PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi
dan ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-
70% dari seluruh kasus akut abdomen diluar appendisitis akut. (1)
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian
dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun
kronis, parsial maupun total. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering adalah karsinoma,
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi mengenai
usus halus. Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau
sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi
intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah hernia inkarserata dan
penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembadahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.(2,3)
1
BAB II
1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan cukup
mobile.
2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars superior
duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian medialnya terdapat
ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi. Terletak di
retroperitoneum
2
Gambar 2.1. Bagian duodenum
Sekitar dua perlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
bagian akhirnya adalah ileum. Jejenum dan ileum digantung oleh mesenterium
yang merupakan lipatan peritoneum yang menyokong pembuluh darah dan
limfe yang menyuplai ke usus. Secara histologi, ileum memiliki plak peyeri dan
jejenum memiliki lapisan mukosa yang lebih tebal yang disebut plica sirkulare.
Lapisan submukosa terdiri dari pembuluh darah dan pleksus Meissner. Lapoisan
muskularis propria terdiri dari lapisan otot yaitu lapisan otot sirkular dan lapisan
otot longitudinal dan pleksus myenteric Auerbach. Lapisan serosa menyelimuti
organ dalam rongga peritoneum yang disebut peritoneum visceral.(5)
B. Kolon
5
Gambar 2.4. Perdarahan dan histologi usus besar
Aliran balik vena usus besar melalui vena mesenterica superior, vena
mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior yang bermuara ke vena
porta. Vena hemoroidalis media dan inferior menuju ke vena iliaka.(7)
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan penyerapan
nutrisi, air, elektrolit, dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, HCL, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung terhadap
makanan yang masuk. Proses ini berlanjut ke dalam duodenum terutama oleh kerja
enzim enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat memberikan perlindungan terhadap
asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzi-enzim. .(1,4)
Getah yang dikeluarkan oleh usus halus yang disebut sukus enterikus tidak
mengandung eenzim pencernaan apapun. Enzim-enzim pencernaan yang disintesis
oleh usus halus bekerja secara intrasel di dalam membran brush border sel epitel.
Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan karbohidrat dan protein sebelum masuk
ke dalam darah.(4)
Pencernaan lemak terjadi di lumen usus halus oleh lipase pankreas. Karena tidak
larut air, produk pencernaan lemak harus mengalami beberapa transformasi yang
memungkinkan diserap secara pasif dan masuk ke limfe. Sebagian besar garam
empedu dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu
pencernaan lemak, yang akan direabsorpsi dalam ileum terminal dan masuk kembali
ke hati. (4)
Mukosa usus halus memiliki adaptasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan
penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak
tonjolan berbentuk jari,vilus, yang juga terdapat mikrovilus / brush border. Vilus
dan mikrovilus ini meningkatkan luas permukaan yang teredia untuk menyimpan
enzim enzim dan untuk melaksanakan penyerapan aktif dan pasif. Mukosa usus ini
diganti setiap 3 hari untuk memastikan adanya sel sel epitel yang sehat dan
fungsional.(4)
Usus halus menyerap hampir semua nutrisi dari makanan yang masuk dan getah
pencernaan yaitu sekitar 9 L per hari, dalam bentuk H2O dan zat zat terlarut termasuk
vitamin, elektrolit, hanya sejumlah kecil cairan dan residu makanan yang tidak dapat
diserap (sekitar 500ml) yang lolos ke usus besar. Sebagian besar penyerapan
7
berlangsung di duodenum dan jejenum, sangat sedikit yang berlangsung di ileum
karena sebagian besar penyerapan sudah selesai sebelum isi lumen sampai ke ileum.
Bila ileum terminal diangkat, penyerapan vitamin B12 dn garam emepedu akan
terganggu karena mekanisnme transportasi kusus hannya terdapat pada daerah
ini.(1,4)
Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, yaitu ileum terminal, akan
mengosongkan isisnya ke dalam sekum. Pertemuan ini membentuk katup ileosekum
yang dikelilingi oeh otot polos tebal, sfingter ileosekum. Tekanan di sisi sekum
mendorong katup tertutup dan menyebabkan sfingter berkontraksi. Hal ini mencegah
isi kolon yang penuh bakteri mencemari usus halus yang kaya akan nutrien. Sebagai
respon terhadap tekanan di sisi ileum dan terhadap hormon gastrin yang disekresikan
sewaktu makanan baru masuk ke lambung, sfingter membuka dan memungkinkan
isi ileum memasuki usus besar.(4)
Dalam keadaan normal, kolon menerima sekitar 500ml kimus dari usus halus
setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak
dapat dicerna (misal selulosa), empedu yang tidak dapat diserap, dan sisa cairan.
Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya kemudian memekatkan dan
menyimpan residu makanan sampai mereka dapat dieliminasi dari tubuh sebagai
feses. (4)
Gerakan dalam kolon (kontraksi haustrae) bergerak lambat untuk mengaduk isi
kolon maju mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan dan elektrolit.
Umumnya setelah makan, tiga sampai empat kali sehari terjadi peningkatan motilitas
pada segmen kolon asenden dan tranversum. Kontraksi usus yang disebut mass
movement ini mendorong isi kolon ke bagian distal. Mass movement ini terjadi
akibat refleks gastrokolon, yang diperantarai hormon gastrin dan saraf otonom
ekstrinsik. Refleks ini mendorong isi kolon ke dalam rektum yang memicu refleks
defekasi. Refleks ini disebabkan untuk sfingter anus internus yang melemas dan
rektum serta sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Refleks ini dapat dengan secara
sengaja dihentikan dengan kontraksi sfingter anus eksternus. (4)
8
BAB III
ILEUS OBSTRUKSI
III.1 Definisi
Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari
pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan pasase lumen usus
tergangggu.(8)
Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila
disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi
sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada
strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan
oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala
obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin sekali disertai
strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh cacing askaris adalah
obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (9)
III.2 Epidemiologi
Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada usus
halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling sering yaitu
75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit Crohn.
Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus obstruksi. Penyebab
lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena diverkulitis atau penyakit infeksi
usus.(3,10)
9
perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001 mendapatkan 50%
dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti hernia 33,3%, keganasan
15%, volvulus 1,7%.
III.3 Klasifikasi
1. Secara umum(9)
3. Berdasarkan stadium
Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan dan udara
masih dapat melewati tempat obstruksi.
Komplit : menyumbat total lumen usus.
Strangulasi: sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh darah.
10
III. 4 Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga mekanisme,
yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari dinding usus, kompresi lumen
atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus (Thompson 2005). Lesi intraluminal seperti
fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya malignansi atau inflamasi, lesi ektralumisal
misalnya adhesi, hernia, volulus atau intususepsi.(3)
11
1. Adhesi
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, sehingga terjadi
gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. (9)
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya
disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau anus. (9)
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
dewasa muda. Invaginasi adalah masukya bagian usus proksimal (intussuseptum)
kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien). Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asenden serta mungkin keluar dari
rektum. Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan peritonitis. (9)
12
Gambar 3.3. Invaginasi
5. Volvulus
6. Kelainan congenital
7. Radang kronik
8. Tumor
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan
yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali
jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena tumornya sendiri
(penyebab langsung).
13
9. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantung empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi. (9) Ileus obstruksi
pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh divertikulosis dan 5% oleh
volvulus sigmoid. (11)
1. Karsinoma kolon
2. Volvulus
Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata sigmoid)
pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan gangguan sirkulasi
vena maupun arteri.
Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum, yaitu
sekitar 90%.Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang dengan
riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi bila tidak
dilakukan dekompresi.(9)
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak terletak
retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum yang yang mobile
karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia 60 tahunan.
Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan basis yang sempit.(
9,11)
14
3. Divertikel
4. Intususepsi/invaginasi
Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus
intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per
tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(9,11).
