Anda di halaman 1dari 2

Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan yang telah dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan


hasil perjuangan seluruh bangsa Indonesia di seluruh tanah air. Berbagai monumen bersejarah yang
menggambarkan perjuangan daerah dalam melawan penjajahan membuktikan pernyataan tersebut.
Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangan rakyat di seluruh wilayah Indonesia.
Seluruh rakyat berjuang bersama untuk merebut hak bangsa yang diambil oleh penjajah. Semenjak
kedatangan bangsa Barat yang berawal dengan perdangangan bangsa Indonesia menerima dengan
terbuka karena semenjak dahulu sudah menjalin hubungan perdagangan dengan wilayah lain. Namun
dengan perubahan sikap bangsa Barat yang ingin menguasai dan menjajah Indonesia, maka
perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan hak tidak pernah kunjung padam.
Kedatangan bangsa Portugis, Belanda, dan Jepang di wilayah Indonesia yang diteruskan
dengan penjajahan, mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia di berbagai daerah. Perlawanan
selama penjajahan Portugis antara lain perlawanan rakyat Maluku dipimpin oleh Sultan Harun,
perlawanan rakyat Demak menyerang Malaka dipimpin oleh Pati unus dan menyerang Sunda Kelapa
dipimpin oleh Falatehan. Selama penjajahan Belanda banyak perlawanan antara lain perlawanan
rakyat Aceh dipimpin oleh Tjut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem, dan yang lain. Perlawanan
rakyat di Sumatera Utara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII. Perlawanan di daerah Jawa
dengan tokohnya seperti Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Agung, dan Pangeran Diponegoro. Di
Kalimantan rakyat melawan penjajahan dipimpin oleh Pangeran Antasari, perlawanan rakyat
Sulawesi dengan tokoh Sultan Hasanudin dan Maluku dipimpin oleh Pattimura,serta perlawanan
rakyat Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik.
Perjuangan merebut kemerdekaan mengalami perubahan strategi setelah kebangkitan
nasional 1908. Perjuangan yang sebelumnya bersifat fisik dan kedaerahan, menjadi perjuangan
dengan mengutamakan organisasi dan bersifat nasional. Kesadaran nasional bahwa perjuangan tidak
dapat hanya mengandalkan kekuatan fisik dan tergantung pada pemimpin, namun lebih
mengandalkan melalui pergerakan yang terorganisasi dan tidak tergantung pemimpin. Perjuangan
memerlukan persatuan seluruh rakyat Indonesia dan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada saat
perjuangan ini berdirilah oraganisasi perjuangan di beberapa daerah seperti Jong Minahasa, Jong
Islamiten Bond, Jong Ambon, Budi Utomo, Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan sebagainya.
Juga muncul tokoh asal daerah di Indonesia yang menjadi tokoh nasional seperti Soekarno,
Mohammad Husni Thamrin, Muhammad Hatta, Liem Koen Hian, Andi Pettarani, A.A Maramis,
Latuharhary, dan tokoh nasional yang lain Perjuangan ini terus berlanjut setelah kemerdekaan untuk
mempertahankan kemerdekaaan dari keinginan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Berbagai
peristiwa sejarah mencatat kegigihan para pejuang Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Seperti
peristiwa pertempuran Ambarawa, peristiwa Bandung Lautan Api, perang gerilya Jenderal
Soedirman, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, dan peristiwa perjuangan yang lain.

Perang ambarawa
Pertempuran di Ambarawa diawali kedatangan tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang. Pihak Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Ternyata Sekutu diboncengi oleh NICA. Insiden
bersenjata mulai timbul di Magelang. Kejadian itu meluas menjadi pertempuran setelah pasukan
Sekutu membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa.

Gencatan senjata terjadi setelah Presiden Soekarno turun tangan. Akan tetapi, secara diam-
diam sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Mayor
Sumarto memimpin perlawanan TKR dan para pemuda menentang tentara Sekutu. Gerakan tentara
Sekutu berhasil ditahan di desa Jambu berkat bantuan dari resimen kedua yang dipimpin M. Sarbini,
batalyon Polisi Istimewa di bawah pimpinan Onie Sastroatmodjo, dan batalyon dari Yogyakarta.
Dalam pertempuran di desa Jambu pada tanggal 26 November 1945 itu, Letkol Isdiman
(Komandan Resimen Banyumas) gugur. Kolonel Soedirman (Panglima Divisi di Purwokerto) segera
mengambil alih pimpinan. Setelah mengadakan konsolidasi dengan para Komandan Sektor, Kolonel
Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu pada tanggal 12 Desember 1945.
Strategi Pertempuran di Ambarawa. Rencana dan strategi serangan disusun oleh para
pahlawan kita adalah sebagai berikut:
1. Serangan dilakukan mendadak dan serentak dari berbagai sektor.
2. Setiap komandan sektor langsung memimpin pelaksanaan serangan.
3. Pasukan badan perjuangan menjadi tenaga cadangan.
4. Serangan dimulai pada pukul 04.30, tanggal 12 Desember 1945.
Dalam waktu satu setengah jam, TKR sudah mengepung kota Ambarawa. Empat hari kemudian
tentara Sekutu mundur ke Semarang.

Anda mungkin juga menyukai