Laporan Tetap KSP
Laporan Tetap KSP
KIMIA FISIKA
Oleh:
Kelompok 1
Kelas : 2.KA
TAHUN AKADEMIK
2013-2014
HASIL KALI KELARUTAN (KSP)
I. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengenal prinsip-prinsip hasil kali kelarutan
2. Menghitung kelaruan elektrolit yang bersifat sedikit larut
3. Menghitung pasas pelarutan (Ho) PbCl2, dengan menggunakan sifat
ketergantungan Ksp pada suhu
AB + CD AC + BD
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan
suatu larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu
larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada tempuratur
yang lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam pelarut panas
daripada dalam pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu
disingkirkan. Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk
menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh digetarkan atau
diguncangkan dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika tidak ada zat
terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin itu
bersifat lewat jenuh (Keenan, 1991).
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber
padatan murni. Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh
jika ion-ion dari sumber lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut prinsip
Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu
pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut
dikonsumsi (Petrucci, 1987). Reaksi pelarut pengendapan seringkali mencapai
kesetimbangan secara perlahan. Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat
jenuh, sebuah kondisi dimana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai
kesetimbangannya (Oxtoby, 2001).
Ksp disebut konstanta hasil kelarutan (solubility product constan), yaitu hasil
kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Ksp
senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan
(massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh.
Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau
mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi
endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat ke dalam pelarut
sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang
terlarut (Syukri, 1999).
Hasil kali kelarutan merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion suatu elektrolit
(Ksp) dalam larutan yang tepat jenuh. timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air.
Keseimbangan yang terjadi dalam larutan PbC;2 jenuh dapat ditulis sebagai berikut :
(𝑎 𝑃𝑏2+)(𝑎 𝐶𝑙−)2
Ka =
(𝑎 𝑃𝑏𝐶𝑙2 (𝑠))
Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam
satuan molar. Nilai ksp diatas sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2, secra
matematis dapat ditulis :
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan,
apakah belum jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion
dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut:
Kelarutan molal dan tetapan hasil kali kelarutan saling berhubungan, tetapi
tidak beraarti identik. Salah satu besaran dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
besaran lainnya, nilai numeriknya tak pernah sama. Kita telah menggunakan istilah
“zat yang sedikit larut” dalam perubahan hasil kali kelarutan. Rumus yang sama dapat
diterapkan untuk larutan jenuh dari senyawa ion yang sangat kuat dalam air seperti
NaCl, KNO3 dan NaOH. Yang tidak daapat dilakukan ialah menggantikan konsentrasi
ion dengan aktivitas ion. Larutan jenuh dari zat yang kelarutannya tinggi terlalu pekat,
sehingga aktiviitasnya tak dapat dianggaap sama dengan konsentrasi molarnya. Tanpa
anggapan ini, konsep hasilkali kelarutan menjadi tidak jelas maknanya. Sekalipun
tidak dinyatakan “sedikit larut” dalam kesetimbangan larutan, apabila dinyatakan nilai
Ksp mepat aka yang dimaksud adalah senyawa ion yang sedikit larut (Petrucci, 1992).
Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan
dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini
larutan jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni.
Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin renndah kelarutannya dengan
kehadiran yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan
kelarutan adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan
yang mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat dan kelebihan terlarut
mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam.
Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan. Faktor
yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang berperan serta dalam
kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam kesetimbangan asam basa
atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu (Underwood, 1998).
Jika AgCl dilarutkan, jumlah mol ion Ag+(aq) dan ion Cl-(aq) yang dihasilkan
sama, dan jika Ag2SO4 dilarutkan, jumlah mol ion Ag+(aq)sebanyak dua kali dari
jumlah ion SO42-(aq) dihasilkan. Hubungan hasil kali kelarutan seperti:
Lebih umum dari pada ini dan berlangsung terus dalam tekanan, meskipun
jumlah kimia relatif dari kedua ion dalam larutan berbeda dengan yang ada senyawa
zat padat murninya. Keadaan seperti ini sering dihasilkan jika dua larutan dicampur
untuk menghasilkan endapan atau jika garam lain ada yang mengandung ion yang
sama dengan garam yang sedang diteliti (Oxtoby, 2001).
Deposit kerak yang terbentuk pada unit penukar panas terdiri atas komponen-
komponen kerak meliputi CaCO3, CaSO4, MgCO3, MgCO4, CaSiO3 dan sebagainya.
Pada umumnya deposit kerak CaCO3 lebih dominan dibandingkan dengan penelitian
efek inhibitor terhadap inhibisi kerak CaCO3 dalam larutan jenuh 4300 ppm
CaCO3 berdasarkan metode standar NACE 03-74 (Sundjono, 2009).
Faktor-faktorpenting yang
mempengaruhikelarutanpadatankristalinadalahsuhu, sifatpelarut, danadanya ion-ion
lain dalamlarutan. Di dalamgolongan yang belakangdisertakan ion-ion yang
mungkinsamaatautidaksamadengan ion-ion di dalampadatan, dan ion-ion yang
membentukmolekul yang berdisosiasisedikitatau ion kompleksdengan ion-ion
padatannya. Faktor-faktornyameliputi (Day dan Underwood, 1993):
1. Suhu
Kebanyakangaramanorganikbertambahkelarutannyaapabilasuhudinaikkan.Bia
sanyamenguntungkanuntukmelakukan proses pengendapantitrasi,
danpencucianendapandenganlarutanpanas.
2. Pelarut
Kebanyakangaramanorganiklebihmudahlarutdalam air
daripadadalampelarutorganik. Ion di dalamsebuah Kristal
tidakmempunyaitarikandemikianbesaruntukpelarutorganik dankarenanyakelarutannya
biasanyalebihkecildaripadadalam air.
Telahdiketahuibahwabanyakendapanmenunjukkanpeningkatankelarutanapabil
agaram yang tidakmengandung ion yang samadenganendapanada di dalamlarutan.
5. Pengaruh pH
6. Pengaruh Hidrolisis
7. Pengaruh Kompleks
Kelarutan suatu garam yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari
zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam.
Tabel 2.1
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu oC
Campuran Pb)NO3)2 M (ml) endapan
0,075 M (ml) (sudah/belum)
10 0,5
1
10 1,0
2
10 1,2
3
10 1,4
4
10 1,5
5
10 2,0
6
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 2.1 . pada tabung yang terbentuk
endapan dan tabung yang belum terbentuk endapan , mengulangi langkah diatas untuk
menentukan banyaknya volume KCl 1 M yang dapat menyebabkan terbentuknya
endapan sampai ketelitian 0,1 ml dan mencatat pula hasilnya. Mencatat hasil
pengamatan pada tabel 2.1 . mencatat pula volume KCl 1 M yang dapat menyebabkan
terjadinya pengendapan dan suhu.
4. Pada tabung reaksi yang lain, menyiapkan larutan berikut sesuai dengan tabel 2.2
berikut ini :
Tabel 2.1
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu oC
Campuran Pb)NO3)2 M (ml) endapan
0,075 M (ml) (sudah/belum)
10 1,5
1
10 2,0
2
10 2,5
3
10 3,0
4
10 3,5
5
10 4,0
6
5. Menempatkan campuran yang terbentuk endapan pada penangas atau labu erlenmeyer
yang dipanaskan. Ketika penangas dipanaskan digunakan termometer untuk
mengaduk larutan secara perlahan-lahan (kecepatan pemanas kira-kira 1 oC per
menit). Mencatat suhu ketika endapan tepat larut. Melakukan hal yang sama untuk
campuran-campuran lain. Mencatat semua hasil yang diperoleh pada tabel 2.2.
V. Data Pengamatan
Tabel 1 (pembentukan endapan)
Nomor Volume Volume KCl 1 Pembentukan Suhu C
Campuran Pb(NO3)2 0,075 M (ml) endapan
M (ml) (sudah/belum)
10 0,5 Belum 29
1
10 1,0 Sudah 29
2
10 1,2 Sudah 29
3
10 1,4 Sudah 29
4
10 1,5 Sudah 29
5
10 2,0 Sudah 29
6
0.0004 y
0.0002
0
342 344 346 348 350 352
T
0.00292
Grafik T vs 1/T y = -8E-06x + 0.0057
0.002915 R² = 0.9997
0.00291
0.002906
0.0029 0.002898
0.00289 0.00289
y
1/T
0.00288 0.002881
Linear
0.00287 (y)
0.00286
0.00285 0.002849
0.00284
342 344 346 348 350 352
T
y = -0.0014x + 0.5512
Grafik T vs S R² = 0.8728
0.07
0.065
0.06 0.06
0.0625 0.0577
0.0535
0.05 0.0556
0.04
ksp
0.03 y
Linear (y)
0.02
0.01
0
342 344 346 348 350 352
T
VI. Perhitungan
a. Pembuatan larutan
Pb(NO3)2 0,075 M 100 ml
Gr = M x V x BM
= 0,075 mol/L x 0,1 L x 331,2 gr/mol
= 2,484 gr
KCl 1 M 100 ml
Gr = M x V x BM
= 1 mol/L x 0,1 L x 74,55 gr/mol
b. Terbentuknya endapan
Reaksi yang terjasi
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
Terbentuknya endapan pada 1 ml KCl 1 M
V Total = V Pb(NO3)2 + V KCl
𝑉 𝑃𝑏(𝑁𝑂3)2 𝑥 𝑀 𝑃𝑏(𝑁𝑂3)2
[ Pb2+ ] =
𝑉 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
10 𝑚𝑙 𝑥 0,075 𝑀
=
11 𝑚𝑙
= 0,068 M
𝑉 𝐾𝐶𝑙 𝑥 𝑀 𝐾𝐶𝑙
[ Cl- ] =
𝑉 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
1 𝑚𝑙 𝑥 1 𝑀
=
11 𝑚𝑙
= 0,09 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
Ksp = [ Pb2+ ] [ Cl- ]2
= (0,068 M) (2 x 0,09 M)2
= 2,2 x 10-3 mol3/L3
= 10 ml + 1,5 ml
= 11,5 ml
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
11,5 𝑚𝑙
= 0,065 M
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,065)3
d. Penambahan 2 ml KCl 1 M
n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 2 ml x 1 M
=2 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 2 ml
= 12 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
M 0,75 mmol 2 mmol - -
R 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
S - 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
12 𝑚𝑙
= 0,0625 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0625)3
= 9,764 x 10-4 mol3/L3
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
12,5 𝑚𝑙
= 0,06 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,06)3
= 8,64 x 10-4 mol3/L3
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
13 𝑚𝑙
= 0,0577 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0577)3
= 7,684 x 10-4 mol3/L3
= 0,0556 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0556)3
= 6,876 x 10-4 mol3/L3
h. Penambahan 4 ml KCl 1 M
n Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2
= 10 ml x 0,075 M
= 0,75 mmol
n KCl = V KCl x M KCl
= 4 ml x 1 M
=4 mmol
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 10 ml + 4 ml
= 14 ml
Pb(NO3)2 + 2 KCl PbCl2 + 2 KNO3
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑃𝑏𝐶𝑙2
PbCl2 =
𝑣 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,75 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
14 𝑚𝑙
= 0,0535 M
PbCl2 Pb2+ + 2 Cl-
S 2s
Ksp = s x (2s)2
= 4s3
= 4 (0,0535)3
= 6,125 x 10-4 mol3/L3
- Menentukan harga ek
1. ok = 70 + 273 = 343
2. ok = 71 + 273 = 344
3. ok = 72 + 273 = 345
o
4. k = 73 + 273 = 346
5. ok = 74 + 273 = 347
6. ok = 78 + 273 = 351
- Menentukan 1/T
1. 1/T = 1/343 = 2,915 x 10-3
2. 1/T = 1/344 = 2,906 x 10-3
3. 1/T = 1/345 = 2,898 x 10-3
4. 1/T = 1/346 = 2,890 x 10-3
5. 1/T = 1/347 = 2,881 x 10-3
6. 1/T = 1/351 = 2,849 x 10-3
- Log ksp
1. Log ksp = log 1,09 x 10-3 = -2,962
2. Log ksp = log 9,764 x 10-4 = -3,010
3. Log ksp = log 8,64 x 10-4= -3,063
4. Log ksp = log 7,684 x 10-4 = -3,114
5. Log ksp = log 6,876 x 10-4 = -3,163
6. Log ksp = log 6,125 x 10-4 = -3,212
- Perhitungan ∆ 𝐻
Grafik T vs Ksp
Y = -6E-5X + 0,021
R2 = 0,8452
Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-5 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-5 =
19,147
-95,735 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 95,735 J/mol
∆ 𝐻 = 0,0957 KJ/mol
Slope : a = -5
Intersep : b = 0,021
Grafik T vs 1/T
Y = -8E-6X + 0,0057
R2 = 0,9997
Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-6 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-6 =
19,147
- 114,882 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 114,882 J/mol
∆ 𝐻 = 0,114882 KJ/mol
Slope : a = -6
Intersep : b = 0,0057
Grafik T vs S
Y = -0,0014 X + 0,5512
R2 = 0,8728
Y = ax + b
−∆𝐻
Log ksp =
2,303 𝑥 𝑅 𝑥𝑇
−∆𝐻
Tan x =
2,303 𝑥 𝑅
−∆𝐻
-0,0014 =
2,303 𝑥 8,314
−∆𝐻
-0,0014 =
19,147
-0,02680 = - ∆ 𝐻
∆𝐻 = 0,02680 J/mol
∆ 𝐻 = 2,680 x 10-5 KJ/mol
Slope : a = -0,0014
Intersep : b = 0,5512
VII. Analisa Percobaan
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan hasil kali kelarutan (Ksp) . ksp
senyawa dapat ditentukan dari percobaan dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang
dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. dalam keadaan itu,
kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Pada
percobaan ini kami menggunakan bahan yaitu Pb(NO3)2 dan KCl.
Langkah kerja yang kami lakukan ialah membuat larutan Pb(NO3)2 0,0075 M dan
larutan KCl 1 M terlebih dahulu masing-masing sebanyak 100 ml. Setelah itu memasukkan
10 ml Pb(NO3)2 kedalam tiap tabung reaksi yang telah disiapkan. Kemudian menambahkan
larutan KCl pada buret sebanyak 0,5 , 1,0 , 1,2 , 1,4 , 1,5 , 2,0 , 2,5 3,0 , 3,5 dan 4,0 ml.
Setelah dicampurkan, didiamkan selama 5 menit sampai terbentuknya endapan lalu diukur
temperaturnya, temperaturnya pada saat itu sebesar 29 C.
Langkah selanjutnya ialah pemanasan endapan, tabung reaksi yang didalamnya
terbentun endapan dipanaskan diatas hot plate dan tabung reaksi dijepit dengan menggunakan
penjepit dan dipanaskan di dalam gelas kimia. Pada saat pemanasan endapan harus dilakukan
pengadukan, yaitu dengan menggunakan pengaduk kaca. Pada saat pengadukan harus hati-
hati, apanila pengadukan pada larutan yang banyak seperti larutan dengan penambahan 4 ml
KCl. Jika tidak hati-hati maka larutan yang ada di dalam tabung reaksi akan masuk ke dalam
air di dalam gelas kimia. Pemanasan endapan ini di lakukan sampai larutan menjadi larut dan
tidak terbentuk lagi endapan. Setelah melakukan pemanasan endapan ,larutan diukur
temperaturnya lalu dicatat. Proses pemanasan endapan ini hanya dilakukan pada larutan yang
memiliki endapan, larutan yang tidak terbentuk endapan tidak perlu untuk dipanaskan.
Setelah itu menghitung ksp,log ksp dan 1/T pada masing-masing larutan dalam tabung reaksi.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 1,5 ml : - suhu = 70 oC
-ksp = 1,09 x 10-3
-log ksp = -2,962
-1/T= 2,915 x 10-3
2. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 2 ml : - suhu = 71oC
-ksp = 9,764 x 10-4
-log ksp = -3,010
-1/T= 2,906 x 10-3
3. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 2,5 ml : - suhu = 72 oC
-ksp = 8,64 x 10-4
-log ksp = -3,063
-1/T= 2,898 x 10-3
4. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 3 ml : - suhu = 73 o C
-ksp = 7,684 x 10-4
-log ksp = -3,114
-1/T= 2,890 x 10-3
5. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 3,5 ml : - suhu = 74 oC
-ksp = 6,876 x 10-4
-log ksp = -3,163
-1/T= 2,881 x 10-3
6. 10 ml Pb(NO3)2 dengan penambahan KCl 4 ml : - suhu = 78 oC
-ksp = 6,125 x 10-4
-log ksp = -3,212
-1/T= 2,849 x 10-3
7. jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan yang besar,maka dikatakan garam
tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam
sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.