Anda di halaman 1dari 39

06 MARET 2021

BASO FIRDAUS K032202006

K3 KONTRUKSI

ATURAN K3
KONSTRUKSI
PROYEK KONSTRUKSI
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area, namun
disisi lain kegiatan proyek kontruksi sebagai penyumbang kecelakan kerja terbanyak
diantara pekerjan lain,

berdasarkan Data kasus kecelakaan kerja di Indonesia 2020 Kemenaker Catat Kecelakaan Kerja di 2020
Naik Menjadi 177.000 Kasus. Merdeka.com - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan,
berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan. Dari
sebelumnya 114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus kecelakaan kerja pada 2020.
Penyebabnya adalah tidak lain karena masih banyak pengusaha tidak disiplin dalam hal penerapan k3
dalam melaksanakan proyeknya, baik pelaksana, pemilik proyek maupun pengawas (konsultan) atau
pemerintah yang masih kurang disiplin, perlu ditingkatkan lagi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang
selanjutnya disebut K3 Konstruksi adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi. Upaya ini sudah diaturan dalam
peraturan dan standar yang berlaku, sudah sanga banyak
aturan yang mengatur k3 pada sector konstruksi, jika
diterapakan semuanya sudah menjadi sebuah kepastian
dalam ilmu k3 bahwa bisa mengurangi angka kecelakan
tersebut, ada puluhan aturan dan standar tersebut yang
masih perlu dikaji dan di terapkan pada suatu proyek
konstruksi.
ATURAN DAN STANDAR K3
KONSTRUKSI
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970.
2. UU NO.13 THN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
3. Peraturan Menteri tenaga kerja No.Per-05 Men 1996 tentang system
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
4. PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
5. Permenaker No. 4/1987 tentang Tata Cara Pembentukan P2K3 dan
Pengangkatan Ahli K3.
6. PP No. 44/2015 Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 15 tahun 2008 tentang
Pertolongan Pertama Pada Tempat Kerja. Pasal 5 Permenakertrans nomor 15
tahun 2008
8. UU No 2 Th 2017 tentang JASA KONSTRUKSI
9. PP No 28 Tahun 2000 beserta perubahannya tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
10. PP No. 29/2000 beserta perubahannya Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
11. PP No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jakon
11. SKB MENAKER dan MENTERI PU No: 174/MEN/1986 & 104/KPTS/ 1986 Tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi
12. Permen PU No 07/PRT/M/2011 beserta perubahannya Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
13. Permen 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang PU
14. Surat Edaran Menteri PU No 13/2012 tentang Program Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Sektor
Konstruksi di Lingkungan Kementerian PU
15. Surat Edaran Menteri PU No 66/SE/M/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU
16. Pedoman Konstruksi dan Bangunan Nomor 04/BM/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan.
17.Permenaker No. 1/1980 Keselamatan & Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
18.UU No 28 Th 2002 Tentang BANGUNAN GEDUNG

Peraturan umum terbaru yang bisa di terapkan di proyek konstruksi:


1.permenaker 05 tahun 2018 Keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja
2.PP 88 tahun 2019 kesehatan kerja
3.Kepmenaker 38 tahun 2019 penetapan SKKNI Kategori aktivitas profesional
ilmiah dan teknis golongan pokok aktivitas arsitektur dan keinsiyuran, analis dan uji
teknis bidang k3 pada jabatan kerja personil k3
4.Permenaker 08 tahun 2020 keselamatan kerja pesawat angkat angkut
5.SNI 1726:2019 tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non Gedung
Pada dasarnya semua tahapan-
tahapan proyek konstruksi dan
program-program k3 Yang ada
pada proyek konstruksi itu tidak
lain bersumber dari semua aturan
k3 dan standar tersebut.
PENERAPAN SEMUA KETENTUAN DAN PERSYARATAN
K3 SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN
BERLAKU PADA TAHAP:

Pra konstruksi

Tahap Pemilihan Penyedia


Barang/Jasa

Tahap Pelakasanaan Konstruksi

Tahap Penyerahan Hasil Akhir


Pekerjaan

Dasar hukum: Permen 05/PRT/M/2014 Tentang


Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang PU
1. Memiliki masa kerja terbatas
2. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

Karakteristik 3.Melibatkan banyak tenaga kerja kasar yang


berpendidikan relative rendah

kegiatan proyek
4.Memilki intensitas kerja yang tinggi
5.Bersifat multidisiplin
6.Menggunakan perlatan kerja beragam

konstruksi 7.Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan,


material, dan tenaga kerja)
8.Memerlukan pengawasan yang tinggi
9.Penyumbang kecelakaan kerja paling tinggi
10.Penyumbang lowongan kerja k3 terbanyak
Pihak yang terlibat dalam satu
kegiatan konstruski
1.Pengawas pemerintah
2.Owner (pemilik proyek)
3.Konsultan (perpanjangan tangan owner)
4.Kontraktor (pelaksana)
5.Subcont kontraktor
6.Pekerja (ahli, tukang, buruh)
Ahli k3 umum, Ahli konstruksi,

Keahlian k3 dan sertifikasi Pelatihan TKBT 2 (tenaga


Kerja Bangunan Tinggi 2), Tenaga
sertifikasi k3 yang Kerja Pada Ketinggian (TKPK), ahli k3
spesialis angkat angkut, sertifikasi
terlibat atau paling lifting dan rigging, sertifikasi bekerja
di ketinggian, Pelatihan Teknisi
dicari di dalam proyek Perancah ( Scaffolding), pelatihan
p2k3, ahli k3 kebakaran kelas a, b, c,
konstruksi d, Sertifikasi Juru Las/Welder.
Sertifikasi k3 ruang terbatas
(confined sapace), sertifikasi hiperkes
dan lainnya.
Pekerjaan konstruksi mencakup :

pekerjaan arsitektural, sipil,


mekanikal , elektrikal, tata
lingkungan
STUDI
ATURAN K3 PADA PROYEK PERBAIKAN
DAN PENYEMPURNAAN RUANG
LOBBY PERTAMINA FUEL TERMINAL
KASUS BAU-BAU (60 HARI KERJA)
Dasar hukum pedoman CSMS:
Peraturan Menteri tenaga kerja No.Per-05 Men 1996 tentang
system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dan PP
No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
UU No 2 Th 2017 tentang JASA KONSTRUKSI Pasal 59:

CSMS (Contractor Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Dalam setiap


penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, pengguna jasa dan
penyedia jasa wajiib memenuhi standar keamanan,

Safety Management keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan.

System)
PP No 28 Tahun 2000 beserta perubahannya tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi
Pasal 10 ayat (1): Kriteria risiko pada pekerjaan konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari:
a. kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta
benda;
b. kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum,
harta benda, dan jiwa manusia;
c. kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang
pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia dan lingkungan.
 
DASAR HUKUM CSMS
Permen PU No 07/PRT/M/2011 beserta perubahannya Tentang Standar
Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Dalam Peraturan Menteri ini disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan
K3, yaitu antara lain termuat dalam:
• Dokumen Pemilihan;
• Dokumen Penawaran;
• Syarat-Syarat Umum Kontrak;
• Syarat-Syarat Khusus Kontrak.

PP No. 29/2000 beserta perubahannya Tentang Penyelenggaraan Jasa


Konstruksi
• Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa Memberikan penjelasan
tentang resiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yg dpt timbul dlm
pek konstruksi dan mengadakan peninjauan
lapangan apabila diperlukan.
• Pasal 17 : Kewajiban dan Hak Penyedia Jasa
Menyusun dok penawaran yg memuat renc. Dan metode kerja,renc usulan
biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran K3.
• Pasal 23 : Kontrak Kerja Konstruksi Memuat hak dan kewajiban para
pihak dalam kontrak kerja konstruksi.
TAHAPAN CSMS PADA
PROYEK KONSTRUKSI
Risk assessment
Owner pemilik proyek: memastikan setiap pekerjaan yang akan di kontrakkan telah di
identifikasi, di evaluasi potensi bahaya dan risikonya oleh planner.
Kontraktor: disusun oleh pihak owner

Qualification Assessment For csms


Owner pemilik proyek: memastikan calon penyedia memiliki kemampaun/ kualifikasi system
pengelolaan hsse di perusahaanya berdasarkan kualifikasi pemberi proyek
Kontraktor: memenuhi persyaratan kaulifikasi csms

Vendor selection
Owner pemilik proyek: memastikan peserta pemilihan telah memiliki rencana dan program
pengelolaan hsse (HSSE PLAN) yang di syaratkan berdasarkan hasil risk assement
Kontraktor: memenuhi persyaratan hsse pan sesuai dengan indictor penilaian
Pre job Assessment
Owner pemilik proyek: memastikan hsse plan pelaksana kontrak telah disiapkan, disepakati,
dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak terkait sebelum pelaksanaan kontrak.
Kontraktor: mempersiapkan implementasi hsse plan untuk selama kontrak berlangsung dan
melaksanakan hsse plandi mulai dari pre mobilisasi.

