JURNAL
KONSTRUKSIA
VOLUME 5 NOMER 2 AGUSTUS 2014
JURNAL
KONSTRUKSIA
REDAKSI
Website : www.konstruksia.org
Email : redaksi@konstruksia.org
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014
PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 5
Nomer 2 di bulan Agustus 2014 ini.
Pada edisi ini mendapatkan respons positif dalam rangka menunjang keputusan menteri tentang
Lulusan Sarjana dan Magister diwajibkan telah menulis di Jurnal Ilmiah Nasional. Adapun yang
sudah menangkap respon tersebut, salah satunya adalah dari Magister Teknik Sipil, Institut
Teknologi Surabaya, Universitas Mercu Buana dan Universitas Ageng Tirtayasa. Adapun tema yang
ditampilkan juga sangat beragam, mulai dari Kontrak manajemen, Struktur, hingga pengujian
bahan material struktur. Hal ini tidak lepas dari peran serta jalinan hubungan baik antar institusi
agar membantu lulusannya untuk dapat segera terjun ke masyarakat dengan memantaskan pada
gelar yang disandangnya.
Penerbitan ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga Jurnal ini salah satu
tonggak untuk dapat segera terakreditasi. Aamiin
Pemimpin Redaksi
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomor 2 | Agustus 2014 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Volume 5 Nomor 2 Agustus 2014
DAFTAR ISI
Redaksi
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
Sarwono Hardjomuljadi
Email : sarwonohm2@yahoo.co.id
ABSTRAK : Dalam pelaksanaan suatu proyek terdapat dua dampak atas klaim yang diajukan oleh
komntraktor, yaitu tambahan harga kontrak dan perpanjangan waktu penyelesaian. Tambahan harg
akontrak dan perpanjangan waktu disebabkan oleh adanya suatu kejadianseperti perubahan desain,
inefisiensi dan hambatan, perintah perubahan konstrukktif, perintah perubahan lisan oleh pengguna
jasa, kepemilikan lahan perubahan hukum dan peraturan,. Sebagai kompensasi atas kejadian di atas,
kontraktor mempunyai hak untuk mendapat kompensasi dari pengguna jasa dalam bentuk
tambahan harga kontrak dan perpanjangan waktu. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba
melakukan analisis perpanjangan waktu sebagai salah satu dampak atas klaim konstruksi, apakah
kejadian fisik yang menyebabkannya di samping klauaula-klausula terkait dalam persyaratan Umum
Kontrak FIDIC dan apakah dampak dari perpanjangan waktu itu sendiri.
Kata kunci: perpanjangan waktu, Persyaratan Umum Kontrak FIDIC, klaim, tambahan harga kontrak.
ABSTRAK : In the implementation of construction project there were two impact of claim submitted by
the contractor, i.e. additional contract price and extension of time. Additional contract price and
extension of time were caused by some incidents such as changes in design, inefficiency and disruption,
constructive change order, oral change order by employer, possession of site and availability, changes
in law and legislation. As compensation to the above incidents, contractor have right to get
compensation from the employer in the form of additional contract price and/or extension of time.In
this occasion writer will try to analyse the extension of time as one of the impact of construction claim,
what are the physical happenings which may caused, what are the FIDIC contract’s clauses related,
what are the impact of extension of time.
Key word: extension of time, FIDIC conditions of contract, claim, additional cost.
1|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
karena adanya pekerjaan tambah yang sesuai dengan kontrak ternyata tidak
diperintahkan oleh Pengguna Jasa kepada efisien untuk dipergunakan dan perlu
Kontraktor. diganti dengan alat lain yang lebih
canggih, akibat adanya perbedaan
Beberapa pendapat pakar dapat dilihat keadaan alam, maka hal itu dapat
pada apa yang dikatakan oleh Shapiro dijadikan dasar pengajuan klaim, karena
(2004)1: “The major project risk that we dalam hal ini diperlukan upaya lebih dari
are all too familiar include the following: pihak kontraktor untuk melaksanakan
cost escalations, time for completion and pekerjaannya sesuai kontrak.
delays, change the scope, geotechgnical
and site related problems, negligence both Berdasarkan ketentuan dalam FIDIC
in design and construction”. Conditions of Contract diberikan peluang
kepada kontraktor untuk mengajukan
Pendapat penulis bahwa klaim klaim dengan tata urutan sesuai dengan
“unforeseen physical conditions” atau Klausula 20 tentang Klaim, Seengketa dan
akibat kejadian yang tidak dapat Arbitrase yang didasari dengan ketentuan
diperkirakan sebelumnya adalah lebih tentang apa dan bilamana klaim terkait
sebagi pintu masuk bagi rekan kita perpanjangan waktu dan/atau
‘lawyer’ dan bukan penyebab klaim, penambahan biaya dapat dan diajukan
tampaknya sejalan dengan yang sebagai klaim. extension of time dan/atau
disampaikan Corbett (1991) : “The2 additional cost
Engineer may be reluctant to grant time or Pada suatu pekerjaan konstruksi yang
costs for such good fortune but if the dilaksanakan berdasarkan kontrak antara
Contractor had to bring to site different pengguna jasa dengan kontraktor,
equipment to replace the rock blasting perpanjangan waktu penyelesaian/
arrangements he had prepared, these may extension of time (EOT) diberikan oleh
nevertheless be a claim”. pengguna jasa kepada kontraktor dengan
Perlu dipahami, bahwa yang dapayt berbagai alasan, di mana alasan/dasar
dijadikan dasar dari suatu klaim adalah pemberian adalah sesuai dengan apa yang
sesuatu yang mempengaruhi upaya tertulis pada klausula-klausula dalam
kontraktor dalam melaksanakan FIDIC Conditions of Contract for
kewajibannya sesuai kontrak, sebagai Construction MDB Harmonised Edition
contoh pada pekerjaan galian tanah, 2006.
macam atau kelas tanah meskipun Tulisan ini akan mendalami
berbeda dengan apa yang dinyatakan extension of time (EOT), dasar pemberian
saaat pemberian informasi kepada perpanjangan waktu penyelesaian dan
peserta tender, tidaklah dapat dijadikan dampaknya. Penyebab EOT dengan
suatu klaim, karena sulit untuk menggunakan ke 12 penyebab yang
dikuantifikasi. Sebaliknya jika peralatan dinyatakan dalam klausula-klausula FIDIC
1
Conditions of Contract, dengan responden
Shapiro, Bryan (2004): “Construction Claims
and Contracting Strategies”, a paper presented at 20 orang dari pihak pengguna ajasa,
Saphiro Hankinson & Knutson Project konsultan dan kontraktor yang
Management Wisdom Joint Seminar, Vancouver menangani proyek-proyek jalan di
2
Corbett, E.C.(1991); “FIDIC 4th , A Practical
Legal Guide”, Sweet & Maxwell, hal 121 lingkuingan direktorat jenderal Bina
2|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
3|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
4|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
dinyatakan dalam Kontrak atau paragraf (a) dan (b) di atas sesuai dengan
diberitahukan oleh Enjinir. Kontraktor batas tersebut.
harus bertanggung jawab atas ketepatan
posisi semua bagian Pekerjaan, dan harus EOT akibat Sub Clause 4.12
memperbaiki semua kesalahan posisi, Unforeseeable Physical Conditions
ketinggian, ukuran atau jalur dari
Pekerjaan, sebaliknya Pengguna Jasa If and to the extent that the Contractor
harus bertanggung jawab atas kesalahan- encounters physical conditions which are
kesalahan pada spesifikasi atau Unforeseeable, gives such a notice, and
pemberitahuan titik referensi, tetapi suffers delay and/or incurs Cost due to
Kontraktor harus berusaha secara these conditions, the Contractor shall be
bersungguh-sungguh untuk menguji entitled subject to notice under Sub-Clause
keakuratan informasi sebelum 20.1 [Contractor’s Claims] to:
dipergunakan.
(a) an extension of time for any such delay,
Apabila Kontraktor mengalami if completion is or will be delayed, under
keterlambatan dan/atau menanggung Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
Biaya karena melaksanakan pekerjaan Completion], and
yang diakibatkan oleh kesalahan
informasi titik-titik referensi, dan (b) payment of any such Cost, which shall
Kontraktor yang berpengalaman be included in the Contract Price.
sekalipun tidak mampu menemukan
kesalahan tersebut dan menghindari
keterlambatan dan/atau Biaya, Dalam Sub-Klausula ”keadaan fisik”
Kontraktor harus menyampaikan berarti keadaan fisik alami dan buatan
pemberitahuan kepada Enjinir dan manusia dan hambatan fisik dan polutan,
berhak berdasarkan Sub-Klausula 20.1 yang ditemui Kontraktor di Lapangan saat
[Klaim Kontraktor] untuk: melaksanakan Pekerjaan, termasuk
kondisi di bawah permukaan tanah dan
(a) perpanjangan waktu untuk
kondisi hidrologis tetapi tidak termasuk
keterlambatan, apabila penyelesaian akan
keadaan iklim.
mengalami keterlambatan, berdasarkan
Sub-Klausula 8.4 [Perpanjangan Waktu Apabila Kontraktor menemui kondisi fisik
Penyelesaian], dan yang merugikan yang olehnya dianggap
tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
(b) pembayaran atas Biaya ditambah
Kontraktor harus menyampaikan
keuntungan, yang akan dimasukkan ke
pemberitahuan kepada Enjinir sesegera
dalam Harga Kontrak.
mungkin. Pemberitahuan ini harus
Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir menyebutkan kondisi fisik yang dihadapi,
harus melanjutkan berdasarkan Sub- sehingga dapat diinspeksi oleh Enjinir,
Klausula 3.5 [Penetapan] dengan dan harus menyatakan alasan mengapa
menyetujui atau menetapkan: apakah dan Kontraktor menganggapnya sebagai tidak
(oleh karenanya) sebatas apa (secara dapat diperkirakan sebelumnya.
wajar) kesalahan tidak dapat ditemukan,
dan hal-hal yang dinyatakan dalam sub-
5|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Setelah menerima pemberitahuan dan EOT akibat Sub Clause 4.24 Fossils
menginspeksi dan/atau menyelidiki The Contractor shall, upon discovery of any
kondisi fisik tersebut, Enjinir harus such finding, promptly give notice to the
melanjutkan sesuai dengan Sub-Klausula Engineer, who shall issue instructions for
3.5 [Penetapan] untuk menyetujui atau dealing with it. If the Contractor suffers
menetapkan: apakah dan (oleh delay and/or incurs Cost from complying
karenanya) sebatas apa kondisi fisik ini with the instructions, the Contractor shall
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, dan give a further notice to the Engineer and
hal-hal yang dinyatakan dalam sub- shall be entitled subject to Sub-Clause 20.1
paragraf (a) dan (b) di atas berkaitan [Contractor’s Claims] to:
dengan batas-batas ini.
(a) an extension of time for any such delay,
Akan tetapi, sebelum tambahan biaya if completion is or will be delayed, under
akhirnya disetujui atau ditetapkan Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
berdasarkan sub-paragraf (ii), Enjinir juga Completion], and
dapat meninjau kembali apakah kondisi
fisik pada bagian lain Pekerjaan yang
6|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
(b) payment of any such Cost, which shall which the Employer is responsible, the
be included in the Contract Price Contractor shall give notice to the Engineer
and shall be entitled subject to Sub- Clause
Seluruh fosil, uang logam, barang 20.1 [Contractor’s Claims] to:
berharga atau antik, dan struktur dan
peninggalan lain atau benda-benda (a) an extension of time for any such delay,
geologis atau arkeologis yang ditemukan if completion is or will be delayed, under
di Lapangan harus ditempatkan di bawah Sub-Clause 8.4 [Extension of Time for
pengawasan dan penguasaan Pengguna Completion], and
Jasa. Kontraktor harus melakukan
tindakan pengamanan untuk mencegah (b) payment of any such Cost plus profit,
Personil Kontraktor atau orang lain which shall be included in the Contract
memindahkah atau merusak temuan- Price.
temuan tersebut. Kontraktor harus, Sub-Klausula ini diberlakukan bagi semua
setelah penemuan temuan-temuan pengujian yang ditetapkan dalam
tersebut, memberitahukan kepada Kontrak, selain Pengujian setelah
Enjinir, yang akan mengeluarkan Penyelesaian (apabila ada). Kecuali
instruksi untuk menanganinya. Bilamana apabila dinyatakan lain dalam Kontrak,
Kontraktor mengalami keterlambatan Kontraktor harus menyediakan semua
dan/atau menanggung Biaya karena peralatan, bantuan, dokumen dan
mengikuti instruksi tersebut, Kontraktor informasi lain, listrik, pelengkapan, bahan
harus menyampaikan pemberitahuan bakar, bahan yang habis terpakai,
lanjutan kepada Enjinir dan berhak instrumen, tenaga kerja, bahan, dan staf
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim yang memiliki kualifikasi dan pengalaman
oleh Kontraktor] atas: yang sesuai, sebagaimana diperlukan
(a) perpanjangan waktu atas untuk melaksanakan pengujian secara
keterlambatan, apabila penyelesaian efisien. Kontraktor harus mencapai
terlambat atau akan terlambat, kesepakatan, dengan Enjinir, mengenai
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 waktu dan tempat pengujian yang
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian], ditetapkan untuk setiap bagian Instalasi
dan Mesin, Bahan dan bagian lain dari
Pekerjaan.
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan
dimasukkan dalam Harga Kontrak. Enjinir dapat, berdasarkan Klausula 13
[Variasi dan Penyesuaian], mengubah
Setelah menerima pemberitahuan lokasi dan detail pengujian yang
lanjutan, Enjinir harus menindakanjuti ditetapkan, atau menginstruksikan
berdasarkan Sub-Klausula 3.5 Kontraktor untuk melakukan pengujian
[Penetapan] untuk menyetujui atau tambahan.
menetapkan hal-hal tersebut.
Apabila perubahan atau pengujian
EOT akibat Sub Clause 7.4 Testing tambahan itu menunjukkan bahwa
Instalasi Mesin, Bahan atau Cara
If the Contractor suffers delay and/or Pengerjaan yang diuji tidak sesuai dengan
incurs Cost from complying with these Kontrak, biaya pelaksanaan Perubahan ini
instructions or as a result of a delay for
7|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
8|K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
(b) suatu penyebab keterlambatan yang (a) an extension of time for any such
memberikan hak perpanjangan delay, if completion is or will be
waktu berdasarkan suatu Sub- delayed, under Sub-Clause 8.4
Klausula dari Persyaratan ini, [Extension of Time for Completion],
and
(c) kelainan keadaan cuaca yang sangat
buruk, (b) payment of any such Cost, which shall
be included in the Contract Price.
(d) kekurangan yang tak dapat
diperkirakan sebelumnya dalam Apabila Kontraktor mengalami
ketersediaan personil atau Barang- keterlambatan dan/atau menanggung
Barang akibat wabah atau kebijakan Biaya akibat memenuhi instruksi Enjinir
pemerintah, atau berdasarkan Sub-Klausula 8.8
[Penghentian Pekerjaan] dan/atau dari
(e) keterlambatan, kesulitan atau melanjutkan pekerjaan, Kontraktor harus
hambatan yang disebabkan atau menyampaikan pemberitahuan kepada
diakibatkan oleh Pengguna Jasa, Enjinir dan berdasarkan Sub-Klausula
Personil Pengguna Jasa atau 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] berhak atas:
Kontraktor lain yang dipekerjakan
Pengguna Jasa. (a) suatu perpanjangan waktu untuk
setiap keterlambatan, apabila
penyelesaian terlambat atau menjadi
9|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
10 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
be entitled subject to Sub-Clause 20.1 (b) pembayaran atas biaya tersebut, yang
[Contractor’s Claims] to: akan dimasukkan ke dalam Harga
Kontrak.
(a) an extension of time for any such
delay, if completion is or will be Setelah menerima pemberitahuan, Enjinir
delayed, under Sub-Clause 8.4 harus menindaklanjutinya berdasarkan
[Extension of Time for Completion], Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] untuk
and menyetujui atau menetapkan hal tersebut.
Meskipun telah ditetapkan sebelumnya,
(b) payment of any such Cost, which shall Kontraktor tidak berhak atas
be included in the Contract Price. perpanjangan waktu apabila
keterlambatan telah diperhitungkan
dalam perpanjangan waktu sebelumnya
Nilai Kontrak harus disesuaikan dengan dan Biaya tersebut juga tidak akan
memperhitungkan penambahan ataupun dibayar secara terpisah apabila hal serupa
pengurangan biaya akibat perubahan telah diperhitungkan dalam penyusunan
Hukum di negara tersebut (termasuk komponen untuk tabel penyesuaian
pengenalan Hukum baru dan pencabutan berdasarkan ketentuan Sub-Klausula 13.8
[Penyesuaian akibat Perubahan Biaya].
atau perubahan Hukum yang ada) atau
dalam penjelasan hukum atau penjelasan EOT akibat Sub Clause 16.1
Pemerintah atas Hukum tersebut, yang Contractor’s Entitlement to Suspend
dibuat setelah Tanggal Dasar, dan Work
mempengaruhi Kontraktor dalam
pelaksanaan kewajibannya berdasarkan If the Contractor suffers delay and/or
Kontrak. incurs Cost as a result of suspending work
(or reducing the rate of work) in
Apabila Kontraktor mengalami (atau akan accordance with this Sub-Clause, the
mengalami) kelambatan dan/ atau Contractor shall give notice to the Engineer
mengeluarkan (atau akan mengeluarkan) and shall be entitled subject to Sub-Clause
biaya tambahan akibat perubahan Hukum 20.1 [Contractor’s Claims]
atau dalam penafsiran, yang dikeluarkan
setelah Tanggal Dasar, Kontraktor harus (a) an extension of time for any such
menyampaikan pemberitahuan kepada delay, if completion is or will be
Enjinir dan berhak sesuai dengan Sub- delayed, under Sub-Clause 8.4
Klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor] [Extension of Time for Completion],
atas: and
(a) suatu perpanjangan waktu (b) payment of any such Cost plus profit,
pelaksanaan akibat keterlambatan, which shall be included in the
tersebut, apabila penyelesaian Contract Price.
terlambat atau menjadi terlambat, Jika Enjinir gagal untuk mensahkan sesuai
berdasarkan Sub-Klausula 8.4 dengan Sub-Klausula 14.6 Penerbitan
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian Berita Acara Pembayaran Sementara] atau
Pekerjaan], dan Pengguna Jasa gagal memenuhi Sub-
Klausula 2.4 [Pengaturan Keuangan
11 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
12 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
Jika dan sampai sebatas bahwa resiko Clause 19.2 [Notice of Force Majeure], and
yang tercantum dalam Sub- Klausula 17.3 suffers delay and/or incurs Cost by reason
di atas mengakibatkan kehilangan dan of such Force Majeure, the Contractor shall
kerusakan Pekerjaan, Barang-barang, be entitled subject to Sub-Clause 20.1
atau Dokumen Kontraktor, Kontraktor [Contractor’s Claims] to:
harus segera menyampaikan
pemberitahuan kepada Enjinir dan harus (a) an extension of time for any such
mengganti kehilangan atau memperbaiki delay, if completion is or will be
kerusakan sampai batas yang ditentukan delayed, under Sub-Clause 8.4
oleh Enjinir. [Extension of Time for Completion],
Jika Kontraktor mengalami keterlambatan and
dan/atau mengeluarkan Biaya untuk (b) if the event or circumstance is of the
mengganti kehilangan atau memperbaiki kind described in sub-paragraphs (i)
kerusakan, Kontraktor harus to (iv) of Sub-Clause 19.1 [Definition of
menyampaikan pemberitahuan lebih Force Majeure] and, in the case of
lanjut kepada Enjinir dan akan berhak subparagraphs
berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim
Kontraktor] atas: (ii) to (iv), occurs in the Country, payment
of any such Cost, including the costs of
(a) suatu perpanjangan waktu untuk rectifying or replacing the Works and/or
keterlambatan, jika penyelesaian Goods damaged or destructed by Force
terlambat atau menjadi terlambat Majeure, to the extent they are not
menurut Sub- Klausula 8.4. indemnified through the insurance policy
[Perpanjangan Waktu Penyelesaian]; referred to in Sub-Clause 18.2 [ Insurance
dan for Works and Contractor’s Equipment ].
