidak dinyatakan “sedikit larut” dalam kesetimbangan larutan, apabila dinyatakan nilai
Ksp mepat aka yang dimaksud adalah senyawa ion yang sedikit larut (Petrucci, 1992).

Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan
dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini
larutan jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni.
Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin renndah kelarutannya dengan
kehadiran yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan
kelarutan adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan
yang mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat dan kelebihan terlarut
mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam.
Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan. Faktor
yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang berperan serta dalam
kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam kesetimbangan asam basa
atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu (Underwood, 1998).

2.5 Pengendapan dan Hasil Kali Kelarutan

Jika AgCl dilarutkan, jumlah mol ion Ag+(aq) dan ion Cl-(aq) yang dihasilkan
sama, dan jika Ag2SO4 dilarutkan, jumlah mol ion Ag+(aq)sebanyak dua kali dari
jumlah ion SO42-(aq) dihasilkan. Hubungan hasil kali kelarutan seperti:

Lebih umum dari pada ini dan berlangsung terus dalam tekanan, meskipun
jumlah kimia relatif dari kedua ion dalam larutan berbeda dengan yang ada senyawa
zat padat murninya. Keadaan seperti ini sering dihasilkan jika dua larutan dicampur
untuk menghasilkan endapan atau jika garam lain ada yang mengandung ion yang
sama dengan garam yang sedang diteliti (Oxtoby, 2001).

Deposit kerak yang terbentuk pada unit penukar panas terdiri atas komponen-
komponen kerak meliputi CaCO3, CaSO4, MgCO3, MgCO4, CaSiO3 dan sebagainya.
Pada umumnya deposit kerak CaCO3 lebih dominan dibandingkan dengan penelitian
efek inhibitor terhadap inhibisi kerak CaCO3 dalam larutan jenuh 4300 ppm
CaCO3 berdasarkan metode standar NACE 03-74 (Sundjono, 2009).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Faktor-faktorpenting yang
mempengaruhikelarutanpadatankristalinadalahsuhu, sifatpelarut, danadanya ion-ion
lain dalamlarutan. Di dalamgolongan yang belakangdisertakan ion-ion yang
mungkinsamaatautidaksamadengan ion-ion di dalampadatan, dan ion-ion yang
membentukmolekul yang berdisosiasisedikitatau ion kompleksdengan ion-ion
padatannya. Faktor-faktornyameliputi (Day dan Underwood, 1993):

1. Suhu
Kebanyakangaramanorganikbertambahkelarutannyaapabilasuhudinaikkan.Bia
sanyamenguntungkanuntukmelakukan proses pengendapantitrasi,
danpencucianendapandenganlarutanpanas.

2. Pelarut

Kebanyakangaramanorganiklebihmudahlarutdalam air
daripadadalampelarutorganik. Ion di dalamsebuah Kristal
tidakmempunyaitarikandemikianbesaruntukpelarutorganik dankarenanyakelarutannya
biasanyalebihkecildaripadadalam air.

3. Pengaruh ion sama

Sebuahendapanbiasanyalebihlarutdalam air murnidaripadasebuahlarutan yang


mengandungsalahsatu ion dariendapan. Denganadanya ion sama yang
sangatberlebihan, kelarutansuatuendapanmungkinsangatlebihbesardaripadaharga yang
diramalolehtetapanKsp.

4. Pengaruh ion anekaragam

Telahdiketahuibahwabanyakendapanmenunjukkanpeningkatankelarutanapabil
agaram yang tidakmengandung ion yang samadenganendapanada di dalamlarutan.

5. Pengaruh pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Hal


inidisebabkankarenapenggabungan proton dengan anion
endapannya. MisalnyaendapanAgIakansemakinlarutdenganadanyakenaikan pH
disebabkanH+akanbergabungdengan I- membentuk HI.

6. Pengaruh Hidrolisis

Ada duahal yang perludiperhatikan, yaitukelarutandemikianrendahhingga pH


air tidakberubahsecaranyataolehhidrolisasertakelarutancukupbesarhinggasumbangan
ion hidroksidadari air dapatdiabaikan.

7. Pengaruh Kompleks
Kelarutan suatu garam yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari
zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam.

