Anda di halaman 1dari 7

Patofisiologi

Seperti dengan virus yang lain. Bahwa dalam melakukan replikasi virus harus menginvasi
inangnya. Untuk paramyxovirus ini pertama kali melakukan retensi pada traktus respirasi atas yakni
meliputi mukosa bukal, hidung dan sebagainya. Paramyxovirus ini kemudian mengalami inkubasi pada
sel epitel saluran pernafasan tersebut selama 14-28 hari. Pada masa inkubasi ini virus ini akan
melakukan replikasi yang kemudia mampu melakukan metastasi ke organ jauh laiinya melewati
hematogen, limfogen atau cairan tubuh. Pada persebarannya virus akan cenderung bermetastasis pada
organ terdekat terlebih dahulu, berikut bagan jalur dari infeksi virus (George, 1999).

Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus. Penyakit ini merupakan
penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering. Kejadian parotitis saat ini berkurang karena
adanya vaksinasi. Insidens parotitis tertinggi pada anak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset penyakit
ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi
berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala
(George, 1999).

Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik. Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Parotitis sangat jarang ditemukan pada
anak yang berumur kurang dari dua tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau
dilindungi oleh antibody yang baik. Anak yang pernah menderita parotitis akan memiliki kekebalan
seumur hidupnya . Penularan atau penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan
ludah, bahan muntah, mungkin dengan urine. Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau
mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada
kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer Ig-M dan Ig-G secara bermakna dari serum
akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi
proliferasi di parotis atau epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam
aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar atau saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis (Mansjoer, 2000).

Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius di
dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran
darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati,
ginjal dan saraf otak. Bila testis terkena maka terdapat pendarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli
seminiferus. Pada pancreas kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur
manifestasi viremia awal. Viruria biasanya terjadi dan disertai oleh gangguan ginjal (Suprohaita et al,
2000). Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan malaise. Dalam
24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan gerakan mengunyah, esok harinya tampak
glandula parotis yang membesar dan cepat bertambah besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari,
biasanya demam menghilang 1-6 hari dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya pembengkakan
kelenjar.bagian bawah daun telinga terangkat keatas dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis.
Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat, nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan
maksimal berlangsung selama 6-10 hari. Biasanya satu glandula parotis membesar kemudian diikuti
yang lainnya dalam beberapa hari. Adakalanya kanan dan kiri membesar bersamaaan parotis unilateral
ditemukan kira-kira 25% (Mansjoer, 2000).

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit
kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-
mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia
selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas
kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan (Mansjoer, 2000). Kondisi parotitis
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien. Adanya respons inflamasi sistemik
memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respons ketidaknyamanan sakit kepala
dan anoreksia memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respon ketidaknyamanan
sakit kepala dan anoreksia memberikan manifestasi nyeri dan ketidak seimbangan pemenuhan nutrisi.
Raad et al (1990), setelah kajian literatur, menyimpulkan bahwa faktor utama dalam patogenesis adalah
dilatasi duktus dengan atau tanpa bukti obstruksi dan infeksi persisten derajat rendah.

Dalam melakukan penyebaran ataupun ketika bersifat laten, virus ini membutuhkan sel host
untuk melakukan replikasinya. Mekanisme replikasi dari virus akan diuraikan sebagai berikut:
1. pertama, virus akan melakukan invasi ke dalam sel host dengan
melakukan perlekatan ke reseptor yang spesifik dengan reseptor
host. Untuk paramyxovirus yang pertama kali melekat adalah
spikes H-N yang akan berikatandenganreseptorasamsialicdarisel
host. Sayanya meskipun reseptor paramyxovirus inispesifik
tetapi hamper seluruh sel tubuh memiliki reseptor asam sialic,
inilah yang menjadi alasanbahwa mumps bisa bermetastasis ke
organ yang lain (Greenberg, 2003).

2. Kedua, setelah spike H-N dari paramyxovirus berhasi


lberikatan dengan reseptor sel host, maka reseptor F dari virus
akan menginduksi fusi antara membran virus dengan
membrane sel host dan disertai pula fusi matriks virus dengan
sel host. Mekanisme yang dilakukan F protein adalah dengan
memecah membrane sel dari Host (Greenberg, 2003).

3. Ketiga, dikarenakan paramyxovirus adalah golongan virus


RNA (-) maka dia hanya mampu melakukan transkripsi dan
translasi di dalam sitoplasma. Translasi dari virus ini dimulai
dari 3’-5’. Dimana urutan translasi protein dari virus ini
dimulai dengan pembentukan protein (Greenberg, 2003).
3’—NP—P—M—F—HN—L—5’
4. Meskipun demikian yang pertama kali di susun adalah membrane dari virus yakni spike H-N,
spike F danmatriks virus. Yang kemudian komponen ini dilekatkan ke membrane dari sel host.
Disamping itu, terjadi proses penyusunan komponen genom virus. Setelah keduanya siap
komponen genom virus akan berjalan menuju membrane sel host yang telah terlekati oleh
membrane dari virus. Begitu genom virus kontak dengan membrannya, maka virus akan keluar
dari sel host secara eksositosis.

Perlekatan membrane virus Genom virus telah siap


ke membrane sel disusun

Genom virus melekat pada


Virus ke luar dari sel secara membrane virus pada
eksositosis membrane sel host
Gambar x: Patogenesis Mumps

Sumber : Andrejeva, 2004

Gambar x: Patogenesis Mumps

Sumber : Greenberg, 2003


Gambar X. Patofisiologi Parotitis

Sumber : Soemarno, 2008


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

Mansjoer A, Suprohaita & Wardani, I.W 2000. Kapita selekat Kedokteran (Jilid 2). Jakarta : Fakultas
Kedokteran.

Greenberg, M.S and Glick, M. Burket’s Oral Medicine 10th edition. 2003.: BC Decker Inc. Spain
Andrejeva J, Childs KS, Young DF, et al. The V proteins of paramyxoviruses bind the IFN- inducible
RNA helicase, mda-5, and inhibit its activation of the IFN-β promoter. Proc Natl Acad Sci USA. 2004;
101:17264–17269. [PubMed: 15563593]

Soemarmo.2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta:Penerbit IDAI

George, C. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi XIII. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai