Peran Daerah Dalam Perjuangan Kemerdekaan
Peran Daerah Dalam Perjuangan Kemerdekaan
Perang ambarawa
Pertempuran di Ambarawa diawali kedatangan tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang. Pihak Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Ternyata Sekutu diboncengi oleh NICA. Insiden
bersenjata mulai timbul di Magelang. Kejadian itu meluas menjadi pertempuran setelah pasukan
Sekutu membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.
Gencatan senjata terjadi setelah Presiden Soekarno turun tangan. Akan tetapi, secara diam-
diam sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Mayor
Sumarto memimpin perlawanan TKR dan para pemuda menentang tentara Sekutu. Gerakan tentara
Sekutu berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini,
batalyon Polisi Istimewa di bawah pimpinan Onie Sastroatmodjo, dan batalyon dari Yogyakarta.
Dalam pertempuran di desa Jambu pada tanggal 26 November 1945 itu, Letkol Isdiman
(Komandan Resimen Banyumas) gugur. Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di Purwokerto) segera
mengambil alih pimpinan. Setelah mengadakan konsolidasi dengan para Komandan Sektor, Kolonel
Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu pada tanggal 12 Desember 1945.
Strategi Pertempuran di Ambarawa. Rencana dan strategi serangan disusun oleh para
pahlawan kita adalah sebagai berikut:
1. Serangan dilakukan mendadak dan serentak dari berbagai sektor.
2. Setiap komandan sektor langsung memimpin pelaksanaan serangan.
3. Pasukan badan perjuangan menjadi tenaga cadangan.
4. Serangan dimulai pada pukul 04.30, tanggal 12 Desember 1945.
Dalam waktu satu setengah jam, TKR sudah mengepung kota Ambarawa. Empat hari kemudian
tentara Sekutu mundur ke Semarang.