III. Alat dan Bahan yang Digunakan


- Alat yang Digunakan:
1. Rak tabung reaksi dan tabung reaksi
2. Termometer 100 C
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas kimia 250 ml, 400 ml’
5. Corong
6. Spatula
7. Pengaduk
8. Labu ukur 100 ml, 250 ml
9. Kaca arloji
10. Buret 50 ml
11. Pipet ukur 5 ml, 10 ml, 25 ml, dan bola karet
12. Piper tetes
- Bahan yang Digunakan :
1. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M
2. Larutan KCl 1 M

IV. Cara Kerja


1. Menyiapkan larutan Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M , lalu menempatkan KCl pada
buret 50 ml yang berbeda
2. Memasukkan 10 ml Pb(NO3)2 0,075 M ke dalam tabung reaksi, baru menambahkan
KCl sebanyak yang dicantumkan. Pada saat pencampuran dan setelah pencampuran ,
tabung reaksi di kocok. Membiarkan selama 5 menit dan mengamati apakah sudah
terbentuk endapan atau belum. Mengisikan hasil pengamatan pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu oC
Campuran Pb)NO3)2 M (ml) endapan
0,075 M (ml) (sudah/belum)
10 0,5
1
10 1,0
2
10 1,2
3
10 1,4
4
10 1,5
5
10 2,0
6

3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 2.1 . pada tabung yang terbentuk
endapan dan tabung yang belum terbentuk endapan , mengulangi langkah diatas untuk
menentukan banyaknya volume KCl 1 M yang dapat menyebabkan terbentuknya
endapan sampai ketelitian 0,1 ml dan mencatat pula hasilnya. Mencatat hasil
pengamatan pada tabel 2.1 . mencatat pula volume KCl 1 M yang dapat menyebabkan
terjadinya pengendapan dan suhu.
4. Pada tabung reaksi yang lain, menyiapkan larutan berikut sesuai dengan tabel 2.2
berikut ini :

Tabel 2.1
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu oC
Campuran Pb)NO3)2 M (ml) endapan
0,075 M (ml) (sudah/belum)
10 1,5
1
10 2,0
2
10 2,5
3
10 3,0
4
10 3,5
5
10 4,0
6

5. Menempatkan campuran yang terbentuk endapan pada penangas atau labu erlenmeyer
yang dipanaskan. Ketika penangas dipanaskan digunakan termometer untuk
mengaduk larutan secara perlahan-lahan (kecepatan pemanas kira-kira 1 oC per
menit). Mencatat suhu ketika endapan tepat larut. Melakukan hal yang sama untuk
campuran-campuran lain. Mencatat semua hasil yang diperoleh pada tabel 2.2.

V. Data Pengamatan
Tabel 1 (pembentukan endapan)
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu C
Campuran Pb(NO3)2 0,075 M (ml) endapan
M (ml) (sudah/belum)
10 0,5 Belum 29
1
10 1,0 Sudah 29
2
10 1,2 Sudah 29
3
10 1,4 Sudah 29
4
10 1,5 Sudah 29
5
10 2,0 Sudah 29
6

Tabel 2 (pemanasan endapan)


Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu C
Campuran Pb(NO3)2 0,075 M (ml) endapan
M (ml) (sudah/belum)
10 1,5 Sudah 70
1
10 2,0 Sudah 71
2
10 2,5 Sudah 72
3
10 3,0 Sudah 73
4
10 3,5 Sudah 74
5
10 4,0 Sudah 78
6

Tabel 3 (pelarutan endapan)


Nomor Volume Volume Suhu Ksp Log ksp 1/T (K-1)
Campuran Pb(NO3)2 KCl 1 M Pelarutan
0,075 M (ml) endapan
(ml) o O
C k
10 1,5 70 343 1,09X10-3 -2,962 2,915X10-3
1
10 2,0 71 344 9,764x10-4 -3,010 2,906x10-3
2
10 2,5 72 345 8,64x10-4 -3,063 2,898x10-3
3
10 3,0 73 346 7,684x10-4 -3,114 2,890x10-3
4
10 3,5 74 347 6,876x10-4 -3,163 2,881x10-3
5
10 4,0 78 351 6,125x10-4 -3,212 2,849x10-3
6
y = -6E-05x + 0.021
0.0012 Grafik T vs Ksp R² = 0.8452
0.00109
0.001 0.0009764
0.000864
0.0008
0.0007684
0.0006876
ksp
0.0006 0.0006125

0.0004 y

0.0002

0
342 344 346 348 350 352
T

0.00292
Grafik T vs 1/T y = -8E-06x + 0.0057
0.002915 R² = 0.9997
0.00291
0.002906
0.0029 0.002898
0.00289 0.00289
y
1/T

0.00288 0.002881
Linear
0.00287 (y)
0.00286

0.00285 0.002849
0.00284
342 344 346 348 350 352
T

y = -0.0014x + 0.5512
Grafik T vs S R² = 0.8728
0.07
0.065
0.06 0.06
0.0625 0.0577
0.0535
0.05 0.0556

0.04
ksp

0.03 y
Linear (y)
0.02

0.01

0
342 344 346 348 350 352
T
VI. Perhitungan
a. Pembuatan larutan
Pb(NO3)2 0,075 M 100 ml
Gr = M x V x BM
= 0,075 mol/L x 0,1 L x 331,2 gr/mol
= 2,484 gr
KCl 1 M 100 ml
Gr = M x V x BM
= 1 mol/L x 0,1 L x 74,55 gr/mol

b. Terbentuknya endapan
Reaksi yang terjasi
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
Terbentuknya endapan pada 1 ml KCl 1 M
V Total = V Pb(NO3)2 + V KCl
𝑉 𝑃𝑏(𝑁𝑂3)2 𝑥 𝑀 𝑃𝑏(𝑁𝑂3)2
[ Pb2+ ] =
𝑉 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
10 𝑚𝑙 𝑥 0,075 𝑀
=
11 𝑚𝑙

= 0,068 M
𝑉 𝐾𝐶𝑙 𝑥 𝑀 𝐾𝐶𝑙
[ Cl- ] =
𝑉 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
1 𝑚𝑙 𝑥 1 𝑀
=
11 𝑚𝑙
= 0,09 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
Ksp = [ Pb2+ ] [ Cl- ]2
= (0,068 M) (2 x 0,09 M)2
= 2,2 x 10-3 mol3/L3

c. Perhitungan pelarut endapan


Untuk penambahan 1,5 ml KCl 1M
n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 1,5 ml x 1 M
= 1,5 mmol

V total = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 ml + 1,5 ml

= 11,5 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

M 0,75 mmol 1,5 mmol - -

R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

S - - 0,75 mmol 1,5 mmol

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
11,5 𝑚𝑙

= 0,065 M

PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-

S 2s

Ksp = s x (2s)2

= 4s3

= 4 (0,065)3

= 1,09 x 10-3 mol3/L3

d. Penambahan 2 ml KCl 1 M
n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 2 ml x 1 M
=2 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2 ml
= 12 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 2 mmol - -
R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
S - 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
12 𝑚𝑙

= 0,0625 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0625)3
= 9,764 x 10-4 mol3/L3

e. Penambahan 2,5 ml KCl 1 M


n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 2,5 ml x 1 M
= 2,5 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2,5 ml
= 12,5 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

M 0,75 mmol 2,5 mmol - -

R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

S - 1,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
12,5 𝑚𝑙

= 0,06 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,06)3
= 8,64 x 10-4 mol3/L3

f. Penambahan 3,0 ml KCl 1 M


n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 3,0 ml x 1 M
= 3,0 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 3,0 ml
= 13 ml

Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3


M 0,75 mmol 3 mmol - -

R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

S - 2,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
13 𝑚𝑙

= 0,0577 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0577)3
= 7,684 x 10-4 mol3/L3

g. Penambahan 3,5 ml KCl 1 M


n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 3,5 ml x 1 M
= 3,5 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 3,5 ml
= 13,5 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

M 0,75 mmol 3,5 mmol - -

R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

S - 2,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol


𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
13,5 𝑚𝑙

= 0,0556 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0556)3
= 6,876 x 10-4 mol3/L3

h. Penambahan 4 ml KCl 1 M
n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 4 ml x 1 M
=4 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 4 ml
= 14 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3

M 0,75 mmol 4 mmol - -

R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

S - 2,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
14 𝑚𝑙

= 0,0535 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0535)3
= 6,125 x 10-4 mol3/L3
- Menentukan harga ek
1. ok = 70 + 273 = 343
2. ok = 71 + 273 = 344
3. ok = 72 + 273 = 345
o
4. k = 73 + 273 = 346
5. ok = 74 + 273 = 347
6. ok = 78 + 273 = 351
- Menentukan 1/T
1. 1/T = 1/343 = 2,915 x 10-3
2. 1/T = 1/344 = 2,906 x 10-3
3. 1/T = 1/345 = 2,898 x 10-3
4. 1/T = 1/346 = 2,890 x 10-3
5. 1/T = 1/347 = 2,881 x 10-3
6. 1/T = 1/351 = 2,849 x 10-3
- Log ksp
1. Log ksp = log 1,09 x 10-3 = -2,962
2. Log ksp = log 9,764 x 10-4 = -3,010
3. Log ksp = log 8,64 x 10-4= -3,063
4. Log ksp = log 7,684 x 10-4 = -3,114
5. Log ksp = log 6,876 x 10-4 = -3,163
6. Log ksp = log 6,125 x 10-4 = -3,212
- Perhitungan ∆ 𝐻
 Grafik T vs Ksp
Y = -6E-5X + 0,021
R2 = 0,8452

Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-5 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-5 =
19,147

-95,735 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 95,735 J/mol
∆ 𝐻 = 0,0957 KJ/mol

Slope : a = -5
Intersep : b = 0,021
 Grafik T vs 1/T
Y = -8E-6X + 0,0057
R2 = 0,9997

Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-6 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-6 =
19,147
- 114,882 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 114,882 J/mol
∆ 𝐻 = 0,114882 KJ/mol

Slope : a = -6
Intersep : b = 0,0057
 Grafik T vs S
Y = -0,0014 X + 0,5512
R2 = 0,8728

Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-0,0014 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-0,0014 =
19,147

-0,02680 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 0,02680 J/mol
∆ 𝐻 = 2,680 x 10-5 KJ/mol

Slope : a = -0,0014
Intersep : b = 0,5512
VII. Analisa Percobaan
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan hasil kali kelarutan (Ksp) . ksp
senyawa dapat ditentukan dari percobaan dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang
dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. dalam keadaan itu,
kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Pada
percobaan ini kami menggunakan bahan yaitu Pb(NO3)2 dan KCl.
Langkah kerja yang kami lakukan ialah membuat larutan Pb(NO3)2 0,0075 M dan
larutan KCl 1 M terlebih dahulu masing-masing sebanyak 100 ml. Setelah itu memasukkan
10 ml Pb(NO3)2 kedalam tiap tabung reaksi yang telah disiapkan. Kemudian menambahkan
larutan KCl pada buret sebanyak 0,5 , 1,0 , 1,2 , 1,4 , 1,5 , 2,0 , 2,5 3,0 , 3,5 dan 4,0 ml.
Setelah dicampurkan, didiamkan selama 5 menit sampai terbentuknya endapan lalu diukur
temperaturnya, temperaturnya pada saat itu sebesar 29 C.
Langkah selanjutnya ialah pemanasan endapan, tabung reaksi yang didalamnya
terbentun endapan dipanaskan diatas hot plate dan tabung reaksi dijepit dengan menggunakan
penjepit dan dipanaskan di dalam gelas kimia. Pada saat pemanasan endapan harus dilakukan
pengadukan, yaitu dengan menggunakan pengaduk kaca. Pada saat pengadukan harus hati-
hati, apanila pengadukan pada larutan yang banyak seperti larutan dengan penambahan 4 ml
KCl. Jika tidak hati-hati maka larutan yang ada di dalam tabung reaksi akan masuk ke dalam
air di dalam gelas kimia. Pemanasan endapan ini di lakukan sampai larutan menjadi larut dan
tidak terbentuk lagi endapan. Setelah melakukan pemanasan endapan ,larutan diukur
temperaturnya lalu dicatat. Proses pemanasan endapan ini hanya dilakukan pada larutan yang
memiliki endapan, larutan yang tidak terbentuk endapan tidak perlu untuk dipanaskan.
Setelah itu menghitung ksp,log ksp dan 1/T pada masing-masing larutan dalam tabung reaksi.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 1,5 ml : - suhu = 70 oC
-ksp = 1,09 x 10-3
-log ksp = -2,962
-1/T= 2,915 x 10-3
2. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 2 ml : - suhu = 71oC
-ksp = 9,764 x 10-4
-log ksp = -3,010
-1/T= 2,906 x 10-3
3. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 2,5 ml : - suhu = 72 oC
-ksp = 8,64 x 10-4
-log ksp = -3,063
-1/T= 2,898 x 10-3
4. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 3 ml : - suhu = 73 o C
-ksp = 7,684 x 10-4
-log ksp = -3,114
-1/T= 2,890 x 10-3
5. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 3,5 ml : - suhu = 74 oC
-ksp = 6,876 x 10-4
-log ksp = -3,163
-1/T= 2,881 x 10-3
6. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 4 ml : - suhu = 78 oC
-ksp = 6,125 x 10-4
-log ksp = -3,212
-1/T= 2,849 x 10-3

7. jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan yang besar,maka dikatakan garam
tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam
sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.

IX. Daftar Pustaka


Tim Laboratorium Kimia Fisika.2014.Penuntun Praktikum Kimia Fisika.Palembang :
Politeknik Negeri Sriwijaya

2012. Kimia Percobaan IV. http://laporan-aprilia.blogspot.com/2012/02/kimia-percobaan-


iv.html . Diakses pada tanggal 11 Maret 2014.

2011. Laporan Ksp. http://rusdie-rainbow.blogspot.com/2011/12/laporan-ksp.html . Diakses


pada tanggal 11 Maret 2014.
X. Gambar Alat

Termometer Pipet ukur Pipet tetes

Pengaduk Bola Karet Labu ukur

Corong Rak Tabung Reaksi Kaca Arloji


Buret Tabung reaksi penjepit

Hot Plate Neraca Analitik

Anda mungkin juga menyukai