Anda di halaman 1dari 111

ISSN 2086 - 7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
VOLUME 5 NOMER 2 AGUSTUS 2014

ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK


KONSTRUKSI (FIDIC CONDITIONS OF CONTRACT MDB HARMONISED EDITION)
Sarwono Hardjomuljadi

ANALISA PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA


PEKERJA BANGUNAN GEDUNG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
Dwi Handoko / Sony Sunaryo / Indung Soedarso

ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN PERUMAHAN
Mahgrizal Aris Nurwega / Andi Maddeppungeng / Irma Suryani

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK TINJAUAN


DAMPAK STRUKTUR BAWAH
Tri Setiyono / Heri Khoeri

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT


KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Yoppi Juli Priyono / Nadia

ANALISIS BIAYA PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING


DENGAN SISTEM BRACKET PADA KONSTRUKSI PIER-HEAD JEMBATAN
Asmar Diansyah / Trijeti

ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP


SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG AKIBAT GEMPA DINAMIS
Basit Al Hanif / Haryo Koco Buwono

TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


Volume 5  Nomor 2| Halaman 1 – 106  Agustus 2014
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomor 2 | Agustus 2014 ISSN 2086-7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
REDAKSI

Penanggung Jawab : Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE.

Pemimpin Redaksi : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.

Mitra Bestari : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc., PHD.


DR. Ir. Rusmadi Suyuti, ME.
DR. Ir. Saihul Anwar, M.Eng.

Staf Redaksi : Ir. Nadia, MT.


Ir. Trijeti, MT.
Ir. Tanjung Rahayu, MT
Ir. Iskandar Zulkarnaen
Basit Al Hanif, ST

Seksi Umum : Ir. Saifullah


Imam Susandi

Disain Kreatif : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.

Administrator Web : Riyadi, ST

Terbit : Per Semester – Juni dan Desember ( Dua Kali Setahun )

Alamat Redaksi : Jurnal Konstruksia Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.10510

Website : www.konstruksia.org

Email : redaksi@konstruksia.org

Ilustrasi cover diambil dari:


http://mechanical-engineers.regionaldirectory.us/mechanical-engineer-720.jpg
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomor 2 | Agustus 2014 ISSN 2086-7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014

Diterbitkan oleh: Divisi Jurnal, Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomor 2 | Agustus 2014 ISSN 2086-7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014

PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 5
Nomer 2 di bulan Agustus 2014 ini.

Pada edisi ini mendapatkan respons positif dalam rangka menunjang keputusan menteri tentang
Lulusan Sarjana dan Magister diwajibkan telah menulis di Jurnal Ilmiah Nasional. Adapun yang
sudah menangkap respon tersebut, salah satunya adalah dari Magister Teknik Sipil, Institut
Teknologi Surabaya, Universitas Mercu Buana dan Universitas Ageng Tirtayasa. Adapun tema yang
ditampilkan juga sangat beragam, mulai dari Kontrak manajemen, Struktur, hingga pengujian
bahan material struktur. Hal ini tidak lepas dari peran serta jalinan hubungan baik antar institusi
agar membantu lulusannya untuk dapat segera terjun ke masyarakat dengan memantaskan pada
gelar yang disandangnya.

Penerbitan ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga Jurnal ini salah satu
tonggak untuk dapat segera terakreditasi. Aamiin

Jakarta, Agustus 2014

Pemimpin Redaksi
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomor 2 | Agustus 2014 ISSN 2086-7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014

DAFTAR ISI

Redaksi
Pengantar Redaksi
Daftar Isi

ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI


(FIDIC CONDITIONS OF CONTRACT MDB HARMONISED EDITION)...................................... 1 – 16

ANALISA PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA


PEKERJA BANGUNAN GEDUNG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM ...............................………………………………………………………………………… 19 – 36

ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN PERUMAHAN ……………………………………………...………………………………….. 37 – 50

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK TINJAUAN DAMPAK


STRUKTUR BAWAH ……………………………………………………………………………………………… 51 – 60

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR


TERHADAP KUAT TEKAN BETON ………………..………………………………………………………… 61 – 67

ANALISIS BIAYA PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN


SISTEM BRACKET PADA KONSTRUKSI PIER-HEAD JEMBATAN ………………...…................ 69 – 83

ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG


AKIBAT GEMPA DINAMIS …………….………………………………………………………………. 87 – 106
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

Analisis “Extension of Time” dan Dampaknya pada Kontrak Konstruksi


(FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised Edition)

Sarwono Hardjomuljadi

Lektor Kepala Aspek Hukum dan Admionistrasi Proyek Konstruksi


Fakultas Perencanaan dan Desain, Departemen Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana
Jakarta

Email : sarwonohm2@yahoo.co.id

ABSTRAK : Dalam pelaksanaan suatu proyek terdapat dua dampak atas klaim yang diajukan oleh
komntraktor, yaitu tambahan harga kontrak dan perpanjangan waktu penyelesaian. Tambahan harg
akontrak dan perpanjangan waktu disebabkan oleh adanya suatu kejadianseperti perubahan desain,
inefisiensi dan hambatan, perintah perubahan konstrukktif, perintah perubahan lisan oleh pengguna
jasa, kepemilikan lahan perubahan hukum dan peraturan,. Sebagai kompensasi atas kejadian di atas,
kontraktor mempunyai hak untuk mendapat kompensasi dari pengguna jasa dalam bentuk
tambahan harga kontrak dan perpanjangan waktu. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba
melakukan analisis perpanjangan waktu sebagai salah satu dampak atas klaim konstruksi, apakah
kejadian fisik yang menyebabkannya di samping klauaula-klausula terkait dalam persyaratan Umum
Kontrak FIDIC dan apakah dampak dari perpanjangan waktu itu sendiri.

Kata kunci: perpanjangan waktu, Persyaratan Umum Kontrak FIDIC, klaim, tambahan harga kontrak.

ABSTRAK : In the implementation of construction project there were two impact of claim submitted by
the contractor, i.e. additional contract price and extension of time. Additional contract price and
extension of time were caused by some incidents such as changes in design, inefficiency and disruption,
constructive change order, oral change order by employer, possession of site and availability, changes
in law and legislation. As compensation to the above incidents, contractor have right to get
compensation from the employer in the form of additional contract price and/or extension of time.In
this occasion writer will try to analyse the extension of time as one of the impact of construction claim,
what are the physical happenings which may caused, what are the FIDIC contract’s clauses related,
what are the impact of extension of time.

Key word: extension of time, FIDIC conditions of contract, claim, additional cost.

mengajukan klaim, seperti kelambatan


PENDAHULUAN kepemilikan lahan atau possession of site,
terjadinya beberapa gangguan akibat
Extension of time (EOT) atau
faktor eksternal, keadaan alam yang tidak
perpanjangan waktu pelaksanaan
dapat diperkirakan sebelumnya, adanya
konstruksi adalah sesuatu yang hampir
perubahan peraturan perundangan dan
pasti terjadi pada suatu proyek
sebagainya, yang kesemuanya
konstruksi. Umumnya terjadi karena
mengakibatkan terjadinya “inefficiency
pengguna jasa telah gagal memenuhi
and disruption” atas kegiatan kerja
janjinya yang berkibat kontraktor
kontraktor. EOT ini juga dapat terjadi

1|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

karena adanya pekerjaan tambah yang sesuai dengan kontrak ternyata tidak
diperintahkan oleh Pengguna Jasa kepada efisien untuk dipergunakan dan perlu
Kontraktor. diganti dengan alat lain yang lebih
canggih, akibat adanya perbedaan
Beberapa pendapat pakar dapat dilihat keadaan alam, maka hal itu dapat
pada apa yang dikatakan oleh Shapiro dijadikan dasar pengajuan klaim, karena
(2004)1: “The major project risk that we dalam hal ini diperlukan upaya lebih dari
are all too familiar include the following: pihak kontraktor untuk melaksanakan
cost escalations, time for completion and pekerjaannya sesuai kontrak.
delays, change the scope, geotechgnical
and site related problems, negligence both Berdasarkan ketentuan dalam FIDIC
in design and construction”. Conditions of Contract diberikan peluang
kepada kontraktor untuk mengajukan
Pendapat penulis bahwa klaim klaim dengan tata urutan sesuai dengan
“unforeseen physical conditions” atau Klausula 20 tentang Klaim, Seengketa dan
akibat kejadian yang tidak dapat Arbitrase yang didasari dengan ketentuan
diperkirakan sebelumnya adalah lebih tentang apa dan bilamana klaim terkait
sebagi pintu masuk bagi rekan kita perpanjangan waktu dan/atau
‘lawyer’ dan bukan penyebab klaim, penambahan biaya dapat dan diajukan
tampaknya sejalan dengan yang sebagai klaim. extension of time dan/atau
disampaikan Corbett (1991) : “The2 additional cost
Engineer may be reluctant to grant time or Pada suatu pekerjaan konstruksi yang
costs for such good fortune but if the dilaksanakan berdasarkan kontrak antara
Contractor had to bring to site different pengguna jasa dengan kontraktor,
equipment to replace the rock blasting perpanjangan waktu penyelesaian/
arrangements he had prepared, these may extension of time (EOT) diberikan oleh
nevertheless be a claim”. pengguna jasa kepada kontraktor dengan
Perlu dipahami, bahwa yang dapayt berbagai alasan, di mana alasan/dasar
dijadikan dasar dari suatu klaim adalah pemberian adalah sesuai dengan apa yang
sesuatu yang mempengaruhi upaya tertulis pada klausula-klausula dalam
kontraktor dalam melaksanakan FIDIC Conditions of Contract for
kewajibannya sesuai kontrak, sebagai Construction MDB Harmonised Edition
contoh pada pekerjaan galian tanah, 2006.
macam atau kelas tanah meskipun Tulisan ini akan mendalami
berbeda dengan apa yang dinyatakan extension of time (EOT), dasar pemberian
saaat pemberian informasi kepada perpanjangan waktu penyelesaian dan
peserta tender, tidaklah dapat dijadikan dampaknya. Penyebab EOT dengan
suatu klaim, karena sulit untuk menggunakan ke 12 penyebab yang
dikuantifikasi. Sebaliknya jika peralatan dinyatakan dalam klausula-klausula FIDIC
1
Conditions of Contract, dengan responden
Shapiro, Bryan (2004): “Construction Claims
and Contracting Strategies”, a paper presented at 20 orang dari pihak pengguna ajasa,
Saphiro Hankinson & Knutson Project konsultan dan kontraktor yang
Management Wisdom Joint Seminar, Vancouver menangani proyek-proyek jalan di
2
Corbett, E.C.(1991); “FIDIC 4th , A Practical
Legal Guide”, Sweet & Maxwell, hal 121 lingkuingan direktorat jenderal Bina

2|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

Marga yang dilaksanakn dengan (liquidated damages) untuk keseluruhan


memanfaatkan bantuan luar negeri dari atau sebagian dari periode yang terlewati.
multilateral development bank, seperti Agar dapat memperolehnya kembali,
world bank, JICA, ADB, AusAid dsb., kontraktor harus mencari klausula lain di
sedangkan dampak akan dikaji dari dalam kontrak.
analisis klausula dalam FIDIC Conditions
of Contract yang mencantumkan dalam Jenis-jenis keterlambatan
klausula tersebut kewajiban memberi (a) Keterlambatan yang disebabkan
perpanjangan waktu. oleh kontraktor: kontraktor tidak
STUDI LITERATUR memperoleh biaya ekstra; tidak
memperoleh perpanjangan waktu;
Extension of time (EOT) atau harus membayar ganti rugi.
perpanjangan waktu, adalah merupakan (b) Keterlambatan yang disebabkan
suatu hak bagi pihak kontraktor untuk oleh kejadian yang bersifat netral :
diajukan sebagai klaim konstruksi, seperti kontraktor tidak memperoleh biaya
dinyatakan dalam FIDIC Conditions of ekstra tetapi memperoleh
Contract adalah dalam hal pengguna jasa perpanjangan waktu dan terbebas
gagal memenuhi kewajibannya, dari kewajiban pembayaran ganti
diantaranya keterlambatan pelaksanaan rugi (liquidated damages).
penyerahan lahan kerja (possession of Keterlambatan yang disebabkan
site), dan 11 klausula yang lainnya (FIDIC oleh misalnya kelainan keadaan
2006).. cuaca masuk dalam kategori ini.

Chow (2006) mendefinisikan extension of (c) Keterlambatan yang disebabkan oleh


time sebagai: “The additional period of pengguna jasa (employer) atau
time granted to a contractor to complete a konsultan (engineer): kontraktor
construction project on the occurrence of memperoleh tambahan biaya;
specified events or causes”. perpanjangan waktu dan terbebas
dari kewajiban pembayaran ganti
rugi (liquidated damages).
Hubungan antara waktu dan biaya Keterlambatan semacam ini
Banyak kontraktor yang beranggapan meliputi keterlambatan pembebasan
bahwa pemberian perpanjangan waktu tanah, pekerjaan tambah, dll.
secara otomatis akan menyebabkan Keterlambatan berlapis.
mereka berhak memperoleh pembayaran
yang berhubungan dengan pekerjaan Tidak dapat dihindari, bila keterlambatan
awal (preliminary items) dan biaya kontraktor disebabkan oleh dua sebab
operasi di lapangan (site overheads) untuk yang saling mempengaruhi, yang satu
periode perpanjangan waktu tersebut, merupakan tanggung jawab kontraktor
tetapi kenyataannya tidaklah begitu. dan yang satunya merupakan tanggung
jawab Pengguna Jasa (Employer) atau
Tujuan utama dari klausula perpanjangan Konsultan (Engineer).Dalam hal seperti
waktu adalah untuk menghindarkan ini, kadang-kadang sulit untuk
Kontraktor dari pembayaran ganti rugi menentukan apakah kontraktor berhak

3|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

atas perpanjangan waktu dan/atau biaya karena kesalahan pengguna jasa


ekstra. (employer) dan dapat disimpulkan bahwa
dasar perpanjangan waktu adalah
Kasus-kasus berikut ini adalah contoh semata-mata untuk kepentingan
keterlambatan berlapis ditinjau dari kontraktor dan karena ia juga penyebab
hukum Inggris. Prinsip umumnya adalah keterlambatan ia tidak dapat mengklaim
“kerugian berada/terletak di tempat sehingga tidak ada perpanjangan waktu.
jatuhnya”.
Kasus 3
Kasus 1
Keterlambatan yang satu memberikan
Keterlambatan yang satu merupakan hak untuk memperoleh perpanjangan
tanggung jawab kontraktor di mana waktu saja dan keterlambatan yang lain
kontraktor tidak berhak memperoleh memberikan hak untuk memperoleh
perpanjangan waktu misalnya perpanjangan waktu dan biaya ekstra.
memperbaiki kerusakan dan
keterlambatan yang lain memberikan hak Ini merupakan tipe tersulit untuk
untuk memperoleh perpanjangan waktu dipecahkan, tetapi jawaban yang
dan penggantian biaya, misalnya tampaknya paling pantas adalah dengan
keterlambatan penerbitan gambar. membagi rata kedua keterlambatan
tersebut.
Dalam kasus ini, pengguna jasa
(employer) tidak boleh melakukan
pemotongan sebagai ganti rugi karena ia EOT terkait Sub-Clause 4.7 Setting Out
penyebab keterlambatan dan kontraktor
tidak seharusnya dibayar ekstra untuk If the Contractor suffers delay and/or
kerugian yang mungkin diderita akibat incurs Cost from executing work which was
pekerjaan memperbaiki bagian yang necessitated by an error in these items of
rusak. Oleh karena itu, perpanjangan reference, and an experienced contractor
waktu patut diberikan tetapi tidak ada could not reasonably have discovered such
pembayaran ekstra. error and avoided this delay and/or Cost,
the Contractor shall give notice to the
Kasus 2 Engineer and shall be entitled subject to
Sub- Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to:
Keterlambatan yang satu merupakan
tanggung jawab kontraktor (tidak berhak (a) an extension of time for any such delay,
memperoleh apa-apa) dan keterlambatan if completion is or will be delayed, under
yang lain memberikan hak untuk Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
memperoleh perpanjangan waktu saja Completion], and
(misalnya kelainan kondisi cuaca yang
tidak biasa). (b) payment of any such Cost plus profit,
which shall be included in the Contract
Prinsip umum di sini adalah pihak yang Price.
terikat kontrak tidak boleh memperoleh
keuntungan dari Kontraktor harus memasang tanda-tanda
kekurangan/kelemahannya sendiri. batas Pekerjaan sesuai dengan titik-titik,
Alasan perpanjangan waktu bukanlah garis dan ketinggian referensi yang

4|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

dinyatakan dalam Kontrak atau paragraf (a) dan (b) di atas sesuai dengan
diberitahukan oleh Enjinir. Kontraktor batas tersebut.
harus bertanggung jawab atas ketepatan
posisi semua bagian Pekerjaan, dan harus EOT akibat Sub Clause 4.12
memperbaiki semua kesalahan posisi, Unforeseeable Physical Conditions
ketinggian, ukuran atau jalur dari
Pekerjaan, sebaliknya Pengguna Jasa If and to the extent that the Contractor
harus bertanggung jawab atas kesalahan- encounters physical conditions which are
kesalahan pada spesifikasi atau Unforeseeable, gives such a notice, and
pemberitahuan titik referensi, tetapi suffers delay and/or incurs Cost due to
Kontraktor harus berusaha secara these conditions, the Contractor shall be
bersungguh-sungguh untuk menguji entitled subject to notice under Sub-Clause
keakuratan informasi sebelum 20.1 [Contractor’s Claims] to:
dipergunakan.
(a) an extension of time for any such delay,
Apabila Kontraktor mengalami if completion is or will be delayed, under
keterlambatan dan/atau menanggung Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
Biaya karena melaksanakan pekerjaan Completion], and
yang diakibatkan oleh kesalahan
informasi titik-titik referensi, dan (b) payment of any such Cost, which shall
Kontraktor yang berpengalaman be included in the Contract Price.
sekalipun tidak mampu menemukan
kesalahan tersebut dan menghindari
keterlambatan dan/atau Biaya, Dalam Sub-Klausula ”keadaan fisik”
Kontraktor harus menyampaikan berarti keadaan fisik alami dan buatan
pemberitahuan kepada Enjinir dan manusia dan hambatan fisik dan polutan,
berhak berdasarkan Sub-Klausula 20.1 yang ditemui Kontraktor di Lapangan saat
[Klaim Kontraktor] untuk: melaksanakan Pekerjaan, termasuk
kondisi di bawah permukaan tanah dan
(a) perpanjangan waktu untuk
kondisi hidrologis tetapi tidak termasuk
keterlambatan, apabila penyelesaian akan
keadaan iklim.
mengalami keterlambatan, berdasarkan
Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Apabila Kontraktor menemui kondisi fisik
Penyelesaian], dan yang merugikan yang olehnya dianggap
tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
(b) pembayaran atas Biaya ditambah
Kontraktor harus menyampaikan
keuntungan, yang akan dimasukkan ke
pemberitahuan kepada Enjinir sesegera
dalam Harga Kontrak.
mungkin. Pemberitahuan ini harus
Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir menyebutkan kondisi fisik yang dihadapi,
harus melanjutkan berdasarkan Sub- sehingga dapat diinspeksi oleh Enjinir,
Klausula 3.5 [Penetapan] dengan dan harus menyatakan alasan mengapa
menyetujui atau menetapkan: apakah dan Kontraktor menganggapnya sebagai tidak
(oleh karenanya) sebatas apa (secara dapat diperkirakan sebelumnya.
wajar) kesalahan tidak dapat ditemukan,
dan hal-hal yang dinyatakan dalam sub-

5|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Kontraktor harus tetap melanjutkan serupa (bila ada) lebih menguntungkan


pelaksanaan Pekerjaan, dengan daripada ”dapat diperkirakan
mengambil langkah-langkah yang wajar sebelumnya” ketika Kontraktor
dan sesuai dengan kondisi fisik, dan memasukkan Penawaran. Apabila dan
mengikuti instruksi yang mungkin sebatas kondisi yang lebih
diberikan oleh Enjinir. Bila suatu instruksi menguntungkan ini ditemui, Enjinir dapat
merupakan suatu Variasi, Klausula 13 melanjutkan sesuai dengan Sub-Klausula
[Variasi dan Penyesuaian] harus 3.5 [Penetapan] untuk menyetujui atau
diberlakukan. menetapkan pengurangan Biaya yang
berlaku untuk kondisi ini, yang akan
Apabila dan sebatas Kontraktor menemui dimasukkan (sebagai pengurangan)
kondisi fisik yang tidak dapat dalam Harga Kontrak dan Sertifikat
diperkirakan sebelumnya, menyampaikan Pembayaran. Akan tetapi, akibat bersih
pemberitahuan, dan mengalami dari seluruh penyesuaian berdasarkan
keterlambatan dan/atau menanggung sub-paragraf (b) dan seluru pengurangan,
Biaya akibat kondisi tersebut, Kontraktor untuk seluruh kondisi fisik yang ditemui
berhak, dengan pemberitahuan, pada bagian lain Pekerjaan yang serupa,
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim harus tidak mengakibatkan pengurangan
Kontraktor] untuk: bersih atas Harga Kontrak.
(a) suatu perpanjangan waktu untuk Enjinir harus mempertimbangkan seluruh
setiap keterlambatan, apabila bukti kondisi fisik yangdiperkirakan
penyelesaian terlambat atau akan sebelumnya oleh Kontraktor ketika
terlambat, berdasarkan Sub-Klausula 8.4 memasukkan Penawaran, data tersebut
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan harus disediakan oleh Kontraktor, tetapi
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan tidak terikat pada interpretasi Kontraktor
dimasukkan ke dalam Harga Kontrak. atas bukti-bukti tersebut.

Setelah menerima pemberitahuan dan EOT akibat Sub Clause 4.24 Fossils
menginspeksi dan/atau menyelidiki The Contractor shall, upon discovery of any
kondisi fisik tersebut, Enjinir harus such finding, promptly give notice to the
melanjutkan sesuai dengan Sub-Klausula Engineer, who shall issue instructions for
3.5 [Penetapan] untuk menyetujui atau dealing with it. If the Contractor suffers
menetapkan: apakah dan (oleh delay and/or incurs Cost from complying
karenanya) sebatas apa kondisi fisik ini with the instructions, the Contractor shall
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, dan give a further notice to the Engineer and
hal-hal yang dinyatakan dalam sub- shall be entitled subject to Sub-Clause 20.1
paragraf (a) dan (b) di atas berkaitan [Contractor’s Claims] to:
dengan batas-batas ini.
(a) an extension of time for any such delay,
Akan tetapi, sebelum tambahan biaya if completion is or will be delayed, under
akhirnya disetujui atau ditetapkan Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
berdasarkan sub-paragraf (ii), Enjinir juga Completion], and
dapat meninjau kembali apakah kondisi
fisik pada bagian lain Pekerjaan yang

6|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

(b) payment of any such Cost, which shall which the Employer is responsible, the
be included in the Contract Price Contractor shall give notice to the Engineer
and shall be entitled subject to Sub- Clause
Seluruh fosil, uang logam, barang 20.1 [Contractor’s Claims] to:
berharga atau antik, dan struktur dan
peninggalan lain atau benda-benda (a) an extension of time for any such delay,
geologis atau arkeologis yang ditemukan if completion is or will be delayed, under
di Lapangan harus ditempatkan di bawah Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
pengawasan dan penguasaan Pengguna Completion], and
Jasa. Kontraktor harus melakukan
tindakan pengamanan untuk mencegah (b) payment of any such Cost plus profit,
Personil Kontraktor atau orang lain which shall be included in the Contract
memindahkah atau merusak temuan- Price.
temuan tersebut. Kontraktor harus, Sub-Klausula ini diberlakukan bagi semua
setelah penemuan temuan-temuan pengujian yang ditetapkan dalam
tersebut, memberitahukan kepada Kontrak, selain Pengujian setelah
Enjinir, yang akan mengeluarkan Penyelesaian (apabila ada). Kecuali
instruksi untuk menanganinya. Bilamana apabila dinyatakan lain dalam Kontrak,
Kontraktor mengalami keterlambatan Kontraktor harus menyediakan semua
dan/atau menanggung Biaya karena peralatan, bantuan, dokumen dan
mengikuti instruksi tersebut, Kontraktor informasi lain, listrik, pelengkapan, bahan
harus menyampaikan pemberitahuan bakar, bahan yang habis terpakai,
lanjutan kepada Enjinir dan berhak instrumen, tenaga kerja, bahan, dan staf
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim yang memiliki kualifikasi dan pengalaman
oleh Kontraktor] atas: yang sesuai, sebagaimana diperlukan
(a) perpanjangan waktu atas untuk melaksanakan pengujian secara
keterlambatan, apabila penyelesaian efisien. Kontraktor harus mencapai
terlambat atau akan terlambat, kesepakatan, dengan Enjinir, mengenai
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 waktu dan tempat pengujian yang
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], ditetapkan untuk setiap bagian Instalasi
dan Mesin, Bahan dan bagian lain dari
Pekerjaan.
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan
dimasukkan dalam Harga Kontrak. Enjinir dapat, berdasarkan Klausula 13
[Variasi dan Penyesuaian], mengubah
Setelah menerima pemberitahuan lokasi dan detail pengujian yang
lanjutan, Enjinir harus menindakanjuti ditetapkan, atau menginstruksikan
berdasarkan Sub-Klausula 3.5 Kontraktor untuk melakukan pengujian
[Penetapan] untuk menyetujui atau tambahan.
menetapkan hal-hal tersebut.
Apabila perubahan atau pengujian
EOT akibat Sub Clause 7.4 Testing tambahan itu menunjukkan bahwa
Instalasi Mesin, Bahan atau Cara
If the Contractor suffers delay and/or Pengerjaan yang diuji tidak sesuai dengan
incurs Cost from complying with these Kontrak, biaya pelaksanaan Perubahan ini
instructions or as a result of a delay for

7|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

menjadi tanggungan Kontraktor, berita acara pengujian, atau


meskipun ada ketentuan lain dalam mengeluarkan sertifikat bagi Kontraktor,
Kontrak. Enjinir harus memberitahukan untuk tujuan tersebut.
kepada Kontraktor dalam waktu tidak
kurang dari 24 jam tentang keinginan Apabila Enjinir tidak menghadiri
Enjinir untuk menghadiri pengujian, Enjinir dianggap telah
menerima hasil pengujian sebagai benar
pengujian. Apabila Enjinir tidak hadir adanya.
pada waktu dan tempat yang disepakati,
Kontraktor dapat melanjutkan pengujian, EOT akibat Sub Clause 8.4 Extension of
kecuali apabila diinstruksikan oleh Time for Completion
Enjinir, dan selanjutnya pengujian The Contractor shall be entitled subject to
dianggap dilaksanakan dengan kehadiran Sub-Clause 20.1 [Contractor’s Claims] to an
Enjinir. extension of the Time for Completion if and
Apabila Kontraktor mengalami to the extent that completion for the
keterlambatan dan/atau mengeluarkan purposes of Sub-Clause 10.1 [Taking-Over
Biaya akibat mengikuti instruksi tersebut of the Works and Sections] is or will be
atau sebagai akibat dari suatu delayed by any of the following causes:
keterlambatan yang merupakan tanggung (a) a Variation (unless an adjustment to
jawab Pengguna Jasa, Kontraktor harus the Time for Completion has been
menyampaikan pemberitahuan kepada agreed under Sub-Clause 13.3
Enjinir dan mendapatkan hak [Variation Procedure]) or other
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim substantial change in the quantity of
Kontraktor] atas: an item of work included in the
(a) perpanjangan waktu untuk setiap Contract,
keterlambatan, apabila penyelesaian (b) a cause of delay giving an entitlement
terlambat atau akan terlambat, to extension of time under a Sub-
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 Clause of these Conditions,
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], dan
(c) exceptionally adverse climatic
(b) pembayaran atas setiap Biaya conditions,
ditambah dengan keuntungan, yang akan
ditambahkan ke dalam Harga Kontrak. (d) Unforeseeable shortages in the
availability of personnel or Goods
Setelah menerima pemberitahuan ini, caused by epidemic or governmental
Enjinir harus menindaklanjutinya actions, or
berdasarkan Sub-Klausula 3.5
[Penetapan] untuk menyetujui atau (e) any delay, impediment or prevention
menetapkan hal-hal tersebut. caused by or attributable to the
Employer, the Employer’s Personnel,
Kontraktor harus dengan segera or the Employer’s other contractors.
menyampaikan kepada Enjinir berita
acara pengujian yang telah disahkan. If the Contractor considers himself to be
Apabila pengujian telah lulus sesuai entitled to an extension of the Time fo
spesifikasi, Enjinir harus mengesahkan Completion, the Contractor shall give

8|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

notice to the Engineer in accordance with Apabila Kontraktor menganggap dirinya


Sub- Clause 20.1 [Contractor’s Claims]. berhak atas perpanjangan waktu
When determining each extension of time penyelesaian, Kontraktor harus
under Sub-Clause 20.1, the Engineer shall menyampaikan pemberitahuan kepada
review previous determinations and may Enjinir berdasarkan Sub-Klausula 20.1
increase, but shall not decrease, the total [Klaim oleh Kontraktor]. Ketika
extension of time. menentukan perpanjangan waktu
berdasarkan Sub-Klausula 20.1, Enjinir
Kontraktor berhak berdasarkan Sub- harus meninjau penetapan sebelumnya
Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] atas dan boleh menambah tetapi tidak boleh
perpanjangan Waktu Penyelesaian jika mengurangi perpanjangan waktu secara
dan sebatas bila penyelesaian keseluruhan.
berdasarkan Sub-Klausula 10.1 [Serah
Terima Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan] EOT akibat Sub Clause 8.9
terlambat atau menjadi terlambat oleh Consequences of Suspension
sebab-sebab berikut ini:
If the Contractor suffers delay and/or
(a) suatu Perubahan (kecuali apabila incurs Cost from complying with the
penyesuaian Waktu Penyelesaian Engineer’s instructions under Sub-Clause
telah disepakati berdasarkan Sub- 8.8 [Suspension of Work ] and/or from
Klausula 13.3 [Prosedur Variasi] atau resuming the work, the Contractor shall
perubahan mendasar dalam kuantias give notice to the Engineer and shall be
suatu jenis pekerjaan yang termasuk entitled subject to Sub-Clause 20.1
dalam Kontrak, [Contractor’s Claims] to:

(b) suatu penyebab keterlambatan yang (a) an extension of time for any such
memberikan hak perpanjangan delay, if completion is or will be
waktu berdasarkan suatu Sub- delayed, under Sub-Clause 8.4
Klausula dari Persyaratan ini, [Extension of Time for Completion],
and
(c) kelainan keadaan cuaca yang sangat
buruk, (b) payment of any such Cost, which shall
be included in the Contract Price.
(d) kekurangan yang tak dapat
diperkirakan sebelumnya dalam Apabila Kontraktor mengalami
ketersediaan personil atau Barang- keterlambatan dan/atau menanggung
Barang akibat wabah atau kebijakan Biaya akibat memenuhi instruksi Enjinir
pemerintah, atau berdasarkan Sub-Klausula 8.8
[Penghentian Pekerjaan] dan/atau dari
(e) keterlambatan, kesulitan atau melanjutkan pekerjaan, Kontraktor harus
hambatan yang disebabkan atau menyampaikan pemberitahuan kepada
diakibatkan oleh Pengguna Jasa, Enjinir dan berdasarkan Sub-Klausula
Personil Pengguna Jasa atau 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] berhak atas:
Kontraktor lain yang dipekerjakan
Pengguna Jasa. (a) suatu perpanjangan waktu untuk
setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi

9|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

terlambat, berdasarkan Sub-Klausula Acara Serah Terima, dan Kontraktor


8.4 [Perpanjangan Waktu harus segera melaksanakan Pengujian
Penyelesaian], dan pada Akhir Pekerjaan sesegera mungkin,
sebelum tanggal berakhirnya Masa
(b) pembayaran atas setiap biaya, yang Pemberitahuan Cacat Mutu. Enjinir akan
akan dimasukkan ke dalam Harga meminta Pengujian Selesainya Pekerjaan
Kontrak. untuk dilaksanakan dengan memberikan
Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir pemberitahuan 14 hari dan sesuai dengan
harus menindak lanjutinya berdasarkan ketentuan terkait dalam Kontrak.
Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] dengan
menyetujui atau menetapkan hal-hal Apabila Kontraktor mengalami
tersebut. keterlambatan dan/atau menanggung
Biaya akibat keterlambatan pelaksanaan
EOT akibat Sub Clause 10.3 Pengujian pada Akhir Pekerjaan,
Interference with Tests on Completion Kontraktor harus menyampaikan
If the Contractor suffers delay and/or pemberitahuan kepada Enjinir dan
incurs Cost as a result of this delay in berhak berdasarkan Sub-Klausula 20.1
carrying out the Tests on Completion, the [Klaim Kontraktor] atas:
Contractor shall give notice to the Engineer (a) suatu perpanjangan waktu untuk
and shall be entitled subject to Sub-Clause setiap keterlambatan, apabila
20.1 [Contractor’s Claims] to: penyelesaian terlambat atau menjadi
(a) an extension of time for any such terlambat, berdasarkan Sub-Klausula
delay, if completion is or will be 8.4 [Perpanjangan Waktu
delayed, under Sub-Clause 8.4 Penyelesaian], dan
[Extension of Time for Completion], (b) pembayaran atas Biaya ditambah
and keuntungan, yang akan dimasukkan
(b) payment of any such Cost plus profit, ke dalam Harga Kontrak.
which shall be included in the Contract Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir
Price harus menindak lanjutinya berdasarkan
Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] dengan
menyetujui atau menetapkan hal-hal
Apabila Kontraktor dihalangi, lebih dari tersebut.
14 hari, untuk melaksanakan Pengujian
Selesainya Pekerjaan oleh suatu sebab EOT akibat Sub Clause 13.7
yang merupakan tanggungjawab Adjustments for Changes in Legislation
Pengguna Jasa, maka Pengguna Jasa harus If the Contractor suffers (or will suffer)
dianggap sebagai telah mengambil alih delay and/or incurs (or will incur)
Pekerjaan atau Bagian Pekerjaan (bila hal additional Cost as a result of these changes
ini terjadi) terhitung sejak tanggal in the Laws or in such interpretations,
Pengujian pada Akhir Pekerjaan made after the Base Date, the Contractor
seharusnya diselesaikan. Enjinir shall give notice to the Engineer and shall
selanjutnya harus menerbitkan Berita

10 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

be entitled subject to Sub-Clause 20.1 (b) pembayaran atas biaya tersebut, yang
[Contractor’s Claims] to: akan dimasukkan ke dalam Harga
Kontrak.
(a) an extension of time for any such
delay, if completion is or will be Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir
delayed, under Sub-Clause 8.4 harus menindaklanjutinya berdasarkan
[Extension of Time for Completion], Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
and menyetujui atau menetapkan hal tersebut.
Meskipun telah ditetapkan sebelumnya,
(b) payment of any such Cost, which shall Kontraktor tidak berhak atas
be included in the Contract Price. perpanjangan waktu apabila
keterlambatan telah diperhitungkan
dalam perpanjangan waktu sebelumnya
Nilai Kontrak harus disesuaikan dengan dan Biaya tersebut juga tidak akan
memperhitungkan penambahan ataupun dibayar secara terpisah apabila hal serupa
pengurangan biaya akibat perubahan telah diperhitungkan dalam penyusunan
Hukum di negara tersebut (termasuk komponen untuk tabel penyesuaian
pengenalan Hukum baru dan pencabutan berdasarkan ketentuan Sub-Klausula 13.8
[Penyesuaian akibat Perubahan Biaya].
atau perubahan Hukum yang ada) atau
dalam penjelasan hukum atau penjelasan EOT akibat Sub Clause 16.1
Pemerintah atas Hukum tersebut, yang Contractor’s Entitlement to Suspend
dibuat setelah Tanggal Dasar, dan Work
mempengaruhi Kontraktor dalam
pelaksanaan kewajibannya berdasarkan If the Contractor suffers delay and/or
Kontrak. incurs Cost as a result of suspending work
(or reducing the rate of work) in
Apabila Kontraktor mengalami (atau akan accordance with this Sub-Clause, the
mengalami) kelambatan dan/ atau Contractor shall give notice to the Engineer
mengeluarkan (atau akan mengeluarkan) and shall be entitled subject to Sub-Clause
biaya tambahan akibat perubahan Hukum 20.1 [Contractor’s Claims]
atau dalam penafsiran, yang dikeluarkan
setelah Tanggal Dasar, Kontraktor harus (a) an extension of time for any such
menyampaikan pemberitahuan kepada delay, if completion is or will be
Enjinir dan berhak sesuai dengan Sub- delayed, under Sub-Clause 8.4
Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] [Extension of Time for Completion],
atas: and

(a) suatu perpanjangan waktu (b) payment of any such Cost plus profit,
pelaksanaan akibat keterlambatan, which shall be included in the
tersebut, apabila penyelesaian Contract Price.
terlambat atau menjadi terlambat, Jika Enjinir gagal untuk mensahkan sesuai
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 dengan Sub-Klausula 14.6 Penerbitan
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian Berita Acara Pembayaran Sementara] atau
Pekerjaan], dan Pengguna Jasa gagal memenuhi Sub-
Klausula 2.4 [Pengaturan Keuangan

11 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Pengguna Jasa] atau Sub-Klausula 14.7 Jika Kontraktor mengalami keterlambatan


[Pembayaran], Kontraktor, dapat, sesudah dan/atau mengeluarkan Biaya sebagai
menyampaikan pemberitahuan tidak akibat dari penghentian pekerjaan (atau
kurang dari 21 hari kepada Pengguna mengurangi kecepatan pekerjaan) sesuai
Jasa, menghentikan pekerjaan (atau dengan Sub-Klausula ini, Kontraktor
menurunkan kecepatan pekerjaan), harus menyampaikan pemberitahuan
kecuali dan hingga Kontraktor menerima kepada Enjinir dan berhak menurut Sub-
Berita Acara Pembayaran, bukti yang Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor]
dapat diterima atau pembayaran, atas:
sebagaimana yang mungkin terjadi dan
sebagaimana dinyatakan dalam (a) suatu perpanjangan waktu untuk
pemberitahuan. kelambatan apa saja, apabila penyelesaian
terlambat atau akan terlambat,
Sekalipun demikian, apabila Bank telah berdasarkan Sub-Klausula 8.4.
melakukan penghentian pembayaran di [Perpanjangan Waktu Penyelesaian
bawah pinjaman atau kredit di mana Pekerjaan], dan (b) pembayaran atas
pembayaran kepada Kontraktor semua Biaya ditambah keuntungan, yang
dilakukan, baik seluruhnya maupun akan dimasukkan dalam Harga Kontrak.
sebagian, untuk pelaksanaan Pekerjaan,
dan tidak ada alternatif pendanaan yang Sesudah menerima pemberitahuan,
tersedia sebagaimana dinyatakan dalam Enjinir harus menindaklanjuti sesuai
Sub-Klausula 2.4 [Pengaturan Keuangan dengan Sub-Klausula 3.5. [Penetapan]
Pengguna Jasa], Kontraktor dapat melalui untuk menyetujui atau menetapkan hal
pemberitahuan menghentikan pekerjaan ini.
atau menurunkan kecepatan pekerjaan EOT akibat Sub Clause 17.4
kapan saja, tetapi tidak kurang dari tujuh Consequences of Employer’s Risks
hari sesudah Penerima Pinjaman
(Borrower) menerima pemberitahuan If the Contractor suffers delay and/or
penghentian dari Bank. incurs Cost from rectifying this loss or
damage, the Contractor shall give a further
Tindakan Kontraktor harus tidak notice to the Engineer and shall be entitled
merugikan haknya atas biaya bunga subject to Sub-Clause 20.1 [Contractor’s
berdasarkan Sub-Klausula 14.8 Claims] to:
[Keterlambatan Pembayaran] dan
pemutusan berdasarkan Sub-klausula (a) an extension of time for any such
16.2 [Pemutusan oleh Kontraktor]. delay, if completion is or will be
delayed, under Sub-Clause 8.4
Apabila Kontraktor setelah itu menerima [Extension of Time for Completion],
Berita Acara Pembayaran, bukti atau and
pembayaran (sebagaimana dinyatakan
dalam Sub-Klausula terkait dan dalam (b) payment of any such Cost, which shall
pemberitahuan di atas) sebelum be included in the Contract Price. In
memberikan pemberitahuan penghentian, the case of sub-paragraphs (f) and (g)
Kontraktor harus melanjutkan pekerjaan of Sub-Clause 17.3 [Employer’s Risks ],
secara normal sesegera dapat Cost plus profit shall be payable.
dilaksanakan.

12 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

Jika dan sampai sebatas bahwa resiko Clause 19.2 [Notice of Force Majeure], and
yang tercantum dalam Sub- Klausula 17.3 suffers delay and/or incurs Cost by reason
di atas mengakibatkan kehilangan dan of such Force Majeure, the Contractor shall
kerusakan Pekerjaan, Barang-barang, be entitled subject to Sub-Clause 20.1
atau Dokumen Kontraktor, Kontraktor [Contractor’s Claims] to:
harus segera menyampaikan
pemberitahuan kepada Enjinir dan harus (a) an extension of time for any such
mengganti kehilangan atau memperbaiki delay, if completion is or will be
kerusakan sampai batas yang ditentukan delayed, under Sub-Clause 8.4
oleh Enjinir. [Extension of Time for Completion],
Jika Kontraktor mengalami keterlambatan and
dan/atau mengeluarkan Biaya untuk (b) if the event or circumstance is of the
mengganti kehilangan atau memperbaiki kind described in sub-paragraphs (i)
kerusakan, Kontraktor harus to (iv) of Sub-Clause 19.1 [Definition of
menyampaikan pemberitahuan lebih Force Majeure] and, in the case of
lanjut kepada Enjinir dan akan berhak subparagraphs
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim
Kontraktor] atas: (ii) to (iv), occurs in the Country, payment
of any such Cost, including the costs of
(a) suatu perpanjangan waktu untuk rectifying or replacing the Works and/or
keterlambatan, jika penyelesaian Goods damaged or destructed by Force
terlambat atau menjadi terlambat Majeure, to the extent they are not
menurut Sub- Klausula 8.4. indemnified through the insurance policy
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian]; referred to in Sub-Clause 18.2 [ Insurance
dan for Works and Contractor’s Equipment ].
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan Jika Kontraktor terhambat dalam
dimasukkan dalam Harga Kontrak. pelaksanaan kewajiban mendasarnya
Dalam hal sub-paragraf (f) dan (g) menurut Kontrak yang pemberitahuannya
dari Sub-Klausula 17.3 [Resiko telah disampaikan menurut Sub-Klausula
Pengguna Jasa], Biaya ditambah 19.2 [Pemberitahuan Keadaan Kahar], dan
dengan keuntungan akan dibayarkan. mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya akibat Keadaan
Kahar, Kontraktor akan berhak
Setelah menerima pemberitahuan ini berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim
Enjinir harus menindak lanjuti sesuai oleh Kontraktor] atas:
Sub-Klausula 3.5 [Pemutusan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal ini. (a) suatu perpanjangan waktu untuk
keterlambatan, jika penyelesaian
EOT akibat Sub Clause 19.4 terlambat atau akan menjadi
Consequences of Force Majeure terlambat, menurut Sub-Klausula 8.4
[Perpanjangan Waktu Pelaksanaan],
If the Contractor is prevented from dan
performing its substantial obligations
under the Contract by Force Majeure of (b) jika kejadian atau keadaan adalah
which notice has been given under Sub- jenis yang tercantum dalam sub-

13 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

paragraf (i) sampai (iv) dari Sub- Tanpa memperhatikan ketentuan lain
Klausula 19.1[Definisi Keadaan Klausula ini, Keadaan Kahar tidak berlaku
Kahar] dan, dalam hal sub-paragraf untuk kewajiban melakukan
(ii) sampai (iv) terjadi di dalam pembayararan oleh salah satu Pihak
wilayah Negara, pembayaran Biaya, kepada Pihak lain.
termasuk biaya untuk memperbaiki
atau mengganti Pekerjaan dan/atau EOT menurut Klausula 20
Barang-barang yang rusak oleh If the Contractor considers himself to be
Keadaan Kahar, sampai sebatas entitled to any extension of the Time for
bahwa mereka tidak diganti melalui Completion and/or any additional
polis asuransi berdasarkan Sub- payment, under any Clause of these
Klausula 18.2 [Asuransi untuk Conditions or otherwise in connection with
Pekerjaan dan Peralatan Kontraktor]. the Contract, the Contractor shall give
Setelah menerima pemberitahuan ini, notice to the Engineer, describing the event
Enjinir harus menindaklanjuti sesuai or circumstance giving rise to the claim.
dengan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] The notice shall be given as soon as
untuk menyetujui atau menetapkan hal- practicable, and not later than 28 days
hal ini. after the Contractor became aware, or
should have become aware, of the event or
Merujuk ke Sub-klausula 19.2 , jika suatu circumstance.
Pihak terhambat atau akan terhambat
dalam melakukan kewajiban If the Contractor fails to give notice of a
mendasarnya menurut Kontrak oleh claim within such period of 28 days, the
Keadaan Kahar, selanjutnya ia harus Time for Completion shall not be extended,
menyampaikan pemberitahuan kepada the Contractor shall not be entitled to
Pihak lain mengenai kejadian atau additional payment, and the Employer
keadaan yang merupakan Keadaan Kahar shall be discharged from all liability in
dan harus menentukan kewajibannya, connection with the claim.
kinerja pelaksanaan yang terhambat atau Dari kedua alinea di atas, terlihat bahwa
akan terhambat. Pemberitahuan ini harus pengajuan klaim dari pihak kontraktor,
disampaikan dalam jangka waktu 14 hari harus diawali dengan pemberitahuan
setelah Pihak tersebut menyadari atau akan adanjay pengajuan klaim
seharusnya menyadari, kejadian atau (notification for claim) yang menjadi
keadaan terkait yang merupakan Keadaan sangat penting, karena jika pengajuan
Kahar.Pihak tersebut harus, setelah klaim melewati batas waktu tertentu yang
menyampaikan pemberitahuan, ditetapkan, maka kontraktor akan
dibebaskan dari kewajiban kinerja kehilangan haknya atas kompensasi
pelaksanaan selama Keadaan Kahar waktu dan biaya yang diajukan. Prosedur
menghalanginya untuk melaksanakan dan waktu yang diperlukan untuk tiap
kewajibannya. aktivitas terkait dengan klaim, dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini

14 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)

Gambar 1
Tahapan pengakuan klaim dari kontraktor
(FIDIC Conditions of Contract for construction MDB Harmonised Klausula 20

KESIMPULAN bersamaan mengabaikan kewajibannya


yang tertuang dalam kontrak. Di samping
Saat ini hampir tidak ada proyek itu selama ini perpanjangan waktu
konstruksi yang penyelesaiannya tepat dianggap suatu hal yang menguntungkan
waktu, kelambatan penyelesaian suatu kontraktor, karena akan terbebas dari
proyek sudah menjadi suatu keniscayaan. ganti rugi akibat kelambatan (liquidated
Untuk menghindari terjadinya dampak damages) dan dalam halk tertentu
negatif, yaitu sengketa, maka dua hal yang memberi peluang tambahan harga
harus didalami oleh kedua pihak adalah: kontrak. Sebenarnya perpanjangan
pemahaman kontrak secara utuh dan waktu adalah upaya yang menguntungkan
yang kedua pencatatan kejadian yang kedua belah pihak, karena pengguna ajsa
rapih, lengkap dan teratur (contemporary juga akan diuntungkan terkait dengan
record). dapat diselesaikannya proyek, karena jika
tidak diberikan perpanjanagan waktu
Klaim perpanjangan waktu (extension of maka proyek akan terhenti dan akhirnya
time) bilamana disetujui, dalam hal akan menunda pemasukan (revenue) bagi
tertentu mempunyai konsekuensi pengguna jasa, dalam hal proyek
tambahan harga kontrak, meskipun tidak merupakan suatu asset yang akan
dikatakan demikian dalam klausula dipoerasikan misalnya jalan tol, pusat
kontrak, karena perpanjangan waktu listrik dsb.. Dalam hal proyek
secara tidak langsung membuktikan atau infrastruktur milik pemerintah, misalnya
merupakan pengakuan atas tangung jalan umum, penyelesaian proyek akan
jawab akibat kesalahan pengguna jasa. memberi nilai tambah dari sisi ekonomi
Kurangnya kesadaran pihak pengguna bagi rakyat.
jasa bahwa penyelesaian proyek adalah
tujuan bersama, bukannya kalah menang
pada sengketa yang timbul. Pengguna jasa
selama ini sangat tertarik pada proses
konstruksi, tapi pada saat yang

15 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

REFERENSI Asia, paper presented, March 29 - 30,


Kuching, Malaysia..
Chow, Kok Fong (2006): Construction
Contracts Dictionary, Sweet& Maxwell Hardjomuljadi, Sarwono (2011a), The
Asia, Singapore. Development of New Edition FIDIC for
FIDIC (2006): General Conditions of Construction, MDB Harmonised
Contract for Construction, Edition, paper presented, Workshop,
Multilateral Harmonised Edition, Federation Internationale des
Federation Internationale des Ingenieur Conseils, January 27-28,
Ingenieur Conseils, Geneva, Brussels, Belgium
Switzerland, Hardjomuljadi, Sarwono (2011b),
Fisk, Edward R (2003): Construction Comparisons between FIDIC
Project Administration, Prentice-Hall Conditions of Contract 1999 and MDB
International, Columbus-Ohio Harmonised 2006, paper presented,
Garner, Brian A (1999): Black’s Law 3rd FIDIC Asia-Pacific Contract
Dictionary, Seventh Edition, West User’s Conference, FIDIC-Informa,
Group, St.Paul-Minnesota June 24-25, Singapore
Godfayl, Greg (2006): Construction Hardjomuljadi, Sarwono (2013b),
Contract Administration, UNSW Press, Challenge and Problem Solving in
Sydney, page 7 using FIDIC MDB: From
Hardjomuljadi, Sarwono (1999), The Commencement to Termination of the
Importance of Management Works, paper presented, World
Deciusions in the application of FIDIC Centenial Conference of Federation
Conditions of Contract for Civil Internatiomale des Ingenieur
Construction Works, Pikitring Sumut Conseils, September 15-18,
and Aceh, Medan. Barcelona, Spain
Hardjomuljadi Sarwono et al (2007): Martin, Elizabeth A, Law, Jonathan
Persyaratan Kontrak Untuk (2006): “Oxford Dictionary of Law”,
Pekerjaan Konstruksi, (terjemahan Oxford University Press
dengan lisensi dari FIDIC), Federation
Intrnationale Des Ingenieurs-
Conseils, Geneva.
Hardjomuljadi S, Abdulkadir, A, Takei M
(2008a): Strategi Klaim Konstruksi
Berdasarkan FIDIC Conditions of
Contract, Polagrade, Jakarta
Hardjomuljadi,Sarwono (2010): Fair and
balanced Conditions of Contract, a key
success in the construction of hydro
electric power plants in Indonesia,
paper presented, Third International
Conference on Water Resources and
Renewable Energy Development in

16 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

ANALISA PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PADA PEKERJA BANGUNAN GEDUNG PENATAAN RUANG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Dwi Handoko
Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Sony Sunaryo
Indung Soedarso
Dosen Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ABSTRAK: Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan terutama pada pelaksanaan
pembangunan bidang pekerjaan umum dengan konstruksi bangunan sederhana, hal ini ditunjukkan
dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja pada penyelenggaraan konstruksi, tenaga kerja di
sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan
menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling
berisiko terhadap kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat beberapa faktor penyebab
terjadi kecelakaan kerja, antara lain tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi, penggunaan metoda
pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya
melaksanakan peraturan-peraturan menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan
penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas ketersediaan alat
pelindung diri (APD), faktor lingkungan sosial ekonomi dan budaya pekerja dan kurang disiplinnya para
tenaga kerja didalam mematuhi ketentuan mengenai K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kepatuhan dan pengawasan terhadap kesadaran Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
pengujian hipotesis, sedangkan subjek penelitian ini adalah pekerja bangunan Gedung Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum yang dijadikan sampel penelitian. Teknik pengumplan data
menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan metode Ordinary
Least Square (OLS) menggunakan bantuan program statistik SPSS, namun sebelum dilakukan pengujian
regresi berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu pihak kontraktor dan kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya
meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja dalam proses pelaksanaan kontruksi.

Kata Kunci:Peraturan, Pengawasan, Kesadaran K3

ABSTRACT: K3 general problem in Indonesia is still often over looked, especially in the execution of
public works construction with simple building construction, as shown by the high number of accidents
on the implementation of construction work, employment inthe construction sector covers about 7-8%
of total work force in all sectors, and accounted 6:45% of GDP in Indonesia. Construction sector is one of
the sectors most at risk of work place accidents. Based on the evaluation results, there are several
factors that cause work place accidents, among others, were excluded expert construction techniques,
the use of appropriate methods of implementation, lack of supervision in the field of construction, not
yet fully implement regulations concerning existing K3, K3 implementation of weak supervision, less in
a dequate both in quality and quantity of availability of personal protective equipment (PPE),
environmental factors, socio-economic and cultural workers and the lack of discipline in the work force
to comply with the K3. This study aims to determine how much influence the awareness of compliance

17 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

and over sight of Occupational Health and Safety (K3). The research method used in this study is a
quantitative method to test the hypothesis, while the subject of this study is the construction workers
building campus Spatial Planning Ministry of Public Works that the research sample. Data collecting
using questionnaires. Datawere analyzed using multiple linear regression with the method of Ordinary
Least Square (OLS) using a statistical program SPSS, but prior to the first regression testing conducted
validity and reliability testing. The results oft his study are expected to help the contractor and the
Ministry of Public Works in an effort to minimize the occurrence of occupational accidents in the
construction process of implementation.

Keywords: Regulation, Control, Awareness K3

lainnya yaitu pertanian, perikanan,


LATAR BELAKANG perkayuan, dan pertambangan.
Kementerian Pekerjaan Umum sesuai Jumlahtenaga kerja di sektor konstruksi
bidang tugasnya menyelenggarakan urusan yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53%
pembangunan di bidang pekerjaan diantaranya hanya mengenyam pendidikan
umum.Kementerian Pekerjaan Umum sampai dengan tingkat Sekolah Dasar,
disamping dalam menyelenggarakan bahkansekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
urusan pembangunan di bidang pekerjaan belum pernah mendapatkan pendidikan
umum juga terus berupaya meningkatkan formalapapun (Iman Kurniawan Wicaksono
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan Moses L. Singgih, 2011).
untuk membantu Presiden dalam
penyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam upaya Kementerian Pekerjaan
Umum meningkatkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, hal ini dikuatkan dengan
diterbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.09/PRT/M/2008 tanggal 01 Juli
2008 tentang pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
konstruksi bidang pekerjaan umum.
Masalah K3 secara umum di Indonesia Gambar 1. Statistik Kecelakaan Kerja di
masih sering terabaikan terutama pada Indonesia dari Tahun 2007-2011
pelaksanaan pembangunan bidang
pekerjaan umum dengan konstruksi Berdasarkan data grafik diatas dari tahun
bangunan sederhana, hal ini ditunjukkan 2007-2011 terjadi peningkatan kecelakaan
dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia setiap tahunnya. Dari
kerjapada penyelenggaraan tahun 2007 sejumlah 83.714 orang, tahun
konstruksi,tenagakerja di sektor jasa 2008 sejumlah 94.736 orang, tahun 2009
konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari sejumlah 96.314 orang, tahun 2010
jumlah tenaga kerja diseluruh sektor, dan sejumlah 98.711 orang, tahun 2011
menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. sejumlah 99.491 orang (Yustiawan, Anas,
Sektor jasa konstruksi adalah salah satu 2012).
sektor yang paling berisiko terhadap Menurut teori efek domino H.W Heinrich
kecelakaan kerja, disampingsektor utama juga bahwa kontribusi terbesar penyebab

18 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
faktor kelalaian manusia yaitu sebesar Umum?
88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari
faktor ketidaklayakan
properti/aset/barang dan 2% faktor lain- BATASAN MASALAH
lain. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada
Hasil evaluasi kejadian-kejadian kecelakaan AnalisaPengaruh Keselamatan dan
kerja selama ini dapat disimpulkan Kesehatan Kerja (K3) pada Pekerja
beberapa faktor penyebab terjadi Bangunan Gedung Penataan Ruang
kecelakaan baik yang telah menimbulkan Kementerian Pekerjaan UmumJalan
korban jiwa maupun luka-luka disebabkan Pattimura No. 20, Jakarta Selatan.
tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,
penggunaan metoda pelaksanaan yang
tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan Manfaat Penelitian
konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya Penelitian mengenai AnalisaPengaruh
melaksanakan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pada Pekerja Bangunan Gedung Penataan
pengawasan penyelenggaraan K3, kurang Ruang Kementerian Pekerjaan Umumini
memadainya baik dalam kualitas dan diharapkan dapat memberikan sumbangan
kuantitas ketersediaan Alat Pelindung bagi ilmu pengetahuan, baik secara teoritis
Diri(APD), faktor lingkungan social maupun praktis terutama :
ekonomi dan budaya pekerja dan kurang 1. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini
disiplinnya para tenaga kerja didalam diharapkan dapat menjadi masukan
mematuhi ketentuan mengenai K3, antara terutama bagi mereka yang menaruh
lain pemakaian APD kecelakaan kerja minat untuk menindaklanjuti hasil
(Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber penelitian ini dengan mengambil
Daya Manusia, 2007). variabel penelitian yang berbeda dan
Berkaitan dengan hal tersebut diatas untuk dengan pendekatan yang berbeda pula.
mengetahui lebih jauh, maka Peneliti 2. Bagi kalangan akademisi,hasil penelitian
melakukan penelitian mengenai ini diharapkan dapat memperkaya
pelaksanaan K3padaPekerja Bangunan khasanah kepustakaan administrasi
Gedung Penataan Ruang Kementerian publik, khususnya mengenai pengaruh
Pekerjaan UmumJalan Pattimura No. 20, K3 pada Pekerja Bangunan Gedung
Jakarta Selatan. Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
Umum.
PERUMUSAN MASALAH 3. Bagi Konsultan Perencana, hasil
Perumusan masalah dalam penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat
adalah Ingin mengetahui seberapa besar membuat masukan dalam dokumen
pengaruh (peraturan, prosedur, peralatan, pelaksanaan untuk meningkatkan K3.
pengarahan, menetapkan sasaran, 4. Bagi Kontraktor, hasil penelitian ini
memantau pelaksanaan) terhadap diharapkan dapat memberikan masukan
kesadaran Keselamatan dan Kesehatan yang berarti untuk meningkatkan K3
Kerja (K3)Pekerja Bangunan Gedung pada Pekerja Bangunan Gedung

19 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan mereka tercermin budaya atau iklim


Umum. organisasi. Dengan kata lain, supervisor
mempunyai pengaruh langsung terhadap
LANDASAN TEORI perilaku bawahannya.
Pengertian Kepatuhan Pada penelitian ini tentang pengawasan
Kepatuhan pada peraturan keselamatan menggunakan teori Agus (2001:3) dalam
menggambarkan aktivitas inti yang harus Rapina dan Friska (2011:15) dan Hasil
dilaksanakan oleh seseorang untuk studi Kozlowski dan Doherty (1989) yang
memelihara keselamatan tempat kerja dikutip dari studi O’Driscoll dan Beehr
(Neal & Griffin, 2002 dalam Prihatiningsih (1994) dalam Rapina dan Friska (2011:16)
dan Sugiyanto, 2010). Lebih lanjut, dengan indikator pengarahan, menetapkan
dikatakan bahwa kepatuhan keselamatan sasaran, memantau pelaksanaan.
meliputi kepatuhan terhadap peraturan Digunakannya teori Agus (2001:3) dalam
keselamatan,mengikuti prosedur yang Rapina dan Friska (2011:15) dan Hasil
benar, dan menggunakan peralatan yang studi Kozlowski dan Doherty (1989) yang
tepat. dikutip dari studi O’Driscoll dan Beehr
Pada penelitian ini tentang kepatuhan (1994) dalam Rapina dan Friska (2011:16)
menggunakan teori Neal dan Griffin (2002) tersebut dikarenakan, ketiga indikator yang
dalam Prihatiningsih dan Sugiyanto (2010) digunakan memiliki kesesuaian dengan
dengan indikator peraturan, prosedur, dan obyek penelitian ini.
peralatan. Digunakannya teori Neal dan
Griffin (2002) tersebut dikarenakan, ketiga
indikator yang digunakan memiliki Pengertian Keselamatan Kerja
kesesuaian dengan obyek penelitian ini. Adapun penyebab dasar kecelakaan di
tempat kerja: kejadian karena ada
Pengertian Pengawasan kemungkinan, kondisi yang tidak aman, dan
Black (1994:9) dalam Rapina dan Friska tindakan yang tidak aman dari pihak
(2011:15) mengungkapkan pengawasan karyawan. Kejadian karena ada
merupakan tercapainya sasaran yang telah kemungkinan berkontribusi terhadap
ditentukan sebelumnya, dengan hasil yang kecelakaan, tetapi kurang lebih berada di
bermutu dalam batas waktu yang telah luar kendali manajemen (Dessler,
ditetapkan. 2007:278).
Agus (2001:3) dalam Rapina dan Friska
(2011:15) menyatakan pengawasan 1. Kondisi yang Tidak Aman dan Faktor
merupakan kegiatan yang Lain yang Berhubungan dengan
mengkoordinasikan tugas pelaksanaan Pekerjaan
tugas melalui pengarahan dan umpan balik Kondisi yang tidak aman adalah salah satu
(feedback) yang efektif dan efisien. penyebab utama kecelakaan. Hal ini
Hasil studi Kozlowski dan Doherty (1989) termaksuk hal-hal seperti (Dessler,
yang dikutip dari studi O’Driscoll dan Beehr 2007:278):
(1994) dalam Rapina dan Friska (2011:16) a. Peralatan yang tidak terjaga dengan
menunjukkan bahwa pengawasan baik.
merupakan pihak yang paling dekat dengan b. Peralatan yang rusak.
konteks kerja seseorang karena melalui

20 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

c. Prosedur berbahaya di dalam, pada, atau 2. Mengurangi Tindakan Tidak Aman


di sekitar mesin atau peralatan. dengan Menekankan Keamanan
d. Penyimpanan yang tidak aman, Menciptakan iklim keamanan yang tepat
kepadatan, kelebihan beban. bukan hanya bersifat akademis.Studi
e. Penerangan yang tidak tepat, cahaya menemukan bahwa (1) karyawan memang
yang menyorot, atau tidak cukup. mengembangkan persepsi konsisten
f. Ventilasi yang tidak baik, pertukaran mengenai praktik keamanan penyediaan,
udara yang tidak cukup sumber udara dan (2) persepsi iklim keamanan ini
yang tidak murni. memprediksikan catatan keamanan di
bulan-bulan setelah survei
2. Penyebab Tindakan yang Tidak Aman tersebut.Amatlah penting untuk
Tindakan yang tidak aman dapat merusak memperlihatkan baik dengan perkataan
upaya terbaik untuk meminimalkan kondisi dan perbuatan bahwa keamanan adalah
yang tidak aman, tetapi sayangnya tidak sangat penting. Sebagai contoh, penyelia
mudah menjawab pertanyaan tentang apa harus (Dessler, 2007:284):
yang menyebabkan hal tersebut. a. Menguji karyawan saat mereka memilih
Karenanya, meskipun sebagian orang yakin perilaku yang aman.
bahwa hampir semua orang yang mudah b. Mendengar saat karyawan menawarkan
celaka adalah orang yang implusif (Dessler, usulan, kekhawatiran, atau keluhan.
2007:282). c. Menjadi contoh yang baik, misalnya
Pada peraktiknya, pencegahan kecelakaan dengan mengikuti setiap aturan
bermula dari dua aktifitas dasar: (1) keamanan dan prosedur.
mengurangi kondisi yang tidak aman dan d. Mengunjungi daerah pabrik secara
(2) mengurangi tindakan yang tidak aman. teratur.
Disebagian besar fasilitas, kepala petugas e. Memelihara komunikasi keamanan yang
keamanan bertanggung jawab untuk terbuka, misalnya dengan memberitahu
kegiatan ini (Dessler, 2007:282). karyawan sebanyak mungkin tentang
aktifitas keamanan seperti menguji
1. Mengurangi Kondisi yang Tidak Aman alarm dan mengubah peralatan atau
Mengurangi kondisi yang tidak aman prosedur keamanan.
dengan merancang pekerjaan dengan baik f. Menghubungkan bonus manajer dengan
dan memiliki manajer yang mengawasi perbaikan keamanan.
bahaya selalu harus merupakan pilihan
pertama.Kemudian pengendalian 3. Mengurangi Tindakan Tidak Aman
administratif, seperti rotasi pekerjaan Melalui Seleksi dan Penempatan
untuk mengurangi keterbukaan jangka Penyaringan adalah cara lain untuk
panjang terhadap bahaya.Baru kemudian mengurangi tindakan tidak aman. Disini
peralatan perlindung pribadi. Mengurangi tujuannya adalah untuk mengisolasi sifat
tindakan yang tidak aman melalui (seperti keterampilan visual) yang dapat
penyaringan, pelatihan, atau program memprediksikan kecelakaan pada
insentif, adalah cara dasar untuk pekerjaan yang bersangkutan, kemudian
mengurangi kecelakaan (Dessler, menyaring kandidat berdasarkan
2007:278). sifatnya.Studi menyatakan bahwa tes
seperti Employee Reliability Inventory

21 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

(ERI)/ Daftar Keandalan Karyawan dapat 6. Keamanan Berdasarkan Perilaku


membantu pengusaha mengurangi Keamanan berdasarkan perilaku berarti
tindakan yang tidak aman di tempat mengidentifikasi perilaku pekerja yang
kerja.Pada intinya ERI mengukur dimensi berkontribusi pada kecelakaan dan
keandalan seperti kematangan emosional, kemudiaan melatih pekerja untuk
kehati-hatian, kinerja pekerjaan aman, dan menghindari perilaku ini (Dessler,
kinerja kehati-hatian (Dessler, 2007:274). 2007:287).

