Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN FAKTOR OVERLOAD DAN DECISION TO ERROR DENGAN TINDAKAN TIDAK

AMAN PADA PEKERJA PT. BHUMI RANTAU ENERGI

THE CORRELATION BETWEEN OVERLOAD, DECISION TO ERROR FACTORS, AND UNSAFE


ACT AMONG WORKERS IN BHUMI RANTAU ENERGI COMPANY

Aulia Septiana Rachim1, Ratna Setyaningrum2, Laily Khairiyati3


1
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakuktas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat 3 Bagian Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakuktas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakuktas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Email: auliaseptianarachim@yahoo.com

ABSTRAK

Tindakan tidak aman merupakan penyebab kecelakaan kerja yang terbesar yaitu sebesar 88%.
Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Bhumi Rantau Energi tahun 2015, diketahui terdapat 24
kasus kecelakaan kerja dengan 16 kasus diantaranya disebabkan karena tindakan tidak aman. Faktor
manusia memegang peranan penting dalam timbulnya tindakan tidak aman pada pekerja. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor overload (tekanan kerja, perasaan kelelahan
kerja, motivasi, stress kerja) dan faktor decision to error (persepsi dan pengetahuan) dengan tindakan
tidak aman. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang berjumlah 116 orang.
Sampel yang diteliti berjumlah 59 orang yang dihitung menggunakan rumus Lameshow dengan
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan uji fisher exact. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tekanan kerja (p=0,0001), perasaan kelelahan kerja (p=0,033), motivasi kerja (p=0,003), stress
kerja (p=0,004), persepsi (p=0,002) dan pengetahuan (p=0,022) dengan tindakan tidak aman. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor overload dan decision to error dengan tindakan
tidak aman pada pekerja di PT. Bhumi Rantau Energi. Pengadaan pelatihan, safety meeting, maupun
promosi K3 pada pekerja dapat meningkatkan kesadaran pekerja terkait budaya dan keselamatan
kerja.
Kata kunci: overload, decision to error, tindakan tidak aman.

Unsafe acts are the biggest causes of occupational accidents. As many as 88% of accidents are
caused by unsafe acts. Based on accident data of Bhumi Rantau Energi Company in 2015 there are
24 cases of occupational accidents with 16 cases are caused by unsafe acts. The human factor plays
an important role in the onset of unsafe acts. The purpose of this study is to determine the correlation
between overload factor (work pressure, work fatigue, motivation, job stress), decision to error factors
(perception and knowledge), and unsafe act among workers in bhumi rantau energi company. This is
an observational analytic research with cross sectional approach. The population of this research is all
employees as many as 116 people. Samples of this research is 59 respondents which calculated
using Lameshow sample calculation technique and using purposive sampling technique. The data
analysis in this study using fisher exact test. The results of this study show that there is a relationship
between the work pressure (p=0.0001), work fatigue (p=0.033), motivation (p=0.003), job stress
(p=0.004), perception (p=0.002) and knowledge (p=0.022) with the unsafe acts. It can be concluded
that there is a correlation between overload factor, decision to error factors, and unsafe act among
workers in Bhumi Rantau Energi Company. Training, safety meetings, and OHS promotion on workers
can increase awareness employees in safety culture.
Keywords: overload, decision to error, unsafe acts.

PENDAHULUAN
Batubara merupakan sumber energi produser dan pengeksport batubara terbesar di
alternatif yang dibutuhkan dunia saat ini. Menurut dunia dan menempati urutan ketiga produser
International Energy Agency (IEA) konsumsi terbesar batubara setelah Cina dan Amerika
batubara dunia akan terus mengalami Serikat, bedasarkan data dari BP (British
peningkatan1. Indonesia merupakan salah satu
Petroleum) Statistical Review of World Energy terlibat dalam kecelakaan dengan mengadopsi
tahun 20152. metode kerja "jalan pintas”10. Kelelahan kerja
Pertambangan mineral dan batubara adalah suatu kondisi yang disertai penurunan
merupakan salah satu subsektor usaha yang efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja.
memiliki kekhususan. Sebab, pertambangan Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan
mineral dan batubara mengandung potensi dan menambah tingkat kesalahan kerja. Motivasi
faktor bahaya dengan risiko yang tinggi3. kerja pada diri seseorang akan mempengaruhi
Menurut informasi berkala Direktorat Jenderal apakah dia akan mengerjakan setiap tugasnya
Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, di dengan baik atau sebaliknya, apakah dia akan
Indonesia sendiri masih banyak terdapat bertindak aman atau tidak 11. Stress dapat
kecelakaan kerja pada sektor pertambangan. mempengaruhi keadaan kognisi individu hingga
Pada tahun 2015, tercatat terdapat 154 kasus munculnya keadaan lupa (absentmindedness)
kecelakaan kerja pertambangan dengan jumlah yang mengakibatkan terjadinya kesalahan-
kecelakaan ringan 50 kasus, kecelakaan berat 79 kesalahan (errors) ketika melakukan pekerjaan12.
kasus dan meninggal dunia sebanyak 25 kasus4. Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat
PT. Bhumi Rantau Energi adalah merupakan salah satu unsur dalam kemajuan
perusahaan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja11.
produksi batubara yang terletak di dareah Pengetahuan yang tidak memadai mengenai
Rantau-Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan5. adanya risiko dan bahaya dan kecelakaan kerja
Menurut Data kecelakaan kerja PT. Bhumi akan membuat pekerja bersikap tak acuh serta
Rantau Energi periode 2015, diketahui terdapat mungkin akan melakukan tindakan yang tidak
24 kasus kecelakaan kerja dengan 16 kasus standar dan merugikan keselamatan dirinya13.
diantaranya disebabkan karena tindakan tidak Berdasarkan uraian diatas, maka
aman. Tindakan tidak aman yang dimaksud dilakukan penelitian untuk untuk mengetahui
berupa mengoprasikan peralatan dengan hubungan faktor overload (tekanan kerja,
kecepatan yang tidak sesuai, tidak disiplin dalam perasaan kelelahan kerja, motivasi, stress kerja)
pekerjaan, mengambil posisi yang salah, dan faktor decision to error (persepsi tentang
kegagalan dalam memperingati karyawan lain, tindakan tidak aman dan pengetahuan tentang
tidak menaati peraturan dan standar oprasional bahaya dan risiko di tempat kerja) dengan
prosedur yang ada6. tindakan tidak aman pada pekerja PT. Bhumi
Tindakan tidak aman merupakan Rantau Energi.
tindakan atau perbuatan dari seseorang atau
beberapa orang karyawan yang memperbesar METODE
kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap Rancangan penelitian yang digunakan
pekerja7. Dalam Teori sequential kecelakaan bersifat observasional analitik, dengan
kerja yang dikemukakan oleh H.W.Heinrich, menggunakan metode pendekatan cross
disebutkan bahwa tindakan tidak aman sectional karena pada pendekatan ini variabel
merupakan penyebab kecelakaan yang terbesar bebas dan variabel terikat diobservasi sekaligus
yaitu sebesar 88%, sisanya sebesar 10% pada waktu yang sama. Rancangan penelitian ini
merupakan unsafe condition atau kondisi tidak yaitu kuantitatif yang bersifat korelasi yang
aman dan sebesar 2% lainnya merupakan faktor digunakan untuk mengetahui hubungan faktor
yang tidak bisa dihindari8. overload (tekanan kerja, kelelahan kerja, motivasi
Menurut Petersen's, faktor-faktor yang kerja, stress kerja) dan decision to error (persepsi
mempengaruhi terjadinya tindakan tidak aman tentang tindakan tidak aman dan pengetahuan
tersebut antara lain berupa faktor overload yaitu tentang bahaya dan risiko di tempat kerja)
tekanan, kelelahan, motivasi, stress, alkohol dan dengan tindakan tidak aman14.
