Anda di halaman 1dari 58

REGULASI HORMON

REPRODUKSI
R. I’TISHOM
DEPT. BIOLOGI KEDOKTERAN
FK UNAIR
2014
TUJUAN KULIAH :
 Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa S1
Bidan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga diharapkan mampu menjelaskan
materi Regulasi hormon reproduksi manusia.
PENDAHULUAN
 Hormon adalah substansi kimia yang
disekresi oleh kelenjar endokrin, berfungsi
mengatur proses tubuh.
 Hormon dibawa ke organ target spesifik dan
ke jaringan oleh aliran darah.
 Sebagian besar hormon merupakan protein
yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya
merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivat dari kolesterol.
PENDAHULUAN
 Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa
memicu respon tubuh yang sangat luas.
 Hormon terikat kepada reseptor di
permukaan sel atau di dalam sel.
 Ikatan antara hormon dan reseptor akan
mempercepat, memperlambat atau merubah
fungsi sel.
 Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi
dari organ secara keseluruhan.
SUSUNAN KIMIA HORMON:
 Peptida : Follicle stimulating hormone (FSH)
dan luteinizing hormone (LH)

 Steroid : Testosteron, Estrogen dan


Progesteron
Prinsip hormon
 Sebagian besar
hormon bersirkulasi
melalui darah 
sel
 Hormon akan
mempengaruhi sel
yang mempunyai
reseptor khusus
terhadap hormon
tersebut
 Sel tersebut
dinamakan Sel
target
MEKANISME AKTIVITAS HORMON
MEKANISME AKTIVITAS
HORMON
MEKANISME AKTIVITAS
HORMON
RESEPTOR HORMON
REPRODUKSI
1. Reseptor di membran sel :
- FSH,
- LH,
- hCG

2. Reseptor intrasel :
- Estrogen,
- Progestin,
- Androgen
Hubungan hipotalamus dan
pituitari
Hubungan hipotalamus dan
pituitari
Hipotalamus:
• Bagian integral otak berhubungan dengan
kelenjar hipofisis.
• Menghasilkan bermacam-macam hormon

• Mengatur fungsi kelenjar hipofisis.


EFEK HORMON DARI
KELENJAR PITUITARI
SISTEM KELENJAR
1. Kelenjar Eksokrin

Mengeluarkan sekresi melalui saluran (duktus) :


 Kelenjar keringat

 Kelenjar lemak

 Kelenjar sistem pencernaan


SISTEM KELENJAR
2. Kelenjar Endokrin (kelenjar buntu)

 Tidak mempunyai saluran


 Sekresi → ke dalam sistem pembuluh darah
 Hormon adalah senyawa yang dihasilkan
- mempunyai target organ
- target organ mempunyai reseptor
- target organ biasanya jauh dari tempat disintesis
TIPE SIGNALING HORMON
TIPE SIGNALING HORMON
 Endokrin oleh kelenjar/ jaringan → sistem
sirkulasi darah → jaringan lain.
 Parakrin → organ sama jaringan berbeda.
 Otokrin →organ dan jaringan yg sama.
1. Sinyal Endokrin

 Sinyal endokrin secara khusus


disebut hormon, mempunyai jarak tempuh
yang sangat jauh dari organ endokrin tempat
sintesis molekul dengan sel target.
 Hormon biasanya dibawa
oleh darah mengarungi jarak tempuh yang
jauh tersebut.
2. Sinyal Parakrin

