Anda di halaman 1dari 17

1.

1 Tujuan

1. Mampu mengetahui cara kerja dari PLC (Power Line Carrier).

2. Mengetahui fungsi komponen – komponen yang ada di PLC (Power Line


Carrier).

3.

1.2 Latar Belakang

Setiap warga negara berhak memperoleh informasi, tidak terkecuali


masyarakat di desa dan kota. Di Indonesai sendiri perkembangan informasi
menjadi peran penting dalam pembangunan perekonomian, masalah yang
dialami di negara-negara berkembang seperti contohnya indonesia ini adalah
lambatnya pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah pedalaman yang
terkadang lebih susah menerima informasi yang cepat karena terkendalah
akses pendistribusian informasi. Pemerintah sebagai penanggung jawab
masyarakat atas hak menyediakan informasi bagi masyarakat namun dalam
akses penyedia informasi pemerintah harus memperhatikan aspek ekonomis
dalam membangun infrastruktur IT khususnya di daerah pedalaman.

Telekomunikasi adalah suatu sarana yang sangat dibutuhkan dan tidak


dapat dipisahkan dari suatu sistem pengaturan tenaga listrik secara terpusat.
Sarana telekomunikasi diperlukan untuk menerima informasi dan menyalurkan
perintah dari dan ke pusat pembangkit dan gardu induk.
Ada beberapa alternatif yang bisa memnuhi tuntutan tersebut, salah satu
alternatif lain yang dikembangan adalah PLC (Power Line Carrier) adalah
bentuk teknologi informasi melalui jaringan listrik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa infrastruktur IT hanya bisa dibangun pada suatu daerah jika pada daerah
itu sudah ada jaringan listrik dan sangat dimungkinkan aplikasi PLC dapat
memenuhi kebutuhan informasi seluruh masyarakat di tanah air tanpa
terkecuali.
1.3 ISI
1.2.1 PENGAMATAN SISTEM
Telekomunikasi adalah suatu sarana yang sangat dibutuhkan dan tidak
dapat dipisahkan dari suatu sistem pengaturan tenaga listrik secara terpusat.
Sarana telekomunikasi diperlukan untuk menerima informasi dan menyalurkan
perintah dari dan ke pusat pembangkit dan gardu induk. Salah satu jenis
peralatan telekomunikasi yang dipergunakan oleh PT PLN (Persero) untuk
keperluan tersebut adalah power line carrier (PLC).
PLC digunakan untuk keperluan hubungan telepon antar
gardu/pembangkit dan pusat pengatur beban, serta media transmisi untuk
teleinformasi data. PLC juga digunakan untuk keperluan teleproteksi.
PLC menggunakan saluran transmisi tenaga listrik tiga phasa sebagai
medium perambatan sinyal pembawa yang mengandung informasi. Untuk
mentransmisikan sinyal pembawa yang berfrekuensi tersebut menuju tempat
yang telah ditentukan, maka suatu jalur komunikasi PLC harus dibentuk pada
jaringan tenaga listrik.

1.2.2 KONSEP DASAR


Konsep dasar PLC adalah menumpangka sinyal data ke jaringan listrik
dengan teknik modulasi. Jaringan listrik di indonesia umumnya menggunakan
frekuensi 50 Hz, sedangkan sinyal data yang dimasukkan ke jaringan listrik
berfrekuensi 50MHz yang artinya 10 juta kali lebih besar, sehingga tidak ada
kondisi saling melemahkan. Hal ini dilakukan di gardu listrik distribusi

3
(distribution substation) yang bertegangan rendah 220 volt. Listrik yang masuk
ke konsumen, kemudian akan dipisahkan kembali antara sinyal listrik dengan
sinyal data.Pada gardu distribusi, tegangan tinggi diturunkan tegangannya dan
terhubung dengan infrastruktur komunikasi, baik berupa fiber, kabel coax,
jaringan nirkabel, maupun jaringan satelit. Repeater dipasang setiap jarak
sekitar 300 meter, untuk memperkuat dan meng-generate kembali sinyal yang
ditransmisikan.
Pada sisi pelanggan akhir dari jaringan, CAU (Customer Acces Units)
menghubungkan peralatan pengguna apakah itu telpon, komputer atau yang
lainnya, ke jaringan kabel listrik utama. CAU ini juga sebagai unit-unit
pengkondisi yang berfungsi untuk mengisolasi secara elektrik peralatan-
peralatan pengguna dari kabel listrik utama, juga untuk mengekstraksi sinyal
data dari arus listrik.
CAU ini dihubungkan ke infrastruktur komunikasi yang merupakan
tegangan rendah induk (240-415 volt). Pada substasiun listrik dimana jaringan
distribusi tegangan rendah berasal, sinyal-sinyal diinjeksikan ke dalam jaringan
tegangan rendah dari jaringan data konvensional eksternal (kabel tembaga
koaksial, kabel optik fiber, jaringan nirkabel, atau bahkan jaringan satelit). Jadi
meskipun komunikasi data dapat dipropagasi melalui kabel listrik, beberapa
jaringan konvensional harus tetap ada atau diinstal ke substasiun. Sampai saat
ini belum ada metoda yang ditemukan untuk melakukan propagasi sinyal-sinyal
data melalui jaringan tegangan tinggi (> 415 volt).
Secara khusus, frekuensi sinyal daya listrik adalah dalam range
50/60Hz. Dengan pengkondisian, sinyal-sinyal data ini dinaikkan ke frekuensi
ultra tinggi dalam range 500/600MHz, sehingga data dapat dilapiskan ke atas
kabel utama listrik tanpa terjadi kondisi saling melemahkan. Interferensi
diminimalkan dengan memecah arus data ke bentuk paket-paket sebelum
diinjeksikan ke dalam jaringan listrik. Sistem komersial dapat menawarkan laju
data digital dalam kecepatan kelipatan lebih dari 32 kbps ke maksimum arus
yang diperkirakan mencapai 1 Mbps. Laju data ini relatif sangat stabil, bebas

4
dari noise dan menawarkan spektrum-spektrum yang dapat digunaan dalam
range 6 dan 10 MHz ke para pelanggan akhir dari jaringan distribusi dan kira-
kira spektrum 20 MHz ke para pelanggan yang lebih dekat dengan substasiun.
Nilai tambah bagi perusahaan-perusahaan listrik adalah bahwa sekali teknologi
ini diimplementasikan akan memungkinkan mereka untuk memperoleh nilai
tambah ke jaringan mereka sendiri dengan berkemampuan untuk membaca
meteran listrik pintar dan mampu menyediakan peranti pengelolaan
demand/supply cerdas yang memberi kemampuan pada perusahaan dalam
mengimplementasikan sistem tarif yang inovatif ataupun sistem reward energi
yang lain.

Transmisi data menggunakan pembawa pada frekuensi tinggi pada jala


- jala listrik AC. Pada jala - jala listrik yang dapat disisipkan paket data dan
suara dalam gelombang listrik AC yang frekuensinya lebih rendah
dibandingkan gelombang listrik AC. Pada satu jala - jala listrik seolah-olah
terdapat dua kabel yang berbeda, kabel pertama terdapat daya, kabel yang
lainnya digunakan untuk transmisi data (Marzuki, 2008).

Gambar 1. Diagram blok teknik PLC (Dhiraj, 2012).

5
Teknik pengiriman data dengan teknik PLC merupakan menyisipkan
data pada tegangan listrik AC220V antara port komunikasi PC dengan
mikrokontroler seperti pada Gambar 1. Data dari mikro masih berupa data
digital, dimodulasikan terlebih dahulu untuk diubah menjadi frekuensi,
kemudian dikembalikan menjadi data digital kembali setelah melalui jala-jala
listrik (Dhiraj, 2012).

1.2.3 SKEMA PLC

Gambar 2. Skema PLC

1. PLCC Terminal = Suara dan Data Diterjemahkan menjadi High Frequency


Carrier. Daya Output = 10 ke 80W
- Mode operasi: Single Side Band ditekan Carrier
- Rentang frekuensi: 40 sampai 500kHz (diprogram dalam 4 kHz)
- AF Bandwidth: 4 kHz (Speech band = 300-3400 Hz)
- Transmitter RF output daya: 40W (46 dBm)
- Selektivitas Penerima : 70dB (300Hz dari batas band)

6
- Gambar penolakan Penerima> 80 dB
2. LMU (Line Matching Unit) = Untuk pencocokan impedansi antara garis dan
kabel koaksial, perlindungan tegangan tinggi termasuk perangkat seperti
drainase coil (20mH), keringanan arrestor (500V) dan saklar bumi.
3. Coupling Capacitor (C.C) = pembawa Pasangan frekuensi tinggi dengan Power
Line (4000 to10000pF)
4. Line Trap (L.T) = Jangan biarkan HF carrier yang ditransmisikan untuk masuk
dalam sub-stasiun. (L = 0,5 sampai 2mH) Dengan Jalur keluar HF carrier
perangkap mendapatkan sampingan melewati beberapa jalur lain di bar bus
yang sama dan dapat bocor ke tanah.
5. PLLC Terminal

1.2.4 Skema Pada Pelanggan PLC

Pelanggan / user merupakan pengguna dari fasilitas atau produk dari


PLC. Pada pelanggan ada dua cara yang dapat digunakan yaitu melalui provider
internet yag terhubung ke PLN atau dengan yang tidak seperti TELKOM.

a. PLC provider PLN

Gambar 3. PLC Provider PLN

Pada sistem pelanggan ini Router berada pada jalur di selesai dari Meter
(pengukur pengguna’an listrik). Pada setiap node (host) diperlukan bidge

7
atau jembatan dari sistem PLC ke jaringan komputer. Pada bridge ini juga
sebagai filter (HighPass) untuk meloloskan sinyal informasi. Terkecuali
alat yang khusus jaringan PLC. Modem pada jaringan ini berada router,
bride dan alat yang khusu untuk PLC sendiri seperti PLC AP.

b. PLC dengan Provider Telkom

Internet
Telkom
MODEM
Router

Gambar 4. PLC provider Telkom

Pada jaring an ini router dibuat di luar jalur listrik yang seterusnya di
sambungkan ke PLC bridge (sebagai penyambung dan modem). Dengan
fungsi alat yang lain seperti pada jaringan sebelumnya.

1.2.5 DISTRIBUSI JALA-JALA LISTRIK PLN

Pengiriman daya listrik pada perumahan melalui tiga tahapan, yaitu tahapan
pembangkitan, transmisi dan distribusi. Untuk mengurangi berkurangnya arus saat
proses pendistribusian karena derau, maka tegangan dinaikan dengan

8
menggunakan transformator. Proses ini menyebabkan pada masing-masing
tahapan memiliki level tegangan yang berbeda-beda.
Gambar 5. Diagram Sistem Tenaga Listrik (Marzuki,2008).

Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui lokasi penempatan filter data untuk


mendistribusikan data-data dari pelanggan ke kantor pusat PLN melalui kabel
tembaga koaksial, kabel fiber, atau bahkan jaringan satelit. Contoh penggunaan
PLC seperti terlihat pada Gambar 4. Modem pada PLC berada di Gardu Induk
dikarenakan kedua sinyal (informasi dan carrier) ada di tempat tersebut dan kedua
sinyal tersebut berdekatan sehingga mudah diproses.

Gambar 4. Skema Modulator - Demodulator PLC (Tosaphol, 2011).

1.2.6 MODULASI DATA

Modulasi adalah suatu proses penggabungan sinyal menjadi sebuah sinyal,


sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu informasi. Sinyal yang
digabungkan adalah sinyal frekuensi tinggi dengan sinyal frekuensi rendah. Sinyal
pembawa biasa di sebut sinyal pembawa (carrier). Beberaapa teknik modulasi
diantaranya AM (Amplitude Modulation), FM (Frequency Modulation), dan FSK
(Frequency Shift Keying) (Darware, 2012).

9
Frequency Shift Keying (FSK) adalah suatu teknik modulasi frekuensi suatu
sinyal digital logika 1 menjadi ber-frekuensi tertentu (misal f1 = 222 KHz), dan

sinyal digital logika 0 menjadi gelombang ber-frekuensi tertentu pula dengan


nilai frekuensi yang berbeda dengan f1 (misalnya f2 = 165KHz).

Gambar 5. Modulasi FSK (Tosaphol, 2011)

Dengan metode seperti ini, maka pengiriman data menjadi lebih efisien. Pada
logika “1” frekuensi ini disebut dengan frequency mark (fm) dan pada logika “0”
disebur frequency space (fs) dimana fm>fs (Tosaphol, 2011).

Sinyal informssi termodulasi FSK dengan tegangan 5 volt kemudian disalurkan


bersamaan dengan dengan gelombang listrik berfrekuensi 50 Hz bertegangan 220
volt pada jalur listrik sehingga penggambaranya seperti penumpangan. Sehingga
pada jalur listrik menyalurkan listrik 220 V dengan sinyal informasi.

10
I. PERALATAN PLC
1. KAPASITOR KOPLING
Kapasitor kopling tegangan tinggi adalah alat penghubung antara
peralatan sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dengan konduktor kawat
phasa yang bertegangan tinggi. Secara phisik alat ini terdiri dari susunan
beberapa elemen kapasitor mika/kertas yang dihubungkan secara seri serta
dicelupkan/direndam ke dalam minyak. Sebagai tempat kedudukan elemen-
elemen kapasitor dan minyak tadi, dibuat dari bahan dielektrik porselen yang
berbentuk silinder, dan bagian luar dibuat semacam sayap yang tersusun untuk
mencegah mengalirnya secara langsung curah hujan dari sisi tegangan tinggi
mengalir ke sisi tegangan rendah atau ke tanah yang bisa mengakibatkan
terjadinya hubung singkat. Gambar 1 memperlihatkan penampang dari
peralatan kapasitor kopling yang mendekati bentuk fisiknya, dengan susunan
kapasitor di dalamnya dihubungkan ke peralatan potensial transformator.
Kapasitor jenis ini sering disebut sebagai Capacitor Voltage
Transformer (CVT), yang digunakan untuk keperluan pengukuran tegangan,
dihubungkan dengan volt meter di panel kontrol. Untuk keperluan penyaluran
informasi dari terminal PLC ke saluran tegangan tinggi sebetulnya hanya
kondensatornya saja yang digunakan, sedangkan peralatan potensial
transformernya digunakan untuk keperluan pengukuran tegangan dan
keperluan proteksi sistem tenaga listrik, jadi CVT berfungsi ganda.

11
Gambar 6. Capacitor Voltage Transformer.
2. WAVE TRAP
Istilah lain yang dipakai untuk menyebut alat ini adalah Band Trap, Line
Trap, Blocking Coil. Wave trap digunakan untuk melalukan sinyal informasi
dari terminal PLC ke saluran udara tegangan tinggi, maka sangat diharapkan
agar saluran transmisi tersebut tampak seperti dua buah terminal komunikasi,
seperti yang sering ditemui pada saluran ko- munikasi biasa. Keadaan ini
sangat dibutuhkan oleh semua jenis sistem komunikasi yang selalu
menggunakan medium perambatan, apakah udara, kabel dan atau saluran
udara tegangan tinggi. Karena sistem PLC ini menggunakan saluran udara
tegangan tinggi sebagai media perambatannya, maka keadaan atau kondisi
saluran harus dijaga agar komunikasi ini tidak dipengaruhi oleh kondisi-
kondisi kesalahan atau perubahan yang terjadi pada sisi tegangan tingginya.
Untuk mempertahankan agar saluran transmisi tersebut betul-betul dapat
berfungsi sebagai antenna dengan tanpa adanya rugi-rugi sinyal perambatan,
maka wave trap dipasang secara seri antara saluran transmisi dengan peralatan
gardu induk.
Tugas utama wave trap adalah untuk memblok sedemikian rupa sehingga
frekuensi tinggi yang membawa informasi, baik yang dipancarkan dari
terminal PLC maupun yang dit erima dari terminal PLC lawannya, tidak
disalurkan/mengalir ke peralatan gardu induk. Untuk dapat melaksanakan
tugas tersebut, maka impedansi wave trap harus dapat melalukan frekuensi
rendah antara 50 ~ 60 Hz yang membawa arus listrik untuk keperluan sistem
tenaga listrik. Dengan demikian wave trap harus mempunyai sifat
berimpedansi rendah terhadap frekuensi jala-jala 50 Hz dan berimpedansi
tinggi terhadap frekuensi tinggi yang membawa sinyal informasi.
Karena pemasangan wave trap adalah secara seri dengan sistem tenaga
listrik, maka wave trap harus mampu mengalirkan arus listrik yang sesuai
dengan kemampuan dari penghantar/konduktor terhadap harga maksimum

12
dari arus yang diijinkan. Wave trap juga harus tahan terhadap tekanan-
tekanan, baik berupa panas, maupun mekanis yang ditimbulkan karena
mengalirnya arus kerja yang cukup besar atau karena adanya arus hubung
singkat yang mungkin terjadi pada sisi tegangan tingginya. Pada dasarnya
wave trap adalah suatu rangkaian resonansi parallel, yang terdiri dari tiga
macam komponen seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.

GI SUTT

Gambar 7. Diagram rangkaian Wave Trap


Keterangan gambar :
1. Kumparan utama
2. Arrester
3. Tuning Unit
a. Kumparan Utama

Merupakan bagian yang berfungsi menyalurkan arus listrik dari pembangkit


ke gardu induk. Sehingga kumparan harus dibuat sedemikian rupa agar
mampu dilalui arus sesuai dengan kemampuan konduktornya, dan perlu
diperhitungkan arus nominalnya (In). Arus nominal adalah arus maksimum
(rms) pada frekuensi 50 Hz dimana kumparan utama masih dapat dilaluinya
secara normal. Selain arus nominal atau arus kontinu, wave trap juga harus
didesain mampu terhadap arus hubung singkat yang mungkin dan biasa
timbul pada jaringan tegangan tinggi.

Dari kumparan utama ini akan dihasilkan suatu besaran induktansi dalam milli
Henry yang akan menghasilkan suatu resonansi untuk keperluan komunikasi.
Tergantung dari besarnya induktansi yang dibutuhkan, maka kumparan utama
dapat dibuat dalam bentuk silinder atau piringan.
b. Arrester
Alat ini berfungsi untuk mengamankan kumparan utama dan rangkaian
penala pada wave trap dari tegangan berlebihan yang mungkin terjadi akibat

13
sambaran petir pada saluran transmisinya. Untuk keperluan tersebut, alat ini
dipasangkan secara parallel dengan kumparan utama.
c. Tuning Unit (Rangkaian Penala)
Alat ini dihubungkan secara parallel dengan kumparan utama dan ditempatkan
dalam kumparan tersebut. Pada Gambar 7 memperlihatkan suatu kotak
rangkaian penala dan bagaimana alat ini harus disusun dalam suatu rangkaian,
untuk mendapatkan elemen penala yang berhubungan dengan lebar bidang
frekuensi yang akan di blok. Pemakaian alat ini adalah untuk menyediakan
harga impedansi secukupnya dari suatu wave trap, yaitu apakah untuk
memblok satu macam frekuensi saja atau dua macam frekuensi.
Menurut keperluan bidang frekuensi yang akan diblok, ada empat jenis wave
trap, yaitu :
a. tanpa penala
b. meredam satu macam frekuensi (Gambar 8)
c. meredam dua macam frekuensi (Gambar 9)
d. meredam banyak macam frekuensi

L = kumparan utama Rs = tahanan seri


C = kapasitor penala A = arrester

Gambar 8. Diagram WT untuk meredam satu frekuensi

G = Inductor K = Kapasitor

Gambar 9 . Diagram WT untuk meredam dua frekuensi

14
3. LINE MATCHING UNIT (LINE TUNER)
Line matching unit (LMU) digunakan untuk menghubungkan
kapasitor kopling dengan peralatan terminal PLC, dengan fungsi :
a. Menyesuaikan karakteristik impedansi saluran udara tegangan
tinggi dengan impedansi kabel coaxial yang menuju terminal PLC.
b. Menjaga peralatan terminal PLC terhadap tegangan dan arus lebih
yang mungkin timbul pada saluran tegangan tingginya.
c. Mengatur supaya reaktansi kapasitif kapasitor
kopling memberikan beban resistif bagi alat pemancar sinyal pembawa
tersebut.
Untuk dapat melaksanakan tugas -tugas diatas, peralatan LMU ini
dilengkapi dengan komponen sebagai berikut :
a. Transformator penyeimbang
b. Kumparan
c. Peralatan pengaman
d. Kondensator
e. Hybrid
Berdasarkan frekuensi kerja yang digunakan, LMU dibagi dalam
tiga macam :
a. ditala untuk satu macam frekuensi (Gambar 10)
b. ditala untuk dua macam frekuensi dari satu kabel coaxial
(Gambar 11)
c. ditala untuk dua macam frekuensi dari dua kabel coaxial
(Gambar 12)

Gambar 10. LMU ditala untuk satu macam frekuensi

15
Gambar 11. LMU ditala untuk dua macam frekuensi dari
satu kabel coaxial

Gambar 12. LMU ditala untuk dua macam frekuensi dari


dua kabel coaxial

Ketiga macam line turner diatas adalah termasuk ke dalam


kelas/kelompok penala resonansi/resonant tuner. Metoda lainnya yang
juga banyak digunakan adalah line tuner berbidang lebar/wide band tuner
(Gambar 12).
Jika lebih dari dua macam frekuensi atau banyak terminal PLC pada
saluran tegangan tinggi yang sama, maka diperlukan rangkaian
pengganti dari rangkaian resonansi, untuk melalukan bidang frekuensi
yang lebar, yang disebut sebagai Hi- Coupler.

Gambar 13. Wide Band Tuning

16
II. KENDALA APLIKASI PLC
Mengalirnya listrik pada suatu penghantar dapat menyebabkan terjadi jatuh tegangan
(Voltage Drop) pada penghantar tersebut, sehingga menyebabkan ketidakstabilan tegangan
atau selalu berfluktuasi. Juga tingkat laku fisik dari jaringan berubah setiap adanya peralatan
yang di on/off. Kondisi ini jauh berbeda dengan jalur telekomunikasi, yang dapat kita katakana
memiliki kestabilan, sehingga lalu lintas suara dan data memiliki sedikit kemungkinan untuk
terjadi kegagalan.
Kabel listrik juga merupakan system terbuka (open network) dimana sinyal bisa keluar
(jaringan listrik menupakan suatu antena) yang dapat mengganggu system komunikasi dan juga
terbuka dari luar, dimana sinyal/noise dari luar bisa masuk dan sistemnya mudah terganggu.
Kendala-kendala lain dari PLC, sebagai berikut :
1. Noise
Setiap jaringan listrik menerima sinyal listrik yang diradiasikan oleh alat-alat pada
jaringan tersebut dan diemisikan oleh sumber-sumber lainnya. Karena itu mengapa setiap
jaringan listrik dapat dikarakterisasikan oleh suatu yang kita sebut noise. Noise pada
saluran daya sebagian besar disebabkan oleh peralatan listrik yang terhubung ke saluran,
seperti proses switching penyuplai-penyuplai daya. Contoh noise tersebut bisa kita lihat
pada Gambar 13.

Gambar 14. Contoh Rasio Sinyal – Noise


Kualitas kirim suara dan data dipengaruhi oleh bandwidth, frekuensi yang digunakan
dan rasio sinyal-noise (SNR, signal to noise ratio). Bandwidth tinggi dicapai dengan
menggunakan kisaran frekuensi yang tinggi atau dengan menaikkan tingkat SNR. Untuk
menaikkan tingkat SNR, dibutuhkan injeksi sinyal yang lebih tinggi.
2. Atenuasi
Salah satu masalah utama dari PLC adalah atenuasi (peredaman) sinyal yang sangat
tinggi, terutama jika frekuensi kerjanya diatas kisaran puluhan MHz. Adanya atenuasi

17
akan menyebabkan penurunan tingkat sinyal pada suatu jarak tertentu, sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Sinyal peredaman sebagai fungsi jarak


3. Disturbansi
Pada system PLC juga sering terjadi berbagai macam disturbansi dari jaringan.
Jaringan tegangan rendah tidak dapat membangun transmisi data dan ada beberapa
kerugian untuk pemakaian dalam telekomunikasi. Karena itu jaringan PLC kelihatan
menjadi lebih terganggu dari pada jaringan komunikasi kawat lainnya. Karena aturan
regulasi yang ketat untuk radiasi elektromagnetik dari jaringan Power Line Communication
terhadap lingkungan, system ini harus bekerja dengan memanfaatkan saluran listrik untuk
menumpangkan sinyal suara dan data, tentunya dihadapkan kendala-kendala yang cukup
rumit. Hal ini disebabkan berbagai kenyataan bahwa Power Line Communication
mengambil tempat secara langsung pada jaringan dimana kebanyakan dari peralatan listrik
rumah tangga dioperasikan, akibatnya level noise pada jaringan akan menjadi tinggi. Level
noise bergantung pada sejumlah keadaan, seperti alam dan sumber-sumber buatan dari
radiasi elektromagnetik, struktur fisik dan parameter jaringan.
Beberapa kendala aplikasi yang terkait dengan jaringan listrik adalah noise, disturbansi
dan atenuasi, tentunya hal ini akan mempengaruhi kualitas dari pengiriman suara dan data,
sehingga diperlukan suatu metode modulasi yang mampu memberikan solusi
pemecahannya, daya sinyal yang sangat rendah. Hal itu membuat lebih sensitive terhadap
disturbansi dan system transmisi PLC harus menghadapi masalah ini. Sampai kini Signal
Noise to ratio cukup untuk menghindari disturbansi dalam jaringan, namun tidak ada
pemakaian metode khusus untuk melawan disturbansi.

18

Anda mungkin juga menyukai