obat-obatan terlarang, faktor ergonomic traps Populasi penelitian ini adalah seluruh
yaitu tempat kerja yang tidak sesuai dan pekerja pertambangan batubara PT. Bhumi
ekspektasi yang tidak sesuai tentang tempat Rantau Energi yang berjumlah 116 orang.
kerja, dan faktor decision to error yaitu tidak Sampel minimum penelitian berjumlah ini
sadar melakukan kesalahan (persepsi tentang berjumlah 53 responden yang dihitung
tindakan tidak aman), salah menilai tentang risiko menggunakan rumus lameshow dan untuk
kerja (pengetahuan tentang bahaya dan risiko di menghindari terjadinya dropout pada responden,
tempat kerja) dan keputusan yang berkaitan maka jumlah sampel pada penelitian ini
dengan biaya dan waktu produksi9. ditambahkan menjadi 59 responden.
Tekanan kerja adalah perasaan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
ketegangan yang dihasilkan oleh volume menggunakan teknik purposive sampling.
pekerjaan yang melebihi kapasitas untuk dengan kriteria inklusi yaitu merupakan pekerja
menanganinya. Tekanan kerja meningkatkan yang bekerja pada bagian departemen Mine
kemungkinan bahwa seorang individu akan Operation.
Instrumen yang digunakan pada penelitian Kondisi lingkungan pekerjaan pertambangan
ini adalah berupa lembar kuesioner yang yang mengharuskan pekerja untuk bekerja di luar
digunakan untuk mengetahui hubungan faktor ruangan merupakan salah satu hal yang
overload (tekanan kerja, perasaan kelelahan mempengaruhi terjadinya kelelahan pada
kerja, motivasi kerja, stress kerja) dan faktor pekerja16.
decision to error (persepsi tentang tindakan tidak Sebanyak 43 responden (72,9%) memiliki
aman dan pengetahuan tentang bahaya dan motivasi kerja dengan kategori tinggi hal ini
risiko di tempat kerja) dengan tindakan tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang menyenangkan
aman yang sebelumnya telah diuji validitas dan para pekerja seperti baiknya sistem
reabilitasnya. kebijaksanaan di perusahaan, hubungan antar
personal pada pekerja yang baik, kondisi kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN dan sistem upah yang sesuai11.
Analisis Univariat Sebagian besar responden yaitu sebanyak
Berdasakan hasil kuisioner dari 59 48 responden (81,4%) memiliki stres kerja
responden, diperoleh hasil distribusi frekuensi dengan kategori ringan. Hal ini dipengaruhi oleh
dari setiap variabel yang diteliti pada pekerja PT. faktor lingkungan kerja yang baik, yang berupa
Bhumi Rantau Energi yang dapat dilihat pada kondisi fisik, manajemen kantor maupun
tabel 1. hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
Tabel 1. Distribusi frekuensi hasil kuisioner pada Namun, terdapat beberapa responden dengan
pekerja PT. Bhumi Rantau Energi kategori stres kerja berat, hal tersebut
kemungkinan dikarenakan walaupun sumber
Variabel Kategori n %
stres kerja bagi setiap individu adalah sama,
Berat 10 16,9 tetapi muncul tidaknya stres maupun tinggi
Tekanan kerja
Ringan 49 83,9 rendahnya tingkat stres tergantung pada
Perasaan Lelah 11 18,6 perbedaan individual17.
kelelahan kerja Kurang lelah 48 81,4 Sebanyak 53 responden (89,8%)
Rendah 16 27,1 memiliki persepsi dengan kategori positif.
Motivasi kerja
Tinggi 43 72,9 Pengalaman yang didapat selama masa kerja di
Berat 11 18,6 industri pertambangan, membaca safety alert
Stress kerja
Ringan 48 81,4 ataupun mendengarkan penjelasan mengenai
Negatif 6 10,2 lesson learned dari incident pada saat safety
Persepsi
Positif 53 89,8 meeting ataupun adanya program pelatihan yang
Kurang baik - - berkontribusi dalam pencegahan terjadinya
Pengetahuan Cukup 10 16,8 human error di tempat kerja telah mendukung
Baik 49 83,2 baiknya persepsi pada responden18.
Melakukan 8 13,6 Sebanyak 49 responden (83,2%) memiliki
Tindakan tidak
Tidak tingkat pengetahuan dengan kategori baik.
aman 51 86,4
melakukan Banyaknya responden yang memiliki tingkat
Sumber: Data Primer tahun 2016 pengetahuan baik tersebut berkaitan dengan
baiknya kegiatan komunikasi, informasi, dan
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa edukasi tentang keselamatan kerja di
sebagian besar responden memiliki tekanan pertambangan.
kerja dengan kategori ringan yaitu sebanyak 49 Sebanyak 51 responden (86,4%) tidak
responden (83,1%). hal ini dipengaruhi oleh telah melakukan tindakan tidak aman dan sebanyak 8
tersedianya karyawan yang cukup untuk responden (13,6%) melakukan tindakan tidak
melaksanakan pekerjaan yang dibutuhkan aman. Berdasarkan tabel, diketahui bahwa
sehingga beban kerja yang diberikan kepada responden yang tidak melakukan tindakan tidak
masing-masing individu sesuai dengan aman lebih banyak. Meskipun demikian, masih
kemampuan pekerja. Tekanan kerja individu ada pekerja yang berperilaku tidak aman pada
dapat diakibatkan oleh jenis tugas atau pekerjaan saat bekerja. Hal ini menunjukkan budaya dan
itu sendiri, model dan proses kerja, hasil kinerja keselamatan belum terbentuk secara
pekerjaan, yang diantaranya termasuk jam kerja, menyeluruh ke seluruh pekerja11.
tanggung jawab, beban kerja, standar dan
persyaratan kerja15.
Sebanyak 48 responden (81,4%) memiliki
kelelahan kerja dengan kategori kurang lelah. Hal
ini dipengaruhi tersedianya waktu istirahat yang
cukup bagi pekerja untuk beristirahat. Istirahat
kerja yang cukup bagi setiap pekerja sangatlah
penting. Meksipun deminikan, masih terdapat
beberapa responden dengan kategori lelah.
Analisis Bivariat yang artinya pekerja dengan perasaan kelelahan
Hubungan antara tekanan kerja dengan kerja katogori lelah memiliki kecendrungan untuk
tindakan tidak aman melakukan tindakan tidak aman sebesar 6,286
atau 6 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang
Tabel 2. Hubungan Tekanan Kerja dengan
memiliki perasaan kelelahan kerja dengan
Tindakan Tidak Aman pada pekerja
kategori kurang lelah.
PT. Bhumi Rantau Energi
Melakukan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Tekanan Tindakan p- yang dilakukan oleh Sovira (2015) yang
OR menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Kerja Tidak Aman value
Ya Tidak Total tingkat kelelahan dengan bertindak tidak aman.
Berat 6 4 10 Kelelahan dapat menyebabkan turunnya
0,000 35,25
1 0 konsentrasi seseorang, termasuk waktu reaksi
Ringan 2 47 49
melambat, mengurangi kewaspadaan,
Total 8 51 59 mengurangi kemampuan pengambilan
keputusan, gangguan selama tugas-tugas
Hasil uji statistik menunjukan bahwa kompleks, dan hilang kesadaran dalam situasi
Pvalue = 0,0001 < 0,05 sehingga keputusanya kritis19.
adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tekanan kerja dengan Hubungan antara motivasi kerja dengan
tindakan tidak aman pada pekerja PT. Bhumi tindakan tidak aman
Rantau Energi. Hasil uji statistik menunjukan nilai Tabel 4. Hubungan Motivasi Kerja dengan
OR (Odd Ratio) sebesar 32,250, yang artinya Tindakan Tidak Aman pada pekerja
pekerja dengan tekanan kerja katogori berat PT. Bhumi Rantau Energi
memiliki kecendrungan untuk melakukan Melakukan
tindakan tidak aman sebesar 32,250 atau 25 kali Motivasi Tindakan p-
OR
lebih besar dibandingkan pekerja yang memiliki Kerja Tidak Aman value
Ya Tidak Total
tekanan kerja dengan kategori ringan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Rendah 6 10 16 12,30
0,003
dilakukan oleh Pordanjani (2015) yang Tinggi 2 41 43 0
menyebutkan bahwa tekanan kerja ditemukan Total 8 51 59
memiliki korelasi positif yang signifikan dengan
tindakan tidak aman. Tekanan kerja yang berupa
Hasil uji statistik menunjukan bahwa
beban kerja yang berlebihan, kecepatan kerja
Pvalue = 0,003 < 0,05 sehingga keputusanya
yang berlebihan, dan keterbatasan waktu yang
adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
tersedia meningkatkan kemungkinan bahwa
ada hubungan antara motivasi kerja dengan
seorang individu akan terlibat dalam tindakan
tindakan tidak aman pada pekerja PT. Bhumi
yang tidak aman dengan mengadopsi metode
Rantau Energi. Hasil uji statistik menunjukan nilai
kerja short-cut (jalan pintas)10.
OR (Odd Ratio) sebesar 12,300 yang artinya
pekerja dengan motivasi kerja katogori rendah
Hubungan antara perasaan kelelahan kerja
memiliki kecendrungan untuk melakukan
dengan tindakan tidak aman
tindakan tidak aman sebesar 12,300 atau 12 kali
Tabel 3. Hubungan perasaan kelelahan Kerja
lebih besar dibandingkan pekerja yang memiliki
dengan Tindakan Tidak Aman pada
motivasi kerja dengan kategori tinggi.
pekerja PT. Bhumi Rantau Energi
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Melakukan
Perasaan Anggraini (2014) yang menunjukkan bahwa
Tindakan p-
Kelelahan OR terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan
Tidak Aman value
Kerja bertindak tidak aman. Motivasi kerja pada diri
Ya Tidak Total
Lelah 4 7 11 seseorang akan mempengaruhi apakah dia akan
Kurang 0,033 6,286 mengerjakan setiap tugasnya dengan baik atau
4 44 48 sebaliknya, apakah dia akan bertindak aman
lelah
atau tidak. Motivasi kerja yang dimiliki oleh setiap
Total 8 51 59
individu sangat mempengaruhi kualitas kerja.
Walaupun fasilitas memadaii, manajemen baik,
Hasil uji statistik menunjukan bahwa dan prosedur kerja baik, tanpa motivasi kerja
Pvalue = 0,033 < 0,05 sehingga keputusanya yang tinggi maka sulit memberikan hasil
adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang baik11.
ada hubungan antara perasaan kelelahan kerja
dengan tindakan tidak aman pada pekerja PT.
Bhumi Rantau Energi. Hasil uji statistik
menunjukan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 6,286
Hubungan antara stres kerja dengan tindakan dibandingkan pekerja yang memiliki persepsi
tidak aman kerja dengan kategori positif.
Tabel 5. Hubungan Stres Kerja dengan Tindakan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Tidak Aman pada pekerja PT. Bhumi Viyantimala (2010) yang menunjukkan ada
Rantau Energi hubungan antara persepsi dengan bertindak
Melakukan tidak aman. Persepsi adalah tahap awal atau
Stres Tindakan p- dasar yang dilakukan sebelum pada akhirnya
OR
Kerja Tidak Aman value seseorang berperilaku. Kegagalan dalam
Ya Tidak Total mempersepsikan suatu bahaya dengan baik
Berat 5 6 11 11,73 akan berdampak terjadinya tindakan tidak
0,004
Ringan 3 45 48 5 aman18. Persepsi yang baik terhadap
Total 8 51 59 keselamatan kerja dapat dijadikan landasan
untuk membentuk perilaku keselamatan yang
baik dengan didukung oleh komitmen
Hasil uji statistik menunjukan bahwa manajemen yang aktif21.
Pvalue = 0,004 < 0,05 sehingga keputusanya
adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Hubungan antara tingkat pengetahuan
ada hubungan yang antara stres kerja dengan dengan tindakan tidak aman
tindakan tidak aman pada pekerja PT. Bhumi Tabel 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Rantau Energi. Hasil uji statistik menunjukan nilai Tindakan Tidak Aman pada pekerja PT.
OR (Odd Ratio) sebesar 11,735 yang artinya Bhumi Rantau Energi
pekerja dengan stres kerja katogori berat Melakukan
memiliki kecendrungan untuk melakukan Tindakan p-
tindakan tidak aman sebesar 11,735 atau 11 kali Pengetah OR
Tidak Aman value
uan
lebih besar dibandingkan pekerja yang memiliki Ya Tidak Total
stres kerja dengan kategori ringan. Cukup 4 6 10
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian 0,022 7,500
Baik 4 5 49
Abiszah (2014) yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan Total 8 51 59
bertindak tidak aman20. Stres dapat
mempengaruhi keadaan kognisi individu hingga
munculnya keadaan lupa (absentmindedness) Hasil uji statistik menunjukan bahwa
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan- Pvalue = 0,022 < 0,05 sehingga keputusanya
kesalahan (errors) ketika melakukan pekerjaan12. adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan
Hubungan antara persepsi dengan tindakan responden tentang bahaya dan risiko di tempat
tidak aman kerja dengan tindakan tidak aman pada pekerja
Tabel 6. Hubungan Persepsi dengan Tindakan PT. Bhumi Rantau Energi. Hasil uji statistik
Tidak Aman pada pekerja PT. Bhumi menunjukan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 7,500
Rantau Energi yang artinya pekerja dengan tingkat pengetahuan
Melakukan katogori cukup memiliki kecendrungan untuk
Tindakan p- melakukan tindakan tidak aman sebesar 7,500
Persepsi OR
Tidak Aman value atau 7 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang
Ya Tidak Total memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori
Negatif 4 2 6 24,50 baik.
0,002
Positif 4 49 53 0 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Total 8 51 59 Shiddiq (2013) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
tidak aman dengan derajat kekuatan hubungan
Hasil uji statistik menunjukan bahwa sedang22. Peningkatan pengetahuan tidak selalu
Pvalue = 0,002 < 0,05 sehingga keputusanya menyebabkan perubahan perilaku, tetapi
adalah H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sangat penting diberikan sebelum
ada hubungan antara persepsi tentang tindakan individu melakukan suatu tindakan. Tindakan
tidak aman dengan tindakan tidak aman pada akan sesuai dengan pengetahuan apabila
pekerja PT. Bhumi Rantau Energi. Hasil uji individu menerima isyarat yang cukup kuat untuk
statistik menunjukan nilai OR (Odd Ratio) memotivasi dia bertindak sesuai dengan
sebesar 24,500 yang artinya pekerja dengan pengetahuannya18.
persepsi kerja katogori negatif memiliki
kecendrungan untuk melakukan tindakan tidak
aman sebesar 24,500 atau 24 kali lebih besar
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, diketahui terdapat hubungan antara
tekanan kerja (p=0,0001), perasaan kelelahan
kerja (p=0,033), motivasi kerja (p=0,003), stress
kerja (p=0,004), persepsi (p=0,002) dan
pengetahuan (p=0,022) dengan tindakan tidak
aman pada pekerja PT. Bhumi Rantau Energi.