Work in progress assessment


Owner pemilik proyek: memastikan kontrak dilaksanakan secara konsisten dan menyeluruh sesua
hsse plan yang ditetapkan
Kontraktor: melaksanakan hsse plan saat pekerjaan kontrak berlangsung

final evaluation
owner pemilik proyek: mengevaluasi pemenuhan dan kepatuhan terhadap penerapan hsse plan
selama pelaksanaan kontrak. Memberikan reward / konsekuensi aspek hsse
kontraktor: menerima reward/ konsekuensi aspek hsse
HSE Plan adalah dokumen rujukan
penting untuk proses kontrak dan harus
menjadi bagian dari perjanjian pada saat
penghargaan. Ini dapat berupa dokumen
mandiri atau dapat dimasukkan ke dalam

HSE
rencana kontrak yang lebih luas.

hse plan terdiri dari : tujuan hse plan, ruang lingkup proyek,

PLAN durasi proyek, referensi dan pedoman pelaksanaan proyek,


kebijakan k3 perusahaan kontraktor, tujuan proyek, target
proyek, Struktur p2k3, ahli k3 umum, daftar program hsse
proyek yang akan dilaksanakan, key performance indicator ,
sertikat keahlian yang terlibat dalam proyek, identitas ktp ,
sim dan cv pekerja yang terlibat, standar operasional
pekerjaan, job safety anlysis pekerjaan, prosedur tanggap
(
darurat, prosedur p3k, apd yang digunakan, form lampiran
inspeksi apd, form lampiran inspeksi alat kerja dan
lingkungan kerja, form laporan kecelakaan, kepatuhan
menjaga lingkungan proyek.
DASAR HUKUM HSE PLAN
UU No 2 Th 2017 tentang JASA KONSTRUKSI
• Ketentuan umum
“Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga
kerja dan lingkungan, untuk mewujudkan terib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”
Definisi atau pengertian kebijakan K3
dijelaskan dalam OHSAS 18001
Occupational health and safety
management system dan ISO 45001
KEBIJAKAN K3 occupational health and
management system. Dalam OHSAS
safety

KONTRAKTOR 18001, kebijakan K3 didefinisikan sebagai:


keseluruhan tujuan dan arahan dari
sebuah organisasi terkait dengan
performa K3 yang secara formal
(disampaikan oleh manajemen puncak.
DASAR HUKUM KEBIJAKAN K3

dasar hukum kebijakan k3: PP 50 tahun 2012 dalam Pasal 7 ayat 1


menyebutkan bahwa:
“Penetapan kebijakan K3 sebagaimana disebutkan oleh Pasal 6 ayat (1)
huruf a dilaksanakan oleh pengusaha” sedangkan dalam
OHSAS 18001 dalam klausul 4.2 menyebutkan bahwa:
“Top management shall define and authorize the organization’s OH&S
Policy and ensure that within the defined scope of its OH&S Management
System.” Artinya adalah manajemen puncak harus mendefinisikan dan
menyetujui kebijakan K3 dan memastikan bahwa di dalam ruang lingkup
dari sistem manajemen K3.
Dasar hukum :Permenaker No. 4/1987
tentang Tata Cara Pembentukan P2K3
dan Pengangkatan Ahli K3. Pasal 2: Setiap
PEMBENTUKAN tempat kerja dg kriteria tertentu
STRUKTUR P2K3 DAN pengusaha atau pengurus wajib
PENUNJUKAN AHLI K3 membentuk P2K3
UMUM DALAM Pasal 3: Sekretaris P2K3 ialah Ahli
PELAKSANAPEKERJAAN Keselamatan dan kesehatan Kerja dari
PROYEK KONSTRUKSI perusahaan yg bersangkutan

(
JSA adalah teknik manajemen keselamatan yang
berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian
bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan
atau tugas yang hendak dilakukan. JSA ini berfokus

JSA (JOB pada hubungan antara pekerja, tugas/pekerjaan,


peralatan, dan lingkungan kerja. Idealnya, setelah Anda
(supervisor) mengindentifikasi bahaya yang ada di area

SAFETY
kerja, Anda harus menentukan JSA melibatkan tiga
unsur penting, yakni:
•Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik

ANALYSIS) •Bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan


•Pengendalian berupa prosedur kerja aman untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan bahaya pada
(setiap langkah pekerjaan
DASAR HUKUM JSA

Standar aturan jsa; osha 3071 revisi tahun 2002 yang membahas
mengenai pengertian jsa dan
peraturan pemerintah republik indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,
PP No. 29/2000 beserta perubahannya Tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
• Pasal 15 : Kewajiban dan Hak Pengguna Jasa Memberikan penjelasan
tentang resiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yg dpt timbul dlm
pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan
lapangan apabila diperlukan.
Melaksanakan safety
induction, Safety
meeting dan Safety
talk sebelum kerja
DASAR HUKUM SAFETY INDUCTION,
SAFETY TALK, SAFETY MEETING
dasar hukum: UU No. 1 Tahun 1970, Bab V tentang PP No. 29/2000 beserta
pembinaan pada pasal 9 ayat 1 dan 2 yang menyatakan
bahwa: perubahannya Tentang
(1) Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
tiap tenaga kerja baru tentang: • Pasal 15 : Kewajiban dan Hak
 Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat Pengguna Jasa Memberikan
timbul dalam tempat kerjanya.
penjelasan tentang resiko pekerjaan
 Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya. termasuk kondisi dan bahaya yg dpt
 Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang timbul dlm pek konstruksi dan
bersangkutan; mengadakan peninjauan
 Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan lapangan apabila diperlukan.
pekerjaannya.
 
dasar hukum: Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(“UU Keselamatan Kerja”) dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Pemeriksaan
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (“PP Keselamatan Kerja”)

kesehatan Pemeriksaan kesehatan kerja itu sendiri


ada 3 macam, yaitu:
pekerja 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
(MCU, swab test, bebas narkoba,
keterangan sehat)
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala (DCU)
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Mengadakan
Pelatihan k3
DASAR HUKUM PELATIHAN K3
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 15 tahun 2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Tempat Kerja. Pasal 5 Permenakertrans
nomor 15 tahun 2008 menyebutkan bahwa: Pasal 5

(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),
ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
kerja, dengan rasio sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Menteri ini. (2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada :
a. Tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter lebih sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
b. Tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja
c. Tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan
potensi bahaya di tempat kerja.
Jumlah petugas P3K yang diatur oleh Permenaker 15 tahun 2008 terdapat
pada lampiran regulasinya. Tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi setiap
kelipatan 100 orang diwajibkan untuk memiliki 1 petugas P3K.
Ijin Kerja (Permit to Work) adalah sebuah sistem ijin
Ijin kerja (work bekerja tertulis formal yang digunakan untuk mengontrol
jenis pekerjaan tertentu yang berpotensi bahaya. Ijin
permit) Kerja (Permit to Work) diperlukan untuk mengendalikan
dari potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Macam-macam ijin kerja: ijin kerja dingin, ijin kerja
panas, ijin kerja khusus ruang terbatas dll
DASAR HUKUM IJIN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA


NOMOR : PER-05/MEN/1996
TENTANG
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA pada lampiran II bagian 6
membahas mengenai keamana dalam
bekerja berdasarkan system manajemen k3,
harus membuat izin kerja
Pekerja
konstruksi
wajib
memakai apd
DASAR HUKUM MEMAKAI APD

Dasar hukum: Undang-undang No. 1 tahun


1970.
Pasal 12 butir b: Dengan peraturan
perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai
APD yang diwajibkan. Pasal 14 butir c:
Pengurus diwajibkan menyediakan secara
cuma-cuma APD yang diwajibkan pada
pekerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja.
Memasang
safety sign di
lokasi proyek
DASAR HUKUM SAFETY SIGN

Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, memasang rambu K3


merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi pengurus perusahaan untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan orang lain yang berada di tempat
kerja.
UU No.1 Tahun 1970 Pasal 14 huruf (b):
“Pengurus diwajibkan memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja.”
HOUSEKEEPING BEFORE AFTER

,KOMITMEN
MENJAGA
LINGKUNGAN
PROYEK TETAP BEFORE AFTER

BERSIH

BEFORE AFTER
DASAR HUKUM MENJAGA KEBERSIHAN
LINGKUNGAN PROYEK
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No.
PER.01/MEN/1980 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
KONSTRUKSI BANGUNAN
Pasal 6
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang
berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau
menimbulkan kecelakaan.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai