Siklus produksi berhubungan dnegan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini
meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dan jenis-jenis dan kualitas barang yang akan
diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta transaksi dan peristiwa yang
berkaitan dengan proses pabrikasi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini diminta untuk
produksi, dan berakhir ketika barang yang diproduksi ditransfer ke barang jadi. Transaksi yang
terjadi dalam siklus ini disebut sebagai transaksi pabrikasi (manufacturing transactions).
Siklus produksi saling berkaitan dengan tiga siklus lain berikut ini:
1) Siklus pengeluaran dalam pembelian bahan baku dan pembayaran berbagai biaya
overhead,
2) Siklus jasa personalia dalam pembayaran biaya tenaga kerja pabrik,
3) Diklus pendapatan dalam penjualan barang jadi.
Interaksi diantara siklus-siklus ini dan akun-akun utama yang dipengaruhi oleh transaksi
pabrikasi diperhatikan Gambar 16-1. Disini harus diperhatikan bahwa pengkreditan ke bahan
baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrikasi, pendapatan kepersediaan barang dalam proses,
dan ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat perpindahan biaya produksi yang sudah selesai dari
barang dalam proses ke barang jadi, berasal dari transaksi pabrikasi pada siklus produksi.
Terakhir, walaupun biasanya dianggap sebagai transaksi siklus pendapatan, namun pemindahan
biaya dari bang jadi yan diproduksi keharga pokok penjualan didasarkan atas data biaya yang
terakumulasikan dalam siklus produksi.
TUJUAN AUDIT
Dua kelompok tujuan audit akan dibahas dalam bagiaan ini:
1) Tujuan audit atas kelompok transaksi yang berkaitan dengan transaksi pabrikasi,
2) Tujuan audit atas saldo akun yang berkaitan dengan saldo persediaan serta harga pokok
penjualan.
Tujuan audit tertentu dalam setiap kelompok ini diperhatikan dalam Gambar 16-2.
Untuk menghindari tumpang tindih, maka pembahasan mengenai tujuan audit atas saldo akun
dan p rosedur audit yang berkaitan dengan persediaan yang dibeli telah ditangguhkan
kesiklus pengeluaran agar bias dibahas bersama dalam bab ini dengan persediaan yang
diproduksi. Demikian pula, pembahasan mengenai tujuan audit dan prosedur audit yang
berkaitan dengan harga pokok penjualan telah ditangguhkan ke bab siklus pendapatan,
menunggu pembahasan tentang asal mula biaya-biaya semacam itu melalui transaksi
pembelian dalam bab siklus pengeluaran dan transaksi pablikasi dalam bab ini. Jadi, sebagian
penjualan yang masing-masing telah dibahas dalam bab 15 dan 14, adalah relevan untuk
memenuhi tujuan audit atas saldo akun yang disajikan dalam Gambar 16-2. Beberapa contoh
spesifik akan disajikan dalam bagian- bagian berikut.
GAMBAR
Signifikan yang memerlukan volume yang cukup besar untuk menjamin profitabilitas.
Pemahaman ini merupakan hal yang penting dalam mengevaluasai kelayakan hasil-hasil
keuangan yang dilaporkan, terutama pada saat mengevaluasi tujuan audit seperti keberadaan
persediaan, menilai persediaan baik pada biaya historis maupun nilai realisasi bersih, apakah
klien memegang hak kepemilikan atas persediaan serta masalah penyajian dan
pengungkapan.
Sepanjang bagian 4 buku ini kita telah mengamati lima industri dan pentingnya setiap
siklus bagi industri tersebut.persediaan sebenarnya tidak material bagi industri-industri
seperti industri hotel dan sekolah.kedua industri ini merupakan industri jasa, dan audit atas
persediaan biasanya bias signifikan terhadap keseluruhan strategi auditdalam kedua hal
industri tersebut. Akan tetapi, dalam mengaudit took eceran, pabrikan peralatan rumah
tangga, dan pabrikan computer, audit atas persediaaan merupakan proses inti yang material
dan sangaat penting bagi keberhasilan entitas bersangkutan. Gambar 16-3 mengikhtisarkan
beberapa data kunci yang yang penting bagi industri ini.
Dalam setiap kasus, unsure persediaan merupakan hal yang material terhadap neraca
suatu entitas atau perusahaan. Walaupun demikian, setiap industri memiliki sifat yang unik
dalam hal jumlah hari yang diperlukannya untuk memutar persediaan. Selain itu, dalam
setiap kasus, jumlah hari perputaran persediaan juga sangat bervariasi diantara untuk
industri-industri tersebut, sehingga sangat penting untuk memahami keadaan klien dan
menemukan bukti yang mencukupi guna mendukung pendapat mengenai kewajaran
penyajian laporan keuangan. Pada saat mengevaluasi kewajaran penyajian laporan keuangan,
auditor biasanya akan mengevaluasi harga pokok penjualan dan marjin kotor ketika
mengaudit persediaan. Auditor harus menyadari bahwa jika persediaan ditetapkan terlalu
tinggi, maka harga pokok penjualan akan ditetapkan terlalu rendah dan marjin kotor ditetapak
terlalu tinggi. Salah saji yang sama yang tidak menetapkan harga pokok penjualan terlalu
rendah dan menetapkan persediaan terlalu tinggi akan menetapkan julmah hari perputaran
persediaan terlalu tinggi seta membuatnya terlihat memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memutar persediaan dari pada sebenarnya.
Karena pentingnya persediaan bagi kewajaran penyajian bagi sebagian besar pabrikan,
pedagang grosir, dan pedagang eceran, maka auditor dapat menggunakan prosedur analisis
untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah. Karena signifikannya jumlah
transaksi persediaan yang dilakukan oleh entitas-entitas ini, maka auditor akan sering
menekankan pada pendekatan penilaian tingkat resiko pengendalian yang lebih rendah
dakam situasi-situasi tersebut
160-161
Pengujian Pisah-Batas Transaksi Pembelian, Pabrikasi, dan Penjualan
Tujuan dan sifat dari pengujian pisah-batas penjualan serta pembelian masing-masing telah
dijelaskan di bab 14 dan 15, yaitu dalam hubungannya dengan audit atas saldo piutang usaha dan
hutang usaha. Kedua pengujian itu merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa
transaksi yang terjadi menjelang akhir tahun telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
Dalam sebuah perusahaan pabrikasi, juga harus dipastikan bahwa ayat jurnal telah dicatat dalam
periode yang tepat untuk transfer biaya barang yang bergerak di antara
1. Gudang dan departemen produksi,
2. Departemen produksi yang satu dengan yang lain, atau
3. Departemen barang dan barang jadi.
Dalam setiap kasus, auditor harus memastikan melalui inspeksi dokumen dan observasi fisik
bahwa pisah-batas pekerjaan administrasi dan pisah-batas fisik atas perhitungan persediaan telah
dikoordinasikan. Misalnya, jika auditor menetapkan suatu ayat jurnal yang mentransfer biaya lot
terakhir produksi yang sudah selesai selama periode berjalan ke barang jadi sudah dicatat, maka
ia harus menentukan bahwa barang itu, sekalipun masih dalam perjalanan, hanya dimasukkan
dalam perhitungan fisik persediaan barang jadi saja yaitu, barang itu tidak dihitung sebagai
bagian dari barang dalam proses, atau dihitung dua kali, atau sama sekali tidak dihitung. Bukti
yang diperoleh dari pengujian pisah batas ini berhubungan baik dengan asersi
eksistensi/keberadaan maupun keterjadian serta kelengkapan untuk saldo persediaan.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Sebagaimana telah diperlihatkan pada gambar 16-7, pengujian persediaan ini bersifat ekstensif,
terutama diwajibkannya prosedur pengamatan persediaan fisik klien dan pengujian yang
berkaitan.
Mengamati Perhitungan Persedian Fisik Klien
Pengamatan perhitungan persediaan sudah menjadi prosedur auditing yang diterima umum
selama lebih dari 50 tahun, prosedur ini diwajibkan apabila persediaan merupakan hal yang
material bagi laporan keuangan sebuah perusahaan serta praktis dan layak dilaksanakan,
pengamatan perhitungan persediaan ini bisa saja merepotkan, menghabiskan banyak waktu, dan
sulit bagi auditor, tetapi hal itu biasanya jarang terjadi.
Dalam melakukan prosedur auditing ini, klien memikul tanggung jawab untuk menghitung
persediaan. SAS 1 (AU 331.09), Piutang dan Persediaan, menyatakan bahwa dari pengujian
substantif ini, auditor akan memperoleh pengetahuan langsung mengenai efektivitas perhitungan
persediaan klien serta tingkat keandalan yang dapat diberikan atas asersi manajemen sehubungan
dengan kuantitas dan kondisi fisik persediaan. Dalam beberapa kasus, spesialis persediaan dari
luar perusahaan mungkin dipekerjakan oleh klien untuk menghitung persediaan. Apabila hal ini
terjadi, maka auditor juga harus hadir untuk mengamati perhitungan yang mereka lakukan karena
dari sudut pandang auditing, para spesialis itu pada dasarnya sama dengan karyawan perusahaan.
Pertimbangan audit pertama yang dapat diterapkan pada prosedur yang diwajibkan ini akan
dijelaskan dalam subbagian-subbagian berikut ini.
PENETAPAN WAKTU DAN LUAS PENGUJIAN
Penetapan waktu pengamatan persediaan tergantung pada sistem persediaan yang dianut
klien dan efektivitas pengendalian internal. Dalam sistem persediaan periodik, kuantitas
ditentukan melalui perhitungan fisik, dan semua perhitungan telah dilakukan pada tanggal
tertentu. Tanggal itu harus ditetapkan pada atau mendekati tanggal neraca, dan auditor biasanya
harus hadir pada penetapan tanggal itu.
Dalam sistem persediaan perpetual dengan pengendalian internal yang efektif, perhitungan fisik
dapat dilakukan dan dibandingkan dengan catatan persediaan pada tanggal interim. Apabila
catatan perpetual telah diselenggarakan dengan baik dan perbandingan dengan perhitungan fisik
telah dilakukan secara periodik oleh klien, maka auditor harus hadir untuk mengamati sampel
representatif dari perhitungan semacam itu. Dalam kasus seperti itu, prosedur ini dapat dilakukan
selama atau setelah akhir periode yang diaudit. Dalam perusahaan yang memiliki persediaan.