5. Penyakit Hirschsprung
Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari
neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat merupakan
hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi Trypanosoma cruzi
menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (12)
15
Tabel 3.1. Etiologi ileus obstruksi
Location Cause
Duodenum
III.5 Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utama terletak pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat sejak awal,
sedangkan pada obstruksi mekanik, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian
intermitten, dan akhirnya menghilang.(1)
Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara
progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan (70% dari
udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi aktivitas sel
16
sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini mengakibatkan
peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi, dengan buang air besar
yang jarang dan flatus pada awal perjalanan. (13)
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap
hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe mukosa dan menyebabkan
limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya tekanan hidrostatik intraluminal,
meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler akan menyebabkan cairan yang banyak,
elektrolit dan protein ke dalam lumen usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi yang
disebabkan oleh hal akan sangat parah dan dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. (13)
Perforasi dapat terjadi pada bagian yang iskemik (usus halus). Risiko akan
meningkat bila sekum dilatasi dengan diameter > 13 cm.
Pada ileus obstruksi kolon, terjadi dilatasi pada usus yang letaknya diatas
obstruksi, yang akan menyebabkan edema mukosa, gangguan aliran vena dan arteri ke
usus. Edema dan iskemi yang terjadi meningkatkan permeabilitas mukosa, yang
mengakibatkan translokasi bakteri (termasuk bakteri anaerob Bacteoides) , toksik
sistemi, dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Iskemi pada kolon dapat mengakibatkan
perforasi. (11)
Obstruksi Usus
18
Peritonitis septikemia Syok hipovolemik
III.6 Manifestasi Klinik
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit, baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi maupun oleh munrah. Keadaan umum akan
memburuk dalam waktu yang relatif singkat.(9)
Gejala yang timbul biasanya : kolik pada daerah umbilikus atau di epigastrium,
mual, muntah pada obstruksi letak tinggi, dan konstipasi (pada pasien dengan
obstruksi total). Pasien dengan obstruksi simpel/parsial biasanya menderita
diare pada awal obstruksi. Konstipasi dengan tidak dapat flatus dirasakan oleh
pasien pada fase lanjut..Gerakan peristaltik yang high pitched dan meningkat
yang bersamaan dengan adanya kolik merupakan tanda yang khas. (8)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik.Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul
setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruksi usus halus, setiap 15 sampai 20
menit pada ileus obstruksi usus besar. Nyeri dari ileus obstruksi usus halus
demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen.
19
b. Obstruksi kolon
Tabel 3.2 Tabel Perbedaan Klinis Obstruksi Usus Halus dan Kolon(15)
20
III.7 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
21
Adanya adhesi dapat dilihat dengan adanya bekas luka operasi
pada abdomen. Adanya bejolan di perut, inguinal, dan femoral yang
menandakan adanya hernia.
b. Auskultasi
c. Palpasi
d. Perkusi
Rectal Toucher
22
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Diperlukan foto abdomen 3 posisi yaitu foto posisi supine, foto posisi
setengah duduk, dan foto left lateral decubitus. Pada posisi supine dapat
ditemukan gambaran distensi usus dan herring bone appearance, posisi
lateral dekubitus ataupun setengah duduk dapat ditemukan gambaran step
ladder pattern,
Hal yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi usus halus
(diamater > 3 cm), adanya air fliud level pada foto posisi setengah duduk,
dan kekurangan udara pada kolon. Negatif palsu dapat ditemukan pada
pemeriksaan radiologi ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus
dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak adanya udara.
23
Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya gambaran air fluid level ataupun
distensi usus.(3)
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) ileus obstruksi (b) posisi setengah duduk denga gambaran air fluid level yang
membentuk step ladder pattern
24
b. Foto Thorax
Foto thorax dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak
dibawah difaragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi usus.(11)
c.CT scan
Temuan lain pada obstruksi usus yaitu zona transisi dengan dilatasi usus
proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tidak dapat
melewati bagian obstruksi, dan pada bagian kolon terdapat gas ataupun cairan.
Strangulasi ditandai dengan menebalnya dinding usus, pneumatosis
intestinalis (udara pada dinding usus), udara pada vena porta, dan
berkurangnya kontras intravena ke dalam usus yang terkena.(3)
25
Penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas CT 80-90%, spesifisitas 70-
90% dalam mendeteksi obstruksi.(3)
Gambar 3.7. Ileus obstruksi pada CT scan (dilatasi lumen usus halus, dan dekompresi
terminal ileum (I) dan kolon asenden (C))
d. Enteroclysis
26
dalam air yang dimasukan melalui proksimal jejenum melalu kateter
nasoenteric.
(a) (b)
Gambar 3.8. (a). adhesional small bowel obstruction. Menunjukan gambaran lumen usus
yang menyempit (tanda anak panah) (b). Enteroclysis
e.USG abdomen
27
III.8 Diagnosa Banding
a. Ileus paralitik
Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang dirasakan
lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising usus yang menghilang,
pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans muskular dan pada gambaran foto
polos didapatkan gambaran udara pada usus.
b. Appendisitis akut
Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada epigastrium yang
kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah, demam, mual, dan muntah.
c. Pankreatitis akut
Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung. Gejala ini
dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada pankreatitis akut, amilase
kadarnya akan sangat tinggi bbila dibandingkan ileus obstruksi.
d. Gastroenteritis akut
Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare pada
penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada auskultasi.Namun dapat
dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi dan hilangnya suara atau sedikitnya
aktifitas usus.
III.9 Penatalaksanaan
28
1. Terapi konservatif
2. Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan operatif
segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki keadaan umum
pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi dan dekompresi
nasogastrik telah dilakukan. (3,8)
29
Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :
- Strangulasi
- Obstruksi total
- Hernia inkarserata
30
Gambar 3.2. Algoritma penatalaksanaan ileus obstruksi usus halus
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
31
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
ususuntuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon,invaginasi strangulata dan sebagainya.
Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi.
Pada obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca
bedah saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca bedah
ialah toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak pada hari
ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan
disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.
III.10 Komplikasi
Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi usus yang
dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus yang strangulasi
mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi dalam usus keluar ke
peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun tidak mengalami perforasi,
bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan masuk ke sirkulasi darah yang
mengakibatkan syok septik.(14)
III.11 Prognosis
Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %, dengan
banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid. Angka kematian
pada operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. (3)
Pada ileus obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 – 30 %. Perforasi
sekum merupakan penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan diakukan
dengan cepat.
32
BAB IV
KESIMPULAN
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik. Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia
inkarserata, askariasis, invaginasi, volvulus, kelainan kongenital, radang kronik, neoplasma,
benda asing. Sedangkan ileus obstruksi pada kolon dapat disebabkan oleh karsinoma, volvulus,
divertikulum meckel, intsusuepsi, penyakit Hirchsprung.
Gejala umum yang timbul ialah syok, oligouri, gangguan elektrolit. Selanjutnya gejala
dari ileus obstruksi ialah nyeri kolik abdomen, mual, muntah, tidak dapat buang air besar, tidak
dapat flatus, perut kembung (distensi). Pada pemeriksaan fisik, terutama abdomen, terlihat
distensi abdomen, terdapat darm contour, darmn steifung, pada auskultasi terdengar
hiperperistaltik dengan nada tinggi (metalic sound) yang jika obstruksi terus berlanjut, bising
usus akan melemah dan menghilang. Pada pemeriksaaa radiologi, yaitu foto polos abdomen 3
posisi, didapatkan gambaran herring bone appearance, air fluid level yag membentuk kaskade
yang disebut juga step ladder pattern. Bila terjadi perforasi usus, dapat ditemukan adanya free
air sickle di bawah diafragma kanan.
Terapi pada ileus obstruksi meliputi tindakan konservatif yaitu resusitasi cairan dengan
cairan intravena dan monitoring melalui urin, dekompresi dengan menggunakan NGT,
pemberian antibiotik broadspectrum dan tindakan operatif yang biasanya sering dilakukan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
10. Anonim. Bowel Obstruction. 2011. Available at : http://www.webmd.com/digestive-
disorders/tc/bowel-obstruction-topic-overview. Accesed September 29, 2012
12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F
Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P 770
14. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih Bahasa:
Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42
15. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey, Bolinger
Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science and Clinical
Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26
35