4. Mengurangi Tindakan Tidak Aman 7. Menggunakan Partisipasi


Melalui Pelatihan Karyawan
Pelatihan keamanan adalah cara lain untuk Partisipasi karyawan dapat diterapkan
mengurangi tindakan tidak aman. Hal ini dalam beberapa bentuk. Manajemen
sangatlah tepat bagi karyawan baru.Anda membentuk tim gabungan keamanan
harus menginstruksikan mereka dalam tenaga kerja menajemen untuk setiap
praktik dan prosedur keamanan, departemen. Paling tidak ada dua alasan
memperingatkan mereka tentang potensi untuk melibatkan karyawan dalam
bahaya dan bekerja dengan menyusun program keamanan karyawan.
mengembangkan perilaku yang menyadari Pertama, mereka adalah sumber ide terbaik
keamanan (Dessler, 2007:275). pihak manajemen berkaitan dengan ide
tentang apa masalah potensial dan
5. Mengurangi Tindakan Tidak Aman bagaimana solusinya. Kedua, lebih mudah
Melalui Motivasi: Poster, Program membuat karyawan menerima dan secara
Insentif, dan Penguatan Positif antusias mengikuti program keamanan bila
Poster keamanan juga membantu mereka berperan serta dalam
mengurangi tindakan tidak aman.Namun, penyusunannya (Dessler, 2007:287).
poster bukanlah pengganti bagi program
keamanan komprehensif, pengusaha harus 8. Melakukan Inspeksi dan Audit
mengkombinasikan mereka dengan teknik Keamanan dan Kesehatan
lainnya untuk mengurangi kondisi dan Manajer dapat mempercepat proses audit
tindakan tidak aman, dan juga sering keamanan dengan menggunakan bantuan
mengubahnya (Dessler, 2007:286). digital personal seperti Palm Pilot. Untuk
Program insentif juga telah berhasil menggunakan aplikasi ini, manager atau
mengurangi luka-luka tempat kerja. Satu petugas keamanan memberikan nama audit
pilihan adalah dengan menekankan insentif keamanan, memasukan pertanyaan audit,
“nontradisional” misalnya, dengan dan daftar jawaban yang mungkin. Penyelia
memberikan penghargaan pengakuan dan para karyawan lalu menggunakan Palm
kepada karyawan karena menghadiri Pilot untuk mencatat audit tersebut untuk
pertemuan keamanan, karena mengenali secara otomatis mengirimkannya ke bagian
bahya, atau karena memperlihatkan keamanan perusahaan (Dessler, 2007:288).
kemahiran mereka dalam hal keamanan
dan kesehatan (Dessler, 2007:286). 9. Mengendalikan Biaya
Kompensasi Pekerja
Pada saat kecelakaan benar-benar terjadi,
karyawan mungkin beralih pada asuransi

22 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

pekerja pengusaha untuk menutupi biaya merupakan penggambaran variabel yang


dan kehilangannya. Sebaliknua, kompensasi diteliti dan berfungsi sebagai alat
premium pekerja memiliki pengusaha pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data,
merefleksikan jumlah dan ukuran klain sangat menentukan bermutu tidaknya hasil
yang diajukan.Oleh karena itu, terdapat penelitian. Sedang benar tidaknya data,
dorongan menusiawi dan keuangan untuk tergantung dari baik tidaknya instrumen
mengurangi tuntutan tersebut (Dessler, pengumpulan data. Pengujian instumen
2007:288). biasanya terdiri dari uji validitas dan
reliabilitas.
Pada penelitian ini tentang kesadaran Validitas adalah tingkat keandalan dan
keselamatan kerja menggunakan teoriFlin kesahihan alat ukur yang digunakan.
et al. (2000), dan Dessler (2007) dengan Intrumen dikatakan valid berarti
indikator sikap, perilaku, komitmen, menunjukkan alat ukur yang dipergunakan
pelatihan, dan kompetensi. Penelitian ini untuk mendapatkan data itu valid atau
menggunakan teori yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur apa yang
oleh Flin et al. (2000), dan Dessler (2007) seharusnya di ukur. Dengan demikian,
karena terdapat indikator dari Keselamatan instrumen yang valid merupakan
dan Kesehatan Kerja yang memiliki instrumen yang benar-benar tepat untuk
kesesuaian dengan obyek penelitian ini. mengukur apa yang hendak di ukur.
Pengujian validitas menggunakan program
PEMBAHASAN SPSS dengan metode Pearson Correlation,
Kerangka Pemikiran yaitu mengkorelasikan tiap item dengan
Berdasarkan pemaparan teori mengenai skor total item kuisioner.Dasar
Peraturan, Prosedur, Peralatan, pengambilan keputusan uji validitas
Pengawasan, Menetapkan Sasaran, sebagai berikut: (Alhusin, 2003)
Memantau Pelaksanaan dan Keselamatan - Jika rhitung> rtabel, maka butir pertanyaan
dan Kesehatan Kerja (K3) dari para peneliti dinyatakan valid.
dan ahli terdahulu, maka dapat dibuatkan - Jika rhitung< rtabel, maka butir pertanyaan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini dinyatakan tidak valid.
sebagai berikut: Nilai r table dapat dilihat pada table
statistik r dengan N=100 atau df = n-2 = 98
dan dengan signifikansi 0,05 maka didapat
nilai r tabel = 0,197.
Hasil uji validitas disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Item
Kepu
Variabel Item r hitung r kritis
tusan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Item1 0,705 0,197 Valid


Peratura
n
Uji Validitas Item2 0,671 0,197 Valid
Dalam penelitian, data mempunyai (X11)
Item3 0,797 0,197 Valid
kedudukan yang paling tinggi, karena data

23 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Item4 0,790 0,197 Valid Item9 0,536 0,197 Valid

Item1 0,617 0,197 Valid Item10 0,662 0,197 Valid

Item2 0,752 0,197 Valid Item11 0,667 0,197 Valid


Prosedur
(X12) Item12 0,656 0,197 Valid
Item3 0,778 0,197 Valid

Item4 0,747 0,197 Valid Item13 0,640 0,197 Valid

Item1 0,661 0,197 Valid Item14 0,677 0,197 Valid

Item2 0,742 0,197 Valid Item15 0,579 0,197 Valid


Peralata
n (X13) Item16 0,633 0,197 Valid
Item3 0,784 0,197 Valid

Item4 0,718 0,197 Valid Item17 0,684 0,197 Valid

Item1 0,692 0,197 Valid Item18 0,669 0,197 Valid

Item2 0,689 0,197 Valid Item19 0,649 0,197 Valid


Pengarah
an (X21) Item20 0,508 0,197 Valid
Item3 0,714 0,197 Valid

Item4 0,692 0,197 Valid Sumber: Data diolah, 2014

Item1 0,734 0,197 Valid


Dari tabel di atas dapat diketahui semua
Menetapk
an
Item2 0,713 0,197 Valid item nilai korelasi lebih dari r table 0,197.
sasaran Dengan ini maka dapat disimpulkan bahwa
Item3 0,777 0,197 Valid
(X22) item-item kuisioner tersebut valid.
Item4 0,651 0,197 Valid
Uji Reliabilitas
Item1 0,672 0,197 Valid
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan
Memantau Item2 0,641 0,197 Valid apakah instrumen yang dalam hal ini
pelaksanaa kuesioner dapat digunakan lebih dari satu
n (X23) Item3 0,797 0,197 Valid
kali, paling tidak oleh responden yang sama
Item4 0,698 0,197 Valid akan menghasilkan data yang konsisten.
Dengan kata lain, reliabilitas instrumen
Item1 0,522 0,197 Valid mencirikan tingkat konsistensi.Pengujian
Item2 0,687 0,197 Valid reliabilitas yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode Cronbach Alpha.
Kesadara Item3 0,649 0,197 Valid Metode Cronbach Alpha digunakan untuk
n mencari reliabilitas instrumen yang
Item4 0,682 0,197 Valid
keselamat
skornya merupakan rentangan dari
an dan
Item5 0,586 0,197 Valid beberapa nilai atau berbentuk skala.
kesehatan
Kerja (Y) Item6 0,633 0,197 Valid Dasar pengambilan keputusan untuk
pengujian reliabilitas adalah sebagai
Item7 0,582 0,197 Valid berikut: (Ghazali, 2005)
Item8 0,585 0,197 Valid - Jika nilai Cronbach Alpha> 0,60, maka
kuesioner yang diuji dinyatakan reliabel.

24 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

- Jika nilai Cronbach Alpha< 0,60, maka item pertanyaan 1 sampai item terakhir
kuesioner yang diuji dinyatakan tidak untuk masing-masing variabel. Untuk
reliabel. variable Peraturan jumlah data 100, nilai
Setelah dihitung dengan bantuan program minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
SPSS maka dapat diketahui nilai reliabilitas 20,61, dan standar deviasi 3,101. Untuk
(cronbach’s alpha) adalah sebagai berikut: variable Prosedur jumlah data 100, nilai
minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
21,08, dan standar deviasi 3,177. Untuk
variable Peralatan jumlah data 100, nilai
minimum 12, nilai maksimum 27, rata-rata
20,66, dan standar deviasi 3,207. Untuk
variable Pengarahan jumlah data 100, nilai
minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
20,76, dan standar deviasi 3,009. Untuk
variable Menetapkan sasaran jumlah data
100, nilai minimum 12, nilai maksimum 25,
rata-rata 20,70, dan standar deviasi 3,211.
Analisis deskriptif statistk Untuk variable Memantau pelaksanaan
Analisis ini untuk mengetahui deskripsi jumlah data 100, nilai minimum 13, nilai
data seperti mean, nilai minimum, nilai maksimum 26, rata-rata 20,37, dan standar
maksimum, dan standar deviasi. Berikut ini deviasi 3,090. Dan untuk variable
disajikan statistik deskriptif tentang Kesadaran keselamatan dan kesehatan
kerja jumlah data 100, nilai minimum 69,
nilai maksimum 120, rata-rata 102,66, dan
standar deviasi 13,929.

Uji Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk
menguji kelayakan atas model regresi
berganda yang digunakan dalam penelitian
ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk
memastikan bahwa di dalam model regresi
yang digunakan tidak terdapat
multikolinieritas dan heteroskedastisitas
serta untuk memastikan bahwa data yang
dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali,
2011).
variable-variabel penelitian yaitu sebagai a. Uji Normalitas Uji normalitas pada model
berikut: regresi digunakan untuk menguji apakah
nilai residual terdistribusi secara normal
Dari tabel di atas dapat diketahui deskripsi atau tidak. Model regresi yang baik adalah
statistik tentang skor total dari variabel- yang memiliki nilai residual yang
variabel yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal.
ini. Skor total adalah penjumlahan skor dari

25 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Cara untuk mendeteksinya adalah dengan Pengujian ada tidaknya gejala


melihat penyebaran data pada sumber multikolinearitas dilakukan dengan melihat
diagonal pada grafik NormalP-P Plotof nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
regression standardized sebagai dasar Tolerance. Apabila nilai VIF berada dibawah
pengambilan keputusannya. Jika menyebar 10,00 dan nilai Tolerance lebih dari 0,100,
sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka diambil kesimpulan bahwa model
maka model regresi tersebut telah normal regresi tersebut tidak terdapat masalah
dan layak dipakai untuk memprediksi multikolinearitas.
variabel bebas dan sebaliknya.
Hasil uji multikolinearitas disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.1
Uji Normalitas (Grafik Normal P-P Plot) Tabel 4.4
Hasil uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Peraturan
.569 1.757
(X11)
Prosedur
.282 3.548
(X12)
Peralatan
Sumber : Data diolah, 2014 .305 3.284
(X13)

Dari gambar grafik di atas dapat diketahui Pengarahan


.330 3.030
bahwa titik-titik menyebar sekitar garis (X21)
dan mengikuti garis diagonal, maka model Menetapkan
regresi tersebut telah normal dan layak .425 2.350
sasaran (X22)
dipakai untuk memprediksi variabel bebas.
Memantau
b. Uji Multikolinearitas
pelaksanaan .496 2.015
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
(X23)
menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi yang tinggi Dependent Variable: Kesadaran
antar variabel independen. Jika terjadi keselamatan dan kesehatan Kerja (Y)
korelasi yang tinggi, maka dinamakan Sumber : Data diolah, 2014
terdapat masalah multikolonieritas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
korelasi yang tinggi diantara variabel nilai VIF kurang dari 10,00 dan Tolerance
independen. lebih dari 0,100 untuk ke enam variabel
independen, maka dapat disimpulkan

26 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

bahwa model regresi tidak terjadi masalah


multikolinearitas. Dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar
dengan pola yang tidak jelas diatas dan
c. Uji Heteroskedastisitas dibawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana heterokedastisitas pada model regresi.
terjadinya ketidaksamaan varian dari
residual pada model regresi(Priyatno, Analisis Regresi Linier dan Uji Hipotesis
2009). Model regresi yang baik a. Persamaan Regresi Linier Berganda
mensyaratkan tidak adanya masalah Analisis regresi linier berganda digunakan
heteroskedastisitas. Uji ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh variabel
menguji apakah dalam sebuah model independen terhadap variabel dependen
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari baik secara parsial maupun secara
residual suatu pengamatan ke pengamatan simultan. Bentuk umum persamaan regresi
lainnya. Jika varians dari residual suatu linier berganda dengan empat variabel
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, independen yaitu sebagai berikut:
hal ini disebut Homoskedastisitas, namun Y = a + ß11X11 + ß12X12 + ß13X13 +
jika variansnya berbeda, disebut ß21X21 + ß22X22 + ß23X23 + e
heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya Dimana :
heterokedastisitas dengan melihat pola
titik-titik pada scatterplots regresi. Jika Y = Kesadaran Keselamatan dan
titik-titik menyebar dengan pola yang tidak Kesehatan Kerja
jelas diatas dan dibawah angka 0 pada a = Konstanta
sumbu Y maka tidak terjadi masalah ß = Koefisien regresi
heteroskedastisitas. X11 = Peraturan
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat X12 = Prosedur
pada output Regression pada gambar X13 = Peralatan
Scatterplot: X21 = Pengarahan
X22 = Menetapkan sasaran
X23 = Memantau pelaksanaan
Gambar 4.2 e = error (tingkat kesalahan)
Hasil uji Heteroskedastisitas
Hasil yang diperoleh setelah data diolah
dengan bantuan program SPSS disajikan
dalam tabel berikut ini:

Sumber : Data diolah, 2014

27 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Tabel 4.5 keselamatan dan kesehatan kerja


Analisis Regresi Linear Berganda sebesar 0,909 satuan, dengan asumsi
variabel independen lain nilainya tetap.
- Koefisien regresi variabel Peralatan (X13)
sebesar 0,724; artinya setiap
peningkatan peralatan sebesar 1 satuan,
maka akan meningkatkan kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja
sebesar 0,724 satuan, dengan asumsi
variabel independen lain nilainya tetap.
- Koefisien regresi variabel Pengarahan
(X21) sebesar 0,732; artinya setiap
peningkatan pengarahan sebesar 1
satuan, maka akan meningkatkan
kesadaran keselamatan dan kesehatan
kerja sebesar 0,732 satuan, dengan
asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
- Koefisien regresi variabel Menetapkan
sasaran (X22) sebesar 0,577; artinya
Sumber : Data diolah, 2014
setiap peningkatan menetapkan sasaran
sebesar 1 satuan, maka akan
Persamaan regresinya sebagai berikut:
meningkatkan kesadaran keselamatan
Y = 2,687 + 1,321X11 + 0,909X12 +
dan kesehatan kerja sebesar 0,577
0,724X13 + 0,732X21 + 0,577X22 +
satuan, dengan asumsi variabel
0,563X23
independen lain nilainya tetap.
- Konstanta sebesar 2,687; artinya jika
- Koefisien regresi variabel Memantau
peraturan, prosedur, peralatan,
pelaksanaan (X23) sebesar 0,563; artinya
pengarahan, menetapkan sasaran, dan
setiap peningkatan memantau
memantau pelaksanaan nilainya adalah
pelaksanaan sebesar 1 satuan, maka
0, maka besarnya kesadaran
akan meningkatkan kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja (Y)
keselamatan dan kesehatan kerja
nilainya sebesar 2,687.
sebesar 0,563 satuan, dengan asumsi
- Koefisien regresi variabel Peraturan variabel independen lain nilainya tetap.
(X11) sebesar 1,321; artinya setiap b. Uji t (uji koefisien regresi secara parsial)
peningkatan peraturan sebesar 1 satuan, Uji t digunakan untuk mengetahui
maka akan meningkatkan kesadaran apakah variabel independen secara
keselamatan dan kesehatan kerja parsial berpengaruh terhadap variable
sebesar 1,321 satuan, dengan asumsi dependen atau tidak.
variabel independen lain nilainya tetap. Hasil uji t yang diperoleh disajikan
- Koefisien regresi variabel Prosedur (X12) sebagai berikut:
sebesar 0,909; artinya setiap Tabel 4.6
peningkatan prosedur sebesar 1 satuan,
maka akan meningkatkan kesadaran

28 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

Hasil uji t (uji secara parsial) Berdasarkan tabel di atas diperoleh t


Coefficientsa hitung sebesar 4,876
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan
 = 0,05
Tabel distribusi t dapat dilihat pada
Model t Sig. tabel t statistik dengan signifikansi =
0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan
1 (Constant) .519 .605 derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 100-
6-1 = 93. Dengan pengujian 2 sisi hasil
Peraturan
4.876 .000 diperoleh untuk ttabel sebesar 1,986 / -
(X11)
1,986,.
Prosedur 4. Kriteria pengujian
2.420 .017
(X12) - Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t
hitung ≤ t tabel
Peralatan - Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t hitung>
2.023 .046
(X13) t tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel
Pengarahan
1.996 .049 Nilai thitung> ttabel (4,876 > 1,986), maka Ho
(X21)
ditolak
Menetapkan 6.Membuat kesimpulan
1.907 .060 Oleh karena nilai thitung> ttabel (4,876 >
sasaran (X22)
1,986), maka Ho ditolak, artinya bahwa
Memantau Peraturan secara parsial berpengaruh
pelaksanaan 1.932 .056 terhadap Kesadaran keselamatan dan
(X23) kesehatan kerja pada pekerja bangunan
gedung Penataan Ruang Kementerian
a. Dependent Variable: Kesadaran
Pekerjaan Umum.
keselamatan dan kesehatan Kerja (Y)
Nilai t hitung positif, artinya
berpengaruh positif, yaitu semakin
Sumber : Data diolah, 2014 meningkat peraturan maka akan
meningkatkan Kesadaran keselamatan
a Pengujian terhadap koefisien variabel dan kesehatan kerja.
Peraturan(b11)
Langkah-langkah pengujian sebagai b Pengujian terhadap koefisien variabel
berikut: Prosedur(b12)
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis Langkah-langkah pengujian sebagai
alternatif berikut:
Ho : b11= 0 Peraturan secara parsial 1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis
tidak berpengaruh terhadap kesadaran alternatif
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja) Ho : b12 = 0 Prosedur secara parsial
Ha : b11 0 Peraturan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kesadaran
berpengaruh terhadap kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja pekerja)
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja.
2. Menentukan t hitung

29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Ha : b12 0 Prosedur secara parsial Ho : b13 = 0 Peralatan secara parsial


berpengaruh terhadap kesadaran tidak berpengaruh terhadap kesadaran
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja. keselamatan dan kesehatan kerja pekerja)
2. Menentukan t hitung Ha : b13 0 Peralatan secara parsial
Berdasarkan tabel di atas diperoleh t berpengaruh terhadap kesadaran
hitung sebesar 2,420 keselamatan dan kesehatan kerja pekerja.
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan 2. Menentukan t hitung
 = 0,05 Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung
Tabel distribusi t dapat dilihat pada sebesar 2,023
tabel t statistik dengan signifikansi = 3. Menentukan t tabel dengan menggunakan
0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan  = 0,05
derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 100- Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel t
6-1 = 93. Dengan pengujian 2 sisi hasil statistik dengan signifikansi = 0,05 : 2 =
diperoleh untuk ttabel sebesar 1,986 / - 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
1,986,. (df) n-k-1 atau 100-6-1 = 93. Dengan
4. Kriteria pengujian pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel
- Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t sebesar 1,986 / -1,986,.
hitung ≤ t tabel 4. Kriteria pengujian
- Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t - Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t
hitung> t tabel hitung ≤ t tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel - Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t
Nilai thitung> ttabel (2,420 > hitung> t tabel
1,986), maka Ho ditolak 5. Membandingkan thitung dengan ttabel
Nilai thitung> ttabel (2,023 > 1,986), maka
6. Membuat kesimpulan Ho ditolak
Oleh karena nilai thitung> ttabel (2,420 > 6. Membuat kesimpulan
1,986), maka Ho ditolak, artinya bahwa Oleh karena nilai thitung> ttabel (2,023 >
Prosedur secara parsial berpengaruh 1,986), maka Ho ditolak, artinya bahwa
terhadap Kesadaran keselamatan dan Peralatan secara parsial berpengaruh
kesehatan kerja pada pekerja bangunan terhadap Kesadaran keselamatan dan
gedung Penataan Ruang Kementerian kesehatan kerja pada pekerja
Pekerjaan Umum. bangunan gedung Penataan Ruang
Nilai t hitung positif, artinya Kementerian Pekerjaan Umum.
berpengaruh positif, yaitu semakin Nilai t hitung positif, artinya
meningkat prosedur maka akan berpengaruh positif, yaitu semakin
meningkatkan Kesadaran keselamatan meningkat peralatan maka akan
dan kesehatan kerja. meningkatkan kesadaran keselamatan
c Pengujian terhadap koefisien variabel dan kesehatan kerja.
Peralatan(b13)
Langkah-langkah pengujian sebagai d Pengujian terhadap koefisien variabel
berikut: Pengarahan (X21)
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis Langkah-langkah pengujian sebagai
alternatif berikut:

30 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis Langkah-langkah pengujian sebagai


alternatif berikut:
Ho : b21 = 0 Pengarahan secara parsial 1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis
tidak berpengaruh terhadap kesadaran alternatif
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja) Ho : b22 = 0 Menetapkan sasaran secara
Ha : b21 0 Pengarahan secara parsial parsial tidak berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap kesadaran kesadaran keselamatan dan kesehatan
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja. kerja pekerja)
2. Menentukan t hitung Ha : b22 0 Menetapkan sasaran secara
Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung parsial berpengaruh terhadap kesadaran
sebesar 1,996 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja.
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan 2. Menentukan t hitung
 = 0,05 Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung
Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel t sebesar 1,907
statistik dengan signifikansi = 0,05 : 2 = 3. Menentukan t tabel dengan
0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan menggunakan  = 0,05
(df) n-k-1 atau 100-6-1 = 93. Dengan Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel t
pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel statistik dengan signifikansi = 0,05 : 2 =
sebesar 1,986 / -1,986,. 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
4. Kriteria pengujian (df) n-k-1 atau 100-6-1 = 93. Dengan
- Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel
hitung ≤ t tabel sebesar 1,986 / -1,986,.
- Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t 4. Kriteria pengujian
hitung> t tabel - Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t hitung
5. Membandingkan thitung dengan ttabel ≤ t tabel
Nilai thitung> ttabel (1,996 > 1,986), maka - Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t hitung> t
Ho ditolak tabel
6. Membuat kesimpulan 5. Membandingkan thitung dengan ttabel
Oleh karena nilai thitung> ttabel (1,996 > Nilai thitung< ttabel (1,907 < 1,986), maka Ho
1,986), maka Ho ditolak, artinya bahwa diterima
Pengarahan secara parsial berpengaruh 6. Membuat kesimpulan
terhadap Kesadaran keselamatan dan Oleh karena thitung< ttabel (1,907 < 1,986),
kesehatan kerja pada pekerja bangunan maka Ho diterima, artinya bahwa
gedung Penataan Ruang Kementerian Menetapkan sasaran secara parsial tidak
Pekerjaan Umum. berpengaruh terhadap Kesadaran
Nilai t hitung positif, artinya keselamatan dan kesehatan kerja pada
berpengaruh positif, yaitu semakin pekerja bangunan gedung Penataan Ruang
meningkat pengarahan maka akan Kementerian Pekerjaan Umum.
meningkatkan kesadaran keselamatan
dan kesehatan kerja. f Pengujian terhadap koefisien variabel
Memantau pelaksanaan (X23)
e Pengujian terhadap koefisien variabel Langkah-langkah pengujian sebagai
Menetapkan sasaran (X22) berikut:

31 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis keselamatan dan kesehatan kerja pada
alternatif pekerja bangunan gedung Penataan Ruang
Ho : b23 = 0 Memantau pelaksanaan Kementerian Pekerjaan Umum.
secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kesadaran keselamatan dan kesehatan c. Uji F (uji koefisien regresi secara
kerja pekerja) bersama-sama)
Ha : b23 0 Memantau pelaksanaan Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
secara parsial berpengaruh terhadap variabel independen secara bersama-sama
kesadaran terhadap kesadaran berpengaruh terhadap variabel dependen
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja . atau tidak.
2. Menentukan t hitung Hasil uji F yang diperoleh setelah data
diolah disajikan dalam tabel berikut ini:

Berdasarkan tabel di atas diperoleh t hitung


sebesar 1,932
3. Menentukan t tabel dengan menggunakan
 = 0,05
Tabel distribusi t dapat dilihat pada tabel t Tabel 4.7
statistik dengan signifikansi = 0,05 : 2 = Hasil Uji F
0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (Koefisien Regresi Secara Bersama-sama)
(df) n-k-1 atau 100-6-1 = 93. Dengan a. Predictors: (Constant), Memantau
pengujian 2 sisi hasil diperoleh untuk ttabel pelaksanaan (X23), Peraturan (X11),
sebesar 1,986 / -1,986,. Menetapkan sasaran (X22), Peralatan (X13),
4. Kriteria pengujian Pengarahan (X21), Prosedur (X12)
- Ho diterima bila -t hitung -t tabel atau t hitung
≤ t tabel b. Dependent Variable: Kesadaran
- Ho ditolak bila -t hitung -t tabel atau t hitung> t keselamatan dan kesehatan Kerja (Y)
tabel
5. Membandingkan thitung dengan ttabel Tahap-tahap untuk melakukan uji F sebagai
Nilai thitung< ttabel (1,932 < 1,986), maka Ho berikut:
diterima a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis
6.Membuat kesimpulan alternatifnya
Oleh karena thitung< ttabel (1,932 < 1,986),
Ho = 0 Artinya peraturan, prosedur,
maka Ho diterima, artinya bahwa
peralatan, pengarahan, menetapkan
Memantau pelaksanaan secara parsial tidak
sasaran, dan memantau pelaksanaan secara
berpengaruh terhadap Kesadaran
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

32 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

kesadaran keselamatan dan kesehatan sedangkan bila R2 sama dengan 1 berarti


kerja. variabel bebas dapat menjelaskan variabel
Ha  0Artinya peraturan, prosedur, tidak bebas secara serempak.
peralatan, pengarahan, menetapkan Hasil analisisdeterminasi Adjusted R2
sasaran, dan memantau pelaksanaan secara yang diperoleh setelah data diolah disajikan
bersama-sama berpengaruh terhadap dalam tabel berikut ini:
kesadaran keselamatan dan kesehatan
kerja)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
b. Menentukan F hitung
Adjusted R2 sebesar 0,795 (79,5%). Hal ini
Berdasarkan tabel di atas diperoleh F
menunjukkan bahwa variasi variabel
hitung sebesar 65,092
independen yang digunakan dalam model
c. Menentukan F tabel
(peraturan, prosedur, peralatan,
F tabel dapat dilihat pada lampiran table
pengarahan, menetapkan sasaran, dan
statistik, dengan menggunakan tingkat
memantau pelaksanaan) mampu
signifikansi 0,05, dengan df 1 (jumlah
menjelaskan sebesar 79,5% variasi variabel
variabel –1) atau 7-1 = 6 dan df 2 (n-k-1)
kesadaran keselamatan dan kesehatan
atau (100-6-1) = 93. Hasil diperoleh untuk
kerja, dan sisanya dijelaskan oleh variabel
F tabel sebesar 2,198.
lain yang tidak dimasukkan dalam model
d. Kriteria pengujian
penelitian ini.
- Ho diterima bila F hitung ≤ F tabel
KESIMPULAN
- Ho ditolak bila F hitung> F tabel
Dari hasil analisis data pada bab
e. Membandingkan thitung dengan ttabel.
pembahasan di atas dapat diambil
Nilai F hitung> F tabel (65,092 > 2,198), maka
kesimpulan sebagai berikut:Peraturan
Ho ditolak
secara parsial berpengaruh terhadap
f. Membuat kesimpulan
Kesadaran keselamatan dan kesehatan
Karena F hitung> F tabel (65,092 > 2,198),
kerja pada pekerja bangunan gedung
maka Ho ditolak, artinya bahwa peraturan,
Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
prosedur, peralatan, pengarahan,
Umum. Hal ini ditunjukkan oleh uji t yang
menetapkan sasaran, dan memantau
didapat nilai thitung> ttabel (4,876 > 1,986),
pelaksanaan secara bersama-sama
sehingga Ho ditolak. Nilai t hitung positif,
berpengaruh terhadap kesadaran
artinya berpengaruh positif, yaitu semakin
keselamatan dan kesehatan kerja pada
meningkat peraturan maka akan
pekerja bangunan gedung Penataan Ruang
meningkatkan Kesadaran keselamatan dan
Kementerian Pekerjaan Umum.
kesehatan kerja.
1. Prosedur secara parsial berpengaruh
d. Analisis koefisien determinasi (Adjusted
terhadap Kesadaran keselamatan dan
R Square)
kesehatan kerja pada pekerja bangunan
Nilai koefisien determinasi menunjukkan
gedung Penataan Ruang Kementerian
seberapa besar prosentase model regresi
Pekerjaan Umum. Hal ini ditunjukkan
mampu menjelaskan variabel dependen.
oleh uji t yang didapat thitung> ttabel (2,420
Batas nilai R2 adalah 0 ≤ R2 ≥ 1 sehingga
> 1,986), sehingga Ho ditolak. Nilai t
apabila R2 sama dengan nol (0) berarti
hitung positif, artinya berpengaruh
variabel tidak bebas tidak dapat dijelaskan
positif, yaitu semakin meningkat
oleh variabel bebas secara serempak,

33 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

prosedur maka akan meningkatkan 6. peraturan, prosedur, peralatan,


Kesadaran keselamatan dan kesehatan pengarahan, menetapkan sasaran, dan
kerja. memantau pelaksanaan secara bersama-
2. Peralatan secara parsial berpengaruh sama berpengaruh terhadap kesadaran
terhadap Kesadaran keselamatan dan keselamatan dan kesehatan kerja pada
kesehatan kerja pada pekerja bangunan pekerja bangunan gedung Penataan
gedung Penataan Ruang Kementerian Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.
Pekerjaan Umum. Hal ini ditunjukkan Hal ini ditunjukkan oleh uji F yang
oleh uji t yang didapat nilai thitung> ttabel didapat nilai F hitung> F tabel (65,092 >
(2,023 > 1,986), sehingga Ho ditolak. 2,198), sehingga Ho ditolak.
Nilai t hitung positif, artinya
berpengaruh positif, yaitu semakin Keterbatasan Penelitian
meningkat peralatan maka akan Beberapa hal yang menjadi keterbatasan
meningkatkan kesadaran keselamatan dalam penelitian ini dan perlu diperhatikan
dan kesehatan kerja. oleh peneliti yang akan datang adalah
3. Pengarahan secara parsial berpengaruh sebagai berikut :
terhadap Kesadaran keselamatan dan Penelitian ini hanya terbatas pada jumlah
kesehatan kerja pada pekerja bangunan sampel yaitu sebanyak 100 responden dan
gedung Penataan Ruang Kementerian terbatas pada pekerja bangunan gedung
Pekerjaan Umum. Hal ini ditunjukkan Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
oleh uji t yang didapat nilai nilai thitung> Umum saja, sehingga kurang akuratnya
ttabel (1,996 > 1,986), sehingga Ho hasil penelitian jika ditujukan pada pekerja
ditolak. Nilai t hitung positif, artinya yang lain.
berpengaruh positif, yaitu semakin
meningkat pengarahan maka akan Saran
meningkatkan kesadaran keselamatan
dan kesehatan kerja. Setelah melakukan analisis dan
4. Menetapkan sasaran secara parsial tidak pengamatan terhadap semua keterbatasan
berpengaruh terhadap Kesadaran yang ada, peneliti memberikan saran
keselamatan dan kesehatan kerja pada sebagai berikut:
pekerja bangunan gedung Penataan Untuk penelitian selanjutnya bisa
Ruang Kementerian Pekerjaan Umum. menggunakan sampel yang lebih banyak,
Hal ini ditunjukkan oleh uji t yang misal 200 responden dan pada pekerja
didapat nilai nilai thitung< ttabel (1,907 < yang lain, sehingga hasil penelitian akan
1,986), sehingga Ho diterima. lebih akurat.
5. Memantau pelaksanaan secara parsial
tidak berpengaruh terhadap Kesadaran DAFTAR PUSTAKA
keselamatan dan kesehatan kerja pada Buku:
pekerja bangunan gedung Penataan 1. Ahmadi.(1999). Psikologi Sosial,
Ruang Kementerian Pekerjaan Umum. Rineka Cipta, Jakarta.
Hal ini ditunjukkan oleh uji t yang 2. Alhusin, Syahri, “Aplikasi Statistik
didapat nilai nilai thitung< ttabel (1,932 < Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for
1,986), sehingga Ho diterima. Windows”, Edisi Kedua, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2003.

34 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)

3. Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian untuk Bisnis, Penerbit Salemba


Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek”, Empat.
Edisi Revisi V, Jakarta: PT Rineka Cipta, 18. Sekaran, Uma. (2003). Research
2002. Methods for Business a Skill Building
4. Azwar, Saifuddin. (2001). Reliabilitas Approach, John Wiley & Sons, Inc.,New
dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. York.
5. Cooper, D.R., dan Schindler, P.S. 19. Soekidjo, Notoatmodjo. (1997).
(2011). Business Research Methods, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan dalam
McGraw-Hill, New York. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,
6. David, Fred R. (2005). Strategic Jakarta.
Management, Concept & Cases, 10th edition, 20. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”,
Prentice Hall, New Jersey. Bandung: CV. Alfabeta, 2007.
7. Dessler, Garry. (2007). Manajemen 21. Sugiyono (2009), Metode Penelitian
Sumber Daya Manusia, PT.Indeks, Jakarta. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit
8. Ghazali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Alfabeta, Bandung.
Multivariat Dengan Menggunakan Program 22. Supranto, J. (2004). Analisis
SPSS, Universitas Gajah Mada Press, Multivariat Arti dan Interprestasi, PT. Asdi
Yogyakarta. Mahasatya, Jakarta.
9. Ghazali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis 23. Umar, H. (2003). Metodelogi
Multivariat Dengan Program IBM SPSS 19, Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, PT.
Cetakan kelima, Universitas Diponegoro, Gramedia Pusaka, Jakarta.
Yogyakarta.
10. Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Jurnal:
Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit 1. Flin, R., Mearns, K., O'Connor, P., dan
Erlangga, Jakarta. Bryden, R. (2000). Measuring Safety
11. Malhotra, N.K. (2004). Marketing Climate: Identifying the Common Features.
Research, Person International Edition, New Safety Science, Vol. 34, pp. 177-192.
Jersey. 2. Prihatiningsih., dan Sugiyanto.
12. Moliono et al.(1990).Kamus Besar (2010). Pengaruh Iklim Keselamatan dan
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Pengalaman Personal terhadap Kepatuhan
13. Nunnaly, J.C., “Psychometric Theory”, pada Peraturan Keselamatan Pekerja
2nd edition, New Delhi: Tata McGraw Hill, konstruksi. Jurnal Psikologi, Vol. 37, No. 1,
1981. hal. 82-93.
14. Priyatno, Duwi, “5 Jam Belajar Olah 3. Rapina dan Friska, Hana.(2011).
Data Dengan SPSS 17”, Cetakan Kedua, Pengaruh Komitmen Organisasi dan
Yogyakarta: ANDI, 2010. Tindakan Supervisi Terhadap Kepuasan
15. Saifuddin, Azwar, 2004, Reabilitas Kerja Auditor Junior.Jurnal Ilmiah
dan validitas, Pustaka Pelajar Offset, Akuntansi Akurat, No. 6.
Yogyakarta., cetakan kelima 4. Thompson, J.E. et al. (2017). Using the
16. Santoso, Singgih. 2001. BukuLlatihan ISBAR handover tool in junior medical
SPSS Statistik Parametrik. PT.ELEK Media officer handover: a study in an Australian
Komputindo. Jakarta. tertiary hospital.Postgraduate medical
17. Sekaran, Uma. 2006. Research journal, Vol. 87, no. 1027, hal. 340–4.
Methods For Business: Metodologi

35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

5. Wicaksono, Iman Kurniawan.m dan Puncak Permai Surabaya.Prosiding Seminar


Singgih, Moses L. (2011).Manajemen Risiko Nasional Manajemen Teknologi XIII.
K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja)
Pada Proyek Pembangunan Apartemen

36 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN PERUMAHAN

Mahgrizal Aris Nurwega


Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
rizalnurwega@gmail.com

Andi Maddeppungeng dan Irma Suryani,


Dosen Teknik Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK : Keterlibatan berbagai pelaku pada kegiatan pengembangan perumahan membentuk


suatu pola hubungan yang disebut rantai pasok. Maka dilakukan penerapan konsep supply chain
management untuk mengetahui pola jaringan supply chain dan kinerja supply chain terhadap
indikator – indikator penilaian kinerja yang mengandung konsep value, conversion, dan flow. Metode
yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif pada lokasi studi
kasus. Data kualitatif berupa hasil wawancara dan kuesioner yang mendeskripsikan bentuk pola
supply chain. Data kuantitatif berupa catatanatau arsip data yang ada di lapangandigunakan untuk
mengukur kinerja supply chain. Hasil penelitian, dari 10 (sepuluh) perumahan diperoleh pola
jaringan umum dan khusus dimana aktifitas pengembang menentukan jaringan supply chain, yang
dipengaruhi oleh metoda kontrak yang digunakan, aktivitas dibidang konstruksi, serta strategi
pengadaan yang dilakukan oleh pengembang dan kontraktor. Kemudian dari 15 (lima belas)
indikator terkait konsep conversion, flow, dan value, diperoleh kinerja supply chain proyek
perumahan Citra Garden BMW dapat dikatakan baik terhadap pemahaman dan penerapan konsep
(conversion) dengan adanya usaha penerapan cooperative partnership. Konsep aliran (flow) juga
telah diterapkan dengan melakukan manajemen pengadaan yang baik pada pelaksanaan pekerjaan.
Untuk konsep nilai (value) pemahaman kontraktor masih kepada kesesuaian antara perencanaan/
design dengan hasil pekerjaan yang dilaksanakan, hanya menyangkut mutu dari pekerjaan.
Kata Kunci : supply chain, kinerja, bangunan perumahan, konversi, aliran, nilai.

ABSTRACT Residential development activities involve many interrelated actors, ranging from the
earliest supplier until to the final consumers, i.e. the owner of the house. The involvement of various
actors in the housing development activities form a pattern called a supply chain relationship.
Referring to the matter, we perform the application of the concept of supply chain management to
know the pattern of supply chain network and supply chain performance against indicators of
assessment which contains the concept of value, conversion, and flow. The method used is to collect
quantitative and qualitative data on the location of the case study. Qualitative data such as interviews
and questionnaires that describe the form of the pattern of supply chain. Quantitative data in the form
of notes or archive data in the field is used to measure supply chain performance. The results of the
study, from 10 (ten) housing obtained general and specific patterns of network activity in which
developers determine the supply chain network, which is affected by the contract method is used, the
activity in the field of construction, and procurement strategies undertaken by developers and
contractors. Then, from 15 (fifteen) indicators related to the concept of conversion, flow, and value, is
obtained the performance of the supply chain Citra Garden BMW can be said both to the understanding
and application of concepts (conversion) with the application of cooperative partnership effort. The
concept of flow (flow) has also been applied by doing good procurement management on execution of
work. For the concept of value (value) the contractor understanding is still dependent on the suitability
between the planning / design with the results of work carried out, only about the quality of the work.
Keywords: supply chain, performance, residentialbuilding, conversion, flow, value.

37 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Pendahuluan Berdasarkan uraian diatas, Konsep supply


Proyek pengembangan perumahan chain dalam dunia konstruksi sangatlah
memiliki karakteristik yang sama dengan berpengaruh terhadap peningkatan
proyek konstruksi pada umumnya kinerja proyek. Dengan desain pola rantai
sehingga sama halnya seperti dalam pasok yang tepat, diharapkan setiap
industri konstruksi, maka di dalamnya pelaku rantai pasok dapat memberikan
terjadi keterlibatan berbagai pihak kontribusi yang besar bagi efisiensi dan
dengan keahlian dan kepentingan yang produktivitas pelaksanaan kegiatannya
berbeda-beda dalam hal pengadaan sehingga dapat membantu industri jasa
barang dan jasa. Pada pengembangan konstruksi perumahan yang sedang
perumahan, pengembang (sebagai mengalami tingkat persaingan yang
pemilik proyek) bukan merupakan sangat ketat. Namun demikian belum ada
konsumen akhir (end-customer), pihak yang melakukan penelitian yang
paling akhir dari rantai pasok mengungkapkan pola rantai pasok dan
pengembangan perumahan adalah pengukuran kinerja dari pola rantai pasok
pemilik rumah, karena produk akhir pengembangan perumahan tersebut. Hal
pengembangan perumahan akan ini menjadi latar belakang penulis dalam
diserahkan kepada pemilik rumah. melakukan penelitian tentang analisis
Sedangkan pada proyek konstruksi pola supply chain dan pengukuran kinerja
gedung pemilik proyek merupakan pola supply chain proyek konstruksi
konsumen akhir (end- customer). bangunan pengembangan perumahan.

Kegiatan pengembangan perumahan Rumusan Masalah


melibatkan banyak pelaku yang saling Pertama, Seperti apa bentuk pola jaringan
berhubungan, mulai dari pemasok paling supply chain dan yang mempengaruhinya.
awal hingga konsumen paling akhir yaitu Kedua, gambaran kinerja dari supply
pemilik rumah. Keterlibatan berbagai chain yang di pengaruhi bentuk pola
pelaku pada kegiatan pengembangan jaringannya.
perumahan membentuk suatu pola
hubungan yang menempatkan satu
pelaku sebagai salah satu mata rantai Tujuan Penelitian
dalam rangkaian kegiatan untuk Penelitian ini mempunyai tujuan
menghasilkan perumahan yang disebut mengidentifikasi pola supply chain
sebagai rantai pasok / supply chain pengembangan perumahan sehingga
pengembangan perumahan. Supply chain dapat diketahui pola supply chain
itu sendiri merupakan suatu konsep yang pengembangan perumahan itu seperti apa
awal perkembangannya berasal dari bentuknya dan mengidentifikasi kinerja
industri manufaktur. Industri konstruksi supply chain terhadap indikator –
mengadopsi konsep ini untuk mencapai indikator penilaian kinerja yang
efisiensi mutu, waktu dan biaya yang pada mengandung konsep value, conversion,
akhirnya dapat meningkatkan dan flow yang telah teridentifikasi.
produktivitas dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.

38 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

Tinjauan Pustaka pemasok tenaga kerja, serta


a. Ery Radya Juarti (Institut Teknologi subkontraktor. Penyebab – penyebab
Bandung, 2008) risiko tersebut berpotensi mengakibatkan
Melakukan penelitian tesis tentang terjadinya risiko negatif terhadap
“Kajian Pola Rantai Pasok Pengembang kontraktor yang meliputi menurunnya
Perumahan”. Dari penelitiannya dapat produktivitas, menurunnya mutu
disimpulkan bahwa rantai pasok pekerjaan, serta meningkatnya
pengembangan perumahan yang terjadi pengeluaran biaya bagi kontraktor yang
memiliki pola -pola yang berbeda, dimana memberikan dampak terhadap
tiap pola tersebut menggambarkan menurunnya keuntungan kontraktor.
terjadinya hubungan pasokan barang
dan/ jasa serta hubungan kontrak. Dalam c. Rohaesih Yuliatin (Universitas Sultan
hubungan pasokan barang dan/ jasa yang Ageng Tirtayasa, 2013)
terjadi pada tahap desain / perancangan Melakukan penelitian tugas akhir tentang
perumahan diperoleh suatu kesimpulan “Analisis Kinerja Supply Chain Pada
bahwa desain / perancangan perumahan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung
pada umumnya dilakukan oleh (Studi Kasus Proyek Pembangunan
pengembang. Dalam hubungan pasokan Hotel)”. Dari penelitiannya dapat
barang dan/ jasa yang terjadi pada tahap disimpulkan bahwa bentuk jaringan pola
pelaksanaan konstruksi perumahan supply chain dipengaruhi oleh : a. Metoda
diperoleh suatu kesimpulan bahwa pihak Kontrak yang Digunakan, b. Lingkup
pengembang pada umumnya hanya Bisnis Owner, c. Strategi pengadaan oleh
melakukan sebagian lingkup pekerjaan kontraktor. Kemudian untuk kinerja
pelaksanaan konstruksi perumahan. supply chain pada proyek studi kasus
dapat dikatakan baik terhadap konsep
b. Betty Susanti (Institut Teknologi conversion, flow, dan value. Rekomendasi
Bandung, 2007)Melakukan penelitian yang ditawarkan yaitu dengan
tesis tentang menerapkan sistem informasi dan
“IdentifikasiRisikoKontraktor Dalam koordinasi yang baik antar pihak - pihak
Rantai Pasok Pengembangan Perumahan”. yang terlibat dalam proses produksi
Dari penelitiannya dapat disimpulkan dengan cara pembentukan hubungan
risiko kontraktor yang terjadi dalam kerjasama jangka panjang antar pihak
rantai pasok pengembangan perumahan kontraktor, subkontraktor, dan supplier.
disebabkan oleh kegiatan pasokan dan
hubungan antara kontraktor dengan
pemasok material, pemasok peralatan,

39 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Metode Penelitian Data primer digunakan sebagai alat


pengumpulan data untuk menganalisis
pembentukan pola supply chain
perumahan, dan juga digunakan sebagai
alat pengumpulan data analisis kinerja
supply chain perumahan, kuesioner dan
wawancara ini dilakukan untuk
mengetahui secara mendalam
permasalahan - permasalahan yang
sering terjadi tercakup dalam indikator -
indikator pengukuran, seperti mengapa
permasalahan itu sering terjadi, apa
penyebabnya, dan bagaimana tindakan
yang dilakukan manajemen proyek
dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut..

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder berupa


data yang diperoleh dari referensi
tertentu atau literature – literature yang
berkaitan dengan kinerja supply
chain.Pengumpulan data sekunder
bertujuan untuk mendapatkan informasi
dan data mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan pokok permasalahan
yang diperoleh dari berbagai penelitian
yang berkaitan langsung dengan supply
chain, baik itu penelitian tugas akhir,
tesis, maupun jurnal dan literatur-
1. Pengumpulan Data Primer
literatur bahan kuliah dari berbagai
perguruan tinggi yang berkaitan dengan
Pengumpulan data primer merupakan
pokok bahasan, media internet dan
data yang diperoleh langsung
media cetak lainnya.
berhubungan dengan responden, tanpa
melalui perantara atau pihak lain,
3. Teknik Analisis
misalnya dari suatu badan statistik atau
Teknik analisis yang akan digunakan
referensi data lainnya.
pada penelitian ini dilakukan melalui
eksplorasi / mengkaji secara mendalam
Pada penelitian ini kuesioner dan
terhadap indikator – indikator yang
wawancara diadakan langsung dengan
telah dikembangkan dalam penelitian
pihak yang diwawancarai yaitu General
sebelumnya. Teknik analisis yang
manager, Kepala produksi, Project
digunakan dalam penelitian pola supply
manager atau Site manager perumahan.
chain pada prinsipnya adalah dengan

40 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

teknik perbandingan. Teknik tersebut. Analisis deskriptif yaitu


perbandingan merupakan metode analisis dengan menggambarkan data
penelitian kualitatif yang berangkat dari yang telah terkumpul sebagaimana
penggalian data berupa pandangan adanya tanpa bermaksud membuat
responden dalam bentuk cerita rinci kesimpulan yang berlakuuntuk umum
atau informasi asli mereka dari atau generalisasi (Sugiyono,2012, p.
lapangan, kemudian para responden 147).
bersama peneliti memberi penafsiran
sehingga menciptakan konsep sebagai 1. Analisis dan Pembahasan
temuan untuk memahami makna dari A. Pola Supply Chain Proyek
data yang ada. Adapun perbandingan Pengembangan Perumahan.
yang dilakukan terhadap sepuluh Proyek yang menjadi penelitian
perumahan yang terbagi berdasarkan merupakan proyek konstruksi
klasifikasinya. Akan diperoleh temuan perumahan yang dikembangkan diatas
gambaran mengenai jaringan yang lahan secara horizontal (landed house)
terdapat pada proyek perumahan yang namun berbeda karakteristiknya yaitu
diteliti, dalam hal ini hasil survei perumahan kelas sederhana, perumahan
kuesioner dan wawancara yang telah kelas menengah dan perumahan kelas
disebar yang menjadi kajian dalam mewah dengan jumlah perumahan yang
pembentukan pola jaringan supply chain ditinjau untuk studi kasus penelitian ini
pada proyek konstruksi perumahan. adalah sebanyak 10 (sepuluh)
Analisis ini dilakukan terhadap faktor- perumahan, yang terdiri dari 3
faktor yang mempengaruhi kinerja pola perumahan kelas sederhana, 3
supply chain yang ada berdasarkan perumahan kelas menengah dan 4
indikator-indikator kinerja yang telah perumahan kelas mewah yang terletak
teridentifikasi melaluimetode penelitian di Kota Serang. Kontrak yang digunakan
kuantitatif dan kualitatif yang nantinya pada setiap perumahan berbeda-beda
akan dianalisis menggunakan analisis ada yang bersifat lumpsum fixed price
deskriptif. Analisis deskriptif merupakan dan unit price. Metoda kontrak yang
teknik analisis yang digunakan untuk dilakukan pada proyek ini yaitu metoda
menggambarkan atau mendeskripsikan kontrak terpisah, karena developer
kumpulan data wawancara dan hasil melakukan pemecahan kontrak
pengamatan. Data wawancara yang terhadap beberapa pengadaan barang
dikumpulkan tersebut diolah dengan dan jasa.
Software Microsoft Excel dan akan Dari 10 (sepuluh) perumahan yang
disajikan dalam bentuk gambar dan diteliti didapatkan 5 pola yang berbeda,
tabel yang berisi presentase dan nilai – terdiri dari 4 pola umum dan 1 pola
nilai dari setiap indikator – indikator khusus yang memiliki kesamaan bentuk
yang telah di analisis. Pada akhirnya, pola, berikut identifikasi :
hasil dari analisis pola dan kinerja supply Berdasarkan kerangka penyusunan pola
chain pada proyek konstruksi tersebut rantai pasok yang dibuat
akan menggambarkan kondisi nyata susilawati,2005 dan berdasarkan hasil
terhadap tinggi rendahnya pencapaian survei pengadaan barang dan jasa dari
efisiensi yang telah dilakukan pada proyek pengembangan perumahan yang
pekerjaan proyek konstruksi perumahan ditinjau, maka pola rantai pasok

41 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

pengembangan perumahan yang terjadi menjadi beberapa pola, seperti


dari semua proyek perumahan yang dijelaskan pada tabel berikut ini:
telah ditinjau dapat dikelompokkan

Tabel 1. Pola Rantai Pasok Pengembangan Perumahan


Pola Pekerjaan Oleh
Pekerjaan Oleh Kontraktor
Rantai Pengembang
Pasok PM PP PTK KS PM PP PTK SK SKS
Pola 1 a √ √ √ - - - - - -
Pola 1 b √ - √ √ - - - - -
Pola 1 c √ - √ - - - - - -
Pola 2 a - - - - √ √ √ - -
Pola 2 b - - - - √ - √ - -
Pola 3 a - - - - √ dan √* √ √ - -
Pola 3 b - - - - √ √* √ - -
Pola 4 a - - - - √ - √ √ -
Pola 4 b - - - - √ - √ - √
Pola 5 a - - - - √ √ √ - √*
Pola 5 b - - - - √ dan √* - √ - √*
Sumber : Betty Susanti, 2007

Keterangan :
 PM = Pemasok Material
 PP = Pemasok Peralatan Berat dan Operator
 PTK = Pemasok Tenaga Kerja
 KS = Kontraktor Spesialis
 SK = Subkontraktor
 SKS = Subkontraktor Spesialis
 √* = Ditunjuk Langsung Oleh Pengembang

1. Bentuk Pola Umum Supply Chain Pengembangan Perumahan


Terdapat pada 6 (enam) pola umum dari beberapa perumahan yang ditemukan pada
perumahan Kota Serang, berikut identifikasi pola umum supply chain perumahan yang
ditinjau :

42 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

Pola umum yang terbentuk, dapat hubungan kontrak langsung dengan


diidentifikasi bahwa pada pola umum, organisasi tingkat tiga, pelaku rantai
hubungan pasokan barang dan jasa dari pasok yang menjadi organisasi tingkat
pelaku hulu kepada pelaku hilir dari tiga memasok dan mengadakan
rantai pasok pengembangan hubungan kontrak langsung dengan
perumahan berlangsung sejalan dengan organisasi tingkat dua, sedangkan
hubungan kontrak antar pelaku. pelaku rantai pasok yang menjadi
Hubungan pasokan dan hubungan organisasi tingkat dua memasok dan
kontrak antar pelaku berlangsung mengadakan hubungan kontrak
secara hirarkis, dimana pelaku rantai langsung dengan organisasi tingkat
pasok yang menjadi organisasi tingkat satu.
empat memasok dan mengadakan

Gambar 2. Pola Rantai Pasok Pengembangan Perumahan X1

43 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

2. Bentuk Pola Khusus Supply menunjukkan hubungan kegiatan


Chain Pengembangan Perumahan pasokan yang terjadi serta
Terdapat pada 4 (empat) pola khusus mempertimbangkan hubungkan
yang sama dari beberapa perumahan kontrak langsung antara pengembang
yang ditemukan pada perumahan Kota sebagai organisasi tingkat dua dengan
Serang, berikut identifikasi pola khusus pemasok barang dan jasa yang menjadi
supply chain perumahan yang ditinjau : organisasi tingkat tiga. Pemasok yang
Pola Khusus Keempat yang terbentuk, dimaksud pada pola ini meliputi
dapat diidentifikasi bahwa pada pola pemasok material yang juga
khusus ini, terdapat hubungan pasokan menyediakan peralatan, tenaga kerja,
barang dan jasa dari rantai pasok serta instalasi materialnya kepada
pengembangan perumahan yang pengembang. Karena memiliki
berlangsung tidak sejalan dengan hubungan kontrak langsung dengan
hubungan kontrak antar pelaku. pengembang, pemasok material ini
Dimana pengembang juga melakukan menjadi kontraktor spesialis bagi
beberapa bagian dari pekerjaan pengembang.
pengembangan perumahan, pola ini

Gambar 3.. Pola Rantai Pasok Pengembangan Perumahan X2

yang terlibat dalam suatu jaringan


B. Indikator Pengukuran Kinerja supply chain pada pelaksanaan
Supply Chain pekerjaan konstruksi demi
Pengelolaan supply chain di tingkat terwujudnya tujuan bersama, yaitu
proyek, merupakan usaha yang sangat dapat tercapainya value yang maksimal
penting dalam membentuk suatu yang pada akhirnya dapat memberi
jaringan hubungan kerjasama yang kepuasan
efektif dan efisien antar pihak-pihak

44 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

terhadap pihak pengguna jasa merupakan suatu hal yang penting


konstruksi, dengan waste minimal bagi didalam pengelolaan industri
customer (Cut Zukhrina, 2008). konstruksi. Pengukuran dilakukan
Maka dari itu dengan melakukan hanya pada perumahan mewah,
pengelolaan yang baik terhadap ke 3 dikarenakan data yang dibutuhkan
(tiga) prinsip utama yang terkandung hanya didapat pada proyek perumahan
didalam konsep pada penelitian ini, Citra Garden BMW.
yaitu conversion, flow, dan value,

Tabel 2. Jenis Indikator dan Rumus Penilaian Kuantitatif


No Indikator Rumus Penilaian Kuantitatif
Intensitas Perubahan/ Revisi
1. # revisi
Terhadap Rencana Kerja.
Intensitas Constraint Selama
2. # kendala
Pelaksanaan Pekerjaan.

Intensitas Rapat Koordinasi


3. # masing – masing jenis rapat
Antar Pihak yang Terlibat.

4. IntensitasDefect Pekerjaan

Kinerja Supplier dalam


5. Memenuhi Jadwal Pengiriman
Material.

Waktu Tenggang (Lead Time)


6. antara Pemesanan (Order) dan
Pengiriman (Deliver).

Intensitas Kejadian Reject


7.
Material

8. Inventory Material.

Keikutsertaan Developerdalam
9. Perencanaan proyek Ada/Tidak ada
Perumahan.
Keikutsertaan Developerdidalam
10. Ada/Tidak ada
Pelaksanaan proyek Perumahan.
Keikutsertaan Subkontraktor
11. dalam Pelaksanaan proyek Ada/Tidak ada
perumahan.
Intensitas Complaints dari
Developer Kepada Kontraktor
12. # Complaint
dan dari Kontraktor Kepada
Supplier.
Keterlambatan Developerdalam
13. # Keterlambatan
Pembayaran Proyek.
Keikutsertaan Developerdalam
14. Ada/Tidak ada
Menentukan Supplier.
15. Kinerja Supplier Alat Berat Tepat Waktu/Mengalami Keterlambatan

45 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

dalam Memenuhi Jawdal


Penyewaan
Sumber : Analisis Penulis, 2014

C. Kinerja Supply Chain pada memiliki track record yang baik tetap
Proyek Studi Kasus konsisten dalam melaksanakan
prosedur pelaksanaan konstruksi.
a. Konsep konversi Perusahaan konstruksi telah mulai
Pengontrolaan dan pengelolaan menerapkan konsep cooperative
conversion adalah bentuk optimalisasi partnership, artinya sudah ada usaha
penggunaan sumber daya yang yang untuk melakukan hubungan kerjasama
terlibat dalam suatu jaringan supply jangka panjang mengingat produksi
chain. Menurut Cut Zukhrina (2008), proyek konstruksi yang singkat dan
bahwa pengelolaan conversion di terbatas, maka menerapkan konsep
industri konstruksi diharapkan dapat cooperative partnership adalah salah
meningkatkan efektifitas pelaksanaan satu usaha untuk memperlancar aliran
proses produksi di proyek konstruksi pasokan yang dirasa strategis untuk
perumahan dapat berjalan dengan baik. proses produksi pada industri
konstruksi dan standar mutu yang telah
Dari Tabel 3. Terlihat bahwa kinerja ditetapkan perusahaan akan tercapai
proyek studi kasus terhadap sesuai dengan hasil pekerjaan, tentunya
pemahaman indikator yang mengarah hal ini dapat terwujud dengan
pada kontrol dan optimalisasi sumber melakukan kerjasama dengan pihak-
daya sudah dilakukan.kinerja pihak yang mempunyai kinerja yang
kontraktor proyek perumahan mewah baik dan terseleksi.
Perumahan Citra Garden BMW ini telah Perusahaan konstruksi perumahan ini
berpengalaman dalam mengembangkan telah mulai menerapkan konsep
proyek perumahan, meskipun proyek partnering, artinya sudah ada usaha
perumahan memiliki tingkat untuk melakukan hubungan kerjasama
kompleksitas dan lingkungan yang jangka panjang mengingat produksi
berbeda, namun kontraktor yang proyek konstruksi yang sangat singkat
menjadi relasi pengembang karena dan terbatas.

Tabel 3. Kinerja Supply Chain pada Proyek Studi Kasus


Proyek
Kontraktor
No. Indikator Pola umum
Perumahan
Mewah
1 Intensitas Perubahan/ Revisi Terhadap Rencana Kerja. 3 Kali
2 Intensitas Constraint Selama Pelaksanaan Pekerjaan. 4 Kali
3a Intensitas rapat rutin harian intern kontraktor 100 %
3b Intensitas rapat rutin harian ekstern 100 %
3c Intensitas rapat rutin mingguan dengan developer 100 %
3d Intensitas rapat rutin mingguan keseluruhan 100 %

46 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

4 Intensitas Defect Pekerjaan 8,9 %


Kinerja Supplier dalam Memenuhi Jadwal Pengiriman
5 100 %
Material.
Waktu Tenggang (Lead Time) antara Pemesanan (Order) dan
6 100 %
Pengiriman (Deliver).
7 Intensitas Kejadian Reject Material 6,2 %
8 Inventory Material. 20 %
9. Keikutsertaan Developer didalam Perencanaan Proyek. Ada
10. Keikutsertaan Developer didalam Pelaksanaan Proyek. Ada
Keikutsertaan Subkontraktor didalam Perencanaan
11. Tidak Ada
Pelaksanaan.
12a Intensitas complaint dari developer-kontraktor 4 Kali
12b Intensitas complaint dari kontraktor-supplier 2 Kali
13 Keterlambatan Developer dalam Pembayaran Proyek. Tidak Ada
14 Keikutsertaan Developer dalam Menentukan Supplier. Ada
Kinerja Supplier Alat berat dalam Memenuhi Jadwal
15 Tepat Waktu
Penyewaan Alat berat.
Sumber : Analisis Penulis, 2014

maka menerapkan konsep partnering supplier dalam mengirim material dan


adalah salah satu usaha untuk perubahan jenis dan ukuran yang
memperlancar aliran pasokan yang dirasa digunakan, dimana hal tersebut dapat
strategis untuk proses produksi pada digolongkan sebagai reject material tetapi
industri konstruksi dan standar mutu yang hanya besifat return.
telah ditetapkan perusahaan akan tercapai Manajemen inventory yang dilakukan cukup
sesuai dengan hasil pekerjaan, tentunya hal baik, dan pengelolaannya pun berbeda
ini dapat terwujud dengan melakukan untuk tiap – tiap kontraktor dalam proyek
kerjasama dengan pihak-pihak yang studi kasus yang diteliti ada 2 kontraktor
mempunyai kinerja yang baik dan yang menjadi tinjauan kinerja. Pada proyek
terseleksi. perumahan Citra Garden BMW setiap
kedatangan material di site selalu
a. Konsep flow dilakukan pemeriksaan dan pencatatan,
Sistem perencanaan dan pengendalian setelah selesai divisi logistik akan langsung
proyek merupakan salah satu bentuk menyerahkan material kepada para
pengelolaan flowdalam pelaksanaan mandor sesuai dengan kebutuhan
produksi. Pemesanan material yang baik pelaksanaan produksi unit rumah. Hal ini
dengan lead time yang cukup, merupakan dilakukan supaya pihak mandor merasa
salah satu cara terciptanya kelancaran bertanggung jawab terhadap material yang
pasokan material, sehingga supplier akan di supply langsung oleh kontraktor.
melakukan pemenuhan jadwal pengiriman
material dengan baik. Hal ini dimungkinkan b. Konsep value
juga dengan adanya penerapan sistem Penciptaan value yang sesuai dengan
kontrak payung terhadap beberapa keinginan konsumen yang artinya
material, sehingga kontraktor dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen,
memastikan kualitas material nomor satu, merupakan prinsip dasar dari semua
dengan demikian tidak akan ada material tahapan proses produksi suatu produk
reject, jika pun ada kejadian reject material konstruksi. Menurut Cut Zukhrina (2008),
ini terjadi hanya terbatas pada kesalahan Value merupakan nilai yang ditentukan

47 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

oleh konsumen, merupakan kebutuhan jawab atas ketidak sempurnaan calon


yang harus diterima secara spesifikasi, pemilik rumah akan menyampaikan
waktu, tempat, dan biaya yang telah complaint kepada pihak pengembang
ditentukan.Dari ke tiga indikator terlihat terhadap unit rumah yang sudah jadi
bahwa kegiatan dalam pengendalian defect dibuat, karena sebelum adanya serah
(pekerjaan yang tidak sesuai secara kualitas terima rumah kepada pemilik rumah
dan kuantitas) telah biasa dilakukan terlebih dahulu diadakan pengecekkan
dengan baik oleh kontraktor, setiap adanya yang dilakukan oleh pengembang, apabila
defect yang ditemukan dalam pelaksanaan terjadi kerusakan dalam unit yang akan
pemeriksaan biasanya akan langsung diserahkan maka akan di adakan perbaikan
ditangani. Penanganan defect yang terjadi terlebih dahulu sebelum di adakan kembali
sangat bergantung kepada kebijakan dari serah terima kepada pemilik rumah. Dalam
kontraktor itu sendiri maupun dari hal ini pengembang tidak ingin
pengembang. Pada proyek perumahan ini, mengecewakan pemilik rumah yang
biasanya pencatatan defect melalui menjadi konsumen.
pemeriksaan secara terpadu yang
dilakukan pada saat akan melakukan serah 2. Kesimpulan dan Saran
terima pekerjaan, sedangkan selama proses Dari 10 perumahan yang menjadi studi
pelaksanaan pekerjaan pencatatan defect kasus penelitian, terdapat pola yang
hanya dilakukan secara intern kontraktor berbeda dari setiap klasifikasi namun
dan biasanya tidak ada catatan khusus hanya diperoleh 2 pola yang terjadi dari
tentang adanya defect yang terjadi namun keseluruhan perumahan, yaitu pola umum
hanya berupa pemberitahuan langsung dan pola khusus keempat.
kepada pihak yang bersangkutan untuk
selanjutnya diadakannya perbaikan. 1. Jaringan supply chain perumahanpola
umum dan pola khusus keempat yang
Adanya ketidaksesuaian pekerjaan diperoleh menunjukan hubungan
membuat pengembang akan kegiatan pasokan yang terjadi serta
menyampaikan complaint kepada pihak mempertimbangkan hubungan kontrak
kontraktor, dengan adanya personil intern langsung secara hirarkis antar tingkatan
kontraktor yang bertugas sebagai Quality organisasi yang dapat diidentifikasi
Control, yang salah satu tugasnya yaitu sebagai berikut :
mengawasi jalannya proses produksi agar a. Pada penelitian ini yang termasuk ke
produk yang dihasilkan adalah produk yang dalam pola umum perumahan pada
memiliki kualitas sesuai dengan keinginan rantai pasok perumahan terdapat pada
Developer. Kontraktor telah :
memperhatikan aspek complaint tersebut 1. Perumahan Taman Banten Lestari
dan telah menunjukan bahwa pemahaman 2. Perumahan The Green Beringin
terkait definisi value yang harus Residence Cluster
disampaikan kepada pengembang sangat 3. Perumahan Taman Graha Asri
besar, namun pemahamannya hanya 4. Perumahan Puri Indah Residence
terbatas pada value yang harus 5. Perumahan The Grand Serang City
disampaikan kepada pengembang hanya 6. Perumahan Citra Garden BMW
sebatas pada nilai kesesuaian hasil kerja
dengan spesifikasi dan volume yang b. Pada penelitian ini yang termasuk ke
tercantum di dalam kontrak kerja. dalam pola khusus pada rantai pasok
Tidak hanya menjadi tanggung jawab perumahan terdapat pada :
kontraktor, pengembangpun bertanggung 1. Perumahan Taman Mutiara Indah

48 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)

2. Perumahan Banten Indah Permai system potongan harga untuk material


3. Perumahan Exclusive Residence yang di supply sendiri oleh kontraktor.
Gedong Kaloran Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
4. Perumahan Graha Persada Residence waste yang biasa terjadi.
c. Penerapan konsep value pada proyek
2. Kinerja supply chain pada proyek studi sudah mulai dilakukan, hal ini dapat
kasus dapat dikatakan baik terhadap dilihat dengan pemahaman pihak yang
konsep conversion, flow, dan value : terlibat untuk dapat menyampaikan
a. Konsep conversion, dimana nilai sesuai dengan spesifikasi yang
pemahaman dan penerapan yang disyaratkan oleh pengembang dan
dilakukan dilapangan sudah sangat dilaksanakan oleh kontraktor. Namun
baik, hal ini terlihat dengan telah pencapaian nilai yang dihasilkan hanya
dilakukannya hubungan jangka berdasarkan kesesuaian hasil
panjang, yang sudah dilakukan pekerjaan yang menyangkut dengan
pengembang kepada kontraktor dan mutu.
kontraktor dengan pihak supplier,
sehingga pengadaan material-material Saran
dilakukan secara terpusat untuk
memenuhi kebutuhan proyek-proyek Kekurangan yang ada dalam penelitian ini
yang sedang di tangani. Hal ini disadari diharapkan dapat memberikan inspirasi
sepenuhnya oleh kontraktor bagi penelitian selanjutnya dalam
mengingat pentingnya hubungan melakukan kajian secara lebih mendalam
kerjasama dapat memberikan nilai untuk memperoleh pemahaman tehadap
pada pengguna akhir. Kontraktor juga pola jaringan dan kinerja dari supply chain
telah memahami pentingnya proyek konstruksi bangunan perumahan.
collaborative design, hal ini terlihat Rekomendasi yang dapat disampaikan
sudah adanya keikutsertaan sebagai berikut:
pengembang dalam perencanaan dan 1. Perlu dilakukan penelusuran secara
pelaksanaan pekerjaan, sehingga tidak lebih mendalam kepada pihak-pihak
sempurnanya hasil desain dapat yang terlibat dalam proses produksi
diminimalisir mengingat pekerjaan ini seperti pengaruh pemilik rumah yang
direncanakan dan dikerjakan oleh menjadi mata rantai dalam rantai pasok
pemilik proyek. perumahan, kemudian pengembang
b. Penerapan konsep aliran (flow) sudah yang memiliki akivitas dibidang
dilakukan dengan adanya usaha-usaha bisnisnya, kontraktor disetiap pekerjaan
yang dilakukan dalam produksi dan supplier yang terlibat. Sehingga
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. diharapkan akan dapat memberikan
Terkait dengan kelancaran pasokan gambaran bagaimana pihak-pihak yang
material yang merupakan kebutuhan terlibat memberikan kontribusinya
utama pada proses pelaksanaan untuk terciptanya efektifitas dan
pekerjaan di lapangan. Kontraktor efisiensi kinerja supply chain.
telah melakukan optimalisasi 2. Perlu dilakukan penelusuran secara
pengelolaan inventory melalui upaya lebih mendalam mengenai pembentukan
pengelolaan dengan suatu manajemen pola dari 1 (satu) klasifikasi agar dapat
yang cukup baik. Pengelolaan yang diketahui secara mendalam
dilakukan dengan cara meminimalkan pembentukan pola disetiap klasifikasi.
pemborosan material yang mungkin 3. Perlu dilakukan penelusuran secara
terjadi, pihak kontraktor menerapkan lebih mendalam mengenai pengukuran

49 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

kinerja dari 1 (satu) klasifikasi agar Magister Manajemen dan Rekayasa


dapat diketahui secara mendalam Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
pengukuran kinerja supply chain
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
disetiap klasifikasi.
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
4. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap
Yogyakarta: Alfabeta.
keseluruhan waktu pelaksanaan
pekerjaan, dan keseluruhan jenis Suryani, Irma., dkk. (2012). Pedoman
pekerjaan supaya kinerja proyek Penulisan dan Penyusunan Tugas Akhir
konstruksi dapat diketahui secara Mahasiswa. Cilegon: Jurusan Teknik Sipil
mendalam. UNTIRTA.
5. Diperlukan pengembangan terkait
indicator penilaian yang mengandung Susanti, Betty., (2007) Identifikasi Risiko
konsep value, agar dapat diketahui Kontraktor Dalam Rantai Pasok
kinerja dari jaringan supply chain. Pengembangan Perumahan, Tesis Magister
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi.
Daftar Pustaka Susilawati (2005), Studi Supply Chain pada
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis
Abduh, M. (2005), “Konstruksi Ramping: Magister Manajemen dan Rekayasa
Memaksimalkan Value dan Meminimalkan Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.
Waste”, Prosiding 25 tahun Pendidikan
Manajemen dan Rekayasa Konstruksi di Tucker,S.N., Mohamed, S., Johnston,D.R.,
Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan McFallan,S.L. & Hampson,K.D. (2001).
Lingkungan, ITB “Building and Construction Industries
Supply Chain Project (Domestic)” Report
Bennyardhi. D, Kuntoro. (2007). Analisis for Department of Industry, Science and
Supply System Pada Proyek Konstruksi Resources, www.industry.gov.au, 27/7/
Untuk Menuju Lean Construction. Tesis 2004.
Magister Manajemen dan Rekayasa
Konstruksi, Institut Teknologi Bandung. Vrijhoef, Ruben., & Koskela, Lauri., (1999,
July 26-28). Roles of Supply Chain
Christopher, M., (1992). Logistics and Management in Construction. Proceedings
Supply Chain Management: Strategies for IGLC-7 , University of California, Berkeley,
Reducing Costs and Improving Service. CA, USA.
Pitman Publishing, London.
Yuliatin, Rohaesih., (2013). Analisis Kinerja
Juarti, Radya. Ery., (2008) Kajian Pola Supply Chain Pada Proyek Konstruksi
Rantai Pasok Pengembangan Perumahan, Bangunan Gedung. Tugas Akhir Jurusan
Tesis Magister Manajemen dan Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng
Konstruksi, Institut Teknologi Bandung. Tirtayasa.
Mutia, Nila. (2009). Usulan Rancangan Yullianti., (2008). Pengembangan Indikator
Kinerja Perusahaan. Universitas Indonesia. Penilaian Kinerja Supply Chain Pada Proyek
Oktaviani, Zukhrina. Cut., (2008). Kajian Konstruksi Bangunan Gedung. Tesis
Kinerja Supply Chain pada Proyek Magister Manajemen dan Rekayasa
Konstruksi Bangunan Gedung, Tesis Konstruksi, Institut Teknologi Bandung.

50 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK TINJAUAN


DAMPAK STRUKTUR BAWAH

Tri Setiyono
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
email: trisetiyono@rocketmail.com

Heri Khoeri
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : hkhoeri@hesa.co.id

ABSTRAK : Pada Proyek Oil & Gas Plant biasanya terdapat struktur civil yang berfungsi sebagai
penunjang sistem pemipaan, salah satu struktur tersebut yaitu Struktur Baja Pipe Rack.Perhitungan
struktur baja Pipe Rack ini menganalisa perubahan struktur kolom baja pada struktur Pipe Rack, yang
akhirnya akan berdampak pada struktur bawahnya. Perubahan struktur kolom baja Pipe Rack di
modelkan dalam bentuk Model-1, Model-2 & Model-3. Dari analisa didapatkan bahwa perubahan
penambahan dan pengurangan allowable stress rasio pada baja Pipe Rack sebesar 1.19%-80% per item
Profil Baja, perubahan defleksi Kolom sebesar 1.14%, perubahan defleksi balok sebesar 61.7% dan berat
struktur total mengalami perbahan sebesar 1.11%-5.91%.Dari analisa dampak pada tinjauan struktur
bawah di dapat rasio tulangan pada kolom pedestal sebesar 1.14% atau masih sama dengan kondisi
normal, akan tetapi terjadi penambahan penulangan pada balok tie-beam sebesar 40%, di tinjau dari
struktur tiang pancang terjadi perubahan prilaku pada tiang pancang, yaitu terjadi defleksi tanah pada
tiang pancang sebesar 1.35cm – 10.5cm. Dari semua analisa model struktur baja Pipe Rack dengan
perubahan struktur kolom maka dapat ditinjau bahwa baja Pipe Rack yang di modelkan secara stabilitas
strukturnya terhadap beban pipa dan stabilitas struktur terhadap struktur bawahnya.

Kata kunci : Struktur Pipe Rack, Baja Pipe Rack, Baja ASD dan LRFD

ABSTRACT: In Project RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) RU IV Cilacap Pertamina are civil structure
that serves as the supporting piping systems, one of these structures, namely Steel Pipe Structure Pipe Rack
Rack. Calculation steel structure is to analyze changes in the structure of steel columns in Pipe Rack
structure, which will ultimately have an impact on the underlying structure. Changes in the structure of
steel columns Pipe Rack is modeled in the form of Model-1, Model-2 and Model-3. From the analysis it was
found that the addition and subtraction changes the ratio of allowable stress in the steel Pipe Rack at
1:19% -80% per item Profile Steel, change column deflection at 1:14%, a change of 61.7% beam deflection
and the total weight of the structure unchanged at 1:11% -5.91 % .From analysis of the impact on the
bottom structure can review reinforcement ratio in columns or pedestals of 1:14% was the same as the
normal conditions (model-1), but the addition of the tie-beam reinforcement in the beam by 40%, in the
review of the structure of the pole stake there is a change of behavior on the pile, which occurs in the soil
pile deflection of 1.35mm - 3.5mm. From all the analysis models of steel structures Pipe Rack with changes
in the structure of the column can be reviewed that steel Pipe Rack Model-2 is better than Model-3 is the
stability of the structure and stability of the structure of the pipe load to the structure underneath

Keywords: Structure Pipe Rack, Steel Pipe Rack, Steel ASD & LRFD

51 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

PENDAHULUAN perpipaan itu sendiri. Analisa perubahan


Seiring dengan majunya teknologi serta kolom Struktur Baja Pipe Rack di modelkan
sistem perpipaan dalam dunia industri dalam bentuk 3 model, sebagai berikut :
petrochemical, Oil & Gas, maka semakin
luas pula penggunaan struktur civil sebagai 1. Kolom struktur Baja Pipe Rack
penunjang sistem pemipaan tersebut. Model-1 (Normal)
Struktur tersebut harus dapat menopang
beban-beban pipa itu sendiri. Salah satu
struktur penunjang sistem pemipaan
tersebut yaitu Struktur Pipe Rack.

Pada perencanaan suatu struktur Baja Pipe


Rack, harus ditinjau kekuatan struktur
tersebut pada tiga kondisi yaitu pada saat
kondisi kosong (Empty), kondisi beroperasi
(Operation) ataupun kondisi tes (Hydro
test), dan pada saat instalasi pipa-pipa
2. Kolom struktur Baja Pipe Rack
tersebut. Sehingga pada kondisi tersebut
Model-2 (Kolom Menumpu di atas
dapat dibuktikan bahwa struktur tesebut
Balok Tie-beam di tengah
aman digunakan baik ditinjau secara
Bentang)
kekuatan struktur itu sendiri (stress ratio)
ataupun ditinjau stabilitas strukturnya
terhadap beban pipa dan stabilitas struktur
terhadap struktur bawahnya.

Dalam konstruksi perencanaan struktur


Baja Pipe Rack biasanya ditemukan
beberapa kendala atau kasus di lapangan
yang berdampak perubahan struktur pada
baja Pipe Rack, dan salah satu contoh
kendala atau kasus tersebut yaitu terdapat
suatu kondisi dimana sistem perpipaan
3. Kolom struktur Baja Pipe Rack
mengalami perubahan, sehingga keadaan
Model-3 (Kolom Menumpu di atas
pipa menabrak salah satu bagian kolom
Balok Tie-beam Cantilever)
struktur baja Pipe Rack, sehingga
berdampak pada struktur bawah yang
kondisinya sudah di lakukan pemasangan
pondasi. Dengan kondisi tersebut maka
perlu di analisa kembali apakah kondisi
struktur tersebut aman dengan tinjauan
pondasi yang sekarang. Apabila struktur
tersebut ditinjau secara kekuatan struktur
itu sendiri (stress ratio) ataupun ditinjau
stabilitasnya, struktur tersebut aman di
gunakan untuk menunjang sistem

52 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)

LANDASAN TEORI 3. Beban Angin (Wind Load)


Beban angin adalah beban yang bekerja
Pipe Rack pada struktur akibat tekanan dari
Menurut Drake, Richard M., P.E., S.E., SECB gerakan angin
and Walter, Robert J., P.E., S.E. "Seismic
Design of Structural Steel Pipe Racks", 4. Beban Gempa (Seismic Load)
Structure Magazine. February 2012, Beban Gempa adalah semua beban
Struktur Baja Pipe Rack adalah Rak Pipa statik ekivalen yang bekerja pada
yang terdiri dari serangkaian beam struktur akibat adanya pergerakan
transversal yang berjalan sepanjang sistem tanah oleh gempa bumi, baik
pipa, berjarak pada interval seragam pergerakan arah vertikal maupun
biasanya sekitar 20 ft. horizontal. Beban gempa berdasarkan
peraturan UBC-97.

Gambar 2. Grafik Gempa UBC-97


Gambar 1. Konstruksi Baja Pipe Rack dengan Pipa

Pembebanan
Analisa Gempa pada UBC 97 sebagai
Berikut pembebanan pada struktur Pipe
berikut :
Rack menurut pedoman perencanaan
pembebanan untuk struktur Industri
(Mohamed A. El-Reedy, Ph.D.) dan menurut
Tidak boleh lebih dari
ASCE (American Society of Civil
Engineering).

Dan tidak boleh kurang dari


1. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah beban konstan yang
disebabkan oleh berat struktur itu Khusus untuk Zone 4, total base shear tidak
sendiri boleh kurang dari :

2. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup adalah beban gravitasi Dimana :
yang dihasilkan oleh penggunaan dan Cv, Ca =koefisient gempa berdasar pada
hunian Gedung-gedung dan struktur zone dan type tanah.
R =Struktur resistensi terhadap
gempa

53 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

T =Periode fundamental strukturn 6. Beban Gesek


Method A atau Method B. Gaya gesek adalah gaya yang terjadi
Na, Nv =Near source factor. akibat dua permukaan benda yang
saling bergesekan. Pada struktur
5. Beban Pipa baja Pipe Rack beban gesek
Beban mati untuk pipa yang dilakukan disebabkan oleh geser pipa atau
pada Pipe Rack diperkirakan dengan penukar panas arah horizontal
menggunakan pengukuran berikut, karena ekspansi termal.
kecuali Jika informasi beban yang
sebenarnya tersedia dan mengharuskan
sebaliknya.

 Pipa Kosong
Di asunsikan beban terbagi rata
dari 40 psf (1,9 kPa) untuk pipa,
dan insulasi. Nilai ini setara
dengan 40 pipa, 8 in (203 mm)
diameter, penuh air, di 15-in.
(381-mm) spasi.

 Pipa Beroperasi
Gambar 3. Ilustrasi Beban Gesek Baja dengan Pipa
Di asumsikan 60% dari beban
operasi pipa diperkirakan akan HASIL ANALISA PROFIL BAJA PIPE RACK
dikombinasikan dengan angin
atau beban gempa. Jenis material baja yang dianalisa pada
struktur Piper Rack adalah JIS G3101
 Pipa Test Grade SS400 dengan Fy : 2400 Kg/cm2, dan
Pengujian beban mati atau berat berat jenis baja di ketahui sebesar 7850
kosong dari pipa ditambah berat Kg/m3.
dari media uji yang terkandung
Tabel 1. Item Profil Baja yang di Analis
dalam satu set sistem perpipaan
secara bersamaan diuji. Untuk
setiap pipa yang lebih besar dari
12 inci (304 mm) diameter PROFIL BAJA YANG DI
nominal, beban terkonsentrasi, DIMENSI
ANALISA
termasuk berat pipa, produk,
katup, fitting, dan insulasi, harus Kolom Utama H 300x300x10
digunakan sebagai pengganti 40
Balok Melintang H 400x200x8
- psf (1,9 - kPa) beban digunakan
untuk 8-in pipa. Beban ini harus Balok Tengah H 200x100x5.5
seragam didistribusikan ke Balok membujur H 250x125x6
daerah terkait pipa itu.
Bracing Mendatar T 125x125
Bracing Tegak Lurus T 125x125

54 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)

Analisa Stress Ratio Profil Baja


Hasil analisis atau resume stress Ratio dari Tabel 3. Analisa Defleksi Pada Baja Pipe
tiap-tiap profil baja yang dianalisa Rack ANALISA DEFLEKSI
menggunakan softwer staad pro, akan di
BATASAN (Δmax) (Δmax) (Δmax)
dapatkan nilai ratio baja tersebut, nilai ratio Model-1 Model-2 Model-3
baja tersebut di ambil nilai maksimum atau (mm) (mm) (mm)
terbesar dari keseluruh profil baja yang
digunakan pada struktur Pipe Rack, dan Δmax<2000/300
3.14 5.08 5.08
= 6.7mm
batasan nilai Ratio tersebut yaitu tidak
boleh melebihi angka 1 (Ratio Baja < 1). Δmax<5500/150
28.9 29.23 29.62
Tabel 2. Stress Rasio Pada Baja Pipe = 36.7mm
Rack
STRESS RATIO
PROFIL BAJA Model- Model- Model- Analisa Berat Struktur Baja Pipe Rack
1 2 3
Dari analisi perubahan struktur kolom Baja
H 300x300x10 0.516 0.538 0.564
Pipe Rack di dapat perubahan berat
H 400x200x8 0.755 0.697 0.764
struktur baja Pipe Rack, berat struktur
H 200x100x5.5 0.746 0.294 0.298
tersebut antara lain berat struktur total,
H 250x125x6 0.53 0.535 0.564 volume struktur dan Berat index struktur.
T 125x125 0.199 0.292 0.205 Struktur Baja Pipe Rack yang baik di tinjau
T 125x125 0.683 1.225 1.225 dari desain struktur, mempunyai berat
T 125x125 - 0.626 0.638 index antara 15 Kg/m3 sampai 25 Kg/m3.

Pada Hasil analisis atau resume stress Ratio Tabel 4. Berat Struktur Baja pada Pipe Rack
pada Tabel 2, terdapat satu item profil
Item Model-1 Model-2 Model-2
dimana Allowable stress ratio melebihi nilai
Berat Struktur
dari allowable yang di izinkan pada model- 16272.3 16083.1 17235.3
Total (Kg)
1, model-2 & model 3, sehingga profil Volume
792 792 792
tersebut harus di ganti dengan profil yang Struktur (m3)
mempunya dimensi lebih besar dari profil Berat Index
20.54 20.31 21.761
(Kg/m3)
sebelumnya. Jadi item profil baja yang di
ganti yaitu Bracing tegak lurus T125x125 di
HASIL ANALISA STRUKTUR BAWAH PIPE
ganti menjadi T175x175.
RACK TINJAUAN PERUBAHAN
STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK
Analisa Defleksi Balok dan Defleksi
Kolom Baja Pipe Rack
Analisa Kolom Pedestal Pondasi
Hasil analisa atau resume terhadap Defleksi
Parameter untuk melakukan analisa pada
Balok dan Defleksi kolom pada struktur
kolom pedestal pondasi struktur Pipe Rack
Baja Pipe Rack yang di analisa dengan
Model-1, Model-2 & Model-3 sebagai
sofwere staad pro berdasarkan peraturan
berikut :
ASCE (American Society of Civil Engineering)
sebagai berikut: - Mutu Beton (Fc) = 23 Mpa
Defleksi Balok = Δmax < L/300 - Width (B) = 0.51 m
Defleksi Kolom = Δmax < L/150 - Depth (H) = 0.51 m

55 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

- Luas Penampang Area (A) = 0.26 m2 Pada analisa kolom pedestal untuk struktur
- Tinggi Pedestal (Lp) = 1.6 m Pipe Rack Model-1, Model-2 & Model-3 di
dapat Rasio tulangan 1.44%, artinya tidak
WF Kolom terjadi perubahan pada kolom pedestal
yang di tinjau dari dimensi ataupun rasio
tulangan, akan tetapi pada model-2 &
Pedestal model 3 terjadi perpindahan posisi atau
LP
letak kolom pedestal mengikuti perubahan
atau letak kolom Baja Pipe Rack.

Analisa Balok Tie-Beam Pondasi


Pengecekan kelangsingan kolom pedestal Parameter untuk melakukan analisa pada
berdasarkan ACI-318 R-08, dimana dengan Balok Tie-Beam struktur Pipe Rack Model-
nilai K = 2 di dapat sebagai berikut : 1, Model-2 & Model-3 sebagai berikut :

- Panjang Tie Beam (L) = 8.9 m


- Cover Concrete = 65 mm
- Mutu Beton (fc’) = 23 MPa
- Mutu Baja (fy) = 400 MPa
21.74 < 22 (OK) - Mutu Baja Stirrups (fy) = 240Mpa
- Modulus Elastisitas (Ec) = 22.540Mpa
Dari Analisa Pedestal menggunakan - Jarak Effektif (d) = 335 mm
softwere Staad pro yang hasil - Faktor Reduksi (Øf) = 0.8
pembebananya melalu analisa transfer (Øv) = 0.7
beban pada bawah pedestal, maka didapat (ß) = 0.85
besaran tulangan sebagai berikut :
As Perlu = 2601 mm2 Balok Tie-Beam Pipe Rack Model-1
Rasio tulangan =1.44% > 1% (OK) Di dapat nilai beban dalam dari Analisa
Tulangan Utama = 12D19 pedestal dan struktur baja Pipe rack
Concrete Cover = 65 mm sebagai berikut :

Pu.pd = 151.67 kN
Mu.pd = 62.49 kN

Sehingga dari Analisa beban tersebut di


dapat dimensi balok Tie-beam dengan
ukuran 300x400 dan konfigurasi
penulangan pada balok tie-beam sebagai
berikut :

TOP 3-D19
BOTTOM 3-D19
Gambar 4. Modeling Kolom Pedestal
STIRRUPS D10-150

56 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)

Balok Tie-Beam Pipe Rack Model-3


Di dapat nilai beban dalam dari Analisa
pedestal dan struktur baja Pipe rack
sebagai berikut :

Pu.pd = 151.67 kN
Mu.pd = 62.49 kN

Sehingga dari Analisa beban tersebut di


Gambar 5. Konfigurasi Penulangan dapat dimensi balok Tie-beam dengan
Tie-beam Pipe Rack Model-1 ukuran 400x500 dan konfigurasi
penulangan pada balok tie-beam sebagai
Balok Tie-Beam Pipe Rack Model-2 berikut :
Di dapat nilai beban dalam dari Analisa TOP 10-D19
pedestal dan struktur baja Pipe rack BOTTOM 10-D19
sebagai berikut : STIRRUPS D10-150

Pu.pd = 174.69 kN
Mu.pd = 94.43 kN

Sehingga dari Analisa beban tersebut di


dapat dimensi balok Tie-beam dengan
ukuran 300x400 dan konfigurasi
penulangan pada balok tie-beam sebagai
berikut :

TOP 3-D19
Gambar 7. Konfigurasi Penulangan
BOTTOM 3-D19
Tie-beam Pipe Rack Model-2
STIRRUPS D10-150

Analisa Prilaku Tiang Pancang Akibat


Perubahan Struktur Kolom Baja Pipe
Rack
Pengecekan pile ini menggunakan referensi
melalui softwere Allpile v.7 yang data-
datanya di dapatkan dari pengujian tanah
di lapangan (Soil Investigation).

Adapun hasil Analisi prilaku tiang pancang


Gambar 6. Konfigurasi Penulangan
akibat perubahan struktur kolom baja Pipe
Tie-beam Pipe Rack Model-2
Rack sebagai Berikut :

57 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

tanah maksimum adalah sebesar 1 inch


(2,54 cm).

- Prilaku Tiang Pancang Pipe Rack Model-3


Defleksi yang bekerja pada pile adalah 10.4
cm lebih besar dari defleksi yang di izinkan
(allowable deflection) 2.5 cm. Sehingga
tiang pancang secara kemampuan menahan
beban eksentrisitas axial dari perubahan
kolom struktur Pipe Rack di kategorikan
Gambar 8. Analisa Tiang Pancang tidak aman.

- Prilaku Tiang Pancang Pipe Rack Model-1 Nilai maksimum defleksi yang di izinkan di
Beban axial yang di izinkan bekerja pada dasarkan pada teori “Modulus Of Subgrade
pile adalah 3265.537 kN lebih besar dari Reaction” Bowles, yang membahas
beban axial akibat struktur atas 141.70 kN. mengenai konsep hubungan antara tekanan
Sehingga pile pondasi secara kemampuan dan defleksi pada tanah. Di dalam teori ini
memikul beban axial dari struktur pipe rack Bowles merumuskan rumus “Modulus Of
di katagorikan aman. (Qallow > Q). Subgrade Reaction” dengan nilai setlement
Penurunan pile yang di izinkan adalah 2 cm tanah maksimum adalah sebesar 1 inch
yang setara dengan 2183.88 kN beban axial, (2,54cm)
sedangkan beban axial yang terjadi 141.70
kN setara dengan penurunan 0.13 cm. PERBANDINGAN STRUKTUR PIPE RACK
Sehingga pile pondasi secara penurunan SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN
akibat beban axial di kategorikan aman. STRUKTUR KOLOM
(Xallow > Xsettlement).
Perbandingan Allowable Stress Rasio
Berikut tabel perbandingan Allowable
- Prilaku Tiang Pancang Pipe Rack Model-2 Stress rasio Baja Pipe Rack dari hasil
Defleksi yang bekerja pada pile adalah 1.35 analisa studi yang di lakukan :
cm lebih kecil dari defleksi yang di izinkan Tabel 5. Persentase Allowable Stress Rasio
(allowable deflection) 2.5 cm. Sehingga Baja Pipe Rack Model-1 dengan Model-2.
tiang pancang secara kemampuan menahan
beban eksentrisitas axial dari perubahan Allowable Stress Rasio Baja
Dimensi Model-1
kolom struktur Pipe Rack di kategorikan Model-2 %
(Existing)
masih aman.
H 300x300x10 0.516 0.538 4.2
Nilai maksimum defleksi yang di izinkan di
H 400x200x8 0.755 0.697 -7.6
dasarkan pada teori “Modulus Of Subgrade
H 200x100x5,5 0.746 0.294 -60.5
Reaction” Bowles, yang membahas
H 250x125x6 0.530 0.535 0.94
mengenai konsep hubungan antara tekanan
T 125x125 0.199 0.292 46.7
dan defleksi pada tanah. Di dalam teori ini
T 125x125 0.683 1.225 79.4
Bowles merumuskan rumus “Modulus Of
T 150x150 - 0.626 -
Subgrade Reaction” dengan nilai setlement
Tabel 6. Persentase Allowable Stress Rasio
Baja Pipe Rack Model-1 dengan Model-3.

58 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)

Allowable Stress Rasio Baja Tabel 10. Persentase Berat Struktur Total
Dimensi Model-1 Model-1 dengan Model-2
Model-3 %
(Existing)
H 300x300x10 0.516 0.564 9.3
H 400x200x8 0.755 0.764 1.19 Model-1
Item Model-3 %
(existing)
H 200x100x5,5 0.746 0.298 -60.1
H 250x125x6 0.530 0.564 6.4 Berat Struktur Total (Kg) 16272.3 17235.3 5.91
T 125x125 0.199 0.205 3
T 125x125 0.683 1.225 -67 Volume Struktur (m3) 792 792 -
T 175x175 - 0.638 -
Berat Index (Kg/m3) 20.54 21.76 5.93

Perbandingan Defleksi Balok dan Kolom


Baja Pipe Rack
Berikut tabel perbandingan Defleksi Balok KESIMPULAN
dan Kolom Struktur Baja Pipe Rack dari Dari hasil analisa yang di lakukan
hasil analisa studi yang di lakukan : didapatkan hasil kesimpulan sebagai
Tabel 7. Persentase Defleksi Balok & Kolom berikut :
Model-1 dengan Model-2 1. Kinerja Struktur Baja Pipe Rack
 Setelah Pipe Rack mengalami
HASIL ANALISA perubahan pada struktur kolom,
ITEM Model-1 terjadi perubahan terhadap nilai
Model-2 %
(Existing) allowable stress rasio dari yang di
Defleksi Balok 3.14 mm 5.08 mm 61.7 izinkan, sehingga berdampak pada
berubahan terhadap salah satu item
Defleksi Kolom 28.90 mm 29.23mm 1.14
profil baja.
 Perubahan Penambahan dan
Tabel 8. Persentase Defleksi Balok & Kolom pengurangan allowable stress rasio
Model-1 dengan Model-3 baja yang terjadi 1.19% - 80%.
 Dari Allowable stress rasio baja
HASIL ANALISA yang di peroleh dari hasil analisa
ITEM Model-1 studi dapat di simpulkan bahwa
Model-3 %
(Existing) semakin panjang bentang suatu item
Defleksi Balok 3.14 mm 5.08 mm 61.7 profil baja pipe rack maka nilai
Defleksi Kolom 28.90 mm 29.62mm 2.45 allowable stress rasio semakin
besar, begitu pun sebaliknya.
Perbandingan Berat Struktur Total Baja  Dari analisa pergeseran kolom yang
terjadi dapat di simpulkan bahwa
Tabel 9. Persentase Berat Struktur Total
Model-1 dengan Model-2 semakin kolom bergeser menjauhi
kolom lainya, maka nilai allowable
Model-1
stress rasio dan nilai defleksi yang
Item Model-2 %
(existing) terjadi semakin besar, begitu pun
Berat Struktur Total (Kg) 16272.3 16083.1 -1.16 sebaliknya.
 Dari analisa studi mengenai
Volume Struktur (m3) 792 792 -
Perubahan defleksi balok dan kolom
Berat Index (Kg/m3) 20.54 20.31 -1.11
yang terjadi, maka dapat di

59 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

simpulkan bahwa persentase (Pipe Rack Model-3), sedangkan


perubahan defleksi yang terjadi defleksi tanah yang di izinkan
sebesar 1.14 % untuk kolom baja menurut Teori Bowles adalah
pipe rack dan 61.7% untuk balok sebesar 2.5 cm.
baja pipe rack.  Berdasarkan Analisa prilaku tiang
2. Kinerja Struktur Bawah (Pedestal & pancang pada kondisi tanpa adanya
Balok Tie Beam) perubahan struktur Pipe Rack
 Berdasarkan hasil study perubahan (Model-1) yaitu tidak terjadi
struktur kolom baja pipe rack dapat defleksi tanah pada tiang pancang,
di simpulkan, bahwa pedestal akan tetapi terjadi penurunan tiang
pondasi pun mengalami perubahan pancang (settlement) sebesar 0.13
posisi sesuai kolom baja pipe rack. cm dari penurunan yang di izinkan
 Dari hasil analisa perhitungan, yaitu 2 cm.
kondisi kolom pedestal masih tetap
dan tidak mengalami perubahan DAFTAR PUSTAKA
baik dimensi ataupun jumlah 1. Setiawan, Agus. 2008. “Perencanaan
tulangan, dan nilai rasio tulangan Struktur Baja dengan Metode LRFD
yang terjadi masih sama, yaitu (Berdasarkan SNI 03-1729-2002)”.
sebesar 1,44%. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Berdasarkan hasil study perubahan 2. El-Reedy, Mohamed A. 2011.
struktur kolom baja pipe rack “Construction Management And Design
terjadi perubahan dimensi pada of Industrial Concrete and Steel
Balok tie-beam, dari kondisi Structures”. New York : CRC Press
300x400 (model-1) menjadi Taylor and Francis Group
300x400 (model-2) dan 400x500 3. SNI 03-1729-2002. “Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk
(model-3).
Bangunan Gedung”. Departemen
Pekerjaan Umum.
3. Kinerja Struktur Tiang Pancang
4. ANSI/AISC . 2005. “Specification for
 Berdasarkan hasil study tiang
Structural Steel Buildings”. Chicago, IL :
pancang yang dilakukan pada 3
American Institute of Steel
model struktur pipe rack, di
Construction.
simpulkan perubahan pada struktur
5. ACI. 2002. “Building Code Requirements
kolom Pipe Rack berpengaruh
for Structural Concrete”’. Farmington
sangat besar pada prilaku Tiang
Hills, MI : American Concrete Institute
pancang (pile).
6. SNI 03-2847-2002. “Tata Cara
 Berdasarkan Analisa prilaku tiang
Pergitungan Struktur Beton untuk
pancang akibat perubahan struktur
Bangunan Gedung”. Surabaya: ITS
kolom baja Pipe Rack, di dapat
Press.
perubahan prilaku tiang pancang
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Pipe_rac
Pipe Rack Model-2 & Model-3 yaitu
k
terjadi Defleksi tanah pada tiang
8. http://civilandstructure.wordpress.co
Pancang, besaran defleksi tanah
m/2009/06/08/struktur-pre-cast-
pada tiang pancang sebesar 1.35 cm
untuk-pipe-rack-di-oilgas-plant/
(Pipe Rack Model-2) dan 10.5 cm

60 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR


TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Yoppi Juli Priyono


Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

Nadia
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK : Beton merupakan material yang umum digunakan untuk Struktur. Hal ini disebabkan
karena Beton mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya.
Namun demikian beton memiliki salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya cukup tinggi sehingga beban
mati pada suatu struktur menjadi besar. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi berat
jenis beton ini, diantaranya adalah dengan memakai agregat ringan. Salah satu metode untuk
menjadikan Beton ringan adalah dengan penambahan bahan limbah Styrofoam. Namun pengurangan
berat jenis ini tidak diikuti dengan penambahan kuat tekan Beton, sehingga sampai saat ini beton ringan
dengan menggunakan styrofoam hanya dipakai untuk bagian non Struktur. Untuk maksud tersebut,
maka penelitian ini dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Styrofoam sebagai pengganti
agregat kasar pada Beton Normal dengan persentase penambahan Styrofoam sebesar 1%, 2% dan 3%
dari berat campuran Beton Normal. Hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa pada penambahan
1% stryofoam akan menurunkan berat volume beton rata-rata sebesar 12% dengan rincian campuran
1% (turun 13%) , 2% (turun 22%) , 3% (turun 32%). Selain hal tersebut penambahan stryofoam pada
beton menurunkan kuat tekan beton normal. Untuk penambahan Styrofoamsebesar 1% terjadi
penurunan 54%, 2% sebesar 57% dan 3% sebesar 87%.

Kata kunci : Stryofoam, Berat volume Beton, Kuat Tekan

ABSTRACT : Concrete is a common material used to structure. It is caused by concrete has a lot of
excellence compared with the other buildings. However, concrete has one weakness is heavy its kind high
enough so that the dead load on a structure to become larger. Some method can be used to reduce in
weight this kind of concrete among the preparations are wearing light aggregate. One of the methods to
make light concrete is by addition of waste styrofoam material. But the reduction of the specific gravity of
this is not followed by the addition of strong press concrete, so until now light concrete by using styrofoam
only worn to the non structure. To the research is made to know how big the influence of styrofoam as a
substitute for an rough aggregate on concrete normal with the addition of styrofoam 1 %, 2 % and 3 % of
the weight of a mixture of normal concrete. The research conducted by acquired that to adding 1 %
stryofoam will lower heavy volume concrete reaching an average of 12 % with the details of a mixture of 1
% ( down 13 % ), 2 % ( down 22 % ), 3 % ( down 32 % ).In addition to this the addition of stryofoam on
concrete lowering strong press concrete normal. For the addition of styrofoam 1 % decline in 54 %, 2 % of
57 % and 3 % of 87 %.

Keywords: stryofoam, concrete weight volume, compression

61 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

PENDAHULUAN begitu akan mengurangi biaya dan dapat


Kemajuan teknologi dan krisis ekonomi meningkatkan kegunaan sampah.
yang terjadi di Indonesia, mengarahkan Sampah juga menjadi salah satu
pembangunan infrastruktur pada masalah di perkotaan, dimana
penggunaan Struktur dengan material penduduknya dengan lifestyle sedemikian
ringan. Tetapi secara keseluruhan tidak rupa memiliki tingkat konsumtif yang
berdampak pada peningkatan tinggi sehingga sampah yang dihasilkan
KekuatanStruktur.. Penggunaan material juga tidak sedikit. Sampah/material juga
ringan sebagai bahan pembentuk terdiri atas bermacam jenis, salah
struktur akan mengurangi berat total satunya adalah sampah anorganik yang
dari suatu bangunan, sehingga sulit terurai, antara lain styrofoam. Untuk
mengurangi bagian pendukung dan menguraikannya perlu waktu jutaan
pondasi. tahun, ditambah lagi sampah baru maka
Dalam beberapa campuran pembuatan kumpulan sampah itu akan tidak
Beton, salah satu bahan alternatif terkontrol. Untuk itu harus ada solusi
tambahan yang digunakan adalah bagaimana cara mengontrol sampah
Styrofoam. Beton yang dibuat dengan tersebut, salah satunya dengan
penambahan Styrofoam dapat disebut menerapkan konsep 3R atau Reuse,
Beton-Styrofoam (Styrofoamconcrete) yang Reduce, dan Recycle. Reuse berarti
disingkat Styrocon. Styrofoam mempunyai menggunakan kembali sampah yang masih
berat jenis sangat kecil yaitu berkisar dapat digunakan untukfungsi yang sama
antara 13-16 kg/m3. Penggunaan ataupun fungsilainnya. Reduce berarti
Styrofoam dalam beton ringan dapat mengurangi segalas esuatu yang
digunakan sebagai pengganti sebagian mengakibatkan sampah. Dan Recycle
agregat kasar, atau sebagai pengganti berarti mengolah kembali (daurulang)
sebagian agregat halus. sampah menjadi barang ataup roduk baru
Perkembangan konstruksi bangunan pada yang bermanfaat.
saat ini yang dipengaruhi dari tingginya Produksi sampah pada tahun 2013 di
pemanasan global, mengakibatkan Jakarta mencapai 6.500 ton/hari.
issueyang cukup serius. Sehingga membuat Bagaimana jika sampah tersebut hanya
para ahli konstruksi berlomba-lomba dalam tertimbun begitu saja tanpa ditanggulangi?
mengusung konsep green building . Salah Semakin lama kota Jakarta akan dipenuhi
satu cara menerapkan konsep green sampah.
building adalah dengan menggunakan
kembali (reuse) material bekas atau
sampah sebagai bahan bangunan. Dengan

62 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)

Identifikasi masalah 3. Seberapa Besar pengaruhnya


1. Apakah dengan penambahan Styrofoam Styrofoam ini terhadap penurunan Kuat
dapat mengurangi berat Beton pada Tekan Beton Normal?
Beton Normal? 4. Bagaimana hubungan antara
2. Seberapa besar pengaruhnya Styrofoam penurunan Berat Jenis dan Kuat Tekan
ini terhadap penurunan Berat Jenis akibat penambahan Styrofoam pada
Beton Normal? Beton?
Perumusan Masalah. berkisar antara 3-10 mm dengan berat
Beton merupakan Bahan bangunan yang satuan 22,89 kg/m3
paling sering digunakan dalam Struktur 3. Mix design menggunakan metode SNI
Bangunan, sehingga ber-macam-2 inovasi 03-2834-2000.
dilakukan terhadap Beton ini untuk diteliti 4. Benda uji berbentuk silinder dengan
pengaruh dan manfaatnya. Sedangkan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Bahan Styrofoam merupakan bahan limbah Jumlah benda uji adalah 4 buah untuk
yang berat jenisnya kecil (beratnya sangat setiap variasi persentase penambahan
ringan) dan terutama sering digunakan Styrofoam.
untuk mencegah pengaruh panas dari luar. 5. Semen Portland type I merk Tiga Roda
Oleh sebab itu, bagaimana jika kedua bahan 6. Agregat kasar yaitu kerikil dari Gunung
ini dicoba untuk dicampurkan agar dapat Sembung dengan ukuran< 20 mm dan
mengambil manfaat demi menambah agregat halus yaitu pasir dari Bangka
wawasan keilmuan, maupun manfaat dengan ukuran< 5 mm.
industri konstruksi. 7. Air yang digunakanadalah air PDAM
8. Pengujian Kuat Tekan Beton dilakukan
Batasan Masalah padaumur 28 hari.
1. Kuat Tekan Beton Rencana adalah Beton
Normal (K.225)
2. Butiran Styrofoam dengan variasi
persentase sebesar 0%, 1%, 2%, 3%
terhadap volume campuran. Diameter
butiran Styrofoam yang digunakan

63 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Tujuan Penelitian 2. Untuk mengetahui hubungan nilai Kuat


1. Untuk mengetahui pengaruh nilai Kuat Tekan Beton dengan Berat Jenis Beton
Tekan Beton dengan komposisi pada campuran Beton Normal.
campuran Styrofoam.

Diagram Fish Bone

Hipotesis Penelitian. a) Beton ringan : berat volume


1. Makin besar persentase < 1.900 kg/m³
penambahan bahan Styrofoam, b) Beton normal : berat volume
maka Beton akan semakin 2.200 kg/m³ – 2.500 kg/m³
berkurang Kuat Tekannya. c) Beton berat : beratvoume>
2. Makin besar persentase 2.500 kg/m³
penambahan bahan Styrofoam, Styrofoam
maka Beton akan semakin Styrofoam atau plastik busa masih
berkurang Berat Volume (Berat termasuk golongan plastik. Umumnya
Jenis) nya atau akan semakin Styrofoam (polystyrene foam) berwarna
ringan. putih. Styrofoam merupakan bahan plastik
yang memiliki sifat khusus dengan struktur
LANDASAN TEORI yang tersusun dari butiran dengan
PengertianBeton kerapatan rendah, mempunyai bobot
Beton adalah campuran antara semen ringan, dan terdapat ruang antar butiran
portland atau semen hidrolik yang lain, yang berisi udara yang tidak dapat
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan menghantar panas, sehingga hal ini
atau tanpa bahan tambahan yang membuatnya menjadi insulator panas yang
membentuk massa padat (SNI-03-2847- baik.
2002). Seiring dengan penambahan umur, Sifat– sifat Styrofoam :
beton akan semakin mengeras dan akan a) Mempunyai berat jenis yang relatif
mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia ringan.
28 hari. b) Tahan terhadap asam, basa, dan zat
Beton dapat dibagi atas 3 jenis berdasarkan korosif.
Berat volumenya, yaitu:

64 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)

c) Mempunyai titik leleh pada suhu 1020- pengaruh styrofoam sebagai pengganti
1060 C. agregat kasar pada kuat tekan beton.
d) Mampu menahan panas. Adapun hasil dari pengujian yang telah
e) Dapat memperlambat timbulnya dilakukan, dinyatakan dalam bentuk tabel
panas hidrasi dan grafik.
f) Dapat mengurangi beban gempa yang Hasil pemeriksaan Berat volume
berkerja lebih kecil karena berat rata-rata
struktur beton berkurang.

METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran Benda Berat


Uji Volume
Jenis Kadar
rata-
Benda styrofo
rata
Uji am
Diamet Tinggi (kg/m3
er (cm) (cm) )
BN 0% 15 30 2286,7
BCS
1% 15 30 1992,5
1%
BCS
2% 15 30 1781,0
2%
BCS
3% 15 30 1560,1
3%

Berat Volume Rata-Rata


Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui
bahwa berat volume beton terbesar
terdapat pada variasi beton normal yaitu
sebesar 2286,7 Kg/m3. Berat volume beton
terkecil terdapat pada variasi beton variasi
BCS 3% yaitu sebesar 1560,1 Kg/m3. Dari
hasil-hasil tersebut terlihat bahwa berat
volume beton yang ada sangat bervariasi,
hal ini dikarenakan berat styrofoam lebih
HASIL PENELITIAN
ringan dibandingkan dengan berat kerikil.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen
Semakin bertambahnya Styrofoam maka
yang dilaksanakan di Laboratorium. Hasil
semakin kecil berat volume beton. Hal
penelitian berupa data-data kasar,
tersebut juga dipengaruhi oleh proporsi
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
campuran beton dan proses pemadatan

65 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

beton pada saat pengecoran. Kekuatan


beton yang lebih besar dapat dicapai
dengan mempergunakan campuran yang
lebih ”kaya” semen serta memadatkannya
sampai berat volume beton yang lebih
besar.

Kuat Tekan Beton


Kuat tekan setiap variasi dengan
penggantian Styrofoam pada sebagian
agregat kasar sebesar 1%, 2% dan 3% dari
berat Beton.
Hasil Pengujian rata-rata pada umur 28 Hasilkorelasidenganmenghilangkancampur
hari anStyrofoam 1%,:

KESIMPULAN
1. Beton dengan campuran Styrofoam
f'c σ'kbk sebagai pengganti agregat kasar
KodeBet Berat Volume
Silinder (Kg/c menghasilkan penurunan Kuat
on Beton (Kg/m3)
(Mpa) m2) Tekan Beton. Penurunan Kuat Tekan
BN 2286,7 17,1 210,1 Beton ini bertambah, dengan
BCS-1% 1992,5 7,8 95,6 bertambahnya persentase jumlah
BCS-2% 1781,0 7,3 90,0 Styrofoamnya.
BCS-3% 1560,1 3,0 37,0 2. Setiap penambahan Styrofoam,
Grafik Kuat Tekan Beton Rata-Rata dapat mengurangi bobot (berat)
Dari Grafik dapat dilihat bahwa kuat tekan campuranBeton, sehingga Beton
beton yang tertinggi terdapat pada lebih ringan atau Berat volumenya
Campuran Beton penggantian sebagian berkurang. Makin besar jumlah
kerikil dengan Styrofoam 1% (BCS-1%) Styrofoam, makin kecil Berat
yaitu sebesar K=115,2 kg/cm2 dan kuat volumenya (makin ringan)
tekan beton yang terendah terdapat pada 3. Makin besar persentase
Campuran Beton penggantian sebagian penambahan bahan Styrofoam
kerikil dengan Styrofoam 3% (BCS-3%) sebagai pengganti sebagian agregat
yaitu sebesar K=44,5 kg/cm2 kasar, beton makin ringan namun
kuat tekannya berkurang.

66 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)

4. Penambahan Styrofoam pada beton Yogyakarta.


tidak menghasilkan penurunan kuat 3. Murdock, L. J., dan Brook, K. M., 1986,
tekan beton secara linier terhadap BAHAN DAN PRAKTEK BETON,
beton normal, namun dengan 4. Samekto, W. dan Rahmadiyanto, C.
berupa persamaan garis lengkung 2001. TEKNOLOGI BETON, Kanisius,
sebagai berikut: y = 869,4x2 – 5796x Yogyakarta
+ 210 . 5. Tjokrodimulyo, Kardiyono, 1995,
TEKNOLOGI BETON, Jurusan Teknik
DAFTAR PUSTAKA Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta
1. Antono, A, 1995, BAHAN KONSTRUKSI 6. TATA CARA PEMBUATAN RENCANA
TEKNIK SIPIL, Penerbit Universitas CAMPURAN BETON NORMAL , Jakarta
Atma Jaya, Yogyakarta 7. http://agoestanto.files.wordpress.com/
2. Antono, A, 1995, TEKNOLOGI BETON, 2011/10/bab-vi.d.
Penerbit Universitas Atma Jaya,

67 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

ANALISIS BIAYA PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING


DENGAN SISTEM BRACKET PADA KONSTRUKSI PIER-HEAD JEMBATAN

Asmar Diansyah
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta

Trijeti
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : t3jeti@yahoo.co.id

ABSTRAK : Pada Proyek New Access Road terdapat beberapa jenis konstruksi salah satunya adalah
Jembatan pada STA 0+937,32 sampai dengan 1+173,123. Jembatan ini akan dibangun dengan
ketinggian pier 22 meter dan terletak pada sungai yang rawan banjir. Terdapat 5 pier pada jembatan
tersebut, namun hanya beberapa pier yang tingkat resiko dalam pengerjaan pier head-nya tidak
terlalu besar, hanya bekerja di ketinggian saja, pihak kontraktor dapat mengatasinya dengan metode
kerja sistem shoring, namun pada pier P4 dan P5 resikonya terlalu besar karena banjir yang akan
terjadi ditakutkan akan menghanyutkan perancah shoring tersebut.Oleh karena itu pada pier
tersebut digunakan sistem bracket untuk penopang bekisting pier head selama proses konstruksi
berlangsung.

Seiring perjalanan waktu, dibutuhkan analisa biaya dan waktu pelaksanaan yang tepat dari kedua
metode yang dipakai, untuk kedepannya pada proyek-proyek berikutnya dapat dipakai metode kerja
yang efisien dalam biaya dan efektif dalam waktu pelaksanaannya. Dari analisa didapatkan bahwa
metode dengan sistem bracket lebih mahal yaitu sebesar Rp. 1.014.090.624 dibandingkan dengan
sistem Shoring yaitu sebesar Rp. 955.918.664. Dengan selisih biaya sebesar Rp. 58.171.960, maka
sistem Shoring memiliki efisiensi sebesar 5,74 % dibandingkan dengan sistem Bracket Truss

Kata kunci : pierhead , shoring , bracket

ABSTRACT: On New Access Road there is some kind of a construction Bridge on one of them is STA
0+937,32 up to 1+173,123. This bridge will be built at a height of 22 meter pier and is situated on the
river is prone to flooding. There are 5 pier on the bridge, but only some of the pier's level of risk in the
workmanship of the pier head-not too big, just working at heights course, a Contracting Party could
cope with the working method of shoring system, but on the pier P4 and P5 are the risks too great due
to flooding that will occur will be feared washed away the scaffolding shoring.Therefore on the pier
used for bracket cantilever formwork system pier head during the process of construction in progress.

s time travel, needed analysis of the cost and time of the proper implementation of both methods used,
for in the future at its next projects can be extrapolated method of working in the cost of an efficient
and effective in time of its execution.He got that a method of analysis with a system of a bracket more
expensive fund of Rp.1.014.090.624 compared with a system of shoring fund of Rp.955.918.664.To
within a fee of Rp.58.171.960, then the system shoring having efficiency of 5.74 % compared with a
system of a bracket truss.

Keywords : pierhead , shoring , bracket

69 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

PENDAHULUAN jembatan. Maka di awal proses tender


Proyek New Access Road adalah proyek untuk perencanaan metode kerja
pembangunan infrastruktur jalan dan pengecoranpier head di jembatan 1,
jembatan. Proyek ini bertujuan untuk dipilih metode kerja sistem Shoring.
mengurangi dampak negatif dari traffic Metode ini akan memanfaatkan metode
padat yang terjadi disekitar lokasi karena bekisting sistem dengan perancah Peri-
berada di sekitar permukiman penduduk up, Main Beam, dan Cross Beam yaitu
yang padat.Proyek ini akanmembangun suatu sistem perancah dengan dua batang
jalan akses baru untuk jalur transportasi kaki perancah yang merupakan salah satu
yang melayani distribusi produk dan sistem dari negara Jerman, dimana untuk
aktifitas bisnis perusahaan di masa depan. setiap kaki perancah dapat menahan
Pada pekerjaan pengecoran pier head
dibutuhkan suatu metode kerja untuk
mengecor pier head yang berada di atas
pier dengan dimensi pier yang ovalseperti
pada pier 1 & 2 di jembatan 1 dan pier 4 &
5 di jembatan 2.Pier didesain dengan
bentuk oval oleh pihak konsultan dengan
tujuan untuk memecah aliran air
sungai.Sungai di lokasi proyek memang
sering sekali terjadi banjir dikarenakan kapasitas maksimal beban sebesar 7 ton
curah hujan yang tinggi dan limpahan air arah vertikal
sungai.
Perancah merupakan salah satu bagian
penting yang tidak dapat dipisahkan Gambar 1. Ilustrasi jembatan 1
daripada struktur, seperti pada Untuk jembatan 2, metode pengecoran
pengecoran pier head, perancah berfungsi pier head ada sedikit penambahan dengan
sebagai penopang dan penyangga metode yang akan dipakai, untuk pier 1, 2
bekisting yang harus benar-benar kokoh dan 3 masih memakai metode shoring
dan kuat. Penentuan metode perancah tetapi untuk pier 4 & 5 dipilih metode
harus benar-benar diperhitungkan secara bekisting gantung dengan sistem Bracket
cermat dan teliti karena hal ini Truss. Pemilihan metode alternatif ini
menyangkut hasil pengecoran yang akan didasarkan kepada lokasi pier jembatan
dilaksanakan, baik terhadap biaya, waktu P4 & P5 yang berada di tengah dan tepi
dan mutu pekerjaan tersebut. Ketinggian sungai yang memiliki penampang sungai
pier jembatan pada proyek ini menjadi sangat kecil. Sehingga apabila kita
bahan pertimbangan atas keselamatan menutup aliran sungai sebagian dengan
para pekerjanya, sehingga pemilihan cofferdam maka peluang untuk terjadinya
perancah untuk membantu pelaksanaan banjir akan sangat besar sekali. Oleh
pengecoran pier head sangat diperlukan. karena itu metode dengan sistem shoring
Pada desain jembatan 1, lokasi pier dianggap kurang efektif karena perancah
berada di tepi sungai dan penampang akan hanyut saat terjadinya banjir dan
sungai juga memungkinkan untuk dibuat membuat bencana banjir terhadap
cofferdam sebagai akses kerja pier lingkungan di sekitar proyek.

70 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

Superstructure (gelagar jembatan,


bearing, expantion joint)
Pada umumnya suatu bangunan jembatan
terdiri dari enam bagian pokok, yaitu
:Bangunan atas, Landasan,Bangunan
bawah,Pondasi,Oprit,Bangunan
pengaman jembatan.
Klasifikasi Jembatan :
 Klasifikasi menurut kegunaannya :
Jembatan jalan raya,Jembatan kereta
Gambar2. .Ilustrasi jembatan 2 api,Jembatan jalan air,Jembatan jalan
pipa,Jembatan militer,Jembatan
Identifikasi Masalah : penyeberangan, dll.
 Pada awal tender proyek, pelaksanaan  Klasifikasi menurut jenis materialnya :
hanya menggunakan metode perancah Jembatan kayu,Jembatan
dengan sistem Shoring untuk baja,Jembatan beton.Untuk jembatan
pengecoran pier head jembatan. beton dapat dibagi dua jenis menurut
 Dalam perjalanan waktu pelaksanaan gelagarnya yaitu beton bertulang dan
terjadi perubahan metode pelaksanaan beton prategang.
dengan memakai sistem Bracket Truss  Klasifikasi menurut letak lantai
sehingga belum dihitung analisa biaya. jembatan : Jembatan lantai kendaraan
di bawah, Jembatan lantai kendaraan
Batasan Masalah di atas,Jembatan lantai kendaraan di
 Studi kasus yang dibahas adalah tengah,Jembatan lantai kendaraan di
proyekNew Access Road atas dan di bawah (double deck bridge).
 Tidak membahas dan menganalisa  Klasifikasi menurut daya dukung
kekuatan bekisting, perancah dan jembatan : Jembatan kelas I ( tekanan
struktur pier maupun jembatan. as = 7 ton ) , Jembatan kelas II (tekanan
 Metode kerja yang dibahas hanya as = 5 ton) , Jembatan kelas III (
metode sistem Shoring dan sistem tekanan as = 3,5 ton) , Jembatan kelas
Bracket Truss saja untuk pengecoran IV (tekanan as = 2 ton )
pier head jembatan.  Klasifikasi menurut bentuk struktur
 Analisa biaya berdasarkan kepada secara umum : Jembatan gelagar
rencana anggaran biayaproyek New (girder bridge),Jembatan
Access Road pada tahun 2012. pelengkung/busur (Arch
 Harga satuan, biaya pelaksanaan yang bridge),Jembatan rangka (Truss
dipakai adalah harga satuan intern bridge),Jembatan portal (Rigid frame
kontraktor. bridge),Jembatan gantung (Suspension
bridge),Jembatan kabel (Cable-stayed
LANDASAN TEORI bridge).
Jembatan dapat dibagi atas dua bangunan Persyaratan umum yang harus dipenuhi
utama, yaitu :Bangunan bawah / bagi bekisting adalah :Mempunyai volume
Substructure(pondasi,kolom pier, stabil sehingga dapat dihasilkan dimensi
abutment dan oprit) , Bangunan atas / beton yang akurat, Dapat digunakan

71 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

berulang kali., Mudah dibongkar pasang Sistem Shoring :Kita sering salah
serta dipindahkan, Rapat air sehingga pengertian antara bekisting, perancah,
tidak memungkinkan air agregat keluar scaffolding, dan shoring. Menurut John F.
dari cetakan, Mempunyai daya lekat Duntemann (1991:3) :
rendah dengan beton dan mudah  Perancah adalah konstruksi sementara
membersihkannya (Ervianto, 2006:126). yang digunakan untuk menopang
Macam-macam bekesting : bekesting struktur permanen sampai struktur
konvensional, bekesting pabrik, bekesting tersebut dapat menopang dirinya
khusus (climbing formwork, Slip Form, sendiri.
Auto Jump Form, Traveler Form)  Bekisting adalah struktur sementara
Perancah merupakan konstruksi atau cetakan yang digunakan untuk
sementara yang memungkinkan menahan cairan beton dalam bentuk
pelaksanaan konstruksi permanen yang direncanakan sampai beton
setelahnya.Dalam perkembangannya, C.J mengeras.
Wilshere (1983)menemukan bahwa  Scaffolding adalah suatu landasan kerja
perancah dapat digunakan mulai proyek di ketinggian untuk menopang pekerja,
kecil seperti bangunan rumah sederhana, material, dan peralatan tetapi tidak
hingga bangunan jembatan utama. diperuntukkan untuk menopang
Cara penyetelan perancah (scaffolding) : struktur.
 Menentukan letak dari scaffolding  Shoring adalah komponen dari
dengan mengatur jarak scaffolding perancah seperti horizontal, vertikal,
misalnya as balok, pada pekerjaan atau batang penopang miring.
bekisting balok. Menurut Department of Transportation of
 Memasang base plat (jack base) diatas Engineering Services Offices of Structure
landasan yang stabil. Construction, (2001:17), perancah
 Menyetel rangka (frame). jembatan bisa dibagi menjadi 2 tipe
 Dilanjutkan dengan pemasangan cross umumnya yaitu :
brace pada dua sisi agar elemen  Sistem konvensional dimana berbagai
perancah dapat berdiri dengan baik. komponen (balok, tiang, kepala,
 Selanjutnya menyusun frame vertikal bracing, dan lainnya) masing-masing
berikutnya atau sesuai dengan dipasang secara terpisah untuk
pemasangan shoring head jika membentuk kesatuan sistem.
ketinggian perancah dianggap cukup,  Sistem shoring dimana komponen yang
artinya ketinggian dapat dilakukan terbuat dari logam dirangkai menjadi
dengan mengukur jack base dan U- unit modular yang dapat dirangkai di
head. atas yang lainnya, untuk membentuk
 Kemudian ketinggian perancah diatur serangkaian menara yang terdiri dari
sesuai dengan ketinggian bekisting sistem batang-batang beban dukung
yang telah direncanakan. vertikal.
Sistem Bracket : Dengan peningkatan
beban dikaki perancah, metode dengan
memanfaatkan dukungan pondasi pada
shoring dengan daya dukung menengah
dan shoring tower dengan beban besar

72 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

membuatnya menjadi lebih signifikan. tersebut yaitu estimasi, budgeting dan


Maka pondasi di bawahnya harus benar- kontrol biaya.
benar diperhitungkan agar penurunan Menurut Abrar Husen (2011:61) kegiatan
tanah dapat seragam di bawah kaki- proyek perlu memiliki standar kinerja
kakinya. Untuk shoring dengan beban biaya proyek dengan cara membuat
besar, ini memerlukan penggunaan format perencanaan seperti :
bantalan beton atau pondasi tiang  Kurva S, selain dapat mengetahui
pancang, sebagai pengganti pijakan kayu. progres waktu proyek, kurva S
Pondasi tiang pancang dibutuhkan berguna juga untuk mengendalikan
apabila kondisi lokasi tidak sesuai untuk kinerja biaya.
penggunaan bantalan beton atau pijakan  Diagram Cash Flow, diagram yang
kayu, danbiasanya diperhitungkan untuk menunjukkan rencana aliran
mendukung perancah pada struktur pengeluaran dan pemasukan biaya
jembatan di atas air atau dimana bantalan selama proyek berlangsung.
pondasi konvensional tidak layak karena  Kurva Earned Value, yang menyatakan
kondisi tanah yang buruk. Dalam nilai uang yang telah dikeluarkan pada
beberapa kasus, beban konstruksi baseline tertentu sesuai dengan
sementara didukung oleh bracket kemajuan aktual proyek.
(perancah siku) yang dipasang di tubuh  Balance Sheet, yang menyatakan
pier atau abutment. besarnya aktiva dan pasiva keuangan
Perancah dengan sistem bracket sangat perusahaan selama periode satu tahun
cocok dipakai bila di lokasi sekitar dengan keseluruhan proyek yang telah
jembatan tidak memungkinkan untuk dikerjakan beserta aset-aset yang
menggunakan perancah dengan sistem dimiliki perusahaan.
shoring. Sistem bracket ini mengandalkan Menurut Abrar Husen (2011:113)
kekuatan batang tie-rod yang bertumpu komponen biaya total proyek terdiri atas
pada tubuh pier. Perancah dengan sistem :Biaya Langsung (Direct Cost), merupakan
bracket terinspirasi pada bekisting biaya tetap selama proyek berlangsung
khusus pabrikan dengan sistem climbing seperti biaya tenaga kerja, material dan
formwork karena menopang bekisting peralatan, Biaya Tak Langsung (Indirect
pada tubuh struktur itu sendiri. Cost), merupakan biaya tidak tetap yang
Manajemen biaya proyek merupakan dibutuhkan guna penyelesaian proyek
salah satu dari 9 lingkup pengetahuan seperti biaya manajemen proyek, tagihan
dalam manajemen proyek. Manajemen pajak, biaya perizinan, asuransi,
biaya proyek diperlukan untuk administrasi serta keuntungan.
memastikan bahwa perencanaan proyek Menurut Mansyur (2012:44) jenis-jenis
sudah mencakup :Estimasi biaya untuk biaya yang umumnya ditemukan pada
setiap resource ,Pengalokasian estimasi sebuah proyek yaitu :Biaya langsung
biaya setiap resource yang dibutuhkan antara lain tenaga kerja, material,
oleh setiap work item. peralatan dan lainnya ; Biaya eksploitasi
Dalam manajemen biaya proyek, terdapat (overhead) proyek ; Biaya overhead umum
beberapa proses yang dilibatkan dalam dan administratif (General and
tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan Administrative).
anggaran yang disediakan. Proses

73 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Kontraktor menyusun anggaran belanja dari jumlah biaya total yang berkisar
dan aliran kas proyek berdasarkan antara 8% - 15%, tergantung dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang besarnya resiko pekerjaan dan cara
dialokasikan oleh pemilik proyek, lalu pembayaran dari owner.
mengkaji ulang nilainya secara cermat
sehingga dapat menyusun Rencana DATA& ANALISA
Anggaran Pelaksanaan Proyek (RAPP) Untuk kolom pier yang akan dibuat
dengan asumsi nilai pada RAB masih perbandingannya adalah Pier P4 pada
layak dan dapat dihemat (Abrar Husen, bangunan jembatan 2.
2011:115).
Pada perhitungan anggaran biaya, Tabel 1. Data teknis Pier
umumnya dibuat berdasarkan 5
komponen pokok, yaitu : Dimensi
Item
 Biaya material, diperoleh dengan Pier column Pier head
mengetahui harga pembelian material,
Panjang 5,00 m 9,00 m
biaya transportasi dan biaya bongkar
muat. Lebar 2,00 m 5,93 m
 Biaya peralatan, penentuan biaya Tinggi 22,00 m 2,35 m
peralatan pada umumnya didasarkan Mutu beton K-350 K-350
pada biaya produksinya. Biaya
peralatan meliputi :Biaya pemilikan Tabel 2. Volume pekerjaan Pier
alat, Biaya operasional, Biaya sewa
NO. ITEM SATUAN VOLUME
peralatan , Biaya transportasi
peralatan, Biaya pemasangan dan A Pier column
pembongkaran peralatan. 1 Bekisting m2 270,27
 Biaya tenaga kerja, tenaga kerja proyek 2 Pembesian kg 41.038,00
konstruksi dibedakan menjadi dua,
yaitu :Tenaga kerja langsung (direct 3 Beton m3 201,15
hire), Tenaga kerja borongan. B Pier head
 Biaya tak terduga (overhead), 1 Bekisting m2 115,67
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
2 Pembesian kg 15.586,00
:Biaya tak terduga umum, misalnya
sewa kantor, peralatan kantor, air, 3 Beton m3 103,09
listrik, telepon, dan lainnya ; Biaya tak
terduga proyek, misalnya asuransi,
telepon yang dipasang di lapangan,
pengukuran (survey) dan lainnya.
Keuntungan (profit), pada umumnya
diperhitungkan dengan prosentase
Konstruksi Pier dilaksanakan dalam 6
(enam) tahap :Tahap-1 (pier column) ;
Tahap-2(pier column ) ; Tahap-3 (pier
column ) ; Tahap-4(pier column) ; Tahap-5
(pier head)

74 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

Tahapan pengecoran untuk pier sesuai


gambar di bawah ini :
Tahap-6

Tahap-5

Tahap-4

Tahap-3

Tahap-2

Tahap-1

Gambar 3. Tahapan pengecoran Pier

Tabel 3. Daftar harga satuan bahan

NO. ITEM SATUAN HARGA SATUAN


1 Steel Formwork h = 6 m m2 Rp 130.000,00
2 Multiplex lembar Rp 270.000,00
3 Kayu m3 Rp 2.417.800,00
3 Paku kg Rp 9.300,00
4 Minyak bekisting liter Rp 17.500,00
Tie Rod, wingnut dan
5 set Rp 40.000,00
aksesoris
6 Form Tie, Washer, Cone set Rp 35.000,00
7 Perancah Scaffolding m2 Rp 80.000,00
8 Shoring Peri-up Ls Rp 325.729,65
9 Bracket Truss Ls Rp 782.932,49
Alat bantu untuk pek.
10 Ls Rp 2.000,00
Bekisting
11 Baja Tulangan kg Rp 7.100,00
12 Kawat Beton kg Rp 9.800,00
13 Bar Cutter jam Rp 12.500,00
14 Bar Bender jam Rp 12.500,00
15 Beton Ready mix K-350 m3 Rp 660.000,00
16 Curing Compound m2 Rp 15.000,00

75 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

17 Concrete Pump jam Rp 275.000,00


18 Concrete Vibrator jam Rp 20.000,00
19 Alat bantu untuk pengecoran Ls Rp 10.000,00

Tabel 4. Daftar upah pekerja

NO. ITEM SATUAN HARGA SATUAN


1 Mandor jam Rp 9.800,00
2 Tukang jam Rp 8.500,00
3 Pekerja jam Rp 5.800,00

Tabel 5. Harga satuan pekerjaan bekistingPier column (Shoring System)

HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00

JUMLAH HARGA TENAGA 6.000,00

B. BAHAN
Steel Formwork h = 6
1 m2 1,0000 130.000,00 130.000,00
m
2 Kayu m3 0,0021 2.417.800,00 5.195,80
3 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Tie Rod, wingnut dan
5 set 0,4000 40.000,00 16.000,00
aksesoris
6 Perancah Scaffolding m2 0,6000 80.000,00 48.000,00

JUMLAH HARGA BAHAN 203.887,50

C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 2.000,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 211.887,50

76 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 21.188,75


F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 233.076,25

Tabel 6. Harga satuan pekerjaan bekistingPier head (Shoring System)


HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00

JUMLAH HARGA TENAGA 6.000,00

B. BAHAN
1 Kayu m3 0,0175 2.417.800,00 42.291,35
2 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
3 Multiplex lembar 0,3163 270.000,00 85.403,98
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Form Tie, Washer,
5 set 0,4167 35.000,00 14.583,33
Cone
6 Shoring Peri-Up Ls 1,0000 325.729,65 325.729,65

JUMLAH HARGA BAHAN 472.700,01

C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 2.000,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 480.700,01


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 48.070,00
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 528.770,01

Tabel 7. Harga satuan pekerjaan pembesian(Shoring System)


HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A. TENAGA
1. Pekerja jam 0,0600 5.800,00 348,00
2. Tukang jam 0,0200 8.500,00 170,00
3. Mandor jam 0,0200 9.800,00 196,00

77 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

JUMLAH HARGA TENAGA 714,00

B. BAHAN
1. Baja tulangan Kg 1,1000 7.100,00 7.810,00
2. Kawat beton Kg 0,0200 9.800,00 196,00

JUMLAH HARGA BAHAN 8.006,00

C. PERALATAN
1 Bar bender Jam 0,0100 12.500,00 125,00
2 Bar cutter Jam 0,0095 12.500,00 118,75

JUMLAH HARGA PERALATAN 243,75

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 8.963,75


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 896,38
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 9.860,13

Tabel 8. Harga satuan pekerjaan beton(Shoring System)


HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A. TENAGA
1. Pekerja jam 2,1429 5.800,00 12.428,57
2. Tukang jam 0,5714 8.500,00 4.857,14
3. Mandor jam 0,1429 9.800,00 1.400,00

JUMLAH HARGA TENAGA 18.685,71

B. BAHAN
1. Beton Ready mix m3 1,1000 660.000,00 726.000,00
2. Curing Compound m2 1,0000 15.000,00 15.000,00

JUMLAH HARGA BAHAN 741.000,00

C. PERALATAN
1 Concrete Pump Jam 0,1606 275.000,00 44.176,71
2 Concrete Vibrator Jam 0,1606 20.000,00 3.212,85
3 Alat bantu Ls 1,0000 10.000,00 10.000,00

JUMLAH HARGA PERALATAN 57.389,56

78 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 817.075,27


E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 81.707,53
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 898.782,80

Tabel 9. Rekapitulasi harga satuan pekerjaan (Shoring System)

HARGA SATUAN
NO. ITEM SATUAN
PEKERJAAN

1 Pekerjaan Bekisting Pier m2 Rp 233.076,25


Pekerjaan Bekisting Pier
2 m2 Rp 528.770,01
head
3 Pekerjaan Pembesian kg Rp 9.860,13

4 Pekerjaan Beton m3 Rp 898.782,80

Tabel 10. RAB konstruksi Pier (Shoring System)


HARGA
NO SAT
ITEM VOL. SATUAN JUMLAH HARGA %
. .
PEKERJAAN
Pekerjaan Rp
1 m2 Rp62.993.004,03 6,59
Bekisting Pier 270,27 233.076,25
Pekerjaan Rp
2 m2 Rp61.161.611,43 6,40
Bekisting Pier head 115,67 528.770,01

Pekerjaan Rp
3 kg 56.624,0 Rp558.319.718,0 58,41
Pembesian 9.860,13
0 0
Rp
4 Pekerjaan Beton m3 Rp273.444.330,8 28,61
304,24 898.782,80
3
100,0
TOTAL Rp955.918.664,2
0
8

Gambar 4.Grafik persentase RAB pekerjaan PierShoring system

79 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Tabel 11. Harga satuan pekerjaan bekistingPier head(Bracket System)

HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)

A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00

JUMLAH HARGA TENAGA 6.000,00

B. BAHAN
1 Kayu m3 0,0175 2.417.800,00 42.291,35
2 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
3 Multiplex lembar 0,3163 270.000,00 85.403,98
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Form Tie, Washer,
5 set 0,4167 35.000,00 14.583,33
Cone
6 Bracket Truss Ls 1,0000 782.932,49 782.932,49

JUMLAH HARGA BAHAN 929.902,85

C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00

JUMLAH HARGA
2.000,00
PERALATAN

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 937.902,85

80 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 93.790,28


F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 1.031.693,13

Tabel 12. Rekapitulasi harga satuan pekerjaan(Bracket System)

HARGA SATUAN
NO. ITEM SATUAN
PEKERJAAN

1 Pekerjaan Bekisting Pier m2 Rp 233.076,25


Pekerjaan Bekisting Pier
2 m2 Rp 1.031.693,13
head
3 Pekerjaan Pembesian kg Rp 9.860,13

4 Pekerjaan Beton m3 Rp 898.782,80

Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan


Tabel 13. RAB konstruksi Pier (Bracket System)

HARGA SATUAN
NO. ITEM SAT. VOL. JUMLAH HARGA %
PEKERJAAN

1 Pekerjaan Bekisting Pier m2 Rp 233.076,25 Rp 62.993.004,03 6,21


270,27

Pekerjaan Bekisting Pier


2 m2 Rp 1.031.693,13 Rp 119.333.571,43 11,77
head 115,67

3 Pekerjaan Pembesian kg Rp 9.860,13 Rp 558.319.718,00 55,06


56.624,00

4 Pekerjaan Beton m3 Rp 898.782,80 Rp 273.444.330,83 26,96


304,24

TOTAL Rp 1.014.090.624,28 100,00

Gambar 5. Grafik persentase RAB pekerjaan PierBracket system

81 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Evaluasi Perbandingan Biaya dan Waktu Dari Rencana Anggaran Biaya yang telah dihitung
maka didapat selisih harga untuk pekerjaan Pier menggunakan sistem Shoring Peri-Up
dengan sistem Bracket Truss.

JUMLAH HARGA
NO. ITEM
SHORING SYSTEM BRACKET SYSTEM DEVIASI

1 Pekerjaan Bekisting Pier Rp 62.993.004,03 Rp 62.993.004,03 Rp -

2 Pekerjaan Bekisting Pier head Rp 61.161.611,43 Rp 119.333.571,43 Rp 58.171.960,00

3 Pekerjaan Pembesian Rp 558.319.718,00 Rp 558.319.718,00 Rp -

4 Pekerjaan Beton Rp 273.444.330,83 Rp 273.444.330,83 Rp -

TOTAL Rp 955.918.664,28 Rp 1.014.090.624,28 Rp 58.171.960,00

Tabel 14.Selisih biaya pekerjaan Pier antara sistem Shoring dengan sistem Bracket

Gambar 6. Grafik selisih biaya pelaksanaan

82 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)

KESIMPULAN Husen, A. (2011). Manajemen Proyek.


Dari hasil analisa didapatkan biaya Yogyakarta: CV. Andi Offset.
pelaksanaan untuk pekerjaan 1 pier Institute, Project Management. (1996). A
column + pier head dengan sistem Guide to The Project Management Body of
Bracketlebih mahal, yaitu sebesar Rp. Knowledge. North Carolina: PMI
1.014.090.624 (satu miliar empat belas Publishing Division.
juta sembilan puluh ribu enam ratus dua Iqbal, A. (t.thn.). Dasar-dasar Perencanaan
puluh empat rupiah), dibandingkan Jembatan Beton Bertulang. Jakarta:
dengan sistem Shoringyaitu sebesar Rp. Departemen Pekerjaan Umum.
955.918.664 (sembilan ratus lima puluh Mansyur. (2012). Manajemen Pembiayaan
lima juta sembilan ratus delapan belas Proyek. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
ribu enam ratus enam puluh empat Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton.
rupiah). Dengan selisih biaya sebesar Rp. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
58.171.960 (lima puluh delapan juta Nawy, E. G. (1998). Beton Bertulang.
seratus tujuh puluh satu ribu sembilan Bandung: PT. Refika Aditama.
ratus enam puluh rupiah), maka sistem Struyk, H. J., & Veen, V. D. (1995).
Shoring memiliki efisiensi sebesar 5,74 % Jembatan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
dibandingkan dengan sistem Bracket Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. (2007).
Truss.Hal tersebut dikarenakan metode Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset.
kerja dengan sistem Bracket banyak US Department of Transportation .
menggunakan bahan baja untuk (1994). Falsework, Formwork and
penopang konstruksi-nya. Scaffolding for Highway Bridge Structures.
Virginia: US Department of
DAFTAR PUSTAKA Transportation.
Dipohusodo, I. (1988). Mengenal Acuan Widiasanti, I., & Lenggogeni. (2013).
Beton Bertulang. Yogyakarta: Liberty. Manajemen Konstruksi. Jakarta: PT.
Ervianto, W. I. (2006). Eksplorasi Remaja Rosdakarya.
Teknologi dalam Proyek Konstruksi.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Gideon, K., Sagel, R., & Kole, P. (1993).
Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

83 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP


SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG AKIBAT GEMPA DINAMIS

Basit Al Hanif
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
email : albasit08@gmail.com

Haryo Koco Buwono


Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
email: haryo.hkb@ftumj.ac.id

ABSTRAK : Suatu bangunan tinggi sangatlah rentan terhadap gaya lateral. Gaya lateral yang terjadi pada
bagunan, salah satunya adalah beban yang ditimbulkan akibat gempa. Beban gempa dihitung menggunakan
perhitungan gempa statis atau gempa dinamis. Untuk kategori struktur tidak berarturan, gempa harus
ditinjau menggunakan gempa dinamis.
Dalam merencanakan suatu gedung yang sama fungsi dan lokasi, namun tidak menggunakan dan
menggunakan shear wall, secara sistem gedung tersebut sudah berbeda. Dan gedung harus direncanakan
dengan faktor reduksi gempa yang berbeda. Dan gerak ragam pertama haruslah dominan translasi.
Salah satu struktur yang digunakan untuk menahan gaya lateral akibat gempa adalah struktur shear wall.
Dengan adanya shear wall akan mempengaruhi kekakuan bangunan, sehingga gaya lateral tidak
sepenuhnya dipikul oleh struktur rangka.
Dengan adanya shear wall, gedung memliki kekakuan yang lebih dibanding gedung yang tidak direncanakan
menggunakan shear wall. Kekauan lebih yang dimiliki gedung berdampak pada simpangan struktur.
Simpangan layan dapat tereduksi, arah X 41,52% dan arah Y berkurang 10,36%. Untuk simpangan ultimit,
simpangan arah X tereduksi sebesar 30,89%, sedangkan untuk arah Y bertambah 5,94%.

Kata kunci : Shear wall, kinerja layan, kinerja ultimiit

ABSTRACT: A high building is very vulnerable to Lateral force. Lateral force that occur in building, one of
them is a load that cause by earthquake. Earthquake load counted by Static Earthquake equation or Dynamic
Earthquake. For Irregular Structure Catagories, must be reviewed using Dynamic Earthquake.
In planning a building that have same function and location, but do not use and use a shear wall, that
building already had a differences systematically. And the building must be planned with a different
Earthquake Reduction Factor. And the First Range movement, the translation must be dominant.
One of the structure that used to restrains the Lateral Force because of the earthquake are shear wall
structure. With the existence of the Shear Wall will affecting stiffness of the building,so therefore the Lateral
Force did not fully detained by the frame structure
With the existence of the shear wall, the building more rigid compare to the building did not have a shear
wall. A building that more stiffness will impact to structure deflection. Layan deflection can be reducted,
41,52% X-direction and 10.36% less for Y-direction. For the Ultimate deflection, reduce by 30.89 % for X-
direction, while in Y-direction rise by 5.94 %

Key Word: Shear Wall, Layan Performance, Ultimate Performance

85 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

PENDAHULUAN saja, tanpa adanya struktur pengaku seperti


shear wall.
Dengan melonjaknya penduduk yang
tinggal di Jakarta, dan juga dengan lahan
kosong yang tersedia. Hal inilah yang MAKSUD DAN TUJUAN
menjadi penyebab banyak dibangunnya Maksud dan tujuan dilakukannya studi
gedung yang mengarah keatas kasus ini adalah :
dibandingkan yang membangung kearah 1. Agar mendapatkan letak ideal
samping. Gedung-gedung tinggi ini penempatan shear wall pada gedung
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan sekolah delapan lantai tersebut.
penggunannya dalam kebutuhan pendukug 2. Agar dapat mengetahui keefektifan
berbagai aktifitas kegiatan seperti sekolah, shear wall dalam menahan gaya lateral
rumah sakit dan perkantoran. yang terjadi pada gedung sekolah
Pada perencanaan suatu struktur gedung delapan lantai tersebut.
tinggi, gaya-gaya lateral sangat penting 3. Dapat menjadi pertimbangan untuk
untuk diperhitungkan dalam perencanaan. penggunaan shear wall pada gedung
Hal ini bertujuan agar bangunan tersebut bertingkat.
dapat menahan gaya lateral yang bekerja
pada gedung tersebut baik gaya akibat
angin, maupun gaya gempa. LANDASAN TEORI
Saat ini banyak gedung tinggi yang
menggunakan shear wall sebagai struktur Bangunan tinggi dibuat biasanya sebagai
penahan gaya-gaya lateral tersebut. untuk kebutuhan hunian atapun ekonomi.
Shear wall adalah struktur berupa dinding Dalam perhitungan struktur bangunan
vertikal yang berfungsi menahan pengaruh- tinggi tidak sama seperti menghitung
pengaruh gaya lateral dan gaya gravitasi bangunan yang tidak tinggi. Hal penting
serta memberikan stabilitas lateral kepada pada struktur bangunan tinggi adalah
bangunan. Shear wall berperan sebagai stabilitas dan kemampuannya untuk
bagian struktur pada bangunan yang dapat menahan gaya lateral, baik yang
melaksanakan fungsinya dengan baik. disebabkan oleh angin atau gempa bumi
Dinding memiliki kekakuan yang sangat (Juwana,2005). Beban angin lebih terkait
besar di dalam bidangnya dan dalam arah pada dimensi ketinggian bangunan,
tegak lurus bidang dindingnya. Karena sedangkan beban gempa lebih terkait pada
kekakuan shear wall lebih besar di banding masa bangunan. Kolom pada bangunan
elemen-elemen struktur lainnya maka tinggi perlu diperkokoh dengan sistem
otomatis beban-beban lateral dan gravitasi pangaku untuk dapat menahan gaya lateral,
yang terjadi akan lebih banyak diserap oleh agar deformasi yang terjadi akibat gaya
shear wall sehingga dimensi daripada horizontal tidak melampaui ketentuan yang
elemen-elemen struktur lain dapat disyaratkan. Pengaku gaya lateral yang
diperkecil. lazim digunakan adalah portal penahan
Pada sebuah pembangunan gedung delapan
momen, dinding geser atau rangka
lantai yang diperuntukan untuk sebuah
pengaku. Perencanaan struktur ini
sekolah yang terletak di Pantai Indah
menggunakan pengaku gaya lateral berupa
Kapuk Jakarta-Utara, struktur atas yang
dinding geser (shear wall).
digunakan hanya sebatas kolom dan balok

86 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

3. Beban Gempa
Pembebanan Berdasarkan SNI-03-1726-
2002,pengaruh gempa rencana harus
Perencanaan pembebanan dalam ditinjau dalam perencanaan struktur
perhitungan suatu gedung digunakan gedung serta bebagai bagian dari
perencanaan beban mati (dead load) dan peralatan secara umum. Akibat
beban hidup (live load). Berikut definisi pengaruh gempa rencana, struktur
beban menurut Pedoman perencanaan gedung secara keseluruhan harus masih
Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung berdiri, walaupun sudah berada dalam
(SKBI – 1.353.1987). sedangkan untuk ambang keruntuhan. Gempa rencana
beban lateral, digunakan beban akibat ditetapkan mempunyai periode ulang
gempa. 500 tahun, agar probabillitas terjadinya
terbatas pada 10% selama umur gedung
50 tahun. Besarnya beban gempa
1. Beban Mati horizontal (V) diperoleh dari persamaan
Beban mati ialah berat dari semua :
bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan ,
penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin
serta peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gedung itu. Dimana :
C1 = Faktor respon gempa

2. Beban Hidup I = Faktor keutamaan I

Beban hidup ialah semua beban yabg Wt = Berat total gedung ( DL + LL )


terjadi akibat penghunian atau R = Faktor reduksi gempa
penggunaan suatu gedung, dan representatif
kedalamnya termasuk beban-beban Dan beban geser dasar nominal V,
pada lantai yang berasal dari barang- meurut tinggi struktur gedung dapat
barang yang dapat berpindah, msein- dihitung dari persamaan :
mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan
Wi z i
dari gedung dan dapat diganti selama Fi  n
V
masa hidup dari gedung itu, sehingga W i zi
mengakibatkan perubahan dalam iI

pembebanan lantai dan atap tersebut. Dimana :


Khusus pada atap ke dalam beban hidup Wi = Berat lantai ke – i ( termasuk
dapat termasuk bbeban yang berasal beban hidup )
dari air hujan, baik akibat genangan
Zi = Ketinggian lantai ke – i
maupun akibat tekanan air jatuh (energi
kinetik) butiran air. Ke dalam beban n = Nomor lantai tingkat paling atas
hidup tidak termasuk beban angin, V = Beban geser dasar nominal
beban gempa dan beban khusus. ekiuvalen

87 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Kinerja Struktur Gedung Simpangan antar tingkat harus dihitung


daari simpangan struktur akibat
pembebanan gempa nominal, dikalikan
1. Kinerja Batas Layan
faktor pengali sebagai berikut:
Berdasarkan SNI 1726-2002, kinerja
batas layan struktur gedung ditentukan
oleh simpangan antar tingkat akibat Untuk struktur gedung beraturan :
pengaruh gempa rencana, yaitu untuk   0,7 R
membatasi terjadinya peleslehan baja
dan peretakan beton yang berlebihan,
disamping untuk mencegah kerusakan untuk struktur gedung tidak
non struktur dan ketidak nyamanan beraturan :
penghuni. Simpangan antar tingkat ini 0,7 R
 
harus dihitung dari simpangan struktur FaktorSkala
gedung tersebut akibat pengaruh
gempa nominal yang telah dibagi faktor
Dimana R adalah faktor reduksi gempa
skala.
struktur gedung tersebut dan faktor
skala adalah .
Untuk memenuhi kinerja batas layan
struktur gedung, dalam segala hal Untuk memenuhi kinerja batas ultimit,
simpangan antar tingkat yang dihitung struktur gedung, dalam segala hal
dari simpangan struktur gedung simpangan antar tingkat yang dihitung
menurut SNI 1726-2002 pasal 8.1.1 dari simpanga struktur gedung tidak
boleh melampaui 0,02 kali tinggi
yang tidak boleh melampaui kali
tingkat yang bersangkutan.
tinggi tingkat yang bersangkutan atau
30 mm, bergantung yang mana yang
nilainya terkecil. Dinding Geser
Dinding geser adalah adalah komponen
struktur yang menigkatkan kekakuan
2. Kinerja Batas Ultimit
struktur menahan gaya lateral (Analisis dan
Berdasarkan SNI 1726-2002, kinerja Desain Struktur Beton Bertulang –
batas ultimit struktur gedung Amrinsyah Nasution).
ditentukan oleh simpangan dan
Bangunan tinggi tahan gempa umumnya
simpangan antar-tingkat maksimum
meggunakan elemen-elemen struktur kaku
struktur gedung akibat pengaruh
berupa dinding geser untuk menahan
Gempa Rencana dalam kondisi struktur
kombinasi gaya geser, momen, dan gaya
gedung di ambang keruntuhan, yaitu
aksial yang timbul akibat beban gempa.
untuk membatasi kemungkinan
Dengan adanya dinding geser yang kaku
terjadinya keruntuhan struktur gedung
pada bangunan, sebagian besar beban
yang dapat menimbulkan korban jiwa
gempa akan terserap dinding tersebut.
manusia dan untuk mencegah benturan
(perencanaan Struktur gedung Beton
berbahaya antar-gedung atau antar
Bertulang Tahan Gempa - Iswandi Imran &
bagian struktur gedung yang dipisah
Fajar Hendrik)
dengan sela pemisah (sela delatasi).