Disarankan perlu adanya pelatihan, safety
meeting, maupun promosi K3 pada pekerja agar
dapat meningkatkan kesadaran pekerja terkait
budaya dan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sholihah Q. K3 batubara. Malang: UB Press, 2014.
2. British Petroleum. BP statistical review of world energy 2015. 64 th ed. Inggris: British Petroleum,
2015.
3. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Meningkatkan kinerja sub sektor minerba. Jakarta:
Warta Minerba, 2013.
4. Tim Pelayan Informasi Publik KESDM. Data statistik kecelakaan tambang tahun 2009 s.d 2016.
Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2016.
5. Company Profile PT Bhumi Rantau Energi. (http://www.suthraresources.com/), diakses pada
Tanggal 15/02/2016.
6. PT. BRE. Summary Sheet of Incident Details PT. Bhumi Rantau Energi Periode 2015. Kabupaten
Tapin, 2015.
7. Annishia FB. Analisis perilaku tidak aman pekerja konstruksi PT. PP (persero) di proyek
pembangunan tiffany apartemen Jakarta Selatan tahun 2011. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
8. Minarti ST. Gambaran faktor perilaku tidak aman pada pekerja PT. Krakatau engineering area
cook over plant (cop) proyek blast furnace PT. Krakatau steel (persero), tbk tahun 2015. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
9. Yates DW. Safety professional’s reference & study guide. 2th ed. Northwest: Taylor & Francis
Group, 2015.
10. Pordanjani TR, Ebrahimi AM. Safety motivation and work pressure as predictors of occupational
accidents in the petrochemical industry. Health Scope 2015; 4(4): 20-24.
11. Halimah S. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman karyawan di PT. Sim plant Tambun
II tahun 2010. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
12. Pratiwi AD. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan tidak aman (unsafe act) pada
pekerja di PT. X tahun 2011. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, 2012.
13. Purnamasari RI. Hubungan antara karakteristik individu, beban kerja mental, dan faktor
organisasi dengan substandart action (studi pada bagian pemeliharaan mesin 1 dan 2 PT. PJB
UBJ O&M PLTU Paiton 9 Kabupaten Probolinggo). Skripsi. Jember: Universitas Jember, 2015.
14. Notoadmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
15. Wisanto RAK. Analisis dampak locus of control pada tekanan kerja, kepuasan kerja dan kinerja
auditor (studi pada kantor akuntan publik di Semarang). Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2012.
16. Oesman TI, Simanjuntak RA. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja
Melalui Subjective Self Rating Test. Proceeding 11th National Conference of Indonesian
Ergonomics Society 2011: 268-276.
17. Pertiwiningsih HR, Puspasari D. Pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja karyawan di PT.
Telkom Surabaya Metro. Artikel Ilmiah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2013.
18. Vantimala L. Hubungan persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari bahaya
dropped object dengan perilaku tidak aman pada pekerja di rig pemboran lepas pantai “x” tahun
2010. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2010.
19. Sovira B. Prilaku tidak aman (unsafe behaviour) pada pekerja di unit material PT. Sango Cermics
Indonesia Semarang. Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro, 2010.
20. Abiszah I. Faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pekerja job pertamina-
petrochina East Java. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga, 2014.
21. Suyono KZ, Nawawinetu ED. Hubungan antara faktor pembentuk budaya keselamatan kerja
dengan safety behavior di PT. dok dan perkapalan Surabaya unit hull constructio. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health 2013; 2(1): 67–74.
22. Shiddiq S, Wahyu A, Muis M. Hubungan persepsi k3 karyawan dengan perilaku tidak aman di
bagian produksi unit iv Pt. Semen Tonasa tahun 2013. Artikel Ilmiah. Makassar: Universitas
Hasanuddin Makassar, 2013.

Anda mungkin juga menyukai