(b) pembayaran atas Biaya, yang akan Jika Kontraktor terhambat dalam
dimasukkan dalam Harga Kontrak. pelaksanaan kewajiban mendasarnya
Dalam hal sub-paragraf (f) dan (g) menurut Kontrak yang pemberitahuannya
dari Sub-Klausula 17.3 [Resiko telah disampaikan menurut Sub-Klausula
Pengguna Jasa], Biaya ditambah 19.2 [Pemberitahuan Keadaan Kahar], dan
dengan keuntungan akan dibayarkan. mengalami keterlambatan dan/atau
mengeluarkan Biaya akibat Keadaan
Kahar, Kontraktor akan berhak
Setelah menerima pemberitahuan ini berdasarkan Sub-Klausula 20.1 [Klaim
Enjinir harus menindak lanjuti sesuai oleh Kontraktor] atas:
Sub-Klausula 3.5 [Pemutusan] untuk
menyetujui atau menetapkan hal ini. (a) suatu perpanjangan waktu untuk
keterlambatan, jika penyelesaian
EOT akibat Sub Clause 19.4 terlambat atau akan menjadi
Consequences of Force Majeure terlambat, menurut Sub-Klausula 8.4
[Perpanjangan Waktu Pelaksanaan],
If the Contractor is prevented from dan
performing its substantial obligations
under the Contract by Force Majeure of (b) jika kejadian atau keadaan adalah
which notice has been given under Sub- jenis yang tercantum dalam sub-
13 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
paragraf (i) sampai (iv) dari Sub- Tanpa memperhatikan ketentuan lain
Klausula 19.1[Definisi Keadaan Klausula ini, Keadaan Kahar tidak berlaku
Kahar] dan, dalam hal sub-paragraf untuk kewajiban melakukan
(ii) sampai (iv) terjadi di dalam pembayararan oleh salah satu Pihak
wilayah Negara, pembayaran Biaya, kepada Pihak lain.
termasuk biaya untuk memperbaiki
atau mengganti Pekerjaan dan/atau EOT menurut Klausula 20
Barang-barang yang rusak oleh If the Contractor considers himself to be
Keadaan Kahar, sampai sebatas entitled to any extension of the Time for
bahwa mereka tidak diganti melalui Completion and/or any additional
polis asuransi berdasarkan Sub- payment, under any Clause of these
Klausula 18.2 [Asuransi untuk Conditions or otherwise in connection with
Pekerjaan dan Peralatan Kontraktor]. the Contract, the Contractor shall give
Setelah menerima pemberitahuan ini, notice to the Engineer, describing the event
Enjinir harus menindaklanjuti sesuai or circumstance giving rise to the claim.
dengan Sub-Klausula 3.5 [Penetapan] The notice shall be given as soon as
untuk menyetujui atau menetapkan hal- practicable, and not later than 28 days
hal ini. after the Contractor became aware, or
should have become aware, of the event or
Merujuk ke Sub-klausula 19.2 , jika suatu circumstance.
Pihak terhambat atau akan terhambat
dalam melakukan kewajiban If the Contractor fails to give notice of a
mendasarnya menurut Kontrak oleh claim within such period of 28 days, the
Keadaan Kahar, selanjutnya ia harus Time for Completion shall not be extended,
menyampaikan pemberitahuan kepada the Contractor shall not be entitled to
Pihak lain mengenai kejadian atau additional payment, and the Employer
keadaan yang merupakan Keadaan Kahar shall be discharged from all liability in
dan harus menentukan kewajibannya, connection with the claim.
kinerja pelaksanaan yang terhambat atau Dari kedua alinea di atas, terlihat bahwa
akan terhambat. Pemberitahuan ini harus pengajuan klaim dari pihak kontraktor,
disampaikan dalam jangka waktu 14 hari harus diawali dengan pemberitahuan
setelah Pihak tersebut menyadari atau akan adanjay pengajuan klaim
seharusnya menyadari, kejadian atau (notification for claim) yang menjadi
keadaan terkait yang merupakan Keadaan sangat penting, karena jika pengajuan
Kahar.Pihak tersebut harus, setelah klaim melewati batas waktu tertentu yang
menyampaikan pemberitahuan, ditetapkan, maka kontraktor akan
dibebaskan dari kewajiban kinerja kehilangan haknya atas kompensasi
pelaksanaan selama Keadaan Kahar waktu dan biaya yang diajukan. Prosedur
menghalanginya untuk melaksanakan dan waktu yang diperlukan untuk tiap
kewajibannya. aktivitas terkait dengan klaim, dapat
dilihat pada gambar 1 di bawah ini
14 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS “EXTENSION OF TIME” DAN DAMPAKNYA PADA KONTRAK KONSTRUKSI ( Sarwono)
Gambar 1
Tahapan pengakuan klaim dari kontraktor
(FIDIC Conditions of Contract for construction MDB Harmonised Klausula 20
15 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
16 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
Dwi Handoko
Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Sony Sunaryo
Indung Soedarso
Dosen Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK: Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan terutama pada pelaksanaan
pembangunan bidang pekerjaan umum dengan konstruksi bangunan sederhana, hal ini ditunjukkan
dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja pada penyelenggaraan konstruksi, tenaga kerja di
sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan
menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling
berisiko terhadap kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat beberapa faktor penyebab
terjadi kecelakaan kerja, antara lain tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi, penggunaan metoda
pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya
melaksanakan peraturan-peraturan menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan
penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas ketersediaan alat
pelindung diri (APD), faktor lingkungan sosial ekonomi dan budaya pekerja dan kurang disiplinnya para
tenaga kerja didalam mematuhi ketentuan mengenai K3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kepatuhan dan pengawasan terhadap kesadaran Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
pengujian hipotesis, sedangkan subjek penelitian ini adalah pekerja bangunan Gedung Penataan Ruang
Kementerian Pekerjaan Umum yang dijadikan sampel penelitian. Teknik pengumplan data
menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan metode Ordinary
Least Square (OLS) menggunakan bantuan program statistik SPSS, namun sebelum dilakukan pengujian
regresi berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat membantu pihak kontraktor dan kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya
meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja dalam proses pelaksanaan kontruksi.
ABSTRACT: K3 general problem in Indonesia is still often over looked, especially in the execution of
public works construction with simple building construction, as shown by the high number of accidents
on the implementation of construction work, employment inthe construction sector covers about 7-8%
of total work force in all sectors, and accounted 6:45% of GDP in Indonesia. Construction sector is one of
the sectors most at risk of work place accidents. Based on the evaluation results, there are several
factors that cause work place accidents, among others, were excluded expert construction techniques,
the use of appropriate methods of implementation, lack of supervision in the field of construction, not
yet fully implement regulations concerning existing K3, K3 implementation of weak supervision, less in
a dequate both in quality and quantity of availability of personal protective equipment (PPE),
environmental factors, socio-economic and cultural workers and the lack of discipline in the work force
to comply with the K3. This study aims to determine how much influence the awareness of compliance
17 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
and over sight of Occupational Health and Safety (K3). The research method used in this study is a
quantitative method to test the hypothesis, while the subject of this study is the construction workers
building campus Spatial Planning Ministry of Public Works that the research sample. Data collecting
using questionnaires. Datawere analyzed using multiple linear regression with the method of Ordinary
Least Square (OLS) using a statistical program SPSS, but prior to the first regression testing conducted
validity and reliability testing. The results oft his study are expected to help the contractor and the
Ministry of Public Works in an effort to minimize the occurrence of occupational accidents in the
construction process of implementation.
18 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
faktor kelalaian manusia yaitu sebesar Umum?
88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari
faktor ketidaklayakan
properti/aset/barang dan 2% faktor lain- BATASAN MASALAH
lain. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada
Hasil evaluasi kejadian-kejadian kecelakaan AnalisaPengaruh Keselamatan dan
kerja selama ini dapat disimpulkan Kesehatan Kerja (K3) pada Pekerja
beberapa faktor penyebab terjadi Bangunan Gedung Penataan Ruang
kecelakaan baik yang telah menimbulkan Kementerian Pekerjaan UmumJalan
korban jiwa maupun luka-luka disebabkan Pattimura No. 20, Jakarta Selatan.
tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,
penggunaan metoda pelaksanaan yang
tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan Manfaat Penelitian
konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya Penelitian mengenai AnalisaPengaruh
melaksanakan peraturan-peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pada Pekerja Bangunan Gedung Penataan
pengawasan penyelenggaraan K3, kurang Ruang Kementerian Pekerjaan Umumini
memadainya baik dalam kualitas dan diharapkan dapat memberikan sumbangan
kuantitas ketersediaan Alat Pelindung bagi ilmu pengetahuan, baik secara teoritis
Diri(APD), faktor lingkungan social maupun praktis terutama :
ekonomi dan budaya pekerja dan kurang 1. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini
disiplinnya para tenaga kerja didalam diharapkan dapat menjadi masukan
mematuhi ketentuan mengenai K3, antara terutama bagi mereka yang menaruh
lain pemakaian APD kecelakaan kerja minat untuk menindaklanjuti hasil
(Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber penelitian ini dengan mengambil
Daya Manusia, 2007). variabel penelitian yang berbeda dan
Berkaitan dengan hal tersebut diatas untuk dengan pendekatan yang berbeda pula.
mengetahui lebih jauh, maka Peneliti 2. Bagi kalangan akademisi,hasil penelitian
melakukan penelitian mengenai ini diharapkan dapat memperkaya
pelaksanaan K3padaPekerja Bangunan khasanah kepustakaan administrasi
Gedung Penataan Ruang Kementerian publik, khususnya mengenai pengaruh
Pekerjaan UmumJalan Pattimura No. 20, K3 pada Pekerja Bangunan Gedung
Jakarta Selatan. Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan
Umum.
PERUMUSAN MASALAH 3. Bagi Konsultan Perencana, hasil
Perumusan masalah dalam penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat
adalah Ingin mengetahui seberapa besar membuat masukan dalam dokumen
pengaruh (peraturan, prosedur, peralatan, pelaksanaan untuk meningkatkan K3.
pengarahan, menetapkan sasaran, 4. Bagi Kontraktor, hasil penelitian ini
memantau pelaksanaan) terhadap diharapkan dapat memberikan masukan
kesadaran Keselamatan dan Kesehatan yang berarti untuk meningkatkan K3
Kerja (K3)Pekerja Bangunan Gedung pada Pekerja Bangunan Gedung
19 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
20 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
21 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
22 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
23 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
24 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
- Jika nilai Cronbach Alpha< 0,60, maka item pertanyaan 1 sampai item terakhir
kuesioner yang diuji dinyatakan tidak untuk masing-masing variabel. Untuk
reliabel. variable Peraturan jumlah data 100, nilai
Setelah dihitung dengan bantuan program minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
SPSS maka dapat diketahui nilai reliabilitas 20,61, dan standar deviasi 3,101. Untuk
(cronbach’s alpha) adalah sebagai berikut: variable Prosedur jumlah data 100, nilai
minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
21,08, dan standar deviasi 3,177. Untuk
variable Peralatan jumlah data 100, nilai
minimum 12, nilai maksimum 27, rata-rata
20,66, dan standar deviasi 3,207. Untuk
variable Pengarahan jumlah data 100, nilai
minimum 13, nilai maksimum 26, rata-rata
20,76, dan standar deviasi 3,009. Untuk
variable Menetapkan sasaran jumlah data
100, nilai minimum 12, nilai maksimum 25,
rata-rata 20,70, dan standar deviasi 3,211.
Analisis deskriptif statistk Untuk variable Memantau pelaksanaan
Analisis ini untuk mengetahui deskripsi jumlah data 100, nilai minimum 13, nilai
data seperti mean, nilai minimum, nilai maksimum 26, rata-rata 20,37, dan standar
maksimum, dan standar deviasi. Berikut ini deviasi 3,090. Dan untuk variable
disajikan statistik deskriptif tentang Kesadaran keselamatan dan kesehatan
kerja jumlah data 100, nilai minimum 69,
nilai maksimum 120, rata-rata 102,66, dan
standar deviasi 13,929.
25 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Peraturan
.569 1.757
(X11)
Prosedur
.282 3.548
(X12)
Peralatan
Sumber : Data diolah, 2014 .305 3.284
(X13)
26 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
27 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
28 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
29 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
30 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
31 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis keselamatan dan kesehatan kerja pada
alternatif pekerja bangunan gedung Penataan Ruang
Ho : b23 = 0 Memantau pelaksanaan Kementerian Pekerjaan Umum.
secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kesadaran keselamatan dan kesehatan c. Uji F (uji koefisien regresi secara
kerja pekerja) bersama-sama)
Ha : b23 0 Memantau pelaksanaan Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
secara parsial berpengaruh terhadap variabel independen secara bersama-sama
kesadaran terhadap kesadaran berpengaruh terhadap variabel dependen
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja . atau tidak.
2. Menentukan t hitung Hasil uji F yang diperoleh setelah data
diolah disajikan dalam tabel berikut ini:
32 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
33 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
34 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Dwi – Sony – Indung)
35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
36 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
ABSTRACT Residential development activities involve many interrelated actors, ranging from the
earliest supplier until to the final consumers, i.e. the owner of the house. The involvement of various
actors in the housing development activities form a pattern called a supply chain relationship.
Referring to the matter, we perform the application of the concept of supply chain management to
know the pattern of supply chain network and supply chain performance against indicators of
assessment which contains the concept of value, conversion, and flow. The method used is to collect
quantitative and qualitative data on the location of the case study. Qualitative data such as interviews
and questionnaires that describe the form of the pattern of supply chain. Quantitative data in the form
of notes or archive data in the field is used to measure supply chain performance. The results of the
study, from 10 (ten) housing obtained general and specific patterns of network activity in which
developers determine the supply chain network, which is affected by the contract method is used, the
activity in the field of construction, and procurement strategies undertaken by developers and
contractors. Then, from 15 (fifteen) indicators related to the concept of conversion, flow, and value, is
obtained the performance of the supply chain Citra Garden BMW can be said both to the understanding
and application of concepts (conversion) with the application of cooperative partnership effort. The
concept of flow (flow) has also been applied by doing good procurement management on execution of
work. For the concept of value (value) the contractor understanding is still dependent on the suitability
between the planning / design with the results of work carried out, only about the quality of the work.
Keywords: supply chain, performance, residentialbuilding, conversion, flow, value.
37 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
38 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
39 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
40 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
41 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Keterangan :
PM = Pemasok Material
PP = Pemasok Peralatan Berat dan Operator
PTK = Pemasok Tenaga Kerja
KS = Kontraktor Spesialis
SK = Subkontraktor
SKS = Subkontraktor Spesialis
√* = Ditunjuk Langsung Oleh Pengembang
42 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
43 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
44 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
4. IntensitasDefect Pekerjaan
8. Inventory Material.
Keikutsertaan Developerdalam
9. Perencanaan proyek Ada/Tidak ada
Perumahan.
Keikutsertaan Developerdidalam
10. Ada/Tidak ada
Pelaksanaan proyek Perumahan.
Keikutsertaan Subkontraktor
11. dalam Pelaksanaan proyek Ada/Tidak ada
perumahan.
Intensitas Complaints dari
Developer Kepada Kontraktor
12. # Complaint
dan dari Kontraktor Kepada
Supplier.
Keterlambatan Developerdalam
13. # Keterlambatan
Pembayaran Proyek.
Keikutsertaan Developerdalam
14. Ada/Tidak ada
Menentukan Supplier.
15. Kinerja Supplier Alat Berat Tepat Waktu/Mengalami Keterlambatan
45 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
C. Kinerja Supply Chain pada memiliki track record yang baik tetap
Proyek Studi Kasus konsisten dalam melaksanakan
prosedur pelaksanaan konstruksi.
a. Konsep konversi Perusahaan konstruksi telah mulai
Pengontrolaan dan pengelolaan menerapkan konsep cooperative
conversion adalah bentuk optimalisasi partnership, artinya sudah ada usaha
penggunaan sumber daya yang yang untuk melakukan hubungan kerjasama
terlibat dalam suatu jaringan supply jangka panjang mengingat produksi
chain. Menurut Cut Zukhrina (2008), proyek konstruksi yang singkat dan
bahwa pengelolaan conversion di terbatas, maka menerapkan konsep
industri konstruksi diharapkan dapat cooperative partnership adalah salah
meningkatkan efektifitas pelaksanaan satu usaha untuk memperlancar aliran
proses produksi di proyek konstruksi pasokan yang dirasa strategis untuk
perumahan dapat berjalan dengan baik. proses produksi pada industri
konstruksi dan standar mutu yang telah
Dari Tabel 3. Terlihat bahwa kinerja ditetapkan perusahaan akan tercapai
proyek studi kasus terhadap sesuai dengan hasil pekerjaan, tentunya
pemahaman indikator yang mengarah hal ini dapat terwujud dengan
pada kontrol dan optimalisasi sumber melakukan kerjasama dengan pihak-
daya sudah dilakukan.kinerja pihak yang mempunyai kinerja yang
kontraktor proyek perumahan mewah baik dan terseleksi.
Perumahan Citra Garden BMW ini telah Perusahaan konstruksi perumahan ini
berpengalaman dalam mengembangkan telah mulai menerapkan konsep
proyek perumahan, meskipun proyek partnering, artinya sudah ada usaha
perumahan memiliki tingkat untuk melakukan hubungan kerjasama
kompleksitas dan lingkungan yang jangka panjang mengingat produksi
berbeda, namun kontraktor yang proyek konstruksi yang sangat singkat
menjadi relasi pengembang karena dan terbatas.
46 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
47 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
48 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS POLA DAN KINERJA SUPPLY CHAIN (Maghrizal - Andi - Irma)
49 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
50 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)
Tri Setiyono
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
email: trisetiyono@rocketmail.com
Heri Khoeri
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : hkhoeri@hesa.co.id
ABSTRAK : Pada Proyek Oil & Gas Plant biasanya terdapat struktur civil yang berfungsi sebagai
penunjang sistem pemipaan, salah satu struktur tersebut yaitu Struktur Baja Pipe Rack.Perhitungan
struktur baja Pipe Rack ini menganalisa perubahan struktur kolom baja pada struktur Pipe Rack, yang
akhirnya akan berdampak pada struktur bawahnya. Perubahan struktur kolom baja Pipe Rack di
modelkan dalam bentuk Model-1, Model-2 & Model-3. Dari analisa didapatkan bahwa perubahan
penambahan dan pengurangan allowable stress rasio pada baja Pipe Rack sebesar 1.19%-80% per item
Profil Baja, perubahan defleksi Kolom sebesar 1.14%, perubahan defleksi balok sebesar 61.7% dan berat
struktur total mengalami perbahan sebesar 1.11%-5.91%.Dari analisa dampak pada tinjauan struktur
bawah di dapat rasio tulangan pada kolom pedestal sebesar 1.14% atau masih sama dengan kondisi
normal, akan tetapi terjadi penambahan penulangan pada balok tie-beam sebesar 40%, di tinjau dari
struktur tiang pancang terjadi perubahan prilaku pada tiang pancang, yaitu terjadi defleksi tanah pada
tiang pancang sebesar 1.35cm – 10.5cm. Dari semua analisa model struktur baja Pipe Rack dengan
perubahan struktur kolom maka dapat ditinjau bahwa baja Pipe Rack yang di modelkan secara stabilitas
strukturnya terhadap beban pipa dan stabilitas struktur terhadap struktur bawahnya.
Kata kunci : Struktur Pipe Rack, Baja Pipe Rack, Baja ASD dan LRFD
ABSTRACT: In Project RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) RU IV Cilacap Pertamina are civil structure
that serves as the supporting piping systems, one of these structures, namely Steel Pipe Structure Pipe Rack
Rack. Calculation steel structure is to analyze changes in the structure of steel columns in Pipe Rack
structure, which will ultimately have an impact on the underlying structure. Changes in the structure of
steel columns Pipe Rack is modeled in the form of Model-1, Model-2 and Model-3. From the analysis it was
found that the addition and subtraction changes the ratio of allowable stress in the steel Pipe Rack at
1:19% -80% per item Profile Steel, change column deflection at 1:14%, a change of 61.7% beam deflection
and the total weight of the structure unchanged at 1:11% -5.91 % .From analysis of the impact on the
bottom structure can review reinforcement ratio in columns or pedestals of 1:14% was the same as the
normal conditions (model-1), but the addition of the tie-beam reinforcement in the beam by 40%, in the
review of the structure of the pole stake there is a change of behavior on the pile, which occurs in the soil
pile deflection of 1.35mm - 3.5mm. From all the analysis models of steel structures Pipe Rack with changes
in the structure of the column can be reviewed that steel Pipe Rack Model-2 is better than Model-3 is the
stability of the structure and stability of the structure of the pipe load to the structure underneath
Keywords: Structure Pipe Rack, Steel Pipe Rack, Steel ASD & LRFD
51 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
52 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)
Pembebanan
Analisa Gempa pada UBC 97 sebagai
Berikut pembebanan pada struktur Pipe
berikut :
Rack menurut pedoman perencanaan
pembebanan untuk struktur Industri
(Mohamed A. El-Reedy, Ph.D.) dan menurut
Tidak boleh lebih dari
ASCE (American Society of Civil
Engineering).
53 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Pipa Kosong
Di asunsikan beban terbagi rata
dari 40 psf (1,9 kPa) untuk pipa,
dan insulasi. Nilai ini setara
dengan 40 pipa, 8 in (203 mm)
diameter, penuh air, di 15-in.
(381-mm) spasi.
Pipa Beroperasi
Gambar 3. Ilustrasi Beban Gesek Baja dengan Pipa
Di asumsikan 60% dari beban
operasi pipa diperkirakan akan HASIL ANALISA PROFIL BAJA PIPE RACK
dikombinasikan dengan angin
atau beban gempa. Jenis material baja yang dianalisa pada
struktur Piper Rack adalah JIS G3101
Pipa Test Grade SS400 dengan Fy : 2400 Kg/cm2, dan
Pengujian beban mati atau berat berat jenis baja di ketahui sebesar 7850
kosong dari pipa ditambah berat Kg/m3.
dari media uji yang terkandung
Tabel 1. Item Profil Baja yang di Analis
dalam satu set sistem perpipaan
secara bersamaan diuji. Untuk
setiap pipa yang lebih besar dari
12 inci (304 mm) diameter PROFIL BAJA YANG DI
nominal, beban terkonsentrasi, DIMENSI
ANALISA
termasuk berat pipa, produk,
katup, fitting, dan insulasi, harus Kolom Utama H 300x300x10
digunakan sebagai pengganti 40
Balok Melintang H 400x200x8
- psf (1,9 - kPa) beban digunakan
untuk 8-in pipa. Beban ini harus Balok Tengah H 200x100x5.5
seragam didistribusikan ke Balok membujur H 250x125x6
daerah terkait pipa itu.
Bracing Mendatar T 125x125
Bracing Tegak Lurus T 125x125
54 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)
Pada Hasil analisis atau resume stress Ratio Tabel 4. Berat Struktur Baja pada Pipe Rack
pada Tabel 2, terdapat satu item profil
Item Model-1 Model-2 Model-2
dimana Allowable stress ratio melebihi nilai
Berat Struktur
dari allowable yang di izinkan pada model- 16272.3 16083.1 17235.3
Total (Kg)
1, model-2 & model 3, sehingga profil Volume
792 792 792
tersebut harus di ganti dengan profil yang Struktur (m3)
mempunya dimensi lebih besar dari profil Berat Index
20.54 20.31 21.761
(Kg/m3)
sebelumnya. Jadi item profil baja yang di
ganti yaitu Bracing tegak lurus T125x125 di
HASIL ANALISA STRUKTUR BAWAH PIPE
ganti menjadi T175x175.
RACK TINJAUAN PERUBAHAN
STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK
Analisa Defleksi Balok dan Defleksi
Kolom Baja Pipe Rack
Analisa Kolom Pedestal Pondasi
Hasil analisa atau resume terhadap Defleksi
Parameter untuk melakukan analisa pada
Balok dan Defleksi kolom pada struktur
kolom pedestal pondasi struktur Pipe Rack
Baja Pipe Rack yang di analisa dengan
Model-1, Model-2 & Model-3 sebagai
sofwere staad pro berdasarkan peraturan
berikut :
ASCE (American Society of Civil Engineering)
sebagai berikut: - Mutu Beton (Fc) = 23 Mpa
Defleksi Balok = Δmax < L/300 - Width (B) = 0.51 m
Defleksi Kolom = Δmax < L/150 - Depth (H) = 0.51 m
55 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
- Luas Penampang Area (A) = 0.26 m2 Pada analisa kolom pedestal untuk struktur
- Tinggi Pedestal (Lp) = 1.6 m Pipe Rack Model-1, Model-2 & Model-3 di
dapat Rasio tulangan 1.44%, artinya tidak
WF Kolom terjadi perubahan pada kolom pedestal
yang di tinjau dari dimensi ataupun rasio
tulangan, akan tetapi pada model-2 &
Pedestal model 3 terjadi perpindahan posisi atau
LP
letak kolom pedestal mengikuti perubahan
atau letak kolom Baja Pipe Rack.
Pu.pd = 151.67 kN
Mu.pd = 62.49 kN
TOP 3-D19
BOTTOM 3-D19
Gambar 4. Modeling Kolom Pedestal
STIRRUPS D10-150
56 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)
Pu.pd = 151.67 kN
Mu.pd = 62.49 kN
Pu.pd = 174.69 kN
Mu.pd = 94.43 kN
TOP 3-D19
Gambar 7. Konfigurasi Penulangan
BOTTOM 3-D19
Tie-beam Pipe Rack Model-2
STIRRUPS D10-150
57 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
- Prilaku Tiang Pancang Pipe Rack Model-1 Nilai maksimum defleksi yang di izinkan di
Beban axial yang di izinkan bekerja pada dasarkan pada teori “Modulus Of Subgrade
pile adalah 3265.537 kN lebih besar dari Reaction” Bowles, yang membahas
beban axial akibat struktur atas 141.70 kN. mengenai konsep hubungan antara tekanan
Sehingga pile pondasi secara kemampuan dan defleksi pada tanah. Di dalam teori ini
memikul beban axial dari struktur pipe rack Bowles merumuskan rumus “Modulus Of
di katagorikan aman. (Qallow > Q). Subgrade Reaction” dengan nilai setlement
Penurunan pile yang di izinkan adalah 2 cm tanah maksimum adalah sebesar 1 inch
yang setara dengan 2183.88 kN beban axial, (2,54cm)
sedangkan beban axial yang terjadi 141.70
kN setara dengan penurunan 0.13 cm. PERBANDINGAN STRUKTUR PIPE RACK
Sehingga pile pondasi secara penurunan SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN
akibat beban axial di kategorikan aman. STRUKTUR KOLOM
(Xallow > Xsettlement).
Perbandingan Allowable Stress Rasio
Berikut tabel perbandingan Allowable
- Prilaku Tiang Pancang Pipe Rack Model-2 Stress rasio Baja Pipe Rack dari hasil
Defleksi yang bekerja pada pile adalah 1.35 analisa studi yang di lakukan :
cm lebih kecil dari defleksi yang di izinkan Tabel 5. Persentase Allowable Stress Rasio
(allowable deflection) 2.5 cm. Sehingga Baja Pipe Rack Model-1 dengan Model-2.
tiang pancang secara kemampuan menahan
beban eksentrisitas axial dari perubahan Allowable Stress Rasio Baja
Dimensi Model-1
kolom struktur Pipe Rack di kategorikan Model-2 %
(Existing)
masih aman.