88 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Interaksi Dinding Geser Dengan Sistem rencana, yang runtuhnya disebabkan oleh
Rangka Pemikul Momen momen lentur (bukan oleh gaya geser)
dengan terjadinya sendi plastis pada
kakinya, dimana nilai momen lelehnya
Berdasarkan SNI 1726-2002, dalam suatu
dapat mengalami peningkatan akibat
sistem struktur yang terdiri dari kombinasi
pengerasan regangan. Rasio antara tinggi
dinding geser dan rangka terbuka , beban
dan lebar dinding geser tidak boleh ≤ 2 dan
geser dasar nominal akibat pengaruh
lebar tersebut tidak boleh kurang dari 1,5
gempa rencana yang dipikul oleh rangka-
mm.
rangaka terbuka tidak boleh kurang dari
25% dari beban geser nominal total yang
bekerja dalam arah kerja beban gempa Jika rangka bangunan direncanakan untuk
tersebut. menahan keseluruhan beban lateral yang
terjadi pada suatu bangunan, momen akan
meningkat pada kolom dan balok untuk
Dinding geser selalu dihubungkan dengan
menahan gaya lateral disetiap lantainya.
sitem rangka pemikul momen (SRPM) pada
gedung. Dinding struktural yang umum
digunakan pada gedung tinggi adalah Jika dinding geser dimaksudkan untuk
dinding geser kantilever. Menurut SNI- menahan keseluruhan beban lateral yang
1726-2002 pasal 3.1.4.1, dinding geser terjadi pada suatu bangunan, besar beban
beton beton bertulang kantilever adalah yang diterimaoleh dinding akan berbeda
suatu subsistem struktur gedung yang pada setiap lantainya, semakin tinggi
fungsi utamanya adalah untuk memikul dinding geser, semakin besar defleksi yang
beban geser akibat pengaruh gempa terjadi.

Gambar Defleksi portal (a) dan portal dengan dinding geser (b)

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG TANPA Berat sendiri elemen struktur kolom, balok
SHEAR WALL dan pelat lantai akan dihitung secara
otomatis sebagai self weight oleh software
ETABS.
Analisis Struktur Gedung
Selain berat sendiri dari elemen-elemen
Beban Mati (Dead Load)
struktur juga ada bean mati dari elemen-
elemen arsitektur, yaitu :

89 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

1. Beban dinding setinggi 4 m 7. 1,2 DL + 1 LL – 1 SPECX – 0,3 SPECY


: 3,9 KN 8. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 SPECX + 1 SPECY
2. Beban lantai 9. 1,2 DL + 1 LL + 0,3 SPECX – 1 SPECY
: 0,68 KN
10. 1,2 DL + 1 LL – 0,3 SPECX + 1 SPECY
3. Berat plafond
11. 1,2 DL + 1 LL – 0,3 SPECX – 1 SPECY
: 0,2 KN
4. Berat ME
Faktor Keutamaan Struktur (I)
: 0,2 KN
Nilai faktor keutamaan struktur untuk
gedung umum adalah 1, sesuai dengan
Beban Hidup (Live Load) tabel faktor keutamaan I untuk berbagai
Beban hidup yang digunakan dalam analisis kategori gedung dan bangunan (SNI-1726-
yaitu sebesar 2,5 KN, sedangkan pada lantai 2002).
hall room digunakan sebesar 4,9 KN dan
pada lantai tribun digunakan sebesar 3,9 Faktor Reduksi Gempa
KN. Dikarenakan struktur gedung existing
masuk dalam kategori Struktur Rangka
Pemikul Momem Menengah (SRPMM),
Kombinasi Pembebanan
maka besarnya nilai faktor reduksi gempa
Struktur dan komponen struktur harus
(R) yang digunakan adalah 5,5, sesuai
harus direncanakan hingga semua
dengan tabel Faktor Reduksi Gempa (SNI-
penampang mempunyai kuat rencana
1726-2002).
minimum sama kuat dengan perlu, yang
dihitung berdasarkan kombinasi beban
Zona Wilayah Gempa
gaya terfaktor, dalam analisis kali konbinasi
Analisis gedung diasumsikan dengan
yang digunakan yaitu :
diagram respon spektrum gempa rencana
wilayah 3, hal ini berdasarkan pada peta
1. 1,4 DL wilayah gempa Indonesia (SNI-1726-2002).
2. 1 DL + 1 LL Dan gedung juga diasumsikan berada pada
3. 1,2 DL + 1,6 DL kondisi tanah lunak.

4. 1,2 DL + 1LL + 1 SPECX + 0,3 SPECY


5. 1,2 DL + 1 LL + 1 SPECX – 0,3 SPECY
6. 1,2 DL + 1 LL – 1 SPECX + 0,3 SPECY

Gambar Grafik gempa wilayah 3

90 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Gambar Denah Gedung Tanpa Shear Wall

Karakteristik Dinamik Struktur


Guna mengetahui karakteristik dinamik koordinat (sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-
struktur yang terjadi pada gedung ini z) yang dipilih.
secara keseluruhan, dilakukan analisis Waktu getar alamai dan pola gerak masing-
vibrasi dengan komponen gerak ditentukan masing untuk 3 ragam sebagai berikut :
sesuai dengan arah sistem sumbu

Tabel Ragam pola gerak


Nomor Waktu Getar Ux Uy Rz
Ragam (s) (% massa) (% massa) (% massa)

1 1.363777 70.8277 7.6517 0.1077


2 1.312096 9.3444 64.7915 1.7183
3 1.214295 0.3617 2.5857 62.7161

91 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Menurut SNI 1726-2002, waktu getar Syarat :


fundamental (pertama) di wilayah gempa 3
tidak boleh melampaui 0,18 kali jumlah Dimana :
tingkat. Berati untuk gedung dalam analisis : Tinggi lantai ke (i)
ini T1 tidak boleh melampaui 0,18x12 = : Faktor reduksi gempa sesuai tabel
2,16 detik. Melihat tabel ragam pola gerak,
3 SNI 1726 - 2002
gedung ini memenuhi persyaratan waktu
getar fundamental.
Perhitungan simpangan lantai pada lantai
Untuk mencegah terjadinya respons
atap atas
struktur terhadap gempa dominan dalam
rotasi, paling tidak gerak ragam Syarat :
fundamental pertama harus dominan
translasi. Dari tabel ragam gerak terlihat
bahwa gerak ragam pertama adalah
dominan arah X, gerak ragam kedua adalah
dominan arah Y dan baru gerak ragam
Kinerja Struktur Layan Gedung Arah X
ketiga adalah dominan dalam rotasi.
(Drift ∆sx) :
Dengan demikian karakteristik gedung ini
sudah memenuhi persyaratan.

Kinerja Struktur Gedung

1. Kinerja Batas Layan (∆s)


SNI 1726 – 2002 menetapkan kinerja batas Kinerja Struktur Layan Gedung Arah Y
layan untuk membatasi terjadinya (Drift ∆sy) :
pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan, disamping itu untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidak
nyamanan penghuni. Dari hasil analisi
tanpa shear wall ini di dapat hasil
simpangan antar tingkat akibat pengaruh
gempa rencana dengan syarat yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut : Perhitungan lantai selanjutnya tercantum
pada tabel kinerja batas layan gedung.

92 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Tabel Kinerja batas layan gedung (∆s)


Tinggi Drift Drift Keterangan
Lantai ΣH ∆sx ∆sy syarat
lantai ∆sx ∆sy x y
Atap Atas 2500 37500 61.325 1.27 58.005 0.45 13.64 OKE OKE
Atap 3000 35000 60.051 1.06 57.555 2.85 16.36 OKE OKE
Lantai 8 4000 32000 58.996 3.78 54.705 3.57 21.82 OKE OKE
Lantai 7 4000 28000 55.212 3.54 51.135 4.80 21.82 OKE OKE
Lantai 6 4000 24000 51.673 6.00 46.333 5.81 21.82 OKE OKE
Lantai 5 4000 20000 45.67 10.50 40.525 9.50 21.82 OKE OKE
Lantai 4 4000 16000 35.168 13.52 31.024 11.73 21.82 OKE OKE
Lantai 3 4000 12000 21.651 13.37 19.29 11.71 21.82 OKE OKE
Lantai 2 3500 8000 8.2842 8.25 7.5844 7.42 19.09 OKE OKE
Selasar Kolam 500 4500 0.0373 0.03 0.1596 0.10 2.73 OKE OKE
Lantai 1 1000 4000 0.0081 -0.03 0.0559 -0.05 5.45 OKE OKE
Lantai Kolam 3000 3000 0.0355 0.04 0.1009 0.10 16.36 OKE OKE
Basement 0 0.00 0.00 0.00 0.00

Dari tabel kinerja batas layan diketahui


bahwa simpangan antar tingkat yang 2. Kinerja Batas Ultimit (∆m)
terjadi akibat pengaruh gempa rencana
terhadap gedung tanpa shear wall
Guna membatasi kemungkinan terjadinya
dikatakan memenuhi persyaratan.
korban jiwa manusia dan batas ultimit
Dari tabel kinerja batas layan tertera bahwa dimana kondisi struktur gedung diambang
simpangan yang terjadi pada arah X lebih keruntuhan, maka perlu untuk diketahuai
besar dibanding arah Y. Berikut apakah kinerja batas ultimit gedung
perbandingan yang terjadi pada simpangan memnuhi syarat yang diperlukan. Menurut
setelah dipasang shear wall. SNI – 1726 – 2002, kinerja batas ultimit
gedung ini ditentukan oleh simpangan-
simpangan antar tingkat maksimum
struktur gedung akibat pebgaruh gempa
rencana. Penghitungan simpangan
maksimum yang terjadi dikalikan dengan
suatu faktor pengali ( . Berikut adalah
syarat dan kinerja batas ultimit gedung :

Simpangan layan batas gedung arah X lebih


besar 5,4% dibanding simpangan layan
arah Y.

93 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Dimana :
= Faktor pengali
R = Faktor reduksi gempa

Dimana :
Kinerja ultimit gedung arah-y :

= Kinerja batas ultimit


= Kinerja batas layan

Syarat :

Perhitungan untuk lantai selanjutnya


Kinerja ultimit gedung arah-x :
tercantum pada tabel kinerja batas ultimit
gedung

Tabel Kinerja batas ultimit gedung

Tinggi Drift Drift Keterangan


Lantai ΣH ∆mx ∆my Syarat
lantai ∆mx ∆my x y
Atap Atas 2500 37500 236.10 4.90 223.32 1.73 50.00 OKE OKE
Atap 3000 35000 231.20 4.06 221.59 10.97 60.00 OKE OKE
Lantai 8 4000 32000 227.13 14.57 210.61 13.75 80.00 OKE OKE
Lantai 7 4000 28000 212.56 13.62 196.87 18.49 80.00 OKE OKE
Lantai 6 4000 24000 198.94 23.11 178.38 22.36 80.00 OKE OKE
Lantai 5 4000 20000 175.83 40.43 156.02 36.58 80.00 OKE OKE
Lantai 4 4000 16000 135.40 52.04 119.44 45.17 80.00 OKE OKE
Lantai 3 4000 12000 83.36 51.46 74.27 45.07 80.00 OKE OKE
Lantai 2 3500 8000 31.89 31.75 29.20 28.59 70.00 OKE OKE
Selasar Kolam 500 4500 0.14 0.11 0.61 0.40 10.00 OKE OKE
Lantai 1 1000 4000 0.03 -0.11 0.22 -0.17 20.00 OKE OKE
Lantai Kolam 3000 3000 0.14 0.14 0.39 0.39 60.00 OKE OKE
Basement 0 0 0.00 0.00 0.00

94 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Dari tabel kinerja batas ultimit, dinyatakan


gedung dinyatakan memenuhi persyaratan
simpangan ultimit.
Dari tabel kinerja batas ultimit gedung,
= 174.78 mm
tertera bahwa sebelum gedung dipasang
sear wall, simpangan ultimit yang terjadi
pada arah X lebih besar dibanding arah Y.
Berikut perbandingan simpangan ultimit
arah X dan Y sebelum dipasang shear wall : Simpangan ultimit arah X lebih besar
74,32% dibanding simpangan layan arah X.
Perbandingan Arah Y
Berikut adalah perbandingan kinerja batas
layan dengan kinerja batas ultimit arah Y :

Simpangan ultimit arah Y lebih besar


74,02% dibanding simpangan layan arah Y.

Simpangan ultimit arah X 5,4% lebih besar


ANALISIS GEDUNG DENGAN SHEARWAL
dibanding simpangan ultimit arah Y.
Perbandingan Kinerja Batas Layan
dengan Batas Ultimit Perbandingan Analisis gedung dengan menggunakan
Arah X shear wall, memiliki data yang hampir sama
pada analisis gedung sebelumnya (tanpa
Kiinerja batas layan arah yang ditentukan
menggunakan shear wall). Namun dalam
oleh simpangan antar tingkat akibat
analisis gedung menggunakan shear wall ini
pengaruh beban gempa rencana, dan
ada bebrapa pembeda dengan analisis
kinerja batas ultimit yang terjadi akibat
gedung tanpa menggunakan shear wall,
simpangan yang terjadi. Dimana simpangan
yaitu terletak pada faktor reduksi gempa,
mempengaruhi dari kinerja batas ultimit
penambahan struktur shear wall dan juga
untuk kondisi struktur gedung diambang
perubahan dimensi pada sebagian kolom
keruntuhan. Berikut adalah perbandingan
yangada.
kinerja batas layan dengan kinerja batas
ultimit aray X :

95 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Gambar Denah gedung dengan perencanaan Shear Wall

Faktor Reduksi Gempa


Dikarenakan struktur gedung ini masuk Sesuai dengan peraturan SNI 1726 – 2002
dalam kategori sistem ganda, yaitu yang (pasal 7.1.1), untuk struktur gedung tidak
menggunakan shear wall.Untuk dinding beraturan pengaruh gempa rencana harus
geser beton bertulang dengan SRPMM ditentukan melalui analisis respons
beton bertulang, sesuai dengan tabel Faktor dinamik 3 dimensi. Untuk mencegah
Reduksi Gempa (SNI-1726-2002). maka terjadinya respons struktur gedung
besarnya nilai faktor reduksi gempa (R) terhadap pembebanan gempa yang
yang digunakan adalah 6,5. dominan dalam rotasi, paling tidak gerak
ragam pertama harus dominan arah
translasi. Mengingat syarat pada SNI 1726 –
Shear Wall
2002 yang mengharuskan ragam pertama
Shear wall diasumsikan sebagai dinding
harus dominan arah translasi, dari
jepit vertikal, dimensi shear wall ditentukan
beberapa percobaan, maka shear wall
sebagai berikut :
dipasang mulai dari lantai basement sampai
dengan lantai 8.
Tinggi total (hw) = 31,2 m
Panjang total = 4,55 m
Tebal dinding = 0,25 m

96 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Hasil Analisis Gedung vibrasi dengan komponen gerak ditentukan


sesuai dengan arah sistem sumbu
koordinat (sumbu-x, sumbu-y dan sumbu-
Karakteristik Dinamik Struktur
z) yang dipilih.
Guna mengetahui karakteristik dinamik
Waktu getar alamai dan pola gerak masing-
struktur yang terjadi pada gedung ini
masing untuk 3 ragam sebagai berikut :
secara keseluruhan, dilakukan analisis

Tabel Ragam pola gerak


Nomor Waktu Getar Ux Uy Rz
Ragam (s) (% massa) (% massa) (% massa)

1 1.355925 0.4556 74.3315 0.0001


2 1.318713 42.4179 0.7281 19.993
3 0.9867 34.7824 0.0078 42.664

Menurut SNI 1726-2002, waktu getar Dari hasil analisis gedung dengan shear
fundamental (pertama) di wilayah gempa 3 wall ini di dapat hasil simpangan antar
tidak boleh melampaui 0,18 kali jumlah tingkat akibat pengaruh gempa rencana
tingkat. Berati untuk gedung dalam analisis dengan syarat yang telah ditentukan adalah
ini T1 tidak boleh melampaui 0,18x12 = sebagai berikut :
2,16 detik. Melihat tabel ragam pola gerak,
gedung ini memenuhi persyaratan waktu
Syarat :
getar fundamental.
Dari tabel ragam gerak terlihat bahwa
gerak ragam pertama adalah dominan arah Dimana :
Y, gerak ragam kedua adalah dominan arah : Tinggi lantai ke (i)
X dan baru gerak ragam ketiga adalah
dominan dalam rotasi. Dengan demikian : Faktor reduksi gempa sesuai tabel
karakteristik gedung ini sudah memenuhi 3 SNI 1726–2002
persyaratan.
Perhitungan drift lantai atap atas
Kinerja Struktur Gedung
1. Kinerja Batas Layan (∆s)
Perhitungan drift lantai atap arah X :

SNI 1726 – 2002 menetapkan kinerja batas


layan untuk membatasi terjadinya
pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan, disamping itu untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidak
nyamanan penghuni.

97 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Perhitungan drift lantai atap arah Y :


Perhitungan untuk lantai selanjutnya
tercantum pada tabel kinerja layan gedung.
Tabel Kinerja batas layan gedung

Tinggi Drift Drift Keterangan


Lantai ΣH ∆sx ∆sy Syarat
lantai ∆sx ∆sy x y
Atap Atas 2500 37500 35.86 1.16 52.00 2.57 13.64 OKE OKE
Atap 3000 35000 34.70 -0.11 49.43 2.70 16.36 OKE OKE
Lantai 8 4000 32000 34.82 2.42 46.73 2.73 21.82 OKE OKE
Lantai 7 4000 28000 32.40 4.13 44.01 3.56 21.82 OKE OKE
Lantai 6 4000 24000 28.27 4.31 40.45 5.11 21.82 OKE OKE
Lantai 5 4000 20000 23.96 5.85 35.34 8.67 21.82 OKE OKE
Lantai 4 4000 16000 18.11 7.23 26.67 9.91 21.82 OKE OKE
Lantai 3 4000 12000 10.88 6.76 16.76 10.09 21.82 OKE OKE
Lantai 2 3500 8000 4.12 4.08 6.67 6.54 19.09 OKE OKE
Selasar Kolam 500 4500 0.04 0.04 0.14 0.09 2.73 OKE OKE
Lantai 1 1000 4000 0.01 -0.02 0.04 -0.04 5.45 OKE OKE
Lantai Kolam 3000 3000 0.03 0.03 0.09 0.09 16.36 OKE OKE
Basement 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00
Simpangan arah X yang terjadi pada tiap X lebih kecil dibanding arah Y. Berikut
lantai gedung sebelum dan setelah adanya perbandingan yang terjadi pada simpangan
penambahan shear wall, terdapat reduksi. layan arah X dan Y setelah dipasang shear
Namun pada lantai 7 terjadi penambahan wall.
jumlah simpangan yang terjadi setelah
gedung menggunakan shear wall, hal ini
diakibatkan oleh karena pada lantai 7
terdapat void dengan ukuran 21 m x 18m.
Simpangan antar lantai yang ditinjau akibat
gempa arah –Y, terjadi reduksi simpangan
antar lantai. Namun pada lantai atap atas
terjadi penambahan simpangan, hal ini
dikarenakan struktur shear wall yang
dipasang tidak mencapai lantai tersebut
yang mengakibatkan lantai tersebut tidak
mempunyai kekakuan yang sama seperti
lantai yang dipasangan shear wall.

Dari tabel kinerja batas layan gedung,


tertera bahwa setelah gedung dipasang
sear wall, simpangan yang terjadi pada arah

98 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Simpangan layan batas gedung arah Y lebih = Kinerja batas layan


besar 31,03% dibanding simpangan layan Cek kinerja batas ultimit gedung lantai atap
arah X. Dari tabel kinerja batas layan atas.
gedung, diketahui bahwa simpangan yang
dialami gedung setelah dipasang shear wall
memenuhi persyaratan. Syarat :

2. Kinerja Batas Ultimit (∆m)


Guna membatasi kemungkinan terjadinya
korban jiwa manusia dan batas ultimit
dimana kondisi struktur gedung diambang Kinerja ultimit gedung arah-x :
keruntuhan, maka perlu untuk diketahuai
apakah kinerja batas ultimit gedung
memnuhi syarat yang diperlukan. Menurut
SNI – 1726 – 2002, kinerja batas ultimit
gedung ini ditentukan oleh simpangan-
simpangan antar tingkat maksimum
struktur gedung akibat pebgaruh gempa
rencana. Penghitungan simpangan
maksimum yang terjadi dikalikan dengan
suatu faktor pengali ( . Berikut adalah
syarat dan kinerja batas ultimit gedung :

Kinerja ultimit gedung arah-y :

Dimana :
= Faktor pengali
R = Faktor reduksi gempa

Dimana :
= Kinerja batas ultimit

99 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Perhitungan lantai selanjutnya tercantum pada tabel kinerja batas ultimit gedung.

Tabel Kinerja batas ultimit gedung


Tinggi Drift Drift Keterangan
Lantai ΣH ∆mx ∆my Syarat
lantai ∆mx ∆my x y
Atap Atas 2500 37500 163.17 5.26 236.58 11.68 50.00 OKE OKE
Atap 3000 35000 157.91 -0.51 224.90 12.26 60.00 OKE OKE
Lantai 8 4000 32000 158.42 10.99 212.64 12.41 80.00 OKE OKE
Lantai 7 4000 28000 147.42 18.78 200.23 16.19 80.00 OKE OKE
Lantai 6 4000 24000 128.64 19.61 184.04 23.23 80.00 OKE OKE
Lantai 5 4000 20000 109.03 26.63 160.81 39.45 80.00 OKE OKE
Lantai 4 4000 16000 82.41 32.89 121.35 45.09 80.00 OKE OKE
Lantai 3 4000 12000 49.51 30.76 76.27 45.90 80.00 OKE OKE
Lantai 2 3500 8000 18.75 18.55 30.37 29.74 70.00 OKE OKE
Selasar Kolam 500 4500 0.20 0.17 0.62 0.42 10.00 OKE OKE
Lantai 1 1000 4000 0.03 -0.11 0.20 -0.19 20.00 OKE OKE
Lantai Kolam 3000 3000 0.14 0.14 0.40 0.40 60.00 OKE OKE
Basement 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00

Dari tabel kinerja batas ultimit gedung, 2. Perbandingan Kinerja Batas Layan
tertera bahwa setelah gedung dipasang dengan Batas Ultimit
sear wall, simpangan ultimit yang terjadi Perbandingan Arah X
pada arah X lebih kecil dibanding arah Y.
Berikut perbandingan yang terjadi pada
Kinerja batas layan arah yang ditentukan
simpangan ultimit arah X dan Y setelah
oleh simpangan antar tingkat akibat
dipasang shear wall.
pengaruh beban gempa rencana, dan
kinerja batas ultimit yang terjadi akibat
simpangan yang terjadi. Dimana simpangan
mempengaruhi dari kinerja batas ultimit
untuk kondisi struktur gedung diambang
keruntuhan. Berikut adalah perbandingan
kinerja batas layan dengan kinerja batas
ultimit arah X :

Simpangan ultimit arah Y 31,03% lebih Simpangan ultimit arah X lebih besar
besar dibanding simpangan ultimit arah X. 53,723% dibanding simpangan layan arah
X.

100 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

perbandingan Arah Y Lantai 5 45.67 23.96 21.71


Berikut adalah perbandingan kinerja batas Lantai 4 35.17 18.11 17.06
layan dengan kinerja batas ultimit arah Y : Lantai 3 21.65 10.88 10.77
Lantai 2 8.28 4.12 4.16
Selasar
Kolam 0.04 0.04 0.00
Lantai 1 0.01 0.01 0.00
Lantai
Kolam 0.04 0.03 0.01

Simpangan ultimit arah Y lebih besar 62,8% Basement 0.00 0.00 0.00
dibanding simpangan layan arah Y.
PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR Dari tabel perbandingan kinerja batas layan
GEDUNG SEBELUM DAN SETELAH ADNYA arah X terdapat reduksi simpangan layan
STRUKTUR SHEAR WALL gedung. Berikut reduksi simpangan gedung
Perbandingan Kinerja Batas Layan (∆S) yang terjadi akibat adanya pemasangan
shear wall :

Kinerja Batas Layan Arah – X


Tabel Perbandingan simpangan layan arah
X
Tanpa Dengan
Shear Shear Selisih
Lantai
Wall Wall (mm)
(mm) (mm)
Atap Atas 61.32 35.86 25.46
Atap 60.05 34.70 25.35
Lantai 8 59.00 34.82 24.18
Lantai 7 55.21 32.40 22.81
Lantai 6 51.67 28.27 23.40

101 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Gambar Grafik perbandingan simpangan layan arah X

Simpangan layan akibat gempa arah X Dari tabel perbandingan kinerja batas layan
setelah dipasang shear wall berkurang arah Y terdapat reduksi simpangan gedung.
sebesar 41,52%. Berikut reduksi simpangan gedung yang
Kinerja Batas Layan Arah - Y terjadi akibat adanya pemasangan shear
wall:
Tabel Perbandingan simpangan layan arah
Y
Tanpa Dengan
Shear Shear Selisih
Lantai
Wall Wall (mm)
(mm) (mm)

Atap Atas 58.01 52.00 6.01


Atap 57.56 49.43 8.13
Lantai 8 54.71 46.73 7.97
Lantai 7 51.13 44.01 7.13
Lantai 6 46.33 40.45 5.88
Lantai 5 40.53 35.34 5.18
Lantai 4 31.02 26.67 4.35
Lantai 3 19.29 16.76 2.53
Lantai 2 7.58 6.67 0.91
Selasar Kolam 0.16 0.14 0.02
Lantai 1 0.06 0.04 0.01
Lantai Kolam 0.10 0.09 0.01
Simpangan layan akibat gempa arah Y
Basement 0.00 0.00 0.00
setelah dipasang shear wall berkurang
sebesar 10,36%.

102 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Gambar Grafik perbandingan simpangan layan arah Y

Perbandingan Kinerja Batas Ultimit Dari tabel perbandingan kinerja batas


(∆mx) ultimit arah X terdapat reduksi simpangan
Kinerja Batas Ultimit Arah X gedung. Berikut reduksi simpangan gedung
yang terjadi akibat adanya pemasangan
Tabel Perbandingan simpangan ultimit
shear wall:
arah X
Tanpa Dengan
Shear Shear Selisih
Lantai
Wall Wall (mm)
(mm) (mm)

Atap Atas 236.10 163.17 72.93


Atap 231.20 157.91 73.29
Lantai 8 227.13 158.42 68.72
Lantai 7 212.56 147.42 65.14
Lantai 6 198.94 128.64 70.30
Lantai 5 175.83 109.03 66.80
Lantai 4 135.40 82.41 52.99
Lantai 3 83.36 49.51 33.84
Lantai 2 31.89 18.75 13.14
Selasar
Kolam 0.14 0.20 -0.06
Lantai 1 0.03 0.03 0.00
Lantai
Kolam 0.14 0.14 0.00
Basement 0.00 0.00 0.00

103 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

Simpangan ultimit akibat gempa arah X berkurang sebesar 30,89 %.


setelah gedung dipasang shear wall

Gambar Grafik perbandingan simpangan layan arah X


Kinerja Batas Ultimit Arah Y
Tabel Perbandingan simpangan ultimit Dari tabel perbandingan kinerja batas
arah Y ultimit arah Y terdapat penambahan
simpangan gedung setelah dipasang shear
Tanpa Dengan
wall. Berikut penambahan simpangan
Shear Shear Selisih
Lantai ultimit gedung yang terjadi akibat adanya
Wall Wall (mm)
(mm) (mm) pemasangan shear wall :

Atap Atas 223.32 236.58 -13.26


Atap 221.59 224.90 -3.32
Lantai 8 210.61 212.64 -2.03
Lantai 7 196.87 200.23 -3.36
Lantai 6 178.38 184.04 -5.66
Lantai 5 156.02 160.81 -4.78
Lantai 4 119.44 121.35 -1.91
Lantai 3 74.27 76.27 -2.00
Lantai 2 29.20 30.37 -1.17
Selasar Kolam 0.61 0.62 -0.01
Lantai 1 0.22 0.20 0.01
Lantai Kolam 0.39 0.40 -0.01
Basement 0.00 0.00 0.00

104 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)

Gambar Grafik perbandingan simpangan ultimit arah Y

Simpangan ultimit akibat gempa arah Y simpangan ultimit arah Y bertambah


setelah gedung dipasang shear wall menjadi 5,94%.
bertambah sebesar 5,94 %. Simpangan
ultimit arah Y bertambambah dikarenakan
DAFTAR PUSTAKA
shear wall lebih dominan menahan gempa
Rahmat Purnowo. Perencanaan Struktur
arah X.
Beton Bertulang Tahan Gempa edisi

KESIMPULAN keempat. ITSPRESS.

Iswandi Imran & Fajar Hendrik.


Kinerja Struktur Gedung
Perencanaan Struktur Gedung Beton
Setelah gedung ditambah dengan shear wall
terjadi perubahan simpangan, baik Bertulang Tahan Gempa. Penertbit ITB.
simpangan layan ataupun simpangan
ultimit. Amrinsyah Nasution. Analisis Dan Desain
Simpangan layan gedung : Struktur Beton Bertulang. Penerbit ITB.
a) Akibat gempa arah X berkurang
Widodo Pawirodikromo. Seismologi Teknik
41,52%.
b) Akibat gempa arah Y berkurang & Rekayasa Kegempaan. Penerbit Pustaka
10,36%. Pelajar.
Simpangan ultimit gedung :
Bambang Budiono & Lucky Supriatna. Studi
a) Simpangan ultimit arah X berkurang
sebesar 30,89%. Kompirasi Desain Bangunan Tahan Gempa
b) Simpangan ultimit arah Y bertambah Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002
5,94%. dan RSNI 03-1726-201x. Penerbit ITB.
Dikarenakan shear wall lebih dominan
menahan gempa arah X, sehingga

105 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014

SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Wiratman Wangsadinata, Irawan Wibawa &
Beton Untuk Bangunan Gedung. Budi Satriyo. Perencanaan Ketahanan
Gempa Struktur Gedung Sudirman Place
SNI 1726-2002. Standar Perencanaan
Jakarta. PT Wiratman & Associates.
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung.

106 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013 ISSN 2086-7352

JURNAL

KONSTRUKSIA
Kriteria Penulisan

1. Jurnal KONSTRUKSIA. Menerima naskah ilmiah dari ilmuwan/akademisi dan praktisi


bidang teknik atau yang terkait, bias berupa hasil penelitian,studi kasus, pembahasan teori
dan resensi buku, serta inovasi-inovasi baru yang belumpernah dipublikasikan.
2. Jurnal KONSTRUKSIA terbit berkala tiap semester, pada bulan Juni dan Desember.
3. Naskah ilmiah hendaknya ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang baik
dan benar. Penulis setuju mengalihkan hak ciptanya ke Redaksi Jurnal KONSTRUKSIA
Teknik Sipil UMJ, jika dan pada saat naskah diterima dan diterbitkan.
4. Naskah tidak akan dimuat, jika mengandung unsur SARA, politik, komersial, Subyektifitas
yang berlebihan, penonjolan seseorang yang bersifat memuji ataupun merendahkan.
5. Naskah/tulisan hendaknya lengkap memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis (tanpa gelar) dan alamat email
c. Nama Lembaga atau institusi tempat penulis beraktifitas
d. Abstrak dan kata kunci dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, panjang abstrak
tidak lebih dari 200 kata
e. Isi Naskah (pembahasan), penutup (kesimpulan), daftar pustaka dan lampiran
(jika ada)
6. Naskah /artikel diketik pada kertas HVS ukuran A4 dan dengan format margin kiri, kanan,
atas dan bawah 30 mm, serta harus diketik dengan jenis huruf Arial dengan font 10 pt
(kecuali judul), satu spasi. Judul ditulis miring (italic), jumlah halaman 7-10.
7. Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk print out atau soft copy (CD) atau email ke
redaksi@konstruksia.org.

Alamat redaksi :
Jurnal KONSTRUKSIA
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih tengah 27 – Jakarta Pusat.
Telp. 42882505, Fax. 42882505
Website: www.konstruksia.org
Email: redaksi@konstruksia.org
ISSN 2086 - 7352

Anda mungkin juga menyukai