 Molekul isyarat parakrin yang dilepaskan oleh


sebuah sel hanya berpengaruh terhadap sel
target yang berada disekitarnya.
 Salah satu contoh isyarat parakrin adalah
pulsa elektrik yang dilepaskan oleh neuron ke
sel saraf yang lain, dan dari neuron ke sel
otot.
2. Sinyal Parakrin
 Saat teraktivasi oleh isyarat parakrin dari sel
saraf lain, neuron mengirimkan impuls
elektrik secara cepat di sepanjang akson;
ketika impuls mencapai ujung akson, ujung
saraf akan mensekresikan isyarat kimiawi
yang disebut neurotransmiter.
 Sinyal ini disekresikan ke cell
junctions khusus yang disebut chemical
synapses.
2. Sinyal Parakrin
 Proses transduksi oleh akson
memungkinkan sel saraf untuk melakukan
regulasi terhadap sel target seperti sel
otot yang terletak jauh sekali dari pusat saraf.
 Contoh :
- asetilkolin, epinefrin (adrenalin)
3. Sinyal Otokrin
 Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana
dia disintesis disebut sebagai fungsi Otokrin.
 Secara khusus kerja otokrin pada sel kanker
yang mensintesis berbagai produk onkogen
(gen yang mempromosikan kanker) yang
bertindak dalam sel yang sama untuk
merangsang pembelahan sel dan
meningkatkan pertumbuhan kanker secara
keseluruhan.
FUNGSI HORMON
 Mengontrol Tingkat Aktivitas Jaringan Target
dengan Jalan :
1. Mengubah Reaksi Kimia dalam Sel
2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel
terhadap bahan spesifik

HOMEOSTASIS
HORMON HIPOTHALAMUS
Hormon hipotalamus yang mengatur hipofisis anterior
ada 7 yaitu:
1.Growth-releasing hormone (GRH),golongan peptida,
fungsi: merangsang hipofisis anterior untuk
mensekresi growth hormone (hormon per-
tumbuhan
2.Growth-inhibiting hormone (GIH), menghambat
growth hormone apabila sekresinya telah
berlebihan.
HORMON PRIA
3. Thyrotropin-releasing hormone (TRH)
golongan tripeptida, fungsi: merangsang hipofisis
anterior untuk memproduksi hormon tiroid
(TSH=tiroid stimulating hormone)

4. Cortico-releasing hormone (CRH) polipeptida,


fungsi: merangsang hipofisis anterior untuk
menghasilkan adenocortico tropic hormone (ACTH)
HORMON PRIA
5. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH),
strukturnya decapeptida,

Fungsi : merangsang hipofisis anterior


mensekresi follicle stimulating
hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH).
HORMON REPRODUKSI PRIA
Fungsi Testis :

1. Kelenjar eksokrin menghasilkan sperma.


2. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon
androgen atau testosteron.
HORMON REPRODUKSI PRIA
Apabila seorang pria telah pubertas, maka
hormon reproduksinya mulai dihasilkan.
Hipotalamus akan mensekresi hormon GnRH,
dan GnRH akan merangsang Hipofisis anterior
untuk memproduksi FSH dan LH.
SISTEM HORMON
REPRODUKSI PRIA
HORMON REPRODUKSI PRIA
Fungsi hormon reproduksi pria :
a. Follicle stimulating hormone (FSH)
1. Merangsang proses spermatogenesis yaitu proses
spermatogonia, spermatosit I, spermatosit II, spermatid,
spermatozoa.

2. Bekerja pada sel Sertoli yang terletak dalam tubulus seminiferus


testis yaitu akan merangsang sel Sertoli untuk memproduksi
androgen binding protein (ABP).
Fungsi ABP membawa testosteron ke dalam cairan lumen
tubulus seminiferus, di dalam lumen tubulus seminiferus
testosteron mengontrol proses spermatogenesis pada
pembelahan meiosis dan proses
spermiogenesis
HORMON REPRODUKSI PRIA
b. Luteinizing hormone (LH)
LH = interstitial cell stimulating hormone
(ICSH), pada pria LH disekresi oleh
hipofisis anterior, LH merangsang sel
Leydig untuk menghasilkan hormon
androgen (hormon seks pria) atau
testosteron.
HORMON REPRODUKSI PRIA
c. Testosteron :

1. Mengatur perkembangan ciri seks sekunder pria seperti


pertumbuhan kumis, tumbuh rambut didaerah vital dan
terjadi perubahan suara.
2. Mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan
meiosis dan proses spermiogenesis.
3. Merangsang kelenjar prostat untuk mensekresi asam
sitrat.
4. Merangsang vesika seminalis untuk mensekresi cairan
vesika seminalis.
5. Meningkatkan rangsangan seks pria.
Hormon yang berperan
pada spermatogenesis
1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH)
2. Follicle stmulating hormone (FSH)
3. Luteinizing hormone (LH)
4. Testosteron
5. Growth hormone (GH), penting untuk
mengontrol latar belakang fungsi metabolik
testis terutama merangsang pembelahan
awal dari spermatogonia dan tanpa GH
spermatogenesis tidak terjadi.
HORMON REPRODUKSI
WANITA
Fungsi Ovarium:

1.Sebagai kelenjar eksokrin menghasilkan


oosit.

2.Sebagai kelenjar endokrin menghasilkan


hormon estrogen dan progesteron.
HORMON REPRODUKSI
WANITA
Seorang gadis yang telah pubertas,
hipotalamusnya yang terletak pada bagian
integral otak akan mensekresi GnRH dan
hormon ini akan merangsang hipofisis
anterior untuk menghasilkan FSH & LH.
SISTEM HORMON
REPRODUKSI WANITA
HORMON REPRODUKSI
WANITA
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Oosit awalnya dilapisi oleh folikel primordial.
Sel folikel akan mengadakan proliferasi sehingga
terbentuk beberapa lapisan.
Mulai oosit dilapisi 1 lapis sel folikel disebut folikel
primer, 2 lapis- folikel sekunder, 3 lapis atau lebih
folikel tersier dan apabila antara ovum dengan sel
folikel terdapat ruang/rongga yang disebut antrum
fase ini disebut folikel de Graaf.
HORMON REPRODUKSI
WANITA
b. Luteinizing hormone (LH)
LH bersama-sama dengan FSH akan
merangsang pematangan ovum dan ovulasi.
HORMON REPRODUKSI
WANITA
C. Estrogen (hormon ovarium)
dihasilkan oleh sel-sel folikel.
Fungsi estrogen: proliferasi dan penebalan dinding
endometrium & sel-sel spesifik di dalam tubuh yang
bertanggung jawab pada perkembangan
karakteristik seks sekunder wanita.
contoh : pembesaran payudara, pinggul, tumbuh
rambut pada alat vital dan di ketiak.
Estrogen = hormon seks wanita, dibawah pengaruh
hormon ini terjadi penebalan dinding endometrium,
sehingga fase ini disebut fase proliferasi
MENSTRUASI
 Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim
(endometrium) yang disertai dengan
perdarahan dan terjadi secara berulang
setiap bulan kecuali pada saat kehamilan.
 Siklus menstruasi dibagi 3 :
- Fase Folikuler
- Fase Ovulatoir
- Fase Luteal
1. Fase Folikuler
 Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH
meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi).
Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium.

 Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit


meningkat sehingga merangsang pertumbuhan
sekitar 3-30 folikel yang masing-masing
mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang
terus tumbuh, yang lainnya hancur.
1. Fase Folikuler
 Pada suatu siklus, sebagian endometrium
dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron.
 Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling
atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
 Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7
hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang
sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya
tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat.
2. Fase Ovulatoir

 Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan


pada fase ini dilepaskan oosit. oosit biasanya
dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan kadar LH.

 Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan


ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan oosit.
Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan
nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya; nyeri ini
dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal

 Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung


selama sekitar 14 hari.
 Setelah melepaskan oositnya, folikel yang pecah
kembali menutup dan membentuk korpus luteum
yang menghasilkan sejumlah besar progesteron.
 Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit
meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi
sampai siklus yang baru dimulai.
 Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk
memperkirakan terjadinya ovulasi.
3. Fase Luteal

 Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan


siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi
pembuahan.
 Jika oosit dibuahi, korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (human chorionic
gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus
luteum yang menghasilkan progesteron sampai
janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri.
 Tes kehamilan didasarkan kepada adanya
peningkatan kadar HCG.
SIKLUS MENSTRUASI
Progesteron
Setelah fase proliferasi dari sel folikel maka
terjadi ovulasi, diikuti tahap berikutnya korpus
hemoragikum berisi gumpalan darah,
keadaan ini tidak berlangsung lama dan
segera diisi oleh sel-sel Lutein disebut korpus
Luteum.
Sel-sel Lutein akan mensekresi hormon
progesteron dan fase ini disebut fase sekresi.
Progesteron
Progesteron bersama estrogen merangsang
penebalan dinding endometrium.
Fase ini berlangsung kurang lebih satu minggu
kemudian fase sekresi ini berakhir diikuti oleh
fase iskhemi dan fase menstruasi, ditandai
dengan degenerasi korpus Luteum sehingga
progesteron tidak diproduksi lagi dan
menyebabkan dinding endometrium rontok dan
terjadi pendarahan disebut fase menstruasi.
Progesteron
Korpus Luteum mengalami degenerasi ditandai
dengan meningkatnya pigmen lemak dalam
korpus yang kemudian akan masuk jaringan
fibrosa, sehingga berwarna keputihan dan
disebut korpus albikan.
Prolaktin
 Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa,
menyebabkan kelenjar susu di payudara
menghasilkan susu.

 Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa


untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin.

 Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin


yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu
sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
INHIBIN – AKTIVIN dan
FOLISTATIN
Inhibin, aktivin dan folistatin adalah peptida yang diproduksi
ovarium, testis, hipofisis dan plasenta yang mempengaruhi
fungsi gonadotropin.

Inhibin berperan menurunkan fungsi gonadotropin.

Aktivin berperan dalam menstimulasi fungsi gonadotropin.

Folistatin adalah peptide hipofisis dan perannya adalah inhibisi


gonadotropin namun potensinya hanya sepertiga inhibin.
Steroid gonad menggunakan kontrol umpan balik negatif dalam
mengendalikan sintesa dan sekresi FSH dan LH. Pada sel-sel
gonadotropin di hipofisis dan sejumlah neuron hipotalamus
memiliki reseptor estrogen, progesteron dan androgen.
MEKANISME KERJA
GONADOTROPIN
 Reseptor hormon glikoprotein terdapat pada
membran plasma sel target di gonad.
 Ditemukan reseptor FSH dan LH yang berbeda.
Reseptor LH dan FSH terdapat di dalam membran
plasma sel granulosa, sel ovarium dan sel Sertoli di
Testis.
 FSH menyebabkan proliferasi sel granulosa di
sekitar folikel yang sedang berkembang dan
biosintesis estrogen oleh sel ini.
MEKANISME KERJA
GONADOTROPIN
 Setelah ovulasi, sel theka sekeliling folikel
ovarium yang sudah pecah diubah menjadi
corpus luteum.
 Corpus Luteum merespon stimulasi LH
dengan memproduksi progesteron.
 Pada pria, FSH menstimulasi
spermatogenesis dalam epitel seminiferus
dan produksi “androgen binding androgen”,
terjadinya aromatase dan inhibin oleh sel
Sertoli.
MEKANISME KERJA
GONADOTROPIN
 LH menstimulasi produksi testosteron oleh
sel Leydig.
 Testosterone meningkatkan maskulinisasi
pada lokasi target perifer setelah dikonversi
menjadi metabolit yang lebih poten yaitu
dehidrotestosteron – DHT.
REFERENSI
 Lewis, V. 2007. Reproductive Endocrinology
and Infertility. Landes Bioscience. Austin,
Texas, USA.
 Nieschlag E.,HM. Behre., S. Nieschlag. 2010.
Andrology : Male reproductive health and
dysfuction. Springer-Verlag Berlin.
 ritishom@yahoo.com
 Hp 08121644432
 031-72539371

Anda mungkin juga menyukai