H 300x300x10 0.516 0.538 4.2
Nilai maksimum defleksi yang di izinkan di
H 400x200x8 0.755 0.697 -7.6
dasarkan pada teori “Modulus Of Subgrade
H 200x100x5,5 0.746 0.294 -60.5
Reaction” Bowles, yang membahas
H 250x125x6 0.530 0.535 0.94
mengenai konsep hubungan antara tekanan
T 125x125 0.199 0.292 46.7
dan defleksi pada tanah. Di dalam teori ini
T 125x125 0.683 1.225 79.4
Bowles merumuskan rumus “Modulus Of
T 150x150 - 0.626 -
Subgrade Reaction” dengan nilai setlement
Tabel 6. Persentase Allowable Stress Rasio
Baja Pipe Rack Model-1 dengan Model-3.
58 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR KOLOM BAJA PIPE RACK (Tri Setiyono – Heri Khoeri)
Allowable Stress Rasio Baja Tabel 10. Persentase Berat Struktur Total
Dimensi Model-1 Model-1 dengan Model-2
Model-3 %
(Existing)
H 300x300x10 0.516 0.564 9.3
H 400x200x8 0.755 0.764 1.19 Model-1
Item Model-3 %
(existing)
H 200x100x5,5 0.746 0.298 -60.1
H 250x125x6 0.530 0.564 6.4 Berat Struktur Total (Kg) 16272.3 17235.3 5.91
T 125x125 0.199 0.205 3
T 125x125 0.683 1.225 -67 Volume Struktur (m3) 792 792 -
T 175x175 - 0.638 -
Berat Index (Kg/m3) 20.54 21.76 5.93
59 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
60 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)
Nadia
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
ABSTRAK : Beton merupakan material yang umum digunakan untuk Struktur. Hal ini disebabkan
karena Beton mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya.
Namun demikian beton memiliki salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya cukup tinggi sehingga beban
mati pada suatu struktur menjadi besar. Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi berat
jenis beton ini, diantaranya adalah dengan memakai agregat ringan. Salah satu metode untuk
menjadikan Beton ringan adalah dengan penambahan bahan limbah Styrofoam. Namun pengurangan
berat jenis ini tidak diikuti dengan penambahan kuat tekan Beton, sehingga sampai saat ini beton ringan
dengan menggunakan styrofoam hanya dipakai untuk bagian non Struktur. Untuk maksud tersebut,
maka penelitian ini dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Styrofoam sebagai pengganti
agregat kasar pada Beton Normal dengan persentase penambahan Styrofoam sebesar 1%, 2% dan 3%
dari berat campuran Beton Normal. Hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa pada penambahan
1% stryofoam akan menurunkan berat volume beton rata-rata sebesar 12% dengan rincian campuran
1% (turun 13%) , 2% (turun 22%) , 3% (turun 32%). Selain hal tersebut penambahan stryofoam pada
beton menurunkan kuat tekan beton normal. Untuk penambahan Styrofoamsebesar 1% terjadi
penurunan 54%, 2% sebesar 57% dan 3% sebesar 87%.
ABSTRACT : Concrete is a common material used to structure. It is caused by concrete has a lot of
excellence compared with the other buildings. However, concrete has one weakness is heavy its kind high
enough so that the dead load on a structure to become larger. Some method can be used to reduce in
weight this kind of concrete among the preparations are wearing light aggregate. One of the methods to
make light concrete is by addition of waste styrofoam material. But the reduction of the specific gravity of
this is not followed by the addition of strong press concrete, so until now light concrete by using styrofoam
only worn to the non structure. To the research is made to know how big the influence of styrofoam as a
substitute for an rough aggregate on concrete normal with the addition of styrofoam 1 %, 2 % and 3 % of
the weight of a mixture of normal concrete. The research conducted by acquired that to adding 1 %
stryofoam will lower heavy volume concrete reaching an average of 12 % with the details of a mixture of 1
% ( down 13 % ), 2 % ( down 22 % ), 3 % ( down 32 % ).In addition to this the addition of stryofoam on
concrete lowering strong press concrete normal. For the addition of styrofoam 1 % decline in 54 %, 2 % of
57 % and 3 % of 87 %.
61 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
62 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)
63 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
64 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)
c) Mempunyai titik leleh pada suhu 1020- pengaruh styrofoam sebagai pengganti
1060 C. agregat kasar pada kuat tekan beton.
d) Mampu menahan panas. Adapun hasil dari pengujian yang telah
e) Dapat memperlambat timbulnya dilakukan, dinyatakan dalam bentuk tabel
panas hidrasi dan grafik.
f) Dapat mengurangi beban gempa yang Hasil pemeriksaan Berat volume
berkerja lebih kecil karena berat rata-rata
struktur beton berkurang.
METODOLOGI PENELITIAN
65 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
KESIMPULAN
1. Beton dengan campuran Styrofoam
f'c σ'kbk sebagai pengganti agregat kasar
KodeBet Berat Volume
Silinder (Kg/c menghasilkan penurunan Kuat
on Beton (Kg/m3)
(Mpa) m2) Tekan Beton. Penurunan Kuat Tekan
BN 2286,7 17,1 210,1 Beton ini bertambah, dengan
BCS-1% 1992,5 7,8 95,6 bertambahnya persentase jumlah
BCS-2% 1781,0 7,3 90,0 Styrofoamnya.
BCS-3% 1560,1 3,0 37,0 2. Setiap penambahan Styrofoam,
Grafik Kuat Tekan Beton Rata-Rata dapat mengurangi bobot (berat)
Dari Grafik dapat dilihat bahwa kuat tekan campuranBeton, sehingga Beton
beton yang tertinggi terdapat pada lebih ringan atau Berat volumenya
Campuran Beton penggantian sebagian berkurang. Makin besar jumlah
kerikil dengan Styrofoam 1% (BCS-1%) Styrofoam, makin kecil Berat
yaitu sebesar K=115,2 kg/cm2 dan kuat volumenya (makin ringan)
tekan beton yang terendah terdapat pada 3. Makin besar persentase
Campuran Beton penggantian sebagian penambahan bahan Styrofoam
kerikil dengan Styrofoam 3% (BCS-3%) sebagai pengganti sebagian agregat
yaitu sebesar K=44,5 kg/cm2 kasar, beton makin ringan namun
kuat tekannya berkurang.
66 | K o n s t r u k s i a
PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR (Yoppi - Nadia)
67 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
Asmar Diansyah
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Trijeti
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : t3jeti@yahoo.co.id
ABSTRAK : Pada Proyek New Access Road terdapat beberapa jenis konstruksi salah satunya adalah
Jembatan pada STA 0+937,32 sampai dengan 1+173,123. Jembatan ini akan dibangun dengan
ketinggian pier 22 meter dan terletak pada sungai yang rawan banjir. Terdapat 5 pier pada jembatan
tersebut, namun hanya beberapa pier yang tingkat resiko dalam pengerjaan pier head-nya tidak
terlalu besar, hanya bekerja di ketinggian saja, pihak kontraktor dapat mengatasinya dengan metode
kerja sistem shoring, namun pada pier P4 dan P5 resikonya terlalu besar karena banjir yang akan
terjadi ditakutkan akan menghanyutkan perancah shoring tersebut.Oleh karena itu pada pier
tersebut digunakan sistem bracket untuk penopang bekisting pier head selama proses konstruksi
berlangsung.
Seiring perjalanan waktu, dibutuhkan analisa biaya dan waktu pelaksanaan yang tepat dari kedua
metode yang dipakai, untuk kedepannya pada proyek-proyek berikutnya dapat dipakai metode kerja
yang efisien dalam biaya dan efektif dalam waktu pelaksanaannya. Dari analisa didapatkan bahwa
metode dengan sistem bracket lebih mahal yaitu sebesar Rp. 1.014.090.624 dibandingkan dengan
sistem Shoring yaitu sebesar Rp. 955.918.664. Dengan selisih biaya sebesar Rp. 58.171.960, maka
sistem Shoring memiliki efisiensi sebesar 5,74 % dibandingkan dengan sistem Bracket Truss
ABSTRACT: On New Access Road there is some kind of a construction Bridge on one of them is STA
0+937,32 up to 1+173,123. This bridge will be built at a height of 22 meter pier and is situated on the
river is prone to flooding. There are 5 pier on the bridge, but only some of the pier's level of risk in the
workmanship of the pier head-not too big, just working at heights course, a Contracting Party could
cope with the working method of shoring system, but on the pier P4 and P5 are the risks too great due
to flooding that will occur will be feared washed away the scaffolding shoring.Therefore on the pier
used for bracket cantilever formwork system pier head during the process of construction in progress.
s time travel, needed analysis of the cost and time of the proper implementation of both methods used,
for in the future at its next projects can be extrapolated method of working in the cost of an efficient
and effective in time of its execution.He got that a method of analysis with a system of a bracket more
expensive fund of Rp.1.014.090.624 compared with a system of shoring fund of Rp.955.918.664.To
within a fee of Rp.58.171.960, then the system shoring having efficiency of 5.74 % compared with a
system of a bracket truss.
69 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
70 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
71 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
berulang kali., Mudah dibongkar pasang Sistem Shoring :Kita sering salah
serta dipindahkan, Rapat air sehingga pengertian antara bekisting, perancah,
tidak memungkinkan air agregat keluar scaffolding, dan shoring. Menurut John F.
dari cetakan, Mempunyai daya lekat Duntemann (1991:3) :
rendah dengan beton dan mudah Perancah adalah konstruksi sementara
membersihkannya (Ervianto, 2006:126). yang digunakan untuk menopang
Macam-macam bekesting : bekesting struktur permanen sampai struktur
konvensional, bekesting pabrik, bekesting tersebut dapat menopang dirinya
khusus (climbing formwork, Slip Form, sendiri.
Auto Jump Form, Traveler Form) Bekisting adalah struktur sementara
Perancah merupakan konstruksi atau cetakan yang digunakan untuk
sementara yang memungkinkan menahan cairan beton dalam bentuk
pelaksanaan konstruksi permanen yang direncanakan sampai beton
setelahnya.Dalam perkembangannya, C.J mengeras.
Wilshere (1983)menemukan bahwa Scaffolding adalah suatu landasan kerja
perancah dapat digunakan mulai proyek di ketinggian untuk menopang pekerja,
kecil seperti bangunan rumah sederhana, material, dan peralatan tetapi tidak
hingga bangunan jembatan utama. diperuntukkan untuk menopang
Cara penyetelan perancah (scaffolding) : struktur.
Menentukan letak dari scaffolding Shoring adalah komponen dari
dengan mengatur jarak scaffolding perancah seperti horizontal, vertikal,
misalnya as balok, pada pekerjaan atau batang penopang miring.
bekisting balok. Menurut Department of Transportation of
Memasang base plat (jack base) diatas Engineering Services Offices of Structure
landasan yang stabil. Construction, (2001:17), perancah
Menyetel rangka (frame). jembatan bisa dibagi menjadi 2 tipe
Dilanjutkan dengan pemasangan cross umumnya yaitu :
brace pada dua sisi agar elemen Sistem konvensional dimana berbagai
perancah dapat berdiri dengan baik. komponen (balok, tiang, kepala,
Selanjutnya menyusun frame vertikal bracing, dan lainnya) masing-masing
berikutnya atau sesuai dengan dipasang secara terpisah untuk
pemasangan shoring head jika membentuk kesatuan sistem.
ketinggian perancah dianggap cukup, Sistem shoring dimana komponen yang
artinya ketinggian dapat dilakukan terbuat dari logam dirangkai menjadi
dengan mengukur jack base dan U- unit modular yang dapat dirangkai di
head. atas yang lainnya, untuk membentuk
Kemudian ketinggian perancah diatur serangkaian menara yang terdiri dari
sesuai dengan ketinggian bekisting sistem batang-batang beban dukung
yang telah direncanakan. vertikal.
Sistem Bracket : Dengan peningkatan
beban dikaki perancah, metode dengan
memanfaatkan dukungan pondasi pada
shoring dengan daya dukung menengah
dan shoring tower dengan beban besar
72 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
73 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Kontraktor menyusun anggaran belanja dari jumlah biaya total yang berkisar
dan aliran kas proyek berdasarkan antara 8% - 15%, tergantung dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang besarnya resiko pekerjaan dan cara
dialokasikan oleh pemilik proyek, lalu pembayaran dari owner.
mengkaji ulang nilainya secara cermat
sehingga dapat menyusun Rencana DATA& ANALISA
Anggaran Pelaksanaan Proyek (RAPP) Untuk kolom pier yang akan dibuat
dengan asumsi nilai pada RAB masih perbandingannya adalah Pier P4 pada
layak dan dapat dihemat (Abrar Husen, bangunan jembatan 2.
2011:115).
Pada perhitungan anggaran biaya, Tabel 1. Data teknis Pier
umumnya dibuat berdasarkan 5
komponen pokok, yaitu : Dimensi
Item
Biaya material, diperoleh dengan Pier column Pier head
mengetahui harga pembelian material,
Panjang 5,00 m 9,00 m
biaya transportasi dan biaya bongkar
muat. Lebar 2,00 m 5,93 m
Biaya peralatan, penentuan biaya Tinggi 22,00 m 2,35 m
peralatan pada umumnya didasarkan Mutu beton K-350 K-350
pada biaya produksinya. Biaya
peralatan meliputi :Biaya pemilikan Tabel 2. Volume pekerjaan Pier
alat, Biaya operasional, Biaya sewa
NO. ITEM SATUAN VOLUME
peralatan , Biaya transportasi
peralatan, Biaya pemasangan dan A Pier column
pembongkaran peralatan. 1 Bekisting m2 270,27
Biaya tenaga kerja, tenaga kerja proyek 2 Pembesian kg 41.038,00
konstruksi dibedakan menjadi dua,
yaitu :Tenaga kerja langsung (direct 3 Beton m3 201,15
hire), Tenaga kerja borongan. B Pier head
Biaya tak terduga (overhead), 1 Bekisting m2 115,67
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
2 Pembesian kg 15.586,00
:Biaya tak terduga umum, misalnya
sewa kantor, peralatan kantor, air, 3 Beton m3 103,09
listrik, telepon, dan lainnya ; Biaya tak
terduga proyek, misalnya asuransi,
telepon yang dipasang di lapangan,
pengukuran (survey) dan lainnya.
Keuntungan (profit), pada umumnya
diperhitungkan dengan prosentase
Konstruksi Pier dilaksanakan dalam 6
(enam) tahap :Tahap-1 (pier column) ;
Tahap-2(pier column ) ; Tahap-3 (pier
column ) ; Tahap-4(pier column) ; Tahap-5
(pier head)
74 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
Tahap-5
Tahap-4
Tahap-3
Tahap-2
Tahap-1
75 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00
B. BAHAN
Steel Formwork h = 6
1 m2 1,0000 130.000,00 130.000,00
m
2 Kayu m3 0,0021 2.417.800,00 5.195,80
3 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Tie Rod, wingnut dan
5 set 0,4000 40.000,00 16.000,00
aksesoris
6 Perancah Scaffolding m2 0,6000 80.000,00 48.000,00
C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00
76 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00
B. BAHAN
1 Kayu m3 0,0175 2.417.800,00 42.291,35
2 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
3 Multiplex lembar 0,3163 270.000,00 85.403,98
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Form Tie, Washer,
5 set 0,4167 35.000,00 14.583,33
Cone
6 Shoring Peri-Up Ls 1,0000 325.729,65 325.729,65
C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00
A. TENAGA
1. Pekerja jam 0,0600 5.800,00 348,00
2. Tukang jam 0,0200 8.500,00 170,00
3. Mandor jam 0,0200 9.800,00 196,00
77 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
B. BAHAN
1. Baja tulangan Kg 1,1000 7.100,00 7.810,00
2. Kawat beton Kg 0,0200 9.800,00 196,00
C. PERALATAN
1 Bar bender Jam 0,0100 12.500,00 125,00
2 Bar cutter Jam 0,0095 12.500,00 118,75
A. TENAGA
1. Pekerja jam 2,1429 5.800,00 12.428,57
2. Tukang jam 0,5714 8.500,00 4.857,14
3. Mandor jam 0,1429 9.800,00 1.400,00
B. BAHAN
1. Beton Ready mix m3 1,1000 660.000,00 726.000,00
2. Curing Compound m2 1,0000 15.000,00 15.000,00
C. PERALATAN
1 Concrete Pump Jam 0,1606 275.000,00 44.176,71
2 Concrete Vibrator Jam 0,1606 20.000,00 3.212,85
3 Alat bantu Ls 1,0000 10.000,00 10.000,00
78 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
HARGA SATUAN
NO. ITEM SATUAN
PEKERJAAN
Pekerjaan Rp
3 kg 56.624,0 Rp558.319.718,0 58,41
Pembesian 9.860,13
0 0
Rp
4 Pekerjaan Beton m3 Rp273.444.330,8 28,61
304,24 898.782,80
3
100,0
TOTAL Rp955.918.664,2
0
8
79 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SAT. KOEF. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A. TENAGA
1 Pekerja jam 0,4800 5.800,00 2.784,00
2 Tukang jam 0,2400 8.500,00 2.040,00
3 Mandor jam 0,1200 9.800,00 1.176,00
B. BAHAN
1 Kayu m3 0,0175 2.417.800,00 42.291,35
2 Paku kg 0,3163 9.300,00 2.941,69
3 Multiplex lembar 0,3163 270.000,00 85.403,98
4 Minyak bekisting liter 0,1000 17.500,00 1.750,00
Form Tie, Washer,
5 set 0,4167 35.000,00 14.583,33
Cone
6 Bracket Truss Ls 1,0000 782.932,49 782.932,49
C. PERALATAN
1 Alat bantu Ls 1,0000 2.000,00 2.000,00
JUMLAH HARGA
2.000,00
PERALATAN
80 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
HARGA SATUAN
NO. ITEM SATUAN
PEKERJAAN
HARGA SATUAN
NO. ITEM SAT. VOL. JUMLAH HARGA %
PEKERJAAN
81 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Evaluasi Perbandingan Biaya dan Waktu Dari Rencana Anggaran Biaya yang telah dihitung
maka didapat selisih harga untuk pekerjaan Pier menggunakan sistem Shoring Peri-Up
dengan sistem Bracket Truss.
JUMLAH HARGA
NO. ITEM
SHORING SYSTEM BRACKET SYSTEM DEVIASI
Tabel 14.Selisih biaya pekerjaan Pier antara sistem Shoring dengan sistem Bracket
82 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BARCKET (Asmar - Trijeti)
83 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
Basit Al Hanif
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
email : albasit08@gmail.com
ABSTRAK : Suatu bangunan tinggi sangatlah rentan terhadap gaya lateral. Gaya lateral yang terjadi pada
bagunan, salah satunya adalah beban yang ditimbulkan akibat gempa. Beban gempa dihitung menggunakan
perhitungan gempa statis atau gempa dinamis. Untuk kategori struktur tidak berarturan, gempa harus
ditinjau menggunakan gempa dinamis.
Dalam merencanakan suatu gedung yang sama fungsi dan lokasi, namun tidak menggunakan dan
menggunakan shear wall, secara sistem gedung tersebut sudah berbeda. Dan gedung harus direncanakan
dengan faktor reduksi gempa yang berbeda. Dan gerak ragam pertama haruslah dominan translasi.
Salah satu struktur yang digunakan untuk menahan gaya lateral akibat gempa adalah struktur shear wall.
Dengan adanya shear wall akan mempengaruhi kekakuan bangunan, sehingga gaya lateral tidak
sepenuhnya dipikul oleh struktur rangka.
Dengan adanya shear wall, gedung memliki kekakuan yang lebih dibanding gedung yang tidak direncanakan
menggunakan shear wall. Kekauan lebih yang dimiliki gedung berdampak pada simpangan struktur.
Simpangan layan dapat tereduksi, arah X 41,52% dan arah Y berkurang 10,36%. Untuk simpangan ultimit,
simpangan arah X tereduksi sebesar 30,89%, sedangkan untuk arah Y bertambah 5,94%.
ABSTRACT: A high building is very vulnerable to Lateral force. Lateral force that occur in building, one of
them is a load that cause by earthquake. Earthquake load counted by Static Earthquake equation or Dynamic
Earthquake. For Irregular Structure Catagories, must be reviewed using Dynamic Earthquake.
In planning a building that have same function and location, but do not use and use a shear wall, that
building already had a differences systematically. And the building must be planned with a different
Earthquake Reduction Factor. And the First Range movement, the translation must be dominant.
One of the structure that used to restrains the Lateral Force because of the earthquake are shear wall
structure. With the existence of the Shear Wall will affecting stiffness of the building,so therefore the Lateral
Force did not fully detained by the frame structure
With the existence of the shear wall, the building more rigid compare to the building did not have a shear
wall. A building that more stiffness will impact to structure deflection. Layan deflection can be reducted,
41,52% X-direction and 10.36% less for Y-direction. For the Ultimate deflection, reduce by 30.89 % for X-
direction, while in Y-direction rise by 5.94 %
85 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
86 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
3. Beban Gempa
Pembebanan Berdasarkan SNI-03-1726-
2002,pengaruh gempa rencana harus
Perencanaan pembebanan dalam ditinjau dalam perencanaan struktur
perhitungan suatu gedung digunakan gedung serta bebagai bagian dari
perencanaan beban mati (dead load) dan peralatan secara umum. Akibat
beban hidup (live load). Berikut definisi pengaruh gempa rencana, struktur
beban menurut Pedoman perencanaan gedung secara keseluruhan harus masih
Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung berdiri, walaupun sudah berada dalam
(SKBI – 1.353.1987). sedangkan untuk ambang keruntuhan. Gempa rencana
beban lateral, digunakan beban akibat ditetapkan mempunyai periode ulang
gempa. 500 tahun, agar probabillitas terjadinya
terbatas pada 10% selama umur gedung
50 tahun. Besarnya beban gempa
1. Beban Mati horizontal (V) diperoleh dari persamaan
Beban mati ialah berat dari semua :
bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan ,
penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin
serta peralatan tetap yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari gedung itu. Dimana :
C1 = Faktor respon gempa
87 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
88 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
Interaksi Dinding Geser Dengan Sistem rencana, yang runtuhnya disebabkan oleh
Rangka Pemikul Momen momen lentur (bukan oleh gaya geser)
dengan terjadinya sendi plastis pada
kakinya, dimana nilai momen lelehnya
Berdasarkan SNI 1726-2002, dalam suatu
dapat mengalami peningkatan akibat
sistem struktur yang terdiri dari kombinasi
pengerasan regangan. Rasio antara tinggi
dinding geser dan rangka terbuka , beban
dan lebar dinding geser tidak boleh ≤ 2 dan
geser dasar nominal akibat pengaruh
lebar tersebut tidak boleh kurang dari 1,5
gempa rencana yang dipikul oleh rangka-
mm.
rangaka terbuka tidak boleh kurang dari
25% dari beban geser nominal total yang
bekerja dalam arah kerja beban gempa Jika rangka bangunan direncanakan untuk
tersebut. menahan keseluruhan beban lateral yang
terjadi pada suatu bangunan, momen akan
meningkat pada kolom dan balok untuk
Dinding geser selalu dihubungkan dengan
menahan gaya lateral disetiap lantainya.
sitem rangka pemikul momen (SRPM) pada
gedung. Dinding struktural yang umum
digunakan pada gedung tinggi adalah Jika dinding geser dimaksudkan untuk
dinding geser kantilever. Menurut SNI- menahan keseluruhan beban lateral yang
1726-2002 pasal 3.1.4.1, dinding geser terjadi pada suatu bangunan, besar beban
beton beton bertulang kantilever adalah yang diterimaoleh dinding akan berbeda
suatu subsistem struktur gedung yang pada setiap lantainya, semakin tinggi
fungsi utamanya adalah untuk memikul dinding geser, semakin besar defleksi yang
beban geser akibat pengaruh gempa terjadi.
Gambar Defleksi portal (a) dan portal dengan dinding geser (b)
ANALISIS STRUKTUR GEDUNG TANPA Berat sendiri elemen struktur kolom, balok
SHEAR WALL dan pelat lantai akan dihitung secara
otomatis sebagai self weight oleh software
ETABS.
Analisis Struktur Gedung
Selain berat sendiri dari elemen-elemen
Beban Mati (Dead Load)
struktur juga ada bean mati dari elemen-
elemen arsitektur, yaitu :
89 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
90 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
91 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
92 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
93 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Dimana :
= Faktor pengali
R = Faktor reduksi gempa
Dimana :
Kinerja ultimit gedung arah-y :
Syarat :
94 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
95 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
96 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
Menurut SNI 1726-2002, waktu getar Dari hasil analisis gedung dengan shear
fundamental (pertama) di wilayah gempa 3 wall ini di dapat hasil simpangan antar
tidak boleh melampaui 0,18 kali jumlah tingkat akibat pengaruh gempa rencana
tingkat. Berati untuk gedung dalam analisis dengan syarat yang telah ditentukan adalah
ini T1 tidak boleh melampaui 0,18x12 = sebagai berikut :
2,16 detik. Melihat tabel ragam pola gerak,
gedung ini memenuhi persyaratan waktu
Syarat :
getar fundamental.
Dari tabel ragam gerak terlihat bahwa
gerak ragam pertama adalah dominan arah Dimana :
Y, gerak ragam kedua adalah dominan arah : Tinggi lantai ke (i)
X dan baru gerak ragam ketiga adalah
dominan dalam rotasi. Dengan demikian : Faktor reduksi gempa sesuai tabel
karakteristik gedung ini sudah memenuhi 3 SNI 1726–2002
persyaratan.
Perhitungan drift lantai atap atas
Kinerja Struktur Gedung
1. Kinerja Batas Layan (∆s)
Perhitungan drift lantai atap arah X :
97 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
98 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
Dimana :
= Faktor pengali
R = Faktor reduksi gempa
Dimana :
= Kinerja batas ultimit
99 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Perhitungan lantai selanjutnya tercantum pada tabel kinerja batas ultimit gedung.
Dari tabel kinerja batas ultimit gedung, 2. Perbandingan Kinerja Batas Layan
tertera bahwa setelah gedung dipasang dengan Batas Ultimit
sear wall, simpangan ultimit yang terjadi Perbandingan Arah X
pada arah X lebih kecil dibanding arah Y.
Berikut perbandingan yang terjadi pada
Kinerja batas layan arah yang ditentukan
simpangan ultimit arah X dan Y setelah
oleh simpangan antar tingkat akibat
dipasang shear wall.
pengaruh beban gempa rencana, dan
kinerja batas ultimit yang terjadi akibat
simpangan yang terjadi. Dimana simpangan
mempengaruhi dari kinerja batas ultimit
untuk kondisi struktur gedung diambang
keruntuhan. Berikut adalah perbandingan
kinerja batas layan dengan kinerja batas
ultimit arah X :
Simpangan ultimit arah Y 31,03% lebih Simpangan ultimit arah X lebih besar
besar dibanding simpangan ultimit arah X. 53,723% dibanding simpangan layan arah
X.
100 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
Simpangan ultimit arah Y lebih besar 62,8% Basement 0.00 0.00 0.00
dibanding simpangan layan arah Y.
PERBANDINGAN KINERJA STRUKTUR Dari tabel perbandingan kinerja batas layan
GEDUNG SEBELUM DAN SETELAH ADNYA arah X terdapat reduksi simpangan layan
STRUKTUR SHEAR WALL gedung. Berikut reduksi simpangan gedung
Perbandingan Kinerja Batas Layan (∆S) yang terjadi akibat adanya pemasangan
shear wall :
101 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
Simpangan layan akibat gempa arah X Dari tabel perbandingan kinerja batas layan
setelah dipasang shear wall berkurang arah Y terdapat reduksi simpangan gedung.
sebesar 41,52%. Berikut reduksi simpangan gedung yang
Kinerja Batas Layan Arah - Y terjadi akibat adanya pemasangan shear
wall:
Tabel Perbandingan simpangan layan arah
Y
Tanpa Dengan
Shear Shear Selisih
Lantai
Wall Wall (mm)
(mm) (mm)
102 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
103 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
104 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS PENGARUH SHEAR WALL TERHADAP SIMPANGAN STRUKTUR GEDUNG (Basit - Haryo)
105 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 2 | Agustus 2014
SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Wiratman Wangsadinata, Irawan Wibawa &
Beton Untuk Bangunan Gedung. Budi Satriyo. Perencanaan Ketahanan
Gempa Struktur Gedung Sudirman Place
SNI 1726-2002. Standar Perencanaan
Jakarta. PT Wiratman & Associates.
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung.
106 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
Kriteria Penulisan
Alamat redaksi :
Jurnal KONSTRUKSIA
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih tengah 27 – Jakarta Pusat.
Telp. 42882505, Fax. 42882505
Website: www.konstruksia.org
Email: redaksi@konstruksia.org
ISSN 2086 - 7352