K3 KONTRUKSI
ATURAN K3
KONSTRUKSI
PROYEK KONSTRUKSI
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area, namun
disisi lain kegiatan proyek kontruksi sebagai penyumbang kecelakan kerja terbanyak
diantara pekerjan lain,
berdasarkan Data kasus kecelakaan kerja di Indonesia 2020 Kemenaker Catat Kecelakaan Kerja di 2020
Naik Menjadi 177.000 Kasus. Merdeka.com - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan,
berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari
sebelumnya 114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.
Penyebabnya adalah tidak lain karena masih banyak pengusaha tidak disiplin dalam hal penerapan k3
dalam melaksanakan proyeknya, baik pelaksana, pemilik proyek maupun pengawas (konsultan) atau
pemerintah yang masih kurang disiplin, perlu ditingkatkan lagi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disebut K3 Konstruksi adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi. Upaya ini sudah diaturan dalam
peraturan dan standar yang berlaku, sudah sanga banyak
aturan yang mengatur k3 pada sector konstruksi, jika
diterapakan semuanya sudah menjadi sebuah kepastian
dalam ilmu k3 bahwa bisa mengurangi angka kecelakan
tersebut, ada puluhan aturan dan standar tersebut yang
masih perlu dikaji dan di terapkan pada suatu proyek
konstruksi.
ATURAN DAN STANDAR K3
KONSTRUKSI
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970.
2. UU NO.13 THN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
3. Peraturan Menteri tenaga kerja No.Per-05 Men 1996 tentang system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
4. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
5. Permenaker No. 4/1987 tentang Tata Cara Pembentukan P2K3 dan
Pengangkatan Ahli K3.
6. PP No. 44/2015 Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 15 tahun 2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Tempat Kerja. Pasal 5 Permenakertrans nomor 15
tahun 2008
8. UU No 2 Th 2017 tentang JASA KONSTRUKSI
9. PP No 28 Tahun 2000 beserta perubahannya tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
10. PP No. 29/2000 beserta perubahannya Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
11. PP No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jakon
11. SKB MENAKER dan MENTERI PU No: 174/MEN/1986 & 104/KPTS/ 1986 Tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi
12. Permen PU No 07/PRT/M/2011 beserta perubahannya Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
13. Permen 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang PU
14. Surat Edaran Menteri PU No 13/2012 tentang Program Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Sektor
Konstruksi di Lingkungan Kementerian PU
15. Surat Edaran Menteri PU No 66/SE/M/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
16. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Nomor 04/BM/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan.
17.Permenaker No. 1/1980 Keselamatan & Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
18.UU No 28 Th 2002 Tentang BANGUNAN GEDUNG
Pra konstruksi
kegiatan proyek
4.Memilki intensitas kerja yang tinggi
5.Bersifat multidisiplin
6.Menggunakan perlatan kerja beragam
System)
PP No 28 Tahun 2000 beserta perubahannya tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
Pasal 10 ayat (1): Kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari:
a. kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta
benda;
b. kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum,
harta benda, dan jiwa manusia;
c. kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia dan lingkungan.
DASAR HUKUM CSMS
Permen PU No 07/PRT/M/2011 beserta perubahannya Tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Dalam Peraturan Menteri ini disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan
K3, yaitu antara lain termuat dalam:
• Dokumen Pemilihan;
• Dokumen Penawaran;
• Syarat-Syarat Umum Kontrak;
• Syarat-Syarat Khusus Kontrak.
Vendor selection
Owner pemilik proyek: memastikan peserta pemilihan telah memiliki rencana dan program
pengelolaan hsse (HSSE PLAN) yang di syaratkan berdasarkan hasil risk assement
Kontraktor: memenuhi persyaratan hsse pan sesuai dengan indictor penilaian
Pre job Assessment
Owner pemilik proyek: memastikan hsse plan pelaksana kontrak telah disiapkan, disepakati,
dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak terkait sebelum pelaksanaan kontrak.
Kontraktor: mempersiapkan implementasi hsse plan untuk selama kontrak berlangsung dan
melaksanakan hsse plandi mulai dari pre mobilisasi.
final evaluation
owner pemilik proyek: mengevaluasi pemenuhan dan kepatuhan terhadap penerapan hsse plan
selama pelaksanaan kontrak. Memberikan reward / konsekuensi aspek hsse
kontraktor: menerima reward/ konsekuensi aspek hsse
HSE Plan adalah dokumen rujukan
penting untuk proses kontrak dan harus
menjadi bagian dari perjanjian pada saat
penghargaan. Ini dapat berupa dokumen
mandiri atau dapat dimasukkan ke dalam
HSE
rencana kontrak yang lebih luas.
hse plan terdiri dari : tujuan hse plan, ruang lingkup proyek,
(
JSA adalah teknik manajemen keselamatan yang
berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian
bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan
atau tugas yang hendak dilakukan. JSA ini berfokus
SAFETY
kerja, Anda harus menentukan JSA melibatkan tiga
unsur penting, yakni:
•Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik
Standar aturan jsa; osha 3071 revisi tahun 2002 yang membahas
mengenai pengertian jsa dan
peraturan pemerintah republik indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
PP No. 29/2000 beserta perubahannya Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
• Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa Memberikan penjelasan
tentang resiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yg dpt timbul dlm
pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan
lapangan apabila diperlukan.
Melaksanakan safety
induction, Safety
meeting dan Safety
talk sebelum kerja
DASAR HUKUM SAFETY INDUCTION,
SAFETY TALK, SAFETY MEETING
dasar hukum: UU No. 1 Tahun 1970, Bab V tentang PP No. 29/2000 beserta
pembinaan pada pasal 9 ayat 1 dan 2 yang menyatakan
bahwa: perubahannya Tentang
(1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
tiap tenaga kerja baru tentang: • Pasal 15 : Kewajiban dan Hak
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat Pengguna Jasa Memberikan
timbul dalam tempat kerjanya.
penjelasan tentang resiko pekerjaan
Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya. termasuk kondisi dan bahaya yg dpt
Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang timbul dlm pek konstruksi dan
bersangkutan; mengadakan peninjauan
Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan lapangan apabila diperlukan.
pekerjaannya.
dasar hukum: Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(“UU Keselamatan Kerja”) dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Pemeriksaan
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (“PP Keselamatan Kerja”)
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
kerja, dengan rasio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Menteri ini. (2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada :
a. Tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter lebih sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
b. Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja
c. Tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan
potensi bahaya di tempat kerja.
Jumlah petugas P3K yang diatur oleh Permenaker 15 tahun 2008 terdapat
pada lampiran regulasinya. Tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi setiap
kelipatan 100 orang diwajibkan untuk memiliki 1 petugas P3K.
Ijin Kerja (Permit to Work) adalah sebuah sistem ijin
Ijin kerja (work bekerja tertulis formal yang digunakan untuk mengontrol
jenis pekerjaan tertentu yang berpotensi bahaya. Ijin
permit) Kerja (Permit to Work) diperlukan untuk mengendalikan
dari potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Macam-macam ijin kerja: ijin kerja dingin, ijin kerja
panas, ijin kerja khusus ruang terbatas dll
DASAR HUKUM IJIN KERJA
,KOMITMEN
MENJAGA
LINGKUNGAN
PROYEK TETAP BEFORE AFTER
BERSIH
BEFORE AFTER
DASAR HUKUM MENJAGA KEBERSIHAN
LINGKUNGAN PROYEK
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No.
PER.01/MEN/1980 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
KONSTRUKSI BANGUNAN
Pasal 6
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang
berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau
menimbulkan kecelakaan.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH